Anda di halaman 1dari 3

NAMA : ARDHIELA MULYANI

NIM : 042392841
KODE/MATKUL : ISIP4131
TUGAS 1
1. Mengapa masih terjadi pelanggaran-pelanggaran terhadap hak-hak masyarakat hukum
adat oleh negara, terutama hak ulayat, meskipun telah ada ketentuan pasal 18B ayat
(2) UUD 1945 yang memberikan jaminan hak konstitusional masyarakat hukum adat?
Silakan dianalisis kelemahan dari ketentuan Pasal 18B ayat (20 UUD 1945.
Jawaban:
Masih terjadinya penyelenggaraan terhadap hak masyarakat hukum adat oleh
negara. Konsep hak menguasai oleh negara harusnya memperhatikan hak-hak
masyarakat hukum adat yang telah ada secara turun temurun sebelum negara ini lahir.
Berbagai macam pengakuan masyarakat hukum adat oleh pemerintah di dalam
berbagai peraturan perundang-undangan baik dalam konstitusi UUD 1945 maupun
peraturan-peraturan sektoral lainnya, namun pengakuan yang diberikan merupakan
pengakuan bersyarat yaitu sepanjang tidak bertentangan dengan kepentingan nasional
dan negara, yang berdasarkan atas persatuan bangsa dengan sosialisme Indonesia.
Pengakuan bersyarat ini juga berkorelasi dengan hak menguasai tanah oleh negara
sehingga berimplikasi terhadap kepastian hukum hak-hak masyarakat hukum adat atas
tanah dan sumber daya alam belum terpenuhi.

Pasal 18B ayat (2) :


“Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum
serta hak-hak tradisionalnya sepanjang hidup dan sesuai dengan perkembangan
masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang diatur dalam
Undang-undang.

Kelemahan pasal 18B (2):


a. Pada kalimat “Sepanjang masih hidup” kita tidak semata-mata melakukan
pengamatan dari luar, melainkan juga dari dalam dengan menyelami perasaan
masyarakat setempat (pendekatan partispatif).
b. “Sesuai dengan perkembangan masyarakat”. Syarat ini mengandung risiko untuk
memaksakan (imposing) kepentingan besar atas nama “perkembangan
masyarakat”. Tidak memberi peluang untuk memberikan dinamika masyarakat
setempat berproses sendiri secara bebas.
c. “Sesuai dengan prinsip NKRI”. Kelemahan paradigma ini melihat NKRI dan
masyarakat adat sebagai dua antitas yang berbeda dan berhadap-hadapan.
d. “Diatur dalam undang-undang” Indonesia adalah Negara berdasar hukum, apabila
dalam negara yang demikian itu segalanya diserahkan kepada hukum, maka
kehidupan sehari-hari tidak akan berjalan dengan produktif. Hukum selalu ingin
mengatur ranahnya sendiri dan merasa cukup, untuk itu telah gagall (bila tidak
melibatkan fenomena sosial lainnya).

Farsa-frasa tersebut dijadikan sebagai prasyarat bagi pengakuan masyarakat adat,


tanpa diimbangi dengan perincianhak-hak konstitusional mereka. Dengan adanya
pengakuan bersyarat tersebut hak-hak masyarakat hukum adat bisa dihilangkan
dengan alasan yang berbenturan dengan kepentingan pembangunan nasional.

2. Kaitkan tanggapan Anda bahwa pelanggaran terhadap masyarakat hukum adat oleh
negara tidak terlepas dari pengaruh politik hukum masa kolonial yang dicantumkan
dalam Algemene Bepalingen, Reglemen Regering dan Indische Staatregeling..
Jawaban:
- Algeme Bepalingen van Wetgiving voor Indonesie.
Pada masa penjajahan berlaku beberapa pasal dari Algemen Bepalingen van
Wetgiving voor Indonesia, yang di singkat AB (Staatblad 1847 No. 23) yang
mengatur ketentuan-ketentuan peraturan perundang-undangan. Sepanjang
mengenai pembentukan peraturan perundang-undangan ketentuan AB tersebut
tidak lagi berlaku secara utuh karena telah diatur dalam peraturan perundang-
undangan nasional.
- RV: Reglement of de Rechsvording
RV merupakan hukum acara perdata yang berlaku bagi orang “Eropa” dan “Timur
Asing” yang berada di Indonesia.
- Indische Staatsregling (IS)
Yaitu sebuah pasal yang mengatur pembagian golongan dihadapan hukum tanah
nasional (UUPA). Sebab secara limitatif telah mendapatkan pengakuan dan
perlindungan hukum bagi UUD 1945 maupun dalam UUPA. Hanya dalam rangka
kegiatan pembangunan yang demikian walaupun secara law in book hak ulayat
masyarakat sudah mendapatkan legalitas namun sering tersingkir oleh
kepentingan kelompok yang bersekongkol dengan kepuasan. Maka dari itu
sebaiknya hak ulayat masyarakat adat sudah mudah mendapatkan legalitas baik
dalam konstitusi maupun UUPA.

Sumber Referensi:
Jimly Asshiidiqie, Komentar Atas Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945. (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), hal. 155.
Martin Basiang. The Contemporary Law Dictionary. 1 edition (Indonesia: Red & White
Publishing, 2009), hal. 326.

Anda mungkin juga menyukai