Anda di halaman 1dari 1

Inisiasi 8

Eksistensi Hukum Adat dalam Hukum Nasional


Masyarakat adat diakui sah di Republik ini bahkan secara khusus dilindungi sebagai kesatuan
masyarakat hukum adat pada Pasal 18 B Ayat (2) UUD NRI 1945. 
 
Pengakuan itu memang sangat penting dan menyadarkan semua pejabat negara yang diangkat
sumpah harus menjalankan UUD NRI 1945 harus menghormati dan mentaatinya. Lalu ada
pendapat dan pernyataan masyarakat adat tidak boleh buat aturan sendiri harus ikut Hukum
Positif termasuk Perda dan argumen lainnya. Logika ini tidak sepenuhnya benar. Masyarakat
hukum adat berhak dan dilindungi untuk membuat melaksanakan dan menegakan hukum adat
dengan syarat Sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip NKRI. 
 
Negara mengakui serta menghormati kesatuan -kesatuan masyarakat Hukum Adat beserta
hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai prinsip Negara Kesatuan Republik
Indonesia (Pasal 18 B ayat 2 UUD NRI 1945). Tegas dari ketentuan ini ada tiga sikap negara
terhadap Desa Adat, yaitu Mengakui, Menghormati masyarakat adat dan termasuk Hak-
haknya. Pemahaman pengakuan menghormati dan Hak-hak secara hukum dan posisi di
Konstitusi, dipahami sebagai tingkatan hukum  tertinggi di negara ini. 
 
Yang tidak boleh dilanggar oleh masyarakat adat adalah prinsip NKRI dan itu berarti adalah
prinsip konsensus dasar yaitu Pancasila, UUD NRI 1945, Bhinneka Tunggal Ika dan NKRI
itu sendiri. Sama dengan individu, pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, PT, Yayasan
dan lainnya adalah Subyek Hukum. Bahwa hukum Positif termasuk Perda, Pergub, Perwali,
Perbup dan lainnya akan sangat ideal sesuai dan sejalan dengan keputusan masyarakat adat.
 
Sifat Hukum Adat di masyarakat adat sifatnya lex spesialis terbatas, yaitu dibatasi oleh
wilayah, orang dan jenis kegiatannya. Sebagai contoh, hak atas tanah dalam hukum nasional
menurut UUPA mengenal Hak Milik, Hak Guna Bangunan, Hak Pakai, Hak Pengelolaan dan
lainnya untuk status kepemilikan tanah. Di Bali dikenal juga ada Tanah Laba Pura, Laba
Desa, Tanah Ayahan Desa dan lainnya. Tidak ada hak-hak itu dalam hukum positif dan
hukum nasional bukan berarti tidak sah dan tidak berlaku. 

Sumber :
Hukum Adat, Dr. St. Laksanto Utomo.

Anda mungkin juga menyukai