Anda di halaman 1dari 4

PANDUAN PRAKTEK KLINIS ( PPK )

PELAYANAN ANESTESI
Banjararum Selatan
No. 3-7 Singosari –
Malang

PERSIAPAN PRA ANESTESIA PASIEN ELEKTIF


PENGERTIAN
1. Evaluasi Pra Anestesi yang bertujuan untuk : menilai kondisi
pasien, menentukan status fisis dan resiko, menentukan status
teknik anestesia yang akan dilakukan, memperoleh persetujuan
tindakan anestesia (informed consent), persiapan tindakan
anestesia.
2. Evaluasi ini dilakukan di poli anestesi dan kunjungan preoperative
saat pasien rawat inap, setelah mendapatkan konsultasi dari DPJP
operator untuk mendapatkan assessment pra anestesi mengenai
kelayakan kondisi pasien.
INDIKASI
Semua pasien yang akan menjalani prosedur yang memerlukan
pengawasan dokter anestesia maupun tindakan anestesia
KONTRA
Tidak ada
INDIKASI
PERSIAPAN
1. Pasien
a. Memperoleh informasi/konsultasi dari ruang perawatan / poli
mengenai rencana operasi pasien
b. Melakukan asessment pra operatif di poli anestesi
c. Menjelaskan kepada pasien tujuan evaluasi pra anestesi
d. Pasien kembali ke poli yang meminta konsultasi anestesi pra
operatif
e. Penjadwalan rencana operasi oleh DPJP operator
f. Pasien rawat inap dan mendapatkan kunjungan preoperatif
ulangan untuk memastikan kelayakan kondisi pasien
2. Alat
a. Stetoskop
b. Tensimeter
c. Pulse oxymetri (bila dibutuhkan)
d. Termometer (bila dibutuhkan)
PROSEDUR
1. Pemeriksaan pra-anestesia
TINDAKAN a. anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang sesuai
indikasi serta konsultasi dokter spesialis lain bila diperlukan.
b. Pemeriksaan penunjang rutin yang harus dilakukan :
1) Pemeriksaan darah lengkap
2) Urinalis (bila gula positif harus ditambah pemeriksaan
gula darah)
3) Ureum, kreatinin, elektrolit : pada pembedahan besar
4) EKG : umur > 40 tahun
5) Foto toraks: umur > 60 tahun
6) Uji fungsi hati : pada pembedahan besar pasien umur >
50 tahun
c. Pemeriksaan penunjang berdasarkan indikasi :
1) Pemeriksaan darah lengkap :
a) Anemia dan kelainan/penyakit hematologi lainnya
b) Gangguan ginjal
c) Pasien dalam kemoterapi
2) Ureum, kreatinin, dan elektrolit
a) Gangguan/penyakit hati dan ginjal
b) Gangguan metabolic, seperti diabetes mellitus
c) Riwayat diare, muntah
d) Kondisi nutrisi buruk
e) Persiapan usus prabedah
f) Riwayat pemberian obat-obat digitalis, diuretika,
antihipertensi, steroid,obat anti diabetes
3) Gula darah
a) Diabetes mellitus
b) Penyakit hati berat
4) Elektrokardiogram
a) Hipertensi, penyakut jantung atau penyakit paru
kronik
b) Diabetes mellitus
5) Foto toraks
a) Gangguan pernafasan yang bermakna atau penyakit
paru
b) Penyakit jantung
6) Analisis gas darah arteri
a) Obesitas
b) Pasien dengan gangguan nafas
c) Penyakit paru sedang sampai berat
d) Sakit kritis atau sepsis
e) Bedah toraks
7) Uji Fungsi paru
a) Bedah toraks
b) paru sedang sampai berat, seperti PPOK,
bronkiektasi, penyakit paru restriksi
8) Uji Fungsi hati
a) Penyakit hepatobilier
b) Riwayat peminum alcohol
c) Tumor dengan kemungkinan metastase ke ahti
9) Uji hemostase dan koagulasi darah
a) Penyakit/kelainan darah
b) Penyakit hati berat
c) Koagulopati apapun sebabnya
d) Riwayat terapi antikoagulan seperti heparin atau
warfarin
10) Uji fungsi tiroid
a) Riwayat penyakit tiroid
b) Gangguan endokrin seperti tumor hipofise
c) Bedah tiroid
11) Uji fungsi jatung : Ekokardiografi
a) Penyakit jantungKelainan EKG yang bermakna
d. Dokter anestesia dapat menunda atau menolak tindakan
anestesia bila hasil evaluasi pra-anestesia dinilai belum dan
atau tidak layak untuk tindakan anestesia.
2. Menentukan status fisis pasien
a. Status fisik mengacu pada klasifikasi ASA
b. Evaluasi jalan napas
3. Informed consent
a. Menjelaskan rencana tindakan anestesia, komplikasi dan risiko
anesthesia
b. Memperoleh izin tertulis dari pasien atau keluarga pasien.
c. Pedoman puasa pada operasi elektif

UMUR PADAT CLEAR SUSU


(JAM) LIQUIDS FORMULA
(JAM)

Neonatus 4 2 4

< 6 bulan 4 2 6

6-36 bulan 6 3 6

> 36 bulan 6 2 6

dewasa 6-8 2

4. Medikasi Pra Anestesi


a. Medikasi pra anestesia dapat diberikan sesuai kebutuhan,
antara lain obat golongan sedative-tranquilizer analgetic opioid,
anti emetik, H-2 antagonis.
b. Jalur pemberian dapat diberikan melalui oral, IV, IM, rektal,
intranasal.
5. Rencana pengelolaan pasca bedah
a. Menjelaskan teknik dan obat yang digunakan untuk
penanggulangan nyeri pasca bedah.
b. Menjelaskan rencana perawatan pasca bedah (ruang rawat
biasa atau ruang perawatan khusus).

PASCA
1. Dokumentasi (pencatatan dan pelaporan)
PROSEDUR 2. Hasil evaluasi pra anestesia didokumentasikan/dicatat secara
TINDAKAN lengkap di rekam medik pasien

TINGKAT I
EVIDENS
TINGKAT A
REKOMENDASI
INDIKATOR
90% pasien yang akan menjalani prosedur yang memerlukan
PROSEDUR pengawasan dokter anestesia maupun tindakan anestesia
TINDAKAN
KEPUSTAKAAN
1. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2015. SK NOMOR
HK.02.02/MENKES/251/2015 Tentang Pedoman Nasional
Pelayanan Kedokteran Anestesiologi dan Terapi Intensif. Jakarta:
Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Spesialis Anestesiologi dan
Terapi Intensif Indonesia
2. Kolegium Anestesiologi & Reanimasi Indonesia. 2008. Modul
Pendidikan Dokter Spesialis Anestesiologi dan Reanimasi. Bandung
: Kolegium Anestesiologi & Reanimasi Indonesia
Malang, Februari 2022
Diketahui,
Direktur RS Prima Husada Malang

dr. Ekowati. SKP., MMRS

Anda mungkin juga menyukai