com
lagi bagaikan orang yang tidak memiliki ilmu silat apa pun.
Sangat bertentangan dengan apa yang diceritakan oleh
ayahnya mengenai Sun-Lokai, seorang yang gagah perkasa
dan berwibawa serta memiliki ilmu silat yang sangat lihai.
“Kalau boleh tahu cianpwe hendak menuju kemana?”
“Kami hendak ke markas besar Kay-Pang” jawab Kok-
Bun-Liong.
“Kebetulan sekali, aku pun hendak menuju ke sana untuk
meminta bantuan mereka mengabarkan keadaanku kepada
ayah di Thai-San” kata Cin-Cin gembira.
“Kalau begitu sebaiknya kita pergi bersama-sama” kata
Kok-Bun-Liong.
Sun-Lokai menganguk-angguk tanda setuju.
--- 000 ---
Di bagian lain dari kota Peking nampak sepasang muda-
mudi berjalan menuju pusat kota. Ketampanan dan
kecantikan mereka mengundang decak kagum para pejalan
kaki lainnya, mereka tampak sangat serasi di pandang, yang
satu cantik yang lain tampan – benar-benar pasangan yang
sangat serasi.
Mereka adalah Li Kun Liong dan siau-Erl yang baru saja
tiba di kota Peking ini, bagaikan sepasang kekasih yang sedang
di mabuk cinta mereka tidak menghiraukan tatapan mata
oarang-orang yang lewat. Sorot mata siau-Erl bercahaya
berkilauan bagaikan mutiara, ia sangat berbahagia setelah
bertahun-tahun mencari Li Kun Liong akhirnya dapat
hampir sama dengan ilmu silat dan ilmu lainnya. Dalam hati ia
berniat mencoba gerakan siau-Erl yang berhasil ia tangkap
tadi.
Keluar dari warung makan mereka langsung menuju
markas besar Kay-Pang yang terletak di pinggiran sebelah
barat kota Peking. Sepanjang jalan mereka melihat kaum
persilatan mulai dari kaum tosu, pendeta, pengemis, pria
pertengahan, muda-mudi, dan lainnya berbondong-bondong
menuju markas Kay-Pang. Gelagatnya pertemuan kali ini tidak
kalah besarnya dengan perayaan ulang tahun ketua Bu-Tong-
Pai beberapa tahun yang lalu walau pun undangan yang
dibagikan sangat mendadak, bahkan partai-partai yang
letaknya sangat jauh tidak sempat di undang seperti partai
Thai-San-Pai
Markas besar Kay-Pang adalah sebuah gedung yang besar
dengan kubah di tengah-tengahnya sebagai tempat
berkumpulnya anggota Kay-Pang. Ruangan tersebut mampu
menampung ribuan orang anggota Kay-Pang sehingga sangat
cocok buat pertemuan kali ini. Walaupun bukan merupakan
bangunan baru namun untuk sebuah markas pusat Kay-Pang
jelas lebih dari cukup.
Nampak di pintu gerbang partai tersebut para pengemis
menyambut kedatangan para tamu yang berdatangan dan
mengarahkan mereka ke ruangan di tengah gedung. Para
tamu mereka layani dengan ramah dan disuguhi makanan-
minuman yang berlimpah, jauh dari kesan serba kekurangan
seperti yang dibayangkan sebagian dari mereka mengenai
pengemis Kay-Pang.
4. Lika-Liku Asmara
Sementara itu, sewaktu para tamu mengerumuni Sun-
Lokai, Li Kun Liong melihat kehadiran Cin-Cin di sebelah Kok-
Bun-Liong.
Dengan gembira, ia menghampiri dan mengamit lengan
Cin-Cin, merasa seseorang menjawil lengannya Cin-Cin
menoleh, dilihatnya wajah pria pujaan hatinya yang
tersenyum-senyum menatapnya. Sambil terbelialak kaget,
Cin-Cin berseru kegirangan “Liong-Ko, akhirnya aku berhasil
menemukanmu, kemana saja selama beberapa tahun ini, kok
tidak pernah mengunjungi Thai-San lagi, tahu tidak mengapa
aku sendirian tidak ada yang menemani” berondong Cin-Cin.
Sambil mengeleng-gelengkan kepalanya, Li Kun Liong
mengajak Cin-Cin sedikit menjauh dari kerumunan tersebut,
dalam hatinya ia tertawa melihat Cin-Cin yang masih tetap
ceplas-ceplos, tidak berubah sedikitpun.
tidak pucat seperti pagi tadi. Sedari tadi Li Kun Liong hanya
berusaha mengumpulkan keping-keping semangat yang
bertebaran. Kelelahan yang sangat baik fisik maupun rohani
mengayutinya sejak pertempuran tersebut, perlahan-lahan
dapat dikumpulkannya kembali. Dalam keadaan yang parah
dan dengan penuh ketabahan ia berupaya sedikit demi sedikit
memulihkan diri.
Dia lalu berusaha memasuki gua yang berada di belakang
air terjun tersebut, letaknya cukup tinggi dari permukaan
danau. Dalam keadaan biasa tentu bukan merupakan
kesulitan yang berarti untuk memasuki gua dengan ilmu pek-
houw-yu-ciang (cecak merayap di dinding) namun keadaannya
sekarang jauh dari sehat, jangankan mengerahkan ilmu,
mengerahkan tenaga sedikit saja sudah membuatnya meringis
kesakitan. Sadar akan kemampuan dirinya saat ini, Li Kun
Liong membatalkan niatnya berdiam di dalam gua tersebut.
Dia akhirnya bermalam di langit terbuka di balik semak-semak
pepohonan.
Hampir satu bulan Li Kun Liong menetap di hutan
tersebut dan selama ini belum pernah ia bertemu sesama
manusia lainnya, mungkin karena letaknya yang jauh ke dalam
membuat tempat ini terasing dari dunia luar. Luka-luka luar
sudah sebagian besar sembuh namun luka dalamnya belum
sembuh secepat luka luarnya, dibutuhkan waktu sekitar enam
bulan lagi untuk pulih sedia kala. Obat-obatan yang
dibawanya sangat membantu pemulihan dirinya.
Sementara itu, dia sudah mampu memanjat gua di balik
air terjun tersebut. Pintu masuk gua tersebut tidak begitu
yangdideritanyamulaipulihseluruhnya
,bahkantenagadalamnyabertambahkuatdarisebelumnya .Ia
merasa sangat girang, selama ini memang kelemahannya
terletak dalam hal tenaga dalam, dari segi ilmu silat ia sudah
mencapai
kesempurnaan.Penemuaninibagaikanpucukdicintaulamtiba.
6.DedengkotSilat
Setelahmerasapulihseutuhnya, Li
KunLiongmemutuskankeesokanharinyameninggalkantempatin
inamunsebelummeninggalkangua
,iabarumerasatertarikuntukmenjelajahibagaindalamguaterseb
ut .
Dariruanganberbentukkubahdimanaiatinggalselamainiterdapa
tdualorongmenujukebagiandalamgua ,
yangsatukekanansedangkan yangsatunyalagikekiri .Dia
memutuskan menuju ke kanan, menuju ke arah atas gua.
Perjalanan menuju ke arah lorong di sebelah kanan
ruangan tadi ternyata mengantar dirinya menuju ruangan
kedua. Hampir tak ada beda kondisi kedua ruangan tersebut.
Terdengar beberapa tetesan air yang jatuh. Lorong makin
menyempit dan membuat gerah tubuh. Tapi kelihatannya
sistem gua mulai mengantarkannya ke arah yang lebih tinggi.
Tiba di beberapa kelokan akhirnya dia menemukan sebuah
ruangan ketiga, lebih kecil dari kedua ruangan terdahulu. Di
dalam ruangan ini keadaan adalah sejuk dan nyaman, dan
mempunyai pemandangan yang menakjubkan. Tampak
11. Epilog
Di depan sebuah gubuk di atas tebing sungai Yangtze
dengan kehijauan rimbunan pepohonan hutan yang masih asli
diselingi gemericik derasnya air sungai nan jernih dengan
hawa sejuk berlatar pegunungan Lu-Shan, menambah
indahnya alam. Saat itu rintik-rintik gerimis membasahi bumi.
Pemandangan itu sangat indah. Keindahannya terutama
perpaduan sungai, pemandangan bebatuan di sungai, yang
bagaikan batu-apung yang membentuk hiasan alam secara
alamiah. Kalau berkabutpun tetap indah, karena kabut itu
seakan menjadi tabir-alam yang tampaknya sangat halus
bagaikan sutera kekelabuan. Kalau ada matahari lain lagi
––––––––
TAMAT