Anda di halaman 1dari 124

BUNGA RAMPAI

HASIL PENELITIAN DI KAWASAN TRANSISI


BENTANGLAHAN GUNUNGAPI SUMBING DAN
GUNUNGAPI KULONPROGO
"Productive Conservation of Land Resources"

Diseminasi Hasil Penelitian Terapan Unggulan


Perguruan Tinggi (PTUPT) 2022
BUNGA RAMPAI

Hasil Penelitian di Kawasan Transisi


Bentanglahan Gunungapi Sumbing dan
Gunungapi Kulonprogo

"Productive Conservation of Land Resources"

Diseminasi Penelitian Terapan Unggulan


Perguruan Tinggi
(PTUPT)
2022
Magelang, Jawa Tengah, Indonesia
4 Agustus 2022

Productive Conservation of Land Resources 2022 I i


BUNGA RAMPAI
Hasil Penelitian di Kawasan Transisi
Bentanglahan Gunungapi Sumbing dan
Gunungapi Kulonprogo
"Productive Conservation of Land Resources"
Diseminasi Penelitian Terapan Unggulan Perguruan Tinggi
(PTUPT)
2022
Hak Cipta
© PUSAT STUDI PENGELOLAAN SUMBER DAYA LAHAN UGM

Penyunting
Prof. Dr. rer.nat. Junun Sartohadi, M.Sc.
Dr. rer.nat. M. Anggri Setiawan, M.Si.
Dr. Ngadisih, M.Sc.
Rina Purwaningsih, S.Si., M. Sc.
Amir Noviyanto, S.P., M. Sc.
Trisari Mujilestari, S.P.

Ilustrator Sampul
Dr. Eng. Guruh Samodra, M.Sc
Santika Purwitaningsih, S.T., M.Sc.

Tata Letak
Natasha B. C. Abolla, S.P., M.Sc.
Bardhian Aji Cahyo Gumilang, S.P.
Anisya Turrodiyah, S.P.

Diterbitkan oleh
PUSAT STUDI PENGELOLAAN SUMBER DAYA LAHAN UGM
Alamat :
Gedung Tejoyuwono lt 4, Komplek Kuningan Jl. Colombo Yogyakarta, Karang Malang,
Caturtunggal, Kec. Depok, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta 55281
Email :
ps2dl@ugm.ac.id

Cetakan ke I, 4 Agustus 2022


Ukuran buku B5
113 Halaman

Productive Conservation of Land Resources 2022 I ii


Mengelola ancaman bencana untuk
meningkatkan kesejahteraan
masyarakat

Junun Sartohadi, 2022

Productive Conservation of Land Resources 2022 I iii


KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa sehingga dapat
menyelesaikan Bunga Rampai Hasil Penelitian di Kawasan transisi Bentanglahan
Gunungapi Sumbing dan Gunungapi Kulonprogo. Penelitian yang telah dilakukan sejak
tahun 2015 hingga sekarang sudah menghasilkan puluhan bahkan lebih dari hasil temuan
khususnya di DAS Bompon dan sekitarnya. Tujuan penelitian adalah untuk mengurangi
Risiko Bencana yang terjadi di wilayah Magelang khususnya di DAS Bompon dan
sekitarnya. Selama ini, penelitian dilakukan oleh kelompok peneliti TRANSBULENT
(Transition of Natural Processes in the Buit-up Environment) yang berasal dari berbagai
disiplin ilmu dan bekerjasama dengan beberapa pihak. Bahwa penelitian di Transbulent
sebagian besar dilakukan dalam rangka memenuhi tugas akhir penelitian di jenjang
S1/S2/S3.
Hasil-hasil penelitian dapat berupa temuan hal baru dan/atau penyempurnaan dari
temuan-temuan sebelumnya. Kumpulan hasil penelitian dari tahun 2015 hingga sekarang
dapat digunakan sebagai acuan dan informasi dalam penentuan kebijakan ditingkat
Pemerintah Desa maupun Pemerintah Daerah Kabupaten Magelang. Hasil penelitian ini
juga diharapkan sebagai dasar utama untuk penelitian selanjutnya agar terus berkembang
dan bermanfaat dalam menciptakan lingkungan yang lestari. Penelitian yang telah
dilakukan tentunya tidak luput dari peran aktif dari kelompok masyarakat yang tinggal di
sekitar DAS Bompon, baik dalam hal penyambutan peneliti, diskusi interaktif dengan
peneliti, dan praktik-praktik transfer keilmuan dengan peneliti. Terakhir, kami
mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah berkontribusi selama proses
penyelesaian Bunga Rampai ini.
Bunga rampai ini merupakan bentuk nyata dari hasil kumpulan penelitian yang
sudah dilakukan selama tahun 2015 hingga saat ini. Tidak hanya terbatas dari Universitas
Gadjah Mada saja yang meneliti di DAS Bompon, namun terdapat Universitas lain yang
ikut meneliti dengan berbagai alasan salah satunya adalah keunikan lokasi DAS Bompon.
Keikutsertaan Universitas lain dalam meneliti DAS Bompon tentunya tidak luput dari
peranan peneliti TRANSBULENT dalam mempublikasikan seluruh kegiatan dalam forum
ilmiah di tingkat Nasional dan Internasional. Fokus penelitian yang dijabarkan di dalam
katalog ini bertemakan “Pengurangan Risiko Bencana Kekeringan, Erosi, Tanah Longsor
Melalui Pengendalian Limpasan Air Hujan Dari Kawasan Pemukiman dan Lahan
Pertanian di Zona Bentanglahan Transisi Gunungapi Kuarter Sumbing dan Gunungapi
Tersier Kulonprogo, Magelang, Jawa Tengah”. Kami menyadari bahwa dalam penyusunan
bunga rampai ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih banyak kekurangan. Oleh
karena itu, kami berharap pembaca dapat memberikan kritik dan saran yang membangun.

Productive Conservation of Land Resources 2022 I iv


DAFTAR ISI

iv K A T A P E N G A N T A R
v DAFTAR ISI
1 ABSTRAK PENELITIAN:
2 Spatial Patterns of Soil Characteristics and Soil Formation in the transitional landscape zone, central part of Bogowonto Catchment, Java,
Indonesia
Nur Ainun Harlin Jennie Pulungan
4 Incorporating Landslide Susceptibility in Land Rehabilitation (A Case Study: In Middle Part of Kodil Watershed, Central Java, Indonesia)
Agung Rusdiyatmoko
5 Kajian Digital Elevation Model Terhadap Potensi Longsorlahan di Sub DAS Kodil Bagian Tengah
Dwita Nur Restiani
6 Analisis Perubahan Cadangan Karbon Vegetasi di Wilayah Rawan Longsor Menggunakan Pemodelan Cellular Automata Studi Kasus : Sub
DAS Kodil, Kabupaten Purworejo
Annisa Pambudhi
7 Kesiapsiagaan Masyarakat Terhadap Kerawanan Tanah Longsor di DAS Bompon Kabupaten Magelang
Resi Sadewa Permana
8 Analisis Posisi dan Orientasi Bangunan untuk Penilaian Risiko Longsor Melalui Interpretasi Foto Udara Format Kecil 2D (Studi Kasus di
DAS Bompon Kabupaten Magelang)
Boby Setyawan
9 Membangun Metode Identifikasi Longsor Berbasis Foto Udara Format Kecil di DAS Bompon, Magelang, Jawa Tengah
Heni Masruroh
1 0 Pemanfaatan Foto Udara Format Kecil untuk Analisis Rawan Longsor pada Lahan Vegetasi Kelapa (Cocos nucifera L) dan Sengon (Albizia
falcataria L) di Sub DAS Bompon, Magelang, Jawa Tengah
Melisa P. Todingan
1 1 Pemodelan Debit Aliran DAS Bompon, Kabupaten Magelang Menggunakan Metode Rasional Modifikasi
Mega Yulisetya W
1 2 Pemanfaatan Foto Udara Tegak & Condong Format Kecil Menggunakan UAV Untuk Identifikasi Longsor di Sebagian DAS Bompon, Kabupaten
Magelang
Dony Octa Setyawan

1 3 Keterdapatan Sensitive Clay Pada Lokasi Longsorlahan di DAS Bompon, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah
Yoesep Budianto
1 4 Neraca Air Secara Hidrometeorologis di Sub DAS Kodil DAS Bogowonto
Herlin Natalia Dewi
1 5 Pemetaan Rumah Rentan Longsor dan Rentan Tertimbun Longsor di Daerah Aliran Sungai Bompon, Kabupaten Magelang
Muhammad Geyn Noveberian & Junun Sartohadi
1 6 Integrasi Metode Geofisika Dan Geokimia Untuk Investigasi Material Dan Mekanisme Longsor Tipe Rotational Slide di DAS Bompon,
Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah
Elok Surya Pratiwi
1 7 Penentuan Zonasi Detail Bahaya Longsor Menggunakan Data Uav di Sub DAS Bompon Kabupaten Magelang Provinsi Jawa Tengah
Rini Meiarti
1 8 Sebaran Spasial Hasil Proses Erosi Parit (Gully Erosion) Yang Berkembang di DAS Bompon Kabupaten Magelang Provinsi Jawa Tengah
Desy Arisandi
1 9 Efektivitas Teknik Konservasi Dalam Pengendalian Erosi Sebagai Upaya Pengelolaan Das dengan Pendekatan Geomorfologi (Kasus Das
Bompon Kabupaten Magelang Provinsi Jawa Tengah)
Garri Martha Kusuma
2 0 Aplikasi SWAT untuk Simulasi Nilai Kesetimbangan Air pada Penggunaan Lahan Kebun Campuran di Sebagian DAS Bompon Kabupaten
Magelang
Robiatul Udkhiyah
2 1 Pengaruh Jenis Penutup Lahan Sebagai Akibat dari Aktivitas Manusia dalam Memanfaatkan Lahan Terhadap Kejadian Longsor di DAS Kodil
Febrian Maritimo

Productive Conservation of Land Resources 2022 I v


2 2 Pemetaan Geomorfologi Detail Menggunakan Teknik Step-Wise-Grid di Daerah Aliran Sungai (DAS) Bompon Kabupaten Magelang, Jawa
Tengah
Rizal Faozi Malik

2 3 Perhitungan Erosi Tanah dan Hasil Sedimen Menggunakan Model Watem/Sedem di DAS Bompon Kabupaten Magelang Jawa Tengah
Nur Rochim

2 4 Estimasi Kehilangan Tanah Aktual Terkait Pengaruh Vegetasi di DAS Bompon


Rusma Prima Rokhmaningtyas

2 5 Analisis Cadangan Karbon Atas Permukaan ada Kebun Campuran di DAS Bompon dengan Pendekatan Sistem Dinamik
Ratih Winastuti

2 6 Faktor yang Berpengaruh Terhadap Tingkat Kerapatan Erosi Parit di DAS Kaliwungu
Surya Sabda Nugraha

2 7 Dinamika Erosi dan Sedimentasi pada Penggal Lereng DAS Kaliwungu, Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah
Ghina Nur Fithriana

2 8 Kajian Stabilitas Lereng Kawasan Longsor di Sub-DAS Bompon Kabupaten Magelang


Zulhana Pamungkas

2 9 Karakter Fisik dan Mekanik Akar Sengon (Albizia Falcataria) dan Dampaknya Terhadap Stabilitas Lereng
Arifin Ardianto

3 0 The Evaluation of Modified Productivity Index Method on the Transitional Volcanic-Tropical Landscape
A P Sambodo, M A Setiawan and R P Rokhmaningtyas

3 1 Pemetaan Karakteristik Mataair Saat Musim Kemarau di Sub DAS Bompon, Kabupaten Magelang Provinsi Jawa Tengah
Fadli Pradana

3 2 Pengukuran Erosi Aktual pada Penggunaan Lahan Tegalan dan Kebun Campuran Studi Kasus : DAS Bompon, Kecamatan Kajoran, Jawa
Tengah
Altra Mainil Ilham, Cakra Haji, Diah Permatasari, Kurnia Illahi, Melki Agestira, Muhammad Arifin, Risky Fadillah, Siska
Mutiara, Sri Ayu Novriawati, Yumita Sufitri, Endah Purwaningsih, Widya Prarikeslan

3 3 Kajian Biomassa Pohon pada Longsor Aktif di Bagian Hilir DAS Bompon Magelang Jawa Tengah
Gilang Samudra, Rido Koja, Yulia Nanda, Tri Oktaviani, Fitri Dayanti, Devi Irmayani Saiser, Weni Putri, Debi Gautama,
Ifan Wahyudi, Fadillah Ahmad, Yesryl Nela Frendos, Azhari Syarief

3 4 Industri Kreatif di Dusun Bompon dan Dusun Ngemplak Desa Wonogiri Kecamatan Kajoran Kabupaten Magelang Jawa Tengah
Cakra Buana Israq, Debi Arif Budiman, Dewita Afriani, Disha Elphasena, Elsi Agusri Dewi, Ghinna Rahmatania, Idris
Afandy, Rahmad Ramadhan, Raudatul Husna, Riang Wirastin Harefa , Zurialdi, Sri Mariya, Paus Iskarni

3 5 Penilaian Tingkat Risiko Tanah Longsor pada Penggalan Lahan DAS Bompon Magelang Jawa Tengah
Tuti Rezky, Fakhrul Walad, Eko Satria Permana, Lucia Nita Sri Ratna, Rivo Saputra, Fithratul Ashrafi, Septia Devi, Riri
Permata Sari, Izzatul Mujahidah, Selfia Zalna, Triyatno

3 6 The Ecological Perspective of Landslides at Soils with High Clay Content in the Middle Bogowonto Watershed, Central Java, Indonesia
Junun Sartohadi, Nur Ainun Harlin Jennie Pulungan, Makruf Nurudin, and Wahyudi Wahyudi

3 7 Analisis Multi-skala Perencanaan Konservasi Tanah Dengan Model GeoWEPP di DAS Bompon, Jawa Tengah
Zulhan Effendy

3 8 Karakteristik Morfologi Erosi Pipa (Pipe Erosion) di Sebagian DAS Bompon Kabupaten Magelang, Jawa Tengah
Bayu Bima Yusufa

3 9 Karakteristik Kesuburan Fisik Tanah Permukaan di Longsorlahan Tidak Aktif DAS Bompon Kabupaten Magelang, Jawa Tengah
Zulfa Sirlina Rofi Istiqomah

4 0 Pemetaan Stabilitas Agregat Tanah Permukaan di Sub DAS Kaliwungu, Magelang, Jawa Tengah
Vinda Indriastuti

4 1 Variasi Redistribusi Bahan Organik Akibat Erosi pada Penggal Lereng sub DAS Kaliwungu
Yuli Widyaningsih

4 2 Karakteristik Lereng Erosi pada Bentuk Penggunaan Lahan Kebun Campur dan Tegalan di Sub DAS Kaliwungu, Kajoran, Magelang
Yuli Agnes Karmila

4 3 Kualitas Struktur Tanah pada Setiap Bentuklahan di DAS Kaliwungu


Adhera Sukmawijaya

4 4 Pola Distribusi Keruangan Erosi Parit DAS Kaliwungu, Magelang, Jawa Tengah
Irvan Luthfi Ryadi

4 5 Analisis Tingkat Erosi Setiap Satuan Lahan di Sub DAS Kodil


Siti Barrirotun Nafiah

4 6 Konservasi Mataair untuk Memenuhi Kebutuhan Air Domestik pada Musim Penghujan di Sub DAS Bompon, Kabupaten Magelang, Provinsi
Jawa Tengah
Dalvin Savero

Productive Conservation of Land Resources 2022 I vi


4 7 Teknik Penanggulangan Bencana Kekeringan di Sub DAS Bompon Desa Margoyoso dengan Metode Trans Basin Dari Mataair Sub DAS
Kaliwungu Desa Kaliabu, Kecamatan Kajoran, Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah
Wahyudi Wisaksono

4 8 Strategi Pengelolaan Kekeringan Masyarakat Sub DAS Bompon di Lereng Kaki Vulkanik Pegunungan Sumbing
Hanafi, Fahrudin, Juhadi, Sigit Bayhu Iryanthony, Awanda Rais Hakeem, Dinda Putri Rahmadewi, Fitriyani

4 9 The Existence of Socio-Cultural Value in Bompon Watershed Community in Globalization Era


Thriwaty Arsal, Suyahmo, Puji Hardati, Sunarjan

5 0 Geospatial-Interface Water Erosion Prediction Project (GeoWEPP) application for the planning of Bompon Watershed conservation-
prioritized area, Magelang, Central Java, Indonesia
Z Effendy, M A Setiawan, D Mardiatno

5 1 Identifikasi Sifat Kimia Tanah pada Longsor Aktif dan Longsor Inaktif (Dormant) di Desa Margoyoso Kecamatan Salaman Kabupaten
Magelang Jawa Tengah
Dian Adhetya Arif, Fitri Aji, Afifu Rahman, Ratna Wahyu Kusuma Arum

5 2 Community Participation on Water Resources Management in the Drought Prone Area (A Case Study from Wonogiri Village, Central Java,
Indonesia)
Elok Surya Pratiwi, Juhadi, Edy Trihatmoko, Junun Sartohadi, Raulendhi Fauzanna, Arif Khoir Mahmud

5 3 Penerapan Model Statistik Multivariat dalam Studi Kerawanan Longsorlahan di Daerah Aliran Sungai Kodil, Jawa Tengah
Elok Surya Pratiwi dan Danang Sri Hadmoko

5 4 Karakteristik Erosi-Sedimentasi di Kawasan Lereng Gunungapi pada Penggunaan Lahan Berbeda (Kasus di DAS Bompon, Kabupaten
Magelang Provinsi Jawa Tengah)
La Ode Hadini

5 5 Penilaian Kerentanan Fisik Rumah Terhadap longsor Berdasarkan Interpretasi Foto Udara Format Kecil di Sub DAS Bompon, Kabupaten
Magelang
Trida Ridho Fariz

5 6 Analisis Risiko Bencana Kekeringan di DAS Bompon Kabupaten Magelang Provinsi Jawa Tengah
Maulida Rahmi

5 7 Pemetaan Tanah HAHT (Human Altered-Human Transported) pada Skala Detail di Sub DAS Bompon
Ahmad Fauzan Adzima

5 8 Kajian Sifat Fisik Tanah pada Daerah Rawan Longsor di Sub DAS Bompon, Kecamatan Kajoran, Kabupaten Magelang
Wd. Asryanti Wida M

5 9 Pendekatan Morfologi dan Morfodinamika Bekas Longsor Untuk Penilaian Tingkat Aktivitas Proses Longsor di Sub-DAS Bompon
Ramlah

6 0 Teknik Penginderaan Jauh dan Geofisika untuk Pemodelan 3-Dimensi dan Estimasi Volume Longsor di Sub-DAS Bompon, Magelang, Jawa
Tengah
Fatah Yogo Yudhanti

6 1 Analisis Penilaian Potensi Kerugian Lahan Sawah Berbasis Bidang Lahan di Wilayah Rawan Longsorlahan Sub DAS Bompon Kabupaten
Magelang
Ardhi Arnanto

6 2 Klasifikasi Tanah Partisipatif untuk Pemetaan Skala Detail pada Sebuah Penggal Lereng DAS Bompon, Kabupaten Magelang
Noviyanti Listyaningrum

6 3 Permeabilitas Tanah pada Berbagai Kemiringan dan Penggunaan Lahan di sub-DAS Bompon, Magelang
Singgih Prihatmaja Putra

6 4 Tingkat Erosi Alur pada Bidang Olah Teras di Tegalan Tanaman Ketela Pohon Sub-DAS Bompon, DAS Bogowonto
Pradhipta Sandra R

6 5 Analisis Pola Spasial dan Pengaruh Pemadatan Tanah Lapisan Bawah (Studi Kasus di Area Sawah DAS Bompon Kabupaten Magelang)
Nourma Linda Isnastuti

6 6 Kajian Erosi dan Sedimentasi pada Lahan Bervegetasi Ketela Pohon di Sub-DAS Bompon, Magelang
Kadek Arip Kurniawan

6 7 Perkembangan Tanah pada Katena Sub-DAS Bompon, Magelang


Muhammad Rizki Demasanto

6 8 Dinamika Erosi Tanah pada Area Longsorlahan Aktif di DAS Bompon, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah (Kasus Longsor Besar di Bagian
Hilir DAS Bompon)
Athiya Al Haq

6 9 Penilaian Potensi Runtuhan Tanah Klei Sensitif pada Lokasi Longsorlahan di DAS Bompon, Kabupaten Magelang
Dita Wulandari

Productive Conservation of Land Resources 2022 I vii


7 0 Kehilangan Tanah Permukaan dan N Akibat Proses Erosi pada Lahan Pertanian Kebun Campur Sub-DAS Bompon, Magelang
Dinda Wahyu Apriliyana

7 1 Strategi Konservasi Lahan Ketela Pohon melalui Analisis Kesesuaian Lahan di Sub-DAS Kaliwungu, Kajoran, Magelang
Annes Rani Marshelia

7 2 Evaluasi Kualitas Tanah pada Lahan Tegalan, Kebun Campur, dan Sawah di Sub-DAS Kalibuthek, Das Bogowonto
Ryan Cantona Pambudi

7 3 Infiltrasi Tanah di Bawah Tegakan Sengon, Kelapa, dan Lahan Terbuka pada Kebun Campur di Kuwaderan, Kajoran, Magelang
Vaya Noorrachmi Sampurno

7 4 Pengendalian Sedimentasi Sungai dengan Penerapan Teknik Ekohidraulik pada Sub DAS Bompon, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah
Maola Maqdan

7 5 Pengelolaan Sumberdaya Tanah Berkelanjutan di Area Sawah Sub DAS Bompon, Magelang
Ajun Prayitno

7 6 Karakteristik Morfologi Tanah dan Lapisan Klei Sensitif pada Tiga Longsor Aktif di Sisi Selatan Gunungapi Sumbing, Jawa Tengah
Amir Noviyanto

7 7 Studi Dinamika Erosi Pada Lahan Terbangun di DAS Bompon Provinsi Jawa Tengah
La Ode Abdul Sadri

7 8 Integrasi Metode Foto udara, GNSS dan Seismik Refraksi Untuk Identifikasi Karakteristik Retakan Permukaan Pada Area Longsor Kalisari,
Sub DAS Bompon, Magelang, Jawa Tengah
Alvince Patanduk

7 9 Model Tanaman Kebun Agroforestri Pada Lahan Bekas Longsor di Sub DAS Kaliwungu Kabupaten Magelang
Rina Purwaningsih

8 0 Formulasi Neraca Sedimen DAS Bompon, Kabupaten Magelang Berdasarkan Simulasi Model Soil Water Assesment Tool (SWAT)
Dwi Wahyu Arifuddiin Najib

8 1 Karakteristik Fisika Tanah di Mahkota Longsor Pada Berbagai Tipe Aktivitas Longsor di Sub-DAS Bompon, Magelang
Anggih Juniatmoko

8 2 Indeks Status Kerusakan Tanah untuk Produksi Biomassa Pada Berbagai Janis Penggunaan Lahan di Sub-DAS Bompon, Magelang
Muhammad Defri Nurfahmi

8 3 Stabilitas Agregat Tanah pada Berbagai Kemiringan Lereng dan Tipe Penggunaan Lahan di Sub DAS Bompon, Magelang
Bima Janitra

8 4 Kajian Laju Infiltrasi pada Berbagai Kemiringan Lereng dan Penggunaan Lahan pada Musim Kemarau di Sub - Das Bompon, Magelang
Muhammad Afif Darmawan

8 5 Penilaian Tingkat Perkembangan Tanah pada Setiap Satuan Lereng Sepanjang Katena di Penggunaan Lahan Tegalan Sub-DAS Kaliwungu,
Kajoran, Magelang
Charina Wijayanti

8 6 Karakteristik Kehilangan Nitrogen dan Fosfor di Daerah Aliran Sungai Bompon, Kabupaten Magelang
Berlian Absal Delweis

8 7 Aplikasi Model Swat (Soil and Water Assesment Tool) untuk Mengetahui Besar Nitrogen dan Fosfor Pada Aliran Permukaan di DAS Bompon
Nurisa Fajri Wijayanti

8 8 Increasing the Efficiency of Detailed Soil Resource Mapping on Transitional Volcanic Landforms Using a Geomorphometric Approach
Ahmad Priyo Sambodo and Tanwa Arpornthip

8 9 Estimation of peak discharge using a rational method in Kodil Sub-Watershed, Purworejo Regency, Central Jawa
Sudaryatno, N Rahardjo, Winanda, S Y Saputri

90 Impacts of climate change and ENSO impact on water availability for agriculture in Central Java, Indonesia
Ayu Dyah Rahma

9 1 Identifikasi Erosi Parit Penyebab Longsor di Kawasan Transisi Bentanglahan Gunungapi Sumbing-Gunungapi Kulonprogo Berbasis
Interpretasi Foto Udara Format Kecil
Dinda Wahyu Apriliyana

9 2 Perubahan Morfologi dan Estimasi Kerugian Finansial Sebuah Longsor aktif Menggunakan Data Orthophoto Unmanned Aerial Vehicle (UAV)
Siska Amelia

9 3 Pemodelan Spasial Bahaya Longsor Ruas Jalan Salaman – Bener Kabupaten Magelang Berdasarkan Respon Curah Hujan
Haris Sri Purwoko

9 4 Penilaian Kerawanan Longsor Berdasarkan Tipologi dan Implementasinya dalam Mitigasi Bencana (Studi Kasus: Kabupaten Magelang)
Nourma Linda Isnastuti

Productive Conservation of Land Resources 2022 I viii


9 5 Perencanaan Tata Guna Lahan untuk Pengembangan Pertanian Berdasarkan Evaluasi Lahan di Sub-DAS Bompon, Magelang
Rismananda Anggita Purnamasari

9 6 Pengaturan Jenis dan Tata Letak Tanaman pada Lahan Bekas Longsor sebagai Upaya Konservasi Berbasis Vegetatif di Sub-Das Bompon,
Magelang
Royana Khurri Rusdi

9 7 Distribusi Karakteristik dan Satuan Tanah di Bagian Hulu Sub-DAS Bompon, Magelang
Muhammad Syaiful Yahya

9 8 Analisis Aktivitas Longsor, Posisi Lereng, dan Pemanfaatan Lahan untuk Karakterisasi Sifat Fisik Tanah Permukaan pada Kawasan
Endapan Longsor di Sub-DAS Bompon, Magelang
Heni Ratna Sari

9 9 Kajian Perkembangan Tanah di Hulu Bagian Barat Sub-Das Bompon, Magelang


Rusdi Al Rosid Ilham Permana

1 0 0 Ketersediaan Air untuk Tanaman pada Lahan Bekas Longsor di Sub DAS Bompon, Magelang
Hanifah Luthfi Aliyyah

1 0 1 Analisis Lahan dan Karakterisasi Tanah Untuk Penilaian Potensi Reaktivasi Longsor di Sub-DAS Bompon, Magelang
Febrina Dyah Prastiwi

1 0 2 Kajian Erodibilitas pada Berbagai Penggunaan Lahan dan Kemiringan Lereng di Sub-DAS Bompon, Kabupaten Magelang
Ananda Iqbal Hibatullah Mughni

1 0 3 Pengaruh Penterasan Lahan pada Berbagai Penggunaan Lahan terhadap Sifat Fisika Tanah di Sub-DAS Bompon, Magelang
Ramadhani Nur Zaenningrum

1 0 4 Analisis Pola Sebaran Tanah Longsor dengan Geoinformasi Sebagai Upaya Mitigasi di Kecamatan Borobudur, Magelang
Hudha Nurhani

1 0 5 Variasi Spasial Ambang Batas Curah Hujan Berbasis Data Satelit Terhadap Kejadian Longsor di Kabupaten Magelang
Yenni Roshallina

1 0 6 Efektivitas Proklim Dalam Pengendalian Longsor Secara Vegetatif di Kampung Iklim Desa Sambak, Kecamatan Kajoran, Kabupaten
Magelang
Erny Wibawanti

1 0 7 Laju Evapotranspirasi Tanah Lempung Dengan Tanaman Tumpangsari Jagung-Kacang Tanah pada Tiga Zona Lereng di Sub-DAS Bompon,
Jawa Tengah
Arif Yudo Krisdianto

1 0 8 Aplikasi Biochar Untuk Mengurangi Erosi pada Lereng Terjal dengan Kandungan Lempung dan Intensitas Hujan Tinggi
Surya Sabda Nugraha

1 0 9 Posisi Lereng Sebagai Faktor Keenam Penentu Erosi Tanah di Zona Transisi Bentanglahan Gunungapi Kwarter-Tersier, Jawa Tengah,
Indonesia
Pramasti Dyah Nhindyasari

1 1 0 Kajian Konservasi Rorak pada Lahan Ketela Pohon di Sub-DAS Bompon, Magelang
Trisari Mujilestari

1 1 1 Penggunaan Contoh Tanah Terusik dan Tak Terusik dalam Menyidik Keterdapatan Klei Sensitif pada Berbagai Tingkatan Keaktifan Longsor
Erina Yustika Sari

1 1 2 Sebaran Kualitas Tanah pada Tingkat Kelerengan dan Penggunaan Lahan yang Berbeda di Sub-DAS Bompon Magelang
Damasus Wahyu Kurnia

1 1 3 Perhitungan Nilai Ambang Batas Erosi dengan Metode Modified Productivity Index di Daerah Aliran Sungai Bompon Kabupaten Magelang,
Jawa Tengah
Ahmad Priyo Sambodo

Productive Conservation of Land Resources 2022 I ix


ABSTRAK PENELITIAN

HASIL PENELITIAN DI KAWASAN TRANSISI


BENTANGLAHAN GUNUNGAPI SUMBING & GUNUNGAPI
KULONPROGO

Productive Conservation of Land Resources 2022 I 1


Spatial Patterns of Soil Characteristics and Soil Formation in
the Transitional Landscape Zone, Central Part of Bogowonto
Catchment, Java, Indonesia
Nur Ainun Harlin Jennie Pulungan
2013
S3 Geography, Innsbruck University, Austria
Pembimbing:
Professor Johann Stötter, Assoc.Professor Clemens Geitner; Prof. Dr. rer. nat. Junun
Sartohadi, M.Sc.

This research focuses on evaluating the spatial patterns of soil characteristics


and soil formation in the transitional zone of Sumbing Quaternary Volcanic,
Menoreh Tertiary Volcanic, and Halang Tertiary Structural systems. The
objectives of this research are: to identify the spatial pattern of soils in the
study area, to characterize the soil parent materials and the soils in the study
area, and to evaluate the soil formation and the soil development in the study
area. The knowledge gaps raised in this research are: (i) the relationship
between soil formation and landscape system; (ii) the influence of relief in soil
profile development and in soil formation cycle; (iii) the influence of slope
surface processes in soil profile development of hilly areas;(iv) the
consideration of slope deposit as soil parent material; (v) the anthropogenic
influence on surface soils and its consequences for soil redistribution. We
applied survey method supported with soil sampling. We analyzed the samples
both qualitatively in the field and quantitatively in the laboratory. The
sampling area is the central part of Bogowonto catchment. The catchment area
was chosen because the area have various factors and processes which are
significant to influence the soil formation and the soil development in the
study area. The soil sampling method applied on this field investigation was
purposive sampling according to soil-scape system. There were totally 43
pedons selected based on landform segmentations. There were 16 pedons
sampled for residual soils analysis. There were 27 pedons sampled for
redistributed soils analysis; contained by 11 pedons of landslide deposit and 16
pedons of human induced-soil. We conducted soil properties analyses i.e.
morphological, physical, chemical, and mineralogical for data analysis,
followed the standard of Soil Survey Laboratory Methods Manual (2004). We
also conducted quantitative assessment of the degree of soil profile
development. Two ways were applied on this assessment: (i) Ratio of soil
organic matter (SOM); (ii) Ratio of percentage of clay. We used descriptive-
statistic analysis to interprete the soil properties data. We applied spatial
analysis to simplify the spatial patterns of phenomenon in the landforms. The
results show that the soil variation in the transitional landscape zone is not
sufficient to be discussed through the catena concept of single slope. It is
because the catena concept only provides two dimensional descriptions of soils
along the slope transect. However, to explain the soil variation in the
transitional landscape zone needs a concept which describes the configuration
and arrangement of a landscape. The soil-scape concept is better applied on
explaining the soil variation in a transitional landscape zone. As the
transitional landscape zone, the study area spatially consists of short sequences
of hill slopes with the possibility of various soil parent materials along the
slopes, complex reliefs, as well as intensive slope surface processes.
Consequent. Consequently, there is no sequential pattern of soil
characteristics along the upper, middle, and lower parts of the study area in

Productive Conservation of Land Resources 2022 I 2


the regional scale. This is due to the fact that relief condition in the
transitional landscape zone is not laid sequentially from the upper to the lower
parts. The soil variation in the study area is more influenced by the types of
soil parent materials and relief condition, rather than the slope position. xi
The other results show that the soil formation in this study does not only
consider the weathering of parent rock to perform the soil parent materials. It
also considers the other processes supporting the soil parent materials
deposition such as hydrothermal alteration, burial process, and anthropogenic
process. It is commonly found that the soil formation is always started by
parent rock weathering. However, a contrary occurrence is found that in some
location the soil formation is also controlled by the parent rock alteration due
to hydrothermal effect. Overall, the residual soils may develop from various
soil parent materials such as weathered parent rock materials, weathered
volcanic ash materials, and altered parent rocks materials. The differences of
weathered parent materials and altered parent rock materials have reddish to
orange color. Texture of soils developed on weathered parent rock materials
show less than 30% of clay content, whereas, texture of soils developed on
altered parent rock materials show much higher clay content, at most > 60%.
Soils developed on weathered parent materials have medium to high CEC value
that is 20- 70 me/100gr indicating the clay type of illite and montmorrillonite.
The illite is dominated by partial substitution of aluminium and silicate due to
weak K-bonding among the alumino-silicate layers. However, the
montmorillonite has weak oxygen bonding that is easily substituted. In the
formation of montmorillonite, the alumino (Al3+) is mostly substituted by
Mg2+. Consequently, these clay types result in the excess negative charge, and
thus cause the high capability of exchanging and binding cations leads to the
high base saturation. In contrast, soils developed on altered parent materials
have much lower CEC value that is < 10 me/100gr indicating the clay type of
kaolinite. This low CEC is followed by a fewer amount of exchangeable cations
because the kaolinite is dominated by hydrolysis that cause the replacement of
cation bases by the ion H+ . Consequently, this type of clay results in low
capability of exchanging and binding cations causing low base saturation. As
the transitional landscape zone, landslides are also the influencing factor for
soil formation and soil development. The effect of landsides in soil variation
are focused on two zones i.e. depletion zone and accumulation zone. The soil
development is cut off in the depletion zone of landslide. On the other side,
the presence of landslide deposit on the slope surface is able to interrupt the
influence of underlying weathered parent rock in soil development. The
landslide deposit may bury the former soil profile in the deposition area, and
bring about the new soil formation. Also, most of soils in the study area have
been influenced by different types of human activities that generate different
responses in soil development. Human activities are able to modify the soil
characteristics both physically and chemically. The activities of human
together with landslide are also able to redistribute the soils and interrupt the
soil profile development.

Kata kunci: soil formation, soil characteristic, soil parent materials, weathered
parent rock, altered parent rock, landslide-redistributed soils, human-redistributed
soil

Productive Conservation of Land Resources 2022 I 3


Incorporating Landslide Susceptibility in Land Rehabilitation
(A Case Study: In Middle Part of Kodil Watershed, Central Java,
Indonesia)
Agung Rusdiyatmoko
2013
S2 Geo-Informasi Universitas Gadjah Mada
Pembimbing:
Prof. Dr. rer. nat. Junun Sartohadi, M.Sc.

Lack of hazard information will influence determination of land rehabilitation


priority and kind of action to reduce a hazard. Landslides are commonly
distributed on sloping area mainly in mountainous and hilly. Landslide
characteristic knowledge is required before developing landslide susceptibility
assessment. The appropriate method is needed to construct landslide
susceptibility in Kodil Watershed in which data availability is categorized
poor and limited. The main objective of this research is to develop better
method for determining land rehabilitation priority by using land cover and
landslide susceptibility analysis. Rainfall is needed to support landslide
assessment. Condition rainfall data which is poor is illustrated by a lot of
blank data and inconsistency data. TRMM data can be used to estimate blank
data. Evaluation TRMM data which is illustrated by SNE, R², PBIAS, and
RSR are categorized have equality to observed data (rainfall data in rainfall
station). Soil depth is essential data in landslide study can be generated by
compiling between landform and slope data. The result of soil depth is
described that soil depth is identical with landform. Road network is
anthropogenic causes landslide where built by cut the slope and passed by
overload. The research area is dominated by moderate level of landslide
susceptibility. Most of landslide event was distributed in moderate landslide
susceptibility. Landslide event occurred is categorized as deep seated landslide
where distributed in thick soil depth. Land management is also influencing
landslide event with heterogeneity type of vegetation and road network. Land
cover condition in research area is extracted from ASTER 2003 and 2012.
Numerically, built up area is increasing twice with additional area reached
531.80 Ha in which 50 events landslide occurred. Extent of wooden broad
leaves coverage is slightly decreased with 141.22 Ha. Number of landslide event
in wooden broad leaves is 85 events when plotted on ASTER 2012. To map
priority area of land rehabilitation, coverage vegetation and landslide
susceptibility are incorporated. Middle part of Kodil Watershed is categorized
in priority level (5,188.17 Ha). Forest farmers as stakeholder in land
rehabilitation activity who directly playing a role in land management are
giving agree response to protect area in landslide prone area. Invasive
vegetation should be reduced and changed in to indigenous vegetation to
protect area from landslide event.

Kata kunci : landslide susceptibility, ASTER, TRMM, land Cover, land rehabilitation

Productive Conservation of Land Resources 2022 I 4


Kajian Digital Elevation Model Terhadap Potensi Longsorlahan
di Sub DAS Kodil Bagian Tengah
Dwita Nur Restiani
2015
S2 Ilmu Lingkungan Universitas Gadjah Mada
Pembimbing:
Prof. Dr. rer. nat. Junun Sartohadi, M.Sc.

SINMAP (Stability Index Maping) merupakan pengolahan stabilitas lereng


dengan mempertimbangkan kondisi relief, titik longsorlahan, data geoteknik
(nilai kohesi dan sudut gesek dalam) serta data hidrologi (kelembaban).
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji DEM (Digital Elevation Model)
sebagai masukan data relief di SINMAP, menganalisis potensi longsorlahan
dengan parameter fisik seperti litologi, curah hujan, kedalaman tanah, dan
kondisi vegetasi, serta melihat pengaruh DEM terhadap pengolahan SINMAP
di Sub DAS Kodil bagian tengah. Data DEM yang digunakan terdiri dari citra
Shuttle Radar Topographic Mission (SRTM), ASTER GDEM, dan ASTER
Stereokopis. Metode kuantitatif meliputi perhitungan akurasi DEM dengan
RMSE (Root Mean Square Error), pengolahan stabilitas lereng dengan formula
SINMAP, dan validasi model dengan perhitungan EI (Error Index). Uji akurasi
menggunakan data acuan titik tinggi dari peta RBI skala 1 : 25.000 berjumlah
87 titik. Pengolahan stabilitas lereng menggunakan software MW-SINMAP
v1.0 dengan input data DEM, nilai kohesi (c), sudut gesek dalam (ɸ), nilai
kelembaban (T/R), dan titik longsor. Perhitungan validasi model SINMAP
menggunakan luas longsorlahan hasil pengukuran lapangan (A1) dan luas
longsorlahan hasil model (A2). Metode deskriptif kualitatif meliputi analisis
longsorlahan dengan kondisi fisik, dan pengaruh DEM terhadap model
SINMAP. Hasil menunjukkan DEM SRTM 30 m memiliki akurasi terbaik
dengan nilai RMSE 0,435. Hasil validasi model SINMAP menunjukkan bahwa
stabilitas lereng dengan DEM SRTM 30 adalah yang terbaik dengan nilai EI
sebesar 0,24. Area potensi longsorlahan di Sub DAS Kodil bagian tengah
banyak terdapat pada kondisi lereng tidak stabil, tutupan vegetasi tinggi (> 80
%), jenis Formasi Kebobutak yang tersusun oleh perulangan batupasir
konglomeratan dan bergradasi menjadi lempung atau lanau, curah hujan tinggi
antara 2000 - 3500 mm/th, serta tanah dengan kedalaman yang rendah (0,2 - 1,5
m). Pengaruh DEM terhadap SINMAP antara lain berkaitan dengan penentuan
nilai arah aliran (flow direction), area tangkapan spesifik (specific catchment
area), nilai kejenuhan atau saturasi. Area yang telah mencapai titik jenuh
memiliki indeks stabilitas lereng yang rendah dan berpotensi mengalami
longsor.

Kata kunci : DEM, stabilitas lereng, SINMAP, longsorlahan

Productive Conservation of Land Resources 2022 I 5


Analisis Perubahan Cadangan Karbon Vegetasi di Wilayah
Rawan Longsor Menggunakan Pemodelan Cellular Automata
Studi Kasus : Sub DAS Kodil, Kabupaten Purworejo
Annisa Pambudhi
2015
S2 Ilmu Lingkungan Universitas Gadjah Mada
Pembimbing:
Prof. Dr. rer. nat. Junun Sartohadi, M.Sc.

Hutan memiliki beragam fungsi bagi lingkungan, salah satunya adalah sebagai
penyerap karbon yang dilepas di atmosfer. Penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui besar cadangan karbon dan perubahan cadangan karbon yang
terjadi di tutupan hutan sub DAS Kodil menggunakan citra penginderaan jauh
dan pemodelan Cellular Automata pada tahun 2003, 2007, 2013, dan 2018.
Penelitian juga dilakukan untuk mengetahui pola dan analisa perubahan
cadangan karbon yang terjadi di sub DAS Kodil. Metode yang dilakukan
terbagi menjadi 2 tahapan utama yaitu pengukuran cadangan karbon dan
penerapan model Cellular Automata. Cadangan karbon dihitung menggunakan
persamaan regresi antara indeks vegetasi dan hasil pengukuran biomassa di
lapangan. Cellular Automata digunakan untuk mengetahui proyeksi cadangan
karbon pada tahun 2018, sehingga analisis perubahan cadangan karbon dapat
dilakukan pada tahun 2002, 2007, 2013, dan 2018. Hasil menunjukkan bahwa
nilai total cadangan karbon pada tahun 2002 adalah 3.731,75 kg/ha, 2007 adalah
3.815,84 kg/ha, 2013 adalah 4.333,99 kg/ha, dan proyeksi tahun 2018 adalah
4.527,98 kg/ha. Nilai akurasi proyeksi menggunakan pemodelan Cellular
Automata cukup baik, yaitu 83,3% dengan indeks Kappa 0,75. Cadangan karbon
terus bertambah setiap tahun meski dalam jumlah kecil, dipengaruhi oleh
kerapatan vegetasi, usia dan jenis tanaman, serta perubahan penutup lahan.

Kata kunci : cadangan karbon, cellular automata, indeks vegetasi

Productive Conservation of Land Resources 2022 I 6


Kesiapsiagaan Masyarakat Terhadap Kerawanan Tanah Longsor
di DAS Bompon Kabupaten Magelang
Resi Sadewa Permana
2016
S2 Manajemen Bencana Universitas Gadjah Mada
Pembimbing:
Prof. Dr. rer. nat. Junun Sartohadi, M.Sc.; Teuku Faisal Fathani, MT., Ph.D.

Tanah longsor yang terjadi pada tahun 2011 di DAS Bompon mengakibatkan
tertutupnya sungai dan membanjiri sawah masyarakat. Penelitian ini bertujuan
untuk: (1) menentukan tingkat kerawanan tanah longsor dengan menggunakan
Bivariate Statistical Analysis; (2) menganalisis kesiapsiagaan masyarakat
berdasarkan tingkat kerawanan tanah longsor di DAS Bompon. Penelitian ini
merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode survei.
Populasi dalam penelitian ini adalah kepala keluarga yang bertempat tinggal di
DAS Bompon. Teknik penentuan sampel menggunakan teknik proportionate
stratified random sampling, dengan menggunakan strata kerawanan tanah
longsor di DAS Bompon. Kerawanan tanah longsor dibuat dengan
menggunakan Bivariate Statistical Analysis. Teknik analisis statistik deskriptif
digunakan untuk menganalisis data kesiapsiagaan masyarakat yang
dikumpulkan melalui kuesioner. Peta kesiapsiagaan masyarakat terhadap
kerawanan tanah longsor dibuat berdasarkan tabulasi silang antara tingkat
kesiapsiagaan masyarakat dengan tingkat kerawanan tanah longsor. Hasil dari
metode Bivariate Statistical Analysis menunjukkan bahwa persentase area DAS
Bompon terbagi menjadi 8,33% merupakan kerawanan tanah longsor rendah,
40,49% merupakan kerawanan tanah longsor sedang, dan 51,18% merupakan
kerawanan tanah longsor tinggi. Daerah dengan tingkat kerawanan tanah
longsor tinggi merupakan daerah yang terluas, namun mempunyai area
permukiman yang paling sedikit. Kondisi ini digambarkan melalui persebaran
responden penelitian yakni 6 responden di kerawanan tanah longsor tinggi, 46
responden di kerawanan tanah longsor sedang, dan 9 responden di kerawanan
tanah longsor rendah. Hasil analisis menunjukkan bahwa kesiapsiagaan
masyarakat pada berbagai tingkat kerawanan tanah longsor menunjukkan
kategori sedang. Tidak ada pengaruh antara tingkat kerawanan tanah longsor
dengan tingkat kesiapsiagaan masyarakat. Prioritas peningkatan kesiapsiagaan
yang pertama pada kerawanan tanah longsor tinggi, kedua pada kerawanan
tanah longsor sedang, dan ketiga pada kerawanan tanah longsor rendah.

Kata kunci : kesiapsiagaan masyarakat, kerawanan, tanah longsor, DAS

Productive Conservation of Land Resources 2022 I 7


Analisis Posisi dan Orientasi Bangunan untuk Penilaian Risiko
Longsor Melalui Interpretasi Foto Udara Format Kecil 2D
(Studi Kasus di DAS Bompon Kabupaten Magelang)
Boby Setyawan
2016
S2 Ilmu Lingkungan Universitas Gadjah Mada
Pembimbing:
Prof. Dr. rer. nat. Junun Sartohadi, M.Sc.; Dr. Danang Sri Hadmoko, M. Sc.

DAS Bompon merupakan salah satu daerah rawan longsor yang terletak di
Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Penyebab utama longsor di DAS Bompon
adalah sudut lereng yang curam dengan lapisan tanah yang sangat tebal.
Bangunan merupakan elemen risiko utama terhadap longsor di DAS Bompon.
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengkaji kerawanan longsor, (2) menilai
kerentanan fisik bangunan terhadap longsor, (3) menganalisis risiko longsor
pada bangunan, dan (4) menentukan arahan alokasi bangunan untuk
pemukiman. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Penilaian
kerawanan longsor dilakukan dengan metode Frequency Ratio (FR). Validasi
dilakukan melalui survei lapangan secara intensif. Data elemen fisik, posisi,
dan orientasi bangunan didapatkan secara sensus melalui interpretasi Foto
Udara Format Kecil 2D. Populasi penelitian adalah seluruh bangunan di DAS
Bompon. Penilaian kerentanan bangunan dilakukan secara semi-kuantitatif
dengan memberikan skor dan bobot pada parameter kerentanan bangunan.
Penilaian risiko longsor pada bangunan dilakukan melalui analisis matriks
risiko longsor. Hasil analisis kerawanan longsor menunjukkan bahwa 20,44 %
wilayah DAS Bompon termasuk dalam kelas kerawanan tinggi, 52,13 %
termasuk dalam kelas kerawanan sedang, dan 27,43 % termasuk dalam kelas
kerawanan rendah. Longsor aktif terjadi pada lereng terjal, dengan adanya
temuan material hasil alterasi sebagai pemicunya. Hasil penilaian kerentanan
fisik bangunan terhadap longsor menunjukkan bahwa 183 (25 %) unit bangunan
termasuk dalam kelas kerentanan tinggi, 323 (44 %) unit bangunan termasuk
dalam kelas kerentanan sedang, dan 227 (31 %) bangunan termasuk dalam kelas
kerentanan rendah. Kerentanan bangunan terdistribusi secara berkelompok.
Hasil analisis risiko longsor pada bangunan menunjukkan bahwa 209 (28 %)
unit bangunan di DAS Bompon berisiko tinggi terhadap longsor, 313 (43 %)
unit bangunan termasuk dalam kelas risiko sedang, dan 211 (29 %) unit
bangunan termasuk dalam kelas risiko rendah. Hasil analisis arahan alokasi
bangunan pemukiman yang diusulkan terletak pada puncak bukit dan lereng
bawah perbukitan yang memiliki morfologi yang landai hingga datar. Arahan
bangunan yang dianjurkan adalah bangunan bertipe kampung dengan material
atap berupa seng/asbes dan material dinding berupa bata/bata ringan.

Kata kunci : foto udara format kecil, kerentanan, bangunan, risiko, longsor

Productive Conservation of Land Resources 2022 I 8


Membangun Metode Identifikasi Longsor Berbasis Foto Udara
Format Kecil di DAS Bompon, Magelang, Jawa Tengah
Heni Masruroh
2016
S2 Ilmu Lingkungan Universitas Gadjah Mada
Pembimbing:
Prof. Dr. rer. nat. Junun Sartohadi, M.Sc; Dr. M. Anggri Setiawan, M.Sc.

Tujuan penelitian ini adalah (1) membangun metode identifikasi longsor


berbasis foto udara format kecil; (2) melakukan pemetaan kerawanan longsor
berbasis hasil interpretasi foto udara format kecil dan berbasis analisis DEM
TerraSAR. Metode penelitian yang digunakan yaitu (1) identifikasi longsor
berdasarkan interpretasi foto udara format kecil secara visual 0n-screen 2D
dengan teknik langkah demi langkah (stepwise method); (2) penyusunan peta
kerawanan longsor menggunakan metode Frequency Ratio (FR) parameter
pemicu longsor dengan menggunakan piranti lunak Integrated Land Water
Information System (ILWIS). Longsor hasil interpretasi foto udara format
kecil dilakukan validasi berdasarkan pengecekan lapangan. Peta kerawanan
longsor dihasilkan berdasarkan longsor hasil interpretasi foto udara format
kecil yang sudah di validasi dengan pengecekan lapangan. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa foto udara format kecil berdasarkan kenampakan objek
dapat digunakan untuk identifikasi longsor. Teknik identifikasi longsor
menggunakan teknik langkah demi langkah (stepwise method), yaitu proses
identifikasi longsor dilakukan dari umum hingga khusus untuk setiap bagian
longsor. Identifikasi longsor secara umum yaitu mengidentifikasi area yang
terpengaruh longsor. Identifikasi secara khusus yaitu mengidentifikasi bagian-
bagian longsor yang terdapat pada area terpengaruh longsor. Identifikasi
longsor menggunakan teknik langkah demi langkah dilakukan secara sistematis
dan tidak dapat dibolak balik berdasarkan kenampakan objek pada foto udara
format kecil. Kenampakan objek foto udara format kecil yang dapat digunakan
untuk identifikasi longsor, yaitu: i) tutupan lahan, ii) bidang gawir longsor, iii)
bentuk longsor, iv) erosi parit, v) asosiasi jalan dan vi) asosiasi sungai. Unsur
interpretasi yang digunakan untuk identifikasi longsor, yaitu: rona/warna,
bentuk, asosiasi, pola, bayangan, dan tinggi. Hasil uji akurasi inventori longsor
berdasarkan interpretasi foto udara format kecil dengan inventori longsor
survei lapangan, yaitu 90%. Kesalahan 10% dalam analisis uji akurasi berupa
kesalahan identifikasi longsor pada foto udara format kecil, namun tidak
sesuai dengan kondisi di lapangan. Persentase kelas kerawanan tinggi (27.43%),
kelas kerawanan sedang (52.13%) dan kelas kerawanan rendah (20.44%). Nilai uji
validitas peta kerawanan longsor menggunakan success rate, yaitu 74%

Kata kunci : kunci interpretasi, longsor, kerawanan, foto udara format kecil

Productive Conservation of Land Resources 2022 I 9


Pemanfaatan Foto Udara Format Kecil untuk Analisis Rawan
Longsor pada Lahan Vegetasi Kelapa (Cocos nucifera L) dan
Sengon (Albizia falcataria L) di Sub DAS Bompon, Magelang,
Jawa Tengah
Melisa P. Todingan
2016
S2 Ilmu Lingkungan Universitas Gadjah Mada
Pembimbing:
Prof. Dr. rer. nat. Junun Sartohadi, M.Sc.; Dr. Guruh Samodra, S.Si, M.Sc.

Tujuan dari penelitian ini adalah (1) mengidentifikasi lokasi longsoran aktif
dan tidak aktif di sub-DAS Bompon; (2) mengidentifikasi karakteristik
fisiologis dan kerapatan vegetasi kelapa dan sengon pada lokasi longsoran; (3)
menganalisis beban massa tanaman kelapa dan sengon serta stabilitas lereng
pada kawasan bekas longsoran; dan (4) menyusun rekomendasi pengelolaan
tanaman kelapa dan sengon di sub-DAS Bompon. Garis besar metode terbagi
menjadi 3 bagian utama yaitu interpretasi foto udara, pengukuran beban massa
vegetasi kelapa dan sengon, serta analisis stabilitas lereng. Luas longsor di sub
DAS Bompon adalah 130.11 Ha, terdiri dari longsor aktif seluas 60.26 Ha dan
longsor tidak aktif seluas 69.85 Ha. Pada lokasi longsoran, vegetasi kelapa
tersebar sebanyak 1682 pohon dan vegetasi sengon tersebar sebanyak 26355
pohon, dengan kerapatan vegetasi kelapa adalah 13 pohon/Ha serta vegetasi
sengon ialah 282 pohon/Ha. Pengujian pengaruh beban massa terhadap
longsoran menunjukkan tidak ada keterkaitan antara beban massa dan
kejadian longsor di sub DAS Bompon. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
lereng di sub DAS Bompon memiliki besar sudut kritis yaitu 340. Lereng
dengan sudut >340 memiliki nilai F<1, yang berarti lereng tidak stabil dan
direkomendasikan untuk penanaman vegetasi musiman. Sedangkan lereng
dengan sudut <340 memiliki nilai F>1, berarti lereng stabil dan
direkomendasikan untuk penanaman vegetasi tahunan/kayu-kayuan.

Kata kunci : longsor, kelapa, sengon, interpretasi, foto udara

Productive Conservation of Land Resources 2022 I 10


Pemodelan Debit Aliran DAS Bompon, Kabupaten Magelang
Menggunakan Metode Rasional Modifikasi
Mega Yulisetya W
2016
S1 Geografi dan Ilmu Lingkungan Universitas Gadjah Mada
Pembimbing:
Dr. M. Pramono Hadi, M. Sc.

Fluktuasi ketersediaan air yang cukup besar antara musim kemarau dan
penghujan menimbulkan permasalahan hidrologis seperti banjir dan
kekeringan. Hampir setiap penduduk selalu kekurangan air, khusunya air
bersih. Identifikasi kondisi hidrologis DAS perlu dilakukan, salah satunya
adalah mengetahui karakteristik debit aliran. Karakteristik debit aliran dapat
ditentukan dengan pemodelan. Salah satunya adalah dengan aplikasi metode
rasional modifikasi. Model ini diterapkan di DAS yang mempunyai luas 279,61
Ha. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui lengkung aliran dan
mendeskripsikan karakteristik hidrologis. Teknik analisis yang digunakan
merupakan teknik analisis deskriptif berdasarkan hidrograf aliran dan teknik
komparatif antara DRO hasil pemodelan dan observasi. Lengkung aliran
direkronstruksi berdasarkan dimensi bangunan air yang ada dan pencatatan
tinggi muka air. Bangunan air memiliki tipe short crested weir. Validasi
dilakukan berdasarkan tiga kejadian banjir, yaitu tanggal 21 Januari, 22
Januari, dan 10 Februari 2016. Setiap kejadian tersebut mempunyai
karakteristik hujan yang berbeda. Parameter yang lain adalah karakteristik
lahan (tekstur tanah, koeffisien manning, dan koefisien saturasi). Perhitungan
debit aliran pada setiap piksel, kemudian dilakukan penelusuran menggunakan
kinematic wave. Hasil dari pemodelan ini berupa hidrograf DRO dan simulasi
debit aliran. Pemisahan DRO dan baseflow pada hidrograf observasi
menggunakan data hasil pemodelan, menunjukan bahwa aliran yang melalui
SPAS pada saat debit turun berupa aliran dasar. Hasil pemodelan dikalibrasi
menggunakan hasil observasi (hidrograf rating curve). Semua proses
perhitungan dilakukan pemrograman dengan menggunakan PC-Raster. Nilai
akurasi yang cukup baik, yaitu 10-20%. Dari hasil kajian dapat disimpulkan
bahwa lengkung aliran DAS Bompon dapat digunakan untuk merumuskan nilai
debit aliran berdasarkan data TMA. Berdasarkan hasil pemodelan menunjukan
adanya tanggapan yang berbeda antara aliran permukaan dan aliran dasar,
dengan waktu mencapai puncak lebih cepat daripada waktu untuk surut.
Aliran air yang keluar dari DAS didominasi oleh aliran dasar.

Kata kunci : rasional modifikasi, rating curve, DRO, baseflow, hidrograf

Productive Conservation of Land Resources 2022 I 11


Pemanfaatan Foto Udara Tegak & Condong Format Kecil
Menggunakan UAV Untuk Identifikasi Longsor di Sebagian DAS
Bompon, Kabupaten Magelang
Dony Octa Setyawan
2016
S1 Kartografi dan Pengindraan Jauh Universitas Gadjah Mada
Pembimbing:
Barandi Sapta Widartono, S.Si, M.Si., M.Sc.

Informasi spasial mengenai longsor diperlukan sebagai salah satu upaya early
warning system. Penggunaan citra satelit untuk identifikasi longsor belum
optimal karena kendala tutupan awan, kanopi vegetasi, dan longsor berukuran
kecil. Berkaitan dengan kendala yang dialami, maka penelitian ini bertujuan
untuk memberikan alternatif metode akuisisi data yang mampu melakukan
identifikasi longsor sekaligus karakteristiknya sebagai data utama inventarisasi
longsor. Metode akuisisi yang digunakan adalah sistem foto udara format kecil
dengan sudut perekaman tegak dan condong dengan UAV sebagai wahana
terbangnya. Hasil penelitian menunjukkan longsor dapat teridentifikasi
dengan tingkat kepercayaan bervariasi. Citra yang dihasilkan dari sistem foto
udara tegak memiliki RMSE horizontal 0,14m dan vertikal 0,37m. Dengan data
turunan yang dapat digunakan yakni orthofoto, DSM, DEM, model 3D, dan
foto condong. Karakteristik longsor yang teramati seperti ukuran dan bagian
longsor. Data ukuran longsor seperti ketinggian longsor, ketinggian main
scarp, kemiringan lereng, estimasi kedalaman longsor, arah pergerakan, luas
longsor, dan luas deposit longsor. Bagian longsor yang teramati seperti head
scarp, main scarp,top, head, flank, main body, foot, dan toe. Terdapat 7
longsor yang teridentifikasi di sebagian DAS Bompon, 5 diantaranya lebih
mudah diinterpretasi menggunakan data foto udara condong. Longsor terbesar
yang teramati memiliki luas 1,02 hektar, sedangkan terkecil yakni 0,015 hektar

Kata kunci : foto udara format kecil, foto udara condong, UAV, longsor

Productive Conservation of Land Resources 2022 I 12


Keterdapatan Sensitive Clay Pada Lokasi Longsorlahan di DAS
Bompon, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah
Yoesep Budianto
2016
S1 Geografi dan Ilmu Lingkungan Universitas Gadjah Mada
Pembimbing:
Prof. Dr. rer.nat Junun Sartohadi, M.Sc.; Dr.Danang Sri Hadmoko, M.Sc.; Dr. Retnadi Heru
Jatmiko, M.Sc.

Kajian mendalam mengenai faktor-faktor pemicu bencana longsorlahan sangat


penting dilakukan. Salah satu faktor pemicu bencana longsorlahan adalah
kandungan klei sensitif di dalam tanah. Kandungan klei sensitif menyebabkan
kejadian longsorlahan di DAS Bompon, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.
Tujuan penelitian adalah: (1) Mengidentifikasi keterdapatan lapisan klei di
DAS Bompon; (2) Mengetahui karakteristik lapisan klei di DAS Bompon; (3)
Mengklasifikasi sensitivitas klei dan stabilitas tanah di DAS Bompon.
Investigasi keterdapatan lapisan klei dan identifikasi stabilitas tanah ditinjau
dari karakteristik morfologi dan fisik tanah. Karakteristik morfologi tanah
yang diaplikasikan dalam penelitian adalah kedalaman dan ketebalan lapisan
klei. Karakteristik fisik tanah yang digunakan untuk penentuan stabilitas
tanah adalah tekstur, berat volume, berat jenis, kandungan air, konsistensi,
dan kuat geser. Penentuan sensitivitas klei didasarkan pada nilai batas cair,
kandungan air alami, dan indeks likuiditas. Kejadian longsorlahan di DAS
Bompon yang memiliki hubungan dengan keterdapatan lapisan klei sensitif
ditentukan oleh stabilitas tanah. Ada sepuluh lapisan klei yang memiliki
tingkat sensitivitas tinggi di tiga longsorlahan DAS Bompon. Ketebalan
lapisan klei sensitif di longsorlahan pertama adalah 13 meter, longsorlahan
kedua setebal 16,08 meter, dan longsorlahan ketiga setebal 8,4 meter. Lapisan
klei sensitif telah menyebabkan tanah di tiga longsorlahan menjadi lunak saat
mengalami peningkatan kadar air. Peningkatan kadar air di dalam lapisan klei
disebabkan proses alami dan pengolahan lahan oleh masyarakat sehingga
memicu longsorlahan di DAS Bompon.

Kata kunci : clay, landslide, sensitive, soil, stability

Productive Conservation of Land Resources 2022 I 13


Neraca Air Secara Hidrometeorologis di Sub DAS Kodil DAS
Bogowonto
Herlin Natalia Dewi
2016
S1 Kehutanan Universitas Gadjah Mada
Pembimbing:
Ir. Sri Astuti Soedjoko

Air merupakan hal pokok bagi konsumsi dan sanitasi manusia. Seiring dengan
bertambahnya jumlah penduduk maka kebutuhan air juga semakin meningkat
sehingga berpengaruh terhadap kebutuhan lahan yang cukup besar untuk
permukiman, tempat usaha dan lahan pertanian yang tentunya akan mendesak
lahan resapan air. Sub DAS Kodil dengan luas 20438,018 Ha mengalami
kekeringan di beberapa daerah salah satunya adalah Kecamatan Bener. Maka
dari itu perlu dilakukan penelitian mengenai neraca air secara
hidrometeorologis dan melakukan simulasi pengunaan lahan yang bertujuan
untuk mengetahui neraca air serta indeks kekeringan di Sub DAS Kodil.
Metode penelitian yang digunakan yaitu metode Thornthwaite Mather.
Wilayah Sub DAS dibagi menjadi empat kawasan dan dilakukan perhitungan
neraca air sehingga diperoleh informasi defisit air (D), surplus air (S) dan
indeks kekeringan (Ia). Simulasi perubahan penggunaan lahan dilakukan
berdasarkan kesediaan masyarakat. Luas lahan yang disimulasikan diperoleh
dari persentase masyarakat yang bersedia mengubah penggunaan lahannya.
Arahan perubahan yang diusulkan disesuaikan keinginan masyrakat dengan
mengadopsi sistem agroforestri dan mempertimbangkan arahan fungsi
kawasan. Hasil penelitian menunjukkan Neraca air di Sub DAS Kodil mulai
dari kawasan I sampai IV memiliki evapotranspirasi potensial tahunan secara
berurutan dari kawasan I sampai kawasan IV yaitu 876,02 mm/tahun; 1098,68
mm/tahun; 1302,35 mm/tahun; dan 1154,63 mm/tahun. Defisit air kawasan I
hingga IV yaitu 2,35 mm/tahun; 54,56 mm/tahun; 122,07 mm/tahun dan 68,40
mm/tahun. Run off kawasan I sampai IV berturut-turut yaitu 1940,03
mm/tahun; 1580,73 mm/tahun; 1390,02 mm/tahun dan 1543,85 mm/tahun.
Indeks kekeringan di Sub DAS Kodil secara berurutan dari kawasan I sampai
kawasan IV yaitu 0,27%; 4,97%; 9,37% dan 5,92% yang seluruhnya masuk dalam
kriteria tidak ada atau sedikit kekurangan air. Setelah dilakukan simulasi
perubahan penggunaan lahan terjadi penurunan indeks kekeringan air secara
berurutan yaitu 0,26%; 4,46%; 8,23% dan 5,83%

Kata kunci : neraca air, penggunaan lahan optimal, metode Thornthwaite Mather

Productive Conservation of Land Resources 2022 I 14


Pemetaan Rumah Rentan Longsor dan Rentan Tertimbun
Longsor di Daerah Aliran Sungai Bompon, Kabupaten Magelang
Muhammad Geyn Noveberian & Junun Sartohadi
2017
Artikel ini telah terbit pada:
Jurnal Bumi Indonesia

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui rumah yang termasuk dalam kategori
aman dan kategori rentan. Kategori rentan dibedakan menjadi kategori rentan
longsor dan rentan tertimbun longsor. Khusus pada kategori rentan tertimbun
longsor dibedakan menjadi kelas rendah, sedang, dan tinggi. Rumah yang
rentan dilihat dari material rumahnya dan lereng disekitarnya. Rumah yang
berada di pucuk lereng berarti rentan longsor, sedangkan rumah yang berada
sejajar dengan bagian bawah lereng termasuk rentan tertimbun longsor.
Komponen-komponen lereng yang diukur adalah jarak horizontal lereng
dengan rumah(HD), tinggi lereng(HT), dan sudut inklinasi(INC). Sebanyak
627 unit rumah terdapat di DAS Bompon. Diantaranya terdapat 93 rumah
dengan kondisi rentan dan 534 rumah dengan kondisi aman. Diantara 93
rumah, terdapat 69 rumah memiliki kondisi rentan tertimbun longsor dengan
kelas kerentanan 14 rumah kelas rendah, 23 rumah kelas sedang, dan 32 rumah
kelas tinggi. Sejumlah 20 rumah memiliki kondisi rentan longsor, 4 rumah
memiliki kondisi rentan tertimbun longsor dan rentan longsor.

Kata kunci : rentan, tertimbun, longsor

Productive Conservation of Land Resources 2022 I 15


Integrasi Metode Geofisika Dan Geokimia Untuk Investigasi
Material Dan Mekanisme Longsor Tipe Rotational Slide di DAS
Bompon, Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah
Elok Surya Pratiwi
2017
S2 Ilmu Fisika Universitas Gadjah Mada
Pembimbing:
Dr. Wahyudi, M.Si.

Longsor tipe rotational slide seringkali terjadi di dalam Daerah Aliran Sungai
(DAS) Bompon yang terletak di Kabupaten Magelang Provinsi Jawa Tengah,
akan tetapi masih sedikit yang meneliti tentang karakteristik material
pengontrol kejadian longsor di wilayah tersebut. Penelitian ini bertujuan
untuk menginvestigasi kedalaman dan struktur perlapisan material bawah
permukaan, mendiskripsikan karakteristik geokimia tanah, dan menganalisis
mekanisme pergerakan serta dimensi reaktivasi longsor di massa yang akan
datang. Aplikasi geofisika melalui metode resistivitas 2D konfigurasi dipole-
dipole dan metode seismik refraksi digunakan untuk mendapatkan gambaran 2
dimensi morfologi bawah permukaan di tiga lokasi longsor dalam area DAS
Bompon. Penelitian ini juga didukung oleh data resistivitas 1D untuk
mengetahui perlapisan material pada kedalaman yang lebih besar. Metode X-
Ray Flourescene (XRF) dan X-Ray Diffraction (XRD) digunakan untuk
menganalisis geokimia tanah pada sampel yang diambil dari singkapan longsor.
Karakteristik geokimia yang diukur meliputi tekstur, jenis mineral, dan unsur
dominan dalam tanah. Hasil pencitraan kondisi bawah permukaan
menunjukkan bahwa material di bawah tubuh longsor tipe rotational slide
tersusun atas 3 lapisan yakni berturut-turut dari atas adalah tanah permukaan
(rho 25-300 ohmmeter ; Vp 300-420 m/s), lapisan lempung (rho kurang dari 25
ohmmeter ; Vp 1300-1400 m/s) dan breksi alterasi (rho 25-100 ohmmeter).
Lapisan lempung dan breksi alterasi diketahui sebagai lapisan yang berpotensi
membentuk bidang gelincir longsor tipe rotational slide. Lapisan lempung
secara geokimia mengandung partikel lempung sebesar 65,72 persen, mineral
sekunder bertipe Kaolinit dan didominasi oleh unsur Fe2O3, sedangkan breksi
alterasi mengandung partikel lempung sebesar 45,3 persen, mineral sekunder
bertipe Kaolinit dan didominasi oleh unsur SiO2. Pembentukan bidang
gelincir pada material dengan kandungan lempung tinggi pada lereng landai
cenderung akan membentuk bidang gelincir cekung sehingga menghasilkan
longsor bertipe rotational slide

Kata kunci : longsor, rotational slide, resistivitas, seismik refraksi, geokimia

Productive Conservation of Land Resources 2022 I 16


Penentuan Zonasi Detail Bahaya Longsor Menggunakan Data
UAV di Sub DAS Bompon Kabupaten Magelang Provinsi Jawa
Tengah
Rini Meiarti
2017
S2 Ilmu Lingkungan Universitas Gadjah Mada
Pembimbing:
Prof. Dr. Junun Sartohadi, M.Sc.; Dr.eng. Guruh Samodra, M.Sc.

Sub DAS Bompon memiliki luas 296,9 ha. Sub DAS Bompon merupakan daerah
rawan longsor dan mengalami perulangan kejadian longsor tiap tahun.
Berdasarkan hal tersebut, diperlukan penentuan zonasi detail bahaya longsor.
Data spasial yang digunakan ialah data UAV. Penentuan zonasi detail bahaya
longsor sebagai produk geoinformatik yang dapat digunakan sebagai landasan
teoritik mitigasi bahaya longsor. Metode penelitian berupa survei lapangan
(deskriptif-kualitatif). Teknik pengambilan sampel dilakukan secara sensus
pada tiap aktivitas longsor. Teknik pengolahan dan analisis data diantaranya:
(1) interpretasi visual data UAV diperoleh peta distribusi aktivitas longsor; (2)
penghitungan volume longsor tiap aktivitas longsor menggunakan data titik
medan dari UAV; (3) penghitungan matematis frekuensi longsor berdasarkan
hasil partisipatori; (4) perolehan data primer sifat geoteknik tanah (batas cair
dan indeks kembang kerut) pada tiap aktivitas longsor; (5) pembuatan
nomogram bahaya longsor secara kualitatif. Aktivitas longsor yang memiliki
bahaya longsor tinggi di sub DAS Bompon ialah longsor berstatus aktif,
suspended, reaktivasi, dan dorman. Longsor aktif memiliki batas cair 79,61%.
Longsor aktif memiliki volume longsor 1,4 x 105 m3. Itu berarti bahwa 1/6
lereng dalam satu bukit telah menghasilkan material longsor sebesar 1,4 x 105
m3, Longsor aktif mengalami perulangan 1 hingga 2 kejadian tiap tahunnya.
Zona bahaya longsor seluas 169,7 ha sedangkan zona aman longsor seluas 126,5
ha. Mitigasi bahaya longsor aktif ialah perlunya mitigasi non struktural
berbasis partisipatori.

Kata kunci : longsor, data UAV, aktivitas, bahaya, mitigasi

Productive Conservation of Land Resources 2022 I 17


Sebaran Spasial Hasil Proses Erosi Parit (Gully Erosion) Yang
Berkembang di DAS Bompon Kabupaten Magelang Provinsi Jawa
Tengah
Desy Arisandi
2017
S2 Geografi Universitas Gadjah Mada
Pembimbing:
Prof. Dr. Sudarmadji, M.Eng., Sc.; Dr. Muhammad Anggri Setiawan, M.Si.

Intensitas perkembangan erosi parit mencerminkan degradasi lahan pada suatu


DAS. Kajian detil terhadap sebaran spasial erosi parit yang berkembang di
suatu DAS belum banyak dilakukan di Indonesia. DAS Bompon sebagai daerah
kajian memiliki dinamika perkembangan erosi parit yang menarik untuk
diteliti karena material tanah memiliki ketebalan lebih dari 2 meter
(supertebal) dan mulai terusik oleh aktivitas manusia. Penelitian ini bertujuan
untuk (1) mengidentifikasi persebaran dan konsentrasi perkembangan erosi
parit (2) mendeskripsikan karakteristik morfometri erosi parit (3) menganalisis
faktor-faktor yang berpengaruh terhadap proses erosi parit yang berkembang
di lokasi penelitian (4) mengevaluasi laju intensitas kehilangan tanah dan
kerapatan erosi parit. Pengambilan data dilakukan secara sensus pada 19 lokasi
pengamatan erosi parit. Teknik pengumpulan data meliputi pengukuran
lapangan dan uji laboratorium. Analisis data dilakukan secara kuantitatif dan
kualitatif. Analisis kuantitatif menggunakan perhitungan matematis dalam
menentukan bentuk parit dan volume tanah yang hilang pada setiap segmen
erosi parit. Analisis kualitatif digunakan untuk menghubungkan setiap faktor
yang berpengaruh terhadap hasil proses erosi parit yang berkembang di DAS
Bompon. Hasil penelitian menunjukkan bahwa erosi parit cenderung
berkembang di lereng tengah perbukitan hingga lereng bawah perbukitan.
Ukuran erosi parit dapat mencapai kedalaman 4 m dan lebar 5 m dengan
bentuk saluran yang berubah-berubah pada jarak tertentu. Karakteristik
material permukaan dan aktivitas manusia menjadi faktor yang paling
berpengaruh terhadap hasil proses erosi parit yang berkembang di lokasi
penelitian. Material permukaan didominasi oleh kandungan lempung sensitif
yang mudah hancur ketika diberi tekanan dan mudah terdispers oleh tenaga
air. Kondisi kelembaban tanah >80% mempercepat terbentuknya aliran
permukaan. Analisis data kemantapan agregat menunjukkan bahwa nilai
stabilitas berkisar 10,40% (tidak mantap) hingga 68,72% (mantap). Semakin
kecil nilai kemantapan agregat maka kedalaman erosi parit semakin
meningkat. Erosi parit lebih berkembang pada kombinasi penggunaan lahan
tegalan dan kebun campuran. Bambu adalah jenis vegetasi yang paling
mendominasi dan mempengaruhi pelebaran erosi parit. Total kehilangan tanah
akibat erosi parit di DAS Bompon sebesar 2,48 ton/ha dan kerapatan erosi
berkisar 7,78 m/ha.

Kata kunci : erosi parit, bentuklahan, aktivitas manusia

Productive Conservation of Land Resources 2022 I 18


Efektivitas Teknik Konservasi Dalam Pengendalian Erosi
Sebagai Upaya Pengelolaan Das dengan Pendekatan
Geomorfologi
(Kasus Das Bompon Kabupaten Magelang Provinsi Jawa Tengah)
Garri Martha Kusuma
2017
S2 Geografi Universitas Gadjah Mada
Pembimbing:
Prof. Dr.rer.nat. Junun Sartohadi, M.Sc.; Dr.rer.nat. Muhammad Anggri Setiawan, M.Si.

Penelitian memiliki tujuan untuk mengkaji efektivitas teknik konservasi yang


diterapkan di DAS Bompon. Tujuan penelitian dapat dicapai dengan (1)
mengidentifikasi sumberdaya yang dapat digunakan untuk teknik konservasi,
(2) mengkaji nilai erosi dan limpasan serta bentukan erosi di masing-masing
teknik konservasi. Metode penelitian yang digunakan untuk penentuan teknik
konservasi adalah survei lapangan dan analisis deskriptif berdasarkan satuan
bentuklahan, persebaran penggunaan lahan dan analisis sumberdaya.
Pembuatan peta bentuklahan menggunakan metode interpretasi step-wise
melalui peta geologi dan peta turunan DEM, yaitu peta indeks posisi topografi,
peta bentuk lereng dan peta sudut lereng. Berbagai macam teknik konservasi
dibuat melalui wadah plot erosi. Analisis efektivitas teknik konservasi
dilakukan secara deskriptif menggunakan tabel dan membandingkan nilai erosi
pada masing-masing plot erosi. Hasil penelitian menunjukkan kelapa yang
dimanfaatkan sabutnya dan kencur dapat digunakan sebagai salah satu teknik
konservasi. Plot erosi dibuat di dua lokasi berbeda yaitu pada satuan lereng
atas perbukitan dengan penggunaan lahan tegalan dan pada satuan lereng atas
perbukitan dengan penggunaan lahan kebun campur. Teknik konservasi
dengan menggunakan jala sabut kelapa (jalapa) efektif untuk mengendalikan
laju erosi jika dipadukan dengan tanaman kencur pada penggunaan lahan
kebun campur. Nilai erosi dengan teknik konservasi jalapa kombinasi kencur
pada kebun campur efektif mengurangi erosi sebesar 64,2 % selama 60 hari
pengukuran.

Kata kunci : konservasi, erosi, efektivitas, jalapa

Productive Conservation of Land Resources 2022 I 19


Aplikasi SWAT untuk Simulasi Nilai Kesetimbangan Air pada
Penggunaan Lahan Kebun Campuran di Sebagian DAS Bompon
Kabupaten Magelang
Robiatul Udkhiyah
2017
S2 Geografi Universitas Gadjah Mada
Pembimbing:
Dr. M. Anggri Setiawan. S.Si.,M.Si.; Dr. Sigit Heru Murti BS., S.Si., M.Si.

Penelitian ini memiliki tujuan mengkaji kemampuan SWAT dalam pemodelan


hidrologi dan mengkaji nilai kesetimbangan air pada penggunaan lahan kebun
campuran melalui model SWAT. Tujuan penelitian dapat tercapai dengan
membangun parameter model SWAT yang terdiri dari data Digital Elevation
Model (DEM), karakteristik tanah, penggunaan lahan, dan data iklim. Metode
penelitian yang digunakan untuk membangun data DEM, karakteristik tanah
dan jenis penggunaan lahan yaitu dengan survei lapangan dan uji laboratorium
untuk data tanah. Penentuan lokasi sampel tanah didasarkan pada satuan
bentuklahan. Data iklim menggunakan data perekaman stasiun hujan terdekat
tahun 2015-2017. Kalibrasi dan validasi model dilakukan menggunakan data
debit aliran pada bulan Januari-Juni tahun 2017. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa secara kuantitatif model kurang memuaskan ditunjukkan dengan nilai
r-faktor dan p-value sebesar 0.32 dan 0.15. Secara kualitatif pola fluktuasi data
debit aliran model terhadap observasi memiliki kemiripan pada waktu
tertentu. Terdapat tiga faktor utama yang berpengaruh terhadap hasil model
yaitu faktor data iklim, faktor data lahan, dan faktor data keberadaan mata
air. Nilai kesetimbangan air berdasarkan model SWAT tahun 2016 dari total
curah hujan 3036.2mm, 33% menjadi aliran permukaan atau 1024.69mm, 46.5%
air hujan terinfiltrasi atau 1411.8mm dan 20.5% air hujan terevapotranspirasi
atau 622.05mm. Klasifikasi penggunaan lahan sebagai forest mixed (FRST) atau
disesuaikan jenis tanamannya tidak memberikan perbedaan yang signifikan
terhadap hasil debit aliran model SWAT di sistem DAS Nglarangan Bompon.

Kata kunci : pemodelan hidrologi, model SWAT, kesetimbangan air, kebun campuran

Productive Conservation of Land Resources 2022 I 20


Pengaruh Jenis Penutup Lahan Sebagai Akibat dari Aktivitas
Manusia dalam Memanfaatkan Lahan Terhadap Kejadian
Longsor di DAS Kodil
Febrian Maritimo
2017
S2 Ilmu Lingkungan Universitas Gadjah Mada
Pembimbing:
Prof. Dr. rer.nat Junun Sartohadi, M.Sc.; Dr.Danang Sri Hadmoko, M.Sc.

Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) mengetahui karakteristik fisik lahan yang
berpengaruh terhadap kejadian longsor di DAS Kodil; (2) mengetahui jenis
penutup lahan yang berpengaruh terhadap longsor di DAS Kodil; (3)
mengetahui karakteristik fisik lahan pada jenis penutup lahan yang
berpengaruh terhadap longsor di DAS Kodil; dan (4) menghasilkan
rekomendasi arahan pengelolaan lahan berdasarkan karakteristik penutup
lahan dalam kaitannya dengan kejadian longsor di DAS Kodil. Metode
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini dibagi menjadi beberapa
tahapan yaitu:(1) membangun hirarki klasifikasi bentuklahan; (2) interpretasi
bentuklahan dengan data DEM dan citra optis untuk mengetahui karakteristik
fisik lahan DAS Kodil; (3) interpretasi penutup lahan dengan citra optis
berdasarkan standar klasifikasi SNI; (4) membangun kunci interpretasi longsor
dengan data DEM dan citra optis; (5) inventarisasi longsor DAS Kodil dengan
metode interpretasi citra dan survei lapangan; dan (6) analisis statistik
deskriptif untuk mengetahui hubungan antara longsor dengan karakteristik
lahan dan penutup lahan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1)
karakteristik fisik lahan yang berpengaruh terhadap kejadian longsor di DAS
Kodil adalah lereng dengan kemiringan 80-350 (agak curam-curam) serta
terdapat pada morfoaransemen lereng tengah dan lereng bawah perbukitan; (2)
jenis penutup lahan yang paling banyak terjadi longsor adalah kebun campuran
dengan sawah berada pada lereng kakinya; (3) kombinasi antara kebun
campuran yang berada pada lereng tengah dan lereng bawah serta memiliki
sudut kemiringan lereng 80-350 dan terdapat sawah di kaki lerengnya
menghasilkan area-area di DAS Kodil yang secara alami rawan terjadi longsor;
dan (4) Area rawan longsor berdasarkan karakteristik fisik lahan dan jenis
penutup lahan direkomendasikan menjadi area prioritas pengawasan, sebagai
upaya pencegahan dan mitigasi bencana longsor di DAS Kodil.

Kata kunci : bentuklahan, penutup lahan, longsor, kerawanan

Productive Conservation of Land Resources 2022 I 21


Pemetaan Geomorfologi Detail Menggunakan Teknik Step-Wise-
Grid di Daerah Aliran Sungai (DAS) Bompon Kabupaten
Magelang, Jawa Tengah
Rizal Faozi Malik
2017
S1 Geografi dan Ilmu Lingkungan Universitas Gadjah Mada
Pembimbing:
Prof. Dr. rer. nat. Junun Sartohadi, M.Sc.

Tujuan dari penelitian ini yaitu i) memahami kondisi geomorfologi secara


umum berdasarkan riset terdahulu, ii) melakukan interpretasi citra sebagai
dasar survei, iii) melakukan pengecekan kondisi geomorfologi berbasis grid
bertingkat/step-wise-grid, dan iv) menyusun informasi geomorfologi ke dalam
peta. Metode grid bertingkat (step-wise-grid) digunakan sebagai survei
geomorfologi di DAS Bompon. Survei geomorfologi pada penelitian ini
meliputi identifikasi kondisi morfologi, material permukaan, dan proses
geomorfologi. Besar ukuran grid acuan yang digunakan terdiri dari grid kasar
(335 m x 335 m) digunakan identifikasi morfologi, grid menengah (201 m x 201
m) identifikasi material, dan grid halus (67 m x 67 m) untuk identifikasi proses
geomorfologi. Hasil penelitian menunjukkan metode grid bertingkat dapat
mengurangi jumlah titik survei di lapangan karena setiap grid memiliki
spesifikasi yang berbeda dan fokus pada setiap spesifikasi tersebut. DAS
Bompon terdiri dari tujuh jenis bentuklahan (dataran aluvial, dataran kolovial,
lereng bawah perbukitan, lereng tengah perbukitan, lereng atas perbukitan,
dan puncak bukit), tujuh macam material permukaan yang tersebar dari hulu
sampai hilir DAS Bompon. Proses geomorfologi terdiri dari proses erosi
(percik, lembar, parit, alur, dan gully) dan longsor (longsor
aktif/dorman/tereaktifasi serta longsor rotasional/translasional) yang intensif.
Informasi dari kondisi geomorfologi selanjutnya disusun dalam peta
geomorfologi (1:10.000) dan dianalisis secara deskriptif berdasarkan hasil dari
survei. Penyajian informasi geomorfologi kedalam peta ditampilkan
menggunakan simbolisasi titik, garis, area, perbedaan warna, serta bentuk.

Kata kunci : DAS bompon, peta geomorfologi, survei geomorfologi, Step-Wise-Grid

Productive Conservation of Land Resources 2022 I 22


Perhitungan Erosi Tanah dan Hasil Sedimen Menggunakan
Model Watem/Sedem di DAS Bompon Kabupaten Magelang Jawa
Tengah
Nur Rochim
2017
S1 Geografi dan Ilmu Lingkungan Universitas Gadjah Mada
Pembimbing:
Dr.rer.nat Muhammad Anggri Setiawan M.Si

Erosi tanah merupakan proses pelepasan dan perpindahan partikel tanah oleh
adanya energi kinetik air hujan. Berbagai metode pendugaan erosi tanah telah
banyak diaplikasikan untuk penelitian kajian erosi tanah. Namun, sebagian
besar model dalam kajian erosi tanah mempunyai keterbatasan
memperhitungkan distribusi keruangan. Model Water and Tillage/Sediment
Delivery Model (WATEM/SEDEM) adalah salah satu model yang dapat
menjawab keterbatasan penilaian erosi tanah secara keruangan. Tujuan utama
dari penelitian ini adalah melakukan kalibrasi model WATEM/SEDEM di DAS
Bompon; Memetakan laju erosi dan hasil sedimen di DAS Bompon; dan
Menguji distribusi spasial erosi tanah dan estimasi hasil sedimen model
WATEM/SEDEM yang diterapkan di DAS Bompon. Penelitian ini menganalisis
simulasi model dalam rentang periode bulan Februari sampai bulan Mei 2016.
Hasil penelitian adalah kalibrasi model diterapkan di bulan Februari dengan
rasio model 0.98. Hasil penelitian kedua menunjukkan bahwa besaran erosi
bulan Februari sebesar 0.97 kg/m2, bulan Maret sebesar 2.76 kg/m2, bulan
April sebesar 0.67 kg/m2, dan bulan Mei sebesar 1.38 kg/m2. Hasil sedimen
bulan Februari sebesar 3.74 x 105 kg, bulan Maret sebesar 1.3 x 106 kg, bulan
April 3.11 x 105 kg, dan bulan Mei sebesar 6.33 x 105 kg. Nilai erosi dan deposisi
sedimen setiap bulan mempunyai pola sebaran yang hampir sama. Erosi tanah
terbesar terletak di lereng yang curam dan memiliki keterkaitan dengan
vegetasi sengon. Pengaruh jalan dan rumah juga sangat berperan penting
terhadap peningkatan terjadinya erosi tanah karena menjadi tempat akumulasi
limpasan air permukaan. Keterkaitan vegetasi bambu dan kelapa menjadi
pengaruh terhadap rendahnya erosi tanah. Adanya bambu dan kelapa
menyebabkan peningkatan terjadinya deposisi sedimen, sehingga mengurangi
nilai hasil sedimen. Terakhir, hasil penelitian setiap bulan Februari dan April
mempunyai nilai hasil sedimen data dan distribusi nilai erosi yang kurang
sesuai dengan kondisi dilapangan.

Kata kunci : hasil sedimen, erosi tanah, validasi model, vegetasi, WATEM/SEDEM

Productive Conservation of Land Resources 2022 I 23


Estimasi Kehilangan Tanah Aktual Terkait Pengaruh Vegetasi
di DAS Bompon
Rusma Prima Rokhmaningtyas
2017
S1 Geografi dan Ilmu Lingkungan Universitas Gadjah Mada
Pembimbing:
Dr.rer.nat.Muhammad Anggri Setiawan, M,Si

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh vegetasi terhadap laju dan
persebaran kehilangan tanah dari kenampakan erosi melalui pengukuran di
Daerah Aliran Sungai Bompon. Metode yang digunakan merupakan metode
pengukuran dalam Stocking dan Murnaghan yaitu mengukur kenampakan erosi
berdasarkan soil loss indicator (2001). Nilai laju kehilangan tanah
diklasifikasikan untuk mengetahui persebaran tingkat laju kehilangangan
tanahnya berdasarkan satuan pemetaan yang disusun dari kombinasi satuan
bentuklahan dengan satuan vegetasi. Perhitungan nilai laju kehilangan tanah
aktual di DAS Bompon cukup tinggi, dengan rerata mencapai 473,13
ton/ha/tahun. Analisis keterkaitan vegetasi dengan kehilangan tanah di DAS
Bompon menunjukkan bahwa perbedaan kondisi vegetasi memberikan dampak
yang berbeda pula pada kondisi tanah di masing-masing petak vegetasi.
Vegetasi empon-empon, kopi (Coffea sp) dan kelapa (Cocos Nucifera L sp)
efektif mengurangi laju kehilangan tanah

Kata kunci : soil erosion, vegetation, soil loss indicator

Productive Conservation of Land Resources 2022 I 24


Analisis Cadangan Karbon Atas Permukaan ada Kebun
Campuran di DAS Bompon dengan Pendekatan Sistem Dinamik
Ratih Winastuti
2017
S1 Geografi dan Ilmu Lingkungan Universitas Gadjah Mada
Pembimbing:
Dr. Eko Haryono, M.Si.

Agroforestri berperan dalam siklus karbon global sebagai salah satu solusi
untuk menurunkan konsentrasi gas rumah kaca (GRK) di atmosfer. Kebun
campuran memiliki persentase terbesar (71,39%) dalam penggunaan lahan di
DAS Bompon, sehingga upaya mengoptimalkan kebun campuran sangat
diperlukan untuk mengembangkan daya dukung kawasan dan potensi vegetasi
terhadap fungsinya dalam sekuestrasi karbon. Tujuan penelitian ini adalah
mengukur jumlah cadangan karbon di atas permukaan tanah pada kebun
campuran di DAS Bompon dan menduga kecenderungan perubahan cadangan
karbon di DAS Bompon pada berbagai skenario menggunakan pendekatan
sistem dinamik. Analisis cadangan karbon dilakukan melalui 17 plot persegi
secara non destruktif dengan pendugaan cadangan karbon menggunakan
persamaan alometrik yang sudah ada. Ukuran setiap plot adalah 400 m2 dan
teknik sampling berdasarkan metode purposive sampling. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa jumlah cadangan karbon adalah sebesar 13.675,3ton atau
setara dengan serapan CO2 sebesar 50188,4 ton. Cadangan karbon pada kebun
campuran di DAS Bompon menunjukkan kecenderungan peningkatan pada
kondisi Bussines As Usual (BAU) dengan laju 123,6 ton/tahun yang
menunjukkan bahwa masyarakat di DAS Bompon telah melakukan pengelolaan
kebun campuran dengan tetap menjaga fungsi kebun campuran sebagai gudang
karbon. Skenario Tebang Butuh" (TB), menurunkan laju peningkatan cadangan
karbon dari kondisi BAU sebesar 73,90 ton/tahun. Skenario Tunda Tebang
dapat menambah laju perubahan cadangan karbon dari kondisi BAU sebesar
39,99 ton/tahun dan sebesar 103,9 ton/tahun dari kondisi tebang butuh dengan
laju peningkatan cadangan karbon sebesar 163,6 ton/tahun. Kegiatan yang
paling berkontribusi menurunkan cadangan karbon adalah konversi lahan,
yaitu sebesar 59,70 ton/tahun. Adanya konversi lahan mampu mengurangi laju
perubahan cadangan karbon dari kondisi BAU sebesar 63,91 ton/tahun hingga
sebesar 11.885,5 tonpada tahun 2047. Secara keseluruhan, skenario penerapan
tunda tebang mampu meningkatan laju penambahan cadangan karbon.

Kata kunci : biomassa atas permukaan, persamaan allometrik, cadangan karbon,


kebun campuran, pendekatan sistem dinamik

Productive Conservation of Land Resources 2022 I 25


Faktor yang Berpengaruh Terhadap Tingkat Kerapatan Erosi
Parit di DAS Kaliwungu
Surya Sabda Nugraha
2017
S1 Geografi dan Ilmu Lingkungan Universitas Gadjah Mada
Pembimbing:
Prof. Dr. rer.nat. Junun Sartohadi, M.Sc.

Erosi parit merupakan erosi yang paling berdampak terhadap degradasi lahan.
Sebaran erosi parit dapat menjadi indikator terjadinya degradasi lahan.
Tingkat kerapatan parit menggambarkan tingkat degradasi lahan pada suatu
catchment. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui sebaran parit dan
tingkat kerapatan erosi parit di DAS Kaliwungu. Selain itu akan dilakukan
analisis sebaran dan tingkat kerapatan erosi parit. Kerapatan erosi parit
dianalisis berdasarkan penggunaan lahan dan bentuklahan serta karakteristik
yang ada didalamnya (kemiringan lereng, vegetasi, dan infiiltrasi) untuk
mengetahui faktor yang berpengaruh terhadap tingkat kerapatan erosi parit.
Survey lapangan dilakukan untuk mengetahui keberadaan erosi parit. Erosi
parit kemudian di overlay dengan peta penggunaan lahan dan peta
bentuklahan. Peta penggunaan lahan diperoleh berdasarkan interpretasi citra
foto udara. Citra foto udara juga digunakan untuk melihat tingkat kerapatan
vegetasi dan didukung dengan data hasil pengolahan citra sentinel. Data DEM
Terra-SAR X digunakan sebagai dasar interpretasi bentuklahan dan
identifikasi kelas lereng. Catchment parit dibatasi berdasarkan interpretasi
data DEM Terra-SAR X dan citra foto udara. Pengolahan data tingkat
kerapatan parit menggunakan perbandingan panjang parit dan volume parit
dengan luas catchment. Analisis data untuk mengetahui faktor yang
berpengaruh terhadap kerpatan erosi parit dilakukan secara deskriptif.
Analisis dilakukan berdasarkan hasil overlay tingkat kerapatan erosi parit
pada peta penggunaan lahan dan peta bentuklahan. Hasil penelitian berupa
peta sebaran parit dan peta tingkat kerapatan erosi parit DAS Kaliwungu skala
1:10.000. Erosi parit terbentuk pada zona erosi hingga zona deposisi, tetapi ada
erosi parit yang mulai terbentuk pada zona sisa. Terdapat tiga kelas kerapatan
parit di DAS Kaliwungu yaitu tinggi, sedang, dan rendah. Proses pembentukan
parit yang sangat intensif hanya terjadi pada beberapa titik dengan pengolahan
lahan yang cukup intensif ataupun pada lahan yang sudah sangat terusik oleh
aktivitas manusia seperti permukiman. Hasil penelitian menunjukkan faktor
yang mempengaruhi proses pembentukan parit adalah penggunaan lahan dan
pengolahan lahan.

Kata kunci : erosi, parit, kerapatan, penggunaan lahan, bentuklahan

Productive Conservation of Land Resources 2022 I 26


Dinamika Erosi dan Sedimentasi pada Penggal Lereng DAS
Kaliwungu, Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah
Ghina Nur Fithriana
2017
S1 Geografi dan Ilmu Lingkungan Universitas Gadjah Mada
Pembimbing:
Dr. rer. nat. Anggri Setiawan, M.Si.

Dinamika erosi dan sedimentasi sangat dipengaruhi oleh faktor lereng. Faktor
lereng yang terdapat di DAS Kaliwungu telah dimodifikasi menjadi lereng
berteras. Masing-masing bangunan teras memiliki nilai erosi yang beragam.
Penelitian ini bertujuan untuk; (1) mengarakterisasikan pola bangunan teras di
setiap bentuk lereng, (2) menganalisis pola aliran permukaan yang
memengaruhi proses erosi dan sedimentasi pada penggal lereng, (3) menganalis
laju erosi dan sedimentasi pada setiap variasi penggal lereng di DAS
Kaliwungu. Penelitian ini menggunakan foto udara hasil perekaman
menggunakan UAV yang diolah melalui Agisoft serta DEM yang dibentuk
melalui metode analisis natural neighboor. Data DEM yang telah dibentuk
divalidasi dengan metode profilling secara transek. Pemilihan penggal lereng
selanjutnya didasarkan pada klasifikasi bentuk lereng berdasar sudut dan
panjang lereng secara 3 dimensi. Pengukuran laju erosi dan sedimentasi
menggunakan pin erosi. Pin erosi berbahan bambu memiliki ukuran 50x2 cm.
Pin erosi besi memiliki panjang 30 cm dengan diameter 3 mm. Pengambilan
sampel tanah dan penentuan titik pemasangan pin menggunakan metode
transek dari lereng atas hingga lereng bawah. Pemetaan erosi dan sedimentasi
dilakukan dengan metode sensus dari igir perbukitan, lereng atas, lereng
tengah dan lereng bawah. Hasil peneltian ini menunjukkan (1) karakteristik
pola bangunan teras dipengaruhi oleh bentuk lereng, dimana bangunan teras
terbagi menjadi dinding teras, teras tanam, dan cekungan teras. Dinding teras
tinggi dan lebar teras sempit terbentuk pada punggung lereng cekung dan kaki
lereng cembung. (2) Pola limpasan permukaan searah dengan garis kontur,
dimana limpasan permukaan terbentuk pada cekungan teras yang
menyebabkan erosi dan sedimentasi pada sebagian teras. (3) Laju erosi dan
sedimentasi pada masing-masing bangunan teras memiliki tingkat yang
berbeda. Dinding teras mengalami erosi terus menerus dengan nilai akumulasi
tinggi sebesar 7.3 kg/m2. Teras tanam mengalami proses erosi dan sedimentasi
yang dinamis dan menghasilkan akumulasi kehilangan tanah sebesar 1.85
kg/m2. Sedimentasi tinggi terjadi pada cekungan teras sebesar 8.2 kg/m2. Nilai
tersebut menunjukkan dinamika erosi dan sedimenatasi masih berjalan intensif
pada lahan berteras, sehingga diperlukan adanya modifikasi pada teknik
konservasi teras.

Kata kunci : bentuk lereng, lereng berteras, erosi, sedimentasi, pin erosi

SEMINAR NASIONAL DISEMINASI HASIL PENELITIAN PTUPT 2022 I 27


Kajian Stabilitas Lereng Kawasan Longsor di Sub-DAS Bompon
Kabupaten Magelang
Zulhana Pamungkas
2017
S1 Geografi dan Ilmu Lingkungan Universitas Gadjah Mada
Pembimbing:
Prof. Dr. rer.nat. Junun Sartohadi, M.Sc.

Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengkaji longsoran mana saja yang
dapat kembali longsor serta mengkaji berbagai parameter intrinsik longsor
yang berpengaruh pada stabilitas longsor. Metode SSEP adalah metode skoring
yang disadurdari Raghuvanshi, 2012. Metode SSEP yang digunakan dalam
penelitaian telah dimodifikasi. Modifikasi dilakukan pada parameter-
parameter yang digunakan. Modifikasi diperlukan untuk menyesuaikan metode
terhadap daerah kajian. Parameter dalam penelitian ini antara lain: kemiringan
lereng, panjang lereng, ketinggian longsor, penutup lahan longsor, keaktifan
longsor, zonasi longsor, dan luas wilayah yang longsor. Kelas skoring dibagi
menjadi 5 kelas, yaitu kelas sangat rendah, rendah, sedang, tinggi, dan sangat
tinggi. Longsoran yang ada di Sub-DAS Bompon rata-rata memiliki kelas
tinggi dan kebanyakan merupakan longsor tidak aktif, sedangkan longsor aktif
sebagian besar termasuk dalam kelas rendah. Tinggi rendahnya nilai skoring
dipengaruhi oleh parameter-parameter stabilitas lerengnya. Parameter-
parameter tersebut antara lain: keaktifan longsor, zona longsor, luasan longsor,
panjang lereng, kemiringan longsor, ketinggian longsor, dan penutup lahan
longsor. Kesimpulan dari penelitian ini yaitu parameter intrinsik sangat
berpegaruh dalam stabilitas lereng pada tanah longsor. Masing-masing
parameter saling berkaitan dalam tingkat kestabilannya. Rata-rata longsoran
di Sub-DAS Bompon termasuk dalam kelas rendah untuk longsor tidak aktif,
dan kelas tinggi untuk longsor aktif.

Kata kunci : longsor, scrap, dormant Aktif, SSEP

Productive Conservation of Land Resources 2022 I 28


Karakter Fisik dan Mekanik Akar Sengon (Albizia Falcataria)
dan Dampaknya Terhadap Stabilitas Lereng
Arifin Ardianto
2017
S1 Teknik Pertanian Universitas Gadjah Mada
Pembimbing:
Dr. Ngadisih, STP, M.Sc; Dr. Eng. Guruh Samodra, S.Si, M.Sc; Ir. Sukirno MS.

Vegetasi telah terbukti menunjukkan pengaruh positif bagi kestabilan lereng.


Tujuan penelitian ini untuk mencari pengaruh sifat fisik dan mekanik akar
tanaman sengon terhadap stabilitas lereng. Lokasi yang dipilih sebagai tempat
penelitian yaitu sub DAS Bompon yang berada di kabupaten Magelang, Jawa
Tengah. Dalam penelitian ini, data yang berhubungan dengan sifat fisik dan
mekanik akar sengon diambil. Persebaran akar sengon diambil dengan metode
penggalian dan root area ratio. Nilai tensile strength akar diambil dengan
pengujian kuat tarik. Nilai kadar air akar diambil dengan metode gravimetri.
Hasil menunjukkan persebaran akar meningkat pada kedalaman awal, dan
kemudian menurun seiring kedalaman tanah, dengan rata-rata luas akar 186,23
(plus minus) 26,78 cm2. Rata-rata tensile strength akar yaitu 16,38 (plus minus)
5,794 MPa untuk diameter 2,26 mm sampai 5,92 mm. Jika dibandingkan dengan
tanaman lain, sifat fisik dan mekanik tanaman sengon termasuk rendah,
sehingga penanaman sengon di lahan miring perlu dikaji lebih lanjut.

Kata kunci : stabilitas lereng, persebaran akar, kekuatan tarik akar, sengon, sub DAS
Bompon

Productive Conservation of Land Resources 2022 I 29


The Evaluation of Modified Productivity Index Method on the
Transitional Volcanic-Tropical Landscape
A P Sambodo, M A Setiawan and R P Rokhmaningtyas
2018

Artikel ini telah terbit pada:


IOP Conf. Series: Earth and Environmental Science

Penelitian ini bertujuan untuk: 1) Mengetahui karakteristik morfometri pada


setiap jenis longsoran yang ada di sub DAS Bompon 2) Mengetahui bentuk
konservasi yang dilakukan pada longsoran yang ada di sub DAS Bompon.
Penelitian yang dilakukan dengan cara observasi lapangan, oleh sebab itu data
pada penelitian ini merupakan data primer dimana pengamatan langsung di
lapangan. Secara umum, pengumpulan data melalui tiga tahapan yaitu
orientasi medan, penentuan lokasi pengamatan dan pengambilan data pada
lokasi yang telah ditentukan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa umumnya
wilayah yang mengalami longsor masih belum adanya tindakan konservasi yang
di lakukan, kemudian pada titik kedua yang telah ada teras tering, sedangkan
penggunaan lahan masih dimanfaatkan sebagai kebun campuran kecuali pada
titik longsor ketiga yang diperuntukkan untuk pemukiman dengan jenis
tanaman seperti pohon jati, sengon, nanas, bambu, pisang, kakao dan kopi,
untuk jenis longsor yaitu rata-rata bersifat rotasional.

Kata kunci : morfometri, longsor, sub DAS Bompon

Productive Conservation of Land Resources 2022 I 30


Pemetaan Karakteristik Mataair Saat Musim Kemarau di Sub
DAS Bompon, Kabupaten Magelang Provinsi Jawa Tengah
Fadli Pradana
2018

Artikel ini telah terbit pada:


Jurnal Geografi Universitas Negeri Padang

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristikmataair saat musim


kemarau di Sub Das Bompon.Metode penelitian yang digunakan adalah metode
sensus untuk mengetahui karakteristik dan kualitas mataair.Analisa data yang
digunakan adalah analisa deskriptif, statistik parametrik, dan komparatif.Hasil
penelitian diketahui bahwa tipe mataairtergolong dalam mataair
depresi.Semua mataair ini masih aktif dan bersifat perennial yang mengalir
tetap saat musim kemarau.Berdasarkan Baku Mutu air minum menurut
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 492 Tahun 2010, ketiga
mata air tersebut tidak memenuhi standar mutu air yang layakPenggunaan dan
pemanfaatan air pada ketiga sumber mata air tersebut lebih digunakan untuk
MCK, pengairan sawah penduduk, serta digunakan untuk pengairan kolam
ikan.

Kata kunci : karakteristik mataair, kualitas air mataair, penggunaan dan


pemanfaatan mataair, DAS Bompon

Productive Conservation of Land Resources 2022 I 31


Pengukuran Erosi Aktual pada Penggunaan Lahan Tegalan dan
Kebun Campuran Studi Kasus : DAS Bompon, Kecamatan
Kajoran, Jawa Tengah
Altra Mainil Ilham, Cakra Haji, Diah Permatasari, Kurnia Illahi, Melki Agestira,
Muhammad Arifin, Risky Fadillah, Siska Mutiara, Sri Ayu Novriawati, Yumita Sufitri,
Endah Purwaningsih, Widya Prarikeslan
2018

Artikel ini telah terbit pada:


Jurnal Geografi Universitas Negeri Padang

DAS Bompon memiliki berbagai penggunaan lahan, diantaranya penggunaan


lahan tegalan dan kebun campur. Erosi yang ditemukan pada tegalan dan
kebun campur pada DAS Bompon adalah erosi percik dan erosi alur. Erosi
percik pada tegalan merupakan sisa percikan hujan pada bulan lalu. Pada
kebun campur erosi percik berada pada lereng tengah. Erosi alur pada kebun
campuran pada awalnya merupakan tempat aliran air hujan pada lereng atas
menuju ke bawah. Pada penggunaan lahan tegalan dan kebun campur di DAS
Bompon dilakukan pengujian sifat kimia tanah. Pada penggunaan lahan kebun
campur zona residual dan zona erosi (banyak buih) dan zona deposisi (tidak
ada buih) kandungan besi dan mangan pada tegalan zona residual (sedikit
buih), zona erosi dan zona deposisi (tidak ada buih). Pada penggunaan lahan
kebun campur zona residual dan zona erosi (banyak buih) dan zona deposisi
(tidak ada buih). Adapun pH aktual dan potensial pada lahan tegalan adalah 5.
Tekstur tanah penggunan lahan tegalan pada zona residual dan zona erosi
adalah lempung berpasir dan zona deposisi lempung berdebu. Tekstur tanah
penggunaan lahan kebun campuran pada zona residual lempung berpasir, zona
erosi lempung, zona deposisi lempung berdebu.

Kata kunci : erosi aktual, penggunaan lahan

Productive Conservation of Land Resources 2022 I 32


Kajian Biomassa Pohon pada Longsor Aktif di Bagian Hilir DAS
Bompon Magelang Jawa Tengah
Gilang Samudra, Rido Koja, Yulia Nanda, Tri Oktaviani, Fitri Dayanti, Devi Irmayani
Saiser, Weni Putri, Debi Gautama, Ifan Wahyudi, Fadillah Ahmad, Yesryl Nela Frendos,
Azhari Syarief
2018

Artikel ini telah terbit pada:


Jurnal Geografi Universitas Negeri Padang

Kawasan DAS Bompon mempunyai kerapatan vegetasi tinggi yang mempunyai


peran sebagai sumber pendapatan harian, bulanan, musiman dan tahunan
masyarakat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui biomassa
total di atas permukaan pada suatu pohon dan pengaruhnya terhadap
longsoran di DAS Bompon. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah dengan metode sampling tanpa pemanenan. Beban biomassa pohon yang
dihitung adalah biomassa atas permukaan meliputi bagian pohon seperti:
cabang ranting, dan daun. Pendekatan allometrik menggunakan persamaan
biomassa yang telah dikembangkan sebelumnya, sehingga dalam kegiatan ini
hanya membutuhkan data diameter (dbh) dan tinggi pohon hasil dari
inventarisasi Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada bagian hilir DAS
Bompon dikategorikan pada longsor aktif dengan tipe longsor yaitu slide.
Lokasi terdiri dari dua bagian yaitu puncak bukit dan lereng tengah dengan
penggunaan lahan kebun campuran. Rekapitulasi yang dilakukan menunjukkan
terdapat 143 pohon. Perhitungan biomassa yang telah dianalisis pada puncak
bukit dan lereng tengah didapatkan hasil 231.8488 kg pada bagian puncak
bukit dan 995.9895 kg pada bagian lereng tengah.

Kata kunci : biomassa pohon, longsor aktif, DAS Bompon

Productive Conservation of Land Resources 2022 I 33


Industri Kreatif di Dusun Bompon dan Dusun Ngemplak Desa
Wonogiri Kecamatan Kajoran Kabupaten Magelang Jawa
Tengah
Cakra Buana Israq, Debi Arif Budiman, Dewita Afriani, Disha Elphasena, Elsi Agusri Dewi,
Ghinna Rahmatania, Idris Afandy, Rahmad Ramadhan, Raudatul Husna, Riang Wirastin
Harefa , Zurialdi, Sri Mariya, Paus Iskarni
2018

Artikel ini telah terbit pada:


Jurnal Geografi Universitas Negeri Padang

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana industri kreatif dan


dimana saja letak industri kreatif yang ada di Dusun Bompon dan Dusun
Ngemplak. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif.
Untuk mengetahui bagaimana Industi kreatif di Dusun Bompon dan Dusun
Ngemplak dilakukan berdasarkan hasil observasi lapangan, kuesioner, dan
wawancara masyarakat Sedangkan untuk mengetahui letak industri kreatif
tersebut dilakukan dengan mengolah letak astronomis, yaitu posis garis bujur
dan lintang yang telah dikumpulkan dengan menggunakan GPS Enssensial.
Berdasarakna hasil observasi, di Dusun Bompon dan Dusun Ngemplak terdapat
2 sub sektor industri kreatif,yaitu kerajinan ikan pindang dan desain
grafis.Kerajinan ikan pindang merupakan salah satu kerajinan bambu
sedangkan desain grafis adalah satu media untuk menyampaikan informasi
melalui bahasa komunikasi visual dalam wujud dwimatra dan trimatra yang
melibatkan kaidah-kaidah estetik. Industri kreatif yang ada pada kedua dusun
tersebut masih dalam kategori industri rumah tangga. Sedangkan letak atau
lokasi industri kreatif di Dusun Bompon dan Dusun Ngemplak berdasarkan
pola sebaran industri memiliki pola persebaran acak dan berdasarkan pola
persebaran dan permukiman desa memiliki pola memanjang jalan dan sungai.

Kata kunci : industri kreatif dan letak atau lokasi, Bompon, Ngemplak

Productive Conservation of Land Resources 2022 I 34


Penilaian Tingkat Risiko Tanah Longsor pada Penggalan Lahan
DAS Bompon Magelang Jawa Tengah
Tuti Rezky, Fakhrul Walad, Eko Satria Permana, Lucia Nita Sri Ratna, Rivo Saputra,
Fithratul Ashrafi, Septia Devi, Riri Permata Sari, Izzatul Mujahidah, Selfia Zalna, Triyatno
2018

Artikel ini telah terbit pada:


Jurnal Geografi Universitas Negeri Padang

Daerah aliran sungai Bompon merupakan daerah aliran sungai yang memiliki
karateristik bentang lahan yang unik dengan tingkat potensi longsor yang
tinggi. Untuk mengantisipasi dan mencegah terjadinya bencana alam tanah
longsor, maka perlu disediakan kajian tingkat risiko tanah longsor. Tujuan
penelitian adalah untuk melakukan penilaian resiko tanah longsor dengan
skala lokal pada satu penggal lahan di unit terkecil DAS Bompon. Motode yang
digunakan dalam penilaian tingkat risiko tanah longsor adalah metode transek
dan survey dengan melakukan profiling pada titik-titik pengamatan lereng
longsoran pada satu penggalan lahan. Terdapat enam titik profiling
terdistribusi yang dianggap dapat mewakili seluruh seluruh wilayah penelitian.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat bahaya longsor paling tinggi
terdapat di titik dua, kerentanan tanah longsor terdapat pada titik tiga dan
elemen berisiko resiko terdapat pada titik tiga. Integrasi ke-tiga data tersebut
menghasilkan nilai tingkat resiko tinggi pada sampel tiga.

Kata kunci : longsor, profiling, resiko

Productive Conservation of Land Resources 2022 I 35


The Ecological Perspective of Landslides at Soils with High Clay
Content in the Middle Bogowonto Watershed, Central Java,
Indonesia
Junun Sartohadi, Nur Ainun Harlin Jennie Pulungan, Makruf Nurudin, and Wahyudi
Wahyudi
2018

Artikel ini telah terbit pada:


Applied and Environmental Soil Science

The clay layers at hilly regions in the study area were very thick. The presence
of very thick clay caused several difficulties in terms of environmental
management, particularly in reducing georisk due to landslide. However,
initial observations proved that areas of active landslides had better vegetation
cover. The objective of this study was to find out ecological roles of landslides
in livelihood in the Middle Bogowonto Watershed. The ecological roles of
landslide were examined through field empirical evidences. Texture, bulk
density, permeability, structure, and index plasticity were conducted for
analyses of soil physical properties. Stepwise interpretation was made using 1
:100,000–1 : 25,000 Indonesian topographic maps and remote sensing images of
30 m-<10 m spatial resolution. The results showed that landslides formed three
landform zones: residual, erosional, and depositional zones. The area that did
not slid, the residual zone, had massive soil structure and very hard
consistency. Crops cultivated in this zone did not grow well. In the areas of
active landslide, the environmental conditions seemed to be more favorable for
living creatures. The landslides resulted in depositional zones with gentle
slopes (4° to 15°), higher water availability, and easier soil management. The
landslides also acted as the rearrangement process of landforms for better
living environment.

Kata kunci : clay, landslides, ecological

Productive Conservation of Land Resources 2022 I 36


Analisis Multi-skala Perencanaan Konservasi Tanah Dengan
Model GeoWEPP di DAS Bompon, Jawa Tengah
Zulhan Effendy
2018
S2 Geografi Universitas Gadjah Mada
Pembimbing:
Dr. rer. nat Muhammad Anggri Setiawan, M.si; Dr. Djati Mardiatno, M.Si.

Perencanaan konservasi tanah di area DAS membutuhkan alur hirarki dari


tingkat regional hingga tingkat tapak. Informasi regional dibutuhkan untuk
menentukan permasalahan utama lahan dan area prioritas penanganan
program konservasi. Area prioritas memerlukan informasi spasial lebih detail
pada skala tapak untuk menentukan tipe konservasi dan lokasi penanganan
pada penggal lereng. Analisis spasial dari skala regional hingga detail dalam
perencanaan konservasi belum secara terpadu dilaksanakan di Indonesia.
Penelitian ini bertujuan untuk merumuskan analisis multi-skala dalam
perencanaan konservasi tanah di DAS berukuran mikro. Lokasi penelitian
terletak di DAS Bompon, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah yang
menggambarkan karakter DAS mikro. DAS Bompon secara regional terletak
pada zona transisi, khususnya gunungapi kwarter (Ga. Sumbing) dan tersier
(Pegunungan Menoreh). Material tanah berkembang baik dengan ciri super
tebal dan sensitif terhadap erosi. Analisis multi-skala dilakukan pada tingkat
skala wilayah DAS, Sub DAS prioritas dan penggal lereng dengan
memanfaatkan evaluasi dari model erosi GeoWEPP. Tahap analisis skala DAS
fokus untuk menentukan area prioritas penanganan konservasi, berdasarkan
kriteria wilayah dengan erosi tinggi dan nilai penting lahan. Analisis area
prioritas dalam satuan unit Sub DAS difokuskan pada perencanaan konservasi
detil secara vegetatif. Analisis skala penggal lereng fokus pada proses simulasi
dinamika erosi-sedimentasi yang bertujuan untuk menentukan skenario tipe
konservasi vegetatif dan mekanik, serta penempatannya dalam penggal lereng.
Hasil model erosi pada skala DAS menunjukkan erosi tinggi terjadi pada
keseluruhan wilayah terutama pada lahan pertanian. Pemilihan Sub DAS
prioritas mengacu pada wilayah dengan erosi tinggi dan kondisi lahan
pertanian (ketela, jagung dan padi) karena memiliki nilai ekonomi penting
bagi masyarakat. Sub DAS prioritas terpilih meliputi 2 lokasi yaitu A dan B
dengan nilai laju erosi 441 ton/ha dan 438.2 ton/ha. Evaluasi praktek konservasi
tanah dengan teknik agroforestry, perencanaan penggunaan lahan dan
manajemen lahan efektif menurunkan laju erosi Sub DAS prioritas A dan B
dengan persentase 27% dan 18 %. Konservasi pada skala detail dilakukan pada
penggal lereng Sub DAS prioritas A dan B. Pemilihan lereng berdasarkan
dinamika erosi dan sedimentasi ditinjau dari kompleksitas kemiringan dan
keberadaan penggunaan lahan pertanian. Lereng pada Sub DAS A dan B
memiliki laju erosi mencapai 186.93 ton/ha dan 597.7 ton/ha. Evaluasi praktek
konservasi detail pada lereng secara efektif menurunkan kemiringan lereng
menjadi 8%, rotasi tanaman pada lahan pertanian, agroforestry dan manajemen
tanah efektif mengurangi laju erosi Sub DAS prioritas A dan B dengan
persentase 48.8 % dan 34 %.

Kata kunci : konservasi tanah, multi-skala, erosi, GeoWEPP

Productive Conservation of Land Resources 2022 I 37


Karakteristik Morfologi Erosi Pipa (Pipe Erosion) di Sebagian
DAS Bompon Kabupaten Magelang, Jawa Tengah
Bayu Bima Yusufa
2018
S2 Geografi Universitas Gadjah Mada
Pembimbing:
Dr. Djati Mardiatno, M.Si; Dr. rer. nat. Muhammad Anggri Setiawan, M.Sc.

Tujuan penelitian ini adalah (1) Menganalisis sebaran spasial erosi pipa pada
penggal lereng di sebagian DAS Bompon (2) Menganalisis morfologi erosi pipa
pada penggal lereng di sebagian DAS Bompon (3) Mengkaji faktor yang
berpengaruh terhadap hasil proses erosi pipa di sebagian DAS Bompon (4)
Mengkaji genesis erosi pipa di sebagian DAS Bompon (5) Menganalisis
intensitas erosi pipa pada penggal lereng di sebagian DAS Bompon. Metode
penelitian yang digunakan yaitu (1) Survei terestrial untuk identifikasi dan
pengamatan erosi pipa di lapangan (2) Penyusunan peta sebaran erosi pipa
dengan bentuklahan dan profil lereng (3) Analisis deskriptif digunakan untuk
menganalisis morfologi, faktor yang berpengaruh, dan genesis erosi pipa (4)
Analisis korelasi untuk mengetahui hubungan antara debit pipeflow dengan
sedimen suspensi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebaran spasial erosi
pipa mengelompok pada daerah lereng dengan karakteristik relatif cekung dan
terbentuk pada bentuklahan lereng atas perbukitan, lereng tengah perbukitan
dan lereng kaki perbukitan. Morfologi erosi pipa bervariasi dari morfografi
dan morfometrinya. Morfografi erosi pipa membentuk empat pola bentukan
outlet yaitu berbentuk bulat, setengah lingkaran, lonjong dan tidak beraturan.
Morfometri erosi pipa menunjukkan dinamika perubahan ukuran panjang,
lebar, dan kedalaman secara temporal. Semakin besar ukuran outlet erosi pipa,
maka debit pipeflow semakin besar. Material permukaan menadi faktor yang
berpengaruh terhadap hasil proses erosi pipa. Permeabilitas tanah pada tanah
sampel bagian atas memiliki nilai permeabilitas yang lebih tinggi dari sampel
bagian bawah. Erosi pipa dikontrol oleh permeabilitas tanah dan ditahan oleh
tanah impermeabel dibagian bawah. Kondisi tekstur tanah didominasi oleh
lempung berpasir. Erosi pipa yang sudah berkembang memiliki kedalaman
solum >1m. Hasil analisis dan klasifikasi, terdapat empat tipologi genesis erosi
pipa di sebagian DAS Bompon yaitu (1) Erosi pipa berasosiasi dengan retakan
longsor, (2) Erosi pipa berasosiasi dengan badan longsor aktif, (3) Erosi pipa
berasosiasi dengan sawah, (4) Erosi pipa berasosiasi dengan tekuk lereng.
Jumlah total sedimen suspensi terbesar yaitu 0,87 g/l. Jumlah sedimen suspensi
tidak memiliki korelasi dengan jumlah debit aliran pipeflow.

Kata kunci : erosi pipa, sebaran spasial, morfologi, genesis, intensitas

Productive Conservation of Land Resources 2022 I 38


Karakteristik Kesuburan Fisik Tanah Permukaan di
Longsorlahan Tidak Aktif DAS Bompon Kabupaten Magelang,
Jawa Tengah
Zulfa Sirlina Rofi Istiqomah
2018
S1 Geografi Lingkungan Universitas Gadjah Mada
Pembimbing:
Prof. Dr. rer. nat. Junun Sartohadi, M.Sc.

Kajian mengenai karakteristik fisik tanah permukaan dilakukan pada


longsorlahan tidak aktif di DAS Bompon, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.
Penelitian memiliki tujuan untuk (1)mengkaji morfologi longsor tidak aktif;
(2)menemukenali karakteristik fisik tanah permukaan longsor tidak aktif;
(3)menganalisis kesuburan fisik setiap bentuklahan longsor tidak aktif di
Dusun Bompon, Desa Wonogiri. Pendekatan geomorfologi dilakukan guna
mengetahui morfologi, material, dan proses yang masih berlangsung. Tahapan
dilakukan melalui survey lapangan kondisi morfologi longsor, analisis profil
tanah, dan analisis laboratorium. Hasil penelitian menunjukkan longsor tidak
aktif daerah penelitian memiliki sudut lereng 1,35o-43,5o, ketinggian 415-485
mdpl, arah hadap longsor ke Tenggara. Longsor tidak aktif dapat dibagi
kedalam 5 morfologi longsor yaitu mahkota, gawir, kepala longsor, badan
longsor, dan kaki longsor. Karakteristik fisik tanah uji laboratorium meliputi
parameter tekstur, permeabilitas, berat jenis, berat volume, porositas, dan
nilai-nilai konsistensi. Tingkat kesuburan tanah diperoleh dari klasifikasi
kedalaman efektif tanah, tekstur tanah, dan permeabilitas. Longsor tidak aktif
daerah penelitian terbagi dalam dua klasifikasi kesuburan yaitu kesuburan
fisik rendah dan sedang.

Kata kunci : karakteristik kesuburan fisik, kesuburan tanah, longsorlahan tidak


aktif, morfologi, tanah

Productive Conservation of Land Resources 2022 I 39


Pemetaan Stabilitas Agregat Tanah Permukaan di Sub DAS
Kaliwungu, Magelang, Jawa Tengah
Vinda Indriastuti
2018
S1 Geografi dan Ilmu Lingkungan Universitas Gadjah Mada
Pembimbing:
Dr.rer.nat.Muhammad Anggri Setiawan, M.Si.

Stabilitas agregat tanah merupakan indikator yang relevan sebagai prediksi


awal terjadinya erosi tanah karena mencerminkan beberapa karakteristik tanah
penting lainnya dan mengukur beberapa karakteristik tanah permukaan.
Diperlukan metode yang tepat untuk mengkombinasikan faktor lingkungan
terkait stabilitas agregat tanah untuk menghasilkan peta stabilitas agregat
tanah. Penelitian ini dilakukan untuk menguji efektifitas dan efisiensi
kombinasi bentuklahan dan penutup lahan untuk pemetaan stabilitas agregat
tanah permukaan skala detail dan menganalisis distribusi nilai stabilitas
agregat tanah permukaan di Sub DAS Kaliwungu. Data dikumpulkan melalui
survei lapangan dan pengujian laboratorium. Sampel tanah diambil dari tanah
permukaan 0-5 cm di 31 titik sampel kombinasi bentuklahan dan penutup
lahan pada area sampling seluas 34,83 ha. Uji laboratorium digunakan untuk
memperoleh indeks stabilitas agregat tanah (ISAT) menggunakan metode
ayakan berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Sub DAS Kaliwungu
didominasi atas satuan Konsosiasi ISAT 6 dan Konsosiasi ISAT 5. Ada
sebagian kecil digolongkan dalam satuan Asosiasi, yang memiliki komposisi
ISAT 3 sebesar 43% dan ISAT 6 sebesar 39%. Nilai ISAT pada berbagai
bentuklahan sangat fluktuatif yang menandakan pengaruh bentuklahan sangat
rendah terhadap kestabilan agregat. Penutup lahan memiliki nilai ISAT sangat
variatif. Kombinasi bentuklahan dan penutup lahan sebagai satuan pemetaan
stabilitas agregat tanah permukaan, efektif digunakan pada karakteristik
wilayah yang heterogen dan efisien dalam segi waktu dan biaya penelitian.

Kata kunci : pemetaan tanah, stabilitas agregat tanah permukaan, sub DAS
Kaliwungu

Productive Conservation of Land Resources 2022 I 40


Variasi Redistribusi Bahan Organik Akibat Erosi pada Penggal
Lereng sub DAS Kaliwungu
Yuli Widyaningsih
2018
S1 Geografi dan Lingkungan Universitas Gadjah Mada
Pembimbing:
Prof. Dr. rer. nat. Junun Sartohadi, M.Sc.

Kajian mengenai karakteristik fisik tanah permukaan dilakukan pada


longsorlahan tidak aktif di DAS Bompon, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.
Penelitian memiliki tujuan untuk (1)mengkaji morfologi longsor tidak aktif;
(2)menemukenali karakteristik fisik tanah permukaan longsor tidak aktif;
(3)menganalisis kesuburan fisik setiap bentuklahan longsor tidak aktif di
Dusun Bompon, Desa Wonogiri. Pendekatan geomorfologi dilakukan guna
mengetahui morfologi, material, dan proses yang masih berlangsung. Tahapan
dilakukan melalui survey lapangan kondisi morfologi longsor, analisis profil
tanah, dan analisis laboratorium. Hasil penelitian menunjukkan longsor tidak
aktif daerah penelitian memiliki sudut lereng 1,35o-43,5o, ketinggian 415-485
mdpl, arah hadap longsor ke Tenggara. Longsor tidak aktif dapat dibagi
kedalam 5 morfologi longsor yaitu mahkota, gawir, kepala longsor, badan
longsor, dan kaki longsor. Karakteristik fisik tanah uji laboratorium meliputi
parameter tekstur, permeabilitas, berat jenis, berat volume, porositas, dan
nilai-nilai konsistensi. Tingkat kesuburan tanah diperoleh dari klasifikasi
kedalaman efektif tanah, tekstur tanah, dan permeabilitas. Longsor tidak aktif
daerah penelitian terbagi dalam dua klasifikasi kesuburan yaitu kesuburan
fisik rendah dan sedang.

Kata kunci : karakteristik kesuburan fisik, kesuburan tanah, Longsorlahan tidak


aktif, morfologi, tanah

Productive Conservation of Land Resources 2022 I 41


Karakteristik Lereng Erosi pada Bentuk Penggunaan Lahan
Kebun Campur dan Tegalan di Sub DAS Kaliwungu, Kajoran,
Magelang
Yuli Agnes Karmila
2018
S1 Geografi dan Ilmu Lingkungan Universitas Gadjah Mada
Pembimbing:
Prof. Dr. rer.nat. Junun Sartohadi, M.Sc.

Penelitian mengenai karakteristik lereng erosi secara detil pada bentuk


penggunaan yang berbeda masih tetap diperlukan untuk memberikan bukti-
bukti baru pada model-model erosi yang telah banyak dikembangkan. Tujuan
penelitian mencakup 3 hal: (1) menentukan faktor penyebab konsentrasi aliran;
(2) menemukenali variasi lereng erosi pada bentuk penggunaan lahan kebun
campur dan tegalan; (3) menentukan faktor yang mempengaruhi karakteristik
lereng erosi pada bentuk penggunaan lahan kebun campur dan tegalan. Metode
penelitian yang digunakan untuk mengkaji karakteristik lereng erosi adalah
dengan area kunci di Sub-DAS Kaliwungu, pengukuran secara sistematik pada
beberapa transek, dan analisis deskriptif kualitatif serta kuantitatif.
Identifikasi bentuk penggunaan lahan kebun campur dan tegalan dilakukan
berdasarkan interpretasi foto udara dan survei lapangan. Pengukuran secara
sistematik panjang dan sudut lereng erosi pada setiap ujung erosi gully
dianalisis secara deskriptif kuantitatif menggunakan tabel frekuensi. Analisis
faktor-faktor yang mempengaruhi lereng erosi dilakukan secara deskriptif
kualitatif. Hubungan antara panjang dan sudut lereng erosi dikaitkan dengan
relief mikro, karakteristik fisik tanah, dan jenis vegetasi penutup. Hasil
penelitian menyatakan bahwa ada perbedaan yang nyata antara lereng erosi
pada bentuk penggunaan lahan kebun campur dan tegalan. Perbedaan
karakteristik lereng erosi dipengaruhi oleh relief mikro yang tercipta karena
proses pengolahan tanah dan tutupan vegetasi. Variasi lereng erosi dikontrol
oleh relief mikro berupa teras lahan pertanian hasil proses antropogenik yang
dominan. Relief mikro berupa teras menentukan arah konsentrasi aliran,
sehingga pengikisan tanah di tegalan lebih intensif dibandingkan kebun
campur. Karakteristik fisik tanah yang memiliki persentase lempung pada
lapisan permukaan 55,05 - 84,37% menyebabkan tanah menjadi relatif
impermeable. Jenis tutupan vegetasi di tegalan yang memiliki tingkat
kerapatan rendah menyebabkan erosi gully terbentuk lebih intensif
dibandingkan kebun campur.

Kata kunci : lereng erosi, erosi gully, penggunaan lahan, kebun campur, tegalan

Productive Conservation of Land Resources 2022 I 42


Kualitas Struktur Tanah pada Setiap Bentuklahan di DAS
Kaliwungu
Adhera Sukmawijaya
2018
S1 Geografi dan Lingkungan Universitas Gadjah Mada
Pembimbing:
Prof. Dr. rer. nat. Junun Sartohadi, M.Sc.

Aktivitas pengolahan tanah oleh manusia di DAS Kaliwungu terjadi secara


intensif. Pengelolaan yang baik perlu dilakukan agar tidak terjadi degradasi.
Pengelolaan lahan pertanian yang berkelanjutan perlu memperhatikan 2 hal
yaitu bentuklahan dan tanah. Faktor tanah yang perlu diperhatikan secara
khusus adalah struktur tanah. Penelitian bertujuan untuk menganalisis
struktur tanah pada setiap bentuklahan sebagai dasar penentuan pengelolaan
tanah yang berkelanjutan. Penelitian menggunakan metode survei lapangan
dan uji laboratorium untuk mengumpulkan data. Data yang dikumpulkan
melalui survei lapangan adalah sudut lereng, ketebalan lapisan tanah, warna
tanah, dan karakteristik struktur tanah. Tekstur dan bahan organik
dikumpulkan melalui uji laboratorium. Metode pengambilan sampel yang
digunakan adalah stratified align sampling. Penelitian menggunakan
bentuklahan sebagai strata yang diambil pada satu alur proses. Lubang tanah
dibuat pada setiap bentuklahan. Bentuklahan ditentukan berdasarkan
perbedaan morfologi yang didapatkan dari pemotretan foto udara oleh
kendaraan nir-awak. Pengamatan karakteristik tanah dilakukan pada profil
tanah yang terlihat dari lubang tanah dengan dimensi 1m3. Karakteristik
struktur tanah yang diamati adalah kualitas struktur tanah. Kualitas struktur
tanah ditentukan menggunakan instrumen Visual Evaluation for Sub-Soil
Structure (SubVESS) (Ball, et al, 2015). Hasil kualitas struktur tanah dianalisis
secara spasial dan dikait dengan bentuklahan yang terkait. Analisis pedologi
dilakukan dengan mengkaitkan nilai kualitas struktur tanah dengan nilai
kandungan klei dan bahan organik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tanah
pada daerah kajian memiliki nilai kualitas struktur tanah yang baik. Puncak
Perbukitan memiliki nilai kualitas struktur sesuai susunan horison berupa Ssq
2, Ssq 1, dan Ssq3. Bentuklahan Lereng Atas, Lereng Tengah, dan Lereng Bawah
memiliki kualitas struktur sesuai susunan horison berupa Ssq1 dan Ssq3.
Dataran Koluvial memiliki kualitas struktur sesuai susunan horison berupa Ssq
1, Ssq 2, Ssq 5, dan Ssq 2. Lapisan ketiga pada Dataran Koluvial mengalami
sementasi abu vulkanik. Nilai kualitas struktur tanah daerah kajian
menunjukkan bahwa tanah memiliki kondisi yang baik dan tidak diperlukan
adanya perubahan pengelolaan.

Kata kunci : struktur, kualitas, bentuklahan, kebun, pengelolaan

Productive Conservation of Land Resources 2022 I 43


Pola Distribusi Keruangan Erosi Parit DAS Kaliwungu,
Magelang, Jawa Tengah
Irvan Luthfi Ryadi
2018
S1 Geografi dan Ilmu Lingkungan Universitas Gadjah Mada
Pembimbing:
Prof. Dr. rer.nat. Junun Sartohadi, M.Sc.

Kajian terkait pola distribusi keruangan telah banyak dilakukan di


Indonesia.Pola distribusi keruangan umumnya digunakan dalam analisis pola
permukiman, kependudukan, industri, dan kesehatan.Kajian terkait pola
distribusi jarang digunakan dalam menganalisis unsur kajian lingkungan fisik
seperti pola distribusi erosi parit.Penelitian bertujuan untuk mengetahui pola
distribusi erosi parit di DAS Kaliwungu dan melihat hubungan erosi parit
dengan pengelolaan lahannya. Metode sensus diterapkan pada penelitian
ini.Metode sensus digunakan untuk mendata seluruh keberadaan erosi parit di
DAS Kaliwungu. Melalui metode sensus didapatkan data detil di lokasi
kejadian erosi parit. Data kejadian erosi parit dianalisis menggunakan
neighborhood analysis untuk mendapatkan pola distribusi keruangannya.Data
kejadian erosi parit juga dianalisis dengan tabulasi silang untuk mengetahui
kaitannya dengan penggunaan lahan dan karakteristik lereng. Erosi parit di
DAS Kaliwungu memiliki pola distribusi tersebar secara tidak merata.Pola
tersebar tidak merata dipengaruhi letak, kerapatan dan jumlah erosi parit pada
setiap penggunaan lahan.Pola tersebar tidak merata juga dipengaruhi sebaran
penggunaan lahan yang memiliki asosiasi dengan karakteristik
lereng.Permukiman berada di igir DAS dengan pembuangan saluran drainase
ke lereng menginisiasi terjadinya erosi parit.Tegalan yang berada di zona
erosional sampai deposisioal menimbulkan erosi parit, sementara tegalan yang
berada di zona deposisional saja tidak terdapat erosi parit.Erosi parit
terbentuk di kebun campuran yang berasosiasi dengan jalan setapak dan bekas
terjadi longsor.

Kata kunci : erosion, gully, pattern, distribution, spatial

Productive Conservation of Land Resources 2022 I 44


Analisis Tingkat Erosi Setiap Satuan Lahan di Sub DAS Kodil
Siti Barrirotun Nafiah
2018
S1 Teknik Pertanian Universitas Gadjah Mada
Pembimbing:
Prof. Dr. Ir. Putu Sudira. M.Sc; Dr. Ngadisih, STP. M.Sc; Rizki Maftukhah, STP., M.Sc.

Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis dan membuat arahan konservasi lahan di sub
DAS Kodil berdasarkan tingkat bahaya erosi. Prediksi tingkat erosi dilakukan dengan
metode USLE (Universal Soil Loss Equation) yang terintegrasi dengan bantuan Sistem
Informasi Geografis (SIG). Dalam penelitian ini, data yang digunakan merupakan data
hujan tahun 2003-2014 dari stasiun pencatat hujan Sapuran, Kenteng dan Penungkulan.
Data hujan ini dihitung untuk mendapatkan nilai erosivitas hujan yang kemudian dioverlay
dengan peta jenis tanah, peta kemiringan lahan, dan peta penggunaan lahan. Overlay
menghasilkan 30 unit lahan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Sub DAS Kodil termasuk
dalam kriteria erosi berat dan sangat berat dengan rata-rata laju erosi 677,19 ton/ha/th dari
total luasan wilayah 20.482 ha. Nilai laju erosi terbesar terjadi pada satuan lahan PBlV (tipe
penggunaan lahan pemukiman, kemiringan lereng < 40%, jenis tanah Brown Latosol nilai
laju erosi 5.226,89 ton/ha/tahun (kategori sangat berat). Prioritas rehabilitasi utama
ditunjukan untuk daerah yang rata-rata memiliki kecuraman tinggi, tanah dengan kepekaan
erosi tinggi dan penggunaan lahan yang sedikit vegetasi.

Kata kunci : laju erosi, Sistem Informasi Geografis, sub DAS Kodil, unit lahan, USLE

Productive Conservation of Land Resources 2022 I 45


Konservasi Mataair untuk Memenuhi Kebutuhan Air Domestik
pada Musim Penghujan di Sub DAS Bompon, Kabupaten
Magelang, Provinsi Jawa Tengah
Dalvin Savero
2018
S1 Teknik Lingkungan UPN Veteran Yogyakarta
Pembimbing:
Ir. Suharwanto, M.T.; Ekha Yogafanny, S.si, M.Eng.

Air bersih menjadi suatu kebutuhan vital bagi masyarakat. Sub DAS Bompon
merupakan kawasan yang terletak di lereng kaki Gunungapi Sumbing, dengan
karakteristik lereng yang bergelombang hingga berbukit. Karena daerahnya
yang berbukit, sumber air yang banyak dimanfaatkan masyarakat berasal dari
mataair. Beberapa mataair yang digunakan memiliki kualitas air yang tidak
memenuhi standar bakumutu. Fluktuasi debit mataair di sub DAS Bompon
juga cukup besar dan beberapa mataair di sub DAS Bompon belum terlindungi.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey,
laboratorium, wawancara, matematis dan evaluasi. Karakteristik yang dikaji
meliputi tipe mataair berdasarkan debit, sifat pengaliran, dan tenaga gravitasi.
Potensi mataair diketahui dari debit (kuantitas) dan kualitas air mataair.
Kualitas air dari mataair diketahui menggunakan analisis laboratorium.
Parameter yang digunakan untuk analisis laboratorium yaitu sifat fisik
(kekeruhan, TDS, TSS), sifat kimia (pH, Besi), dan sifat biologi (Total
Coliform) dengan acuan Peraturan Menteri Kesehatan No.32 Tahun 2017
Tentang Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan Dan Persyaratan
Kesehatan Air Untuk Keperluan Higiene Sanitasi, Kolam Renang, Solus Per
Aqua, Dan Pemandian Umum dan Peraturan Pemerintah RI Nomor 82 tahun
2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air Dan Pengendalian Pencemaran Air.
Kelima mataair yaitu mataair Kalisari 1, mataair Kalisari 2, mataair Kalisari 3,
mataair Kalinongko, dan mataair Bompon termasuk mataair musiman
(Intermitent Springs). Tipe mataair berdasarkan kelas debit untuk mataair
Bompon masuk dalam kelas sedang, mataair Kalisari 1, Kalisari 2 dan
Kalinongko masuk dalam kelas rendah dan mataair Kaliasari 3 masuk dalam
kelas sangat rendah. Tipe kalima mataair termasuk mataair depresi. Kualitas
air dari kelima mataair tergolong buruk, karena tergolong asam dan pada
mataair Kalisari 3 dan kalinongko menghasilkan total koliform yang tinggi.
Berdasarkan perbandingan debit mataair dan kebutuhan air, Kuantitas dari
kelima mataair masih cukup untuk memenuhi kebutuhan air domestik
masyarakat yang menggunakannya, karena pengukuran debit dilakukan pada
musim penghujan sedangkan pada musim kemarau menurut keterangan warga,
beberapa mataair mengalami kekeringan dan tidak dapat memenuhi kebutuhan
air masyarakat. Konservasi mataair dilakukan secara vegetatif (Penanaman
pohon bambu, pohon beringin dan sukun), secara mekanik (pembuatan teras
gulud, pembuatan sarana pelindungan mataair, pembuatan lubang resapan
biopori dan treatment dengan penaburan kapur untuk menurunkan pH pada
mataair), konservasi berbasis masyarakat dan dengan pendekatan pemerintah.

Kata kunci : mataair, karakteristik mataair, potensi mataair, konservasi, daerah


Imbuhan, teras gulud

Productive Conservation of Land Resources 2022 I 46


Teknik Penanggulangan Bencana Kekeringan di Sub DAS
Bompon Desa Margoyoso dengan Metode Trans Basin Dari
Mataair Sub DAS Kaliwungu Desa Kaliabu, Kecamatan Kajoran,
Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah
Wahyudi Wisaksono
2018
S1 Teknik Lingkungan UPN Veteran Yogyakarta
Pembimbing:
Dr. Ir. Eko Teguh P., M.T.; Agus Bambang Irawan, S.Si., M.Sc.

Sub DAS Bompon pada musim kemarau tidak memiliki cadangan mataair yang
cukup untuk memenuhi kebutuhan warga. Berdasarkan informasi dari
masyarakat pada bulan Juli, Agustus, September, dan Oktober, Sub DAS
Bompon mengalami kekeringan, karena potensi sumber daya air di desa ini
terbatas, maka perlu adanya alternatif sumber daya air diluar sistem sub DAS
Bompon. Alternatif tersebut salah satunya adalah menggunakan metode trans
basin. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui zonasi kerawanan
bencana kekeringan, mengetahui kuantitas dan kualitas mataair, mengetahui
pengelolaan mataair, dan mengetahui sistem distribusi air bersih. Metode
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey,
wawancara, laboratorium, analisis dan evaluasi mataair, ketersediaan air, dan
zonasi kerawanan bencana kekeringan dan tipe kekeringan. Potensi mataair
diketahui dari debit (kuantitas) dan kualitas mataair. Kualitas mataair
diketahui menggunakan analisis laboratorium. Parameter yang digunakan
untuk analisis laboratorium yaitu sifat fisik (kekeruhan), sifat kimia (pH dan
Besi), dan sifat biologi (Total Koliform) dengan acuan Peraturan Menteri
Kesehatan No.32 Tahun 2017 tentang Standar Baku Mutu Kesehatan
Lingkungan dan Persyaratan Kesehatan Air untuk Keperluan Higiene Sanitasi,
Kolam Renang, Solus Per Aqua, dan Pemandian Umum. Keempat mataair
termasuk mataair menahun (Parennial Springs). Tipe mataair berdasarkan
kelas debit mataair termasuk dalam kelas sedang. Tipe keempat matair
termasuk mataair depresi. Kualitas mataair termasuk buruk karena masih
memiliki pH yang asam dan pada mataair 4 total koliform masih melebihi baku
mutu. Berdasarkan perbandingan debit mataair dan kebutuhan air, kuantitas
dari keempat mataair masih cukup untuk memenuhi kebutuhan air di Sub DAS
Bompon. Berdasarkan zonasi kerawanan bencana kekeringan didapatkan
kekeringan tingkat tinggi, sedang, dan rendah di daerah penelitian yang
didapatkan dari overlay peta kemiringan lereng, penggunaan lahan, batuan,
dan tekstur tanah. Arahan pengelolaan lingkungan yang sesuai untuk menjaga
ketersediaan air dilokasi penelitian adalah dengan melakukan metode trans
basin dan pembuatan daerah imbuhan berupa teras bangku.

Kata kunci : kekeringan, mataair, karakteristik mataair, potensi mataair, Trans


Basin, eaerah Imbuhan, teras bangku

Productive Conservation of Land Resources 2022 I 47


Strategi Pengelolaan Kekeringan Masyarakat Sub DAS Bompon
di Lereng Kaki Vulkanik Pegunungan Sumbing
Hanafi, Fahrudin, Juhadi, Sigit Bayhu Iryanthony, Awanda Rais Hakeem, Dinda Putri
Rahmadewi, Fitriyani
2019

Artikel telah terbit pada:


Jurnal Geografi Universirtas Negeri Semarang

Sub DAS Bompon merupakan daerah yang memiliki permasalahan bencana


tergolong kompleks. Dilihat dari morfologinya yang terdiri dari lereng-lereng
menjadikan daerah tersebut rawan longsor dan kekeringan terutama bagi
penduduk yang tinggal dibagian igir-igir Sub DAS Bompon. Selain adanya
dampak negatif, longsor juga memberikan dampak positif terkait dengan
ketersediaan sumber daya air alami yakni mata air. Pada penelitian ini, kajian
dilakukan pada setiap morfologi Sub DAS. Dari hasil observasi lapangan
menunjukkan bahwa penduduk di bagian lereng atas dan lereng bawah
perbukitan sebagian besar lebih memilih memanfaatkan mata air untuk
kegiatan domestik. Sedangkan di bagian kaki lereng perbukitan, mata air lebih
dimanfaatkan untuk kegiatan pertanian dan sebagian besar penduduk sudah
menggunakan sumur dan PAM. Penelitian ini bertujuan untuk
mengidentifikasi persebaran mata air dan air tanah serta menganalisis cara-
cara pengelolaan penduduk dalam memanfaatkan sumber daya air dari mata air
dan sumur. Dalam memanfaatkan dan mempertahankan kualitas mata air,
penduduk melakukan strategi seperti membuat kolam tampungan,
menancapkan bambu di pinggir tampungan mata air, membangun sumur
pribadi maupun komunal, hingga mencari mata air di luar Sub DAS Bompon,
dan lain-lain.

Kata kunci : pengelolaan SDA, lereng kaki, kekeringan

Productive Conservation of Land Resources 2022 I 48


The Existence of Socio-Cultural Value in Bompon Watershed
Community in Globalization Era
Thriwaty Arsal, Suyahmo, Puji Hardati, Sunarjan
2019

Artikel telah terbit pada:


Jurnal ISET Universitas Negeri Semarang

The research aims are to explain (1) socio-cultural conditions, (2)


socioeconomic conditions, and (3) the village government’s role in maintaining
the existence of social, cultural and economic values. This study uses a
descriptive qualitative approach. The data is collected by observation,
interview and documentation. The research objectives are village government,
custom shop and the community. The results of the study show that (1) the
socio-cultural conditions have not been touched by the outside community;
therefore, ethnicity and culture in Bompon area are still thick with Javanese
customs (2) The village government and traditional leaders make a simple
effort to increase cultural awareness in the era of globalization, which is to
provide understanding and teaching about local culture from generation to
generation and the issuance of village regulations on private ownership rights.

Kata kunci : Bompon watershed, local culture, social change, the existence of social

Productive Conservation of Land Resources 2022 I 49


Geospatial-Interface Water Erosion Prediction Project
(GeoWEPP) application for the planning of Bompon Watershed
conservation-prioritized area, Magelang, Central Java, Indonesia
Z Effendy, M A Setiawan, D Mardiatno
2019

Artikel telah terbit pada:


IOP Conf. Series: Earth and Environmental Science

Bompon watershed is located in the Quaternary Volcano (Mt. Sumbing) and


tertiary (Mt. Menoreh) transition zones. The implication is that the soil
material is well developed with super thick characteristic and is sensitive to
erosion. The existence of land processing interventions by the locals supports
the increasingly high rate of erosion. The use of the GeoWEPP model
facilitates the rapid calculation of erosion rates and evaluation of conservation
applications. The aim of the study was to calculate the erosion rate and
determine the priority areas with the GeoWEPP erosion model. The GeoWEPP
application was chosen because of its ability to show the spatial distribution of
erosion and sedimentation. Evaluation of prioritized areas is carried out with
the erosion rate criteria of the model and the important value of the land. The
results of the Bompon watershed erosion model show variations in erosion and
sedimentation. High erosion is in hilly morphology (slope of > 25%) with
agricultural land annual crops (moor) and mixed gardens. High sedimentation
is on the colluvial plains with moorland and rice fields land use. The existence
of agricultural areas with cassava, corn and rice commodities has important
value for villagers. Agriculture is the main livelihood of the community so that
it has priority in handling conservation to maintain the productivity of the
agricultural land. The assessment criteria for rate erosion and important value
of the land produce priority sub-watershed that location covering 2 locations
with an erosion rate of 441 tons/ha and 438.2 tons/ha.

Kata kunci : GeoWEPP, planning, conservation-prioritized area, erosion

Productive Conservation of Land Resources 2022 I 50


Identifikasi Sifat Kimia Tanah pada Longsor Aktif dan Longsor
Inaktif (Dormant) di Desa Margoyoso Kecamatan Salaman
Kabupaten Magelang Jawa Tengah
Dian Adhetya Arif, Fitri Aji, Afifu Rahman, Ratna Wahyu Kusuma Arum
2019

Artikel telah terbit pada:


Jurnal Geografi Universitas Negeri Padang

Sub DAS Bompon adalah salah satu wilayah terdampak bencana longsor yang
mencakup sebagian wilayah Kabupaten Magelang, Indonesia. Sebagian Wilayah
Sub DAS Bompon dimanfaatkan untuk pertanian dan permukiman, sehingga
meningkatkan kerawanan penduduk terhadap longsor. Identifikasi sifat kimia
tanah diperlukan sebagai dasar informasi tentang dinamika longsor. Tujuan
penelitian adalah mengidentifikasi sifat kimia tanah meliputi pH aktual, pH
potensial, bahan organik,dan kejenuhan basa pada longsor status aktif dan
inaktif di Desa Margoyoso Kecamatan Salaman. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah survei dan teknik pengambilan sampel dilakukan dengan
cara stratified random sampling. Hasil identifikasi pH tanah menunjukkan pH
aktual dan potensial pada dua status longsor tidak jauh berbeda berikisar
antara 4,5 hingga 5,5. Kandungan Fe dan Mn banyak ditemukan pada longsor
aktif dibanding pada longsor inaktif. Bahan organik banyak ditemukan di
kedua status longsor dan terkonsentrasi pada morfologi tubuh dan kaki
longsor. Kandungan kapur bebas (CO3) pada kedua status longsor tidak
ditemukan.

Kata kunci : longsor aktif, longsor pasif, sifat kimia tanah

Productive Conservation of Land Resources 2022 I 51


Community Participation on Water Resources Management in
the Drought Prone Area
(A Case Study from Wonogiri Village, Central Java, Indonesia)
Elok Surya Pratiwi, Juhadi, Edy Trihatmoko, Junun Sartohadi, Raulendhi Fauzanna, Arif Khoir
Mahmud
2019

Artikel telah terbit pada:


International Conference on Engineering, Science, and Industrial Applications

Because geomorphological condition does not support the formation of good


aquifer, the present of spring is becoming invaluable water resources for
Wonogiri villagers to fulfill their domestics needs. The aim of this research is
to investigate the community participation on spring management at the
environment threatened by drought every year in Central Java, Indonesia. A
field survey was conducted to interview some key informants related to
management pattern applied in the village. We also observed directly the
springs condition and land utilization surrounding the catchments area. A
community organization which is responsible to protect the water quantity
and quality was established to manage Ngureng spring as the main domestic
water resources in study area. They manage the rate as well as the time of
water usage. Both structural and non-structural protection activities were
enforced to keep the water clean. Eventually, a lot of efforts have been shown
by the community to minimize water scarcity when the dry season comes, but
unfortunately it is only limited to the spring area and there is no land
utilization management action yet in whole catchment that could give
significant influence to the sustainability of the springs. This result could
become a lesson learned related to community protection activities in rural
area and hopefully, some improvement step could be taken to reduce the
disaster risk in the future.

Kata kunci : community participation, drought, management, spring, water

Productive Conservation of Land Resources 2022 I 52


Penerapan Model Statistik Multivariat dalam Studi Kerawanan
Longsorlahan di Daerah Aliran Sungai Kodil, Jawa Tengah
Elok Surya Pratiwi dan Danang Sri Hadmoko
2019

Artikel telah terbit pada:


Jurnal Geografi

Tingginya jumlah kerugian yang ditimbulkan dari bencana longsorlahan di


DAS Kodil Jawa Tengah membuktikan bahwa upaya manajemen bencana di
daerah tersebut masih lemah. Penelitian ini dilakukan sebagai salah satu upaya
mengurangi resiko bencana yakni dengan cara merekonstruksi peta kerawanan
longsorlahan. Peta kerawanan longsorlahan direkonstruksi menggunakan salah
satu metode indirect mapping untuk mengurangi tingkat subjektivitas yang
tinggi yakni metode Logistic Regression Model. Hasil peta kerawanan
longsorlahan DAS Kodil menunjukkan bahwa 11,9% luas area termasuk dalam
kategori daerah kerawanan tinggi dan 5,8% luas area termasuk dalam kategori
daerah kerawanan sangat tinggi. Tingkat akurasi peta kerawanan longsorlahan
yang dihasilkan adalah sebesar 69,5%, dimana variabel yang paling berpengaruh
terhadap kejadian longsorlahan di daerah penelitian adalah jarak buffer jalan.

Kata kunci : kerawanan longsorlahan; logistic regression model; dinamika temporal


longsorlahan

Productive Conservation of Land Resources 2022 I 53


Karakteristik Erosi-Sedimentasi di Kawasan Lereng Gunungapi
pada Penggunaan Lahan Berbeda
(Kasus di DAS Bompon, Kabupaten Magelang Provinsi Jawa
Tengah)
La Ode Hadini
2019
S3 Ilmu Geografi Universitas Gadjah Mada
Pembimbing:
Prof. Dr.rer.nat. Junun Sartohadi, M.Sc; Dr.rer.nat. Djati Mardiatno, M.Si; Dr.rer.nat.
Muhammad Anggri Setiawan, M.Si.

Erosi-sedimentasi pada kawasan lereng gunungapi dengan kondisi tanah super


tebal sangat sensitif terhadap bentuk-bentuk penggunaan lahan. Kajian ini
bertujuan mengkaji karakteristik erosi-sedimentasi berdasarkan dinamika
aliran sedimen pada penggunaan lahan berbeda di agroforestry, permukiman
dan tegalan di kawasan lereng gunungapi mencakup aspek: pola kesesuaian
debit aliran dan debit suspensi; jeda waktu kejadian hujan dan awal
pembentukan aliran suspensi; ukuran butir suspensi selama aliran berlangsung;
hubungan debit aliran sedimen dan debit aliran; laju debit sedimen dan
kehilangan tanah; dan tipe sumber material sedimen selama aliran
berlangsung. Metode penelitian menggunakan metode area kunci dengan
melakukan pengukuran aliran sedimen di outlet setiap DAS area kunci pada
bulan Februari tahun 2017 hingga Desember tahun 2018. Pengukuran aliran
sedimen dilakukan pada setiap kejadian hujan di lapangan dan pengukuran di
laboratorium. Karakteristik penutup lahan dan alur aliran air yang masuk ke
sistem DAS area kunci didata secara detail melalui pengukuran lapangan. Hasil
penelitian berupa karakteristik erosi-sedimentasi di kawasan DAS gunungapi
mencakup: adanya pola hubungan kesesuaian pada puncak debit aliran dan
puncak debit suspensi di agroforestry, permukiman dan di tegalan; jeda waktu
kejadian hujan dan awal pembentukan aliran sedimen yang lebih lambat
berturut-turut di agroforestry 17,7 menit, permukiman 10,36 menit dan lebih
cepat di tegalan 9,7 menit; ukuran butir kandungan suspensi setiap
penggunaan lahan dominan fraksi clay, bersesuaian dengan fraksi clay yang
juga dominan pada lapisan tanah permukaan di kawasan catchment area;
model debit aliran yang terbentuk konsisten pada semua keadaan hujan di
semua penggunaan lahan, dan model debit suspensi dari keseluruhan data di
semua keadaan hujan konsisten terjadi di agroforestry dan tegalan, serta model
debit suspensi berlaku konsisten dengan pemilahan atas fase naik dan fase
turun di permukiman; laju aliran sedimen terjadi perbedaan pada sediment
yield berturut turut terkecil di agroforestry 0,139 ton/ha/thn dan permukiman
0,97 ton/ha/thn, serta terbesar di tegalan 809,59 ton/ha/thn; tipe sumber
material sedimen pada setiap penggunaan lahan di agroforestry, permukiman
dan di tegalan berasal dari sedimen suspensi yang lebih dominan daripada
material sedimen bed load.

Kata kunci : aliran, DAS Gunungapi, debit, penggunaan lahan, sedimen

Productive Conservation of Land Resources 2022 I 54


Penilaian Kerentanan Fisik Rumah Terhadap longsor
Berdasarkan Interpretasi Foto Udara Format Kecil di Sub DAS
Bompon, Kabupaten Magelang
Trida Ridho Fariz
2019
S2 Ilmu Lingkungan Universitas Gadjah Mada
Pembimbing:
Dr. Retnadi Heru Jatmiko, M. Sc.; Dr. Estuning Tyas Wulan Mei, M. Si.

Kajian untuk menilai kerusakan maupun kerentanan rumah terhadap longsor


skala detail masih jarang dilakukan. Apalagi mengenai pedoman analisisnya
melalui data penginderaan jauh yang masih sangat jarang dilakukan. Tujuan
dari penelitian ini adalah menilai kerentanan fisik rumah terhadap longsor
berdasarkan interpretasi pada foto udara format kecil serta membuat peta
kerentanan fisiknya. Penelitian ini memiliki beberapa tahapan. Pertama adalah
akuisisi dan pengolahan foto udara format kecil. Kedua adalah
menginterpretasi rumah dan area longsor aktual. Ketiga adalah
meninterpretasi indikator kerentanan fisik dan terakhir adalah pembobotan
setiap indikator melalui AHP. Hasil dari penelitian ini adalah foto udara
format kecil dapat digunakan untuk mengidentifikasi kerentanan fisik rumah
terhadap longsor melalui interpretasi visual. Tahapan identifikasi dimulai dari
observasi yang dilakukan bersamaan dengan proses akuisisi foto udara dan
pengukuran GCP, lalu dilanjutkan dengan menginterpretasi pendekatan
(proxy) berupa bentuk atap dan bangunan, ukuran, material atap, lokasi dan
asosiasi. Pendekatan tersebut digunakan sebagai pembantu proses interpretasi
rumah dan indikator kerentanan fisik dan kunci interpretasi yang disusun
secara umum memiliki akurasi diatas 80%. Hasil penilaian kerentanan fisik
menunjukkan bahwa rumah di Sub DAS Bompon didominasi oleh rentan
tertimbun longsor.

Kata kunci : kerentanan fisik, rumah, longsor, foto udara format kecil, kunci
interpretasi

Productive Conservation of Land Resources 2022 I 55


Analisis Risiko Bencana Kekeringan di DAS Bompon Kabupaten
Magelang Provinsi Jawa Tengah
Maulida Rahmi
2019
S2 Geografi Universitas Gadjah Mada
Pembimbing:
Dr. rer.nat. Muhammad Anggri Setiawan, M.Si., Dr. Djati Mardiatno, M.Si.

Analisis risiko kekeringan rumah tangga diawali dengan menganalisis


kerawanan dan kerentanan terhadap kekeringan pada wilayah kajian. Analisis
kerawanan kekeringan dipengaruhi oleh kondisi satuan bentuklahan yang
bervariasi pada wilayah kajian. Kerentanan kekeringan diasumsikan pada
jumlah anggota keluarga sebagai jumlah penggunaan kebutuhan air domestik
dalam setiap unit rumah tangga. Tujuan dari penelitian ini adalah (1)
Memetakan kerawanan kekeringan berdasarkan bentuklahan di DAS Bompon,
(2) Menganalisis permasalahan kekeringan berbasis sidik cepat dan pola
pemanfaatan air di DAS Bompon, (3) Menganalisis kerentanan rumah tangga
terhadap kekeringan di DAS Bompon, dan (4) Menganalisis risiko dan tingkat
kapasitas masyarakat terhadap kekeringan. Metode yang digunakan untuk
memetakan kerawanan kekeringan yaitu pendekatan geomorfologi,
pembobotan atau skoring dari setiap satuan bentuklahan sebagai indikator.
Kebutuhan air domestik dihitung berdasarkan jumlah anggota keluarga
dikalikan dengan jumlah kebutuhan penduduk per hari per kapita. Wawancara
penduduk dilakukan pada setiap rumah tangga dengan tujuan menggali
informasi dan fakta di lapangan. Hasil wawancara juga digunakan untuk
menganalisis kerentanan dengan diberi pembobotan atau skoring pada
parameter yang digunakan berupa kerentanan sosial dan lingkungan.
Menganalisis risiko kekeringan dengan menumpang tindihkan data kerawanan
dan kerentanan menggunakan analisis silang atau matriks. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa satuan bentuklahan interfluve dan lereng atas perbukitan
memiliki tingkat kerentanan kekeringan tinggi. Kekeringan pada satuan
bentuklahan ditandai oleh kondisi morfologi dan lokasi ditemukannya mataair
yang muncul di tekuk lereng. Kebutuhan air domestik pada data responden
tertinggi berada pada rumah tangga yang memiliki jumlah sebanyak sembilan
anggota keluarga. Hasil analisis kekeringan rumah tangga secara komprehensif
dibagi menjadi dua kategori, yaitu tingkat kekeringan sedang dan tingkat
tinggi.

Kata kunci : bentuklahan, kekeringan, risiko, rumah tangga

Productive Conservation of Land Resources 2022 I 56


Pemetaan Tanah HAHT (Human Altered-Human Transported)
pada Skala Detail di Sub DAS Bompon
Ahmad Fauzan Adzima
2019
S2 Geografi Universitas Gadjah Mada
Pembimbing:
Dr.rer.nat. Muhammad Anggri Setiawan, M.Si.; Dr. Djati Mardiatno, M.Si.

Tanah Human Altered-Human Transported (HAHT) merupakan suatu tanah


yang memiliki sifat utama dan unsur yang telah diubah secara signifikan oleh
manusia. Perubahan tersebut memungkinkan terjadinya pergeseran taksa tanah
dan merubah kesetimbangan proses bagi lingkungan. Sampai saat ini belum
ada catatan tentang sebaran spasial tanah HAHT khususnya di Indonesia,
sehingga kegiatan pemetaan perlu dilakukan sebagai acuan dalam pengelolaan
tanah. Penelitian ini bertujuan untuk (1) Menganalisis pola spasial
pemanfaatan sumberdaya lahan dan mendesain peta Bentuklahan
Antropogenik; (2) Menganalisis karakteristik dan mengklasifikasi tanah
HAHT; (3) Mendesain peta tanah HAHT pada variasi skala detail; dan (4)
Menganalisis pengaruh tanah HAHT terhadap dinamika lingkungan. Penelitian
ini menggunakan metode survei lapangan dan uji laboratorium dimana
penentuan lokasi pengamatan menggunakan metode traverse dan metode grid.
Kelas tanah pada tingkat ordo diklasifikasi menggunakan kunci taksonomi
tanah USDA edisi 12 tahun 2014 dan kelas sub ordo hingga seri menggunakan
proposal kunci taksonomi untuk tanah HAHT. Pemetaan tanah menggunakan
satuan pemetaan bentuklahan morfoaransemen dengan teknik deliniasi
konsosiasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola spasial aktivitas manusia
dalam memanfaatkan sumberdaya lahan di DAS Bompon terfokus pada
intervensi Agrogenic, Urbanogenic, Traffic, dan Water management.
Intervensi manusia memiliki pengaruh yang nyata terhadap transformasi
bentuklahan alami yang menyebabkan karakteristik tanah menyimpang dan
berbeda dengan kondisi alaminya. Pada Skala 1:2.000 ditemukan 6 kelas seri
tanah HAHT, sedangkan pada skala 1:10.000 yang merupakan hasil ekstrapolasi
peta tanah skala 1:2.000 ditemukan 4 kelas dengan seri tanah yang dominan
adalah Sangat-halus, Semiaktif, Tidak masam, Antraltic Cavaltepts,
Margoyoso. Tekanan antropik yang terjadi di DAS Bompon menyebabkan
adanya antropedogenesis yang membuat taksa tanah bergeser dari ultisol ke
inceptisol dan ultisol ke entisol sehingga berdampak terhadap dinamika
lingkungan di lokasi penelitian.

Kata kunci : bentuklahan, antropogenik, pemetaan, tanah HAHT, Bompon

Productive Conservation of Land Resources 2022 I 57


Kajian Sifat Fisik Tanah pada Daerah Rawan Longsor di Sub
DAS Bompon, Kecamatan Kajoran, Kabupaten Magelang
Wd. Asryanti Wida M
2019
S2 Ilmu Tanah Universitas Gadjah Mada
Pembimbing:
Prof. Dr. Ir. Azwar Ma'as, M.Sc; Prof. Rer. Nat. Junun Sartohadi, M.Sc.

Penelitian tentang longsor sudah banyak dilakukan oleh peneliti, namun


penelitian tentang kajian sifat fisika tanah terhadap potensi longsor di
kawasan Gunungapi masih jarang dilakukan. Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengkaji pengaruh sifat fisika tanah terhadap potensi longsor. Metode
area sampling diaplikasikan dalam pengumpulan tanah. Tanah yang digunakan
pada penelitian ini adalah tanah residual. Nilai klei, batas cair, batas gulung,
indeks plastisitas, indeks COLE, berat jenis dan berat volume diterapkan
untuk menilai sifat fisika tanah. Bahan organik diterapkan sebagai data
pendukung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tanah pada lokasi penelitian
memiliki nilai fraksi klei tinggi dengan nilai lebih dari 50%. Kondisi fraksi klei
tinggi dalam setiap profilnya berpengaruh terhadap batas cair, batas gulung,
indeks plastisitas, indeks COLE, berat jenis, berat volume tanah dan bahan
organik. Berdasarkan hasil analisis dapat disimpulkan bahwa tanah residual
dengan nilai fraksi klei sangat tinggi menggambarkan rawan membentuk
bidang gelincir longsor pada Sub DAS Bompon. Lapisan tanah klei merupakan
faktor pengontrol gerakan tanah.

Kata kunci : sifat fisika tanah, kerawanan longsor

Productive Conservation of Land Resources 2022 I 58


Pendekatan Morfologi dan Morfodinamika Bekas Longsor Untuk
Penilaian Tingkat Aktivitas Proses Longsor di Sub-DAS Bompon
Ramlah
2019
S2 Geografi Universitas Gadjah Mada
Pembimbing:
Dr. Danang Sri Hadmoko, S.Si., M.Sc.; Dr. Muhammad Anggri Setiawan, M.Si.

Longsor merupakan bencana alam yang menimbulkan banyak korban jiwa.


Dampak longsor mendorong peneliti melakukan penelitian terkait longsor
guna mengurangi dampak yang ditimbulkan. Mayoritas penelitian longsor
terfokus pada kerawanan dan bahaya longsor. Penelitian aktivitas longsor
masih sangat jarang dilakukan saat ini. Beberapa penelitian aktivitas longsor
masih terfokus pada pergerakan material dan menggunakan pendekatan foto
udara. Penelitian ini bertujuan (1) Mengidentifikasi tipologi longsor di Sub-
DAS Bompon melalui pendekatan morfologi dan morfodinamika, (2)
Merumuskan metode sidik cepat aktivitas longsor di Sub-DAS Bompon, (3)
Menyusun klasifikasi tingkat aktivitas longsor di Sub-DAS Bompon. Metode
penelitian penentuan aktivitas longsor di Sub-DAS Bompon menerapkan
survei dan observasi lapangan dengan menerapkan teknik sidik cepat.
Informasi morfologi dan morfodinamika pada mikro DAS dapat diperoleh
secara efisien dan akurat melalui teknik sidik cepat. Tahapan sidik cepat
dimulai dengan (1) Pembuatan peta traverse dan checklist, (2) Pengumpulan
informasi morfologi dan morfodinamika longsor menggunakan teknik traverse
dan Pemotretan UAV, (3) Visualisasi informasi morfologi dan morfodinamika
longsor (4) Penentuan klasifikasi aktivitas longsor. Hasil penelitian menujukan
bahwa tipologi longsor di Sub-DAS Bompon merupakan dominasi aktivitas
proses longsor di Segmen Selatan. Dominasi tersebut disebabkan oleh dominasi
penggunaan lahan berupa permukiman dan posisi Segmen Selatan pada hilir
Sub-DAS Bompon memiliki penampang sungai yang lebih luas dan aliran air
yang lebih besar. Klasifikasi aktivitas longsor ditentukan berdasarkan hasil
teknik sidik cepat variable morfologi dan morfodinamika longsor. Variabel
morfodinamika permukaan dan bawah permukaan pemicu longsor yaitu gully,
sungai, rumah, pemotongan lereng, erosi pipa dan mataair. Sementara
morfodinamika indikator aktivitas longsor yaitu longsor baru, rekahan dan
vegetasi miring. Variabel tersebut hanya dapat diperoleh melalui observasi
lapangan karena variabel tersebut tidak dapat diidentifikasi melalui foto
udara. Variabel kunci menghasilkan Klasifikasi Aktivitas Longsor di Sub-DAS
Bompon yaitu 6 active landslide, 4 suspended landslide, 7 re-active landslide, 6
inactive landslide, 5 dormant landslide dan 1 relict landslide. 4 dari 7 re-active
landslide dan 3 dari 6 active landslide dijumpai pada Segmen Selatan.

Kata kunci : morfologi dan morfodinamika, sidik cepat, aktivitas longsor

Productive Conservation of Land Resources 2022 I 59


Teknik Penginderaan Jauh dan Geofisika untuk Pemodelan 3-
Dimensi dan Estimasi Volume Longsor di Sub-DAS Bompon,
Magelang, Jawa Tengah
Fatah Yogo Yudhanti
2019
S2 Ilmu Lingkungan Universitas Gadjah Mada
Pembimbing:
Prof. Dr. rer. nat. Junun Sartohadi, M. Sc.; Dr. Wahyudi, M. S.

Teknik penginderaan jauh dapat memetakan kondisi permukaan dengan detil,


sementara teknik geofisika mampu memetakan kondisi bawah permukaan
dengan cukup baik. Kemampuan kedua teknik tersebut dapat diintegrasikan
untuk mengkaji fenomena longsor yang kompleks dan sangat heterogen.
Sebuah longsor reaktivasi yang berada di Dusun Kalisari dan Tubansari, Desa
Margoyoso, Kecamatan Salaman, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah adalah
longsor yang relatif baru di Sub-DAS Bompon. Penelitian ini mengaplikasikan
teknik aerial photogrammetry, resistivitas 2D, dan resistivitas 1D untuk
memodelkan longsor tersebut secara 3D dan mengestimasi volumenya. Metode
penelitian berupa survei lapangan yang terdiri dari pemotretan area penelitian
menggunakan UAV, serta akuisisi data resistivitas 2D dan 1D yang masing-
masing menggunakan konfigurasi dipole-dipole dan Schlumberger. Teknik
pengolahan dan analisis data meliputi: (1) pembuatan ortofoto dan DEM serta
identifikasi bagian-bagian longsor di permukaan; (2) pembuatan dan
interpretasi 6 penampang resistivitas 2D dan 3 profil resistivitas 1D; (3)
pembuatan model 3D longsor dan analisis distribusi material longsor; serta (4)
penghitungan volume longsor. Keempat hasil pengolahan dan analisis data
digunakan untuk menarik kesimpulan secara deskriptif kualitatif. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa teknik penginderaan jauh dan geofisika dapat
diintegrasikan dan mampu memodelkan longsor secara 3D dan mengestimasi
volumenya. Penelitian ini juga berhasil mengidentifikasi perlapisan material di
bawah permukaan, posisi bidang gelincir, dan arah pergerakan longsor dari
model 3D longsor. Model 3D dan informasi volume longsor yang dihasilkan
selanjutnya dapat dikaji bersama parameter lain untuk menganalisis bahaya
dan risiko longsor di sekitar area penelitian.

Kata kunci : penginderaan jauh, resistivitas, longsor, volume, pemodelan 3D

Productive Conservation of Land Resources 2022 I 60


Analisis Penilaian Potensi Kerugian Lahan Sawah Berbasis
Bidang Lahan di Wilayah Rawan Longsorlahan Sub DAS Bompon
Kabupaten Magelang
Ardhi Arnanto
2019
S2 Ilmu Lingkungan Universitas Gadjah Mada
Pembimbing:
Dr. Estuning Tyas Wulan Mei, M.Si.; Dr. Dyah R. Hizbaron, M.T., M.Sc.

Peningkatan kejadian bencana dalam sepuluh tahun terakhir memberikan


peringatan kepada semua pemangku kepentingan akan potensi bahaya. Potensi
risiko terhadap aset-aset lahan yang disebabkan oleh dampak bencana
membutuhkan ketersediaan informasi dan kajian detail. Kajian skala detail
berbasis bidang lahan masih jarang dilakukan dalam ilmu kebencanaan.
Penelitian dalam skala detail membutuhkan lokasi kajian yang mempunyai
lingkup kecil, namun mempunyai penggunaan lahan sawah, kondisi topografi,
dan tipe longsorlahan yang beragam. Hal ini yang mendasari lokasi penelitian
dilakukan di wilayah sub DAS Bompon Kabupaten Magelang. Penelitian ini
bertujuan (1) memetakan penggunaan lahan sawah berbasis bidang lahan, (2)
mengidentifikasi penggunaan lahan sawah yang terdapat di wilayah rawan
longsorlahan, dan (3) menganalisis potensi kerugian lahan sawah yang terdapat
di wilayah rawan bencana longsorlahan. Kajian dikhususkan pada lahan sawah
sebagai salahsatu elemen berisiko yang ada di wilayah Sub DAS Bompon.
Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif. Adapun data
yang dipergunakan adalah foto udara format kecil yang kemudian diikuti
dengan pengumpulan data bidang lahan dan aset tanaman padi melalui
wawancara kepada responden. Analisis perhitungan nilai aset menggunakan
pendekatan nilai pasar untuk nilai lahan sawah dan pendekatan biaya untuk
nilai aset tanaman padi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Pemetaan
penggunaan lahan skala 1:10.000 dengan menggunakan foto udara format kecil
dan hasil pemetaan penggunaan lahan sawah berbasis bidang lahan layak
digunakan untuk analisis identifikasi penggunaan lahan sawah dan potensi
kerugian lahan sawah di wilayah rawan bencana longsorlahan, (2) Terdapat 936
bidang lahan berupa sawah di lokasi penelitian. Mayoritas bidang lahan
terletak dikawasan tidak rawan, adapun bidang lahan sawah yang terdapat di
kawasan rawan longsor sedang dan tinggi terdapat pada bentuk lahan dataran
koluvial yang dekat dengan lereng bawah perbukitan, (3) Penilaian aset lahan
sawah dengan pendekatan indikasi nilai pasar (zona nilai lahan)
mengindikasikan bahwa nilai aset yang berpotensi terdampak bencana
longsorlahan sebesar lebih dari 14 milyar rupiah. Nilai ini cukup besar untuk
wilayah dengan luasan yang relatif kecil.

Kata kunci : bidang lahan, sawah, potensi kerugian, rawan longsorlahan

Productive Conservation of Land Resources 2022 I 61


Klasifikasi Tanah Partisipatif untuk Pemetaan Skala Detail
pada Sebuah Penggal Lereng DAS Bompon, Kabupaten Magelang
Noviyanti Listyaningrum
2019
S2 Geografi Lingkungan Universitas Gadjah Mada
Pembimbing:
Dr. rer. nat. Muhammad Anggri Setiawan, M.Si.

Peta tanah skala detail di Indonesia tersedia dalam jumlah yang terbatas
karena survei dan pemetaan tanah skala besar-detail masih sangat sedikit.
Survei dan pemetaan tanah konvensional membutuhkan waktu dan biaya yang
cukup besar untuk dapat mengikuti sistem klasifikasi tanah yang telah
berkembang. Salah satu alternatif pemetaan tanah skala detail adalah
pemetaan tanah yang menggunakan klasifikasi partisipatif. Daerah Aliran
Sungai (DAS) Bompon menarik dijadikan daerah penelitian klasifikasi tanah
partisipatif untuk pemetaan skala detail karena bersifat kedesaan dan mata
pencaharian masyarakat sebagian besar adalah petani. Tujuan penelitian
adalah: (1) menemukenali nama lokal dan karakteristik tanah pada sebuah
penggal lereng DAS Bompon; (2) merumuskan klasifikasi tanah lokal pada
sebuah penggal lereng DAS Bompon; dan (3) menganalisis satuan pemetaan
tanah lokal pada sebuah penggal lereng DAS Bompon. Daerah penelitian yang
dipilih adalah penggal lereng seluas 41,81 hektar dengan bentuklahan dan
penggunaan lahan yang bervariasi, terletak di bagian barat laut atau hulu DAS
Bompon. Pengumpulan data dilakukan melalui kegiatansurvei tanah
partisipatif, survei lapangan, dan laboratorium. Survei tanah partisipatif
dilakukan bersama informan untuk inventarisasi pengetahuan tanah lokal
berupa nama, karakteristik, dan contoh lokasi jenis tanah lokal. Survei
lapangan dilakukan untuk pengecekan batas bentuklahan serta pengamatan
contoh tanah terusik berbasis grid. Kegiatan laboratorium dilakukan untuk
memperdalam hasil pengamatan contoh tanah, yaitu tekstur dan konsistensi
(Atterberg). Pengecekan batas bentuklahan dijadikan dasar delineasi satuan
pemetaan lahan sedangkan pengamatan tanah dijadikan dasar penentuan
satuan tanah dan klasifikasi tanah. Satuan pemetaan lahan dan satuan tanah
lokal disusun ke dalam satuan pemetaan tanah (SPT) lokal. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa nama tanah lokal di penggal lereng DAS Bompon
meliputi abrit, cabuk, gresik, dan lincat. Jenis tanah ditentukan berdasarkan
struktur, warna, konsistensi, dan tekstur. Keempat jenis tanah dapat dibuat
skema klasifikasi sederhana yang memenuhi filosofi isomorf. Klasifikasi tanah
lokal bersifat intuitif dan terdapat inkonsistensi. Terdapat tujuh SPT pada
penggal lereng, yaitu (1) konsosiasi cabuk di igir, (2) kompleks cabuk abrit di
lereng atas, (3) kompleks cabuk abrit di lereng tengah bagian barat, (4)
konsosiasi lincat di lereng tengah bagian timur, (5) kompleks lincat cabuk
abrit di lereng bawah, (6) kompleks lincat cabuk di lereng kaki, dan (7)
konsosiasi lincat di dataran koluvial. Terdapat kecenderungan atau pola
geografis satuan tanah lokal pada satuan pemetaan lahan, yaitu satuan
konsosiasi cabuk di zona residu (igir perbukitan), satuan kompleks di zona
erosi (lereng perbukitan), dan satuan konsosiasi lincat di zona deposisi
(dataran koluvial).

Kata kunci : tanah, klasifikasi tanah partisipatif, pemetaan tanah detail

Productive Conservation of Land Resources 2022 I 62


Permeabilitas Tanah pada Berbagai Kemiringan dan
Penggunaan Lahan di sub-DAS Bompon, Magelang
Singgih Prihatmaja Putra
2019
S1 Ilmu Tanah Universitas Gadjah Mada
Pembimbing:
Ir. Suci Handayani, M.P ; Dr. Ir. Sri Nuryani Hidayah Utami, M.P., M.Sc.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui permeabilitas tanah pada beberapa


tipe penggunaan lahan dan kemiringan lereng di Sub DAS Bompon, Kabupaten
Magelang. Penelitian lapangan dilakukan dengan mengambilan sampel tanah
berjumlah 30 titik yang ada di Sub DAS Bompon berdasarkan satuan peta
lahan (SPL) yang telah dibuat. Pendekatan rancangan percobaan yang
digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 2 faktor yaitu tipe penggunaan
lahan dan kemiringan lahan. Tipe penggunaan lahan terdiri atas 4 aras yaitu
tegalan, kebun campur, pemukiman, dan sawah. Kemiringan lahan terdiri atas
4 aras yaitu datar, bergelombang, berbukit dan curam. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa tipe penggunaan lahan memberikan pengaruh nyata
sedang kemiringan lahan tidak memberikan pengaruh nyata terhadap
permeabilitas tanah. Selain itu, tipe penggunaan lahan dan kemiringan lahan
pada jeluk 0-10 cm memberikan pengaruh nyata terhadap bahan organik tanah.
Sedangkan pada jeluk 50 cm hanya tipe penggunaan lahan memberikan
pengatuh nyata terhadap bahan organik tanah. Sifat fisik dan bahan organik
tanah beum memiliki hubungan yang nyata dengan permeabilitas tanah akan
tetapi memiliki kecenderungan berkorelasi positif. Permeabilitas tanah di Sub
DAS Bompon Kabupaten Magelang memiliki nilai permeabilitas paling tinggi
terdapat pada tipe penggunaan lahan kebun campur dengan kemiringan lereng
datar dengan nilai 0.377 cm/jam, dan paling rendah terdapat pada tipe
penggunaan lahan pemukiman dengan kemiringan lereng bergelombang dengan
nilai 0.011 cm/jam. Pada jeluk 10-50 cm nilai permeabilitas paling tinggi
terdapat pada tipe penggunaan lahan kebun campuran dengan kemiringan
lahan datar dengan nilai 0.191 cm.jam-1, dan paling rendah terdapat pada tipe
penggunaan lahan pemukiman dengan kemiringan lahan datar dengan nilai
0.019 cm/jam.

Kata kunci : permeabilitas, sifat fisik tanah, tipe penggunaan lahan, kemiringan
lahan

Productive Conservation of Land Resources 2022 I 63


Tingkat Erosi Alur pada Bidang Olah Teras di Tegalan Tanaman
Ketela Pohon Sub-DAS Bompon, DAS Bogowonto
Pradhipta Sandra Rahmawati
2019
S1 Ilmu Tanah Universitas Gadjah Mada
Pembimbing:
Ir. Suci Handayani, M.P.; Prof. Dr. rer.nat. Junun Sartohadi, M.Sc.

Sebaran erosi alur dan kerapatannya dapat menggambarkan potensi penurunan


kesuburan tanah karena hilangnya lapisan atas tanah yang kaya akan bahan
organik dan unsur hara. Hilangnya bahan organik dan unsur hara tanah dapat
menyebabkan penurunan produktivitas lahan. Penelitian sebaran erosi alur
dilakukan di tegalan tanaman ketela pohon Sub DAS Bompon, DAS
Bogowonto, Jawa Tengah yang atas kenampakan luarnya diduga mengalami
permasalahan erosi. Tujuan penelitian yaitu: (1) mengidentifikasi persebaran
erosi alur di tegalan tanaman ketela pohon; (2) mengetahui karakteristik tanah
yang mempengaruhi pembentukan erosi alur; (3) mengetahui volume
kehilangan tanah dan jumlah erosi alur. Pengambilan data dilakukan dengan
survey pada tegalan tanaman ketela pohon. Teknik pengumpulan data meliputi
pengukuran lapangan dan uji laboratorium. Pengukuran lapangan meliputi
mengumpulkan data curah hujan, mengamati dan memetakan sebaran erosi,
menghitung volume erosi, mengukur sudut lereng, dan mengukur kedalaman
solum. Uji laboratorium digunakan untuk mendeskripsikan karakteristik tanah
yang meliputi: bahan organik, tekstur tanah, berat volume, berat jenis,
porositas, sebaran pori, kemantapan agregat, dan permeabilitas tanah. Analisis
data dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif. Analisis kuantitatif
menggunakan perhitungan matematis dalam menentukan jumlah volume tanah
yang hilang. Analisis kualitatif digunakan untuk menghubungkan setiap faktor
yang berpengaruh terhadap hasil proses erosi alur yang berkembang di tegalan
tanaman ketela pohon. Hasil penelitian berupa peta sebaran erosi alur di
tegalan tanaman ketela pohon Sub DAS Bompon. Luas wilayah penelitian
adalah ± 4 ha dengan volume erosi dan jumlah erosi paling banyak di zona
erosi. Pada zona erosi terbentuk 363 erosi dengan volume 3,3236 m3/4 bulan
hujan sedangkan pada zona deposisi terbentuk 50 erosi dengan volume 0,2254
m3/4 bulan hujan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa erosi alur cenderung
berkembang di zona erosi. Hasil pengukuran hubungan korelasi menunjukkan
bahwa berat volume tanah pada zona erosi mempengaruhi kehilangan volume
tanah sebesar 22,67% dan permeabilitas sebesar 90,9% pada zona deposisi.

Kata kunci : sebaran, erosi, alur, bentuklahan, aktivitas manusia

Productive Conservation of Land Resources 2022 I 64


Analisis Pola Spasial dan Pengaruh Pemadatan Tanah Lapisan
Bawah (Studi Kasus di Area Sawah DAS Bompon Kabupaten
Magelang)
Nourma Linda Isnastuti
2019
S1 Geografi Lingkungan Universitas Gadjah Mada
Pembimbing:
Dr. rer. nat. Muhammad Anggri Setiawan, M.Si.

Pemadatan tanah lapisan bawah merupakan kondisi pemadatan yang terjadi


pada lapisan bawah pada kedalaman tertentu di bawah permukaan tanah.
Pemberian input pertanian seperti pupuk urea dan mesin pertanian mampu
mendorong terjadinya pemadatan tanah lapisan bawah. Tujuan dari penelitian
ini adalah: (1) menganalisis karakteristik tanah sawah yang mengalami
pemadatan di sawah DAS Bompon; (2) menganalisis pola spasial pemadatan
tanah di area sawah DAS Bompon; (3) mengidentifikasi faktor penyebab
pemadatan tanah di area sawah DAS Bompon; (4) mengidentifikasi dampak
pemadatan tanah di area sawah DAS Bompon. Penelitian difokuskan pada area
sawah bagian hulu dan hilir DAS Bompon. Kondisi pemadatan tanah diperoleh
dari pengukuran nilai resistensi tanah pada lapisan bawah pada kedalaman
kurang lebih 25 cm. Data nilai resistensi yang diperoleh kemudian diolah
dengan metode interpolasi pada software Surfer untuk mengetahui pol spasial
pemadatan tanahnya. Karakteristik dari kondisi tanah yang mengalami
pemadatan dikaji berdasarkan kondisi lingkungan sekitar. Sementara itu,
faktor dan dampak pemadatan tanah lapisan bawah di area sawah, dikaji
berdasarkan hasil wawancara dengan petani pengolah sawah. Hasil pengukuran
secara keseluruhan menunjukkan nilai resistensi tanah lapisan bawah pada
sawah bagian hilir lebih besar daripada sawah bagian hulu. Area sawah dengan
nilai resistensi yang tinggi pada bagian hulu dan hilir cenderung terletak
cukup jauh dari sumber pengairan dan berasosiasi dengan longsor. Hasil
wawancara menunjukkan pemadatan yang nyata dirasakan oleh petani akibat
dari penggunaan pupuk urea. Dampak dari pemadatan tanah lapisan bawah
cenderung dirasakan petani pada saat pengolahan tanahnya.

Kata kunci : pemadatan tanah lapisan bawah, penetrometer dinamik, aktivitas


pertanian

Productive Conservation of Land Resources 2022 I 65


Kajian Erosi dan Sedimentasi pada Lahan Bervegetasi Ketela
Pohon di Sub-DAS Bompon, Magelang
Kadek Arip Kurniawan
2019
S1 Ilmu Tanah Universitas Gadjah Mada
Pembimbing:
Prof. Dr. rer. nat. Junun Sartohadi, M.Sc.; Ir. Suci Handayani, M.P.

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui daerah yang mengalami erosi dan
sedimentasi pada wilayah penelitian, mengetahui nilai erosi dan sedimentasi
yang terjadi, serta mengetahui nilai sediment delivery ratio (SDR). Tujuan
penelitian dapat dicapai dengan (1) melakukan survei lapangan untuk
mengetahui daerah yang mengalami erosi dan sedimentasi, (2) melakukan
pengukuran erosi dan sedimen. Metode penelitian yang digunakan adalah
survei lapangan dan pengukuran erosi maupun sedimentasi. Pengukuran erosi
menggunakan metode plot erosi dan pengukuran sedimen menggunakan
metode pengamatan pada stasiun pengukuran aliran sungai (SPAS). Data pada
plot erosi dianalisis dengan menghitung jumlah sedimen pada drum. Hasil
sedimen kemudian dikalikan dengan luas zona erosi untuk mendapatkan erosi
total pada wilayah penelitian. Data pada SPAS dianalisis dengan menghitung
volume air dan sedimen layang yang melewati SPAS. Nilai SDR diperoleh
dengan membandingkan hasil erosi total dengan hasil sedimen yang terukur
pada SPAS. Data hasil pengamatan lapangan diinterpretasi menjadi peta
sebaran erosi dan sedimentasi. Hasil penelitian menunjukkan nilai erosi yang
terjadi adalah 36,68 Mg.ha-1.tahun-1, yang dikategorikan dalam kelas sedang.
Hasil sedimen yang terukur adalah 9,26 Mg.ha-1.tahun-1, yang dikategorikan
dalam kelas rendah. Nilai SDR adalah 25%, dapat dikategorikan dalam keadaan
normal. Erosi terjadi pada lereng atas menempati 70% sedangkan sedimentasi
lebih banyak terjadi pada lereng bawah menempati 30% dari total luas wilayah
penelitian.

Kata kunci : erosi, sedimentasi, sediment delivery ratio

Productive Conservation of Land Resources 2022 I 66


Perkembangan Tanah pada Katena Sub-DAS Bompon, Magelang
Muhammad Rizki Demasanto
2019
S1 Ilmu Tanah Universitas Gadjah Mada
Pembimbing:
Prof. Dr. rer. nat. Junun Sartohadi; Dr. Ir. Sri Nuryani HU M.P, M.Sc.

Penelitian katena biasanya dilakukan bentangan lebih dari 1 km. Penelitian


katena pada lokasi penelitian dilakukan bentangan yang pendek <250m.
Penelitian dilakukan pada penggunaan lahan kebun campur dan tegalan.
Penelitian dilakukan dengan tujuan: mengidentifikasi bagian lereng,
mendeskripsi karakteristik morfologi lahan, mengamati karakteristik fisik,
kimia, dan mineralogi, serta menganalisis tingkat perkembangan tanah, dan
melakukan klasifikasi tanah berbasis Taksonomi Tanah USDA tahun 2014
hingga kategori Famili. Penelitian diawali dengan observasi lapangan dengan
berpedoman pada peta foto udara yang telah ada untuk menentukan bentangan
katena yang akan diambil sebagai sampel. Bentangan katena yang diambil
adalah memotong tegak lurus lereng dan mencakup zone residual, zone
erosional, dan zona deposisional. Masing-masing zona lereng diambil sampel
profil tanah, total ada 6 profil. Pengambilan sampel tanah untuk pengukuran
di laboratorium didasarkan pada hasil deskripsi tanah pada profil. Total ada 19
sampel tanah untuk pengukuran sifat fisik dan kimia, dan 4 untuk sampel
pengujian tipe Klei. Perkembangan tanah ditetapkan dengan beberapa analisis
meliputi berat volume, berat jenis, porositas, tekstur tanah, kadar lengas, pH
H2O, pH KCl, daya hantar listrik, kapasitas pertukaran kation, bahan organik,
kejenuhan basa, nitrogen total, dan mineral tanah. Analisis data dilakukan
dengan pembuatan Tabel dan grafik serta perbandingan hasil setiap profil
untuk diklasifikasikan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tanah yang
berkembang di lokasi Sub-DAS Bompon memiliki perbedaan karakteristik,
genesis, dan klasifikasinya. Tanah di lokasi penelitian semuanya berkembang
dari abu gunungapi yang terletak pada posisi lereng yang berbeda.
Perkembangan tanah pada lereng bagian atas terganggu oleh proses erosi,
sementara pada perkembangan tanah pada lereng bagian bawah terganggu oleh
proses sedimentasi. Proses translokasi di dalam tubuh tanah telah
menunjukkan adanya gejala kenaikan persentase klei yang nyata pada horison
B dikategorikan sebagai Endopedon Argilik. Tingkat gangguan sedimentasi
material erosi dari lereng atas telah mengganggu perkembangan tanah pada
lereng bagian bawah sehingga tanah mengalami peremajaan dengan
terbentuknya Endopedon Kambik. Satuan-satuan tanah yang berkembang
sepanjang katena dari zona residual, erosi bagian atas, deposisi satu, erosi
bagian bawah, deposisi dua dan deposisi tiga. Berturut-turut adalah Ultic
hapludalf, Ultic hapludalf, Ultic hapludalf, Ultic hapludalf, Typic hapludalf,
dan Typic dystrudepts.

Kata kunci : perkembangan tanah, katena, klasifikasi tanah, Sub-DAS Bompon

Productive Conservation of Land Resources 2022 I 67


Dinamika Erosi Tanah pada Area Longsorlahan Aktif di DAS
Bompon, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah
(Kasus Longsor Besar di Bagian Hilir DAS Bompon)
Athiya Al Haq
2019
S1 Geografi Lingkungan Universitas Gadjah Mada
Pembimbing:
Dr. rer. nat Muhammad Anggri Setiawan, M.Si.

Longsorlahan dapat menjadi salah satu sumber penyumbang sedimen yang


jarang diperhatikan dalam kegiatan monitoring Daerah Aliran Sungai.
Berbagai proses erosi dapat muncul dalam intensitas yang tinggi karena adanya
perubahan morfologi lereng dan stabilitas agregat tanah pada area
longsorlahan aktif. Penelitian ini bertujuan untuk i) mengidentifikasi tipe
erosi yang berkembang pada sebuah longsorlahan aktif, ii) menganalisis
persebaran dan perkembangan erosi berdasarkan morfologi longsorlahan aktif,
dan iii) mengukur intensitas laju erosi pada area longsorlahan aktif.
Longsorlahan aktif terletak di DAS Bompon, tepatnya di Dusun Kalisari.
Analisis dinamika erosi (persebaran dan perkembangan) dilakukan dengan dua
pendekatan yaitu melalui pengamatan foto udara dan survei pengukuran
langsung pada awal musim hujan (Desember 2017) dan akhir musim hujan
(Maret 2018). Peta persebaran erosi pada area longsorlahan aktif diperoleh dari
hasil interpretasi tipe erosi pada foto udara. Pendekatan melalui foto udara
juga dilakukan untuk pengukuran intensitas laju erosi, yaitu dengan melihat
perubahan dimensi erosi. Hasil pengukuran melalui foto udara dibandingkan
dengan hasil pengukuran erosi di lapangan. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa tipe erosi meliputi erosi percik, erosi lembar, erosi alur, dan erosi parit
berkembang secara dinamis pada area longsorlahan aktif. Kejadian erosi
tersebar pada tiap bagian longsorlahan terutama pada bagian kepala longsor
dan kaki longsor. Berdasarkan analisis foto udara secara temporal terdapat
perkembangan terhadap kenampakan erosi berupa variasi erosi, panjang erosi,
kerapatan erosi, ukuran, pola, arah erosi, dan intensitas erosi. Perkembangan
yang nampak jelas yaitu pada erosi alur di kepala longsor dan erosi parit di
kaki longsor. Hasil pengukuran menunjukkan nilai kehilangan tanah yang
berbeda pada tiap morfologi longsor. Bagian kaki longsor memiliki intensitas
paling besar yang dipengaruhi oleh proses erosi dan longsor. Hasil pengukuran
dengan pin erosi pun menunjukkan dominasi proses erosi dibandingkan
sedimentasi pada bagian kaki longsor.

Kata kunci : erosi tanah, dinamika erosi, longsorlahan, besar kehilangan tanah

Productive Conservation of Land Resources 2022 I 68


Penilaian Potensi Runtuhan Tanah Klei Sensitif pada Lokasi
Longsorlahan di DAS Bompon, Kabupaten Magelang
Dita Wulandari
2019
S1 Geografi Lingkungan Universitas Gadjah Mada
Pembimbing:
Prof. Dr. rer. nat. Junun Sartohadi

Penilaian potensi runtuhan tanah klei sensitif dilakukan pada tiga


longsorlahan di DAS Bompon, Kabupaten Magelang. Terdapat tiga tujuan
dalam penelitian, yaitu menjelaskan kondisi morfologi dan karakteristik fisik
tanah klei sensitif pada tiga longsorlahan, menilai potensi runtuhan tanah, dan
menjelaskan peran klei sensitif terhadap potensi runtuhan tanah. Potensi
runtuhan tanah dinilai dengan menggunakan dua pendekatan, yaitu melalui
indeks runtuhan (Ic) hasil Uji Konsolidasi Satu Dimensi dan melalui
pendekatan faktor geoteknik. Peran sensitivitas klei terhadap potensi runtuhan
tanah dianalisis secara deskriptif kuantitatif dan statistik inferensial
sederhana. Analisis deskriptif kuantitatif dilakukan dengan melihat grafik
persebaran perbandingan nilai dua variabel. Analisis statistik dilakukan
dengan menilai hubungan antar parameter menggunakan korelasi Product
Moment dengan signifikansi t 5%. Hasil penelitian menyebutkan bahwa tanah
pada tiga longsorlahan merupakan tanah klei sensitif, kecuali lapisan III.B.2
pada longsorlahan III karena memiliki nilai indeks likuiditas 0,48 (kurang dari
0,5 - 4). Porositas memiliki nilai hubungan kuat terhadap sensitivitas klei.
Besar dan arah hubungan antara porositas dengan sensitivitas klei sama dengan
nilai dan arah hubungan porositas terhadap indeks runtuhan tanah, yaitu
bersifat kuat dan berbanding lurus. Potensi runtuhan tanah pada tiga
longsorlahan adalah dominan sedang. Hanya terdapat tiga lapisan berpotensi
runtuhan tinggi. Berdasarkan hasil uji korelasi antara sensitivitas klei dan
indeks runtuhan diperoleh angka r = 0,467; t hitung = 2,42; t tabel = 2,08. Nilai
r = 0,467 memberikan arti bahwa tingkat hubungan sensitivitas klei dengan
indeks runtuhan adalah sedang dan berbanding lurus. Tanah klei sensitif
belum tentu memiliki potensi runtuhan tinggi, tetapi tanah klei yang memiliki
potensi runtuhan tinggi cenderung memiliki nilai sensitivitas klei tinggi.

Kata kunci : klei sensitif, potensi runtuhan, longsorlahan, konsolidasi

Productive Conservation of Land Resources 2022 I 69


Kehilangan Tanah Permukaan dan N Akibat Proses Erosi pada
Lahan Pertanian Kebun Campur Sub-DAS Bompon, Magelang
Dinda Wahyu Apriliyana
2019
S1 Ilmu Tanah Universitas Gadjah Mada
Pembimbing:
Prof. Dr. rer. nat. Junun Sartohadi, M.Sc. ; Dr. Ir., Eko Hanudin, M.P.

Mengetahui besarnya erosi yang terjadi di suatu wilayah merupakan hal yang
penting karena selain dapat mengetahui banyaknya tanah yang terangkut juga
dapat digunakan sebagai salah satu jalan untuk mencari sebuah solusi dari
permasalahan tersebut. Prediksi erosi dapat dilakukan secara langsung maupun
tidak langsung yaitu melalui model prediksi erosi. Prediksi erosi yang
dilakukan secara langsung menemui banyak kendala, salah satunya adalah
waktu yang dibutuhkan untuk mengerjakan cukup lama. Penelitian erosi yang
telah banyak dilakukan berbasis pemanfaatan model untuk prediksi kehilangan
tanah permukaan. Proses erosi yang sesungguhnya terjadi di lapangan lebih
terkonsentrasi pada alur dan parit yang kurang terwadahi pada model erosi
yang umumnya digunakan sehingga perlu dilakukan pengukuran langsung.
Redistribusi Tanah Permukaan dan N Akibat Proses Erosi pada Lahan
Pertanian Kebun Campur Sub-DAS Bompon, Magelang merupakan penelitian
yang bertujuan untuk mengetahui titik kejadian erosi pada lokasi penelitian
dan kehilangan tanah akibat erosi serta pengaruhnya terhadap kehilangan N
pada lahan pertanian khususnya kebun campur di Daerah Sub-DAS Bompon.
Penentuan titik erosi berdasarkan metode patok erosi (pin erosion). Sebelum
menentukan daerah tangkapan kejadian erosi dilakukan survey lapangan untuk
mengetahui lokasi yang mengalami erosi dan sedimentasi. Pengukuran erosi
menggunakan metode patok erosi berdasarkan perkembangan kejadian erosi
dengan pengukuran dimensi kehilangan tanah. Data diolah dan dianalisa untuk
mendapatkan jumlah kehilangan tanah akibat erosi pada lokasi penelitian.
Data hasil dari parameter sifat fisika tanah (tekstur, BV, permeabilitas,
Infiltrasi, dan kemantapan agregat tanah), lingkungan (topografi, curah hujan,
dan tutupan vegetasi) dibandingkaan sebagai faktor penyebab erosi. Kejadian
erosi mengakibatkan proses perpindahan partikel tanah dan pelarutan unsur
hara khususnya N dalam bentuk ammonium dan nitrat. Pada Zona deposisi
ditemukan material tanah akibat erosi pada permukaan tanah. Hasil
pengamatan menunjukkan nilai rata-rata tanah yang hilang akibat erosi gully
sebesar 8,85 kg/m2 sedangkan erosi alur sebesar 6,31 kg/m2. N yang diamati
pada zona deposisi terjadi penambahan sebesar 0,25% yang dikategorikan pada
harkat sangat rendah.

Kata kunci : erosion, sedimentation, N, pin erosion, gully, grooves

Productive Conservation of Land Resources 2022 I 70


Strategi Konservasi Lahan Ketela Pohon melalui Analisis
Kesesuaian Lahan di Sub-DAS Kaliwungu, Kajoran, Magelang
Annes Rani Marshelia
2019
S1 Ilmu Tanah Universitas Gadjah Mada
Pembimbing:
Prof. Dr. rer. nat. Junun Sartohadi, M.Sc.; Dr. Agr. Makruf Nurudin, S.P., M.P.

Pemanfaatan sumberdaya lahan untuk tanaman ketela pohon di kawasan


berlereng terjal menghadapi ancaman kerusakan selain juga faktor pembatas
ketersediaan air dan kesuburan tanah. Proses yang umum dikerjakan dalam
evaluasi kesesuaian lahan hanya berhenti pada identifikasi jenis faktor
pembatas yang ada, namun belum memberikan strategi untuk mengatasinya.
Penelitian ini bertujuan untuk melakukan evaluasi kesesuaian lahan yang
dilengkapi dengan strategi mengatasi adanya faktor pembatas. Penelitian
diawali dengan interpretasi foto udara format kecil atas lahan ketela pohon
yang dijadikan sebagai kasus penelitian. Tahapan delineasi foto udara
menghasilkan 17 SPL/blok dengan pertimbangan: (1) perbedaan sudut lereng
dan aransemen lereng lahan, (2) alur dan parit erosi. SPL untuk kemudian
dijadikan kerangka pengambilan sampel pengamatan lapangan dengan metode
stratified sampling. Sampel tanah disetiap SPL dilakukan pengompositan
untuk dilakukan uji pengukuran laboratorium. Evaluasi kesesuaian lahan
didasari atas parameter kerakteristik lahan lalu dianalisis keterkaitannya
dengan usaha tani ketela pohon dalam hal kalender tanam, pola tanam,
pengelolaan lahan dan tanaman sehingga dari analisis keterkaitan ini dapat
disusun strategi konservasi sumberdaya tanah. Area kunci penelitian
mempunyai tingkat kesesuaian N1 dan S3 jika dimanfaatkan untuk tanaman
ketela pohon. Faktor pembatas kesesuaian berupa ketersediaan air dan hara,
selain adanya ancaman kerusakan oleh proses erosi dan longsor. Strategi
mengatasi faktor ancaman kerusakan dan pembatas kesesuaian disusun
menurut urutan sebagai berikut: (1) pembuatan teras untuk mengendalikan
aliran permukaan, (2) pembuatan embung mikro pada setiap bidang olah teras
untuk mengatasi kekurangan air di musim kemarau, (3) mengatur penanaman
sesuai dengan datanya musim hujan, dan (4) pemberian pupuk organik dan
mineral yang sesuai.

Kata kunci : ketela pohon, kesesuaian lahan, strategi, konservasi

Productive Conservation of Land Resources 2022 I 71


Evaluasi Kualitas Tanah pada Lahan Tegalan, Kebun Campur,
dan Sawah di Sub-DAS Kalibuthek, Das Bogowonto
Ryan Cantona Pambudi
2019
S1 Ilmu Tanah Universitas Gadjah Mada
Pembimbing:
Prof. Dr. rer. nat. Junun Sartohadi, M.Sc. ; Dr. Makruf Nurudin, S. P., M. P.

Sub-DAS Kalibuthek merupakan daerah yang memiliki potensi degradasi tanah


cukup tinggi. Degradasi tanah kurang banyak disadari karena kurangnya
informasi mengenai kualitas tanah. Kualitas tanah perlu diketahui untuk
mengetahui kondisi tanah akibat penggunaan lahan yang berbeda.
Pengumpulan data lapangan dan pengambilan sampel tanah untuk analisis
laboratorium dilakukan dengan metode transek memotong garis kontur secara
melintang dan membujur. Pemilihan titik sampel dilakukan dengan
mempertimbangkan keragaman penggunaan lahan. Kualitas tanah ditetapkan
dengan Soil Quailty Index berdasarkan metode total dataset dengan non-linear
scoring. Analisis data dilakukan dengan uji LSD dengan taraf signifikansi
sebesar 5%. Hasil menunjukkan bahwa penggunaan lahan tegalan, kebun
campur, dan sawah berpengaruh terhadap kualitas dan sifat-sifat tanah seperti
berat volume, indeks kemantapan agregat, daya hantar listrik, C-organik, N-
tersedia, P-tersedia, K-tersedia, dan microbial biomass nitrogen. Nilai indeks
kualitas tanah pada lahan sawah sebesar 0,55 dan kebun campur sebesar 0,54
lebih baik dan berbeda nyata dengan indeks kualitas tanah di lahan tegalan
sebesar 0,50. Hasil uji korelasi menunjukkan bahwa faktor yang paling
berpengaruh terhadap indeks kualitas tanah di lokasi penelitian adalah indeks
kemantapan agregat.

Kata kunci : soil quality, land use, total dataset, non-linear scoring

Productive Conservation of Land Resources 2022 I 72


Infiltrasi Tanah di Bawah Tegakan Sengon, Kelapa, dan Lahan
Terbuka pada Kebun Campur di Kuwaderan, Kajoran, Magelang
Vaya Noorrachmi Sampurno
2019
S1 Ilmu Tanah Universitas Gadjah Mada
Pembimbing:
Prof. Dr. rer. nat. Junun Sartohadi, M.Sc.; Nur Ainun H.J. Pulungan, S.Si., M.Sc., Ph.D.

Penelitian Infiltrasi di Bawah Tegakan Sengon, Kelapa, dan lahan terbuka


dilakukan di Kebun Campur Desa Kuwaderan, DAS Kalibuthek, Magelang,
Jawa Tengah. Penelitian dilakukan dengan mengumpulkan data curah hujan,
stemflow, throughfall, intersepsi, kapasitas infiltrasi, dan sifat fisik tanah
meliputi: bahan organik, porositas, pori makro, testur, kekerasan tanah, dan
kelembaban awal pada tegakan kelapa, sengon dan lahan terbuka. Diperoleh
nett rain (stemflow + throughfall) terbesar pada tegakan kelapa dengan
arsitektur corner yakni sebesar 70,9 mm, diikuti sengon dengan arsitektur troll
sebesar 31,8 mm, dan nett rain terendah yang merupakan nilai curah hujan
pada kondisi terbuka yakni 26,2 mm. Jumlah nett rain yang sampai ke
permukaan tanah kemudian mengalami infiltrasi untuk mengisi kapasitas
infiltrasi tanah. Kapasitas infiltrasi dipengaruhi oleh sifat fisik tanah pada
masing masing tegakan sehingga menghasilkan kapasitas infiltrasi pada
tegakan kelapa, sengon, dan terbuka, masing masing 186,9mm; 278,5mm; dan
18,9 mm. Efektifitas infiltrasi tanah pada tegakan kelapa, sengon, dan terbuka
dapat dihitung dengan membandingkan nett rain dengan kapasitas infiltrasi
dikali 100%, sehingga diperoleh efektifitas tertinggi pada tegakan kelapa 38%,
diikuti sengon 11% dan lahan terbuka -39%. Lahan terbuka memiliki efektifitas
yang bernilai negatif sehingga berpotensi melimpaskan air ke permukaan tanah
(run off).

Kata kunci : nett rain, infiltration cappacity, coconut, albizia, barren land

Productive Conservation of Land Resources 2022 I 73


Pengendalian Sedimentasi Sungai dengan Penerapan Teknik
Ekohidraulik pada Sub DAS Bompon, Kabupaten Magelang,
Jawa Tengah
Maola Maqdan
2019
S1 Teknik Lingkungan UPN Veteran Yogyakarta
Pembimbing:
Dr. Ir. Andi Sungkowo, M.Si.; Ekha Yogafanny, S.Si., M.Eng.

Sub DAS Bompon berada di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Sub DAS
Bompon terkena bencana, bencananya diantaranya adalah gerakan massa
tanah, erosi dan kekeringan. Terjadinya erosi diakibatkan adanya runoff yang
tinggi sehingga tanah maupun batuan menjadi terkikis dan material yang lepas
akan masuk ke badan sungai. Material yang masuk ke badan sungai ada yang
mengendap dan ada yang melayang pada sungai. Dampak adanya sedimentasi
maka terjadi pendangkalan sungai. Maka dari itu, diperlukan penelitian untuk
mengkaji kualitas air sungai secara fisik dan kimia, mengetahui jumlah
material sedimen yang masuk ke badan sungai dan arahan desain ekohidraulik
pada Sub DAS Bompon. Metode yang digunakan adalah metode survey dan
pemetaan, analisis laboratorium, matematis dan evaluasi. Material sedimen
yang dikaji meliputi sedimen suspensi dan sedimen dasar. Sedimen suspensi
diperoleh melalui analisis laboratorium (konsentrasi sedimen) dan uji langsung
(debit aliran sungai), kemudian dihitung secara matematis sehingga didapat
debit muatan sedimen suspensi. Sedangkan sedimen dasar diperoleh melalui
analisis laboratorium (ukuran butir, berat jenis) dan uji langsung (debit aliran
sungai), kemudian dihitung secara matematis sehingga didapat debit muatan
sedimen dasar. Parameter yang digunakan berupa sifat fisik (kekeruhan, TSS
dan TDS) dan sifat kimia (pH dan nitrat). Parameter disesuaikan Peraturan
Pemerintah No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air Pengendalian
Pencemaran Air. Hasil yang didapat dari pengujian kualitas air sungai yang
melebihi bakumutu yaitu parameter kekeruhan. Jumlah material sedimen
suspensi yang tertinggi, sungai hulu sebesar 93,15160 ton/tahun, untuk sungai
tengah sebesar 1837,67461 ton/tahun dan untuk sungai hilir sebesar 13734,1666
ton/tahun. Jumlah material sedimen dasar yang tertinggi sungai hulu sebesar
0,773 ton/tahun, untuk sungai tengah sebesar 4,6777 ton/tahun dan untuk
sungai hilir sebesar 10,31234 ton/tahun. Pendekatan mekanis dan vegetatif
menggunakan ekohidrolika yang digunakan menahan erosi adalah pagar datar
dan penanaman tebing. Jarak tanam bambu berjarak 2 m. Pagar datar
menancapkan pilar sampai 50 cm kedalam tanah, jarak antar pilar 80 cm.
Penggunaan tanaman dalam bentuk bambu, sengon dan rumput vetiver.
Konservasi berbasis masyarakat dan dengan pendekatan pemerintah. Bendung
tradisional pada sungai hulu memiliki dimensi panjang melintang 95 cm, lebar
50 cm, tinggi 1 m dan ruang jalur ikan 15 cm. Bendung tradisional pada sungai
tengah memiliki dimensi panjang 2,73 m, lebar 50 cm, tinggi 2,5 m dan ruang
jalur ikan 15 cm. Bendung tradisional pada sungai hilir memiliki dimensi
panjang 5,63 m, lebar 50 cm, tinggi 5 m dan ruang jalur ikan 15 cm.

Kata kunci : ekohidraulik, kualitas air, sedimen suspensi, sedimen dasar, erosi

Productive Conservation of Land Resources 2022 I 74


Pengelolaan Sumberdaya Tanah Berkelanjutan di Area Sawah
Sub DAS Bompon, Magelang
Ajun Prayitno
2020
S2 Ilmu Tanah Universitas Gadjah Mada
Pembimbing:
Prof. Dr. rer. nat. Junun Sartohadi, M.Sc.; Dr. Agr. Makruf Nurudin, S.P., M.P.

Pengelolaan sumberdaya tanah merupakan usaha untuk menjaga dan


memanfaatkan sumberdaya tanah dalam kegiatan pertanian secara
berkelanjutan. Area penelitian terletak di zona deposisional hulu Sub DAS
Bompon pada bentang lahan transisi vulkanik antara Gunungapi Sumbing dan
Pegunungan Menoreh. Tujuan penelitian adalah menganalisis dan
mendeskripsikan hubungan antara karakteristik morfologi tanah dengan
parameter kunci tanah kaitannya dengan evaluasi dan rekomendasi
pengelolaan sumberdaya tanah berkelanjutan di area sawah hulu Sub DAS
Bompon. Penelitian dilaksanakan dengan metode survei melalui pendekatan
kualitatif dan kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik
morfologi tanah, yaitu jeluk tanah yang dalam, distribusi partikel dengan
dominasi klei, struktur gumpal, konsistensi tanah lekat/teguh, kandungan
lengas tanah yang cenderung tinggi, nilai BV sedang, pH tanah agak masam,
kandungan C-organik, N-total dan KPK tanah rendah serta KB dengan kriteria
tinggi yang berhubungan dengan parameter kunci tanah. Parameter kunci
tanah yang teridentifikasi meliputi porositas, fraksi klei, BV, BJ, pH, C-
organik, N-total, C/N, K-dd, Na-dd, Mg-dd dan KPK. Evaluasi dan
rekomendasi pengelolaan sumberdaya tanah berkelanjutan untuk kegiatan
pertanian di area sawah hulu Sub DAS Bompon meliputi: perbaikan saluran
irigasi, pembuatan embung, aplikasi pupuk organik dan pengapuran, rotasi
tanaman dan varietas, demo plot terkait budidaya pertanian, penyuluhan dan
pendampingan teknologi budidaya pertanian, pembentukan kelompoktani,
pengelolaan kebun campur di lereng sekitar area penelitian serta sebagai
daerah agroforestri dan konservasi air (jangka panjang). Hasil penelitian
diharapkan dapat ditindaklanjuti, sehingga kegiatan pertanian di area sawah
hulu Sub DAS Bompon dapat dilaksanakan secara optimal dan berkelanjutan.

Kata kunci : morfologi, padi sawah, parameter kunci, pengelolaan, sumberdaya tanah

Productive Conservation of Land Resources 2022 I 75


Karakteristik Morfologi Tanah dan Lapisan Klei Sensitif pada
Tiga Longsor Aktif di Sisi Selatan Gunungapi Sumbing, Jawa
Tengah
Amir Noviyanto
2020
S2 Ilmu Tanah Universitas Gadjah Mada
Pembimbing:
Prof. Dr. rer.nat. Junun Sartohadi, M.Sc.; Dr. Ir. Benito Heru Purwanto, M.Agr.Sc., M.P.

Longsor merupakan bencana alam yang serius di daerah tropis lembab seperti
Indonesia. Longsor banyak ditemukan di lanskap transisi vulkanik kwarter-
tersier. Keterdapatan lapisan klei sensitif memicu kerawanan terjadinya
longsor. Memahami karakteristik morfologi tanah dan lapisan klei sensitif
pada daerah rawan longsor dapat membantu dalam mitigasi bencana alam.
Tujuan penelitian untuk melakukan karakterisasi morfologi tanah dan lapisan
klei sensitif di longsor aktif sisi selatan Gunungapi Sumbing. Pendekatan yang
dilakukan dengan pengamatan morfologi tanah secara kualitatif dan
pengukuran sifat-sifat tanah, geoteknik, dan mineralogi secara kuantitatif.
Hasil menunjukkan bahwa lapisan tanah yang mengandung sensitivitas klei
tinggi merupakan material yang paling parah untuk menyusun lereng.
Keterdapatan lapisan klei sensitif menyebabkan lereng menjadi tidak stabil
dengan ditandai nilai faktor aman < 1. Lapisan klei sensitif berasal dari
lapukan abu vulkanik, lapukan sisipan batuan klei dan pasir tufan dengan
breksi, dan batuan breksi andesit yang teralterasi ditandai dengan indeks
pelapukan < 0.5. Jenis mineral didalam lapisan klei sensitif secara umum
meliputi kaolinite, illite, mika, halloysite, dan secara khusus meliputi
pyrophyllite, smectite, chlorite, dickite. Mekanisme longsor yang diakibatkan
oleh lapisan klei sensitif meliputi melumpur, kembang-kerut, menggelincir,
dan rapuh. Mekanisme melumpur ditandai dengan indeks likuiditas dan
sensitivitas klei yang tinggi. Mekanisme mengembang mengkerut ditandai
dengan indeks plastisitas dan angka susut yang tinggi. Mekanisme
menggelincir ditandai dengan kohesi dan kuat geser tanah yang rendah.
Mekanisme rapuh ditandai dengan konsolidasi berlebih dan potensi
keruntuhan yang tinggi. Longsor menyebabkan perubahan bentang lahan dan
karakteristik morfologi tanah. Data yang dihasilkan dapat berkontribusi untuk
meningkatkan pengetahuan tentang karakteristik tanah tropis dan
mekanismenya terhadap longsor.

Kata kunci : asal-usul tanah, kestabilan lereng, karakteristik morfologi tanah,


lapisan klei sensitif, longsor

Productive Conservation of Land Resources 2022 I 76


Studi Dinamika Erosi Pada Lahan Terbangun di DAS Bompon
Provinsi Jawa Tengah
La Ode Abdul Sadri
2020
S2 Ilmu Lingkungan Universitas Gadjah Mada
Pembimbing:
Prof. Dr. rer. nat. Junun Sartohadi, M.Sc.; Dr. rer. nat Muhammad Anggri Setiawan, M.Si.

Permukiman adalah salah satu bentuk konversi lahan yang marak ditemukan.
Salah satu sebabnya adalah peningkatan jumlah penduduk yang kemudian
memicu konversi lahan baik untuk kebutuhan pangan maupun kebutuhan
tempat tinggal. Studi erosi selama ini masih banyak terfokus pada lahan non-
permukiman. Beberapa penelitian telah melakukan komparasi erosi pada
penggunaan lahan pemukiman dan non-permukiman akan tetapi pembahasan
tentang karakteristik erosi permukiman tidak terlalu spesifik. Penelitian
bertujuan untuk: (1) identifikasi distribusi spasial erosi yang berkembang
dalam area permukiman di DAS Bompon, (2) identifikasi faktor antropogenik
yang terlibat dalam proses erosi di DAS Bompon, (3) identifikasi kontribusi
lahan terbangun (permukiman) terhadap dinamika erosi yang berkembang
DAS Bompon dan (4) menjelaskan mekanisme sedimen hasil erosi yang ada di
DAS Bompon. Penelitian ini dilakukan di satu catchment padat penduduk
dalam area DAS Bompon. Terdapat enam jaringan aliran yang dominan dalam
berkontribusi terhadap mekanisme erosi yang terjadi. Distribusi hasil erosi di
jaringan aliran kemudian terakumulasi dalam erosi parit (gully) yang berfungsi
sebagai saluran utama distribusi hasil erosi keseluruhan dalam catchment area.
Metode yang dilakukan adalah dengan menghitung nilai erosi berdasarkan
sedimen suspensi pada stasiun pengamatan aliran sungai (SPAS) dan zona erosi
yang dibagi berdasarkan jaringan aliran yang terbentuk dalam catchment area.
Variasi nilai sedimen suspensi kemudian ditelaah dengan merunut faktor erosi
yang terlibat baik itu faktor natural maupun faktor antropogenik. Sehingga,
korelasi antara faktor natural dan faktor antropogenik terhadap proses erosi
dapat di analisis. Hasil studi menunjukan pentingnya mempertimbangkan
faktor antropogenik dalam penentuan batas DAS. Selain itu, faktor-faktor
turunan dari antrophogenic process yang terdapat di DAS Bompon telah
terbukti mempengaruhi mekanisme erosi yang terjadi. Peran faktor
antropogenik berupa bangunan permukiman adalah dengan meningkatkan
debit aliran permukaan yang juga berimplikasi pada peningkatan laju erosi
pada fase transportasi erosi. Temuan lainnya adalah sedimen hasil erosi berasal
dari dua sumber yakni dari hasil proses erosi dan hasil aktivitas soil failure.

Kata kunci : erosi, DAS Bompon, proses antropogenik, built-up environment, flow
network

Productive Conservation of Land Resources 2022 I 77


Integrasi Metode Foto udara, GNSS dan Seismik Refraksi untuk
Identifikasi Karakteristik Retakan Permukaan Pada Area
Longsor Kalisari, Sub DAS Bompon, Magelang, Jawa Tengah
Alvince Patanduk
2020
S2 Ilmu Lingkungan Universitas Gadjah Mada
Pembimbing:
Dr. Eng. Guruh Samodra, S.Si.,M.Sc. ; Prof. Dr. rer.nat. Junun Sartohadi, M.Sc.

Penelitian dilakukan di Sub-DAS Bompon, Desa Margoyoso, Kecamatan


Salaman, Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah. DAS Bompon
mempunyai 34 titik longsor di dengan karakteristik kompleks dan beberapa
titik longsor masih mengalami pergerakan hingga saat ini. Penelitian bertujuan
untuk: (1) mengembangkan metode geoinformasi, (2) memetakan pola
kelurusan regional dan lokal, (3) menganalisis keterkaitan antara pola
kelurusan regional dan lokal. Penelitian dijalankan dengan menggunakan data
regional yang kemudian dilengkapi dengan data lokal. Data regional digunakan
untuk analisis pola kelurusan struktur melalui teknik ekstraksi otomatis
DEMNAS resolusi 8,1m. Ekstraksi otomatis dilakukan dengan menggunakan
software ArcGis v.9.3 dan PCI- Geomatica. Hasil ektraksi DEMNAS digunakan
sebagai input pada software rockworks untuk menghasilkan pola kelurusan.
Pengumpulan data lokal mencakup 3 tahapan, yakni: (1)data struktur geologi
hasil pengamatan lapangan yang dilengkapi dengan data identifikasi jenis
batuan menggunakan pengamatan mikroskopis sampel batuan, (2)data struktur
retakan permukaan berbasis pengukuran GPS geodetik, (3)data bawah
permukaan berbasis pengukuran seismik refraksi. Hasil pengukuran struktur
regional, struktur mikro batuan, struktur retakan permukaan dianalisis secara
komprehensif interpretatif untuk menghasilkan arah tegasan regional dan
tegasan lokal. Arah tegasan regional dan lokal dituangkan dalam gambar
sehingga dapat dilakukan analisis keterkaitan satu sama lainnya. Ada
keterkaitan antara struktur geologi, retakan permukaan, dan struktur bawah
permukaan. Kesimpulan yang didapatkan didasarkan atas hasil penelitian
berikut: (1) teknik-teknik informatik yang mencakup GPS, RS dan GIS dapat
diintegrasikan untuk mendukung penelitian struktur geologi regional dan
lokal, (2) pola kelurusan regional mempunyai arah Baratdaya-Timurlaut
sementara pola kelurusan lokal mempunyai arah Baratlaut-Tenggara, (3)
Keterkaitan struktur regional dan lokal dipahami melalui proses terbentuknya
struktur regional yang kemudian diikuti oleh terbentuknya struktur lokal.

Kata kunci : geoinformatik, longsor, struktur geologi, retakan permukaan

Productive Conservation of Land Resources 2022 I 78


Model Tanaman Kebun Agroforestri Pada Lahan Bekas Longsor
di Sub DAS Kaliwungu Kabupaten Magelang
Rina Purwaningsih
2020
S2 Ilmu Lingkungan UGM
Pembimbing:
Prof. Dr. rer. nat. Junun Sartohadi, M.Sc.; Dr. rer. nat Muhammad Anggri Setiawan, M.Si.

Studi tentang model pengaturan letak tanaman berdasarkan morfologi lahan


dan stabilitas lereng telah banyak dilakukan. Pengaturan tata letak tanaman
berdasarkan tatanan lereng hasil proses longsor masih terbatas diteliti.
Longsor yang terjadi di masa lalu dapat mengalami reaktivasi. Tujuan
penelitian ini adalah mengatur letak tanaman kebun agroforestri berdasarkan
tatanan lereng hasil longsor serta proses geomorfologi permukaan untuk
mencegah reaktivasi longsor. Penelitian diawali dengan pengukuran
morfometri lereng hasil longsor, proses geomorfologi serta kondisi tanaman
utama berbasis interpretasi visual dan digital citra orthopotho UAV, DSM dan
DTM. Foto udara dari UAV diolah menjadi orthophoto dengan menggunakan
beberapa titik kontrol yang diperoleh melalui pengukuran GPS geodetic.
Orthophoto kemudian diolah menjadi DSM dan DTM. Kegiatan inventarisasi
jenis dan kondisi tanaman yang ada di daerah penelitian diidentifikasi melalui
interpretasi orthophoto secara manual. Delineasi satuan-satuan lereng
dilakukan secara manual pada visualisasi karakteristik lereng yang diturunkan
dari DTM secara otomatis. Proses geomorfologi yang terjadi diidentifikasi
secara visual dari orthophoto yang dilengkapi dengan identifikasi lapangan.
Analisis korelasi spasial antara morfometri lereng hasil longsor, variasi tipe
dan ukuran proses geomorfologi serta penggunaan lahan aktual dilakukan
dengan metode kuantitatif deskriptif. Rekomendasi pemilihan dan pengaturan
letak tanaman dilakukan berdasarkan morfometri zona lereng, proses
geomorfologi dan variabel morfologi tanaman. Tatanan morfologi bekas
longsor secara global tersusun atas 3 zona yaitu zona sisa, zona pengikisan, dan
zona pengendapan. Tatanan morfologi bekas longsor merupakan cerminan dari
tatanan proses-proses geomorfologis yang saat ini berlangsung. Tatanan
morfologi bekas longsor dapat dimanfaatkan sebagai satuan-satuan persebaran
tanaman untuk pengendalian proses reaktivasi longsor. Tanaman yang ada di
daerah penelitian telah lengkap variasinya yang mencakup tanaman berakar
dalam hingga berakar dangkal, serta tipe tajuk sebagai penutup permukaan
tanah dari tetes hujan. Jenis-jenis tanaman yang ada di daerah penelitian dapat
ditata kembali menurut tatanan morfologi agar lebih efektif dalam
menurunkan potensi terjadinya proses reaktivasi longsor di masa yang akan
datang.

Kata kunci : morfologi, longsor, tanaman, agroforestri, reaktivasi

Productive Conservation of Land Resources 2022 I 79


Formulasi Neraca Sedimen DAS Bompon, Kabupaten Magelang
Berdasarkan Simulasi Model Soil Water Assesment Tool (SWAT)
Dwi Wahyu Arifuddiin Najib
2020
S2 Geografi Lingkungan Universitas Gadjah Mada
Pembimbing:
Dr. rer. nat. Muhammad Anggri Setiawan, M.Si.

Erosi dan sedimentasi merupakan proses yang umum terjadi pada sebuah DAS.
Proses erosi serta dinamika sedimentasi dapat diketahui berdasarkan analisis
neraca sedimen. Pembuatan neraca sedimen dapat memanfaatkan model Soil
Water Assessment Tool(SWAT) agar menghemat waktu dan biaya. Pemodelan
SWAT merupakan salah satu model yang mengestimasikan besaran erosi dan
sedimen menggunakan Modified Universal Soil Loss Equation (MUSLE). Model
SWAT dikembangkan di amerika untuk memprediksi pengaruh manajemen
lahan terhadap kondisi hidrologi, sedimen, serta polutan. DAS Bompon
memiliki karakteristik tanah yang tebal dan mudah terdispersi, sehingga
potensi hasil sedimen yang tinggi. Ketersediaan data sekunder serta stasiun
pengamatan yang cukup lengkap pada area DAS Bompon mendukung proses
kalibrasi dan validasi model. Tujuan utama dari penelitian ini ialah melakukan
penyesuaian data masukan; mengetahui akurasi model SWAT pada DAS
Bompon; Menganalisis besaran hasil sedimen DAS Bompon; serta
memformulasi neraca sedimen DAS Bompon berdasarkan hasil simulasi model
SWAT. Data yang digunakan pada penelitian ini berupa data tanah, DEM
TerraSAR, data penggunaan lahan, data iklim, data debit observasi, serta data
observasi sedimen melayang. Rentang data yang digunakan pada penelitian ini
ialah data tahun 2018 dimulai pada bulan Januari hingga bulan Desember.
Penyesuaian data masukan dilakukan dengan mencari padanan penggunaan
lahan yang tersedia pada basis data SWAT berdasarkan pada morfologi serta
karakteristik vegetasi dan kondisi penggunaan lahan. Proses kalibrasi dan
validasi menggunakan bantuan software SWAT-CUP dengan hasil kalibrasi
memiliki r2 sebesar 0.46 serta ENS 0.42 pada debit dan r2 bernilai 0.57 serta
ENS 0.55 pada hasil sedimen. Pada proses validasi debit r2 naik menjadi 0.47
dengan ENS turun menjadi -0.06 serta pada hasil sedimen r2 dan ENS turun
menjadi 0.54 dan 0.5. Hasil kalibrasi dan validasi model SWAT DAS Bompon
tergolong memuaskan pada hasil sedimen dan cenderung kurang memuaskan
pada data debit aliran. Neraca sedimen DAS Bompon yang dibuat berdasarkan
simulasi model SWAT mengindikasikan perlunya upaya konservasi pada area
longsor karena memiliki potensi hasil sedimen sebesar 2564.8 Ton/tahun hanya
dengan luas area 0.55% dari total luasan DAS Bompon.

Kata kunci : neraca sedimen, DAS Bompon, hasil sedimen, model SWAT

Productive Conservation of Land Resources 2022 I 80


Karakteristik Fisika Tanah di Mahkota Longsor Pada Berbagai
Tipe Aktivitas Longsor di Sub-DAS Bompon, Magelang
Anggih Juniatmoko
2020
S1 Ilmu Tanah Universitas Gadjah Mada
Pembimbing:
Prof. Dr. rer. nat. Junun Sartohadi, M.Sc.; Nur Ainun H.J. Pulungan., S.Si., M.Sc., Ph.D.

Kajian karakteristik fisik tanah pada wilayah rawan longsor telah banyak
dilakukan namun belum banyak yang membahas tanah di bagian mahkota
longsor secara khusus. Kajian-kajian tanah pada kawasan longsor pada
umumnya membahas karakteristik endapan longsor untuk tujuan pemanfaatan
sumberdaya lahan. Kajian tanah pada bagian mahkota longsor mempunyai nilai
manfaat untuk kegiatan pengendalian longsor susulan. Tujuan penelitian
mencakup (1) kajian faktor-faktor fisik tanah pada bagian mahkota yang akan
menjadi penyebab longsor, (2) kajian perbedaan sifat-sifat fisik tanah pada
berbagai tipe tingkatan aktivitas longsor. Penelitian diawali dengan
pengumpulan data yang dilakukan melalui survei lapangan dan analisis
laboratorium. Penentuan titik sampel ditetapkan berdasarkan peta aktivitas
longsor yang sudah dibuat oleh peneliti terdahulu. Ada 18 titik pengamatan
dan pengukuran atas dasar pertimbangan 3 ulangan tiap tingkatan aktivitas
longsor di bagian hulu, tengah dan hilir Sub-DAS Bompon. Pengambilan
contoh tanah dilakukan pada kedalaman 0-50 cm dan 50-100 cm pada bagian
mahkota longsor. Data hasil pengukuran dianalisis melalui uji LSD (Least
Significant Difference Test) dengan taraf signifikansi 5%. Hasil penelitian
dibahas secara teoritis berdasarkan pendapat para peneliti terdahulu. Kejadian
longsor di sub-DAS Bompon berasosiasi dengan karakteristik wilayah
(morfologi lahan dan karakter fisik tanah) dan intervensi manusia yang berupa
modifikasi lahan (jenis vegetasi, teras, pengolahan). Hasil kajian menunjukan
bahwa tanah di daerah penelitian memiliki sifat peka terhadap longsor.
Konsistensi tanah pada tipe aktivitas longsor aktif, suspended, reaktivasi,
dorman, abandoned, dan stabil memiliki harkat nilai tinggi. Terdapat
perbedaan sifat fisik tanah pada parameter tekstur tanah, batas gulung, dan
batas cair antar tipe aktivitas longsor dan kadar air maksimum antar
kedalaman tanah.

Kata kunci : sifat fisika, tanah permukaan, tipe, mahkota, longsor

Productive Conservation of Land Resources 2022 I 81


Indeks Status Kerusakan Tanah untuk Produksi Biomassa Pada
Berbagai Janis Penggunaan Lahan di Sub-DAS Bompon,
Magelang
Muhammad Defri Nurfahmi
2020
S1 Ilmu Tanah Universitas Gadjah Mada
Pembimbing:
Prof. Dr. rer. nat. Junun Sartohadi, M.Sc.; Nur Ainun H.J. Pulungan., S.Si., M.Sc., Ph.D.

Produksi biomassa berberkaitan erat dengan penggunaan lahan. Penelitian


bertujuan untuk: (1) mengidentifikasi bentuk bentuk penggunaan lahan, (2)
mengkaji kriteria baku kerusakan tanah berdasarkan PP dan Permen, (3)
mengevaluasi indeks status kerusakan tanah, serta (4) merumuskan secara
teoritik upaya perbaikan kerusakan tanah. Penelitian diawali dengan
pembuatan peta kerja yang disusun dengan cara tumpang susun peta lereng
dan peta penggunaan lahan. Perbedaan penggunaan lahan berikut luasnya
masing-masing menjadi dasar pertimbangan penentuan lokasi dan jumlah titik
sampel. Ada 9 titik sampel pada penggunaan lahan kebun campur, 6 titik
sampel pada penggunaan lahan sawah dan 3 titik sampel pada penggunaan
lahan tegalan. Tahap selanjutnya adalah pengamatan dan pengukuran di
lapangan pada setiap titik sampel. Pengukuran beberapa parameter kunci
kerusakan tanah dilakukan di laboratorium. Penilaian status kerusakan tanah
dilakukan dengan menggunakan teknik matching dan scoring atas 8 parameter
kriteria baku kerusakan tanah yang mencakup: solum tanah, tekstur tanah,
berat volume, porositas, permeabilitas, bahan organik, pH, dan daya hantar
listrik. Data hasil pengamatan dan pengukuran di lapangan maupun di
laboratorium disajikan dalam bentuk grafik batang dan tabel yang selanjutnya
digambarkan ke dalam peta indeks status kerusakan tanah. Terdapat 3 bentuk
penggunaan lahan di daerah penelitian sebagai lokasi produksi biomasa, yaitu:
kebun campur, sawah dan tegalan. Penggunaan lahan kebun campur memiliki
indeks kerusakan tanah kategori ringan dengan faktor pembatas permeabilitas
(R1-p). Penggunaan lahan sawah memiliki indeks kerusakan tanah kategori
ringan dengan faktor pembatas berat volume dan permeabilitas (R1-d,p).
Penggunaan lahan tegalan memiliki indeks kerusakan tanah kategori ringan
dengan faktor pembatas permeabilitas (R1-p). Upaya perbaikan tanah untuk
mengatasi permasalahan permeabilitas dan berat volume adalah dengan cara
penambahan bahan organik pada tanah.

Kata kunci : kerusakan tanah, produksi biomassa, penggunaan lahan, matching data,
scoring

Productive Conservation of Land Resources 2022 I 82


Stabilitas Agregat Tanah pada Berbagai Kemiringan Lereng dan
Tipe Penggunaan Lahan di Sub DAS Bompon, Magelang
Bima Janitra
2020
S1 Ilmu Tanah Universitas Gadjah Mada
Pembimbing:
Ir. Suci Handayani, M.P. ; Dr. Cahyo Wulandari, S.P., M.P.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui indeks stabilitas agregat tanah pada
berbagai tipe kemiringan lereng dan tipe penggunaan lahan di sub sub DAS
Bompon, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Penelitian lapangan dilakukan
dengan pengambilan sampel tanah berjumlah 30 titik yang ada di sub sub DAS
Bompon berdasarkan satuan peta lahan (SPL) yang telah dibuat. Pendekatan
rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua
faktor yaitu kemiringan lereng dan tipe penggunaan lahan. Kelas kemiringan
lereng terdiri dari 4 aras yaitu datar, bergelombang, berbukit, dan curam. Tipe
penggunaan lahan terdiri dari 3 aras yaitu tegalan, kebun campur, dan sawah.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tipe penggunaan lahan dan kemiringan
lereng memberikan pengaruh nyata terhadap stabilitas agregat tanah. Selain
itu, tipe penggunaan lahan dan kemiringan lereng memberikan pengaruh nyata
terhadap bahan organik dan permeabilitas. Stabilitas agregat tanah tertinggi
didapatkan pada penggunaan lahan kebun campur dengan kemiringan lereng
bergelombang dengan nilai 98,321 yang masuk dalam kelas sangat mantap.
Sedangkan stabilitas agregat tanah terendah terdapat pada tipe penggunaan
lahan sawah dengan kemiringan lereng datar dengan nilai 64,670 yang masuk
dalam kelas agak mantap.

Kata kunci : stabilitas agregat, penggunaan lahan, kemiringan lereng, Sub DAS
Bompon

Productive Conservation of Land Resources 2022 I 83


Kajian Laju Infiltrasi pada Berbagai Kemiringan Lereng dan
Penggunaan Lahan pada Musim Kemarau di Sub - Das Bompon,
Magelang
Muhammad Afif Darmawan
2020
S1 Ilmu Tanah Universitas Gadjah Mada
Pembimbing:
Ir. Suci Handayani, M.P. ; Nur Ainun H. J. Pulungan, S. Si., M. Sc., Ph.D.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai laju infiltrasi dan


hubungannya dengan sifat-sifat tanah pada berbagai kemiringan lereng dan
penggunaan lahan di sub-DAS Bompon, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.
Karakteristik penggunaan lahan dan topografi beragam yang dimiliki oleh sub-
DAS Bompon ini akan berpengaruh pada laju infiltrasi. Nilai laju infiltrasi
yang berbeda-beda akan mempengaruhi ketersediaan air, erosi, dan pola banjir
yang ada. Penelitian ini dilakukan dengan menentukan 30 titik pengambilan
sampel tanah yang ada di sub-DAS Bompon berdasarkan satuan peta lahan
(SPL) yang telah dibuat. Data dianalisis menggunakan pendekatan rancangan
percobaan faktorial yang terdiri dari dua faktor yaitu kemiringan lereng dan
penggunaan lahan. Kelas kemiringan lereng terdiri dari 4 aras yaitu agak
landai, landai, agak curam, dan curam. Tipe penggunaan lahan terdiri dari 3
aras yaitu kebun campur, tegalan, dan sawah. Penelitian dilakukan pada musim
kemarau. Infiltrasi dilakukan menggunakan single ring infiltrometer dan
guelph permeameter pada bidang olah atau teras. Pengamatan infiltrasi
dilakukan selama 1 menit (5 kali), 4 menit (5 kali), 9 menit (5 kali), dan 16
menit (5 kali) pada setiap titik. Hasil pengamatan dihitung laju infiltrasinya
menggunakan persamaan Philip. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
perbedaan kemiringan lereng dan penggunaan lahan memberikan pengaruh
nyata terhadap nilai laju infiltrasi. Berat volume tanah dan kandungan fraksi
lempung juga mempengaruhi nilai laju infiltrasi. Nilai laju infiltrasi pada
kebun campur agak landai memiliki rata-rata 8,9 cm.jam-1, kebun campur
landai memiliki rata-rata sebesar 8,4 cm/jam, kebun campur agak curam
memiliki rata-rata 7,9 cm/jam, kebun campur curam memiliki rata-rata 18,3
cm.jam-1, sawah agak landai dengan rata-rata 0,03 cm.jam-1, sawah landai
dengan nilai rata-rata 0,4 cm.jam-1, tegalan agak landai dengan rata-rata 7,5
cm/jam, tegalan landai memiliki nilai rata-rata 11,1 cm/jam, tegalan agak
curam dengan nilai rata-rata 10,3 cm/jam, dan tegalan curam dengan nilai rata-
rata 11,7 cm/jam.

Kata kunci : laju infiltrasi, kemiringan lereng, penggunaan lahan, berat volume

Productive Conservation of Land Resources 2022 I 84


Penilaian Tingkat Perkembangan Tanah pada Setiap Satuan
Lereng Sepanjang Katena di Penggunaan Lahan Tegalan Sub-
DAS Kaliwungu, Kajoran, Magelang
Charina Wijayanti
2020
S1 Ilmu Tanah Universitas Gadjah Mada
Pembimbing:
Prof. Dr. rer. nat. Junun Sartohadi, M.Sc.; Nur Ainun H.J. Pulungan., M.Sc., PhD.

Penelitian perkembangan tanah sepanjang katena biasanya dilakukan pada


bentangan yang panjang sehingga variasi bahan induk, tutupan vegetasi, dan
iklim tidak dapat dihindarkan. Penelitian yang dilakukan di Sub-DAS
Kaliwungu dilakukan pada bentangan katena yang pendek agar dapat
memperoleh gambaran perkembangan tanah yang terjadi atas pengaruh tunggal
perbedaan karakteristik lereng. Penelitian menggunakan metode survey
lapangan dan uji laboratorium. Metode survey lapangan diawali dengan
interpretasi foto udara. Wilayah penelitian mengandung unit-unit lereng yang
dibagi menjadi enam bagian yaitu zona residu (sisa) I, zona erosi (pengikisan)
I, zona deposisi (pengendapan) I, zona residu (sisa) II, zona erosi (pengikisan)
II dan zona deposisi (pengendapan) II. Pengukuran / deskripsi tanah dilakukan
pada setiap zona melalui pengamatan profil. Setiap horison di dalam profil
diambil contoh tanah untuk pengujian laboratorium. Hasil pengukuran tanah
di lapangan dan di laboratorium digunakan untuk penilaian perkembangan
tanah di setiap profil. Tingkat perkembangan tanah dibandingkan antara
profil-profil yang diamati. Hasil pengolahan disajikan dalam bentuk grafik dan
tabel. Data hasil analisis digunakan untuk klasifikasi tanah yang ditentukan
berdasarkan Key to Soil Taxonomy USDA 2014. Tanah diklasifikasikan hingga
family tanah kemudian dilakukan padanan tanah menggunakan klasifikasi
FAO 2014 dan klasifikasi Pusat Penelitian Tanah (PPT Bogor 2014). Hasil
penelitian menunjukkan bahwa tanah-tanah sepanjang transek katena di Sub-
DAS Kaliwungu memiliki karakteristik, perkembangan, dan klasifikasi yang
berbeda. Klasifikasi tanah USDA 2014 pada lereng satu (ZR 1, ZE 1 dan ZD 1)
berkembang tanah Ultic Hapludalfs, Kaolinitik Isohipertermik sedangkan
lereng dua (ZR 2, ZE 2 dan ZD 2) berkembang tanah Typic Hapludalfs,
Antigoritik Isohipertermik. Klasifikasi tanah berdasarkan sistem FAO 2014
semua profil tanah termasuk dalam Chromic Luvisols (Clayic), sedangkan
berdasarkan PPT Bogor 2014 tanah termasuk dalam Mediteran Kromik (Mc).

Kata kunci : perkembangan tanah, klasifikasi tanah, Sub-DAS Kaliwungu

Productive Conservation of Land Resources 2022 I 85


Karakteristik Kehilangan Nitrogen dan Fosfor di Daerah Aliran
Sungai Bompon, Kabupaten Magelang
Berlian Absal Delweis
2020
S1 Geografi Lingkungan Universitas Gadjah Mada
Pembimbing:
Dr. Slamet Suprayogi, M.S. ; Nugroho Christanto, M.Sc.

Nitrogen dan fosfor adalah nutrien makro yang dibutuhkan saat masa
pertumbuhan tanaman. Nitrogen dan fosfor mengalami transformasi menjadi
nitrat, nitrit, amonia, dan fosfat di lingkungan. DAS Bompon memiliki lahan
pertanian yang sangat luas dan terjadi pemupukan intensif pada sebagian besar
lahan pertanian setiap tahunnya. Aliran permukaan yang melewati lahan
pertanian ini diidentifikasi sebagai salah satu media dan penyebab terjadinya
proses kehilangan nutrien tanah kemudian terangkut menuju aliran sungai dan
keluar dari DAS. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengkaji hubungan antara
konsentrasi nitrat, nitrit, amonia, dan fosfat dengan debit di DAS Bompon
dan mengkaji karakteristik temporal dari kehilangan nitrogen dan fosfor di
DAS Bompon. Hubungan konsentrasi nitrat, nitrit, amonia, dan fosfat dengan
debit dianalisis dalam suatu kejadian hujan, sedangkan perhitungan nutrient
load dilakukan untuk satu tahun dari Juni 2018 - Mei 2019. Data tinggi muka
air (TMA) diperoleh dari pencatatan TMA secara otomatis oleh logger dengan
interval 15 menit. Sebanyak 24 sampel air dikumpulkan saat terjadi hujan dan
dianalisis untuk menggambarkan karakteristik kehilangan nitrogen dan fosfor
di DAS Bompon. Data TMA diolah menjadi hidrograf aliran untuk mengetahui
besar debit saat kejadian hujan dan fluktuasi debit selama satu tahun.
Hubungan konsentrasi dengan debit dianalisis dengan kurva hubungan (rating
curve) dan kemograf nutrien saat kejadian hujan, sedangkan besar nutrient
load selama satu tahun dihitung dari persamaan hubungan load dengan debit.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kenaikan debit saat kejadian hujan
berpengaruh terhadap penurunan konsentrasi nitrat dan fosfat dalam aliran.
Tidak terlihat pola hubungan yang jelas antara konsentrasi nitrit dengan
fluktuasi debit, sedangkan konsentrasi amonia bersifat tidak stabil terhaap
fluktuasi debit. Proses pengenceran dan biogeokimia yang terjadi dalam aliran
memiliki peranan yang amat penting terhadap konsentrasi nutrien. Fluktuasi
nutrient load selama satu tahun sangat dipengaruhi oleh fluktuasi debit. Saat
musim kemarau nutrient load sangat rendah jika dibandingkan saat musim
hujan. Nutrient load mulai naik saat awal musim penghujan pada Bulan
Desember 2018 hingga puncak musim hujan pada Bulan Maret 2019. Saat
peralihan musim kemarau yaitu pada Bulan April 2019, nutrient load kembali
menurun sampai Bulan Mei 2019.

Kata kunci : nitrogen, fosfor, kehilangan nutrien, DAS Bompon

Productive Conservation of Land Resources 2022 I 86


Aplikasi Model Swat (Soil and Water Assesment Tool) untuk
Mengetahui Besar Nitrogen dan Fosfor Pada Aliran Permukaan
di DAS Bompon
Nurisa Fajri Wijayanti
2020
S1 Geografi Lingkungan Universitas Gadjah Mada
Pembimbing:
Dr. Eko Haryono, M.Si; Nugroho Christanto, S.Si, M.Sc.

DAS Bompon yang terletak di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah merupakan


bagian dari Sub DAS Kodil pada sistem hidrologi Sungai Bogowonto. DAS
Bompon memiliki penggunaan lahan berupa pertanian yang mencapai >90%
luas areanya. Hal ini membuat DAS Bompon berpotensi menghasilkan nitrat
dan fosfat load yang besar dari kegiatan pertanian tersebut. Model SWAT
merupakan salah satu model yang dapat memprediksi dampak dari kegiatan
pertanian dan berbagai managemen lahan terehadap kualitas air. Pemodelan
SWAT dalam penelitian ini bertujuan untuk 1) Mengetahui tingkat akurasi
hasil simulasi Model SWAT di DAS Bompon 2) Mengetahui besar nitrogen dan
fosfor load 3) Mengetahui Sub DAS yang menjadi penyumbang terbesar nitrat
dan Fosfat load di DAS Bompon. Input yang dibutuhkan dalam pemodelan
SWAT terbagi atas data spasial dan data iklim. Data spasial terbagi atas data
DEM, penggunaan lahan, dan karekteristik tanah, sedangkan data iklim berupa
curah hujan, kelembaban, radiasi matahasi, suhu, dan kecepatan angin.
Perhitungan dalam model SWAT dilakukan berdasarkan HRU di tiap-tiap sub
DAS yang kemudian dirouting menuju outlet sungai utama. Output yang
digunakan dalam penelitian berupa besar nitat dan fosfat yang masuk kedalam
sungai, data debit dan besar nitrat dan fosfat yang dihasilkan pada sub DAS.
Model menghasilkan nilai r2 dan NSE untuk debit sebesar 0.56 dan 0.26, untuk
nitrat sebesar 0.3 dan -4.7 serta untuk fosfat sebesar 0.49 dan -12.7. Besaran ini
termasuk rendah dan masuk kedalam tingkat performa model yang kurang
memuaskan. Kurangnya data input dan observasi yang memadai menjadi salah
satu penyebab kurang baiknya performa model SWAT di DAS Bompon. Besar
nitrat dan fosfat load yang dihasilkan selama satu tahun di DAS Bompon
sebesar 6.209 kg/tahun dan 3.100 kg/tahun. Sub DAS 13, 1 dan 3 menjadi sub
DAS yang paling banyak menyumbang nitrat dan fosfat.

Kata kunci : SWAT, Bompon, nitrat, fosfat, load

Productive Conservation of Land Resources 2022 I 87


Increasing the Efficiency of Detailed Soil Resource Mapping on
Transitional Volcanic Landforms Using a Geomorphometric
Approach
Ahmad Priyo Sambodo, Tanwa Arpornthip
2021

Artikel telah terbit pada:


Applied and Environmental Soil Science

For developing countries, detailed soil resource data and maps are essential in
land-use planning. Unfortunately, obtaining detailed soil data for mapping is
expensive. Detailed soil studies and mapping in developing countries often use
the grid method. In addition to being time-consuming, the grid method needs
a lot of sample points and surveyors. Geomorphometry can be a less expensive
alternative for detailed soil mapping. Geomorphometry uses computationally
measured terrain characteristics to describe other hard-to-measure terrain and
soil properties. In our study, landform arrangements and slopes were analyzed
together to create a map of soil pH. Bompon watershed, Indonesia, was used as
a case study. Soil mapping units with potentially similar soil pH were created
based on a classification system of the two geomorphometric parameters. Soil
samples were taken from each of the units. )e samples’ soil pH was measured
and compared to the geomorphometric predicted result. Regression tests were
performed to see the significance of geomorphometric parameters on soil pH
conditions. Regression tests show that the results of p value of the four soil
layers are 0.046, 0.019, 0.037, and 0.047, respectively, on a 5% confidence level.
According to the test result, landform arrangements and slopes can indicate
soil pH conditions in Bompon. Our estimate suggests that our
geomorphometric method is cheaper than the grid method by a factor of seven.
)e ability to use geomorphometric parameters to describe other soil properties
could enable a cheap and fast production of detailed soil maps for developing
countries.

Kata kunci : efficiency, transitional volcanic landforms, mapping, geomorphometric


approach

Productive Conservation of Land Resources 2022 I 88


Estimation of peak discharge using a rational method in Kodil
Sub-Watershed, Purworejo Regency, Central Jawa
Sudaryatno, N Rahardjo, Winanda, S Y Saputri
2021

Artikel telah terbit pada:


IOP Conf. Series: Earth and Environmental Science

The Kodil Sub-Watershed is one of the areas that has a high potential for
flooding in Bogowonto Watershed. Flood disasters can cause significant losses
to society, both in terms of physical, social and economic. This causes are need
for information on the estimated peak discharge in The Kodil Sub-Watershed.
Peak discharge estimation uses the rational method and The Cook Method to
measure runoff coefficient or C value. Runoff coefficient using The Cook
Method uses physical parameters, i.e land use, slope, drainage density, and
infiltration. These parameters are extracted using remote sensing technology
and Geographic Information System (GIS). Remote sensing data used for
extraction of physical land parameters of Sentinel 2A Imagery and DEM ALOS
PALSAR imagery. The results of the processing of peak discharge by the
method obtained an estimate of the peak discharge of the Kodil Sub-
Watershed of 209,659 m3/second and an average peak discharge of 135,024
m3/second.

Kata kunci : Sub DAS Kodil; peak discharge; cook method; rational method; remote
sensing

Productive Conservation of Land Resources 2022 I 89


Impacts of climate change and ENSO impact on water
availability for agriculture in Central Java, Indonesia
Ayu Dyah Rahma
2021
S2 Environmental Sciences, Wageningen University & Research, The Netherlands
Pembimbing:
Prof. Dr. Fulco Ludwig
Climate change has increased the number of extreme weather events. In
Indonesia, climate change has resulted in longer dry seasons. In addition, El
Nino often causes drought in agricultural regions. El Nino results in decreased
rice and cassava production due to reduced water availability. Erratic
precipitation patterns make it difficult for farmers to predict and manage
cropping systems leading to frequent crop failure. The research objective is to
study water availability for agriculture in Bompon Watershed, Magelang
Regency, by identifying the impact of the ENSO related climate variability
and changes in extreme hydroclimatic events.

To address the research questions, a mix of quantitative and qualitative


research methods were used, including a literature review, climate data
analysis, interviews, and a Geographic Information System (GIS). The
literature review is used to summarise existing knowledge related to climate
and ENSO. Climate data analysis is based on the climate model output from
ERA5 and water balance calculations. In-depth interviews were used to obtain
farmers perceptions about the local climate. GIS is used to develop detailed
maps of the agriculture areas indicating where rice and cassava are grown in
the Bompon Watershed.

The results of this research show that ENSO correlates with precipitation.
Especially during the dry season, the rainfall is correlated with the Oceanic
Nino Index (ONI). Extreme El Nino events result in extended droughts of up
to seven months resulting in a lack of water for rice production. In contrast,
cassava production is affected much less by reduced water supply during dry
years because cassava crops require less water. Without adaptation, farmers
might have only one instead of two cropping seasons for rice in the future.
That could have severe socio-economic impacts because rice is the main staple
food for local communities. Future adaptation can include the development of
seasonal predictions for farmers to improve cropping planning practices. The
seasonal prediction can be based on ENSO predictions which are available up
to eight months in advance. Predictions can help farmers and the local
government to implement adaptation measures for agriculture.

Kata kunci : climate change, ENSO, ERA5, water availability, rice, cassava

Productive Conservation of Land Resources 2022 I 90


Identifikasi Erosi Parit Penyebab Longsor di Kawasan Transisi
Bentanglahan Gunungapi Sumbing-Gunungapi Kulonprogo
Berbasis Interpretasi Foto Udara Format Kecil
Dinda Wahyu Apriliyana
2021
S2 Ilmu Lingkungan Universitas Gadjah Mada
Pembimbing:
Prof. Dr. rer. nat. Junun Sartohadi, M.Sc.; Dr.rer.nat. M. Anggri Setiawan, M.Si.

Erosi merupakan salah satu bencana yang menimbulkan dampak kerugian bagi
manusia. Dampak yang ditimbulkan berupa bencana lain yang dipengaruhi
oleh peningkatan kejadian erosi. Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya untuk
mengendalikan erosi agar tidak menimbulkan dampak yang lebih besar. Salah
satu upaya yang dilakukan adalah penelitian terkait erosi. Penelitian erosi yang
telah banyak dilakukan berbasis pemanfaatan model untuk prediksi kehilangan
tanah permukaan. Penelitian erosi khususnya erosi parit yang dikembangkan
oleh para peneliti sebelumnya ditekankan pada model pengukuran. Erosi
biasanya sering terjadi di wilayah perbukitan yang memiliki kelerengan curam.
Kawasan transisi bentanglahan Gunungapi Sumbing- Gunungapi Kulonprogo
merupakan wilayah yang memiliki karakteristik tanah tebal, dan kemiringan
lereng yang curam dengan curah hujan yang relatif tinggi sekitar 2000-3000
mm/tahun.Tujuan penelitian yang dilakukan di Kawasan transisi bentanglahan
Gunungapi Sumbing-Gunungapi Kulonprogo untuk mengidentifikasi
karakteristik erosi parit yang menyebabkan reaktivasi longsor, dan
mengidentifikasi tipe longsor yang yang terdapat erosi parit. Metode yang
digunakan adalah metode geoinformatik dan validasi. Metode geoinformatik
dilakukan dengan interpretasi citra foto udara, DSM, DEM, pengolahan data
statistik (karakteristik tanah, pengukuran CH, dan angin), dan data dari RBI
yang kemudian diolah menggunakan perangkat lunak ArcGIS. Pengambilan
foto udara dan DSM menggunakan drone UAV. Interpretasi citra foto udara
dengan mengidentifikasi keterdapatan erosi parit. Proses identifikasi
menekankan pada parameter dimensi parit, panjang, lebar, kedalaman, lereng,
arah hadap lereng, tutupan lahan, dan aliran sungai. Karakteristik erosi parit
dianalisa untuk mengetahui pengaruhnya terhadap proses reaktivasi longsor.
Karakteristik erosi parit berdasarkan posisi terhadap longsor ditemukan di
wilayah luar kawasan dan di dalam bagian longsor. Posisi erosi parit yang
ditemukan didominasi pada posisi di dalam kawasan longsor. Tipe longsor
rotasional lebih banyak ditemukan erosi parit dibandingkan tipe longsor
translasional. Tipe pengikisan erosi parit terbagi menjadi 3 yaitu semakin
bertambahnya panjang erosi, pelebaran bidang erosi, dan bertambahnya
kedalaman erosi. Tipe pengikisan erosi parit menjadi parameter reaktivasi
longsor.

Kata kunci : erosi, interpretasi citra, parit, survey, tanah longsor

Productive Conservation of Land Resources 2022 I 91


Perubahan Morfologi dan Estimasi Kerugian Finansial Sebuah
Longsor aktif Menggunakan Data Orthophoto Unmanned Aerial
Vehicle (UAV)
Siska Amelia
2021
S2 Ilmu Lingkungan Universitas Gadjah Mada
Pembimbing:
Prof. Dr. rer. nat. Junun Sartohadi, M.Sc.; Dr. rer. nat. M. Anggri Setiawan, M.Si.

Longsor aktif berpotensi mengalami pergerakan. Identifikasi perubahan


morfologi longsor perlu dilakukan agar tidak menyebabkan kerugian lanjutan
secara finansial. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi perubahan
morfologi dan menilai potensi kerugian finansial yang dapat disebabkan oleh
potensi pergerakan (displacement) longsor Manglong. Tahapan penelitian
terdiri dari identifikasi morfologi longsor, penilaian potensi pergerakan
longsor, estimasi area longsor yang berpotensi mengalami pergerakan,
identifikasi elemen terdampak dan estimasi nilai kerugian finansial berbasis
interpretasi orthophoto UAV dan DTM. Foto udara dari UAV diolah menjadi
orthophoto. Orthophoto selanjutnya diolah menjadi DSM dan DTM. Morfologi
longsor, potensi pergerakan dan inventarisasi jenis tanaman diidentifikasi
melalui interpretasi orthophoto secara visual yang dilengkapi dengan
identifikasi lapangan. Penilaian potensi pergerakan longsor dilakukan dengan
menggunakan orthophoto dua tahun yang berbeda (2019 dan 2021). Area
longsor yang berpotensi mengalami pergerakan diukur menggunakan estimasi
nilai sudut lereng stabil berdasarkan kenampakan penampang melintang
longsor. Potensi kerugian finansial dampak pergerakan longsor dihitung
berdasarkan nilai produksi, harga dan biaya pengelolaan. Morfologi longsor
Manglong secara umum terdiri dari bagian mahkota, gawir, kepala, badan dan
kaki longsor. Tipologi longsor adalah tipe translasi. Perubahan morfologi
longsor menunjukkan bahwa terjadi pergerakan pada longsor Manglong
dengan tipe retrogressive. Pergerakan paling besar terjadi pada bagian
mahkota longsor. Area di bagian mahkota longsor yang berpotensi mengalami
pergerakan adalah seluas 0,6 Ha dengan kelas penutup lahan berupa kebun
campuran. Kerugian finansial yang dapat disebabkan oleh potensi pergerakan
longsor Manglong adalah sebesar Rp.51.906.000.

Kata kunci : longsor aktif, foto udara, pergerakan longsor, sudut stabil, elemen
terdampak, kerugian finansial

Productive Conservation of Land Resources 2022 I 92


Pemodelan Spasial Bahaya Longsor Ruas Jalan Salaman – Bener
Kabupaten Magelang Berdasarkan Respon Curah Hujan
Haris Sri Purwoko
2021
S2 Ilmu Lingkungan Universitas Gadjah Mada
Pembimbing:
Dr. Eng. Guruh Samodra, M.Sc.; Dr. Eng. Ngadisih, M.Sc.

Ruas Jalan Salaman – Bener di Kabupaten Magelang mengalami tanah longsor


pada tanggal 18 Januari 2019 yang menghambat mobilitas warga dan
mengancam keselamatan pengguna jalan. Intensitas curah hujan menjadi salah
satu faktor pemicu terjadinya tanah longsor di wilayah tersebut. Pengaruh
durasi hujan dan intensitas terhadap bahaya longsor di wilayah tersebut belum
tersedia sehingga diperlukan penyusunan model untuk mengetahui
pengaruhnya terhadap kondisi lereng di sekitar ruas jalan Salaman - Bener.
Penelitian ini bertujuan untuk menemukan hubungan matematis durasi dan
intensitas curah hujan terhadap longsor. U ntuk menjawab tujuan, maka model
TRIGRS diterapkan untuk menghitung perubahan tinggi kolom air tanah dan
mengetahui perubahan nilai faktor keamanan lereng akibat resapan air hujan.
TRIGRS merupakan metode deterministik yang membutuhkan data fisik dan
karakteristik tanah pada lereng secara mendetail serta data curah hujan di
sekitar wilayah kajian. Data fisik meliputi kondisi topografi diperoleh melalui
ekstraksi citra DEM (DEMNAS) menggunakan perangkat Sistem Informasi
Geografis (SIG) dan pengukuran ketebalan tanah di lapangan. Data
karakteristik tanah merupakan hasil pengukuran pada skala laboratorium yang
diperoleh dari penelitian terdahulu. Data curah hujan diperoleh dari satelit
cuaca GSMaP (Global Satellite Mapping of Precipitation). Keluaran dari
TRIGRS berupa perhitungan nilai Faktor Keamanan dan sebaran tinggi kolom
muka air. Keluaran dari perangkat tersebut perlu diolah dengan perangkat GIS
guna mendapatkan peta bahaya longsor berdasarkan nilai faktor keamanan
lereng dan sebaran tinggi kolom muka air tanah pada durasi serta intensitas
curah hujan yang telah ditentukan. Peta bahaya longsor selanjutnya dilakukan
evaluasi dengan peta inventori longsor yang diperoleh dari interpretasi citra
foto udara dan cek lapangan. Pemodelan bahaya longsor dilakukan dengan
simulasi curah hujan meningkat dan curah hujan konstan. Pada simulasi
peningkatan intensitas curah hujan dengan durasi 21 jam menghasilkan nilai
Faktor Keamanan Minimum sebesar 0,77 dan nilai tinggi kolom muka air tanah
maksimum sebesar 1,85 m. Kemudian pada saat simulasi dengan intensitas
curah hujan konstan (23,12 mm/jam) dan durasi hujan 8 jam memperoleh nilai
Faktor Keamanan Minimum sebesar 0,77. Adapun nilai tinggi kolom muka air
tanah maksimum sebesar 2,04 m. xiv Hasil evaluasi model simulasi pada nilai
Faktor Keamanan ≤ 1,2 dianggap tidak stabil, tingkat akurasi sebesar 99,65%
dan tingkat presisi dari model ini sebesar 4,56%.

Kata kunci : longsor, deterministik, TRIGRS, curah hujan

Productive Conservation of Land Resources 2022 I 93


Penilaian Kerawanan Longsor Berdasarkan Tipologi dan
Implementasinya dalam Mitigasi Bencana
(Studi Kasus: Kabupaten Magelang)
Nourma Linda Isnastuti
2021
S2 Ilmu Lingkungan Universitas Gadjah Mada
Pembimbing:
Dr. Eng. Guruh Samodra, M.Sc.; Dr. Dyah Rahmawati Hizbaron, S.Si., MT, M.Sc.

Longsor merupakan salah satu bencana yang paling sering terjadi di Kabupaten
Magelang. Mayoritas kejadian longsor di Kabupaten Magelang merupakan
longsor yang dipicu oleh hujan. Tujuan dari penelitian ini antara lain: 1)
Menyusun peta dan basis data spasial inventaris longsor Kabupaten Magelang;
2) Menganalisis kondisi kerawanan longsor di Kabupaten Magelang
berdasarkan tipologi jenis longsor; dan 3) Menganalisis implementasi atau
peran peta kerawanan berdasarkan tipologi dalam menentukan langkah
mitigasi bencana longsor di Kabupaten Magelang. Peta inventaris longsor
disusun dari hasil digitasi poligon inventaris longsor menggunakan Google
Earth Image dan survei lapangan. Kondisi kerawanan longsor berdasarakan
tipologi disusun berdasarkan pemodelan kerawanan longsor dengan Regresi
Logistik. Sementara itu, implementasi peran peta kerawanan longsor diketahui
dari hasil wawancara pihak BPBD Kabupaten Magelang. Hasil inventarisasi
longsor menghasilkan sebanyak 715 data titik longsor yang terdiri atas 631
longsor translasional, 71 longsor rotasional, dan 13 titik longsor jatuhan.
Pemodelan kerawanan longsor dilakukan menggunakan data longsor secara
keseluruhan dan berdasarkan tipologi longsor serta sebelas faktor pengontrol
longsor yang terdiri dari elevasi, kemiringan lereng, penggunaan lahan,
geologi, jarak sungai, jarak jalan, TWI, SPI, plan curvature, profile curvature,
dan arah hadap lereng. Hasil pemodelan menunjukkan bahwa faktor
pengontrol longsor yang memiliki pengaruh cukup besar untuk tipe rotasi dan
translasi adalah jarak terhadap jalan, profile curvature, plan curvature, dan
kemiringan lereng. Sementara itu, longsor tipe jatuhan memiliki faktor
pengontrol yang kuat pada plan curvature, profile curvature, dan kemiringan
lereng. Secara keseluruhan, faktor penggunaan lahan, jarak terhadap jalan, dan
kemiringan lereng merupakan faktor dominan dalam mempengaruhi kejadian
longsor. Hasil uji akurasi dengan nilai AUC (Area Under Curve) pada
pemodelan kerawanan longsor menggunakan data longsor dengan tipologi
rotasi, translasional, jatuhan dan keseluruhan data secara berurutan memiliki
nilai 0.84, 0.69, 0.44, dan 0.71. Nilai uji akurasi tersebut dipengaruhi oleh
jumlah data titik longsor. Peta kerawanan longsor berdasarkan pemisahan
tipologi dalam implementasinya saat ini belum dilibatkan dalam pertimbangan
pengambilan keputusan mitigasi longsor di Kabupaten Magelang. Akan tetapi,
hasil pemetaan kerawaan longsor dapat menunjukkan rekomendasi lokasi
mitigasi yang perlu dilakukan, baik mitigasi struktural berupa pemasangan
EWS (Early Warning System) dan penanaman rumput vetiver, maupun
mitogasi non struktural berupa pembentukan DESTANA (Desa Tangguh
Bencana) dan kegiatan sosialiasai lainnya.

Kata kunci : longsor, inventarisasi, pemodelan, kerawanan, regresi logistik, mitigasi

Productive Conservation of Land Resources 2022 I 94


Perencanaan Tata Guna Lahan untuk Pengembangan Pertanian
Berdasarkan Evaluasi Lahan di Sub-DAS Bompon, Magelang
Rismananda Anggita Purnamasari
2021
S1 Ilmu Tanah Universitas Gadjah Mada
Pembimbing:
Prof. Dr. rer. nat. Junun Sartohadi, M.Sc. ; Nur Ainun H.J Pulungan, S.Si., M.Sc.,Ph.D.

Peningkatan ancaman erosi dan longsor akan terjadi jika pengelolaan lahan
pada lereng terjal tidak memperhatikan aspek konservasi. Langkah awal dalam
pengurangan ancaman erosi dan longsor adalah penyusunan rencana tata guna
lahan berdasarkan evaluasi lahan sehingga pemanfaatan sumberdaya dapat
berlangsung secara lestari. Tujuan dari penelitian adalah menilai potensi lahan
untuk pengembangan pertanian, menentukan komoditas yang dapat
dikembangkan, mengkaji faktor pembatas lahan dan tanah untuk
pengembangan pertanian, menyusun rencana tata guna lahan untuk
pengembangan tanaman eksisting, menyusun strategi perbaikan faktor
pembatas pengembangan pertanian. Pengumpulan data dilakukan melalui
proses interpretasi peta lereng, pengolahan data sekunder (data iklim), survei
lapangan, pengambilan sampel tanah, pengujian sampel tanah di laboratorium.
Jumlah titik sampel adalah 18 titik dan ditentukan secara purposive sampling
dengan memperhatikan perbedaan sudut lereng. Penilaian kelas kemampuan
lahan dan kelas kesesuaian lahan dilakukan dengan menggunakan teknik
matching antara karakteristik lahan dengan persyaratan klasifikasi
kemampuan lahan dan kesesuaian lahan. Hasil penelitian dibahas secara
deskriptif dan disajikan dalam bentuk tabel untuk menunjukan potensi lahan
dan rencana tata guna lahan. Sub-DAS Bompon dengan sudut lereng yang
berbeda memiliki karakteristik tanah yang berbeda. Lahan pada lereng datar,
landai, agak miring, dan miring memiliki potensi pengembangan yang lebih
baik, sebagai tegalan dengan pengolahan yang intensif. Lahan pada lereng agak
curam dan curam digunakan untuk kebun campur (mix farming) dengan
pengolahan tidak intensif. Faktor pembatas pengembangan pertanian di Sub-
DAS Bompon adalah erosi yang berat, drainase buruk, retensi hara dan
ketersediaan hara yang rendah. Strategi perbaikan faktor pembatas dapat
dilakukan melalui runtutan usaha sebagai berikut: (1) pengendalian erosi
dengan mengatur kecepatan dan volume aliran permukaan, (2) penambahan
bahan organik sebanyak 3% dari kondisi awal 2% (sedang) hingga mencapai 5%
(tinggi) secara bertahap, (3) penambahan pupuk anorganik dengan dosis yang
direkomendasikan.

Kata kunci : tata guna lahan, kemampuan lahan, kesesuaian lahan, sudut lereng,
erosi

Productive Conservation of Land Resources 2022 I 95


Pengaturan Jenis dan Tata Letak Tanaman pada Lahan Bekas
Longsor sebagai Upaya Konservasi Berbasis Vegetatif di Sub-Das
Bompon, Magelang
Royana Khurri Rusdi
2021
S1 Ilmu Tanah Universitas Gadjah Mada
Pembimbing:
Prof. Dr. rer. nat. Junun Sartohadi, M.Sc. ; Nur Ainun H.J Pulungan, S.Si., M.Sc.,Ph.D.

Tanah longsor dapat menjadi ancaman yang serius dalam upaya pemanfaatan
lahan untuk berbagai macam kepentingan khususnya untuk pengembangangan
lahan pertanian. Kajian konservasi berbasis vegetatif pada lahan longsor aktif
tipe rotasional mempunyai manfaat untuk memperbaiki degradasi lahan serta
menstabilkan lereng dengan metode yang tepat. Penelitian bertujuan untuk (1)
menganalisis karakteristik fisik dan kimia pada mahkota, badan dan kaki tanah
longsor aktif tipe rotasional pada Sub-DAS Bompon, (2) mengkaji faktor
keberagaman karakteristik tanah pada lahan bekas longsor dan (3) mengkaji
rekomendasi jenis dan tata letak vegetasi di lahan longsor aktif sebagai upaya
konservasi di Sub-DAS Bompon. Pengumpulan data yang dilakukan meliputi
kegiatan pra-lapangan, lapangan, pengujian laboratorium, dan analisis data.
Penentuan titik sampel menggunakan metode stratified random sampling
berdasarkan aktivitas longsor. Tiga longsor dipilih secara acak dan setiap
longsor dibedakan menjadi tiga bagian, mahkota, badan, dan kaki longsor.
Titik pengambilan sampel berjumlah 9 titik dengan pengambilan sampel tanah
pada jeluk 0 sampai dengan 50 cm dan 50 sampai dengan 100 cm. Analisis data
dilakukan secara deskriptif kuantitatif dengan standar deviasi untuk
mengetahui variasi karakteristik tanah pada setiap longsor dan secara
deskriptif kualitatif untuk mengetahui kondisi morfologi lahan pada setiap
longsor. Konservasi tanah berbasis vegetatif diutamakan pada longsor dangkal.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) longsor mengakibatkan adanya
perubahan karakteristik fisik maupun kimia tanah, baik pada mahkota, badan
maupun kaki longsor. Perubahan signifikan terjadi pada nilai indeks stabilitas
agregat dan laju infiltrasi; 2) keberagaman karakteristik tanah pada tiap bagian
longsor disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya yaitu pedoturbasi dengan
material tanah yang berbeda, waktu terjadinya longsor masing masing pada
tahun 2015, 2019 dan 2020, morfologi lereng hasil longsor semakin curam serta
erosi yang berkelanjutan; 3) jenis dan tata letak tanaman direkomendasikan
sesuai fungsi ekologis dan memiliki nilai ekonomis bagi masyarakat.

Kata kunci : karakteristik tanah, longsor aktif, bekas, tipe rotasional, vegetasi,
konservasi

Productive Conservation of Land Resources 2022 I 96


Distribusi Karakteristik dan Satuan Tanah di Bagian Hulu Sub-
DAS Bompon, Magelang
Muhammad Syaiful Yahya
2021
S1 Ilmu Tanah Universitas Gadjah Mada
Pembimbing:
Prof. Dr. rer. nat. Junun Sartohadi, M.Sc. ; Nur Ainun H.J Pulungan, S.Si., M.Sc.,Ph.D.

Lahan di bagian hulu Sub-DAS Bompon banyak dimanfaatkan untuk


pertanian. Karakteristik dan persebaran satuan tanah penting untuk dikaji
agar pengelolaan lahan untuk pertanian dapat dilakukan secara tepat.
Penelitian terkait karakteristik tanah di bagian hulu Sub-DAS Bompon sudah
pernah dilakukan namun terbatas pada sepenggal lereng dan belum mengiden-
tifikasi terkait distribusinya. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi
proses pedogenesis, karakteristik, dan distribusi tanah di bagian hulu Sub-DAS
Bompon. Titik sampel pengamatan berjumlah 19 pedon yang ditentukan
berdasarkan posisi lereng yaitu, lereng atas, lereng ten-gah, lereng bawah, dan
dasar lembah. Persebaran titik sampel ditentukan menggunakan metode
transect pada lereng atas, lereng tengah dan lereng bawah dan purposive
sampling pada dasar lembah. Parameter penelitian meliputi tekstur, KPK,
kation basa tertukar, kejenu-han basa, C-organik, pH aktual, dan nitrogen
total. Hasil penelitian menunjukan perkem-bangan tanah dipicu oleh proses
eluviasi-iluviasi di dalam profil tanah. Karakteristik tanah pa-da dasar lembah
cukup berbeda dibandingkan dengan lereng atas, lereng tengah, dan lereng
bawah. Terdapat 7 family tanah yang berkembang di bagian hulu Sub-DAS
Bompon yaitu : 1) Ultic Hapludalfs, Very-fine, Kaolinitic, Subactive-
Semiactive, Isohyperthermic 2) Typic Kandiudalfs, Very-fine, Kaolinitic,
Subactive-Semiactive, Isohyperthermic. 3) Typic Haplohumults, Very-fine,
Kaolinitic, Semiactive-Active, Isohyperthermic 4) Typic Hapludalfs, Very-fine,
Kaolinitic, Active, Isohyperthermic 5) Oxyaquic Kandiudalfs, Very-fine,
Subactive Kaolinitic, Isohyperthermic 6) Oxyaquic Eutrudepts, Very-fine,
Kaolinitic, Subactive, Isohyperthermic 7) Typic Endoaquepts, Very-fine,
Kaolinitic, Subactive, Isohyperthermic. SPT konsosiasi ditemukan pada lereng
atas dan dasar lembah sedangkan SPT kompleks ditemukan pada lereng tengah
dan lereng bawah.

Kata kunci : genesis, klasifikasi, toposequence, sub-DAS Bompon

Productive Conservation of Land Resources 2022 I 97


Analisis Aktivitas Longsor, Posisi Lereng, dan Pemanfaatan
Lahan untuk Karakterisasi Sifat Fisik Tanah Permukaan pada
Kawasan Endapan Longsor di Sub-DAS Bompon, Magelang
Heni Ratna Sari
2021
S1 Ilmu Tanah Universitas Gadjah Mada
Pembimbing:
Prof. Dr. rer. nat. Junun Sartohadi, M.Sc. ; Nur Ainun H.J Pulungan, S.Si., M.Sc.,Ph.D.

Karakteristik fisik tanah permukaan merupakan salah satu faktor yang dapat
menyebabkan longsor dan dapat berubah akibat longsor. Kajian karakteristik
fisik tanah permukaan pada kawasan endapan longsor banyak diteliti
sebelumnya tetapi belum banyak mengaitkan dengan aktivitas longsor, posisi
lereng, dan pemanfaatan lahan secara khusus. Tujuan penelitian ini untuk
melakukan karakterisasi sifat fisik tanah permukaan pada kawasan endapan
longsor dan mengkaji keberagaman distribusi karakteristik fisik tanah
permukaan pada aktivitas longsor, posisi lereng dan bentuk pemanfaatan lahan
yang berbeda, serta mengkaji faktor lahan yang mempengaruhi keberagaman
karakteristik fisik tanah permukaan pada kawasan endapan longsor yang
paling besar. Pengumpulan data dilakukan dengan pengumpulan data
terdahulu, interpretasi peta, survei lapangan, pengambilan sampel tanah dan
uji laboratorium. Penentuan titik sampel dilakukan dengan purposive sampling
berdasarkan aktivitas longsor, posisi lereng, dan bentuk pemanfaatan lahan
pada bagian endapan longsor kedalaman 0 - 30 cm. Hasil dibahas secara
teoritis terhadap data lapangan dan laboratorium yang diperoleh,
membandingkan setiap kondisi lahan dan memahami setiap kejadian dilokasi
penelitian. Hasil menunjukkan karakteristik fisik tanah permukaan
menunjukkan tekstur klei, berat volume, berat jenis, dan porositas yang
cenderung seragam, angka atterberg tinggi, permeabilitas agak lambat dan
kandungan c-organik maupun bahan organik rendah. Keberagaman
karakteristik fisik tanah permukaan menunjukkan nilai tinggi pada longsor
aktif, lereng bawah, dan kebun campur. Bentuk pemanfaatan lahan
mempengaruhi keberagaman karakteristik fisik tanah permukaan yang tinggi
dibandingkan aktivitas longsor dan posisi lereng. Permeabilitas tanah
menunjukkan sifat fisik tanah yang banyak terpengaruh akibat longsor.

Kata kunci : sifat fisika, tanah permukaan, aktivitas longsor, posisi lereng,
pemanfaatan lahan

Productive Conservation of Land Resources 2022 I 98


Kajian Perkembangan Tanah di Hulu Bagian Barat Sub-Das
Bompon, Magelang
Rusdi Al Rosid Ilham Permana
2021
S1 Ilmu Tanah Universitas Gadjah Mada
Pembimbing:
Dr. Makruf Nurudin, M.P. ; Nur Ainun H.J Pulungan, S.Si., M.Sc.,Ph.D.

Hulu bagian barat Sub-DAS Bompon memiliki topografi yang beragam serta
telah diolah oleh masyarakat menjadi lahan budidaya pertanian dengan
pengolahan intensif. Hal ini dapat mempengaruhi sifat-sifat tanah serta
perkembangan tanah di lokasi tersebut. Penelitian ini bertujuan mengamat
karakteristik fisika dan kimia tanah serta mengkaji perkembangan tanah dan
klasifikasi tanah berdasarkan sistem klasifikasi USDA 2014, FAO/WRB 2014,
dan PPT Bogor 2014 di hulu bagian barat Sub-DAS Bompon, Magelang.
Penelitian diawali dengan survei lapangan berpedoman foto udara untuk
menentukan lokasi pengambilan sampel. Lokasi yang dipilih merupakan sebuah
transek menuruni lereng dengan penggunaan lahan didominasi tegalan.
Pengambilan sampel dilakukan pada profil yang berada di puncak lereng,
lereng atas, lereng tengah, dan lereng bawah yang terbagi menjadi zona
residual, zona erosional, dan zona deposisional dengan total 8 profil. Analisis
sampel berupa analisis fisika dan kimia tanah yang dilaksanakan di
Laboratorium Tanah Umum, Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah, serta
Laboratorium Fisika Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada.
Parameter fisika tanah yang diuji meliputi kadar lengas, tekstur, berat volume
(BV), berat jenis (BJ), dan porositas tanah. Parameter kimia tanah yang diuji
yaitu pH tanah (pH aktual dan pH potensial), kandungan bahan organik tanah,
kapasitas pertukaran kation (KPK), kation tertukar, kejenuhan basa, serta N-
total. Hasil penelitian menunjukkan tanah di hulu bagian barat Sub-DAS
Bompon memiliki karakteristik fisika dan kimia yang beragam serta telah
berkembang menjadi tanah dewasa. Berdasarkan klasifikasi USDA 2014 tanah
di hulu bagian barat Sub-DAS Bompon, Magelang adalah Ultic Hapludalfs dan
Typic Kandiudalfs, berdasarkan klasifikasi FAO/WRB 2014 berjenis Haplic
Luvisols (Clayic), sedangkan berdasarkan klasifikasi PPT Bogor 2014 adalah
Latosol oksik.

Kata kunci : perkembangan tanah, klasifikasi tanah, Sub-DAS Bompon

Productive Conservation of Land Resources 2022 I 99


Ketersediaan Air untuk Tanaman pada Lahan Bekas Longsor di
Sub DAS Bompon, Magelang
Hanifah Luthfi Aliyyah
2021
S1 Ilmu Tanah Universitas Gadjah Mada
Nur Ainun Harlin Jennie Pulungan, Ph.D; Prof. Dr. rer. nat Junun Sartohadi, M.Sc.

Kajian karaketristik tanah di Sub-DAS Bompon sudah banyak diteliti oleh


penelitian sebelumnya, akan tetapi belum ada yang mengkaji mengenai
ketersediaan air pada lahan bekas longsor. Sementara, salah satu faktor
penting dalam aktivitas pertanian yaitu ketersediaan air untuk tanaman.
Tingginya tingkat kerawanan longsor pada Sub DAS Bompon mengakibatkan
semakin berkurangnya lahan alami yang dapat digunakan untuk aktivitas
pertanian. Adanya keterbatasan lahan alami ini menjadikan lahan bekas
longsor sebagai alternatif yang dapat dimanfaatkan sebagai lahan pertanian.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi lahan bekas longsor, mengkaji
karakteristik tanah pada setiap tubuh longsor, menganalisis pengaruh
karakteristik fisika tanah terhadap ketersediaan air untuk tanaman, dan
mengetahui ketersediaan air untuk tanaman pada lahan bekas longsor. Teknik
pengumpulan data yang dilakukan berupa interpretasi peta, kegiatan lapangan,
pengujian di laboratorium, dan pengolahan data sekunder. Penentuan titik
sampel dilakukan dengan metode Purposive sampling pada 12 titik longsor.
Teknik pengambilan sampel tanah dilakukan pada 4 zona longsor yaitu
mahkota, gawir, tubuh, dan kaki pada 2 kedalaman tanah yaitu 0-100cm dan
100-200cm. Teknik analisis data dilakukan dengan uji regresi dan nilai standar
deviasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa ketersediaan air untuk tanaman
pada lahan bekas longsor paling tinggi berada pada zona kaki untuk jeluk 0-
100 cm dan pada zona gawir untuk jeluk 100-200 cm. Sifat fisika tanah yang
paling mempengaruhi ketersediaan air pada lahan bekas longsor adalah kadar
lengas. Berdasarkan ketersediaan airnya, disarankan digunakan tanaman
semusim pada zona kaki dan tanaman tahunan pada zona gawir. Maka dari itu
lahan bekas longsor di Sub Das Bompon memiliki potensi sebagai lahan
budidaya pertanian.

Kata kunci : air tersedia, air untuk tanaman, DAS, longsorlahan, lahan bekas
longsor

Productive Conservation of Land Resources 2022 I 100


Analisis Lahan dan Karakterisasi Tanah Untuk Penilaian
Potensi Reaktivasi Longsor di Sub-DAS Bompon, Magelang
Febrina Dyah Prastiwi
2021
S1 Ilmu Tanah Universitas Gadjah Mada
Pembimbing:
Prof. Dr. rer. nat. Junun Sartohadi, M. Sc.; Nur Ainun H. J. Pulungan, S. Si., M. Sc., Ph.D.

Analisis kondisi lahan dan karakteristik tanah pada lahan bekas longsor belum
banyak dilakukan. Kajian kondisi morfologi lahan dan tanah pada lahan bekas
longsor mempunyai manfaat untuk kegiatan pengelolaan lahan yang tepat di
lahan bekas longsor. Penelitian bertujuan untuk (1) mengidentifikasi morfologi
lahan pada setiap bagian longsor, (2) menganalisis karakteristik tanah pada
setiap bagian longsor, (3) menilai potensi reaktivasi longsor berdasarkan
morfologi lahan dan karakteristik tanah, serta (4) membuat usulan pengelolaan
lahan berbasis tanaman untuk pengendalian reaktivasi longsor. Pengumpulan
data yang dilakukan, meliputi kegiatan pra-lapangan, lapangan, dan analisis
data. Penentuan titik sampel menggunakan metode stratified random sampling
berdasarkan aktivitas longsor oleh peneliti sebelumnya menurut bagian-bagian
longsor. Tiga longsor dipilih secara acak dan setiap longsor dibedakan menjadi
tiga bagian, mahkota, badan, dan kaki longsor. Titik pengambilan sampel
berjumlah 9 titik dengan pengambilan sampel tanah pada jeluk 0-30 cm dan
30-90 cm. Analisis data dilakukan secara deskriptif kuantitatif dengan standar
deviasi untuk mengetahui variasi karakteristik tanah pada setiap longsor dan
secara deskriptif kualitatif untuk mengetahui kondisi morfologi lahan pada
setiap longsor. Hasil penelitian menunjukkan kondisi morfologi lahan dan
karakteristik tanah setiap longsor beragam acak menurut bagian-bagian
longsor yang dibuktikan dengan nilai bervariasi dari mahkota, badan, hingga
kaki longsor. Potensi reaktivasi longsor tinggi berdasarkan kondisi morfologi
lahan dan karakteristik tanah. Sistem penanaman tanaman dengan kombinasi
jenis perakaran dan sistem agroforestri merupakan pengelolaan lahan yang
dimungkinkan paling sesuai guna mengurangi potensi reaktivasi longsor.

Kata kunci : karakteristik tanah, kondisi lahan, longsor reaktivasi, potensi reaktivasi

Productive Conservation of Land Resources 2022 I 101


Kajian Erodibilitas pada Berbagai Penggunaan Lahan dan
Kemiringan Lereng di Sub-DAS Bompon, Kabupaten Magelang
Ananda Iqbal Hibatullah Mughni
2021
S1 Ilmu Tanah Universitas Gadjah Mada
Prof. Dr. rer. nat. Junun Sartohadi, M. Sc.; Nur Ainun H. J. Pulungan, S. Si., M. Sc., Ph.D.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai erodibilitas tanah dan


hubungannya dengan sifat-sifat tanah pada berbagai kemiringan lereng dan
penggunaan lahan di sub-DAS Bompon, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.
Karakteristik penggunaan lahan dan topografi beragam yang dimiliki oleh sub-
DAS Bompon ini akan berpengaruh terhadap nilai erodibilitas. Nilai
erodibilitas yang berbeda-beda akan dapat mempengaruhi laju erosi,
ketersediaan air, dan kemungkinan pola bencana banjir. Penelitian ini
dilakukan dengan menentukan 31 titik pengambilan sampel tanah yang ada di
Sub-DAS Bompon berdasarkan satuan peta lahan (SPL) yang telah dibuat.
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua
faktor yaitu kemiringan lereng dan penggunaan lahan. Kelas kemiringan lereng
terdiri dari 4 aras yaitu curam, berbukit, bergelombang, dan datar. Tipe
penggunaan lahan terdiri dari 3 aras yaitu tegalan, kebun campur, dan sawah.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemiringan lereng dan penggunaan lahan
memberikan pengaruh nyata terhadap nilai erodibilitas tanah. Permeabilitas
memiliki nilai korelasi paling kuat dengan nilai erodibilitas pada tingkat
korelasi sedang. Nilai erodibilitas pada tegalan curam memiliki rata-rata
sebesar 0,1715, tegalan berbukit memiliki rata-rata 0,2134, tegalan
bergelombang sebesar 0,1764, dan tegalan datar sebesar 0,2136, kebun campur
curam memiliki rata-rata sebesar 0,2134, kebun campur berbukit sebesar
0,1919, kebun campur bergelombang sebesar 0,1683, dan kebun campur datar
sebesar 0,1814, sawah bergelombang memiliki rata-rata sebesar 0,1714, dan
sawah datar sebesar 0,1718.

Kata kunci : erodibilitas, erosi, kemiringan lereng, penggunaan lahan, bahan organik

Productive Conservation of Land Resources 2022 I 102


Pengaruh Penterasan Lahan pada Berbagai Penggunaan Lahan
terhadap Sifat Fisika Tanah di Sub-DAS Bompon, Magelang
Ramadhani Nur Zaenningrum
2021
S1 Ilmu Tanah Universitas Gadjah Mada
Pembimbing:
Nur 'Ainun Harlin Jennie Pulungan, S.Si., M.Sc., Ph.D. ; Prof. Dr.rer.nat. Junun Sartohadi, M.Sc.

Kajian konservasi lahan masih sangat dibutuhkan dalam mencapai pertanian


yang berkelanjutan. Kurangnya penerapan konservasi pada lahan dengan
topografi kasar memicu semakin bertambah banyaknya proses degradasi lahan
yang terjadi saat ini. Disisi lain, peningkatan kebutuhan akan lahan
mengakibatkan masyarakat di daerah Sub-DAS Bompon memanfaatkan lahan
yang ada meskipun berada pada kemiringan lereng yang tergolong agak curam
sampai curam. (1) Mengidentifikasi variasi bentuk konservasi lahan pada
berbagai penggunaan lahan di Sub-DAS Bompon. (2) Menganalisis
karakteristik sifat fisik tanah pada berbagai penggunaan lahan dan pengolahan
lahan di Sub-DAS Bompon. (3) Menentukan sifat fisika tanah yang paling
terpengaruh oleh variasi penggunaan lahan dan pengelolaan lahan di Sub-DAS
Bompon. Penelitian lapangan dilakukan dengan metode survei pada 20 titik
sampel. Penentuan titik pengambilan sampel tanah dilakukan dengan metode
purposive sampling berdasarkan variasi penggunaan lahan (kebun campur,
kebun monokultur, sawah, dan tegalan) dan pengolaan lahan (terasering dan
non-terasering). Analisis data dilakukan secara statistik menggunakan one-way
anova (satu arah) untuk memperoleh data rerata, nilai maksimal, nilai
minimum, dan juga standar deviasi. Analisis ini digunakan untuk melihat
bagaimana pengaruh variasi penggunaan lahan dan pengelolaan lahan terhadap
sifat fisika tanah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik sifat
fisika tanah memiliki keberagaman nilai yang lebih tinggi pada bentuk
konservasi lahan berterasering, dibandingkan dengan lahan yang non-
terasering. Bentuk penggunaan lahan yang paling berpengaruh terhadap sifat
fisika tanah adalah kebun campur berteras. Karakteristik fisika tanah yang
terpengaruh oleh aktivitas berbagai penggunaan lahan dan pengolahan lahan
yaitu laju infiltrasi, porositas, berat volume, berat jenis, kemampuan penetrasi
dan permeabilitas tanah.

Kata kunci : konservasi lahan, sifat fisika tanah, penggunaan lahan, pengelolaan
lahan, terasering

Productive Conservation of Land Resources 2022 I 103


Analisis Pola Sebaran Tanah Longsor dengan Geoinformasi
Sebagai Upaya Mitigasi di Kecamatan Borobudur, Magelang
Hudha Nurhani
2022
S2 Ilmu Lingkungan Universitas Gadjah Mada
Prof. Dr. rer. nat. Junun Sartohadi, M.Sc.; Dr. rer. nat. Mochamad Nukman, S.T., M.Sc.

Hampir seluruh wilayah Kecamatan Borobudur masuk dalam kawasan strategis


nasional sebagai kawasan cagar budaya nasional dan situs warisan budaya
dunia (world cultural heritage sites). Wilayah Kecamatan Borobudur rawan
tanah longsor. Jumlah kejadian tanah longsor tergolong tinggi jika
dibandingkan dengan seluruh wilayah di Kabupaten Magelang. Penelitian
bertujuan untuk mengetahui pola sebaran tanah longsor, mengetahui faktor
yang menentukan tanah longsor, dan mengkaji zonasi kerawanan serta
kebijakan yang sesuai. Parameter morfologi, geologi, vegetasi, hidrologi, dan
antropogenik diturunkan menjadi delapan faktor penentu tanah longsor yaitu:
(1) kemiringan, (2) aspek, (3) kurvatur, (4) litologi, (5) jarak dari zona sesar, (6)
tingkat kehijauan tanaman, (7) jarak dari sungai, dan (8) jarak dari jalan.
Metode penelitian menggunakan perpaduan antara geoinformasi, teknik
geoinformatik, dan survei lapangan. Peta inventori tanah longsor dihasilkan
dengan cara interpretasi manual terhadap citra satelit, garis kontur, data titik
tanah longsor, dan aliran sungai, serta divalidasi dengan survei lapangan.
Analisis pola spasial sebaran tanah longsor berdasarkan analisis tetangga
terdekat. Bobot faktor yang menentukan tanah longsor diperoleh dengan rasio
frekuensi (frequency ratio). Model zonasi kerawanan tanah longsor divalidasi
dengan metode AUC (Area Under theCurve). Analisis lanjutan zonasi
kerawanan dilakukan untuk menentukan desa paling rawan tanah longsor.
Hasil penelitian menunjukkan pola spasial sebaran tanah longsor adalah pola
mengelompok. Urutan bobot faktor penentu longsor dari yang terbesar ke
terkecil adalah tingkat kehijauan tanaman, kurvatur, litologi, jarak dari zona
sesar, kemiringan, jarak dari sungai, aspek, dan jarak dari jalan. Nilai AUC
training adalah 77,03%, sedangkan nilai AUC testing adalah 68,78%. Secara
statistik, model zonasi kerawanan yang dihasilkan dengan rasio frekuensi
adalah baik dan memadai dalam memprediksi kejadian tanah longsor. Analisis
lanjutan atas zonasi kerawanan tanah longsor menunjukkan bahwa peringkat
tiga teratas desa paling rawan adalah Giripurno, Giritengah, dan Majaksingi
yang merupakan desa-desa yang harus mendapatkan prioritas upaya
pengurangan risiko bencana longsor.

Kata kunci : pola spasial, tanah longsor, rasio frekuensi, analisis tetangga terdekat,
zonasi kerawanan

Productive Conservation of Land Resources 2022 I 104


Variasi Spasial Ambang Batas Curah Hujan Berbasis Data
Satelit Terhadap Kejadian Longsor di Kabupaten Magelang
Yenni Roshallina
2022
S2 Ilmu Lingkungan Universitas Gadjah Mada
Pembimbing:
Dr. rer. nat. M. Anggri Setiawan, M.Si; Dr. Eng. Guruh Samodra, M.Sc.

Kesiapsiagaan dan mitigasi bencana longsor masih memerlukan inovasi kajian


yang terkait dengan analisis spasial ambang batas hujan. Penelitian ini
bertujuan untuk menganalisis variasi ambang batas hujan penyebab longsor di
Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah. Penelitian ini mengintegrasikan
informasi kejadian tanah longsor yang disesuaikan dengan data curah hujan
per jam yang diperoleh dari Integrated Multi-SatellitE for GPM (IMERG).
Penentuan ambang batas hujan dikerjakan secara statistik berdasar model
empiris antara kejadian kumulatif dengan durasi hujan (ED) yang
mengakibatkan longsor. Metode penelitian dilakukan dengan teknik geo-
informatik yakni akuisisi data, interpretasi, dan analisis spasial. Peta
bentuklahan dihasilkan dari interpretasi secara visual terhadap citra satelit
dan Digital Elevation Model (DEM). Bentuklahan dikelompokkan berdasarkan
wilayah pegunungan, meliputi kompleks Gunungapi Merapi, Merbabu,
Sumbing, Telomoyo, Andong, dan Pegunungan Menoreh. Data satelit IMERG
dan inventarisasi tanah longsor digunakan untuk menentukan ambang curah
hujan. Penilaian akurasi dilakukan dengan membandingkan data IMERG
dengan data yang diperoleh dari stasiun cuaca. Hasil uji akurasi menunjukkan
tingkat akurasi 0,69. Data hujan meliputi kejadian kumulatif dihubungkan
dengan durasi hujan pada grafik E-D dengan analisis regresi power dan
menentukan batas terendah pada grafik yang disajikan dalam grafik skala
logaritmik yang dibentuk scatter plot untuk menetapkan ambang E-D empiris.
Hasil penelitian menunjukkan nilai ambang batas hujan di setiap bentuklahan
bervariasi. Usulan ambang batas hujan untuk durasi dan kejadian kumulatif
dengan probabilitas 5% ditentukan dengan formula E = 0,26 . D1,68 untuk
wilayah Gunungapi Merapi, E = 0,20 . D1,51 di wilayah Merbabu, E = 0,27 .
D1,56 di wilayah Telomoyo, E = 0,34 . D1,70 diwilayah Andong, E = 0,16 . D1,48
di wilayah Sumbing, dan E = 0,23 . D1,7 untuk wilayah Pegunungan Menoreh.
Ambang batas hujan pemicu longsor diharapkan dapat digunakan sebagai
upaya sistem peringatan dini dan dapat digunakan untuk analisis penilaian
bahaya dan risiko longsor.

Kata kunci : longsor, bentuklahan, kejadian kumulatif-durasi hujan (E-D), ambang


batas hujan

Productive Conservation of Land Resources 2022 I 105


Efektivitas Proklim Dalam Pengendalian Longsor Secara
Vegetatif di Kampung Iklim Desa Sambak, Kecamatan Kajoran,
Kabupaten Magelang
Erny Wibawanti
2022
S2 Ilmu Lingkungan Universitas Gadjah Mada
Prof. Dr. rer.nat. Junun Sartohadi, M.Sc; Dr. Eng. Ngadisih, S.T.P., M.Sc.

Partisipasi masyarakat Desa Sambak dalam adaptasi dan mitigasi perubahan


iklim telah diapresiasi dalam bentuk penghargaan ProKlim. Desa Sambak
terletak pada zona transisi Gunung Api Sumbing dan Pegunungan Menorah
sehingga rawan terhadap bencana erosi, longsor dan kekeringan. Penelitian ini
berfokus untuk mengevaluasi efektivitas kegiatan ProKlim dalam pengendalian
longsor secara vegetatif. Beberapa tahapan dilakukan untuk mencapai tujuan
tersebut, yaitu: 1) identifikasi longsor; 2) identifikasi kegiatan pengendalian
longsor secara vegetatif; 3) analisis pola spasial distribusi longsor dan kegiatan
pengendalian longsor secara vegetatif; 4) evaluasi efektivitas kegiatan ProKlim.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ialah foto udara yang diambil dengan
menggunakan Unmanned Aerial Vehicle (UAV). Foto udara digunakan untuk
menghasilkan orthophoto dan DEM pada skala detail (desa). Orthophoto
dijadikan dasar dalam identifikasi sebaran longsor dan sebaran kegiatan
penanaman vegetasi untuk mitigasi longsor. Data faktor pengendali longsor
meliputi kelerengan, profil kurvatur, dan aspek dihasilkan dari DEM,
sedangkan data faktor sungai, jalan, dan tutupan lahan diperoleh dari digitasi
orthophoto untuk menghasilkan skala yang sama. Identifikasi sebaran longsor
dilakukan dengan metode interpretasi visual foto udara. Identifikasi lokasi
pengendalian longsor dilakukan dengan partisipasi masyarakat dengan metode
snowball dan dilanjutkan delineasi tutupan lahan vegetasi secara visual. Hasil
intepretasi dilanjutkan dengan validasi yang diperoleh dari survei lapangan.
Pola spasial distribusi longsor ditentukan dengan metode analisis tetangga
terdekat. Kerawanan longsor ditentukan menggunakan metode frekuensi rasio.
Analisis efektivitas ProKlim ditekankan pada identifikasi letak pengendalian
longsor melalui kegiatan penanaman pada wilayah rawan longsor dengan
frekuensi rasio penanaman pada tiap kelas kerawanan longsor dan nilai AUC.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kegiatan penanaman belum ditempatkan
pada zona rawan longsor sehingga dapat dikatakan kurang efektif. Kesimpulan
didasarkan dari 42 kejadian longsor dengan dominasi pada kelerengan 15-250
dan 8-150 ; tutupan lahan pertanian lahan kering, semak, dan tanah terbuka;
arah hadap lereng tenggara dan timur; profil kurvatur (+) dan (-); jarak dengan
jalan 100-200 m dan 200-300 m; dan jarak dengan sungai < 150 m. Pada sebaran
penanaman dalam konteks pengendalian longsor secara vegetatif terdapat pada
tutupan lahan kebun campur dan hutan kering sekunder. Pola viii spasial
longsor dan pengendalian longsor secara vegetatif memiliki pola random.
Dengan nilai frekuensi rasio kegiatan penanaman pada kelas sangat rawan
sebesar 0,03, kelas rawan sebesar 0,62, kelas rawan sedang sebesar 0,99, kelas
sedikit rawan sebesar 1,25, dan tidak rawan sebesar 2,49 serta nilai AUC antara
kelas kerawanan dan kegiatan penanaman sebesar 0,44.

Kata kunci : tanah longsor, ProKlim, foto udara, vegetatif

Productive Conservation of Land Resources 2022 I 106


Laju Evapotranspirasi Tanah Lempung Dengan Tanaman
Tumpangsari Jagung-Kacang Tanah pada Tiga Zona Lereng di
Sub-DAS Bompon, Jawa Tengah
Arif Yudo Krisdianto
2022
S2 Ilmu Tanah Universitas Gadjah Mada
Pembimbing:
Prof.Dr.rer.nat. Junun Sartohadi, M.Sc; Dr. Makruf Nurudin, S.P.,M.P.

Kehilangan air dari lahan diantaranya disebabkan oleh faktor evapotranspirasi.


Faktor sifat fisik tanah belum banyak dibahas sebagai faktor utama
evapotranspirasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur nilai laju
evapotranspirasi pada setiap posisi lereng dan mengkaji hubungan faktor fisik
lahan dan tanah terhadap laju evapotranspirasi yang terjadi pada lahan.
Penelitian dilakukan di Kecamatan Kajoran Kabupaten Magelang pada lahan
tegalan dengan lereng menghadap 56o timur laut dengan kemiringan lereng 30
– 70% dan sistem budidaya pertanian tumpangsari jagung – kacang tanah.
Pengamatan lapangan mencakup pengamatan evapotranspirasi, gas CO2, sifat
fisik tanah, dan pengamatan pengelolaan lahan. Laju evapotranspirasi diukur
menggunakan chamber modifikasi dalam dua periode pengukuran dan
dilakukan sepanjang hari sejak matahari mulai menyinari lahan hingga
terbenam atau hingga penyinaran matahari terhalang awan hujan. Jenis tanah
pada lokasi penelitian dalam kelas Typic Kandiudalf dengan tekstur lempung,
berstruktur granular hingga gumpal mebulat, konsistensi agak lekat hingga
lekat, porositas 37,79% - 59,09% dan kandungan bahan organik adalah < 0,1%.
Laju evapotranspirasi harian rata-rata adalah 0,17 mm jam-1 dengan nilai
terendah adalah 0,02 mm jam-1 dan tertinggi 0,62 mm jam-1 . Laju
evapotranspirasi pada pengukuran pertama terbesar terjadi pada lereng atas
dan terendah pada lereng tengah sedangkan pada pengukuran kedua laju
evapotranspirasi terbesar terjadi pada lereng bawah dan terendah pada lereng
atas. Laju evapotranspirasi lahan dipengaruhi oleh faktor kondisi lahan, sifat
fisik tanah dan vegetasi diatasnya namun faktor kondisi lahan merupakan
faktor kunci yang dapat mempengaruhi faktor lainnya.

Kata kunci : zona lereng, evapotranspirasi, Sub-DAS Bombon, chamber modifikasi

Productive Conservation of Land Resources 2022 I 107


Aplikasi Biochar Untuk Mengurangi Erosi pada Lereng Terjal
dengan Kandungan Lempung dan Intensitas Hujan Tinggi
Surya Sabda Nugraha
2022
S2 Ilmu Tanah Universitas Gadjah Mada
Prof. Dr. rer. nat. Junun Sartohadi, M.Sc.; Dr. Agr. Makruf Nurudin, S. P., M. P.

Aplikasi biochar dengan metode pengujian langsung di lapangan belum banyak


dilakukan. Aplikasi biochar dalam penelitian ini digunakan sebagai bahan
konservasi untuk mengendalikan limpasan dan erosi. Penelitian dilakukan
dengan menggunakan plot lapangan. Penelitian dilakukan pada wilayah yang
material tanahnya didominasi oleh lempung (>40%) dan sudut lereng yang
curam (>60%). Pola tanam di lokasi penelitian umumnya ubi kayu di musim
kemarau dan jagung di musim hujan. Empat petak lahan disiapkan dengan
perlakuan biochar, batu apung, mikoriza, dan kontrol. Pengamatan limpasan
dan erosi dilakukan di bawah tegakan jagung pada saat puncak musim hujan
(Maret-April) tahun 2021. Curah hujan tertinggi pada bulan Maret dan April
mencapai 441 mm/bulan, dengan intensitas tertinggi mencapai 150
mm/minggu. Aplikasi biochar mampu mengurangi laju erosi melalui perubahan
karakteristik tanah. Aplikasi biochar memberikan hasil yang lebih baik
daripada aplikasi batu apung dan mikoriza. Aplikasi biochar menghasilkan
karakteristik tanah yang lebih baik seperti berat volume (BV), berat jenis (BJ),
porositas, kandungan bahan organik (BO), kapasitas tukar kation (KPK), dan
stabilitas agregat yang mendukung pertumbuhan tanaman jagung.

Kata kunci : biochar, erosi, batu apung, mikoriza

Productive Conservation of Land Resources 2022 I 108


Posisi Lereng Sebagai Faktor Keenam Penentu Erosi Tanah di
Zona Transisi Bentanglahan Gunungapi Kwarter-Tersier, Jawa
Tengah, Indonesia
Pramasti Dyah Nhindyasari
2022
S2 Ilmu Tanah Universitas Gadjah Mada
Pembimbing:
Prof.Dr.rer.nat. Junun Sartohadi, M.Sc; Nur Ainun H.J Pulungan, S.Si., M.Sc.,Ph.D.

Erosi tanah diakui sebagai salah satu masalah lingkungan paling serius di dunia
yang mempengaruhi lahan curam di daerah tropis karena secara signifikan
mengurangi area lahan pertanian tersedia untuk produksi tanaman. Mayoritas
penelitian erosi hanya mempertimbangkan faktor erosivitas, erodibilitas,
kemiringan dan panjang lereng, vegetasi, dan pengelolaan lahan. Posisi tubuh
tanah pada suatu lereng cenderung terabaikan. Kajian posisi lereng sebagai
pengontrol erosi dan karakteristik tanah dilakukan pada toposekuen pewakil
di zona transisi gunungapi Tersier Menoreh dan Kwarter Sumbing yang
ditentukan melalui interpretasi foto udara dan groundcheck. Toposekuen
pewakil dibagi menjadi 3 posisi lereng, yaitu: atas, tengah, dan bawah yang
secara proses geomorfologis merupakan zona erosi dan zona deposisi.
Pengukuran erosi dilakukan dengan menggunakan metode volumetrik berbasis
bentuk hasil proses erosi kecuali erosi percik diukur dengan menggunakan
metode splash cup modifikasi. Pengukuran karakteristik tanah di laboratorium
yang mencakup tekstur, stabilitas agregat, permeabilitas, berat volume, berat
jenis, porositas, dan bahan organik dilakukan pada contoh tanah dari 18 titik.
Pengukuran curah hujan dilakukan dengan menggunakan Automatic Weather
Station (AWS). Data struktur tanah, mineralogi dan Kapasitas Pertukaran
Kation didapatkan dari penelitian sebelumnya. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa posisi lereng menentukan erosi dan karakteristik tanah. Posisi lereng
secara langsung mempengaruhi arah dan akumulasi aliran permukaan yang
berdampak pada terbentuknya erosi alur dan parit. Kehilangan tanah dari satu
kawasan tangkapan hujan oleh proses erosi secara nyata berasal dari erosi alur
dan parit, sehingga usaha pengendalian laju erosi semestinya terkonsentrasi
pada alur dan parit.

Kata kunci : erosi alur, erosi parit, posisi lereng, aliran permukaan, konservasi

Productive Conservation of Land Resources 2022 I 109


Kajian Konservasi Rorak pada Lahan Ketela Pohon di Sub-DAS
Bompon, Magelang
Trisari Mujilestari
2022
S1 Ilmu Tanah Universitas Gadjah Mada
Prof. Dr. rer. nat. Junun Sartohadi, M.Sc.; Dr. Agr. Makruf Nurudin, S. P., M. P.

Aplikasi biochar dengan metode pengujian langsung di lapangan belum banyak


dilakukan. Aplikasi biochar dalam penelitian ini digunakan sebagai bahan
konservasi untuk mengendalikan limpasan dan erosi. Penelitian dilakukan
dengan menggunakan plot lapangan. Penelitian dilakukan pada wilayah yang
material tanahnya didominasi oleh lempung (>40%) dan sudut lereng yang
curam (>60%). Pola tanam di lokasi penelitian umumnya ubi kayu di musim
kemarau dan jagung di musim hujan. Empat petak lahan disiapkan dengan
perlakuan biochar, batu apung, mikoriza, dan kontrol. Pengamatan limpasan
dan erosi dilakukan di bawah tegakan jagung pada saat puncak musim hujan
(Maret-April) tahun 2021. Curah hujan tertinggi pada bulan Maret dan April
mencapai 441 mm/bulan, dengan intensitas tertinggi mencapai 150
mm/minggu. Aplikasi biochar mampu mengurangi laju erosi melalui perubahan
karakteristik tanah. Aplikasi biochar memberikan hasil yang lebih baik
daripada aplikasi batu apung dan mikoriza. Aplikasi biochar menghasilkan
karakteristik tanah yang lebih baik seperti berat volume (BV), berat jenis (BJ),
porositas, kandungan bahan organik (BO), kapasitas tukar kation (KPK), dan
stabilitas agregat yang mendukung pertumbuhan tanaman jagung.

Kata kunci : konservasi tanah, rorak, efektivitas, sedimentasi

Productive Conservation of Land Resources 2022 I 110


Penggunaan Contoh Tanah Terusik dan Tak Terusik dalam
Menyidik Keterdapatan Klei Sensitif pada Berbagai Tingkatan
Keaktifan Longsor
Erina Yustika Sari
2022
S1 Ilmu Tanah Universitas Gadjah Mada
Pembimbing:
Prof. Dr. rer. nat. Junun Sartohadi, M.Sc.; Dr. Ir. Benito Heru Purwanto, M.P., M.Agr.

Pengujian kandungan air menggunakan contoh tanah terusik untuk penyidikan


klei sensitif belum pernah dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk: (1)
mengkaji perbedaan hasil penyidikan keterdapatan klei sensitif menggunakan
contoh tanah terusik dan tak terusik; serta (2) menghitung perbedaan hasil
interpretasi tingkat sensitivitas klei dari penggunaan contoh tanah terusik dan
tak terusik. Pengumpulan data diawali dengan pengambilan contoh tanah pada
zona residual dengan tingkatan keaktifan longsor stabil, bekas longsor, dan
reaktivasi. Contoh tanah diambil pada profil memotong lereng sedalam 0 – 200
cm di setiap lapisan berdasarkan warna dan konsistensi. Contoh tanah tak
terusik digunakan untuk pengukuran stabilitas agregat dan kandungan air
alami, sementara contoh tanah terusik digunakan untuk pengukuran
kandungan air maksimum, batas cair, batas plastis, indeks likuiditas, tekstur,
jenis mineral klei, dan bahan organik. Tanah dinyatakan memiliki klei sensitif
apabila nilai IL > 0,5-4 dan memiliki nilai sensitivitas tinggi apabila KA > BC
atau KA/BC > 1. Pengharkatan sensitivitas klei berdasarkan nilai kadar air
maksimum untuk contoh tanah terusik dan nilai kadar air alami untuk contoh
tanah tak terusik. Hasil menunjukkan bahwa penyidikan keterdapatan klei
sensitif menggunakan contoh tanah terusik dan tak terusik pada berbagai
tingkatan keaktifan longsor memberikan hasil berbeda. Penggunaan contoh
tanah terusik menunjukkan adanya klei sensitif dengan tingkat sensitivitas
yang sama seiring bertambahnya kedalaman. Penggunaan contoh tanah tak
terusik menunjukkan adanya klei sensitif dengan tingkat sensitivitas yang
bervariasi seiring bertambahnya kedalaman. Perbedaan hasil interpretasi
tingkat sensitivitas klei antara penggunaan contoh tanah terusik dan tak
terusik sangat tinggi mencapai 68% (26 dari 38 data) akibat adanya bias nilai
kandungan air yang besar mencapai 52%. Hal tersebut membuktikan bahwa
penggunaan jenis contoh tanah yang tidak tepat dapat berpotensi
menimbulkan kesalahan interpretasi.

Kata kunci : contoh tanah terusik, contoh tanah tak terusik, klei sensitif, sensitivitas
klei

Productive Conservation of Land Resources 2022 I 111


Sebaran Kualitas Tanah pada Tingkat Kelerengan dan
Penggunaan Lahan yang Berbeda di Sub-DAS Bompon Magelang
Damasus Wahyu Kurnia
2022
S1 Ilmu Tanah Universitas Gadjah Mada
Dr. Ir. Eko Hanudin, M.S.; Dr. Makruf Nurudin, S.P. , M. P.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sebaran indeks kualitas tanah pada
tingkat kelerengan dan penggunaan lahan yang berbeda di Sub-DAS Bompon
dan mencari sifat tanah yang berpengaruh signifikan terhadap nilai IKT pada
kondisi tingkat kemiringan dan penggunaan lahan yang berbeda. Metode
pengambilan cuplikan tanah dilakukan dengan cara transek yakni memotong
garis kontur secara melintang dan membujur. Pemilihan titik sampel dilakukan
dengan mempertimbangkan keragaman penggunaan lahan. Indeks kualitas
tanah dihitung dengan metode total dataset dengan non-linear scoring dari
Soil Quality Institute. Analisis data dilakukan dengan uji Anova dan LSD
dengan taraf signifikansi sebesar 5%. Hasil menunjukkan bahwa faktor
penggunaan lahan memberikan pengaruh nyata terhadap sifat-sifat tanah
seperti berat volume, indeks kemantapan agregat, daya hantar listrik, C-
organik, N-tersedia, P-tersedia, K-tersedia, C-Mikroba, dan indeks kualitas
tanah dibandingkan faktor kemiringan lereng. Nilai indeks kualitas tanah pada
lahan sawah sebesar 0,76 sedangkan kebun campur dan lahan tegalan sama
yaitu 0,73. Hasil uji korelasi menunjukkan bahwa parameter yang paling
berpengaruh terhadap indeks kualitas tanah pada ketiga penggunaan lahan
yaitu C-Mikroba tanah, Kalium Tersedia, Bahan Organik Tanah, dan Nitrogen
Total Tanah.

Kata kunci : kualitas tanah, penggunaan lahan, total dataset, non-linear scoring.

Productive Conservation of Land Resources 2022 I 112


Perhitungan Nilai Ambang Batas Erosi dengan Metode Modified
Productivity Index di Daerah Aliran Sungai Bompon Kabupaten
Magelang, Jawa Tengah
Ahmad Priyo Sambodo
2016
S1 Geografi dan Lingkungan Universitas Gadjah Mada
Pembimbing:
Dr. rer.nat. M. Anggri Setiawan, M.Si.

Nilai ambang batas erosi (T) sebagai salah satu batasan utama belum menjadi
fokus studi yang utama, padahal di negara maju telah memiliki standar nilai T.
Metode Modified Productivity Index (MPI) merupakan suatu metode baru, dan
dapat menjadi alternatif metode perhitungan nilai T di Indonesia. DAS
Bompon dipilih untuk menjadi area penelitian sekaligus ujicoba penerapan
metode MPI di Indonesia.

Perhitungan nilai T di DAS Bompon dilakukan dengan memanfatkan metode


MPI. Satuan pemetaan yang digunakan adalah bentuklahan yang didetilkan
dengan informasi vegetasi. Sampel tanah diambil pada 19 titik, dengan
pengambilan lapisan atas (d= 5 cm) dan lapisan bawah yang dihitung berdasar
nilai erosi aktual. Nilai T di DAS Bompon menggunakan rentang waktu
pemanfaatan tanah selama 20 tahun.

Nilai indeks produktivitas (IP) di DAS bompon tergolong rendah rata-rata


hanya sebesar 0,02. Nilai IP yang rendah juga berpengaruh terhadap nilai T
yang rata-rata sebesar 15,91 Ton/Ha/Tahun. Nilai T terukur di DAS Bompon
lebih rendah dibanding nilai T di beberapa wilayah di Indonesia, karena
adanya perbedaan metode dan pendekatan. Uji sensitivitas menunjukkan
parameter paling sensitif untuk IP adalah kandungan lempung, dan untuk nilai
T adalah erosi aktual.

Kata kunci : erosi eanah, konservasi, indeks produktivitas, ambang batas erosi.

Productive Conservation of Land Resources 2022 I 113

Anda mungkin juga menyukai