Penyunting
Prof. Dr. rer.nat. Junun Sartohadi, M.Sc.
Dr. rer.nat. M. Anggri Setiawan, M.Si.
Dr. Ngadisih, M.Sc.
Rina Purwaningsih, S.Si., M. Sc.
Amir Noviyanto, S.P., M. Sc.
Trisari Mujilestari, S.P.
Ilustrator Sampul
Dr. Eng. Guruh Samodra, M.Sc
Santika Purwitaningsih, S.T., M.Sc.
Tata Letak
Natasha B. C. Abolla, S.P., M.Sc.
Bardhian Aji Cahyo Gumilang, S.P.
Anisya Turrodiyah, S.P.
Diterbitkan oleh
PUSAT STUDI PENGELOLAAN SUMBER DAYA LAHAN UGM
Alamat :
Gedung Tejoyuwono lt 4, Komplek Kuningan Jl. Colombo Yogyakarta, Karang Malang,
Caturtunggal, Kec. Depok, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta 55281
Email :
ps2dl@ugm.ac.id
Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa sehingga dapat
menyelesaikan Bunga Rampai Hasil Penelitian di Kawasan transisi Bentanglahan
Gunungapi Sumbing dan Gunungapi Kulonprogo. Penelitian yang telah dilakukan sejak
tahun 2015 hingga sekarang sudah menghasilkan puluhan bahkan lebih dari hasil temuan
khususnya di DAS Bompon dan sekitarnya. Tujuan penelitian adalah untuk mengurangi
Risiko Bencana yang terjadi di wilayah Magelang khususnya di DAS Bompon dan
sekitarnya. Selama ini, penelitian dilakukan oleh kelompok peneliti TRANSBULENT
(Transition of Natural Processes in the Buit-up Environment) yang berasal dari berbagai
disiplin ilmu dan bekerjasama dengan beberapa pihak. Bahwa penelitian di Transbulent
sebagian besar dilakukan dalam rangka memenuhi tugas akhir penelitian di jenjang
S1/S2/S3.
Hasil-hasil penelitian dapat berupa temuan hal baru dan/atau penyempurnaan dari
temuan-temuan sebelumnya. Kumpulan hasil penelitian dari tahun 2015 hingga sekarang
dapat digunakan sebagai acuan dan informasi dalam penentuan kebijakan ditingkat
Pemerintah Desa maupun Pemerintah Daerah Kabupaten Magelang. Hasil penelitian ini
juga diharapkan sebagai dasar utama untuk penelitian selanjutnya agar terus berkembang
dan bermanfaat dalam menciptakan lingkungan yang lestari. Penelitian yang telah
dilakukan tentunya tidak luput dari peran aktif dari kelompok masyarakat yang tinggal di
sekitar DAS Bompon, baik dalam hal penyambutan peneliti, diskusi interaktif dengan
peneliti, dan praktik-praktik transfer keilmuan dengan peneliti. Terakhir, kami
mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah berkontribusi selama proses
penyelesaian Bunga Rampai ini.
Bunga rampai ini merupakan bentuk nyata dari hasil kumpulan penelitian yang
sudah dilakukan selama tahun 2015 hingga saat ini. Tidak hanya terbatas dari Universitas
Gadjah Mada saja yang meneliti di DAS Bompon, namun terdapat Universitas lain yang
ikut meneliti dengan berbagai alasan salah satunya adalah keunikan lokasi DAS Bompon.
Keikutsertaan Universitas lain dalam meneliti DAS Bompon tentunya tidak luput dari
peranan peneliti TRANSBULENT dalam mempublikasikan seluruh kegiatan dalam forum
ilmiah di tingkat Nasional dan Internasional. Fokus penelitian yang dijabarkan di dalam
katalog ini bertemakan “Pengurangan Risiko Bencana Kekeringan, Erosi, Tanah Longsor
Melalui Pengendalian Limpasan Air Hujan Dari Kawasan Pemukiman dan Lahan
Pertanian di Zona Bentanglahan Transisi Gunungapi Kuarter Sumbing dan Gunungapi
Tersier Kulonprogo, Magelang, Jawa Tengah”. Kami menyadari bahwa dalam penyusunan
bunga rampai ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih banyak kekurangan. Oleh
karena itu, kami berharap pembaca dapat memberikan kritik dan saran yang membangun.
iv K A T A P E N G A N T A R
v DAFTAR ISI
1 ABSTRAK PENELITIAN:
2 Spatial Patterns of Soil Characteristics and Soil Formation in the transitional landscape zone, central part of Bogowonto Catchment, Java,
Indonesia
Nur Ainun Harlin Jennie Pulungan
4 Incorporating Landslide Susceptibility in Land Rehabilitation (A Case Study: In Middle Part of Kodil Watershed, Central Java, Indonesia)
Agung Rusdiyatmoko
5 Kajian Digital Elevation Model Terhadap Potensi Longsorlahan di Sub DAS Kodil Bagian Tengah
Dwita Nur Restiani
6 Analisis Perubahan Cadangan Karbon Vegetasi di Wilayah Rawan Longsor Menggunakan Pemodelan Cellular Automata Studi Kasus : Sub
DAS Kodil, Kabupaten Purworejo
Annisa Pambudhi
7 Kesiapsiagaan Masyarakat Terhadap Kerawanan Tanah Longsor di DAS Bompon Kabupaten Magelang
Resi Sadewa Permana
8 Analisis Posisi dan Orientasi Bangunan untuk Penilaian Risiko Longsor Melalui Interpretasi Foto Udara Format Kecil 2D (Studi Kasus di
DAS Bompon Kabupaten Magelang)
Boby Setyawan
9 Membangun Metode Identifikasi Longsor Berbasis Foto Udara Format Kecil di DAS Bompon, Magelang, Jawa Tengah
Heni Masruroh
1 0 Pemanfaatan Foto Udara Format Kecil untuk Analisis Rawan Longsor pada Lahan Vegetasi Kelapa (Cocos nucifera L) dan Sengon (Albizia
falcataria L) di Sub DAS Bompon, Magelang, Jawa Tengah
Melisa P. Todingan
1 1 Pemodelan Debit Aliran DAS Bompon, Kabupaten Magelang Menggunakan Metode Rasional Modifikasi
Mega Yulisetya W
1 2 Pemanfaatan Foto Udara Tegak & Condong Format Kecil Menggunakan UAV Untuk Identifikasi Longsor di Sebagian DAS Bompon, Kabupaten
Magelang
Dony Octa Setyawan
1 3 Keterdapatan Sensitive Clay Pada Lokasi Longsorlahan di DAS Bompon, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah
Yoesep Budianto
1 4 Neraca Air Secara Hidrometeorologis di Sub DAS Kodil DAS Bogowonto
Herlin Natalia Dewi
1 5 Pemetaan Rumah Rentan Longsor dan Rentan Tertimbun Longsor di Daerah Aliran Sungai Bompon, Kabupaten Magelang
Muhammad Geyn Noveberian & Junun Sartohadi
1 6 Integrasi Metode Geofisika Dan Geokimia Untuk Investigasi Material Dan Mekanisme Longsor Tipe Rotational Slide di DAS Bompon,
Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah
Elok Surya Pratiwi
1 7 Penentuan Zonasi Detail Bahaya Longsor Menggunakan Data Uav di Sub DAS Bompon Kabupaten Magelang Provinsi Jawa Tengah
Rini Meiarti
1 8 Sebaran Spasial Hasil Proses Erosi Parit (Gully Erosion) Yang Berkembang di DAS Bompon Kabupaten Magelang Provinsi Jawa Tengah
Desy Arisandi
1 9 Efektivitas Teknik Konservasi Dalam Pengendalian Erosi Sebagai Upaya Pengelolaan Das dengan Pendekatan Geomorfologi (Kasus Das
Bompon Kabupaten Magelang Provinsi Jawa Tengah)
Garri Martha Kusuma
2 0 Aplikasi SWAT untuk Simulasi Nilai Kesetimbangan Air pada Penggunaan Lahan Kebun Campuran di Sebagian DAS Bompon Kabupaten
Magelang
Robiatul Udkhiyah
2 1 Pengaruh Jenis Penutup Lahan Sebagai Akibat dari Aktivitas Manusia dalam Memanfaatkan Lahan Terhadap Kejadian Longsor di DAS Kodil
Febrian Maritimo
2 3 Perhitungan Erosi Tanah dan Hasil Sedimen Menggunakan Model Watem/Sedem di DAS Bompon Kabupaten Magelang Jawa Tengah
Nur Rochim
2 5 Analisis Cadangan Karbon Atas Permukaan ada Kebun Campuran di DAS Bompon dengan Pendekatan Sistem Dinamik
Ratih Winastuti
2 6 Faktor yang Berpengaruh Terhadap Tingkat Kerapatan Erosi Parit di DAS Kaliwungu
Surya Sabda Nugraha
2 7 Dinamika Erosi dan Sedimentasi pada Penggal Lereng DAS Kaliwungu, Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah
Ghina Nur Fithriana
2 9 Karakter Fisik dan Mekanik Akar Sengon (Albizia Falcataria) dan Dampaknya Terhadap Stabilitas Lereng
Arifin Ardianto
3 0 The Evaluation of Modified Productivity Index Method on the Transitional Volcanic-Tropical Landscape
A P Sambodo, M A Setiawan and R P Rokhmaningtyas
3 1 Pemetaan Karakteristik Mataair Saat Musim Kemarau di Sub DAS Bompon, Kabupaten Magelang Provinsi Jawa Tengah
Fadli Pradana
3 2 Pengukuran Erosi Aktual pada Penggunaan Lahan Tegalan dan Kebun Campuran Studi Kasus : DAS Bompon, Kecamatan Kajoran, Jawa
Tengah
Altra Mainil Ilham, Cakra Haji, Diah Permatasari, Kurnia Illahi, Melki Agestira, Muhammad Arifin, Risky Fadillah, Siska
Mutiara, Sri Ayu Novriawati, Yumita Sufitri, Endah Purwaningsih, Widya Prarikeslan
3 3 Kajian Biomassa Pohon pada Longsor Aktif di Bagian Hilir DAS Bompon Magelang Jawa Tengah
Gilang Samudra, Rido Koja, Yulia Nanda, Tri Oktaviani, Fitri Dayanti, Devi Irmayani Saiser, Weni Putri, Debi Gautama,
Ifan Wahyudi, Fadillah Ahmad, Yesryl Nela Frendos, Azhari Syarief
3 4 Industri Kreatif di Dusun Bompon dan Dusun Ngemplak Desa Wonogiri Kecamatan Kajoran Kabupaten Magelang Jawa Tengah
Cakra Buana Israq, Debi Arif Budiman, Dewita Afriani, Disha Elphasena, Elsi Agusri Dewi, Ghinna Rahmatania, Idris
Afandy, Rahmad Ramadhan, Raudatul Husna, Riang Wirastin Harefa , Zurialdi, Sri Mariya, Paus Iskarni
3 5 Penilaian Tingkat Risiko Tanah Longsor pada Penggalan Lahan DAS Bompon Magelang Jawa Tengah
Tuti Rezky, Fakhrul Walad, Eko Satria Permana, Lucia Nita Sri Ratna, Rivo Saputra, Fithratul Ashrafi, Septia Devi, Riri
Permata Sari, Izzatul Mujahidah, Selfia Zalna, Triyatno
3 6 The Ecological Perspective of Landslides at Soils with High Clay Content in the Middle Bogowonto Watershed, Central Java, Indonesia
Junun Sartohadi, Nur Ainun Harlin Jennie Pulungan, Makruf Nurudin, and Wahyudi Wahyudi
3 7 Analisis Multi-skala Perencanaan Konservasi Tanah Dengan Model GeoWEPP di DAS Bompon, Jawa Tengah
Zulhan Effendy
3 8 Karakteristik Morfologi Erosi Pipa (Pipe Erosion) di Sebagian DAS Bompon Kabupaten Magelang, Jawa Tengah
Bayu Bima Yusufa
3 9 Karakteristik Kesuburan Fisik Tanah Permukaan di Longsorlahan Tidak Aktif DAS Bompon Kabupaten Magelang, Jawa Tengah
Zulfa Sirlina Rofi Istiqomah
4 0 Pemetaan Stabilitas Agregat Tanah Permukaan di Sub DAS Kaliwungu, Magelang, Jawa Tengah
Vinda Indriastuti
4 1 Variasi Redistribusi Bahan Organik Akibat Erosi pada Penggal Lereng sub DAS Kaliwungu
Yuli Widyaningsih
4 2 Karakteristik Lereng Erosi pada Bentuk Penggunaan Lahan Kebun Campur dan Tegalan di Sub DAS Kaliwungu, Kajoran, Magelang
Yuli Agnes Karmila
4 4 Pola Distribusi Keruangan Erosi Parit DAS Kaliwungu, Magelang, Jawa Tengah
Irvan Luthfi Ryadi
4 6 Konservasi Mataair untuk Memenuhi Kebutuhan Air Domestik pada Musim Penghujan di Sub DAS Bompon, Kabupaten Magelang, Provinsi
Jawa Tengah
Dalvin Savero
4 8 Strategi Pengelolaan Kekeringan Masyarakat Sub DAS Bompon di Lereng Kaki Vulkanik Pegunungan Sumbing
Hanafi, Fahrudin, Juhadi, Sigit Bayhu Iryanthony, Awanda Rais Hakeem, Dinda Putri Rahmadewi, Fitriyani
5 0 Geospatial-Interface Water Erosion Prediction Project (GeoWEPP) application for the planning of Bompon Watershed conservation-
prioritized area, Magelang, Central Java, Indonesia
Z Effendy, M A Setiawan, D Mardiatno
5 1 Identifikasi Sifat Kimia Tanah pada Longsor Aktif dan Longsor Inaktif (Dormant) di Desa Margoyoso Kecamatan Salaman Kabupaten
Magelang Jawa Tengah
Dian Adhetya Arif, Fitri Aji, Afifu Rahman, Ratna Wahyu Kusuma Arum
5 2 Community Participation on Water Resources Management in the Drought Prone Area (A Case Study from Wonogiri Village, Central Java,
Indonesia)
Elok Surya Pratiwi, Juhadi, Edy Trihatmoko, Junun Sartohadi, Raulendhi Fauzanna, Arif Khoir Mahmud
5 3 Penerapan Model Statistik Multivariat dalam Studi Kerawanan Longsorlahan di Daerah Aliran Sungai Kodil, Jawa Tengah
Elok Surya Pratiwi dan Danang Sri Hadmoko
5 4 Karakteristik Erosi-Sedimentasi di Kawasan Lereng Gunungapi pada Penggunaan Lahan Berbeda (Kasus di DAS Bompon, Kabupaten
Magelang Provinsi Jawa Tengah)
La Ode Hadini
5 5 Penilaian Kerentanan Fisik Rumah Terhadap longsor Berdasarkan Interpretasi Foto Udara Format Kecil di Sub DAS Bompon, Kabupaten
Magelang
Trida Ridho Fariz
5 6 Analisis Risiko Bencana Kekeringan di DAS Bompon Kabupaten Magelang Provinsi Jawa Tengah
Maulida Rahmi
5 7 Pemetaan Tanah HAHT (Human Altered-Human Transported) pada Skala Detail di Sub DAS Bompon
Ahmad Fauzan Adzima
5 8 Kajian Sifat Fisik Tanah pada Daerah Rawan Longsor di Sub DAS Bompon, Kecamatan Kajoran, Kabupaten Magelang
Wd. Asryanti Wida M
5 9 Pendekatan Morfologi dan Morfodinamika Bekas Longsor Untuk Penilaian Tingkat Aktivitas Proses Longsor di Sub-DAS Bompon
Ramlah
6 0 Teknik Penginderaan Jauh dan Geofisika untuk Pemodelan 3-Dimensi dan Estimasi Volume Longsor di Sub-DAS Bompon, Magelang, Jawa
Tengah
Fatah Yogo Yudhanti
6 1 Analisis Penilaian Potensi Kerugian Lahan Sawah Berbasis Bidang Lahan di Wilayah Rawan Longsorlahan Sub DAS Bompon Kabupaten
Magelang
Ardhi Arnanto
6 2 Klasifikasi Tanah Partisipatif untuk Pemetaan Skala Detail pada Sebuah Penggal Lereng DAS Bompon, Kabupaten Magelang
Noviyanti Listyaningrum
6 3 Permeabilitas Tanah pada Berbagai Kemiringan dan Penggunaan Lahan di sub-DAS Bompon, Magelang
Singgih Prihatmaja Putra
6 4 Tingkat Erosi Alur pada Bidang Olah Teras di Tegalan Tanaman Ketela Pohon Sub-DAS Bompon, DAS Bogowonto
Pradhipta Sandra R
6 5 Analisis Pola Spasial dan Pengaruh Pemadatan Tanah Lapisan Bawah (Studi Kasus di Area Sawah DAS Bompon Kabupaten Magelang)
Nourma Linda Isnastuti
6 6 Kajian Erosi dan Sedimentasi pada Lahan Bervegetasi Ketela Pohon di Sub-DAS Bompon, Magelang
Kadek Arip Kurniawan
6 8 Dinamika Erosi Tanah pada Area Longsorlahan Aktif di DAS Bompon, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah (Kasus Longsor Besar di Bagian
Hilir DAS Bompon)
Athiya Al Haq
6 9 Penilaian Potensi Runtuhan Tanah Klei Sensitif pada Lokasi Longsorlahan di DAS Bompon, Kabupaten Magelang
Dita Wulandari
7 1 Strategi Konservasi Lahan Ketela Pohon melalui Analisis Kesesuaian Lahan di Sub-DAS Kaliwungu, Kajoran, Magelang
Annes Rani Marshelia
7 2 Evaluasi Kualitas Tanah pada Lahan Tegalan, Kebun Campur, dan Sawah di Sub-DAS Kalibuthek, Das Bogowonto
Ryan Cantona Pambudi
7 3 Infiltrasi Tanah di Bawah Tegakan Sengon, Kelapa, dan Lahan Terbuka pada Kebun Campur di Kuwaderan, Kajoran, Magelang
Vaya Noorrachmi Sampurno
7 4 Pengendalian Sedimentasi Sungai dengan Penerapan Teknik Ekohidraulik pada Sub DAS Bompon, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah
Maola Maqdan
7 5 Pengelolaan Sumberdaya Tanah Berkelanjutan di Area Sawah Sub DAS Bompon, Magelang
Ajun Prayitno
7 6 Karakteristik Morfologi Tanah dan Lapisan Klei Sensitif pada Tiga Longsor Aktif di Sisi Selatan Gunungapi Sumbing, Jawa Tengah
Amir Noviyanto
7 7 Studi Dinamika Erosi Pada Lahan Terbangun di DAS Bompon Provinsi Jawa Tengah
La Ode Abdul Sadri
7 8 Integrasi Metode Foto udara, GNSS dan Seismik Refraksi Untuk Identifikasi Karakteristik Retakan Permukaan Pada Area Longsor Kalisari,
Sub DAS Bompon, Magelang, Jawa Tengah
Alvince Patanduk
7 9 Model Tanaman Kebun Agroforestri Pada Lahan Bekas Longsor di Sub DAS Kaliwungu Kabupaten Magelang
Rina Purwaningsih
8 0 Formulasi Neraca Sedimen DAS Bompon, Kabupaten Magelang Berdasarkan Simulasi Model Soil Water Assesment Tool (SWAT)
Dwi Wahyu Arifuddiin Najib
8 1 Karakteristik Fisika Tanah di Mahkota Longsor Pada Berbagai Tipe Aktivitas Longsor di Sub-DAS Bompon, Magelang
Anggih Juniatmoko
8 2 Indeks Status Kerusakan Tanah untuk Produksi Biomassa Pada Berbagai Janis Penggunaan Lahan di Sub-DAS Bompon, Magelang
Muhammad Defri Nurfahmi
8 3 Stabilitas Agregat Tanah pada Berbagai Kemiringan Lereng dan Tipe Penggunaan Lahan di Sub DAS Bompon, Magelang
Bima Janitra
8 4 Kajian Laju Infiltrasi pada Berbagai Kemiringan Lereng dan Penggunaan Lahan pada Musim Kemarau di Sub - Das Bompon, Magelang
Muhammad Afif Darmawan
8 5 Penilaian Tingkat Perkembangan Tanah pada Setiap Satuan Lereng Sepanjang Katena di Penggunaan Lahan Tegalan Sub-DAS Kaliwungu,
Kajoran, Magelang
Charina Wijayanti
8 6 Karakteristik Kehilangan Nitrogen dan Fosfor di Daerah Aliran Sungai Bompon, Kabupaten Magelang
Berlian Absal Delweis
8 7 Aplikasi Model Swat (Soil and Water Assesment Tool) untuk Mengetahui Besar Nitrogen dan Fosfor Pada Aliran Permukaan di DAS Bompon
Nurisa Fajri Wijayanti
8 8 Increasing the Efficiency of Detailed Soil Resource Mapping on Transitional Volcanic Landforms Using a Geomorphometric Approach
Ahmad Priyo Sambodo and Tanwa Arpornthip
8 9 Estimation of peak discharge using a rational method in Kodil Sub-Watershed, Purworejo Regency, Central Jawa
Sudaryatno, N Rahardjo, Winanda, S Y Saputri
90 Impacts of climate change and ENSO impact on water availability for agriculture in Central Java, Indonesia
Ayu Dyah Rahma
9 1 Identifikasi Erosi Parit Penyebab Longsor di Kawasan Transisi Bentanglahan Gunungapi Sumbing-Gunungapi Kulonprogo Berbasis
Interpretasi Foto Udara Format Kecil
Dinda Wahyu Apriliyana
9 2 Perubahan Morfologi dan Estimasi Kerugian Finansial Sebuah Longsor aktif Menggunakan Data Orthophoto Unmanned Aerial Vehicle (UAV)
Siska Amelia
9 3 Pemodelan Spasial Bahaya Longsor Ruas Jalan Salaman – Bener Kabupaten Magelang Berdasarkan Respon Curah Hujan
Haris Sri Purwoko
9 4 Penilaian Kerawanan Longsor Berdasarkan Tipologi dan Implementasinya dalam Mitigasi Bencana (Studi Kasus: Kabupaten Magelang)
Nourma Linda Isnastuti
9 6 Pengaturan Jenis dan Tata Letak Tanaman pada Lahan Bekas Longsor sebagai Upaya Konservasi Berbasis Vegetatif di Sub-Das Bompon,
Magelang
Royana Khurri Rusdi
9 7 Distribusi Karakteristik dan Satuan Tanah di Bagian Hulu Sub-DAS Bompon, Magelang
Muhammad Syaiful Yahya
9 8 Analisis Aktivitas Longsor, Posisi Lereng, dan Pemanfaatan Lahan untuk Karakterisasi Sifat Fisik Tanah Permukaan pada Kawasan
Endapan Longsor di Sub-DAS Bompon, Magelang
Heni Ratna Sari
1 0 0 Ketersediaan Air untuk Tanaman pada Lahan Bekas Longsor di Sub DAS Bompon, Magelang
Hanifah Luthfi Aliyyah
1 0 1 Analisis Lahan dan Karakterisasi Tanah Untuk Penilaian Potensi Reaktivasi Longsor di Sub-DAS Bompon, Magelang
Febrina Dyah Prastiwi
1 0 2 Kajian Erodibilitas pada Berbagai Penggunaan Lahan dan Kemiringan Lereng di Sub-DAS Bompon, Kabupaten Magelang
Ananda Iqbal Hibatullah Mughni
1 0 3 Pengaruh Penterasan Lahan pada Berbagai Penggunaan Lahan terhadap Sifat Fisika Tanah di Sub-DAS Bompon, Magelang
Ramadhani Nur Zaenningrum
1 0 4 Analisis Pola Sebaran Tanah Longsor dengan Geoinformasi Sebagai Upaya Mitigasi di Kecamatan Borobudur, Magelang
Hudha Nurhani
1 0 5 Variasi Spasial Ambang Batas Curah Hujan Berbasis Data Satelit Terhadap Kejadian Longsor di Kabupaten Magelang
Yenni Roshallina
1 0 6 Efektivitas Proklim Dalam Pengendalian Longsor Secara Vegetatif di Kampung Iklim Desa Sambak, Kecamatan Kajoran, Kabupaten
Magelang
Erny Wibawanti
1 0 7 Laju Evapotranspirasi Tanah Lempung Dengan Tanaman Tumpangsari Jagung-Kacang Tanah pada Tiga Zona Lereng di Sub-DAS Bompon,
Jawa Tengah
Arif Yudo Krisdianto
1 0 8 Aplikasi Biochar Untuk Mengurangi Erosi pada Lereng Terjal dengan Kandungan Lempung dan Intensitas Hujan Tinggi
Surya Sabda Nugraha
1 0 9 Posisi Lereng Sebagai Faktor Keenam Penentu Erosi Tanah di Zona Transisi Bentanglahan Gunungapi Kwarter-Tersier, Jawa Tengah,
Indonesia
Pramasti Dyah Nhindyasari
1 1 0 Kajian Konservasi Rorak pada Lahan Ketela Pohon di Sub-DAS Bompon, Magelang
Trisari Mujilestari
1 1 1 Penggunaan Contoh Tanah Terusik dan Tak Terusik dalam Menyidik Keterdapatan Klei Sensitif pada Berbagai Tingkatan Keaktifan Longsor
Erina Yustika Sari
1 1 2 Sebaran Kualitas Tanah pada Tingkat Kelerengan dan Penggunaan Lahan yang Berbeda di Sub-DAS Bompon Magelang
Damasus Wahyu Kurnia
1 1 3 Perhitungan Nilai Ambang Batas Erosi dengan Metode Modified Productivity Index di Daerah Aliran Sungai Bompon Kabupaten Magelang,
Jawa Tengah
Ahmad Priyo Sambodo
Kata kunci: soil formation, soil characteristic, soil parent materials, weathered
parent rock, altered parent rock, landslide-redistributed soils, human-redistributed
soil
Kata kunci : landslide susceptibility, ASTER, TRMM, land Cover, land rehabilitation
Hutan memiliki beragam fungsi bagi lingkungan, salah satunya adalah sebagai
penyerap karbon yang dilepas di atmosfer. Penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui besar cadangan karbon dan perubahan cadangan karbon yang
terjadi di tutupan hutan sub DAS Kodil menggunakan citra penginderaan jauh
dan pemodelan Cellular Automata pada tahun 2003, 2007, 2013, dan 2018.
Penelitian juga dilakukan untuk mengetahui pola dan analisa perubahan
cadangan karbon yang terjadi di sub DAS Kodil. Metode yang dilakukan
terbagi menjadi 2 tahapan utama yaitu pengukuran cadangan karbon dan
penerapan model Cellular Automata. Cadangan karbon dihitung menggunakan
persamaan regresi antara indeks vegetasi dan hasil pengukuran biomassa di
lapangan. Cellular Automata digunakan untuk mengetahui proyeksi cadangan
karbon pada tahun 2018, sehingga analisis perubahan cadangan karbon dapat
dilakukan pada tahun 2002, 2007, 2013, dan 2018. Hasil menunjukkan bahwa
nilai total cadangan karbon pada tahun 2002 adalah 3.731,75 kg/ha, 2007 adalah
3.815,84 kg/ha, 2013 adalah 4.333,99 kg/ha, dan proyeksi tahun 2018 adalah
4.527,98 kg/ha. Nilai akurasi proyeksi menggunakan pemodelan Cellular
Automata cukup baik, yaitu 83,3% dengan indeks Kappa 0,75. Cadangan karbon
terus bertambah setiap tahun meski dalam jumlah kecil, dipengaruhi oleh
kerapatan vegetasi, usia dan jenis tanaman, serta perubahan penutup lahan.
Tanah longsor yang terjadi pada tahun 2011 di DAS Bompon mengakibatkan
tertutupnya sungai dan membanjiri sawah masyarakat. Penelitian ini bertujuan
untuk: (1) menentukan tingkat kerawanan tanah longsor dengan menggunakan
Bivariate Statistical Analysis; (2) menganalisis kesiapsiagaan masyarakat
berdasarkan tingkat kerawanan tanah longsor di DAS Bompon. Penelitian ini
merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode survei.
Populasi dalam penelitian ini adalah kepala keluarga yang bertempat tinggal di
DAS Bompon. Teknik penentuan sampel menggunakan teknik proportionate
stratified random sampling, dengan menggunakan strata kerawanan tanah
longsor di DAS Bompon. Kerawanan tanah longsor dibuat dengan
menggunakan Bivariate Statistical Analysis. Teknik analisis statistik deskriptif
digunakan untuk menganalisis data kesiapsiagaan masyarakat yang
dikumpulkan melalui kuesioner. Peta kesiapsiagaan masyarakat terhadap
kerawanan tanah longsor dibuat berdasarkan tabulasi silang antara tingkat
kesiapsiagaan masyarakat dengan tingkat kerawanan tanah longsor. Hasil dari
metode Bivariate Statistical Analysis menunjukkan bahwa persentase area DAS
Bompon terbagi menjadi 8,33% merupakan kerawanan tanah longsor rendah,
40,49% merupakan kerawanan tanah longsor sedang, dan 51,18% merupakan
kerawanan tanah longsor tinggi. Daerah dengan tingkat kerawanan tanah
longsor tinggi merupakan daerah yang terluas, namun mempunyai area
permukiman yang paling sedikit. Kondisi ini digambarkan melalui persebaran
responden penelitian yakni 6 responden di kerawanan tanah longsor tinggi, 46
responden di kerawanan tanah longsor sedang, dan 9 responden di kerawanan
tanah longsor rendah. Hasil analisis menunjukkan bahwa kesiapsiagaan
masyarakat pada berbagai tingkat kerawanan tanah longsor menunjukkan
kategori sedang. Tidak ada pengaruh antara tingkat kerawanan tanah longsor
dengan tingkat kesiapsiagaan masyarakat. Prioritas peningkatan kesiapsiagaan
yang pertama pada kerawanan tanah longsor tinggi, kedua pada kerawanan
tanah longsor sedang, dan ketiga pada kerawanan tanah longsor rendah.
DAS Bompon merupakan salah satu daerah rawan longsor yang terletak di
Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Penyebab utama longsor di DAS Bompon
adalah sudut lereng yang curam dengan lapisan tanah yang sangat tebal.
Bangunan merupakan elemen risiko utama terhadap longsor di DAS Bompon.
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengkaji kerawanan longsor, (2) menilai
kerentanan fisik bangunan terhadap longsor, (3) menganalisis risiko longsor
pada bangunan, dan (4) menentukan arahan alokasi bangunan untuk
pemukiman. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Penilaian
kerawanan longsor dilakukan dengan metode Frequency Ratio (FR). Validasi
dilakukan melalui survei lapangan secara intensif. Data elemen fisik, posisi,
dan orientasi bangunan didapatkan secara sensus melalui interpretasi Foto
Udara Format Kecil 2D. Populasi penelitian adalah seluruh bangunan di DAS
Bompon. Penilaian kerentanan bangunan dilakukan secara semi-kuantitatif
dengan memberikan skor dan bobot pada parameter kerentanan bangunan.
Penilaian risiko longsor pada bangunan dilakukan melalui analisis matriks
risiko longsor. Hasil analisis kerawanan longsor menunjukkan bahwa 20,44 %
wilayah DAS Bompon termasuk dalam kelas kerawanan tinggi, 52,13 %
termasuk dalam kelas kerawanan sedang, dan 27,43 % termasuk dalam kelas
kerawanan rendah. Longsor aktif terjadi pada lereng terjal, dengan adanya
temuan material hasil alterasi sebagai pemicunya. Hasil penilaian kerentanan
fisik bangunan terhadap longsor menunjukkan bahwa 183 (25 %) unit bangunan
termasuk dalam kelas kerentanan tinggi, 323 (44 %) unit bangunan termasuk
dalam kelas kerentanan sedang, dan 227 (31 %) bangunan termasuk dalam kelas
kerentanan rendah. Kerentanan bangunan terdistribusi secara berkelompok.
Hasil analisis risiko longsor pada bangunan menunjukkan bahwa 209 (28 %)
unit bangunan di DAS Bompon berisiko tinggi terhadap longsor, 313 (43 %)
unit bangunan termasuk dalam kelas risiko sedang, dan 211 (29 %) unit
bangunan termasuk dalam kelas risiko rendah. Hasil analisis arahan alokasi
bangunan pemukiman yang diusulkan terletak pada puncak bukit dan lereng
bawah perbukitan yang memiliki morfologi yang landai hingga datar. Arahan
bangunan yang dianjurkan adalah bangunan bertipe kampung dengan material
atap berupa seng/asbes dan material dinding berupa bata/bata ringan.
Kata kunci : foto udara format kecil, kerentanan, bangunan, risiko, longsor
Kata kunci : kunci interpretasi, longsor, kerawanan, foto udara format kecil
Tujuan dari penelitian ini adalah (1) mengidentifikasi lokasi longsoran aktif
dan tidak aktif di sub-DAS Bompon; (2) mengidentifikasi karakteristik
fisiologis dan kerapatan vegetasi kelapa dan sengon pada lokasi longsoran; (3)
menganalisis beban massa tanaman kelapa dan sengon serta stabilitas lereng
pada kawasan bekas longsoran; dan (4) menyusun rekomendasi pengelolaan
tanaman kelapa dan sengon di sub-DAS Bompon. Garis besar metode terbagi
menjadi 3 bagian utama yaitu interpretasi foto udara, pengukuran beban massa
vegetasi kelapa dan sengon, serta analisis stabilitas lereng. Luas longsor di sub
DAS Bompon adalah 130.11 Ha, terdiri dari longsor aktif seluas 60.26 Ha dan
longsor tidak aktif seluas 69.85 Ha. Pada lokasi longsoran, vegetasi kelapa
tersebar sebanyak 1682 pohon dan vegetasi sengon tersebar sebanyak 26355
pohon, dengan kerapatan vegetasi kelapa adalah 13 pohon/Ha serta vegetasi
sengon ialah 282 pohon/Ha. Pengujian pengaruh beban massa terhadap
longsoran menunjukkan tidak ada keterkaitan antara beban massa dan
kejadian longsor di sub DAS Bompon. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
lereng di sub DAS Bompon memiliki besar sudut kritis yaitu 340. Lereng
dengan sudut >340 memiliki nilai F<1, yang berarti lereng tidak stabil dan
direkomendasikan untuk penanaman vegetasi musiman. Sedangkan lereng
dengan sudut <340 memiliki nilai F>1, berarti lereng stabil dan
direkomendasikan untuk penanaman vegetasi tahunan/kayu-kayuan.
Fluktuasi ketersediaan air yang cukup besar antara musim kemarau dan
penghujan menimbulkan permasalahan hidrologis seperti banjir dan
kekeringan. Hampir setiap penduduk selalu kekurangan air, khusunya air
bersih. Identifikasi kondisi hidrologis DAS perlu dilakukan, salah satunya
adalah mengetahui karakteristik debit aliran. Karakteristik debit aliran dapat
ditentukan dengan pemodelan. Salah satunya adalah dengan aplikasi metode
rasional modifikasi. Model ini diterapkan di DAS yang mempunyai luas 279,61
Ha. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui lengkung aliran dan
mendeskripsikan karakteristik hidrologis. Teknik analisis yang digunakan
merupakan teknik analisis deskriptif berdasarkan hidrograf aliran dan teknik
komparatif antara DRO hasil pemodelan dan observasi. Lengkung aliran
direkronstruksi berdasarkan dimensi bangunan air yang ada dan pencatatan
tinggi muka air. Bangunan air memiliki tipe short crested weir. Validasi
dilakukan berdasarkan tiga kejadian banjir, yaitu tanggal 21 Januari, 22
Januari, dan 10 Februari 2016. Setiap kejadian tersebut mempunyai
karakteristik hujan yang berbeda. Parameter yang lain adalah karakteristik
lahan (tekstur tanah, koeffisien manning, dan koefisien saturasi). Perhitungan
debit aliran pada setiap piksel, kemudian dilakukan penelusuran menggunakan
kinematic wave. Hasil dari pemodelan ini berupa hidrograf DRO dan simulasi
debit aliran. Pemisahan DRO dan baseflow pada hidrograf observasi
menggunakan data hasil pemodelan, menunjukan bahwa aliran yang melalui
SPAS pada saat debit turun berupa aliran dasar. Hasil pemodelan dikalibrasi
menggunakan hasil observasi (hidrograf rating curve). Semua proses
perhitungan dilakukan pemrograman dengan menggunakan PC-Raster. Nilai
akurasi yang cukup baik, yaitu 10-20%. Dari hasil kajian dapat disimpulkan
bahwa lengkung aliran DAS Bompon dapat digunakan untuk merumuskan nilai
debit aliran berdasarkan data TMA. Berdasarkan hasil pemodelan menunjukan
adanya tanggapan yang berbeda antara aliran permukaan dan aliran dasar,
dengan waktu mencapai puncak lebih cepat daripada waktu untuk surut.
Aliran air yang keluar dari DAS didominasi oleh aliran dasar.
Informasi spasial mengenai longsor diperlukan sebagai salah satu upaya early
warning system. Penggunaan citra satelit untuk identifikasi longsor belum
optimal karena kendala tutupan awan, kanopi vegetasi, dan longsor berukuran
kecil. Berkaitan dengan kendala yang dialami, maka penelitian ini bertujuan
untuk memberikan alternatif metode akuisisi data yang mampu melakukan
identifikasi longsor sekaligus karakteristiknya sebagai data utama inventarisasi
longsor. Metode akuisisi yang digunakan adalah sistem foto udara format kecil
dengan sudut perekaman tegak dan condong dengan UAV sebagai wahana
terbangnya. Hasil penelitian menunjukkan longsor dapat teridentifikasi
dengan tingkat kepercayaan bervariasi. Citra yang dihasilkan dari sistem foto
udara tegak memiliki RMSE horizontal 0,14m dan vertikal 0,37m. Dengan data
turunan yang dapat digunakan yakni orthofoto, DSM, DEM, model 3D, dan
foto condong. Karakteristik longsor yang teramati seperti ukuran dan bagian
longsor. Data ukuran longsor seperti ketinggian longsor, ketinggian main
scarp, kemiringan lereng, estimasi kedalaman longsor, arah pergerakan, luas
longsor, dan luas deposit longsor. Bagian longsor yang teramati seperti head
scarp, main scarp,top, head, flank, main body, foot, dan toe. Terdapat 7
longsor yang teridentifikasi di sebagian DAS Bompon, 5 diantaranya lebih
mudah diinterpretasi menggunakan data foto udara condong. Longsor terbesar
yang teramati memiliki luas 1,02 hektar, sedangkan terkecil yakni 0,015 hektar
Kata kunci : foto udara format kecil, foto udara condong, UAV, longsor
Air merupakan hal pokok bagi konsumsi dan sanitasi manusia. Seiring dengan
bertambahnya jumlah penduduk maka kebutuhan air juga semakin meningkat
sehingga berpengaruh terhadap kebutuhan lahan yang cukup besar untuk
permukiman, tempat usaha dan lahan pertanian yang tentunya akan mendesak
lahan resapan air. Sub DAS Kodil dengan luas 20438,018 Ha mengalami
kekeringan di beberapa daerah salah satunya adalah Kecamatan Bener. Maka
dari itu perlu dilakukan penelitian mengenai neraca air secara
hidrometeorologis dan melakukan simulasi pengunaan lahan yang bertujuan
untuk mengetahui neraca air serta indeks kekeringan di Sub DAS Kodil.
Metode penelitian yang digunakan yaitu metode Thornthwaite Mather.
Wilayah Sub DAS dibagi menjadi empat kawasan dan dilakukan perhitungan
neraca air sehingga diperoleh informasi defisit air (D), surplus air (S) dan
indeks kekeringan (Ia). Simulasi perubahan penggunaan lahan dilakukan
berdasarkan kesediaan masyarakat. Luas lahan yang disimulasikan diperoleh
dari persentase masyarakat yang bersedia mengubah penggunaan lahannya.
Arahan perubahan yang diusulkan disesuaikan keinginan masyrakat dengan
mengadopsi sistem agroforestri dan mempertimbangkan arahan fungsi
kawasan. Hasil penelitian menunjukkan Neraca air di Sub DAS Kodil mulai
dari kawasan I sampai IV memiliki evapotranspirasi potensial tahunan secara
berurutan dari kawasan I sampai kawasan IV yaitu 876,02 mm/tahun; 1098,68
mm/tahun; 1302,35 mm/tahun; dan 1154,63 mm/tahun. Defisit air kawasan I
hingga IV yaitu 2,35 mm/tahun; 54,56 mm/tahun; 122,07 mm/tahun dan 68,40
mm/tahun. Run off kawasan I sampai IV berturut-turut yaitu 1940,03
mm/tahun; 1580,73 mm/tahun; 1390,02 mm/tahun dan 1543,85 mm/tahun.
Indeks kekeringan di Sub DAS Kodil secara berurutan dari kawasan I sampai
kawasan IV yaitu 0,27%; 4,97%; 9,37% dan 5,92% yang seluruhnya masuk dalam
kriteria tidak ada atau sedikit kekurangan air. Setelah dilakukan simulasi
perubahan penggunaan lahan terjadi penurunan indeks kekeringan air secara
berurutan yaitu 0,26%; 4,46%; 8,23% dan 5,83%
Kata kunci : neraca air, penggunaan lahan optimal, metode Thornthwaite Mather
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui rumah yang termasuk dalam kategori
aman dan kategori rentan. Kategori rentan dibedakan menjadi kategori rentan
longsor dan rentan tertimbun longsor. Khusus pada kategori rentan tertimbun
longsor dibedakan menjadi kelas rendah, sedang, dan tinggi. Rumah yang
rentan dilihat dari material rumahnya dan lereng disekitarnya. Rumah yang
berada di pucuk lereng berarti rentan longsor, sedangkan rumah yang berada
sejajar dengan bagian bawah lereng termasuk rentan tertimbun longsor.
Komponen-komponen lereng yang diukur adalah jarak horizontal lereng
dengan rumah(HD), tinggi lereng(HT), dan sudut inklinasi(INC). Sebanyak
627 unit rumah terdapat di DAS Bompon. Diantaranya terdapat 93 rumah
dengan kondisi rentan dan 534 rumah dengan kondisi aman. Diantara 93
rumah, terdapat 69 rumah memiliki kondisi rentan tertimbun longsor dengan
kelas kerentanan 14 rumah kelas rendah, 23 rumah kelas sedang, dan 32 rumah
kelas tinggi. Sejumlah 20 rumah memiliki kondisi rentan longsor, 4 rumah
memiliki kondisi rentan tertimbun longsor dan rentan longsor.
Longsor tipe rotational slide seringkali terjadi di dalam Daerah Aliran Sungai
(DAS) Bompon yang terletak di Kabupaten Magelang Provinsi Jawa Tengah,
akan tetapi masih sedikit yang meneliti tentang karakteristik material
pengontrol kejadian longsor di wilayah tersebut. Penelitian ini bertujuan
untuk menginvestigasi kedalaman dan struktur perlapisan material bawah
permukaan, mendiskripsikan karakteristik geokimia tanah, dan menganalisis
mekanisme pergerakan serta dimensi reaktivasi longsor di massa yang akan
datang. Aplikasi geofisika melalui metode resistivitas 2D konfigurasi dipole-
dipole dan metode seismik refraksi digunakan untuk mendapatkan gambaran 2
dimensi morfologi bawah permukaan di tiga lokasi longsor dalam area DAS
Bompon. Penelitian ini juga didukung oleh data resistivitas 1D untuk
mengetahui perlapisan material pada kedalaman yang lebih besar. Metode X-
Ray Flourescene (XRF) dan X-Ray Diffraction (XRD) digunakan untuk
menganalisis geokimia tanah pada sampel yang diambil dari singkapan longsor.
Karakteristik geokimia yang diukur meliputi tekstur, jenis mineral, dan unsur
dominan dalam tanah. Hasil pencitraan kondisi bawah permukaan
menunjukkan bahwa material di bawah tubuh longsor tipe rotational slide
tersusun atas 3 lapisan yakni berturut-turut dari atas adalah tanah permukaan
(rho 25-300 ohmmeter ; Vp 300-420 m/s), lapisan lempung (rho kurang dari 25
ohmmeter ; Vp 1300-1400 m/s) dan breksi alterasi (rho 25-100 ohmmeter).
Lapisan lempung dan breksi alterasi diketahui sebagai lapisan yang berpotensi
membentuk bidang gelincir longsor tipe rotational slide. Lapisan lempung
secara geokimia mengandung partikel lempung sebesar 65,72 persen, mineral
sekunder bertipe Kaolinit dan didominasi oleh unsur Fe2O3, sedangkan breksi
alterasi mengandung partikel lempung sebesar 45,3 persen, mineral sekunder
bertipe Kaolinit dan didominasi oleh unsur SiO2. Pembentukan bidang
gelincir pada material dengan kandungan lempung tinggi pada lereng landai
cenderung akan membentuk bidang gelincir cekung sehingga menghasilkan
longsor bertipe rotational slide
Sub DAS Bompon memiliki luas 296,9 ha. Sub DAS Bompon merupakan daerah
rawan longsor dan mengalami perulangan kejadian longsor tiap tahun.
Berdasarkan hal tersebut, diperlukan penentuan zonasi detail bahaya longsor.
Data spasial yang digunakan ialah data UAV. Penentuan zonasi detail bahaya
longsor sebagai produk geoinformatik yang dapat digunakan sebagai landasan
teoritik mitigasi bahaya longsor. Metode penelitian berupa survei lapangan
(deskriptif-kualitatif). Teknik pengambilan sampel dilakukan secara sensus
pada tiap aktivitas longsor. Teknik pengolahan dan analisis data diantaranya:
(1) interpretasi visual data UAV diperoleh peta distribusi aktivitas longsor; (2)
penghitungan volume longsor tiap aktivitas longsor menggunakan data titik
medan dari UAV; (3) penghitungan matematis frekuensi longsor berdasarkan
hasil partisipatori; (4) perolehan data primer sifat geoteknik tanah (batas cair
dan indeks kembang kerut) pada tiap aktivitas longsor; (5) pembuatan
nomogram bahaya longsor secara kualitatif. Aktivitas longsor yang memiliki
bahaya longsor tinggi di sub DAS Bompon ialah longsor berstatus aktif,
suspended, reaktivasi, dan dorman. Longsor aktif memiliki batas cair 79,61%.
Longsor aktif memiliki volume longsor 1,4 x 105 m3. Itu berarti bahwa 1/6
lereng dalam satu bukit telah menghasilkan material longsor sebesar 1,4 x 105
m3, Longsor aktif mengalami perulangan 1 hingga 2 kejadian tiap tahunnya.
Zona bahaya longsor seluas 169,7 ha sedangkan zona aman longsor seluas 126,5
ha. Mitigasi bahaya longsor aktif ialah perlunya mitigasi non struktural
berbasis partisipatori.
Kata kunci : pemodelan hidrologi, model SWAT, kesetimbangan air, kebun campuran
Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) mengetahui karakteristik fisik lahan yang
berpengaruh terhadap kejadian longsor di DAS Kodil; (2) mengetahui jenis
penutup lahan yang berpengaruh terhadap longsor di DAS Kodil; (3)
mengetahui karakteristik fisik lahan pada jenis penutup lahan yang
berpengaruh terhadap longsor di DAS Kodil; dan (4) menghasilkan
rekomendasi arahan pengelolaan lahan berdasarkan karakteristik penutup
lahan dalam kaitannya dengan kejadian longsor di DAS Kodil. Metode
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini dibagi menjadi beberapa
tahapan yaitu:(1) membangun hirarki klasifikasi bentuklahan; (2) interpretasi
bentuklahan dengan data DEM dan citra optis untuk mengetahui karakteristik
fisik lahan DAS Kodil; (3) interpretasi penutup lahan dengan citra optis
berdasarkan standar klasifikasi SNI; (4) membangun kunci interpretasi longsor
dengan data DEM dan citra optis; (5) inventarisasi longsor DAS Kodil dengan
metode interpretasi citra dan survei lapangan; dan (6) analisis statistik
deskriptif untuk mengetahui hubungan antara longsor dengan karakteristik
lahan dan penutup lahan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1)
karakteristik fisik lahan yang berpengaruh terhadap kejadian longsor di DAS
Kodil adalah lereng dengan kemiringan 80-350 (agak curam-curam) serta
terdapat pada morfoaransemen lereng tengah dan lereng bawah perbukitan; (2)
jenis penutup lahan yang paling banyak terjadi longsor adalah kebun campuran
dengan sawah berada pada lereng kakinya; (3) kombinasi antara kebun
campuran yang berada pada lereng tengah dan lereng bawah serta memiliki
sudut kemiringan lereng 80-350 dan terdapat sawah di kaki lerengnya
menghasilkan area-area di DAS Kodil yang secara alami rawan terjadi longsor;
dan (4) Area rawan longsor berdasarkan karakteristik fisik lahan dan jenis
penutup lahan direkomendasikan menjadi area prioritas pengawasan, sebagai
upaya pencegahan dan mitigasi bencana longsor di DAS Kodil.
Erosi tanah merupakan proses pelepasan dan perpindahan partikel tanah oleh
adanya energi kinetik air hujan. Berbagai metode pendugaan erosi tanah telah
banyak diaplikasikan untuk penelitian kajian erosi tanah. Namun, sebagian
besar model dalam kajian erosi tanah mempunyai keterbatasan
memperhitungkan distribusi keruangan. Model Water and Tillage/Sediment
Delivery Model (WATEM/SEDEM) adalah salah satu model yang dapat
menjawab keterbatasan penilaian erosi tanah secara keruangan. Tujuan utama
dari penelitian ini adalah melakukan kalibrasi model WATEM/SEDEM di DAS
Bompon; Memetakan laju erosi dan hasil sedimen di DAS Bompon; dan
Menguji distribusi spasial erosi tanah dan estimasi hasil sedimen model
WATEM/SEDEM yang diterapkan di DAS Bompon. Penelitian ini menganalisis
simulasi model dalam rentang periode bulan Februari sampai bulan Mei 2016.
Hasil penelitian adalah kalibrasi model diterapkan di bulan Februari dengan
rasio model 0.98. Hasil penelitian kedua menunjukkan bahwa besaran erosi
bulan Februari sebesar 0.97 kg/m2, bulan Maret sebesar 2.76 kg/m2, bulan
April sebesar 0.67 kg/m2, dan bulan Mei sebesar 1.38 kg/m2. Hasil sedimen
bulan Februari sebesar 3.74 x 105 kg, bulan Maret sebesar 1.3 x 106 kg, bulan
April 3.11 x 105 kg, dan bulan Mei sebesar 6.33 x 105 kg. Nilai erosi dan deposisi
sedimen setiap bulan mempunyai pola sebaran yang hampir sama. Erosi tanah
terbesar terletak di lereng yang curam dan memiliki keterkaitan dengan
vegetasi sengon. Pengaruh jalan dan rumah juga sangat berperan penting
terhadap peningkatan terjadinya erosi tanah karena menjadi tempat akumulasi
limpasan air permukaan. Keterkaitan vegetasi bambu dan kelapa menjadi
pengaruh terhadap rendahnya erosi tanah. Adanya bambu dan kelapa
menyebabkan peningkatan terjadinya deposisi sedimen, sehingga mengurangi
nilai hasil sedimen. Terakhir, hasil penelitian setiap bulan Februari dan April
mempunyai nilai hasil sedimen data dan distribusi nilai erosi yang kurang
sesuai dengan kondisi dilapangan.
Kata kunci : hasil sedimen, erosi tanah, validasi model, vegetasi, WATEM/SEDEM
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh vegetasi terhadap laju dan
persebaran kehilangan tanah dari kenampakan erosi melalui pengukuran di
Daerah Aliran Sungai Bompon. Metode yang digunakan merupakan metode
pengukuran dalam Stocking dan Murnaghan yaitu mengukur kenampakan erosi
berdasarkan soil loss indicator (2001). Nilai laju kehilangan tanah
diklasifikasikan untuk mengetahui persebaran tingkat laju kehilangangan
tanahnya berdasarkan satuan pemetaan yang disusun dari kombinasi satuan
bentuklahan dengan satuan vegetasi. Perhitungan nilai laju kehilangan tanah
aktual di DAS Bompon cukup tinggi, dengan rerata mencapai 473,13
ton/ha/tahun. Analisis keterkaitan vegetasi dengan kehilangan tanah di DAS
Bompon menunjukkan bahwa perbedaan kondisi vegetasi memberikan dampak
yang berbeda pula pada kondisi tanah di masing-masing petak vegetasi.
Vegetasi empon-empon, kopi (Coffea sp) dan kelapa (Cocos Nucifera L sp)
efektif mengurangi laju kehilangan tanah
Agroforestri berperan dalam siklus karbon global sebagai salah satu solusi
untuk menurunkan konsentrasi gas rumah kaca (GRK) di atmosfer. Kebun
campuran memiliki persentase terbesar (71,39%) dalam penggunaan lahan di
DAS Bompon, sehingga upaya mengoptimalkan kebun campuran sangat
diperlukan untuk mengembangkan daya dukung kawasan dan potensi vegetasi
terhadap fungsinya dalam sekuestrasi karbon. Tujuan penelitian ini adalah
mengukur jumlah cadangan karbon di atas permukaan tanah pada kebun
campuran di DAS Bompon dan menduga kecenderungan perubahan cadangan
karbon di DAS Bompon pada berbagai skenario menggunakan pendekatan
sistem dinamik. Analisis cadangan karbon dilakukan melalui 17 plot persegi
secara non destruktif dengan pendugaan cadangan karbon menggunakan
persamaan alometrik yang sudah ada. Ukuran setiap plot adalah 400 m2 dan
teknik sampling berdasarkan metode purposive sampling. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa jumlah cadangan karbon adalah sebesar 13.675,3ton atau
setara dengan serapan CO2 sebesar 50188,4 ton. Cadangan karbon pada kebun
campuran di DAS Bompon menunjukkan kecenderungan peningkatan pada
kondisi Bussines As Usual (BAU) dengan laju 123,6 ton/tahun yang
menunjukkan bahwa masyarakat di DAS Bompon telah melakukan pengelolaan
kebun campuran dengan tetap menjaga fungsi kebun campuran sebagai gudang
karbon. Skenario Tebang Butuh" (TB), menurunkan laju peningkatan cadangan
karbon dari kondisi BAU sebesar 73,90 ton/tahun. Skenario Tunda Tebang
dapat menambah laju perubahan cadangan karbon dari kondisi BAU sebesar
39,99 ton/tahun dan sebesar 103,9 ton/tahun dari kondisi tebang butuh dengan
laju peningkatan cadangan karbon sebesar 163,6 ton/tahun. Kegiatan yang
paling berkontribusi menurunkan cadangan karbon adalah konversi lahan,
yaitu sebesar 59,70 ton/tahun. Adanya konversi lahan mampu mengurangi laju
perubahan cadangan karbon dari kondisi BAU sebesar 63,91 ton/tahun hingga
sebesar 11.885,5 tonpada tahun 2047. Secara keseluruhan, skenario penerapan
tunda tebang mampu meningkatan laju penambahan cadangan karbon.
Erosi parit merupakan erosi yang paling berdampak terhadap degradasi lahan.
Sebaran erosi parit dapat menjadi indikator terjadinya degradasi lahan.
Tingkat kerapatan parit menggambarkan tingkat degradasi lahan pada suatu
catchment. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui sebaran parit dan
tingkat kerapatan erosi parit di DAS Kaliwungu. Selain itu akan dilakukan
analisis sebaran dan tingkat kerapatan erosi parit. Kerapatan erosi parit
dianalisis berdasarkan penggunaan lahan dan bentuklahan serta karakteristik
yang ada didalamnya (kemiringan lereng, vegetasi, dan infiiltrasi) untuk
mengetahui faktor yang berpengaruh terhadap tingkat kerapatan erosi parit.
Survey lapangan dilakukan untuk mengetahui keberadaan erosi parit. Erosi
parit kemudian di overlay dengan peta penggunaan lahan dan peta
bentuklahan. Peta penggunaan lahan diperoleh berdasarkan interpretasi citra
foto udara. Citra foto udara juga digunakan untuk melihat tingkat kerapatan
vegetasi dan didukung dengan data hasil pengolahan citra sentinel. Data DEM
Terra-SAR X digunakan sebagai dasar interpretasi bentuklahan dan
identifikasi kelas lereng. Catchment parit dibatasi berdasarkan interpretasi
data DEM Terra-SAR X dan citra foto udara. Pengolahan data tingkat
kerapatan parit menggunakan perbandingan panjang parit dan volume parit
dengan luas catchment. Analisis data untuk mengetahui faktor yang
berpengaruh terhadap kerpatan erosi parit dilakukan secara deskriptif.
Analisis dilakukan berdasarkan hasil overlay tingkat kerapatan erosi parit
pada peta penggunaan lahan dan peta bentuklahan. Hasil penelitian berupa
peta sebaran parit dan peta tingkat kerapatan erosi parit DAS Kaliwungu skala
1:10.000. Erosi parit terbentuk pada zona erosi hingga zona deposisi, tetapi ada
erosi parit yang mulai terbentuk pada zona sisa. Terdapat tiga kelas kerapatan
parit di DAS Kaliwungu yaitu tinggi, sedang, dan rendah. Proses pembentukan
parit yang sangat intensif hanya terjadi pada beberapa titik dengan pengolahan
lahan yang cukup intensif ataupun pada lahan yang sudah sangat terusik oleh
aktivitas manusia seperti permukiman. Hasil penelitian menunjukkan faktor
yang mempengaruhi proses pembentukan parit adalah penggunaan lahan dan
pengolahan lahan.
Dinamika erosi dan sedimentasi sangat dipengaruhi oleh faktor lereng. Faktor
lereng yang terdapat di DAS Kaliwungu telah dimodifikasi menjadi lereng
berteras. Masing-masing bangunan teras memiliki nilai erosi yang beragam.
Penelitian ini bertujuan untuk; (1) mengarakterisasikan pola bangunan teras di
setiap bentuk lereng, (2) menganalisis pola aliran permukaan yang
memengaruhi proses erosi dan sedimentasi pada penggal lereng, (3) menganalis
laju erosi dan sedimentasi pada setiap variasi penggal lereng di DAS
Kaliwungu. Penelitian ini menggunakan foto udara hasil perekaman
menggunakan UAV yang diolah melalui Agisoft serta DEM yang dibentuk
melalui metode analisis natural neighboor. Data DEM yang telah dibentuk
divalidasi dengan metode profilling secara transek. Pemilihan penggal lereng
selanjutnya didasarkan pada klasifikasi bentuk lereng berdasar sudut dan
panjang lereng secara 3 dimensi. Pengukuran laju erosi dan sedimentasi
menggunakan pin erosi. Pin erosi berbahan bambu memiliki ukuran 50x2 cm.
Pin erosi besi memiliki panjang 30 cm dengan diameter 3 mm. Pengambilan
sampel tanah dan penentuan titik pemasangan pin menggunakan metode
transek dari lereng atas hingga lereng bawah. Pemetaan erosi dan sedimentasi
dilakukan dengan metode sensus dari igir perbukitan, lereng atas, lereng
tengah dan lereng bawah. Hasil peneltian ini menunjukkan (1) karakteristik
pola bangunan teras dipengaruhi oleh bentuk lereng, dimana bangunan teras
terbagi menjadi dinding teras, teras tanam, dan cekungan teras. Dinding teras
tinggi dan lebar teras sempit terbentuk pada punggung lereng cekung dan kaki
lereng cembung. (2) Pola limpasan permukaan searah dengan garis kontur,
dimana limpasan permukaan terbentuk pada cekungan teras yang
menyebabkan erosi dan sedimentasi pada sebagian teras. (3) Laju erosi dan
sedimentasi pada masing-masing bangunan teras memiliki tingkat yang
berbeda. Dinding teras mengalami erosi terus menerus dengan nilai akumulasi
tinggi sebesar 7.3 kg/m2. Teras tanam mengalami proses erosi dan sedimentasi
yang dinamis dan menghasilkan akumulasi kehilangan tanah sebesar 1.85
kg/m2. Sedimentasi tinggi terjadi pada cekungan teras sebesar 8.2 kg/m2. Nilai
tersebut menunjukkan dinamika erosi dan sedimenatasi masih berjalan intensif
pada lahan berteras, sehingga diperlukan adanya modifikasi pada teknik
konservasi teras.
Kata kunci : bentuk lereng, lereng berteras, erosi, sedimentasi, pin erosi
Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengkaji longsoran mana saja yang
dapat kembali longsor serta mengkaji berbagai parameter intrinsik longsor
yang berpengaruh pada stabilitas longsor. Metode SSEP adalah metode skoring
yang disadurdari Raghuvanshi, 2012. Metode SSEP yang digunakan dalam
penelitaian telah dimodifikasi. Modifikasi dilakukan pada parameter-
parameter yang digunakan. Modifikasi diperlukan untuk menyesuaikan metode
terhadap daerah kajian. Parameter dalam penelitian ini antara lain: kemiringan
lereng, panjang lereng, ketinggian longsor, penutup lahan longsor, keaktifan
longsor, zonasi longsor, dan luas wilayah yang longsor. Kelas skoring dibagi
menjadi 5 kelas, yaitu kelas sangat rendah, rendah, sedang, tinggi, dan sangat
tinggi. Longsoran yang ada di Sub-DAS Bompon rata-rata memiliki kelas
tinggi dan kebanyakan merupakan longsor tidak aktif, sedangkan longsor aktif
sebagian besar termasuk dalam kelas rendah. Tinggi rendahnya nilai skoring
dipengaruhi oleh parameter-parameter stabilitas lerengnya. Parameter-
parameter tersebut antara lain: keaktifan longsor, zona longsor, luasan longsor,
panjang lereng, kemiringan longsor, ketinggian longsor, dan penutup lahan
longsor. Kesimpulan dari penelitian ini yaitu parameter intrinsik sangat
berpegaruh dalam stabilitas lereng pada tanah longsor. Masing-masing
parameter saling berkaitan dalam tingkat kestabilannya. Rata-rata longsoran
di Sub-DAS Bompon termasuk dalam kelas rendah untuk longsor tidak aktif,
dan kelas tinggi untuk longsor aktif.
Kata kunci : stabilitas lereng, persebaran akar, kekuatan tarik akar, sengon, sub DAS
Bompon
Kata kunci : industri kreatif dan letak atau lokasi, Bompon, Ngemplak
Daerah aliran sungai Bompon merupakan daerah aliran sungai yang memiliki
karateristik bentang lahan yang unik dengan tingkat potensi longsor yang
tinggi. Untuk mengantisipasi dan mencegah terjadinya bencana alam tanah
longsor, maka perlu disediakan kajian tingkat risiko tanah longsor. Tujuan
penelitian adalah untuk melakukan penilaian resiko tanah longsor dengan
skala lokal pada satu penggal lahan di unit terkecil DAS Bompon. Motode yang
digunakan dalam penilaian tingkat risiko tanah longsor adalah metode transek
dan survey dengan melakukan profiling pada titik-titik pengamatan lereng
longsoran pada satu penggalan lahan. Terdapat enam titik profiling
terdistribusi yang dianggap dapat mewakili seluruh seluruh wilayah penelitian.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat bahaya longsor paling tinggi
terdapat di titik dua, kerentanan tanah longsor terdapat pada titik tiga dan
elemen berisiko resiko terdapat pada titik tiga. Integrasi ke-tiga data tersebut
menghasilkan nilai tingkat resiko tinggi pada sampel tiga.
The clay layers at hilly regions in the study area were very thick. The presence
of very thick clay caused several difficulties in terms of environmental
management, particularly in reducing georisk due to landslide. However,
initial observations proved that areas of active landslides had better vegetation
cover. The objective of this study was to find out ecological roles of landslides
in livelihood in the Middle Bogowonto Watershed. The ecological roles of
landslide were examined through field empirical evidences. Texture, bulk
density, permeability, structure, and index plasticity were conducted for
analyses of soil physical properties. Stepwise interpretation was made using 1
:100,000–1 : 25,000 Indonesian topographic maps and remote sensing images of
30 m-<10 m spatial resolution. The results showed that landslides formed three
landform zones: residual, erosional, and depositional zones. The area that did
not slid, the residual zone, had massive soil structure and very hard
consistency. Crops cultivated in this zone did not grow well. In the areas of
active landslide, the environmental conditions seemed to be more favorable for
living creatures. The landslides resulted in depositional zones with gentle
slopes (4° to 15°), higher water availability, and easier soil management. The
landslides also acted as the rearrangement process of landforms for better
living environment.
Tujuan penelitian ini adalah (1) Menganalisis sebaran spasial erosi pipa pada
penggal lereng di sebagian DAS Bompon (2) Menganalisis morfologi erosi pipa
pada penggal lereng di sebagian DAS Bompon (3) Mengkaji faktor yang
berpengaruh terhadap hasil proses erosi pipa di sebagian DAS Bompon (4)
Mengkaji genesis erosi pipa di sebagian DAS Bompon (5) Menganalisis
intensitas erosi pipa pada penggal lereng di sebagian DAS Bompon. Metode
penelitian yang digunakan yaitu (1) Survei terestrial untuk identifikasi dan
pengamatan erosi pipa di lapangan (2) Penyusunan peta sebaran erosi pipa
dengan bentuklahan dan profil lereng (3) Analisis deskriptif digunakan untuk
menganalisis morfologi, faktor yang berpengaruh, dan genesis erosi pipa (4)
Analisis korelasi untuk mengetahui hubungan antara debit pipeflow dengan
sedimen suspensi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebaran spasial erosi
pipa mengelompok pada daerah lereng dengan karakteristik relatif cekung dan
terbentuk pada bentuklahan lereng atas perbukitan, lereng tengah perbukitan
dan lereng kaki perbukitan. Morfologi erosi pipa bervariasi dari morfografi
dan morfometrinya. Morfografi erosi pipa membentuk empat pola bentukan
outlet yaitu berbentuk bulat, setengah lingkaran, lonjong dan tidak beraturan.
Morfometri erosi pipa menunjukkan dinamika perubahan ukuran panjang,
lebar, dan kedalaman secara temporal. Semakin besar ukuran outlet erosi pipa,
maka debit pipeflow semakin besar. Material permukaan menadi faktor yang
berpengaruh terhadap hasil proses erosi pipa. Permeabilitas tanah pada tanah
sampel bagian atas memiliki nilai permeabilitas yang lebih tinggi dari sampel
bagian bawah. Erosi pipa dikontrol oleh permeabilitas tanah dan ditahan oleh
tanah impermeabel dibagian bawah. Kondisi tekstur tanah didominasi oleh
lempung berpasir. Erosi pipa yang sudah berkembang memiliki kedalaman
solum >1m. Hasil analisis dan klasifikasi, terdapat empat tipologi genesis erosi
pipa di sebagian DAS Bompon yaitu (1) Erosi pipa berasosiasi dengan retakan
longsor, (2) Erosi pipa berasosiasi dengan badan longsor aktif, (3) Erosi pipa
berasosiasi dengan sawah, (4) Erosi pipa berasosiasi dengan tekuk lereng.
Jumlah total sedimen suspensi terbesar yaitu 0,87 g/l. Jumlah sedimen suspensi
tidak memiliki korelasi dengan jumlah debit aliran pipeflow.
Kata kunci : pemetaan tanah, stabilitas agregat tanah permukaan, sub DAS
Kaliwungu
Kata kunci : lereng erosi, erosi gully, penggunaan lahan, kebun campur, tegalan
Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis dan membuat arahan konservasi lahan di sub
DAS Kodil berdasarkan tingkat bahaya erosi. Prediksi tingkat erosi dilakukan dengan
metode USLE (Universal Soil Loss Equation) yang terintegrasi dengan bantuan Sistem
Informasi Geografis (SIG). Dalam penelitian ini, data yang digunakan merupakan data
hujan tahun 2003-2014 dari stasiun pencatat hujan Sapuran, Kenteng dan Penungkulan.
Data hujan ini dihitung untuk mendapatkan nilai erosivitas hujan yang kemudian dioverlay
dengan peta jenis tanah, peta kemiringan lahan, dan peta penggunaan lahan. Overlay
menghasilkan 30 unit lahan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Sub DAS Kodil termasuk
dalam kriteria erosi berat dan sangat berat dengan rata-rata laju erosi 677,19 ton/ha/th dari
total luasan wilayah 20.482 ha. Nilai laju erosi terbesar terjadi pada satuan lahan PBlV (tipe
penggunaan lahan pemukiman, kemiringan lereng < 40%, jenis tanah Brown Latosol nilai
laju erosi 5.226,89 ton/ha/tahun (kategori sangat berat). Prioritas rehabilitasi utama
ditunjukan untuk daerah yang rata-rata memiliki kecuraman tinggi, tanah dengan kepekaan
erosi tinggi dan penggunaan lahan yang sedikit vegetasi.
Kata kunci : laju erosi, Sistem Informasi Geografis, sub DAS Kodil, unit lahan, USLE
Air bersih menjadi suatu kebutuhan vital bagi masyarakat. Sub DAS Bompon
merupakan kawasan yang terletak di lereng kaki Gunungapi Sumbing, dengan
karakteristik lereng yang bergelombang hingga berbukit. Karena daerahnya
yang berbukit, sumber air yang banyak dimanfaatkan masyarakat berasal dari
mataair. Beberapa mataair yang digunakan memiliki kualitas air yang tidak
memenuhi standar bakumutu. Fluktuasi debit mataair di sub DAS Bompon
juga cukup besar dan beberapa mataair di sub DAS Bompon belum terlindungi.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey,
laboratorium, wawancara, matematis dan evaluasi. Karakteristik yang dikaji
meliputi tipe mataair berdasarkan debit, sifat pengaliran, dan tenaga gravitasi.
Potensi mataair diketahui dari debit (kuantitas) dan kualitas air mataair.
Kualitas air dari mataair diketahui menggunakan analisis laboratorium.
Parameter yang digunakan untuk analisis laboratorium yaitu sifat fisik
(kekeruhan, TDS, TSS), sifat kimia (pH, Besi), dan sifat biologi (Total
Coliform) dengan acuan Peraturan Menteri Kesehatan No.32 Tahun 2017
Tentang Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan Dan Persyaratan
Kesehatan Air Untuk Keperluan Higiene Sanitasi, Kolam Renang, Solus Per
Aqua, Dan Pemandian Umum dan Peraturan Pemerintah RI Nomor 82 tahun
2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air Dan Pengendalian Pencemaran Air.
Kelima mataair yaitu mataair Kalisari 1, mataair Kalisari 2, mataair Kalisari 3,
mataair Kalinongko, dan mataair Bompon termasuk mataair musiman
(Intermitent Springs). Tipe mataair berdasarkan kelas debit untuk mataair
Bompon masuk dalam kelas sedang, mataair Kalisari 1, Kalisari 2 dan
Kalinongko masuk dalam kelas rendah dan mataair Kaliasari 3 masuk dalam
kelas sangat rendah. Tipe kalima mataair termasuk mataair depresi. Kualitas
air dari kelima mataair tergolong buruk, karena tergolong asam dan pada
mataair Kalisari 3 dan kalinongko menghasilkan total koliform yang tinggi.
Berdasarkan perbandingan debit mataair dan kebutuhan air, Kuantitas dari
kelima mataair masih cukup untuk memenuhi kebutuhan air domestik
masyarakat yang menggunakannya, karena pengukuran debit dilakukan pada
musim penghujan sedangkan pada musim kemarau menurut keterangan warga,
beberapa mataair mengalami kekeringan dan tidak dapat memenuhi kebutuhan
air masyarakat. Konservasi mataair dilakukan secara vegetatif (Penanaman
pohon bambu, pohon beringin dan sukun), secara mekanik (pembuatan teras
gulud, pembuatan sarana pelindungan mataair, pembuatan lubang resapan
biopori dan treatment dengan penaburan kapur untuk menurunkan pH pada
mataair), konservasi berbasis masyarakat dan dengan pendekatan pemerintah.
Sub DAS Bompon pada musim kemarau tidak memiliki cadangan mataair yang
cukup untuk memenuhi kebutuhan warga. Berdasarkan informasi dari
masyarakat pada bulan Juli, Agustus, September, dan Oktober, Sub DAS
Bompon mengalami kekeringan, karena potensi sumber daya air di desa ini
terbatas, maka perlu adanya alternatif sumber daya air diluar sistem sub DAS
Bompon. Alternatif tersebut salah satunya adalah menggunakan metode trans
basin. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui zonasi kerawanan
bencana kekeringan, mengetahui kuantitas dan kualitas mataair, mengetahui
pengelolaan mataair, dan mengetahui sistem distribusi air bersih. Metode
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey,
wawancara, laboratorium, analisis dan evaluasi mataair, ketersediaan air, dan
zonasi kerawanan bencana kekeringan dan tipe kekeringan. Potensi mataair
diketahui dari debit (kuantitas) dan kualitas mataair. Kualitas mataair
diketahui menggunakan analisis laboratorium. Parameter yang digunakan
untuk analisis laboratorium yaitu sifat fisik (kekeruhan), sifat kimia (pH dan
Besi), dan sifat biologi (Total Koliform) dengan acuan Peraturan Menteri
Kesehatan No.32 Tahun 2017 tentang Standar Baku Mutu Kesehatan
Lingkungan dan Persyaratan Kesehatan Air untuk Keperluan Higiene Sanitasi,
Kolam Renang, Solus Per Aqua, dan Pemandian Umum. Keempat mataair
termasuk mataair menahun (Parennial Springs). Tipe mataair berdasarkan
kelas debit mataair termasuk dalam kelas sedang. Tipe keempat matair
termasuk mataair depresi. Kualitas mataair termasuk buruk karena masih
memiliki pH yang asam dan pada mataair 4 total koliform masih melebihi baku
mutu. Berdasarkan perbandingan debit mataair dan kebutuhan air, kuantitas
dari keempat mataair masih cukup untuk memenuhi kebutuhan air di Sub DAS
Bompon. Berdasarkan zonasi kerawanan bencana kekeringan didapatkan
kekeringan tingkat tinggi, sedang, dan rendah di daerah penelitian yang
didapatkan dari overlay peta kemiringan lereng, penggunaan lahan, batuan,
dan tekstur tanah. Arahan pengelolaan lingkungan yang sesuai untuk menjaga
ketersediaan air dilokasi penelitian adalah dengan melakukan metode trans
basin dan pembuatan daerah imbuhan berupa teras bangku.
Kata kunci : Bompon watershed, local culture, social change, the existence of social
Sub DAS Bompon adalah salah satu wilayah terdampak bencana longsor yang
mencakup sebagian wilayah Kabupaten Magelang, Indonesia. Sebagian Wilayah
Sub DAS Bompon dimanfaatkan untuk pertanian dan permukiman, sehingga
meningkatkan kerawanan penduduk terhadap longsor. Identifikasi sifat kimia
tanah diperlukan sebagai dasar informasi tentang dinamika longsor. Tujuan
penelitian adalah mengidentifikasi sifat kimia tanah meliputi pH aktual, pH
potensial, bahan organik,dan kejenuhan basa pada longsor status aktif dan
inaktif di Desa Margoyoso Kecamatan Salaman. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah survei dan teknik pengambilan sampel dilakukan dengan
cara stratified random sampling. Hasil identifikasi pH tanah menunjukkan pH
aktual dan potensial pada dua status longsor tidak jauh berbeda berikisar
antara 4,5 hingga 5,5. Kandungan Fe dan Mn banyak ditemukan pada longsor
aktif dibanding pada longsor inaktif. Bahan organik banyak ditemukan di
kedua status longsor dan terkonsentrasi pada morfologi tubuh dan kaki
longsor. Kandungan kapur bebas (CO3) pada kedua status longsor tidak
ditemukan.
Kata kunci : kerentanan fisik, rumah, longsor, foto udara format kecil, kunci
interpretasi
Peta tanah skala detail di Indonesia tersedia dalam jumlah yang terbatas
karena survei dan pemetaan tanah skala besar-detail masih sangat sedikit.
Survei dan pemetaan tanah konvensional membutuhkan waktu dan biaya yang
cukup besar untuk dapat mengikuti sistem klasifikasi tanah yang telah
berkembang. Salah satu alternatif pemetaan tanah skala detail adalah
pemetaan tanah yang menggunakan klasifikasi partisipatif. Daerah Aliran
Sungai (DAS) Bompon menarik dijadikan daerah penelitian klasifikasi tanah
partisipatif untuk pemetaan skala detail karena bersifat kedesaan dan mata
pencaharian masyarakat sebagian besar adalah petani. Tujuan penelitian
adalah: (1) menemukenali nama lokal dan karakteristik tanah pada sebuah
penggal lereng DAS Bompon; (2) merumuskan klasifikasi tanah lokal pada
sebuah penggal lereng DAS Bompon; dan (3) menganalisis satuan pemetaan
tanah lokal pada sebuah penggal lereng DAS Bompon. Daerah penelitian yang
dipilih adalah penggal lereng seluas 41,81 hektar dengan bentuklahan dan
penggunaan lahan yang bervariasi, terletak di bagian barat laut atau hulu DAS
Bompon. Pengumpulan data dilakukan melalui kegiatansurvei tanah
partisipatif, survei lapangan, dan laboratorium. Survei tanah partisipatif
dilakukan bersama informan untuk inventarisasi pengetahuan tanah lokal
berupa nama, karakteristik, dan contoh lokasi jenis tanah lokal. Survei
lapangan dilakukan untuk pengecekan batas bentuklahan serta pengamatan
contoh tanah terusik berbasis grid. Kegiatan laboratorium dilakukan untuk
memperdalam hasil pengamatan contoh tanah, yaitu tekstur dan konsistensi
(Atterberg). Pengecekan batas bentuklahan dijadikan dasar delineasi satuan
pemetaan lahan sedangkan pengamatan tanah dijadikan dasar penentuan
satuan tanah dan klasifikasi tanah. Satuan pemetaan lahan dan satuan tanah
lokal disusun ke dalam satuan pemetaan tanah (SPT) lokal. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa nama tanah lokal di penggal lereng DAS Bompon
meliputi abrit, cabuk, gresik, dan lincat. Jenis tanah ditentukan berdasarkan
struktur, warna, konsistensi, dan tekstur. Keempat jenis tanah dapat dibuat
skema klasifikasi sederhana yang memenuhi filosofi isomorf. Klasifikasi tanah
lokal bersifat intuitif dan terdapat inkonsistensi. Terdapat tujuh SPT pada
penggal lereng, yaitu (1) konsosiasi cabuk di igir, (2) kompleks cabuk abrit di
lereng atas, (3) kompleks cabuk abrit di lereng tengah bagian barat, (4)
konsosiasi lincat di lereng tengah bagian timur, (5) kompleks lincat cabuk
abrit di lereng bawah, (6) kompleks lincat cabuk di lereng kaki, dan (7)
konsosiasi lincat di dataran koluvial. Terdapat kecenderungan atau pola
geografis satuan tanah lokal pada satuan pemetaan lahan, yaitu satuan
konsosiasi cabuk di zona residu (igir perbukitan), satuan kompleks di zona
erosi (lereng perbukitan), dan satuan konsosiasi lincat di zona deposisi
(dataran koluvial).
Kata kunci : permeabilitas, sifat fisik tanah, tipe penggunaan lahan, kemiringan
lahan
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui daerah yang mengalami erosi dan
sedimentasi pada wilayah penelitian, mengetahui nilai erosi dan sedimentasi
yang terjadi, serta mengetahui nilai sediment delivery ratio (SDR). Tujuan
penelitian dapat dicapai dengan (1) melakukan survei lapangan untuk
mengetahui daerah yang mengalami erosi dan sedimentasi, (2) melakukan
pengukuran erosi dan sedimen. Metode penelitian yang digunakan adalah
survei lapangan dan pengukuran erosi maupun sedimentasi. Pengukuran erosi
menggunakan metode plot erosi dan pengukuran sedimen menggunakan
metode pengamatan pada stasiun pengukuran aliran sungai (SPAS). Data pada
plot erosi dianalisis dengan menghitung jumlah sedimen pada drum. Hasil
sedimen kemudian dikalikan dengan luas zona erosi untuk mendapatkan erosi
total pada wilayah penelitian. Data pada SPAS dianalisis dengan menghitung
volume air dan sedimen layang yang melewati SPAS. Nilai SDR diperoleh
dengan membandingkan hasil erosi total dengan hasil sedimen yang terukur
pada SPAS. Data hasil pengamatan lapangan diinterpretasi menjadi peta
sebaran erosi dan sedimentasi. Hasil penelitian menunjukkan nilai erosi yang
terjadi adalah 36,68 Mg.ha-1.tahun-1, yang dikategorikan dalam kelas sedang.
Hasil sedimen yang terukur adalah 9,26 Mg.ha-1.tahun-1, yang dikategorikan
dalam kelas rendah. Nilai SDR adalah 25%, dapat dikategorikan dalam keadaan
normal. Erosi terjadi pada lereng atas menempati 70% sedangkan sedimentasi
lebih banyak terjadi pada lereng bawah menempati 30% dari total luas wilayah
penelitian.
Kata kunci : erosi tanah, dinamika erosi, longsorlahan, besar kehilangan tanah
Mengetahui besarnya erosi yang terjadi di suatu wilayah merupakan hal yang
penting karena selain dapat mengetahui banyaknya tanah yang terangkut juga
dapat digunakan sebagai salah satu jalan untuk mencari sebuah solusi dari
permasalahan tersebut. Prediksi erosi dapat dilakukan secara langsung maupun
tidak langsung yaitu melalui model prediksi erosi. Prediksi erosi yang
dilakukan secara langsung menemui banyak kendala, salah satunya adalah
waktu yang dibutuhkan untuk mengerjakan cukup lama. Penelitian erosi yang
telah banyak dilakukan berbasis pemanfaatan model untuk prediksi kehilangan
tanah permukaan. Proses erosi yang sesungguhnya terjadi di lapangan lebih
terkonsentrasi pada alur dan parit yang kurang terwadahi pada model erosi
yang umumnya digunakan sehingga perlu dilakukan pengukuran langsung.
Redistribusi Tanah Permukaan dan N Akibat Proses Erosi pada Lahan
Pertanian Kebun Campur Sub-DAS Bompon, Magelang merupakan penelitian
yang bertujuan untuk mengetahui titik kejadian erosi pada lokasi penelitian
dan kehilangan tanah akibat erosi serta pengaruhnya terhadap kehilangan N
pada lahan pertanian khususnya kebun campur di Daerah Sub-DAS Bompon.
Penentuan titik erosi berdasarkan metode patok erosi (pin erosion). Sebelum
menentukan daerah tangkapan kejadian erosi dilakukan survey lapangan untuk
mengetahui lokasi yang mengalami erosi dan sedimentasi. Pengukuran erosi
menggunakan metode patok erosi berdasarkan perkembangan kejadian erosi
dengan pengukuran dimensi kehilangan tanah. Data diolah dan dianalisa untuk
mendapatkan jumlah kehilangan tanah akibat erosi pada lokasi penelitian.
Data hasil dari parameter sifat fisika tanah (tekstur, BV, permeabilitas,
Infiltrasi, dan kemantapan agregat tanah), lingkungan (topografi, curah hujan,
dan tutupan vegetasi) dibandingkaan sebagai faktor penyebab erosi. Kejadian
erosi mengakibatkan proses perpindahan partikel tanah dan pelarutan unsur
hara khususnya N dalam bentuk ammonium dan nitrat. Pada Zona deposisi
ditemukan material tanah akibat erosi pada permukaan tanah. Hasil
pengamatan menunjukkan nilai rata-rata tanah yang hilang akibat erosi gully
sebesar 8,85 kg/m2 sedangkan erosi alur sebesar 6,31 kg/m2. N yang diamati
pada zona deposisi terjadi penambahan sebesar 0,25% yang dikategorikan pada
harkat sangat rendah.
Kata kunci : soil quality, land use, total dataset, non-linear scoring
Kata kunci : nett rain, infiltration cappacity, coconut, albizia, barren land
Sub DAS Bompon berada di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Sub DAS
Bompon terkena bencana, bencananya diantaranya adalah gerakan massa
tanah, erosi dan kekeringan. Terjadinya erosi diakibatkan adanya runoff yang
tinggi sehingga tanah maupun batuan menjadi terkikis dan material yang lepas
akan masuk ke badan sungai. Material yang masuk ke badan sungai ada yang
mengendap dan ada yang melayang pada sungai. Dampak adanya sedimentasi
maka terjadi pendangkalan sungai. Maka dari itu, diperlukan penelitian untuk
mengkaji kualitas air sungai secara fisik dan kimia, mengetahui jumlah
material sedimen yang masuk ke badan sungai dan arahan desain ekohidraulik
pada Sub DAS Bompon. Metode yang digunakan adalah metode survey dan
pemetaan, analisis laboratorium, matematis dan evaluasi. Material sedimen
yang dikaji meliputi sedimen suspensi dan sedimen dasar. Sedimen suspensi
diperoleh melalui analisis laboratorium (konsentrasi sedimen) dan uji langsung
(debit aliran sungai), kemudian dihitung secara matematis sehingga didapat
debit muatan sedimen suspensi. Sedangkan sedimen dasar diperoleh melalui
analisis laboratorium (ukuran butir, berat jenis) dan uji langsung (debit aliran
sungai), kemudian dihitung secara matematis sehingga didapat debit muatan
sedimen dasar. Parameter yang digunakan berupa sifat fisik (kekeruhan, TSS
dan TDS) dan sifat kimia (pH dan nitrat). Parameter disesuaikan Peraturan
Pemerintah No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air Pengendalian
Pencemaran Air. Hasil yang didapat dari pengujian kualitas air sungai yang
melebihi bakumutu yaitu parameter kekeruhan. Jumlah material sedimen
suspensi yang tertinggi, sungai hulu sebesar 93,15160 ton/tahun, untuk sungai
tengah sebesar 1837,67461 ton/tahun dan untuk sungai hilir sebesar 13734,1666
ton/tahun. Jumlah material sedimen dasar yang tertinggi sungai hulu sebesar
0,773 ton/tahun, untuk sungai tengah sebesar 4,6777 ton/tahun dan untuk
sungai hilir sebesar 10,31234 ton/tahun. Pendekatan mekanis dan vegetatif
menggunakan ekohidrolika yang digunakan menahan erosi adalah pagar datar
dan penanaman tebing. Jarak tanam bambu berjarak 2 m. Pagar datar
menancapkan pilar sampai 50 cm kedalam tanah, jarak antar pilar 80 cm.
Penggunaan tanaman dalam bentuk bambu, sengon dan rumput vetiver.
Konservasi berbasis masyarakat dan dengan pendekatan pemerintah. Bendung
tradisional pada sungai hulu memiliki dimensi panjang melintang 95 cm, lebar
50 cm, tinggi 1 m dan ruang jalur ikan 15 cm. Bendung tradisional pada sungai
tengah memiliki dimensi panjang 2,73 m, lebar 50 cm, tinggi 2,5 m dan ruang
jalur ikan 15 cm. Bendung tradisional pada sungai hilir memiliki dimensi
panjang 5,63 m, lebar 50 cm, tinggi 5 m dan ruang jalur ikan 15 cm.
Kata kunci : ekohidraulik, kualitas air, sedimen suspensi, sedimen dasar, erosi
Kata kunci : morfologi, padi sawah, parameter kunci, pengelolaan, sumberdaya tanah
Longsor merupakan bencana alam yang serius di daerah tropis lembab seperti
Indonesia. Longsor banyak ditemukan di lanskap transisi vulkanik kwarter-
tersier. Keterdapatan lapisan klei sensitif memicu kerawanan terjadinya
longsor. Memahami karakteristik morfologi tanah dan lapisan klei sensitif
pada daerah rawan longsor dapat membantu dalam mitigasi bencana alam.
Tujuan penelitian untuk melakukan karakterisasi morfologi tanah dan lapisan
klei sensitif di longsor aktif sisi selatan Gunungapi Sumbing. Pendekatan yang
dilakukan dengan pengamatan morfologi tanah secara kualitatif dan
pengukuran sifat-sifat tanah, geoteknik, dan mineralogi secara kuantitatif.
Hasil menunjukkan bahwa lapisan tanah yang mengandung sensitivitas klei
tinggi merupakan material yang paling parah untuk menyusun lereng.
Keterdapatan lapisan klei sensitif menyebabkan lereng menjadi tidak stabil
dengan ditandai nilai faktor aman < 1. Lapisan klei sensitif berasal dari
lapukan abu vulkanik, lapukan sisipan batuan klei dan pasir tufan dengan
breksi, dan batuan breksi andesit yang teralterasi ditandai dengan indeks
pelapukan < 0.5. Jenis mineral didalam lapisan klei sensitif secara umum
meliputi kaolinite, illite, mika, halloysite, dan secara khusus meliputi
pyrophyllite, smectite, chlorite, dickite. Mekanisme longsor yang diakibatkan
oleh lapisan klei sensitif meliputi melumpur, kembang-kerut, menggelincir,
dan rapuh. Mekanisme melumpur ditandai dengan indeks likuiditas dan
sensitivitas klei yang tinggi. Mekanisme mengembang mengkerut ditandai
dengan indeks plastisitas dan angka susut yang tinggi. Mekanisme
menggelincir ditandai dengan kohesi dan kuat geser tanah yang rendah.
Mekanisme rapuh ditandai dengan konsolidasi berlebih dan potensi
keruntuhan yang tinggi. Longsor menyebabkan perubahan bentang lahan dan
karakteristik morfologi tanah. Data yang dihasilkan dapat berkontribusi untuk
meningkatkan pengetahuan tentang karakteristik tanah tropis dan
mekanismenya terhadap longsor.
Permukiman adalah salah satu bentuk konversi lahan yang marak ditemukan.
Salah satu sebabnya adalah peningkatan jumlah penduduk yang kemudian
memicu konversi lahan baik untuk kebutuhan pangan maupun kebutuhan
tempat tinggal. Studi erosi selama ini masih banyak terfokus pada lahan non-
permukiman. Beberapa penelitian telah melakukan komparasi erosi pada
penggunaan lahan pemukiman dan non-permukiman akan tetapi pembahasan
tentang karakteristik erosi permukiman tidak terlalu spesifik. Penelitian
bertujuan untuk: (1) identifikasi distribusi spasial erosi yang berkembang
dalam area permukiman di DAS Bompon, (2) identifikasi faktor antropogenik
yang terlibat dalam proses erosi di DAS Bompon, (3) identifikasi kontribusi
lahan terbangun (permukiman) terhadap dinamika erosi yang berkembang
DAS Bompon dan (4) menjelaskan mekanisme sedimen hasil erosi yang ada di
DAS Bompon. Penelitian ini dilakukan di satu catchment padat penduduk
dalam area DAS Bompon. Terdapat enam jaringan aliran yang dominan dalam
berkontribusi terhadap mekanisme erosi yang terjadi. Distribusi hasil erosi di
jaringan aliran kemudian terakumulasi dalam erosi parit (gully) yang berfungsi
sebagai saluran utama distribusi hasil erosi keseluruhan dalam catchment area.
Metode yang dilakukan adalah dengan menghitung nilai erosi berdasarkan
sedimen suspensi pada stasiun pengamatan aliran sungai (SPAS) dan zona erosi
yang dibagi berdasarkan jaringan aliran yang terbentuk dalam catchment area.
Variasi nilai sedimen suspensi kemudian ditelaah dengan merunut faktor erosi
yang terlibat baik itu faktor natural maupun faktor antropogenik. Sehingga,
korelasi antara faktor natural dan faktor antropogenik terhadap proses erosi
dapat di analisis. Hasil studi menunjukan pentingnya mempertimbangkan
faktor antropogenik dalam penentuan batas DAS. Selain itu, faktor-faktor
turunan dari antrophogenic process yang terdapat di DAS Bompon telah
terbukti mempengaruhi mekanisme erosi yang terjadi. Peran faktor
antropogenik berupa bangunan permukiman adalah dengan meningkatkan
debit aliran permukaan yang juga berimplikasi pada peningkatan laju erosi
pada fase transportasi erosi. Temuan lainnya adalah sedimen hasil erosi berasal
dari dua sumber yakni dari hasil proses erosi dan hasil aktivitas soil failure.
Kata kunci : erosi, DAS Bompon, proses antropogenik, built-up environment, flow
network
Erosi dan sedimentasi merupakan proses yang umum terjadi pada sebuah DAS.
Proses erosi serta dinamika sedimentasi dapat diketahui berdasarkan analisis
neraca sedimen. Pembuatan neraca sedimen dapat memanfaatkan model Soil
Water Assessment Tool(SWAT) agar menghemat waktu dan biaya. Pemodelan
SWAT merupakan salah satu model yang mengestimasikan besaran erosi dan
sedimen menggunakan Modified Universal Soil Loss Equation (MUSLE). Model
SWAT dikembangkan di amerika untuk memprediksi pengaruh manajemen
lahan terhadap kondisi hidrologi, sedimen, serta polutan. DAS Bompon
memiliki karakteristik tanah yang tebal dan mudah terdispersi, sehingga
potensi hasil sedimen yang tinggi. Ketersediaan data sekunder serta stasiun
pengamatan yang cukup lengkap pada area DAS Bompon mendukung proses
kalibrasi dan validasi model. Tujuan utama dari penelitian ini ialah melakukan
penyesuaian data masukan; mengetahui akurasi model SWAT pada DAS
Bompon; Menganalisis besaran hasil sedimen DAS Bompon; serta
memformulasi neraca sedimen DAS Bompon berdasarkan hasil simulasi model
SWAT. Data yang digunakan pada penelitian ini berupa data tanah, DEM
TerraSAR, data penggunaan lahan, data iklim, data debit observasi, serta data
observasi sedimen melayang. Rentang data yang digunakan pada penelitian ini
ialah data tahun 2018 dimulai pada bulan Januari hingga bulan Desember.
Penyesuaian data masukan dilakukan dengan mencari padanan penggunaan
lahan yang tersedia pada basis data SWAT berdasarkan pada morfologi serta
karakteristik vegetasi dan kondisi penggunaan lahan. Proses kalibrasi dan
validasi menggunakan bantuan software SWAT-CUP dengan hasil kalibrasi
memiliki r2 sebesar 0.46 serta ENS 0.42 pada debit dan r2 bernilai 0.57 serta
ENS 0.55 pada hasil sedimen. Pada proses validasi debit r2 naik menjadi 0.47
dengan ENS turun menjadi -0.06 serta pada hasil sedimen r2 dan ENS turun
menjadi 0.54 dan 0.5. Hasil kalibrasi dan validasi model SWAT DAS Bompon
tergolong memuaskan pada hasil sedimen dan cenderung kurang memuaskan
pada data debit aliran. Neraca sedimen DAS Bompon yang dibuat berdasarkan
simulasi model SWAT mengindikasikan perlunya upaya konservasi pada area
longsor karena memiliki potensi hasil sedimen sebesar 2564.8 Ton/tahun hanya
dengan luas area 0.55% dari total luasan DAS Bompon.
Kata kunci : neraca sedimen, DAS Bompon, hasil sedimen, model SWAT
Kajian karakteristik fisik tanah pada wilayah rawan longsor telah banyak
dilakukan namun belum banyak yang membahas tanah di bagian mahkota
longsor secara khusus. Kajian-kajian tanah pada kawasan longsor pada
umumnya membahas karakteristik endapan longsor untuk tujuan pemanfaatan
sumberdaya lahan. Kajian tanah pada bagian mahkota longsor mempunyai nilai
manfaat untuk kegiatan pengendalian longsor susulan. Tujuan penelitian
mencakup (1) kajian faktor-faktor fisik tanah pada bagian mahkota yang akan
menjadi penyebab longsor, (2) kajian perbedaan sifat-sifat fisik tanah pada
berbagai tipe tingkatan aktivitas longsor. Penelitian diawali dengan
pengumpulan data yang dilakukan melalui survei lapangan dan analisis
laboratorium. Penentuan titik sampel ditetapkan berdasarkan peta aktivitas
longsor yang sudah dibuat oleh peneliti terdahulu. Ada 18 titik pengamatan
dan pengukuran atas dasar pertimbangan 3 ulangan tiap tingkatan aktivitas
longsor di bagian hulu, tengah dan hilir Sub-DAS Bompon. Pengambilan
contoh tanah dilakukan pada kedalaman 0-50 cm dan 50-100 cm pada bagian
mahkota longsor. Data hasil pengukuran dianalisis melalui uji LSD (Least
Significant Difference Test) dengan taraf signifikansi 5%. Hasil penelitian
dibahas secara teoritis berdasarkan pendapat para peneliti terdahulu. Kejadian
longsor di sub-DAS Bompon berasosiasi dengan karakteristik wilayah
(morfologi lahan dan karakter fisik tanah) dan intervensi manusia yang berupa
modifikasi lahan (jenis vegetasi, teras, pengolahan). Hasil kajian menunjukan
bahwa tanah di daerah penelitian memiliki sifat peka terhadap longsor.
Konsistensi tanah pada tipe aktivitas longsor aktif, suspended, reaktivasi,
dorman, abandoned, dan stabil memiliki harkat nilai tinggi. Terdapat
perbedaan sifat fisik tanah pada parameter tekstur tanah, batas gulung, dan
batas cair antar tipe aktivitas longsor dan kadar air maksimum antar
kedalaman tanah.
Kata kunci : kerusakan tanah, produksi biomassa, penggunaan lahan, matching data,
scoring
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui indeks stabilitas agregat tanah pada
berbagai tipe kemiringan lereng dan tipe penggunaan lahan di sub sub DAS
Bompon, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Penelitian lapangan dilakukan
dengan pengambilan sampel tanah berjumlah 30 titik yang ada di sub sub DAS
Bompon berdasarkan satuan peta lahan (SPL) yang telah dibuat. Pendekatan
rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua
faktor yaitu kemiringan lereng dan tipe penggunaan lahan. Kelas kemiringan
lereng terdiri dari 4 aras yaitu datar, bergelombang, berbukit, dan curam. Tipe
penggunaan lahan terdiri dari 3 aras yaitu tegalan, kebun campur, dan sawah.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tipe penggunaan lahan dan kemiringan
lereng memberikan pengaruh nyata terhadap stabilitas agregat tanah. Selain
itu, tipe penggunaan lahan dan kemiringan lereng memberikan pengaruh nyata
terhadap bahan organik dan permeabilitas. Stabilitas agregat tanah tertinggi
didapatkan pada penggunaan lahan kebun campur dengan kemiringan lereng
bergelombang dengan nilai 98,321 yang masuk dalam kelas sangat mantap.
Sedangkan stabilitas agregat tanah terendah terdapat pada tipe penggunaan
lahan sawah dengan kemiringan lereng datar dengan nilai 64,670 yang masuk
dalam kelas agak mantap.
Kata kunci : stabilitas agregat, penggunaan lahan, kemiringan lereng, Sub DAS
Bompon
Kata kunci : laju infiltrasi, kemiringan lereng, penggunaan lahan, berat volume
Nitrogen dan fosfor adalah nutrien makro yang dibutuhkan saat masa
pertumbuhan tanaman. Nitrogen dan fosfor mengalami transformasi menjadi
nitrat, nitrit, amonia, dan fosfat di lingkungan. DAS Bompon memiliki lahan
pertanian yang sangat luas dan terjadi pemupukan intensif pada sebagian besar
lahan pertanian setiap tahunnya. Aliran permukaan yang melewati lahan
pertanian ini diidentifikasi sebagai salah satu media dan penyebab terjadinya
proses kehilangan nutrien tanah kemudian terangkut menuju aliran sungai dan
keluar dari DAS. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengkaji hubungan antara
konsentrasi nitrat, nitrit, amonia, dan fosfat dengan debit di DAS Bompon
dan mengkaji karakteristik temporal dari kehilangan nitrogen dan fosfor di
DAS Bompon. Hubungan konsentrasi nitrat, nitrit, amonia, dan fosfat dengan
debit dianalisis dalam suatu kejadian hujan, sedangkan perhitungan nutrient
load dilakukan untuk satu tahun dari Juni 2018 - Mei 2019. Data tinggi muka
air (TMA) diperoleh dari pencatatan TMA secara otomatis oleh logger dengan
interval 15 menit. Sebanyak 24 sampel air dikumpulkan saat terjadi hujan dan
dianalisis untuk menggambarkan karakteristik kehilangan nitrogen dan fosfor
di DAS Bompon. Data TMA diolah menjadi hidrograf aliran untuk mengetahui
besar debit saat kejadian hujan dan fluktuasi debit selama satu tahun.
Hubungan konsentrasi dengan debit dianalisis dengan kurva hubungan (rating
curve) dan kemograf nutrien saat kejadian hujan, sedangkan besar nutrient
load selama satu tahun dihitung dari persamaan hubungan load dengan debit.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kenaikan debit saat kejadian hujan
berpengaruh terhadap penurunan konsentrasi nitrat dan fosfat dalam aliran.
Tidak terlihat pola hubungan yang jelas antara konsentrasi nitrit dengan
fluktuasi debit, sedangkan konsentrasi amonia bersifat tidak stabil terhaap
fluktuasi debit. Proses pengenceran dan biogeokimia yang terjadi dalam aliran
memiliki peranan yang amat penting terhadap konsentrasi nutrien. Fluktuasi
nutrient load selama satu tahun sangat dipengaruhi oleh fluktuasi debit. Saat
musim kemarau nutrient load sangat rendah jika dibandingkan saat musim
hujan. Nutrient load mulai naik saat awal musim penghujan pada Bulan
Desember 2018 hingga puncak musim hujan pada Bulan Maret 2019. Saat
peralihan musim kemarau yaitu pada Bulan April 2019, nutrient load kembali
menurun sampai Bulan Mei 2019.
For developing countries, detailed soil resource data and maps are essential in
land-use planning. Unfortunately, obtaining detailed soil data for mapping is
expensive. Detailed soil studies and mapping in developing countries often use
the grid method. In addition to being time-consuming, the grid method needs
a lot of sample points and surveyors. Geomorphometry can be a less expensive
alternative for detailed soil mapping. Geomorphometry uses computationally
measured terrain characteristics to describe other hard-to-measure terrain and
soil properties. In our study, landform arrangements and slopes were analyzed
together to create a map of soil pH. Bompon watershed, Indonesia, was used as
a case study. Soil mapping units with potentially similar soil pH were created
based on a classification system of the two geomorphometric parameters. Soil
samples were taken from each of the units. )e samples’ soil pH was measured
and compared to the geomorphometric predicted result. Regression tests were
performed to see the significance of geomorphometric parameters on soil pH
conditions. Regression tests show that the results of p value of the four soil
layers are 0.046, 0.019, 0.037, and 0.047, respectively, on a 5% confidence level.
According to the test result, landform arrangements and slopes can indicate
soil pH conditions in Bompon. Our estimate suggests that our
geomorphometric method is cheaper than the grid method by a factor of seven.
)e ability to use geomorphometric parameters to describe other soil properties
could enable a cheap and fast production of detailed soil maps for developing
countries.
The Kodil Sub-Watershed is one of the areas that has a high potential for
flooding in Bogowonto Watershed. Flood disasters can cause significant losses
to society, both in terms of physical, social and economic. This causes are need
for information on the estimated peak discharge in The Kodil Sub-Watershed.
Peak discharge estimation uses the rational method and The Cook Method to
measure runoff coefficient or C value. Runoff coefficient using The Cook
Method uses physical parameters, i.e land use, slope, drainage density, and
infiltration. These parameters are extracted using remote sensing technology
and Geographic Information System (GIS). Remote sensing data used for
extraction of physical land parameters of Sentinel 2A Imagery and DEM ALOS
PALSAR imagery. The results of the processing of peak discharge by the
method obtained an estimate of the peak discharge of the Kodil Sub-
Watershed of 209,659 m3/second and an average peak discharge of 135,024
m3/second.
Kata kunci : Sub DAS Kodil; peak discharge; cook method; rational method; remote
sensing
The results of this research show that ENSO correlates with precipitation.
Especially during the dry season, the rainfall is correlated with the Oceanic
Nino Index (ONI). Extreme El Nino events result in extended droughts of up
to seven months resulting in a lack of water for rice production. In contrast,
cassava production is affected much less by reduced water supply during dry
years because cassava crops require less water. Without adaptation, farmers
might have only one instead of two cropping seasons for rice in the future.
That could have severe socio-economic impacts because rice is the main staple
food for local communities. Future adaptation can include the development of
seasonal predictions for farmers to improve cropping planning practices. The
seasonal prediction can be based on ENSO predictions which are available up
to eight months in advance. Predictions can help farmers and the local
government to implement adaptation measures for agriculture.
Kata kunci : climate change, ENSO, ERA5, water availability, rice, cassava
Erosi merupakan salah satu bencana yang menimbulkan dampak kerugian bagi
manusia. Dampak yang ditimbulkan berupa bencana lain yang dipengaruhi
oleh peningkatan kejadian erosi. Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya untuk
mengendalikan erosi agar tidak menimbulkan dampak yang lebih besar. Salah
satu upaya yang dilakukan adalah penelitian terkait erosi. Penelitian erosi yang
telah banyak dilakukan berbasis pemanfaatan model untuk prediksi kehilangan
tanah permukaan. Penelitian erosi khususnya erosi parit yang dikembangkan
oleh para peneliti sebelumnya ditekankan pada model pengukuran. Erosi
biasanya sering terjadi di wilayah perbukitan yang memiliki kelerengan curam.
Kawasan transisi bentanglahan Gunungapi Sumbing- Gunungapi Kulonprogo
merupakan wilayah yang memiliki karakteristik tanah tebal, dan kemiringan
lereng yang curam dengan curah hujan yang relatif tinggi sekitar 2000-3000
mm/tahun.Tujuan penelitian yang dilakukan di Kawasan transisi bentanglahan
Gunungapi Sumbing-Gunungapi Kulonprogo untuk mengidentifikasi
karakteristik erosi parit yang menyebabkan reaktivasi longsor, dan
mengidentifikasi tipe longsor yang yang terdapat erosi parit. Metode yang
digunakan adalah metode geoinformatik dan validasi. Metode geoinformatik
dilakukan dengan interpretasi citra foto udara, DSM, DEM, pengolahan data
statistik (karakteristik tanah, pengukuran CH, dan angin), dan data dari RBI
yang kemudian diolah menggunakan perangkat lunak ArcGIS. Pengambilan
foto udara dan DSM menggunakan drone UAV. Interpretasi citra foto udara
dengan mengidentifikasi keterdapatan erosi parit. Proses identifikasi
menekankan pada parameter dimensi parit, panjang, lebar, kedalaman, lereng,
arah hadap lereng, tutupan lahan, dan aliran sungai. Karakteristik erosi parit
dianalisa untuk mengetahui pengaruhnya terhadap proses reaktivasi longsor.
Karakteristik erosi parit berdasarkan posisi terhadap longsor ditemukan di
wilayah luar kawasan dan di dalam bagian longsor. Posisi erosi parit yang
ditemukan didominasi pada posisi di dalam kawasan longsor. Tipe longsor
rotasional lebih banyak ditemukan erosi parit dibandingkan tipe longsor
translasional. Tipe pengikisan erosi parit terbagi menjadi 3 yaitu semakin
bertambahnya panjang erosi, pelebaran bidang erosi, dan bertambahnya
kedalaman erosi. Tipe pengikisan erosi parit menjadi parameter reaktivasi
longsor.
Kata kunci : longsor aktif, foto udara, pergerakan longsor, sudut stabil, elemen
terdampak, kerugian finansial
Longsor merupakan salah satu bencana yang paling sering terjadi di Kabupaten
Magelang. Mayoritas kejadian longsor di Kabupaten Magelang merupakan
longsor yang dipicu oleh hujan. Tujuan dari penelitian ini antara lain: 1)
Menyusun peta dan basis data spasial inventaris longsor Kabupaten Magelang;
2) Menganalisis kondisi kerawanan longsor di Kabupaten Magelang
berdasarkan tipologi jenis longsor; dan 3) Menganalisis implementasi atau
peran peta kerawanan berdasarkan tipologi dalam menentukan langkah
mitigasi bencana longsor di Kabupaten Magelang. Peta inventaris longsor
disusun dari hasil digitasi poligon inventaris longsor menggunakan Google
Earth Image dan survei lapangan. Kondisi kerawanan longsor berdasarakan
tipologi disusun berdasarkan pemodelan kerawanan longsor dengan Regresi
Logistik. Sementara itu, implementasi peran peta kerawanan longsor diketahui
dari hasil wawancara pihak BPBD Kabupaten Magelang. Hasil inventarisasi
longsor menghasilkan sebanyak 715 data titik longsor yang terdiri atas 631
longsor translasional, 71 longsor rotasional, dan 13 titik longsor jatuhan.
Pemodelan kerawanan longsor dilakukan menggunakan data longsor secara
keseluruhan dan berdasarkan tipologi longsor serta sebelas faktor pengontrol
longsor yang terdiri dari elevasi, kemiringan lereng, penggunaan lahan,
geologi, jarak sungai, jarak jalan, TWI, SPI, plan curvature, profile curvature,
dan arah hadap lereng. Hasil pemodelan menunjukkan bahwa faktor
pengontrol longsor yang memiliki pengaruh cukup besar untuk tipe rotasi dan
translasi adalah jarak terhadap jalan, profile curvature, plan curvature, dan
kemiringan lereng. Sementara itu, longsor tipe jatuhan memiliki faktor
pengontrol yang kuat pada plan curvature, profile curvature, dan kemiringan
lereng. Secara keseluruhan, faktor penggunaan lahan, jarak terhadap jalan, dan
kemiringan lereng merupakan faktor dominan dalam mempengaruhi kejadian
longsor. Hasil uji akurasi dengan nilai AUC (Area Under Curve) pada
pemodelan kerawanan longsor menggunakan data longsor dengan tipologi
rotasi, translasional, jatuhan dan keseluruhan data secara berurutan memiliki
nilai 0.84, 0.69, 0.44, dan 0.71. Nilai uji akurasi tersebut dipengaruhi oleh
jumlah data titik longsor. Peta kerawanan longsor berdasarkan pemisahan
tipologi dalam implementasinya saat ini belum dilibatkan dalam pertimbangan
pengambilan keputusan mitigasi longsor di Kabupaten Magelang. Akan tetapi,
hasil pemetaan kerawaan longsor dapat menunjukkan rekomendasi lokasi
mitigasi yang perlu dilakukan, baik mitigasi struktural berupa pemasangan
EWS (Early Warning System) dan penanaman rumput vetiver, maupun
mitogasi non struktural berupa pembentukan DESTANA (Desa Tangguh
Bencana) dan kegiatan sosialiasai lainnya.
Peningkatan ancaman erosi dan longsor akan terjadi jika pengelolaan lahan
pada lereng terjal tidak memperhatikan aspek konservasi. Langkah awal dalam
pengurangan ancaman erosi dan longsor adalah penyusunan rencana tata guna
lahan berdasarkan evaluasi lahan sehingga pemanfaatan sumberdaya dapat
berlangsung secara lestari. Tujuan dari penelitian adalah menilai potensi lahan
untuk pengembangan pertanian, menentukan komoditas yang dapat
dikembangkan, mengkaji faktor pembatas lahan dan tanah untuk
pengembangan pertanian, menyusun rencana tata guna lahan untuk
pengembangan tanaman eksisting, menyusun strategi perbaikan faktor
pembatas pengembangan pertanian. Pengumpulan data dilakukan melalui
proses interpretasi peta lereng, pengolahan data sekunder (data iklim), survei
lapangan, pengambilan sampel tanah, pengujian sampel tanah di laboratorium.
Jumlah titik sampel adalah 18 titik dan ditentukan secara purposive sampling
dengan memperhatikan perbedaan sudut lereng. Penilaian kelas kemampuan
lahan dan kelas kesesuaian lahan dilakukan dengan menggunakan teknik
matching antara karakteristik lahan dengan persyaratan klasifikasi
kemampuan lahan dan kesesuaian lahan. Hasil penelitian dibahas secara
deskriptif dan disajikan dalam bentuk tabel untuk menunjukan potensi lahan
dan rencana tata guna lahan. Sub-DAS Bompon dengan sudut lereng yang
berbeda memiliki karakteristik tanah yang berbeda. Lahan pada lereng datar,
landai, agak miring, dan miring memiliki potensi pengembangan yang lebih
baik, sebagai tegalan dengan pengolahan yang intensif. Lahan pada lereng agak
curam dan curam digunakan untuk kebun campur (mix farming) dengan
pengolahan tidak intensif. Faktor pembatas pengembangan pertanian di Sub-
DAS Bompon adalah erosi yang berat, drainase buruk, retensi hara dan
ketersediaan hara yang rendah. Strategi perbaikan faktor pembatas dapat
dilakukan melalui runtutan usaha sebagai berikut: (1) pengendalian erosi
dengan mengatur kecepatan dan volume aliran permukaan, (2) penambahan
bahan organik sebanyak 3% dari kondisi awal 2% (sedang) hingga mencapai 5%
(tinggi) secara bertahap, (3) penambahan pupuk anorganik dengan dosis yang
direkomendasikan.
Kata kunci : tata guna lahan, kemampuan lahan, kesesuaian lahan, sudut lereng,
erosi
Tanah longsor dapat menjadi ancaman yang serius dalam upaya pemanfaatan
lahan untuk berbagai macam kepentingan khususnya untuk pengembangangan
lahan pertanian. Kajian konservasi berbasis vegetatif pada lahan longsor aktif
tipe rotasional mempunyai manfaat untuk memperbaiki degradasi lahan serta
menstabilkan lereng dengan metode yang tepat. Penelitian bertujuan untuk (1)
menganalisis karakteristik fisik dan kimia pada mahkota, badan dan kaki tanah
longsor aktif tipe rotasional pada Sub-DAS Bompon, (2) mengkaji faktor
keberagaman karakteristik tanah pada lahan bekas longsor dan (3) mengkaji
rekomendasi jenis dan tata letak vegetasi di lahan longsor aktif sebagai upaya
konservasi di Sub-DAS Bompon. Pengumpulan data yang dilakukan meliputi
kegiatan pra-lapangan, lapangan, pengujian laboratorium, dan analisis data.
Penentuan titik sampel menggunakan metode stratified random sampling
berdasarkan aktivitas longsor. Tiga longsor dipilih secara acak dan setiap
longsor dibedakan menjadi tiga bagian, mahkota, badan, dan kaki longsor.
Titik pengambilan sampel berjumlah 9 titik dengan pengambilan sampel tanah
pada jeluk 0 sampai dengan 50 cm dan 50 sampai dengan 100 cm. Analisis data
dilakukan secara deskriptif kuantitatif dengan standar deviasi untuk
mengetahui variasi karakteristik tanah pada setiap longsor dan secara
deskriptif kualitatif untuk mengetahui kondisi morfologi lahan pada setiap
longsor. Konservasi tanah berbasis vegetatif diutamakan pada longsor dangkal.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) longsor mengakibatkan adanya
perubahan karakteristik fisik maupun kimia tanah, baik pada mahkota, badan
maupun kaki longsor. Perubahan signifikan terjadi pada nilai indeks stabilitas
agregat dan laju infiltrasi; 2) keberagaman karakteristik tanah pada tiap bagian
longsor disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya yaitu pedoturbasi dengan
material tanah yang berbeda, waktu terjadinya longsor masing masing pada
tahun 2015, 2019 dan 2020, morfologi lereng hasil longsor semakin curam serta
erosi yang berkelanjutan; 3) jenis dan tata letak tanaman direkomendasikan
sesuai fungsi ekologis dan memiliki nilai ekonomis bagi masyarakat.
Kata kunci : karakteristik tanah, longsor aktif, bekas, tipe rotasional, vegetasi,
konservasi
Karakteristik fisik tanah permukaan merupakan salah satu faktor yang dapat
menyebabkan longsor dan dapat berubah akibat longsor. Kajian karakteristik
fisik tanah permukaan pada kawasan endapan longsor banyak diteliti
sebelumnya tetapi belum banyak mengaitkan dengan aktivitas longsor, posisi
lereng, dan pemanfaatan lahan secara khusus. Tujuan penelitian ini untuk
melakukan karakterisasi sifat fisik tanah permukaan pada kawasan endapan
longsor dan mengkaji keberagaman distribusi karakteristik fisik tanah
permukaan pada aktivitas longsor, posisi lereng dan bentuk pemanfaatan lahan
yang berbeda, serta mengkaji faktor lahan yang mempengaruhi keberagaman
karakteristik fisik tanah permukaan pada kawasan endapan longsor yang
paling besar. Pengumpulan data dilakukan dengan pengumpulan data
terdahulu, interpretasi peta, survei lapangan, pengambilan sampel tanah dan
uji laboratorium. Penentuan titik sampel dilakukan dengan purposive sampling
berdasarkan aktivitas longsor, posisi lereng, dan bentuk pemanfaatan lahan
pada bagian endapan longsor kedalaman 0 - 30 cm. Hasil dibahas secara
teoritis terhadap data lapangan dan laboratorium yang diperoleh,
membandingkan setiap kondisi lahan dan memahami setiap kejadian dilokasi
penelitian. Hasil menunjukkan karakteristik fisik tanah permukaan
menunjukkan tekstur klei, berat volume, berat jenis, dan porositas yang
cenderung seragam, angka atterberg tinggi, permeabilitas agak lambat dan
kandungan c-organik maupun bahan organik rendah. Keberagaman
karakteristik fisik tanah permukaan menunjukkan nilai tinggi pada longsor
aktif, lereng bawah, dan kebun campur. Bentuk pemanfaatan lahan
mempengaruhi keberagaman karakteristik fisik tanah permukaan yang tinggi
dibandingkan aktivitas longsor dan posisi lereng. Permeabilitas tanah
menunjukkan sifat fisik tanah yang banyak terpengaruh akibat longsor.
Kata kunci : sifat fisika, tanah permukaan, aktivitas longsor, posisi lereng,
pemanfaatan lahan
Hulu bagian barat Sub-DAS Bompon memiliki topografi yang beragam serta
telah diolah oleh masyarakat menjadi lahan budidaya pertanian dengan
pengolahan intensif. Hal ini dapat mempengaruhi sifat-sifat tanah serta
perkembangan tanah di lokasi tersebut. Penelitian ini bertujuan mengamat
karakteristik fisika dan kimia tanah serta mengkaji perkembangan tanah dan
klasifikasi tanah berdasarkan sistem klasifikasi USDA 2014, FAO/WRB 2014,
dan PPT Bogor 2014 di hulu bagian barat Sub-DAS Bompon, Magelang.
Penelitian diawali dengan survei lapangan berpedoman foto udara untuk
menentukan lokasi pengambilan sampel. Lokasi yang dipilih merupakan sebuah
transek menuruni lereng dengan penggunaan lahan didominasi tegalan.
Pengambilan sampel dilakukan pada profil yang berada di puncak lereng,
lereng atas, lereng tengah, dan lereng bawah yang terbagi menjadi zona
residual, zona erosional, dan zona deposisional dengan total 8 profil. Analisis
sampel berupa analisis fisika dan kimia tanah yang dilaksanakan di
Laboratorium Tanah Umum, Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah, serta
Laboratorium Fisika Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada.
Parameter fisika tanah yang diuji meliputi kadar lengas, tekstur, berat volume
(BV), berat jenis (BJ), dan porositas tanah. Parameter kimia tanah yang diuji
yaitu pH tanah (pH aktual dan pH potensial), kandungan bahan organik tanah,
kapasitas pertukaran kation (KPK), kation tertukar, kejenuhan basa, serta N-
total. Hasil penelitian menunjukkan tanah di hulu bagian barat Sub-DAS
Bompon memiliki karakteristik fisika dan kimia yang beragam serta telah
berkembang menjadi tanah dewasa. Berdasarkan klasifikasi USDA 2014 tanah
di hulu bagian barat Sub-DAS Bompon, Magelang adalah Ultic Hapludalfs dan
Typic Kandiudalfs, berdasarkan klasifikasi FAO/WRB 2014 berjenis Haplic
Luvisols (Clayic), sedangkan berdasarkan klasifikasi PPT Bogor 2014 adalah
Latosol oksik.
Kata kunci : air tersedia, air untuk tanaman, DAS, longsorlahan, lahan bekas
longsor
Analisis kondisi lahan dan karakteristik tanah pada lahan bekas longsor belum
banyak dilakukan. Kajian kondisi morfologi lahan dan tanah pada lahan bekas
longsor mempunyai manfaat untuk kegiatan pengelolaan lahan yang tepat di
lahan bekas longsor. Penelitian bertujuan untuk (1) mengidentifikasi morfologi
lahan pada setiap bagian longsor, (2) menganalisis karakteristik tanah pada
setiap bagian longsor, (3) menilai potensi reaktivasi longsor berdasarkan
morfologi lahan dan karakteristik tanah, serta (4) membuat usulan pengelolaan
lahan berbasis tanaman untuk pengendalian reaktivasi longsor. Pengumpulan
data yang dilakukan, meliputi kegiatan pra-lapangan, lapangan, dan analisis
data. Penentuan titik sampel menggunakan metode stratified random sampling
berdasarkan aktivitas longsor oleh peneliti sebelumnya menurut bagian-bagian
longsor. Tiga longsor dipilih secara acak dan setiap longsor dibedakan menjadi
tiga bagian, mahkota, badan, dan kaki longsor. Titik pengambilan sampel
berjumlah 9 titik dengan pengambilan sampel tanah pada jeluk 0-30 cm dan
30-90 cm. Analisis data dilakukan secara deskriptif kuantitatif dengan standar
deviasi untuk mengetahui variasi karakteristik tanah pada setiap longsor dan
secara deskriptif kualitatif untuk mengetahui kondisi morfologi lahan pada
setiap longsor. Hasil penelitian menunjukkan kondisi morfologi lahan dan
karakteristik tanah setiap longsor beragam acak menurut bagian-bagian
longsor yang dibuktikan dengan nilai bervariasi dari mahkota, badan, hingga
kaki longsor. Potensi reaktivasi longsor tinggi berdasarkan kondisi morfologi
lahan dan karakteristik tanah. Sistem penanaman tanaman dengan kombinasi
jenis perakaran dan sistem agroforestri merupakan pengelolaan lahan yang
dimungkinkan paling sesuai guna mengurangi potensi reaktivasi longsor.
Kata kunci : karakteristik tanah, kondisi lahan, longsor reaktivasi, potensi reaktivasi
Kata kunci : erodibilitas, erosi, kemiringan lereng, penggunaan lahan, bahan organik
Kata kunci : konservasi lahan, sifat fisika tanah, penggunaan lahan, pengelolaan
lahan, terasering
Kata kunci : pola spasial, tanah longsor, rasio frekuensi, analisis tetangga terdekat,
zonasi kerawanan
Erosi tanah diakui sebagai salah satu masalah lingkungan paling serius di dunia
yang mempengaruhi lahan curam di daerah tropis karena secara signifikan
mengurangi area lahan pertanian tersedia untuk produksi tanaman. Mayoritas
penelitian erosi hanya mempertimbangkan faktor erosivitas, erodibilitas,
kemiringan dan panjang lereng, vegetasi, dan pengelolaan lahan. Posisi tubuh
tanah pada suatu lereng cenderung terabaikan. Kajian posisi lereng sebagai
pengontrol erosi dan karakteristik tanah dilakukan pada toposekuen pewakil
di zona transisi gunungapi Tersier Menoreh dan Kwarter Sumbing yang
ditentukan melalui interpretasi foto udara dan groundcheck. Toposekuen
pewakil dibagi menjadi 3 posisi lereng, yaitu: atas, tengah, dan bawah yang
secara proses geomorfologis merupakan zona erosi dan zona deposisi.
Pengukuran erosi dilakukan dengan menggunakan metode volumetrik berbasis
bentuk hasil proses erosi kecuali erosi percik diukur dengan menggunakan
metode splash cup modifikasi. Pengukuran karakteristik tanah di laboratorium
yang mencakup tekstur, stabilitas agregat, permeabilitas, berat volume, berat
jenis, porositas, dan bahan organik dilakukan pada contoh tanah dari 18 titik.
Pengukuran curah hujan dilakukan dengan menggunakan Automatic Weather
Station (AWS). Data struktur tanah, mineralogi dan Kapasitas Pertukaran
Kation didapatkan dari penelitian sebelumnya. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa posisi lereng menentukan erosi dan karakteristik tanah. Posisi lereng
secara langsung mempengaruhi arah dan akumulasi aliran permukaan yang
berdampak pada terbentuknya erosi alur dan parit. Kehilangan tanah dari satu
kawasan tangkapan hujan oleh proses erosi secara nyata berasal dari erosi alur
dan parit, sehingga usaha pengendalian laju erosi semestinya terkonsentrasi
pada alur dan parit.
Kata kunci : erosi alur, erosi parit, posisi lereng, aliran permukaan, konservasi
Kata kunci : contoh tanah terusik, contoh tanah tak terusik, klei sensitif, sensitivitas
klei
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sebaran indeks kualitas tanah pada
tingkat kelerengan dan penggunaan lahan yang berbeda di Sub-DAS Bompon
dan mencari sifat tanah yang berpengaruh signifikan terhadap nilai IKT pada
kondisi tingkat kemiringan dan penggunaan lahan yang berbeda. Metode
pengambilan cuplikan tanah dilakukan dengan cara transek yakni memotong
garis kontur secara melintang dan membujur. Pemilihan titik sampel dilakukan
dengan mempertimbangkan keragaman penggunaan lahan. Indeks kualitas
tanah dihitung dengan metode total dataset dengan non-linear scoring dari
Soil Quality Institute. Analisis data dilakukan dengan uji Anova dan LSD
dengan taraf signifikansi sebesar 5%. Hasil menunjukkan bahwa faktor
penggunaan lahan memberikan pengaruh nyata terhadap sifat-sifat tanah
seperti berat volume, indeks kemantapan agregat, daya hantar listrik, C-
organik, N-tersedia, P-tersedia, K-tersedia, C-Mikroba, dan indeks kualitas
tanah dibandingkan faktor kemiringan lereng. Nilai indeks kualitas tanah pada
lahan sawah sebesar 0,76 sedangkan kebun campur dan lahan tegalan sama
yaitu 0,73. Hasil uji korelasi menunjukkan bahwa parameter yang paling
berpengaruh terhadap indeks kualitas tanah pada ketiga penggunaan lahan
yaitu C-Mikroba tanah, Kalium Tersedia, Bahan Organik Tanah, dan Nitrogen
Total Tanah.
Kata kunci : kualitas tanah, penggunaan lahan, total dataset, non-linear scoring.
Nilai ambang batas erosi (T) sebagai salah satu batasan utama belum menjadi
fokus studi yang utama, padahal di negara maju telah memiliki standar nilai T.
Metode Modified Productivity Index (MPI) merupakan suatu metode baru, dan
dapat menjadi alternatif metode perhitungan nilai T di Indonesia. DAS
Bompon dipilih untuk menjadi area penelitian sekaligus ujicoba penerapan
metode MPI di Indonesia.
Kata kunci : erosi eanah, konservasi, indeks produktivitas, ambang batas erosi.