Penyunting
Prof. Dr. rer.nat. Junun Sartohadi, M.Sc.
Dr. rer.nat. M. Anggri Setiawan, M.Si.
Dr. Ngadisih, M.Sc.
Rina Purwaningsih, S.Si., M. Sc.
Amir Noviyanto, S.P., M. Sc.
Ilustrator Sampul
Natasha B. C. Abolla, S.P., M.Sc.
Tata Letak
Natasha B. C. Abolla, S.P., M.Sc.
Anisya Turrodiyah, S.P.
Santika Purwitaningsih, S.T., M.Sc.
Bardhian Aji Cahyo Gumilang, S.P.
Trisari Mujilestari, S.P.
Diterbitkan oleh
4 Agustus 2022
Ukuran buku A4
63 Halaman
SEMINAR NASIONAL & EKSHIBISI DISEMINASI HASIL
PENELITIAN TERAPAN UNGGULAN PERGURUAN
TINGGI (PTUPT) 2022
diselenggarakan oleh
didukung oleh
disponsori oleh
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, sehingga kami dapat
menyelesaikan katalog “Seminar Nasional & Ekshibisi Diseminasi Hasil Penelitian
Terapan Unggulan Perguruan Tinggi Tahun 2022” tepat waktu. Kami mengucapkan
terima kasih kepada seluruh pihak yang telah ikut berperan selama proses penyelesaian
katalog. Pokok isian dari katalog adalah tentang program pelaksanaan kegiatan penelitian
melalui hibah PTUPT (Penelitian Terapan Unggulan Perguruan Tinggi), hasil-hasil publikasi
karya ilmiah wilayah kajian DAS Bompon dalam bentuk poster ilmiah, kegiatan dan aktivitas
para kelompok peneliti di TRANSBULENT (Transition of Natural Processes in the Buit-up
Environment), dan beberapa hasil produk UMKM Masyarakat di Desa Wonogiri Kajoran
Magelang.
Katalog yang disusun adalah bentuk kumpulan dari kegiatan-kegiatan yang selama ini telah
dilakukan antara kelompok peneliti TRANSBULENT dengan masyarakat sekitar. Bahwa
kehadiran kelompok peneliti dalam bentuk kegiatan penelitian dan pemberdayaan telah
diakui berpengaruh besar terhadap pola pikir masyarakat hingga berdampak pada
peningkatan pendapatan masyarakat. Tema besar yang dikerjakan oleh kelompok peneliti
didalam katalog adalah “Pengurangan Risiko Bencana Kekeringan, Erosi, dan Tanah
Longsor Melalui Pengendalian Limpasan Air Hujan dari Kawasan Pemukiman dan Lahan
Pertanian di Zona Bentanglahan Transisi Gunungapi Kuarter Sumbing dan Gunungapi
Tersier Kulonprogo, Magelang, Jawa Tengah”. Hasil-hasil penelitian telah dipublikasikan
pada Buku Bunga Rampai berjudul "Productive Conservation of Land Resources".
Besar harapan kami dengan adanya katalog ini semoga dapat dijadikan pemantik ide
penelitian dan pemberdayaan kepada kelompok peneliti yang lain, instansi Pemerintah dan
stakeholder. Kami menyadari dalam penyusunan katalog ini masih jauh dari kesempurnaan
dan banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami berharap pembaca dapat memberikan kritik
dan saran yang membangun.
39 Aliran Batang (Stemflow), Lolosan Tajuk (Throughfall), dan Intersepsi Air Hujan pada Tegakan
Kelapa (Cocos Nucifera L.), Mahoni (Swietania Mahagoni L.) Di Desa Wonogiri, Kecamatan
Kajoran, Kabupaten Magelang
– Afifatul Husna Al Adila
40 Efektivitas Perlakuan Rorak dan Kombinasi Rorak dengan Media Pemecah Aliran dalam
Mengurangi Runoff yang Terbentuk, Menampung Kadar Sedimen di Rorak dan Mengurangi
Kadar Sedimen Melayang yang Keluar dari Catchment Area di Hulu Sub DAS Bompon,
Magelang
– Jihan Dwi Islami
41 Kajian Konservasi Rorak pada Lahan Ketela Pohon di Sub-DDAS BOMPON Magelang
– Trisari Muji Lestari
42 Biochar Application in Reducing Soil Erosion at Extreme Slope with Very High Clay Content
Soil and High Rainfall Intensity in Reducing Soil Erosion
– Surya Sabda Nugraha
43 Spatial Arrangement of Gully for Landslide Hazard Assessment in the Southern Sumbing
Volcanic Slopes, Central Java-Indonesia
– Dinda Wahyu Apriliyana
44 Slope Position as The Sixth Determinant of Soil Erosion in The Transition Zone of
Quaternary-Tertiary Volcanic Landform, Central Jawa-Indonesia
– Pramasti Dyah Nhindyasari
45 Keragaman dan Distribusi Jamur Mikoriza Arbuskular (AMF) pada Landskap Bergelombang
dengan Tingkat Heterogenitas Tanah yang Tinggi
– Irham Luthfi
47 Analisis Kandungan Logam Berat Kadmium dan Tembaga pada Tanaman Biofarmaka Di Sub-
DAS Bompon dan Lereng Selatan Gunung Merapi
– Farhan Rahardi
50 Perencanaan Tata Guna Lahan untuk Pengembangan Pertanian Berdasarkan Evaluasi Lahan
Di Sub-DAS Bompon, Magelang
– Rismananda Anggita Purnamasari
51 Biodiversitas Mikoriza pada Sistem Tata Guna Lahan dan Tingkat Erosi yang Berbeda Di
Lereng Gunung Sumbing
– Idsa Bella Islami
52 Pengaruh Aspek Lereng Terhadap Cadangan Karbon Organik Tanah dan Karakteristik Tanah
pada Sub-DAS Bompon
– Halim Ma’shum
53 Pengaruh Penterasan pada Berbagai Penggunaan Lahan terhadap Sifat Fisik Tanah di Sub-
DAS Bompon, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah
– Ramadhani Nur Z
54 RANGKAIAN KEGIATAN TRANSBULENT
55 Profil Laboratorium Alam Transbulent
56 Program Kegiatan
58 RANGKAIAN KEGIATAN PUSAT STUDI PENGELOLAAN SUMBER DAYA LAHAN UGM
59 Profil
60 Open Join Riset
61 Pelatihan
62 SPONSOR
63 Ucapan Terima kasih & Skema Sponsor
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Yang terhormat,
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Gubernur Provinsi Jawa Tengah
Bupati Kabupaten Magelang
Kepala Pusat Studi Pengelolaan Sumberdaya Lahan - UGM
Kepala Badan Perencanaan Pembangunan, Penelitian, dan
Pengembangan Daerah Kabupaten Magelang
Seluruh Tamu Undangan dari Pemerintah Daerah, Peneliti,
Stakeholder, dan Masyarakat
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan ilmu
pengetahuan yang tak terbatas serta kesempatan dalam membaca dan mempelajari
apa yang ada di permukaan bumi dengan segala isinya. Selama lebih dari delapan
tahun kelompok peneliti bentanglahan yang ada di Daerah Aliran Sungai (DAS) Bompon
telah menghasilkan lebih dari 100 hasil penelitian dari jenjang S1, S2 dan S3. Fokus
bidang penelitian di DAS Bompon secara umum adalah penelitian tentang Erosi,
Longsor, Pedogenesis, Limpasan Permukaan, Agroforestri, Geologi, Fisika-Geokimia
Tanah, Mikrobiologi Tanah, Pengelolaan SDL, Geoinformatik, dan Sosial Humaniora.
Penelitian-penelitian yang telah dijalankan sejak tahun 2015 masih akan terus
bertambah hingga saat ini.
Tema yang kami angkat dalam Seminar Nasional ini adalah “Pengurangan Risiko
Bencana Kekeringan, Erosi, Tanah Longsor Melalui Pengendalian Limpasan Air Hujan
Dari Kawasan Pemukiman dan Lahan Pertanian di Zona Bentanglahan Transisi
Gunungapi Kuarter Sumbing dan Gunungapi Tersier Kulonprogo, Jawa Tengah”.
Harapan terlaksananya Seminar Nasional ini adalah menjadi wadah penyebaran hasil-
hasil temuan penelitian sekaligus mempertemukan peneliti, pemegang kebijakan dan
masyarakat serta menjadi materi pendongkrak kebijakan yang bisa diterapkan untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang tinggal di area penelitian pada
khususnya dan masyarakat lain pada umumnya.
Dukungan pemateri yang hadir dalam acara ini adalah 10 Dosen yang berasal dari
empat fakultas yaitu Fakultas Pertanian UGM, Fakultas Geografi UGM, Fakultas
Teknologi Pertanian UGM, dan Fakultas Kehutanan UGM. Sekitar 30 peneliti dihadirkan
secara offline yang sebagian besar merupakan alumni dan mahasiswa dari keempat
fakultas tersebut. Peserta seminar dari pihak pemerintah terdiri dari SKPD terkait
Kabupaten Magelang, Litbang Provinsi Jawa Tengah, Forum DAS Jawa Tengah,
Masyarakat Konservasi Tanah dan Air (MKTI) Jawa Tengah, Bappeda Kabupaten
Purworejo, Bappeda Kabupaten Kulon Progo, Bappeda Kabupaten Wonosobo.
Undangan dari pemerintah pusat yang terkait dengan kegiatan adalah Kementrian LHK,
Acara ini terselenggara atas dukungan dan Kerjasama antara Direktorat Penelitian
UGM, Kementrian Riset dan Teknologi, Bappeda dan Litbangda Kabupaten Magelang,
Pusat Studi Pengelolaan Sumberdaya Lahan UGM dan Kelompok Peneliti Bentanglahan
Transbulent. Ucapan terimakasih tak terhingga kepada seluruh panitia penyelenggara
kegiatan ini yang telah meluangkan waktu, memberikan tenaga dan andil pikiran
sehingga semua dapat berjalan dengan sukses. Kami menyadari bahwa dalam
pelaksanaan seminar ini banyak kekurangan di berbagai sudut. Oleh karenanya, kami
mewakili seluruh panitia penyelenggara mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Terima kasih
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Yang terhormat,
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Gubernur Provinsi Jawa Tengah
Bupati Kabupaten Magelang
Kepala Badan Perencanaan Pembangunan, Penelitian,
dan Pengembangan Daerah Kabupaten Magelang
Seluruh Tamu Undangan dari Pemerintah Daerah,
Peneliti, Stakeholder, dan Masyarakat
Puji syukur atas terlaksananya sebuah kegiatan ekspose seseri penelitian yang
dilakukan di kawasan lansekap transisi antara Gunungapi Kwarter Sumbing dengan
Gunungapi Tersier Kulonprogo, khususnya di DAS Bompon dan sekitarnya. Gagasan
mengenai adanya sebuah ekspose hasil penelitian telah muncul sejak tahun 2015an,
sejak dipakainya hasil penelitian sebagai landasan pembuatan peta-peta sistem lahan
dan morfometri berskala semidetil dan detil di Badan Informasi Geospasial. Penerapan
hasil penelitian oleh Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan terutama dalam hal
konsep dan pendekatan pengelolaan DAS. Penerapan hasil penelitian oleh Dinas
Lingkungan Hidup Pemerintah Kabupaten Magelang pada tataran praktis operasional
diawali dengan memasukan gagasan pengelolaan lingkungan pada peraturan
pemerintah desa sehingga dana desa menjadi syah untuk pemakaiannya. Penerapan
hasil-hasil penelitian juga telah menyentuh pada tataran kelompok masyarakat yang
berupa pembinaan kegiatan konservatif-produktif skala rumah tangga dalam
menciptakan lingkungan yang aman dari ancaman bencana berbasis peningkatan
pendapatan.
Penelitian-penelitian oleh Transbulent masih terus belangsung hingga saat ini dan di
masa yang akan datang untuk menghasilkan temuan-temuan baik yang sifatnya baru
maupun penyempurnaan dari temuan-temuan sebelumnya. Penerapan hasil temuan
Ucapan terima kasih kepada para pihak yang selama ini telah berperan aktif dalam
penelitian-penelitian yang telah dilakukan yang mencakup diri para peneliti, masyarakat
di daerah penelitian, institusi pemerintahan di tingkat kementrian hingga tingkat desa.
Ucapan terima kasih secara khusus dihaturkan kepada Pemerintah Kabupaten
Magelang yang telah menyediakan fasilitas dalam ekspose hasil penelitian. Apa yang
telah kami lakukan tentu masih banyak kekurangan, untuk itu saran dan masukan
selalu kami harapkan. Semoga apa yang telah kami kerjakan ini dapat bermanfaat
untuk pembangunan lingkungan yang lestari.
Terima kasih
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Yang terhormat,
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Gubernur Provinsi Jawa Tengah
Bupati Kabupaten Magelang
Kepala Badan Perencanaan Pembangunan, Penelitian,
dan Pengembangan Daerah Kabupaten Magelang
Seluruh Tamu Undangan dari Pemerintah Daerah,
Peneliti, Stakeholder, dan Masyarakat
Puji Syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia Nya
sehingga kita semua bisa dipersatukan dalam acara “Seminar Nasional dan Ekshibisi
Penelitian Terapan Unggulan Perguruan Tahun 2022” yang terselenggara atas
kerjasama Universitas Gadjah Mada, Kelompok Peneliti Bentanglahan Transbulent serta
Bappeda dan Litbangda Kabupaten Magelang.
Terimakasih tak terhingga kami ucapkan kepada seluruh pihak yang mendukung
terlaksananya acara Seminar Nasional ini. Kami harapkan acara ini membawa manfaat
untuk pembangunan masyarakat.
Terimakasih
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
PANITIA PELAKSANA
WAKIL
KETUA KETUA
SEKRETARIS BENDAHARA
Ilham Unggara, Dr. Edy Trihatmoko, Alvince Patanduk, Santika Ahmad Priyo
S.Kom., M.Cs. S.Si., M.Sc. S.T., M.Sc. Purwitaningsih, S.T., Sambodo, S.Si.,
M.Sc. M.Sc.
Anisya Turrodiyah, B. Cahyo Aji Natasha B.C. Abolla, Santika Trisari Mujilestari,
S.P. Gumilang, S.P., M.Sc. S.P., M.Sc. Purwitaningsih, S.T., S.P.
M.Sc.
SIE PERLENGKAPAN
SIE AKOTRANS
Demplot penelitian terletak di lereng atas perbukitan. bencana berupa kekeringan, erosi, longsor, dan sumber
Zonasi lereng demplot penelitian berupa lereng bencana banjir bandang bagi zone dibawahnya.
residual, lereng erosional, dan lereng deposisional. Ancaman bencana lahan berupa erosi dan longsor
Bentuk lereng lahan penelitian yang berkembang pada saat musim hujan disebabkan kombinasi sifat
cenderung cekung pada zone atas akibat telah terjadi perwatakan tanah, morfologi lereng, dan klimatologis
longsor pada masa lampau dan cembung pada zone wilayah. Proses erosi yang intensif dan longsor
bawah akibat proses pelongsoran. Pemanfaatan lahan sepanjang tebing sungai dapat menimbulkan banjir
demplot penelitian pada umumnya berupa pertanian bandang bagi daerah sebelahnya yang memiliki elevasi
lahan lahan kering. Pemilihan pemanfaatan lahan ini lebih rendah.
disebabkan sulitnya pasokan air ketika musim
kemarau sehingga pengairan hanya dilakukan dengan
Pemanfaatan air hujan untuk irigasi dan budidaya ikan lele digunakan untuk konservasi lahan pemukiman.
Pemanfaatan air hujan dilakukan dengan pembuatan talang pada bangunan rumah untuk budidaya ikan lele. Air
hujan yang mengalir ke talang kemudian dialirkan langsung ke kolam lele untuk menghemat penggunaan air
PDAM/air sumur.
vegetatif dan mekanik secara partisipatif oleh Menoreh membuat Desa Giripurno menjadi rawan
terhadap bencana tanah longsor. Saat ini Desa Giripurno
masyarakat.
telah memiliki kelompok masyarakat Organisasi
Pengurangan Risiko Bencana (OPRB) sebagai salah satu
wujud dukungan terhadap kondisi desa yang rawan
terhadap bencana tanah longsor. Selain sumber daya
manusia yang dimiliki dalam kegiatan pengurangan risiko
bencana tanah longsor, Desa Giripurno juga sudah
memiliki sistem peringatan dini (early warning system)
serta rambu-rambu dan jalur evakuasi bencana tanah
longsor (BPS, 2020). OPRB yang telah berjalan akan terus
didukung keberadaannya dan akan diberikan tugas
tambahan/tugas baru untuk mendukung kegiatan
konservasi mata air. OPRB selanjutnya akan diarahkan
menjadi “Komunitas Jogo Tuk”.
Desain konservasi berupa instalasi embung mikro dan penerapan tumpang-gilir tanaman di lokasi penelitian
terbukti mampu mengurangi erosi dan laju permukaan di lahan pertanian. Selain limpasan air hujan dapat
dikendalikan, system tanam tumpang-gilir mampu meningkatkan pendapatan petani. Desain konservasi di area
permukiman dengan membuat talang penampung air hujan juga telah memberi nilai lebih bagi ekonomi
masyarakat melalui budidaya ikan lele.
RESULT
Types
Typesand
andIntensity
Intensityof
ofthe
theGeomorphological
GeomorphologicalProcess
Process
(a) Geomorphological process results (b) Trees and crops distribution in the
within each slope zone sampling area.
Actual plant layout in the existing agroforestry Illustration of Plant Layout Model of Agroforestry Systems to Control
Landslides following three succession slope units of landslide
Sign of Reactivation
Designed by : natashaabolla96@mail.ugm.ac.id
ABSTRAK
Partisipasi masyarakat Desa Sambak dalam adaptasi dan mitigasi perubahan iklim telah diapresiasi
dalam bentuk penghargaan ProKlim. Desa Sambak terletak pada zona transisi Gunung Api Sumbing
dan Pegunungan Menoreh sehingga rawan terhadap bencana erosi, longsor dan kekeringan.
Penelitian ini berfokus untuk menilai efektivitas kegiatan ProKlim dalam pengendalian longsor
secara vegetatif. Efektivitas diharapkan dapat digunakan untuk mensinergikan kegiatan kampung
iklim terhadap ancaman bencana di wilayah. Identifikasi sebaran longsor dilakukan dengan metode
interpretasi visual foto udara dilanjutkan survey lapangan yang digunakan untuk membangun peta
kerawanan longsor menggunakan metode frekuensi rasio. Identifikasi lokasi pengendalian longsor
dilakukan dengan partisipasi masyarakat dan dilanjutkan delineasi secara visual. Pola spasial
distribusi longsor dan pengendalian longsor secara vegetatif ditentukan dengan metode analisis
tetangga terdekat. Analisis efektivitas ProKlim ditekankan pada identifikasi letak pengendalian
longsor melalui kegiatan penanaman pada wilayah rawan longsor. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa kegiatan penanaman yang dilakukan belum ditempatkan pada zona rawan longsor sehingga
dapat dikatakan kurang efektif. Pada sebaran penanaman dalam konteks pengendalian longsor
secara vegetatif terdapat pada tutupan lahan kebun campur dan hutan kering sekunder. Pola spasial
longsor dan pengendalian longsor secara vegetatif memiliki pola random.
HASIL PENELITIAN
Identifikasi & Analisis Kerawanan Longsor Analisis Pola Spasial Longsor & Kegiatan Pengendalian Longsor secara Vegetatif
2.28 2.31
2.21
1.85
1.32
Jarak dengan sungai
1.00
Jarak dengan jalan
Kelas kelerengan
Profil kurvatur
Tutupan lahan
Pola spasial longsor & penanaman vegetasi di Desa Sambak dapat dikategorikan
sebagai kelas random (acak).
Aspek
Pola distribusi acak menunjukkan bahwa longsor yang terjadi di wilayah kajian tidak
terdapat keterkaitan antara longsor satu dengan longsor lainnya serta longsor yang
terjadi tidak dikontrol oleh proses yang sama.
Identifikasi Sebaran Penanamam Vegetasi untuk Mitigasi Longsor Efektivitas Kegiatan ProKlim dalam Pengendalian Longsor secara Vegetatif
Visualisasi Stratifikasi Tajuk pada Hutan Lahan Kering Grafik FR Penanaman pada Tiap Kelas Kerawanan
Sekunder
1.43 Rawan rendah
Metode yang digunakan dalam analisis efektivitas ialah frekuensi rasio dan
Visualisasi Stratifikasi perhitungan nilai AUC
Tajuk Pada pada Kebun Frekuensi rasio kegiatan penanaman pada wilayah kelas rawan rendah sebesar
Campur
1,43, kelas rawan sedang sebesar 1,17 dan kelas rawan tinggi 0,25.
Nilai frekuensi rasio penanaman pada kelas rawan tinggi menunjukan nilai FR<1
yang berarti bahwa aktivitas penanaman yang dilakukan pada kelas rawan tinggi
relatif sedikit.
Nilai frekuensi rasio kegiatan penanaman pada lokasi rawan sedang sebesar 1,17
dan rawan rendah sebesar 1,43.
Hasil nilai FR>1 tersebut menunjukan bahwa kegiatan penanaman vegetasi pada
kelas rawan rendah dan rawan sedang memiliki cakupan yang luas. Hasil nilai FR
Seluruh kegiatan penanaman vegetasi di Desa Sambak di klaim sebagai bagian dari aktivitas juga didukung dengan nilai AUC.
ProKlim, karena penanaman dilakukan bercampur dengan tanaman lama sehingga menghasilkan Perhitungan AUC dari analisis data yang dilakukan diperoleh nilai sebesar 0,44. Nilai
kombinasi tahun tanam yang beragam. AUC tersebut menunjukan bahwa kegiatan penanaman vegetasi belum ditempatkan
Areal ini berupa tutupan lahan hutan lahan kering sekunder dan kebun campur. pada lokasi rawan longsor.
KESIMPULAN REFERENSI
Ngadisih, dkk. (2013). Landslide Hazard and Risk Mapping in Volcanic Mountains of West Java Province in Indonesia. Disertasi, Japan :
Graduate School of Science and Engineering, Ehime University.
Efektivitas Proklim dalam pengendalian longsor secara vegetatif menunjukkan bahwa kegiatan Purwaningsih, R., Sartohadi, J., & Setiawan, A. (2020). Trees and Crops Arrangement in the Agroforestry System Based on Slope Units to
penanaman yang dilakukan belum ditempatkan pada zona rawan longsor sehingga dapat dikatakan Control Landslide Reactivation on Volcanic Foot Slopes in Java, Indonesia. Land 2020, 9, 327. doi:10.3390/land9090327.
Samodra, G., Chen, G., Sartohadi, J., & Kasama, K. (2017). Comparing data-driven landslide susceptibility models based on participatory
kurang efektif. Kesimpulan diperoleh berdasarkan 42 lokasi longsor. Dengan sebaran longsor dan landslide inventory mapping in Purwosari area, Yogyakarta, Java. Environmental Earth Sciences, 76(4).
sebaran kegiatan pengendalian longsor secara vegetatif (penanaman) memiliki pola spasial random. Spiekermann, R. I., McColl, s., Fuller, I., Dymond, J., Burkitt, L., Smith, H.G. (2021). Quantifying the influence of individual trees on slope
stability at landscape scale. Journal of Environmental Management, 286, 112194.
Pada sebaran penanaman dalam konteks pengendalian longsor secara vegetatif terdapat pada tutupan Wubalem, A. (2021). Landslide susceptibility mapping using statistical methods in Uatzau catchment area, northwestern Ethiopia.
Geoenvironmental Disasters, 2021, 8(1). doi :10.1186/s40677-020-00170-y.
lahan kebun campur dan hutan kering sekunder.
Eisenhauer, D.C. (2020). Climate Change; Adaptation. International Encyclopedia of Human Geography, 2nd edition Volume 2.
25
26
27
28
PENYUSUNAN PETA INVENTARIS DAN PENILAIAN KERAWANAN LONGSOR
BERDASARKAN TIPOLOGI (STUDI KASUS: KABUPATEN MAGELANG)
by Nourma Linda Isnatuti (2021)
Geografi Lingkungan, Sekolah Pascasarjana ABSTRAK
Universitas Gadjah Mada
Informasi terkait tipologi longsor masih belum banyak dilampirkan dalam hasil inventaris
bencana longsor, sementara itu masing-masing jenis longsor memiliki karakteristik yang
METODE beerbeda. Tipologi longsor juga belum dilibatkan dalam penyusunan peta kerawanan
longsor hingga penentuan langkah mitigasi. Penelitian ini bertujuan untuk menyusun peta
inventaris longsor dan peta kerawanan longsor berdasarkan tipologi longsor di Kabupaten
Magelang. Inventarisasi longsor menggunakan Google Earth Image dan survei lapangan
menghasilkan sebanyak 715 data longsor yang terdiri atas 631 longsor translasional, 71
longsor rotasional, dan 13 longsor jatuhan. Pemodelan kerawanan longsor berdasarkan
data longsor tanpa pemisahan dan berdasarkan pemisahan tipologi. Faktor pengontrol
longsor yang digunakan dalam pemodelan terdiri dari elevasi, kemiringan lereng,
penggunaan lahan, geologi, jarak sungai, jarak jalan, TWI, SPI, plan curvature, profile
curvature, dan arah hadap lereng. Hasil uji akurasi pemodelan menggunakan AUC (Area
Under Curve) pada data longsor dengan tipologi rotasi, translasional, jatuhan dan
keseluruhan data secara berurutan memiliki nilai 0.84, 0.69, 0.44, dan 0.71.
HASIL PENELITIAN
Peta Inventaris Longsor Per-Tipologi Peta Faktor Pengontrol Longsor
Tipologi longsor belum dilibatkan baik dalam melakukan inventaris longsor, penyusunan peta kerawanan longsor, maupun dalam pertimbangan pengambilan kebijakan mitigasi. Kajian terkait langkah mitigasi
longsor berdasarkan jenisnya perlu dilakukan lebih dalam lagi untuk menemukenali langkah mitigasi yang tepat sesuai dengan jenis longsor. Meskipun begitu, penilaian kerawanan longsor yang dilakukan
berdasarkan tipologi mampu menunjukkan hasil yang berbeda apabila dibandingkan dengan penilaian kerawanan longsor tanpa pemisahan tipologi.
Designed by : natashaabolla96@mail.ugm.ac.id
29
30
Perspektif Masyarakat Terhadap Eksistensi EWS (Early
Warning System) dalam Kesiapsiagaan Bencana Longsor Di
Sub-Das Bompon (Studi Kasus: Dusun Kalisari dan Sekitarnya)
by Ahmad Nurul Romadhon (2022)
Program Studi Geografi, Jurusan Geografi, Fakultas Ilmu Sosial
Sub-DAS Bompon merupakan wilayah yang didominasi oleh bentuklahan Universitas Negeri Semarang
ABSTRAK
HASIL PENELITIAN
menghadapi bahaya terjadinya longsor. Tujuan penelitian ini ialah untuk
mengetahui kesiapsiagaan masyarakat dan efektivitas jalur evakuasi serta
alat EWS (Early Warning System) di Dusun Kalisari dan sekitarnya dalam
menghadapi bencana longsor. Metode yang digunakan ialah metode
kualitatatif dengan pengumpulan data mencakup observasi lapangan,
wawancara, angket, dokumentasi, dan pemetaan sistem informasi geografis.
METODE
Tingkat
Kesiapsiagaan
Masyarakat
Designed by : natashaabolla96@mail.ugm.ac.id
Hasil penelitian menunjukkan bahwa jalur evakuasi terhadap bencana longsor
KESIMPULAN
masyarakat lebih paham mengenai jalur yang akan ditempuh ketika terjadi
Tahu cara menyelamatkan
Tahu tanda-tanda longsor
bahaya longsor
masyarakat yang rumahnya berpotensi bencana longsor. Namun, pemasangan
peringatan dini
dapat terjadi
alat EWS di beberapa titik dinilai kurang efektif, baik dalam penempatan
masa lalu
31
32
33
VARIASI SPASIAL AMBANG BATAS CURAH HUJAN TERHADAP
KEJADIAN LONGSOR DI KABUPATEN MAGELANG
by Yenni Roshallina (2022)
Geo-Informasi untuk Manajemen Bencana, Sekolah Pascasarjana
Universitas Gadjah Mada ABSTRAK
Curah hujan merupakan salah satu pemicu terjadinya longsor.
Menentukan kondisi hujan yang mengakibatkan longsor
merupakan hal penting yang dapat digunakan dalam
peringatan dini bahaya longsor. Tujuan penelitian ini adalah
untuk menganalisis variasi ambang batas hujan penyebab
longsor pada kompleks wilayah bentuklahan di Kabupaten
Magelang. Penelitian ini dilakukan dengan menyusun 704
kejadian hujan yang mengakibatkan longsor di Kabupaten
Magelang sejak Januari 2018 hingga Juni 2021. Penelitian ini
mengintegrasikan informasi kejadian longsor yang
disesuaikan dengan data curah hujan tiap jam yang diperoleh
dari Integrated Multi-SatellitE for GPM (IMERG). Penentuan
ambang batas hujan dilakukan dengan pendekatan empiris
dengan menggunakan analisis statistik dengan menentukan
hubungan antara durasi dan intensitas kumulatif curah hujan.
Usulan ambang batas hujan untuk durasi dan kejadian
kumulatif dengan probabilitas 5% ditentukan dengan formula
1,68
E = 0,26 . D untuk wilayah Gunungapi Merapi, E = 0,20 .
1,51 1,56
D di wilayah Merbabu, E = 0,27 . D di wilayah Telomoyo,
1,48
E = 0,34 . D diwilayah Andong, E = 0,16 . D1,60 di wilayah
1,7
Sumbing, dan E = 0,23 . D untuk wilayah Pegunungan
Menoreh. Ambang batas hujan dapat digunakan sebagai
METODE upaya sistem peringatan dini dan dapat digunakan untuk
analisis penilaian bahaya dan risiko longsor.
Peta Morfoaransemen
Andong
Merapi
3%
6%
Menoreh Merbabu
37% 19%
Kejadian
Longsor
Designed by : natashaabolla96@mail.ugm.ac.id
Telomoyo
3% Sumbing
32%
Peta Bentuklahan
34
35
Impacts of climate change and ENSO impact on water
availability for agriculture in Central Java, Indonesia
Case study: Bompon Watershed, Magelang Regency
AYU DYAH RAHMA
Environmental Sciences - Water Systems and Global Change Group, Wageningen University and Research
Precipitation and Oceanic Nino Index (ONI) graph with a Water balance and Oceanic Nino Index (ONI) graph with red box METHOD
red box indicating precipitation, not in line with ENSO indicating extreme EL Nino correlation with water balance
Collect ERA5
Literature review
climate data
Water balance
Precipitation data analysis
analysis
1. Based on the data analysis for the past forty years, the El Nino and La Nina variability are increasing. This is indicated by the
three-month average sea surface temperatures in the Nino 3.4 region.
2. The amplitudes of the ENSO will increase and cause more extreme events, such as prolonged droughts. Furthermore, for
CONCLUSION
farmers, it will become harder to predict the cropping season due to increasing uncertainty regarding the transition between dry
and rainy seasons.
3. Farmers currently suffer from insufficient water sources for rice production. In contrast, cassava production does not have a
severe problem regarding the water supply. Therefore, adaptation strategies are primarily needed in rice fields to deal with
reduced agricultural water availability resulting from ENSO cycles. Without adaptation, farmers may only have one season of
rice instead of two.
4. This research shows that there is a clear correlation between climate change, ENSO, and precipitation. Climate change has an
impact on changing ENSO cycles that affect precipitation intensity. Nevertheless, the strongest correlation between
precipitation and ENSO occurs during the warm phase that brings El Nino. Farmers need further knowledge on adaptation
designed by santika96@mail.ugm.ac.id strategies to deal with ENSO cycles and climate change to prepare for future challenges in the agricultural sector.
36
Soil water availability for crops on landslide deposits in Bompon
Sub-Watershed, Magelang
Hanifah Luthfi
METHOD ABSTRACT
1 One of the important factors in agricultural practices is the soil water
availability for crops. This study was aimed to identify landslide deposits,
assess the soil characteristics of each landslide zone, the effect of soil
Map Interpretation
physical characteristics on the soil water availability for crops, and determine
2
to determine the geomorphological
conditions in the study area; to determine the
points of landslide occurrence the availability of water for crops in landslide deposits. The soil sampling was
carried out by purposive sampling method at 12 landslide points and 4 zones,
Field Survey i.e. crown, main-scarp, main-body, and toe-slope at two soil depths (0-100cm
to observe the condition of the study area, observe
designed by santika96@mail.ugm.ac.id
Bulk density, particle density, porosity, and
permeability in landslide deposits zone
soil samples
CONCLUSION REFERENCES
1. Arsyad, S. 1989. Konservasi Tanah dan Air. Bogor : Insitut Pertanian Bogor.
Landslide area in the Bompon sub-watershed can be utilized as agricultural 2. Asdak, C. 2010. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. UGM Press.Yogyakarta.
3. Cheng, C.H., S.C. Hsiao, Y.S. Huang, C.Y. Hung, C.W. Pai, C.P. Chen, & O.V. Menyailo. 2016. Landslide-
cultivation land. The soil physical characteristics in the landslide area vary Induced changes of soil physicochemical properties in Xitou, Central Taiwan. Geoderma 265: 187 – 195.
for each zoning. The most affected soil physical property due to landslide 4. Haykal, F., M.R.Syofyan, A.Z.Beni, F.P.Ramadhan, W.S. Handayani, P.P.Cindy, L.Lonika, T.S.Yusman,
M.O.P.Nuzri, R.Elvandora, & Febriandi. 2018. Pengukuran morfometri longsor di Sub DAS Bompon Magelang
activity is the moisture content, especially in toe zone. The highest water Jawa Tengah. Jurnal Geografi 2 :157 – 163
availability for plants on landslide-affected land is in the toe zone for the 0- 5. Masruroh, H., J. Sartohadi, & A. Setiawan. 2016. Membangun metode identifikasi longsor berbasis foto udara
format kecil di DAS Bompon, Magelang, Jawa Tengah. Majalah Geografi Indonesia. Vol. 30(2): 169-181.
100 cm depth and in the main-scarp zone for the 100-200 cm depth. So that 6. Sartohadi, J., Suratman, Jamulya, & N.I.S. Dewi. 2014. Pengantar Geografi Tanah. Pustaka Pelajar.
the toe zone is more suitable for planting with annual crops, while the scarp Yogyakarta.
7. Sutanto, R. 2005. Dasar-dasar Ilmu Tanah Konsep dan Kenyataan. Yogyakarta : Kanisius Publisher.
zone is more suitable for planting perennial crops.
8. Zuidam, R.A.V., and F.I.V. Zuidam-Cancelado. 1979. Terrain Analysis and Classification Using Aerial
Photograph. Enschede. The Netherlands: ITC.
37
Community Participation on Water Resources Management
in the Drought Prone Area (A Case Study from Wonogiri
Village, Central Java, Indonesia) Published in the Proceedings of the 1st International Conference on Environment and Sustainability
Issues, ICESI 2019, 18-19 July 2019, Semarang, Central Java, Indonesia
DOI: http://dx.doi.org/10.4108/eai.18-7-2019.2290121
Elok Surya Pratiwi, Juhadi, Edy Trihatmoko, Junun Sartohadi, Raulendhi Fauzanna, Arif Khoir Mahmud
METHOD
ABSTRACT
Spring Area Catchment Mapping
Because geomorphological condition doesn’t support the formation of
1
Input: land use, springs locations, territorial
good aquifer, the present of spring is becoming invaluable water boundaries, aerial photography, DEM Terasar
resources for Wonogiri villagers to fulfill their domestics needs. This Output: Maps of springs catchment area
research aims to investigate the community participation on spring
Volumetric Measurement Method
2
management at the environment threatened by drought every year. We
collected data through field surveys to interview some key informants Input: Measurement of spring discharge
and observed directly in catchments area. Villager set up an Output: Flow of springs
4
action yet to keep the sustainability. This result could become a lesson
Input: Utilization of springs
learned related to community protection activities in rural area to Output: Structural and non-structural forms of
reduce the disaster risk in the future. spring management
RESULT AND DISCUSSION Location of Ngureng spring outlet (blue dot), catchment
border (red line) and its land utilities condition
Water distribution steps organized by community in
Wonogiri Village
Spring outlet
A temporary
water container
Consumer
6 AM - 5 PM -
Season
6 AM -
Rainy
Dry
10 PM 12 AM 10 PM
CONCLUSION REFERENCES
1. Buwono, N. R. Muda, G. O. and Arsad, S.: Pengelolaan Mata Air Sumberawan Berbasis Masyarakat di
The local community from Wonogiri village have shown a real participation concerning Desa Toyomarto Kecamatan Singosari Kabupaten Malang. Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan (2017).
2. Sudarmadji. Suprayogi, S. Widyastuti, M. and Harini, R.: Konservasi Mataair Berbasis Masyarakat di
the water source system management around their surroundings through forming an Unit Fisiografi Pegunungan Baturagung, Ledok Wonosari dan Perbukitan Karst Gunung Sewu,
Kabupaten Gunung Kidul. Jurnal Teknosains Vol 1, No 1 (2011).
informal non-profitable organization which role the development and sustainability of 3. Rahardjanto, A. K.: Studi Pendahuluan Model Pengelolaan Sumberdaya Air Partisipatif Akomodatif
Guna Antisipasi Konflik Pembagian Air (Kasus Sumberawan Kecamatan Singosari Malang). Jurnal Studi
water sources. The organization has fully involving locals to directly participate, Masyarakat Islam Volume 13 No 2 (2010).
4. Sudarmadji, Darmanto, D, Widyastuti, M. and Lestari, S.: Springs Management for Sustainability
Domestic Water Supply in the South West of Merapi Volcano Slope. J. Manusia dan Lingkungan, Vol.
which impacting a raise of awareness towards environment and the land they lived on. 23, No.1, pp: 102-110 (2016).
5. Cadena-Inostroza C., Morales-Fajardo M.E.: Community Water Management and Quality of Life: The
Regardless of any available drawbacks, such attempts and efforts with kinship Independent Water Governance Committees in Toluca, Mexico. Quality of Life in Communities of Latin
Countries pp 117-134 (2017)
principles conducted altogether by the locals has decreased the water shortage issues 6. Tjakrawarsa, G. and Handoko, C. Study of Technique Protection of springs at Lombok Island Case study
at The Rarung Research Forest. Indonesian Forest Rehabilitation Journal Vol. 1 No. 1, (2013).
in Wonogiri village without any social tension and conflict. 7. Setiawan, O. Sartohadi, J. Hadi, P. and Mardiatno, D.: Delineating Spring Recharge Areas Inferred From
Morphological, Lithological, and Hydrological Datasets On Quaternary Volcanic Landscapes at the
Southern Flank of Rinjani Volcano, Lombok Island, Indonesia. Acta Geophysica (2019).
designed by santika96@mail.ugm.ac.id 38
ALIRAN BATANG (STEMFLOW), LOLOSAN TAJUK (THROUGHFALL), DAN INTERSEPSI AIR
HUJAN PADA TEGAKAN KELAPA (COCOS NUCIFERA L.), MAHONI (SWIETANIA MAHAGONI
L.) DI DESA WONOGIRI, KECAMATAN KAJORAN, KABUPATEN MAGELANG
Afifatul Husna Al Adila
ABSTRAK
METODE
Setiap vegetasi memiliki peran unik dalam mendistribusikan air hujan. Tajuk
vegetasi berperan penting dalam siklus hidrologi secara langsung maupun tidak
langsung, berkaitan dengan konservasi tanah dan air melalui model arsitektur
pohon. Penelitian ini dilakukan dengan mengamati interaksi antara model arsitektur
tegakan kelapa dan mahoni dengan proses hidrologis permukaan dan kondisi fisik
tanah. Hasil menunjukkan bahwa tranformasi air hujan menjadi aliran batang lebih
besar pada tegakan kelapa, sedangkan pada tegakan mahoni air hujan lebih banyak
terdistribusi menjadi lolosan tajuk. Perakaran tanaman kelapa memberikan
pengaruh lebih baik pada karakteristik fisik tanah berkaitan dengan kapasitas
infiltrasi dibanding pada tegakan mahoni sehingga air hujan yang mencapai
Pengambilan Pengumpulan Pengambilan Analisis
permukaan tanah dibawah tegakan kelapa dapat terinfiltrasi ke dalam tanah. foto udara data lapangan sampel tanah sampel di lab.
Kombinasi penanaman tegakan kelapa dan mahoni dapat menjadi salah satu upaya
konservasi tanah dan air.
designed by santika96@mail.ugm.ac.id
Perbandingan Akumulasi Nilai Partisi Hujan
Selama 43 Hari Hujan
Kapasitas Infiltrasi pada Tegakan Kelapa, Laju Infiltrasi pada Tegakan Kelapa, Mahoni,
Mahoni, dan Lahan Terbuka dan Lahan Terbuka KESIMPULAN
Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan karakteristik hidrologis yang
tegas pada lingkungan di bawah tegakan kelapa dan mahoni sebagai akibat dari
perbedaan fisiologis tanaman dan karakteristik tanah. Mekanisme intersepsi pada
kedua tegakan mampu mengurangi daya rusak air hujan terhadap agregat tanah.
Air hujan yang sampai pada permukaan tanah setelah melewati mekanisme
intersepsi kemudian mengisi kapasitas infiltrasi. Kapasitas infiltrasi banyak
dipengaruhi oleh karakteristik fisik tanah. Karakteristik tanah di bawah tegakan
kelapa dan mahoni bervariasi berkaitan dengan sistem perakaran masing-masing
tegakan. Sistem perakaran tegakan kelapa berpengaruh sangat baik terhadap
kapasitas infiltrasi di bawahnya, didukung dengan fisiologis tanaman kelapa yang
banyak menyerap air menyebabkan tegakan ini mampu menekan aliran
permukaan lebih baik dibanding tegakan mahoni. Kombinasi penanaman tegakan
REFERENSI kelapa dan mahoni dapat menjadi salah satu upaya konservasi tanah dan air.
1. Dong, Lingling., Hairong Hang., Fengfeng Kang., Xiaoqin Cheng., Jinlong Zhao., and Xiaoshuai. (2020). Rainfall partitioning in Chinese pine
(Pinus tabuliformis Carr.) stands at three different ages. MDPI Forest, 11(243), 1-16. Kedua tegakan tersebut dapat saling bekerja sama untuk meminimalisir terjadinya
2. Li, Guijing., Long Wan., Ming Cui., Bin Wu., dan Jinxing Zhou. (2019) Influence of canopy interception and rainfall kinetik energy on soil erosion
run off yang secara lebih lanjut dapat menimbulkan erosi. Kerugian berupa run off
under forest. MDPI Forest Journal, 10, 1-15. DOI : http://dx.doi.org/10.3390/f10060509
3. Liu, Yu., Zeng Cui., Ze Huang., Manual Lopez Vicente., and Gao Lin Wu. (2019) . Influence of soil moisture and plant roots on the soil infiltration dibawah tegakan mahoni dapat dinetralkan oleh tegakan kelapa yang memiliki
capacity at different stages in arid grasslands of China. Catena 182, 1-7. DOI https://doi.org/10.1016/j.catena.2019.104147
4. Magliano Patricio N., Juan I. W.H., Eva L. Florio., Esteban C. Aguirre., Lisandro J. Blanco. (2019). Interception loss, throughfall, and stemflow by
kapasitas infiltrasi besar, sedangkan tegakan mahoni berperan dalam suplai air
Larrea divaricate : the role of rainfall characteristics and plant morphological attributes. Ecological Research, 1-12. DOI : 10.1111/1440- kedalam tanah karena intersepsinya yang kecil.
1703.12036
39
Efektivitas Perlakuan Rorak dan Kombinasi Rorak dengan Media Pemecah Aliran dalam
Mengurangi Runoff yang Terbentuk, Menampung Kadar Sedimen di Rorak dan
Mengurangi Kadar Sedimen Melayang yang Keluar dari Catchment Area di Hulu Sub
oleh Jihan Dwi Islami (2022) DAS Bompon, Magelang
KESIMPULAN REFERENSI
Semakin tinggi intensitas hujan akan menyebabkan aliran permukaan yang semakin Almeida, W. S., S. Seitz, L. F. C. D. Oliveira, dan D. F. D. Carvalho. 2021. Duration and intensity of
tinggi. Debit dan volume runoff yang terbentuk lebih tinggi perlakuan 2 (kombinasi rainfall events with the same erosivity change sediment yield and runoff rates. International
rorak dengan media pemecah aliran) jika dibandingkan dengan perlakuan 1 (rorak). Soil and Water Conservation Research, 9(1):69-75
Debit aliran permukaan dan volume runoff yang tinggi memiliki daya gerus Ansar, N. A., M. Arsyad, dan Sulistiawaty. 2014. Studi analisis sedimentasi di Sungai Pute
Rammang-Rammang kawasan karst Maros. Jurnal Sains dan Pendidikan Fisika, 10(3):301-307.
terhadap tanah yang tinggi. Kadar sedimen yang terangkut keluar dari catchment
Arsyad, S. 2010. Konservasi Tanah dan Air. IPB Press, Bogor.
area penelitian lebih tinggi pada perlakuan 2 (kombinasi rorak dengan media
Fachruddin, B. I. Setiawan, Prastowo, dan Mustafril. 2015. Pemanenan air hujan mengunakan
pemecah aliran) jika dibandingkan dengan perlakuan 1 (rorak). Kadar sedimen yang
konsep Zero Runoff System (ZROS) dalam pengelolaan lahan pala berkelanjutan. Jurnal Teknik
tertampung di rorak lebih tinggi pada perlakuan 1 (rorak) jika dibandingkan Sipil, 22(2):127-136.
perlakuan 2 (kombinasi rorak dengan media pemecah aliran). Efektivitas perlakuan Feyen J. 1983. Drainage Of Irigated Land. Kathoelike Universiteit Leuven Center for Irigation
rorak jika dibandingkan perlakuan kombinasi rorak dengan media pemecah aliran Engineering, London.
dalam mengurangi volume runoff yang terbentuk, mengurangi sedimen yang
Designed by: trisarimujilestari@mail.ugm.ac.id
terangkut keluar dari catchment area penelitian, dan menampung sedimen di rorak
berturut-turut adalah 21%, 35%, dan 40% 40
KAJIAN KONSERVASI RORAK PADA LAHAN KETELA POHON
DI SUB-DAS BOMPON, MAGELANG oleh Trisari Mujilestari (2022)
Departemen Tanah, Fakultas Pertanian
METODE
ABSTRAK
Konservasi tanah secara mekanik berupa rorak berfungsi untuk
menampung air aliran permukaan dan sedimen. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui efektivitas konservasi rorak pada wilayah penelitian dan
menghitung besar sedimen yang keluar dari wilayah tangkapan hujan area Pra-Lapangan
sampling. Tujuan penelitian dapat dicapai dengan (1) melakukan survei
lapangan untuk mengetahui lokasi serta ukuran rorak dan alat
pengukuran, (2) melakukan pengukuran sedimentasi dan karakteristik Lapangan
tanah pada lokasi penelitian. Pengujian karakteristik tanah melalui
pengukuran lapangan dan analisis laboratorium, pengukuran curah hujan Uji Labortorium
menggunakan stasiun hujan serta pengukuran sedimen menggunakan alat
ukur manual pada SPAS dan rorak zona deposisi. Efektivitas rorak dalam
mengurangi sedimen yang keluar dari wilayah tangkapan hujan area Analisis Hasil
sampling mencapai lebih dari 90%. Sedimen yang keluar dari wilayah
tangkapan hujan area sampling adalah 2,47 ton/ha/tahun yang tergolong
rendah.
Residual Residual
21.6% 0,135
Deposisi
0,213
Erosi
12.6%
Deposisi
65.8%
Erosi
0,153
BAHAN ORGANIK TANAH
LAJU INFILTRASI (cm/jam)
Residual
94 Residual
PERBANDINGAN SEDIMEN DENGAN PENELITIAN LA ODE HADINI (2019) 37.1%
Deposisi
43,2
Deposisi
58.6%
Erosi
Erosi 4.2%
58,2
PERMEABILITAS (cm/jam)
PERBANDINGAN SEDIMEN DENGAN PENELITIAN KADEK ARIF (2019) STABILITAS AGREGAT
KESIMPULAN REFERENSI
Efektivitas rorak dalam mengurangi sedimen yang keluar dari wilayah Arsyad, S. 2010. Konservasi Tanah dan Air. Masalah Erosi dan Akibatnya. Edisi
tangkapan hujan area sampling mencapai lebih dari 90% Kedua. Editor: Herman Siregar. IPB Press, Bogor.
Sedimen yang keluar dari wilayah tangkapan hujan area sampling adalah Asdak, C. 2007. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. UGM Press,
2,47 ton.ha-1.tahun-1 yang tergolong rendah Yogyakarta.
Asdak, C. 2010. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. UGM Press,
Yogyakarta.
Hadini, L. O. 2019. Karakteristik Erosi-Sedimentasi di Kawasan Lereng
Gunungapi pada Penggunaan Lahan Berbeda (Kasus di DAS Bompon,
Kabupaten Magelang Provinsi Jawa Tengah). Disertasi : Fakultas Geografi
Universitas Gadjah Mada.
Kurniawan, K. A. 2019. Kajian Erosi Dan Sedimentasi Pada Lahan Bervegetasi
Ketela Pohon di Sub-DAS Bompon, Magelang. Skripsi : Fakultas Pertanian
Universitas Gadjah Mada.
Designed by: trisarimujilestari@mail.ugm.ac.id
41
BIOCHAR APPLICATION IN REDUCING SOIL EROSION AT EXTREME
SLOPE WITH VERY HIGH CLAY CONTENT SOIL AND HIGH RAINFALL
INTENSITY IN REDUCING SOIL EROSION
ABSTRACT by Surya Sabda Nugraha (2022)
Magister Ilmu Tanah Sekolah Pasca Sarjana
Biochar, pumice, and mycorrhizae applications using direct testing methods in the field have
not been widely carried out. Four 1x10m field plots with corn stands were prepared with
INTRODUCTION Universitas Gadjah Mada
biochar, pumice, mycorrhizae, and control treatments. Runoff and sediment measurements
were carried out by calculating the volume of water and suspension in the storage tank. The
effect of three treatments was observed and measured through some soil characteristics
such as bulk density (BD), specific gravity (SG), porosity, organic matter content (OM),
cation exchange capacity (CEC), and aggregate stability. Under intense rainfall, runoff
reduction from biochar is the highest, with 51.67%. On the other hand, pumice and
mycorrhizae show a lower effectivity in decreasing runoff with 40.15% and 37.92%. Biochar
decreases soil loss by 50.78%, while pumice and mycorrhizae decrease soil loss by 37.9%
and 26.26%. Biochar application provides better soil characteristics by reducing BD and SG
while at the same time increasing the porosity, OM, CEC, and aggregate stability. The
changes provided by biochar can provides means to both soil conservation and increase in
soil productivity
MAIN PROBLEM
Biochar applications using direct testing methods in the field have not been widely
The research area is located in the south side of Sumbing Volcano foot slope which is also the
carried out. The application of biochar in this study was used as a conservation material
transition zone of quaternary and tertiary volcanoes.
to control runoff and erosion. The research was conducted using a field plot. The study
There are unique characteristics in the study area due to the hydrothermal weathering
was conducted in areas where the soil material is dominated by clay (>50%) and steep
process (alteration) that cause very thick soil up to 2m and dominated by clay (>50%)
slope angles (>60%).
Study area has slope gradient >60% that cause soil erosion and landslide dominated the
The purpose of this study was to determine the effectiveness of biochar in controlling
geomorphologycal process.
runoff and erosion rates.
The erosion plot is located on a very heavily eroded slope so conservation effort is needed
(Effendy, Setiawan, and Mardianto 2019; Wardhana 2017)
METHOD
BIOCHAR MATERIALS
Bamboo leaves are used as the primary material for
making biochar.
The use of bamboo leaves is meant to utilize
unused material which always available at the
research site
Biochar was made using the slow pyrolysis method
at a temperature of 500⁰C.
PLOT EXPERIMENT
The study was conducted using erosion plots which were Biochar reduced soil loss by 50.78% and reduce runoff volume by 51.67%
applied in the field
Four erosion plots were constructed with 1mx10m equipped
with sediment and runoff storage tanks
Four erosion plots were created to compare the effectiveness
of runoff and erosion control using biochar with other
conservation materials.
The comparison materials used were pumice and
mycorrhizae.
Pumice and mycorrhizae are good soil ameliorants, suitable
for comparison (Sahin and Anapali 2006; Yilmaz and Sönmez
2017).
Corn was planted in all erosion plots to describe the fertility Biochar is a porous material that can provide nutrients needed by plants. In addition, the
level of each erosion plot. porous nature of biochar can become a habitat for soil microorganisms that increase plant
growth. The metabolic activity of soil microorganisms can break down nutrients bound by
organic matter into available nutrients for plants
Biochar is also better at retaining water that cause biochar can supply enough plant available
water
The porous nature of the soil ameliorant mixed with the soil makes the volume of air in the
CONCLUSION soil increase, thus reducing the ratio of the volume of solids to air which affects the decrease
in BD value.
The addition of biochar was not only able to reduce erosion by 50.78% and runoff by
The decrease in the value of BD and SG will increase the porosity of the soil. The increase in
51.67%, but also increased the growth of corn plants. These results indicate that biochar
soil porosity has a positive impact on corn growth because it can increase soil aeration,
is a better conservation material in controlling runoff and erosion. The effect of giving
infiltration rates, and field capacity
biochar impacts changes in bulk density (BD), specific gravity (SG), porosity, organic
The addition of organic matter can decrease soil compaction and increase soil aggregate
matter content (OM), cation exchange capacity (CEC), and aggregate stability. The impact
stability. The highest increase occurred in biochar plots with an increase of >90%
given is a decrease in the value of BD and SG, thereby increasing the porosity of the soil.
The increase in organic matter in the biochar plot is influenced by the porous nature of
The addition of biochar also increases organic matter, aggregate stability, and soil CEC,
biochar, which can become a habitat for soil microorganisms.
which positively impacts the growth of corn plants. The changes provided by biochar can
The porous nature of biochar can become the cation trap that increase soil CEC
effectively reduce the rate of runoff and erosion. The potential for biochar application is
The porous nature of biochar is a habitat for microorganisms. The presence of microorganisms
to prevent detachment of soil structure at the erosion zone and to increase the sediment
becomes an active organic matter that is able to bind soil particles.
capture at the deposition zone.
Designed by: trisarimujilestari@mail.ugm.ac.id 42
Spatial Arrangement of Gully for Landslide Hazard Assessment in the Southern
Sumbing Volcanic Slopes, Central Java-Indonesia by Dinda Wahyu Apriliyana (2022)
Minat Studi Geo-Informasi untuk Manajemen Bencana, Magister Ilmu Lingkungan
Sekolah Pascasarjana-Universitas Gadjah Mada
METHODS
DISCUSSIONS
Morphological features of erosion and landslides can also be identified through images based on their
explicit appearance or through image interpretation based on other associative features. The morphology
of erosion, especially gullies, also varies as affected by the characteristics of the soil layer and other
factors related to the energy of the water flow that forms it (Noviyanto et al., 2020).
CONCLUSION
The threat of landslide hazard in the research site is in the form of
a landslide reactivation process that occurs in the gully rain catch
morphological unit. The reactivation of landslides in the research
site begins with a gully erosion. The higher density and volume of
the gully are associated with an increase in the potential for
landslide reactivation. Furthermore, the level of possible
landslide reactivation is determined by the location and position
of the gully against the landslide. The location of the gully above
the landslide has the highest potential to trigger the landslide Figure 1. Appearance of gully (A: the gully cliff Figure 2. Displacement and detachment process
reactivation process. Meanwhile, the gullies below the landslide erosion is getting deeper, B: gully cliff erosion is
are unlikely to trigger the landslide reactivation process. getting wider) The process of releasing and transporting soil
material along the dominant gully occurs in the upper
The process of soil loss in the research site can to middle zone within the morphological unit of the
REFERENCES cause changes in the dimensions of the gullies former landslide, thereby triggering the landslide
reactivation process (Figure 2). Thus, the gully's
and the morphology of the land surface
Fernandes, J., Bateira, C., Soares, L., Faria, A., Oliveira, A.,
(Purwaningsih et al., 2020), which triggers the position in the upper to middle zone controls the
Hermenegildo, C., Moura, R., & Gonçalves, J. (2017). SIMWE
landslide reactivation process (Figure 1). landslide reactivation process due to the high
model application on susceptibility analysis to bank gully
intensity of depth development and widening of the
erosion in Alto Douro Wine Region agricultural terraces.
gully.
Catena, 153, 39–49. https://doi.org/10.1016/j.catena.2017.01.034
Korzeniowska, K., Pfeifer, N., & Landtwing, S. (2018). Mapping
gullies, dunes, lava fields, and landslides via surface
roughness. Geomorphology, 301, 53–67.
https://doi.org/10.1016/j.geomorph.2017.10.011
Noviyanto, A., Sartohadi, J., & Purwanto, B. H. (2020). The
distribution of soil morphological characteristics for landslide- Spread in the former landslide
impacted Sumbing Volcano, Central Java - Indonesia. morphological unit, the position of the
Geoenvironmental Disasters, 7(1). gully becomes a parameter to determine
Springer. https://doi.org/10.1186/s40677-020-00158-8 the class of landslide hazards caused by
Purwaningsih, R., Sartohadi, J., & Anggri, M. (2020). Trees and gully erosion. The results of the landslide
crops arrangement in the agroforestry system based on slope hazard classification for 22 landslide
units to control landslide reactivation on volcanic foot slopes morphological units are presented in
in Java, Indonesia. Land, 9(9). Figure 3.
https://doi.org/10.3390/LAND9090327
43
Slope Position as The Sixth Determinant of Soil Erosion in The Transition
Zone of Quaternary-Tertiary Volcanic Landform, Central Java – Indonesia
oleh Pramasti Dyah Nhindyasari (2022)
Magister Ilmu Tanah Sekolah Pasca Sarjana
Universitas Gadjah Mada
ABSTRACT
Most of erosion studies only consider erosivity, erodibility, slope gradient and slope
length, vegetation, and land management factors. The position of the soil body on a
slope tends to be neglected. The study of slope position as erosion control and soil
characteristics was carried out on representative toposequence in the transition zone of
the Tertiary Menoreh and Sumbing Quaternary Volcanoes. The representative
METHODS
toposequence was divided into 3 slope positions, i.e. upper, middle, and lower which
were geomorphologically an erosion zone and a deposition zone. Erosion measurements
were carried out using the volumetric method, except for splash erosion measured using
the modified splash cup method. Soil samples from 18 points were analyzed in the
laboratory to measure the soil physical and chemical properties.The results showed that
the slope position directly affected the direction and accumulation of runoff which
resulted in the formation of rill and gully erosion.
Gully erosion >20 m long (A); Landslide at the end of the gully (B) In all phases of the rainy season, the greatest erosion was produced by the E1U zone.
The amount of gully erosion in the study area tended not to change in one rainy season, so Most of the rill erosion did not occur in the center of the terrace, but at the foot of the terrace
it could be predicted that gully erosion did not form in one season. Gully erosion is often which resulted in deep rills in the terrace walls. Lasanta at al . (2001) explained that the foot of
the result of previous historical events that cannot be ignored (Valentin et al., 2005). The the terrace wall is often subject to erosion, due to the steepness and sparse vegetation cover.
changes that occured were only about the dimensions of space.
In the erosion zone on the mid-slope, the dominant erosion process was not the
destruction of soil aggregates by rain splash destruction, but scouring by surface runoff OVERLAND FLOW MANAGEMENT FACTOR
with high energy. Gully erosion develops due to a decrease in the resistance of the soil
surface to erosion or an increase in the erosive forces acting on the soil surface (Jahantigh
et al., 2011).
ABSTRAK METODOLOGI
The aim of the study was to determine the distribution of mycorrhizal
colonies and the rhizosphere soil content of corn grown on crop land in
Bompon Village. Crop land in Bompon Village forms three zones,
residual, erotional, and depositional which causes undulating landscape
and different physical responses of plants. Research samples were taken
from the roots and soil around the corn roots by choosing the physical
differences between well-growing and unwell-growing plants in each
zone. Corn roots were observed to determine mycorrhizal colonization by
staining and qPCR, mycorrhizal diversity by amplicon sequencing, and
cation exchange capacity. Corn soil was observed to determine glomalin
content, mycorrhizal diversity by wet sieving, and total C, P, N, K
content. The results of the research will determine the next method of
corn cultivation in the Bompon Village crop land, therefore the corn is
well-growing evenly.
G. Keragaman Mikoriza
(amplicon sequencing) H. Kolonisasi mikroba (pengecatan)
Keterangan:
R= Residual B=Tumbuh Bagus
E= Erosional J= Tumbuh Jelek
D= Deposisional 1, 2= Ulangan
ABSTRAK
mendapat banyak campur tangan manusia yang dapat mempengaruhi sifat-
sifat tanah serta perkembangan tanah di lokasi tersebut. Penelitian ini
bertujuan untuk mengkaji perkembangan tanah dan klasifikasi tanah
berdasarkan sistem klasifikasi USDA 2014, FAO/WRB 2014, dan PPT Bogor
2014 di hulu bagian barat Sub-DAS Bompon, Magelang. Tahapan dalam
penelitian ini yaitu survei lapangan, pengambilan data, dan analisis hasil.
Analisis fisika dan kimia tanah dilaksanakan di Laboratorium Tanah Umum,
Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah, serta Laboratorium Fisika Tanah,
Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada. Hasil penelitian menunjukkan
tanah di lokasi penelitian memiliki karakteristik fisika dan kimia yang
beragam serta telah berkembang menjadi tanah dewasa. Berdasarkan
klasifikasi USDA 2014 tanah yang berkembang di lokasi penelitian adalah
Ultic Hapludalfs dan Typic Kandiudalfs, berdasarkan klasifikasi FAO/WRB
2014 berjenis Haplic Luvisols (Clayic), sedangkan berdasarkan klasifikasi
PPT Bogor 2014 adalah Latosol oksik.
HASIL PENELITIAN
Tanah di lokasi penelitian berada pada tahap perkembangan transisi (intermediet stage) yang dicirikan dengan
Perbedaan zonasi pada lereng di lokasi penelitian berupa zona residual, zona erosional, dan zona deposisional dapat
Tanah di lokasi penelitian memiliki ciri kandungan lempung tinggi, pH masam, kandungan BO rendah, N-total rendah, serta
Tanah yang terbentuk di lokasi penelitian adalah Ultic hapludalfs, Isohipotermik dan Typic Kandiudalfs, Isohipotermik.
Morfologi
P1 P2 P3 P4
Terdapat perbedaan jenis tanah pada tingkat subordo dalam satu sekuen lereng di lokasi penelitian.
P5 P6 P7 P8
terbentuknya tanah Alfisol yang memiliki horizon argilik dan horizon kambik.
KESIMPULAN
Klasifikasi
Tanah
46
ANALISIS KANDUNGAN LOGAM BERAT KADMIUM DAN TEMBAGA PADA TANAMAN
BIOFARMAKA DI SUB-DAS BOMPON DAN LERENG SELATAN GUNUNG MERAPI
(2022)
By: Farhan Rahardi
ABSTRAK
METODOLOGI
Logam berat di tanah berasal dari beberapa sumber, salah satunya adalah
abu vulkan letusan gunung berapi. Material tanah di Sub DAS Bompon
berasal dari material Gunungapi Sumbing dan Pegunungan Purba Menoreh
yang tertimbun dan menjadi tanah dengan jangka waktu sangat lama.
Sedangkan material di Lereng Selatan Merapi berasal dari material
Gunungapi Merapi yang masih sering mengeluarkan abu vulkanik sehingga
materialnya cenderung baru. Penelitian ini akan menganalisis perbedaan
kandungan logam Cd dan Cu pada kedua lokasi serta mempertimbangkan
perlakuan pemupukan kimia dari petani di Sub-DAS Bompon. Hasil
menunjukan bahwa pengaruh kemasaman pH tanah, bahan organik tinggi,
dan KPK tinggi menyebabkan kandungan logam Cd di Sub-DAS Bompon
lebih tinggi dibandingkan Lereng Selatan Merapi. Namun logam Cu
menunjukan tidak menunjukan perbedaan signifikan pada kedua lokasi.
Rimpang kencur dan kunyit cenderung menyerap logam Cd lebih tinggi
pada tanah di Sub-DAS Bompon. Sedangkan kandungan Cu pada rimpang
tanaman biofarmaka cenderung sama. Tanah di Sub-DAS Bompon yang
diberikan perlakuan pupuk kimia memiliki kandungan logam Cd lebih
tinggi. Sedangkan kandungan logam Cu tidak berbeda signifikan pada
perlakuan pupuk kimia dibandingkan non pupuk kimia.
Kata kunci : kadmium, tembaga, pupuk kimia, abu vulkan, biofarmaka
ABSTRAK
Pra-lapangan memanfaatkan sumberdaya tanah dalam kegiatan pertanian secara
berkelanjutan. Tujuan penelitian adalah mendeskripsikan hubungan antara
karakteristik morfologi tanah dengan parameter kunci tanah kaitannya
dengan evaluasi dan rekomendasi pengelolaan sumberdaya tanah
berkelanjutan. Metode penelitian adalah survei melalui pendekatan kualitatif
dan kuantitatif. Hasil menunjukkan bahwa karakteristik morfologi tanah, yaitu
Lapangan jeluk tanah yang dalam, distribusi partikel dengan dominasi klei, struktur
gumpal, konsistensi tanah lekat/teguh, kandungan lengas tanah yang
cenderung tinggi, nilai BV sedang, pH tanah agak masam, kandungan C-
organik, N-total dan KPK tanah rendah serta KB dengan kriteria tinggi.
Parameter kunci tanah meliputi porositas, fraksi klei, BV, BJ, pH, C-organik, N-
total, C/N, K-dd, Na-dd, Mg-dd dan KPK. Evaluasi dan rekomendasi meliputi:
perbaikan saluran irigasi, aplikasi pupuk organik dan pengapuran, rotasi
tanaman dan varietas, penyuluhan dan pendampingan teknologi budidaya
Pasca Lapangan pertanian, pengelolaan kebun campur di lereng sekitar area penelitian serta
sebagai daerah agroforestri dan konservasi air (jangka panjang).
HASIL PENELITIAN
P1
P1
P2
P2
P3 P3 P4
P4
Design by : natashaabolla96@mail.ugm.ac.id
-Karakteristik Tanah-
-Sistem Budidaya-
Pengelolaan sumberdaya tanah berkelanjutan untuk kegiatan pertanian di area sawah hulu Sub DAS
KESIMPULAN
dengan Produktivitas
Bompon dipengaruhi oleh karakteristik morfologi dan parameter kunci tanah serta pengelolaan yang
Hubungan Kualitas
dilakukan oleh petani. Porositas menjadi parameter kunci tanah terkait kemampuan tanah
menyimpan air yang ditunjukkan dengan kadar lengas tanah yang cenderung lembab sampai basah
dan dominasi fraksi klei. Fraksi klei yang terlalu tinggi berdampak pada kualitas drainase tanah,
sehingga pergerakan air terbatas. Perbaikan saluran irigasi/sungai, yaitu pembersihan, pendalaman
dan pelebaran serta pembuat saluran irigasi yang memotong petakan-petakan area sawah menjadi
alternatif dalam pengelolaan sumberdaya tanah di wilayah penelitian. Kandungan N-total, K-dd, Na-
dd, dan Mgdd dalam tanah berpengaruh terhadap fungsi tanah dalam menyediaakn nutrisi yang
dibutuhkan tanaman. Rekomendasi pemupukan berimbang diperlukan dalam kegiatan pertanian
yang dapat dilakukan melalui demo plot atau percobaan di lapang. Aplikasi pupuk organik secara
kontinyu juga diperlukan karena kandungan C-organik (retensi hara) di area penelitian yang rendah.
Aplikasi pupuk organik diharapkan dapat memperbaiki struktur dan pori-pori tanah yang
berhubungan dengan parameter kunci tanah yaitu BV, BJ, dan tekstur klei.
48
LAJU EVAPOTRANSPIRASI TANAH LEMPUNG DENGAN TANAMAN TUMPANGSARI JAGUNG-
KACANG TANAH PADA TIGA ZONA LERENG DI SUB-DAS BOMPON, JAWA TENGAH
ABSTRAK
METODOLOGI
Faktor sifat fisik tanah belum banyak dibahas sebagai faktor utama
Gambar 3. Rata – rata nilai fluks CO2 pada setiap posisi lereng pada: (A) periode pengamatan
pertama; dan (B) periode pengamatan kedua, yang diukur pada sepanjang hari pengamatan.
Gambar 1. Foto udara kondisi tanaman lahan penelitian pada setiap posisi lereng Tabel 1. Perbandingan pengukuran nilai ET metode Samani (2000), Penman-Monteith dan
(diabatasi dengan garis hitam) pada saat: (a) pengamatan periode pertama; dan (b)
pengamatan periode kedua pengukuran chamber lokasi penelitian dalam satuan mm hari-1
KESIMPULAN
Fluktuasi nilai laju evapotranspirasi dipengaruhi
oleh faktor lahan, tanah, dan tanaman.
Parameter-parameter lahan yang berpengaruh
terhadap laju evapotranspirasi adalah posisi
lereng dan sudut kemiringan lereng. Parameter
sifat tanah yang berpengaruh terhadap besaran
nilai evapotranspirasi lahan adalah fraksi tanah
dan ketersediaan lengas tanah. Parameter
tanaman yang berpengaruh terhadap laju
evapotranspirasi pada lahan adalah kondisi
fisiologis tanaman dan laju pertumbuhan
tanaman. Faktor lahan menjadi faktor pengontrol
utama yang mempengaruhi laju evapotransiprasi
dibandingkan dengan faktor-faktor lainnya. Hasil
penghitungan laju evapotranspirasi secara
langsung di daerah penelitian memberikan bukti
bahwa penghitungan berbasis posisi dan sudut
lereng lebih detail dibandingkan penghitungan
Gambar 2. Fluktuasi nilai evapotranspirasi (mm jam-1) sepanjang hari pada periode berbasis model dari Samani dan Penman-
pengamatan pertama (a, c, e) dan periode pengamatan kedua (b, d, f). Monteith yang telah umum diterapkan.
Gambar 4. Chamber
Designed by: anisya.t@mail.ugm.ac.id 49
PERENCANAAN TATA GUNA LAHAN UNTUK PENGEMBANGAN PERTANIAN
BERDASARKAN EVALUASI LAHAN DI SUB-DAS BOMPON, MAGELANG
Purnamasari (2021)
By: Rismananda Anggita
Departemen Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada
ABSTRAK METODOLOGI
Ancaman erosi dan longsor terjadi jika pengelolaan lahan lereng terjal tidak
memperhatikan aspek konservasi. Langkah awal dalam pengurangan ancaman erosi
dan longsor adalah penyusunan rencana tata guna lahan berdasarkan evaluasi lahan
sehingga, pemanfaatan sumberdaya lahan dapat berlangsung secara lestari. Tujuan dari
penelitian adalah menilai potensi lahan dan menyusun rencana tata guna lahan untuk
pengembangan tanaman eksisting. Pengumpulan data dilakukan melalui proses
interpretasi peta lereng, pengolahan data sekunder (data iklim), pengambilan dan
pengujian sampel tanah. Jumlah titik sampel adalah 18, ditentukan secara purposive
sampling (perbedaan sudut lereng). Penilaian kemampuan dan kesesuaian lahan
dilakukan dengan matching antara karakteristik lahan dengan persyaratan klasifikasi
kemampuan lahan dan kesesuaian lahan. Hasil dibahas secara deskriptif dan disajikan
dalam tabel dan peta. Lahan di Sub-DAS Bompon, pada lereng datar hingga miring
memiliki potensi pengembangan yang lebih baik, sebagai tegalan dengan pengolahan
yang intensif. Lahan pada lereng agak curam dan curam digunakan untuk kebun
campur dengan pengolahan tidak intensif.
KESIMPULAN
1. Peningkatan produktivitas tanaman yang telah diusahakan oleh petani di Sub-DAS
Bompon masih dapat dilakukan, dengan menerapkan beberapa langkah strategis
pengembangan sumberdaya lahan. Kesimpulan penelitian didukung dengan hasil
penelitian, sebagai berikut:
2. Lahan di Sub-DAS Bompon berpotensi untuk digunakan sebagai lahan budidaya
termasuk lereng curam.
3. Komoditas yang dikembangkan adalah tanaman lokal dan beberapa tanaman
direkomendasikan berdasarkan kesesuaian lahan.
4. Pengembangan pertanian di Sub-DAS Bompon menghadapi tiga kendala utama, yaitu: (1)
ancaman keberlanjutan akibat tingkat bahaya erosi yang tinggi, (2) tanah yang
mempunyai retensi hara yang rendah, (3) ketersediaan hara yang rendah.
5. Lahan datar hingga miring direkomendasikan untuk penggunaan sawah, tegalan, dan
kebun campur, sedangkan lahan agak curam dan curam direkomendasikan untuk
penggunaan lahan kebun campur.
6. Strategi pengembangan pertanian dapat dilakukan melalui runtutan usaha sebagai berikut:
(1) pengendalian erosi dengan mengatur kecepatan dan volume aliran permukaan, (2)
penambahan bahan organik sebanyak 3% dari kondisi awal 2% (sedang) hingga mencapai
5% (tinggi) secara bertahap, (3) pemberian pupuk anorganik dengan dosis yang
direkomendasikan.
DOKUMENTASI
(a) ancaman longsor (b) erosi (c) embung mini (d) penggunaan lahan
kebun campur
Designed by: anisya.t@mail.ugm.ac.id
50
On Progress Research
BIODIVERSITAS MIKORIZA PADA SISTEM TATA GUNA LAHAN
DAN TINGKAT EROSI YANG BERBEDA DI LERENG GUNUNG
METODE by Isda Bela Islami (2020) SUMBING
Magister Bioteknologi, Sekolah Pascasarjana
Universitas Gadjah Mada
ABSTRAK
yang keberadaannya akan dipengaruhi oleh tingkat erosi yang terjadi
serta kehadiran vegetasi. Kajian terkait keragaman AMF pada lahan
dengan tingkat erosi yang berbeda masih belum banyak dilakukan.
Kajian tingkat erosi terfokus pada laju kehilangan tanah, penurunan
kesuburan hingga teknik pengendaliannya. Keragaman AMF
berpotensi dalam mengendalikan laju erosi melalui perannya dalam
kemantapan struktur tanah. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui keragaman AMF pada zona residual, erosional dan
depositional di lereng gunung berapi di dua sistem tata guna lahan
(agroforestry dan monokultur singkong) dan hubungan keragaman
AMF dengan tingkat erosi yang terjadi pada dua sistem tata guna
lahan yang berbeda. Penelitian ini dilakukan menggunakan metode
survei lapangan. Sampling dilakukan dengan cara mengambil tanah
dan akar tanaman Imperata cylindrica di kedua lokasi. Tanah dan
Labeling : akar yang diperoleh akan diamati keragaman AMF, kolonisasi AMF,
AA= Agroforestri bagian atas CA= Cassava bagian atas total aktivitas mikrobial, glomalin content, kapasitas pertukaran
AT= Agroforestri bagian tengah CT= Cassava bagian tengah Peta Lokasi Sampling
kation dan sifat kimia tanah. Keragaman AMF pada lahan
AB= Agroforestri bagian bawah CB= Cassava bagian bawah agroforestry dapat diterapkan pada lahan monokultur untuk salah
satu upaya menekan laju erosi.
50 Arbuskula
25
Designed by : natashaabolla96@mail.ugm.ac.id
0 Vesikel
1
2
AA
AA
AT
AT
AB
AB
CA
CA
CT
CT
CB
CB
51
PENGARUH ASPEK LERENG TERHADAP CADANGAN KARBON ORGANIK TANAH DAN
KARAKTERISTIK TANAH PADA SUB – DAS BOMPON
ABSTRAK METODOLOGI
KESIMPULAN
Sub – Das bompon yang terletak pada daerah equator mendapatkan
intensitas radiasi matahari yang sama. Namun intensitas penerimaan radiasi
matahari ditentukan oleh arah hadap lereng. Lereng yang menghadap timur
menerima intensitas radiasi matahari yang lebih panjang dalam satu hari
dibandingkan lereng menghadap barat. Perbedaan intensitas radiasi yang
diterima berakibat kepada proses genesis tanah secara detail dan kondisi
iklim mikro. Proses genesis tanah secara detail ditujukan dengan adanya
perbedaan kandungan klei yang cenderung lebih tinggi pada lereng
menghadap timur. Sedangkan perbedaan kondisi iklim mikro ditunjukan
dengan adanya aktivitas mikroba yang cenderung lebih tinggi pada lereng
menghadap barat. Pada sistem pertanian lahan kering stabilitas agregat
menjadi hal yang perlu diperhatikan untuk mengurangi resiku degdradasi
lahan pertanian akibat erosi.
Designed by: anisya.t@mail.ugm.ac.id
52
Designed by: anisya.t@mail.ugm.ac.id
53
RANGKAIAN
KEGIATAN
TRANSBULENT
PELATIHAN PEMBUATAN
PUPUK KEPADA KWT SALAKAN
PENDAMPINGAN
PENINGKATAN NILAI GULA
KELAPA
PEMBENTUKAN KELOMPOK
TANI UNTUK PENINGKATAN
PRODUKTIVITAS LAHAN
PERTANIAN
PUSAT STUDI
PS2DL UGM merupakan Pusat Studi
Pengelolaan Sumber Daya Lahan mencakup
bidang Agroekologi dan Sumber Daya Hayati,
berkolaborasi dengan berbagai multidisiplin
ilmu, diantaranya Fakultas Pertanian, Hukum,
Teknologi Pertanian, Kehutanan, Peternakan,
Teknik, Geografi, Ekonomika dan Bisnis, dan
Ilmu Sosial dan Politik.
Pusat Studi
Pengelolaan Sumber Daya Lahan VISI
"Agroekologi, Pengelolaan Sumber Daya Lahan dan Sumber Daya Hayati"
Konservasi produktif sumber daya lahan
mencakup agroekologi dan sumber daya
hayati.
MISI
1. Berperan aktif dalam mencetak sumber
daya manusia yang profesional dalam
bidang sumber daya lahan.
2. Menjadi pusat studi unggulan di tingkat
PS2DL - UGM nasional dan regional bidang
pengembangan sumber daya lahan.
3. Menjadi rujukan dalam menciptakan
ps2dl.ugm.ac.id @ps2dl_ugm
ketahanan pangan berbasis pengembangan
sumber daya lahan.
Sekretaris
Bayu Dwi Apri Nugroho,
S.T.P., M.Agr., Ph.D.
MORE
INFORMATION
ps2dl@ugm.ac.id
www.ps2dl.ugm.ac.id
SKEMA SPONSOR
Diamond Sponsor
Sanimardani Resources
Silver Sponsor
Nasa
Bank Jateng Mungkid
Otoritas Jasa Keuangan
Bronze Sponsor
Lain-lain