Dosen Pengampu:
Dr. Atikah Nurhayati, S.P., M.P
Disusun oleh:
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2023
Jl. Raya Bandung Sumedang KM.21, Hegarmanah, Kec. Jatinangor, Kabupaten Sumedang,
Jawa Barat 45363
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah memberikan kesempatan pada
kami, kelompok 4 untuk menyelesaikan laporan praktikum ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya
kami dapat menyelesaikan laporan praktikum yang berjudul “Analisis Ekosistem Mangrove
Di Kawasan Ekowisata Karangsong Kabupaten Indramayu” tepat waktu.
Laporan praktikum mata kuliah Studi Kelayakan Destinasi Wisata tentang kerapatan
mangrove di Kawasan Ekowisata Karangsong Kabupaten Indramayu guna memenuhi tugas
Dr. Atikah Nurhayati, S.P., M.P. Kami berharap agar laporan ini dapat menambah wawasan
bagi pembaca.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Dr. Atikah Nurhayati, S.P., M.P selaku dosen
pengampu mata kuliah Studi Kelayakan Destinasi Wisata. Tidak lupa juga kami ucapkan
terima kasih kepada teman-teman yang telah membantu menyelesaikan laporan ini.
Kami menyadari laporan praktikum ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami
berharap ada saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan laporan ini.
2
DAFTAR ISI
3
BAB 1
PENDAHULUAN
4
1.2 Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah dari hal di atas adalah adanya dampak negatif dari alih fungsi
ekosistem mangrove yang menyebabkan berkurangnya jenis mangrove yang ada dan
diperkirakan dalam 30 tahun kedepan akan terjadi abrasi yang dapat menyebabkan mundurnya
garis pantai ke daerah daratan sepanjang 1 km.
1.3 Tujuan
Tujuan dari praktikum yang dilakukan adalah untuk:
- Mengidentifikasi dampak negatif dari alih fungsi ekosistem mangrove
- Menganalisis kondisi ekosistem mangrove di wilayah ekowisata Karangsong
Kabupaten Indramayu
5
BAB 2
KAJIAN PUSTAKA
6
fitur pemotretan, stabilisasi gambar, baterai yang tahan lama, kemudahan penggunaan,
penyimpanan dan transfer data, serta aksesoris tambahan seperti tripod, lensa dan sebagainya
2.4 Termometer
Termometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur suhu
(temperature) ataupun perubahan suhu. Termometer memanfaatkan
sifat termometrik dari suatu zat, yaitu perubahan dari sifat-sifat zat
disebabkan perubahan suhu dari zat tersebut.
2.5 Refraktrometer
2.6 pH meter
pH meter adalah sebuah alat elektronik yang berfungsi untuk
mengukur pH suatu cairan. Sebuah pH meter terdiri dari sebuah
electrode yang terhubung ke sebuah alat elektronik yang mengukur
dan menampilkan nilai pH.
7
BAB 3
METODE PRAKTIKUM
3.1 Lokasi studi kasus
Lokasi penelitian yang dilakukan berada di Kawasan Hutan Mangrove Karangsong
Kabupaten Indramayu, Jawa Barat. Secara geografis Kawasan Hutan Mangrove
Karangsong terletak pada koordinat geografis 108°22’10,64” Bujur Timur dan 6°18’12,61”
Lintang Selatan.
8
3.3 Penelitian dan Pengumpulan Data
Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan studi deskriptif dengan
mengumpulkan data yang terdiri data sekunder. Untuk mendapatkan data sekunder,
pengumpulan data melalui data atau dokumen yang berasal dari jurnal, buku, dan penelitian
terdahulu yang berhubungan erat dengan penelitian ini. Berdasarkan data sekunder yang
didapat pengambilan data kondisi ekosistem mangrove dilakukan dengan menggunakan
metode Transect Line Plot (TLP). Garis transek ditarik tegak lurus dari laut menuju darat.
Data vegetasi mangrove di cuplik menggunakan petak berukuran 10 x 10 m untuk kategori
pohon (diameter > 10 cm), 5 x 5 m untuk kelompok pancang (diameter 2 - 10 cm), dan 1x1
m untuk kelompok semai (diameter < 2 cm) (SNI, 2011). Pengukuran kualitas air dan
pengambilan contoh sedimen menggunakan metode grab sampling. Parameter kualitas air
yang diukur adalah suhu, salinitas dan pH. Pengukuran parameter kualitas air dilakukan
secara insitu.
BAB 4
PEMBAHASAN
1 Avicennia marina + + +
2 Rhizophora mucronata - - -
9
Jumlah jenis yang 1 2 1
ditemukan
INP merupakan gambaran keterwakilan jenis mangrove yang berperan dalam ekosistem (Jesus,
2012). Hasil perhitungan menunjukan bahwa jenis Avicennia marina pada kategori pohon
memiliki nilai sempurna pada seluruh stasiun. Avicennia marina merupakan jenis mangrove
pionir yang digunakan untuk rehabilitasi dan biasanya terdapat pada bagian terdepan atau
terdekat dengan laut pada ekosistem mangrove (Natividad dkk, 2015). Jenis mangrove dari
10
genus avicennia memiliki korelasi yang erat dengan substrat berlumpur (Fadli, 2015).
Berdasarkan hal tersebut Avicennia marina merupakan jenis mangrove yang paling berperan
di Kawasan Ekowisata mangrove Karangsong. INP Avicennia marina kategori pancang dan
semai pada stasiun 1 dan 3 memiliki nilai sempurna, hal tersebut dikarenakan pada stasiun
tersebut merupakan lokasi rehabilitasi mangrove. INP Avicennia marina kategori pancang di
stasiun memiliki nilai lebih kecil dibandingkan dengan Rhizophora mucronata. Jenis
Rhizophora mucronata sudah berada dikawasan tersebut sebelum rehabilitasi mangrove
dilakukan. Genus rhizophora dapat tumbuh dan berkembang dengan baik pada substrat
berlumpur (Anwar dan Mertha, 2017).
Parameter Lingkungan
Penelitian menunjukan hasil pengukuran parameter kualitas air dan tipe substrat pada
lokasi penelitian. Suhu air pada lokasi penelitian berkisar 26-27°C. Menurut Haya dkk (2015)
suhu optimum bagi ekosistem mangrove untuk tumbuh dan fotosintesis berkisar antara 25-
35°C. Suhu dapat mempengaruhi konduktansi stomata dan laju asimilasi pada daun mangrove
pada kisaran suhu yang optimum dan akan mengalami penurunan yang cepat pada suhu di atas
35 °C. Suhu perairan juga dapat mempengaruhi sebaran mangrove jenis Rhizophora mucronata
(Poedjirahajoe dkk, 2017). Suhu perairan yang cukup rendah disebabkan oleh tutupan kanopi
yang cukup lebat sehingga intensitas cahaya matahari yang sampai ke badan perairan cukup
rendah. Perbedaan kisaran suhu perairan pada stasiun pengamatan dapat disebabkan oleh arus
air, penutupan kanopi vegetasi, dan kondisi di wilayah pengamatan (Jesus, 2011).
Salinitas pada lokasi penelitian berkisar antara 24-28 PPT. stasiun 1 memiliki nilai
salinitas rendah karena lokasinya berdekatan dengan muara sungai yang masih dipengaruhi air
tawar. Salinitas dipengaruhi oleh pasang surut, curah hujan, penguapan, presipitasi dan
topografi suatu perairan, akibatnya salinitas suatu perairan dapat sama atau berbeda dengan
perairan lainnya. Gerakan pasang surut selain berpengaruh terhadap nilai salinitas, juga dapat
berperan dalam penyebaran biji, daya tumbuh biji sehingga dapat memunculkan zonasi
Pramudji (2000). Genus Avicennia memiliki kemampuan kisaran toleransi yang tinggi
dibandingkan dengan genus lainnya. Avicennia marina mampu tumbuh pada salinitas
mendekati 0-90 PPT (Mughofar, 2018). Pada stasiun 2 dengan nilai salinitas 26, ditemukan
genus Avicennia dan Rhizophora. Menurut Pramudji (2000) Genus Avicennia biasanya
berasosiasi dengan genus Rhizophora.
11
Nilai pH pada saat pengamatan berkisar antara 6,67-7,14. Kisaran pH tersebut relatif netral dan
dapat mendukung pertumbuhan mangrove. Menurut Prihadi dkk (2018) hutan mangrove
Karangsong memiliki pH relatif netra. Nilia pH yang baik untuk mangrove berkisar 6,5-8,5.
Nilai pH dapat mempengaruhi proses biokimia perairan yang berdampak kepada pertumbuhan
dan kerapatan jenis mangrove secara alami (Susiana, 2017). Stasiun 2 dengan pH tertinggi
memiliki tegakan Rhizophora mucronate pada kategori pancang yang tumbuh secara alami
dengan kerapatan 4666 ind/ha. Berbeda dengan stasiun 1 dan stasiun 3 yang mangrovenya
merupakan hasil rehabilitasi dengan cara penanaman.
Substrat merupakan bagian penting dari ekosistem mangrove. Substrat dapat mempengaruhi
penyebaran, bentuk perakaran dan kandungan bahan organik yang akan dimanfaatkan oleh
mangrove (Kelana dkk, 2015). Lokasi penelitian memiliki tipe substrat berlumpur. Tipe
substrat berlumpur merupakan substrat yang baik bagi genus Avicennia dan Rhizophora. Hal
tersebut sesuai dengan pernyataan fadli (2015) bahwa jenis mangrove dari genus avicennia
memiliki korelasi yang erat dengan substrat berlumpur. Rhizophora mucronata merupakan
jenis mangrove yang dapat tumbuh dengan baik pada substrat yang berupa lumpur tebal
(Usman dkk, 2013).
Pemahaman dan pemantauan terhadap parameter-parameter lingkungan ini penting
untuk melindungi dan mengelola ekosistem mangrove secara efektif. Penelitian dan
pemantauan terus-menerus diperlukan untuk memahami bagaimana perubahan dalam
parameter lingkungan ini dapat mempengaruhi keberlanjutan ekosistem mangrove dan untuk
mengembangkan strategi konservasi yang tepat.
Adanya penelitian ini ditujukan agar pertumbuhan dan perkembangan mangrove
menjadi lebih baik. Dibutuhkan monitoring dan evaluasi demi keberlangsungan dan
keberlanjutan penelitian ini. Dalam pelaksanaan monev ini perlu diperhatikan perumusan
tujuan yang jelas dan spesifik. pemilihan indikator yang relevan dan terukur untuk memonitor
parameter yang ingin diteliti. Pendataan biasanya sering dilupakan, padahal nyatanya
pencatatan data dengan hati hati dan hasil dokumentasi yang memadai untuk memungkinkan
adanya validasi dan replika data di masa mendatang. Dari hasil penelitian yang ada interpretasi
dan penggunaan hasil harus dilakukan dengan cermat dan hubungkan kembali dengan tujuan
penelitian. Tahap akhir yang perlu dilakukan dalam monitoring dan evaluasi adalah menjaga
kesinambungan monitoring dan evaluasi jangka panjang. dengan memantau secara teratur, para
peneliti dapat mengidentifikasi perubahan jangka panjang dalam ekosistem mangrove dan
mengambil tindakan yang diperlukan untuk pengelolaan yang berkelanjutan.
12
DAFTAR PUSTAKA
Alya. (2022). Analisis Vegetasi Mangrove di Kawasan Hutan Mangrove, Kabupaten
Indramayu, Jawa Barat. Jurnal Perikanan, 3-5.
Jayusman, I., & Shavab, O. A. K. (2020). Studi Deskriptif kuantitatif tentang aktivitas belajar
mahasiswa dengan menggunakan media pembelajaran edmodo dalam pembelajaran
sejarah. Jurnal artefak, 7(1).
Sari, D. N., Wijaya, F., Mardana, M. A., & Hidayat, M. (2019, January). Analisis vegetasi
tumbuhan dengan metode Transek (line transect) dikawasan Hutan deudap pulo
aceh Kabupaten aceh besar. In Prosiding Seminar Nasional Biotik (Vol. 6, No. 1).
Tufliha, A. R. (2019). Kondisi Ekosistem Mangrove Di Kawasan Ekowisata Karangsong
Kabupaten Indramayu. Jurnal Akuatik Indonesia, 4, 4-5.
13