Anda di halaman 1dari 15

MODUL PROJEK

SUARA DEMOKRASI
“SUARAMU EKSPRESIMU”

Disusun oleh:
TIM PROJEK
SMAN 3 SAMPANG

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR


DINAS PENDIDIKAN
SMAN 3 SAMPANG
Jl. Diponegoro No. 50 Sampang
TAHAPAN PROJEK PENGUATAN PROFIL PELAJAR PANCASILA

TAHAP PENGENALAN ALOKASI WAKTU


(JP)

1. Pembukaan dan Pengarahan Projek 2


2. Asesmen Diagnostik 2
3. Pembagian Kelompok 2
4. Pengenalan Isu Demokrasi 3
5. Demokrasi dan Kenyataanya 4
6. Solusi Masalah Demokrasi di Indonesia 4
7. Demokrasi yang Berkualitas dan Santun 4
TAHAP KONTEKSTUAL
8. Mengidentifikasi Masalah Demokrasi Pelaksanaan Pilkaos 6
9. Mengidentifikasi Solusi Permasalahan Pilkaos 6
10. Merancang Kegiatan Aksi dengan Membuat Mading 12
11. Mengkoordinasikan Tema Majalah Dinding 3
12. Mempresentasikan Tema Majalah Dinding 6
13. Merancang Konten dalam Mading (Poster, Puisi, Artikel, Komik, Cerpen
12
Dan Lirik Lagu)
14. Pembuatan Mading (Pemahaman materi mading 2 dimensi) 6

TAHAP AKSI

15. Proposal 9
16. Persiapan Kegiatan Aksi (Membuat Mading 2 Dimensi) 3
17. Pelaksanaan Pembuatan Mading 12
18. Perayaan Projek Pembuatan Mading 6
TAHAP REFLEKSI
19. Refleksi Kegiatan Pembuatan Mading 3
20. Evaluasi Pembuatan Mading 3

TOTAL 108
TIM PROJEK SUARA DEMOKRASI

Penangung Jawab : AHMAD SAIFUDDIN, S.Pd


Ketua Projek : SRI OKTAFIA SETYANINGSIH, S.Pd
Koordinator Projek : FAHMI ISMAIL LATIEF, S.Sos.Gr
Tim Projek : 1. Dra. NAILUL ASRIYAH
2. ABDUS SALAM, S.Pd
3. FAHRUS SALAM, S.Pd
4. YUYUN PURNAMAWATI, S.Pd
5. ST. ROQAYYAH, S.Pd
6. TURYATI, S.Pd
7. LUKMAN BUDIARTO, S.Pd, Gr
8. HOIRUL ANAM, S.Pd
9. HALIMATUS ZAHROH, S.Pd
10. MOHAMMAD NOR CAHYA MAHENDRA, S.Pd
Sarana dan prasarana, Target peserta didik

Sarana Prasrana
- Komputer - Gunting
- LCD - Kardus bekas
- Akses Internet - Lem
- Printer - Sound system
- Alat tulis - Panggung
- Penyangga mading - Kayu
- Properti seni peran - Banner
- Kertas Gambar - Buku referensi
- Gergaji - Kayu
- Palu/bir kayu - Paku/mur/baut
- Stereofoam - Bor
- Triplek

Target Peserta didik


Seluruh siswa Fase E Kelas X Tahun
Pelajaran 2023/2024 SMAN 3
SAMPANG
Dimensi, elemen dan sub elemen Profil Pelajar Pancasila
Dimensi Profile Elemen dan Sub-Elemen Target pencapain di akhir fase E
Pelajar Pancasila
Elemen: Menyadari bahwa aturan agama dan sosial merupakan aturan yang baik dan
Beriman, bertakwa menjadi bagian dari diri sehingga bisa menerapkannya secara bijak dan
kepada Tuhan YME dan Akhlak Pribadi kontekstual
Berakhlak Mulia Sub Elemen:
Integritas
Gotong royong Elemen: Aktif menyimak untuk memahami dan menganalisis informasi, gagasan,
Kolaborasi emosi, keterampilan dan keprihatinan yang disampaikan oleh orang lain dan
Sub Elemen: kelompok menggunakan berbagai simbol dan media secara efektif, serta
Komunikasi untuk mencapai tujuan menggunakan berbagai strategi komunikasi untuk menyelesaikan masalah
bersama guna mencapai berbagai tujuan bersama
Kreatif Elemen: Mengeksplorasi dan mengekspresikan pikiran dan/atau perasaannya dalam
Menghasilkan karya dan tindakan yang bentuk karya dan/atau tindakan, serta mengevaluasinya dan
orisinal mempertimbangkan dampak dan risikonya bagi diri dan lingkungan dengan
Sub Elemen: menggunakan berbagai perspektif
Mengeksplorasi dan mengekspresikan
pikiran dan/atau perasaannya dalam
bentuk karya dan/atau tindakan
sederhana serta mengapresiasi karya dan
tindakan yang dihasilkan
Bernalar kritis Elemen: Menganalisis dan mengevaluasi penalaran yang digunakannya dalam
Elemen menganalisis dan mengevaluasi menemukan dan mencari solusi serta mengambil keputusan
penalaran dan prosedurnya
Sub Elemen:
Elemen menganalisis dan mengevaluasi
penalaran dan prosedurnya
Perkembangan Sub-elemen Antarfase
Beriman, Bertakwa kepada Tuhan YME, dan Berakhlak Mulia
Belum berkembang Mulai berkembang Berkembang sesuai harapan Sudah melampaui harapan
Integritas Belum mampu menyadari bahwa Mampu menyadari bahwa Mampu menyadari bahwa aturan Mampu menyadari bahwa aturan
aturan agama dan sosial aturan agama dan sosial agama dan sosial merupakan agama dan sosial merupakan aturan
merupakan aturan yang baik dan merupakan aturan yang baik aturan yang baik dan menjadi yang baik dan menjadi bagian dari diri
menjadi bagian dari diri sehingga dan menjadi bagian dari diri, bagian dari diri sehingga bisa sehingga bisa menerapkannya secara
bisa menerapkannya secara bijak namun belum bisa menerapkannya secara bijak dan bijak dan kontekstual serta dapat
dan kontekstual menerapkannya secara bijak dan kontekstual menjadi influenser bagi orang
kontekstual disekitarnya

Gotong Royong
Belum berkembang Mulai berkembang Berkembang sesuai harapan Sudah melampaui harapan
Komunikasi Belum aktif menyimak untuk Bisa menyimak untuk Aktif menyimak untuk Sangat aktif menyimak untuk
untuk memahami dan menganalisis memahami dan menganalisis memahami dan menganalisis memahami dan menganalisis informasi,
mencapai informasi, gagasan, emosi, informasi, gagasan, emosi, informasi, gagasan, emosi, gagasan, emosi, keterampilan dan
tujuan keterampilan dan keprihatinan keterampilan dan keprihatinan keterampilan dan keprihatinan keprihatinan yang disampaikan oleh
bersama yang disampaikan oleh orang lain yang disampaikan oleh orang yang disampaikan oleh orang lain orang lain dan kelompok menggunakan
dan kelompok menggunakan lain dan kelompok dan kelompok menggunakan berbagai simbol dan media secara
berbagai simbol dan media menggunakan berbagai simbol berbagai simbol dan media secara efektif, serta menggunakan berbagai
secara efektif, serta belum bisa dan media secara efektif, serta efektif, serta menggunakan strategi komunikasi untuk
menggunakan berbagai strategi menggunakan berbagai strategi berbagai strategi komunikasi menyelesaikan masalah dan memberi
komunikasi untuk menyelesaikan komunikasi untuk untuk menyelesaikan masalah solusi pemecahan guna mencapai tujuan
masalah guna mencapai tujuan menyelesaikan masalah guna guna mencapai tujuan bersama
bersama mencapai tujuan bersama

Bernalar Kritis
Belum berkembang Mulai berkembang Berkembang sesuai harapan Sudah melampaui harapan
Elemen Belum mampu menganalisis dan Mulai mampu menganalisis dan Mampu menganalisis dan Sangat mampu menganalisis dan
menganalisis mengevaluasi penalaran yang mengevaluasi penalaran yang mengevaluasi penalaran yang mengevaluasi penalaran yang
dan digunakannya dalam digunakannya dalam digunakannya dalam menemukan digunakannya dalam menemukan
mengevaluasi menemukan dan mencari solusi menemukan dan mulai mampu dan mencari solusi serta masalah yang sulit, serta pandai
penalaran dan serta mengambil keputusan mencari solusi serta mengambil mengambil keputusan mencari solusi untuk mengambil
prosedurnya keputusan keputusan yang ilmiah
Bahan Bacaan 1
"Pilkada, Politik Identitas dan Pil Pahit Demokrasi"
Jakarta - Selesainya perhelatan demokrasi elektoral di DKI Jakarta tidak secara otomatis
meredam gelombang perdebatan yang hadir
setelahnya. Serangkaian aksi lanjutan masih
menjadi headline banyak media massa di
Tanah Air sampai hari ini.
Seolah pemilihan kepala daerah (pilkada)
yang sejatinya adalah kontestasi demokrasi
sebagai sarana sirkulasi kepemimpinan
publik, berubah menjadi gelanggang
pertarungan antarkelompok masa.
Ekstremnya, kelompok-kelompok ini
berhadapan seraya menegasikan
kemungkinan terjalinnya kepentingan
bersama di antara mereka.
Pilkada DKI kemarin memang menyita sebagian besar perhatian dan energi bangsa. Sebagian
pihak merasa, pilkada DKI adalah momentum penting penegasan identitas kelompok dalam
ranah politik praktis. Di pihak lain, Pilkada DKI dilihat sebagai pertaruhan besar guna
menghadapi ancaman runtuhnya fondasi kebangsaan.
Narasi kebhinekaan dan multikultiralisme terus direproduksi dalam berbagai wacana di pelbagai
ruang publik. Akibatnya, polarisasi antarkutub pun terjadi: kelompok keagamaan vs kelompok
kebhinekaan.
Secara politis, gelombang politik identitas yang terjadi di Jakarta diperkirakan akan sampai dan
ikut mewarnai perhelatan pilkada serentak di banyak daerah lainnya, termasuk Pilgub Jabar
2018. Sebagai episentrum kekuasaan, resonansi yang dikirim Jakarta sudah barang tentu akan
ditangkap sebagai sinyal politik oleh peserta pilkada di daerah.
Khusus di Jawa Barat, kecenderungan ini kian mungkin terjadi mengingat provinsi ini secara
geografis dan sosiologis sangat dekat dengan Jakarta. Kendati karakteristik pemilihnya berbeda,
pengalaman membuktikan, kapitalisasi isu agama sebagai bagian dari upaya bekerjanya politik
identitas cukup berhasil menjadi alat guna menarik dan mengikat suara pemilih.
Pil Pahit Demokrasi
Pilkada sejatinya hadir sebagai intitusi demokrasi di aras lokal. Namun, dengan menguatnya
politik identitas, pilkada bisa menjadi pil pahit bagi demokrasi. Kontradiksi ini lahir dari ruang
yang dibuka dengan basis keterpilihan melalui suara terbanyak.
Di satu sisi, demokrasi dapat menjadi lahan subur bagi lahirnya partisipasi. Namun, di sisi lain
demokrasi memiliki kerentanan dijadikan media dan jalan perubahan, bahkan bagi mereka yang
tidak menghedaki adanya demokrasi. Di level ini, demokrasi pada akhirnya seolah sedang
menggali kuburnya sendiri.
Politik identitas bermasalah bagi demokrasi setidaknya dilihat dari dua hal utama. Pertama,
demokrasi lahir dan tumbuh dari prinsip kesetaraan dan rasionalitas publik. Politik identitas, di
level ini berusaha menginterupsinya dengan menjadikan pilihan publik berjangkar pada ikatan
primordial seperti kesamaan etnisitas, kesukuan dan agama.
Hal itu tidak bermasalah sejauh kualitas, kredibilitas dan rekam jejak calon menjadi
pertimbangan lain. Namun, politik identitas akan bermasalah tatkala ikatan emosional jauh lebih
dikedepankan dibanding alasan yang lebih rasional.
Kedua, politik identitas riskan untuk digiring menjadi praktik yang monolitik. Pemaksaan
kehendak sebagai perwujudan truth claim dikhawatirkan akan menambah segresasi sosial di
tengah masyarakat. Rajutan persatuan dan kesatuan bangsa pada titik ini tentu akan akan
mendapati tantangan yang amat serius.
Sementara, dalam konteks konsolidasi demokrasi untuk sebuah negara-bangsa yang plural
seperti Indonesia, kohesivitas sosial adalah salah satu syarat demokrasi substansial dapat
tumbuh subur dan berkembang.

Kontribusi Media Sosial


Salah satu instrumen utama politik identitas adalah media sosial. Proses artikulasi dan agregasi
kepentingan publik kini sudah mulai difasilitasi dalam berbagai perbincangan di grup-grup
percakapan.
Penyebaran berbagai konten informasi secara tidak langsung ikut menyuburkan kampanye
politik identitas. Seringkali, pesan yang hendak disampaikan bersembunyi di balik wacana soal
ketidakadilan, diskriminasi, dan pemihakan pada golongan minoritas.
Berbagai narasi itu terus direproduksi dengan menyasar segmen pemilih emosional. Pada
akhirnya, penggiringan opini dilakukan, tanpa ada upaya konfirmasi pada sumber utama.
Belajar dari banyak momentum politik sebelumnya, media sosial memang ampuh menjadi
instrumen penggiringan wacana. Lalu, bagaimana dengan Jawa Barat yang secara kuantitas
pemakai media sosial masih belum merata di semua daerah?
Kendati sebarannya masih terbatas di kota-kota besar, namun efek domino yang lahir dari ruang-
ruang percakapan masyarakat komunal bisa ikut menjadi media penyebarannya. Hal ini tentu
ditunjang dengan memaksimalkan bekerjanya mesin-mesin politik di lapangan.
Kendati bekerja secara parsial, mesin-mesin politik itu patut diwaspadai menjadi corong
pengujar kebencian pada sebagian golongan.
Kita menghendaki Pilgub Jabar 2018 sebagai momentum yang dapat membawa provinsi ini pada
kematangan berdemokrasi. Sebuah praktik sirkulasi kepemimpinan yang dapat menjadi contoh
bagi wilayah lainnya di negeri ini. Praktik berdemokrasi provinsi terbesar yang sehat dan
terbuka. Karena tugas kita bersama guna menjaga dan merawat Indonesia.
Sumber:
https://news.detik.com/kolom/d-3516295/pilkada-politik-identitas-dan-pil-pahit-demokrasi.
Bahan Bacaan 2
"Hubungan Demokrasi dengan Negara Hukum Indonesia"
Demokrasi dan Negara Hukum adalah
dua konsep mekanisme kekuasaan dalam
menjalankan roda pemerintahan guna
menjaga kestabilan negara kita yakni
Negara Indonesia. Dua konsep tersebut
saling berkaitan dan tidak bisa saling
dipisahkan.
Konsep Demokrasi tidak terlepas dari
nama yakni “Negara” karena tempat
demokrasi itu sendiri adalah suatu
negara. Sedangkan Negara adalah
menciptkan suatu hukum yang dipimpin
oleh penguasa yang dipilih oleh rakyat untuk mengatur pemerintahan yang ada di suatu negara
agar menjaga ketertiban masyarakat dan kepastian hukum.
Demokrasi dan Negara Hukum adalah konsepsi yang saling berkaitan karena suatu negara yang
menganut sistem demokrasi tidak akan terlepas dari hukum, Istilah demokrasi berasal dari kata
demos yang berarti rakyat dan cratein yang berarti memerintah atau pemerintahan. Demokrasi
bisa diartikan sebagai pemerintahan yang berasal dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat.
Negara Hukum adalah penggabungan 2 kata yang keduanya memiliki arti atau makna yang
berbeda , berbicara tentang Negara yang saya tau Negara adalah yang mempunyai unsur adalah
wilayah atau tempat yang mempunyai rakyat dan pemerintah yang berdaulatan.
Prinsip demokrasi adalah bisa menjamin peran rakyat untuk menentukan pilihannya dan proses
pengambilan keputusan , supaya setiap peraturan perundang-undangan yang dibuat bisa
ditegakkan dan benar-benar mencerminkan keadilan untuk masyarakat yang menjadi salah satu
tujuan negara. Demokrasi dikenal dengan beberapa istilah yakni demokrasi pancasila, demokrasi
konstitusional , demokrasi terpimpin, demokrasi rakyat, demokrasi nasional dan sebagainya.
Yang tepat adalah demokrasi berdasarkan pada sistem hukum yang ada. Jadi, demokrasi kita
adalah demokrasi konstitusional.
Dalam suatu Demokrasi partisipasi rakyatlah yang merupakan pokok dari sistem demokrasi ini .
Akan tetapi, demokrasi tanpa peraturan Hukum dalam suatu negara tidak akan berjalan stabil
dan akan kehilangan bentuk dan arah , sedangkan hukum tanpa sistem demokrasi akan
kehilangan arti atau makna.
Jika kita bicara tentang apakah Indonesia benar-benar negara hukum atau bukan ? Melihat
banyak sekali penjahat yang sekarang bisa membeli hukum dengan uang ? Jika menjawab hal
seperti itu, menurut saya Indonesia jelas adalah Negara Hukum , tetapi yang tepat adalah banyak
oknum-oknum di dalamnya mencoba menegasikan hukum dan mengganti dengan supremasi
politik kekuasaan dan inilah yang harus menjadi perhatian kita bersama. Menurut saya,
sebenarnya hukum yang ada di negara tercinta kita ini sudah bagus hanya ada orang-orang
tertentu di dalamnya yang tidak bagus jadi membuat hukum di negara kita ini seolah kurang
bagus.
Negara Hukum yang demokrastis adalah hukum yang dibangun dan ditegakkan menurut prinsip-
prinsip demokrasi. Tetapi konsep negara hukum di Indonesia menurut beberapa pakar hukum
adalah demokrasi pancasila. Mewujudkan negara yang demokratis berdasarkan pancasila harus
dilakukan secara nyata oleh negara yang mempunyai tanggung jawab kepada rakyat. Untuk itu
harus mempunyai pemimpin dan orang-orang pemerintah yang mengerti dan memahami betul
tentang konsep negara hukum dan demokrasi pancasila, yang tercantum dalam UUD 1945 dapat
segera tercapai.

Bahan Bacaan 3
"Pemerintahan Demokratis
Menjamin HAM"

Koordinator Subkomisi Penegakan HAM,


Amiruddin, mengemukakan keterkaitan
antara demokrasi dan HAM pada acara
diskusi media yang
diselenggarakan di ruang media center
Komnas HAM pada Jumat (09/08/19).
Menurut Amir, demokrasi dan HAM merupakan dua hal yang saling berkaitan karena HAM
hanya akan terealisasi dalam pemerintahan yang demokratis yang menghormati dan melindungi
terhadap HAM setiap warga negaranya.
“Jika diumpamakan, demokrasi dan HAM itu ibarat dua sisi mata uang yang sama, tidak bisa
hanya satu sisi yang maju, tetapi keduanya
beriringan dan saling melengkapi”, ungkap Amir.
Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan HAM bergantung pada kualitas
demokrasi sebuah Negara, jika demokrasi suatu Negara maju maka maju pula pelaksanaan
HAM di Negara tersebut. Amir pun menghimbau untuk melindungi demokrasi dan HAM dari
pikiran-pikiran yang membahayakan eksistensi keduanya. “Demokrasi dan HAM harus
diselamatkan dari pikiran dan pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab, khususnya di
Indonesia yang antara demokrasi dan HAM belum berjalan seimbang”, lanjut Amir.
Arya Fernandes, peneliti CSIS, pada diskusi ini mengungkapkan sejumlah hasil pengukuran
terhadap kinerja demokrasi di Indonesia. “Sejumlah pengukuran terhadap kinerja demokrasi
menunjukan posisi demokrasi Indonesia masuk dalam taraf yang mengkhawatirkan. Data dari
Freedom House dan The Economist Intelligence Unit (EIU) memberikan kesimpulan yang relatif
sama yaitu turunnya derajat demokrasi Indonesia disebabkan oleh adanya korupsi politik dan
diskriminasi berdasarkan agama dan ras, serta adanya kekerasan politik”, terang Arya.
Sedangkan David Krisna Alka selaku peneliti senior MAARIF Institute for Culture and
Humanity berpendapat jika proses demokrasi dan HAM erat kaitannya dengan generasi muda.
“Berbicara demokrasi tak lepas dari dunia politik, semestinya pemilu kemarin menjadi momen
penting bagi generasi muda memperbaiki demokrasi di Indonesia termasuk mengubah sirkulasi
politik saat ini yang masih didominasi oleh elit politik lama”, pungkas David.
Generasi muda merupakan penggerak perubahan dalam demokrasi, namun pada kenyataannya
regenerasi kepemimpinan politik di Indonesia berjalan lambat. Pada kesempatan ini David
mengajak generasi muda untuk peduli terhadap politik dan HAM yang ada di Indonesia. “Inilah
saatnya seluruh generasi politik muda Indonesia untuk unjuk peduli dalam soal kemanusian,
unjuk bersih, dan unjuk prestasi dalam politik untuk kebaikan publik”, ajak David. (Ratih/ibn)
Sumber:
https://www.komnasham.go.id/index.php/news/2019/8/13/1095/pemerintahan-demokratis-
menjamin-ham.html
MODUL PROJEK

Kegiatan : Pembukaan Projek, pemaparan Projek dan asesmen awal


Waktu : 6 JP
Hari ke : 1
Hari, tanggal : Jumat, 29 September 2023
Tempat : Lapangan SMAN 3 Sampang
Peran Guru : Fasilitator, mengkondisikan siswa, memabgikan LKPD1 (Asesmen
Diagnostik), mengumpulkan LKPD 1 dan menyerahkan kepada panitia
Projek

Tujuan pembelajaran
Menganalisis dan mengevaluasi penalaran yang digunakan dala menentukan dan mencari solusi
serta mengambil keputusan
Indikator ketercapaian tujuan pembelajaran:
1. Memetakan sejauh mana kemampuan anak terhhadap materi Projek suara demokrasi
2. Mengidentifikasi profil pelajar pancasila yang akan dicapai dalam Projek suara
demokrasi
3. Menyadari pentingnya kegiatan Projek bagi pembentukan karakter diri
4. Mengevaluasi efektivitas pengalaman belajar dalam Projek suara demokrasi
Alur kegiatan
1. Pembbukaan secara ceremonial oleh bapak kepala sekolah (2 JP)
2. Pemaparan Projek suara demokrasi oleh tim Projek suara demookrasi (2 JP)
3. Mengerjakan asesmen diagnostik LKPD1 (2JP)
Langkah-langkah pembelajaran :
Pendahuluan
No Kegiatan Waktu
1 Guru mengkondisikan seluruh siswa peserta Projek di lapangan dalam 5’
keadaan tertib dan siap menerima materi, membuak kegiatan dan berdoa
2 Melakukan ice braking 5’
3 Memotivasi siswa dengan foto permasalahan pelaksanaan demokrasi 5’
indonesia
Kegiatan inti
No Kegiatan Waktu
1 Melakukan kegiatan pembukaan oleh kepala sekolah dengan memberikan 30’
motivasi tentang pembentukan karakter melalui penguatan dimensi profil
pelajar pancasila
2 Pemaparan Projek suara demokorasi ole tim Projek suara demokrasi 45’
3 Melakukan asesmen diagnostik pada siswa untuk mengetahui minat, 60’
potensi dan tantangan selama menjalani Projek
Pentutup
No Kegiatan Waktu
1 Melakukan refeleksi pembelajaran pada hari ini dengan mengajukan 15’
beberapa pertanyaan tentang demokrasi pada siswa
2 Memberikan umpan balik pada murid dengan memberikan apresiasi telah 15’
belajar dengan baik dan semangat
3 Informasi kegiatan Projek hari berikutnya 10’
4 Mengakhiri kegiatan dengan doa dan salam 5’
Sarana prasana
Modul Projek suara demokrasi, alat tulis, lembar kerja siswa, komputer, LCD, sound system,
meja, kursi, karpet
Media
Foto dan video tentang pelaksanaan demokrasi di indonesia, media lain yang mendukung
Projek
LKPD 1 Asesemen Diagnostik
Link google form
https://forms.gle/UWc2m6myuyYkTL9c9
Nama:
Kelas :
No Indikator Ya Tidak Penjelasan
1 Apakah anda pernah melakukan musyawarah
mufakat yang mencerminkan demokrasi?
2 Apakah anda pernah melakukan voting untuk
pemilihan ketua kelas atau ketua osis
3 Apakah anda mengetahui hak dan
kewajiban dalam demokrasi yang sudah
diatur di indonesia?
4 Apakah anda pernah berbeda pendapat dalam
musyawarah mufakat ?
5 Apakah anda mengetahui sikap apa yang
merusak demokrasi?
7 Apakah anda tahu cara menyelesaikan
perbedaan pendapat?
8 Apakah anda dapat membuat majalah
dinding?
9 Apakah anda sudah pernah menulis artikel di
majalah dinding?
10 Apakah anda sudah pernah menulis narasi
cerita?
11 Apakah anda sudah pernah menggabungkan
file suara (mp3, mp4 dll)?

Anda mungkin juga menyukai