Anda di halaman 1dari 8

MISTERI RUMAH BARU NENEK

Saat pembagian rapor hasil dari Penilaian Akhir Tahun (PAT) di sekolah, diumumkanlah
atas nama Ahmad Joseph Arya masuk ke dalam peringkat lima besar atau sering disebut juga
Joseph.

"Ahamdulillah masuk dalam peringkat lima besar," ucap rasa syukur Joseph.

“Dengan begitu aku tidak akan dibanding-bandingkan lagi oleh Ayah dan Ibu dengan anak
tetangga yang masuk dalam peringkat sepuluh besar,” ucap Joseph.

Malam pun tiba Joseph mempersiapkan diri untuk mengemas pakaian, membawa
makanan cepat saji dan cemilan ke dalam koper serta tidak lupa membawa buku-buku untuk
dibaca. Karena Joseph akan tinggal di rumah yang dibeli oleh Neneknya bulan lalu. Sementara
Neneknya adalah orang asli Kalimantan, beliau hanya membeli rumah sebagai bentuk investasi
semata.

"Rumah itu dibeli karena dekat dengan kebun kopi milik ayahmu," kata Ibu bulan yang lalu.

Joseph menjadi penasaran dengan rumah itu, jadi ia memutuskan tinggal di sana untuk
mengisi liburan sekolah setelah Penilaian Akhir Tahun. Tiba-tiba Ibu datang karena melihat
Joseph berkemas.

"Kenapa malam-malam gini berkemas?" Tanya Ibu.

"Aku mau tinggal di rumah baru nenek yang dekat kebun kopi milik Ayah itu bu, jadi aku
berkemas-kemas," jawab Joseph.

"Kamu ini masih kecil, nanti kalau terjadi masalah di sana gimana?" Ucap Ibu.

“Bu aku sudah besar umurku 18 tahun dan aku bisa menjaga diri, jadi tidak ada yang
dipermasalahkan,” Joseph menjawab pertanyaan Ibu.

Ayah yang tadinya di ruang tamu pun datang untuk menemui Ibu dan Joseph, karena
mendengar perbincangan Ibu dengan Joseph.

"Kamu ingin tinggal di rumah nenek dekat kebun kopi itu kan? Ayah bolehin kamu tinggal di
sana, tapi apa kamu berani tinggal di rumah itu?" Tanya Ayah.

"Iya di rumah itu, aku berani tinggal disana kok yah," ucap Joseph sambil senang.

Pada pukul 03.00 dini hari, Joseph pun bangun untuk mandi. Pukul 03.30 dini hari
Joseph berangkat ke rumah kebun kopi milik Ayah tersebut, tidak lupa untuk berpamitan, Ayah
Dan Ibu pun berpesan.

"Kamu jangan lupa selalu berdoa dan jaga etika," pesan Ayah dan Ibu.

"Iyaaa aku akan selalu berdoa dan jaga etika," jawab Joseph.

Tidak jauh dari rumah terdapat sebuah terminal, Joseph memutuskan untuk memakai
transportasi umum, Yaitu bus. Pada saat masuk bus Joseph sempat mempunyai firasat buruk.

"Sepertinya akan ada bencana yang menimpaku," Pikir Joseph tetapi tidak memperdulikan
sama sekali.

Sekitar pukul 06.00 pagi hari joseph sudah sampai di sebuah desa, desa tersebut
banyak pepohonan besar dan masih Tertutupi kabut jadi terlihat samar-samar. Setelah itu
Joseph pun turun dari bus, udara di desa ini seperti di Dieng alias dingin. Tidak heran kalau
dingin, karena desa ini berada di dataran tinggi. warga di desa ini berprofesi sebagai Petani
Kopi, Sayur dan Buruh. tidak heran kalau warga pagi-pagi buta sudah keluar rumah untuk
berkebun. Setelah itu Joseph bertemu seorang Bapak-bapak bernama Pak Agung yang sedang
menuju ke lereng gunung untuk mencari kayu.

Pak Agung pun bertanya, "Mau kemana cah bagus?".


"Saya mau ke rumah Pak RT," jawab Joseph.

"Ouhhh jalan ke kanan lurus saja, rumahnya Pak RT berada di sebelah kanan jalan, rumahnya
berbentuk Joglo dan ada pohon Pule Gedhe!" Jelas Pak Agung.

"Ouhh terimakasih pak," jawab Joseph dengan senyuman.

Joseph pun berjalan dan menemukan rumah seperti yang dijelaskan pak Agung.
Setelah itu Joseph pun masuk dan meminta izin istirahat sebentar dirumah Pak RT. Saat
perizinan berlangsung, Joseph pun ditanya oleh Pak RT.

“Permisi, apa betul ini rumah Pak RT?” Tanya Joseph.

“Iya betul, ada apa ya le?” Jawab Pak RT.

“Apa boleh saya ijin istirahat sebentar disini?” Tanya Joseph.

“OUHHH boleh-boleh aja le, mari silahkan masuk,” Jawab Pak RT.

"Di mana rumah yang kamu tinggali le?” Tanya Pak RT.

"Rumah di dekat kebun kopi, kalau tidak salah bentuk rumahnya gaya Kolonial Belanda," jelas
Joseph.

"Ouhhh itu toh, rumah itu dibangun pada tahun 1930, dulu bisa dibilang rumah angker dan
semua warga Sini takut, karena pada tahun 1944 pernah terjadi tragedi mengerikan yang
menimpa Keluarga Belanda selaku pemilik rumah tersebut. Tapi bulan lalu rumah itu sudah
direnovasi dan jadi lebih bagus. InsyaAllah akan baik-baik saja,"Jelas Pak RT.

"Untuk rumahnya berada di ujung desa di atas bukit. Ouh yaaa hampir lupa, hati-hati le menuju
ke rumah tersebut menggunakan jalan setapak, di tengah-tengah jalan samping kiri jalan
setapak itu ada pohon beringin besar. Jangan sesekali buang air kecil dan berbuat aneh-aneh
disitu," lanjut Pak RT.

"Ouh iya pak saya pamit dulu mau ke rumah itu," jawab Joseph.

“Terimakasih Pak RT sudah memperbolehkan saya numpang istirahat disini,” ucap Joseph

“Iya le sama-sama,” jawab Pak RT.

Setelah selesai beristirahat Joseph pun berangkat menuju rumah itu. Joseph menuju ke
rumah yang katanya angker itu, sepanjang jalan Joseph menjadi merinding dan lemas.

"Apakah aku kelelahan atau terlalu takut dengan apa yang diceritakan Pak RT tentang rumah
yang mau ku tinggali," pikir Joseph.

Sepanjang jalan menuju rumah itu, Joseph semakin penasaran tentang tragedi
mengerikan di rumah itu yang Menimpa Keluarga Belanda. Memikirkan tragedi mengerikan,
membuat ia semakin merinding.

"Lebih baik menikmati lingkungan sekitar yang masih asri dan alami dengan ditemani kabut,"
pikir Joseph untuk menghibur dirinya.

Akhirnya Joseph sampai di ujung desa dan tidak ada hirup pikuk manusia, hanya suara
burung dan serangga Saja. Tetapi ia harus jalan dan mendaki bukit untuk sampai ke rumah itu.
Di tengah perjalan pendakian Joseph pun terheran-heran karena melihat sebuah pohon
beringin yang sangat Besar dengan akarnya yang bergelantungan. akibat terlalu lama melihat
pohon beringin yang sangat besar itu sambil mendaki membuat Joseph kehilangan kesadaran,
kemudian ia tersandung sesuatu, Seketika Joseph terjungkal dan tanpa sengaja ia
mengeluarkan kata-kata mutiara. Karena tertutupi kabut Joseph tidak bisa melihat apa yang
membuat ia tersandung.

"Mungkin aku cuma tersandung akar pohon beringin atau batu," pikir Joseph.

Joseph mencoba berdiri dan melanjutkan perjalanan pendakian. Saat proses perjalanan
Joseph merasa ada yang mengikutinya dari belakang, Joseph pun penasaran apakah
perasaanya benar atau salah, jadi Joseph memutuskan untuk menoleh ke belakang secara
pelan-pelan. Ternyata memang ada yang sedang mengikutinya, dia berbadan besar, hitam
legam dan mempunyai kepala kambing serta tanduk. Lebih anehnya dia seperti melayang
diantara kabut, dia terlihat samar karena dia menyatu dengan kabut. Pertama kali melihat hal
menyeramkan, membuat Joseph semakin takut dan jantung berdebar semakin kencang.

"Baru pertama ke sini sudah diperlihatkan begituan," pikir Joseph sambil mendaki.

"Semoga dia tidak menggangu liburanku ini," ucap Joseph sambil mendaki.

Setelah perjalanan yang menakutkan, akhirnya nampak sebuah rumah yang Joseph
ingin tinggali. Rumah itu berbentuk simetris dan elegan, dengan halamannya yang luas serta
dikelilingi Bunga Zinnia dan Bunga Cosmos menjadikan sekeliling rumah itu dipenuhi Lebah.
Halaman rumah ini tertutupi rumput hijau, ditambah pepohonan yang rindang membuat tempat
ini nyaman untuk ditinggali. Ya walaupun banyak nyamuk.

Joseph menuju kerumah untuk beristirahat, pertama kali membuka pintu untuk masuk
ke dalam. Ternyata masih ada benda-benda masa kolonial walaupun sudah direnovasi menjadi
modern. Benda-benda masa kolonial tersebut menjadi bukti bahwa rumah ini adalah
peninggalan Kolonial Belanda . ia pun duduk di ruang tengah untuk beristirahat sambil makan
cemilan, setelah istirahat sejenak Joseph melanjutkan meletakkan barang-barang yang ia
bawa. Joseph mencoba untuk keluar rumah untuk menikmati alam dataran tinggi, ya walaupun
sedikit was-was karena masih takut dengan hal yang mengikuti perjalanannya selama
pendakian. Kabut yang tadinya ada sekarang mulai menghilang dan mulai nampak matahari
sudah setinggi tombak, Joseph pun menuju air kran samping rumah untuk mengambil wudhu
untuk melaksanakan salat Dhuha. Pada saat membuka kran secara tidak sengaja, Joseph
melihat perempuan yang masih muda seumuran dengannya Terlihat sedang memetik Bunga
Zinnia di sekeliling taman. Dia memakai pakaian ala Kolonial Belanda dan memakai topi era
kolonial. Joseph melihatnya dari kejauhan dan ternyata dia juga melihat Joseph dan
memberikan senyuman manis pada joseph. Tetapi setelah mengambil air wudhu dia nampak
menghilang tanpa jejak, secara tiba-tiba Joseph merinding Tanpa sebab.

"Jangan-jangan dia noni Belanda," pikir Joseph.

Pada pukul 14.00 siang hari sehabis tidur siang Joseph duduk sejenak di sofa ruang
tamu, sambil makan. Saat enak makan, ada yang mengetuk pintu.

"Sepertinya ada yang ingin bertamu, dipersilahkan gak ya?" Fikir Joseph sambil memakan
makanannya.

"Mungkin itu Pak RT ingin bertemu dengan aku," ucap Joseph.

Joseph pun berhenti makan dan membuka pintu untuk mempersilahkan masuk. Saat
pintu terbuka badannya menjadi kaku, tidak bisa teriak bahkan menutup mata pun tidak bisa. Itu
adalah perempuan noni Belanda yang ia temui tadi pagi, tetapi berpenampilan berbeda dengan
yang Sebelumnya, dia terlihat menyeramkan dengan wajah pucat, sekeliling mata hitam dan
bagian perut berlumuran darah disertai luka bakar.

“Kamu terlihat seperti kekasihku, apakah aku boleh berteman denganmu?” tanya Noni Belanda
kepada Joseph.

Setelah berkata demikian, noni Belanda itu secara perlahan-lahan menghilang. Badan
yang tadinya kaku seperti patung, langsung ambruk seperti tidak ada energi sama sekali.
Seolah-olah noni Belanda itu mengambil seluruh energi Joseph. Joseph berusaha untuk berdiri
dan berjalan menuju dapur untuk mengambil air untuk diminum, walaupun jalan sambil
sempoyongan. Setelah minum, energi Joseph kembali pulih dan ia duduk sejenak di meja
makan untuk menenangkan diri.

"Kenapa siang-siang gini mau menampakkan diri dengan wujud buruk," pikir Joseph sambil
heran.
Saat menjelang malam sekitar rumah ini sangat sunyi hanya saja banyak suara
serangga. Setelah Isya' malam pun semakin larut, Joseph memutuskan bersiap untuk tidur
dengan menggunakan selimut tebal sebagai pelindung dari dinginnya dataran tinggi. Sebelum
tidur tidak lupa untuk membaca doa. Sesudah membaca doa, kamar yang Joseph tempati tidak
jauh dengan ruang tamu terdengar suara tangis seorang perempuan noni Belanda. Joseph
yang tadinya tenang menjadi gelisah, atas kejadian suara itu membuatnya takut untuk keluar
kamar.

"Lebih baik cepat-cepat tidur dari pada mendengarkan suara tangis yang membuatku takut,"
ucap Joseph sambil gelisah.

Pertengahan malam, sekitar pukul 01.30 dini hari Joseph terbangun karena badannya
terasa kepanasan padahal ia sedang di dataran tinggi, yang seharusnya dingin kini semakin
panas. Joseph mulai membuka selimut karena kepanasan, setelah itu Joseph melanjutkan
tidurnya akan tetapi seketika badannya kaku, tidak bisa berteriak dan napas menjadi sesak.
Karena Joseph melihat di pojok kamar ada sesosok yang ia temui pada saat perjalanan
pendakian. Yang tadinya di pojok kamar kini menghampirinya. Joseph yang tidak bisa
melakukan apapun hanya melihat sosok yang menakutkan itu.

"Ra duwe etika blassss, entenono balesanku!" Perintah sesosok itu, memakai Bahasa Jawa.

Saat itu juga Joseph semakin ketakutan. Akhirnya sesosok itu menghilang dengan
sendirinya. Seketika Joseph pun pingsan di atas kasur karena energinya telah habis, seolah-
olah sosok itu mengambil semua energi miliknya.

Pukul 04.00 pagi hari Joseph terbangun dari pingsannya. ia mencoba mengingat
kejadian tadi malam dan merenungkan ancaman dari sesosok tersebut. Perasaan Joseph mulai
tidak karuan atas kejadian tadi malam dan Joseph pun mencoba untuk menenangkan diri. Pada
saat Joseph makan pagi terbesit di pikirannya.

"Sepertinya aku akan tewas di rumah ini, kalau tidak segera pulang," pikir Joseph.

Setelah makan pagi Joseph mengemasi pakaiannya dan barang-barang yang ia bawa.
Joseph merencanakan untuk pulang pada pukul 15.00 sore hari dan Sisa waktunya untuk
nyantai di sini.

Pada pukul 06.00 pagi hari Joseph membuat kopi. Setelah membuat kopi, Joseph
menuju taman sambil membawa secangkir kopi untuk meminumnya sambil duduk di kursi
taman depan. Taman depan langsung berhadapan dengan rumah-rumah warga yang berada di
bawah, dengan begitu Joseph bisa melihat rumah warga dari atas bukit yang ia tinggali saat ini.
Minum secangkir kopi dengan ditemani kabut yang menyatu dengan pepohonan membuat
Joseph semakin terasa hangat dibalik dinginnya udara dataran tinggi.

Setelah duduk santai di taman depan sambil minum kopi, Joseph memutuskan untuk
masuk rumah. Akan tetapi, di depan rumah sudah disambut seorang perempuan noni Belanda
yang ia temui kemarin, kali ini dia berpenampilan cantik tidak seperti yang Joseph temui
kemarin siang dan dia juga memberikan senyuman manis kepada Joseph.

"Mungkin dia ada keperluan dengan aku," pikir Joseph sambil heran.

Joseph pun mendekatinya, walaupun sedikit gemetaran. Setelah ia dekati, dia pun
menyapa Joseph.

"Selamat pagi, kamu harus selalu berhati-hati ya,” menyapa Joseph dengan nada lirih.

Lalu dia memberikan setangkai bunga kepada Joseph, karena dia memberi Joseph pun
menerima, tetapi dengan tangan gemetaran. Setelah menerima bunga dari perempuan noni
belanda itu, Joseph pun memutuskan untuk menuju pintu dan cepat-cepat membuka pintu.
Setelah pintu terbuka Joseph mencoba untuk menoleh ke belakang. Ternyata perempuan noni
Belanda itu sudah menghilang, serta bunga yang dia berikan berubah menjadi setangkai ranting
pohon. Joseph pun cepat-cepat masuk ke dalam rumah dan duduk di ruang tamu sejenak dan
merenungkan masalah yang ia alami.
"Pertanda apa lagi ini, dari awal kesini sampai hari ini selalu mendapat gangguan dari noni
Belanda Sampai sesosok berbadan besar dan hitam itu. Yang membuatku tidak tenang sama
sekali, apalagi gangguan dari sosok berbadan besar dan hitam yang ingin mengancamku,"
ucap Joseph sambil gelisah.

"Jangan-jangan aku tewas disini. astagfirullahaladzimmm jangan sampai tewas disini," ucap
Joseph sambil Gelisah.

"Daripada mikirin gangguan teror yang membuatku pusing, lebih baik baca buku yang aku bawa
kemarin sambil makan cemilan," ucap Joseph.

Pada saat membaca buku di ruang tamu, Joseph pun menemukan sebuah sosok dari
Benua Eropa yang tidak lain adalah Baphomet. Baphomet di dalam buku sangat mirip dengan
apa yang Joseph lihat kemarin dan tadi malam. ia berpikir bahwa sosok tersebut bukan asli
Indonesia, melainkan didatangkan dari Eropa. Setelah membaca buku, Joseph keluar rumah
sejenak untuk menghirup udara dataran tinggi. Joseph hanya berdiri di teras depan rumah,
akan tetapi Joseph melihat dari kejauhan kebun kopi di samping Rumah sebelah kiri, terlihat
sesosok berbadan besar dan hitam legam.

"Apakah dia sesosok Baphomet itu? Gak lah itu mungkin orang mencari kayu," pikir Joseph.

Joseph tetap berpikir positif, walaupun sesosok itu lagi mengintainya dan Joseph pun
memutuskan untuk masuk rumah.

Sekitar pukul 12.00 tepatnya selesai salat Dhuhur, joseph langsung pergi untuk
menjenguk kebun kopi di Samping rumah yang merupakan milik Ayahnya. Jadi ia masih
memakai baju koko dan memakai sarung serta bersongkok. Kebun Kopi disini tumbuh subur
dengan daunnya yang hijau dan lebat. Karena musim Buah Kopi, di kebun ini masih berbunga
apalagi bunganya sangat harum, membuat siapa yang menghirupnya akan merasa pikiran dan
batin menjadi tenang. Kebun Kopi di desa ini ditanam di bawah pohon-pohon besar dan para
petani kopi di desa ini tetap mempertahankan pohon-pohon besar tersebut. Jadi Kebun Kopi di
desa ini cukup gelap karena di bawah rindangnya pohon-pohon besar. Saat di tengah kebun
Joseph melihat seekor anak kambing bewarna hitam legam.

"Sepertinya anak kambing itu tertinggal dari induknya, kalau dibiarkan di tengah kebun bisa
mati kedinginan itu kambing," pikir Joseph karena kasihan.

Kemudian Joseph memutuskan untuk membawa pulang kambing itu, akan tetapi
kambing itu menghindar dengan berlari-lari . Joseph pun berlari untuk mengejarnya, anak
kambing itu berlari semakin kencang. Seketika anak kambing itu menghilang dari pandangan
Joseph, ia mulai merasakan hawa yang tidak enak. Karena anak kambing itu menghilang,
Joseph memutuskan untuk berbalik arah dan benar saja Baphomet itu tepat di hadapannya.
Seketika tubuhnya menjadi kaku dan sulit untuk bernapas, Joseph merasakan ketakutan yang
luar bisa. Baphomet itu nampak marah kepada Joseph dan Baphomet mengatakan.

"Kowe wis kejiret ing jebakanku, ayo melu aku!!" Kata Baphomet dengan Bahasa Jawa.

Setelah berkata demikian Joseph sudah pasrah, mau kabur tapi badannya kaku.

"Sepertinya aku akan tewas di sini dan menjadi pengikut Baphomet," pikir Joseph.

Kemudian Baphomet itu menjulurkan tangannya yang hitam legam untuk memegang
kepala Joseph, tangannya begitu besar dan kasar saat menyentuh kepala Joseph. Setelah itu
Joseph pun merasakan badan menjadi lemas dan mata buram dengan pusing yang begitu
hebat dan ia pingsan di tengah kebun kopi itu.

Dalam pingsan, ternyata Joseph bisa melihat jasadnya. Seketika Joseph panik karena ia
telah tewas di tangan Baphomet. begitu sedih melihat jasadnya yang malang ini, tetapi Joseph
juga melihat banyak orang yang mengelilinginya sebanyak 20 orang dengan tatapan kosong,
wajah pucat dan pakaian compang camping.

"Apakah orang-orang ini korban dari keganasan Baphomet?" Pikir Joseph sambil kebingungan.
Setelah itu Joseph diseret oleh orang-orang itu, Joseph pun memberontak dan berteriak
meminta tolong tetapi semua itu percuma ia sudah menjadi gaib, tidak ada yang bisa
menolongnya sama sekali. Joseph diseret sampai ke sebuah pohon besar yang tidak lain
pohon tersebut adalah pohon beringin yang ia temui saat mendaki. Di pohon beringin itu Joseph
dipertemukan dengan sosok Baphomet. Ia terlihat sangat marah dengan dirinnya, lalu
baphomet memerintahkan orang-orang yang tadi menyeret untuk memukuli Joseph. Joseph
dipukuli sampai babak belur, ia ingin minta ampun saja tidak bisa apalagi minta tolong.
Baphomet terlihat puas atas penderitaan yang Joseph alami. Dipukuli tanpa henti membuat
Joseph semakin kesakitan.

Dari kejauhan terlihat seorang kakek tua. Kakek tua tersebut mendekati Joseph,
seketika orang-orang pengikut Baphomet tersebut yang tadinya memukuli Joseph tiba-tiba
terdiam seribu bahasa. Seketika Baphomet yang ganas dan menyeramkan itu mundur secara
perlahan-lahan lalu menghilang, disusul orang-orang pengikut Baphomet. Ini membuktikan
bahwa kakek tua itu bukan sembarang orang. Kakek tua itu mendekati Joseph, lalu memegang
tangannya dan dibawa menuju ke tempat dimana jasadnya berada. Setelah sampai di tempat
jasadnya berada, Joseph merasa masih punya harapan hidup kembali. Saat itu juga Joseph
bingung dengan perkataan kakek tua itu.

"Cepet le masuk ke jasad ini sekarang juga!" Suruh kakek tua kepada Joseph.

"Gimana mbah, saya tidak tau caranya?" Jawab Joseph sambil bingung.

Kakek tua itu menyuruh Joseph untuk menyentuh kepala jasadnya. Joseph pun
melakukannya, seketika Joseph tersedak dan tersadar. Ternyata ia sudah terbaring di rumah
Pak RT dan ditemani kakek tua yang menyelamatkannya. Pak RT pun memberitahu kepada
Joseph bahwa Kakek tersebut bernama Mbah Argani, Joseph masih sangat kebingungan
karena yang tadinya pingsan di kebun kopi sekitar pukul 12.00 siang hari dan tersadar di rumah
Pak RT sekitar pukul 18.00 malam hari. Padahal waktu yang Joseph alami saat di alam gaib
tidak terlalu lama.

"Kamu tadi ditemukan oleh warga sini yang sedang mencari rumput di kebun kopi dalam
keadaan pingsan Kemudian dibawa ke sini," jelas Pak RT meberikan informasi.

Joseph mencoba untuk duduk dan menceritakan keluh kesahnya kepada Pak RT.
Walaupun sedikit sakit, karena pukulan dari pengikut Baphomet itu yang sampai terbawa dunia
nyata.

"Pak RT, sebenarnya saya mau pulang sore tadi karena sudah gak kuat lama-lama di rumah itu
karena selalu Diteror sampai hampir merenggut nyawa saya. Jadi saya ingin memutuskan
untuk pulang malam ini," ucap Joseph.

"Ya udahhh, kamu sebaiknya pulang malam ini juga!" Jawab Pak RT dan menyuruh Joseph
untuk pulang.

"Tapi koper saya ada di rumah itu, kalau saya tinggalkan orangtua saya pasti marah," jawab
Joseph.

Karena koper Joseph ada di rumah itu dan rumah Pak RT juga banyak warga, lalu Pak
RT menyuruh beberapa Warga untuk mengambilkan koper bawaan Joseph. Sambil menunggu
koper bawaannya datang, Joseph pun bertanya kepada Pak RT tentang sejarah rumah itu.
Mungkin dengan bertanya ia jadi tau sejarah rumah itu.

"Pak, gimana sejarah rumah itu sampai bisa angker seperti itu?" Tanya Joseph.

"Kamu tanya saja ke Mbah Argani, beliau mempunyai kemampuan melihat masa lalu, jadi
beliau tau sejarah rumah itu," jawab Pak RT.

"Gimana mbah asal-muasal rumah itu, yang dulunya adalah milik Orang Belanda?" Pertanyaan
Joseph untuk Mbah Argani.

"Begini le, kebun kopi di desa ini dulunya adalah milik seorang Belanda yang bernama Tuan
Ferdinand van Cornelis Dedrick dan pada tahun 1930 dibangun rumah atas bukit yang kamu
tinggali itu. Rumah itu juga ditinggali oleh Tuan Ferdinand bersama keluarga kecilnya, wanita
noni Belanda yang kamu temui itu adalah putri dari Tuan Ferdinand. Tuan Ferdinand sangat
cinta terhadap alam terutama alam di desa ini sehingga beliau membangun rumah di desa ini.
Saat awal menanam kopi para pekerjanya dilarang menebangi pohon-pohon yang sudah ada,
bahkan warga yang menempati desa ini juga dilarang nebang pohon kecuali atas izin Tuan
Ferdinand dan juga tidak boleh Merusak alam. Jika aturan tersebut dilanggar Tuan Ferdinand
tidak segan-segan menghukum berat. Pohon-pohon tersebut sampai sekarang tidak ada yang
berani ditebangi sehingga pohon-pohon tersebut tumbuh menjadi besar," Jelas Mbah Argani.

"Mbahhh kok bisa tau kalau saya pernah bertemu dengan Noni Belanda?" Tanya Joseph.

"Yaaa pokoknya gitu le," jawab Mbah Argani.

Atas jawaban tersebut membuat Joseph yakin bahwa Mbah Argani adalah sesepuh
yang ampuh di desa ini.

"Mbah sesosok makhluk halus berbadan besar hitam legam dan berkepala kambing dengan
Tanduknya yang sangar itu, kenapa meneror bahkan ingin mebunuh saya?" Tanya Joseph.

"Dulu di tahun 1935-an marak terjadi pencurian buah kopi. Sehingga Tuan Ferdinand
membawa makhluk halus dari Negeri Belanda untuk dipekerjakan sebagai penjaga Kebun kopi
agar tidak ada lagi pencurian buah kopi. Sesosok makhluk halus berbadan besar dan berkepala
kambing dengan tanduknya yang sangar itu merupakan penjaga kebun kopi milik Tuan
Ferdinand. tapi pada tahun 1944 tentara Jepang datang ke rumah itu untuk merampas hak milik
kebun kopi terhadap Tuan Ferdinand. Tuan Ferdinand pun tidak terima atas perlakuan tentara
Jepang, bahkan Tuan Ferdinand hendak melawan tapi Tuan Ferdinand sudah tertembak di
bagian dada dan tewas di ruang tamu. Tewasnya Tuan Ferdinand membuat sesosok penjaga
kebun kopi tersebut kehilangan tuannya. Sehingga sesosok tersebut berjalan tanpa arah dan
akhirnya sesosok tersebut digunakan oleh dukun santet di sekitar desa ini sebagai
perewangannya, dan sesosok tersebut lebih menggunakan Bahasa Jawa karena dijadikan
perewangan oleh dukun santet dengan waktu sangat lama sehingga fasih dalam Berbahasa
Jawa. Tapi sesosok makhluk gaib tersebut meminta banyak tumbal, banyak orang yang
memukulimu tadi adalah korban tumbal dari sesosok makhluk gaib tersebu," Jelas Mbah
Argani.

Setelah menjelaskan asal-muasal sesosok itu. Akhirnya Mbah Argani menjelaskan


kenapa Joseph sampai diteror dan hampir merenggut nyawanya.

"Kamu diteror karena pas pendakian di dekatnya pohon besar itu, bukan kesandung batu atau
akar tapi kesandung sebuah sajen. Jadi kamu diteror karena kesandung sajen dan ngomong
kotor, seharunya kamu istigfar. Jadi sesosok makhluk gaib itu tidak terima dan ingin kamu
menjadi tumbalnya. Sebenarnya kamu sudah tewas kemarin malam, akan tetapi kamu
membaca doa terlebih dahulu sebelum tidur sehingga sesosok makhluk gaib berbadan besar
hitam legam dan berkepala kambing dengan tanduknya yang sangar itu hanya mengganggu
tidak sampai membunuh. Saat kamu berdiri di teras depan rumah sebenarnya kamu sedang
diintai dan puncaknya adalah pada saat Siang hari ketika kamu di tengah-tengah kebun kopi.
Saumpama kalau tidak ada warga yang membawa kamu ke sini, saya pastikan kamu sudah
tewas di tangan sesosok itu," jelas Mbah Argani.

"Mbah sesosok makhluk gaib berbadan besar dan berkepala kambing dengan tanduknya yang
sangar sebut saja Baphomet!" Joseph menyarankan kepada Mbah Argani.

"Baphomet itu apa toh?" Jawab Mbah Argani.

"Seperti sesosok itu," jawab Joseph.

Sepertinya Mbah Argani tidak tau Baphomet. Maklum itu kan makhluk dari Benua Eropa.
Pantas saja kalau tidak tau. Joseph pun mengajukan pertanyaan lagi.

"Mbah kenapa noni belanda ikut meneror?" Tanya Joseph karena penasaran.

"Noni Belanda itu namanya Hannie, dia putri kesayangan dari Tuan Ferdinand. Dia punya
seorang laki-laki yang menjadi kekasihnya yang mirip kaya kamu. Satu hari setelah tewasnya
Tuan Ferdinand, Hannie juga ikut tewas ditembak mati oleh tentara Jepang karena hendak
dijadikan jugun ianfu selama Perang Dunia II dia menolak bahkan melawan tapi salah Satu
tentara Jepang menembak Hannie tepat di perutnya hingga darah berceceran di lantai rumah
itu, setelah Hannie tewas jasadnya dijadikan sebagai alat pelecehan. Tapi kekasih laki-lakinya
yang menjenguk Hannie dan melihat Hannie diperlakukan tidak manusiawi hingga tewas. Pada
saat itu kekasih laki-lakinya sedang membawa sebuah pistol, terjadilah tembak menembak
hingga lantai rumah itu penuh darah dan barang-barang di rumah itu buyar. Seketika
kekasihnya Hannie tewas tertembak di bagian dada hingga darahnya mengalir dan
menggenangi lantai di rumah itu," Jelas Mbah Argani.

Menjelaskan terjadinya tragedi mengerikan yang menimpa keluarga Belanda tersebut


yang membuat Joseph jadi takut.

"Setelah mereka berdua tewas gimana kelanjutannya mbah?" Tanya Joseph untuk melanjutkan
cerita Mbah Argani.

"Mereka berdua dibawa dengan diseret oleh tentara Jepang di belakang rumah. Setelah
diletakkan mereka berdua dibakar. Mereka berdua yang saling mencintai dan ingin membuat
keluarga baru, akan tetapi cita-cita yang mereka citakan berdua hangus terbakar bara api.
Arwahnya Hannie tidak terima atas kejadian yang dialaminya, sehingga arwahnya menghantui
warga di desa ini sebagai wujud balas dendam, padahal warga di desa ini tidak sama sekali ikut
campur Dalam pembunuhan yang menimpa Keluarga Belanda tersebut. Atas kejadian itu
membuat warga ketakutan untuk keluar rumah malam-malam, apa lagi sampai mendatangi
Rumah di atas bukit itu. Karena kamu itu mirip dengan kekasihnya, jadi Noni Belanda yang
bernama Hannie tersebut menyangka bahwa sampeyan reinkarnasi dari laki-laki yang Hannie
cintai, sehingga dia suka sama kamu," Jelas Mbah Argani.

"Gimana mbah, diaaa suka?" Tanya Joseph sambil heran.

"Iya le, tapi gak apa-apa sudah saya tangani, jadi gak perlu dihawatirkan. Sebenarnya dia
menemui kamu karena mengingatkan untuk selalu berhati-hati," Jawaban Mbah Argani.

"Ouhhh, terimakasih ya mbah," Ucap Joseph sambil rasa kelegaan.

Setelah Mbah Argani menjelaskan begitu jelas dari pemilik awal kebun kopi, awal
dibangunnya rumah di Atas bukit, sesosok makhluk halus penjaga kebun kopi sampai tragedi
berdarah yang menewaskan keluarga Belanda selaku pemilik kebun kopi tersebut. Akhirnya
datang warga yang mengambilkan koper milik Joseph dari rumah itu. Joseph pun berdiri
walaupun badannya masih terasa sakit, entah kenapa sakitnya bisa terbawa sampai alam
nyata. Joseph langsung membawa kopernya untuk pulang pada malam hari, juga tidak lupa ia
mengucapkan banyak terimakasih kepada Pak RT, Mbah Argani dan warga desa yang telah
menolong dan membantu dirinya. Joseph pun diantarkan oleh Pak RT sampai di pinggir jalan
untuk menunggu bus.

Saat sudah berada di bus, Joseph berpikir ini adalah pengalaman liburannya yang
penuh dengan teror dan teror tersebut membuat dirinya ini hampir kehilangan nyawa
selamanya, akan tetapi ia masih diberi kesempatan untuk hidup. Saat Joseph berada di bus
masih terbayang-bayang dengan sosok Baphomet yang membuat dia ketakutan. Melupakan hal
yang menyeramkan itu sangat sulit baginya, dengan bagitu Joseph berusaha untuk melupakan
kejadian menyeramkan yang baru saja dia alami.

Saat Joseph sudah sampai di depan gerbang rumah orang tuanya. Perasaan lega pun
datang dan membuat Joseph bisa melupakan kejadian yang dia alami saat liburan di rumah
Belanda tersebut. Ini merupakan pengalaman Liburan Akhir Tahun Sekolah yang pertama kali
dan Joseph tidak ingin kejadian ini terulang kembali.

Anda mungkin juga menyukai