Anda di halaman 1dari 63

PROTEKSI GARDU

INDUK

PUSMANPRO UPMK III


18 SEPTEMBER 2023
PMO ULTG KERAMASAN
Pengenalan Gardu
Induk
Peralatan Gardu Induk
Bay Penghantar Bay Trafo Bay Kopel

www.pln.co.id |
Peralatan Gardu Induk
1. Pemisah (PMS)
PMS atau pemisah adalah suatu alat yang
digunakan untuk memisahkan tegangan
pada peralatan instalasi tegangan tinggi
2. Pemutus Tenaga (PMT)
Pemutus tenaga adalah peralatan saklar
(switching) mekanis, yang mampu menutup,
mengalirkan dan memutus arus beban dalam
kondisi normal sesuai dengan ratingnya serta
mampu menutup, mengalirkan (dalam
periode waktu tertentu) dan memutus arus
beban dlam spesifik kondisi abnormal sesuai
dengan ratingnya. (IEEE C37.100:1992)

Sumber : Buku Peralatan Gardu Induk PUSDIKLAT


www.pln.co.id |
Buku Pedoman Pemeliharaan Pemutus Tenaga SKDIR No. 0520-2.K/DIR :2014
Peralatan Gardu Induk
3. Trafo Arus (CT)
Trafo Arus (Current Transformer) adalah
peralatan yang digunakan untuk melakukan
pengukuran besaran arus pada besaran arus
instalasi tenaga listrik disisi primer (TET, TT, dan
TM) yang berskala besar dengan melakukan
transformasi arus dari besaran arus yang besar
menjadi yang lebih kecil secara akurat dan teliti
untuk keperluan pengukuan dan proteksi
4. Trafo Tegangan (PT)
Trafo tegangan ( Potent adalah peralatan yang
mentransformasikan tegangan sistem yang lebih
tinggi ke suati tegangan sistem yang lebih rendah
untuk kebutuhan indicator, alat ukur/meter dari
relay

Sumber : Buku Pedoman Pemeliharaan Transformator Tegangan SKDIR No. 0520-2.K/DIR :2014
Buku Pedoman Pemeliharaan Transformator Arus SKDIR No. 0520-2.K/DIR :2014 www.pln.co.id |
Peralatan Gardu Induk
3. Trafo Arus (CT)
Trafo Arus (Current Transformer) adalah
peralatan yang digunakan untuk melakukan
pengukuran besaran arus pada besaran arus
instalasi tenaga listrik disisi primer (TET, TT, dan
TM) yang berskala besar dengan melakukan
transformasi arus dari besaran arus yang besar
menjadi yang lebih kecil secara akurat dan teliti
untuk keperluan pengukuan dan proteksi
4. Trafo Tegangan (PT)
Trafo tegangan ( Potent adalah peralatan yang
mentransformasikan tegangan sistem yang lebih
tinggi ke suati tegangan sistem yang lebih rendah
untuk kebutuhan indicator, alat ukur/meter dari
relay

Sumber : Buku Pedoman Pemeliharaan Transformator Tenaga SKDIR No. 0520-2.K/DIR :2014
Buku Pedoman Pemeliharaan Lightning Arrester (LA) SKDIR No. 0520-2.K/DIR :2014 www.pln.co.id |
Peralatan Gardu Induk
5. Trafo Tenaga
Trafo merupakan peralatan statis dimana
rangkaian magnetic dan belitan yang terdiri
dari 2 atau leboh belitan, secara induksi
elektromagnetik, mentransformasikan daya
(arus dan tegangan) sistem AC ke sistem
arus dan tegangan pada frekuensi yang sama
(IEC 60076-1 tahun 2011)

6. Lightning Arrester (LA)


Lightning Arrester (LA) adalah peralatan
yang berfungsi untuk melindungi peralatan
listrik lain dari tegangan surja (baik surja
hubung maupun surja petir).
Sumber : Buku Pedoman Pemeliharaan Transformator Tegangan SKDIR No. 0520-2.K/DIR :2014
Buku Pedoman Pemeliharaan Transformator Arus SKDIR No. 0520-2.K/DIR :2014 www.pln.co.id |
0 Sistem Proteksi
2
Sistem Proteksi

Pengertian Sistem Proteksi


Sekelompok alat pengaman yang terdiri atas CT/PT, relai, CB, catu daya
dan wiring serta teleproteksi jika diperlukan yang membentuk suatu pola
pengaman.

Fungsi Sistem Proteksi


Mengidentifikasi gangguan dan memisahkan bagian jaringan yang
t e r g a n g g u d a r i b a g i a n l a i n ya n g m a s i h s e h a t s e r t a s e k a l i g u s
mengamankan bagian yang masih sehat dari kerusakan atau kerugian
yang lebih besar.

www.pln.co.id |
Persyaratan Sistem Proteksi

• Harus mampu mendeteksi sekecil apapun ketidak


Sensitif normalan system

• Harus mampu menentukan daerah kerjanya


Selektif secara tepat

• Bekerja jika diperlukan dan tidak bekerja jika


Andal tidak diperlukan

• Harus mampu memberikan respon sesuai dengan


Cepat permintaan peralatan yang dilindunginya.

www.pln.co.id |
Daerah Kerja Sistem Proteksi
OHL OHL

Proteksi PHT Proteksi PHT

Proteksi BUSBAR
BUS 150KV-4000A
I

II

UNINDO

TD-2 (60 MVA)


NGR: 12 Ω NGR : 12 Ω
1000A
Proteksi 1000 A
PEMBANGKIT Proteksi TRAFO Proteksi TRAFO

PLTG

Proteksi

FEEDER

Diagram Daerah Kerja Sistem Proteksi


www.pln.co.id |
0 Proteksi Bay
Penghantar
3
Proteksi Utama Bay Penghantar
Proteksi utama pada saluran transmisi terdiri atas proteksi relay
jarak dan proteksi relai differensial. Faktor yang mempengaruhi
pemilihan jenis relai penghantar adalah Panjang saluran transmisi
yang didasarkan pada perbandingan impedansi sumber terhadap
impedansi saluran yang diproteksi (SIR). SIR menunjukan kekuatan
sistem yang akan diproteksi, semakin kecil SIR berarti semakin kuat
sumber yang memasok saluran transmisi tersebut. Pada aplikasinya,
untuk saluran panjang dan sedang menggunakan relai jarak
sedangkan saluran pendek menggunakan relai differensial penghantar.

Sumber : Pedoman dan Petunjuk Sistem Proteksi Transmisi dan Gardu Induk Jawa Bali Edisi Pertama :
www.pln.co.id |
September 2013
Relai Jarak (Distance Relay)
Distance Relay (relay jarak) merupakan pengaman utama SUTT/SUTET dan
sebagai backup prot u/seksi di depannya.
Relay jarak mendapat inputan arus dan tegangan, mendeteksi gangguan yang
hanya di depannya saja.
Prinsip kerja rele jarak adalah membandingkan impedansi gangguan dengan
impedansi setting bila :
• Impedansi gangguan lebih kecil dari pada impedansi setting maka rele bekerja
/ trip.
• Impedansi gangguan lebih besar dari pada impedansi setting maka rele tidak
bekerja.

Sumber : Pedoman dan Petunjuk Sistem Proteksi Transmisi dan Gardu Induk Jawa Bali Edisi Pertama :
www.pln.co.id |
September 2013
Daerah Kerja Distance Relay
Zone-3
Zone-2

Zone 1
GI A GI B GI C GI D

CT CT

F2
PT PT

OCR ARAH KERJA OCR


GFR DIST DIST GFR
RELE

PLC PLC

TELEPROTEKSI
KIRIM-TERIMA SIGNAL TRIP

Zone 1

Zone-2

Zone-3

www.pln.co.id |
Setelan Kerja Daerah Kerja Distance
Relay

• Zone 1 = 0.8 x ZL1(saluran); t1 = Instant (0


dt)
• Zone 2 min = 1.2 x ZL1
Zone 2 mak = 0.8(ZL1+0.8ZL2); t2= 0.5 dt
• Zone 3 min = 1.2(ZL1+0.8ZL2)
Zone 3 mak = 0.8(ZL1+1.2ZL2); t3=1.5 dt

Sumber : PLN Pusdiklat www.pln.co.id |


Karakteristik Relai Distance
1. Karakteristik Mho
Ciri –Ciri :
• Titik pusatnya bergeser sehingga mempunyai sifat directional.
• Mempunyai keterbatasan untuk mengantisipasi gangguan tanah
high resistance.
• Untuk SUTT yang panjang dipilih Zone-3 dengan karakteristik
Mho lensa geser.
2. Karakteristik Reaktance dan Mho
Ciri-Ciri :
• Mempunyai sifat non directional, u/aplikasi perlu ditambah relai
directional.
• Dengan memiliki jangkauan resistif cukup besar maka relay jenis
ini dapat mengatisipasi gangguan tanah dengan tahanan tinggi.

Sumber : Pedoman dan Petunjuk Sistem Proteksi Transmisi dan Gardu Induk Jawa Bali Edisi Pertama :
www.pln.co.id |
September 2013
Pola Pengaman Pada Relai Jarak
1. Pola Basic
Pola basic merupakan pola kerja relai jarak yang bekerja secara
instan pada area setting zone 1, bekerja dengan backup time untuk
zone 2 dan zone 3 tanpa dilengkapi dengan fasilitas teleproteksi
(Sending receive sinyal pada saat relai mendeteksi ada gangguan

Sumber : Pedoman dan Petunjuk Sistem Proteksi Transmisi dan Gardu Induk Jawa Bali Edisi Pertama :
www.pln.co.id |
September 2013
Pola Pengaman Pada Relai Jarak
2. Pola PUTT (Permissive Underreach Transfer Trip)
Prinsip Kerja dari pola PUTT :
• Pengiriman sinyal trip (carrier send) oleh relai jarak zone-1.
• Trip seketika oleh teleproteksi akan terjadi bila relai jarak zone-2 bekerja disertai dengan
menerima sinyal. (carrier receipt).
• Bila terjadi kegagalan sinyal PLC maka relai jarak kembali ke pola dasar.
• Dapat menggunakan berbeda type dan relai jarak.

Sumber : Pedoman dan Petunjuk Sistem Proteksi Transmisi dan Gardu Induk Jawa Bali Edisi Pertama :
www.pln.co.id |
September 2013
Pola Pengaman Pada Relai Jarak
3. Pola POTT (Permissive Overreach Transfer Trip)
Prinsip Kerja dari pola POTT :
• Pengiriman sinyal trip (carrier send) oleh relai jarak zone-2.
• Trip seketika oleh teleproteksi akan terjadi bila relai jarak zone-2 bekerja disertai dengan menerima sinyal (carrier
receipt).
• Bila terjadi kegagalan sinyal PLC maka relai jarak kembali ke pola dasar.
• Dapat menggunakan berbeda type dan relai jarak.

Sumber : Pedoman dan Petunjuk Sistem Proteksi Transmisi dan Gardu Induk Jawa Bali Edisi Pertama :
www.pln.co.id |
September 2013
Pola Pengaman Pada Relai Jarak
4. Pola Blocking
Prinsip Kerja dari pola blocking:
• Pengiriman sinyal block (carrier send) oleh relai
jarak zone-3 reverse.
• Trip seketika oleh teleproteksi akan terjadi bila
relai jarak zone-2 bekerja disertai dengan tidak
ada penerimaan sinyal block. (carrier receipt).
• Bila terjadi kegagalan sinyal PLC maka relai jarak
akan mengalami mala kerja.
• Membutuhkan sinyal PLC cukup half duplex.
• Relai jarak yang dibutuhkan merk dan typenya
sejenis.

Sumber : Pedoman dan Petunjuk Sistem Proteksi Transmisi dan Gardu Induk Jawa Bali Edisi Pertama :
www.pln.co.id |
September 2013
Relai Diferensial Penghantar

Sumber : Pedoman dan Petunjuk Sistem Proteksi Transmisi dan Gardu Induk Jawa Bali Edisi Pertama :
www.pln.co.id |
September 2013
Konfigurasi Differensial Penghantar
Konfigurasi Proteksi Diferensial Penghantar 275 kV Konfigurasi Proteksi Diferensial Penghantar 275 kV
dan 500 kV dengan CT Line & 500 kV dengan CT Diameter

Sumber : Pedoman dan Petunjuk Sistem Proteksi Transmisi dan Gardu Induk Jawa Bali Edisi Pertama :
www.pln.co.id |
September 2013
Konfigurasi Differensial Penghantar
Konfigurasi Proteksi Diferensial Penghantar 150 kV Konfigurasi Proteksi Diferensial Penghantar Pada
dan 70 kV SKTT Sistem 150 kV dan 70 kV

Sumber : Pedoman dan Petunjuk Sistem Proteksi Transmisi dan Gardu Induk Jawa Bali Edisi Pertama :
www.pln.co.id |
September 2013
Proteksi Cadangan Bay Penghantar
Peralatan proteksi utama dan cadangan harus dipisah secara hardware. Proteksi
cadangan pada saluran transmisi adala relai arus lebih (OCR) dan (GFR). Relai OCR
digunakan sebagai pengaman dari gangguan fasa – fasa, sedangkan relai GFR
berfungsi sebagai pengaman dari gangguan fasa – tanah.

OCR/GFR adalah relai proteksi yang bekerja berdasarkan besaran arus lebih yang
melebihi nilai setting untuk mengamankan peralatan/instalasi tenaga listrik
terhadap hubung singkat fasa-fasa dan fasa-netral.

OCR/GFR ada 2 (dua) jenis :


1. OCR/GFR Non Directional
Arus (CT) sebagai analog input
2. OCR/GFR Directional
- Arus (CT) analog input sebagai arus operasi
- Tegangan (PT/CVT) analog input sebagai penentu
arah/directioanal

www.pln.co.id |
Karakteristik Relai OCR & GFR
KARAKTERISTIK TUNDA WAKTU KARAKTERISTIK TUNDA WAKTU
KARAKTERISTIK INSTANT = MOMENT TERTENTU ( DEFINITE TIME ) INVERSE

KARAKTERISTIK KOMBINASI INSTANT DENGAN KARAKTERISTIK KOMBINASI INSTANT DENGAN


TUNDA WAKTU TERTENTU (DEFINITE TIME ) TUNDA WAKTU INVERSE

www.pln.co.id |
Setting OCR & GFR
Setting Arus OCR & GFR

Setting Waktu OCR & GFR


Karakteristik K 
Dimana
t : waktu dalam detik Standard Inverse 0.14 0.02

I : Arus gangguan Very Inverse 13.5 1.0


Is : Arus seting Extremely Inverse 80.0 2.0
TMS : time multiplier
Long Time Inverse 120.0 1.0
setting

Sumber : Pedoman dan Petunjuk Sistem Proteksi Transmisi dan Gardu Induk Jawa Bali Edisi Pertama :
www.pln.co.id |
September 2013
0 Proteksi Bay
Trafo
4
Proteksi Bay Trafo

Yang dikoordinasi Proteksi Bay


Transformator adalah :
- OCR
- GFR / SBEF
Sedangkan Proteksi Unit (Differential
dan REF) tidak dikoordinasikan.

www.pln.co.id |
Proteksi Utama Bay Trafo

Dalam penerapan pola proteksi transformator (SPLN


T5.003 – 1 : 2010), Jenis proteksi dibagi atas 2 bagian
yaitu :
Proteksi Mekanik : Proteksi Elektrik :
1. Relai Bucholz 1. Relai Differensial
2. Relai Jansen 2. Relai Restricted Earth
3. Relai Tekanan Lebih Fault (REF)
(Sudden Pressure )
4. Relai Suhu Minyak
5. Relai Suhu Belitan

www.pln.co.id |
Daerah Kerja Relai Proteksi
Trafo DAERAH KERJA RELE PROTEKSI TRAFO

F4 20 kV CT 3 F1
150 kV CT 1
CT 2
F3
BEBAN

F2
1

CTN 1
3 6 4 2
CTN 2

No. Nama
DAERAH KERJA RELE
Rele Rele

1 OCR/GFR 20 kV PENY.
2 OCR/GFR INC.
3 OCR/GFR 150 kV
4 REF sisi 20 kV
5 DIFFERENTIAL
6 REF sisi 150 kV

www.pln.co.id |
Relai Differensial
Relai Differensial adalah relai yang bekerja apabila mendeteksi adanya
perbedaan fasor dan atau perbedaan nilai sesaat arus masuk dan arus
keluar. Dalam hal ini perbandingan arus belitan primer, sekunder, dan
atau tersier (jika tersier dibebani).
Prinsip kerja relai ini berdasarkan hukum Kircchoff I ( Kirchhoff
Current Law I) yaitu jumlah arus yang masuk sama dengan jumlah
arus yang keluar pada titik percabangan sirkuit listrik.

Sumber : Pedoman dan Petunjuk Sistem Proteksi Transmisi dan Gardu Induk Jawa Bali Edisi Pertama :
www.pln.co.id |
September 2013
Relai Differensial
Kondisi Kondisi Gangguan
Normal Eksternal

Kondisi Gangguan
Internal

www.pln.co.id |
Gambar Pengawatan Relai Differensial

www.pln.co.id |
Relai REF
Relai gangguan ke tanah terbatas ( Restricted Earth Fault ) berfungsi
untuk mengamankan transformator dari gangguan fasa ke tanah di
dekat titik netral transformator. Relai ini dipasang di transformator
dengan desain vector group YNyn yang ditanahkan. Daerah pengamanan
REF ini adalah daerah yang tidak terdeteksi oleh relai diferensial.
Sehingga sensitifitas dari relai ini menjadi titik utama dari
penyetingannya. Dan besar arus gangguan fasa ke tanah tergantung dari
besar nilai tahanan yang dipasang pada pentanahan titik netral.

Sumber : Pedoman dan Petunjuk Sistem Proteksi Transmisi dan Gardu Induk Jawa Bali Edisi Pertama :
www.pln.co.id |
September 2013
Prinsip Kerja Relai REF

www.pln.co.id |
Jenis Relai REF
1. REF High Impedance
Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam pengaplikasian relai ini adalah :
• Kemampuan pembebanan CT (Burden CT)
• Impedansi total rangkaian (impedansi CT, impedansi pengawatan & impedansi
relai)
• Level kejenuhan CT
• Arus magnetisasi pada CT
• Nilai tahanan geser
• Tegangan maksimum yang mungkin terjadi pada terminal relai ( metrosil
requirements)
• Lokasi penempatan CT (area protection)
2. REF Low Impedance
Untuk aplikasi REF Low Impedance yang perlu diperhatikan adalah sensitifitas kurva
kemiringan
Sumber (slope)
: Pedoman dan Petunjuk Sistem Proteksi Transmisi dan Gardu Induk Jawa Bali Edisi Pertama :
www.pln.co.id |
September 2013
Pengaman Cadangan Bay Trafo

Pada bay transformator, relai


OC R / GF R d i pi li h s e b ag a i
relai cadangan untuk
mengamankan bay trafo.
Kare na OC R / GFR adalah
relai yang bekerja setelah
waktu tunda maka relai ini
harus dikoordinasikan. Selain
itu terdapat relai SBEF untuk
mengamankan NGR trafo.

Sumber : Pedoman dan Petunjuk Sistem Proteksi Transmisi dan Gardu Induk Jawa Bali Edisi Pertama :
www.pln.co.id |
September 2013
Relai Arus Lebih (Over Current Relay)
Relai OCR yang dipasang pada trafo adalah jenis yang tidak berarah ( non
directional). Karena tidak berarah maka relai ini bisa bekerja pada gangguan
pada gangguan dalam dan luar. Relai jenis ini dipasang pada kedua sisi trafo
sehingga perlu diperhatikan penyetingan arus dan waktu kerjanya. Pemilihan
dan penyetingan OCR harus mempertimbangkan factor sebagai berikut :
a. Kondisi sistem (X/R dari sistem termasuk sumber (source) dan transformator serta
fluktuasi tegangan)
b. Ketahanan transformator terhadap gangguan hubung singkat luar (external)
c. Ketahanan transformator terhadap beban lebih
d. Proteksi utama transformator yang sudah tersedia
Dalam elemen OCR terdapat seting OCR highset yang berfungsi untuk mengatasi arus
gangguan yang sangat besar (through fault current) sehingga dibutuhkan waktu kerja yang
sangat cepat untuk mengisolasi / memutuskan gangguan tersebut.

Sumber : Pedoman dan Petunjuk Sistem Proteksi Transmisi dan Gardu Induk Jawa Bali Edisi Pertama :
www.pln.co.id |
September 2013
Relai Gangguan Tanah (Ground Fault
Relay)
Prinsip kerja relai gangguan ke tanah sama dengan relai arus lebih. Berdasarkan fungsi
relai gangguan ke tanah mendeteksi arus urutan nol yang nilainya sangat kecil
(unbalance system detection). Nilai seting relai gangguan tanah minimum adalah total
arus urutan nol maksimum yang bersirkulasi dalam transformator. Oleh sebab itu seting
GFR sangat berkaitan erat dengan kombinasi belitan transformator. Aspek teknis
penyetingan relai gangguan ke tanah memperhatikan faktor berikut:
a. Pola pentanahan netral transformator
b. Ketahanan termis resistansi netral transformator
c. Ketahanan termis pelindung ( shielding ) kabel di sisi sekunder transformator
(khususnya pada sistem dengan netral yang ditanahkan langsung atau dengan NGR
rendah)
d. Sensitifitas relai terhadap gangguan ke tanah
e. Pengaruh konfigurasi belitan transformator (dilengkapi belitan delta atau tidak)
f. Tipe inti transformator

Sumber : Pedoman dan Petunjuk Sistem Proteksi Transmisi dan Gardu Induk Jawa Bali Edisi Pertama :
www.pln.co.id |
September 2013
Relai Standby Earth Fault (SBEF)
Filosofi relai ini adalah untuk mengamankan NGR dari kerusakan akibat panas. Panas bisa
dihasilkan karena arus hubung singkat atau arus urutan nol yang mengalir ke titik netral
transformator secara terus menerus (continue). Prinsip kerja relai ini sama dengan relai
gangguan ke tanah (GFR/RGT) dan dipasang hanya untuk pentanahan yang bukan
pentanahan langsung. Karena terdapat berbagai nilai dari resistansi pentanahan titik netral
maka setingnya pun harus mempertimbangkan nominal dan ketahanan termis dari resistansi
pentanahan itu sendiri, sehingga karakteristik waktu relai ini menjadi sangat penting. Adapun
karakteristik waktu kerja SBEF adalah kurva landai (long time inverse).

Sumber : Pedoman dan Petunjuk Sistem Proteksi Transmisi dan Gardu Induk Jawa Bali Edisi Pertama :
www.pln.co.id |
September 2013
0 Proteksi
5 Diameter dan
Busbar
Daerah Proteksi Busbar dan Diameter

www.pln.co.id |
Proteksi Busbar

Prinsip Kerja Proteksi Busbar

Relai busbar merupakan proteksi utama yang menggunakan


prinsip diferensial, dimana jika pada kondisi sistem normal
maka penjumlahan fasor dari semua arus yang masuk dan
keluar sama dengan nol, atau jika terjadi gangguan di luar
busbar maka minimum satu arah arus berlawanan arah dengan
arus lainnya. Dan jika terjadi gangguan pada busbar, maka
penjumlahan fasor tersebut tidak lagi sama dengan nol sehingga
menyebabkan relai bekerja

Sumber : Pedoman dan Petunjuk Sistem Proteksi Transmisi dan Gardu Induk Jawa Bali Edisi Pertama :
www.pln.co.id |
September 2013
Kriteria Pemasangan Proteksi Busbar
Kriteria Pemasangan Proteksi Busbar

1. Outlet pembangkit

2. Outlet IBT (500/150 kV atau 150/70 kV)

3. GI yang merupakan jalur Tie Line

4. GI yang memiliki jumlah bay 8 ke atas

5. GI yang rawan terhadap gangguan layang-layang


GI eksisitng yang memenuhi kriteria di atas dan belum
terpasang proteksi busbar, direkomendasikan busbar yang
dipasang jenis low impedance
www.pln.co.id |
Konfigurasi Proteksi Busbar

Untuk menjamin keberhasilan dalam mengamankan


peralatan instalasi dari berbagai jenis gangguan maka
pola proteksi yang diterapkan dalam saluran transmisi
tegangan ekstra tinggi menggunakan pola dua proteksi
utama (redundant), yaitu proteksi utama-A dan proteksi
utama-B (SPLN T5.002-2 2010).
Sumber : Pedoman dan Petunjuk Sistem Proteksi Transmisi dan Gardu Induk Jawa Bali Edisi Pertama :
www.pln.co.id |
September 2013
Komponen Penyusun Sistem Proteksi
Busbar
1. Bus Zone
Berfungsi untuk menentukan busbar yang terganggu. Apabila gardu induk
mempunyai lebih dari satu busbar, maka sistem proteksi busbar di GI tersebut
mempunyai beberapa zona proteksi tergantung dari jumlah busbar dan PMT
kopel / PMT section yang dimiliki (satu zona mengamankan satu busbar dan satu
PMT kopel / PMT section (jika ada)

2. Check Zone
Berfungsi untuk menentukan bahwa relai proteksi busbar akan bekerja dengan
benar pada saat terjadi gangguan internal dan tidak akan bekerja pada saat
gangguan eksternal. Checkzone bekerja dengan cara membandingkan semua arus
pada bay yang tersambung pada gardu induk tanpa membandingkan arus yang
ada pada bay kopel.Dengan adanya checkzone maka akan menambah tingkat
security dalam sistem proteksi busbar

Sumber : Pedoman dan Petunjuk Sistem Proteksi Transmisi dan Gardu Induk Jawa Bali Edisi Pertama :
www.pln.co.id |
September 2013
Pembagian Bus Zone

Double busbar – Satu Setengah Double busbar, Dua Bus


PMT Zone

Double busbar,, 1 PMT Kopel / PMT Section / Double busbar,, 2 PMT Kopel / PMT Section /
PMS Section, 3 Bus Zone PMS Section, 4 Bus Zone

Sumber : Pedoman dan Petunjuk Sistem Proteksi Transmisi dan Gardu Induk Jawa Bali Edisi Pertama :
www.pln.co.id |
September 2013
Daerah Cakupan Check Zone

Sumber : Pedoman dan Petunjuk Sistem Proteksi Transmisi dan Gardu Induk Jawa Bali Edisi Pertama :
www.pln.co.id |
September 2013
Jenis Proteksi Busbar

1. Relai Busbar Jenis High Impedance

Relai busbar jenis high impedance dipasang dengan skema


semua CT pada bay yang terhubung pada busbar yang
sama dihubungkan secara paralel satu sama lain. Metode
ini mempunyai keunggulan yaitu lebih mudah diterapkan
dan lebih mudah dikembangkan apabila ada penambahan
bay pada gardu induk, sangat sensitif terhadap gangguan
fasa-tanah dan fasa-fasa serta sangat stabil terhadap
gangguan eksternal. Namun, relai jenis ini juga memiliki
kelemahan yakni : semua CT dalam satu zona busbar
harus mempunyai rasio yang sama serta membutuhkan
stabilizing resistor dan tahanan non linier. www.pln.co.id |
Relai Busbar Jenis High Impedance

Sumber : Pedoman dan Petunjuk Sistem Proteksi Transmisi dan Gardu Induk Jawa Bali Edisi Pertama :
www.pln.co.id |
September 2013
Jenis Proteksi Busbar

2. Relai Busbar Jenis Low Impedance


Relai busbar jenis low impedance menggunakan skema
dimana masing-masing CT pada bay yang tersambung
ke busbar dihubungkan ke relai secara langsung. Hal ini
memungkinkan digunakannya CT dengan rasio yang
berbeda. Namun kelemahan dari relai ini adalah harus
memiliki modul CT cadangan (spare) untuk keperluan
penambahan bay pada busbar nantinya. Apabila modul
cadangan ini tidak tersedia, maka penambahan bay
baru pada busbar juga membutuhkan penambahan
relai busbar baru.
www.pln.co.id |
Relai Busbar Jenis Low Impedance

Relai Proteksi Busbar Tipe Distributed


Relai Proteksi Busbar Tipe Centralized Low
Centralized Low Impedance
Impedance
Sumber : Pedoman dan Petunjuk Sistem Proteksi Transmisi dan Gardu Induk Jawa Bali Edisi Pertama :
www.pln.co.id |
September 2013
Proteksi Diameter

Prinsip Kerja Proteksi Diameter


Jenis proteksi yang digunakan dikenal sebagai Circulating
Current Protection (CCP) yang merupakan proteksi utama dari
diameter. Relai CCP ini menggunakan relai diferensial, yang
umumnya diterapkan pada sistem gardu induk satu setengah
PMT yang menggunakan CT line, dimana relai ini
mengamankan daerah di antara CT pada bay dengan CT pada
PMT pengapit diameter tersebut. Apabila terjadi gangguan di
daerah kerja relai CCP, maka relai ini akan mentripkan dua
buah PMT diameter dan mengirimkan sinyal direct transfer
trip (DTT) ke GI lawan/depan

www.pln.co.id |
Circulating Current Protection (CCP)
F1

7A2 7AB2 7B2

7A1 7AB1 7B1


BUS A BUS B
Rangkaianintertrip pada relai CCP
Gangguan di F1 pada saat PMT 7B2 berfungsi untuk mengiri mkan sinyal
closed direct transfer trip (DTT) ke GI lawan/GI
depan sehingga lokasi gangguan bisa
CCP akan bekerja mentripkan PMT dilokalisir. S inyal DT T dari masing-
7AB2 dan PMT 7B2 masing relai (CCP main A dan CCP main
B) menggunakan independent channel.
www.pln.co.id |
Proteksi Kegagalan PMT / Circuit
Breaker Failure (CBF)
Relai Kegagalan PMT(CBF) merupakan proteksi yang bekerja apabila terjadi
kegagalan pemutusan PMT saat terjadi gangguan. Jenis relai yang digunakan
sebagai proteksi CBF adalah relai arus lebih (Over Current Relay). Relai CBF
merupakan proteksi cadangan karena kerjanya menunggu proteksi
utama/cadangan bekerja terlebih dahulu (SK DIR 114/2009).
Relai CBF bekerja apabila memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a. Arus gangguan dideteksi oleh relai CBF (menggunakan relai OCR)
b. Mendapat initiate dari proteksi utama atau proteksi cadangan atau dari
relaiLock Out.
c. Pada batas waktu tertentu (sesuai dengan seting waktu tunda relai CBF),
PMT masih dalam kondisi menutup (close).

Sumber : Pedoman dan Petunjuk Sistem Proteksi Transmisi dan Gardu Induk Jawa Bali Edisi Pertama :
www.pln.co.id |
September 2013
Circuit Breaker Failure (CBF)

www.pln.co.id |
Rangkaian Logika Rangkaian CBF

www.pln.co.id |
Short Zone Protection (SZP)
RelaiShort Zone Protection (SZP) merupakanjenis proteksi yang
digunakan untuk mengamankan daerah antara CT dan PMT
pada diameter saat PMT tersebut dalam kondisi terbuka (open).
Apabila PMT dalam kondisi tertutup ( close ), daerah tersebut
diamankan oleh CCP. Relai SZP bekerja apabila memenuhi
persyaratan sebagai berikut :
a. Arus gangguan dideteksi oleh relaiSZP (menggunakan relai
OCR)
b. PMT dalam kondisi terbuka (open).

Sumber : Pedoman dan Petunjuk Sistem Proteksi Transmisi dan Gardu Induk Jawa Bali Edisi Pertama :
www.pln.co.id |
September 2013
Short Zone Protection (SZP)

F1

7A2 7AB2 7B2

7A1 7AB1 7B1


BUS A BUS B

Gangguan di F1 pada saat 7B2 open


SZP pada 7B2 akan bekerja mengirim sinyal trip kesemua pmt lain yang
terhubung ke busbar B
www.pln.co.id |
STUB Protection

R ela i S TUB d i g u n a k a n pa da s i s t e m GI / G I TE T s a t u
setengah breaker yang tidak menggunakan CT line dan
membutuhkan status Pemisah Line kondisi open sebagai
persyaratan untuk bekerja.
System proteksi STUB digunakan untuk mengamankan
daerah antara dua CT pada diameter hingga pemisah line.
Apabila terjadi gangguan di daerah kerja relai stub, maka
relai ini akan mentripkan 2 buah PMT diameter.

www.pln.co.id |
Daerah Kerja Proteksi STUB

www.pln.co.id |
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai