Anda di halaman 1dari 26

BAB III

PROTEKSI OVER CURRENT RELAY (OCR) DAN GROUND FAULT


RELAY (GFR)

3.1. Relai Proteksi Pada Transformator Daya Dan Penyulang

3.1.1. Definisi Relai Proteksi

Tujuan utama dari sistem tenaga listrik adalah penyaluran tenaga listrik

yang mempunyai mutu dan keandalan yang tinggi dan ketika terjadi gangguan

dapat meminimalkan akibat dari gangguan tersebut, seperti kehilangan daya,

tegangan turun dan tegangan lebih. Karena gangguan tidak dapat dihindari maka

untuk mencegahnya atau mengurangi akibat dari gangguan tersebut digunakan

relai pengaman.

Definisi relai proteksi menurut The Institute Of Electrical And Electronic

Engineering (IEEE) adalah suatu peralatan elektrik yang didesain untuk

mengartikan kondisi masukan pada keadaan tertentu, setelah kondisi tersebut

dispesifikasikan, yang ditujukan untuk memberi respon yang dapat menyebabkan

pengoperasian kontak didalam suatu kesatuan rangkaian listrik. Kondisi masukan

biasanya berupa sinyal listrik, mekanik, atau besaran lainnya.

27
28

Komponen dari relai dapat berupa electromechanic, solid

state/electrostatic dan digital numeric. Pada awalnya relai yang digunakan

menggunakan tipe elektromekanik lalu beralih ke tipe elektrostatik dan sekarang

menggunakan teknologi relai digital numerik.

Relai elektrostatik dan digital numerik digunakan dalam tegangan yang

rendah, relai ini memiliki keuntungan dibanding jenis elektromekanik antara lain

keakuratan waktu, kepekaan frekuensi dan sistem logika pemecahan terhadap

masalah yang rumit. Sedangkan relai elektromekanik memiliki kekurangan antara

lain kurang akurat, sensitif dan sulit untuk dites dan dirawat.

Gambar 3.1 Blok Diagram Relai

Selain relai proteksi digunakan peralatan-peralatan pendukung yang

dapat membebaskan sistem dari bagian yang terganggu, antara lain :

1. Trafo Arus (CT) dan/atau Trafo Tegangan (PT) yaitu untuk meneruskan

arus dan/atau tegangan dengan perbandingan tertentu dari kumparan

primer ke kumparan sekunder.

2. Pemutus Tenaga (PMT) yaitu sebagai pemutus arus gangguan di dalam

sirkit tenaga atau untuk melepaskan bagian sistem yang terganggu (fault

clearing). PMT menerima perintah untuk membuka (sinyal trip) dari

relai proteksi.

3. Battere (aki) yaitu sebagai sumber tenaga untuk mentrip PMT dan catu

daya untuk relai utama dan relai bantu.


29

Keterangan :
PMS = Pemisah
PMT = Pemutus tenaga
R = Relai
PT = Trafo Tegangan
CT = Trafo Arus
TC = Trip Coil
F = Fuse
B = Battre

Gambar 3.2 Hubungan Komponen Sistem Proteksi

Relai menggunakan besaran listrik yang dihubungkan dengan sistem

tenaga listrik melalui trafo arus dan/atau trafo tegangan. Peralatan ini memberikan

perlindungan dari tegangan yang tinggi pada sistem tenaga listrik dan mengurangi

medan magnet pada kumparan sekunder untuk dihubungkan dengan relai.

Gambar 3.3 Hubungan Relai Dalam Sistem Tenaga Listrik

Pada gambar diatas dalam kondisi normal PMT menutup dan daya dapat

disalurkan, apabila terjadi gangguan maka relai akan merasakan gangguan

tersebut melalui trafo arus dan/atau trafo tegangan dan akan memberikan sinyal

kepada PMT untuk membuka dengan bantuan battre, sehingga penyaluran daya

terhenti.
30

PMT harus dapat segera membuka apabila mendapat sinyal dari relai

untuk membuka, kejadian ini harus berlangsung dalam waktu yang sangat singkat

untuk mengurangi akibat dari gangguan tersebut.

3.1.2. Fungsi Relai Proteksi

Relai proteksi mempunyai fungsi antara lain :

1. Mendeteksi adanya gangguan atau keadaan abnormal lainnya pada

bagian sistem yang diamankannya.

2. Memisahkan bagian yang terganggu dari bagian sistem yang masih

beroperasi dengan cara memerintahkan trip kepada PMT yang

bersangkutan.

3. Memberitahukan adanya gangguan kepada operator, yaitu dengan cara

membunyikan alarm dan menyalakan lampu tanda gangguan.

4. Relai proteksi mutakhir dapat memberi informasi jarak lokasi gangguan

dan letak gangguan.

3.1.3. Syarat Utama Relai Proteksi

Suatu relai poteksi harus memiliki beberapa syarat-syarat utama antara

lain :

1. Kepekaan (Sensitivity)

Relai harus cukup peka, sehingga selalu dapat mendeteksi adanya

gangguan di daerah pengamanannya meskipun dalam kondisi yang

memberikan rangsangan minimum.


31

2. Keandalan (Reliability)

Keandalan dapat dibagi atas :

- Keandalan (Dependability)

Pengaman harus dapat diandalkan kemampuan bekerjanya. Tidak

boleh gagal bekerja, bila memang harus bekerja (ada gangguan di

daerah pengamanannya).

- Keamanan (Security)

Pengaman tidak boleh salah bekerja, yaitu bekerja yang tidak

semestinya harus bekerja, misalnya karena lokasi gangguan diluar

daerah pengamanannya/sama sekali tidak ada gangguan atau kerja

yang terlalu cepat/terlalu lambat yang dapat mengakibatkan

pemadaman yang sebenarnya tidak perlu terjadi.

- Ketersediaan (Availability)

Ketersediaan peralatan pengaman diartikan dengan kondisi siap

kerja. Kondisi ini dinyatakan dalam rasio (perbandingan) antara

waktu siap kerja relai pengaman dengan waktu total operasinya.

Sistem proteksi yang baik dilengkapi dengan kemampuan

mendeteksi terpitusnya sirkit trip, sirkit sekunder arus, sirkit

sekunder tegangan serta hilangnya tegangan searah, dan dapat

memberikan alarm sehingga dapat segera diperbaiki.

3. Selektifitas

Pengaman harus dapat memisahkan bagian yang terganggu sekecil

mungkin, yaitu hanya seksi yang terganggu yang termasuk dalam daerah

pengamanan utamanya, jadi relai harus dapat membedakan apakah


32

gangguan berada di daerah pengamanannya atau di luar daerah

pengamanannya.

4. Kecepatan

Untuk memperkecil akibat gangguan maka bagian yang terganggu harus

dipisahkan secepat mungkin dari bagian sistem lainnya.

Untuk menciptakan selektifitas mungkin suatu pengaman terpaksa diberi

waktu tunda (time delay), namun waktu tunda itu pun harus secepat

mungkin/seperlunya. Selain mengurangi kerusakan akibat gangguan

hubung singkat, kecepatan relai pengaman juga dapat memperkecil

pengaruh ketidakstabilan sistem.

Waktu total pembebasan gangguan (total fault clearing time) adalah

waktu sejak munculnya gangguan sampai dengan bagian yang terganggu

benar-benar terpisah dari bagan sistem lainnya.

ttotal = tstart + td + tPMT .......................................................... (3.1)

Dimana : ttotal = waktu total pembebasan gangguan

tstart = waktu start relai (waktu kerja tanpa waktu tunda)

td = waktu tunda relai untuk koordinasi

tPMT = waktu pemutusan arus gangguan PMT

Disamping syarat-syarat tersebut diatas, terdapat empat faktor utama

yang mempengaruhi kerja dari relai antara lain :

1. Faktor ekonomi.

2. Karakteristik dari relai dan sistem tenaga listrik.


33

3. Lokasi dari pemisah dan pengaman (PMT) dan peralatan-peralatan lain

yang berfungsi sebagai masukan (CT/PT).

4. Tingkat dari gangguan.

3.1.4. Tipe Proteksi

Ada kemungkinan suatu sistem proteksi gagal bekerja karena kegagalan

komponennya. Misalnya kegagalan/kelemahan battre, terputusnya rangkaian trip,

gangguan pada PMT, kerusakan relai dsb. Oleh karena itu sistem harus dilengkapi

oleh proteksi utama (main protection) dan proteksi cadangan (backup protection),

dimana setiap tipe ini mempunyai fungsi dan cara kerja masing-masing :

1. Proteksi Utama

Proteksi utama adalah proteksi yang akan bekerja pertama dan

membebaskan gangguan pada bagian yang diamankan secepat mungkin.

Keandalan yang dijaga 100 % tidak hanya dari skema proteksi tetapi

juga dari CT, PT dan PMT. Selain itu sistem proteksi tidak dapat dijamin

dengan hanya pemasangan proteksi utama saja, oleh karena itu

diperlukan suatu proteksi cadangan.

2. Proteksi Cadangan

Proteksi Cadangan ini akan bekerja, jika proteksi utama gagal bekerja.

Pengaman cadangan dibagi menjadi :

• Pengaman Cadangan Lokal (Local Back up)

• Pengaman Cadangan Jarak Jauh (Remote Back up)

• Pengaman Kegagalan PMT (CB Failure Protection)


34

Pengaman cadangan lokal terletak ditempat yang sama dengan

pengaman utamanya, sedangkan pengaman cadangan jarak jauh terletak

di seksi sebelah hulunya. Suatu relai dapat berfungsi ganda yaitu sebagai

pengaman bagi seksinya sendiri dan sekaligus sebagai pengaman

cadangan jauh bagi seksi berikutnya. Dalam hal ini pasti terjadi tumpang

tindih (overlapping) antara daerah pengaman utama dengan daerah

pengaman cadangan pada seksi yang sama atau dengan seksi sebelah

hulunya.

Hal ini berarti gangguan yang terjadi pada daerah pengaman utama akan

dideteksi baik oleh pengaman utama maupun pengaman cadangannya.

Untuk menghindari terpisahnya kedua seksi secara bersamaan, maka

pengaman cadangan diberi waktu tunda (time delay).

PMT dapat gagal bekerja, misalnya karena lemahnya battere,

terputusnya rangkaian trip, gangguan mekanis pada PMT, atau

kegagalan dalam memutuskan arus meskipun kontaknya sudah bergerak

kearah membuka. Pengaman kegagalan PMT mendeteksi arus gangguan

pada PMT yang seharusnya sudah terbuka. Jika arus masih ada, yang

berarti terjadi kegagalan PMT, pengaman kegagalan PMT ini mentrip

semua PMT terdekat disebelah hulunya yang mensuplai arus gangguan.

Cara mendeteksi kegagalan PMT dapat dilakukan oleh relai arus lebih

yang mendeteksi masih adanya arus setelah PMT tersebut ditrip oleh

relai proteksinya. Jadi pengaman kegagalan PMT ini baru bisa bekerja

setelah menerima sinyal trip dari relai proteksinya untuk start. Jika relai

pengaman utama dan pengaman cadangan lokalnya gagal, pengaman


35

kegagalan PMT ini juga akan lumpuh karena sinyal trip dari relai

proteksinya sebagai persyaratan untuk start tidak diterimanya, maka

dalam hal ini menjadi tugas relai pengaman cadangan jauh untuk

mengamankannya.

3.2 Jenis –Jenis Relai Proteksi Pada Transformator Daya

Gangguan pada sistem tenaga listrik tidak dapat dihindari oleh karena itu

untuk mencegah kerusakan pada peralatan sistem tenaga listrik khususnya

transformator daya digunakan relai pengaman. Jenis-jenis relai pengaman yang

pada umumnya digunakan pada transformator daya antara lain :

1. Relai Bucholz

Apabila terdapat gangguan di dalam transformator yang berkembang

secara perlahan-lahan, maka akan menghasilkan panas setempat dalam

hal ini maka bahan isolasi padat maupun cair akan terurai menghasilkan

gas yang dapat menyala. Gas ini akan naik ke atas transformator dan

mengalir ke konservator kemudian barhenti di relai bucholz. Relai

bucholz akan memberikan alarm/sinyal bila jumlah gas telah mencapai

keadaan tertentu.

2. Relai Tekanan Mendadak

Pada transformator tanpa konservator, trip dengan relai bucholz tidak

dapat digunakan sebagai gantinya digunakan relai tekanan mendadak.

Relai ini dipasang di tangki dan bekerja dengan pertolongan membran,

membran akan terdefleksi dengan adanya tekanan. Karena terjadi

perbedaan tekanan minyak dibawah diafragma terdapat lubang untuk


36

menyamakan tekanan diantara kedua sisinya sehingga tidak peka

terhadap tekanan dan hanya peka terhadap kenaikan tekanan yang

mendadak.

3. Relai Suhu

Transformator daya dengan kapasitas 5 MVA keatas memiliki beberapa

cara pendinginan antara lain ONAN (Oil Natural Air Natural), ONAF

(Oil Natural Air Force), OFAF (Oil Force Air Force). Agar operasi

transformator ini efisien maka pada beban rendah beroperasi dengan

pendinginan alamiah atau udara paksa dengan sebagian kipas yang

berputar. Kemudian apabila bebannya bertambah dan suhunya naik

maka kipas lainnya akan berputar. Untuk mengatur kipas yang

beroperasi digunakan relai suhu yang didasarkan pada termometer

dengan beberapa kontak yang dimanfaatkan untuk mengoperasikan

kipas, memberi sinyal atau alarm.

4. Relai Differensial

Relai differensial berfungsi sebagai pengaman hubung singkat yang

terjadi di dalam transformator. Relai ini mempunyai daerah kerja

diantara dua transformator arus (CT) dengan membandingkan arus yang

masuk dan keluar dari transformator, dimana perbandingan dan

sambungannya diatur sehingga pada keadaan beban normal atau

gangguan diluar daerah pengamanannya relai ini tidak bekerja. Relai ini

hanya akan bekerja apabila terdapat gangguan di dalam daerah


37

pengamanannya yang akan mengakibatkan ketidakseimbangan diantara

arus yang masuk dan arus yang keluar dari CT.

5. Relai Gangguan Tanah Terbatas

Relai ini hanya mendeteksi terhadap gangguan fasa ke tanah yang terjadi

didalam transformator dimana belitannya terhubung bintang yang titik

netralnya dibumikan. Prinsip kerja relai ini didasarkan atas

ketidakseimbangan arus antara arus sisa dari ketiga CT pada saluran

dengan CT pada netral transformator.

6. Relai Arus lebih

Relai ini berfungsi untuk mengamankan transformator terhadap

gangguan hubung singkat antar fasa baik di dalam daerah transformator

maupun diluar daerah transformator seperti di penyulang. Untuk

menghasilkan selektifitas yang baik maka relai ini harus dikoordinasikan

dengan relai-relai yang lain.

7. Relai Arus Hubung Tanah

Ralai ini merupakan relai arus lebih yang mendeteksi gangguan fasa ke

tanah. Relai ini mendeteksi arus urutan nol yang akan timbul apabila

terjadi gangguan fasa ke tanah. Relai gangguan satu fasa ke tanah

terletak di rangkaian sekunder trafo arus di ketiga fasanya. Jadi arus

yang diukur adalah arus penjumlahan dari arus ketiga fasanya. Arus ini

disebut arus sisa (residual current).


38

3.3. Jenis Pengaman Arus Lebih

3.3.1. Pengaman Beban Lebih

Beban lebih mungkin tidak tepat disebut sebagai gangguan. Namun

karena beban lebih adalah suatu keadaan abnormal yang apabila dibiarkan terus

berlangsung dapat membahayakan peralatan, jadi harus diamankan. Beban lebih

dapat terjadi pada trafo atau pada saluran karena konsumen yang dipasoknya

memang terus meningkat, atau karena adanya manuver/perubahan aliran beban di

jaringan setelah adanya gangguan.

Beban yang berlebihan dapat menyebabkan panas yang berlebihan pula.

Dari jenis bahan isolasinya, suhu yang melebihi batas suhu kerja dari suatu

peralatan tersebut dapat merusak isolasi atau setidak-tidaknya proses penuaan

berlangsung lebih cepat, sehingga umurnya menjadi lebih pendek. Suatu alat

listrik dapat dibebani tanpa melebihi batas suhu kerja isolasinya jika kondisi

awalnya dibawah batas suhu kerja tersebut, sebab kenaikan suhu berlangsung

relatif lambat (fungsi eksponensial) tergantung dari konstanta waktu (time

constant) dari peralatan tersebut.

Gangguan pada sistem pendingin dapat menyebabkan kenaikan suhu

yang berlebihan meskipun bebannya masih dibawah nominalnya. Dalam hal

demikian trafo akan mengalami perpendekan umur. Panas yang berlebihan pada

beberapa kabel yang terpasang paralel dapat terjadi karena jaraknya satu sama lain

terlalu dekat meskipun bebannya dibawah nominal. Akibatnya sama yaitu

perpendekan umur atau cepat rusak.


39

Karena pengaman beban lebih pada dasarnya menghindari kenaikan

suhu alat yang belebihan, maka dapat digunakan pengaman suhu lebih, yaitu relai

suhu (temperature relay).

3.3.2. Pengaman Hubung Singkat (Dua Fasa, Tiga Fasa)

Hubung singkat dapat terjadi antar fasa (dua fasa atau tiga fasa) atau

antara satu fasa ke tanah, dan dapat bersifat sementara atau permanen.

Gangguan yang bersifat permanen misalnya hubung singkat pada kabel,

belitan trafo atau generator karena tembusnya isolasi padat. Disini pada titik

gangguan memang terjadi kerusakan yang permanen. Peralatan yang terganggu

tersebut bisa dioperasikan kembali setelah bagian yang rusak diperbaiki atau

diganti. Penyebab gangguan permanen antara lain penuaan isolasi, kerusakan

mekanis isolasi, tegangan lebih dsb.

Gangguan yang bersifat sementara tidak mempunyai kerusakan secara

permanen di titik gangguan, misalnya flashover antara penghantar fasa dan

tanah/tiang karena sambaran petir, dahan pohon yang menyambar konduktor

karena tertiup angin, atau burung/binatang lain yang terbang/merayap mendekati

konduktor fasa dsb.

Pada gangguan ini yang tembus (break down) adalah isolasi udaranya,

oleh karena itu tidak ada kerusakan yang permanen. Setelah arus gangguannya

terputus, misalnya karena terbukanya PMT oleh relai pengamannya, peralatan

atau saluran yang terganggu tersebut siap dioperasikan kembali.

Arus gangguan hubung singkat dua fasa lebih kecil daripada arus

hubung singkat tiga fasa. Jika tahanan gangguan diabaikan, maka arus hubung

singkat dua fasa kira-kira ½ √3 kali arus gangguan hubung singkat tiga fasa.
40

Untuk mengatasi gangguan hubung singkat dapat digunakan relai

sebagai pengaman gangguan hubung singkat, relai ini dialiri oleh arus fasa, oleh

karena itu disebut juga relai fasa. Karena dialiri arus fasa maka nilai settingnya

(ISet) harus lebih besar dari arus beban maksimum supaya relai tidak trip oleh arus

beban maksimum.

Relai gangguan hubung singkat tidak dapat berfungsi sebagai pengaman

beban lebih dengan akurat, yaitu tidak bisa mendeteksi beban lebih yang masih

rendah (kurang dari 1,5 kali nilai settingnya) tetapi biasanya akan trip terlalu cepat

untuk beban lebih yang lebih besar.

3.3.3. Pengaman Gangguan Satu Fasa Ke Tanah

Relai gangguan satu fasa tanah terletak di rangkaian sekunder trafo arus

di ketiga fasanya. Jadi arus yang diukur adalah arus penjumlahan dari arus ketiga

fasanya. Arus ini disebut arus sisa (residual current), atau arus urutan nol yang

memang baru muncul ketika ada gangguan tanah. Karena relai mendeteksi arus

urutan nol maka relai gangguan tanah tidak dilalui arus beban dan tidak dialiri

arus gangguan hubung singkat antar fasa.

3.4. Prinsip Dasar Penyetelan Relai OCR dan GFR trafo dan penyulang

3.4.1. Setting OCR pada penyulang 20 kV

a. Arus kerja minimum

Fungsi OCR pada penyulang adalah sebagai pengaman utama penyulang

terhadap gangguan hubung singkat fasa-fasa eksternal yaitu gangguan

pada jaringan TM. OCR pada penyulang di koordinasikan dengan OCR


41

pada incoming trafo yang berfungsi sebagai pangaman cadangan apabila

OCR pada penyulang gagal bekerja.

CT1
OCR/GFR 300/1

Y
150/20 Kv
60 mVA
Y 12,5 %

CT2 OCR/GFR
2000/5

CTP
OCR/GFR 600/5

Gambar 3.4 Daerah Kerja Proteksi OCR Penyulang

Setting arus kerja berdasarkan arus beban penyulang:

Is1 = 1,2 x Ibeban ................................... (3.32)

Setting arus kerja berdasarkan kemampuan peralatan terkecil (CT,kabel,

PMT)

Is2 = 1,2 x In peralatan terkecil ............................ (3.33)

Maka dipilih nilai tekecil :

Is = { Is1.(Is1<Is2) + Is2.(Is2<Is1 } (A primer)

Sehingga didapat rumus dalam besaran sekunder:

Iset  Is x A (sekunder) ................................... (3.34)



42

b. Waktu dan karakteristik kerja

Setting waktu kerja TMS harus memperhatikan ketahanan peralatan dalam

daerah kerjanya (kabel) terhadap besaran arus gangguan yang terjadi.

Untuk menjamin peralatan tersebut tahan terhadap gangguan maksimum,

maka waktu kerja dipilih antara 0,2-0,5 detik untuk gangguan maksimum.

Gangguan maksimum dipilih untuk gangguan fasa-fasa yang terjadi pada

pangkal penghantar di dekat busbar TM.

Untuk fleksibilitas dalam mengkoordinasikan dengan relai penyulang di

GI dan GH, maka dipilih karakteristik waktu kerja jenis normal/standar

invers, maka setting time dial dapat dipilih sesuai kurva yang dipilih:

Untuk kurva standar inverse(SI) didapat rumus:

Ihs ,
 Is 1
TMS  t ………………… (3.35)
o, 14
dan rumus untuk menghitung waktu kerja aktual adalah sebagai berikut:

o, 14
TMS  t
Ihs ,
 1 ………………… (3.36)
Is

Dimana :Ihs = Hubung singkat maksimum dua fasa di pangkal penyulang

/ di dekat busbar TM

Is = Setting arus kerja dalam Ampere primer

t = Waktu kerja 0,2-0,5 detik


43

3.4.2. Setting GFR pada penyulang 20 kV

a. Arus kerja minimum gangguan tanah

Fungsi GFR pada penyulang adalah sebagai pengaman utama penyulang

terhadap gangguan hubung singkat fasa-tanah eksternal yaitu gangguan

pada jaringan TM.

Setting arus kerja berdasarkan arus beban penyulang:

Isg1 = (0,2 – 0,3) x Ibeban ..................... (3.37)

Setting arus kerja pada peralatan terkecil (CT, PMT, NGR dan kabel),

adalah:

Isg2 = (0,2 – 0,3) x In Peralatan terkecil ..................... (3.38)

Maka dipilih nilai terkecil:

Igs = { Isg1.( Isg1<Isg2) + Isg2.(Isg2<Isg1)}

Sehingga didapat dalam besaran sekunder:

Iset g  Isg x .......................................... (3.39)




Tap value setting sesuai range yang ada pada relai adalah:

tapg 

.......................................... (3.40)

b. Setting waktu dan karakteristik kerja

Setting waktu kerja TMS harus memperhatikan ketahanan peralatan dalam

daerah kerjanya (kabel) terhadap besaran arus gangguan yang terjadi.

Untuk menjamin peralatan tersebut tahan terhadap gangguan maksimum,

maka waktu kerja dipilih antara 0,2-0,5 detik untuk gangguan maksimum.

Untuk kurva standar inverse(SI) didapat rumus:

Ihs ,
 1
TMSg  Is tg .......................................... (3.41)
o, 14
44

dan rumus untuk menghitung waktu kerja aktual adalah sebagai berikut:

o, 14 ………………… (3.42 )
TMSg  , tg
Ihs
 Is 1

Dimana : Ihs = Hubung singkat maksimum satu fasa di busbar 20 KV

Isg = Setting arus kerja GFR dalam Ampere primer

t = Waktu kerja yang di inginkan 0,2-0,5 detik

3.4.3. Setting OCR pada sisi skunder trafo (incoming)

a. Arus kerja minimum

Fungsi OCR incoming dalah sebagai pengaman cadangan trafo tenaga

terhadap gangguan hubung singkat fasa-fasa eksternal yaitu gangguan

pada jaringan TM. Namun demikian gangguan-gangguan yang besar

(gangguan di busbar sisi TM) atau dekat sekali dengan trafo tenaga harus

secepat mungkun dieleminir sehingga tidak berdampak yang lebih serius

pada trafo tenaga


CT1
OCR/GFR 300/1

Y
150/20 Kv
60 mVA
Y 12,5 %

CT2 OCR/GFR
2000/5

CTP
OCR/GFR 600/5

Gambar 3.5 Daerah kerja proteksi OCR incoming


45

Setting arus kerja berdasarkan kemampuan trafo:

Is1 = 1,2 x Inominal trafo ................................ (3.43)

Setting arus kerja berdasarkan kemampuan peralatan terkecil (CT,kabel,

PMT)

Is2 = 1,2 x In peralatan terkecil .................................. (3.44)

Maka dipilih nilai tekecil :

Is = { Is1.(Is1<Is2) + Is2.(Is2<Is1 } (A primer)

Sehingga didapat rumus dalam besaran sekunder:

Iset  Is x A (sekunder) ................................... (3.45)


b. Waktu dan karakteristik kerja

Setting waktu kerja TMS harus memperhatikan ketahanan trafo terhadap

besaran arus gangguan yang terjadi. Untuk menjamin trafo tahan terhadap

gangguan maksimum, maka waktu kerja dipilih antara 0,7 -1 detik untuk

gangguan maksimum. Gangguan maksimum dipilih untuk gangguan fasa-

fasa yang terjai pada busbar TM.

Untuk fleksibilitas dalam mengkoordinasikan dengan relai penyulang di

GI dan GH, maka dipilih karakteristik waktu kerja jenis normal/standar

invers, maka setting time dial dapat dipilih sesuai kurva yang dipilih:

Untuk kurva standar inverse(SI) didapat rumus:

Ihs ,
 Is 1
TMS  t ................................. (3.46)
o, 14
dan rumus untuk menghitung waktu kerja aktual adalah sebagai berikut:

o, 14
......... ............................ (3.47)
TMS  t
Ihs ,
 Is 1
46

Dimana : Ihs = Hubung singkat maksimum dua fasa di busbar TM

Is = Setting arus kerja dalam Ampere primer

t = Waktu kerja 0,7 – 1 detik

c. Arus momen (high set)

Setting arus moment adalah untuk mengantisipasi terjadi gangguan yang

sangat besar pada busbar TM dan dikhawatirkan trafo tenaga tidak tahan

terlalu lama sesuai setting kurva waktunya, maka pada kindisi seperti itu

gangguan harus segera dieleminir seketika atau lebih cepat yaitu dengan

high set. Setelan arus high set di incoming dapat diaktifkan bila setelan

waktunya dapat diatur, tetapi bila setelan waktu high set tersebut tidak

dapat diatur maka tidak diaktifkan.

Arus kerja moment maksimum:

Imomen = 0,8 x 0,5 x (In trafo x (1/Zt(pu)) . .................... (3.48)

Setting waktu kerja:

Tmomen = 0,3 – 0,5 detik (definite) ................................. (3.49)

3.4.4. Setting GFR pada sisi sekunder trafo (Incoming)

a. Arus kerja minimum gangguan tanah

Fungsi GFR incoming adalah sebagai pengaman cadangan trafo tenaga

terhadap gangguan hubung singkat satu fasa ketanah eksternal yaitu

gangguan pada jaringan TM.

Setting arus kerja pada gangguan trafo:

Isg1 = (0,2 – 0,3) x Inom trafo MV ..................... (3.50)


47

Setting arus kerja pada peralatan terkecil (CT, PMT, NGR dan kabel),

adalah:

Isg2 = (0,2 – 0,3) x In Peralatan terkecil ..................... (3.51)

Maka dipilih nilai terkecil:

Igs = { Isg1.( Isg1<Isg2) + Isg2.(Isg2<Isg1)}

Sehingga didapat dalam besaran sekunder:

Iset g  Isg x 
.......................................... (3.52)

Tap value setting sesuai range yang ada pada relai adalah:


tapg 

.......................................... (3.53)

b. Setting waktu dan karakteristik kerja

Setting waktu kerja TMS harus memperhatikan ketahanan NGR terhadap

besaran arus gangguan yang akan terjadi. Untuk menjamin NGR dengan

tahanan 40Ω, dalam waktu 5 detik, maka waktu kerja dipilih antara 1-4

detik untuk gangguan maksimum.

Untuk fleksibilitas dalam mengkoordinasikan dengan relai penyulang di

GI dan GH, maka dipilih karakteristik waktu kerja jenis invers atau

definite time.

Tahanan rendah, NGR 40 Ohm, 300 A, 10 detik.

Jenis : relai gangguan tanah

karakteristik : standard invers

Setelan arus : 0,2-0,3 x In NGR

Setelan waktu : ≤ 40 % x ketahanan termis NGR, pada if=300 A

Setelan arus high set : tidak diaktifkan

Tahanan rendah, NGR 12 Ohm, 1000 A, 10 detik.


48

Jenis : relai gangguan tanah

karakteristik : standard invers

Setelan arus : (0,2 – 0,3) x In Trafo

Setelan waktu : 1 detik untuk Hbs maks. = 1000 A

Setelan arus high set : tidak diaktifkan

Pentanahan langsung (solid)

Jenis : relai gangguan tanah tidak berarah

karakteristik : standard invers

Setelan arus : maksimum 0,4 X arus nominal trafo

Setelan waktu : maks 0,7 detik untuk gangguan di bus 20 kV

Setelan arus high set : maks 3 x In trafo

Setelan waktu highest : waktu tunda 300ms untuk pola kaskade dan instant

untuk pola non-kaskade.

Untuk kurva standar inverse(SI) didapat rumus:

Ihs ,
 1
TMSg  Is tg …………….…… (3.54)
o, 14

dan rumus untuk menghitung waktu kerja aktual adalah sebagai berikut:

o, 14 …………….…… (3.55)
TMSg  , tg
Ihs
 Is 1

Dimana : Ihs = Hubung singkat maksimum satu fasa di busbar 20 KV

Isg = Setting arus kerja GFR dalam Ampere primer

t = Waktu kerja yang di inginkan 0,7 – 1,2 detik


49

c. Setting arus momen (high set)

Setelan moment hanya dipakai pada system pentanahan langsung (solid

grounded), sedangkan dalam system pentanaha dengan tahanan tinggi /

rendah, setting momen tidak diperlukan karena arus hubung singkat satu

fasa relative lebih kecil dan aman terhadap ketahanan trafo tenaga.

3.4.5. Setting OCR pada sisi primer trafo 150 KV

a. Aris kerja minimum

Fungsi OCR incoming adalah sebagai pengaman cadangan ke-dua trafo

tenaga terhadap gangguan hubung singkat fasa-fasa eksternal yaitu

gangguan pada jaringan TM.

CT1
OCR/GFR 300/1

Y
150/20 Kv
60 mVA
Y 12,5 %

CT2 OCR/GFR
2000/5

CTP
OCR/GFR 600/5

Gambar 3.6 Daerah kerja proteksi OCR sisi 150 kV

Setting arus kerja berdasarkan kemampuan trafo:

Is1 = 1,2 x Inom trafo 150 ................................. (3.56)


50

Dalam besaran sekunder:

Iset  Is x A (sekunder) ..................... (3.57)


!

Tap value setting range yang ada pada relai:


tap  ................................. (3.58)

b. Waktu dan karakteristik kerja untuk kurva standar inverse (SI) didapat

rumus:

Ihs ,
 Is 1
TMS  t
o, 14 ................................. (3.59)

dan rumus untuk menghitung waktu kerja aktual adalah sebagai berikut:

o, 14
......... ............................ (3.60)
TMS  t
Ihs ,
 Is 1

Dimana : Ihs = Hubung singkat maksimum dua fasa di busbar TM

Is = Setting arus kerja dalam Ampere primer

t = Waktu kerja 1,2 – 1,5 detik

c. Arus momen (high set)

Setting arus primer ini untuk mengantisipasi bila terjadi gangguan yang

sangat besar pada bagian primer trafo (sisi 150kV), walaupun ada

pengamanan trafo, tetapi high set ini dapat membantu mengamankan trafo

tersebut.


!
Im  k1 x ................................ (3.61)
$. !

Dimana : K1 = Konstanta waktu untuk periode 1/12 cycle K1=1,5

Xt = Impedansi hubungan singkat trafo

In150 = Arus nominal trafo sisi 150 kv


51

Tipikal setting momen trafo sisi 150 kV

Im = 8 x Iset ................................. (3.62)

atau, diblok jika menggunakan redundant protection.

3.4.6. Setting GFR pada sisi primer trafo 150 kV

a. Arus kerja minimum

Fungsi GFR netral adalah sebagai pengaman cadangan kedua trafo tenaga

terhadap gangguan hubung singkat satu fasa internal maupun gangguan

eksternal. Karena akan mengalir kontribusi arus urutan nol pada saat

terjadi hubungsingkat satu fasa di sisi 150 kV yang besarnya tergantung

pada jarak lokasi gangguan dengan posisi trafo. Oleh karena itu perlu

adanya penentuan waktu kerja GFR pada sisi primer trafo harus

dikoordinasikan dengan waktu kerja relai di penghantar.

Setting arus kerja GFR untuk trafo dengan delta winding

Is = ( 0,5 – 0,7 ) x Inom trafo 150 kV ..................... (3.63)

Setting arus kerja GFR yang tidak dilengkapi delta winding

Is = 0,2 x Inom trafo 150 kV ..................... (3.64)

Arus dalam besaran sekunder, dibagi CT

Iset  Is x A (sekunder) ..................... (3.65)


!

Tap value setting range yang ada pada relai:


tap  ..................... (3.66)

b. Setting waktu dan karakteristik kerja untuk kurva standar inverse(SI)


Ihs ,
 Is
didapar rumus: 1 …………….…… (3.67)
TMSg  tg
o, 14
52

dan rumus untuk menghitung waktu kerja aktual adalah sebagai berikut:

o, 14 …………….…… (3.68)
TMSg  , tg
Ihs
 Is 1

Dimana : Ihs = Hubung singkat maksimum satu fasa di busbar 150 kV

Isg = Setting arus kerja dalam Ampere primer

t = Waktu kerja yang di inginkan 1,0 – 1,5 detik

Anda mungkin juga menyukai