Anda di halaman 1dari 107

LAPORAN AKHIR

PRAKTIKUM FISIKA

Disusun untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan mata kuliah Praktikum
Fisika pada Program Studi S-1 Teknik Industri Fakultas TeknikUniversitas
Singaperbangsa Karawang Semester Genap Tahun Akademik 2022/2023

Oleh:
Kelompok 18

Syauqi Omar Nafis 2210631140158


Putri Jilan Anisah 2210651140150
Miko Utomo Saputra 2210651140139
Myura Chiara Sahda 2210651140146
Nasywa Pujasmarany 2210631140148
Satria Barqy 2210651140156
Surya Fadlan Saputra 2210651140157

PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK INDUSTRI


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG
2022/2023
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIKUM AKHIR PRAKTIKUM FISIKA

Setelah diperiksa dengan seksama, maka Laporan Akhir ini telah memenuhi syarat
dan ketentuan sebagai Laporan Akhir Praktikum Fisika 2023 pada Program Studi
S1 Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Singaperbangsa Karawang
Semester Genap Tahun Akademik 2022/2023

Oleh:
Kelompok 18 (Delapan Belas)

Karawang, 1 April 2023


Asisten I Asisten II Asisten III

Billy Nugraha Friska Putri Z. Handika S.


Asisten IV Asisten V

Moh. Rizha F. A. Nadhira S. K.

Dosen Pengampu I Praktikum Dosen Pengampu II Praktikum


Fisika Fisika

Firda Ainun Nisah, S.Si., M.Sc. Dr. Umi Nuraini, S.Pd., M.Si.
NIDN. 0005039109 NIDN. 0018118906
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa kerena atas
berkat rahmat-Nya Laporan Akhir Mata Kuliah Praktikum Fisika 2023 yang
berjudul “Laporan Akhir Praktikum Fisika 2023” dapat diselesaikan tepat pada
waktunya.
Laporan Akhir Mata Kuliah Praktikum Fisika ini disusun untuk memenuhi
salah satu syarat kelulusan mata kuliah Praktikum Fisika pada Program Studi S1
Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Singaperbangsa Karawang Semester
Genap Tahun Akademik 2022/2023. Dalam penyusunan Laporan Akhir Mata
Kuliah Praktikum Fisika ini, kami mendapatkan banyak bantuan, bimbingan dan
dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu, melalui kesempatan kali ini kami
menyampaikan rasa terimakasih kepada diantaranya:
1. Dr. M. Samsuri, S.Pd., MT., IPU. sebagai Pelaksana Tugas (PLT) Rektor
Universitas Singaperbangsa Karawang.
2. Dr. H. Maman Suryaman, M.M.Pd. sebagai Dekan Fakultas Teknik,
Universitas Singaperbangsa Karawang.
3. H. Wahyudin, ST., MT. sebagai Koordinator Program Studi S-1 Teknik
Industri, Universitas Singaperbangsa Karawang.
4. Firda Ainun Nisah, S.Si., M.Sc., dan Dr. Umi Nuraini, S.Pd., M.Si. sebagai
Dosen Pengampu Mata Kuliah Praktikum yang senantiasa memberikan
bantuan, bimbingan dan dukungan kepada kami dalam menyusun Laporan
Akhir Mata Kuliah Praktikum Fisika ini.
5. Bapak/Ibu Dosen seluruh Fakultas Teknik, Universitas Singaperbangsa
Karawang yang juga senantiasa memberikan bantuan, bimbingan dan
dukungan kepada kami dalam menyusun Laporan Akhir Mata Kuliah
Praktikum Fisika ini.
6. Billy Nugraha, Friska Putri Zukhruf, Handika Setiawan, Moh. Rizha Fauzi
Amin, dan Nadhira Septias Kharisma sebagai Asisten Praktikum yang
menjadi pembimbing, pengarah dan penanggungjawab akan berjalannya
Praktikum Fisika 2023 yang juga senantiasa selalu memberikan bantuan,
bimbingan dan dukungan kepada kami dalam menyusun Laporan Akhir Mata
Kuliah Praktikum Fisika ini.
7. Saudara/Saudari atau Rekan-Rekan seluruh Fakultas Teknik, Universitas
Singaperbangsa Karawang yang juga ikut membantu dan memberikan rasa
semangat kepada kami dalam menyusun yang juga senantiasa memberikan
bantuan, bimbingan dan dukungan kepada kami dalam menyusun Laporan
Akhir Mata Kuliah Praktikum Fisika ini.
Kami menyadari bahwa Laporan Akhir Mata Kuliah Praktikum Fisika ini
masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak kekurangan daripada kelebihan.
Oleh sebab itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat
konstruktif demi kesempurnaan Laporan Akhir Mata Kuliah Praktikum Fisika ini
dan juga berharap semoga gagasan ide atau inovasi yang sederhana ini dapat
bermanfaat bagi dunia pendidikan dan teknologi pada khususnya dan pembaca
pada umumnya.

Karawang,..................2023
Hormat Kami,

Kelompok 18
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Latar belakang penyusun mengambil mata kuliah ini karena mata
kuliah fisika merupakan ilmu pasti ilmu yang mempelajari tentang semua
hal berdasarkan penelitian baik mengenai peristiwa alam maupun penelitian
lainnya, selain itu matakuliah ini juga poin wajib dalam perkuliahan yang
harus di pelajari untuk melengkapinilai pada semester ini.
Fisika adalah ilmu tentang alam. Hal ini merujuk pada kata fisika yang
berasal dari bahasa Yunani yaitu φυσικός (fysikós) yang mempunyai arti
“alamiah”, dan φύσις (fýsis) yang mempunyai arti “alam”. Dalam kajian
tentang alam, fisika mempelajari gejala alam yang tidak hidup atau materi
dalam lingkup ruang dan waktu. Para fisikawan atau ahli fisika mempelajari
perilaku dan sifat materi dalam bidang yang sangat beragam, mulai dari
partikel submikroskopis yang membentuk segala materi (fisika partikel)
hingga perilaku materi alam semesta sebagai satu kesatuan kosmos
(Giancoli, 2008).
Fisika juga mempelajari gejala gejala awal dari segi materi dan
energinya. Fisika adalah bangun pengetahuan yang menggambarkan usaha,
temuan,wawasan dan kearifan yang bersifat kolektif dari umat manusia
(Wartono, 2003). Di dunia industri, banyak penemuan penemuan baru
melalui penelitian fisika, seperti penemuan bahan semikonduktor,peralatan
optic, bahan polimer, penemuan mesin mesin industri.
Selain alasan di atas pelajaran fisika juga sangat bermanfaat didalam
dunia kerja karena pelajaran ini mengharuskan kita untuk mencari tau atau
meneliti dahulu sesuatu hal sebelum kita mengambil kesimpulan, intinya
kita harus benar-benar tau penyebab, proses, maupun hasil ahir dari suatu
masalah ataupun suber penelitian sehinnga kita bukan hanya menduga-duga
dalam menyimpulkan sesuatu hal.
Fokus dalam kegiatan praktikum kali ini adalah untuk mengasah
kemampuan kuantitatif mahasiswa, yang mana kegiatan praktikum fisika ini
diisi oleh modul modul tentang perhitungan dan juga bisa mengenali
sekaligus mempraktekkan alat dan bahan di dalam praktikum fisika.

1.2 Perumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan diatas maka
rumusan masalah dalam laporan ini adalah:
1. Apa tujuan dari praktikum fisika?
2. Apa pengertian dari fisika?
3. Apa peranan fisika dalam dunia industri?
4. Apa peranan fisika dalam dunia kerja?
5. Apa saja modul modul dalam Praktikum fisika?
6. Apa saja Alat dan bahan dari Praktikum fisika?

1.3 Tujuan Praktikum


Berdasarkan Perumusan Masalah diatas, maka tujuan yang akan
dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Fokus dalam kegiatan praktikum kali ini adalah untuk mengasah
kemampuan kuantitatif mahasiswa, yang mana kegiatan praktikum
fisika ini diisi oleh modul modul tentang perhitungan dan juga bisa
mengenali sekaligus mempraktekkan alat dan bahan di dalam praktikum
fisika.
2. Fisika adalah bangun pengetahuan yang menggambarkan usaha,
temuan,wawasan dan kearifan yang bersifat kolektif dari umat manusia.
3. Peranan fisika dalam dunia industri menghasilkan banyak penemuan
penemuan yang bisa mempermudah proses kerja industri seperti
penemuan bahan semikonduktor,peralatan optic, bahan polimer,
penemuan mesin mesin industri.
4. Peranan fisika dalam dunia kerja adalah mengasah kemampuan kita
untuk mencari tau atau meneliti dahulu sesuatu hal sebelum kita
mengambil kesimpulan, intinya kita harus benar-benar tau penyebab,
proses, maupun hasil ahir dari suatu masalah ataupun suber penelitian
sehinnga kita bukan hanya menduga-duga dalam menyimpulkan
sesuatu hal.
5. Modul modul di dalam praktikum fisika yaitu : Dasar dan
ketidakpastian pengukuran, pegas, ayunan matematis, dinamika bidang
miring dan kalor jenis logam
6. Alat dan bahan dalam praktikum ini meliputi : penggaris plastic,
mikrometer sekrup, jangka sorong, neraca digital, neraca analog dan
objek ukur yang akan diteliti seperti balok, koin, dll.

1.4 Manfaat Praktikum


Berdasarkan Tujuan Praktikum diatas, maka manfaat yang akan
dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Dapat mengetahui tujuan dari praktikum fisika.
2. Dapat mengetahui pengertian dari fisika.
3. Dapat mengetahui peranan fisika dalam dunia industri.
4. Dapat mengetahui peranan fisika dalam dunia kerja.
5. Dapat mengetahui modul modul dalam praktik fisika.
6. Dapat mengetahui alat dan bahan dalam praktik fisika.

1.5 Batasan Praktikum


Berdasarkan penjelasan dari manfaat praktikum diatas, maka dapat
dirumuskan beberapa batasan sebagai berikut:
1. Hanya untuk mengetahui tujuan dari praktikum fisika.
2. Hanya untuk mengetahui pengertian dari fisika.
3. Hanya untuk mengetahui peranan fisika dalam dunia industri.
4. Hanya untuk mengetahui peranan fisika dalam dunia kerja.
5. Hanya untuk mengetahui modul modul dalam praktikum fisika.
6. Hanya untuk mengetahui alat dan bahan dalam praktikum fisika.

1.6 Sistematika Penulisan


Berdasarkan penjelasan dari batasan praktikum, dapat dirumuskan
beberapa sistematika penulisan dari praktikum sebagai berikut:
1. BAB I Pendahuluan
Dalam laporan ini pendahuluan berguna sebagai identitas laporan
untuk menggambarkan gambaran umum dari isi laporan. Pendahuluan
disini terdiri dari latar belakang, perumusan masalah, tujuan praktikum,
manfaat praktikum dan sistematika penulisan.
2. BAB II Landasan Teori
Dalam laporan ini terdapat landasan teori yang berisi dasar materi
yang dibahas yaitu pengertian dasar dan ketidakpastian pengukuran,
fungsi dan tujuan, macam macam metode untuk menentukan konstanta
pegas, menentukan konstanta gravitasi bumi dengan menggunakan
metode ayunan matematis, pengertian fungsi dan tujuan dimanika
benda miring dan kalor jenis logam berdasarkan Azas black.
3. BAB III Usulan Pemecahan Masalah
Dalam membuat laporan terdapat usulan pemecahan masalah
yang berisi solusi dalam usulan pemecahan masalah. Dalam usulan
pemecahan masalah terdiri dari Flowchart rangkaian kegiatan
praktikum Fisika dan deskripsi pemecahan masalah.
4. BAB IV Hasil dan Pembahasan
Dalam pembuatan laporan terdapat hasil dan pembahasan yang
berisi kumpulan hasil perhitungan dari masing masing anggota.
Anggota kelompok penyusun laporan ini adalah kelompok 18. Adalah
Syauqi Omar Nafis (2210631140158), Putri Jilan Anisah
(2210631140150), Myura Chiara Sahda (2210631140146), Nasywa
Pujasmarany (2210631140148), Miko Utomo Saputra
(2210631140139), Satria Barqy (2210631140156), Surya Fadlan
Saputra (2210631140157).
5. BAB V Analisa
Menjelaskan semua langkah-langkah setiap hasil yang telah
dibuat selama praktikum (ditugaskan) baik dimulai dari dasar
ketidakpastian pengukuran sampai dengan kalor jenis logam.
6. BAB VI Penutup
Pada bab ini harus berisikan kesimpulan dan saran dari laporan
praktikum fisika yang telah dibuat.
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Dasar dan Ketidakpastian Pengukuran


2.1.1 Pengertian
Pengukuran merupakan bagian dari keterampilan Proses Sains
yang merupakan pengumpulan informasi baik secara kuantitatif
maupun secara kualitatif. Dengan melakukan pengukuran , dapat
diperoleh besarnya atau nilai suatu besaran atau bukti kualitatif.
Dalam pengukuran ada yang dikatakan ketepatan dan ketelitian
pengukuran. Ketepatan adalah jika suatu besaran diukur beberapa
kali (pengukuran berulang) dan menghasilkan angka-angka yang
menyebar di sekitar harga yang sebenarnya maka pengukuran
dikatakan “akurat”. Pada pengukuran ini, harga rata-ratanya
mendekati harga yang sebenarnya. Sedangkan, ketelitian adalah jika
hasil-hasil pengukuran terpusat di suatu daerah tertentu maka
pengukuran disebut presisi (harga tiap pengukuran tidak jauh
berbeda). Suatu pengukuran selalu disertai oleh ketidakpastian.
Beberapa penyebab ketidakpastian tersebut antara lain adanya Nilai
Skala Terkecil (NST), kesalahan kalibrasi, kesalahan titik nol,
kesalahan paralaks, fluktuasi parameter pengukuran, dan lingkungan
yang saling mempengaruhi serta tingkat keterampilan pengamat
yang berbeda-beda. Dengan demikian sangan sulit untuk
mendapatkan nilai sebenarnya suatu besaran melalui pengukuran.
Beberapa panduan bagaimana cara memperoleh hasil pengukuran
seteliti mungkin diperlukan dan bagaimana cara melaporkan
ketidakpastian yang menyertainya. Kita mengukur setiap besaran
fisik dalam satuannnya masing-masing, menggunakan perbandingan
terhadap suatu standar. Satuan adalah nama unik yang kita tetapkan
untuk mengukur besaran tersebut. Misalnya, meter (m) untuk
besaran panjang.
Dalam pengukuran terdapat besaran pokok yaitu besaran yang
satuannya telah didefinisikan terlebih dahulu yang terdiri dari
panjang, masssa, waktu, suhu, kuat arus listrik, intensitas cahaya dan
jumlah zat dan besaran turunan yaitu besaran yang satuannya
diperoleh dari besaran pokok yang terdiri dari luas, volume, massa
jenis, kecepatan, percepatan, gaya, usaha, daya, tekanan dan
momentum.Bentuk ketidakpastian pengukuran terdiri atas
ketidakpastian bersistem dan ketidakpastian acak (rambang).
Ketidakpastian bersistem terdiri atas : kesalahan kalibrasi, kesalahan
titik nol, kerusakan komponen alat, gesekan, kesalahan paralaks.
Ketidakpastian rambang (acak) merupakan kesalahan yang
bersumber dari gejala yang tidak mungkin dikendalikan atau diatasi
berupa perubahan yang berlangsung sangat cepat sehingga
pengontrolan dan pengaturan di luar kemampuan. Ketidakpastian
berbeda antara pengukuran tunggal dengan pengukuran berulang.
1. Ketidakpastian pengukuran tunggal
Pengukuran tunggal adalah pengukuran yang hanya
dilakukan satu kali saja. Keterbatasan skala alat ukur dan
keterbatasan kemampuan mengamati serta banyak sumber
kesalahan lain, mengakibatkan hasil pengukuran selalu
dihinggapi ketidakpastian. Nilai X sampai goresan terkhir dapat
diketahui dengan pasti, namun bacaan selebihnya adalah terkaan
atau dugaan belaka sehingga patut diragukan. Inilah yang
ketidakpastian yang dimaksud dan diberi lambang ∆X. Lambang
∆X merupakan ketidakpastian mutlak. ∆X = 1 2 NST Alat
Dimana ∆X adalah ketidakpastian pengukuran tunggal. Angka 2
pada persamaan di atas menunjukkan satu skala (nilai antar dua
goresan terdekat) masih dapat dibagi 2 bagian secara jelas oleh
mata. Nilai ∆X merupakan hasil pengukuran dilaporkan dengan
cara yang sudah dibakukan sebagai berikut: X = |X ± ∆X| satuan
2. Ketidakpastian pengukuran berulang
Pengukuran berulang merupakan pengukuran yang
dilakukan lebih dari satu kali, akan tetapi dapat dibedakan anta
pengukuran yang dilakukan beberapa kali (2 atau 3 kali) dengan
pengukuran yang cukup sering (10 kali atau lebih. Nilai
pengukuran rata-rata dapat dilaporkan sebagai {̅} sedangkan
deviasi (penyimpangan) terbesar atau deviasi rata-rata
dilaporkan sebagai ∆X. Deviasi adalah selisih antara tiap hasil
pengukuran dari nilai rata-ratanya. Pelaporan ketidakpastian
pengukuran berbeda antara pengukuran tunggal dengan
pengukuran berulang. Pada pengukuran tunggal,
ketidakpastiannya diberi lambang ∆x. Lambang ∆x merupakan
ketidakpastian mutlak. Semakin kecil ∆x, semakin tepat hasil
pengukuran. Selain, ketidakpastian mutlak ada pula
ketidakpastian relatif. Makin tinggi ketidakpastian relatif, makin
tinggi ketelitian yang dicapai pada pengukuran. Saat
menghitung jawaban dari beberapa hasil pengukuran, yang
masingmasing memiliki ketepatan tertentu, kita harus
memberikan hasil jawaban dengan jumlah angka penting yang
benar. Secara umum, angka penting dalam pengukuran adalah
digit yang telah diketahui dan dapat diandalkan (selain angka
nol yang digunakanuntuk menentukan titik desimal) atau
perkiraan digit pertama. Saat mengalikan beberapa besaran,
jumlah angka penting dalam jawaban akhir harus sama dengan
jumlah angka penting dalam besaran yang angka pentingnya
paling sedikit.
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam ketidakpastian
pengukuran antara lain adalah :
1. Mistar atau Penggaris

Gambar 2. 1 Penggaris atau Mistar


Sumber: (Wartono, 2003)

Biasanya digunakan untuk mengukur panjang benda yang


tidak terlalu panjang. Dapat mengukur hingga ketelitian 1mm
sehingga ketidakpastiannya adalah setengah dari nilai skala
terkecil, yaitu 0,5 mm atau 0,05 cm.
2. Jangka Sorong

Gambar 2. 2 Jangka Sorong


Sumber: (Wartono, 2003)

Jangka sorong digunakan untuk mengukur diameter,


dimensi luar suatu benda dan dimensi dalam suatu benda.
Jangka sorong memiliki dua bagian yaitu rahang tetap yang
memiliki skala panjang disebut skala utama dan rahang sorong
yang memiliki skala lebih teliti disebut skala noninus atau skala
Vernier.
3. Mikrometer sekrup

Gambar 2. 3 Mikrometer Sekrup


Sumber: (Wartono, 2003)
Mikrometer sekrup adalah alat yang digunakan untuk
mengukur ketebalan benda yang tipis, panjang benda yang kecil
dan dimensi luar benda yang kecil.

2.1.2 Fungsi
Dalam melakukan pengukuran tentunya kita tidak akan
menemukan 100% pengukuran yang tepat. Penyertaan
ketidakpastian dalam hasil akhir akan sangat penting manakala ada
pertanyaan apakah hasil pengukuran sesuai atau tidak dengan nilai
referensi. Sebagai contoh laporan hasil pengukuran 12,12 sedangkan
nilai referensi 12,3. Dengan melihat hasil perhitungan laporan hasil
pengukuran berada di luar rentang pengukuran, oleh karena itu harus
menggunakan metode ketidakpastian pengukuran. Terdapat 2 fungsi
utama mengapa harus memperhitungkan faktor ketidakpastian, yaitu:
1. Agar orang lain yang menggunakan data pengukuran tersebut
dapat mengetahui secara persis seberapa tepat dan akurat data
data tersebut untuk keperluan mereka sendiri.
2. Agar hipotesa-hipotesa yang mendasarkan pada data data hasil
pengukuran tersebut akan dapat ditarik dan diuji kebenarannya
secara tepat.

2.1.3 Tujuan
Terdapat beberapa tujuan mengapa kita penting untuk
melakukan ketidakpastian pengukuran yaitu:
1. Ketepatan atau akurasi
Ketepatan atau akurasi menyatakan seberapa tepat angka
yang terbaca pada alat ukur dengan nilai besaran berdasarkan
teori yang diukur. Alat ukur dengan ketepatan tinggi akan
menunjukkan angka yang terbaca sama atau sangat dekat
dengan nilai sebenarnya dari besaran yang diukur. Semakin nilai
yang ditunjukkan mendekati besaran yang diukur maka alat ukur
tersebut semakin memiliki ketepatan tinggi. Sebaliknya jika
nilai yang ditunjukkan pada alat ukur sangat jauh dengan nilai
besaran yang diukur maka ketepatan yang dimiliki oleh alat ukur
tersebut adalah rendah.
2. Ketelitian atau presisi
Ketelitian menyatakan seberapa dekat nilai bacaan alat
ukur jika digunakan untuk mengukur suatu besaran secara
berulang-ulang. Alat ukur dikatakan teliti jika alat ukur tersebut
digunakan secara berulang-ulang hasil pembacaan dari
pengukuran yang pertama, kedua, ketiga, keempat, dst
didapatkan nilai bacaan yang masing-masing nilainya sangat
dekat atau mendekati antara satu dengan yang lainnya.
3. Kepekaan atau sensitifitas
Kepekaan adalah menyatakan perbandingan kecepatan
penunjukan hasil pengukuran atau tanggapan suatu alat ukur
terhadap perubahan besaran yang diukur / seberapa cepat alat
ukur tersebut menanggapi perubahan pada besaran yang diukur.
Alat yang memiliki kepekaan tinggi akan memberikan
tanggapan atau respon yang cepat jika besaran yang diukur
berubah.

2.2 Macam Macam Metode Untuk Menentukan Konstanta Pegas


Untuk menentukan konstanta pegas, terdapat beberapa metode yang
dapat digunakan, antara lain:
1. Metode Pembebanan dan Metode Osilasi
Metode ini dilakukan dengan memberikan beban pada pegas dan
mengukur perubahan panjang pegas. Konstanta pegas dapat dihitung
dengan rumus k = F/Δx, di mana F adalah besar gaya yang diberikan ke
pegas dan Δx adalah perubahan panjang pegas.
2. Metode Pegas Ganda
Metode ini dilakukan dengan menggunakan dua pegas yang
dihubungkan secara seri atau paralel. Konstanta pegas dapat dihitung
dengan rumus k = (k1 * k2) / (k1 + k2), di mana k1 dan k2 adalah
konstanta pegas masing-masing pegas.
3. Metode Osilasi
Metode ini dilakukan dengan menggantungkan massa pada pegas
dan mengukur periode osilasi. Konstanta pegas dapat dihitung dengan
rumus k = (4π^2 * m) / T^2, di mana m adalah massa yang
digantungkan pada pegas dan T adalah periode osilasi.
4. Metode Analitis
Metode ini dilakukan dengan menggunakan hukum Hooke, yaitu
F = -kx, di mana F adalah gaya yang bekerja pada pegas, k adalah
konstanta pegas, dan x adalah perubahan panjang pegas. Konstanta
pegas dapat dihitung dengan rumus k = -F/x.
5. Metode Numerik
Metode ini dilakukan dengan menggunakan alat ukur yang dapat
mengukur gaya dan perubahan panjang pegas secara akurat. Data yang
diperoleh kemudian diolah dengan menggunakan perangkat lunak untuk
menghitung konstanta pegas. Dalam semua metode di atas, penting
untuk memperhatikan satuan yang digunakan agar hasil yang diperoleh
akurat dan konsisten.

2.3 Menentukan Konstanta Gravitasi Bumi Dengan Metode Ayunan


Matematis
Metode ayunan matematis merupakan salah satu cara yang digunakan
untuk menentukan nilai konstanta gravitasi Bumi. Metode ini didasarkan
pada hukum-hukum gerak benda yang ditemukan oleh Isaac Newton.
Berikut adalah langkah-langkah dalam menentukan konstanta gravitasi
Bumi dengan metode ayunan matematis:
1. Persiapkan alat yang dibutuhkan, yaitu sebuah bandul sederhana yang
terdiri dari benda berbentuk bola yang diikat dengan seutas tali yang
panjangnya cukup untuk memungkinkan bola ayun bebas.
2. Tentukan panjang tali pada bandul sederhana. Panjang tali ini akan
mempengaruhi periode ayunan bandul. Panjang tali dapat diukur
dengan menggunakan penggaris atau alat pengukur lainnya.
3. Gantungkan bandul pada suatu titik yang tetap dan pastikan bahwa bola
ayun dapat bergerak secara bebas.
4. Catat waktu yang diperlukan oleh bola ayun untuk melakukan satu
ayunan penuh. Untuk mendapatkan hasil yang akurat, waktu dapat
diukur dengan menggunakan stopwatch.
5. Ulangi langkah ke-4 sebanyak lima kali dan hitung rata-rata waktu yang
diperlukan oleh bola ayun untuk melakukan satu ayunan penuh.
6. Hitung periode ayunan bandul sederhana menggunakan rumus:T =
2π√(l/g).dimana T adalah periode ayunan, l adalah panjang tali, dan g
adalah percepatan gravitasi Bumi.
7. Setelah mendapatkan nilai periode ayunan, konstanta gravitasi Bumi
dapat dihitung menggunakan rumus: g = (4π²l)/T² dimana g adalah
percepatan gravitasi Bumi.
Dengan menggunakan metode ayunan matematis, konstanta gravitasi
Bumi dapat ditentukan dengan akurat. Namun, perlu diingat bahwa hasil
yang diperoleh dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti keadaan
lingkungan dan ketelitian alat pengukur yang digunakan.

2.4 Dinamika bidang miring


2.4.1 Pengertian
Dinamika bidang miring adalah cabang ilmu fisika yang
mempelajari gerakan benda pada bidang miring atau permukaan
yang membentuk suatu sudut terhadap bidang horizontal atau datar.
Konsep dinamika bidang miring berhubungan dengan kekuatan dan
gerakan benda di bidang miring, seperti percepatan, kecepatan, dan
jarak yang ditempuh oleh benda pada bidang miring. Menurut ahli
fisika, seperti Galileo Galilei, Isaac Newton, James Clerk Maxwell,
dan Wolfgang Pauli, dinamika bidang miring melibatkan studi
tentang gaya-gaya yang bekerja pada benda yang bergerak pada
bidang miring, dan bagaimana benda tersebut bergerak dan
berinteraksi di bawah pengaruh gaya-gaya tersebut. Dalam
mempelajari dinamika bidang miring, banyak aspek fisika yang
harus dipertimbangkan, seperti koefisien gesekan, percepatan
gravitasi, energi kinetik dan potensial, momen inersia, dan lain
sebagainya.

2.4.2 Fungsi
Dinamika bidang miring memiliki beberapa fungsi yang
penting, antara lain:
1. Memprediksi gerakan benda pada bidang miring: Dinamika
bidang miring dapat digunakan untuk memprediksi gerakan
benda pada bidang miring, termasuk kecepatan, percepatan, dan
jarak yang ditempuh oleh benda tersebut.
2. Meningkatkan keamanan dalam kehidupan sehari-hari:
Dinamika bidang miring dapat digunakan untuk meningkatkan
keamanan dalam kehidupan sehari-hari, seperti dalam desain
dan konstruksi jalan, gedung, dan kendaraan.
3. Meningkatkan efisiensi energi: Dinamika bidang miring dapat
digunakan untuk meningkatkan efisiensi energi dalam berbagai
aplikasi, seperti pada mesin dan alat-alat industri.
4. Mengembangkan teknologi baru: Dinamika bidang miring juga
dapat digunakan untuk mengembangkan teknologi baru, seperti
pada pengembangan kendaraan angkasa dan robotika.
5. Dengan memahami prinsip-prinsip dinamika bidang miring, kita
dapat mengaplikasikan konsep tersebut dalam berbagai bidang
dan memperoleh manfaat yang signifikan dalam kehidupan
sehari-hari.

2.4.3 Tujuan
Pada Praktikum Fisika ini tujuan dalam dinamika bidang
miring meliputi:
1. Memahami prinsip-prinsip dasar dinamika benda pada bidang
miring: Tujuan utama dinamika bidang miring adalah
memahami prinsip-prinsip dasar tentang gaya, momentum, dan
energi yang terlibat dalam gerakan benda pada bidang miring.
2. Mempelajari hubungan antara sudut kemiringan bidang miring
dan gaya-gaya yang bekerja pada benda: Dinamika bidang
miring juga bertujuan untuk mempelajari hubungan antara sudut
kemiringan bidang miring dan gaya-gaya yang bekerja pada
benda. Hal ini memungkinkan kita untuk memahami bagaimana
perubahan sudut kemiringan bidang miring dapat memengaruhi
gerakan benda.
3. Memprediksi gerakan benda pada bidang miring: Tujuan
dinamika bidang miring adalah dapat memprediksi gerakan
benda pada bidang miring, termasuk kecepatan, percepatan, dan
jarak yang ditempuh oleh benda tersebut.
4. Mengembangkan aplikasi teknologi dalam kehidupan sehari-
hari: Dinamika bidang miring juga bertujuan untuk
mengembangkan aplikasi teknologi dalam berbagai bidang,
seperti desain dan konstruksi jalan, gedung, dan kendaraan, serta
dalam pengembangan teknologi baru seperti kendaraan angkasa
dan robotika.
5. Meningkatkan efisiensi energi: Tujuan dinamika bidang miring
adalah untuk meningkatkan efisiensi energi dalam berbagai
aplikasi, seperti pada mesin dan alat-alat industri.
Dengan memahami dan menerapkan prinsip-prinsip dinamika
bidang miring, kita dapat memprediksi gerakan benda pada bidang
miring, meningkatkan efisiensi energi, dan mengembangkan aplikasi
teknologi yang bermanfaat bagi kehidupan sehari-hari.

2.5 Kalor jenis logam berdasarkan azas black


Kalor jenis logam berdasarkan azas Black merupakan konsep yang
digunakan untuk mengukur besarnya kalor yang dibutuhkan oleh sebuah
logam untuk meningkatkan suhu sebesar 1 derajat Celsius. Konsep ini
didasarkan pada hukum dasar termodinamika, yaitu hukum kekekalan
energi.
Hukum kekekalan energi menyatakan bahwa energi tidak dapat diciptakan
atau dimusnahkan, tetapi hanya dapat berubah bentuk atau dipindahkan dari
satu bentuk ke bentuk yang lain. Dalam hal ini, kalor yang dibutuhkan oleh
sebuah logam untuk meningkatkan suhu terkait dengan energi yang
diperlukan untuk memanaskan logam tersebut.
Azas Black menyatakan bahwa kalor yang dibutuhkan oleh sebuah
logam untuk meningkatkan suhu sebesar 1 derajat Celsius berbanding lurus
dengan massa dan kalor jenis logam tersebut. Dalam hal ini, kalor jenis
logam merupakan besarnya kalor yang dibutuhkan oleh 1 kg logam untuk
meningkatkan suhu sebesar 1 derajat Celsius. Rumus kalor jenis logam
berdasarkan azas Black adalah:
C = Q / mΔT
dimana:
C : Kalor jenis logam
Q : Kalor yang dibutuhkan untuk meningkatkan suhu logam
m : Massa logam
ΔT : Selisih suhu
Dalam pengukuran kalor jenis logam, sebuah sampel logam
dipanaskan hingga suhu tertentu kemudian dicelupkan ke dalam air dingin
dengan suhu tertentu. Kemudian, suhu campuran air dan logam diukur
untuk menghitung kalor jenis logam menggunakan rumus di atas.
Berdasarkan azas Black, kalor jenis logam pada umumnya lebih tinggi
daripada kalor jenis air. Hal ini berarti bahwa logam memerlukan lebih
banyak energi untuk meningkatkan suhunya sebesar 1 derajat Celsius
dibandingkan dengan air. Oleh karena itu, logam lebih lambat mengalami
perubahan suhu dibandingkan dengan air.Dalam aplikasinya, konsep kalor
jenis logam berdasarkan azas Black banyak digunakan dalam industri,
terutama dalam proses pembuatan alat dan mesin yang membutuhkan
bahan-bahan logam. Dengan mengetahui kalor jenis logam, kita dapat
memperhitungkan jumlah energi yang diperlukan untuk memanaskan logam
dan merancang proses produksi yang lebih efisien.
BAB III
USULAN PEMECAHAN MASALAH

3.1 Flowchart Rangkaian Kegiatan Praktikum Fisika

Mulai

Studi Literatur Studi Lapangan

Tugas Pendahuluan

Kuis

Responsi

Asistensi

Diskusi

Pelaksanaan Praktik Modul I


(Dasar dan Ketidakpastian Pengukuran)

Apakah Sudah
Selesai?

A
A

Pelaksanaan Praktik Modul II


(Pegas)

Apakah Sudah
Selesai?

Pelaksanaan Praktik Modul III


(Ayunan Matematis)

Apakah Sudah
Selesai?

Pelaksanaan Praktik Modul IV


(Dinamika Bidang Miring)

Apakah Sudah
Selesai?

Pelaksanaan Praktik Modul V


(Kalor Jenis Logam)

A
A

Apakah Sudah
Selesai?

Penyusunan Laporan

Selesai

Gambar 3. 1 Flowchart Praktik Fisika


Sumber: (Kelompok 18, 2023)

3.2 Deskripsi Pemecahan Masalah


3.2.1 Mulai
Mulai adalah sesuatu yang merupakan tahap awal pada sebuah
praktikum, disini praktikan memulai praktik fisika pertama kali di
kegiatan Technical Meeting. Dimana, Technical Meeting ini
merupakan sebuah suatu arahan Kegiatan Belajar Mengajar pada
Praktik Fisika 2023 yang dimulainya pada hari Sabtu, 18 Maret 2023
dengan enam sesi pertemuan, melalui pembelajaran luring di Gedung
Labolatorium Bersama (GLB-C) dengan anggota kelompok yang
lengkap sejumlah 7 orang. Berikut jadwal sesi pertemuan pada
Technical Meeting Praktikum Menggambar Teknik 2022/2023,
yaitu:
1. Sesi 1 : 07.30 s/d 09.00
2. Sesi 2 : 09.00 s/d 10.30
3. Sesi 3 : 10.30 s/d 12.00
4. Sesi 4 : 12.30 s/d 14.00
5. Sesi 5 : 14.00 s/d 15.30
6. Sesi 6 : 15.30 s/d 17.00

3.2.2 Studi Literatur


Studi literatur merupakan penelitian yang dilakukan oleh
peneliti dengan mengumpulkan sejumlah buku buku, majalah yang
berkaitan dengan masalah dan tujuan penelitian. Teknik ini
dilakukan dengan tujuan untuk mengungkapkan berbagai teori-teori
yang relevan dengan permasalahan yang sedang dihadapi/diteliti
sebagai bahan rujukan dalam pembahasan hasil penelitian.

3.2.3 Studi Lapangan


Studi lapangan merupakan pengamatan secara langsung
terhadap objek untuk menemukan dan mengetahui fakta-fakta dari
objek yang diteliti guna mengumpulkan data berkenaan dengan
permasalahan yang dikaji. Adapun pengumpulan data yang praktikan
lakukan melalui kegiatan praktikum.

3.2.4 Tugas Pendahuluan


Tugas pendahuluan merupakan tugas individu yang harus
dikerjakan oleh masing-masing praktikan sebagai syarat mengikuti
praktikum menggambar teknik dan wajib dikumpulkan sebelum
praktikan masuk ke ruang praktikum. Dalam tugas pendahuluan
berisi 5 pertanyaan. Praktikan diwajibkan menulis tangan di kertas
polio dan menggunakan pulpen biru. Tugas pendahuluan diberikan
setiap selesai pertemuan dengan waktu pengumpulan seminggu atau
dikumpulkan dipertemuan berikutnya.
3.2.5 Kuis
Setelah pertemuan baik itu responsi laporan maupun responsi
materi, praktikan diminta mengerjakan kuis yang telah diberikan
asisten praktikum. Praktikan mengerjakan kuis sebanyak 10
pertanyaan dengan waktu 10 menit pengerjaan, soal diberikan
melalui gform pada saat sesi berlangsung.

3.2.6 Responsi
Sebelum memulai praktikum, asisten praktikum menjelaskan
beberapa hal mengenai bagaimana praktikum akan berlangsung
kedepannya, diantaranya yaitu: tata pelaksanaan praktikum,
ketentuan yang wajib praktikan taati selama praktikum berlangsung
beserta sanksi apa saja yang akan diterima jika praktikan melanggar
peraturan yag sudah ditetapkan. Asisten praktikum juga
menjelaskan tentang metode penilaian yang akan dinilai dari
praktikum ini, dan yang paling utama dijelaskannya tentang laporan,
bagaimana pembuatan laporan dengan benar dan sesuai ketentuan.
Responsi pertama dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 25 April
2023 pukul 14:00 s.d. 15:30 bertempat di Gedung Labolatorium
Bersama (GLB-C), Lantai 1. Dalam responsi ini menerapkan
metode review, sehingga praktikan diharapkan mempelajari materi
sebelum pertemuan.

3.2.7 Asistensi
Asistensi merupakan kegiatan dimana peserta praktikum
diberikan penjelasan mengenai tugas menggambar teknik atau
laporan praktikum oleh asisten praktikum. Kegiatan asistensi ini
dilakukan secara rutin sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan
yaitu setiap pertemuan.. Kegiatan asistensi ini dilakukan secara
luring pada setiap pertemuan. Kegiatan Asistensi ini bersifat wajib
dan dibagi menjadi empat sesi setiap pertemuannya. Berikut jadwal
Asistensi Praktikum:
1. Bulan April
a. Pada tanggal 1 April 2023 dilakukan Asistensi Laporan
Praktikum 1 pukul 14.00 s.d. 15.30 dilakukan secara luring.
b. Pada tanggal 15 April 2023 dilakukan Asistensi Laporan
Praktikum 2 pukul 14.00 s.d. 15.30 dilakukan secara luring.
2. Bulan Mei
a. Pada tanggal 13 Mei 2023 dilakukan Asistensi Laporan
Praktikum 3 pukul 14.00 s.d. 15.30 dilakukan secara luring.
b. Pada tanggal 27 Mei 2023 dilakukan Asistensi Laporan
Praktikum 4 pukul 14.00 s.d. 15.30 dilakukan secara luring.
3. Bulan Juni
a. Pada tanggal 10 Juni 2023 dilakukan Asistensi Laporan
Praktikum 5 pukul 14.00 s.d. 15.30 dilakukan secara luring.
b. Pada tanggal 24 Juni 2023 dilakukan Asistensi Laporan
Praktikum 6 pukul 14.00 s.d. 15.30 dilakukan secara luring.

3.2.8 Diskusi
Diskusi merupakan tahap penjelasan atau arahan mengenai
tugas yang diberikan oleh asisten praktikum kepada peserta
praktikum. Kegiatan diskusi dilakukan secara rutin setiap pertemuan
sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan yaitu setiap hari sabtu
pada. Kegiatan diskusi ini dilakukan secara luring. Kegiatan diskusi
ini bersifat wajib untuk seluruh praktikan dan dibagi menjadi empat
sesi setiap pertemuannya. Berikut jadwal kegiatan diskusi:
a. Bulan April
a. Pada tanggal 1 April 2023 dilakukan diskusi Laporan
Praktikum 1 pukul 14.00 s.d. 15.30 dilakukan secara luring.
b. Pada tanggal 15 April 2023 dilakukan diskusi Laporan
Praktikum 2 pukul 14.00 s.d. 15.30 dilakukan secara luring.
b. Bulan Mei
a. Pada tanggal 13 Mei 2023 dilakukan diskusi Laporan
Praktikum 3 pukul 14.00 s.d. 15.30 dilakukan secara luring.
b. Pada tanggal 27 Mei 2023 dilakukan diskusi Laporan
Praktikum 4 pukul 14.00 s.d. 15.30 dilakukan secara luring.
c. Bulan Juni
a. Pada tanggal 10 Juni 2023 dilakukan diskusi Laporan
Praktikum 5 pukul 14.00 s.d. 15.30 dilakukan secara luring.
b. Pada tanggal 24 Juni 2023 dilakukan diskusi Laporan
Praktikum 6 pukul 14.00 s.d. 15.30 dilakukan secara luring.

3.2.9 Pelaksanaan Praktik I


Pelaksanaan praktik I dilaksanakan melalui responsi materi 1
pada tanggal 25 Maret 2023, yang dimulai pukul 14.00 s.d. 15.30.
Pada pelaksanaan praktik I ini diberikan kesempatan menganalis
dan berdiskusi secara berkelompok. Pelaksanaan Praktik I ini
mengacu pada modul 1 yaitu Dasar dan Ketidakpastian Pengukuran.

3.2.10 Pelaksanaan Praktik II


Pelaksanaan praktik II dilaksanakan melalui responsi materi 2
pada tanggal 8 April 2023, yang dimulai pukul 14.00 s.d. 15.30.
Pada pelaksanaan praktik II ini diberikan kesempatan menganalis
dan berdiskusi secara berkelompok. Pelaksanaan Praktik II ini
mengacu pada modul 2 yaitu Pegas.

3.2.11 Pelaksanaan Praktik III


Pelaksanaan praktik III dilaksanakan melalui responsi materi 3
pada tanggal 29 April 2023, yang dimulai pukul 14.00 s.d. 15.30.
Pada pelaksanaan praktik III ini diberikan kesempatan menganalis
dan berdiskusi secara berkelompok. Pelaksanaan Praktik III ini
mengacu pada modul 3 yaitu Ayunan Matematis.

3.2.12 Pelaksanaan Praktik IV


Pelaksanaan praktik IV dilaksanakan melalui responsi materi
4 pada tanggal 20 Mei 2023, yang dimulai pukul 14.00 s.d. 15.30.
Pada pelaksanaan praktik IV ini diberikan kesempatan menganalis
dan berdiskusi secara berkelompok. Pelaksanaan Praktik IV ini
mengacu pada modul 3 yaitu Dinamika Bidang Miring.

3.2.13 Pelaksanaan Praktik V


Pelaksanaan praktik V dilaksanakan melalui responsi materi 5
pada tanggal 3 Juni 2023, yang dimulai pukul 14.00 s.d. 15.30. Pada
pelaksanaan praktik V ini diberikan kesempatan menganalis dan
berdiskusi secara berkelompok. Pelaksanaan Praktik V ini mengacu
pada modul 3 yaitu Kalor Jenis Logam.

3.2.14 Penulisan Laporan


Setelah seluruh kegiatan praktikum menggambar teknik
diselesaikan, dilanjutkan dengan menulis laporan praktik fisika.
Penulisan laporan ini disusun berdasarkan hasil penugasan yang
diberikan kepada seluruh praktikan sesuai dengan modul yang sudah
diberikan.

3.2.15 Selesai
Pada tahap ini praktikan telah mengkonfirmasi kepada asisten
praktikum bahwa praktikan telah menyelesaikan seluruh tugas
praktikum fisika yang telah diberikan oleh asisten praktikum
tersebut. Dengan begitu, praktikan siap mengikuti seminar sebagai
standar kelulusan SKS praktikum fisika semester II Program Studi
Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Singaperbangsa 2023.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Perhitungan Dasar dan Ketidakpastian Pengukuran


4.1.1 Tujuan
Adapun tujuan mengikuti Praktik Dasar dan Ketidakpastian
Pengukuran sebagai berikut:
1. Mampu menggunakan dan memahami alat-alat ukur dasar.
2. Mampu menentukan ketidakpastian pasa pengukuran berulang.

4.1.2 Alat dan Bahan


1. Alat dan bahan yang diperlukan untuk melakukan praktikum
percobaan dasar pengukuran dan ketidakpastian, yaitu:
2. Penggaris atau Mistar
3. Mikrometer Sekrup
4. Jangka Sorong
5. Balok
6. Koin

4.1.3 Data Pengamatan


1. Data Pengamatan Menggunakan Jangka Sorong.
a. Objek Ukur: Balok
Data Pengamatan Menggunakan Jangka Sorong
Pengukuran Panjang Lebar Tinggi
1 105,45 46 16,05
2 105,35 46,5 15,2
3 105,5 39,5 15,35
4 105,55 45,25 15,15
5 105,45 45,4 15,25
Rerata 105,46 44,53 15,4
b. Objek Ukur: Koin
Data Pengamatan Menggunakan Jangka Sorong
Pengukuran Tinggi Diameter
1 7,75 29,1
2 8,22 29,75
3 8,12 29,05
4 8,15 29,1
5 8,17 29,75
Rerata 8,082 29,35

2. Data Pengamatan Menggunakan Mikrometer Sekrup


a. Objek Ukur: Balok
Data Pengamatan Menggunakan Mikrometer Sekrup
Pengukuran Panjang Lebar Tinggi
1 106 44 16,5
2 106 46 16,48
3 104 41 16,5
4 105 46 16,48
5 106 45 16,48
Rerata 105,4 44,4 16,488

b. Objek Ukur: Koin


Data Pengamatan Menggunakan Mikrometer Sekrup
Pengukuran Tinggi Diameter
1 7,15 29,52
2 7,15 30
3 7,3 29,6
4 7,2 30
5 7,3 29,52
Rerata 7,22 29,728

3. Data Pengamatan Menggunakan Penggaris


a. Objek Ukur: Balok
Data Pengamatan Menggunakan Penggaris
Pengukuran Panjang Lebar Tinggi
1 106 44 16
2 106 46 13
3 104 41 11
4 105 46 13
5 106 45 16
Rerata 105,4 44,4 13,8

b. Objek Ukur: Koin


Data Pengamatan Menggunakan Jangka Sorong
Pengukuran Tinggi Diameter
1 7 30
2 7 29,5
3 7,2 30
4 7,2 29,5
5 7 30
Rerata 7,08 29,8

4.1.4 Perhitungan
1. Pengamatan menggunakan jangka sorong
a. Mengitung Panjang Balok
Diketahui;
P1: 105,45 mm P4: 105,55 mm
P2: 105,35 mm P5: 105,45 mm
P3: 105, 5 mm n: 5
Ditanya:
1). Panjang Balok(P)
2). Ketidakpastian Pengukuran Berulang
Jawab:
1). Panjang Balok (P)
ΣP ( 105 , 45+105 , 35+105 ,5+ 105 ,55+105 , 45 )
P= =
n 5

527 ,3
¿ =105 , 46 mm
5

2). Ketidakpastian Pengukuran Berulang

√ n ( Σ p )−(Σp)
2 2
∆ p= 2
n (n−1)

5 ( 105 , 45 +105 , 35 +105 , 5 +105 , 55 +105 , 45 ) −¿
2 2 2 2 2

( 105 , 45+105 ,35+105 , 5+105 , 55+105 , 45 )2


¿ 2
5 (5−1)

¿
√ 5 ( 278.045 , 4 )−278.045 , 4
100

¿
√ 0 ,11
100
¿ √ 0,0011
¿ 0,033 mm

p ± ∆ p=¿) mm

∆p 0,033
RN = × 100 %= ×100 %=0 ,03 %
p 105 , 46

KS=100 %−RN =100 %−0 , 03 %=99 , 97 %


b. Menghitung Lebar Balok
Diketahui;
L1: 46 mm L4: 45,25 mm
L2: 46,5 mm L5: 45,4 mm
L3: 39,5 mm n: 5
Ditanya:
1). Lebar Balok (L)
2). Ketidakpastian Pengukuran Berulang
Jawab:
1). Lebar Balok (L)
ΣL (46+ 46 ,5+ 39 ,5+ 45 , 25+45 , 4 ) 222 , 65
L= = = =44 ,53 mm
n 5 5
2). Ketidakpastian Pengukuran Berulang

√ n ( Σ L ) −(ΣL)
2 2
∆ L= 2
n (n−1)

√ 5 ( 46 +46 ,5 +39 , 5 +45 , 25 + 45 , 4 ) −¿(46+ 46 ,5+ 39 ,5+ 45 , 25+45


2 2 2 2 2
¿ 2
5 (5−1)
¿
√ 5 ( 9.947,2225 )−49,573,0225
100

¿
√ 163 , 09
100
¿ √ 1,6309

¿ 1,277 mm

L ± ∆ L=( 44 ,53 ± 1,277 ) mm

∆L 1,277
RN = × 100 % ¿ × 100 %=2 , 87 %
L 44 , 53
KS=100 %−RN =100 %−2 , 87 %=97 , 13 %
c. Menghitung Tinggi Balok
Diketahui;
T1: 16,05 mm T4: 15,15 mm
T2: 15,2 mm T5: 15,25 mm
T3: 15,35 mm n: 5
Ditanya:
1). Tinggi Balok (T)
2). Ketidakpastian Pengukuran Berulang
Jawab:
1). Tinggi Penghapus (T)
ΣT ( 16 , 05+15 , 2+15 , 35+15 , 15+15 ,25 ) 77
T= = = =15 , 4 mm
n 5 5
2). Ketidakpastian Pengukuran Berulang

√ n ( ΣT )−(ΣT )
2 2
∆T= 2
n (n−1)

√ 5 ( 16 , 05 +15 , 2 +15 ,35 +15 , 15 + 15 ,25 ) −¿(16 ,05+ 15 ,2+15 , 35+1


2 2 2 2 2
¿ 2
5 (5−1)

¿
√ 5 ( 1.186 , 35 )−5.929
100
¿
√ 2 , 75
100
¿ √ 0,0275

¿ 0,166 mm
T ± ∆ T =( 15 , 4 ±0,166 ) mm
∆T 0,166
RN = ×100 %= ×100 %=1 , 08 %
T 15 , 4
KS=100 %−RN =100 %−1 ,08 %=98 , 92
a. Objek Ukur Koin
a. Menghitung Tinggi Koin
Diketahui;
T1: 7,75 mm T4: 8,15 mm
T2: 8,22 mm T5: 8,17 mm
T3: 8,12 mm n: 5
Ditanya:
1). Tinggi Koin (T)
2). Ketidakpastian Pengukuran Berulang
Jawab:
1). Tinggi Koin (T)

ΣT (7 , 75+8 , 22+ 8 ,12+ 8 ,15+ 8 ,17) 40 , 41


T= = = =8,082 mm
n 5 5
2). Ketidakpastian Pengukuran Berulang


n ( ΣT )−(ΣT )
2 2
∆T= 2
n (n−1)

√5 ( 7 , 75 +8 , 22 + 8 ,12 +8 , 15 + 8 ,17 )−¿ (7 , 75+8 , 22+ 8 ,12+ 8 ,15+ 8


2 2 2 2 2
¿ 2
5 (5−1)

¿
√ 5 ( 326,73667 )−1.632,9681
100

¿
√ 0,7154
100
¿ √ 0,007154
¿ 0,085 mm T ± ∆ T =( 8,082 ± 0,085 ) mm
∆T 0,085
RN = ×100 %= × 100 %=1 , 05 %
T 8,082
KS=100 %−RN =100 %−1 ,05 %=98 , 95 %

b. Menghitung Diameter Koin


Diketahui:
D1 : 29,1 mm D4 : 29,1 mm
D2 : 29,75 mm D5 : 29,75 mm
D3 : 29,05 mm n:5
Ditanya:
1) Diameter Koin (D)
2) Ketidakpastian Pengukuran Berulang
Jawab:
1) Tinggi Koin (d)

d=
∑ d = ( 29 , 1+ 29 ,75+ 29 ,05+ 29 ,1+29 , 75 )
n 5
146 ,75
¿ =29 ,35 mm
5
2) Ketidakpastian Pengukuran Berulang

√ n ( ∑ d )−( ∑ d )
2 2

∆ d= 2
n (n−1)


¿ 5 ( 29 ,1 +29 , 75 +29 , 05 +29 ,1 +29 , 75 ) −¿ ¿ ¿ ¿
2 2 2 2 2

¿
√ 5 (4.307,6475)−21.535,5625
100

¿
√ 2,675
100
= √0,02675

= 0,164 mm
d ± ∆d = (29,35 ± 0,164) mm

0,164
RN = ×100 %=0 ,56 %
29 , 35
KS=100 %−RN =100 %−0 , 56 %=99 , 44 %
b. Menghitung Volume Balok
Diketahui

p ± ∆ p=¿) mm
L ± ∆ L=¿) mm
T ± ∆ T =¿ ) mm
Ditanya;
1). Volume Balok (V)
2). Ketidakpastian Besaran Turunan
Jawab:
1). Volume Balok
V =P × L ×T
¿(105 , 46 ×44 , 53× 0,166)
3
¿ 72.320,460 mm
2). Ketidakpastian Besaran Turunan

∆V = |∂∂ VP × ∆ P|+|∂∂VL × ∆ L|+|∂V∂T ×∆ T|


¿ [ ( L∙ T ) ∙ ∆ P ] + [ ( P ∙T ) ∙ ∆ L ] + [ ( P ∙ L ) ∙ ∆ T ]
¿ [ ( 44 ,53 )( 15 , 4 ) 0,033 ] + [ ( 105 , 46 )( 15 , 4 ) 1,277 ] + [ ( 105 , 46 ) ( 44 ,53 ) 0,166 ]
¿ ( 22 , 63 ) + ( 2.703,956 ) +(779,559)
3
¿ 3.506,145 mm

V ± ∆ V =( 72.320,460 ± 3.506,145 ) mm3


3.506,145
RN = × 100 %=4 ,84 %
72.320,460
KS=100 % × RN =100 % × 4 , 84 %=95 , 52 %

4. Menghitung Volume Koin


Diketahui:
d±∆d : 29,35 mm ± 0,164 mm
T±∆T : 8,082 mm ± 0,085 mm
Ditanya:
a. Volume Koin (V)
b. Ketidakpastian Besaran Turunan
Jawab:
a. Volume Koin (V)
1 2
V= ×π d T
4
1 2
¿ ( 3 ,14 ) ( 29 ,35 ) ( 8,082 )
4
3
¿ 5.465,186 mm
b. Ketidakpastian Besaran Turunan

∆V = |∂∂ vd × ∆ d|+|∂∂vt × ∆ T|
¿
[ 1
4 ]
(3 ,14 )(29 ,35)(8,082)(0,164 ) + ¿

3 3
¿ 30 , 54 mm +57 , 48 mm
3
¿ 88 , 02 mm

88 , 62
RN = × 100 %=1 ,62 %
5.465,186
KS=100 %−RN =100 %−1 ,62 %=98 ,38 %

5. Pengamatan menggunakan micrometer sekrup (Balok)


a. Mengitung Panjang Balok
Diketahui;
P1: 106 mm
P2: 106mm
P3: 104 mm
P4: 105mm
P5: 106 mm
n: 5
Ditanya:
1). Panjang Balok (P)
2). Ketidakpastian Pengukuran Berulang
Jawab:
1). Panjang Balok (P)
ΣP
P= =
n
( 106+106+104 +105+106 ) 527
= =105 , 4 mm
5 5

2). Ketidakpastian Pengukuran Berulang


n ( Σ p )−(Σp)
2 2
∆ p= 2
n (n−1)


5 ( 106 +106 +104 +105 +106 )−¿
2 2 2 2 2

( 106+106 +104+105+106 )2
¿ 2
5 (5−1)

¿
√ 5 ( 55549 ) −277729
100

¿
√ 16
100
¿ √ 0 , 16
¿ 0 , 4 mm

p ± ∆ p=¿) mm

∆p 0, 4
RN = × 100 %= × 100 %=0 , 38 %
p 105 , 4

KS=100 %−RN =100 %−0 , 38 %=99 , 62 %


b. Menghitung Lebar Balok
Diketahui;
L1: 44 mm
L2: 46 mm
L3: 41 mm
L4: 46 mm
L5: 45 mm
Ditanya:
1). Lebar Balok (L)
2). Ketidakpastian Pengukuran Berulang
Jawab:
1). Lebar Balok (L)
ΣL (44+ 46+ 41+ 46+ 45) 222
L= = = =44 , 4 mm
n 5 5
2). Ketidakpastian Pengukuran Berulang

√ n ( Σ L ) −(ΣL)
2 2
∆ L= 2
n (n−1)

√ 5 ( 44 +46 + 41 +46 + 45 )−(44+ 46+41+ 46+ 45)


2 2 2 2 2 2
¿ 2
5 (5−1)

¿
√ 5 ( 9874 )−49284
100

¿
√ 86
100
= √ 0 , 86=0,927 mm

L ± ∆ L=( 44 , 4 ± 0,927 ) mm

∆L 0,927
RN = × 100 %= ×100 %=2 , 09 %
L 44 , 4
KS=100 %−RN =100 %−2 , 9 %=97 , 91 %
c. Menghitung Tinggi Balok
Diketahui;
T1: 16,5 mm
T2: 16,48 mm
T3: 16,5 mm
T4: 16,48 mm
T5: 16,48 mm
n: 5
Ditanya:
1). Tinggi Balok (T)
2). Ketidakpastian Pengukuran Berulang
Jawab:
1). Tinggi Balok (T)
ΣT (16 , 5+16 , 48+16 , 5+16 , 48+ 16 , 48) 82 , 44
T= = = =16,488 mm
n 5 5
2). Ketidakpastian Pengukuran Berulang

n ( ΣT )−(ΣT )
2 2
∆T= 2
n (n−1)


5 ( 16 , 5 +16 , 48 +16 , 5 +16 , 48 +16 , 48 ) −¿
2 2 2 2 2
¿ 2
5 (5−1)

¿
√ 5 ( 1359,2712 )−6796,3536
100

¿
√ 0,0024
100
¿ √ 0,000024
¿ 0,0048 mm
T ± ∆ T =( 16,488 ± 0,0048 ) mm
∆T 0,0048
RN = ×100 %= ×100 %=0 , 03 %
T 16,488
KS=100 %−RN =100 %−0 , 03 %=99 , 97 %
d. Menghitung Volume Balok
Diketahui

p ± ∆ p=¿) mm
L ± ∆ L=¿) mm
T ± ∆ T =¿ ) mm
Ditanya;
1). Volume Balok (V)
2). Ketidakpastian Besaran Turunan
Jawab:
1). Volume balok
V =P × L ×T
¿(105 , 4 × 44 , 4 × 16,488)
3
¿ 77159,882 mm
2). Ketidakpastian Besaran Turunan

∆V = |∂∂ VP × ∆ P|+|∂∂VL × ∆ L|+|∂V∂T ×∆ T|


¿ [ ( L∙ T ) ∙ ∆ P ] + [ ( P ∙T ) ∙ ∆ L ] + [ ( P ∙ L ) ∙ ∆ T ]
¿ ( 292 , 82 )+ ( 1610 , 98 ) +(22 , 47)

3
V ± ∆ V =( 77159,882 ±1926 ,27 ) mm
3
¿ 1926 , 27 mm

∆V 1926 , 27
RN = × 100 %= ×100 %=0,024 %
V 77159,882
KS=100 % × RN =100 %−0,024 %=99,976 %
6. Objek Ukur : Koin
a. Menghitung Tinggi koin
Diketahui;
T1: 7,15mm
T2: 7,15 mm
T3: 7,3 mm
T4: 7,2 mm
T5: 7,3 mm
n: 5
Ditanya:
3). Tinggi Koin (T)
4). Ketidakpastian Pengukuran Berulang
Jawab:
1). Tinggi Koin (T)
ΣT (7 , 15+7 , 15+7 , 3+7 , 2+ 7 , 3) 96 , 1
T= = = =7 , 22 mm
n 5 5

2). Ketidakpastian Pengukuran Berulang

√ n ( ΣT )−(ΣT )
2 2
∆T= 2
n (n−1)

√ 5 ( 7 , 15 +7 , 15 + 7 ,3 +7 ,3 +7 , 2 )−¿ (7 , 15+7 , 15+7 , 3+7 , 2+


2 2 2 2 2
¿ 2
5 (5−1)

¿
√ 5 ( 260,665 ) −1303 ,21
100

¿
√ 0,115
100
¿ √ 0,00115
¿ 0,339 mm
T ± ∆ T =( 7 ,22 ± 0,339 ) mm
∆T 0,339
RN = ×100 %= × 100 %=4 ,7 %
T 7 , 22
KS=100 %−RN =100 %−4 ,7 %=95 ,3 %
b. Menghitung Diameter koin
Diketahui;
D1: 29,52 mm
D2: 30 mm
D3: 29,6 mm
D4: 30 mm
D5: 29,52 mm
n: 5
Ditanya:
1). Diameter Koin (D)
2). Ketidakpastian Pengukuran Berulang
Jawab:
1). Diamater Koin (D)
ΣD ( 29 , 52+30+29 , 6+30+29 , 52 ) 148 ,64
D= = = =29,728 mm
n 5 5
2). Ketidakpastian Pengukuran Berulang


n ( Σ D )−( ΣD)
2 2
∆ D= 2
n (n−1)


5 ( 29 , 52 +30 + 29 ,6 +30 +29 , 52 )
2 2 2 2 2

2
−(29 , 52+30+ 29 ,6 +30+29 , 52)
¿ 2
5 (5−1)

¿
√ 5 ( 4419,0208 )−22093,8496
100

¿

0,1151,2544
100
D ± ∆ D=( 29,728 ± 0,112 ) mm
¿ 0,112mm
∆T 0,112
RN = ×100 %= × 100 %=0 , 38 %
T 29,728
KS=100 %−RN =100 %−0 , 38 %=99 , 62 %
c. Menghitung Volume Koin
Diketahui

d ± ∆ d=¿ ) mm
T ± ∆ T =¿ ) mm
Ditanya;
1). Volume Koin (V)
2). Ketidakpastian Besaran Turunan
Jawab:
1). Volume Koin
1 2 1 2 3
V = × π d T = ( 3 ,14 ) ( 29,728 ) ( 7 , 22 )=5008,852mm
4 4
2). Ketidakpastian Besaran Turunan

∆V = |∂∂ vd × ∆ d|+|∂∂vt × ∆ T|
¿
[ 1
4 ]
(3 ,14 )(29,728)(7 ,22)(0,112) + ¿

3 3
¿ 18 , 87 mm +235 , 18 mm
3
¿ 254 , 05 mm
∆V 254 ,05
RN = × 100 %= ×100 %=0,050 %
V 5008 , 85
KS=100 % × RN =100 % ×0,050 %=99,950 %

4.1.5 Kesimpulan

4.2 Hasil Perhitungan Pegas


4.2.1 Tujuan
1. Peserta praktikum mampu memahami penerapan dari dinamika
bidang miring yang telah ditetapkan.
2. Peserta praktikum mampu memahami konsep perhitungan dari
dinamika bidang miring yang telah ditetapkan.
3. Peserta praktikum dapat menentukan alat dan bahan yang
digunakan untuk dinamika bidang miring yang telah ditetapkan.

4.2.2 Alat dan Bahan


1. Papan Rangkaian Dinamika Bidang Miring.
2. Tripleks.
3. Stopwatch.
4. Busur Derajat.
5. Beban Benda.

4.2.3 Data Pengamatan


1. Penentuan Konstanta Pegas (K) Dengan Metode Pembebanan,
Diantaranya:
Pegas A, Panjang Awal Pegas ( X 0 )−0 , 15 m
M(kg) X (m)
1 2 3 1 2 3
6,02 6,02 6,02 6,005 6,003 6,002
6,52 6,52 6,52 6,055 6,056 6,057
7 7 7 6,145 6,138 6,141

2. Penentuan Konstanta Pegas (K) Dengan Metode Pembebanan,


Diantaranya:
Pegas A, Panjang Awal Pegas ( X 0 )
M(kg) 10T (s)
1 2 3 1 2 3
6,02 6,02 6,02 6,206 6,35 6,393
6,52 6,52 6,52 6,559 6,56 6,579
7 7 7 6,801 6,848 6,849

4.2.4 Perhitungan
1. Perhitungan Metode Pembebanan
a. Benda I Pegas A
Diketahui:
X 1=¿ 6,005( Nilai X 1 sudah dikurangi nilai X 0) ¿

X 2=¿ 6,003( Nilai X 2 sudah dikurangi nilai X 0) ¿

X 3 =¿ 6,002( Nilai X 3 sudah dikurangi nilai X 0) ¿

m=6 ,02 ± 0 kg
m
g=9 , 8 2
s
Ditanya:
a. Rata-Rata Nilai X.
b. Menghitung Ketetapan Pegas (K).
c. Ketidakpastian Pengukuran Berulang.
d. Ketidakpastian Besaran Turunan.
Jawab:
1). Rata-rata nilai x

X=
∑ Xi = 6,005+6,003+ 6,002 = 18 , 01 = 6,003 m
n 3 3
2). Menghitung ketetapan pegas (K)
m . g ( 6 , 02 ) (9 ,8) N
K= = =9,827 → 9 , 83
X 6,003 m
3). Ketidakpastian pengukuran berulang

∆ X=
√ n ( ∑ X i2 ) −( ∑ X i ) 2
2
n ( n−1 )

√ 3 ( 6,005 + 6,003 + 6,002 )−(6,005+6,003+6,002)


2 2 2 2
¿ 2
3 (3−1)
¿ 0,0009 m
X ± ∆ X =( 6,003 ± 0,0009 ) m
∆X 0,0009
RN = ∙100 %= ∙ 100 %=0,014 %
X 6,003
KS=100 %−RN =100 %−0,014 %=99 , 99 %
4). Ketidakpastian bersaran turunan

√| || |
2 2
dk dk
∆ K= ×∆ m + ×∆ X
dm dx
√| || |
2 2
= 9 (6 ,02)(9 , 8)
×0 + × 0,0009
X 6,003
N
¿ 0,008 → 0 , 01
m
N
K ± ∆ K=( 9 ,83 ± 0 , 01 )
m
b. Benda II Pegas A
Diketahui:
X 1=¿ 6,055( Nilai X 1 sudah dikurangi nilai X 0) ¿

X 2=¿ 6,056( Nilai X 2 sudah dikurangi nilai X 0 )¿

X 3 =¿ 6,057( Nilai X sudah dikurangi nilai X


3 0 )¿

m=6 ,52 kg
m
g=9 , 8 2
s
Ditanya:
1). Rata-Rata Nilai X.
2). Menghitung Ketetapan Pegas (K).
3). Ketidakpastian Pengukuran Berulang.
4). Ketidakpastian Besaran Turunan.
Jawab:
1). Rata-rata nilai x

X=
∑ Xi = 6,055+6,056+ 6,057 = 18,168 = 6,06 m
n 3 3

2). Menghitung ketetapan pegas (K)


m . g ( 6 , 52 ) (9 , 8) N
K= = =10,543
X 6 ,06 m
3). Ketidakpastian pengukuran berulang

√ n ( ∑ X i ) −(∑ X i)
2 2

∆ X= 2
n (n−1)

3 ( 6,055 + 6,056 +6,057 )
2 2 2

2
−(6,055+ 6,056+6,057)
¿ 2
3 (3−1)
¿ 0,0006 m
X ± ∆ X =( 6 , 06 ± 0,0006 ) m
∆X 0,0006
RN = ∙100 %= ∙100 %=0 ,01 %
X 6 , 06
KS=100 %−RN =100 %−0 , 01 %=99 , 99 %
4). Ketidakpastian bersaran turunan

√| || |
2 2
dk dk
∆ K= ×∆ m + ×∆ X
dm dx

√| || |
2 2
= 9 (6 ,52)(9 , 8)
×0 + ×0,0006
X 6 , 06
N
¿ 0,006 → 0 , 01
m
N
K ± ∆ K=( 10,543 ± 0 , 01 )
m
∆K 0 , 01
RN = ∙ 100 %= ∙ 100 %=0,094 %
K 10,543
KS=100 %−RN =100 %−0,094 %=99 , 91%
c. Benda III Pegas A
Diketahui:
X 1=¿ 6,145( Nilai X 1 sudah dikurangi nilai X 0) ¿

X 2=¿ 6,138( Nilai X 2 sudah dikurangi nilai X 0) ¿

X 3 =¿ 6,141( Nilai X 3 sudah dikurangi nilai X 0) ¿

m=7 kg
m
g=9 , 8 2
s
Ditanya:
1). Rata-Rata Nilai X.
2). Menghitung Ketetapan Pegas (K).
3). Ketidakpastian Pengukuran Berulang.
4). Ketidakpastian Besaran Turunan.
Jawab:
1). Rata-rata nilai x

X=
∑ Xi = 6,145+6,138+ 6,141 = 18,424 = 6,141m
n 3 3
2). Menghitung ketetapan pegas (K)
m . g ( 7 )(9 , 8) N
K= = =11 ,17
X 6,141 m
3). Ketidakpastian pengukuran berulang

√ n ( ∑ X i ) −(∑ X i)
2 2

∆ X= 2
n (n−1)

√3 ( 6,145 + 6,138 + 6,141 )−(6,145+6,138+6,141)


2 2 2 2
¿ 2
3 (3−1)
¿ 0,002 m
X ± ∆ X =( 6,141 ±0,002 ) m
∆X 0,002
RN = ∙100 %= ∙ 100 %=0,032 %
X 6,141
KS=100 %−RN =100 %−0,032 %=99 , 97 %
4). Ketidakpastian bersaran turunan

√| || |
2 2
dk dk
∆ K= ×∆ m + ×∆ X
dm dx

√| || |
2 2
= 9 × 0 + (7)(9 ,8) × 0,002
X 6,141
N
¿ 0 , 22
m
N
K ± ∆ K=( 11, 17 ± 0 , 22 )
m
∆K 0 ,22
RN = ∙ 100 %= ∙ 100 %=0 , 2%
K 11,17
KS=100 %−RN =100 %−0 , 2 %=99 , 8 %
d. Percepatan Gravitasi Pegas A
Diketahui:
N
K 1 ± ∆ K 1=9 , 83 ± 0 ,01
m
N
K 2 ± ∆ K 2=10,543 ± 0 ,01
m
N
K 3 ± ∆ K 3=11, 17 ± 0 ,22
m
m1 ± ∆ m1=6 , 02± 0 kg
m1 ± ∆ K 1=6 , 52± 0 kg
m1 ± ∆ K 1=7 ± 0 kg
X =0 , 15 m
Ditanya:
1). Ketetapan pegas (k)
2). Massa beban (m)
3). Nilai percepatan gravitasi (g)
4). Ketidakpastian besaran turunan
Jawab:
1). Ketetapan pegas (k)
∑k 9 , 83+10,543+11, 17 31,543
K = = = =
n 3 3
N
10,514
m
2). Massa beban (m)

m=
∑ m = ( 6 , 02+ 6 ,52+7 ) = 19 , 54 =6,513 N
n 3 3 m
3). Nilai percepatan gravitasi (g)
kx (10,514 )(0 , 15)
g= = =0,242 m/ s2
m 6,513
4). Ketidakpastian besaran turunan

√| || |
2 2
dg dg
∆ g= ×∆k + ×∆m
dk dm

√| |
2
0 , 15
= × 0 ,01 + 02
6,615
2
¿ 0,0002 m/s
2
g ± ∆ g=( 0,242 ± 0,0002 ) m/s
∆g 0,0002
RN = ∙ 100 %= ∙ 100 %=0,082 %
g 0,242
KS=100 %−RN =100 %−0,082 %=99 , 92 %
Jadi, nilai percepatan gravitasi bumi yang diperoleh
pada pegas A dengan metode pembebanan adalah
2 2
0,242 m/s ± 0,0002 m/s
2. Perhitungan Metode Getaran
a. Benda I Pegas A
Diketahui:
m1=6 , 02 kg T 1=6,206 s
m2=6 , 02 kg T 2=6 , 35 s
m3=6 ,02 kg T 3=6,0393 s
Ditanya:
1). Massa benda (m)
2). Ketidakpastian pengukuran berulang (∆ m¿
3). Periode pegas (T)
4). Ketidakpatian pengukuran berulang (∆ T ¿
5). Ketetapan pegas (k)
6). Ketidakpastian besaran turunan
Jawab:
1). Massa benda (m)

m=
∑ m = ( 6 , 02+ 6 , 02+ 6 , 02 ) = 18 , 06 =6 ,02 kg
n 3 3
2). Ketidakpastian pengukuran berulang (∆ m¿


2
n ( ∑ m ) −( ∑ m )
2

∆ m=
n2 (n−1)
¿ √ 3(6 , 022 +6 , 022 +6 , 022)−¿ ¿ ¿

¿
√ 326,1636−326,1636
18
=0 kg

m ± ∆ m=( 6 , 02 ±0 ) kg
∆m 0
RN = ∙ 100 %= ∙100 %=0 %
m 6 , 02
KS=100 %−RN =100 %−0 %=100 %
3). Periode pegas (T)
T=
∑ T = 6,206+6 ,35+ 6,393 = 6,316 =6 , 32 s
n 3 3
4). Ketidakpatian pengukuran berulang (∆ T ¿


2
n ( ∑ T 2 )−( ∑ T )
∆T=
n2 (n−1)

¿ √ 3(6,206 2+6 ,35 2+6,393 2)−¿ ¿ ¿


¿ 0,056 → 0 , 06 s
5). Ketetapan pegas (k)
2
4π m 4. ( 3 ,14 ) .6 , 02 273,419168
K = = 2 = =
T
2
(6 , 32) 39,9424
N
5,944
m

6). Ketidakpastian besaran turunan

√| || |
2 2
dk dk
∆ k= ×∆m + ×∆T
dm dT

√| || |
2 22 2
= 4 π 2m ×0 + 4 π m × 0 , 06
T T

√| |
2 2
= 0+ 4 (3 , 14) .6 ,02 ×0 , 06
6 , 32
N
¿ 2,253
m
N
k ± ∆ k =( 5,944 ± 2,253 )
m
∆k 2,253
RN = ∙100 %= ∙100 %=37,903 %
k 5,944
KS=100 %−RN =100 %−37,903 %=62 ,1 %
b. Benda II Pegas A
Diketahui:
T 1=6,559 s m=6 ,52 ± 0 kg
T 2=6 , 56 s g = 9,8 m/s 2
T 3=6,579 s
Ditanya:
1). Massa benda (m)
2). Periode pegas (T)
3). Ketidakpatian pengukuran berulang (∆ T ¿
4). Ketetapan pegas (k)
5). Ketidakpastian besaran turunan
Jawab:
1). Massa benda (m)

m=
∑ m = ( 6 ,52+6 ,52+6 ,52 ) = 19 ,56 =6 ,52 kg
n 3 3
2). Periode pegas (T)

T=
∑ T = 6,559+6 , 56+ 6,579 = 19,698 =6,566 s
n 3 3
3). Ketidakpatian pengukuran berulang (∆ T ¿


2
n ( ∑ T 2 )−( ∑ T )
∆T=
n2 (n−1)

¿ √ 3(6,5592 +6 , 562 +6,579 2)−¿ ¿ ¿


¿ 0,006 s
T ± ∆ T =( 6 ,57 ± 0,006 ) s
∆T 0,006
RN = ∙ 100 %= ∙100 %=0 , 91%
T 6 ,57
KS=100 %−RN =100 %−0 , 91 %=99 , 91 %
4). Ketetapan pegas (k)
2
4π m 4. ( 3 ,14 ) .6 ,52 257,138368
K = = 2 = =
T
2
(6 , 57) 43,1649
N
5 , 96
m
5). Ketidakpastian besaran turunan

√| || |
2 2
dk dk
∆ k= ×∆m + ×∆T
dm dT

√| || |
2 2
= 4 π2 4 π2 m
2
× 0 + ×0,006
T T
√ | |
2 2
= 0+ 4 (3 , 14) .6 ,52 × 0,006
6 , 57
N
¿ 0,234
m
N
k ± ∆ k =( 5 , 96 ± 0,234 )
m
∆k 0,234
RN = ∙100 %= ∙ 100 %=3 , 93 %
k 5 , 96
KS=100 %−RN =100 %−3 , 93 %=96 , 1 %
c. Benda III Pegas A
Diketahui:
T 1=6,801 s m=7 ± 0 kg
T 2=6,848 s g = 9,8 m/s 2
T 3=6,849 s
Ditanya:
1). Massa benda (m)
2). Periode pegas (T)
3). Ketidakpatian pengukuran berulang (∆ T ¿
4). Ketetapan pegas (k)
5). Ketidakpastian besaran turunan
Jawab:

1). Massa benda (m)

m=
∑ m = (7 +7+7 ) = 21 =7 kg
n 3 3
2). Periode pegas (T)

T=
∑ T = 6,801+6,848+6,849 = 19,698 =6,832 s
n 3 3
3). Ketidakpatian pengukuran berulang (∆ T ¿

√ n ( ∑ T )−( ∑ T )
2 2

∆T= 2
n (n−1)
¿ √ 3(6,8012 +6,8482 +6,8492 )−¿ ¿ ¿
¿ 0 , 02 s
T ± ∆ T =( 6,832 ± 0 , 02 ) s
∆T 0 , 02
RN = ∙ 100 %= ∙ 100 %=0,292 %
T 6,832
KS=100 %−RN =100 %−0,292 %=99,971 %
4). Ketetapan pegas (k)
2
4π m 4. ( 3 ,14 ) .7 276,0688 N
K = = 2 = = 5,914
T
2
(6,832) 48,676224 m
5). Ketidakpastian besaran turunan

√| || |
2 2
dk dk
∆ k= ×∆m + ×∆T
dm dT

√| || |
2 22 2
= 4 π2 × 0 + 4 π m ×0 , 02
T T

√| |
2 2
= 0+ 4 (3 , 14) .7 ×0 ,02
6,832
N
¿ 0 , 81
m
N
k ± ∆ k =( 5,914 ± 0 , 81 )
m
∆k 0 ,81
RN = ∙100 %= ∙100 %=0 ,14 %
k 5,914
KS=100 %−RN =100 %−0 , 14 %=99 , 86 %
d. Percepatan Gravitasi Pegas A
Diketahui:
T 1 ± ∆ T 1=6 , 32± 0 , 06 s
T 2 ± ∆ T 2=6 , 57 ± 0,006 s
T 3 ± ∆ T 3=6,832 ± 0 , 02 s
N
K 1 ± ∆ K 1=5,944 ± 2,253
m
N
K 1 ± ∆ K 1=5 , 96 ± 0,234
m
N
K 1 ± ∆ K 1=5,914 ± 0 , 81
m
X =0 , 15 m
Ditanya:
1). Periode pegas A (T)
2). Ketidakpastian pengukuran berulang
3). Nilai percepatan gravitasi (g)
4). Ketidakpastian besaran turunan
Jawab:
1). Periode pegas A (T)

T=
∑ T = 6 , 32+6 , 57+6,832 = 19,722 =6,574 s
n 3 3
2). Ketidakpastian pengukuran berulang


2
n ( ∑ T 2 )−( ∑ T )
∆T=
n2 (n−1)
¿ √ 3(6 , 322 +6 , 572 +6,8322 )−¿ ¿ ¿

=
√ 0,3933288
18
=0 , 15 s

T ± ∆ T =( 6,574 ±0 , 15 ) s
∆T 0 ,15
RN = ∙ 100 %= ∙ 100 %=2 ,281 %
T 6,574
KS=100 %−RN =100 %−2,281 %=97 , 72 %
3). Nilai percepatan gravitasi (g)
2
4 π 2 ∆ x 4.(3 ,14) .0 ,15 5,91576
g= 2
= 2
= =0 , 14 m/s 2
T (6,574) 43,217476
4). Ketidakpastian besaran turunan

√| || |
2 2
dg dg
∆ g= ×∆ x + ×∆T
x T

√| || |
2 2
= 4 π2 4 π2 x
2
× 0 + × ∆T
T T

√| |
2 2
= 0+ 4 .(3 , 14) . 0 , 15 × 0 ,15
6,574
2
¿ 0,134 m/ s
2
g ± ∆ g=( 0 , 14 ± 0,134 ) m/ s
∆g 0,134
RN = ∙ 100 %= ∙100 %=95,714 %
g 0 , 14
KS=100 %−RN =100 %−95,714 %=4 , 29 %
Jadi, nilai percepatan gravitasi bumi pada pegas A
dengan metode getaran diperoleh sebesar
( 0 , 14 ± 0,134 ) m/ s2

4.2.5 Kesimpulan
Percepatan
Ketetapan
Pegas Benda RN KS Gravitasi (
Pegas (N/m) 2
m/s ¿
METODE PEMBEBANAN
A 1 9,83 ± 0,01 0,101% 99,9%

A 2 10,543 ±0,01 0,094% 99,91% 0,242 ± 0,0002

A 3 11,17 ±0,022 0,2% 99,8%


METODE GETARAN
A 1 5,944 ± 2,252 37,90% 62,1%

A 2 5,96 ± 0,234 3,93% 96,1% 0,14 ± 0,134

A 3 5,914 ± 0,81 0,14% 99,86%

Pegas A (Getaran) Pegas A (Pembebanan)


6.5 14
12
6 10
8
5.5 6
4
5 2
4.5 0
6.32 6.57 6.832 6.003 6.06 6.141

Jadi, dapat di simpulkan dari table dan grafik di atas sebuah


ketetapan pegas dipengaruhi oleh perbedaan periode (Metode
getaran) dan perubahan Panjang pegas (Metode pembebanan).

4.3 Hasil Perhitungan Ayunan Matematis


4.3.1 Tujuan
1. Peserta praktikum menerapkan ayunan matematis yang
ditentukan oleh asisten praktikum.
2. Peserta praktikum melakukan pemahaman ayunan matematis.
3. Peserta praktikum menerapkan hasil pemahaman ayunan
matematis.
4. Peserta praktikum menentukan alat dan bahan yang akan
digunakan untuk ayunan matematis.
5. Peserta praktikum memahami alat dan bahan yang terdapat
pada ayunan matematis.

4.3.2 Alat dan Bahan


1. Bola Pembatas Ayunan (Bandul).
2. Tali.
3. Stopwatch.
4. Mistar.
5. Busur Derajat.

4.3.3 Data Pengamatan


L (cm) No 10T (s) T(s) 2
g( m/ s )
1 21 8,1
2 22 8,2
106 0 , 62 ±0 , 31
3 23 8,3
Rerata 8,2
1 20 8
2 20 8
96 0 , 59 ±0,0003
3 20 8
Rerata 8
1 19 7,9
2 18 7,8
86 0 , 56 ± 0 ,26
3 17 7,7
Rerata 7,8
76 1 17 1,7 0 , 51± 0,0003
2 17 1,7
3 17 1,7
Rerata 1,7
1 16 1,6
2 15 1,5
66 0,454 ± 0,103
3 16 1,6
Rerata 1,57
1 14 1,4
2 14 1,4
56 0,403 ± 0,0004
3 14 1,4
Rerata 1,4

4.3.4 Perhitungan
1. Panjang Tali 106 (cm).
Diketahui:
T 1=8 ,1 s
T 2=8 , 2 sT 3=8 , 3 sL=1 , 06 mn=3NST =1mm → 0,001 m
Ditanya:
a. Ketidakpastian pengukuran tunggal.
b. Rata-rata periode (T).
c. Ketidakpastian pengukuran berulang.
d. Percepatan gravitasi (g).
e. Ketidakpastian besaran turunan.
Jawab:
a. Ketidakpastian pengukuran tunggal.
1 1
∆ L= × NST= × 0,001=0,0005
2 2
L ± ∆ L=( 1 ,06 ±0,0005 ) s
∆L 0,0005
RN = × 100 %= ×100 %=0 , 05 %
L 1 , 06
KS=100 %−RN =100 %−0 , 05=99 , 95 %
b. Rata-rata periode (T).

T=
∑ T = 8 , 1+8 , 2+ 8 ,3 = 24 ,6 =8 , 2 s
n 3 3
c. Ketidakpastian pengukuran berulang.
∆ T = √¿ ¿ ¿
¿
√( 8 ,1 +8 , 2 +8 , 3 )−(8 , 1+ 8 , 2+ 8 ,3)
2 2 2 2

2
n (n−1)
¿ 0 , 06 s
T ± ∆ T =( 8 ,2 ± 0 , 06 ) s
∆T 0 , 06
RN = ×100 %= × 100 %=0 , 73 %
T 8,2
KS=100 %−RN =100 %−0 , 05=99 ,27 %
Jadi, hasil ketidakpastian pengukuran berulang adalah
T ± ∆ T =( 8 ,2 ± 0 , 06 ) s .
d. Percepatan gravitasi (g).
2 2
4 × π × L 4 ×3 , 14 ×1 , 06 2
g= 2
= 2
=0 ,62 m/s
T 8,2
e. Ketidakpastian besaran turunan.

√( ) √( )
2 2
∂g ∂g
∆ g= ×∆L ×∆T
∂L ∂T

√( ) √( )
2 2 2 2
4 ×π 4×π ×L
¿ 2
×∆ L ×∆T
T T

√( ) √( )
2 2 2 2
4 ×3 , 14 4 ×3 , 14 ×1 , 06
¿ 2
× 0,0005 × ∆ 0 , 06
8,2 8,2
2
¿ 0 , 31 m/s
2
g ± ∆ g=( 0 , 62 ± 0 ,31 ) m/s
∆g 0 ,31
RN = × 100 %= ×100 %=50 %
g 0 ,62
KS=100 %−RN =100 %−50 %=50 %
Jadi, hasil dari ketidakpastian besaran turunan adalah
2
g ± ∆ g=( 0 , 62 ± 0 ,31 ) m/s .
2. Panjang Tali 96 (cm).
Diketahui:
T 1=8 s
T 2=8 sT 3=8 s L=0 ,96 mn=3NST =1mm → 0,001 m
Ditanya:
a. Ketidakpastian pengukuran tunggal.
b. Rata-rata periode (T).
c. Ketidakpastian pengukuran berulang.
d. Percepatan gravitasi (g).
e. Ketidakpastian besaran turunan.
Jawab:
a. Ketidakpastian pengukuran tunggal.
1 1
∆ L= × NST= × 0,001=0,0005
2 2
L ± ∆ L=( 0 , 96 ± 0,0005 ) s
∆L 0,0005
RN = × 100 %= ×100 %=0,052 %
L 1 , 06
KS=100 %−RN =100 %−0 , 05=99 , 95 %
Jadi hasil ketidakpastian pengukuran tunggal adalah (0,96
± 0,0005 ¿ m
b. Rata-rata periode (T).

T=
∑ T = 8+8+ 8 = 24 =8 s
n 3 3
c. Ketidakpastian pengukuran berulang.
∆ T = √¿ ¿ ¿

¿
√( 8 + 8 +8 ) −(8+ 8+8)
2 2 2 2

2
n (n−1)
¿0 s
T ± ∆ T =( 8 ± 0 ) s
∆T 0
RN = ×100 %= × 100 %=0 %
T 8
KS=100 %−RN =100 %−0=100 %
Jadi, hasil ketidakpastian pengukuran berulang adalah
T ± ∆ T =( 8 ± 0 ) s.

d. Percepatan gravitasi (g).


2 2
4 × π × L 4 ×3 , 14 × 0 ,96 2
g= 2
= 2
=0 , 59 m/s
T 8
e. Ketidakpastian besaran turunan.

√( ) √( )
2 2
∂g ∂g
∆ g= ×∆L ×∆T
∂L ∂T

√( ) √( )
2 2 2 2
4 ×π 4×π ×L
¿ 2
×∆ L ×∆T
T T

√( ) √( )
2 2 2 2
4 ×3 , 14 4 ×3 , 14 ×0 , 96
¿ 2
× 0,0005 ×0
8 8 ,2
2
¿ 0,0003 m/s
2
g ± ∆ g=( 0 , 59 ± 0,0003 ) m/s
∆g 0,0003
RN = × 100 %= ×100 %=0 ,05 %
g 0 ,59
KS=100 %−RN =100 %−0 , 05 %=99 , 95 %
Jadi, hasil dari ketidakpastian besaran turunan adalah
2
g ± ∆ g=( 0 , 59 ± 0,0003 ) m/s .
3. Panjang Tali 86 (cm).
Diketahui:
T 1=7 , 9 s
T 2=7 , 8 sT 3=7 , 7 sL=0 ,86 mn=3NST =1mm → 0,001 m
Ditanya:
a. Ketidakpastian pengukuran tunggal.
b. Rata-rata periode (T).
c. Ketidakpastian pengukuran berulang.
d. Percepatan gravitasi (g).
e. Ketidakpastian besaran turunan.
Jawab:
a. Ketidakpastian pengukuran tunggal.
1 1
∆ L= × NST= × 0,001=0,0005
2 2
L ± ∆ L=( 0 , 86 ± 0,0005 ) s
∆L 0,0005
RN = × 100 %= ×100 %=0 , 06 %
L 1 , 06
KS=100 %−RN =100 %−0 , 06=99 , 94 %
b. Rata-rata periode (T).

T=
∑ T = 7 , 9+7 , 8+7 ,7 = 23 , 4 =7 , 8 s
n 3 3
c. Ketidakpastian pengukuran berulang.
∆ T = √¿ ¿ ¿

¿
√( 7 , 9 + 7 , 8 + 7 ,7 )−(7 , 9+7 , 8+7 , 7)
2 2 2 2

2
n (n−1)
¿ 0 , 06 s
T ± ∆ T =( 7 ,8 ± 0 , 06 ) s
∆T 0 , 06
RN = ×100 %= × 100 %=0 , 77 %
T 7,8
KS=100 %−RN =100 %−0 , 77=99 ,23 %
Jadi, hasil ketidakpastian pengukuran berulang adalah
T ± ∆ T =( 8 ,2 ± 0 , 06 ) s .
d. Percepatan gravitasi (g).
2 2
4 × π × L 4 ×3 , 14 × 0 ,86 2
g= 2
= 2
=0 , 56 m/s
T 7,8
e. Ketidakpastian besaran turunan.

√( ) √( )
2 2
∂g ∂g
∆ g= ×∆L ×∆T
∂L ∂T

√( ) √( )
2 2 2 2
4 ×π 4×π ×L
¿ 2
×∆ L ×∆T
T T

√( ) √( )
2 2 2 2
4 ×3 , 14 4 ×3 , 14 ×0 , 86
¿ 2
× 0,0005 ×0 , 06
7 ,8 7,8
2
¿ 0 , 26 m/s
2
g ± ∆ g=( 0 , 56 ± 0 , 26 ) m/s
∆g 0 ,26
RN = × 100 %= ×100 %=46 , 42 %
g 0 ,56
KS=100 %−RN =100 %−46 , 42%=53 , 58 %
Jadi, hasil dari ketidakpastian besaran turunan adalah
2
g ± ∆ g=( 0 , 56 ± 0 , 26 ) m/s .
4. Panjang Tali 76 (cm).
Diketahui:
T 1=7 ,7 s
T 2=7 , 7 sT 3=7 , 7 sL=0 ,76 mn=3NST =1mm → 0,001 m
Ditanya:
a. Ketidakpastian pengukuran tunggal.
b. Rata-rata periode (T).
c. Ketidakpastian pengukuran berulang.
d. Percepatan gravitasi (g).
e. Ketidakpastian besaran turunan.
Jawab:
a. Ketidakpastian pengukuran tunggal.
1 1
∆ L= × NST= × 0,001=0,0005
2 2
L ± ∆ L=( 0 , 76 ± 0,0005 ) s
∆L 0,0005
RN = × 100 %= ×100 %=0 , 07 %
L 0 ,76
KS=100 %−RN =100 %−0 , 07=99 , 93 %
b. Rata-rata periode (T).

T=
∑ T = 7 , 7+7 , 7+7 ,7 = 23 , 1 =7 , 7 s
n 3 3
c. Ketidakpastian pengukuran berulang.
∆ T = √¿ ¿ ¿

¿
√( 7 ,7 +7 ,7 + 7 ,7 )−(7 ,7 +7 , 7+7 , 7)
2 2 2 2

2
n (n−1)
¿0 s
T ± ∆ T =( 7 ,7 ± 0 ) s
∆T 0
RN = ×100 %= × 100 %=0 %
T 7,7
KS=100 %−RN =100 %−0=100 %
Jadi, hasil ketidakpastian pengukuran berulang adalah
T ± ∆ T =( 7 ,7 ± 0 ) s .
d. Percepatan gravitasi (g).
2 2
4 × π × L 4 ×3 , 14 × 0 ,76 2
g= 2
= 2
=0 ,51 m/s
T 7,7
e. Ketidakpastian besaran turunan.

√( ) √( )
2 2
∂g ∂g
∆ g= ×∆L ×∆T
∂L ∂T

√( ) √( )
2 2 2 2
4 ×π 4×π ×L
¿ 2
×∆ L ×∆T
T T

√( ) √( )
2 2 2 2
4 ×3 , 14 4 ×3 , 14 ×0 , 76
¿ 2
× 0,0005 ×0
7 ,7 8,2
2
¿ 0,0003 m/s
2
g ± ∆ g=( 0 , 51 ± 0,0003 ) m/s
∆g 0,0003
RN = × 100 %= ×100 %=0 ,06 %
g 0 , 51
KS=100 %−RN =100 %−0 , 06 %=99 , 94 %
Jadi, hasil dari ketidakpastian besaran turunan adalah
2
g ± ∆ g=( 0 , 51 ± 0,0003 ) m/s .
5. Panjang Tali 66 (cm).
Diketahui:
T 1=7 , 6 s
T 2=7 , 5 sT 3=7 , 6 s L=0 ,66 mn=3NST =1mm → 0,001 m
Ditanya:
a. Ketidakpastian pengukuran tunggal.
b. Rata-rata periode (T).
c. Ketidakpastian pengukuran berulang.
d. Percepatan gravitasi (g).
e. Ketidakpastian besaran turunan.
Jawab:
a. Ketidakpastian pengukuran tunggal.
1 1
∆ L= × NST= × 0,001=0,0005
2 2
L ± ∆ L=( 0 , 66 ± 0,0005 ) s
∆L 0,0005
RN = × 100 %= ×100 %=0 , 08 %
L 0 , 66
KS=100 %−RN =100 %−0 , 08=99 , 92%
b. Rata-rata periode (T).

T=
∑ T = 7 , 6+7 , 5+7 , 6 = 22 , 7 =7 , 57 s
n 3 3
c. Ketidakpastian pengukuran berulang.
∆ T = √¿ ¿ ¿

¿
√( 7 ,6 + 7 ,5 +7 ,6 )−(7 , 6+7 , 5+7 , 6)
2 2 2 2

2
n (n−1)
¿ 0 , 03 s
T ± ∆ T =( 7 ,57 ± 0 , 03 ) s
∆T 0 , 03
RN = ×100 %= × 100 %=0 , 4 %
T 7 , 57
KS=100 %−RN =100 %−0 , 4=99 , 6 %
Jadi, hasil ketidakpastian pengukuran berulang adalah
T ± ∆ T =( 7 ,57 ± 0 , 03 ) s .
d. Percepatan gravitasi (g).
2 2
4 × π × L 4 ×3 , 14 × 0 ,66 2
g= 2
= 2
=0,454 m/s
T 7 , 57
e. Ketidakpastian besaran turunan.

√( ) √( )
2 2
∂g ∂g
∆ g= ×∆L ×∆T
∂L ∂T

√( ) √( )
2 2 2 2
4 ×π 4×π ×L
¿ 2
×∆ L ×∆T
T T

√( ) √( )
2 2 2 2
4 ×3 , 14 4 ×3 , 14 ×0 , 66
¿ 2
× 0,0005 ×0 , 03
7 ,57 7 , 57
2
¿ 0,103 m/s
2
g ± ∆ g=( 0,454 ±0,103 ) m/ s
∆g 0,103
RN = × 100 %= × 100 %=22 ,69 %
g 0,454
KS=100 %−RN =100 %−22 ,69 %=77 ,31 %
Jadi, hasil dari ketidakpastian besaran turunan adalah
2
g ± ∆ g=( 0,454 ±0,103 ) m/ s .
6. Panjang Tali 56 (cm).
Diketahui:
T 1=7 , 4 s
T 2=7 , 4 sT 3=7 , 4 sL=0 ,56 mn=3NST =1mm → 0,001 m
Ditanya:
a. Ketidakpastian pengukuran tunggal.
b. Rata-rata periode (T).
c. Ketidakpastian pengukuran berulang.
d. Percepatan gravitasi (g).
e. Ketidakpastian besaran turunan.
Jawab:
1). Ketidakpastian pengukuran tunggal.
1 1
∆ L= × NST= × 0,001=0,0005
2 2
L ± ∆ L=( 0 , 56 ± 0,0005 ) s
∆L 0,0005
RN = × 100 %= ×100 %=0 , 09 %
L 0 ,56
KS=100 %−RN =100 %−0 , 09=99 , 91%
2). Rata-rata periode (T).

T=
∑ T = 7 , 4 +7 , 4+ 7 , 4 = 22 , 2 =7 , 4 s
n 3 3
3). Ketidakpastian pengukuran berulang.
∆ T = √¿ ¿ ¿

¿
√( 7 , 4 +7 , 4 +7 , 4 )−(7 , 4+ 7 , 4+7 , 4)
2 2 2 2

2
n (n−1)
¿0 s
T ± ∆ T =( 7 , 4 ± 0 ) s
∆T 0
RN = ×100 %= ×100 %=0 %
T 7,4
KS=100 %−RN =100 %−0=100 %
Jadi, hasil ketidakpastian pengukuran berulang adalah
T ± ∆ T =( 7 , 4 ± 0 ) s .
4). Percepatan gravitasi (g).
2 2
4 × π × L 4 ×3 , 14 × 0 ,56 2
g= 2
= 2
=0,403 m/s
T 7,4
5). Ketidakpastian besaran turunan.

√( ) √( )
2 2
∂g ∂g
∆ g= ×∆L ×∆T
∂L ∂T

√( ) √( )
2 2 2 2
4 ×π 4×π ×L
¿ 2
×∆ L ×∆T
T T

√( ) √( )
2 2 2 2
4 ×3 , 14 4 ×3 , 14 ×0 , 56
¿ 2
× 0,0005 ×0
7,4 7,4
2
¿ 0,0004 m/ s
2
g ± ∆ g=( 0,403 ± 0,0004 ) m/ s
∆g 0,0004
RN = × 100 %= × 100 %=0 , 1%
g 0,403
KS=100 %−RN =100 %−0 , 1 %=99 , 9 %
Jadi, hasil dari ketidakpastian besaran turunan adalah
2
g ± ∆ g=( 0,403 ± 0,0004 ) m/ s .

4.3.5 Kesimpulan
Parameter Hasil Pengamatan RN KS
Data Pengamatan 1

Panjang Tali ¿) m 0,05 % 99,95%

Periode (8 , 2 ±0 ,06) s 0,73% 99,27%

Percepatan gravitas (0 , 62 ±0 ,81) m/s 2 50% 50%

Data pengamatan 2

Panjang Tali ( 0 , 96 ± 0,0005 ) m 0,052% 99,95%

Periode (8 ± 0) s 0% 100%

Percepatan gravitas (0 , 59 ± 0,0003) m/s 2 0,05% 99,95%

Data Pengamatan 3

Panjang Tali ( 0 , 86 ± 0,0005 ) m 0,06% 99,94%

Periode (7 , 8 ± 0 , 06) s 0,77% 99,23%

Percepatan gravitas (0 , 56 ± 0 ,26) m/s 2 46,42% 53,58%

Data Pengamatan 4
Panjang Tali ( 0 , 76 ± 0,0005 ) 0,07% 99,93%

Periode (7 , 7 ± 0) s 0% 100%

Percepatan gravitas (0 , 51 ±0,0003) m/s 2 0,06% 99,94%

Data Pengamatan 5

Panjang Tali ¿) m 0,08% 99,92%

Periode (7 , 57 ± 0 , 03) s 0,4% 99,6%

Percepatan gravitas (0,454 ±0,103) m/s 2 22,69% 77,31%

Data Pengamatan 6

Panjang Tali ¿) m 0,09% 99,91%

Periode (7 , 4 ±0) s 0% 100%

Percepatan gravitas (0,403 ± 0,0004) m/s 2 0,1% 99,9%

4.4 Hasil Perhitungan Dinamika Bidang Miring


4.4.1 Tujuan
1. Peserta praktikum mampu memahami penerapan dari dinamika
bidang miring yang telah ditetapkan.
2. Peserta praktikum mampu memahami konsep perhitungan dari
dinamika bidang miring yang telah ditetapkan.
3. Peserta praktikum dapat menentukan alat dan bahan yang
digunakan untuk dinamika bidang miring yang telah ditetapkan.

4.4.2 Alat dan Bahan


1. Papan Rangkaian Dinamika Bidang Miring.
2. Tripleks.
3. Stopwatch.
4. Busur Derajat.
5. Beban Benda. (balok dan bola)
4.4.3 Data Pengamatan
1. Data pengamatan sudut kemiringan untuk menentukan nilai
koefisien gesek statsis ( μ s ), diantaranya:
Bahan Lintasan Pengukuran ke-1 Pengukuran ke-2
Kayu 30° 45°
Tripleks 25° 40°

2. Data pengamatan waktu tempuh beban benda:


Bahan Kemiringan Waktu (t)
Lintasan Sudut Balok Bola
0,54 0,44
Kayu 30° 0,57 0,51
0,54 0,52
0,26 0,21
Kayu 45° 0,33 0,25
0,42 0,30
0,83 0,66
Tripleks 25° 0,85 0,68
0,82 0,79
0,43 0,51
Tripleks 40° 0,48 0,54
0,58 0,55

4.4.4 Perhitungan
1. Perhitungan Metode Pembebanan
a. Menghitung koefisien gesek statis ( μ s ), pada lintasan kayu.
Diketahui:
θ1=30 °θ2=45 °n=2NST :1°

Ditanya:
1). Koefisien gesek statis( μ s ).
2). Ketidakpastian pengukuran berulang.
Jawab:
1). Koefisien gesek statis( μ s ).
μs =tan θ1 =30°=0 , 6

μs =tan θ2 =45 °=1 μs = ∑ s = 0 ,6 +1 = 1 , 6 =0 , 8


μ
n 2 2
2). Ketidakpastian pengukuran berulang

√ n ( μs ) −(μ s)
2 2

∆ μ s= 2
n (n−1)


2 ( 0 , 61 +1 )−(0 , 61+1)
2 2 2
¿ 2
2 (2−1)
¿0,2
μs ± ∆ μ s=( 0 , 8 ±0 ,2 )
∆ μs 0,2
RN = ∙100 %= ∙ 100 %=25 %
μs 0,8
KS=100 %−RN =100 %−25 %=75 %
b. Menghitung koefisien gesek statis ( μ s ), pada lintasan
tripleks.
Diketahui:
θ1=25°θ2=40 °n :2NST :1°

Ditanya:
1). Koefisien gesek statis( μ s ).
2). Ketidakpastian pengukuran berulang.
Jawab:
1). Koefisien gesek statis( μ s ).
μs =tan θ1 =25°=0 , 46

μs =
∑ μ s = 0 , 46+0 , 83 = 1 ,29 =0,645
n 2 2
2). Ketidakpastian pengukuran berulang

√ n ( μs ) −(μ s)
2 2

∆ μ s= 2
n (n−1)

√ 2 ( 0 , 46 + 0 , 83 )−(0 , 46+ 0 ,83)


2 2 2
¿ 2
2 (2−1)
¿ 0,187
μs ± ∆ μ s=( 0,645 ± 0,187 )
∆ μs 0,187
RN = ∙100 %= ∙100 %=28 , 99 %
μs 0,645
KS=100 %−RN =100 %−28 , 99 %=71 ,1 %
c. Menghitung nilai kecepatan (v) dan percepatan (a) pada
lintasan kayu dengan kemiringan sudut 30 ° (balok).
Diketahui:
L=33 , 5 m→ 0,335 cm t 3=0 , 54 s
t 1=0 , 54 s n=3
t 2=0 , 57 s NST =0 , 01 s
Ditanya:
1). Waktu rata-rata (t).
a) Ketidakpastian pengukuran berulang.
2). Kecepatan benda (v).
b) Ketidakpastian pengukuran berulang.
3). Percepatan benda (a).
a) Ketidakpastian pengukuran tungal.
b) Ketidakpastian besaran turunan.
Jawab:
1). Waktu rata-rata (t).

t=
∑ t = 0 , 54+ 0 ,57+ 0 ,54 = 1 , 65 =0 , 55 s
n 3 3
a) Ketidakpastian pengukuran berulang.


n ( t ) −(t )
2 2
∆ t= 2
n (n−1)


3 ( 0 ,54 + 0 ,57 + 0 ,54 )−(0 , 54+0 , 54+ 0 ,57)
2 2 2 2
¿ 2
3 (3−1)
¿0,1s
t ± ∆ t=( 0,645 ± 0,187 )
∆t 0 , 01
RN = ∙ 100 %= ∙ 100 %=1 ,18 %
t 0 , 55
KS=100 %−1, 18 %=98 , 82 %
2). Kecepatan benda (v).
l 0,335 m
v= = =0,609
t 0 , 55 s
a) Ketidakpastian pengukuran berulang.

√( )( )
2 2
dv dv
∆ v= ×∆ l + ×∆t
dl dt

√( )( )
2 2
1 0,335
¿ × 0,005 + × 0 , 01
0 , 55 1
m
¿ 0,009
s
m
v ± ∆ v=( 0,609+0,009 )
s
∆v 0,009
RN = ∙100 %= ∙100 %=1 , 47 %
v 0,609
KS=100 %−RN =100 %−1 , 47 %=98 , 53 %
3). Percepatan benda (a).
2
v 0,609 m
a= = =1,107
t 0 , 55 s
a) Ketidakpastian pengukuran tunggal.
2
1 1 m
∆ a= × Nst = × 0 ,01=0,005
2 2 s
2
m
a ± ∆ a=( 1,107 ± 0,005 )
s
∆a 0,005
RN = ∙100 %= ∙100 %=0 , 45 %
a 1,107
KS=100 %−RN =100 %−0 , 45 %=99 , 55 %
b) Ketidakpastian besaran turunan.

√( )( )
2 2
da da
∆ a= ×∆v + ×∆t
dv dt

√( ) ( )
2 2
1 0,609
¿ × 0,009 + × 0 ,01
0 , 55 1
m
¿ 0,017
s
2
m
a ± ∆ a=( 1,107 ± 0,017 )
s
∆a 0,017
RN = ∙100 %= ∙100 %=1 , 53 %
a 1,107
KS=100 %−RN =100 %−1 ,53 %=98 , 47 %

d. Menghitung nilai kecepatan (v) dan percepatan (a) pada


lintasan kayu dengan kemiringan sudut 30 ° (bola).
Diketahui:
L=33 , 5 m→ 0,335 cm t 3=0 , 52 s
t 1=0 , 44 s n=3
t 2=0 , 51 s Nst =0 , 01 s
Ditanya:
1). Waktu rata-rata (t).
a) Ketidakpastian pengukuran berulang.
2). Kecepatan benda (v).
a) Ketidakpastian pengukuran berulang.
3). Percepatan benda (a).
a) Ketidakpastian pengukuran tunggal.
b) Ketidakpastian besaran turunan.
Jawab:
1). Waktu rata-rata (t).

t=
∑ t = 0 , 44 +0 , 51+ 0 ,52 = 1 , 47 =0 , 49 s
n 3 3
a) Ketidakpastian pengukuran berulang.

√ n ( t ) −(t )
2 2
∆ t= 2
n (n−1)


3 ( 0 , 44 +0 , 51 + 0 ,52 ) −( 0 , 44+0 , 51+0 , 52)
2 2 2 2
¿ 2
3 (3−1)
¿ 0,024 s
t ± ∆ t=( 0 , 49± 0,024 ) s
∆t 0,024
RN = ∙ 100 %= ∙ 100 %=4 ,8 %
t 0 , 49
KS=100 %−RN =100 %−4 , 8 %=95 , 2%
2). Kecepatan benda (v).
l 0,335 m
v= = =0,683
t 0 , 49 s
a) Ketidakpastian pengukuran berulang.

√( )( )
2 2
dv dv
∆ v= ×∆ l + ×∆t
dl dt

√( )( )
2 2
1 0,335
¿ ×0,005 + ×0,024
0 , 49 1
m
¿ 0,012
s
m
v ± ∆ v=( 0,683+ 0,012 )
s
∆v 0,012
RN = ∙100 %= ∙100 %=1 , 7 %
v 0,683
KS=100 %−RN =100 %−1 ,7 %=98 ,3 %
3). Percepatan benda (a).
2
v 0,683 m
a= = =1,393
t 0 , 49 s
a) Ketidakpastian pengukuran tunggal.
2
1 1 m
∆ a= × Nst = × 0 ,01=0,005
2 2 s
2
m
a ± ∆ a=( 1,393 ± 0,005 )
s
∆a 0,005
RN = ∙100 %= ∙100 %=0 ,35 %
a 1,393
KS=100 %−RN =100 %−0 , 45 %=99 , 65 %
b) Ketidakpastian besaran turunan.

√( )( )
2 2
da da
∆ a= ×∆v + ×∆t
dv dt

√( )( )
2 2
1 0,683
¿ ×0,012 + × 0,024
0 , 49 1
m
¿ 0,026
s
2
m
a ± ∆ a=( 1,393 ± 0,026 )
s
∆a 0,026
RN = ∙100 %= ∙100 %=1 , 8 %
a 1,393
KS=100 %−RN =100 %−1 ,8 %=98 ,2 %
e. Menghitung nilai kecepatan (v) dan percepatan (a) pada
lintasan kayu dengan kemiringan sudut 45 ° (balok).
Diketahui:
L=33 , 5 m→ 0,335 cm t 3=0 , 42 s
t 1=0 , 26 s n=3
t 2=0 , 33 s Nst =0 , 01 s
Ditanya:

1). Waktu rata-rata (t).


a) Ketidakpastian pengukuran berulang.
2). Kecepatan benda (v).
a) Ketidakpastian pengukuran berulang.
3). Percepatan benda (a).
a) Ketidakpastian pengukuran tunggal.
b) Ketidakpastian besaran turunan.
Jawab:
1). Waktu rata-rata (t).

t=
∑ t = 0 , 26+0 , 33+0 , 42 = 1 , 01 =0,336 s
n 3 3
a) Ketidakpastian pengukuran berulang.


n ( t ) −(t )
2 2
∆ t= 2
n (n−1)

√3 ( 0 ,26 + 0 ,33 +0 , 42 ) −( 0 ,26 +0 , 33+0 , 42)


2 2 2 2
¿ 2
3 (3−1)
¿t0,046
± ∆ t=s( 0,336 ±0,046 ) s
∆t 0,046
RN = ∙ 100 %= ∙100 %=13 ,6 %
t 0,336
KS=100 %−RN =100 %−4 , 8 %=86 , 4 %
2). Kecepatan benda (v).
l 0,335 m
v= = =0 , 99
t 0,336 s
a) Ketidakpastian pengukuran berulang.

√( )( )
2 2
dv dv
∆ v= ×∆ l + ×∆t
dl dt

√( )( )
2 2
1 0,335 m
¿ ×0,005 + ×0,046 ¿ 0 , 02
0,336 1 s

∆v 0m, 02
v ±RN = ( 0 , 99+0
∆ v= ∙100 %=
, 02 ) 0 , 99 ∙ 100 %=2 %
v s
KS=100 %−RN =100 %−2 %=98 %

3). Percepatan benda (a).


2
v 0 , 99 m
a= = =2,946
t 0,336 s
a) Ketidakpastian pengukuran tunggal.
2
1 1 m
∆ a= × Nst = × 0 ,01=0,005
2 2 s
2
m
a ± ∆ a=( 2,946 ± 0,005 )
s

∆a 0,005
RN = ∙100 %= ∙100 %=0 ,16 %
a 2,946
KS=100 %−RN =100 %−0 , 16 %=99 , 84 %
b) Ketidakpastian besaran turunan.

√( )( )
2 2
da da
∆ a= ×∆v + ×∆t
dv dt

√( )( )
2 2
1 0 , 99
¿ ×0 , 02 + × 0,046
0,336 1

2
m
a ± ∆ a=( 2,946 ± 0 , 07 )
s
m
¿ 0 , 07
s

∆a 0 , 07
RN = ∙100 %= ∙100 %=2 , 3 %
a 2,946
KS=100 %−RN =100 %−2 ,3 %=97 ,7 %
f. Menghitung nilai kecepatan (v) dan percepatan (a) pada
lintasan kayu dengan kemiringan sudut 45 ° (bola).
Diketahui:
L=33 , 5 m→ 0,335 cm t 3=0 , 30 s
t 1=0 , 21 s n=3
t 2=0 , 25 s Nst =0 , 01 s
Ditanya:
1). Waktu rata-rata (t).
a) Ketidakpastian pengukuran berulang.
2). Kecepatan benda (v).
a) Ketidakpastian pengukuran berulang.
3). Percepatan benda (a).
a) Ketidakpastian pengukuran tunggal.
b) Ketidakpastian besaran turunan.
Jawab:
1). Waktu rata-rata (t).

t=
∑ t = 0 , 21+0 , 25+0 , 30 = 0 ,76 =0,253 s
n 3 3
a) Ketidakpastian pengukuran berulang.

√ n ( t ) −(t )
2 2
∆ t= 2
n (n−1)

√ 3 ( 0 ,21 +0 , 25 +0 , 30 )−(0 , 21+0 , 25+0 , 30)


2 2 2 2
¿ 2
3 (3−1)
¿ 0,026 s
t ± ∆ t=( 0,253 ± 0,026 ) s

∆t 0,026
RN = ∙ 100 %= ∙100 %=10 ,27 %
t 0,253
KS=100 %−RN =100 %−10 , 27 %=89 , 73 %
2). Kecepatan benda (v).
l 0,335 m
v= = =1,324
t 0,253 s
a) Ketidakpastian pengukuran berulang.

√( )( )
2 2
dv dv
∆ v= ×∆ l + ×∆t
dl dt

√( )( )
2 2
1 0,335
¿ × 0,005 + × 0,026
0,253 1
m
¿ 0,021
s m
v ± ∆ v=( 1,324+ 0,021 )
s

∆v 0,021
RN = ∙100 %= ∙100 %=1 , 5 %
v 1,324
KS=100 %−RN =100 %−1 ,5 %=98 ,5 %
3). Percepatan benda (a).
2
v 1,324 m
a= = =5,233
t 0,253 s
a) Ketidakpastian pengukuran tunggal.
2
1 1 m
∆ a= × Nst = × 0 ,01=0,005
2 2 s
2
m
a ± ∆ a=( 5,233 ± 0,005 )
s
∆a 0,005
RN = ∙100 %= ∙100 %=0 ,09 %
a 5,233
KS=100 %−RN =100 %−0 , 09 %=99 , 91 %
b) Ketidakpastian besaran turunan.

√( )( )
2 2
da da
∆ a= ×∆v + ×∆t
dv dt

√( )( )
2 2
1 1,324
¿ × 0,021 + × 0,026
0,253 1
m
¿ 0,089
s
2
m
a ± ∆ a=( 5,233 ± 0,089 )
∆a 0,089 s
RN = ∙100 %= ∙100 %=1 , 7 %
a 5,233
KS=100 %−RN =100 %−1 ,7 %=98 ,3 %
g. Menghitung nilai kecepatan (v) dan percepatan (a) pada
lintasan tripleks dengan kemiringan sudut 25 ° (balok).
Diketahui:
L=33 , 5 m→ 0,335 cm t 3=0 , 82 s
t 1=0 , 83 s n=3
t 2=0 , 85 s Nst =0 , 01 s
Ditanya:
1). Waktu rata-rata (t).
a) Ketidakpastian pengukuran berulang.
2). Kecepatan benda (v).
a) Ketidakpastian pengukuran berulang.
3). Percepatan benda (a).
a) Ketidakpastian pengukuran tunggal.
b) Ketidakpastian besaran turunan.
Jawab:
1). Waktu rata-rata (t).

t=
∑ t = 0 , 83+0 , 85+ 0 ,82 = 2 ,5 =0 , 83 s
n 3 3
a) Ketidakpastian pengukuran berulang.

√ n ( t ) −(t )
2 2
∆ t= 2
n (n−1)

√ 3 ( 0 ,83 + 0 ,85 + 0 ,82 ) −(0 ,83+ 0 , 85+0 , 82)


2 2 2 2
¿ 2
3 (3−1)
¿ 0,008 s

t ± ∆ t=( 0 ,83 ± 0,008 ) s

∆t 0,008
RN = ∙ 100 %= ∙100 %=0 ,9 %
t 0 , 83
KS=100 %−RN =100 %−0 , 9 %=99 , 1 %
2). Kecepatan benda (v).
l 0,335 m
v= = =0,403
t 0 , 83 s
a) Ketidakpastian pengukuran berulang.

√( )( )
2 2
dv dv
∆ v= ×∆ l + ×∆t
dl dt

√( )( )
2 2
1 0,335
¿ × 0,005 + × 0,008
0 , 83 1
m
¿ 0,006
s

m
v ± ∆ v=( 0,403+ 0,006 )
s
∆v 0,006
RN = ∙100 %= ∙100 %=1 , 4 %
v 0,403
KS=100 %−RN =100 %−1 , 4 %=98 , 6 %
3). Percepatan benda (a).
2
v 0,403 m
a= = =0,485
t 0 , 83 s
a) Ketidakpastian pengukuran tunggal.
2
1 1 m
∆ a= × Nst = × 0 ,01=0,005
2 2 s
2
m
a ± ∆ a=( 0,485 ± 0,005 )
∆a 0,005 s
RN = ∙100 %= ∙100 %=1 %
a 0,485
KS=100 %−RN =100 %−1 %=99 %
b) Ketidakpastian besaran turunan.

√( )( )
2 2
da da
∆ a= ×∆v + ×∆t
dv dt

√( )( )
2 2
1 0,403
¿ × 0,006 + × 0,008
0 , 83 1
m
¿ 0,005
s
2
m
a ± ∆ a=( 0,485 ± 0,005 )
s
∆a 0,005
RN = ∙100 %= ∙100 %=1 %
a 0,485
KS=100 %−RN =100 %−1 %=99 %
h. Menghitung nilai kecepatan (v) dan percepatan (a) pada
lintasan tripleks dengan kemiringan sudut 40 ° (balok).
Diketahui:
L=33 , 5 m→ 0,335 cm t 3=0 , 79 s
t 1=0 , 66 s n=3
t 2=0 , 68 s Nst =0 , 01 s
Ditanya:
1). Waktu rata-rata (t).
a) Ketidakpastian pengukuran berulang.
2). Kecepatan benda (v).
a) Ketidakpastian pengukuran berulang.
3). Percepatan benda (a).
a) Ketidakpastian pengukuran tunggal.
b) Ketidakpastian besaran turunan.
Jawab:
1). Waktu rata-rata (t).

t=
∑ t = 0 , 66+0 , 68+ 0 ,79 = 2 ,13 =0 ,71 s
n 3 3
a) Ketidakpastian pengukuran berulang.

√ n ( t ) −(t )
2 2
∆ t= 2
n (n−1)

√ 3 ( 0 ,66 + 0 ,68 + 0 ,79 ) −(0 ,66+ 0 , 68+0 , 79)


2 2 2 2
¿ 2
3 (3−1)
¿ 0 , 04 s
t ± ∆ t=( 0 ,71 ± 0 ,04 ) s

∆t 0 , 04
RN = ∙ 100 %= ∙ 100 %=5 ,6 %
t 0 ,71
KS=100 %−RN =100 %−5 , 6 %=94 , 4 %
2). Kecepatan benda (v).
l 0,335 m
v= = =0,471
t 0 , 71 s

a) Ketidakpastian pengukuran berulang.


√( )( )
2 2
dv dv
∆ v= ×∆ l + ×∆t
dl dt

√( ) ( )
2 2
1 0,335
¿ ×0,005 + ×0 ,04
0 , 71 1
m
¿ 0,015
s

∆v 0,015
RN = ∙100 %= ∙100 %=3 , 1 %
v 0,471
KS=100 %−RN =100 %−3 , 1%=96 , 9 %
3). Percepatan benda (a).
2
v 0,471 m
a= = =0,663
t 0 , 71 s
a) Ketidakpastian pengukuran tunggal.
2
1 1 m
∆ a= × Nst = × 0 ,01=0,005
2 2 2 s
m
a ± ∆ a=( 0,663 ± 0,005 )
s
∆a 0,005
RN = ∙100 %= ∙100 %=0 ,7 %
a 0,663
KS=100 %−RN =100 %−0 , 7 %=99 , 3 %
b) Ketidakpastian besaran turunan.

√( )( )
2 2
da da
∆ a= ×∆v + ×∆t
dv dt

√( ) ( )
2 2
1 0,471
¿ ×0,095 + ×0 , 04
0 , 71 1
m
¿ 0 , 02 m
2
a ± ∆s a=( 0,663 ± 0 , 02 )
s

∆a 0 ,02
RN = ∙100 %= ∙100 %=3 %
a 0,663
KS=100 %−RN =100 %−3 %=97 %
i. Menghitung nilai kecepatan (v) dan percepatan (a) pada
lintasan tripleks dengan kemiringan sudut 40 ° (bola).
Diketahui:
L=33 , 5 m→ 0,335 cm t 3=0 , 58 s
t 1=0 , 43 s n=3
t 2=0 , 48 s Nst =0 , 01 s
Ditanya:
1). Waktu rata-rata (t).
a) Ketidakpastian pengukuran berulang.
2). Kecepatan benda (v).
a) Ketidakpastian pengukuran berulang.
3). Percepatan benda (a).
a) Ketidakpastian pengukuran tunggal.
b) Ketidakpastian besaran turunan.
Jawab:
1). Waktu rata-rata (t).

t=
∑ t = 0 , 43+ 0 , 48+0 , 58 = 1, 49 =0,496 s
n 3 3
1) Ketidakpastian pengukuran berulang.


n ( t ) −(t )
2 2
∆ t= 2
n (n−1)


3 ( 0 , 43 + 0 , 48 +0 , 58 )−(0 , 43+ 0 , 48+0 , 58)
2 2 2 2
¿ 2
3 (3−1)
¿ 0,044
t ± ∆st=( 0,496 ±0,044 ) s

∆t 0,044
RN = ∙ 100 %= ∙ 100 %=9 , 8 %
t 0,496
KS=100 %−RN =100 %−9 , 8 %=90 , 2 %
2). Kecepatan benda (v).
l 0,335 m
v= = =0,675
t 0,496 s
a) Ketidakpastian pengukuran berulang.

√( )( )
2 2
dv dv
∆ v= ×∆ l + ×∆t
dl dt

√( )( )
2 2
1 0,335
¿ ×0 , 05 + × 0,044
0,496 1

m
v ± ∆ v=( 0,675+ 0,101 )
s
m
¿ 0,101
s

∆v 0,101
RN = ∙100 %= ∙100 %=14 ,9 %
v 0,675
KS=100 %−RN =100 %−1 , 4 %=85 , 1 %

3). Percepatan benda (a).


2
v 0,675 m
a= = =1 , 36
t 0,496 s
a) Ketidakpastian pengukuran tunggal.
2
1 1 m
∆ a= × Nst = × 0 ,01=0,005
2 2 s
2
m
a ± ∆ a=( 1 , 36 ±0,005 )
s
∆a 0,005
RN = ∙100 %= ∙100 %=0 ,3 %
a 1 , 36
KS=100 %−RN =100 %−0 , 3 %=99 , 7 %
b) Ketidakpastian besaran turunan.

√( )( )
2 2
da da
∆ a= ×∆v + ×∆t
dv dt

√( )( )
2 2
1 0,675
¿ ×0,101 + × 0,044
0,496 1
m
¿ 0,205 2
s ( ) m
a ± ∆ a= 1 , 36 ±0,205
s

∆a 0,205
RN = ∙100 %= ∙100 %=15 %
a 1 , 36
KS=100 %−RN =100 %−15 %=85 %
j. Menghitung nilai kecepatan (v) dan percepatan (a) pada
lintasan tripleks dengan kemiringan sudut 40 ° (bola).
Diketahui:
L=33 , 5 m→ 0,335 cm t 3=0 , 55 s
t 1=0 , 51 s n=3
t 2=0 , 54 s Nst =0 , 01 s
Ditanya:
1). Waktu rata-rata (t).
a) Ketidakpastian pengukuran berulang.
2). Kecepatan benda (v).
a) Ketidakpastian pengukuran berulang.
3). Percepatan benda (a).
a) Ketidakpastian pengukuran tunggal.
b) Ketidakpastian besaran turunan.

Jawab:
1). Waktu rata-rata (t).

t=
∑ t = 0 , 51+0 , 54+0 , 55 = 1 ,6 =0 ,53 s
n 3 3
a) Ketidakpastian pengukuran berulang.

√ n ( t ) −(t )
2 2
∆ t= 2
n (n−1)


3 ( 0 ,51 +0 , 54 +0 , 55 ) −(0 , 51+0 , 54+0 ,55)
2 2 2 2
¿ 2
3 (3−1)
¿ 0,012
t ±s∆ t=( 0 ,53 ± 0,012 ) s

∆t 0,012
RN = ∙ 100 %= ∙100 %=2 , 2 %
t 0 , 53
KS=100 %−RN =100 %−2 ,2 %=97 , 8 %
2). Kecepatan benda (v).
l 0,335 m
v= = =0,632
t 0 , 53 s
a) Ketidakpastian pengukuran berulang.

√( )( )
2 2
dv dv
∆ v= ×∆ l + ×∆t
dl dt

√( )( )
2 2
1 0,335
¿ × 0,005 + × 0,012
0 , 53 1
m
¿ 0 , 01 m
s
v ± ∆ v=( 0,632+0 , 01 )
s
∆v 0 , 01
RN = ∙100 %= ∙ 100 %=1 ,5 %
v 0,632
KS=100 %−RN =100 %−1 ,5 %=98 ,5 %
3). Percepatan benda (a).
2
v 0,632 m
a= = =1,194
t 0 ,53 s
a) Ketidakpastian pengukuran tunggal.
2
1 1 m
∆ a= × Nst = × 0 ,01=0,005
2 2 s
2
m
a ± ∆ a=( 1,194 ± 0,005 )
s
∆a 0,005
RN = ∙100 %= ∙100 %=0 , 4 %
a 1,194
KS=100 %−RN =100 %−0 , 4 %=99 , 6 %

b) Ketidakpastian besaran turunan.

√( )( )
2 2
da da
∆ a= ×∆v + ×∆t
dv dt

√( )( )
2 2
1 0,632
¿ × 0 , 01 + ×0,012
0 , 53 1
m
¿ 0 , 02 m
2
a ±s ∆ a=( 1 , ,194 ± 0 ,02 )
s

∆a 0 ,02
RN = ∙100 %= ∙100 %=1 , 6 %
a 1,194
KS=100 %−RN =100 %−1 ,6 %=98 , 4 %

4.5 Hasil Perhitungan Kalor Jenis Logam


4.5.1 Tujuan
1. Peserta praktikum mampu memahami penerapan dari kalor jenis
logam yang telah ditetapkan.
2. Peserta praktikum mampu memahami konsep perhitungan dari
kalor jenis logam yang telah ditetapkan.
3. Peserta praktikum dapat menentukan alat dan bahan yang
digunakan untuk kalor jenis logam yang telah ditetapkan.

4.5.2 Alat dan Bahan


1. Kalorimeter dan Pengaduknya.
2. Keping-Keping Logam.
3. Air Dingin.
4. Pemanas (Steam Generator).
5. Neraca.
6. Termometer.

4.5.3 Data Pengamatan


Pembacaan
Parameter
1 2 3 4 5
Mkal 116 117 117 116 116
Mkal + Air 268 268 268 268 268
Mlogam 4 4 4 4 4
Ta 26 26 26 26 26
Tl 80 79 78 77 76
Ts 40 37 34 31 28

4.5.1 Perhitungan
1. Menghitung Massa calorimeter (Mkal).
Diketahui:
Mkal1=116 g
Mkal2=117 gMkal3 =117 gMkal 4=116 g Mkal5 =116 gn=5

Ditanya:
a. Rata-rata Massa kalorimeter.
b. Ketidakpastian pengukuran berulang Massa kalorimeter.
Jawab:
a. Rata-rata Massa kalorimeter.

Mkal=
∑ Mkal = 116 +117 +117+116 +116 = 582 =116 , 4 g
n 5 5
b. Ketidakpastian pengukuran berulang

√ n ( Mkal )−(Mkal)
2 2
∆ Mkal= 2
n (n−1)


5 ( 116 +117 +117 +116 +116 )
2 2 2 2 2

2
−(116+117+ 117+116+116)
¿ 2
5 (5−1)

¿
√ 5 ( 67746 )−(338724)
100

¿
√ 5 ( 67746 )−(338724)
100
=0,224 g

∆ Mkal 0,244
RN = ∙100 %= ∙ 100 %=0 , 2 %
Mkal 116 , 4
KS=100 %−RN =100 %−0 , 2 %=99 , 8 %
Jadi, rata-rata MKal dan Ketidakpastian berulangnya
adalah 116,4 dan 0,244 g dengan RN 0,2% dan KS 99,8%.
Karena RN berada pada rentan 0,1%-1%, maka
menggunakan 4 angka penting.
2. Menghitung Massa logam (Ml).
Diketahui:
Ml1=4 gMl2=4 gMl3=4 gMl 4=4 g Ml5=4 g

n=5Ditanya:
a. Rata-rata Massa logam.
b. Ketidakpastian pengukuran berulang Massa logam.
Jawab:
a. Rata-rata Massa logam.

Ml=
∑ Ml = 4+ 4+ 4+ 4+ 4 = 20 =4
n 5 5
b. Ketidakpastian pengukuran berulang

√ n ( Ml )−( Ml)
2 2
∆ Ml= 2
n (n−1)

¿ √ 5 ( 4 + 4 + 4 + 4 + 4 ) −¿ ¿ ¿ ¿
2 2 2 2 2
¿
√ 5 ( 80 )−(400)
100
¿0 g
∆ Ml 0
RN = ∙100 %= ∙ 100 %=0 %
Ml 4
KS=100 %−RN =100 %−0 %=100 %
Jadi, rata-rata MLogam dan Ketidakpastian
berulangnya adalah 4 dan 0 g dengan RN 0% dan KS 100%.
RN tidak menggunakan angka penting.

3. Menghitung Massa kalorimeter + air (Mkal+air).


Diketahui:
Mkal+ air1=268 g
Mkal+ air2=268 g
Mkal+ air3=268 g
Mkal+ air4 =268 g
Mkal+ air5=268 g
n=5
Ditanya:
a. Rata-rata Massa kalorimeter + air.
b. Ketidakpastian pengukuran berulang Mkal+air.
Jawab:
a. Rata-rata Massa Kalorimeter + air.

Mkal+ air=
∑ Mkal+ air = 268+268+ 268+268+268 = 1340 =268 g
n 5 5
b. Ketidakpastian pengukuran berulang.

√ n ( ∑ Mkal+ air )−( ∑ Mkal+air)


2 2

∆ Mkal+ air= 2
n (n−1)

5 ( 268 +268 + 268 + 268 +268 )
2 2 2 2 2

2
−(268+268+ 268+268+268)
¿ 2
5 (5−1)

¿
√ 5 ( 359120 ) −(1795600)
100
¿0 g
Mkal+ air ± ∆ Mkal+air=( 0,645 ± 0,187 ) g
∆ Mkal+ air 0
RN = ∙ 100 %= ∙ 100 %=0 %
Mkal+ air 268
KS=100 %−RN =100 %−0 %=100 %
Jadi, rata-rata Mkal+air dan Ketidakpastian
berulangnya adalah 286 dan 0 g dengan RN 0% dan KS
100%. RN tidak menggunakan angka penting.

4. Menghitung Massa Air (Mair)


Diketahui:
Mkal+ air1−Mkal 1=268−116=152 g
Mkal+ air2−Mkal 2=268−117 =151 g
Mkal+ air3−Mkal 3=268−117=151 g
Mkal+ air4 −Mkal4 =268−116=152 g
Mkal+ air5−Mkal 5=268−116=152 g
n=5
Ditanya:
a. Massa Air
b. Ketidakpastian pengukuran berulang massa air
Jawab:
a. Massa Air

Mair=
∑ Mkalair −Mkal = 152+ 151+151+152+152 = 758 =151 , 6 g
n 5 5
b. Ketidakpastian pengukuran berulang massa air
√ n (∑ Mair )−( ∑ Mair )
2 2

∆ Mair= 2
n (n−1)


5 ( 152 +151 +151 +152 +152 )
2 2 2 2 2

2
−(152+151+151+152+152)
¿ 2
5 (5−1)

¿
√ 5 ( 114914 )−(574564)
100
¿ 0,244 g
Mair ±air= (151 , 6 ± 0,244 ) g
∆ Mair 0,244
RN = ∙ 100 %= ∙ 100 %=0 , 1 %
Mair 151 , 6
KS=100 %−RN =100 %−0 , 1 %=99 , 9 %
Jadi, rata-rata Mair dan Ketidakpastian berulangnya
adalah 151,6 dan 0,244 g dengan RN 0,1% dan KS 99,9%.
Karena RN berada pada rentan 0,1%-1% maka
menggunakan 4 angka penting.

5. Menghitung Suhu Awal(Ta)


Diketahui:
Ta 1=26 ℃
Ta 2=26 ℃
Ta 3=26 ℃
Ta 4=26 ℃
Ta 5=26 ℃
n=5
Ditanya:
a. Rata-rata suhu awal(Ta)
b. Ketidakpastian pengukuran berulang suhu awal
Jawab:
a. Rata-rata suhu awal(Ta)
Ta=
∑ ta = 26+26 +26+26+ 26 = 130 =26 ℃
n 5 5
b. Ketidakpastian pengukuran berulang suhu awal

√ n ( ∑ Ta )−( ∑ Ta)
2 2

∆ Ta= 2
n (n−1)


5 ( 26 + 26 +26 +26 +26 )−(26+26+26 +26+26)
2 2 2 2 2 2
¿ 2
5 (5−1)

¿
√ 5 ( 3380 ) −(16900)
100
¿0℃
Ta± ∆ Ta=( 26 ± 0 ) ℃
∆ Ta 0
RN = ∙ 100 %= ∙100 %=0 %
Ta 26
KS=100 %−RN =100 %−0 %=100 %
Jadi, rata-rata suhu awal dan Ketidakpastian
berulangnya adalah 26 dan 0 ℃ dengan RN 0% dan KS
100%. RN tidak menggunakan angka penting.
6. Menghitung Suhu Logam(Tl)
Diketahui:
Tl 1=80 ℃
Tl 2=79 ℃
Tl 3=78 ℃
Tl 4 =77 ℃
Tl 5=76 ℃
n=5
Ditanya:
a. Rata-rata suhu logam(Tl)
b. Ketidakpastian pengukuran berulang suhu logam
Jawab:
a. Rata-rata suhu logam(Tl)

Tl=
∑ tl = 80+79+78+ 77+76 = 390 =78 ℃
n 5 5
b. Ketidakpastian pengukuran berulang suhu logam

√ n (∑ Tl )−( ∑ Tl)
2 2

∆ Tl= 2
n (n−1)

√ 5 ( 80 +79 +78 +77 + 76 )−(80+79+78+ 77+76)


2 2 2 2 2 2
¿ 2
5 (5−1)

¿
√ 5 ( 30430 ) −(1512100)
100
¿ 0,707 ℃
Tl ± ∆Tl =( 78± 0,707 ) ℃
∆ Tl 0,707
RN = ∙ 100 %= ∙ 100 %=0 , 9 %
Tl 78
KS=100 %−RN =100 %−0 , 9 %=99 , 1 %
Jadi, rata-rata suhu logam dan Ketidakpastian
berulangnya adalah 78 dan 0,707 ℃ dengan RN 0,9% dan
KS 99,1%. Karena RN berada pada rentan 0,1%-1% maka
menggunakan 4 angka penting.

7. Menghitung Suhu Thermal


Diketahui:
Ts1=40℃
Ts2=37 ℃
Ts3=34 ℃
Ts4 =31℃
Ts5=28 ℃
n=5
Ditanya:
a. Rata-rata suhu thermal(Ts)
b. Ketidakpastian pengukuran berulang suhu thermal
Jawab:
a. Rata-rata suhu thermal(Ts)
Ts=
∑ ts = 40+37 +34+31+28 = 170 =34 ℃
n 5 5
b. Ketidakpastian pengukuran berulang suhu thermal

√ n (∑ Ts )−( ∑ Ts)
2 2

∆ Ts= 2
n ( n−1)


5 ( 40 +37 +34 +31 +28 ) −(40+37+34 +31+28)
2 2 2 2 2 2
¿ 2
5 (5−1)

¿
√ 5 ( 5870 ) −(28900)
100
¿ 2,121 ℃
Ts ± ∆ Ts=( 34 ± 2,121 ) ℃
∆ Ts 2,121
RN = ∙ 100 %= ∙100 %=6 ,2 %
Ts 34
KS=100 %−RN =100 %−6 , 2 %=93 , 8 %
Jadi, rata-rata suhu thermal dan Ketidakpastian berulangnya
adalah 34 dan 2,121 ℃ dengan RN 6,2% dan KS 93,8%. Karena
RN berada pada rentan 1%-10% maka menggunakan 3 angka
penting.

8. Menghitung selisih suhu thermal (ts-ta)


Diketahui:
Ts1−Ta 1=40−26=14 ℃
Ts2−Ta 2=37−26=11℃
Ts3−Ta 3=34−26=8 ℃
Ts4 −Ta 4=31−26=5 ℃
Ts5−Ta 5=28−26=2℃
n=5
Ditanya:
a. Selisih suhu thermal dengan suhu awal (ts-ta)
b. Ketidakpastian pengukuran berulang ts-ta
Jawab:
a. Selisih suhu thermal dengan suhu awal (ts-ta)

ts−ta=
∑ ts−ta = 14+ 11+8+5+2 = 40 =8 ℃
n 5 5
b. Ketidakpastian pengukuran berulang ts-ta

√ n ( ∑ ts−ta )−( ∑ ts−ta )


2 2

∆ ts−ta= 2
n (n−1)

√ 5 ( 14 + 11 +8 +5 +2 )−(14+ 11+8+5+ 2)
2 2 2 2 2 2
¿ 2
5 (5−1)

¿
√ 5 ( 410 )−(1600)
100
¿ 2,121 ℃
ts−ta ± ∆ ts−ta=( 8± 2,121 ) ℃
∆ ts−ta 2,121
RN = ∙ 100 %= ∙ 100 %=26 ,5 %
ts−ta 8
KS=100 %−RN =100 %−26 , 5 %=73 ,5 %
Jadi, rata-rata selisih suhu ts-ta dan Ketidakpastian
berulangnya adalah 8 dan 2,121 ℃ dengan RN 26,5% dan
KS 73,5%. Karena RN berada pada rentan 10%-100% maka
menggunakan 2 angka penting.

9. Menghitung selisih suhu logam (tl-ts)


Diketahui:
Tl 1−Ts1=80−40=40 ℃
Tl 2−Ts2=79−37=42 ℃
Tl 3−Ts3=78−34=44 ℃
Tl 4 −Ts 4=77−31=46 ℃
Tl 5−Ts5=76−28=48 ℃
n=5
Ditanya:
a. Selisih suhu logam dengan suhu thermal (tl-ts)
b. Ketidakpastian pengukuran berulang tl-ts
Jawab:
a. Selisih suhu logam dengan suhu thermal (tl-ts)

tl−ts=
∑ tl−ts = 40+ 42+ 44+ 46+ 48 = 220 =44 ℃
n 5 5
b. Ketidakpastian pengukuran berulang tl-ts

√ n (∑ tl−ts )−( ∑ tl−ts)


2 2

∆ tl−ts= 2
n (n−1)

√ 5 ( 40 +42 + 44 +46 + 48 ) −(40+42+ 44+ 46+ 48)


2 2 2 2 2 2
¿ 2
5 (5−1)

¿
√ 5 ( 9720 )−(48400)
100
¿ 1,414 ℃
tl−ts ± ∆ tl−ts=( 44 ±1,414 ) ℃
∆ tl−ts 1,414
RN = ∙ 100 %= ∙ 100 %=3 , 2%
tl−ts 8
KS=100 %−RN =100 %−3 , 2%=96 , 8 %
Jadi, rata-rata selisih suhu tl-ts dan Ketidakpastian
berulangnya adalah 44 dan 1,414 ℃ dengan RN 3,2% dan
KS 96,8%. Karena RN berada pada rentan 1%-10% maka
menggunakan 3 angka penting.

BAB V
ANALISA

Pada bab ini praktikan akan menganalisis langkah-langkah dari setiap modul
pembelajaran pada Praktikum Fisika Universitas Singaperbangsa Karawang
Fakultas Teknik Program Studi Teknik Industri. Pada Praktikum Fisika terdapat 5
modul pembelajaran yaitu Dasar dan Ketidakpastian Pengukuran, Pegas, Ayunan
Matematis, Dinamika Bidang Miring, dan Kalor Jenis Logam. Berikut merupakan
analisa-analisa nya.
5.1 Dasar dan ketidakpastian Pengukuran
Untuk melakukan pengamatan pada modul dasar dan ketidakpastian
pengukuran terdapat beberapa langkah (Dosen Pengampu Praktikum dan
Asisten Praktikum, 2022). Berikut langkah-langkah pengamatan,
diantaranya:
1. Mengukur panjang menggunakan mistar, jangka sorong dan
mikrometer sekrup
a. Mengukur panjang sisi objek ukur dengan menggunakan mistar.
Nyatakan hasil pengukuran dengan jumlah angka yang wajar
sesuai ketelitian alat. Ulang pengukuran sebanyak 5 kali. Catat
hasil pengukuran pada tabel.
b. Mengukur panjang sisi objek ukur dengan menggunakan jangka
sorong. Nyatakan hasil pengukuran dengan jumlah angka yang
wajar sesuai ketelitian alat. Ulang pengukuran sebanyak 5 kali.
Catat hasil pengukuran pada tabel.
c. Mengukur diameter objek dengan menggunakan jangka sorong.
Nyatakan hasil pengukuran dengan jumlah angka yang wajar
sesuai ketelitian alat. Ulang pengukuran sebanyak 5 kali. Catat
hasil pengukuran pada tabel.
d. Mengukur panjang sisi objek ukur dengan menggunakan
mikrometer sekrup. Nyatakan hasil pengukuran dengan jumlah
angka yang wajar sesuai ketelitian alat. Ulang pengukuran
sebanyak 5 kali. Catat hasil pengukuran pada tabel.
e. Mengukur diameter objek dengan menggunakan mikrometer.
Nyatakan hasil pengukuran dengan jumlah angka yang wajar
sesuai ketelitian alat. Ulang pengukuran sebanyak 5 kali. Catat
hasil pengukuran pada tabel.
2. Menimbang berat objek menggunakan neraca
a. Menimbang berat objek menggunakan neraca digital. Nyatakan
hasil pengukuran dengan jumlah angka yang wajar sesuai
ketelitian alat. Ulang pengukuran sebanyak 5 kali. Catat hasil
pengukuran pada tabel.
b. Menimbang berat objek menggunakan neraca analog. Nyatakan
hasil pengukuran dengan jumlah angka yang wajar sesuai ketelitian
alat. Ulang pengukuran sebanyak 5 kali. Catat hasil pengukuran
pada tabel

5.2 Pegas
Untuk melakukan pengamatan pada modul pegas terdapat beberapa
langkah (Dosen Pengampu Praktikum dan Asisten Praktikum, 2022).
Berikut langkah-langkah pengamatan, diantaranya:
1. Penentuan (k) dengan Metode Pembebanan:
a. Timbanglah 3 (tiga) buah beban dengan penimbangan masing-
masing beban 3 (tiga) kali, lalu catat masing- masing massanya.
b. Letakkan sebuah beban pada penggantung pegas yang terpasang
pada pegas.
c. Catat pertambahan panjang pegas akibat pembebanan, lalu
ulangi percobaan tersebut sebanyak 3 (tiga) kali.
d. Tambahkan sebuah beban lain pada pegas dan catat massa total
beban yang ada pada pegas.
e. Ulangi langkah ke-3 dan ke-4 hingga seluruh beban terpasang
pada pegas,
f. Hitung nilai (k) beserta perhitungan ralatnya.
g. Buat grafik hubungan massa dan pertambahan panjang dari
perhitungan nilai (k) yang telah diperoleh.
h. Lakukan langkah-langkah yang sama pada pegas kedua.
2. Penentuan (k) dengan Metode Getaran:
a. Timbanglah 3 (tiga) buah beban dengan penimbangan masing-
masing beban 3 (tiga) kali, lalu catat masing- masing massanya.
b. Letakkan sebuah beban pada penggantung pegas yang terpasang
pada pegas.
c. Simpangkan beban, lalu secara perlahan lepaskan.
d. Catat waktu yang diperlukan untuk melakukan 10 getaran, lalu
lakukan percobaan tersebut sebanyak 3 (tiga) kali.
e. Lakukan langkah ke-2 sampai ke-4 hingga seluruh beban
terpasang pada pegas.
f. Hitung nilai (k) beserta perhitungan ralatnya.
g. Buat grafik hubungan massa dan periode pegas dari perhitungan
nilai (k) yang telah diperoleh.
h. Tentukan nilai percepatan gravitasi bumi (g) dari perhitungan
nilai (k).
i. Lakukan langkah-langkah yang sama pada pegas kedua.

5.3 Ayunan Matematis


Untuk melakukan pengamatan pada modul ayunan matematis terdapat
beberapa langkah (Dosen Pengampu Praktikum dan Asisten Praktikum,
2022). Berikut langkah-langkah pengamatan, diantaranya:
3. Gantungkan bandul dengan tali pada tempat yang disediakan.
4. Ukurlah panjang tali mulai dari klem gabungan sampai pada pusat
bola.
5. Simpangkan bola ke kanan atau ke kiri sehingga tali membentuk
sudut tertentu terhadap sumbu tegak, kemudian lepaskan bandul.
6. Ukurlah waktu yang diperlukan untuk melakukan 10 ayunan.
7. Ulangi langkah ke-1 sampai ke-4 sebanyak 3 (tiga) kali.
8. Lakukan langkah-langkah yang sama pada setiap tali dengan panjang
100 cm, 90 cm, 80 cm, 70 cm, 60 cm, dan 50 cm.

5.4 Dinamika Bidang Miring


Untuk melakukan pengamatan pada modul dinamika bidang miring terdapat
beberapa langkah (Dosen Pengampu Praktikum dan Asisten Praktikum,
2022). Berikut langkah-langkah pengamatan, diantaranya:
1. Menentukan nilai koefisien gesek statis (𝝁s)
a.
Siapkan 1 set papan rangkaian dinamika bidang miring.
b.
Taruhlah beban benda pada titik awal pengukuran bidang miring.
c.
Aturlah sudut kemiringan bidang sampai benda meluncur ke
bawah.
d.
Catatlah angka derajat pada kedudukan bidang miring
tersebut.
2. Menentukan nilai percepatan (a) dan kecepatan (v) benda.
a.
Siapkan 1 set papan rangkaian dinamika bidang miring.
b.
Taruhlah bahan lintasan pada papan rangkaian dinamika bidang
miring.
c.
Aturlah sudut kemiringan bidang sesuai bahan lintasan:
1) Kayu : 30° dan 45°.
2) Tripleks : 25° dan 40°.
d.
Siapkan stopwatch atau timer.
e.
Taruhlah beban benda pada titik awal pengukuran bidang miring,
kemudian lepaskanlah beban benda tersebut.
f.
Catatlah waktu tempuh ketika benda telah sampai meluncur
ke bawah.

5.5 Kalor Jenis Logam


Untuk melakukan pengamatan pada modul kalor jenis logam terdapat
beberapa langkah (Dosen Pengampu Praktikum dan Asisten Praktikum,
2022). Berikut langkah-langkah pengamatan, diantaranya:
9. Timbanglah massa kalorimeter kosong dan pengaduknya lalu catat
hasil yang diperoleh.
10. Timbanglah massa keping logam (ml).
11. Isi 1/3 bagian kalorimeter dengan air dingin, kemudian timbang
kembali kalorimeter yang telah diisi air dan pengaduknya untuk
memperoleh massa air (mair).
12. Masukkan termometer ke dalam kalorimeter dan ukurlah suhu awal
air (ta).
13. Letakkan keping logam di dalam penyaring sembari melakukan
langkah ke-3 dan ke-4. Lalu masukkan ke dalam alat pemanas yang
telah diisi air. Hidupkan peralatan sekitar 10 menit.
14. Ukurlah suhu logam (tl) dalam steam generator dengan cara
mencelupkan termometer ke dalam air dalam steam generator
(jangan memasukkan termometer terlalu dalam hingga menyentuh
dasar bejana).
15. Angkatlah penyaring dan masukkan keping logam ke dalam
kalorimeter berisi air dingin.
16. Perhatikan termometer pada kalorimeter dan catatlah perubahan suhu
air setiap 5 detik (lakukan secara hati-hati).
17. Jika suatu saat setelah 5 (lima) pembacaan suhunya ternyata tidak ada
perubahan, maka hentikan pembacaan suhu dan catatlah suhunya (ts).
18. Tentukanlah kalor jenis logam dengan menggunakan Azas Black.
19. Ulangi percobaan di atas untuk keping-keping logam lainnya.
BAB VI
PENUTUP

6.1 Kesimpulan
Praktikum Fisika merupakan kegiatan belajar mengajar yang
memerlukan beberapa eksperimen dan pengumpulan data dari berbagai
percobaan yang dilakukan oleh masing-masing kelompok. Dalam Praktikum
Fisika Tahun 2023 memuat beberapa modul yaitu terdiri dari modul Dasar
dan Ketidakpastian Pengukuran, Pegas, Ayunan Matematis, Dinamika
Bidang Miring, dan Kalor Jenis Logam. Sistem penyampaian materi
Praktikum Fisika dibagi menjadi dua kelompok setiap pertemuannya, yakni
terdapat kelompok ganjil dan genap. Yang dimana pada saat
penyampaiannya akan mendapatkan materi yang berbeda dengan kelompok
lainnya.
Dalam proses pengambilan data dilakukan oleh masing-masing
kelompok, yang dimana tiap mahasiswa akan ikut serta dalam proses
pengambilan data dari tiap modul yang ada. Selain itu, Adapun beberapa
penilaian tambahan guna untuk menyesuaikan nilai individu dan kelompok
diantaranya;
1. Review Handout.
2. Review Individu.
3. Kuis Kelompok.
4. Kuis Individu.

6.2 Saran
Dalam kegiatan praktikum Fisika ini, seluruh praktikan telah
melaksanakan praktikum dengan semaksimal dan sebaik-baiknya. Akan
tetapi, terdapat beberapa hal yang harus diperbaiki lagi oleh praktikan dalam
praktikum selanjutnya. Praktikan diharapkan dapat lebih aktif lagi dalam
bertanya kepada asisten praktikum. Praktikan harus lebih bisa mengatur
waktunya dalam mengerjakan tugas-tugas praktikum yang diberikan.
Sehingga, praktikan dapat menghindari keterlambatan pengumpulan tugas
yang diberikan. Praktikan juga harus bisa lebih teliti lagi dalam perhitungan
individu dan kelompok, untuk menghasilkan gambar teknik yang lebih baik
lagi. Selain itu juga, praktikan diharapkan bisa lebih berhati-hati dalam
penggunaan berbagai alat praktikum fisika, supaya praktikum berjalan
dengan lancer dan dapat lebih rapih serta bersih.
Oleh karena itu, praktikan akan dengan sangat terbuka dalam
menerima kritik dan saran yang ingin disampaikan. Praktikan akan
menerima semua kritik dan saran tersebut dengan lapang dada, guna
menghasilkan lembar perhitungan yang baik dan rapih, maupun laporan
yang lebih baik lagi. Kritik dan saran yang disampaikan akan dijadikan
evaluasi bagi praktikan.
Saran yang dapat dipaparkan setelah dilaksanakannya seluruh
kegiatan praktikum menggambar teknik ini, diantaranya:
1. Mempelajari langkah-langkah perhitungan yang sesuai dengan aturan.
2. Mempelajari materi yang disampaikan.
3. Mempelajari penggunaan alat-alat sebelum dilaksanakannya praktikum.
4. Membuat handout dengan desain yang lebih menarik.
5. Lebih aktif dalam proses praktikum.

Anda mungkin juga menyukai