TENTANG
MEMUTUSKAN:
Ditetapkan di Palu
pada tanggal
RUSDY MASTURA
-1-
LAMPIRAN
KEPUTUSAN GUBERNUR SULAWESI TENGAH
NOMOR : 100.2.1 /125.1/ BAPPEDA -G.ST /2023
TENTANG
PENETAPAN PEDOMAN TEKNIS PERENCANAAN
KINERJA, PENGUKURAN KINERJA DAN PELAPORAN
KINERJA INSTANSI PEMERINTAH
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Perencanaan, pengukuran, dan pelaporan kinerja merupakan komponen
dari manajemen kinerja yang diimplementasikan melalui Sistem Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP). Pelaksanaan SAKIP bertujuan untuk
memastikan setiap Instansi Pemerintah dapat mempertanggungjawabkan
pelaksanaan tugas dan fungsinya, termasuk penggunaan Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah (APBD) yang berasal dari rakyat. Oleh karena itu Instansi
Pemerintah didorong untuk memperbaiki kualitas perencanaan, pengukuran
dan pelaporan kinerjanya. Kinerja saat ini tidak hanya berkaitan dengan
kinerja organisasi namun seluruh individu yang bekerja sebagai Aparatur
Sipil Negara (ASN). Penerapan Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014
tentang SAKIP dievaluasi oleh Kementerian PANRB untuk memperoleh
gambaran pelaksanaan SAKIP secara nasional serta memberikan rekomendasi
perbaikan kepada Instansi Pemerintah.
Seiring dengan urgensi pencapaian tujuan Reformasi Birokrasi pada
tahun 2025 yakni terwujudnya pemerintahan kelas dunia, maka Kementerian
PANRB gencar meluncurkan perbaikan terhadap kebijakan nasional serta
menerbitkan kebijakan terbaru guna pelaksanaan SAKIP yang lebih baik karena
tanpa adanya akuntabilitas kinerja maka pemerintahan kelas dunia sulit
terwujud.
Dalam rangka mendukung pengimplementasian Sistem Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) yang baik berdasarkan Peraturan Presiden
Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Instansi Pemerintah,
Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah terus mempertahankan dan
meningkatkan kualitas SAKIP, salah satunya dengan membuat pedoman
pengukuran perencanaan, pengukuran, dan pelaporan kinerja.
Pedoman ini menekankan pada proses perencanaan, pengukuran dan
pelaporan kinerja karena atas ketiga komponen inilah nantinya akan
dievaluasi kualitas pelaksanaannya secara internal. Dengan adanya panduan
diharapkan pelaksanaan siklus SAKIP dapat dipahami oleh seluruh
pejabat/pegawai dan kebijakan-kebijakan baru yang berkaitan dengan SAKIP
dapat diimplementasikan dengan baik di lingkungan Pemerintah Provinsi
Sulawesi Tengah.
-2-
C. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup pedoman ini mencakup penyelenggaraan SAKIP pada
Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah meliputi:
1. Perencanaan Kinerja;
2. Pengukuran dan Pengelolaan Data Kinerja; dan
3. Pelaporan Kinerja.
D. DASAR HUKUM
1. Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas
Kinerja Instansi;
2. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian
Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Reviu atas Laporan Kinerja Instansi
Pemerintah;
3. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 86 Tahun 2017 tentang Tata Cara
Perencanaan, Pengendalian dan Evaluasi Pembangunan Daerah, Tata Cara
Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Daerah dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah, serta Tata Cara Perubahan Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Daerah, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah, dan Rencana
Kerja Pemerintah;
4. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Nomor 88 Tahun 2021 tentang Pedoman Evaluasi atas
Implementasi Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah;
5. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Nomor 89 Tahun 2021 tentang Penjenjangan Kinerja Instansi
Pemerintah.
-3-
E. PENGERTIAN UMUM
1. Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, yang selanjutnya disebut
SAKIP, adalah rangkaian sistematik dari berbagai aktivitas, alat, dan
prosedur yang dirancang untuk tujuan penetapan, pengukuran,
pengumpulan data, pengklasifikasian, pengikhtisaran, dan pelaporan kinerja
pada instansi pemerintah, dalam rangka pertanggungajawaban dan
peningkatan kinerja instansi pemerintah.
2. Akuntabilitas Kinerja adalah perwujudan kewajiban suatu instansi
pemerintah untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan/kegagalan
pelaksanaan Program dan Kegiatan yang telah diamanatkan para pemangku
kepentingan dalam rangka mencapai misi organisasi secara terukur dengan
sasaran/target Kinerja yang telah ditetapkan melalui laporan kinerja
instansi pemerintah yang disusun secara periodik.
3. Akuntabilitas adalah kewajiban untuk menyampaikan pertanggungjawaban
atau untuk menjawab dan menerangkan kinerja kolektif suatu organisasi
kepada pihak yang memiliki hak atau berkewenangan untuk meminta
pertanggungjawaban.
4. Kinerja adalah keluaran/hasil dari kegiatan/program yang telah atau
hendak dicapai sehubungan dengan penggunaan anggaran dengan kuantitas
dan kualitas terukur.
5. Penjenjangan Kinerja adalah proses penjabaran dan penyelarasan sasaran
strategis, indikator kinerja dan target kinerja organisasi kepada unit
organisasi sampai dengan individu.
6. Program adalah penjabaran Kebijakan Daerah/Satuan Perangkat Daerah di
bidang tertentu yang dilaksanakan dalam bentuk upaya yang berisi satu
atau beberapa kegiatan dengan menggunakan sumber daya yang disediakan
untuk mencapai hasil yang terukur sesuai dengan misinya yang
dilaksanakan instansi atau masyarakat dalam koordinasi Perangkat Daerah
yang bersangkutan.
7. Kegiatan adalah nomenklatur yang menggambarkan aktivitas yang
dilakukan oleh unit kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah yang bersangkutan
untuk menunjang Program yang telah ditentukan.
8. Keluaran (output) Kegiatan adalah barang atau jasa yang dihasilkan oleh
kuasa pengguna anggaran level unit kerja eselon 2 atau satuan kerja yang
dilaksanakan untuk mendukung pencapaian Sasaran Kegiatan.
9. Sasaran (outcome) adalah segala sesuatu yang mencerminkan berfungsinya
keluaran dari kegiatan-kegiatan dalam satu program.
10. Indikator Kinerja adalah ukuran keberhasilan yang akan dicapai dari kinerja
program dan kegiatan yang telah direncanakan secara logis.
11. Indikator Kinerja Sasaran Strategis adalah alat ukur (kualitatif/kuantitatif)
yang mengindikasikan keberhasilan pencapaian Sasaran Strategis Satuan
Kerja Perangkat Daerah.
12. Indikator Kinerja Sasaran Program adalah alat ukur (kualitatif/kuantitatif)
yang mengindikasikan keberhasilan pencapaian hasil (outcome) dari suatu
program.
13. Indikator Kinerja Sasaran Kegiatan adalah alat ukur (kualitatif/kuantitatif)
yang mengindikasikan keberhasilan pencapaian hasil (outcome) dari suatu
kegiatan.
-4-
14. Indikator Kinerja Utama, yang selanjutnya disingkat IKU, adalah ukuran
keberhasilan organisasi dalam mencapai tujuan dan merupakan ikhtisar
Hasil berbagai Program dan Kegiatan sebagai penjabaran tugas dan fungsi
organisasi.
15. Satuan Kerja adalah unit instansi pemerintah daerah selaku kuasa
pengguna anggaran yang melakukan kegiatan pencatatan pengolahan, dan
pelaporan data kinerja.
16. Satuan Kerja Perangkat Daerah, yang selanjutnya disingkat SKPD adalah
perangkat daerah pada pemerintah daerah selaku pengguna
anggaran/barang.
17. Unit Kerja adalah unsur-unsur organisasi Perangkat Daerah yang dipimpin
oleh pejabat Eselon III yang terdiri dari Bidang, Bagian, dan Unit Pelaksana
Teknis Dinas/Cabang Dinas.
18. Instansi Pemerintah adalah instansi pusat dan instansi daerah.
19. Visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada akhir
periode perencanaan.
20. Misi adalah rumusan umum mengenai upaya-upaya yang akan
dilaksanakan untuk mewujudkan Visi.
21. Tujuan adalah penjabaran Visi Satuan Kerja Perangkat Daerah yang
bersangkutan dan dilengkapi dengan rencana sasaran daerah yang hendak
dicapai dalam rangka mencapai sasaran program prioritas Gubernur.
22. Sasaran Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah adalah kondisi yang akan
dicapai secara nyata oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah yang
mencerminkan pengaruh yang ditimbulkan oleh adanya hasil satu atau
beberapa program.
23. Sasaran Program adalah hasil yang akan dicapai dari suatu program dalam
rangka pencapaian Sasaran Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah yang
mencerminkan berfungsinya keluaran.
24. Sasaran Kegiatan adalah keluaran yang dihasilkan oleh suatu kegiatan yang
dilaksanakan untuk mendukung pencapaian sasaran dan tujuan program
dan kebijakan yang dapat berupa barang atau jasa.
25. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah, yang selanjutnya
disingkat RPJMD adalah dokumen perencanaan untuk periode 5 (lima)
tahun.
26. Rencana Kerja Pemerintah Daerah, yang selanjutnya disingkat RKPD adalah
dokumen perencanaan pembangunan daerah untuk periode 1 (satu) tahun
yang dimulai pada tanggal 1 Januari dan berakhir pada 31 Desember.
27. Rencana Strategis Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat Renstra,
adalah dokumen perencanaan Perangkat Daerah untuk periode 5 (lima)
tahun.
28. Rencana Kerja Perangkat Daerah, yang selanjutnya disingkat Renja
Perangkat Daerah adalah dokumen perencanaan Perangkat Daerah untuk
periode 1 (satu) tahun.
29. Rencana Kerja dan Anggaran, yang selanjutnya disingkat RKA, adalah
dokumen perencanaan dan penganggaran yang berisi program dan kegiatan
suatu Satuan/Unit Kerja Perangkat Daerah yang merupakan penjabaran
dari RKPD dan Renja Perangkat Daerah yang bersangkutan dalam satu
tahun anggaran serta anggaran yang diperlukan untuk melaksanakannya.
-5-
BAB II
PERENCANAAN KINERJA
4. relevan (relevant), yaitu indikator kinerja terkait secara logis dan berkaitan
langsung dengan tugas pokok organisasi; dan
5. berjangka waktu tertentu (time bond), yaitu indikator kinerja memiliki batas
waktu untuk pencapaiannya.
• Definisi
• Formulasi
Perhitungan
• Kualitas dan Tingkat
Kendali
• Sumber Data
• Periode Pelaporan
Keterangan:
• Sasaran Stratgeis : hasil yang akan dicapai secara nyata oleh instansi
pemerintah dalam rumusan yang lebih spesifik, terukur,
dalam kurun waktu yang lebih pendek dari tujuan.
• IKU : Ukuran keberhasilan ketercapaian sasaran strategis.
• PIC : Penanggung jawab.
• Keterangan : penjelasan atas tujuan dan definisi IKU, cara
menghitung realisasi serta capaian IKU, sumber data
dan periode pengukuran capaian IKU.
- 17 -
Kami telah mereviu Renstra … (nomenklatur SKPD) Tahun 20xx-20xx dan IKU … …
(nomenklatur SKPD) sebagai bentuk upaya perbaikan/penyempurnaan dokumen
perencanaan kinerja dalam mewujudkan kondisi/hasil yang lebih baik. Substansi
yang dimuat dalam Renstra dan IKU … … (nomenklatur SKPD) menjadi tanggung
jawab kami.
Informasi perubahan data yang termuat dalam Renstra sebagai berikut, dapat
digunakan dalam penyusunan dokumen terkait lainnya setelah memperoleh
persetujuan dari Inspektorat.
Perubahan
No
Semula Menjadi Alasan Perubahan
SUMARNO, S.E
Pembina Tkt. I
Nip. 19862303 199701 1 002
- 18 -
Keterangan :
1. Revisi renstra dilakukan jika atas hasil Reviu telah disetujui Inspektorat
untuk dilakukan perubahan atas Renstra Perangkat Daerah yang
bersangkutan.
2. Jika terdapat perubahan IKU makan ditetapkan target IKU baru dalam sisa
periode Renstra.
3. Pada dokumen revisi Renstra dijelaskan alasan perubahan.
4. Renstra hasil revisi ditandatangani oleh Kepala Perangkat Daerah.
F. PERJANJIAN KINERJA
Perjanjian kinerja adalah lembar/dokumen yang berisikan penugasan
dari pimpinan instansi yang lebih tinggi kepada pimpinan instansi yang lebih
rendah untuk melaksanakan program/kegiatan yang disertai dengan indikator
kinerja. Melalui perjanjian kinerja, terwujudlah komitmen penerima amanah
dan kesepakatan antara penerima dan pemberi amanah atas kinerja
terukur tertentu berdasarkan tugas, fungsi dan wewenang serta sumber daya
yang tersedia. Kinerja yang disepakati tidak dibatasi pada kinerja yang
dihasilkan atas kegiatan tahun bersangkutan, tetapi termasuk kinerja
(outcome) yang seharusnya terwujud akibat kegiatan tahun-tahun sebelumnya.
Dengan demikian target kinerja yang diperjanjikan juga mencakup outcome
yang dihasilkan dari kegiatan tahun-tahun sebelumnya, sehingga terwujud
kesinambungan kinerja setiap tahunnya.
BAB III
PENGUKURAN DAN PENGELOLAAN DATA KINERJA
1. Data internal, berasal dari sistem informasi yang diterapkan pada instansi; dan
2. Data eksternal, berasal dari luar instansi baik data primer maupun data
sekunder.
Dalam melakukan pengukuran kinerja, hal penting yang harus dilakukan adalah:
1. Pengumpulan data kinerja dilakukan untuk mendapatkan data yang akurat,
lengkap, tepat waktu dan konsisten yang berguna bagi pengambilan keputusan
dalam rangka perbaikan kinerja unit kerja. Untuk itu perlu dibangun
mekanisme pengumpulan data kinerja disetiap unit kerja yang mampu
mengintegrasikan data kinerja dari unit-unit yang bertanggungjawab dalam
pencapaian kinerja;
2. Pengukuran kinerja dilakukan terhadap target-target kinerja yang telah
diperjanjikan oleh pimpinan unit kerja; dan
3. Pengukuran kinerja dilakukan dengan membandingkan tingkat kinerja
yang dicapai dengan rencana atau target dengan menggunakan indikator kinerja
yang sudah ditetapkan. Hasil pengukuran kinerja merupakan sumber data
kinerja yang akan digunakan dalam penyusunan laporan kinerja.
Formulir E.19
Evaluasi Terhadap Hasil RKPD Provinsi…….. Tahun ....
Sasaran pembangunan tahunan provinsi:
Disusun Disetujui
......................, tanggal ................... ................., tanggal .........
.................................... ....................................
- 34 -
• Kolom (15) diisi dengan rasio antara realisasi dan target RPJMD provinsi sampai
dengan akhir tahun pelaksanaan RKPD yang dievaluasi, baik pada capaian
kinerja (K) maupun penyerapan anggaran (Rp). Kolom 15 = (Kolom 14: Kolom 6)
X 100% Kolom 15(K) = (Kolom 14(K): Kolom 6(K)) X 100% Kolom 15(Rp) = (Kolom
14(Rp): Kolom 6(Rp)) X 100% Kolom (16) diisi dengan nama Perangkat Daerah
yang bertanggungjawab melaksanakan program dan/atau kegiatan yang
direncanakan dalam RKPD provinsi yang dievaluasi, sesuai dengan tugas dan
fungsi Perangkat Daerah provinsi berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 18
Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah Junto Peraturan Daerah tentang
Perangkat Daerah.
- Baris faktor pendorong keberhasilan pencapaian diisi dengan hasil
identifikasi faktor-faktor yang mendorong tercapainya suatu target.
- Baris faktor penghambat pencapaian kinerja diisi dengan hasil identifikasi
faktor-faktor yang menghambat tercapainya suatu target kinerja program
prioritas.
- Baris tindak lanjut yang diperlukan dalam triwulan berikutnya diisi dengan
usulan tindakan yang diperlukan pada triwulan berikutnya guna
membantu memastikan tercapainya sasaran pembangunan tahunan
provinsi.
- Baris tindak lanjut yang diperlukan dalam RKPD berikutnya diisi dengan
usulan kebijakan dalam RKPD provinsi berikutnya, berdasarkan tingkat
capaian kinerja sampai dengan akhir periode RKPD provinsi yang
dievaluasi beserta analisis faktor penghambat dan faktor pendorong
pencapaian kinerjanya. Usulan kebijakan ini terkait target kinerja dan pagu
indikatif program prioritas pada RKPD provinsi berikutnya. Baris ini hanya
diisi pada evaluasi akhir periode perencanaan tahunan provinsi.
2. Kepala BAPPEDA provinsi melakukan penilaian rata-rata capaian kinerja dan
predikat kinerja pada Formulir E.19, dengan menggunakan kriteria
tercantum dalam Tabel T-E.1.
3. Kepala BAPPEDA provinsi melaporkan hasil pengendalian dan evaluasi
terhadap hasil RKPD provinsi kepada gubernur.
4. Gubernur setiap bulan Januari menyampaikan hasil dan evaluasi terhadap
hasil RKPD provinsi kepada Menteri Dalam Negeri.
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara, tahapan, mekanisme dan sistematika
penyusunan pengukuran dan pengelolaan data kinerja mengacu pada ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
- 37 -
BAB IV
PELAPORAN KINERJA
D. Pengukuran kinerja
Salah satu fondasi utama dalam menerapkan manajemen kinerja
adalah pengukuran kinerja dalam rangka menjamin adanya peningkatan dalam
pelayanan publik dan meningkatkan akuntabilitas dengan melakukan
klarifikasi output dan outcome yang akan dan seharusnya dicapai untuk
memudahkan terwujudnya organisasi yang akuntabel. Pengukuran kinerja
dilakukan dengan membandingkan antara kinerja yang (seharusnya) terjadi
dengan kinerja yang diharapkan. Pengukuran kinerja ini dilakukan secara
berkala (triwulan) dan tahunan. Pengukuran dan pembandingan kinerja dalam
laporan kinerja harus cukup menggambarkan posisi kinerja instansi
pemerintah.
- 40 -
E. Indikator kinerja
Indikator kinerja adalah ukuran keberhasilan yang menggambarkan
tewujudnya kinerja, tercapainya hasil program dan hasil kegiatan. Indikator
kinerja instansi pemerintah harus selaras antar tingkatan unit organisasi.
Indikator kinerja yang digunakan harus memenuhi kriteria spesifik, dapat
diukur, dapat dicapai, relevan, dan sesuai dengan kurun waktu tertentu.
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara, tahapan, mekanisme dan sistematika
penyusunan pelaporan kinerja mengacu pada ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
- 41 -
BAB V
PENUTUP
RUSDY MASTURA