Versi: 13/04/2022
2022
1
KATA PENGANTAR
Berdasarkan Pasal 5 ayat (3) Undang-Undang Hak Asasi Manusia, penyandang disabilitas merupakan salah satu
kelompok rentan. Kerentanan penyandang disabilitas disebabkan oleh kekhususan dan hambatan-hambatan
yang dihadapinya. Hambatan yang dimaksud berupa hambatan struktural maupun budaya yang berakar dari
cara pandang yang tidak tepat terhadap disabilitas. Sehubungan dengan kekhususan dan kerentanan tersebut,
penyandang disabilitas berhak memperoleh perlakuan dan perlindungan khusus. Oleh karena itu, Pemerintah
wajib menjamin terpenuhinya hak penyandang disabilitas.
Peraturan Pemerintah Nomor 70 Tahun 2019 merupakan salah satu upaya Pemerintah untuk menjamin hak
penyandang disabilitas melalui instrumen hukum. Peraturan pemerintah ini menjadi pedoman bagi
Kementerian/Lembaga terkait dan seluruh Pemerintah Daerah dalam merancang pembangunan dan kebijakan
yang inklusif disabilitas. Di samping itu, Peraturan Presiden ini juga bertujuan untuk menyelaraskan kebijakan di
tingkat Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah serta memastikan diterapkannya pendekatan pembangunan
berbasis hak asasi manusia.
Dalam Pasal 4 ayat (3), Pemerintah Daerah diamanatkan untuk menyusun Rencana Aksi Daerah Penyandang
Disabilitas (RAD PD). Pemenuhan hak penyandang disabilitas tidak hanya sekedar memastikan akses kepada
layanan perlindungan sosial, tetapi juga memastikan partisipasi penyandang disabilitas dalam tiap tahapan
pembangunan yang multi dimensional. Oleh karena itu, untuk dapat menjalankan amanat ini, penting bagi
Pemerintah Daerah untuk memastikan keterlibatan penyandang disabilitas dalam perencanaan dan
penganggaran pembangunan. Untuk itu, menindaklanjuti amanah Peraturan Pemerintah tersebut telah
diterbitkan Peraturan Menteri PPN/Bappenas Nomor 3 Tahun 2021 dimana disebutkan upaya penyelenggaraan
Rencana Aksi Daerah Penyandang Disabilitas (RAD PD) Provinsi.
Dalam rangka memberikan edukasi dan fasilitasi bagi Pemerintah Daerah untuk dapat menjalankan amanat
penyusunan RAD PD, Kementerian PPN/Bappenas melalui Direktorat Penanggulangan Kemiskinan dan
Pemberdayaan Masyarakat menerbitkan Buku Panduan Penyusunan Rencana Aksi Daerah Provinsi. Penerbitan
panduan ini bertujuan agar RAD PD secara substansi dapat sejalan dengan materi muatan yang telah
diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016, RIPD, dan RAD PD. Dalam panduan ini disajikan
prosedur penyusunan, mulai dari tahapan persiapan hingga pembentukan Peraturan Gubernur RAD PD.
Panduan ini pun dilengkapi dengan tata cara perencanaan dan penganggaran inklusif disabilitas di daerah, serta
pelibatan dan partisipasi penyandang disabilitas dalam perencanaan, penganggaran hingga evaluasi
pembangunan.
Kami berharap buku panduan ini dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi Pemerintah Daerah
dalam menyusun RAD PD sehingga dapat mewujudkan lingkungan yang inklusif dan ramah terhadap
penyandang disabilitas.
2
DAFTAR ISI
3
5.1. Perencanaan Penyusunan Peraturan Gubernur Rencana Aksi Daerah Penyandang
Disabilitas Provinsi............................................................................................................. 55
5.2. Penyusunan Rancangan Peraturan Gubernur Rencana Aksi Daerah Penyandang
Disabilitas Provinsi............................................................................................................. 55
5.3. Pembahasan Rancangan Peraturan Gubernur Rencana Aksi Daerah Penyandang
Disabilitas Provinsi............................................................................................................. 56
5.4. Penetapan Peraturan Gubernur Rencana Aksi Daerah Penyandang Disabilitas Provinsi
57
5.5. Pengundangan Peraturan Gubernur Rencana Aksi Daerah Penyandang Disabilitas
Provinsi 57
VI. PENUTUP.................................................................................................................. 59
VII. REFERENSI ............................................................................................................... 60
Lampiran 1. Data dan Informasi, Metode Pengumpulan, dan Sumbernya Untuk Penyusunan
Rencana Aksi Daerah Penyandang Disabilitas Provinsi ............................................................ 61
Lampiran 2. Matriks Hasil Analisis Kesenjangan Disabilitas ...................................................... 63
Lampiran 3. Target Capaian, Kegiatan, dan Indikator Capaian Dalam Rencana Aksi Daerah
Penyandang Disabilitas Provinsi ............................................................................................. 66
Lampiran 4. Pembagian Peran dan Tanggung Jawab Penyelenggaraan Rencana Aksi Daerah
Penyandang Disabilitas Provinsi ............................................................................................. 75
4
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Tantangan Pemenuhan Hak Penyandang Disabilitas di Indonesia ............................... 14
Tabel 2. Peraturan Pelaksana UU Nomor 8 Tahun 2016 Tentang Penyandang Disabilitas ......... 15
Tabel 3. Ruang Lingkup Program, Kegiatan, dan Sub-Kegiatan Dalam Rencana Aksi Daerah
Penyandang Disabilitas Provinsi Berdasarkan Pembagian Urusan Pemerintahan ....................... 17
Tabel 4. Prinsip-prinsip Penyusunan Rencana Aksi Daerah Penyandang Disabilitas Provinsi ...... 20
Tabel 5. Uraian Tugas Tim Koordinasi Penyelenggaraan Rencana Aksi Daerah Penyandang
Disabilitas Provinsi ................................................................................................................ 24
Tabel 6. Format Rencana Kerja Penyusunan Rencana Aksi Daerah Penyandang Disabilitas Provinsi
........................................................................................................................................... 25
Tabel 7. Pertanyaan Panduan Analisis Kesenjangan Penyandang Disabilitas............................. 32
Tabel 8. Sasaran dan Arah Kebijakan Dalam Rencana Aksi Daerah Penyandang Disabilitas Provinsi
........................................................................................................................................... 33
Tabel 9. Strategi Implementasi Dalam Rencana Aksi Daerah Penyandang Disabilitas Provinsi ... 34
Tabel 10. Formulir Pernyataan Anggaran Disabilitas di Daerah ................................................ 41
Tabel 11. Formulir Evaluasi Rencana Aksi Daerah Penyandang Disabilitas Provinsi ................... 43
Tabel 12. Matriks Evaluasi Pelaksanaan dan Pencapaian Rencana Aksi Daerah Penyandang
Disabilitas Provinsi ................................................................................................................ 44
Tabel 13. Struktur dan Substansi Rencana Aksi Daerah Penyandang Disabilitas Provinsi........... 45
Tabel 14. Mekanisme Kerja Forum Tematik Disabilitas Dalam Perencanaan dan Penganggaran
Inklusif Disabilitas ................................................................................................................. 51
Tabel 15. Topik/Ketrampilan Penguatan Kapasitas Bagi Forum Tematik Disabilitas ................... 52
Tabel 16. Substansi Pokok Dalam Rancangan Peraturan Gubernur Rencana Aksi Daerah
Penyandang Disabilitas Provinsi ............................................................................................. 56
5
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Estimasi Sebaran Penduduk Penyandang Disabilitas Berdasarkan Ragam ....................... 12
Gambar 2. Penanganan Penyandang Disabilitas Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang
Pemerintah Daerah ................................................................................................................. 17
Gambar 3. Keterkaitan RIPD, RAN PD, RAD PD, dan Panduan Penyusunan RAD PD Provinsi ............ 19
Gambar 4. Tahapan Dalam Analisis Awal Situasi Penyandang Disabilitas di Daerah ......................... 26
Gambar 5. Alur Perumusan dan Penyusunan Rencana Aksi Daerah Penyandang Disabilitas Provinsi.. 30
Gambar 6. Langkah- langkah Analisis Inklusif Disabilitas Berbasis Data ......................................... 32
Gambar 7. Tahapan Perumusan dan Penyusunan Rencana Aksi Daerah Penyandang Disabilitas Provinsi
............................................................................................................................................ 33
Gambar 8. Alur Penentuan Proporsi Anggaran Inklusif Disabilitas di Daerah ................................... 40
Gambar 9. Alur Pelaporan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Aksi Daerah Penyandang Disabilitas Provinsi
............................................................................................................................................ 45
Gambar 10. Alur Perencanaan Pembangunan Daerah .................................................................. 50
Gambar 11. Mekanisme Kerja Forum Tematik Disabilitas Dalam Penyelenggaraan Pembangunan Inklusif
Disabilitas .............................................................................................................................. 51
Gambar 12. Mekanisme Kerja Forum Tematik Disabilitas Dalam Pemantauan dan Evaluasi
Pembangunan Inklusif Disabilitas .............................................................................................. 52
Gambar 13. Mekanisme Pembentukan Produk Hukum Daerah ...................................................... 54
Gambar 14. Alur Pembahasan Rancangan Peraturan Gubernur Rencana Aksi Daerah Provinsi
Penyandang Disabilitas Provinsi ................................................................................................ 57
6
DAFTAR SINGKATAN
APBD : Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
APBN : Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
Bappenas : Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
Bappeda : Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Bansos : Bantuan Sosial
BPS : Badan Pusat Stastistik
BUMN : Badan Usaha Milik Negara
BUMD : Badan Usaha Milik Daerah
CSR : Corporate Social Responsibility
COVID-19 : Coronavirus Disease 2019
CRPD : Convention on the Rights of Persons with Disabilities
DIPA : Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran
DPR : Dewan Perwakilan Rakyat
DPRD : Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
D3 : Diploma 3
FGD : Focus Group Discussion
K/L : Kementerian/Lembaga
Kemendagri : Kementerian Dalam Negeri
Kemenkeu : Kementerian Keuangan
Kemenkumham : Kementerian Hukum dan HAM
Kemensos : Kementerian Sosial
KemenPUPR : Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Kemendikbud : Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
LSM : Lembaga Swadaya Masyarakat
Musrenbang : Musyawarah Perencanaan Pembangunan
OPDis : Organisasi Penyandang Disabilitas
Perpres : Peraturan Presiden
PP : Peraturan Pemerintah
PPN : Perencanaan Pembangunan Nasional
Pergub : Peraturan Gubernur
PBB : Perserikatan Bangsa Bangsa
Renja : Rencana Kerja
Renstra : Rencana Strategis
Riskesdas : Riset Kesehatan Dasar
RKA : Rencana Kerja Anggaran
RKP : Rencana Kerja Pemerintah
RKPD : Rencana Kerja Pembangunan Daerah
RKT : Rencana Kerja Tahunan
RPJMD : Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
RPJMN : Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
RPJP : Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Susenas : Survei Sosial Ekonomi Nasional
SMA/SMK : Sekolah Menengah Atas/Sekolah Menengah Kejuruan
SD : Sekolah Dasar
S1 : Strata 1
7
SKPD : Satuan Kerja Perangkat Daerah
SIPD : Sistem Informasi Pemerintahan Daerah
SIAK : Sistem Informasi Administrasi Kependudukan
SDM : Sumber Daya Manusia
TAPD : Tim Anggaran Pemerintah Daerah
8
DAFTAR ISTILAH
ISTILAH MAKNA
Analisis Inklusif Berbasis Data : suatu pendekatan analisis kebijakan, program, dan kegiatan terkait penghormatan,
pelindungan, dan pemenuhan hak penyandang disabilitas dalam perencanaan dan
penganggaran pembangunan untuk mengetahui perbedaan kondisi,
permasalahan, aspirasi, dan kebutuhan penyandang disabilitas berbasis data yang
akurat dan dapat dipertanggungjawabkan.
Belanja Modal : belanja yang digunakan untuk pengeluaran yang dilakukan dalam rangka
pembelian/pengadaan atau pembangunan aset tetap berwujud yang mempunyai
nilai manfaat lebih dari 12 (duabelas) bulan untuk digunakan dalam kegiatan
pemerintahan, seperti dalam bentuk tanah, peralatan dan mesin, gedung dan
bangunan, jalan, irigasi dan jaringan, dan aset tetap lainnya.
Belanja Pegawai : belanja untuk pengeluaran honorarium/upah dalam melaksanakan program dan
kegiatan pemerintahan daerah.
Forum Tematik Disabilitas : wadah bagi masyarakat untuk memberikan masukan kepada pemerintah dan
pemerintah daerah dalam menyusun program dan kegiatan pembangunan
nasional dan daerah yang lebih inklusif bagi penyandang disabilitas.
Hasil (outcome) : segala sesuatu yang mencerminkan berfungsinya keluaran dari kegiatan dalam satu
program.
Kegiatan : bagian dari program yang dilaksanakan oleh satu atau lebih unit kerja pada SKPD
sebagai bagian dari pencapaian sasaran terukur pada suatu program dan terdiri
dari sekumpulan tindakan pengerahan sumber daya baik yang berupa personil
(sumber daya manusia), barang modal termasuk peralatan dan teknologi, dana,
atau kombinasi dari beberapa atau kesemua jenis sumber daya tersebut sebagai
masukan (input) untuk menghasilkan keluaran (output) dalam bentuk barang/jasa.
Keluaran (output) : barang atau jasa yang dihasilkan oleh kegiatan yang dilaksanakan untuk
mendukung pencapaian sasaran dan tujuan program dan kebijakan.
KOMPAK (Kolaborasi : program yang didanai oleh Pemerintah Australia untuk mendukung Pemerintah
Masyarakat dan Pelayanan Indonesia dalam mencapai target mengurangi tingkat kemiskinan dan mengatasi
untuk Kesejahteraan) kesenjangan.
Perencanaan Pembangunan : perencanaan pembangunan yang mengintegrasikan pengarusutamaan dan
Inklusif Disabilitas keterlibatan penyandang disabilitas sebagai pelaku dan penerima manfaat
pembangunan dalam seluruh tahapan pembangunan yang meliputi perencanaan,
penganggaran, penyelenggaraan, pemantauan, dan evaluasi.
Penghormatan : sikap menghargai atau menerima keberadaan penyandang disabilitas dengan
segala hak yang melekat tanpa berkurang.
Pelindungan : upaya yang dilakukan secara sadar untuk melindungi, mengayomi, dan
memperkuat hak penyandang disabilitas.
Pemenuhan hak penyandang : segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi penyandang disabilitas dan hak-
disabillitas haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara optimal
sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan serta mendapat perlindungan
dari kekerasan dan diskriminasi.
Pernyataan Anggaran Disabilitas : sebuah dokumen yang disusun oleh Kementerian/Lembaga serta Perangkat Daerah
Provinsi dan Kabupaten/Kota yang berisi program dan kegiatan terkait
penghormatan, pelindungan, dan pemenuhan hak penyandang disabilitas yang
telah merespon perbedaan kondisi, permasalahan, aspirasi, dan kebutuhan
penyandang disabilitas.
Pembangunan Inklusif Disabilitas : pembangunan yang mengintegrasikan pengarusutamaan dan keterlibatan
penyandang disabilitas sebagai pelaku dan penerima manfaat pembangunan
dalam seluruh tahapan pembangunan yang meliputi perencanaan, penganggaran,
penyelenggaraan, pemantauan, dan evaluasi.
9
ISTILAH MAKNA
Penyandang Disabilitas : berdasarkan Undang-undang Nomor 8 Tahun 2016, penyandang disabilitas adalah
setiap orang yang mengalami keterbatasan fisik, intelektual, mental dan/atau
sensorik dalam jangka waktu lama yang dalam berinteraksi dengan lingkungan
dapat mengalami hambatan dan kesulitan untuk berpartisipasi secara penuh dan
efektif dengan warga negara lainnya berdasarkan kesamaan hak.
Pemangku Kepentingan : semua individu, kelompok masyarakat, atau komunitas yang memiliki hubungan
(stakeholders) dan kepentingan terhadap organisasi. Pemangku kepentingan berperan aktif dan
pasif dalam upaya mencapai tujuan organisasi.
Program : penjabaran kegiatan SKPD/OPD dalam bentuk upaya yang berisi satu atau lebih
kegiatan dengan menggunakan sumber daya yang disediakan untuk mencapai hasil
yang terukur sesuai dengan misi SKPD/OPD.
RAD PD Provinsi : dokumen perencanaan dan penganggaran pembangunan terkait dengan
penghormatan, pelindungan, dan pemenuhan hak penyandang disabilitas yang
merupakan penjabaran dari RIPD di tingkat daerah.
RAN PD : dokumen perencanaan dan penganggaran pembangunan terkait dengan
penghormatan, pelindungan, dan pemenuhan hak penyandang disabilitas yang
merupakan penjabaran dari RIPD di tingkat pusat.
RIPD (Rencana Induk : dokumen perencanaan dan penganggaran pembangunan terkait dengan
Penyandang Disabilitas) penghormatan, pelindungan, dan pemenuhan hak penyandang disabilitas.
RKA K/L : Rencana Kerja Anggaran Kementerian Lembaga
RKA-SKPD (Rencana Kerja dan : dokumen perencanaan dan penganggaran yang berisi rencana pendapatan,
Anggaran SKPD) rencana belanja program dan kegiatan
SKPD serta rencana pembiayaan sebagai dasar penyusunan
APBD.
RPJMD : Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) merupakan penjabaran
dari visi, misi, dan program Kepala Daerah yang penyusunannya berpedoman pada
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) dan memperhatikan
Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional (RPJMN).
RTRW : Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, arahan kebijakan dan strategi pemanfaatan
ruang wilayah negara yang dijadikan acuan untuk perencanaan jangka panjang.
10
11
I. PENDAHULUAN
a. Penyandang disabilitas merupakan salah satu kelompok rentan yang mengalami marginalisasi dan
eksklusivitas. Menurut data Susenas (2020), jumlah penduduk penyandang disabilitas diperkirakan
mencapai 23 juta jiwa1 dan 6,2 juta jiwa diantaranya merupakan penyandang disabilitas kategori sedang
hingga berat (mis: total blind).
b. Sebaran penyandang disabilitas bervariasi antar wilayah di Indonesia. Konsentrasi tertinggi berada di
Pulau Jawa (58,2 persen) dan Pulau Sumatera (21,1 persen). Meskipun demikian, persebarannya tidak
berbeda signifikan antar desa (49,2 persen) dan kota (50,8 persen).
c. Data Susenas menyediakan informasi untuk melihat kategori disabilitas berdasarkan ragamnya yaitu: (1)
disabilitas fisik (daksa, pengguna kursi roda, orang yang pernah mengalami kusta, dll); (2) sensorik
(Tunanetra, Tuli, rungu wicara); (3) mental/psikososial (ODGJ, dll); (4) dan intelektual (kesulitan belajar,
down syndrome, dll).
d. Ragam disabilitas dengan persentase terbesar adalah disabilitas sensorik (47,6 persen) dan fisik (19,8
persen). Penekanan terminologi disabilitas adalah adanya gangguan/keterbatasan fungsi yang
berlangsung lama (menetap).
e. Provinsi dengan proporsi penyandang disabilitas terhadap penduduk yang tertinggi berada di Sulawesi
Selatan (2,78 persen) dan terendah berada di Provinsi Papua (1,04 persen). Meskipun secara persentase
total hanya 2,28 persen, namun secara jumlah mendekati 6,2 juta penduduk penyandang disabilitas
kategori sedang dan berat.
f. Berdasarkan sebaran usia, 56 persen penyandang disabilitas berada pada kelompok lanjut usia (60 tahun
ke atas). Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan angka harapan hidup penduduk Indonesia tidak
berimplikasi positif pada peningkatan kualitas hidup.
12
g. Berdasarkan jenis kelamin, proporsi penyandang disabilitas perempuan lebih tinggi 8,8 persen
dibandingkan penyandang disabilitas laki-laki. Lebih jauh, sebesar 47,2 persen penyandang disabilitas
termasuk kelompok usia produktif (15-64 tahun) yang membutuhkan kemudahan akses untuk menjadi
produktif.
h. Tingkat pendidikan tertinggi yang berhasil dicapai oleh penyandang disabilitas paling banyak setingkat
Sekolah Dasar (32,5 persen) dan sekitar 38,9 persen menyatakan putus sekolah sehingga tidak memiliki
ijazah. Sementara itu, persentase penyandang disabilitas yang berhasil memiliki ijazah setara D3 ke atas
sekitar 5,62 persen dan diperkirakan hanya sebesar 2,9 persen penyandang disabilitas memiliki ijazah
sarjana (S1).
i. Tingkat pendidikan yang cenderung rendah ini tercermin dari jenis pekerjaan pada sebagian besar
penyandang disabilitas. Sekitar 75 persen penyandang disabilitas bekerja pada sektor informal dengan
keterbatasan akses pada jaminan sosial dan ketenagakerjaan.
j. Berdasarkan aspek kesehatan, estimasi Susenas (2020) menunjukkan bahwa terdapat kebutuhan
penyandang disabilitas untuk mengakses layanan kesehatan (55,8 persen) akibat sakit ataupun kondisi
fungsionalnya, namun tidak memeriksakan diri. Alasan penyandang disabilitas tidak mengakses layanan
kesehatan beragam, namun sebesar 4,3 persen akibat tidak memiliki biaya dan 2,1 persen akibat tidak
ada yang mendampingi (caregiver).
k. Profil tersebut di atas dipertegas dengan tingkat kemiskinan penyandang disabilitas yang tinggi yaitu 14,4
persen pada penyandang disabilitas perempuan dan 14,7 persen pada penyandang disabilitas laki-laki.
Angka ini lebih tinggi dari angka kemiskinan nasional dan mirip dengan karakteristik kemiskinan esktrem.
l. Dengan tingkat kemiskinan yang lebih tinggi, persentase penyandang disabilitas yang menjadi penerima
manfaat program Perlindungan Sosial (Perlinsos) lebih tinggi dibandingkan non disabilitas. Penyandang
disabilitas yang menerima program bantuan sosial diperkirakan sebanyak 59,3 persen. Namun demikian,
perlu dipertimbangkan bahwa kebutuhan penyandang disabilitas relatif lebih tinggi terutama untuk
penopang hidup lainnya, seperti alat bantu, transportasi, kebutuhan belajar, dsb. Untuk itu dibutuhkan
skema perlindungan sosial yang dapat menjawab kebutuhan khusus tersebut.
a. Estimasi data Susenas (2020) menunjukkan bahwa penyandang disabilitas menghadapi hambatan akses
multisektor. Hambatan struktural dan budaya yang dialami oleh penyandang disabilitas menyebabkan
mereka hidup dalam keadaan miskin dan mengalami pengucilan sosial (Kim dkk., 2015; Bowie, 2005).
Meskipun demikian, data Susenas yang merupakan perkiraan/estimasi perlu dilanjutkan dengan
pendataan berbasis nama dan alamat (NIK) untuk setiap penyandang disabilitas dan karakteristik
ragamnya dalam rangka penyediaan layanan dasar.
b. Penjangkauan terhadap penyandang disabilitas mengalami tantangan dari berbagai aspek akibat adanya
stigma dan sulitnya melakukan deteksi, khususnya bagi penyandang disabilitas mental/psikososial dan
penyandang disabilitas intelektual.
c. Selama hampir 2 (dua) tahun Indonesia dilanda pandemi COVID-19, penyandang disabilitas termasuk
kelompok masyarakat rentan yang sangat terpengaruh, baik aspek sosial, kesehatan, maupun ekonomi.
Hasil Studi Dampak COVID-19 terhadap Penyandang Disabilitas yang dilaksanakan oleh Kolaborasi
Jaringan DPO Respon COVID-19 yang Lebih Inklusif, MAHKOTA & AIPJ2 (2020) menunjukkan bahwa:
1) Kemungkinan penyandang disabilitas untuk dapat kembali bekerja sangat kecil apabila mengalami
PHK;
2) Kesenjangan akses pendidikan penyandang disabilitas makin besar khususnya bagi disabilitas
psikososial (mental), intelektual, dan ganda;
3) Penyandang disabilitas harus mengurangi kunjungan terapi dan rehabilitasi baik karena faktor
ekonomi, kesehatan, dan pembatasan kegiatan masyarakat;
4) Penyandang disabilitas mengalami penurunan pendapatan dan rentan menjadi miskin ekstrem;
13
5) Cakupan Perlinsos meningkat dua kali lipat, namun tidak mampu mengatasi kemiskinan keluarga
yang berkelanjutan; dan
6) Penyandang disabilitas sangat rentan terhadap gangguan psikososial.
d. Identifikasi tantangan dalam upaya pemenuhan hak-hak penyandang disabilitas dilakukan oleh Jaringan
Pegiat dan Organisasi Disabilitas Indonesia. Berikut rangkumannya:
1) Produk kebijakan sebagai arah pengaturan 6) Layanan kesehatan inklusif di fasilitas kesehatan
isu disabilitas dalam ragam kebijakan dan dasar sampai rumah sakit masih belum sepenuhnya
regulasi perlu upaya harmonisasi; terwujud;
2) Perubahan paradigma dalam kebijakan 7) Infrastruktur ramah penyandang disabilitas yang
perlu mengacu pada dokumen aksesibel masih perlu pengembangan;
pembangunan Ratifikasi CRPD, SDGS dan 8) Masih diperlukan kebijakan yang secara eksplisit
RIPD; mengatur era normal baru dan tantangan bagi
3) Hak dan partisipasi politik bagi penyandang penyandang disabilitas selama Pandemi Covid-19;
disabilitas masih cenderung sekadar hak 9) Pelibatan penyandang disabilitas dalam proses
memilih; perencanaan, penganggaran, implementasi,
4) Kerentanan penyandang disabilitas monitoring, dan evaluasi pembangunan inklusif.
perempuan dan hak mereka atas akses 10) Pendataan terpilah penyandang disabilitas dan
keadilan masih belum terpenuhi; program perlindungan sosial bagi penyandang
5) Penerapan sistem ketenagakerjaan inklusif disabilitas masih menjadi tantangan.
masih belum sepenuhnya tercapai;
e. Pendataan menjadi kunci pembangunan inklusif dan registrasi dokumen kependudukan menjadi
prasayarat utama bagi penyandang disabilitas untuk mengakses layanan dan program yang tersedia.
f. Pendataan terpilah penyandang disabilitas, analisis inklusif berbasis data dapat dilaksanakan oleh
pemangku kepentingan dalam menyusun perencanaan dan penganggaran untuk penghormatan,
pelindungan, dan pemenuhan hak-hak penyandang disabilitas.
a. Pengarusutamaan serta perubahan cara pandang tentang disabilitas merupakan komponen penting
dalam upaya penghormatan, pelindungan, dan pemenuhan hak-hak penyandang disabilitas. Sejak
ditetapkannya UU Nomor 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas, paradigma pola perlakuan
terhadap penyandang disabilitas telah berubah, dari yang bersifat belas kasih (charity based) menjadi
pendekatan berdasarkan pemenuhan Hak Asasi Manusia (human right based).
b. Urusan dan kebijakan terkait penyandang disabilitas tidak lagi terbatas pada urusan sosial, melainkan
tanggung jawab multisektor dari seluruh kementerian/lembaga, pemerintah daerah, penyandang
disabilitas itu sendiri, sektor swasta, dan masyarakat umum.
c. Upaya pemenuhan hak penyandang disabilitas tidak sekedar memastikan akses kepada layanan jaminan
sosial, rehabilitasi sosial, bantuan sosial, maupun upaya peningkatan kesejahteraan sosial, tetapi juga
memastikan partisipasi penyandang disabilitas dalam tiap tahapan pembangunan.
d. Disabilitas tidak terjadi karena adanya keterbatasan fungsi/struktur tubuh (fisik, sensoris, intelektual, dan
mental) semata, justru berkaitan dengan akses dan sikap dalam berinteraksi dengan lingkungan sekitar
(aspek partisipasi) [1].
e. Kementerian PPN/Bappenas mendapatkan amanat untuk menjalankan Rencana Induk Penyandang
Disabilitas (RIPD) sesuai tertera dalam Peraturan Pemerintah Nomor 70 Tahun 2019. RIPD merupakan
dokumen perencanaan pembangunan yang inklusif disabilitas untuk periode 25 tahun ke depan. Visi RIPD
adalah mewujudkan kesetaraan hak dan kesempatan yang sama di segala bidang bagi penyandang
disabilitas.
14
f. RIPD kemudian diterjemahkan dalam strategi dan kebijakan yang lebih operasional oleh
kementerian/lembaga dan pemerintah daerah dalam Rencana Aksi Nasional Penyandang Disabilitas (RAN
PD) dan Rencana Aksi Daerah Penyandang Disabilitas (RAD PD).
g. RAN PD dan RAD PD sebagai perencanaan 5 (lima) tahunan telah ditetapkan pada bulan Juli 2021 sebagai
Peraturan Menteri PPN/Kepala Bappenas Nomor 3 tahun 2021. RAD PD menjadi pijakan seluruh
Perangkat Daerah Provinsi terkait untuk mewujudkan perluasan aksesibilitas penduduk penyandang
disabilitas terhadap pelayanan dasar dan berbagai fasilitas lainnya, termasuk menjadi tenaga kerja yang
handal.
h. Beberapa kebijakan turunan dari Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016 dalam upaya penghormatan,
pelindungan, dan pemenuhan hak penyandang disabilitas untuk beberapa sektor/bidang. sebagai
berikut:
Kebijakan
1. Peraturan Pemerintah Nomor 70 Tahun 2019 tentang Perencanaan, Penyelenggaraan, dan Evaluasi
terhadap Penghormatan, Pelindungan, dan Pemenuhan Hak Penyandang Disabilitas
2. Peraturan Menteri PPN/Bappenas Nomor 3 Tahun 2021 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor
70 Tahun 2019
3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2020 tentang Akomodasi yang Layak Untuk
Peserta Didik Penyandang Disabilitas
4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2020 tentang Akomodasi yang Layak Untuk
Penyandang Disabilitas Dalam Proses Peradilan
5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2020 tentang Aksesibilitas Terhadap
Permukiman, Pelayanan Publik, dan Pelindungan Dari Bencana Bagi Penyandang Disabilitas
6. Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 98 Tahun 2017 Tentang Penyediaan
Aksesibilitas Pada Pelayanan Jasa Transportasi Publik Bagi Pengguna Jasa Berkebutuhan Khusus
7. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 62 Tahun 2019 Tentang Strategi Nasional Percepatan
Administrasi Kependudukan Untuk Pengembangan Statistik Hayati
8. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 67 Tahun 2020 Tentang Syarat dan Tata Cara Pemberian
Penghargaan Dalam Penghormatan, Pelindungan, dan Pemenuhan Hak Penyandang Disabilitas
9. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 60 Tahun 2020 Tentang Unit Layanan Disabilitas Bidang
Ketenagakerjaan
10. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2020 Tentang Pedoman
Penyelenggaraan Unit Layanan Disabilitas Bidang Ketenagakerjaan
11. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2020 Tentang Layanan Habilitasi dan
Rehabilitasi Bagi Penyandang Disabilitas
12. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 68 Tahun 2020 Tentang Komisi Nasional Disabilitas
13. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 52 Tahun 2019 Tentang Penyelenggaraan Kesejahteraan
Sosial Bagi Penyandang Disabilitas
14. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 114 Tahun 2020 Tentang Strategi Nasional Keuangan Inklusif
15. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 76/POJK.07/2016 Tentang Peningkatan Literasi dan Inklusi
Keuangan di Sektor Jasa Keuangan Bagi Konsumen dan/atau Masyarakat
16. Peraturan Bank Indonesia No 22/20/PBI/2020 Tentang Perlindungan Konsumen Bank Indonesia
(Sumber: Identifikasi oleh Dit. PKPM Bappenas, 2022)
i. Pemerintah perlu memperhatikan kondisi-kondisi yang dialami oleh penyandang disabilitas dalam
pelaksanaan peraturan dan kebijakan tersebut agar kebutuhan dan hak penyandang disabilitas di
Indonesia dapat terpenuhi secara utuh.
j. “Nothing about us, without us” dan “leave no one behind” merupakan dua prinsip penting untuk terus
melibatkan penyandang disabilitas secara penuh dan bermakna dalam tiap tahapan pembangunan.
Keterlibatan penyandang disabilitas merupakan hal mendasar untuk memastikan isu, hambatan dan
gagasan penyandang disabilitas dapat disuarakan secara langsung, karena tidak ada yang lebih
memahami hal-hal tersebut selain penyandang disabilitas itu sendiri.
15
1.4. Peran Pemerintah Daerah Dalam Upaya Penghormatan,
Pelindungan, dan Pemenuhan Hak Penyandang Disabilitas
a. Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, penanganan disabilitas
masuk dalam Urusan Pemerintahan Konkuren2 yang terdiri dari urusan pemerintahan wajib yang
berkaitan dengan pelayanan dasar, urusan pemerintahan wajib yang tidak berkaitan dengan pelayanan
dasar, dan urusan pemerintahan pilihan (lihat Gambar 2).
b. Dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan konkuren, Pemerintah Pusat berwenang untuk
menetapkan Norma, Standar, Prosedur, dan Kriteria (NSPK)3, serta melaksanakan pembinaan dan
pengawasan terhadap penyelenggaraan Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah.
c. Penyelenggara Pemerintahan Daerah harus memprioritaskan pelaksanaan Urusan Pemerintahan Wajib
yang berkaitan dengan Pelayanan Dasar dengan berpedoman pada Standar Pelayanan Minimal (SPM)4
dari Pemerintah Pusat.
d. Pelaksanaan NSPK maupun SPM dilakukan secara bertahap dan mempertimbangkan kapasitas keuangan
daerah dan ketersediaan sarana dan prasarana.
e. Pemerintah Daerah perlu melakukan analisis situasi penyandang disabilitas terlebih dahulu agar
mengetahui kesenjangan dan beban masalah yang harus dihadapi di wilayahnya.
f. Pengembangan program dan kegiatan pembangunan daerah bagi penyandang disabilitas yang berbasis
data tersebut akan tepat sasaran dan mendorong keterlibatan dari semua sektor terkait. Hal ini juga akan
mengarah pada pencapaian SPM di daerah sebagaimana telah ditetapkan oleh Pemerintah Pusat.
2 Urusan pemerintahan konkuren adalah Urusan Pemerintahan yang dibagi antara Pemerintah Pusat dan Daerah provinsi dan Daerah
kabupaten/kota.
3 Norma, standar, prosedur, dan kriteria (NSPK) berupa ketentuan peraturan perundang-undangan yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat
sebagai pedoman dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan konkuren yang menjadi kewenangan Pemerintah Pusat dan yang menjadi
kewenangan Daerah.
4 Standar Pelayanan Minimal adalah ketentuan mengenai jenis dan mutu Pelayanan Dasar yang merupakan Urusan Pemerintahan Wajib
16
Urusan Pemerintahan
Wajib Pelayanan Dasar Wajib Non Pelayanan Dasar
6 Urusan 18 Urusan
Absolut Umum Konkuren 1. Pendidikan 1. Tenaga Kerja
2. Kesehatan 2. Pemberdayaan
3. Pekerjaan umum dan Perempuan dan
penataan ruang Perlindungan Anak
4. Perumahan Rakyat dan 3. Pangan
1. Pertanahan Wajib (24) Pilihan (8) Kawasan Pemukiman
4. Pertahanan
5. Ketentraman,
2. Keamanan 5. Lingkungan hidup
Ketertiban Umum, dan
3. Agama 6. Administrasi
Pelindungan
4. Yustisi Kependudukan dan
Masyarakat
5. Politik Luar Pencatatan Sipil
6. Sosial
Negeri 7. Pemberdayaan
6. Moneter &
Yan Dasar (6) Non Yan Dasar (18)
Masyarakat dan Desa
Fiskal
8. Pengendalian
Penduduk dan
Keluarga Bencana
9. Perhubungan
1. Pendidikan SPM NSPK 10. Komunikasi dan
2. Kesehatan
Informatika
3. PU dan PR
4. Perumahan
Pilihan 11. Koperasi, Usaha
rakyat dan Kecil, dan
kaw Dilaksanakan secara bertahap dengan Menengah
pemukiman mempertimbangakan kapasitas 12. Penanaman Modal
5. Tramtibun & keuangan daerah, sumber daya 8 Urusan 13. Kepemudaan dan
Linmas 1. Kelautan dan perikanan Olah Raga
6. Sosial
personil, dan ketersediaan sarana dan
prasarana 2. Pariwisata 14. Statistik
3. Pertanian 15. Persandian
4. Kehutanan 16. Kebudayaan
5. Energi dan Sumber Daya 17. Perpustakaan
Mineral 18. Kearsipan
6. Perdagangan
7. Perindustrian; dan
8. Transmigrasi
Gambar 2. Penanganan Penyandang Disabilitas Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintah Daerah
g. Identifikasi upaya-upaya penghormatan, pelindungan, dan pemenuhan hak penyandang disabilitas dalam
perencanaan pembangunan dan keuangan daerah sesuai dengan 7 (tujuh) sasaran strategis sebagaimana
ditetapkan dalam RAN PD dilakukan melalui pemetaan Klasifikasi, Kodefikasi dan Nomenklatur
Perencanaan Pembangunan Daerah dan Keuangan Daerah sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 90 Tahun 2019.
h. Dari hasil pemetaan diketahui ruang lingkup kegiatan dalam upaya-upaya penghormatan, pelindungan,
dan pemenuhan hak penyandang disabilitas dalam perencanaan pembangunan dan keuangan daerah
berdasarkan pembagian urusan pemerintahan sebagaimana dijabarkan pada Tabel 3.
Tabel 3. Ruang Lingkup Program, Kegiatan, dan Sub-Kegiatan Dalam Rencana Aksi Daerah Penyandang Disabilitas Provinsi
Berdasarkan Pembagian Urusan Pemerintahan
17
Klasifikasi dan kodefikasi urusan pemerintahan konkuren
1.04 Urusan Pemerintahan Wajib yang Berkaitan Dengan Pelayanan Dasar - Bidang Perumahan Rakyat dan
Kawasan Permukiman
1.05 Urusan Pemerintahan Wajib yang Berkaitan Dengan Pelayanan Dasar - Bidang Ketentraman dan
Ketertiban Umum Serta Perlindungan Masyarakat
1.06 Urusan Pemerintahan Wajib yang Berkaitan Dengan Pelayanan Dasar - Bidang Sosial
2.07 Urusan Pemerintahan Wajib yang Tidak Berkaitan Dengan Pelayanan Dasar - Bidang Tenaga Kerja
2.08 Urusan Pemerintahan Wajib yang Tidak Berkaitan Dengan Pelayanan Dasar - Bidang Pemberdayaan
Perempuan dan Perlindungan Anak
2.12 Urusan Pemerintahan Wajib yang Tidak Berkaitan Dengan Pelayanan Dasar - Bidang Administrasi
Kependudukan dan Pencatatan Sipil
2.13 Urusan Pemerintahan Wajib yang Tidak Berkaitan Dengan Pelayanan Dasar - Bidang Pemberdayaan
Masyarakat dan Desa
2.14 Urusan Pemerintahan Wajib yang Tidak Berkaitan Dengan Pelayanan Dasar - Bidang Pengendalian
Penduduk dan Keluarga Berencana
2.15 Urusan Pemerintahan Wajib yang Tidak Berkaitan Dengan Pelayanan Dasar - Bidang Perhubungan
2.16 Urusan Pemerintahan Wajib yang Tidak Berkaitan Dengan Pelayanan Dasar - Bidang Komunikasi dan
Informatika
2.19 Urusan Pemerintahan Wajib yang Tidak Berkaitan Dengan Pelayanan Dasar - Bidang Kepemudaan dan
Olah Raga
2.20 Urusan Pemerintahan Wajib yang Tidak Berkaitan Dengan Pelayanan Dasar - Bidang Statistik
2.22 Urusan Pemerintahan Wajib yang Tidak Berkaitan Dengan Pelayanan Dasar - Bidang Kebudayaan
i. Program, kegiatan, dan sub-kegiatan tersebut perlu diuraikan dalam RAD PD Provinsi sebagaimana yang
diamanatkan dalam Peraturan Menteri PPN/Bappenas Nomor 3 Tahun 2021 tentang Pelaksanaan
Peraturan Pemerintah Nomor 70 Tahun 2019.
j. RAD PD Provinsi merupakan dokumen perencanaan terhadap penghormatan, pelindungan, dan
pemenuhan hak penyandang disabilitas jangka menengah untuk periode 5 (lima) tahun di tingkat daerah.
k. Sasaran strategis, kebijakan, indikator, target capaian, dan strategi implementasi dalam RAD PD Provinsi
yang diamanatkan kepada Pemerintah Daerah Provinsi memiliki keterkaitan dengan Rencana Induk
Penyandang Disabilitas (RIPD) dan RAN PD dengan tetap mempertimbangkan karakteristik, potensi, dan
kewenangan daerah, serta terintegrasi dengan rencana pembangunan daerah.
a. Panduan Penyusunan Rencana Aksi Daerah Provinsi Penghormatan, Pelindungan, dan Pemenuhan Hak
Penyandang Disabilitas (Panduan Penyusunan RAD PD Provinsi) dimaksudkan sebagai acuan bagi
Pemerintah Daerah Provinsi dalam penyusunan RAD PD Provinsi agar secara substansi dapat sejalan
dengan yang telah diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016, RIPD, RAN PD, serta
menerapkan prinsip-prinsip perencanaan pembangunan yang inklusif.
18
b. Keterkaitan antara Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016, RIPD, RAN PD, dan RAD PD dan panduan ini
dapat terlihat pada bagan berikut:
RAN PD RAD PD
Gambar 3. Keterkaitan RIPD, RAN PD, RAD PD, dan Panduan Penyusunan RAD PD Provinsi
Gambar 3 memberikan ilustrasi bahwa RIPD merupakan salah satu acuan dalam perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi terhadap upaya penghormatan, pelindungan, dan pemenuhan hak
penyandang disabilitas di Indonesia. RIPD merupakan perencanaan jangka panjang untuk periode 25 (dua
puluh lima) tahun dan diturunkan dalam perencanaan jangka menengah 5 (lima) tahunan dalam bentuk
RAN PD dan di tingkat daerah dalam bentuk RAD PD Provinsi/Kabupaten/Kota.
c. Tujuan khusus dari penyusunan panduan ini adalah:
1) Menyediakan acuan dalam penyusunan Perencanaan Pembangunan Inklusif Disabilitas bagi
Pemerintah Daerah Provinsi dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD),
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD), dan Rencana Kerja Pemerintah
Daerah (RKPD);
2) Menyediakan acuan dalam penyelenggaraan upaya penghormatan, pelindungan, dan pemenuhan
hak penyandang disabilitas, baik oleh sektor pemerintahan maupun masyarakat; dan
3) Menyediakan acuan dalam menyusun perencanaan dan penganggaran penyelenggaraan
pelayanan multisektor yang efektif untuk mewujudkan upaya penghormatan, pelindungan, dan
pemenuhan hak penyandang disabilitas.
Sasaran Panduan Penyusunan RAD PD Provinsi ini adalah Pemerintah Daerah Provinsi.
a. Pasal 17 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
b. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4421);
c. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916);
d. Undang-Undang No. 19 Tahun 2011 tentang Pengesahan Covention on The Rights of Persons with
Disabilities (Konvensi Mengenai Hak-Hak Penyandang Disabilitas);
e. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan;
f. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah;
19
g. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2016 Nomor 69, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5871);
h. Peraturan Pemerintah Nomor 70 Tahun 2019 tentang Perencanaan, Penyelenggaraan, dan Evaluasi
terhadap Penghormatan, Pelindungan, dan Pemenuhan Hak Penyandang Disabilitas (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 184, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
6399);
i. Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah;
j. Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun 2014 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011
tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan;
k. Peraturan Presiden Nomor 65 Tahun 2015 tentang Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 112);
l. Peraturan Presiden Nomor 66 Tahun 2015 tentang Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 113), sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Presiden Nomor 20 Tahun 2016 tentang Perubahan atas Peraturan Presiden Nomor 66 Tahun
2015 tentang Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2016 Nomor 43);
m. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah;
n. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 120 Tahun 2018 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 70 Tahun 2015 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah;
o. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 90 Tahun 2019 tentang Klasifikasi, Kodefikasi dan Nomenklatur
Perencanaan Pembangunan Daerah dan Keuangan Daerah;
p. Peraturan Menteri PPN/Bappenas Nomor 3 Tahun 2021 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah
Nomor 70 Tahun 2019; dan
q. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 050-5889 Tahun 2021 Tentang Hasil Verifikasi, Validasi Dan
Inventarisasi Pemutakhiran Klasifikasi, Kodefikasi, dan Nomenklatur Perencanaan Pembangunan dan
Keuangan Daerah.
Panduan Penyusunan RAD PD Provinsi ini terdiri dari Pendahuluan, Prosedur Penyusunan RAD PD
Provinsi, Perencanaan dan Penganggaran Inklusif Disabilitas, Partisipasi dan Keterlibatan Penyandang
Disabilitas, dan Pembentukan Peraturan Gubernur RAD PD Provinsi.
Terdapat beberapa prinsip yang harus diterapkan oleh Pemerintah Daerah Provinsi dalam penyusunan
RAD PD Provinsi mengacu Peraturan Pemerintah Nomor 70 Tahun 2019 dan Peraturan Menteri
PPN/Bappenas Nomor 3 Tahun 2021:
NO. PRINSIP
a. Rencana Aksi Daerah Penyandang Disabilitas Provinsi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
strategi pembangunan daerah dan berdasarkan pada kebijakan, serta rencana strategis daerah.
b. Rencana Aksi Daerah Penyandang Disabilitas Provinsi mendukung upaya-upaya pertumbuhan ekonomi dan
pengentasan kemiskinan, serta memprioritaskan kesejahteraan rakyat.
20
NO. PRINSIP
c. Rencana Aksi Daerah Penyandang Disabilitas Provinsi merupakan rencana aksi yang terintegrasi antara
satu bidang dengan bidang lainnya dengan tetap memerhatikan seluruh aspek pembangunan
berkelanjutan.
d. Rencana Aksi Daerah Penyandang Disabilitas Provinsi merupakan kontribusi daerah terhadap komitmen
Pemerintah Indonesia dalam upaya penghormatan, pelindungan, dan pemenuhan hak penyandang
disabilitas.
e. Dalam penyusunan RAD PD Provinsi harus mengikutsertakan para pelaku pembangunan di daerah,
termasuk dari OPDis (Organisasi Penyandang Disabilitas) untuk memperkaya substansi RAD PD Provinsi,
meningkatkan kepemilikan (ownership), dan meningkatkan keterlibatan dalam pelaksanaan rencana aksi
tersebut (participation).
f. Pelaksanaan kegiatan dalam RAD PD Provinsi harus mengikuti sistem pemantauan, evaluasi, dan pelaporan
yang berlandaskan pada peraturan pemerintah yang berlaku (Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006
tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan) dan Peraturan
Pemerintah Nomor 70 Tahun 2019 tentang Perencanaan, Penyelenggaraan, dan Evaluasi terhadap
Penghormatan, Pelindungan, dan Pemenuhan Hak Penyandang Disabilitas).
21
22
23
II. PERSIAPAN PENYUSUNAN RENCANA
AKSI DAERAH PENYANDANG
DISABILITAS PROVINSI
Bagian ini mencakup beberapa kegiatan sebagai persiapan penyusunan RAD PD Provinsi yang terdiri dari:
(a) Pembentukan Tim Koordinasi RAD PD Provinsi, (b) Persiapan Teknis dan Analisis Situasi Penyandang
Disabilitas, dan (c) Konsultasi Publik. Penjelasan untuk tiap-tiap kegiatan tersebut adalah sebagai berikut:
a. Pasal 8 ayat (1) dan Pasal 25 ayat (5) Peraturan Menteri PPN/Kepala Bappenas Nomor 3 Tahun 2021
mengatur bahwa Gubernur sebagai Kepala Daerah dapat membentuk Tim Koordinasi Penyelenggaraan
RAD PD Provinsi atau menunjuk Bappeda Provinsi sebagai koordinator pelaksana sesuai kebutuhan
dengan melibatkan Perangkat Daerah Provinsi, Bappeda Kabupaten/Kota, Perangkat Daerah
Kabupaten/Kota dan Organisasi Penyandang Disabilitas (OPDis) setempat.
b. Tim Koordinasi RAD PD Provinsi secara umum bertugas untuk:
1. melakukan koordinasi dan fasilitasi penyusunan, penyelenggaraan, pemantuan, dan evaluasi RAD
PD Provinsi;
2. peningkatan kapasitas dinas/badan di Perangkat Daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota melalui
pengarusutamaan isu disabilitas dalam program atau kegiatan yang diselenggarakan oleh tiap-tiap
dinas/badan tersebut.
Tabel 5. Uraian Tugas Tim Koordinasi Penyelenggaraan Rencana Aksi Daerah Penyandang Disabilitas Provinsi
Tugas
Koordinasi Fasilitasi Peningkatan Kapasitas
1. Melakukan koordinasi 1. Menyampaikan rancangan RAD 1. Mengkoordinasikan
dengan perangkat daerah PD Provinsi kepada Tim kegiatan peningkatan
untuk penyusunan RAD PD Koordinasi Penyelenggaraan RAN kapasitas terkait teknis
Provinsi, serta kerangka PD untuk dilakukan reviu. pelaksanaan perencanaan
waktu penyusunannya. 2. Menyerahkan rancangan RAD PD dan penganggaran inklusif
2. Melakukan koordinasi Provinsi kepada Gubernur untuk disabilitas dan
dengan Perangkat Daerah ditetapkan. pengarusutamaan
Provinsi dalam penentuan 3. Menerima hasil evaluasi pembangunan inklusif
peran untuk pelaksanaan ketercapaian pelaksanaan disabilitas bagi Perangkat
RAD PD Provinsi. Rencana Aksi Daerah Daerah Provinsi.
3. Melakukan koordinasi Penyandang Disabilitas oleh 2. Menyediakan konsultasi
dengan OPDis dan pihak Perangkat Daerah Provinsi dan bagi Perangkat Daerah
terkait untuk mendapatkan seluruh Pemerintah Daerah Provinsi terkait
umpan balik dan masukan Kabupaten/Kota. pelaksanaan RAD PD
terkait rancangan RAD PD 4. Menyusun hasil evaluasi sebagai Provinsi.
Provinsi. bagian dari kegiatan 3. Menyediakan konsultasi
4. Melibatkan penyandang pemantauan dan evaluasi bagi Perangkat Daerah
disabilitas dalam terhadap pelaksanaan RAD PD Provinsi terkait
perencanaan, Provinsi oleh Perangkat Daerah penyusunan Pernyataan
penyelenggaraan dan Provinsi dan seluruh Pemerintah Anggaran Disabilitas dan
evaluasi RAD PD Provinsi. Daerah Kabupaten/Kota. dokumen evaluasi RAD PD
5. Menyusun dan menyerahkan Provinsi.
laporan pelaksanaan RAD PD
24
Tugas
Koordinasi Fasilitasi Peningkatan Kapasitas
Provinsi kepada Gubernur untuk 4. Melakukan tugas lain yang
diteruskan kepada Menteri 1 diperlukan dalam rangka
(satu) tahun sekali. mendukung kelancaran
penyusunan RAD PD
Provinsi, dan pelaksanaan
penghormatan,
pelindungan, dan
pemenuhan hak
penyandang disabilitas
oleh Pemerintah Daerah
Provinsi.
c. Kegiatan utama Tim Koordinasi RAD PD Provinsi untuk menjalankan tugas-tugas tersebut, antara lain:
1. Menyelenggarakan pertemuan teknis dan konsultatif dengan melibatkan Perangkat Daerah
Provinsi/Kabupaten/Kota, OPDis, serta pihak lain yang terkait untuk mempersiapkan dan
menyusun RAD PD Provinsi.
2. Menyerahkan rancangan RAD PD Provinsi yang telah melalui proses konsultasi publik kepada Tim
Koordinasi Penyelenggaraan RAN PD di tingkat pusat untuk dilakukan sinkronisasi berdasarkan
RAN PD.
3. Finalisasi rancangan RAD PD Provinsi berdasarkan hasil reviu dari Tim Koordinasi Penyelenggaraan
RAN PD di tingkat pusat.
4. Menyusun rancangan Peraturan Gubernur tentang RAD PD Provinsi untuk ditetapkan sebagai
landasan hukum bagi penyelenggaraan RAD PD Provinsi.
d. Berikut ini adalah format untuk penyusunan rencana kerja dan penjadwalan dalam penyusunan RAD PD
Provinsi:
Tabel 6. Format Rencana Kerja Penyusunan Rencana Aksi Daerah Penyandang Disabilitas Provinsi
Bulan Ke-
No. Kegiatan Penanggung Jawab
1 2 3 4 dst
I. Tahap Persiapan
1. Pertemuan Koordinasi dan Konsolidasi Tim TK
Koordinasi Penyelenggaraan RAD PD
Provinsi
2. Persiapan Teknis (Pengumpulan Data) TK
3. Analisis Awal Situasi Penyandang Disabilitas TK
4. Konsultasi Publik – Paparan Awal Situasi TK
Penyandang Disabilitas dan Rencana
Penyusunan RAD PD Provinsi
II. Perencanaan dan Penganggaran Inklusif Disabilitas
1. Lokakarya Analisis Inklusif Disabilitas TK, Dinas/Badan,
OPDis
2. Konsultasi Publik – Analisis Kesenjangan TK, Dinas/Badan,
Penyandang Disabilitas OPDis
3. Lokakarya Pemetaan Kodefikasi, Klasifikasi, TK, Dinas/Badan,
dan Nomenklatur Perencanaan OPDis
Pembangunan dan Keuangan Daerah
berdasarkan 7 sasaran strategis dalam RAN
PD
4. Lokakarya Penyusunan Pernyataan TK, Dinas/Badan,
Anggaran Disabilitas OPDis
5. Konsultasi Publik – Analisis Kesenjangan TK, Dinas/Badan,
Anggaran Disabilitas OPDis
25
Bulan Ke-
No. Kegiatan Penanggung Jawab
1 2 3 4 dst
6. Pertemuan Perumusan dan Penyusunan TK, Dinas/Badan,
RAD PD Provinsi OPDis
7. Konsultasi Publik – Paparan Rancangan RAD TK, Dinas/Badan,
PD Provinsi OPDis
8. Pengajuan Rancangan RAD PD Provinsi ke BP/TK
Tim Koordinasi Penyelenggaraan RAN PD
9. Pertemuan Finalisasi RAD PD Provinsi TK, Dinas/Badan,
OPDis
III. Penetapan Peraturan Gubernur Rencana Aksi Daerah Penyandang Disabilitas Provinsi
1. Lokakarya Perumusan Rancangan Naskah BP/TK
Peraturan Gubernur
2. Penetapan Peraturan Gubernur RAD PD BP/TK
Provinsi
3. Pertemuan Sosialisasi RAD PD Provinsi TK, Dinas/Badan,
OPDis
Keterangan: BP (Bappeda Provinsi); TK (Tim Koordinasi); OPDis (Penyandang Disabilitas)
a. Tim Koordinasi RAD PD Provinsi melakukan identifikasi data dan informasi yang diperlukan dalam
penyusunan RAD PD Provinsi. Data dan informasi yang diperlukan, metode pencariannya, dan sumber
datanya untuk penyusunan RAD PD Provinsi dapat dilihat pada Lampiran 1. Data dan Informasi,
Metode Pengumpulan, dan Sumbernya Untuk Penyusunan Rencana Aksi Daerah Penyandang
Disabilitas Provinsi.
b. Menyelenggarakan pertemuan koordinasi untuk memantau proses pengumpulan data.
c. Analisis Data Situasi Penyandang Disabilitas sebagai persiapan untuk Konsultasi Publik (sosialisasi
penyusunan RAD PD Provinsi).
d. Analisis Data Situasi Penyandang Disabilitas disusun untuk memahami situasi terkini terkait dengan
permasalahan penyandang disabilitas di wilayah tertentu. Berikut ini adalah tahapan dalam melakukan
analisis awal situasi penyandang disabilitas:
e. Analisis awal situasi penyandang disabilitas dimaksudkan sebagai data pembuka wawasan dalam
Konsultasi Publik tentang penanganan disabilitas, baik dari sisi besarnya masalah, pelayanan atau
permasalahan kontekstual (kebijakan/regulasi, sikap masyarakat atau perubahan kepemimpinan).
26
f. Hasil analisis awal menjadi dasar untuk pendalaman kesenjangan disabilitas dengan perspektif
pemenuhan hak-hak penyandang disabilitas, prioritas pembangunan daerah, mekanisme perencanaan
dan penganggaran daerah, serta struktur penyelenggaraan pelayanan dalam perencanaan dan
penganggaran RAD PD Provinsi.
a. Konsultasi publik pada tahap persiapan ini dimaksudkan untuk sosialisasi tentang dimulainya proses
penyusunan RAD PD Provinsi.
b. Konsultasi publik akan menyajikan dan membahas hasil analisis awal tentang situasi penyandang
disabilitas di wilayah tersebut.
c. Sasaran konsultasi publik adalah Perangkat Daerah Provinsi, lembaga penyelenggara pelayanan bagi
penyandang disabilitas, dan komponen masyarakat seperti organisasi penyandang disabilitas, organisasi
masyarakat, akademisi, serta pihak-pihak lain yang terkait.
d. Konsultasi publik diharapkan dapat memberikan kesempatan bagi Tim Koordinasi untuk meningkatkan
perhatian publik atas permasalahan disabilitas di wilayah tersebut.
e. Konsultasi publik sebagai sarana untuk memeroleh partisipasi publik yang lebih bermakna dalam
penyusunan RAD PD Provinsi melalui mekanisme penyampaian aspirasi yang responsif dan transparan.
f. Dalam proses konsultasi publik, selain pemaparan hasil analisis awal situasi penyandang disabilitas juga
dipaparkan tentang rencana kerja penyusunan RAD PD Provinsi dan mekanisme partisipasi masyarakat
dan penyandang disabilitas dalam proses penyusunan RAD PD Provinsi.
27
28
III. PERUMUSAN DAN PENYUSUNAN
RENCANA AKSI DAERAH
PENYANDANG DISABILITAS
PROVINSI
Rencana Aksi Daerah Penyandang Disabilitas Provinsi merupakan perencanaan terhadap
penghormataan, pelindungan, dan pemenuhan hak penyandang disabilitas jangka menengah untuk
periode 5 (lima) tahun di tingkat provinsi. Secara khusus tujuan dari perencanaan dan penganggaran yang
inklusif bagi penyandang disabilitas, antara lain:
1) meningkatkan akuntabilitas dan keterbukaan informasi publik dalam perencanaan dan
penganggaran Pembangunan Inklusif Disabilitas;
2) mengurangi kesenjangan tingkat penerima manfaat pembangunan;
3) mengakomodasi kebutuhan penyandang disabilitas sesuai ragam disabilitas;
4) meningkatkan manfaat hasil pembangunan bagi penyandang disabilitas; dan
5) menjamin keadilan dan kesetaraan bagi penyandang disabilitas dalam aspek akses, partisipasi,
kontrol, dan manfaat.
Adapun prinsip-prinsip perencanaan dan penganggaran yang berpihak kepada penyandang disabilitas
terdiri dari:
1) Melibatkan pengalaman, aspirasi, kebutuhan, dan permasalahan penyandang disabilitas dalam
proses penyusunan perencanaan dan penganggaran.
2) Keterlibatan dan partisipasi aktif penyandang disabilitas baik secara langsung maupun tidak
langsung/diwakili oleh Organisasi Penyandang Disabilitas (OPDis).
3) Menetapkan prioritas program dan kegiatan pembangunan yang memberikan manfaat kepada
penyandang disabilitas.
4) Mengalokasikan anggaran yang memberikan manfaat kepada penyandang disabilitas.
Sesuai dengan prinsip-prinsip tersebut, maka penyusunan dan perumusan RAD PD Provinsi akan
mencakup tahap-tahap sebagai berikut: (a) Analisis Inklusif Disabilitas, (b) Pemetaan Kodefikasi,
Klasifikasi, Nomenklatur Perencanaan Pembangunan dan Keuangan Daerah, (c) Perumusan dan
Penyusunan RAD PD Provinsi, dan (d) Konsultasi Publik.
29
1. ANALISIS INKLUSIF 2. RENCANA AKSI
DISABILITAS
Susun Rencana Aksi Inklusif
Disabilitas
3. PENGANGGARAN
a. Data Situasi Penyandang
Disabilitas
a. Pemetaan Kodefikasi, Klasifikasi
dan Nomenklatur Perencanaan PELAKSANAAN
Pembangunan dan Keuangan
Daerah
b. Kesenjangan Disabilitas
MONITORING &
EVALUASI
b. Pernyataan Anggaran
c. Identifikasi Faktor
Penyebab Kesenjangan
4. MEKANISME MONITORING
DAN EVALUASI
5. KONSULTASI PUBLIK
PERENCANAAN
Gambar 5. Alur Perumusan dan Penyusunan Rencana Aksi Daerah Penyandang Disabilitas Provinsi
30
a. Dilakukan pemetaan klasifikasi, kodefikasi, dan nomenklatur program, kegiatan, sub kegiatan,
dan anggaran dari perencanaan pembangunan dan keuangan daerah pada tahun-tahun
sebelumnya untuk menyusun Pernyataan Anggaran Disabilitas.
b. Pernyataan Anggaran Disabilitas dan sebagai dasar penyusunan Rencana Kegiatan Perangkat
Daerah (RKPD) dan Rencana Anggaran dan Kegiatan (RKA).
4) Langkah 4. Penentuan Mekanisme Monitoring dan Evaluasi
a. Mekanisme monitoring dan evaluasi digunakan untuk pengukuran hasil dalam menentukan
kemajuan (progress) penyelenggaraan RAD PD Provinsi yang disusun baik per tahun maupun
selama 5 tahun.
b. Mekanisme ini meliputi pengorganisasian atau pengaturan kelembagaan dalam proses
monitoring dan evaluasi penyelenggaraan RAD PD Provinsi.
5) Langkah 5. Konsultasi Publik
a. Setidaknya terdapat dua kali konsultasi publik dalam tahapan perumusan dan penyusunan
RAD PD Provinsi:
1. Konsultasi publik pertama dilakukan pada saat penyajian hasil Analisis Inklusif Disabilitas
dan Pernyataan Anggaran Disabilitas. Melalui konsultasi publik ini diharapkan bisa
memberikan masukan untuk menentukan prioritas masalah dan respon prioritas yang
perlu disusun dalam RAD PD Provinsi.
2. Konsultasi publik kedua dilakukan pada saat rancangan RAD PD Provinsi telah selesai
disusun. Konsultasi publik ini dimaksudkan untuk memberi masukan atas strategi,
kegiatan, dan penganggaran dalam RAD PD Provinsi agar bisa responsif, transparan, dan
dapat dipertanggungjawabkan di dalam penyelenggaraannya.
a. Berdasarkan Peraturan Menteri PPN/Bappenas No 3 Tahun 2021, Analisis Inklusif Berbasis Data adalah
suatu pendekatan analisis kebijakan, program, dan kegiatan terkait Penghormatan, Pelindungan, dan
Pemenuhan Hak Penyandang Disabilitas dalam perencanaan dan penganggaran pembangunan untuk
mengetahui perbedaan kondisi, permasalahan, aspirasi, dan kebutuhan penyandang disabilitas berbasis
data yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan.
b. Analisis Inklusif Disabilitas dilakukan untuk mengkaji kebutuhan penyandang disabilitas yang dipilah
berdasarkan (a) usia; (b) jenis kelamin; (c) hambatan dan kebutuhan; (d) ragam kondisi disabilitas; dan
(e) potensi yang dimiliki.
c. Analisis Inklusif Disabilitas dilakukan dengan membandingkan antara penyandang disabilitas dengan non
penyandang disabilitas pada domain akses, partisipasi, kontrol, dan manfaat dalam pelayanan
kesejahteraan sosial dan pelayanan dasar lainnya.
d. Analisis Inklusif Disabilitas untuk mengidentifikasi berbagai upaya yang telah dilakukan oleh berbagai
pihak untuk mencegah terjadinya kesenjangan yang lebih lebar.
e. Langkah-langkah dalam Analisis Inklusif Disabilitas Berbasis Data adalah sebagai berikut:
31
1. Melakukan analisis kebijakan dalam RKPD dan RAPBD di tahun
sebelumnya;
f. Data dan informasi pembuka wawasan yang digunakan untuk melakukan Analisis Inklusif Disabilitas
Berbasis Data diperoleh dari kegiatan pengumpulan data (lihat Persiapan Teknis).
g. Identifikasi faktor penyebab terjadinya kesenjangan, baik dari faktor internal dan eksternal. Faktor
internal berasal dari institusi yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan, kapasitas institusi,
kebijakan yang telah dibuat, pemahaman dan keterampilan sumber daya manusia terkait dengan strategi
isu disabilitas dalam pembangunan. Sedangkan faktor eksternal berasal dari masyarakat untuk melihat
pengaruhnya terhadap penanganan masalah kesejahteraan penyandang disabilitas, misalnya
permasalahan stigma dan diskriminasi.
h. Tabel berikut ini merupakan panduan pertanyaan untuk melakukan analisis data berdasarkan 4 (empat)
domain kesenjangan.
32
Domain Pertanyaan Panduan
penguasaan atau wewenang pemantauan penyelenggaraan pelayanan kesejahteraan sosial dan
atau kekuatan untuk publik?
mengendalikan hasil b) Seberapa jauh keterlibatan penyandang disabilitas dalam pemantauan
keputusan. dan pengawasan penyelenggaraan pelayanan publik sudah mewakili
semua ragam disabilitas, usia, dan jenis kelamin yang ada?
c) Dalam posisi apa saja, penyandang disabilitas terlibat dalam proses
pemantauan atau pengawasan penyelenggaraan pelayanan publik?
Manfaat: a) Dibandingkan dengan masyarakat non penyandang disabilitas, seberapa
kegunaan sumber daya yang jauh penyandang disabilitas memperoleh manfaat atas pelayanan publik
dapat dinikmati secara optimal. atau kesejahteraan sosial yang diterima?
b) Seberapa jauh manfaat yang diperoleh penyandang disabilitas dari
pelayanan publik atau kesejahteraan sosial telah mencerminkan ragam
disabilitas, usia, dan jenis kelamin yang ada?
i. Hasil Analisis Inklusif Disabilitas dimasukkan ke dalam Matriks Hasil Analisis Inklusif Disabilitas (lihat
Lampiran 2. Matriks Hasil Analisis Kesenjangan Disabilitas) agar memudahkan dalam
mengidentifikasi permasalahan dan kesenjangan penyandang disabilitas, serta untuk penyusunan
Pernyataan Anggaran Disabilitas.
Bagian ini menjelaskan aspek programatik dari tahapan penyusunan RAD PD Provinsi. Beberapa langkah
yang perlu dilakukan untuk memastikan substansi dan proses pelaksanaan RAD PD Provinsi dapat
berjalan dengan baik adalah sebagai berikut:
5. Pembagian Program,
4. Penentuan Jadwal
Kegiatan dan Sub
Kegiatan
Kegiatan Dinas/Badan
Gambar 7. Tahapan Perumusan dan Penyusunan Rencana Aksi Daerah Penyandang Disabilitas Provinsi
Penyusunan RAD PD Provinsi mengacu dari apa yang telah tertuang dalam RIPD dan RAN PD. Di dalam
RAN PD terdapat 7 (tujuh) sasaran strategis dan arah kebijakan yang diperlukan untuk mendukung
pencapaian tujuan penghormatan, pelindungan dan pemenuhan hak disabilitas. Sasaran dan arah
kebijakan yang telah ditentukan dalam RIPD dan RAN PD adalah sebagai berikut:
Tabel 8. Sasaran dan Arah Kebijakan Dalam Rencana Aksi Daerah Penyandang Disabilitas Provinsi
33
a. Kebijakan I. Pengumpulan dan harmonisasi data penyandang disabilitas lintas sektor
b. Kebijakan II. Pelibatan penyandang disabilitas dalam proses perencanaan dan penganggaran yang inklusif bagi
penyandang disabilitas
Sasaran Strategis 2. Penyediaan Lingkungan Tanpa hambatan Bagi Penyandang Disabilitas
a. Kebijakan I. Peningkatan pelayanan dan fasilitas publik yang mudah diakses bagi penyandang disabilitas
b. Kebijakan II. Akses permukiman yang terjangkau dan mudah diakses bagi penyandang disabilitas
c. Kebijakan III. Penyediaan layanan transportasi publik yang mudah diakses dan ramah disabilitas
d. Kebijakan IV. Penyediaan sistem komunikasi dan informasi publik yang mudah diakses, andal, dan responsif
terhadap kebutuhan penyandang disabilitas
Sasaran Strategis 3. Pelindungan Hak dan Akses Politik dan Keadilan Bagi Penyandang Disabilitas
a. Kebijakan I. Menjamin hak politik secara penuh bagi penyandang disabilitas untuk berpartisipasi dalam Pemilu
tanpa diskriminasi
Sasaran Strategis 4. Pemberdayaan dan Kemandirian Penyandang Disabilitas
a. Kebijakan I. Meningkatkan kapasitas layanan habilitasi dan rehabilitasi oleh lembaga dan masyarakat
Sasaran Strategis 5. Pewujudan Ekonomi Inklusif Bagi Penyandang Disabilitas
a. Kebijakan I. Memperkuat pemahaman tentang ketenagakerjaan inklusif pada K/L, Pemda, BUMN, BUMD, dan
swasta di seluruh sektor
b. Kebijakan II. Memperluas akses lapangan kerja bagi penyandang disabilitas untuk meningkatkan
kesejahteraan ekonomi
Sasaran Strategis 6. Pendidikan dan Keterampilan Bagi Penyandang Disabilitas
a. Kebijakan I. Memperkuat kemampuan institusi pendidikan dan tenaga pendidik untuk memberikan layanan
pendidikan inklusif bagi penyandang disabilitas
b. Kebijakan II. Memperkuat upaya pengurangan kesenjangan dalam mengakses pendidikan bagi penyandang
disabilitas dan non disabilitas
c. Kebijakan III. Memastikan inovasi dan reformasi tata kelola kelembagaan pendidikan, pelatihan, dan
pengembangan keterampilan yang tanggap terhadap kebutuhan penyandang disabilitas
d. Kebijakan IV. Membuka kesempatan bagi penyandang disabilitas di bidang seni dan olahraga
Sasaran Strategis 7. Akses dan Pemerataan Layanan Kesehatan Bagi Penyandang Disabilitas
a. Kebijakan I. Peningkatan kemampuan penyedia layanan kesehatan untuk memenuhi kebutuhan penyandang
disabilitas
b. Kebijakan II. Pencegahan dan intervensi dini layanan kesehatan bagi penyandang disabilitas yang efektif dan
komprehensif
c. Kebijakan III. Perluasan kesepertaan dan manfaat Jaminan Kesehatan Nasional bagi penyandang disabilitas
d. Kebijakan IV. Penyelenggaraan program Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS) yang menjangkau
penyandang disabilitas
Strategi implementasi untuk mewujudkan tiap-tiap sasaran strategis telah ditentukan di dalam RAN PD
dan akan diadopsi di dalam RAD PD Provinsi. Strategi implementasi tersebut perlu diturunkan ke dalam
kegiatan-kegiatan yang sesuai dengan situasi di daerah yang bersangkutan. Strategi implementasi RAD
PD Provinsi adalah sebagai berikut:
Tabel 9. Strategi Implementasi Dalam Rencana Aksi Daerah Penyandang Disabilitas Provinsi
34
Sasaran Strategis/Kebijakan Strategi Implementasi
Daerah, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah,
Rencana Kerja Pemerintah, Rencana Kerja Pemerintah Daerah,
Rencana Strategis, dan Rencana Kerja K/L dan pemerintah
daerah.
Sasaran Strategis 2. Penyediaan Lingkungan Tanpa hambatan bagi Penyandang Disabilitas
Kebijakan I. 1) Memasukkan materi tentang pemahaman terhadap isu disabilitas
Peningkatan Pelayanan dan Fasilitas (sensitivitas disabilitas) dalam program pendidikan dan pelatihan
Publik yang mudah diakses bagi Aparatur Sipil Negara K/L dan Pemerintah Daerah.
Penyandang Disabilitas 2) Mengembangkan standar operasional penyediaan fasilitas dan
layanan publik yang mudah diakses bagi penyandang disabilitas.
3) Memastikan indikator Standar Pelayanan Minimal sesuai dengan
prinsip non diskriminasi dan akomodasi yang layak bagi
penyandang disabilitas.
4) Melaksanakan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan
penyediaan layanan publik yang mudah diakses oleh penyandang
disabilitas.
Kebijakan II. 1) Meningkatkan dukungan penyediaan permukiman yang layak,
Akses Permukiman yang Terjangkau terjangkau, dan yang mudah diakses oleh penyandang disabilitas,
dan Mudah Diakses bagi Penyandang termasuk akses terhadap energi dan listrik pada perumahan bagi
Disabilitas penyandang disabilitas.
2) Mendorong Pemerintah Daerah untuk menetapkan Peraturan
Daerah mengenai bangunan gedung yang menerapkan standar
bangunan yang mudah diakses oleh penyandang disabilitas.
Kebijakan III. 1) Menyediakan prasarana, sarana, dan layanan transportasi
Penyediaan Layanan Transportasi beserta kelengkapannya yang mudah diakses dan ramah
Publik yang Mudah Diakses dan Ramah disabilitas.
Disabilitas 2) Menyelenggarakan pelatihan tentang standar pelayanan yang
responsif dan sensitif terhadap kebutuhan penyandang disabilitas
bagi petugas layanan transportasi publik, baik darat, laut,
maupun udara.
Kebijakan IV. 1) Menyusun kebijakan dan standar operasional layanan komunikasi
Penyediaan Sistem Komunikasi dan dan informasi publik yang mudah diakses, andal, dan responsif
Informasi Publik yang Mudah Diakses, terhadap kebutuhan Penyandang Disabilitas.
Andal, dan Responsif terhadap 2) Meningkatkan kapasitas Penyandang Disabilitas dalam
Kebutuhan Penyandang Disabilitas mengakses informasi publik melalui pemanfaatan teknologi.
Sasaran Strategis 3. Pelindungan Hak dan Akses Politik dan Keadilan bagi Penyandang Disabilitas
Kebijakan I. 1) Memastikan inklusifitas bagi Penyandang Disabilitas dalam setiap
Menjamin Hak Politik secara Penuh tahapan penyelenggaraan pemilihan umum tanpa diskriminasi.
bagi Penyandang Disabilitas untuk 2) Meningkatkan keterwakilan Penyandang Disabilitas dalam politik.
Berpartisipasi dalam Pemilu tanpa
Diskriminasi
Sasaran Strategis 4. Pemberdayaan dan Kemandirian Penyandang Disabilitas
Kebijakan I. 1) Meningkatkan jumlah layanan habilitasi dan rehabilitasi yang
Meningkatkan Kapasitas Layanan sudah mengimplementasikan kurikulum dan pedoman habilitasi
Habilitasi dan Rehabilitas oleh Lembaga dan rehabilitasi berbasis masyarakat.
dan Masyarakat
Sasaran Strategis 5. Pewujudan Ekonomi Inklusif bagi Penyandang Disabilitas
Kebijakan I. 1) Menyusun modul pelatihan sensitivitas disabilitas yang
Memperkuat Pemahaman tentang digunakan sebagai standar pemberian edukasi oleh
Ketenagakerjaan Inklusif pada K/L, kementerian/lembaga, pemerintah daerah, Badan Usaha Milik
Pemda, BUMN, BUMD, dan Swasta di Negara, Badan Usaha Milik Daerah, dan swasta di seluruh sektor.
Seluruh Sektor
Kebijakan II. 1) Menyusun panduan dan standar operasional ketenagakerjaan
Memperluas akses lapangan kerja bagi disabilitas bagi sektor publik dan swasta.
Penyandang Disabilitas untuk 2) Memastikan penyediaan akomodasi yang layak bagi pekerja
meningkatkan kesejahteraan ekonomi Penyandang Disabilitas.
3) Meningkatkan jumlah kementerian/lembaga, pemerintah daerah,
Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah, dan
perusahaan swasta yang melaksanakan panduan dan standar
operasional ketenagakerjaan disabilitas.
35
Sasaran Strategis/Kebijakan Strategi Implementasi
4) Mendorong partisipasi perusahaan untuk mendukung
Penyandang Disabilitas.
5) Melaksanakan pemantauan dan evaluasi terhadap pelaksanaan
pedoman dan standar operasional ketenagakerjaan disabilitas.
Sasaran Strategis 6. Pendidikan dan Keterampilan bagi Penyandang Disabilitas
Kebijakan I. 1) Mengadakan pelatihan/ pendidikan bagi tenaga pendidik, calon
Memperkuat kemampuan institusi tenaga pendidik, dan tenaga kependidikan tentang layanan
pendidikan dan tenaga pendidik untuk pendidikan inklusif dari tingkat Pendidikan Anak Usia Dini, dasar,
memberikan layanan pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi Penyandang Disabilitas.
inklusif bagi Penyandang Disabilitas 2) Menyediakan fasilitas dan layanan belajar mengajar yang mudah
diakses danpenyediaan akomodasi yang layak di seluruh
tingkatan pendidikan bagi Penyandang Disabilitas.
Kebijakan II. 1) Memasukkan kriteria nondiskriminasi dan inklusifitas dalam
Memperkuat upaya pengurangan dokumen supervisi yang berkala dilakukan ke sekolah/madrasah,
kesenjangan dalam mengakses perguruan tinggi, dan satuan pendidikan keagamaan formal.
pendidikan bagi Penyandang Disabilitas 2) Melaksanakan supervisi berdasarkan pedoman variabel non
dan non disabilitas diskriminasi dan inklusifitas bagi Penyandang Disabilitas dalam
mengakses pendidikan.
3) Memberi keringanan batas usia bagi Penyandang Disabilitas agar
dapat mengikuti pelajaran sesuai kemampuannya, bukan sesuai
usianya.
Kebijakan III. 1) Mengembangkan program deteksi dan intervensi dini dalam
Memastikan inovasi dan reformasi tata program Pendidikan Dasar Usia Dini Holistik-Integratif.
kelola kelembagaan pendidikan, 2) Membentuk unit yang berfungsi sebagai pusat layanan disabilitas
pelatihan, dan pengembangan bagi pendidikan anak usia dini, dasar, menengah, dan pendidikan
keterampilan yang tanggap terhadap tinggi dengan memberikan bantuan professional bagi lembaga
kebutuhan Penyandang Disabilitas penyelenggara pendidikan.
3) Mendorong peningkatan penyelenggaraan pendidikan dan/atau
pelatihan vokasi bagi Penyandang Disabilitas.
Kebijakan IV. 1) Mendorong peningkatan partisipasi Penyandang Disabilitas
Membuka kesempatan bagi dalam berbagai kompetisi bidang seni dan olahraga di tingkat
Penyandang Disabilitas di bidang seni daerah, nasional, dan internasional
dan olahraga.
Sasaran Strategis 7. Akses dan Pemerataan Layanan Kesehatan bagi Penyandang Disabilitas
Kebijakan I. 1) Memasukkan indikator pelayanan Penyandang Disabilitas dalam
Peningkatan Kemampuan Penyedia akreditasi fasilitas kesehatan.
Layanan Kesehatan Untuk Memenuhi 2) Memberikan pelatihan sensitivitas disabilitas dan isu kesehatan
Kebutuhan Penyandang Disabilitas Penyandang Disabilitas untuk Peningkatan kapasitas tenaga
kesehatan dalam memberikan layanan kesehatan ramah
disabilitas.
Kebijakan II. 1) Meningkatkan pelayanan kesehatan seksual dan reproduksi
Pencegahan dan intervensi dini layanan Penyandang Disabilitas pada fasilitas pelayanan kesehatan.
kesehatan bagi Penyandang Disabilitas 2) Meningkatkan layanan deteksi dini bagi ibu, anak, dan orang
yang efektif dan komprehensif. dewasa terhadap potensi disabilitas (seperti kondisi kehamilan,
low vision, kusta, dan sebagainya).
3) Meningkatkan pemahaman terhadap hak kesehatan seksual dan
reproduksi bagi Penyandang Disabilitas.
Kebijakan III. 1) Memperluas kepesertaan Penyandang Disabilitas sebagai
Perluasan Kesepertaan dan Manfaat Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan Nasional.
Jaminan Kesehatan Nasional bagi 2) Memastikan cakupan manfaat dari kepesertaan Jaminan
Penyandang Disabilitas Kesehatan Nasional dapat mengakomodir kebutuhan Penyandang
Disabilitas.
Kebijakan IV. 1) Mendorong kementerian/lembaga, pemerintah daerah, dan
Penyelenggaraan Program Gerakan swasta untuk melibatkan Penyandang Disabilitas dalam kegiatan
Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS) GERMAS.
yang Menjangkau Penyandang
Disabilitas
36
3. Penentuan Target Capaian, Kegiatan dan Indikator Capaian
a. Dengan mengacu pada strategi implementasi sebagaimana telah ditetapkan di dalam RAN PD, Tim
Koordinasi RAD PD Provinsi selanjutnya menentukan target capaian, kegiatan dan indikator di dalam RAD
PD Provinsi berdasarkan hasil Analisis Inklusif Disabilitas.
b. Analisis kesenjangan dari situasi disabilitas di wilayah tersebut akan menjadi dasar dalam mengkaji
apakah target capaian, kegiatan atau indikator yang ditentukan di dalam RAN PD relevan untuk diadopsi,
dikembangkan atau mungkin ada beberapa target atau kegiatan yang perlu ditambahkan dalam RAD PD
Provinsi.
c. Pada tahap ini, permasalahan yang ditemukan di daerah menjadi dasar dalam menentukan kegiatan dan
sub kegiatan yang akan dilakukan oleh Pemerintah Daerah. Gambaran tentang target capaian, kegiatan
dan indikator capaian yang telah ditentukan dalam RAN PD dan digunakan sebagai acuan dalam
penyusunan RAD PD Provinsi dapat dilihat pada Lampiran 3. Target Capaian, Kegiatan, dan Indikator
Capaian Dalam Rencana Aksi Daerah Penyandang Disabilitas Provinsi.
a. Penjadwalan atas kegiatan-kegiatan yang telah ditetapkan dalam RAD PD Provinsi merupakan dasar
untuk penyelenggaraannya. Penjadwalan ini akan menjadi acuan untuk penganggaran bagi Perangkat
Daerah setiap tahunnya yang nantinya tertuang di dalam RKPD dan RAK.
b. Penjadwalan juga akan digunakan untuk melakukan monitoring dan evaluasi penyelenggaraan RAD PD
Provinsi, baik secara programatik maupun anggaran untuk mengetahui kesenjangan-kesenjangan yang
terjadi dalam pelaksanaan RAD PD Provinsi dan upaya perbaikan yang dapat dilakukan pada tahun-tahun
berikutnya.
a. Sasaran strategis, strategi implementasi dan kegiatan dalam RAD PD Provinsi menggambarkan sektor-
sektor yang bertanggung jawab di dalam penyelenggaraannya.
b. Tim Koordinasi perlu memastikan keterlibatan dan tanggung jawab dari Perangkat Daerah yang relevan
di dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan dalam RAD PD Provinsi berdasarkan tiap-tiap sasaran strategis
yang telah ditetapkan. Gambaran pembagian kerja berdasarkan jenis kegiatan dalam penyelenggaraan
RAD PD Provinsi secara lebih rinci dapat dilihat pada Lampiran 4. Pembagian Peran dan Tanggung
Jawab Penyelenggaraan Rencana Aksi Daerah Penyandang Disabilitas Provinsi .
c. Kompilasi semua kegiatan dan indikator capaian dari tiap-tiap dinas/badan yang menjadi penanggung
jawabnya akan dielaborasi lebih lanjut oleh Tim Koordinasi RAD PD Provinsi dalam bentuk matriks lintas
sektor RAD PD Provinsi selama kurun waktu 5 (lima) tahun.
a. Perencanaan dan Penganggaran Inklusif Disabilitas di daerah berkaitan dengan pengelolaan keuangan
daerah5 sebagaimana telah diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2019. Untuk itu, Tim
Koordinasi Penyelenggaraan RAD PD Provinsi harus berkoordinasi dengan Sekretaris Daerah karena
5Pengelolaan Keuangan Daerah adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, penatausahaan,
pelaporan, pertanggungiawaban, dan pengawasan Keuangan Daerah.
37
Sekretaris Daerah bertindak selaku Koordinator Pengelolaan Keuangan Daerah sekaligus yang akan
memimpin Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD)6.
b. TAPD terdiri dari Pejabat Perencana Daerah, Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (PPKD), dan pejabat
lain sesuai dengan kebutuhan.
c. Tugas-tugas dari TAPD terdiri dari:
1. membahas kebijakan Pengelolaan Keuangan Daerah;
2. menyusun dan membahas rancangan KUA dan rancangan perubahan KUA;
3. menyusun dan membahas rancangan PPAS dan rancangan perubahan PPAS;
4. melakukan verifikasi RKA SKPD;
5. membahas rancangan APBD, rancangan perubahan APBD, dan rancangan pertanggungjawaban
APBD;
6. membahas hasil evaluasi APBD, perubahan APBD, dan Pertanggungjawaban APBD;
7. melakukan verifikasi rancangan DPA SKPD dan rancangan perubahan DPA SKPD;
8. menyiapkan surat edaran Kepala Daerah tentang pedoman penyusunan RKA; dan
9. melaksanakan tugas lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
d. Penganggaran pelaksanaan RAD PD Provinsi terwujud di dalam Pernyataan Anggaran Disabilitas.
Dokumen ini merupakan dokumen program dan kegiatan serta anggaran untuk penanganan isu
disabilitas yang disusun oleh Perangkat Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota untuk penyelenggaraan
penghormatan, perlindungan dan pemenuhan hak disabilitas.
e. Pernyataan Anggaran Disabilitas:
1. memberikan informasi bahwa suatu biaya telah dialokasikan pada rincian output kegiatan untuk
menangani permasalahan kesenjangan disabilitas;
2. memastikan bahwa penyusunan anggaran sebuah program telah mengintegrasikan kebutuhan
penyandang disabilitas ke dalam sistem anggaran yang ada; dan
3. hanya bisa disusun jika Analisis Inklusif Disabilitas telah dilakukan sebelumnya karena Analisis
Inklusif Disabilitas merupakan analisis untuk mengidentifikasi permasalahan dan kesenjangan
pada penyandang disabilitas di wilayah tertentu.
f. Untuk mengetahui apakah Perangkat Daerah telah mengalokasikan atau belum anggaran bagi program
atau kegiatan penanganan isu disabilitas, maka langkah teknis yang perlu dilakukan adalah melakukan
pemetaan kodefikasi, klasifikasi dan nomenklatur program, kegiatan, dan sub-kegiatan dalam
perencanaan pembangunan dan keuangan daerah.
g. Pemetaan kodefikasi, klasifikasi dan nomenklatur program, kegiatan, dan sub-kegiatan dalam
perencanaan pembangunan dan keuangan daerah dilakukan terhadap program, kegiatan, dan sub-
kegiatan yang mencerminkan penanganan penyandang disabilitas pada RKPD dan RAPBD di tahun
anggaran sebelumnya.
h. Berdasarkan pemetaan ini akan diketahui program, kegiatan, dan sub-kegiatan bagi penyandang
disabilitas yang telah atau belum memperoleh alokasi anggaran.
i. Berikut ini dijelaskan mengenai pemetaan kodefikasi, klasifikasi dan nomenklatur program, kegiatan, dan
sub-kegiatan dalam perencanaan pembangunan dan keuangan daerah untuk penyusunan Pernyataan
Anggaran Disabilitas:
1. Pemetaan Klasifikasi, Kodefikasi, dan Nomenklatur
a) Pemetaan klasifikasi, kodefikasi dan nomenklatur program, kegiatan, dan sub-kegiatan
penanganan penyandang disabilitas dalam perencanaan pembangunan dan keuangan
daerah dilakukan oleh Tim Koordinasi RAD PD Provinsi.
6 TAPD adalah tim yang bertugas menyiapkan dan melaksanakan kebijakan Kepala Daerah dalam rangka penyusunan APBD.
38
b) Pemetaan dilakukan berdasarkan klasifikasi, kodefikasi, dan nomenklatur perencanaan
pembangunan dan keuangan daerah provinsi seperti yang tercantum dalam Keputusan
Menteri Dalam Negeri Nomor 050-5889 Tahun 2021 tentang Hasil Verifikasi, Validasi dan
Inventarisasi Pemutakhiran Klasifikasi, Kodefikasi, dan Nomenklatur Perencanaan
Pembangunan dan Keuangan Daerah.
c) Pemetaan kodefikasi, klasifikasi dan nomenklatur program, kegiatan, dan sub-kegiatan
dalam perencanaan pembangunan dan keuangan daerah merupakan suatu mekanisme
yang dapat menginventarisasi besaran anggaran dan realisasinya, serta potensi untuk
upaya-upaya penghormatan, pelindungan, dan pemenuhan hak penyandang disabilitas.
Informasi tersebut untuk mengetahui sumber daya anggaran yang dimiliki oleh Pemerintah
telah dialokasikan secara efektif dan efisien untuk menunjang upaya penghormatan,
pelindungan, dan pemenuhan hak penyandang disabilitas.
d) Pemetaan klasifikasi, kodefikasi dan nomenklatur program, kegiatan, dan sub-kegiatan
penanganan penyandang disabilitas dilakukan pada RKPD dan RAPBD di tahun anggaran
sebelumnya melalui SIPD (Sistem Informasi Pembangunan Daerah).
e) Untuk menentukan program/kegiatan/sub-kegiatan terkait dengan isu disabilitas atau
tidak, Tim Koordinasi RAD PD Provinsi mengacu pada kegiatan dan indikator capaian yang
terdapat pada matriks RAD PD Provinsi sebagaimana tercantum dalam Peraturan Menteri
PPN/Bappenas Nomor 3 Tahun 2021.
f) Dalam pemetaan tersebut, mungkin akan ditemui program atau kegiatan yang sebenarnya
terkait dengan isu disabilitas namun dimasukkan dalam nomenklatur/penamaan yang tidak
spesifik disabilitas. Tim Koordinasi perlu memberikan catatan dalam kodefikasi dan
nomenklatur tersebut bahwa terdapat alokasi anggaran yang ditujukan bagi penyandang
disabilitas. Hal ini dimaksudkan agar alokasi anggaran tersebut tetap dapat diperhitungkan
sebagai anggaran disabilitas.
g) Pemetaan kodefikasi, klasifikasi dan nomenklatur program, kegiatan, dan sub-kegiatan
dalam perencanaan pembangunan dan keuangan daerah sekaligus dapat mengidentifikasi
kebutuhan kodefikasi dan nomenklatur baru bagi program atau kegiatan yang belum
tersedia.
h) Identifikasi ini dapat menjadi usulan dari Pemerintah Daerah Provinsi kepada Kementerian
Dalam Negeri terkait dengan pemutakhiran klasifikasi, kodefikasi, dan nomenklatur
perencanaan pembangunan dan keuangan daerah sebagaimana telah diatur dalam
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 90 Tahun 2019 tentang Klasifikasi, Kodefikasi dan
Nomenklatur Perencanaan Pembangunan Daerah dan Keuangan Daerah.
i) Usulan pemutakhiran dimaksudkan agar program/kegiatan/sub-kegiatan yang ditujukan
bagi penyandang disabilitas dapat memiliki kodefikasi dan nomenklatur spesifik disabilitas
sehingga akan memudahkan pemantauan dan evaluasi dari sisi penganggaran yang telah
dialokasikan oleh Pemerintah Daerah.
j) Berikut ini adalah ilustrasi prosedur untuk melakukan pemetaan klasifikasi, kodefikasi dan
nomenklatur program, kegiatan, dan sub-kegiatan penanganan penyandang disabilitas
dalam perencanaan pembangunan dan keuangan daerah untuk penentuan proporsi
anggaran disabilitas di daerah:
39
Pemetaan Kodefikasi & Nomenklatur
Kode
Nomenklatur
Kegiatan
Kegiatan
Program
Urusan
Urusan
Bidang
Urusan Provinsi
Sub
Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 050-
5889 Tahun 2021
40
Tabel 10. Formulir Pernyataan Anggaran Disabilitas di Daerah
41
kegiatan yang akan
dicapai.
Volume Diisi perubahan
jumlah volume
keluaran kegiatan.
Satuan Diisi perubahan nama
satuan ukur dan jenis
keluaran kegiatan.
Target Waktu Perubahan kurun
Pelaksanaan waktu pencapaian
pelaksanaan.
Alokasi Anggaran Perubahan jumlah
anggaran (Rp) yang
dialokasikan untuk
mencapai suatu
output kegiatan.
Deskripsi Alasan Perubahan Cantumkan hasil analisis inklusif disabilitas yang
menunjukkan faktor-faktor penyebab
kesenjangan yang dialami oleh penyandang
disabilitas, sekaligus mengindentifikasi potensi
yang dimiliki. Hal tersebut menjadi dasar
pentingnya melakukan perubahan/penyesuaian
program/kegiatan/subkegiatan yang akan
dilaksanakan agar dapat mengurangi/menghapus
kesenjangan dan memaksimalkan potensi yang
ada.
a. Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan RAD PD Provinsi dilakukan untuk memastikan strategi dan
kegiatan-kegiatan yang telah direncanakan dapat berjalan sebagaimana mestinya dan dapat memberikan
hasil seperti yang diharapkan.
b. Pemantauan dan evaluasi akan memberikan informasi yang berguna untuk penyempurnaan strategi dan
rencana aksi bagi kepentingan penyandang disabilitas di masa mendatang, serta bagi kepentingan
penyampaian laporan kepada pihak lain seperti Pemerintah Daerah, Pemerintah Pusat maupun kepada
masyarakat.
c. Perbandingan tingkat ketercapaian antara perencanaan dengan target capaian dalam RAD PD Provinsi
akan menjadi laporan kepada Kementerian PPN/Bappenas untuk dilakukan elaborasi lebih lanjut dan
menjadi bahan laporan yang akan diserahkan kepada Presiden Republik Indonesia sebagai laporan
penyelenggaraan RIPD setiap tahunnya.
42
d. Tim Koordinasi RAD PD Provinsi akan menjalankan perannya dalam pemantauan secara berkala dan
terencana dengan melibatkan penyandang disabilitas seperti yang diamanatkan dalam RAD PD Provinsi.
e. Mekanisme pemantauan pelaksanaan RAD PD Provinsi dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara
lain melalui pengumpulan data secara rutin tentang situasi penyandang disabilitas dari Perangkat Daerah
Provinsi/Kabupaten/Kota berdasarkan indikator-indikator pemantauan yang telah ditetapkan dalam RAD
PD Provinsi, juga data mengenai realisasi anggarannya.
f. Tim Koordinasi dapat mengembangkan mekanisme pemantauan secara daring untuk kepentingan
pengumpulan data dari tiap dinas/badan, baik di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota. Tetapi tidak
menutup kemungkinan jika pengumpulan data dilakukan secara manual, tergantung kesiapan dari daerah
masing-masing.
g. Rekapitulasi data penyandang disabilitas dan anggaran ini akan dipaparkan dan menjadi agenda
pembahasan dalam pertemuan konsultatif multi pihak secara berkala 3 (tiga) bulan sekali. Pertemuan
ini melibatkan Perangkat Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota, perwakilan penyandang disabilitas, dan
pemangku kepentingan lainnya yang terkait dengan isu disabilitas.
h. Pemantauan juga dapat dilaksanakan dalam bentuk kegiatan bimbingan teknis dan supervisi oleh Tim
Koordinasi terkait pelaksanaan RAD PD Provinsi.
i. Untuk pelaksanaan evaluasi akan dilakukan setiap tahun sebagai bagian untuk memantau pencapaian
target per tahun dari penyelenggaraan RAD PD Provinsi.
j. Laporan pemantauan dan evaluasi dilaporkan secara berjenjang dari Pemerintah Daerah Provinsi ke
Pemerintah Pusat.
k. Di tingkat daerah, penyusunan hasil pemantauan dan evaluasi dari Perangkat Daerah baik Provinsi
maupun Kabupaten/Kota dilakukan oleh Tim Koordinasi RAD PD Provinsi.
l. Laporan pemantauan dan evaluasi tidak hanya mencakup substansi dari pelaksanaan upaya
penghormatan, pelindungan, dan pemenuhan hak penyandang disabilitas, juga meliputi realisasi
anggaran.
m. Berikut ini adalah formulir evaluasi yang dapat digunakan oleh Tim Koordinasi RAD PD Provinsi dalam
mendokumentasikan hasil evaluasi pelaksanaan RAD PD Provinsi. Formulir ini dapat disesuaikan oleh
daerah tergantung dari kebutuhan masing-masing.
Tabel 11. Formulir Evaluasi Rencana Aksi Daerah Penyandang Disabilitas Provinsi
43
Baseline Tahun Evaluasi T-1 Tahun Evaluasi
Capaian Rincian Output
Umum 1
Capaian Spesifik Output 1
Capaian Rincian Output
Umum 2
Capaian Spesifik Output 2
(dilanjutkan sesuai dengan amanat dinas/badan dalam RAD PD Provinsi)
n. Selanjutnya, Tim Koordinasi melakukan rekapitulasi pada matriks berikut ini atas perolehan data evaluasi
dari dinas/badan yang menjadi penanggung jawab tiap-tiap program dan atau kegiatan dalam RAD PD
Provinsi. Matriks ini dapat disesuaikan dan dikembangkan lebih lanjut oleh Tim Koordinasi sesuai dengan
kebutuhan di lapangan.
Tabel 12. Matriks Evaluasi Pelaksanaan dan Pencapaian Rencana Aksi Daerah Penyandang Disabilitas Provinsi
o. Mekanisme pelaporan evaluasi pelaksanaan RAD PD Provinsi mengacu pada Peraturan Menteri
PPN/Bappenas Nomor 3 Tahun 2021 sebagai berikut:
44
Evaluasi RAD PD
Gambar 9. Alur Pelaporan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Aksi Daerah Penyandang Disabilitas Provinsi
p. Tim Koordinasi RAD PD Provinsi wajib menyampaikan laporan evaluasi kepada Tim Koordinasi
Penyelenggaraan RAN PD paling lambat pada akhir bulan Maret tahun berikutnya.
q. Perangkat Daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota menyampaikan laporan tersebut kepada Tim Koordinasi
Penyelengaraan RAD PD Provinsi atau Bappeda Provinsi paling lambat pada akhir bulan Februari tahun
berikutnya.
r. Hasil evaluasi dari Perangkat Daerah Kabupaten/Kota disampaikan kepada Bupati/Walikota untuk
kemudian diserahkan kepada Gubernur cq. Bappeda Provinsi atau Tim Koordinasi Penyelengaraan RAD
PD Provinsi untuk direkapitulasi.
s. Gubernur wajib menyampaikan hasil evaluasi tersebut kepada Menteri PPN/Bappenas cq. Deputi Bidang
Kependudukan dan Ketenagakerjaan setiap 1 (satu) tahun sekali paling lambat akhir Juni pada tahun
berikutnya, serta ditujukan kepada Kementerian Dalam Negeri cq. Direktur Jenderal Pembangungan
Daerah sebagai pengampu/penanggungjawab rencana aksi di daerah.
t. Hasil evaluasi disampaikan kepada Presiden oleh Menteri PPN/Kepala Bappenas setiap 1 (satu) tahun
sekali atau sewaktu-waktu apabila diperlukan.
Tabel 13. Struktur dan Substansi Rencana Aksi Daerah Penyandang Disabilitas Provinsi
45
BAB SUBSTANSI PENJELASAN REFERENSI
Untuk penulisan bab ini dapat - RPJPD
mengacu pada BAB I. - RPJMD
PENDAHULUAN dan BAB II. - Peraturan Daerah
PERSIAPAN PENYUSUNAN RENCANA Penyandang Disabilitas (jika
AKSI DAERAH PENYANDANG sudah ada).
DISABILITAS PROVINSI dalam
dokumen ini dengan beberapa
penyesuaian.
II. PROFIL DAERAH DAN Pada bab ini akan diuraikan - RPJPD
SITUASI PENYANDANG mengenai profil dan karakteristik - RPJMD
DISABILITAS umum daerah, termasuk program - RTRWP/K
2.1 Profil dan prioritas daerah. Bahan penulisan ini - Renstra SKPD
Karakteristik Daerah dapat diperoleh dari dokumen - Laporan penelitian
2.2 Analisis Inklusif RPJPD, RPJMD, RTRWP/K, dan - Laporan survei
Disabilitas di Daerah Renstra SKPD. - FGD/Konsultasi Publik
2.3 Tantangan Dalam
Upaya Bahan penulisan untuk bagian
Penghormatan, Analisis Inklusif Disabilitas ini dapat
Pelindungan, dan mengacu pada laporan penelitian,
Pemenuhan Hak laporan survei, RPJPD, RPJMD,
Penyandang RTRWP/K, Renstra SKPD, serta
Disabilitas di Daerah pembahasan mengenai Analisis
2.4 Potensi Daerah Inklusif Disabilitas Berbasis Data
Dalam Upaya dalam dokumen ini.
Penghormatan,
Pelindungan, dan Tantangan dan potensi daerah juga
Pemenuhan Hak dituliskan pada bagian ini. Bahan
Penyandang penulisannya dapat berasal dari hasil
Disabilitas. FGD atau Konsultasi Publik yang
melibatkan Perangkat Daerah, OPDis,
LSM, pihak swasta, akademisi, dan
pemangku kepentingan lainnya.
III. STRATEGI IMPLEMENTASI Bab ini diawali dengan penjabaran - Peraturan Menteri
RAD PD PROVINSI mengenai tujuan dari RAD PD PPN/Bappenas Nomor 3
3.1. Tujuan Provinsi yang dikaitkan dengan 7 Tahun 2021.
3.2. Sasaran Strategis dan (tujuh) sasaran strategis dan - Matriks RAD PD Provinsi.
Kebijakan kebijakan dalam upaya - SIPD
3.3. Strategi, Kegiatan, penghormatan, pelindungan, dan - RKPD
dan Target Capaian pemenuhan hak penyandang - Renja SKPD
3.4. Jadwal Pelaksanaan disabilitas sebagaimana tercantum - RAPBD
dalam RAN PD. - FGD/Konsultasi Publik
- Peraturan Daerah
Ketujuh sasaran strategis dan Penyandang Disabilitas (jika
kebijakannya dirinci lagi di tingkat sudah ada).
daerah dengan kegiatan-kegiatan
pokok, indikator, target capaian,
rincian kegiatan, lembaga pelaksana,
dan jadwal pelaksanaannya.
46
BAB SUBSTANSI PENJELASAN REFERENSI
Inklusif Disabilitas dalam dokumen
ini.
V. PEMANTAUAN, Penjelasan lebih rinci untuk bab ini - Undang-Undang Nomor 8
EVALUASI, DAN sebagaimana tercantum pada sub- Tahun 2016.
PELAPORAN bab pemantauan, evaluasi, dan - Peraturan Pemerintah
pelaporan di dalam dokumen ini Nomor 70 Tahun 2019.
(Mekanisme Evaluasi, dan Pelaporan - Peraturan Menteri
PPN/Bappenas Nomor 3
Tahun 2021.
- RPJPD
- RPJMD
- Peraturan Daerah
Penyandang Disabilitas (jika
sudah ada).
VI. PENUTUP Bab ini merupakan kesimpulan dan
kaidah-kaidah dalam pelaksanaan
RAD PD Provinsi.
b. RAD PD Provinsi selanjutnya menjadi lampiran yang tidak terpisahkan dari Peraturan Gubernur RAD PD
Provinsi.
47
IV. PARTISIPASI DAN KETERLIBATAN
PENYANDANG DISABILITAS
a. Penghormatan, pelindungan, dan pemenuhan hak penyandang disabilitas akan dapat tercapai jika ada
keterlibatan yang bermakna dari penyandang disabilitas di dalam proses perencanaan, penyelenggaraan,
pemantauan, dan evaluasi.
b. Pelibatan penyandang disabilitas di dalam berbagai proses pembangunan merupakan bentuk tata kelola
yang baik (Good Governance) dari Pemerintah Daerah karena memungkinkan terciptanya proses
pembangunan yang transparan, akuntabel, responsif, dan partisipatif.
c. Dalam konteks pelayanan publik, keterlibatan penyandang disabilitas dalam proses penyelenggaraan
pembangunan:
1. dapat meningkatkan kemungkinan bertemunya antara sisi kebutuhan (demand side) dari
penyandang disabilitas dengan penyediaan pelayanan (suppy side);
2. memungkinkan terwujudnya pengorganisasian penyandang disabilitas untuk menjaring berbagai
permasalahan dan kebutuhan dalam pemenuhan hak-haknya (demand generation); dan
3. memungkinkan penyandang disabilitas dapat menyampaikan aspirasinya kepada pemerintah
maupun pemangku kepentingan yang lain tentang upaya-upaya yang harus dilakukan dalam
menyikapi permasalahan dan kebutuhan-kebutuhan penyandang disabilitas melalui mekanisme
penyampaian aspirasi yang berlaku.
d. Melalui mekanisme penyampaian aspirasi tersebut akan mampu menilai apakah aspirasi tersebut dapat
diakomodasi dalam kebijakan dan program pemerintah dan dapat dilaksanakan secara konsisten.
e. Pelibatan penyandang disabilitas dalam proses pembangunan dapat menjadi jalan bagi pemberdayaan
penyandang disabilitas itu sendiri dan diharapkan akan dapat menghapus stigma dan eksklusi sosial
sebagai bentuk diskriminasi yang dialami oleh penyandang disabilitas selama ini di berbagai sektor
kehidupan.
f. Dalam rangka mewujudkan hal tersebut, Peraturan Menteri PPN/Kepala Bappenas Nomor 3 Tahun 2021
menggarisbawahi bahwa keterlibatan penyandang disabilitas di dalam penyelenggaraan penanganan
disabilitas ini sebagai salah satu arah kebijakan yang perlu ditempuh untuk mewujudkan Sasaran Strategis
1 tentang Pendataan dan Perencanaan Inklusif bagi Penyandang Disabilitas.
g. Arah kebijakan tersebut di dalam pelaksanaannya dilakukan dengan strategi:
1. Menyusun mekanisme Forum Tematik Disabilitas dalam proses perencanaan dan penganggaran;
2. Mengoptimalkan pembinaan oleh Pemerintah kepada Pemerintah Daerah tentang inklusifitas
penyandang disabilitas dalam perencanaan dan penganggaran; dan
3. Mengintegrasikan isu disabilitas dalam penyusunan RPJP, RPJMN, RPJPD, RPJMD, RKP, RKPD,
Renstra dan Renja K/L dan Pemerintah Daerah.
h. Pelibatan penyandang disabilitas dilakukan melalui Forum Tematik Disabilitas dan selanjutnya dibawa ke
Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) mulai dari tingkat kelurahan/desa, dilanjutkan
di tingkat kecamatan, kabupaten/kota, sampai di tingkat provinsi dan pusat. Hal ini untuk menyerasikan
antara perencanaan Pemerintah Kabupaten/Kota/Provinsi dan Pemerintah Pusat (perencanaan
nasional).
i. Dalam upaya mendorong partisipasi dan keterlibatan penyandang disabilitas ini, berikut ini beberapa
langkah-langkah yang perlu dilakukan oleh Pemerintah Daerah:
48
4.1. Pengaturan Kelembagaan Forum Tematik Disabilitas
a. Forum Tematik Disabilitas sebagai wadah bagi penyandang disabilitas di dalam proses perencanaan,
penganggaran, penyelenggaraan, pemantauan dan evaluasi terhadap seluruh upaya dan proses
penghormatan, pelindungan dan pemenuhan hak disabilitas.
b. Berdasarkan Peraturan Menteri PPN/Bappenas Nomor 3 Tahun 2021, Bappeda Provinsi dan
Kabupaten/Kota membentuk Forum Tematik Disabilitas sesuai dengan kewenangan wilayahnya.
c. Dalam lingkup penyelenggaraan RAD PD Provinsi, pembentukan Forum Tematik Disabilitas di tingkat
Provinsi dan Kabupaten/Kota perlu diatur di dalam substansi pokok Peraturan Gubernur RAD PD Provinsi,
khususnya pada bagian Partisipasi dan Keterlibatan Masyarakat.
d. Pengaturan Forum Tematik Disabilitas dalam Peraturan Gubernur dapat digunakan sebagai payung
hukum bagi Bappeda Provinsi untuk pembentukan Forum Tematik Disabilitas, sekaligus mendorong
Pemerintah Kabupaten/Kota untuk membentuk Forum Tematik Disabilitas di wilayahnya masing-masing.
e. Secara umum fungsi Forum Tematik Disabilitas baik di Provinsi maupun di Kabupaten/Kota adalah
sebagai wadah bagi penyandang disabilitas untuk terlibat di dalam perencanaan dan penganggaran
terkait dengan penanganan permasalahan disabilitas. Secara khusus, fungsi forum ini adalah sebagai
sebagai berikut:
1. Memberikan usulan, pertimbangan, dan rekomendasi kepada Kepala Daerah dalam pembuatan
kebijakan yang berkaitan dengan penghormatan, pelindungan, dan pemenuhan hak penyandang
disabilitas, termasuk dalam penyusunan perencanaan pembangunan dan penganggaran.
2. Mendorong peningkatan partisipasi aktif penyandang disabilitas, keluarga, dan masyarakat secara
umum dalam pemberdayaan dan peningkatan kesejahteraan penyandang disabilitas.
3. Membangun jaringan kerja dengan berbagai pihak dalam pengembangan program-program yang
berkaitan dengan upaya penghormatan, pelindungan, dan pemenuhan hak penyandang
disabilitas.
4. Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap penyelenggaraan RAD PD Provinsi sebagai upaya
penghormatan, pelindungan, dan pemenuhan hak penyandang disabilitas sebagaimana terwujud
dalam penyelanggaraan RKPD Provinsi/Kabupaten/Kota.
f. Dalam pengaturan kelembagaan Forum Tematik Disabilitas, Bappeda Provinsi/Kabupaten/Kota perlu
menentukan keanggotaannya.
g. Dengan mempertimbangkan luasnya cakupan permasalahan disabilitas, mulai dari aspek kependudukan,
lingkungan dan infrastuktur, pendidikan, ekonomi, sosial, dan kesehatan baik pada tahap perencanaan,
penganggaran, penyelenggaraan maupun pada tahap pemantauan dan evaluasinya, maka keanggotaan
dari forum ini terdiri dari:
1. Penyandang disabilitas, baik secara individu maupun melalui OPDis7, termasuk keluarganya;
2. Perangkat Daerah yang menangani sektor-sektor tersebut sesuai dengan ruang lingkup wilayah
administrasinya (Provinsi, Kabupaten/Kota, Kecamatan, Desa/Kalurahan);
3. Penyedia layanan sosial, pendidikan, kesehatan atau dunia usaha;
4. Kelompok masyarakat yang terdiri dari Lembaga Kesejahteraan Sosial (LKS) atau Lembaga
Swadaya Masyarakat, serta Organisasi Masyarakat/Keagamaan yang memiliki perhatian terhadap
permasalahan disabilitas; dan
7Organisasi Penyandang Disabilitas (OPDis) merupakan wadah bagi para penyandang disabilitas dalam menyampaikan aspirasi mereka .
Selama ini mereka telah berkontribusi secara signifikan dalam pemberdayaan penyandang disabilitas dan keluarganya melalui pendidikan,
pelatihan, dan program-program intervensi lainnya. OPDis juga menjadi jembatan komunikasi antara penyandang disabilitas dan pemerintah
melalui kegiatan-kegiatan advokasi kebijakan, baik kepada pemerintah nasional maupun daerah. Dalam penyusunan RAD PD serta dalam
perencanaan pembangunan baik di tingkat pusat maupun daerah, pelibatan penyandang disabilitas dilakukan melalui beberapa foru m
konsultasi publik di setiap tahapannya.
49
5. Akademisi atau pemerhati permasalahan disabilitas.
h. Besarnya keanggotaan Forum Tematik Disabilitas tersebut bergantung dari keluasan wilayah administrasi
pemerintahan dan ketersediaan dari OPDis, lembaga penyedia layanan atau lembaga pemerhati
disabilitas serta variasi unit kerja/Perangkat Daerah.
i. Forum Tematik Disabilitas harus memiliki anggota dari unsur penyandang disabilitas, kelompok
masyarakat dan Pemerintah Daerah.
Sesuai dengan fungsi dari Forum Tematik Disabilitas seperti telah dijelaskan sebelumnya, maka
mekanisme kerja dari forum ini mencakup perencanaan dan penganggaran, penyelenggaraan, serta
pemantuan dan evaluasi upaya penghormatan, pelindungan, dan pemenuhan hak penyandang
disabilitas. Mekanisme untuk tiap-tiap tahapan tersebut dijelaskan sebagai berikut:
a. Seperti diatur dalam Peraturan Menteri PPN/Bappenas Nomor 3 Tahun 2021 bahwa keterlibatan
Forum Tematik Disabilitas dalam perencanaan dan penganggaran mengikuti proses perencanaan
dan penganggaran yang selama ini telah berjalan, yaitu melalui Musyawarah Rencana
Pembangunan (Musrenbang) sesuai dengan tingkat administrasinya (Desa, Kecamatan,
Kota/Kabupaten dan Provinsi).
MUSRENBANGNAS
MUSRENBANG Provinsi
MUSRENBANG MUSRENBANG
RKPD/MUSRENBANGDA
Kabupaten Inklusif
MUSRENBANG Kecamatan
Partisipasi
Masyarakat/OPDis
50
b. Mekanisme kerja Forum Tematik Disabilitas dalam perencanaan dan penganggaran diatur sebagai
berikut:
Tabel 14. Mekanisme Kerja Forum Tematik Disabilitas Dalam Perencanaan dan Penganggaran Inklusif Disabilitas
Setelah tahapan perencanaan dan penganggaran dilakukan dan tersusun RKPD/RKA, maka tahap
berikutnya adalah penyelenggaraan kegiatan penghormatan, pelindungan dan pemenuhan hak
penyandang disabilitas oleh Perangkat Daerah atau bekerja sama dengan lembaga kemasyarakatan
(LKS/LSM).
Adapun mekanisme kerja Forum Tematik Disabilitas dalam penyelenggaraan pembangunan inklusif
disabilitas adalah sebagai berikut:
Gambar 11. Mekanisme Kerja Forum Tematik Disabilitas Dalam Penyelenggaraan Pembangunan Inklusif Disabilitas
51
3. Forum Tematik Disabilitas Dalam Pemantauan dan Evaluasi Pembangunan
Inklusif Disabilitas
a. Mekanisme kerja Forum Tematik Disabilitas dalam tahap ini berfokus untuk memastikan rencana
kegiatan telah terlaksana sesuai dengan waktu, anggaran, sasaran dan keluaran yang telah
ditetapkan.
b. Rencana kegiatan tahunan pada dasarnya merupakan turunan dari rencana kegiatan yang telah
ditetapkan di dalam RAD PD Provinsi.
c. Pemantauan dan evaluasi terhadap rencana kegiatan tahunan (RKPD/RKA) ini sekaligus
merupakan pemantauan terhadap penyelenggaraan RAD PD Provinsi.
d. Dalam melaksanakan pemantauan dan evaluasi, mekanisme kerja dari Forum Tematik Disabilitas
adalah sebagai berikut:
Gambar 12. Mekanisme Kerja Forum Tematik Disabilitas Dalam Pemantauan dan Evaluasi Pembangunan Inklusif
Disabilitas
a. Partisipasi dan keterlibatan penyandang disabilitas di dalam proses pembangunan memerlukan upaya-
upaya penguatan kapasitas bagi penyandang disabilitas. Hal ini dimaksudkan agar penyandang disabilitas
dapat berkontribusi secara bermakna, baik di dalam perencanaan, penyelenggaraan, maupun dalam
pemantauan dan evaluasi.
b. Perlu disepakati tentang penguatan kapasitas yang dibutuhkan oleh penyandang disabilitas agar dapat
terlibat secara aktif dalam perencanaan, penyelenggaraan, maupun dalam pemantauan dan evaluasi.
c. Penguatan kapasitas dapat dilakukan oleh anggota Forum Tematik Disabilitas atau dari pihak-pihak lain.
d. Penguatan kapasitas perlu dilakukan secara rutin agar kapasitas anggota Forum Tematik Disabilitas
semakin meningkat.
e. Beberapa topik atau ketrampilan yang dibutuhkan dalam kegiatan penguatan kapasitas bagi anggota
Forum Tematik Disabilitas, antara lain:
52
6. Penandaan Anggaran dan Pemetaan Kodefikasi, Klasifikasi dan
Nomenklatur Perencanaan Pembangunan dan Keuangan Daerah
7. Penyusunan Pernyataan Anggaran Disabilitas
8. Metode Pemantauan dan Evaluasi
9. Teknis Fasilitasi Diskusi atau Lokakarya
f. Untuk memastikan keterlibatan dan partisipasi aktif dari penyandang disabilitas, pelaksanaan Forum
Tematik Disabilitas harus mempertimbangkan aksesibilitas peserta karena akan melibatkan penyandang
disabilitas dengan ragam disabilitas yang berbeda-beda.
g. Pelaksanaan forum-forum diskusi tidak hanya sebatas pertemuan secara langsung saja, tetapi dapat
memanfaatkan perkembangan teknologi dengan menggunakan metode kombinasi antara daring dan
luring (tatap muka) agar tetap dapat mengikutsertakan peserta diskusi yang tidak bisa datang secara
langsung.
h. Ketersediaan pendamping dan juru bahasa isyarat juga harus ada agar semua peserta dapat mengikuti
diskusi secara penuh.
i. Lokasi pelaksanaan forum diskusi perlu mempertimbangkan juga kemudahan bagi para peserta diskusi
yang akan hadir secara langsung, baik dari sisi jarak maupun kondisi tempat pertemuannya.
j. Upaya-upaya tersebut dimaksudkan untuk memastikan tiap anggota Forum Tematik Disabilitas dapat
terlibat secara aktif dan bermakna dalam tiap tahap perencanaan pembangunan.
k. Konsekuensi yang ada pada Bappeda terkait dengan adanya Forum Tematik Disabilitas adalah
menetapkan secara jelas kebutuhan penguatan kapasitas, sekaligus memberikan dukungan
pembiayaannya melalui penetapan Surat Keputusan Pembentukan Forum Tematik Disabilitas.
53
V. PENYUSUNAN PERATURAN
GUBERNUR RENCANA AKSI DAERAH
PENYANDANG DISABILITAS
PROVINSI
a. Mengacu pada Peraturan Menteri PPN/Kepala Bappenas RI Nomor 03 Tahun 2021, RAD PD Provinsi akan
diundangkan dengan Peraturan Gubernur agar memiliki kekuatan hukum yang mengikat untuk
dilaksanakan secara lintas sektor.
b. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan
mengatur bahwa pembentukan suatu produk hukum harus memenuhi kaidah-kaidah, antara lain: (1)
tertib materi muatan; (2) tertib proses pembentukan; (3) tertib asas hukum; dan (4) tertib implementasi.
Hal ini juga berlaku untuk pembentukan Peraturan Gubernur yang merupakan produk hukum daerah8.
c. Ketentuan pembentukan produk hukum daerah secara khusus diatur dalam Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 120 Tahun 2018 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 80
Tahun 2015 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah.
d. Peraturan tersebut mengatur bahwa mekanisme pembentukan produk hukum daerah harus melalui 5
(lima) tahapan, yakni:
1. PERENCANAAN
5.
2. PENYUSUNAN
PENGUNDANGAN
4.
3. PEMBAHASAN
PENETAPAN
e. Berdasarkan mekanisme pembentukan produk hukum daerah tersebut, dalam hal pembentukan
Peraturan Gubernur RAD PD Provinsi dijelaskan per tahapannya sebagai berikut:
8Produk Hukum Daerah adalah produk hukum berbentuk peraturan meliputi Perda atau nama lainnya, Perkada, Peraturan DPRD dan
berbentuk keputusan meliputi Keputusan Kepala Daerah, Keputusan DPRD, Keputusan Pimpinan DPRD dan Keputusan Badan Kehormatan
DPRD.
54
5.1. Perencanaan Penyusunan Peraturan Gubernur Rencana Aksi
Daerah Penyandang Disabilitas Provinsi
a. Pada tahap perencanaan Peraturan Gubernur RAD PD Provinsi, berikut ini beberapa dasar hukum yang
dapat menjadi acuan:
1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah;
2. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan;
3. Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun 2014 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 12 Tahun
2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan;
4. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pembentukan Produk Hukum
Daerah; dan
5. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 120 Tahun 2018 tentang Perubahan Atas Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 80 Tahun 2015 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah.
b. Dalam pasal (239) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 dinyatakan bahwa dalam perencanaan
penyusunan Peraturan Daerah/Peraturan Kepala Daerah (Perda/Perkada) harus melalui tahapan
penetapan Program Pembentukan Peraturan Daerah9 (Propemperda/Propemperkada) terlebih dahulu.
Hal ini juga diatur pada pasal 34 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 bahwa penyusunan
Propemperda dilaksanakan oleh DPRD dan Pemerintah Daerah, dan ditetapkan untuk jangka waktu 1
(satu) tahun berdasarkan skala prioritas pembentukan Rancangan Perda. Propemperda/Propemperkada
ini dilakukan setiap tahun sebelum penetapan RPD tentang APBD.
c. Pada tahapan perencanaan penyusunan Peraturan Gubernur RAD PD Provinsi:
1. Tim Koordinasi RAD PD Provinsi/Bappeda Provinsi menyampaikan rancangan Peraturan Gubernur
RAD PD Provinsi kepada Biro Hukum Sekretariat Daerah dengan berkonsultasi kepada Direktorat
Produk Hukum Daerah Kemendagri.
2. Pembahasan rancangan Peraturan Gubernur tersebut dalam rangka harmonisasi dan sinkronisasi
dengan melibatkan dinas/badan pemrakarsa dan yang terkait. Hal ini sebagaimana diatur dalam
pasal 36 ayat (3) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 bahwa mekanisme penyusunan
Propemperda/Propemperkada di lingkungan Pemerintah Daerah (Provinsi dan Kabupaten/Kota)
adalah Biro Hukum/Bagian Hukum.
3. Biro Hukum/Bagian Hukum selanjutnya mengkoordinasikan penyusunan rancangan
Propemperda/Propemperkada dan dapat mengikutsertakan instansi vertikal terkait dan tata
caranya diatur dengan Peraturan Kepala Daerah.
4. Hasil koordinasi ini disepakati menjadi Propemperda (Provinsi/Kab/Kota).
Pada tahap ini, Tim Koordinasi RAD PD Provinsi/Bappeda Provinsi menyiapkan Rancangan Peraturan
Gubernur RAD PD Provinsi. Berdasarkan Peraturan Menteri PPN/Kepala Bappenas RI Nomor 03 Tahun
2021, substansi pokok yang sekurang-kurangnya harus tercantum dalam Peraturan Gubernur RAD PD
Provinsi adalah sebagai berikut:
9 Dalam pasal 1 (10) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011, dinyatakan bahwa Program Pembentukan Perda (dulu bernama Program
Legislasi Daerah) adalah instrumen perencanaan program pembentukan Peraturan Daerah Provinsi atau Peraturan Daerah Kabupaten/ Kota
yang disusun secara terencana, terpadu, dan sistematis.
55
Tabel 16. Substansi Pokok Dalam Rancangan Peraturan Gubernur Rencana Aksi Daerah Penyandang Disabilitas Provinsi
BAB Keterangan
I. Ketentuan Umum Substansi ini mengenai ketentuan-ketentuan umum yang
tercantum dalam peraturan.
II. Penyelenggaraan Rencana Aksi Substansi ini mengenai kedudukan RAD PD Provinsi, penentuan
Daerah Penyandang Disabilitas penyelenggara RAD PD Provinsi, serta tugas dan fungsi dari
Provinsi penyelenggara.
III. Mekanisme Perencanaan dan Substansi ini mengenai prosedur dan mekanisme perencanaan dan
Penganggaran Bagi Perangkat penganggaran inklusif disabilitas yang muatannya juga telah
Daerah disebutkan dalam Peraturan Menteri PPN/Bappenas Nomor 3
Tahun 2021, dan akan dilakukan oleh Perangkat Daerah Provinsi,
termasuk Pemerintah Kabupaten/Kota.
IV. Mekanisme Pemantauan, Substansi ini mengenai prosedur dan mekanisme evaluasi terhadap
Evaluasi, dan Pelaporan Terhadap pelaksanaan RAD PD Provinsi yang dilaksanakan oleh Perangkat
Rencana Aksi Daerah Penyandang Daerah Provinsi, termasuk Pemerintah Kabupaten/Kota.
Disabilitas Provinsi
V. Pelibatan dan Partisipasi Substansi ini mengenai mekanisme pelibatan penyandang
Penyandang Disabilitas disabilitas dalam proses perencanaan dan pembangunan di tingkat
Provinsi.
Lampiran 1. Naskah Rencana Aksi Lampiran ini merupakan naskah RAD PD Provinsi yang berisi latar
Daerah Penyandang Disabilitas belakang penyusunan, Analisis Inklusif Disabilitas, serta kondisi
Provinsi hambatan dan kebutuhan di daerah.
Lampiran 2. Pernyataan Anggaran Lampiran ini merupakan Pernyataan Anggaran Disabilitas di tingkat
Disabilitas Daerah Provinsi sebagaimana telah diatur dalam Lampiran III Peraturan
Menteri PPB/Bappenas Nomor 3 Tahun 2021 dan telah dijelaskan
dalam Panduan Penyusunan RAD PD Provinsi ini.
Lampiran 3. Form Evaluasi Lampiran ini merupakan form evaluasi untuk pelaksanaan RAD PD
Pelaksanaan Rencana Aksi Daerah Provinsi sebagaimana telah tercantum dalam Lampiran IV
Penyandang Disabilitas Provinsi Peraturan Menteri PPN/Bappenas Nomor 3 Tahun 2021.
a. Ketentuan dalam pembahasan rancangan Peraturan Gubernur berdasarkan pasal 79 hingga 82 Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 120 Tahun 2018 adalah sebagai berikut:
1. Gubernur membentuk Tim Pembahasan Rancangan Peraturan Gubernur yang ditetapkan dengan
Keputusan Gubernur.
2. Struktur tim tersebut terdiri dari Perangkat Daerah pemrakarsa sebagai Ketua, Kepala Biro
Hukum/atau nama lainnya sebagai Sekretaris, dan anggota tim yang disesuaikan dengan
kebutuhan. Ketua Tim juga dapat berasal dari Pejabat yang ditunjuk oleh Pimpinan Perangkat
Daerah.
3. Gubernur melakukan pembahasan rancangan Peraturan Gubernur bersama dengan Perangkat
Daerah pemrakarsa.
4. Selama proses pembahasan, Tim akan memberikan paraf koordinasi pada tiap halaman rancangan
Peraturan Gubernur yang telah selesai dibahas untuk diajukan kepada Gubernur melalui Sekretaris
Daerah.
5. Sekretaris Daerah dapat melakukan perubahan dan/atau penyempurnaan terhadap rancangan
Peraturan Gubernur tersebut. Jika ada perubahan dan/atau penyempurnaan, Sekretaris Daerah
akan mengembalikannya kepada Pimpinan Perangkat Daerah pemrakarsa.
6. Perubahan dan/atau penyempurnaan rancangan tersebut akan kembali dibahas oleh Tim
Pembahas dan diberikan paraf koordinasi di setiap halamannya untuk disampaikan kepada
Sekretaris Daerah melalui Pimpinan Perangkat Daerah pemrakarsa.
56
7. Rancangan Peraturan Gubernur yang telah siap untuk ditetapkan akan diberikan paraf koordinasi
oleh Sekretaris Daerah pada tiap halamannya dan disampaikan ke Gubernur untuk ditetapkan.
8. Ketentuan mengenai pembahasan rancangan Peraturan Gubernur sebagaimana telah dijelaskan
tersebut berlaku secara mutatis mutandis (dengan perubahan-perubahan yang diperlukan)
terhadap pembahasan rancangan Peraturan Bupati/Wali Kota.
b. Berdasarkan penjelasan mengenai mekanisme pembahasan rancangan Peraturan Gubernur tersebut,
secara ringkas dapat diilustrasikan seperti berikut ini:
Sekretaris Daerah
Perubahan dan/atau Penyempurnaan Rancangan Pergub oleh Sekda
Gubernur
Gambar 14. Alur Pembahasan Rancangan Peraturan Gubernur Rencana Aksi Daerah Provinsi Penyandang Disabilitas Provinsi
a. Rencana Aksi Daerah Penyandang Disabilitas Provinsi akan ditetapkan dengan Peraturan Gubernur
setelah melalui pembahasan sesuai dengan ketentuan perundangan yang berlaku. Dalam Peraturan
Menteri PPN/Bappenas Nomor 3 Tahun 2021 dinyatakan bahwa RAD PD Provinsi ditetapkan paling
lambat 2 (dua) tahun setelah Peraturan Menteri PPN/Bappenas Nomor 3 Tahun 2021 disahkan.
b. Ketentuan penetapan Peraturan Gubernur RAD PD Provinsi mengacu pada pasal 110 Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 120 Tahun 2018 bahwa rancangan Perkada yang telah dilakukan pembahasan
disampaikan kepada Kepala Daerah untuk dilakukan penetapan dan pengundangan. Jika Kepala Daerah
berhalangan sementara atau berhalangan tetap, penandatanganan rancangan Perkada dilakukan oleh
Pelaksana Tugas, Pelaksana Harian, Penjabat Sementara atau Penjabat Kepala Daerah.
Peraturan Gubernur RAD PD Provinsi yang telah ditetapkan (ditandatangani oleh Gubernur) akan
diundangkan dalam Lembaran Daerah yang merupakan penerbitan resmi Pemerintah Daerah dan
57
pengundangan dilakukan oleh Sekretaris Daerah. Hal ini sebagaimana telah diatur dalam Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 120 Tahun 2018.
58
VI. PENUTUP
Panduan Penyusunan RAD PD Provinsi merupakan acuan bagi Pemerintah Daerah Provinsi untuk
menghasilkan naskah RAD PD Provinsi yang selaras dengan kebijakan nasional dan daerah. Untuk
meningkatkan pemahaman Pemerintah Daerah terkait penyusunan RAD PD Provinsi, perlu dilakukan
sosialisasi dan diseminasi baik oleh Kementerian PPN/Bappenas selaku Tim Koordinator Rencana Aksi
Nasional Penyandang Disabilitas dan Kementerian Dalam Negeri selaku penanggungjawab Rencana Aksi
Daerah Penyandang Disabilitas Provinsi
Dengan mengacu pada panduan ini, Pemerintah Daerah Provinsi diharapkan akan dapat menyusun RAD
PD Provinsi yang komprehensif dengan mempertimbangkan konsep pemenuhan hak dan pembangunan
multi-sektoral dengan tetap mempertimbangkan aspek-aspek pembangunan berkelanjutan, serta
melibatkan partisipasi dan kerja sama dengan para pihak terkait, termasuk penyandang disabilitas.
Penyusunan RAD PD Provinsi yang sesuai dengan peraturan dan petunjuk yang berlaku akan
memudahkan Pemerintah dalam pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi pelaksanaan RAD PD Provinsi
tersebut. Dengan demikian, pemerintah mampu mewujudkan pembangunan inklusif disabilitas dan
meningkatkan jangkauan manfaat dari program dan kegiatan bagi penyandang disabilitas sehingga para
penyandang disabilitas dapat berpartisipasi dalam berbagai kegiatan tanpa adanya hambatan dan
diskriminasi.
59
VII. REFERENSI
[1] International Classification of Functioning, Disability and Health: ICP, 2547.
[2] Panduan Memantau Pemenuhan Hak-Hak Disabilitas. Jaringan Pegiat dan Organisasi Disabilitas
Indonesia. 2021.
Rujukan Kebijakan:
60
Lampiran 1. Data dan Informasi, Metode Pengumpulan, dan Sumbernya Untuk
Penyusunan Rencana Aksi Daerah Penyandang Disabilitas Provinsi
61
Informasi yang Diperlukan
Metode Pengumpulan Sumber Informasi
Tema Jenis Data
4) Tantangan dan
hambatan.
5) Faktor pendukung dan
potensi di daerah
6) Persepsi kesenjangan.
7) Mekanisme
pelibatan/partisipasi
penyandang
disabilitas.
Pemangku Kepentingan 1) Jenis lembaga Pemetaan Lembaga 1) Dinas/Badan
dalam Permasalahan dan 2) Program yang 2) OPDis/LSM
Pelayanan dilaksanakan 3) Mitra Pembangunan
3) Produk regulasi yang
dihasilkan
4) Sumber daya yang
dimiliki
62
Lampiran 2. Matriks Hasil Analisis Kesenjangan Disabilitas
1 2 3 4 5
Estimasi Penyandang Disabilitas Terdampak
Identifikasi Kesenjangan Isu Disabilitas
Masalah Faktor Penyebab
Permasalahan Pokok JK Umur Ragam Disabilitas
Masalah Strategis Kesenjangan
di Tiap Bidang
Akses Kontrol Partisipasi Manfaat
1 2 1 2 3 1 2 3 4 5
Internal Eksternal
Urusan Pemerintahan Wajib yang Berkaitan Dengan Pelayanan Dasar - Bidang Pendidikan
Urusan Pemerintahan Wajib yang Berkaitan Dengan Pelayanan Dasar - Bidang Kesehatan
Urusan Pemerintahan Wajib yang Berkaitan Dengan Pelayanan Dasar - Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang
Urusan Pemerintahan Wajib yang Berkaitan Dengan Pelayanan Dasar - Bidang Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman
Urusan Pemerintahan Wajib yang Berkaitan Dengan Pelayanan Dasar - Bidang Ketentraman dan Ketertiban Umum Serta Perlindungan Masyarakat
Urusan Pemerintahan Wajib yang Berkaitan Dengan Pelayanan Dasar - Bidang Sosial
Urusan Pemerintahan Wajib yang Tidak Berkaitan Dengan Pelayanan Dasar - Bidang Tenaga Kerja
Urusan Pemerintahan Wajib yang Tidak Berkaitan Dengan Pelayanan Dasar - Bidang Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
Urusan Pemerintahan Wajib yang Tidak Berkaitan Dengan Pelayanan Dasar - Bidang Administrasi Kependudukan dan Pencatatan Sipil
Urusan Pemerintahan Wajib yang Tidak Berkaitan Dengan Pelayanan Dasar - Bidang Pemberdayaan Masyarakat dan Desa
Urusan Pemerintahan Wajib yang Tidak Berkaitan Dengan Pelayanan Dasar - Bidang Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana
Urusan Pemerintahan Wajib yang Tidak Berkaitan Dengan Pelayanan Dasar - Bidang Perhubungan
Urusan Pemerintahan Wajib yang Tidak Berkaitan Dengan Pelayanan Dasar - Bidang Komunikasi dan Informatika
Urusan Pemerintahan Wajib yang Tidak Berkaitan Dengan Pelayanan Dasar - Bidang Kepemudaan dan Olah Raga
Urusan Pemerintahan Wajib yang Tidak Berkaitan Dengan Pelayanan Dasar - Bidang Statistik
Urusan Pemerintahan Wajib yang Tidak Berkaitan Dengan Pelayanan Dasar - Bidang Kebudayaan
63
Unsur Pendukung Urusan Pemerintahan - Bidang Sekretariat Daerah
Keterangan
Kolom 1. Permasalahan Pokok di Tiap Bidang (permasalahan yang ditemukan di bidang tertentu)
~ Isikan hasil identifikasi masalah-masalah yang selama ini masih dihadapi oleh penyandang disabilitas untuk tiap bidang/sektor.
~ Identifikasi masalah diperoleh dari FGD atau Konsultasi Publik
Kolom 2. Masalah Strategis (inti dari berbagai permasalahan pokok, dapat masalah per bidang atau lintas bidang)
~ Isikan masalah-masalah yang dianggap strategis berdasarkan daftar masalah pokok pada Kolom 1.
~ Masalah strategis ini dapat merupakan masalah di bidang/sektor tertentu atau dapat berupa masalah yang terkait lintas sektor.
~ Isikan data estimasi (%) penyandang disabilitas yang terdampak masalah berdasarkan tiap-tiap masalah strategis yang telah teridentifikasi.
~ Besaran dari data estimasi ini merupakan kesepakatan dalam konsultasi publik dengan mengacu pada data pembuka wawasan yang ada.
Kode (1) = Anak (5 – 17 tahun) Kode (5) = Disabilitas Ganda (> 1 jenis disabilitas)
Kode (2) = Dewasa (18 – 59 tahun)
Kode (3) = Lansia (> 60 tahun)
~ Analisis data dengan memperhatikan 4 (empat) domain kesenjangan, yaitu: akses, kontrol, partisipasi, dan manfaat.
Akses (peluang atau kesempatan dalam memperoleh atau menggunakan sumber daya)
a) Dibandingkan dengan masyarakat non penyandang disabilitas, seberapa jauh penyandang disabilitas memiliki kesempatan untuk mem eroleh informasi tentang pelayanan
kesejahteraan sosial dan pelayanan publik?
b) Dibandingkan dengan masyarakat non penyandang disabilitas, seberapa jauh penyandang disabilitas memiliki kapasitas untuk dapat memeroleh informasi tersebut?
c) Dibandingkan dengan masyarakat non penyandang disabilitas, seberapa jauh penyandang disabilitas memiliki peluang untuk memperoleh pelayanan kesejahteraan sosial
dan pelayanan publik?
d) Seberapa jauh penyampaian informasi, mekanisme, dan sistem pelayanan, serta sarana dan prasarana dapat menjangkau penyandang disabilitas dengan ragam disabilitas
yang bervariasi?
Kontrol (penguasaan atau wewenang atau kekuatan untuk mengendalikan hasil keputusan)
64
a) Dibandingkan dengan masyarakat non penyandang disabilitas, seberapa jauh penyandang disabilitas terlibat dalam pengawasan atau pemantauan penyelenggaraan
pelayanan kesejahteraan sosial dan publik?
b) Seberapa jauh keterlibatan penyandang disabilitas dalam pemantauan dan pengawasan penyelenggaraan pelayanan publik sudah mewakili semua ragam disabilitas, usia,
dan jenis kelamin yang ada?
c) Dalam posisi apa saja, penyandang disabilitas terlibat dalam proses pemantauan atau pengawasan penyelenggaraan pelayanan publ ik?
Partisipasi (keikutsertaan seseorang/kelompok dalam suatu kegiatan dan atau dalam pengambilan keputusan)
a) Dibandingkan dengan masyarakat non penyandang disabilitas, seberapa jauh penyandang disabilitas telah dilibatkan dalam proses perencanaan, pelaksanaan, monitoring
dan evaluasi program dan anggaran?
b) Seberapa jauh keterlibatan penyandang disabilitas dalam pengambilan keputusan tersebut sudah mewakili semua ragam disabilitas, usia dan jenis kelamin yang ada?
c) Seberapa jauh keterlibatan penyandang disabilitas dalam pengambilan keputusan tersebut merupakan partisipasi yang bermakna?
Manfaat (kegunaan sumber daya yang dapat dinikmati secara optimal)
a) Dibandingkan dengan masyarakat non penyandang disabilitas, seberapa jauh penyandang disabilitas memperoleh manfaat atas pelayanan publik atau kesejahteraan
sosial yang diterima?
b) Seberapa jauh manfaat yang diperoleh penyandang disabilitas dari pelayanan publik atau kesejahteraan sosial telah mencerminka n ragam disabilitas, usia, dan jenis
kelamin yang ada?
~ Isikan faktor penyebab dari kesenjangan-kesenjangan yang berhasil diidentifikasi, apakah berupa faktor internal atau eksternal.
Faktor internal
berasal dari institusi yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan, kapasitas institusi, kebijakan yang telah dibuat, pemahaman dan keterampilan sumber daya manusia
terkait dengan strategi isu disabilitas dalam pembangunan.
Faktor eksternal
berasal dari masyarakat untuk melihat pengaruhnya terhadap penanganan masalah kesejahteraan penyandang disabilitas, misalnya permasalahan stigma dan
diskriminasi.
65
Lampiran 3. Target Capaian, Kegiatan, dan Indikator Capaian Dalam Rencana Aksi
Daerah Penyandang Disabilitas Provinsi
66
Strategi Implementasi Target Capaian Kegiatan Indikator Capaian
(sensitivitas disabilitas) kementerian/lembaga dan disabilitas dalam program pelatihan bagi seluruh Aparatur
dalam program pendidikan pemerintah daerah. pendidikan dan pelatihan Sipil Negara Pemerintah Daerah.
dan pelatihan Aparatur Sipil bagi seluruh Aparatur Sipil Program pendidikan dan
Negara K/L dan Pemerintah Negara Pemerintah Daerah. pelatihan Aparatur Sipil Negara
Daerah. Pemerintah Daerah
menggunakan modul/kurikulum
sensitivitas disabilitas.
2). Mengembangkan standar Tersedianya fasilitas dan layanan Pengembangan standar Tersedianya standar operasional
operasional penyediaan publik yang mudah diakses oleh operasional dan penyediaan dan fasilitas layanan publik
fasilitas dan layanan publik penyandang disabilitas. layanan publik terkait terkait infrastruktur yang mudah
yang mudah diakses bagi infrastruktur yang mudah diakses oleh penyandang
penyandang disabilitas. diakses oleh penyandang disabilitas.
disabilitas.
3). Memastikan indikator Terselenggaranya layanan Pengarusutamaan prinsip Tersedianya Standar Pelayanan
Standar Pelayanan Minimal kebutuhan dasar yang mudah non diskriminatif terhadap Minimum di Pemerintah Daerah
sesuai dengan prinsip non diakses dan non diskriminatif penyandang disabilitas yang mengakomodir prinsip non
diskriminasi dan akomodasi terhadap penyandang disabilitas. dalam Standar Pelayanan diskrimintaif terhadap
yang layak bagi penyandang Minimal di Pemerintah penyandang disabilitas.
disabilitas. Daerah.
Tersedianya standar dan Asistensi dan Supervisi Terselenggaranya Asistensi dan
pedoman bagi pelayanan penerapan Standar Supervisi penerapan Standar
penanganan kebencanaan bagi Pelayanan Minimal bidang Pelayanan Minimal bidang
penyandang disabilitas sesuai Bencana di Pemerintah Bencana di Pemerintah Daerah.
dengan ketentuan Standar Daerah. Tersedianya standar dan
Pelayanan Minimal. pedoman pelayanan prasarana,
sarana dan utilitas permukiman
bagi penyandang disabilitas
sesuai dengan ketentuan
Standar Pelayanan Minimal.
4). Melaksanakan Terselenggaranya pemantauan Pemantauan dan evaluasi Progres perbaikan kualitas
pemantauan dan evaluasi dan evaluasi terhadap kualitas terhadap kualitas pelayanan layanan publik yang
pelaksanaan penyediaan pelayanan publik yang mudah publik yang mudah diakses berkelanjutan bagi disabilitas
layanan publik yang mudah diakses bagi penyandang bagi penyandang disabilitas. sesuai hasil evaluasi pelayanan
diakses oleh penyandang disabilitas. publik (PermenPANRB No. 17
disabilitas. Tahun 2017).
Terselenggaranya pemantauan
dan evaluasi terhadap kualitas
pelayanan publik yang mudah
diakses bagi penyandang
disabilitas di Pemerintah
Daerah.
Terselenggaranya audit terhadap Penyusunan laporan audit Tersedianya laporan audit
bangunan dan fasilitas publik yang terhadap bangunan dan terhadap bangunan dan fasilitas
mudah diakses bagi penyandang fasilitas publik yang mudah publik yang mudah diakses bagi
disabilitas. diakses bagi penyandang penyandang disabilitas.
disabilitas.
Kebijakan II.
Akses Permukiman yang Terjangkau dan Mudah Diakses bagi Penyandang Disabilitas
1). Meningkatkan dukungan Tersedianya permukiman yang Pengembangan kawasan Tersedianya permukiman yang
penyediaan permukiman mudah diakses oleh penyandang permukiman yang mudah mudah diakses oleh penyandang
yang layak, terjangkau, dan disabilitas. Akses meliputi jalan, diakses oleh penyandang disabilitas.
yang mudah diakses oleh ruang publik (ruang terbuka hijau disabilitas meliputi jalan,
penyandang disabilitas, dan tempat ibadah), serta sarana ruang publik (ruang terbuka
termasuk akses terhadap prasarana dan infrastuktur dasar hijau dan tempat ibadah),
energi dan listrik pada (air, sanitasi, serta energi dan serta sarana prasarana dan
perumahan bagi listrik). infrastuktur dasar (air,
penyandang disabilitas. sanitasi, serta energi dan
listrik).
Tersedianya fasilitasi pembiayaan Pengembangan program Terselenggaranya program
perumahan bagi penyandang fasilitasi pembiayaan fasilitasi pembiayaan
disabilitas dengan memanfaatkan perumahan bagi Penyandang perumahan bagi penyandang
program perumahan yang Disabilitas. disabilitas.
memberikan prioritas dan/atau
kemudahan bagi penyandang
disabilitas.
67
Strategi Implementasi Target Capaian Kegiatan Indikator Capaian
68
Strategi Implementasi Target Capaian Kegiatan Indikator Capaian
Penyediaan Sistem Komunikasi dan Informasi Publik yang Mudah Diakses, Andal, dan Responsif terhadap Kebutuhan Penyandang
Disabilitas
1). Menyusun kebijakan dan Tersedianya kebijakan dan Penyusunan pedoman Tersedianya pedoman layanan
standar operasional layanan standar operasional layanan layanan komunikasi dan komunikasi dan informasi publik
komunikasi dan informasi komunikasi dan informasi publik informasi publik melalui melalui website yang mudah
publik yang mudah diakses, melalui website yang mudah website yang mudah diakses, diakses, andal, dan responsif
andal, dan responsif diakses, andal, dan responsif andal, dan responsif terhadap kebutuhan
terhadap kebutuhan terhadap kebutuhan Penyandang terhadap kebutuhan Penyandang Disabilitas.
Penyandang Disabilitas. Disabilitas. Penyandang Disabilitas.
Tersedianya layanan komunikasi Pengembangan layanan Tersedianya layanan komunikasi
dan informasi publik yang mudah komunikasi dan informasi dan informasi publik yang
diakses, andal, dan responsif publik yang mudah diakses, mudah diakses, andal, dan
terhadap kebutuhan Penyandang andal, dan responsif responsif terhadap kebutuhan
Disabilitas. terhadap kebutuhan penyandang disabilitas.
penyandang disabilitas.
2). Meningkatkan kapasitas Tersedianya kurikulum pelatihan Penyusunan kurikulum Tersedianya kurikulum pelatihan
Penyandang Disabilitas sistem teknologi dan informasi pelatihan sistem teknologi sistem teknologi dan informasi
dalam mengakses informasi publik bagi Penyandang dan informasi publik bagi publik bagi penyandang
publik melalui pemanfaatan Disabilitas. penyandang disabilitas. disabilitas.
teknologi. Tersedianya pelatihan sistem Pengadaan pelatihan sistem Terselenggaranya pelatihan
teknologi dan informasi publik teknologi dan informasi sistem teknologi dan informasi
bagi Penyandang Disabilitas. publik bagi penyandang publik bagi penyandang
disabilitas. disabilitas.
Sasaran Strategis 3. Pelindungan hak dan akses politik dan keadilan bagi Penyandang Disabilitas
Kebijakan I.
Menjamin Hak Politik secara Penuh bagi Penyandang Disabilitas untuk Berpartisipasi dalam Pemilu tanpa Diskriminasi
1). Memastikan inklusifitas Tersedianya akses bagi Penjangkauan hak pilih bagi Seluruh penyandang disabilitas
bagi Penyandang Disabilitas Penyandang Disabilitas yang Penyandang Disabilitas memiliki hak pilih dan terdaftar
dalam setiap tahapan memiliki hak pilih untuk dapat dalam penyelenggaraan dalam DPT.
penyelenggaraan pemilihan menggunakan hak pilihnya dalam pemilihan umum.
umum tanpa diskriminasi. setiap tahapan penyelenggaraan
pemilihan umum tanpa
diskriminasi.
Tersedianya akses bagi Penjangkauan Penyandang Terdapat perwakilan
Penyandang Disabilitas untuk Disabilitas sebagai penyandang disabilitas sebagai
berpartisipasi sebagai penyelenggara pemilihan penyelenggara pemilihan umum.
penyelenggara pemilihan umum. umum.
Tersedianya Tempat Pemungutan Pembangunan akses tempat Seluruh Tempat Pemungutan
Suara yang dapat diakses oleh pemilihan umum yang ramah Suara dapat diakses oleh
Penyandang Disabilitas. disabilitas. Penyandang Disabilitas.
Tersedianya kebijakan yang Penyusunan kebijakan yang Tersedianya kebijakan yang
mengatur tentang partisipasi mengatur partisipiasi mengatur tentang partisipasi
Penyandang Disabilitas dalam penyandang disabilitas Penyandang Disabilitas dalam
pemilihan umum (sebagai pemilih dalam pemilihan umum. pemilihan umum.
dan penyelenggara pemilihan
umum.
2). Meningkatkan Tercapainya peningkatan jumlah Penjangkauan penyandang Keterwakilan penyandang
keterwakilan Penyandang Penyandang Disabilitas yang duduk disabilitas untuk menduduki disabilitas yang duduk dalam
Disabilitas dalam politik. dalam lembaga legislatif. lembaga legislatif. lembaga legislatif.
Sasaran Strategis 4. Pemberdayaan dan kemandirian Penyandang Disabilitas
Kebijakan I.
Meningkatkan Kapasitas Layanan Habilitasi dan Rehabilitas oleh Lembaga dan Masyarakat
1). Meningkatkan jumlah Tercapainya peningkatan jumlah Pemberi layanan habilitasi Terselenggaranya layanan
layanan habilitasi dan layanan habilitasi dan rehabilitasi dan rehabilitasi habilitasi dan rehabilitasi yang
rehabilitasi yang sudah yang menggunakan kurikulum dan menggunakan kurikulum dan menggunakan kurikulum dan
mengimplementasikan pedoman habilitasi dan pedoman habilitasi dan pedoman habilitasi dan
kurikulum dan pedoman rehabilitasi berbasis masyarakat. rehabilitasi berbasis rehabilitasi berbasis masyarakat,
habilitasi dan rehabilitasi masyarakat. termasuk penyelenggaraan
berbasis masyarakat. penyediaan alat bantu.
Sasaran Strategis 5. Pewujudan ekonomi inklusif bagi Penyandang Disabilitas
Kebijakan I.
Memperkuat Pemahaman tentang Ketenagakerjaan Inklusif pada K/L, Pemda, BUMN, BUMD, dan Swasta di Seluruh Sektor
1). Menyusun modul Tersusunnya modul pelatihan Pengembangan modul Tersedianya modul pelatihan
pelatihan sensitivitas sensitivitas disabilitas yang panduan pelayanan bagi sensitivitas disabilitas yang
disabilitas yang digunakan digunakan sebagai standar pemberi layanan di digunakan sebagai standar
sebagai standar pemberian pemberian edukasi oleh lingkungan Pemda yang pemberian edukasi oleh pemda
edukasi oleh kementerian/lembaga, di seluruh sektor.
69
Strategi Implementasi Target Capaian Kegiatan Indikator Capaian
70
Strategi Implementasi Target Capaian Kegiatan Indikator Capaian
4). Mendorong partisipasi Terlaksananya sosialisasi dan Sosialisasi dan advokasi bagi Jumlah sosialisasi dan advokasi
perusahaan untuk advokasi bagi BUMN, BUMD, dan BUMN, BUMD, dan bagi BUMN dan BUMD terkait
mendukung Penyandang perusahaan swasta terkait perusahaan swasta terkait penggunaan dana Tanggung
Disabilitas. penggunaan dana Tanggung penggunaan dana Tanggung Jawab Sosial Lingkungan/TJSL
Jawab Sosial Lingkungan/TJSL Jawab Sosial (Corporate Sosial
(Corporate Sosial Lingkungan/TJSL (Corporate Responsibility/CSR) bagi
Responsibility/CSR) bagi Sosial Responsibility/CSR) Penyandang Disabilitas.
Penyandang Disabilitas. bagi Penyandang Disabilitas.
Tercapainya peningkatan jumlah Penyaluran dana TJSL/CSR Jumlah BUMN, BUMD, dan
Badan Usaha Milik Negara, Badan dari BUMN, BUMD dan perusahaan swasta yang
Usaha Milik Daerah, dan perusahaan swasta yang melaksanakan dana Tanggung
perusahaan swasta yang menjangkau penyandang Jawab Sosial Lingkungan/TJSL
melaksanakan dana Tanggung disabilitas. (Corporate Sosial
Jawab Sosial Lingkungan/TJSL Responsibility/CSR) untuk
(Corporate Sosial mendukung Penyandang
Responsibility/CSR) untuk Disabilitas.
mendukung Penyandang
Disabilitas.
5). Melaksanakan Tersedianya laporan tahunan yang Penyusunan pelaporan Tersedianya Laporan Pengadaan
pemantauan dan evaluasi mencakup jumlah kinerja berdasarkan CASN (di dalamnya memuat
terhadap pelaksanaan kementerian/lembaga, Badan pelaksanaan standar laporan dari BKN mengenai
pedoman dan standar Usaha Milik Negara, Badan Usaha operasional yang sensitif jumlah formasi khusus
operasional Milik Daerah, dan perusahaan disabilitas di bidang disabilitas yang terisi di K/L/D).
ketenagakerjaan disabilitas. swasta yang dipantau terkait ketenagakerjaan oleh K/L,
kesesuaian pelaksanaan pedoman Pemda, BUMN, BUMD dan
dan standar operasional swasta sesuai pedoman yang
ketenagakerjaan disabilitas. telah ditetapkan.
Sasaran Strategis 6. Pendidikan dan Keterampilan bagi Penyandang Disabilitas
Kebijakan I.
Memperkuat kemampuan institusi pendidikan dan tenaga pendidik untuk memberikan layanan pendidikan inklusif bagi
Penyandang Disabilitas
1). Mengadakan pelatihan/ Tercapainya peningkatan jumlah Pengadaan pelatihan Tenaga pendidik, calon tenaga
pendidikan bagi tenaga tenaga pendidik, calon tenaga layanan pendidikan inklusif pendidik, dan tenaga
pendidik, calon tenaga pendidik, dan tenaga bagi calon tenaga pendidik, kependidikan bagi peserta didik
pendidik, dan tenaga kependidikan yang memiliki dan tenaga pendidik. Penyandang Disabilitas
kependidikan tentang kompetensi dalam memenuhi meningkat setiap tahun.
layanan pendidikan inklusif kebutuhan Penyandang Disabilitas
dari tingkat Pendidikan di lingkungan sekolah.
Anak Usia Dini, dasar,
menengah, dan pendidikan
tinggi Penyandang
Disabilitas.
2). Menyediakan fasilitas Tercapainya peningkatan jumlah Penjangkauan Penyusunan Tersedianya Peraturan Daerah di
dan layanan belajar daerah yang memiliki Peraturan Peraturan Daerah tentang tingkat Provinsi dan
mengajar yang mudah Daerah yang mengatur tentang pendidikan inklusif bagi Kabupaten/Kota tentang
diakses danpenyediaan pendidikan inklusif bagi Penyandang Disabilitas. pendidikan inklusif bagi
akomodasi yang layak di Penyandang Disabilitas. Penyandang Disabilitas.
seluruh tingkatan Tersedianya standar atas lembaga Pengembangan kebijakan Tersusunnya standar atas
pendidikan bagi Penyandang pendidikan yang inklusif bagi terkait standar pelaksanaan lembaga pendidikan yang
Disabilitas. Penyandang Disabilitas pendidikan inklusif inklusif bagi Penyandang
(ketersediaan sarana prasarana, Penyandang Disabilitas. Disabilitas sesuai dengan
tenaga pendidik, dan tenaga ketentuan mengenai Standar
profesional) sesuai dengan Pelayanan Minimal.
ketentuan mengenai
Standar Pelayanan
Minimal.
Tercapainya peningkatan jumlah Penyediaan fasilitas belajar Lembaga pendidikan yang
lembaga pendidikan yang mengajar yang mudah menyediakan fasilitas belajar
menyediakan fasilitas belajar diakses oleh Penyandang mengajar yang mudah diakses
mengajar yang mudah diakses Disabilitas. Penyandang Disabilitas sesuai
Penyandang Disabilitas sesuai dengan Standar Pelayanan
dengan ketentuan mengenai Minimal meningkat setiap
Standar Pelayanan Minimal. tahun.
71
Strategi Implementasi Target Capaian Kegiatan Indikator Capaian
72
Strategi Implementasi Target Capaian Kegiatan Indikator Capaian
1). Mendorong peningkatan Tercapainya penguatan Penguatan pemahaman dan Terselenggaranya penguatan
partisipasi Penyandang pemahaman dan kapasitas kapasitas pemahaman dan kapasitas
Disabilitas dalam berbagai kementerian/lembaga, dan kementerian/lembaga, dan Kementerian/Lembaga, dan
kompetisi bidang seni dan pemerintah daerah dalam Pemerintah Daerah dalam Pemerintah Daerah dalam
olahraga di tingkat daerah, mengembangkan potensi mengembangkan potensi mengembangkan potensi
nasional, dan internasional Penyandang Disabilitas di bidang Penyandang Disabilitas di Penyandang Disabilitas di bidang
seni dan olahraga. bidang seni dan olahraga. seni dan olahraga.
Tercapainya peningkatan jumlah Penjangkauan program Terlaksananya program
program pengembangan potensi pengembangan potensi pengembangan potensi
Penyandang Disabilitas di Penyandang Disabilitas di Penyandang Disabilitas di bidang
bidang seni dan olahraga. bidang seni dan olahraga. seni dan olahraga.
Tercapainya peningkatan jumlah Penjangkauan keikutsertaan Penyandang Disabilitas yang
Penyandang Disabilitas dalam Penyandang Disabilitas mengikuti kompetisi bidang seni
mengikuti kompetisi dalam kompetisi bidang seni dan olahraga meningkat setiap
bidang seni dan olahraga. dan olahraga. tahun.
Tercapainya peningkatan jumlah Pelaksanaan kompetisi rutin Terlaksana kompetisi bagi
fasilitasi kompetisi bidang seni di bidang seni dan olahraga Penyandang Disabilitas di bidang
dan olahraga bagi Penyandang bagi Penyandang Disabilitas. seni dan olahraga.
Disabilitas.
Tersedianya pelatih, instruktur, Perekrutan pelatih, Tersedianya pelatih, instruktur,
serta pembina seni dan olahraga instruktur, dan pembina seni serta pembina seni dan olahraga
untuk Penyandang Disabilitas. dan olahraga untuk untuk Penyandang Disabilitas.
Penyandang Disabilitas.
Sasaran Strategis 7. Akses dan pemerataan layanan kesehatan bagi Penyandang Disabilitas
Kebijakan I.
Peningkatan Kemampuan Penyedia Layanan Kesehatan Untuk Memenuhi Kebutuhan Penyandang Disabilitas
1). Memasukkan indikator Tersedianya pedoman pelayanan Penyusunan pedoman Tersusunnya pedoman
pelayanan Penyandang kesehatan yang akomodatif bagi pelayanan kesehatan yang pelayanan kesehatan yang
Disabilitas dalam Penyandang Disabilitas sesuai akomodatif bagi Penyandang akomodatif bagi Penyandang
akreditasi fasilitas Standar Pelayanan Minimal Disabilitas. Disabilitas sesuai Standar
kesehatan. bidang kesehatan. Pelayanan Minimal bidang
kesehatan.
Terlaksananya keterlibatan Penyediaan ruang partisipasi Setiap proses akreditasi fasilitas
Penyandang Disabilitas dalam bagi Penyandang Disabilitas pelayanan kesehatan melibatkan
proses akreditasi fasilitas dalam proses akreditasi Penyandang Disabilitas.
pelayanan kesehatan. fasilitas pelayanan
kesehatan.
Tersedianya fasilitas Pembangunan fasilitas Tersedianya fasilitas pelayanan
pelayanan kesehatan primer dan kesehatan primer dan kesehatan primer dan rujukan
rujukan yang inklusif bagi rujukan yang inklusif bagi yang inklusif bagi Penyandang
Penyandang Disabilitas yang Penyandang Disabilitas. Disabilitas yang terakreditasi.
terakreditasi. Sosialisasi Rumah Sakit yang Tersedianya RS milik Pemerintah
memiliki Sarana, Prasarana, Daerah memenuhi Sarana,
dan Alat Kesehatan inklusif Prasarana, dan Alat Kesehatan
disabilitas sesuai standar. inklusif disabilitas sesuai
standar.
Penyediaan alat bantu Tersedianya alat bantu
disabilitas sesuai disabilitas sesuai kebutuhannya
kebutuhannya masing- masing-masing di fasilitas
masing di fasilitas pelayanan pelayanan kesehatan.
kesehatan.
2). Memberikan pelatihan Meningkatnya kapasitas tenaga Penguatan kapasitas bagi Terselenggaranya program
sensitivitas disabilitas dan kesehatan dalam memberikan tenaga kesehatan khusus pengembangan kapasitas tenaga
isu kesehatan Penyandang layanan ramah disabilitas. layanan ramah disabilitas. kesehatan dalam layanan ramah
Disabilitas untuk disabilitas.
Peningkatan kapasitas
tenaga kesehatan dalam
memberikan layanan
kesehatan ramah disabilitas.
Kebijakan II.
Pencegahan dan intervensi dini layanan kesehatan bagi Penyandang Disabilitas yang efektif dan komprehensif.
1). Meningkatkan pelayanan Meningkatnya jumlah fasilitas Percepatan pembangunan Fasilitas kesehatan yang
kesehatan seksual dan kesehatan yang menyediakan fasilitas kesehatan seksual menyediakan pelayanan
reproduksi Penyandang pelayanan kesehatan seksual dan dan reproduksi bagi kesehatan seksual dan
Disabilitas pada fasilitas reproduksi Penyandang Disabilitas Penyandang Disabilitas di reproduksi Penyandang
pelayanan kesehatan. di fasilitas pelayanan kesehatan. layanan kesehatan. Disabilitas meningkat setiap
tahun.
73
Strategi Implementasi Target Capaian Kegiatan Indikator Capaian
2). Meningkatkan layanan Meningkatnya jumlah fasilitas Percepatan pembangunan Fasilitas pelayanan kesehatan
deteksi dini bagi ibu, anak, pelayanan kesehatan yang layanan deteksi dini potensi yang menyediakan layanan
dan orang dewasa terhadap menyediakan layanan deteksi dini disabilitas di layanan deteksi dini bagi ibu, anak, dan
potensi disabilitas (seperti bagi ibu, anak, dan orang dewasa kesehatan. orang dewasa yang berpotensi
kondisi yang berpotensi disabilitas. disabilitas meningkat setiap
kehamilan, low vision, tahun.
kusta, dan sebagainya).
3). Meningkatkan Terlaksananya sosialisasi, Sosialisasi hak kesehatan Terselenggaranya sosialisasi,
pemahaman terhadap hak kampanye, serta pendidikan dan seksual dan reproduksi bagi kampanye, serta pendidikan dan
kesehatan seksual dan pelatihan tentang hak kesehatan Penyandang Disabilitas. pelatihan tentang hak kesehatan
reproduksi bagi Penyandang seksual dan reproduksi bagi seksual dan reproduksi bagi
Disabilitas. Penyandang Disabilitas. Penyandang Disabilitas.
Kebijakan III.
Perluasan Kesepertaan dan Manfaat Jaminan Kesehatan Nasional bagi Penyandang Disabilitas
1). Memperluas Meningkatnya jumlah Perluasan cakupan Seluruh Penyandang Disabilitas
kepesertaan Penyandang Penyandang Disabilitas miskin dan Penyandang Disabilitas yang yang miskin dan rentan
Disabilitas sebagai Penerima rentan yang menerima Penerima miskin dan rentan dalam tercantum dalam Data Terpadu
Bantuan Iuran Jaminan Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan Data Terpadu Kesejahteraan Kesejahteraan Sosial.
Kesehatan Nasional. Sosial.
Nasional. Perluasan cakupan Seluruh Penyandang Disabilitas
Penyandang Disabilitas yang yang miskin dan rentan
miskin dan rentan Penerima tercantum dalam Penerima
Bantuan Iuran Jaminan Bantuan Iuran Jaminan
Kesehatan Nasional. Kesehatan Nasional.
2). Memastikan cakupan Meningkatnya pemahaman Sosialisasi manfaat Terselenggaranya sosialisasi
manfaat dari kepesertaan Penyandang Disabilitas akan kepesertaan BPJS Kesehatan kepada penyandang disabilitas
Jaminan Kesehatan Nasional manfaat kepesertaan BPJS. bagi Penyandang Disabilitas. akan manfaat kepesertaan BPJS.
dapat mengakomodir Meningkatkan jumlah manfaat Pengembangan kebijakan Tersusunnya kebijakan terkait
kebutuhan Penyandang yang diberikan kepada perluasan manfaat bagi perluasan manfaat bagi
Disabilitas. Penyandang Disabilitas dalam Penyandang Disabilitas yang Penyandang Disabilitas dalam
kepesertaan BPJS Kesehatan. menjadi peserta BPJS kepesertaan BPJS Kesehatan.
Kesehatan. Tersusunnya kebijakan jaminan
kesehatan terkait pemenuhan
alat bantu yang sesuai
kebutuhan termasuk perawatan
dan pemeliharaan.
Kebijakan IV.
Penyelenggaraan Program Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS) yang Menjangkau Penyandang Disabilitas
Mendorong Meningkatnya jumlah Sosialisasi program GERMAS Terselenggaranya sosialisasi
kementerian/lembaga, kementerian/lembaga, ke Pemerintah Daerah dan program GERMAS ke
pemerintah daerah, dan pemerintah daerah, dan swasta swasta secara rutin. Pemerintah Daerah dan swasta
swasta untuk melibatkan yang menyelenggarakan program dengan melibatkan Penyandang
Penyandang Disabilitas GERMAS melibatkan Penyandang Disabilitas.
dalam kegiatan GERMAS. Disabilitas.
74
Lampiran 4. Pembagian Peran dan Tanggung Jawab Penyelenggaraan Rencana Aksi
Daerah Penyandang Disabilitas Provinsi
Dinas/Badan
Kegiatan
Penanggung Jawab
1) Penyusunan profil tahunan penyandang disabilitas bagi setiap sektor di - BPS
tingkat daerah. - Dinas Kependudukan dan
Pencatatan Sipil
…..
2) Pengembangan mekanisme pemutakhiran rutin data pilah untuk - Dinas Sosial
penyandang disabilitas. - Dinas Kependudukan dan
Pencatatan Sipil
- DP3A
…….
3) Penyusunan laporan hasil pemantauan dan evaluasi pendataan penyandang - Dinsos
disabilitas oleh perangkat daerah. - Bappeda
- Disdukcapil
…….
4) Penyusunan mekanisme Forum Tematik Disabilitas dalam proses - Dinsos
perencanaan dan penganggaran daerah. - Bappeda
- Badan Keuangan Daerah
- Disdukcapil
…..
5) Penyusunan peraturan Daerah/kebijakan yang mendukung pemenuhan hak - Bappeda
penyandang disabilitas sesuai dengan UU No. 8 Tahun 2016 tentang …..
Penyandang Disabilitas.
6) Pengembangan program dan kegiatan pembangunan inklusif disabilitas di - Bappeda
seluruh Pemerintah Daerah. - Badan Keuangan Daerah
…..
7) Penyusunan modul/kurikulum dan pelatihan sensitivitas disabilitas dalam - Dinsos
program pendidikan dan pelatihan bagi seluruh Aparatur Sipil Negara - BKD
Pemerintah Daerah. - BPSDMD
…..
8) Pengembangan standar operasional dan penyediaan layanan publik terkait - Dinas PUPR
infrastruktur yang mudah diakses oleh penyandang disabilitas. - Dinas Perhubungan
…..
9) Pengarusutamaan prinsip non diskriminatif terhadap penyandang disabilitas - Bappeda
dalam Standar Pelayanan Minimal di Pemerintah Daerah. - Dinas PUPR
- BPBD
……..
10) Asistensi dan Supervisi penerapan Standar Pelayanan Minimal bidang
Bencana di Pemerintah Daerah.
11) Pemantauan dan evaluasi terhadap kualitas pelayanan publik yang mudah - Dinas PUPR
diakses bagi penyandang disabilitas. …..
- Dinas PUPR
…..
12) Penyusunan laporan audit terhadap bangunan dan fasilitas publik yang - Dinas PUPR
mudah diakses bagi penyandang disabilitas. …..
13) Pengembangan kawasan permukiman yang mudah diakses oleh penyandang - Dinas PUPR
disabilitas meliputi jalan, ruang publik (ruang terbuka hijau dan tempat - Dinas ESDM
ibadah), serta sarana prasarana dan infrastuktur dasar (air, sanitasi, serta ……
energi dan listrik).
14) Pengembangan program fasilitasi pembiayaan perumahan bagi Penyandang
Disabilitas.
15) Pelaksanaan affirmative policy dalam rangka penyediaan permukiman layak
bagi penyandang disabilitas.
16) Penyusunan Peraturan Daerah mengenai bangunan gedung yang - Bappeda
menerapkan standar bangunan yang mudah diakses oleh penyandang - Dinas PUPR
disabilitas sesuai Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan …..
Rakyat.
75
Dinas/Badan
Kegiatan
Penanggung Jawab
17) Pengembangan kebijakan dan standar operasional layanan transportasi - Dinas PUPR
publik, baik darat, laut, maupun udara yang mudah diakses dan ramah - Dinas Perhubungan
disabilitas ……..
18) Pengembangan kebijakan sosialisasi kebijakan dan standar operasional
layanan transportasi publik, baik darat, laut, maupun udara yang mudah
diakses dan ramah disabilitas.
19) Pengembangan prasarana, sarana, dan layanan transportasi beserta
kelengkapannya yang mudah diakses dan ramah disabilitas yang
diselenggarakan Pemerintah Daerah dan swasta.
20) Pengembangan regulasi/kebijakan potongan harga/diskon dan/atau
kemudahan transportasi dari sektor pemerintahan dan swasta bagi
penyandang disabilitas.
21) Peningkatan indeks kualitas fasilitas pejalan kaki yang ramah disabilitas pada
jalan nasional di kota besar (10 kota) dan kota metropolitan (13 kota).
22) Penyusunan modul dan kurikulum pelatihan bagi petugas layanan - Dinas PUPR
transportasi publik, baik darat, laut, maupun udara yang responsif dan - Dinas Perhubungan
sensitif terhadap kebutuhan Penyandang Disabilitas. ……..
23) Pelaksanaan pelatihan layanan yang responsif dan sensitif terhadap
kebutuhan Penyandang Disabilitas bagi petugas layanan transportasi publik,
baik darat, laut, maupun udara.
24) Penyusunan pedoman layanan komunikasi dan informasi publik melalui - Diskominfo
website yang mudah diakses, andal, dan responsif terhadap kebutuhan ……
Penyandang Disabilitas.
25) Pengembangan layanan komunikasi dan informasi publik yang mudah
diakses, andal, dan responsif terhadap kebutuhan penyandang disabilitas.
26) Penyusunan kurikulum pelatihan sistem teknologi dan informasi publik bagi
penyandang disabilitas.
27) Pengadaan pelatihan sistem teknologi dan informasi publik bagi penyandang
disabilitas.
28) Penjangkauan hak pilih bagi Penyandang Disabilitas dalam penyelenggaraan - KPUD
pemilihan umum. - Bawaslu Daerah
29) Penjangkauan Penyandang Disabilitas sebagai penyelenggara pemilihan - Panwaslu Daerah
umum. …..
30) Pembangunan akses tempat pemilihan umum yang ramah disabilitas.
31) Penyusunan kebijakan yang mengatur partisipiasi penyandang disabilitas
dalam pemilihan umum.
32) Penjangkauan penyandang disabilitas untuk menduduki lembaga legislatif.
33) Pemberi layanan habilitasi dan rehabilitasi menggunakan kurikulum dan - Dinsos
pedoman habilitasi dan rehabilitasi berbasis masyarakat. …….
34) Pengembangan modul panduan pelayanan bagi pemberi layanan di - BKD
lingkungan Pemda yang mengakomodasi kebutuhan penyandang disabilitas. - BPSDMD
……
35) Pengembangan modul panduan pelayanan bagi pemberi layanan di - Disnaker
lingkungan BUMN, BUMD dan Swasta yang mengakomodasi kebutuhan - Biro BUMD (Sekda)
penyandang disabilitas. ….
36) Penyusunan panduan dan pengembangan standar teknis operasional - Bappeda
ketenagakerjaan di sektor publik mulai dari proses rekrutmen hingga - BKD
pengembangan kapasitas dan jenjang karir. - BPSDMD
…….
37) Penyusunan kebijakan standar bangunan, sarana dan prasarana dan - Bappeda
akomodasi lain yang dibutuhkan untuk mendukung kemandirian penyandang - Dinas Naker
disabilitas di lingkungan kerja sektor publik. ……
38) Pengembangan mekanisme sosialisasi, edukasi dan pengawasan bagi BUMN, - Disnaker
BUMD dan Swasta untuk mengimplementasikan panduan ketenagakerjaan - Biro BUMD (Sekda)
bagi penyandang disabilitas. …..
39) Pengembangan skema pengawasan dan insentif bagi, Pemda dan BUMD - BKD
yang mempekerjakan Penyandang Disabilitas sesuai kuota. ….
- Disnaker
- Biro BUMD (Sekda)
76
Dinas/Badan
Kegiatan
Penanggung Jawab
……
40) Pengembangan skema insentif bagi Swasta yang mempekerjakan paling - Disnaker
sedikit 1% Penyandang Disabilitas dari jumlah pegawai atau pekerja. …..
41) Sosialisasi dan advokasi bagi BUMN, BUMD, dan perusahaan swasta terkait - Disnaker
penggunaan dana Tanggung Jawab Sosial Lingkungan/TJSL (Corporate Sosial - Biro BUMD (Sekda)
Responsibility/CSR) bagi Penyandang Disabilitas. ……
42) Penyaluran dana TJSL/CSR dari BUMN, BUMD dan perusahaan swasta yang
menjangkau penyandang disabilitas.
43) Penyusunan pelaporan kinerja berdasarkan pelaksanaan standar operasional - BKD
yang sensitif disabilitas di bidang ketenagakerjaan oleh K/L, Pemda, BUMN, ……
BUMD dan swasta sesuai pedoman yang telah ditetapkan.
44) Pengadaan pelatihan layanan pendidikan inklusif bagi calon tenaga pendidik, - Dinas Pendidikan dan
dan tenaga pendidik. Kebudayaan
45) Penjangkauan Penyusunan Peraturan Daerah tentang pendidikan inklusif - Badan Keuangan Daerah
bagi Penyandang Disabilitas. …..
46) Pengembangan kebijakan terkait standar pelaksanaan pendidikan inklusif
Penyandang Disabilitas.
47) Penyediaan fasilitas belajar mengajar yang mudah diakses oleh Penyandang
Disabilitas.
48) Penjangkauan sekolah yang melaksanakan pelatihan pendidikan inklusif
Penyandang Disabilitas.
49) Penyusunan pedoman supervisi pendidikan inklusif lintas sektor. - Dinas Pendidikan dan
50) Perluasan sekolah yang menerima peserta didik Penyandang Disabilitas. Kebudayaan
51) Penjangkauan anak Disabilitas yang masuk ke sekolah regular. - Kanwil Kemenag
52) Penjangkauan siswa Disabilitas dalam program wajib belajar 12 (dua belas) (Keagamaan)
tahun. - Bappeda
53) Advokasi bagi peserta didik Penyandang Disabilitas di perguruan tinggi …….
rentan putus sekolah.
54) Pelaksanaan program deteksi dan intervensi dini dalam program Pendidikan - Dinas Pendidikan dan
Dasar Usia Dini Holistik-Integratif bagi potensi disabilitas. Kebudayaan
55) Penjangkauan lembaga pendidikan yang inklusif sebagai pusat pelayanan - Kanwil Kemenag
disabilitas. - Bappeda
56) Penjangkauan lembaga kursus yang menyelenggarakan pendidikan dan ……
pelatihan vokasi bagi Penyandang Disabilitas.
57) Perluasan cakupan Penyandang Disabilitas yang mendapat pelatihan vokasi
sesuai minat dan bakat.
58) Penguatan pemahaman dan kapasitas kementerian/lembaga, dan - Dinas Pemuda dan Olahraga
Pemerintah Daerah dalam mengembangkan potensi Penyandang Disabilitas - Dinas Pendidikan dan
di bidang seni dan olahraga. Kebudayaan
59) Penjangkauan program pengembangan potensi Penyandang Disabilitas di ……
bidang seni dan olahraga.
60) Penjangkauan keikutsertaan Penyandang Disabilitas dalam kompetisi bidang
seni dan olahraga.
61) Pelaksanaan kompetisi rutin di bidang seni dan olahraga bagi Penyandang
Disabilitas.
62) Perekrutan pelatih, instruktur, dan pembina seni dan olahraga untuk
Penyandang Disabilitas.
63) Penyusunan pedoman pelayanan kesehatan yang akomodatif bagi - Dinkes
Penyandang Disabilitas. - BKAD
64) Penyediaan ruang partisipasi bagi Penyandang Disabilitas dalam proses ……..
akreditasi fasilitas pelayanan kesehatan.
65) Pembangunan fasilitas kesehatan primer dan rujukan yang inklusif bagi
Penyandang Disabilitas.
66) Sosialisasi Rumah Sakit yang memiliki Sarana, Prasarana, dan Alat Kesehatan
inklusif disabilitas sesuai standar.
67) Penyediaan alat bantu disabilitas sesuai kebutuhannya masing-masing di
fasilitas pelayanan kesehatan.
68) Penguatan kapasitas bagi tenaga kesehatan khusus layanan ramah
disabilitas.
77
Dinas/Badan
Kegiatan
Penanggung Jawab
69) Percepatan pembangunan fasilitas kesehatan seksual dan reproduksi bagi - Dinkes
Penyandang Disabilitas di layanan kesehatan. …..
70) Percepatan pembangunan layanan deteksi dini potensi disabilitas di layanan
kesehatan.
71) Sosialisasi hak kesehatan seksual dan reproduksi bagi Penyandang - Dinkes
Disabilitas. - Dinas PPKB
72) Perluasan cakupan Penyandang Disabilitas yang miskin dan rentan dalam ……
Data Terpadu Kesejahteraan Sosial. - Dinkes
…..
73) Perluasan cakupan Penyandang Disabilitas yang miskin dan rentan Penerima - Dinkes
Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan Nasional. - BPJS Kesehatan
74) Sosialisasi manfaat kepesertaan BPJS Kesehatan bagi Penyandang Disabilitas. - Dinas Sosial
75) Pengembangan kebijakan perluasan manfaat bagi Penyandang Disabilitas …..
yang menjadi peserta BPJS Kesehatan.
76) Sosialisasi program GERMAS ke Pemerintah Daerah dan swasta secara rutin. - Dinkes
- ….
78