Anda di halaman 1dari 13

Jurnal Kebijakan & Administrasi Publik

Vol 19 No 2 - November 2015


p-ISSN 0852-9213, e-ISSN 2477-4693
Online sejak 9 Juli 2015 di http://journal.ugm.ac.id/jkap

Faktor-Faktor yang Memengaruhi Penerimaan PBB P2 di Kota Yogyakarta


Pasca Pelimpahan Kewenangan Pengelolaan PBB P2 oleh Pusat Kepada
Daerah

Lastria Nurtanzila
Magister Manajemen dan Kebijakan Publik
Fisipol UGM
lastrianurtanzila@gmail.com

Wahyudi Kumorotomo
Magister Manajemen dan Kebijakan Publik
Fisipol UGM
kumoro@ugm.ac.id

Abstract
One of the efforts to achieve fiscal independence of local governments is to provide authority in the management of land and
property tax as a part of local taxes (Law No.28 of 2009). Yogyakarta has delegated authority to implement this law since 2011.
The revenue of PBB P2 pretty much accounted for the PAD, which is why in this study tried to examine the factors that influence
Earth Building Tax receipts in the city of Yogyakarta in 2013-2014. So from this study establishes framework there are three
factors that can affect PBB P2 in the city of Yogyakarta, which is a factor of tax administration efficiency, effectiveness socialization
factor taxation and tax compliance. Based on the research results that the tax administration can efficiently determine the level of
awareness of the taxpayer to pay taxes on time, as well as tax sosialization can increase the public’s attention on the importance of
paying taxes, in addition to the flavor abide by the rules are also important in creating awareness to pay tax.
Keyword: regional autonomy, fiscal independence, the original income, tax administration, information dissemination, tax payer
compliance.

Abstrak
Salah satu upaya mewujudkan kemandirian fiskal pemerintah daerah adalah dengan memberikan kewenangan dalam
pengelolaan Pajak Bumi dan Bangunan sebagai salah satu bagian pajak daerah (UU No.28 Tahun 2009). Kota Yogyakarta
telah melaksanakan pelimpahan kewenangan ini sejak tahun 2011. Penerimaan dari sektor PBB P2 cukup banyak menyumbang
PAD, oleh karena itulah dalam penelitian ini mencoba mengkaji faktor-faktor apa saja yang memengaruhi penerimaan Pajak
Bumi Bangunan di Kota Yogyakarta pada tahun 2013-2014. Sehingga dari kerangka pemikiran penelitian ini menetapkan
ada tiga faktor yang dapat memengaruhi penerimaan PBB P2 di Kota Yogyakarta , yaitu faktor efisiensi administrasi
perpajakan, efektivitas sosialisasi perpajakan dan faktor kepatuhan wajib pajak. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil
bahwa administrasi pajak yang efisien dapat menentukan tingkat kesadaran wajib pajak untuk membayarkan pajak tepat pada
waktunya, begitu juga dengan sosilasi perpajakan yang dapat meningkatkan perhatian publik akan pentingnya membayar
pajak, selain itu rasa patuh pada peraturan juga penting dalam menumbuhkan kesadaran membayar pajak.
Kata kunci: Otonomi daerah, kemandirian fiskal, Pendapatan Asli Daerah, administrasi perpajakan, sosialisasi perpajakan,
kepatuhan wajib pajak.

157
Jurnal Kebijakan & Administrasi Publik (JKAP) Vol 19, No 2 - November 2015 — http://journal.ugm.ac.id/jkap

I. PENDAHULUAN dan perkotaan (PBB-P2).


Desentralisasi membawa berbagai dampak pada Berdasarkan Undang-undang Nomor
kegiatan administrasi dan pengelolaan pemerintah 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan
daerah. Desentralisasi terjadi dalam dua aspek Retribusi Daerah, pengalihan pengelolaan
yaitu, desentralisasi administrasi pemerintahan BPHTB dilaksanakan mulai 1 Januari 2011
dan desentralisasi administrasi keuangan. dan pengalihan pengelolaan PBB-P2 ke seluruh
Keduanya, dimaksudnya untuk melimpahkan pemerintahan kabupaten/kota dimulai paling
kewenangan kepada daerah agar dapat menggali lambat 1 Januari 2014. Dari data Direktorat
kemampuan dan potensi daerah masing-masing Jenderal Pajak diketahui bahwa pemerintah kota/
sehingga dapat mencapai efektivitas dan efisiensi kabupaten yang sudah dan akan melakukan
dalam memberikan pelayanan publik kepada pengalihan PBB P2 antara lain:
masyarakat. Secara umum, tujuan desentralisasi a. Tahun 2011 sebanyak 1 kota/kabupaten
adalah mendekatkan pelayanan npublik kepada
masyarakat, sehingga masyarakat dapat lebih b. Tahun 2012 sebanyak 17 kota/
mudah mengakses dan menerima manfaatnya. kabupaten
Oleh karena itulah, beberapa kewenangan c. Tahun 2013 sebanyak 105 kota/
dilimpahkan kepada daerah, termasuk dalam hal kabupaten
pengelolaan perpajakan.
d. Tahun 2014 sebanyak 369 kota/
Pajak sebagai sumber pendapatan kabupaten
negara, hal ini penting bagi pelaksanaan dan
Salah satu kabupaten/kota yang telah
peningkatan pembangunan nasional sehingga
melaksanakan pengalihan PBB-P2 sejak tahun
dapat tercapai kemakmuran dan kesejahteraan
2012 adalah Kota Yogyakarta. Kota Yogyakarta
masyarakat. Menurut Soemitro (1977), pajak
merupakan bagian dari Provinsi Daerah Istimewa
sendiri merupakan iuran rakyat kepada kas
Yogyakarta. Luas wilayah Kota Yogyakarta 32,5
Negara berdasarkan Undang-undang (yang dapat
km persegi, atau kurang lebih 1,02% dari luas
dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal
wilayah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
(kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan
Kota Yogyakarta terdiri dari 14 kecamatan dan
dan yang digunakan untuk membayar
45 kelurahan.
pengeluaran umum. Dalam rangka mencapai
optimalisasi penerimaan pajak negara, Indonesia Pendapatan daerah Kota Yogyakarta selama
melakukan reformasi perpajakan yang dicetuskan ini masih didominasi oleh dana perimbangan
pada tahun 1983 atau 38 tahun setelah Indonesia Bagan 1. Pendapatan Daerah Kota Yogyakarta Tahun
merdeka (Pamuji, 2011). 2013
Berbagai perubahan Undang-undang Pajak
dan Retribusi Daerah dilakukan dalam rangka
mendukung reformasi perpajakan, salah satunya
adalah dengan berbahnya Undang-undang lama
menjadi Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009
tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
(PDRD). Perubahan ini membawa beberapa
perubahan dalam adminstrasi pengelolaan pajak
daerah, salah satunya adalah dengan pelimpahan
kewenangan dari pusat kepada daerah dalam
pengelolaan pajak bumi dan bangunan pedesaan
Sumber: Data Berbasis 9 Fungsi Perencanaan Pemba-
ngunan, Bappeda Kota Yogyakarta 2013

158
Lastria Nurtanzila dan Wahyudi Kumorotomo - Faktor-Faktor yang Memengaruhi Penerimaan PBB P2 ...

dengan proporsi sebagai berikut: sebanyak 90.406 wajib pajak. Selain itu peluang
Melihat presentase di atas, sebesar 54,17% yang tersebut, juga terdapat hal-hal lain yang
pendapatan Kota Yogyakarta masih berasal dari sekiranya dapat mendorong dan mendukung
dana perimbangan, yaitu dana transfer dari kesuksesan kebijakan ini, seperti hubungan baik
pusat ke daerah untuk melakukan pembiayaan dengan KPP Pratama Kota Yogyakarta, yang
keuangan daerah. Sedangkan Pendapatan Asli bersedia melakukan pendampingan selama 1
Daerah Kota Yogyakarta, hanya menyumbang tahun awal kebijakan berjalan.
sebesar 25,99% dari total pendapatan daerah. Realisasi penerimaan Pajak Bumi dan
Dengan kata lain, PAD Kota Yogyakarta Bangunan untuk Kota Yogyakarta dibandingkan
hanya mampu menyumbang seperempat dari dengan pokok ketetapan pada tahun 2012 sebesar
total pembiayaan. Permasalahan ini tentunya 81,28%, terjadi kenaikan dibandingkan realisasi
menjadi fenomena yang terjadi di kabupaten/ pada tahun 2011. Untuk tingkat kenaikan terbesar
kota di Indonesia, kemandirian keuangan daerah adalah kecamatan Danurejan 93,91%, sedangkan
otonomi yang dipertanyakan. Ketergantungan realisasi terkecil adalah kecamatan Kotagede yaitu
terhadap pusat yang cukup tinggi tentunya tidak sebesar 66, 46%. Dengan demikian terlihat
baik untuk dinamika desentralisasi maka gerak bahwa pencapaian pokok ketetapan dengan
pemerintah daerah menjadi terbatas, dan kurang realisasi yang mendekati ini merupakan sebuah
inisiasi dalam pengelolaan sumber daya daerah prestasi tersendiri. Dibandingkan dengan 4
untuk memacu pendapatan asli daerah. kabupaten lain yang ada di Propinsi Daerah
Dalam semangat mereformasi perpajakan di Istimewa Yogyakarta, Kota Yogyakarta unggul
Indonesia, pelimpahan kewenangan pengelolaan dalam penerimaan pajak sektor PBB P2. Oleh
PBB P2 dan BPHTB juga dimaksudkan karena itulah, setelah peneliti sebelumnya
untuk dapat menambah pemasukan pada pos meneliti tentang kesiapan daerah dalam
pendapatan daerah. Bumi dan Bangunan yang pelimpahan kewenangan pengelolaan PBB P2
merupakan objek pajak statis, tidak berpindah Kota Yogyakarta, pada penelitian kali ini peneliti
dan merupakan kekuasaan daerah, sudah ingin mencoba mengungkap apa yang menjadi
seharusnya dikelola oleh daerah itu sendiri. Sejak faktor-faktor yang memengaruhi penerimaan
tahun 2011, Kota Yogyakarta telah melaksanakan PBB P2 di Kota Yogyakarta tahun 2015 paska
pengelolaan PBB secara mandiri. PBB P2 yang pendaerahan PBB P2.
sebelumnya dikelola oleh Kantor Pelayanan Pajak Dalam penelitian Kumar, Nagar
Pratama, kini dikelola oleh Dinas Pajak Daerah dan Samantha (2007), tentang efektivitas
dan Pengelolaan Keuangan Kota Yogyakarta. administrasi pajak properti di India dengan
Kota Yogyakarta sendiri telah merumuskan model ekonometrika, menghasilkan efektivitas
dan mengesahkan dua peraturan yang akan administrasi pajak di India dipengaruhi oleh
digunakan untuk dasar pelaksanaan pengalihan kepatuhan sukarela wajib pajak, penegakan sanksi
pajak PBB menjadi pajak daerah, yaitu Peraturan terhadap pelanggar pajak dan sistem informasi
Daerah Kota Yogyakarta Nomor 2 Tahun 2011 yang tepat. Di Indonesia sendiri juga telah
tentang Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dilakukan beberapa penelitian, terkait dengan
dan Perkotaan serta Peraturan Walikota Nomor faktor-faktor yang memengaruhi penerimaan
83 Tahun 2011. Kedua peraturan ini dijadikan PBB. Lydia Gusmalita (2013) meneliti tentang
dasar untuk pelaksanaan pemungutan PBB oleh faktor-faktor yang memengaruhi penerimaan
pemerintah daerah per 31 Januari 2012. pajak bumi dan bangunan sektor perkotaan dan
perdesaan: Studi Pada Kabupaten Merangin,
Kota Yogyakarta memiliki peluang cukup tahun 2010-2012. Untuk menganalisis pengaruh
besar dalam keberhasilan untuk melaksanakan administrasi perpajakan, penetapan NJOP,
kebijakan ini, salah satunya dikarenakan jumlah kepatuhan wajib pajak, dan kemampuan wajib
wajib pajak yang tidak terlalu banyak yaitu pajak terhadap penerimaan PBB P2, digunakan

159
Jurnal Kebijakan & Administrasi Publik (JKAP) Vol 19, No 2 - November 2015 — http://journal.ugm.ac.id/jkap

metode regresi. Data yang digunakan adalah data pengelolaan pbb p2 oleh pemerintah pusat.
cross section dan likert scale. Hasil dari penelitian
ini adalah variabel administrasi perpajakan,
penetapan NJOP, kepatuhan wajib pajak dan II. METODE PENELITIAN
kemampuan wajib pajak secara bersma-sama Penelitian ini menggunakan pendekatan
maupun terpisah berpengaruh secara signifikan kualitatif dengan jenis studi kasus. Hasil
terhadap penerimaan PBB P2. dari penelitian ini adalah deskriptif analitis.
Muhammad (2001) meneliti hal serupa Bersifat deskriptif karena dari penelitian ini
menggunakan tiga variabel yang diperkirakan diharapkan dapat memperoleh gambaran secara
memengaruhi penerimaan PBB di Kota menyeluruh mengenai faktor-faktor apa saja
Yogyakarta, yaitu fasilitas dan aturan yang ada, yang memengaruhi penerimaan PBB P2 di Kota
pelayanan aparat pajak, kesadaran masyarakat Yogyakarta dalam kurun waktu 2012-2014 yaitu
terhadap perpajakan. Hasil dari penelitian ini pada masa kewenangan pengelolaan pajak ini
adalah ketiga variabel tersebut berpengaruh telah dilimpahkan kepada pemerintah Kabupaten
positif secara signifikan terhadap keberhasilan / Kota. Bersifat analitis, karena selanjutnya akan
penerimaan PBB di Kota Yogyakarta. dilakukan analisis terhadap faktor-faktor tersebut
sejauh mana memengaruhi penerimaan PBB P2
Dalam penelitian lain, Pramono di Kota Yogyakarta dan bagaimana faktor tersebut
(2001) meneliti tentang Faktor-faktor yang menentukan atau berperan dalam meningkatkan
memengaruhi penerimaan PBB sektor pedesaan penerimaan PBB P2 di Kota Yogyakarta.
dan perkotaan pada Kantor Pelayanan PBB Metode pengumpulan data dalam penelitian ini
Yogyakarta, menggunakan variabel PDRB menggunakan beberapa cara. Hal ini dilakukan
perkapita, jumlah objek pajak, pengeluaran untuk dapat mensinkronisasikan antara data
pemerintah dan kepadatan bangunan. Alat analisis sekunder dan data primer.
yang digunakan adalah regresi linier berganda
dengan metode kuadrad kecil (ordinary least Pengumpulan data menggunakan metode
square) setelah model disusun dalam generalized purposive sampling, hal ini ditujukan untuk
difference form. pemilihan informan. Informan yang dipilih
dengan tujuan tertentu merupakan informan
Dari hasil penelitian ini disimpulkan yang dirasakan memiliki kapasitas dan kapabilitas
bahwa keempat variable berpengaruh terhadap untuk memberikan data dan informasi terkait
penerimaan PBB. Hasil penelitian ini juga penelitian, antara lain Dinas Pajak Daerah
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan rata- dan Pengelolaan Keuangan Kota Yogyakarta,
rata penerimaan PBB antara kabupaten Gunung Kelurahan di Kota Yogyakarta (Kelurahan-
kidul dan kab/kota lainnya. Sementara dalam kelurahan yang ada di kecamatan Umbulharjo,
penelitian ini , peneliti mencoba mengidentifikasi Danurejan dan Kraton) dan Wajib Pajak di Kota
faktor-faktor yang memengaruhi penerimaan Yogyakarta. Analisis data dilakukan dengan cara
PBB P2 dengan mengacu pada hasil kajian melakukan analisis terhadap data hasil wawancara
penelitian-penelitian sebelumnya yaitu efisiensi dan observasi. Sebagaiman tujuan dari penelitian
administrasi perpajakan, efektivitas sosialisasi ini untuk menelaah efektivitas pemungutan
perpajakan, dan kepatuhan wajib pajak. PBB P2 pasca pelimpahan kewenangan di Kota
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dalam Yogyakarta, sehingga penelitian ini menggunakan
penelitian ini mencoba menganalisi faktor- desain penelitian single-programme after-only,
faktor yang memengaruhi penerimaan pbb p2 di yaitu informasi yang diharapkan akan diperoleh
kota yogyakarta pasca pelimpahan kewenangan dalam penelitian ini adalah deskripsi mengenai
program baru tersebut, metode implementasi

160
Lastria Nurtanzila dan Wahyudi Kumorotomo - Faktor-Faktor yang Memengaruhi Penerimaan PBB P2 ...

yang baru dilaksanakan, dan keadaan muthakhir penting bagi daerah, terkait dengan local taxing
setelah program dilaksanakan. power dimana daerah memiliki kewenangan
untuk mengelola keuangannya sendiri. Dalam
penelitian ini, sesuai dengan rumusan masalah
III. HASIL DAN PEMBAHASAN yang telah dikemukakan, peneliti mencoba
Sumbangan pajak daerah untuk pendapatan asli mengidentifikasi faktor-faktor apa saja yang
daerah di Kota Yogyakarta dari tahun ke tahun memengaruhi penerimaan pajak bumi dan
memang tidak terlalu besar. Secara keseluruhan bangunan perkotaan pedesaan di Kota Yogyakarta
pembiayaan daerah masih bergantung pada dana dan upaya yang dapat dilakukan untuk
perimbangan. Salah satu pajak daerah yang juga meningkatkan penerimaan tersebut agar dapat
menjadi topik bahasan dalam penelitian ini mencapai target dari pendapatan PBB P2.
adalah pajak bumi dan bangunan perkotaan dan Berikut ini dijelaskan faktor-faktor yang
upedesaan. PBB P2 merupakan jenis pajak daerah diidentifikasi memengaruhi penerimaan PBB P2
yang bersifat tidak bergerak dan relatif mudah di Kota Yogyakarta.
penaksirannya. Hal juga dikarenakan objek dari
pajak ini yang berupa tanah dan bangunan.
Berdasarkan data dari DPDPK, sumbangsih dari A. Administrasi Perpajakan yang Efisien
PBB P2 terhadap PAD Kota Yogyakarta, cukup Bukan hal baru bila setiap administrasi
Bagan 2. Penerimaan PBB P2 di Kota Yogyakarta dituntut untuk dapat terlaksana secara efisien.
Lopez dan Kadar (2001) menjelaskan bahwa
perpajakan dalam anggota Organisation for
Economic Development Countries (OECD)
secara serentak diarahkan untuk mencapai
efisiensi, peningkatan penerimaan pajak yang
signifikan , keadilan dan penegarakan hukum.
Individu dan organisasi mencapai kepentingan
mereka dalam sebuah struktur institusi berupa
aturan-aturan formal (hukum, peraturan,
kontrak konstitusional) dan aturan informal
(etika, kepercayaan dan norma-norma yang
tidak tertulis lainnya) (Jaya: 2006).
Oleh karena itulah aturan-aturan tersebut
dibuat untuk menjamin adanya kepastian,
dan mengatur jalannya suatu pemerintahan.
(2008-2015)
Administrasi perpajakan yang ditetapkan
Sumber : Dinas Pajak Daerah dan Pengelolaan di Kota Yogyakarta untuk melaksanakan
Keuangan Kota Yogyakarta, 2014, data diolah. pemungutan PBB P2, tercantum dalam
banyak, seperti yang tercantum dalam tabel Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor
berikut ini. 2 Tahun 2011 tentang Pajak Bumi dan
Bangunan Perdesaan dan Perkotaan serta
Peraturan Walikota Nomor 83 Tahun 2011.
PBB P2 dilimpahkan pengelolaanya pada Didalamnya sudah dicantumkan tentang
daerah oleh pusat berkaitan dengan kebijakan tata-cara pemungutan PBB P2 mulai dari
desentralisasi fiskal yang merupakan salah satu pendaftaran dan pendataan, penilaian,
semangat otonomi daerah. Oleh karena itu penetapan, penagihan dan pembayaran, serta
peningkatan penerimaan pajak daerah sangat terakhir adalah pelayanan.

161
Jurnal Kebijakan & Administrasi Publik (JKAP) Vol 19, No 2 - November 2015 — http://journal.ugm.ac.id/jkap

Beberapa indikator yang digunakan dalam Yogayakarta) pada saat dilakukan wawancara
penelitian ini untuk mengukur efisiensi dan observasi tentang efisiensi administrasi
administrasi perpajakan di Kota Yogyakarta, pembangunan sebagian besar menyatakan
antara lain adalah: bahwa efisiensi administrasi perpajakan di
a. Adanya kepastian yang jelas terkait Kota Yogyakarta cukup baik, Lebih dari 55,4%
subjek, objek, dan besaran pajak yang menyatakan sedang dan 23,8% menyatakan
dikenakan tinggi, sementara yang menyatakan rendah ada
sebanyak 18,8% dari total jumlah responden.
b. Adanya pengenaan pajak secara adil, Penilaian ini tentunya juga mendukung data
merata dan sesuai kondisi pasar wajar; wawancara dan observasi dari penelitian ini.
c. Sistem pembayaran pajak yang Seperti dijelaskan dalam beberapa pembahasan
sederhana, rapi, mudah, dan tidak diatas, bahwa efisiensi administrasi perpajakan
terbelit-belit ini berpengaruh terhadap optimalisasi
penerimaan PBB P2 di Kota Yogyakarta.
d. Permohonan keberatan, banding,
Beberapa responden menyatakan mudahnya
pengurangan, pembetulan dan
pembayaran dan mekanisme yang tidak rumit
pembatalan yang dilayani secara tepat
memotivasi mereka untuk membayar pajak
dan cepat.
tepat waktu. Seperti yang diungkapkan oleh
Dalam pengelolaan pajak bumi dan salah seorang responden berikut :
bangunan perlu diketahui beberapa macam “Terkait dengan membayar pajak, kami merasa
konsep untuk mempermudah administrasi itu sudah kewajiban kami, jadi kami akan
perpajakannya. Salah satu nya adalah tetap membayar, namun dengan kemudahan
mengenai objek pajak dan subjek pajak. SPPT yang diberikan pemerintah kami merasa
Objek pajak dalam PBB adalah bumi dan/ dihormati oleh pemerintah, itulah yang membuat
atau bangunan yang dimiliki, dikuasai, dan/ kami menjadi semakin termotivasi.” (Ketua
atau dimanfaatkan oleh orang pribadi atau RT 14 , Kelurahan Panembahan , Kecamatan
badan, kecuali kawasan yang digunakan untuk Kraton, Wawancara 2 Juni 2015)
kegiatan usaha perkebunan, perhutanan, dan Sementara hasil data observasi dan
pertambangan. Sementara subjek atau wajib wawancara menyatakan bahwa akurasi data
pajak dalam PBB adalah orang pribadi atau SPT, kemudahan pembayaran, kemudahan
badan yang secara nyata mempunyai suatu mekanisme pengaduan dan komplain serta
hak atas bumi dan atau memperoleh manfaat keadilan dari tarif pajak yang dikenakan
atas bumi dan atau memiliki, menguasai dan berpengaruh terhadap optimalnya penerimaan
atau memperoleh manfaat atas bangunan. PBB P2. Responden merasa lebih termotivasi
Oleh karena itulah mengapa kategori pajak dalam membayar PBB P2 bila administrasi
ini menjadi kategori pajak yang “gampang- perpajkan di Kota Yogyakarta ini lebih efisien
gampang-susah” pengadministrasiannya. dan mudah. Selain itu data yang ada dalam
Secara objek pajak, objek pajak PBB bukan SPT dan besaran tarif juga menentukan
objek pajak yang dpat berpindah sehingga apakah reponden bersedia membayar sejumlah
relatif mudah untuk diketahui, namun uang tersebut atau tidak, adapun menurut
kemudian akan menjadi cukup rumit ketika responden dengan data penerimaan PBB
dikaitakan dengan penilaian nilai jual objek P2 yang diperlihatkan menyatakan bahwa
pajak, penialaian properti, dan proyeksi memang efisiensi berpengaruh terhadap
investasi, oleh karena itulah dibutuhkan besaran penerimaan tersebut, dengan logika
sumder daya manusia dengan skill khusus semakin efisien semakin mudah administrasi
untuk pekerjaan ini. perpajakan semakin mudah membayarkan
jumlah tarif pajak yang dikenakan kepada
Melihat antusiasme dari para responden wajib pajak tersebut.
(101 responden dari 3 kecamatan di Kota

162
Lastria Nurtanzila dan Wahyudi Kumorotomo - Faktor-Faktor yang Memengaruhi Penerimaan PBB P2 ...

Melalui data empiris yang didapatkan “Saya ngurus pengurangan itu cepat sekitar satu
di lapangan, mayoritas komplain tentang minggu, tapi masalahnya banyak warga disini
administrasi perpajakan adalah masalah data yang mala situ ngurusnya jauh ke dinas, terus
dalam SPPT yang dirasa kurang sesuai dengan juga tidak semua warga punya waktu luang,
akhirnya mereka memilih untuk yasudah..gitu..,
kondisi lapangan. Seperti nama subjek pajak
kalau kami ketua RT kan tugasnya mengingatkan
dan nilai objek pajak yang tidak sesuai. Hal
sama menyampaikan sosialisasi saja..” (Ketua RT
ini juga didukung dengan pernyataan dari 13, Warungboto, Umbulharjo, wawancara 25
Bapak Santoso, Kepala Seksi Pelaporan dan Mei 2015)
Pembukuan Bidang Pajak DPDPK, bahwa
memang verifikasi data sedang direncanakan Meskipun demikian, administrasi
untuk dilakukan dalam bulan-bulan kedepan perpajakan di Kota Yogyakarta tergolong
di tahun 2015 ini. Kota Yogyakarta sendiri sudah cukup baik, dengan adanya penilaian
mentargetkan bahwa empat kecamatan kemudahan pembayaran pajak yang sangat
akan dilakukan verifikasi data yang sudah mudah, mayoritas wajib pajak melakukan
dimulai sejak Februari 2015, yaitu Kecamatan pembayaran dengan cara membayarkan
Danurejan, Jetis, Gondokusuman, dan langsung di Bank Pembangunan Daerah DIY
Tegalrejo. ataupun transfer.
“Pemutakhiran data ini bukan dikarenakan Meski demikian ada pula upaya dari Dinas
kami tidak percaya dengan data yang diberikan Pajak Daerah dan Pengelolaan Keuangan
KPP Pratama, tapi karena kami melihat adanya untuk melakukan upaya jemput bola
kemungkinan-kemungkinan data wajib pajak agar semakin mempermudah wajib pajak
yang sudah berubah, belum tercatat ataupun dalam membayar pajak. Fasilitas seperti ini
wajib pajak baru. Hal ini juga untuk upaya didapatkan oleh beberapa kelurahan di Kota
optimalisasi penerimaan PBB P2 kami harap Yogyakarta, salah satunya adalah Kelurahan
dengan data yang lebih valid maka dapat optimal Warungboto Kecamatan Umbulharjo Kota
dalam penerimaannya juga” (Bapak Santoso,
Yogyakarta. Melalui kemudahan adminitrasi
wawancara 10 Juni 2015)
perpajakan yang diberikan dan berbagai
Shi, Xu dan Wang (2012) mengungkapkan layanan yang dilakukn mendorong wajib pajak
bahwa PBB merupakan jenis pajak progresif di Kota Yogyakarta untuk lebih sigap terhadap
yang akan betambah seiring dengan pembayaran PBB P2, maka dari itulah benar
pertambahan luas area dari rumah dan jenis jika kemudian efisiensi adminitrasi perpajakan
bangunan, sehingga validitas dari data subjek paling berpengaruh terhadap optimalisasi
dan objek pajak merupakan hal yang utama. penerimaan PBB P2 di Kota Yogyakarta.
Pembaharuan pendataan sangat diperlukan
mengingat hal tersebut berpengaruh pada
besaran penerimaan pajak. B. Sosialisasi Perpajakan yang Efektif
Sementara berdasarkan hasil observasi Sosialisasi merupakan salah satu komponen
pada loket pelayanan PBB P2 di Dinas penting dalam melaksanakan suatu kebijakan.
perijinan dan wawancara dengan beberapa Keefektifan sosialisasi dapat menentukan
responden yang saat itu sedang mengurus keberhasilan suatu kebijakan. Oleh karena
keberatan, banding, pembetulan maupun itu pemerintah perlu menerapkan langkah
pengurangan, menyatakan bahwa pelayanan pendekatan yang pas dan sesuai untuk
relatif sudah mudah dan sederhana, namun masyarakat agar lebih mengenal kebijakan
halangan terbesar mereka adalah waktu yang publik yang diimplementasikan. Salah satu
digunakan untuk mengurus aneka complain langkah yang dilakukan adalah dengan
tersebut. Seperti misalnya diungkap oleh salah memberikan sosialisasi perpajakan kepada
satu Ketua RT di Kelurahan Warungboto, wajib pajak untuk dapat meningkatkan
Kecamatan Umbulharjo ; pengetahuan wajib pajak sehingga mendorong

163
Jurnal Kebijakan & Administrasi Publik (JKAP) Vol 19, No 2 - November 2015 — http://journal.ugm.ac.id/jkap

motivasi untuk melakukan pembayaran pajak P2 tersebut.


dan meningkatkan penerimaan pajak. f. Mengadakan saluran interaksi, melalui
Dinas Pajak Daerah dan Pengelolaan radio RRI, yang dimaksudkan untuk
Keuangan merupakan institusi yang berwenang memberikan sosialisasi dan membagiakn
dalam mengelola perpajakan daerah di Kota informasi kepada wajib pajak bahwa
Yogyakarta . Pajak Bumi dan Bangunan SPPT PBB P2 telah dibagikan dan
Perkotaan dan Pedesaan adalah jenis pajak menghimbau wajjib pajak untuk
daerah baru, adapun sebelumnya pengelolaan melakukan pembayaran tepat waktu.
pajak ini dilakukan oleh pemerintah pusat. Siaran interaktif ini dilakukan selama
Untuk kegiatan sosialisasi dilakukan dengan bulan Januari-Maret 2015. Selanjutnya
berbagai cara, antara lain adalah : akan diadakan siaran interaksi lagi pada
a. Penyuluhan, yang dilakukan oleh saat mendekati jatuh tempo pembayaran
DPDPK pada bulan April-Mei 2015 di yakni di Bulan September 2015.
seluruh kelurahan di Kota Yogyakarta. g. Menyebarkan surat himbauan kepada
Penyuluhn dilakukan setelah SPPT beberapa wajib pajak potensial yang
diterbitkan dan didistribusikan kepada belum melakukan pembayaran hingga
wajib pajak. DPDPK membentuk bulan Agustus 2015 agar dapat segera
3 tim, dimana masing-masing tim membayarkan tagihan pajak mereka.
berkewajiban untuk melakukan h. Pada bulan September 2015, akan
penyuluhan terhadap 15 kelurahan. diadakan jemput bola pembayaran
b. Edaran pengumuman untuk ditempel PBB P2 di tiap-tiap kecamatan di Kota
di papan pengumuman RT-RW, pada Yogayakarta, dengan mendatangkan
bulan Mei tahun berjalan mobil banking dari BPD DIY.
c. Pembukaan loket pembayaran PBB di Senada dengan penjelasan di atas, pihak
Dinas Perijinan untuk mempermudah DPDPK sendiri mengklaim bahwa mereka
pelayanan administrasi perpajakan. telah berusaha dalam memberikan informasi
d. Pemasangan Spanduk di kantor kepada masyarakat sebagi salah satu bentuk
Kecamatan, Kelurahan, Balai Kota, pelayanan publik. Hal ini juga dilakukan untuk
KPP Pratama, dan sejumlah panggung memberikan pengetahuan seluas-luasnya
spanduk di Kota Yogyakarta. kepada masyarakt tentang permasalahan pajak
yang mereka hadapi khussnya PBB P2. Secara
e. Mengadakan acara “Panutan berkala misalnya pihak DPDPK melakukan
Pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan penyuluhan ke masing-maisng kelurahan
Kota Yogyakarta Tahun 2015. Acara dengan mengundang seluruh ketua RT dan
ini diadakan setiap tahun, acara ini RW yang ada di kelurahan tersebut untuk
emngundang sekitar 400 lebih wajib mengikuti sosialisasi.
pajak dengan nominal pajak diatas Rp
300.000,00. Acara ini diadakan selama Dalam rangka pemenuhan fasilitasi
1 hari mulai pukul 09.00 – 12.00 WIB perpajakan tersebut, setiap tahunnya DPDPK
dengan maksud untuk memberikan menganggarkan sejumlah dana untuk
motivasi kepada masyarakat dalam melakukan kegiatan sosialisasi, sesuai yang
membayar pajak. Pada tahun 2015 ini diungkapkan oleh pihak DPDPK berikut :
sebanyak 2,9M berhasil dikumpulkan “Setiap tahun kami menganggarkan sejumlah
dari pekan panutan pembayaran PBB dana untuk kegiatan sosialisasi, penyuluhan
SPPT dilakukan setelah SPPT diterbitkan
yaitu sekitar bulan April-Mei, kemudian akan

164
Lastria Nurtanzila dan Wahyudi Kumorotomo - Faktor-Faktor yang Memengaruhi Penerimaan PBB P2 ...

ada selebaran kepada RT-RW yang di tempel ditingkatkan, sementara kenyataan yang ada
di papan-papan pengumuman, kemudian di Indonesia menunjukkan bahwa tingkat
kami juga ada pembukaan loket khusu PBB kepatuhan masih rendah, hal ini dapat dilihat
di Dinas Perijinan, kemudian juga memasang dari belum optimalnya penerimaan pajak
spanduk panjang berupa panggung spanduk,
yang tercermin dari angka tax ratio (Elia
sesungguhnya secara sosialiasi sudah tidak kurang
Mustikasari, 2007).
menurut kami, hanya masyarakat yang butuh
kesungguhan” (Bapak Santoso, wawancara Tax ratio Indonesia di tahun 2012 yang
tanggal 12 Juni 2015) masih dibawah 13% sebagai negara emerging
Berdasarkan beberapa indikator tersebut, market masih terlalu kecil. Tax ratio adalah
dilakukan survey terhadap 101 responden perbandingan antara jumlah penerimaan
di Kota Yogayakarta, dengan kriteria dan pajak dibandingkan dengan Produk Domestik
lokasi tempat tinggal responden yang telah Bruto (PDB) suatu negara. Penerimaan pajak
ditentukan, tentang pengaruh faktor efektivitas 2012 hanya Rp. 980 triliun. Berarti hanya di
sosialisasi tersebut terhadap optimalisasi bawah 13%. Jauh dari standar negara-negara
penerimaan PBB P2 di Kota Yogyakarta. tetangga yang setara dengan Indonesia. (Tony
mayoritas diantaranya menyatakan sedang. Prasentiantono : 2013)
Sebagian besar dari responden dalam Pemerintah harus lebih atraktif dalam
penelitian ini menyatakan tingkat efektivitas mengupayakan kesadaran dalam membayaran
sosialisasi perpajakan di Kota Yogyakarta pajak. Undang-undang Nomor 28 Tahun
dalam level sedang yaitu sebanyak 55%, 2009 tentang pajak dan retribusi daerah
disusul dengan pendapat bahwa efektivitas memang ditujukan untuk dapat meningkatkan
sosialisasi perpajakan pada level tinggi yaitu pendapatan daerah dari sektor pembiayaan
sebanyak 24%, dan selanjutnya adalah persepsi daerah, bukan lagi dari transfer pusat atau
bahwa tingkat efektivitas sosialisasi perpajakan dana perimbangan. Melihat kepatuhan
di Kota Yogyakarta rendah sebanyak 19%. wajib pajak yang masih cederung lemah ini
Dari data tersebut, dapat menjelaskan lah dalam penelitian ini mencoba melihat
bahwa semakin efektif sosialisasi dalam korelasinya dengan optimalisasi penerimaan
perpajakan yang dilakukan oleh pemerintah pajak. Dengan hipotesis bahwa memang benar
dapat mendorong optimalnya penerimaan kepatuhan wajib pajak berpengaruh terhadap
pajak PBB di Kota Yogyakarta. Berdasarkan optimalisasi penerimaan pajak.
persepsi dan pendapat dari responden, dengan Lihat Tabel 1 yang menjelaskan tentang
adanya sosialisasi yang tepat baik secara target dan realisasi PBB P2 di Kota yogyakarta
substansi maupun cara penyampaian dapat dari tahun ke tahun.
menumbuhkan motivasi dalam membayar
Dari Tabel 1 dilihat bahwa target yang
pajak sehingga penerimaan pajak dapat lebih
ditetapkan oleh DPDPK elaku institusi yang
optimal. Hal ini sesuai dengan penelitian
berwenang untuk melakukan pengelolaan
Nugroho (2012) bahwa kegiatan sosialisasi
PBB P2 di Kota Yogyakarta berada dibawah
dapat merangsang dan memotivasi seseorang
pokok pajak. Pada tahun 2011 misalnya target
untuk melaksanakan kewajibannya dalam
pajak sebesar 29,6 Milyar sedangkan pokok
membayarkan pajak.
pajak sebesar 40 Milyar, tentunya ini sangat
jauh dibandingkan dengan pokok pajak
C. Kepatuhan Wajib Pajak sesungguhnya. Meskipun realisasi penerimaan
seringkali melampaui target namun bila sesuai
Dalam rangka mengoptimalkan penerimaan dengan pokok pajak masih kurang beberapa
pajak sebaiknya kepatuhan wajib pajak pun

165
Jurnal Kebijakan & Administrasi Publik (JKAP) Vol 19, No 2 - November 2015 — http://journal.ugm.ac.id/jkap

Tabel 2. Pokok Pajak, Target dan Realisasi Penerimaan PBB P2 di Kota Yogyakarta Tahun 2011-2015.

Sumber : Dinas Pajak Daerah dan Pengelolaan Keuangan Kota Yogyakarta Tahun 2015

persen. Tentunya hal ini berkaitan dengan optimal.


kepatuhan wajib pajak di Kota Yogayakarta Kepatuhan wajib pajak juga dapat
yang belum cukup baik untuk sadar dan tercermin dari tingkat piutang per tahun yang
patuh membayarkan pajak. Pada tahun 2014 belum terbayarkan. Adapun piutang pertahun
misalnya, target pajak juga berada dibawah dari wajib pajak dalam pembayaran PBB P2 di
pokok pajak dengan selisih sekitar 6 Milyar Kota Yogyakarta adalah sebagai berikut:
tentunya hal ini angka yang cukup besar
bila dibandingkan dengan pos pembiayaan
PAD yang dapat disumbangkan dengan dana Data tabel di atas menunjukkan bahwa
sebesar 6 Milyar ini. setiap tahunnya setidaknya ada 20 ribu wajib
Efektivitas penerimaan PBB P2 bila pajak yang tidak membayarkan pajaknya
dibandingkan dengan pokok pajak juga dengan total piutang per tahun sebesar
masih dibawah 100%, meskipun demikian kurang lebih 6 Milyar rupiah, hal ini tentunya
angka persentase cenderung baik dan terus merupakan gambaran bahwa kepatuhan wajib
pajak di Kota Yogyakarta masih cukup rendah,
Tabel 3. JumlahWajib Pajak dan Piutang PBB P2 sementara itu diketahui bahwa kepatuhan
wajib pajak merupakan salah satu variabel yang
menentukan optimalisasi penerimaan PBB
P2 di Kota Yogyakarta. Menurut Nurmanto
dalam Rahayu (2010:138) mengatakan bahwa
kepatuhan perpajakan dapat didefinisikan
sebagai suatu keadaan di mana Wajib Pajak
memenuhi semua kewajiban perpajakan dan
melaksanakan hak perpajakannya.
Berdasarkan penelitian yang telah
tahun 2012-2015 dilakukan, dengan total 101 reseponden
diperoleh hasil bahwa kepatuhan wajib pajak
Sumber : Dinas Pajak Daerah dan Pengelolaan bumi dan bangunan di Kota Yogyakarta ada
meningkat, hal ini menunjukkan adanya pada level sedang, Kriteria sedang sebanyak
peningkatan kepatuhan dalam membayarkan 51%, diikuti tinggi sebanyak 39% dan
pajak sehingga penerimaan pajak dapat rendah 10%, perhitungan ini dilakukan
dengan melihat persepsi wajib pajak terhadap

166
Lastria Nurtanzila dan Wahyudi Kumorotomo - Faktor-Faktor yang Memengaruhi Penerimaan PBB P2 ...

kepatuhan wajib pajak dirinya atas PBB P2 sigap dalam membayarkan PBB tanpa harus
yang dibebankan kepadanya. Semakin patuh mendapatkan informasi pembayaran PBB dari
wajib pajak terhadap pembayaran tarif pajak pemerintah. Oleh karena itulah, sosialisai yang
yang dikenakan kepadanya maka penerimaan lebih efetif dibutuhkan untuk dapat mendorong
PBB P2 cenderung semakin meningkat, adanya peningkatan penerimaan pajak. Ketiga,
ceteris paribus. Hal ini sesuai dengan hasil Kepatuhan wajib pajak di Kota Yogyakarta
penelitian Kumar, Nagar, dan Samanta (2007) tergolong rendah , hal ini dapat dilihat dari
yang menyimpulkan bahwa penerimaan piutang PBB P2 per tahun dan pemenuhan target
pajak properti salah satunya dipengaruhi oleh realisasi pertahun.
kepatuhan sukarela wajib pajak. Meski demikian peluang untuk
memperbaikinya cukup besar, selain dikarenakan
IV. PENUTUP jumlah wajib pajak yang relatif sedikit yaitu
90.408 wajib pajak , letak geografis Kota
Berdasarkan hasil analisis data dari penelitian ini, Yogyakarta juga relatif kecil dan mudah untuk
maka dapat ditarik kesimpulan bahwa faktor- dikelola, sarana dan prasarana yang diberikan oleh
faktor yang memengaruhi penerimaan PBB P2 dinas dalam menunjang kemudahan pembayaran
di Kota Yogyakarta, dapat dijelaskan melalui pun disediakan dengan cukup baik, serta adanya
setidaknya tiga faktor. komitmen kepala daerah untuk melakukan
Pertama,faktor efisiensi administrasi pengelolaan PBB P2 secara mandiri. Oleh
perpajakan berpengaruh dalam menentukan karena itulah kepatuhan wajib pajak dirasakan
penerimaan PBB P2 di Kota Yogyakarta. Hal menentukan optimalisasi penerimaan PBB P2 di
ini dikarenakan adminitrasi perpajakan di Kota Kota Yogayakarta.
Yogyakarta dinilai efisien oleh para responden. Melalui penelitian ini, peneliti mencoba
Adanya kepastian yang jelas terkait dengan memberikan rekomendasi dan saran untuk
subjek, objek dan besaran pajak yang dikenakan; beberapa pihak yang terkait dengan hasil
adanya pengenaan pajak secara adil, merata dan penelitian ini:
sesuai dengan kondisi pasar yang wajar; sistem
pembayaran pajak yang sederhana, rapi, mudah 1. Saran untuk pemerintah Kota
dan tidak berbelit-belit; serta permohonan Yogyakarta:
keberatan , banding, pengurangan , pembetulan a. Dinas Pajak Daerah dan Pengelolaan
dan pembatalan yang dilayani secara tepat dan Keuangan Kota Yogyakarta perlu
cepat menyebabkan adminitrasi perpajakan di melakukan verifikasi ulang terhadap
Kota Yogyakarta dinilai efisien dan memuaskan subjek dan objek pajak di Kota
dari aspek pelayanannya. Yogyakarta, sehingga dengan
Kedua, Faktor efektivitas sosialisasi pembaharuan ini diharapkan dapat
perpajakan juga sebagai faktor yang memengaruhi memberikan data jumlah wajib pajak
penerimaan PBB P2 di Kota Yogyakarta. Bentuk dan jumlah total ketetapan pajak yang
sosialisasi yang utama adalah melalui penyuluhan valid.
di setiap kelurahan, kegiatan ini hanya dapat b. Perlu adanya penilaian ulang untuk
diikuti oleh para Ketua RT atau RW sehingga seluruh tanah dan bangunan di Kota
tidak semua lapisan masyarakat menerima Yogyakarta , terkait dengan sudah
informasi terkait dengan perpajakan PBB P2. naiknnya harga jual tanah. Sehingga
Selain itu, PBB merupakan jenis pajak wajib yang perhitungan ulang dari NJOP
pasti dikenakan kepada wajib pajak yang memiliki diperlukan.
tanah dan bangunan, oleh karena kesadaran jenis c. Sosialisasi perpajakan hendaknya
pajak tersebut maka masyarakat cenderung lebih menggunakan media-media yang lebih

167
Jurnal Kebijakan & Administrasi Publik (JKAP) Vol 19, No 2 - November 2015 — http://journal.ugm.ac.id/jkap

ramah terhadap masyarakat, seperti In Sub-Saharan Africa.In V. Padayachee


baleho, pamflet, brosur . Tidak hanya (Ed.), The political economy of
sekedar penyuluhan yang hanya bisa Africa (pp. 110-131). New York, NY:
diikuti oleh ketua RT saja. Routledge.
Gay, L., dan Diehl. P.L., 1996, “Research Methods
2. Saran untuk penelitian selanjutnya : for Business and Management”, Simon
& Schuster (Asia) Pte.Ltd, Singapore.
Penelitian ini berjenis penelitian kualitatif,
sehingga data disajikan secara masih secara Ghiselli, E.E., John, P.C., dan Sheldon, Z.,
deskriptif naratif, ukuran pengaruh juga 1981, “Measurement Theory for the
tidak dapat ditentukan besarannya secara Behavioral Sciences”, W.H. Freeman
pasti (misal melalui statistika) oleh karena and Co., New York.
itulah ada baiknya melakukan uji korelasi Ghozali. Imam. 2006. “Aplikasi Analisis
untuk melihat besaran pengaruh dari Multivariate Dengan Program SPSS,
masing-masing faktor tersebut terhadap cetakan IV”. Badan Penerbit UNDIP :
penerimaan PBB P2 di Kota Yogyakarta. Semarang.
DAFTAR PUSTAKA Glaeser , Edward L. 1996. The Incentive Effects
of Property Taxes on Local Government,
Journal of Public Choice 89: 93-111
Adiyati .2009. Pengaruh sosialisasi Perpajakan
terhadap Kepatuhan. Universitas James, Simon. 2002. Tax Compliance, Self-
Pembangunan Nasional Veteran : Assestment and Tax Adminitration.
Jakarta. MPRA Paper No. 26906. http://mpra.
ub.uni-muenchen.de/26906/
Ayee, J. R. A. 2010. (July 19-20). Good tax
governance in Africa. Paper presented at Jenkins, G. 1994. Modernization of Tax
the workshop organized by the Centre Administration : Revenue Boards As
for African Budget Initiative (CABRI) An Intrument Of Change. Bulletin For
and the African Tax Association Forum International Fiscal Documentation 48
(ATAF), Pretoria, South Africa. (2).
Andreoni, James; Erard, Brian; dan Feinstein, Judisseno, Rimsky K. 2005. Pajak dan Strategi
Jonathan, 1998, Tax Compliance, Bisnis. Jakarta : Gramedia Pustaka
Journal of Economic Literature, Vol. 36, Umum.
NO.2., pp. 818-860 Jogiyanto. 2008. Pedoman Survei Kuesioner .
Brotodiharjo, Santoso. 2003. Pengantar Ilmu Yogyakarta: BPFE.
Hukum Pajak, Edisi Keempat. Bandung: Kelly, Roy. 1989. Keuangan Pemerintah Daerah
Refika Editama. di Indonesia . Jakarta: UI Press
Danim, Sudarwan. 2002. Menjadi Peneliti Kumar,S., Nagar, A.L., Samantha,S.. 2007.
Kualitatif. Bandung : CV. Pustaka Setia Indexing the Effectiveness of Tax
Dahliana, Hasan. 2008. Pelaksanaan Tax Administration. Economic and Political
Compliance dalam Upaya Optimalisasi Weekly. Vol.42, No.50, 104-110.
Penerimaan Pajak di Kota Yogyakarta. Kuncoro, M. 2003. Metode Riset untuk Bisnis
Mimbar Hukum Vol 20 : 193410. dan ekonomi, Bagaimana Meneliti
Di John, J. 2010. The Political Economy Of dan Menulis Tesis. Jakarta : Penerbit
Taxation And Resource Mobilization

168
Lastria Nurtanzila dan Wahyudi Kumorotomo - Faktor-Faktor yang Memengaruhi Penerimaan PBB P2 ...

Erlangga.
Lopez, A. dan Kadar. Z. 2001. Introduction.
International Tax Review: World Tax
2002. 1st Jan: 6-11. proquest.umi.com.
Manasan, Rosario G. 2003. Tax Administration
Reform : Semi Autonomous Revenue
Authority, Anyone?. Philiphine Journal
Of Development Number 56, Second
Semester 2003, Volume XXX, No 2.
Mangkoesubroto, Guritno. 2001. Ekonomi
Publik. Yogyakarta : BPFE
Mardiasmo. 2002. Perpajakan, Edisi Revisi,
Cetakan Kesembilan. Jakarta : Penerbit
Andi.
Mardiasmo. 2003. Dasar-dasar Perpajakan,Edisi
Revisi. Yogyakarta : Penerbit Andi.
Muhammad, Nuh. 2001. Faktor-Faktor Yang
Memengaruhi Keberhasilan Pajak
Bumi dan Bangunan (PBB) di Kota
Yogyakarta. Thesis : MEP UGM.
Nurmantu,Safri. 2005. Pengantar Perpajakan
Edisi Tiga. Jakarta : Jakarta Granit
Nugroho. 2012. Faktor-Faktor Yang
Memengaruhi Kemauan Untuk
Membayar Pajak Dengan Variabel
Intervening. Universitas Diponegoro.
Semarang.
Ohemeng, Fank L.K dan Fancis Y. Owusu. 2015.
Implementing a Revenue Authority
Model of Tax Administration in
Ghana : An Organizational Learning
Perspective. American Review of Public
Administration 2015. Vol 45 (3) 343-
364.

169

Anda mungkin juga menyukai