Anda di halaman 1dari 15

PWK226 Sistem Informasi Geografis 2

(KJ001 5965)

MODUL SIG02-002
Perkembangan Teknologi SIG dalam Solusi Perencanaan Kota dan Wilayah
(Urban and Regional Planning)

DISUSUN OLEH
DR. SUPRAJAKA, MT

UNIVERSITAS ESA UNGGUL


2021

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
0 / 15
SIG02-002:
Perkembangan Teknologi SIG dalam Solusi Perencanaan Kota dan Wilayah
(Urban and Regional Planning)

A. Kemampuan Akhir Yang Diharapkan


Setelah mempelajari modul ini, diharapkan mahasiswa mampu :

1. Tujuan akhir setelah mengikuti kuliah SIG-1 asdalah:


Mahasiswa harus memahami dan menguasai penggunaan Sistem Informasi
Geografi Tingkat Lanjut dalam melakukan: input data, melakukan proses dan
analisis output dengan perangkat SIG serta mampu melakukan pengelolaan data
spasial dengan baik untuk mendukung proses perencanaan wilayah dan kota
berbasis spasial.

2. Tujuan khusus untuk Sesi-2 Perkembangan Teknologi SIG dalam Solusi


Perencanaan Kota dan Wilayah (Urban and Regional Planning) adalah:
✓ Mahasiswa mampu menguraikan dengan jelas tetang perkembangan ilmu
dan teknologi SIG tingkat lanjut terutama dalam mendungkung proses
prenecanaan dan pembangunan berbasis kewilayahan
✓ Mengenal dan memahamai tentang GIScience (Sains Informasi
Geografis), GISystem (Sistem Informasi Geografis), GIServices
(Layanan Informasi Geografis, GIStudies (Studi Informasi Geografis).
✓ Memahamai tentang Sains Informasi Geografis Sebagai agresi bidang
teknis keilmuan geografi yang telah ada sebelumnya yaitu kartografi,
penginderaan jauh, dan sistem informasi geografis. – GIS.
✓ Memahani fungsi GIS untuk mendekung perencanaann pembangunan
berbasis kewilayahan

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
1 / 15
B. Perkembangan Teknologi Sistem Informasi geografis

Pendahuluan
Pengetahuan dan teknologi Sistem Informasi Geografis (SIG) merupakan salah satu
cabang ilmu dalam bidang teknologi informasi dimana dalam pengembangannya lebih
kepada pengembangan perangkat lunak sebagai alat. Banyak perusahaan maupun
institusi pendidikan berlomba lomba mengembangkan perangkat lunak menurut
caranya masing-masing dan dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Contoh
perangkat lunak SIG yang berkembang cukup pesat adalah ArcInfo, ArcView,
MapInfo, Ilwis, Autocad dan Geomedia, dan yang sekarang banyak digunakan yaitu
ArcGIS.

Demikian pesatnya perkembangan perangkat lunak ini sehingga bagi orang awam
terkesan bahwa Sistem Informasi Geografis adalah perangkat lunak itu sendiri, seperti
ArcView, ArcInfo, MapInfo dan seterusnya. Dampak yang muncul dari gejala ini
adalah bahwa muncul orang orang yang ahli dalam ArcView, namun tidak bisa
berbuat banyak ketika disodorkan software lain, sehingga muncul ketergantungan pada
perangkat lunak.

Gejala seperti ini jelas kurang menguntungkan bagi perkembangan pembangunan SIG
suatu organisasi atau lembaga, terutama bagi organisasi atau lembaga yang
menggandalkan suplai perangkat lunak pada suplier. Oleh karena itu pemahaman akan
konsep atau pemikiran dasar pengetahuan SIG merupakan modal utama untuk
memahami suatu SIG tanpa terpengaruh oleh keberadaan perangkat lunak .
Maksudnya tidak lain agar kita tidak terjebak oleh paradigma yang salah bahwa SIG
adalah ArcGIS, dan kalau bukan ArcGIS maka bukan SIG.

Perkembangan SIG
GIS (Geographic Information System) atau Sistem Informasi Geografis adalah sistem
informasi yang digunakan untuk memasukkan, menyimpan, memanggil kembali,
mengolah, menganalisa, dan menghasilkan data bereferensi geografis atau geospatial,
untuk mendukung pengambilan keputusan dalam suatu perencanaan. Dengan

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
2 / 15
menggunakan SIG maka akan lebih mudah bagi para pengambil keputusan untuk
menganalisa data yang ada. Karena dengan adanya SIG maka akan digambarkan juga
posisi penyebaran data pada kondisi sesungguhnya.

Teknologi Sistem Informasi Geografis dapat digunakan untuk investigasi ilmiah,


pengelolaan sumber daya, perencanaan pembangunan, kartografi dan perencanaan
rute. Misalnya, SIG bisa membantu perencana untuk secara cepat menghitung waktu
tanggap darurat saat terjadi bencana alam, atau SIG dapat digunaan untuk mencari
lahan basah (wetlands) yang membutuhkan perlindungan dari polusi.

Awal dikenalnya SIG tidak lepas dari adanya kemajuan dalam bidang teknologi
terutama komputer. Selama perang dunia kedua pemrosesan data mengalami kemajuan
yang pesat terutama untuk memenuhi kebutuhan militer dalam memprediksi trayektori
balistik. Pada awal tahun 1960-an perkembangan dalam ilmu komputer semakin pesat
dan siap digunakan untuk bidang lain di luar militer. Para ahli meteorologi, geologi,
dan geofisika mulai menggunakan komputer dalam pembuatan peta.

Tahun 1963 di Kanada muncul CGIS (Canadian Geographic Information


System), dan selanjutnya menjadi SIG pertama di dunia. Dua tahun kemudian di
Amerika Serikat beroperasi sistem serupa bernama MIDAS yang digunakan
untuk memproses data-data sumber daya alam.

Seiring dengan berkembangnya teknologi, GIS juga mengalami perubahan ke


arah yang lebih baik. Berikut adalah sejarah perkembangan GIS dari masa ke
masa :

Pada Tahun 35000 terdapat artefak di dinding gua Lascaux, Perancis, para
pemburu Cro-Magnon menggambar hewan mangsa mereka, juga garis yang
dipercaya sebagai rute migrasi hewan-hewan tersebut. Catatan awal ini sejalan
dengan dua elemen struktur pada sistem informasi gegrafis modern sekarang ini,
arsip grafis yang terhubung ke database atribut.

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
3 / 15
Selanjutnya pada tahun 1700-an teknik survey modern untuk pemetaan
topografis diterapkan, termasuk juga versi awal pemetaan tematis, misalnya
untuk keilmuan atau data sensus.

Berikutnya pada awal abad ke-20 teradapat paradigma baru dengan


munculnya pengetahuan tentang “litografi foto” dimana peta dipisahkan
menjadi beberapa lapisan (layer). Perkembangan perangkat keras komputer yang
dipacu oleh penelitian senjata nuklir membawa aplikasi pemetaan menjadi
multifungsi pada awal tahun 1960-an.

Pada tahun 1967 merupakan tonggak sejarah dalam pengembangan SIG, yaitu
ketika para ilmuan dan pratisi pemetaan di Ottawa, Ontario oleh Departemen
Energi, Pertambangan dan Sumber Daya mengembangkan sistem informasi
geografis. Seorang Geograf yanti Roger Tomlinson, meletakan dasar-dasar GIS
yang kemudian disebut dengan Canadian GIS (CGIS). Sistem ini digunakan
untuk menyimpan, menganalisis dan mengolah data yang dikumpulkan untuk
Inventarisasi Tanah Kanada Canadian land Inventory (CLI). Ini merupakan
sebuah inisiatif untuk mengetahui kemampuan lahan di wilayah Pedesaan
Kanada dengan memetakaan berbagai informasi pada tanah, pertanian,
pariwisata, alam bebas, unggas dan penggunaan tanah pada skala 1:250000.
Faktor pemeringkatan klasifikasi juga diterapkan untuk
keperluan analisis.

Perkembangan selanjutnya adalah munculnya GIS dengan gvSIG.CGIS


merupakan sistem pertama di dunia dan hasil dari perbaikan aplikasi pemetaan
yang memiliki kemampuan timpang susun (overlay), penghitungan,
pendijitalan/pemindaian (digitizing/scanning), mendukung sistem koordinat
national yang membentang di atas benua Amerika. Teknik untuk memasukkan
garis sebagai arc yang memiliki topologi dan menyimpan atribut dan informasi
lokasional pada berkas terpisah. Pengembangya, seorang geografer bernama
Roger Tomlinson kemudian disebut sebagai Bapak Sistem Informasi Geografi.

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
4 / 15
CGIS bertahan sampai tahun 1970-an dan memakan waktu lama untuk
penyempurnaan setelah pengembangan awal, dan tidak bisa bersaing denga
aplikasi pemetaan komersil yang dikeluarkan beberapa vendor seperti
Intergraph. Perkembangan perangkat keras mikro komputer memacu vendor lain
seperti ESRI dan CARIS berhasil membuat banyak fitur SIG, menggabung
pendekatan generasi pertama pada pemisahan informasi spasial dan atributnya,
dengan pendekatan generasi kedua pada organisasi data atribut menjadi struktur
database.

Perkembangan industri pada tahun 1980-an dan 1990-an memacu lagi


pertumbuhan SIG pada workstation UNIX dan komputer pribadi. Pada akhir abad ke-
20, pertumbuhan yang cepat di berbagai sistem dikonsolidasikan dan distandarisasikan
menjadi platform lebih sedikit, dan para pengguna mulai mengekspor menampilkan
data SIG lewat internet, yang membutuhkan standar pada format data dan transfer

C. GIScience, GIStudies, GISystem, dan GIService

Pada Dasarnya, GIS / SIG bukanlah elemen tunggal dan homogen yang mana,
huruf “S” memiliki penjabaran berbeda. Pemanfaatan dan perkembangannya
terdiri atas berbagai elemen yang saling terkait, dalam menguatkan teknologi
geospasial. Yang meliputi: GIScience (Sains Informasi Geografis), GIStudies
(Studi Informasi Geografis),GI System (Sistem Informasi Geografis),
GIServices (Layanan Informasi Geografis).

I. GIScience (Sains Informasi Geografis),


Sejalan dengan perkembangan rekayasa geomatika, di lingkungan
geografi muncul satu bidang kajian baru yang bernama Sains Informasi
Geografis. (Geographic Information Science). Sebagai agresi bidang
teknis keilmuan geografi yang telah ada sebelumnya yaitu kartografi,
penginderaan jauh, dan sistem informasi geografis. – GIS.

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
5 / 15
Selain pilar keilmuan geografi, berbagai kajian dalam rekayasa geomatika
tetap berada dalam ruang lingkupnya, meskipun dengan proporsi berbeda.
Posisi sains informasi geografis ini, menurut landasan filosofinya, tentu
saja berbeda dengan posisi rekayasa geomatika. Yang tetap
mengedepankan analisis yang bersifat multidimensional, terintegrasi,
komprehensif, dan holistik. Sebagai “buah” dari konvergensi berbagai
disiplin ilmu, sains informasi geografis tetap berada dalam koridor
keilmuan geografi. – GIS.

Istilah sains informasi geografis pertama kali dikemukakan oleh Maguire,


Goodchild, dan Rhind pada tahun 1991. Mereka mendefinisikannya
sebagai kajian yang berfokus pada penanganan informasi geografis seperti
karakteristik data geografis. Juga pemecahan masalah dalam perspektif
gografis, informasi dan pemanfaatan informasi geografis dalam berbagai
disiplin ilmu. Serta dampak pemanfaatan informasi geografis bagi
masyarakat dan pengambil kebijakan. Meski mengalami perluasan makna,
istilah system masih tetap dipertahankan untuk mencirikan antara bidang
ilmu dan tool spasial. – GIS.

Secara umum pendekatan dalam keilmuan geografi di Indonesia hanya


meliputi tiga pendekatan. Yakni kelingkungan (ecological), keruangan
(spatial), dan kompleks wilayah. Sains informasi geografis berkembang
dari konsep pendekatan keruangan yang mencakup berbagai analisis
spasial terkait dengan berbagai fenomena geosfer.

Pada akhirnya, Sains Informasi Geografis merupakan bidang kajian


dengan kompleksifitas yang tinggi. Karena pendekatan multi tingkat yang
meliputi Multiskala (multi-scale), Multiresolusi (multi-resolution),
Multiwaktu (multi-temporal), Multispektral (multi-spectral), dan

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
6 / 15
multisumber (multi-sources). Bila telaah lebih lanjut, dasar yang mapan
dalam bidang kartografi, penginderaan jauh, dan sistem informasi
geografis merupakan sebuah keharusan. Sehingga kajian sains informasi
geografis sangat relevan dalam kajian dan pengembangan keilmuan
geografi. – GIS.

Dengan demikian, sains informasi geografis tidak dimaksudkan untuk


menggantikan SIG, melainkan sebagai disiplin ilmu yang terintegrasi.
Misalnya dalam hal:
1. pendeteksian perubahan lahan,
2. penjalaranan (sprawl) perkotaan, beserta dampaknya yang
menggunakan data citra, peta dan dokumen perencanaan pembangunan.
kajian mengenai penggunaan lahan, kepadatan penduduk, kepadatan
bangunan. Serta perubahan suhu udara, kerapatan vegetasi, hingga
prediksi spasial di masa mendatang dapat dilakukan secara bersamaan.

Hal yang harus menjadi catatan penting adalah bahwa sebagai Sains
Informasi Geografis bukan sekadar ketrampilan menggunakan komputer.
Karena esensi keilmuannya mangacu pada kaidah segala sesuatu terjadi
pada ruang dan waktu. Cara pandang ini memicu para ahli dan peperhati
Sains Informasi Geografis untuk dapat memanfaatkan dan memadukan
segala tool analisa spasial. Secara mendalam sesuai dengan bidangnya.
Dalam hal ini adalah perencanaan dan pembangunan kewilayahan - GIS

II. GISystem (Geographic Information System / Sistem


Informasi Geografis)

GISystem (Geographic Information System), dalam bahasa Indonesia


disebut dengan Sistem Informasi Geografis (SIG). Merupakan suatu

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
7 / 15
sistem yang mampu menyimpan, mengolah, mentransformasi, dan analisis
data maupun informasi spasial yang berguna untuk pengambilan
keputusan. Di awal perkembangannya hingga sekarang, SIG didominasi
oleh penggunaan komputer untuk menggabungkan berbagai data spasial.
Agar mampu digunakan dan dipahami oleh pengguna atau masyarakat.
SIG dapat mengintegrasikan basis data, analisis spasial, dan prosedur
statistik. Ini membuatnya lebih baik dari pada visualisasi permukaan bumi
yang disajikan dalam sebuah peta. SIG memuat pemodelan spasial dari
real-word yang bersifat kompleks menjadi lebih sederhana. – GIS.

Definisi SIG dapat diuraikan menjadi beberapa subsistem dengan


kemampuan yang berbeda-beda yang meliputi. :

1. Data input. Subsistem ini berfungsi untuk mengumpulkan,


mempersiapkan, dan menyimpan data spasial maupun atribut.
2. Data management. Subsistem ini mengorganisasikan data spasial
maupun atribut kedalam basis data.
3. Data manipulation and analysis. Subsistem ini berperan dalam
manipulasi dan pemodelan data guna menghasilkan informasi yang
diharapkan.
4. Data output. Berberan untuk menampilkan sebagian dan seluruh
basis data baik dalam bentuk soft copy maupun hard copy. (Seperti
tabel, grafik, peta, dan lain-lain). Dari data output ini, pengguna dapat
memperoleh informasi yang dapat membantu dalam pengambilan
keputusan. – GIS.

Kemampuan inilah yang membedakan SIG dari sistem informasi lainnya


karena mampu menjelaskan beragam fenomena spasial bagi penggunanya.

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
8 / 15
SIG sebagai alat atau sistem untuk memecahkan masalah geospasial.
Komponen-komponennya meliputi:

1. Perangkat keras seperti komputer, mouse, digitizer, printer, dan


scanner.
2. Perangkat lunak yang terbagi atas sistem operasi, aplikasi SIG, dan
aplikasi basis data.
3. Data dan informasi geografis yang terdiri atas data vektor (titik, garis,
dan polygon). Data raster (terbentuk dari piksel-piksel gambar), serta
data atribut (berisi penjelasan / ifnormasi pelengkap).
4. Manajemen dan metode karena bekerja dengan SIG harus ditangani
oleh orang-orang yang memiliki keahlian yang tepat pada semua
tingkatan. Serta memahami metode analisis spasial yang tepat untuk
tiap permasalahan.
5. Pengguna sebagai pihak yang memanfaatkan informasi hasil analisis
SIG.

III. GIService (Geographic Information Service / Layanan


Informasi Geografis)

Tujuan utama layanan Informasi Geografis (GIServices) adalah


menyediakan layanan basis data dan informasi geografis secara
komprehensif. Yang dapat diakses oleh publik melalui berbagai perangkat
yang bersifat mobile. GIServices biasanya berwujud website (berupa web-
GIS atau portam GIS). Juga beragam aplikasi di smartphone yang berisi
layanan informasi spasial untuk beragam kepentingan. GIServices
berperan sebagai basis pengembangan basis data spasial secara digital.
Sebagai basemap untuk beragam layanan publik baik oleh pemerintah,
bisnis, ekonomi, maupun individu. Hal ini bertujuan agar peranan data

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
9 / 15
spasial semakin efektif dan mampu meningkatkan efisiensi masyarakat
dalam beragam aktifitas.

Sebagai GIServices teknologi yang mampu memberikan beragam data dan


informasi geospasial secara saling sinergi. Antara infrastruktur
telekomunikasi dan sistem informasi geografis harus mapan, karena
GIServices terus berkembang menjadi media penyimpanan dan suber daya
komputasi. GIServices melibatkan penggunaan perangkat GNSS yang kini
telah tersedia pada smartphone untuk mengetahui posisi dan layanan yang
diperlukan oleh pengguna. Oleh sebab itu, GIServices memiliki beragam
peran, seperti:

1. Pengembangan pengetahuan geospasial masyarakat.


2. Administrator dan server basis data spasial.
3. Media koordinasi berbagai pihak dalam pemanfaatan basis data.
4. Pengembangan struktur dan standarisasi data spasial.
5. Katalog data yang komprehensif.
6. Melindungi informasi sensitif milik pengguna dan penyedia data.
7. Sarana akses data dan aplikasi geospasial.
8. Melatih masyarakat untuk mampu membuat keputusan spasial yang
bijak.
9. Sarana pengujian kompatibilitas data spasial antar lembaga.

IV. GIStudies ( Geographic Information Studies / Studi


Informasi Geografis)

GIStudies dapat diartikan sebagai bidang kajian yang mempelajari


dinamika penggunaan informasi geografis. Oleh berbagai elemen
masyarakat beserta standar, prosedur, dan lembaga/institusi yang terlibat

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
10 / 15
di dalamnya. Sebagai sebuah kajian yang sistematik terkait penggunaan
informasi geografis. GIStudies dalam konteks sosial juga mengkaji
masalah etika pemanfaatan dan penggunaan informasi spasial.

GIStudies mengkaji pengaruh dan signifinkansi pemanfaatan/penggunaan


informasi spasial. Termasuk aplikasi/software yang turut memanfaatkan
data geografis bagi masyarakat. Dalam hal ini, adanya aplikasi transportasi
online, peta online, financial technology (fintech), dan virual reality juga
masuk dalam kajiannya. Lalu, bagaimana rangkaian data spasial dapat
berinteraksi dengan masyarakat?. Sejak data spasial telah berubah menjadi
informasi yang mampu dipahami oleh pengguna, disanalah GIStudies
mulai mengkaji. Beragam aktifitas pengguna dalam memanfaatkan data
geografis meliputi.

1. Pengamatan fenomena geografis baik secara kualitatif maupun


kuantitatif.
2. Penyajian kembali hasil pengamatan fenomena geografis bisa bentuk
pemahaman kognitif, visualisasi grafis, dan lain sebagainya.
3. Memadukan beragam hasil pengamatan terhadap fenomena geografis
dari sumber-sumber yang berbeda menjadi informasi baru yang
bermanfaat.
4. Mampu menjelaskan dan mentransformasikan hasil pemahaman
tersebut kepada pihak lain. Bila berkaitan dengan program komputer
berarti kemampuan dalam mengintegrasikan tipe file agar saling
terhubung satu sama lain dan dapat digunakan.

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
11 / 15
D. Penutup
Universitas yang berperan aktif dalam perkembangan ilmu Sistem Informasi Geografis
di Indonesia Universitas Gadjah Mada, Universitas Indonesia, dan Universitas
Muhammadiyah Surakarta yang bberfokus dalam pengembangan ilmu Geografi, dan
masih banyak lagi universitas di Indonesia yang juga memiliki fakultas Geografi
berbasis pendidikan.

Pengenalan dan pengelolaan data spasial dapat dilakukan dengan belajar sig sejak dini.
Belajar harus mencangkup praktek penggunaan tools beserta ekseskusinya. Hal ini
dikarenakan data spasial berbeda dengan data biasa pada umumya karena memiliki
informasi spasial dan memiliki informasi lainnya yang tercantum pada atributnya.
Disamping pengenalan mengenai peran SIG dalam segala bidang, pemahaman
mengenai konsep spasial juga sangat diperlukan. Nantinya pemahaman konsep ini
yang akan menuntun dalam analisis spasial menggunakan SIG.

Untuk lebih mematangkan konsep dan prakteknya, perlu dilakukan pelatihan


sig atau kursus sig yang mampu memenuhi kebutuhan tersebut. Pelatihan yang
memberikan konsep dasar secara ringan dan jelas sehingga mudah dipahami dan
diterima serta praktek dalam eksekusi suatu studi kasus untuk mempermudah
pemahaman dan implementasi SIG.

Pemanfaatan Sistem Informasi Geografis di berbagai bidang telah banyak diterapkan.


Pada bidang pertanian contohnya, analisis untuk membantu pembuatan jaringan irigasi
yang efektif dan pembuatan pemodelan jaringan sehingga perencanaan menjadi lebih
efisien dari segi waktu dan tenaga jika dibandingkan dengan melakukan survey
lapangan secara keseluruhan. Adapun di bidang pertanian, SIG juga memiliki peran
untuk membatu dalam pengukuran lahan hingga estimasi produksi melalui pemetaan.
Pada bidang perencanaan kota, SIG sangat berperan dalam representasi tata ruang kota
dan perencanaan pembangunan dengan melihat aspek dampak dari pemanfataan suatu
ruang. Bahkan untuk bidang kesehatan, SIG juga mulai dikembangkan untuk
mengetahui potensi penyakit endemik yang dikaitkan dengan habitat vektor penyakit
tersebut sehingga wilayah berpotensi dapat terklasifikasi dan tindakan preventif dapat

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
12 / 15
dilakukan. Masih banyak lagi implementasi SIG lainnya untuk berbagai bidang yang
sangat bermanfaat dan memiliki peran dalam pengambilan keputusan.

Prediksi arah perkambangan Sistem Informasi Geografis dimasa mendatang akan


semakin berperan dan banyak digunakan oleh berbagai kalangan. Pada saat ini,
kebutuhan sumberdaya manusia yang memiliki skill analisis spasial dan pengoperasian
SIG sudah banyak dibutuhkan, sehingga banyak orang yang belajar secara otodidak
untuk mengenal SIG karena tuntutan. Oleh karenanya tidak ada salahnya jika memulai
untuk belajar SIG dari sekarang dengan konsep yang benar sehingga implementasi
dalam segala hal menjadi lebih mudah.

PUSTAKA
Armstrong, M. P., Rushton, G., Honey, R., Dalziel, B. T., De, S. and Densham, P.
(1991) Decision support for regionalization: a spatial decision support system
for regionalizing service delivery systems. Computers, Environment and Urban
Systems, 15, 37-53.
Aronoff, S. (1989) Geographic information systems: a management perspective.
Ottawa: WDL Publications.
Befort, W. A., Luloff, A. E. and Morrone, M. (1988) Rural land use and demographic
change in a rapidly urbanizing environment. Landscape and Urban Planning,
16(4), 345-356.
Bracken, I. and Webster, C. (1989) Towards a topology of geographical information
systems. International Journal of Geographical Information Systems, 3(2), 137-
152.
Brail, R. K. (1989) The evolution of spatial modeling in the USA. Ekistics, 56, 249-
253.
Branch, M. C. (1988) Regional planning: introduction and explanation. New York:
Praeger.
Bromley, R., Hall, P., Dutt, A., Mookherjee, D. and Benhart, J. E. (1989) Regional
development and planning. In Geography in America (G. L. Gaile and C. J.
Willmott, eds).
Colombus, OH: Merrill. Burchell, R. W. and Steinlieb, G. (eds) (1978) Planning
theory in the 1980s. New Brunswick: Center for Urban Policy Research, Rutgers
University.

Burrough, P. A. (1986) Principles of geographical information systems for land


resources assessment. Oxford: Clarendon Press.
Dando, L. P. (1991) Open records law, GIS and copyright protection; Life after Feist.
In Urban and Regional Information Systems 1991 Annual Conference
Proceedings, Vol. 4, pp. 1-17. San Francisco.

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
13 / 15
Densham, P. and Rushton G. (1988) Decision support systems for local planning. In
Behavioural modelling in geography and planning (R. G. Golledge and H.
Timmermans, eds), pp. 56-90. London: Croom Helm.
Dueker, K. J. (1979) Land resource information systems: a review of fifteen years
experience. Geo-Processing, 1, 105-128.
Lcvinc, J. and Landis, J. D. (1989) Geographic information systems for local planning.
Journal of the American Planning Associution, 55(2). 209-220.
Lindhult. M. S.. Fabos. J.. Brown, P. and Price, N. (1988) Using geographic
information systems to assess conflicts between agriculture and development.
Landscape and Urban Planning. 16(4), 3333343.
Scholten, H. J. and Stillwell, .I. C. H. (1YYO) Geographic information systems for
urban and regionul planning. Boston: Kluwer Academic Publishers.

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
14 / 15

Anda mungkin juga menyukai