Anda di halaman 1dari 6

Perkebangan Sastra Anak Melalui Genre Realisme

Oleh : Wulan Dian Sari Br Siahaan


Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Fakultas Bahasa dan Seni
Universitas Negeri Medan
Gmail: diansariula@gmail.com

Abstrak
Genre dapat dipahami sebagai macam atau tipe kesustraan yang memiliki seperangkat
karakteristik umum (Lukens, 1999). Genre menunjuk pada pengelompokan katagori karya
sastra menurut style, bentuk atau isi (Mitchell, 2003). Artinya dalam menentukan masuk ke
genre mana suatu sastra, ada pertimbangan berupa ciri khas sastra mengenai bentuk, gaya, dan
isi atau konteksnya. Misalnya genre fiksi didalamnya terdapat elemen structural seperti alur,
penokohan, latar, sudut pandang dan lain-lainnya. Namun demikian, setiap genre sastra anak
dapat berguna sebagai sarana menumbuh kembangkan dan melestarikan nilai-nilai dalam
lingkungan sosial. Sebab, pewaris nilai yang baik dan bertahan lama dalam memori dan diri
seseorang apabila dilakukan sejak masa kanak-kanak. Sastra anak sebaiknya tetap berpegang
pada realitas kehidupan agar anak juga bisa merefleksikan apa yang terkandung dalam cerita
kedalam kehidupannya. Didalam kehidupan sosial anak, ada banyak peristiwa yang tidak selalu
indah sebagaimana diilustrasikan kedalam karya pada umumnya. Sesuai pandangan
Nurgiyantoro (2016), bahwa sastra anak harus secara emosional psikologis dapat ditanggapi
dan dipahami oleh pihak anak yang berangkat dari fakta konkret yang dapat diimajinasikan.
Pemahaman tersebut juga harus diperoleh anak melalui sudut pandangnnya (Norton,1983).
Oleh sebab itu, perlu dipahami lebih dalam tentang genre sastra yang menggambarkan secara
lebih konkret tentang kehidupan bagi anak.

Kata Kunci : Sastra Anak, Genre Realisme.


Pendahuluan
Pembicaraan suatu gendre akan berbeda dengan genre lainnya,tetapi juga
sekaligus tumpeng-tindih. Demikian menurut Nurgiyantoro (2016) dalam bukunya
berjudul Sastra Anak. Ini disebabkan dalam tiap genre terdapat elemen tertentu yang
kurang lebih sama. Artinya suatu bentuk cerita yang dikelompokkan kedalam suatu
subgenre yang lain, tetapi dengan kriteria yang berbeda.
Genre dapat dipahami sebagai macam atau tipe kesustraan yang memiliki
seperangkat karateristik (Lukens,1999) Genre menunjuk pada pengelompokan kategori
sastra menurut style, bentuk atau isi (Mitchell,2003). Artinya, dalam menentukan
masuk kedalam genre mana suatu sastra, ada pertimbanganberupa ciri khas sastra
mengenai bentuk, gaya, danisi atau kontennya. Misalnya genre fiksi didalamnya
terdapat elemen structural seperti alur, penokohan, latar, sudut pandang, dan lain-
lainnya. Sedangkan genre puisi terdapat elemen structural penting seperti rima, irama,
diksi,imaji,dan lain-lainnya, yang pada prinsipnya elemen-elemen structural diantara
kedua genre itu menunjukkan perbedaan dan eksistensi masing-masing.
Namun demikian genre sastra anak dapat berguna sebagai sarana menumbuh
dan melestarikan nilai-nilai dalam lingkungan sosial, sebab pewarisnya nilai yangbaik
dan bertahan lama dalam memory dan diri seseorang ialah apabila dilakukan sejak masa
kanak-kanak. Bahkan menurut Zubaidah (2001), sastra bentuk puisi mempunyai
kegunaan praktis untuk dipakai dalam evaluasi pembelajaran Bahasa. Sederhananya,
karena sastra anak adalah sastra yang memang untuk konsumsi anakanak sesuai
perkembangan emosional dan intelektualnya, maka harus mengandung unsur
imajinatif, estetis, dan nilai moral yang bermanfaat untuk kehidupan anak. Unsur
imajinatif dalam cerita (dongeng), misalnya, dapat membangkitkan khayalan anak
untuk memposisikan diri menjadi salah satu tokoh dalam suatu cerita yang dia
idolakan. Hal ini sangat sesuai dengan dunia anak yang penuh fantasi (Zubaidah,
2003). Karena unsur imajinatif yang lekat dalam dunia anak inilah kemudian anak
bisa mengahayal dirinya menjadi seorang putri, pangeran, ataupun ksatria.Oleh
karena itu, sastra anak sebaiknya tetap berpegang pada realitas kehidupan, agar
anak juga bisa merefleksikan apa yang terkandung dalam cerita ke dalam
kehidupannya. Dalam kehidupan sosial anak, ada banyak peristiwa yang tidak selalu
indah sebagaimana diilustrasikan dalam karya sastra pada umumnya. Anak bisa
saja mengalami berbagai peristiwa tentang kematian, perceraian, kemiskinan, dan
lain-lain (Miftakhuddin, 2018).

Hasil Pembahasan
Genre dapat dipahami sebagai sesuatu macam atau tipe kesastraan yang memiliki seperangkat
karateristik umum (Lukens,1999:3). Atau menurut Mitchell (2003:5-6) genre menunjuk pada
pengertian tipe atau katagori pengelompokan karya sastra yang biasanya berdasarkan
style,bentuk, atau isi. Hal itu membawa konsekuensi pemahaman dalam sebuah genre sastra
terdapat sejumlah elemen yang memiliki kesamaan sifat, dan elemen itu menunjukkan
perbedaan dengan elemen genre yang lain.
Secara garis besar, Lukens mengelompokkan genre sastra kedalam enam macam, yaitu
realisme, fiksi formula, fantasi, sastra tradisional, puisi, dan nonfiksi dengan masing-masing
mempunyai beberapa jenis lainnya. Genre drama sengaja tidak dimasukkan karena
menurutnya, drama harus lengkap setelah dipertunjukkan dan ditonton, dan bukan semata-mata
urusan Bahasa-sastra.
1. Realisme
Realisme dalam sastra dapat dipahami bahwa cerita yang dikisahkan mungkin saja ada
dan terjadi walaupun tak harus bahwa ia memang benar-benar ada dan terjadi. Peristiwa
dan jailan peristiwa yang dikisahkan masuk akal, logis. Cerita mereka
mempresentasikan berbagai peristiwa, aksi, dan interaksi, yang seolah-olah memang
benar, dan menyelesaikannya pun masuk akal dan dapat dipercaya.

2. Cerita Realisme
Biasanya bercerita tentang masalah-masalah sosial dengan menampilkan tokoh utama
prontagonis sebagai pelaku cerita. Masalah-masalah yang dipahami tokoh itulah yang
menjadi sumber pengembangan konflik dan alur cerita. Panelising cerita tidak harus
simplisistik dan sentimental dan kurang realistic dan adil.

3. Realisme Binatang
Cerita realisme Binatang adalah cerita yang bersifat nonfiksi. Ia adalah cerita tentang
Binatang, berbicara tentang Binatang, misalnya yang berkaitan dengan bentuk fisik,
habitat, cara dan siklus hidup, dan lain-lainnya. Pendeknya ia adalah cerita deskripsi
tentang Binatang yang mengandung unsur personifikasi, Binatang sebagaimana
Binatang yang tidak dapat berfikir seperti manusia. Cerita realisme Binatang juga dapat
ditulis dengan lebih menarik, dan karenanya menawarkan efek keindahannya juga.

4. Realisme Historis
Cerita realisme Sejarah mengisahkan peristiwa yang terjadi pada masa lampau. Hal ini
menentukan lata yang juga harus bersetting pada masa lampaunya. Misalnya, deskripsi
keadaan tempat, seperti rumah, jalan, dan kondisi lingkungan alam secara keseluruhan,
cara berpakaian tokoh, peralatan hidup, seperti alat untuk memasak, bekerja,
transportasi, dan lain-lainnya. Cerita Sejarah dapat dikembangkan menjadi fiksi Sejarah
yang didalamnya terdapat unsur imajinasi. Namun aspek imajinasi tersebut haruslah
dipadukan secarah integral dengan fakta.

5. Realisme Olahraga
Cerita realisme olahraga adalah tentang berbagai hal yang berkaitan dengan dunia
olahraga. Ia dapat berkaitan dengan bermacam jenis dan tim olahraga dengan
berbagaimacam jenis dan tim olahraga.

6. Fiksi Formula
Genre ini sengaja disebut sebagai fiksi formula karena memiliki pola-pola tertentu yang
membedakannya dengan jenis lainnya. Walaupun hal itu tidak mengurangi orisinalitas
cerita yang dikreasikan oleh penulis, keadaan itu mau atau tidak merupakan sesuatu
yang bersifat membatasi.

7. Cerita Misterius dan Detektif


ceritanya biasanya dikemas dalam suatu waktu, lampau, kini, atau mendatang, dan
menyajikan terror pada tiap bagian.

8. Cerita Romantis, bukan hal baru dalam realisme, dan kini banyak ditulis untuk
pembaca muda. Cerita ini biasanya menampilkan kisah yang simpilsistis dan
sentimentalis hubungan laki-laki dengan peremouan, dan itu seolah-olah merupakan
satu-satunya focus dalam kehidupan remaja.

9. Novel Serial, dimaksudkan sebagai novel yang diterbitkan secara terpisah, namun
novel-novel itu merupakan saku kesatuan unit. Novel diidentifikasihkan sebagai
“dokumentasi perkembangan tokoh” dengan alur yang terpisah, tetapi memiliki tema
yang mirip. Novel memiliki tokoh utama dengan sedikit perubahan karakter.
10. Fantasi, dapat dipahami sebagai the willing suspension of disbelief (Coleridge, via
lukens, 1999:20), cerita yang menawarkan sesuatu yang sulit diterima. Cerita fantasi
dikembangkan lewat imajinasi yang lazim dan dapat diterima pembaca.

11. Cerita Fantasi dapat dipahami sebagai cerita yang menampilkan tokoh,alur,tema,yang
derajat kebenarannya diragukan,baik menyangkut,seluruh maupun Sebagian cerita.

12. Fantasi Tinggi, dimaksudkan sebagai cerita yang pertama-tama ditandai oleh adanya
focus konflik antara yang baik dengan yang jahat, antara kebaikan dengan kejahatan.

13. Fiksi Sain dapat dipahami dalam beberapa pengertian. (Via Lukens,1999:23),
seseorang pengarang fiksi sain, misalnya, mengemukakan bahwa fiksi sain adalah
spekulatif dimana pengarang mengambil postulaf dari dunia nyata sebagaimana yang
kita ketahui dan mengaitkan fakta dengan hukum alam.

14. Sastra Tradisional, menunjukkan bahwa bentuk itu berasal dari cerita yang telah
mentradisi, tidak diketahui kapan mulanya dan siapa penciptanya dan dikisahkan secara
turun-temurun secara lisan.

15. Fabel, adalah cerita Binatang yang dimaksudkan sebagai personifikasi karakter yang
dimaksud sebagai personifikasi karekter manusia. Pemilihan tokoh Binatang
dimaksudkan untuk mengkonkretkan ajaran dalam bentuk tingkah laku, jadi bukan
hanya disampaikan secara verbal dan abstrak.

16. Dongeng Rakyat, merupakan salah satu bentuk dari cerita tradisional. Pada masa
lampau dongeng diceritakan oleh orang tua kepada anaknya, secara turun-temurun.

17. Mitos, dapat dipahami sebagai cerita yang berkaitan dengan dewa-dewa atau tentang
kehidupan supernatural yang lain,juga sering mengandung sifat pendewaan manusia
atau keturunan dewa (Makaryk, 1995:596).

18. Legenda, Menceritakan kisah tradisional yang menarik.

19. Epos, Merupakan cerita Panjang yang berbentuk syair, dengan pengarang yang tidak
pernah diketahui.

20. Puisi, Sebuah bentuk contoh sastra, yang memiliki Bahasa yang padat,singkat, sedikit
kata, tetapi banyak mendialogkan sesuatu yang lebih banyak.

21. Buku Informasi, yang terdiri atas berbagai macam buku yang memiliki banyak
informasi, memiliki antarfakta dan konsep, dan lainnya yang mampu menstimulasikan
keingintahuan pembaca.

22. Biografi, adalah buku yang menceritakan biodata dan kisah seorang pahlawan,
penjajah, para ahli atau tokoh-tokoh tertentu.

23. Fiksi, bentuk penulisan fiksi adalah prosa, artinya, karangan ditulis secara prosa,
bentuk kalimat relative panjangn, dan format penulisan memenuhi halaman dari margin
kiri dan kanan. Fiksi juga menampilkan dialog secara bergantian. Dilihat dari isinya,
Fiksi berisi cerita khayalan yang tidak menunjukkan kebenaran. Tokoh dan peristiwa
tidak pernah ada dan tidak terjadi. Berdasarkan jenisnya fiksi dibedakan menjadi dua
yaitu, fiksi tradisional dan modern. Fiksi Tradisional adalah cerita yang telah muncul
ratusan tahun lalu, genre diatas disajikan dalam bentuk fabel, dongeng rakyat, mitos,
legenda dan lainnya. Fiksi modern adalah cerita yang ditulus relatif baru, pengarang
jelas, dan beredar sudah dalam bentuk buku maupun cetakan lewat media massa.
24. Puisi,secara bentuk, puisi hadir dengan Bahasa singkat, padat, larik-larik pendek yang
membentuk bait-bait, secara formal penulisan tidak memenuhi halaman.
25. Komik, adalah cerita bergambar dengan sedikit tulisan, bahkan kadang-kadang ada
gambar yang tampa tulisan, karena gambar tersebut sudah berbicara sendiri.

Berikut adalah periodisasi sastra populer (A,. 2015)

 Populer Zaman Kolonial abad ke-19, Sastra tersebut ditulis oleh kaum kolonial indo-
belanda, peranakan cina, dan kaum pribum. Bahasa yang digunakan pada zaman ini
adalah Bahasa melayu pasar. Tema pada zaman ini adalah cerita para kehidupan para
nyai, cerita yang diangkat dari pengadilan, cerita hantu, dan percintaan. Pada masa ini,
terjadi pengolokan politik dan sosial sehingga penulis tidak bisa focus dalam penulisan
karyanya.
 Periode 1950-1968-an, pada masa ini sastra populer memiliki tema yang berbeda pada
masa sebelumnya. Sastra populer yang ditemukan adalah novel dan cerpen.
 Periode 1970-1990-an, pada masa ini muncullah penulis-penulis Wanita yang
mengalami tema masalah rumah tangga. Selain itu tema remaja juga mulai muncul.
 Periode Era Reformasi, pada periode ini, muncul pula sastra populer berjenis chicklit
dan teenlit. Perbedaan dari periode era reformasi dengan periode sebelumnya adalah
berkurangnya tema kriminilitas sastra populer.

Genre Sastra, contih dari genre sastra populer dibagi menjadi dua yaitu : Metropop dan
Cyberlit.

 Metropop adalah sebuah istilah muncul karena adanya dua kata yaitu: “metropolitan”
dan “populer”. Metropop menceritakan mengenai hubungan diantara tokoh Wanita
dengan laki-laki. Metropop juga memiliki latar belakang Masyarakat urban atau
perkotaan dan menceritakan kisah-kisah Wanita mandiri yang hidup dikota. Ada
banyak contih sastra dengan genre metropop, contohnya Autumn In Paris karya Tan
dan Melbourne.
 Cyberlit atau siber, memiliki cirikhas yaitu siber biasanya anonym atau tidak diketahui
atau diketahi penulisnya(Astutiningsih 2013)Hal ini sesuai dengan sifat dari dunia
maya. Peluang siber adalah eksistensi sastra Indonesia dapat terus berlanjut dan lebih
mudah dijangkau. Contoh dari sastra siber adalah Webtoop dan Wattpat (Yusanta &
Wati 2020).
Daftar Pustaka
Sastra Anak: Persoalan Genre | Nurgiyantoro | Humaniora
https://jurnal.ugm.ac.id/jurnal-humaniora/article/view/811
Sastra anak: Genre realisme-PsyArXiv
https://psyarxiv.com/fx82y/
PERBANDINGAN GENRE SASTRA POPULER DAN PENGAJARANNYA PADA SISWA
SEKOLAH MENENGAH ATAS
https://repository.usd.ac.id/42923/1/8176_Perbandingan-Jasmin_20212.pdf

Anda mungkin juga menyukai