Anda di halaman 1dari 7

Nomor 1

A.Berikut adalah contoh gambar kurva kinked:

Dalam contoh ini, Kurva penawaran 1 menunjukkan elastisitas penawaran yang lebih tinggi di bawah
harga 25, sementara kurva penawaran 2 menunjukkan elastisitas penawaran yang lebih tinggi di atas
harga 25.

Hasilnya adalah plot kurva kinked dengan dua kurva penawaran yang bertemu pada titik harga 25.

B. Kurva kinked dalam ekonomi sering disebut juga sebagai kurva patah karena memiliki titik
"patahan" atau perubahan tiba-tiba dalam elastisitas permintaan atau elastisitas penawaran pada
suatu titik harga tertentu. Hal ini terjadi ketika terdapat perbedaan elastisitas yang signifikan antara
permintaan dan penawaran pada dua kisaran harga yang berbeda.

Pada kurva kinked, elastisitas permintaan lebih tinggi pada satu kisaran harga, sementara elastisitas
penawaran lebih tinggi pada kisaran harga yang berbeda. Titik "patahan" ini menciptakan sudut atau
lengkungan pada kurva, sehingga kurva ini sering disebut sebagai kurva patah.
Ada beberapa faktor penyebab terbentuknya kurva kinked atau kurva patah:

1. Teori permainan dan asimetri informasi: Kurva kinked sering dikaitkan dengan teori permainan
dalam ekonomi, di mana perusahaan mempertimbangkan tindakan dan reaksi pesaing. Dalam
lingkungan persaingan yang keras, perusahaan mungkin mengasumsikan bahwa pesaing mereka akan
merespons perubahan harga dengan cepat. Akibatnya, mereka cenderung mempertahankan harga
pada tingkat yang relatif stabil, menghasilkan kurva kinked.

2. Ketidakpastian harga: Kurva kinked juga dapat terbentuk ketika terdapat ketidakpastian harga di
pasar. Jika perusahaan mengharapkan harga untuk tetap relatif stabil dalam jangka pendek, mereka
mungkin enggan menurunkan harga ketika biaya produksi turun. Namun, mereka bersedia
menaikkan harga ketika biaya produksi meningkat. Hal ini menciptakan kurva yang patah atau kinked
pada titik di mana harga diperkirakan stabil.

3. Kebijakan oligopoli: Kurva kinked sering terlihat pada pasar oligopoli di mana hanya ada beberapa
perusahaan besar yang mendominasi pasar. Dalam situasi ini, perusahaan cenderung melakukan
saling pengawasan terhadap harga dan kuantitas yang dikeluarkan. Jika salah satu perusahaan
mengubah harga, perusahaan lain akan merespons dengan cepat untuk menjaga pangsa pasarnya.
Ini dapat menyebabkan terbentuknya kurva kinked.

Secara keseluruhan, kurva kinked atau kurva patah muncul sebagai hasil dari asumsi dan dinamika
persaingan di pasar yang menyebabkan perbedaan elastisitas antara permintaan dan penawaran
pada kisaran harga yang berbeda.

Nomor 2

A. Berikut adalah contoh kurva permintaan dan penerimaan marjinal (MR) dalam kasus tersebut:
Dalam contoh ini, Kami mengatur harga dari 0 hingga 25 dengan 100 titik data yang merata.
Kemudian, kita menggunakan persamaan permintaan yang diberikan untuk menghitung kuantitas
permintaan pada setiap harga.

Kemudian, kita menggunakan persamaan penerimaan marjinal untuk menghitung penerimaan


marjinal pada setiap kuantitas. Penerimaan marjinal dapat dihitung sebagai turunan dari fungsi
penerimaan total terhadap kuantitas.

Hasilnya adalah dua plot terpisah: plot kurva permintaan dan plot kurva penerimaan marjinal. Kurva
permintaan menunjukkan hubungan antara kuantitas dan harga berdasarkan dua skenario: tanpa
reaksi pesaing dan dengan reaksi pesaing. Kurva penerimaan marjinal menunjukkan hubungan
antara kuantitas dan penerimaan marjinal berdasarkan dua skenario yang sama.

B. Untuk mengetahui pada harga jual berapa pesaing akan bereaksi dalam soal ini, kita perlu mencari
titik di mana permintaan Q1 dan Q2 sama. Dalam kasus ini, jika harga jual mencapai titik di mana Q1
= Q2, pesaing akan bereaksi terhadap keputusan perusahaan.

Mari kita selesaikan persamaan Q1 dan Q2:

Q1 = Q2

200 - 10P = 100 - 4P

Kita bisa menyelesaikan persamaan ini untuk menemukan harga di mana pesaing akan bereaksi:

200 - 10P = 100 - 4P

6P = 100

P = 100/6

P ≈ 16.67

Jadi, pada harga jual sekitar 16.67, pesaing akan bereaksi terhadap keputusan perusahaan dalam
kasus ini.

Nomor 3
Barang publik memiliki beberapa sifat yang membedakannya dari jenis barang lainnya. Berikut adalah
beberapa sifat yang dimiliki oleh barang publik:

1. Non-rivalrous (tidak bersaing): Barang publik memiliki sifat non-rivalrous, yang berarti konsumsi
satu individu tidak mengurangi ketersediaan barang untuk individu lainnya. Dalam konteks barang
publik, penggunaan oleh satu individu tidak mengurangi kemampuan orang lain untuk menggunakan
barang tersebut. Contohnya adalah sinar matahari atau pertahanan nasional.

2. Non-excludable (tidak dapat dikecualikan): Barang publik juga memiliki sifat non-excludable, yang
berarti tidak memungkinkan untuk mencegah individu yang tidak membayar dari menggunakan atau
mengakses barang tersebut. Tidak ada mekanisme yang efisien untuk mengenakan biaya pada
individu secara terpisah karena tidak mungkin untuk mengecualikan individu dari manfaat yang
diberikan oleh barang publik. Contohnya adalah penanggulangan bencana atau penelitian ilmiah.

3. Externalitas positif: Barang publik seringkali memiliki efek positif yang meluas ke masyarakat
secara keseluruhan. Konsumsi atau penggunaan barang publik oleh satu individu dapat memberikan
manfaat tambahan kepada individu lain di sekitarnya tanpa adanya biaya tambahan. Contohnya
adalah sistem jaringan transportasi umum yang dapat memberikan manfaat mobilitas yang lebih baik
bagi masyarakat secara keseluruhan.

4. Pembuatan keputusan kolektif: Karena sifat non-excludable dan externalitas positifnya,


pembuatan keputusan terkait barang publik seringkali melibatkan proses kolektif dan pemerintahan.
Kebijakan dan pendanaan untuk menyediakan barang publik biasanya melibatkan partisipasi dan
pengambilan keputusan yang melibatkan banyak pemangku kepentingan.

Sifat-sifat ini membedakan barang publik dari barang pribadi atau barang swasta, yang biasanya
bersifat rivalrous (bersaing) dan excludable (dapat dikecualikan). Pengenalan dan pengelolaan barang
publik menjadi penting dalam konteks kebijakan publik dan ekonomi, karena sifatnya yang khusus
memerlukan perhatian dan strategi yang berbeda dalam penyediaan dan pendanaannya.

Nomor 4

Meskipun subsidi dapat menjadi alat kebijakan yang digunakan untuk mengatasi polusi, ada
beberapa kelemahan yang terkait dengan pendekatan ini. Berikut adalah beberapa kelemahan dalam
pemberian subsidi untuk mengatasi polusi:

1. Efisiensi ekonomi yang rendah: Subsidi dapat mengakibatkan alokasi sumber daya yang tidak
efisien. Dalam kasus pemberian subsidi untuk mengatasi polusi, jika subsidi diberikan secara tidak
terarah atau tanpa mempertimbangkan dampak eksternalitas negatif yang sebenarnya, dapat
mengakibatkan alokasi yang tidak optimal. Subsidi yang terlalu besar atau tidak tepat sasaran dapat
mendorong aktivitas yang menghasilkan polusi lebih banyak daripada yang seharusnya.

2. Moral hazard: Pemberian subsidi dapat menciptakan moral hazard, yaitu situasi di mana penerima
subsidi tidak lagi memiliki insentif untuk mengurangi polusi atau melakukan tindakan pengurangan
dampak lingkungan yang efektif. Jika perusahaan atau individu menerima subsidi untuk mengatasi
polusi, mereka mungkin merasa lebih sedikit tekanan untuk mengadopsi praktik yang ramah
lingkungan karena biaya internalisasi polusi ditanggung oleh pemberi subsidi.

3. Biaya fiskal yang tinggi: Pemberian subsidi untuk mengatasi polusi dapat menjadi beban fiskal yang
signifikan bagi pemerintah. Subsidi harus didanai melalui pendapatan pajak atau sumber daya publik
lainnya. Jika subsidi diberikan dalam jumlah besar, dapat mengakibatkan beban fiskal yang berat bagi
pemerintah, yang pada gilirannya dapat mempengaruhi pengeluaran publik di sektor lain atau
menyebabkan defisit anggaran.

4. Kecenderungan perubahan kebijakan: Subsidi untuk mengatasi polusi dapat terkena risiko
perubahan kebijakan di masa depan. Kebijakan subsidi sering kali tergantung pada kebijakan
pemerintah yang dapat berubah dari waktu ke waktu. Jika subsidi dihapus atau dikurangi secara tiba-
tiba, hal ini dapat mengganggu stabilitas dan keberlanjutan investasi atau praktik bisnis yang telah
disesuaikan dengan subsidi tersebut.

5. Pengaruh politik dan pemilihan selektif: Pemberian subsidi untuk mengatasi polusi juga dapat
terpengaruh oleh faktor politik dan pemilihan selektif. Keputusan pemberian subsidi mungkin tidak
sepenuhnya didasarkan pada pertimbangan lingkungan yang obyektif, tetapi juga dipengaruhi oleh
pertimbangan politik atau kepentingan khusus. Hal ini dapat mengurangi efektivitas dan keadilan dari
langkah-langkah penanggulangan polusi.

Penting untuk mempertimbangkan dan mengatasi kelemahan-kelemahan ini dalam perumusan dan
implementasi kebijakan subsidi untuk mengatasi polusi agar dapat mencapai hasil yang optimal
dalam perlindungan lingkungan.

Nomor 5

Eksternalitas adalah konsep dalam ekonomi yang merujuk pada efek tambahan dari kegiatan
ekonomi yang mempengaruhi pihak ketiga yang tidak terlibat dalam transaksi asli. Dalam hal
dampaknya, eksternalitas dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:

1. Eksternalitas positif: Eksternalitas positif terjadi ketika kegiatan ekonomi menghasilkan manfaat
tambahan bagi pihak ketiga yang tidak terlibat dalam transaksi. Dampak positif ini bisa berupa
peningkatan kesejahteraan, kepuasan, atau nilai ekonomi. Contoh eksternalitas positif termasuk
peningkatan nilai properti di sekitar pembangunan taman kota atau penggunaan energi terbarukan
yang mengurangi emisi polutan.

2. Eksternalitas negatif: Eksternalitas negatif terjadi ketika kegiatan ekonomi menghasilkan biaya
tambahan atau dampak negatif bagi pihak ketiga yang tidak terlibat dalam transaksi. Dampak negatif
ini bisa berupa polusi, gangguan, atau kerugian ekonomi. Contoh eksternalitas negatif termasuk
pencemaran udara akibat aktivitas industri, kemacetan lalu lintas yang disebabkan oleh penggunaan
kendaraan bermotor, atau kebisingan dari konstruksi bangunan.

3. Eksternalitas nol: Eksternalitas nol terjadi ketika kegiatan ekonomi tidak memiliki dampak
tambahan yang signifikan, baik positif maupun negatif, pada pihak ketiga yang tidak terlibat dalam
transaksi. Dalam hal ini, dampak kegiatan tersebut terbatas pada pihak-pihak yang terlibat langsung
dalam transaksi. Contohnya adalah ketika seseorang membeli makanan di restoran, dampaknya
hanya dirasakan oleh pembeli dan restoran itu sendiri tanpa mempengaruhi pihak lain secara
langsung.

Pemahaman tentang macam-macam eksternalitas ini penting dalam analisis ekonomi dan
perumusan kebijakan publik. Eksternalitas positif dapat menjadi dasar untuk mendorong kegiatan
yang menghasilkan manfaat sosial, sedangkan eksternalitas negatif memerlukan langkah-langkah
untuk menginternalisasikan biaya sosial dan mendorong praktik yang ramah lingkungan. Dengan
mempertimbangkan dampak eksternalitas, pemerintah dan pengambil kebijakan dapat merancang
kebijakan yang lebih efektif untuk mencapai keseimbangan antara efisiensi ekonomi dan
kesejahteraan sosial.

Anda mungkin juga menyukai