Dirangkum oleh
Kelas Eksekutif B 37 B
MM UGM Jakarta
PENGANTAR
Pada pembahasan di chapter-chapter sebelumnya, pasar didefinisikan sebagai tempat dimana
perusahaan dan konsumer melakukan transaksi jual beli barang atau jasa tanpa ada intervensi
dari pemerintah. Padahal pada kenyataannya, kebijakan dan aturan pemerintah menjadi salah
satu faktor dalam pengambilan keputusan oleh perusahaan maupun konsumer. Karena itu,
sangat penting bagi seorang manajer untuk memahami aturan-aturan yang ditetapkan
pemerintah, mengapa aturan tersebut ada dan bagaimana dampaknya terhadap keputusan
manajerial.
1
TUJUAN PEMBELAJARAN
Tujuan pembelajaran yang akan dicapai pada Chapter ini adalah mahasiswa mampu :
1. Mengidentifikasi empat penyebab kegagalan pasar
2. Menjelaskan mengapa kekuatan pasar mengurangi kesejahteraan sosial, dan
mengidentifikasi dua jenis kebijakan pemerintah yang bertujuan untuk mengurangi
“deadweight loss”
3. Mengidentifikasi mengapa faktor eksternal dapat menyebabkan pasar yang kompetitif
menyebabkan kuantitas barang menjadi tidak effisien terhadap masyarakat
4. Mengidentifikasi bagaimana competitive market gagal untuk membentuk efisiensi social
terhadap barang public dan bagaimana pemerintah dapat melakukan mitigasi terhadap
masalah tersebut
5. Mengidentifikasi bagaimana informasi yang tidak lengkap menyebabkan pasar menjadi tidak
efisien dan bagaimana peraturan pemerintah memitigasi masalah tersebut
6. Menjelaskan bagaimana keterlibatan pemerintah untuk mencegah kegagalan pasar
menyebabkan pasar menjadi in-efisien karena aktifitas “rent seeking”
7. Menjelaskan bagaimana peraturan pemerintah dalam pasar internasional seperti kuota dan
tariff impor memberikan pengaruh terhadap harga dan kuantiti dari barang domestic dan
services
2
POKOK BAHASAN
A. MARKET FAILURE
Salah satu alasan utama pemerintah terlibat dalam aktivitas pasar adalah karena pasar bebas
tidak selalu menghasilkan produk sesuai kebutuhan pasar pada jumlah dan harga yang dinilai
efisien. Adapun 4 (empat) penyebab kegagalan pasar adalah :
Antitrust Policy
Antitrust policy adalah kebijakan pemerintah untuk meminimalisir “deadweight loss” dari
pasar monopoli. Kebijakan ini melarang perusahaan terlibat dalam aktivitas yang
mendorong kekuatan monopoli.
Kebijakan antitrust di Amerika Serikat dimulai sejak tahun 1890 dengan kebijakan
Sherman Antitrust Act, yang dalam perjalanannya mengalami perkembangan seiring
kasus-kasus praktek monopoli yang ditemukan.
Salah satu concern dalam kebijakan antitrust adalah mengenai merger dan akuisisi
perusahan. Mengacu pada Panduan Merger Horizontal (Horizontal Merger Guidelines)
yang didalamnya mengacu pada Herfindahl-Hirschman Index (HHI), merger masih
diperkenankan jika kenaikan HHI lebih kecil dari 100 dan nilai HHI pasca merger lebih kecil
dari 1.500 dimana pada kondisi ini pasar masih dikategorikan “unconcentrated. Namun
dalam kondisi pasar “moderately concentrated, kegiatan merger akan terekspose
antitrust concern jika kenaikan HHI lebih besar dari 100 dan nilai HHI pasca merger diatas
1.500 yang berpotensi akan membentuk pasar yang “highly concentrated.
Meski demikian, seringkali ditemukan indeks HHI yang besar tetapi merger tetap
diperkenankan yang antara lain mempertimbangkan :
3
a. ada kemungkinan masuknya perusahaan domestik / asing lain,
b. pengembangan teknologi,
c. peningkatan efisiensi,
d. atau salah satu perusahaan memiliki masalah keuangan
Price Regulation
Aturan harga timbul pada kondisi dimana monopoli tidak bisa dihindari (terutama untuk
perusahaan utility). Peran pemerintah adalah dengan mengatur harga guna mengurangi
“deadweight loss”.
Terdapat 3 kondisi dimana penetapan harga dari pemerintah berdampak terhadap
keputusan manajerial dan kesejahteraan sosial yakni :
1. Penetapan harga sesuai dengan tingkat efisien sosial
Ketika tidak ada aturan harga, monopolis akan
menjual produk pada harga PM dengan jumlah
unit QM unit, lebih tinggi dari harga yang
terbentuk pada pasar persaingan sempurna
yakni PC dengan jumlah unit produksi sebanyak
QC unit.
4
Breakeven point monopolis berada di titik A
yang menyebabkan monopolis memproduksi
sejumlah QM unit pada harga PM. Jika
penetapan harga pemerintah dibawah rata-
rata total cost (ATC) maka monopolis akan
mengalami kerugian jika terus memproduksi
unit dan dalam jangka panjang berakibat
pada monopolis meninggalkan bisnis. Untuk
menghindari hal ini terjadi, pemerintah akan melakukan subsidi harga untuk
mengcover kerugian monopolis, dengan sumber dana subsisidi berasal dari pajak.
Beberapa proses produksi mengakibatkan biaya tambahan untuk orang – orang yang
tidak terlibat dalam proses produksi ataupun mengkonsumsi barang tersebut. Biaya
tambahan ini disebut sebagai factor negative eksternal.
Salah satu contoh dari factor negative eksternal adalah polusi yang diakibatkan oleh
proses produksi yang merusak lingkungan, sehingga masyarakat akan mengeluarkan
biaya tambahan untuk mendapatkan lingkungan yang bersih. Peran pemerintah
dibutuhkan untuk membuat regulasi yang mengatur biaya yang dikenakan kepada
perusahaan untuk mengontrol polusi tersebut agar tidak merusak lingkungan.
5
3. Public Goods (Barang Publik)
Barang public merupakan barang yang dapat digunakan secara bersama – sama oleh dua
konsumen atau lebih. Contoh kasus untuk barang public yang berpengaruh terhadap
marginal cost dan quantity barang di pasar adalah penggunaan lampu jalan.
Tiga orang memiliki kebutuhan lampu jalan untuk mencegah kejahatan dimana ketiganya
mempunyai fungsi inverse demand yang identic yaitu P = 30 – Q. sehigga total demand
untuk lampu jalan dari ketiga konsumen tersebut adalah Ptotal = 90 – 3Q (ditunjukkan
oleh grafik dibawah). Jika marginal cost untuk lampu tersebut $54, maka dengan
menggunakan persamaan Ptotal = 90 – 3Q, kita mendapatkan dengan marginal cost $54
maka akan didapatkan quantity efficient social sebesar 12 unit lampu.
Dengan melihat bahwa marginal cost $54 melebihi kurva demand individu dan tidak
satupun dari mereka akan
mau membayar sebesar
$54. Tetapi jika masing –
masing individu
membayar sebesar $18,
maka mereka akan
mampu membayar 12
units lampu yang
dibutuhkan dan dapat
menggunakan lampu jalan
tersebut secara bersama –
sama.
6
B. RENT SEEKING
Pada kondisi pasar tertentu, konsumen melakukan lobby kepada pemerintah untuk
melakukan intervensi pasar dengan menurunkan harga monopoli. Akibat dari lobby
konsumen terhadap pemerintah untuk menurunkan harga monopoli, produsen
kehilangan keuntungan.
Grafik diatas
menjelaskan bagaimana
pengaruh dari
intervensi pemerintah
menurunkan harga
monopoli terhadap
kurva demand.
Penjelasan grafik
sebagai berikut :
1. Garis demand
merupakan
demand monopoli
ketika belum ada
keterlibatan pemerintah
2. Garis demand MR merupakan garis demand setelah pemerintah menurunkan harga
monopoli
Dengan adanya intervensi pemerintah, produsen bisa kehilangan semua profit jika harga
monopoli diturunkan oleh pemerintah (bidang persegi A)
1. Quota
Tujuan diterapkannya quota oleh pemerintah adalah untuk mencegah barang dari
competitor luar negeri yang masuk ke dalam negeri. Diterapkannya quota berakibat pada:
Berkurangnya persaingan di pasar domestic
Meningkatnya harga barang
Meingkatnya profit untuk produsen domestik
7
Grafik disamping menjelaskan
tentang pengaruh kuota terhadap
pasar. Penjelasan grafik diatas
sebagai berikut :
1. Sebelum dikenakan kuota, kurva
demand ialah D, supply impor S
foreign dan kurva suplai barang
2. Tariff
Tariff juga memiliki tujuan sama dengan quota, yaitu untuk membatasi barang impor.
Benefit untuk produsen local bertambah dengan mengorbankan konsumen local dan
produsen luar. Ada dua macam tariff yang dibahas yaitu lump sum tariff dan excise tariff.
Grafik dibawah menjelaskan tentang pengaruh tariff terhadap biaya rata – rata barang.
Yang perlu dicatat dari
kurva diatas adalah lump
sum tariff tidak
mempengaruhi kurva
marginal cost. Hal ini
terjadi karena produsen
luar harus membayar
jumlah tariff yang sama
tanpa melihat jumlah
barang yang mereka jual
di pasar dalam negeri.
Tetapi tariff merubah kurva harga rata – rata dari AC1 ke AC2 dan importir tidak akan
membayar tariff masuk kecuali harga berubah dari P 1 ke P2
8
STUDI KASUS
Inside Business 14-1
Sumber : Eleanor M. Fox, “US and EU Competition Law: A Comparison“, Global Competition Policy,
Peterson Institute for International Economis (1997), pp.339-54; European Commission, Putting Small
Business First, 2008
9
KESIMPULAN
Dari gambaran diatas, dapat disimpulkan beberapa hal antara lain :
1. Terdapat sejumlah peran pemerintah dalam mengatasi kegagalan pasar yang diakibatkan
oleh kekuatan pasar, factor eksternal, barang publik maupun ketidaklengkapan informasi,
dimana peran pemerintah diperlukan untuk membentuk socially efficient equilibrium
baru pada pasar.
2. Kemampuan pemerintah untuk mengatur kondisi pasar memberikan peluang bagi pelaku
pasar untuk terlibat dalam aktivitas “rent-seeking” seperti lobi-lobi yang dapat
mempengaruhi kebijakan publik. Pada kondisi rent seeking, produsen bisa kehilangan
keuntungan jika pemerintah melakukan intervensi terhadap harga monopoli dengan
emnurunkan harga monopoli.
3. Aktivitas yang sama juga dilakukan untuk pasar internasional, dimana pemerintah
menetapkan tariff dan kuota produk impor untuk meningkatkan keuntungan produsen
domestic menjadi naik dan mengakibatkan harga barang di pasar menjadi naik.
10
11