Anda di halaman 1dari 12

Chapter 14

A MANAGER’ GUIDE TO GOVERNMENT


IN THE MARKETPLACE
Managerial Economics and Business Strategy
Baye and Prince 9th Edition 2017

Dirangkum oleh

Windy Sri Ekawati


Wisnu Wijaya Kusuma

Kelas Eksekutif B 37 B
MM UGM Jakarta
PENGANTAR
Pada pembahasan di chapter-chapter sebelumnya, pasar didefinisikan sebagai tempat dimana
perusahaan dan konsumer melakukan transaksi jual beli barang atau jasa tanpa ada intervensi
dari pemerintah. Padahal pada kenyataannya, kebijakan dan aturan pemerintah menjadi salah
satu faktor dalam pengambilan keputusan oleh perusahaan maupun konsumer. Karena itu,
sangat penting bagi seorang manajer untuk memahami aturan-aturan yang ditetapkan
pemerintah, mengapa aturan tersebut ada dan bagaimana dampaknya terhadap keputusan
manajerial.

1
TUJUAN PEMBELAJARAN
Tujuan pembelajaran yang akan dicapai pada Chapter ini adalah mahasiswa mampu :
1. Mengidentifikasi empat penyebab kegagalan pasar
2. Menjelaskan mengapa kekuatan pasar mengurangi kesejahteraan sosial, dan
mengidentifikasi dua jenis kebijakan pemerintah yang bertujuan untuk mengurangi
“deadweight loss”
3. Mengidentifikasi mengapa faktor eksternal dapat menyebabkan pasar yang kompetitif
menyebabkan kuantitas barang menjadi tidak effisien terhadap masyarakat
4. Mengidentifikasi bagaimana competitive market gagal untuk membentuk efisiensi social
terhadap barang public dan bagaimana pemerintah dapat melakukan mitigasi terhadap
masalah tersebut
5. Mengidentifikasi bagaimana informasi yang tidak lengkap menyebabkan pasar menjadi tidak
efisien dan bagaimana peraturan pemerintah memitigasi masalah tersebut
6. Menjelaskan bagaimana keterlibatan pemerintah untuk mencegah kegagalan pasar
menyebabkan pasar menjadi in-efisien karena aktifitas “rent seeking”
7. Menjelaskan bagaimana peraturan pemerintah dalam pasar internasional seperti kuota dan
tariff impor memberikan pengaruh terhadap harga dan kuantiti dari barang domestic dan
services

2
POKOK BAHASAN
A. MARKET FAILURE
Salah satu alasan utama pemerintah terlibat dalam aktivitas pasar adalah karena pasar bebas
tidak selalu menghasilkan produk sesuai kebutuhan pasar pada jumlah dan harga yang dinilai
efisien. Adapun 4 (empat) penyebab kegagalan pasar adalah :

1. Market Power (Kekuatan Pasar)


Kesejahteraan sosial (social welfare) terbentuk
ketika terjadi surplus konsumen dan surplus
produsen. Namun terdapat kondisi dimana terjadi
kegagalan pasar yang mengakibatkan
berkurangnya nilai kesejahteraan sosial,
disebabkan faktor kekuatan pasar yang dimiliki
suatu perusahaan (praktek monopoli). Segitiga
“deadweight loss” menunjukkan besaran nilai
kesejahteraan yang hilang bagi masyarakat.

Antitrust Policy
Antitrust policy adalah kebijakan pemerintah untuk meminimalisir “deadweight loss” dari
pasar monopoli. Kebijakan ini melarang perusahaan terlibat dalam aktivitas yang
mendorong kekuatan monopoli.

Kebijakan antitrust di Amerika Serikat dimulai sejak tahun 1890 dengan kebijakan
Sherman Antitrust Act, yang dalam perjalanannya mengalami perkembangan seiring
kasus-kasus praktek monopoli yang ditemukan.

Salah satu concern dalam kebijakan antitrust adalah mengenai merger dan akuisisi
perusahan. Mengacu pada Panduan Merger Horizontal (Horizontal Merger Guidelines)
yang didalamnya mengacu pada Herfindahl-Hirschman Index (HHI), merger masih
diperkenankan jika kenaikan HHI lebih kecil dari 100 dan nilai HHI pasca merger lebih kecil
dari 1.500 dimana pada kondisi ini pasar masih dikategorikan “unconcentrated. Namun
dalam kondisi pasar “moderately concentrated, kegiatan merger akan terekspose
antitrust concern jika kenaikan HHI lebih besar dari 100 dan nilai HHI pasca merger diatas
1.500 yang berpotensi akan membentuk pasar yang “highly concentrated.
Meski demikian, seringkali ditemukan indeks HHI yang besar tetapi merger tetap
diperkenankan yang antara lain mempertimbangkan :

3
a. ada kemungkinan masuknya perusahaan domestik / asing lain,
b. pengembangan teknologi,
c. peningkatan efisiensi,
d. atau salah satu perusahaan memiliki masalah keuangan

Price Regulation
Aturan harga timbul pada kondisi dimana monopoli tidak bisa dihindari (terutama untuk
perusahaan utility). Peran pemerintah adalah dengan mengatur harga guna mengurangi
“deadweight loss”.
Terdapat 3 kondisi dimana penetapan harga dari pemerintah berdampak terhadap
keputusan manajerial dan kesejahteraan sosial yakni :
1. Penetapan harga sesuai dengan tingkat efisien sosial
Ketika tidak ada aturan harga, monopolis akan
menjual produk pada harga PM dengan jumlah
unit QM unit, lebih tinggi dari harga yang
terbentuk pada pasar persaingan sempurna
yakni PC dengan jumlah unit produksi sebanyak
QC unit.

Dalam skenario ini, diasumsikan pemerintah


menetapkan harga pasar sebesar PC. Dampak bagi monopolis adalah terjadinya
perubahan kurva permintaan efektif menjadi PCBD, dimana monopolis akan
memproduksi jumlah unit sebesar QC untuk memaksimalkan profit.
2. Penetapan harga di bawah tingkat efisien social
Dalam hal pemerintah menurunkan harga menjadi P*, kurva permintaan efektif bagi
monopolis menjadi P*FD dan kurva MR untuk unit < Q* adalah P*F.
Untuk memaksimalkan profit, monopolis akan
memproduksi pada kondisi MR=MC yakni
pada titik G, yakni sebanyak QR unit, lebih
rendah dari jumlah unit yang mampu
diproduksi ketika belum ada penetapan harga
pemerintah. Akibatnya, terjadi shortage
sejumlah Q* - QR unit dan menyebabkan
membesarnya “deadweight loss”.
3. Penetapan harga yang menyebabkan perusahaan monopoli keluar dari bisnis

4
Breakeven point monopolis berada di titik A
yang menyebabkan monopolis memproduksi
sejumlah QM unit pada harga PM. Jika
penetapan harga pemerintah dibawah rata-
rata total cost (ATC) maka monopolis akan
mengalami kerugian jika terus memproduksi
unit dan dalam jangka panjang berakibat
pada monopolis meninggalkan bisnis. Untuk
menghindari hal ini terjadi, pemerintah akan melakukan subsidi harga untuk
mengcover kerugian monopolis, dengan sumber dana subsisidi berasal dari pajak.

2. Externalities (Faktor Eksternal)

Beberapa proses produksi mengakibatkan biaya tambahan untuk orang – orang yang
tidak terlibat dalam proses produksi ataupun mengkonsumsi barang tersebut. Biaya
tambahan ini disebut sebagai factor negative eksternal.

Salah satu contoh dari factor negative eksternal adalah polusi yang diakibatkan oleh
proses produksi yang merusak lingkungan, sehingga masyarakat akan mengeluarkan
biaya tambahan untuk mendapatkan lingkungan yang bersih. Peran pemerintah
dibutuhkan untuk membuat regulasi yang mengatur biaya yang dikenakan kepada
perusahaan untuk mengontrol polusi tersebut agar tidak merusak lingkungan.

Gambar dibawah menjelaskan bagaimana factor eksternal mempengaruhi marginal cost


ke masyarakat. Penjelasan grafik diatas sebagai berikut :
 Point B merupakan titik
kesetimbangan pasar
dengan tidak
mempertimbangkan factor
negative eksternal
 Point A masyarakat harus
membayar marginal cost
(kurva S0) dari akibat factor
negative eksternal
 Pada point C, negative eksternal cost diserap oleh produsen sehingga kurva marginal
cost bergeser ke kurva S1

Pergeseran kurva suplai ini mengakibatkan produsen memproduksi melebihin dari


kebutuhan pasar dan konsumen dikenai harga lebih tinggi.

5
3. Public Goods (Barang Publik)

Barang public merupakan barang yang dapat digunakan secara bersama – sama oleh dua
konsumen atau lebih. Contoh kasus untuk barang public yang berpengaruh terhadap
marginal cost dan quantity barang di pasar adalah penggunaan lampu jalan.

Tiga orang memiliki kebutuhan lampu jalan untuk mencegah kejahatan dimana ketiganya
mempunyai fungsi inverse demand yang identic yaitu P = 30 – Q. sehigga total demand
untuk lampu jalan dari ketiga konsumen tersebut adalah Ptotal = 90 – 3Q (ditunjukkan
oleh grafik dibawah). Jika marginal cost untuk lampu tersebut $54, maka dengan
menggunakan persamaan Ptotal = 90 – 3Q, kita mendapatkan dengan marginal cost $54
maka akan didapatkan quantity efficient social sebesar 12 unit lampu.

Dengan melihat bahwa marginal cost $54 melebihi kurva demand individu dan tidak
satupun dari mereka akan
mau membayar sebesar
$54. Tetapi jika masing –
masing individu
membayar sebesar $18,
maka mereka akan
mampu membayar 12
units lampu yang
dibutuhkan dan dapat
menggunakan lampu jalan
tersebut secara bersama –
sama.

4. Incomplete Information (Ketidaklengkapan Informasi)


Untuk mencegah kegagalan pasar akibat ketidaklengkapan informasi, pemerintah
melakukan beberapa tindakan, yaitu :
1. Membuat peraturan untuk mencegah insider trading. Yang mana kepercayaan pelaku
pasar akan turun jika diketahui terdapat insider trading di suatu perusahaan tertentu
2. Certification untuk standard tertentu
3. Membuat aturan tentang kejelasan beberapa aspek dalam pinjam meminjam uang.
Sehingga peminjam bisa mendapatkan informasi yang lengkap tentang aspek yang
menjadi pertimbangan debitor
4. Membuat aturan tentang kelengkapan informasi dalam promosi barang
5. Kejelasan informasi dalam kontrak kerjasama antara dua pihak atau lebih pada masa
perjanjian

6
B. RENT SEEKING
Pada kondisi pasar tertentu, konsumen melakukan lobby kepada pemerintah untuk
melakukan intervensi pasar dengan menurunkan harga monopoli. Akibat dari lobby
konsumen terhadap pemerintah untuk menurunkan harga monopoli, produsen
kehilangan keuntungan.

Grafik diatas
menjelaskan bagaimana
pengaruh dari
intervensi pemerintah
menurunkan harga
monopoli terhadap
kurva demand.
Penjelasan grafik
sebagai berikut :
1. Garis demand
merupakan
demand monopoli
ketika belum ada
keterlibatan pemerintah
2. Garis demand MR merupakan garis demand setelah pemerintah menurunkan harga
monopoli
Dengan adanya intervensi pemerintah, produsen bisa kehilangan semua profit jika harga
monopoli diturunkan oleh pemerintah (bidang persegi A)

C. GOVERNMENT POLICY AND INTERNATIONAL MARKET


Pemerintah membuat aturan atau policy yang berkaitan dengan pasar dalam bentuk tariff
atau kuota barang yang ditujukan untuk memberikan benefit terhadap produsen atau pekerja
tertentu.

1. Quota
Tujuan diterapkannya quota oleh pemerintah adalah untuk mencegah barang dari
competitor luar negeri yang masuk ke dalam negeri. Diterapkannya quota berakibat pada:
 Berkurangnya persaingan di pasar domestic
 Meningkatnya harga barang
 Meingkatnya profit untuk produsen domestik

7
Grafik disamping menjelaskan
tentang pengaruh kuota terhadap
pasar. Penjelasan grafik diatas
sebagai berikut :
1. Sebelum dikenakan kuota, kurva
demand ialah D, supply impor S
foreign dan kurva suplai barang

domestic S domestic . Kurva untuk


jumlah suplai barang domestic
dan impor S F+D
2. Dengan dibatasinya quota impor, maka impor barang menjadi GAS F
3. Dengan adanya kuota impor, maka kurva suplai barang berubah menjadi GBS quota
Dengan melihat grafik tersebut, dapat disimpulkan bahwa kuota membatasi barang impor
masuk, dan meningkatkan harga barang domestic.

2. Tariff
Tariff juga memiliki tujuan sama dengan quota, yaitu untuk membatasi barang impor.
Benefit untuk produsen local bertambah dengan mengorbankan konsumen local dan
produsen luar. Ada dua macam tariff yang dibahas yaitu lump sum tariff dan excise tariff.

Grafik dibawah menjelaskan tentang pengaruh tariff terhadap biaya rata – rata barang.
Yang perlu dicatat dari
kurva diatas adalah lump
sum tariff tidak
mempengaruhi kurva
marginal cost. Hal ini
terjadi karena produsen
luar harus membayar
jumlah tariff yang sama
tanpa melihat jumlah
barang yang mereka jual
di pasar dalam negeri.
Tetapi tariff merubah kurva harga rata – rata dari AC1 ke AC2 dan importir tidak akan
membayar tariff masuk kecuali harga berubah dari P 1 ke P2

8
STUDI KASUS
Inside Business 14-1

European Commission Moves to Protect Small Business


Di tahun 2008, European Commision menetapkan kebijakan Small Business Act for Europe.
Kebijakan ini mencakup prinsip-prinsip dan proposal legislatif yang secara spesifik dirancang
untuk melindungi bisnis kecil dan menengah, yakni bisnis dengan jumlah tenaga kerja kurang dari
250 orang.
Kebijakan ini dirancang dengan prinsip “Think Small First Principle” dimana seluruh proposal
legislative dan administrative harus melewati “SME test” untuk melihat dampaknya terhadap
bisnis kecil dan menengah.
Tidak ada lawan (counterpart) bagi Small Business Act for Europe di Amerika Serikat. Perbedaan
yang mencolok inilah yang menjadi kunci perbedaan antara kebijakan kompetisi bisnis di Amerika
Serikat dan Eropa, dimana kebijakan kompetisi bisnis di Eropa secara eksplisit bertujuan untuk
melindungi bisnis kecil, sementara kebijakan kompetisi bisnis di Amerika tidak melihat skala
bisnis.

Sumber : Eleanor M. Fox, “US and EU Competition Law: A Comparison“, Global Competition Policy,
Peterson Institute for International Economis (1997), pp.339-54; European Commission, Putting Small
Business First, 2008

9
KESIMPULAN
Dari gambaran diatas, dapat disimpulkan beberapa hal antara lain :
1. Terdapat sejumlah peran pemerintah dalam mengatasi kegagalan pasar yang diakibatkan
oleh kekuatan pasar, factor eksternal, barang publik maupun ketidaklengkapan informasi,
dimana peran pemerintah diperlukan untuk membentuk socially efficient equilibrium
baru pada pasar.
2. Kemampuan pemerintah untuk mengatur kondisi pasar memberikan peluang bagi pelaku
pasar untuk terlibat dalam aktivitas “rent-seeking” seperti lobi-lobi yang dapat
mempengaruhi kebijakan publik. Pada kondisi rent seeking, produsen bisa kehilangan
keuntungan jika pemerintah melakukan intervensi terhadap harga monopoli dengan
emnurunkan harga monopoli.
3. Aktivitas yang sama juga dilakukan untuk pasar internasional, dimana pemerintah
menetapkan tariff dan kuota produk impor untuk meningkatkan keuntungan produsen
domestic menjadi naik dan mengakibatkan harga barang di pasar menjadi naik.

Contoh Aplikasi di Indonesia


Salah satu contoh aplikasi penerapan peran pemerintah dalam aktivitas pasar adalah pada kasus
Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) yang menyatakan produsen Aqua, PT Tirta Investama,
dan PT Balina Agung bersalah dalam kasus praktik monopoli dan persaingan tidak sehat pada
Desember 2017.
PT Tirta Investama dikenakan denda Rp 13 miliar sementara PT Balina Agung Rp 6 miliar.
Keduanya terbukti menghalangi pelaku usaha lain untuk menjual produknya, dimana perkara ini
berawal dari larangan oleh karyawan distributor Aqua, PT Balina Agung kepada para pedagang
ritel yang menjual produk Le Minerale yang diproduksi PT Tirta Fresindo Utama. Salah satu
klausul perjanjian ritel menyebutkan apabila pedagang menjual produk Le Minerale maka
statusnya akan diturunkan dari Star Outlet (SO) menjadi Wholeseller (eceran).
Dari kasus diatas dapat terlihat peran pemerintah yang diwakili KPPU berperan sebagai institusi
pengawas dalam terjadinya praktik-praktik monopoli yang terjadi di Indonesia. Dengan
dihukumnya kedua perusahaan, harapannya hal yang sama tidak akan terjadi lagi yang mungkin
dapat merugikan pihak lain.

10
11

Anda mungkin juga menyukai