Anda di halaman 1dari 3

TUGAS KELOMPOK 4

Leadership and Organizational Behavior


Kelas MM Reguler Yogyakarta Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Diva Tertia Almira (470320)
Nama Dosen Dr. C. Budi Santoso, M.Bus
Najwa Farrah (485798)

Kelas MBA 78 C Tanggal Selasa, 7 September 2021

Learning how to Honnold

I. Gambaran Umum Kasus

Alex Honnold merupakan seorang pendaki yang dikenal dengan gaya nya berani dan suka
tantangan. Honnold dikenal dengan salah satu capaiannya yaitu keberhasilannya dalam mendaki El
Capitan dengan mode free solo. Honnold terkenal juga sebagai pendaki yang rajin dalam berlatih,
melatih mental dan fisiknya selama bertahun-tahun. Untuk mampu melakukan pendakian El Capitan
dengan free solo Honnold telah berlatih selama berbulan-bulan secara fisik dan mempersiapkan mental
selama kurang lebih satu tahun. Honnold memiliki ketertarikan pada pendakian sejak berumur 10 tahun
ketika ayahnya memperkenalkan local climbing di sebuah gym kepadanya. Dalam pendidikannya
Honnold melakukan perkembangan yang cukup baik sehingga ia mendapat tawaran beasiswa untuk
melanjutkan kuliahnya. Namun, Honnold hampir tidak pernah menghadiri sesi kuliah nya dikarenakan
sibuk berlatih dan terus melakukan pendakian. Hasil dari pendakian yang ia lakukan pun menunjukkan
respon yang positif sehingga ia mendapat banyak tawaran dari brand-brand perlengkapan pendakian
untuk melakukan kerjasama seperti The North Face, Clif Bar, dan sebagainya. Honnold memiliki
sebuah pandangan terhadap kematian setelah ia dihadapkan oleh kepergian ayah dan kakeknya yang
memiliki waktu berdekatan. Honnold berkata “Most people don’t experience death until they are much
older”. Sejak saat itu Honnold berpikir bahwa ia akan melakukan sesuatu yang benar-benar diinginkan
semasa hidupnya.

Honnold terkenal dengan kemampuan mendaki nya dan terkenal cukup hebat dalam
melakukan pendakian solo atau pendakian yang dilakukan sendiri dengan menggunakan perlengkapan
seminimum mungkin. Pendakian ini bergantung pada ketahanan, kelincahan, dan kemampuan fisik
pendaki. Honnold melakukan pendakian solo pertamanya ketika mendaki Moonlight Buttress. Ketika
mendaki El Capitan Honnold juga sempat memiliki keraguan namun dengan pikiran dan segala hal
yang ia pikirkan ia berhasil membangkitkan kembali motivasi dan keinginannya sehingga ia berhasil
mendaki El Capitan sebagai pendaki solo pertama dan mendapat julukan “incomprehensible” pada The
New York Times. Salah satu motivasi besar yang ia pegang adalah bahwa terdapat hal-hal sulit namun
mungkin untuk dilakukan, kemudian ia menjadikan pendakian El Capitan sebagai sebuah goals. Selain
motivasi, strategi juga diperlukan untuk memperoleh keberhasilannya mendaki El Capitan dengan
mode free solo. Hal ini tidak terjadi pada Honnold begitu saja, namun melewati tahapan dan
pikiran-pikiran mengenai apa yang sebenarnya ingin dilakukan, dicapai, apa yang membangkitkan
semangat dan bagaimana melewatinya. Pada akhirnya banyak pendaki yang menjuluki Honnold
sebagai seseorang yang berani dan mampu bertahan bahkan terdapat parafrase dimana “to Honnold”
berarti bertahan di ketinggian. Honnold menyatakan bahwa ia juga merasakan ketakutan dalam dirinya,
namun satu-satunya cara untuk menghilangkannya adalah menjalankan dan melalui apa yang kita takuti
dan memikirkan apa yang benar-benar diinginkan sebelum kita mati. Honnold juga menyampaikan
bahwa ia membedakan risiko dan konsekuensi dalam pola pikirnya, sehingga memiliki kontrol yang
cukup atas ketakutannya.
II. Analisis dan Pendapat Kelompok

Keberhasilan Alex Honnold dalam mendaki tebing khususnya permainan solo bebasnya di El Capitan,
Taman Nasional Yosemite pada tahun 2017 merupakan hasil dari motivasi dan kegigihan pendaki
tersebut. Kesuksesannya dapat dianalisis berdasarkan beberapa teori motivasi, yaitu:

1. Motivasi adalah proses psikologis yang mendasari arah, intensitas, dan kegigihan perilaku
atau pemikiran individu. Terdapat dua jenis motivasi: ekstrinsik dan intrinsik. Dalam kasus
ini, Honnold memiliki motivasi intrinsik yaitu ketika individu terinspirasi oleh perasaan
internal positif yang muncul karena adanya performa yang baik dan tidak bergantung pada
faktor eksternal. Honnold menciptakan motivasi intrinsik sendiri dengan memberi dirinya
penghargaan seperti emosi positif, kepuasan, dan pujian diri.

2. Acquired Needs Theory oleh David McClelland menyebutkan bahwa prestasi, afiliasi, dan
kekuasaan pendorong utama dalam motivasi individu. Setiap orang memiliki variasi intensitas
dalam kebutuhan ini, dan seringkali satu kebutuhan mendominasi dua lainnya.

Gambar di atas di ambil dari Kinicki, A., dan Fugate, M (2021). Organizational Behavior: A Practical, Problem-Solving Approach, 3rd Edition. McGraw-Hill

Honnold termasuk ke dalam individu dengan orientasi kebutuhan prestasi. Kebutuhan tersebut
adalah keinginan untuk unggul, mengatasi rintangan, memecahkan masalah, dan menyaingi
serta mengungguli orang lain.

3. Goal setting Theory oleh Edwin Locke dan Gary Latham menyebutkan bahwa penetapan goal
yang baik harus memiliki beberapa karakteristik. Pertama, tujuan yang spesifik dan
menantang menghasilkan kinerja yang lebih tinggi daripada tujuan yang umum. Selain itu
pencapaian tujuan akan menghasilkan kepuasan kerja, yang akan memotivasi individu untuk
menetapkan dan berkomitmen pada tingkat kinerja yang lebih tinggi. Penetapan tujuan ini
menggerakkan siklus positif kinerja terus ke atas sehingga kinerja individu terus naik. Hal ini
dilakukan oleh Honnold yang memiliki tujuan akhir untuk mendaki El Capitan dan untuk
mencapainya Honnold meningkatkan kesulitan tebing yang dia daki di setiap musim.

III. Kesimpulan dan Saran

Dengan memperhatikan proses motivasi dan penetapan target Honnold, kita dapat
mengaplikasikan hal tersebut dalam memotivasi diri sendiri maupun orang lain. Dalam Acquired Needs
Theory, kita dapat menetapkan tujuan, memberikan feedback, menetapkan tugas, dan merancang
pekerjaan berdasarkan orientasi kebutuhan individu. Orang yang termotivasi oleh kebutuhan afiliasi
menyukai bekerja dalam tim dan iklim organisasi yang kooperatif dan kolegial. Sehingga kita dapat
merancang pekerjaan dan tujuan berdasarkan kebutuhan tersebut. Berbeda dengan individu yang
memiliki kebutuhan tinggi akan kekuasaan, maka kita dapat memberikan mereka tanggung jawab lebih
dan merancang tugas dimana mereka dapat membantu orang lain berkembang. Selain itu, kita dapat
menyimpulkan bahwa penetapan target sangatlah penting dalam keberhasilan karena penetapan target
yang spesifik dan menantang dapat meningkatkan kinerja individu. Selain itu teknik dan cara berpikir
Honnold juga bisa dijadikan contoh untuk menetapkan suatu goals dan cara mengelola rasa takut
sehingga mampu mengembalikan motivasi yang hilang.
Sumber:

Soltes, E, Hess, S, Leonard, H, B (2018). Learning How to Honnold.


Kinicki, A., dan Fugate, M (2021). Organizational Behavior: A Practical, Problem-Solving Approach,
3rd Edition. McGraw-Hill, Boston.

Anda mungkin juga menyukai