Anda di halaman 1dari 6

Dira Natasya Mayang Putri

049752752
Pengantar Ekonomi Mikro

TUGAS TUTORIAL KE-3

Sumber
Skor
No Tugas Tutorial Tugas
Maksimal
Tutorial
1 a. Gambarkan kurva kinked (5) Modul 7 KB 2
b. penyebab mengapa kurva kinked disebut juga
dengan kurva patah ? (10)

2 Sebuah perusahaan oligopolis menghadapi dua Modul 7 KB 3


permintaan:
Q1 = 200 – 10P adalah permintaan jika pesaing
tidak bereaksi terhadap keputusan perusahaan.
Q2 = 100 – 4P adalah permintaan jika pesaing
bereaksi terhadap keputusan perusahaan.

a. Gambar dan jelaskan kurva permintaan


dan penerimaan marjinal (MR) yang (20)
relevan bagi perusahaan.

b. Pada harga jual berapa pesaing akan


bereaksi?
(20)

3 Jelaskan Ada berapakah sifat yang dimiliki dari (15) Modul 8 KB 2


barang publik ?

4 Jelaskan beberapa kelemahan dalam pemberian (15) Modul 9 KB 1


subsidi untuk mengatasi polusi ?

5 Jelaskan macam-macam dari eksternalitas yang (15) Modul 8 KB 1


ditinjau dari segi dampaknya ?

Total Skor 100


No Jawaban
1 1.a

1.b Kurva kinked disebut juga dengan kurva patah karena bentuk kurva permintaannya
patah, yaitu memiliki dua bagian yang memiliki kemiringan yang berbeda. Bagian atas
kurva permintaan lebih landai daripada bagian bawah, yang menunjukkan bahwa
permintaan lebih elastis jika harga naik daripada jika harga turun. Hal ini
mencerminkan asumsi bahwa jika satu perusahaan menaikkan harga produknya, tidak
ada perusahaan lain yang mengikuti, sehingga permintaan akan berkurang drastis.
Namun, jika satu perusahaan menurunkan harga produknya, perusahaan lain akan
mengikuti, sehingga permintaan tidak akan meningkat secara signifikan. Kurva patah
juga terlihat pada kurva penerimaan marjinal, yang merupakan turunan dari kurva
permintaan. Kurva penerimaan marjinal bagian atas lebih landai daripada bagian
bawah, dan terputus pada titik patah.
2 a. Kurva permintaan dan penerimaan marjinal (MR) yang relevan bagi perusahaan
adalah sebagai berikut:
MR2

a) MENGHITUNG TITIK KOORDINAT

• Titik D1

Ketika Q = 0, maka
Q1 = 200 - 10P
0 = 200 - 10 P
P = 20
Ketika P = 0, maka
Q1 = 200 - 10P
Q1 = 200 - 10(0)
Q1 = 200
Berarti kurva D1 melewati titik (20, 0) dan (0, 200).

• Titik D2

Ketika Q = 0, maka
Q2 = 100 - 4P
0 = 100 - 4P
P = 25
Ketika P = 0, maka
Q2 = 100 - 4P
Q2 = 100 - 4(0)
Q2 = 100
Berarti kurva D2 melewati titik (25, 0) dan (0, 100).
• Titik keseimbangan pada pasar oligopoli

Q1 = Q2
200 - 10P = 100 - 4P
-10P + 4P = 200 - 200
-6P = -100
P = 16,6
Masukkan nilai P tersebut ke dalam salah satu persamaan
Q = 200 - 10P
Q = 200 - 10(16,6)
Q = 200 - 166
Q = 34

Pada kurva permintaan yang relevan adalah ABF (garis tebal). Di atas P’ sampai di
titik A, perilaku perusahaan tidak mengundang insentif pesaing, sehingga kurva
permintaan yang relevan adalah AB. Jika perusahaan menetapkan harga di bawah P’
pesaing akan bereaksi, karena itu kurva permintaan yang relevan adalah BF. Sehingga
kurva MR yang relevan adalah ACDE.

b. Pesaing akan bereaksi terhadap keputusan perusahaan jika harga jual berada di
bawah titik lipatan kurva permintaan / lebih rendah dari P’ karena P’ adalah titik
potong Q1 dengan Q2. Untuk menemukan harga jual tersebut, kita harus
menyelesaikan persamaan Q1 = Q2, yaitu:

200 - 10P = 100 - 4P

6P = 100

P = 100/6

P = 16.67

Jadi, pesaing akan bereaksi jika harga jual berada di bawah 16.67.

3 Barang publik diketahui memiliki sepuluh sifat yang terdiri dari dua sifat utama (non-
rival dna non-excludeable) serta beberapa sifat lainnya.
1. Non-rival : yaitu penggunaan satu konsumen terhadap suatu barang tidak akan
mengurangi kesempatan konsumen lain untuk juga mengkonsumsi barang
tersebut.
2. Non-excluedable : tidak terdapat persaingan dalam memperoleh barang
publik, tidak ada ketentuan tertentu sepihak atau larangan dalam
menggunakannya, dna tidak perlu ada biaya tambahan;
3. Tidak dapat dipisahkan : barang publik tidak dapat dibagi-bagi atau
dipisahkan menjadi bagian-bagian yang lebih kecil;
4. Tidak memiliki harga pasar : barang publik tidak memiliki nilai tukar yang
dapat diukur dalam bentuk uang;
5. Diproduksi oleh pemerintah : barang publik diproduksi oleh pemerintah untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat yang tidak dapat dipenuhi oleh sektor
swasta;
6. Dapat dinikmati oleh semua orang : barang publik dapat dinikmati oleh semua
orang tanpa diskriminasi;
7. Mempunyai manfaat yang sama bagi semua orang : barang publik
memberikan manfaat yang sama bagi semua orang yang menggunakannya;
8. Tidak dapat diambil alih oleh pihak lain : barang publik tidak dapat diambil
alih oleh pihak lain yang bukan merupakan bagian dari pemerintah;
9. Bersifat permanen : barang publik bersifat permanen dan tidak dapat
dipindahkan atau diubah lokasinya;
10. Tidak menghasilkan keuntungan : barang publik tidak menghasilkan
keuntungan finansial bagi pemerintah.

4 Kelemahan dalam pemberian subsidi untuk mengatasi polusi yaitu :


• Tidak tepat sasaran. Subsidi yang diberikan untuk mengatasi polusi
seharusnya ditujukan kepada masyarakat atau produsen yang benar-benar
membutuhkan dan berkontribusi dalam mengurangi polusi. Namun, dalam
praktiknya, subsidi sering kali tidak tepat sasaran dan disalahgunakan oleh
pihak-pihak yang tidak berhak atau tidak bertanggung jawab. Misalnya,
subsidi untuk penggunaan energi terbarukan dapat disalahgunakan oleh
produsen yang tetap menggunakan energi fosil atau masyarakat yang tidak
memanfaatkan energi terbarukan secara optimal.

• Membutuhkan biaya yang besar. pemberian subsidi untuk mengatasi polusi


membutuhkan biaya yang besar dan dapat mengurangi alokasi anggaran untuk
sektor lain yang juga penting, seperti pendidikan, kesehatan, infrastruktur,
atau pertahanan. Selain itu, pemberian subsidi juga dapat menimbulkan defisit
anggaran atau utang pemerintah jika tidak diimbangi dengan pendapatan yang
cukup.

• Mengurangi insentif untuk berinovasi. Subsidi yang diberikan untuk mengatasi


polusi dapat mengurangi insentif bagi masyarakat atau produsen untuk
berinovasi dalam menciptakan teknologi atau praktik yang lebih ramah
lingkungan. Hal ini karena subsidi dapat menurunkan biaya produksi atau
konsumsi bagi mereka yang menggunakan barang yang mencemari
lingkungan, sehingga mereka tidak merasa perlu untuk mengubah perilaku
atau cara produksi mereka. Subsidi juga dapat mengurangi persaingan di
pasar, yang dapat menghambat perkembangan teknologi atau praktik yang
lebih efisien dalam mengurangi polusi.

• Menimbulkan ketergantungan. Subsidi yang diberikan untuk mengatasi polusi


dapat menimbulkan ketergantungan bagi masyarakat atau produsen yang
menerima subsidi. Hal ini karena subsidi dapat membuat mereka merasa
nyaman dengan situasi yang ada dan tidak mau berubah. Hal ini dapat
mengakibatkan subsidi menjadi beban permanen bagi pemerintah dan
masyarakat. Contohnya, pemerintah Jerman memberikan subsidi untuk
penggunaan batu bara, yang menyebabkan ketergantungan industri dan
pekerja terhadap batu bara. Hal ini menghambat transisi ke energi bersih dan
rendah karbon, serta menimbulkan masalah sosial dan ekonomi ketika
pemerintah mencoba mengurangi subsidi.
5 Macam-macam eksternalitas ditinjau dari segi dampaknya adalah:
• Eksternalitas positif: dampak yang menguntungkan bagi pihak lain tanpa
adanya kompensasi dari pihak yang diuntungkan. Contoh: penelitian dan
pengembangan, vaksinasi, pendidikan.

• Eksternalitas negatif: dampak yang merugikan bagi pihak lain tanpa adanya
kompensasi dari pihak yang merugikan. Contoh: polusi, bising, kemacetan.

Eksternalitas dapat terjadi dalam kegiatan produksi atau konsumsi, dan dapat
mempengaruhi produsen atau konsumen lain. Eksternalitas dapat menimbulkan
inefisiensi pasar atau kegagalan pasar, yaitu ketidaksesuaian antara harga dan
kuantitas barang yang ditawarkan dan diminta di pasar. Eksternalitas positif dapat
menyebabkan kurangnya produksi atau konsumsi barang yang bermanfaat bagi
masyarakat, sedangkan eksternalitas negatif dapat menyebabkan kelebihan produksi
atau konsumsi barang yang merugikan bagi masyarakat.

Untuk mengatasi masalah eksternalitas, pemerintah atau masyarakat dapat melakukan


beberapa langkah, seperti:
• Memberikan subsidi atau pajak untuk menginternalisasi eksternalitas positif
atau negatif.

• Menetapkan standar atau regulasi untuk mengendalikan eksternalitas negatif.

• Mendorong kerjasama atau negosiasi antara pihak-pihak yang terlibat dalam


eksternalitas.

• Menyediakan barang publik atau barang merit untuk meningkatkan


kesejahteraan masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai