Anda di halaman 1dari 11

Nama : Ellin Indrawani Nim : E1031191083

REVIEW JURNAL I
Judul Implementasi Teknologi Penginderaan Jauh Berbasis Dual
Doppler Radar Sebagai Upaya Mitigasi Asap Karhutla
Volume & halaman Jurnal Widya Climago, Volume 2. Halaman 104 - 111
Tahun 2020
Penulis Muhammad Panji Rosyady, Agung Hari Saputra,Titis Angger
Pangestu & Ashifa Putri.
Reviewer Ellin Indrawani
Tanggal 2 November 2020

Tujuan penelitian - Untuk mengetahui penerapan metode dual doppler dalam


meningkatkan jangkauan radar cuaca guna mendeteksi asap
kebakaran hutan dan lahan di wilayah Banjarbaru dan
Palangkaraya.
- Untuk mengetahui karakteristik sebaran asap kebakaran hutan
dan lahan di wilayah penelitian.
- Untuk mengetahui ketinggian asap dari permukaan tanah.
Subjek penelitian Penggunaan radar cuaca dalam memperoleh data jangkauan
pengamatan titik panas dan data karakteristik penyebaran asap
yang berkualitas.
Metode penelitian Metode yang digunakan pada jurnal ini adalah kualitatif -
deskriptif dengan menganalisis dan menginterpretasikan sumber
data berupa dokumen maupun data digital sebagai berikut:
1. Data dan informasi areal kebakaran lahan di wilayah
Banjarbaru dan Palangkaraya yang didapatkan dari
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan selama tahun
2018.
2. Data mentah radar cuaca Banjarbaru dan Palangkaraya dengan
format volumetrik (.vol) yang didapatkan dari BMKG.
3. Data pengamatan ME48 dan Radiosonde di Stasiun
Meteorologi Syamsudin Noor Banjarbaru dan Stasiun
Meteorologi Tjilik Riwut Palangkaraya.
4. Data pendukung: Data hotspot pada waktu dan lokasi
penelitian yang di dapat dari NASA.
Hasil penelitian Hasil analisis Data ME48 Stasiun Meteorologi Syamsudin Noor
 Hasil laporan data sinoptik tanggal 12, 17, dan 27 September
2018 di stasiun meteorologi Syamsudin Noor menunjukkan
bahwa kejadian kabut asap yang terjadi di Banjarbaru
umumnya dilaporkan dengan kabut tebal. Kabut tebal tersebut
menyebabkan jarak pandang di wilayah Banjarbaru mencapai
10 m. Kejadian kabut asap yang dilaporkan umumnya terjadi
pada pagi hari dan malam hari.
Hasil analisis Sebaran Titik Panas (Hot Spot)
 Sebaran titik panas pada tanggal 12 September 2018 yang
didapatkan dari pantauan citra satelit Terra/Aqua NOAA di
wilayah Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah.
Berdasarkan pemantauan pada tanggal tersebut didapatkan
sebanyak 10 titik panas yang tersebar di Kalimantan Selatan
dan Kalimantan Tengah. Sebaran titik panas tersebut
menunjukkan bahwa wilayah Kalimantan Selatan dan
Kalimantan Tengah terjadi kebakaran hutan dan lahan.
 Pada tanggal 17 September 2018, sebaran titik panas
mengalami penurunan hingga menjadi 7 titik di Kalimantan
Selatan dan Kalimantan Tengah.
 Pada tanggal 27 September 2018 terjadi peningkatan sebaran
titik panas dibandingkan dengan tanggal 12 dan 17 September
2018. Oleh sebab itu, titik panas yang meningkat
menunjukkan bahwa banyak wilayah yang sedang terjadi
kebakaran hutan dan lahan. Peningkatan ini juga
menyebabkan terjadinya kabut asap di wilayah Banjarbaru.
Hasil Analisis Citra Radar
 Pembuatan clutter map yang digunakan pada pre-processing
sangat efektif dalam mengurangi noise dan interferensi di
wilayah Banjarbaru.
 Berdasarkan data ME48 dan data sebaran titik panas,
didapatkan pola sebaran asap kebakaran hutan dan lahan di
wilayah Banjarbaru dan Palangkaraya dengan menggunakan
metode dual doppler radar. Nilai reflectivity yang sudah diatur
juga dapat digunakan untuk melihat lokasi terjadinya
kebakaran hutan.
 Asap kebakaran hutan dan lahan yang terdeteksi pada tanggal
12 September 2018 terletak pada radius kurang dari 50 km dari
radar cuaca Banjarbaru. Pola asap terlihat hingga jam 06.00
UTC yang bergerak menuju daerah Kalimantan Tengah (barat
laut). Sementara itu, pada tanggal 17 September 2018 terlihat
banyak awan yang terdeteksi pada radar cuaca. Awan yang
terdeteksi tersebut dapat menyebabkan kesulitan untuk
membedakan asap dengan awan. Namun, dengan radar cuaca
hal seperti ini dapat dibedakan dengan melihat pola sebaran
asap yang tidak berubah dengan cepat jika dibandingkan
dengan pola sebaran awan yang berubah dengan cepat.
Kesimpulan  Implementasi metode dual doppler mampu meningkatkan
range cakupan radar cuaca dalam mendeteksi asap kebakaran
hutan dan lahan di wilayah Banjarbaru dan Palangkaraya.
 Karakteristik sebaran asap kebakaran hutan dan lahan di
wilayah penelitian memiliki nilai reflectivity berkisar antara -
Judul Peran Badan Penanggulangan Bencana Daerah Dalam Upaya
Pencegahan Bencana Kebakaran Hutan Dan Lahan (Karhutla) di
Kabupaten Musi Banyuasin
Volume & halaman Jurnal Kebijakan Pemerintahan Volume 4. Halaman 41-46
Tahun 2021
Penulis Tri Anggraini & Dimas Agustian
Reviewer Ellin Indrawani
Tanggal 30 Juni 2021
6 – 13 dBZ yang bergerak dari Kalimantan Selatan (tenggara)
menuju Kalimantan Tengah (barat laut).
 Ketinggian asap pada tanggal 12, 17, dan 27 September 2018
mencapai ketinggian 2 km dari permukaan tanah.

REVIEW JURNAL II

Tujuan penelitian Untuk mengetahui peran Badan Penanggulangan Bencana Daerah


(BPBD) dalam upaya pencegahan kebakaran hutan dan lahan di
Kabupaten Musi Banyuasin.
Subjek penelitian Perwakilan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD)
Kabupaten Musi Banyuasin
Metode penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif -
deskriptif dengan teknik pengumpulan data melalui observasi,
wawancara dan dokumentasi.
Hasil penelitian  BPBD Kabupaten Musi Banyuasin yang terus berperan aktif
dalam upaya pencegahan bencana Kathurla di Kabupaten
Musi Banyuasin, Salah satunya melalui kegiatan sosialisasi
mandiri kepada masyarakat dengan cara yang mudah
dipahami oleh masyarakat untuk menghindari
kesalahpahaman. Hal tersebut bersesuaian dengan pendapat
Kahnetal (Ahmad, Z., 2009) yang mengatakan bahwa sebuah
lingkungan organisasi dapat mempengaruhi harapan setiap
individu mengenai perilaku peran mereka. BPBD memainkan
perannya sebagai organisasi yang memberikan pengaruh
kepada masyarakat terkait perilaku masyarakat dalam upaya
mencegah terjadinya kebakaran hutan dan lahan. Harapannya
setiap individu sasaran dalam sosialisasi ini dapat berperan
sebagai pemberi pengaruh kepada individu-individu lain untuk
tetap menjaga hutan dan lahan.
 Peran lain yang dilakukan BPBD dalam upaya pencegahan
penanggulangan bencana karhutlha adalah melakukan kajian
resiko Kawasan rawan kebakaran kahutlha di Kabupaten Musi
Banyuasin. Kajian resiko ini didasarkan pada peran dari
BPBD yaitu menyusun, menetapkan dan menginformasikan
peta rawan bencana. Menurut (Soekanto, 2013) apabila
seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan
kedudukannya, maka ia menjalankan suatu peranan. Peranan
(role) merupakan aspek dinamis dari kedudukan (status).
Apabila seorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai
dengan kedudukannya, maka hal itu berarti dia menjalankan
suatu peran. BPBD dalam hal menjalankan perannya
melakukan kajian resiko pada daerah rawan bencana
Kebakaran Kahutlha di Kabupaten Musi Banyuasin.
 Dalam menjalankan perannya guna mencegah karhutla
perwakilan BPBD mengungkapkan bahwa data hotspot yang
berasal dari radar pantau menjadi alat bantu bagi penentuan
titik-titik panas yang memungkinkan sumber terjadinya
kebakaran walaupun tidak selalu menunjukkan adanya
kebakaran. Titik panas selama ini dijadikan sebagai indikator
kejadian kebakaran, meskipun tidak selamanya titik panas
yang terekam dalam citra satelit menunjukkan terjadinya
kebakaran. Data hotspot diolah dengan memanfaatkan
teknologi informasi yang kemudian dirangkai sedemikian rupa
guna memantau kondisi-kondisi pada hutan dan lahan yang
rawan terbakar. Dalam hal ini BPBD memainkan perannya
sebagai penyedia data bagi upaya penanggulangan untuk
ditransformasikan kepada masyarakat, sehingga dapat
dijadikan acuan bagi upaya penanggulangan bencana
Karhutla.
Kesimpulan  Dalam upaya pencegahan penanggulangan bencana kahutla,
BPBD Kabupaten Musi Banyuasin berperan sesuai dengan
fungsi dan kewajibannya sebagai BPBD daerah yaitu sebagai
organisasi yang melakukan kajian resiko kawasan rawan
bencana kahutla di Kabupaten Musi Banyuasin. Kajian resiko
kawasan dilakukan dengan tiga tahapan utama antara lain:
o Pertama, memetakan kondisi daerah Kabupaten Musi
Banyuasin dengan mendata kondisi daerah luas lahan dan
kondisi lahan.
o Kedua, menetapkan kondisi lahan dengan tingkat
kerawanan kebakaran hutan serta menetapkan titik panas
atau hotspot pada daerah-daerah rawan bencana kebakaran
hutan.
o Ketiga, menginformasikan kondisi lapangan kepada
pemerintah Kabupaten Musi Banyuasin serta memberikan
pengaruh kepada masyarakat terkait perilaku masyarakat
melalui kegiatan sosialisasi baik sosialisasi secara langsung
maupun tidak langsung untuk menjaga kondisi hutan dan
lahan dari bencana karhutla.
Judul Koordinasi Pemerintah Kabupaten Kampar Dalam
Penanggulangan Bencana Kabut Asap
Volume & halaman Transparansi: Jurnal Ilmiah Ilmu Administrasi Volume 4.
Halaman 140 - 147
Tahun 2021
Penulis Rizka Khairunnisa, Roni Ekha Putera & Yoserizal
Reviewer Ellin Indrawani
Tanggal 30 Juni 2021

REVIEW JURNAL III

Tujuan penelitian Untuk mendeskripsikan pola koordinasi pemerintah Kabupaten


Kampar dalam penanggulangan bencana kabut asap
Subjek penelitian perwakilan pemerintah Kabupaten Kampar
Metode penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif - deskriptif
dengan teknik pengumpulan datanya berupa wawancara dan
dokumentasi.
Dalam mengukur sebuah koordinasi terdapat empat indikator
utama yaitu kesatuan tindakan, pembagian kerja, komunikasi dan
disiplin.
Hasil penelitian Kesatuan Tindakan
 Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten
Kampar sebagai leading sector diberikan wewenang untuk
menetapkan jadwal kegiatan rapat koordinasi. Instansi terkait
khususnya Dinas Lingkungan Hidup dan Dinas Kesehatan
akan diberikan surat undangan untuk melakukan rapat
koordinasi mengenai kabut asap. Kegiatan penanggulangan
bencana kabut asap dilaksanakan sesuai dengan tupoksi
masing-masing instansi namun tetap berkoordinasi secara
efektif dengan leading sector yaitu BPBD Kabupaten Kampar
sehingga terjadi keselarasan.
Komunikasi
 Komunikator utama dalam penanggulangan kabut asap adalah
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten
Kampar selaku leading sector. Komunikan dalam koordinasi
pemerintah Kabupaten Kampar dalam penanggulangan
bencana kabut asap adalah Dinas Lingkungan Hidup dan
Dinas Kesehatan.
 Dalam proses komunikan masih terjadi sedikit kekurangan
dalam pelaksanaannya karena masih kurang tersampaikannya
informasi dari leading sector kepada pihak penerima pesan
seperti yang dikatakan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten
Kampar yang beberapa kali merasa tidak menerima surat
undangan untuk dapat melakukan rapat koordinasi. Dapat
dilihat masih kurang efektifnya komunikasi antar komunikator
dan komunikan.
 Selain rapat koordinasi yang dilakukan secara langsung, juga
menggunakan media elektronik. Contohnya membuat
whatsapp group sehingga nantinya jika ada informasi yang
akan kita sampaikan bisa disalurkan melalui whatsapp group
tersebut.
Pembagian Tugas
 Badan Penanggulangan Bencana Daerah Sebagai instansi
yang bertugas dan bertanggung jawab dalam hal
penanggulangan bencana yang ada di Kabupaten Kampar
khususnya dalam bencana kabut asap selalu melaksanakan
dengan sebaik mungkin. Misal pada saat terjadinya bencana
kabut asap, kami harus siap turun kapan pun. Biasanya setiap
desa memiliki dana untuk bencana.
 Dari Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Kampar ada
membentuk yang namanya Masyarakat Peduli Api (MPA).
Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Kampar juga
memberikan info terkini mengenai Indeks Standar Kualitas
Udara (ISPU) pada masyarakat yang biasanya juga dilakukan
melalui radio. Karena papan ISPU belum tersedia di
Kabupaten khususnya Kabupaten Kampar.
 Pada Dinas Kesehatan Kabupaten Kampar juga memberikan
instruksi kepada puskesmas-puskesmas yang ada di
Kabupaten Kampar untuk dapat mendata kasus ISPA yang
muncul setiap harinya. Dinas Kesehatan juga memberikan
masker secara gratis dan membuat posko-posko kesehatan
yang selalu siap siaga membantu masyarakat khususnya
seperti pada ibu hamil, lansia, balita dan yang terkena dampak
dari bencana kabut asap tersebut.
Disiplin
 Mengenai disiplin Badan Penanggulangan Bencana Daerah
Provinsi Riau yang mengatakan bahwa Pemerintah Kabupaten
Kampar memang merupakan salah satu kabupaten yang aktif
dalam setiap koordinasi. Khususnya Badan Penanggulangan
Bencana Daerah Kabupaten Kampar yang sebagai leading
sector yang cukup aktif terlihat dari bagaimana
tanggungjawab mereka dalam setiap pelaporan mengenai
bencana khususnya bencana kabut asap.
 Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Kampar
yang merupakan leading sector ternyata menyebutkan bahwa
sejauh ini dalam kegiatan koordinasi mengenai
penanggulangan bencana kabut asap setiap lintas sektor terkait
dapat dikatakan disiplin. Walaupun memang dalam beberapa
Judul Analisis Risiko Bencana Kebakaran Hutan Dan Lahan Di
Kabupaten Serang
Volume & halaman Jurnal Sains dan Teknologi Mitigasi Bencana Volume 13.
Halaman 1 - 17
Tahun 2018
Penulis Akhmadi Puguh Raharjo
Reviewer Ellin Indrawani
Tanggal 30 Juni 2018
kegiatan misalnya seperti pada rapat koordinasi terkadang
masih ada beberapa perwakilan dari lintas sektor terkait yang
tidak menghadiri akibat kurangnya informasi yang
didapatkan.
Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dijabarkan dari indikator-
indikator koordinasi maka dapat disimpulkan bahwa koordinasi
Pemerintah Kabupaten Kampar dalam penanggulangan bencana
kabut asap sudah berjalan cukup baik. Pada beberapa kegiatan
yang dijalankan oleh instansi terkait masih ada yang belum
berjalan secara maksimal karena adanya beberapa kendala.
REVIEW JURNAL IV

Tujuan penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran
risiko bencana Karhutla di Kabupaten Serang melalui analisis
risiko Karhutla sesuai Peraturan Kepala BNPB Nomor 2 Tahun
2012.
Subjek penelitian Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil serta Badan Pusat
Statistik Kabupaten Serang.
Metode penelitian Penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif – deskriptif dengan
sumber data berupa data penggunaan lahan, data curah hujan, data
jenis tanah dan data sosial penduduk.
Hasil penelitian Ancaman Bahaya Karhutla di Kabupaten Serang
 Secara umum, wilayah yang memiliki potensi Karhutla
menempati wilayah seluas 67.654,51 Hektar atau sekitar
46,18% dari total luas wilayah Kabupaten Serang. Dari luas
tersebut, potensi bahaya Karhutla terbesar ditempati oleh kelas
bahaya rendah (56.847,70 Hektar atau 38,81% dari total luas
wilayah Kabupaten Serang), yang diikuti oleh kelas bahaya
sedang (8.561,48 Hektar; 5,84%) dan kelas bahaya tinggi
(2.245,32 Hektar; 1,53%).
 Kelas bahaya Karhutla rendah terdistribusi secara merata di
seluruh kecamatan di Kabupaten Serang dengan posisi tiga
besar ditempati oleh Kecamatan Cinangka, Mancak dan
Padarincang. Kelas bahaya Karhutla sedang, hanya ada 1
kecamatan yang tidak masuk ke dalam kelas bahaya tersebut
yakni Kecamatan Bandung, dengan posisi tiga besar
teratasnya ditempati oleh Kecamatan Mancak, Anyar dan
Kramatwatu. Kelas bahaya Karhutla tinggi, yang ditemui
hanya pada 11 wilayah kecamatan di Kabupaten Serang,
urutan tiga besar teratasnya ditempati oleh Kecamatan Pulo
Ampel, Bojonegara dan Tanara.
Kerentanan Sosial di Kabupaten Serang
 Kerentanan dalam kajian ini menggunakan indikator
keterpaparan dari kerentanan sosial saja. Indeks kerentanan
sosial diperoleh dari pembobotan kepadatan penduduk (60%)
dan kelompok rentan (40%). Kelompok rentan disini terdiri
dari rasio jenis kelamin (10%), rasio kemiskinan (10%), rasio
penyandang disabilitas (10%) dan rasio kelompok umur
(10%).
 Kepadatan penduduk, Kabupaten Serang didominasi oleh
kelas kerentanan tinggi (181 desa), yang diikuti oleh kelas
kerentanan sedang (109 desa) dan kelas kerentanan rendah (36
desa). Sementara itu apabila dilihat dari rasio jenis kelamin,
Kabupaten Serang secara keseluruhan masuk ke dalam tingkat
kerentanan rendah.
 Rasio penduduk miskin Kabupaten Serang didominasi oleh
kelas kerentanan sedang (179 desa), yang diikuti oleh kelas
kerentanan rendah (100 desa) dan kelas kerentanan tinggi (46)
desa. Terakhir, dilihat dari rasio usia ketergantungan,
Kabupaten Serang secara seimbang didominasi oleh kelas
kerentanan sedang. Hanya 3 desa yang masuk kelas
kerentanan rendah.
Risiko Karhutla di Kabupaten Serang
 Secara umum, wilayah permukiman di Kabupaten Serang
didominasi oleh kelas risiko Karhutla rendah yakni seluas
4.934,67 Hektar, atau sekitar 46,87% dari total luas
permukiman di Kabupaten Serang. Kelas risiko Karhutla
sedang menempati urutan kedua (3.935,83 Hektar; 37,38%)
yang diikuti oleh kelas tanpa risiko Karhutla (1.564,12 Hektar;
14,84%).
Tindak Lanjut Pengurangan Risiko Bencana Karhutla
 Pembersihan serasah dan tumbuhan bawah di sekitar areal
permukiman yang berada tidak jauh dari lahan yang memiliki
potensi bahaya Karhutla dapat menjadi bentuk mitigasi yang
efektif karena mengurangi kontinuitas strata bahan bakar di
lapangan.
 Peringatan dini dapat berupa pengamatan kondisi cuaca
ekstrim yang dapat memicu Karhutla serta pemberitahuan ke
masyarakat ketika kondisi tersebut akan terjadi.
 Peningkatan kesiapsiagaan di masyarakat maka dapat
dilakukan kegiatan penguatan kelembagaan masyarakat
seperti misalnya pembentukan komunitas siaga bencana
Karhutla yang didukung dengan penyuluhan, pelatihan dan
gladi tanggap darurat Karhutla oleh dinas terkait di Kabupaten
Serang.
Judul Koordinasi Badan Penanggulangan Bencana Daerah Dalam
Penanggulangan Bencana Kebakaran Hutan Dan Lahan Di
Kabupaten Kubu Raya Tahun 2018
Volume & halaman Jurnal S-1 Governance - UNTAN
Tahun 2018
Penulis Hendra Wahyudi, Ida Rachmawati & Bima Sujendra
Reviewer Ellin Indrawani
Tanggal 2018
Kesimpulan Dari hasil kajian, wilayah permukiman di Kabupaten Serang
didominasi oleh kelas risiko Karhutla rendah (4.934,67 Hektar,
atau sekitar 46,87% dari total luas permukiman di Kabupaten
Serang), diikuti oleh kelas risiko Karhutla sedang (3.935,83
Hektar; 37,38%), kelas tanpa risiko Karhutla (1.564,12 Hektar;
14,84%) dan kelas risiko Karhutla tinggi (94,79 Hektar, 0,90%).
Penelitian ini dapat diperinci lagi dengan menyertakan data
kerentanan fisik, ekonomi dan lingkungan yang membentuk
parameter kerentanan yang tidak hanya meliputi kerentanan sosial
saja. Parameter kapasitas juga dapat dimasukkan untuk
mendapatkan suatu kajian risiko yang lebih komprehensif lagi di
masa yang akan datang.

REVIEW JURNAL V

Tujuan penelitian Untuk menggambarkan dan menganalisis Koordinasi BPBD


Kabupaten Kubu Raya dalam penanggulangan bencana karhutla
di Kabupaten Kubu Raya Tahun 2018
Subjek penelitian Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Kubu Raya
Metode penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif -
deskriptif.
Hasil penelitian Kesatuan Tindakan
 Dalam koordinasi penanggulangan bencana Kebakaran Hutan
dan Lahan (Karhutala) di Kabupaten Kubu Raya mendapatkan
respon positif dari pelaksana.Hal ini dapat tercermin dari
pernyataan yang dikemukakan oleh Kepala Badan
Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Kubu Raya yang
mengatakan bahwa:
“Kami sangat mendukung dengan dibentuknya tim
Penanggulangan Bencana Kebakaran Hutan dan Lahan
(Karhutala) di Kabupaten Kubu Raya, BPBD Kubu Raya juga
mempunyai komitmen yang kuat untuk melaksanakan
pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran. Bentuk
komitmen yang kami lakukan yaitu dengan membentuk SK
(Surat Keputusan) siaga karhutla, hanya saja memang dalam
pelaksanaan koordinasi masih terdapat masalah, terkadang
terjadi miss komunikasi antar dinas dalam Penanggulangan
Bencana Kebakaran Hutan dan Lahan” (wawancara pada 18
Januari 2020).
 Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat digambarkan
bahwa para agen pelaksana Peraturan Daerah Kabupaten
Kubu Raya Nomor 10 Tahun 2016 Tentang Pencegahan dan
Penanggulangan Bahaya Kebakaran Hutan dan Lahan telah
memahami tujuan dari peraturan tersebut. Walaupun
memahami tujuan peraturan secara umum atau garis besarnya
saja akan tetapi dari sumber hukum lainnya harus dipahami
juga.
Komunikasi
 BPBD Kabupaten Kubu Raya selaku leading sector dalam
Pencegahan karhutala perlu melakukan kerjasama dengan
pihak-pihak terkait untuk memberikan informasi hal-hal
penting lainnya dalam konteks kampanye dan gerakan
bersama seluruh elemen masyarakat untuk melakukan
pencegahan dan penanggulangan bencana di Kabupaten Kubu
Raya.
Pembagian Tugas
 Berdasarkan hasil wawancara dapat dikatakan bahwa tugas
pokok dan fungsi BPBD Kabupaten Kubu Raya dibentuk
berdasarkan pada Peraturan Daerah Nomor 14 Tahun 2009
Tentang Struktur Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten
Kubu Raya. Dalam struktur birokrasi diperlukan peran yang
maksimal dari para agen pelaksana untuk menjalankan tugas
pokok dan fungsinya masing-masing.
Kesimpulan  Belum terjalinnya kesatuan tindakan dalam koordinasi dalam
Penanggulangan Bencana Kebakaran Hutan dan Lahan.
Organisasi pengendalian kebakaran hutan melibatkan banyak
instansi atau organisasi pemerintah, baik di tingkat nasional,
provinsi, maupun kabupaten atau kota. Pelibatan diantara
pihak-pihak tersebut memerlukan suatu sistem
pengorganisasian yang bekerja secara integratif dan harmonis
agar efektif dan efisien. Kelemahan pengorganisasian dapat
disebabkan oleh berbagai faktor antara lain (1) belum jelasnya
peranan dalam pengorganisasian, (2) belum optimalnya
hubungan antara organisasi-organisasi yang terlibat dan (3)
belum efektifnya organisasi yang terlibat.
 Komunikasi Badan Penanggulangan Bencana Daerah
Kabupaten Kubu Raya Dalam Penanggulangan Bencana
Kebakaran Hutan Dan Lahan Di Kabupaten Kubu Raya tahun
2018 sudah terlaksana dengan cukup baik. Akan tetapi,
komunikasi-komunikasi yang dijalankan belum sepenuhnya di
sosialisasikan kepada pihak Kecamatan Sungai Raya maupun
masyarkat disekitarnya. Pentingnya sosialisasi kebijakan tidak
lain adalah untuk diketahui masyarakat banyak dan dijalankan
secara bersama-sama. Jika ada kebijakan yang tidak diketahui
masyarakat maka tidak menutup kemungkinan hal-hal yang
tidak diinginkan dari kebijakan bisa terjadi.
 Pembagian tugas dalam Penanggulangan Bencana Kebakaran
Hutan dan Lahan telah di atur dalam Peraturan Gubernur
Kalimantan Barat tentang komando siaga darurat (Peraturan
No. 403/BPBD/2017) dan Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun
2016 Tentang Pencegahan dan Penanggulangan Bahaya
Kebakaran Hutan dan Lahan belum berjalan secara efektif,
karena instansi belum berhasil berperan, masalah Pencegahan
dan Penanggulangan Bahaya Kebakaran Hutan dan Lahan
adalah masalah yang kompleks yang harus ditangani bersama.

Anda mungkin juga menyukai