Anda di halaman 1dari 9

BAB I

Pendahulun

1.1 Latar Belakang


Pada hakikatnya manusia memiliki kebutuhan yang bersifat fisiologis salah satunya
adalah tidur, dan bisa dikatakan bahwa tidur merupakan kebutuhan paling dasar dari
piramida kebutuhan dasar, dan hal itu merujuk pada istirihat dan juga makan yang sama
pentingnya dengan tidur, yang nantinya bisa membuat manusia dapat beraktivitas dengan
normal. Dan dari kebiasaan atau aktivitas itulah yang memegang peranan penting dalam
pola tidur. Setiap manusia juga memiliki bioritme atau jam biologis yang berbeda, yang
dimana bioritme ini dikontrol oleh tubuh dan disesuaikan dengan faktor lingkungan,
seperti gravitasi, stimulus elektromagnetik, cahaya, dan juga kegelapan, bentuk dari
bioritme itu sendiri yang paling umum merupakan irama sirkandian yang dimana
melengkapi siklus 24 jam1.

Pola tidur yang cukup pada orang dewasa adalah 7-8 jam per malam, tidak terkecuali
pada orang yang sakit.2 Kemampuan berkonsentrasi dapat menurun disebabkan karena
tidak cukupnya kebutuhan tidur. Dewasa muda yang mengalami hambatan dalam proses
belajar disebabkan oleh rasa mengantuk dan lelah akibat kurang tidur, sehingga
konsentrasi belajar menjadi menurun. Hal ini perlu mendapatkan perhatian yang serius
karena gangguan tidur (sleep deprivation) dapat mempengaruhi proses belajar, gangguan
memori dan kesehatan emosi3

1.2 Perumusan Masalah


Bagaimana Pola tidur pada anak usia sekolah menengah atas
Apa saja fungsi tidur bagi anak usia sekolah menengah atas
Apa saja dampak gangguan tidur bagi pola tidur pada anak usia sekolah menengah atas

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui gambaran pola tidur Pada anak sekolah menengah atas
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui Pola tidur Pada anak Sekolah menengah atas
2. mengetahui gangguan tidur pada anak sekolah menengah atas
3. mengetahui dampak yang timbul dari pola tidur anak sekolah menengah atas
4. Mengetahui Kualitas tidur anak sekolah menengah atas

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Manfaat Untuk Mahasiswa
Dengan penelitian ini mahasiswa diharapkan dapat menambah ilmu dan wawasan
serta keterampilan dalam melakukan penelitian dan sebagai pembuatas tugas akhir
skripsi, lalu juga menambah wawasan mengenai pola tidur
1.4.2 Manfaat untuk Peneliti
Penelitian ini dapat menambah wawasan keilmuan dan keterampilan dalam
melakukan penelitian dan sebagai bagian pembuatan tugas akhir skripsi.
1.4.3 Manfaat bagi Perkembangan Ilmu Pengetahuan
Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran dalam bentuk preventif
dan promotive kepada calon tenaga kesehatan maupun tenaga kesehatan yang sudah
terjun Manfaat kemasyarakat.
1.4.4 Manfaat bagi Institusi
Penelitian ini dapat dijadikan informasi atau sumber data untuk penelitian selanjutnya
di tingkat universitas.
1.4.5 Manfaat bagi Masyarakat
Penelitian dapat diimplementasikan kedalam masyarakat sehingga dapat membuat
masyarakat mengerti pentingnya waktu tidur yang cukup

BAB II

Tinjauan Pustaka

2.1 Tidur
2.1.1 Fisiologi Tidur
Fisiologi tidur adalah adalah pengaturan kegiatan tidur yang dimana
merupakan mekanisme serebral yang secara bergantian berfungsi untuk menekan dan
mengaktifkan pusat otak untuk dapat tidur dan bangun, lalu juga salah satu aktivitas
tidur ini diatur oleh system pengaktivasi retikularis yang berfungsi untuk menjadi
sistem pengatur seluruh tingkatan kegiatan susunan saraf pusat termasuk pengaturan
kewaspadaan dan tidur. yang berada dalam mesensefalon dan bagian atas pons. Lalu
reticuler activating system atau RAS juga dapat memberikan rangsangan visual, nyeri,
pendengaran, dan perabaan, yang juga dapat menerima stimulasi dari kortekserebri
yang di dalamnya juga terdapat rangsangan emosi dan proses pikir, jika dalam
keadaan sadar neuron dan RAS akan melepaskan katekolamin seperti
neripineprin,namun jika dalam keadaan tidur disebabkan oleh adanya pelepasan
serum serotonin yang berasal dari sel khusus di pons dan batang otak tengah, yaitu
bulbar synchronizing regional atau bisa disebut BSR, sedangkan bangun tergantung
dari keseimbabngan impuls yang diterima oleh pusat otak dan sistem limbik.5

2.1.2 Tahapan Tidur


2.1.2.1 Tahapan Tidur NON REM
Nrem merupakan sebuah gelombang pendek karena gelombang otak yang ada
pada orang yang tidur lebih pendek dari gelombang alfa, sedangkan saat orang itu
tersadar menunjukan gelombang beta, lalu kemudian berlanjut saat tidur,
gelombang makin memperbesar dan lambat, diselingi letupan gelombang seperti
cepat kumparan. Secara umum tidur dibagi lagi menjadi dua tahap yaitu tidur
ortodoks atau bisa disebut tidur gelombang(NREM) lambat dan tidur tidur
paradoks(REM), lalu pada tidur non-rem terjadilah penurunan fungsi fisiologis
pada tubuh yang meliputi Tahap pertama yang dimana merupakan tahap transisi
yang dimana seseorang biasanya akan mengalami tidur yang dangkal dan dapat
terbangun dengan mudah oleh karena gangguan lain atau suara.6

Dalam tahap pertama tidur, mata biasanya bergerak peralahan-lahan, dan


aktivitas di otot melambat, lalu saat masuk pada Tahap ke dua yang merupakan
proses tubuh menurun dan tahap tidur ringan.Pada tahap ini didapati gerakan pada
bola mata sudah berhenti. Dan sudah mulai terjadi relaksasi pada otot yang
berangsur sekitar 10-20 menit ,Lalu selanjutnya masuk pada tahap ketiga yaitu,
individu menjadi lebih sulit untuk disadarkan atau dibangunkan, dan jika individu
tersebut bangun, individu tersebut sering merasa bingung selama beberapa saat
yang biasanya hanya beberapa menit saja dan tidak dapat menyesuaikan diri,
namun disaat bersamaan terjadi relaksasi otot menyeluruh yang berangsur selama
15 sampai 30 menit Gelombang otak menjadi lebih teratur dan terdapat
penambahan gelombang delta yang lambat. Dan terakhir merupakan tahap
keempat yang merupakan tahap tidur yang paling dalam. Gelombang otak menjadi
sangat lambat. Aliran darah diarahkan jauh dari otak dan menuju otot, agar
memulihkan energi fisik Tahap empat dan tiga dianggap sebagai deep sleep atau
bisa disebut tidur dalam, dan sangat restorative bagian dari tidur yang diperlukan
untuk merasa cukup istirahat dan energik di siang hari6,7

2.1.2.2 Tahapan Tidur REM


Setelah melewati tahapan tidur NREM maka lanjut ke tahap selanjutnya yaitu
tahap tidur paradoks atau tidur REM, yang dimana pada masa ini gelombang EEG
mirip seperti beta yaitu gelombangnya mirip dengan individu yang berada pada
fase aktivitas, dan biasanya individu tersebut menjadi lebih sulit dibangunkan,
bola mata bergerak lebih dibalik pelupuk mata yang tertutup, dan tonus otot pada
leher dan anggota gerak minimal, dan hal ini juga membuat individu tersebut
memiliki mimpi yang paling banyak. Pada fase ini pada tahap ini individu menjadi
lebih sulit untuk dibangunkan dibandingkan tahap tidur NREM, lalu juga tahap
tidur REM ini berfungsi untuk menjaga keseimbangan mental, memori dan juga
adaptasi, biasaya ada tanda-tanda tidur rem itu seperti mata individu mejadi cepat
untuk tertutup dan terbuka lalu otot kecilnya menjadi kejang, diikuti otot besar
immobilisasi, lalu pernapasannya juga tidak teratur, dan nasi menjadi cepar dan
ireguler, tekanan darah pada individu juga mengalami fluktuasi atau meningkat,
dan jika ditinjau dari siklus tidurnya individu menjadi lebih sulit untuk
dibangunkan7,8

2.2 Fungsi Tidur


Tidur berfungsi untuk menjaga psikologis dan juga fisiologis individu, bila dilihat dari
tahapan tidur NREM yaitu berfungsi untuk perbaikan pada tubuh selama tidur NREM,
dan selama tahapan NREM maka fungsi biologis tubuh melambat, sehingga denyut
jantung juga melambat yang dimana denyut jantung pada orang normal dewasa sehat rata
rata berkisar 70-80 denyut permenit atau kurang jika individu dalam kondisi fisik yang
kurang baik. namun jika tidur, denyut jantungnya bisa turun sampai 60 denyut permenit
atau bahkan bisa kurang, ini mengindikasikan bahwa selama tidur jantung berdenyut 10-
20 kali lebih lambat per menit atau bisa lebih kurang lagi, oleh karena itu tidur nyenyak
bermanfaat untuk mempertahankan fungsi jantung.9
Lalu pada tahapan NREM keempat tubuh akan mengeluarkan atau melepaskan
hormon pertumbuhan pada manusia untuk memperbaiki dan proses pembaruan sel epitel
dan sel sel yang khusus seperti sel otak, lalu jika ditinjau dari tahapan Tidur REM juga
diperlukan untuk pemulihan kognitif dan menjaga jaringan otak. Tahapan REM juga
berhubungan dengan perubahan pada aliran darah di otak, peningkatan konsumsi
oksigen, peningkatan aktivitas korteks dan juga pelepasan epinefrin, dan gabungan
kegiatan ini membantu untuk pemyimpanan memori dalam proses belajar. Selain itu
tidur juga berfungsi untuk restorative dan hemostatik yang penting untuk cadangan
energy normal10

2.3 Pola Tidur


Baik dan buruknya Pola tidur dapat mempengaruhi kualitas tidur anak. Pola tidur
yang baik meningkatkan kualitas tidur. Pola tidur berbicara mengenai kebiasaan waktu
tidur, waktu bangun dan durasi tidur dari seseorang. Pola tidur tidak sama pada setiap
individu, setiap individu mempunyai pola tidur yang berbeda-beda. Pola tidur dapat
berbeda pada setiap Negara, Ethnic, Sosioeconomi dan Gender, bahkan Umur juga
membedakan pola tidur pada setiap individu. Dorongan untuk tidur tidak hanya dari
proses biologis, tetapi juga dari faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pola tidur.11,12,13

Perbedaan etnis yang mempengaruhi pola tidur dapat dilihat dari perbedaan temuan
durasi tidur anak-anak di negara Asia yang lebih pendek dibanding pada durasi tidur
anak-anak Kaukasia. Perbedaan ini juga tampak pada anak-anak Asia yang bermigrasi ke
Australia. Pada anak-anak yang sosioekonominya rendah juga memiliki waktu tidur yang
lebih lambat sehingga memiliki durasi tidur yang lebih pendek dibanding dengan anak-
anak yang sosioekonominya tinggi. Perbedaan pada gender memperliatkan bahwa anak
perempuan memiliki waktu tidur yang lebih lama dibandingkan dengan anak laki-laki.14

Pola tidur yang tidak baik dapat berpengaruh pada Kualitas tidur. sehingga kualitas
tidur yang buruk dapat berdampak buruk bagi anak dan menimbulkan konsekuensi
jangka pendek dan jangka panjang. Anak-anak yang mengalami kurang tidur dapat
mengalami penurunan fungsi kognitif, penurunan konsentrasi, gangguan belajar. Hal ini
dapat terlihat dari penurunan kinerja anak disekolah. Anak yang mengalami kurang tidur
juga dapat memiliki gangguan perilaku seperti susah mengendalikan emosi, lekas marah,
cemas dan meningkatkan depresi. Jangka panjang akibat kurang tidur pada anak dapat
mempengaruhi kesehatan. Mulai dari gangguan metabolisme pada tubuh, peningkatkan
resiko penyakit sindrom metabolik, obesitas, diabetes tipe 2 dan gangguan kesehatan
lainnya yang dapat mengganggu kualitas hidup anak. Bahkan depresi yang disebabkan
dari gangguan tidur dapat meningkatkan angka kematian. Sebuah penelitian dari
beberapa studi populasi di seluruh dunia menunjukkan bahwa anak-anak yang tidur
kurang dari 10 jam semalam, dua kali lebih mungkin mengalami obesitas dibandingkan
dengan anak-anak yang tidur lebih dari 10 jam.

2.4 Kualitas tidur


Kualitas tidur merupakan fenomena yang sangat kompleks yang melibatkan berbagai
domain antara lain, penilaian terhadap lama waktu tidur, gangguan tidur, masa laten
tidur, disfungsi tidur pada siang hari, efisiensi tidur, kualitas tidur, penggunaan obat
tidur. Jadi apabila salah satu dari ketujuh domain tersebut terganggu maka akan
mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas tidur Kualitas tidur adalah gambaran
subjektif dan seringkali ditentukan oleh perasaan energik atau tidak setelah bangun tidur

Pada penilaian terhadap lama waktu tidur yang dinilai adalah waktu dari tidur yang
sebenarnya yang dialami seseorang pada malam hari. Penilaian ini dibedakan dengan
waktu yang dihabiskan diranjang. Pada penilaian terhadap gangguan tidur dinilai apakah
seseorang terbangun tidur pada tengah malam atau bangun pagi terlalu cepat, bangun
untuk pergi kekamar mandi, sulit bernafas secara nyaman, batuk atau mendengkur keras,
merasa kedinginan, merasa kepanasan, mengalami 10 mimpi buruk, merasa sakit, dan
alasan lain yang mengganggu tidur Kualitas tidur merupakan suatu keadaan yang dijalani
individu untuk mendapatkan kesegaran dan kebugaran saat terbangun dari tidurnya.
Kebutuhan tidur seseorang dikatakan baik apabila tidak menunjukkan tanda-tanda
kekurangan tidur dan tidak mengalami masalah dalam tidurnya Kualitas tidur adalah
kemampuan individu untuk tetap tertidur dan mendapatkan sejumlah tidur REM dan
NREM yang pas Menurut Asmadi kualitas tidur dapat dilihat melalui tujuh komponen,
yaitu :
1. Kualitas tidur subjektif Penilaian subjektif diri sendiri terhadap kualitas tidur yang
dimiliki, adanya perasaan terganggu dan tidak nyaman pada diri sendiri berperan
terhadap penilaian kualitas tidur.
2. Latensi tidur Beberapa waktu yang dibutuhkan sehingga seseorang bisa tertidur, ini
berhubungan dengan gelombang tidur seseorang.
3. Durasi tidur Dinilai dari waktu mulai tidur sampai waktu terbangun, waktu tidur yang
tidak terpenuhi akan menyebabkan kualitas tidur buruk.
4. Efisiensi tidur Didapatkan melalui presentase kebutuhan tidur manusia, dengan
menilai jam tidur seseorang dan durasi tidur seseorang, durasi tidur sehingga dapat
disimpulkan apakah sudah tercukupi atau tidak.
5. Gangguan tidur Seperti adanya mengorok, gangguan pergerakan sering terganggu
dan mimpi buruk dapat mempengaruhi proses tidur seseorang.
6. Penggunaan obat tidur 11 Obat tidur dapat menandakan seberapa berat gangguan
tidur yang dialami, karena penggunaan obat tidur diindikasikan apabila orang
tersebut sudah sangat terganggu pola tidurnya dan obat tidur dianggap perlu untuk
membantu tidur.
7. Daytime disfunction atau adanya gangguan pada kegiatan seharihari diakibatkan oleh
perasaan mengantuk.

Kualitas tidur adalah lama waktu tidur berdasarkan jumlah jam tidur sedangkan kualitas
tidur mencerminkan keadaan tidur yang restoratif dan dapat menyegarkan tubuh
keesokan harinya (Asmadi, 2016). Tanda kekurangan tidur dapat dibagi menjadi tanda
fisik dan tanda psikologis.Tanda fisik kekurangan tidur meliputi ekspresi wajah (area
gelap disekitar mata, bengkak dikelopak mata, konjungtiva berwarna kemerahan, dan
mata cekung), kantuk yang berlebihan ditandai dengan seringkali menguap, tidak mampu
berkonsentrasi dan adanya tanda-tanda keletihan seperti penglihatan kabur, mual dan
pusing. Tanda psikologis dari kekurangan tidur meliputi menarik diri, apatis dan respon
menurun, bingung, daya ingat berkurang, halusinasi, ilusi penglihatan atau pendengaran
dan kemampuan memberikan pertimbangan atau keputusan menurun (Sagala, 2014)

Hidayat A. A (2009). Pengantar kebutuhan dasar manusia. Buku 1. Jakarta: Salemba Medika.
2.5 Gangguan tidur (klasifikasi gangguan tidur)
2.6 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pola Tidur (budaya, sleep hygiene, penyakit
gangguan tidur
2.7 Kerangka teori
2.8 Kerangka konsep
Daftar Pustaka

1. Ambarwati R. Tidur, Irama Sirkasian dan Metabolisme Tubuh. Jurnal Keperawatan.


2017;10(1):42.[cited 21 Maret 2022]
2. Mohammad R. Hubungan antara Gangguan Pola Tidur dengan Keseimbangan Sistem
Saraf Otonom pada Usia Dewasa Muda. Mutiara Medika Jurnal Kedokteran dan
Kesehatan. 2019;19(1)1-6
3. Djamalilleil S.F, Rosmaini, Dewi N.P. Hubungan Kualitas Tidur Terhadap
Konsentrasi Belajar Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Baiturahmah
Padang Angkatan 2018. Health &Medical Journal.2021;3(1):44
4. Caesarridha D.K, HUBUNGAN KUALITAS TIDUR DENGAN KONSENTRASI
BELAJAR PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN DI MASA
PANDEMI COVID-19. Jurnal Medika Hutama. 2021;2(4):2
5. Ambarwati R. Tidur, Irama Sirkasian dan Metabolisme Tubuh. Jurnal Keperawatan.
2017;10(2):44
6. Dariah E.D., Hubungan kecemasan dengan Kualitas Tidur Lansia di Posbindu Anyelir
Kecamatan Cisaurua Kabupaten Bandung Barat. Jurnal Ilmu Keperawatan.
2015;3(2):93
7. Widodo D.P., Perkembangan Normal Tidur pada Anak dan Kelainannya. Sari
Pediatri. 2000;2(3):139-145
8. Okawa M. Circadian rhythm sleep disorders. Asian Med J 2000; 43:235-42.
9. mcCance K.L, the biologic basic for disease in adults and children. Pathophysiology.
2006;5(1):149
10. Buysse D.J., diagnosys and assessment of sleep and circadian rhytm disorder”.
Psychiatri pract. 2005;1(2):100
11. Aishworiya R, Chan P, Kiing J, Chong SC. Sleep behaviour in a sample of preschool
children in singapore. Ann acad med singapore. 2012;41(3);99-104.
12. Tharakan RM, Shenoy KV. A study on sleep pattern and sleep problem in children
aged 6 to 15 years as pervieve by they parent. Int J Contemp Pediatr. 2019
Mar;6(2):611
13. Biggs S.N, Lushington Kurt, James M.A, van den Heuvel.C, Declan K.J. Gender,
socioeconomic, and ethnic differences in sleep patterns in school-aged children. Sleep
Medicine. ELSEVIER. 2013;14(12);1304–1309.
14. Judith A OWENS (2004). Sleep in children: Cross-cultural perspectives.JA OWENS.
2004;2(3), 165–173.
15. Harvey., Kozier and Erb's Fundamentals of Nursing. Cultures and nursing. 2015;1(3):350-368

Anda mungkin juga menyukai