Bab I
Bab I
Pendahulun
Pola tidur yang cukup pada orang dewasa adalah 7-8 jam per malam, tidak terkecuali
pada orang yang sakit.2 Kemampuan berkonsentrasi dapat menurun disebabkan karena
tidak cukupnya kebutuhan tidur. Dewasa muda yang mengalami hambatan dalam proses
belajar disebabkan oleh rasa mengantuk dan lelah akibat kurang tidur, sehingga
konsentrasi belajar menjadi menurun. Hal ini perlu mendapatkan perhatian yang serius
karena gangguan tidur (sleep deprivation) dapat mempengaruhi proses belajar, gangguan
memori dan kesehatan emosi3
BAB II
Tinjauan Pustaka
2.1 Tidur
2.1.1 Fisiologi Tidur
Fisiologi tidur adalah adalah pengaturan kegiatan tidur yang dimana
merupakan mekanisme serebral yang secara bergantian berfungsi untuk menekan dan
mengaktifkan pusat otak untuk dapat tidur dan bangun, lalu juga salah satu aktivitas
tidur ini diatur oleh system pengaktivasi retikularis yang berfungsi untuk menjadi
sistem pengatur seluruh tingkatan kegiatan susunan saraf pusat termasuk pengaturan
kewaspadaan dan tidur. yang berada dalam mesensefalon dan bagian atas pons. Lalu
reticuler activating system atau RAS juga dapat memberikan rangsangan visual, nyeri,
pendengaran, dan perabaan, yang juga dapat menerima stimulasi dari kortekserebri
yang di dalamnya juga terdapat rangsangan emosi dan proses pikir, jika dalam
keadaan sadar neuron dan RAS akan melepaskan katekolamin seperti
neripineprin,namun jika dalam keadaan tidur disebabkan oleh adanya pelepasan
serum serotonin yang berasal dari sel khusus di pons dan batang otak tengah, yaitu
bulbar synchronizing regional atau bisa disebut BSR, sedangkan bangun tergantung
dari keseimbabngan impuls yang diterima oleh pusat otak dan sistem limbik.5
Perbedaan etnis yang mempengaruhi pola tidur dapat dilihat dari perbedaan temuan
durasi tidur anak-anak di negara Asia yang lebih pendek dibanding pada durasi tidur
anak-anak Kaukasia. Perbedaan ini juga tampak pada anak-anak Asia yang bermigrasi ke
Australia. Pada anak-anak yang sosioekonominya rendah juga memiliki waktu tidur yang
lebih lambat sehingga memiliki durasi tidur yang lebih pendek dibanding dengan anak-
anak yang sosioekonominya tinggi. Perbedaan pada gender memperliatkan bahwa anak
perempuan memiliki waktu tidur yang lebih lama dibandingkan dengan anak laki-laki.14
Pola tidur yang tidak baik dapat berpengaruh pada Kualitas tidur. sehingga kualitas
tidur yang buruk dapat berdampak buruk bagi anak dan menimbulkan konsekuensi
jangka pendek dan jangka panjang. Anak-anak yang mengalami kurang tidur dapat
mengalami penurunan fungsi kognitif, penurunan konsentrasi, gangguan belajar. Hal ini
dapat terlihat dari penurunan kinerja anak disekolah. Anak yang mengalami kurang tidur
juga dapat memiliki gangguan perilaku seperti susah mengendalikan emosi, lekas marah,
cemas dan meningkatkan depresi. Jangka panjang akibat kurang tidur pada anak dapat
mempengaruhi kesehatan. Mulai dari gangguan metabolisme pada tubuh, peningkatkan
resiko penyakit sindrom metabolik, obesitas, diabetes tipe 2 dan gangguan kesehatan
lainnya yang dapat mengganggu kualitas hidup anak. Bahkan depresi yang disebabkan
dari gangguan tidur dapat meningkatkan angka kematian. Sebuah penelitian dari
beberapa studi populasi di seluruh dunia menunjukkan bahwa anak-anak yang tidur
kurang dari 10 jam semalam, dua kali lebih mungkin mengalami obesitas dibandingkan
dengan anak-anak yang tidur lebih dari 10 jam.
Pada penilaian terhadap lama waktu tidur yang dinilai adalah waktu dari tidur yang
sebenarnya yang dialami seseorang pada malam hari. Penilaian ini dibedakan dengan
waktu yang dihabiskan diranjang. Pada penilaian terhadap gangguan tidur dinilai apakah
seseorang terbangun tidur pada tengah malam atau bangun pagi terlalu cepat, bangun
untuk pergi kekamar mandi, sulit bernafas secara nyaman, batuk atau mendengkur keras,
merasa kedinginan, merasa kepanasan, mengalami 10 mimpi buruk, merasa sakit, dan
alasan lain yang mengganggu tidur Kualitas tidur merupakan suatu keadaan yang dijalani
individu untuk mendapatkan kesegaran dan kebugaran saat terbangun dari tidurnya.
Kebutuhan tidur seseorang dikatakan baik apabila tidak menunjukkan tanda-tanda
kekurangan tidur dan tidak mengalami masalah dalam tidurnya Kualitas tidur adalah
kemampuan individu untuk tetap tertidur dan mendapatkan sejumlah tidur REM dan
NREM yang pas Menurut Asmadi kualitas tidur dapat dilihat melalui tujuh komponen,
yaitu :
1. Kualitas tidur subjektif Penilaian subjektif diri sendiri terhadap kualitas tidur yang
dimiliki, adanya perasaan terganggu dan tidak nyaman pada diri sendiri berperan
terhadap penilaian kualitas tidur.
2. Latensi tidur Beberapa waktu yang dibutuhkan sehingga seseorang bisa tertidur, ini
berhubungan dengan gelombang tidur seseorang.
3. Durasi tidur Dinilai dari waktu mulai tidur sampai waktu terbangun, waktu tidur yang
tidak terpenuhi akan menyebabkan kualitas tidur buruk.
4. Efisiensi tidur Didapatkan melalui presentase kebutuhan tidur manusia, dengan
menilai jam tidur seseorang dan durasi tidur seseorang, durasi tidur sehingga dapat
disimpulkan apakah sudah tercukupi atau tidak.
5. Gangguan tidur Seperti adanya mengorok, gangguan pergerakan sering terganggu
dan mimpi buruk dapat mempengaruhi proses tidur seseorang.
6. Penggunaan obat tidur 11 Obat tidur dapat menandakan seberapa berat gangguan
tidur yang dialami, karena penggunaan obat tidur diindikasikan apabila orang
tersebut sudah sangat terganggu pola tidurnya dan obat tidur dianggap perlu untuk
membantu tidur.
7. Daytime disfunction atau adanya gangguan pada kegiatan seharihari diakibatkan oleh
perasaan mengantuk.
Kualitas tidur adalah lama waktu tidur berdasarkan jumlah jam tidur sedangkan kualitas
tidur mencerminkan keadaan tidur yang restoratif dan dapat menyegarkan tubuh
keesokan harinya (Asmadi, 2016). Tanda kekurangan tidur dapat dibagi menjadi tanda
fisik dan tanda psikologis.Tanda fisik kekurangan tidur meliputi ekspresi wajah (area
gelap disekitar mata, bengkak dikelopak mata, konjungtiva berwarna kemerahan, dan
mata cekung), kantuk yang berlebihan ditandai dengan seringkali menguap, tidak mampu
berkonsentrasi dan adanya tanda-tanda keletihan seperti penglihatan kabur, mual dan
pusing. Tanda psikologis dari kekurangan tidur meliputi menarik diri, apatis dan respon
menurun, bingung, daya ingat berkurang, halusinasi, ilusi penglihatan atau pendengaran
dan kemampuan memberikan pertimbangan atau keputusan menurun (Sagala, 2014)
Hidayat A. A (2009). Pengantar kebutuhan dasar manusia. Buku 1. Jakarta: Salemba Medika.
2.5 Gangguan tidur (klasifikasi gangguan tidur)
2.6 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pola Tidur (budaya, sleep hygiene, penyakit
gangguan tidur
2.7 Kerangka teori
2.8 Kerangka konsep
Daftar Pustaka