Anda di halaman 1dari 90

GRI 12: Sektor Batu Bara 2022

TANGGAL EFEKTIF BERLAKU 1 JANUARI 2024

STANDAR SEKTOR 12
GRI 12: Sektor Batu Bara 2022
Standar Sektor
Tanggal efektif berlaku
Standar ini berlaku untuk laporan atau materi lain yang dipublikasikan pada atau setelah tanggal 1 Januari 2024.

Tanggung jawab
Standar ini dikeluarkan oleh Global Sustainability Standards Board (GSSB). Tanggapan terkait Standar GRI dapat
dikirimkan ke gssbsecretariat@globalreporting.org untuk dipertimbangkan GSSB.

Proses hukum
Standar ini dikembangkan untuk kepentingan publik dan sesuai dengan persyaratan Protokol Proses Pembuktian
GSSB. Dokumen ini dikembangkan dengan memanfaatkan keahlian beberapa pemangku kepentingan, dan dengan
mempertimbangkan instrumen resmi antarpemerintah dan harapan luas organisasi terkait dengan tanggung jawab
sosial, lingkungan, dan ekonomi.

Kewajiban hukum
Dokumen yang disusun oleh Global Sustainability Standards Board (GSSB) untuk mempromosikan pelaporan
keberlanjutan ini telah melalui proses konsultasi spesifik dengan berbagai pemangku kepentingan melalui pelibatan
perwakilan dari berbagai organisasi serta pengguna informasi laporan di seluruh dunia. Meskipun Dewan Direksi
GRI dan GSSB mendorong penggunaan Standar Pelaporan Keberlanjutan GRI (Standar GRI) dan interpretasi-
interpretasi terkait oleh semua organisasi, persiapan dan penerbitan laporan yang mengacu sepenuhnya atau
sebagian pada Standar GRI serta Interpretasi terkait merupakan tanggung jawab penuh dari pihak yang menerbitkan
laporan. Baik Dewan Direksi GRI, GSSB, ataupun Stichting Global Reporting Initiative (GRI) tidak dapat bertanggung
jawab atas konsekuensi atau kerugian apa pun yang disebabkan secara langsung atau tidak langsung dari
penggunaan Standar GRI dan Interpretasi terkait dalam persiapan laporan, atau penggunaan laporan berdasarkan
Standar GRI dan Interpretasi terkait.

Pemberitahuan hak cipta dan merek dagang


Dokumen ini dilindungi oleh hak cipta dari Stichting Global Reporting Initiative (GRI). Reproduksi dan distribusi
dokumen ini sebagai sumber informasi dan/atau penggunaannya untuk menyiapkan sebuah laporan keberlanjutan
dapat dilaksanakan tanpa harus meminta izin terlebih dahulu dari GRI. Namun, baik dokumen ini maupun kutipannya
tidak boleh direproduksi, disimpan, diterjemahkan, atau dipindahkan ke dalam bentuk apa pun atau dengan cara apa
pun (elektronik, mekanis, fotokopi, direkam, atau lainnya) untuk tujuan lain apa pun tanpa izin tertulis sebelumnya
dari GRI.

Global Reporting Initiative, GRI dan logonya, GSSB dan logonya, serta GRI Sustainability Reporting Standards
(Standar GRI) dan logonya adalah merek dagang dari Stichting Global Reporting Initiative.

© 2023 GRI. All rights reserved.


3 GRI 12: Sektor Batu Bara 2022

Daftar isi

Pendahuluan 4
Sektor tempat berlakunya Standar ini 5
Sistem Standar GRI 6
Menggunakan Standar ini 7
1. Profil sektor 10
Aktivitas sektor dan hubungan bisnis 10
Sektor dan pembangunan berkelanjutan 11
2. Kemungkinan topik material 14
Topik 12.1 Emisi GRK 14
Topik 12.2 Adaptasi, ketahanan, dan transisi iklim 17
Topik 12.3 Penutupan dan rehabilitasi 21
Topic 12.4 Emisi udara 23
Topik 12.5 Keanekaragaman hayati 25
Topik 12.6 Limbah 27
Topik 12.7 Air dan efluen 29
Topik 12.8 Dampak ekonomi 31
Topik 12.9 Komunitas lokal 33
Topik 12.10 Hak atas tanah dan sumber daya 35
Topik 12.11 Hak masyarakat adat 37
Topik 12.12 Konflik dan keamanan 39
Topik 12.13 Keandalan aset dan manajemen krisis 41
Topik 12.14 Kesehatan dan keselamatan kerja 43
Topik 12.15 Praktik ketenagakerjaan 45
Topic 12.16 Pekerja anak 47
Topik 12.17 Kerja paksa dan perbudakan modern 49
Topik 12.18 Kebebasan berserikat dan perundingan kolektif 51
Topik 12.19 Nondiskriminasi dan peluang setara 53
Topik 12.20 Antikorupsi 55
Topik 12.21 Pembayaran kepada pemerintah 58
Topik 12.22 Kebijakan publik 61
Daftar Istilah 63
Daftar Pustaka 76
4 GRI 12: Sektor Batu Bara 2022

Pendahuluan
GRI 12: Sektor Batu Bara 2022 menyediakan informasi untuk organisasi-organisasi di sektor batu bara tentang
kemungkinan topik material. Topik-topik ini kemungkinan bersifat material untuk organisasi-organisasi di sektor batu
bara berdasarkan dampak yang paling signifikan terhadap ekonomi, lingkungan dan masyarakat, termasuk terhadap
hak asasi manusia.

GRI 12 juga berisi daftar pengungkapan yang perlu dilaporkan oleh organisasi-organisasi di sektor batu bara terkait
setiap kemungkin topik material. Hal ini meliputi pengungkapan dari Standar Topik GRI dan sumber lain.

Standar ini disusun sebagai berikut:


• Bagian 1 memberikan sebuah gambaran tingkat tinggi tentang sektor batu bara, termasuk aktivitas, hubungan
bisnisnya, konteks dan koneksi antara Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) Perserikatan Bangsa-Bangsa
dan kemungkinan topik material untuk sektor ini.
• Bagian 2 menguraikan topik-topik yang kemungkinan menjadi material bagi organisasi-organisasi di sektor batu
bara dan oleh karena itu berpotensi patut dilaporkan. Untuk setiap kemungkinan topik material, dampak paling
signifikan dalam sektor ini dijelaskan dan pengungkapan untuk melaporkan informasi tentang dampak
organisasi yang terkait dengan topik tersebut dicantumkan.
• Daftar Istilah berisi istilah-istilah yang didefinisikan dengan makna tertentu ketika digunakan dalam Standar GRI.
Istilah-istilah tersebut digarisbawahi di dalam teks dan dikaitkan dengan definisi.
• Daftar Pustaka berisi instrumen antarpemerintah resmi dan rujukan tambahan yang digunakan dalam
mengembangkan Standar ini, yang dicantumkan berdasarkan topik. Daftar pustaka juga mencantumkan daftar
sumber informasi lebih lanjut yang dapat dijadikan bahan rujukan oleh organisasi.

Bagian Pendahuluan selebihnya memberikan ikhtisar sektor yang menerapkan Standar ini, ikhtisar sistem Standar
GRI dan informasi lebih lanjut mengenai penggunaan Standar ini.
5 GRI 12: Sektor Batu Bara 2022

Sektor tempat berlakunya Standar ini


GRI 12 berlaku untuk organisasi-organisasi yang melakukan hal berikut:
• Eksplorasi, penambangan dan pengolahan batu bara termal dan metalurgi (yaitu lignit, batu bara sub-bituminus,
batu bara bituminus, dan antrasit dari tambang bawah tanah atau terbuka.
• Penyediaan peralatan dan layanan untuk tambang batu bara, seperti pengeboran, eksplorasi, layanan informasi
seismik, dan konstruksi tambang.
• ransportasi dan penyimpanan batu bara, seperti jalur pipa slurry.

Standar ini dapat digunakan oleh organisasi manapun di sektor batu bara, terlepas dari ukuran, tipe, lokasi
geografis, atau pengalaman pelaporan mereka.

Organisasi harus menggunakan semua Standar Sektor yang berlaku untuk sektor yang memiliki aktivitas penting.

Klasifikasi sektor
Tabel 1 mencantumkan pengelompokan industri yang relevan dengan sektor batu bara yang tercakup dalam Standar
ini dalam Standar Klasifikasi Industri Global ((GICS®) [ 4], Industry Classification Benchmark (ICB) [3], Klasifikasi
Industri Standar Internasional untuk Semua Kegiatan Ekonomi (ISIC) [6], dan Sistem Klasifikasi Industri
Berkelanjutan (SICS®) [5]1. Tabel tersebut dimaksudkan untuk membantu organisasi dalam mengidentifikasi apakah
GRI 12 berlaku untuk organisasi tersebut atau hanya sebagai rujukan

Tabel 1. Pengelompokan industri yang relevan dengan sektor batu bara dalam sistem klasifikasi lainnya
SISTEM KLASIFIKASI NOMOR NAMA KLASIFIKASI
KLASIFIKASI
GICS® 10102050 Baru Bara dan Bahan Bakar Habis Pakai
ICB 60101040 Batu Bara
ISIC B05 Penambangan Batu Bara dan Lignit
SICS® EM-CO Operasi Tambang Batu Bara

1 Pengelompokan industri terkait dalam Klasifikasi Statistik Aktivitas Ekonomi di Masyarakat Eropa (NACE) [1] dan Sistem Klasifikasi Industri Amerika
Utara (NAICS) [2] juga dapat ditetapkan melalui keselarasan yang ada dengan Klasifikasi Industri Standar Internasional (ISIC).
6 GRI 12: Sektor Batu Bara 2022

Sistem Standar GRI


Standar ini adalah bagian dari Standar Pelaporan Keberlanjutan GRI (Standar GRI). Standar GRI memungkinkan
suatu organisasi untuk melaporkan informasi mengenai dampak organisasi yang paling signifikan terhadap
ekonomi, lingkungan dan masyarakat, termasuk dampak mereka terhadap hak asasi manusia, serta bagaimana
organisasi mengelola dampak-dampaknya tersebut.

Standar GRI disusun sebagai sebuah sistem standar yang saling berkaitan yang dirangkai ke dalam 3 seri: Standar
Universal GRI, Standar Sektor GRI dan Standar Topik GRI (lihat Gambar 1 dalam Standar ini).

Standar Universal: GRI 1, GRI 2 dan GRI 3


GRI 1: Landasan 2021 menetapkan persyaratan-persyaratan yang harus dipatuhi organisasi untuk melaporkan
sesuai dengan Standar GRI. Organisasi mulai menggunakan Standar GRI dengan mempelajari GRI 1 terlebih
dahulu.

GRI 2: Pengungkapan Umum 2021 berisi pengungkapan yang digunakan organisasi untuk memberikan informasi
tentang praktik pelaporan mereka dan detail organisasi lainnya, seperti aktivitas, tata kelola dan kebijakan mereka.

GRI 3: Topik Material 2021 memberikan panduan tentang bagaimana menentukan topik material. Standar ini juga
berisi pengungkapan yang digunakan organisasi untuk melaporkan informasi tentang proses mereka dalam
menentukan topik-topik material, daftar topik material mereka, dan bagaimana mereka mengelola setiap topik.

Standar Sektor
Standar Sektor memberikan informasi untuk organisasi tentang kemungkinan topik material mereka. Organisasi
menggunakan Standar Sektor yang berlaku untuk sektor mereka ketika menentukan topik materialnya dan saat
menentukan apa yang dilaporkan untuk setiap topik material.

Standar Topik
Standar Topik berisi pengungkapan yang digunakan organisasi untuk melaporkan informasi mengenai dampak
mereka terkait dengan topik tertentu. Organisasi menggunakan Standar Topik sesuai dengan daftar topik material
yang telah mereka tentukan menggunakan GRI 3.
7 GRI 12: Sektor Batu Bara 2022

Gambar 1. Standar GRI: Standar Universal, Standar Sektor, dan Standar Topik

Standar GRI

Standar Universal Standar Sektor Standar Topik

Persyaratan dan
prinsip-prinsip dalam
menggunakan standar
GRI

Pengungkapan tentang
organisasi pelapor

Pengungkapan dan
panduan tentang topik
material organisasi

Terapkan ketiga Standar Universal Gunakan Standar Sektor yang Pilih Standar Topik untuk
pada pelaporan Anda berlaku untuk sektor organisasi Anda melaporkan informasi tertentu
tentang topik material Anda

Menggunakan Standar ini


Organisasi di sektor batu bara yang melaporkan sesuai dengan Standar GRI diwajibkan menggunakan Standar ini
ketika menentukan topik material dan selanjutnya saat menentukan informasi apa yang akan dilaporkan untuk topik
material.

Menentukan topik material


Topik material mewakili dampak suatu organisasi yang paling signifikan terhadap ekonomi, lingkungan, dan
masyarakat, termasuk hak asasi manusia.

Bagian 1 dari Standar ini memberikan informasi kontekstual yang dapat membantu organisasi dalam
mengidentifikasi dan menilai dampaknya.

Bagian 2 menguraikan topik-topik yang kemungkinan bersifat material bagi organisasi-organisasi di sektor batu
bara. Organisasi diwajibkan untuk meninjau setiap topik yang dijelaskan dan menentukan apakah itu merupakan
topik material untuk organisasi.

Organisasi perlu menggunakan Standar ini ketika menentukan topik materialnya. Namun demikian, keadaan untuk
setiap organisasi berbeda-beda, dan organisasi perlu menentukan topik materialnya sesuai dengan keadaan
spesifik dari organisasi, seperti model bisnis; konteks geografis, budaya dan hukum; struktur kepemilikan; dan sifat
dampak-dampak organisasi tersebut. Karena itu, tidak semua topik yang tercantum di dalam Standar ini dapat
bersifat material bagi semua organisasi di sektor batu bara. Lihat GRI 3: Topik Material 2021 untuk panduan
bertahap tentang cara menentukan topik material.

Jika organisasi telah menentukan salah satu dari topik-topik yang dicantumkan dalam Standar ini sebagai bukan
material, maka organisasi diwajibkan untuk mencantumkan topik tersebut dalam indeks konten GRI dan
menjelaskan kenapa topik tersebut bukan material.
8 GRI 12: Sektor Batu Bara 2022

Lihat Persyaratan 3 dalam GRI 1 Landasan 2021 dan Kotak 5 dalam GRI 3 untuk informasi lebih lanjut tentang
penggunaan Standar Sektor untuk menentukan topik material.

Menentukan apa yang akan dilaporkan


untuk setiap topik material, organisasi melaporkan informasi tentang dampak-dampak mereka dan bagaimana
mereka mengelola dampak-dampak tersebut.
Setelah organisasi menentukan bahwa suatu topik yang ada dalam Standar ini bersifat material, Standar tersebut
juga membantu organisasi mengidentifikasi pengungkapan untuk melaporkan informasi tentang dampak mereka
yang terkait dengan topik tersebut.

Untuk setiap topik di bagian 2 dari Standar ini, disertakan sub-bagian pelaporan. Sub-bagian ini berisi
pengungkapan dari Standar Topik GRI yang relevan dengan topik tersebut. Sub-bagian tersebut mungkin juga
mencantumkan pengungkapan sektor tambahan dan rekomendasi untuk dilaporkan oleh organisasi. Hal ini
dilakukan jika Standar Topik tidak menyediakan pengungkapan, atau saat pengungkapan dari Standar Topik tidak
menyediakan informasi yang memadai tentang dampak organisasi yang terkait dengan suatu topik. Pengungkapan
sektor tambahan dan rekomendasi mungkin berdasarkan pada sumber lain. Gambar 2 menjelaskan bagaimana
pelaporan yang dicantumkan dalam setiap topik disusun.

Organisasi diwajibkan untuk melaporkan pengungkapan dari Standar Topik yang tercantum untuk topik-topik tersebut
yang telah ditentukan sebagai material. Jika salah satu dari pengungkapan Standar Topik yang tercantum tidak
relevan dengan dampak organisasi, organisasi tidak diwajibkan untuk melaporkan pengungkapan tersebut. Namun,
organisasi diwajibkan untuk mencantumkan pengungkapan ini dalam indeks konten GRI dan menyatakan 'tidak
berlaku' sebagai alasan untuk tidak melaporkan pengungkapan tersebut. Lihat Persyaratan 6 dalam GRI 1:
Landasan 2021 untuk informasi lebih lanjut mengenai alasan tidak dicantumkan.

Pengungkapan sektor tambahan dan rekomendasi menguraikan informasi lebih lanjut yang telah diidentifikasi
relevan untuk dilaporkan oleh organisasi di sektor batu bara terkait dengan suatu topik. Organisasi seharusnya
memberikan informasi yang memadai tentang dampak mereka terkait dengan setiap topik material sehingga
pengguna informasi dapat melakukan penilaian dan pengambilan keputusan matang tentang organisasi tersebut.
Karena alasan ini, disarankan untuk melaporkan pengungkapan sektor tambahan dan rekomendasi ini, namun hal
ini bukan suatu keharusan.

Ketika organisasi melaporkan pengungkapan sektor tambahan, mereka diwajibkan untuk mencantumkannya dalam
indeks konten GRI (lihat Persyaratan 7 di GRI 1).

Jika organisasi melaporkan informasi yang berlaku untuk lebih dari satu topik material, organisasi tidak perlu
mengulangi informasi tersebut untuk setiap topik. Organisasi dapat melaporkan informasi ini sekali, dengan
penjelasan jelas tentang semua topik yang dicakup.

Jika organisasi bermaksud untuk menerbitkan laporan keberlanjutan yang berdiri sendiri, organisasi tersebut tidak
perlu mengulangi informasi yang telah dilaporkan secara publik di tempat lain, seperti di halaman web atau dalam
laporan tahunan mereka. Dalam kasus seperti itu, organisasi dapat melaporkan pengungkapan yang diwajibkan
dengan memberikan rujukan di dalam indeks konten GRI mengenai di mana informasi ini dapat ditemukan
(misalnya, dengan memberikan tautan ke halaman web atau mengutip halaman di laporan tahunan tempat
informasi tersebut dipublikasikan).

Lihat Persyaratan 5 di GRI 1: Landasan 2021 untuk informasi lebih lanjut tentang penggunaan Standar Sektor untuk
melaporkan pengungkapan.

Nomor referensi Standar Sektor GRI


Nomor referensi Standar Sektor GRI disertakan untuk semua pengungkapan yang tercantum dalam Standar ini, baik
pengungkapan dari Standar GRI maupun pengungkapan sektor tambahan. Ketika mencantumkan pengungkapan
dari Standar ini di dalam indeks konten GRI, organisasi diwajibkan untuk mencantumkan nomor referensi Standar
Sektor GRI yang terkait (lihat Persyaratan 7 di GRI 1: Landasan 2021). Pengidentifikasian ini membantu pengguna
informasi menilai pengungkapan mana yang tercantum dalam Standar Sektor yang berlaku yang dicantumkan dalam
pelaporan organisasi.

Istilah yang didefinisikan


Istilah yang didefinisikan digarisbawahi dalam teks Standar GRI dan dikaitkan dengan definisinya pada Daftar Istilah.
Organisasi diwajibkan untuk menerapkan definisi di dalam Daftar Istilah.

Referensi dan sumber informasi


Instrumen antarpemerintah resmi dan referensi tambahan yang digunakan dalam mengembangkan Standar ini,
9 GRI 12: Sektor Batu Bara 2022

serta sumber lain yang dapat membantu pelaporan terkait kemungkinan topik material dan dapat dipelajari oleh
organisasi tercantum dalam Daftar Pustaka. Ini melengkapi referensi dan sumber informasi yang tercantum di GRI 3:
Topik Material 2021 dan di Standar Topik GRI.

Gambar 2. Struktur pelaporan yang disertakan dalam setiap topik

Manajemen topik
Organisasi diwajibkan untuk melaporkan cara mereka
mengelola setiap topik material menggunakan
Pengungkapan 3-3 pada GRI 3: Topik Material 2021.

Pengungkapan Standar Topik


Pengungkapan dari Standar Topik GRI yang telah
diidentifikasi relevan untuk organisasi di sektor-sektor
5 dicantumkan di sini. Ketika topik ditentukan oleh
organisasi sebagai material, organisasi diharuskan
1 untuk melaporkan pengungkapan tersebut atau
menjelaskan mengapa pengungkapan itu tidak berlaku
3 di dalam indeks konteks GRI. Lihat Standar Topik untuk
konten pengungkapan, termasuk persyaratan,
rekomendasi dan panduannya.

Rekomendasi sektor tambahan


2 Rekomendasi sektor tambahan dapat dicantumkan. Ini
melengkapi pengungkapan Standar Topik dan
direkomendasikan bagi organisasi di sektor tersebut.

Pengungkapan sektor tambahan


Pengungkapan sektor tambahan dapat dicantumkan.
4
Pelaporan ini, bersama dengan pengungkapan Standar
Topik apapun, memastikan organisasi melaporkan
informasi yang memadai tentang dampak mereka terkait
dengan topik.

Nomor referensi Standar Sektor


Nomor referensi Standar Sektor GRI harus disertakan
dalam Indeks Konten GRI. Ini membantu pengguna
informasi menilai pengungkapan mana yang tercantum
dalam Standar Sektor yang disertakan dalam pelaporan
organisasi.

1. Profil sektor
10 GRI 12: Sektor Batu Bara 2022

1. Profil sektor
Batu bara adalah sumber daya alam yang penggunaannya sudah ada sejak sejarah kuno. Ekstraksi batu bara saat
ini mewakili sektor global yang cukup besar yang memasok bahan baku untuk pembangkit energi dan proses
metalurgi. Batu bara termal saat ini menyediakan lebih dari sepertiga keluaran listrik global [22], sementara batu
bara metalurgi digunakan terutama untuk pembuatan baja, yang menyumbang 15% dari produksi batu bara dunia
[18]. Batu bara juga digunakan untuk memproduksi senyawa sintetik seperti semen, pewarna, minyak, lilin, obat-
obatan, dan pestisida.

Organisasi batu bara memiliki sifat yang beragam. Sementara beberapa fokus pada komoditas tunggal ini –
menggabungkan ekstraksi, distribusi dan saluran konsumsi di bawah kepemilikan tunggal – yang lain adalah
organisasi besar yang terdiversifikasi, yang mengekstraksi komoditas yang berbeda atau beroperasi di berbagai
sektor. Beberapa organisasi terbesar di sektor ini adalah perusahaan milik negara.

Pembakaran batu bara menghasilkan jumlah yang signifikan dari gas rumah kaca (GRK) dan emisi udara lainnya
dan secara global merupakan sumber tunggal terbesar emisi karbon dioksida (CO2) [20]. Konsumsi batu bara untuk
pembangkit listrik secara luas telah berkurang [17] karena upaya dekarbonisasi dan penurunan biaya energi
terbarukan, mengalihkan fokus ke sumber energi yang tidak banyak menghasilkan GRK.

Aktivitas sektor dan hubungan bisnis


Melalui aktivitas dan hubungan bisnisnya, organisasi dapat memiliki pengaruh terhadap ekonomi, lingkungan, dan
masyarakat, yang selanjutnya memberikan kontribusi positif atau negatif pada pembangunan berkelanjutan. Saat
menentukan topik material, organisasi seharusnya mempertimbangkan dampak baik aktivitasnya maupun
hubungan bisnisnya.

Aktivitas
Dampak suatu organisasi berbeda-beda sesuai dengan jenis aktivitas yang dilakukannya. Daftar berikut
menguraikan beberapa kegiatan utama sektor batu bara, sebagaimana didefinisikan dalam Standar ini. Daftar ini
tidak lengkap.

Prospeksi dan eksplorasi: Survei sumber daya, termasuk penilaian kelayakan, pemetaan geologi, foto udara,
pengukuran geofisikasi, dan pengeboran.

Pengembangan: Desain, perencanaan, dan konstruksi tambang, termasuk pengolahan dan fasilitas pekerja.

Penambangan: Ekstraksi batu bara menggunakan tambang terbuka, penambangan bawah tanah atau teknik in situ

Pengolahan: Menghancurkan, membersihkan, dan mengolah batu bara dari bahan yang tidak diinginkan;
mengolahnya menjadi briket, cairan, dan gas atau kokas untuk pembuatan baja.

Penutupan dan rehabilitasi: Pembongkaran fasilitas pengolahan, reklamasi dan rehabilitasi lahan, serta penutupan
dan penyegelan fasilitas limbah.

Transportasi: Memindahkan batu bara ke titik konsumsi dengan tongkang, sabuk konveyor, kereta api, truk, atau
kapal; atau bila dicampur dengan minyak atau air, diangkut sebagai bubur konsentrat batu bara melalui jalur pipa.

Penyimpanan: Penyimpanan batu bara di lokasi penambangan atau terminal impor dan ekspor.

Penjualan dan pemasaran: Penjualan produk batu bara untuk keperluan, misalnya, produksi besi dan baja, produksi
semen, produksi listrik, dan manufaktur.

Hubungan bisnis
Hubungan bisnis organisasi mencakup hubungan yang dimilikinya dengan mitra bisnis, dengan entitas yang
terdapat di dalam rantai nilai termasuk mereka yang berada di luar tingkatan pertama, dan dengan entitas lain yang
terkait langsung dengan operasi, produk atau layanan organisasi. Jenis hubungan bisnis berikut lazim di sektor batu
bara, serta relevan ketika mengidentifikasi dampak organisasi dalam sektor tersebut.

Usaha patungan merupakan perjanjian bersama dalam penambangan batu bara, di mana organisasi berbagi biaya,
manfaat, dan kewajiban aset atau proyek. Organisasi dalam sektor batu bara dapat terlibat dengan dampak negatif
11 GRI 12: Sektor Batu Bara 2022

sebagai akibat dari usaha bersama, meskipun mereka merupakan mitra yang tidak beroperasi.

Pemasok dan kontraktor sering digunakan di sektor batu bara selama fase proyek tertentu, seperti konstruksi, atau
untuk menyediakan layanan atau produk lain. Beberapa dampak signifikan yang dicakup dalam Standar ini
berkenaan dengan rantai pasokan.

Pelanggan membeli batu bara dan menggunakannya untuk menghasilkan energi, panas, dan material. Ketika
membakar batu bara, mereka menghasilkan gas rumah kaca (GRK) dan emisi udara lainnya. Sementara tanggung
jawab utama untuk mengurangi dan mengelola emisi mereka dipikul bersama pelanggan, organisasi yang
mengekstrak batu bara juga diharapkan untuk melakukan tindakan guna mengurangi emisi dari pembakaran produk
mereka dan untuk mengungkapkan emisi GRK terkait (Emisi GRK Cakupan 3). Oleh karena itu, Standar ini tidak
hanya mencakup emisi energi GRK (Cakupan 1) langsung dan emisi GRK (Cakupan 2) tidak langsung, tetapi juga
emisi GRK (Cakupan 3) tidak langsung lainnya.

Sektor dan pembangunan berkelanjutan


Batu bara telah menjadi sumber dasar energi di dunia, yang turut berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi dan
penurunan kemiskinan. Namun, batu bara merupakan sumber utama emisi yang menyebabkan polusi udara dan
perubahan iklim antropogenik, yang mempengaruhi setiap wilayah di seluruh dunia dan menyebabkan dampak
negatif pada kesehatan, kehidupan, mata pencaharian, dan hak asasi manusia jutaan orang [36].

Sebagian besar negara di dunia telah berkomitmen untuk memerangi perubahan iklim dengan membatasi
peningkatan suhu rata-rata global hingga jauh di bawah 2°C dan melakukan upaya untuk menjaga kenaikan pada
1,5°C di atas tingkat praindustri, sebagaimana diuraikan dalam Perjanjian Paris [10]. Namun, berdasarkan ambisi
saat ini untuk mengurangi emisi GRK yang disampaikan dalam Kontribusi yang Ditentukan Secara Nasional (NDC),
kenaikan suhu rata-rata diproyeksikan mencapai 2,7°C pada tahun 2100 [9]. Hal ini akan menyebabkan peristiwa
iklim dan cuaca ekstrem yang terjadi dengan frekuensi dan intensitas yang meningkat, dan dampak jangka panjang
lainnya yang tidak dapat dibalik seperti naiknya permukaan laut, mencairnya lapisan es, serta pemanasan dan
pengasaman lautan.

Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC) menegaskan pemanasan global harus dibatasi hingga
1,5°C [16], mewajibkan pengurangan 45% dalam emisi CO2 pada tahun 2030 dibandingkan dengan tingkat emisi
tahun 2010, dan mencapai nol-bersih pada 2050. Oleh karena itu, dunia perlu melakukan transisi menuju ekonomi
rendah karbon berdasarkan pada energi yang terjangkau, tepercaya, dan berkelanjutan. Transisi ini sekaligus akan
mengatasi masalah polusi udara global. Untuk mencapai emisi GRK nol-bersih pada tahun 2050, Badan Energi
Internasional (IEA) menekankan perlunya menahan diri dari investasi dalam produksi batu bara baru atau perluasan
tambang saat ini [19]. Jumlah lembaga keuangan yang melakukan divestasi dari batu bara termal terus meningkat,
karena kebijakan iklim, seperti penetapan harga karbon dan regulasi polusi udara, serta pembatasan pembiayaan
dan subsidi publik, melemahkan daya saing batu bara sebagai bahan bakar berbiaya rendah [20].

Transisi menghadirkan tantangan luar biasa bagi organisasi di sektor batu bara. Sebagai bagian dari Pakta Iklim
Glasgow, hampir 200 negara telah berkomitmen untuk 'mempercepat upaya menuju penghentian pembangkit listrik
tenaga batu bara secara bertahap' [8], di mana 40 negara memiliki komitmen nasional untuk menghentikan
pembangkit listrik tenaga batu bara yang ada secara bertahap [29]. Akibatnya, jumlah operasi batu bara yang
menghadapi penutupan dini akan meningkat, demikian juga dampaknya terhadap pekerja dan masyarakat. Peluang
pemekerjaan pekerja di sektor ini dan rantai pasokannya akan berkurang, dan masyarakat penambangan yang
bergantung pada batu bara dapat mengalami tingkat pengangguran setempat yang tinggi.

Transisi yang adil bagi pekerja dan masyarakat dapat dicapai jika organisasi batu bara dan pemerintah bekerja
sama. Transisi yang adil adalah proses yang adil dan merata menuju ekonomi berkelanjutan yang berkontribusi
pada pekerjaan yang layak, inklusi sosial, dan pengentasan kemiskinan. Ini mengintegrasikan kebijakan dan
program publik yang berpusat pada pekerja untuk memberikan masa depan yang aman dan layak bagi semua
pekerja, keluarga mereka, dan masyarakat yang bergantung pada mereka [35]. Ini adalah elemen integral dari
Perjanjian Paris dan Pakta Glasgow, dan termasuk dalam rencana implementasi NDC banyak negara yang diajukan
hingga saat ini [9].

Kerangka waktu untuk transisi rendah karbon akan berbeda antara negara sesuai dengan konteksnya – dengan
mempertimbangkan aspek-aspek seperti tingkat akses dan ketahanan listrik – dan kemampuan yang berbeda untuk
beradaptasi dan mengurangi dampak perubahan iklim. Karenanya, ekonomi negara berkembang diharapkan
mencapai nol-bersih lebih lambat daripada ekonomi negara maju.
12 GRI 12: Sektor Batu Bara 2022

Bahkan saat dunia menerapkan kebijakan dekarbonisasi, batu bara dapat tetap menjadi sumber energi yang
signifikan di sejumlah negara berkembang di masa mendatang. Aktivitas batu bara dapat memberikan sumber
pendapatan dan kemandirian energi yang penting, seringkali mendatangkan pembangunan ekonomi setempat,
pemekerjaan, infrastruktur, dan layanan. Meskipun mendatangkan penghasilan di tingkat negara, kekayaan sumber
daya tidak selalu menghasilkan distribusi keuntungan finansial yang merata. Negara-negara yang ekonominya
bergantung pada sumber daya yang tidak terbarukan terkadang tidak stabil secara ekonomi dan rentan terhadap
konflik. Hal ini dapat disebabkan oleh, misalnya, fluktuasi harga komoditas, ketidakjelasan pengeluaran pemerintah,
konflik penguasaan sumber daya, dan tingkat diversifikasi ekonomi yang lebih rendah [26] [37].

Aktivitas penambangan batu bara juga menimbulkan berbagai dampak lain terhadap lingkungan dan manusia,
termasuk terhadap hak asasi mereka. Proyek batu bara seringkali berskala besar, memiliki jangka waktu yang lama,
dan melibatkan investasi dan aliran keuangan besar. Ekstraksi batu bara melibatkan pemindahan tanah dan batu
dari tanah dalam jumlah besar dan menghasilkan aliran limbah yang besar. Ketika pertambangan di daerah
terpencil, dilindungi, atau masih sangat asri, dampak lingkungan bisa sangat parah, melebihi umur komersial
tambang. Masuknya sejumlah besar pekerja ke lokasi penambangan, bersama dengan peningkatan sumber daya
keuangan dan pertanyaan tentang hak atas tanah, dapat memicu masalah sosial-ekonomi bagi komunitas lokal dan
masyarakat adat. Selain itu, tata kelola sumber daya alam yang tidak memadai, termasuk korupsi dan kesalahan
pengelolaan pendapatan, dapat memperburuk dampak negatif dan menghambat distribusi kekayaan kepada
masyarakat.

Tujuan Pembangunan Berkelanjutan


Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), bagian dari Agenda untuk Pembangunan Berkelanjutan 2030 yang
diadopsi oleh 193 negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), mencakup rencana tindakan komprehensif
dunia untuk mewujudkan pembangunan berkelanjutan [11].

Karena Tujuan Pembangunan Berkelanjutan dan target terkait dengannya terintegrasi dan tidak dapat dipisahkan,
organisasi memiliki peran untuk dimainkan dalam mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan dengan
meningkatkan dampak positifnya dan dengan mencegah dan mengurangi dampak negatif terhadap ekonomi,
lingkungan, dan manusia.

Sementara sektor batu bara berkontribusi untuk memenuhi permintaan energi dunia dan berperan dalam mencapai
Tujuan 7: Energi Bersih dan Terjangkau, penggalian dan pembakaran batu bara adalah kontributor utama perubahan
iklim. Perubahan iklim juga dapat memperburuk tantangan lain, seperti mencapai akses ke air bersih, ketahanan
pangan, dan pengurangan kemiskinan. Memastikan akses ke energi yang terjangkau, andal, dan berkelanjutan,
sembari mengurangi emisi GRK sesuai Tujuan 13: Penanganan Perubahan Iklim dan bertransisi ke ekonomi
rendah karbon, adalah salah satu tantangan terbesar sektor ini.

Karena sektor batu bara masih menyediakan sumber lahan pekerjaan dan penghasilan penting di banyak daerah,
sektor ini dapat memberikan kontribusi positif terhadap Tujuan 8: Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi dan
Tujuan 1: Mengakhiri Kemiskinan, jika kondisi tenaga kerja dan bahaya di tempat kerja dikelola secara memadai.
Namun, penutupan tambang batu bara yang dipercepat yang dipicu oleh transisi ke ekonomi rendah karbon akan
mengurangi kontribusi ini dalam jangka panjang dan malah menimbulkan dampak potensial bagi pekerja yang
terdampak dan masyarakat setempat.

Dengan pengelolaan dampak lingkungan yang tepat, sektor batu bara dapat berkontribusi pada Tujuan 11: Kota dan
masyarakat yang berkelanjutan dan Tujuan 12: Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab. Kehadiran sektor
tersebut juga dapat merangsang aktivitas ekonomi lainnya yang mengembangkan infrastruktur dan pelayanan
kepada komunitas lokal di sekitar lokasi penambangan.

Tabel 2 menyajikan hubungan antara kemungkinan topik material Anda untuk sektor batu bara dan Tujuan
Pembangunan Berkelanjutan. Hubungan ini diidentifikasi berdasarkan pada penilaian dampak yang dijelaskan di
setiap kemungkinan topik material, target yang berkaitan dengan setiap Tujuan Pembangunan Berkelanjutan, dan
pemetaan yang ada yang dilakukan untuk sektor tersebut (lihat rujukan [34] di Daftar Pustaka).

Tabel 2 bukanlah alat pelaporan tetapi menyajikan hubungan antara dampak signifikan sektor batu bara dan tujuan
Agenda untuk Pembangunan Berkelanjutan 2030. Lihat rujukan [40] dan [41] di Daftar Pustaka untuk informasi
tentang kemajuan pelaporan terhadap Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG) menggunakan Standar GRI.
13 GRI 12: Sektor Batu Bara 2022

Tabel 2. Hubungan antara kemungkinan topik material untuk sektor batu bara serta Tujuan Pembangunan
Berkelanjutan

Topic 12.1 Emisi GRK


Topik 12.2 Adaptasi, ketahanan, dan
transisi iklim
Topik 12.3 Penutupan dan rehabilitasi
Topic 12.4 Emisi udara
Topic 12.5 Keanekaragaman hayati
Topik 12.6 Limbah
Topik 12.7 Air dan efluen
Topik 12.8 Dampak Ekonomi
Topik 12.9 Komunitas lokal
Topik 12.10 Hak atas tanah dan
sumber daya
Topik 12.11 Hak masyarakat adat
Topik 12.12 Konflik dan keamanan
Topik 12.13 Keandalan aset dan
manajemen krisis
Topik 12.14 Kesehatan dan
keselamatan kerja
Topik 12.15 Praktik ketenagakerjaan
Topik 12.16 Pekerja anak
Topik 12.17 Kerja paksa dan
perbudakan modern
Topik 12.18 Kebebasan berserikat dan
perundingan kolektif
Topik 12.19 Nondiskriminasi dan
peluang setara
Topik 12.20 Antikorupsi
Topik 12.21 Pembayaran kepada
pemerintah
Topik 12.22 Kebijakan publik
14 GRI 12: Sektor Batu Bara 2022

2. Kemungkinan topik material


Bagian ini terdiri dari kemungkinan topik material untuk sektor batu bara. Setiap topik menggambarkan
dampak paling signifikan dari sektor ini yang terkait topik dan mencantumkan pengungkapan yang telah dianggap
relevan untuk pelaporan tentang topik oleh organisasi batu bara. Organisasi diwajibkan untuk meninjau setiap topik
dalam bagian ini dan menentukan apakah topik tersebut merupakan topik material untuk organisasi, kemudian
menentukan informasi apa yang akan dilaporkan untuk topik materialnya.

Topik 12.1 Emisi GRK


Emisi gas rumah kaca (GRK) terdiri dari emisi udara yang turut menyebabkan perubahan iklim, seperti karbon
dioksida (CO2) dan metana (CH4). Topik ini mencakup emisi GRK langsung (Cakupan 1) dan emisi energi GRK tidak
langsung (Cakupan 2) yang terkait aktivitas organisasi, serta emisi GRK tidak langsung (Cakupan 3) lainnya yang
terjadi di dalam kegiatan hulu dan hilir organisasi.

Emisi GRK adalah kontributor tunggal terbesar terhadap perubahan iklim, yang dampaknya terjadi pada tingkat yang
semakin cepat. Studi menunjukkan bahwa sekitar setengah dari emisi karbon dioksida (CO2) antropogenik total
sejak 1750 telah terjadi dalam 40 tahun terakhir, sebagian besar disebabkan oleh peningkatan penggunaan bahan
bakar fosil, termasuk batu bara [42].

Untuk batu bara, aktivitas penggunaan akhir bertanggung jawab atas emisi GRK yang paling signifikan,
diklasifikasikan sebagai emisi GRK (Cakupan 3) tidak langsung lainnya. Emisi ini sebagian besar berasal dari
pembangkit listrik dan panas, produksi baja, dan manufaktur semen. Dari semua sumber energi, batu bara memiliki
intensitas emisi tertinggi saat dibakar, dan merupakan sumber tunggal terbesar dari emisi CO2 global. Batu bara
termal, yang terutama digunakan untuk pembangkit listrik, biasanya melepaskan lebih dari dua kali jumlah GRK
daripada gas alam per unit listrik yang dihasilkan [57]. Produksi baja menggunakan batu bara metalurgi, dengan tiga
perempat dari kebutuhan energi dipenuhi oleh batu bara [59]. Emisi dari industri besi dan baja mewakili sekitar 7%
dari emisi CO2 total global dari energi.2

Aktivitas penambangan batu bara juga mengonsumsi energi dalam jumlah yang signifikan. Kecuali sumber daya
energi terbarukan menyediakan daya yang diperlukan, operasi penambangan menghasilkan emisi CO2 . Ini
diklasifikasikan sebagai emisi GRK (Cakupan 1) langsung dalam hal aktivitas yang dimiliki atau dikendalikan oleh
organisasi; dan emisi energi GRK (Cakupan 2) tidak langsung dalam kasus listrik, pemanasan, pendinginan, dan
tenaga uap yang dibeli atau didapatkan dan dikonsumsi oleh organisasi.

Jumlah energi yang digunakan dalam penambangan batu bara dan emisi CO2 yang dihasilkan tergantung pada
beberapa faktor, seperti metode penambangan, kedalaman tambang, geologi, produktivitas tambang, dan tingkat
pemurnian yang diperlukan. Aktivitas dengan konsumsi energi terbesar mencakup transportasi, eksplorasi,
pengeboran, penggalian, ekstraksi, penggerusan, penghancuran, penggilingan, pemompaan, dan ventilasi.
Ekstraksi dan transportasi di penambangan bawah tanah mungkin memerlukan lebih banyak energi daripada
penambangan permukaan karena, misalnya, persyaratan yang lebih tinggi untuk pengangkutan, ventilasi, dan
pemompaan air. Penggunaan bahan peledak untuk peledakan, kebakaran tambang dan insiden lainnya, serta
aktivitas penutupan dan rehabilitasi juga merupakan sumber emisi GRK.

Selain CO2, operasi batu bara juga menyebabkan emisi metana (CH4). GRK ini memiliki tingkat potensi pemanasan
global yang jauh lebih tinggi dibandingkan CO2; ketika mempertimbangkan dampaknya selama 100 tahun, satu ton
CH4 adalah setara dengan 28 hingga 36 ton CO2 [49] [61]. Penambangan batu bara diperkirakan bertanggung jawab
atas 11% dari emisi CH4 antropogenik global [54], meskipun pengukuran terbaru menunjukkan bahwa emisi CH4
dari produksi energi bisa kurang dipertimbangkan [53].

Emisi CH4 dari tambang batu bara dilepaskan ke atmosfer selama dan setelah proses penambangan. Metana
tambang batu bara (CMM) dapat dilepaskan melalui sistem degasifikasi dan ventilasi udara dari tambang batu bara
bawah tanah. Metana tambang batu bara juga dapat dilepaskan melalui rembesan dari tambang yang ditinggalkan
atau ditutup melalui lubang ventilasi atau retakan di tanah, lapisan batu bara dari tambang permukaan, dan emisi
fugitif dari penyimpanan dan transportasi. Tambang bawah tanah bertanggung jawab atas sebagian besar emisi
GRK (Cakupan 1) langsung dari CH4 karena kandungan gas yang lebih tinggi dari lapisan yang lebih dalam.

2 Sesuai Badan Energi Internasional (IEA), emisi CO2 dari energi meliputi emisi yang berasal dari pembakaran bahan bakar fosil dan emisi proses
industri [48].
15 GRI 12: Sektor Batu Bara 2022

Emisi GRK lain yang terkait dengan ekstraksi dan penggunaan batu bara termasuk dinitrogen oksida (N2O) dan ozon
(O3).
16 GRI 12: Sektor Batu Bara 2022

Pelaporan tentang emisi GRK


Jika organisasi telah menentukan emisi GRK merupakan topik material, subbagian ini mencantumkan
pengungkapan yang diidentifikasi sebagai relevan untuk pelaporan tentang topik tersebut oleh sektor batu bara.

STANDAR PENGUNGKAPAN NO.


RUJUKAN
STANDAR
SEKTOR

Manajemen topik
GRI 3: Topik Pengungkapan 3-3 Manajemen topik material 12.1.1
Material 2021

Pengungkapan Standar Topik


GRI 302: Energi Pengungkapan 302-1 Konsumsi energi di dalam organisasi 12.1.2
2016
Pengungkapan 302-2 Konsumsi energi di luar organisasi 12.1.3

Pengungkapan 302-3 Intensitas energi 12.1.4

GRI 305: Emisi Pengungkapan 305-1 Emisi GRK (Cakupan 1) langsung 12.1.5
2016
Rekomendasi sektor tambahan
• Laporan persentase emisi GRK (Cakupan 1) langsung bruto dari CH4.
• Laporan rincian emisi GRK (Cakupan 1) langsung bruto berdasarkan jenis
energi (stasioner, pembakaran, pengolahan, fugitif).3

Pengungkapan 305-2 Emisi energi GRK (Cakupan 2) tidak langsung 12.1.6

Pengungkapan 305-3 Emisi GRK (Cakupan 3) tidak langsung lainnya 12.1.7

Pengungkapan 305-4 Intensitas emisi GRK 12.1.8

Rujukan dan sumber informasi


GRI 302: Energi 2016 dan GRI 305: Emisi 2016 berisi instrumen antarpemerintah resmi dan rujukan tambahan yang
berkaitan dengan pelaporan tentang topik ini.

Instrumen resmi tambahan dan rujukan yang digunakan dalam mengembangkan topik ini, serta sumber informasi
yang mungkin bermanfaat untuk pelaporan tentang emisi gas rumah kaca oleh sektor batu bara dicantumkan dalam
Daftar Pustaka.

3 Rekomendasi sektor tambahan ini berdasarkan pada klausul 2.2.5.3 dalam GRI 305: Emisi 2016.
17 GRI 12: Sektor Batu Bara 2022

Topik 12.2 Adaptasi, ketahanan, dan transisi iklim


Adaptasi, ketahanan, dan transisi iklim adalah bagaimana cara suatu organisasi menyesuaikan diri dengan risiko
terkait perubahan iklim saat ini dan yang diperkirakan, serta bagaimana organisasi turut berkontribusi pada
kemampuan masyarakat dan ekonomi untuk bertahan dari dampak perubahan iklim. Topik ini mencakup strategi
organisasi yang berkaitan dengan transisi menuju ekonomi rendah karbon dan dampak transisi tersebut
terhadap pekerja dan masyarakat setempat.

Para penandatangan Perjanjian Paris telah berkomitmen untuk menjaga pemanasan global jauh di bawah 2°C di
atas tingkat praindustri, sambil terus berupaya untuk membatasi kenaikan suhu hingga 1,5°C. Namun, cadangan
bahan bakar fosil global yang tersedia saat ini jauh melebihi jumlah maksimum yang dapat dikonsumsi dengan
tetap berada dalam batas ini [83]. Hal ini memberikan tekanan pada organisasi batu bara untuk menetapkan target
pengurangan emisi gas rumah kaca (GRK), menutup operasi atau memodifikasi model bisnis mereka untuk
mengurangi ketergantungan pada batu bara termal, berinvestasi dalam teknologi baru untuk menghilangkan karbon
dari atmosfer, dan menciptakan penyerap karbon.

Karena batu bara melepaskan CO2 dalam jumlah terbesar dan memiliki intensitas emisi per unit energi tertinggi di
antara bahan bakar fosil (lihat juga topik 12.1 Emisi GRK), pembakaran batu bara biasanya merupakan kegiatan
pertama yang berusaha ditekan oleh pemerintah dalam memenuhi komitmen mereka berdasarkan Perjanjian Paris.
Transisi rendah karbon telah dimulai, yang menghasilkan tren penurunan konsumsi batu bara. Penggunaan batu
bara diharapkan pada akhirnya akan berkurang 25-90% pada tahun 2050, tergantung pada skenario yang
digunakan.4

Sementara alternatif untuk pembangkit listrik ada, pembuat baja saat ini masih kekurangan alternatif yang layak
secara ekonomi untuk batu bara, yang mengarah ke garis waktu transisi yang lebih lama. Solusi teknologi untuk
membakar batu bara tanpa melepaskan CO2 sedang diuji, seperti penangkapan dan penyimpanan karbon. Namun,
teknologi belum berkembang pada tingkat yang diperlukan untuk memenuhi pengurangan emisi yang dibutuhkan,
dampak lingkungannya masih harus dinilai, dan investasi baru masih langka.

Transisi energi menghadirkan risiko tinggi bagi organisasi, pekerja, dan komunitas lokal yang bergantung pada
aktivitas batu bara. Karena pasar batu bara menyusut, beberapa organisasi akan terpaksa menutup operasinya,
yang mungkin berdampak pada kelangsungan finansial mereka. Organisasi berisiko memiliki aset terlantar atau
bagian dari modal fisik yang nilainya berkurang secara drastis akibat transisi ini, yang mengarah ke penghapusan
aset (write-off).

Organisasi dapat memitigasi risiko ini dengan melakukan diversifikasi dari batu bara, berinvestasi dalam solusi
teknologi, dan mendorong inovasi melalui kemitraan sektoral kolaboratif, dan berfokus pada segmen pasar yang
diharapkan tetap beroperasi lebih lama. Namun, menjual aset batu bara yang ada ke entitas lain untuk mengurangi
emisi GRK organisasi, bukannya menutup operasi, dapat merugikan upaya mitigasi perubahan iklim.
Pembongkaran aset batu bara ke organisasi yang terus mengekstraksi batu bara tidak mengurangi emisi secara
keseluruhan, tetapi justru dapat mengakibatkan peningkatan emisi. Jika organisasi mengalihkan tanggung jawab
penutupan dan rehabilitasi kepada operator yang kurang akuntabel dan tidak berpengalaman, hal ini juga dapat
melemahkan pengelolaan dampak lingkungan dan sosial-ekonomi akibat penutupan (lihat juga topik 12.3
Penutupan dan rehabilitasi).

Transisi ke ekonomi rendah karbon dapat memengaruhi pemekerjaan, pendapatan pemerintah, dan pembangunan
ekonomi di wilayah di mana sektor ini beroperasi. Penutupan yang lebih sering cenderung tidak diimbangi dengan
pembukaan, seperti yang terjadi di masa lalu. Pekerja mungkin menghadapi masalah terkait kemampuan
dipekerjakan, keterampilan baru, dan kesempatan bekerja kembali yang diinginkan. Kurangnya provisi yang
memadai untuk penutupan dan rehabilitasi juga dapat mengakibatkan beban ekonomi bagi pemerintah dan
komunitas lokal, terutama di negara-negara di mana produksi batu bara memberikan persentase pendapatan yang
besar.

Untuk mencapai transisi yang adil ke ekonomi rendah karbon, perbedaan tingkat ketergantungan pekerja,
masyarakat lokal, dan ekonomi nasional yang berbeda pada sektor batu bara perlu diakui. Ini juga menyerukan
penciptaan lapangan kerja berkualitas bagi mereka yang terdampak. Contoh tindakan yang dapat diambil organisasi
untuk berkontribusi pada transisi yang adil mencakup memberikan pemberitahuan sebelumnya yang memadai
tentang penutupan; bekerja sama dengan pemerintah dan serikat pekerja; mendukung kebijakan yang konsisten
dengan iklim (lihat juga topik 12.22 Kebijakan publik); pelatihan ulang, pelatihan keterampilan baru, dan penempatan
kembali pekerja; serta membuat investasi alternatif di masyarakat yang terdampak. Konsultasi awal yang bermakna
dengan pemangku kepentingan dan komunitas lokal juga telah diidentifikasi sebagai faktor penting untuk mencapai

4 Sesuai tiga skenario utama yang ditetapkan oleh Badan Energi Internasional (IEA): Stated Policies Scenario (STEPS), Announced Pledges Scenario
(APS), dan skenario Net-Zero Emissions pada 2050 (NZE) [76].
18 GRI 12: Sektor Batu Bara 2022

transisi yang adil (lihat juga topik 12.3 Penutupan dan rehabilitasi). Transisi juga dapat menghadirkan peluang untuk
menghidupkan kembali kegiatan ekonomi dan memberikan peluang kerja baru dan pengembangan keterampilan.

Kotak 1. Rencana transisi dan analisis skenario

Organisasi di sektor dengan emisi tinggi semakin diharapkan untuk mengungkapkan rencana transisi, yang
merupakan 'aspek strategi bisnis organisasi yang menjabarkan serangkaian target dan tindakan yang mendukung
transisinya menuju ekonomi rendah karbon' [91]. Menurut Gugus Tugas Pengungkapan Keuangan terkait Iklim
(TCFD), pengguna informasi mencari informasi tentang rencana organisasi untuk menyesuaikan strategi atau
model bisnis mereka, dan jenis tindakan yang diperlukan untuk mengurangi risiko dan meningkatkan peluang
yang ditetapkan oleh transisi rendah karbon. Perencanaan transisi, misalnya, dapat berfokus pada pencapaian
emisi nol-bersih.

Analisis skenario memungkinkan pertimbangan bentuk-bentuk alternatif dari keadaan masa depan secara
bersamaan, dan dapat digunakan untuk mengeksplorasi risiko yang ditimbulkan oleh transisi ke ekonomi rendah
karbon bagi organisasi batu bara. Organisasi biasanya menentukan skenario sesuai dengan kecepatan transisi,
yang dinyatakan dalam perubahan suhu global rata-rata yang dihasilkan. Skenario yang sesuai dengan Perjanjian
Paris akan membutuhkan kenaikan suhu jauh di bawah 2ºC. Skenario lain dapat ditetapkan sesuai dengan
konteks nasional suatu organisasi. Organisasi kemudian dapat menerjemahkan pengurangan emisi GRK yang
diharapkan sesuai dengan kenaikan suhu tersebut menjadi pendapatan yang diharapkan. Untuk panduan lebih
lanjut, lihat TCFD, The Use of Scenario Analysis in Disclosure of Climate-Related Risks and Opportunities, 2017
[92].
19 GRI 12: Sektor Batu Bara 2022

Pelaporan tentang adaptasi, ketahanan, dan transisi iklim


Jika organisasi telah menentukan adaptasi, ketahanan, dan transisi iklim sebagai topik material, sub-bagian ini
mencantumkan pengungkapan yang diidentifikasi sebagai relevan untuk pelaporan tentang topik tersebut oleh sektor
batu bara.

STANDAR PENGUNGKAPAN NO.


RUJUKAN
STANDAR
SEKTOR

Manajemen topik
GRI 3: Topik Pengungkapan 3-3 Manajemen topik material 12.2.1
Material 2021
Rekomendasi sektor tambahan
• Laporkan apakah organisasi memiliki rencana transisi. Jika demikian,
laporkan apakah itu merupakan item resolusi terjadwal pada rapat umum
pemegang saham tahunan (RUPST), apabila berlaku.
• Jelaskan kebijakan, komitmen, dan tindakan organisasi untuk mencegah atau
memitigasi dampak transisi ke ekonomi rendah karbon terhadap pekerja dan
masyarakat setempat.
• Laporkan level dan fungsi di dalam organisasi yang telah diberi tanggung
jawab untuk mengelola risiko dan peluang karena perubahan iklim.
• Jelaskan pengawasan badan tata kelola tertinggi dalam mengelola risiko dan
peluang akibat perubahan iklim.
• Laporkan apakah tanggung jawab untuk mengelola dampak terkait perubahan
iklim berhubungan dengan penilaian kinerja atau mekanisme insentif,
termasuk kebijakan remunerasi untuk anggota badan tata kelola tertinggi dan
eksekutif senior.
• Jelaskan skenario terkait perubahan iklim yang digunakan untuk menilai
ketahanan strategi organisasi, termasuk skenario 2°C atau suhu yang lebih
rendah.

Pengungkapan Standar Topik


GRI 201: Kinerja Pengungkapan 201-2 Implikasi keuangan serta risiko dan peluang lain akibat 12.2.2
Ekonomi 2016 perubahan iklim

Rekomendasi sektor tambahan


• Laporkan potensi emisi untuk cadangan terbukti dan cadangan terindikasi.5
• Laporkan asumsi penetapan harga karbon dan harga batu bara internal yang
telah menginformasikan identifikasi risiko dan peluang akibat perubahan
iklim.
• Jelaskan bagaimana risiko dan peluang terkait perubahan iklim memengaruhi
atau dapat memengaruhi operasi dan pendapatan organisasi, termasuk:
- pengembangan cadangan terindikasi dan cadangan terbukti saat ini;
- potensi penghapusan dan penutupan dini aset yang ada;
- volume produksi batu bara untuk periode pelaporan saat ini dan proyeksi
volume untuk lima tahun ke depan.

• Laporkan persentase belanja modal (CapEx) yang dialokasikan untuk


investasi dalam:
- prospeksi, eksplorasi, akuisisi, dan pengembangan cadangan baru;
- ekspansi tambang batu bara saat ini;
- energi dari sumber terbarukan (berdasarkan jenis sumber);
- teknologi untuk membersihkan CO2 dari atmosfer dan solusi berbasis
alam untuk memitigasi perubahan iklim;
- penelitian dan inisiatif pengembangan yang dapat menangani risiko
organisasi terkait perubahan iklim.
20 GRI 12: Sektor Batu Bara 2022

STANDAR PENGUNGKAPAN NO.


RUJUKAN
STANDAR
SEKTOR
• Laporkan massa bersih CO2 dalam metrik ton yang ditangkap dan disimpan,6
yang diperinci berdasarkan:
- Karbon yang ditangkap di sumber titik;7
- Karbon yang ditangkap langsung dari atmosfer.

• Laporkan divestasi aset batu bara yang direncanakan, sedang berlangsung,


atau telah selesai. Untuk setiap divestasi:
- jelaskan cara organisasi mempertimbangkan komitmen kebijakannya
untuk perilaku bisnis yang bertanggung jawab;8
- laporkan apakah ada provisi yang berlaku untuk memastikan bahwa
dampak negatif dari penutupan ditangani, dan bahwa rencana penutupan
dan rehabilitasi yang ada diikuti oleh entitas yang mengakuisisi aset.

GRI 305: Emisi Pengungkapan 305-5 Pengurangan emisi GRK 12.2.3


2016
Rekomendasi sektor tambahan
• Laporkan bagaimana tujuan dan target emisi GRK ditetapkan, tentukan
apakah tujuan dan target tersebut diinformasikan oleh konsensus ilmiah, dan
buat daftar instrumen antarpemerintah yang berwenang atau undang-undang
wajib yang selaras dengan tujuan dan target tersebut.
• Laporkan Cakupan (1, 2, 3) dari emisi GRK, aktivitas, dan hubungan
bisnisnya yang berlaku untuk tujuan dan target tersebut.
• Laporkan titik awal untuk tujuan dan target serta jadwal untuk mencapainya.

Pengungkapan sektor tambahan


Jelaskan pendekatan organisasi terhadap pengembangan dan pelobian kebijakan publik untuk 12.2.4
perubahan iklim, yang meliputi:
• sikap organisasi terhadap masalah penting menyangkut perubahan iklim yang menjadi fokus
partisipasi mereka dalam pengembangan dan pelobian kebijakan publik, serta setiap perbedaan
antara posisi ini serta kebijakan dan tujuan yang dinyatakan organisasi, atau posisi publik lainnya;
• apakah organisasi itu merupakan anggota, atau berkontribusi pada, asosiasi perwakilan atau
komite apa pun yang berpartisipasi dalam pengembangan dan pelobian kebijakan publik
mengenai perubahan iklim, termasuk:
- sifat kontribusi tersebut;
- setiap perbedaan antara kebijakan, tujuan, atau posisi publik lainnya yang dinyatakan
organisasi mengenai isu-isu penting yang terkait dengan perubahan iklim; dan posisi asosiasi
perwakilan atau komite.9

Rujukan dan sumber informasi


GRI 201: Kinerja Ekonomi 2016 dan GRI 305: Emisi 2016 mencantumkan instrumen antarpemerintah resmi dan
rujukan tambahan yang relevan untuk pelaporan topik ini.

Instrumen resmi tambahan dan rujukan yang digunakan dalam mengembangkan topik ini, serta sumber daya yang
mungkin bermanfaat untuk pelaporan tentang adaptasi, ketahanan, dan transisi iklim oleh sektor batu bara
dicantumkan dalam Daftar Pustaka.

5 Definisi cadangan yang digunakan oleh organisasi untuk rekomendasi sektor tambahan harus sama dengan definisi yang digunakan dalam laporan
keuangan konsolidasi atau dokumen yang setara.
6 Organisasi sebaiknya melaporkan massa CO2 yang ditangkap menggunakan penangkapan dan penyimpanan karbon dikurangi massa CO2 yang
dilepaskan sebagai akibat dari atau selama pengolahan, terkadang juga dikenal dengan 'pengurangan bersih emisi’ [71].
7 Sumber titik termasuk sumber terkait industri dan energi.
8 Komitmen kebijakan untuk perilaku bisnis yang bertanggung jawab dan komitmen untuk menghormati hak asasi manusia dilaporkan dalam
Pengungkapan 2-23 Komitmen kebijakan di GRI 2: Pengungkapan Umum 2021.
9 Pengungkapan sektor tambahan ini berdasarkan pada klausul 1.2.1 dan 1.2.2 di GRI 415: Kebijakan Publik 2016.
21 GRI 12: Sektor Batu Bara 2022

Topik 12.3 Penutupan dan rehabilitasi


Pada akhir penggunaan komersial, organisasi diharapkan untuk menutup aset dan fasilitas serta merehabilitasi
lokasi operasional. Dampak dapat terjadi selama dan setelah penutupan. Topik ini mencakup pendekatan
organisasi terhadap penutupan dan rehabilitasi, termasuk cara organisasi mempertimbangkan dampak terhadap
lingkungan, komunitas lokal, dan pekerja.

Setelah penutupan tambang batu bara, potensi dampak lingkungan meliputi pencemaran tanah dan air, perubahan
bentuk lahan, dan gangguan keanekaragaman hayati dan satwa liar. Penutupan juga dapat menyebabkan
konsekuensi sosial-ekonomi jangka panjang untuk komunitas lokal (lihat juga topik 12.9). Persiapan dan
pelaksanaan penutupan yang bertanggung jawab menjadi semakin penting bagi sektor batu bara karena kebutuhan
untuk mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK) dan transisi ke ekonomi rendah karbon (lihat topik 12.2 Adaptasi,
ketahanan, dan transisi iklim). Urgensi ini akan menyebabkan penutupan aktivitas batu bara lebih sering dan lebih
awal.

Dampak dari penutupan dapat berbeda-beda antara penambangan permukaan dan bawah tanah. Misalnya,
tambang terbuka membutuhkan lebih banyak penggunaan lahan dan rehabilitasi yang substansial, sedangkan
tambang bawah tanah yang ditinggalkan dapat mengeluarkan gas metana batu bara bahkan setelah penambangan
aktif berhenti, memberi kontribusi yang berlanjut pada emisi GRK (lihat juga topik 12.1).

Penutupan seringkali memerlukan perencanaan di fase awal siklus hidup proyek untuk mengantisipasi potensi
dampak, termasuk dampak terhadap komunitas lokal dan mata pencaharian mereka. Kegiatan penutupan dan
rehabilitasi dapat mencakup:
• stabilisasi pekerjaan tambang terbuka atau bawah tanah, seperti penimbunan untuk mencegah penurunan
tanah;
• pemindahan atau konversi infrastruktur untuk menjamin keselamatan manusia;
• rehabilitasi fasilitas timbunan batuan sisa dan endapan (tailing) untuk mengendalikan erosi dan degradasi
lahan;
• pengelolaan limbah, masalah air permukaan, dan air tanah yang dihasilkan dari drainase tambang yang
terbengkalai, batuan sisa, dan dan pencucian dari tailing (lihat juga topik 12.6 Limbah dan 12.7 Air dan efluen);
dan
• pemantauan lingkungan dan sosial-ekonomi pascapenutupan.

Setelah selesai, penutupan dan rehabilitasi lokasi operasional sebaiknya menghasilkan ekosistem yang stabil dan
berkelanjutan yang sesuai dengan rencana penggunaan lahan pascapenutupan yang mempertimbangkan
kebutuhan pemangku kepentingan setempat. Kegagalan menutup aset dan merehabilitasi lokasi secara efektif
dapat membuat tanah tidak dapat digunakan untuk penggunaan produktif lain dan dapat menyebabkan bahaya
kesehatan dan keselamatan karena kontaminasi atau adanya material berbahaya.

Dampak dari penutupan dapat menjadi lebih parah jika tidak ada pemberitahuan yang memadai atau kurangnya
perencanaan yang tepat untuk revitalisasi ekonomi, perlindungan sosial, dan transisi pekerja. Tanpa adanya pihak
penanggung jawab yang ditunjuk secara jelas atau dana yang dialokasikan, fasilitas batu bara yang ditutup dapat
meninggalkan warisan masalah lingkungan dan beban keuangan bagi masyarakat dan pemerintah.

Namun, fase penutupan dan rehabilitasi juga dapat menawarkan peluang kerja tambahan. Hal ini dapat melibatkan
masuknya pekerja tambahan untuk jangka waktu yang lama, berpotensi memperburuk tekanan lingkungan lainnya.
Setelah fase ini selesai, pekerja mungkin dapat di-PHK dan komunitas lokal menghadapi kemerosotan ekonomi dan
gangguan sosial. Hal ini relevan khususnya bagi masyarakat yang bergantung pada sektor batu bara untuk
pemekerjaan, penghasilan, pajak dan pembayaran lainnya, pengembangan masyarakat, dan manfaat lainnya.

Kolaborasi antara pemerintah setempat dan nasional, organisasi batu bara, pekerja, dan serikat pekerja sangat
penting untuk memitigasi dampak negatif dan memastikan transisi yang adil yang memungkinkan pekerjaan yang
layak, inklusi sosial, dan peluang ekonomi sambil bertransisi ke ekonomi rendah karbon [101]. Contoh tindakan yang
dapat diambil organisasi mencakup menawarkan pensiun dini, pelatihan ulang, pelatihan keterampilan baru,
program transfer pekerja, dan program bantuan relokasi.
22 GRI 12: Sektor Batu Bara 2022

Pelaporan tentang penutupan dan rehabilitasi


Jika organisasi telah menentukan penutupan dan rehabilitasi sebagai topik material , subbagian ini mencantumkan
pengungkapan yang diidentifikasi relevan untuk pelaporan tentang topik tersebut oleh sektor batu bara.

STANDAR PENGUNGKAPAN NO.


RUJUKAN
STANDAR
SEKTOR

Manajemen topik
GRI 3: Topik Pengungkapan 3-3 Manajemen topik material 12.3.1
Material 2021
Rekomendasi sektor tambahan
• Jelaskan pendekatan untuk melibatkan komunitas lokal dan pemangku
kepentingan terkait lainnya dalam perencanaan dan pelaksanaan penutupan
dan pascapenutupan, termasuk penggunaan lahan pascatambang.

Pengungkapan Standar Topik


GRI 402: Pengungkapan 402-1 Periode pemberitahuan minimum terkait perubahan 12.3.2
Hubungan operasional
Tenaga
Kerja/Manajemen Rekomendasi sektor tambahan
2016 • Jelaskan pendekatan untuk melibatkan pekerja sebelum perubahan
operasional yang signifikan.

GRI 404: Pengungkapan 404-2 Program untuk meningkatkan keterampilan karyawan dan 12.3.3
Pelatihan dan program bantuan transisi
Pendidikan 2016
Rekomendasi sektor tambahan
• Jelaskan rencana peralihan tenaga kerja yang ada untuk membantu pekerja
mengelola peralihan ke fase operasi pasca-penutupan (misalnya,
pemindahan, bantuan untuk pekerjaan kembali, pemukiman kembali, dan
pembayaran redundansi).

Pengungkapan sektor tambahan


Cantumkan lokasi operasional yang: 12.3.4
• memiliki rencana penutupan dan rehabilitasi;
• telah ditutup;
• sedang menjalani aktivitas penutupan.

Laporkan total nilai moneter dari provisi keuangan yang dibuat oleh organisasi untuk penutupan dan 12.3.5
rehabilitasi, termasuk pemantauan lingkungan dan sosial-ekonomi pascapenutupan dan tindak
pemulihan untuk lokasi operasional, dan memberikan perincian total ini berdasarkan proyek.

Jelaskan provisi nonkeuangan yang dibuat oleh organisasi untuk mengelola transisi sosial-ekonomi 12.3.6
komunitas lokal menuju ekonomi pascapenambangan yang berkelanjutan, termasuk upaya, proyek,
dan program kolaboratif.

Referensi dan sumber informasi


GRI 402: Hubungan Tenaga Kerja/Manajemen 2016 dan GRI 404: Pelatihan dan Pendidikan 2016 mencantumkan
instrumen antarpemerintah resmi yang berkaitan dengan pelaporan tentang topik ini.

Rujukan tambahan yang digunakan dalam mengembangkan topik ini, serta sumber informasi yang mungkin
berguna untuk pelaporan penutupan dan rehabilitasi oleh sektor batu bara tercantum dalam Daftar Pustaka.
23 GRI 12: Sektor Batu Bara 2022

Topic 12.4 Emisi udara


Emisi udara meliputi polutan yang memiliki dampak negatif terhadap kualitas udara dan ekosistem, termasuk
kesehatan manusia dan hewan. Topik ini membahas dampak dari emisi belerang oksida (SOx), nitrogen oksida
(NOx), materi partikulat (PM), senyawa organik volatil (VOC), karbon monoksida (CO), dan logam berat, seperti
timah, air raksa, dan kadmium.

Selain emisi gas rumah kaca (GRK), batu bara merupakan sumber signifikan emisi udara antropogenik yang
diklasifikasikan sebagai polutan. Secara global, polusi udara menyebabkan masalah kesehatan akut dan jutaan
kematian setiap tahun karena turut menyebabkan penyakit jantung dan paru-paru, stroke, infeksi saluran
pernapasan, dan kerusakan neurologis [114]. Emisi udara memengaruhi anak-anak, orang tua, dan orang miskin
secara tidak proporsional, termasuk komunitas lokal yang tinggal di dekat lokasi operasional. Polusi udara juga
menyebabkan beban ekonomi pada masyarakat dan pemerintah akibat, misalnya, kematian dini, peningkatan biaya
perawatan kesehatan, hilangnya produktivitas, dan berkurangnya hasil panen [109].

Emisi udara dari aktivitas batu bara termasuk CO, NOx, PM, dan SO2. Emisi ini dapat terjadi dalam bentuk penguapan
dari kolam tailing/pengendapan atau area limbah; emisi debu fugitif dari pengeboran, peledakan, penyimpanan,
transportasi, pemuatan, dan pembongkaran; kegiatan pengilangan dan pengolahan; transportasi pasokan dan
produk; dan insiden, seperti kebakaran tambang.

Selain efek kesehatan, emisi polutan juga memiliki dampak terhadap ekosistem. Misalnya, emisi nitrogen dan
merkuri yang masuk ke lautan atau saluran air dapat berdampak negatif terhadap kehidupan laut. Emisi NOx juga
merupakan penyebab utama ozon di permukaan tanah, umumnya dikenal sebagai kabut asap. Belerang oksida
dapat menyebabkan hujan asam dan meningkatkan pengasaman laut. Dampak negatif dari hujan asam dan ozon di
permukaan tanah mencakup degradasi air dan tanah, mengganggu kemampuan flora dan fauna untuk berfungsi
dan tumbuh. Beberapa polutan udara, termasuk metana, karbon hitam, dan ozon juga merupakan polutan iklim
berumur pendek yang berkontribusi terhadap perubahan iklim (lihat juga topik 12.1 Emisi Gas Rumah Kaca).

Arsenik, kadmium, timbal, air raksa, selenium, dan logam berat lainnya adalah polutan lain yang terkait dengan
penggunaan batu bara. Kontaminan dan komponen kimia yang ditemukan dalam batu bara sebagian besar
bertanggung jawab atas emisi PM, SO2, dan air raksa yang terbentuk saat dibakar, beberapa di antaranya dapat
dimitigasi dengan pencucian batu bara [107]. Emisi dari pembakaran batu bara disebabkan oleh organisasi di sektor
lain, seperti utilitas dan baja, tetapi dampak negatifnya terkait langsung dengan organisasi penambangan batu bara.
24 GRI 12: Sektor Batu Bara 2022

Pelaporan tentang emisi udara


Jika organisasi telah menentukan emisi udara sebagai topik material, subbagian ini mencantumkan pengungkapan
yang diidentifikasi relevan untuk pelaporan tentang topik tersebut oleh sektor batu bara.

STANDAR PENGUNGKAPAN NO.


RUJUKAN
STANDAR
SEKTOR

Manajemen topik
GRI 3: Topik Pengungkapan 3-3 Manajemen topik material 12.4.1
Material 2021
Rekomendasi sektor tambahan
• Menjelaskan tindakan yang diambil oleh organisasi untuk mencegah atau
memitigasi potensi dampak negatif terhadap komunitas lokal dan pekerja dari
emisi materi partikulat (PM) dari debu batu bara.
• Menjelaskan tindakan yang diambil untuk meningkatkan kualitas batu bara
untuk mengurangi emisi udara berbahaya dalam fase penggunaan.

Pengungkapan Standar Topik


GRI 305: Emisi Pengungkapan 305-7 Nitrogen oksida (NOX), belerang oksida (SOX), dan emisi 12.4.2
2016 udara signifikan lainnya

Rujukan dan sumber informasi


GRI 305: Emisi 2016 mencantumkan instrumen antarpemerintah resmi dan rujukan tambahan yang relevan untuk
pelaporan tentang topik ini.

Rujukan tambahan yang digunakan dalam mengembangkan topik ini, serta sumber informasi yang mungkin
bermanfaat untuk pelaporan tentang emisi udara oleh sektor batu bara tercantum dalam Daftar Pustaka.
25 GRI 12: Sektor Batu Bara 2022

Topik 12.5 Keanekaragaman hayati


Keanekaragaman hayati merupakan keragaman di antara makhluk hidup. Ini meliputi keanekaragaman di dalam
spesies, antar spesies, dan keanekaragaman ekosistem. Keanekaragaman hayati tidak hanya memiliki nilai
intriksik, tetapi juga penting untuk kesehatan manusia, ketahanan pangan, kemakmuran ekonomi, dan mitigasi
perubahan iklim serta adaptasi pada dampak-dampaknya. Topik ini mencakup dampak terhadap
keanekaragaman hayati, termasuk terhadap spesies tanaman dan hewan, keanekaragaman genetik, dan
ekosistem alam.

Penambangan batu bara biasanya membutuhkan pembangunan infrastruktur skala besar yang mempunyai
dampak langsung, tidak langsung, dan kumulatif terhadap keanekaragaman hayati dalam jangka pendek dan
panjang. Dampak keanekaragaman hayati dari aktivitas batu bara meliputi kontaminasi udara, tanah, dan air;
penggundulan hutan; erosi tanah; dan sedimentasi saluran air. Dampak lain dapat meliputi kematian hewan atau
peningkatan kerentanan terhadap hewan pemangsa, alih fungsi dan fragmentasi habitat, serta kemunculan spesies
dan patogen invasif.

Dampak terhadap keanekaragaman hayati dapat membatasi ketersediaan, aksesibilitas, atau kualitas sumber daya
alam, yang dapat memengaruhi kesejahteraan dan mata pencaharian komunitas lokal dan masyarakat adat (lihat
juga topik 12.9 Komunitas lokal dan 12.11 Hak masyarakat adat). Dampak dapat diperburuk ketika aktivitas terjadi di
kawasan lindung atau kawasan dengan nilai keanekaragaman hayati tinggi, dan dapat melampaui batas geografis
aktivitas dan umur lokasi operasional (lihat juga topik 12.3 Penutupan dan rehabilitasi).

Metode penambangan yang berbeda menghadirkan risiko yang berbeda untuk keanekaragaman hayati. Tambang
terbuka menghasilkan dampak yang lebih besar daripada tambang bawah tanah karena pendalaman dan pelebaran
situs penambangan secara progresif, meningkatkan area yang terkena dampak dari waktu ke waktu. Dampak
terhadap keanekaragaman hayati dapat berasal dari:
• pembebasan lahan untuk pit, jalur akses, dan perluasan ke area baru;
• fragmentasi habitat dari akses jalan dan infrastruktur linier lainnya;
• penurunan permukaan tanah dari tambang bawah tanah;
• gangguan ekosistem air permukaan, lahan basah, dan air tanah; serta pelepasan
• efluen, kontaminasi air tanah atau air permukaan dari drainase asam tambang, kolam endapan, atau tumpukan
lapisan atas (lihat juga topik 12.6 Limbah dan 12.7 Air dan efluen).

Aktivitas sektor juga dapat berkontribusi pada dampak kumulatif terhadap keanekaragaman hayati. Misalnya, ketika
aktivitas batu bara berkembang dan jalur akses baru dibangun, pembebasan lahan yang dihasilkan tidak hanya
menyebabkan fragmentasi dan perubahan habitat, tetapi juga dapat meningkatkan penggunaan kawasan atau
mendorong sektor lain untuk mendirikan operasi di kawasan yang sama, yang mengarah pada dampak yang lebih
besar. Alih fungsi lahan untuk mengakomodasi penambangan terbuka dapat memperparah efek perubahan iklim
jika perubahan tersebut menyebabkan hilangnya penyerapan karbon. Pada gilirannya, perubahan iklim kemungkinan
memengaruhi semua aspek keanekaragaman hayati, termasuk masing-masing organisme, populasi, penyebaran
spesies, serta komposisi dan fungsi ekosistem, serta dampak tersebut diperkirakan semakin buruk dengan
meningkatnya suhu (lihat juga topik 12.1 Emisi Gas Rumah Kaca dan 12.2 Adaptasi, ketahanan, dan transisi iklim).

Untuk membatasi dan mengelola dampak terhadap keanekaragaman hayati, banyak organisasi batu bara
menggunakan alat hierarki mitigasi untuk membantu menginformasikan tindakan mereka. Alat ini menyajikan urutan
tindakan yang diprioritaskan untuk pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan, dengan tindakan
pencegahan lebih diutamakan daripada remediasi. Prioritas diberikan untuk tindakan menghindari dan, apabila
tindakan menghindari tidak mungkin, untuk meminimalkan dampak-dampak tersebut. Tindakan remediasi hanya
layak dilakukan setelah penerapan semua langkah pencegahan. Remediasi mencakup rehabilitasi atau pemulihan
degradasi atau kerusakan, dan mengimbangi dampak yang tersisa setelah semua tindakan lain diterapkan [121].
26 GRI 12: Sektor Batu Bara 2022

Pelaporan tentang keanekaragaman hayati


Jika organisasi telah menentukan keanekaragaman hayati sebagai topik material, subbagian ini mencantumkan
pengungkapan yang diidentifikasi sebagai relevan untuk pelaporan tentang topik tersebut oleh sektor batu bara.

STANDAR PENGUNGKAPAN NO.


RUJUKAN
STANDAR
SEKTOR

Manajemen topik
GRI 3: Topik Pengungkapan 3-3 Manajemen topik material 12.5.1
Material 2021
Rekomendasi sektor tambahan
• Menjelaskan kebijakan dan komitmen untuk mencapai kerugian bersih nol
atau keuntungan bersih pada keanekaragaman hayati di lokasi operasional;
dan apakah komitmen ini berlaku untuk kegiatan operasi sekarang dan di
masa depan serta untuk operasi di luar kawasan dengan nilai
keanekaragaman hayati tinggi.
• Melaporkan apakah penerapan hierarki mitigasi telah memberikan masukan
pada tindakan untuk mengelola dampak terkait keanekaragaman hayati.

Pengungkapan Standar Topik


GRI 304: Pengungkapan 304-1 Lokasi operasional yang dimiliki, disewa, dikelola, atau 12.5.2
Keanekaragaman berdekatan dengan, kawasan lindung dan wilayah dengan nilai keanekaragaman
hayati 2016 hayati tinggi di luar kawasan lindung

Pengungkapan 304-2 Dampak signifikan dari aktivitas, produk, dan layanan pada 12.5.3
keanekaragaman hayati

Rekomendasi sektor tambahan


• Melaporkan dampak signifikan terhadap keanekaragaman hayati dengan
mempertimbangkan habitat dan ekosistem yang terpengaruh.

Pengungkapan 304-3 Habitat yang dilindungi atau direstorasi 12.5.4

Pengungkapan 304-4 Spesies Daftar Merah (Hampir Punah) IUCN dan spesies 12.5.5
daftar konservasi nasional dengan habitat di wilayah yang terkena efek operasi

Rujukan dan sumber informasi


GRI 304: Keanekaragaman hayati 2016 berisi instrumen antarpemerintah resmi dan rujukan tambahan yang
berkaitan dengan pelaporan tentang topik ini.

Instrumen resmi tambahan dan rujukan yang digunakan dalam mengembangkan topik ini, serta sumber daya yang
mungkin bermanfaat untuk pelaporan tentang keanekaragaman hayati oleh sektor batu bara dicantumkan dalam
Daftar Pustaka.
27 GRI 12: Sektor Batu Bara 2022

Topik 12.6 Limbah


Limbah adalah segala sesuatu yang dibuang, ingin dibuang, atau harus dibuang oleh pemiliknya. Ketika dikelola
dengan tidak baik, limbah dapat memiliki dampak negatif terhadap lingkungan dan kesehatan manusia, yang
dapat meluas di luar lokasi tempat limbah dihasilkan atau dibuang. Topik ini membahas dampak dari limbah,
termasuk sebagai akibat dari aktivitas konstruksi dan rehabilitasi.

Aktivitas batu bara biasanya menghasilkan jumlah limbah yang tinggi, termasuk limbah berbahaya. Sumber limbah
terbesar berasal dari ekstraksi atau pengolahan batu bara dan terdiri dari lapisan atas, limbah batuan, dan endapan.
Sumber limbah ini juga dapat mengandung zat beracun atau berbahaya, termasuk logam berat. Limbah ini mungkin
mencemari air permukaan, air tanah, air laut, dan sumber makanan, serta memiliki dampak negatif terhadap
spesies tumbuhan dan hewan serta kesehatan manusia. Efek lebih lanjut dapat berupa hilangnya produktivitas
lahan dan erosi. Keparahan dampak dapat tergantung pada pendekatan organisasi terhadap pengelolaan limbah,
regulasi, dan tergantung pada ketersediaan fasilitas pemulihan dan pembuangan akhir di dekat aktivitas batu bara.

Lapisan tanah penutup dari penambangan permukaan biasanya disimpan di lahan yang berdekatan sampai dapat
mengisi kembali pit setelah penambangan selesai. Pilihan pembuangan terbatas untuk beberapa teknik
penambangan permukaan, seperti pemindahan puncak gunung karena lapisan tanah penutup tidak dapat
dikembalikan ke pit. Dalam kasus ini, metode pembuangan terdiri dari pengurugan/penimbungan lembah yang
berdekatan, yang menyebabkan dampak seperti penguburan saluran air dan konsentrasi zat berbahaya yang
merugikan bagi ekosistem dan manusia (lihat juga topik 12.5 Keanekaragaman hayati dan 12.7 Air dan efluen).

Sisa endapan batu bara, limbah sisa yang dihasilkan oleh pengolahan batu bara, sering dibuang ke kolam, disaring,
disimpan di timbunan, atau dibuang di lubang bawah tanah. Fasilitas penyimpanan sisa endapan permukaan yang
dibatasi oleh bendungan endapan dapat mencakup area yang luas. Sisa endapan tanpa zat berbahaya dapat
dikeringkan dari fasilitas dan kemudian dibentuk kembali, ditutup dengan tanah, dan ditanami tumbuhan. Namun,
sisa endapan menimbulkan risiko kesehatan bagi komunitas lokal bila mengandung logam berat, sianida, bahan
pengolahan kimia, sulfida, atau padatan tersuspensi yang mencemari lingkungan, termasuk air tanah dan air
permukaan (lihat juga topik 12.9 Komunitas lokal dan 12.13 Keandalan aset dan manajemen krisis).

Limbah batuan dan endapan kasar biasanya dikelola di atas timbunan atau dibuang di tempat pembuangan batuan
sisa yang dibangun atau bekas operasi tambang terbuka. Dampak lingkungan lebih lanjut dari tempat pembuangan
batu termasuk debu yang dapat terbawa oleh angin atau air hujan, yang memengaruhi kualitas udara, aliran air, atau
tanah.

Sifat dan kuantitas limbah yang dihasilkan seringkali memerlukan pengelolaan di luar tahapan produktif dari operasi
penambangan. Pada akhir proyek eksplorasi atau ekstraksi batu bara, penutupan dapat menghasilkan limbah yang
signifikan dengan dampak lingkungan dan sosial-ekonomi yang bertahan lama (lihat juga topik 12.3 Penutupan dan
rehabilitasi). Limbah tipikal lainnya dari operasi batu bara termasuk limbah minyak dan bahan kimia, katalis bekas,
pelarut, limbah industri lainnya, dan limbah pengemasan dan konstruksi.
28 GRI 12: Sektor Batu Bara 2022

Pelaporan tentang limbah


Jika organisasi telah menentukan limbah sebagai topik material, subbagian ini mencantumkan pengungkapan yang
diidentifikasi sebagai relevan untuk pelaporan tentang topik tersebut oleh sektor batu bara.

STANDAR PENUNGKAPAN NO.


RUJUKAN
STANDAR
SEKTOR

Manajemen topik
GRI 3: Topik Pengungkapan 3-3 Manajemen topik material 12.6.1
Material 2021

Pengungkapan Standar Topik


GRI 306: Limbah Pengungkapan 306-1 Timbulan limbah dan dampak signifikan terkait limbah 12.6.2
2020
Pengungkapan 306-2 Manajemen dampak yang signifikan terkait limbah 12.6.3

Pengungkapan 306-3 Timbulan limbah 12.6.4

Rekomendasi sektor tambahan

Ketika melaporkan komposisi limbah yang dihasilkan, sertakan rincian aliran


limbah berikut, jika ada:
• lapisan tanah penutup;
• limbah batu;
• sisa endapan.

Pengungkapan 306-4 Limbah yang dialihkan dari pembuangan akhir 12.6.5

Rekomendasi sektor tambahan

Ketika melaporkan komposisi limbah yang dipindahkan dari pembuangan akhir,


sertakan rincian aliran limbah berikut, jika ada:
• tanah penutup;
• limbah batu;
• sisa endapan.

Pengungkapan 306-5 Limbah yang dikirim ke pembuangan akhir 12.6.6

Rekomendasi sektor tambahan

Ketika melaporkan komposisi limbah yang dikirim ke pembuangan akhir,


sertakan rincian aliran limbah berikut, jika ada:
• lapisan tanah penutup;
• limbah batu;
• sisa endapan.

Rujukan dan sumber informasi


GRI 306: Limbah 2020 mencantumkan instrumen antarpemerintah resmi dan rujukan tambahan yang berkaitan
dengan pelaporan tentang topik ini.

Instrumen resmi lainnya dan rujukan yang digunakan dalam mengembangkan topik ini, serta sumber informasi yang
mungkin bermanfaat untuk pelaporan tentang limbah oleh sektor batu bara dicantumkan dalam Daftar Pustaka.
29 GRI 12: Sektor Batu Bara 2022

Topik 12.7 Air dan efluen


Diakui sebagai hak asasi manusia, akses ke air bersih penting untuk kehidupan dan kesejahteraan manusia.
Jumlah air yang diambil dan yang dikonsumsi oleh sebuah organisasi dan kualitas buangannya dapat memiliki
dampak terhadap ekosistem dan masyarakat. Topik ini membahas dampak-dampak terkait pengambilan dan
konsumsi air serta kualitas air yang dibuang.

Aktivitas batu bara dapat mengurangi ketersediaan air bagi komunitas lokal dan sektor lain yang bergantung pada
air. Aktivitas tersebut juga dapat memiliki dampak terhadap kualitas air permukaan, air tanah, dan air laut, yang dapat
berakibat pada dampak jangka panjang pada ekosistem dan keanekaragaman hayati, menyebabkan masalah
kesehatan dan pembangunan bagi manusia, dan mengganggu ketahanan pangan.

Air digunakan dalam aktivitas batu bara untuk pendinginan dan pemotongan; penahanan debu selama
penambangan dan pengangkutan; pencucian untuk meningkatkan kualitas batu bara; revegetasi tambang
permukaan; dan transportasi jarak jauh untuk bubur konsentrat batu bara. Jumlah air yang dibutuhkan untuk aktivitas
tergantung pada apakah penambangan terjadi di permukaan atau di bawah tanah dan pada efisiensi operasional.
Jumlah air yang diambil juga bervariasi sesuai dengan kemampuan organisasi untuk menggantikan penggunaan air
tawar, kualitas air yang dibutuhkan, karakteristik reservoir, dan infrastruktur daur ulang.

Dampak organisasi batu bara terhadap air juga bergantung pada kuantitas sumber daya air setempat. Sebagian
besar sumber daya batu bara di dunia ditemukan di daerah yang gersang atau mengalami kelangkaan air. Di
daerah-daerah seperti itu, aktivitas sektor ini cenderung meningkatkan persaingan untuk mendapatkan air. Hal ini
mungkin memperparah ketegangan antara, serta di dalam, sektor atau masyarakat setempat. Kekeringan, banjir,
dan peristiwa cuaca ekstrem lainnya karena perubahan iklim kemungkinan akan menghadirkan tantangan lebih
banyak pada ketersediaan dan kualitas air di masa depan.

Dampak aktivitas batu bara terhadap kualitas air dapat disebabkan oleh pencucian/pembersihan (leaching) dari sisa
endapan, kegagalan fasilitas endapan, dan drainase asam tambang yang mengandung air asam dan logam berat.
Metode penambangan tertentu dapat melibatkan pembukaan vegetasi substantif dan alih fungsi lahan, yang
menyebabkan erosi dan aliran sedimen (lihat juga topik 12.5 Keanekaragaman hayati), yang bersama-sama dengan
perubahan aliran air dapat memengaruhi kualitas air dan habitat perairan dan darat. Operasi bawah tanah juga
dapat mengganggu atau mencemari akuifer.

Kecelakaan transportasi dan tumpahan terkait batu bara dapat mencemari saluran air dan lahan basah dengan
material berbahaya, seperti arsenik, timbal, air raksa, dan senyawa belerang (lihat juga topik 12.13 Keandalan aset
dan manajemen krisis).
30 GRI 12: Sektor Batu Bara 2022

Pelaporan tentang air dan efluen


Jika organisasi telah menentukan air dan efluen sebagai topik material, subbagian ini mencantumkan
pengungkapan yang diidentifikasi sebagai relevan untuk pelaporan tentang topik tersebut oleh sektor batu bara.

PENGUNGKAPAN STANDAR NO.


RUJUKAN
STANDAR
SEKTOR

Manajemen topik
GRI 3: Topik Pengungkapan 3-3 Manajemen topik material 12.7.1
Material 2021

Pengungkapan Standar Topik


GRI 303: Air dan Pengungkapan 303-1 Interaksi dengan air sebagai sumber daya bersama 12.7.2
Efluen 2018
Rekomendasi sektor tambahan
• Menjelaskan tindakan yang diambil untuk mencegah atau memitigasi dampak
negatif dari drainase air asam tambang.

Pengungkapan 303-2 Manajemen dampak yang berkaitan dengan pembuangan 12.7.3


air

Pengungkapan 303-3 Pengambilan air 12.7.4

Pengungkapan 303-4 Pembuangan air 12.7.5

Pengungkapan 303-5 Konsumsi air 12.7.6

Rujukan dan sumber informasi


GRI 303: Air dan Efluen 2018 mencantumkan instrumen antarpemerintah resmi dan rujukan tambahan yang
berkaitan dengan pelaporan tentang topik ini.

Rujukan tambahan yang digunakan dalam mengembangkan topik ini, serta sumber daya yang mungkin bermanfaat
untuk pelaporan tentang air dan efluen oleh sektor batu bara dicantumkan dalam Daftar Pustaka.
31 GRI 12: Sektor Batu Bara 2022

Topik 12.8 Dampak ekonomi


Dampak organisasi terhadap ekonomi berkenaan dengan bagaimana nilai yang dihasilkan organisasi
memengaruhi sistem ekonomi, misalnya, sebagai akibat dari praktik pengadaan dan perekrutan pekerja.
Investasi infrastruktur dan layanan yang didukung oleh organisasi juga dapat memberikan dampak terhadap
kesejahteraan masyarakat dan pembangunan jangka panjang. Topik ini membahas dampak ekonomi pada
tingkat lokal, nasional, dan global.

Aktivitas batu bara dapat menjadi sumber penting investasi dan penghasilan untuk komunitas lokal, negara, dan
wilayah. Dampak dapat bervariasi sesuai dengan skala operasi, daya dorong aktivitas ekonomi lainnya, dan
efektivitas pengelolaan restribusi/royalti pendapatan terkait batu bara oleh pemerintah setempat. Di beberapa negara
kaya sumber daya, investasi dalam pengembangan sumber daya batu bara dan restribusi/royalti pendapatan dari
penambangan memberikan kontribusi yang signifikan terhadap produk domestik bruto. Namun, kesalahan
pengelolaan restribusi/royalti pendapatan ini dapat membahayakan kinerja ekonomi dan menyebabkan
ketidakstabilan dan penyimpangan ekonomi makro (lihat juga topik 12.21 Pembayaran kepada pemerintah).
Perekonomian yang bergantung pada batu bara juga rentan terhadap fluktuasi harga komoditas dan produksi.

Sektor batu bara dapat memberikan kontribusi positif dengan memberikan pendapatan yang diperoleh dari
pembayaran pajak dan royalti, melalui pengadaan lokal, dan menyediakan lapangan kerja setempat. Pengadaan
barang dan jasa setempat dapat mendukung perkembangan pemasok dan memiliki dampak ekonomi yang
signifikan. Penyerapan tenaga kerja lokal, pada gilirannya, dapat meningkatkan daya beli masyarakat dan oleh
karena itu merangsang bisnis setempat. Organisasi batu bara selanjutnya dapat menghasilkan keuntungan dengan
berinvestasi pada infrastruktur, seperti penyediaan tenaga listrik yang meningkatkan akses ke energi, atau layanan
publik.

Sejauh mana komunitas lokal memperoleh manfaat dari kegiatan batu bara tergantung pada tingkat pembangunan
dan industrialisasi masyarakat yang ada, kapasitas mereka untuk menawarkan tenaga kerja berkualitas untuk
peluang kerja baru, dan komitmen organisasi di sektor batu bara untuk melatih pekerja setempat. Dampak akhir
penyerapan tenaga kerja lokal juga tergantung pada bagaimana pekerjaan di sektor batu bara memengaruhi
pekerjaan yang ada di sektor lain, serta praktik ketenagakerjaan organisasi batu bara (lihat juga topik 12.15).
Misalnya, pengaturan kerja antar jemput dapat mengimbangi tekanan terkait dengan masuknya orang-orang ke
masyarakat kecil sembari masih memasok pekerja yang diperlukan. Akan tetapi, pengaturan kerja ini mengurangi
peluang pekerjaan yang tersedia bagi masyarakat setempat, sehingga mengurangi potensi manfaat ekonomi.

Hadirnya aktivitas batu bara yang baru dapat menghasilkan dampak negatif terhadap masyarakat setempat, seperti
kesenjangan ekonomi, dengan kelompok rentan yang seringkali terpengaruh secara berlebihan (lihat juga topik 12.9
Komunitas lokal dan 12.11 Hak masyarakat adat). Masuknya pekerja luar dapat meningkatkan tekanan dalam
ketersediaan pemukiman, akses infrastruktur, dan layanan publik. Komunitas lokal juga mungkin berurusan dengan
penggantian biaya atas warisan wilayah adat/lingkungan terkait kontaminasi atau kurangnya rehabilitasi yang efektif
setelah penutupan (lihat juga topik 12.3 Penutupan dan rehabilitasi).

Transisi ke ekonomi rendah karbon terus menurunkan aktivitas di sektor batu bara, membuat masyarakat dan
negara yang bergantung pendapatan dan kesempatan kerja pada sektor ini rentan terhadap penurunan ekonomi
yang diakibatkannya (lihat juga topik 12.2 Adaptasi, ketahanan, dan transisi iklim). Untuk memastikan transisi yang
adil, kolaborasi antara pemerintah daerah dan nasional serta organisasi batu bara sangat penting untuk
kesempatan pekerjaan yang layak, inklusi sosial, dan peluang ekonomi.
32 GRI 12: Sektor Batu Bara 2022

Pelaporan tentang dampak ekonomi


Jika organisasi telah menentukan dampak ekonomi sebagai topik material, subbagian ini mencantumkan
pengungkapan yang diidentifikasi sebagai relevan untuk pelaporan tentang topik tersebut oleh sektor batu bara.

STANDAR PENGUNGKAPAN NO.


RUJUKAN
STANDAR
SEKTOR

Manajemen topik
GRI 3: Topik Pengungkapan 3-3 Manajemen topik material 12.8.1
Material 2021
Rekomendasi sektor tambahan
• Menjelaskan program pengembangan dan pemberdayaan masyarakat yang
dimaksudkan untuk meningkatkan dampak ekonomi positif bagi komunitas
lokal, termasuk pendekatan untuk menyediakan peluang pekerjaan,
pengadaan, dan pelatihan.

Pengungkapan Standar Topik


GRI 201: Kinerja Pengungkapan 201-1 Nilai ekonomi langsung yang dihasilkan dan 12.8.2
Ekonomi 2016 didistribusikan

Rekomendasi sektor tambahan


• Melaporkan nilai ekonomi langsung yang dihasilkan dan didistribusikan
(EVG&D) berdasarkan proyek.

GRI 202: Pengungkapan 202-2 Proporsi manajemen senior yang berasal dari masyarakat 12.8.3
Keberadaan setempat
Pasar 2016

GRI 203: Dampak Pengungkapan 203-1 Investasi infrastruktur dan dukungan layanan 12.8.4
Ekonomi Tidak
Langsung 2016 Pengungkapan 203-2 Dampak ekonomi tidak langsung yang signifikan 12.8.5

GRI 204: Praktik Pengungkapan 204-1 Proporsi pengeluaran untuk pemasok lokal 12.8.6
Pengadaan 2016

Rujukan dan sumber informasi


GRI 201: Kinerja Ekonomi 2016 dan GRI 202: Keberadaan Pasar 2016 berisi instrumen antarpemerintah resmi dan
rujukan tambahan yang berkaitan dengan pelaporan tentang topik ini.

Instrumen resmi tambahan dan rujukan yang digunakan dalam mengembangkan topik ini, serta sumber informasi
yang mungkin bermanfaat untuk pelaporan tentang dampak ekonomi oleh sektor batu bara dicantumkan dalam
Daftar Pustaka.
33 GRI 12: Sektor Batu Bara 2022

Topik 12.9 Komunitas lokal


Komunitas lokal terdiri dari individu yang tinggal atau bekerja di area yang terpengaruh/terdampak atau yang
dapat terpengaruh oleh aktivitas organisasi. Organisasi diharapkan untuk menjalankan keterlibatan masyarakat
untuk memahami kerentanan komunitas lokal dan bagaimana mereka mungkin terpengaruh dengan aktivitas
organisasi. Topik ini membahas dampak sosial-ekonomi, budaya, kesehatan, dan hak asasi manusia terhadap
masyarakat setempat.

Organisasi batu bara dapat memiliki dampak terhadap komunitas lokal melalui peluang kerja dan penyediaan
barang lokal, pajak, atau pembayaran lain kepada pemerintah lokal, program pengembangan dan pemberdayaan
masyarakat, dan investasi dalam infrastruktur atau layanan publik (lihat juga topik 12.8 Dampak ekonomi, topik 12.15
Praktik ketenagakerjaan, dan topik 12.21 Pembayaran kepada pemerintah).

Aktivitas sektor batu bara juga dapat menyebabkan dampak negatif terhadap komunitas lokal. Dampak negatif yang
berasal dari, misalnya, kebutuhan penggunaan lahan untuk aktivitas sektor ini, masuknya orang-orang yang mencari
pekerjaan dan peluang ekonomi, degradasi lingkungan, paparan terhadap zat berbahaya, dan penggunaan sumber
daya alam. Aktivitas batu bara juga dapat memicu konflik ketika dampak negatif dari aktivitas batu bara tidak
ditangani, atau memperparah konflik yang sudah ada sebelumnya (lihat juga topik 12.12 Konflik dan keamanan).
Kelompok rentan, termasuk perempuan dan masyarakat adat, mungkin dipengaruhi oleh dampak-dampak ini secara
berlebihan.

Penggunaan lahan sektor batu bara dapat bersaing dengan kebutuhan penggunaan lahan lainnya, seperti untuk
pertanian, perikanan, atau rekreasi. Selain itu, hal ini dapat mengganggu mata pencaharian umum dan
meningkatkan risiko kemiskinan. Hal ini pada akhirnya dapat menyebabkan terjadinya penggusuran, yang
menimbulkan dampak tambahan seperti keterbatasan akses ke layanan penting dan hak asasi manusia (lihat juga
topik 12.10 Hak atas tanah dan sumber daya). Aktivitas sektor ini juga dapat mengakibatkan kerusakan pada situs
warisan budaya, yang kemungkinan menyebabkan hilangnya tradisi, budaya, atau identitas budaya, terutama di
antara masyarakat adat (lihat juga topik 12.11 Hak masyarakat adat).

Masuknya pekerja dari daerah sekitar sebagai akibat dari pengaturan kerja antar jemput selama tahap konstruksi,
pemeliharaan, ekspansi, dan penutupan dan rehabilitasi aktivitas batu bara dapat menyebabkan terjadinya
kesenjangan ekonomi yang lebih besar di dalam komunitas lokal Masuknya pekerja dalam jumlah besar dapat
memberikan tekanan pada layanan dan sumber informasi setempat, menimbulkan inflasi, dan menyebabkan
penyakit menular yang baru. Biaya pemukiman yang lebih mahal dapat menyebabkan peningkatan kaum tuna
wisma, terutama di kalangan kelompok rentan. Mungkin juga ada peningkatan aktivitas yang mengganggu ketertiban
sosial, seperti penyalahgunaan zat, perjudian, dan prostitusi. Masuknya pekerja yang sebagian besar laki-laki dapat
mengubah keseimbangan gender di masyarakat setempat. Hal ini dapat berdampak terutama pada perempuan,
karena dapat menyebabkan meningkatnya kekerasan seksual dan perdagangan manusia. Kasus yang tercatat juga
menunjukkan adanya kekerasan dalam rumah tangga dan berbasis gender, baik di lokasi operasional maupun di
komunitas lokal.

Dampak negatif lain dari aktivitas batu bara terhadap komunitas lokal dapat diakibatkan oleh pencemaran udara,
tanah, dan air; debu; peningkatan tingkat lalu lintas, kebisingan, dan cahaya; serta aliran limbah. Aktivitas juga dapat
menyebabkan insiden malapetaka seperti ledakan, kebakaran, runtuhnya tambang, tumpahan, dan kegagalan
fasilitas pengolah sisa endapan (lihat juga topik 12.13 Keandalan aset dan manajemen krisis).

Keterlibatan komunitas lokal yang bermakna dengan akses ke pengambilan keputusan yang inklusif, mekanisme
pengaduan yang efektif, dan proses remediasi lain dapat membantu organisasi di sektor batu bara mencegah dan
memitigasi dampak aktivitas mereka dan meningkatkan kepemilikan masyarakat. Jika tidak ada upaya tersebut,
kekhawatiran masyarakat mungkin tidak dipahami dan ditangani, yang dapat menciptakan dampak negatif atau
memperparah masalah yang ada, seperti ketidaksetaraan gender. Menetapkan atau berpartisipasi dalam
mekanisme pengaduan dan proses remediasi lainnya yang disesuaikan dengan kebutuhan khusus komunitas lokal
juga dapat membantu organisasi menangani dampak negatif potensial dan aktual.
34 GRI 12: Sektor Batu Bara 2022

Pelaporan tentang komunitas lokal


Jika organisasi telah menentukan komunitas lokal sebagai topik material, subbagian ini mencantumkan
pengungkapan yang diidentifikasi sebagai relevan untuk pelaporan tentang topik tersebut oleh sektor batu bara.

STANDAR PENGUNGKAPAN NO.


RUJUKAN
STANDAR
SEKTOR

Manajemen topik
GRI 3: Topik Pengungkapan 3-3 Manajemen topik material 12.9.1
Material 2021
Rekomendasi sektor tambahan
• Menjelaskan pendekatan untuk mengidentifikasi pemangku
kepentingan dalam komunitas lokal dan untuk terlibat dengan mereka.
• Mencantumkan kelompok rentan yang telah diidentifikasi oleh organisasi di
dalam komunitas lokal.
• Mendata hak-hak kolektif atau individu yang telah diidentifikasi oleh organisasi
yang merupakan kekhawatiran khusus bagi komunitas lokal.10
• Menjelaskan pendekatan untuk terlibat dengan kelompok rentan, termasuk:
- cara organisasi berusaha untuk memastikan keterlibatan yang berarti; dan
- cara organisasi berusaha untuk memastikan partisipasi gender yang aman
dan adil.

Pengungkapan Standar Topik


GRI 413: Pengungkapan 413-1 Operasi dengan keterlibatan komunitas lokal, penilaian 12.9.2
Komunitas Lokal dampak, dan program pengembangan
2016
Pengungkapan 413-2 Operasi organisasi yang memiliki dampak aktual atau 12.9.3
potensi dampak negatif dan signifikan terhadap komunitas lokal

Pengungkapan sektor tambahan


Melaporkan jumlah dan jenis pengaduan dari komunitas lokal yang diidentifikasi, yang meliputi: 12.9.4
• persentase pengaduan yang ditangani dan diselesaikan;
• persentasi pengaduan yang diselesaikan melalui remediasi.

Rujukan dan sumber informasi


GRI 413: Komunitas Lokal 2016 berisi instrumen antarpemerintah resmi dan rujukan tambahan yang berkaitan
dengan pelaporan tentang topik ini.

Instrumen resmi tambahan dan rujukan yang digunakan dalam mengembangkan topik ini, serta informasi yang
mungkin bermanfaat untuk pelaporan tentang komunitas lokal oleh sektor batu bara dicantumkan dalam Daftar
Pustaka.

10 Rekomendasi sektor tambahan ini berdasarkan pada panduan untuk klausul 1.1 dalam GRI 413: Komunitas Lokal 2016.
35 GRI 12: Sektor Batu Bara 2022

Topik 12.10 Hak atas tanah dan sumber daya


Hak atas tanah dan sumber daya terdiri dari hak-hak untuk menggunakan, mengelola, dan mengendalikan tanah,
perikanan, kehutanan, dan sumber daya alam lainnya. Dampak organisasi terhadap ketersediaan dan
aksesibilitas ke hak-hak ini dapat memengaruhi komunitas lokal dan pengguna lainnya. Topik ini membahas
dampak dari penggunaan tanah dan sumber daya alam oleh organisasi terhadap hak asasi manusia dan hak
penguasaan, termasuk dampak dari pemukiman kembali komunitas lokal.

Aktivitas batu bara memerlukan akses ke lahan untuk prospeksi, eksplorasi, penambangan, penyimpanan batu bara
dan limbah, pengolahan, transportasi, dan distribusi. Hal ini terkadang dapat menyebabkan penggusuran pengguna
lahan lainnya, akses terbatas ke sumber daya dan layanan, dan pemukiman kembali secara paksa pada komunitas
lokal. Dampak dari penggunaan lahan bervariasi berdasarkan metode ekstraksi, lokasi sumber daya, pengolahan
yang diperlukan, dan metode transportasi. Misalnya, penggusuran lebih sering dikaitkan dengan penambangan
permukaan dibandingkan ketika aktivitas berlangsung di bawah tanah.

Aturan yang tidak jelas mengenai hak penguasaan untuk mengakses, menggunakan, dan mengendalikan lahan;
seringkali menyebabkan sengketa, ketegangan ekonomi dan sosial, serta konflik. Konsultasi yang tidak memadai
dengan, kompensasi yang tidak mencukupi kepada masyarakat yang terpengaruh juga dapat memperparah
ketegangan dan konflik. Misalnya, hubungan antara hak atas sumber daya mineral dan hak atas tanah mungkin tidak
jelas; aturan penguasaan menurut undang-undang mungkin tumpang tindih atau bertentangan dengan aturan adat
tradisional; hak yang sah mungkin tidak diakui atau ditegakkan; atau orang-orang mungkin tidak memiliki dokumen
resmi hak atas tanah mereka.

Pemukiman kembali secara paksa pada komunitas lokal dapat melibatkan penggusuran fisik (misalnya, relokasi
atau kehilangan tempat tinggal) dan penggusuran ekonomi (misalnya, kerugian atau akses ke aset), yang memiliki
dampak terhadap mata pencaharian masyarakat dan hak asasi manusia. Dalam kasus tersebut, organisasi di
sektor batu bara mungkin memberikan kompensasi moneter atau tanah yang setara dengan aset yang hilang
kepada komunitas lokal. Namun, menentukan nilai akses komunitas lokal ke lingkungan alam cukup kompleks.
Proses tersebut mencakup pertimbangan aktivitas yang menghasilkan pendapatan, kesehatan manusia, dan aspek
kualitas kehidupan non-material, seperti hilangnya peluang budaya atau hiburan. Oleh karena itu, jumlah
kompensasi yang diberikan mungkin tidak sebesar/sebanding dengan kerugian yang dialami. Dalam beberapa
kasus, pemilik hak adat atas tanah mungkin tidak diberi kompensasi sama sekali atau hanya untuk tanaman yang
mereka tanam di tanah tetapi tidak untuk tanah itu sendiri.

Anggota masyarakat yang menolak alih lokasi/pemukiman kembali mungkin juga menerima ancaman dan
intimidasi, serta tindakan pengusiran dari lahan yang kasar, represif, atau mengancam nyawa (lihat juga topik 12.12
Konflik dan keamanan).

Menangani dampak terhadap hak atas tanah dan sumber daya biasanya memerlukan keterlibatan yang menyeluruh
dan berarti antara organisasi di sektor batu bara dan komunitas lokal, termasuk dengan kelompok rentan yang
sering mengalami dampak dengan lebih parah. Dalam kasus konsultasi publik yang tidak efektif atau tidak adanya
Persetujuan Atas Dasar Informasi Di Awal Tanpa Paksaan, dampak terhadap alih lokasi/pemukiman kembali
komunitas atau masalah yang ada di dalam komunitas dapat diperparah dengan proses pemukiman kembali yang
tidak memadai atau kurangnya transparansi (lihat juga topik 12.9 Komunitas lokal dan 12.11 Hak masyarakat adat).
Konsultasi publik mungkin juga gagal mendata semua anggota yang terpengaruh. Perempuan, misalnya, sering
tidak diikutsertakan dalam proses pengambilan keputusan terkait dengan pengembangan proyek baru.
36 GRI 12: Sektor Batu Bara 2022

Pelaporan tentang hak atas tanah dan sumber daya


Jika organisasi telah menentukan hak atas tanah dan sumber daya sebagai topik material, subbagian ini
mencantumkan pengungkapan yang diidentifikasi sebagai relevan untuk pelaporan tentang topik tersebut oleh sektor
batu bara.

STANDAR PENGUNGKAPAN NO.


RUJUKAN
STANDAR
SEKTOR

Manajemen topik
GRI 3: Topik Pengungkapan 3-3 Manajemen topik material 12.10.1
Material 2021
Rekomendasi sektor tambahan
• Menjelaskan pendekatan untuk melibatkan kelompok rentan, termasuk:
- bagaimana organisasi berusaha memastikan keterlibatan yang berarti;
- bagaimana organisasi berusaha memastikan partisipasi gender yang
setara dan aman.
• Menjelaskan kebijakan atau komitmen untuk menyediakan remediasi kepada
komunitas lokal atau individu yang mengalami pemukiman kembali secara
paksa, seperti proses untuk menetapkan kompensasi atas kerugian aset atau
bantuan lainnya untuk meningkatkan atau mengembalikan standar kehidupan
atau mata pencaharian.

Pengungkapan sektor tambahan


Mendata lokasi operasi yang menyebabkan atau berkontribusi pada pemukiman kembali secara 12.10.2
paksa atau tempat pemukiman kembali tersebut sedang berlangsung. Untuk setiap lokasi,
menjelaskan bagaimana mata pencaharian dan hak asasi manusia masyarakat terpengaruh dan
dipulihkan.

Rujukan dan sumber informasi


Instrumen resmi dan rujukan yang digunakan dalam mengembangkan topik ini, serta sumber informasi yang
mungkin bermanfaat untuk pelaporan tentang hak atas tanah dan sumber daya oleh sektor batu bara dicantumkan
dalam Daftar Pustaka.
37 GRI 12: Sektor Batu Bara 2022

Topik 12.11 Hak masyarakat adat


Masyarakat adat memiliki risiko lebih tinggi mengalami dampak negatif yang lebih parah sebagai akibat dari
aktivitas organisasi. Masyarakat adat memiliki hak kolektif dan individu, seperti yang dicantumkan dalam
Deklarasi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hak Masyarakat Adat dan instrumen internasional resmi tentang
hak asasi manusia. Topik ini membahas dampak terhadap hak masyarakat adat.

Keberadaan sektor batu bara di sekitar masyarakat adat dapat memberikan peluang ekonomi dan manfaat untuk
masyarakat adat melalui lapangan kerja, pelatihan, dan program pengembangan dan pemberdayaan
masyarakat (lihat juga topik 12.8 Dampak ekonomi). Namun, keberadaan sektor batu bara juga dapat mengganggu
ikatan budaya, spiritual, dan ekonomi masyarakat adat dengan tanah mereka atau lingkungan alam mereka,
mengganggu hak-hak dan kesejahteraan mereka, serta menyebabkan penggusuran (lihat juga topik 12.10 Hak atas
tanah dan sumber daya). Aktivitas bisa mempunyai dampak lebih jauh terhadap ketersediaan dan akses ke air, yang
merupakan masalah utama bagi banyak masyarakat adat.

Hak kolektif dan hak individu masyarakat adat diakui dalam instrumen internasional resmi. Masyarakat adat sering
memiliki status hukum khusus dalam perundang-undang nasional dan mungkin merupakan pemilik yang sah
secara hukum atau adat atas tanah yang hak penggunaannya diberikan oleh pemerintah kepada sektor batu bara.
Sebelum memulai pengembangan atau aktivitas lain yang dapat mempunyai dampak pada tanah atau sumber daya
yang digunakan atau dimiliki oleh masyarakat adat, organisasi diharapkan untuk mencari persetujuan atas dasar
informasi di awal tanpa paksaan (FPIC) dari masyarakat adat. Hak ini diakui dalam Deklarasi Perserikatan Bangsa-
Bangsa tentang Hak Masyarakat Adat dan memungkinkan masyarakat adat memberikan atau tidak memberikan
persetujuan untuk suatu proyek yang mungkin memengaruhi mereka atau teritori mereka dan untuk merundingkan
syarat proyek [184]. Akan tetapi, beberapa pemerintah nasional mungkin tidak mengakui atau menegakkan hak tanah
adat atau hak masyarakat adat untuk memberikan persetujuan.

Organisasi di sektor ini dan masyarakat adat sering memiliki sengketa atau konflik atas kepemilikan dan hak atas
tanah. Kasus yang didokumentasikan menunjukkan tidak adanya konsultasi dengan itikad baik dan tekanan yang
tidak semestinya pada masyarakat adat untuk menyetujui proyek, dengan pertentangan terhadap proyek tersebut
terkadang menyebabkan kekerasan atau kematian (lihat juga topik 12.12 Konflik dan keamanan).

Masuknya pekerja dari daerah lain dapat mengakibatkan diskriminasi terhadap masyarakat adat terkait akses
terhadap pekerjaan dan peluang. Hal tersebut selanjutnya dapat merusak kerukunan, kesejahteraan, dan
keselamatan. Perempuan adat lebih rentan terhadap risiko prostitusi, kerja paksa, kekerasan, dan penyakit menular
daripada laki-laki adat (lihat juga topik 12.9 Komunitas lokal).

Kontribusi sektor batu bara pada perubahan iklim juga dapat memperparah dampak negatif terhadap masyarakat
adat, dengan mempertimbangkan hubungan unik mereka dengan dan, terkadang, ketergantungan pada lingkungan
alami (lihat jugatopik 12.1 Emisi Gas Rumah Kaca).
38 GRI 12: Sektor Batu Bara 2022

Pelaporan tentang hak masyarakat adat


Jika organisasi telah menentukan hak masyarakat adat sebagai topik material, subbagian ini mencantumkan
pengungkapan yang diidentifikasi sebagai relevan untuk pelaporan tentang topik tersebut oleh sektor batu bara.

STANDAR PENGUNGKAPAN NO.


RUJUKAN
STANDAR
SEKTOR

Manajemen topik
GRI 3: Topik Pengungkapan 3-3 Manajemen topik material 12.11.1
Material 2021
Rekomendasi sektor tambahan
• Menjelaskan program pengembangan dan pemberdayaan masyarakat yang
dimaksudkan untuk meningkatkan dampak positif bagi masyarakat adat,
termasuk pendekatan dalam penyediaan peluang pemekerjaan, pengadaan,
dan pelatihan.
• Menjelaskan pendekatan untuk melibatkan masyarakat adat, yang meliputi:
- bagaimana organisasi berusaha memastikan keterlibatan yang berarti;
- bagaimana organisasi berusaha memastikan partisipasi gender yang
setara dan aman.

Pengungkapan Standar Topik


GRI 411: Hak Pengungkapan 411-1 Insiden pelanggaran yang melibatkan hak masyarakat adat 12.11.2
Masyarakat Adat
2016 Rekomendasi sektor tambahan
• Menjelaskan insiden pelanggaran yang diidentifikasi melibatkan hak-hak
masyarakat adat.

Pengungkapan sektor tambahan


Mencantumkan lokasi operasi di mana masyarakat adat ada atau terpengaruh oleh aktivitas 12.11.3
organisasi.

Melaporkan apakah organisasi telah terlibat dalam proses untuk mencari persetujuan atas dasar 12.11.4
informasi di awal tanpa paksaan dari masyarakat adat untuk setiap aktivitas organisasi, termasuk,
dalam setiap kasus:
• apakah proses tersebut telah sama-sama disetujui oleh organisasi dan masyarakat adat yang
terpengaruh;
• apakah sudah tercapai suatu kesepakatan, dan jika sepakat, apakah kesepakatan tersebut
tersedia secara publik.

Rujukan dan sumber informasi


GRI 411: Hak Masyarakat Adat 2016 berisi instrumen antarpemerintah resmi dan rujukan tambahan yang berkaitan
dengan pelaporan tentang topik ini.

Instrumen resmi tambahan dan rujukan yang digunakan dalam mengembangkan topik ini, serta sumber daya yang
mungkin bermanfaat untuk pelaporan tentang hak masyarakat adat oleh sektor batu bara dicantumkan dalam Daftar
Pustaka.
39 GRI 12: Sektor Batu Bara 2022

Topik 12.12 Konflik dan keamanan


Aktivitas organisasi dapat memicu konflik atau, dalam kasus konflik yang sudah ada, meningkatkan konflik
tersebut. Penggunaan petugas keamanan untuk mengelola konflik dapat memainkan peran penting dalam
memungkinkan organisasi beroperasi dengan aman dan produktif tetapi juga berpotensi memengaruhi hak asasi
manusia. Topik ini membahas praktik pengamanan organisasi dan pendekatannya terhadap operasi di daerah
konflik.

Banyak organisasi di sektor batu bara beroperasi di lokasi dan situasi konflik termasuk, misalnya, negara-negara
yang lekat dengan ketidakstabilan politik dan sosial. Risiko pelanggaran hak asasi manusia meningkat di area
konflik.11

Konflik juga dapat disebabkan oleh keberadaan aktivitas batu bara. Konflik dapat dipicu oleh dampak negatif pada
lingkungan; keterlibatan yang kurang memadai dengan pemangku kepentingan terkait dan masyarakat adat dalam
proses pengambilan keputusan; distribusi manfaat ekonomi yang tidak merata atau pemberian manfaat yang
dianggap tidak proporsional dengan dampak yang ditimbulkan; dan sengketa penggunaan tanah dan sumber daya
alam (lihat juga topik 12.10 Hak atas tanah dan sumber daya). Anggapan kesalahan pengelolaan dana yang
merugikan kepentingan penduduk setempat juga dapat memicu konflik (lihat juga topik 12.20 Anti-korupsi). Konflik
tersebut dapat meningkatkan perlunya menggunakan petugas keamanan, sehingga meningkatkan potensi
pelanggaran hak asasi manusia.

Petugas keamanan yang dilibatkan oleh organisasi di sektor batu bara atau keamanan publik yang diatur oleh
pemerintah setempat mungkin ada untuk melindungi aset organisasi atau memastikan keselamatan dan keamanan
pekerja. Tindakan yang dilakukan oleh petugas keamanan terhadap anggota komunitas lokal, termasuk selama
aktivitas protes terhadap pengembangan sumber daya batu bara atau untuk melindungi tanah dan sumber daya
mereka, dapat melanggar hak asasi manusia, seperti hak atas kebebasan berserikat dan kebebasan berpendapat,
serta menyebabkan kekerasan, cedera, atau kematian. Kontraktor keamanan juga dapat dihubungkan dengan
kelompok militer atau paramiliter.

Ketika aktivitas batu bara didukung oleh pemerintah tetapi tetap tidak disetujui oleh komunitas lokal, keberadaan
pasukan keamanan publik dapat meningkatkan ketegangan antara masyarakat, pemerintah, dan organisasi di
sektor ini. Hal ini selanjutnya dapat memperparah ketidakseimbangan kekuatan setempat dan, berpotensi,
menggunakan pemaksaan.

Dalam kasus di mana pasukan keamanan publik atau pihak ketiga, seperti kelompok paramiliter, ditugaskan,
organisasi di sektor batu bara masih memiliki tanggung jawab untuk melakukan langkah-langkah untuk memastikan
praktik keamanan sejalan dengan perlindungan hak asasi manusia. Hal ini melibatkan penilaian risiko terkait
keamanan, mengidentifikasi situasi yang kemungkinan memengaruhi hak asasi manusia, dan bekerja sama
dengan penyedia keamanan untuk memastikan hak asasi manusia ditegakkan.

Organisasi di sektor batu bara mungkin juga memberikan kontribusi lebih luas pada keselamatan dan keamanan
komunitas lokal, misalnya, dengan memfasilitasi komunikasi antara masyarakat dan petugas keamanan publik atau
mendukung usaha untuk menyelesaikan sumber konflik.

11 Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) mendefinisikan wilayah konflik dengan adanya konflik bersenjata atau kekerasan
yang meluas, atau wilayah dengan risiko konflik yang tinggi atau pelanggaran serius yang meluas dan pelanggaran hak asasi manusia [206].
40 GRI 12: Sektor Batu Bara 2022

Pelaporan tentang konflik dan keamanan


Jika organisasi telah menentukan konflik dan keamanan sebagai topik material, subbagian ini mencantumkan
pengungkapan yang diidentifikasi sebagai relevan untuk pelaporan tentang topik tersebut oleh sektor batu bara.

STANDAR PENGUNGKAPAN NO.


RUJUKAN
STANDAR
SEKTOR

Manajemen topik
GRI 3: Topik Pengungkapan 3-3 Manajemen topik material 12.12.1
Material 2021
Rekomendasi sektor tambahan
• Mencantumkan lokasi operasi di daerah konflik.
• Menjelaskan pendekatan untuk memastikan rasa hormat terhadap hak asasi
manusia oleh penyedia keamanan publik dan swasta.

Pengungkapan Standar Topik


GRI 410: Praktik Pengungkapan 410-1 Petugas keamanan yang dilatih mengenai kebijakan atau 12.12.2
Keamanan 2016 prosedur hak asasi manusia

Rujukan dan sumber informasi


GRI 410: Praktik Keamanan 2016 mencantumkan rujukan tambahan yang relevan dengan pelaporan tentang topik
ini.

Instrumen resmi tambahan dan rujukan yang digunakan dalam mengembangkan topik ini, serta sumber informasi
yang mungkin bermanfaat untuk pelaporan tentang konflik dan keamanan oleh sektor batu bara dicantumkan dalam
Daftar Pustaka.
41 GRI 12: Sektor Batu Bara 2022

Topik 12.13 Keandalan aset dan manajemen krisis


Keandalan aset dan manajemen krisis berhubungan dengan pencegahan dan pengendalian insiden yang dapat
menyebabkan kematian, cedera atau penyakit, dampak lingkungan, serta kerusakan pada komunitas lokal dan
infrastruktur. Topik ini membahas dampak dari insiden tersebut serta pendekatan organisasi dalam
mengelolanya.

Insiden kritis dalam sektor batu bara dapat menimbulkan konsekuensi malapetaka bagi pekerja, komunitas lokal,
lingkungan, dan mengakibatkan kerusakan pada aset organisasi. Selain kematian dan cedera, insiden tersebut
dapat menyebabkan kontaminasi udara, tanah, dan air. Dampak ini memiliki potensi untuk mengganggu aktivitas
ekonomi lain yang bergantung pada sumber daya alam ini, seperti pertanian dan penangkapan ikan, yang
memengaruhi mata pencaharian, serta mengganggu keselamatan dan keamanan pangan. Dampak lain mencakup
degradasi ekosistem dan habitat dan kematian hewan.

Insiden kritis yang terkait dengan sektor batu bara termasuk keruntuhan tambang, kebocoran gas beracun, ledakan
debu, keruntuhan lombong, penurunan tanah, kebakaran, aktivitas seismik akibat penambangan, banjir, tabrakan
kendaraan, dan kesalahan mekanis karena pengoperasian yang tidak benar atau peralatan yang tidak berfungsi
(lihat juga topik 12.14 Kesehatan dan keselamatan kerja). Kebakaran batu bara dapat melepaskan abu terbang dan
asap yang mengandung bahan kimia beracun yang masuk ke dalam rantai makanan. Kebakaran dan peristiwa lain
yang melibatkan emisi gas rumah kaca (GRK), misalnya ledakan debu batu bara, juga berkontribusi pada perubahan
iklim (lihat juga topik 12.1 Emisi Gas Rumah Kaca).

Insiden kritis lainnya melibatkan kegagalan terkait dengan pengelolaan endapan. Endapan adalah limbah sisa yang
dihasilkan oleh pengolahan batu bara, biasanya dalam bentuk bubur konsentrat. Pengelolaan atau desain fasilitas
endapan yang buruk dapat menyebabkan kebocoran atau keruntuhan, dengan dampak serius pada komunitas lokal,
mata pencaharian, infrastruktur, dan lingkungan. Kegagalan dapat diakibatkan oleh pengelolaan air yang tidak
memadai, pelimpahan, kegagalan fondasi atau drainase, erosi, dan gempa bumi. Dampak menjadi lebih parah
ketika endapan yang mengandung logam dengan bioavailabilitas tingkat tinggi atau bahan kimia berbahaya. Insiden
yang terkait dengan tumpahan dan kebocoran kolam bubur konsentrat batu bara dan pipa endapan juga dapat
menyebabkan kerusakan yang signifikan.

Risiko insiden kritis dapat diidentifikasi dan diantisipasi dengan menerapkan pendekatan manajemen pengendalian
kritis, yang menangani sumber atau faktor yang paling mungkin menyebabkan potensi insiden. Organisasi dapat
memitigasi dampak negatifnya melalui langkah-langkah yang memastikan kesiapsiagaan dan tanggap darurat. Ini
termasuk komunikasi yang efektif dengan komunitas lokal untuk membatasi paparan terhadap polusi dan bahaya
lain selama keadaan darurat (lihat juga topik 12.9 Komunitas lokal). Manajemen kontrol kritis yang efektif juga
membatasi dampak yang berkaitan dengan peristiwa cuaca ekstrem, yang frekuensi dan intensitasnya akan
meningkat karena efek perubahan iklim.
42 GRI 12: Sektor Batu Bara 2022

Pelaporan tentang keandalan aset dan manajemen krisis


Jika organisasi telah menentukan keandalan aset dan manajemen krisis sebagai topik material, subbagian ini
mencantumkan pengungkapan yang diidentifikasi sebagai relevan untuk pelaporan tentang topik tersebut oleh sektor
batu bara.

STANDAR PENGUNGKAPAN NO.


RUJUKAN
STANDAR
SEKTOR

Manajemen topik
GRI 3: Topik Pengungkapan 3-3 Manajemen topik material 12.13.1
Material 2021
Rekomendasi sektor tambahan
• Melaporkan apakah organisasi mematuhi Global Industry Standard on
Tailings Management (GISTM) dan, jika demikian, memberikan tautan ke
informasi terbaru yang diungkapkan sesuai dengan Prinsip GISTM 15.

Pengungkapan Standar Topik


GRI 306: Efluen Pengungkapan 306-3 Tumpahan yang signifikan12 12.13.2
dan Limbah 2016

Pengungkapan sektor tambahan


Melaporkan jumlah insiden kritis dalam periode pelaporan dan menjelaskan dampaknya. 12.13.3

• Membuat daftar fasilitas endapan organisasi, dan melaporkan nama, lokasi, dan status 12.13.4
kepemilikan.
• Untuk setiap fasilitas endapan:
- menjelaskan fasilitas endapan;
- melaporkan apakah fasilitas masih aktif, tidak aktif, atau ditutup;
- melaporkan Klasifikasi Akibat;
- melaporkan tanggal dan penemuan utama penilaian risiko yang terbaru;
- melaporkan tanggal tinjauan teknis independen terbaru dan berikutnya.13
• Menjelaskan tindakan yang diambil untuk:
- mengelola dampak dari fasilitas endapan, termasuk selama penutupan dan pascapenutupan;
- mencegah kegagalan yang tidak dapat diperbaiki pada fasilitas endapan.14

Rujukan dan sumber informasi


GRI 306: Limbah dan Efluen 2016 mencantumkan instrumen antarpemerintah resmi dan rujukan tambahan yang
berkaitan dengan pelaporan tentang topik ini.

Rujukan tambahan yang digunakan dalam mengembangkan topik ini, serta sumber daya yang mungkin bermanfaat
untuk pelaporan tentang keandalan aset dan manajemen krisis oleh sektor batu bara dicantumkan dalam Daftar
Pustaka.

12 Konten terkait efluen dari Standar GRI 306: Efluen dan Limbah 2016 telah digantikan dengan Standar GRI 303: Air dan Efluen 2018, dan konten terkait
limbah telah digantikan dengan GRI 306: Limbah 2020. Konten terkait tumpahan dalam GRI 306: Efluen dan Limbah 2016 masih tetap berlaku.
13 Untuk panduan lebih lanjut, lihat Prinsip 15, Persyaratan 15.1 dalam Global Industry Standard on Tailings Management (GISTM) [222].
14 Definisi istilah yang digunakan dalam pengungkapan endapan dapat ditemukan di GISTM [222].
43 GRI 12: Sektor Batu Bara 2022

Topik 12.14 Kesehatan dan keselamatan kerja


Kondisi kerja yang sehat dan aman diakui sebagai hak asasi manusia. Kesehatan dan keselamatan kerja
melibatkan pencegahan bahaya fisik dan mental bagi pekerja dan mendukung kesehatan pekerja. Topik ini
membahas dampak terkait kesehatan dan keselamatan kerja.

Meskipun telah dilakukan upaya untuk menghilangkan bahaya terkait pekerjaan dan meningkatkan kesehatan dan
kesejahteraan pekerja, kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja, termasuk yang berakibat kematian, masih banyak
terjadi di sektor batu bara. Aktivitas dengan potensi bahaya termasuk bekerja dengan alat berat dan
paparan terhadap atau penanganan bahan peledak, mudah terbakar, beracun, atau berbahaya. Bahaya juga terkait
dengan pekerjaan di ruang terbatas atau lokasi terisolasi, jam kerja yang panjang, dan pekerjaan fisik yang repetitif.
Bahaya bervariasi sesuai dengan metode ekstraksi, dan pekerja di tambang bawah tanah sering mengalami risiko
tambahan.

Bahaya yang berkaitan dengan aktivitas sektor batu bara memiliki potensi untuk menyebabkan kecelakaan kerja
dengan konsekuensi tinggi. Insiden transportasi, yang dapat terjadi ketika pekerja dan peralatan diangkut ke dan dari
lokasi penambangan, merupakan sumber umum kematian dan cedera di sektor ini. Bahaya utama lainnya termasuk
kebakaran dan ledakan, yang berasal dari debu batu bara dan gas yang mudah terbakar selama ekstraksi,
transportasi, dan pengolahan batu bara, dan bahaya listrik yang terkait dengan sistem tegangan tinggi yang
digunakan dalam fasilitas atau peralatan eksplorasi dan produksi (lihat juga topik 12.13 Keandalan aset dan
manajemen krisis). Runtuhnya struktur, kesalahan penanganan mesin berat, atau malfungsi instalasi listrik, hidrolik,
atau mekanik dapat mengakibatkan insiden yang dikategorikan sebagai ‘tersengat’, ‘terjebak’, atau ‘terperangkap’.
Pekerja juga dapat berisiko cedera karena terpeleset, tersandung, dan jatuh ketika mengakses area kerja dan
peralatan yang tinggi di atas tanah atau melalui jalan setapak bawah tanah.

Bahaya yang berkaitan dengan sektor batu bara yang berpotensi menyebabkan penyakit dapat berasal dari sebab
biologis, kimiawi, ergonomis, atau fisik. Bahaya kimia yang sering dilaporkan mencakup debu yang dapat terhirup,
yang dilepaskan selama proses yang menggunakan atau menghasilkan pasir, misalnya, dan dapat menyebabkan
penyakit paru-paru seperti asma, kanker, dan pneumokoniosis. Aktivitas sektor ini juga melibatkan bekerja di ruang
terkurung, yang mungkin mengandung konsentrasi gas yang tinggi, seperti karbon monoksida, metana, dan
nitrogen, yang dapat menyebabkan keracunan atau sesak napas. Selain itu, paparan hidrogen sulfida yang
dilepaskan oleh lapisan batu bara dapat menyebabkan lumpuh atau kematian. Bahaya fisik dan ergonomis di sektor
ini mencakup suhu ekstrem, tingkat radiasi yang berbahaya, dan tingkat kebisingan dan getaran mesin yang
berbahaya, yang dapat menyebabkan gangguan atau kehilangan pendengaran atau gangguan muskuloskeletal.
Bahaya biologis yang lazim di sektor ini termasuk penyakit menular yang ada di komunitas lokal atau penyakit karena
kebersihan yang buruk dan kualitas makanan atau air yang buruk.

Bahaya yang terkait dengan praktik ketenagakerjaan umum (lihat juga topik 12.15) di sektor batu bara dapat
meningkatkan risiko kelelahan, ketegangan, atau stres dan berdampak negatif pada kesehatan fisik, psikologis, dan
sosial. Praktik ini meliputi pengaturan kerja antar jemput, bekerja dan tinggal di berbagai lokasi, rotasi pekerjaan,
giliran kerja yang lama, waktu perjalanan lama, hidup di tempat kerja, istirahat terganggu, jam kerja tidak pasti, dan
kerja terpencil. Pekerja mungkin juga mengalami reaksi psikologis, seperti gangguan stres pascatrauma setelah
terjadi insiden besar. Selain itu, tempat kerja yang dicirikan oleh ketidakseimbangan gender dapat berkontribusi
pada peningkatan stres, diskriminasi, atau pelecehan seksual (lihat juga topik 12.19 Nondiskriminasi dan peluang
setara).

Sektor batu bara menggunakan banyak pemasok, sebagian di antaranya mungkin melakukan aktivitas yang
dianggap termasuk paling berbahaya. Sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja mungkin tidak
membahas pekerja dari pemasok seperti pembahasan karyawan. Pekerja dari pemasok yang bertugas di lokasi
organisasi di sektor ini mungkin kurang mengenal tempat kerja dan praktik kesehatan dan keselamatan organisasi
atau kurang berkomitmen pada praktik tersebut. Pekerja lain di rantai pasokan organisasi mungkin mengalami
standar kesehatan dan keselamatan kerja yang lebih rendah.
44 GRI 12: Sektor Batu Bara 2022

Pelaporan tentang kesehatan dan keselamatan kerja


Jika organisasi telah menentukan kesehatan dan keselamatan kerja sebagai topik material, subbagian ini
mencantumkan pengungkapan yang diidentifikasi sebagai relevan untuk pelaporan tentang topik tersebut oleh sektor
batu bara.

STANDAR PENGUNGKAPAN NO.


RUJUKAN
STANDAR
SEKTOR

Manajemen topik
GRI 3: Topik Pengungkapan 3-3 Manajemen topik material 12.14.1
Material 2021

Pengungkapan Standar Topik


GRI 403: Pengungkapan 403-1 Sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja 12.14.2
Kesehatan dan
Keselamatan Pengungkapan 403-2 Identifikasi bahaya, penilaian risiko, dan investigasi insiden 12.14.3
Kerja 2018 Pengungkapan 403-3 Layanan kesehatan kerja 12.14.4

Pengungkapan 403-4 Partisipasi, konsultasi, dan komunikasi pekerja tentang 12.14.5


kesehatan dan keselamatan kerja

Pengungkapan 403-5 Pelatihan bagi pekerja mengenai kesehatan dan 12.14.6


keselamatan kerja

Pengungkapan 403-6 Peningkatan kualitas kesehatan pekerja 12.14.7

Pengungkapan 403-7 Pencegahan dan mitigasi dampak dari kesehatan dan 12.14.8
keselamatan kerja yang secara langsung terkait hubungan bisnis

Pengungkapan 403-8 Pekerja yang tercakup dalam sistem manajemen 12.14.9


kesehatan dan keselamatan kerja

Pengungkapan 403-9 Kecelakaan kerja 12.14.10

Pengungkapan 403-10 Penyakit akibat kerja 12.14.11

Rujukan dan sumber informasi


GRI 403: Kesehatan dan Keselamatan Kerja 2018 mencantumkan instrumen antarpemerintah resmi dan rujukan
tambahan yang berkaitan dengan pelaporan tentang topik ini.

Instrumen resmi tambahan dan rujukan yang digunakan dalam mengembangkan topik ini, serta sumber informasi
yang mungkin bermanfaat untuk pelaporan tentang kesehatan dan keselamatan kerja oleh sektor batu bara
dicantumkan dalam Daftar Pustaka.
45 GRI 12: Sektor Batu Bara 2022

Topik 12.15 Praktik ketenagakerjaan


Praktik ketenagakerjaan merupakan pendekatan organisasi terhadap penciptaan lapangan kerja, masa kerja,
dan kondisi kerja bagi para pekerja. Topik ini juga mencakup ketenagakerjaan dan kondisi kerja dalam rantai
pasokan organisasi.

Sektor batu bara menghasilkan peluang kerja di seluruh rantai nilainya. Ini dapat memiliki dampak sosial ekonomi
yang positif pada masyarakat, negara, dan wilayah. Sektor ini dapat menawarkan peluang bergaji tinggi bagi
pekerja terampil, namun, praktik ketenagakerjaan juga terkait dengan dampak negatif. Contohnya meliputi kondisi
kerja dan perbedaan kondisi kerja bagi pekerja kontrak, konsultasi manajemen pekerja yang tidak efektif, dan
ketidakpastian kerja.

Banyak pekerjaan di sektor batu bara memiliki pola giliran kerja yang kompleks, yang melibatkan giliran kerja yang
lama dan giliran kerja malam, untuk memastikan keberlangsungan operasi sepanjang waktu. Hal ini dapat
menyebabkan tingkat kelelahan yang tinggi dan meningkatkan risiko terhadap kesehatan dan keselamatan (lihat
juga topik 12.14 Kesehatan dan keselamatan kerja). Organisasi di sektor batu bara dapat juga menggunakan
pengaturan kerja antar jemput, di mana pekerja diterbangkan ke lokasi operasional untuk beberapa minggu pada
suatu waktu dan sering diperlukan untuk bekerja dalam giliran kerja lebih lama. Jadwal dan giliran kerja yang tidak
teratur dan waktu yang dihabiskan jauh dari keluarga dapat semakin memengaruhi kesehatan fisik, psikologis,
dan/atau sosial pekerja.

Berbagai aktivitas di sektor batu bara dialihdayakan ke pemasok. Hal ini lazim terjadi selama periode sibuk, seperti
pekerjaan kontruksi atau pemeliharaan, atau untuk aktivitas tertentu, seperti katering, pengeboran, keamanan, dan
transportasi. Aktivitas pengailihdayaan dan penggunaan pekerja yang dipekerjakan oleh pemasok dapat
memungkinkan organisasi di sektor batu bara mengurangi biaya pekerja dan menghindari perjanjian kolektif yang
diterapkan untuk karyawan (lihat juga topik 12.18 Kebebasan berserikat dan perundingan kolektif).

Dibandingkan dengan karyawan, pekerja yang dipekerjakan oleh pemasok biasanya memiliki syarat pekerjaan yang
kurang menguntungkan, remunerasi lebih rendah, pelatihan lebih sedikit, tingkat kecelakaan lebih tinggi, dan
kepastian kerja lebih rendah. Seringkali mereka kekurangan perlindungan sosial dan akses ke mekanisme
pengaduan. Pekerja di luar tingkat pertama hubungan bisnis dalam rantai pasokan organisasi mungkin juga
mendapatkan standar rendah untuk kondisi kerja, yang membuat organisasi di sektor batu bara dapat terpapar
pelanggaran hak asasi manusia melalui hubungan bisnis mereka.

Ketentuan ketenagakerjaan dapat bervariasi antara pekerja lokal, pekerja migran, dan kontraktor. Remunerasi untuk
kelompok pekerja ini mungkin tidak sama, dan tunjangan, seperti bonus, tunjangan perumahan, dan program
asuransi pribadi, mungkin hanya ditawarkan kepada karyawan ekspatriat. Kurangnya keterampilan terkait,
pengetahuan, atau program pelatihan yang dapat diakses juga dapat membatasi komunitas lokal dalam mengakses
peluang kerja yang diciptakan oleh sektor batu bara (lihat juga topik 12.8 Dampak ekonomi).

Kepastian kerja juga menjadi persoalan dalam sektor batu bara. Penutupan tambang atau penurunan harga batu
bara dapat terjadi secara tiba-tiba, sehingga menyebabkan hilangnya pekerjaan dan meningkatnya tekanan pada
pekerja yang tersisa. Kepastian kerja yang rendah semakin dipersulit dengan automasi dan model bisnis yang
mengalami perubahan, seperti perubahan yang dipicu oleh transisi menuju ekonomi rendah karbon (lihat juga topik
12.2 Adaptasi, ketahanan, dan transisi iklim). Organisasi di sektor ini dapat mendukung pekerja dengan
merencanakan transisi yang tepat, termasuk menerapkan tindakan tepat waktu yang bertujuan untuk
mengembangkan keterampilan mereka dan meningkatkan kemampuan mereka dipekerjakan di sektor lain.
46 GRI 12: Sektor Batu Bara 2022

Pelaporan tentang praktik ketenagakerjaan


Jika organisasi telah menentukan praktik ketenagakerjaan sebagai topik material, subbagian ini mencantumkan
pengungkapan yang diidentifikasi sebagai relevan untuk pelaporan tentang topik tersebut oleh sektor batu bara.

STANDAR PENGUNGKAPAN NO.


RUJUKAN
STANDAR
SEKTOR

Manajemen topik
GRI 3: Topik Pengungkapan 3-3 Manajemen topik material 12.15.1
Material 2021

Pengungkapan Standar Topik


GRI 401: Pengungkapan 401-1 Perekrutan karyawan baru dan pergantian karyawan 12.15.2
Kepegawaian
2016 Pengungkapan 401-2 Tunjangan yang diberikan kepada karyawan purnawaktu 12.15.3
yang tidak diberikan kepada karyawan sementara atau paruh waktu

Pengungkapan 401-3 Cuti melahirkan 12.15.4

GRI 402: Pengungkapan 402-1 Periode pemberitahuan minimum terkait perubahan 12.15.5
Hubungan operasional
Tenaga
Kerja/Manajemen
2016

GRI 404: Pengungkapan 404-1 Rata-rata jam pelatihan per tahun per karyawan 12.15.6
Pelatihan dan
Pendidikan 2016 Pengungkapan 404-2 Program untuk meningkatkan keterampilan karyawan dan 12.15.7
program bantuan peralihan

GRI 414: Pengungkapan 414-1 Seleksi pemasok baru dengan menggunakan kriteria 12.15.8
Penilaian Sosial sosial
Pemasok 2016
Pengungkapan 414-2 Dampak sosial negatif dalam rantai pasokan dan tindakan 12.15.9
yang telah diambil

Rujukan dan sumber informasi


GRI 401: Kepegawaian 2016, GRI 402: Hubungan Tenaga Kerja/Manajemen 2016, GRI 404: Pelatihan dan
Pendidikan 2016, dan GRI 414: Penilaian Sosial Pemasok 2016 berisi instrumen antarpemerintah resmi dan rujukan
tambahan yang berkaitan dengan pelaporan tentang topik ini.

Instrumen resmi tambahan dan rujukan yang digunakan dalam mengembangkan topik ini, serta sumber informasi
yang mungkin bermanfaat untuk pelaporan tentang praktik ketenagakerjaan oleh sektor batu bara dicantumkan
dalam Daftar Pustaka.
47 GRI 12: Sektor Batu Bara 2022

Topic 12.16 Pekerja anak


Pekerja anak didefinisikan sebagai pekerjaan yang mencabut anak-anak dari masa kecil mereka, potensi
mereka dan martabat mereka, serta berbahaya bagi perkembangan mereka termasuk dengan cara mengganggu
pendidikan mereka. Ini merupakan pelanggaran hak asasi manusia dan dapat menyebabkan dampak negatif
seumur hidup. Penghapusan pekerja anak adalah prinsip dan hak dasar di tempat kerja.

Sekitar satu juta anak berusia antara lima hingga 17 tahun diperkirakan terlibat dalam kegiatan penambangan dan
penggalian skala pengrajin dan skala kecil, dan penggunaan pekerja anak di penambangan batu bara telah
didokumentasikan di beberapa negara [244] [249]. Risiko pekerja anak di sektor batu bara lebih tinggi bila pekerjaan
dilakukan secara informal atau di daerah terpencil.

Kegiatan penambangan batu bara berbahaya bagi anak-anak dalam berbagai hal. Anak-anak menghadapi berbagai
bahaya di tambang batu bara, seperti batu yang jatuh, ledakan, kebakaran, dan runtuhnya dinding tambang, yang
menyebabkan kecelakaan dan cedera serius (lihat juga topik 12.14 Kesehatan dan keselamatan kerja). Berbagai
dampak dapat ditimbulkan dari pekerjaan di daerah terpencil dengan akses terbatas ke sekolah dan layanan sosial.
Dengan tidak adanya dukungan keluarga atau masyarakat, kondisi tersebut juga dapat mendorong penyalahgunaan
alkohol, obat-obatan, dan prostitusi.

Organisasi batu bara berinteraksi dengan sejumlah besar pemasok, termasuk di negara-negara dengan penegakan
hak asasi manusia yang lemah. Organisasi batu bara mungkin terlibat dengan insiden pekerja anak karena
hubungan bisnis mereka dengan pemasok, misalnya, selama pembangunan lokasi operasional. Pekerja anak
memiliki prevalensi yang lebih tinggi di daerah yang terkena dampak konflik bersenjata (lihat juga topik 12.12 Konflik
dan keamanan).

Dampak sektor batu bara terhadap komunitas lokal dan praktik ketenagakerjaan organisasi dapat memengaruhi hak
dan kesejahteraan anak, misalnya, kondisi kerja orang tua, termasuk jam kerja yang tidak teratur, kerja bergiliran,
dan pengaturan antar-jemput (lihat juga topik 12.15 Praktik ketenagakerjaan).
48 GRI 12: Sektor Batu Bara 2022

Pelaporan tentang pekerja anak


Jika organisasi telah menentukan pekerja anak sebagai topik material, subbagian ini mencantumkan pengungkapan
yang diidentifikasi sebagai relevan untuk pelaporan tentang topik tersebut oleh sektor batu bara.

STANDAR PENGUNGKAPAN NO.


RUJUKAN
STANDAR
SEKTOR

Manajemen topik
GRI 3: Topik Pengungkapan 3-3 Manajemen topik material 12.16.1
Material 2021

Pengungkapan Standar Topik


GRI 408: Pekerja Pengungkapan 408-1 Operasi dan pemasok yang berisiko signifikan terhadap 12.16.2
anak 2016 insiden pekerja anak

GRI 414: Pengungkapan 414-1 Seleksi pemasok baru dengan menggunakan kriteria 12.16.3
Penilaian Sosial sosial
Pemasok 2016

Rujukan dan sumber informasi


GRI 408: Pekerja anak 2016 dan GRI 414: Penilaian Sosial Pemasok 2016 berisi instrumen antarpemerintah dan
rujukan tambahan resmi yang berkaitan dengan pelaporan tentang topik ini.

Instrumen resmi tambahan dan rujukan yang digunakan dalam mengembangkan topik ini, serta sumber informasi
yang mungkin bermanfaat untuk pelaporan tentang pekerja anak oleh sektor batu bara dicantumkan dalam Daftar
Pustaka.
49 GRI 12: Sektor Batu Bara 2022

Topik 12.17 Kerja paksa dan perbudakan modern


Kerja paksa didefinisikan sebagai semua pekerjaan atau layanan yang dituntut dari siapa pun yang berada di
bawah ancaman hukuman dan bahwa orang tersebut tidak menawarkan diri secara sukarela. Kebebasan dari
kerja paksa merupakan hak asasi manusia dan hak dasar di tempat kerja. Topik ini membahas pendekatan
organisasi untuk mengidentifikasi dan menangani kerja paksa dan perbudakan modern.

Batu bara adalah produk yang berisiko ditambang menggunakan kerja paksa stau perbudakan modern di beberapa
negara [252] [259]. Selain itu, organisasi batu bara mungkin terlibat dengan pelanggaran hak asasi manusia dan
eksploitasi lainnya melalui interaksi dengan pemasok, yang mungkin mencakup mereka yang beroperasi di negara-
negara dengan tingkat penegakan hak asasi manusia yang rendah. Organisasi batu bara mungkin juga terlibat
dalam insiden kerja paksa dan perbudakan modern sebagai akibat dari usaha bersama mereka dan hubungan
bisnis lain, termasuk hubungan dengan badan usaha milik negara di negara tempat pelanggaran hak asasi
manusia internasional akan dicatat. Pelaksanaan uji tuntas di dalam rantai pasokan yang besar dan kompleks yang
lazim di sektor ini mungkin juga mengalami kesulitan dalam mendeteksi dan menangani insiden kerja paksa dan
perbudakan modern.

Ada kasus pelanggaran hak asasi manusia yang terdokumentasi di seluruh rantai pasokan terkait aktivitas seperti
pengiriman batu bara dan konstruksi. Para pekerja migran dapat menghadapi risiko perbudakan modern yang lebih
tinggi ketika berhubungan dengan agensi pekerjaan pihak ketiga, seperti agensi yang menarik biaya terlalu tinggi
untuk visa dan tiket penerbangan atau menuntut biaya perekrutan dibayar oleh pekerja, bukan agensi.

Sebagai bagian dari usaha global, beberapa pemerintah telah menerbitkan undang-undang yang mewajibkan
pelaporan publik tentang penanganan praktik kerja paksa tradisional dan baru, termasuk perbudakan modern.
Undang-undang tersebut berlaku untuk banyak organisasi di sektor batu bara.
50 GRI 12: Sektor Batu Bara 2022

Pelaporan tentang kerja paksa dan perbudakan modern


Jika organisasi telah menentukan kerja paksa dan perbudakan modern sebagai topik material, subbagian ini
mencantumkan pengungkapan yang diidentifikasi sebagai relevan untuk pelaporan tentang topik tersebut oleh sektor
batu bara.

STANDAR PENGUNGKAPAN NO.


RUJUKAN
STANDAR
SEKTOR

Manajemen topik
GRI 3: Topik Pengungkapan 3-3 Manajemen topik material 12.17.1
Material 2021

Pengungkapan Standar Topik


GRI 409: Kerja Pengungkapan 409-1 Operasi dan pemasok yang berisiko signifikan terhadap 12.17.2
Paksa atau insiden kerja paksa atau wajib kerja
Wajib Kerja 2016

GRI 414: Pengungkapan 414-1 Seleksi pemasok baru dengan menggunakan kriteria 12.17.3
Penilaian Sosial sosial
Pemasok 2016

Rujukan dan sumber informasi


GRI 409: Kerja Paksa atau Wajib Kerja 2016 dan GRI 414: Penilaian Sosial Pemasok 2016 berisi instrumen
antarpemerintah dan rujukan tambahan resmi yang berkaitan dengan pelaporan tentang topik ini.

Instrumen resmi tambahan dan rujukan yang digunakan dalam mengembangkan topik ini, serta sumber informasi
yang mungkin bermanfaat untuk pelaporan tentang kerja paksa dan perbudakan modern oleh sektor batu bara
dicantumkan dalam Daftar Pustaka.
51 GRI 12: Sektor Batu Bara 2022

Topik 12.18 Kebebasan berserikat dan perundingan kolektif


Kebebasan berserikat dan perundingan kolektif merupakan hak asasi manusia dan hak dasar di tempat kerja.
Hak tersebut mencakup hak perusahaan dan pekerja untuk membentuk, bergabung, dan menjalankan organisasi
mereka tanpa otorisasi atau gangguan sebelumnya, dan untuk melakukan perundingan kolektif tentang syarat
dan ketentuan pekerjaan. Topik ini membahas pendekatan organisasi dan dampak yang berkaitan dengan
kebebasan berserikat dan perundingan kolektif.

Hak pekerja untuk berorganisasi dan mengambil tindakan kolektif sangat penting untuk mendukung dan
meningkatkan kondisi kerja di sektor batu bara, termasuk kondisi yang berkaitan dengan kesehatan dan
keselamatan kerja, upah, dan keamanan kerja. Hak-hak ini juga dapat menimbulkan debat publik tentang tata kelola
dan praktik di sektor ini, meningkatkan kolaborasi menuju transisi yang adil, serta membantu mengurangi
ketidaksetaraan sosial.

Banyak pekerjaan terkait dengan sektor batu bara biasanya diwakili oleh serikat pekerja dan dilindungi oleh
perjanjian perundingan kolektif. Namun, beberapa sumber daya batu bara berada di negara-negara yang membatasi
hak-hak ini. Pekerja di lokasi seperti itu menghadapi risiko ketika berusaha bergabung dengan serikat pekerja dan
terlibat dalam perundingan kolektif. Bahkan di negara-negara tempat serikat pekerja dianggap legal, mungkin ada
batasan-batasan yang menghalangi perwakilan pekerja, dan pekerja yang bergabung dengan serikat pekerja
mungkin menghadapi intimidasi atau perlakuan tidak adil.

Kasus gangguan pada kebebasan berserikat yang terdokumentasi dan perundingan kolektif di sektor ini termasuk
penahanan manajer dan karyawan lainnya, pelanggaran privasi, tidak mematuhi perjanjian kolektif, dan mencegah
akses serikat pekerja ke tempat kerja untuk membantu pekerja. Kasus yang didokumentasikan lainnya meliputi
penolakan untuk melakukan perundingan dengan itikad baik dengan serikat pekerja yang dipilih pekerja; ancaman,
pelecehan, penghilangan paksa, kekerasan, dan kematian; pemecatan anggota dan pimpinan serikat pekerja
secara tidak adil, serta pembatalan perjanjian perundingan kolektif secara sepihak.

Banyak digunakan di sektor batu bara, pekerja kontrak sering tidak diikutsertakan dalam ruang lingkup perjanjian
perundingan kolektif. Akibatnya, pekerja kontrak umumnya memiliki kondisi kerja yang kurang menguntungkan serta
remunerasi dan tunjangan yang lebih rendah dibandingkan dengan karyawan (lihat juga topik 12.15 Praktik
ketenagakerjaan).

Kotak 2. Kebebasan berserikat dan ruang masyarakat sipil

Kebebasan berserikat dan berkumpul secara damai merupakan hak asasi manusia. Hak ini memberikan
kebebasan bagi pekerja, melalui serikat pekerja, dan warga negara, melalui masyarakat sipil independen,
kebebasan untuk berbicara tentang kebijakan sektor batu bara serta praktik organisasi tanpa gangguan.

Batasan yang berlaku di ruang masyarakat sipil, lingkungan yang memungkinkan masyarakat sipil berkontribusi
pada keputusan yang memengaruhi kehidupan pribadi, dapat membatasi kemampuan warga negara untuk terlibat
dalam debat publik tentang kebijakan sektor ini dan praktik organisasi.
52 GRI 12: Sektor Batu Bara 2022

Pelaporan tentang kebebasan berserikat dan perundingan kolektif


Jika organisasi telah menentukan kebebasan berserikat dan perundingan kolektif sebagai topik material, subbagian
ini mencantumkan pengungkapan yang diidentifikasi sebagai relevan untuk pelaporan tentang topik tersebut oleh
sektor batu bara.

STANDAR PENGUNGKAPAN NO.


RUJUKAN
STANDAR
SEKTOR

Manajemen topik
GRI 3: Topik Pengungkapan 3-3 Manajemen topik material 12.18.1
Material 2021

Pengungkapan Standar Topik


GRI 407: Pengungkapan 407-1 Operasi dan pemasok di mana hak atas kebebasan 12.18.2
Kebebasan berserikat dan perundingan kolektif mungkin berisiko
Berserikat dan
Perundingan
Kolektif 2016

Rujukan dan sumber informasi


GRI 407: Kebebasan Berserikat dan Perundingan Kolektif 2016 mencantumkan instrumen antarpemerintah resmi
yang berkaitan dengan pelaporan tentang topik ini.

Instrumen resmi tambahan dan rujukan yang digunakan dalam mengembangkan topik ini, serta sumber informasi
yang mungkin bermanfaat untuk pelaporan tentang kebebasan berserikat dan perundingan kolektif oleh sektor batu
bara dicantumkan dalam Daftar Pustaka.
53 GRI 12: Sektor Batu Bara 2022

Topik 12.19 Nondiskriminasi dan peluang setara


Kebebasan dari diskriminasi merupakan hak asasi manusia dan hak dasar di tempat kerja. Diskriminasi dapat
memberikan beban yang tidak setara kepada individu atau menghindarkan peluang adil berdasarkan prestasi
individu. Topik ini membahas dampak dari diskriminasi dan praktik yang terkait dengan keanekaragaman, inklusi,
dan peluang setara.

Kondisi, lokasi, keterampilan yang diperlukan, dan jenis pekerjaan yang terkait dengan sektor batu bara dapat
menjadi penghalang, mengganggu keragaman karyawan dan menyebabkan diskriminasi. Praktik diskriminasi dapat
menghalangi akses ke pekerjaan dan pengembangan karier, serta menyebabkan ketidakadilan dalam perlakuan,
remunerasi, dan tunjangan.

Kasus diskriminasi yang didokumentasikan di sektor batu bara berkenaan dengan ras, warna kulit, seks, gender,
agama, perbedaan status kewarganegaraan, dan status pekerja. Misalnya, pencari kerja dari komunitas
lokal mungkin dikeluarkan dari proses perekrutan karena bias sistem perekrutan yang lebih mengutamakan
kelompok suku dominan atau menggunakan pekerja migran. Pekerja lokal mungkin menerima gaji yang jauh lebih
rendah untuk pekerjaan yang sama daripada pekerja ekspatriat. Penggunaan pekerja kontrak yang luas di sektor ini,
sering dengan ketentuan ketenagakerjaan yang berbeda-beda serta remunerasi dan tunjangan yang lebih rendah
dibandingkan dengan karyawan, juga dapat mendukung diskriminasi (lihat juga topik 12.15 Praktik ketenagakerjaan).

Sektor batu bara terkenal memiliki ketidakseimbangan gender yang signifikan. Di banyak negara, persentase
perempuan yang bekerja di sektor ini jauh lebih rendah dibandingkan persentase perempuan yang bekerja di
seluruh negara. Perempuan juga sangat kurang terwakili di posisi manajemen senior. Salah satu sebab
ketidakseimbangan ini mungkin bahwa lebih sedikit perempuan yang memiliki gelar yang sesuai untuk sektor ini,
seperti sains, teknologi, teknis, dan matematika. Penghalang lain bagi perempuan dan pengasuh anak utama
meliputi pengaturan kerja antar jemput, jam bekerja lama, dan pengaturan cuti melahirkan dan fasilitas penitipan
anak yang terbatas di lokasi penambangan. Adat, kepercayaan, dan bias sosial atau budaya juga dapat membatasi
akses perempuan ke pekerjaan di sektor ini atau menghalangi mereka memiliki peran tertentu. Selain itu, beberapa
negara yang kaya sumber daya memiliki undang-undang yang menghalangi perempuan bekerja di tempat kerja yang
berat atau berbahaya.

Sektor batu bara juga telah dikaitkan dengan kekerasan dalam rumah tangga dan berbasis gender, baik di lokasi
operasional maupun di dalam komunitas lokal yang berdekatan dengan operasi organisasi. Budaya yang
didominasi laki-laki, distribusi gender yang tidak seimbang, dan norma-norma bergender di dalam organisasi telah
diidentifikasi berkontribusi terhadap kemungkinan pelecehan seksual (lihat juga topik 12.14 Kesehatan dan
keselamatan kerja).

Memahami bagaimana kelompok tertentu dapat mengalami diskriminasi di berbagai lokasi tempat organisasi batu
bara beroperasi dapat membantu organisasi mengatasi praktik diskriminasi dengan efektif. Tindakan lain, seperti
penyediaan pelatihan khusus bagi pekerja dalam mencegah diskriminasi dapat membantu mengatasi dampak
terkait diskriminasi dan menciptakan tempat kerja yang saling menghormati.
54 GRI 12: Sektor Batu Bara 2022

Pelaporan tentang non-diskriminasi dan peluang setara


Jika organisasi telah menentukan non-diskriminasi dan peluang setara merupakan topik material, subbagian ini
mencantumkan pengungkapan yang diidentifikasi sebagai relevan untuk pelaporan tentang topik tersebut oleh sektor
batu bara.

STANDAR PENGUNGKAPAN NO.


RUJUKAN
STANDAR
SEKTOR.

Manajemen topik
GRI 3: Topik Pengungkapan 3-3 Manajemen topik material 12.19.1
Material 2021

Pengungkapan Standar Topik


GRI 202: Pengungkapan 202-1 Rasio standar upah karyawan entry-level berdasarkan 12.19.2
Keberadaan jenis kelamin terhadap upah minimum regional
Pasar 2016
Pengungkapan 202-2 Proporsi manajemen senior yang berasal dari masyarakat 12.19.3
setempat

GRI 401: Pengungkapan 401-3 Cuti melahirkan 12.19.4


Kepegawaian
2016

GRI 404: Pengungkapan 404-1 Rata-rata jam pelatihan per tahun per karyawan 12.19.5
Pelatihan dan
Pendidikan 2016

GRI 405: Pengungkapan 405-1 Keanekaragaman badan tata kelola dan karyawan 12.19.6
Keanekaragaman
dan Peluang Pengungkapan 405-2 Rasio gaji pokok dan remunerasi perempuan 12.19.7
Setara 2016 dibandingkan laki-laki

GRI 406: Pengungkapan 406-1 Insiden diskriminasi dan tindakan perbaikan yang 12.19.8
Nondiskriminasi dilakukan
2016

Rujukan dan sumber informasi


GRI 202: Keberadaan Pasar 2016, GRI 401: Kepegawaian 2016, GRI 404: Pelatihan dan Pendidikan 2016, GRI 405:
Keanekaragaman dan Peluang Setara 2016, dan GRI 406: Nondiskriminasi 2016 berisi instrumen antarpemerintah
resmi yang berkaitan dengan pelaporan tentang topik ini.

Rujukan tambahan yang digunakan dalam mengembangkan topik ini, serta sumber informasi yang mungkin
bermanfaat untuk pelaporan tentang nondiskriminasi dan peluang setara oleh sektor batu bara dicantumkan dalam
Daftar Pustaka.
55 GRI 12: Sektor Batu Bara 2022

Topik 12.20 Antikorupsi


Antikorupsi merupakan cara organisasi mengelola potensi terlibatnya perilaku korupsi. Korupsi merupakan
praktik seperti suap, pembayaran uang pelicin, penipuan, pemerasan, kolusi, pencucian uang, atau penawaran
atau penerimaan bujukan untuk melakukan sesuatu yang tidak jujur atau melanggar hukum. Topik ini membahas
dampak terkait dengan korupsi dan pendekatan organisasi terkait kontrak dan transparansi kepemilikan.

Korupsi di sektor batu bara dapat terjadi di seluruh rantai nilai dan berhubungan dengan berbagai dampak negatif,
seperti misalokasi pendapatan sumber daya, kerusakan pada lingkungan, penyalahgunaan demokrasi dan hak
asasi manusia, serta ketidakstabilan politik. Selain itu, korupsi dapat menyebabkan pengalihan pendapatan sumber
daya ke penerima manfaat swasta, yang merugikan investasi, misalnya, dalam infrastruktur atau layanan. Hal ini
sangat penting di negara-negara dengan tingkat kemiskinan tinggi, di mana korupsi bisa meningkatkan
ketidaksetaraan dan konflik atas sumber daya batu bara. Kemungkinan korupsi bisa lebih tinggi di daerah konflik, di
mana peningkatan tekanan pada pasokan sumber daya dan ketidakstabilan dapat dieksploitasi. Korupsi selanjutnya
dapat mendorong konflik dan menyebabkan ketidakstabilan (lihat juga topik 12.12 Konflik dan keamanan).

Karakteristik sektor batu bara yang berkontribusi pada potensi korupsi di antaranya adalah interaksi yang sering
antara organisasi sektor batu bara dan orang-orang yang terikat politik,15 seperti pejabat pemerintah untuk
mendapatkan izin dan persetujuan sesuai hukum lainnya. Karakteristik sektor terkait lainnya meliputi transaksi
keuangan yang kompleks dan jangkauan internasional sektor ini.

Badan usaha milik negara (BUMN) menghadapi tantangan tertentu terkait dengan korupsi karena mereka mungkin
memiliki kontrol internal yang kurang efektif dan mungkin mendapatkan pengawasan independen yang berat
sebelah. Selain mendorong keuntungan, BUMN juga dapat mengejar tujuan yang lebih luas seperti pembangunan
masyarakat. Sekalipun demikian, tanpa pengawasan yang memadai, tindakan untuk pembangunan masyarakat
dapat disalahgunakan untuk tujuan korupsi. Organisasi di sektor batu bara yang menjalin kerja sama dengan BUMN
dalam usaha bersama dapat menghadapi risiko tambahan terkait dengan korupsi sebagai akibat dari hubungan
bisnis ini.

Korupsi dapat terjadi selama proses penawaran untuk izin eksplorasi dan produksi, misalnya, dengan tujuan
mendapatkan informasi rahasia, memengaruhi pengambilan keputusan, atau menghindari persyaratan konten lokal
atau lingkungan. Hal ini mengakibatkan izin diberikan kepada organisasi yang kurang memenuhi syarat,
membahayakan investasi publik, atau memberikan dampak negatif terhadap lingkungan dan komunitas lokal.
Prosedur pemberian izin yang tidak jelas juga dapat menghalangi pengawasan publik pada investasi serta transaksi
yang dapat menyebabkan berkurangnya pendapatan publik.

Praktik korupsi juga dapat ditargetkan untuk menghalangi atau mengarahkan kebijakan dan regulasi atau untuk
memengaruhi penegakan kebijakan dan regulasi tersebut. Hal ini meliputi regulasi hak atas tanah dan sumber daya,
pajak, dan retribusi pemerintah lainnya, atau perlindungan lingkungan.

Kurangnya transparansi dalam prosedur pengadaan di sektor batu bara juga dapat mendatangkan risiko korupsi
dan penipuan. Contoh hal ini dapat meliputi pembayaran suap untuk agar dibebaskan dari regulasi atau persyaratan
kualitas, menerima suap komisi untuk mendapatkan kontrak dengan harga lebih rendah, mendapatkan keuntungan
dari harga lebih rendah yang dibebankan oleh entitas yang ditetapkan sebagai organisasi garda depan, dan
mendukung perusahaan yang terhubung dengan pejabat setempat.

Untuk memerangi korupsi dan mencegah dampak negatif yang berasal darinya, organisasi di sektor batu bara
diharapkan oleh pasar, norma internasional, dan pemangku kepentingan untuk menunjukkan kepatuhan mereka
terhadap integritas, tata kelola, dan praktik bisnis yang bertanggung jawab.

15 -Orang yang populer secara politis dedifinisikan oleh Gugus Tugas Tindakan Keuangan (FATF) sebagai “individu yang diberi kepercayaan dengan
fungsi publik yang menonjol” [269].
56 GRI 12: Sektor Batu Bara 2022

Kotak 3. Transparansi tentang kontrak dan struktur kepemilikan

Publikasi kontrak pemerintah merupakan praktik yang sedang berkembang. Publikasi ini didukung oleh
organisasi-organisasi seperti Perserikatan Bangsa-Bangsa (UN), Dana Moneter Internasional (IMF), Korporasi
Keuangan Internasional (IFC), Asosiasi Advokat Internasional (IBA), dan Organisasi untuk Kerja Sama dan
Pembangunan Ekonomi (OECD).

Kontrak yang mengatur ekstraksi sumber daya batu bara biasanya dirancang oleh organisasi di sektor ini dan
pemerintah atas nama warga negara atau komunitas lokal tanpa pengawasan publik. Ketentuan yang adil untuk
berbagi risiko dan manfaat yang menguntungkan, termasuk yang berkaitan dengan transisi yang tepat, sangatlah
relevan karena pandangan jangka panjang dan dampak proyek yang luas. Transparansi kontrak membantu
masyarakat setempat menuntut tanggung jawab dari pemerintah dan organisasi tentang ketentuan dan kewajiban
mereka yang dirundingkan. Hal ini juga mengurangi ketidakselarasan informasi antara pemerintah dan organisasi
batu bara serta membantu memberikan kesempatan setara dalam perundingan.

Kurangnya transparansi tentang struktur kepemilikan dapat mempersulit untuk menentukan siapa yang
mendapatkan manfaat dari transaksi keuangan. Transparansi kepemilikan manfaat telah diidentifikasi sebagai
peluang signifikan untuk mencegah konflik kepentingan, korupsi, serta penghindaran dan pengelakan pajak.

Lihat rujukan [268] dan [276] dalam Daftar Pustaka.


57 GRI 12: Sektor Batu Bara 2022

Pelaporan tentang antikorupsi


Jika organisasi telah menentukan antikorupsi sebagai topik material, subbagian ini mencantumkan pengungkapan
yang diidentifikasi sebagai relevan untuk pelaporan tentang topik tersebut oleh sektor batu bara.

STANDAR PENGUNGKAPAN NO.


RUJUKAN
STANDAR
SEKTOR

Manajemen topik
GRI 3: Topik Pengungkapan 3-3 Manajemen topik material 12.20.1
Material 2021
Rekomendasi sektor tambahan
• Menjelaskan cara potensi dampak korupsi atau risiko korupsi dikelola di
praktik pengadaan dan di seluruh rantai pasokan organisasi.

Pengungkapan Standar Topik


GRI 205: Anti- Pengungkapan 205-1 Operasi-operasi yang dinilai memiliki risiko terkait korupsi 12.20.2
korupsi 2016
Pengungkapan 205-2 Komunikasi dan pelatihan tentang kebijakan dan prosedur 12.20.3
antikorupsi

Pengungkapan 205-3 Insiden korupsi yang terbukti dan tindakan yang diambil 12.20.4

Pengungkapan sektor tambahan


• Menjelaskan pendekatan terhadap transparansi kontrak, termasuk: 12.20.5
- apakah kontrak dan izin disediakan secara publik dan, jika demikian, di mana kontrak dan izin
tersebut dipublikasikan;
- jika kontrak atau izin tidak tersedia secara publik, alasan atas hal ini dan tindakan yang
dilakukan untuk menjadikannya tersedia secara publik di masa depan.16

Mencantumkan pihak yang berhak atas manfaat organisasi dan menjelaskan bagaimana organisasi 12.20.6
mengidentifikasi pihak yang berhak atas manfaat mitra bisnis, termasuk usaha bersama dan
pemasok.17

Rujukan dan sumber informasi


GRI 205: Antikorupsi 2016 berisi instrumen antarpemerintah resmi dan rujukan tambahan yang berkaitan dengan
pelaporan tentang topik ini.

Instrumen resmi tambahan dan rujukan yang digunakan dalam mengembangkan topik ini, serta sumber informasi
yang mungkin bermanfaat untuk pelaporan tentang antikorupsi oleh sektor batu bara dicantumkan dalam Daftar
Pustaka.

16 Pengungkapan sektor tambahan ini berdasarkan pada Persyaratan 2.4. Kontrak dalam Standar EITI 2019. Definisi kontrak dan izin dapat ditemukan di
Standar EITI 2019 [278].
17 Pengungkapan sektor tambahan ini berdasarkan pada Persyaratan 2.5. Kepemilikan manfaat c., d., dan f. dalam Standar EITI 2019 [278].
58 GRI 12: Sektor Batu Bara 2022

Topik 12.21 Pembayaran kepada pemerintah


Kurangnya transparansi tentang pembayaran kepada pemerintah dapat berkontribusi pada manajemen dana
publik yang tidak efisien, aliran keuangan gelap, dan korupsi. Topik ini membahas dampak dari praktik organisasi
terkait pembayaran kepada pemerintah dan pendekatan organisasi terhadap transparansi pembayaran tersebut.

Organisasi di sektor batu bara berurusan dengan transaksi keuangan kompleks yang sangat banyak dan melakukan
berbagai pembayaran kepada pemerintah. Ini termasuk pendapatan dari perdagangan komoditas, biaya eksplorasi
dan izin produksi, pajak dan royalti, tanda tangan, penemuan, dan bonus produksi.

Transparansi pembayaran kepada pemerintah dapat membantu menunjukkan pentingnya sektor batu bara secara
ekonomi untuk negara, memungkinkan debat publik, dan memberikan masukan dalam pengambilan keputusan
pemerintah. Transparansi juga dapat memberikan wawasan ke dalam ketentuan kontrak, meningkatkan
akuntabilitas pemerintah, dan memperkuat pengumpulan dan manajemen pendapatan. Transparansi pembayaran
ini yang tidak memadai, di lain pihak, dapat menghalangi terdeteksinya misalokasi pendapatan dan korupsi (lihat
juga topik 12.20 Antikorupsi).

Pajak, royalti, dan pembayaran lain dari organisasi di sektor batu bara merupakan sumber penting investasi dan
pendapatan untuk komunitas lokal, negara, dan kawasan (lihat juga topik 12.8 Dampak ekonomi). Namun, praktik
pajak yang agresif atau ketidakpatuhan terhadap pajak dapat menyebabkan berkurangnya pendapatan pajak di
negara tempat beroperasinya organisasi batu bara. Hal ini sangat merusak untuk negara berkembang yang mungkin
kekurangan atau memiliki kebutuhan tinggi untuk pendapatan publik.

Sektor ini menerima subsidi substansial dari pemerintah di banyak negara, meskipun ada komitmen untuk
menghentikan dukungan keuangan pada tahun 2018.18 Subsidi yang berlebihan untuk sektor ini dapat
mengakibatkan harga komoditas yang tidak mencerminkan total biaya lingkungan atau sosial batu bara, dan
menghambat transisi ke ekonomi rendah karbon (lihat juga topik 12.2 Adaptasi, ketahanan, dan transisi iklim).

Ketika mengungkapkan informasi tentang pembayaran kepada pemerintah, organisasi di sektor batu bara sering
melaporkan keseluruhan pembayaran di tingkat organisasi. Akan tetapi, hal ini dapat memberikan wawasan terbatas
tentang pembayaran yang dilakukan di setiap negara atau terkait dengan suatu proyek. Melaporkan pembayaran di
tingkat negara dan di tingkat proyek memungkinkan dilakukannya perbandingan pembayaran yang dilakukan kepada
mereka yang ditetapkan dalam ketentuan fiskal, hukum, dan kontrak, serta untuk menilai kontribusi finansial aktivitas
batu bara kepada negara dan masyarakat tempat beroperasinya organisasi. Ini juga dapat membuat pemerintah
bisa menangani penghindaran atau pengelakan pajak, mengoreksi kesenjangan informasi, dan memberikan
kesempatan setara kepada pemerintah saat melakukan perundingan kontrak.

Kotak 4. Badan Usaha Milik Negara

Badan usaha milik negara (BUMN) merupakan, berdasarkan Inisiatif Transparansi Industri Ekstraktif (EITI),
perusahaan yang sepenuhnya atau sebagian besar dimiliki negara yang terlibat dalam aktivitas ekstraksi atas
nama pemerintah [283]. BUMN sering memiliki status khusus, yang dapat melibatkan kelebihan keuangan dan
perlakuan prioritas.

Di beberapa negara penghasil batu bara utama, organisasi batu bara terbesar adalah badan usaha milik negara.
Sebagai pelanggan langsung, BUMN juga sangat relevan bagi sektor tersebut. Dari seluruh pembangkit listrik
yang membakar batu bara, 40% milik BUMN, dan angka tersebut naik menjadi 56% jika mencakup usaha
patungan.

18 Di Uni Eropa, subsidi untuk produsen batu bara bertambah hingga €9,7 miliar pada tahun 2012 [281] dan tetap pada tingkat yang sama di tahun-tahun
berikutnya [287].
59 GRI 12: Sektor Batu Bara 2022

Pelaporan tentang pembayaran kepada pemerintah


Jika organisasi telah menentukan pembayaran kepada pemerintah sebagai topik material, subbagian ini
mencantumkan pengungkapan yang diidentifikasi sebagai relevan untuk pelaporan tentang topik tersebut oleh sektor
batu bara.

STANDAR PENGUNGKAPAN NO.


RUJUKAN
STANDAR
SEKTOR

Manajemen topik
GRI 3: Topik Pengungkapan 3-3 Manajemen topik material 12.21.1
Material 2021

Pengungkapan Standar Topik


GRI 201: Kinerja Pengungkapan 201-1 Nilai ekonomi langsung yang dihasilkan dan 12.21.2
Ekonomi 2016 didistribusikan

Pengungkapan 201-4 Bantuan keuangan yang diterima dari pemerintah 12.21.3

Rekomendasi sektor tambahan


Untuk badan usaha milik negara (BUMN):
• Melaporkan hubungan keuangan antara pemerintah dan BUMN.19

GRI 207: Pajak Pengungkapan 207-1 Pendekatan terhadap pajak 12.21.4


2019
Pengungkapan 207-2 Tata kelola, pengendalian, dan manajemen risiko pajak 12.21.5

Pengungkapan 207-3 Keterlibatan pemangku kepentingan dan pengelolaan 12.21.6


kekhawatiran terkait pajak

Pengungkapan 207-4 Laporan per negara 12.21.7

Rekomendasi sektor tambahan


• Melaporkan rincian pembayaran kepada pemerintah yang dipungut pada
tingkat proyek, berdasarkan proyek dan aliran pendapatan berikut ini, jika
berlaku:
• - Hak produksi pemerintah setempat;
- Produksi perusahaan nasional milik negara;
- Royalti;
- Dividen;
- Bonus (misalnya, bonus tanda tangan, penemuan, dan produksi);
- Biaya izin, biaya sewa, biasa masuk; dan pertimbangan lain untuk izin atau
konsesi;
- Setiap pembayaran penting dan manfaat material lainnya.20
• Melaporkan nilai setiap ambang batas21 yang telah diterapkan dan setiap
informasi kontekstual lain yang diperlukan untuk memahami bagaimana
penyusunan pembayaran kepada pemerintah tingkat proyek yang dilaporkan.

Pengungkapan sektor tambahan


Untuk batu bara yang dibeli dari negara, atau pihak ketiga yang ditunjuk oleh negara untuk menjual 12.21.8
atas nama mereka, laporkan:
• volume dan jenis batu bara yang dibeli;
• nama lengkap entitas pembeli dan penerima pembayaran;
• pembayaran yang dilakukan untuk pembelian.22
60 GRI 12: Sektor Batu Bara 2022

Rujukan dan sumber informasi


GRI 201: Kinerja Ekonomi 2016 dan GRI 207: Pajak 2019 berisi instrumen antarpemerintah dan rujukan tambahan
resmi yang berkaitan dengan pelaporan tentang topik ini.

Instrumen resmi tambahan dan rujukan yang digunakan dalam mengembangkan topik ini, serta sumber informasi
yang mungkin bermanfaat untuk pelaporan tentang pembayaran kepada pemerintah oleh sektor batu bara
dicantumkan dalam Daftar Pustaka.

19 Rekomendasi sektor tambahan ini berdasarkan pada Persyaratan 2.6 Partisipasi negara dalam Standar EITI 2019 [289].
20 Rekomendasi sektor tambahan ini berdasarkan pada Persyaratan 4.1 Pengungkapan komprehensif pajak dan pendapatan serta Persyaratan 4.7.
Tingkat disagregasi dalam Standar EITI 2019. Definisi untuk proyek dapat ditemukan di Standar EITI 2019 [289].
21 Standar EITI 2019 menyebutkan bahwa di negara yang menerapkan EITI, kelompok multipemangku kepentingan untuk negara tersebut menyetujui
pembayaran dan pendapatan mana yang bersifat material, termasuk ambang batas yang tepat [289]. Organisasi dapat menggunakan ambang batas
terkait yang ditetapkan oleh kelompok multipemangku kepentingan EITI. Jika tidak ada ambang batas terkait yang ditetapkan, organisasi dapat
menggunakan ambang batas yang setara dengan yang ditetapkan untuk Uni Eropa, yang menyebutkan bahwa 'Pembayaran, entah pembayaran
tunggal atau rangkaian pembayaran terkait, di bawah 100.000 Euro dalam periode pelaporan dapat diabaikan’ [279].
22 Pengungkapan sektor tambahan ini berdasarkan pada Persyaratan 4.2 Penjualan saham produksi negara atau pendapatan lain yang dikumpulkan
sejenis dalam Standar EITI 2019 [289] dan EITI Reporting Guidelines for companies buying oil, gas and minerals from governments [288].
61 GRI 12: Sektor Batu Bara 2022

Topik 12.22 Kebijakan publik


Organisasi dapat berpartisipasi dalam pengembangan kebijakan publik, secara langsung atau melalui organisasi
perantara, dengan melalui lobi atau memberikan kontribusi keuangan atau natura kepada partai-partai politik,
politisi, atau alasan-alasan politik. Meskipun organisasi dapat mendorong pengembangan kebijakan publik yang
mendatangkan manfaat kepada masyarakat, partisipasinya juga dapat berkaitan dengan korupsi, suap, pengaruh
yang tidak semestinya, atau perwakilan kepentingan organisasi yang tidak seimbang. Topik ini membahas
pendekatan organisasi untuk dukungan kebijakan publik, dan dampak yang dapat dihasilkan dari pengaruh yang
diberikan oleh organisasi.

Di wilayah tempat batu bara menghasilkan pendapatan besar untuk pemerintah, organisasi di sektor ini mungkin
mendapatkan akses lebih baik ke (dan perwakilan dalam pertemuan dengan) perwakilan pemerintah, yang dapat
menyebabkan pada peningkatan pengaruh atas keputusan kebijakan publik.

Pelobian oleh sektor batu bara dapat menghambat pembangunan berkelanjutan, misalnya, dengan menyelaraskan
kebijakan, regulasi, dan subsidi dengan transisi ke ekonomi rendah karbon. Sektor batu bara telah mendukung
perlawanan terhadap kebijakan iklim yang ambisius, melalui masing-masing organisasi di sektor ini dan badan
industri. Aktivitas ini seringkali ditargetkan untuk menentang penetapan harga karbon yang berarti, anggaran karbon,
atau tindakan lain untuk mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK) yang dapat membuat aset dan sumber daya batu
bara terlantar. Upaya ini terkadang bertentangan dengan strategi perusahaan yang diungkapkan ke publik dan posisi
yang mendukung kebijakan untuk mengatasi perubahan iklim (lihat juga topik 12.2 Adaptasi, ketahanan, dan transisi
iklim). Sektor batu bara juga telah melobi untuk mendapatkan subsidi pemerintah, berkontribusi pada peningkatan
ketergantungan pada bahan bakar fosil dan menghambat investasi dalam energi terbarukan dan efisiensi energi.

Sementara aktivitas melobi mungkin bertujuan untuk melindungi pekerjaan yang ada dan mata pencaharian
masyarakat yang tinggal di sekitar area penambangan batu bara, kegiatan advokasi dan lobi oleh sektor batu bara
juga berkontribusi dalam menghambat kebijakan lingkungan; memblokir atau mengubah undang-undang tentang
penilaian lingkungan dan sosial proyek, atau partisipasi yang adil dari semua pemangku kepentingan; membatalkan
pembatasan pada pengembangan sumber daya; dan menurunkan standar tenaga kerja, pajak perusahaan, dan
royalti sumber daya.
62 GRI 12: Sektor Batu Bara 2022

Pelaporan tentang kebijakan publik


Jika organisasi telah menentukan bahwa kebijakan publik sebagai topik material, subbagian ini mencantumkan
pengungkapan yang diidentifikasi sebagai relevan untuk pelaporan tentang topik tersebut oleh sektor batu bara.

STANDAR PENGUNGKAPAN NO.


RUJUKAN
STANDAR
SEKTOR

Manajemen topik
GRI 3: Topik Pengungkapan 3-3 Manajemen topik material 12.22.1
Material 2021
Rekomendasi sektor tambahan
• Menjelaskan sikap organisasi terhadap masalah penting yang menjadi fokus
partisipasi mereka dalam pengembangan dan pelobian kebijakan publik; dan
setiap perbedaan antara posisi ini serta kebijakan dan tujuan yang dinyatakan
organisasi, atau posisi publik lainnya.
• Melaporkan apakah organisasi itu merupakan anggota, atau berkontribusi
pada, asosiasi perwakilan atau komite apa pun yang berpartisipasi dalam
pengembangan dan pelobian kebijakan publik, termasuk:
- sifat kontribusi tersebut;
- semua perbedaan antara kebijakan dan sasaran organisasi, atau posisi
publik lain mengenai isu-isu penting menyangkut perubahan iklim yang sudah
dinyatakan oleh organisasi, dan posisi asosiasi atau komite-komite
perwakilan.23

Pengungkapan Standar Topik


GRI 415: Pengungkapan 415-1 Kontribusi politik 12.22.2
Kebijakan Publik
2016

Rujukan dan sumber informasi


GRI 415: Kebijakan Publik 2016 berisi instrumen antarpemerintah resmi yang berkaitan dengan pelaporan tentang
topik ini.

Rujukan tambahan yang digunakan dalam mengembangkan topik ini, serta sumber informasi yang mungkin
bermanfaat untuk pelaporan tentang kebijakan publik oleh sektor batu bara dicantumkan dalam Daftar Pustaka.

23 Rekomendasi sektor tambahan ini berdasarkan pada rekomendasi pelaporan 1.2.1 dan 1.2.2 dalam GRI 415: Kebijakan Publik 2016.
63 GRI 12: Sektor Batu Bara 2022

Daftar Istilah
Daftar Istilah ini memberikan definisi untuk istilah yang digunakan dalam Standar ini. Organisasi diwajibkan untuk
menerapkan definisi-definisi ini saat menggunakan Standar GRI.

Definisi-definisi yang dicakup di dalam daftar istilah ini mengandung istilah-istilah yang diperjelas lebih lanjut dalam
Daftar Istilah Standar GRI lengkap. Semua istilah yang didefinisikan ditulis dengan garis bawah. Jika ada istilah yang
tidak didefinisikan dalam Daftar Istilah ini atau dalam Daftar Istilah Standar GRI yang lengkap, maka berlaku definisi
yang secara umum digunakan dan dimengerti.

air laut
A air di laut atau di samudera

Sumber: Organisasi Internasional untuk Standarisasi. ISO 14046:2014. Pengelolaan


lingkungan — Jejak air — Prinsip, persyaratan, dan panduan. Geneva: ISO, 2014;
diubah

air pihak ketiga


pemasok air kota dan instalasi pengolahan air limbah kota, utilitas umum atau swasta, dan
organisasi lainnya yang terlibat dalam penyediaan, pengangkutan, pengolahan, pembuangan,
atau penggunaan air dan efluen

air tanah
air yang tertahan, dan yang bisa diambil, dari formasi bawah tanah

Sumber: Organisasi Internasional untuk Standarisasi. ISO 14046:2014. Pengelolaan


lingkungan — Jejak air — Prinsip, persyaratan, dan panduan. Geneva: ISO, 2014;
diubah

air tawar
air dengan konsentrasi total padatan terlarut sama dengan atau di bawah 1.000 mg/L

Sumber: Pengelolaan lingkungan — Jejak air — Prinsip, persyaratan, dan panduan Geneva:
ISO, 2014; diubah
Survei Geologis Amerika Serikat (USGS), Daftar Istilah Ilmu Air,
water.usgs.gov/edu/dictionary.html, diakses tanggal 1 Juni 2018; diubah
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Panduan untuk Kualitas Air Minum, 2017;
diubah

anak
orang yang berusia di bawah 15 tahun, atau di bawah usia selesai wajib belajar, tergantung
mana yang lebih tinggi

Catatan 1: Pengecualian dapat dilakukan di negara-negara tertentu dengan fasilitas


pendidikan dan perekonomian yang tidak berkembang secara mencukupi dan usia
minimal 14 tahun diberlakukan. Negara-negara yang dikecualikan ini disebutkan
oleh Organisasi Buruh Internasional (ILO) dalam tanggapan terhadap penerapan
khusus oleh negara-negara bersangkutan dan dengan berkonsultasi dengan
organisasi perwakilan pemberi kerja dan pekerja.

Catatan 2: Konvensi Usia Minimum ILO, 1973, (No.138), mengacu pada buruh anak dan
pekerja muda.

badan tata kelola


B kelompok individu resmi yang bertanggung jawab atas panduan strategis organisasi,
pemantauan manajemen yang efektif, dan akuntabilitas manajemen terhadap organisasi yang
lebih luas dan pemangku kepentingannya

badan tata kelola tertinggi


badan tata kelola dengan otoritas tertinggi dalam organisasi
64 GRI 12: Sektor Batu Bara 2022

Catatan: Di beberapa yurisdiksi, sistem tata kelola terdiri dari dua tingkat, di mana
pengawasan dan pengelolaan dipisahkan atau ketika hukum lokal menyediakan
dewan pengawas yang diambil dari noneksekutif untuk memantau dewan
pengelolaan eksekutif. Dalam kasus seperti itu, kedua tingkatan tersebut termasuk
dalam definisi badan tata kelola tertinggi.

bahaya terkait pekerjaan


sumber atau situasi yang berpotensi menyebabkan cedera atau sakit

Sumber: Organisasi Buruh Internasional (ILO), Pedoman Sistem Manajemen Keselamatan


dan Kesehatan Kerja, 2001; diubah
Organisasi Internasional untuk Standarisasi. ISO 45001:2018. Sistem manajemen
kesehatan dan keselamatan kerja — Persyaratan dengan panduan penggunaan.
Geneva: ISO, 2018; diubah
Definisi-definisi yang didasarkan pada atau berasal dari standar ISO 14046:2014 dan ISO
45001:2018 direproduksi dengan izin dari Organisasi Internasional untuk Standardisasi, ISO.
Hak cipta tetap dipegang oleh ISO.

Catatan: Bahaya dapat:


• bersifat fisik (misal, radiasi, suhu yang ekstrem, suara bising terus-menerus,
tumpahan di lantai atau bahaya tersandung, mesin yang tidak dijaga, peralatan
listrik yang rusak);
• ergonomis (misal, meja/area kerja dan kursi dalam posisi tidak benar, gerakan
yang canggung, vibrasi);
• zat kimia (misal, paparan terhadap bahan pelarut, karbon monoksida, bahan-
bahan yang mudah terbakar, atau pestisida);
• biologis (misal, paparan terhadap darah dan cairan tubuh, jamur, bakteri, virus,
atau gigitan serangga);
• psikososial (misal, kekerasan verbal, pelecehan, perundungan);
• berkaitan dengan pengorganisasian kerja (misal, tuntutan beban kerja yang
berlebihan, giliran kerja, kerja dalam waktu yang lama, kerja pada malam hari,
kekerasan di tempat kerja).

cakupan emisi GRK


C klasifikasi batasan operasional di tempat emisi gas rumah kaca ( GRK) terjadi

Catatan 1: Cakupan mengklasifikasi apakah emisi GRK dibuat oleh organisasi itu sendiri,
atau dibuat oleh organisasi lain yang terkait, sebagai contoh pemasok listrik atau
perusahaan logistik.

Catatan 2: Terdapat tiga klasifikasi Cakupan: Cakupan 1, Cakupan 2 dan Cakupan 3.

Catatan 3: Klasifikasi Cakupan berasal dari Institut Sumber Daya Dunia (WRI) dan Dewan
Bisnis Dunia untuk Pembangunan Berkelanjutan (WBCSD), Standar Pelaporan
dan Akuntansi Korporat Protokol GRK, Edisi Revisi, 2004.

cedera atau sakit terkait pekerjaan


dampak-dampak negatif pada kesehatan yang timbul dari paparan terhadap terkait pekerjaan di
tempat kerja

Sumber: International Labour Organization (ILO), Guidelines on Occupational Safety and


Health Management Systems, ILO-OSH 2001, 2001; diubah

Catatan 1: ‘Gangguan kesehatan’ menunjukkan masalah pada kesehatan dan termasuk


penyakit, rasa sakit dan gangguan. Istilah ‘penyakit’, ‘sakit’, dan ‘gangguan’ sering
kali dipakai secara bergantian dan merujuk pada kondisi dengan gejala dan
diagnosis spesifik.
65 GRI 12: Sektor Batu Bara 2022

Catatan 2: Cedera atau sakit terkait pekerjaan adalah dampak yang timbul akibat paparan
terhadap bahaya di tempat kerja. Jenis insiden lain yang tidak terkait dengan
pekerjaan dapat terjadi. Sebagai contoh, insiden berikut ini tidak dianggap terkait
pekerjaan:
• pekerja yang mengalami serangan jantung saat berada di tempat kerja, yang
tidak terkait dengan pekerjaan;
• pekerja yang mengemudi ke atau dari tempat kerja terluka dalam kecelakaan
mobil (ketika mengendarai bukan bagian dari pekerjaan, dan ketika
transportasi tidak diatur oleh pemberi kerja);
• pekerja dengan epilepsi mengalami kejang di tempat kerja yang tidak berkaitan
dengan pekerjaan.

Catatan 3: Melakukan perjalanan untuk pekerjaan: Kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja
yang muncul saat pekerja melakukan perjalanan yang terkait pekerjaan jika, pada
saat mengalami kecelakaan kerja atau penyakit akibat kerja, pekerja sedang
terlibat dalam aktivitas kerja 'demi kepentingan pemberi kerja’. Contoh-contoh
aktivitas sejenis termasuk melakukan perjalanan ke dan dari kontak pelanggan;
melaksanakan tugas pekerjaan; dan menjamu atau dijamu untuk bertransaksi,
mendiskusikan atau mempromosikan bisnis (atas pengarahan pemberi kerja).

Bekerja dari rumah: Kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang muncul saat
bekerja di rumah merupakan hal yang terkait pekerjaan jika kecelakaan kerja atau
penyakit akibat kerja terjadi saat pekerja melakukan pekerjaan di rumah, dan
kecelakaan kerja atau penyakit akibat kerja secara langsung terkait dengan
pelaksanaan pekerjaan dan bukan karena lingkungan atau pengaturan rumah
secara umum.

Penyakit mental: Penyakit mental dianggap berkaitan dengan pekerjaan jika


penyakit itu diberitahukan secara sukarela oleh pekerja dan didukung oleh opini
dari profesional medis berlisensi yang memiliki pelatihan dan pengalaman yang
tepat yang menyatakan bahwa penyakit itu berkaitan dengan pekerjaan.

Untuk pedoman lebih lanjut tentang menetapkan 'keterkaitan dengan pekerjaan'


lihat Administrasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja Amerika Serikat,
Determination of work-relatedness 1904.5, https://www.osha.gov/pls/
oshaweb/owadisp.show_document?p_table=STANDARDS&p_id=9636, diakses
tanggal 1 Juni 2018.

Catatan 4: Istilah 'okupasional' dan 'terkait pekerjaan' sering kali dipakai secara bergantian.

cedera terkait pekerjaan dengan konsekuensi tinggi


cedera terkait pekerjaan yang menyebabkan fatalitas atau kecelakaan kerja yang membuat
pekerja tidak dapat, atau diduga tidak dapat pulih sepenuhnya ke status kesehatan sebelum
terjadinya kecelakaan kerja dalam waktu enam bulan

cuti melahirkan
cuti diberikan kepada karyawan laki-laki dan perempuan atas dasar kelahiran anak

daerah tangkapan air


D area tanah sumber semua air limpahan permukaan dan bawah permukaan yang mengalir
berturut-turut dari anak sungai, sungai, akuifer, dan danau menuju laut atau jalan keluar lainnya
di mulut sungai tunggal, muara, atau delta

Sumber: Alliance for Water Stewardship (AWS), AWS International Water Stewardship
Standard, Version 1.0, 2014; diubah

Catatan: Daerah tangkapan termasuk area-area air tanah terkait dan dapat termasuk bagian
badan air (seperti danau atau sungai). Di bagian-bagian lain di dunia, tangkapan
juga dirujuk sebagai 'daerah aliran sungai' atau ‘basin’ (atau sub-basin).

dampak
efek yang dimiliki atau dapat dimiliki organisasi terhadap ekonomi, lingkungan, dan
masyarakat, termasuk pada hak asasi manusia mereka, yang pada gilirannya dapat
menunjukkan kontribusinya (negatif atau positif) terhadap pembangunan berkelanjutan
66 GRI 12: Sektor Batu Bara 2022

Catatan 1: Dampak dapat bersifat aktual atau potensial, negatif atau positif, jangka pendek
atau jangka panjang, disengaja atau tidak disengaja, dan dapat dipulihkan atau
tidak dapat dipulihkan.

Catatan 2: Lihat bagian 2.1 dalam GRI 1: Landasan 2021 untuk informasi lebih lanjut tentang
'dampak'.

daur ulang
pemrosesan ulang sektor atau komponen produk yang telah menjadi limbah, untuk dijadikan
material baru

Sumber: United Nations Environment Programme (UNEP), Basel Convention on the Control
of Transboundary Movements of Hazardous Wastes and Their Disposal, 1989;
diubah

diskriminasi
tindakan dan hasil dari memperlakukan seseorang secara tidak setara dengan memberikan
beban yang tidak seimbang atau menolak pemberian tunjangan alih-alih memperlakukan
setiap orang dengan adil berdasarkan prestasi individu

Catatan: Diskriminasi juga dapat mencakup pelecehan yang didefinisikan sebagai


komentar atau tindakan yang tidak dikehendaki, atau seharusnya secara masuk
akal diketahui sebagai tidak dikehendaki, terhadap orang yang dituju.

dukungan layanan
layanan yang memberikan manfaat publik baik melalui pembayaran langsung biaya operasi
atau melalui penyediaan staf fasilitas atau layanan dengan karyawan

Catatan: Manfaat publik juga dapat mencakup layanan publik.

efluen
E air limbah yang diolah atau tidak diolah yang dibuang

Sumber: Alliance for Water Stewardship (AWS), AWS International Water Stewardship
Standard, Versi 1.0, 2014

eksekutif senior
anggota manajemen organisasi berpangkat tinggi, seperti Pejabat Eksekutif Tertinggi (CEO)
atau individu yang melapor langsung kepada CEO atau badan tata kelola tertinggi

emisi energi GRK (Cakupan 2) tidak langsung


gas rumah kaca (GRK) emisi yang timbul dari listrik, pemanasan, pendinginan, dan tenaga uap
yang dibeli atau didapatkan yang dikonsumsi oleh organisasi

emisi GRK (Cakupan 1) langsung


gas rumah kaca (GRK) dari sumber-sumber yang dimiliki atau dikendalikan oleh organisasi

Contoh: CO2 dari konsumsi bahan bakar

Catatan: Sumber GRK adalah unit atau proses fisik apa pun yang melepaskan GRK ke
atmosfer.

emisi GRK (Cakupan 3) tidak langsung lainnya


emisi gas rumah kaca (GRK) tidak langsung yang tidak dicakup dalam emisi energi GRK
(Cakupan 2) tidak langsung yang terjadi di luar organisasi, termasuk emisi hulu dan hilir

emisi udara yang signifikan


emisi udara diatur berdasarkan konvensi internasional dan/atau hukum atau regulasi nasional

Catatan: Emisi udara yang signifikan mencakup emisi yang terdaftar pada izin lingkungan
untuk operasi organisasi.

gaji pokok
G jumlah tetap minimum yang dibayarkan kepada karyawan atas tugas yang mereka laksanakan
67 GRI 12: Sektor Batu Bara 2022

Catatan: Gaji pokok tidak termasuk remunerasi, seperti pembayaran untuk kerja lembur
atau bonus.

garis dasar
titik awal yang digunakan untuk perbandingan

Catatan: Dalam konteks pelaporan energi dan emisi, garis dasar adalah proyeksi konsumsi
atau emisi energi tanpa adanya upaya penurunan apa pun.

gas rumah kaca (GRK)


gas yang berkontribusi pada efek gas rumah kaca dengan menyerap radiasi infra merah

hak asasi manusia


H hak yang melekat pada semua manusia, yang mencakup, setidaknya, semua hak yang diatur
dalam Undang-undang Hak Asasi Manusia Internasional Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)
dan prinsip-prinsip tentang hak-hak dasar yang ditetapkan dalam Deklarasi Organisasi Buruh
Internasional (ILO) tentang Prinsip-Prinsip Dasar dan Hak-Hak di Tempat Kerja

Sumber: United Nations (UN), Guiding Principles on Business and Human Rights:
Implementing the United Nations “Protect, Respect and Remedy” Framework, 2011;
diubah

Catatan: Lihat Panduan untuk 2-23-b-i dalam GRI 2: Pengungkapan Umum 2021 untuk
informasi lebih lanjut tentang 'hak asasi manusia'.

hubungan bisnis organisasi


hubungan yang dimiliki organisasi dengan mitra bisnis, dengan entitas di dalam rantai nilainya
termasuk yang berada di luar tingkat pertama, dan dengan entitas lain yang terkait langsung
dengan operasi, produk, atau layanannya

Sumber: United Nations (UN), Guiding Principles on Business and Human Rights:
Implementing the United Nations “Protect, Respect and Remedy” Framework, 2011;
diubah

Catatan: Contoh entitas lain yang terkait langsung dengan operasi, produk, atau layanan
organisasi adalah organisasi nonpemerintah yang dengannya organisasi tersebut
memberikan dukungan kepada masyarakat lokal atau pasukan keamanan negara
bagian yang melindungi fasilitas organisasi.

infrastruktur
I fasilitas yang dibangun terutama untuk menyediakan layanan publik atau barang dan bukan
bertujuan komersial, dan organisasi tersebut tidak mencari keuntungan ekonomi langsung dari
fasilitas itu

Contoh: rumah sakit, jalan, sekolah, fasilitas pasokan air

insiden terkait pekerjaan


kejadian yang timbul dari atau dalam melakukan pekerjaan yang dapat atau menyebabkan
adanya cedera atau sakit

Sumber: Organisasi Internasional untuk Standarisasi. ISO 45001:2018. Sistem manajemen


kesehatan dan keselamatan kerja — Persyaratan dengan panduan penggunaan.
Geneva: ISO, 2018; diubah
Definisi-definisi yang didasarkan pada atau berasal dari standar ISO 14046:2014 dan ISO
45001:2018 direproduksi dengan izin dari Organisasi Internasional untuk Standardisasi, ISO.
Hak cipta tetap dipegang oleh ISO.

Catatan 1: Insiden mungkin disebabkan oleh, misalnya, masalah listrik, ledakan, api; meluap,
terbalik, kebocoran, aliran; kerusakan, melesak, terbelah; hilang kendali, tergelincir,
tersandung dan jatuh; gerak tubuh tanpa tekanan; gerakan tubuh di bawah/dengan
tekanan; terkejut, kaget; kekerasan atau pelecehan di tempat kerja (misal,
pelecehan seksual).
68 GRI 12: Sektor Batu Bara 2022

Catatan 2: Insiden yang menyebabkan cedera atau sakit sering kali disebut sebagai
'kecelakaan’. Sebuah insiden yang berpotensi menyebabkan cedera atau sakit
tetapi tidak terjadi sering kali disebut sebagai ‘nyaris terjadi', ‘hampir celaka’, atau
‘nyaris celaka’.

karyawan
K individu yang berada dalam hubungan kepegawaian dengan organisasi, berdasarkan hukum
atau penerapan nasional

kawasan lindung
wilayah geografis yang dirancang, diregulasi, atau dikelola untuk mencapai tujuan konservasi
tertentu

kawasan yang dilindungi


wilayah yang dilindungi dari segala bentuk perusakan selama kegiatan operasional, dan
lingkungan tetap dalam keadaan aslinya dengan ekosistem yang sehat serta berfungsi

kebebasan berserikat
hak pemberi kerja dan pekerja untuk membentuk, bergabung dengan, dan menjalankan
organisasi mereka sendiri tanpa izin sebelumnya atau campur tangan dari negara atau entitas
lainnya

kelompok rentan
sekelompok individu dengan kondisi atau karakteristik tertentu (misalnya, ekonomi, fisik, politik,
sosial) yang dapat mengalami dampak negatif sebagai hasil dari kegiatan organisasi dengan
lebih parah daripada populasi umum

Contoh: anak-anak dan pemuda; lansia; mantan gerilyawan; keluarga yang terpengaruh
HIV/AIDS; pembela hak asasi manusia; masyarakat adat; pengungsi dalam negeri;
pekerja migran dan keluarga mereka; minoritas nasional atau etnis, agama dan
bahasa; orang-orang yang mungkin didiskriminasi berdasarkan orientasi seksual,
identitas gender, ekspresi gender, atau karakteristik seks mereka (misalnya,
lesbian, gay, biseksual, transgender, interseks); penyandang disabilitas;
pengungsi atau pengungsi yang kembali; perempuan

Catatan: Kerentanan dan dampak dapat berbeda bergantung pada jenis kelamin.

keparahan (dari suatu dampak)


Tingkat keparahan dampak negatif aktual atau potensial ditentukan oleh skalanya (yaitu,
seberapa parah dampaknya), ruang lingkup (yaitu, seberapa luas dampaknya), dan karakter
yang tidak dapat diperbaiki (seberapa sulit kerugian yang diakibatkannya untuk dapat dilawan
atau diperbaiki).

Sumber: Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD), OECD Due
Diligence Guidance for Responsible Business Conduct, 2018; diubah
United Nations (UN), The Corporate Responsibility to Respect Human Rights: An
Interpretive Guide, 2012; diubah

Catatan: Lihat bagian 1 dalam GRI 3: Topik Material 2021 untuk informasi lebih lanjut
tentang 'keparahan'.

kerja paksa atau wajib kerja


seluruh pekerjaan dan layanan yang dituntut dari siapa pun yang berada di bawah ancaman
hukuman sehingga orang tersebut tidak menawarkan dirinya secara sukarela

Sumber: International Labour Organization (ILO), Forced Labour Convention, 1930 (No. 29);
diubah

Catatan 1: Contoh paling ekstrem dari kerja paksa atau wajib adalah buruh budak dan buruh
utang, namun utang juga dapat digunakan sebagai alat untuk mempertahankan
pekerja dalam keadaan kerja paksa.
69 GRI 12: Sektor Batu Bara 2022

Catatan 2: Indikator kerja paksa termasuk penahanan dokumen identitas, mewajibkan


simpanan wajib, dan memaksa pekerja, di bawah ancaman pemecatan, untuk
bekerja lembur yang tidak disepakati sebelumnya.

komunitas lokal
individu atau kelompok individu yang tinggal atau bekerja di area yang terpengaruh atau yang
dapat terpengaruh oleh aktivitas organisasi

Catatan: Masyarakat lokal dapat beragam, mulai dari orang yang tinggal di dekat operasi
organisasi, hingga mereka yang tinggal jauh.

konflik kepentingan
situasi di mana seorang individu dihadapkan pada pilihan antara persyaratan fungsi mereka
dalam organisasi dan kepentingan atau tanggung jawab pribadi atau profesional mereka yang
lain.

konsumsi air
jumlah semua air yang sudah diambil dan dimasukkan ke dalam produk, yang digunakan
dalam produksi tanaman atau dikeluarkan sebagai limbah, yang sudah menguap, mengalami
transpirasi, atau sudah dikonsumsi oleh manusia atau ternak, atau terkena polusi hingga tidak
bisa digunakan oleh pengguna lainnya, dan karenanya tidak dilepaskan kembali ke air
permukaan, air tanah, air laut, atau pihak ketiga selama periode pelaporan.

Sumber: CDP, CDP Water Security Reporting Guidance, 2018; diubah

Catatan: Konsumsi air termasuk air yang sudah disimpan selama periode pelaporan untuk
digunakan atau dibuang dalam periode pelaporan berikutnya.

korupsi
‘penyalahgunaan kekuasaan yang sudah dipercayakan untuk keuntungan pribadi', yang dapat
dimulai oleh individu atau organisasi

Sumber: Transparency International, Business Principles for Countering Bribery, 2011

Catatan: Korupsi mencakup praktik seperti penyuapan, pembayaran fasilitas, penipuan,


pemerasan, kolusi, dan pencucian uang. Ini juga mencakup tawaran atau
penerimaan hadiah, pinjaman, bayaran, imbalan, atau keuntungan lain kepada
atau dari siapa pun sebagai bujukan untuk melakukan sesuatu yang tidak jujur,
ilegal, atau melanggar kepercayaan dalam menjalankan bisnis perusahaan. Ini
dapat mencakup tunjangan tunai atau natura, seperti barang, hadiah, dan liburan
gratis, atau layanan pribadi khusus yang disediakan untuk tujuan keuntungan yang
tidak pantas, atau yang dapat mengakibatkan tekanan moral untuk menerima
keuntungan tersebut.

limbah
L segala sesuatu yang dibuang, ingin dibuang, atau harus dibuang oleh pemiliknya

Sumber: United Nations Environment Programme (UNEP), Basel Convention on the Control
of Transboundary Movements of Hazardous Wastes and Their Disposal, 1989

Catatan 1: Limbah dapat didefinisikan menurut legislasi nasional di tempat limbah timbul.

Catatan 2: Pemegang dapat berupa organisasi pelapor, entitas dalam rantai nilainya di
bagian hulu atau hilir (misalnya, sosial atau konsumen), atau organisasi
pengelolaan limbah, di antaranya.

limbah berbahaya
limbah yang memiliki karakteristik yang terdapat dalam Lampiran III dari Konvensi Basel, atau
yang dianggap bahan berbahaya dan beracun oleh peraturan negara

Sumber: United Nations Environment Programme (UNEP), Basel Convention on the Control
of Transboundary Movements of Hazardous Wastes and Their Disposal, 1989

masalah kualitas air permukaan


M air yang muncul secara alami di permukaan Bumi di lapisan es, tudung es, gletser, gunung es,
70 GRI 12: Sektor Batu Bara 2022

rawa, kolam, danau, sungai dan anak sungai

Sumber: CDP, CDP Water Security Reporting Guidance, 2018; diubah

masyarakat adat
masyarakat adat pada umumnya diidentifikasi sebagai:
• masyarakat suku di negara merdeka yang keadaan sosial, budaya, dan ekonominya
membedakan mereka dari bagian masyarakat nasional lainnya, dan yang statusnya diatur
secara penuh atau sebagian oleh adat istiadat atau tradisi mereka sendiri atau oleh hukum
atau peraturan khusus;
• masyarakat di negara merdeka yang dipandang sebagai pribumi karena mereka
merupakan keturunan dari populasi yang telah menghuni negara tersebut, atau sebuah
wilayah geografis milik negara tersebut, pada masa penaklukan atau kolonisasi atau
penetapan batasan negara saat ini dan mereka yang, terlepas dari status hukum mereka,
mempertahankan seluruh atau beberapa dari institusi sosial, ekonomi, budaya dan politik
mereka.

Sumber: International Labour Organization (ILO), Indigenous and Tribal Peoples Convention,
1989 (No. 169)

mekanisme pengaduan
proses rutin yang dijalankan untuk menyampaikan pengaduan dan mencari pemulihan

Sumber: United Nations (UN), Guiding Principles on Business and Human Rights:
Implementing the United Nations “Protect, Respect and Remedy” Framework, 2011;
diubah

Catatan: Lihat Panduan untuk Pengungkapan 2-25 dalam GRI 2: Pengungkapan Umum
2021 untuk informasi lebih lanjut tentang ‘mekanisme pengaduan’.

metode pembuangan limbah


metode pengolahan atau pembuangan limbah

Contoh: pengomposan, injeksi sumur dalam, insinerasi, penimbunan, penyimpanan di


lokasi, pemerolehan kembali, pendauran ulang, penggunaan ulang

mitigasi
tindakan yang diambil untuk mengurangi tingkat dampak negatif

Sumber United Nations (UN), The Corporate Responsibility to Respect Human Rights: An
Interpretive Guide, 2012; diubah

Catatan: Mitigasi dampak negatif aktual mengacu pada tindakan yang diambil untuk
mengurangi keparahan dari dampak negatif yang telah terjadi, dengan sisa
dampak yang memerlukan remediasi. Mitigasi potensi dampak negatif mengacu
pada tindakan yang diambil untuk mengurangi kemungkinan terjadinya dampak
negatif.

mitra bisnis
entitas di mana organisasi memiliki beberapa bentuk keterlibatan langsung dan formal dengan
tujuan memenuhi tujuan bisnisnya

Sumber: Shift and Mazars LLP, UN Guiding Principles Reporting Framework, 2015; diubah

Contoh: afiliasi, pelanggan bisnis ke bisnis, klien, pemasok tingkat pertama, pemegang
waralaba, mitra usaha bersama, perusahaan investasi di mana organisasi
memiliki posisi kepemilikan saham

Catatan: Mitra bisnis tidak mencakup anak perusahaan dan afiliasi yang dikendalikan oleh
organisasi.

nyaris terjadi
N insiden terkait pekerjaan di mana tidak ada cedera atau sakit yang terjadi, tetapi yang
berpotensi menyebabkan hal tersebut
71 GRI 12: Sektor Batu Bara 2022

Sumber: Organisasi Internasional untuk Standarisasi. ISO 45001:2018. Sistem manajemen


kesehatan dan keselamatan kerja — Persyaratan dengan panduan penggunaan.
Geneva: ISO, 2018; diubah

Catatan: ‘Nyaris terjadi' mungkin juga dirujuk sebagai 'hampir celaka’ atau ‘nyaris celaka’.

paparan
P kuantitas waktu yang dihabiskan atau sifat kontak dengan lingkungan tertentu yang memiliki
berbagai derajat dan jenis bahaya, atau kedekatan dengan kondisi yang mungkin
menyebabkan cedera atau sakit (misalnya, bahan kimia, radiasi, tekanan tinggi, kebisingan,
api, bahan peledak)

pekerja
orang yang melaksanakan pekerjaan untuk organisasi

Contoh: karyawan, pekerja agensi, pekerja murid, kontraktor, pekerja rumahan, pekerja
magang, wiraswasta, subkontraktor, sukarelawan, dan orang yang bekerja untuk
organisasi selain organisasi pelapor, seperti untuk pemasok

Catatan: Dalam Standar GRI, dalam sejumlah kasus dijelaskan apakah subset khusus dari
pekerja akan disyaratkan untuk digunakan.

pemangku kepentingan
individu atau kelompok yang memiliki kepentingan yang terpengaruh atau dapat terpengaruh
oleh kegiatan organisasi

Sumber: Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD), OECD Due
Diligence Guidance for Responsible Business Conduct, 2018; diubah

Contoh: mitra bisnis, organisasi masyarakat sipil, konsumen, pelanggan, karyawan dan
pekerja lain, pemerintah, masyarakat lokal, organisasi nonpemerintah, pemegang
saham dan investor lainnya, pemasok, serikat dagang, kelompok rentan

Catatan: Lihat bagian 2.4 dalam GRI 1: Landasan 2021 untuk informasi lebih lanjut tentang
‘pemangku kepentingan’.

pemasok
entitas hulu dari organisasi (yaitu, dalam rantai pasokan organisasi), yang menyediakan produk
atau layanan yang digunakan dalam pengembangan produk atau layanan organisasi itu sendiri

Contoh pialang, konsultan, kontraktor, distributor, pemegang waralaba, pekerja rumah,


kontraktor mandiri, pemegang lisensi, produsen, produsen utama, subkontraktor,
pedagang grosir

Catatan: Pemasok dapat memiliki hubungan bisnis langsung dengan organisasi (sering
disebut sebagai pemasok tingkat pertama) atau hubungan bisnis tidak langsung.

pembangunan berkelanjutan/keberlanjutan
pembangunan yang memenuhi kebutuhan saat ini tanpa membahayakan kemampuan
generasi masa depan untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri

Sumber: World Commission on Environment and Development, Our Common Future, 1987

Catatan: Istilah ‘keberlanjutan’ dan ‘pembangunan berkelanjutan’ digunakan secara


bergantian dalam Standar GRI.

pembuangan air
jumlah efluen, air bekas pakai, dan air bekas pakai yang dilepaskan ke masalah kualitas air
permukaan, air tanah, air laut, atau pihak ketiga, yang tidak digunakan lagi oleh organisasi,
selama periode pelaporan

Catatan 1: Air dapat dilepaskan ke badan air penerima baik di satu titik pembuangan yang
ditetapkan (pembuangan di sumber tetap) atau dikeluarkan ke tanah dengan cara
yang tidak ditetapkan (pembuangan tanpa sumber tetap).
72 GRI 12: Sektor Batu Bara 2022

Catatan 2: Pembuangan air dapat diberi izin (sesuai dengan persetujuan pembuangan) atau
tidak mendapat izin (jika persetujuan pembuangan dilampaui).

pembuangan akhir
setiap operasi yang tidak termasuk pemulihan, bahkan jika pengerjaan tersebut
mengakibatkan konsekuensi sekunder berupa perolehan energi

Sumber: European Union (EU), Waste Framework Directive, 2008 (Directive 2008/98/EC)

Catatan: Pembuangan akhir adalah tata kelola masa akhir pakai produk, material, dan
sumber daya yang dibuang atau yang melalui transformasi kimia atau termal
sehingga menyebabkan produk, material, dan sumber daya tersebut tidak dapat
digunakan lagi.

pemulihan
pengerjaan dengan produk, komponen produk, atau material yang telah menjadi limbah
disiapkan untuk memenuhi tujuan sebagai pengganti produk, komponen, atau material baru
yang seharusnya digunakan untuk tujuan tersebut.

Sumber: United Nations Environment Programme (UNEP), Basel Convention on the Control
of Transboundary Movements of Hazardous Wastes and Their Disposal, 1989;
diubah

Contoh: persiapan untuk pemakaian ulang, pendauran ulang

Catatan: Dalam konteks pelaporan limbah, pengerjaan pemulihan tidak mencakup


pemulihan energi.

pemulihan/remediasi
sarana untuk melawan atau memperbaiki dampak negatif atau pemberian ganti rugi

Sumber: United Nations (UN), The Corporate Responsibility to Respect Human Rights: An
Interpretive Guide, 2012; diubah

Contoh: permintaan maaf, kompensasi finansial atau nonfinansial, pencegahan kerusakan


melalui perintah atau jaminan tidak akan terulang, sanksi hukuman (baik pidana
atau administratif, seperti denda), restitusi, restorasi, rehabilitasi

pengaduan
ketidakadilan yang dirasakan yang membangkitkan rasa kepemilikan individu atau kelompok,
yang mungkin didasarkan pada hukum, kontrak, janji eksplisit atau implisit, praktik adat, atau
gagasan umum tentang keadilan terhadap masyarakat yang dirugikan

Sumber: United Nations (UN), Guiding Principles on Business and Human Rights:
Implementing the United Nations “Protect, Respect and Remedy” Framework, 2011

pengambilan air
jumlah semua air yang diambil dari air permukaan, air tanah, air laut, atau pihak ketiga untuk
penggunaan apa pun selama periode pelaporan

periode pelaporan
periode waktu spesifik yang dicakup oleh informasi yang dilaporkan.

Contoh: tahun fiskal, tahun kalender

perlakuan agar bisa digunakan kembali


pengerjaan pemeriksaan, pembersihan, atau reparasi produk atau komponen produk yang
telah menjadi limbah sebagai persiapan untuk digunakan untuk tujuan yang sama dengan
tujuan semula

Sumber: European Union (EU), Waste Framework Directive, 2008 (Directive 2008/98/EC);
diubah

perubahan operasi yang signifikan


perubahan pola operasi organisasi yang berpotensi memiliki dampak positif atau negatif
signifikan pada pekerja yang menjalankan kegiatan organisasi
73 GRI 12: Sektor Batu Bara 2022

Contoh: penutupan, ekspansi, penggabungan, pembukaan baru, pengalihdayaan operasi,


restrukturisasi, penjualan semua atau sebagian dari organisasi, pengambilalihan

perundingan kolektif
semua negosiasi yang berlangsung antara satu atau lebih pemberi kerja atau organisasi
pemberi kerja, di satu sisi, dan satu atau lebih organisasi pekerja (misalnya, serikat buruh), di
sisi lain, untuk menentukan kondisi kerja dan syarat kerja atau untuk mengatur hubungan
antara pemberi kerja dan pekerja

Sumber: International Labour Organization (ILO), Collective Bargaining Convention, 1981


(No. 154); diubah

petugas keamanan
individu yang diperkerjakan untuk tujuan melindungi properti organisasi; mengendalikan
keramaian; mencegah kehilangan; dan menjaga orang, barang-barang, dan hal-hal berharga

potensi pemanasan global (PPG)


nilai yang menggambarkan dampak daya radiasi dari satu unit gas rumah kaca ( GRK) relatif
terhadap satu unit CO2 selama periode waktu tertentu

Catatan: Nilai GWP mengonversi data emisi GRK untuk gas non-CO2 ke dalam satuan CO2
ekuivalen.

program pengembangan masyarakat


rencana yang merinci tindakan untuk meminimalkan, memitigasi, atau mengompensasi
dampak sosial dan/atau ekonomi yang merugikan, dan/atau untuk mengidentifikasi peluang
atau tindakan untuk meningkatkan dampak positif proyek terhadap masyarakat

rantai nilai
R beragam aktivitas yang dilaksanakan oleh organisasi, dan oleh entitas hulu dan entitas hilir dari
organisasi, untuk menghadirkan produk atau layanan organisasi mulai dari konsepsi hingga
penggunaan akhir.

Catatan 1: Entitas hulu dari organisasi (misal, pemasok) menyediakan produk atau layanan
yang digunakan dalam mengembangkan produk atau layanan organisasi. Entitas
hilir dari organisasi (misal, distributor, pelanggan) menerima produk atau layanan
dari organisasi.

Catatan 2: Rantai nilai mencakup rantai pasokan.

rantai pasokan
berbagai kegiatan yang dilakukan oleh entitas hulu dari organisasi, yang menyediakan produk
atau layanan yang digunakan dalam pengembangan produk atau layanan organisasi itu sendiri

remunerasi
gaji pokok ditambah jumlah tambahan yang dibayarkan kepada seorang pekerja

Catatan: Contoh jumlah tambahan yang dibayarkan kepada seorang pekerja dapat
mencakup tambahan berdasarkan jumlah tahun kerja, bonus termasuk uang tunai
dan ekuitas seperti saham, pembayaran tunjangan, uang lembur, utang waktu, dan
tunjangan tambahan lain apa pun, seperti transportasi, tunjangan biaya hidup, dan
perawatan anak.

setara karbon dioksida (CO2)


S ukuran yang digunakan untuk membandingkan emisi dari berbagai jenis gas rumah kaca
(GRK) berdasarkan potensi pemanasan globalnya (PPG)

Catatan: Setara CO2 untuk gas ditentukan dengan mengalikan metrik ton dari gas dengan
PPG yang diasosiasikan dengannya.

sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja


serangkaian unsur yang saling terkait atau saling berinteraksi untuk menetapkan kebijakan dan
tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja, dan untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut
74 GRI 12: Sektor Batu Bara 2022

Sumber: International Labour Organization (ILO), Guidelines on Occupational Safety and


Health Management Systems, ILO-OSH 2001, 2001

stres air
kemampuan, atau ketidakmampuan, memenuhi kebutuhan air manusia dan ekologis.

Sumber: CEO Water Mandate, Corporate Water Disclosure Guidelines, 2014

Catatan 1: Stres air dapat merujuk pada ketersediaan, kualitas, atau aksesibilitas terhadap
air.

Catatan 2: Stres air didasarkan pada elemen-elemen subjektif dan dinilai secara berbeda
tergantung pada nilai-nilai masyarakat, seperti kesesuaian air untuk diminum atau
persyaratan untuk bisa mempertahankan ekosistem.

Catatan 3: Stres air di suatu wilayah setidaknya diukur pada tingkat daerah tangkapan .

sumber daya energi terbarukan


sumber energi yang dapat diisi kembali dalam periode waktu yang singkat melalui siklus
ekologi atau proses pertanian

Contoh: biomassa, geotermal, hidro, solar, angin

topik material
T topik yang mencerminkan dampak organisasi yang paling signifikan terhadap ekonomi,
lingkungan, dan masyarakat, termasuk dampak terhadap hak asasi manusia mereka

Catatan: Lihat bagian 2.2 dalam GRI 1: Landasan 2021 dan bagian 1 dalam GRI 3: Topik
Material 2021 untuk informasi lebih lanjut tentang 'topik material'.

tumpahan
pelepasan zat berbahaya secara tidak sengaja yang dapat memengaruhi kesehatan manusia,
tanah, vegetasi, perairan, dan air tanah

tunjangan
tunjangan langsung yang diberikan dalam bentuk kontribusi keuangan, perawatan yang
dibayarkan oleh organisasi, atau penggantian biaya yang telah dikeluarkan oleh karyawan

Catatan: Pembayaran redundansi (kelebihan pembayaran) yang melampaui dan di atas


batas aturan minimum, pembayaran pemutusan hubungan kerja, tunjangan ekstra
karena cedera kerja, tunjangan ahli waris, dan hak cuti berbayar dapat juga
dimasukkan sebagai tunjangan.

uji tuntas
U proses untuk mengidentifikasi, mencegah, memitigasi, dan memberikan penjelasan
bagaimana sebuah organisasi menangani dampak negatifnya yang aktual dan potensial

Sumber: Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD), OECD


Guidelines for Multinational Enterprises, 2011; diubah
United Nations (UN), Guiding Principles on Business and Human Rights:
Implementing the United Nations “Protect, Respect and Remedy” Framework, 2011;
diubah

Catatan: Lihat bagian 2.3 dalam GRI 1: Landasan 2021 untuk informasi lebih lanjut tentang
'uji tuntas'.

wilayah dengan nilai keanekaragaman hayati tinggi


W wilayah yang tidak menjadi subjek perlindungan hukum, tetapi diakui sebagai fitur
keanekaragaman penting oleh sejumlah organisasi pemerintah dan nonpemerintah

Catatan 1: Wilayah dengan nilai keanekaragaman hayati tinggi termasuk habitat yang
merupakan prioritas untuk konservasi, yang sering didefinisikan dalam Rencana
Aksi dan Strategi Keanekaragaman Hayati Nasional yang disusun menurut
Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), 'Konvensi tentang
Keanekaragaman Hayati', 1992.
75 GRI 12: Sektor Batu Bara 2022

Catatan 2: Beberapa organisasi konservasi internasional telah mengidentifikasi wilayah


tertentu dengan nilai keanekaragaman hayati tinggi.

wilayah yang direstorasi


wilayah yang digunakan selama atau terkena akibat dari kegiatan operasional, serta di mana
langkah-langkah pemulihan telah memulihkan lingkungan kembali ke keadaan aslinya, atau ke
keadaan ketika wilayah itu memiliki ekosistem yang sehat serta berfungsi

Daftar Pustaka
76 GRI 12: Sektor Batu Bara 2022

Daftar Pustaka
Bagian ini mencantumkan instrumen resmi antarpemerintah dan rujukan tambahan yang digunakan dalam
mengembangkan Standar ini, serta sumber informasi yang dapat dipelajari oleh organisasi.

Pendahuluan
1. European Communities, NACE Rev.2, Statistical classification of economic activities in the European Community
(NACE), Eurostat, Methodologies and Working Papers, 2008.
2. Executive Office of the President, Office of Management and Budget, North American Industry Classification
System (NAICS), 2017.
3. FTSE Russell, ICB Structure. Taxonomy Overview, 2019.
4. S&P Dow Jones Indices dan MSCI Inc., Revisions to the Global Industry Classification Standard (GICS®)
Structure, 2018.
5. Sustainable Accounting Standards Boards (SASB), Sustainable Industry Classification System® (SICS®),
sasb.org/find-your-industry/, diakses pada 15 Januari 2022.
6. Perserikatan Bangsa-Bangsa, International Standard Industrial Classification of All Economic Activities, Revision
4, Statistical Papers Series M No. 4/Rev.4, 2008.

Profil Sektor
Instrumen resmi:
7. Panel Antarpemerintah untuk Perubahan Iklim (IPCC), Climate Change 2021: The Physical Science Basis, 2021.
8. United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC), Glasgow Climate Pact, 2021.
9. United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC), Nationally determined contributions
under the Paris Agreement, 2021.
10. United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC), Perjanjian Paris, 2015.
11. Perserikatan Bangsa-Bangsa, Resolusi yang diadopsi oleh Majelis Umum pada 25 September 2015,
Transforming our world: the 2030 Agenda for Sustainable Development, 2015 (A/RES/70/1).

Rujukan tambahan:
12. Britannica, Coal, Fossil fuel, britannica.com/science/coal-fossil-fuel#ref259096, diakses pada 15 Januari 2022.
13. Climate Action Tracker (CAT), Warming Projections Global Update, November 2021, 2021.
14. Energy Information Administration (EIA), How much carbon dioxide is produced per kilowatthour of U.S. electricity
generation?, eia.gov/tools/faqs/faq.php?id=74&t=11, diakses pada 15 Januari 2022.
15. P. Friedlingstein et al., 'Global Carbon Budget 2019', Earth System Science Data, vol.11, nr. 4, pp.1783–18384, 4
December 2019, doi.org/10.5194/essd-11-1783-2019.
16. Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC), Global Warming of 1.5°C, 2018.
17. International Energy Agency (IEA), Coal 2021, iea.org/reports/coal-2021 , diakses pada 15 Februari 2022.
18. International Energy Agency (IEA), Coal Information: Overview, iea.org/reports/coal-information-overview, diakses
pada 5 April 2021.
19. International Energy Agency (IEA), Net-zero by 2050: A Roadmap for the Global Energy Sector, 2021.
20. International Energy Agency (IEA), Phasing out unabated coal, 2021.
21. International Energy Agency (IEA), World Energy Outlook 2020, 2020, iea.org/reports/world-energy-outlook-2020,
diakses pada 15 Januari 2022..
22. International Energy Agency (IEA), World Energy Outlook 2021, 2021.
23. International Institute for Sustainable Development (IISD), State-Owned Companies Transitioning Away from
Coal, Mining and Coal-Fired Power, 2018.
24. International Labour Organization (ILO), ILO Guidelines for a just transition towards environmentally sustainable
economies and societies for all, 2015.
25. M. Jakob dkk., ‘The Future of Coal in a Carbon-Constrained Climate’, Nature Climate Change, vol. 10, no. 8, hal.
704–7, August 2020, doi.org/10.1038/s41558-020-0866-1.
26. Natural Resource Governance Institute (NRGI), The Resource Curse, 2015.
27. Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD), International Energy Agency (IEA), OECD
Green Growth Studies: Energy, 2011.
77 GRI 12: Sektor Batu Bara 2022

28. Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD), Arrangement on officially supported export
credits, 2020.
29. Powering Past Coal Alliance (PPCA), PPCA Members, poweringpastcoal.org/members, diakses pada 15
Januari 2022.
30. Principles for Responsible Investment (PRI), Phasing out investments in thermal coal, 2018, unpri.org/climate-
change/phasing-out-investments-in-thermal-coal/3281.article, diakses pada 15 Januari 2022.
31. O. Sartor, Institut du développement durable et des relations internationals (IDDRI) and Climate Strategies,
Implementing coal transitions: Insights from case studies of major coal-consuming economies, 2018.
32. R. Smith, ‘These are the world's biggest coal producers’, weforum.org/agenda/2018/01/these-are-the-worlds-
biggest-coal-producers/, diakses pada 15 Januari 2022.
33. Program Lingkungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNEP), Emissions Gap Report 2019, 2019.
34. United Nations Development Programme (UNDP), World Economic Forum (WEF), Columbia Center on
Sustainable Investment, Columbia University, Mapping Mining to the Sustainable Development Goals: An Atlas,
2016.
35. United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC), Just Transition of the Workforce, and the
Creation of Decent Work and Quality Jobs, 2020.
36. United Nations Human Rights Special Procedures, Safe Climate. A Report of the Special Rapporteur on Human
Rights and the Environment, 2019 (A/74/161).
37. United Nations Interagency Framework Team for Preventive Action, Extractive Industries and Conflict, 2012.
38. S. Varadhan, ‘Coal India output falls for third straight month on tepid demand’, 2020, reuters.com/article/coal-
india-output/coal-india-output-falls-for-third-straight-month-on-tepid-demand-idINKBN2426N4, diakses pada 15
Januari 2022.
39. World Health Organization (WHO), Climate change and health, 2021, who.int/news-room/fact-
sheets/detail/climate-change-and-health, diakses pada 15 Januari 2022.

Sumber Informasi:
40. GRI, Linking the SDGs and the GRI Standards, diperbarui secara rutin.
41. GRI dan UN Global Compact, Integrating the SDGs into corporate reporting: A practical guide, 2018.

Topic 12.1 Emisi GRK


Instrumen resmi:
42. Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC), Climate Change 2007: The Physical Science Basis, 2007.
43. Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC), Climate Change 2014: Synthesis Report, 2014.
44. Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC), Climate Change 2021: The Physical Science Basis, 2021.
45. Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC), Good Practice Guidance and Uncertainty Management in
National Greenhouse Gas Inventories, 2001.

Rujukan tambahan:
46. International Energy Agency (IEA), CO2 Emissions from Fuel Combustion Highlights, 2019.
47. International Energy Agency (IEA), Energy Efficiency 2018: Analysis and Outlooks to 2040, 2018.
48. International Energy Agency (IEA), Iron and Steel Technology Roadmap, 2020. iea.org/reports/iron-and-steel-
technology-roadmap, diakses pada 15 Januari 2022.
49. International Energy Agency (IEA), Methane Tracker, iea.org/reports/methane-tracker, diakses pada 31 Mei 2020.
50. International Energy Agency (IEA), World Energy Outlook 2019, 2019.
51. International Energy Agency (IEA), World Energy Outlook 2021, 2021.
52. International Finance Corporation (IFC), Environmental, Health, and Safety Guidelines for Mining, 2007.
53. R. McSweeney, ‘Methane emissions from fossil fuels ‘severely underestimated’’, 2020,
carbonbrief.org/methane-emissions-from-fossil-fuels-severely-underestimated, diakses pada 15 Januari 2022.
54. N. Kholod, M. Evans, dkk. Global methane emissions from coal mining to continue growing even with declining
coal production, 2020. doi.org/10.1016/j.jclepro.2020.120489.
55. United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC), ‘What do adaptation to climate change
and climate resilience mean?’, 2020, unfccc.int/topics/adaptation-and-resilience/the-big-picture/what-do-
adaptation-to-climate-change-and-climate-resilience-mean, diakses pada 15 Januari 2022.
56. United States Energy Information Administration (EIA), Assumptions to the Annual Energy Outlook 2019:
78 GRI 12: Sektor Batu Bara 2022

Industrial Demand Module, 2019.


57. United States Energy Information Administration (EIA), How much carbon dioxide is produced per kilowatthour of
U.S. electricity generation?, eia.gov/tools/faqs/faq.php?
id=74&t=11#:~:text=In%202020%2C%20total%20U.S.%20electricity,CO2%20emissions%20per%20kWh,
diakses pada 15 Januari 2022.
58. United States Environmental Protection Agency (US EPA), Overview of Greenhouse Gases,
epa.gov/ghgemissions/overview-greenhouse-gases#methane, diakses pada 15 Januari 2022.
59. World Steel, Climate change and the production of iron and steel, 2021.

Sumber Informasi:
60. Greenhouse Gas Protocol, Corporate Value Chain (Scope 3) Accounting and Reporting Standard, 2011.
61. Greenhouse Gas Protocol, Global Warming Potential Values, 2015.
62. World Resources Institute (WRI), Estimating and Reporting the Comparative Emissions Impacts of Products,
2019.

Topik 12.2 Adaptasi, ketahanan, dan transisi iklim


Instrumen resmi:
63. Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC), Climate Change 2014: Impacts, Adaptation, and
Vulnerability, 2014.
64. Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC), Climate Change 2014: Mitigation of Climate Change, 2014.
65. Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC), Climate Change 2014: Impacts, Adaptation, and
Vulnerability, 2014.
66. Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC), Global Warming of 1.5°C, 2018.

Rujukan tambahan:
67. Carbon Tracker Initiative, Carbon Budgets Explainer, 2018.
68. Carbon Tracker, Unburnable Carbon: Are the World’s Financial Markets Carrying a Carbon Bubble?, 2011.
69. E. Colombo & F. Fairhead, ‘Coal Investments: Up in Smoke?’ sustainalytics.com/esg-
research/resource/investors-esg-blog/coal-investments-up-in-smoke; diakses pada 15 Januari 2022.
70. A. Dagnachew, A. Hof, dkk., Insight into Energy Scenarios: A comparison of key transition indicators of 2°C
scenarios, 2019.
71. Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC), Special Report on Carbon Dioxide Capture and Storage,
2005.
72. International Energy Agency (IEA), Coal Information: Overview, iea.org/reports/coal-information-overview, diakses
pada 15 Januari 2022.
73. International Energy Agency (IEA), Net-zero by 2050: A Roadmap for the Global Energy Sector, 2021.
74. International Energy Agency (IEA), World Energy Outlook 2018, 2018.
75. International Energy Agency (IEA), World Energy Outlook 2019, 2019.
76. International Energy Agency (IEA), World Energy Outlook 2021, 2021.
77. International Union for Conservation of Nature (IUCN) Resolution adopted at the 2016 World Conservation
Congress, Defining Nature-based Solutions, 2016 (WCC-2016-Res-069-EN).
78. J. G. J. Olivier and J. A. H. W. Peters, Trends in global CO2 and total greenhouse gas emissions: 2019 Report,
2020.
79. Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD), International Energy Agency (IEA), OECD
Green Growth Studies: Energy, 2011.
80. Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD), Monitoring the transition to a low-carbon
economy: a strategic approach to local development, 2015.
81. M. F. Rahman, M. Mostofa, dan S. Huq, ‘Low-Carbon Futures in Least-Developed Countries’,
wri.org/climate/expert-perspective/low-carbon-futures-least-developed-countries, diakses pada 15 Januari 2022.
82. O. Sartor, Institut du développement durable et des relations internationals (IDDRI) and Climate Strategies,
Implementing coal transitions: Insights from case studies of major coal-consuming economies, 2018.
83. Institut Environment Institute (SEI), International Institute for Sustainable Development (IISD), Overseas
Development Institute (ODI), Climate Analytics, CICERO, and United Nations Environment Programme (UNEP),
The Production Gap: The discrepancy between countries’ planned fossil fuel production and global production
79 GRI 12: Sektor Batu Bara 2022

levels consistent with limiting warming to 1.5°C or 2°C, 2019.


84. E. Stuart, ‘Leaving No One Behind in Sustainable Development Pathways’, wri.org/climate/expert-
perspective/leaving-no-one-behind-sustainable-development-pathways, diakses pada 5 April 2021.
85. United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCC), Just Transition of the Workforce, and the
Creation of Decent Work and Quality Jobs, 2020.
86. University of Cambridge, Climate change: Action, trends and implications for business: The IPCC’s Fifth
Assessment Report, Working Group 1, 2013.
87. V. Veber, ‘Divestment: A Short-Sighted Solution for Responsible Coal Mine Closure’, bettercoal.org/divestment-a-
short-sighted-solution-for-responsible-coal-mine-closure/, diakses pada 15 Januari 2022.
88. World Wide Fund for Nature (WWF), Asset Owner Guide on Coal Mining, 2017.

Sumber Informasi:
89. International Finance Corporation (IFC), Good Practice Note: Managing Retrenchment, 2005.
90. Oxford Martin School, Oxford Martin Principles for Climate-Conscious Investment, 2018.
91. Task Force on Climate-Related Financial Disclosure (TCFD), Guidance on Climate-related Metrics, Targets, and
Transition Plans, 2021.
92. Task Force on Climate-related Financial Disclosures, Guidance on Scenario Analysis for Non-Financial
Companies, 2020.
93. Task Force on Climate-Related Financial Disclosure (TCFD), Recommendations of the Task Force on Climate-
related Financial Disclosure, 2017.
94. Transition Pathway Initiative (TPI), Methodology and Indicators Report, 2019.
95. World Resources Institute (WRI), A Recommended Methodology for Estimating and Reporting the Potential
Greenhouse Gas Emissions from Fossil Fuel Reserves, 2016.

Topik 12.3 Penutupan dan rehabilitasi


Rujukan tambahan:
96. P. D. Cameron and M. C. Stanley, Oil, Gas, and Mining: A Sourcebook for Understanding the Extractive Industries,
2017.
97. International Energy Agency (IEA), World Energy Outlook 2020, iea.org/reports/world-energy-outlook-2020,
diakses pada 15 Januari 2022.
98. United Nations (UN) Tax Committee’s Subcommittee on Extractive Industries Taxation Issues for Developing
Countries, Guidance Note on the Tax Treatment of Decommissioning for the Extractive Industries, 2016.
99. J. Watts and J. Ambrose, ‘Coal industry will never recover after coronavirus pandemic, say experts’, The
Guardian, 17 May 2020, theguardian.com/environment/2020/may/17/coal-industry-will-never-recover-after-
coronavirus-pandemic-say-experts, diakses pada 15 Januari 2022.
100. United Nations Development Programme (UNDP), Extracting Good Practices, 2018.
101. United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC), Just Transition of the Workforce, and the
Creation of Decent Work and Quality Jobs, 2020.
102. World Bank, Managing Coal Mine Closure: Achieving a Just Transition for All, 2018.
103. World Bank, Mine Closure: A Toolbox for Governments, 2021.
104. World Bank, Towards Sustainable Decommissioning and Closure of Oil Fields and Mines: A Toolkit to Assist
Government Agencies, 2010.

Sumber Informasi:
105. International Council on Mining & Metals (ICMM), Closure Maturity Framework – Tool for Closure User Guide,
2020.
106. International Council on Mining & Metals (ICMM), Integrated Mine Closure – Good Practice Guide, 2nd Edition,
2019.

Topic 12.4 Emisi udara


Rujukan tambahan:
107. International Energy Agency (IEA), Energy and Air Pollution: World Energy Outlook Special Report, 2016.
108. A. Markandya and P. Wilkinson, 'Electricity Generation and Health', The Lancet, vol 370, no. 9591, pp. 979–90, 15
80 GRI 12: Sektor Batu Bara 2022

September 2007, doi.org/10.1016/S0140-6736(07)61253-7.


109. Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD), The Economic Consequences of Outdoor
Air Pollution, 2016.
110. L. Sloss, Quantifying emissions from spontaneous combustion, 2013.
111. Union of Concerned Scientists, How Coal Works, ucsusa.org/resources/how-coal-works, diakses pada 17
Oktober 2020.
112. United Nations Economic Commission for Europe (UNECE), Air pollution, ecosystems and biodiversity,
unece.org/environmental-policy/conventions/envlrtapwelcome/cross-sectoral-linkages/air-pollution-ecosystems-
and-biodiversity.html, diakses pada 15 Januari 2022.
113. World Health Organization (WHO), Air pollution, who.int/health-topics/air-pollution, diakses 31 Mei 2020.
114. World Health Organization (WHO), Air pollution and child health: Prescribing clean air, salinan awal, 2018.
115. World Health Organization (WHO), Ambient Air Pollution: A Global Assessment of Exposure and Burden of
Disease, 2016.

Sumber Informasi:
116. International Finance Corporation (IFC), Environmental, Health, and Safety Guidelines for Mining, 2007.

Topic 12.5 Keanekaragaman hayati


Instrumen resmi:
117. Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC), Climate Change and Biodiversity, 2002.
118. Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC), Climate Change and Land, 2019.

Rujukan tambahan:
119. N. Butt, H. L. Beyer, et al., ‘Biodiversity Risks from Fossil Fuel Extraction’, Science, 2013.
120. Convention on Biological Diversity, Mainstreaming of Biodiversity into the Energy and Mining Sectors, 2018.
121. Cross Sector Biodiversity Initiative (CSBI), A cross sector guide for implementing the Mitigation Hierarchy, 2015.
122. International Union for Conservation of Nature (IUCN), Issues Brief: Biodiversity offsets,
iucn.org/resources/issues-briefs/biodiversity-offsets, diakses pada 15 Januari 2022.
123. M. B. J. Harfoot, D. P. Tittensor, dkk., ‘Present and future biodiversity risks from fossil fuel exploitation’,
Conservation Letters, 2018.
124. Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD), Biodiversity Offsets: Effective Design and
Implementation, 2016.
125. United Nations Environment Programme (UNEP) and UN Environment Conservation Monitoring Center (UNEP-
WCMC), Mainstreaming of Biodiversity into the Energy and Mining Sectors: An Information Document for the 21st
Meeting of the Subsidiary Body on Scientific, Technical and Technological Advice (SBSTTA-21), 2017.
126. World Bank, Biodiversity Offsets: A User Guide, 2016.

Sumber Informasi:
127. International Finance Corporation (IFC), Performance Standard 6: Biodiversity Conservation and Sustainable
Management of Natural Resources, 2012.
128. International Council for Mining and Metals (ICMM), International Petroleum Industry Environmental Conservation
Association (IPIECA), Equator Principles, A cross-sector guide for implementing the Mitigation Hierarchy, 2017.
129. Integrated Biodiversity Assessment Tool (IBAT) Alliance, Integrated Biodiversity Assessment Tool, ibat-
alliance.org/, diakses pada 15 Januari 2022.

Topik 12.6 Limbah


Instrumen resmi:
130. European Commission, Best Available Techniques (BAT) Reference Document for the Management of Waste
from Extractive Industries, 2018.

Rujukan tambahan:
131. Alberta Energy Regulator, Tailings, aer.ca/providing-information/by-topic/tailings.html, diakses pada 5 April 2021.
132. European Commission, Mining waste, ec.europa.eu/environment/topics/waste-and-recycling/mining-waste_en,
diakses pada 15 Januari 2022.
81 GRI 12: Sektor Batu Bara 2022

133. P. D. Cameron dan M. C. Stanley, Oil, Gas, and Mining: A Sourcebook for Understanding the Extractive Industries,
2017.
134. International Council on Mining and Metals, About tailings, icmm.com/en-gb/environmental-
stewardship/tailings/about-tailings, diakses pada 15 Januari 2022.
135. International Finance Corporation (IFC), Environmental, Health, and Safety Guidelines for Mining, 2007.
136. C. Roche, K. Thygesen, K., E. Baker, E. (Eds.), United Nations Environment Programme (UNEP), Mine Tailings
Storage: Safety Is No Accident. A UNEP Rapid Response Assessment, 2017.
137. Union of Concerned Scientists, The Hidden Cost of Fossil Fuels, 2008, ucsusa.org/resources/hidden-costs-
fossil-fuels, diakses pada 15 Januari 2022.
138. United Nations Environment Programme (UNEP), Towards a Pollution-Free Planet, 2017.
139. United States Environmental Protection Agency (EPA), Basic Information about Surface Coal Mining in
Appalachia, epa.gov/sc-mining/basic-information-about-surface-coal-mining-appalachia, diakses pada 15
Januari 2022.

Sumber Informasi:
140. International Finance Corporation (IFC), Environmental, Health, and Safety Guidelines for Waste Management,
2007.

Topik 12.7 Air dan efluen


Rujukan tambahan:
141. L. Allen, M. Cohen, et al., ‘Fossil Fuels and Water Quality’, The World's Water Volume 7: The Biennial Report on
Freshwater Resources, chapter 4, pp. 73-96, 2011, worldwater.org/wp-
content/uploads/2013/07/chapter_4_fossil_fuel_and_water_quality.pdf.
142. P. D. Cameron and M. C. Stanley, Oil, Gas, and Mining: A Sourcebook for Understanding the Extractive Industries,
2017.
143. Greenpeace, The Great Water Grab: How the Coal Industry is Deepening the Global Water Crisis, 2016.
144. International Energy Agency (IEA), Water Energy Nexus: Excerpt from the World Energy Outlook 2016, 2016.
145. International Energy Agency (IEA), ‘Water for Energy’, World Energy Outlook 2012, 2012.
146. United Nations Environment Programme (UNEP), Towards a Pollution-Free Planet, 2017.
147. United States Environmental Protection Agency (US EPA), Profile of the Fossil Fuel Electric Power Generation
Industry, 1997.

Sumber Informasi:
148. International Council for Mining and Metals (ICMM), Water Stewardship Framework, 2014.

Topik 12.8 Dampak Ekonomi


Instrumen resmi:
149. Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD), OECD Principles for Private Sector
Participation in Infrastructure, 2007.

Rujukan tambahan:
150. Bill & Melinda Gates Foundation, Paper 7: Leveraging extractive industries for skills development to maximize
sustainable growth and employment, 2015.
151. Extractive Industries Transparency Initiative (EITI), Social and economic spending: The impact of the extractive
industries on economic growth and social development, eiti.org/social-economic-spending, diakses pada 15
Januari 2022.
152. Institut Internasional untuk Lingkungan dan Pembangunan (IIED), Breaking New Ground: Mining, Minerals and
Sustainable Development, 2002.
153. J.-F. Mercure, H. Pollitt, dkk., ‘Macroeconomic impacts of stranded fossil fuels assets’, Nature Climate Change,
vol. 8, hal. 588-593, 2018, nature.com/articles/s41558-018-0182-1, diakses pada 15 Januari 2022.
154. United Nations Conference on Trade and Development (UNCTAD), Extractive industries: Optimizing the value
retention in host countries, 2012.
155. K. Storey, ‘Fly-in/Fly-out: Implications for Community Sustainability’, Sustainability, vol. 2, hal. 1161-1181, 2010.
156. United Nations Office for Disaster Risk Reduction (UNISDR), Words into Action Guidelines: National Disaster
82 GRI 12: Sektor Batu Bara 2022

Risk Assessment, Special Topics, D. Direct and Indirect Economic Impact, 2017.

Sumber Informasi:
157. Mining Shared Value (MSV), Deutsche Gesellschaft für Internationale Zusammenarbeit (GIZ) GmbH, Mining
Local Procurement Reporting Mechanism, 2017.
158. Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD), Collaborative Strategies for In-Country
Shared Value Creation, 2016.

Topik 12.9 Komunitas lokal


Instrumen resmi:
159. Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD), Due Diligence Guidance for Meaningful
Stakeholder Engagement in the Extractives Sector, 2015.

Rujukan tambahan:
160. Cordaid, When Oil, Gas or Mining Arrives in Your Area: Practical Guide for Communities, Civil Society and Local
Government on the Social Aspects of Oil, Gas and Mining, 2016.
161. International Finance Corporation (IFC), Unlocking Opportunities for Women and Business: A Toolkit of Actions
and Strategies for Oil, Gas, and Mining Companies, 2018.
162. Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD), The Economic Consequences of Outdoor
Air Pollution, 2016.
163. United Nations Development Programme (UNDP), Extracting Good Practices, 2018.
164. United Nations Environment Programme Financial Initiative (UNEP FI), Human Rights Guidance Tool for the
Financial Sector, Mining and Metals, unepfi.org/humanrightstoolkit/mining.php, diakses pada 15 Januari 2022.
165. The Advocates for Human Rights, Promoting Gender Diversity and Inclusion in the Oil, Gas, and Mining
Extractive Industries, 2019.

Sumber Informasi:
166. International Finance Corporation (IFC), Guidance Note 4 Community Health, Safety, and Security, 2012.
167. International Finance Corporation (IFC), Performance Standard 4 Community Health, Safety, and Security, 2012.

Topik 12.10 Hak atas tanah dan sumber daya


Instrumen resmi:
168. European Union and UN Interagency Framework Team for Preventive Action, Toolkit and Guidance for
Preventing and Managing Land and Natural Resources Conflict: Land and Conflict, 2012.
169. Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD), Due Diligence Guidance for Meaningful
Stakeholder Engagement in the Extractives Sector, 2015.

Rujukan tambahan:
170. Avocats Sans Frontières, Human Rights Implications of Extractive Industry Activities in Uganda: A Study of the
Mineral Sector in Karamoja and the Oil Refinery in Bunyoro, 2014.
171. P. D. Cameron and M. C. Stanley, Oil, Gas, and Mining: A Sourcebook for Understanding the Extractive Industries,
2017.
172. Intergovernmental Science-Policy Platform on Biodiversity and Ecosystem Services (IPBES), Report of the
Plenary of the Intergovernmental Science-Policy Platform on Biodiversity and Ecosystem Services on the work of
its seventh session, 2019.
173. International Council on Mining & Metals (ICMM), Land Acquisition and Resettlement, 2015.
174. Pensamiento y Acción Social (PAS) and L. Turrriago, ‘Caso El Hatillo: El re-asentamiento como la legalización
del despojo y el acaparamiento de las tierras por el modelo extractivista’, pas.org.co/hatillo-despojo-
extractivista, diakses pada 15 Januari 2022.
175. The Advocates for Human Rights, Promoting Gender Diversity and Inclusion in the Oil, Gas, and Mining
Extractive Industries, 2019.
176. United Nations Environment Programme Financial Initiative (UNEP FI), Human Rights Guidance Tool for the
Financial Sector, Mining and Metals, unepfi.org/humanrightstoolkit/mining.php, diakses pada 15 Januari 2022.
177. United Nations Human Rights Office of the High Commissioner, Land and Human Rights,
83 GRI 12: Sektor Batu Bara 2022

ohchr.org/EN/Issues/LandAndHR/Pages/LandandHumanRightsIndex.aspx, diakses pada 15 Januari 2022.


178. F. Vanclay, ‘Project-induced displacement and resettlement: from impoverishment risks to an opportunity for
development?’, Impact Assessment and Project Appraisal Journal, vol. 35, pp. 3-21, 2017, doi:
10.1080/14615517.2017.1278671.

Sumber Informasi:
179. International Finance Corporation (IFC), Good Practice Handbook: Land Acquisition and Resettlement (draft),
2019.
180. International Finance Corporation (IFC), Guidance Note 5, Land Acquisition and Involuntary Resettlement, 2012.
181. International Finance Corporation (IFC), Performance Standard 5, Land Acquisition and Involuntary
Resettlement, 2012.
182. International Finance Corporation (IFC), Performance Standard 8: Cultural Heritage, 2012.

Topik 12.11 Hak masyarakat adat


Instrumen resmi:
183. International Labour Organization (ILO) Convention 169, ‘Indigenous and Tribal Peoples Convention’, 1989.
184. United Nations (UN) Declaration, ‘United Nations Declaration on the Rights of Indigenous Peoples’, 2007.

Rujukan tambahan:
185. Amnesty International, ‘Inter-American Court ruling marks key victory for indigenous peoples’, 2012,
amnesty.org/en/press-releases/2012/07/ecuador-inter-american-court-ruling-marks-key-victory-indigenous-
peoples-20, diakses pada 15 Januari 2022.
186. Amnesty International, Out of sight, out of mind: Gender, indigenous rights, and energy development, 2016.
187. A. Anongos, D. Berezhkov, et al., Pitfalls and pipelines: Indigenous peoples and extractive industries, 2012.
188. J. Burger, Indigenous Peoples, Extractive Industries and Human Rights, 2014.
189. European Parliament, Committee on Foreign Affairs, Report on Violation of the Rights of Indigenous Peoples in
the World, Including Land Grabbing, 2018.
190. G. Gibson, K. Yung, et al. with Lake Babine Nation and Nak’azdii Whut’en, Indigenous communities and industrial
camps: Promoting healthy communities in settings of industrial change, 2017.
191. Global Witness, Defenders of the earth: Global killings of land and environmental defenders in 2016, 2017.
192. International Finance Corporation (IFC), Projects and People: A Handbook for Addressing Project Induced In-
Migration, 2009.
193. Organisasi Buruh Internasional (ILO), Observation (CEACR) – diadopsi 2018, dipublikasi pada sesi ILC ke-108
(2019) Indigenous and Tribal Peoples Convention, 1989 (No. 169) – Republik Bolivaria Venezuela (Ratifikasi:
2002), 2019,
ilo.org/dyn/normlex/en/f?p=NORMLEXPUB:13100:0::NO::P13100_COMMENT_ID,P11110_COUNTRY_ID,P1111
0_COUNTRY_NAME,P11110_COMMENT_YEAR:3962283,102880,Venezuela,%20Bolivarian%20Republic%20of,
2018.
194. B. McIvor, First Peoples Law: Essays in Canadian Law and Decolonization, 2018.
195. The Advocates for Human Rights, Promoting Gender Diversity and Inclusion in the Oil, Gas, and Mining
Extractive Industries, 2019.
196. United Nations Global Compact, A Business Reference Guide: United Nations Declaration on the Rights of
Indigenous Peoples, 2013.
197. United Nations Permanent Forum on Indigenous Issues (UNPFII), Combating violence against indigenous
women and girls: article 22 of the United Nations Declaration on the Rights of Indigenous Peoples, 2012.
198. United Nations Permanent Forum on Indigenous Issues (UNPFII), Report of the international expert group
meeting on extractive industries, Indigenous Peoples’ rights and corporate social responsibility, 2009.
199. United Nations Department of Economic and Social Affairs (UN DESA), Climate Change,
un.org/development/desa/indigenouspeoples/climate-change.html, diakses pada 15 Januari 2022.
200. United Nations Human Rights Council (HRC), Report of the Special Rapporteur on the rights of indigenous
peoples, James Anaya - Extractive industries and indigenous peoples, 2013.

Sumber Daya:
201. Equator Principles, EP4, 2020.
202. International Finance Corporation (IFC), Guidance Note 7: Indigenous Peoples, 2012.
84 GRI 12: Sektor Batu Bara 2022

203. International Finance Corporation (IFC), Performance Standard 7: Indigenous Peoples, 2012.
204. International Council on Mining & Metal (ICMM), Indigenous peoples and mining good practice guide, 2015.

Topik 12.12 Konflik dan keamanan


Instrumen resmi:
205. European Union (EU) and UN Interagency Framework Team for Preventive Action, Toolkit and Guidance for
Preventing and Managing Land and Natural Resources Conflict: Extractive Industries and Conflict, 2012.
206. OECD, OECD Due Diligence Guidance for Responsible Supply Chains of Minerals from Conflict-Affected and
High-Risk Areas, 2016.
207. Office of the High Commissioner for Human Rights (OHCR), Basic Principles on the Use of Force and Firearms
by Law Enforcement Officials, 1990.
208. Office of the High Commissioner for Human Rights (OHCR), Code of Conduct for Law Enforcement Officials,
1979.
209. Voluntary Principles on Security and Human Rights, The Voluntary Principles on Security and Human Rights,
2000.

Rujukan tambahan:
210. Institute for Human Rights and Business (IHRB), From Red to Green Flags: The Corporate Responsibility to
Respect Human Rights in High-Risk Countries, 2011.
211. International Alert, Human rights due diligence in conflict-affected settings: Guidance for extractive industries,
2018.
212. International Council on Mining & Metals (ICMM), International Committee of the Red Cross (ICRC), International
Finance Corporation (IFC), and International Petroleum Industry Environmental Conservation Association
(IPIECA), Voluntary Principles on Security and Human Rights: Implementation Guidance Tools, 2011.
213. K. Neu, and D., Avant, Overview of the relationship between PMSCs and extractive industry companies from the
Private Security Events Database, 2019.
214. Office of the High Commissioner for Human Rights (OHCHR), ‘Call for submissions: the relationship between
private military and security companies and extractive industry companies from a human rights perspective in
law and practice’, 2019.
215. Office of the High Commissioner for Human Rights (OHCHR), 'Private military and security companies in
extractive industries – impact on human rights', 2017.
216. United Nations Environmental Programme (UNEP), From Conflict to Peacebuilding: The Role of Natural
Resources and the Environment, 2009.

Sumber Informasi:
217. International Alert, Human Rights Due Diligence in Conflict-Affected Settings: Guidance for Extractive Industries,
2018.
218. International Council on Mining & Metals (ICMM), International Committee of the Red Cross (ICRC), International
Finance Corporation (IFC), and IPIECA, Voluntary Principles on Security and Human Rights: Implementation
Guidance Tools, 2011.

Topik 12.13 Keandalan aset dan manajemen krisis


Rujukan tambahan:
219. R. Sullivan, D. Russell, et al., Managing the Unavoidable: investment implications of a changing climate, 2009.
220. Business for Social Responsibility, Adapting to Climate Change: A Guide for the Mining Industry, 2011.
221. C. Roche, K. Thygesen, K., E. Baker, E. (Eds.), United Nations Environment Programme (UNEP), Mine Tailings
Storage: Safety Is No Accident. A UNEP Rapid Response Assessment, 2017.

Sumber Daya:
222. International Council on Mining & Metals (ICMM), United Nations Environment Programme (UNEP), Principles for
Responsible Investment (PRI), Global Industry Standard on Tailings Management, 2020.
223. International Council on Mining & Metals (ICMM), Health and safety critical control management, 2015.
224. International Council on Mining & Metals (ICMM), United Nations Environment Programme (UNEP), Good
practice in emergency preparedness and response, 2005.
85 GRI 12: Sektor Batu Bara 2022

225. Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD), Guidance on Developing Safety
Performance Indicators Related to Chemical Accident Prevention, Preparedness and Response for Industry,
2008.
226. UK Health and Safety Executive, Step-By-Step Guide to Developing Process Safety Performance Indicators, 2006.

Topik 12.14 Kesehatan dan keselamatan kerja


Instrumen resmi:
227. International Labour Organization (ILO) Convention 176, ‘Safety and Health in Mines Convention', 1995.

Rujukan tambahan:
228. Center for Disease Control and Prevention (CDC), The National Institute for Occupational Health and Safety
(NIOSH), Mining Topic: Respiratory Diseases, cdc.gov/niosh/mining/topics/RespiratoryDiseases.html, diakses
pada 15 Januari 2022.
229. Health and Safety Executive (HSE), Heat stress, hse.gov.uk/temperature/heatstress, diakses pada 5 April 2021.
230. International Labour Organization (ILO), Working towards sustainable development: Opportunities for decent
work and social inclusion in a green economy, 2012.
231. Occupational Safety and Health Administration (OSHA) US Department of Labor, Hydrogen Sulfide: Hazards,
osha.gov/SLTC/hydrogensulfide/hazards.html, diakses pada 15 Januari 2022.
232. Occupational Safety and Health Administration (OSHA) US Department of Labor, Silica, Crystalline: Health
Effects, osha.gov/dsg/topics/silicacrystalline/health_effects_silica.html, diakses pada 15 Januari 2022.
233. The Advocates for Human Rights, Promoting Gender Diversity and Inclusion in the Oil, Gas and Mining Extractive
Industries: A Women’s Human Rights Report, 2019.
234. World Nuclear Association, Naturally-Occurring Radioactive Materials, 2019, world-nuclear.org/information-
library/safety-and-security/radiation-and-health/naturally-occurring-radioactive-materials-norm.aspx, diakses
pada 15 Januari 2022.

Sumber Informasi:
235. International Labour Organization (ILO), Safety and health in underground coalmines, 2009.
236. International Council on Mining & Metals (ICMM), Good practice guidance on occupational health risk
assessment, 2016.
237. International Council on Mining & Metals (ICMM), Overview of leading indicators for occupational health and
safety in mining, 2012.

Topik 12.15 Praktik ketenagakerjaan


Instrumen resmi:
238. Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD), Due Diligence Guidance for Meaningful
Stakeholder Engagement in the Extractives Sector, 2015.

Rujukan tambahan:
239. International Labour Organization (ILO), Mining (coal; other mining) sector, ilo.org/global/industries-and-
sectors/mining/lang--en/index.htm, diakses pada 15 Januari 2022.

Topik 12.16 Pekerja anak


Instrumen resmi:
240. International Labour Organization (ILO) and International Organisation of Employers (IOE), How to do business
with respect for children’s right to be free from child labour: ILO-IOE child labour guidance tool for business, 2015.
241. International Labour Organization (ILO) Convention 138, ‘Minimum Age Convention’, 1973.
242. International Labour Organization (ILO) Convention 182, ‘Worst Forms of Child Labour Convention’, 1999.
243. United Nations (UN) Convention, ‘Convention on the Rights of the Child’, 1989.

Rujukan tambahan:
244. International Labour Organisation, Global Estimates of Child Labour – Results and Trends 2012-2016, 2017.
245. Organisasi Buruh Internasional (ILO), Mining and quarrying. ilo.org/ipec/areas/Miningandquarrying/lang--
en/index.htm, diakses pada 15 Januari 2022.
86 GRI 12: Sektor Batu Bara 2022

246. Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD), Practical actions for companies to identify
and address the worst forms of child labour in mineral supply chains, 2017.
247. UNICEF, Children’s rights and the mining sector: UNICEF extractive pilot, 2015.
248. United States Department of Labor, 2018 List of Goods Produced by Child Labor or Forced Labor, 2018.
249. United States Department of Labor, 2020 List of Goods Produced by Child Labor or Forced Labor, 2020.

Topik 12.17 Kerja paksa dan perbudakan modern


Instrumen resmi:
250. Konvensi 29 Organisasi Buruh Internasional (ILO), ‘Konvensi tentang Kerja Paksa’, 1930.

Rujukan tambahan:
251. M. Coderre-Proulx, B. Campbell, I Mandé, and International Labour Organization (ILO), International migrant
workers in the mining sector, 2016.
252. Indeks Slavery Index, ‘Global Findings’, Global Slavery Index 2018.
253. International Transport Workers’ Federation (ITF), ‘BHP ignores pleas to help starving crew’, 2019,
itfglobal.org/en/news/bhp-ignores-pleas-help-starving-crew, diakses pada 5 Januari 2022.
254. International Transport Workers’ Federation (ITF), ‘Bulk carrier detained in Australia, crew owed $64,000’, 2019,
itfglobal.org/en/news/bulk-carrier-detained-in-australia-crew-owed-64000, diakses pada 15 Januari 2022.
255. International Council for Mining and Metals (ICMM), Tackling modern slavery in the mining supply chain, 2016,
icmm.uat.byng.uk.net/en-gb/case-studies/action-against-modern-slavery, diakses pada 15 Januari 2022.
256. International Labour Organization (ILO) and Walk Free Foundation, Global estimates of modern slavery: forced
labour and forced marriage, 2017.
257. Federasi Pekerja Transportasi Internasional (ITF), ‘ITF and Malaviya Seven crew dismayed by delay’, 2017,
itfglobal.org/en/news/itf-and-malaviya-seven-crew-dismayed-delay, diakses pada 15 Januari 2022.
258. National Union of Rail, Maritime and Transport Workers (RMT), ‘Modern day slavery charge made by RMT’, 2016,
rmt.org.uk/news/modern-day-slavery-charge-made-by-rmt, diakses pada 15 Januari 2022.
259. United States Department of Labor, 2020 List of Goods Produced by Child Labor or Forced Labor, 2020.

Sumber Informasi:
260. Global Reporting Initiative (GRI), Responsible Labor Initiative, Advancing modern slavery reporting to meet
stakeholder expectations, 2019.

Topik 12.18 Kebebasan berserikat dan perundingan kolektif


Instrumen resmi:
261. International Labour Organization (ILO), 386th Report of the Committee on Freedom of Association, 2018.

Rujukan tambahan:
262. International Trade Union Confederation (ITUC), 2016 ITUC Global Rights Index: The World's Worst Countries for
Workers, 2016.
263. International Trade Union Confederation (ITUC), 'Saudi Arabia bans trade unions and violates all international
labour standards', 2012, ituc-csi.org/saudi-arabia-bans-trade-unions-and, diakses pada 15 Januari 2022.

Topik 12.19 Nondiskriminasi dan peluang setara


Rujukan tambahan:
264. J. Soper, ‘Ghanaian Workers Fight Pay Discrimination’, 2015, pulitzercenter.org/reporting/ghanaian-workers-
fight-pay-discrimination, diakses pada 31 Mei 2020.
265. United Nations Environment Programme Financial Initiative (UNEP FI), Human Rights Guidance Tool for the
Financial Sector, Mining and Metals, unepfi.org/humanrightstoolkit/mining.php, diakses pada 15 Januari 2022.
266. The Advocates for Human Rights, Promoting Gender Diversity and Inclusion in the Oil, Gas, and Mining
Extractive Industries, 2019.

Topik 12.20 Antikorupsi


87 GRI 12: Sektor Batu Bara 2022

Instrumen resmi:
267. Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD), Convention on Combating Bribery of
Foreign Public Officials in International Business Transactions and Related Documents, 1997.

Rujukan tambahan:
268. Extractive Industries Transparency Initiative (EITI), Factsheet: Disclosing beneficial ownership, 2017.
269. Financial Action Task Force (FATF), FATF guidance: Politically exposed persons (recommendations 12 and 22),
2013.
270. International Monetary Fund, Fiscal Transparency Initiative: Integration of Natural Resource Management Issues,
2019.
271. Natural Resource Governance Institute (NRGI), Beneath the Surface: The Case for Oversight of the Extractive
Industry Suppliers, 2020.
272. Natural Resource Governance Institute (NRGI), Twelve Red Flags: Corruption Risks in the Award of Extractive
Sector Licenses and Contracts, 2017.
273. Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD), Corruption in the Extractive Value Chain:
Typology of Risks, Mitigation Measures and Incentives, 2016.
274. Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD), OECD Foreign Bribery Report: An Analysis
of the Crime of Bribery of Foreign Public Officials, 2014.
275. Transparency International, Corruption Perceptions Index 2018, 2018.
276. E. Westenberg dan A. Sayne, Beneficial Ownership Screening: Practical Measures to Reduce Corruption Risks in
Extractives Licensing, 2018.
277. A. Williams and K. Dupuy, Deciding over nature: Corruption and environmental impact assessments, 2016.

Sumber Informasi:
278. Extractive Industries Transparency Initiative (EITI), The EITI Standard, 2019.

Topik 12.21 Pembayaran kepada pemerintah


Instrumen resmi:
279. European Parliament, ‘Directive 2013/34/EU of the European Parliament and the Council of 26 June 2013 on the
annual financial statements, consolidated financial statements and related reports of certain types of
undertakings’, 2013.
280. Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD), Transfer Pricing Documentation and
Country-by-Country Reporting, Action 13 - 2015 Final Report, OECD/G20 Base Erosion and Profit Shifting
Project, 2015.

Rujukan tambahan:
281. M. Blom dkk., Subsidies and Costs of EU Energy, 2014.
282. Extractive Industries Transparency Initiative (EITI), Fact sheet: Project-level reporting in the extractive industries,
2018.
283. Extractive Industries Transparency Initiative (EITI), Upstream Oil, Gas, and Mining State-Owned Enterprises,
Governance Challenges and the Role of International Reporting Standards in Improving Performance, 2018.
284. K. Obeng, Tax Justice and Extractive Transparency: 'Two faces of the same coin', 2018, pwyp.org/pwyp-
resources/tax-justice-extractive-transparency-two-faces-coin/, diakses pada 15 Januari 2022.
285. Natural Resource Governance Institute (NRGI), Twelve Red Flags: Corruption Risks in the Award of Extractive
Sector Licenses and Contracts, 2017.
286. Transparency International, Under the Surface: Looking into Payments by Oil, Gas and Mining Companies to
Governments, 2018.
287. S. Whitley et al., and Overseas Development Institute (ODI), Cutting Europe’s Lifelines to Coal: Tracking
Subsidies in 10 Countries, 2017.

Sumber Informasi:
288. Extractive Industries Transparency Initiative (EITI), Reporting Guidelines for companies buying oil, gas and
minerals from governments, 2020.
289. Extractive Industries Transparency Initiative (EITI), The EITI Standard, 2019.
290. Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD), Upstream Oil, Gas, and Mining State-Owned
88 GRI 12: Sektor Batu Bara 2022

Enterprises, Governance Challenges and the Role of International Reporting Standards in Improving
Performance, 2018.

Topik 12.22 Kebijakan publik


Rujukan tambahan:
291. Climate investigations, Coal’s Lonely Lobbyists, 2016.
292. Competition Commission of India, Case No. 60 of 2017, 2017.
293. D. Coady, I. Parry, et al., Global Fossil Fuel Subsidies Remain Large: An Update Based on Country-Level
Estimates, 2019.
294. N. Graham, S. Daub, and B. Carroll, Mapping Political Influence: Political donations and lobbying by the fossil
fuel industry in BC, 2017.
295. European Parliament Directorate General for Internal Policies, Fossil Fuel Subsidies, 2017.
296. InfluenceMap, Climate Lobbying: How Companies Really Impact Progress on Climate, 2018,
influencemap.org/climate-lobbying, diakses pada 15 Januari 2022.
297. InfluenceMap, Trade association and climate: Shareholders make themselves heard, 2018,
influencemap.org/report/Trade-associations-and-climate-shareholders-make-themselves-heard-
cf9db75c0a4e25555fafb0d84a152c23, diakses pada 15 Januari 2022.
298. D. Koplow, C. Lin, et al., Mapping the Characteristics of Producer Subsidies: A review of pilot country studies,
2010.
299. Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD), Lobbying, oecd.org/corruption-
integrity/explore/topics/lobbying.html, diakses pada 15 Januari 2022.
300. Competition Commission of India, Case No. 60 of 2017, 2017.
Pengakuan
Catatan Pemberitahuan

Terjemahan Bahasa Indonesia ini dilakukan oleh Language Scientific, Boston, Massachusetts, Amerika Serikat,
melalui peninjauan sejawat oleh para individu di bawah ini:

• Ivan Felix Burju Manalu, Head of Sustainable Development, PT. Indo Tambangraya Megah Tbk, Indonesia
• Dali Sadli Mulia, Community Engagement Team Manager, Star Energy Geothermal, Indonesia
• Mira Tyas Annisa, Sr. Officer Communication Relations & CID, PT Pertamina Hulu Mahakam, Indonesia
• Monica Hidajat, Doctoral Candidate, Chair of Strategic Management and Innovation at ETH Zurich, Switzerland

Proses penerjemahan ini didukung oleh:

GRI ingin mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah Swedia atas bantuan keuangan yang telah diberikan untuk
terjemahan Bahasa Indonesia dari GRI Standar Sektor 12.

Catatan Penting

Terjemahan Bahasa Indonesia dari GRI Standard Sektor 12 dibiayai oleh Pemerintah Swedia. Tanggung jawab
terkait konten ditanggung oleh sang pembuat. Pemerintah Swedia tidak senantiasa memiliki pandangan dan
interpretasi yang sama.

Standar Pelaporan Keberlanjutan GRI dikembangkan dan disajikan dalam Bahasa Inggris. Walaupun berbagai
upaya telah dilaksanakan untuk memastikan akurasi terjemahan, GRI Standards versi Bahasa Inggris tetap menjadi
rujukan utama, bila ada pertanyaan atau perbedaan interpretasi yang muncul dari terjemahan.

Versi terbaru dari GRI Standards dalam Bahasa Inggris atau segala pembaruan terhadap versi Bahasa Inggris
dipublikasikan dalam website GRI (www.globalreporting.org).
GRI
PO Box 10039,
1001 EA Amsterdam,
The Netherlands www.globalreporting.org

Anda mungkin juga menyukai