GRI 13 - Sektor Pertanian, Akuakultur, Dan Perikanan Tangkap 2022 - Indonesian
GRI 13 - Sektor Pertanian, Akuakultur, Dan Perikanan Tangkap 2022 - Indonesian
STANDAR SEKTOR 13
GRI 13: Sektor Pertanian, Akuakultur, dan
Perikanan Tangkap 2022
Standar Sektor
Tanggal efektif berlaku
Standar ini berlaku untuk laporan atau materi lain yang dipublikasikan pada atau setelah tanggal 1 Januari 2024.
Tanggung jawab
Standar ini dikeluarkan oleh Global Sustainability Standards Board (GSSB). Tanggapan terkait Standar GRI dapat
dikirimkan ke gssbsecretariat@globalreporting.org untuk dipertimbangkan GSSB.
Proses hukum
Standar ini dikembangkan untuk kepentingan publik dan sesuai dengan persyaratan Protokol Proses Pembuktian
GSSB. Dokumen ini dikembangkan dengan memanfaatkan keahlian beberapa pemangku kepentingan, dan dengan
mempertimbangkan instrumen resmi antarpemerintah dan harapan luas organisasi terkait dengan tanggung jawab
sosial, lingkungan, dan ekonomi.
Kewajiban hukum
Dokumen yang disusun oleh Global Sustainability Standards Board (GSSB) untuk mempromosikan pelaporan
keberlanjutan ini telah melalui proses konsultasi spesifik dengan berbagai pemangku kepentingan melalui pelibatan
perwakilan dari berbagai organisasi serta pengguna informasi laporan di seluruh dunia. Meskipun Dewan Direksi
GRI dan GSSB mendorong penggunaan Standar Pelaporan Keberlanjutan GRI (Standar GRI) dan interpretasi-
interpretasi terkait oleh semua organisasi, persiapan dan penerbitan laporan yang mengacu sepenuhnya atau
sebagian pada Standar GRI serta Interpretasi terkait merupakan tanggung jawab penuh dari pihak yang menerbitkan
laporan. Baik Dewan Direksi GRI, GSSB, ataupun Stichting Global Reporting Initiative (GRI) tidak dapat bertanggung
jawab atas konsekuensi atau kerugian apa pun yang disebabkan secara langsung atau tidak langsung dari
penggunaan Standar GRI dan Interpretasi terkait dalam persiapan laporan, atau penggunaan laporan berdasarkan
Standar GRI dan Interpretasi terkait.
Global Reporting Initiative, GRI dan logonya, GSSB dan logonya, serta GRI Sustainability Reporting Standards
(Standar GRI) dan logonya adalah merek dagang dari Stichting Global Reporting Initiative.
Daftar isi
Pendahuluan 5
Sektor-sektor di mana Standar ini berlaku 6
Sistem Standar GRI 7
Menggunakan Standar ini 8
1. Profil sektor 11
Aktivitas sektor dan hubungan bisnis 11
Sektor dan pembangunan berkelanjutan 14
2. Kemungkinan topik material 17
Topik 13.1 Emisi 17
Topik 13.2 Adaptasi dan ketahanan iklim 20
Topik 13.3 Keanekaragaman hayati 22
Topik 13.4 Konversi ekosistem alami 27
Topik 13.5 Kesehatan tanah 30
Topik 13.6 Penggunaan pestisida 32
Topik 13.7 Air dan efluen 34
Topik 13.8 Limbah 36
Topik 13.9 Ketahanan pangan 38
Topik 13.10 Keamanan pangan 40
Topik 13.11 Kesehatan dan kesejahteraan hewan 42
Topik 13.12 Komunitas lokal 44
Topik 13.13 Hak atas tanah dan sumber daya 46
Topik 13.14 Hak masyarakat adat 48
Topik 13.15 Nondiskriminasi dan peluang setara 50
Topik 13.16 Kerja paksa atau wajib kerja 53
Topik 13.17 Pekerja anak 55
Topik 13.18 Kebebasan berserikat dan perundingan bersama 58
Topik 13.19 Kesehatan dan keselamatan kerja 60
Topik 13.20 Praktik ketenagakerjaan 63
Topik 13.21 Pendapatan hidup dan upah hidup 66
Topik 13.22 Inklusi Ekonomi 68
Topik 13.23 Ketertelusuran rantai pasokan 70
Topik 13.24 Kebijakan publik 72
4 GRI 13: Sektor Pertanian, Akuakultur, dan Perikanan Tangkap 2022
Pendahuluan
GRI 13: Sektor Pertanian, Akuakultur, dan Perikanan Tangkap 2022 menyediakan informasi untuk organisasi-
organisasi di sektor pertanian, akuakultur, dan perikanan tangkap tentang kemungkinan topik material. Topik-topik ini
kemungkinan besar bersifat material bagi organisasi di sektor-sektor ini berdasarkan pada dampak paling signifikan
sektor tersebut terhadap ekonomi, lingkungan, dan masyarakat, termasuk hak asasi mereka.
GRI 13 juga berisi daftar pengungkapan yang perlu dilaporkan oleh organisasi-organisasi di sektor pertanian,
akuakultur, dan perikanan tangkap terkait dengan setiap kemungkinan topik material. Hal ini meliputi pengungkapan
dari Standar Topik GRI dan sumber lain.
Bagian lain Pendahuluan menyediakan ikhtisar sektor yang menerapkan Standar ini, ikhtisar sistem Standar GRI,
dan informasi lebih lanjut tentang penggunaan Standar ini.
6 GRI 13: Sektor Pertanian, Akuakultur, dan Perikanan Tangkap 2022
Standar ini dapat digunakan oleh organisasi apa pun dalam sektor pertanian, akuakultur, dan perikanan tangkap,
terlepas dari ukuran organisasi, jenis organisasi, lokasi geografis, atau pengalaman pelaporan mereka.
Organisasi harus menggunakan semua Standar Sektor yang berlaku untuk sektor yang memiliki aktivitas penting.
Klasifikasi sektor
Tabel1 mencantumkan pengelompokan industri yang relevan dengan sektor pertanian, akuakultur, dan perikanan
tangkap di Sistem Klasifikasi Industri Global (GICS®) [4], Tolok Ukur Klasifikasi Industri (ICB) [3], Klasifikasi Industri
Standar Internasional untuk Semua Kegiatan Ekonomi (ISIC) [6], dan Sistem Klasifikasi Industri Berkelanjutan
(SICS®) [5].1 Tabel tersebut dimaksudkan untuk membantu organisasi dalam mengidentifikasi apakah GRI 13
berlaku untuk organisasi tersebut atau hanya sebagai rujukan
Tabel 1. Pengelompokan industri yang relevan dengan sektor pertanian, akuakultur, dan perikanan tangkap di
Sistem Klasifikasi lain
SISTEM KLASIFIKASI NOMOR KLASIFIKASI NAMA KLASIFIKASI
GICS® 30202010 Produk Pertanian
ICB 45102010 Pertanian, Perikanan Tangkap, dan
Perkebunan
1 Pengelompokan industri terkait dalam Klasifikasi Statistik Aktivitas Ekonomi di Masyarakat Eropa (NACE) [1] dan Sistem Klasifikasi Industri Amerika
Utara (NAICS) [2] juga dapat ditetapkan melalui keselarasan yang ada dengan Klasifikasi Industri Standar Internasional (ISIC).
7 GRI 13: Sektor Pertanian, Akuakultur, dan Perikanan Tangkap 2022
Standar GRI disusun sebagai sistem standar yang saling berkaitan yang dirangkai ke dalam tiga seri: Standar
Universal GRI, Standar Sektor GRI, dan Standar Topik GRI (lihat Gambar 1 dalam Standar ini).
GRI 2: Pengungkapan Umum 2021 berisi pengungkapan yang digunakan oleh organisasi untuk menyediakan
informasi tentang praktik pelaporan mereka dan informasi organisasi lainnya, seperti aktivitas, tata kelola, dan
kebijakan mereka.
GRI 3: Topik Material 2021 menyediakan panduan bertahap tentang cara menentukan topik material. Ini juga memuat
pengungkapan yang digunakan organisasi untuk melaporkan informasi tentang proses mereka dalam menentukan
topik material, daftar topik material, dan cara mereka mengelola setiap topik material.
Standar Sektor
Standar sektor menyediakan informasi untuk organisasi tentang kemungkinan topik material mereka. Organisasi
menggunakan Standar Sektor yang berlaku untuk sektor mereka saat menentukan topik material, dan saat
menentukan apa yang akan dilaporkan untuk setiap topik material.
Standar Topik
Standar Topik berisi pengungkapan yang digunakan organisasi untuk melaporkan informasi mengenai dampak
mereka terkait dengan topik tertentu. Organisasi menggunakan Standar Topik sesuai dengan daftar topik material
yang telah mereka tentukan menggunakan GRI 3.
8 GRI 13: Sektor Pertanian, Akuakultur, dan Perikanan Tangkap 2022
Gambar 1. Standar GRI: Standar Universal, Standar Sektor, dan Standar Topik
Standar GRI
Persyaratan dan
prinsip-prinsip dalam
menggunakan standar
GRI
Pengungkapan tentang
organisasi pelapor
Pengungkapan dan
panduan tentang topik
material organisasi
Terapkan ketiga Standar Universal Gunakan Standar Sektor yang Pilih Standar Topik untuk
pada pelaporan Anda berlaku untuk sektor organisasi anda melaporkan informasi tertentu
tentang topik material Anda
Bagian 1 dari Standar ini memberikan informasi kontekstual yang dapat membantu organisasi dalam
mengidentifikasi dan menilai dampaknya.
Bagian 2 menguraikan topik yang kemungkinan bersifat material untuk organisasi di sektor pertanian, akuakultur,
dan perikanan tangkap. Organisasi diwajibkan untuk meninjau setiap topik yang dijelaskan dan menentukan apakah
itu merupakan topik material untuk organisasi.
Organisasi perlu menggunakan Standar ini saat menentukan topik material. Sekalipun demikian, keadaan untuk
setiap organisasi berbeda-beda, dan organisasi perlu menentukan topik material sesuai dengan keadaan spesifik
dari organisasi, seperti model bisnis; konteks geografis, budaya, dan hukum; struktur kepemilikan; dan sifat
dampak-dampak tersebut. Karena itu, tidak semua topik yang tercantum dalam Standar ini dapat bersifat material
untuk semua organisasi di sektor pertanian, akuakultur, dan perikanan tangkap. Lihat GRI 3: Topik Material 2021
untuk panduan bertahap tentang cara menentukan topik material.
Jika organisasi telah menentukan salah satu dari topik yang dicantumkan dalam Standar ini sebagai bukan material,
maka organisasi diwajibkan untuk mencantumkan topik tersebut dalam indeks konten GRI dan menjelaskan
mengapa topik tersebut bukan material.
9 GRI 13: Sektor Pertanian, Akuakultur, dan Perikanan Tangkap 2022
Lihat Persyaratan 3 dalam GRI 1 Landasan 2021 dan Kotak 5 dalam GRI 3 untuk informasi lebih lanjut tentang
penggunaan Standar Sektor untuk menentukan topik material.
Setelah organisasi menentukan bahwa suatu topik yang ada dalam Standar ini bersifat material, Standar tersebut
juga membantu organisasi mengidentifikasi pengungkapan untuk melaporkan informasi tentang dampak yang
terkait dengan topik tersebut.
Untuk setiap topik di bagian 2 dari Standar ini, disertakan subbagian pelaporan. Subbagian ini berisi pengungkapan
dari Standar Topik GRI yang relevan dengan topik tersebut. Sub-bagian tersebut mungkin juga mencantumkan
pengungkapan sektor tambahan dan rekomendasi untuk dilaporkan oleh organisasi. Ini dilakukan dalam kasus saat
Standar Topik tidak menyediakan pengungkapan, atau saat pengungkapan dari Standar Topik tidak menyediakan
informasi yang memadai tentang dampak organisasi yang terkait dengan suatu topik. Pengungkapan sektor
tambahan dan rekomendasi ini mungkin berdasarkan pada sumber lain. Gambar 2 menjelaskan bagaimana
pelaporan yang dicantumkan dalam setiap topik disusun.
Organisasi diwajibkan untuk melaporkan pengungkapan dari Standar Topik yang tercantum untuk topik-topik tersebut
yang telah mereka tentukan sebagai material. Jika salah satu dari pengungkapan Standar Topik yang tercantum tidak
relevan dengan dampak organisasi, organisasi tidak dipersyaratkan untuk melaporkan pengungkapan tersebut.
Namun, organisasi dipersyaratkan untuk mendaftarkan pengungkapan ini dalam indeks konten GRI dan menyatakan
'tidak berlaku' sebagai alasan pengabaian untuk tidak melaporkan pengungkapan tersebut. Lihat Persyaratan 6
dalam GRI 1: Landasan 2021 untuk informasi lebih lanjut mengenai alasan tidak mencantumkan.
Pengungkapan sektor tambahan dan rekomendasi menguraikan informasi lebih lanjut yang telah dianggap relevan
untuk dilaporkan oleh organisasi di sektor pertanian, akuakultur, dan perikanan tangkap terkait dengan suatu topik.
Organisasi sebaiknya menyediakan informasi yang memadai tentang dampak terkait dengan setiap topik material
sehingga pengguna informasi dapat melakukan penilaian dan pengambilan keputusan matang tentang organisasi
tersebut. Karena alasan ini, disarankan untuk melaporkan pengungkapan sektor tambahan dan rekomendasi ini,
tetapi hal itu bukan suatu keharusan.
Ketika organisasi melaporkan pengungkapan sektor tambahan, mereka dipersyaratkan untuk mencantumkan
pengungkapan tersebut dalam indeks konten GRI (lihat Persyaratan 7 di GRI 1).
Jika organisasi melaporkan informasi yang berlaku untuk lebih dari satu topik material, mereka tidak perlu
mengulangi informasi tersebut untuk setiap topik. Organisasi dapat melaporkan informasi ini sekali, dengan
penjelasan jelas tentang semua topik yang dicakup.
Jika organisasi ingin mempublikasikan laporan keberlanjutan yang berdiri sendiri, organisasi tersebut tidak perlu
mengulangi informasi yang sudah dilaporkan secara publik di tempat lain, seperti di halaman web atau dalam
laporan tahunan mereka. Dalam kasus tersebut, organisasi dapat melaporkan pengungkapan yang dipersyaratkan
dengan memberikan rujukan di indeks konten GRI mengenai di mana informasi ini dapat ditemukan (misalnya,
dengan memberikan tautan ke halaman web atau mengutip halaman di laporan tahunan tempat informasi tersebut
telah dipublikasikan).
Lihat Persyaratan 5 di GRI 1 untuk informasi lebih lanjut tentang penggunaan Standar Sektor untuk melaporkan
pengungkapan.
Manajemen topik
Organisasi dipersyaratkan untuk melaporkan cara
mereka mengelola setiap topik material menggunakan
Pengungkapan 3-3 dalam GRI 3: Topik Material 2021.
1. Profil sektor
11 GRI 13: Sektor Pertanian, Akuakultur, dan Perikanan Tangkap 2022
1. Profil sektor
Sektor pertanian, akuakultur, dan perikanan tangkap menghasilkan bahan pangan dan nonpangan yang esensial,
seperti serat, bahan bakar, dan produk karet. Bahan-bahan tersebut memainkan peran utama dalam pembangunan
global sebagai penyedia makanan untuk konsumsi manusia dan pemasok bahan untuk sektor ekonomi lainnya,
seperti tekstil, bahan bangunan, farmasi, dan produksi bahan bakar hayati.
Tingkat produksi dan nilai yang diciptakan oleh sektor tersebut meningkat di hampir semua negara di seluruh dunia
dalam 20 tahun terakhir. Namun, kontribusi mereka terhadap produk domestik bruto (PDB) global selama periode ini
tetap konsisten di sekitar 4%.2 Terlepas dari kontribusi ekonomi global yang relatif terbatas, sektor ini memiliki
dampak yang sangat besar di negara-negara berkembang dan di daerah pedesaan. Di beberapa negara
berkembang, sektor ini menyumbang lebih dari seperempat dari PDB [20].
Permintaan akan produk-produk dari sektor-sektor tersebut diproyeksikan akan tumbuh di masa mendatang, yang
didorong oleh pertumbuhan penduduk dan perubahan tingkat pendapatan. Produksi di masa mendatang juga akan
dipengaruhi oleh perubahan demografi, sosial budaya, dan gaya hidup, serta kesadaran konsumen akan masalah
kesehatan dan keberlanjutan [30].
Kegiatan pertanian, akuakultur, dan perikanan tangkap dapat diatur secara formal atau informal sebagai perusahaan
bisnis skala besar atau kecil. Kegiatan juga dapat mencakup rumah tangga, koperasi, dan lembaga pemerintah.
Organisasi-organisasi ini dapat memiliki atau menjalankan peternakan, kapal penangkapan ikan, pabrik, dan
fasilitas pembenihan. Organisasi yang terintegrasi secara vertikal dapat secara langsung memiliki atau mengelola
produksi, penyimpanan, pengolahan, dan distribusi.
Aktivitas
Dampak suatu organisasi berbeda-beda berdasarkan jenis aktivitas yang mereka lakukan. Daftar berikut
menguraikan beberapa aktivitas utama sektor pertanian, akuakultur, dan perikanan tangkap, seperti didefinisikan
dalam Standar ini. Daftar ini tidaklah lengkap.
Produksi tanaman
Produksi: menanam dan memanen benih, pohon untuk karet dan lateks, dan semua tanaman, seperti sereal,
sayuran, buah-buahan, serat, dan jenis lainnya; mengumpulkan buah beri, kacang-kacangan, jamur, dan getah.
Pengolahan utama: pembersihan, penilaian, penggilingan, penumbukan, dan penggilingan biji-bijian; perendaman,
pemanasan, dan pengeringan daun; ekstraksi dan penyaringan minyak.
Agregasi: mengumpulkan tanaman hasil panen dari berbagai sumber di tingkat petani untuk dijual ke pasar hilir,
yang dapat melibatkan transaksi oleh organisasi perantara atau pelaku tunggal.
Penyimpanan: menjaga tanaman dengan cara yang menjaga kualitasnya dan menjaganya tetap aman dari,
misalnya, jamur, ragi, dan hewan pengerat.
Produksi hewan
Produksi: mengembangbiakkan dan memelihara ternak dan unggas; mengumpulkan produk hewan hidup, seperti
daging, susu, telur, madu, dan wol; membudidaya serangga; memelihara hewan di penangkaran; memberi makan
hewan; menjalankan peternakan.
2 Angka ini berdasarkan pada sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan tangkap seperti yang ditentukan dalam Klasifikasi Industri Standar
Internasional (ISIC) untuk Semua Kegiatan Ekonomi yang meliputi produksi tanaman dan hewan, perburuan dan aktivitas layanan terkait, kehutanan
dan penebangan hutan, serta penangkapan ikan dan akuakultur [20].
12 GRI 13: Sektor Pertanian, Akuakultur, dan Perikanan Tangkap 2022
Pengolahan primer: membersihkan dan mencuci produk hewan; mengolah susu; mengetes telur; menyembelih
hewan untuk diambil dagingnya; pembuangan tulang, pemotongan, pengasapan, dan pembekuan daging;
memisahkan bulu, kulit, dan bulu bawah.
Agregasi: mengumpulkan produk hewan dari berbagai peternakan untuk dijual ke pasar hilir, yang dapat melibatkan
transaksi oleh organisasi perantara atau pelaku tunggal.
Penyimpanan: menyimpan produk hewan dengan cara yang menjaga kualitasnya dan menjaganya tetap aman dari,
misalnya, bakteri berbahaya.
Transportasi: menggunakan transportasi tradisional atau mekanis untuk mengangkut hewan hidup dan produk
hewan.
Akuakultur
Produksi: penanaman ganggang dan rumput laut lainnya; pembiakan atau budidaya organisme akuatik, seperti ikan,
moluska, dan krustasea, dalam kondisi penangkaran yang melibatkan penebaran teratur, pemberian pakan, dan
perlindungan terhadap pemangsa; ini mencakup sistem akuakultur berbasis tangkapan (CBA) dan akuakultur
berbasis pembenihan (HBA).
Pengolahan primer: penyembelihan dan pengupasan cangkang organisme akuatik yang dihasilkan; melakukan
aktivitas pelayanan yang berkaitan dengan pengoperasian pembenihan dan pembudidayaan ikan.
Agregasi: mengumpulkan ikan, moluska, dan krustasea dari berbagai sumber untuk dijual ke pasar hilir, yang dapat
melibatkan transaksi oleh organisasi perantara atau pelaku tunggal.
Penyimpanan: menyimpan produk akuakultur dengan cara yang menjaga kualitasnya dan menjaganya tetap aman
dari, misalnya, bakteri berbahaya.
Transportasi: menggunakan transportasi tradisional atau mekanis untuk mengangkut produk akuakultur.
Perikanan tangkap
Perikanan tangkap: menangkap organisme akuatik liar, seperti ikan, moluska, dan krustasea, melalui jaring
berbasis pantai atau kapal penangkapan ikan komersial di perairan pantai, pesisir, atau lepas pantai.
Pengolahan primer: penanganan organisme akuatik liar hidup di atas kapal setelah ditangkap dan sampai ke titik
pendaratan.
Agregasi: mengumpulkan ikan, moluska, dan krustasea dari berbagai sumber ke pasar hilir, yang dapat melibatkan
transaksi oleh organisasi perantara atau pelaku tunggal.
Penyimpanan: menyimpan produk perikanan tangkap3 dengan cara yang menjaga kualitasnya dan melindunginya
tetap aman dari, misalnya, bakteri berbahaya.
Transportasi: menggunakan transportasi tradisional atau mekanis untuk mengangkut produk perikanan tangkap.
Hubungan bisnis
Hubungan bisnis organisasi mencakup hubungan yang dimilikinya dengan mitra bisnis, dengan entitas dalam rantai
nilai, termasuk mereka di luar tingkat pertama, dan dengan entitas lain yang berhubungan langsung dengan
kegiatan, produk, atau layanannya. Jenis hubungan bisnis berikut lazim di sektor pertanian, akuakultur, dan
perikanan tangkap, serta relevan ketika mengidentifikasi dampak organisasi dalam sektor tersebut.
Agregator: organisasi perantara atau pelaku tunggal yang membawa produk dari berbagai sumber di tingkat
pertanian, perikanan, fasilitas pembenihan, atau pabrik untuk dijual ke pasar hilir.
Pemasok pakan hewan atau ikan: organisasi atau orang yang menyediakan pakan untuk produksi hewan atau
akuakultur.
3 Produk perikanan tangkap berarti organisme akuatik liar yang ditangkap, seperti ikan, moluska, dan krustasea.
13 GRI 13: Sektor Pertanian, Akuakultur, dan Perikanan Tangkap 2022
Produsen primer: organisasi pertanian, akuakultur, dan perikanan tangkap sering kali dapat membeli produk
mereka dari produsen primer yang aktif bertani atau menangkap ikan. Produsen primer dapat berupa organisasi
atau orang lain, seperti petani dan nelayan, yang dikategorikan sebagai pekerja mandiri.
Pemasok kebutuhan pertanian: organisasi yang memproduksi dan menjual pupuk, pestisida dan input lainnya,
serta benih.
14 GRI 13: Sektor Pertanian, Akuakultur, dan Perikanan Tangkap 2022
Sektor pertanian, akuakultur, dan perikanan tangkap adalah sumber lahan pekerjaan terbesar kedua di dunia [20].4
Lebih dari 2,5 miliar orang yang tinggal di daerah pedesaan bergantung pada sektor-sektor ini untuk bekerja. Pada
saat yang sama, pertanian, akuakultur, dan perikanan tangkap adalah sektor dengan tingkat informalitas tertinggi
dalam kontrak ketenagakerjaan, transaksi komersial, dan kepemilikan lahan, yang merupakan tantangan untuk
menegakkan hak asasi manusia. Dengan 80% orang miskin dunia tinggal di daerah pedesaan, memastikan
pendapatan yang cukup bagi pekerja pedesaan masih menjadi masalah [37]. Meningkatkan pendapatan berarti
masyarakat membutuhkan peluang ekonomi yang lebih baik, akses ke teknologi, pelatihan keterampilan, dan
distribusi nilai yang lebih adil, yang diciptakan oleh tenaga kerja mereka. Pertumbuhan di sektor-sektor tersebut
secara proporsional lebih efektif dalam meningkatkan pendapatan masyarakat termiskin di dunia dibandingkan
dengan sektor lain.
Pertanian, akuakultur, dan perikanan tangkap memiliki jejak lingkungan yang cukup besar. Misalnya, pertanian
menyumbang sekitar 70% dari pengambilan air tawar di seluruh dunia dan merupakan sumber penting emisi gas
rumah kaca (GRK), yang mencapai 22% dari total emisi global [25].5 Demikian juga, perikanan tangkap bertanggung
jawab atas setidaknya 1,2% dari konsumsi minyak global [10].
Karena produksi pertanian, akuakultur, dan perikanan tangkap bergantung pada keanekaragaman hayati, tanah, dan
ekosistem, penerapan praktik berkelanjutan di seluruh sektor merupakan syarat mendasar untuk ketahanan pangan.
Namun, sektor pertanian dikaitkan dengan 70% hilangnya keanekaragaman hayati darat karena konversi lahan,
penggundulan hutan, erosi tanah, dan dampak pestisida. [21]. Perikanan tangkap telah mengakibatkan dampak yang
signifikan terhadap keanekaragaman hayati laut global, dengan sepertiga dari persediaan ikan adalah yang
ditangkap secara berlebihan dan sekitar 60% ditangkap pada tingkat maksimum yang berkelanjutan. [24].
Konsumsi global dari produk hewan dan akuakultur mengalami pertumbuhan secara berkelanjutan. Dengan sekitar
340 juta ton daging, 88 juta ton susu, dan 85 juta ton produk akuakultur yang diproduksi setiap tahun, kesehatan dan
kesejahteraan hewan merupakan hal mendasar bagi aktivitas pertanian dan akuakultur [20]. Kondisi tempat tinggal
hewan memiliki implikasi yang cukup besar untuk mencegah penyakit zoonosis dan risiko resistensi antimikroba.
Kesehatan dan kesejahteraan hewan yang baik juga berarti tanggung jawab untuk memperlakukan hewan secara
manusiawi.
Perubahan iklim menimbulkan tantangan bagi sektor pertanian, akuakultur, dan perikanan tangkap. Ini dapat
memengaruhi hasil panen, mengganggu produksi dan rantai pasokan, yang membahayakan ketahanan pangan.
Dampak perubahan iklim juga dapat memperdalam tingkat kemiskinan, menggusur orang dari tanah mereka, dan
dengan demikian meningkatkan migrasi. Organisasi pertanian, akuakultur, dan perikanan tangkap dapat
berkontribusi pada ketahanan pangan dan pembangunan global dengan membangun ketahanan terhadap
perubahan iklim, mengurangi kehilangan pangan, dan menyediakan pendapatan dan mata pencaharian bagi petani
dan nelayan, serta masyarakat mereka.
Karena TPB dan target yang berkaitan dengannya bersifat terintegrasi dan tak dapat dipisahkan, organisasi
pertanian, akuakultur, dan perikanan tangkap memiliki potensi untuk berkontribusi pada semua Tujuan
Pembangunan Berkelanjutan dengan meningkatkan dampak positif mereka, atau dengan mencegah dan
memitigasi dampak negatif mereka terhadap ekonomi, lingkungan, dan masyarakat.
4 Angka ini berdasarkan pada sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan tangkap seperti yang ditentukan dalam Klasifikasi Industri Standar
Internasional (ISIC) untuk Semua Kegiatan Ekonomi yang meliputi produksi tanaman pangan dan hewan, perburuan dan aktivitas layanan terkait,
kehutanan dan penebangan hutan, penangkapan ikan, dan akuakultur [19].
5 Angka ini berdasarkan pada sektor Pertanian, Kehutanan, dan Penggunaan Lahan Lainnya (AFOLU) seperti yang didefinisikan dalam laporan Panel
Antarpemerintah untuk Perubahan Iklim (IPCC). Perubahan penggunaan lahan merupakan sumber terbesar emisi AFOLU, yang diikuti oleh produksi
ternak pemamah biak, yang diikuti oleh produksi tanaman [25].
15 GRI 13: Sektor Pertanian, Akuakultur, dan Perikanan Tangkap 2022
Sektor pertanian, akuakultur, dan perikanan tangkap menyediakan makanan bagi masyarakat di seluruh dunia dan
memiliki posisi terbaik untuk berkontribusi pada Tujuan 2: Mengakhiri Kelaparan. Sektor tersebut juga merupakan
pemberi kerja terbesar di dunia dan sektor ekonomi terbesar bagi banyak negara, yang secara langsung berdampak
pada Tujuan 1: Tanpa Kemiskinan dan Tujuan 8: Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi.
Dengan mengelola sumber daya alam secara berkelanjutan dan efisien (Tujuan 12: Konsumsi dan Produksi yang
Bertanggung Jawab), pertanian memiliki potensi untuk merevitalisasi lingkungan pedesaan, yang berkontribusi pada
Tujuan 15: Kehidupan di darat. Pada saat yang sama, sektor akuakultur dan perikanan tangkap dapat berkontribusi
pada ekosistem laut dan akuatik yang sehat, yaitu Tujuan 14: Kehidupan di Bawah Air. Dengan menerapkan praktik
perikanan dan pertanian yang tangguh, sektor pertanian, akuakultur, dan perikanan tangkap dapat membantu
meningkatkan produktivitas dan membangun kapasitas adaptif untuk merespons perubahan iklim (Tujuan 13:
Penanganan Perubahan Iklim).
Tabel 2 menyajikan hubungan antara kemungkinan topik material untuk sektor pertanian, akuakultur, dan perikanan
tangkap dan TPB. Tautan ini diidentifikasi berdasarkan penilaian dampak yang dijelaskan dalam setiap
kemungkinan topik material, dan target terkait setiap TPB.
Tabel 2 bukanlah alat pelaporan, tetapi menyajikan hubungan antara dampak signifikan sektor pertanian, akuakultur,
dan perikanan tangkap dan Agenda untuk Pembangunan Berkelanjutan 2030 pada tingkat tujuan. Lihat rujukan [40]
dan [41] di Daftar Pustaka untuk informasi tentang kemajuan pelaporan terhadap TPB menggunakan Standar GRI.
16 GRI 13: Sektor Pertanian, Akuakultur, dan Perikanan Tangkap 2022
Tabel 2: Keterkaitan antara kemungkinan topik material untuk sektor pertanian, akuakultur, dan perikanan
tangkap dan TPB.
Pertanian bertanggung jawab atas sebagian besar emisi gas rumah kaca (GRK). Dari 2007 hingga 2016, sektor ini
menyumbang sekitar 13% emisi karbon dioksida (CO2), 44% metana (CH4), dan 82% nitrogen oksida (N2O) dari
aktivitas manusia secara global, yang merupakan 23% dari total emisi antropogenik bersih GRK selama periode ini
[46].
Di bidang pertanian dan akuakultur, bagian tertinggi dari total emisi dikaitkan dengan perubahan penggunaan lahan,
termasuk konversi lahan dari ekosistem alami untuk digunakan oleh sektor-sektor tersebut [46] (lihat juga topik 13.4
Konversi ekosistem alami). Hutan berkontribusi pada pengurangan CO2 dengan menyerap lebih banyak karbon
daripada yang dilepaskan, menjadikannya penyerap karbon. Pembukaan hutan atau padang rumput menghasilkan
sejumlah besar CO2 yang dilepaskan. Tanah juga dapat menyerap emisi gas rumah kaca. Praktik pengelolaan tanah
dan padang rumput dapat berkontribusi pada kapasitas tanah untuk menyimpan karbon atau mempercepat
pelepasan karbon dari tanah ke atmosfer (lihat topik 13.5 Kesehatan tanah). Pemulihan dan pelestarian penyerap
karbon, seperti ekosistem alam dan tanah, memainkan peran integral dalam mitigasi perubahan iklim (lihat juga
topik 13.2 Adaptasi dan ketahanan iklim).
Pengelolaan lahan untuk produksi tanaman menghasilkan emisi GRK melalui pengolahan tanah, termasuk
pembajakan tanah, dekomposisi sisa tanaman, dan pembakaran vegetasi dan sisa tanaman. Hal ini mengakibatkan
dihasilkannya CO2, N2O, dan materi partikulat. Pupuk, pestisida, dan bahan bakar yang digunakan untuk
menggerakkan mesin dan kendaraan juga melepaskan emisi GRK.
Ternak pemamah biak menghasilkan emisi GRK selama pernapasan dan pencernaan. Kotoran hewan juga
melepaskan gas, seperti CH4, N2O, dan CO2. Ternak di padang rumput dan padang penggembalaan yang dikelola
diperkirakan menyumbang lebih dari setengah dari total emisi antropogenik N2O dari pertanian [46]. Emisi CH4 dan
N2O memiliki potensi pemanasan global yang lebih tinggi dibandingkan CO2.
Dalam produksi hewan dan akuakultur, emisi juga dikaitkan dengan pengadaan pakan hewan dan ikan. Emisi ini
dapat disebabkan oleh konversi ekosistem alami, serta produksi, pengolahan, dan transportasi pakan. Di pertanian
berbasis lahan akuakultur, emisi juga dilepaskan dari pembakaran bahan bakar untuk menghasilkan energi yang
dibutuhkan untuk mengatur suhu dan sirkulasi air.
Aktivitas perikanan tangkap menghasilkan emisi dari pembakaran bahan bakar, seperti solar, minyak bahan bakar
laut, dan minyak bahan bakar perantara. Bahan bakar ini memberikan daya bagi kapal penangkapan ikan untuk
mengakses persediaan laut dan memberi daya pada fasilitas pengolahan ikan di atas kapal, termasuk
membekukan atau mendinginkan ikan. Kapal penangkapan ikan belum tentu optimal untuk efisiensi bahan bakar,
yang menambah berkontribusi pada emisi. Pembakaran bahan bakar juga menghasilkan polusi udara lokal,
sedangkan penggunaan refrigeran untuk menyimpan produk ikan dapat mengakibatkan emisi zat perusak ozon.
Tujuan Perjanjian Paris untuk membatasi pemanasan global hingga jauh di bawah 2°C mengharuskan organisasi
untuk menetapkan target emisi yang konsisten dengan anggaran karbon kumulatif yang menetapkan batas total CO2
yang diizinkan [42].
Pengurangan emisi untuk sektor-sektor tersebut termasuk langkah-langkah yang membantu memitigasi sumber
utama GRK, misalnya, langkah-langkah untuk mengurangi metana (CH4) yang dikeluarkan oleh hewan pemamah
18 GRI 13: Sektor Pertanian, Akuakultur, dan Perikanan Tangkap 2022
biak melalui pengelolaan pakan dan kotoran yang lebih baik, atau dalam produksi tanaman, menggunakan praktik
produksi khusus budidaya, seperti menanam padi menggunakan metode pembasahan dan pengeringan alternatif
yang mengurangi produksi metana.
19 GRI 13: Sektor Pertanian, Akuakultur, dan Perikanan Tangkap 2022
Manajemen topik
GRI 3: Topik Pengungkapan 3-3 Manajemen topik material 13.1.1
Material 2021
Pengungkapan 305-7 Nitrogen oksida (NOX), belerang oksida (SOX), dan emisi 13.1.8
udara signifikan lainnya
Rujukan tambahan yang digunakan dalam mengembangkan topik ini, serta sumber daya yang mungkin bermanfaat
untuk pelaporan tentang emisi udara oleh sektor pertanian, akuakultur, dan perikanan tangkap dicantumkan dalam
Daftar Pustaka.
6 Perubahan penggunaan lahan terjadi ketika lahan dikonversi dari satu kategori penggunaan lahan ke kategori lainnya; misalnya, ketika lahan pertanian
dikonversi menjadi padang rumput atau ketika hutan dikonversi menjadi lahan pertanian. Hal ini meliputi konversi ekosistem alami [48] (lihat juga topik
13.4 Konversi ekosistem alami).
20 GRI 13: Sektor Pertanian, Akuakultur, dan Perikanan Tangkap 2022
Dampak utama perubahan iklim antara lain adalah peningkatan peristiwa cuaca akut dan perubahan pola iklim
jangka panjang. Akibatnya, hasil panen dan kesesuaian biogeografis telah terkena dampak negatif dalam beberapa
dekade terakhir.
Di bidang pertanian, tanaman dapat rusak dan panen gagal karena peningkatan volatilitas, intensitas, dan durasi
peristiwa terkait cuaca. Musim dingin yang lebih hangat karena perubahan iklim memengaruhi buah-buahan dan
sayuran yang membutuhkan periode cuaca yang lebih dingin untuk menghasilkan panen yang layak. Degradasi
lahan yang diperburuk oleh pemanasan global juga dapat menyebabkan peningkatan frekuensi dan keparahan
banjir, kekeringan, prevalensi hama, penyakit, stres karena panas, musim kering, angin, kenaikan permukaan laut,
aksi gelombang, dan pencairan lapisan es.
Kegiatan akuakultur dan perikanan tangkap kemungkinan akan terpengaruh oleh kenaikan suhu air, defisit oksigen,
kenaikan permukaan laut, penurunan tingkat pH, dan perubahan pola produktivitas. Suhu laut yang lebih tinggi juga
berarti hilangnya habitat dan spesies laut secara terus-menerus. Aktivitas akuakultur dan perikanan di darat juga
dipengaruhi oleh perubahan curah hujan dan pengelolaan air, peningkatan tekanan pada sumber daya air tawar, dan
frekuensi, serta intensitas peristiwa terkait perubahan iklim ekstrem. Di daerah tropis dan kurang berkembang,
nelayan skala kecil sangat rentan terhadap dampak perubahan iklim.
Kegagalan organisasi untuk beradaptasi dengan dampak terkait perubahan iklim dapat menyebabkan gangguan
dalam kegiatan, peningkatan dampak kesehatan dan keselamatan kerja, hilangnya mata pencaharian, dan
kerawanan pangan. Gangguan ini dapat memengaruhi pekerja, pemasok, pelanggan organisasi, serta petani kecil,
nelayan, masyarakat adat, dan masyarakat setempat. Gangguan dalam produksi pangan dapat menyebabkan antara
34 hingga 600 juta lebih banyak orang dapat menderita kelaparan pada tahun 2080, tergantung pada bagaimana
skenario terkait perubahan iklim terjadi [53] (lihat juga topik 13.9 Ketahanan pangan).
Organisasi dapat menanggapi dampak perubahan iklim dengan mengadopsi praktik dan teknologi yang
membangun ketahanan. Misalnya, di bidang pertanian, pertanian tanpa atau dengan olah tanah yang rendah dapat
mengurangi erosi tanah, yang mengarah pada perbaikan kualitas tanah dan air. Strategi adaptasi penting lainnya
untuk sektor ini adalah diversifikasi produksi melalui basis genetik yang lebih luas dengan perbaikan toleransi
terhadap panas dan kekeringan. Memitigasi kehilangan pangan (lihat juga topik 13.9 Ketahanan pangan) adalah
tindakan lain yang berkontribusi terhadap berkurangnya lahan dan sumber daya alam yang dibutuhkan untuk
menghasilkan output yang sama, sehingga mengurangi emisi GRK.
Melestarikan kekayaan adat dan kearifan lokal tentang keanekaragaman hayati juga dapat menjadi faktor pendukung
dalam meningkatkan ketahanan iklim. Kekayaan adat dan kearifan lokal seringkali berfokus pada pelestarian
ekosistem dan menawarkan strategi adaptif untuk mengatasi kondisi yang tidak menguntungkan di wilayah
setempat.
21 GRI 13: Sektor Pertanian, Akuakultur, dan Perikanan Tangkap 2022
Manajemen topik
GRI 3: Topik Pengungkapan 3-3 Manajemen topik material 13.2.1
Material 2021
Rujukan tambahan yang digunakan dalam mengembangkan topik ini, serta sumber informasi yang mungkin
bermanfaat untuk pelaporan tentang adaptasi dan ketahanan iklim oleh sektor pertanian, akuakultur, dan perikanan
tangkap dicantumkan dalam Daftar Pustaka.
22 GRI 13: Sektor Pertanian, Akuakultur, dan Perikanan Tangkap 2022
Keanekaragaman hayati sangat penting untuk produksi pangan dan berbagai layanan ekosistem. Menurut Serikat
Internasional untuk Konservasi Alam (IUCN), keanekaragaman hayati menghadapi lima ancaman utama: hilangnya
dan degradasi habitat, eksploitasi sumber daya hayati yang berlebihan, polusi, perubahan iklim, dan spesies invasif.
Kegiatan pertanian, akuakultur, dan perikanan tangkap menimbulkan ancaman terhadap keanekaragaman hayati
melalui kontaminasi udara, tanah, dan air, penggundulan hutan, erosi tanah, sedimentasi saluran air, dan ekstraksi
spesies. Keanekaragaman hayati umumnya menurun seiring dengan meningkatnya aktivitas pertanian, akuakultur,
atau perikanan tangkap. Hal ini sebagian besar didorong oleh konversi ekosistem alami dan perubahan habitat (lihat
juga topik 13.4 Konversi ekosistem alami). Dampak keanekaragaman hayati mengakibatkan meningkatnya angka
kematian spesies, fragmentasi habitat, dan dapat menyebabkan hilangnya atau punahnya spesies.
Keanekaragaman hayati dapat dipengaruhi secara negatif oleh monokultur. Menanam tanaman yang sama atau
beternak spesies hewan yang sama dari tahun ke tahun dapat meningkatkan produksi, tetapi juga menurunkan
keanekaragaman hayati pertanian di pertanian dan perkebunan, serta dapat membahayakan keanekaragaman
hayati di lingkungan sekitarnya. Dalam produksi tanaman, pemanenan tanaman tunggal secara terus-menerus
dapat mengakibatkan penumpukan hama dan penyakit, biasanya membutuhkan volume pestisida yang lebih tinggi,
yang dapat menjadi racun bagi banyak spesies nontarget, termasuk penyerbuk. Sekitar 40% spesies penyerbuk
invertebrata, terutama lebah dan kupu-kupu, menghadapi kepunahan [71].
Produksi hewan dapat menjadi sumber utama surplus polusi nitrogen dan fosfor, yang menyebabkan eutrofikasi di
danau dan sungai yang berdekatan, menjadikannya tidak dapat dihuni oleh organisme akuatik (lihat juga topik 13.7
Air dan efluen). Aktivitas akuakultur memiliki dampak serupa karena penumpukan kotoran ikan di badan air. Dampak
tersebut dapat memengaruhi ketersediaan sumber daya perikanan dan pangan bagi komunitas lokal.
Akuakultur juga dapat berdampak pada keanekaragaman hayati setempat melalui lepasnya hewan dari lahan
akuakultur, yang selanjutnya dapat bersaing dengan spesies asli daerah tersebut. Praktik pemberian pakan yang
buruk dapat mengakibatkan pakan ikan yang berlebihan atau tidak mencukupi, yang menambah wabah penyakit dan
polusi akuatik. Adanya pakan tambahan dapat menarik ikan liar dan predator ke kolom air.
Perikanan tangkap adalah salah satu pendorong paling signifikan dari penurunan keanekaragaman hayati laut. Hal
ini sebagian besar disebabkan oleh penangkapan ikan secara berlebihan, tangkapan sampingan, dan
penangkapan ikan ilegal, tidak dilaporkan, dan tidak diatur (IUU). Dari tahun 1974 hingga 2017, proporsi persediaan
ikan dunia yang diklasifikasikan sebagai ditangkap secara berlebihan meningkat menjadi 34,2%, dengan hanya
sekitar dua pertiga dari stok ikan global yang dianggap berkelanjutan secara biologis (lihat rujukan [65] dan [68]).
Penangkapan ikan secara berlebihan berdampak pada keanekaragaman hayati ekosistem laut dengan mengubah
komposisi spesies. Perubahan ini mengakibatkan dampak pada hubungan predator-mangsa dan menyebabkan
pergeseran struktur trofik. Penangkapan ikan secara berlebihan dapat lebih sulit dicegah di perairan internasional, di
mana upaya untuk mengelola persediaan secara berkelanjutan menjadi semakin rumit ketika ikan bergerak
melintasi batas negara.
Tepung ikan dan minyak ikan kaya akan protein dan biasanya digunakan sebagai bahan pakan ikan dan hewan.
Produk perikanan tangkap yang digunakan untuk pakan dapat berasal dari pakan ikan atau produk sampingan
perikanan, termasuk sisa pemangkasan dan pemotongan. Penangkapan ikan secara berlebihan membuat
persediaan ikan yang digunakan untuk pakan meningkatkan tekanan pada struktur trofik liar. Dalam akuakultur,
tekanan lebih lanjut pada persediaan ikan juga dapat didorong dengan menggunakan benih remaja yang ditangkap
di alam liar.
Praktik penangkapan ikan tertentu, misalnya jaring pukat dasar di kawasan dengan nilai keanekaragaman hayati
tinggi, dapat merusak struktur fisik dasar laut, yang memengaruhi tumbuhan dasar, karang, bunga karang, ikan, dan
hewan akuatik lainnya. Praktik ini dapat banyak mengubah fungsi ekosistem bentos alami atau menyebabkan
kehancurannya. Kerusakan dasar laut juga dapat menghasilkan emisi karbon dioksida (CO2).
23 GRI 13: Sektor Pertanian, Akuakultur, dan Perikanan Tangkap 2022
Fenomena yang dikenal sebagai 'ghost fishing' dapat mengancam spesies target dan nontarget, berpotensi
membunuh spesies yang terancam punah dan dilindungi, serta merusak habitat bawah laut. Fenomena ini terjadi
ketika peralatan penangkapan ikan hilang atau dibuang dan dapat terus menjebak spesies tanpa pandang bulu.
Peralatan penangkapan ikan yang hilang atau dibuang juga berkontribusi terhadap pencemaran plastik laut (lihat
juga topik 13.8 Limbah).
Sekitar 80% keanekaragaman hayati darat ditemukan di tanah dan hutan milik masyarakat adat [76]; menghormati
hak masyarakat adat atas tanah dan sumber daya alam juga dapat memberikan kontribusi besar bagi konservasi
keanekaragaman hayati (lihat topik 13.14 Hak masyarakat adat dan topik 13.13 Hak atas tanah dan sumber daya).
24 GRI 13: Sektor Pertanian, Akuakultur, dan Perikanan Tangkap 2022
Manajemen topik
GRI 3: Topik Pengungkapan 3-3 Manajemen topik material 13.3.1
Material 2021
Rekomendasi sektor tambahan
Pengungkapan 304-2 Dampak signifikan dari aktivitas, produk dan layanan 13.3.3
terhadap keanekaragaman hayati
Pengungkapan 304-4 Spesies Daftar Merah IUCN dan spesies daftar konservasi 13.3.5
nasional dengan habitat di wilayah yang terkena efek operasi
Pengungkapan sektor tambahan berikut ini untuk organisasi di sektor perikanan tangkap: 13.3.7
• Untuk setiap spesies organisme akuatik yang ditangkap atau dipanen, termasuk spesies
nontarget, melaporkan:
- nama ilmiah spesies;
- volume dalam metrik ton;
- metode penangkapan;
- lokasi asal;
- status persediaan, termasuk penilaian status persediaan atau sistem yang digunakan.8
26 GRI 13: Sektor Pertanian, Akuakultur, dan Perikanan Tangkap 2022
Instrumen resmi tambahan dan rujukan yang digunakan dalam mengembangkan topik ini, serta sumber informasi
yang mungkin bermanfaat untuk pelaporan tentang keanekaragaman hayati oleh sektor pertanian, akuakultur, dan
perikanan tangkap dicantumkan dalam Daftar Pustaka.
7 Organisasi dapat menggunakan penilaian atau sistem keadaan persediaan yang berkaitan dengan lokasi asal dan lokasi spesies.
8 Organisasi dapat menggunakan penilaian atau sistim keadaan persediaan yang berkaitan dengan lokasi asal dan lokasi spesies.
27 GRI 13: Sektor Pertanian, Akuakultur, dan Perikanan Tangkap 2022
Ekosistem alami menawarkan layanan penting, termasuk menyerap dan menyimpan karbon dioksida (CO2) dalam
jumlah besar. Ketika ekosistem alami diubah untuk penggunaan lain, karbon yang tersimpan dapat dilepaskan ke
atmosfer, yang berkontribusi pada emisi gas rumah kaca (GRK) dan perubahan iklim. Perkiraan menunjukkan
bahwa hilangnya hutan tropis primer pada tahun 2019 mengakibatkan pelepasan lebih dari 2 miliar ton CO2 [86]
(lihat topik 13.1 Emisi dan topik 13.2 Adaptasi dan ketahanan iklim). Konversi ekosistem alami juga dapat
menyebabkan dampak lingkungan lainnya, seperti hilangnya keanekaragaman hayati (lihat juga topik 13.3
Keanekaragaman hayati), percepatan erosi tanah (lihat juga topik 13.5 Kesehatan tanah), dan peningkatan limpasan
dan polusi air (lihat juga topik 13.7 Air dan efluen).
Di sektor pertanian dan akuakultur, konversi ekosistem alami dapat terjadi melalui penggunaan lahan dan
lingkungan akuatik untuk pembiakan hewan, penggembalaan, produksi tanaman, produksi akuakultur, dan aktivitas
tambahan. Hal ini dapat terjadi dengan cepat, dengan perubahan signifikan yang terjadi dalam waktu singkat, atau
secara bertahap, dengan perubahan bertahap dalam waktu yang lama.
Konversi ekosistem darat dapat mencakup konversi hutan melalui penggundulan hutan dan konversi ekosistem lain,
seperti padang rumput, hutan, atau sabana. Penggundulan hutan terjadi ketika hutan primer dan sekunder dibuka,
seringkali dengan cara dibakar. Penggundulan hutan di hutan hujan tropis dapat berdampak sangat parah karena
merupakan habitat bagi sebagian besar keanekaragaman hayati dunia.
Kegiatan akuakultur dapat mengakibatkan pembukaan hutan bakau, rawa payau, dan lahan basah atau
menghasilkan perubahan berkelanjutan pada ekosistem pesisir, danau, dan sungai agar sesuai untuk lokasi
budidaya akuatik. Akuakultur juga sangat bergantung pada tanaman, seperti kedelai, untuk pakan ikan yang dapat
berkontribusi pada konversi ekosistem darat. Bahan pakan harus dapat dilacak untuk mengidentifikasi dan
mencegah potensi dampak negatif yang terkait dengan konversi (lihat topik 13.23 Ketertelusuran rantai pasokan).
Laju penggundulan hutan dan konversi di sektor pertanian semakin meningkat untuk memberi jalan bagi
perkebunan dan padang rumput [91]. Penggundulan hutan dan konversi terjadi pada rantai pasokan daging sapi,
kedelai, kelapa sawit, kakao, kopi, karet, dan produk lainnya. Untuk dianggap bebas penggundulan hutan dan
konversi, produk harus dinilai tidak menyebabkan atau berkontribusi pada konversi ekosistem alami setelah batas
waktu yang sesuai.9
Orang-orang bisa saja mengungsi karena adanya perubahan fisik pada lingkungan di sekitar masyarakat mereka
atau degradasi atau penipisan sumber daya alam atau layanan ekosistem yang diandalkan oleh masyarakat
tersebut (lihat juga topik 13.12 Komunitas lokal dan topik 13.13 13.13 Hak atas tanah dan sumber daya). Hilangnya
ekosistem dan sumber daya alam juga dapat menyebabkan kerawanan pangan. Untuk masyarakat adat, konversi
ekosistem alami dapat mengakibatkan hilangnya warisan budaya, dan spiritual, dan mata pencaharian, serta
berdampak pada hak untuk menentukan nasib dan tata kelola sendiri (lihat juga topik 13.14 Hak masyarakat adat).
9 Tanggal batas akhir didefinisikan oleh Kerangka Kerja Akuntabilitas sebagai ’tanggal setelah penggundulan hutan atau konversi pada suatu area atau
unit produksi tertentu dianggap tidak sesuai dengan komitmen antipenggundulan hutan atau antikonversi' [92].
28 GRI 13: Sektor Pertanian, Akuakultur, dan Perikanan Tangkap 2022
Manajemen topik
GRI 3: Topik Pengungkapan 3-3 Manajemen topik material 13.4.1
Material 2021
Rekomendasi sektor tambahan
• Menjelaskan kebijakan atau komitmen untuk mengurangi atau menghilangkan
konversi ekosistem alami, termasuk target10 dan batas11 waktu, untuk yang
berikut ini:
- produksi organisasi itu sendiri;
- pengadaan pakan hewan darat dan ikan;
- produk yang dibeli oleh organisasi untuk dikumpulkan, diproses, atau
diperdagangkan.
• Untuk produk yang dibeli oleh organisasi, laporkan hal berikut berdasarkan produk: 13.4.3
- persentase volume sumber yang ditentukan bebas penggundulan hutan atau konversi, dan
menjelaskan metode penilaian yang digunakan;
- persentase volume sumber yang asalnya tidak diketahui sampai pada titik di mana dapat
ditentukan apakah itu bebas penggundulan hutan atau konversi, dan menjelaskan tindakan
yang diambil untuk meningkatkan ketertelusuran.
Melaporkan ukuran dalam hektar, lokasi, dan jenis14 ekosistem alami yang dikonversi sejak batas 13.4.4
akhir lahan yang dimiliki, disewa, atau dikelola oleh organisasi.
Melaporkan ukuran dalam hektar, lokasi, dan jenis ekosistem alami yang dikonversi sejak batas akhir 13.4.5
oleh pemasok atau di lokasi pengadaan.
Instrumen resmi dan rujukan yang digunakan dalam mengembangkan topik ini, serta sumber informasi yang
mungkin bermanfaat untuk pelaporan tentang konversi ekosistem alami oleh sektor pertanian, akuakultur, dan
perikanan tangkap dicantumkan dalam Daftar Pustaka.
10 Tanggal target didefinisikan oleh Kerangka Kerja Akuntabilitas sebagai 'tanggal di mana [organisasi] bermaksud mengimplementasikan komitmen atau
kebijakan sepenuhnya’ [92].
11 Tanggal batas akhir dapat berbeda antar komoditas dan wilayah. Tanggal batas akhir yang sesuai dapat dipilih berdasarkan tanggal batas akhir
regional atau seluruh sektor, atau tanggal yang ditentukan dalam program sertifikasi, perundang-undangan, atau berdasarkan pada ketersediaan data
pemantauan. Panduan lebih lanjut tentang cara mengidentifikasi tanggal batas akhir yang benar dapat ditemukan di Panduan Operasional Kerangka
Kerja Akuntabilitas [93].
12 Lanskap berarti ekosistem alami dan/atau dibuat oleh manusia, seringkali dengan konfigurasi khas pada topografi, vegetasi, penggunaan lahan, dan
pemukiman. Inisiatif lanskap adalah cara organisasi dalam memproduksi dan menyediakan produk pertanian yang harus berupaya di luar rantai
pasokannya sendiri guna menangani isu keberlanjutan dan mendukung hasil positif bagi masyarakat dan lokasi pengadaannya. Definisi ini
berdasarkan pada Organisasi Pangan dan Pertanian, Landscape approaches: key concepts [84] dan Proforest, Landscape initiatives [88].
13 Metode penilaian dapat mencakup pemantauan, sertifikasi, pengadaan dari yurisdiksi rendah risiko dengan sedikit atau tanpa adanya konversi
terbaru, atau pengadaan dari pemasok yang terverifikasi.
14 Jenis ekosistem alami dapat memiliki ciri berdasarkan bioma, jenis vegetasi, status nilai konservasi tinggi yang sesuai dengan konteks wilayah dan
perundang-undangan.
30 GRI 13: Sektor Pertanian, Akuakultur, dan Perikanan Tangkap 2022
Perkiraan terbaru menunjukkan bahwa 80% lahan pertanian dipengaruhi oleh erosi sedang hingga parah [97].
Meskipun erosi tanah terjadi secara alami, aktivitas pertanian dapat mempercepat proses ini secara signifikan
dengan menyingkirkan tutupan vegetasi, pembajakan tanah, pemadatan tanah, irigasi, dan penggembalaan ternak
secara berlebihan.
Di bidang pertanian, tutupan vegetasi asli disingkirkan untuk menyediakan lahan untuk produksi tanaman atau
penggembalaan hewan. Tanaman pertanian jarang menahan lapisan tanah atas, serta tutupan vegetasi asli,
meningkatkan erosi tanah dan berpotensi mengurangi kesuburan tanah. Perkiraan menunjukkan bahwa setengah
dari lapisan tanah atas secara global telah hilang dalam 150 tahun terakhir [102]. Penggembalaan ternak juga dapat
memberi dampak pada struktur tanah melalui penggundulan yang berlebihan, defekasi, dan penginjakan.
Erosi tanah juga dapat dipercepat dengan olah tanah. Erosi tanah di lahan pertanian melebihi pembentukan tanah
dengan laju yang diperkirakan antara 10 hingga 20 kali lebih tinggi dengan metode tanpa olah tanah dan lebih dari
100 kali lebih tinggi bila dilakukan olah tanah konvensional [101]. Erosi meningkat karena metode olah tanah
konvensional membalikkan dan memecah tanah, menghancurkan struktur tanah, dan mengubur sisa-sisa tanaman.
Tanah yang diolah memiliki kapasitas yang lebih kecil untuk mendukung beban yang diterapkan ke tanah dan
akibatnya lebih sensitif terhadap pemadatan yang disebabkan oleh mesin pertanian, yang dapat memberi dampak
pada keanekaragaman hayati tanah. Metode olah tanah minimum atau tanpa olah tanah (TOT), yang mengurangi
area dan kedalaman yang diolah, perlindungan tanaman, dan praktik pengelolaan tanah lainnya, dapat membantu
mengurangi erosi tanah.
Pupuk, baik organik maupun anorganik, serta pestisida, berdampak pada kesehatan tanah (lihat juga topik 13.6
Penggunaan pestisida). Penggunaan pupuk anorganik yang berlebihan dapat meningkatkan tingkat keasaman
tanah dan mengubah kesuburan tanah. Pestisida dapat memengaruhi komunitas tanah dengan memengaruhi
kinerja biota tanah atau memodifikasinya. Hal ini dapat membahayakan kelimpahan dan komposisi seluruh jaring
makanan tanah.
Bahan utama pupuk yang biasa digunakan dalam pertanian adalah nitrogen, fosfor, dan kalium. Keberadaan fosfor
dalam pengairan pertanian dapat mempercepat eutrofikasi. Perubahan siklus nitrogen global dapat menyebabkan
kenaikan kadar oksida nitrat di atmosfer. Penggunaan pupuk nitrogen secara berlebihan dalam pertanian telah
menjadi sumber utama pencemaran nitrat dalam air tanah dan air permukaan yang memengaruhi akses ke air
bersih untuk komunitas lokal.
31 GRI 13: Sektor Pertanian, Akuakultur, dan Perikanan Tangkap 2022
Manajemen topik
GRI 3: Topik Pengungkapan 3-3 Manajemen topik material 13.5.1
Material 2021
Rekomendasi sektor tambahan
• Menjelaskan rencana pengelolaan tanah, termasuk:
- tautan ke rencana ini jika tersedia untuk umum;
- ancaman utama terhadap kesehatan tanah yang telah diidentifikasi dan
deskripsi praktik pengelolaan tanah yang digunakan;
- pendekatan optimasi input, termasuk penggunaan pupuk.
15 Hama yang didefinisikan oleh Organisasi Pangan dan Pertanian dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) adalah berbagai spesies, strain atau biotipe
tanaman, hewan, atau agen patogenik yang merugikan tanaman dan produk tanaman, material, atau lingkungan dan mencakup vektor parasit atau
patogen penyakit manusia dan hewan serta hewan yang menyebabkan gangguan kesehatan publik [97].
32 GRI 13: Sektor Pertanian, Akuakultur, dan Perikanan Tangkap 2022
Termasuk dalam pestisida adalah herbisida, insektisida, fungisida, nematisida, dan rodentisida, yang dapat
digunakan dalam produksi tanaman untuk mengendalikan gulma dan hama lainnya.15 Pestisida dapat mengurangi
penyebaran penyakit dan hama, meningkatkan hasil produksi, dan berpotensi membatasi kebutuhan untuk
mengonversi lebih banyak lahan.
Sebaliknya, jika tidak ditangani dengan baik pestisida dapat menimbulkan efek buruk bagi kesehatan manusia yang
akan mengganggu reproduksi, kekebalan tubuh, dan sistem saraf. Pestisida juga dapat berdampak negatif terhadap
keanekaragaman hayati karena efek toksikologisnya. Misalnya, pestisida yang menargetkan serangga atau gulma
dapat menjadi racun bagi burung, ikan, dan tanaman dan serangga nontarget. Dampak ini dapat mengancam
layanan ekosistem, seperti penyerbukan, dan berdampak buruk pada ketahanan pangan dan mata pencaharian
masyarakat (lihat juga topik 13.3 Keanekaragaman Hayati).
Setiap pestisida memiliki sifat dan efek toksikologis yang berbeda. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)
mengklasifikasikan tingkat bahaya toksisitas pestisida sebagai: sangat berbahaya, berbahaya, cukup berbahaya,
sedikit berbahaya, atau tidak mungkin menimbulkan bahaya akut. Toksisitas tergantung pada fungsi pestisida dan
faktor lain, seperti penggunaan dan pembuangannya. Regulasi pestisida tidak selalu konsisten di seluruh dunia.
Beberapa jenis pestisida yang biasanya diklasifikasikan sebagai sangat berbahaya dan berbahaya, tidak terdaftar
atau dilarang di beberapa negara, tetapi mungkin tetap tersedia di negara lain.
Pekerja dan orang lain di area terdekat berpotensi terkena dampak paling besar saat atau sesaat setelah pestisida
diberikan. Pestisida juga dapat bertahan di tanah dan air selama bertahun-tahun dan memiliki dampak negatif
jangka panjang pada masyarakat setempat dan lingkungan setempat (lihat juga topik 13.8 Limbah). Wanita dan
anak-anak dapat sangat rentan terhadap efek kesehatan negatif yang disebabkan oleh paparan pestisida (lihat topik
13.12 Komunitas lokal dan juga topik 13.19 Kesehatan dan keselamatan kerja). Paparan residu pestisida juga
dimungkinkan melalui makanan dan air (lihat juga topik 13.7 Air dan efluen dan topik 13.10 Keamanan makanan).
Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) memperkirakan bahwa di negara-negara berkembang, 80% peningkatan
produksi pangan yang dibutuhkan untuk mengimbangi pertumbuhan penduduk diproyeksikan berasal dari hasil
panen yang lebih besar. Hal ini dapat memicu intensifikasi penggunaan pestisida lebih lanjut untuk mendapatkan
hasil yang lebih tinggi. Penggunaan pestisida secara intensif terkadang menyebabkan resistensi dan wabah hama
sekunder.
Pengelolaan hama terpadu di bidang pertanian yang berupaya mengoptimalkan pengendalian hama dan memitigasi
dampak negatif adalah pendekatan yang diakui secara luas, yang mempertimbangkan praktik pengendalian hama
biologis, kimia, fisik, dan spesifik tanaman. Ketika pengendalian hama melalui pengaplikasian bahan kimia tidak
dapat dihindari, organisasi diharapkan mengelola penggunaan pestisida untuk meminimalkan dampak negatifnya
dan pengaplikasian pestisida yang sangat berbahaya dan berbahaya. [105].
16 Kriteria untuk tingkat bahaya toksisitas dan daftar pestisida yang dikelompokkan berdasarkan tingkat bahayanya dapat ditemukan di Klasifikasi
Pestisida yang Direkomendasikan Oleh Organisasi Kesehatan Dunia berdasarkan Bahaya [116].
33 GRI 13: Sektor Pertanian, Akuakultur, dan Perikanan Tangkap 2022
Manajemen topik
GRI 3: Topik Pengungkapan 3-3 Manajemen topik material 13.6.1
Material 2021
Rekomendasi sektor tambahan
• Menjelaskan rencana manajemen hama dari organisasi, termasuk alasan
pemilihan dan penggunaan pestisida dan praktik pengendalian hama lainnya.
• Menjelaskan tindakan yang diambil untuk mencegah, mengurangi dan/atau
memulihkan dampak negatif terkait penggunaan pestisida yang sangat
berbahaya dan berbahaya.
• Menjelaskan tindakan, inisiatif, atau rencana untuk beralih ke pestisida yang
tidak begitu berbahaya dan tindakan yang diambil untuk mengoptimalkan
praktik pengendalian hama.
• Menjelaskan pelatihan yang diberikan kepada pekerja tentang pengelolaan
hama dan pengaplikasian pestisida.
17 Konvensi Internasional untuk Pencegahan Polusi dari Kapal (MARPOL) berisi ketentuan tentang pembuangan air limbah dari kapal [117].
34 GRI 13: Sektor Pertanian, Akuakultur, dan Perikanan Tangkap 2022
Air adalah input penting untuk produksi tanaman dan hewan, serta akuakultur. Sektor pertanian menyumbang sekitar
70% dari total pengambilan air secara global [120]. Dalam produksi tanaman, air yang diambil terutama digunakan
untuk mengairi lahan, mengaplikasikan pestisida dan pupuk, serta mengendalikan pendinginan dan pembekuan
tanaman.
Air sangat penting bagi produktivitas pertanian. Rata-rata, lahan beririgasi dua kali lebih produktif per unitnya
dibandingkan lahan nonirigasi. Irigasi dapat dicapai melalui berbagai metode, termasuk irigasi permukaan atau
irigasi bawah permukaan. Air dapat diambil dari air tanah atau air permukaan, seperti danau dan waduk, atau hadir
dalam bentuk air limbah yang diolah atau air desalinasi. Pengambilan air secara intensif dapat menurunkan tingkat
akuifer, yang mengurangi keberlanjutan jangka panjang sumber daya air dan meningkatkan biaya akses untuk
semua pengguna (lihat juga topik 13.12 Komunitas lokal).
Dalam peternakan hewan, air digunakan untuk hidrasi dan pembersihan hewan. Air juga digunakan untuk mencuci
dan sanitasi peralatan pemerahan dan penyembelihan yang digunakan untuk mengolah produk hewan. Efluen yang
mengandung limbah dari hewan darat, pupuk, dan pestisida dapat berkontribusi pada pencemaran air permukaan
dan air tanah.
Penggunaan air akuakultur dikaitkan dengan pembiakan organisme akuatik dalam air dan dapat membutuhkan air
permukaan dalam jumlah besar. Produksi akuakultur terjadi di kolam, kanal buatan, dan ada juga dalam tangki
resirkulasi tertutup. Karena kegiatan akuakultur berlangsung di lingkungan yang terkendali, sebagian besar air yang
diambil dapat dikembalikan ke sumbernya setelah digunakan.
Penumpukan nutrisi dari pembuangan di badan air dekat tambak ikan merupakan dampak air yang khas dari
produksi akuakultur. Masalah ini diperparah di tambak dengan kepadatan tinggi ketika kotoran ikan yang dibuang ke
air berpotensi menguras kadar oksigen dan menciptakan pertumbuhan alga yang mengarah pada eutrofikasi.
Eutrofikasi dan pengasaman air berdampak negatif pada keanekaragaman hayati. Kualitas air mempengaruhi
habitat dan sumber makanan bagi hewan. Air yang terkontaminasi juga dapat memengaruhi akses masyarakat
terhadap air bersih, yang membahayakan kesehatan dan mata pencaharian mereka.
Dalam kegiatan penangkapan ikan, air limbah dapat dibuang ke laut dari kapal penangkapan ikan. Ini termasuk air
yang digunakan untuk menyimpan ikan di atas kapal, yang dapat berisi limbah ikan dari pembuangan isi perut dan
darah, serta bahan dan pelapis dari sistem pendingin wadah dan di atas kapal. Air limbah juga dapat berasal dari
wadah pembersih dan mesin yang mengandung deterjen, desinfektan, dan campuran berminyak. Pembuangan
dapat menyebabkan penipisan oksigen air laut dan pencemaran di area pesisir.17
35 GRI 13: Sektor Pertanian, Akuakultur, dan Perikanan Tangkap 2022
Manajemen topik
GRI 3: Topik Pengungkapan 3-3 Manajemen topik material 13.7.1
Material 2021
Rujukan tambahan yang digunakan dalam mengembangkan topik ini, serta sumber informasi yang mungkin
bermanfaat untuk pelaporan tentang air dan efluen oleh sektor pertanian, akuakultur, dan perikanan tangkap
dicantumkan dalam Daftar Pustaka.
36 GRI 13: Sektor Pertanian, Akuakultur, dan Perikanan Tangkap 2022
Limbah dari organisasi di sektor pertanian, akuakultur, dan perikanan tangkap meliputi limbah organik, seperti
limbah tanaman, kotoran hewan, kotoran ikan, bangkai hewan; dan sampah anorganik seperti plastik. Ini juga dapat
termasuk limbah berbahaya, seperti wadah pestisida, dan bahan dari produk kesehatan hewan.
Beberapa produk sampingan organik berpotensi untuk digunakan sebagai sumber energi biomassa, pakan atau
pupuk, yang berkontribusi pada pendekatan sirkular. Misalnya, sisa pemangkasan dan pemotongan dari kegiatan
akuakultur dan perikanan tangkap dapat diubah menjadi tepung ikan dan minyak, sedangkan kotoran yang
dihasilkan oleh hewan adalah pupuk organik yang dapat meningkatkan kesehatan tanah. Namun, jika dibakar tanpa
pemulihan energi atau diarahkan ke tempat pembuangan akhir, produk sampingannya berubah menjadi limbah dan
menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan, termasuk emisi gas rumah kaca (GRK) dan pencemaran air
(lihat juga topik 13.1 Emisi, topik 13.7 Air dan efluen). Selain itu, limbah organik dari hewan darat dan akuatik dapat
mengandung mikroorganisme dan telur parasit. Patogen ini dapat menyebar di lingkungan penerima dan
menyebabkan dampak kesehatan yang buruk pada manusia.
Dalam kegiatan akuakultur, pakan dan kotoran ikan dapat mengendap di dasar kolam atau di zona tidak aktif jalur
lintasan sebagai limbah organik cair atau padat. Kotoran ikan juga dapat mencapai dan mencemari badan air.
Dampak polusi dan limbah dari kotoran ikan dan padatan yang bisa mengendap dapat diminimalkan melalui
pengelolaan air (lihat juga topik 13.7 Air dan efluen).
Aktivitas akuakultur menghasilkan limbah plastik dalam jumlah yang cukup besar. Plastik banyak digunakan untuk
peralatan, sarung tangan sekali pakai, dan untuk mengemas berbagai material input, seperti karung pakan dan
bahan habis pakai yang dibungkus. Plastik juga dapat digunakan di alas kolam, jaring penangkap ikan, perpipaan,
pelampung, tali, stoples inkubasi, dan wadah. Dalam penangkapan ikan, berbagai alat kelautan, seperti pelampung,
jaring penangkapan ikan dan tali pancing, tali pengikat, tali kawat, dan layar, juga mengandung plastik.
Sampah plastik yang dibuang atau ditinggalkan dapat mencemari lingkungan sekitar dan masuk ke laut dan badan
air lainnya. Peralatan penangkapan ikan yang ditinggalkan, hilang, atau dibuang berkontribusi menghasilkan limbah
dan penangkapan ikan secara berlebihan (lihat juga topik 13.3 Keanekaragaman hayati). Ikan dan hewan akuatik
terkadang salah mengira sampah plastik sebagai makanan dan terperangkap dalam barang-barang seperti tali,
jaring, dan kantong plastik. Pengelolaan limbah yang dihasilkan di atas kapal penangkapan ikan, termasuk plastik,
produk kertas, sisa makanan, dan bahan kimia, diatur oleh standar maritim internasional (lihat rujukan [125], [126]
dan [127]).
Limbah yang dibuang dengan tidak benar dari aktivitas pertanian, akuakultur, dan perikanan tangkap dapat memiliki
dampak jangka panjang pada lingkungan penerima, menyebabkan kontaminasi tanah dan air dalam jangka
panjang. Kontaminasi lahan pertanian dan sumber daya alam menyebabkan dampak negatif terhadap kesehatan
dan keselamatan komunitas lokal serta dapat memengaruhi keamanan pangan yang diproduksi (lihat juga topik
13.10 Keamanan pangan, topik 13.12 Komunitas lokal, dan topik 13.14 Hak masyarakat adat).
18 Daftar 'jenis sampah' atau kategorinya dapat ditemukan di Lampiran V MARPOL [127]. Informasi lebih lanjut tentang kategori ini dapat ditemukan di
Panduan 2017 untuk Implementasi Lampiran V MARPOL [125].
37 GRI 13: Sektor Pertanian, Akuakultur, dan Perikanan Tangkap 2022
Manajemen topik
GRI 3: Topik Pengungkapan 3-3 Manajemen topik material 13.8.1
Material 2021
Rujukan tambahan yang digunakan dalam mengembangkan topik ini, serta sumber informasi yang mungkin
bermanfaat untuk pelaporan tentang limbah oleh sektor pertanian, akuakultur, dan perikanan tangkap dicantumkan
dalam Daftar Pustaka.
19 Ketahanan pangan memiliki beberapa dimensi: ketersediaan pangan, akses, penggunaan, stabilitas, dan keberlanjutan. Dimensi pendorong lainnya
dipahami sebagai kapasitas individu atau kelompok untuk mengambil keputusan tentang pangan yang mereka makan dan cara pangan tersebut
diproduksi [151].
38 GRI 13: Sektor Pertanian, Akuakultur, dan Perikanan Tangkap 2022
Kerawanan pangan merupakan masalah global yang umum terjadi. Pada tahun 2018, lebih dari 820 juta orang
menderita kelaparan, dan seiring bertambahnya populasi, kebutuhan pangan global akan meningkat [147]. Banyak
orang tidak dapat membeli makanan atau terpaksa harus mengonsumsi makanan yang tidak memadai atau
bermutu rendah. Sejak tahun 2014, kekurangan gizi dan kerawanan pangan terus mengalami peningkatan, yang
berisiko mengganggu tujuan global untuk mengakhiri kelaparan [146].
Organisasi pertanian, akuakultur, dan perikanan tangkap memiliki dampak terhadap persediaan dan keterjangkauan
pangan. Kuantitas, kualitas, dan aksesibilitas pangan juga tergantung pada praktik pertanian dan perikanan.
Secara global, lahan yang digunakan untuk pertanian diperkirakan 38% dari total permukaan darat [142]. Beberapa
wilayah sudah dibatasi, sehingga semakin membatasi perluasan penggunaan lahan untuk produksi pangan (lihat
juga topik 13.4 Konversi ekosistem alam). Hampir separuh pasokan kalori di dunia berasal dari tanaman esensial,
seperti jagung, padi, dan gandum. Persaingan kebutuhan lahan, biaya pengolahan, dan margin rendah mungkin
memengaruhi pasokan dan keterjangkauan tanaman-tanaman ini. Perubahan iklim dan peristiwa cuaca buruk juga
dapat memengaruhi hasil panen, yang berpotensi meningkatkan kehilangan pangan (lihat juga topik 13.2 Adaptasi
dan ketahanan iklim).
Dalam pertanian, akuakultur, dan perikanan tangkap, produk yang pada awalnya direncanakan sebagai makanan
untuk konsumsi manusia yang berakhir sebagai sampah dikategorikan sebagai kehilangan pangan. Organisasi
Pangan dan Pertanian (FAO) memperkirakan bahwa 13,8% pangan, sejak dipanen hingga dijual oleh pengecer,
hilang di seluruh dunia pada tahun 2016 [145].
Inefisiensi dapat menyebabkan kehilangan pangan di berbagai tahap rantai pasokan. Di tingkat usaha pertanian,
inefisiensi dapat terjadi karena waktu panen yang tidak memadai, kondisi iklim, praktik penanganan, aktivitas
pascapanen, dan tantangan-tantangan terkait penjualan produk. Kehilangan pangan disertai dengan kehilangan
sumber daya – termasuk air, tanah, energi, tenaga kerja, dan modal – dan berkontribusi pada emisi gas rumah
kaca (GRK).
Tindakan untuk mencegah kehilangan pangan meliputi suhu dan kondisi penyimpanan yang sesuai, infrastruktur
yang baik, dan transportasi yang efisien. Pengemasan dan kondisi pengolahan utama dapat memiliki peran dalam
menjaga keawetan produk pertanian, akuakultur, dan perikanan.
Mencapai ketahanan pangan kemungkinan melibatkan penyeimbangan terkait cara lahan dan produk digunakan.
Misalnya, pemanfaatan produk pangan yang dapat dimakan manusia untuk penggunaan lain berarti bahwa produk
tersebut tidak tersedia sebagai makanan.
Produksi tanaman dan hewan yang intensif dapat menyebabkan peningkatan ketersediaan pangan. Akan tetapi,
produksi yang intensif juga dapat berkaitan dengan dampak negatif terhadap lingkungan dan hasil panen dalam
jangka lebih panjang. Banyak praktik pertanian mengurangi nutrisi dalam tanah dengan lebih cepat dibandingkan
lamanya waktu nutrisi terbentuk, sehingga mengancam dimensi keberlanjutan dari ketahanan pangan (lihat juga
topik 13.5 Kesehatan tanah). Praktik regeneratif dan organik, seperti melakukan rotasi tanaman atau penanaman
pada waktu optimal, dianggap memiliki potensi dalam kontribusi pada kesehatan dan produktivitas tanah yang lebih
baik, dan ketahanan produksi pangan.
20 Panduan tentang cara menghitung persentase kehilangan pangan dapat ditemukan di Standar Pelaporan dan Akuntansi Kehilangan Pangan dan Limbah
[158] dan SDG 12.3.1: Indeks Global Kehilangan Pangan [157].
39 GRI 13: Sektor Pertanian, Akuakultur, dan Perikanan Tangkap 2022
Manajemen topik
GRI 3: Topik Pengungkapan 3-3 Manajemen topik material 13.9.1
Material 2021
Rekomendasi sektor tambahan
• Menjelaskan efektivitas tindakan dan program ketahanan pangan di tingkat
setempat, regional, nasional, atau global.
• Melaporkan kemitraan yang dijalin oleh organisasi yang menangani
ketahanan pangan, termasuk keterlibatan dengan pemerintah.
• Menjelaskan kebijakan atau komitmen untuk menangani kehilangan pangan
dalam rantai pasokan.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), diperkirakan 600 juta orang di seluruh dunia jatuh sakit setelah makan
makanan yang terkontaminasi setiap tahunnya, yang menyebabkan sekitar 420.000 kematian setiap tahun [163].
Selain mengancam kesehatan dan kesejahteraan publik, keamanan makanan dapat memengaruhi komunitas lokal,
yang selanjutnya dapat menyebabkan hilangnya aktivitas ekonomi dalam skala lokal dan global (lihat juga topik
13.12 Komunitas lokal).
Kontaminasi lingkungan merupakan faktor utama dampak keamanan makanan. Sumber kontaminasi utama yang
berasal dari aktivitas pertanian, akuakultur, dan perikanan tangkap meliputi pencemaran air, tanah, atau udara yang
digunakan oleh tanaman atau hewan. Kontaminasi juga dapat disebabkan oleh pengelolaan tanaman atau hewan
yang tidak memadai selama pertumbuhan, panen, penangkapan, atau pengolahan, transportasi, dan penyimpanan
utama produk.
Bakteri berbahaya, seperti salmonella, listeria, atau campylobacter, virus, dan parasit dapat mengontaminasi
makanan dan menyebabkan penyakit pada manusia. Demikian juga, kontaminasi makanan dapat berasal dari
antimikroba dan sisa pestisida, logam berat, dan mikroplastik (lihat juga topik 13.6 Penggunaan pestisida dan 13.11
Kesehatan dan kesejahteraan hewan).
Secara global, antimikroba, seperti zat kimia dan antibiotik, digunakan secara luas dalam produksi hewan darat dan
akuatik. Volume antimikroba yang tinggi dapat berkontribusi pada berkembangnya bakteri yang tahan antimikroba,
terutama dalam lingkungan produksi hewan yang intensif. WHO mengidentifikasi ketahanan terhadap antimikroba
sebagai salah satu ancaman terbesar terhadap kesehatan global dan perkembangan manusia [162]. Menangani
ketahanan terhadap antimikroba memerlukan standar kesehatan dan kesejahteraan hewan yang memadai,
termasuk penggunaan antibiotik secara hati-hati untuk hewan.
Karena produk pangan dan pakan dari satu wilayah dapat memasok wilayah lainnya, dampak terhadap keamanan
makanan dapat mengalami perubahan dari masalah setempat menjadi masalah global, seperti ledakan penyakit
akibat makanan yang menyebar melewati lintas batas negara. Agar memungkinkan perikanan tangkap akibat
masalah keamanan pangan, produk sebaiknya dapat dilacak melalui rantai pasokan (lihat topik 13.23 Ketertelusuran
rantai pasokan).
21 Volume produksi adalah volume total produk dari organisasi, termasuk produk yang dibeli oleh organisasi dari pemasok.
22 Pengungkapan ini mencakup program sertifikasi, skema penjaminan, atau skema verifikasi yang menyediakan jaminan tertulis bahwa suatu produk
sesuai dengan persyaratan tertentu.
41 GRI 13: Sektor Pertanian, Akuakultur, dan Perikanan Tangkap 2022
Manajemen topik
GRI 3: Topik Pengungkapan 3-3 Manajemen topik material 13.10.1
Material 2021
Melaporkan jumlah penarikan produk yang dilakukan karena alasan keamanan pangan dan total 13.10.5
volume produk yang ditarik.
Rujukan tambahan yang digunakan dalam mengembangkan topik ini, serta sumber informasi yang mungkin
bermanfaat untuk pelaporan tentang keamanan pangan oleh sektor pertanian, akuakultur, dan perikanan tangkap
dicantumkan dalam Daftar Pustaka.
42 GRI 13: Sektor Pertanian, Akuakultur, dan Perikanan Tangkap 2022
Di seluruh dunia, lebih dari 60 miliar hewan darat dipelihara setiap tahun, angka yang diperkirakan naik dua kali lipat
pada tahun 2050 karena peningkatan konsumsi protein hewani. Pertanian akuakultur menghasilkan 52 juta ton
hewan akuatik, yang mewakili separuh dari semua makanan laut yang dikonsumsi oleh manusia di seluruh dunia
[171]. Kesehatan dan kesejahteraan hewan sangat penting karena berkaitan dengan produktivitas, keamanan
produk yang berasal dari hewan, dan perlakuan manusia terhadap hewan.
Manajemen kesehatan hewan berfokus pada pengendalian potensi dampak terhadap kesehatan dan pencegahan
penyakit. Hal ini meliputi penggunaan antibiotik, antiperadangan, dan pengobatan hormon. Penggunaan antibiotik
secara berlebihan atau kesalahan penggunaan antibiotik dapat menyebabkan resistensi terhadap antimikroba. Sisa
zat kimia yang tidak diinginkan dalam produk hewan dapat memberikan dampak negatif terhadap keamanan
makanan, yang menyebabkan risiko kesehatan publik (lihat topik 13.10 Keamanan makanan). Praktik kesehatan dan
kesejahteraan hewan yang tidak memadai juga dapat meningkatkan penyebaran penyakit zoonosis, seperti
salmonelosis, flu babi, dan flu burung, yang dapat terjadi melalui perpindahan dan perdagangan hewan darat dan
akuatik serta produk hewan tanpa pengendalian biokeamanan yang tepat.
Kondisi tempat hewan dipelihara dapat menyebabkan dampak negatif terhadap kesehatan dan kesejahteraan
hewan. Misalnya, hewan darat dapat dikurung di ruang kecil, kandang, atau peti, yang mencegah pergerakan mereka
dan membatasi perilaku normal mereka. Ruangan yang sangat sempit juga dapat menyebabkan hewan tidak
dirawat jika mengalami penyakit atau cedera.
Praktik peternakan di ladang seperti pemotongan tanduk, pengecapan dengan besi panas, pengebirian,
pemotongan ekor, dan pemotongan paruh berkaitan dengan rasa sakit dan stres. Begitu juga, praktik penyembelihan
dapat menjadi sumber utama penderitaan dan ketakutan. Oleh karena itu, banyak negara mempersyaratkan kondisi
khusus dibuat tidak sadarkan diri sebelum disembelih.
Dalam akuakultur dan perikanan, metode penyembelihan yang umum digunakan meliputi pematilemasan,
penyetruman karbon dioksida, dan pendinginan dalam es (lihat rujukan [173] dan [174]). Menurut Organisasi
Kesehatan Hewan Dunia (OIE), metode ini gagal memenuhi standar yang diuraikan dalam Kode Kesehatan Hewan
Akuatik.
Kualitas air, kepadatan persediaan, dan lingkungan pemeliharaan dalam kegiatan akuakultur memiliki dampak
besar terhadap kesehatan dan kesejahteraan organisme akuatik. Kutu laut dan penyakit merupakan termasuk
masalah kesehatan utama pada peternakan ikan dan dapat mengurangi kelangsungan hidup hewan. Zat-zat yang
digunakan untuk menangani hama, seperti kutu, biasanya dilakukan melalui pakan ikan dan air. Ketika penanganan
tidak dikelola dengan benar, zat-zat ini dapat memberikan dampak negatif terhadap spesies nontarget, seperti
krustasea, yang menyebabkan hilangnya keanekaragaman hayati (lihat topik 13.3 Keanekaragaman hayati).
Modifikasi genetik yang dilakukan pada hewan darat dan akuatik untuk meningkatkan pertumbuhan dan produktivitas
juga dapat menjadi sumber dampak negatif terhadap kesehatan dan kesejahteraan hewan.
23 Panduan tentang apa yang termasuk penggunaan yang bertanggung jawab dan berhati-hati untuk hewan darat dapat ditemukan di Bab 6.10
Penggunaan agen antimikroba yang bertanggung jawab dan berhati-hati dalam kedokteran hewan di Terrestrial Animal Health Code 2021 [168]. Panduan
tentang apa yang termasuk penggunaan yang bertanggung jawab dan berhati-hati untuk hewan akuatik dapat ditemukan di Bab 6.2 Prinsip untuk
penggunaan agen antimikroba yang bertanggung jawab dan berhati-hati dalam hewan akuatik di Aquatic Animal Health Code 2021 [167].
24 Volume produksi adalah volume total produk dari organisasi, termasuk produk yang dibeli oleh organisasi dari pemasok.
43 GRI 13: Sektor Pertanian, Akuakultur, dan Perikanan Tangkap 2022
Manajemen topik
GRI 3: Topik Pengungkapan 3-3 Manajemen topik material 13.11.1
Material 2021
Rekomendasi sektor tambahan
• Menjelaskan kebijakan mengenai pengolahan produk hewan, transportasi
hewan, penanganan, penempatan dan pengandangan, serta penyembelihan,
berdasarkan spesies.
• Menjelaskan pendekatan untuk perencanaan kesehatan hewan dan
keterlibatan dokter hewan, yang meliputi pendekatan untuk menggunakan
anestesi, antibiotik, antiperadangan, hormon, dan perawatan pendukung
pertumbuhan, berdasarkan spesies.
• Menjelaskan komitmen untuk penggunaan antibiotik yang bertanggung jawab
dan berhati-hati23 (misalnya, menghindari penggunaan alat pencegah
penyakit) dan menjelaskan cara mengevaluasi kepatuhan terhadap komitmen
ini.
• Menjelaskan hasil penilaian dan audit kesehatan dan kesejahteraan hewan,
berdasarkan spesies.
Pengungkapan sektor tambahan berikut ini untuk organisasi di sektor akuakultur: 13.11.3
Melaporkan persentase hidup hewan akuatik yang dibudidayakan dan sebab utama kematian.
25 Mekanisme pengaduan yang ditetapkan atau yang diikuti oleh organisasi dilaporkan dalam Pengungkapan 2-25 Proses untuk memulihkan dampak
negatif dalam GRI 2: Pengungkapan Umum 2021. Lihat Panduan untuk Pengungkapan 2-25 untuk informasi lebih lanjut tentang mekanisme pengaduan
dan harapan bagi organisasi untuk memberikan atau bekerja sama dalam tindakan remediasi.
44 GRI 13: Sektor Pertanian, Akuakultur, dan Perikanan Tangkap 2022
Organisasi pertanian, akuakultur, dan perikanan tangkap dapat memiliki dampak positif terhadap komunitas lokal
melalui penawaran pekerjaan dan dampak ekonomi lainnya, tetapi penggunaan lahan dan sumber daya alam
mereka juga dapat menciptakan dampak negatif terhadap masyarakat.
Komunitas lokal dapat merasakan dampak lingkungan dan ekonomi dari penggunaan air tanah dan air permukaan
secara luas dalam kegiatan pertanian. Penipisan sumber air dapat mendorong kebutuhan untuk memperdalam
sumur dan memerlukan lebih banyak energi untuk memompa air ke permukaan untuk irigasi tanaman dan
keperluan rumah tangga (lihat juga topik 13.7 Air dan efluen).
Penggunaan tanah oleh organisasi di sektor pertanian, akuakultur, dan perikanan tangkap dapat membatasi akses
masyarakat ke tanah dan sumber daya alam dan, dalam beberapa kasus, menyebabkan pemindahan pemukiman.
Dalam kasus pemindahan pemukiman, masyarakat dapat dimukimkan kembali di tempat lain, yang tidak selalu
sama dalam hal kualitas tanah, kesesuaian untuk pertanian, akses ke layanan, atau signifikansi sosial dan budaya.
Kompensasi, jika diberikan, mungkin tidak selalu mencukupi untuk mengatasi dampak yang terjadi pada aktivitas
budaya, ekonomi, atau waktu senggang (lihat topik 13.13 Hak atas tanah dan sumber daya).
Tidak memadainya manajemen atau pembuangan zat berbahaya yang digunakan di pertanian dan akuakultur,
seperti pestisida, dapat memengaruhi lingkungan, keamanan pangan, dan kesehatan masyarakat yang tinggal di
dekat kegiatan organisasi. Kasus keracunan akut pestisida (APP) menjadi penyebab kematian penting di seluruh
dunia, terutama di negara berkembang [189] (lihat juga topik 13.6 Penggunaan pestisida). Gas yang dilepaskan dari
kotoran dan limbah organik berkontribusi pada polusi udara, dan bau juga dapat menyebabkan gangguan bagi
komunitas lokal (lihat juga topik 13.1 Emisi dan topik 13.8 Limbah).
Meskipun organisasi pertanian, akuakultur, dan perikanan tangkap sering menjadi pemberi pekerjaan utama dan
penyedia pendapatan di area pedesaan, banyak masyarakat desa masih menderita karena kemiskinan dan
kerawanan pangan. Kurangnya pendapatan yang mencukupi dan dampak negatif terhadap tanah, air, dan
keanekaragaman hayati dapat menyebabkan migrasi masyarakat ke area lain yang lebih layak. Hal ini dapat
menyebabkan kekurangan tenaga kerja dan gangguan sosioekonomi di area ini (lihat juga topik 13.22 Inklusi
ekonomi).
Kelompok rentan seperti perempuan, anak-anak, masyarakat adat, serta pekerja migran dan keluarga mereka dapat
terpengaruh dengan tidak wajar oleh kegiatan pertanian, akukultur, dan perikanan tangkap. Kelompok tersebut
seringkali tidak punya cukup pengaruh dan dapat cukup terwakili dalam konsultasi dan proses pengambilan
keputusan, yang meningkatkan potensi dampak negatif, termasuk dalam hal hak asasi manusia mereka.
Keterlibatan dan konsultasi dengan komunitas lokal, termasuk kelompok rentan, dapat membantu mencegah
dampak negatif (lihat juga topik 13.13 Hak atas tanah dan sumber daya). Di mana kelompok tidak memiliki hak untuk
memberikan persetujuan atas dasar informasi di awal tanpa paksaan, mereka dapat dilibatkan dalam pendekatan
partisipatif untuk memahami efek kegiatan organisasi terhadap kehidupan, hak-hak, dan kesejahteraannya.
Organisasi juga diharapkan untuk membentuk atau berpartisipasi dalam mekanisme pengaduan tingkat
operasional yang efektif sehingga komunitas lokal dapat mengemukakan masalah dan mencari tindakan
pemulihan.25
45 GRI 13: Sektor Pertanian, Akuakultur, dan Perikanan Tangkap 2022
Manajemen topik
GRI 3: Topik Pengungkapan 3-3 Manajemen topik material 13.12.1
Material 2021
Instrumen resmi tambahan dan rujukan yang digunakan dalam mengembangkan topik ini, serta sumber informasi
yang mungkin bermanfaat untuk pelaporan tentang masyarakat setempat oleh sektor pertanian, akuakultur, dan
perikanan tangkap dicantumkan dalam Daftar Pustaka.
26 Pelapor khusus merupakan pemegang mandat untuk prosedur khusus Dewan Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa. Mereka merupakan
pakar hak asasi manusia independen yang bertugas melaporkan dan memberikan nasihat tentang hak asasi manusia dari sudut pandang tematik atau
khusus negara. Lihat rujukan [199] dalam Daftar Pustaka.
46 GRI 13: Sektor Pertanian, Akuakultur, dan Perikanan Tangkap 2022
Mendapatkan hak hukum atas tanah dan sumber daya alam seringkali melibatkan proses yang rumit. Selain itu,
bentuk penguasaan tanah dan sumber daya dapat bervariasi dan dapat meliputi penguasaan publik, swasta,
komunal, kolektif, penduduk asli, dan adat. Kurangnya pengakuan atas klaim masyarakat adat atas tanah, perikanan,
hutan, dan sumber daya alam lainnya – baik secara formal atau terdaftar secara hukum – merupakan sebab umum
konflik tanah dan sumber daya alam serta dampak negatif terhadap hak asasi manusia. Hak asasi manusia, yang
meliputi hak sipil, politik, ekonomi, sosial, dan budaya, semuanya dapat dipengaruhi oleh penggunaan lahan,
perikanan, dan hutan sektor ini [193].
Organisasi pertanian, akuakultur, dan perikanan tangkap dapat diberi konsesi lahan dan perikanan atas beberapa
daerah dan sumber daya perikanan tangkap. Penguasaan lahan yang tidak formal di beberapa negara dapat
mencapai 80% hingga 90% total lahan, dan mereka yang tinggal di lahan ini mungkin kekurangan perlindungan
hukum [204]. Organisasi mungkin melanggar hak atas tanah dan sumber daya jika mereka tidak melakukan
konsultasi awal dan penilaian terhadap dampak-dampak dengan pemangku kepentingan. Pekerjaan pembangunan
pagar, rekayasa lanskap, jalan, dan saluran drainase yang menutup atau mengalihkan jalan mungkin juga
membatasi hak-hak masyarakat.
Pemangku kepentingan yang hak-haknya biasanya sangat terpengaruh oleh konflik hak atas sumber daya meliputi
petani dan nelayan serta organisasi mereka, pengguna hutan, penggembala, masyarakat adat, dan komunitas lokal
(lihat juga topik 13.14 Hak-hak masyarakat adat dan topik 13.12 Komunitas lokal).
Situasi konflik dapat mendatangkan risiko bagi mereka yang membela hak-hak terkait lahan dan sumber daya
alam. Semakin banyak pembela hak atas tanah, petani kecil, pimpinan masyarakat adat, media, dan perwakilan
masyarakat sipil yang aktif dalam isu-isu ini telah menjadi korban kekerasan dan persekusi. Badan Perserikatan
Bangsa-Bangsa, termasuk pelapor khusus26 untuk pembela hak asasi manusia, hak atas makanan, dan
masyarakat adat, telah melaporkan serangan fisik dan pembalasan terhadap pembela yang menentang
perampasan lahan dan mengadukan pengusiran paksa, polusi lingkungan, dan pelanggaran lainnya [200].
Ikan yang ditangkap di alam liar biasanya merupakan sumber daya properti umum. Oleh karena itu, masyarakat
perikanan merupakan pemangku kepentingan penting yang peduli dengan penggunaan sumber daya perikanan dan
seluruh ekosistem. Ini meliputi akses ke pelabuhan, air, perairan internasional, dan kuota penangkapan ikan.
Hak atas sumber daya perikanan dapat diberikan kepada organisasi tanpa pertimbangan matang untuk nelayan
lokal. Kapal penangkapan ikan komersial yang mengakses zona penangkapan ikan yang diperuntukkan atau
digunakan oleh nelayan skala kecil dan yang menangkap ikan di area pesisir dapat mengubah sumber daya
perikanan dengan mengganggu habitat perkembangbiakan ikan.
Organisasi pertanian, akuakultur, dan perikanan tangkap diharapkan mengidentifikasi pemangku kepentingan yang
sah melalui penilaian mereka sendiri dan memastikan verifikasi independen atas hasil penilaian tersebut.
Organisasi dapat berkontribusi untuk mengamankan penguasaan lahan dan akses ke sumber daya alam bagi
pemangku kepentingan dengan mewajibkan pemasoknya menghormati hak-hak tersebut.
27 Pedoman Sukarela tentang Tata Kelola Penguasaan Lahan, Perikanan dan kehutanan yang bertanggung jawab dalam Konteks Ketahanan Pangan
Nasional menguraikan prinsip-prinsip panduan, hak dan tanggung jawab bagi tata kelola hak penguasaan yang bertanggung jawab. Dalam pasal 3.2,
disebutkan bahwa 'pelaku nonnegara termasuk perusahaan bisnis memiliki tanggung jawab untuk menghormati hak asasi manusia dan hak penguasaan
yang sah' serta menguraikan harapan-harapan terkait [193].
47 GRI 13: Sektor Pertanian, Akuakultur, dan Perikanan Tangkap 2022
Manajemen topik
GRI 3: Topik Pengungkapan 3-3 Manajemen topik material 13.13.1
Material 2021
Rekomendasi sektor tambahan
• Menjelaskan komitmen untuk menghormati hak atas tanah dan sumber daya
(termasuk hak penguasaan adat, kolektif, dan informal)27 dan melaporkan
sejauh mana komitmen tersebut diterapkan pada aktivitas organisasi dan
pada hubungan bisnisnya.
• Menjelaskan cara komitmen untuk menghormati hak atas tanah dan sumber
daya diterapkan dengan pemasok.
• Menjelaskan pendekatan untuk melindungi pembela hak asasi manusia dan
hak atas tanah dari pembalasan (misalnya, pendekatan nonpembalasan
untuk pengajuan keluhan atau masalah).
Melaporkan jumlah, ukuran dalam hektare, dan lokasi operasi tempat terjadinya pelanggaran hak 13.13.3
atas tanah dan sumber daya alam (termasuk hak penguasaan adat, kolektif, dan informal) dan
kelompok pemegang hak yang terpengaruh.
Masyarakat adat memiliki nilai budaya dan spiritual yang telah berakar dalam tanah dan wilayahnya, dan seringkali
mengandalkan sumber daya alam untuk bertahan hidup. Sumber daya alam dan situs budaya ini berada di lahan
yang dimiliki, ditempati, atau digunakan secara adat oleh masyarakat adat. Hak adat – fondasi hak-hak masyarakat
adat berdasarkan hukum internasional – seringkali tidak diakui dalam praktiknya, yang dapat menyebabkan
pelanggaran atas hak-hak ini (lihat topik 13.13. Hak atas tanah dan sumber daya).
Sektor pertanian merupakan faktor penting dalam akuisisi lahan untuk memperluas produksi pangan. Akuisisi lahan
dalam skala besar, termasuk melalui investasi asing, dapat difasilitasi untuk meningkatkan ukuran pertanian dan
perkebunan serta menghasilkan pendapatan melalui ekspor. Hal ini terjadi di wilayah tempat masyarakat adat sudah
lama mempunyai mata pencaharian yang ditawarkan oleh ekosistem.
Penggunaan sumber daya alam oleh sektor pertanian, akuakultur, dan perikanan tangkap dapat memiliki dampak
akut terhadap masyarakat adat. Dampak ini dapat mengancam aktivitas perburuan, penangkapan, dan pertanian
tradisional. Pengetahuan dan budaya adat juga dapat hilang ketika terkena gangguan.
Praktik pertanian adat berkaitan dengan budaya adat dan memiliki hubungan mendalam dengan tempat-tempat
tertentu. Konversi ekosistem alam dan penggunaan air untuk aktivitas pertanian dan akuakultur dapat memengaruhi
pertanian tradisional. Dampak lingkungan dari limbah dapat menyebabkan polusi dan kontaminasi tanah adat dan
sumber daya alam.
Masyarakat nelayan adat mengandalkan ikan sebagai sumber makanan utama mereka, yang merupakan bagian
utama praktik kehidupan tradisionalnya sehingga mata pencaharian, ketahanan pangan, dan budaya mereka dapat
terganggu karena dampak negatif terhadap sumber daya perikanan. Menurunnya kualitas ekosistem pantai dan
akuatik setempat, penangkapan ikan secara berlebihan, dan penipisan persediaan, dapat mengurangi ketersediaan
dan aksesibilitas sumber daya perikanan ini. Pada saat yang bersamaan, meningkatnya persaingan dengan operasi
penangkapan ikan komersial atau diperkenalkannya spesies non-endemik juga dapat memberikan pengaruh negatif
terhadap sumber daya perikanan.
Karena dekatnya hubungan dengan lingkungan dan ketergantungan pada sumber daya alam, masyarakat adat
sangat terpengaruh oleh perubahan iklim. Perubahan iklim dapat semakin memperparah kerentanan masyarakat
adat karena dampak terhadap ketersediaan sumber makanan tradisional dan penurunan hasil panen tanaman,
sehingga membahayakan gaya hidup tradisional (lihat juga topik 13.2 Adaptasi dan ketahanan iklim dan topik 13.3
Keanekaragaman hayati).
Hak-hak dasar atas penentuan nasib sendiri dan nondiskriminasi menuntut dihormatinya hak-hak individu dan
kolektif masyarakat adat. Sebelum memulai pengembangan atau aktivitas lain yang dapat mempunyai dampak
terhadap tanah atau sumber daya yang digunakan atau dimiliki oleh masyarakat adat, organisasi diharapkan untuk
mencari persetujuan atas dasar informasi di awal tanpa paksaan (FPIC). Relokasi masyarakat adat tidak dapat
terjadi tanpa FPIC (persetujuan atas dasar informasi di awal tanpa paksaan), dan kesepakatan pada kompensasi
yang adil dan layak harus diterapkan sebelum terjadinya relokasi, apabila memungkinkan, dengan pilihan kembali
[210].
Ketika terjadi sengketa, masyarakat adat sering kekurangan dukungan legal dan teknis, serta akses ke tindakan
pemulihan. Hal ini dapat menyebabkan kompensasi yang tidak adil atas hilangnya akses ke sumber daya,
ketidakpastian pendapatan, marginalisasi masyarakat adat, diskriminasi, penggusuran, hilangnya mata
pencaharian, dan dampak negatif terhadap hak asasi manusia. Selain itu, perempuan adat mungkin terkena
dampak negatif dengan lebih parah karena diskriminasi gender (lihat topik 13.15 Nondiskriminasi dan peluang
setara).
28 Kerangka kerja normatif untuk persetujuan atas dasar informasi di awal tanpa paksaan terdiri dari serangkaian instrumen legal internasional termasuk
Deklarasi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hak Asasi Manusia Masyarakat Adat [210], Konvensi Organisasi Buruh Internasional 169 (ILO 169)
[208], dan Konvensi tentang Keanekaragaman Biologis (CBD) [209].
29 Persetujuan atas dasar informasi di awal tanpa paksaan tidak dapat dicapai jika salah satu elemen pokok tersebut tidak ada [210]. Elemen pokok
selanjutkan di jelaskan dalam ‘Free, prior and informed consent: a human rights-based approach -Study of the Expert Mechanism on the Rights of
Indigenous Peoples’ [224].
49 GRI 13: Sektor Pertanian, Akuakultur, dan Perikanan Tangkap 2022
Manajemen topik
GRI 3: Topik Pengungkapan 3-3 Manajemen topik material 13.14.1
Material 2021
Rekomendasi sektor tambahan
• Menjelaskan pendekatan untuk melibatkan masyarakat adat, yang meliputi:
- cara organisasi berusaha memastikan keterlibatan yang berarti;
- cara organisasi berusaha memastikan perempuan adat dapat
berpartisipasi dengan aman dan setara.
• Melaporkan jika organisasi telah terlibat dalam proses mencari persetujuan atas dasar informasi 13.14.4
di awal tanpa paksaan (FPIC)28 dari masyarakat adat untuk setiap aktivitas organisasi, termasuk,
dalam setiap kasus:
- apakah proses tersebut telah sama-sama disetujui oleh organisasi dan masyarakat adat yang
terpengaruh;
- cara organisasi memastikan bahwa elemen-elemen persetujuan atas dasar informasi di awal
tanpa paksaan (FPIC) telah diterapkan sebagai bagian dari proses;29
- apakah sudah tercapai suatu kesepakatan, dan jika ya, apakah kesepakatan tersebut tersedia
secara publik.
Instrumen antarpemerintah tambahan dan rujukan yang digunakan dalam mengembangkan topik ini, serta sumber
informasi yang mungkin bermanfaat untuk pelaporan tentang hak masyarakat adat oleh sektor pertanian, akuakultur,
dan perikanan tangkap dicantumkan dalam Daftar Pustaka.
50 GRI 13: Sektor Pertanian, Akuakultur, dan Perikanan Tangkap 2022
Banyak pekerja sektor pertanian, akuakultur, dan perikanan tangkap bekerja secara mandiri atau dipekerjakan
secara tidak formal. Kebutuhan tenaga kerja harian lepas dan musiman juga umum terjadi. Bentuk pekerjaan tidak
lazim yang umum di sektor ini dapat menjadi faktor yang meningkatkan peluang terjadinya perlakuan diskriminatif
pada pekerja. Pekerja dapat sering menghadapi diskriminasi dalam hal perlindungan tenaga kerja dan mungkin
tidak menikmati hak atau perlakuan yang setara dalam pekerjaan dengan nilai yang setara, termasuk kepastian
kerja, upah, tunjangan, dan cuti dibayar yang lebih rendah.
Sektor pertanian, akuakultur, dan perikanan tangkap lazim mempekerjakan pekerja migran, termasuk pekerja migran
sementara. Karena status migrannya, pekerja migran rentan terhadap perlakuan diskriminatif menyangkut
remunerasi, akses ke layanan kesehatan kerja, dan perlindungan kerja. Di sektor penangkapan ikan, awak kapal
biasanya menjadi korban diskriminasi upah karena kewarganegaraannya. Pekerja migran ilegal bahkan dapat
menjadi lebih rentan terhadap diskriminasi dan kekerasan kerja (lihat juga topik 13.16 Kerja paksa atau wajib kerja
dan topik 13.20 Praktik ketenagakerjaan).
Orang yang bermata pencaharian sebagai petani dan nelayan tradisional, termasuk petani kecil, tenaga penggarap,
dan masyarakatnya, dapat menerima perlakuan diskriminatif. Contohnya, mereka mungkin menghadapi
ketidaksetaraan dalam mengakses lahan atau pekerjaan, yang menyebabkan kurangnya peluang untuk mencukupi
kebutuhan hidup. Hal ini dapat meningkatkan kemungkinan munculnya dampak negatif terhadap hak asasi manusia
mereka dan menjadikan mereka lebih rentan mengalami eksploitasi tenaga kerja (lihat topik 13.12 Komunitas lokal).
Karakteristik pekerja adat yang mungkin menyimpang dari praktik sosial kaum mayoritas, termasuk bahasa dan cara
berpakaian, juga dapat mengarah pada diskriminasi kerja di sektor-sektor tersebut. Perempuan adat dapat
menghadapi diskriminasi dalam hal etnis maupun gender.
Perempuan yang bekerja di sektor pertanian, akuakultur, dan perikanan sering mengalami diskriminasi dalam
bentuk kondisi kerja yang lebih buruk, ketidaksetaraan peluang, dan upah yang lebih kecil daripada yang diterima
oleh pekerja laki-laki. Perempuan lebih sering terlibat dalam bentuk pekerjaan dengan upah kecil atau pekerjaan
yang kurang terjamin. Di sektor perikanan, perempuan memainkan peranan penting di sepanjang rantai nilai,
dengan bekerja untuk perikanan komersial dan perikanan skala kecil, namun, mereka biasanya tidak terlalu terlibat
dalam penangkapan ikan lepas pantai atau jarak jauh, yang biasanya berupah lebih tinggi.
Perempuan juga seringkali tidak terlalu terlibat dengan koperasi dan organisasi petani, sehingga membatasi
mereka ke fasilitas pengolahan, teknologi yang lebih maju, serta kebutuhan pertanian. Akibatnya dapat berupa
pendapatan yang lebih rendah karena kurangnya hasil panen, kendati melewati jam kerja yang panjang.
Diskriminasi terhadap perempuan di sektor pertanian, akuakultur, dan perikanan juga dapat mencakup kekerasan
dan pelecehan berbasis gender. Kemungkinannya kecil bahwa perempuan yang melakukan pekerjaan musiman
atau informal melaporkan kekerasan seksual dan kekerasan lain yang dialami. Perempuan dalam posisi kerja
semacam itu memiliki peluang lebih kecil dalam mencari penyelesaian masalah.
51 GRI 13: Sektor Pertanian, Akuakultur, dan Perikanan Tangkap 2022
Mayoritas perempuan yang aktif secara ekonomi di negara berpendapatan kecil bekerja di sektor pertanian [229].
Di banyak negara, perempuan tidak memiliki hak yang setara dengan laki-laki, bahkan jika setara secara legal, hak
tersebut tidak diakui. Ini mencakup hak untuk membeli, menjual, atau mewarisi tanah; membuka rekening
tabungan atau meminjam uang; menandatangani kontrak; dan menjual produk mereka.
Peran gender tradisional dapat membatasi kebebasan bergerak perempuan dan menghalangi mereka membawa
produk ke pasar atau keluar dari desa tanpa izin dari kerabat laki-laki. Konvensi sosial dan norma gender
seringkali menganggap aktivitas dan hasil kerja perempuan semata-mata sebagai bagian dari peran mereka
sebagai pengasuh dan bukan sebagai bentuk partisipasi dalam ekonomi pasar, yang tentu saja meremehkan
kontribusi ekonomi mereka. Perempuan yang berada dalam situasi ini tidak menikmati hak yang setara dengan
laki-laki atas standar hidup yang layak.
Terkadang, perempuan tidak mendapatkan haknya terkait perlindungan ibu hamil. Tunjangan seperti cuti hamil
dan tunjangan perawatan anak mungkin tidak dapat diakses oleh perempuan di sektor pertanian, akuakultur, dan
perikanan tangkap.
52 GRI 13: Sektor Pertanian, Akuakultur, dan Perikanan Tangkap 2022
Manajemen topik
GRI 3: Topik Pengungkapan 3-3 Manajemen topik material 13.15.1
Material 2021
GRI 406: Pengungkapan 406-1 Insiden diskriminasi dan tindakan perbaikan yang 13.15.4
Nondiskriminasi dilakukan
2016
Instrumen resmi tambahan dan referensi yang digunakan dalam mengembangkan topik ini, serta sumber informasi
yang mungkin membantu untuk pelaporan tentang nondiskriminasi dan peluang setara oleh sektor pertanian,
akuakultur, dan perikanan tangkap tercantum dalam Daftar Pustaka.
53 GRI 13: Sektor Pertanian, Akuakultur, dan Perikanan Tangkap 2022
Organisasi Buruh Internasional (ILO) telah mengidentifikasi sektor pertanian, akuakultur, dan perikanan sebagai
sektor yang sangat rentan terhadap Kerja paksa atau wajib kerja. Pekerja mengalami upah yang tidak atau terlambat
dibayar, pembatasan kebebasan bergerak, kekerasan, ancaman, perdagangan manusia, dan bentuk perbudakan
modern lainnya. Kasus-kasus kerja paksa telah tercatat di sepanjang rantai pasokan sebagian besar produk dalam
sektor (lihat referensi [251], [256] dan [257]).
Pekerja sektor pertanian, akuakultur, dan perikanan tangkap memiliki kemungkinan kecil untuk membentuk serikat
kerja, seringkali berpenghasilan rendah, dan kurang memiliki keterampilan dibandingkan tenaga kerja di sektor lain.
Sektor-sektor tersebut membutuhkan banyak pekerja, yang seringkali diisi oleh agensi ketenagakerjaan. Undang-
undang ketenagakerjaan nasional tidak selalu memberikan perlindungan tenaga kerja kepada petani kecil, nelayan
skala kecil, atau pekerja musiman dan pekerja harian lepas (lihat topik 13.20 Praktik ketenagakerjaan).
Pekerjaan sering dilakukan di daerah terpencil atau pedesaan berpendapatan rendah. Ini dapat memperbesar
kemungkinan terjadinya eksploitasi tenaga kerja dan menyebabkan pekerja berutang kepada pemberi kerja karena
pinjaman yang digunakan untuk mendapatkan akses kerja atau akomodasi. Pada beberapa kasus, pemberi kerja
mungkin mempergunakan jeratan utang untuk mencegah pekerja keluar dari pekerjaan.
Pekerja migran dalam sektor ini lebih mungkin bekerja di bawah paksaan. Mungkin mereka tidak memiliki izin kerja
yang berlaku atau tidak memahami status legalitasnya, dan bahkan membiarkan paspor atau dokumen identitasnya
diambil. Pekerja migran ilegal juga dapat dipaksa atau ditekan untuk bekerja dalam aktivitas pertanian atau
perikanan ilegal, yang berisiko lebih tinggi bagi kesehatan maupun keselamatan mereka.
Pekerja migran perikanan secara khusus merupakan kelompok rentan. Seringkali mereka berasal dari negara
berpendapatan rendah dan dapat diperdagangkan atau tidak menyadari telah menyeberangi berbagai perbatasan,
yang membahayakan hak asasi manusia dan bahkan nyawa mereka.
Dalam kegiatan perikanan, tekanan terus-menerus untuk menghasilkan volume produk yang lebih tinggi sembari
mempertahankan upah tenaga kerja tetap rendah, dapat memicu terjadinya praktik eksploitasi tenaga kerja.
Menghilangkan praktik kerja paksa di kapal penangkapan ikan dan menegakkan hak-hak pekerja dapat
membutuhkan upaya tambahan, karena kapal penangkapan ikan biasanya beroperasi di lepas pantai atau di bawah
bendera negara yang jauh dari lokasi penangkapan ikan. Standar internasional sangat bergantung pada negara
yang diwakili bendera tersebut untuk menegakkan undang-undang ketenagakerjaan di atas kapal penangkapan
ikan.
Mengidentifikasi dan mencegah kerja paksa juga memerlukan pemahaman tentang rantai pasokan, di mana
ketertelusuran memainkan peranan utama (lihat topik 13.23 Ketertelusuran rantai pasokan).
54 GRI 13: Sektor Pertanian, Akuakultur, dan Perikanan Tangkap 2022
Manajemen topik
GRI 3: Topik Pengungkapan 3-3 Manajemen topik material 13.16.1
Material 2021
Instrumen antarpemerintah tambahan dan rujukan yang digunakan dalam mengembangkan topik ini, serta sumber
daya yang mungkin bermanfaat untuk pelaporan tentang kerja paksa atau kerja wajib oleh sektor pertanian,
akuakultur, dan perikanan tangkap dicantumkan dalam Daftar Pustaka.
30 Departemen Tenaga Kerja Amerika Serikat memiliki dokumentasi kasus pekerja anak dalam produksi nanas di Belize, Brasil, Ekuador, Nikaragua, dan
Filipina; kacang di Meksiko dan Paraguay; buah jeruk di Belize dan Turki; kakao di Brasil, Kamerun, Ghana, Guinea, dan Sierra Leone; kopi di Brasil,
Kolombia, Kosta Rika, Republik Dominika, El Salvador, Guatemala, Guinea, Honduras, Kenya, Meksiko, Nikaragua, Panama, Sierra Leone, Tanzania,
Uganda, dan Vietnam; dan beras di Brasil, Republik Dominika, Kenya, Filipina, Uganda, dan Vietnam. Mereka juga mendokumentasikan kasus pekerja
anak dalam produksi daging sapi di Brasil, dan ternak di Chad, Kosta Rika, El Salvador, Ethiopia, Lesotho, Mauritania, Namibia, Uganda, dan Zambia.
Pekerja anak dalam pertanian telah didokumentasikan dalam kasus-kasus yang berkaitan dengan perikanan di Brasil, Kamboja, Kenya, Paraguay,
Peru, Filipina, Uganda, Vietnam, dan Yaman; kerang di El Salvador dan Nikaragua; dan udang di Bangladesh dan Kamboja [272].
55 GRI 13: Sektor Pertanian, Akuakultur, dan Perikanan Tangkap 2022
Sektor pertanian, akuakultur, dan perikanan tangkap menyumbangkan angka tertinggi dalam jumlah pekerja anak
dibandingkan semua sektor lain dan kasus pekerja anak telah tercatat sepanjang rantai pasokan berbagai produk di
sektor tersebut (lihat referensi [266] dan [272]).30
Lebih dari 70% dari semua pekerja anak terlibat dalam sektor pertanian, akuakultur, dan perikanan tangkap. Angka
ini bahkan lebih besar pada anak usia 5 hingga 11 tahun [266]. Dalam beberapa konteks, keterlibatan anak-anak
dalam pekerjaan pertanian, akuakultur, dan perikanan yang tidak berbahaya dapat memberikan kontribusi pada
pengembangan keterampilan dan personal anak. Akan tetapi, pekerjaan yang melibatkan pekerja anak tidak dapat
diasosiasikan dengan dampak positif, serta dianggap tidak layak bagi sang anak, berdasarkan bahaya, jam kerja,
kondisi kerja, dan merupakan gangguan bagi kegiatan sekolah. Di beberapa bagian dunia, pekerja anak mungkin
dapat diterima oleh masyarakat, hal yang turut berkontribusi dalam penyebaran praktik ini.
Anak-anak yang bekerja di sektor pertanian, akuakultur, dan perikanan tangkap mungkin melakukan pekerjaan yang
hanya cocok dilakukan oleh pekerja dewasa. Pekerjaan ini mungkin memberikan dampak negatif pada kesehatan
dan perkembangan mereka. Contohnya, anak-anak dapat ditugaskan menyemprot pestisida di sektor pertanian.
Paparan pestisida dapat sangat berbahaya bagi anak-anak, mengingat tubuh mereka lebih rentan terhadap racun,
yang mengarah pada meningkatnya risiko kanker dan terganggunya proses kognitif pada anak.
Anak-anak sering ditugaskan untuk merawat hewan. Karena aktivitas peternakan hewan sangat intensif, yang
melibatkan membersihkan hewan dan kandangnya, mengambil air, memberi makan, dan memerah susu, anak-
anak dapat putus sekolah karena tidak mampu melakukan kegiatan sekolah sembari melakukan pekerjaan
semacam ini.
Dalam sektor perikanan, anak-anak bekerja di sepanjang rantai pasokan, mengerjakan tugas seperti menangkap,
mengolah, serta menjual ikan dan produk akuatik lainnya. Masyarakat nelayan mungkin hanya memiliki sedikit
sumber penghasilan, dan pekerja anak sering digunakan untuk menambah penghasilan atau dalam aktivitas
mencari nafkah. Panjangnya jam kerja dan giliran kerja malam dalam sektor-sektor ini juga dapat menempatkan
anak-anak dalam kondisi kerja berbahaya (lihat topik 13.19 kesehatan dan keselamatan kerja).
Bagian besar sektor pertanian, akuakultur, dan perikanan tangkap melibatkan pekerjaan informal, yang
meningkatkan kemungkinan dilibatkannya pekerja anak. Pekerjaan musiman memunculkan risiko tambahan dan
meningkatkan kemungkinan absen dari sekolah. Bolos sekolah untuk bekerja berpengaruh negatif terhadap hak
anak-anak atas pendidikan.
Kurang dari sepertiga anak-anak yang bekerja mendapatkan upah. Pada banyak kasus, hal ini dikarenakan anak-
anak bekerja dalam bisnis keluarga. Biasanya anak-anak juga menerima upah lebih rendah dari orang dewasa, dan
dalam beberapa kasus, mereka juga lebih produktif, yang mungkin diketahui oleh pemberi kerja.
Organisasi Buruh Internasional (ILO) mengidentifikasi kerja paksa pada anak dan kerja berbahaya pada anak
sebagai bentuk eksploitasi anak yang paling buruk [259]. 25% anak yang menjadi pekerja anak menjadi korban kerja
paksa (lihat topik 13.16 Kerja paksa atau wajib kerja). Ini dapat terjadi ketika, misalnya, perantara tenaga kerja
merekrut dan memaksa anak-anak bepergian jauh dari rumah. Dalam kasus jeratan utang kepada pemberi kerja,
orang tua mungkin mengajak anak-anak mereka untuk bekerja bersama.
Pekerja muda juga dikenal sebagai kelompok rentan di bawah standar pekerja anak dan perlu dilindungi dari
pekerjaan berbahaya, yang mungkin membuat mereka terekspos di sektor-sektor tersebut.
56 GRI 13: Sektor Pertanian, Akuakultur, dan Perikanan Tangkap 2022
Pekerja muda di atas usia kerja minimal yang berlaku dan di bawah 18 tahun layak mendapatkan perlindungan
khusus mengenai jenis pekerjaan yang dapat mereka lakukan. Orang muda masih berada dalam fase
perkembangan kognitif dan fisik, dan karenanya dianggap lebih rentan terhadap dampak negatif dalam pekerjaan
daripada orang dewasa.
Menurut ILO, pekerjaan yang dilakukan oleh pekerja muda perlu disesuaikan dengan perkembangan fisik dan
mental mereka. Pekerja muda dalam sektor pertanian, akuakultur, dan perikanan tangkap mungkin terpapar
kondisi kerja berbahaya, kecelakaan kerja, dan penyakit. Pembatasan juga diberlakukan untuk jam kerja guna
mengurangi tingkat kerentanan.
57 GRI 13: Sektor Pertanian, Akuakultur, dan Perikanan Tangkap 2022
Manajemen topik
GRI 3: Topik Pengungkapan 3-3 Manajemen topik material 13.17.1
Material 2021
Instrumen antarpemerintah tambahan dan rujukan yang digunakan dalam mengembangkan topik ini, serta sumber
informasi yang mungkin bermanfaat untuk pelaporan tentang pekerja anak oleh sektor pertanian, akuakultur, dan
perikanan tangkap dicantumkan dalam Daftar Pustaka.
58 GRI 13: Sektor Pertanian, Akuakultur, dan Perikanan Tangkap 2022
Hak-hak untuk kebebasan berserikat dan perundingan bersama dari banyak pekerja di sektor pertanian, akuakultur,
dan perikanan tangkap tetap rawan dilanggar. Hak pekerja untuk membentuk organisasi dan melakukan
perundingan bersama masih ditolak di banyak negara, yang membuat mereka tidak dapat melindungi kepentingan
mereka secara efektif.
Pekerja dengan pendapatan rendah, pekerja di bidang kerja informal, pekerja migran, pekerja musiman, dan pekerja
harian lepas mengalami kesulitan untuk menegakkan hak untuk mendapat kebebasan berserikat dan perundingan
bersama. Hal ini diperparah dengan tidak seimbangnya kewenangan antara pemberi kerja dan pekerja. Kurangnya
akses ke kebebasan berserikat dan perundingan bersama dapat memperparah dampak terhadap pekerja yang
sudah menghadapi peningkatan kerentanan dan isolasi terkait kerja (lihat topik 13.15 Nondiskriminasi dan peluang
setara)
Meskipun sudah semakin umum bagi pekerja di usaha pertanian, akuakultur, dan perikanan tangkap komersial yang
besar untuk diwakili oleh serikat pekerja dan dilindungi dengan perjanjian kerja bersama, hanya sebagian kecil
pekerja yang terorganisasi. Organisasi yang menghalangi pembentukan serikat pekerja di sektor merupakan
masalah yang sering terjadi. Anggota serikat pekerja juga mengalami intimidasi dan kekerasan (lihat rujukan [281],
[286] dan [287]).
Pekerja musiman mungkin kesulitan untuk bergabung dengan serikat pekerja karena masa kerja mereka yang
singkat. Serikat pekerja telah melaporkan adanya pembatasan pada pekerja sementara atau pekerja yang
dipekerjakan oleh pemasok untuk mengakses hak yang sama seperti karyawan lain secara efektif. Dalam beberapa
kasus, organisasi sengaja mempekerjakan pekerja dengan kontrak jangka pendek atau mengalihdayakan
pekerjaan agar pekerja tersebut tidak dapat bergabung dengan serikat pekerja. Pekerja migran bisa jadi lebih rentan
dalam hal ini, karena mereka mungkin secara eksplisit dilarang untuk bergabung dengan serikat pekerja nasional
dari negara tempat mereka bekerja.
Menurut Organisasi Buruh Internasional (ILO), semua pekerja – termasuk pekerja wiraswasta, petani kecil, nelayan
kecil, dan mereka yang bekerja di sektor ekonomi informal – seharusnya memiliki hak untuk kebebasan berserikat
dan perundingan bersama.
59 GRI 13: Sektor Pertanian, Akuakultur, dan Perikanan Tangkap 2022
Manajemen topik
GRI 3: Topik Pengungkapan 3-3 Manajemen topik material 13.18.1
Material 2021
Instrumen antarpemerintah tambahan dan rujukan yang digunakan dalam mengembangkan topik ini, serta sumber
daya yang mungkin bermanfaat untuk pelaporan tentang kebebasan berserikat dan perundingan bersama oleh
sektor pertanian, akuakultur, dan perikanan tangkap dicantumkan dalam Daftar Pustaka.
60 GRI 13: Sektor Pertanian, Akuakultur, dan Perikanan Tangkap 2022
Pertanian, akuakultur, dan perikanan tangkap termasuk sektor yang paling berbahaya, dengan tingginya cedera dan
sakit terkait kerja setiap tahun (lihat rujukan [304] dan [309]). Bahaya terkait kerja yang berkaitan dengan pertanian,
akuakultur, dan perikanan tangkap meliputi:
• penanganan mesin, peralatan, wadah, dan kendaraan yang berbahaya;
• paparan terhadap kebisingan dan getaran berlebihan, yang menyebabkan masalah pendengaran dan masalah
indrawi lainnya;
• terpeleset, tersandung, jatuh dari ketinggian, jatuh ke laut, dan tenggelam;
• bekerja dengan hewan yang jauh lebih berat dibandingkan pekerja, mengangkat beban berat, dan pekerjaan lain
yang menyebabkan gangguan muskuloskeletal;
• bekerja di dekat orang atau hewan, yang meningkatkan risiko terpapar penyakit menular;
• serangan oleh hewan liar;
• paparan terhadap debu dan zat organik dan bahan kimia yang memiliki potensi bahaya;
• paparan terhadap suhu ekstrem dan cuaca buruk.
Karena pekerja di sektor pertanian, akuakultur, dan perikanan tangkap sering tinggal di tempat mereka bekerja,
dampak kesehatan dan keselamatan kerja juga dapat berkaitan dengan kondisi hidup pekerja. Kondisi kerja dan
hidup yang memadai menyediakan akses ke air yang layak diminum, jumlah dan kualitas makanan, kebersihan,
sanitasi, dan akomodasi yang layak. Pekerja berhak memiliki akses yang aman, higienis, dan dapat diterima
masyarakat ke sanitasi, di mana kurangnya sanitasi dapat meningkatkan risiko terkena penyakit menular.
Pekerja mungkin bekerja selama berjam-jam dan dalam banyak hari secara berturut-turut di sektor pertanian,
terutama ketika waktu memanen tanaman. Mereka dapat terpapar pestisida dan zat kimia lainnya yang digunakan.
Anak-anak yang tinggal bersama pekerja di ladang dan perkebunan juga dapat terpapar zat berbahaya (lihat juga
topik 13.6 Penggunaan pestisida dan topik 13.17 Pekerja anak).
Penangkapan ikan berkaitan dengan banyak risiko, seperti sakit, cedera terkait kerja, dan kematian. Penangkapan
ikan yang jauh di lepas pantai dianggap sebagai salah satu pekerjaan paling berbahaya. Bencana kapal dan jatuh ke
laut merupakan risiko keselamatan terbesar dan merupakan sebab utama kematian di sektor ini. Risiko
keselamatan kapal berkaitan dengan cuaca, kurangnya sistem peringatan cuaca, kehilangan daya, kegagalan
mesin, atau tidak memadainya tingkat pemeliharaan. Kru di laut yang berpindah antara kapal penangkapan ikan dan
kapal pendukung dapat memiliki risiko keselamatan tambahan, terutama di lautan yang tidak tenang.
Sebagian besar kapal penangkapan ikan tidak sesuai dengan parameter ukuran yang diatur oleh standar
keselamatan maritim internasional. Nelayan skala kecil mengoperasikan jutaan kapal penangkapan ikan yang
kecanggihannya berbeda-beda. Seringkali, kapal-kapal ini ternyata tidak cocok dengan kondisi penggunaannya,
seperti membawa jumlah ikan yang sangat banyak atau berlayar jauh ke lepas pantai.
Standar keselamatan kapal membahas risiko terkait keselamatan umum, seperti keselamatan kebakaran,
pencahayaan, ventilasi, keselamatan pribadi, stabilitas kapal, dan ketahanan hidup di laut. Pelatihan keselamatan
kapal berfungsi untuk mencegah bencana kapal dan untuk memastikan kepatuhan dengan standar keselamatan.
Skema asuransi juga dapat memberikan kepastian pendapatan bagi nelayan, dan dalam kasus kematian atau
cedera, kepada keluarga mereka.
Pengolahan utama ikan, seperti penangkapan, penyortiran, dan penyimpanan ikan, sering memerlukan penanganan
peralatan berbahaya, seperti pisau dan kait. Ketika ikan dipenggal, dikeluarkan isi perutnya, dikuliti, atau dipisahkan
daging dari durinya secara manual, mengalami luka sayat atau luka gores parah sudah menjadi hal umum bagi
pekerja. Gigitan, sengatan, dan kibasan ekor ikan dan hewan akuatik lainnya juga dapat menyebabkan cedera.
Dalam kasus sakit atau cedera di lepas pantai, perawatan medis oleh profesional atau bahkan evakuasi medis
darurat mungkin tidak tersedia.
Penangkapan ikan juga dapat melibatkan waktu berjam-jam di laut, jauh di lepas pantai. Kebutuhan beristirahat
setiap hari dan setiap minggu yang ditentukan oleh tingkat kru juga memengaruhi kesehatan dan keselamatan kru
penangkapan ikan. Karena pekerja dapat tinggal di atas kapal penangkapan ikan dalam waktu yang lama, kondisi
hidup yang buruk juga dapat mengganggu waktu istirahat mereka. Nelayan juga mungkin mengalami kesulitan
berlabuh ke daratan atau turun dari kapal mereka di pelabuhan asing.
61 GRI 13: Sektor Pertanian, Akuakultur, dan Perikanan Tangkap 2022
Nelayan mungkin ditelantarkan oleh pemilik kapal tanpa harapan dibayar atau dipulangkan kembali ke tempat
asalnya (lihat topik 13.20 Praktik ketenagakerjaan). Sudah ada kasus tercatat yang menunjukkan beberapa
penelantaran hingga berbulan-bulan. Penelantaran dapat berdampak pada kesehatan dan keselamatan, termasuk
kurangnya layanan kesehatan dan penyediaan pangan rutin, serta membahayakan kesehatan mental karena
membiarkan orang dalam situasi ketidakpastian.
Karena kurangnya penegakan dan pengawasan standar keselamatan, aktivitas penangkapan ikan ilegal di perairan
yang diperebutkan dapat memberikan dampak negatif terhadap kesehatan dan keselamatan pekerja. Menangani
penangkapan ikan ilegal, tidak dilaporkan, dan tidak diatur (IUU) dalam rantai pasokan dapat membantu
menghindarkan faktor-faktor yang menyebabkan dilanggarnya standar kesehatan dan keselamatan (lihat juga topik
13.23 Ketertelusuran rantai pasokan).
Pergerakan kapal yang seringkali terisolasi dan melewati batas negara berarti akses tetap ke pemeriksaaan tenaga
kerja dan penegakan kebijakan tentang kesehatan dan keselamatan kerja akan tetap sulit.
31 Jam istirahat minimum ditetapkan dalam Konvensi 188 Organisasi Buruh Internasional (ILO), ‘Work in Fishing Convention’ [388].
62 GRI 13: Sektor Pertanian, Akuakultur, dan Perikanan Tangkap 2022
Manajemen topik
GRI 3: Topik Pengungkapan 3-3 Manajemen topik material 13.19.1
Material 2021
Rekomendasi sektor tambahan
Pengungkapan 403-7 Pencegahan dan mitigasi dampak dari kesehatan dan 13.19.8
keselamatan kerja yang secara langsung terkait hubungan bisnis
Instrumen resmi dan rujukan tambahan yang digunakan dalam mengembangkan topik ini, serta sumber informasi
yang mungkin bermanfaat untuk pelaporan tentang kesehatan dan keselamatan kerja oleh sektor pertanian,
akuakultur, dan perikanan tangkap dicantumkan dalam Daftar Pustaka.
63 GRI 13: Sektor Pertanian, Akuakultur, dan Perikanan Tangkap 2022
Hubungan ketenagakerjaan adalah hubungan hukum antara seorang pekerja dan organisasi yang memberikan hak
dan kewajiban kepada kedua pihak. Pemekerjaan informal banyak terjadi di sektor pertanian, akuakultur, dan
perikanan tangkap, sedangkan pekerjaan yang akan dilakukan belum terdaftar. Di seluruh dunia, 94% pekerja di
sektor pertanian merupakan pekerja informal [336].
Pekerja informal tidak memiliki kontrak pekerjaan yang terjamin dan mungkin terlantar tanpa perlindungan hukum
dan tunjangan kerja; waktu kerja dan ketentuan kontrak lainnya tidak ditentukan dengan jelas. Pekerjaan informal
juga seringkali tidak diungkapkan, yang melanggar undang-udang ketenagakerjaan dan mengurangi pemungutan
pajak.
Ketika ada hubungan kerja formal, kurangnya transparansi dapat berkaitan dengan jam kerja harian, besarnya upah,
dan kondisi kerja. Misalnya, pekerja dapat menghadapi pemotongan upah yang tidak adil atau tidak transparan.
Pemberi kerja mungkin menahan beberapa persen dari upah untuk menutup berbagai biaya, seperti biaya
perekrutan, persediaan makanan dan air, akomodasi, cuti untuk istirahat, atau untuk mentransfer pembayaran
kepada keluarga pekerja. Pembayaran natura, bonus, dan upah borongan merupakan bentuk kompensasi yang
umum. Hal ini dapat meningkatkan produktivitas tetapi dapat mengakibatkan kurangnya kepastian dalam
pendapatan total serta membatasi daya beli pekerja.
Susunan kontrak kerja dalam sektor ini dan rantai pasokan yang terkait dapat menjadi rumit dan melibatkan banyak
pelaku. Organisasi pertanian, akuakultur, dan perikanan tangkap mungkin mengandalkan pekerja yang terlibat
secara langsung, melalui agensi ketenagakerjaan, atau dari pemasok. Pemberi kerja dapat mengelompokkan
pekerja yang bekerja dengan mereka sebagai pekerja mandiri atau melibatkan pekerja melalui pihak ketiga untuk
menghindari hubungan kerja secara langsung. Situasi tersebut disebut sebagai hubungan kerja yang
disembunyikan dan dapat menyebabkan pekerja tidak mendapatkan tunjangan yang seharusnya. Dampak negatif
serupa terjadi ketika pekerja dipekerjakan melalui kontrak sementara atau harian secara berkelanjutan.
Meskipun agensi ketenagakerjaan memenuhi kebutuhan akan pekerja di sektor ini, kasus yang terdokumentasikan
menunjukkan prinsip dasar dan hak-hak di tempat kerja sering dilanggar apabila tidak ada uji tuntas tentang cara
agensi ini beroperasi. Pekerja dapat menghadapi biaya perekrutan yang tidak masuk akal, kondisi kerja yang
melanggar hukum, dan larangan untuk menghentikan hubungan kerja mereka. Praktik ketenagakerjaan dan
perekrutan yang tidak etis di sektor ini juga dapat meningkatkan kerentanan pekerja dan menyebabkan terjadinya
eksploitasi. Perekrutan yang adil atau etis berarti mempekerjakan pekerja sesuai dengan undang-undang dan
dengan cara yang jujur dan transparan yang menghormati martabat dan hak asasi manusia (lihat rujukan [329], [342]
dan [343]). Perekrutan etis memiliki ciri-ciri:
• biaya perekrutan ditanggung oleh pemberi kerja;
• menghormati kebebasan bergerak;
• syarat dan ketentuan kerja yang transparan;
• kerahasiaan dan perlindungan data;
• akses ke tindakan pemulihan.
Pekerja migran sering memenuhi kebutuhan akan pekerja di bidang pertanian, akuakultur, dan perikanan tangkap.
Status migran, bahasa, dan hambatan komunikasi seringkali menyebabkan pekerja migran mengalami kerugian
dalam hal remunerasi, perumahan, serta perlindungan sosial dan medis (lihat topik 13.15 Nondiskriminasi dan
peluang setara).
64 GRI 13: Sektor Pertanian, Akuakultur, dan Perikanan Tangkap 2022
Pekerja migran dapat menjadi sangat rentan mengalami praktik kerja tidak etis dan perlakuan kasar. Mereka
kemungkinan besar mengalami diskriminasi upah dan kontrak kerja yang kurang menguntungkan karena mereka
tergantung pada pemberi kerja atau agensi ketenagakerjaan untuk mendapatkan pekerjaan dan izin kerja.
Pekerja migran dapat dipaksa untuk membayar biaya untuk mengakses pekerjaan di sektor pertanian, akuakultur,
dan perikanan tangkap dan untuk menyerahkan dokumen identitas, yang membuat mereka tidak dapat keluar dari
pekerjaan. Praktik tersebut membuat pekerja migran menjadi korban kerja terikat atau kerja paksa atau kerja wajib,
eksploitasi kerja, dan perdagangan orang (lihat juga topik 13.16 Kerja paksa atau kerja wajib).
Standar kerja internasional mengharapkan pekerja di sektor pertanian, akuakultur, dan perikanan tangkap agar
memiliki kondisi kerja yang layak, termasuk akomodasi, transportasi makanan dari dan ke tempat kerja, dan
asuransi kecelakaan, apabila memungkinkan. Bagi nelayan, standar tenaga kerja dan maritim internasional
menyebutkan hak untuk dipulangkan ke negara asal jika terjadi penelantaran.
32 Rekomendasi sektor tambahan berdasarkan pada klausul 1.2 dalam GRI 401: Kepegawaian 2016.
65 GRI 13: Sektor Pertanian, Akuakultur, dan Perikanan Tangkap 2022
Manajemen topik
GRI 3: Topik Pengungkapan 3-3 Manajemen topik material 13.20.1
Material 2021
Rekomendasi sektor tambahan
• Menjelaskan kebijakan atau komitmen mengenai perekrutan pekerja, yang
meliputi:
- apakah organisasi mempunyai kebijakan perekrutan etis, dan jika ada,
tautan ke kebijakan tersebut jika tersedia untuk umum;
- apakah kebijakan dan komitmen ini membahas pendekatan untuk biaya
perekrutan;
- apakah kebijakan dan komitmen ini melarang penahanan dokumen
identitas, seperti paspor;
- apakah berdasarkan kebijakan ini, pekerja diberi kontrak tertulis dalam
bahasa yang dipahami oleh pekerja;
- apakah kebijakan dan komitmen ini berlaku untuk agensi ketenagakerjaan
yang digunakan untuk merekrut pekerja;
- cara peristiwa ketidakpatuhan terhadap kebijakan dan komitmen ini
diidentifikasi dan ditangani.
Instrumen resmi tambahan dan rujukan yang digunakan dalam mengembangkan topik ini, serta sumber informasi
yang mungkin bermanfaat untuk pelaporan tentang praktik ketenagakerjaan oleh sektor pertanian, akuakultur, dan
perikanan tangkap dicantumkan dalam Daftar Pustaka.
66 GRI 13: Sektor Pertanian, Akuakultur, dan Perikanan Tangkap 2022
Seperti diakui oleh Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia, semua pekerja memiliki hak untuk mendapatkan
remunerasi yang adil dan layak yang memastikan keberlangsungan hidup sesuai martabat manusia untuk mereka
sendiri dan keluarga mereka. Kurangnya standar hidup yang layak dapat menyebabkan kemiskinan, kekurangan gizi,
dan keterbatasan akses ke layanan pokok. Memberikan pendapatan hidup atau upah hidup membantu mengurangi
ketidaksetaraan dan kemiskinan dalam pekerjaan.
Pekerja di sektor pertanian, akuakultur, dan perikanan tangkap memiliki kemungkinan lebih dari empat kali lipat
berada dalam kemiskinan dibandingkan pekerja di sektor lain [356]. Memastikan pendapatan hidup atau upah hidup
bagi pekerja termasuk membayar petani dan nelayan yang bekerja mandiri dengan harga wajar untuk produk
mereka atau memberikan remunerasi untuk pekan kerja standar kepada pekerja berupah yang cukup untuk
memenuhi standar hidup yang layak.
Upah minimum yang ditetapkan undang-undang terkadang dapat digunakan sebagai patokan untuk upah hidup.
Namun, upah hidup dihitung berdasarkan kebutuhan untuk standar hidup yang layak dan dapat lebih tinggi dari upah
minimum. Di banyak negara, pekerja upah di sektor pertanian, akuakultur, dan perikanan tangkap tidak tercakup
dalam peraturan upah minimum nasional atau tunduk pada tingkat upah minimum khusus sektor yang lebih rendah
dibandingkan yang diberlakukan untuk kategori pekerja lainnya. Tingginya penyebaran pemekerjaan informal di
sektor ini juga merupakan hambatan utama penegakan aturan upah.
Pekerja di sektor pertanian, akuakultur, dan perikanan tangkap dapat diberi kompensasi dengan berbagai cara,
seperti pembayaran natura dari hasil tangkapan atau panenan mereka, atau bonus atau upah borongan, yang
menjadikan pekerja lebih rentan mengalami kekurangan kompensasi (lihat topik 13.20 Praktik ketenagakerjaan).
Meskipun standar pekerja internasional tidak menetapkan ambang batas khusus, Organisasi Buruh Internasional
(ILO) telah mempertanyakan apakah proporsi upah yang tinggi, misalnya lebih dari 50%, yang dibayarkan dalam
bentuk natura pantas diberikan dengan pertimbangan hal itu berpotensi mengurangi pendapatan keuangan pekerja
[351].
Banyak petani dan nelayan dikategorikan sebagai pekerja mandiri karena mereka tidak menerima upah tetapi
mendapatkan kompensasi sesuai dengan produksi mereka. Perlindungan untuk jenis pekerja ini mungkin tidak ada,
sehingga pendapatan mereka mungkin tergantung pada kekuatan negosiasi individu, tingkat produksi, dan harga.
Namun, harga dapat berubah atau tergantung pada kekuatan pasar yang tidak menguntungkan dan dapat ditetapkan
tanpa mempertimbangkan kemungkinan kerugian produksi akibat peristiwa cuaca, penyakit tanaman dan hewan,
atau kondisi tak terduga lainnya yang mengurangi produksi.
Kurangnya pendapatan hidup atau upah hidup dapat menyebabkan dampak negatif terhadap lingkungan dan
masyarakat. Misalnya, kurangnya pendapatan hidup juga dapat menjadi faktor pendukung pembukaan hutan ilegal
atau aktivitas pertanian atau penangkapan ikan yang dilarang dalam upaya memperoleh pendapatan lebih banyak.
Petani dan nelayan juga dapat ditekan untuk mengurangi biaya produksi dengan menurunkan upah pekerja mereka
atau mengandalkan praktik ketenagakerjaan yang buruk seperti eksploitasi, pekerja migran ilegal, atau pekerja anak.
Kurangnya pendapatan hidup juga membatasi kemampuan produsen untuk berinvestasi dalam metode produksi
yang lebih efisien dan berkelanjutan, yang selanjutnya dapat memengaruhi akses mereka ke pasar, pendapatan,
dan mata pencaharian (lihat topik 13.22 Inklusi ekonomi).
67 GRI 13: Sektor Pertanian, Akuakultur, dan Perikanan Tangkap 2022
Manajemen topik
GRI 3: Topik Pengungkapan 3-3 Manajemen topik material 13.21.1
Material 2021
Rekomendasi sektor tambahan
• Menjelaskan komitmen yang terkait dengan pemberian pendapatan hidup
atau pembayaran upah hidup.
• Menjelaskan metodologi yang digunakan untuk menentukan pendapatan
hidup atau upah hidup di lokasi operasi organisasi yang penting dan
melaporkan apakah hal ini telah melibatkan konsultasi dengan dan partisipasi
pemangku kepentingan setempat, termasuk serikat pekerja dan organisasi
pemberi kerja.
• Menjelaskan cara kebijakan pengadaan, penetapan harga, dan remunerasi
mempertimbangkan pendapatan hidup atau upah hidup, termasuk cara
pendapatan hidup dipertimbangkan ketika menetapkan harga produk.
• Menjelaskan peralatan dan sistem yang digunakan untuk memantau upah
yang dibayarkan oleh pemasok.
Melaporkan persentase karyawan dan pekerja yang bukan karyawan dan mereka yang pekerjaannya 13.21.3
dikendalikan dan dibayar di atas upah hidup, dengan perincian jenis kelamin.
Produsen skala kecil – petani dan nelayan, yang memelihara, memanen, dan memasok produk kepada organisasi –
merupakan pemasok utama bagi sektor pertanian, akuakultur, dan perikanan tangkap. Ada 500 juta petani kecil di
sektor pertanian, dan di beberapa wilayah, mereka menghasilkan hingga 80% dari semua produk pertanian [364].
Demikian juga, kapal penangkapan ikan kecil mewakili lebih dari 80% total armada penangkapan ikan di dunia (lihat
rujukan [360] dan [370]). Namun, banyak petani dan nelayan ini hidup di daerah miskin dan pedesaan, di mana
masyarakat menghadapi eksklusi ekonomi dan sosial karena infrastruktur yang tidak memadai, kurangnya teknologi,
kapasitas produksi terbatas, atau akses terbatas ke pasar dan keuangan [368].
Produktivitas dan ketahanan petani dan nelayan dapat diperkuat dengan permintaan berkelanjutan, penyediaan
modal, pembentukan keterampilan, dan peningkatan akses ke pasar. Misalnya, pertanian kontrak – ketika organisasi
menandatangani perjanjian berjangka untuk membeli produk – dapat meningkatkan kepastian finansial petani dan
akses pasar. Organisasi juga dapat berkomitmen untuk menyediakan kebutuhan produksi sebagai bagian dari
perjanjian ini, seperti benih dan pupuk. Namun, perjanjian pertanian kontrak perlu dilaksanakan dengan cara tertentu
untuk mencegah utang atau ketergantungan.
Organisasi pertanian, akuakultur, dan perikanan tangkap juga dapat memberikan kontribusi pada kapasitas
produsen skala kecil dengan mengurangi rintangan untuk masuk ke pasar dan menghubungkan mereka dengan
layanan keuangan dan aset produktif. Organisasi mungkin juga memfasilitasi formalisasi dan pengembangan
usaha bisnis yang dilakukan petani dan nelayan. Ini meliputi bantuan untuk mendaftarkan sertifikat tanah,
pendaftaran usaha, dan hubungan tenaga kerja formal. Organisasi juga dapat mendorong kerja sama yang
memberikan manfaat bersama.
Inklusi ekonomi juga dapat didorong ketika organisasi memilih pemasok, misalnya, dengan memprioritaskan
pemasok yang dimiliki oleh perempuan atau anggota kelompok rentan lainnya. Pemberdayaan perempuan
merupakan faktor pendorong utama untuk inklusi ekonomi di daerah pedesaan, karena perempuan kemungkinan
besar berada dalam kemiskinan dan menghadapi pembatasan ekonomi di tingkat individu atau rumah tangga (lihat
topik 13.15 Nondiskriminasi dan peluang setara).
Pengembangan infrastruktur yang berada di luar ruang lingkup operasi organisasi, seperti jalan, pelabuhan, atau
kanal, dapat memfasilitasi akses ke transportasi, energi, kebersihan, atau layanan lain di area yang belum terlayani.
Organisasi juga dapat berkontribusi pada investasi masyarakat dan mendorong aktivitas ekonomi di area setempat,
yang menghadirkan peluang ekonomi bagi mereka yang tidak aktif di ekonomi setempat.
Memberdayakan petani dan nelayan dapat membantu mereka mewujudkan produktivitas tinggi dan berkontribusi
pada ketahanan pangan, yang memenuhi kebutuhan produksi pangan berkelanjutan pada saat ini dan yang akan
datang (lihat topik 13.9 Ketahanan pangan).
33 Rekomendasi sektor tambahan ini berdasarkan pada panduan untuk klausul 1.1 dalam GRI 204: Praktik Pengadaan 2016.
69 GRI 13: Sektor Pertanian, Akuakultur, dan Perikanan Tangkap 2022
Manajemen topik
GRI 3: Topik Pengungkapan 3-3 Manajemen topik material 13.22.1
Material 2021
Rekomendasi sektor tambahan
• Menjelaskan langkah yang diambil untuk mendukung inklusi ekonomi petani
dan nelayan, dan masyarakat mereka (misalnya, dukungan langsung melalui
investasi, kemitraan, atau pelatihan) dan efektivitas tindakan ini (misalnya,
meningkatnya panenan atau produktivitas, jumlah petani atau nelayan yang
dijangkau, persentase produk yang diambil dari produsen kecil).
• Menjelaskan langkah yang diambil untuk mengidentifikasi dan menyesuaikan
praktik pengadaan organisasi yang menyebabkan atau berkontribusi pada
dampak negatif terhadap inklusi ekonomi petani dan nelayan di rantai
pasokan.33
GRI 203: Dampak Pengungkapan 203-1 Investasi infrastruktur dan dukungan layanan 13.22.3
Ekonomi Tidak
Langsung 2016 Pengungkapan 203-2 Dampak ekonomi tidak langsung yang signifikan 13.22.4
Instrumen resmi tambahan dan rujukan yang digunakan dalam mengembangkan topik ini, serta sumber informasi
yang mungkin bermanfaat untuk pelaporan tentang inklusi ekonomi oleh sektor pertanian, akuakultur, dan perikanan
tangkap dicantumkan dalam Daftar Pustaka.
34 Proyek peningkatan berfokus untuk meningkatkan praktik produksi dan cara dampak terhadap spesies dan ekosistem dikelola. Proyek peningkatan
sering dilakukan dengan tujuan melakukan penilaian sebagai bagian dari proses sertifikasi yang memastikan kesesuaian dengan standar kinerja
lingkungan, ekonomi, dan sosial di masa depan.
70 GRI 13: Sektor Pertanian, Akuakultur, dan Perikanan Tangkap 2022
Organisasi pertanian, akuakultur, dan perikanan tangkap mungkin melakukan pengadaan produk dan kebutuhan
operasi, seperti pakan hewan, dari berbagai ladang, pabrik, perkebunan, perairan, atau tempat penetasan. Kondisi
produksi dapat berbeda di berbagai negara. Rantai pasokan sektor ini dapat rumit, yang melewati lintas batas
internasional dan mengumpulkan produk dari beberapa lokasi. Produk dapat berkaitan dengan berbagai dampak
negatif terhadap ekonomi, lingkungan, dan masyarakat, serta melibatkan aktivitas informal, di mana dampak-
dampaknya sering tidak tercatat.
Mekanisme ketertelusuran memungkinkan organisasi mengidentifikasi asal produk mereka dan pelaku dalam rantai
pasokan mereka. Mekanisme ini dapat membantu melokalkan dan menarik produk yang tidak sesuai. Misalnya,
ketertelusuran memungkinkan dapat dilakukannya penarikan produk dengan segera karena masalah keamanan
makanan dan wabah penyakit pada hewan.
Ketertelusuran pakan dalam produksi hewan dan akuakultur merupakan masalah utama. Pengadaan pakan hewan
dan ikan dapat berkontribusi pada dampak negatif terhadap keanekaragaman hayati dan ekosistem alami. Pakan
akuakultur dapat tergantung pada persediaan ikan yang menipis, sehingga semakin mendorong penangkapan ikan
secara berlebihan (lihat topik 13.3 Keanekaragaman hayati). Pakan berbasis tanaman dapat berkaitan dengan
konversi ekosistem alami. Misalnya, hampir 80% panen kedelai di seluruh dunia digunakan sebagai pakan hewan
dan pertanian kedelai berkaitan dengan penggundulan hutan di banyak daerah [379] (lihat topik 13.4 Konversi
ekosistem alami).
Di sektor perikanan, mekanisme ketertelusuran berfungsi untuk memastikan keberlanjutan sumber daya perikanan
dan legalitas operasi penangkapan ikan. Mengidentifikasi sumber produk perikanan memerlukan pengawasan yang
lebih teliti karena pengiriman tangkapan ikan, reekspor, dan berbagai tahap pemrosesan.
Kotak 6. Penangkapan ikan ilegal, tidak dilaporkan, dan tidak diatur (IUU)
Beberapa estimasi mengindikasikan bahwa hingga 30% ikan yang dikonsumsi di seluruh dunia berasal dari
penangkapan ikan IUU, yang mencakup penangkapan ikan tanpa izin, melebihi kuota penangkapan ikan,
penangkapan ikan yang terlalu kecil atau spesies dilindungi, serta menggunakan peralatan penangkapan ikan
yang tidak diizinkan [377]. Ini juga meliputi penangkapan ikan di wilayah laut yang dilindungi atau dilarang atau di
perairan dekat pantai yang diperuntukkan bagi nelayan setempat dan pemindahan tangkapan ikan yang tidak sah
dari satu kapal ke kapal lainnya.
Penangkapan ikan IUU merupakan ancaman bagi ekosistem dan keanekaragaman hayati laut karena potensi
dampaknya terhadap keberlanjutan persediaan ikan. Mekanisme ketertelusuran merupakan alat yang sangat
penting dalam memerangi penangkapan ikan IUU. Perikanan tersertifikasi, proyek peningkatan perikanan,34 atau
tindakan pemantauan, pengendalian, dan pengawasan juga dapat memberikan tingkat kepastian dalam
memerangi penangkapan ikan IUU.
Ketertelusuran juga dapat mempermudah transparansi nilai yang dihasilkan dari setiap tahap rantai nilai dan cara
nilai tersebut tersebar di antara produsen. Informasi ini relevan untuk menetapkan harga beli untuk produk pertanian,
akuakultur, dan perikanan tangkap yang memberikan pendapatan hidup atau upah hidup bagi pekerja, petani, dan
nelayan (lihat juga topik 13.21 Pendapatan hidup dan upah hidup).
Menelusuri asal produk bisa jadi sulit, dan ketertelusuran di sektor pertanian, akuakultur, dan perikanan tangkap
tidak diimplementasikan secara merata. Organisasi yang melakukan pengadaan produk pertanian, akuakultur, atau
perikanan tangkap mungkin, tergantung pada produknya, dapat menelusuri setiap produk ke sumbernya atau
wilayah geografis tertentu. Pemasok juga dapat memiliki sertifikasi dan skema jaminan oleh pihak ketiga yang
menghubungkan produk mereka ke lokasi produksi yang menjunjung standar kinerja lingkungan, ekonomi, dan
sosial tertentu.
35 Rekomendasi sektor tambahan ini berdasarkan pada panduan untuk klausul 1.1 dalam GRI 204: Praktik Pengadaan 2016.
36 Deskripsi rantai pasokan organisasi dilaporkan berdasarkan Pengungkapan 2-6 Aktivitas, rantai pasokan, dan hubungan bisnis lainnya dalam GRI 2:
Pengungkapan Umum 2021.
37 Volume pengadaan adalah volume total produk yang dibeli oleh organisasi dari pemasok.
38 Sertifikasi atau standar yang menelusuri jalur produk melalui rantai pasokan terkadang disebut dengan lacak balak (chain of custody/CoC). CoC
merupakan dokumentasi kronologis atau pelacakan dokumen yang merekam urutan pengamanan, pengendalian, transfer, analisis, dan penempatan
produk.
71 GRI 13: Sektor Pertanian, Akuakultur, dan Perikanan Tangkap 2022
Manajemen topik
GRI 3: Topik Pengungkapan 3-3 Manajemen topik material 13.23.1
Material 2021
Rekomendasi sektor tambahan
• Menjelaskan alasan dan metodologi untuk menelusuri sumber, asal mula,
atau kondisi proses pembuatan produk yang dibeli oleh organisasi (seperti
bahan mentah dan kebutuhan produksi yang dibeli).35
Melaporkan persentase volume yang dibeli37 yang disertifikasi sesuai dengan standar yang diakui 13.23.3
internasional yang mengawasi jalur produk hingga rantai pasokan, berdasarkan produk, dan
mencantumkan standar ini.38
Menjelaskan proyek peningkatan kualitas untuk membuat pemasok disertifikasi sesuai standar yang 13.23.4
diakui internasional yang mengawasi jalur produk hingga rantai pasokan untuk memastikan bahwa
semua volume produk yang dibeli sudah disertifikasi.
Organisasi pertanian, akuakultur, dan perikanan tangkap dapat berpotensi memberikan pengaruh pada kebijakan
setempat, nasional, dan internasional mengenai peraturan lingkungan, akses ke sumber daya alam, undang-
undang ketenagakerjaan, keamanan pangan, kesehatan publik, dan kesejahteraan hewan.
Advokasi atau pelobian oleh sektor pertanian, akuakultur, dan perikanan tangkap mungkin menargetkan kebijakan
yang membatasi dampak lingkungan sektor ini; penetapan harga dan subsidi pemerintah; atau kuota wajib pada
produk. Dalam bidang pertanian, kasus yang didokumentasikan menunjukkan bahwa banyak organisasi pertanian
mendukung penundaan persyaratan undang-undang untuk rotasi tanaman dan menghindari denda untuk
penggunaan lahan yang tidak memadai. Aktivitas lobi pertanian dapat juga menargetkan persetujuan untuk
organisme termodifikasi secara genetika (GMO) dan menetapkan tujuan untuk mengurangi penggunaan pestisida,
pupuk, dan antibiotik hewan. Pelobian juga dapat memengaruhi akses petani ke teknologi dan sumber informasi
genetik, seperti benih.
Dalam produksi hewan, pelobian dapat menghambat pengembangan kebijakan publik yang menangani dampak
negatif peternakan terhadap lingkungan. Produk peternakan – terutama susu dan daging sapi – mendapatkan
banyak subsidi di banyak negara karena pengaruh organisasi peternakan. Subsidi yang diwujudkan melalui
pelobian dapat mempermudah pasokan produk hewan dengan harga yang tidak menutup biaya bagi lingkungan.
Pelobian juga dapat mencegah standar kesejahteraan hewan yang lebih ketat.
Dalam sektor penangkapan ikan, organisasi dapat memengaruhi peraturan kuota dan penangkapan yang diizinkan,
termasuk negosiasi perdagangan internasional dan perjanjian antarnegara tentang kuota penangkapan ikan. Di
tingkat setempat, pelobian dapat memengaruhi usaha untuk membatasi penangkapan untuk mempertahankan
persediaan ikan (lihat juga topik 13.26 Antikorupsi).
73 GRI 13: Sektor Pertanian, Akuakultur, dan Perikanan Tangkap 2022
Manajemen topik
GRI 3: Topik Pengungkapan 3-3 Manajemen topik material 13.24.1
Material 2021
Rujukan tambahan yang digunakan dalam mengembangkan topik ini, serta sumber informasi yang mungkin
bermanfaat untuk pelaporan tentang kebijakan publik oleh sektor pertanian, akuakultur, dan perikanan tangkap
dicantumkan dalam Daftar Pustaka.
74 GRI 13: Sektor Pertanian, Akuakultur, dan Perikanan Tangkap 2022
Banyak produk pertanian, akuakultur, dan perikanan tangkap dibeli dari produsen dan diperdagangkan oleh
sejumlah organisasi. Dalam situasi dengan opsi pasar yang terbatas, pedagang dan pembeli dapat menggunakan
kekuatan pasar yang cukup besar.
Perjanjian antipersaingan antara organisasi pertanian, akuakultur, dan perikanan tangkap dapat menyebabkan
harga beli produk ditetapkan di bawah harga dalam pasar kompetitif dan menyebabkan pembatasan volume produk.
Banyak produsen di sektor ini merupakan petani kecil dan nelayan skala kecil, yang sering bekerja di sektor informal
dan menghadapi hambatan besar untuk mengakses pasar (lihat juga topik 13.22 Inklusi ekonomi). Organisasi besar
yang membeli pasokan dari produsen kecil dapat memanfaatkan kesenjangan informasi dan fragmentasi pasar
untuk membatasi pilihan mereka tentang siapa yang akan dipasok.
Praktik antipersaingan dapat menyebabkan produsen kecil di sektor ini tidak dapat menutup biayanya, mencapai
pendapatan hidup, atau membayar upah kepada pekerja mereka, yang menyebabkan eksklusi ekonomi dan risiko
mata pencaharian (lihat topik 13.21 Pendapatan hidup layak dan upah hidup layak). Tindakan lain yang bertujuan
membatasi efek persaingan pasar juga dapat menyebabkan produsen kecil kehilangan kebebasan mereka dan
ditekan untuk menjadi anak perusahaan organisasi besar multinasional. Di beberapa bagian sektor, kartel telah
menyebabkan terlemparnya produsen kecil dari pasar internasional.
Perusahaan besar, yang banyak ditemukan di sektor ini, dapat memengaruhi persaingan pasar dengan mewajibkan
petani dan nelayan untuk menjual produk mereka secara eksklusif melalui perusahaan. Meskipun rencana tersebut
dapat memberikan manfaat bagi produsen, rencana tersebut juga dapat mendatangkan masalah antipersaingan
dengan membatasi pilihan konsumen dalam kasus apabila perusahaan tersebut mewakili sebagian besar pangsa
kapasitas produktif sektor ini.
75 GRI 13: Sektor Pertanian, Akuakultur, dan Perikanan Tangkap 2022
Manajemen topik
GRI 3: Topik Pengungkapan 3-3 Manajemen topik material 13.25.1
Material 2021
Rujukan tambahan yang digunakan dalam mengembangkan topik ini, serta sumber daya yang mungkin bermanfaat
untuk pelaporan tentang perilaku antipersaingan oleh sektor pertanian, akuakultur, dan perikanan tangkap
dicantumkan dalam Daftar Pustaka.
76 GRI 13: Sektor Pertanian, Akuakultur, dan Perikanan Tangkap 2022
Korupsi di sektor pertanian, akuakultur, dan perikanan tangkap dapat menurunkan kemampuan pemerintah untuk
membatasi praktik-praktik seperti penggundulan hutan dan penangkapan ikan secara berlebihan. Korupsi juga
meningkatkan kemungkinan potensi dampak negatif terhadap pekerja dan masyarakat serta mengurangi
pendapatan pemerintah. Organisasi yang terlibat dalam korupsi dapat memiliki keunggulan yang tidak adil dalam
pasar kompetitif.
Di sektor pertanian, akuakultur, dan perikanan tangkap, korupsi dapat berkaitan dengan penggunaan lahan dan
sumber daya alam lainnya yang diatur oleh lembaga pemerintah. Misalnya saja, korupsi dapat terjadi dalam bentuk
suap yang dibayarkan kepada pejabat untuk mendaftarkan lahan, mendapatkan informasi tentang lahan, atau untuk
memperoleh izin untuk menjalankan usaha. Hal ini dapat memengaruhi pemegang hak dan menyebabkan
penggusuran masyarakat, terutama di area tanpa jaminan hak penguasaan lahan (lihat juga topik 13.13 Hak atas
tanah dan sumber daya).
Bentuk korupsi lainnya juga dapat melibatkan manfaat yang tidak seharusnya dari perubahan politik dan transaksi
lahan, seperti privatisasi tanah milik negara, penyetujuan rencana zonasi, dan pengambilalihan tanah. Praktik-praktik
ini sering mengabaikan mekanisme hukum dan memberikan dampak terhadap masyarakat dan lingkungan.
Korupsi di sektor ini dapat termasuk membujuk pejabat untuk mengabaikan operasi pertanian atau penangkapan
ikan ilegal, yang menyebabkan hilangnya ekosistem alami ketika lahan dibuka. Praktik korupsi dalam penangkapan
ikan dapat memberikan jalan pada organisasi dan pejabat yang mengelola sumber daya perikanan, yang berpotensi
menyebabkan tingkat penangkapan ikan yang tidak berkelanjutan.
Praktik korupsi juga memungkinkan terjadinya penangkapan ikan ilegal, tidak dilaporkan, dan tidak diatur (IUU) serta
melebihi kuota, yang menyebabkan persediaan ikan tidak berkelanjutan. Nelayan sendiri mungkin terlibat dalam
korupsi untuk meningkatkan jumlah tangkapan ikannya. Catatan jenis atau volume tangkapan dapat dipalsukan, atau
otoritas mungkin disuap untuk mengabaikan atau mengesahkan catatan palsu.
Kapal penangkapan ikan yang beroperasi di bawah bendera kemudahan atau bendera yang tidak diketahui juga
dapat berkaitan dengan korupsi ketika ingin menghindari pembatasan hukum di suatu negara.
77 GRI 13: Sektor Pertanian, Akuakultur, dan Perikanan Tangkap 2022
Manajemen topik
GRI 3: Topik Pengungkapan 3-3 Manajemen topik material 13.26.1
Material 2021
Pengungkapan 205-3 Insiden korupsi yang terbukti dan tindakan yang diambil 13.26.4
Rujukan tambahan yang digunakan dalam mengembangkan topik ini, serta sumber informasi yang mungkin
bermanfaat untuk pelaporan tentang antikorupsi oleh sektor pertanian, akuakultur, dan perikanan tangkap
dicantumkan dalam Daftar Pustaka.
78 GRI 13: Sektor Pertanian, Akuakultur, dan Perikanan Tangkap 2022
Daftar Istilah
Daftar Istilah ini memberikan definisi untuk istilah yang digunakan dalam Standar ini. Organisasi diwajibkan untuk
menerapkan definisi-definisi ini saat menggunakan Standar GRI.
Definisi-definisi yang dicakup di dalam daftar istilah ini mengandung istilah-istilah yang diperjelas lebih lanjut dalam
Daftar Istilah Standar GRI lengkap. Semua istilah yang didefinisikan ditulis dengan garis bawah. Jika ada istilah yang
tidak didefinisikan dalam Daftar Istilah ini atau dalam Daftar Istilah Standar GRI yang lengkap, maka berlaku definisi
yang secara umum digunakan dan dimengerti.
air laut
A air di laut atau di samudera
air tanah
air yang tertahan, dan yang bisa diambil, dari formasi bawah tanah
air tawar
air dengan konsentrasi total padatan terlarut sama dengan atau di bawah 1.000 mg/L
Sumber: Pengelolaan lingkungan — Jejak air — Prinsip, persyaratan, dan panduan Geneva:
ISO, 2014; diubah
Survei Geologis Amerika Serikat (USGS), Daftar Istilah Ilmu Air,
water.usgs.gov/edu/dictionary.html, diakses tanggal 1 Juni 2018; diubah
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Panduan untuk Kualitas Air Minum, 2017;
diubah
anak
orang yang berusia di bawah 15 tahun, atau di bawah usia selesai wajib belajar, tergantung
mana yang lebih tinggi
Catatan 2: Konvensi Usia Minimum ILO, 1973, (No.138), mengacu pada buruh anak dan
pekerja muda.
Catatan 2: Cedera atau sakit terkait pekerjaan adalah dampak yang timbul akibat paparan
terhadap bahaya di tempat kerja. Jenis insiden lain yang tidak terkait dengan
pekerjaan dapat terjadi. Sebagai contoh, insiden berikut ini tidak dianggap terkait
pekerjaan:
• pekerja yang mengalami serangan jantung saat berada di tempat kerja, yang
tidak terkait dengan pekerjaan;
• pekerja yang mengemudi ke atau dari tempat kerja terluka dalam kecelakaan
mobil (ketika mengendarai bukan bagian dari pekerjaan, dan ketika
transportasi tidak diatur oleh pemberi kerja);
• pekerja dengan epilepsi mengalami kejang di tempat kerja yang tidak berkaitan
dengan pekerjaan.
80 GRI 13: Sektor Pertanian, Akuakultur, dan Perikanan Tangkap 2022
Catatan 3: Melakukan perjalanan untuk pekerjaan: Kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja
yang muncul saat pekerja melakukan perjalanan yang terkait pekerjaan jika, pada
saat mengalami kecelakaan kerja atau penyakit akibat kerja, pekerja sedang
terlibat dalam aktivitas kerja 'demi kepentingan pemberi kerja’. Contoh-contoh
aktivitas sejenis termasuk melakukan perjalanan ke dan dari kontak pelanggan;
melaksanakan tugas pekerjaan; dan menjamu atau dijamu untuk bertransaksi,
mendiskusikan atau mempromosikan bisnis (atas pengarahan pemberi kerja).
Bekerja dari rumah: Kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang muncul saat
bekerja di rumah merupakan hal yang terkait pekerjaan jika kecelakaan kerja atau
penyakit akibat kerja terjadi saat pekerja melakukan pekerjaan di rumah, dan
kecelakaan kerja atau penyakit akibat kerja secara langsung terkait dengan
pelaksanaan pekerjaan dan bukan karena lingkungan atau pengaturan rumah
secara umum.
Catatan 4: Istilah 'okupasional' dan 'terkait pekerjaan' sering kali dipakai secara bergantian.
Sumber: Alliance for Water Stewardship (AWS), AWS International Water Stewardship
Standard, Version 1.0, 2014; diubah
Catatan: Daerah tangkapan termasuk area-area air tanah terkait dan dapat termasuk bagian
badan air (seperti danau atau sungai). Di bagian-bagian lain di dunia, tangkapan
juga dirujuk sebagai 'daerah aliran sungai' atau ‘basin’ (atau sub-basin).
dampak
efek yang dimiliki atau dapat dimiliki organisasi terhadap ekonomi, lingkungan, dan
masyarakat, termasuk pada hak asasi manusia mereka, yang pada gilirannya dapat
menunjukkan kontribusinya (negatif atau positif) terhadap pembangunan berkelanjutan
Catatan 1: Dampak dapat bersifat aktual atau potensial, negatif atau positif, jangka pendek
atau jangka panjang, disengaja atau tidak disengaja, dan dapat dipulihkan atau
tidak dapat dipulihkan.
Catatan 2: Lihat bagian 2.1 dalam GRI 1: Landasan 2021 untuk informasi lebih lanjut tentang
'dampak'.
daur ulang
pemrosesan ulang sektor atau komponen produk yang telah menjadi limbah, untuk dijadikan
material baru
Sumber: United Nations Environment Programme (UNEP), Basel Convention on the Control
of Transboundary Movements of Hazardous Wastes and Their Disposal, 1989;
diubah
diskriminasi
tindakan dan hasil dari memperlakukan seseorang secara tidak setara dengan memberikan
beban yang tidak seimbang atau menolak pemberian tunjangan alih-alih memperlakukan
setiap orang dengan adil berdasarkan prestasi individu
81 GRI 13: Sektor Pertanian, Akuakultur, dan Perikanan Tangkap 2022
efluen
E air limbah yang diolah atau tidak diolah yang dibuang
Sumber: Alliance for Water Stewardship (AWS), AWS International Water Stewardship
Standard, Versi 1.0, 2014
Catatan: Sumber GRK adalah unit atau proses fisik apa pun yang melepaskan GRK ke
atmosfer.
gaji pokok
G jumlah tetap minimum yang dibayarkan kepada karyawan atas tugas yang mereka laksanakan
Catatan: Gaji pokok tidak termasuk remunerasi, seperti pembayaran untuk kerja lembur
atau bonus.
Sumber: United Nations (UN), Guiding Principles on Business and Human Rights:
Implementing the United Nations “Protect, Respect and Remedy” Framework, 2011;
diubah
Catatan: Lihat Panduan untuk 2-23-b-i dalam GRI 2: Pengungkapan Umum 2021 untuk
informasi lebih lanjut tentang 'hak asasi manusia'.
Sumber: United Nations (UN), Guiding Principles on Business and Human Rights:
Implementing the United Nations “Protect, Respect and Remedy” Framework, 2011;
diubah
Catatan: Contoh entitas lain yang terkait langsung dengan operasi, produk, atau layanan
organisasi adalah organisasi nonpemerintah yang dengannya organisasi tersebut
memberikan dukungan kepada masyarakat lokal atau pasukan keamanan negara
bagian yang melindungi fasilitas organisasi.
infrastruktur
I fasilitas yang dibangun terutama untuk menyediakan layanan publik atau barang dan bukan
bertujuan komersial, dan organisasi tersebut tidak mencari keuntungan ekonomi langsung dari
82 GRI 13: Sektor Pertanian, Akuakultur, dan Perikanan Tangkap 2022
fasilitas itu
Catatan 1: Insiden mungkin disebabkan oleh, misalnya, masalah listrik, ledakan, api; meluap,
terbalik, kebocoran, aliran; kerusakan, melesak, terbelah; hilang kendali, tergelincir,
tersandung dan jatuh; gerak tubuh tanpa tekanan; gerakan tubuh di bawah/dengan
tekanan; terkejut, kaget; kekerasan atau pelecehan di tempat kerja (misal,
pelecehan seksual).
Catatan 2: Insiden yang menyebabkan cedera atau sakit sering kali disebut sebagai
'kecelakaan’. Sebuah insiden yang berpotensi menyebabkan cedera atau sakit
tetapi tidak terjadi sering kali disebut sebagai ‘nyaris terjadi', ‘hampir celaka’, atau
‘nyaris celaka’.
karyawan
K individu yang berada dalam hubungan kepegawaian dengan organisasi, berdasarkan hukum
atau penerapan nasional
kebebasan berserikat
hak pemberi kerja dan pekerja untuk membentuk, bergabung dengan, dan menjalankan
organisasi mereka sendiri tanpa izin sebelumnya atau campur tangan dari negara atau entitas
lainnya
kelompok rentan
sekelompok individu dengan kondisi atau karakteristik tertentu (misalnya, ekonomi, fisik, politik,
sosial) yang dapat mengalami dampak negatif sebagai hasil dari kegiatan organisasi dengan
lebih parah daripada populasi umum
Contoh: anak-anak dan pemuda; lansia; mantan gerilyawan; keluarga yang terpengaruh
HIV/AIDS; pembela hak asasi manusia; masyarakat adat; pengungsi dalam negeri;
pekerja migran dan keluarga mereka; minoritas nasional atau etnis, agama dan
bahasa; orang-orang yang mungkin didiskriminasi berdasarkan orientasi seksual,
identitas gender, ekspresi gender, atau karakteristik seks mereka (misalnya,
lesbian, gay, biseksual, transgender, interseks); penyandang disabilitas;
pengungsi atau pengungsi yang kembali; perempuan
Catatan: Kerentanan dan dampak dapat berbeda bergantung pada jenis kelamin.
Sumber: Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD), OECD Due
Diligence Guidance for Responsible Business Conduct, 2018; diubah
United Nations (UN), The Corporate Responsibility to Respect Human Rights: An
Interpretive Guide, 2012; diubah
83 GRI 13: Sektor Pertanian, Akuakultur, dan Perikanan Tangkap 2022
Catatan: Lihat bagian 1 dalam GRI 3: Topik Material 2021 untuk informasi lebih lanjut
tentang 'keparahan'.
Sumber: International Labour Organization (ILO), Forced Labour Convention, 1930 (No. 29);
diubah
Catatan 1: Contoh paling ekstrem dari kerja paksa atau wajib adalah buruh budak dan buruh
utang, namun utang juga dapat digunakan sebagai alat untuk mempertahankan
pekerja dalam keadaan kerja paksa.
komunitas lokal
individu atau kelompok individu yang tinggal atau bekerja di area yang terpengaruh atau yang
dapat terpengaruh oleh aktivitas organisasi
Catatan: Masyarakat lokal dapat beragam, mulai dari orang yang tinggal di dekat operasi
organisasi, hingga mereka yang tinggal jauh.
konsumsi air
jumlah semua air yang sudah diambil dan dimasukkan ke dalam produk, yang digunakan
dalam produksi tanaman atau dikeluarkan sebagai limbah, yang sudah menguap, mengalami
transpirasi, atau sudah dikonsumsi oleh manusia atau ternak, atau terkena polusi hingga tidak
bisa digunakan oleh pengguna lainnya, dan karenanya tidak dilepaskan kembali ke air
permukaan, air tanah, air laut, atau pihak ketiga selama periode pelaporan.
Catatan: Konsumsi air termasuk air yang sudah disimpan selama periode pelaporan untuk
digunakan atau dibuang dalam periode pelaporan berikutnya.
korupsi
‘penyalahgunaan kekuasaan yang sudah dipercayakan untuk keuntungan pribadi', yang dapat
dimulai oleh individu atau organisasi
limbah
L segala sesuatu yang dibuang, ingin dibuang, atau harus dibuang oleh pemiliknya
Sumber: United Nations Environment Programme (UNEP), Basel Convention on the Control
of Transboundary Movements of Hazardous Wastes and Their Disposal, 1989
Catatan 1: Limbah dapat didefinisikan menurut legislasi nasional di tempat limbah timbul.
Catatan 2: Pemegang dapat berupa organisasi pelapor, entitas dalam rantai nilainya di
bagian hulu atau hilir (misalnya, sosial atau konsumen), atau organisasi
pengelolaan limbah, di antaranya.
84 GRI 13: Sektor Pertanian, Akuakultur, dan Perikanan Tangkap 2022
limbah berbahaya
limbah yang memiliki karakteristik yang terdapat dalam Lampiran III dari Konvensi Basel, atau
yang dianggap bahan berbahaya dan beracun oleh peraturan negara
Sumber: United Nations Environment Programme (UNEP), Basel Convention on the Control
of Transboundary Movements of Hazardous Wastes and Their Disposal, 1989
limpasan
bagian dari pengendapan yang mengalir menuju sungai di permukaan tanah (yaitu limpasan
permukaan) atau di dalam tanah (yaitu, aliran di bawah permukaan)
masyarakat adat
masyarakat adat pada umumnya diidentifikasi sebagai:
• masyarakat suku di negara merdeka yang keadaan sosial, budaya, dan ekonominya
membedakan mereka dari bagian masyarakat nasional lainnya, dan yang statusnya diatur
secara penuh atau sebagian oleh adat istiadat atau tradisi mereka sendiri atau oleh hukum
atau peraturan khusus;
• masyarakat di negara merdeka yang dipandang sebagai pribumi karena mereka
merupakan keturunan dari populasi yang telah menghuni negara tersebut, atau sebuah
wilayah geografis milik negara tersebut, pada masa penaklukan atau kolonisasi atau
penetapan batasan negara saat ini dan mereka yang, terlepas dari status hukum mereka,
mempertahankan seluruh atau beberapa dari institusi sosial, ekonomi, budaya dan politik
mereka.
Sumber: International Labour Organization (ILO), Indigenous and Tribal Peoples Convention,
1989 (No. 169)
mekanisme pengaduan
proses rutin yang dijalankan untuk menyampaikan pengaduan dan mencari pemulihan
Sumber: United Nations (UN), Guiding Principles on Business and Human Rights:
Implementing the United Nations “Protect, Respect and Remedy” Framework, 2011;
diubah
Catatan: Lihat Panduan untuk Pengungkapan 2-25 dalam GRI 2: Pengungkapan Umum
2021 untuk informasi lebih lanjut tentang ‘mekanisme pengaduan’.
mitigasi
tindakan yang diambil untuk mengurangi tingkat dampak negatif
Sumber United Nations (UN), The Corporate Responsibility to Respect Human Rights: An
Interpretive Guide, 2012; diubah
Catatan: Mitigasi dampak negatif aktual mengacu pada tindakan yang diambil untuk
mengurangi keparahan dari dampak negatif yang telah terjadi, dengan sisa
dampak yang memerlukan remediasi. Mitigasi potensi dampak negatif mengacu
pada tindakan yang diambil untuk mengurangi kemungkinan terjadinya dampak
negatif.
mitra bisnis
entitas di mana organisasi memiliki beberapa bentuk keterlibatan langsung dan formal dengan
tujuan memenuhi tujuan bisnisnya
Sumber: Shift and Mazars LLP, UN Guiding Principles Reporting Framework, 2015; diubah
85 GRI 13: Sektor Pertanian, Akuakultur, dan Perikanan Tangkap 2022
Contoh: afiliasi, pelanggan bisnis ke bisnis, klien, pemasok tingkat pertama, pemegang
waralaba, mitra usaha bersama, perusahaan investasi di mana organisasi
memiliki posisi kepemilikan saham
Catatan: Mitra bisnis tidak mencakup anak perusahaan dan afiliasi yang dikendalikan oleh
organisasi.
nyaris terjadi
N insiden terkait pekerjaan di mana tidak ada cedera atau sakit yang terjadi, tetapi yang
berpotensi menyebabkan hal tersebut
Catatan: ‘Nyaris terjadi' mungkin juga dirujuk sebagai 'hampir celaka’ atau ‘nyaris celaka’.
paparan
P kuantitas waktu yang dihabiskan atau sifat kontak dengan lingkungan tertentu yang memiliki
berbagai derajat dan jenis bahaya, atau kedekatan dengan kondisi yang mungkin
menyebabkan cedera atau sakit (misalnya, bahan kimia, radiasi, tekanan tinggi, kebisingan,
api, bahan peledak)
pekerja
orang yang melaksanakan pekerjaan untuk organisasi
Contoh: karyawan, pekerja agensi, pekerja murid, kontraktor, pekerja rumahan, pekerja
magang, wiraswasta, subkontraktor, sukarelawan, dan orang yang bekerja untuk
organisasi selain organisasi pelapor, seperti untuk pemasok
Catatan: Dalam Standar GRI, dalam sejumlah kasus dijelaskan apakah subset khusus dari
pekerja akan disyaratkan untuk digunakan.
pemangku kepentingan
individu atau kelompok yang memiliki kepentingan yang terpengaruh atau dapat terpengaruh
oleh kegiatan organisasi
Sumber: Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD), OECD Due
Diligence Guidance for Responsible Business Conduct, 2018; diubah
Contoh: mitra bisnis, organisasi masyarakat sipil, konsumen, pelanggan, karyawan dan
pekerja lain, pemerintah, masyarakat lokal, organisasi nonpemerintah, pemegang
saham dan investor lainnya, pemasok, serikat dagang, kelompok rentan
Catatan: Lihat bagian 2.4 dalam GRI 1: Landasan 2021 untuk informasi lebih lanjut tentang
‘pemangku kepentingan’.
pemasok
entitas hulu dari organisasi (yaitu, dalam rantai pasokan organisasi), yang menyediakan produk
atau layanan yang digunakan dalam pengembangan produk atau layanan organisasi itu sendiri
Catatan: Pemasok dapat memiliki hubungan bisnis langsung dengan organisasi (sering
disebut sebagai pemasok tingkat pertama) atau hubungan bisnis tidak langsung.
pembangunan berkelanjutan/keberlanjutan
pembangunan yang memenuhi kebutuhan saat ini tanpa membahayakan kemampuan
generasi masa depan untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri
Sumber: World Commission on Environment and Development, Our Common Future, 1987
86 GRI 13: Sektor Pertanian, Akuakultur, dan Perikanan Tangkap 2022
pembuangan akhir
setiap operasi yang tidak termasuk pemulihan, bahkan jika pengerjaan tersebut
mengakibatkan konsekuensi sekunder berupa perolehan energi
Sumber: European Union (EU), Waste Framework Directive, 2008 (Directive 2008/98/EC)
Catatan: Pembuangan akhir adalah tata kelola masa akhir pakai produk, material, dan
sumber daya yang dibuang atau yang melalui transformasi kimia atau termal
sehingga menyebabkan produk, material, dan sumber daya tersebut tidak dapat
digunakan lagi.
pemulihan
pengerjaan dengan produk, komponen produk, atau material yang telah menjadi limbah
disiapkan untuk memenuhi tujuan sebagai pengganti produk, komponen, atau material baru
yang seharusnya digunakan untuk tujuan tersebut.
Sumber: United Nations Environment Programme (UNEP), Basel Convention on the Control
of Transboundary Movements of Hazardous Wastes and Their Disposal, 1989;
diubah
pemulihan/remediasi
sarana untuk melawan atau memperbaiki dampak negatif atau pemberian ganti rugi
Sumber: United Nations (UN), The Corporate Responsibility to Respect Human Rights: An
Interpretive Guide, 2012; diubah
pendekatan sirkular
tindakan yang diambil untuk mempertahankan nilai produk, material, dan sumber daya, serta
mengarahkannya untuk digunakan kembali selama mungkin dengan jejak karbon dan sumber
daya sesedikit mungkin, sehingga lebih sedikit material mentah dan sumber daya yang harus
diekstrak dan limbah yang ditimbulkan dapat dicegah
pengaduan
ketidakadilan yang dirasakan yang membangkitkan rasa kepemilikan individu atau kelompok,
yang mungkin didasarkan pada hukum, kontrak, janji eksplisit atau implisit, praktik adat, atau
gagasan umum tentang keadilan terhadap masyarakat yang dirugikan
Sumber: United Nations (UN), Guiding Principles on Business and Human Rights:
Implementing the United Nations “Protect, Respect and Remedy” Framework, 2011
pengambilan air
jumlah semua air yang diambil dari air permukaan, air tanah, air laut, atau pihak ketiga untuk
penggunaan apa pun selama periode pelaporan
perilaku antipersaingan
tindakan organisasi atau karyawan yang dapat menyebabkan kolusi dengan pesaing potensial,
dengan tujuan membatasi pengaruh kompetisi pasar
periode pelaporan
87 GRI 13: Sektor Pertanian, Akuakultur, dan Perikanan Tangkap 2022
Sumber: European Union (EU), Waste Framework Directive, 2008 (Directive 2008/98/EC);
diubah
perundingan kolektif
semua negosiasi yang berlangsung antara satu atau lebih pemberi kerja atau organisasi
pemberi kerja, di satu sisi, dan satu atau lebih organisasi pekerja (misalnya, serikat buruh), di
sisi lain, untuk menentukan kondisi kerja dan syarat kerja atau untuk mengatur hubungan
antara pemberi kerja dan pekerja
Catatan: Nilai GWP mengonversi data emisi GRK untuk gas non-CO2 ke dalam satuan CO2
ekuivalen.
rantai nilai
R beragam aktivitas yang dilaksanakan oleh organisasi, dan oleh entitas hulu dan entitas hilir dari
organisasi, untuk menghadirkan produk atau layanan organisasi mulai dari konsepsi hingga
penggunaan akhir.
Catatan 1: Entitas hulu dari organisasi (misal, pemasok) menyediakan produk atau layanan
yang digunakan dalam mengembangkan produk atau layanan organisasi. Entitas
hilir dari organisasi (misal, distributor, pelanggan) menerima produk atau layanan
dari organisasi.
rantai pasokan
berbagai kegiatan yang dilakukan oleh entitas hulu dari organisasi, yang menyediakan produk
atau layanan yang digunakan dalam pengembangan produk atau layanan organisasi itu sendiri
remunerasi
gaji pokok ditambah jumlah tambahan yang dibayarkan kepada seorang pekerja
Catatan: Contoh jumlah tambahan yang dibayarkan kepada seorang pekerja dapat
mencakup tambahan berdasarkan jumlah tahun kerja, bonus termasuk uang tunai
dan ekuitas seperti saham, pembayaran tunjangan, uang lembur, utang waktu, dan
tunjangan tambahan lain apa pun, seperti transportasi, tunjangan biaya hidup, dan
perawatan anak.
Catatan: Setara CO2 untuk gas ditentukan dengan mengalikan metrik ton dari gas dengan
PPG yang diasosiasikan dengannya.
topik material
T topik yang mencerminkan dampak organisasi yang paling signifikan terhadap ekonomi,
lingkungan, dan masyarakat, termasuk dampak terhadap hak asasi manusia mereka
88 GRI 13: Sektor Pertanian, Akuakultur, dan Perikanan Tangkap 2022
Catatan: Lihat bagian 2.2 dalam GRI 1: Landasan 2021 dan bagian 1 dalam GRI 3: Topik
Material 2021 untuk informasi lebih lanjut tentang 'topik material'.
tunjangan
tunjangan langsung yang diberikan dalam bentuk kontribusi keuangan, perawatan yang
dibayarkan oleh organisasi, atau penggantian biaya yang telah dikeluarkan oleh karyawan
Catatan 1: Wilayah dengan nilai keanekaragaman hayati tinggi termasuk habitat yang
merupakan prioritas untuk konservasi, yang sering didefinisikan dalam Rencana
Aksi dan Strategi Keanekaragaman Hayati Nasional yang disusun menurut
Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), 'Konvensi tentang
Keanekaragaman Hayati', 1992.
Daftar Pustaka
89 GRI 13: Sektor Pertanian, Akuakultur, dan Perikanan Tangkap 2022
Daftar Pustaka
Pendahuluan
1. Masyarakat Eropa, Statistical classification of economic activities in the European Community, 2008.
2. Kantor Eksekutif Presiden, Kantor Manajemen dan Anggaran (OMB), North American Industry Classification
System (NAICS), diperbarui secara rutin.
3. FTSE Russell, ICB Structure: Taxonomy Overview, 2019.
4. S&P Dow Jones Indices dan MSCI Inc., Revisi pada Global Industry Classification Standard (GICS®) Structure,
2018.
5. Dewan Standar Akuntansi Berkelanjutan (SASB), Sustainable Industry Classification System,
https://www.sasb.org/find-your-industry/, diakses pada 27 Mei 2021.
6. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), International Standard Industrial Classification of All Economic Activities,
Revision 4, 2008.
Profil Sektor
Instrumen resmi:
7. Sidang Umum PBB, Transforming our world: the 2030 Agenda for Sustainable Development, 2015.
Rujukan tambahan:
8. Bisnis untuk Tanggung Jawab Sosial, P. Nestor, Four Human Rights Issues Every Food and Agriculture
Company Needs to Understand, 2013.
9. Climate Watch, Historical GHG Emissions, https://www.climatewatchdata.org/ghg-emissions?
end_year=2016&start_year=1990, diakses 4 Februari 2021.
10. Komisi Eropa, DG Maritime Affairs and Fisheries – Energy Efficiency, https://stecf.jrc.ec.europa.eu/web/ee/home
?p_p_auth=ippYeq6n&p_p_id=49&p_p_lifecycle=1&p_p_state=normal&p_p_mode=view&_49_struts_action=%
2Fmy_sites%2Fview&_49_groupId=12762&_49_privateLayout=false, diakses 26 April 2022.
11. Farm Animal Investment Risk & Return (FAIRR) Initiative, Factory Farming: Assessing Investment Risks, 2016.
12. Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO), Codex Alimentarius, https://www.fao.org/fao-who-
codexalimentarius/en/, diakses 4 Februari 2021.
13. Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO), Inclusive Business Models, 2015.
14. Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO), Increasing the Resilience of Agriculture Livelihoods, 2016.
15. Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO), Migration, Agriculture and Climate change – Reducing vulnerabilities
and enhancing resilience, 2017.
16. Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO), Post-harvest processing, http://www.fao.org/3/a-au104e.pdf, diakses 9
Februari 2021.
17. Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO), Storage, http://www.fao.org/3/t0522e/T0522E09.htm, diakses 9
Februari 2021.
18. Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO), Sustainability Pathways: Smallholders and Family Farmers, 2012.
19. Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO), The Right to Food, http://www.fao.org/right-to-food/en/, diakses 4
Februari 2021.
20. Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO), Pangan dan Pertanian Dunia: Statistical Yearbook 2020, 2020.
21. Organisasi Buruh Internasional (ILO) dan Yayasan Jalan Bebas, Global Estimates of Modern Slavery, 2017.
22. Institut Internasional untuk Pembangunan Berkelanjutan (IISD), Voluntary Sustainability Standards and
Biodiversity: Understanding the potential of agricultural standards for biodiversity protection, 2018.
23. Organisasi Buruh Internasional (ILO), Child labor in agriculture, https://www.ilo.org/ipec/areas/Agriculture/lang--
en/index.htm, diakses 4 Februari 2021.
24. Panel Internasional untuk Perubahan Iklim, Climate Change 2014: Mitigation of Climate Change, 2014.
25. Panel Internasional untuk Perubahan Iklim, Sixth Assessment Report, Climate Change 2022: Mitigation of
Climate Change, the Working Group III contribution, 2022.
26. Platform Sains-Kebijakan Antarpemerintah tentang Layanan Keanekaragaman Hayati dan Ekosistem, Global
assessment report on Biodiversity and Ecosystem Services: Summary for policymakers, 2019.
27. Yayasan Laut Utara, Seas at risk – The carbon footprint of fisheries, 2007.
90 GRI 13: Sektor Pertanian, Akuakultur, dan Perikanan Tangkap 2022
28. Kantor Komisaris Tinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Hak Asasi Manusia, Issues in focus: Right to Food,
https://www.ohchr.org/EN/Issues/Food/Pages/IssuesFocus.aspx, diakses 4 Februari 2021.
29. Kantor Komisaris Tinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Hak Asasi Manusia, Pesticides are ‘global human
rights concern’, say UN experts urging new treaty, https://www.ohchr.org/en/press-releases/2017/03/pesticides-
are-global-human-rights-concern-say-un-experts-urging-new-treaty, diakses 30 Mei 2022.
30. Organisasi untuk Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) dan Organisasi Pangan dan Pertanian
(FAO), Agricultural Outlook 2021-2030, 2021.
31. Perserikatan Bangsa-Bangsa (UN), Land and Human Rights,
https://www.ohchr.org/EN/Issues/LandAndHR/Pages/LandandHumanRightsIndex.aspx, diakses 4 Februari
2021.
32. Siaran Pers Perserikatan Bangsa-Bangsa (UN) GA/EF/3521, Rural Population ‘Left Behind’ by Uneven Global
Economy, Speakers Note, as Second Committee Debates Poverty Eradication, 2019.
33. Badan Perlindungan Lingkungan Amerika Serikat (EPA), Global Greenhouse Gas Emissions Data,
https://www.epa.gov/ghgemissions/global-greenhouse-gas-emissions-data, diakses 10 Mei 2022.
34. Willett, J. Rockström, B. Loken, dkk., Food in the Anthropocene: the EAT–Lancet Commission on healthy diets
from sustainable food systems, 2019.
35. Blog Bank Dunia, T. Khokhar, Chart: Globally, 70% of Freshwater is Used for Agriculture,
https://blogs.worldbank.org/opendata/chart-globally-70-freshwater-used-agriculture, diakses 4 Februari 2021.
36. Bank Dunia, Environmental, Health, and Safety General Guideline for Annual Crop Production, 2016.
37. Bank Dunia, Growing the Rural Nonfarm Economy to Alleviate Poverty, 2017
38. Bank Dunia, The Changing Nature of Work, 2019.
39. Organisasi Perdagangan Dunia (WTO), Agriculture: fairer markets for farmers,
https://www.wto.org/english/thewto_e/whatis_e/tif_e/agrm3_e.htm, diakses 4 Februari 2021.
Sumber informasi:
40. GRI, Linking the SDGs and the GRI Standards, diperbarui secara rutin.
41. GRI and UN Global Compact, Integrating the SDGs into corporate reporting: A practical guide, 2018.
Rujukan tambahan:
43. Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO), Komite Perikanan, the Use of Best Available Science in Developing
and Promoting Best Practices for Trawl Fishing Operations, 2018.
44. Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO), Livestock’s long shadow: environmental issues and options, 2006.
45. Panel Antarpemerintah untuk Perubahan Iklim (IPCC), Climate Change 2014: Mitigation of Climate Change –
Transport, 2014.
46. Panel Antarpemerintah untuk Perubahan Iklim (IPCC), Special Report on Climate Change and Land, 2019.
47. Sala, E., Mayorga, J., Bradley, D. dkk., Protecting the global ocean for biodiversity, food and climate, 2021.
Sumber informasi:
48. Institut Sumber Daya Dunia (WRI) dan Dewan Bisnis Dunia untuk Pembangunan Berkelanjutan (WBCSD), GHG
Protocol Agricultural Guidance, 2014.
55. Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO), Platform
Antarpemerintah tentang Layanan Keanekaragaman Hayati dan Ekosistem (IPBES), Knowing our Lands and
Resources Indigenous and Local Knowledge of Biodiversity and Ecosystem Services in Africa, 2015.
Sumber Informasi:
56. Panel Antarpemerintah untuk Perubahan Iklim (IPCC), Climate Change and Land, 2019.
57. Panel Antarpemerintah untuk Perubahan Iklim (IPCC), Climate Change 2014: Mitigation of Climate Change –
Chapter 14: Adaptation needs and options, 2014.
Rujukan tambahan:
61. Komisi Eropa, Global Soil Biodiversity Atlas, 2015.
62. Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO), 6 ways indigenous peoples are helping the world achieve
#ZeroHunger, 2017.
63. Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO), FAO's Global Action on Pollination Services for Sustainable Agriculture,
https://www.fao.org/pollination/background/bees-and-other-pollinators/en/, diakses 14 Februari 2022.
64. Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO), Fish as feed inputs for aquaculture – practices, sustainability and
implications: a global synthesis, 2009.
65. Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO), Sustainable Development Goals: Indicator 14.4.1 - Proportion of fish
stocks within biologically sustainable levels, http://www.fao.org/sustainable-development-
goals/indicators/1441/en/, diakses 29 Januari 2021.
66. Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO), The First Global Integrated Marine Assessment, 2016.
67. Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO), The State of the World's Biodiversity for Food and Agriculture, 2019.
68. Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO), The State of World Fisheries and Aquaculture, 2020.
69. Global Ghost Gear Initiative, Halaman web, https://www.ghostgear.org/, diakses 29 Januari 2021.
70. Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO), The Use of Wild Fish as Aquaculture Feed and its Effects on Income
and Food for the Poor and the Undernourished, 2008.
71. Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO), Why bees matter? The importance of bees and other pollinators for
food and agriculture, 2018.
72. Platform Sains-Kebijakan Antarpemerintah tentang Layanan Keanekaragaman Hayati dan Ekosistem, Global
Assessment Report on Biodiversity and Ecosystem Services, 2019.
73. Serikat Internasional untuk Konservasi Alam, Threats Classification Scheme,
https://www.iucnredlist.org/resources/classification-schemes, diakses 29 Januari 2021.
74. Administrasi Atmosferis dan Kelautan Nasional, Impact of “Ghost Fishing” via Derelict Fishing Gear, 2015.
75. Program Lingkungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNEP), Indigenous Peoples: The unsung heroes of
conservation, 2017.
76. Perserikatan Bangsa-Bangsa, Local Biodiversity Outlooks 2 supplement, 2020.
Sumber Informasi:
77. Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO), The State of the World’s Biodiversity for Food and Agriculture, 2019.
78. Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO), The Sustainability Assessment of Food and Agriculture systems, 2019.
Rujukan tambahan:
82. Inisiatif Kerangka Kerja Akuntabilitas, Terms and Definitions, 2020.
83. Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO), Komite Perikanan, the Use of Best Available Science in Developing
and Promoting Best Practices for Trawl Fishing Operations, 2018.
84. Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO), Zero deforestation initiatives and their impacts on commodity supply
chains: Discussion paper prepared for the 57th Session of the FAO Advisory Committee on Sustainable Forest-
based Industries, 2018.
85. Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO), Zero deforestation initiatives and their impacts on commodity supply
chains: Discussion paper prepared for the 57th Session of the FAO Advisory Committee on Sustainable Forest-
based Industries, 2018.
86. Global Forest Watch, Global Dashboard, https://www.globalforestwatch.org/dashboards/global/?lang=en,
diakses 29 Januari 2021.
87. Panel Antarpemerintah untuk Perubahan Iklim (IPCC), Climate Change and Land, 2019.
88. Proforest, Landscape initiatives, halaman web.
89. Sistem Akuntansi Lingkungan-Ekonomi Perserikatan Bangsa-Bangsa, Ecosystem conversions,
https://seea.un.org/sites/seea.un.org/files/4._ecosystems_conversion_forum_session.pdf, diakses 29 Januari
2021.
90. Perserikatan Bangsa-Bangsa, General Assembly Resolution 71/285: United Nations Strategic Plan for Forests
2017–2030, 2017.
91. Yayasan Margasatwa Dunia untuk Alam (WWF), Deforestation and Conversion Free Supply Chains, 2021.
Sumber Informasi:
92. Inisiatif Kerangka Kerja Akuntabilitas, Operational Guidance on Applying the Definitions Related to Deforestation,
Conversion, and Protection of Ecosystems, 2019.
93. Inisiatif Kerangka Kerja Akuntabilitas (AFI), Operational Guidance on Cutoff Dates, 2019.
94. Forum Barang Konsumen (CGF), Zero Net Deforestation Resolution and Commitments, 2018.
95. Perserikatan Bangsa-Bangsa (UN), New York Declaration on Forests, 2017.
Rujukan tambahan:
97. Komisi Eropa, Global Soil Biodiversity Atlas, 2015.
98. Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO), Panel Teknis Antarpemerintah, Status of the World’s Soil Resources
(SWSR): Technical Summary, 2015.
99. Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO), Badan Tenaga Atom Internasional, Guidelines for Using Fallout
Radionuclides to Assess Erosion and Effectiveness of Soil Conservation Strategies, 2014.
100. Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO), Methodological note to SDG Indicator 2.4.1 Proportion of Agricultural
Area under Productive and Sustainable Agriculture, 2020.
101. Panel Antarpemerintah untuk Perubahan Iklim (IPCC), Climate Change and Land, 2019.
102. Yayasan Margasatwa Dunia untuk Alam (WWF), Soil Erosion and Degradation, 2019.
Sumber Informasi:
103. Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO), Voluntary Guidelines on Sustainable Soil Management, 2017.
Rujukan tambahan:
110. W. Aktar, D. Sengupta, A. Chowdhury, Impact of pesticides use in agriculture: their benefits and hazards, 2009.
111. J. Moe, D. Ø. Hjermann, E. Ravagnan, R. K. Bechmann, Effects of an aquaculture pesticide (diflubenzuron) on
non-target shrimp populations: Extrapolation from laboratory experiments to the risk of population decline, 2019.
112. Yayasan Air Minum Aman, Pesticides and Water Pollution, https://www.safewater.org/fact-sheets-
1/2017/1/23/pesticides, diakses 9 Februari 2021.
113. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Pesticide residues in food, 2018.
Sumber Informasi:
114. Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO), Integrated Pest Management,
http://www.fao.org/agriculture/crops/thematic-sitemap/theme/pests/ipm/more-ipm/en/, diakses 9 Februari 2021.
115. Aliansi Hutan Hujan, Integrated Pest Management and Natural Farming Solutions, 2020.
116. Organisasi Kesehatan Dunia, The WHO Recommended Classification of Pesticides by Hazard and Guidelines to
Classification, 2019.
Rujukan tambahan:
118. Komisi Eropa, Science for Environment Policy, 2015.
119. Aliansi Akuakultur Global, What Is the Environmental Impact of Aquaculture?, 2019.
120. Panel Antarpemerintah untuk Perubahan Iklim (IPCC), Climate Change and Land, 2019.
121. Organisasi untuk Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan, Agriculture and water policy changes: Stocktaking
and alignment with OECD and G20 recommendations, 2020.
122. Bank Dunia, Water in Agriculture, 2020.
Sumber Informasi:
123. Organisasi Maritim Internasional (IMO), Resolution MEPC.295(71): 2017 Guidelines for the Implementation of
MARPOL Annex V, 2017.
124. Organisasi Maritim Internasional (IMO), Simplified overview of the discharge provisions of the revised MARPOL
Annex V which entered into force on 1 March 2018, 2018.
Rujukan tambahan:
128. Dewan Penatalayanan Akuakultur, Marine Litter and Aquaculture Gear, 2019.
129. Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO), Abandoned, lost or otherwise discarded fishing gear, 2009.
130. Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO), Nitrogen inputs to agricultural soils from livestock manure, 2018.
131. Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO), The State of Food and Agriculture 2019: Moving forward on food Loss
94 GRI 13: Sektor Pertanian, Akuakultur, dan Perikanan Tangkap 2022
Sumber Informasi:
135. Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO), Technical Platform on the Measurement and Reduction of Food Loss
and Waste, http://www.fao.org/platform-food-loss-waste/en/, diakses 9 Februari 2021.
136. Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO), SDG 12.3.1: Global Food Loss Index, 2018.
137. Program Lingkungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNEP), Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Organisasi
Pangan dan Pertanian (FAO), Guidelines for the management of small quantities of unwanted and obsolete
pesticides, 1999.
Rujukan tambahan:
140. Komite Ketahanan Pangan, Sustainable Fisheries and Aquaculture for Food Security and Nutrition, 2014.
141. Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO), Biofuels: prospects, risks and opportunities,
https://www.fao.org/publications/sofa/2008/en/, diakses 10 Mei 2022.
142. Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO), Land use in agriculture by the numbers, 2020.
143. Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO), Defining Organic Agriculture,
http://www.fao.org/3/AC116E/ac116e02.htm#TopOfPage, diakses 9 Februari 2021.
144. Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO), Save and Grow in practice: maize, rice, wheat. A guide to Sustainable
Cereal Production, 2016.
145. Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO), The State of Food and Agriculture 2020 - Moving Forward on Food
Loss and Waste Reduction, 2020.
146. Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO), The State of Food Security and Nutrition in the World2020, 2020.
147. Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO), The State of World Food Security and Nutrition in the World 2019,
2019.
148. Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO), Transforming Food and Agriculture to Achieve the SDGs, 2018.
149. Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO), Fisheries and Aquaculture - Utilization and trade – Fish utilization,
https://www.fao.org/fishery/en/topic/2888/en, diakses pada 16 Februari 2022.
150. Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO), World Agriculture: Towards 2015/2030 - An FAO perspective, Crop
production and natural resource use, 2003.
151. Panel Ahli Tingkat Tinggi tentang Ketahanan Pangan dan Gizi Komite Ketahanan Pangan Dunia, Food security
and nutrition: building a global narrative towards 2030, 2020.
152. Panel Antarpemerintah untuk Perubahan Iklim (IPCC), Climate Change and Land, 2019.
153. Panel Antarpemerintah untuk Perubahan Iklim (IPCC), Annual Report 5 Climate Change 2013: The Physical
Science Basis – Chapter 11 Agriculture, Forestry and Other Land Use (AFOLU), 2013.
154. Cashion, F. Le Manach, D. Zeller, D. Pauly, Most fish destined for fishmeal production are food-grade fish, 2017.
155. Komisi EAT-Lancet, Summary Report of the EAT-Lancet Commission: Healthy Diets from Sustainable Food
Systems, 2019.
156. Dewan Bisnis Dunia untuk Pembangunan Berkelanjutan (WBCSD), Taking action on nutrition: Addressing the
nutrition deficit in agricultural supply chains, 2019.
Sumber Informasi:
157. Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO), SDG 12.3.1: Global Food Loss Index, Methodology for monitoring SDG
Target 12.3, 2018.
158. Institut Sumber Daya Dunia (WRI), Food Loss and Waste Accounting and Reporting Standard, 2016.
95 GRI 13: Sektor Pertanian, Akuakultur, dan Perikanan Tangkap 2022
Sumber Informasi:
166. Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO), Codex Alimentarius – International Food Standards,
http://www.fao.org/fao-who-codexalimentarius/about-codex/en/, diakses 9 Februari 2021.
Rujukan tambahan:
169. Komite Ketahanan Pangan Dunia, Sustainable agricultural development for food security and nutrition: What
roles for livestock?, 2016.
170. Farm Animal Welfare Education Centre, What is animal welfare?, 2012.
171. Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO), The State of World Fisheries and Aquaculture 2020, 2020.
172. Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO), Livestock’s Long Shadow: Environmental Issues and Options.Rome:
Food and Agriculture Organization of the United Nations, 2006.
173. Komisi Eropa, Welfare of farmed fish: Common practices during transport and at slaughter, 2017.
174. A. Lines dan J. Spence, Humane harvesting and slaughter of farmed fish, 2014.
175. Dewan Perawatan Hewan Ternak Nasional Kanada, Code of practice for the care and handling of beef cattle,
2013.
176. Royal Society for the Prevention of Cruelty to Animals, What is animal hoarding and why is it harmful to animals?,
2020.
177. Forum Ekonomi Dunia, This is how many animals we eat each year,
https://www.weforum.org/agenda/2019/02/chart-of-the-day-this-is-how-many-animals-we-eat-each-year/,
diakses 19 Februari 2022.
178. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Antimicrobial resistance in the food chain, 2017.
179. Organisasi Kesehatan Hewan Dunia (OIE), What is animal welfare?, https://www.oie.int/en/animal-
welfare/animal-welfare-at-a-glance/, diakses 9 Februari 2021.
180. Organisasi Kesehatan Hewan Dunia (OIE), Terrestrial Animal Health Code: Chapter 6.1 Introduction to
Recommendations for Veterinary Public Health, 2019.
Rujukan tambahan:
182. Institut Eropa untuk Kesetaraan Gender (EIGE), Gender in agriculture and rural development, 2017.
96 GRI 13: Sektor Pertanian, Akuakultur, dan Perikanan Tangkap 2022
183. Institut Internasional untuk Pembangunan Berkelanjutan (IISD), Private Investments and Agriculture: The
importance of integrating sustainability into planning and implementation, 2016.
184. Organisasi Buruh Internasional (ILO) dan Konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Perdagangan dan
Pembangunan, Shared Harvests: Agriculture, Trade and Employment, 2013.
185. Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO), FAO Social Protection Framework: Promoting rural development for all,
2017.
186. Dewan Penatalayanan Kelautan, The impact on communities, https://www.msc.org/what-we-are-doing/oceans-
at-risk/the-impact-on-communities, diakses 9 Februari 2021.
187. Kantor Komisaris Tinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Hak Asasi Manusia, Pesticides are ‘global human
rights concern’, say UN experts urging new treaty, 2017.
188. Wing, R. A. Horton, dan S. W. Marshall, dkk., Air Pollution and Odor in Communities Near Industrial Swine
Operations, 2008.
189. WHO memperkirakan bahwa paparan terhadap pestisida di seluruh dunia menyebabkan 20.000 kematian dan
setidaknya 3 juta kasus keracunan akut setiap tahunnya. Organisasi Kesehatan Dunia, Acute pesticide
poisoning: a proposed classification tool, 2008.
Rujukan tambahan:
196. Komite Ketahanan Pangan Dunia, Defend the defenders – how to effectively protect those who fight for the right
to food?, 2018.
197. Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO), Right to Food and Access to Natural Resources, 2007.
198. Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO), Due diligence, tenure and agricultural investment: A guide on the dual
responsibilities of private sector lawyers in advising on the acquisition of land and natural resources, 2019.
199. Kantor Komisaris Tinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Hak Asasi Manusia, Special Procedures of the
Human Rights Council, https://www.ohchr.org/en/special-procedures-human-rights-council/special-procedures-
human-rights-
council#:~:text=The%20Special%20Procedures%20of%20the,thematic%20or%20country%2Dspecific%20perspective,
diakses 31 Mei 2022.
200. Kantor Komisaris Tinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Hak Asasi Manusia, Report of the Special
Rapporteur on the situation of human rights defenders, 2016.
201. Oirere, Kenya fishers protest influx of bigger vessels caused by new port,
https://www.seafoodsource.com/news/supply-trade/kenya-fishers-protest-influx-of-bigger-vessels-caused-by-
new-port, diakses 30 Mei 2022.
202. Foster, Fish are evolving to escape modern fishing techniques. This is what it means,
https://www.weforum.org/agenda/2020/10/fishing-techniques-behaviour-industry-oceans/, diakses 30 Mei 2022.
203. Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO), Fishery Manager’s Guidebook – Management measures and their
application – Chapter 6: Use Rights and Responsible Fisheries: Limiting Access and Harvesting through Rights-
based Management, 2002.
204. Program Pemukiman Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa (UN-Habitat), Secure Land Rights for All, 2006.
97 GRI 13: Sektor Pertanian, Akuakultur, dan Perikanan Tangkap 2022
Sumber Informasi:
205. Inisiatif Pelaporan Global, Land Tenure Rights: The need for greater transparency among companies worldwide,
2016.
Rujukan tambahan:
211. Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO), FAO and traditional knowledge: the linkages with Sustainability, food
security and climate change impact, 2009.
212. Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO), FAO Policy on Indigenous and Tribal People, 2010.
213. Program Masyarakat Hutan, Agribusiness large-scale land acquisitions and human rights in Southeast Asia,
2013.
214. Komisi Hak Asasi Manusia Antar-Amerika, Indigenous Peoples, Afro-Descendent Communities, and Natural
Resources: Human Rights Protection in the Context of Extraction, Exploitation, and Development Activities, 2015.
215. Dana Internasional untuk Pembangunan Pertanian, Indigenous peoples’ collective rights to lands, territories and
natural resources – Lessons from IFAD-supported projects, 2018.
216. Panel Antarpemerintah untuk Perubahan Iklim (IPCC), Climate Change and Land, 2019.
217. Panel Antarpemerintah untuk Perubahan Iklim (IPCC), Climate Change and Land: Food security, 2019.
218. Kelompok Kerja Internasional untuk Urusan Adat (IWGIA), IWGIA Report 26: Case Studies and Legal Analysis –
Land Grabbing, Investments & Indigenous Peoples’ Rights to Land and Natural Resources, 2016.
219. Kantor Komisaris Tinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Hak Asasi Manusia, Indigenous Peoples and the
United Nations Human Rights System, 2013.
220. Oxfam, Unearthed: Land, power and inequality in Latin America, 2016.
221. Macgillivray, Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO), Indigenous Peoples’ Tenure Rights in Fisheries: A
Canadian Case Study, 2019.
222. Departemen Urusan Ekonomi dan Sosial Masyarakat Adat Perserikatan Bangsa-Bangsa, Climate change,
https://www.un.org/development/desa/indigenouspeoples/climate-change.html, diakses 10 Mei 2022.
223. Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO),
Intergovernmental Platform on Biodiversity and Ecosystem Services (IPBES), Knowing our Lands and Resources
Indigenous and Local Knowledge of Biodiversity and Ecosystem Services in Africa, 2015.
224. Perserikatan Bangsa-Bangsa, Free, prior and informed consent: a human rights-based approach - Study of the
Expert Mechanism on the Rights of Indigenous Peoples, 2018.
Sumber Informasi:
225. Program Masyarakat Hutan, Inisiatif Iklim dan Hutan Internasional Norwegia, Ground-truthing to improve due
diligence on human rights in deforestation-risk supply chains, 2020.
Rujukan tambahan:
229. Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO), Closing the Gender Gap in Agriculture, 2011.
98 GRI 13: Sektor Pertanian, Akuakultur, dan Perikanan Tangkap 2022
Rujukan tambahan:
242. Amnesty International, The Great Palm Oil Scandal, 2016.
243. Komisi Eropa, Questions and Answers - Illegal, Unreported and Unregulated (IUU) fishing in general and in
Thailand. European Commission - Fact Sheet, 2019.
244. Indeks Perbudakan Global, 2018 Findings, Importing Risk / Cocoa, 2018.
245. Indeks Perbudakan Global, 2018 Findings, Importing Risk / Fishing, 2018.
246. Human Rights Watch, Hidden Chains: Rights Abuses and Forced Labor in Thailand’s Fishing Industry, 2018.
247. Organisasi Buruh Internasional (ILO), Decent work for migrant fishers, 2017.
248. Organisasi Buruh Internasional (ILO), Fighting Forced Labour: The Example of Brazil, 2009.
249. Organisasi Buruh Internasional (ILO), Forced Labour Convention, 1930 (No. 29) - Paraguay (Ratification: 1967),
2017.
250. Organisasi Buruh Internasional (ILO), Forced Labour of Adults and Children in Agriculture Sector of Nepal, 2013.
251. Organisasi Buruh Internasional (ILO), Global Estimates of Modern Slavery, 2017.
252. Organisasi Buruh Internasional (ILO), Unleashing Rural Development through Productive Employment and
Decent Work: Building on 40 Years of ILO Work in Rural Areas Overview, 2011.
253. Konfederasi Serikat Pekerja Internasional, Slavery-like Working Conditions and Deadly Pesticides on Brazilian
Coffee Plantations, 2016.
254. Kantor Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Narkoba dan Kejahatan, Human Trafficking FAQs,
https://www.unodc.org/unodc/en/human-trafficking/faqs.html, diakses 25 Mei 2022.
255. Departemen Tenaga Kerja Amerika Serikat, A 2020 List of Goods Produced by Child Labor or Forced Labor,
2020.
256. Verité, Forced Labor Commodity Atlas, 2019.
Sumber Informasi:
257. Departemen Tenaga Kerja Amerika Serikat, A List of Goods Produced by Child Labor or Forced Labor,
diperbarui setiap tahun.
Rujukan tambahan:
260. Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO), Eliminating Child Labour in Fisheries and Aquaculture – Promoting
Decent Work and Sustainable Fish Value Chains, 2018.
261. Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO), Hazardous Child Labour: FAO’s Contribution to Protecting Children
from Pesticide Exposure. 2015.
262. Organisasi Buruh Internasional (ILO), Child Labour in the Primary Production of Sugarcane, 2017.
263. Organisasi Buruh Internasional (ILO), Children in hazardous work, 2011.
264. Organisasi Buruh Internasional (ILO), Education and child labour in agriculture,
https://www.ilo.org/ipec/areas/Agriculture/WCMS_172347/lang--en/index.htm, diakses 4 Februari 2021.
265. Organisasi Buruh Internasional (ILO), Forced Labour and Trafficking in Fisheries Caught at Sea, 2013.
266. Organisasi Buruh Internasional (ILO), Global Estimates of Child Labour, 2017.
267. Organisasi Buruh Internasional (ILO), Hazardous Child Labour.
268. Organisasi Buruh Internasional (ILO), Improving the Safety and Health of Young Workers, 2018.
269. Serikat Pekerja Internasional pada Sektor Pangan, Pertanian, Hotel, Restoran, Katering, Tembakau dan
Asosiasi Pekerja Gabungan, Child Labour and the Harvesting of Hazelnuts in Turkey Report of a Fact Finding
Mission to Turkey, 2011.
270. Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO), Children’s Work in the Livestock Sector: Herding and Beyond, 2013.
271. Dana Anak Internasional Perserikatan Bangsa-Bangsa, Understanding the Impacts of Pesticides on Children,
2018.
272. Departemen Tenaga Kerja Amerika Serikat, A 2018 List of Goods Produced by Child Labor or Forced Labor,
2018.
Sumber Informasi:
273. Organisasi Buruh Internasional (ILO), Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO), Dana Internasional untuk
Pembangunan Pertanian (IFAD), Institut Penelitian Kebijakan Pangan Internasional (IFPRI/CGIAR), dan Serikat
Pekerja Internasional pada Sektor Pangan, Pertanian, Hotel, Restoran, Katering, Tembakau dan Asosiasi
Pekerja Gabungan (IUF), International Partnership for Cooperation on Child Labour in Agriculture,
https://childlabourinagriculture.org/our-resources/, diakses 4 Februari 2021.
274. Organisasi Buruh Internasional (ILO), Organisasi Pemberi Kerja Internasional, Child Labour Guidance Tool for
Business: How to Do Business with Respect for Children’s Right to Be Free from Child Labour.
275. Departemen Tenaga Kerja Amerika Serikat, A List of Goods Produced by Child Labor or Forced Labor,
diperbarui setiap tahun.
Rujukan tambahan:
281. Contoh meliputi perkebunan kelapa sawit dan pisang. Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO), Diagnosis on
the labour rights situation in the global banana industry: Paper on Freedom of Association and Collective
Bargaining, 2012.
282. Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO), Assessment of international labour standards that apply to rural
employment - An overview for the work of FAO relating to labour protection in agriculture, forestry and fisheries,
2016.
283. Kesepakatan Global untuk Pekerjaan yang Layak dan Pertumbuhan Inklusif, Social Dialogue for the Transition
from the Informal to the Formal Economy, 2020.
100 GRI 13: Sektor Pertanian, Akuakultur, dan Perikanan Tangkap 2022
284. Organisasi Buruh Internasional (ILO), Gaps in Coverage and Barriers to Ratification and Implementation of
International Labour Standards, No date.
285. Organisasi Buruh Internasional (ILO), Giving voice to rural workers, 2015.
286. Konfederasi Serikat Pekerja Internasional, Global Rights Index, 2017.
287. Konfederasi Serikat Pekerja Internasional, Global Rights Index, 2021.
288. Federasi Pekerja Transportasi Internasional (ITF), Submission of the International Transport Workers’ Federation
to the UPR Session for Lao People’s Democratic Republic, 2019.
Rujukan tambahan:
300. Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit, Workplace Safety & Health Topics – Commercial Fishing Safety,
https://www.cdc.gov/niosh/topics/fishing/vesseldisasters.html, diakses 4 Februari 2021.
301. Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO), Insurance and safety at sea, http://www.fao.org/fishery/topic/16617/en,
diakses 4 Februari 2021.
302. Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO), Organisasi Buruh Internasional (ILO), Safety and health,
http://www.fao-ilo.org/more/fao-ilo-safety/en, diakses 4 Februari 2021.
303. Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO), Safety at sea for small-scale fishermen, 2019.
304. Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO), Safety for Fishermen, http://www.fao.org/fishery/safety-for-
fishermen/en/, diakses 4 Februari 2021.
305. Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO), The State of World Fisheries and Aquaculture 2020, 2020.
306. Organisasi Buruh Internasional (ILO), Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO), Serikat Pekerja Internasional
pada Sektor Pangan, Pertanian, Hotel, Restoran, Katering, Tembakau dan Asosiasi Pekerja Gabungan,
Agricultural Workers and Their Contribution to Sustainable Agriculture and Rural Development, 2007.
307. Organisasi Buruh Internasional (ILO), Safety and health training manual for the commercial fishing industry in
Thailand, 2014.
308. Organisasi Buruh Internasional (ILO), Maritime sector to address abandonment of seafarers and shipowners’
liability, https://www.ilo.org/global/about-the-ilo/newsroom/news/WCMS_240418/lang--en/index.htm, diakses 4
Februari 2021.
309. Organisasi Buruh Internasional (ILO), Safety and health in agriculture, 2011.
310. Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO), Safety for Fishermen, http://www.fao.org/fishery/safety-for-
fishermen/en/, diakses 4 Februari 2021.
311. Organisasi Maritim Internasional, Enhancing fishing vessel safety to save lives,
https://www.imo.org/en/MediaCentre/HotTopics/Pages/Fishing.aspx, diakses 4 Februari 2021.
312. Organisasi Maritim Internasional, Seafarer abandonment,
http://www.imo.org/en/OurWork/Legal/Pages/Seafarer-abandonment.aspx, diakses 4 Februari 2021.
313. Federasi Pekerja Transportasi Internasional, Abandonment,
https://www.itfglobal.org/en/sector/seafarers/abandonment, diakses 4 Februari 2021.
101 GRI 13: Sektor Pertanian, Akuakultur, dan Perikanan Tangkap 2022
314. Air Perserikatan Bangsa-Bangsa, Human Rights to Water and Sanitation, https://www.unwater.org/water-
facts/human-
rights/#:~:text=The%20right%20to%20water%20entitles,for%20personal%20and%20domestic%20use, diakses
4 Februari 2021.
Sumber Informasi:
315. Organisasi Buruh Internasional (ILO), International Labour Standards on Fishers,
https://www.ilo.org/global/standards/subjects-covered-by-international-labour-standards/fishers/lang--
en/index.htm, diakses 30 Mei 2022.
316. Organisasi Buruh Internasional (ILO), WASH@Work a Self-Training Handbook, 2016.
Rujukan tambahan:
331. Pekerjaan yang Tidak Dideklarasikan Platform Eropa, Tackling undeclared work in the agricultural sector: a
learning resource from the Agricultural Seminar, 2019.
332. Organisasi Buruh Internasional (ILO), Non-standard Employment around the World, 2016.
333. Organisasi Buruh Internasional (ILO), Employment practices and working conditions in Thailand’s fishing sector,
2015.
334. Organisasi Buruh Internasional (ILO), Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO), Serikat Pekerja Internasional
pada Sektor Pangan, Pertanian, Hotel, Restoran, Katering, Tembakau dan Asosiasi Pekerja Gabungan,
Agricultural Workers and Their Contribution to Sustainable Agriculture and Rural Development, 2007.
335. Organisasi Buruh Internasional (ILO), Seafarers and their families now ensured of protection in cases of
abandonment, death, and long-term disability, 2017.
336. Organisasi Buruh Internasional (ILO), Stats Sheet n°4: Informal Employment, 2016.
337. Organisasi Buruh Internasional (ILO), Organisasi untuk Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan (OECD),
Tackling Vulnerability in the Informal Economy - Most workers in the world still go without social protection, 2019.
338. Organisasi Maritim Internasional (IMO) dan Organisasi Buruh Internasional (ILO), Joining forces to shape the
fishery sector of tomorrow, 2020.
339. Organisasi Maritim Internasional, Enhancing fishing vessel safety to save lives,
https://www.imo.org/en/MediaCentre/HotTopics/Pages/Fishing.aspx, diakses 4 Februari 2021.
340. Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM), Organisasi Pemberi Kerja Internasional, International Recruitment
Integrity System, 2017.
341. Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD), OECD Employment Outlook – Chapter 5.
Informal Employment and Promoting the Transition to a Salaried Economy, 2004.
102 GRI 13: Sektor Pertanian, Akuakultur, dan Perikanan Tangkap 2022
Sumber Informasi:
342. Organisasi Buruh Internasional (ILO), Inisiatif Perekrutan Adil dan Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM),
Sistem Integritas Perekrutan Internasional (IRIS), The IRIS Standard, 2019.
343. Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM), Ethical Recruitment and Supply Chain Management,
https://thailand.iom.int/ethical-recruitment-and-supply-chain-management, diakses 4 Februari 2021.
Rujukan tambahan:
348. Fairtrade, Living income, https://www.fairtrade.net/issue/living-income, diakses 4 Februari 2021.
349. Koalisi Upah Hidup Global, The Anker Methodology for Estimating a Living Wage,
https://www.globallivingwage.org/about/anker-methodology/, diakses 27 Januari 2022.
350. IDH, The Sustainable Trade Initiative, Living Wage Platform, https://www.idhsustainabletrade.com/living-wage-
platform/, diakses 27 Januari 2022.
351. Organisasi Buruh Internasional (ILO), Chapter 1: What is a minimum wage, 1.6 Payment in kind,
https://www.ilo.org/global/topics/wages/minimum-wages/definition/WCMS_439068/lang--en/index.htm, diakses
4 Februari 2021.
352. Organisasi Buruh Internasional (ILO), Global Wage Report 2020-21, Wages and Minimum Wages, 2020.
353. Organisasi Buruh Internasional (ILO), Minimum Wage Policy Guide, 2016.
354. Kantor Komisaris Tinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Hak Asasi Manusia, Statement by Ms. Hilal Elver,
United Nations Special Rapporteur on the right to food, 2020.
355. Meja Bundar tentang Minyak Sawit Berkelanjutan (RSPO), RSPO Guidance for Implementing a Decent Living
Wage, 2019.
356. Bank Dunia, Poverty and Shared Prosperity 2016, 2016.
Sumber Informasi:
357. Organisasi Buruh Internasional (ILO), International Labour Standards on Fishers,
https://www.ilo.org/global/standards/subjects-covered-by-international-labour-standards/fishers/lang--
en/index.htm, diakses 27 Januari 2022.
Rujukan tambahan:
360. Komisi Eropa, Small-scale fisheries, https://ec.europa.eu/fisheries/cfp/small-scale-fisheries_en, diakses 4
Februari 2021.
361. Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO), Agribusiness Public-Private Partnerships: Country Case Studies –
Africa | Rural Finance and Investment Learning Centre, 2013.
362. Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO), Family Farming Knowledge Platform, http://www.fao.org/family-
farming/detail/en/c/1109849/, diakses 4 Februari 2022.
363. Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO), The Contribution of Social Protection to Economic Inclusion in Rural
Areas, 2020.
364. Dana Internasional untuk Pembangunan Pertanian, Program Lingkungan Perserikatan Bangsa-Bangsa,
Smallholders, food security, and the environment, 2014.
365. Fanzo, From big to small: the significance of smallholder farms in the global food system, 2017.
103 GRI 13: Sektor Pertanian, Akuakultur, dan Perikanan Tangkap 2022
366. de Koning dan B. de Steenhuijsen Piters, Farmers as Shareholders: A close look at recent experience, 2009.
367. Bank Dunia, Poverty and Shared Prosperity 2016, 2016.
368. Bank Dunia, The State of Economic Inclusion Report 2021: The Potential to Scale, 2021.
369. Bank Dunia, World Development Report 2008: Agriculture for Development, 2008.
370. Yayasan Margasatwa Dunia (WWF), Small-scale fisheries,
https://www.wwfmmi.org/medtrends/shifting_blue_economies/small_scale_fisheries/, diakses 30 Mei 2022.
Rujukan tambahan:
372. Dewan Penatalayanan Akuakultur, Feeding farmed fish responsibly, https://www.asc-aqua.org/aquaculture-
explained/why-do-we-need-responsible-aquaculture/feeding-farmed-fish-responsibly/, diakses 4 Februari 2021.
373. Lembaga Standar Inggris, PAS 1550:2017 Exercising due diligence in establishing the legal origin of seafood
products and marine ingredients. Importing and processing. Code of practice, 2017.
374. Konsorsium Ritel Inggris (BRC), Yayasan Keadilan Lingkungan (EJF) dan WWF-UK, An Advisory Note for the UK
Supply Chain on how to avoid Illegal, Unreported and Unregulated (IUU) fishery products, 2015.
375. Ceres, Traceability is a must for companies with zero-deforestation pledges, 2018.
376. Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO), Issue Brief #15 on Combating IUU fishing in the Caribbean through
policy and legislation, 2015.
377. Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO), Illegal, Unreported and Unregulated (IUU) fishing,
http://www.fao.org/iuu-fishing/en/, diakses 4 Februari 2021.
378. Global Fishing Watch, IUU – Illegal, Unreported, Unregulated Fishing, 2016.
379. IDH – The Sustainable Trade Initiative, A Fact-Based Exploration of the Living and Pricing Strategies that Close
the Gap, 2020.
380. Sebagai ilustrasi, hanya 19% kedelai yang dikonsumsi di Uni Eropa yang dapat dilacak ke produsen yang tidak
meningkatkan penggundulan hutan; IDH – The Sustainable Trade Initiative, European Soy Monitor, 2018.
381. Pusat Dagang Internasional, Traceability in food and agricultural products, 2015.
382. Forum Ekonomi Dunia, Innovation with a Purpose: Improving Traceability in Food Value Chains through
Technology Innovations, 2019.
383. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO), FAO/WHO guide for developing
and improving national food recall systems, 2012.
384. Yayasan Margasatwa Dunia untuk Alam (WWF), Soy,
https://wwf.panda.org/discover/our_focus/food_practice/sustainable_production/soy/, diakses 4 Februari 2021.
385. Yayasan Margasatwa Dunia (WWF), Unregulated Fishing of the High Seas of the Indian Ocean, 2020.
Sumber Informasi:
386. Inisiatif Kerangka Kerja Akuntabilitas, Operational Guidance on Monitoring and Verification, 2019.
387. Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO), Good practice guidelines on national seafood traceability systems,
2018.
388. Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO), Traceability: A management tool for enterprises and governments,
2016.
389. Global Compact Perserikatan Bangsa-Bangsa, BSR, A Guide to Traceability: A Practical Approach to Advance
Sustainability in Global Supply Chains, 2014.
Sumber Informasi:
409. Kantor Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Narkoba dan Kejahatan, Rotten Fish: A guide on addressing
corruption in the fisheries sector, 2019.
Pengakuan
Catatan Pemberitahuan
Terjemahan Bahasa Indonesia ini dilakukan oleh Language Scientific, Boston, Massachusetts, Amerika Serikat,
melalui peninjauan sejawat oleh para individu di bawah ini:
• Ivan Felix Burju Manalu, Head of Sustainable Development, PT. Indo Tambangraya Megah Tbk, Indonesia
• Dali Sadli Mulia, Community Engagement Team Manager, Star Energy Geothermal, Indonesia
• Mira Tyas Annisa, Sr. Officer Communication Relations & CID, PT Pertamina Hulu Mahakam, Indonesia
• Burhan Zein Khalilullah, Sustainable Agriculture Analyst
• Catharine Kartika Winata, Founder PT. Hijau Biru Lestari Negeri
• Siti Syahwali, Impact Specialist at Food Sector, NEOM
GRI ingin mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah Swedia atas bantuan keuangan yang telah diberikan untuk
terjemahan Bahasa Indonesia dari GRI Standar Sektor 13.
Catatan Penting
Terjemahan Bahasa Indonesia dari GRI Standard Sektor 13 dibiayai oleh Pemerintah Swedia. Tanggung jawab
terkait konten ditanggung oleh sang pembuat. Pemerintah Swedia tidak senantiasa memiliki pandangan dan
interpretasi yang sama.
Standar Pelaporan Keberlanjutan GRI dikembangkan dan disajikan dalam Bahasa Inggris. Walaupun berbagai
upaya telah dilaksanakan untuk memastikan akurasi terjemahan, GRI Standards versi Bahasa Inggris tetap menjadi
rujukan utama, bila ada pertanyaan atau perbedaan interpretasi yang muncul dari terjemahan.
Versi terbaru dari GRI Standards dalam Bahasa Inggris atau segala pembaruan terhadap versi Bahasa Inggris
dipublikasikan dalam website GRI (www.globalreporting.org).
GRI
PO Box 10039,
1001 EA Amsterdam,
The Netherlands www.globalreporting.org