Anda di halaman 1dari 2

Buatlah sebuah gugatan Ibu Shinta terhadap Ahli waris lainnya yang menolak

memberikan sertifikat tanah dan bangunan miliknya.

Adapun uraian kasus sebagai berikut.

Kronologi Kasus Waris

Arjuna dan Shinta menikah pada tahun 1945


dan selama pernikahan mereka telah dikaruniai 7 orang anak.
Pada tahun 1997 Arjuna meninggal dunia meninggalkan harta peninggalan berupa:

1. 1 rumah di Surakarta, Jawa Tengah;

2. 1 rumah di Semarang, Jawa Tengah;

3. 1 rumah di Jakarta Pusat;

4. 1 Vila di tawamangu Karanganyar Jawa Tengah;

5. Perkebunan seluas 200 Hektar di Tulungagung Jawa Timur.

Dengan meninggalnya Arjuna, dengan demikian terdapat konsekuensi peristiwa hu


kum dan perbuatan hukum terhadap kepemilikan harta peninggalan Arjuna suaminy
a, terlebih memiliki ahli waris anak sejumlah 7
orang. Dengan komposisi anak sebagai berikut:

1. Hima yang saat ini berstatus sebagai warga negara Jerman


dan beragama katolik;

2. Binroto yang saat ini berstatus warga negara Indonesia dan beragama islam;

3. Hendy yang saat ini berstatus warga negara Indonesia dan beragama islam;

4. Jojon yang saat ini berstatus warga negara Indonesia dan beragama islam;

5. Kasno yang saat ini berstatus warga negara Indonesia dan beragama islam;

6. Darto yang saat ini berstatus warga negara Indonesia dan beragama islam;

7. Darupekok yang saat ini berstatus warga negara Indonesia


dan beragama islam.

Pada tahun 1998


Shinta bersama Jojon telah menjual sebagian waris yang berupa rumah di
Semarang, Jawa Tengah dan 1 Vila di tawamangu Karanganyar Jawa Tengah.
Hasil penjualan harta waris senilai Rp 2 miliar tersebut tanpa persetujuan tertulis d
ari ahli waris lain ditempatkan di rekening deposito atas nama Jojon dan Jojon akan
memberikan uang sebesar Rp
1,5 juta perbulan kepada Shinta Ibunya dan jika sewaktu-
waktu di minta uang deposito tersebut dapat di minta oleh Shinta.

Kemudian pada tahun 2000


Shinta dan Darupekok menjual harta waris perkebunan di tulungagung dan
1 rumah di jakarta Pusat serta rumah di Surakarta dengan total nilai Rp
7 miliar dan pembagian waris dengan komposisi Rp 4 miliar di bagi prorata kepada
Shinta dan 6 ahli warisnya. Sedangkan Rp 1 Miliar untuk Darupekok. Sisa Rp
2 miliar dibelikan rumah di
Surakarta dengan atas nama Shinta atas dasar kesepakatan dana Rp
2 Miliar tersebut merupakan bagian Shinta sendiri.

Pada tahun 2023 Shinta sakit keras dan di rawat oleh anaknya yang bernama
Hendy. Pada tahun 2023 tersebut hingga kini anak-anak lainnya tidak memberikan
uang untuk biaya hidup Shinta. Kemudian, Shinta hendak menjual rumahnya di
Surakarta tersebut mengingat rumah tersebut atas nama Shinta. Tetapi ternyata
sertifikat rumah dipegang oleh kasno. Dengan kondisi ingin menjual rumahnya
Shinta meminta sertifikat rumahnya tersebut yang berada di tangan anaknya
bernama Kasno. Kasno dan anak-anak lainnya menolak memberikan sertifikat tanah
rumah Shinta dengan alasan bahwa rumah tersebut dibeli atas dasar Patungan
dengan ahli waris lainnya (anak-anaknya). Padahal objek
tanah sertifikat tersebut bukanlah dari patungan ahli waris lainnya.

Anda mungkin juga menyukai