Anda di halaman 1dari 3

PENGADILAN NEGERI JAKPUS

PERMOHONAN GUGATAN
Nomor Perkara: 09/G/WRS/3/2023

Pemohon: Ibu Shinta


Tergugat:
1. [Nama Ahli Waris 1], [Alamat Ahli Waris 1]
2. [Nama Ahli Waris 2], [Alamat Ahli Waris 2]
3. [Nama Ahli Waris 3], [Alamat Ahli Waris 3]
4. [Nama Ahli Waris 4], [Alamat Ahli Waris 4]
5. [Nama Ahli Waris 5], [Alamat Ahli Waris 5]
6. [Nama Ahli Waris 6], [Alamat Ahli Waris 6]
7. [Nama Ahli Waris 7], [Alamat Ahli Waris 7]
KEPADA YANG TERHORMAT HAKIM PEMIMPIN SIDANG
Dalam perkara ini, saya, Ibu Shinta, sebagai pemohon, mengajukan gugatan terhadap para
tergugat, ahli waris lainnya yang menolak memberikan sertifikat tanah dan bangunan milik
mendiang suami saya, Arjuna, yang telah meninggal dunia pada tahun 1997. Pemohon dan
tergugat adalah ahli waris sah dari mendiang Arjuna, dan harta peninggalannya meliputi:
1. 1 rumah di Surakarta, Jawa Tengah;
2. 1 rumah di Semarang, Jawa Tengah;
3. 1 rumah di Jakarta Pusat;
4. 1 Vila di Tawamangu, Karanganyar, Jawa Tengah;
5. Perkebunan seluas 200 Hektar di Tulungagung, Jawa Timur.
Kronologi Kasus Waris:
1. Pada tahun 1945, saya dan mendiang Arjuna menikah, dan selama pernikahan kami,
kami dikaruniai 7 orang anak.
2. Pada tahun 1997, mendiang Arjuna meninggal dunia dan meninggalkan harta
peninggalan yang disebutkan di atas.
Sesuai dengan hukum warisan di Indonesia, sebagai ahli waris sah dari mendiang Arjuna,
saya berhak atas bagian dari harta peninggalan tersebut. Namun, tergugat telah menolak
untuk memberikan sertifikat tanah dan bangunan yang menjadi bagian dari harta peninggalan
tersebut kepada saya.
Oleh karena itu, saya mengajukan permohonan kepada pengadilan untuk:
1. Memerintahkan para tergugat, ahli waris lainnya, untuk segera memberikan sertifikat
tanah dan bangunan yang menjadi bagian dari harta peninggalan mendiang Arjuna
kepada saya.
2. Memerintahkan para tergugat untuk membayar biaya perkara.
Saya bersedia untuk mengikuti seluruh proses hukum yang diperlukan dan siap memberikan
bukti-bukti yang mendukung klaim saya dalam perkara ini.
Demikian permohonan ini saya ajukan dengan hormat kepada Pengadilan untuk mendapatkan
keadilan yang berkeadilan.
Jakarta, 23 agusus 2023

[Tanda Tangan Pemohon]

Ibu Shinta

REFERENSI: Hukum Acara Perdata Indonesia Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960


tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2006
tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan
Dasar Pokok-Pokok Agraria.
2 . Dalam kasus ini, terdapat beberapa peristiwa hukum dan perbuatan hukum yang
memengaruhi kepemilikan harta peninggalan Arjuna dan hak waris Ibu Shinta, terlebih
karena memiliki tujuh ahli waris dengan komposisi yang berbeda. Berikut adalah rangkuman
peristiwa-peristiwa hukum dalam kasus ini:
1. Pada tahun 1998, Ibu Shinta bersama dengan Jojon telah menjual sebagian harta waris
berupa rumah di Semarang, Jawa Tengah, dan satu vila di Tawamangu, Karanganyar,
Jawa Tengah. Hasil penjualan senilai Rp 2 miliar ditempatkan di rekening deposito
atas nama Jojon, dengan kesepakatan bahwa Jojon akan memberikan uang bulanan
sebesar Rp 1,5 juta kepada Ibu Shinta dan Ibu Shinta dapat mengakses deposito
tersebut jika diperlukan.
2. Pada tahun 2000, Ibu Shinta dan Darupekok menjual harta waris berupa perkebunan
di Tulungagung, satu rumah di Jakarta Pusat, dan rumah di Surakarta dengan total
nilai Rp 7 miliar. Pembagian waris dilakukan dengan komposisi Rp 4 miliar untuk Ibu
Shinta dan 6 ahli waris lainnya, sementara Rp 1 miliar diberikan kepada Darupekok.
Sisa Rp 2 miliar digunakan untuk membeli rumah di Surakarta atas nama Ibu Shinta
dengan dasar kesepakatan bahwa dana tersebut merupakan bagian milik Ibu Shinta.
3. Pada tahun 2023, Ibu Shinta sakit parah dan dirawat oleh anaknya, Hendy. Namun,
anak-anak lainnya tidak memberikan kontribusi finansial untuk biaya hidup Ibu
Shinta.
4. Saat Ibu Shinta ingin menjual rumahnya di Surakarta, ia menemukan bahwa sertifikat
rumah tersebut dipegang oleh Kasno. Ibu Shinta meminta sertifikat tersebut, tetapi
Kasno dan anak-anak lainnya menolak memberikannya dengan alasan bahwa rumah
tersebut dibeli atas dasar patungan dengan ahli waris lainnya.

Dalam situasi ini, penting untuk memahami bahwa hukum warisan di Indonesia mengatur
hak waris dan pembagian harta peninggalan. Hak Ibu Shinta atas harta peninggalan Arjuna
tidak boleh diabaikan. Namun, untuk menyelesaikan perselisihan ini, perlu dilakukan
peninjauan lebih lanjut atas bukti-bukti kepemilikan dan perjanjian yang terlibat dalam
penjualan dan pembelian harta tersebut.

Referensi:
• Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria
• Hukum Waris di Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai