Anda di halaman 1dari 5

CATATAN SKILL MINGGU KE 4 “INTERPRETASI EKG”

AMR - 002

1. Pada pembacaan EKG, pertama kali yang dilakukan adalah konfirmasi identitas pasien
berupa nama, usia, nomor rekam medis, tanggal dan waktu dilakukan perkaman EKG.
Serta, cek kalibrasi pada kertas EKG. Kalibrasi biasanya dilakukan dengan kecepatan 25
mm/s.
2. Selanjutnya pastikan yang akan dibaca, yaitu meliputi : Ritme, Rate, Aksis, Gelombang P,
PR interval, Gelombang Q, QRS complex, QT interval, ST segment dan gelombang T
3. Lalu, kita harus mengetahui ukuran kotak kecil dan kotak besar pd kertas EKG. Yang dimana utk
1 KK (senilai 0,04s) dan utk 1KB yg terdiri atas 5KK (senilai 0,2s)

4. Selanjutnya, Langkah pertama yang dilakukan dalam membaca EKG adalah menentukan
ritme jantung, apakah regular / irregular.
Untuk menilai regular/ irreguler adalah ukur interval R-R lalu lihat apakah
memiliki pola yg sama/tdk
CONTOH :
 Pd irama regular (spt normal sinus rhythm)  Interval R-R konsisten scr
berurutan
 Pd irregularly irregular (pd atrial fibrilasi)  interval R-R tdk beraturan
 Pd regularly irregular ( pd AV blok der 2 tipe 2)  jarak interval P-R sama
NAMUN interval R-R berbeda-beda

Pada rekaman EKG ini, jarak interval R-R regular. Kemudian, rhytmnya adalah
irama sinus, karena setiap gelombang P diikuti oleh kompleks QRS.

5. Langkah kedua, menentukan frekuensi denyut jantung. Yang dimana kategori frekuensi
denyut jantung :
 Normal: 60-100 bpm
 Tachycardia: > 100 bpm
 Bradycardia: < 60 bpm
A) Jika pasien memiliki ritme jantung regular, maka denyutnya dapat dihitung
dengan :
Hitung interval R-R dalam ukuran kotak besar yaitu dimana DENYUT
JANTUNG = (300 : interval dari R-R dalam kotak besar)
B) Jika pasien memiliki ritme jantung irregular, maka dipakai metode yang
berbeda :
Yaitu hitung jumlah komplek QRS dlm strip ritme, Lalu kalikan jumlah
kompleks QRS dgn 6 (rata2 jmlh kompleks dlm 1 mnt)
Pada perekaman EKG ini, Ritme jantung pasien irregular maka didapatkan
interval R-R berkisar 5-5,5 kotak besar. Jadi, heart ratenya yaitu 300 : 5 = 60 x/menit .
Pada pasien frekuensi denyut jantung dalam kategori normal karena masih berkisar
60-100 x/menit.

6. Ketiga, Menentukan aksis jantung. Axis jantung menggambarkan keseluruhan arah dari
penyebaran gelombang elektrik dalam jantung. Dalam orang yg sehat, axis menyebar dr
jam 11 ke jam 5. Untuk menentukan axis jantung  dilakukan dengan melihat defleksi
kompleks QRS pada lead I, II, dan aVF.
Note :

 Right axis deviation : Defleksi lead I (-), aVF (+)  hipertrofi ventrikel kanan.
 Left axis deviation : Defleksi lead I (+), lead II (-), aVF (-)  berhubungan dgn
ketidaknormalan jantung

Pada rekaman EKG pasien :


Pada lead I  terlihat defleksi QRS positif.
Pada Lead II  defleksi QRS positif
Pada aVF  defleksi QRS positif. Maka aksis jantung pada rekaman EKG ini
adalah normal.
7. Selanjutnya, menilai gelombang P. Gelombang P menunjukan gambaran aktivitas
depolarisasi atrium. Dapat dilihat dengan jelas gelombang P pada sadapan V1.
Lihat  apa ada gel P, apakah diikuti dengan komplek QRS, cek durasi,arah dan bentuk :
 Jika gel P (>1,5mm keatas) di sadapan V1  gel P patologis ini disebut sbg “P
pulmonal” (ada pelebaran pd atrium kanan)
 Jika gel P (>0,12 sekon kesamping) di sadapan V1  gel P patologis ini disebut sbg “P
mitral” (ada pelebaran atrium kiri)
Jika gelombang P pada sadapan V1 tingginya <1,5 mm dan pada sadapan II
tingginya <2,5 mm, serta memiliki lebar <0,12 sekon (3 KK) maka gelombang P normal.
Dimana pd rekaman EKG pasien pd sadapan V1, tinggi gel P tdk >1,5 atau
tingginya <1,5mm serta lebarnya <3kk (,0,12s) . MAKA gelombang P pd perekaman ekg
pasien di V1 normal.

8. Lalu, tentukan PR interval di lead II. Yaitu jarak antara awal gel P sampai awal Kompleks
QRS. PR interval normalnya : 3-5 KK (0,12-0,2 sec)
Patologis pd PR interval:
 AV block derajat 1 (PR interval > 5 kotak kecil (>0,2 sekon))
 AV block derajat 2 tipe 1 (PR interval makin lama makin panjang disertai
hilangnya QRS kompleks)
 pada Wolff Parkinson White Syndrome (PR interval memendek pada delta
wave)
Pada rekaman EKG pasien, didapatkan PR interval (dr awal gel P – awal komplek
QRS) sebesar 3,5 KK/sekitar 0,14 sec , masih kategori normal. Normalnya : 3-5 KK
(0,12-0,2 sec)

9. Keenam, Menilai gelombang Q. Gelombang Q merupakan gambaran depolarisasi


ventrikel. Normalnya kedalamannya : 2 KK.

Patologis : Old inferior wall MI

10. Ketujuh, Menilai kompleks QRS. Kompleks QRS adalah jarak awal gelombang Q sampai
akhir gelombang S. Kompleks QRS ini menunjukan gambaran dari depolarisasi ventrikel.
Ketika menilai kompleks QRS, harus diketahui beberapa karakteristiknya, meliputi tinggi,
lebar, dan morfologinya. Normalnya : <0,12 detik.
CONTOH :
- pada ventricular takikardia Komplek QRS lebar (wide), regular dan tinggi
- pada ventricular fibrilasi  komples QRS lebar, irregular
Pada sadapan V2 perekaman EKG, terlihat kompleks QRSnya adalah normal
yaitu 1,5 KK (0,06 sekon)

11. Kedelapan, Menilai interval QT. Dimana dilakukan dengan cara menilai jarak dari awal
gelombang Q sampai akhir gelombang T.
Patologis : Torsades de Pointes

hasil rekaman terlihat interval QT sekitar 3 Kotak Besar atau 15 KK dan masih
dalam kategori normal. Normalnya interval QT itu ½ dari interval RR.
12. Kesembilan, Menilai segmen ST. Segmen ST dapat dinilai dari akhir gelombang S sampai
awal dari gelombang T. Normalnya isoelektrik / ada sedikit defiasi positif sekitar 1-2mm
pada sadapan ekstremitas bipolar.
ST Segmen Patologis :
 Elevasi segmen ST (naik)  infark miokard akut
 Depresi segmen ST (turun)  NSTEMI

Pada sadapan V4 hasil EKG tersebut, segmen ST isoelektrik shg ST segmen


pasien normal

13. Kesepuluh, Menilai gelombang T. Gelombang T menunjukan repolarisasi dari ventrikel.


Dikatakan abormalnya >5 mm di lead ekstremitas dan >10 mm di lead precordial.
Gel. T Tinggi berhubungan dgn :
 Hiperkalemia
 Hyperacute STEMI
Pada sadapan V5 rekaman EKG pasien, terlihat gelombang T normal.

Anda mungkin juga menyukai