Anda di halaman 1dari 19

JURNAL ANALISIS

DETERMINAN SOSIAL KESEHATAN DAN


PERILAKU TERHADAP KEJADIAN KEMATIAN
BAYI DI KECAMATAN UJUNG TANAH KOTA
MAKASSAR

MEUTYA ZAHRA SAPHIRA


2310713081
I. KEYWORDS
a) Determinan Sosial Kesehatan, Perilaku,
Kematian Bayi

A. LATAR BELAKANG
Determinan sosial adalah faktor-faktor penentu secara sosial di dalam
masyarakat. Pada prinsipnya determinan sosial adalah sejumlah
variabel yang tergolong dalam faktor sosial, seperti; budaya, politik,
ekonomi, pendidikan, faktor biologi dan perilaku yang mempengaruhi
status kesehatan individu atau masyarakat. Determinan sosial
berkontribusi terhadap kesenjangan kesehatan di dalam kelompok
masyarakat yang disebut determinan sosial kesehatan dan
mempengaruhi kesehatan baik secara langsung maupun tidak
langsung, sehingga dapat menjadi tolak ukur status kesehatan
masyarakat. Determinan sosial kesehatan merupakan proses yang
membentuk perilaku di dalam masyarakat. Perilaku adalah semua
kegiatan yang dilakukan manusia baik yang dapat diamati langsung
maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar. Perilaku seseorang
terbentuk dari pengetahuan, sikap dan praktek atau tindakan yang
dimiliki (Notoatmodjo, 2012). Determinan sosial kesehatan dan
perilaku mempengaruhi mortalitas dan morbiditas dalam suatu
komunitas.

B. PENULIS JURNAL
Kiki Amelia M.
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin HP.
085242000114
Email : kikiamelia_71@yahoo.com
C. TUJUAN JURNAL
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui risiko determinan sosial
kesehatan dan perilaku terhadap kejadian kematian bayi di Kecamatan
Ujung Tanah Kota Makassar.

D. METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini adalah penelitian
kuantitatif dengan desain case-control study. Penelitian ini dilakukan
di kecamatan Ujung Tanah kota Makassar dengan waktu penelitian
Mei sampai Juni 2014. Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data
dilakukan dengan kuesioner dan wawancara responden. Jumlah
responden 84, terdiri dari 21 responden kasus dan 63 responden
kontrol. Penarikan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara
purposive sampling. Teknik Pengolahan dan Analisis Data Data
diolah menggunakan program SPSS, yang dibedakan atas analisis
univariat, bivariat dan multivariate. Pengolahan data yang telah
dilakukan kemudian disajikan secara sistematis dalam bentuk tabel
deskripsi, tabel analisis hubungan variabel independen terhadap
variabel dependen.

E. HASIL PENELITIAN
Karakteristik Responden Tabel 1 (terlampir) menunjukkan bahwa
kelompok umur bervariasi 17-25 tahun, 26- 35 tahun dan 36-45 tahun.
Mayoritas responden adalah kelompok umur 26-35 tahun yaitu 51
responden (60,7%), sedangkan rentang umur dengan proporsi
terendah adalah pada kelompok umur 17-25 tahun yaitu sebanyak 15
responden (17,9%). Tabel 2 (terlampir) menunjukkan bahwa distribusi
tingkat pendidikan bervariasi dari kategori tidak tamat SD sampai
sarjana. Mayoritas pendidikan responden adalah tamat SMA yaitu 36
responden (43,1%), sedangkan kategori pendidikan responden paling
sedikit adalah tingkat pendidikan sarjana yaitu 2 responden (2,3%).
Tabel 3 (terlampir) Menunjukkan distribusi responden berdasarkan
karakteristik pekerjaan suami dan istri. Untuk pekerjaan suami terbagi
menjadi jenis pekerjaan nelayan, penjual ikan, buruh harian, tukang
becak, wiraswasta, karyawan swasta dan pegawai negeri sipil.
Mayoritas pekerjaan suami responden adalah nelayan dengan
diperoleh 26 responden (30,6%), sedangkan jenis pekerjaan yang
paling sedikit adalah pegawai negeri sipil (3,5%). Untuk jenis
pekerjaan responden dalam hal ini istri, terbagi menjadi pekerjaan ibu
rumah tangga (IRT) sebanyak 79 responden (94%) dan wiraswasta
sebanyak 5 responden (6,0%). Analisis faktor risiko Tabel 4
(terlampir) menunjukkan bahwa determinan kejadian kematian bayi
adalah tingkat pendidikan ibu (nilai p= 0,043; OR =3,520 ), status
ekonomi keluarga ( nilai p= 0,005 ; OR = 5,000 ), paritas ( nilai p=
0,376 ; OR = 0,490 ), jarak kelahiran (nilai p= 0,005 ; OR = 5,200 ),
pemanfaatan ANC (nilai p= 0,032 ; OR = 7,176 ), pengetahuan ibu
(nilai p= 0,023 ; OR = 3,800 ), sikap ibu (nilai p= 0,009 ; OR = 4,397
), dan tindakan ibu (nilai p= 0,039 ; OR = 4,609 ). Sedangkan untuk
usia ibu (nilai p= 0,376 ; OR = 0,490 ) dan penolong persalinan (nilai
p= 0,595 ; OR = 2,105 ) bukan merupakan determinan kejadian
kematian bayi. Hasil uji regresi logistik didapatkan bahwa status
ekonomi keluarga merupakan determinan yang paling berisiko
terhadap kejadian kematian bayi di kecamatan Ujung Tanah.

DAFTAR PUSTAKA

Anthony, S., Jacobusse, G. W., van der Pal-de Bruin, K. M., et al., (2009). Do
differences in maternal age, parity and multiple births explain variations in fetal and neonatal
mortality rates in Europe?--Results from the EURO-PERISTAT project. Paediatr Perinat
Epidemiol, 23(4), 292-300. doi: 10.1111/j.1365-3016.2009.01044.x

Arifah, T., & Rofi, A. (2007). Kematian Bayi Menurut Karakteristik Demografi Dan Sosial
Ekonomi Rumah Tangga Di Provinsi Jawa Barat. . KESMAS.

Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. (2009). Faktor-faktor yang mempengaruhi


kelangsungan hidup anak. Evaluasi Kinerja Pembangunan. Jakarta.
Bapenas. (2010). Laporan Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium di Indonesia. Jakarta.

Dinas Kesehatan Kota Makassar. (2012). Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2011.
Makassar: Dinas Kesehatan Kota Makassar.

Djaja, S., Hapsari, D., Sulistyowati, N., & lolong, D. B. (2009). Peran Faktor Sosio-Ekonomi,
Biologi dan Pelayanan Kesehatan Terhadap Kesakitan Dan Kematian Neonatal. Majalah
Kedokteran Indonesia, 59.
Hendarwan, H. (2005). Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Ibu Balita Dalam
Pencarian Pengobatan Pada Kasus-kasus Balita Dengan Gejala Pneumonia Di Kabupaten
Serang. Media Litbang Kesehatan, XV(Nomor 3).

Hussaini, K. S., Ritenour, D., & Coonrod, D. V. (2013). Interpregnancy intervals and the risk
for infant mortality: a case control study of Arizona infants 2003-2007. Matern Child Health
J, 17(4), 646-653. doi: 10.1007/s10995-012-1041-8.
Kembo, J., & Ginneken, J. K. V. (2009). Determinants of infant and child mortality in
Zimbabwe: Results of multivariate hazard analysis. Demoghraphic Research, 367- 384.

Kim, D., & Saada, A. (2013). The social determinants of infant mortality and birth outcomes
in Western developed nations: a cross-country systematic review. Int J Environ Res Public
Health, 10(6), 2296-2335. doi: 10.3390/ijerph10062296

Kozuki, N., Lee, A. C., Silveira, M. F., Sania, A., Vogel, J. P., et al., (2013). The associations
of parity and maternal age with small-for-gestational-age, preterm, and neonatal and infant
mortality: a meta-analysis. BMC Public Health, 13(Suppl 3),

Lykke, J. A., Langhoff-Roos, J., Lockwood, C. J., Triche, E. W., & Paidas, M. J. (2010).
Mortality of mothers from cardiovascular and non-cardiovascular causes following
pregnancy complications in first delivery. Paediatr Perinat Epidemiol, 24(4),

Mercer, A., Haseen, F., Huq, N. L., Uddin, N., Khan, M. H., & Larson, C. P. (2006). Risk
factors for neonatal mortality in rural areas of Bangladesh served by a large NGO
programme. Oxford University Press.

Notoatmodjo. (2012). Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta. Rineka Cipta
Prabamurti, P. N., Purnami, C. T., & Widagdo, L. (2008). Analisis Faktor Resiko Status
Kematian Neonatal. Promosi Kesehatan Indonesia, 3.

Sugiharto, M., & Kusumawati, L. (2010). Analisi perbedaan Antar Paritas Ibu Dengan
Kematian Neonatal. Penelitian Sistem Kesehatan, 13, 321-325.

Sovio, U., Dibden, A., & Koupil, I. (2012). Social determinants of infant mortality in a
historical Swedish cohort. Paediatr Perinat Epidemiol, 26(5), 408-420. doi: 10.1111/j.1365-
3016.2012.01302.x
Titaley, C. R., Dibley, M. J., Agho, K., Roberts, C. L., & Hall, J. (2008). Determinants of
Neonatal Mortality in Indonesia. Biomed Central. WHO, U. (2012). Child Mortality
Estimates.

1. Kelemahan penelitian yang didapat pada jurnal ini


1). Penelitian ini terlalu sulit di pahami bagi orang awam karena materinya yang sulit dan
pengelolaan data yang terlalu banyak.

2. Kelebihan penelitian yang didapat pada jurnal ini


1). Peneliti sudah menjelaskan secara rinci dan sesuai dengan kejadian secara real dengan
membuat grafik.
2). Peneliti memberikan solusi masalah psikologis dan mental Masyarakat agar bisa menjadi
bahan acuan pemerintah ataupun instansi terkait.

3. Manfaat penelitian yang didapat pada jurnal ini


1). Memberikan gambaran dan grafik dengan data yang akurat pada kejadian kematian bayi dan bisa
menjadi bahan acuan dan materi yang bisa dipakai untuk menaikan kualitas fisik dan psikologis
Masyarakat.
DETERMINAN SOSIAL KESEHATAN DAN PERILAKU
TERHADAP KEJADIAN KEMATIAN BAYI
DI KECAMATAN UJUNG TANAH
KOTA MAKASSAR

DETERMINANT RISK ANALYSIS OF HEALTH SOCIAL AND


BEHAVIOUR AGAINST INFANT MORTALITY INCIDENT
IN THE DISTRICT OF UJUNG TANAH MAKASSAR

Kiki Amelia M. 1, Ridwan M. Thaha 1, Masni 2


1
Bagian Promosi Kesehatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Hasanuddin,
2
Bagian Biostatistik, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Hasanuddin, Makassar

Alamat Korespondensi :

Kiki Amelia M.
Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Hasanuddin
HP. 085242000114
Email : kikiamelia_71@yahoo.com
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui risiko determinan sosial kesehatan dan perilaku terhadap kejadian
kematian bayi di Kecamatan Ujung Tanah Kota Makassar. Penelitian ini merupakan penelitian case control
study. Sampel dipilih secara purposive sebanyak 84 responden yang terdiri dari 63 responden kontrol dan 21
responden kasus. Metode pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan kuesioner. Data dianalisis
dengan uji regresi logistic. Hasil penelitian menunjukkan bahwa determinan kejadian kematian bayi adalah
tingkat pendidikan ibu (nilai p= 0,043; OR =3,520 ), status ekonomi keluarga (nilai p= 0,005; OR = 5,000),
paritas (nilai p= 0,376; OR = 0,490), jarak kelahiran (nilai p= 0,005; OR = 5,200, pemanfaatan ANC (nilai p=
0,032; OR = 7,176), pengetahuan ibu (nilai p= 0,023 ; OR = 3,800), sikap ibu (nilai p= 0,009 ; OR = 4,397),
dan tindakan ibu (nilai p= 0,039 ; OR = 4,609). Adapun untuk usia ibu (nilai p= 0,376; OR = 0,490) dan
penolong persalinan (nilai p= 0,595; OR = 2,105) bukan merupakan determinan kejadian kematian bayi. Status
ekonomi keluarga merupakan determinan yang paling berisiko terhadap kejadian kematian bayi di Kecamatan
Ujung Tanah Kota Makassar.

Kata kunci: determinan sosial kesehatan, perilaku, kematian bayi

ABSTRACT
This study aims to determine the determinants risk of social health and behaviors on the incidence of infant
mortality in District of Ujung Tanah Makassar. There were 84 respondents consisted of 63 controled
respondents and 21 case respondents. The research method used was a case control study through
questionnaires and direct interviews with respondent. Samples were selected by purposive sampling technique.
The results indicated that the determinant of infant mortality incidents is the level of maternal education (p =
0.043; OR = 3.520), family economic status (p = 0.005; OR = 5.000), parity (p = 0.376; OR = 0.490), distance
birth (p = 0.005; OR = 5.200), use of ANC (p = 0.032; OR = 7.176), mother's knowledge (p = 0.023; OR =
3.800), maternal attitude (p = 0.009; OR = 4.397) , and mothers behaviour (p = 0.039; OR = 4.609). Whereas,
the maternal age (p = 0.376; OR = 0.490) and birth attendants (p-value = 0.595; OR = 2.105) are not a
determinant of infant mortality incidents. The results of logistic regression test shows that the family economic
status highest determinant risk for the infant mortality incidents in district of Ujung Tanah Makassar.
Therefore, it is necessary to provide counseling about the importance of parity and birth distance so that the
process of pregnancy and childbirth can run smoothly and reduce the risk of infant mortality. showed that the
economic status of the family is the most determinant of risk for infant mortality in sub Ujung Tanah.

Keywords: social determinants of health, behavior, infant mortality.

\
PENDAHULUAN
Determinan sosial adalah faktor-faktor penentu secara sosial di dalam masyarakat.
Pada prinsipnya determinan sosial adalah sejumlah variabel yang tergolong dalam faktor
sosial, seperti; budaya, politik, ekonomi, pendidikan, faktor biologi dan perilaku yang
mempengaruhi status kesehatan individu atau masyarakat. Determinan sosial berkontribusi
terhadap kesenjangan kesehatan di dalam kelompok masyarakat yang disebut determinan
sosial kesehatan dan mempengaruhi kesehatan baik secara langsung maupun tidak langsung,
sehingga dapat menjadi tolak ukur status kesehatan masyarakat.
Determinan sosial kesehatan merupakan proses yang membentuk perilaku di dalam
masyarakat. Perilaku adalah semua kegiatan yang dilakukan manusia baik yang dapat diamati
langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar. Perilaku seseorang terbentuk dari
pengetahuan, sikap dan praktek atau tindakan yang dimiliki (Notoatmodjo, 2012).
Determinan sosial kesehatan dan perilaku mempengaruhi mortalitas dan morbiditas
dalam suatu komunitas. Hubungan determinan sosial kesehatan dan perilaku terhadap
mortalitas atau kematian sangat menarik untuk dibicarakan karena mortalitas merupakan
salah satu dari tiga komponen demografis selain fertilitas dan migrasi, yang mempengaruhi
jumlah, struktur dan komposisi penduduk. Determinan sosial dan perilaku yang berkembang
di masyarakat dipengaruhi oleh pemerintah sebagai penyedia layanan, masyarakat, dan
fasilitas pelayanan kesehatan itu sendiri. (Bapenas, 2010).
Sehubungan dengan salah satu tujuan pembangunan milenium atau Millenium
Development Goals (MDGs), Indonesia berupaya untuk menurunkan angka kematian anak.
Anak- anak terutama bayi sangat rentan terhadap penyakit dan kondisi hidup yang tidak sehat
yang dapat menyebabkan kematian. Kematian bayi juga turut menjadi tolak ukur derajat
kesehatan dan pembangunan manusia, sehingga determinaan sosial kesehatan yang
mempengaruhi risiko kematian bayi perlu diidentifikasi. Kunci dari model kelangsungan
hidup anak terletak pada identifikasi sekumpulan variabel yang menyebabkan peningkatan
risiko kematian anak (Bapenas, 2010).
Angka kematian bayi merupakan indikator yang sensitif terhadap ketersediaan,
pemanfaatan dan kualitas pelayanan kesehatan terutama pelayanan perinatal (Hendrawan,
2014). Angka ini menggambarkan besarnya masalah kesehatan yang bertanggung jawab
langsung terhadap kematian bayi misalnya sakit diare, ISPA, malnutrisi sampai kondisi
perinatal dan menggambarkan tingkat kesehatan ibu, misalnya perawatan antenatal sampai
sesudah melahirkan (Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, 2009)
Dibandingkan negara-negara tetangga di Asia Tenggara, Indonesia memiliki angka
kematian bayi yang cukup tinggi. Berdasarkan data UNICEF WHO tahun 2012, angka
kematian bayi atau AKB di Indonesia sebesar 25,8 per 1000 kelahiran hidup. Angka ini
masih sangat tinggi jika dibandingkan dengan estimasi kematian bayi di negara Asia
Tenggara yang lain (WHO, 2012).
Angka kematian bayi di provinsi Sulawesi Selatan masih tergolong tinggi dan belum
memenuhi target MDGs. Berdasarkan data SDKI 2012, Angka kematian bayi di Sulawesi
Selatan pada tahun 2011 sebesar 25 per 1000 kelahiran hidup. Angka ini masih belum
memenuhi target rencana pembangunan jangka menengah nasional hingga tahun 2014
sebesar 24 per 1000 kelahiran hidup. Makassar sebagai ibu kota dari provinsi Sulawesi
Selatan merupakan penyumbang kematian bayi terbanyak dibandingkan daerah atau
kabupaten lain di Sulawesi Selatan. Angka kematian bayi di kota Makassar pada tahun 2013
sebesar 6,71 per 1000 kelahiran hidup, dengan jumlah kasus 165 kematian dari 24.576
kelahiran hidup.
Data dari bidang bina P2PL dinas kesehatan Makassar, kasus kematian bayi di
kecamatan Ujung Tanah termasuk tinggi. Jumlah kasus kematian bayi pada tahun 2013 di
kecamatan Ujung Tanah sebesar 18 kasus dan di kecamatan Ujung Pandang sebesar 3 kasus.
Berdasarkan penelitian awal yang telah dilakukan, sebagian besar kasus kematian bayi yang
terjadi di kecamatan Ujung Tanah disebabkan karena berat badan lahir rendah dan penyakit
infeksi seperti diare dan batuk kronis yang tidak mendapatkan perawatan intensif. Selain itu
kematian bayi yang dialami pada umumnya berasal dari kelahiran yang tidak cukup bulan
atau prematur (dinas kesehatan kota Makassar, 2012).
Tingginya angka kematian bayi tidak dapat dibiarkan begitu saja, karena
kelangsungan hidup bayi menentukan kualitas sumber daya manusia yang akan datang dan
merupakan cerminan masa depan bangsa. Oleh karena itu, diperlukan intervensi yang tepat
untuk mengatasinya. Intervensi yang baik dapat dilakukan, jika kita mengetahui determinan
sosial dan kesehatan yang mempengaruhi risiko kematian bayi (Arifah, 2007). Penelitian
sebelumnya tentang faktor risiko kematian bayi menunjukkan bahwa paritas, umur ibu dan
jarak kelahiran berpengaruh terhadap kematian neonatal dan bayi (Kozuki et al., 2013).
Penelitian lain dikemukakan oleh Hussaini (2013), yang mengatakan bahwa jarak kehamilan
yang kurang dari 18 bulan meningkatkan risiko kematian bayi. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui risiko determinan sosial kesehatan dan perilaku terhadap kejadian kematian bayi
di kecamatan Ujung Tanah kota Makassar.
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain case-control study.
Penelitian ini dilakukan di kecamatan Ujung Tanah kota Makassar dengan waktu penelitian
Mei sampai Juni 2014.
Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner dan wawancara responden. Jumlah
responden 84, terdiri dari 21 responden kasus dan 63 responden kontrol. Penarikan sampel
dalam penelitian ini dilakukan secara purposive sampling.
Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Data diolah menggunakan program SPSS, yang dibedakan atas analisis univariat,
bivariat dan multivariate. Pengolahan data yang telah dilakukan kemudian disajikan secara
sistematis dalam bentuk tabel deskripsi, tabel analisis hubungan variabel independen terhadap
variabel dependen.

HASIL PENELITIAN
Karakteristik Responden
Tabel 1 (terlampir) menunjukkan bahwa kelompok umur bervariasi 17-25 tahun, 26-
35 tahun dan 36-45 tahun. Mayoritas responden adalah kelompok umur 26-35 tahun yaitu 51
responden (60,7%), sedangkan rentang umur dengan proporsi terendah adalah pada kelompok
umur 17-25 tahun yaitu sebanyak 15 responden (17,9%).
Tabel 2 (terlampir) menunjukkan bahwa distribusi tingkat pendidikan bervariasi dari
kategori tidak tamat SD sampai sarjana. Mayoritas pendidikan responden adalah tamat SMA
yaitu 36 responden (43,1%), sedangkan kategori pendidikan responden paling sedikit adalah
tingkat pendidikan sarjana yaitu 2 responden (2,3%).
Tabel 3 (terlampir) Menunjukkan distribusi responden berdasarkan karakteristik
pekerjaan suami dan istri. Untuk pekerjaan suami terbagi menjadi jenis pekerjaan nelayan,
penjual ikan, buruh harian, tukang becak, wiraswasta, karyawan swasta dan pegawai negeri
sipil. Mayoritas pekerjaan suami responden adalah nelayan dengan diperoleh 26 responden
(30,6%), sedangkan jenis pekerjaan yang paling sedikit adalah pegawai negeri sipil (3,5%).
Untuk jenis pekerjaan responden dalam hal ini istri, terbagi menjadi pekerjaan ibu rumah
tangga (IRT) sebanyak 79 responden (94%) dan wiraswasta sebanyak 5 responden (6,0%).
Analisis faktor risiko
Tabel 4 (terlampir) menunjukkan bahwa determinan kejadian kematian bayi adalah
tingkat pendidikan ibu (nilai p= 0,043; OR =3,520 ), status ekonomi keluarga ( nilai p=
0,005 ; OR = 5,000 ), paritas ( nilai p= 0,376 ; OR = 0,490 ), jarak kelahiran (nilai p= 0,005
; OR = 5,200 ), pemanfaatan ANC (nilai p= 0,032 ; OR = 7,176 ), pengetahuan ibu (nilai p=
0,023 ; OR = 3,800 ), sikap ibu (nilai p= 0,009 ; OR = 4,397 ), dan tindakan ibu (nilai p=
0,039 ; OR = 4,609 ). Sedangkan untuk usia ibu (nilai p= 0,376 ; OR = 0,490 ) dan penolong
persalinan (nilai p= 0,595 ; OR = 2,105 ) bukan merupakan determinan kejadian kematian
bayi. Hasil uji regresi logistik didapatkan bahwa status ekonomi keluarga merupakan
determinan yang paling berisiko terhadap kejadian kematian bayi di kecamatan Ujung Tanah.

PEMBAHASAN
Penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan ibu di kecamatan Ujung Tanah
kota Makassar masih tergolong rendah, karena sebagian besar tidak menamatkan pendidikan
SMA. Ibu dengan tingkat pendidikan rendah berisiko 3,520 kali untuk mengalami kematian
bayi jika dibandingkan dengan ibu yang berpendidikan tinggi (OR-3,520) dan pendidikan
berpengaruh secara signifikan terhadap kematian bayi.
Penelitian ini menunjukkan bahwa status ekonomi keluarga yang rendah berisiko
5,000 kali untuk mengalami kematian bayi jika dibandingkan dengan status ekonomi tinggi
(OR= 5,000). Pada tahap analisis multivariat, variabel status ekonomi keluarga merupakan
variabel yang sangat berpengaruh dalam kejadian kematian bayi dengan nilai sebesar 11,190
kali lebih besar dari variabel lain. Sejalan dengan penelitian Djaja dkk (2009), mengatakan
risiko kematian neonatal akan meningkat pada keluarga dengan tingkat pendapatan menengah
ke bawah dan penelitian Kim (2013), yang mengatakan bahwa kebijakan sosial, masalah
lingkungan, serta status sosial ekonomi individu dan perilaku kesehatan turut berperan dalam
kematian bayi di negara barat.
Penelitian ini menemukan bahwa variabel usia ibu bukan merupakan faktor risiko
kematian bayi di kecamatan Ujung Tanah. Didapatkan nilai (p= 0,375) dan nilai (OR=
0,490). Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Prabamurti dkk (2008), yang
mengatakan bahwa umur ibu berpengaruh terhadap status kematian neonatal.
Penelitian ini menemukan bahwa paritas yang tidak aman berisiko 3,727 kali untuk
mengalami kematian bayi jika dibandingkan dengan yang paritasnya aman paritas (OR=
3,727). Variabel paritas berpengaruh secara signifikan terhadap kematian bayi. Sejalan
dengan penelitian Anthony et al (2009), yang mengatakan prevalensi ibu yang primipara
berisiko terhadap kematian neonatal sebanyak 31-50% di negara Eropa. Hal yang sama
ditemukan dalam penelitian Sugiharto (2010), yang mengatakan bahwa terdapat perbedaan
yang signifikan antara paritas primigravida dengan paritas grande > 4 terhadap kematian
neonatal.
Penelitian ini menemukan bahwa jarak kelahiran berpengaruh secara signifikan
terhadap kematian bayi dan jarak kelahiran yang tidak aman berisiko 5,200 kali untuk
mengalami kematian bayi jika dibandingkan dengan jarak kelahiran yang aman (OR 5,200).
Pengaturan jarak kelahiran di atas dua tahun akan meningkatkan kesempatan hidup bagi anak
dan ibunya. Hal ini sejalan dengan penelitian Kozuki et al (2013), ibu dengan jarak kelahiran
pendek berisiko tinggi untuk melahirkan bayi yang kecil untuk usia kehamilan, lahir
prematur, kematian neonatal dan kematian bayi. Dan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Kembo (2009), di negara Zimbabwe yang mengatakan bahwa jarak kelahiran mempengaruhi
risiko kematian bayi.
Penelitian ini menemukan BBLR berhubungan dengan angka kesakitan dan kematian
bayi. Bayi dengan berat badan lahir yang rendah berisiko 4,231 kali untuk mengalami
kematian jika dibandingkan dengan bayi dengan berat badan lahir yang normal (OR= 4,231).
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Lykke et al (2010),
mengatakan kelahiran prematur dan berat badan lahir kecil untuk kelahiran berpengaruh kuat
pada kejadian kematian bayi dan penelitian Sovio et al (2012), yang mengatakan ibu yang
menjadi single parent, paritas tinggi dan memiliki bayi dengan berat badan lahir rendah
berhubungan dengan kejadian kematian bayi di Swedia.
Penelitian ini menemukan bahwa pemanfaatan pelayanan ANC berpengaruh secara
signifikan terhadap kematian bayi, dan ibu hamil yang kurang memanfaatkan pelayanan ANC
berisiko mengalami kematian bayai 7,176 kali dibandingkan dengan yang tidak
memanfaatkan pelayanan ANC (OR= 7,176).
Penelitian ini menemukan ibu dengan penolong persalinan non medis berisiko 2,105
kali mengalami kematian bayi dibanding ibu dengan penolong persalinan medis (OR= 2,105).
Akan tetapi, variablel penolong persalinan bukan merupakan faktor risiko kematian bayi di
kecamatan Ujung Tanah. Dalam penelitian ini didapatkan pemanfaatan penolong persalinan
oleh tenaga medis sudah tinggi di kecamatan Ujung Tanah. Hal ini disebabkan adanya
program jaminan persalinan dari pemerintah yang memberikan jaminan persalinan secara
cuma-cuma bagi seluruh ibu hamil di Indonesia. Selain itu adanya program kemitraan bidan
dan dukun yang dicanangkan dinas kesehatan kota Makassar sejak tahun 2012 turut
menunjang pemilihan penolong persalinan oleh tenaga medis. Hal ini tidak sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Titaley (2011), tentang determinan kematian neonatal di
Indonesia yang mengatakan bahwa penolong persalinan berpengaruh terhadap kematian
neonatal. Begitu juga dengan penelitian Mercer (2009), mengatakan bahwa penolong
persalinan yang tidak terlatih berhubungan dengan kematian neonatal di daerah pedesaan
Bangladesh.
Penelitian ini menunjukkan bahwa pengetahuan ibu yang kurang terkait perawatan
kehamilan, persalinan dan perawatan bayi berisiko mengalami kematian bayi 3,800 kali
dibandingkan dengan ibu yang memiliki pengetahuan cukup (OR= 3,800). Variabel
pengetahuan ibu berpengaruh secara signifikan terhadap kejadian kematian bayi. Hal ini
disebabkan latar belakang sosial yakni tingkat pendidikan ibu yang rendah. Beberapa
responden memiliki latar belakang pendidikan yang tidak tamat SMA, selain itu masih
,maraknya budaya menikah usia dini mengakibatkan rendahnya tingkat pengetahuan ibu.
Penelitian ini menunjukkan bahwa di kecamatan Ujung Tanah ditemukan sikap
negatif ibu berisiko 4,397 kali untuk mengalami kematian bayi jika dibandingkan dengan ibu
yang bersikap positif terkait perawatan kehamilan, persalinan dan perawatan bayi (OR=
4,397). Dalam penelitian ditemukan sikap ibu-ibu di Kecamatan ujung Tanah terkait
perawatan kehamilan, persalinan dan perawatan bayi masih kurang. Hal ini disebabkan latar
belakang sosial yakni tingkat pendidikan dan status ekonomi keluarga, yang mempengaruhi
pemilihan sikapnya.
Penelitian ini menemukan bahwa tindakan ibu yang negatif berisiko 4,609 kali untuk
mengalami kematian bayi jika dibandingkan dengan yang memiliki tindakan yang positif.
Variabel tindakan ibu berpengaruh terhadap kejadian kematian bayi di kecamatan Ujung
Tanah. Dalam penelitian ditemukan tindakan ibu-ibu di kecamatan Ujung Tanah terkait
perawatan kehamilan, persalinan dan perawatan bayi masih rendah. Hal ini disebabkan latar
belakang sosial yakni tingkat pendidikan dan status ekonomi keluarga yang rendah. Selain itu
lokasi atau keadaan geografis wilayah kecamatan Ujung Tanah yang sebagian berada di
wilayah kepulauan menyebabkan akses ke pelayanan kesehatan terhambat.

SIMPULAN DAN SARAN


Hasil penelitian menunjukkan bahwa determinan kejadian kematian bayi adalah
tingkat pendidikan ibu, status ekonomi keluarga, paritas, jarak kelahiran, pemanfaatan ANC,
pengetahuan ibu, sikap ibu, dan tindakan ibu. Sedangkan untuk usia ibu dan penolong
persalinan bukan merupakan determinan kejadian kematian bayi. Hasil uji regresi logistic
didapatkan bahwa status ekonomi keluarga merupakan determinan yang paling berisiko
terhadap kejadian kematian bayi di kecamatan Ujung Tanah. Perlunya konseling tentang
pentingnya paritas dan pengaturan jarak kelahiran agar proses kehamilan dan persalinan
dapat berjalan lancar serta mengurangi risiko kematian bayi.
DAFTAR PUSTAKA

Anthony, S., Jacobusse, G. W., van der Pal-de Bruin, K. M., et al., (2009). Do differences in
maternal age, parity and multiple births explain variations in fetal and neonatal
mortality rates in Europe?--Results from the EURO-PERISTAT project. Paediatr
Perinat Epidemiol, 23(4), 292-300. doi: 10.1111/j.1365-3016.2009.01044.x
Arifah, T., & Rofi, A. (2007). Kematian Bayi Menurut Karakteristik Demografi Dan Sosial
Ekonomi Rumah Tangga Di Provinsi Jawa Barat. . KESMAS.
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. (2009). Faktor-faktor yang mempengaruhi
kelangsungan hidup anak. Evaluasi Kinerja Pembangunan. Jakarta.
Bapenas. (2010). Laporan Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium di Indonesia.
Jakarta.
Dinas Kesehatan Kota Makassar. (2012). Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2011.
Makassar: Dinas Kesehatan Kota Makassar.
Djaja, S., Hapsari, D., Sulistyowati, N., & lolong, D. B. (2009). Peran Faktor Sosio-Ekonomi,
Biologi dan Pelayanan Kesehatan Terhadap Kesakitan Dan Kematian Neonatal.
Majalah Kedokteran Indonesia, 59.
Hendarwan, H. (2005). Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Ibu Balita Dalam
Pencarian Pengobatan Pada Kasus-kasus Balita Dengan Gejala Pneumonia Di
Kabupaten Serang. Media Litbang Kesehatan, XV(Nomor 3).
Hussaini, K. S., Ritenour, D., & Coonrod, D. V. (2013). Interpregnancy intervals and the risk
for infant mortality: a case control study of Arizona infants 2003-2007. Matern Child
Health J, 17(4), 646-653. doi: 10.1007/s10995-012-1041-8.
Kembo, J., & Ginneken, J. K. V. (2009). Determinants of infant and child mortality in
Zimbabwe: Results of multivariate hazard analysis. Demoghraphic Research, 367-
384.
Kim, D., & Saada, A. (2013). The social determinants of infant mortality and birth outcomes
in Western developed nations: a cross-country systematic review. Int J Environ Res
Public Health, 10(6), 2296-2335. doi: 10.3390/ijerph10062296
Kozuki, N., Lee, A. C., Silveira, M. F., Sania, A., Vogel, J. P., et al., (2013). The associations
of parity and maternal age with small-for-gestational-age, preterm, and neonatal and
infant mortality: a meta-analysis. BMC Public Health, 13(Suppl 3),
Lykke, J. A., Langhoff-Roos, J., Lockwood, C. J., Triche, E. W., & Paidas, M. J. (2010).
Mortality of mothers from cardiovascular and non-cardiovascular causes following
pregnancy complications in first delivery. Paediatr Perinat Epidemiol, 24(4),
Mercer, A., Haseen, F., Huq, N. L., Uddin, N., Khan, M. H., & Larson, C. P. (2006). Risk
factors for neonatal mortality in rural areas of Bangladesh served by a large NGO
programme. Oxford University Press.
Notoatmodjo. (2012). Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta. Rineka Cipta
Prabamurti, P. N., Purnami, C. T., & Widagdo, L. (2008). Analisis Faktor Resiko Status
Kematian Neonatal. Promosi Kesehatan Indonesia, 3.
Sugiharto, M., & Kusumawati, L. (2010). Analisi perbedaan Antar Paritas Ibu Dengan
Kematian Neonatal. Penelitian Sistem Kesehatan, 13, 321-325.
Sovio, U., Dibden, A., & Koupil, I. (2012). Social determinants of infant mortality in a
historical Swedish cohort. Paediatr Perinat Epidemiol, 26(5), 408-420. doi:
10.1111/j.1365-3016.2012.01302.x
Titaley, C. R., Dibley, M. J., Agho, K., Roberts, C. L., & Hall, J. (2008). Determinants of
Neonatal Mortality in Indonesia. Biomed Central.
WHO, U. (2012). Child Mortality Estimates.
Tabel 1 Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik Umur di Kecamatan Ujung Tanah
Tahun 2014

Kelompok Umur n %

17-25 tahun 15 17,9


26-35 tahun 51 60,7
36-45 tahun 18 21,4
Sumber : Data Primer, 2014

Tabel 2 Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik Pendidikan di Kecamatan Ujung


Tanah Tahun 2014

Pendidikan n %
Tidak tamat SD 3 3,5
Tamat SD 27 32,1
Tamat SMP 16 19,0
Tamat SMA 36 43,1
Sarjana 2 2,3
Sumber : Data Primer, 2014
Tabel 3 Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik Pekerjaan di Kecamatan Ujung
Tanah Tahun 2014

Pekerjaan n %
Suami
Nelayan 26 30,9
Penjual ikan 19 22,7
Buruh harian 14 16,7
Tukang becak 5 5,9
Wiraswasta 13 15,5
Pegawai swasta 4 4,8
Pegawai Negeri Sipil 3 3,5
Istri
IRT 79 94,0
Wiraswasta 5 6,0
Sumber : Data Primer, 2014

Tabel 4 Tabel Hasil Analisis Bivariat

Variabel Independen p OR
Pendidikan 0,043 3,520
Status Ekonomi Keluarga 0,005 5,000
Usia ibu 0,376 0,490
Paritas 0,022 3,727
Jarak Kelahiran 0,005 5,200
Barat Badan lahir 0,021 4,231
Pemanfaatan ANC 0,032 7,176
Penolong persalinan 0,595 2,105
Pengetahuan Ibu 0,023 3,800
Sikap Ibu 0,009 4,397
Tindakan Ibu 0,039 4,609
Sumber : Data Primer, 2014

Anda mungkin juga menyukai