Anda di halaman 1dari 27

__________________________________________________________________

BAB III. PENGUKURAN STATISTIK

A. PENDAHULUAN
Pengukuran statistik dapat dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu yang
disebut dengan Ukuran Gejala Pusat dan kedua, apa yang disebut dengan Ukuran
Gejala Letak.
Ukuran Gejala Pusat (Dalil Limit Sentral) adalah sebagai parameter
atau ukuran keterpusatan data. Ukuran keterpusatan data ini digunakan untuk
mendapatkan gambaran yang lebih jelas dari suatu persoalan yang terhimpun
dalam sekumpulan data. Ukuran ini sering kali dijadikan sebagai wahana
penilaian dalam pengambilan keputusan, sehingga keberadaan ukuran
keterpusatan data tersebut boleh dikatakan sangat berarti dalam rangka melakukan
analisis data, sebab dengan mengetahui ukuran keterpusatan data akan dapat
dihitung dan diketahui bagaimana tingkat penyimpangan data terhadap nilai rata-
ratanya, bagaimana variasi dari data yang kita punyai, seberapa besar ukuran
kemiringan kurvanya jika dituangkan dalam bentuk kurva(grafik) terhadap nilai
rata-ratanya, bagaimana ukuran keruncingan kurva yang menunjukkan kondisi
penyebaran data terhadap nilai rata-ratanya dan banyak lagi.
Dalam kerangka analisis data, selain model tampilan data dalam
bentuk daftar atau diagram, informasi mengenai keterpusatan data tersebut sangat
diperlukan. Hal ini lebih disebabkan karena ukuran tersebut dapat dikatakan
sebagai besaran (nilai) yang dapat mewakili terhadap kumpulan datanya, seperti
nilai rata-rata hitung, rata-rata ukur, rata-rata harmonis dan modus. Maka
sejalan dengan hal tersebut di atas, dalil limit sentral adalah merupakan salah satu
topik bahasan yang penting untuk diketahui dan dimengerti secara baik dan benar.

Ukuran Gejala Letak dimaksudkan sebagai besaran atau ukuran untuk


mendapatkan gambaran yang lebih jelas berdasarkan letak data dari sekumpulan
data yang dipunyai. Ukuran ini sangat berarti dalam rangka melakukan analisis
data, sebab dengan mengetahui ukuran keterpusatan data yang didasarkan pada
letaknya, akan dapat dihitung dan diketahui bagaimana menghitung nilai rata-
ratanya jika dilihat dari letak data, melakukan perhitungan nilai rata-ratanya pada
saat melakukan analisis dari daftar distribusi frekuensi yang bersifat terbuka, baik
terbuka di atas, terbuka di bawah maupun terbuka keduanya, mengukur dan
_______________________________________________________________ 49
Bab 3 Pengukuran Statistik
__________________________________________________________________

menganalisis tingkat penyimpangan data terhadap nilai rata-ratanya pada daftar


distribusi frekuensi yang bersifat terbuka, baik terbuka di atas, terbuka di bawah
maupun terbuka keduanya, mengukur dan menganalisis data yang bersifat
kualitatif (khususnya untuk data nominal dan data ordinal), ukuran kemiringan
kurva dilihat dari ukuran letak data dan sebagainya.
Adapun yang termasuk pada usuran gejala letak antara lain adalah :
Median, Kuartil, Desil dan Persentil.

B. UKURAN GEJALA PUSAT


1. RATA-RATA HITUNG = Mean
a. Rata-rata Hitung untuk data yang belum dikelompokkan (data yang
tidak tersusun)
Rumus 1 :
n

__ X i __ X 1  X 2  ...  X n
X  i 1
atau X
n n

Keterangan :
∑ Xi = jumlah nilai data keseluruhan
Xn = nilai data ke n
n = jumlah data
CONTOH 2 :
Dari 10 orang mahasiswa yang mengikuti ujian Statistika I , seperti tampak
pada TABEL III(1). Selanjutnya dari data tersebut tentukan nilai rata-rata
hitungnya
TABEL III (1)
NILAI UJIAN STATISTIKA
No Nama Nilai
1 Irene 40
2 Astuti 85
3 Hendrik 35
4 Tuti 75
5 Agus 70
6 Sholeh 80
7 Bagus 65
8 Darmawan 50
9 Katrin 90
10 Lauren 45
Jumlah 635
Sumber : Data Fiktif

_______________________________________________________________ 50
Bab 3 Pengukuran Statistik
__________________________________________________________________

Jawab :
n

__ X i __ X 1  X 2  ...  X n
X  i 1
atau X
n n

40  85  35  ...  45 635
   63,5
10 10

Jadi : Rata-rata nilai statistik dari 10 mahasiswa adalah 63,5

CONTOH 3 :
Ada 3 orang mempunyai upah Rp. 8.000,- ; Rp. 9.500,- dan Rp. 20.000,-
setiap harinya. Berapa upah mereka setiap harinya ?
Jawab:
n

__ X i
8.000  9.500  20.000 37.500
X  i 1
   12.500
n 3 3
Jadi : Rata-rata upah yang diterima oleh 3 orang sebesar Rp. 12.500,- per
harinya.
b. Rata-rata Hitung untuk data yang sudah dikelompokkan (data yang
tersusun)
(1). Cara Panjang
k

__ fm i i
Rumus 2 : X  i 1
k

f i 1
i

CONTOH 4 :

Di bawah ini disajikan kembali tabel II (1). Kemudian hitunglah


berapakah rata-rata hitungnya, kemudian interpretasikan !
TABEL II (1)
DISTRIBUSI FREKUENSI BESAR TABUNGAN
UNTUK 80 PENABUNG PADA BPR "X"
TAHUN 20ZZ
Besar Tabungan Frekuensi
35 - 44 3
45 - 54 3
55 - 64 8
65 - 74 23
75 - 84 20
85 - 94 19
95 - 104 4
Jumlah 80
_______________________________________________________________ 51
Bab 3 Pengukuran Statistik
__________________________________________________________________

Jawab :
Perhatikan rumus 2 diatas. Selain frekuensi, harus dicari titik tengah
masing-masing kelas. Secari lengkap buatlah tabel penolong seperti
tampak pada tabel dibawah ini :

TABEL III (2)


PERHITUNGAN RATA-RATA HITUNG
BESAR TABUNGAN DARI 80 PENABUNG
Besar Tabungan fi mi mi fi
35 - 44 3 39.5 118.5
45 - 54 3 49.5 148.5
55 - 64 8 59.5 476
65 - 74 23 69.5 1598.5
75 - 84 20 79.5 1590
85 - 94 19 89.5 1700.5
95 - 104 4 99.5 398
Jumlah 80 6030

__ fm i i
6.030
X  i 1
k
  75,38  Rp.75.380,
f
80
i
i 1

Jadi : dari 80 orang penabung, setiap orang menabung rata-rata


sebesar Rp. 75.380,-

(2). Cara Pendek


Menggunakan skala Ci atau skala µi, , dengan rumus 3 sebagai berikut :
Rumus 3 :
k

__ fC i i
X  X0  P i 1
k

f
i 1
i

dimana : X0 = titik tengah kelas dimana Ci = 0


P = interval kelas = i
fi = frekuensi kelas
Ci = µi = skala Ci atau skala µi dimana posisi C = 0
diletakkan pada distribusi frekuensi untuk (kelasnya)
dinilai paling besar

_______________________________________________________________ 52
Bab 3 Pengukuran Statistik
__________________________________________________________________

CONTOH 5 :
Dengan tetap menggunakan contoh 4 carilah berapa rata-rata hitungnya
dengan cara pendek ! Interpretasikan hasilnya !
Jawab : Buatlah tabel penolong seperti dibawah ini :

TABEL III (3)


PERHITUNGAN RATA-RATA HITUNG DENGAN CARA PENDEK
BESAR TABUNGAN DARI 80 PENABUNG
Besar Tabungan fi Penyimpangan Titik tengah fi Ci
Ci mi
35 - 44 3 -3 -9
45 - 54 3 -2 -6
55 - 64 8 -1 -8
65 - 74 23 0 69.5 0
75 - 84 20 1 20
85 - 94 19 2 38
95 - 104 4 3 12
Jumlah 80 47

__ fC i i
47
X  X0  P i 1
k
 69,5  10  69,5  5,88  75,38
f
80
i
i 1

Jadi : dari 80 orang penabung, setiap orang menabung rata-rata


sebesar Rp. 75.380,-

Menempatkan skala dasar dimana Ci = 0 boleh di-interval mana


saja karena hasilnya akan sama.
Perolehan nilai rata-rata dengan menggunakan cara panjang harus
sama dengan perolehan nilai rata-rata dengan cara pendek.

2. RATA-RATA UKUR
Rata-rata ukur adalah merupakan besaran atau nilai yang menunjukkan
keterpusatan data. Penggunaan nilai rata-rata ukur ini biasanya digunakan
pada kesimpulan data yang mempunyai sifat berurutan tetap atau hampir tetap
dan cocok juga bagi sekumpulan data yang bersifat kelipatan tetap atau
hampir tetap. Dalam hal menentukan nilai rata-rata ukur digunakan rumus
sebagai berikut :

_______________________________________________________________ 53
Bab 3 Pengukuran Statistik
__________________________________________________________________

a. Rata-rata Ukur untuk data yang belum dikelompokkan (data yang


tidak tersusun)
Rumus 4 :
U  n X 1 . X 2 ... X n

Model diatas dapat dituliskan sebagai berikut :


U = ( X1. X2 . ... . Xn) 1/n
Log U = log ( X1. X2 . ... . Xn) 1/n

1
log U  (log X 1  log X 2  ...  log X n )
n

CONTOH 6 :

Data sama dengan CONTOH 2 Hitunglah berapa rata-rata ukurnya !

TABEL III (1)


NILAI UJIAN STATISTIKA
No Nama Uang saku
1 Irene 45
2 Astuti 35
3 Hendrik 35
4 Tuti 75
5 Agus 70
6 Sholeh 80
7 Bagus 65
8 Darmawan 50
9 Katrin 90
10 Lauren 45
Jumlah 590
Sumber : Data Fiktif

Jawab :
U  10 40  85  35  ...  45  (40.85.35.75.70.80.65.50.90.45)10
1
LogU  log( 40.85.35.75.70.80.65.50.90.45)
10

log 40  log 85  log 35  ...  log 45



10

_______________________________________________________________ 54
Bab 3 Pengukuran Statistik
__________________________________________________________________

1,60206  1,929419  1,544068  1,875061  ...  1,653213



10

17,81813

10

log U  1,781813

Anti log : U = 60,50802811=60,51

Jadi : Rata-rata ukur dari nilai statistika 10 mahasiswa adalah sebesar


60,51

b. Rata-rata Ukur untuk data yang sudah dikelompokkan (data yang


tersusun)
Rumus 5 :
k

f i log mi
LogU  i 1
k
dimana : fi = frekuensi kelas ke i
f
i 1
i

mi = titik tengah kelas ke i

CONTOH 7 :
Dengan tetap menggunakan CONTOH 4, hitunglah berapa rata-rata
ukurnya ! Interpretasikan hasilnya !
Jawab : Buatlah tabel penolong seperti dibawah ini :

TABEL III (4)


PERHITUNGAN RATA-RATA UKUR UNTUK DATA TERSUSUN
BESAR TABUNGAN DARI 80 PENABUNG
Besar Tabungan Frekuensi Titik tengah Log mi fi . Log mi
( fi ) ( mi )
35 - 44 3 39.5 1.5965971 4.789791287
45 - 54 3 49.5 1.6946052 5.083815597
55 - 64 8 59.5 1.77451697 14.19613573
65 - 74 23 69.5 1.8419848 42.36565051
75 - 84 20 79.5 1.90036713 38.00734257
85 - 94 19 89.5 1.95182304 37.08463767
95 - 104 4 99.5 1.99782308 7.991292323
Jumlah 80 149.5186657

_______________________________________________________________ 55
Bab 3 Pengukuran Statistik
__________________________________________________________________

f i log mi
149,518666
LogU  i 1
k
  1,868983325
f
80
i
i 1

Anti log : U = 73,9576878 = 74 = Rp 74.000,-

2.1. PENGUKURAN SUATU PERTUMBUHAN


Perhitungan nilai rata-rata dari data yang bersifat tumbuh,
seperti perkembangan modal usaha selama kurun waktu tertentu,
perkembangan jumlah penduduk selama periode tertentu dan lainnya,
dapat dihitung dengan menggunakan model prakiraan seperti berikut :
Rumus 6 :

t
 __

 X 
Pt  P0  1 
 100 
 

dimana : Pt = data akhir

P0 = data awal
_
X = rata-rata

t = selang waktu

CONTOH 8 :

Pertumbuhan penduduk Indonesia pada akhir tahun 1976


adalah 60 juta jiwa, dan pada akhir tahun 2007 sebanyak 212 juta jiwa.
Berapa persenkah rata-rata pertumbuhan penduduk Indonesia setiap
tahunnya ?
Jawab :

t
 __

 X 
Pt  P0  1 
 100 
 

_______________________________________________________________ 56
Bab 3 Pengukuran Statistik
__________________________________________________________________

31
 __

 X 
212  601 
 100 
 
__
X
log 212  log 60  31log 1 
100

__
X
log 212  log 60  31log 1 
100

__
X
2,326336  1,778151  31log 1 
100

__
X
0,548185 = 31log 1 
100

__
X
0,017683  log 1 
100
__
X
1  1,041556899
100
__
X  (1,0416  1)100

__
X  4,16%

3. RATA-RATA HARMONIS (H)


a. Rata-rata Harmonis untuk data yang belum dikelompokkan (data
yang tidak tersusun)

n n
Rumus 7 : H n

1 1 1 1
X
i 1

X1 X 2
 ... 
Xn
i

CONTOH 9 :

Data sama dengan CONTOH 2 mengenai nilai statistika. Hitunglah


berapa rata-rata harmonisnya !

_______________________________________________________________ 57
Bab 3 Pengukuran Statistik
__________________________________________________________________

Jawab :
10 10
H   57,41
1 1 1 1 0,174173
   ... 
40 85 35 45

H = 57,41
Jadi : Rata-rata Harmonis nilai statistika dari 10 orang adalah 57,41

Dari ketiga nilai rata-rata, baik rata-rata hitung, rata-rata ukur dan rata-rata
harmonis, dapat disimpulkan bahwa hubungan nilainya adalah :
_
Nilai rata-rata hitung dari nilai statistika ( X ) = 63,5
Nilai rata-rata ukur dari nilai statistika ( U ) = 60,51 dan
Nilai rata-rata harmonis dari nilai statistika ( H ) = 57,41
_
Secara matematis hubungan diatas dapat dinyatakan bahwa H ≤ U ≤ X

b. Rata-rata Harmonis untuk data yang sudah dikelompokkan (data


yang tersusun)
Rumus 8 :
k

f i
H i 1
k
fi
m
i 1 i

CONTOH 10 :

Dengan tetap menggunakan CONTOH 4, hitunglah berapa rata-rata


harmonisnya ! Interpretasikan hasilnya !
TABEL III (5)
PERHITUNGAN RATA-RATA HARMONIS
BESAR TABUNGAN DARI 80 PENABUNG
Besar Tabungan fi mi fi / mi
35 - 44 3 39.5 0.08
45 - 54 3 49.5 0.06
55 - 64 8 59.5 0.13
65 - 74 23 69.5 0.33
75 - 84 20 79.5 0.25
85 - 94 19 89.5 0.21
95 - 104 4 99.5 0.04
Jumlah 80 1.10
_______________________________________________________________ 58
Bab 3 Pengukuran Statistik
__________________________________________________________________

f i
80
H i 1
k
  72,73  Rp .72.730,
fi
m
1,10
i 1 i

Nilai rata-rata hitung besar tabungan dari 80 penabung = Rp. 75.380,-


Nilai rata-rata ukur besar tabungan dari 80 penabung = Rp74.000,- dan
Nilai rata-rata harmonis besar tabungan dari 80 penabung = Rp. 72.380,-
_
Secara matematis hubungan diatas dapat dinyatakan bahwa H ≤ U ≤ X

4. MODUS
Yang dimaksud dengan Modus yaitu suatu besaran (ukuran) untuk
menyatakan keterpusatan data di dalam statistika yang didasarkan pada
frekuensi paling sering munculnya data, atau pada frekuensi yang paling besar.
Nilai modus bisa lebih dari 1 (satu), misalnya 2 (dua) atau mungkin
saja lebih dari dua. Bila hanya terdapat satu modus maka disebut unimodal.
Bila terdapat dua modus dalam sekumpulan data disebut bimodal, dan bila
lebih dari dua modus maka kumpulan data tersebut dikatakan mempunyai
multimodal.

a. Modus untuk data yang belum dikelompokkan (data yang tidak


tersusun)

CONTOH 11 :
(1). Misal kumpulan dari angka-angka : 12, 24, 23, 12, 31 dan 42, maka
modusnya adalah 12. Disebut unimodal
(2). Misal kumpulan dari angka-angka : 12, 24, 23, 12, 31, 31, dan 42,
maka modusnya adalah 12 dan 31. Disebut bimodal
(3). Misal kumpulan dari angka-angka : 12, 24, 23, 12, 31, 31, 24, 23 dan
42, maka modusnya adalah 12, 23, 24 dan 31. Disebut multimodal.

_______________________________________________________________ 59
Bab 3 Pengukuran Statistik
__________________________________________________________________

b. Modus untuk data yang sudah dikelompokkan (data yang tersusun)


Rumus 9 :

 b1 
M 0  b  p 
 b1  b 2 

dimana :

b = batas bawah kelas modus, kelas interval dengan frekuensi


terbanyak
b1 = frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi kelas interval dengan
tanda kelas yang lebih kecil sebelum tanda kelas modus
b2 = frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi kelas interval dengan
tanda kelas yang lebih besar sesudah tanda kelas modus
p = panjang kelas interval = interval kelas ( i )

CONTOH 12 :
Dengan tetap menggunakan CONTOH 4, hitunglah berapa modusnya !
Interpretasikan hasilnya !
Jawab : Buatlah tabel penolong seperti dibawah ini :

TABEL III (6)


PERHITUNGAN MODUS
BESAR TABUNGAN DARI 80 PENABUNG
Besar Tabungan Frekuensi
( fi )
35 - 44 3
45 - 54 3
55 - 64 8
65 - 74 23 Kelas modus
75 - 84 20
85 - 94 19
95 - 104 4
Jumlah 80

b = 65
p = 10
b1 = 23 – 8 = 15
b2 = 23 – 20 = 3
_______________________________________________________________ 60
Bab 3 Pengukuran Statistik
__________________________________________________________________

 b1 
M 0  b  p 
 b1  b 2 
 15 
 65  10 
 15  3 
 65  8,33  73,33
Jadi : Modus = Rp 73.330,- artinya dari 80 penabung, kebanyakan
penabung menabung sejumlah Rp. 73.330,-

c. Perlakuan terhadap daftar distribusi frekuensi yang mempunyai


multimodal berurutan
Dalam suatu daftar distribusi frekuensi biasanya antar kelas
interval satu dengan kelas interval lainnya mempunyai panjang kelas
(interval kelas) yang sama. Namun demikian perbedaan panjang kelas
dalam suatu daftar distribusi frekuensi dimungkinkan dapat terjadi. Hal ini
lebih disebabkan karena kondisi data (dari sekumpulan data mempunyai
modus lebih dari dua atau dikatakan mempunyai multimodal). Keadaan ini
akan sangat menyulitkan pada saat melakukan analisis datanya, baik dalam
menentukan nilai modus yang sebenarnya (karena akan ada salah satu
modus yang bernilai infinite atau tidak didefinisikan) maupun dalam
menentukan ukuran-ukuran lainnya.

Selanjutnya untuk menentukan nilai modus dari suatu daftar


yang mempunyai multimodal, dilakukan cara :
(1). Gabungkan interval kelas – interval kelas yang memiliki frekuensi
tertinggi dimaksud, sehingga frekuensi tertinggi hanya ada pada satu
interval kelas saja, hal ini dimaksudkan sebagai upaya untuk
menghindari adanya multimodal (modus lebih dari dua), sehingga
akan berakibat terjadinya nilai modus yang infinite
(2). Carilah nilai modusnya dari interval kelas yang mempunyai
frekuensi yang tertinggi (hasil penggabungan frekuensi)
(3). Sebagai akibat dari penggabungan frekuensi di atas, konsekuensi
logisnya akan terjadi perubahan terhadap panjang kelas salah satu
interval kelasnya.

_______________________________________________________________ 61
Bab 3 Pengukuran Statistik
__________________________________________________________________

CONTOH 13 : CONTOH KASUS


Jika diketahui data pendapatan 100 orang masyarakat desa ”KU” sebagai
berikut :

Tentukan nilai modusnya !

Jawab :

TABEL III (7)


DISTRIBUSI FREKUENSI
PENDAPATAN 100 ORANG DI DESA "KU"
Pendapatan Jumlah orang
(juta Rp) ( fi )
25 - 33 7
34 - 42 12
43 - 51 12
52 - 60 16
61 - 69 16
70 - 78 16
79 - 87 13
88 - 96 4
97 - 105 4
Jumlah 100

Dari tabel III (7) terlihat bahwa daftar tersebut mempunyai 3 (tiga)
buah modus yaitu pada interval kelas ke- 4, interval kelas ke-5 dan interval
kelas ke-6 dengan nilai frekuensi masing-masing 16.

_______________________________________________________________ 62
Bab 3 Pengukuran Statistik
__________________________________________________________________

Gabungkan interval kelas yang mempunyai frekuensi tertinggi dengan


interval kelas lainnya, seperti tampak pada tabel III (8) ini :
TABEL III (8)
DISTRIBUSI FREKUENSI
PENDAPATAN 100 ORANG DI DESA "KU"
Pendapatan Jumlah orang
(Juta Rp) ( fi )
25 - 33 7
34 - 42 12
43 - 51 12
52 - 78 48
79 - 87 13
88 - 96 4
97 - 105 4
Jumlah 100

Sebagai akibat dari penggabungan tersebut akan terjadi perbedaan


panjang kelas antara interval kelas dengan frekuensi tertinggi dan lainnya,
dengan demikian panjang kelaspun akan berubah pada kelas modusnya,
sebagai berikut :
b = 52
p = 9
b1 = 48 – 12 = 36
b2 = 48 – 13 = 35
 b1 
M 0  b  p 
 b1  b 2 
36
 52  9
36  35
 52  4,56  56,56
Jadi : Dari 100 orang masyarakat Desa”KU”, paling banyak
masyarakatnya mempunyai pendapatan Rp.56.560.000,-

C. UKURAN GEJALA LETAK


1. MEDIAN
Yang dimaksud dengan median adalah nilai tengah, dengan pengertian
bahwa dari sekelompok data dibagi menjadi dua bagian yang sama dan
pembaginya disebut sebagai median.
_______________________________________________________________ 63
Bab 3 Pengukuran Statistik
__________________________________________________________________

a. Median untuk data yang belum dikelompokkan (data yang tidak


tersusun)
Dalam hal menentukan nilai median dari data yang belum dikelompokkan,
langkah pertama yang harus diperhatikan adalah melakukan penyusunan
data berdasarkan urutan data dimulai dari data yang terkecil sampai data
terbesar, atau sebaliknya. Lalu tentukan nilai mediannya sesuai dengan
jumlah datanya (ganjil atau genap).
Untuk sekumpulan data yang berjumlah ganjil, maka nilai
mediannya adalah merupakan data yang paling tengah
Untuk sekumpulan data yang berjumlah genap, maka nilai
mediannya adalah merupakan jumlah dua data tengah dibagi 2 (dua).

CONTOH 14 :

1. Untuk data ganjil


8, 12, 5, 3, 16, 7, 2, 3, 8 diurutkan menjadi : 2, 3, 3, 5, 7, 8, 8, 12 ,16
Median = Me = 7
2. untuk data genap
8, 12, 5, 3, 16, 7, 2, 3, 8, 17
diurutkan menjadi : 2, 3, 3, 5, 7, 8, 8, 12 ,16,17
7+8
Median = Me = = 7,5
2

b. Median untuk data yang sudah dikelompokkan (data yang tersusun)


Rumus 10 :
n
F
Median  M e  b  p 2
f

dimana :
b = tepi kelas bawah dimana median terdapat
p = panjang kelas = interval kelas = i
n = jumlah data = jumlah frekuensi kelas
F = frekuensi kumulatif sebelum kelas median
f = frekuensi kelas median

_______________________________________________________________ 64
Bab 3 Pengukuran Statistik
__________________________________________________________________

CONTOH 15 :
Dengan tetap menggunakan CONTOH 4, hitunglah berapa mediannya !
Interpretasikan hasilnya !
Jawab : Buatlah tabel penolong seperti dibawah ini :

TABEL III (9)


PERHITUNGAN MENCARI MEDIAN
BESAR TABUNGAN DARI 80 PENABUNG
Besar Tabungan Frekuensi Frekuensi Kumulatif
(Ribuan Rp) (orang) (orang)
35 - 44 3 3
45 -54 3 6
55 - 64 8 14
65 - 74 23 37
75 - 84 20 57
Me
85 - 94 19 76
95 - 104 4 80
Jumlah 80

n  1 80  1
Median terletak pada data ke =   40,5
2 2
n
F
Median  M e  b  p 2
f
80
 37
 74,5  10 2
20

 74,5  10(0,15)

 74,5  1,5  76

Jadi : Median = Rp 76.000,- artinya 50 % dari 80 penabung, menabung


lebih kecil atau sama dengan Rp. 76.000,- sedangkan 50% penabung
sisanya akan menabung lebih besar dari Rp. 76.000,-
ATAU :
Median = Rp. 76.000,- artinya bahwa 40 orang akan menabung lebih kecil
atau sama dengan Rp. 76.000,- sedangkan 40 orang lainnya menabung
lebih banyak dari Rp. 76.000,-

_______________________________________________________________ 65
Bab 3 Pengukuran Statistik
__________________________________________________________________

50% n 50% n
Rp.76.000,-

2. KUARTIL
Nilai Kuartil adalah merupakan nilai dari sekumpulan data yang dibagi
menjadi empat bagian yang sama, dan yang membagi data tersebut dinamakan
kuartil.
Ada tiga buah kuartil yaitu K1, K2, dan K3. Untuk menentukan nilai-
nilai kuartil tersebut dibagi kategori, yaitu nilai-nilai kuartil untuk data yang
belum dikelompokkan ke dalam daftar distribusi frekuensi dan nilai-nilai
kuartil yang sudah dikelompokkan ke dalam daftar distribusi frekuensi.
a. Nilai Kuartil untuk data yang belum dikelompokkan (data yang tidak
tersusun)
1). Susun data berdasarkan urutan data, dimulai dari yang terkecil sampai
terbesar, atau sebaliknya dari yang terbesar sampai terkecil
i ( n  1)
2). Tentukan letak dari kuartil yang diminta : Ki 
4
3). Tentukan nilai dari kuartil yang diminta tersebut.

CONTOH 16 :
Jika diketahui kelompok data berikut : 8, 12, 5, 3, 16, 7, 2, 3, 8 .
Tentukan K1, K2 dan K3 , kemudian interpretasikan !
Jawab :

8, 12, 5, 3, 16, 7, 2, 3, 8 diurutkan menjadi : 2, 3, 3, 5, 7, 8, 8, 12 ,16

1(9  1)
(a). Kuartil satu (K1) terletak pada data ke  2,5
4
Jadi : K1 = 3 + 0,5 (3 – 3 ) = 3
2(9  1)
(b). Kuartil dua (K2) = Median terletak pada data ke 5
4
Jadi : K2 = 7

_______________________________________________________________ 66
Bab 3 Pengukuran Statistik
__________________________________________________________________

3(9  1)
(c). Kuartil tiga (K3) terletak pada data ke  7,5
4
Jadi : K3 = 8 + 0,5 (12 – 8 ) = 8 + 2 = 10

b. Nilai Kuartil untuk data yang sudah dikelompokkan (data yang


tersusun)
Menentukan nilai kuartil untuk data yang sudah dikelompokkan ke dalam
daftar distribusi frekuensi, dirumuskan sebagai berikut :
Rumus 11 :
in
F
Ki  b  p 4
f
dimana :

Ki = kuartil ke i = kuartil ke 1, 2, dan 3

b = tepi kelas bawah interval yang mengandung kuartil

P = Panjang kelas interval = interval kelas = i

F = frekuensi kumulatif sebelum kelas kuartil

f = frekuensi kelas kuartil

CONTOH 17 :

Dengan tetap menggunakan CONTOH 4, hitunglah berapa K1, K2 dan


K3. Interpretasikan hasilnya !
Jawab : Buatlah tabel penolong seperti dibawah ini :

TABEL III (10)


PERHITUNGAN KUARTIL
BESAR TABUNGAN DARI 80 PENABUNG
Besar Tabungan Frekuensi Frekuensi Kumulatif
(ribuan Rp) (orang) (orang)
35 - 44 3 3
45 - 54 3 6
K1 55 - 64 8 14
65 - 74 23 37
K2 75 - 84 20 57
85 - 94 19 76
95 - 104 4 80
Jumlah 80

_______________________________________________________________ 67
Bab 3 Pengukuran Statistik
__________________________________________________________________

1(80  1)
K1 terletak pada data ke  20,25
4
in
F
Ki  b  p 4
f

1(80)
 14
 64,5  10 4
23

6
 64,5  10
23

 64,5  2,61  67,11

Jadi : Kuartil Satu = Rp. 67.110,- artinya 25% dari 80 penabung (20 orang)
menabung uangnya lebih kecil atau sama dengan Rp.67.110,- dan 75%
sisanya (60 orang) menabung uangnya sejumlah lebih besar dari Rp.
67.110,-

2(80  1)
K2 terletak pada data ke  40,50
4

2(80)
 37
K 2  74,5  10 4
20
3
 74,5  10
20
 74,5  1,5  76

Jadi : Kuartil Dua = Rp. 76.000,- artinya 50% dari 80 penabung (40 orang)
menabung uangnya lebih kecil atau sama dengan Rp.76.000,- dan 50%
sisanya (40 orang) menabung uangnya sejumlah lebih besar dari Rp.
76.000,-

_______________________________________________________________ 68
Bab 3 Pengukuran Statistik
__________________________________________________________________

K3 terletak pada data ke

3(80)
 57
K 3  84,5  10 4
19
3
 84,5  10
19

 84,5  1,58  86,08

Jadi : Kuartil Tiga = Rp. 86.080,- artinya 75% dari 80 penabung (60 orang)
menabung uangnya lebih kecil atau sama dengan Rp.86.080,- dan 25%
sisanya (20 orang) menabung uangnya sejumlah lebih besar dari Rp.
86.080,-

3. DESIL

Pengertian dari desil, yaitu nilai dari sekumpulan data yang dibagi
menjadi sepuluh bagian yang sama, dan yang membagi data tersebut
dinamakan desil.
Ada sembilan buah desil, yaitu D1, D2, D3, ..., D9.
a. Nilai Desil untuk data yang belum dikelompokkan (data yang tidak
tersusun)
1). Susun data berdasarkan urutan data, dimulai dari yang terkecil sampai
terbesar, atau sebaliknya dari yang terbesar sampai terkecil

i ( n  1)
2). Tentukan letak dari desil yang diminta : Di 
10

3). Tentukan nilai dari desil yang diminta tersebut.

CONTOH 18 :
Jika diketahui kelompok data berikut : 8, 12, 5, 3, 16, 7, 3, 8 .
Tentukan D3, D6 dan D8.
Jawab :

8, 12, 5, 3, 16, 7, 3, 8 diurutkan menjadi : 3, 3, 5, 7, 8, 8, 12 ,16

_______________________________________________________________ 69
Bab 3 Pengukuran Statistik
__________________________________________________________________

3(8  1)
(a). Desil tiga (D3) terletak pada data ke  2,7
10

Jadi : D3 = 3 + 0,7 (5 – 3 ) = 3 + 1,4 = 4,4

6(8  1)
(b). Desil enam (D6) terletak pada data ke  5,4
10
Jadi : D6 = 8 + 0,4 ( 8 – 8 ) = 8

8(8  1)
(c).Desil delapan (D8) terletak pada data ke  7,2
10
Jadi : D8 = 12 + 0,2 (16 – 12) = 12 + 0,8 = 12,8

Bila digambarkan maka letak D3 , D6 dan D8 tampak dibawah ini :

3 3 5 7 8 8 12 16

D3 D6 D8

b. Nilai Desil untuk data yang sudah dikelompokkan (data yang


tersusun)
Menentukan nilai desil untuk data yang sudah dikelompokkan ke dalam
daftar distribusi frekuensi, dirumuskan sebagai berikut :
Rumus 12 :
in
F
Di  b  P 10
f
dimana :

Di = desil ke i = desil ke 1, 2, 3, ... , 9

b = tepi kelas bawah interval yang mengandung desil

P = Panjang kelas interval = interval kelas = i

F = frekuensi kumulatif sebelum kelas desil

f = frekuensi kelas desil

_______________________________________________________________ 70
Bab 3 Pengukuran Statistik
__________________________________________________________________

CONTOH 19 :

Dengan tetap menggunakan CONTOH 4, hitunglah berapa D1, D7 dan D9.


Interpretasikan hasilnya !
Jawab : Buatlah tabel penolong seperti dibawah ini :

TABEL III (11)


PERHITUNGAN DESIL
BESAR TABUNGAN DARI 80 PENABUNG
Besar Tabungan Frekuensi Frekuensi Kumulatif
(ribuan Rp) (orang) (orang)
35 - 44 3 3
D1 45 - 54 3 6
55 - 64 8 14
65 - 74 23 37
D7 75 - 84 20 57
D9 85 - 94 19 76
95 - 104 4 80
Jumlah 80

1(80  1)
D1 terletak pada data ke  8,1
10
1(80)
6
D1  54,4  10 10
8
2
 54,5  10
8

 54,4  2,5  57

Jadi : Desil Satu = Rp. 57.000,- artinya 10% dari 80 penabung (8 orang)
menabung uangnya lebih kecil atau sama dengan Rp.57.000,- dan 90%
sisanya (72 orang) menabung uangnya sejumlah lebih besar dari Rp.
57.000,-
7(80  1)
D7 terletak pada data ke  56,7
10
7(80)
 37
D7  74,5  10 10
20
19
 74,5  10
20
 74,5  9,5  84

_______________________________________________________________ 71
Bab 3 Pengukuran Statistik
__________________________________________________________________

Jadi : Desil tujuh = Rp. 84.000,- artinya 70% dari 80 penabung (56 orang)
menabung uangnya lebih kecil atau sama dengan Rp.84.000,- dan 30%
sisanya (24 orang) menabung uangnya sejumlah lebih besar dari Rp.
84.000,-

9(80  1)
D9 terletak pada data ke  72,9
10

9(80)
 57
D9  84,5  10 10
19
15
 84,5  10
19

 84,5  7,89  92,39

Jadi : Desil sembilan = Rp. 92.390,- artinya 90% dari 80 penabung (72
orang) menabung uangnya lebih kecil atau sama dengan Rp.92.390,- dan
10% sisanya (8 orang) menabung uangnya sejumlah lebih besar dari Rp.
92.390,-

4. PERSENTIL

Pengertian nilai persentil, yaitu nilai dari sekumpulan data yang dibagi
menjadi 100 (seratus) bagian yang sama, dan yang membagi data tersebut
dinamakan persentil.
Adapun banyaknya nilai persentil ada sembilan puluh sembilan buah,
yaitu P1, P2, ... , P99
a. Nilai Persentil untuk data yang belum dikelompokkan (data yang
tidak tersusun)
1). Susun data berdasarkan urutan data, dimulai dari yang terkecil sampai
terbesar, atau sebaliknya dari yang terbesar sampai terkecil
i (n  1)
2). Tentukan letak dari persentil yang diminta : Pi 
100

3). Tentukan nilai dari persentil yang diminta tersebut.

CONTOH 20 :

_______________________________________________________________ 72
Bab 3 Pengukuran Statistik
__________________________________________________________________

Jika diketahui kelompok data berikut : 8, 12, 5, 3, 16, 7, 3, 8, 2, 2, 15, 17,


3, 5, 8, 6, 5, 4, 4, 12
Tentukan P5, P66 dan P89.
Jawab :

8, 12, 5, 3, 16, 7, 3, 8, 2, 2, 15, 17, 3, 5, 8, 6, 5, 4, 4, 12


diurutkan menjadi : 2, 2, 3, 3, 3, 4, 4, 5, 5, 5, 6, 7, 8, 8, 8, 12, 12, 15, 16, 17

5(20  1)
(a). Persentil lima (P5) terletak pada data ke  1,05
100
Jadi : P5 = 2 + 0,05 (2 – 2 ) = 2

66(20  1)
(b). P66 terletak pada data ke  13,86
100
Jadi : P66 = 8 + 0,86 ( 8 – 8 ) = 8

89(20  1)
(c).P89 terletak pada data ke  18,69
100
Jadi : P89 = 15 + 0,69 (16 – 15) = 15,69

Bila digambarkan maka letak P5 , P66 dan P89 tampak dibawah ini :

2 2 3 3 3 4 4 5 5 5 6 7 8 8 8 12 12 15 16 17

P5 P66 P89

b. Nilai Persentil untuk data yang sudah dikelompokkan (data yang


tersusun)
Menentukan nilai desil untuk data yang sudah dikelompokkan ke dalam
daftar distribusi frekuensi, dirumuskan sebagai berikut :
Rumus 13 :
in
F
Pi  b  P 100
f
dimana :

Pi = persentil ke i = persentil ke 1, 2, 3, ... , 99

b = tepi kelas bawah interval yang mengandung persentil


_______________________________________________________________ 73
Bab 3 Pengukuran Statistik
__________________________________________________________________

P = Panjang kelas interval = interval kelas = i

F = frekuensi kumulatif sebelum kelas persentil

f = frekuensi kelas persentil

CONTOH 21 :

Dengan tetap menggunakan CONTOH 4, hitunglah berapa P7, P27 dan P91.
Interpretasikan hasilnya !
Jawab : Buatlah tabel penolong seperti dibawah ini :

TABEL III (12)


PERHITUNGAN PERSENTIL
BESAR TABUNGAN DARI 80 PENABUNG
Besar Tabungan Frekuensi Frekuensi Kumulatif
(ribuan Rp) (orang) (orang)
35 - 44 3 3
45 - 54 3 6
55 - 64 8 14
65 - 74 23 37
75 - 84 20 57
85 - 94 19 76
95 - 104 4 80
Jumlah 80

7(80  1)
P7 terletak pada data ke  5,67
100
7(80)
3
P7  44,5  10 100
3
2,6
 44,5  10
3
 44,5  8,67  53,17

Jadi : Persentil tujuh = Rp. 53.170,- artinya 7% dari 80 penabung (6 orang)


menabung uangnya lebih kecil atau sama dengan Rp.53.170,- dan 93%
sisanya (74 orang) menabung uangnya sejumlah lebih besar dari Rp.
53.170,-

_______________________________________________________________ 74
Bab 3 Pengukuran Statistik
__________________________________________________________________

27(80  1)
P27 terletak pada data ke  21,87
100

27(80)
 14
P27  64,5  10 100
23

7,6
 64,5  10
23

 64,5  3,30  67,80

Jadi : P27 = Rp. 67.800,- artinya 27% dari 80 penabung (22 orang)
menabung uangnya lebih kecil atau sama dengan Rp.67.800,- dan 73%
sisanya (58 orang) menabung uangnya sejumlah lebih besar dari Rp.
67.800,-

91(80  1)
P91 terletak pada data ke  73,71
100

91(80)
 57
P91  84,5  10 100
19

15,8
 84,5  10
19

 84,5  8,32  92,82

Jadi : P91 = Rp. 92.820,- artinya 91% dari 80 penabung (73 orang)
menabung uangnya lebih kecil atau sama dengan Rp.92.820,- dan 9%
sisanya (7 orang) menabung uangnya sejumlah lebih besar dari Rp.
92.820,-

Revisi ’ 09

_______________________________________________________________ 75
Bab 3 Pengukuran Statistik

Anda mungkin juga menyukai