2
DAFTAR ISI
Halaman
Bahaya ................................................................................................... 33
BAB 4 KESELAMATAN DAN KEAMANAN RUMAH SAKIT .................................. 41
4.1 Definisi.................................................................................................... 41
3
5.1 Definisi.................................................................................................... 48
5.2 Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) ...................................................... 49
5.3 Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun ................................................. 64
BAB 6 PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN KEBAKARAN .............................. 75
6.1 Definisi.................................................................................................... 75
6.2 Identifikasi Area Berisiko Kebakaran dan Ledakan ................................ 76
6.3 Pemetaan Area Berisiko Kebakaran dan Ledakan ................................. 77
6.4 Pencegahan Risiko Kebakaran .............................................................. 79
4
9.4 Contigency Plan (Perencanaan Kontijensi) .......................................... 123
5
BAB 1
PENDAHULUAN
SK : Surat Keputusan
8
1.3. Peraturan dan Standar
9
Syarat-syarat pemasangan dan
Permenaker No.Per.04/Men/1980
pemeliharaan alat pemadam api ringan
Permenaker No.Per.02/Men/1983 Instalasi alarm kebakaran automatik
Syarat-syarat keselamatan dan kesehatan
Permenaker No.Per.03/Men/1999 kerja lift untuk pengangkutan orang dan
barang
Pengawasan khusus K3 penanggulangan
Insmenaker No.Ins.11/M/BW/1997
kebakaran
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
Pedoman teknis penyusunan rencana
Permenpu No.25/PRT/M/2008
induk sistem proteksi kebakaran di perkotaan
Persyaratan teknis sistem proteksi
Permenpu No.26/PRT/M/2008
kebakaran
11
BAB 2
13
2.3. STRUKTUR ORGANISASI
Pembina K3
Ketua K3
Sekretaris
Tim Kesehatan Kerja Tim Keselamatan Tim Lingkungan Tim Tanggap Darurat/Bencana
Kerja Kerja
KOLAK
Tim Support
Jabatan Persyaratan Jabatan Tugas
Pembina Manajemen puncak Memberikan pembinaan/arahan terhadap
K3 (Direktur RS/Hosdir) pelaksanaan K3RS
Ketua K3 Purna waktu; 1. Menganalisa dan melaksanakan
Pendidikan minimal manajemen risiko;
S1 K3 dan atau 2. Membina dan memantau tim dalam
tenaga kesehatan melaksanakan program K3
lain yang memiliki Membina tim K3 yang ada dengan
kompetensi di bidang cara pelatihan dan penyuluhan
K3RS; secara rutin dan berkesinambungan.
Memiliki Mendorong tim K3 untuk
keterampilan, mengadakan penyuluhan dan
ketelitian dan pelatihan untuk tujuan internal rumah
tanggung jawab sakit.
melaksanakan Memantau seluruh program kerja K3
tugas; dan menerima hasil laporan setiap
Mampu periode dari masing-masing
berkoordinasi. penanggung jawab teknis.
Membuat laporan dari kegiatan K3
kepada Direktur Rumah Sakit setiap 3
(tiga) bulan dan tahunan.
Mengkontrol tim K3 dalam hal
evaluasi dan audit di setiap bagian
tentang keseriusan dan perhatian
staf terhadap kesehatan dan
keselamatan kerja.
Melakukan pemantauan terhadap
pengelolaan risiko yang terdapat di
rumah sakit yang berhubungan
dengan keselamatan dan keamanan.
3. Memegang tongkat komando pada
keadaan darurat
Menjadi wakil manajemen dalam
menentukan keputusan-keputusan.
Mengatur timnnya untuk membantu
penyelamatan karyawan, pasien
dan pengunjung yang ada di
lingkungan rumah sakit.
Standby di rumah sakit sampai
Jabatan Persyaratan Jabatan Tugas
keadaan darurat dinyatakan selesai.
Memberikan pernyataan
bahwa keadaan darurat telah
selesai.
Membuat laporan tentang
keadaan
darurat yang telah terjadi.
Sekretaris Paruh waktu Bertanggungjawab dalam
Tenaga mengelola tim K3 dan seluruh
Sanitasi/Kesehatan karyawan dengan cara pelatihan
Lingkungan dan penyuluhan secara rutin.
Rumah Sakit Bertanggungjawab dalam membuat
Mendapatkan/memili laporan tentang pembinaan tim K3
ki pelatihan dan seluruh karyawan dengan cara
khusus (AK3U/K3RS) pelatihan dan penyuluhan secara
rutin.
Bertanggungjawab atas
pengelolaan audit K3 masing-
masing bagian.
Mengkoordinir laporan terkait K3
dari
masing-masing bagian.
PJ Paruh waktu Membantu Ketua K3 dalam
Kesehatan Dokter perusahaan mengadakan pemantauan
Kerja kesehatan kerja setiap 3 (tiga) bulan
sekali.
Mengumpulkan dan menganalisa
data kesehatan kerja serta membuat
laporan setiap 3 (tiga) bulan sekali.
Menyusun Program Kesehatan
Kerja sebagai tindak lanjut hasil
analisa dan laporan kesehatan
kerja seperti pelatihan dan
penyuluhan terhadap karyawan,
membuat program preventif
terkait dan lain-lain.
16
PJ Paruh waktu Membantu ketua tim K3 dalam
Keselama FMGA Manager mengadakan pelatihan dan
an Kerja penyuluhan terhadap keselamatan
kerja setiap 6 (enam) bulan sekali.
Mengumpulkan dan menganalisa
data keselamatan dan keamanan
serta membuat laporan berkala.
Mengkoordinir penyusunan
Program Keselamatan dan
Keamanan Rumah Sakit,
Pencegahan dan Pengendalian
Kebakaran, Pengelolaan Prasarana
Rumah Sakit dari Aspek K3,
Pengelolaan Peralatan Medis dari
Aspek K3 dan Perijinan dan
Pelaporan K3 ke Instansi terkait.
Mengkoordinir penyusunan laporan
Program Keselamatan dan
Keamanan Rumah Sakit,
Pencegahan dan Pengendalian
Kebakaran, Pengelolaan Prasarana
Rumah Sakit dari Aspek K3,
Pengelolaan Peralatan Medis dari
Aspek K3.
PJ Paruh waktu Membantu ketua tim K3 untuk
Lingkungan Tenaga mengadakan pelatihan dan
Kerja Sanitarian/Kesehatan penyuluhan tentang lingkungan
Lingkungan kerja.
Memantau lingkungan kerja di
seluruh area rumah sakit setiap 3
(tiga) bulan sekali.
Mengadakan pengecekan lapangan
tentang kebersihan pembuangan
limbah dan sampah minggu.
Mengkoordinir penyusunan Program
Pengelolaan B3 dari aspek K3.
Mengkoordinir laporan Program
Pengelolaan B3 dari aspek K3 setiap
3 (tiga) bulan dan tahunan untuk
diserahkan kepada ketua K3.
17
Jabatan Persyaratan Jabatan Tugas
Tim Tanggap Darurat/Bencana
KOLAK Chief Security (Jam Sebagai Komando Pelaksana di
Kerja) Komandan lapangan.
Regu/Dandru (Diluar Menjamin ketersediaan sumber-sumber
Jam Kerja) untuk mendukung penanganan korban.
Berkoordinasi dengan Ketua K3 untuk
menerima instruksi dan memberikan
informasi tentang perkembangan situasi
yang terjadi di lapangan.
Memberikan instruksi pada tim tanggap
darurat dan seluruh Kepala Dept terkait
untuk selalu berkoordinasi.
Melakukan koordinasi dengan lintas
sektoral (Kepolisian setempat, Dinas
Pemadam Kebakaran, Dinas Kesehatan,
Dinas Sosial, Rumah Sakit jejaring, SAR,
PMI dan sebagainnya).
Menindaklanjuti masukan dari bagian atau
lembaga penanganan bencana.
Memantau dan mengawasi
perkembangan kondisi yang terjadi di
lapangan dan dilaporkan ke Ketua K3.
Tim Merah General Rumah Melaksanakan pemadaman tingkat awal di
(Pemadam Sakit : Tim Security seluruh lingkungan rumah sakit.
) Melokalisir area rumah sakit yang
Unit/Ruangan : terbakar sampai bantuan dari Dinas
Tim Pemadam Pemadam Kebakaran setempat tiba.
ut/ruangan Memandu (Tim Pemadam unit/ruangan)
menuju lokasi kejadian dan membantu
(Tim Pemadam General Rumah Sakit)
dalam penangganan kebakaran.
18
Jabatan Persyaratan Jabatan Tugas
Tim Biru General Rumah Sakit : Menghentikan aliran gas medis saat
(Keamanan) Tim Security terjadi kebakaran dan menangani
urusan keamanan di lingkungan
Unit/Ruangan : rumah sakit saat keadaan
Tim Keamanan unit/ darurat/bencana sedang terjadi.
ruangan Melaksanakan pengawasan seluruh
lingkungan rumah sakit dan
mencegah orang yang dicurigai
menggunakan kesempatan untuk
melakukan kejahatan dalam bentuk
apapun.
Menangkap orang yang jelas-jelas
telah melakukan kejahatan dalam
bentuk apapun dan membawanya
ke Posko yang telah ditentukan.
Bersama dengan tim orange
(evakuasi) memeriks ruangan dan
memastikan bahwa seluruh
penghuni telah keluar dengan aman
dan mengunci pintu atau tindakan
lainnya, sebagai penanda bahwa
ruangan tersebut telah diperiksa dan
dinyatakan kosong. Tim biru
(keamanan) adalah tim terakhir yang
meninggalkan lantai atau area yang
menjadi tanggungjawabnya.
Tim Orange General Rumah Sakit : Memandu evakuasi vertikal seluruh
(Evakuasi) Tim Security penghuni melalui tangga darurat
setelah mendapatkan perintah dari
Unit/Ruangan : KOLAK untuk segera menuju ke
Assembly Point.
TimEvakuasiunit/
Memeriksa ruangan rumah sakit
ruangan
bila kemungkinan masih ada
penghuni rumah sakit yang
tertinggal.
Melakukan perhitungan jumlah
pasien, karyawan dan penghuni
gedung lain yang melakukan
evakuasi dari area yang menjadi
tanggungjawabnya dan memeriksa
ulang di Assembly Point. Bila ada
19
yang masih tertinggal di dalam
ruangan, maka harus segera
melapor ke KOLAK.
Jika terjadi kecelakaan, segera
melapor ke KOLAK.
Untuk tim evakuasi unit/ruangan
setiap awal penunjukan/awal Shift,
melakukan pendataan jumlah pasien
dan priority pasien untuk
memudahkan pada saat evakuasi.
20
Jabatan Persyaratan Jabatan Tugas
Memastikan pompa hydran dapat beroperasi
dalam menyuplai air.
Mengaktifkan genset bila diperlukan.
Menonaktifkan akses keluar otomatis (lift),
pintu sensor dalam kondisi terbuka.
Dept. Farmasi Menyiapkan tempat khusus (emergencyback
pack) untuk menyimpan dan meletkkan
bahan dan obat-obatan agar dapat dibawa
langsung saat kejadian kegawatdaruratan dan
bencana (Lihat Petunjuk Teknis Departemen
Farmasiterkait daftar nama dan jumlah obat-
obatan di dalam emergency back pack).
Mempersipakan bahan dan obat-obatan yang
diperkirakan dibutuhkan dalam keadaan
darurat.
Kesiapan bahan dan obat-obatan darurat
dalam emergency trolley dan emergency back
pack harus selalu terpantau dengan baik
(Lihat Petunjuk Teknis Departemen
Emergensi terkaitobat-obatan darurat baik isi
maupunjumlahnya).
Mengkoordinir suplai obat yang datang
dari luar (bantuan berbagai pihak).
Departemen Rawat Inap Memastikan peralatan untuk evakuasi pasien
dan Intensif tercukupi dan tersedia dengan baik seperti ski
sheet, babevac dan
oksigen portable.
21
BAB 3
MANAJEMEN RISIKO K3RS
3.1 Definisi
Hazard Vulnerability Assassment (HVA) adalah cara untuk menganalisa
bahaya atau bencana serta dampaknya dari bahaya tersebut terhadap rumah
sakit, baik langsung maupun tidak langsung.
Identifikasi bahaya adalah tahapan dari manajemen risiko yang dilakukan untuk
mengetahui jenis bahaya yang ada dalam suatu kegiatan tertentu.
Identifikasi risiko adalah tahapan dari manajemen risiko yang bertujuan untuk
mengetahui semua potensi bahaya yang ada pada rumah sakit.
Penilaian risiko adalah upaya identifikasi dari risiko yang terjadi atau berpotensi
terjadi dalam pelayanan di rumah sakit dengan mempertimbangkan klasifikasi dan
derajat (grading) kerugian yang mungkin terjadi sebagai dari terpapar risiko
tersebut.
22
Regulasi:
Keputusan Menteri Kesehatan No. 1204 Tahun 2004 tentang Persyaratan
Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit
23
1) Bahaya radiasi non pengion adalah radiasi elektromagnetik dengan
energi yang tidak cukup untuk ionisasi, misal radiasi infra merah atau
radiasi gelombang mikro. Pengendalian risiko bahaya radiasi
dilakukan untuk pekerja radiasi, pengunjung dan pasien hamil.
Pekerja radiasi mendapatkan informasi tentang risiko bahaya radiasi
dan cara pengendaliannya. Selain APD, monitoring tingkat paparan
radiasi dan kepatuhan petugas dalam pengendalian bahaya radiasi.
Sebagai indikator tingkat paparan, semua pekerja radiasi memakai
personal dosimeter untuk mengukur tingkat paparan radiasi yang
sudah diterima sehingga dapat dipantau dan tingkat paparan tidak
boleh melebihi ambang batas yang diijinkan. Untuk pengunjung dan
pasien hamil setiap ruang pemeriksaan atau terapi radiasi terpasang
rambu peringatan.
c. Risiko bahaya akibat kebisingan adalah kebisingan akibat alat kerja
atau lingkungan kerja yang melebihi ambang batas tertentu. Risiko ini
bekerja di ruang boiler, genset dan peralatan dengan tingkat kebisingan
tinggi. Berdasarkan peraturan menteri kesehatan RI No. 1204 Tahun
2004 tentang pengendalian lingkungan fisik di rumah sakit, seluruh area
pelayanan pasien dipantau dan dikendalikan tingkat kebisingannya
minimal 3 bulan sekali.
d. Risiko bahaya akibat pencahayaan adalah pencahayaan pada
lingkungan kerja yang kurang atau berlebih. Tingkat pencahayaan
diseluruh area rumah sakit dipantau dan dilaporkan. Jika terjadi
kerusakan lampu pastikan lampu pengganti setara tingkat
pencahayaannya dengan lampu sebelumnya sehingga tidak terjadi
perubahan dalam tingkat pencahayaan pada area tersebut.
e. Risiko bahaya listrik adalah bahaya dari konsleting listrik dan kesetrum
arus listrik. Pengendalian yang dilakukan adalah melakukan preventif
maintenace peralatan elektrik. Kalibrasi peralatan medis dan
penggantian peralatan yang telah out off late. Untuk mencegah bahaya
kebakaran akibat peralatan listrik
24
yang dibawa tenant dilakukan sosialisasi terkait keselamatan
penggunaan peralatan listrik.
f. Risiko bahaya akibat iklim kerja adalah berupa suhu ruangan dan tingkat
kelembaban. Jika suhu dan kelembaban di rumah sakit tidak
dikendalikan dapat mempengaruhi lingkungan kerja dan kualitas hasil
kerja. Pemantauan secara berkala dilakukan.
g. Risiko bahaya akibat getaran adalah risiko ditemukan pada area genset,
boiler dan peralatan yang menghasilkan getaran.
Risiko ini terdapat pada hampir seluruh kegiatan di rumah sakit berupa
kegiatan : angkat dan angkut, posisi duduk, ketidaksesuaian antara
peralatan kerja dan ukuran fisik pekerja. Pengendalian dilakukan melalui
sosialisasi secara berkala oleh tim komite K3 unit.
26
Unit
Risiko
Kerja
Laboratory 1) Tertular penyakit pasien
2) Tertusuk jarum suntik
3) Stres kerja
4) Bahaya kebakaran akibat konsleting peralatan
listrik
5) Penyakit akibat kerja (karena paparan B3)
6) Kesetrum peralatan listrik
Radiology 1) Tertular penyakit pasien
2) Stres kerja
3) Bahaya kebakaran akibat konsleting listrik
4) Bahaya radiasi pengion X ray atau non pengion
5) Penyakit rangka akibat angkat angkut pasien
6) Penyakit akibat kerja (karena paparan B3)
7) Kesetrum peralatan listrik
Pharmacy 1) Stres kerja
2) Bahaya kebakaran akibat konsleting listrik
3) Bahaya kebakaran akibat bahan kimia
mudah terbakar
4) Penyakit akibat kerja (karena paparan B3)
5) Kesetrum peralatan listrik
Administrasi dan 1) Stres kerja
managment office 2) Bahaya kebakaran akibat konsleting listrik
3) Debu dari ruang koridor
4) Kesetrum peralatan listrik
Linen dan laundry 1) Tertular penyakit pasien
2) Stres kerja
3) Bahaya kebakaran akibat konsleting listrik
4) Penyakit rangka akibat angkat-angkut linen
5) Penyakit akibat kerja (karena paparan B3)
6) Tersetrum peralatan listrik
27
Unit Kerja Risiko
Dapur (kitchen) 1) Stres kerja
2) Bahaya kebakaran akibat kompor gas elpiji
3) Bahaya kebakaran akibat konsleting listrik
4) Penyakit rangka akibat angkat angkut bahan
makanan
5) Terpeleset, terjatuh/kejatuhan benda yang diangkat
6) Luka kena pisau
7) Luka bakar karena percikan minyak panas atau
tersiram air panas
8) Binatang pengerat, serangga
9) Penyakit akibat kerja (karena paparan B3)
10)Kesetrum peralatan listrik
28
a. Eliminasi (Elimination)
Eliminasi/menghilangkan bahaya dilakukan pada saat desain, tujuan
adalah untuk menghilangkan kemungkinan kesalahan manusia dalam
menjalankan suatu sistem karena adanya kekurangan pada desain.
Penghilangan bahaya merupakan metode paling efektif sehingga tidak
hanya mengandalkan perilaku pekerja dalam menghindari risiko.
b. Subtitusi (Substitution)
Bertujuan untuk menganti bahan, proses, cara kerja ataupun peralatan
dari yang berbahaya menjadi tidak berbahaya. Dengan pengendalian ini
menurunkan bahaya dan risiko minimal melalui desain sistem ataupun
desain ulang. Contoh subtitusi adalah sistem otomasi pada mesin untuk
mengurangi interaksi mesin-mesin berbahaya dengan pekerja,
menggunakan bahan pembersih kimia yang kurang berbahaya atau
mengganti bahan baku padat yang menimbulkan debu menjadi bahan
yang cair atau basah.
c. Rekayasa Engineering (Engineering Controls)
Pengendalian dilakukan bertujuan untuk memisahkan bahaya dengan
pekerja serta untuk mencegah terjadinya kesalahan manusia.
Pengendalian ini terpasang dalam suatu unit sistem mesin atau
perlalatan.
d. Administratif (Administrative Controls)
Kontrol administratif merupakan pengendalian dari sisi pekerja yang
akan melakukan pekerjaan. Dengan dikendalikan metode kerja
diharapkan pekerja akan mematuhi, memiliki kemampuan dan keahlian
untuk menyelesaikan pekerjaan secara aman. Jenis pengendalian ini
antara lain prosedur seleksi karyawan, Standard Operating Procedure
(SOP), pelatihan, pengawasan, jadwal kerja, rotasi kerja,
pemeliharaann dan lain-lain.
e. Alat Pelindung Diri (APD)/ Personal Protection Equipment (PPE)
Pemilihan dan penggunaan alat pelindung diri digunakan oleh pekerja
yang akan berhadapan langsung dengan risiko bahaya dengan
memperhatikan jarak dan waktu kontak dengan risiko bahaya tersebut.
29
Semakin jauh dengan risiko bahaya maka risiko yang didapat semakin
kecil, begitu juga semakin singkat kontak dengan risiko bahaya, risiko
yang didapat juga semakin kecil.
Penggunaan APD kadang memiliki dampak negatif pada pekerja seperti
kurang leluasa dalam bekerja, keterbatasan komunikasi dengan pekerja
lain, alergi terhadap APD tertentu dan lain-lain.
30
Bahaya Risiko Lokasi Pengendalian Risiko
Paparan radiasi - Ruang radiology - Pemasangan rambu
- Radiotherapy peringatan bahaya radiasi;
- Kamar operasi - Pelatihan proteksi bahaya
yang memiliki radiasi;
fluoroskopi/ x-ray
- Penyediaan APD radiasi;
- Pengecekan tingkat
paparan radiasi secara
berkala
- Pemantauan paparanradiasi
pada petugas radiasi dengan
personaldosimetri.
- Melapisi ruang radiasi
dengan timbal.
Kebisingan - Ruang boiler - Subtitusi peralatan dengan
- Ruang generator alat-alat baru dengan
- CSSD ambang kebisingan yang
lebih rendah;
- Penggunaan APD
pelindung telinga;
- Pemantauan tingkat
kebisingan secara berkala.
Pencahayaan Terutama pada unit - Pemantauan tingkat
kerja dengan pencahayaan secara
pekerjaan teliti berkala oleh FMS
seperti : - Melakukan perbaikanuntuk
- OT area unit kerja yang
- Laboratory memiliki pencahayaanyang
- Managemen kurang.
t Office
Konsleting dan Seluruh area - Kebijakan penggunaan
kesetrum listrik rumah sakit peralatan listrik
memenuhi SNI dan
dipasang oleh bagian
FMS atau orang yang
berkompeten;
- Peralatan listrik secara
berkala dilakukan
maintenace oleh
bagian
31
Bahaya Risiko Lokasi Pengendalian Risiko
FMS;
- Peralatan yang tidak
layak pakai diberikan
stiker label merah dan
peralatan tersebut
ditarik bagian FMS;
- Komite K3 dan FMS
secara berkala
melakukan sosialisasi
ke seluruh unit kerja
dan tenant tentang
perilaku aman dan
menggunakan perlatan
listrik di rumah sakit;
- Kebijakan larangan
pasien dan
pengunjung membawa
dan menggunakan
peralatan listrik (kecuali
charger HP dan
Laptop) di rumah sakit.
Iklim kerja Seluruh area - Pemantauan temperatur
(temperatur dan rumah sakit dan kelembaban oleh
Suhu ruang FMS;
kerja)
Getaran - Klinik gigi - Setelah dilakukan
(mesin bor gigi) pengukuran masih di
- Gardening dalam batas yang
diijinkan.
Biologi Kuman patogen Unit kerja yang - Pengendalian risiko ini
dari pasien kontak dengan telah dilakukan oleh tim
yang ditularkan pasien atau cairan infection control dan
melalui darah tubuh pasien termasuk dalam area
dan cairan (laboratory) pemantauan komite K3;
tubuh, droplet - Peraturan administratif
dan udara - Menyediakan
desinfektan untuk
pekerja;
- Secara rutin dilakukan
pembersihan oleh tim
housekeeping.
- Penggunaan APD;
- Memisahkan pasien
32
Bahaya Risiko Lokas Pengendalian Risiko
i
dengan penyakit tingkat
penularan tinggi di ruang
isolasi.
- Risiko air borne dissease
dengan rekayasa ruangan
tekanan negatif.
- Sosialisasi etika batuk dan
dapat pula melalui poster;
- Risiko blood borne
dissease dikenadalikan
dengan penggunaan alat-
alat single use;
- Imunisasi Hepatitis B
dengan prioritas pada
pekerja dengan kadar titer
anti HBs < 0,2 u/L
terutama yang bekerja
pada tindakan invasif
terhadap pasien.
- Tersedia safety shower
dan eyewash untuk
penanganan
tumpahan/percikan
sampel darah ataucairan
tubuh pasien di laboratry
Kimia Penggunaan Unit kerja yang - Identifikasi B3;
Bahan Berbahaya menggunakan B3 - Pelabelan standar;
dan Beracun - Penyimpanan standar;
- Penyiapan MSDS;
- Penyediaan dan
penggunaan APD;
- Penyediaan safety shower
dan eyewash;
- Pelatihan teknis bagi
petugas pengelola B3;
- Khusus B3 dengan sifat
beracun, toksik dan
mudah menyala di simpan
di lemari B3.
Ergonomi Risiko pekerjaan Seluruh area - Sosialisasi cara
angka dan angkut rumah sakit Mengangkat dan
pasien mengangkut pasien dan
dan barang barang;
33
Bahaya Risiko Lokasi Pengendalian Risiko
- Pemilihan sarana dan
prasarana rumah sakit
mempertimbangkan faktor
ergonomi.
Psikososial Stres kerja Seluruh area - Mengadakan pertemuan
rumah sakit antar unit kerja;
- Mengadakan acara
bersama saat ulang tahun
rumah sakit dan lain-lain.
34
Bahaya Teknologi Bahan Berbahaya
Bahaya Alam Bahaya Manusia
(Technological (Hazardous
(Natural Hazard) (Human Hazards)
Hazards) Materials)
Tsunami Kegagalan uap Aksi buruh/ demo Paparan radiologi
eksternal
Suhu ekstrem Kegagalan fire alarm Pendaftaran forensik Terorisme,
radiologi
Kekeringan Kegagalan komunikasi Ancaman bom
Banjir, eksternal Kegagalan gas medis
Kabut asap Kegagalan vacuum
medis
Tanah longsor Kegagalan HVAC
Genangan DAM Kegagalan sistem
informasi
Gunung berapi Air yang berasal dari
internal
Wabah Bahan berbahaya
(Hazmat)
Kekurangan pasokan
solar
Kerusakan struktural
35
- Biaya untuk menyiapkan peralatan penggantian sementara
- Biaya perbaikan peralatan
- Waktu untuk perbaikan
c) Dampak terhadap perusahaan/bisnis (gangguan pelayanan rumah
sakit)
- Bisnis
- Tingkat absensi karyawan
- Tidak memenuhi fasilitas rumah sakit untuk pasien
- Perusahaan melanggar kontrak perjanjian
- Penggenaan denda atau biaya hukum
- Gangguan pasokan penting
- Gangguan distribusi produk
- Reputasi dan image perusahaan
- Dampak finansial
36
Skor/nilai
Tanggap Internal
0 1 2 3
Telah dibentuk tim tanggap darurat setiap unit √ √ √
kerja
yang selalu terupdate setiap pergantian shift
Dilakukan pencatatan dan pelaporan hasil √ √
pengecekan dan pengujian peralatan
penanggulangan bencana (pencegahan
kebakaran,
jalur evakuasi, alat evakuasi pasien, kotak K3 dll)
Telah ditetapkan tanggung jawab masing- √
masing
department/unit kerja pada saat terjadi
keadaan darurat atau bencana
Ketentuan lain :
0 = Memenuhi semua kriteria
1 = Memenuhi 2 kriteria
2 = Memenuhi 1 kriteria
3 = Tidak memenuhi kriteria sama sekali
37
Skor/nilai
Kesiapsiaga
an 0 1 2 3
Bekerja sama dengan vendor yang dapat √ √
mensuplai kekurangan sumberdaya atau
vendor dalamm penanganan kejadian
Terdapat SOP dalam penanganan kejadian √
Ketentuan lain :
0 = Memenuhi semua kriteria
1 = Memenuhi 2 kriteria
2 = Memenuhi 1 kriteria
3 = Tidak memenuhi kriteria sama sekali
39
0 1 2 3
Memiliki prosedur/ kontak komunikasi √ √ √
dengan instansi terkait pada saat kejadian
Menjalin kerjasama dengan instansi terkait √ √
setempat : Damkar, polres setempat, PMI, RS
sekitar, Badan Penanggulangan Bencana
Nasional (BPBN)
Memiliki prosedur tertulis kerjasama dengan √
instansi terkait atau perusahaan sekitar dalam
penanganan kejadian.
Ketentuan lain :
0 = Memenuhi semua kriteria
1 = Memenuhi 2 kriteria
2 = Memenuhi 1 kriteria
3 = Tidak memenuhi kriteria sama sekali
40
Ketentuan lain :
0 = Memenuhi semua kriteria
1 = Memenuhi 3 kriteria
2 = Memenuhi 2 kriteria
3 = Memenuhi 1 kriteria/ tidak sama sekali
41
BAB 4
KESELAMATAN DAN KEAMANAN RUMAH SAKIT
4.1 Definisi
Keselamatan adalah suatu tingkat keadaan tertentu dimana gedung, halaman/
ground dan peralatan rumah sakit tidak menimbulkan bahaya dan risiko bagi
penghuni rumah sakit.
Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang tidak terencana dan tidak terkendali
akibat dari suatu tindakan atau reaksi suatu objek, bahan, orang atau radiasi yang
mengakibatkan cidera atau kemungkinan akibat lainnya.
4.2.2 Ruang lingkup pada manajemen keamanan Rumah Sakit Tria Dipa adalah :
a. Pencurian : gangguan keamanan yang terjadi dikarenakan oleh pihak
yang tidak bertanggungjawab menggambil benda yang bukan miliknya.
b. Kekerasan : gangguan keamanan yang berupa perbuatan
seseorang/kelompok orang yang mengakibatkan cidera/kematian
bersifat paksaan dengan ciri kekerasan.
c. Penculikan : gangguan keamanan berupa melarikan orang lain dengan
maksud tertentu (dibunh/dijadikan sandra/maksud lain yang merugikan).
d. Terorisme : gangguan keamanan dengan cara menggunakan
kekerasan untuk menimbulkan ketakutan dalam mencapai tujuan.
4.3 Penerapan Sistem Keselamatan dan Keamanan Rumah Sakit Tria Dipas
4.3.1 Sistem keselamatan
a. Penentuan daerah berisiko dan keharusan menggunakan APD sesuai
daerah yang berlaku.
b. Identifikasi bahaya dan penilaian risiko K3
c. Pemantauan penggunaan APD
d. Pemantauan dan pengendalian kontraktor/petugas outsorcing dan
tenant penyewa.
e. Inspeksi K3 dan safety patrol.
f. Investigasi dan tindak lanjut kecelakaan
43
4.3.2 Sistem keamanan
a. Penentuan jam berkunjung/besuk di ruang rawat inap/IPD.
b. Penerapan tanda pengenal bagi tamu, keluarga pasien, SDM rumah
sakit dan pekerja kontraktor/outsoursing.
c. Penerapan akses terbatas pada daerah rawan keamanan dengan
sistem kunci seperti ruang perawatan bayi.
d. Pembatasan akses keluar dan masuk rumah sakit pada daerah yang
tidak beroperasi 24 jam
e. Patroli keamanan.
45
- Pelaksanaan program tidak sesuai standar.
f. Sosialisasi enam unsur keamanan, meliputi sarana, lingkungan,
tempat,prosedur, tindakan dan anggaran.
g. Memastikan prinsip kewaspadaan standar :
46
Simbo Arti Penempatan
l
Bahaya tegangan Ditempatkan pada area
tinggi panel listrik
47
n. Semua area berisiko tinggi keamanan dan area-area yang terbatas
sudah diidentifikasi, didokumentasikan dan dipantau serta terjaga
keamanannya. Contohnya area perawatan bayi, ruang intensif, utilitas
dan lain-lain.
o. Rencana dan anggaran rumah sakit disusun dengan memperhatikan
kebutuhan yang menunjang aspek keselamatan dan keamanan.
p. Rencana dan anggaran rumah sakit disusun untuk perbaikan atau
pergantian sistem, bangunan atau komponen-komponen yang
diperlukan agar fasilitas dapat beroperasi dengan selamat, aman dan
efektif secara berkesinambungan.
q. Pimpinan rumah sakit menerapkan anggaran sumber daya yang sudah
ditetapkan untuk menyediakan fasilitas yang selamat dan aman sesuai
dengan rencana-rencana yang sudah disetujui.
r. Memastikan perlindungan setiap orang yang ada di rumah sakit
terhadap kerugian pribadi dan dari kehilangan atau kerusakan properti.
s. Mengelola, memelihara dan mensertifikasi sarana, prasarana dan
peralatan rumah sakit, terutama penyediaan listrik, air, pembuangan
limbah, ventilasi dan pengelolaan gas medik.
48
BAB 5
PENGELOLAAN BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (B3)
DARI ASPEK KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
5.1 Definisi
Alat Pelindung Diri (APD) adalah suatu alat yang mempunyai kemampuan untuk
melindungi seseorang yang fungsinya mengisolasi sebagian atau seluruh tubuh
dari potensi bahaya di tempat kerja.
Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) adalah zat, energi, dan/atau komponen lain
yang karena sifat, konsentrasi dan/atau jumlah, baik secara langsung maupun
tidak langsung dapat membahayakan kesehatan, kelangsungan hidup manusia
dan makhluk hidup serta mencemarkan dan/atau merusak lingkungan hidup
sekitarnya.
Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) adalah sisa suatu usaha dan/atau
kegiatan yang mengandung B3.
Limbah Sitotoksik adalah limbah dari bahan yang terkontaminasi dari persiapan
dan pemberian obat sitotoksik untuk kemoterapi kanker yang mempunyai
kemampuan untuk membunuh atau menghambat pertumbuhan sel hidup.
49
Material Safety Data Sheet (MSDS/Lembar Data Keselamatan Bahan (LDKB)
adalah dokumen yang berisi informasi mengenai potensi bahaya (kesehatan,
kebakaran, reaktifitas dan lingkungan) dan cara bekerja yang aman dengan
produk kimia.
50
Klasifikasi Ketentuan Simbo
l
Berbahaya Suatu bahan baik berupa padatan,
(harmful) cairan maupun gas jika terjadi kontak/
melalui inhalasi/ oral dapat
menyebabkan bahaya terhadap
kesehatan.
Menyebabkan Suatu bahan dengan karakteristik
iritasi (irritant) - Padatan/cairan jika terjadi kontak
secara langsung/ terus menerus
dengan kulit/selaput lender dapat
menyebabkan iritasi atau
peradangan;
- Toksisitas sistemik pada organ
target spesifik dapat menyebabkan
iritasi pernafasan, mengantuk atau
pusing;
- Sensitasi pada kulit
- Iritasi/kerusakan parah pada mata
Korosif (corrosive) Suatu bahan dapat menyebabkan
iritasi (terbakar) pada kulit,
pengkaratan pada lempeng baja SAE
1020
Berbahaya/toksik Suatu bahan yang dapat menimbulkan
terhadap lingkungan bahaya terhadap lingkungan
(dangerous for
environment)
51
5.2.2 Material Safety Data Sheet (MSDS)/ Lembar Data Keselamatan Bahan (LDKB)
a. Material Safety Data Sheet (MSDS) meliputi keterangan
tengan (KepMenNaker No. Kep. 187/Men/1999) :
- Identitas bahan dan perusahaan;
- Komposisi bahan;
- Identifikasi bahaya;
- Tindakan pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K);
- Tindakan penaggulangan kebakaran;
- Tindakan mengatasi kebocoran dan tumpahan;
- Penyimpanan dan penanganan bahan;
- Pengendalian pemajanan dan alat pelindung diri;
- Sifat fisik dan kimia;
- Stabilitas dan reaktifitas bahan;
- Informasi toksikologi;
- Informasi ekologi;
- Pembuangan limbah;
- Pengangkutan bahan;
- Informasi peraturan perundang-undangan yang berlaku;
- Informasi lain yang diperlukan.
52
- MSDS disimpan di tempat yang mudah diketahui dan diakses
pekerja di lokasi dimana area B3 digunakan.
- MSDS yang digunakan terbaru/terupdate dengan menanyakan
secara berkala kepada produsen/pemasok.
- Dokumen MSDS didokumentasikan dengan baik. Pilih media yang
mudah diakses dapat berupa hard copy atau soft copy.
53
didesain dengan kemiringan ke belakang dan anti bocor jika terjadi
tumpahan, pintu dapat terbuka 180 derajat. Direkomendasikan yang
memenuhi standar OSHA atau Kode NFPA 30.
54
Penggunaan safety shower dengan menarik tuas yang tergantung
pada shower. Biasanya safety shower dilengkapi dengan pembersih
mata (eyewash).
Perawatan safety shower dilakukan minimal sekali dalam sebulan yakni :
1) Pengecekan pipa saluran air yang menjadi sumber air bagi shower;
55
memancarkan air dengan kecepatan 3 gallon permenit selama 15 menit
(khusus B3 dengan sifat korosif) atau cek kembali penanganan pada
MSDS, pastikan tangan bersih sehingga tidak menggangu mata.
56
Alat Pelindung
Klasifikasi B3 Diri
Mata Hidung Tangan Tubuh Kaki
Mudah
meledak
(explosive)
Sarung
tangan kulit
Mudah
teroksida
si
(oxidizing
Sarung
) tangan nitril
Mudah
menyala
(flammable)
Sarung
tangan nitril Apron
Beracun (toxic)
Sarung
tangan nitril
Berbahaya
(harmful)
Sarung
tangan nitril
Menyebabka
n iritasi
(irritant)
Sarung
tangan nitril
Korosif
(corrosive)
Sarung
tangan nitril
57
Alat Pelindung
Klasifikasi B3 Diri
Mata Hidung Tangan Tubuh Kaki
Berbahaya/
toksik
terhadap
lingkungan
Sarung
(dangerous tangan nitril
for
environment)
Karsinogenik,
teratogenic
dan
mutagenic
Sarung
(carcinogenic tangan nitril
, tetragenic,
mutagenic)
Gas
bertekanan
(pressure gas)
Sarung
tangan nitril
*catatan : peralatan APD yang digunakan terutama yang tercantum dalam MSDS.
5.2.9 Penyimpanan B3
Dalam penyimpanan B3 diperhatikan sifat-sifat jenis bahan B3 dan
memahami reaksi kimia akibat interaksi dari bahan-bahan yang disimpan.
Interaksi berupa :
58
a. Interaksi antara bahan dan lingkungannya
Contoh : panas/percikan api yang dapat menimbulkan kebakaran dan
ledakan terutama untuk zat yang mudah terbakar dan mudah meledak
seperti pelarut organik dan peroksida.
b. Interaksi antara bahan dan wadah
Contoh : beberapa bahan kimia yang amat korosif, seperti asam sulfat,
asam khlorida, natrium hidroksida, dapat merusak wadahnya.
Kerusakan ini menyebabkan interaksi antar bahan sehingga
menimbulkan reaksi-reaksi berbahaya seperti kebakaran, ledakan atau
menimbulkan racun.
c. Interaksi antar bahan
Contoh : interaksi antara zat oksidator dan reduktor dapat menimbulkan
ledakan dan kebakaran, sedangkan interaksi antara asam dan garam
dpat menimbulkan gas beracun. Oleh karena itu beberapa bahan yang
mungkin bereaksi harus dipisahkan dalam penyimpanannya.
Secara umum, simpan B3 di dalam lemari B3 atau rak yang memang
dirancang untuk keperluan penyimpanan.
1) Hindari menyimpan bahan dan peralatan di atas lemari. Jika terpaksa
meletakkan bahan sediakan ruang kosong minimal 18 inci dari kepala
sprinkler atau 24 inci dari langit langit ruangan (jika tidak tersedia
sprinkler).
2) Pastikan berat bahan kimia tidak melebihi beban maksimal dari lemari
atau rak.
3) Rak yang terpasang di dinding harus dilengkapi dengan kerangka kuat.
4) Lemari penyimpanan bahan yang kuat dan kokoh diutamakan dari
logam atau kayu keras.
5) Tidak menyimpan bahan di atas lemari yang tinggi dimana bahan-
bahan ini sulit terlihat dan dijangkau.
6) Tidak menyimpan cairan korosif di tempat yang lebih tinggi dari mata
manusia.
7) Sediakan tempat penyimpanan khusus untuk setiap jenis bahan
kimia dan kembalikan bahan kimia ke tempatnya semula setiap kali
59
selesai digunakan.
8) Jika penyimpanan suatu bahan kimia tidak mensyaratkan lemari yang
berventilasi, simpan bahan kimia di dalam lemari yang tertutup atau
diatas rak berbibir untuk mencegah kemasan bahan kimia terguling jatuh
paa saat terjadi kebakaran atau gempa bumi.
9) Patuhi semua aturan mengenai penyimpanan bahan-bahan kimia yang
tidak saling compatible (pencampuran bahan-bahan kimia itu dapat
menyebabkan terjadinya kondisi yang berbahaya).
10) Gunakan tempat penyimpanan/kemasan sekunder dari bahan yang
tahan korosi, jika kemasan aslinya rusak atau bocor.
11) Untuk lemari pendingin bahan kimia tidak digunakan untuk
penyimpanan makanan.
12) Jangan menyimpan cairan mudah terbakar didalam lemari pendingin
kecuali lemari pendingin memang dirancang untuk keperluan
penyimpanan zat tersebut.
Sifat B3 Penyimpanan
Beracun (toxic) Bahan beracun harus disimpan dalam
ruangan yang sejuk, tempat yang ada
peredaran hawa, jauh dari bahaya
kebakaran dan bahan yang inkompatible
(tidak dapat dicampur);
Tempat penyimpanan harus sejuk dengan
sirkulasi yang baik, tidak terkena sinar
matahari langsung dan jauh dari sumber
panas;
Korosif (corrosive) Beberapa jenis dari bahan ini mudah
menguap sedangkan lainnya dapat bereaksi
dahsyat dengan uap air.
Bahan harus disimpan dalam ruangan yang
sejuk dan ada peredaran hawa yang cukup
untuk mencegah terjadinya pengumpulan
uap.
Wadah/kemasan dari bahan ini dalam
keadaan tertutup dan dipasang label.
Tempat penyimpanan tahan terhadap bahan
korosif dan memiliki sirkulasi yang baik.
Jauhkan dari bahan beracun.
60
Mudah menyala (flammable) Disimpan pada tempat yang dingin
untuk
mencegah penyalaan tidak sengaja pada
waktu ada uap dari bahan bakar dan udara.
Penyimpanan
Sifat B3
Tempat penyimpanan mempunyai sirkulasi
udara yang cukup sehingga bocoran uap
akan diencerkan konsentrasinya oleh udara
untuk mencegah percikan api.
Penyimpanan jauh dari sumber api
(peralatan listrik, tabung gas, peralatan
masak)
Di area penyimpanan dipasang tanda
dilarang merokok.
Pada daerah penyimpanan dilengkapi alat
deteksi asap atau api otomatis dan diperiksa
secara berkala.
Jauhkan dari bahan beroksidasi
Mudah meledak (explosive) Ruangan dingin dan berventilasi.
Jauhkan dari panas dan api.
Tempat penyimpanan jauh dari bahan bakar
(oli, bensin, bahan sisa yang dapat terbakar),
api terbuka atau nyala api.
Hindarkan dari gesekan atau tumbukan
mekanis
Mudah teroksidasi (oxidizing) Tempat penyimpanan harus diusahakan
agar suhu tetap dingin, sirkulasi udara
memadai dan tahan api.
Penyimpanan harus dijauhkan dari bahan
bakar,
bahan mudah menyala/terbakar dan bahan
yang memiliki titik api rendah.
Gas bertekanan (pressure gas) Silinder dengan gas bertekanan disimpan
dalam keadaan berdiri diikat oleh rantai atau
diikat secara kuat pada suatu penyangga
tambahan.
Ruang penyimpanan dijaga agar sejuk,
bebas dari sinar matahari langsung, jauh dari
saluran pipa panas didalam ruangan yang
ada peredaran
hawanya.
Untuk cara penyimpanan secara spesifik diatur dalam MSDS setiap bahan kimia.
61
5.2.10 Penanganan Keadaan Darurat
a. Ada beberapa kondisi yang tidak boleh dilakukan saat terjadi tumpahan, yaitu:
- Tidak diketahui jenis bahan berbahaya dan beracun yang tumpah.
- Tidak memiliki alat pelindung diri yang tepat.
- Tumpahan terlalu banyak dan luas.
- Tumpahan sangat beracun.
- Mulai merasakan mual, pusing, lemas, dan sebagainya yang
merupakan tanda-tanda terkena pajanan dari tumpahan tersebut.
b. Penanganan tumpahan
Prosedur dasar saat menghadapi kondisi adanya tumpahan B3, yaitu:
- Gunakan spill-kit yang sesuai dengan jenis tumpahan.
- Segera beritahukan ke seluruh pekerja yang ada di sekitar area tumpahan.
- Hubungi pihak Housekeeping untuk segera melakukan
penanganan tumpahan.
- Apabila ada korban, segera pindahkan ke tempat yang aman dan
lakukan tindak lanjut sesuai MSDS.
- Tergantung jenis dan sifat bahan berbahaya dan beracun,
apakah perlu buka jendela dan pintu untuk sirkulasi udara yang
cukup, atau sebaliknya.
- Sebaiknya penanganan dilakukan oleh petugas yang terlatih
dan berwenang, dan menggunakan material yang tepat.
62
- Serap tumpahan dengan tisu kasar atau koran bekasi,
kemudian buang semuannya ke kantong plastik warna ungu.
- Atau netralisir dengan bahan kimia asam/basa tergantung
jenis bahan yang tumpah.
8) Untuk material yang mudah terbakar :
- Taburi area tumpahan dengan media penyerap seperti pasir atau
tanah.
- Matikan semua sumber api
- Bersihkan material tumpahan dengan sekop dan sapu kecil
sampai benar-benar bersih, dan buang ke dalam kantong plastik
ungu.
9) Untuk material yang berbentuk serbuk :
- Basahi bahan penyerap (tisu kasar atau koran bekas) dengan air.
- Tutupi area tumpahan dengan bahan penyerap basah
- Bersihkan material tumpahan dengan sekop dan sapu kecil
sampai benar-benar bersih, dan buang ke dalam kantong plastik
ungu.
10) Berikan sedikit air pada area tumpahan dan keringkan dengan tisu
kasar atau koran bekas dan buang ke kantong plastik ungu.
11) Lepaskan APD dan masukkan ke kantong plastik ungu.
12) Cucilah tangan dengan sabun antiseptik dan air mengalir sesuai
prosedur
hand hygiene.
13) Buat laporan terjadinya tumpahan dengan menggunakan formulir
laporan insiden dan laporkan ke Ketua K3.
12) Ambil sisa-sisa merkuri yang tidak tersedot syringe dengan surgical
tape, lalu masukkan surgical tape ke dalam plastik bening dengan
strapper.
13) Plastik bening yang telah bersi peralatan pembersih dibungkus lagi
dengan plastik bening dan masukkan ke kantong plastik coklat.
14) Lepaskan sarung tangan dan masker, lalu masukkan ke dalam
kantong plastik coklat.
15) Lepaskan kacamata pelindung dan masukkan ke dalam kantong
plastik coklat bila terkena percikan merkuri.
16) Cucilan tangan dengan sabun antispetik dan air mengalir sesuai
prosedur hand hygiene.
c. Terpapar B3
Bahan kimia di kulit atau pakaian
1) Segera bilas dengan air tidak kurang dari 15 menit (kecuali untuk
Asam Florida, padatan flammable atau phenol > 10 %). Untuk
paparan yang banyak harus digunakan body wash/safety shower.
2) Hati-hati ketika melepas baju tanpa kancing, untuk mencegah
kontaminasi pada mata.
3) Baca MSDS untuk mengetahui adanya akibat yang akan timbul kemudian.
64
Bahan berbahaya dan beracun di mata
1) Segera lakukan pembilasan secepat mungkin, 10 detik pertama dari
insiden adalah saat kritis dan menentukan.
2) Segera posisikan mata tepat pada arah pancaran air pada eyewash
dengan membungkukan badan.
3) Segera bilas mata dengan air selama minimal 15 menit. Mata harus
terbuka gunakan ibu jari dan jari telunjuk untuk membuka kelopak
mata saat pembilasan dan bola mata harus diputar sehingga seluruh
permukaannya terbilas. Lebih baik digunakan eyewash. Jika tidak
tersedia eyewash siramkan air kemata dengan intensitas 15 menit.
4) Lepas lensa kontak (jika menggunakan) selama pembilasan. Jangan
buang waktu dengan melepas lensa kontak sebelum pembilasan.
Jangan mencoba membilas dan memakai kembali lensa kontak.
5) Segera periksakan ke petugas medis jelaskan bahan kimia yang
terpapar dan jika memungkinkan bawa serta MSDSnya.
Menghirup bahan kimia
1) Segera tutup wadahnya, buka jendela atau tingkatkan ventilasinya
dan pindah ke udara segar.
2) Jika gejala semacam sakit kepala, iritasi hidung dan tenggorokan,
pusing atau mual-mual terus terasa, segera hubungi petugas medis.
Jelaskan bahan kimia yang terhirup.
3) Periksa MSDS untuk mengetahui pengaruh kesehatan apa yang
akan timbul termasuk yang tidak timbul seketika.
Warna
Limbah B3 Kelompok Simbol Kemasan
Limbah Kemasan
Infeksius Limbah dari Kuning Kantong plastik
disposible item kuat dan anti
antara lain pipa bocor berwarna
karet, kateter dan kuning atau
set
intravena serta kontainer
benda2 lain yang
69
terkontaminasi
darah dan cairan
tubuh.
Limbah Kuning Kantong plastik
laboratorium yang kuat dan anti
bersifat infeksius bocor berwarna
(limbah kuning atau
mikrobiologi dan kontainer
bioteknologi)
Limbah pakaian Kuning Kemasan plastik
kotor yang berwarna kuning
terkontaminasi
Warna
Limbah Kelompok Simbo Kemasan
B3 Limbah Kemasan l
dengan cairan
tubuh
termasuk kapas,
pakaian, plaster
atau
pembalut kotor, tali
temali, sprei,
selimut, dll
Limbah dari Kuning Kantong plastik
kegiatan isolasi kuat dan anti
bocor berwarna
kuning atau
kontainer
Benda tajam Limbah benda Kuning Kontainer anti
tajam
antara lain jarum, pecah, anti
tembus
siringe, skalpel, benda tajam
pisau dan kaca, (safety box)
yang dapat
menusuk
atau menimbulkan
luka, baik yang
telah digunakan
atau
belum
Patologis/ Limbah anatomi Kuning Kantong plastik
anatomis manusia yaitu kuat dan anti
jaringan, organ dan bocor berwarna
bagian tubuh. kuning atau
kontainer.
70
Bahan kimia Limbah bahan Coklat - Kontainer/kanton
kimia g
kedaluwarsa, antara lain bahan plastik kuat dan
tumpahan/sis kimia yang anti bocor
a
kemasan digunakan untuk berwarna coklat
menghasilkan
bahan
biologis, bahan
kima yang
digunakan
digunakan dalam
desinfeksi dan
sebagai insektisida
Radioaktif Limbah Merah Kantong/box
terkontaminasi timbal (Pb)
dengan radio berwarna merah
isotop
dengan simbol
radioaktif
Farmasi Obat-obat Coklat - Kontainer/kanton
g
71
Warna
Limbah B3 Kelompok Simbo Kemasan
Kemasan
Limbah l
kedaluwarsa plastik kuat
Obat-obat dan anti bocor
terbuang karena berwarna
kontaminasi coklat.
dan buangan
Sitotoksis Limbah obat Ungu Kantong
(genotoksik, plastik kuat
mutagenik, dan anti bocor
karsinogenik) bewarna ungu
kedaluwarsa, dan kontainer.
terkontaminasi
dan
buangan
Peralatan Limbah dengan Coklat - Kontainer/kanton
medis kandungan logam g plastik kuat dan
dengan berat yang tinggi anti bocor
logam berat seperti berwarna coklat.
tinggi termometer
merkuri pecah
dan
sphygmomanome
ter
merkuri pecah
Tabung Gas dalam - - Diserahkan
gas/kontain tabung/kontain ke supplier
er er bertekanan
bertekanan tidak termasuk
kaleng
bertekanan
(aerosol)
b. Penyimpanan limbah B3
Limbah B3 disimpan di tempat penyimpanan sementara (TPS) berijin
paling lama :
1) 90 (sembilan puluh) hari, untuk limbah B3 yang dihasilkan sebesar
50 kg (lima puluh kilogram) per hari atau lebih; atau
2) 180 (seratus delapan puluh) hari, untuk limbah B3 yang dihasilkan
kurang dari 50 kg (lima puluh kilogram) per hari untuk limbah B3
katagori 1 sejak limbah B3 dihasilkan.
72
3) Jika tidak memiliki TPS berijin diserahkan paling lama 2 (dua) hari
sejak limbah B3 dihasilkan kepada pihak ketiga berijin Pengelolaan
Limbah B3.
c. Pengangkutan limbah B3
Pengangkutan limbah pada area rumah sakit dapat menggunakan troli
atau wadah beroda. Alat pengangkutan limbah B3 dibersihkan dan
dilakukan desinfeksi setiap hari menggunakan desinfektan seperti
klorin, formaldehide atau fenolik. Housekeeping yang melakukan
pengangkutan limbah dilengkapi dengan APD yaitu sarung tangan,
d. Pengolahan limbah B3
5.3.4 Pengelolaan Limbah Cair
a) Kolam Stabilisasi Air Limbah (Waste Stabilization Pond System)
Sistem pengelolaan yang efektif dan efisien namun memerlukan
lahan yang luas. Sistem ini terdiri dari bagian-bagian yakni :
73
- Pompa swap (pompa air kotor)
- Stabilization Pond (kolam stabilisasi) 2 unit.
- Bak Klorinisasi
- Control room
- Inlet
- Blower antara 2 kolam stabilisasi.
- Outlet dari kolam stabilisasi menuju sistem klorinisasi.
b) Insinerator
Pembakaran limbah B3 dengan insenerator memenuhi ketentuan :
- Efisiensi pembakaran minimal 99,95 %.
- Temperatur pada ruang bakar utama minimal 800̊C dan ruang bakar
kedua minimal 1.000̊C dengan waktu tinggal minimal 2 detik.
- Dilengkapi dengan alat pengendalian pencemaran udara berupa wet
scrubber atau sejenisnya.
- Ketinggian cerobong minimal 24 m dari permukaan tanah atau 1,5 kali
bangunan tertinggi jika terdapat bangunan yang memiliki ketinggian
lebih dari 14 m dalam radius 50 m dari insinerator.
76
BAB 6
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN KEBAKARAN
6.1 Definisi
APAR adalah alat yang ringan yang digunakan oleh satu orang untuk
memadamkan api pada mulai terjadinya kebakaran.
Assembly point adalah area yang digunakan diluar area gedung rumah sakit
untuk tempat berhimpub sementara bila terjadi kondisi darurat.
Bangunan adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan
tempat kedudukan baik sebagian maupun seluruhnya berada di atas atau dalam
tanah dan/atau air.
Fire Command Center (FCC) adalah kantor yang dibuat untuk digunakan sebagai
pusat pengawasan dan komando di saat keadaan darurat kebakaran atau
bencana lain.
77
Gedung rumah sakit adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat untuk
merawat orang sakit atau tempat yang menyediakan dan memberikan pelayanan
kesehatan, meliputi berbagai masalah keehatan.
Kebakaran adalah salah satu bencana yang mungkin terjadi di rumah sakit.
Dimana akibat yang ditimbulkan akan berdampak burung sangat luas dan
menyeluruh bagi pelayanan, operasional, sarana dan prasarana pendukung
lainnya, dimana didalamnya juga terdapat pasien, keluarga, pekerja dan
pengunjung lainnya.
Ledakan adalah peningkatan yang tajam dalam volume dan pengeluaran energi
dengan cara yang membahayakan, biasanya disertai dengan pengeluaran dengan
suhu yang tinggi dan menghasilkan gas. Sebuah ledakan menyebabkan
gelombang tekanan di tempat lokal area terjadinya.
Penghuni gedung adalah semua orang yang berada dalam gedung baik secara
sementara (tamu atau pengunjung) atau tetap sesuai dengan aktivitas jam
kerjanya.
78
membuat denah potensi berisiko tinggi terutama terkait bahaya kebakaran.
6.2.3 Inventarisasi dan pengecekan sarana proteksi kebakaran aktif dan pasif.
79
80
81
6.3.2 Peta lokasi alat proteksi kebakaran aktif, jalur evakuasi dan titik kumpul aman
(assembly point)
a. Peta lokasi alat proteksi kebakaran aktif dan jalur evakuasi
Rumah Sakit Tria Dipas dilengkapi peta lokasi alat proteksi kebakaran
aktif dan jalur evakuasi pada setiap ruangan terutama ruangan/area
yang diakses oleh pasien dan pengunjung.
Ketentuan :
- Pada peta evakuasi mengambarkan lokasi ruang keberadaan dan
peralatan- peralatan pemadam kebakaran dan jalur evakuasi.
- Ditempatkan di area yang mudah dilihat dan area dengan
penerangan cukup.
- Peta jalur evakuasi dengan ukuran 28 x 38 cm dengan bahan PVC.
83
- Lokasi memiliki akses menuju tempat yang lebih aman.
- Tidak menghalangi kendaraan pemadam kebakaran.
- Assembly point menyediakan ruang 30 cm2 untuk satu orang (tanpa
melihat ukuran gemuk/kurusnya ini dikalikan jumlah orang yang
mampu ditampung dalam assembly point
(Lampirkan foto area assembly point)
- Area assemby point telah dilengkapi dengan penandaan assembly point
84
6.4.6 Tidak membiarkan pintu darurat terbuka. Pintu ini tidak hanya melarang
orang keluar/masuk dalam keadaan normal, pintu ini dimaksudkan untuk
menjaga penyebaran api bila terjadi kebakaran.
85
6.5.6 Menyusun kebijakan, pedoman dan petunjuk operasional terkait
keselamatan kebakaran.
86
Dry Chemical Sebuk dry chemical - Ditempatkan pada area
yang dikeluarkan dari potensi kebakaran dari
tabung sumber benda padat
aka (kertas, kayu, karet dll),
n bahan cair dan gas
menyelimuti bahan yang mudah terbakar
bakar yang terbakar (solar, gas elpiji, area
sehingga gudang penyimpanan
memisahkan oksigen bahan kimia
sehingga dapat cair mudah terbakar)
memadamkan api. dan
Kelebihan APAR dry
87
Jenis APAR Fungs Penempatan
i
chemical : instalasi listrik seperti :
1. Media pemadam ruang administrasi,
api serbaguna, ruang medical record,
aman dan luas area yang banyak
pemakaiannya. menggunakan bahan
2. Dapat menahan kayu sebagai furniture,
radiasi server, ruang genset,
pana AHU, OT, ICU, ICCU,
s NICU, PICU, HD
dengan dll.
kabu - Sebagai
t (serbuk) catata
partikelnya. n penggunaan APAR
3. Tidak dry chemical
menghantark meninggalkan residu
an listrik sehingga dapat
4. Kimia kering mengotori dan merusak
tidak beracun. peralatan elektronik.
AF11E AFF11E Ditempatkan pada area
menggunakan media potensi kebakaran dari
bahan kimia sumber benda padat
pengganti halon yang (kertas, kayu, karet dll),
ramah lingkungan. bahan cair dan gas yang
Kelebihan : mudah terbakar (solar, gas
1. Tidak elpiji, area gudang
menimbulkan penyimpanan bahan kimia
residu cair mudah terbakar) dan
karena berbentuk instalasi listrik seperti :
gas. ruang administrasi, ruang
2. Tidak medical record, area yang
ada kedaluwarsa banyak menggunakan
namun sekali bahan kayu sebagai
pakai. furniture, server, ruang
3. Aman terhadap genset, AHU, OT, ICU,
kesehatan ICCU, NICU, PICU,
manusia HD dll. Tidak ditempatkan
pada dapur dan
penggunaan
baterai litinum.
88
APAR Non Magnetik APAR non logam MRI
yang berisikan water
mist (uap/kabut
air
)
dengann sistemnya
mengambil
unsu
r panas dari sumber
api. Digunakan
untu
k pemadaman
sumber
api benda padat
non
89
Jenis APAR Fungs Penempatan
i
logam serta
peralatan listrik.
3 cm
3.125 cm
Lantai
Lantai
7. APAR tidak ditempatkan pada suhu > 49̊C atau < -4̊C kecuali
APAR dibuat khusus untuk suhu diluar batas tersebut.
92
Jenis APAB Cara Penggunaan Penempatan
3. Tarik pin
pengaman,yang
umumnya berbentuk
T untuk membuka
catridge.
4. Bentangkan selang
pentyemprot dan
tekan tuas
pegangan/katup untuk
menyemprotkan
medium pemadam
kebakaran ke arah
tepi.
6.6.2 Deteksi asap, api dan gas (Smoke Detector, Heat Detector and Gas Detector)
Merupakan sisten yang terhubung dengan Manual Control Fire Alarm.
93
Jenis detektor yang terpasang di Rumah Sakit Tria Dipas adalah detektor
asap, detektor panas dan detektor gas. Detektor harus dipasang pada
bangunan kecuali bagian bangunan tersebut telah dilindungi dengan sistem
pemadam kebakaran automatik.
a. Penempatan detektor secara umum adalah :
- Jarak antar detektor 7 meter untuk ruangan dan 10 meter dalam koridor.
- Detektor tidak dipasang dalam jarak <1,5 m dari AC.
Jenis Detektor Fungs Penempatan
i
Detektor Asap Mendeteksi api dan asap. - Lantai/ruangan yang
dipasang saluran
pembuangan udara
(jendela, exhaust)
- Ditempatkan pada ruang-
ruang yang saat terjadi
kebakaran akan benyak
menghasilkan asap
seperti gudang, ruangan
medical
record, ruang
administrasi, ruang
server, ruang genset,
ruang
perawatan/bangsal,
radiologi
94
Detektor Panas Mendeteksi kenaikan - Untuk setiap 46 m2 luas
suhu di atas 57̊C lantai dengan tinggi
langit-langit dalam
keadaan rata tidak lebih
dari 3 m dipasang
minimal 1 detektor
panas.
- Jarak detektor dengan
tembok/dinding 3 m
pada ruangan dan 30 cm
pada koridor.
- Ditempatkan pada area
yang diperhitungkan
pada saat terjadi
kebakaran dominan
meningkat suhu
ruangan dibandingkan
asap seperti ruangan
95
Jenis Detektor Fungs Penempatan
i
yang
banya
k menyimpan barang-
barang yang terbuat
dari logam.
- Penempatan dektor
panas seperti ruang
administrasi dan
ruang tunggu,
ruan
g pemeriksaan,
CSSD, gudang
peralatan, farmasi,
koridor ruang
perawatan pasien
96
Berfungsi menerima data masukan semua detektor, fire suppression
system, hidran. Di Rumah Sakit Tria Dipas dilengkapi dengan MCFA
dengan sistem conventional, semi addressable atau full addressable..
97
b) Pemeliharaan dan pengujian :
- Mingguan : membunyikan alarm secara simulasi, memeriksa
tegangan dan keadaan baterai, pemeriksaan panel indikator
MCFA.
- Bulanan : memeriksa lampu lampu indikator pada detektor, box
hydran, memeriksa kondisi dan kebersihan panel indikator
MCFA.
- Tahunan (dilakukan oleh konsultan kebakaran PJK3) :
memeriksa tegangan instalasi, memeriksa kondisi dan
kebersihan seluruh detektor, menguji 20 % detektor dari
keseluruhan detektor sehingga selambat-lambatnya dalam
waktu 5 tahun seluruh detektor teruji.
Bangunan Rumah Sakit Tria Dipas dilengkapi Sistem Sprinkler. Sistem ini
mempunyai pemipaan yang selalu terisi air bertekanan tinggi dan
dipertahankan tekanannya oleh jockey pump atau booster fire pump yang
berada di ruang pompa, selain itu terdapat pompa cadangan, yaitu electric
fire pump dan diesel fire pump. Pompa ini bekerja dengan sumber listrik
dari PLN maupun sumber aliran listrik dari genset.
98
6.6.5 Pintu darurat dan tangga darurat
a. Pintu darurat dengan persyaratan :
99
- Pintu darurat menggunakan pegangan panik (panic handle),
penutup pintu otomatis (automatic door closer) dan membuka ke
arah tangga darurat/arah evakuasi dengan bahan tahan api minila
2 jam.
- Pintu dilengkapi dengan 3 engsel (minimal).
- Pintu dilengkapi dengan tanda peringatan “TANGGA DARURAT –
TUTUP KEMBALI”
- Pintu dapat dilengkapi dengan kaca tahan api.
- Ambang pintu tidak mengenai anak tangga atau ramp minimal
selebar daun pintu.
101
b. Lampu darurat (emergency luminaire)
- Penerangan menyala terus menerus;
- Penerangan dilengkapi dengan sumber daya cadangan, sebagai
antisipasi jika sumber daya utama padam;
- Intensitas cahaya minimal 50 lux diukur pada lantai;
103
besar daripada udara dalam bangunan khususnya saat terjadi
kebakaran sehingga saat pintu dibuka asap tidak masuk ke dalam
tangga darurat.
- Pada lantai diberikan garis merah untuk akses membuka pintu hidran.
104
6.6.8 Tim Tanggap Darurat atau Bencana
Tim Tanggap Darurat atau Bencana unit/ruangan selalu di update setiap
pergantian shift karyawan. Nama-nama Tim Tanggap Darurat atau
Bencana unit/ruangan di cantumkan dalam tabel tim ditempatkan pada area
yang mudah dilihat
6.6.9 Kotak K3
Peralatan perorangan yang digunakan oleh Tim Penanggungan Kebakaran
Jenis Kotak K3 Peralatan dan Pengguna
Penempatan
Kotak K3 Standar Peralatan : Tim
- Kapak/linggis (1) Penanggulang
- Megaphone (1) an Kebakaran
- Senter tangan (1) Unit/ruangan
- Senter kepala (4)
105
Jenis Kotak K3 Peralatan dan Pengguna
Penempatan
- Kursi evakuasi
(jika
memungkinkan).
- Masker kimia/asap (4)
- Safety google (4)
- Helm warna merah,
biru, kuning dan
orange masing-
masing 1 buah.
- Baju tahan api (1)
- Fire blanket (1)
Penempatan :
Disediakan 1 kotak K3
standar disetiap lantai.
Kotak K3 Besar (lemari Peralatan : Tim
K3) Seperti kotak K3 Penanggulangan
standar dengan Kebakaran
tambahan : General Rumah
- Self Contain Sakit
Breating Apparatus
(SCBA) (1)
- Dan helm masing-
masing 2 buah
- Tandu darurat (1)
Penempatan :
Disediakan 1 kotak K3
besar Rumah Sakit Tria
Dipas ditempatkan pada
lantai pertama
106
6.6.10 Simulasi kebakaran
Minimal dilakukan 1 tahun sekali untuk setiap gedung rumah sakit. Hal
penting yang perlu diperhatikan dalam pencegahan dan penanggulangan
kebakaran:
a. Rumah Sakit Tria Dipas menguji secara berkala rencana penenganan
kebakaran dan asap, termasuk semua alat yang terkait dengan deteksi
dini dan pemadaman serta mendokumentasikan hasil ujinya;
b. Bahaya terkait dengan setiap pembangunan di dalam/berdekatan
dengan bangunan yang dihuni pasien. Yaitu melakukan :
- Melakukan pemantauan, terutama yang berkaitan dengan
penggunaan bahan-bahan mudah terbakar, penggunaan sumber
panas/api.
- Melakukan sosialisasi terhadap pihak ketiga/kontraktor serta tenant
yang menyewa area Rumah Sakit Tria Dipas terkait pencegahan
kebakaran.
c. Jalur keluar yang aman dan tidak terhalang bila terjadi kebakaran (jalur
evakuasi), yaitu dengan melakukan :
- Menyedikan jalur darurat yang digunakan jika terjadi kebakaran
secara aman dan selamat;
- Memastikan jalur darurat tidak boleh terhalang oleh benda
apapun atau yang dapat menghalangi jalannya proses evakuasi.
- Jalur tersebut harus sesuai standar, dimulai dari penerangan
yang cukup, rambu petunjuk yang jelas dan mudah terbaca,
penekan asap keluar.
d. Sistem peringatan dini, sistem deteksi dini, smoke, heat, ion/flame
detector, alarm kebakaran dan patroli kebakaran, antara lain :
- Seperangkat alat yang merupakan sistem dari pemadam kebakaran
yang teringtegrasi yang harus dipahami oleh setiap pegawai yang
ada dilokasi atau area tersebut.
- Seperangkat alat yang merupakan sistem dari pemadam kebakaran
yang terintegrasi bersifat otomatis yang merupakan bagian dari
proteksi aktif yang disesuaikan dengan ketentuan peraturan
107
perundang-undangan.
- Patroli kebakaran dilakukan secara rutin baik oleh security maupun
inspeksi rutin komite K3.
- Sosialisasi bagi semua karyawan yang ada dilokasi atau area tersebut.
108
e. Mekanisme penghentian/supresi (suppression) seperti selang air,
supresian kimia (chemical suppressants) atau sistem penyemburan
(sprinkler).
f. Dikaluakan dengan prosedur penanganan kebakaran dan asap yang
telah direncanakan.
g. Tahap persiapan
- Pembuatan jadwal rencana pelaksanaan : tanggal pelaksanaan, lantai
dan departemen yang terlibat, instansi yang dilibatkan (jika melibatkan
instansi terkait).
- Sosialisasi panduan penanganan bahaya kebakaran rumah sakit.
- Sosialisasi skenario ke tim Tanggap Darurat atau Bencana.
- Pengujian peralatan yang akan digunakan dalam simulasi.
h. Tahap pelaksanaan, meliputi pelaksanaan dan evaluasi hasil pelaksanaan.
110
6.7.2 Dalam keadaan kebakaran
Untuk pasien dan keluarga tidak dapat membantu diri mereka sendiri,
menjadi tanggung jawab petugas rumah sakit untuk menjaga keselamatan
mereka. Dalam hal ini petugas harus :
a. Jika terjadi kebakaran, tetap tenang : berikan contoh pada pasien;
b. Laporkan adanya api atau dengan menginformasikan code red ke FCC
c. Padamkan api pada awal kebakaran saat api masih kecil dan lokalisir
agar tidak menyebar, hanya dilakukan oleh petugas yang tertlatih untuk
mengoperasikan APAR (Tim Pemadam).
d. Apabila penggunaan APAR tidak berhasil memadamkan api, dapat
digunakan Hidran oleh petugas Pemadam General Gedung.
e. Pindahkan pasien yang berada dalam bahaya asap atau api ke tempat
yang lebih aman.
f. Tutup ruang pasien
g. Menjadi panutan bagi pasien.
111
BAB 7
PENGELOLAAN PRASARANA RUMAH SAKIT
DARI ASPEK KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
7.1 Definisi
Bangunan rumah sakit adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang
menyatu dengan tempat dan kedudukannya, sebagian atau seluruhnya yang
berada di atas tanah/perairan, ataupun dibawah tanah/perairan yang digunakan
untuk penyelenggaraan rumah sakit.
Kompartemen adalah sistem proteksi ruangan yang tahan terhadap api dengan
seluruh dinding, lantai, langit-langit dan bukaan-bukaan menggunakan bahan
bangunan yang mempunyai tingkat ketahanan api minimal 2 (dua) jam.
Sarana adalah segala sesuatu benda fisik yang dapat tervisualisasi oleh mata
maupun teraba panca indera dan dengan mudah dapat dikenali oleh pasien dan
umumnya merupakan bagian dari suatu bangunan gedung (pintu, lantai, dinding,
tiang kolong gedung, jendela) ataupun bangunan itu sendiri.
7.2 Standar Manajemen Pengelolaan Sarana dan Prasarana Rumah Sakit dari
Aspek K3
7.2.1 Setiap sarana dan prasarana serta peralatan Rumah Sakit Tria Dipa dilengkapi
dengan :
112
a. Kebijakan tertulis tentang pengelolaan K3 yang mengacu minimal
pada peraturan perundangan
b. Pedoman dan standar prosedur operasional K3.
c. Perizinan sesuai dengan peraturan yang berlaku meliputi :
- Izin Lingkungan (AMDAL, UKL-UPL)
- Izin Mendirikan Bangunan (IMB)
- Sertifikat Laik Fungsi (SLF)
- Rekomendasi Dinas pemadam kebakaran
- Izin Deepwell atau Surat Izin Pengambilan Air (SIPA)
- Izin operasional rumah sakit
- Izin pemakaian lift, Gondola, Eskalator
- Izin instalasi listrik
- Izin pemakaian genset dari Kementerian ESDM dan Dinas Tenaga Kerja
- Izin Instalasi Petir
- Izin Pemakaian Boiler
- Penggunaan Radiasi
- Izin Bejana Tekan
- Izin Pengolahan Limbah Padat dan Cair
- Izin Fire Alarm, Hidrant dan sprinkler
- Izin Bapeten (Radiasi)
- Izin Radio Pengion
- Izin Landasan Helikopter
d. Sistem Komunikasi internal dan eksternal
e. Sertifikasi
f. Program pemeliharaan
g. Alat pelindung diri (APD) yang memadai, siap dan layak pakai
h. Manual operasional yang jelas
i. Sistem alarm, sistem pendeteksi api/kebakaran dan penyediaan alat
pemadam api/ kebakaran
j. Rambu-rambu K3 seperti larangan dan rambu penunjuk arah
k. Fasilitas sanitasi yang memadai dan memenuhi persyaratan kesehatan.
113
l. Fasilitas penanganan limbah padat, cair dan gas.
7.2.3 Setiap sarana dan prasarana menggunakan B3 maka pengirimannya
dilengkapi dengan lembar lembar MSDS dan disediakan ruang atau tempat
penyimpanan khusus B3 yang aman.
7.2.4 Setiap pekerja/operator sarana dan prasarana dilakukan pemeriksaan
kesehatan berkala.
7.2.5 Setiap lingkungan kerja di dalam sarana dan prasarana dilakukan
pemantauan atau monitoring kualitas lingkungan kerja secara berkala.
7.2.6 Sarana dan prasarana dikelola oleh tenaga yang memiliki pengetahuan dan
pengalaman K3 yang memadai atau peralatan yang mewajibkan operator
yang memiliki sertifikasi, maka operator alat tersebut harus memiliki Surat
Izin Operasi (SIO) dari Dinas Tenaga Kerja.
7.2.7 Peta/denah lokasi/ruang/alat yang dianggap berisiko dilengkapi dengan
simbol- simbol khusus untuk daerah/tempat/area yang berisiko dan
berbahaya, terutama laboratorium, radiologi, farmasi, CSSD, kamar
operasi, genset, kamar isolasi penyakit menular, pengolahan limbah dan
laundry.
7.2.8 Khusus sarana bangunan yang menggunakan B3 dilengkapi fasilitas
dekontaminasi B3.
7.2.9 Program penyehatan lingkungan, meliputi penyehatan ruang dan bangunn,
penyehatan makanan dan minuman, penyehatan air, penanganan limbah,
penyehatan tempat pencucian umum termasuk laundry, pengendalian
serangga, tikus dan binatang penganggu lain, pemantauan sterilisasi dan
desinfeksi, perlindungan radiasi dan upaya promosi kesehatan lingkungan.
7.2.10 Evaluasi, pencatatan dan pelaporan program pelaksanaan K3 sarana dan
prasarana rumah sakit.
7.2.11 Kalibrasi (internal dan eksternal) secara berkala terhadap sarana dan
prasarana disesuaikan dengan jenisnya.
7.3 Standar Teknis Pengelolaan Sarana dan Prasarana Rumah Sakit dari Aspek K3
7.3.1 Sarana
a. Lantai
114
- Lantai ruangan dari bahan yang kuat, kedap air, rata, tidak licin dan
mudah dibersihkan dan berwarna terang.
- Lantai toliet/WC dari bahan yang kuat, kedap air, tidak licin, mudah
dibersihkan mempunyai kemiringan yang cukup sehingga tidak ada
genangan air.
- Khusus ruang operasi lantai rata, tidak mempunyai pori atau lubang
untuk berkembang biaknya bakteri, menggunakan bahan vynil anti
elektrostatik dan tidak mudah terbakar.
- Lantai dengan kemiringan 70 %, bahan penutup lantai dari lapisan
permukaan yang tidak licin (walaupun dalam kondisi basah).
- Khusus area perawatan pasien bahan lantai menggunakan bahan
yang tidak menimbulkan bunyi.
116
- Khusus ruang operasi, pintu terdiri dari dua daun, mudah dibuka
tetapi harus dapat menutup sendiri (dipasang door closer)
- Khusus ruang radiologi, pintu terdiri dari dua daun pintu dan dilapisi
Pb minimal 2 mm atau setara dinding bata ketebalan 30 cm
dilengkapi dengan lampu merah tanda bahaya radiasi serta
dilengkapi jendela kaca anti radiasi.
d. Plafon/langit-langit
- Rangka plafon kuat dan anti rayap.
- Permukaan plafon berwarna terang, mudah dibersihkan tidak
menggunakan berbahan asbes.
- Langit-langit di ruangan minimal 2,80 m dan tinggi di koridor minimal
2,40 m.
- Langit-langit menggunakan cat anti jamur.
- Khusus ruang operasi, disediakan gelagar (gantungan) lampu bedah
dengan profil baja double INP 20 yang dipasang sebelum
pemasangan langit langit.
e. Ventilasi
- Pemasangan ventilasi alamiah dapat memberikan sirkulasi udara
yang cukup, luas minimum 15 % dari luas lantai.
- Ventilasi mekanik disesuaikan dengan peruntukkan ruangan,
untuk ruang operasi kombinasi antara fan, exhaust dan AC
memberikan sirkulasi udara
- Ventilasi AC dilengkapi dengan filter.
f. Atap
- Atap kuat, tidak bocor, tidak menjadi perindukan serangga, tikus
dan binatang pengganggu lain.
- Atap dengan ketinggian lebih dari 10 m menggunakan penangkal petir.
g. Sanitair
117
- Closet, urinoir, wastafel dan bak mandi dari bahan kualitas baik,
utuh dan tidak cacat serta mudah dibersihkan.
- Urinoir dipasang/ditempel pada dinding, kuat, berfungsi dengan baik
- Wastafel dipasang rata, tegak lurus dinding, kuat, tidak
menimbulkan bau, dilengkapi desinfektan dan dilengkapi disposible
tissue.
- Indeks perbandingan jumlah tempat tidur pasien dengan jumlah
toiletnya dan kamar mandi 20:1.
- Air untuk keperluan sanitair seperti mandi,cuci, urinoir, wastafel, closet,
keluar dengan lancar dan jumlahnya cukup.
h. Pemipaan (plumbing)
- Sistem pemipaan menggunakan kode warna : biru untuk pemipaan
air bersih, merah untuk pemipaan kebakaran dan warna hitam atau
abu-abu untuk air kotor.
- Pipa ait bersih tidak boleh bersilangan dengan pipa air kotor.
- Instalasi pemipaan tidak boleh atau berdampingan dengan instalasi listrik.
i. Saluran (drainase)
- Saluran keliling bangunan dari bahan yang kuat, kedap air dan
berkualitas baik dengan dasar mempunyai kemiringan yang cukup
ke arah aliran pembuangan;
- Saluran air hujan tertutup telah dilengkapi bak kontrol dalam jarak
tertentu dan ditiap sudut pertemuan, bak kontrol dilengakapi penutup
yang mudah dibuka/ditutup memenuhi syarat teknis, serta berfungsi
dengan baik.
119
- Lebar minimum dari ram adalah 2,40 m dengan tepi pengaman.
- Area awal dan akhir ramp harus bebas dan datar, mudah untuk
berputar, tidak licin.
k. Tangga
- Memiliki dimensi pijakan dan tanjakan yang berukuran seragam
tinggi dengan ukuran 15-17 cm;
- Lebar tangga minimum 120 cm jalan searah dan 160 cm jalan dua arah.
- Lebar injakan minimum 28 cm.
- Tinggi injakan maksimum 21 cm.
- Tidak berbentuk bulat/spiral.
- Memiliki dimensi pijakan dan tanjakan yang seragam.
- Memiliki kemiringan injakan < 90 derajat.
- Dilengkapi pegangan minimum pada salah satu sisinya. Pegangan
rambat mudah dipegang, ketinggian 60-80 cm dari lantai, bebas dari
segala instalasi.
- Tangga diluar bangunan dirancang ada penutup tidak kena air hujan.
m. Arah parkir
- Area parkir harus tertata dengan baik.
- Parkir dasar (basement) dilengkapi dengan exhauster yang memadai
untuk menghilangkan udara tercemar di dalam ruang dasar
(basement), dilengkapi petunjuk arah dan disediakan tempat sampah
yang memadai serta pemadam kebakaran.
120
n. Pemandangan (landscape) : jalan, taman
- Akses jalan lancar dengan rambu-rambu yang jelas.
- Saluran pembuangan yang melewati jalan tertutup dengan baik
dan tidak menimbulkan bau.
- Tanam-tanaman tertata dengan baik dan tidak menutupi rambu-
rambu yang ada.
- Jalam dalam area rumah sakit pada kedua belah sisi dilengkapi
dengan
kansten dan dirawat.
- Tersedia area tempat berkumpul aman (assembly point).
7.3.2 Prasarana
a. Instalasi air
a) Instalasi air minum/bersih;
Persyaratan instalasi air minum/air bersih terdiri atas :
1) Perencanaan sistem distribusi air minum/air bersih dalam
bangunan rumah sakit memenuhi debit air minimal yang
dipersyaratkan dengan kapasitas reservoir kebutuhan rumah
sakit 250-500 liter/tempat tidur);
2) Penampungan air minum/bersih dalam bangunan rumah sakit
diupayakan menjamin kualitas air;
3) Sistem penyediaan air bersih menggunakan jaringan PAM atau
sumur dalam (artesis);
4) Air bersih dilakukan pemeriksaan fisik, kimia dan biologi setiap 6
bulan sekali.
5) Sumber air bersih dimungkinkan dapat digunakan sebagai
sumber air dalam penanggulangan kebakaran.
122
c) Instalasi air hujan
Persyaratan instalasi air hujan terdiri atas :
1) Sistem instalasi air hujan direncanakan dan dipasang dengan
mempertimbangkan ketinggian permukaan air tanah,
permeabilitas tanah dan ketersediaan jaringan drainase
lingkungan/kota;
2) Bangunan rumah sakit dan pekarangannya dilengkapi dengan
sistem instalasi air hujan;
3) Untuk daerah rawan banjir, air diresapkan ke dalam tanah
pekarangan menggunakan sistem biopori atau sumur resapan;
4) Sistem instalasi air hujan dipelihara untuk mencegah terjadinya
endapan dan penyumbatan pada saluran.
c. Instalasi uap
a) Sumber uap
1) Diperoleh dari boiler (katel uap)
2) Penempatan sumber uap mudah diamati, dipelihara dan tidak
membahayakan, menggangu dan merugikan lingkungan, bagian
bangunan rumah sakit dan instalasi lain, serta diperhitungkan
123
berdasarkan peraturan dan standar teknik yang berlaku.
124
3) Untuk boiler yang memiliki volume lebih dari 220 cm3 dan
tekanan kerja lebih dari 2 kg/cm2 memiliki ijin pemakaian yang
dikeluarkan oleh Dinas Tenaga Kerja setempat;
4) Pemberian pelat nama pada botol baja atau tabung baja dengan
cara penandaan dengan cap huruf (slagletter) kecuali jika tebal
dinding kurang dari 4,0 mm, slagletter memberikan keterangan
tentang : nama pembuat, nomor seri pembuatan dan tahun
pembuatan, nama gas yang diisikan (bukan simbol kimia), berat
botol baja atau tabung gas tanpa valve, tekanan pengisian yang
diijinkan, berat maksimum gas bila yang diisikan jenis gas cair,
kapasitas tampung air, tanda bahan pengisi bila jenis gas yang
diisikan asetylene serta bulan dan tahun pada waktu uji tekan
pertama.
b) Distribusi uap
1) Uap yang dialirkan untuk dipergunakan pada peralatan dapur
atau keperluan laundry atau jenis lainnya mengikuti peraturan
dan standar teknik yang berlaku.
2) Sistem distribusi uap direncanakan dan diatur sehingga dengan
tekanan uap yang minimal, peralatan yang menggunakan uap
dapat bekerja dengan baik.
3) Sistem distribusi uap dipelihara untuk mencegah kebocoran.
c) Terminal uap.
Diuji sebelum digunakan dan diperiksa secara berkala.
127
d) Tersedia komunikasi lain (HT, paging system dan alarm)
untuk mendukung komunikasi tanggap darurat.
e) Tersedia sistem panggilan perawat (nurse call) yang terpasang
dan berfungsi dengan baik.
f) Tersedia peralatan pemantau keamanan /CCTV (Close circuit television).
129
10) Lift dilengkapi dengan peralatan tanda bahaya/interkom yang
terintegrasi dengan ruang CCTV.
11) Ruang/sangkar lift dilengkapi dengan ventilasi dan lampu
penerangan darurat.
12) Panel operasi memuat : nama pembuat atau merk dagang
kecuali diatur sendiri, kapasitas beban maksimal dalam satuan kg
atau orang, rambu dilarang merokok dan petunjuk jika terjebak di
dalam lift, tanda kelebihan muatan dapat dengan sensor atau
desain engineering, tombol pintu buka dan pintu tutup, tombol
permintaan lantai pemberhentian, tombol bel alarm dan tanda
bahaya serta interkom komunikasi dua arah.
13) Pembuatan dan atau pemasangan lift sesuai dengan gambar
rencana yang disahkan oleh Menteri atau pejabat yang
berwenang.
14) Pembuatan, pemasangan dan perubahan teknis atau
administrasi lift dilakukan oleh Perusahaan Jasa Keselamatan
dan Kesehatan Kerja (PJK3) yang memiliki surat keputusan
penunjukan Menteri dan teknisi yang telah memiliki Surat Ijin
Operasi (SIO).
15) Pemeriksaan dan pengujian lift dilakukan oleh perusahaan riksa
uji (PJK3 riksa uji) dan disahkan oleh pengawas yang ditunjuk
sebelum lift dioperasikan.
16) Secara rutin menganti spare part sesuai ketentuan pabrikasi atau
ditemukan spare part yang telah aus.
131
4) Sistem pencahayaan buatan direncanakan berdasarkan tingkat
iluminasi yang dipersyaratkan sesuai fungsi ruang bangunan
rumah sakit dengan mempertimbangkan efisiensi, penghematan
energi yang digunakan, dan penempatannya tidak menimbulkan
efek silau atau pantulan.
5) Sistem pencahayaan buatan dilengkapi dengan pengendali
manual dan/atau otomatis dan ditemnpatkan pada tempat yang
mudah dicapai/dibaca oleh pengguna ruang.
6) Sistem pencahayaan darurat dipasang pada bangunan rumah
sakit dengan fungsi dan dapat bekerja secara otomatis, serta
mempunyai tingkat pencahayaa yang cukup untuk evakuasi yang
aman.
133
c) Akses menuju instalasi pengelolaan limbah melalui akses/pintu
layanan servis.
d) Memiliki Izin Pembuangan Limbah Cair (IPLC) dan sistem
pengelolaan limbah B3
134
BAB 8
PENGELOLAAN PERALATAN MEDIS
DARI ASPEK KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
8.1 Definisi
Peralatan medis merupakan sarana pelayanan di Rumah Sakit dalam
memberikan tindakan kepada pasiennya, perawatan dan pengobatan yang
digunakan untuk diagnosa, terapi, rehabilitasi dan penelitian medik baik secara
langsung maupun tidak langsung. Pengelolaan peralatan medis dari aspek
keselamatan dan kesehatan kerja adalah upaya memastikan sistem peralatan
medis aman bagi sumber daya manusia sakit, pasien, pendamping pasien,
pengunjung maupun lingkungan Rumah Sakit.
136
a. Memeriksa seluruh komponen, aksesoris dan kelengkapan pilihan (options)
yang tercatat dalam surat pesanan.
b. Pendokumentasian hasil pengujiaan sebagai pembanding saat
dilakukan inspeksi.
c. Memeriksa kelengkapan adminstrasi seperti ijin edar, kartu garansi,
manual book, sertifikasi uji dan petunjuk singkat penggunaan dalam
bahasa indonesia.
d. Pelaksanaan pengujian fungsi dan alat berdasarkan checklist dan
prosedur uji pabrikasi.
e. Berita acara kesiapan alat ditandatangani oleh teknisi vendor, teknisi
rumah sakit dan user (unit kerja penguna alat medis).
8.2.5 Pemerliharaan
a. Petugas Pemeliharaan
Teknisi rumah sakit melakukan kegiatan pemeliharaan alat medik
dengan keahlian yang didapat dari basic pendidikan dan/atau training
yang telah diberikan. Kelebihannya adalah teknisi rumah sakit dapat
dipanggil secara cepat oleh user yang menggunakan peralatan medik
untuk memperbaiki peralatan, dapat memberi bantuan dalam
pengoperasian alat dan menyiapakan persediaan suku
cadang/sparepart yang tepat
137
BAB 9
KESIAPSIAGAAN MENGHADAPI KONDISI DARURAT ATAU
BENCANA
9.1 Definisi
Bencana adalah peristiwa atau serangkaian peristiwa yang mengancam dan
menggangu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan baik oleh
faktor alam dan/atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga
mengakibatkan korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda
dan dampak psikologis.
Bencana eksternal adalah bencana yang ber sumber atau berasal dari luar
rumah sakit yang dalam waktu singkat mendatangkan korban bencana dalam
jumlah melebihi rata- rata atau keadaan biasa sehingga memerlukan penanganan
khusus dan mobilisasi tenaga pendukung lainnya.
Bencana internal adalah bencana yang berasal dari dalam rumah sakit dan
menimpa rumah sakit dengan segala objek vitalnya meliputi pasien, pekerja,
material dan dokumen.
138
Kode bencana (emergency code) adalah Alat komunikasi di Rumah Sakit Tria
Dipas dilakukan dengan paging sistem, Handy Talky, telepon meja dan telepon
genggam. Hal tersebut akan memudahkan untuk dapat berkomunikasi secara
internal, sehingga bila terdengar tentang kode bencana hanya staf yang mengerti
dan tidak membuat panik pengunjung dan pasien.
Korban bencana adalah orang atau kelompok orang yang menderita atau
meninggal dunia akibat bencana.
139
Gawat darurat, informasi yang menyatakan terjadinya suatu keadaan
seseorang yang henti nafas atau henti jantung. Penanganan pada saat
aktivasi code blue melalui paging system.
a. 1 perawat membantu pasien
b. 1 orang menghubungi FCC/operator pagging atau tekan code blue.
c. Dokter yang bertugas di lantai lain dan perawat di ruang/lantai terdekat
menuju ruang yang dimaksud.
141
Banjir, informasi terjadinya banjir melebihi ambang batas kuning dan
diperlukan tindakan yang sesuai. Penanganan pada saat aktivasi code
three melalui paging system.
a. 1 orang hubungi securiy/operator pagging
b. Tim Tanggap Darurat atau Bencana melakukan tindakan yang sesuai.
142
Kontaminasi kimia/farmasi berbahaya, informasi terjadinya kontaminasi
bahan kimia/farmasi berbahaya dan perlu dilakukan isolasi, lokalisasi dan
dekontaminasi sesuai SOP dan APD standar. Penanganan pada saat
aktivasi code brown melalui paging system.
a. 1 orang hubungi securiy/operator pagging
b. Tim orange lantai/ruangan melakukan evakuasi
c. Tim security mengisolasi daerah terkontaminasi
d. Tim ED melakukan dekontaminasi korban
e. Tim teknis melakukan dekontaminasi lokasi
144
9.4.2 Proses dan langkah-langkah perencanaan kontijensi
145
b) Pengelompokan jenis-jenis kejadian
146
c) Mengidentifikasi kejadian
d) Mengidentifikasi kebutuhan
148
seluruh pasien yang menggunakan oksigen sentral sudah
tergantikan dengan oksigen portable dan dikonfirmasikan kepada
dokter atau perawat yang sedang berjaga.
b. Mengenai dokumen penting yang harus diselamatkan (berlaku
untuk semua unit kerja yang memiliki rekam medis), terutama
dokumen yang menggambarkan jumlah pasien, kondisi umum
pasien, diagnosis pasien (bila mungkin) dan obat-obatan yang
digunakan. Mengenai obat-obatan pasien yang tersimpan di
ruangan, akan ditinggalkan pada saat terjadi keadaan darurat atau
bencana yang mengharuskan pasien untuk dievakuasi.
c. Setelah terdengar aktivasi Code Purpel melalui paging segera
lakukan evakuasi horisontal atau vertikal, menuju ke tempat yang
lebih aman di lantai yang sama atau menuju lantai dibawahnya
maksimal 3 lantai atau langsung menuju ke assembly point bila
tinggi gedung rumah sakit tidak melebihi dari 4 lantai.
d. Prioritas evakuasi pasien berdasarkan departemen keperawatan
yaitu kode warna
149
e. Metode evakuasi pasien
150
- Prioritas 1 : 1 orang perawat membantu evakuasi 8 pasien
- Prioritas 2 : 1 orang perawat membantu 4 pasien dapat
menggunakan kursi roda, kursi tandu, selimut atau dengan
memapah. Mintalah bantuan keluarga pasien/pengunjung.
- Prioritas 3,4 dan 5 : dapat menggunakan bed, ski sheet, stretcher, tandu,
evacuation chair atau selimut.
151
b. Menyimpan dokumen penting seperti rekam medis, daftar pasien
yang sedang dalam perawatan dan lembar absensi manual SDM
rumah sakit yang bertugas.
c. Memastikan bahwa kondisi jalur menuju ke tangga darurat terdekat
selalu dalam keadaan dari hambatan apapun.
c) NICU
1. Persiapan dalam menghadapai keadaan darurat atau bencana
a. Mematikan peralatan untuk evakuasi pasien bayi tercukupi dengan
baik, oksigen portable, tas evakuasi bayi sebanyak 50 % dari total
tempat tidur ruang perawatan bayi (bisa diisi 2 bayi dan tidak perlu
dipindahkan setelah di assembly point).
b. Sistem pencegahan dan penanganan terjadinya penculikan bayi.
153
2. Pada saat terjadi keadaan darurat atau bencana
154
Berlaku di departemen perawatan intensif bayi. Langkah-langkah
yang harus dilakukan dengan alur penanganan bahaya keadaan
darurat atau bencana untuk medis. Beberapa hal yang harus
diperhatikan adalah :
a. Setelah terdengar aktivasi Code Red melalui paging system, maka
tim keamanan (tim biru) segera menuju ke lokasi katup aliran gas
medis atau oksigen untuk menghentikan aliran gas dan
mengamankan lokasikebakaran. Sebelum meghentikan aliran gas,
harus memastikan bahwa seluruh pasien yang menggunakan
oksigen sentral sudah tergantikan dengan oksigen portable dan
dikonfirmasikan kepada dokter atau perawat yang sedang berjaga.
b. Mengenai dokumen penting yang harus diselamatkan (berlaku
untuk semua unit kerja yang memiliki rekam medis), terutama
dokumen yang menggambarkan jumlah pasien, kondisi umum
pasien, diagnosis pasien (bila mungkin) dan obat-obatan yang
digunakan. Mengenai obat-obatan pasien yang tersimpan di
ruangan, akan ditinggalkan pada saat terjadi keadaan darurat atau
bencana yang mengharuskan pasien untuk dievakuasi.
c. Setelah terdengar aktivasi Code Purpel melalui paging system
pasien yang menggunakan berbagai alat bantu pernafasan sentral
atau ventilator harus segera diganti dengan alat bantu pernafasan
portable. Apabila ditemukan kondisi darurat seperti kehabisan
tabung oksigen portable, maka pasien harus dibantu dengan alat
bantu pernafasan manual. Sedangkan yang menggunakan alat-alat
monitor dengan listrik, harus segera dilepas seluruhnya (sebaiknya
mulai dipikirkan untuk penggunaan alat monitor dengan listrik DC
atau menggunakan baterai).
d. Setelah terdengar aktivasi Code Purpel melalui paging segera
lakukan evakuasi horisontal atau vertikal, menuju ke tempat yang
lebih aman di lantai yang sama atau menuju lantai dibawahnya
maksimal 3 lantai atau langsung menuju ke assembly point bila tinggi
gedung rumah sakit tidak melebihi dari 4 lantai menggunakan
155
babevac.
156
d) Pharmacy
1. Persiapan dalam menghadapai keadaan darurat atau bencana
a. Melakukan inventarisasi dan pencatatan terhadap seluruh
kebutuhan dan perbekalan farmasi, terutama cairan dan obat-
obatan untuk kasus darurat (patah tulang) dan untuk kasus yang
umum, serta mencatat seluruh kebutuhan pasien dan SDM,
terutama untuk pasien rawat inap.
b. Memastikan seluruh kebutuhan obat pasien dan korban bencana
akan terpenuhi dan bisa didistribusikan dengan lancar dan baik.
c. Menyimpan dokumen-dokumen penting dalam suatu tempat/wadah
yang sudah disepakati dan diberi penanda khusus, biasanya diberi
tanda/warna kuning (lihat Petunjuk Teknis Departemen Farmasi
terkait dokumen penting apa saja yang harus disimpan dan
diselamatkan pada saat evakuasi).
d. Menyiapkan tempat khusus (emergency back pack) untuk
menyimpan atau meletakkan berbagai obat-obatan, agar bisa
langsung dibawa pada saat keadaan darurat atau bencana (lihat
Petunjuk Teknis Departemen Farmasi terkait daftar nama dan
jumlah obat-obatan di dalam emergency back pack).
e. Kesiapan bahan dan obat-obatan darurat dalam emergency trolley dan
emergency back pack.
f) ICT
1. Persiapan dalam menghadapi keadaan darurat atau bencana
a. Melakukan back-up data dari seluruh departemen, baik didalam
external hard disc maupun di dalam server rumah sakit secara
berkala (lihat Petunjuk Teknis Departemen ICT terkait waktu
berkala tersebut). Cara ini dilakukan sebagai antisipasi apabila
kebekaran terjadi di ruang server.
b. Menentukan seseorang yang bertanggungjawab mengenai hat
tersebut, apakah diputuskan oleh departemen ICT atau ditentukan
secara bergantian atau bergiliran (dituangkan dalam suatu
Petunjuk Teknis Departemen ICT).
159
memindahkannya. Untuk dokumen penting direkomendasikan
segera disimpan dalam bentuk soft-file.
b. Melakukan perhitungan kebutuhan finansial dalam kurun waktu
minggu atau bulan untuk operasional darurat rumah sakit pada saat
terjadi keadaan darurat atau bencana. Dengan menggunakan data-
data finansial terkait operasional yang sudah ada.
c. Mempersiapkan dana, baik berupa dana tunai maupun surat
berharga (cek dan bilyet giro), dan disimpan didalam suatu
tempat/wadah yang aman, diberi penandaan/warna kuning, agar
lebih mudah terlihat pada saat terjadi keadaan darurat atau
bencana dan mengingatkan petugas tim dokumen (tim kuning)
untuk mengevakuasinya (lihat Petunjuk Teknis Departemen
Keuangan terkait dokumen penting apa saja yang harus disimpan
dan diselamatkan pada saat evakuasi).
d. Memastikan bahwa seluruh dokumen perusahaan yang penting
terkait dengan berbagai pihak telah disimpan di tempat yang aman.
Dibuat prioritas dokumen yang perlu diselamatkan pada saat terjadi
kebakaran.
h) Kitchen
1. Persiapan dalam menghadapi keadaan darurat atau bencana
a. Melakukan pencatatan dan penghitungan kebutuhan bahan-bahan
makanan penting untuk seluruh pasien yang dirawat dan SDM yang
bertugas per minggu, terutama makanan instan. Usahakan untuk
mempersiapkan kebutuhan bahan makanan untuk pasien
berdasarkan data jumlah pasien tertinggi yang pernah dirawat (lihat
Petunjuk Teknis Departemen Gizi terkait dengan daftar bahan
makanan dan jumlahnya).
b. Selalu memastikan akan kecukupan tabung gas elpiji untuk kondisi
darurat di rumah sakit lapangan, beserta dengan peralatan
memasak yang selalu bersih dan siap digunakan.
c. Menyiapkan berbagai peralatan untuk makan dan minum yang
160
sekali pakai (piring, gelas, sendok dan garpu berbahan campuran
kertas
161
dan/atau plastik), serta troli yang bisa digunakan untuk
mendistribusikan makanan jadi.
i) Purchasing
1. Persiapan dalam menghadapi keadaan darurat atau bencana
a. Melakukan inventarisasi dan pencatatan terhadap seluruh
kebutuhan logistik, seperti alat kesehatan dan alat kedokteran,
perbekalan, juga mencatat seluruh kebutuhan pasien dan SDM
rumah sakit (lihat Petunjuk Teknis Departemen Logistik terkait
daftar dan jumlah kebutuhan logistik saat terjadi bencana dan
162
kedaruratan).
163
b. Memastikan seluruh kebutuhan pasien dan SDM rumah sakit akan
terpenuhi dan bisa didistribusikan dengan lancar dan baik dan
prosedur penanggulangan kebakaran ini akan dipatuhi dan
dilaksanakan oleh setiap personel yang berada di bawahnya.
c. Nantinya harus melaporkan status pelaksanaan tugas dan fungsi
departemen purchasing sesuai dengan uraian tugas saat terjadinya
bencana kebakaran ke KOLAK pada Tim Tanggap Darurat atau
Bencana.
j) Hemodialisa (HD)
1. Pada saat terjadi keadaan darurat atau bencana
Merupakan departemen penunjang medis yang menggunakan
peralatan berteknologi tinggi sebagai penganti fungsi ginjal untuk
mengeluarkan sisa- sisa metabolisme/racun. Langkah-langkah yang
harus dilakukan sesuai alur penanganan bahaya kebakaran untuk
medis. Beberapa hal yang harus diperhatikan adalah :
a. Periksa kondisi pasien, apakah menggunakan alat bantu nafas dan
sedang dipsang alat cuci darah. Jika memungkinkan bernafas
sendiri, maka saat evakuasi selang oksigen dapat dilepas dan
164
tim evakuasi (tim orange)
165
melepas selang penghubung ke alat cuci darah, kemudian
klem/kunci selang, lanjutkan dengan mengevakuasi pasien
menunju ke tempat aman yang sudah ditentukan.
167
peralatan listrik. Langkah awal adalah segara melepaskan
penghubung listrik (colokan listrik) dab segera memindahkan
pasien dari ruang operasi. Jika hal ini tidak memungkinkan, maka
segera lakukan pemadaman dengan menggunakan APAR yang
tersedia.
169
b. Memastikan bahwa lembaran rekam medis yang digunakan tidak
tercecer dan hilang, dan tidak lupa untuk membuat resume
kepulangan pasien atau korban.
c. Melakukan pencatatan dan pelaporan pelaksanaan kegiatan
pelayanan rekam medis dan data statistik serta analisisnya (bila
diperlukan).
n) Radiology
1. Setelah terjadi keadaan darurat atau bencana
a. Mengatur ketersedian personil selama berada di rumah sakit
lapangan untuk mengelola pelayanan radiologi.
b. Bertanggungjawab terhadap ketersediaan, penggunaan dan
pemeliharaan peralatan radiology, termasuk kebutuhan film dan
cairan untuk pengolahannya.
c. Bertanggungjawab untuk memberi peringatan bahaya radiasi dan
memastikan bahwa lingkungan aman terhadap limbah yang
dihasilkan.
170
d. Memastikan bahwa kualitas hasil pemeriksaan dan keselamatan
personil sesuai dengan standar proteksi keselamatan radiasi.
e. Melakukan pencatatan dan pelaporan pelaksanaan kegiatan radiology.
171
o) Laboratory
1. Setelah terjadi keadaan darurat atau bencana
a. Mengatur ketersediaan personil selama berada di rumah sakit
lapangan untuk mengelola pelayanan hematologi, urinalisis dan
kimia klinis.
b. Bertanggungjawab terhadap ketersediaan, penggunaan dan
pemeliharaan peralatan laboratorium, termasuk kebutuhan reagen.
c. Memastikan bahwa kualitas hasil pemeriksaan tetap terkontrol
dan akurat, serta menjaga hygiene dan keselamatan personil
selama bertugas.
d. Melakukan pencatatan dan pelaporan pelaksanaan kegiatan laboratorium.
p) Laundry
1. Setelah terjadi keadaan darurat atau bencana
a. Mengatur ketersediaan personil untuk mengelola laundry di rumah
sakit lapangan.
b. Menyiapkan mesin cuci untuk kebutuhan laundry linen infeksius dan
non infeksius dari rumah sakit lapangan (apabila memungkinkan,
menggunakan mesin cuci yang dimiliki/dipindahkan dari gedung
rumah sakit atau menggunakan pihak ketiga).
c. Melakukan pengaturan kegiatan laundry linen dari rumah sakit
lapangan sesuai dengan peralatan penunjang yang tersedia di
rumah sakit lapangan.
d. Melakukan pencatatan dan pelaporan pelaksanaan kegiatan laundry.
q) Security
1. Setelah terjadi keadaan darurat atau bencana
a. Bertanggungjawab penuh terhadap keamanan paska bencana atau
keadaan darurat, mulai dari proses evakuasi hingga kegiatan di
rumah sakit lapangan.
b. Melakukan koordinasi lintas sektoral secara eksternal dengan pihak
172
berwajib maupun dengan masyarakat sekita rumah sakit.
173
c. Mengatur ketersediaan personil untuk terus menjaga keamanan
secara harian.
d. Melakukan tindakan penanganan kejadian kriminal yang terjadi di
rumah sakit (code black atau code grey) dan bahaya manusia yang
terdata dalam HVA.
e. Melakukan pencatatan dan pelaporan pelaksanaan kegiatan
keamanan secara rutin selama beroperasinya rumah sakit lapangan
atau melaporkan incident report ke QR.
r) Maintence
1. Pada saat terjadi keadaan darurat atau bencana
a. Setelah terdengar aktivasi Code Three melalui paging system,
maintenance mengaktifkan pompa banjir (jika tersedia),
menyediakan alternatif lain seperti menempatkan karung berisi
pasir pada area yang memiliki kemungkinan luapan banjir misalnya
ruang genset, ruang pompa dll serta membersihkan saluran air.
b. Setelah terdengar aktivasi Code Silver melalui paging system,
maintenance mencari alternatif sumber air bersih lainnya.
c. Setelah terdengar aktivasi Code White melalui paging system,
maintenance mencari alternatif suplai listrik lainnya.
d. Setelah terdengar aktivasi Code Red melalui paging system,
maintenance menghentikan aliran listrik setelah mendapat instruksi
dari Ketua K3, mematikan pompa hydrant dapat beroperasi dalam
menyuplai air, mengaktifkan genset bila diperlukan, menonaktifkan
akses keluar otomatis (lift), pintu sendor dalam kondisi terbuka.
174
c. Menyiapkan jamban, kamar mandi, sabun cair dan kertas tisu
untuk menunjang operasional rumah sakit lapangan.
d. Melakukan pencatatan dan pelaporan pelaksanaan kegiatan maintence.
175
tanggap darurat akan melalui empat tahapan aktifitas penanggulangan
kedaruratan sebagai berikut :
1. Mitigasi
Kegiatan yang dirancang untuk mengurangi resiko dan potensi kerusakan yang
disebabkan oleh keadaan darurat antara lain siaga bencana, peralatan yang
memadai dan tidak berlebihan serta pelatihan mengatasi kegawatdaruratan.
2. Kesiapsiagaan
Mengorganisir dan memobilisasi sumber daya penting antara lain adanya
rencana tertulis, pendidikan dan pelatihan karyawan, pelibatan pihak luar,
pengadaaan dan pemeliharaan logistik penting.
3. Respon
Mengatasi dan merepon kedaruratan akibat bencana. Tindakan yang
dirancang sebagai strategi dan aksi yang diaktifkan selama keadaan darurat
yaitu pengendalian, peringatan dan evakuasi.
4. Pemulihan
Langkah-langkah yang diambil rumah sakit untuk kembali melaksanakan
aktivitas dalam situasi normal. Ada dua tahapam pemulihan yaitu jangka
pendek untuk menilai kerusakan dan dukungan vital yang diperlukan untuk
kembali melakukan kegiatan seperti sedia kala dan jangka panjang untuk
mengembalikan seluruh kegiatan dalam keadaan norlam atau pemulihan untuk
beroperasi seperti sedia kala.
9.9 Evakuasi
a. Pasien Rawat Inap
a) Pemberitahuan tentang pelaksanaan evakuasi pasien rawat inap akan
disampaikan melalui paging system dengan code purple atau instruksi dari
Tim Evakuasi (Tim Orange).
b) Segera setalah perintah evakuasi diberikan, atas arahan Ketua K3 atau
duty manager (bila diluar jam kerja), Penanggung jawab Ruang Perawatan
mengkoorinasikan pergerakan orang dalam area tanggungjawabnya
seperti karyawan, pasien dan pengunjung sesuai alur evakuasi yang telah
ditetapkan. Seluruh karyawan dengan arahan Penanggung jawab ruang
perawatan akan membantu menenangkan dan menjaga ketertiban
evakuasi menuju assembly point yang telah ditentukan.
c) Transportasi pasien yang membutuhkan perawatan dari ruangan ke
177
assembly point.
178
Peralatan Evakuasi Penggunaa
n
Alas Evakuasi Digunakan hanya untuk 1 pasien pada
Ski Sheet proses evakuasi;
Jumlah alas evakuasi yang dipersiapkan
:
- 100% dari jumlah bed perawatan
intensif (kecuali NICU/PICU),
ditambah
- 25% dari jumlah bed perawatan
biasa
179
e) Seluruh karyawan harus melaporkan area yang menjadi tanggungjawabnya
jika evakuasi dinyatakan belum selesai.
180
b. Kerusuhan
181
a) Ketua K3 Penanggulangan Bencana yang memiliki kewenangan
memerintahkan chief security untuk menutup seluruh pintu rumah sakit,
minimal gedung tempat perawatan.
b) Polres dan satpol PP segera diberitahu dan diminta untuk membantu
pengamanan sekeliling lingkunagn Rumah Sakit Tria Dipas.
c) Bersiap untuk penerapan siaga bencana.
c. Ancaman bom
a) Menerima ancaman bom
Pada saat menerima telepon ancaman bom
1) Perpanjang pembicaraan telepon ancaman bom
2) Perhatikan bunyi-bunyi selain suara penelpon seperti latar musik,
suara, pesawat dan bunyi-bunyi lainnya.
3) Catat karakteristik suara-suara lainnya.
4) Tanya dimana bomnya akan meledak dan kapan waktunya.
5) Catat jika penelpon terindikasi menguasai dengan baik situasi rumah
sakit melalui informasi yang disampaikannya.
b) Beritahu pihak yang berwenang dan pejabat utama rumah sakit yang ada
secepatnya
c) Prosedur pencarian bom
1) Setelah informasi lengkap disampaikan oleh petugas yang menerima
telepon ancaman bom, Direktur Rumah Sakit Tria Dipa atau pejabat
tinggi yang ada pada saat itu harus mengambil keputusan untuk
menimalisir ancaman dan kepanikan orang-orang yang ada di Rumah
Sakit Tria Dipa penyampaian isu dan persiapan untuk kedatangan
bantuan. Polisi diberikan kewenangan penuh sejak kedatangannya,
kerjasama dengan pihak kepolisian dan seluruh petugas yang terlibat
sangat diperlukan. Karyawan yang memegang master key atau kunci
cadangan harus berada di tempat dan mengikuti pergerakan petugas
pencari bom jika diperlukan.
182
2) Direktur atau pejabat yang tertinggi saat itu harus memberikan
kepercayaan penuh pada petugas yang menguasai seluk bangunan
Rumah Sakit Tria Dipas secepatnya.
3) Petugas yang berwenang kemungkinan tidak mengenal dengan baik
situasi Rumah Sakit Tria Dipa atau kekurangan personil untuk pencarian
yang memadai karena waktu yang sangat terbatas.
4) Gedung Rumah Sakit Tria Dipa dibagi menjadi beberapa bagian dimana
setiap bagian harus ditempatkan karyawan yang menguasai bangunan
tersebut.
5) Waspadai benda-benda mencurigakan dan letaknya terisolasi seperti
kantong plastik, kardus atau benda-benda terbungkus lainnya.
6) Pencarian benda-benda mencurigakan meliputi seluruh ruang publik
antara lain ruang tunggu, kantin, WC dan tangga. Seluruh ruangan
tersebut harus diperiksa secara teliti.
7) Pencarian juga meliputi area-area terbatas atau tidak untuk umum di
Rumah Sakit Tria Dipa jika penelpom mengindikasikan bahwa wilayah-
wilayah tersebut tempatnya bom diletakkan.
d) Pengetatan keamanan harus segera diambil pada tempat pencarian
sampai tempat tersebut dinyatakan bersih.
e) Lift harus dijaga untuk dipergunakan hanya oleh petugas yang berwenang.
f) Jika menemukan sesuatu yang dicurigai sebagai bom, jangan
menyentuhnya. Jauhkan orang-orang dari tempat tersebut dan minta
bantuan dari tenaga terlatih untuk menjinakkan bom. Upayakan menjaga
benda tersebut dari orang yang tidak berkepentingan dengan menutup
pintu bangunan.
g) Seluruh karyawan dan pasien dijaga untuk tetap tenang dan tidak panik
namun tetap dalam kewaspadaan tinggi. Karyawan harus dilatih untuk
sedapat mungkin tidak memberitahukan pasien untuk mencegah kepanikan
massal.
h) Secara berkala direktur atau pejabat tertinggi yang ada di Rumah Sakit Tria
Dipa diberitahu perkembangan terkini situasi yang ada.
i) Jangan memberitahu pasien bahwa ada ancaman bom yang diterima
183
Rumah Sakit Tria Dipa Jika pasien menyadari adanya sesuatu yang tidak
beres yang sedang
184
terjadi yakinkan pasien tidak perlu khawatir karena segalanya akan teratasi
dengan baik sesingkat-singkatnya.
j) Evakuasi
Jika bom ditemukan, petugas akan memberitahukan pihak yang berwenang
untuk menjinakan bom. Rumah Sakit Tria Dipa tidak akan melakukan
evakuasi sampai bom betul-betul ditemukan kecuali atas permintaan pihak
yang berwenang. Jika evakuasi tetap harus dilakukan, keputusannya harus
diambil oleh direktur atau pejabat tertinggi saat itu bersama pihak yang
berwenang.
k) Pelaporan
Setiap petugas Rumah Sakit Tria Dipa yang terlibat dalam pencarian bom
harus melapor hasil pencarian bom ke direktur atau pejabat tertinggi segera
setelah proses pencarian dinyatakan selesai. Personel yang terlibat harus
mempersiapkan laporan tertulis kronologis lengkap kepada direktur dan
menggaris bawahi seluruh kesulitan yang ada pada saat proses pencarian.
Laporan akan dipergunakan untuk merevisi prosedur ancaman bom untuk
mengurangi kesulitan-kesulitan yang timbul dimasa mendatang jika terjadi
kejadian yang serupa.
187
terkontaminasi tidak dapat dibersihkan setelah beberapa kali, maka krim
untuk kulit harus segera dioleskan sebelum dilakukan upaya
dekontaminasi lanjutan pada hari-hari berikutnya.
5) Penatalaksanaan untuk dekontaminasi dalam tubuh selanjutnya akan
dilakukan secara khusus sesuai dengan isotop yang terdeteksi. Sebagai
contoh, untuk radio aktif iodine yang digunakan pada pasien, maka
harus diberikan dosis besar iodine non radioaktif yang digunakan pada
pasien, maka harus diberikan dosis besar iodine non radioaktif untuk
mencegah penyerapan radioaktif oleh kelenjar tiroid. Radioisotop
seperti tritium dapat dibersihkan dari tubuh melalui pemberian diuretik.
e. Gempa Bumi
a) Segera berlindung dan pastikan anda dalam keadaan aman selama
gempa terjadi (lindungi kepala anda dari kejatuhan benda).
b) Kurangi pergerakan/berpindah ke tempat lain yang lebih jauh. Sebaiknya
berpindah ke tempat terdekat yang lebih aman.
c) Tetap bertahan dalam ruangan sambil menunggu instruksi melalui pagging system
atau alat komunikasi lain.
d) Jika dalam kondisi yang memungkinkan dan dipastikan bahwa akses
menuju ke tempat terbuka aman, segera keluar gedung.
e) Setelah terjadi gempa dan terdengar bunyi “Code Purple” maka
persiapkan diri untuk melakukan evakuasi.
f) Tim pengamanan segera mengatur alur lintasan, berjalan di tangga darurat.
g) Tim evakuasi melakukan pendataan dan evakuasi terlebih dahulu
pasien atau keluarga pasien yang bisa berjalan sendiri maupun dengan
sedikit bantuan menuju rumah sakit lapangan.
h) Pastikan bahwa mereka yang dalam kondisi tertimpa, luka maupun tidak
sadar telah mendapat perlindungan yang memadai agar aman sementara
menunggu evakuasi.
i) Tim pemadam memastikan dan mencegah timbulnya api dengan
mematikan listrik.
188
j) Tim penyelamat dokumen mempersiapkan dokumen yang harus dibawa
dan diselamatkan.
189
BAB 10
PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
10.1 Definisi
Pendidikan adalah usaha sistematik yang disengajakan yang dibuat untuk
menyampaikan pengetahuan, nilai, sikap dan kemahiran kepada ahlinya, usaha
memperkembangkan potensi individu dan perubahan prilaku.
190
Simulasi Min. 1 Ketua K3 Min. melibatkan 1 tim
Penggunaan (satu) pemadam
Hidran tahun sekali (tim merah) masing-masing
Gedung unit kerja dan secara
bergantian
191
Waktu
Jenis Pelatihan Instruktur/Trainer Pesert
Pelaksanaa a
n
dengan tim pemadam unit
kerja lainnya pada agenda
simulasi
berikutnya
Simulasi Min. 1 Ketua K3 Min. melibatkan 1 (satu) unit
Cod (satu) kerja yang kontak dengan
e Red tahun sekali pasien dan secara bergantian
dengan unit kerja lainnnya
pada agenda
simulasi berikutnya
Simulasi Code Min. 1 (satu) Koordinator Tim Min. melibatkan Tim code blue
Blue tahun sekali Code Blue
Simulasi Code Min. 1 Ketua K3/ Min. melibatkan Tim Security
Grey dan Code (satu) Chief
Black tahun sekali Security
Simulasi Min. 1 Ketua K3 Min. melibatkan 1 (satu) unit
berdasarkan (satu) kerja yang kontak dengan
HVA (2 nilai tahun sekali pasien dan secara bergantian
risiko tertinggi) dengan unit kerja lainnnya
pada agenda
simulasi berikutnya
Penanganan Setiap bulan Dept. Dalam 1 (satu) tahun seluruh
tumpahan Hea SDM rumah sakit yang kontak
B d pengguna B3 dengan B3 (cairan tubuh,
3 (Spillkit) bahan kimia, sitotoksik dan
merkuri)
minimal 1 kali
Sosialisasi Min. 6 Dept. Dalam 1 (satu) tahun seluruh
keselamatan bulan Hea SDM rumah sakit yang kontak
B3 sekali d pengguna B3 dengan B3 (cairan tubuh,
bahan kimia, sitotoksik dan
merkuri)
minimal 1 kali
10.3 Simulasi
Dalam pelaksanaan, pelatihan simulasi penanganan keadaan darurat atau
bencana meliputi 3 (tiga) tahapan, yaitu :
10.3.1 Tahap persiapan
Meliputi pembuatan jadwal rencana pelaksanaan, sosialisasi pedoman
penanganan keadaan darurat atau bencana rumah sakit kepada SDM
192
rumah sakit khususnya Tim Tanggap Darurat atau Bencana.
10.3.2 Tahap pra-pelaksanaan
193
Meliputi sosialisasi skenario ke SDM rumah sakit yang terlibat dan Tim
Tanggap Darurat atau Bencana, pengujian seluruh peralatan yang akan
digunakan dalam simulasi dan melaksanakan gladi simulasi termasuk
koordinasi dengan pihak luar rumah sakit jika diperlukan.
10.3.3 Tahap pelaksanaan
Meliputi pelaksanaan dan evaluasi hasil pelaksanaan.
10.4 Skenario
Dalam pelaksanaan simulasi penanganan keadaan darurat atau bencana
diperlukan skenario kejadian keadaan darurat atau bencana yang mengambarkan
kondisi darurat dan berbagai tindakan personil organisasi dalam pengendalian
keadaan tersebut yang mencakup penyelamatan penghuni rumah sakit dan
seluruh aset serta pengujian sarana dan prasarana darurat. Skenario dibuat
mendekati kondisi yang ada serta kemungkinan kegagalannya.
Hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun skenario simulasi adalah :
10.4.1 Memberikan peran dan melibatkan seluruh Tim Tanggap Darurat atau
Bencana pada area/unit kerja yang akan dilibatkan pada simulasi, agar
mengerti dan memahami tindakan yang harus dilakukan ketika
menghadapi keadaan darurat atau bencana yang sesungguhnya.
10.4.2 Membuat urutan kejadian dan tindakan termasuk instruksi, komunikasi dan
koordinasi yang harus dilakukan dalam menghadapi keadaan daarurat atau
bencana.
10.4.3 Mengoptimalkan penggunaan seluruh sistem/peralatan/sarana dan
prasarana darurat yang sudah dimiliki dan terpasang pada bangunan rumah
sakit.
10.5 Dokumentasi
Laporan pelatihan simulasi penanganan keadaan darurat atau bencana berbentuk
dokumentasi dan laporan tertulis pelaksanaan simulasi, mulai dari persiapan
hingga pelaksanaan, termasuk kendala yang terjadi pada saat simulasi.
194
10.6 Evaluasi
Parameter yang dapat digunakan untuk menilai pelaksanaan pelatihan simulasi
penanganan keadaan darurat atau bencana sebagai acuan evaluasi kegiatan
adalah:
10.6.1 Prosedur dalam Pedoman K3Rs Tria Dipa Hospitals.
Perencanaan dan kesiapsiagaan menghadapi keadaan darurat atau
bencana yang tertuang dalam Pedoman K3Rs Tria Dipa Hospitals
merupakan parameter utama dalam melakukan evaluasi kegiatan.
10.6.2 Respon tanggap Tim Tanggap Darurat atau Bencana, seperti Tim Tanggap
Darurat atau Bencana Gedung (security) sebagai tenaga pelaksana utama
di lapangan, diikuti dengan Tim Tanggap Darurat atau Bencana lantai
sebagai petugas penanganan awal. Menilai respon tanggap personil dalam
menjalankan tugas dan tanggungjawabnya, baik secara perorangan
maupun kerjasama dalam tim.
10.6.3 Keasadaran penghuni rumah sakit dalam menyikapi keadaan darurat atau
bencana.
10.6.4 Kehandalan sistem proteksi bangunan rumah sakit, baik sistem proteksi
aktif maupun pasif merupakan kunci utama dalam menangani keadaan
darurat atau bencana.
Dari hasil kegiatan evaluasi akan diperoleh gambaran tentang kondisi yang
ada dan berdasarkan hal tersebut dapat menjadi bahan perbaikan dalam
menangani keadaan darurat atau bencana yang lebih optimal.
195
BAB 11
PENCATATAN DAN PELAPORAN
11.1 Definisi
Pencatatan adalah kegiatan atau proses pendokumentasian suatu aktifitas dalam
bentuk tulisan.
11.2 Bulanan
Pencatatan dan pelaporan bulanan kegiatan pelaksanaan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) dan pelaksanaan program K3RS rumah sakit dibuat oleh
Komite K3 dan dilaporkan ke Direktur Rumah Sakit dilaporkan setiap awal bulan
berikutnya maksimal tanggal 10.
11.3 Tahunan
Pencatatan dan pelaporan tahunan seluruh kegiatan pelaksanaan K3RS di
Rumah Sakit Tria Dipas dan perencanaan program K3 untuk tahun depan. K3 dan
dilaporkan ke Direktur Rumah Sakit dan K3 Kepala Office.
Jenis Pencatatan dan Pelaporan Pembuat Pemeriksa
Identifikasi HVA Ketua K3 Direktur RS
Rekapitulasi insiden K3 PJ Keselamatan Ketua K3
dan penanganannya. Kerja
dan PJ Tanggap
Darurat atau Bencana
Pelaksanaan pelayanan kesehatan PJ Kesehatan Kerja Ketua K3
kerja
Pelaksanaan program pengelolaan B3 PJ Lingkungan Kerja Ketua K3
Identifikasi B3 PJ Lingkungan Kerja Ketua K3
Pelaksanaan program pencegahan PJ Keselamatan Kerja Ketua K3
dan pengendalian kebakaran dan PJ Tanggap
Darurat
atau Bencana
196
Jenis Pencatatan dan Pelaporan Pembuat Pemeriksa
Pelaksanaan program PJ Tanggap Darurat Ketua K3
kesiapsiagaan atau
menghadapi kondisi darurat atau Bencana
bencana
Program pengelolaan B3 untuk PJ Lingkungan Kerja Ketua K3
tahun
depan
Program pencegahan dan PJ Keselamatan Kerja Ketua K3
pengendaliankebakaran tahun depan dan PJ Tanggap
Darurat
atau Bencana
Program kesiapsiagaan PJ Tanggap Darurat Ketua K3
menghadapi atau
kondisi darurat atau bencana Bencana
Pelaksanaan pelatihan internal K3 Sekretaris K3 Ketua K3
SK Komite K3 Ketua K3 Direktur RS
Rencana jadwal pelaksanaan Sekretaris K3 Ketua K3
pelatihan
internal K3 tahun depan
197
BAB
12
PERIJINAN DAN PELAPORAN K3 KE INSTANSI TERKAIT
12.1 Definisi
Perijinan adalah pemberian legalitas kepada seseorang atau pelaku
usaha/kegiatan tertentu, baik dalam bentuk izin maupun tanda daftar usaha.
Ketel uap/boiler adalah suatu bejana/wadah yang didalamnya berisi air atau
fluida lain untuk dipanaskan.
12.2 Perijinan
Jenis Perijinan Penerbit Izin Masa Berlaku
Pengesahan P2K3 Kepala Dinas Tenaga Kerja Berlaku selama 3 (tiga)
atau Kepala Kantor tahun sejak ditetapkan
Pelayanan Terpadu Satu Pintu
setempat.
Izin Pembuangan Kepala daerah setempat Berlaku selama IPLC
Limbah Cair (IPLC) (Walikota/Bupati setempat) beroperasi atau jika ada
melalui Dinas Lingkungan penambahan kapasitas
Hidup setempat. buangan serta jika ijin
dicabut dikarenakan ada
pelanggaran
198
Izin Insenertor Kementerian Lingkungan Hidup Berlaku selama
insenerator beroperasi
atau jika ada
penambahan kapasitas
Insenerator serta jika
ijin dicabut
199
Jenis Perijinan Penerbit Izin Masa Berlaku
dikarenakan
ad
a pelanggaran.
Izin Tempat Kepala daerah setempat Berlaku selama TPS
Penyimpanan (Walikota/Bupati setempat) beroperasi atau jika ada
Sementara (TPS) melalui Dinas Lingkungan penambahan kapasitas
Limbah B3 Hidup setempat. TPS serta jika ijin
dicabut dikarenakan ada
pelanggaran.
200
Izin penggunaan Dinas Tenaga Kerja Berlaku selama 5
pesawat (lima)
uap/boiler tahun sejak ditetapkan
Izin generator/ Dinas Tenaga Kerja Berlaku selama 3
(tiga)
201
Jenis Perijinan Penerbit Izin Masa Berlaku
penggunaan motor diesel tahun sejak ditetapkan
Izin penggunaan air Dinas Lingkungan Hidup Berlaku selama
(sipa) deepweel beroperasi
atau jika ada
penambahan kapasitas
pengambilan air tanah
serta jika ijin dicabut
dikarenakan ada
pelanggaran.
Izin penyalur petir Dinas Tenaga Kerja Berlaku selama
penyalur petir
beroperasi atau jika ada
penambahan serta jika
ijin dicabut dikarenakan
ada pelanggaran.
Izin penggunaan Dinas Tenaga Kerja Berlaku selama instalasi
instalasi listrik listrik beroperasi atau
jika ada penambahan
serta jika ijin dicabut
dikarenakan
ada pelanggaran.
Izin pemasangan & Dinas Pemadam Kebakaran Berlaku selama instalasi
pemakaian alat beroperasi atau jika ada
pemadamkebakaran penambahan serta jika
ijin dicabut dikarenakan
ada pelanggaran.
Izin pemasangan & Dinas Tenaga Kerja Berlaku selama instalasi
pemakaian instalasi beroperasi atau jika ada
fire alarm system penambahan serta jika
(smoke dan heat ijin dicabut dikarenakan
detectors) ada pelanggaran.
Izin pemasangan & Dinas Tenaga Kerja Berlaku selama instalasi
pemakaian instalasi beroperasi atau jika ada
fire hydrant & penambahan serta jika
sprinkler system ijin dicabut dikarenakan
ada pelanggaran.
'Izin gondola Dinas Tenaga Kerja Berlaku selama instalasi
beroperasi atau jika ada
penambahan serta jika
ijin dicabut dikarenakan
ada pelanggaran.
202
Jenis Pelaporan Pelaporan Dinas Periode
P2K3 Dinas Tenaga Kerja setempat 3 bulanan
203
Jenis Pelaporan Pelaporan Dinas Periode
Laporan pengelolaan Dinas Lingkungan Hidup 3 bulanan
limbah B3 setempat
Laporan pelaksanaan Kementerian Lingkungan Hidup 6 bulanan
UKL-UPL/AMDAL/SPPL
204