Anda di halaman 1dari 3

Nama: Arif rizqy guska

Kelas : 9A

Bentuk cerita: Cerita rakyat

Pengarang: Yoli Hemdi

Penerbit: Jakarta: Luxima Metro Media, 2018

LEGENDA PESUT MAHAKAM


Alkisah, disebuah desa hiduplah sepasang suami istri bersama dengan dua orang anaknya. Seorang anak
laki-laki dan anak perempuan.

Pak Pung adalah nama suami itu. Ia hidup dan mencari nafkah dengan bertani dan menangkap ikan.

Mereka hidup dengan tenang dan bahagia. Namun, suatu hari istri Pak Pung jatuh sakit. Hingga akhirnya
ia harus meninggal dunia.

Tinggallah Pak Pung bersama kedua orang anaknya.

Pekerjaannya pun menjadi kian berat, lantaran di samping bekerja di ladang, mencari ikan, ia juga harus
mengurus kedua orang anaknya. Semakin hari Pak Pung merasa semakin terbebani.

Hingga suatu hari, diadakanlah sebuah pesta panen di kampung tersebut. Semua masyarakat bergembira
akan hasil panen yang melimpah, termasuk Pak Pung.

Pada saat itu, Pak Pun turut bernyanyi dan menari bersama seorang gadis cantik. Timbullah perasaan suka
dan jatuh cinta kepada gadis tersebut di dalam hatinya.

Pak Pung lantas mengajak gadis tersebut menikah. Dan ternyata, lamarannya diterima. Sang Gadis
bersedia menjadi istri Pak Pung.

Kini hidup Pak Pung tak lagi kesepian. Mereka hidup rukun dan bahagia sebagai sepasang keluarga
bersama dengan dua orang anak Pak Pung.

Namun kebahagiaan itu tak bertahan lama. Semakin hari, tabiat buruk sang istri semakin terlihat.
Terutama kepada anak-anak mereka, sang istri selalu berlaku kasar.

Ia juga sering menghukum anak-anak tersebut dan tidak memberinya makan.

Kedua anak itu juga disuruh untuk mencari kayu bakar di hutan. Jika kayu bakar yang didapat kurang,
mereka harus bermalam di hutan sampai kayu bakarnya cukup.
Suatu hari kedua anak itu pun tidak mendapatkan kayu bakar. Akibatnya mereka sudah tahu bahwa
mereka harus bermalam di dalam hutan.

Malam itu mereka pun kelaparan di dalam hutan.

Namun tiba-tiba, mereka bertemu dengan seorang kakek tua. Kakek tersebut mengajak kedua kakak
beradik tersebut untuk pergi ke utara.

Di sana terdapat sebuah pohon yang penuh dengan buah-buahan. Anak-anak diperbolehkan untuk
mengambil sebanyak mungkin buah, namun hanya boleh sekali. Jika sudah mengambil buah maka tidak
boleh lagi kembali.

Sayangnya, kedua anak tersebut terlupa diri dan kembali lagi mengambil buah tersebut.

Keesokan harinya, keduanya pun pulang ke rumah. Namun sungguh tak disangka, sesampai di kampung,
mereka tidak dapat menemukan kedua orang tua mereka.

Keesokan harinya, keduanya pun pulang ke rumah. Namun sungguh tak disangka, sesampai di kampung,
mereka tidak dapat menemukan kedua orang tua mereka.

Setelah bertanya kepada para tetangga, ternyata kedua orang tuanya telah pindah. Para tetangga pun
memberitahu kemana kedua orang tua mereka pindah.

Kedua kakak beradik pun lekas berangkat untuk mencari alamat baru Pak Pung. Hingga akhirnya mereka
menemukan sebuah pondok yang ada di tengah ladang.

Itulah rumah baru Pak Pung.

Karena kelaparan, si kakak beradik segera masuk ke dalam rumah tersebut untuk mencari makan.
Beruntungnya, mereka menemukan nasi ketan di atas periuk panas. Keduanya pun menyantap habis nasi
ketan tersebut hingga kenyang.

Setelah puas dan kenyang, mereka pun merasa gerah dan kepanasan. Keduanya pun keluar rumah untuk
mencari udara segar.

Karena masih kepanasan, mereka memutuskan untuk melepaskan baju dan terjun ke sungai.

Ketika Pak Pung dan istrinya pulang ke rumah, mereka kaget melihat nasi ketan yang sudah dibuat telah
habis. Mereka menjadi penasaran, siapakah gerangan yang menghabiskan makanan tersebut.

Mereka pun menelusuri jejak dari bekas-bekas makanan yang terjatuh di tanah. Hingga akhirnya mereka
sampai di pinggir sungai.

Dari dalam sungai, Pak Pung dan istrinya melihat dua ekor ikan sedang timbul tenggelam. Kedua ikan
tersebut berenang sambil menyemburkan air dari hidung dan mulutnya.

Melihat gelagat si ikan, tiba-tiba Pak Pung menyadari bahwa kedua ikan pesut itu tak lain adalah anak
mereka. Keduanya pun menjadi sangat sedih mendapati anaknya telah berubah menjadi ikan pesut.
Khususnya sang istri, ia pun akhirnya menyesal dengan segala perbuatannya kepada kedua anak tirinya
itu.

Anda mungkin juga menyukai