Anda di halaman 1dari 2

Nama : Rizky Alifian

Nim : E3119125
Matkul : Pencatatan Perkawinan
Prodi : D-4 Studi Demografi dan Pencatatan Sipil

1. Andreas dan Citra adalah sepasang pengantin, Citra beragama Katolik dan Andreas beragama Kristen.
Apakah pencatatan perkawinannya bisa dicatatkan? Jika bisa, bagaimana prosedurnya?
Jawab :
Seperti fungsi dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil yaitu sebagai institusi pencatat
atau bisa disimpulkan tugasnya hanya mencatat hal-hal yang berkaitan dengan kependudukan dan
pencatatan sipil sebagai instansi pelaksana yang berpedoman pada undang-undang yang berlaku.
Terlepas hukum di Indonesia yang mengatur boleh atau tidaknya perkawinan beda/lintas agama bukan
menjadi fungsi Disdukcapil, instansi pelaksana ini memproses permohonan dari masyarakat berdasar
persayaratan yang sudah di atur dalam undang-undang dan yang tidak mengangkai hukum, dokumen
persyaratan yaitu :
1) Surat keterangan telah terjadinya perkawinan dari pemuka agama/pendeta atau
surat perkawinan penghayat kepercayaan. (Dapat melampirkan surat putusan pengadilan apabila
proses pencatatannya harus menempuh putusan pengadilan)
2) KTP suami dan istri.
3) Pas photo suami dan istri.
4) Kutipan Akta Kelahiran suami dan istri.
5) Paspor bagi suami atau istri orang asing.
Apabila persyaratan yang dilampirkan oleh pemohon sudah sesuai maka permohonan dapat di proses
dan diterbitkan berupa dokumen kependudukan dan Pencatatn Sipil.
Secara implisit tidak ada produk Hukum di Indonesia yang secara gamblang melarang
perkawinan beda agama, karena sesuai yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974
tentang perkawinan khususnya Pasal 2 ayat (1) disebutkan : “Perkawinan adalah sah, apabila dilakukan
menurut hukum masing-masing agamanya dan kepercayaanya itu.”
Jadi kesimpulannya, kasus yang dialami Andreas dan Citra tetap dapat diproses untuk
permohonan pencatatan perkawinannya selama telah mengantongi semua persyaratan yang harus
dilampirkan kepada Disdukcapil.

2. Jenny dan Paul adalah sepasang pengantin yang sudah melaksanakan perkawinan gereja pada tanggal
1 Januari 2020. Karena suatu hal, pasangan tersebut baru akan mencatatkan perkawinannya pada
tanggal 1 Oktober 2021. Akan tetapi, Paul mengalami kecelakaan dan meninggal pada tanggal 10
September 2021. Bagaimana dengan pencatatan perkawinannya ? Apakah bisa dilakukan / tidak? Jika
bisa, jelaskan prosedurnya?
Jawab :
Pencatatan Perkawinan tetap harus dicatatkan karena untuk kepentingan subjek hukum dan
mencegah/meminimalisir permasalahan-permasalahan yang dapat timbul selanjutnya.
Untuk pencatatan perkawinan tersebut bisa dilakukan, karena pasangan tersebut juga mempunyai
hak untuk mendapatkan status perkawinan yang legal di mata hukum Indonesia dan hal ini dapat
mempengaruhi status anak apabila pasangan Jenny dan Paul sudah dikaruniai anak.
Prosedurnya sebagai berikut, di mulai dari pemohon/istri mengajukan permohonan dengan
melampirkan persyaratan di bawah ini,
1) Surat keterangan telah terjadinya perkawinan dari pemuka agama/pendeta atau
surat perkawinan penghayat kepercayaan. (Dapat melampirkan surat putusan pengadilan apabila
proses pencatatannya harus menempuh putusan pengadilan)
2) KTP suami dan istri.
3) Pas photo suami dan istri.
4) Kutipan Akta Kelahiran suami dan istri.
5) Paspor bagi suami atau istri orang asing.
Atau dapat melampirkan berkas tambahan SPTJM (Surat Pertanggungjawaban Mutlak) karena suami
sudah meninggal dan/atau salinan putusan pengadilan negeri yang sudah berkekuatan hukum tetap
yang bila ada sanggahan.
Selanjutnya setelah persyaratan sudah lengkap, maka permohonan dapat diproses oleh instansi
Disdukcapil dan akan diterbitkan Kutipan Akta Perkawinan. Setelah akta perkawinan sudah
diterbitkan disarankan pemohon atau dalam hal ini Jenny mengurus Akta Kematian sang suami dengan
melampirkan KTP dan Kartu Keluarga untuk merubah status perkawinannya menjadi cerai mati, serta
surat keterangan kematian sang suami/Paul dari rumah sakit/keterangan dari desa.

3. Sepasang suami istri bernama Yulia dan Samuel sudah melaksanakan perkawinan secara agama
Kristen pada tanggal 1 Januari 1994 dan memiliki 3 orang anak yang lahir tahun 1995, 1998 dan tahun
2001. Apakah perkawinannya bisa dicatatkan di tahun 2021 ? Bagaimana dengan status anaknya ?
Jawab :
Perkawinan dari kedua pasangan tersebut dapat tetap dicatatkan di Disdukcapil sesuai domisilinya,
selama masih menyimpan bukti pelaksanaan perkawinan yang sah secara agama dan/atau dapat
melampirkan salinan surat putusan pengadilan negeri yang sudah berkekuatan hukum tetap yang bila
ada sanggahan dan juga dengan melampirkan persyaratan yang sudah tercantum di atas.
Untuk status anak kedua pasangan tersebut atau SHDK adalah anak kandung yang tercantum
dalam Kartu Keluarga karena dalam pembuatan KK dahulu sudah melampirkan bukti perkawinan sah
secara agama, namun status hukum anak di akta kelahiran adalah dengan frasa, maka setelah
mencatatkan perkawinan yang sah secara hukum dengan dasar Akta Perkawinan yang sudah
diterbitkan tadi dari Disdukcapil, maka dilanjutkan pengurusan akta kelahiran anak, agar dibubuhi
catatan pinggir atas perkawinan yang sah dihadapan hukum dan negara. Dan merubah elemen data
pada KK yang semula Kawin tidak tercatat menjadi kawin tercatat.

4. Sepasang calon pengantin bernama Daniel dan Maria, Daniel berusia 20 tahun dan Maria berusia 17
tahun, ingin mencatatatkan perkawinannya. Apakah pencatatannya bisa dilakukan ? Bagaimana syarat
dan prosesnya?
Jawab :
Pencatatan Perkawinan pasangan tersebut dapat dilakukan, namun terdapat berkas tambahan
karena sesuai ketentuan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2019 atas perubahan Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, Pasal 7 ayat 1 “Perkawinan hanya diizinkan apabila pria
dan wanita sudah mencapai umur 19 tahun.” Dan disusul dengan ketentuan dispensasi kepada
pengdilan dengan alasan yang mendesak Pasal 7 ayat 2. Maka bersasarkan penjelasan tersebut haruslah
dapat melampirkan atau menunjukkan salinan surat penetapan pengadilan karena Maria berusia 17
tahun, apabila persyaratan dirasa sudah lengkap maka perkawinan tersebut dapat dicatat dan sah di
hadapan hukum.
1) Surat keterangan telah terjadinya perkawinan dari pemuka agama/pendeta atau
surat perkawinan penghayat kepercayaan.
2) Salinan surat penetapan pengadilan tentang dispensi umur pasangan
3) KTP suami dan istri.
4) Pas photo suami dan istri.
5) Kutipan Akta Kelahiran suami dan istri.
6) Paspor bagi suami atau istri orang asing.
7) Fotocopy KTP 2 orang saksi.

Prosesnya :
1.) Pemohon menyerahkan formulir permohonan beserta persyaratannya.
2.) Petugas melakukan verifikasi dan validasi terhadap formulir pelaporan dan persyaratan.
3.) Petugas melakukan perekaman data dalam basis data kependudukan.
4.) Pejabat pencatatan sipil mencatat dalam register akta perkawinan dan menerbitkan kutipan akta
perkawinan.
5) Kutipan akta perkawinan disampaikan kepada pemohon.

-Mohon Maaf Atas Keterlambatanya dan Kami Ucapkan Terima Kasih-

Anda mungkin juga menyukai