Anda di halaman 1dari 2

KEMENTERIAN

PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK


REPUBLIK INDONESIA

SIARAN PERS

Jauhi Rokok dan Narkoba, Wujudkan Anak Indonesia Sehat Jiwa!

Siaran Pers Nomor: B- 291 /SETMEN/HM.02.04/08/2021

Jakarta (18/08) – Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPPA)
melakukan edukasi untuk mengajak seluruh pihak khususnya anak dan remaja di Indonesia agar
berperan aktif menjadi Pelopor dan Pelapor (2P) dalam mencegah dan melindungi dirinya sendiri,
teman sebaya, keluarga, dan masyarakat di lingkungannya agar tidak terpapar bahaya rokok dan
narkoba. Hal ini bertujuan guna menjaga kesehatan jiwa anak-anak yang rentan terganggu di masa
pandemi Covid-19.

“Pandemi Covid-19 telah memberikan berbagai dampak negatif khususnya pada kesehatan jiwa anak.
Berdasarkan hasil Survey Nasional Kesehatan Berbasis Sekolah di Indonesia pada 2015, menunjukan
bahwa 6,16 persen siswa hampir atau selalu merasa kesepian; 4,57 persen siswa hampir setiap saat
selalu mengkhawatirkan sesuatu sehingga tidak bisa tidur malam; dan mirisnya 5,4 persen siswa
memikirkan ingin bunuh diri,” ungkap Asisten Deputi Bidang Pemenuhan Hak Anak Atas Kesehatan
Dan Pendidikan Kemen PPPA, Entos Zainal dalam acara Bincang Ahli dan Kelas Inspirasi Anak
(BAKIAK) serial 1 dengan tema “Kesehatan Jiwa Terjaga Tanpa Rokok dan Narkoba” yang
dilaksanakan secara virual.

Entos menambahkan anak yang mengalami gangguan kesehatan jiwa atau mental sangat rentan
terjerumus dalam hal negatif seperti terpapar rokok hingga terjerumus dalam penyalahgunaan
narkoba. “Rokok dengan segala keburukannya turut menghambat pertumbuhan dan perkembangan
maksimal anak, melanggar hak anak, dan merusak sistem kesehatan anak. Merokok juga menjadi awal
mula terjerumusnya anak dalam bahaya narkoba karena dengan merokok anak akan lebih mudah
mengonsumsi zat adiktif lainnya. Padahal rokok menimbulkan berbagai penyakit berbahaya seperti
paru-paru kronis, stroke, serangan jantung, kanker, kemandulan, dan lainnya,” jelas Entos.

Keterlibatan anak melalui Forum Anak sebagai pelopor dan pelapor (2P) sangat berperan penting
dalam mencegah teman sepermainan atau teman seusianya ikut menjadi perokok. “Forum Anak
menjadi wadah bagi anak-anak dalam mengungkapkan persoalan yang dihadapi teman-teman
sebayanya di berbagai wilayah Indonesia. Untuk itu, sangat penting melakukan upaya pencegahan
terkait persoalan kesehatan jiwa pada anak melalui peran Forum Anak. Kita harus berperan aktif
sebagai pelopor bagi diri sendiri, keluarga, teman, masyarakat untuk bersama-sama mencegah dan
memerangi bahaya rokok serta narkoba. Selain itu, mendorong teman-teman influencer untuk
memperkuat pencegahan agar seluruh anak Indonesia tidak menjadi target paparan rokok dan
terjerumus dalam narkoba,” terang Entos.

Lebih lanjut, Entos menegaskan pentingnya keterlibatan dan sinergi seluruh pihak untuk melindungi
kesehatan jiwa anak sebagai generasi penerus bangsa dengan mencegah agar tidak terjerumus dalam
bahaya rokok dan Narkoba. “Kemen PPPA terus berupaya melakukan sinergi dengan berbagai
stakeholder dalam mencegah dan melindungi anak dari paparan rokok, di antaranya berupaya
melakukan revisi terhadap PP Nomor 109 Tahun 2012 yang salah satunya mengatur tentang penerapan
kawasan tanpa rokok (KTR) di sekolah. Hal ini merupakan salah satu dari 24 indikator yang
mendukung terciptanya Kota/Kabupaten Layak Anak (KLA). Jika kita dapat mencegah anak terpapar
bahaya rokok dan narkoba maka kita telah turut membantu mewujudkan Indonesia Layak Anak (ILA),”
terang Entos.

Entos juga menuturkan pentingnya keterlibatan para aktivis Pusat Pembelajaran Keluarga (PUSPAGA)
yang ada di Kabupaten/Kota untuk mendukung terwujudnya Kawasan Bebas Rokok di berbagai
wilayah melalui berbagai kegiatan positif lainnya. “Mari kita bersatu melakukan berbagai upaya untuk
mencegah anak terpapar rokok, demi kepentiangan terbaik bagi anak Indonesia sebagai generasi emas
penerus bangsa yang terdepan dan mampu bersaing dengan seluruh anak di dunia,” pungkas Entos.

Sementara itu, Kasubdit Masyarakat dan Pendidikan BNN, Rotua Sihotang menjelaskan dalam 10
tahun terakhir, target sasaran peredaran dan penggunaan narkoba di Indonesia tidak hanya menyasar
orang dewasa tapi juga remaja hingga anak-anak. “Pencegahan dan perang melawan narkoba bukan
hanya menjadi tugas BNN, namun juga merupakan tugas bersama mengingat banyak anak muda yang
terpapar narkoba hingga akhirnya meninggal sia-sia. Narkoba bisa menghancurkan anak sebagai
generasi emas penerus bangsa,” ujar Rotua.

Untuk itu, Rotua mengajak seluruh pihak agar dapat bersinergi baik pemerintah, pemerintah daerah,
masyarakat, hingga orangtua, serta anak sebagai agen perubahan pelopor dan pelapor untuk menjauhi
narkoba, mencegah dan melindungi keluarga, teman sebaya, dan diri sendiri agar tidak terjerumus.
Rotua menambahkan BNN bersama Kemen PPPA telah menyinergikan program masing-masing dalam
melindungi anak Indonesia dari bahaya rokok dan narkoba, yaitu melalui program Sekolah Ramah
Anak untuk mendukung Kota Layak Anak dan Sekolah Bersinar (Bersih dari Narkoba) untuk
mendukung Desa Bersinar. BNN juga memiliki program Ketahanan Keluarga yang bisa disinergikan
dengan program PUSPAGA. “Penyalanggunaan narkoba sangat berbahaya bagi bangsa dan negara.
Untuk para generasi muda, jangan sekalipun mencoba narkoba, mari bangun bangsa Indonesia ini
menjadi bangsa yang hebat,” tegas Rotua.

Di samping itu, Dokter Spesialis Anak, KS Denta menjelaskan pandemi Covid-19 telah memicu
timbulnya gangguan kesehatan mental pada anak seperti depresi dan gangguan kecemasan yang
sebenarnya sudah ada dalam diri manusia itu sendiri. “Ketika anak mengalami stress sebenarnya
merupakan bentuk respon yang wajar, namun tergantung bagaimana mekanisme dalam mengatasinya,
ada yang sehat, ada yang tidak sehat misalnya dengan penyalahgunaan obat-obatan terlarang,” jelas
Dokter Denta.

Dokter Denta menegaskan pentingnya orang terdekat seperti orangtua untuk mengenali ciri gangguan
mental pada anak berupa perubahan perilaku misalnya anak jadi mudah marah, tidak bersemangat,
khawatir berlebihan, tidak mau makan, hingga pola tidur terganggu. Orangtua juga berperan penting
dalam mencegah anak mengalami gangguan kesehatan mental, dengan selalu hadir dan melimpahkan
kasih sayang, serta menjalin komunikasi baik dengan anak. Sehingga timbul rasa percaya dan
keterikatan anak dengan orangtuanya berjalan optimal. Sehingga pelarian terbaik saat anak stress
bukan ke hal negatif seperti merokok atau menggunakan narkoba, tapi ke ayah dan ibunya.

Perwakilan Forum Anak Kabupaten Tapanuli Utara, Sandi menceritakan berbagai upaya yang telah
dilakukan anak-anak di daerahnya dalam menjamin kesehatan mental anak-anak di Tapanuli Utara
dan Sumatera Utara. “Sejak akhir 2020 hingga awal 2021 sebelum masuknya Covid-19 varian delta,
kami telah melakukan berbagai kegiatan di Tapanuli Utara, di antaranya melakukan kegiatan berbagi
masker, edukasi terkait bahaya Covid-19, edukasi dan persuasi melalui penguatan Forum Anak secara
virtual dan edukasi melalui lembaga keagamaan seperti gereja terkait bahaya rokok, dan bahaya
narkoba.

“Setelah hampir satu tahun bergerak mengedukasi dan melakukan persuasi, hasilnya saat ini mulai
berkurang jumlah pengguna rokok pada kalangan anak di Tapanuli Utara. Harapan kami bukan hanya
di Tapanuli Utara, tapi semua anak Indonesia dapat terjamin kesehatan mentalnya di masa pandemi
ini. Pada 2024 harus ada penurunan penggunaan rokok dan narkoba pada anak Indonesia. Ini adalah
tugas kita semua baik forum anak, ayah dan bunda, praktisi, tokoh. Kami tidak mau terjerumus dalam
hal negatif karena kami adalah generasi penerus yang membawa Indonesia menuju keemasannya,”
tutup Sandi.

BIRO HUKUM DAN HUMAS


KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN
DAN PERLINDUNGAN ANAK
Telp.& Fax (021) 3448510
e-mail : humas@kemenpppa.go.id
website : www.kemenpppa.go.id

Anda mungkin juga menyukai