Oleh :
FEBRINA RISKY AMELIA
P0502201010
PROPOSAL PENELITIAN
sebagai salah satu syarat untuk melakukan penelitian
pada
Program Studi Ilmu Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan
Disetujui oleh
Pembimbing I:
Prof. Dr. Ir. Hefni Effendi, M. Phil
Pembimbing II:
Dr. Budi Kurniawan, S.Si., M.Eng
Diketahui oleh
Puji syukur Penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan
rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian yang
berjudul “Karakterisasi Kualitas Lingkungan Dan Biota Di Wilayah
Pertambangan Nikel PT. ANTAM Tbk. UBPN Kolaka (Studi Kasus : Sungai
Kumoro Kecamatan Pomalaa Kabupaten Kolaka Sulawesi Tenggara)”. Proposal
ini merupakan salah satu syarat untuk melaksanakan penelitian di Program Studi
Ilmu Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan, Sekolah Pascasarjana,
Institut Pertanian Bogor. Demikian proposal penelitian ini telah dipersiapkan
sebagai acuan dalam melaksanakan penelitian yang dimaksudkan.
DAFTAR TABEL ii
DAFTAR GAMBAR ii
I. PENDAHULUAN 1
I.1 Latar Belakang
I.2 Rumusan Masalah
I.3 Tujuan Penelitian
I.4 Manfaat Penelitian
I.5 Kerangka Pemikiran
II. TINJAUAN PUSTAKA
II.1Kualitas Air
II.2Parameter Kualitas Air
II.3Alokasi Beban Pencemar Air
II.4Baku Mutu Air Limbah
II.5Analisis Sedimen
II.6Analisis Biota Ikan
III. METODE
3.1 Waktu dan Tempat
3.2 Alat dan Bahan
3.3 Populasi dan Sampel
3.4 Prosedur Penelitian
3.5 Analisis Data
3.5.1 Analisis Alokasi Beban Pencemar Air
3.5.2 Analisis Baku Mutu Air Limbah Lokal
3.5.3 Analisis Sedimen
3.5.4 Analisis Biota Ikan
3.4 Data Hasil Analisis Kualitas Air
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
Tabel 1
Tabel 2
Tabel 3
Tabel 4
Tabel 5
Tabel 6
DAFTAR GAMBAR
I. PENDAHULUAN
Berdasarkan klasifikasi dan kriteria mutu air pada PP No.82 Tahun 2001,
dijelaskan status mutu air dibagi menajdi 4 (empat) kelas, yaitu;
1. Golongan A, air yang peruntukkannya dapat digunakan untuk bahan baku air
minum atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama
dengan kegunaan tersebut.
2. Golongan B, air yang peruntukkannya dapat digunakan untuk sarana dan
prasarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan air dan
untuk mengairi pertanaman dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan
mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.
3. Golongan C, air yang peruntukannya, dapat digunakan untuk pembudidayaan
ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau
peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan
tersebut.
4. Golongan D, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi
pertanaman dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang
sama dengan kgunaan tersebut. Baku mutu yang digunakan membandingkan
nilai parameter hasil penelitian adalah baku mutu dari PP No. 82 Tahun 2001
tentang pengelolaan Kualitas dan Pengendalian Pencemaran air.
Suhu
Suhu adalah derajat panas dinginnya suatu benda. Alat yang digunakan
untuk mengukur suhu disebut termometer. Suhu menunjukkan derajat panas
benda. Semakin tinggi suhu suatu benda, semakin panas benda tersebut (Kreith,
1991). Pada umumnya limbah cair tekstil memiliki suhu tinggi karena dalam
produksinya banyak menggunakan suhu tinggi antara 30-100 o C. Semakin tinggi
suhu, maka akan berpengaruh terhadap jumlah oksigen terlarut dalam air, reaksi-
reaksi kimia, kecepatan reaksi dan pada akhirnya akan mempengaruhi kehidupan
biotik dalam air. Dengan pengukuran suhu, aktivitas kimiawi dan biologis,
tekanan uap, tegangan permukaan dan nilai-nilai penjenuhan benda-benda padat
dan gas dapat diketahui (Mahida, 1986).
DO (Dissolved Oxygen)
Ketersediaan oksigen terlarut dalam perairan sangat menentukan
kehidupan udang dan ikan. Oksigen terlarut dalam suatu perairan berasal dari
difusi dari udara ke dalam air, aerasi mekanis, dan fotosintesis tanaman akuatik.
Sementara itu, kadar oksigen terlarut di perairan dapat berkurang oleh proses
respirasi dan pembusukan bahan organik di dasar perairan (Department of
Primary Industries and Resources of South Australia, 2003). Oksigen memegang
peranan penting sebagai indikator kualitas perairan, karena oksigen terlarut
berperan dalam proses oksidasi dan reduksi bahan organik dan anorganik
(Salmin, 2005).
Logam Berat
Atomic Absorption Spectrophotometry) merupakan alat yang dilakukan
untuk menganalisis ogam berat yang didasarkan pada hukum Lambert-Beer, yang
merupakan banyaknya sinar yang diserap dapat berbanding lurus dengan kadar
zat. Atom mengabsorpsi sinar, sehingga ion atau senyawa logam berat harus
diubah menjadi bentuk atom (Akbar, 2002).
Nikel (Ni)
Nikel adalah salah satu jenis logam berat dalam susunan tabel periodik.
Logam ini merupakan kelompok logam transisi golongan VIIIB dengan bentuk
fisik berwarna putih perak mengkilat, keras, tidak sulit dibentuk dan mudah
ditempa. Nikel telah dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan manusia terutama
sebagai pelapis logam tahan karat, pembuatan aliasi logam (monel, nikron, dan
alkino), serta dapat dimanfaatkan sebagai katalis pada hidrogenesi lemak dalam
pembuatan margarine (Sunardi, 2006).
Besi (Fe)
Apabila konsentrasi besi pada perairan melewati ambang batas, besar
kemungkinan mengkontaminasi makanan atau minuman. Apabila makanan
dimana kadar besi tinggi masuk kedalam tubuh, dapat menimbulkan dampak
negatif, seperti risiko kanker, penyakit jantung, radang sendi, diabetes, dan
penyakit hati (Niderau et al. 1996).
Menurut (Junaidi, 2019) Sumber cemaran limbah besi di antaranya berasal
dari hasil korosi logam pada pipa saluran air, limbah industri, dan limbah rumah
tangga. Berikut merupakan ambang batas besi menurut (1) Peraturan Menteri
Lingkungan Hidup Nomor 5 tahun 2014 ambang batas besi pada limbah industri
adalah 5 mg/L, (2) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 32 tahun 2017 ambang
batas besi pada air sanitasi adalah 1 mg/L, (3) Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 492 tahun 2010 ambang batas besi pada air minum adalah 0.3 mg/L.
Untuk mencegah penyakit yang disebabkan oleh kelebihan besi, diperlukan teknik
deteksi besi pada sampel minuman atau perairan lingkungan yang diduga tercemar
besi.
Seng (Zn)
Banyak aktivita yang dilakukan manusia berakibat meningkatkan
konsentrasi Zn di lingkungan , seperti kegiatan industri biji besi dan logam serta
industri lain, karena logam Zn banyak dimanfaatkan untuk produksi cat, bahan
keramik, gelas, lampu serta pestisida (Darmono, 1995). Apabila limbah di industri
yang mengandung logam Zn di buang di lingkungan perairan dalam jumlah besar,
akan berpotensi mencemari perairan, secara biologis logam Zn berasal dari sisa
proses ekskresi manusia dan binatang (Syahminan, 1996).
Khrom (Cr)
Logam berat krom merupakan salah satu limbah cair batik dari proses
pewarnaan yang dapat mencemari lingkungan perairan. Teknik pengolahan
limbah logam yang dapat di
terapkan yaitu dengan fitoremediasi menggunakan vetiver (Chrysopogon
zizanioides L.). Tanaman ini memiliki sistem perakaran yang masif dan kuat
sehingga dapat mengakumulasi logam berat serta efektif dalam mengolah limbah
organik (Tambunan, 2017).
Timbal (Pb)
Timbal merupakan logam berbahaya yang umumnya bersifat toksik
(racun), kebanyakan di air dalam bentuk ion, memiliki rapat massa tinggi dan
dapat dideteksi pada konsentrasi yang kecil (Kanu, 2011). Ion timbal tidak boleh
lebih dari 0,05 mg/L di dalam air dan 10 µg/g di dalam tanah (BAPEDAL 1995).
Metode yang biasa digunakan untuk deteksi ion logam Timbal(II), meliputi
Inductively Coupled Plasma-Optical Emission Spectrophotometer (ICP-OES),
Atomic Absorption Spectroscopy (AAS), Graphite Furnace Atomic Absorption
Spectrometry (GFAAS), dan Inductively Coupled Plasma Mass Spectroscopy
(ICP-MS). Namun, metode tersebut membutuhkan instrumentasi yang mahal,
prosedur operasi yang rumit, waktu pendeteksian yang lama, dan membutuhkan
keahlian khusus.
Tembaga (Cu)
Keberadaan unsur tembaga di alam dapat ditemukan dalam bentuk logam
bebas, akan tetapi labih banyak ditemukan dalam bentuk persenyawaan atau
sebagai senyawa padat dalam bentuk mineral seperti kalkosit (Cu 2S), kovelit
(CuS), kalkopirit (CuFeS2), bornit (Cu5FeS4) dan enargit (Cu3AsS4)
(Widowati et al., 2008). Di perairan alami tembaga (Cu) terdapat dalam bentuk
partikulat, koloid dan terlarut. Fase terlarut seperti Cu 2+ bebas ikatan kompleks,
baik dengan ligan dalam organik, terutama (CuOH +,Cu2(OH)22+) maupun
anorganik. Ikatan Cu kompleks dengan ligan organik, terutama adalah oleh
material humus. Ikatan kompleks Cu yang terjadi dalam sedimen laut adalah yang
paling stabil, sementara yang terbentuk dalam kolom air laut stabilitasnya paling
rendah (Moore dan Ramamoorthy, 1984).
Kadmium (Cd)
Logam berat Timbal dan Kadmium adalah logam berat non-essensial di
lingkungan sekitar yang dapat menjadi racun atau toksik bagi biota apabila dengan
konsentrasi tinggi di alam (Hutabarat dan Evans, 2006). Logam berat dapat
bersifat persisten, dimana akumulasi dalam jaringan tubuh organisme laut, dengan
waktu paruh yang cukup tinggi dengan faktor konsentrasi yang besar dalam tubuh
biota laut (Sanusi, 2006).
Kobalt (Co)
Kobalt (Co) merupakan salah satu unsur logam. Kobalt banyak digunakan dalam
industri logam, pigmen, plastik, farmasi, cat, tinta dan radionuclide untuk perawatan
medis. Meskipun termasuk unsur logam, namun kobalt diperlukan untuk kehidupan
seperti ganggang hijau biru, bakteri dan tanaman leguminosa. Kobalt juga diperlukan
oleh manusia dan hewan sebagai koenzim pembentuk vitamin B12, pembentuk folat dan
metabolisme asam lemak (Prasad, 2008).
Sumber pencemar logam Co dari limbah industri, kegiatan penambangan, limbah
rumah tangga dan juga kegiatan pertanian. Air limbah yang mengandung Co dan
digunakan untuk mengairi lahan pertanian berpotensi menyebabkan akumulasi logam
kobalt pada tanaman yang akan berbahaya apabila masuk ke rantai makanan. Salah satu
upaya untuk menurunkan cemaran logam di lahan pertanian adalah dengan melakukan
bioremediasi (Santosa, 2008).
C compound
CF=
C background
dimana :
CF : faktor kontaminasi
C compound : konsentrasi logam berat dalam sedimen
C background : konsentrasi latar belakang logam berat
Metode ini bertujuan untuk membandingkan konsentrasi dari satu jenis
logam berat di lokasi penelitian dengan logam berat latar belakang yang
merupakan konsentasi logam berat dari pelapukan batuan asli kerak bumi tanpa
ada tambahan dari aktivitas antropogenik atau konsentrasi logam rata-rata dunia
dalam serpih (Turekian dan Widepohl, 1961).
Keterangan :
Cbiota : Konsentrasi logam berat dalam ikan (mg/kg atau ppm).
Cair : Konsentrasi logam berat dalam air (ppm).
∑CiQi ƩMi
CR= =
ƩVi ƩVi
Keterangan :
CR = Konsentrasi rata-rata konstituen untuk aliran gabungan
Ci = Konsentrasi konstituen pada aliran ke-i
Qi = Debit aliran ke-i
Mi = Massa konstituen pada aliran ke-i
Tabel 4. Baku Mutu Air Limbah bagi Usaha dan/ Kegiatan Pertambangan Bijih
Nikel
Kadar Maksimum Metode Analisis**
No Parameter Satuan
Penambangan Pengolahan
1 pH - 6-9 6-9 SNI 06-6989-11-2004
2 TSS mg/L 200 100 SNI 06-6989-3-2004
3 Cu* mg/L 2 2 SNI 06-6989-6-2004
4 Cd* mg/L 0,05 0,05 SNI 06-6989-18-2004
5 Zn* mg/L 5 5 SNI 06-6989-7-2004
6 Pb* mg/L 0,1 0,1 SNI 06-6989-8-2004
7 Ni* mg/L 0,5 0,5 SNI 06-6989-22-2004
8 Cr(6+)* mg/L 0,1 0,1 SNI 06-6989-53-2005
9 Cr total mg/L 0,5 0,5 SNI 06-6989-14-2004
C biota
BCF=
C air
Keterangan :
Cbiota : Konsentrasi logam berat dalam ikan (mg/kg atau ppm).
Cair : Konsentrasi logam berat dalam air (ppm).
DAFTAR PUSTAKA
Akbar, HS. 2002. Pendugaan tingkat akumulasi logam berat PB, Cd, Cu, Zn, dan
Ni pada kerang hijau (Perna viridis L;) ukuran > 5 cm di Perairan Kamal
Muara, Teluk, Jakarta. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Australian and New Zealand Environment and Conservation Council (ANZECC),
2000, ANZECC interim sediment quality guidlines. Report for the
Environmental Research Institute of the Supervising Scientist, Sydney,
Australia.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Kolaka. Kabupaten Kolaka dalam Angka Tahun
2018. Penerbit : BPS Kabupaten Kolaka. Kolaka
Baherem, 2014. Strategi Pengelolaan Sungai Berdasarkan Daya Tampung Beban
Pencemaran dan Kapasitas Asimilasi – Studi Kasus : Sungai Cibanten
Provinsi Banten. Tesis. IPB University : Bogor.
Darmono. 1995. Logam dalam Sistem Biologi Makhluk Hidup. Penerbit
Universitas Indonesia. Yakarta.
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan
Lingkungan Perairan. Penerbit : KANISIUS. Yogyakarta.
Esch GVJ. 1977. Aquatic Pollutant and Their Potential Ecological Effects In
Aquatic Pollution : Transformation and Biological Effects. New York (US):
Pergamon Pr
Hakanson, L. 1980. An Ecological risk index for aquatic pollution control. A
sedimentological approach. Water Res. 14(8), 975-1001.
Hamzah. 2009. Studi Kualitas Air Lokasi Pertambangan Nikel Pomalaa Sulawesi
Tenggara [Tesis]. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Hutabarat, S dan Evans, S. M. 2006. Pengantar Oseanografi. Jakarta (ID): UI
Press. 159 hlm.
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No 110 Tahun 2003. Pedoman
Penetapan Daya Tampung Beban Pencemaran Air Pada Sumber Air.
Moore, J. W. dan S. Ramamoorthy. 1984. Heavy Metals in Neutral Water.
Springer Verlag. New York.
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 01 Tahun 2010. Tata Laksana
Pengendalian Pencemaran Air.
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 09 Tahun 2006 Tentang
Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha Dan/Atau Kegiatan Pertambangan
Bijih Nikel.
Peraturan Pemerintah No.22 Tahun 2021 Tentang Penyelenggaraan Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Prasad, M.N.V. 2008. Trace Elements as Kobalttaminants and Nutrient. Wiley
Publication.790p.
Putri, SH. 2015. Analisis Ekonomi dan Lingkungan Kegiatan Pertambangan Nikel
(Studi Kasus: PT.ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sultra). Institut Pertanian
Bogor. Bogor.
Rumhayati B, Retnaningdyah C. 2018. Integrative assessment of Pb and Cd
pollution in Porong estuaries using sediment chemistry, bioavailability, and
bioconcentration factor. Indonesian Journal of Chemistry. 18(3):464–471.
doi:10.22146/ijc.26603.
Santosa, R.H. 2008. Penelitian Pengendalian Pencemaran Air Limbah Industri
Organik. Prosiding Kolokium Hasil Penelitian dan Pengembangan Sumber
Daya Air. Adaptasi Pengelolaan Sumber Daya Air Menyongsong Perubahan
Iklim Global. Bandung.
Sanusi, H. S. 2006. KIMIA LAUT. Proses Fisik Kimia dan Interaksinya dengan
Lingkungan. Prartono T, Supriyono E, editor. Bogor (ID): Institut Pertanian
Bogor.
Turekian, KKm Wedepohl, KH, 1961. Distribution of the elements in some major
units of the earth’s crust. Geol. Soc. Am. Bull. 72(2), 175-192.
USEPA (United States Environmental Protection Agency). 2002. A Guidance
Manual to Support the Assessment of Contaminated Sediments in
Freshwater Ecosystems Vol. III Interpretation of the Results of Sediment
Quality Investigations. United States Environmental Protection Agency.
Chicago.
Widowati, W., A. Sastiono, dan R. Jusuf. 2008. Efek Toksik Logam: Pencegahan
dan penanggulangan pencemaran. Andi Offset. Yogyakarta. 395 hlm.