Anda di halaman 1dari 26

KARAKTERISASI KUALITAS LINGKUNGAN DAN BIOTA DI

WILAYAH PERTAMBANGAN NIKEL PT. ANTAM Tbk. UBPN


KOLAKA (STUDI KASUS : SUNGAI KUMORO KECAMATAN
POMALAA KABUPATEN KOLAKA SULAWESI TENGGARA)

Oleh :
FEBRINA RISKY AMELIA
P0502201010

ILMU PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM DAN LINGKUNGAN


SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2022
KARAKTERISASI KUALITAS LINGKUNGAN DAN BIOTA DI
WILAYAH PERTAMBANGAN NIKEL PT. ANTAM Tbk. UBPN
KOLAKA (STUDI KASUS : SUNGAI KUMORO KECAMATAN
POMALAA KABUPATEN KOLAKA SULAWESI TENGGARA)

FEBRINA RISKY AMELIA

PROPOSAL PENELITIAN
sebagai salah satu syarat untuk melakukan penelitian
pada
Program Studi Ilmu Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan

ILMU PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM DAN LINGKUNGAN


SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2022
Judul Proposal : Karakterisasi Kualitas Lingkungan dan Biota di Wilayah
Pertambangan Nikel PT. ANTAM Tbk. UBPN Kolaka
(Studi Kasus : Sungai Kumoro Kecamatan Pomalaa
Kabupaten Kolaka Sulawesi Tenggara).
Nama Mahasiswa : Febrina Risky Amelia
NIM : P0502201010

Disetujui oleh

Pembimbing I:
Prof. Dr. Ir. Hefni Effendi, M. Phil

Pembimbing II:
Dr. Budi Kurniawan, S.Si., M.Eng

Diketahui oleh

Ketua Program Studi:


Prof. Dr. Ir. Hadi Susilo Arifin, M.S
19591106 198501 1 001

a.n Dekan Sekolah Pascasarjana


Wakil Dekan Bidang Akademik dan
Kemahasiswaan:
Prof. Dr. Ir. Agus Buono, M.Si, M.Kom
19660702 199302 1 001

Tanggal Kolokium : 12 Desember 2022


PRAKATA

Puji syukur Penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan
rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian yang
berjudul “Karakterisasi Kualitas Lingkungan Dan Biota Di Wilayah
Pertambangan Nikel PT. ANTAM Tbk. UBPN Kolaka (Studi Kasus : Sungai
Kumoro Kecamatan Pomalaa Kabupaten Kolaka Sulawesi Tenggara)”. Proposal
ini merupakan salah satu syarat untuk melaksanakan penelitian di Program Studi
Ilmu Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan, Sekolah Pascasarjana,
Institut Pertanian Bogor. Demikian proposal penelitian ini telah dipersiapkan
sebagai acuan dalam melaksanakan penelitian yang dimaksudkan.

Bogor, 19 Desember 2022

Febrina Risky Amelia


DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ii
DAFTAR GAMBAR ii
I. PENDAHULUAN 1
I.1 Latar Belakang
I.2 Rumusan Masalah
I.3 Tujuan Penelitian
I.4 Manfaat Penelitian
I.5 Kerangka Pemikiran
II. TINJAUAN PUSTAKA
II.1Kualitas Air
II.2Parameter Kualitas Air
II.3Alokasi Beban Pencemar Air
II.4Baku Mutu Air Limbah
II.5Analisis Sedimen
II.6Analisis Biota Ikan
III. METODE
3.1 Waktu dan Tempat
3.2 Alat dan Bahan
3.3 Populasi dan Sampel
3.4 Prosedur Penelitian
3.5 Analisis Data
3.5.1 Analisis Alokasi Beban Pencemar Air
3.5.2 Analisis Baku Mutu Air Limbah Lokal
3.5.3 Analisis Sedimen
3.5.4 Analisis Biota Ikan
3.4 Data Hasil Analisis Kualitas Air
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL

Tabel 1
Tabel 2
Tabel 3
Tabel 4
Tabel 5
Tabel 6

DAFTAR GAMBAR
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya mineral,
sehingga memungkinkan berkembangnya sektor pertambangan. Berdasarkan
survei Frasser Institute 2008-2009, Indonesia menempati peringkat ke-7 sebagai
negara dengan sumber daya pertambangan yang melimpah. Menurut Putri (2015),
potensi sumber daya logam dan mineral yang tersebar di seluruh Indonesia
memungkinkan terciptanya lapangan kerja di pelosok Indonesia. Hamzah (2009)
menyatakan bahwa Kecamatan Pomala Kabupaten Kolaka Sulawesi Tenggara
merupakan salah satu daerah dimana beberapa perusahaan domestik dan
multinasional yang bergerak dalam operasi penambangan nikel berada.
PT. ANTAM Tbk merupakan salah satu Badan Usaha Milik Negara
Indonesia yang bergerak di bidang pertambangan sumber daya mineral khususnya
nikel di Sulawesi Tenggara dan Maluku Utara. Aneka Tambang (ANTAM)
(Persero) Tbk beroperasi melalui Unit Usaha Pertambangan Nikel (UBPN)
Sulawesi Tenggara 4.444 gerai dan beroperasi di Pomala. Nikel merupakan salah
satu produk unggulan selain emas, perak dan bauksit. PT sejak tahun 2006.
ANTAM (Persero) Tbk meningkatkan produksi nikel seiring dengan
meningkatnya permintaan nikel. Hasil produksi bijih nikel kemudian diekspor ke
Jepang, Eropa dan China. Jumlah cadangan dan sumber daya bijih nikel per 31
Desember 2011 adalah sebesar 293,25 juta wet ton (wmt) untuk saprolit dan 07,3
juta wmt untuk limonit. Dengan jumlah tersebut dapat memenuhi kebutuhan
PT. ANTAM (Persero) Tbk untuk beberapa dekade kedepan dengan laju
penambangan yang konstan. Selain produksi nikel saprolit dan limonit,
PT. ANTAM (Persero) UBPN Sultra juga memproduksi feronikel yang
mengandung kurang lebih 20% nikel dan 80% besi (Putri, 2015).
Menurut (Effendi, 2003) tingginya tingkat pencemaran perairan yang
menyebabkan penurunan kualitas air untuk keperluan domestik menjadi salah satu
masalah utama yang dihadapi oleh sumber daya air, pemanfaatan sumberdaya air
untuk beberapa peruntukan seperti kegiatan industri, domestik dan kegiatan lain
telah menimbulkan dampak negatif terhadap sumberdaya air. Berdasarkan PP No.
22 Tahun 2021 Pencemaran air adalah masuk atau dimasukkannya makhluk
hidup, zat, energi dan atau komponen lain ke dalam air oleh kegiatan manusia,
sehingga melampaui baku mutu air yang telah ditetapkan.
Keberadaan pabrik pertambangan secara langsung telah mengubah
ekosistem di sekitarnya, terlebih apabila konsentrasi limbah pencemar melebihi
baku mutu atau kemampuan lingkungan untuk memulihkan diri. Hal ini
memungkinan terjadinya penurunan kualitas perairan khususnya sungai-sungai di
wilayah penambangan nikel PT. ANTAM Tbk. UBPN Kolaka. Keberadaan
parameter pencemar bagi perairan dinamis dapat dengan mudah terbawa arus
terlebih ketika kondisi debit air maksimum, sehingga tidak dapat menjadi patokan
untuk menentukan kualitas lingkungan hanya berdasarkan hasil analisis air, oleh
karena itu dibutuhkan analisis sedimen karena wilayah pertambangan berpeluang
cukup besar terjadi pengendapan khususnya untuk parameter pencemar logam
berat, sedangkan kualitas biota dapat menjadi data pembanding dari hasil analisa
sedimen dan air.
Untuk mengendalikan komponen pencemar yang masuk kedalam perairan
dibutuhkan upaya perlindungan dan pengelolaan mutu air, yakni upaya sistematis
dan terpadu yang dilakukan untuk menjaga mutu air. Oleh karena itu, perlu
dilakukan penelitian mengenai “Karakterisasi Kualitas Lingkungan Dan Biota Di
Wilayah Pertambangan Nikel Pt. Antam Tbk. Ubpn Kolaka (Studi Kasus : Sungai
Kumoro Kecamatan Pomalaa Sulawesi Tenggara)” dengan tujuan mengendalikan
zat pencemar yang berasal dari berbagai sumber pencemar dengan
mempertimbangkan kondisi intrinsik sumber air dan baku mutu air yang telah
ditetapkan.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian pada latar belakang terdapat beberapa rumusan
masalah yang akan dikaji yaitu:
1. Bagaimana menentukan Alokasi Beban Pencemaran Air (ABPA) untuk
parameter pencemar yang melebihi baku mutu air dan baku mutu limbah
pertambangan
2. Bagaimana menentukan Baku Mutu Air Limbah (BMAL) Lokal air limbah
pertambangan menggunakan metode Neraca Massa ?
3. Bagaimana kualitas sedimen di wilayah perairan pertambangan nikel ?
4. Bagaimana kadar logam berat pada biota di Muara Sungai Kumoro ?

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan penelitian yang ingin dicapai sebagai berikut :
1. Menganalisis Alokasi Beban Pencemaran Air (ABPA) untuk parameter
pencemar yang melebihi baku mutu air dan baku mutu limbah pertambangan.
2. Menetapkan Baku Mutu Air Limbah (BMAL) Lokal sebagai pedoman
pembuangan limbah Pertambangan Nikel di Sungai Kumoro.
3. Menghitung tingkat pencemaran sedimen dengan Metode Faktor Kontaminasi
(CF).
4. Menganalisis kandungan logam berat pada biota di Muara Sungai Kumoro.

1.4 Manfaat Penelitian


Manfaat dalam penyusunan penelitian yang diharapkan yaitu sebagai berikut :
1. Bagi Akademisi, dapat menjadi sumber informasi terbaru dan dapat menjadi
sumber literatur tambahan sebagai acuan untuk penelitian selanjutnya.
2. Bagi instansi terkait dalam hal ini PT. ANTAM Tbk. UBPN Kolaka
diharapkan dapat menjadi referensi baru untuk membantu menemukan arah
pengendalian lingkungan yang tepat.
3. Bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Kolaka , Dinas Lingkungan Hidup Kolaka,
dan Pemerhati Lingkungan diharapkan dapat menjadi referensi untuk
penentuan kebijakan jangka panjang sebagai bentuk pemeliharaan dan
pengelolaan Sungai Kumoro dan sungai-sungai lain yang berada di wilayah
pertambangan nikel.
4. Bagi masyarakat umum, dapat menambah pengetahuan dan kesadaran
mengenai pentingnya menjaga kelestarian perairan khususnya sungai
sebagai bentuk tanggung jawab pribadi kepada lingkungan sekitar.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian


Ruang lingkup penelitian dengan mengalokasikan beban cemaran air dan
limbah untuk parameter pencemar yang telah melewati baku mutu setelah
mengetahui kapasitas daya tampung Sungai Kumoro. Selanjutnya menetapkan
nilai baku mutu air limbah yang efektif untuk masing-masing titik penaatan
penambangan dan pengolahan PT. ANTAM Tbk. UBPN Kolaka. Disamping itu,
perlu dilakukan pengukuran kadar logam berat pada sedimen dan biota ikan
karena berpeluang cukup besar telah terjadi pengendapan untuk parameter
pencemar logam berat pada sedimen serta dapat terakumulasi ke dalam organisme
yang mendiami perairan. Berdasarkan hasil analisis dapat dirumuskan kesimpulan
berupa informasi tentang kondisi perairan sungai untuk selanjutnya menjadi dasar
penentua kebijakan pengelolaan yang tepat untuk menurunkan beban pencemaran
yang masuk ke badan Sungai Kumoro demi meningkatkan daya dukung sungai
dan menjaga kualitas sedimen dan biota perairan.

1.6 Kerangka Pemikiran


PT. ANTAM Tbk. UBPN Kolaka memanfaatkan dua sungai sebagai
sumber air untuk aktivitas pertambangan. Sungai Kumoro berada di lingkup
penambangan dan berjarak kurang lebih 2,5 km dari pabrik dan hanya berjarak
1,67 km dari lokasi pengerukan tambang. Sungai ini dimanfaatkan untuk sumber
air bersih di komplek perumahan PT. ANTAM dan untuk aktivitas di pabrik OPP
(Other Product Processing) atau Agregat yang merupakan tempat penampungan
sisa limbah padat produk sampingan yang di hasilkan dari proses pengolahan
nikel di pabrik utama. Keberadaan lokasi penambangan di hulu sungai serta
agregat dapat menyebabkan terakumulasinya limbah dalam kurun waktu yang
lama sehingga dapat menurunkan kualitas perairan. Kontribusi pencemar yang
berasal dari aktivitas penambangan dan pengolahan dapat diukur dengan
menganalisis beberapa komponen diantaranya kualitas air sungai, limbah yang
dihasilkan proses penambangan dan pengolahan pabrik, sedimen serta biota yang
hidup di sungai atau muara sungai tempat terakumulasinya bahan pencemar.
Tatkala beban limbah yang masuk ke sungai melebihi daya tampung sungai yakni
pembuangan dengan beban yang besar, kontinyu dan pada jarak yang berdekatan
dan selanjutnya kurang didukung oleh faktor iklim, kondisi fisik serta hidrolika
sungai, akan mengakibatkan penurunan daya tampung sungai. Diperlukan
penelitian lebih lanjut untuk mengalokasikan beban pencemaran air (ABPA),
menetapkan Baku Mutu Air Limbah (BMAL) lokal, menganalisis kualitas
sedimen dan biota guna menyusun informasi mengenai kebijakan pengelolaan
yang tepat untuk menurunkan nilai beban pencemaran limbah yang masuk ke
Sungai Kumoro.

Aktivitas pertambangan nikel PT. ANTAM Tbk. UBPN Kolaka serta


masyarakat yang berada di sepanjang Sungai Kumoro

Data kualitas air Data Limbah outlet dan Data Kualitas


Sungai Kumoro 2022 outfall Sungai Kumoro Data Kualitas Biota Sedimen Perairan
:pH, TSS, pH, Co, 2022 : pH, TSS, Co, Cu, Sungai Kumoro 2022 : Sungai Kumoro
Cu, Cr-VI, Cd, Pb, Cr, Cr Total, Cd, Pb, Cd, Cu, Cr (VI), Pb, 2022 untuk
Fe, Ni, Zn ( PP No. Fe, Ni, Zn (Peraturan Ni, Zn (BPOM No. 9 parameter :Cd, Cr,
22 Tahun 2021) Menteri LH No.09 Tahun 2022) Cu, Pb, Ni, Zn
Tahun 2006) (ANZECC 2000 dan
USEPA 2002)

Analisis Alokasi Penetapan Baku Mutu Analisis Kualitas


Beban Pencemaran Air Perhitungan Faktor Sedimen dengan
Air Limbah (BMAL)
(ABPA) Biokonsentrasi Metode Faktor
Lokal untuk Limbah
(BCF) Kontaminasi (CF)
outfall Sungai Kumoro

Kondisi kualitas perairan Sungai Kumoro

Menyusun Kebijakan Perlindungan dan Pengelolaan Mutu Air

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian


II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kualitas Air

Pemanfaatan sungai sebagai media pembuangan air limbah oleh masyarakat


sekitar dapat mengakibatkan penurunan kualitas air sungai (Sholichin, 2010).
Kualitas air memiliki definisi sebagai berikut :
1. Kualitas air menunjukkan sifat air dan kandungan organisme, zat, energi atau
komponen lain yang terkandung dalam air.
2. Kualitas air secara umum ditentukan oleh 3 faktor yaitu faktor fisika, kimia dan
biologi.
a. Faktor fisika dipengaruhi oleh zat-zat yang berwujud padat, cair maupun gas.
Misalnya masuknya limbah plastik ke dalam perairan.
b. Faktor kimia dipengaruhi oleh masuknya zat-zat kimia ke dalam air,
misalnya pestisida di pertanian masuk ke dalam air sawah dan mengalir ke
sungai.
c. Faktor biologi dipengaruhi oleh organisme baik mikro maupun makro yang
masuk ke dalam air, misalnya bakteri.

Berdasarkan klasifikasi dan kriteria mutu air pada PP No.82 Tahun 2001,
dijelaskan status mutu air dibagi menajdi 4 (empat) kelas, yaitu;
1. Golongan A, air yang peruntukkannya dapat digunakan untuk bahan baku air
minum atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama
dengan kegunaan tersebut.
2. Golongan B, air yang peruntukkannya dapat digunakan untuk sarana dan
prasarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan air dan
untuk mengairi pertanaman dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan
mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.
3. Golongan C, air yang peruntukannya, dapat digunakan untuk pembudidayaan
ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau
peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan
tersebut.
4. Golongan D, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi
pertanaman dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang
sama dengan kgunaan tersebut. Baku mutu yang digunakan membandingkan
nilai parameter hasil penelitian adalah baku mutu dari PP No. 82 Tahun 2001
tentang pengelolaan Kualitas dan Pengendalian Pencemaran air.

Limbah yang dibuang ke alam harus memenuhi standar yang telah


dietapkan, karena limbah dapat membahayakan kehidupan manusia serta
mengganggu kelestarian lingkungan hidup. Pembuangan berbagai jenis zat ke
badan perairan akan menyebabkan terjadinya degradasi kualitas air penerima,
sehingga pemanfaatan air penerima tidak lagi menguntungkan bahkan merugikan
(Hardjo et.al, 1989).
Pengelolaan kualitas air dapat dilaksanakan dengan mengikutsertakan
berbagai aspek dan sistem yang saling berkesinambungan dalam proses serta
keseimbangan dari pengguna, dapat mengoptimalkan sumberdaya alam, dapat
menjaga keseimbangan lingkungan serta menjadi salah satu metoda perbaikan
ketika dalam prosesnya terdapat suatu masalah (Hendrawan, 2005). Menurut
(Yuliastuti, 2011), kualitas air merupakan sifat air yang diukur dari banyaknya
jumlah makhluk hidup, zat, energi atau komponen lain di dalam air. Selan itu,
kualitas air menggambarkan kesesuaian atau kecocokan air dengan
peruntukkannya, misalnya air minum, perikanan, pengairan/irigasi, industri,
rekreasi dan sebagainya.
Kualitas air sungai dapat meningkatkan kemampuan sungai untuk
memulihkan diri sendiri/self purification. Salah satu cara yang dapat dilakukan
adalah dengan berhenti memasukkan bahan pencemar ke aliran sungai, hal ini
dapat membantu terjadinya penguraian pencemar yang berada di dalam sungai
tanpa ada intervensi dari bahan pencemar di segmen lain (Elosegui et al. 1995;
Hubacikova et al. 2014).
Pengelolaan sungai dimulai dari penentuan beban dan kualitas limbah
potensial yang masuk ke dalam sungai dan penentuan titik kritis atau titik pada
sungai yang memiliki kualitas air yang paling rendah. Kedua hal ini yang akan
menjadi salah satu dasar untuk mengetahui daya tampung dan daya dukung sungai
yang kemudian menjadi dasar untuk melakukan pengelolaan sumber daya air
sungai sehingga perbaikan kondisi sungai dapat terwujud (Baherem, 2014).

2.2 Parameter Kualitas Air

Suhu
Suhu adalah derajat panas dinginnya suatu benda. Alat yang digunakan
untuk mengukur suhu disebut termometer. Suhu menunjukkan derajat panas
benda. Semakin tinggi suhu suatu benda, semakin panas benda tersebut (Kreith,
1991). Pada umumnya limbah cair tekstil memiliki suhu tinggi karena dalam
produksinya banyak menggunakan suhu tinggi antara 30-100 o C. Semakin tinggi
suhu, maka akan berpengaruh terhadap jumlah oksigen terlarut dalam air, reaksi-
reaksi kimia, kecepatan reaksi dan pada akhirnya akan mempengaruhi kehidupan
biotik dalam air. Dengan pengukuran suhu, aktivitas kimiawi dan biologis,
tekanan uap, tegangan permukaan dan nilai-nilai penjenuhan benda-benda padat
dan gas dapat diketahui (Mahida, 1986).

TSS (Total Suspended Solid)


TSS adalah bahan-bahan tersuspensi (diameter > 1 µm) yang tertahan pada
saringan miliopore dengan diameter ori 0,45 µm). TSS terdiri atas lumpur dan pasir halus
serta jasad-jasad renik. Keberadaan TSS di perairan utamanya disebabkan oleh
pengikisan tanah atau erosi tanah yang terbawa ke badan air. Semakin tinggi konsentrasi
TSS, maka penetrasi cahaya ke dalam air semakin sulit karena terganggunya proses
fotosintesis. Penyebaran TSS di perairan pantai dan wilayah estuaria dapat dipengaruhi
oleh faktor-faktor fisik antara lain angin, curah hujan, gelombang, arus dan pasang surut (
Effendi, 2000).

DO (Dissolved Oxygen)
Ketersediaan oksigen terlarut dalam perairan sangat menentukan
kehidupan udang dan ikan. Oksigen terlarut dalam suatu perairan berasal dari
difusi dari udara ke dalam air, aerasi mekanis, dan fotosintesis tanaman akuatik.
Sementara itu, kadar oksigen terlarut di perairan dapat berkurang oleh proses
respirasi dan pembusukan bahan organik di dasar perairan (Department of
Primary Industries and Resources of South Australia, 2003). Oksigen memegang
peranan penting sebagai indikator kualitas perairan, karena oksigen terlarut
berperan dalam proses oksidasi dan reduksi bahan organik dan anorganik
(Salmin, 2005).

Logam Berat
Atomic Absorption Spectrophotometry) merupakan alat yang dilakukan
untuk menganalisis ogam berat yang didasarkan pada hukum Lambert-Beer, yang
merupakan banyaknya sinar yang diserap dapat berbanding lurus dengan kadar
zat. Atom mengabsorpsi sinar, sehingga ion atau senyawa logam berat harus
diubah menjadi bentuk atom (Akbar, 2002).

Nikel (Ni)
Nikel adalah salah satu jenis logam berat dalam susunan tabel periodik.
Logam ini merupakan kelompok logam transisi golongan VIIIB dengan bentuk
fisik berwarna putih perak mengkilat, keras, tidak sulit dibentuk dan mudah
ditempa. Nikel telah dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan manusia terutama
sebagai pelapis logam tahan karat, pembuatan aliasi logam (monel, nikron, dan
alkino), serta dapat dimanfaatkan sebagai katalis pada hidrogenesi lemak dalam
pembuatan margarine (Sunardi, 2006).

Besi (Fe)
Apabila konsentrasi besi pada perairan melewati ambang batas, besar
kemungkinan mengkontaminasi makanan atau minuman. Apabila makanan
dimana kadar besi tinggi masuk kedalam tubuh, dapat menimbulkan dampak
negatif, seperti risiko kanker, penyakit jantung, radang sendi, diabetes, dan
penyakit hati (Niderau et al. 1996).
Menurut (Junaidi, 2019) Sumber cemaran limbah besi di antaranya berasal
dari hasil korosi logam pada pipa saluran air, limbah industri, dan limbah rumah
tangga. Berikut merupakan ambang batas besi menurut (1) Peraturan Menteri
Lingkungan Hidup Nomor 5 tahun 2014 ambang batas besi pada limbah industri
adalah 5 mg/L, (2) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 32 tahun 2017 ambang
batas besi pada air sanitasi adalah 1 mg/L, (3) Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 492 tahun 2010 ambang batas besi pada air minum adalah 0.3 mg/L.
Untuk mencegah penyakit yang disebabkan oleh kelebihan besi, diperlukan teknik
deteksi besi pada sampel minuman atau perairan lingkungan yang diduga tercemar
besi.

Seng (Zn)
Banyak aktivita yang dilakukan manusia berakibat meningkatkan
konsentrasi Zn di lingkungan , seperti kegiatan industri biji besi dan logam serta
industri lain, karena logam Zn banyak dimanfaatkan untuk produksi cat, bahan
keramik, gelas, lampu serta pestisida (Darmono, 1995). Apabila limbah di industri
yang mengandung logam Zn di buang di lingkungan perairan dalam jumlah besar,
akan berpotensi mencemari perairan, secara biologis logam Zn berasal dari sisa
proses ekskresi manusia dan binatang (Syahminan, 1996).
Khrom (Cr)
Logam berat krom merupakan salah satu limbah cair batik dari proses
pewarnaan yang dapat mencemari lingkungan perairan. Teknik pengolahan
limbah logam yang dapat di
terapkan yaitu dengan fitoremediasi menggunakan vetiver (Chrysopogon
zizanioides L.). Tanaman ini memiliki sistem perakaran yang masif dan kuat
sehingga dapat mengakumulasi logam berat serta efektif dalam mengolah limbah
organik (Tambunan, 2017).

Timbal (Pb)
Timbal merupakan logam berbahaya yang umumnya bersifat toksik
(racun), kebanyakan di air dalam bentuk ion, memiliki rapat massa tinggi dan
dapat dideteksi pada konsentrasi yang kecil (Kanu, 2011). Ion timbal tidak boleh
lebih dari 0,05 mg/L di dalam air dan 10 µg/g di dalam tanah (BAPEDAL 1995).
Metode yang biasa digunakan untuk deteksi ion logam Timbal(II), meliputi
Inductively Coupled Plasma-Optical Emission Spectrophotometer (ICP-OES),
Atomic Absorption Spectroscopy (AAS), Graphite Furnace Atomic Absorption
Spectrometry (GFAAS), dan Inductively Coupled Plasma Mass Spectroscopy
(ICP-MS). Namun, metode tersebut membutuhkan instrumentasi yang mahal,
prosedur operasi yang rumit, waktu pendeteksian yang lama, dan membutuhkan
keahlian khusus.

Tembaga (Cu)
Keberadaan unsur tembaga di alam dapat ditemukan dalam bentuk logam
bebas, akan tetapi labih banyak ditemukan dalam bentuk persenyawaan atau
sebagai senyawa padat dalam bentuk mineral seperti kalkosit (Cu 2S), kovelit
(CuS), kalkopirit (CuFeS2), bornit (Cu5FeS4) dan enargit (Cu3AsS4)
(Widowati et al., 2008). Di perairan alami tembaga (Cu) terdapat dalam bentuk
partikulat, koloid dan terlarut. Fase terlarut seperti Cu 2+ bebas ikatan kompleks,
baik dengan ligan dalam organik, terutama (CuOH +,Cu2(OH)22+) maupun
anorganik. Ikatan Cu kompleks dengan ligan organik, terutama adalah oleh
material humus. Ikatan kompleks Cu yang terjadi dalam sedimen laut adalah yang
paling stabil, sementara yang terbentuk dalam kolom air laut stabilitasnya paling
rendah (Moore dan Ramamoorthy, 1984).

Kadmium (Cd)
Logam berat Timbal dan Kadmium adalah logam berat non-essensial di
lingkungan sekitar yang dapat menjadi racun atau toksik bagi biota apabila dengan
konsentrasi tinggi di alam (Hutabarat dan Evans, 2006). Logam berat dapat
bersifat persisten, dimana akumulasi dalam jaringan tubuh organisme laut, dengan
waktu paruh yang cukup tinggi dengan faktor konsentrasi yang besar dalam tubuh
biota laut (Sanusi, 2006).

Kobalt (Co)
Kobalt (Co) merupakan salah satu unsur logam. Kobalt banyak digunakan dalam
industri logam, pigmen, plastik, farmasi, cat, tinta dan radionuclide untuk perawatan
medis. Meskipun termasuk unsur logam, namun kobalt diperlukan untuk kehidupan
seperti ganggang hijau biru, bakteri dan tanaman leguminosa. Kobalt juga diperlukan
oleh manusia dan hewan sebagai koenzim pembentuk vitamin B12, pembentuk folat dan
metabolisme asam lemak (Prasad, 2008).
Sumber pencemar logam Co dari limbah industri, kegiatan penambangan, limbah
rumah tangga dan juga kegiatan pertanian. Air limbah yang mengandung Co dan
digunakan untuk mengairi lahan pertanian berpotensi menyebabkan akumulasi logam
kobalt pada tanaman yang akan berbahaya apabila masuk ke rantai makanan. Salah satu
upaya untuk menurunkan cemaran logam di lahan pertanian adalah dengan melakukan
bioremediasi (Santosa, 2008).

2.3 Alokasi Beban Pencemar Air (ABPA)


Alokasi tseban Pencemar Air dapat berarti penurunan beban pencemar
untuk masing-masing sumber pencemar apabiladaya tampung beban pencemar
sudah terlewati, sedangkan apabila daya tampung beban pencemar masih tersedia
atau belum terlewati, maka kuota beban pencemar yang masih diperbolehkan
untuk dibuang bagi masing-masing sumber (Peraturan Pemerintah No. 22 Tahun
2021)

2.4 Baku Mutu Air Limbah


Berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 110 Tahun
2003 tentang Pedoman Penetapan Daya Tampung Beban Pencemaran Pada
Sumber Air, ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk menentukan daya
tampung beban pencemaran pada badan air, yaitu : 1. Neraca Massa Metode ini
merupakan model matematika yang menggunakan perhitungan neraca massa
dapat digunakan untuk menentukan konsentrasi rata-rata aliran hilir (down
stream) yang berasal dari sumber pencemar point sources dan non point sources,
perhitungan ini dapat pula dipakai untuk menentukan persentase perubahan laju
alir atau beban polutan. Metoda ini tepat digunakan untuk komponen-komponen
yang tidak mengalami perubahan selama proses pencampuran seperti senyawa-
senyawa garam.

2.5 Analisis Sedimen


Tingkat kontaminasi sedimen oleh logam dinyatakan dalam faktor
kontaminasi (CF) yang dihitung sebagai:

C compound
CF=
C background
dimana :
CF : faktor kontaminasi
C compound : konsentrasi logam berat dalam sedimen
C background : konsentrasi latar belakang logam berat
Metode ini bertujuan untuk membandingkan konsentrasi dari satu jenis
logam berat di lokasi penelitian dengan logam berat latar belakang yang
merupakan konsentasi logam berat dari pelapukan batuan asli kerak bumi tanpa
ada tambahan dari aktivitas antropogenik atau konsentrasi logam rata-rata dunia
dalam serpih (Turekian dan Widepohl, 1961).

2.6 Analisis Biota Ikan


Faktor bioakumulasi merupakan perbandingan antara konsentrasi bahan kimia
dalam tubuh organisme akuatik dengan konsentrasi bahan kimia di dalam air. Menurut
(Rumhayati dan Retnaningdyah 2018), rumus FBK adalah sebagai berikut:
C biota
BCF=
C air

Keterangan :
Cbiota : Konsentrasi logam berat dalam ikan (mg/kg atau ppm).
Cair : Konsentrasi logam berat dalam air (ppm).

Nilai FBK dibagi menjadi 3 kategori sebagai berikut:


1. Nilai >1000 termasuk dalam kategori sifat akumulatif tinggi,
2. Nilai FBK 100-1000 disebut sifat akumulatif sedang, dan
3. FBK < 100 dikategorikan dalam kelompok sifat akumulatif rendah.
III. METODE

3.1 Waktu dan Tempat


Penelitian ini dilakukan selama 2 bulan pada Desember-Januari 2022
bertempat di Sungai Kumoro Kecamatan Pomalaa Kabupaten Kolaka Sulawesi
Tenggara yang berada di wilayah perairan Pertambangan Nikel PT. ANTAM Tbk.
UBPN Kolaka. Data kualitas air, limbah dan sedimen yang akan digunakan adalah
kombinasi data primer dan sekunder. Analisis sampel air dan sedimen akan
dilakukan di Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (PUSPITEK)
Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Serpong, Kota Tangerang Selatan,
Banten.

Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian

Tabel 1. Waktu pelaksanaan penelitian


Tahun 2022
Kegiatan November Desember Januari Februari
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Kolokium
Persiapan Alat dan Bahan
Pengumpulan data dan pre-proses data

Data sekunder (Karya ilmiah jurnal,


disertasi, tesis dan skripsi, google)
Observasi lapangan (Pengamatan kondisi
fisik dan morfologi sungai, Pengambilan
sampel air dan sampel sedimen limbah dan
debit air sungai)
Analisis data
Analisis kualitas air
Perhitungan dan Analisis Alokasi Beban
Pencemaran
Penetapan Baku Mutu Limbah Air Lokal
Perhitungan Faktor Kontaminasi (CF)
Analisis Faktor Biokontaminasi (BCF)
3.2 Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan pada penelitian ini, yaitu: untuk
menganalisis parameter pencemar air sungai, limbah titik penaatan (outlet) dan
titik pembuangan (outfall) PT. ANTAM Tbk. di Sungai Kumoro dengan metode
Analisis ABPA dan Analisis Baku Mutu Air Limbah (BMAL) Lokal serta alat dan
bahan untuk menganalisis Faktor Pencemar (CF) pada sedimen.

Tabel 2. Alat Penelitian Model Perlindungan dan Pengelolaan Mutu Air.


No Alat Keterangan
1 Termometer Untuk mengukur Suhu
2 Gravimetri Untuk menentukan TSS dan TDS
3 pH meter Untuk mengukur pH
4 Spektrofometer UV-Vis Untuk menentukan Amonia (NH3)
5 BOD meter Untuk menentukan BOD
6 DO Meter Untuk menentukan DO
7 Titrimetri Untuk menentukan COD
Untuk menentukan Ni, Fe, Co, Cu, Pb, Zn,
8 Spektrofotometri Serapan Atom
Cr Cd, Hg, As, dan Ag
9 Botol Sampel Tempat penyimpanan sampel air
10 Roll meter Untuk mengukur lebar sungai
11 Current meter Untuk mengukur debit air
Tempat pengawetan sampel air dan
12 Ice Cool Box
sedimen
13 Kamera Dokumentasi kegiatan
14 GPS Menentukan titik koordinat penelitian
15 Komputer/Laptop Melakukan analisis neraca massa
16 Perangkat Lunak SIG/Arcgis 10.3 Membuat peta lokasi penelitian
17 Eckman Grab Sampler Alat pengambilan sampel sedimen
18 Wadah Polietilen Wadah penyimpan sampel sedimen
19 Ice Cool Box Kotak pengangkut sampel sedimen
20 Kertas Label Menandai masing-masing botol sampel
21 Current Meter Alat ukur debit air
22 Alat tulis menulis Mencatat informasi yang diperlukan
23 Aquades Membilas tempat penyimpanan sampel
24 Reagent pengawet Mengawetkan sampel air
25 Ice gel Menjaga suhu air 4oC
26 HCl pekat atau H2SO4 Menjaga kation parameter logam
Bahan yang digunakan untuk analisis sampel Alokasi Beban Pencemaran
Air dan Baku Mutu Air Limbah Lokal, diantaranya : Sampel air sungai kumoro,
sampel limbah titik penaatan (outlet) dan titik pembuangan (outfall) penambangan
dan pengolahan, data inventarisasi sumber pencemar serta data debit air sungai
dan debit limbah. Adapun bahan yang digunakan untuk Analisis Uji Sedimen
dengan metode Faktor Kontaminasi (CF) yaitu debit air sungai, data kondisi
lingkungan penelitian, dan sampel sedimen dari titik penaatan (outlet) dan titik
pembuangan (outfall) penambangan dan pengolahan PT. ANTAM Tbk.
Tabel 3. Matriks keterkaitan antara tujuan, jenis data, metode pengumpulan data, sumber
data dan metode analisis data.
No Tujuan Jenis Data Pengumpulan Sumber Data Metode
Data Analisis
Data
1 Menganalisis - Hasil uji - Observasi - Sampel air limbah Analisis
Alokasi laboratorium - Studi literatur - Karyawan PT. Alokasi
Beban sampel air dan -Dokumentasi ANTAM Tbk. Beban
Pencemaran limbah bidang Water Pencemaran
Air - Topografi dan Management Air (ABPA)
(ABPA) Geologi Sungai - Karya tulis dengan
Sungai - Debit sungai ilmiah/Skripsi/Thes perhitungan
Kumoro dan debit limbah is/Jurnal/ DTBP
- Data Hidro PERMEN atau PP
Meteorologi - Kepala Stasiun
- Dokumen Meteorologi Sangia
AMDAL Ni Bandera Kolaka
2 Menetapkan - Hasil uji -Observasi - Sampel air limbah Analisis
Baku Mutu laboratorium -Studi literatur - Kepala Bagian Baku Mutu
Air Limbah sampel limbah -Dokumentasi Water Plan Air Limbah
(BMAL) - Debit air - Karya tulis Lokal
Lokal sungai serta ilmiah/Skripsi/ dengan
debit air limbah Thesis/Jurnal/ metode
- Dokumen - DLH Kolaka Neraca
AMDAL Massa
3 Analisis - Hasil uji Observasi - Sampel sedimen Perhitungan
Cemaran laboratorium Studi literatur sungai dan limbah Faktor
Logam Berat sampel sedimen Dokumentasi - Karya tulis ilmiah Kontaminas
dalam /Skripsi/Thesis/Jur i (CF)
Sedimen - Dokumen nal
AMDAL - DLH Kolaka
4 Analisis - Hasil uji Observasi - Sampel ikan di Perhitungan
Cemaran laboratorium Studi Literatur muara Sungai Faktor
Logam Berat biota ikan di Dokumentasi Kumoro Biokonsentr
dalam Biota muara Sungai - Karya tulis ilmiah asi (BCF)
Ikan Kumoro /Skripsi/Thesis/ Biota Ikan
Jurnal

3.3 Populasi dan Sampel


Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh wilayah
Sungai Kumoro. Adapun sampel yang digunakan dalam penelitian ini,
diantaranya : Sampel air Sungai Kumoro, Sampel Limbah titik penaatan (outlet)
dan titik pembuangan (outfall) penambangan dan pengolahan PT. ANTAM Tbk.
UBPN Kolaka, Sampel sedimen Sungai Kumoro, dan Sampel Ikan di muara
Sungai Kumoro. Adapun stasiun pengambilan sampel sebanyak 7 Stasiun,
diantaranya : Stasiun 1 merupakan titik kontrol (hulu) dimana diasumsikan belum
terdapat pengaruh penambangan, Stasiun 2 dan 3 merupakan lokasi tempat titik
penaatan dan pembuangan penambangan PT. ANTAM Tbk. UBPN Kolaka,
Stasiun 4 dan 5 merupakan pertemuan titik pembuangan penambangan dengan
Sungai Kumoro, Stasiun 6 merupakan lokasi tempat titik penaatan dan
pembuangan pengolahan (Pabrik OPP/Agregat) sedangkan Stasiun 7 diasumsikan
sebagai titik akhir (Hilir) tempat terakumulasinya limbah penambangan dan
pengolahan PT. ANTAM Tbk. UBPN Kolaka.

3.4 Prosedur Penelitian


1. Teknik pengambilan dan penanganan sampel
Pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling
dengan mempertimbangkan kondisi lokasi penelitian, lokasi sumber
pencemar dalam hal ini lokasi penambangan dan pengolahan PT. ANTAM
a) Sampel air dan limbah
Pengambilan dan penanganan sampel air dan air limbah yang akan
dilakukan mengacu pada Standar Nasional Indonesia tentang Air dan Air
Limbah (SNI 6989.57.2008 dan SNI 6989.59:2008)
b) Sampel Sedimen
Pengambilan sampel sedimen pada lapisan permukaan dilakukan dengan
menggunakan Eckman Grab Sampler. Sampel sedimen untuk semua
analisis seperti logam berat diawetkan dengan pendinginan pada suhu 4oC
c) Sampel Biota Ikan
Pengambilan sampel sedimen pada muara sungai dilakukan dengan
mempertimbangkan biota ikan endemik di perairan pomalaa. Sampel biota
ikan kemudian dianalisis parameter logam berat kemudian dibandingkan
dengan baku mutu berdasarkan Peraturan Badan Pengawas Obat Dan
Makanan Nomor 9 Tahun 2022 Tentang Persyaratan Cemaran Logam
Berat Dalam Pangan Olahan
2. Identifikasi dan Inventarisasi Lapangan
Identifikasi lapangan dilakukan dengan melihat keadaan geografis dan
morfologis sungai serta dengan mengetahui aktivitas yang dapat
mempengaruhi kondisi dan kualitas sungai.
3. Studi Pustaka
Pengumpulan data penelitian terdahulu yang dapat bersumber dari jurnal,
buku, serta dokumen yang relevan dengan penelitian yang akan dilakukan.
4. Dokumentasi
Pengambilan gambar penting dilakukan untuk memberikan visualisasi
mengenai kondisi sebenarnya dari kondisi lapangan serta proses penelitian
yang akan dilakukan.

3.5 Analisis Data


Teknik analisis data dilakukan dengan menggunakan 4 (empat) tahapan
utama, yaitu : (1) Analisis Alokasi Beban Pencemaran Air (ABPA) untuk
parameter yang melampaui baku mutu air sungai, (2) Analisis Baku Mutu Air
Limbah Lokal menggunakan Metode Neraca Massa untuk parameter logam berat
limbah outlet dan outfall penambangan dan pengolahan PT.ANTAM Tbk. dan
logam berat Sungai Kumoro, (3) Analisis Kualitas Sedimen dengan Perhitungan
Faktor Kontaminasi (CF) dan (4) Analisis Cemaran Logam Berat dalam Biota
Ikan menggunakan Perhitungan Faktor Biokonsentrasi (BCF).
3.5.1. Analisis Alokasi Beban Pencemaran Air
Analisis Alokasi Beban Pencemaran menggunakan pengukuran daya
tampung sungai yang dilakukan setelah pengambilan sampel air dan limbah
dengan metode purposive sampling. Pengambilan sampel air akan diakukan
di 4 stasiun sedangkan pengambilan sampel limbah akan dilakukan di 3 stasiun
tempat keluarnya limbah penambangan dan pengolahan PT. ANTAM Tbk. UBPN
Kolaka. Pengambilan dan penanganan sampel air maupun limbah mengacu pada
Standar Nasional Indonesia tentang Air dan Air Limbah (SNI 6989.57.2008 dan
SNI 6989.59:2008) dan dianalisis di laboratorium dengan mengacu kepada
parameter pencemar mengacu kepada Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No.9
Tahun 2006 tentang Baku Mutu Air Limbah bagi Usaha dan/ Kegiatan
Pertambangan Bijih Nikel.
Sungai Kumoro merupakan salah satu sungai yang menjadi output limbah
industri pertambangan nikel PT. ANTAM Tbk. UBPN Kolaka sehingga perlu
menganalisis Alokasi beban pencemaran air (ABPA) dengan tujuan setelah
dilakukan analisis ABPA, dapat mengendalikan besaran beban cemaran atau
menurunkan kadar beban cemaran di Sungai serta pada outlet dan outfall
penambangan dan pengolahan PT. ANTAM Tbk apabila telah melampaui daya
tampung sungai. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021 Tentang
Pasal 116 ayat (1) Alokasi Beban Pencemar Air yaitu nilai beban pencemar air
paling tinggi dari sumber pencemar yang diperbolehkan dibuang ke Badan Air
permukaan agar dapat diimplementasikan dalam perlindungan dan pengelolaan
mutu air, maka ABPA disusun dan dimasukan ke dalam perencanaan dalam
perlindungan dan pengelolaan mutu air (RPPMA).
Secara umum metode perhitungan ABPA dapat dilakukan setelah mengetahui
nilai DTBP sungai, yang dapat diringkas sebagi berikut :

ABPA = Sumber Tertentu+Sumber Tak tentu+Kualitas air+Kapasitas


cadangan
Sumber : Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 01 Tahun 2010

Untuk mengetahui nilai daya tampung sungai, perlu menentukan kondisi


tercemar-tidak tercemarnya masing-masing parameter yang telah ditetapkan.
Parameter pencemar sungai yang akan diukur selanjutnya dibandingkan dengan
baku mutu air kelas II dengan peruntukan Sungai Kumoro untuk memenuhi
kebutuhan pabrik kegiatan pertambangan bijih nikel dan memenuhi kebutuhan air
bersih masyarakat di Kompleks perumahan PT. ANTAM Tbk.

3.5.2. Analisis Baku Mutu Air Limbah Lokal


Setelah dilakukan analisis Alokasi Beban Pencemaran Air (ABPA), perlu
dilakukan analisis Baku Mutu Air Limbah (BMAL) Lokal menggunakan metode
Neraca Massa dengan tujuan untuk menetapkan nilai baku mutu yang tepat untuk
masing-masing parameter pencemar yang dipersyaratkan dalam Peraturan Menteri
Lingkungan Hidup No.09 Tahun 2006 di masing-masing titik penaatan (outlet)
penambangan dan pengolahan PT.ANTAM Tbk. UBPN Kolaka dengan rumus :

∑CiQi ƩMi
CR= =
ƩVi ƩVi
Keterangan :
CR = Konsentrasi rata-rata konstituen untuk aliran gabungan
Ci = Konsentrasi konstituen pada aliran ke-i
Qi = Debit aliran ke-i
Mi = Massa konstituen pada aliran ke-i

Metode neraca massa ini dapat juga digunakan untuk menentukan


pengaruh erosi terhadap kualitas air yang terjadi selama fasa konstruksi atau
operasional suatu proyek, dan dapat juga digunakan untuk suatu segmen aliran,
suatu sel pada danau, dan samudera. Untuk melakukan perhitungan Baku Mutu
Air Limbah (BMAL) Lokal, langkah-langkah yang harus dilakukan adalah :
1. Ukur konsentrasi parameter pencemar dan laju alir pada aliran sungai
sebelum bercampur dengan sumber pencemar;
2. Ukur konsentrasi parameter pencemar dan laju alir pada setiap aliran sumber
pencemar;
3. Ukur Debit aliran sungai Hulu, Hilir dan Debit air Limbah.
4. Tentukan konsentrasi rata-rata pada aliran akhir setelah aliran bercampur
dengan sumber pecemar.
Jika konsentrasi parameter pencemar di hilir ≤ BMA, maka usulan di terima, akan
tetapi jika konsentrasi parameter pencemar di hilir > BMA, maka usulan ditolak.

Tabel 4. Baku Mutu Air Limbah bagi Usaha dan/ Kegiatan Pertambangan Bijih
Nikel
Kadar Maksimum Metode Analisis**
No Parameter Satuan
Penambangan Pengolahan
1 pH - 6-9 6-9 SNI 06-6989-11-2004
2 TSS mg/L 200 100 SNI 06-6989-3-2004
3 Cu* mg/L 2 2 SNI 06-6989-6-2004
4 Cd* mg/L 0,05 0,05 SNI 06-6989-18-2004
5 Zn* mg/L 5 5 SNI 06-6989-7-2004
6 Pb* mg/L 0,1 0,1 SNI 06-6989-8-2004
7 Ni* mg/L 0,5 0,5 SNI 06-6989-22-2004
8 Cr(6+)* mg/L 0,1 0,1 SNI 06-6989-53-2005
9 Cr total mg/L 0,5 0,5 SNI 06-6989-14-2004

3.5.3. Analisis Sedimen


Analisis sedimen diperlukan untuk Sungai Kumoro yang berada di
wilayah pertambangan nikel PT. ANTAM Tbk. UBPN Kolaka, karena
berpeluang cukup besar terjadi pengendapan parameter pencemar khususnya
logam berat pada sedimen sungai. Sampel sedimen yang diambil menggunakan
metode Eckman grab sampler selanjutnya dibandingkan dengan baku mutu
(ANZECC, 2000) Australian and New Zealand Environment and Conservation
Councill dan (USEPA, 2002) United States Environmental Protection Agency.
Selanjutnya dilakukan analisis untuk menghitung faktor pencemaran (CF) yaitu
metode penilaian kualitas sedimen tunggal untuk satu lokasi sampling dengan
persamaan :
C compound
CF=
C background
dimana :
CF : faktor kontaminasi
C compound : konsentrasi logam berat dalam sedimen
C background : konsentrasi latar belakang logam berat
Metode ini bertujuan untuk membandingkan konsentrasi dari satu jenis
logam berat di lokasi penelitian dengan logam berat latar belakang yang
merupakan konsentasi logam berat dari pelapukan batuan asli kerak bumi tanpa
ada tambahan dari aktivitas antropogenik atau konsentrasi logam rata-rata dunia
dalam serpih (Turekian dan Widepohl, 1961). Hasil dari analisis CF selanjutnya
dibandingkan dengan kelas penilaian kualitas sedimen.

Tabel 5. Kelas penilaian kualitas sedimen dengan CF.


Nilai CF Tingkat Pencemaran
CF < 1 Rendah
1 ≤ CF ≥3 Sedang
3 ≤ CF ≥ 6 Tinggi
CF > 6 Sangat tinggi

3.5.4. Analisis Biota Ikan


Logam berat memiliki sifat toksik bagi biota akuatik meskipun pada
konsentrasi rendah serta dapat terakumulasi di organisme perairan. Kandungan
logam berat bisa bertambah seiring meningkatnya rantai makanan dari satu
organisme ke organisme lainnya (tropical level). Biota ikan akan dibandingkan
dengan standar mutu dari standar nasional yaitu BPOM No. 9 Tahun 2022 setelah
dianalisis di laboratorium menggunakan Atomic Absorption Spectrophometer
(AAS). Analisis cemaran logam berat biota ikan menggunakan perhitungan Bio
Concentration Factor atau BCF kemudian menjadi data pembanding kandungan
logam berat yang berada di air, air limbah (penambangan dan pengolahan
PT. ANTAM Tbk.) dan sedimen Sungai Kumoro, dengan rumus :

C biota
BCF=
C air

Keterangan :
Cbiota : Konsentrasi logam berat dalam ikan (mg/kg atau ppm).
Cair : Konsentrasi logam berat dalam air (ppm).

Hasil dari penghitungan faktor biokonsentrasi dibandingkan dengan


tingkat akumulasi nilai BCF sebagai berikut (Esch 1977):
Akumulasi rendah : BCF<100
Akumulasi sedang: 100<BCF≤1000
Akumulasi Tinggi : BCF>1000
3.6 Data Hasil Analisis Kualitas Air
Berdasarkan lokasi penelitian yang diambil oleh penulis, terdapat beberapa
data hasil analisis kualitas air yang berkaitan dan dapat mendukung sebagai bahan
acuan penelitian ini diantaranya:

Tabel 6. Data Hasil Analisis Kualitas Air


No Nama Peneliti Tahun Hasil Penelitian
1. Hamzah 2009 Kontribusi dari parameter dengan niai
cemaran tinggi, diantaranya; logam
berat besi yakni 1.333 ton/bulan, TSS
591.076 ton/bulan, BOD5 223.748
ton/bulan, Nitrat 5.164 ton/bulan.
2. Febrina Risky Amelia 2019 Status mutu air Sungai Kumoro yang
telah disandingkan dengan baku mutu
kelas II PP No. 82 Tahun 2001
kemudian dianalisis dengan metode
Indeks Pencemaran menetapkan Hulu
Sungai cemar sedang, tengah sungai
cemar ringan dan hilir sungai cemar
ringan. Adapun parameter yang
melewati baku mutu sungai,
diantaranya: BOD, COD, DO.
Sedangkan untuk parameter Kekeruhan
tidak memenuhi standar baku mutu
PERMENKES No.32 Tahun 2017
tentang Standar Baku Mutu Kesehatan
Lingkungan dan Persyaratan Kesehatan
Air untuk Keperluan Higiene Sanitasi,
Kolam Renang, Solus Per Aqua, dan
Pemandian Umum.

DAFTAR PUSTAKA

Akbar, HS. 2002. Pendugaan tingkat akumulasi logam berat PB, Cd, Cu, Zn, dan
Ni pada kerang hijau (Perna viridis L;) ukuran > 5 cm di Perairan Kamal
Muara, Teluk, Jakarta. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Australian and New Zealand Environment and Conservation Council (ANZECC),
2000, ANZECC interim sediment quality guidlines. Report for the
Environmental Research Institute of the Supervising Scientist, Sydney,
Australia.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Kolaka. Kabupaten Kolaka dalam Angka Tahun
2018. Penerbit : BPS Kabupaten Kolaka. Kolaka
Baherem, 2014. Strategi Pengelolaan Sungai Berdasarkan Daya Tampung Beban
Pencemaran dan Kapasitas Asimilasi – Studi Kasus : Sungai Cibanten
Provinsi Banten. Tesis. IPB University : Bogor.
Darmono. 1995. Logam dalam Sistem Biologi Makhluk Hidup. Penerbit
Universitas Indonesia. Yakarta.
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan
Lingkungan Perairan. Penerbit : KANISIUS. Yogyakarta.
Esch GVJ. 1977. Aquatic Pollutant and Their Potential Ecological Effects In
Aquatic Pollution : Transformation and Biological Effects. New York (US):
Pergamon Pr
Hakanson, L. 1980. An Ecological risk index for aquatic pollution control. A
sedimentological approach. Water Res. 14(8), 975-1001.
Hamzah. 2009. Studi Kualitas Air Lokasi Pertambangan Nikel Pomalaa Sulawesi
Tenggara [Tesis]. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Hutabarat, S dan Evans, S. M. 2006. Pengantar Oseanografi. Jakarta (ID): UI
Press. 159 hlm.
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No 110 Tahun 2003. Pedoman
Penetapan Daya Tampung Beban Pencemaran Air Pada Sumber Air.
Moore, J. W. dan S. Ramamoorthy. 1984. Heavy Metals in Neutral Water.
Springer Verlag. New York.
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 01 Tahun 2010. Tata Laksana
Pengendalian Pencemaran Air.
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 09 Tahun 2006 Tentang
Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha Dan/Atau Kegiatan Pertambangan
Bijih Nikel.
Peraturan Pemerintah No.22 Tahun 2021 Tentang Penyelenggaraan Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Prasad, M.N.V. 2008. Trace Elements as Kobalttaminants and Nutrient. Wiley
Publication.790p.
Putri, SH. 2015. Analisis Ekonomi dan Lingkungan Kegiatan Pertambangan Nikel
(Studi Kasus: PT.ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sultra). Institut Pertanian
Bogor. Bogor.
Rumhayati B, Retnaningdyah C. 2018. Integrative assessment of Pb and Cd
pollution in Porong estuaries using sediment chemistry, bioavailability, and
bioconcentration factor. Indonesian Journal of Chemistry. 18(3):464–471.
doi:10.22146/ijc.26603.
Santosa, R.H. 2008. Penelitian Pengendalian Pencemaran Air Limbah Industri
Organik. Prosiding Kolokium Hasil Penelitian dan Pengembangan Sumber
Daya Air. Adaptasi Pengelolaan Sumber Daya Air Menyongsong Perubahan
Iklim Global. Bandung.
Sanusi, H. S. 2006. KIMIA LAUT. Proses Fisik Kimia dan Interaksinya dengan
Lingkungan. Prartono T, Supriyono E, editor. Bogor (ID): Institut Pertanian
Bogor.
Turekian, KKm Wedepohl, KH, 1961. Distribution of the elements in some major
units of the earth’s crust. Geol. Soc. Am. Bull. 72(2), 175-192.
USEPA (United States Environmental Protection Agency). 2002. A Guidance
Manual to Support the Assessment of Contaminated Sediments in
Freshwater Ecosystems Vol. III Interpretation of the Results of Sediment
Quality Investigations. United States Environmental Protection Agency.
Chicago.
Widowati, W., A. Sastiono, dan R. Jusuf. 2008. Efek Toksik Logam: Pencegahan
dan penanggulangan pencemaran. Andi Offset. Yogyakarta. 395 hlm.

Anda mungkin juga menyukai