Anda di halaman 1dari 19

Bidang Ketahanan Pangan

Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan dan Perikanan


Jl. Raden Kusno No. 61, Mempawah
Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Tahun 2018-2020

KATA PENGANTAR

Atas berkat rahmat Allah Subhaanahu Wata’ala, Tuhan yang Maha Kuasa,
Buku “Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan 2018-2020 Kabupaten Mempawah”
berhasil disusun. Buku ini menyajikan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Tahun
2018-2019 (Angka Tetap) dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Tahun 2020
(Angka Sangat Sementara).
Salah satu instrumen utama yang digunakan dalam penilaian dan perencanaan
ketersediaan pangan adalah Pola Pangan Harapan (PPH) selain Neraca Bahan Makanan
(NBM). Pola Pangan Harapan (PPH) adalah susunan beragam pangan atau kelompok
pangan yang didasarkan atas sumbangan energinya, baik secara absolut maupun relatif
terhadap total energi baik dalam hal ketersediaan maupun konsumsi pangan, yang
mampu mencukupi kebutuhan dengan mempertimbangkan aspek-aspek sosial, ekonomi,
budaya, agama, cita rasa. Pola Pangan Harapan (PPH) sendiri berguna sebagai
instrumen sederhana untuk menilai situasi ketersediaan dan konsumsi pangan berupa
jumlah data kondisi pangan menurut jenis pangan secara agregat, serta sebagai basis
untuk perhitungan skor PPH yang digunakan sebagai indikator mutu gizi pangan dan
keragaman konsumsi baik pada tingkat ketersediaan maupun tingkat konsumsi dengan
pendekatan PPH. Keadaan perencanaan penyediaan dan konsumsi pangan penduduk
diharapkan dapat memenuhi tidak hanya kecukupan gizi (nutritional adequancy), akan
tetapi sekaligus juga mempertimbangkan keseimbangan gizi (nutrional balance) yang
didukung cita rasa (palability), daya cerna (digestability), daya terima masyarakat
(acceptability) kuantitas dan kemampuan daya beli (affordability).
Dengan tersedianya PPH Ketersediaan ini diharapkan dapat bermanfaat baik
sebagai bahan evaluasi ketersediaan pangan di Kabupaten Mempawah maupun sebagai
bahan pangambilan kebijakan dalam rangka pemantapan ketahanan pangan di
Kabupaten Mempawah.

Mempawah, 2020
Kepala Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan dan
Perikanan Kabupaten Mempawah

Gusti Basrun, S.Pi


Pembina Tk. I
NIP. 19720601 199903 1 006

-i-
Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Tahun 2018-2020

DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR ............................................................................................................ i
DAFTAR ISI........................................................................................................................ ii
DAFTAR TABEL ................................................................................................................ iii
DAFTAR GAMBAR............................................................................................................ iii
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................................... iii
RINGKASAN EKSEKUTIF ................................................................................................ iv
PENDAHULUAN ................................................................................................................ 1
Latar Belakang ............................................................................................................ 1
Pengertian ................................................................................................................... 1
Tujuan ......................................................................................................................... 2
Manfaat ....................................................................................................................... 2
METODOLOGI ................................................................................................................... 3
Komponen PPH ........................................................................................................... 3
Metode Perhitungan PPH ............................................................................................ 4
ANALISIS POLA PANGAN HARAPAN (PPH) KETERSEDIAAN ....................................... 7
REKOMENDASI ............................................................................................................... 11
LAMPIRAN-LAMPIRAN.................................................................................................... 12

- ii -
Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Tahun 2018-2020

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Halaman


1. Kelompok Bahan Makanan PPH ............................................................................ 3
2. Susunan PPH Ideal (Nasional) Berdasarkan Tingkat Ketersediaan Pangan .......... 3
3. Pengelompokan Pangan dari 11 (Sebelas) Kelompok Pangan NBM ke 9
(Sembilan) Kelompok Pangan PPH ....................................................................... 5
4. Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Tahun 2016-2020 ...................... 7

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Halaman


1. Perkembangan Skor PPH Tahun 2015-2020 ......................................................... 9

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Judul Halaman


1. Daftar Kandungan Energi dan Persentase Bagian yang Dapat Dimakan
(BDD) dari Setiap Jenis Pangan ............................................................................12
2. Angka Konversi Gabah ke Beras dan Koversi Susut dari Beberapa
Komoditas Pangan Utama ....................................................................................13

- iii -
Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Tahun 2018-2020

RINGKASAN EKSEKUTIF

Pola Pangan Harapan (PPH) merupakan instrumen sederhana untuk menilai


situasi konsumsi pangan penduduk, baik jumlah maupun komposisi pangan menurut jenis
pangan yang dinyatakan dalam skor PPH. Hasil analisis terhadap situasi ketersediaan
pangan dan gizi berdasarkan PPH Kabupaten Mempawah tahun 2018-2020 adalah
sebagai berikut:
1. Berdasarkan data NBM 2018-2020 dan menggunakan angka kecukupan energi (AKE)
tingkat ketersediaan 2.400 Kalori per kapita per hari, maka skor Pola Pangan Harapan
(PPH) Ketersediaan masih dibawah PPH standar skor 100.
2. Skor PPH Ketersediaan tahun 2018 sebesar 65,90. Masih rendahnya capaian tersebut
dikarenakan kelompok pangan umbi-umbian baru mencapai skor 1,10 dari skor 2,5
yang direkomendasikan, pangan hewani baru mencapai skor 15,05 dari skor 24 yang
direkomendasikan, minyak dan lemak baru mencapai skor 1,66 dari skor 5 yang
direkomendasikan, kacang-kacangan baru mencapai skor 6,75 dari skor 10 yang
direkomendasikan, serta sayuran dan buah baru mencapai skor 12,85 dari skor 30
yang direkomendasikan.
3. Skor PPH Ketersediaan tahun 2019 sebesar 71,34. Masih rendahnya capaian tersebut
dikarenakan kelompok pangan umbi-umbian baru mencapai skor 1,01 dari skor 2,5
yang direkomendasikan, pangan hewani baru mencapai skor 16,59 dari skor 24 yang
direkomendasikan, minyak dan lemak baru mencapai skor 4,89 dari skor 5 yang
direkomendasikan, kacang-kacangan baru mencapai skor 7,29 dari skor 10 yang
direkomendasikan, serta sayuran dan buah baru mencapai skor 13,06 dari skor 30
yang direkomendasikan.
4. Skor PPH Ketersediaan tahun 2020 diperkirakan sebesar 70,43. Masih rendahnya
capaian tersebut dikarenakan kelompok pangan umbi-umbian baru mencapai skor 1,29
dari skor 2,5 yang direkomendasikan, pangan hewani baru mencapai skor 17,30 dari
skor 24 yang direkomendasikan, kacang-kacangan baru mencapai skor 7,57 dari
skor 10 yang direkomendasikan, serta sayuran dan buah baru mencapai skor 10,77
dari skor 30 yang direkomendasikan.
5. Penurunan skor PPH Ketersediaan dari tahun 2019 ke tahun 2020 disebabkan oleh
terjadinya penurunan skor padakelompok sayuran dan buah dari 13,06 pada tahun
2019 menjadi 10,77 pada tahun 2020.hal ini disebabkan karena perkiraan turunnya
produksi beberapa komoditas buah seperti jengkol, petai, melinjo, ketimun, terung,
tomat, kacang panjang dan petsai/sawi. Penurunan skor ini juga disebabkan oleh
masih rendahnya perkiraan impor secara umum untuk komoditas sayuran. 

- iv -
Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Tahun 2018-2020

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Undang-undang Nomor 18 tahun 2012 tentang Pangan menyamakan Ketahanan


Pangan sebagai kondisi terpenuhinya pangan bagi negara sampai dengan perseorangan,
yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya,
aman, beragam, bergizi, merata, dan terjangkau serta tidak bertentangan dengan agama,
keyakinan, dan budaya masyarakat, untuk dapat hidup sehat, aktif, dan produktif secara
berkelanjutan. Ketersediaan pangan merupakan aspek penting dalam mewujudkan
ketahanan pangan. Penyediaan pangan diperlukan untuk memenuhi kebutuhan dan
konsumsi pangan bagi masyarakat, rumah tangga, dan perseorangan secara
berkelanjutan.
Untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat dan meningkatkan kuantitas dan
kualitas konsumsi pangan, diperlukan target pencapaian angka konsumsi dan
ketersediaan pangan per kapita per tahun sesuai dengan angka kecukupan gizinya.
Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (WNPG) X tahun 2012 merekomendasikan
kecukupan pangan bagi rata-rata penduduk Indonesia yaitu kebutuhan kalori
minimal 2.150 kkal/kapita/tahun, kebutuhan protein minimal 57 gram/kapita/tahun.
Sementara itu, untuk ketersediaannya ditetapkan kecukupan minimal 2.400
kkal/kapita/hari untuk energi dan minimal 63 gram perkapita/hari untuk protein.
Pencapaian angka konsumsi atau ketersediaan pangan sesuai rekomendasi
WNPG, belum bisa memberikan gambaran tentang kualitas pemenuhan kebutuhan gizi
yang ideal, namun perlu dievaluasi komposisinya. Situasi ketersediaan dan konsumsi
pangan dapat dinilai atau dievaluasi dengan Pola Pangan Harapan (PPH).

Pengertian

FAO-RAPA (1989) mendefinisikan PPH sebagai “komposisi kelompok pangan


utama yang bila dikonsumsi dapat memenuhi kebutuhan energi dan zat gizi lainnya”. PPH
merupakan susunan beragam pangan yang didasarkan atas proporsi keseimbangan
energi dari berbagai kelompok pangan untuk memenuhi kebutuhan energi dan zat gizi
lainnya, baik dalam jumlah maupun mutu dengan mempertimbangkan segi daya terima,
ketersediaan pangan, ekonomi, budaya dan agama.
PPH merupakan instrumen sederhana untuk menilai situasi konsumsi pangan
penduduk, baik jumlah maupun komposisi pangan menurut jenis pangan yang dinyatakan
dalam skor PPH. Semakin tinggi skor PPH, konsumsi pangan semakin beragam dan
bergizi seimbang (maksimal 100). Skor PPH merupakan indikator mutu gizi dan

-1-
Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Tahun 2018-2020

keragaman konsumsi pangan sehingga dapat digunakan untuk merencanakan kebutuhan


konsumsi pangan pada tahun-tahun mendatang. PPH dapat digunakan sebagai pedoman
dalam evaluasi dan perencanaan penyediaan, produksi dan konsumsi pangan penduduk,
baik secara kuantitas, kualitas, maupun keragamannya dengan mempertimbangkan
aspek sosial, ekonomi, budaya, agama dan cita rasa.

Tujuan

Tujuan dari PPH adalah untuk menghasilkan suatu komposisi norma (standar)
pangan guna memenuhi kebutuhan gizi penduduk, yang mempertimbangkan
keseimbangan gizi (nutritional balance) berdasarkan: cita rasa (palatability), daya cerna
(digestability), daya terima masyarakat (acceptability), kuantitas dan kemampuan daya
beli (affortability), sedangkan tujuan dari penyusunan Perencanaan Ketersediaan Pangan
berdasarkan Angka Kecukupan Gizi (AKG) dan PPH terutama adalah untuk penghitungan
komposisi kelompok bahan makanan penduduk Mempawah baik pada tingkat
ketersediaan maupun konsumsi dengan pendekatan PPH.

Manfaat

Manfaat dari penyusunan PPH adalah sebagai berikut:


1. Sebagai instrumen sederhana untuk menilai ketersediaan dan konsumsi pangan
berupa jumlah dan komposisi pangan menurut jenis pangan secara agregat.
2. Sebagai indikator untuk melihat mutu gizi pangan dan keragaman konsumsi pangan
baik pada tingkat ketersediaan pangan maupun tingkat konsumsi.
3. Merupakan bahan masukan bagi pemerintah daerah dalam mengevaluasi dan
mengaplikasikan kebijakan pembangunan pertanian di wilayah ini.
4. Untuk perencanaan konsumsi atau ketersediaan pangan
5. Merupakan bahan masukan bagi skala prioritas kebijaksanaan daerah (jangka pendek,
menengah dan panjang) terutama berkaitan dengan program ketahanan pangan, serta
evaluasi terhadap pemenuhan gizi masyarakat Kabupaten Mempawah.
6. Merupakan bahan masukan bagi pemerintah daerah dalam menentukan skala prioritas
pengembangan komoditi, bahkan memberi masukan terhadap penetapan komoditi
unggulan daerah, terutama dilihat dari variabel ekspor (pasar luar daerah), produksi
dan konsumsi (pasar lokal).

-2-
Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Tahun 2018-2020

METODOLOGI

Komponen PPH

Kelompok Pangan
PPH terdiri atas 9 (sembilan) kelompok pangan yang mencerminkan susunan
konsumsi pangan anjuran untuk hidup sehat, aktif dan produktif. Kelompok pangan
tersebut dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini:

Tabel 1. Kelompok Bahan Makanan PPH


No. Kelompok Pangan Jenis Komoditas
1. Padi-padian Beras, jagung, terigu dan hasil olahannya
2. Makanan Berpati/Umbi-umbian Ubi kayu, ubi jalar, kentang, talas, sagu dan hasil
olahannya
3. Pangan Hewani Ikan, daging, telur, susu dan hasil olahannya
4. Minyak dan Lemak Minyak kelapa, minyak sawit, lemak hewani dan
margarine
5. Buah/biji berminyak Kelapa, kenari, kemiri, cokelat
6. Kacang-kacangan Kacang tanah, kedelai, kacang hijau, kacang
merah, kacang polong, kacang mete, kacang
tunggak, kacang lainnya, tahu, tempe, oncom,
sari kedelai, kecap
7. Gula Gula pasir, gula merah, sirup, minuman jadi
dalam botol/kaleng
8. Sayuran dan buah-buahan Sayur-sayuran, buah-buahan dan bahan
olahnnya termasuk emping
9. Lain-lain Aneka bumbu dan bahan minuman seperti:
terasi, cengkeh, ketumbar, merica, pala, asam,
bumbu masak, teh, kopi
Susunan PPH Ideal
Secara umum komposisi dan persentase 9 (sembilan) jenis makanan yang
merujuk pada Pola Pangan Harapan Ideal Tingkat Nasional terlihat sepertipada Tabel 2
berikut ini:

Tabel 2. Susunan PPH Ideal (Nasional) Berdasarkan Tingkat Ketersediaan Pangan


Energi % Skor PPH
No Bahan Makanan Bobot
(kkal/kap/hr) AKG Maksimal
1. Padi-Padian 1.200 50,00 0,5 25,0
2. Umbi-umbian 144 6,00 0,5 2,5
3. Pangan Hewani 288 12,00 2,0 24,0
4. Minyak dan Lemak 240 10,00 0,5 5,0
5. Buah/Biji Berminyak 72 3,00 0,5 1,0
6. Kacang-kacangan 120 5,00 2,0 10,0
7. Gula/Bahan Minuman 120 5,00 0,5 2,5
8. Sayuran dan Buah 144 6,00 5,0 30,0
9. Lain-lain 72 3,00 0,0 0,0
Jumlah 2.400 100,00 100,0
Sumber: Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (WNPG) X, 2012

-3-
Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Tahun 2018-2020

Bobot
Penentuan bobot dalam PPH didasarkan triguna pangan yang berfungsi sebagai:
1. Sumber energi yang berasal dari karbohidrat;
2. Sumber pembangun yang berasal dari protein; dan
3. Sumber pengatur yang berasal dari vitamin dan mineral.
Setiap fungsi berperan sama besarnya sehingga diperoleh besaran bobot masing-
masing 33,3%. Penentuan bobot kelompok pangan dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Kelompok pangan sumber karbohidrat dan energi, terdiri dari:
a. Padi-padian : 50 %
b. Makanan berpati/ umbi-umbian :6%
c. Minyak dan lemak : 10 %
d. Buah/ Biji berminyak :3%
e. Gula :5%
Dengan total kontribusi energi (% AKG) adalah 74% (Deptan, 2001).
Bobot untuk kelompok pangan ini adalah 0,5 (berasal dari nilai 33,3 dibagi 74).
2. Kelompok pangan sumber protein/lauk-pauk, terdiri dari:
a. Kacang-kacangan : 5 %
b. Pangan hewani : 12 %
Dengan total kontribusi energi (% AKG) adalah 17%.
Bobot untuk kelompok pangan ini adalah 2,0 (berasal dari nilai 33,3 dibagi 17).
3. Kelompok pangan sumber vitamin dan mineral, terdiri dari sayur dan buah: 6 %.
Dengan total kontribusi energi (% AKG) adalah 6%.
Bobot untuk kelompok pangan ini adalah 5,0 (berasal dari nilai 33,3 dibagi 6).

Metode Perhitungan PPH

Sumber Data
Data-data yang diperlukan dalam menghitung PPH adalah:
1. Data ketersediaan pangan dalam bentuk energi (NBM);
2. Bobot dan skor maks PPH;
3. Angka kecukupan gizi tingkat ketersediaan pangan sebesar 2.400 kalori perkapita
perhari, rekomendasi Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (WNPG) X tahun 2012.

Cara Perhitungan
Penghitungan skor PPH dilakukan dalam beberapa tahap, sebagai berikut :
1. Menyesuaikan pengelompokan pangan dari 11 kelompok pangan NBM ke 9 (sembilan)
kelompok pangan PPH ----> Kolom 2.

-4-
Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Tahun 2018-2020

Tabel 3. Pengelompokan Pangan dari 11 (Sebelas) Kelompok Pangan NBM ke 9


(Sembilan) Kelompok Pangan PPH
NBM PPH
1. Padi-padian 1. Padi-padian
2. Makanan berpati 2. Umbi-umbian (plus kentang)
3. Gula 3. Gula
4. Buah/biji berminyak (kacang tanah, 4. Buah/biji berminyak (hanya kelapa
kedelai, kacang hijau, kelapa)
5. Buah - buahan 5. Kacang-kacangan (kacang tanah,
kedelai, kacang hijau, kacang merah)
6. Sayur-sayuran 6. Sayur dan buah (minus kentang dan
kacang merah)
7. Daging, termasuk jeroan 7. Pangan hewani (minus jeroan)
8. Telur 8. Minyak & Lemak (plus jeron)
9. Susu 9. Lain-lain
10. Ikan
11. Minyak & Lemak
Catatan :
- Komoditas kentang dalam NBM termasuk sayur-sayuran, sedangkan dalam PPH masuk kedalam umbi-
umbian.
- Komoditas Kacang merah dalam NBM termasuk sayur-sayuran, sedangkan dalam PPH masuk kedalam
kacang-kacangan.

2. Memasukkan data ketersediaan pangan dalam bentuk energi (kkal/kapita/hari ) yang


diperoleh dari NBM (kolom 17) pada setiap kelompok pangan pada tabel PPH ---->
Kolom 3.
3. Menghitung kontribusi energi dari setiap kelompok pangan (persentase AKE) terhadap
kecukupan energi ketersediaan (AKE sebesar 2.400 kkal/kapita/hari ) ----> Kolom 4.
4. Memasukkan angka bobot dan skor maksimum setiap kelompok pangan ke dalam
tabel PPH ----> Kolom 5 dan 8.
5. Menghitung skor PPH dengan mengalikan antara persentase AKE dengan bobot
setiap kelompok pangan (Skor Riil) ----> Kolom 6.
6. Menghitung skor PPH riil setiap kelompok pangan ----> Kolom 7.
a. Jika skor PPH hasil perhitungan setiap kelompok pangan lebih besar daripada skor
maksimumnya, maka skor PPH yang diambil adalah skor maksimumnya.
b. Jika skor PPH hasil perhitungan setiap kelompok pangan lebih kecil daripada skor
maksimumnya, maka skor PPH yang diambil adalah skor hasil perhitungan.
c. Menjumlahkan skor PPH riil dari seluruh kelompok pangan. Jumlah hasil
perhitungan skor PPH maksimal adalah 100.
7. Membuat keterangan pada tabel PPH ----> Kolom 9.
a. Jika skor PPH hasil perhitungan setiap kelompok pangan lebih besar daripada skor
maksimumnya, maka diberi keterangan (+) yang berarti ketersediaan kelompok
pangan tersebut telah memenuhi skor yang ideal.

-5-
Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Tahun 2018-2020

b. Jika skor PPH hasil perhitungan setiap kelompok pangan lebih kecil daripada skor
maksimumnya, maka diberi keterangan (-) yang berarti ketersediaan kelompok
pangan tersebut belum memenuhi skor yang ideal dan masih perlu ditingkatkan
ketersediannya.

-6-
Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Tahun 2018-2020

ANALISIS POLA PANGAN HARAPAN (PPH) KETERSEDIAAN

Pola Pangan Harapan (PPH) didefinisikan sebagai komposisi kelompok pangan


utama yang bila dikonsumsi dapat memenuhi kebutuhan energi dan zat gizi lainnya
(FAO-RAPA,1989). Susunan beragam pangan didasarkan atas proporsi keseimbangan
energi dari 9 kelompok pangan dengan mempertimbangkan segi daya terima,
ketersediaan pangan, ekonomi, budaya dan agama. PPH disusun dengan tujuan untuk
menghasilkan suatu komposisi norma (standar) pangan untuk memenuhi kebutuhan gizi
penduduk, yang mempertimbangkan keseimbangan gizi (nutrition balance) berdasarkan
cita rasa (palatability), daya cerna (digestibility), daya terima masyarakat (acceptability),
kuantitas dan kemampuan daya beli (affordability).
Dengan menggunakan sistem skor yang dilakukan oleh FAO-RAPA, maka
komposisi Pola Pangan Harapan (PPH) diharapkan mempunyai skor mutu sebesar 100.
Susunan Pola Pangan Harapan (PPH), telah disepakati dalam Widyakarya Nasional
Pangan dan Gizi (WNPG) tahun 1998, yang kemudian disempunakan pada WNPG VIII
tahun 2004 dan pada WNPG X tahun 2012. Dalam WNPG X tahun 2012 kecukupan
konsumsi energi mutlak orang Indonesia sebesar 2.150 kkal per orang per hari, dan untuk
tingkat ketersediaan sebagai Angka Kecukupan Energi (AKE) sebesar 2.400 kkal per
orang per hari atau 10 % di atas tingkat konsumsi. AKE tingkat konsumsi Kabupaten
Mempawah masih menggunakan 2.000 kkal/kapita/hari (WNPG VII tahun 2004).
PPH Ketersediaan dihitung menggunakan data ketersedian energi 11 kelompok
bahan makanan hasil perhitungan Neraca Bahan Makanan (NBM) yang dikelompokan
kembali menjadi 9 kelompok dalam perhitungan PPH Ketersediaan pada setiap tahunnya.
PPH yang dihasilkan akan memberikan gambaran kualitas keragaman makanan yang
tersedia untuk dikonsumsi oleh penduduk/masyarakat. Keragaan skor PPH dari
tahun 2016-2020 digambarkan pada Tabel 4 berikut:

Tabel 4. Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Tahun 2016-2020


Kelompok Bahan 2016 2017 2018 2019 2020*)
No
Makanan Energi Skor PPH Ket Energi Skor PPH Ket Energi Skor PPH Ket Energi Skor PPH Ket Energi Skor PPH Ket
1 Padi-padian 1.825,47 25,00 + 2.011,04 25,00 + 2.215,41 25,00 + 1.991,35 25,00 + 1.878,35 25,00 +
2 Umbi-umbian 100,80 2,10 - 78,24 1,63 - 52,69 1,10 - 48,50 1,01 - 61,96 1,29 -
3 Pangan Hewani 135,77 11,31 - 136,42 11,37 - 180,57 15,05 - 199,09 16,59 - 207,61 17,30 -
4 Minyak dan Lemak 626,59 5,00 + 709,58 5,00 + 79,46 1,66 - 234,78 4,89 - 254,64 5,00 +
5 Buah/biji berminyak 88,52 1,00 + 83,67 1,00 + 123,87 1,00 + 57,94 1,00 + 63,59 1,00 +
6 Kacang-kacangan 4,45 0,37 - 0,63 0,05 - 81,04 6,75 - 87,47 7,29 - 90,80 7,57 -
7 Gula 57,79 1,20 - 57,17 1,19 - 139,53 2,50 + 145,91 2,50 + 158,01 2,50 +
8 Sayuran dan buah 122,04 25,43 - 88,50 18,44 - 61,66 12,85 - 62,69 13,06 - 51,68 10,77 -
9 Lain-lain - - + - - + - - + - - + - - +
Total 2.961,43 71,41 3.165,25 63,68 2.934,23 65,90 2.827,73 71,34 2.766,64 70,43
Keterangan:
*)
Angka Sangat Sementara
Angka Kecukupan Energi (AKE) = 2.400 Kkal/Kap/Hari

-7-
Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Tahun 2018-2020

Berdasarkan data NBM 2016-2020 dan menggunakan angka kecukupan energi


(AKE) tingkat ketersediaan 2.400 Kalori per kapita per hari, maka skor Pola Pangan
Harapan (PPH) Ketersediaan Kabupaten Mempawah masih dibawah PPH standar
skor 100, dimana skor PPH tahun 2016 sebesar 71,41, tahun 2017 sebesar 63,68,
tahun 2018 sebesar 65,90, tahun 2019 sebesar 71,34 dan tahun 2020 diperkirakan
sebesar 70,43.
Rendahnya capaian Skor PPH Ketersediaan tahun 2018, dikarenakan kelompok
pangan umbi-umbian baru mencapai skor 1,10 dari skor 2,5 yang direkomendasikan,
pangan hewani baru mencapai skor 15,05 dari skor 24 yang direkomendasikan, minyak
dan lemak baru mencapai skor 1,66 dari skor 5 yang direkomendasikan, kacang-
kacangan baru mencapai skor 6,75 dari skor 10 yang direkomendasikan, serta sayuran
dan buah baru mencapai skor 12,85 dari skor 30 yang direkomendasikan.
Rendahnya capaian Skor PPH Ketersediaan tahun 2019, dikarenakan kelompok
pangan umbi-umbian baru mencapai skor 1,01 dari skor 2,5 yang direkomendasikan,
pangan hewani baru mencapai skor 16,59 dari skor 24 yang direkomendasikan, minyak
dan lemak baru mencapai skor 4,89 dari skor 5 yang direkomendasikan, kacang-
kacangan baru mencapai skor 7,29 dari skor 10 yang direkomendasikan, serta sayuran
dan buah baru mencapai skor 13,06 dari skor 30 yang direkomendasikan.
Rendahnya capaian Skor PPH Ketersediaan tahun 2020, dikarenakan kelompok
pangan umbi-umbian baru mencapai skor 1,29 dari skor 2,5 yang direkomendasikan,
pangan hewani baru mencapai skor 17,30 dari skor 24 yang direkomendasikan, kacang-
kacangan baru mencapai skor 7,57 dari skor 10 yang direkomendasikan, serta sayuran
dan buah baru mencapai skor 10,77 dari skor 30 yang direkomendasikan.
Skor PPH ketersediaan tahun 2020 yang dihitung dengan menggunakan data
sangat sementara baru mencapai 70,43, turun atau lebih rendah dibanding skor PPH
Tahun 2019 sebesar 71,34 dan skor PPH, namun lebih tinggi dari tahun 2018
sebesar 65,90. Rendahnya skor tahun 2020 dibandingkan dengan skor tahun 2019
karena turunnya skor kelompok sayuran dan buah dari 13,06 pada tahun 2019
menjadi 10,77 pada tahun 2020.
Turunnya skor kelompok sayuran dan buah ini disebabkan karena perkiraan
turunnya produksi beberapa komoditas buah seperti jengkol, petai, melinjo, ketimun,
terung, tomat, kacang panjang dan petsai/sawi. Penurunan skor ini juga disebabkan
oleh masih rendahnya perkiraan impor secara umum untuk komoditas sayuran.
Peningkatan dan penurunan ketersediaan energi tidak selalu diikuti oleh
peningkatan atau penurunan skor PPH. Hal ini disebabkan dalam penentuan skor PPH
harus membandingkan antara skor AKG dengan skor maksimum (skor standar Nasional).

-8-
Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Tahun 2018-2020

Selama 6 tahun terakhir skor PPH mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun, namun
dengan kecenderungan meningkat sejak tahun 2018 (Gambar 1).

Keterangan: *) Sangat Sementara


Gambar 1. Perkembangan Skor PPH Tahun 2015-2020

Pada tahun 2020, dari 9 kelompok bahan pangan yang termasuk dalam
komponen Pola Pangan Harapan, hanya 4 kelompok bahan pangan yang diperkirakan
telah memenuhi skor PPH maksimal yaitu kelompok padi-padian, minyak dan lemak,
buah/biji berminyak, serta gula, sedangkan kelompok bahan pangan yang lainnya masih
belum mampu untuk mencapai skor PPH maksimal yang diharapkan. Masih rendahnya
skor PPH Kabupaten Mempawah tahun 2020 bila dibandingkan dengan skor PPH ideal
nasional terutama disebabkan oleh masih rendahnya perkiraan skor ketersediaan pada
kelompok umbi-umbian, pangan hewani, kacang-kacangan, sayur dan buah.
Kelompok umbi-umbian dengan nilai PPH tahun 2020 diperkirakan sebesar 1,29
perlu ditingkatkan ketersediaannya sampai mencapai angka kecukupan gizi yang
dianjurkan yaitu sebesar 2,5 dengan anjuran ketersediaan energi nasional sebesar 144
kkal/kapita/hari, sementara umbi-umbian hanya menyumbangkan ketersediaan energi
hanya diperkirakan sebesar 61,96 kkal/kapita/hari. Untuk mengatasi kekurangan dalam
memenuhi kebutuhan energi penduduk, yang paling perlu digalakkan adalah peningkatan
produksi umbi-umbian, seperti ubi jalar dan ubi kayu. Pengolahan jenis bahan makanan
dari kelompok umbi-umbian seperti ubi jalar, ubi kayu, talas dan kentang dapat dijadikan
salah satu alternatif untuk dapat menggantikan beras sebagai makanan pokok.
Kelompok pangan hewani yang terdiri dari ikan, daging, telur, susu dan hasil
olahannya pada tahun 2020, hanya mampu menyediakan energi diperkirakan
sebesar 207,51 kkal/kapita/hari, hal ini belum mampu memenuhi angka kecukupan energi

-9-
Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Tahun 2018-2020

yang ideal yakni sebesar 288 kkal/kapita/hari. Angka PPH kelompok pangan hewani
diperkirakan hanya 17,30 dan perlu ditingkatkan lagi sampai mencapai angka PPH ideal
Nasional sebesar 24. Untuk memenuhi PPH pada kelompok ini, maka salah satu upaya
yang dapat dilakukan adalah dengan meningkatkan produksi terutama dari sektor
peternakan (daging dan telur), atau harus meningkatkan impor dari luar Kabupaten
Mempawah untuk memenuhi kebutuhan energi bagi masyarakat Kabupaten Mempawah.
Pada tahun 2020, dengan nilai ketersediaan energi diperkirakan sebesar 90,80
kkal/kapita/hari, kelompok kacang-kacangan masih belum mampu memenuhi nilai anjuran
ketersediaan energi nasional yang sebesar 120 kkal/kapita/hari. Sedangkan skor PPH
kelompok kacang-kacangan diperkirakan hanya 7,57, artinya masih perlu ditingkatkan
untuk memenuhi skor PPH maksimal yang sebesar 10. Kekurangan kelompok kacang-
kacangan dalam mencukupi kebutuhan energi penduduk disebabkan kurangnya produksi
dari jenis bahan pangan kelompok ini, seperti: kacang tanah, kacang hijau, kacang
panjang. Selain itu, beberapa komoditas yang perlu diiimpor karena tidak diproduksi
dalam daerah, yakni: kacang merah, kacang mete, kacang polong. Kondisi geografis dan
iklim Kabupaten Mempawah yang panas serta tanah pertanian yang kurang cocok
dengan sebagian tanaman kacang-kacangan, sehingga untuk memenuhi kebutuhan
penduduk sebagian besar masih harus mendatangkan dari daerah lain.
Kelompok sayuran dan buah menyumbangkan energinya diperkirakan
sebesar 51,68 kkal/kapita/hari, masih perlu ditingkatkan lagi untuk mencapai angka
anjuran nasional sebesar 144 kkal/kapita/hari. Angka PPH kelompok ini hanya
diperkirakan sebesar 10,77 perlu ditingkatkan lagi untuk mencapai angka anjuran
nasional yakni 30. Rendahnya skor sayuran dan buah tahun 2020, disebabkan karena
turunnya produksi beberapa komoditas sayuran dan buah secara umum, seperti: bawang
daun, petsai/sawi, lobak, kacang panjang, cabe, tomat, terung, buncis, ketimun, melinjo,
petai, jengkol, kangkung, bayam, mangga, sawo, pepaya, pisang, sirsak, semangka,
blewah dan lain sebagainya.

- 10 -
Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Tahun 2018-2020

REKOMENDASI

Untuk memperoleh informasi ketersediaan pangan dan gizi yang lengkap dan
akurat perlu dilakukan upaya strategis antara lain :
1. Dalam rangka meningkatkan skor PPH tingkat ketersediaan Kabupaten Mempawah,
maka salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten
Mempawah melalui dinas terkait agar dapat meningkatkan produksi terutama dari
kelompok umbi-umbian, pangan hewani, kacang-kacangan, sayur dan buah, atau
harus meningkatkan impor dari luar Kabupaten Mempawah untuk memenuhi
kebutuhan energi bagi masyarakat Kabupaten Mempawah.
2. Untuk memperoleh informasi ketersediaan pangan dan gizi yang lengkap dan akurat,
maka bagi yang menangani penyusunan NBM dan PPH ini harus meningkatkan
koordinasi lintas sektor terkait.
3. Dukungan anggaran dari pemerintah setempat sangat dibutuhkan sehingga
penyusunan NBM dan PPH Kabupaten Mempawah dapat dilaksanakan secara rutin
dan berkelanjutan dengan membentuk tim dari berbagai lintas sektor terkait.

- 11 -
Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Tahun 2018-2020

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Lampiran 1. Daftar Kandungan Energi dan Persentase Bagian yang Dapat Dimakan
(BDD) dari Setiap Jenis Pangan

No Kelompok Pangan Energi BDD


1 Padi-padian
Beras 362 100
Jagung 320 90
Terigu 333 100
2 Umbi-umbian
Singkong 131 75
Ubi jalar 125 86
Kentang 52 85
Sagu 338 100
Umbi Lainnya (Talas) 100 85
3 Pangan hewani
Daging ruminansia (daging sapi) 207 100
Daging unggas (daging ayam) 302 100
Telur (ayam ras) 137 90
Susu 61 100
Ikan (ikan bandeng) 103 80
4 Minyak dan Lemak
Minyak kelapa 870 100
Minyak sawit 902 100
Minyak lainnya (kacang tanah) 902 100
5 Buah/Biji berminyak
Kelapa 270 53
Kemiri 636 100
6 Kacang-kacangan
Kedelai 381 100
Kacang tanah 452 100
Kacang hijau 337 100
Kacang lain (kacang merah) 267 100
7 Gula
Gula pasir 364 100
Gula merah 370 100
8 Sayuran dan buah
Sayuran (kangkung) 17 70
Buah (pisang) 64 75
Sumber:
1. Daftar Komposisi Zat Gizi Pangan Indonesia. Direktorat Bina Gizi Masyarakat. Depkes. RI.1995
2. DKBM, Diolah Pusat Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan, BKP, Kementan
3. Panduan Penyusunan NBM BKP Kementan, 2019

- 12 -
Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Tahun 2018-2020

Lampiran 2. Angka Konversi Gabah ke Beras dan Koversi Susut dari Beberapa
Komoditas Pangan Utama
Konversi Konversi
Konversi
No Komoditi Gabah ke Susut Ket
Susut
Beras Beras
1 Beras/Padi 64,02% *) 2,50% 7,30% Susut Gabah untuk Padi
2 Jagung - - 7,16%
3 Kedelai - - 5,34%
4 Ubi Kayu - - 6,23%
5 Ubi Jalar - - 8,03%
6 Kacang Tanah - - 5,00%
7 Kacang Hijau - - 7,00%
8 Dg. Ruminansia - - 5,00% Daging Sapi
9 Dg. Unggas - - 5,00%
10 Telur - - 2,05% Setara Susut untuk Telur Ayam Ras
11 Ikan - - 3,00%
Sumber: Panduan Penyusunan NBM BKP Kementan, 2019

- 13 -
Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Tahun 2018-2020

- 14 -
19780209 200903 1 001

Anda mungkin juga menyukai