Anda di halaman 1dari 7

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBA BARAT DAYA

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH REDA BOLO


Jl. Weelonda, Desa Watukawula, Kec. Kota Tambolaka - 87255
Email: rsudredabolo@gmail.com

PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH REDA BOLO


NOMOR :

TENTANG

PANDUAN KERJA TIM PELAKSANA PROGRAM PENGENDALIAN RESISTENSI


ANTIMIKROBA (PPRA)

DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH REDA BOLO

Menimbang : a. Bahwa dalam rangka mengendalikan mikroba resisten di rumah sakit,


perlu adanya tim pengendalian resistensi antimikroba;
b. Bahwa dalam melakukan program pengendalian resistensi antimikroba
perlu ada kerjasama antara tiap tenaga kesehatan serta dukungan pihak
pimpinan;
c. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam a dan
b, perlu ditetapkan dengan Peraturan Direktur Rumah Sakit Umum
Daerah Reda Bolo

Mengingat : a. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004 Tentang


Praktik Kedokteran
b. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan
c. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang
Rumah Sakit
d. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 8 Tahun 2015 tentang Program
Pengendalian Resistensi Antimikroba di Rumah Sakit
e. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 2406/MENKES/PER/XII/2011
tentang Pedoman Umum Penggunaan Antibiotik
PEMERINTAH KABUPATEN SUMBA BARAT DAYA
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH REDA BOLO
Jl. Weelonda, Desa Watukawula, Kec. Kota Tambolaka - 87255
Email: rsudredabolo@gmail.com

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH


REDA BOLO NOMOR…. TENTANG PANDUAN KERJA TIM
PELAKSANA PROGRAM PENGENDALIAN RESISTENSI
ANTIMIKROBA

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1
1 Resistensi antimikroba adalah kemampuan mikroba untuk bertahan hidup terhadap efek
antimikroba sehingga tidak efektif dalam penggunaan klinis.
2. Pengendalian resistensi antimikroba adalah aktivitas yang ditujukan untuk mencegah
dan/atau menurunkan adanya kejadian mikroba resisten.
3. Penggunaan antibiotik secara bijak ialah penggunaan antibiotik yang sesuai dengan
penyebab infeksi dengan rejimen dosis optimal, lama pemberian optimal, efek samping
minimal, dan dampak minimal terhadap munculnya mikroba resisten
4. Terapi antibiotik empiris adalah penggunaan antibiotik pada kasus infeksi atau diduga
infeksi yang belum diketahui jenis bakteri penyebab dan pola kepekaannya.
5. Terapi antibiotik definitif adalah penggunaan antibiotik pada kasus infeksi yang sudah
diketahui jenis bakteri penyebab dan pola kepekaannya.
6. Terapi antibiotik profilaksis bedah adalah penggunaan antibiotik sebelum, selama, dan
paling lama 24 jam paska operasi pada kasus yang secara klinis tidak memperlihatkan
tanda infeksi dengan tujuan mencegah terjadinya infeksi luka daerah operasi.
7. Pola mikroba dan pola kepekaannya terhadap antimikroba atau disebut antibiogram
memuat data isolat menurut jenis spesimen dan lokasi atau asal ruangan.
8. De-eskalasi adalah strategi optimalisasi penggunaan antibiotik pada pasien dengan infeksi
berat atau sepsis, dimana terapi empiris diberikan antibiotik spektrum luas, dan setelah
patogen definitif teridentifikasi, dilakukan penggantian ke antibiotik dengan spektrum
yang lebih sempit sesuai hasil kultur.
PEMERINTAH KABUPATEN SUMBA BARAT DAYA
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH REDA BOLO
Jl. Weelonda, Desa Watukawula, Kec. Kota Tambolaka - 87255
Email: rsudredabolo@gmail.com

BAB II
STRATEGI

Pasal 1
Strategi program pengendalian resistensi Antimikroba dilakukan dengan cara :
1. Mengendalikan berkembanganya mikroba resisten akibat tekanan seleksi oleh antibiotik,
melalui penggunaan antibiiotik secara bijak; dan
2. Mencegah penyebaran mikroba resisten melalui peningkatan ketaatan terhadap prinsip
pencegahan dan pengendalian infeksi.

BAB III
PENYELENGGARAAN

Pasal 1
1. Program Pengendalian Resistensi Antimikroba dilakukan dengan dua strategi, yaitu
penggunaan antibiotik secara bijak dan pencegahan penyebaran mikroba resisten melalui
prinsip pencegahan dan pengendalian infeksi.
2. Pemberian antibiotik terapi meliputi antibiotik empiris dan definitif.
3. Peresepan antibiotik dapat bertujuan:
a. Mengatasi penyakit infeksi (antibiotik terapi)
b. Mencegah infeksi pada pasien yang berisiko tinggi untuk mengalami infeksi bakteri
pada tindakan pembedahan (profilaksis pembedahan)

Pasal 2
1. Antibiotik dibedakan dalam kelompok antibiotik yang bebas digunakan oleh semua klinisi
(non restricted) dan antibiotik yang dihemat dan penggunaannya memerlukan persetujuan
tim ahli (restricted and reserved)
2. Antibiotik tidak diberikan pada penyakit non-infeksi dan penyakit infeksi yang dapat
sembuh sendiri (self-limited) seperti infeksi virus.
3. Pemilihan jenis antibiotik empiris harus berdasarkan pola mikroba dan pola kepekaan
antibiotik, dan diarahkan antibiotik berspektrum sempit untuk mengurangi tekanan
seleksi.
PEMERINTAH KABUPATEN SUMBA BARAT DAYA
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH REDA BOLO
Jl. Weelonda, Desa Watukawula, Kec. Kota Tambolaka - 87255
Email: rsudredabolo@gmail.com

4. Penggunaan antibiotik empiris berspektrum luas hanya dapat dibenarkan pada kondisi
infeksi berat (sepsis) di Intensive Care Unit (ICU), namun selanjutnya dilakukan de-
eskalasi setelah ada hasil pemeriksaan mikrobiologi.
5. Kebijakan pemberian antibiotik profilaksis bedah meliputi antibiotik profilaksis atas
indikasi operasi bersih dan bersih terkontaminasi.
6. Pemberian antibiotik pada prosedur operasi terkontaminasi dan kotor tergolong dalam
pemberian antibiotik empiris.
7. Pencegahan penyebaran mikroba resisten dilakukan melalui upaya pencegahan
pengendalian infeksi, yaitu meningkatkan kewaspadaan standar; melaksanakan
kewaspadaan transmisi; dekolonisasi; tatalaksana Kejadian Luar Biasa (KLB) mikroba
multiresisten atau Multi Drug Resistance Organism (MDRO).

Pasal 3
1. Laboratorium mikrobiologi klinik juga bertugas menyusun pola mikroba dan pola
kepekaannya terhadap antibiotik (antibiogram) yang diperbaharui setiap tahun.
2. Penyusunan panduan penggunaan antibiotik terapi empiris harus didasarkan pada
antibiogram Rumah Sakit.
3. Dalam pelaksanaan program pengendalian resistensi antimikroba harus disusun program
kerja dan indikator mutu untuk proses evaluasi penggunaan antibiotik.
4. Adapun program kerja pengendalian resistensi antimikroba yang perlu dilakukan, antara
lain:
a. peningkatan pemahaman dan kesadaran seluruh staf, pasien, dan keluarga tentang
masalah resistensi antimikroba;
b. penyusunan penggunaan antibiotik di rumah sakit;
c. surveilans pola penggunaan antibiotik secara kuantitatif dan kualitatif;
d. surveilans pola resistensi antimikroba; dan
e. forum kajian penyakit infeksi terintegrasi.
PEMERINTAH KABUPATEN SUMBA BARAT DAYA
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH REDA BOLO
Jl. Weelonda, Desa Watukawula, Kec. Kota Tambolaka - 87255
Email: rsudredabolo@gmail.com

5. Evaluasi terhadap pelaksanaan program pengendalian resistensi antimikroba di rumah sakit


dilakukan melalui evaluasi penggunaan antibiotik dan pemantauan atas muncul dan
menyebarnya mikroba multiresisten.
6. Evaluasi penggunaan antibiotik di rumah sakit sebagaimana dimaksud dilakukan
menggunakan metode audit kuantitas penggunaan antibiotik dan audit kualitas
penggunaan antibiotik.
7. Pemantauan atas muncul dan menyebarnya mikroba multiresisten di rumah sakit
sebagaimana dimaksud dilakukan melalui surveilans mikroba multiresisten.

BAB IV
Tim Pelaksana program Pengendalian resistensi Anti Mikroba

Pasal 1
1. Tim pelaksana Program Pengendalian Resistensi Antimikroba sebagaimana dimaksud
dibentuk melalui keputusan kepala/direktur rumah sakit.
2. Susunan tim pelaksana Program Pengendalian Resistensi Antimikroba sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) terdiri atas ketua, wakil ketua, sekretaris dan anggota.
3. Kualifikasi ketua tim PPRA sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan seorang
klinisi yang berminat di bidang infeksi.
4. Dalam melaksanakan tugasnya, tim pelaksana Program Pengendalian Resistensi
Antimikroba sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertanggung jawab langsung kepada
direktur rumah sakit.
5. Keanggotaan tim pelaksana Program Pengendalian Resistensi Antimikroba rumah sakit
terdiri atas unsur:
a). klinisi perwakilan SMF/bagian;
b). keperawatan;
c). Unit farmasi;
d). laboratorium mikrobiologi klinik
e). komite/tim Pencegahan Pengendalian Infeksi (PPI); dan
f.) Komite/tim Farmasi dan Terapi (KFT).
PEMERINTAH KABUPATEN SUMBA BARAT DAYA
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH REDA BOLO
Jl. Weelonda, Desa Watukawula, Kec. Kota Tambolaka - 87255
Email: rsudredabolo@gmail.com

Pasal 2

Tim pelaksana Program Pengendalian Resistensi Antimikroba mempunyai tugas dan fungsi:
1. Membantu direktur rumah rakit dalam menetapkan kebijakan tentang pengendalian
resistensi antimikroba;
2. Membantu direktur rumah sakit dalam menetapkan kebijakan umum dan panduan
penggunaan antibiotik di rumah sakit;
3. Membantu direktur rumah sakit dalam pelaksanaan program pengendalian resistensi
antimikroba;
4. Membantu direktur rumah sakit dalam mengawasi dan mengevaluasi pelaksanaan program
pengendalian resistensi antimikoba;
5. Menyelenggarakan forum kajian kasus pengelolaan penyakit infeksi terintegrasi;
6. Melakukan surveilans pola penggunaan antibiotik;
7. Melakukan surveilans pola mikroba penyebab infeksi dan kepekaannya terhadap antibiotik;
8. Mengembangkan penelitian di bidang pengendalian resistensi antimikroba; dan
9. Melaporkan kegiatan program pengendalian resistensi antimikrioba kepada direktur.
10. Menyebarluaskan serta meningkatkan pemahaman dan kesadaran tentang prinsip
pengendalian resistensi antimikroba, penggunaan anibiotik secara bijak, dan ketaatan
terhadap pencegahan pengendalian infeksi melalui kegiatan pendidikan dan pelatihan
11. Mengembangkan penelitian di bidang pengendalian resistensi antimikroba; dan
12. Melaporkan kegiatan program pengendalian resistensi antimikroba kepada direktur.

BAB V
Indikator Mutu

Pasal 1
1. Indikator mutu program pengendalian resistensi antimikroba di Rumah Sakit meliputi:
perbaikan kuantitas penggunaan antibiotik; perbaikan kualitas penggunaan antibiotik;
perbaikan pola kepekaan antibiotik dan penurunan pola resistensi antimikroba; penurunan
angka kejadian infeksi di rumah sakit yang disebabkan oleh mikroba multiresisten; dan
peningkatan mutu penanganan kasus infeksi secara multidisiplin, melalui forum kajian
kasus infeksi terintegrasi.
PEMERINTAH KABUPATEN SUMBA BARAT DAYA
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH REDA BOLO
Jl. Weelonda, Desa Watukawula, Kec. Kota Tambolaka - 87255
Email: rsudredabolo@gmail.com

2. Direktur rumah sakit wajib melaporkan pelaksanaan Program Pengendalian Resistensi


Antimikroba di rumah sakit kepada Menteri melalui KPRA dengan tembusan kepada
Dinas Kesehatan Propinsi dan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

BABVI
Penutup

Pasal 1
Ketentuan lebih lanjut mengenai Panduan Pengendalian Resistensi Antmikroba dimaksud
dalam pasal tercantum dalam lampiran yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
peraturan ini.

Pasal 2
Hal-hal yang belum cukup diatur dalam Peraturan Direktur RSUD Reda Bolo ini atau jika
terdapat perubahan maka akan diatur kemudian hari.

Ditetapkan di : Wee Londa


Pada Tanggal :

Direktur RSUD Reda Bolo

dr. Theresia Citra Mila Mesa


Pembina IV-a
NIP 19880915 201502 2 003

Anda mungkin juga menyukai