Kepala Rumah Sakit Guntur STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL 11 Mei 2022 (SPO) dr. Feri Nirantara S, Sp.PD Mayor Ckm NRP 11080096530284
1. Program Pengendalian resistensi antibiotik :
aktivitas yang ditujukan untuk mencegah dan/atau menurunkan adanya kejadian mikroba resisten melalui perencanaan, pengorganisasian, pelaksana- an, monitoring, dan evaluasi secara paripurna 2. Antibiotik profilaksis : penggunaan antibiotik sebelum, selama, dan paling lama 24 jam pasca operasi pada kasus yang secara klinis tidak memperlihatkan tanda infeksi dengan tujuan mencegah terjadinya infesi luka daerah operasi PENGERTIAN 3. Antibiotik empirik : penggunaan antibiotik pada kasus infeksi atau diduga infeksi yang belum diketahui jenis bakteri penyebab dan pola kepekaannya 4. Antibiotik definitive : penggunaan antibiotik pada kasus infeksi yang sudah diketahui jenis bakteri penyebab dan pola kepekaannya 5. Restensi antimikroba: kemampuan mikroba untuk bertahan hidup terhadap efek antimikroba sehingga tidak efektif dalam penggunaan klinis
1. Menerapkan program pengendalian resistensi
antimikroba di rumah sakit melalui perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, monitoring, dan evaluasi TUJUAN 2. Menyusun kebijakan dan panduan penggunaan antibiotik, melaksanakan penggunaan antibiotik secara bijak, dan melaksanakan prinsip pencegahan pengendalian infeksi
Permenkes No. 8 Tahun 2015 tentang Program
KEBIJAKAN Resistensi Antimikroba di Rumah Sakit
1. Penggunaan antibiotik mempunyai resiko yang
signifikan terhadap pasien dan keputusan untuk PROSEDUR meresepkan antibiotik perlu selalu memper- timbangkan antara resiko dan manfaatnya secara klinis PROGRAM PENGENDALIAN RESISTENSI ANTIMIKROBA
antibiotik dini sangat penting. Pemberian antibiotik intravena spektrum luas harus segera diberikan dalam waktu 1 jam. Setiap penundaan 1 jam terkait dengan peningkatan mortilitas yang signifikan 3. Dokter dapat meresepkan antibiotik secara empiris pada situasi yang mengancam jiwa, selanjutnya perlu disesuaikan dengan hasil mikrobiologi dan perkembangan kondisi klinis pasien 4. Dokter perlu mempertimbangkan faktor spesifik terkait pasien dan obat pada semua kasus, termasuk: a. Riwayat penggunaan antimikroba b. Riwayat infeksi dengan multi resistest organism c. Durasi rawat inap d. Alergi e. Pertimbangan resiko infeksi clistrudium difficile f. Kontraindikasi dan peringatan antibiotik g. Penyakit ginjal dan hati h. Interaksi obat potensial i. Ketersediaan dan absorsi antibiotik melalui rute PROSEDUR oral 5. Pembentukan tim PPA/PPRA diperlukan untuk mengendalikan resistensi antimikroba di rumah sakit 6. Penggunaan antibiotik yang direstriksi harus mendapatkan persetujuan tim PPRA sebelum digunakan dan berdasarkan kondisi pasien, hasil laboratorium serta diagnosa pasien 7. Penggunaan antibiotik harus didasarkan diagnosis penyakit infeksi, menggunakan informasi klinis dan pemerikasaan penunjang sesuai indikasi. Antibiotik tidak diberikan pada penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus atau penyakit yang dapat sembuh sendiri (self-limited) 8. Kegiatan PPRA a. Menetapkan kebijakan tentang pengendalian resistensi antimikroba b. Menetapkan kebijakan umum dan panduan penggunaan antibiotik di rumah sakit c. Mengawasi dan mengevaluasi pelaksanaan program pengendalian resistensi antimikroba d. Menyelenggarakan forum kajian kasus pengelolaan penyakit infeksi terintegrasi PROGRAM PENGENDALIAN RESISTENSI ANTIMIKROBA
antibiotik dan pola mikroba penyebab infeksi dan kepekaannya terhadap antibiotik f. Menyebarluaskan serta meningkatkan pemahaman dan kesadaran tentang prinsip pengendalian resistensi antimikroba, penggunaan antibiotik secara bijak, dan PROSEDUR ketaatan terhadap pencegahan pengendalian infeksi melalui kegiatan pendidikan dan pelatihan g. Mengembangkan penelitian di bidang pengendalian resistensi antimikroba h. Melaporkan kegiatan program pengendalian resistensi antimikroba
1. Staf medis dan penunjang medis
2. Keperawatan 3. Instalasi farmasi UNIT TERKAIT 4. Laboratorium mikrobiologi klinik 5. Komite/ tim pencegahan pengendalian infeksi 6. Komite/ tim farmasi dan terapi