Anda di halaman 1dari 437

Prosiding

SEMINAR INTERNASIONAL
TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN

Pelindung
Rektor UNP Padang

Penanggung Jawab
Dekan FT UNP Padang
Tema :
Bridging of ICT and Education

Editor Ahli :
Prof. Drs. Jalius Jama, Ph.D (UNP Padang)
Prof. DR. Kasman Rukun, M.Pd. (UNP Padang)
Prof. Madya DR. Ruhizan Moh. Yasin (UKM Malaysia)
Prof. Madya DR. Norazah Moh. Nurdin (UKM Malaysia)
Prof. Madya. DR. Saemah Rahman (UKM Malaysia)
Drs. Ganefri, M.Pd. (UNP Padang)
DR. Lukito Edi Nugroho, M.Sc. (UGM Yogyakarta)
Drs. Bakhri, M.Sc. (UNP Padang)
Dr. Waskito, MT. (UNP Padang)
DR. Syahril, M.SEE (UNP Padang)

Editor Pelaksana
Muhammad Adri, MT
Drs. Efrizon, MT
Drs. Aswardi, MT
Jufryendri, S.Pd.
Delsina Faiza, MT

ISSN 1907-3739

Fakultas Teknik
Universitas Negeri Padang
2011
KATA PENGANTAR
Assalamulaikum, Wr.Wb.

Puji dan rasa syukur kita sampaikan ke hadirat Allah SWT, karena berkat limpahan rahmat dan kurnia-Nya,
kegiatan Seminar Internasional Teknologi Informasi dan Pendidikan (S-INTIP) ini dapat terselenggara sesuai
dengan yang direncanakan. Berbagai bahasan penelitian tentang bagaimana peranan teknologi informasi dalam
meningkatkan kualitas proses pembelajaran dan pendidikan menjadi kupasan yang menarik bagi tenaga
pendidik, peneliti dan praktisi dunia pendidikan dan teknologi informasi yang dibahas dalam kegiatan seminar
ini.
Hasil penelitian dan pemikiran tentang teknologi informasi dan pendidikan ini dibukukan dalam bentuk
prosiding dengan tema Bridging ICT and Education, sebagai upaya menjembatani batas (gap) yang terjadi
antara perkembangan teknologi informasi dan implementasinya dalam dunia pendidikan.
Seminar ini merupakan sarana komunikasi ilmiah yang bertujuan untuk mendapatkan konsep-konsep
ilmiah dalam rangka mengoptimalkan peran Teknologi Informasi dalam dunia Pendidikan sebagai salah satu
upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia.
Prosiding ini merupakan himpunan makalah utama dan makalah pendamping Call for Papers S-INTIP,
yang kemudian dengan berbagai pertimbangan teknis dalam Prosiding ini yang dibukukan hanya halaman
pertama dari masing-masing makalah yang berisikan judul dan abstrak, sedangkan prosiding lengkap disiapkan
dalam bentuk Soft Copy yang dikemas dalam CD ROM dengan format PDF, sehingga tidak akan mengurangi
konten makalah yang dipublikasikan.
Kepada bapak/ ibu yang memerlukan makalah cetaknya secara lengkap untuk keperluan tertentu, silakan
mencetak makalahnya sendiri dan melampirkannya beserta prosiding ini.
Terimakasih kami ucapkan kepada pemakalah utama dan pendamping, serta semua panitia dan pihak lain
yang tidak bisa disebutkan disini hingga Seminar ini terselenggara dengan baik dan prosiding ini terselesaikan
dengan segera.
Tidak ada gading yang tak retak, kami dari pihak panitia dan penyusun prosiding mengucapkan maaf
seandainya ada sesuatu yang kurang berkenan.

Padang, 29 Januari 2011


Ketua Panitia,

Muhammad Adri
SAMBUTAN DEKAN FT UNP

Bismillaahirrahmaanirrahiim,

Assalamu’alaikum, Wr.Wb.

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena hanya dengan ijin dan kuasaNya¬lah
sehingga kita dapat berkumpul pada hari ini di Aula Serba Guna FT Universitas Negeri Padang dalam
rangka Seminar International Teknologi Informasi dan Pendidikan.
Atas nama keluarga besar Fakultas Teknik Universitas Negeri Padang, mengucapkan SELAMAT
DATANG DI DI RANAH MINANG dan terima kasih atas partisipasi bapak/lbu dalam kegiatan seminar
ini.
Kegiatan ini bertujuan untuk menghimpun wacana pemikiran baru dan cemerlang dari berbagai
kalangan ahli, profesional dan praktisi pendidikan untuk kemajuan mutu dan kualitas pendidikan.
Disamping itu kegiatan ini merupakan wadah untuk menghimpun informasi dan komunikasi tentang
berbagai model pengembangan pembelajaran berbasis TI yang berkembang saat ini, sehingga
diharapkan berbagai konsep baru dapat dilahirkan dalam kegiatan ini.
Sesungguhnya usaha dan sumbangan yang diberikan dalam kegiatan seminar ini amat bermakna
bagi Fakultas ini sebagai salah satu Fakultas yang memiliki peran dalam memajukan dunia pendidikan
teknologi dan diharapkan usaha dan kerjasama dari berbagai kalangan dalam meningkatkan kualitas
pendidikan ini akan dapat terus berlangsung untuk kemajuan Pendidikan berbasis Teknologi informasi
di Indonesia.
Pada kesempatan ini saya atas nama pimpinan dan keluarga besar Fakultas Teknik UNP juga
menyampaikan dan memberikan penghargaan kepada semua nara sumber yang telah datang dan
menyumbangkan pemikirannya dalam prosiding ini untuk kemajuan dunia pendidikan. Semoga
dukungan dan kerjasamanya dapat m diteruskan pada masa-masa yang akan datang.
Akhirnya saya mengucapkanIterima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada
semua panitia dan donatur yang telah memberikan sumbangan tenaga dan darma baktinya dalam
kesuksesan acara dan penyelesaian prosisidng ini. Saya juga mohon maaf atas segala kekurangan dan
kelemahan yang terdapat dalam pelaksanaan kegiatan ini, kiranya kegiatan ini memberi makna bagi
kita semua. Amin a

Padang, 29 Januari 2011


Dekan FT UNP,

Drs. Ganefri, M.Pd.


SAMBUTAN REKTOR UNP
Kesuksesan penyelenggaraan Seminar Internasional Teknologi Informasi dan Pendidikan
ini merupakan rahmat dan karunia dari Yang Maha Kuasa, oleh karena itu puji dan syukur
kepada-Nya merupakan kata pertama yang patut disampaikan saat ini.
Perkembangan teknologi informasi yang terjadi saat ini telah memberikan peluang yang
besar bagi kita dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Berbagai wujud implementasi
pemanfaatan teknologi informasi ini dalam pendidikan telah berhasil dikembangkan sebagai
upaya mewujudkan pendidikan yang berkualitas. Namun berbagai inovasi yang telah dilakukan
ini belum terpublikasikan kepada masyarakat luas. Oleh karena itu kehadiran Seminar
Internasional Teknologi Informasi dan Pendidikan (S-INTIP) merupakan suatu sarana untuk
saling berbagi pengalaman bagi para pendidik, peneliti dan praktisi dalam kedua bidang, yaitu
bidang teknologi informasi dan bidang pendidikan, sehingga berbagai pemikiran, inovasi dan
ide-ide kreatif dalam pemanfaatan teknologi informasi dalam pendidikan dapat dibagi dan
diimplementasi dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan nasional.
Rektor Univeristas Negeri Padang (UNP) menyambut dengan gembira penyelenggaraan
seminar ini, sehingga semakin mempertegas peran UNP sebagai salah satu institusi pendidikan
yang senantiasa melakukan pembaharuan terhadap dunia pendidikan. Khususnya kehadiran
teknologi informasi yang saat ini bukan lagi menjadi teknlogi high-end, namun sudah menjadi
teknologi yang akrab ditengah masyarakat kita, memberi kita peluang yang besar untuk
memanfaatkannya dalam menunjang peningkatan kualitas pendidikan berbasis teknologi
informasi.
Atas nama keluarga besar UNP, saya menyampaikan penghargaan dan ucapan terima
kasih kepada para Pemakalah Utama, Pemakalah Pendamping yang telah berupaya
menyukseskan kegiatan seminar ini melalui pemikiran dan ide cemerlang yang dipaparkan,
sehingga dengan perannya telah mendorong Panitia pelaksana untuk membukukan semua
pemikiran tersebut ke dalam wujud sebuah Prosiding.
Terakhir, ucapan terima kasih dan rasa bangga, saya sampaikan atas upaya dan kerja
keras Panitia, sehingga kegiatan Seminar Internasional ini terselenggara dengan baik dan
Prosiding dapat diterbitkan sesuai dengan jadwal yang ditetapkan. Semoga kegiatan ini
memberikan perubahan terhadap dunia pendidikan kita

Padang, 29 Januari 2011


Rektor,

Prof. Dr. Z. Mawardi Effendi, M.Pd.


SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

DAFTAR ISI

Kelompok A. Makalah Pendamping


Kelompok B. Makalah Utama

No. Penulis Judul Makalah


1 Adhika Wahyu Nur Hidayat, Efforts to Improve Student Learning Outcomes Mathematics Class VII-7 SMP Negeri 255 217
Anton Noornia & Tri Murdiyanto Jakarta International Standard School Stubs (RSBI) with Media Learning Computer Software

2 Afian Akhbar Mustam, Academic Procrastination Among Upper Secondary Students And Its Relationship With 227
Ainin Atrah al Ghazie, Norzeliana Idris, Students’ Achievement In Mathematic
Nor Hasnida Che Md Ghazali

3 Almasri, Pengembangan Sistem e-Learning Kelompok Mata Kuliah Umum Tingkat Universitas Negeri 241
Muhammad Adri Padang

4 Asmar Yulastri Peranan Media Ajar Dalam Proses Belajar Jarak Jauh (BJJ) 251

5 Asnul Dahar Minghat, Kemahiran ICT Sebagai Satu Elemen Kelestarian Mata Pelajaran Vokasional Di Sekolah 259
Ruhizan M.Yasin Menengah Harian : Satu Analisis Kajian Delphi

6 Aswardi Disain Pembelajaran Melalui Implementasi e-Learning di Departemen Teknik Elektro FT-UNP 267
Padang

7 Bilqis Amaliah, Seat Arrangement Model for Reducing Interference Among Passengers on Embraer ERJ- 275
Sabrina Tri Lestari, Isye Arieshanti, 190 Aircraft
Henning TC
8 Burhanuddin Dirgantoro, Perancangan dan Implementasi Sistem Minimum Mikrokontroler Terintegrasi MCS-51 dan 283
Erwin Susanto, Yatna Supriyatna, AVR ATMega 8535 sebagai Alat Bantu Pengajaran Matakuliah Mikroprosesor dan
Dian Fawaik, Faizatul Lutfiyah Antarmuka

9 Burhanuddin Dirgantoro SMS Gateway sebagai Alat Bantu Penyebaran Informasi Program Studi 289

10 Busran Rekayasa Perangkat Lunak Untuk Materi Anatomi Tubuh Manusia pada Mata Pelajaran 295
Biologi (Studi Kasus SMA Negeri 1 Padang)

11 Dharma Liza Said Creating Computer Assisted Instruction (CAI) Classroom 303

12 Dodon Yendri Blended Learning: Model Pembelajaran Kombinasi e-Learning dalam Pendidikan Jarak Jauh 311

13 Dony Novaliendry Global Virtual University on e-Learning Background and Pedagogical Strategy 321

14 Efrizon, Muhammad Adri Analisis Pengalaman Belajar Mahasiswa dalam Model Online Learning Berbasis LMS di 335
Jurusan Teknik Elektronika

15 Efrizon, Norazah Moh. Nurdin Pembinaan dan Penilaian Keberkesanan Sistem Pengurusan Pembelajaran Algoritma 343
Pemograman di Jabatan Teknik Elektronika Universitas Negeri Padang

16 Erman Har, Kamisah Osman, Pengetahuan Keterampilan ICT Dasar Pelajar Indonesia di Malaysia 351
T. Subahan Mohd.Meerah

17 Faridah Hanim Yahya Model ID PBL Maths-Set: Aplikasi PBL, Matematik & Multimedia Interaktif 359

18 Fouziah Mohd, Ruhizan MohdYasin, Interaksi Bias Gender dalam Pengajaran dan Pembelajaran AliranTeknikal di Malaysia 367
Amla Mohd Salleh,
Ramlee Mustapha

19 Ganefri Distance Learning Program as An Education Process 375

20 Haryanto Faktor Penghambat Aksesibilitas Penyandang Cacat dalam Mengikuti Pendidikan di Sekolah 383
Inklusi

21 I Made Agus Wirawan Pengembangan Rancangan Media Pembelajaran Mobile Phone Base Learning untuk Materi 393
Sintaks Basic SQL pada Mata Kuliah Basis Data Lanjut (Studi Kasus pada Jurusan
Pendidikan TI Semester III)

22 Indah Dwi Lestantri Web Based Learning (WBL) Berbasis Learning Management System (LMS) untuk 399
Mendukung Pembelajaran

23 Indrarini Dyah Irawati Perancangan Radio Streaming Live pada Jaringan LAN Sebagai Media Pembelajaran 407

24 Isham Shah Bin Hassan, Kesan Pengintegrasian Teknologi Mobil dan CAD Ke Atas Proses Reka Bentuk Pelajar Seni 415
Mohd Arif Bin Ismail, Bina Politeknik Malaysia dalam Penghasilan Produk Kreatif
Ramlee Mustapha

25 Isham Shah Bin Hassan, Teknologi Mobil dalam Pembelajaran Modul Seni Reka di Politeknik Port Dickson 423
Mohd Arif Ismail,
Mohammad Amir YM Shariff

26 Jamaludin B Hj Badusah, M – Pembelajaran Satu Inovasi Dalam Pengajaran - Pembelajaran Komponen Sastera Puisi 437
Fairose Binti Shamsudin Melayu Tradisional Pantun dan Syair

27 Junaida Binti Ahmad, A Survey of The Current Status of Library Automation in Primary and Secondary Schools in 449
Roslina Bt Othman Wilayah Persekutuan Kuala Lumpur

28 Ledya Novamizanti, Pengembangan Konten Pembelajaran e-Learning Algoritma Menggunakan VOIP Server 457
Uke Kurniawan Usman

29 M. Al' Amin, Aries Pratama Building the Encyclopedia of the Solar System Visualization To Circle Elementary School 465

30 Made Windu Antara Kesiman Simulation-Based CAI of List Data Structure For The Learning Process of Design and 473
Analysis of Algorithm

31 Meiliasari Struktur Bilangan untuk Membangun Strategi Berhitung dan Model Bagi Penjumlahan dan 479
Pengurangan: Design Research di Sekolah Dasar

32 Mohamed Nazul Ismail, Yazrina Yahya, Satu Tinjauan Awal untuk Mengenal Pasti Elemen Nilai dalam Pembangunan Kerangka 487
Muriati Mukhtar Sistem Pengurusan Pembelajaran

33 Mohd Radzi Abu Bakar, Kertas Konsep Suatu Ekplorasi Miskonsepsi dalam Pendidikan Sains 495
Azlin Mohmad Azman,
Mohd Adnan Kaus, Nora Khamis

34 Muhammad Adri Analisis Kesiapan Civitas UNP dalam Penyelengaraan Pendidikan Berbasis Teknologi 509
Informasi
46 Sukaya, Nurindah Dwiyani Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi (ICT) dalam Pembelajaran Terbuka dan 591
Jarak Jauh

47 Tri Kurniawati Internet and Education: The Importance of Implementing Ethics 597

48 Tuan Salwani Bt Awang @ Salleh, Integrating CAS into Integral Calculus Teaching and Learning at the University 607
Effandi Zakaria

49 Waskito Pengembangan Perangkat Lunak untuk Mengefektifkan Umpan Balik Penilaian Kelas 615
Terhadap Perbaikan Pembelajaran

50 Zahara Aziz, Zarina Md Yasin, Azwani Pengintegrasian ICT dalam Pendidikan Sejarah 623
Ismail

Kelompok B. Makalah Utama


SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

DAFTAR ISI

Kelompok A. Makalah Pendamping


Kelompok B. Makalah Utama

No. Penulis Judul Makalah


1 Ruhizan M. Yasin Kurikulum Berbasis -TMK: Satu Analysis Menghadapi Era Ekonomi Baru 629

2 Norazah Nordin Enhancing Learning in The Mobile World 630

3 Saemah Rahman, PhD. Proses Pembinaan Makna dalam Persekitaran Pembelajaran Atas Talian 631

4 Nanang Ali Sutisna, M. Eng. The Role ICT in Bridging the Gap Between University and Industry: An Engineering Education Perspective 632

5 Burhasman Bur Peran Teknologi Informasi & Komunikasi ( TIK/ICT ) dalam Pembelajaran
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

THE ROLE ICT IN BRIDGING THE GAP BETWEEN UNIVERSITY AND INDUSTRY:
AN ENGINEERING EDUCATION PERSPECTIVE

By:
Nanang Ali Sutisna, M. Eng.

ABSTRACT

This paper discuss the limitation of ICT spending in engineering education lead to
technological discrepancy between the university and manufacturing industry, resulted in
lack of job readiness of the University graduates. The paper also illustrates the product’s
lifecycle and its corresponding technologies and suggest the solution to bridge the gap
between university and industry.
Keywords: ICT, CAD, CAM, CAE, PLM, CATI

INTRODUCTION
Information and Communication INDONESIA ICT INDUSTRY PROFILE
Technology has become an important
ICT Industry consists of goods and
part of modern life style, many people
services, including computer industry,
nowadays can not live without computer
peripheral industry, communication
and internet. In several manufacturing
equipment industry, software industry,
industries like aerospace, automotive,
animation industry, and multimedia
electronics and many others, the whole
industry. ICT industry is supported by
product lifecycle – from conception,
electronics industry to provide supplies of
detail design, product review,
semiconductor, component and module
manufacturing, until recycle – is
for computer and peripheral industries.
managed by computer aided technology.
The biggest portion of ICT industry
On the other hand, many engineering
is consulting service that takes 50 – 65
students in Indonesia have never been
percent of the total industry. The second
introduced to such technology during
largest part is multimedia software
their course of study. As a result, they
industry that is estimated about 30 – 40
lack of job readiness and find difficulties
percent, and the hardware industry is
in adapting to new work environment. In
about 5 – 10 percent of the total
addition, the technology gap between
Indonesia’s ICT industry. On the other
university and industry makes the
hand, IT hardware market in Indonesia in
collaboration, such as research and
2008 is about US$ 979.9 million,
other projects, between the two
consulting services industry US$ 211.7
institutions is hardly to establish.
million, and software industry US$ 110.3
This paper discuss the role of ICT – million. [1]
with the focus on Computer Aided The total government IT spending
Design, Engineering, and Manufacturing in Indonesia in 2009 is Rp 10,850 billion.
[2]
– in bridging the gap between school of If education sector spending is 20% of
engineering and manufacturing industry the total government spending, then IT
in particular. spending for education sectors is about
Rp 2,170 billion. This is very small
compared to the total Indonesia IT
spending in the same year that worth of
Rp 72,225 billion. [3]

Disampaikan pada Seminar Internasional Teknologi Informasi dan Pendidikan


”Bridging of ICT and Education”, Fakultas Teknik UNP Padang, Sabtu 29 Januari 2011
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

Figure 1. Government of Indonesia IT Spending


Source: Ministry of Finance, the Republic of Indonesia

This figure implies that the methods as much as software


development in ICT technology in the application solutions. Although PLM is
industry is far more advance compare to mainly associated with engineering tasks
that in education. This is one of the it also involves marketing activities such
reasons why there is always a as Product Portfolio Management (PPM),
technology gap between university and particularly with regards to New product
industry. introduction (NPI).

PHASE OF PRODUCT LIFECYCLE


Phase 1: Conceive
AND CORRESPONDING
TECHNOLOGIES Imagine, Specify, Plan, Innovate
In manufacturing industry, there are
design and manufacturing technologies The first stage in idea is the definition of
used to accomplish the manufacturing its requirements based on customer,
process throughout the product’s company, market and regulatory bodies’
lifecycle. Many software solutions have viewpoints. From this a specification of
developed to organize and integrate the the products major technical parameters
different phases of a product’s lifecycle. can be defined. Although often this task
PLM (Product Lifecycle Management) [4] is carried out using standard office
should not be seen as a single software software packages there are for the field
product but a collection of software tools of requirements management a number
and working methods integrated together of specialized software tools available.
to address either single stages of the
lifecycle or connect different tasks or Parallel to the requirements specification
manage the whole process. It should the initial concept design work is carried
also not be forgotten that one of the main out defining the visual aesthetics of the
goals of PLM is to collect knowledge that product together with its main functional
can be reused for other projects and to aspects. For the Industrial Design,
coordinate simultaneous concurrent Styling, work many different medias are
development of many products. It is used from pencil and paper, clay models
about business processes, people and to 3D CAID Computer-aided industrial
design software.

2
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

Phase 2: Design Phase 3: Realize


Describe, Define, Develop, Test, Manufacture, Make, Build, Procure,
Analyze and Validate Produce, Sell and Deliver

This is where the detailed design and Once the design of the product’s
development of the product’s form starts, components is complete the method of
progressing to prototype testing, through manufacturing is defined. This includes
pilot release to full product launch. It can CAD tasks such as tool design; creation
also involve redesign and ramp for of CNC Machining instructions for the
improvement to existing products as well product’s parts as well as tools to
as planned obsolescence. The main tool manufacture those parts, using
used for design and development is CAD integrated or separate CAM Computer-
Computer-aided design. This can be aided manufacturing software. This will
simple 2D Drawing / Drafting or 3D also involve analysis tools for process
Parametric Feature Based Solid/Surface simulation for operations such as
Modelling, Such software includes casting, molding, and die press forming.
technology such as Hybrid Modeling, Once the manufacturing method has
Reverse Engineering, KBE (Knowledge- been identified CPM comes into play.
Based Engineering), NDT This involves CAPE (Computer-aided
(Nondestructive testing), Assembly Production Engineering) or CAP/CAPP –
construction. (Production Planning) tools for carrying
out Factory, Plant and Facility Layout
This step covers many engineering
and Production Simulation. For example:
disciplines including: Mechanical,
Press-Line Simulation; and Industrial
Electrical, Electronic, Software
Ergonomics; as well as tool selection
(embedded), and domain-specific, such
management. Once components are
as Architectural, Aerospace, Automotive,
manufactured their geometrical form and
Along with the actual creation of
size can be checked against the original
geometry there is the analysis of the
CAD data with the use of Computer
components and product assemblies.
Aided Inspection equipment and
Simulation, validation and optimization
software. Parallel to the engineering
tasks are carried out using CAE
tasks, sales product configuration and
(Computer-aided engineering) software
marketing documentation work will be
either integrated in the CAD package or
taking place. This could include
stand-alone. These are used to perform
transferring engineering data (geometry
tasks such as:- Stress analysis, FEA
and part list data) to a web based sales
(Finite Element Analysis); Kinematics;
configurator and other Desktop
Computational fluid dynamics (CFD); and
Publishing systems.
mechanical event simulation (MES).
CAQ (Computer-aided quality) is used for
tasks such as Dimensional Tolerance
Phase 4: Service
(engineering) Analysis. Another task
performed at this stage is the sourcing of
bought out components, possibly with Use, Operate, Maintain, Support,
the aid of Procurement systems. Sustain, Phase-out, Retire, Recycle
and Disposal
The final phase of the lifecycle involves
managing of in service information.
Providing customers and service
engineers with support information for
repair and maintenance, as well as
waste management/recycling

3
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

information. This involves using such which run throughout the whole lifecycle
tools as Maintenance, Repair and and across organizations. This requires
Operations Management (MRO) many technology tools in the areas of
software. Conferencing, Data Sharing and Data
Translation. The field being Product
visualization which includes technologies
All phases: product lifecycle such as DMU (Digital Mock-Up),
Communicate, Manage and Immersive Virtual Digital prototyping
Collaborate (Virtual reality) and Photo realistic
Imaging.

None of the above phases can be seen UNIVERSITY-INDUSTRY PARTNERSHIPS


in isolation. In reality a project does not
run sequentially or in isolation of other One of the approaches to tackle the
product development projects. problem of lacking job readiness in the
Information is flowing between different Indonesian manufacturing sector is
people and systems. A major part of partnerships between the university and
PLM is the co-ordination of and industry. Effective collaboration between
management of product definition data. the higher education sector, business
This includes managing engineering and government will be critical to the
changes and release status of Indonesia’s economic recovery and
components; configuration product sustainable international
variations; document management; competitiveness.
planning project resources and timescale The effective collaboration
and risk assessment. between university and industry will be
established if satisfy several factors as
For these tasks graphical, text and
follows:
metadata such as product BOMs (Bill of
• Business must make a sustained
Materials) needs to be managed. At the
effort in supporting higher education.
engineering departments level this is the
• Same level of technology
domain of PDM – (Product Data
sophistication must be used by both
Management) software, at the corporate
university and industry
level EDM (Enterprise Data
Management) software, these two • Offer more opportunities for
definitions tend to blur however but it is internships, placements, work
typical to see two or more data experience or projects.
management systems within an
organization. These systems are also One example of this kind of
linked to other corporate systems such collaboration is between Universitas
as SCM, CRM, and ERP. Associated Muhammadyah Surakarta and New
with these system are Project Armada in Magelang. They both use the
Management Systems for Project/ same design software, i.e CATIA to be
Program Planning. used as design tools in teaching in the
university as well as design tools in
This central role is covered by numerous making stamping die in the factory.
Collaborative Product Development tools

4
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

Figure 2. Stamping Die Design and Manufacturing at New Armada using CATIA

Another example is the for motorcycle engine. Figure 3 shows


collaboration between ATMI Solo with a the design of casting mold by CATIA and
motorcycle maker in making casting mold the final product of the casting mold.

Figure 3. Casting mold design by CATIA (left) and the final product (right),
designed and manufactured by ATMI Solo.

There could be different purpose of university and industry, resulted in lack of


utilizing the same ICT technology job readiness of the university graduates
between university and industry. in adapting to new workplace. To tackle
University will use the technology to this gap, a collaboration between
teach students on how to use it, to do university and industry can be
research and project with the established. However, the effective
collaboration with industry. collaboration would be achieved if the
level of technologies used by both
university and industry are relatively
CONCLUSSION similar.
Due to the limitation of the
technology possessed by university,
there is technology gap between the

5
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

References [3] IDC Economic Impact Study 2009


[4] Wikipedia, “Product Lifecycle
[1] Profil Industri Telematika Indonesia,
Management”
http://www.csrreview-online.com
[2] Badan Pengkajian dan Penerapan
Teknologi, IndikatorTIK 2009

640
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

ENHANCING LEARNING IN THE MOBILE WORLD

Oleh:
Norazah Nordin
drnmn@ukm.my

ABSTRACT

Mobile applications can potentially become more valuable tools with suitable and flexible
learning system frameworks. Considering that many learners today are from the Gen Y
group of learners, mobile learning may be the next best approach to complement other
modes of learning. Research has shown that mobile applications have the potential to add
value to lecturers, tutorials, learning materials, and other learning activities. This paper
discusses the mobile learning environment and the framework for mobile learning
applications that provide systematic support for mobile learning experience design. In
addition, it highlights the studies on the integration of mobile content in teaching and
learning in higher institutions in Malaysia. The findings showed that the students agreed
that the developed mobile content had successfully enhanced the learning process. The
studies also revealed that mobile-learning activities were effective ways to motivate
students and to foster interaction. The main implication of the studies conducted is that
mobile learning has the potential to provide a personalized learning experience and it
should be engaged in the learning process.

*) Faculty of Education, Universiti Kebangsaan Malaysia, 43600 Bangi, Selangor,


Malaysia

1. INTRODUCTION

In the last one hundred years, education making use of portable (handheld)
has evolved from being exclusive to the wireless technologies. These include
elite to being accessible to everyone. portable devices such as mobile phones,
The mode of learning has also evolved smart phones, PDAs, iPods, MP3 and
from learning solely in the classroom to MP4 players. Laouris and Laouri (2006)
distance learning and the virtual described the move from e-learning to m-
classroom. Technologies have also learning as a revolution since it implied
helped the process of delivering content not only a change in terminology but a
to learners. The development of the change of mindset when designing and
Internet has created new ways for planning learning environments and
educators to communicate with learners. goals. Sharma and Kitchens (2004)
Many higher education institutions have assigned this unavoidable change in
adopted the use of virtual learning paradigm to the unique facilities provided
environments and incorporate e-learning by mobile technology such as the
into the traditional mechanisms as part of provision of communication facilities at
blended learning approach (Evans, any time or location and the provision of
2008). Evans also emphasized that learning content dynamically dependent
those development also allows learners on the learner’s location, context and
to review materials and gain feedbacks device. This necessarily implies a
from those materials. Mobile learning change in classroom culture. It is also
inherits these advantages from e- clear that the exposure to a greater
learning, but extends their reach by variety of media is causing a different

Disampaikan pada Seminar Internasional Teknologi Informasi dan Pendidikan


”Bridging of ICT and Education”, Fakultas Teknik UNP Padang, Sabtu 29 Januari 2011
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

kind of learner who gathers and element of email is also included


processes information differently. Mellow (Thornton and Houser 2005).
(2005) described this new generation of
learners as the media generation. Designing content for e-learning differs
According to him, educators should from designing content for mobile
explore the possibilities of applying these learning. This may be due to many
technologies in educational settings. This factors which include the physical factor.
paper explores the mobile learning Lessons delivered using computers and
environment and the framework for the World Wide Web can be viewed
mobile learning applications that provide using a 12–19 inch screen. Computers
systematic support for mobile learning can hold large memory and classroom
experience design. In addition, it lessons can be conducted with
highlight a study on the integration of computers as the main medium. This is
mobile content in teaching and learning known as computer aided learning. It is a
in higher institution in Malaysia. norm to print materials from the internet
but this might not be the case for mobile
learning. In delivering lessons through
2. Mobile learning mobile devices, there are a number of
aspects that need to be looked into.
Only half a century ago, communication
via telephone provided the ability to talk
to someone from a distance. However, 3. A theory of mobile learning
the capability of the telephone has
expanded to include other features. Designing materials to be uploaded onto
Nowadays, mobile devices combine the technology-based media might require
features of traditional telephone, text the use of a number of theories, namely
messaging, a diary, wireless internet learning theories and instructional design
connection and certain telephones come theories. Imitating the procedures of
with personal computer capabilities. designing e-learning materials, where
Mobile learning or m-learning can be one would employ any of the
defined as an essentially e-learning instructional design models to ensure
delivered through mobile computational that the materials are designed with
devices that can provide online learners some discipline in mind, designing
with capabilities to get instant notification materials for mobile devices could use
by e-mails, data from the field, and the same technique.
collaborate with learning colleagues
(Anido Rifones, 2008). M-learners However, Sharples et al. (2005)
typically view content or lessons in small, mentioned that most of the learning
manageable formats that can be utilized theories widely used were based on the
when laptop or fixed station computers assumption that teaching and learning
are unavailable. take place in the classroom. Since this
might not be the case for today’s process
Earlier research on the use of mobile of teaching and learning, there might be
phones in delivery of educational content a need to develop a theory of mobile
was restricted to the features available learning.
on mobile phones. For instance, a study
conducted in Africa showed the use of In order to develop a theory of mobile
the short messages system in learning, there are a number of crucial
communicating with students across the factors that need to be considered. For a
continent. A study in Japan showed that start, there is the underlying assumption
students in Japan prefer to use the email that learners are on the move all the
function on their mobile phones. time. Therefore, what they learn may not
Therefore, when designing mobile be restricted to what was stipulated in
materials for their English subject, the the curriculum. When a learner learns a
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

learning item in the classroom, they will learning constitutes four elements: (1)
then take the new knowledge with them learner centred, (2) knowledge centred,
outside the classroom. Once outside, (3) assessment centred and (4)
informal discussions might take place community centred. Learner centred
with fellow learners that require the deals with positioning learners at the
knowledge to be revisited and reflected centre of the educational process
on. When reflecting, there might be a (Brindley 1984). Hence, learners are
need for the learner to investigate the responsible for their acquisition of
matter further by downloading related knowledge and the building of skills.
materials from the internet. New Knowledge centred deals with the
knowledge is now formed. The process curriculum which is built on validated
is non-stop and can be recursive. This is knowledge, taught effectively and
probably what Dewey (1916) meant efficiently. Assessment centred, on the
when he said that all communication is other hand, focuses on evaluating
educative. learners’ ability, diagnosing problems
and offering guidance which may lead to
This relates to the second factor in success in learning. Community centred
postulating a theory of mobile learning, promotes the sharing of knowledge and
and that is to consider the learning that learners supporting each others’
takes place outside the classroom. A learning. These four elements adhere to
study by Vavoula in Sharples et al. the socio-constructivist approach to the
(2005) found that 51 per cent of process of learning where learning is not
everyday adult learning takes place a lonely journey but rather an individual
either at home or in the office. Although effort with environment and community
the study does not provide a definition for support.
learning or how learning was measured,
it shows that a certain level of knowledge Finally, a theory of mobile learning must
enhancement has occurred. The study also consider the use of ubiquitous
further describes that learning takes technology and how the learning
place in various places: 21 per cent of community is responding to it. In the UK
learning happens outside the office at the for the year 2005, a study revealed that
workplace, 5 per cent of learning 95 per cent of young adults aged
happens outdoors, 2 per cent happens at between 15 and 16 owned mobile
a friend’s house, and 6 per cent happens phones (Daily Mail, 15 February 2005:
at places of leisure. It is also reported www.literacytrust.org.uk/Database/textin
that 14 per cent of learning takes place g.html#fog). A similar study conducted in
at other locations and 1 per cent occurs Malaysia revealed that 100 per cent of
on forms of transport. The fact that only 1 higher education learners aged between
per cent of learning takes place while 18 and 21 owned mobile phones (Abd
learners are on the move indicates that Rahman et al. 2009). Those studies
mobile learning does not equate to further indicate that learners are
physical movement. However, the study equipped with devices that enable them
proves that learning takes place anytime to learn anytime and anywhere. They
and anywhere and it can take place present educationalists and instructional
outside the classroom environment. This designers with opportunities to design
provides opportunities for educationalists instructions that could be delivered using
to provide formal content that can be those devices.
learnt in informal surroundings.
The above argument leads to a
Thirdly, developing a theory of learning conclusion that is presented by five
must enable successful learning. questions posed by Sharples et al.
Successful learning is related to effective (2005). These five questions act as a
learning. According to the US National checklist for developing a theory of
Research Council (1999), effective mobile learning:
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

the technology becoming a


(1) Is it significantly different from the deterrent;
current theories of classroom, (4) available – enabling
workplace or even lifelong communication with friends,
learning? experts and/or teachers;
(2) Does it consider the mobility of the (5) adaptable – the context of learning
learners? should be adaptable to situations
(3) Does it include informal and formal and the individual’s skills and
learning? knowledge development;
(4) Does it view learning as a (6) persistent – able to manage the
constructive and a social process? learner’s learning despite the
(5) Is learning analysed as personal changes in the technology itself;
and mediated by technology? (7) useful – useful to learners for
everyday chores;
Therefore, in designing a mobile (8) user-friendly – easy for people to
framework, the theory of mobile learning use and must not create
has to be established before embarking technophobia among new users.
on other issues. However, the features
discussed so far have not been However, these requirements are not
formulated into a tested theory as yet. As easy to meet. For instance, highly
that is the case, one could argue that it portable devices mean having devices
might still be relevant to use existing that are light, easy to carry and are not
theories of learning as the pillars for restricted by network coverage. If a
designing activities for mobile learning. device is operated in a remote area,
there should not be cases where learning
4. General requirements for mobile cannot take place simply because the
learning content cannot be downloaded. Although
the issue of network coverage is real and
Learning happens not only in learning serious in a developing country, ways
institutions such as community colleges should be sought to overcome technical
or higher learning institutions but learning problems of infrastructure.
can also happen anytime and anywhere
according to the needs of the individual. 5. Framework for mobile learning
Therefore, providing the avenue for
mobile knowledge acquisition is vital. The general requirements supplied by
Sharples et al. (2005) were also shared
In many instances, technologies can be by Parsons et al. (2007). They argued
seen as the supporting factor of learning. that because of the uniqueness of mobile
Sharples et al. (2000) outlined a number learning, one could use an e-learning
of general requirements that have to be framework for mobile learning materials.
considered when designing mobile The benefits and limitations of mobile
materials. The requirements include devices have to be noted and addressed
technology that is: accordingly in designing learning
materials for mobile usage.
(1) highly portable – so as to support
learning whenever and wherever; There are a number of mobile content
(2) individual – the design should be frameworks available to assist the design
able to support individual learning, and development of mobile content
cater for individual learning styles materials. Liu et al. (2008) mentioned
and be adaptable to learners’ that there are four elements that need to
abilities; be incorporated into the design of a
(3) unobtrusive – learners should be mobile framework. Their framework was
able to retrieve knowledge without developed based on the reflections and
the results of action research from the
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

Nokia Mobiledu Project that they learning scenario, (3) technology


conducted. With mobile learning activity environment design and (4) learner
design as the core of the framework, the support services design. Figure 1
four elements include (1) requirement illustrates the framework.
and constraints analysis, (2) mobile

Requirement &
Constraints Analysis

Mobile Mobile learning Learner Support


learning Activity Design Services Design
scenario design

Technology
environment design

Figure 1: Design framework for mobile learning (Liu et al. 2008)

our various activities to achieve learning


Requirement and constraints analysis goals’. Describing a mobile learning
looks at the demand for mobile learning scenario requires those involved to
by studying two levels of requirement brainstorm and translate the results onto
analysis: the general level and the a storyboard. Focus groups are formed
concrete level. The general level seeks to discuss various aspects of a mobile
to find the answers to the common learning scenario and finally an
features of mobile learning, the position evaluation is conducted to see the
and status of ICT in education, the significance of mobile learning in
potential users and existing mobile increasing the level of learners’
learning applications as well as motivation.
motivations and expectations.
Meanwhile, concrete requirement In addition, mobile learning technology
analyses the users and the users’ environment is also a contributing factor
learning environment. It comprises to the design of mobile learning activity.
potential users’ attitudes, skills, ‘Environment’ constitutes elements such
experiences, use patterns, learning as database, platforms, networks and
characteristics, motivations, learning other technological aspects of mobile
tasks and possible barriers as well as learning. In the Nokia Mobiledu Project,
possible mobile learning situations, the platform used is MUPE (Multi-user
environment and influencing factors. Liu Publishing Environment). Liu et al.
et al. (2008) emphasised that the (2008) claimed that since MUPE
understanding of user needs and the operates on Java, the system is usable
factors that influence their learning is with most mobile phones. The
crucial to the design of mobile learning technology environment indirectly
activity. determines the types of activity
constructed. In the case of Mobiledu,
Mobile learning scenario is another factor activities included multimedia
that is essential to mobile learning representation of the content. This
activity design. Liu et al. (2008: 186) means that activities were designed to
described mobile learning scenario as ‘… be text based, audio, animation, video
describing how learners with certain and 3D. The activities were also
characteristics in certain settings carry designed to encourage learner control.
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

the entire process from determining the


Learners also need support services to environment in which it would be
increase their confidence and operating to the steps needed in
competencies as well as to overcome designing the actual activities. Therefore,
any arising difficulties. Liu et al. (2008) the framework included generic
suggested four areas that could be elements, which were also found in other
addressed in support services: (1) frameworks, as well as enhancement of
consulting services, (2) blended learning the learning experience.
services, (3) training and (4) community
support services. According to Parsons et al. (2007),
generic mobile environment issues
Another similar framework were offered encouraged a close examination of the
by Mohammad et al. (2007). Mohamed following: mobility, user interface, the use
et al. (2007) viewed their work as an of a rich media and communication
extension of e-learning. Their work support. A study conducted by Dewitt
revolved around the idea of adapting e- (Saedah and Dewitt 2007) also
learning materials for the use of mobile demonstrates the use of text messages
devices. They argued that in doing so, a among secondary school students and
number of key points have to be how this promotes collaborative learning.
addressed. They had identified a few Parsons et al. classified this as user
dimensions that need to be adapted. The roles and profiles. Löwgren and
dimensions were context, user, mobile Stolterman as mentioned in Parsons et
device and connectivity. They too al. categorised it as core, periphery and
analysed the context in which the mobile context. The second element proposed
learning will be used, look at the users by Parsons et al. was mobile learning
and their characteristics as well as contexts. They categorised this element
learners’ learning strategies. They into six dimensions: (1) identity, (2)
studied the technical aspects of the learner, (3) activity, (4) collaboration, (5)
technology environment in which the spatial–temporal and (6) facility. They
mobile learning will be operating such as placed the first four as situational context
connectivity speed and cost. They also for mobile learning and the last two as
considered the mobile devices and the environmental context. Similar to the
platforms on which those devices general requirements which Sharples et
operate. al. (2005) outlined, ‘identity’ involved a
closer look at the users themselves and
The areas mentioned by Sharples et al. the role that they play. For example, do
(2005), Liu et al. (2008) and Mohammad the users take up the role of a learner or
et al. (2007) were also shared by teacher? In considering the ‘learners’,
Parsons et al. (2007). Parsons and one was forced to look at a number of
colleagues specified that there are four psychological factors which include
requirements for a general framework for learners’ needs, their study preferences,
mobile learning: (1) generic mobile motivation levels and their experience in
environment issues, (2) mobile learning using the devices. The last two elements
contexts, (3) learning experience and (4) proposed by Parsons et al. (2007) are
learning objectives. learning experience and objectives. They
noted two useful metaphors in mobile
The framework offered by Parsons et al. design: cinematic metaphor and the
was generated from their studies of game metaphor. The former dealed with
many successful mobile learning story elements and narrative. The latter
programmes. They proposed a deals with the features of games such as
framework that could be used in excitement, competition and popularity.
designing materials for mobile learning. They also stressed that content should
They suggested that the design of a be organised accordingly.
mobile learning framework should detail
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

Generic mobile

learning
Individual skills for
Theories environment Mobile Learning Learning
of issues learning experience objectives
learning context issues

Theory of User Identity Organised Improved


mobile dimension contents skills
learning
Mobility Learner Outcome
and New skills

Behaviourism Activity Goals and


Mobile objectives
interface
design

the learning scenario


Collective Learning that suit
Spatial- Story
Cognitivism Media types temporal
Social skills
Facility Challenges
Support
Constructivis services Team skills
Collaborativ
m
e learning Social
Interaction

Figure 2: A framework for mobile learning design requirements

7. A Study on Integrating Mobile messages can be retrieved and sent to


Learning at Higher Institution in support asynchronous learning. The
Malaysia dimension of “meaningful content” is the
most critical one. Without quality content,
The focus of this study was to investigate m-Learning will be meaningless. There
the graduate students’ acceptance on are many factors adversely affecting the
the developed mobile content for the delivery of quality content using mobile
Research Methodology course. This may phones. Slow processing speed, limited
link heavily to their daily operational use bandwidth, small form-factor, limited
of mobile phones. In general, there are memory and one-finger operation are
three dimensions that are critically some of them. Since a mobile phone is
affecting the success of m-Learning, nothing more than a limited but featured
which are location independence, computer, the limitations of these
meaningful content and time devices must be recognized.
independence (Rosenberg 2001). Furthermore, the researchers would like
Among the three dimensions, mobile to develop what they can do best.
phones have greater advantages in term
of “location independence”. Mobile In this study, a group of researchers from
phones make it possible to gather and Universiti Kebangsaan Malaysia has
record information nearly everywhere. developed mobile content for the
They have the highest mobility inside or Research Methodology course using
outside classrooms. The coverage of blended teaching and learning strategy.
mobile phones allows lecturers to One hundred and twenty graduate
engage in activities requiring ubiquitous students took part in this research. The
tools. With respect to the dimension of activities involved face-to-face lectures,
“time independence”, mobile phones can online forums, SMS’s, online quizzes and
also be used in asynchronous and activities involved in the university
synchronous learning. SMS and forum learning management system, SPIN.
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

These activities covered the major 7. Conclusion


directions in m-Learning for the whole
one semester (14 weeks). One-off The rapid evolution of teaching and
experiment was performed and a learning technology has brought the
questionnaire was used to collect data. world to the kingdom of mobility. Since
This research involved a 2-phase study. internet is now mobile through many
Phase 1 is the Design and Development mobile devices, teaching and learning is
of mobile content for the Research no longer restricted to the four walls of
Methodology course and Phase 2 is the the classroom. Learning can happen
Evaluation of the developed mobile anytime and anywhere. Educators need
content. In this research, simulators to examine ways in which the emerging
developed to execute in real mobile technologies could help learners learn
phones were used for this study and contributes to the subject of effective
(Openwave, 2006). There were three pedagogy. As mentioned by Kukulska-
reasons for this approach. Firstly, the Hulme (2009), educators need to do
chosen software has been implemented more than just watch it happen. This
in a number of real phone models. It paper highlighted the mobile learning
behaves like a real phone. Secondly, environment, the theory and the
many students may not have mobile framework for mobile learning
phones with advanced features to applications that provide systematic
support WAP 2.0 (Wapforum, 2006). support for mobile learning experience
Some students may still have text based design. It has also explored the students’
mobile phones! To support the acceptance on the mobile content
experiment of this research or any m- developed for the Research Methodology
Learning application in general, a WAP course developed. The mobile content
gateway connected to a Web server was was generally well-received by the
needed. The website can be accessed students. They found that it is fun to
through the following URL: participate in the exercise. The findings
www.ukmmobile.mobi. of this study revealed that the students
This study showed that majority of the agreed that mobile phones can be used
students accepted the use of mobile for teaching and learning and the mobile
phones for teaching and learning of the content developed for the Research
Research Methodology course. They Methodology course benefit them.
found that the inhibiting factors are slow Majority of the students were very liberal
connectivity (50.5%), too expansive and interested to use mobile phones for
(20.5%), small screen (13.5%), difficult to teaching and learning. With the
use (9%) and text input problem (6.5%). background as adult learners, SMS
messaging were a popular way to
They somewhat agreed that mobile communicate. Although the sample size
phones can improve the teaching and was small and the findings may not be
learning performance. Their curiosity on reliable, this study provided the
using mobile phones for teaching and researcher with the preliminary data to
learning was high. The respondents were carry out more discriminating
confident that mobile phones could be experiments on mobile content
effective tools to them to get connected development for post graduate courses.
to their lecturers and friends. They would From the study, it could also be revealed
like to use mobile phones for that m-Learning activities are great ways
administrative purposes too. They were to motivate the adult learners and foster
somewhat interested to see “m-Learning” interaction among them. This is not only
be part of their curriculum. applicable to the field of m-Learning, but
also a general androgogical technique in
teaching and learning. The results were
hoped to provide output for the future
planning of the reconstruction of the
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

post-graduate teaching and learning Knapper, C. and Cropley, A.J. (2000)


strategies. The main implication of the Lifelong Learning in Higher
study conducted was that mobile Education. London: Routledge
learning has the potential to provide a (Taylor & Francis Group).
personalized learning experience and it
Keegan, D. (2002) The future of learning:
should be engaged in the learning
From elearning to mlearning.
process.
Online, available at
http://learning.ericsson.net/mlearnin
g2/project_one/index.html
References
(accessed 2 November 2007).
Abd Rahman, H., Badusah, J. & Wahid, Kukulska-Hulme, A. and Traxler, J. (eds)
R. (2009). Applications of (2005) ‘Mobile Teaching and
Handphone/PDA amongst Private Learning’ in Mobile Learning: A
College Students, in Proceeding of handbook for Educators and
The 4th. Regional Education Trainers, London: Routledge.
Seminar 2009, Universiti
Laouris, Y. and Laouri, R. Can
Kebangsaan Malaysia, Bangi.
Information and Mobile
Brindley, G. (1984) Needs Analysis and Technologies serve to close the
Objective Setting in Adult Migrant gap and accelerate development?
Education Program, Sydney: NSW In Proceedings of MLearn 2006,
Adult Migrant Education Service. Alberta, Canada, 22 – 25 October
(2006).
Cochrane, T (2009). Mobilising Learning:
Intentional Disruption – Harnessing Mellow, P. The media generation:
the Potential of Social Software maximize learning by getting
Tools in Higher Education Using mobile. Proceedings of ASCILITE
Wireless Mobile Devices. 2005, Brisbane, 4 – 7 December
International Journal of Mobile (2005)
Learning and Organisation Vol. 3,
National Research Council (1999) How
No.4 pp. 399 - 419
People Learn: Brain, Mind,
Dewey, J. (1916) Democracy and Experience and School,
education. An introduction to the Washington DC: National Academy
philosophy of education, New York: Press.
Free Press.
Maarschalk, J. (1988) ‘Scientific literacy
Hargreaves, A. (2003) ‘Teaching in the and informal science teaching’,
Knowledge Society: Education in Journal of Research in Science
the age of unsecurity’. Online, Teaching, 25(2):135–46.
available at Mohammad, H., Mohammad A.,
http://books.google.com.my/books Hamdan, Z. and AboAli, A. (2007)
(accessed 1 March 2009). ‘A Framework for Mobile Learning
Content Design’, Paper presented
Hamidah Yamat, Ahmad Ismail & Aliza in ICT-Learn 2007 Sixth
Alias, 2007, English Language Skills for International Internet Education
Lifelong Learning: A Question of Conference and Exhibition, Cairo.
Acquisition or Learning?’ in
Proceedings of International Norshuhada Shiratuddin, Syamsul
Conference on Lifelong Learning, Bahrin Zaibon (2010) Mobile game-
Bangi: Faculty of Education, based learning with local content
University Kebangsaan Malaysia and appealing characters.
Press. nternational Journal of Mobile
Learning and Organisation 2010 -
Vol. 4, No.1 pp. 55 – 82
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

Open University Malaysia. Online, Sharples, M. (2000) ‘The Design of


available at www.oum.edu.my/ Personal Mobile Technologies for
portal/index.php?op=view&m=36&p Lifelong Learning’ in Computers
age=317 (accessed 1 January and Education 34:177–93. Online,
2009). available at
www.elsevier.com/locate/compedu
Parsons, D., Ryu, H. and Cranshaw, M.
(accessed 28 February 2009).
(2007) ‘A Design Requirements
Framework for Mobile Learning Sharples, M., Taylor , J. and Vavoula, G.
Environments’, Journal of (2005) ‘Towards a Theory of Mobile
Computers 2 (4), pp. 1-8. Learning’ in Proceedings of MLearn
Conference 2005. Online, available
Preece, J., Rogers, Y. and Sharp, H.
at www.compassproject.
(2007) Interaction Design: beyond
net/sadhana/teaching/readings/sha
human computer interaction (2nd
rplesmobile.pdf (accessed 27
ed), New York: John Wiley & Sons.
February 2009).
Prensky, M. (2001) Digital Game Based
Thornton, P. and Houser, C. (2005)
Learning, New York: McGraw-Hill.
‘Using mobile phones in English
education in Japan’, Journal of
Rogers, Y and Price, S. (2004)
Computer Assisted Learning,
‘Extending and Augmenting
21:217–228.
Scientific Enquiry through
Pervasive Learning Environments’ Thorpe, M. (2005) ‘The Impact of ICT on
in Children, Youth and Lifelong Learning’ in Perspective on
Environments 14(2):67–83. Online, Distance Education: Lifelong
available at www.colorado. Learning and Distance Higher
edu/journals/cye/ (accessed 2 Education, UNESCO.
March 2009).
Vavoula, G. and Sharples ,M. (2001)
Rozhan Idrus, R. and Hanafi Atan ‘Studying the Learning Practice:
(2007). ‘Lifelong and lifewide Implications for the Design of a
distances education’ in Abdul Lifelong Learning Support System’
Razak, N., Kamarul Kabilan, M. in IEEE: pp379–80.
and Silong, A. D. (eds) Online
Wan Mohd Fauzy.Wan Ismail (2007)
Lifelong Learning in Malaysia:
‘Chunking for contextual mobile
research and practice: pp1–8,
learning’ in 1st International
Serdang: Universiti Putra
Malaysian Education Technology
Malaysia Press.
Convention Proceedings. Johor
Saedah, S. and Dewitt, D. (2007) Bahru: pp457–463.
‘Collaborative mobile learning’ in1st
Wang, Y. (2004) ‘Context Awareness
International Malaysian Education
and Adaptation in Mobile Learning’.
Technology Convention
Paper presented at the 2nd
Proceedings: pp930–5.
International Workshop on Wireless
Sharma, S.K. and Kitchens, F.L. Web and Mobile Technologies in
Services Architecture for M- Education.
Learning. Electronic Journal on e-
Vision 2020. Online, available at
Learning. 2(1), (2004), 203 – 216
www.wawasan2020.com/vision/p2.
Sharples, M., Corlett, D and html (accessed 5 March 2009).
Westmancott, O. (2002) ‘The
Design and Implementation of a
Mobile Learning Resource’ in
Personal and Ubiquitous
Computing 6:220–234.
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

KURIKULUM BERBASIS-TMK:
SATU ANALYSIS MENGHADAPI ERA EKONOMI BARU

Oleh:
Ruhizan M. Yasin (Associate Professor, Dr) *)
ruhizan@ukm.my

ABSTRAK

Globalisasi telah membentuk cara kerja baru dalam dunia perniagaan dan pekerjaan
secara umumnya pada hari ini. Ianya banyak dipengaruhi oleh perubahan teknologi
maklumat dan komunikasi (TMK) dimana TMK telah mempengaruhi cara bagaimana
kehidupan, pembelajaran dan kerja seharian kita dilaksanakan. Interaksi antara TMK dan
globalisasi juga mengarah kita kepada satu konsep baru ekonomi. Kertas kerja ini
mengupas bagaimana TMK dimanafaatkan dalam pendidikan secara keseluruhan dengan
membuat analisis kurikulum berbasiskan TMK dengan mengambilkira keperluan kepada
cabaran dan peluang dalam era ekonomi baru dan pendidikan sebagai agen perubahan
yang penting. Analisis dibuat berdasarkan sorotan literatur dan beberapa contoh
pelaksanaan kurikulum berbasiskan TMK. Kertas ini juga menggariskan cadangan-
cadangan kepada penyelidikan dan pembangunan profesionalism guru.
*)
Fakulti Pendidikan Universiti Kebangsaan Malaysia, 43600 Bangi, Selangor, MALAYSIA

Disampaikan pada Seminar Internasional Teknologi Informasi dan Pendidikan


”Bridging of ICT and Education”, Fakultas Teknik UNP Padang, Sabtu 29 Januari 2011
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

PROSES PEMBINAAN MAKNA DALAM


PERSEKITARAN PEMBELAJARAN ATAS TALIAN

Oleh:
Saemah Rahman, PhD.
saemahukm@yahoo.com

ABSTRAK
Pendidikan merupakan satu proses pembinaan makna atau pengetahuan. Aliran
pemikiran moden tentang pendidikan mengakui bahawa pengetahuan itu bukanlah satu
entiti untuk diperolehi tetapi satu proses bagaimana kita tahu mengenai sesuatu. Teori
konstruktivisma menekankan bahawa individu itu membina maknanya sendiri melalui
interaksinya dengan persekitaran. Persoalannya bagaimanakah individu membina makna
dalam persekitaran pembelajaran atas talian. Pada masa lalu, persekitaran pembelajaran
atas talian banyak berasaskan kepada pembelajaran berasaskan sumber menggunakan
penyampaian maklumat melalui atas talian sebagai sumber pembelajaran.
Perkembangan seterusnya memperlihatkan bagaimana aktiviti pembelajaran disokong
dengan forum perbincangan dan kemudahan komunikasi atas talian. Tidak dapat
dinafikan bahawa perkembangan pembelajaran atas talian turut berkembang dengan
perkembangan teori pembelajaran. Dalam pendekatan kontemporari, penekanan kepada
prinsip-prinsip pembelajaran konstruktivisme mula ditekankan. Ia boleh dilaksanakan
melalui strategi pembelajaran berasaskan masalah, kes atau projek yang memberi
tumpuan kepada pelbagai aktiviti pembelajaran yang dirancang untuk menyelesaikan
tugasan atau projek melalui proses inkuiri. Dalam persekitaran pembelajaran atas talian,
tugasan atau projek yang dijalankan boleh melibatkan pelajar mengorganisasikan
pengetahuan dengan akses kepada sumber atau perbincangan atas talian. Tumpuan
kertas ini ialah tentang proses pembinaan makna oleh pelajar dalam persekitaran
pembelajaran atas talian. Satu rekabentuk pengajaran yang boleh digunakan bagi
membantu proses dan pengurusan pembinaan makna oleh pelajar dalam persekitaran
pembelajaran atas talian akan dibincangkan.

*) Fakulti Pendidikan, Universiti Kebangsaan Malaysia 43600 Kajang, Selangor Darul Ehsan Malaysia

Disampaikan pada Seminar Internasional Teknologi Informasi dan Pendidikan


”Bridging of ICT and Education”, Fakultas Teknik UNP Padang, Sabtu 29 Januari 2011
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

PENGENALAN

Dalam abad baru ini, para pendidik


menghadapi cabaran baru di mana WWW PERKEMBANGAN MOD
dikatakan berpotensi menukar cara kita PEMBELAJARAN ATAS TALIAN
mengajar dalam semua tahap pendidikan.
Persekitaran pembelajaran atas talian
Sehubungan itu persekitaran pembelajaran
merujuk kepada persekitaran pembelajaran
atas talian merupakan antara mod
yang menggunakan teknologi internet yang
pembelajaran yang menjadi pilihan dalam
membolehkan pembelajaran secara maya
beberapa setting pendidikan masa kini.
berlangsung. Oliver (2001) menggunakan
Banyak institusi pendidikan mula meneroka
tiga elemen yang saling berkaitan dalam
penggunaan mod ini sebagai pelengkap
menerangkan reka bentuk pengajaran
dalam sistem pembelajaran yang
berasaskan web iaitu elemen-elemen tugasan
dilaksanakan. Beberapa istilah digunakan
pembelajaran, sumber pembelajaran dan
antaranya ialah sistem pembelajaran hibrid
sokongan pembelajaran. Seterusnya beliau
dan pembelajaran bersepadu di mana sistem
membahagikan pendekatan reka bentuk
pembelajaran bersemuka disepadukan
pengajaran berasaskan web kepada tiga
dengan sistem pembelajaran secara atas
bentuk utama berdasarkan penekanan tiga
talian. Sesetengah institusi pendidikan
elemen tersebut dalam proses pengajaran
menggunakan mod ini sebagai satu cara
iaitu: 1) Pembelajaran berasaskan sumber, 2)
menarik pasaran atau pelajar baru sementara
Pembelajaran berpusatkan guru dan 3)
yang lain melihat teknologi ini sebagai satu
Pembelajaran berpusatkan tugasan.
cara mengurangkan kos penyampaian sesuatu
Pembelajaran atas talian boleh dibahagikan
program atau kursus (Oliver, 2001). Walau
kepada ketiga-tiga bentuk tersebut
apa pun alasan yang digunakan dalam
bergantung kepada bagaimana tumpuan
pemilihan mod ini, apa yang perlu
elemen tersebut dalam aktiviti pembelajaran
dipertimbangkan ialah sejauh mana mod
yang dijalankan.
tersebut dapat diekploitasikan untuk
Diperingkat awal, pembelajaran atas
memperbaiki dan mempertingkatkan hasil
talian banyak berasaskan kepada bentuk yang
pembelajaran.
pertama iaitu pembelajaran berasaskan
Pendekatan pembelajaran terkini
sumber menggunakan penyampaian
menekankan bahawa pendidikan merupakan
maklumat melalui atas talian sebagai sumber
satu proses pembinaan makna atau
pembelajaran. Penekanan lebih kepada
pengetahuan. Aliran pemikiran moden
penyampaian maklumat atau isi kandungan
tentang pendidikan mengakui bahawa
pelajaran secara atas talian. Dalam paradigma
pengetahuan itu bukanlah satu entiti untuk
pembelajaran berpusatkan guru,
diperolehi tetapi satu proses bagaimana kita
pembelajaran atas talian disokong dengan
tahu mengenai sesuatu. Teori
forum perbincangan dan kemudahan
konstruktivisma menekankan bahawa
komunikasi atas talian. Dalam pembelajaran
individu itu membina maknanya sendiri
berasaskan tugasan pula, tumpuan kepada
melalui interaksinya dengan persekitaran.
pelbagai aktiviti pembelajaran untuk
Persoalnnya ialah sejauhmanakah mod yang
menyelesaikan tugasan, inkuiri dan projek
digunakan tersebut dapat menyokong proses
dijalankan dengan akses kepada sumber dan
pembelajaran pelajar. Kertas ini
bantuan berbentuk atas talian.
membincangkan rekabentuk atau model
Aliran terkini dalam pembelajaran atas
pengajaran yang boleh digunakan dalam
talian memberi penekanan kepada prinsip-
persekitaran pembelajaran atas talian yang
prinsip pembelajaran konstruktivisma
menyokong proses pembinaan makna
antaranya ialah kaedah pembelajaran
tersebut. Sebelum itu akan dibincangkan
berasaskan rekabentuk pembelajaran
tentang perkembangan mod pembelajaran
berasaskan masalah, pembelajaran
atas talian dikuti dengan isu-isu mengenai
berasaskan kes, pembelajaran berasaskan
pembelajaran atas talian serta teori
projek dan pembelajaran inkuiri/penemuan.
pembelajaran konstruktivisme kognitif dan
Reka bentuk ini dikatakan dapat
sosial.

632
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

menyediakan persekitaran pembelajaran yang pembelajaran untuk menyempurnakan


memberi peluang membina makna secara tugasan dalam pelbagai setting melalui
lebih aktif sama dalam proses negosiasi proses inkuiri. Dalam reka bentuk berasaskan
sosial melalui aktiviti pembelajaran koperatif guru pula, kemudahan komunikasi yang
dan kolaborasi antara pelajar. ditawarkan oleh teknologi web digunakan
misalnya, ramai guru/pensyarah menyokong
ISU PEMBINAAN MAKNA DALAM kursus atas talian mereka menggunakan
PEMBELAJARAN ATAS TALIAN perbincangan atau forum secara atas talian.
Strategi pengajaran dalam rekabentuk
Tidak dinafikan bahawa ciri-ciri
pengajaran berasaskan sumber, guru dan
pembelajaran atas talian mempunyai potensi
tugasan tersebut sebenarnya boleh digabung
yang besar untuk menghasilkan persekitaran
dan dimantapkan dari segi skop dan cara
pembelajaran yang berkualiti kepada pelajar.
pelaksanaan supaya dapat menyokong dan
Namun begitu kebanyakan model
menggalakkan proses pembinaan makna
pembelajaran yang menggunakan
yang aktif di kalangan pelajar. Justeru dapat
pembelajaran atas talian banyak tertumpu
disimpulkan bahawa terdapat keperluan
kepada reka bentuk berasaskan sumber yang
membina kaedah dan strategi pengajaran
tertumpu kepada penyediaan kandungan atau
yang dapat membantu pelajar mensintesis
bahan pembelajaran secara atas talian
dan memetakan secara eksplisit pelbagai idea
bersama-sama dengan set tugasan yang perlu
yang dijana dalam aktiviti pembelajaran yang
dilaksanakan oleh pelajar sebagai aktiviti
dijalankan dalam persekitaran pembelajaran
utama pembelajaran (Sun, Williams & Liu,
secara atas talian.
2006). Pendekatan ini merupakan pendekatan
yang paling konvensional yang merupakan
PENDEKATAN KONSTRUKTIVISMA
pengubahan bahan dalam bentuk bercetak
KOGNITIF DAN KONSTRUKTIVISMA
kepada bentuk elektronik.
SOSIAL
Bentuk pembelajaran ini sebenarnya
membataskan keupayaan ciri pembelajaran Pendekatan konstruktivisma menekankan
atas talian yang boleh dimanfaatkan selaras bahawa pembelajaran adalah proses
dengan teori-teori pembelajaran yang pemahaman dan pembuatan makna yang
mementingkan proses pembinaan makna di aktif oleh individu. Ahli-ahli konstruktivisma
kalangan pelajar. Model pembelajaran mendakwa bahawa pelajar membina makna
tersebut tidak jauh bezanya dengan reka mereka sendiri atau sekurang-kurangnya
bentuk pengajaran yang melihat proses mentafsir makna berdasarkan persepsi atau
pembelajaran sebagai proses penyampaian pengalaman mereka sendiri. Dengan lain
ilmu daripada guru kepada pelajar. Justeru, perkataan pelajar itu mencipta pandangan
peranan pelajar sebenarnya sebagai peribadi tentang isu atau perkara yang
pengumpul bahan atau isi kandungan yang dipelajari dan pandangan peribadi itulah yang
disampaikan untuk menyelesaikan sesuatu menjadi pengetahuan yang dibina oleh
tugasan pembelajaran yang diberikan. Reka pelajar tersebut.
bentuk ini sebenarnya kurang menyokong Aliran konstruktivis melihat
proses pembinaan pengetahuan yang pengetahuan sebagai satu entiti yang dibina
sepatutnya dilakukan secara aktif oleh oleh individu itu sendiri melalui proses
pelajar. Aktiviti pelajar lebih kepada pembelajaran. Dengan itu pengetahuan tidak
pengumpulan bahan yang disampaikan secara boleh dipindahkan dari seorang kepada
online. Dalam reka bentuk pengajaran ini, seorang yang lain sebaliknya ia perlu dibina
peluang pelajar mengintegrasikan dan dibina semula ((re)constructed) oleh
pengetahuan sedia ada dalam pembinaan setiap orang. Ini bermakna pandangan
konstruk baru serta peluang tentang pengetahuan berbeza dengan
mengkonseptualisasikan bahagian-bahagian pandangan aliran tingkah laku dan kognitif
maklumat yang diberikan sebagai satu idea yang melihat pengetahuan sebagai “given
yang menyeluruh agak terhad. and absolute”. Dalam konstruktivisma,
Dalam reka bentuk berasaskan tugasan, pengetahuan dilihat sebagai sesuatu yang
pelajar diberikan berbagai aktiviti relatif (relativistic), tiada sesuatu yang

633
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

absolute tetapi berbagai mengikut masa dan 9. Penyelesaian masalah, kemahiran


ruang. berfikir peringkat tinggi dan kefahaman
Terdapat dua pendekatan yang penting mendalam diberi penekanan.
dalam teori konstruktivisma iaitu Cognitive 10. Kompleksiti pengetahuan dicerminkan
oriented constructivist theories dan Socially melalui penekanan ke atas saling
oriented constructivist theories. perkaitan antara konsep dan
Konstruktivis yang berorientasikan ‘kognitif’ pembelajaran antara disiplin.
menekankan penerokaan dan penemuan di 11. Pembelajaran kolaboratif dan kooperatif
pihak pelajar dalam menerangkan proses digalakkan untuk mendedahkan pelajar
pembelajaran. Di sini, pengetahuan masih kepada pandangan-pandangan alternatif.
dilihat sebagai perwakilan mental yang
simbolik dalam minda seseorang individu. Prinsip pembelajaran konstruk
Manakala yang berorientasikan ‘sosial’ pula, tivisma menekankan bahawa pembelajaran
menekankan usaha-usaha kolaboratif bagi dicapai melalui pembinaan pengetahuan yang
sekumpulan pelajar sebagai sumber aktif dalam pelbagai konteks yang bermakna.
pembelajaran. Dalam perspektif ini, pembelajaran dilihat
Tinjauan liretatur mengenai pendekatan sebagai pembinaan makna bukan
konstruktivis mencadangkan beberapa penghafalan fakta. Gabungan antara
prinsip yang boleh membantu merangka konstruktivisma kognitif dan konstruktivisma
model pengajaran yang dapat membantu social menekankan proses pembinaan
proses pembinaan makna di kalangan pelajar. pengetahuan yang berlaku dalam konteks
Berikut ialah antara prinsip-prinsip individu dan juga melalui perbincangan
pembelajaran yang disesuaikan daripada sosial dan aktiviti kolaborasi. Setting
teori-teori pembelajaran konstruktivis pembelajaran konstruktivis mementingkan
(Jonassen, 1991;1994; Ernest,1995; kandungan atau tugasan yang dapat mewakili
Honebein, 1996): kompleksiti dunia sebenar melalui strategi
1. Fokus kepada pembinaan pengetahuan, pembelajaran berasaskan masalah, kes atau
bukan penghasilan semula pengetahuan projek. Penekanan juga diberikan kepada
2. Proses pembinaan pengetahuan berlaku usaha-usaha menggalakkan pelajar membuat
dalam konteks individu dan juga melalui analisis kendiri dan proses refleksi
perbincangan sosial dan aktiviti metakognitif yang sangat berguna dalam
kolaborasi. membantu pelajar belajar tentang bagaimana
3. Peranan guru sebagai pembimbing, mereka belajar.
memantau, juru latih, tutor dan Pendekatan berasaskan teknologi
fasilitator. sebenarnya boleh menyediakan banyak
4. Aktiviti, peluang, alat dan persekitaran peluang yang menyokong prinsip
pembelajaran disediakan untuk pembelajaran konstruktivis khususnya
menggalakkan metakognisi dan analisis melalui reka bentuk pengajaran berpusatkan
kendiri sumber dan berpusatkan tugasan dengan
5. Situasi pembelajaran, persekitaran, syarat ia dapat menyediakan pembelajaran
kemahiran, kandungan dan tugasan yang berkaitan dengan konteks dan amalan.
adalah relevan, realistic, autentik, dan Dalam konteks persekitaran pembelajaran
mewakili kompleksiti dunia sebenar atas talian, terdapat beberapa bentuk tugasan
6. Sediakan ‘real-world, case-based yang diberikan kepada pelajar dalam mod ini
learning environments’ antaranya ialah soalan-soalan yang berbentuk
7. Sediakan pengalaman atau penghargaan penyelesaian masalah yang memerlukan
untuk perspektif yang berbagai (multiple penggunaan bahan yang disampaikan secara
perspective) online. Dari perspektif teori kognitif, dalam
8. Kepercayaan, sikap dan proses situasi tersebut aktiviti pembinaan makna
pembinaan pengetahuan yang lepas banyak tertumpu kepada aktiviti
dipertimbangkan dalam proses pemprosesan maklumat yang dilakukan ke
pembinaan pengetahuan. atas bahan yang diperolehi tersebut. Ia lebih
kepada konstruktivisma kognitif di mana
individu diberikan persoalan yang

634
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

mewujudkan ketidakseimbangan dalam membantu proses pembinaan makna daripada


struktur kognitifnya yang mendorong pelajar fasa-fasa perbincangan yang berlangsung.
mencari maklumat daripada bahan yang Pada masa yang sama, guru juga perlu
diperolehi secara online tadi bagi mengenal pasti bagaimana proses penilaian
mewujudkan keseimbangan dalam struktur dapat dijadikan alat untuk meransang proses
kognitifnya. pembinaan makna di kalangan pelajar.
Paradigma konstruktivisma sosial Knowlton(2006) mencadangkan beberapa
pula menggalakkan proses perkongsian model pengajaran yang boleh dijadikan
pembinaan pengetahuan melalui proses panduan oleh guru dalam mereka bentuk
kolaborasi. Antara reka bentuk pengajaran pengajaran dalam persekitaran atas talian.
yang memberi peluang proses kolaborasi Kajian oleh Ortegano-Layne & Gunawardena
ialah pembelajaran berasaskan masalah, (2004) pula menunjukkan peta konsep boleh
pembelajaran berasaskan kes, pembelajaran dijadikan alat yang efektif untuk mensintesis
berasaskan projek dan pembelajaran pembinaan makna ke atas kandungan
berasaskan inkuiri. Reka bentuk perbincangan secara atas talian. Peta konsep
pembelajaran berasaskan masalah melibatkan boleh digunakan untuk mensintesis idea,
masalah yang kompleks dalam konteks menyusun sumber yang diperolehi daripada
sebenar manakala dalam rekabentuk ahli kumpulan semasa perbincangan atas
pembelajaran berasaskan kes, pelajar secara talian berjalan dan untuk
berkumpulan atau individu cuba mengkomunikasikan idea mereka semasa
menyelesaikan kes yang diberikan. perbincangan.
Gabungan dengan mod pembelajaran atas Proses perbincangan secara atas talian
talian menggunakan kaedah perbincangan yang dijalankan memberi peluang pelajar
atau forum secara online sebenarnya boleh mengemukakan idea dan menyemak semula
dimanfaatkan jika diorganisasi secara efektif idea mereka dan idea rakan-rakan mereka. Ini
bagi membolehkan pelajar benar-benar dapat menggalakkan proses membina dan
terlibat dalam proses pembinaan makna membina semula makna di kalangan pelajar.
tersebut. Dalam setting ini, pelajar belajar melalui
proses membina dan menguji atau menyemak
MODEL PENGAJARAN ATAS TALIAN apa yang dibinanya melalui sesi
YANG MENYOKONG PROSES perbincangan dengan orang lain. Berdasarkan
PEMBINAAN MAKNA DI KALANGAN prinsip pembelajaran konstruktivisma
PELAJAR kognitif dan konstruktivisma sosial, satu
model umum boleh dibina bagi menyokong
Berdasarkan perbincangan mengenai teori
proses tersebut. Model pengajaran ini
dan setting pembelajaran konstruktivisma,
menggunakan beberapa fasa yang memberi
jelaslah bahawa pembinaan makna dalam
peluang pelajar membina dan membina
konteks individu boleh disokong melalui
semula makna yang dibina. Model yang
proses kolaborasi bagi menggalakkan proses
dicadangkan ini boleh diringkaskan seperti
pembinaan semula pengetahuan. Kertas ini
berikut:
akan membincangkan secara khusus
bagaimana pembinaan makna dapat
distrukturkan dalam reka bentuk pengajaran
yang menggabungkan pengajaran bersemuka
Fasa 1: Peringkat pra-pembinaan
dengan pengajaran atas talian melalui
Fasa 2: Peringkat ketidakseimbangan kognitif
perbincangan atas talian. Perbincangan akan
dan pemikiran aras tinggi
menumpukan kepada bagaimana
Fasa 3: Peringkat pembinaan semula
penstrukturan dapat dilakukan untuk
(reconstruction)
membantu proses pembinaan makna dalam
Fasa 4: Peringkat refleksi kendiri
fasa-fasa perbincangan yang berlangsung.
Untuk menjadikan perbincangan
Aspek utama yang digunakan dalam
secara atas talian berguna kepada pelajar,
reka bentuk pengajaran tersebut ialah
guru perlu memastikan reka bentuk
penggunaan soalan-soalan atau tugasan
pengajaran yang dapat menstrukturkan dan
sebagai asas untuk menggalakkan

635
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

pembelajaran aktif di kalangan pelajar. iv. Pelajar menulis analisis kendiri tentang
Aspek kedua ialah melibatkan proses peranan yang dimainkannya dalam
negosiasi sosial yang membantu pelajar perbincangan yang dijalankan
membina makna melalui interaksinya dengan Secara am, pelajar sebenarnya belajar
rakan sebaya ketika proses menyelesaikan melalui proses memberi dan menerima di
tugasan yang diberikan berlangsung. Dalam kalangan mereka. Dalam fasa pertama iaitu
fasa pra-pembinaan, pelajar membina makna semasa mereka menulis jawapan secara
secara individu ke atas tugasan yang individu ke atas tugasan yang diberikan,
diberikan. Kemudian diikuti dengan proses mereka belajar memahami tugasan tersebut
berkongsi dan membandingkan makna yang dari perspektifnya sendiri dan pada masa
dibinanya dengan maklum balas yang yang sama mereka belajar menuliskan apa
diperoleh daripada orang lain melalui yang mereka fahami.
perbincangan atas talian. Di peringkat ini, Dalam fasa kedua pula, respon yang
pelajar akan mengalami keadaan mereka peroleh daripada rakan sebaya
ketidakseimbangan dalam struktur kognitif mengenai kefahaman mereka akan memberi
mereka apabila memperoleh maklum balas peluang ia menilai kembali apa yang
yang berbeza daripada makna yang dibinanya difahaminya. Pada masa yang sama usaha
di peringkat awal. Proses perbincangan yang dijalankannya untuk memahami
tersebut juga akan menjadi platform perspektif orang lain terhadap tugasan yang
negosiasi tentang makna dan meransang sama juga membantu ia menilai kembali apa
proses pembinaan semula makna bersama yang difahaminya. Apabila pelajar berkongsi
melalui proses penyemakan dan pengujian ke idea atau pandangan dalam sesuatu
atas makna yang dibina bersama. Peringkat perbincangan, mereka mendapat maklum
terakhir ialah proses refleksi kendiri balas tentang idea mereka. Maklum balas
menggunakan soalan-soalan refleksi tersebut akan menimbulkan keadaan
metakognitif yang meminta mereka ketidakseimbangan dalam struktur kognitif
memikirkan semula langkah-langkah yang mereka mengenai tugasan yang dipelajari
dijalankan semasa belajar melalui kerana ia mungkin berbeza dengan
perbincangan atas talian. Proses ini dapat kefahamannya. Keadaan tersebut akan
membantu pelajar membina kemahiran mendorong ia menilai kembali idea asal
belajar iaitu belajar bagaimana mereka mereka dengan membandingkan dengan idea
belajar supaya ia dapat dipindahkan dalam daripada rakan-rakan mereka.
aktiviti perbincangan atas talian mereka di Interaksi pelajar dengan pelbagai
masa hadapan. pandangan rakan yang berbeza dengan
Fasa-fasa pembelajaran ini boleh pandangan mereka sendiri akan membawa
digunakan dalam model-model pembelajaran kepada aras pemikiran yang tinggi. Dari segi
yang menggunakan kaedah forum atau perkembangan pemikiran, kita akan
perbincangan atas talian dan boleh cenderung berpegang kepada pemikiran kita
diaplikasikan dalam kaedah pembelajaran sendiri sehingga kita dicabar melalui
berasaskan masalah/kes atau projek mahupun interaksi kita dengan orang lain yang
pembelajaran inkuiri atau penemuan. Secara mempunyai maklumat lain atau mempunyai
khusus, berdasarkan Model analisis kendiri cara yang berbeza dalam mentafsir
yang dicadangkan oleh Knowlton(2006) maklumat. Proses pertembungan ini akan
misalnya fasa-fasa tersebut boleh dijelaskan membawa pelajar berfikir ke arah aras
dalam bentuk langkah-langkah berikut:- pemikiran dan sintesis yang lebih tinggi yang
i. Pelajar menyediakan jawapan kepada dilakukan dalam fasa yang ketiga.
tugasan yang diberikan secara individu Dalam fasa ketiga, pelajar diminta
dan diposkan ke dalam membuat rumusan berdasarkan kandungan
forum/perbincangan atas talian hasil perbincangan. Dari segi taksonomi
ii. Pelajar memberi respon kepada satu Bloom, pelajar bergerak ke arah peringkat
sama lain sebagai satu cara untuk pemikiran tinggi melibatkan penilaian ke
meluaskan kefahaman atas respon-respon dan idea yang diterima
iii. Pelajar membuat rumusan berdasarkan dalam proses perbincangan secara online.
kandungan perbincangan Pada masa yang sama pelajar cuba

636
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

mengaitkan maklumat baru tersebut dengan Dalam proses tersebut, pelajar


pengetahuan atau makna yang telah sebenarnya menyediakan pangkalan data
dibinanya sebelum itu. Fasa ini merupakan tentang sumbangannya dan secara tidak
fasa yang penting di mana pelajar membina langsung dalam proses menyusun semula
makna mereka tentang isu yang dipelajari. pengetahuan yang dibinanya pelajar
Peta konsep boleh digunakan dalam proses sebenarnya melakukan aktiviti metakognitif
membina dan membina semula makna bagi iaitu memikirkan tentang proses pemikiran
mengintegrasi pengetahuan dan akhirnya mereka. Aktiviti ini sangat penting dalam
membuat sintesis ke atas makna yang dibina proses pelajar belajar bagaimana caranya ia
dalam bentuk kumulatif bermula dari fasa mengetahui sesuatu atau belajar bagaimana ia
pertama lagi. Jika peta konsep hendak belajar.
digunakan, pelajar perlulah diajar terlebih
dahulu bagaimana membina dan PENUTUP
menggunakan peta konsep dalam proses
Tidak dinafikan bahawa persekitaran
tersebut.
pembelajaran atas talian mempunyai potensi
Fasa keempat dalam model
untuk meningkatkan proses dan hasil
pembelajaran tersebut merujuk kepada proses
pembelajaran pelajar. Bagaimana pun reka
pembelajaran meta. Fasa ini memberi
bentuk yang sesuai perlukan
peluang pelajar mengenal pasti aspek-aspek
dipertimbangkan dengan mengambil kira
‘bagaimana mereka belajar’. Misalnya
sejauh mana reka bentuk yang dipilih dapat
apabila mereka diminta membuat refleksi
menyokong proses pembinaan makna di
kendiri tentang apakah sumbangan mereka
kalangan pelajar. Kertas ini telah
dalam proses perbincangan secara atas talian
membincangkan tentang reka bentuk
tadi dan impak sumbangan mereka
pengajaran berasaskan paradigma
berdasarkan respon pelajar lain serta
konstruktivisma yang boleh dijadikan
langkah-langkah bagaimana mereka
panduan dalam merancang pengajaran
membuat sintesis hasil perbincangan
menggunakan mod pembelajaran atas talian.
tersebut, pelajar tersebut sebenarnya telah
belajar bagaimana membina pengetahuan
RUJUKAN
daripada proses tersebut. Dengan lain
perkataan, melalui aktiviti metakognitif ini,
Buedding,H. & Schroer, F. 2009. Knowledge
ia telah belajar bagaimana ia belajar yang
to go: using mobile technologies for
akan menjadikannya lebih efektif dalam
mobile learning inside and outside
pembelajaran berbentuk perbincangan pada
university and school. International
masa akan datang.
Journal of Mobile Learning and
Satu lagi perkara yang perlu diberi
Organisation. Vol. 3, No.1 pp. 1 - 14
penekanan dalam model ini ialah peluang
Dan, C. (2006). Onlline. Chronicle of Higher
penilaian kendiri secara formal yang harus
Education. 52(20).
diberikan kepada pelajar. Pada peringkat
Ernest, P. (1995). The one and the many. In
awal, mereka perlu distrukturkan supaya
L. Steffe & J. Gale (Eds.).
mengamalkan aktiviti menilai sumbangan
Constructivism in education (pp.459-
mereka dalam perbincangan secara online
486). New Jersey: Lawrence Erlbaum
tadi berdasarkan kriteria yang disediakan
Associates,Inc.
oleh guru misalnya dengan menggunakan
Honebein, P. (1996). Seven goals for the
senarai semak. Pelajar perlu digalakkan cuba
design of Constructivist learning
memberi tumpuan kepada kriteria penilian
environments. In B. Wilson,
yang disediakan dan sejauh mana
Constructivist learning environments,
penglibatannya dalam perbincangan tersebut
pp. 17-24. New Jersey: Educational
memenuhi kriteria yang ditetapkan. Selain itu
Technology Publications.
pelajar juga boleh diminta melaporkan sejauh
Jonassen, D. (1991, September). Evaluating
mana mereka telah memenuhi kriteria yang
Constructivist Learning. Educational
ditetapkan dengan menunjukkan bukti-bukti
Technology, 36(9), 28-33.
yang menyokongnya.

637
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

Jonassen, D. (1994). Thinking technology. Methodology, Technology. Proceeding


Educational Technology, 34(4), 34-37. of the first Int. Conference on Concept
Oliver, R. (2001). Developing e-learning Mapping. Pampiona, Spain.
environments that support knowledge Sun, L., Williams., S., & Liu, K. . (2006).
construction in higher education. Knowledge Construction in e-
Dalam S. Stoney, & J. Burn (Eds). Learning: Designing an e-learning
Working for excellence in the e- environment. http://www.rdg.oc.uk/
conomy. Churchlands: Australia. Hal. Knowlton, D. S. (2006). Promoting Durable
407-416. Knowledge Construction through
Ortegano-Layne, L. & Gunawardena, C.N. Online Discussion.
(2004). Synthesizing Social http://www.mtsu.edu/~itconf/proceed0
Construction of knowledge in Online 1/11.html
conference using concept map. Dalam
Cafias, A.J., Novak, J.D. & Gonzalez,
F.M. (Eds). Concept Map: Theory,

638
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

EFFORTS TO IMPROVE STUDENT LEARNING OUTCOMES ALGEBRA


CLASS VII-7 SMP NEGERI 255 JAKARTA
INTERNATIONAL STANDARD SCHOOL STUBS (RSBI)
WITH MEDIA LEARNING COMPUTER SOFTWARE

Oleh:
Adhika Wahyu Nur Hidayat
tugas_mr_dika@yahoo.com
Anton Noornia
antonnoornia@yahoo.com
Tri Murdiyanto
trimurdiyanto@yahoo.com

ABSTRACT

Selected computer software to assist students in learning algebra because it is


stipulated that schools must have an international standard of excellence in the field of
information, computer and technology (ICT), particularly in learning in the classroom. In
addition, the use of instructional media computer software is expected to help the students
readiness to face life in the future. Today computers have a lot of influence and widely
used in life. From the observations obtained low student learning outcomes when learning
using computer software instructional media on the subject of Algebra. The research aims
to find alternative ways of learning instructional media use computer software to enhance
students' mathematics learning outcomes.
The research was conducted in class VII-7 SMP Negeri 255 Jakarta International
Standard School Stubs (RSBI) using a qualitative approach with classroom action
research (classroom action research). The research began with the observation of
teaching in the classroom followed classroom action research consisting of three cycles.
Each cycle consists of three stages, namely the planning phase, implementation phase of
action, observation, and analysis and reflection. The process of data validation is done by
triangulation techniques. Data analysis was done by collecting and reducing the overall
data obtained during the study.
Data obtained in the form of sentences and the activities of students turned into
meaningful sentences and scientific. Based on the research, found that the average result
of learning mathematics class VII-7 SMP Negeri 255 Jakarta RSBI an increase of cycle I
and cycle II of 61.875 at 72.84 and 84.08 cycle III. The research stated that learning
mathematics using computer software learning media can improve learning outcomes of
class VII-7 SMP Negeri 255 Jakarta RSBI especially on the subject of Algebra. In addition,
the learning strategies that utilize instructional media computer software in the classroom
is the way students learn independently using a computer with a supported software
worksheets and teachers act as facilitators.

Keywords: Computer Software, Classroom Action Research, The Results of Learning.

*) Universitas Negeri Jakarta

PENDAHULUAN

Ilmu pengetahuan akan selalu merupakan dasar ilmu pengetahuan


berkembang dari masa ke masa, begitu artinya bahwa segala ilmu pengetahuan
pula matematika yang merupakan bagian tak terlepas dari matematika, sehingga
dari ilmu pengetahuan. Matematika diperlukan cara-cara maupun metode

217
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

terbaik agar matematika dapat dipelajari membawa laptop ke sekolah, sehingga


dengan mudah dan menyenangkan. Di memungkinkan terjadinya pembelajaran
samping itu, harus disesuaikan dengan menggunakan media software komputer.
kebutuhan hidup masa kini yang semakin Adapun dari segi kesiapan guru adalah
maju dalam hal ilmu pengetahuan dan semua guru mata pelajaran matematika
teknologi. sudah tidak begitu asing dengan
Bruner menyatakan bahwa ”siswa komputer. Proses pembelajaran di kelas
dalam belajar konsep matematika melalui sudah banyak yang menggunakan media
3 tahap yaitu tahap enaktif, ikonik dan pembelajaran yang berbantuan komputer.
simbolik. Tahap enaktif yaitu tahap belajar Selain itu, setiap sekolah berstandar
memanipulasi benda atau obyek kongkrit, internasional telah diharuskan pemerintah
tahap ikonik yaitu tahap belajar dengan agar mempunyai satu keunggulan
menggunakan gambar, dan tahap simbolik diantaranya dalam bidang information and
yaitu tahap belajar matematika merupakan computed based.
proses membangun konstruksi konsep- Media pembelajaran yang diterapkan
konsep dan prinsip-prinsip, tidak sekedar guru merupakan salah satu faktor penting
pembelajaran yang terkesan pasif dan yang mempengaruhi kualitas
statis, namun belajar itu harus aktif dan pembelajaran, termasuk pembelajaran
dinamis”. 1 Pembelajaran matematika matematika. Media pembelajaran yang
dapat dipermudah dengan bantuan media beraneka macam, hanya dapat
pembelajaran, salah satunya adalah bermanfaat jika mengetahui kapan dan
dengan menggunakan software komputer. bagaimana menggunakannya atau dengan
Software komputer yang mulai kata lain mengetahui strategi
ditemukan beberapa tahun silam, saat ini penggunaannya. Hal inilah yang menjadi
telah berkembang pesat dan sering modal dasar pada penggunaan media
digunakan pada banyak aspek kehidupan software komputer.
khususnya pendidikan. Sejalan dengan Pada saat observasi awal, diketahui
perkembangan tersebut, dalam dunia guru telah melakukan pembelajaran yang
pendidikan, pemerintah telah berbasis komputer. Proses pembelajaran
mencanangkan program pelatihan tersebut dengan menampilkan software
komputer bagi sejuta guru. Melalui komputer pada dinding atau layar LCD dan
program ini di harapkan guru dapat diselingi dengan penjelasan guru. Siswa
terbiasa menggunakan media duduk dalam kelompok yang anggotanya
pembelajaran komputer dalam berjumlah lima orang. Posisi duduk dibuat
pembelajaran di kelas. melingkar pada pinggir kelas agar semua
Usaha untuk peningkatan siswa dapat fokus pada tampilan software
kemampuan penggunaan komputer untuk komputer. Setelah menjelaskan materi,
pembelajaran di sekolah sudah terlihat di guru memberikan latihan soal pada setiap
SMP Negeri 255, Jakarta Timur. kelompok.
Berdasarkan hasil observasi awal, Saat observasi awal, ditemukan
diketahui sudah lama sekolah ini beberapa masalah dalam pembelajaran
menggunakan media pembelajaran yaitu:
komputer. Penggunaan media komputer 1. Hasil belajar matematika siswa di
dilakukan mengingat bahwa SMP Negeri bawah KKM khususnya nilai rata-rata
255 merupakan salah satu rintisan sekolah kelas VII-7 pada ulangan harian bab I yaitu
berstandar internasional (RSBI). Sekolah Integers and fractions adalah 55,52.
ini telah memiliki ruang belajar yang 2. Sebagian besar siswa pada masing-
representatif. Hal tersebut dapat diketahui masing kelompok terlihat tidak mengikuti
dari tersedianya sebuah Liquid Crystal proses pembelajaran. Siswa terlihat sering
Display (LCD) pada masing-masing bercanda dan mengobrol. Sehingga,
kelasnya. Para guru dan siswa diharuskan membuat kelas menjadi tidak kondusif.
3. Hanya beberapa kelompok siswa yang
1
Suherman, Erman. 2003. Strategi pembelajaran terlihat lebih aktif saat mengerjakan
matematika kontemporer, FMIPA UPI. p.44 latihan.

218
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

4. Siswa terlihat tidak memperhatikan bisa diperoleh, maka diperlukan penelitian


penjelasan guru pada saat pemberian untuk mengukur indikator-indikator berikut:
materi. 1. Apakah pembelajaran matematika
dengan software komputer dapat
meningkatkan hasil belajar siswa pada
pokok bahasan Aljabar?
2. Bagaimana strategi pembelajaran
dengan memanfaatkan media software
komputer di kelas agar hasil belajar siswa
dapat meningkat pada pokok bahasan
Aljabar?
Secara umum, tujuan penelitian ini
adalah memberikan alternatif penerapan
Gambar 1. Proses pembelajaran saat observasi awal. model pembelajaran matematika bagi
siswa pada pokok bahasan aljabar. Secara
Terkait dengan masalah di atas, guru khusus, penelitian ini bertujuan untuk
perlu melakukan upaya perbaikan proses meningkatkan hasil belajar aljabar siswa
pembelajaran di kelas agar dapat berjalan kelas VII-7 SMP Negeri 255 Jakarta RSBI
efektif dan efisien. Antara lain dengan dengan media pembelajaran software
menerapkan cara terbaik dalam komputer.
memanfaatkan media pembelajaran Penelitian ini dibuat agar
software komputer. memberikan manfaat bagi sekolah,
Begitu banyak media pembelajaran khususnya SMP Negeri 255 Jakarta, hasil
software komputer yang telah dibuat, baik penelitian ini akan memberikan
oleh lembaga pendidikan maupun instansi sumbangan positif dalam rangka
swasta, baik didapat dengan cara membeli perbaikan dan peningkatan mutu
maupun yang didapat secara gratis pendidikan khususnya dalam
bahkan banyak pula penelitian-penelitian pembelajaran matematika. Bagi pembaca,
yang bertujuan membuat atau khususnya mahasiswa, penelitian ini
mengembangkan software komputer. diharapkan dapat dijadikan suatu kajian
Software komputer yang digunakan pada yang dapat ditelusuri dan dikaji lebih teliti
penelitian ini adalah software komputer dan mendalam.
tidak interaktif pemberian Direktorat
Jenderal pembinaan SMP dan interaktif METODE PENELITIAN
buatan perakit software komputer swasta. Penelitian ini menggunakan metode
Semua software komputer yang digunakan kualitatif dan jenis penelitian ini adalah
menggunakan dasar animasi Macromedia penelitian tindakan kelas yang lebih
Flash®. dikenal classroom action research. Kurt
Penggunaan media software Lewin mengungkapkan empat komponen
komputer pada proses pembelajaran di yang merupakan langkah penelitian
kelas diharapkan dapat meningkatkan tindakan, yaitu Perencanaan (planning),
hasil belajar matematika siswa. Tindakan (acting), Pengamatan
Penggunaan media software komputer (observing), dan Refleksi (reflecting) 2
diharapkan dapat membantu kesiapan Penelitian ini dilakukan di kelas VII-7
siswa menghadapi kehidupan di masa SMP Negeri 255 Jakarta yang menjadi
mendatang. Dimana komputer telah salah satu rintisan sekolah berstandar
banyak mempengaruhi dan banyak internasional. Lokasinya berada tepat di
dimanfaatkan dalam kehidupan. depan Gedung Senam Jakarta Timur.
Fokus penelitian ditekankan pada Penelitian ini dilakukan pada semester
upaya untuk meningkatkan hasil belajar
aljabar siswa kelas VII-7 SMP Negeri 255
Jakarta RSBI terhadap pembelajaran 2
Suharsimi Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian
matematika dengan media pembelajaran Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. h.
software komputer. Agar fokus penelitian 92.

219
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

ganjil tahun ajaran 2010 – 2011 yaitu pada diperoleh selama penelitian adalah benar
bulan September – Nopember 2010. dan valid dengan menggunakan sistem
Jenis data yang dikumpulkan dalam triangulasi. Sistem triangulasi adalah suatu
penelitian ini adalah: kegiatan yang menerangkan serta
a. Data kuantitatif: menyimpulkan data dari tiga pihak yang
− Data awal hasil belajar siswa memiliki perbedaan pendapat untuk
diperoleh dari tes awal siswa. mendapatkan informasi yang sama. Data
− Data hasil belajar siswa yang dari ketiga pihak tersebut terdiri dari guru
diperoleh melalui pemberian tes kelas berdasarkan wawancara dan diskusi
setiap akhir siklus. tentang hal-hal selama proses
b. Data kualitatif: pembelajaran. Kedua data dari seorang
− Data hasil observasi aktivitas observer berdasarkan catatan lapangan
pembelajaran di kelas diperoleh dari dan kegiatan siswa selama proses
catatan lapangan, dan dokumentasi pembelajaran. Ketiga data dari peneliti
menggunakan kamera digital. berdasarkan kondisi kenyataan yang ada
− Data hasil wawancara dengan siswa di kelas. Peneliti berfungsi sebagai
dan guru direkam menggunakan pemeriksa kebenaran hasil data yang
recorder. didapat dari guru kelas, observer dan
Sumber data pada penelitian ini adalah peneliti. Fungsi utama sistem triangulasi
seluruh siswa kelas VII-7 SMP Negeri 255 untuk meningkatkan ketajaman hasil
RSBI Jakarta yang berjumlah 25 orang pengamatan melalui berbagai cara dalam
namun, ada delapan siswa yang akan pengumpulan data.
diamati secara khusus. Subjek penelitian Tahapan menganalisis data dimulai
ini adalah delapan siswa kelas VII-7 SMP dengan membaca keseluruhan data yang
Negeri 255 yang memiliki kemampuan ada, kemudian mengadakan reduksi data.
matematika berbeda. Setelah data direduksi, kemudian
Instrumen yang akan digunakan menyusunnya dalam satuan-satuan dan
dalam penelitian ini adalah lembar tes mengkategorikannya. Data yang diperoleh
awal siswa, Peneliti dan Observer, lembar berupa kalimat-kalimat dan aktivitas-
tes hasil belajar siswa pada setiap aktivitas siswa diubah menjadi kalimat
siklus,lembar observasi lapangan. yang bermakna dan ilmiah.
Pedoman wawancara Berikut adalah gambar desain penelitian :
Teknik pengumpulan data yang
dilakukan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Data tes awal siswa diperoleh dari hasil
ulangan harian sebelumnya.
2. Data hasil belajar siswa diperoleh
dengan memberikan tes kepada siswa
pada setiap akhir siklus yaitu berupa
kuis.
3. Data tentang aktivitas pembelajaran
diambil dengan cara observasi
menggunakan catatan lapangan yang
dibuat pada setiap pertemuan. Gambar 2. Gambar desain penelitian.
4. Wawancara kepada siswa direkam
menggunakan MP3 dilakukan pada HASIL PENELITIAN
setiap akhir siklus. Kegiatan penelitian yang telah
5. Data hasil pengamatan selama dilaksanakan dengan pemberian tindakan
pembelajaran berlangsung diperoleh yang relatif hampir sama dari tiap
dari rekaman atau foto dokumentasi siklusnya. Tindakan pada setiap siklus
siswa diambil pada setiap siklus. merupakan suatu upaya memperbaiki
Pengecekan keabsahan data dilakukan proses pembelajaran guna meningkatkan
untuk memeriksa bahwa data yang hasil belajar matematika siswa kelas VII–7

220
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

SMP Negeri 255. Selama kegiatan 90


80
berlangsung, penelitian ini telah
70
mendapatkan hasil yang dianggap dapat
60

Nilai Tes
mempengaruhi penelitian atau sebagai 50
akibat dari penelitian, antara lain: 40
1. Pembelajaran dengan menggunakan 30
S ik lu s I
S ik lu s II
media pembelajaran software 20
S ik lu s III
komputer dapat meningkatkan hasil 10
0
belajar matematika siswa pada
SP SP SP SP SP SP SP SP
pokok bahasan Aljabar.
Penggunaan media pembelajaran 1 2 3 4 5 6 7 8
software komputer dapat meningkatkan S ik lu s I 80 83 65 60 50 50 48 35
hasil belajar matematika siswa. Nilai rata-
S ik lu s II 85 85 78 60 60 68 68 60
rata hasil belajar matematika siswa pada
siklus I sebesar 61,88 kemudian S ik lu s III 9 1 9 0 8 5 8 0 9 0 8 0 8 0 8 0
meningkat pada siklus II menjadi 72,84 S u b je k P e n e litia n
dan kemudian pada siklus III menjadi
84,08. Telah terjadi peningkatan selisih Gambar 4. Peningkatan Hasil Belajar Subjek
rerata nilai antara siklus II dan siklus I Penelitian.
sebesar 10,96 (17,71 %). Peningkatan
selisih nilai rata-rata hasil belajar siswa Nilai rerata hasil belajar matematika
antara siklus III dan siklus II adalah siswa selama proses siklus I hingga siklus
sebesar 11,24 (15,43 %). Kemudian terjadi III mengalami peningkatan. Terjadi pula
peningkatan selisih rata-rata nilai antara peningkatan hasil belajar para subjek
siklus III dan siklus I sebesar 22,2 (35,88 penelitian secara signifikan. Hal tersebut
%). Hal tersebut terlihat pada gambar 3. Ini menunjukkan bahwa pembelajaran
berarti bahwa hasil belajar matematika dengan menggunakan media software
siswa untuk setiap siklus antara tes akhir komputer dapat meningkatkan hasil belajar
siklus I hingga siklus III meningkat secara siswa.
siginifikan.
2. Strategi pembelajaran dengan
100
72,84 84,08 memanfaatkan media pembelajaran
80 software komputer di kelas adalah
61,88
60 siswa belajar mandiri menggunakan
software komputer dengan ditunjang
40 worksheet dan guru berperan
20 sebagai fasilitator.
Pelaksanaan pembelajaran dengan
0 media pembelajaran software komputer
Siklus I Siklus II Siklus III
setiap siklusnya mengalami perbaikan
Gambar 3. Nilai rerata Hasil Belajar Seluruh dengan tujuan mendapatkan hasil belajar
Siswa.
siswa yang terbaik. Berdasarkan siklus I
yang telah dilakukan, terdapat beberapa
Peningkatan secara signifikan
kekurangan pada proses pembelajaran
tersebut dapat terlihat lebih jelas
menggunakan software komputer, yaitu:
berdasarkan nilai yang diperoleh subjek
(a) software komputer yang digunakan
penelitian setiap siklusnya pada gambar 4.
adalah yang berjenis software tidak
Berdasarkan gambar 4, para subjek
interaktif.
penelitian mengalami peningkatan hasil
(b) Siswa lebih terfokus pada buku dan
belajar bila dibandingkan antara hasil
latihan soalnya.
belajar siklus I sampai dengan siklus III.
(c) Sebagian besar siswa tidak
berpartisipasi mengerjakan dan
berdiskusi dengan anggota
kelompoknya.

221
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

(d) Suasana kelas menjadi ramai karena


siswa yang tidak berdiskusi dan hanya
mengobrol.
(e) Rangkuman yang dikerjakan dalam
kelompok terkesan tidak serius siswa
mengerjakannya.
(f) Guru masih menjelaskan materi yang
ada.
Gambar 7. Siswa belajar mandiri dengan
software komputer.
Dari ketiga siklus yang telah
dilaksanakan, pada siklus III terlihat lebih
baik dalam penerapan pembelajaran
dengan menggunakan media software
komputer. Dapat disimpulkan langkah-
langkah yang dapat dilakukan di kelas
Gambar 5. Siswa mengerjakan latihan soal. agar hasil belajar matematika dengan
menggunakan software komputer lebih
Berdasarkan kekurangan tersebut,
maksimal sebagai berikut:
maka pada proses pembelajaran saat
a. Menyiapkan bahan ajar, dan software
siklus II perlu dilakukan perbaikan-
komputer yang akan digunakan.
perbaikan antara lain :
b. Mengkondisikan kelas.
(a) software yang digunakan adalah
c. Belajar secara individu.
software komputer yang interaktif.
d. Adanya worksheet untuk setiap siswa.
(b) Masing-masing siswa diberikan
e. Menginformasikan bagian-bagian
worksheet untuk dikerjakan dalam
software komputer yang diobservasi.
kelompoknya.
f. Beri kesempatan siswa berdiskusi
dengan siswa lain maupun guru.
g. Beri kesempatan siswa untuk
menjelaskan langkah pengerjaan soal
dalam worksheet.
h. Beri kesempatan siswa berpendapat
atau bertanya.
i. Beri kesempatan siswa membuat
rangkuman materi.
Gambar 6. Guru membimbing siswa j. Tes
menemukan jawaban soal. Berdasrkan hasil penelitian, terdapat
beberapa hal yang harus diperhatikan
Selama siklus II ternyata suasana
untuk melaksanakan pembelajaran
kelas lebih kondusif dan siswa telah
dengan menggunakan software komputer,
meningkat hasil belajarnya, namun masih
yaitu sebagai berikut:
ada beberapa orang siswa yang
a. Worksheet yang diberikan akan lebih
mengobrol dan menyerahkan tugas
baik jika berhubungan dengan software
kelompoknya pada siswa lain. Disamping
komputer yang digunakan.
itu, masing-masing siswa telah mempunyai
b. Pengelompokkan tidak perlu dilakukan
laptop untuk digunakan selama
dikarenakan siswa harus
pembelajaran di sekolah. Berdasarkan hal
mengobservasi software komputer
tersebut maka perlu ada perbaikan-
sendiri.
perbaikan antara lain :
c. Setiap siswa harus menerima
(a) Pemberian soal pada worksheet yang
worksheet.
lebih diperbanyak.
d. Guru harus sering berkeliling kelas
(b) Tidak perlu dilaksanakannya diskusi
untuk memperhatikan siswa yang
kelompok.
masih belum paham dalam

222
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

mengobservasi software komputer dan mengajar. Dari sisi guru tindak mengajar
worksheet yang diberikan. diakhiri dengan evaluasi hasil belajar,
e. Bentuk soal latihan haruslah dalam sedangkan dari sisi siswa hasil belajar
bentuk essay dan akan lebih baik merupakan puncak proses belajar”. 5
apabila dalam bentuk pemecahan Sehingga, peningkatan hasil belajar dapat
masalah, agar daya intelektual siswa terjadi setelah guru melakukan tindak
digunakan secara maksimal. mengajar. Tindak mengajar yang
dilakukan guru tidak terlepas dari sarana
PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN dan prasarana belajar serta strategi yang
diterapkan dalam proses pembelajaran.
Berdasarkan paparan data serta Sarana dan prasarana belajar yang
hasil-hasil penelitian, maka dilakukan digunakan adalah software komputer.
pembahasan hasil penelitian. Sedangkan strategi atau cara
Pembahasan dilakukan untuk memperoleh pembelajaran yang dilakukan guru adalah
informasi hasil penelitian yang dengan memberikan worksheet sebagai
sesungguhnya. Pembahasan hasil penunjang software komputer dalam
penelitian akan diuraikan sebagai berikut : pembelajaran dan guru berfungsi sebagai
1. Pembelajaran dengan menggunakan fasilitator. Berdasarkan hal tersebut di atas
media pembelajaran software dapat disimpulkan bahwa penerapan
komputer dapat meningkatkan hasil pembelajaran matematika dengan media
belajar matematika siswa pada pembelajaran software komputer sangat
pokok bahasan Aljabar. berpengaruh dalam meningkatkan hasil
Menurut Muhibbin, “Ada beberapa belajar matematika siswa.
faktor yang dapat mempengaruhi belajar
siswa secara umum, yakni faktor internal, 2. Strategi pembelajaran dengan
faktor eksternal, dan faktor pendekatan memanfaatkan media pembelajaran
belajar”. 3 Faktor internal berasal dari software komputer di kelas adalah
dalam diri siswa sendiri, antara lain tingkat siswa belajar mandiri menggunakan
kecerdasan, sikap, minat, bakat, dan software komputer dengan ditunjang
motivasi siswa. Sedangkan faktor worksheet dan guru berperan sebagai
eksternal berasal dari luar diri siswa yang fasilitator.
meliputi guru, teman-teman sekelas, Pelaksanaan pembelajaran dengan
masyarakat, tetangga, dan waktu belajar media pembelajaran software komputer
serta sarana dan prasarana belajar. Faktor setiap siklusnya mengalami perbaikan
terakhir yang mempengaruhi belajar siswa dengan tujuan mendapatkan hasil belajar
adalah pendekatan belajar dan strategi siswa yang terbaik. Berdasarkan siklus I
(kiat melaksanakan pendekatan) serta yang telah dilakukan terdapat kekurangan
metode belajar termasuk faktor-faktor yang pada penggunaan software komputer,
turut mempengaruhi belajar siswa dan yaitu software komputer yang digunakan
menentukan hasil belajar siswa. adalah yang berjenis software tidak
Hal tersebut sejalan dengan yang interaktif. Di samping itu, siswa lebih
dikemukakan oleh Suharsimi bahwa “hasil terfokus pada buku dan latihan soal yang
belajar dapat didefinisikan sebagai hasil ada pada buku. Sehingga, software
akhir setelah mengalami proses belajar, komputer yang ada menjadi tidak
dimana tingkah laku itu tampak dalam digunakan. Walaupun pada saat latihan
suatu perbuatan yang dapat diamati dan soal semua kelompok mengerjakan,
diukur”. 4 Sejalan dengan hal tersebut, namun sebagian besar siswa tidak
menurut Dimyati ”hasil belajar merupakan berpartisipasi mengerjakan dan berdiskusi
hasil dari suatu interaksi tindakan belajar dengan anggota kelompoknya. Masing-
masing dari mereka terlalu asyik dengan
3 soal yang ada pada buku tulis, namun
Muhibbin Syah, 2007, Psikologi Belajar, Jakarta:
Raja Grafindo Persada, h. 144.
4 5
Suharsimi Arikunto, 1997, Dasar-dasar Evaluasi Dimyati dan Mudjiono, 2002, Belajar dan
Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, h. 135. Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta.

223
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

masih ada siswa yang tidak berpartisipasi Dari ketiga siklus yang telah
dalam diskusi dan pada akhirnya hanya dilaksanakan, pada siklus III yang terlihat
menyerahkan pada teman sekelompoknya lebih baik dalam penerapan pembelajaran
yang telah berdiskusi untuk mengerjakan dengan menggunakan media
latihan soal yang diberikan, maka proses pembelajaran software komputer. Jadi,
diskusi tidak efektif. Suasana kelas dapat disimpulkan langkah-langkah yang
menjadi ramai karena siswa yang tidak dapat dilakukan di kelas agar hasil belajar
berdiskusi dan hanya mengobrol. matematika dengan menggunakan
Rangkuman yang dikerjakan dalam software komputer lebih maksimal sebagai
kelompok terkesan tidak serius siswa berikut:
mengerjakannya. Selain itu, guru sering a. Menyiapkan bahan ajar, dan software
kali turut serta menjelaskan materi yang komputer yang akan digunakan.
ada. Sehingga, peran guru sebagai Pemanfaatan software komputer harus
fasilitator antara software komputer dan menyiapkan terlebih dahulu bagian-
siswa sering terabaikan, namun dengan bagian dari software komputer yang
kesadaran sendiri guru sudah berjanji akan diobservasi siswa, sehingga siswa
untuk tidak memberikan materi di depan lebih terfokus saat observasi materi dan
kelas. pengerjaan worksheet selama
Berdasarkan hal di atas, pada siklus pembelajaran.
II dilakukan perbaikan antara lain software b. Mengkondisikan kelas, diantaranya
yang digunakan adalah software komputer menyiapkan laptop dan software
yang interaktif. Selain itu, masing-masing komputer untuk pembelajaran. Selain
siswa diberikan worksheet untuk itu, kepastiaan tersedianya listrik atau
dikerjakan dalam kelompoknya, tetapi baterei laptop.
pada kenyataanya masih ada siswa yang c. Belajar secara individu, yaitu siswa
tidak berpartisipasi dalam diskusi. mengobservasi software komputer dan
Sebagian besar siswa yang menerima mengerjakan worksheet masing-
worksheet dan tidak berdiskusi serta masing. Ini dimaksudkan agar siswa
mengerjakan sendiri worksheet yang nantinya dapat menentukan sendiri
diberikan, maka proses diskusi tidak yang akan dilakukan saat observasi
efektif. Menurut pendapat guru bahwa software komputer dan mencari rumus-
para siswa sudah cukup pandai dalam rumus untuk mengerjakan worksheet.
mengerjakan soal matematika dan hanya Selain itu, masing-masing siswa
latihan soal yang kurang untuk mereka, memiliki cara tersendiri dan berbeda
maka diskusi kelompok tidak perlu agar nyaman dalam belajar.
dilaksanakan pada siklus selanjutnya. d. Adanya worksheet untuk masing-
Software komputer dan worksheet yang masing siswa. Setelah siswa siap
ada sudah cukup bagus untuk digunakan belajar dengan laptopnya, kemudian
kembali. masing-masing siswa diberikan
Pada siklus terakhir tidak ada worksheet agar seluruh siswa
penggunaan kelompok dalam mengerjakan tugas yang diminta guru.
pembelajaran. Sehingga, setiap siswa e. Sebelum siswa mengerjakan
menggunakan laptop masing-masing worksheet, guru terlebih dahulu
untuk mengobservasi dan belajar mandiri menginformasikan bagian-bagian dari
dengan software komputer. Pemberian software komputer yang harus
worksheet juga tetap dilakukan. Hal diobservasi, agar siswa memahami apa
tersebut ternyata dapat membuat kelas yang sedang mereka kerjakan.
sangat kondusif dan tenang. Fokus siswa f. Guru hanya mengarahkan, melayani
selama pembelajaran berlangsung hanya pertanyaan, serta menjadi pemberi
tertuju kepada software komputer dan kemudahan bagi siswa (fasilitator).
worksheet. Selain itu, fungsi guru untuk g. Beri kesempatan siswa untuk
memperjelas maksud tulisan yang ada berdiskusi dengan siswa lain maupun
pada software komputer dan worksheet dengan guru dan menemukan sesuatu
telah berjalan dengan baik. dari software komputer yang mereka

224
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

observasi. Dengan memberi Hasil penelitian ini sejalan dengan


kesempatan siswa berpikir, dan pernyataan dari Dick dan Carey
menggunakan daya intelektual mereka. menyebutkan bahwa “strategi
h. Beri kesempatan kepada beberapa pembelajaran sebagai suatu set materi
siswa untuk menjelaskan langkah- dan prosedur pembelajaran yang
langkah pengerjaan soal dalam digunakan bersama untuk mendapatkan
worksheet dari materi yang dibahas. hasil belajar siswa. Mereka menyebut ada
i. Usai membahas soal dari worksheet, lima komponen umum strategi
beri kesempatan untuk siswa lain pembelajaran, yaitu (1) kegiatan
berpendapat atau bertanya. Jika tidak prapembelajaran; (2) penyajian informasi;
ada atau hanya sedikit yang bertanya, (3) partisipasi siswa; (4) tes (5) tindak
maka guru harus mampu memancing lanjut” 6 .
siswa untuk bertanya atau guru yang
memberi pertanyaan kepada siswa
secara berulang. KESIMPULAN DAN SARAN
j. Beri kesempatan siswa untuk membuat
rangkuman berupa catatan individu Penelitian tindakan yang telah
tentang materi yang telah dibahas. dilakukan di kelas VII-7 SMP Negeri 255
k. Tes individu dilakukan untuk melihat Jakarta RSBI mempunyai tujuan utama
keberhasilan proses belajar siswa. Tes untuk meningkatkan hasil belajar
individu berupa uraian tertulis. matematika siswa dengan menerapkan
Selain itu, terdapat beberapa hal yang media pembelajaran software komputer.
harus diperhatikan untuk melaksanakan Peneliti mendapatkan beberapa
pembelajaran menggunakan software kesimpulan yang menjawab fokus
komputer ini, yaitu : penelitian setelah melakukan tindakan
a. Worksheet atau latihan soal yang pada siklus I, siklus II dan siklus III.
diberikan akan lebih baik jika Beberapa hal yang dapat disimpulkan
berhubungan dengan software setelah melakukan penelitian yaitu:
komputer yang digunakan. Soal latihan 1. Pembelajaran dengan menggunakan
atau worksheet yang diberikan harus media pembelajaran software komputer
saling berhubungan dan tidak terkesan dapat meningkatkan hasil belajar
ada di buku pelajaran. matematika siswa kelas VII-7 SMP
b. Pengelompokkan tidak perlu dilakukan Negeri 255 Jakarta RSBI khususnya
dikarenakan siswa harus pada pokok bahasan Aljabar.
mengobservasi software komputer 2. Strategi pembelajaran yang
sendiri. Sehingga, interaksi antara memanfaatkan media pembelajaran
software komputer dan siswa dapat software komputer di kelas adalah
berjalan baik. Disamping itu, agar kelas dengan cara siswa belajar mandiri
lebih kondusif dan mengurangi menggunakan software komputer
kesempatan siswa mengobrol. dengan ditunjang worksheet dan guru
c. Setiap siswa harus menerima berperan sebagai fasilitator.
worksheet, agar tidak ada siswa yang
tidak mengerjakan worksheet. Dalam upaya meningkatkan hasil
d. Guru harus sering berkeliling kelas belajar matematika siswa dengan
untuk memperhatikan siswa yang menggunakan media pembelajaran
masih belum paham dalam software komputer, saran-saran berikut
mengobservasi software komputer dan diharapkan dapat bermanfaat dalam
worksheet yang diberikan. penerapan penggunaan media
e. Bentuk soal latihan haruslah dalam pembelajaran software komputer
bentuk essay dan akan lebih baik berikutnya.
apabila dalam bentuk pemecahan
masalah, agar daya intelektual siswa 6
Estina Ekawati. 2008. Pembelajaran Matematika
digunakan secara maksimal. Berbantuan ICT dalam Meningkatkan Kemampuan
Kognitif dan Afektif Siswa. Tesis tidak diterbitkan.

225
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

a. Worksheet yang diberikan akan lebih Daftar Pustaka


baik jika berhubungan dengan
software komputer yang digunakan. Alders, C.J. 1990. Ilmu Ukur Ruang.
b. Pengelompokkan tidak perlu Jakarta: Pradnya Paramita.
dilakukan dikarenakan siswa harus
Arikunto, Suharsimi dkk. 2007. Penelitian
mengobservasi software komputer
Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi
sendiri.
Aksara
c. Setiap siswa harus menerima
worksheet. Depdiknas. 2002. Kurikulum dan Hasil
d. Guru harus sering berkeliling kelas Belajar. Jakarta: Pusat Kurikulum,
untuk memperhatikan siswa yang Balitbang Depdiknas.
masih belum paham dalam Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan
mengobservasi software komputer Pembelajaran. Jakarta : Rineka
dan worksheet yang diberikan. Cipta.
e. Bentuk soal latihan haruslah dalam
bentuk essay dan akan lebih baik Ekawati, Estina. 2008. “Pembelajaran
apabila bentuk pemecahan masalah, Matematika Berbantuan ICT dalam
agar daya intelektual siswa digunakan Meningkatkan Kemampuan Kognitif
maksimal. dan Afektif Siswa”. Tesis.
Pascasarjana UNY: tidak
diterbitkan
Grattan-Guinness. 1994. Companion
Encyclopedia of The History and
Philosophy of The Mathematical
Science Vol 1. London, UK

226
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

ACADEMIC PROCRASTINATION AMONG UPPER SECONDARY STUDENTS AND ITS


RELATIONSHIP WITH STUDENTS’ ACHIEVEMENT IN MATHEMATIC

Oleh:
Afian Akhbar Mustam *)
afianakhbar@gmail.com
Ainin Atrah al Ghazie *)
Norzeliana Idris *)
Nor Hasnida Che Md Ghazali *)

ABSTRAK

Sikap penangguhan akademik adalah satu sikap yang sudah menjadi kebiasaan, terutama
dalam suasana sekolah. Ini mendatangkan lebih keburukan daripada kebaikan. Kajian ini
dijalankan bertujuan untuk mengenalpasti tahap kecenderungan penangguhan akademik
pelajar Tingkatan empat di tiga buah sekolah di Melaka. Seramai 291 orang pelajar yang
terlibat dalam kajian ini yang terdiri daripada 121 orang pelajar lelaki dan 170 orang pelajar
perempuan. Kajian yang dijalankan berbentuk kajian tinjauan menggunakan soal selidik. Alat
kajian yang digunakan ialah soal selidik yang terdiri daripada skala penangguhan
akademik (Tuckman Procrastination Scale instrument) yang terdiri dari 35 item yang telah
dibina dan ditentusahkan oleh Tuckman (1991). Data yang diperolehi telah dianalisis
menggunakan statistik deskriptif seperti min, sisihan piawai, frekuensi dan peratusan serta
statistik inferensi seperti korelasi Pearson, ujian t dan ujian ANOVA-satu-hala. Dapatan kajian
menunjukkan sikap penangguhan akademik pelajar secara keseluruhannya berada di tahap
tinggi. Terdapat hubungan yang signifikan antara sikap penangguhan akademik dan pencapaian
matematik pelajar. Seterusnya, terdapat perbezaan yang signifikan bagi sikap penangguhan
akademik merentas aliran pembelajaran. Implikasi dari sikap penangguhan akademik terhadap
pencapaian pelajar dan beberapa kaedah yang efektif dalam menangani sikap suka
menangguhkan kerja juga dibincangkan. Cadangan kajian lanjutan adalah untuk melihat
hubungan sikap penangguhan akademik pelajar dengan pembolehubah personal dan
kekeluargaan pelajar seperti tahap pendidikan pelajar, tahap pendidikan ibu dan ayah atau
bilangan adik beradik dalam keluarga.

Kata kunci: Sikap Penangguhan Akademik, pencapaian matematik, pelajar aliran sains,
Tuckman Procrastination Scale.

*) Faculty of Education, Universiti Kebangsaan Malaysia

INTRODUCTION

In today era of rapid globalization, human development among countries.


all countries, especially Malaysia sets up Human development plays a vital role to
her own targets clearly in for the purpose determine the direction of Malaysia’s
of development and prosperity within few development in future. Young generations
time frames by planning her economic, are playing important roles to Malaysia
politic, social and culture resources so because they become a catalyze and an
that the resources will be in the line with asset for her. The young generations should
Malaysians objectives. Due to this not only have good quality of education but
scenario, there will be a healthy also put into practice a good and healthy life
competitive, especially in the aspect of style apart of practicing moral values.

227
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

Attitude is one of the indicators which effectiveness of teaching and learning


reflect the quality of today generations. process. This scenario can be seen as a
Based on the Malaysia’s Budget 2010, positive attitude always helps the students
which is under the scope of Malaysia’s to motivate themselves to perform well in
10th plan (Rancangan Malaysia ke 10 or their studies yet negative attitude will
RMK10, hereafter), which was presented demotivate the students they keen to be
by the fifth of Malaysia prime minister procrastinate in their study and at the end of
Datuk Seri Najib Tun Abdul Razak on the day, they will drop out from their studies.
15th October 201, is using four main Dalinah (1998) states that attitude;
strategies in order to work out the plan motivation, extrinsic and interest have
and one of its strategies is to develop of positive connection with students’
human capital. Human capital achievements for any subjects. This state of
development is a must rather than being affair, in directly, boost up the motivation of
considered as a luxury element to be the students to do the tasks given and this
had. Continuous and a good quality of will ensure them to strive the best the tasks.
education and training will ensure that Based on the RMK10, the allocation of
young generations will be able to sustain Ringgit Malaysia 6.4Bilion is allocated for
themselves with the demand of market the purpose of improves the quality of
and industrial and also be able to go thru education system. Such allocation will cater
with global challenge which is increased the needs of improving schools, having new
today. hostels, school equipments and also to perk
Human capital consists of human’s up the professionalism of teaching.
traits which are not only based on However, the country would not get anything
varieties of knowledge but then it benefit even though there are plenty of
comprises of personal traits, high moral provided facilities and also infrastructures if
values, strong self esteem, good young generations do not appreciate the
personalities and the ability to think opportunity that they have and also resist to
creatively and critically. change themselves.
In order to archive the satisfaction In order to investigate the level of
of success in life, the dependency procrastination attitude toward academic,
towards education and knowledge that this study uses the Tuckman’s scale (1991)
we have might be a solid platform for us which is stated as in the table 1. Besides
to have such satisfaction but we should that, the relationship between the academic
have a value which reflects our self. procrastination with the students’
Norlela Zubir (2008) states that there are achievement toward mathematic will be
50 traits of successful businesswomen, studied. This study will also investigate the
for examples those who like to challenge academic procrastination cross races, sexes
themselves, have high patience, never and education streams of the students.
give up, dare to change and always think
positive. As for Mohd Fadzilah Kamsah Table 1: The range of mark to determine the
dan Ahmad Fadzli Yusof (2006), one of level of tendency of academic
the successful traits is no procrastination procrastination
while doing tasks. Procrastination is an
The level of
attitude which makes you will not Range score (%) tendency of
appreciate the times you have and also
academic
you will not be able to discipline yourself
90-100 ti ti
Low
in life.
Based on Dunkin and Biddle (stated 78-89 Moderate
in Kamarul Azmi, 2009), students attitude 34-77 Higher
is a main element to determine the

228
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

PROBLEM STATMENTS in various fields. The objective will not


become a reality if the students keen to be
Nowadays, the issue of academic procrastinator especially when they need to
procrastination a serious attention as complete their task. This would be a chaos
such issue affects students’ if it happens to be mathematic performance
achievement. The issue of academic as the subject it self need the students to
procrastination is classified as a develop their analtical skills by solving
continues failure of doing responsibility mathematic problem when in classes. As
in order to archive certain targets very stated by Agwah dan Osman (2003),
popular among students especially those mathematic is very important as it
who are going to sit for public contributes to human development.
examination in schools. Thus,
disadvantages which come from this Research Questions
issue are rather than dominant compared Based on the above problems statment, this
to its advantages. study will be conducted in order to answer
Mathematic subject is a compulsory these research questions:-
in all Malaysian secondary schools. It is a 1. What is the level of procrastination
subject which consists of skill in atitude of the form four students?
measurement, traits and relationship of 2. Is there any significant realtionship
quantities which is translated in numbers between the procrastination attitude of
and symbols (Ashikin, 2010). In fact, it is the students with their archivment in
a subject is considered essential mathematic?
because it affects the academic and 3. Is there any signigicant relationship
career of students. What’s more, between the procrastination attitude of
mathematics education in secondary the students with sexes, education
schools will be a platform for students stream and races?
before they enter any advance levels of
education. Conceptual Design
However, the question is what is A conceptual design is used in order to
the level of academic procrastination determine the direction of this study thus it
attitude of the students, nowadays? Does can archive its objectives and aims. The
the attitude have a relationship with Figure 1 helps us to understand how far the
students’ achievement in mathematic? attitude of academic procrastination affects
Students keen to be a procrastinate due the achivement of studentsin mathematic.
to many factors like their personalities Based on the conceptual desing as showed
and they way they think. In about 95% of in figure 1, the attitude of academic
college students have the high tendency procrastination refers to a situation when
to have academic procrastination attitude someone unable to complete or fail in doing
(Albert Ellis 1997). his or her tasks at time given( Lay,1986).
The main objective of schooling is
to develop the understanding of students

229
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

The attitude of academic of Achievement in


procrastination mathematic

sexes education stream races


pelajaran

Figure 1: Conceptual design

However, such attitude does lead agree with Owenie and Harray and believes
the students to get themselve fail in their that procrastination can be used to refer to a
exams. This state of affair has be stated scenario about the tendency to delay when
in several studies as the attitude of doing something. This scenario can be seen
academic procrastination has diffrences when someone keen to have his or her
in term of significant results which are pleasure time with friends or watching
related to the students’ archicvement television rather than doing revision for the
(Trabant, 2006). The attitude does mkae upcoming exams.
the students to get worry yet they seem Badura (1986) states that those who
to be a procrastinator and as a result are having the attitude of procrastination
they fail to complete their task, keen to have low self esteem, no sense of
effectively. Besides that, the tendency of efficacy and afraid of being defeated. In fact,
having the attiude of academic most of those who are having such attitude
procrastination can be seen in term of keen to feel secure and cozy in their own
sexes, education strem and race. comfort zone rather than upgrade
themselves. For Noran( 2000), those who
Literature Reviews are having such attitude probably have time
management and not react faster especially
Procrastination means the attitude when doing something.
which can be seen when someone tries Schouwenburg,(2004), says that
to delay his or her tasks, taking time to procrastination affects other tasks which
complete his or her tasks and also keen have to be done by someone and such
to do last minute tasks. Lay (1986) says attitude do reflects to the capability of
that the sense of being procrastinate someone to complete any task given.
means that someone is fail to complete Ferrari, Johnson & McCown, 1995;
his or her task. This state of affair is also Oçallaghan & Newbegin, (2005) believe that
referring to a situation where someone the attitude exists and it is a part of society
unable to archive his or her target. and this statement can be associated with
Owenie and Harray (1993) state that the ideology of Schouwenburg (2004) as he
procrastination is a wasteful attitude states that 20% of adults keen to have
because such attitude would lead procrastination attitude and this can be
somebody to do something in last happened when they want to make bill
minute. What’s more, Noran( 2000) does

230
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

payment, have medical check-up and sense of failure. Harriot dan Ferrari (1996)
also pay the tax. find that 15% to 20% of adults claim that
McCown and Johnson (1989), they get annoyed with such attitude which
state that 25% of adults claim that always be carried forward from a year to
procrastination is considered as a big another. They also worry if their children will
problem for them and 40% of them state get use to the attitude when they be in
their financial status is declined. This school. Ferrari et. al (2005) notices that 25%
data are similar to other data which are of students claim that procrastination is not
related to procrastination as such attitude only affecting their academic performance
is a common thing in society. On the yet the quality of life is decreased because
other hand, the attitude of academic of the attitude. Both Dewwitte &
procrastination among the students is Schouwenburg(2002) agree that those who
very serious as it affects the students’ tend to be a procrastinator will be
achievement. Besides that, the students associated with someone who is fail in his or
keen to have plenty of time when in her undertakings.
school yet Rosario et al.( in press) claims Collins, Onwuegbuzie, Jiao (2008)
that schools do allocate certain times for state that university students of America
the students to complete their tasks. The have negative interconnection between
students’ archivments are their reading abilities with the attitude of
interconnected with their academic academic procrastination. So, such attitude
performances. As for Plessis (2006), does not show significant relationship with
being procrastinator will keen to lead academic archivment. Bruinsma and Jansen
everyone of the students to dealy their (2009) from University of Dutch claim that
revision and also study. Due to this fact, those students who have less influences of
the students performance in academic procrastination would complete their
seem to be declined and less quality. diploma program earlier. In Netherland,
Schouburg, (2004), claims that the such state of affair would be common
study of procrastination attitude among among students who intended to get their
students have been done since 1980s. diploma within a year, offically. In order to
Since 1980s, there are ample of complete diploma courses the students only
researches which show that the need to complete the basic courses and
relationship of procrastination with their early archivement will also affects the
students’ academic performance is furture archivement during the diploma
negative and such fact is supported by courses.Thus, the procrastination attitude
solid evidences. As for Orpen’s (1998), will give negative impact on students’
such attitude has negative relationship archivement.
with the outer motivation of Australia Many researchs show negative result
secondary studnets yet it has positive about the relationship of procrastination and
relationship with inner motivation among students gred and GPA which is the main
the students. This happens due to the element for academic archivment. Zarick
fact that when the students are in (2009), this state of affair can be proven as
learning process then their motivation is he conducts a study on America students
interconnected with the process and this and finds that the attitude of procrastination
is very important for them to give the best tends to lead the students to have less
for their academic performance. quality of work, delay in handing in their
Haycock, McCarrhy & Skay (1998), assigments and get the lowest gred in
claim that procrastination leads the schools. Klassen, Krawchuk dan Rajani
students become irresposible to their (2008) find that there is a negative
tasks. Mandel & Marcus (1998) believe correlation between the academic
that procrastination is closely to the procrastination with the students’ gred. Also,

231
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

they find that Canadian students claim METHODOLOGY


that they do not get tense with the This study is conducted by using
atttitude or being affected. qualitative technique. The research
Based on the above statements, population is involved 200 students and
the attitude of academic procrastination there are form 4 students from 3 secondary
has negative relationship with students’ schools in Malacca. These students become
achievement. This state of affair can be the respondent for this research and they
translated as a condition where a student come from both science and art streams.
who has fewer tendencies to have such This study measures the achievement of the
attitude will have good academic respondents in mathematic by taking into
performances and vice versa. Besides account of their result in Penilaian
that, there are some researches which Menengah Rendah ( PMR, hereafter)
take into account the aspect of sex. examination. The reason to use such result
Zhang & Zhang (2007) claim that there is is in order to measure that the achievement
no significant result between makes and of the respondents is equivalent to national
females in term of academic standard. This study uses Tuckman
procrastination. Gropel & Steel (2008) Procrastination Scale in order to measure
find that males keen to have high the level of academic procrastination,which
predisposition to have such attitude is developed by Tuckman( 1991). This study
compared to femlas and this claim is uses the coefisien of probality from alpha
supported by a sutdy which is conducted Cronbach, r = 0.90 which is used to collect
by Zarick dan Stonebraker (2009). the data. A pilot study is conducted in order
Related researches regarding the to get the realibility of the study and the
issue of academic procrastination which respondents of this study are not from the
are based onn academic fields have pilot study. The pilot study shows that the
been conducted by Solomon & realibility of the instrument is r = 0.88 by
Rothblum, 1984; Rothblum, Solomon & using alpha Cronbach. This study uses 35
Murakami, 1986; Flett et al., 1992; Tice & items in its instrument and the items will be
Baumeister, 1997; Mann et al., (1998) rated by using Likert Scale which has 5
and they state that those from range of choices. (for example” i will
psychology field have less influences complete my taks last minute especially on
with such attitude. What’s more, there is the day i should submit it). The range of
less diffrences about academic respond to such statment can be measured
procrastination between those who are by using 1( it will be me), 2 ( it is my
from science fields with art fields as what tendency), 3 ( it is not really my tendency),4
in Vodanovich & Rupp, 1999; Zhang & (it not my tendency) and 5 ( it is exaclty no
Zhang, 2007). me).
In order to get the objectives of this The highest score shows the lower
study, there will be few hypothesizes tendency to delay to complete the
have been made. academic tasks. All the respondents are
1. There is no significant relationship given the insturement within a formal setting
between academic procrastination as close as examination setting. The reason
and students’ achievement in to have such setting is to avoid any
mathematic interuption while collecting the data and
2. There is no significant difference in prevent from losing the data and also to
term of min score regarding the have as percise data as the study can. Then
sex, education stream and race the data will be analized with Social Science
Stastical Package ( SPSS) version 11.5 in
order to do analysis for min,standard
deviation, frequency for descriptive. The

232
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

SPSS is also used to do inferens are females. Generally, this study uses 214
analysis for to gain results for Pearson Malay respondents, 55 respondents are
correlation, t-test,and One-way Anova. Chinesess and another 22 respondents will
be Indian. Out of 291 respondents, there are
The Findings of The Study 153 science stream studens yet 138 will be
This study has 291 respondents art stream students and this is stated in the
and out of 121 are males however 170 Table 2.

Table 2: Respondents’ Demography


Demography N Factor Frequency Percentage

sex 291 male 121 41.6

female 170 58.4

race 291 Malay 214 73.5

Chinese 55 18.9

India 22 7.6

Education streams 291 Science 153 52.6

Art 138 47.4

The table 3 shows the PMR results for mathematic as it shows that 79 students get A, 90
students get B, 72 students have C and another 50 students manage to get only gred D.

Table 3 : The result of Mathematic in PMR for 2009


Demography N Factor Frequency Percentage

Mathematic 291 A 79 27.1

B 90 30.9

C 72 24.7

D 50 17.2

The level of academic procrastination moderate. Notwithstanding, there are


of the respondents is generally high as 283(97.3%) students have the percentage
what is stated in the Table 4. There is of min with the score of 34 – 77 is
(0%) students who have the percentage of considered as in a higher level. The lowest
min with the score between 90 – 100 , percentage for the score of min shows that
and also only 8 (2.7%) of the student have the level of academic procrastination will
the percentage of min with the score be higher and the students keen to delay
between 78 – 89 which is considered as their academic tasks.

233
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

Table 4: The level of tendency of academic procrastination among form 4 students.


Range of Level of The number
score for tendency for of students
min (%) academic (%)
procrastination
90 - 100 lower 0 (0%)
78 - 89 medium 8 (2.3%)
34 - 77 higher 283
(97.3%)

The findings of the study show that all students have the attitude of academic
procrastination at certain levels based on the responds which are found from the study. The
table 5 shows that the percentage of score for min and the level of academic procrastination
for every item. Generally, each of the item shows the lowest score which means that the
level of academic procrastination is higher.

Table 5: The Percentages of Score for Min By The Students Towards The Items Which Are
Used To Test The Academic Procrastination And Also Together With Its Level.
Percentage Level of
Items
No of score for academic
min procrastination
I have not need to do my task urgently even though 59.4 higher
1
it is very urgent.
higher
2 I will delay to my do taks if it is not interesting to me. 56.6
63.0 higher
3 I will complete my taks at last munites.
62.2 higher
4 I keen to delay when i need to do a tough decision.
67.6 higher
5 I keen to delay when i start to do new activities.
78.2
6 I do panctual when i do something. medium
I keen to delay when i try to improve my works 61.6 higher
7
quality.
My taks will be my priority even though i have my 66.2 higher
8
routine.
I can get any excuses in order for me not to do any 67.0 higher
9
task.
I reject any kind of task given to me when i feel that i higher
10 59.0
cannot do it well.
I will alocate enough time to complete any task even higher
11 62.6
though it may feel boring as studying.
I will stop from doing any task when i feel am getting higher
12 51.2
bored.
medium
13 I believe i can do the best for any task, passionately. 81.0
I will stop from doing a task if i feel that it may not higher
14 47.2
worth to me.

234
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

I beleieve that the task i do not like suppose not to higher


15 59.2
be exited.

I believe that those who give me so much


higher
16 responsibilities and burdens will be in a hard stage of 50.2
life.
When i am doing something which is important so i
medium
17 will do it to the fullest and enjoy it even though 77.8
studying,
I cannot change the attitude of proscratiation which higher
18 64.2
is inside me.
By right i can be treated as someone eles without
medium
19 any bias. 79.0

I believe that other people will not have any right to higher
20 64.4
determine when will be my due ffor my task.
higher
21 Studying makes my life miserable. 75.8
I love to waste my times yet i have no idea what higher
22 73.8
should i do.
I will get my self delay in doing the something which
higher
23 is tough. 63.6

I promise to my self that i will do soemthing yet i higher


24 57.2
keen to delay those promises.
When i am doing my action plan i will stick and follow higher
25 70.2
the plan.
I hope that there will be another platform to stimulate medium
26 80.2
me to do some taks.
When i face challanges in doing something it will be higher
27 74.8
considered as my faults.
Even though i hate myself when i do not doing
higher
28 something yet it still unbale to motivate me to do my 53.8
works
I keen to complete importants taks at the begining of higher
29 47.8
time of doing it.
higher
30 I will check the task after i completed my work. 49.0
I am looking forward to have a short cut tip in order higher
31 47.0
to complete a tough taks,
I will not feel worry even though i know that the task higher
32 60.6
is so very important to be done.
I never got any taks which can be completed in a higher
33 63.6
short time.
To delay the task until next morning will not be so higher
34 60.8
me.
I think that my job is so boring. higher
35 76.4

235
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

The result for the relationship academic procrastination with the students’
between academic procrastination with achievement in mathematic is 26%.
mathematic is via Pearson correlation However the significant value (p) is 0.000
test gained and the study has the and this value is smaller from the
correlation coefisien which is 0.862.This determined value of significant which is
shows us that the relationship between significant (0.01) which causes the first nol
academic procrastination and hypothesis is rejected . This scenario
achievement in mathematic is higher shows that the relationship between the
(Sherri L. Jackson 2003). This state of procrastination academic with the students
affair shows that if the tendency of achievement in mathematic is significant
academic procrastination is higher so the The result for data analysis can be seen as
achievement of the students in in Table 6.
mathematic will be lower and vice versa. Table 6:The relationship between academic
So, the correlation of this state of affair is procrastination with students’ achievement
r2 = 0.26. Thus, this shows that the total in mathematic
of variants which is shared by variable of

Variables N Min Std Dev r Sig


academic procrastination 300 3.19 0.37 0.86 0.000
achievement in 300 75.6 2.66
mathematic

The T- Test (independant t-test) is academic procrastination for male(min =


used in order to test whether there is a 3.164, s.p = 0.352) and female (min =
significant difference for academic 3.207, s.p = 0.383); (t = 0.961, p = 0.338).
procrastination based on sex. The result
for the T- Test can be shown in table 7 Table 7: T- Test two-tails which determines
and it indicates that there is no significant the diffrence of min for academic
for min difference of the score for procrastination based on sex

Sex N Min T- Value Sig


Male 121 3.164 0.961 0.338
Female 170 3.207
* signifikan at the value of 0.05 (2 tails)

The T- Test (independant t-test) is consists of a gorup of science students (min


used in order to test whether there is a = 3.23, s.p = 0.369) has significant score of
min difference which is significant of academic procrastination which is higher
academic procrastination based on than a group of art students (min = 3.14, s.p
education streams as stated in Table = 0.366), (t = 2.234, p = 0.026).
8.The sample of this study is (n = 291),
Table 8: T-Test 2 tails which determines the min diffrence of academic procrastination based
on education streams.

Education Streams N Min t- value Sig


Science 153 3.23 2.234 0.026
Art 138 3.14
* signifikan with the value of 0.05 (2 tails)

236
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

The ANOVA One- Way is used to Table 9. The result of this ANOVA One-Way
understand whether there is a significant is stated as in Table 10.
difference of score for min toward
academic procrastination based on race. In The sample of this study is ( n = 291),
this study, there will be 3 groups of race will the scores of academic procrastination
involve such as Malay, Chinese and between 3 groups of student show that there
Indian. The result of this study which is no significant difference to be found in this
consists of multi respondents, score of min, study..
and standard derivation are stated as in

Table 9 : The scores of min and standard derivation about the scores for academic
procrastination based on race
Race N Min Std Dev
Malay 214 3.192 0.382
Chinese 55 3.170 0.340
India 22 3.205 0.347
Table 10: The ANOVA-One-Way to determine the diffrence of scores for academic
procrastination based on race.
Variants Causes Sumof Dk Variant F Sig
Square
Cross groups 0.027 2 0.014 0.098 0.907
Within groups 39.858 288 0.138
total 39.885 290

Discussion of the study claims that those Australia secondary


Based on the finding of this study, it students find that such attitude has a
is clearly understanding that the positive relationship with internal motivation
relationship of academic procrastination yet the relationship seem to be negative
among upper secondary students with their when it is related to external motivation.
achievement in mathematic is at a This can be happened due to the
moderation stage. This can be understood learning process as the process has a close
that when the tendency to delay their task relationship with students’ motivation and
is higher so as the result their achievement such state of affair is very important to
in mathematic will be decreased. Thus, the ensure the students’ academic
significant value (p) for this state of affair achievement. Hence, this study finds that
will be 0.000 and this value is smaller academic procrastination has negative
than the value of determined significant relationship with students’ achievement.
value which is alpha (0.01) so this study Academic procrastination has negative
finally rejects the first Nol hypothesis as significant of its relationship with students’
stated in this study. This state of affair academic achievement . The significant
refers to a relationship between value (p) y is 0.000 and this is lower than
academic procrastination and the determined value of significant which is
achievement in mathematic by the alpha (0.01). Thus, the students have high
students is significant. As for Lay (1986), level of predisposition keen to have less
procrastination attitude is a failure in achievement especially in mathematic (
order to hit certain targets. In order referring to the mathematic gred) . This
words, procrastination attitude is a trait of study supports the ideas which have been
someone who unable to achieve his or stated in other researches as in Howell &
her target. In fact, Orpen’s( 1998) Watson 2007; Collins & Jiao 2008;

237
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

Bruinsma & Jansen (2009). From the higher min compared to other Malay (3.192)
aspect of sex, male students keen to and Chinese(3.170) group. Thus, this study
show a close relatiobship of academic concludes that Indian has the highest
procrastination with mathematic predisposition of academic procrastination
achievement. This can be clearly compared to Malay an Chinese.
understood by referring to the correlation Procrastination in academic is not
state as it is has negative relationship really a root of attitude issues but it is a
between academic procrastination and complex pattern of attitude which occurs in
mathematic achievement which is many times and such attitude comprise the
stronger compared to females. The aspects of emotion, thinking, action and this
finding of this study does agree with the attitude becomes usual especially to those
study which is conducted by Gropel & who keen to delay their task (Wikibooks
Steel (2008) as they claim that males 2006). In order to get rid of this attitude, it is
keen to have high predesposition to have not as easy as it thought because the
procrastination compared to females. students should be able to control their
Besides that, the finding of this study is tendency to delay their task. The first step
also supported by Zarick dan they can do is to understand themselves
Stonebraker (2009). and get to know their weakness while doing
What’s more, the relationship of their tasks. They should develop their
academic procrastination with the emotional strength, control their thinking,
achievement of students in mathematics, time management, and the ability to
by taking into account the aspect of complete their task immediately(Wikibooks
education streams, shows that the score 2006).
of min of science stream students is ( Few practical suggestion to be
min = 3.23 ) which is higher than those applied by the students is to start with a
who are from art stream( min = 3.14 ). single step before they can reach their
This can be interpreted as the science ultimate target. The students should prepare
students keen to have high their daily plan systematically and try their
procrastination in mathematic compared best to complete it on the day it is required
to art stream. This can be happened due to be completed. If the students unable to
to the learning load they have, for comply with such suggestions then they
example taking additional mathematic, keen to complete their tasks on the next
which is a bit harder to be learnt following day. Besides that, the students
compared to mathematic. The finding who have procrastination attitude must get
from this study shows contradiction with themselves to do simple task before they
the other research findings which are ready to complete the other challenging
stated by Vodanovich & Rupp (1999) and tasks. The successful of the works they
Zhang & Zhang ( 2007). Ini their study, have done will motivate them to do other
they find that there is no diffrence challenging tasks and at the same time they
between academic procrastination with will be able to build up their confident level
science stream students and with also while doing their academic tasks. One of the
with those who are from art stream. main reasons why people keen to avoid
An analysis is also conducted in themselves from doing academic tasks is
this study in order to understand if there because they have less confident in doing
is a relationship between the score of such tasks and this is stated by Plessis
academic procrastination crosses races (2006). Less confident within someone will
which are Malay, Chinese and India. lead him or herself to avoid him or herself to
Based on the finding, the study finds that complete any kind of task which is basically
Indian group with the score ( min = 3.205 can be done by him or her.
) shows that this group has the most

238
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

CONCLUSION AND SUGGESTION Abu Ani Shawal. 2004. Hubungan Antara


Gaya Kognitif, Kemahiran Saintifik,
The attitude of academic Pemikiran Kritikal, Dan Pencapaian
procrastination is not merely a central of Fizik Di Kalangan Murid-murid
attitude issues as it is a complex pattern Tingkatan Empat. Universiti Teknologi
of attitude which occurs frequently and Malaysia. Tesis Sarjana.
finally lead to the delay in doing certain
Bandura, A. (1986). Social foundations of
tasksc(Wikibooks 2006). Again, as in
thoughts and action. Eaglewood Cliffs,
Wikibook, it is stated that it is not as
NJ: Prentice Hall.
easy as it thought. In order to get rid from
such attitude, the student have to Bruinsma, M. & Jansen, E. P. W. A. (2009).
understand themselves and get to know When will I succeed in my first-year
their weakness while doing their tasks. diploma? Survival analysis in Dutch
They should develop their emotional higher education. Higher Education
strength, control their thinking, time Research and Development, 28, 99-
management, and the ability to complete 114.
their task immediately(Wikibooks 2006). Byers W. 2001. Using questions to promote
active learning in lectures. University
Few practical suggestions can be Chemistry Education, 5, p 24-30.
applied by the students by starting
themselves with a single step before Collins, K. M. T., Onwuegbuzie, A. J. & Jiao,
they can reach their ultimate target, try Q. G. (2008). Reading ability as a
their best to complete it on the day it is predictor of academic
required to be completed. Besides that, procrastination among African
the students who have procrastination American graduate students. Reading
attitude must get themselves to do simple Psychology, 29, 493-507.
task before they ready to complete the Dewitte, S., & Schouwenburg, H. (2002).
other challenging tasks. The successful Procrastination, temptation and
of the works they have done will motivate incentives: The struggle between the
them to do other challenging tasks and present and the future in
and at the same time they can to build procrastination and the punctual.
up their confident level while doing their European Journal of Personality, 16,
academic tasks. It can be clearly 469-489.
understand that people keen to avoid
themselves from doing academic tasks is Dulimah Banting. (1998). Hubungan sikap
because they have less confident in dan motivasi dengan pencapaian
doing such tasks and this is stated by Bahasa Melayu dan Bahasa Inggeris
Plessis (2006). Less confident within di kalangan pelajar luar bandar. Tesis
someone will lead him or herself to avoid Sarjana. Universiti Utara Malaysia.
him or herself to complete any kind of Ferrari, J.R., O’Callaghan, J., & Newbegin, I.
task which is basically can be done by (2005). Prevalence of procrastination
him or her. in the United States, United Kingdom,
and Australia: Arousal and avoidance
delays among adults. North
References
American Journal of Psychology, 7, 1-
Abd Rahim Abd Rashid. 1999. 6.
Kemahiran Berfikir Merentasi Gropel, P. & Steel, P. (2008). A mega-trial
Kurikulum. Shah Alam: Penerbit investigation of goal setting, interest
Fajar Bakti Sdn Bhd. enhancement, and energy on

239
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

procrastination. Personality and Westminister Studies in Education, 21,


Individual Differences, 45, 406- 73-75.
411.
Oweini, A. & Harray, N. (2005). The carrots
Kamarul Azmi Jasmi. (2009). Kajian Kes or the sticks: What motivate students?
Guru Cemerlang Pendidikan Islam A Manuscript. Lebanese
(GCPI) Sekolah Menengah dii American University. USA. Personality
Malaysia. Ringkasan Eksekutif and Individual Differences, 21(1),
Penyelidikan Siswazah. Bangi. 61-67.
Universiti Kebangsaan Malaysia.
Plessis, D. (2006). Self confidence, fear and
Klassen, R. M., Krawchuk, L. L. & Rajani, inevitable procrastination. Journal of
S. (2008). Academic procrastination School Psychology, 31, 487-500.
of fundergraduates: Low self-
Rosário, P., Mourão, R., Núñez, J.C.,
efficacy to self-regulate predicts
González-Pienda, J.A., & Solano, P.
higher levels off procrastination.
(in press). Storytelling as a
Contemporary Educational
promoter of Self-Regulated Learning
Psychology, 33, 915-931.
(SRL) throughout schooling. In A.
McCown, W., & Johnson, J. (1989). Valle, J.C. Núñez, R.G. Cabanach,
Validation of an adult inventory of J.A. González-Pienda, & S. Rodríguez
procrastination. Paper presented at (Eds.), Handbook of instructional
the Society for Personality resources and their applications in the
Assessment, New York. classroom . NY: Nova Science.
Mohd Fadzilah Kamsah & Ahmad Fadzli Schouwenburg, H. C. (2004). Counseling
Yusof. (2006). 55 Petua Orang the procrastinator in academic
Berjaya. PTS Millennia Sdn settings. DC: American
Bhd.Selangor Psychological Association.
Zarick, L. M. & Stonebraker, R. (2009). I’ll
Web:
do it tomorrow: The logic of
Noran, F. Y. (2000). Procrastination
procrastination. College Teaching, 57,
among students in institutes of
211-215
higher learning.
http://www.mahdzam.com/papers/p Zhang, H. & Zhang, Z. (2007). Usability of
rocratinate/. Tuckman procrastination scale in
Chinese college students. Chinese
Noran, F. Y. (2000). Procrastination
Journal of Clinical Psychology, 15, 10-
among students in institutes of
12.
higher learning: challenges for K-
Economy. [Online] Available:
http://www.mahdzan.com/paper/pro
crastinate/Accessed on 17th Nov.
2006.
Norlela Zubir. (2008). 50 Kisah
usahawan wanita Malaysia. PTS
Profesional Publishing Sdn
Bhd.Kuala Lumpur.
Orpen, C. (1998). The causes and
consequences of academic
procrastination: A research note.

240
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

PENGEMBANGAN SISTEM E-LEARNING KELOMPOK MATA KULIAH UMUM


TINGKAT UNIVERSITAS NEGERI PADANG

Oleh:
Almasri *)
al_unp@yahoo.co.id

Muhammad Adri *)
mhd.adri@unp.ac.id

ABSTRACT

Developing of information technology at Padang State University has impact on


instructional technology, especially on delivery technology on education. The internet
technology with web application opening an opportunities to improving the teaching and
learning process through technology, like web-based learning or more popular with online
learning or e-learning. MKU as a group of study at the Padang State Univesity have a
chance to a pilot of project in implementation of the technology in teaching and learning
process using online technology. The reasearch aim is to develop a model of e-learning
System MKU Studies using an open source Learning Management System Moodle. The
development of online learning environment using an need analysis approach which
suitable with MKU programme need.

Keywords: information technology, internet technology, online learning, learning


management system, Moodle
*)
Staf pengajar Jurusan Teknik Elektronika Fakultas Teknik UNP Padang

PENDAHULUAN

Peningkatan pemanfaatan tekno Pair), kabel serat optik maupun melalui


logi Informasi dan Komunikasi (TIK) jaringan wireless.
Universitas Negeri Padang (UNP), Usaha percepatan koneksi jaringan ini
mengalami pertumbuhan yang cukup dilakukan seiring dengan pemanfaatan
pesat, sejak dibentuknya sebuah tim perangkat lunak pendukung yang
khusus yang menangani pengembangan dikembangkan di UNP, melalui
fasilitas, infrastruktur dan software kerjasama dengan PT. Telkom dalam
pendukung TIK. paket aplikasi Smart Kampus, yang
Pertumbuhan yang cukup siginifkan merupakan aplikasi terintegrasi yang
dapat dilihat dengan pertambahan terdiri dari 16 aplikasi yang mendukung
bandwidth akses internet di akhir 2008 kegiatan akademik yang dikembangkan
menjadi 10 Mbps. Hal ini dilatar oleh pihak ketiga PT. Gamatchno
belakangi oleh semakin meningkatnya Yogyakarta, sebagai partnership
kebutuhan sivitas akademika di software PT. Telkom. Yang
lingkungan kampus UNP memanfaatkan dikelompokkan ke dalam 5 (lima) grup
jaringan internet dalam kegiatan aplikasi, yaitu : a) Aplikasi akademik, b)
akademik. Dari sisi infrastruktur jaringan Kemahasiswaan dan Alumni, c)
yang ada di jaringan lokal UNP di semua Adminitsrasi Akademik, d) Penelitian dan
unit dilingkungan UNP telah terhubung Pengabdian Masyarakat dan e) Aplikasi
dengan baik ke jaringan, baik melalui penunjang.
jaringan kabel UTP (unshielded Twisted

241
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

Untuk mendukung jalannya aplikasi suatu sistem terintegrasi dengan topologi


Smart Campus, maka dikembangkan sebagai berikut:

Gambar 1. Topologi Sistem Smart

Sistem terintegrasi tersebut, Menjadikan mata kuliah umum sebagai


kemudian dapat diakses oleh civitas contoh pelaksanaan pembelajaran
UNP dengan 4 model pengaksesan, berbasis e-learning di tingkat universitas.
yaitu : 1) Akses via SMS (SMS Kampus), Sedangkan manfaat dan kontribusinya
2) Akses via Telepon (Halo UNP), 3) adalah: a) Tersedianya aplikasi e-
Akses via Perangkat Mobile (Mobile learning berbasis Learning Management
Campus) dan 4) Akses via Internet System (LMS), sebagai tool dalam
(www.unp.ac.id). Namun dari keempat pengelolaan pendidikan dan pengajaran
model akses tersebut, yang sudah secara online di UNP Padang. b)
terimplementasikan adalah pengaksesan Meningkatkan etos belajar mahasiswa
melalui SMS dan Internet. karena mereka dapat mengakses materi
Untuk lebih mengoptimalkan ajar dimanapun dan kapanpun. c) Proses
penggunaan TIK di UNP, tanggal 15 bimbingan dan pengawasan terhadap
Oktober 2008, Rektor Universitas Negeri aktifitas pembelajaran yang diikuti
Padang, membentuk suatu tim yang mahasiswa dapat berlangsung secara
bertugas khusus dalam pengembangan kontinu, sehingga ketidak hadiran dosen
e-Learning dan Materi Pembelajaran dikampus dapat dieliminir sebagai alasan
UNP, yang tertuang dalam SK. Rektor bagi mahasiswa untuk tidak belajar.
No. 257/ H.35/PP/2008.
Sebagai pilot project penelitian METODOLOGI
pengembangan e-learning ini, dipilih Penelitian ini termasuk penelitian
mata kuliah umum (MKU) sebagai mata rekayasa (engineering), yaitu suatu
kuliah yang akan di e-learning-kan, kegiatan merancang (design) yang tidak
karena mata kuliah ini diikuti oleh rutin, sehingga di dalamnya terdapat
mahasiswa UNP dari semua Fakultas kontribusi baru, baik dalam bentuk,
dan Jurusan, sehingga akan proses maupun produk (Ali Amran,
meminimalisasi dampak eksklusif 1997). Penelitian dilaksanakan pada
berdasarkan fakultas maupun jurusan bulan April – Nopember 2009 di Jurusan
dan program studi. Komitmen ini Teknik Elektronika FT UNP Padang dan
kemudian direalisasikan dalam kegiaan Kantor Kelompok Mata Kuliah Umum
akademik semester Januari – Juni 2009, (MKU) UNP Padang
dengan mengambil mata kuliah Agama Penelitian ini dilakukan dengan metode:
sebagai kegiatan e-learning di UNP.. 1. Studi kelayakan
Tujuan dari penelitian ini adalah: a) Pada tahap ini dilakukan peninjauan
Terwujudnya aplikasi e-Learning di terhadap kelayakan untuk
tingkat Universitas sebagai salah satu mengimplementasikan pengem
teknologi penunjang penyelenggaraan bangan e-learning untuk mendukung
pendidikan di UNP Padang. b)

242
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

proses penyelenggaraan pendidikan partisipan dalam online course,


dan pembelajaran di UNP Padang.. merupakan suatu bagian terpenting dan
2. Analisis kebutuhan kritikal dalam membangun dan
Berdasarkan persoalan yang ditemui mendeterminasikan kinerja dari kualitas
dalam proses belajar mengajar, web-based course. Karena dari berbagai
seperti ketidak hadiran dosen, atau kajian sebelumnya dapat dilihat bahwa
aktifitas lain yang mengakibatkan terdapat korelasi yang tinggi antara
pertemuan tatap muka dikelas tidak efektifitas web-based course dengan
terselenggara dengan baik, maka interaksi user dengan content, instruktur
sistem e-elarning ini dibutuhkan dan kepuasan pengguna dalam kursus
sebagai salah satu media dalam online. Ketiga penelitian tersebut di atas,
proses penyelenggaraan pendidikan menjadi landasan dalam
dan pembelajaran mengembangkan aplikasi Learning
3. Rancangan sistem Management System, yang akan
Dalam proses pengembangan LMS digunakan dalam mengelola model
ini, rancangan sistem disesuaikan pembelajaran Online di Jurusan Teknik
dengan jumlah mata kuliah yang Elektornika FT UNP Padang dengan
ditawarkan kepada mahasiswa menggunakan manajemen dan struktur
dalam satu semester, kemudian konten yang se-efektif dan se-efisien
kegiatan perkuliahan dapat mungkin, sehingga menjadikan sistem
diadministrasi secara mandiri oleh mudah untuk diakses dan dengan
masing-masing dosen atau team kualitas interaksi yang baik.
dosen mata kuliah tersebut.
4. Stuktur Kategori Kuliah 1. Potensi Internet dan Pendidikan
Struktur Kategori Kuliah akan Sebagai sebuah jaringan global,
dikembangkan sesuai dengan Internet menjadikan batas ruang dan
struktur masing-masing mata kuliah, waktu semakin menipis, maka
yang dimulai dari struktur mata kondisi dasar teknologi internet dan
kuliah umum tingkat universitas. aplikasi yang berjalan di atasnya ini
memungkinkan untuk dimanfaatkan
Piskurich (2004), mengung dalam proses pendidikan, terutama
kapkan bahwa salah satu aktifitas utama sebagai sarana pembawa konten
yang terjadi antara teacher dengan pendidikan (edcuational delivery
learner dalam aktifitas online learning medium), dengan demikian ikatan
adalah adanya kegiatan diskusi dan lokasi dan waktu belajar yang
tanya jawab diantara keduanya. Untuk selama ini sering menjadi “Penjara ”
kebutuhan tersebut Piskurich, bagi peserta didik akan dapat
membangun sebuah aplikasi yang dapat memberikan keleluasaan dan
menjembatani komunikasi tersebut yang keluwesan bagi mereka untuk
disebut dengan disscussion board dan mendapatkan sumber materi ajar
memanfaatkan chat room untuk proses dimanapun dan kapanpun.
komunikasi online. Turmel (2004), Hefzallah (2004: 175 – 180)
mengembangkan suatu metoda mengungkapkan fitur – fitur unik
manajemen, terhadap peserta e- yang dimiliki oleh Internet tersebut
learning, yang berhubungan erat dengan antara lain :
sistem organisasi manajemen, sehingga a. Akses universal, memungkinkan
menjadikan e-learning menjadi mudah orang untuk mendapat informasi
untuk diakses, dan peserta (e-learner) dari dan di seluruh dunia tanpa
dapat memperoleh yang dibutuhkan dibatas oleh batas fisik negara.
tanpa harus meninggalkan kursinya, b. Kaya akan Multimedia
yang disebabkan oleh rasa bosan, resources, sehingga menjadikan
sistem yang rumit atau penyebab internet sebagai informasi
lainnya. Eom et.al (2005), interaktif yang paling digemari.
mengemukakan bahwa interaksi antara

243
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

c. Media Publishing, Gambar 2. Hubungan information


memungkinkan orang dari literacy dan e-learning
manapun dan siapapun dapat
mencari, mendapatkan dan 2. E-Learning sebagai Model
menambahkan dokumen ke Pembelajaran
dalamnya. Long (2004) mengungkapkan
d. Media interaktif, memungkinkan bahwa dengan perkembangan teknologi
penggunanya untuk berinteraksi digital, internet dan multimedia yang
dengan seluruh konten dan sangat cepat, web telah menjadi satu
entitas pengguna lainnya baik kekuatan global, interaktif, dinamis, serta
dalam real time maupun menjadi media belajar dan pengajaran.
asyncchronuos time. Internet menyediakan suatu peluang
Dengan keempat fitur ini, menjadikan untuk mengembangkan learning–on-
Internet sebagai salah satu bentuk media demand dan learner-centered instruction
alternatif dalam penyampaian materi ajar and training. Berbagai istilah diberikan
dalam pendidikan, sehingga dapat untuk aktifitas online learning ini muncul
memberikan kesempatan yang seluas- seperti : Web-based learning (WBL),
luasnya bagi peserta untuk Web-based instruction (WBI), Web-
mengkasesnya dimanapun dan based training, Internet-Based training
kapanpun. (IBT) dan banyak istilah lainnya, yang
Disamping itu dengan kemampuan disarikan bahwa e-learning digunakan
kontent yang dimiliki oleh internet, untuk merepresentasikan pengajaran
menurut Wright (2004), memungkinkan yang bersifat terbuka (open), fleksibel,
seorang pengembang model e-learning dan terdistribusi. Lebih jauh Khan
untuk memanfaatkan multiple media (2005), mendefinisikan e-learning :
dalam kursus online yang E-learning can be viewed as
dikembangkannya, sehingga dengan an innovative approach for
demikian akan menjadikan kursus delivering well-design, learner-
tersebut semakin interaktif dan informatif. centered, interactive, and
McNaught et.al (2006:3-4) facilitated learning environment
mengungkapkan bahwa informasi to anyone, anyplace, anytime
teknologi dan information literacy by utilizing the attributes and
merupakan teknologi yang dapat resources of various digital
dimanfaatkan sebagai penunjang proses technologies along with other
pendidikan, dengan tujuan agar peserta form of learning materials
didik dapat meng-construct suited for open, flexible and
pengetahuannya. Hal ini didefinisikan ditributed learning
sebagai ”accessing, evaluating, environtment.
managing and communicating
information’, and as a pre-requisite for Pengembangan e-learning
constructivist learning”. Semua proses tersebut, harus dikembangkan dalam
information literacy tersebut di atas, berbagai aspek, yang disebut dengan e-
digambarkan sebagai berikut : learning framework (khan, 2005), yang
mencakup semua aspek dalam
pengajaran, seperti pedagogik, teknologi,
perancangan antar muka, evaluasi,
manajemen, sumber daya pendukung,
etika dan institusional, yang dapat
digambarkan sebagai berikut:

244
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

memanfaatkan online learning,


lembaga training skala besar
(nasional/ internasinal), akan
mempunyai standar mutu yang sama
disetiap perwakilannya (Seperti
Sertifikasi Cisco).
d. Memperbaiki Komunikasi dan
Kerjasama (Enhanced
Gambar 3. E-Learning Framework
communication and collaboration).
Perangkat lunak tertentu,
Online learning menurut Shank dan Sitze
memungkinkan peserta saling
(2004:2) adalah usaha pembelajaran
berkomunikasi, bekerjasama dalam
yang melibatkan penggunaan teknologi
suatu projek dan berbagi dokument
jaringan (seperti Internet atau jaringan
tanpa harus melakukan perjalanan
bisnis) untuk proses penyampaian dan
jauh.
penyebaran informasi, pendukung dan
Untuk mencapai hasil yang maksimal
penilaian formal dan informal
dalam pengembangan model e-Learning
pengajaran. Dimana dan bagaimana hal
tersebut, perlu dipertimbangkan pertama
ini dapat dilakukan ? Melalui sumber
kali, disamping aspek instructional
daya dan material online, pustaka
technology-nya maka perlu juga
elektronis (digital library), material
dipertimbangkan hal-hal yang
pengajaran dan kursus, diskusi realtime
berhubungan dengan kebutuhan peserta
dan non realtime, chatting, e-mail,
didik secara virtual. Pratt dan Pallof
konferensi dan aplikasi-aplikasi
(2003), mengemukakan bahwa dalam
knowledge sharing, tapi perlu dicatat
model virtual student, terdapat beberapa
bahwa online learning bukanlah aplikasi
kebutuhan utama mereka dalam
online yang bersifat ekslusif.
mendukung kesuksesan pelaksanaan e-
Penggunaan teknologi untuk
learning, antara lain :
penmbelajaran merupakan suatu
a. Fokus pada peserta didik (focus on
tambahan yang berarti untuk pengajaran
learner). Kursus dan program
di kelas dan peluang dalam
dikembangkan dengan
mengembangan bentuk lain dari face-to-
mengutamakan kebutuhan peserta,
face learning.
dan peserta diperlakukan layaknya
Beberapa alasan utama, untuk
seorang customer
menggunakan online-learning, menurut
b. Pelatihan dan Dukungan Teknis
Shank dan Sitze (2004:2-3), antara lain :
(training and technical support).
a. Meningkatkan akses dan fleksibelitas
Peserta mendapatkan pelatihan
(Improved access and flexibility).
dalam penggunaan teknologi dan
User dapat login di terminal komputer
mempunyai akses ke layanan
manapun, kapanpun untuk
dukungan (suport services)
menuntaskan suatu pelajaran yang
c. Layanan siswa terpadu (integrated
mengacu pada material pengajaran.
student services). Siswa
b. Cepat dalam penyebaran dan hemat
mengharapkan mereka memperoleh
(Faster delivery and cost savings).
layanan layaknya seperti layanan
Untuk organisasi pendidikan (seperti
kampus yang sesungguhnya
PT besar) yang membutuhkan
d. Pembiayaan dan aturan (fees and
penyampaian infromasi secara cepat.
policy development)
Modul online merupakan cara yang
cepat dan murah dari pada
mengirimkan melalui paket (Kasus
pada Universitas Terbuka).
c. Peningkatan pengawasan dan
Standardisasi (Improved control and
standardization). Dengan

245
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

HASIL DAN PEMBAHASAN ditempatkan seksi-seksi mata kuliah


yang ditawarkan pada salah satu
Sistem e-Learning Mata Kuliah semester aktif.
Umum Universitas Negeri Padang
(UNP), merupakan cikal bakal dari Halaman Utama e-Learning MKU UNP
sebuah sistem e-learning yang dimiliki Padang
oleh UNP Padang dengan model Aplikasi LMS/CMS Moodle yang telah
rancangan sebagai berikut : dikembangkan sesuai dengan kebutuhan
BJJ MKU UNP Padang, ditempatkan
pada sebuah server e-learning pada
alamat: http://elearning.unp.ac.id/,
dengan tampilan halaman utama e-
Learning MKU UNP PADANG seperti
terlihat pada Gambar 6. Pada halaman
utama (frontpage) akan terdapat
beberapa informasi utama yang
ditampilkan, sesuai dengan konfigurasi
yang dilakukan oleh admin sistem,
Gambar 4. Rancangan Sistem e-
antara lain :
Learning Mata Kuliah Umum UNP
a. Kategori Kursus (Perkuliahan)
Memberikan informasi kepada
Sistem e-Learning akan ditempatkan
peserta tentang perkuliahan yang
pada system server yang dimiliki oleh
tersedia, yang dikelopokkan ke
UNP yang dapat diakses oleh
dalam kategori-kategori : 1)
mahasiswa dalam dua model koneksi,
Pendidikan Agama, 2) Pendidikan
yaitu :
Pancasila, 3) Bahasa Indonesia, 4)
1. Koneksi melalui Jaringan lokal (LAN)
Bahasa Inggris, 5)
UNP yang menghubungkan para
Kewarganegaraan, 6) Ilmu Kealaman
peserta kuliah umum melalui server
Dasar, 7) Ilmu Sosial dan Budaya
Fakultas masing-masing mahasiswa.
Dasar. Untuk melihat kode seksi
2. Koneksi melalui fasilitas Internet,
perkuliahan apa saja yang tersedia di
baik melalui jaringan rumah, ataupun
dalam suatu kategori, dapat diklik
Warnet-warnet yang tersebar luas di
pada masing-masing kategori.
kota Padang dan kota-kota lainnya
Misalnya untuk melihat kode seksi
di Sumatera Barat.
perkuliahan yang tersedia pada
Untuk mengakomodasi kebutuhan
kategori Mata Kuliah Agama, dapat
perkuliahan dengan bentuk e-Learning,
dilihat pada Gambar 7.
maka pengelompokkan mata kuliah
dilakukan melalui suatu system kategori
yang disesuaikan dengan mata kuliah
induk masing-masing seksi mata kuliah,
seperti terlihat pada gambar 5.

Gambar 5. Kelompok Kategori mata Gambar 6. Tampilan Halaman utama


Kuliah Umum UNP e-Learning UNP PADANG

Dibawah masing-masing induk


kategori mata kuliah, kemudian

246
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

3. Mendaftarkan Account ke e-Learning


Untuk mendaftarkan diri sebagai
user baru di e-learning MKU ini, dapat
dilakukan dengan langkah sebagai
berikut :
a. Pada menu Login terdapat pilihan,
untuk mendaftar pada situs e-
learning Silahkan daftar untuk jadi
anggota baru, seperti terlihat pada
Gambar 9.

Gambar 7. Kode seksi Mata kuliah pada


kategori Pendidikan Agama

b. Berita Situs. Berisi informasi umum Gambar 9. Opsi mendaftar pada


yang disampaikan oleh admin atau login form
dosen kepada peserta e-learning,
sehingga informasi ini menjadi b. Langkah yang sama juga dapat
suguhan utama yang akan dibaca dilakukan dengan mengklik tombol
oleh semua orang. Login yang terdapat pada pojok
kanan atas situs e-elearning,
sehingga akan tampil halaman login
dan halaman pendaftaran, klik
tombol Create new Account atau
Daftar jadi anggota baru.

Gambar 8. Berita situs e-learning UNP

c. Welcome Screen. Welcome screen


berisi sebuah informasi umum
tentang situs e-learning, yang
memberikan welcome greeting Gambar 10. Halaman Login daftar
kepada setiap pengunjung Account
d. Kelender. Memberikan informasi
grafis tentang penanggalan dan c. Kemudian akan muncul halaman
kelender pada saat LMS diakses. form pendaftaran, isi lengkap form ini
Untuk dapat mengkases dan sesuai dengan data yang anda
memanfaatkan semua fasilitas inginkan
pembelajaran di dalam LMS ini,
sudah ditetapkan aturan administrasi, 4. Login ke dalam Sistem LMS
pengguna harus login terlebih Untuk dapat memanfaatkan
dahulu, baik Admin, Dosen, fasilitas LMS ini, maka semua peserta/
Mahasiswa apalagi pendatang umum pengguna menerima konfirmasi dari
(guest). Untuk itu pengguna harus Admin tentang Accepted Account dari
mendaftarkan diri ke dalam sistem e- Admin, kemudian harus melakukan login
Learning ini. terlebih dahulu. Silahkan gunakan user
id dan password default yang
diberikan Administrator sistem untuk
melakukan login.

247
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

Terdapat dua metoda untuk masuk Learning sesuai dengan buku Pedoman
ke dalam sistem : Akademik yang diterbitkan oleh BAAK
a. Masuk melalui Link Mata Kuliah UNP semester Juli – Desember 2009,
Seorang user bisa saja sudah berada seperti terlihat pada Gambar 13.
pada halaman kategori mata kuliah
yang akan diaksesnya, maka untuk
masuk ke dalam mata kuiah tersebut,
user dapat mengklik dua kali pada
judul mata kuliah tersebut.

b. Masuk melalui fasilitas Login


Metoda lain adalah dengan mengklik
menu Login yang terdapat pada
halaman utama situs e-Learning
MKU UNP. Lihat Gambar 11.

Gambar 13. Data Account Dosen MKU


UNP

6. Profile dan Update Profile Dosen


Setelah user Dosen melakukan
login dan mengubah password-nya,
maka selanjutnya Dosen melakukan
Gambar 11. Login ke dalam sistem perbaikan terhadap data profile yang
e-Learning mungkin belum lengkap atau terdapat
kekeliruan dari data default setelah
Kemudian akan tampil halaman login. dimasukkan pada saat mendaftar,
Masukkan User ID pada textbox dengan mengaktifkan tab Ubah Profil.
Nama Pengguna, dan Password ke
textbox password, kemudian
lanjutkan dengan mengklik tombol
Login, seperti terlihat pada Gambar

Gambar14. Halaman profil seorang user

Gambar 12. Halaman Login User Daftar Pustaka

Untuk menjaga karahasiaan hak Ali Amran. 1997. Panduan Kegiatan


authetikasi user khususnya pengajar/ Penelitian IKIP Padang, Padang :
dosen (teacher), maka telah Lembaga Penelitian IKIP Padang
ditetapkan setelah login pertama kali,
Eom, Sean. B, et.al. 2005. The
setiap user harus mengganti
Determinants of Web-Based
password masing-masing sesuai
Instructional Systems Outcome and
dengan kebutuhan masing-masing
Satisfaction : An Empirical
user.
Investigation, on Cognitive Aspext
of Online Program, Editor by Paul
5. Data Account Dosen Pembina MKU
Darbyshire. Harshey, USA : IRM
UNP
Press.
Data account dosen pembina MKU
didaftarkan oleh Administrotor e-

248
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

Hefzallah, Ibrahim Michael. (2004).The Pratt, Keith and Pallof, Rena M. (2003).
New Educational Technologies and The Virtual Student : A Profile and
Learning, Springfield, Illionis, USA : Guide to Working with Online
Charles C Thomas Publisher, Ltd. Learners, San Francisco, USA :
Jossey-Bass an Imprint of Wiley
Khan, Badrul . (2005). Managing E-
Learning Strategies: Design, Shanks, Patty and Amy Sitze. (2004).
delivery, implementation and Making Sense of Online Learning,
evaluation. Washington : A Guide for Beginners and the
Information Science Publishing. Truly Skeptical. San Francisco,
USA : Pfeiffer, John Wiley & Son,
Long, Huey B. (2004). E-Learning : An
Inc.
Introduction dalam Getting The
Most from Online Learning, Editor Turmel, Wayne. 2004. Managing
by Piskurich, George. M. San Distraction for E-Learner, on
Francisco, USA : Pfeiffer, John Getting The Most from Online
Wiley & Son, Inc. Learning, Editor by Piskurich. San
Francisco : Pfeiffer, an imprint of
McNaught, Carmel, Poon, Paul W.T and
Wiley.
Ching, Hsianghoo Steve. (2006).
Issues in Organizing and Wright, Maurice, W. (2004). Creating and
Diseeminating Knowledge in The Using Multiple Media in Online
21th Century, dalam Ching, Course, dalam Monolescu,
Hsinghoo Steve at.al (Ed). Dominique, et.al. (Ed) : The
eLearning and Digital Publishing, Distance Education Evolution :
Netherland : Springer. Issue and Case Studies, Harshey,
PA, USA : Information Science
Piskurich, George, M. 2004. Chat Rooms
Publishing.
and Discussion Board, on Getting
The Most from Online Learning,
Editor by Piskurich. San Francisco :
Pfeiffer, an imprint of Wiley.

249
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

250
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

PERANAN MEDIA AJAR DALAM PROSES


BELAJAR JARAK JAUH (BJJ)

Oleh:
Asmar Yulastri*)

ABSTRACT

Medium of instruction is one important element in learn and learning that can
enhance the learning process, which in turn is expected to enhance learning outcomes.
There are several reasons why the medium of instruction to enhance learning outcomes.
The first reason is to benefit the medium of instruction in the teaching process can
produce a more varied teaching methods, teaching materials will be more clear, to attract
the attention of students and generate motivation to learn. The second reason is related to
the level of human thinking and the ability to absorb different materials in accordance with
their level of development of each individual. Through appropriate learning media abstract
things can be concrete and complex things can be simplified, so that the student's
understanding to a material can be improved.
In developing an instructional media for distance learning, should always refer to
the domain of technology teaching, through the elaboration of each element in it Ely
(1996). In relation to the distance learning using the internet facility with the e-Leaning
should be made as one of teaching technology, especially implemented as a medium of
communication process information that is in education.
In practice, the use of techniques and instructional media utilization also provide
a great share in attracting the attention of students in the PBM, because basically the
media has two main functions, namely the media as a tool and the media as a source of
learning for students (Djamarah, 2002; 137 )
Completion or update instructional media in accordance with the demands of the
development of scientific material can be done periodically. In addition, the refinement of
method of presenting learning material can also be done either based on feedback from
learners as well as on the assessment results of teacher / lecturers as the person in-
charge or the builder's own learning materials.

*) Dosen Fakultas Teknik Universitas Negeri Padang

PENDAHULUAN

Seiring dengan pesatnya kemajuan media Mmerupakan suatu keharusan.


teknologi informasi dan komunikasi, Dapat dikatakan bahwa sebagian besar
maka pendidikan jarak jauhpun bahan ajar pada BJJ disampaikan
mengalami perkembangan. Dengan melalui berbagai jenis media, baik cetak
memanfaatkan teknologi maka daya maupun non cetak. Sepanjang sejarah
jangkaunya menjadi semakin luas, dan penyelenggaraan pendidikan jarak jauh,
efektifitasnya dalam menyampaikan media telah digunakan sebagai sarana
materi pembelajaran juga semakin penyampai materi ajar. Adanya
meningkat. Pada saat ini sistem keterpisahan antara pengajar dengan
pendidikan jarak jauh telah peserta didik , maka diperlukan media
mengintegrasikan pula berbagai jenis sebagai sarana komunikasi yang
media yang kemampuan interaktifnya menjembatani antara pengajar dengan
semakin meningkat. peserta didik. Kehadiran media inilah
Dalam penyelenggaraan Program yang menjadi salah satu ciri kesamaan
Belajar Jarak Jauh (BJJ), penggunaan diantara institusi penyelenggara BJJ di

251
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

semua tempat. Sementara yang a. Peranan Media Ajar dalam Proses


membedakan institusi yang satu dengan Pembelajaran
yang lain adalah pilihan jenis media yang
Strategi mengajar menurut
digunakannya. Variasi penggunaan
Muhibbin Syah (2002), didefinisikan
media antar institusi penyelenggara BJJ
sebagai sejumlah langkah yang
sangat beragam mengingat banyaknya
direkayasa sedemikian rupa untuk
jenis media yang bisa dimanfaatkan
mencapai tujuan pengajaran tertentu.
mulai media yang sederhana sampai
Strategi mengajar ini mencakup
yang canggih. Berikut akan dibahas
beberapa tahapan, seperti:
secara sekilas bagaimana peran media
dalam Program Belajar jarak Jauh, dan 1) Strategi perumusan sasaran proses
jenis media pembelajaran apa saja yang belajar mengajar (PBM), yang
dapat sering digunakan dalam Belajar berkaitan dengan strategi yang akan
Jarak Jauh (BJJ). digunakan oleh pengajar dalam
menentukan pola ajar untuk
HASIL DAN PEMBAHASAN mencapai sasaran PBM.
2) Strategi perencanaan proses belajar
Media pengajaran merupakan mengajar, berkaitan dengan langlah-
salah satu unsur penting dalam belajar langkah pelaksanaan mencapai
dan pembelajaran yang dapat sasaran yang telah ditetapkan.
mempertinggi proses belajar, sehingga Dalam tahap ini termasuk
pada akhirnya diharapkan dapat perencanaan tentang media ajar
mempertinggi hasil belajar. ada yang akan digunakan.
beberapa alasan mengapa media
pengajaran dapat mempertinggi hasil 3) Strategi pelaksanaan proses balajar
belajar. Alasan pertama adalah menfaat mengajar, berhubungan dengan
media pengajaran dalam proses pendekatan sistem pengajaran yang
pengajaran dapat menghasilkan metode benar-benar sesuai dengan pokok
mengajar yang lebih bervariasi, bahan bahasan materi ajar.
pelajaran akan lebih jelas, dapat menarik Dalam pelaksanaannya, teknik
perhatian siswa/mahasiswa dan penggunaan dan pemanfaatan media
menimbulkan motivasi belajar. Alasan turut memberikan andil yang besar
kedua adalah berkenaan dengan taraf dalam menarik perhatian siswa/
berfikir dan kemampuan manusia dalam mahasiswa dalam PBM, karena pada
menyerap materi yang berbeda sesuai dasarnya media mempunyai dua fungsi
dengan taraf perkembangan masing- utama, yaitu media sebagai alat bantu
masing individu. Melalui media dan media sebagai sumber belajar bagi
pembelajaran yang tepat hal-hal yang mahasiswa (Djamarah, 2002; 137).
abstrak dapat dikongkretkan dan hal-hal
yang kompleks dapat disederhanakan, Menurut Nana (2001), media
sehingga pemahaman mahasiswa untuk pengajaran merupakan salah satu unsur
suatu materi dapat ditingkatkan. penting dalam belajar dan pembelajaran
yang dapat mempertinggi proses belajar,
Dalam mengembangkan suatu sehingga pada akhirnya diharapkan
media pembelajaran, haruslah senatiasa dapat mempertinggi hasil belajar. Lebih
mengacu kepada domain dari teknologi jauh menurut Nana Sudjana, ada
pengajaran, melalui kolaborasi masing- beberapa alasan mengapa media
masing elemen di dalamnya. pengajaran dapat mempertinggi hasil
Sebagaimana yang dikemukakan oleh belajar. Alasan pertama adalah menfaat
Ely (1996) : Instructional technology is media pengajaran dalam proses
the theory and practice of design, pengajaran dapat menghasilkan metode
development, utilization, management mengajar yang lebih bervariasi, bahan
and evaluation of processes and pelajaran akan lebih jelas, dapat menarik
resources for learning. perhatian siswa/mahasiswa dan

252
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

menimbulkan motivasi belajar. Alasan memungkinkan untuk dimanfaatkan


kedua adalah berkenaan dengan taraf dalam proses pendidikan, terutama
berfikir dan kemampuan manusia dalam sebagai sarana pembawa konten
menyerap materi yang berbeda sesuai pendidikan (edcuational delivery
dengan taraf perkembangan masing- medium), dengan demikian ikatan lokasi
masing individu. Melalui media dan waktu belajar yang selama ini sering
pembelajaran yang tepat hal-hal yang menjadi “Penjara ” bagi peserta didik
abstrak dapat dikongkretkan dan hal-hal akan dapat memberikan keleluasaan dan
yang kompleks dapat disederhanakan, keluwesan bagi mereka untuk
sehingga pemahaman mahasiswa untuk mendapatkan sumber materi ajar
suatu materi dapat ditingkatkan. dimanapun dan kapanpun.
Hefzallah (2004 : 174),
Dalam mengembangkan suatu
mengungkapkan beberapa karakteristik
media pembelajaran, haruslah senatiasa
unik yang dimiliki oleh Internet dan
mengacu kepada domain dari teknologi
aplikasi-aplikasi potensialnya untuk
pengajaran, melalui elaborai masing-
diimplementasikan di dalam pendidikan,
masing elemen di dalamnya,
yaitu :
sebagaimana yang dikemukakan oleh
The unique characteristic of the
Ely (1996) : Instructional technology is
Internet stem from its nature as global
the theory and practice of design,
information system. The Internet has its
development, utilization, management
root in connecting people to share ideas
and evaluation of processes and
and information and in connecting
resources for learning.
people with sites that store information.
Dari uraian tersebut maka teknologi These are the reason for existence and
internet dengan e-learningnya tremedous growth”.
mendapatkan peluang untuk dijadikan Lebih jauh Hefzallah (2004: 175 –
sebagai salah satu teknologi pengajaran, 180) mengungkapkan fitur – fitur unik
terutama akan dapat diimpelementasikan yang dimiliki oleh Internet tersebut antara
sebagai media informasi dari proses lain :
komunikasi yang ada di dalam 1. Akses universal, memungkinkan
pendidikan. Proses komunikasi dalam orang untuk mendapat informasi dari
pengajaran tersebut digambarkan oleh dan di seluruh dunia tanpa dibatas
Heinich et.al (1999) sebagai berikut : oleh batas fisik negara.
2. Kaya akan Multimedia resources,
sehingga menjadikan internet
sebagai informasi interaktif yang
paling digemari.
3. Media Publishing, memungkinkan
orang dari manapun dan siapapun
dapat mencari, mendapatkan dan
menambahkan dokumen ke
dalamnya.
4. Media interaktif, memungkinkan
penggunanya untuk berinteraksi
dengan seluruh konten dan entitas
pengguna lainnya baik dalam real
Gambar 1. Proses Komunikasi dalam
time maupun asyncchronuos time.
Pengajaran (Heinich et.al.199.
Dengan keempat fitur ini, menjadikan
Sebagai sebuah jaringan global,
Internet sebagai salah satu bentuk media
Internet menjadikan batas ruang dan
alternatif dalam penyampaian materi ajar
waktu semakin menipis, maka kondisi
dalam pendidikan, sehingga dapat
dasar teknologi internet dan aplikasi
memberikan kesempatan yang seluas-
yang berjalan di atasnya ini
luasnya bagi peserta untuk

253
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

mengkasesnya dimanapun dan Web-based instruction (WBI), Web-


kapanpun. based training, Internet-Based training
Disamping itu dengan kemampuan (IBT) dan banyak istilah lainnya, yang
kontent yang dimiliki oleh internet, disarikan bahwa e-learning digunakan
menurut Wright (2004), memungkinkan untuk merepresentasikan pengajaran
seorang pengembang model e-learning yang bersifat terbuka (open), fleksibel,
untuk memanfaatkan multiple media dan terdistribusi. Lebih jauh Khan
dalam kursus online yang (2005), mendefinisikan e-learning :
dikembangkannya, sehingga dengan E-learning can be viewed as an
demikian akan menjadikan kursus innovative approach for delivering well-
tersebut semakin interaktif dan informatif. design, learner-centered, interactive,
McNaught et.al (2006:3-4) and facilitated learning environment to
mengungkapkan bahwa informasi anyone, anyplace, anytime by utilizing
teknologi dan information literacy the attributes and resources of various
merupakan teknologi yang dapat digital technologies along with other
dimanfaatkan sebagai penunjang proses form of learning materials suited for
pendidikan, dengan tujuan agar peserta open, flexible and ditributed learning
didik dapat meng-construct environtment.
pengetahuannya. Hal ini didefinisikan Pengembangan e-learning tesebut,
sebagai ”accessing, evaluating, harus dikembangkan dalam berbagai
managing and communicating aspek, yang disebut dengan e-learning
information’, and as a pre-requisite for framework (khan, 2005), yang mencakup
constructivist learning”. Semua proses semua aspek dalam pengajaran, seperti
information literacy tersebut di atas, pedagogiik, teknologi, perancangan
digambarkan sebagai berikut : antar muka, evaluasi, manajemen,
sumber daya pendukung, etika dan
institusional, yang dapat digambarkan
sebagai berikut :

Gambar 2. Hubungan information


literacy dan e-learning Gambar 3. E-Learning Framework
b. E-Learning sebagai Media Online learning menurut Shank dan
Pembelajaran Sitze (2004:2) adalah usaha
Long (2004) mengungkapkan pembelajaran yang melibatkan
bahwa dengan perkembangan teknologi penggunaan teknologi jaringan (seperti
digital, internet dan multimedia yang Internet atau jaringan bisnis) untuk
sangat cepat, web telah menjadi satu proses penyampaian dan penyebaran
kekuatan global, interaktif, dinamis, serta informasi, pendukung dan penilaian
menjadi media belajar dan pengajaran. formal dan informal pengajaran.
Internet menyediakan suatu peluang Dimana dan bagaimana hal ini
untuk mengembangkan learning–on- dapat dilakukan ? Melalui sumber daya
demand dan learner-centered instruction dan material online, pustaka elektronis
and training. Berbagai istilah diberikan (digital library), material pengajaran dan
untuk aktifitas online learning ini muncul kursus, diskusi realtime dan non
seperti : Web-based learning (WBL), realtime, chatting, e-mail, konferensi dan

254
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

aplikasi-aplikasi knowledge sharing, tapi model virtual student, terdapat beberapa


perlu dicatat bahwa online learning kebutuhan utama mereka dalam
bukanlah aplikasi online yang bersifat mendukung kesuksesan pelaksanaan e-
ekslusif. Penggunaan teknologi untuk learning, antara lain :
penmbelajaran merupakan suatu 1. Fakus pada peserta didik (focus on
tambahan yang berarti untuk pengajaran learner)
di kelas dan peluang dalam Kursus dan program dikembangkan
mengembangan bentuk lain dari face-to- dengan mengutamakan kebutuhan
face learning. peserta, dan peserta diperlakukan
Beberapa alasan utama, untuk layaknya seorang customer
menggunakan online-learning, menurut 2. Pelatihan dan Dukungan Teknis
Shank dan Sitze (2004:2-3), antara lain : (training and technical support)
1. Meningkatkan akses dan fleksibelitas Peserta medapatkan pelatihan dalam
(Improved access and flexibility). penggunaan teknologi dan
User dapat login di terminal komputer mempunyai akses ke layanan
manapun, kapanpun untuk dukungan (suport services)
menuntaskan suatu pelajaran yang 3. Layanan siswa terpadu (integrated
mengacu pada material pengajaran. student services)
2. Cepat dalam penyebaran dan hemat Siswa mengharapkan mereka
(Faster delivery and cost savings). memperoleh layanan layaknya
Untuk organisasi pendidikan (seperti seperti layanan kampus yang
PT besar) yang membutuhkan sesungguhnya
penyampaian infromasi secara cepat. 4. Pembiayaan dan aturan (fees and
Modul online merupakan cara yang policy development)
cepat dan murah dari pada
mengirimkan melalui paket (Kasus C. Beberapa Jenis Bahan dan Media
pada Universitas Terbuka). Pada Program Belajar Jarak Jauh
3. Peningkatan pengawasan dan
Standardisasi (Improved control and 1. Media Cetak
standardization). Dengan Media cetak salah satu media yang
memanfaatkan online learning, paling banyak digunakan dalam
lembaga training skala besar pelaksanaan program belajar jarak
(nasional/ internasinal), akan jauh. Bahan ajar cetak dapat
mempunyai standar mutu yang sama berwujud dalam berbagai bentuk,
disetiap perwakilannya (Seperti seperti: buku materi pokok, buku
Sertifikasi Cisco). panduan belajar, pamflet, brosur,
4. Memperbaiki Komunikasi dan peta, chart. Bentuk cetakan ini tidak
Kerjasama (Enhanced hanya berupa tulisan, tetapi dapat
communication and collaboration). juga menampilkan gambar-gambar,
Perangkat lunak tertentu, foto, grafik, tabel, dll. Dari sekian
memungkinkan peserta saling banyak jenis media cetak tersebut,
berkomunikasi, bekerjasama dalam modul merupakan bahan ajar cetak
suatu projek dan berbagi dokument utama yang digunakan dalam
tanpa harus melakukan perjalanan pendidikan terbuka dan jarak jauh.
jauh. Modul telah dirancang dan
Untuk mencapai hasil yang dikembangkan sedemikian rupa
maksimal dalam pengembangan model sehingga memungkinkan peserta
e-Learning tersebut, perlu didik dapat belajar dengan sekecil
dipertimbangkan pertama kali, disamping mungkin mendapat bantuan dari
aspek instructional technology-nya maka guru/tutor.
perlu juga dipertimbangkan hal-hal yang
berhubungan dengan kebutuhan peserta
didik secara virtual. Pratt dan Pallof
(2003), mengemukakan bahwa dalam

255
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

2. Media Massa Elektronik PENUTUP


Pemanfaatan media massa
Elektronik dalam BJJ seperti siaran Penggunaan media ajar dalam
radio dan siaran televisi merupakan penyelenggaraan Program Belajar Jarak
sebuah alternatif penyampaian Jauh (BJJ), merupakan suatu
bahan ajar yang cukup efektif larena keharusan. Dapat dikatakan bahwa
bersifat terbuka dan berdaya jangkau sebagian besar bahan ajar pada BJJ
luas. Penggunaan media massa disampaikan melalui berbagai jenis
sebagai alat pendidikan tidak saja media, baik cetak maupun non cetak.
menguntungkan peserta didik yang Penyelenggaraan program belajar jarak
terdaftar dalam institusi pendidikan jauh, media telah digunakan sebagai
jarak jauh, tetapi masyarakat umum sarana penyampaian materi ajar.
yang tertarik untuk memperluas Adanya keterpisahan antara pengajar
wawasan pengetahuannya dapat dengan peserta didik, maka diperlukan
pula mengikuti program yang media sebagai sarana komunikasi
ditayangkan atau disiarkan. yang menjembatani antara pengajar
dengan peserta didik. Kehadiran media
3. Media Personal menjadi salah satu ciri kesamaan
Keberadaan media personal dalam diantara institusi penyelenggara BJJ di
BJJ adalah kebalikan dari media semua tempat. Sementara yang
massa. Media massa adalah media membedakan institusi yang satu dengan
yang bersifat terbuka, artinya baik yang lain adalah pilihan jenis media yang
peserta didik yang terdaftar maupun digunakannya.
tidak terdaftar dapat menggunakan Bahan ajar cetak dapat berwujud
dan mempelajari materi-materi ajar dalam berbagai bentuk, seperti: buku
yang disampaikan melalui media materi pokok, buku panduan belajar,
tersebut. Sebaliknya media personal pamflet, brosur, peta, chart. Bentuk
adalah media yang digunakan secara cetakan ini tidak hanya berupa tulisan,
personal atau perorangan, dan tetapi dapat juga menampilkan gambar-
biasanya digunakan oleh mereka gambar, foto, grafik, tabel, dll
yang telah terdaftar pada suatu Disamping itu Media-media lain yang
institusi BJJ. Media-media yang sering digunakan adalah : personal-
masuk dalam katagori ini antara lain: computer (PC), audio-cassette player,
personal-computer (PC), audio- VCR; Televisi, siaran radio yang
cassette player, VCR; yang kesemuanya memberikan fleksibilitas
kesemuanya memberikan fleksibilitas bagi peserta didik dalam
bagi peserta didik dalam penggunaannya.
penggunaannya. Peserta didik bebas
untuk menggunakannya kapan saja,
dimana saja , disesuaikan dengan Daftar Pustaka
kebutuhan dan kemampuan mereka.
Tentu saja dengan syarat masing- Ely, Donald. P. (2006). Instructional
masing peserta didik memiliki akses Technology : Contemporary
terhadap penggunaan media Framework, dalam Plomp,
tersebut. Kita akan melihat satu Tjeerd, and Ely, Donald P (Ed).
persatu jenis media yang termasuk International Encyclopedia of
dalam kategori media personal ini Educational Technology,
lebih mendalam. Oxford, UK : Elsevier Science
Ltd.
Eom, Sean. B, et.al. 2005. The
Determinants of Web-Based
Instructional Systems Outcome
and Satisfaction : An Empirical

256
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

Investigation, on Cognitive Long, Huey B. (2004). E-Learning : An


Aspext of Online Program, Introduction dalam Getting The
Editor by Paul Darbyshire. Most from Online Learning,
Harshey, USA : IRM Press. Editor by Piskurich, George. M.
San Francisco, USA : Pfeiffer,
Ganefri. (2008), Pengembangan Model
John Wiley & Son, Inc.
Online Learning Untuk Program
BJJ (Belajar Jarakjauh) McNaught, Carmel, Poon, Paul W.T and
Kerjasama FT UNP dan P4TK Ching, Hsianghoo Steve.
Medan. Lembaga Penelitian (2006). Issues in Organizing and
UNP. Diseeminating Knowledge in
The 21th Century, dalam Ching,
Hawkridge, David .(2000). Distance
Hsinghoo Steve at.al (Ed).
Learning and Instructional
eLearning and Digital
Design in International Setting,
Publishing, Netherland :
dalam Reiser, Rabert A.,
Springer.
Dempsey, John V (Ed). Trends
and Issues in Instructional Morrison, Don. (2003). E-Learning
Design and Technology. Upper Strategies : How to Get
Saddle River, New Jersey, USA Implementation and Delivery
: Merril an imprint of Prentice Right First Time, Chichester,
Hall, Inc. England : Wiley & Sons, Inc
Hefzallah, Ibrahim Michael. (2004).The Muhibbin Syah. (2002). Psikologi
New Educational Technologies Pendidikan dengan Pendekatan
and Learning, Springfield, Baru. Bandung : Rosda karya
Illionis, USA : Charles C Nana Sudjana, dan Ahmad Rivai.(2001).
Thomas Publisher, Ltd. Media Pengejaran. Jakarta :
Sinar Baru Algesindo.
Heinich, R., Molenda, M.,Russell, J.D, &
Smaldino, S. (1999). Newby, Timothy J, et.al.(2000).
Instructional Media and Instructional Technology for
Technologies for Learning, 6th Tecahing and Learning. Upper
Ed, Upper Saddle River, New Saddle River, New Jersey, USA
Jersey, USA : Prentice Hall, Inc. : Merrill an Imprint of Prentice
Hall, Inc.
Horton, William and Horton, Katherine.
(2003). E-Learning : Tools and Oetomo, B.S.D dan Priyogutomo, Jarot.
Technologies, Indianapolis, USA (2004). Kajian Terhadap Model
: Wiley & Sons, Inc. e-Media dalam Pembangunan
Sistem e-Education, Makalah
Cole, Jason. (2005). Using Moodle, USA
Seminar Nasional Informatika
: O’Reilly
2004 di Universitas Ahmad
Khan, Badrul . (2005). Managing E- Dahlan Yogyakarta pada 21
Learning Strategies: Design, Februari 2004.
delivery, implementation and
Piskurich, George, M. 2004. Chat Rooms
evaluation. Washington :
and Discussion Board, on
Information Science Publishing.
Getting The Most from Online
Kyrish, Sandy. (2004). Creating Online Learning, Editor by Piskurich.
Program, dalam Monolescu, San Francisco : Pfeiffer, an
Dominique, et.al. (Ed) : The imprint of Wiley.
Distance Education Evolution :
Issue and Case Studies,
Harshey, PA, USA : Information
Science Publishing.

257
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

Rice IV, William H. (2006). Moodle, E- Wetzel, Karen A. (2006). Developing and
Learning Course Development : Managing a Professional
A Complete Guide to successfull Development Distance Learning
learning using Programme : The ARL/OLMS
Moodel.,Birmingham, UK : Pack Online Lyceum, dalam Ching,
Publishing. Hsinghoo Steve at.al (Ed).
eLearning and Digital
Shanks, Patty and Amy Sitze. (2004).
Publishing, Netherland :
Making Sense of Online
Springer.
Learning, A Guide for Beginners
and the Truly Skeptical. San Wright, Maurice, W. (2004). Creating and
Francisco, USA : Pfeiffer, John Using Multiple Media in Online
Wiley & Son, Inc. Course, dalam Monolescu,
Dominique, et.al. (Ed) : The
Stone, David E, and Koskinen,
Distance Education Evolution :
Canstance L. (2002). Planning
Issue and Case Studies,
and Design for High Tech Web-
Harshey, PA, USA : Information
Based Training, Boston : Artech
Science Publishing
House
Turmel, Wayne. 2004. Managing
Distraction for E-Learner, on
Getting The Most from Online
Learning, Editor by Piskurich.
San Francisco : Pfeiffer, an
imprint of Wiley.

258
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

KEMAHIRAN ICT SEBAGAI SATU ELEMEN KELESTARIAN MATA PELAJARAN


VOKASIONAL DI SEKOLAH MENENGAH HARIAN : SATU ANALISIS KAJIAN DELPHI

Oleh:
Asnul Dahar Minghat
asnul@utm.my
Ruhizan M.Yasin
ruhizan@ukm.my

ABSTRACT

The development of a high quality education system in Malaysia is among the country's
priorities. It is focused on the development of a human capital that is experienced, skilled,
progressive and exhibits high moral and ethical values. The Education Development
Master Plan (EDMP) 2006-2010 adopted by the Ministry of Education introduced 22
elective Vocational Subjects (VS) to the secondary school curriculum in order to develop
vocational skills that would prepare students for skilled and semi-skilled work after school
to underpin the economic development of the country. This study is to identify the key
elements which support the sustainability of Vocational Subjects in secondary schools in
Malaysia based on the strategies outlined by the International Centre for Technical and
Vocational Education and Training (UNEVOC) based in Bonn, Germany. Twelve panels
of experts in the field of Technical and Vocational Education in Malaysia have been
involved in a study involving four rounds Dephi. In the first round of interviews were
carried out on a panel of experts based on the interview protocol. The results of interviews
conducted found that ICT skills are one of the elements for the sustainable of VS in
secondary school. Subsequently a questionnaire was developed with an expert panel
through the second round Delphi study to the fourth round. Questionnaires completed will
be evaluated by teachers VS for their perception of ICT skills in the sustainability element
of the VS in the secondary school

Keywords: Sustainable Development, Sustainability, Vocational Subjects, Delphi Study,


ICT Skills
*)
Fakulti Pendidikan Universiti Teknologi Malaysia

PENDAHULUAN

Walaupun teknologi maklumat dan penggunaan penggunaan komputer


komunikasi atau Information sahaja tetapi pengaplikasiannya dalam
Communication Technology (ICT) telah pelbagai bidang. Dalam pendidikan
lama bertapak namun ia boleh dianggap teknikal dan vokasional penggunaan
baru dalam kalangan masyarakat komputer dan kemahiran ICT amatlah
Malaysia. Perkembangan (ICT) dan diperlukan dalam mereka bentuk sesuatu
peningkatan keupayaannya untuk rekaan atau ciptaan. Pada peringkat
kemudahan manusia dalam dekad yang lebih tinggi, kemahiran ICT dapat
sebelum ini akan berterusan (Abdullah & menggalakkan dan melahirkan inovasi,
Aminuddin, 2008). Kemahiran ICT di tranformasi individu dan perubahan
peringkat sekolah sememangnya tidak masyarakat (Jamalludin & Zaidatun,
dapat disangkal kepentingannya dalam 2003).
sistem pendidikan negara masa kini.
Pengetahuan dan kemahiran ICT tidak
hanya berkisar kepada kemahiran

259
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

Kelestarian didefinisikan keadaan yang Jadual 1: Mata Pelajaran Vokasional


tidak berubah atau yang terpelihara Mengikut Bidang
seperti asal (Kamus Dewan, 2002). Bidang Mata Pelajaran
Konsep kelestarian (sustainability) Vokasional
adalah merupakan sebahagian daripada Kejuruteraan 1. Menservis
wacana perbincangan peringkat /Perkhidmatan Peralatan Elektrik
antarabangsa semenjak tahun 80an lagi. Domestik
2. Pendawaian
Menurut Pavlova (2009), istilah
Domestik
Kelestarian Pembangunan atau 3. Menservis
Pembangunan Lestari (Sustainable Peralatan
Development) mempunyai pelbagai Penyejukan dan
makna dan definisi bergantung kepada Penyamanan
sesuatu organisasi. Walau Udara
bagaimanapun konsep Kelestarian 4. Kimpalan Gas dan
Pembangunan atau Pembangunan Arka
Lestari telah mula didefinisikan buat kali 5. Menservis
pertamanya di dalam Brundtland Motosikal
6. Gerontologi Asas
Commission Report, the World
dan Perkhidmatan
Commission on Environment and Pembinaan 1. Pembinaan
Development. Menurut Brundtland Domestik
(1987), Pembangunan Lestari telah 2. Membuat Perabot
dikonsepkan dalam pelbagai maksud 3. Kerja Paip
dan satu daripadanya ialah Domestik
”....development that meets the 4. Seni Reka Tanda
needs of the present without 5. Hiasan Dalaman
compromising the ability of future Asas
generation to meet their own needs....” Ekonomi 1. Rekaan dan
Rumahtangga Jahitan Pakaian
2. Katering dan
Menurut Ruhizan & Norzaini (2005),
Penyajian
kelestarian merupakan satu paradigma 3. Pemprosesan
pemikiran masa depan dimana aspek- Makanan
aspek keseimbangan persekitaran, 4. Penjagaan Muka
sosial dan ekonomi diambil kira dalam dan Dandanan
dalam perancangan pembangunan dan Rambut
penaiktarafan kualiti kehidupan. 5. Asuhan dan
Pendidikan Awal
Mata Pelajaran Vokasional (MPV) yang Kanak-kanak
mempunyai 22 mata pelajaran elektif 6. Gerontologi Asas
dan Perkhidmatan
adalah salah satu mata pelajaran yang
Pertanian 1. Landskap dan
telah diberi penekanan di dalam Pelan Nurseri
Induk Pembangunan Pendidikan (PIPP) 2. Tanaman Makanan
2006-2010 oleh Kementerian Pelajaran 3. Akuakultur dan
Malaysia. Jadual 1 menunjukkan mata Haiwan Rekreasi
pelajaran vokasional yang Aplikasi Komputer 1. Grafik
dikelompokkan mengikut bidang utama. Berkomputer
2. Produksi
Multimedia
Sumber: Kertas Konsep Mata Pelajaran
Vokasional, PPK (2001).

Kementerian Pelajaran Malaysia (KPM)


telah menetapkan National Key
Performance Indicator (NKPI) khusus
memperluaskan akses kepada

260
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

pendidikan berkualiti dan dan juga pengetua-pengetua berkesan


berkemampuan. Dalam NKPI yang ke-5, yang bertugas di universiti. Teknik ini
pendidikan Teknik dan Vokasional (PTV) lebih merupakan satu proses kumpulan
memainkan peranan lebih penting dalam yang menggunakan respon bertulis
agenda Malaysia. Minister Key daripada membawa individu untuk
Performance Indicators (MKPIs), berbincang bersama.
Kementerian Pelajaran Malaysia
mensasarkan penyertaan pelajar Pada umumnya kajian Delphi
sebanyak 100% dalam aliran vokasional mempunyai tiga sifat yang istemewa iaitu
dan kemahiran pada akhir tahun 2015. ketelusan, maklum balas terkawal dan
Menurut Ahmad Tajudin (2009) ,mata analisis statistik kumpulan (Dalkey &
pelajaran vokasional (MPV) adalah salah Armstrong 1989). Menurut Linstone dan
satu mata pelajaran dalam kumpulan Turoff (1975) lima asas utama kajian
teknik dan vokasional yang dilaksanakan Delphi adalah (1) sampel dipilih secara
di peringkat menengah di sekolah individu dan setiap sampel tidak
menengah harian yang akan diberi mengetahui jawapan sampel lain dalam
perhatian dalam usaha mencapai NKPI- kumpulan panel pakar yang dibentuk, (2)
5. Mulai tahun 2010 hingga 2015 sampel hanya mengetahui jawapan
terdapat meningkatan yang agak ketara sampel lain pada pusingan kedua
pelajar-pelajar yang akan mengambil apabila pengkaji melakukan analisis data
MPV dan menghantar dapatan kepada setiap
ahli panel, (3) sampel tidak menerima
Kajian Delphi merupakan penggunaan sebarang tekanan dari mana-mana
pendapat pakar. Penggunaan pendapat pihak mahupun sampel lain dalam
pakar untuk kajian telah bermula di menentukan jawapan soal selidik
RAND Corporation oleh Olaf Helmer dan mereka, (4) data dianalisis secara
Norman Dalkey dalam tahun 1953 yang statistik dan (5) data yang diberi oleh
mengkaji masalah-masalah tertentu sampel adalah tiada pilih kasih (tidak
dalam tentera (Helmer, 1968). Objektif bias) dan dengan demikian panel
utama kajian Delphi ialah mendapat memainkan peranan untuk mencari
maklum balas yang mempunyai kesahan penyelesaian.
yang tinggi terhadap masalah dan soal
selidik yang diberi kepada sekumpulan Bagi menjayakan matlamat dan objektif
panel pakar. Ini dilaksanakan dengan pelaksanaan MPV di sekolah menengah
memberikan setiap individu dalam harian, satu kajian telah dijalankan untuk
kumpulan panel pakar dengan satu soal mengenal pasti apakah elemen-elemen
selidik yang mengandungi soalan-soalan kelestarian bagi MPV. Elemen
yang sama disamping memasukkan juga kelestarian ini amat penting dalam usaha
maklum balas kumpulan panel pakar mengekal MPV dan yang meningkatkan
daripada pusingan sebelumnya (Helmer, kualiti kehidupan masyarakat negara ini
1968). selepas mengikuti MPV di sekolah
menengah harian.
Kajian Delphi selalu digunakan untuk
menggabungkan dan memurnikan METODOLOGI
pendapat daripada satu kumpulan pakar
yang heterogen berdasarkan maklumat Kajian Delphi sebanyak empat pusingan
yang dibekalkan secara kolektif dalam telah dilaksanakan dalam kajian ini.
proses penghakiman (Jones, 1979). Ianya bertujuan untuk mencapai tahap
Kajian Delphi pernah digunakan oleh kesepakatan pandangan yang tinggi
Daresh, Dunlap, Ganter & Hvizdak dalam kalangan panel pakar yang telah
(1998) dalam proses penyediaan dibentuk oleh pengkaji bagi
instrumen kajian pengetua yang menyenaraikan elemen-elemen
melibatkan pengetua-pengetua yang kelestarian MPV pelaksanaan pada
masih bertugas di daerah El Paso, Texas peringkat sekolah menengah harian.

261
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

Selanjutnya, dapatan kajian pada khususnya dari Kementerian


peringkat ini telah digunakan untuk Pelajaran Malaysia.
membina item-item soal selidik bagi
menjalankan kajian tinjauan kepada 4. Individu tersebut berkesanggupan
guru-guru MPV bagi mengenal pasti untuk menyertai sesi pusingan
tahap elemen-elemen kelestarian MPV kajian Delphi yang telah ditetapkan.
menurut pandangan mereka. Dalam
bidang penyelidikan pendidikan kaedah Panel pakar dipilih adalah berdasarkan
ini telah digunakan secara meluas bagi kerelaan dan keupayaan mereka
meramal dan mengenalpasti keperluan menyatakan pendapat tentang topik
dalam pendidikan. Contohnya dalam yang akan dibincangkan serta
pendidikan klinikal, kajian Delphi telah mempunyai pengalaman mendalam
digunakan dalam pelbagai cara berhubung perkara-perkara tersebut
termasuklah untuk meramal, merancang (French et. al, 2002) . Bertepatan
dan pembangunan kurikulum dengan kriteria-kriteria yang telah
(Thangaratinam & Redman, 2005). ditetapkan, seramai 12 orang panel
pakar telah terpilih (Dalkey et. al, 1972).
Sampel Kajian
Pemilihan sampel kajian ini adalah Pusingan pertama
dalam kalangan individu yang Dalam sesi pusingan pertama kajian
mempunyai tahap pengetahuan yang Delphi, pengkaji telah berjumpa dan
tinggi dalam bidang pendidikan teknikal menemu bual setiap peserta panel pakar
dan vokasional di Malaysia. Namun, ntuk mendapat elemen-elemen
Helmer (1968) dalam Steward et. al kelestarian MPV berdasarkan protokol
(1999) mengatakan sukar bagi pengkaji temu bual yang telah disediakan oleh
Delphi untuk memberikan gelaran pengkaji. Pengkaji juga telah
”pakar” kepada seseorang individu membincangkan konsep kelestarian
hanya berdasarkan penilaian masyarakat pembangunan atau pembangunan lestari
ke atas kelayakan akademik, tahap berdasarkan konteks Malaysia. Kaedah
sumbangan dan pencapaian kerjaya yang dijalankan pada pusingan pertama
mereka. Bagi tujuan penetapan sampel adalah satu kekuatan untuk meneroka
kajian, kriteria-kriteria seperti mana dan memahami fenomena sesuatu kajian
berikut sebagai asas panduan untuk secara lebih mendalam dan sistematik
penetapan panel pakar kajian Delphi dengan menyelami apa yang akan
iaitu : ditafsirkan oleh ahli-ahli panel pakar
1. Mempunyai Ijazah Doktor Falsafah melalui perbualan, luahan perasaan
(Ph.D) dalam bidang pendidikan serta pandangan mereka (Marohaini
teknikal dan vokasional (PTV) atau 2001; Bogdan dan Bliken 2002; Patton
pembangunan lestari bagi 2002). Seterusnya dapatan kajian
pensyarah Institut Pengajian Tinggi Delphi bagi pusingan pertama telah
Awam (IPTA); bagi pensyarah dijadikan asas untuk membentuk item
Institut Pendidikan Guru (IPG) telah soal selidik yang telah digunakan dalam
berkhidmat antara 10 hingga 15 sesi pusingan kedua kajian Delphi.
tahun dalam bidang PTV atau guru
yang telah mengajar melebihi 10 Pusingan kedua Kajian Delphi
tahun dalam bidang PTV.
Pada pusingan kedua, pengkaji sekali
2. Mempunyai pengetahuan tentang lagi bersemuka dengan setiap peserta
kurikulum dan pelaksanaan mata panel pakar yang dibentuk bagi
pelajaran PTV samada di peringkat menerang dan menjelaskan format dan
universiti, IPG dan sekolah. kaedah menjawab soal selidik yang telah
dibina berdasarkan dapatan pada
3. Golongan yang terlibat secara
pusingan pertama. Semasa berjumpa
langsung dalam pelaksanaan MPV
setiap orang peserta panel, mereka telah

262
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

diberi peluang untuk meneliti setiap item sekiranya tahap kesepakatan yang tinggi
dengan mendapatkan penjelasan dalam kalangan pakar telah dicapai dan
mengenai istilah yang kurang difahami. maklumat yang diperlukan telah
Selanjutnya, mereka telah berinteraksi diperolehi atau persetujuan awal
dengan instrumen soal selidik selama mengenai bilangan pusingan telah
dua minggu bagi menyatakan berjaya ditamatkan oleh pengkaji.
persetujuan, komen dan membuat
sebarang penambahbaikan terhadap HASIL DAN PEMBAHASAN
item instrumen soal selidik.
Profil Peserta Kajian Delphi
Pusingan ketiga Kajian Delphi
Seramai lapan orang staf akademik dari
Bagi pusingan ketiga, peserta panel Institut Pengajian Tinggi Awam Dan
pakar yang dibentuk oleh pengkaji telah Swasta, seorang pensyarah IPG, dua
diminta sekali lagi untuk memberi orang pegawai pelajaran dari
persetujuan terhadap item yang telah Kementerian Pelajaran Malaysia dan
dianalisis dalam pusingan yang seorang guru pakar telah dilantik
terdahulu tanpa menambah sebarang menjadi panel pakar kajian Delphi.
item yang baru. Alasan akan diberikan
sekiranya tahap persetujuan mereka Dapatan Kajian Delphi Pusingan
menjangkaui skala persetujuan majoriti Pertama – Temu bual
bagi sesi pusingan terdahulu.
Ringkasnya, sesi pada pusingan ketiga Temu bual yang telah dijalankan adalah
bertujuan untuk merapatkan jurang berdasarkan protokol temu bual yang
perbezaan pandangan dalam kalangan telah disediakan oleh pengkaji. Strategi
peserta panel pakar kajian Delphi. kelestraian pembangunan Pendidikan
Teknik dan Vokasional dan Latihan
(UNESCO, 2004) telah dijadikan asas
Pusingan keempat Kajian Delphi kepada pembentukan protokol temu
bual. Kemahiran ICT telah dikenal pasti
Tujuan pusingan keempat diadakan sebagai salah satu elemen kelestarian
adalah untuk merapatkan jurang MPV di sekolah menengah harian.
perbezaan pandangan dalam kalangan Berikut adalah petikan daripada Informan
peserta panel pakar yang dibentuk oleh atau panel pakar pada pusingan
pengkaji terhadap soal selidik yang telah pertama.
dianalisis pada pusingan ketiga.
Akhirnya, pada pusingan ini kesemua “Dia nak repair kereta, kereta makin lama
item soal selidik telah mencapai tahap makin complicated. Everythings is
kesepakatan yang tinggi dalam kalangan automatic sekarang. Dia nak tahu kena
pakar. picit mana…everythings is computer.
Dia kena faham sikit apa dia ICT. Ha,
Tindakan pengkaji untuk kita selalu tak bagi pelajar ni ICT.
memberhentikan bilangan pusingan Pelajar ni, dialah yang patut banyakan
apabila telah mencapai tahap komputer”… (Informan 4)
kesepakatan yang tinggi adalah selari “Dan… nak tak nak, kita perlu
dengan pendapat (Martino 1972; memasukkan elemen kemahiran ICT.
Delbecq et. al (1975); Ludwig 1997; Nilai-nilai kemahiran ICT tu, dapat
Bauder 1999). Pada pendapat mereka memudahkan, mempertingkatkan
bilangan pusingan dalam sesebuah kapasiti kita, sebagai pekerja yang
kajian Delphi yang mantap adalah antara mempunyai ilmu pengetahuan”
dua hingga sepuluh pusingan bagi ….(Informan 9)
menghadkan dapatan yang menepati
tujuan dan objektif kajian. Namun,
proses pusingan tersebut akan terhenti

263
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

Kajian Delphi Pusingan kedua hingga merupakan satu


keempat nilai tambah
kepada pelajar
Satu instrumen soal selidik telah MPV selain dari
kemahiran teknikal
dibangunkan bersama panel pakar
9 Pelajar MPV yang 4.66 5 1
melalui kajian Delphi pusingan pada
menguasai kema
kedua hingga pusingan keempat. Jadual hiran ICT boleh
2 di bawah menunjukkan instrumen soal menghasilkantugas
selidik yang telah dihasilkan bagi elemen an yang berkualiti
Kemahiran ICT. Petunjuk:
Min - Min
Jadual 2 Instrumen Soal Selidik Elemen Med - Median (tahap persetujuan panel
Kemahiran ICT pakar)
JAK - Julat Antara Kuartil ( 0 – 1 =
Elemen - menunjukkan kesepakatan yang tinggi
Bil Min Med JAK
Kemahiran ICT dalam kalangan panel pakar menurut,
1 Pelajar MPV perlu 4.25 5 1 Diana et.al 2004)
membuat laporan
pembelajaran
dengan Perbincangan
menggunakan
aplikasi komputer Melalui kajian yang telah dijalankan
2 Pelajar MPV harus 4.25 5 1 mendapati kemahiran ICT telah dikenal
diberi pendedahan pasti sebagai salah satu elemen
untuk kelestarian mata pelajaran vokasional
menggunakan (MPV) di sekolah menengah harian.
peralatan teknologi Pada akhir pusingan keempat kajian
maklumat dengan Delphi menunjukkan kesepakatan yang
cekap
tinggi dalam kalangan panel pakar
3 Pelajar MPV perlu 4.25 5 1
melayari internet
dengan nilai JAK = 1 dan median = 5
untuk mencari (sangat besetuju) terhadap setiap
maklumat bagi instrumen soal selidik bagi elemen
menyiapkan kemahiran ICT. Antaranya; (i) Pelajar
tugasan berkaitan MPV perlu membuat laporan
MPV pembelajaran dengan menggunakan
4 Kemahiran ICT 4.25 5 1 aplikasi komputer, (ii) Pelajar MPV perlu
perlu dijadikan satu diberi pendedahan penggunaan
kriteria dalam komputer dengan cekap, (iii) Pelajar
penilaian pelajar MPV perlu melayari internet untuk
MPV
mencari maklumat bagi menyiapkan
5 Kemahiran ICT 4.25 5 1
boleh melahirkan
tugasan berkaitan, (iv) Kemahiran ICT
pelajar MPV yang perlu dijadikan satu kriteria penilaian
lebih kreatif dan pelajar, (v) Kemahiran ICT boleh
inovasi melahirkan pelajar yang lebih kreatif dan
6 Kemahiran ICT 4.25 5 1 inovatif, (vi) Kemahiran ICT perlu bagi
perlu bagi mereka mereka bentuk projek yang akan
bentuk sesuatu dihasilkan, (vii) Kemahiran ICT perlu
projek yang akan diterap dalam kurikulum MPV, (viii)
dihasilkan Kemahiran ICT merupakan satu nilai
7 Kemahiran ICT 4.25 5 1 tambah kepada pelajar MPV selain dari
perlu diterap
kemahiran teknikal dan (ix) Pelajar MPV
merentasi
kurikulum MPV
yang menguasai kemahiran ICT boleh
menghasilkan tugasan yang berkualiti.
8 Kemahiran ICT 4.25 5 1

264
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

Kemahiran ICT dapat melahirkan inovasi Downturn. The 6 th Annual National


dalam kalangan para pelajar (Jamalludin Technical a-nd Vocational
& Zaidatun, 2003). Inovasi boleh Education and Training Conference
membantu para pelajar khususnya in 2009. Concorde Hotel, K.
dalam bidang teknikal dan vokasional Lumpur, 12 th – 13 th May 2009.
amnya dan kemahiran vokasional
Armstrong, M.A. 1989. The Delphi
khususnya dalam mereka bentuk
technique. Dimuat turun pada 20
sesuatu ciptaan baru. Sementara itu
Oktober 2009 Daripada
menurut Rozina (2002) dalam konteks
http://www.pei.int.com/Research/M
pendidikan, teknologi maklumat
ARKETS/DELPHI.htm
merupakan satu rangkaian elektronik
untuk mencari, mengumpul, menyimpan, Bauder, S. M. 1999. A competency
memproses maklumat secara efektif dan requirements analysis for digital
pantas bagi membantu proses television engineers. Tesis Sarjana
pengajaran dan pembelajaran. yang tidak diterbitkan, University of
Wisconsin-Stout. Dimuat turun
Hasil dari pembinaan instrumen soal pada 25 OKTOBER, 2009 daripada
selidik bagi elemen kemahiran ICT juga http://www.sbe.org/pdf/Thesis.pdf
menunjukkan bahawa semua panel Martin, Jenifer et.al. (2010). Educating a
pakar bersetuju untuk menjadikan Multidisciplinary Human Services
kemahiran ICT sebagai nilai tambah Workforce: Using a Blended
dalam melestarikan MPV di sekolah Approach in Martin, Jenifer and
menengah harian. Mereka juga Hawkins, Linette (Eds).(2010).
berpendapat supaya kemahiran ICT Information Commmunication
seharusnya merentasi kurikulum MPV. Technology for Human Service
Education and Delivery : Concepts
PENUTUP and Cases, New York : Information
Science References
Elemen kemahiran ICT yang telah
dikenal pasti sebagai salah satu elemen Brundtland Report. 1987. In world
kelestarian MPV diharapkan dapat commission on environment and
meningkatkan lagi pelaksanaan MPV development. Our common Future
dalam usaha melahirkan tenaga mahir OUG.
dan separa mahir di negara ini. Dalkey, N.C., Rourke, D.L., Lewis, R., &
Seseorang tenaga pekerja yang Snyder, D. (1972). Studies in the
kompeten seharusnya juga mempunyai quality of life: Delphi and decision-
kemahiran ICT yang baik. making. Lexington, MA: Lexington
Books.
Daftar Pustaka
Delbecq, A., Van de Ven, A. & Gustafon,
Abdullah Mat Rashid & Aminuddin D. 1975. Group technique for
Hassan. (2008). Penggunaan program planning: A guide to
Teknologi Maklumat dan nominal group and Delphi process.
Komunikasi dalam Pengajaran Glenview, IL: Scott-Foresman
Bidang Pendidikan Teknikal dan Diana, L. W., Randall, B., & Karla, V.K.
Vokasional dalam Abdullah Mat (2004). Teacher belief about
Rashid, Mohd Ibrahim Nazri & educational software: A Delphi
Ramlah Hamzah. (2008). Study. Journal of Research on
Pendidikan Teknikal & Vokasional Teaching in Education, 36(3), 213-
Suatu Perspektif Umum. Serdang: 229. Dimuat turun pada 12
Penerbit Universiti Putra Malaysia. November 2006 daripada
Ahmad Tajudin Jab. (2009). TVET iste@iste.org.www.iste.org.
managing in the Global Economic

265
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

Rozina Jamaludin (2002). Asas-asas The Bonn Declaration. (2004). Learning


multimedia dalam pendidikan. Siri for Work, Citizenships and
pengajian dan pendidikan Utusan. Sustainability: A UNESCO meeting
Kuala Lumpur: Utusan Publication of International Experts on
& Distributors Sdn. Bhd. Technical and Vocational
Education and Training, Bonn,
Ruhizan Mohd Yassin & Norzaini Azman.
Germany; from 25 to 28 October
(2005). Kelestarian pendidikan
2004.
menerusi program pendidikan guru
di fakulti pendidikan UKM. Thangaratinam, S., & Redman, C.W.E.
Prosiding Seminar Pendidikan (2005). The Delphi Technique. The
2005- Pendidikan Untuk Obstetrician & Gynaecologist
Pembangunan Lestari Universiti Journal,7,120-125.
Sains Malaysia, hlmn.761-766.
UNESCO. 2004b. Suggestions to
Steward, J., O'Halloran, C., Harrigan, P., UNESCO for Action Planning in
& Spencer, J.A. (1999). Identifying TVET for Sustainable Develop-
appropriate tasks For the ment. Expert Meeting on Learning
preregistration year: Modified for Work, Citizenship and
Delphi Technique. British Medical Sustainability, Bonn, October 2004.
Journal. 319(7204), 224-229. UNESCO, Paris.
Retrieved on 18 NOV 2009 from http://www.unevoc.unesco.org/publi
http://bmj.bmjjournals.com/cgi/cont cations/pdf/SD_ActionPlan_e.pdf
ent/abstract/319/7204/224. (06.08.2005)
s.com/cgi/content/abstract/319/720
4/224.

266
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

DISAIN PEMBELAJARAN MELALUI IMPLEMENTASI E-LEARNING DI


DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FT-UNP PADANG

Oleh:
Aswardi *)

ABSTRAK

To improve learning outcomes is an important target in order to improve student learning


outcomes eyes of certain courses. This investigation aims to produce a draft form of a
mixture of learning (blended) between conventional learning with learning berbantukan
web.
The discussion in this investigation includes a discussion of, the design scheme of
learning mixture models to be applied by using a Learning Management System (LMS)
Moodle for use in teaching courses in Power Electronics Prodi Prodi D4 Industrial
Electrical Engineering FT UNP Padang in 2011. The formation of learning groups was
done by using random sampling of 3-class course participants to get a 1st class course
participants. .
The investigation is expected to produce a blended learning model which is equipped with
learning modules and can be used to increase the level of learning achievements Power
Electronics course participants better than the classes are taught by using classical
learning.

Keywords: Blended learning, LMS


*)
Jurusan Pendidikan Teknik Elektro FPTK IKIP Padang

PENDAHULUAN

Perkembangan teknologi informasi memanfaatkan perkembangan ilmu


dari masa ke masa berkembang dengan pengetahuan dan teknologi (IPTEK)
sangat pesat, Perkembangan ini telah dalam pengembangan mutu melalui
banyak mempengaruhi berbagai bidang. pengadaan sarana dan prasarana yang
Salah satu bidang yang mendapatkan menunjang proses belajar mengajar,
dampak dari perkembangan teknologi mulai dari fasiliti wireless, fasiliti Makmal
informasi ini ialah bidang pendidikan. komputer dan lain sebagainya. Dalam
Banyak kemudahan yang dapat kita proses belajar mengajar pemanfaatan
rasakan dengan memanfaatkan Media Pembelajaran yang berbantukan
teknologi informasi ini terutama dalam komputer sudah lama dikembangkan.
bidang pendidikan. Universitas Negeri Media pembelajaran ini mempunyai
Padang sebagai salah satu institusi kekurangan dalam hal penggunaannya
kependidikan terkemuka telah banyak yang sering terbatas oleh waktu dan
memanfaatkan teknologi informasi ini tempat penggunaan. Media tersebut
dalam peningkatan mutu mahupun hanya dapat digunakan pada
efektifitas pelayanan terhadap pelajar pembelajaran tatap muka langsung di
dan Guru. Contohnya dapat kita lihat dalam kelas saja. Untuk itu diperlukan
dengan dikembangkannya portal UNP sebuah Media Pembelajaran dengan
sebagai sarana registrasi dan sarana memanfaatkan teknologi informasi yang
penyusunan KRS (kartu rencana studi) dapat digunakan kapanpun dan
bagi pelajar. dimanapun pelajar dan Guru berada.
Sebagai salah satu Departemen di Dalam hal ini media pembelajaran yang
UNP yang telah memperoleh sijil ISO sangat cocok adalah media
9001;2000, Teknik Elektro telah banyak pembelajaran berbantukan web, dimana

267
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

media ini memanfaatkan fasilitas internet Learning) di Departemen Teknik Elektro


(web) dalam proses pembelajarannya. FT UNP” menggunakan aplikasi LMS
Muhammad Adri (2008) (Learning Manajemen System)
mengemukakan bahwa internet adalah MOODLE. Sebelum memilih software
jaringan universal yang memungkinkan MOODLE. (Graf, 2005), dari penelitian ini
dimanfaatkan dalam penyelenggaraan menunjukkan bahwa MOODLE termasuk
pendidikan yang berbantukan teknologi yang terbaik secara kelengkapan fitur
informasi (IT-Based Education). Internet dibandingkan dengan software LMS
sangat efisien sebagai sarana lainnya.
penyampaian konten pendidikan.
Dengan pemanfaatan internet berupa Model Penyelenggaraan E-Learning
fasiliti web (World Wide Web), tantangan Dalam penyelenggaraan e-
tempat dan masa belajar yang sering Learning banyak sekali cabaran yang
dihadapi pelajar dalam mendapatkan dihadapi, diantaranya hilangnya nuansa
materi pembelajaran dapat diaatasi. pendidikan yang terjadi antara pendidik
Hasbullah (2006) mengemukakan dan pelajar karena yang menjadi unsur
bahwa manfaat penggunaan internet, utama dalam e-Learning adalah
khususnya dalam pendidikan terbuka pembelajaran. Untuk itu diperlukan
dan jarak jauh, antara lain. Pertama, sebuah metode penyelenggaraan e-
Tersedianya fasiliti e-moderating di mana Learning yang dapat menyokong
guru dan pelajar dapat berkomunikasi terhadap pembelajaran konvensional.
secara mudah melalui fasiliti internet Maka akhirnya muncul sebuah model
secara regular atau kapan saja kegiatan penyelenggaraan e-Learning yang
berkomunikasi itu dilakukan dengan disebut dengan Blended Learning
tanpa dibatasi oleh jarak, tempat dan (Romi,2007). Dimana model ini
masa. Kedua, guru dan pelajar dapat mengadopsi model pelaksanaan e-
menggunakan bahan ajar atau petunjuk Learning ke dalam model pembelajaran
belajar yang terstruktur dan terjadual konvensional atau sebaliknya model
melalui internet, sehingga keduanya konvensional yang diadopsi ke dalam
dapat saling menilai seberapa jauh model e-Learning. Pada gambar di
bahan ajar dipelajari. Ketiga, Pelajar bawah ini dijelaskan model
dapat belajar atau me-review bahan ajar penyelenggaraan e-learning tersebut.
setiap saat dan di mana saja kalau
diperlukan mengingat bahan ajar
tersimpan di komputer. Keempat, Bila
pelajar memerlukan tambahan informasi
yang berkaitan dengan bahan yang
dipelajarinya, ia dapat melakukan akses
di internet secara lebih mudah. Kelima,
Baik doen mahupun pelajar dapat
melakukan diskusi melalui internet yang
dapat diikuti dengan jumlah peserta yang
Gambar 1. Model Penyelenggaraan e-
banyak, sehingga menambah ilmu
Learning
pengetahuan dan wawasan yang lebih
Blended learning adalah
luas. Keenam, Berubahnya peran pelajar
pembelajaran yang menggabungkan
dari yang biasanya pasif menjadi aktif.
pembelajaran secara ‘on line’ dengan
Ketujuh, Relatif lebih efisien. Misalnya
pembelajaran tatap muka pembelajaran.
bagi mereka yang tinggal jauh dari
Tujuan dari blended learning adalah
perguruan tinggi atau sekolah
untuk memberikan pengalaman instruksi
konvensional.
yang paling efisien dan efektif dengan
Dari latar belakang di atas penulis
menggabungkan modalitas pengiriman.
tertarik untuk melakukan penelitian
Istilah Blended learning digunakan untuk
tentang “Perancangan dan Implementasi
menggambarkan solusi yang
Pengajaran Berbantukan Web (e-
mengkombinasikan beberapa metode

268
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

penyampaian yang berbeda, seperti dimulai. Pastikan bahwa sebagai


perangkat lunak kolaborasi, program segmen yang berbeda dari campuran
berbasis Web, EPSS, dan praktek dirancang, semua prasyarat dipenuhi
manajemen pengetahuan. Blended oleh objek pembelajaran sebelumnya.
learning juga digunakan untuk Objek belajar Mengatur atau mengubah
menggambarkan kegiatan pembelajaran jumlah pertemuan untuk memastikan
yang mencampur berbagai kejadian setiap segmen dapat memperkuat
berdasarkan aktivitas, termasuk ruang pengetahuan sebelumnya atau
kelas tatap muka, instruksi interaktif e- keterampilan dan memperkenalkan
learning. konsep-konsep baru secara mulus
Bagaimana mengelola komplek- meskipun modalitas yang berbeda dari
sitas instruksional: Dalam blended pengiriman.
learning instruktur memiliki pilihan media Cara memenuhi harapan: Seperti
pengiriman yang lebih luas untuk halnya teknologi baru, ada yang
menggabungkan. Dengan pilihan yang mendukung dan ada yang tertinggal.
lebih luas juga dilengkapi kompleksitas Sementara banyak merasakan lagers
lebih besar dan tekanan pada instruktur sulit, tantangan yang lebih besar
dan desainer. Hal ini disebabkan ditimbulkan oleh endorser cepat terlalu
berbagai kombinasi teknologi dan bersemangat. Orang-orang ini terlalu
mungkin kurangnya pola untuk mengikuti bersemangat cenderung melebih-
untuk itu kombinasi tertentu. Isu-isu perlu lebihkan manfaat dan membuat orang
ditangani sebelumnya dan lain mengembangkan harapan-harapan
diperhitungkan pada saat desain. Kita palsu. Mengelola harapan hati-hati
juga perlu mempertimbangkan ini karena sehingga Anda dapat menemui mereka
dampaknya pada pelajar. Lebih mudah dan sukses. Manajemen ekspektasi juga
untuk menyelesaikan sebuah modul penting bagi instruktur dan peserta didik
online dan mulai lagi modul online yang untuk realistis merasakan manfaat dan
lain, misalnya, modul kedua yang pekerjaan yang harus dilakukan selama
berbasis videoconference. Perubahan pelatihan atau kursus.
tersebut memerlukan pelajar untuk
beradaptasi. Waktu, pedoman Penggunaan LMS MOODLE pada E-
pelaksanaan, dan bahkan demo singkat Learning
mungkin perlu disediakan untuk pelajar. Moodle merupakan salah satu
Bagaimana mengelola peran dan software LMS Open Source terbaik
tanggung jawab: Tidak seperti dengan kelengkapan fitur yang
pembelajaran di kelas tradisional yang menyokong dan sesuai dengan
ada, biasanya menggunakan instruktur keperluan dunia pendidikan. Kekuatan
tunggal, dalam blended learning, kita dan kelebihan Moodle tersebut tidaklah
mungkin memiliki beberapa individu, terlepas dari filosofi yang digunakan oleh
masing-masing mengambil modalitas pengembang Moodle. Moodle dirancang
atau peran blended learning. Klarifikasi untuk menyokong gaya belajar yang
awal dari instruktur dan peran asisten disebut dengan social constuctionist
sangat penting bagi keberhasilan dan pedagogy, yang menggunakan gaya
pengurangan potensi konflik dan belajar interaktif. Social constuctionist
kebingungan pembelajar. pedagogy meyakini bahwa orang akan
Cara membuat pengalaman belajar belajar dengan baik, jika mereka
tanpa batas: komunikasi yang baik berinteraksi dengan learning material,
antara instruktur dan perencanaan yang membangun material baru untuk materi
cermat merupakan elemen penting lainnya, dan berinteraksi dengan peserta
dalam keberhasilan blended learning. lainnya tentang material tersebut
Pastikan bahwa instruktur dan asisten (Romi,2007).
berkomunikasi dengan satu sama lain Secara filosofi ada 4 konsep
dengan menggunakan petunjuk yang LMS Moodle dalam pengembangan
sama, bukan hanya sebelum kursus pendidikan

269
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

(http://docs.moodle.org/en/Philosophy) 4. Modul Sumber Belajar


yaitu, constructivisme, constructionism, (Resources); LMS Moodle juga
Social Constructivism, dan Connected menyediakan sumber belajar dari
and Separate. pelbagai sumber dan dapat
1. Konsep constructivisme memberikan diperlihatkan secara bebas oleh
kesempatan kepada pelajar untuk seorang guru.
membangun pengetahuan barunya.. 5. Modul Pilihan (Option); Modul ini
2. Konsep construksionisme bahwa merupakan sejenis jajak pendapat,
pembelajaran akan efektif, jika survei tentang sesuatu hal.
dapat menghasilkan sesuatu atau 6. Modul Survei (Survey); Modul ini
pelajar dapat menyerap ide dari digunakan untuk survei dari
apa yang dipelajari. suatu masalah yang bisa
3. Konsep social constructivisme digunakan untuk menganalisis
bahwa kita dituntut untuk belajar kelas..
sehingga dapat mengembangkan 7. Modul Penugasan (Assignments);
budaya yang ada dalam suatu Modul penugasan merupakan
kelompok terutama budaya belajar modul yang penting dalam
sehingga terjadi kolaborasi dalam penilaian.
pembelajaran. 8. Modul Chats; Modul ini
4. Konsep connected and separated merupakan interaksi secara
bahwa kita harus berusaha langsung.
mempertahankan pendapat kita 9. Modul Workshops; Modul ini
sendiri tetapi tidak menutup memberikan kemudahan bagi
kemungkinan untuk menerima ide dari guru untuk menilai naskah-
orang lain naskah..
10. Modul Lesson; Modul ini
Fitur Dalam LMS MOODLE merupakan modul pembelajaran
Beberapa fitur yang terdapat dalam secara online.
LMS Moodle seperti yang dikutip dalam 11. Modul Wiki; Modul wiki adalah
(http://docs.moodle.org/en/Features) sebuah halaman web untuk
adalah: semua anggota yang dapat
1. Modul Forum; LMS Moodle menambah dan meng-edit.
menyediakan forum sebagai
diskusi online. Rancangan Disain Pembelajaran
2. Modul Kuis (Quiz); LMS Moodle menggunakan LMS Moodle
menyediakan kuis sebagai salah Rancangan eLearning mestilah
satu bentuk penilaian tes. Ada mempertemukan prinsip pembelajaran
beberapa jenis kuis yang dan presentasi on line pada screen.
disediakan oleh LMS Moodle yaitu Prinsip-prinsip pembelajaran adalah
: komponen pembelajaran merupakan
a) Soal pilihan ganda bentuk paket pembelajan yang terdiri 6
b) Soal isian bagian yang terdiri dari pre-test,
c) Soal pertanyaan benar salah pengorganisasian, kontent utama
d) Soal menjodohkan pembelajaran, penugasan/ aktifitas,
e) Soal pertanyaan acak umpan balik, dan post test. Sedangkan
f) Soal pertanyaan komponen online (On-Screen)
g) Soal uraian berupa teks, merupakan tampilan pada layar
gambar dan video. komputer yang terdiri dari tampilan layar
3. Modul Glosari (Glossary); Modul ini utama (home page) yang memuat
memberikan kebebasan kepada informasi umum tentang sistem
pelajar untuk membangun pembelajaran eLearning. Tampilan layar
konsepnya sendiri tentang apa utama biasanya diikuti dengan unit layar
yang mereka ketahui. berikutnya yang merupakan sub/bagian
dari setiap kegiatan yang dirancang

270
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

dalam sistem pembelajaran ini. Tahapan Moodle diperlihatkan pada gambar


langkah/proses dalam sebuah persiapan berikut.
sistem pembelajaran dengan LMS

Guest Melihat
Berita

Administrator Memasukkan
Artikel dan
Artikel dan
Berita
Berita

Memasukkan Kursus
Kursus

Memasukkan Dosen
Dosen

Memasukkan
Materi Kursus Materi

Memasukkan Soal ujian


Soal Ujian

Mengikuti
Ujian Nilai ujian

Memasukkan Pelajar Melihat Hasil


Pelajar Ujian

Mengikuti
Perkursusan
Memasukkan
Fitur lainnya Forum

Game

Chat
Dan lain lain

Gambar 2. Model Proses Persiapan Pembelajaran Sistem e-learning


Hasil Rancangan Sistem
Pembelajaran eLearning
menggunakan LMS Moodle

271
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

Gambar 3. Tampilan Utama Sistem Gambar 6. Tampilan Add New Course

Gambar 4. Tampilan untuk Login. Gambar 7. Tampilan Add Materi

Gambar 8. Tampilan sesudah Add Materi


Gambar 5. Tampilan Add New Category

272
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

terintegrasi dengan suatu proses


pembelajaran yang dilakukan oleh guru
(blended).
Beberapa keterbatasan penggu
naan sistem pembelajaran eLearning
adalah persiapan materi kursus yang
baik dan terurut dengan baik
memerlukan waktu yang lama dan energi
yang banyak dari guru/pengajar.
Penerapan sistem pembelajaran ini juga
memerlukan sosialisasi kepada pelajar
dan guru/pengajar, karena pembelajaran
jenis ini memerlukan kemampuan
Gambar 8. Tampilan Add User komputer yang cukup, baik guru dan
pelajar. Sistem ini juga memerlukan
Beberapa hal yang merupakan tersedianya sistem internet yang cukup
pilihan yang dapat dilakukan oleh handal dan cukup cepat, terutama dalam
administrator adalah penambahan user. proses penyiapannya maupun dalam
Penambahan user dapat dilakukan pelaksanaannya. Sistem manajemen
secara on line satu persatu ataupun pembelajaran jenis ini juga harus cukup
secara sekali gus, Khusus untuk baik dan mesti dimonitor secara terus
penambahan materi tersedia fasilitas menerus oleh guru/pengajar, terutama
untuk beberapa jenis yang dapat di sekali untuk proses yang mesti on line
upload secara bergantian (format antara guru dengan pelajar.
dokumen, format pdf, dan format
powerpoint). Daftar Pustaka
Kemudahan lain adalah fasilitas
untuk melakukan soal singkat(quiz) Hasbullah. 2006 Implementasi E-
secara on line. Dismping itu guru sekali Learning Dalam Pengembangan
gus sebagai administrator juga Pembelajaran di Perguruan Tinggi
dimungkinkan untuk menggunakan (Proceeding), SNPTE, UNY,
fasilitas pesan singkat (sort message) Yogyakarta
dengan pelajar. Fasilitas ini akan sangat Koran, Jaya Kumar C. 2002. Aplikasi E-
membantu pelajar dalam memahami Learning dalam Pengajaran dan
materi pembelajaran yang kurang atau pembelajaran di Sekolah Malasyia.
belum dipahami. www.moe.edu.my/smartschool/new
eb/Seminar/kkerja8.html.
KESIMPULAN Muhammad Soleh. 2007. Penerapan
CMS MOODLE Sebagai Alat Uji
Penggunaan LMS Moodle untuk Coba Soal. Sekolah Indonesia
pembelajaran on line diperkirakan akan Bangkok, SIB, Thailand. http://sib-
sangat membantu berlangsungnya bangkok.org/moodle.
transfer pengetahuan dari guru sebagai Muhammad Adri. 2008. Guru Go Blog.
pengajar kepada pelajar sebagai orang Jakarta: Elex Media Komputindo.
yang belajar. Sistem pembelajaran
elearning merupakan pembelajaran uni __________________2008. Konsep
dimensional, yakni prose pembelajaran Dasar eLearning Dengan Moodle.
hanya berlangusng satu dimensi . http://www.ilmukomputer.com
Penggunaan LMS ini dapat dilakukan
secara terpisah (separated) dengan
suatu pembelajaran, ataupun secara
Rice, William.2006. Moodle, E-Learning guide to successful learning using
Course Development:A complete Moodle. UK: Packt Publishing

273
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

Romi Satria Wahono. 2007. Pengantar


e-Learning dan Pengembangannya
http://www.ilmukomputer.com.

274
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

SEAT ARRANGEMENT MODEL FOR REDUCING INTERFERENCE AMONG


PASSENGERS ON EMBRAER ERJ-190 AIRCRAFT

Oleh:
Bilqis Amaliah
bilqis@if.its.ac.id
Sabrina Tri Lestari
oxy.brina@gmail.com
Isye Arieshanti
arieshanti@if.its.ac.id
Henning TC
henning.its@gmail.com

ABSTRACT

Interference occurs when a passenger will take a seat but blocked by another passengers.
Total interference is influenced by the arrangement of passenger boarding. One way to
reduce the interference is by arranging the boarding passengers into groups. In this
arrangement, the passengers who have rear seat will enter first. Next, it followed by the
passengers who have the front seat. This arrangement that based on group is known as a
boarding strategy model. This paper will present some models of boarding strategies that
can reduce interference between passengers. Quadratic approach is used to model the
seating arrangement based on the group. The type of aircraft that is used is Embraer ERJ-
190. The results of this study show that the interference time of boarding model with 3
groups is 33.96% faster than that of the model without the group.

Keywords : boarding, interference, quadratic


*)
Teknik Informatika Fakultas Teknologi Informasi, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

INTRODUCTION

Efficiency of aviation is needed at this interference (Van den Briel et al., 2005). By
time. Many airlines are reducing flight reducing the amount of interference will
routes due to competition in the aviation also reducing boarding time, so that
world is very tight. Airline get profits when automatically reducing turn around time
the plane was in the air, so that the current which will increase profits for airlines.
challenge is how to have a plane not too Total interference is influenced by
long in the land. Turnaround time is the how the arrangements entered into the
total time from arrival to departure the next passenger when the plane. There are
plane (Van Landeghem and Beuselinck, currently no arrangements passengers
2002; Bazargan, 2006). Some things that when entering the plane. One way to
affect the length of the aircraft on the reduce the amount of interference is to
ground is the time down passengers, divide the passengers who boarded the
loading and unloading of goods, refueling plane into several groups, where the
and boarding time (Bazargan, 2006). passenger who sat behind going into the
Boarding time is affected by the first plane compared with the passengers
interference between passengers. who sit in front. Models based on group
Interference occurs when a passenger blok seating arrangement is known as a model
other passengers who will sit. There are boarding strategy.
two interference thereare aisle and seat

275
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

Research on the boarding had been who sat on chairs near the aisle had to
done by Van den Briel and Bazargan. stand for a second passenger seat can be
Model strategy boarding undertaken by occupied (Van den Briel et al ., 2005). The
Van den Briel is use a cubic equation underlying Seat Interferences Model is a
approach, while changes made Bazargan combination of scenario possibilities that
is a linear equation approach, so that in this occur on the most minor incident during a
paper will be used quadratic approach. disturbance. Where this incident occurred
This paper will present some models in a seat that is on the same section and
of strategies boarding that can reduce row. Passengers who took part in a group
interference between passengers. marked by x.
Quadratic approach is used to model the There are two seat interference
seating arrangement based on the group. scenario at Embraer ERJ-190 aircraft, they
Type of aircraft that is used is the Embraer are :
ERJ-190 with two seating arrangement on a. Two passenger in the same group and
the left and two on the right, the number of the same side (xx).
lines by 27 lines.
In this scenario, two passenger who are
Embraer ERJ-190 in the same group will sit at the same
side, the model of this problrm :
Aircraft Embraer ERJ-190 is an aircraft
that has a passenger capacity of 108
passengers, and only consists of one class,
namely economic class. Embraer Aircraft
ERJ190 have layout as shown in Figure 1,
the seat aircraft were given a combination
of numbers and letters to identify the
position of chair
(http://www.seatguru.com/airlines/China_Ai
rlines/China_Airlines_Embraer_190.php). Figure 2. Illustration Seat Interferences (xx)
Combination consists of a combination of
columns and rows. Column marked letter b. Two passenger will sit at the same side
A, B, C and E. Column A and D are but different group (x_x).
identified in the chair near the window If k,l K where k < l, then the model :
(window), while B and C is the seat
identified in the area near the cabin aisle
(aisle). Rows in the cabin starts from 1 to
27.

Figure 3. Illustration Seat Interferences (x_x)

Aisle Interferences
Figure 1. Layout Embraer ERJ-190 Aisle interference is interference that
occurs in the aisle cabin (aisle). This
occurs when the passenger who was
Seat Interference
heading for his seat obstructed by other
Seat interference is interference that passengers in the cabin aisle, for example,
occurs when the passenger would sit. This there are passengers on luggage entering
occurs when the passenger with a seat the aircraft cabin (Van den Briel et al.,
near the window or in the middle will sit, but 2005). The smallest incident was when one
the passengers who were already passenger was blocked by other
occupying the aisle seat, so passengers passengers in the cabin aisle.
276
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

Possible events that can happen is


(Amaliah, 2010) :
a. Aisle interference in the same group
(within group).
Happen when one passeger block
another in the same group.
i. Two passenger will sit at the same Figure 7. Illustration Aisle Interferences
row and the same side. (xx_sr_ss). Between Group (xy_sr_ss)
If u,v L,R where u ≠ v, then the
model : ii. Two passenger will sit at the same row
and the different side (xy_sr_ds).
If u,v J where u L and v R,
then the model :

Figure 4. Illustration Aisle


Interferences Within Group (xx_sr_ss)

ii. Two passenger will sit at the same Figure 8. Illustration Aisle Interferences
row and the different side (xx_sr_ds). Between Group (xy_sr_ds)
If u,v J where u L and v R, then
the model : iii. One passenger will sit at the highter
number sit (xy_hr).

If a,b I, then the model:

Figure 5. Illustration Aisle Interferences


Within Group (xx_sr_ds)

iii. One passenger will sit at the highter


number sit (xx_hr). Figure 9. Illustration Aisle Interferences
Between Group (xy_hr)
If a,b I, then the model :
Penalty Value
In the mathematical model will be
given a penalty value for each interference
(interference). Penalty value is represented
by the possibility of interferences seat and
aisle interferences. Value of the penalty
Figure 6. Illustration Aisle provided in accordance with the type of
Interferences Within Group (xx_hr) interference and its contribution to total
delay of the boarding procedure.
b. Aisle interference in the different By considering the probability
(between group) structure of the chair, then the probability
i. Two passenger will sit at the same row values obtained from the boarding
and the same side (xy_sr_ss). arrangement as shown in Table 1. From
If u,v L,R where u ≠ v, then the the calculation table, the obtained value of
model: the penalty that will be used on the model

277
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

of seat interferences as shown in Table 2.


Based on this assumption, the value of
interference can be calculated and used as
the value of a penalty.

Table 1 Table value structure Boarding


Embraer ERJ-190 (xx_sr_ss)

Boarding Passeger- E (No. of


1 2 Interferences) (xx_sr_ds)
Window Aisle 0
Aisle Window 1
Total 1
(xx_hr)
Table 2 Table Penalty Seat Interference
value Embraer ERJ-190

Penalti Arragement E (No. of


Boarding Interferences)
[Window, Aisle] 0,5 (xy_sr_ss)
[Aisle] Æ
1
[Window]

In the aisle interference, if a


passenger in a group that can cause
interference is 1/s1 aisle, then in Between
groups there is the possibility of a (xy_sr_ds)
passenger coming from a different group
that causes aisle. So the possibility of a
passenger who entered in the last boarding (xy_hr)
group with a passenger boarding the first in subject to
the next group has a chance of 1 / (s1 s2).
Thus, the value of a penalty on the
aisle interferences produce value as shown
in table 3.

Table 3 Table Aisle Interference Penalty


value for Embraer ERJ-190

Penalty Information E (No. of


interference)
Within group 1/s1 NEOS Server

Between 1/(s1 s2) AMPL can model the quadratic


group equation. Solver AMPL student edition is
only for the number of variables is less than
Model Boarding Interference 300, while boarding the plane model of the
Embraer ERJ-190 requires 324 variables
Minimize that AMPL solver can not be used to solve
problems of boarding. Neos Server is one
z= solution to solve the problems with many
(xx) variables. Files that are uploaded to the
Neos Server is a mathematical model files
(x_x) (*. mod), data files (*. dat) and command

278
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

files (*. txt). These files can be uploaded conventional model, example : back to
via the Neos Server website (www.neos- front. Besides compared to the back to
server.org/neos/solvers/minco:MINLP/AMP front will also be compared with the model
L.html). without the group.
From table 4 shows that the total
interference with quadratic approach is
better than back to front. Total interference
QP-E3 which is divided into 3 groups
33.96% better when compared with no
group.

Figure 20. Website NEOS Server

System Desain

Neos Server is used to solve


optimization problems. Neos Server will
Figure 12. QP Model (Quadratic
generate passenger seating arrangement Programming)
according to the group. Seating
arrangements on the basis of this group is
a data input for Visual Studio 2008
program. Visual Studio 2008 program is
what will produce the amount of
interference.

Figure 31. System Desain

IMPLEMENTATION AND TESTING

Testing by dividing passenger into 3,


4, 5 and 6 group. For example, if the Figure 13. BF Model (Back to Front)
number of passengers in this plane is
divided into 3 groups, then each group has
a number of passengers as many as 36
people. In this study, this model is called
QP-E3. Comparisons will be made
between the model obtained with the
279
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

Table 4 Seat & Aisle Interferences for Embraer ERJ-190 Eithout Grup, Model QP and BF
Grup 1 QP-E3 QP-E4 QP-E5 QP-E6 E-BF3 E-BF4 E-BF5 E-BF6

Seat Interferences
Economi class (xx) 27 0 0 0 0 27 27 27 27
Economi class (x_x) 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Aisle Interferences
Within Group
Same row dan 1 0 0 0 0 3 4 5 6
same side
Same row dan diff 2 1.556 0 0.649 1 6 8 10 12
side
Different row 52 51.722 52 51.175 50.5 48 46 44 42
Between Group
Same row dan 0 0.028 0.016 0.006 0.009 0 0 0 0
same side
Same row dan diff 0 0.042 0.095 0.118 0.127 0 0 0 0
side
Different row 0 0.803 1.444 1.509 1.664 0 0 0 0
Total Seat 27 0 0 0 0 27 27 27 27
Interferences
Total Aisle 55 54.151 53.555 53.457 53.3 57 58 59 60
Interferences
Total Interferences 82 54.151 53.555 53.457 53.3 84 85 86 87

Acknowledgement
CONCLUTION AND SUGGESTION
This research is funded by ITS
Conclution Research Grand 2011
From the implementation, it can be taken
several conclusions as follows:
a. Several models of sit arragement References
based on the group for the Embraer
ERJ-190 aircraft can be produced by Amaliah, B., Hariadi, V., Barus, A.M.
quadratic approach. “Strategi Boarding untuk
b. Strategy boarding with six group (QP- Mengurangi Jumlah Aisle
E6) is the most optimal, which can Interference Antar Penumpang”,
reduce 38.74% of interference time Seminar Nasional Teknologi
compared to the model of back to Informasi dan Aplikasinya 2010
front (E-BF6). (SENTIA 2010), 11-12 Maret 2010,
c. Total interference time of QP-E3 Politeknik Negeri Malang
which is divided into 3 groups is (Polinema) Malang.
33.96% faster than that of no group. Bazargan, M., 2006. A linear
d. Compare to other boarding strategies programming for aircraft boarding
models, this proposed model can strategy. European Journal of
diminish seat interference and hence Operational Research 183, 394–
the interference only caused by the 411.
aisle interferences. China Airlines Embraer ERJ-190 (E90)
(http://www.seatguru.com/airlines/C
Suggestion hina_Airlines/China_Airlines_Embr
The suggestions that can be given are as aer_190.php) diakses, 21 Maret
follows: 2010
a. Implementing model in the real NEOS Server MINLP
plane, so that can know the results (http://www.neos-
of actual interference. server.org/neos/solvers/minco:MINL/
b. Integrating between Neos Server AMPL.html) diakses, 25 Maret 2010
and Visual Studio 2008.

280
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

Van den Briel, M.H.L., Villalobos, J.R., Van Landeghem, H., Beuselinck, A.,
Hogg, G.L., Lindemann, T., Mule´, 2002. Reducing passenger
A.V., 2005. America west airlines boarding times in airplanes: A
develops efficient boarding simulation based approach.
strategies. Interfaces 35, 191–201. European Journal of Operational
Research 142, 294–308.

281
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

282
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM MINIMUM MIKROKONTROLER


TERINTEGRASI MCS-51 DAN AVR ATMEGA 8535 SEBAGAI ALAT BANTU
PENGAJARAN MATAKULIAH MIKROPROSESOR DAN ANTARMUKA

Oleh:
Burhanuddin Dirgantoro, Ir., MT.
brh@ittelkom.ac.id
Erwin Susanto, ST. MT
ews@ittelkom.ac.id
Yatna Supriyatna, Dian Fawaik & Faizatul Lutfiyah

ABSTRACT

Microcontroller systems are electronic systems that control many other devices. This
sistem is also one of the devices should be well understood by the students of Electrical
Engineering. Making the minimum system microcontroller should be done to get a cheap
system that can be duplicated easily, for the sake of mastery of subject Microprocessor
and Interfacing.
This research aims to design a minimum of MCS-51 system, a highly popular
microcontroller, which is integrated with the AVR ATMega, a microcontroller of the newer
generation. With this research, the expected process of mastery of Microprocessor and
Interface can be done easier, and a higher level of mastery of the material. This study
succeeded in designing and making a minimum system that can control the LEDs,
keypad, seven segment and LCD, and can be duplicated easly by the students, especially
the assistants of Microprocessor Laboratory. So, the practical module can be provided
cheaply.

*) Program Studi Sistem Komputer, Fakultas Elektro & Komunikasi, IT Telkom Bandung

PENDAHULUAN

Sistem mikroprosesor merupakan yang ditanam pada kartu telepon sesuler


suatu sistem digital yang merupakan dan masih banyak lagi aplikasi yang
suatu bidang ilmu yang wajib dipahami dapat dilakukan oleh mikrokontroler.
dengan baik oleh mahasiswa Teknik Untuk menguasai pemahaman
Elektro, dalam bentuk matakuliah mengenai mikrokontroler, diperlukan
Mikroprosesor dan Antarmuka. Salah modul pembelajaran bagi pemakai.
satu sistem mikroprosesor adalah Modul akan menjadi sarana untuk
mikrokontroller, yang penggunaan makin mendapatkan sistem kerja, skema
meluas disebabkan kemudahan sistem rangkaian (hardware) dan perangkat
ini dalam pembuatan dan lunak (software) pengendali sistem
kemampuannya untuk mengontrol minimum tersebut, sehingga
peralatan. memudahkan user untuk lebih
Mikrokontroler adalah mikrokom memahami aplikasi mikrokontroler.
puter yang khusus menangani masalah Dengan makin tingginya minat
yang tidak begitu kompleks seperti terhadap penggunaan mikrokontroler,
halnya mikroprosesor. Sangat banyak dan untuk memudahkan proses
aplikasi mikrokontroler berbasis sistem pembelajaran teknologi mikrokontroler,
minimum yang semakin berkembang, maka penelitian ini dilakukan.
misalnya : remote control pada televisi; Diharapkan, hasil yang dibuat dapat
pengontrol Air Conditioner (AC); chip digandakan dengan mudah dan murah

283
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

untuk membantu pemakai dalam dan parallel, ADC, kendali interrupt, dan
menguasai teknologi mikrokontroler sebagainya, tergantung pada tipe
terbaru, tanpa melupakan seri yang mikrokontroler yang digunakan.
lama. Beberapa keunggulan teknologi
mikrokontroler diantaranya adalah
Rumusan Masalah keandalan yang tinggi, mudah
Penelitian ini dilakukan untuk berintegrasi (compatible) dengan
mendapatkan rancangan sistem peralatan elektronik lain, ukuran yang
mikrokontroler yang terintegrasi antara semakin kecil dengan fitur yang makin
MCS-51 dan AVR ATMega. Hal-hal yang lengkap sehingga biaya pembuatan yang
terkait langsung dengan tujuan tersebut relatif lebih murah, dan konsumsi daya
adalah pemahaman mengenai tata letak listrik yang rendah.
sistem minimum yang efisien dan
memudahkan pemakai dengan aplikasi 1. Arsitektur MCS-51
yang mencakup perangkat input/output Mikrokontroler dengan arsitektur
berupa keypad, LED, seven segment MCS-51 merupakan salah satu jenis
dan LCD serta ISP sebagai port untuk arsitektur mikrokontroler yang paling
memasukkan perangkat lunak. banyak digunakan, Berbagai seri
Perangkat input/output yang mikrokontroler berarsitektur MCS-51
dibangun menrupakan perangkat telah diproduksi oleh berbagai vendor,
pendukung aplikasi yang lain yakni timer salah satu fabrikasinya adalah Atmel dan
counter dan komunikasi serial. Dalam digunakan di dunia termasuk Indonesia
perancangannya, komponen penyusun sebagai mikrokontroler dengan kinerja
sistem minimum ini dibuat dalam jumlah yang tinggi dan harga relatif murah.
seminimum mungkin namun lengkap. Secara umum, arsitektur
mikrokontroler MCS-51 terdiri dari
SISTEM MININUM MIKROKONTROLER prosesor 8 bit, dihubungkan dengan
RAM, ROM melalui jalur bus serta jalur
Sistem minimum merupakan I/O dan port serial. Termasuk
sebuah rangkaian komponen-komponen didalamnya juga terdapat fasilitas
elektrik terintegrasi yang mendukung timer/counter internal dan jalur koneksi
kerja mikrokontroler, sehingga dengan memori eksternal.
mikrokontroler dapat menjalankan suatu
program tertentu. Jumlah komponen- Salah satu tipe mikrokontroler
komponen elektrik tersebut dibuat MCS-51 yang banyak dipakai adalah
seminimal mungkin sesuai dengan 89S51 dengan fasilitas on-chip flash
kebutuhan mikrokontroler yang memory dan in system programming
digunakan. (ISP). Lebih lanjut, fitur yang tersedia
Mikrokontroler sendiri sebagai yakni: 4K bytes Flash ROM, 128 bytes
CPU dari sebuah sistem minimum RAM, 4 port masing-masing 8-bit port
merupakan single-chip computer yang I/O, 2 buah timer 16 bit, antarmuka
terprogram sehingga memiliki komunikasi serial, 64K memori program,
kemampuan menjalankan aplikasi- 64K memori data, 210 lokasi bit-
aplikasi berbasis kontrol. Dua hal penting addressable, dan In System
yang mendasari kebutuhan penggunaan Programming (ISP)
mikrokontroler, yakni karena dibutuhkan
oleh pasar, terutama pasar elektronik Mikrokontroler MCS-51 memiliki 3
dan otomasi, serta karena buah dual-purpose port ( port 0,2, dan 3 )
perkembangan teknologi elektronika dan sebuah port yang hanya berfungsi
komputer yang demikian cepat maju. sebagai port I/O (port 1). Port 3 juga
Berbeda dengan mikroprosesor memiliki fungsi khusus untuk serial
yang hanya merupakan CPU saja, dalam input/output port, external interrupt, timer
single chip mikrokontroler telah terdapat external input, dan external data memory
ROM, RAM, EPROM, antar muka serial write strobe.

284
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

MCS-51 dapat menjalankan


program-program antara lain: aplikasi
port-port paralel mikrokontroller, timer
dan counter, komunikasi serial dan
sistem interupsi. Selain itu, MCS-51 juga
dapat digunakan untuk mengontrol
perangkat-perangkat seperti keypad dan
LCD.

2. Arsitektur AVR ATMega 8535


Mikrokontroler AVR mengguna
kan konsep arsitektur Harvard yang
memisahkan memori dan bus (jalur)
untuk data dan program, serta sudah
menerapkan single level pipelining.
Selain itu mikrokontroler AVR juga
mengimplementasikan RISC (Reduced
Instruction Set Computing) sehingga
eksekusi instruksi dapat berlangsung
sangat cepat dan efisien. Penelitian ini
Gambar 1. Blok Sistem Mikrokontroler
menggunakan salah satu jenis AVR,
ATMega 8535
yaitu ATMega 8535 yang memiliki
arsitektur seperti Gambar 1.

Mikrokontroler seri ATMega 8535


memiliki fitur: memori flash 8 KB untuk
program, memori EEPROM 512 bytes
untuk data, memori SRAM 512 bytes
untuk data, 32 pin I/O, 20 interrupt ,
sebuah timer 16-bit dan dua buah timer
8-bit, 8 channel ADC 10 bit, komunikasi
serial melalui SPI dan USART, analog
komparator, 4 I/O PWM, dan fasilitas In
System Programming (ISP). Pin-pin
pada ATMega 8535 ditampilkan seperti
Gambar 2.

Gambar 2. Konfigurasi Pin ATMega 8535

ATMega 8535 memiliki 4 buah port, yaitu


port A, B, C dan D. Port A merupakan 8-
bit directional port I/O. Setiap pinnya
dapat menyediakan internal pull-up
resistor yang dapat diatur per bit. Output
buffer Port A dapat memberi arus 20 mA

285
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

dan dapat mengendalikan display LED


secara langsung. Selain itu, kedelapan
pin port A juga digunakan untuk
masukan sinyal analog bagi A/D
converter. Port memiliki kemiripan seperti
port A, namun tidak digunakan sebagai
input A/D converter. Port B ini memiliki
untuk fungsi-fungsi alternatif khusus :
external counter input, input analog
comparator, slave select input, SPI bus
master I/O, dan SPI bus serial clock.
Port C memiliki kemiripan dengan port A
tanpa input A/D converter, namun Gambar 3. Peta Memori ATMega 8535
terdapat dua pin port C (PC6 dan PC7)
yang dapat berfungsi alternatif sebagai
oscillator untuk timer/counter 2. Port D PERANCANGAN SISTEM
serupa dengan port B, dengan fungsi
khusus: komunikasi, interupsi dan timer. Sistem minimum terintegrasi MCS-51
ATMega 8535 memiliki peta memori dan ATMega 8535 ini dirancang agar
seperti Gambar 3. dapat memanfaatkan fungsionalitas dari
kedua prosesor tersebut. Hasil
perancangan digambarkan dengan
diagram skematik seperti Gambar 4.
Gambar 5 memperlihatkan jalur PCB,
yang merupakan implementasi PCB dari
tahap perancangan.
1 2 3 4 5 6

C100 DS100
VCC
R2001
10uF Res1
3

CONTROL 1K LED000 DS101


U1 VCC J71
3 R111
1 20 7 aa NC
2 CS VCC 8
gnd

2 R112
Res1 6 bb
1 RD 7 R113
a
3 C200 Res1
1K 4 cc
WR 6
A 5
INTR
Cap200
5
R114
Res1
1K 2 dd f g b A
DATA 19 150pF R100 R115
Res1
1K 1 ee 5
CLK R 4 NC
8
11
DB7 CLK IN
4 10K 3
R116
Res1
1K 9 ff e d c
R117
GND

12 Res1
1K 10 gg dp
7 DB6 2
13 Rvar VCC Res1
1K dp GND
6 DB5 1
14 6 1K
5 DB4 VIN+ Header 8
15 7 VCC
4 DB3 VIN - Res Adj2
16
8

3 DB2 1K
17 9 TT VCC
2 DB1 VREF/2
18 5 16
1 DB0 RBI VCC
3

R300 3 DS201
Res Tap LT
8 JP121 4
AGND 10K VCC BI/RBO
10 13 R118 7 aa NC
DGND 5 Y0
gnd

7 12 R119
Res1 6 bb
4 A Y1 R120
a
ADC0804LCN 1 11 1K 4
Res1 cc
3 B Y2
2
2
C Y3
10 R121
Res1
1K 2 dd f g b
6 9 R122
Res1
1K 1 ee 5
1 D Y4 NC
Y5
15 R123
Res1
1K 9 ff e d c
R124 10
GND

Header 5 8 14 Res1
1K gg dp
GND Y6
Res1
1K dp GND
SN74LS47N 1K
8

TTT VCC
5 16
RBI VCC
3

3 DS301
LT
JP122 4
VCC BI/RBO R200
13 7 aa NC
5 Y0
gnd

7 12 R201
Res1 6 bb
4 A Y1 R202
a
1 11 Res1
1K 4 cc
3 B Y2
2
2
C Y3
10 R203
1K
Res1 2 dd f g b
6 9 R204
Res1
1K 1 ee 5
1 D Y4 NC
Y5
15 R205
1K
Res1 9 ff e d c
R206
GND

Header 5 8 14 Res1
1K 10 gg dp
GND Y6
Res1
1K dp GND
SN74LS47N 1K
B B
8

VCC

ADAPTOR D1
C4 Bridge1 REG1 LM7805CT VCC
3 R131
U11 VCCC8 1 3
+ 10uF 2 Vin +5V
+

C6 10uF 1 16
C1+ VCC 1
GND

2 15
+

V+ GND 1K
3 14 10uF
C7 C1 - T1 OUT C9 C10 DS141
10uF 4 13
C2+ R1 IN LED1
5 12 S1 DS1 VCC DS9 VCC
+

C2 - R1 OUT 2200uF 2200uF R511 R13


6 11 serial SW1 LD0.1 LD1.1
2

V- T1 IN
7 10 SW-PB 1K 1K
T2 OUT T2 IN 1
+ C5 8 9
10uF R2 IN R2 OUT 2
MAX232 Serial S2 DS2 DS10
SW2 LD0.2 R611 LD1.2 R14
SW-PB 1K 1K
ISP CON
3
2
1
5
9
4
8
3
7
2
6
1

VCC S3 DS3 DS11


6 R7 R15
GND SWITCH SW3 LD0.3 LD1.3
5
OSC ISP SW SW1 SW-PB 1K 1K
4 8
P1.5 SW2
3 7
P1.6 LATCH SW3
2 6
DB9 P1.7 ALE SW4 S4 DS4 DS12
1 1 5 R8 R16
PSEN SW5 SW4 LD0.4 LD1.4
2 4
SW6 SW-PB 1K 1K
3
ISPSW SW7
2
ISP SW SW8
3 1
RST S5 DS5 DS13
2 R9 R17
RST SW SW5 LD0.5 LD1.5
1
SW-PB 1K 1K
CON LED0
LD0.8
C 8 C
PORT 1 IC VCC RESPACK LD0.7 S6 DS6 DS14
7 R10 R18
P1.0 1
P1.0 40 PORT 0 LD0.6 SW6 LD0.6 LD1.6
8 P1.0 VCC 1 6
P1.1 2
P1.1 39 P0.0 P0.0 LD0.5 SW-PB 1K 1K
7 P1.1 (AD0) P0.0 2 1 5
P1.2 3
P1.2 38 P0.1 P0.1 LD0.4
6 P1.2 (AD1) P0.1 3 2 4
P1.3 4
P1.3 37 P0.2 P0.2 LD0.3 VCC JP45
5 P1.3 (AD2) P0.2 4 3 3
P1.4 5
P1.4 36 P0.3 P0.3 LD0.2 PB5 S7 DS7 DS15
4 P1.4 (AD3) P0.3 5 4 2 1 2 R11 R19
P1.5 6
P1.5 35 P0.4 P0.4 LD0.1 PB7 SW7 LD0.7 LD1.7
3 P1.5 (AD4)P0.4 6 5 1 3 4
VCC P1.6 7
P1.6 34 P0.5 P0.5 RST SW-PB 1K 1K
2 P1.6 (AD5) P0.5 7 6 5 6
P1.7 8
P1.7 33 P0.6 P0.6
1 P1.7 (AD6)P0.6 8 7 7 8
RST9 32 P0.7 P0.7 PB6
C1 RST (AD7) P0.7 9 8 9 10
P3.0
10 31 VCC CON LED1 S8 DS8 DS16
Cap2 P3.0 (RXD) EA/VPP R12 R20
RST SW 11
P3.1 30 ALE LD1.8 Header 5X2 SW8 LD0.8 LD1.8
10uF P3.1 (TXD) ALE/PROG 8
PORT 3 12
P3.2 29 PSEN PORT 2 LD1.7 SW-PB 1K 1K
P3.2 (INT0) PSEN 7
P3.0 13
P3.3 28 P2.7 P2.7 LD1.6
8 P3.3 (INT1) (A15) P2.7 1 6
S0 P3.1 14
P3.4 27 P2.6 P2.6 LD1.5
7 P3.4 (T0) (A14) P2.6 2 5
SW-PB R1 P3.2 15
P3.5 26 P2.5 P2.5 LD1.4
6 P3.5 (T1) (A13) P2.5 3 4
Res1 P3.3 16
P3.6 25 P2.4 P2.4 LD1.3 input ADC
5 P3.6 (WR) (A12) P2.4 4 3
10K P3.4 17
P3.7 24 P2.3 P2.3 LD1.2 U10 Header3
4 P3.7 (RD) (A11) P2.3 5 2 1
P3.5 18
XTAL2 23 P2.2 P2.2 LD1.1 Header1
3 XTAL2 (A10) P2.2 6 1 1 2
P3.6 19
XTAL1 22 P2.1 P2.1 1 40
2 XTAL1 (A9) P2.1 7 8 PB0 (XCK/T0) PA0 (ADC0) 2
VCC P3.7 20 21 P2.0 P2.0 2 39 Header 2
1 GND (A8) P2.0 8 7 PB1 (T1) PA1 (ADC1) 3
3 38
6 PB2 (AIN0/INT2) PA2 (ADC2) 4
AT89S51/52 4 37 VCC
5 PB3 (AIN1/OC0) PA3 (ADC3) 5
5 36
4 PB4 (SS) PA4 (ADC4) 6
PB5
6 35 R12122
3 PB5 (MOSI) PA5 (ADC5) 7
XTAL2 XTAL1 PB6
7 34 10K
2 PB6 (MISO) PA6 (ADC6) 8
PB7
8 33
1 PB7 (SCK) PA7 (ADC7)
DATA KEYPAD KEYPAD 4X3 Y1 CON 8 BIT Header 4
header8
D7 1 2 Header 8 14 22
8 1 PD0 (RXD) PC0 (SCL) 1
D6
10
11

Header2 15 23
7 2
1
2
3
4
5
6
7
8
9

C2 XTAL C3 PD1 (TXD) PC1 (SDA) 2


D5 16 24
6 3
DB01
DB11
DB21
DB31
DB41
DB51
DB61
DB71

8 PD2 (INT0) PC2 3


RW1

D4 33pF 33pF
EN1

17 25
RS1

5 4 7 PD3 (INT1) PC3 4


D3 18 26
4 5 6 PD4 (OC1B) PC4 5
D2 19 27
3 6 5 PD5 (OC1A) PC5 6
D1 LCD 8 BIT 20 28
2 7 4 PD6 (ICP) PC6 (TOSC1) 7
D0 21 29
1 8 3 PD7 (OC2) PC7 (TOSC2) 8
10
11
12
13
14
15
16

VCC VCC
1
2
3
4
5
6
7
8
9

2
D RST
9 10 L1 Header 8 D
DB01
DB11
DB21
DB31
DB41
DB51
DB61
DB71

1 RESET VCC
GND

GND
RW1

VCC
EN1

U3 VCC 30 VCC C100


RS1

AVCC
1 14 R1111111 Header 8 C20 12 32
IN11 VCC XTAL2 AREF
2 13 D3 Res1 13
IN12 IN42 XTAL1
2

3 12 D5 1K VCC
31 Cap
OUT1 IN41 Cap GND 100pF
4 11 11 Inductor Iron Adj
IN21 OUT4 100pF GND
5 10 Y2 10mH
IN22 IN32
6 9 D7 S100 C21 XTAL
OUT2 IN31
7 8 GND SW-PB ATmega8535-16PI Title
1

GND OUT3 VCC


R12121 C202
7400 10K Cap Cap
Keypad 100pF 100pF Size Number Revision
1 C
2
Date: 11/30/2008 Sheet of
Keypad File: N:\4-Lab\..\SISMIN BUKU2.SCHDOC Drawn By:

1 2 3 4 5 6

Gambar 4. Diagram skematik sistem minimum terintegrasi MCS-51 dan ATMega 8535

286
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

Gambar 6. Aplikasi LED dikontrol oleh


Gambar 5. Jalur PCB push button

IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN

Sistem minimum terintegrasi


MCS-51 dan ATMega 8535
diimplementasikan pada PCB hasil
perancangan, dengan memberikan
komponen-komponen yang sesuai.
Selanjutnya, program dimasukkan ke
mikrokontroler sesuai dengan fungsi
yang akan dilakukan, yaitu :
a. Kombinasi nyala LED dengan timer Gambar 7. Aplikasi 7segment dikontrol
yang dikontrol oleh interupsi dari oleh keypad
push button.
b. Seven Segment penampil angka
hasil penekanan keypad
c. LCD yang menampilkan karakter
bertuliskan µPCI Laboratory IT
Telkom

Pengujian pada ketiga hal tersebut


mendapatkan hasil sebagai berikut :
a. LED dapat menyala dengan baik, Gambar 8. Display LCD
yang bergerak sesuai dengan
program pada mikrokontroler. Hasil pengujian menunjukkan
Pengontrolan perubahan gerak bahwa sistem minimum dapat berfungsi
dilakukan melalui dengan interupsi dengan baik, sesuai dengan
dari push button. perancangan awal.
b. Seven segment mampu Pengujian kepada pemakai dilakukan di
menampilkan angka sesuai dengan Laboratorium Mikroprosesor IT Telkom,
tombol yang ditekan pada keypad dengan hasil sebagai berikut :
d. Tampilan pada layar LCD a. Sistem dapat digunakan dengan
menuliskan kata-kata sesuai dengan baik dan memberikan
dengan program pada kemudahan dalam pemahaman
mikrokontroler, yaitu uPCI terhadap materi matakuliah
Laboratory IT Telkom. Mikroprosesor dan Antarmuka, dan
cukup mudah digunakan oleh
Hasil-hasil pengujian tersebut mahasiswa.
diperlihatkan pada Gambar 6, Gambar 7
dan Gambar 8.

287
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

b. Sistem dapat digandakan dan dirakit c. Penelitian dapat dilanjutkan dengan


dengan mudah oleh mahasiswa, pembuatan packing yang lebih
khususnya asisten laboratorium, menarik dan mudah digunakan, agar
sehingga modul praktikum bisa pemakai dapat belajar dengan lebih
didapatkan dengan mudah dan baik. Selain itu, fungsi-fungsi
murah. komunikasi dan aplikasi sederhana
lainnya dapat dibuat dalam bentuk
library untuk kemudahan proses
PENUTUP belajar.

a. Sistem minimum terintegrasi MCS-51


dan AVR ATMega 8535 dapat Daftar Pustaka
bekerja dengan baik, sesuai dengan
tujuan penelitian ini. Pengontrolan 1. Eko, Agfianto. 2002. Belajar
terhadap perangkat LED, seven Mikrokontroler AT89C51/52/55 Teori
segment dan LCD bekerja sesuai dan Aplikasi. Yogyakarta: Gava
dengan spesifikasi awal. Media.
b. Sistem minimum dapat digandakan
2. Wardhana, Lingga. 2006. Belajar
dengan cukup mudah oleh
Sendiri Mikrokontroler AVR seri
mahasiswa, sehinggga ketersedia an
ATMega853: Simulasi, Hardware,
modul praktikum dapat tercukupi
dan Aplikasi. Yogyakarta: ANDI
dengan biaya murah.

288
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

SMS GATEWAY SEBAGAI ALAT BANTU PENYEBARAN INFORMASI


PROGRAM STUDI

Oleh:
Burhanuddin Dirgantoro
brh@ittelkom.ac.id

ABSTRACT
Dissemination of information is essential in the management of studies program. Much of
the information must be socialized properly, for smooth operation and activities of the
academic community. Dissemination through the mail method, either with paper or by e-
mail, have to wait a while, before arriving at the target academic community. Meanwhile,
by making use of mobile phones owned by most of the academic community, the
message can delivered in a short time.
This research aims to create such tool for distributing information on the scope of the
study program, which can transmit information requested. The results of this study is a
program to help spread information, which can do these things.

*) Program Studi Sistem Komputer, Fakultas Elektro & Komunikasi, IT Telkom

PENDAHULUAN

Program studi merupakan salah Pada kondisi saat ini, salah satu
satu pilar akademis pada sebuah teknologi yang memungkinkan untuk
perguruan tinggi. Selain menyeleng dipergunakan dengan efektif dan efisien
garakan kegiatan perkuliahan, program adalah teknologi telepon seluler yang
studi juga harus menjaga komunikasi hampir digunakan oleh semua orang.
dengan semua civitas akademika pada Teknologi ini bukan lagi barang mewah,
waktu yang cepat. Urusan dan dapat dipergunakan hampir di
penyelenggaran kegiatan yang banyak semua tempat.
dan keterbatasan sumber daya SMS merupakan sebuah layanan
khususnya sumber daya manusia yang dapat dipergunakan kapan saja,
mengharuskan program studi untuk tanpa memandang kesibukan penerima.
selalu berkoordinasi dan berkomunikasi Layanan ini, selain murah, juga
dengan baik dan cepat. memungkinkan untuk dikirimkan dalam
Penyebaran informasi dilakukan jumlah banyak dalam waktu relatif
melalui media surat, baik secara singkat. Dalam makalah ini, penyebaran
konvensional maupun melalui email. informasi dari program studi akan
Media surat konvensional dilakukan dilakukan salah satunya dengan
dengan kelemahan diantaranya : menggunakan SMS yang akan diatur
memerlukan adminsitrasi surat- pengirimannya oleh sebuah SMS
menyurat yang kadang memakan Gateway. Diharapkan, penggunaan
waktu, dan informasi dapat diterima sistem ini akan mampu melayani
setelah surat dibaca secara langsung komunikasi yang lebih baik.
oleh penerima. Sedangkan email baru
dapat menyampaikan informasi setelah SMS Gateway & Informasi Program
penerima membuka email, yang Studi
kebanyakan dilakukan melalui
komputer. Penggunaan komputer ini a. Cara kerja SMS Gateway secara
pada umumnya tidak selalu online singkat
dengan server email.

289
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

SMS gateway bekerja sebagai tridharma perguruan tinggi. Beberapa


sebuah server SMS yang akan kegiatan penting yang memerlukan
menerima dan mengirimkan tanggapan koordinasi dan komunikasi dengan
terhadap isi SMS. Umumnya isi pesan dosen dan civitas akademika
tersebut ditulis sesuai dengan format diantaranya adalah : informasi rapat dan
tertentu yang ketat dan akan koordinasi, kinerja proses belajar
mendapatkan tanggapan yang sesuai. mengajar, kemajuan pencapaian materi
Prosedur tanggapan umumnya dapat pendidikan mahasiswa, hasil belajar
digambarkan seperti pada Gambar 1. mahasiswa, monitoring pelaksanaan
tugas akhir dan pemberitahuan kegiatan
pendukung untuk mahasiswa dan dosen
pengajar matakuliah.
Pada tahap awal, program studi
harus memprioritaskan kegiatan-
kegiatan penting yang memerlukan
intensitas komunikasi yang cukup tinggi.
Kegiatan semacam ini merupakan
kegiatan-kegiatan yang berhubungan
Gambar 1. Struktur SMS Gateway dengan kegiatan perkuliahan, rapat-
rapat koordinasi dan penyampaian
Pada gambar di atas, cara informasi singkat. Masing-masing
pemberian respon dapat dijelaskan kegiatan juga dipilah dalam kelompok
sebagai berikut : penerima informasi, antara lain :
1. Modem SMS gateway menerima kelompok dosen pengajar, kelompok
pesan SMS. pengurus program studi, kelompok
2. Pesan SMS akan direkan pada ketua unit terkait dan kelompok kegiatan
suatu basis data. pendukung. Tiap kelompok
3. Pesan SMS diolah dan diartikan dimungkinkan untuk mendapatkan
sesuai dengan format yang informasi berbeda sesuai dengan
ditentukan. kebutuhan program studi, meskipun
4. Basisdata akan memberikan dapat juga dilakukan penyebaran
informasi sesuai dengan informasi secara umum untuk semua
permintaan pada pesan. civitas akademika yang terlibat dalam
5. Modem SMS gateway akan kegiatan di program studi.
mengirimkan SMS ke pengirim
pesan awal. Perancangan Sistem
Pemrosesan pesan yang masuk
dilakukan sesuai dengan tujuan a. Sistem Penyebaran Informasi
pembangunan SMS gateway. Pada Program Studi
umumnya, pemrosesan ini Penyebaran informasi penting
menggunakan format pesan tertentu, kepada civitas akademika program studi
yang merupakan kata kunci. Sebagai harus dilakukan secara akurat dan
contoh, untuk mendapatkan jadwal tercatat dengan baik, sekalipun
rapat dilakukan dengan mengirimkan menggunakan media pesan singkat.
pesan RAPAT BRH dan dikirim ke Penyebaran informasi ini juga harus
nomor dari modem SMS Gateway mencakup semua pihak yang berhak
tersebut. mendapatkan informasi, sekaligus juga
menyaring informasi yang khusus
b. Administrasi Program Studi dan diberikan untuk kelompok tertentu saja.
Penyebaran Informasi Penjelasan mengenai sistem
Program studi pada suatu penyebaran informasi dapat
perguruan tinggi memiliki kegiatan yang diperlihatkan pada Gambar 2.
padat dalam rangka menjalankan

290
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

Gambar 2. Penyebaran informasi Gambar 3. Permintaan informasi

Pada Gambar 2, prosedur Dari Gambar 3, proses permintaan


penyebaran informasi dilakukan informasi dapat digambarkan sebagai
sebagai berikut : berikut :
1. Admin akan memasukkan 1. Admin akan memasukkan
informasi ke dalam sistem. informasi ke dalam sistem.
2. Sistem akan memproses 2. Sistem akan menyimpan di dalam
kelompok tertentu yang menjadi subsistem data.
target informasi, dan mengirimkan 3. Civitas akademika mengirimkan
pesan yang sesuai. pesan kepada sistem.
3. Jika diperlukan, sistem akan 4. Sistem akan mengolah pesan
menunggu konfirmasi dari tersebut, dan memilih tanggapan
anggota kelompok, dan mencatat yang sesuai dengan permintaan
konfirmasi tersebut sekaligus informasi.
mengirimkan pesan telah 5. Sistem akan mengirimkan pesan
dilakukan konfirmasi. tersebut kepada peminta
4. Sistem akan merekapitulasi hasil informasi.
penyebaran informasi, dan
melaporkan kepada administrator
/ penanggung jawab program b. Integrasi dengan SMS gateway
studi. Penyebaran informasi melalui
SMS akan memerlukan tenaga dan
waktu yang sangat besar, sehingga
Selain itu, mengingat informasi akan lebih efektif dan efisien jika
seringkali berada pada program studi menggunakan sebuah SMS Gateway.
dan seorang civitas akademika perlu Sistem ini terdiri dari seperangkat
mengetahui informasi tersebut, sistem modem yang terhubung dengan
penyebaran informasi juga harus computer, dan menjalanan suatu
mampu mengangani permintaan program untuk layanan SMS. Pada
informasi tertentu. Rancangan penelitian ini, penulis menggunakan
subsistem permintaan informasi ini program gammu dari gammu.org
digambarkan pada Gambar 3. (www.gammu.org).

Program ini dipilih mengingat


kesederhanaan dan fungsionalitas yang
cukup tinggi, dan mampu memenuhi
kebutuhan pembangunan SMS gateway
yang murah dan handal. Cara instalasi
yang sederhana dan banyaknya
informasi mengenai penggunaannya
membuat gammu menjadi salah satu

291
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

perangkat lunak SMS gateway yang tersebut dari tabel Outbox ke tabel
populer. SentItems.

Penelitian ini menggunakan Pesan permintaan yang dapat


sebuah sistem gammu untuk menerima dipenuhi secara langsung merupakan
dan mengirimkan pesan SMS. Program pesan dengan format sebagai berikut :
gammu dijalankan terus-menerus, 1. Permintaan informasi rapat /
disamping adanya sebuah program lain pertemuan
berbasis PHP yang mengakses dan 2. Permintaan jadwal kuliah dan
memproses data-data yang tersimpan kegiatan rutin
pada suatu basisdata MySQL. Integrasi 3. Permintaan informasi penggunaan
gammu dengan basisdata yang ruang
digunakan dapat diperligatkan pada
Gambar 4. Masing-masing permintaan
informasi tersebut dikirimkan dengan
format yang dapat langsung dikenali
oleh sistem penyebaran informasi.
Format dirancang sebagai berikut :
1. RAPAT [kode dosen]
2. JADWAL [kode dosen]
3. RUANG [kode ruang] [tanggal]

Masing-masing parameter
tersebut dapat diperluas sesuai dengan
Gambar 4. Gammu dan basisdata kebutuhan dan perlkembangan sistem
penyebaran informasi. Untuk
Gambar 4 dapat dijelaskan pertanyaan umum, maka pesan
sebagai berikut : dikirimkan tanpa format khusus.
1. Program gammu dijalankan, dan Pertanyaan ini akan dibalas secara
menyebabkan modem terus- manual dengan melibatkan staf yang
menerus memonitor adanya berwenang untuk menjawabnya.
pesan yang datang atau pesan
yang alkan dikirim. Implementasi dan Pengujian
2. Jika ada sebuah pesan yang
masuk, maka program PHP akan a. Pembangunan Sistem Penyebaran
memperoses pesan tersebut, dan Informasi Program Studi
memberikan pesan sesuai Pembangunan sistem penyebaran
dengan permintaan. informasi dilakukan menggunakan skript
Selannjutnya, program PHP akan PHP, yang berjalan pada server Apache
memindahkan isi pesan ke dalam dan mengakses basisdata MySQL.
tabel Terproses dari tabel Inbox. Sistem dibuat dengan menu-menu yang
3. Program PHP akan telihat seperti Gambar 5.
memerintahkan program gammu
untuk mengirimkan informasi
yang diminta, dengan
memasukkan pesan tersebut ke
dalam tabel Outbox.
4. Program gammu akan
mengirimkan pesan yang
dimaksud kepada peminta
informasi. Jika pesan telah
dikirim, maka program gammu
akan memindahkan pesan
Gambar 5. Menu Program

292
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

b. SMS Gateway dan Integrasi Sistem 1. Fungsionalitas Modul


No Modul Hasil
SMS Gateway, seperti telah disinggung 1 Input Data Dapat memasukkan
di atas, dibuat menggunakan sebuah data ke tabel yang
modem, yang diimplentasikan dengan sesuai
sebuah handphone Siemens C35 2 Lihat Dapat menampilkan isi
beserta kabel datanya. Program untuk Tabel tabel, dan menghapus
menjalankan SMS Gateway ini data serta mengirim
menggunakan gammu versi 1.09.00., balasan
dengan basisdata yang dibuat 3 Kirim SMS Dapat mengirinkan
menggunakan skript MySQL bawaan SMS sesuai dengan
dari gammu, ditambah tabel-tabel pilihan menu
pendukung. 4 Standby Dapat menerima SMS
dan memberikan
balasan sesuai dengan
Basisdata ini, yang dinamakan SMSD, format
ditambah dengan beberapa tabel untuk
kebutuhan integrasi dengan sistem 2. Pengiriman Pesan
penyebaran informasi. Tabel-tabel yang No Aspek Hasil
ditambahkan antara lain : 1 Format Sistem mengirimkan
1. Tabel Rapat, untuk menyimpan sesuai data yang sesuai
informasi mengenai rapat atau 2 Format ada Sistem masih bekerja
pertemuan di lingkup program tambahan dengan baik
studi, fakultas dan institusi, spasi
2. Tabel Jadwal sebagai penyimpan 3 Data lebih Sistem memecah
informasi jadwal mengajar dosen dari 160 menjadi beberapa
dan jadwal kegiatan rutin lainnya, karakter SMS
3. Tabel Ruang, untuk menyimpan 4 Kata awal Mengirimkan balasan
salah atau pesan ‘Format tidak
data-data penggunaan ruang.
tidak sesuai’.
lengkap
Selain itu juga dibuat beberapa tabel 5 Data tidak Mengirim pesan ‘Data
pendukung, seperti: tabel Inproses ada tidak ada’
(untuk pesan yang sudah diproses),
dan tabel Pegawai (untuk menyimpan
data pengguna). PENUTUP
c. Pengujian dan hasil pengujian 1. Kesimpulan
a. Sistem bekerja dengan baik
Pengujian sistem dilakukan dengan pada pesan-pesan yang sesuai
mengirimkan SMS dalam format yang atau dengan sedikit kesalahan
sesuai, dan melihat kinerja dari sistem. format.
Hasil tanggapan sistem dicatat, disertai b. Sistem tidak dapat memberikan
dengan adanya hal-hal lain yang data jika kata awal tidak dikenal
ditemukan selama pengujian. atau data tidak terdapat dalam
basisdata.
Hasil dari pengujian memperlihatkan
hal-hal sebagai berikut :
2. Saran Pengembangan
a. Format data diperluas untuk
mendapat pengiriman informasi
yang lebih detil.
b. Antar muka pemakai disesuaikan
dengan keperluan pemakai.

293
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

c. Jenis informasi diperluas sesuai c. Agnes Heni T (ed)., (2007).


denga kegiatan program studi Aplikasi Manajemen Database
lainnya. Pendidikan berbasis Web dengan
PHP dan MySQL, Yogyakarta :
ANDI; Madiun : MADCOMS.
Referensi d. Jogiyanto HM. (1999). Sistem
Informasi berbasis Komputer.
a. Sutedjo, Budi; Handoko, Yosia. Yogyakarta: BPFE- Yogyakarta.
(2003). Teleakses Database e. www.gammu.org
Pendidikan Berbasis Ponsel. f. www.zend.com
b. Peranginangin, Kasiman. (2006). g. www.cihar.com
Aplikasi Web dengan PHP dan
MySQL, Yogyakarta, ANDI.

294
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

REKAYASA PERANGKAT LUNAK UNTUK MATERI ANATOMI TUBUH MANUSIA


PADA MATAPELAJARAN BIOLOGI
Studi Kasus: SMA N 1 Padang

Oleh:
Busran
busran_byn@yahoo.com

ABSTRACT

Software engineering is on the application and using of the good principles


engineering in produce software that economic, reliable and efficient in the computer. By
using computer and internet that are developing in this era, it can be designed as a
system of software engineering based on web that use PHP and MySQL language
program in teaching processes, especially in biology of human’s anatomy in senior high
school student 1, Padang. The purpose of this research is designing and building a
software engineering based on web which is effective and efficient that can be used for
teachers and students in senior high school so that the lesson in that school would be
more understood.
This system is built by using PHP language program and then will be saved into
database in MySQL. To design this website, it is used software Macromedia
Dreamweaver.
The result of this research is the biology teacher can put picture down and then give
exercises, after that the students can see the materials, pictures, and answering the
question and also know the exercises’ result by doing registration before.

Keywords : Database, PHP, MySQL, Biology..

*) Dosen Teknik Informatika Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Padang

PENDAHULUAN

Di SMA Negeri 1 Padang sistem studi dalam memberikan ilmunya kepada


pembelajaran yang dipakai sudah siswa. Pada bidang studi IPA khususnya
berkembang dengan memakai komputer Biologi, pelajarannya lebih banyak dalam
sebagai alat bantu belajar siswa. Di bentuk praktek dengan menampilkan
samping ada buku pegangan untuk guru peragaan alat sesuai dengan materi
dan siswa serta alat bantu peraga di pelajarannya. Untuk itu penulis tertarik
laboratorium, guru juga memberikan untuk membuat sistem perangkat lunak
materi pelajaran memakai komputer dan berbasiskan web dengan menggunakan
infocus yang bisa ditampilkan di depan bahasa pemrograman PHP dan MySQL.
kelas. Teknologi jaringan internet yang Dalam penelitian ini dikhususkan pada
berkembang pada saat ini juga sudah Mata Pelajaran Biologi Materi Anatomi
masuk ke SMA N 1 Padang seperti Tubuh Manusia. Penulis mengambil
sudah aktifnya jaringan Wireless Pelajaran Biologi karena pelajaran
dilingkungan sekolah sehingga siswa- tersebut membutuhkan suatu fakta yang
siswa dan guru dapat mengakses sebenarnya, bukan dari menurut apa
internet pada jam-jam tertentu. yang ditulis di buku saja.
Dengan adanya komputer dan Dengan dirancangnya sebuah
internet Proses pembelajaran dapat lebih sistem informasi berbasis web,
efisien oleh masing-masing guru bidang diharapkan siswa-siswi dapat menambah

295
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

motivasi pemahaman pelajaran diperangkat keras komputer dan


khususnya tentang materi Anatomi digunakan diperangkat lunak untuk
Tubuh Manusia sertasebagai alat bantu memanipulasinya (Jogiyanto HM: 1999:
bagi guru dalam memberikan pelajaran 711).
Biologi kepada siswa didiknya. Untuk mengakses database
diperlukan suatu perangkat lunak
TINJAUAN PUSTAKA aplikasi yang disebut Database
Management System (DBMS), yaitu
Studi Literatur sekumpulan program yang
Tugas akhir Riki Fadilla (2009) memungkinkan user untuk membuat,
yang berjudul: Rancang bangun memanipulasi dan mengelola database
perangkat lunak bantu untuk test Buta untuk mencapai suatu tujuan.
Warna Metode Ishihara 25 Plates Ada beberapa istilah dalam DBMS, yaitu:
Berbasis Web, Institut Teknologi ¾ Entity adalah konsep informasi
Padang. Pada tugas akhir ini Riki Fadilla yang direkam meliputi orang,
membuat suatu perangkat lunak kejadian dan tempat.
berbasis web yang dapat membantu ¾ Atribute atau field adalah sesuatu
user untuk melakukan tes buta warna yang memiliki entity. Field kunci
secara online, dimana perangkat lunak memegang peranan penting dalam
tersebut user menebak angka yang pembuatan tabel. Field kunci
berwarna, kemudian hasilnya tes buta adalah satu field atau satu set field
warna ditampilkan di dalam website. yang terdapat dalam satu file yang
Tugas Akhir Meldi Ade Kurnia Yusri merupakan kunci atau mewakili
(2007) yang berjudul: Rekayasa record.
perangkat lunak berbasis web untuk ¾ Data value atau isi data adalah
pengukuran tingkat kecerdasan informasi yang tersimpan dalam
(Intelligence Quotient/IQ), Institut setiap attribute.
Teknologi Padang. Tugas akhir ini ¾ Record atau kumpulan attribute
merancang suatu perangkat lunak yang saling berkaitan satu dengan
berbasis web untuk melakukan tes IQ yang lainnya dalam
online yang mana user memilih salah menginformasikan suatu entity
satu gambar yang menyerupai soal, secara lengkap.
kemudian ditampilkan hasil tes dan ¾ File adalah kumpulan record yang
penilaiannya. mempunyai panjang attribute yang
sama tetapi berbeda value
LANDASAN TEORI
1. Konsep Dasar Database 2. Pengertian Web
Data adalah kenyataan yang World Wide Web (www) atau biasa
menggambarkan suatu kejadian-kejadian disebut Web merupakan sebuah sistem
dan kesatuan nyata. Informasi adalah dimana dapat menyediakan informasi
data yang telah diolah menjadi bentuk dalam bentuk teks, gambar ataupun
yang lebih berarti dan berguna bagi gambar bergerak dan suara (AS. Mark:
penerimannya untuk mengambil 1999). Pada awalnya aplikasi web
keputusan masa kini maupun yang akan dibangun hanya dengan menggunakan
datang (Gordon. B. Davis: 1985). bahasa yang disebut dengan HTML
Sedangkan Sistem informasi adalah (HyperText Markup Language) dan
sekumpulan prosedur organisasi yang protocol yang digunakan dinamakan
pada saat dilaksanakan akan HTTP (HyperText Transfer Protocol).
memberikan informasi bagi pengambil HTTP adalah suatu metode yang
keputusan dan atau untuk digunakan untuk transfer suatu informasi
mengendalikan organisasi. melalui world wide web. Di desain
Database merupakan kumpulan memberikan cara untuk mempublika
dari data yang saling berhubungan satu sikan dan mengambil halaman HTML.
dengan yang lainnya, tersimpan

296
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

Saat ini sudah banyak dikem dikirimkan ke browser hanya hasilnya


bangkan bahasa pemrograman web, saja (KW. Anon: 2003).
diantaranya adalah Perl, CGI, PHP, Fasilitas PHP yang paling kuat dan
Phyton, CFold Fusion, Javascript, Java pasti adalah integrasinya dengan mesin
Applet, dll. Software atau perangkat database yang membuat halaman
lunak web browser saat ini tersedia dengan dukungan database dengan
dalam berbagai produk dengan mudah. PHP termasuk dalam HTML-
kelebihan dan kekurangannya masing- embedded, artinya kode PHP dapat kita
masing. Beberapa web browser yang sisipkan pada halaman HTML. Untuk
paling terkenal saat ini adalah Mozilla mengetahui bahwa baris-baris HTML
Firefox, Internet Explorer, Opera, Safari merupakan suatu script PHP maka
dan lain sebagainya. dipasang tag. Tag yang digunakan untuk
menyatakan script PHP adalah
3. Browser web dan Server web <?php…?>.
Browser web mempunyai tugas
menerjemahkan informasi yang diterima 6. Javascript
dari server web dan menampilkan pada Javascript adalah bahasa yang
layer komputer pengguna. Oleh karena berbentuk kumpulan script yang pada
itu, HTTP memungkinkan server web fungsinya berjalan pada suatu dokumen
mengirimkan beragam data seperti teks HTML (Andy Alamsyah: 2003). Bahasa
dan gambar, browser harus mengenali ini adalah bahasa pemrograman untuk
berbagai data yang akan diterimanya. memberikan kemampuan tambahan
Server web adalah sebuah pada bahasa HTML dengan mengizinkan
perangkat lunak yang berfungsi pengeksekusian perintah pada sisi user,
menyimpan sebuah server agar mampu yang artinya disisi browser bukan sisi
melayani koneksi dan transfer data server web.
dalam bentuk protokol HTTP (Arbie: Javascript bergantung kepada
2003: 340). Protokol HTTP ini browser yang memanggil halaman web
memungkinkan transfer data dalam yang berisi skrip-skrip dari javascript dan
bentuk teks, gambar, gambar tiga tentu saja terselip dalam dokumen
dimensi, video, suara dan sebagainya. HTML. Javascript juga tidak memerlukan
Perangkat lunak server web sekarang kompilator atau penerjamah khusus
tersedia untuk berbagai macam plat form untuk menjalankannya. Contoh dari skrip
dan webStar, omniHTTPd, Zeus, yang menunjukkan script javascript
Netscape Fastrack dan NCSA HTTPD, adalah:
Microsoft HS, netscape fastrack, <script language = “javascript”>
Microsoft Personal Web Server, oreilly …………….
Website dan banyak lagi. </script>

4. Apache Web Server 7. SQL (Structure Query Language)


Apache menjadi sebuah web Structure Query Language (SQL)
server yang popular karena mudah untuk adalah salah satu bahasa standard yang
digunakan dan penginstalannya serta mendekati bahasa sehari-hari yang
bersifat free software. Apache web dibutuhkan untuk melakukan komunikasi
server digunakan sebagai server untuk antara komputer dengan pemakai
bisa menjalankan script dalam (Yuswanto: 2001). SQL dilengkapi
membangun web. dengan sejumlah perintah untuk
melakukan manipulasi data. Perintah-
5. PHP (Personal Home Page Tool) perintah tersebut antara lain: “Select”,
PHP adalah bahasa scripting yang “Insert”, “Update”, “Delete”, “Create”, dan
menyatu dengan HTML dan dijalankan “Drop”, yang dapat digunakan untuk
pada server side. Artinya semua sintaks mengerjakan hampir semua kebutuhan
yang kita berikan akan sepenuhnya untuk memanipulasi sebuah database.
dijalankan oleh server, sedangkan yang

297
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

8. MySQL software, hardware, dan


MySQL merupakan sebuah system database software engineering
manajemen database relasi (relational untuk menghasilkan suatu
database management system) yang lingkungan software engineering.
bersifat open source memiliki kecepatan ‐ Database Software Engineering,
yang tinggi dalam melakukan adalah sebuah struktur data yang
pemrosesan data (Arbie: 2003: 1). berisi informasi penting tentang
Dalam bahasa SQL pada umumnya analisis, desain, kode dan testing.
informasi tersimpan dalam tabel-tabel ‐ Analogi dengan CASE pada
yang secara logika merupakan struktur hardware adalah : CAD, CAM,
dua dimensi terdiri dari baris (row atau CAE.
record) dan kolom (column atau field). 3. Prosedur, Terdiri dari :
Sedangkan dalam sebuah database ‐ Urutan di mana metode tersebut
dapat terdiri dari beberapa tabel. diterapkan
‐ Dokumen
9. Rekayasa Perangkat Lunak (RPL) ‐ Laporan-laporan
Rekayasa Perangkat Lunak ‐ Formulir-formulir yang diperlukan
(Software Engineering) adalah ‐ Mengontrol kualitas software
penerapan dan penggunaan prinsip- ‐ Mengkoordinasi perubahan yang
prinsip engineering yang baik dalam terjadi pada software
rangka menghasilkan software yang
ekonomis, reliable, dan bekerja secara
efisien pada komputer sungguhan (Fritz METODOLOGI PENELITIAN
Badar: 1969). Jadi Rekayasa Perangkat
Lunak adalah Suatu disiplin ilmu yang 1. Jenis Penelitian
membahas semua aspek produksi Jenis perancangan ini adalah
perangkat lunak, mulai dari tahap awal berupa eksperimen dalam mengembang
yaitu analisa kebutuhan pengguna, kan sistem pembelajaran secara
menentukan spesifikasi dari kebutuhan konvensional menjadi sistem
pengguna, disain, pengkodean, pembelajaran Biologi tentang anatomi
pengujian sampai pemeliharaan sistem tubuh manusia berbasis web, dilakukan
setelah digunakan. di SMA N 1 Padang dan dilaksanakan
Software engineering terdiri dari 3 selama 6 bulan.
elemen kunci, yaitu :
1. Metode, memberikan teknik - teknik 2. Alat dan Bahan
bagaimana membentuk software. Adapun alat dan bahan dalam
Metode ini terdiri dari serangkaian penelitian ini adalah:
tugas: A. Hardware
‐ Perencanaan & estimasi proyek Prosesor Intel Pentium 4-3,4 GHz,
‐ Analisis kebutuhan sistem dan Memori DDR RAM 512 MB, Hardisk
software Seagate 80 GB, Keyboard
‐ Desain struktur data Sp+Mouse, Printer HP Deskjet 3920.
‐ Arsitektur program dan prosedur B. Sistem operasi Windows XP SP2,
algoritma Macromedia Dreamweaver 8,
‐ Coding Microsoft Word 2007, Adobe
‐ Testing dan pemeliharaan Photoshop CS, Xampp win 32 1.7.1.
2. Peralatan (tools), memberikan
dukungan atau semi automasi untuk 3. Rancangan Sistem
metode. Berikut adalah gambaran context
Contohnya : diagram yang menggambarkan alur kerja
‐ CASE (Case Aided Software perancangan sistem perangkat lunak
Engineering), yaitu suatu berbasis web:
software yang menggabungkan

298
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

Data Siswa
Username Informasi Hasil
Password 0 Latihan Siswa
Siswa Sistem Administrator
Ilmu Pengetahuan Pelajaran
Berbasis Web

Data Siswa
Informasi Hasil
Latihan Siswa

Guru
Gambar 2. Xampp Control Panel

Gambar 1. Context diagram 2. Penginstalan Database


Pada penelitian ini penulis
Adapun prosedur aliran sistem perangkat memanfaatkan PhpMyAdmin untuk
lunak yang akan dirancang adalah: membuat database nya, yang digunakan
1. Siswa terlebih dahulu melakukan sebagai interface untuk menjalankan
registrasi dengan mengisi data- database. Untuk mengakses
data siswa sekaligus username dan PhpMyAdmin, disini penulis memakai
passwordnya ke sistem perangkat Mozilla Firefox sebagai browser web nya
lunak agar siswa dapat masuk ke dengan mengetikkkan alamat
sistem pembelajaran biologi http://localhost/phpmyadmin/ pada URL.
berbasis web. Database yang penulis rancang
2. Setelah siswa menggunakan diberi nama ‘dbsmansa’ yang terdiri atas
sistem pelajaran berbasis web ini, enam tabel, yaitu tabel guru, tabel siswa,
guru akan mendapatkan data siswa tabel materi, tabel gambar, tabel soal
yang sudah memakai sisem ini dan dan tabel jawaban.
indormasi hasil latihan siswa.
3. Administrator juga akan
mendapatkan informasi hasil
latihan siswa dari sistem ini.
4. Dari sistem pelajaran berbasis web
ini siswa akan mendapatkan ilmu
pengetahuan.

PEMBAHASAN

Perancangan sistem perangkat


lunak berbasis web untuk mata pelajaran
biologi materi anatomi tubuh manusia Gambar 3. Database ’dbsmansa’
membutuhkan langkah-langkah pengerja
an, diantaranya sebagai berikut: 3. Desain Halaman Web
a. Halaman Index
1. Penginstalan Web Server Halaman index merupakan
Penelitian ini menggunakan halaman yang menjadi halaman
program Xampp 1.7.1 sebagai web pembuka dari website ini. Pada halaman
servernya. Untuk menjalankan program ini terdapat tombol Masuk bagi siswa
Xampp, dapat dilakukan dengan cara dan guru yang sudah terdaftar, tetapi jika
mengklik tombol Start pada Apache dan user tersebut belum terdaftar bisa
MySql yang terdapat pada menu icon langsung mendaftarkan diri pada menu
Xampp control panel. Registrasi. Apabila ada guru yang ingin
mendaftar maka harus izin dulu kepada
admin, lalu guru tersebut melakukan
pendaftaran dan dapat melakukan login.

299
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

Untuk memasukkan soal-soal


latihan dapat dilihat pada halaman input
soal latihan pada menu Data soal.

Gambar 4. Halaman Index

b. Halaman Administrator
Pada website ini di dalam ruang Gambar 7. Halaman Input Soal Latihan
administrator terdapat beberapa menu
pilihan, yaitu: menu home, materi, Untuk mengganti password admin
gambar, data, administrator, manage menjadi password yang baru dapat
usage dan logout. Setelah masuk melalui dilihat pada menu Administrator.
otentifikasi login pada halaman index
dengan mengetikan username dan
password, maka administrator akan
masuk ke menu home.
Untuk memasukkan materi
pelajaran di klik menu data materi dan
disini admin akan menginputkan
beberapa bahan materi.
Gambar 8. Mengganti Password Admin

Jika ada guru yang ingin


melakukan input materi, gambar dan
soal maka guru tersebut harus mendaftar
dulu pada menu Manage User.

Gambar 5. Halaman Input Materi

Untuk memasukkan gambar-


gambar yang berhubungan dengan Gambar 9. Registrasi Guru
materi dapat dilihat pada halaman input
gambar di bawah ini: c. Halaman Siswa
Siswa yang ingin melihat dan
mengerjakan soal-soal di dalam website
ini harus melakukan registrasi terlebih
dahulu dengan memasuki halaman
Registrasi Siswa.

Gambar 6. Halaman Input Gambar

300
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

Gambar 13. Kolom Hasil Latihan Siswa

Supaya memudahkan siswa dalam


Gambar 10. Registrasi Siswa melihat materi dan gambar yang
berhubungan dengan anatomi tubuh
Siswa yang ingin melihat materi manusia, siswa cukup dengan
pelajaran dapat dilihat pada halaman mengetikkan judul pelajarannya yang
materi pelajaran seperti pada gambar 11. ada pada tombol Search / pencarian di
Supaya dapat melihat materinya secara header website ini.
lengkap dan sempurna, maka siswa
dapat men-download materinya.

Gambar 14. Tombol Search/Pencarian

ANALISA CARA SISTEM


PEMBELAJARAN MANUAL DENGAN
SISTEM BERBASIS WEB
Gambar 11. Halaman Materi Pelajaran
Pada sistem pembelajaran
Untuk melihat gambar dari masing- berbasis teknologi komputer dibanding
masing materi, siswa dapat melihat pada kan dengan sistem pembelajaran manual
menu Gambar yang tertera di atas memiliki keunggulan dan kemudahan
header website. Setelah itu, siswa dapat bagi guru dan siswa. Adapun
mengikuti latihan sebanyak 20 buah perbandingannya dapat dilihat pada
yang terdapat pada Menu Latihan. tabel di bawah ini:

Tabel 1. Perbandingan Sistem manual


dengan Sistem berbasis web
Kategori Sistem
Sistem
No Perban- Berbasis
Manual
dingan Web
1 Pelaksanaan Memakan Lebih cepat
Latihan waktu yang dan efisien
lama
2 Penyim- Dalam Database
panan buku/kertas
3 Penampilan Cepat Siswa
Gambar 12. Halaman Latihan Siswa Materi membuat menjadi
siswa bosan lebih tertarik
Untuk mengetahui hasil latihan, 4 Pencarian Membuka Cukup
siswa dapat melihat hasilnya pada Menu materi dan kembali buku- dengan
Hasil Latihan. gambar buku pelajaran menu
pelajaran pencarian
yang ada
disistem

301
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

Dari tabel di atas dapat dilihat Kristanto, Andri, Perancangan Sistem


bahwa sistem pembelajaran berbasis Informasi dan Aplikasinya.
web waktu yang dibutuhkan untuk Yogyakarta: Gaya Media, 2003.
mengerjakannya lebih cepat dan efisien,
Ladjamudin, Al-Bahra Bin, Analisis dan
disimpan ke dalam database sehingga
Desain Sistem Informasi.
memudahkan dalam melihat kembali
Yogyakarta: Graha Ilmu, 2005.
data-datanya, penampilan materi yang
disajikan menjadikan siswa tertarik dan Meldi Ade Kurnia Yusri, Rekayasa
tidak cepat bosan serta pencarian Perangkat Lunak Berbasis Web
kembali data-data yang berkaitan untuk Pengukuran Tingkat
dengan pelajaran cukup dengan Kecerdasan (Intelligence Quotient /
memanfaatkan menu search/pencarian IQ). Padang: Institut Teknologi
yang ada pada sistem. Padang, 2007.
Nugroho, Bunafit, Membuat Website
Sendiri dengan PHP – MySQL.
KESIMPULAN
Jakarta: Mediakita, 2009.
Berdasarkan hasil penelitian ini Pratiwi, D.A, dkk, Buku Penuntun Biologi
dapat disimpulkan bahwa sistem SMA Untuk Kelas XI. Jakarta:
pembelajaran berbasis web Mata Erlangga, 2004.
Pelajaran Biologi khususnya tentang
Riki Fadilla, Rancang Bangun Perangkat
anatomi tubuh manusia menggunakan
Lunak Bantu untuk Test Buta
bahasa pemrograman php dan disimpan
Warna Metode Ishihara 25 Plates
ke dalam database MySQL dapat
Berbasis Web. Padang: Institut
membantu guru dan siswa dalam
Teknologi Padang, 2009.
memahami pelajaran di sekolah maupun
di rumah. Siswa terlebih dahulu Wirawan, Mochamad Joko Adi, Amazing
melakukan registrasi dan setelah itu News Website With PHP, Ajax and
login dengan mengetik username dan MySQL. Yogyakarta: Andi Offset,
password. Kemudian siswa dapat 2009.
melihat materi pelajaran, gambar dan
http://iwansantoso.wordpress.com/rekay
menjawab soal-soal latihan.
asa-perangkat-lunak/ Tgl: 10
Februari 2010
DAFTAR PUSTAKA http://e-dukasi.net/uji/latihansoal.php?
mp=3&js=100 Tgl: 20 Oktober 2010
Jogianto, H.M, Analisa dan Disain http://banksoalbiosma.blogspot.com/200
Sistem Informasi. Yogyakarta: Andi 8/06/bio-kelas-11-semester-1.html.
Offset, 1999.
http://biologi.blogsome.com/2009/03/19/l
Kadir, Abdul, Dasar Pemrograman Web atihan-soal-kelas-xi-sma/ Tgl: 02
Dinamis Menggunakan PHP. November 2010
Yogyakarta: Andi, 2003.
http://ilhamfr17.blogspot.com/2010/10/so
Kadir, Abdul, Membuat Aplikasi Web al-soal-sistem-saraf-dan-sistem-
Dengan PHP + Database MySQL. indra.html Tgl: 02 November 2010
Yogyakarta: Andi Offset, 2009
http://gurungeblog.wordpress.com/2008/
Kaseng, Ernawati dan Adnan, Biologi 11/10/soal-latihan-dan-jawaban-ciri-
Untuk SMA dan MA Kelas XI. makhluk-hidup/ Tgl: 02 November 2010.
Jakarta: Widya Utama, 2007.

302
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

CREATING COMPUTER ASSISTED INTRUCTION (CAI) CLASSROOM

Oleh:
Dharma Liza Said *)

ABSTRACT

The educators have expected the use of CAI technology in the form of software. The
Authoring software may not be compatible with the content of their syllabus and
curriculum, for example the use of Power Point from Microsoft Office which is not aimed
for CAI software. This causes a kind of limitation such as boring, time comsuming, and
costly. It is in correlation to what Maddux, C.D (1992) stated that the educators need self
made software due to difficulties of finding suitable content, financial consideration, and
private recommendation including experienced educators natural desire to produce their
own interactive teaching material, appropriate content, and the best program. However it is
not as simple as that.
To reach this objective, a courseware which can accommodate educators’ needs
mentioned above needs to be designed in the form of interactive multimedia compact
disks (text, graphic, audio, video, animation and simulation which will enable the teachers
to prepare teaching material by firstly make General Teaching Program and Course
Design.
Based on this fact, in order to create an active, creative, effective and enjoyable teaching
courseware applying interactive CAI technology with can be used individually or
classically, five steps can be done : Instructional Design and Courseware Design,
Interactive Designs for Courseware, Adaptive Designs for Courseware, Toward Intelligent
CAI on microcomputers and Designing Motivating Courseware.
This paper is an attempt to this disscus some ideas on creating an interactive CAI
classroom.

Keywords: Computer Assisted Instruction, courseware, interactive, adaptive, toward


intelligent CAI and motivating

*) Staf Pengajar Jurusan Teknik Elektronika Faklutas Teknik UNP Padang

PENDAHULUAN

Perkembangan teknologi komputer Selama ini dosen yang


tidak dapat dipisahkan lagi dari aktifitas menginginkan menggunakan CAI harus
kehidupan manusia, tidak terkecuali menggunakan perangkat lunak yang
dalam proses pembelajaran. Dari sudah jadi yang belum tentu cocok
kenyataan tersebut diharapkan bahwa dengan materi yang ada dalam
pemakaian komputer dapat mengatasi kurikulum. Kalaupun menggunakan
sebagian besar permasalahan atau perangkat lunak (Authoring software)
kesulitan yang timbul, termasuk dalam biasanya menggunakan perangkat lunak
proses pembelajaran. Tidak dapat lain (misalnya Power Point dari Microsoft
dipungkiri lagi bahwa dewasa ini Office) yang sebenarnya bukan untuk
komputer merupakan sumber daya baru perangkat lunak untuk CAI. Hal ini
dalam sarana pembelajaran, Sudah menjadi suatu keterbatasan yang akan
sewajarnyalah apabila komputer menjemukan, memakan waktu, serta
digunakan sebagai sarana pembelajaran menghabiskan dana (untuk keperluan
baik untuk perorangan maupun penunjang). Seperti diungkapkan
kelompok. Maddux, C.D (1992) bahwa dosen
memerlukan adanya perangkat lunak

303
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

penyusun karena (a) sulit ditemukan kesenjangan tersebut. Dosen tidak lagi
paket yang cocok, (b) pertimbangan direpotkan untuk menulis program
anggaran, dan (c) rekomendasi pribadi, seperti pada authoring software yang
meliputi keinginan alamiah dosen yang lain yang harus mempelajari bahasa
berpengalaman untuk menghasilkan pemrogramannya.
materi pembelajaran sendiri sesuai
dengan lembaganya. Hal ini ditegaskan PERMASALAHAN
oleh Lockard, Abrahams, dan Many
(1990) dalam bukunya Microcomputers 1. Apakah perangkat lunak ini akan
for Educator menyebutkan bahwa : dapat memudahkan dalam
Dengan ribuan paket bahan ajar menyusun Satuan Acara
di pasaran, dan yang muncul Pembelajaran yang dipersiapkan ?
tiap minggu, tampak bahwa 2. Apakah perangkat lunak ini dapat
beberapa dosen berharap dioperasikan dengan mudah dan
menggunakan komputer sebagai cepat dalam hal penyusunannya dan
pembelajaran di ruang kuliah pengoperasiannya baik bagi pemula
dengan hanya membutuhkan maupun mereka yang
survai di tempat penjualan, berpengalaman ?
memilih paket yang tepat,
mengevaluasinya, dan HASIL DAN PEMBAHASAN
membelinya yang terbaik. Tapi
ternyata sistuasinya tidak Beberapa penelitian terdahulu
sesederhana ini. dalam upaya mengevaluasi CAI
diantaranya penelitian Bright, dkk (1983)
Kebutuhan-kebutuhan yang melaporkan, banyak fakta yang
menuntut adanya visualisasi dan suara membuktikan bahwa CAI sangat efektif
yang tidak berbeda dengan aslinya, dan efisien. Hal ini diperkuat oleh Kulik,
gambar, foto, dan lukisan sebagai suatu dkk. (1980) yang menjelaskan bahwa
yang langka dan tidak akan didapatkan jenis kelamin, usia, jenis pembelajaran,
pada alat peraga atau media yang dapat tipe manusia . jenis institusi , dan
mewakilinya, diharapkan dapat terpenuhi kecerdasan siswa hanya sedikit
dengan adanya program komputer ini. berpengaruh dalam penggunaan CAI.
Untuk dapat mencapai tujuan Castleberry (1970), dalam hasil
tersebut, dibutuhkan suatu perangkat penelitiannya mengenai keuntungan CAI
lunak yang dapat memenuhi segala hal mengungkapkan bahwa ada 4 mode di
yang dibutuhkan diatas dan akan dapat mana komputer (CAI) dapat berfungsi
memudahkan dosen untuk dapat sebagai: tutorial, remedial, latihan dan
memanfaatkanya pada saat perkuliahan. praktek, serta simulasi. Okey (1982)
Sama halnya dengan sorang dosen menambahkan bahwa komputer dapat
untuk mempersiapkan materi mengurangi beban guru yang
perkuliahan maka ia harus membuat memberikan tes dan evaluasi pada suatu
dulu Satuan Acara Perkuliahan yang kelas secara rutin.
akan disajikan. Schall (1986) memberikan
Perangkat ini akan membantu gambaran mengenai aktivitas apa saja
dosen untuk menyiapkan materi yang dapat dilakukan oleh CAI. Untuk
perkuliahan yang akan diberikan di menyajikan 4 fungsi yang diberikan oleh
ruang kuliah, jika diperlukan dapat juga Castleberry (1970), Schall menggunakan
dipadukan dengan teks, audio, grafik, pengolah kata dan grafik. Bork (1978)
video, animasi dan simulasi yang menggambarkan simulasi yang
diperlukan sebagai bagian dalam materi dikembangkan oleh Proyek Pengembang
perkuliahannya. Komputer Fisika ( Physics Computer
Dengan mengacu pada kenyataan Development Project) di bidang Fisika.
di atas maka dibutuhkan suatu Sebagai contoh untuk melakukan latihan
perangkat lunak yang dapat mengatasi gaya gravitasi.

304
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

A B C
Tujuan Tujuan Tujuan
Konitif Afektif psikomotorik

Pengetahuan Apresiasi Kinerja


Informasi Sikap Ketrampilan

X Y Z
Kel. Besar Kel. Kecil Satu siswa

Tatap muka Interaksi Belajar


dengan Tatap muka mandiri dgn
perantara Sumber Daya

Gambar 1
Cavin dan Lagowsky (1978) menginstruksi komputer agar dapat
melaporkan bahwa ada 2 keuntungan melakukan tugas dengan jangkauan
menggunakan komputer sebagai sarana yang luas. Sedangkan Alessi dan Trolip
pembelajaran. Pertama, sering disebut (1985), dalam definisinya
dengan “Computer Simulated mengungkapkan level detail yang harus
Experiments” atau CSE, penelitian di ditentukan di dalam menggunakan
laboratorium dapat disimulasikan dengan bahasa pemrograman adalah
komputer sebagai alternatif atau sarana pemrogram yang menspesifikasikan
tambahan untuk melakukan penelitian setiap detail yang harus di lakukan
pada laboratorium tertentu. Mahasiswa komputer. Tidak boleh sesuatupun
menggunakan komputer untuk terlewat; setiap aspek dari jawaban
melakukan analisa data dan menyusun pengambilan keputusan harus
laporan penelitian. Okey (1985) diprogramkan, setiap variable atau
menguatkan bahwa CSE mampu counter harus diperbaharui secara
bekerja lebih baik pada siswa dengan benar, urutan tampilan diperhatikan, dan
kecerdasan yang rendah dibanding pengumpulan data terjamin.
dengan siswa yang memiliki kecerdasan
lebih baik. CAI telah sukses digunakan 2. Bahasa Authoring (authoring
pada laboratorium instrumentasi. languages)
Wiebe (1983) mengungkapkan Bahasa authoring adalah bahasa
dalam penelitiannya bahwa latihan dan komputer dengan fungsi-khusus (special-
praktek tidak akan efisien jika dilakukan purpose computer languages) yang telah
dengan menggunakan komputer. dirancang sedemikian rupa guna
1. Bahasa pemrograman tradisional memberikan fasilitas penulisan program-
(traditional programming program pengajaran. Mandell (1989)
languages) mencoba mengungkapkan bahwa
Beberapa definisi yang ditawarkan “Bahasa authoring adalah bahasa
untuk bahasa pemrograman tradisional, pemrograman komputer dengan
menurut Bullough dan Betty (1987) perintah-perintah sederhana.
sebagai “Sekumpulan terbatas kata-kata Bahasa authoring lebih cocok
dan simbol-simbol yang digunakan di digunakan bagi para Dosen jika
dalam berbagai kombinasi untuk dibandingkan dengan bahasa tradisional.

305
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

Bahasa authoring tidak hanya cukup Alat bantu authoring berisi


bagus untuk digunakan, tetapi juga programming modules (modul-modul
fleksibel untuk tugas-tugas pemrograman ), code generating
pemrograman. Dosen yang memilih programs (program pembangkit kode)
suatu bahasa authoring harus mahir dan dan editable software (software yang
tangkas dalam pemrograman dan juga dapat diedit). Modul program dan kode
dituntut untuk lebih mengembangkan program merupakan tools bagi para
teknik pemrograman dengan software pemrogram dan digunakan oleh para
tersebut. pemakai yang menggunakan bahasa
tradisional atau bahasa authoring.
3. Sistem authoring (authoring Software yang dapat diedit merupakan
system) software komersial yang akan
Sistem authoring dirancang untuk memberikan kontrol bagi pengajar
menyederhanakan penulisan software terhadap variabel-variabel pembelajaran
pembelajaran dengan mengurangi penting, seperti tingkat kesulitan,
penggunaan perintah-perintah kecepatan eksekusi, tipe penguatan,
pemrograman. Seperti yang percabangan, dll.
diungkapkan oleh White dan Hubbard Untuk mengimplimentasikan
(1988) bahwa sistem authoring sebagai keperluan tersebut, penelitian ini
“Sedikit mirip perangkat kerja pelajaran memerlukan bantuan alat/bahan berupa:
(lesson framework) dimana guru-guru komputer , sistem operasi, program
dapat menggantung informasi yang visual, flie-file (teks, audio grafik, video,
dipresentasikan, pertanyaan yang akan animasi dan simulasi), suatu materi
dijawab, dan umpan balik yang akan pembelajaran.
dicapai.”. Sedangkan Mandell dan Pada dasarnya, perangkat lunak
Mandell (1989) memberikan definisi terbagi menjadi 2 bentuk pembelajaran.
sistem authoring lebih terstruktur Bentuk pertama berguna untuk
daripada bahasa auhthoring . Tidak memasukkan data-data mengenai :
menggunakan perintah pemrograman. a. Disain materi pembelajaran
Sedangkan Lillie, Hannum, dan Stuck b. Disain interaktif
(1989) mengungkapkan penggunaan c. Bahasa pemograman yang akan
sistem authoring sebagai suatu proses digunakan dalam bentuk file-file
dimana author dapat memilih beberapa aplikasi.
parameter dari deretan menu untuk Bentuk kedua untuk menampilkan
mendesain tampilan, menspesifikasi serangkaian informasi hasil pengolahan
interaksi mata-komputer, dan data-data pada bentuk pertama yang
menentukan hubungan layar. Sistem meliputi :
authoring adalah program komputer a. Menampilkan materi pembelajaran
menyeluruh yang dapat menerjemahkan dengan menyesuaikan komponen
desain monitor, interaksi manusia dan media yang akan digunakan.
komputer, dan hubungan monitor ke b. Sikronisasi pemakaian soft ware
dalam bahasa pemograman. aplikasi dengan menggunakan
Sistem authoring ini lebih mudah SMIL (Synchronize Multimedia
dan lebih cepat digunakan daripada Integrration Language)
bahasa tradisional atau bahasa
authoring. Dari hasil yang telah diperoleh,
Keuntungan dari suatu sistem jelas bahwa dengan menggunakan
authoring adalah memberikan petunjuk kedua bentuk ini akan memberikan
bagi proses perancangan pengajaran kemudahan bagi pengguna (Dosen dan
(instructional design process) mahasiswa) dalam melakukan proses
pembelajaran ditinjau dari segi efektivitas
4. Alat Bantu authoring (authoring dan efisiennya. Dosen tidak perlu
aids) menulis ulang materi yang sama yang
akan diberikan pada kelas paralel yang

306
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

sama, atau untuk tahun pengajaran belajar lebih mendalam (menguasai)


berikutnya, namun cukup hanya dengan terhadap materi yang sedang dipelajari.
melakukan edit data pada materi ajar Secara harfiah, kata multimedia
yang telah disediakan. dapat dipecah menjadi multi berarti lebih
Jelas bahwa semua pendapat dari satu, dan media berarti bentuk
yang diungkapkan dari hasil penelitian komunikasi. Tipe-tipe media ini meliputi
tersebut sangatlah mendukung a. teks,
keberadaan komputer sebagai sarana b. audio,
pembelajaran di ruang kuliah, dalam hal c. grafik,
ini adalah CAI dengan segala bentuk d. video,
penggunaan, baik di ruang kuliah di e. Animasi (animation),
laboratorium, bahkan untuk simulasi. f. Simulasi
Sedangkan dari model pembelajaran Menurut Bunson (1985) dalam
seperti terlihat pada Gambar 1, merancang suatu materi kuliah CAI
penggunaan komputer diharapkan dapat diperlukan frame-frame yang masing-
memenuhi ketiga tujuan tersebut, yakni masing menampilkan informasi, instruksi,
tujuan kognitif, afektif, dan psikomotorik pertanyaan, atau umpan balik. Pada
(tujuan A, B, C) kepada satu mahasiswa dasarnya ada 3 tipe frame utama yaitu :
saja. (model Z) dan atau kepada frame transisi, frame instruksional, dan
kelompok kecil/ menengah (model Y) frame pertanyaan. Frame transisi
bahkan kepada kelompok besar (model berguna untuk menghubungkan aspek-
X) sekalipun seperti yang diungkapkan aspek yang berbeda pada suatu
oleh Castleberry dkk (1973) dalam pelajaran CAI, menegaskan arah
penelitiannya berjudul “ The Impact of pembelajaran, memberi bantuan dalam
Computer-Based Instructional Method in prosedur pembelajaran, atau untuk
General Chemistry”. Bahwa : memperindah pergantian dari suatu
CAI dapat bekerja dengan baik. CAI paket pembelajaran. Frame transisi
akan lebih baik jka digunakan oleh terdiri dari frame-frame Orientasi,
mahasiswa dalam jumlah yang Jembatan, Umpan Balik, Arah &
relatif besar. Mahasiswa langsung Instruksi, dan Laporan Hasil. Frame
dapat berinteraksi satu lawan satu instruksional berguna untuk memberi
dengan komputer tanpa harus pengantar mengenai hubungan antara
dipelajari oleh guru. Mahasiswa topik pembelajaran yang sedang
dapat belajar sewaktu-waktu ( berlangsung dengan topik sebelumnya,
apakah laboratorium dibuka atau menampilkan instruksi-instruksi baru ,
tidak ), dan dimanapun (dirumah menegaskan instruksi-instruksi baru
atau di kampus). tersebut dengan menyertakan contoh-
contoh, atau mendemontrasikan aplikasi
Materi dapat ditampilkan sesuai dari informasi tersebut dengan konteks
dengan keinginan mahasiswa, sehingga yang berbeda.
proses pembelajaran dapat disesuaikan Software yang membantu
dengan kemampuan dan kecepatan pengguna menulis program komputer
mahasiswa . Hal ini seperti yang instruksional mereka sendiri disebut
diungkapkan oleh Kearsly. G dkk, (1983) software authoring (authoring software).
mengungkapkan bahwa hasil penelitian Ada empat macam software yang
menunjukkan bahwa CAI memiliki biasanya digunakan oleh para dosen
peranan penting untuk mempercepat untuk keperluan penulisan CAI, yaitu :
pembelajaran dengan kualitas a. Bahasa pemprograman tradisional
pengertian yang lebih baik, teknik (traditional programming
penyimpanan, dan kelengkapan jika languages)
dibandingkan dengan sistem b. Bahasa authoring (authoring
pembelajaran tradisional. More dan languages)
Roger, A (1983) menambahkan bahwa c. Sistem authoring (Authoring
dengan adanya CAI mahasiswa dapat system)

307
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

d. Alat Bantu authoring (Authoring Salah satu contoh diagram alir


aids) untuk mempersiapkan materi
Disain ini diharapkan dapat pembelajaran digambarkan pada gambar
menyumbang satu perangkat lunak yang 4 Diagram alir Materi Pembelajaran
dipakai sebagai model pembelajaran seperti dibawah ini
dengan bantuan komputer (CAI),
sedangkan bagi dunia pendidikan
diharapkan dapat:
1. Memudahkan dalam penyusunan
satuan pembelajaran yang akan
dipersiapkan
2. Dapat dioperasikan dengan mudah
dan cepat dalam hal penyusunan dan
pengoperasiannya baik bagi pemula
maupun mereka yang
berpengalaman.

Perancangan perangkat lunak


dalam bentuk struktur tersebut diatas
terlihat pada Gambar 2 menunjukkan
hubungan materi pembelajaran.
Perangkat lunak berfungsi sebagai
sarana komunikasi yang interaktif yang
telah dikuasai dalam suatu editor
pembelajaran.

Gambar 4 Diagram alir Materi Pembelajaran

Pada dasarnya, perangkat lunak


terbagi menjadi dua bentuk
pembelajaran yang dirancang
Gambar 2 Perangkat lunak sebagai media sedemikian rupa, bagaimana
Pembelajaran mengadopsi perangkat lunak aplikasi
dan bahasa pemograman yang
Sedangkan arsitektur program digunakan dengan disain adaptif yang
pembelajaran secara garis besarnya disesuaikan dengan materi serta
digambarkan pada Gambar 3. komponen media yang digunakan. Dan
juga perlu dipertimbangkan bagaimana
merangcang suatu software yang dapat
menyesuaikan dengan user serta
penempatan SMIL di dalam merancang
suatu software yang cerdas. Akhirnya
bagaimana merangcang suatu software
yang memberikan motivasi kepada user,
sehingga membuat suatu rancangan
yang inovatif yang akhir-akhirnya
diharapkan suatu rancangan yang
pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan
menyenangkan.

Gambar 3 Arsitektur Program Pembelajaran

308
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

PENUTUP Daftar Pustaka

1. Kesimpulan Alessi, S.M, and Trollip,S.R.


Dari penjelsan diatas dapat diambil 1985.Computer-Based Instruction :
kesimpulan sebagai berikut : Metode and
a. Bentuk pertama akan memberikan Development.Engelwood Cliffs, NJ:
kemudahan bagi para pengguna Prentice Hall.
(pengajar), karena disamping
Bright, George W.1983.Explainingh the
sederhana dan mudah digunakan
Efficiency of Computer Assisted
juga telah mencakup semua aspek
Instruction, AEDS Journal, 16(3).
yang berhubungan dengan
144-152.
pengisian materi pembelajaran.
b. Bentuk kedua akan membantu Kulik, J.A., Kulik, C.C, and Cohen,
pengguna (siswa) dalam P.A.1980. Effectiveness of
memperjelas isi materi pelajaran, Computer-Based College
karena disusun se menarik Teaching: a Meta-Analysis of
mungkin dilengkapi dengan fasilitas finding, “ Rev.of Educ. Res., 50(4),
multimedia yang interaktif. 525-544.
c. Kedua bentuk ini mampu
Mandelll, C.J., and Mandell, S.L.1989.
menjembatani kegiatan
Computer in Education Today. St.
pembelajaran baik secara individu
Paul, MN: West Publishing
maupun klasikal.
Company.
Okey. James R. 1985. “ The
2. Saran Effectiveness of Computer-Based
a. Agar teman sejawat dapat Education: A Review”. ED 256-677.
medisain software untuk
White, C.S., and Hubbard, G. 1988.
menjadikan model pembelajaran
Computer and Education.New
yang menyenangkan.
York: MacMillan
b. Agar mahasiswa dapat
memodifikasi model pembelajaran
yang sama dengan software
aplikasi dan bahasa-bahasa
pemograman lain.

309
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

310
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

BLENDED LEARNING: MODEL PEMBELAJARAN KOMBINASI


E-LEARNING DALAM PENDIDIKAN JARAK JAUH

Oleh:
Dodon Yendri, M.Kom
dodon_y@fmipa.unand.ac.id

ABSTRACT

Distance learning in Indonesia has been regulated according UU No. 20 Tahun 2003
about SISDIKNAS. One of the most important thing in distant learning is the up to-date
principle where basically either teacher or student have an ability to use modern learning
technique such as Information Technology and Communication (ICT), learning resources
that always enable to be updated and many more. The e-learning education has been
being a trend and even has been being as a sale value itself for the host institution but
still being considered as a complementary thing. One of the main factors is the
infrastructure problem of the availability of the internet connection. A low quality of the
internet bandwidth and the price of the distant learning itself which still be considered as
an expensive way of learning.
One of the most efficient e-learning method is a blanded-learning. Blanded learning
is a learning method that combine the face-to-face based with the e-learning based
method, which mean the face-to-face learning process was being support with the E-
learning in order to be more interactive and the purpose of the learning process is able to
reach optimically.
To conduct the blended-learning efficiently, there are sixs step in the designing process
that are: (1) determine the learning materials (2) determine the applied design (3)
determine the on-line learning format (4) Conduct a test with the design (5) Conduct the
blended-learning (6) Prepare criterion for evaluation. Beside that, the host of the distant
learning must aware when is the appropriate time to conduct the blended learning
system..

Keywords : Distance Learning, e-Learning, Blended Learning

*) Program Studi Sistem Komputer Universitas Andalas

PENDAHULUAN

Menurut Undang-Undang Nomor • Selama proses belajar siswa selaku


20 Tahun 2003 tentang Sistim peserta didik dan guru selaku pendidik
Pendidikan Nasional (SISDIKNAS), yang terpisahkan oleh tempat, jarak geografis
dimaksud dengan pendidikan jarak jauh dan waktu atau kombinasi dari
adalah “pendidikan yang pesertanya ketiganya.
didiknya terpisah dari pendidik dan • Karena siswa dan guru terpisah
pembelajarannya menggunakan selama pembelajaran, maka komunikasi
berbagai sumber belajar melalui diatara keduanya dibantu dengan media
teknologi komunikasi, informasi dan pembelajaran, baik media cetak (bahan
media lainnya”. Soekartawi (2003) ajar berupa modul) maupun media
memberikan ciri-ciri yang lebih spesifik elektronik (CD-ROM, VCD, telepon,
dari pendidikan jarak jauh yaitu: radio, video, televisi, komputer).
• Kegiatan belajar terpisah dengan • Jasa pelayanan disediakan baik
kegiatan pembelajaran. untuk siswa maupun untuk guru,
misalnya resource learning center atau

311
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

pusat sumber belajar, bahan ajar, baik itu terhadap proses belajar
infrastruktur pembelajaran, dan mengajar pada jenis pendidikan
sebagainya). Dengan demikian baik akademik, vokasi maupun profesi. Salah
siswa maupun guru tidak harus satu faktor peyebab utamanya adalah
mengusahakan sendiri keperluan dalam masalah infrastruktur, terutama
proses belajar-mengajar. ketersediaan jaringan internet serta
• Komunikasi antara siswa dan guru kulitas bandwith yang rendah dan harga
bisa dilakukan baik melalui cara yang masih tergolong mahal, disamping
komunikasi satu maupun dua arah (two- itu, lemahnya kualitas dan kontrol
ways communication). Contoh terhadap metode pendidikan e-learning
komunikasi dua arah ini, misalnya tele- ini menjadi permasalahan tersendiri bagi
conferencing, video-conferencing, e- penyelenggara pendidikan e-learning.
moderating, dsb-nya). Oleh karena itu, salah satu metode
• Poroses belajar-mengajar di pembelajaran e-learning yang tepat
pendidikan jarak jauh masih digunakan saat ini adalah metode
dimungkinkan dengan melakukan blended learning, yaitu metode
pertemuan tatap muka (tutorial), pembelajaran yang menggabungkan
walaupun itu bukan suatu keharusan. sistem pembelajaran berbasis kelas
• Selama kegiatan belajar, siswa (face to face) dan pembelajaran
cenderung membentuk kelompok berbasis e-learning, yaitu dengan
belajar, walaupun sifatnya tidak tetap memanfaatkan media elektronik. Artinya,
dan tidak wajib. Kegiatan berkelompok proses pembelajaran metode face to
diperlukan untuk memudahkan siswa face di support dengan e-learning
belajar. sehingga interaktif dan manfaat
• Karena hal-hal seperti yang pembelajaran dapat di capai dengan
disebutkan diatas, maka peran guru lebih optimal.
bersifat sebagai fasilitator dan siswa Dengan menerapkan metoda
bertindak sebagai participant. Blanded Learning ini memungkinkan
Pendidikan jarak jauh seperti yang pengguna sumber belajar online
tersirat dalam SISDIKNAS, tentu saja terutama yang berbasis web dengan
perlu dilaksanakan berdasarkan prinsip- tanpa meninggalkan kegiatan tatap
prinsip yang diantaranya adalah prinsip muka. Pendekatan sistem pengajaran ini
“keterkinian”. Prinsip keterkinian pada dapat dilaksanakan dengan melakukan
dasarnya baik guru maupun siswa pengajaran secara langsung (real time)
mempunyai kecenderungan ataupun dengan cara sebagai tempat
menggunakan metode pembelajaran pemusatan pengetahuan (knowledge).
yang modern, apakah itu teknologi
informasi dan komunikasi (ICT) yang Teori Pendukung
dipakai, bahan ajar, atau lainnya. Karena 1. Keunggulan Pembelajaran Jarak Jauh
itu baik siswa maupun guru dituntut Pendidikan jarak jauh sebenarnya
untuk belajar dan belajar terus menerus. sudah lama dilaksanakan, hanya saja
Mereka yang enggan belajar untuk Indonesia pelaksanaannya masih
menguasasi teknologi, maka mereka relatif baru. Di Perguruan Tinggi,
akan tertinggal. Universitas Terbuka (UT) baru dimulai
Saat ini pendidikan barbasis e- tahun 1984 melalui Keputusan Presiden
learning telah menjadi trend dan bahkan RI Nomor 41, 4 September 1984.
telah menjadi nilai jual tersendiri bagi Studi tentang keunggulan dari PJJ
institusi-instusi penyelenggara di Indonesia juga telah banyak dilakukan,
pendidikan terutama pendidikan jarak antara lain oleh Belawati (2002), Rianto
jauh. Namun dalam implementasinya (2006), Soekartawi (2003, 2004, 2005a),
metode pembelajaran berbasis e- Soekartawi dkk (2002) dan Yuhetty dan
learning saat ini masih banyak berperan Hardjito (2003). Pada prinsipnya kalau
sebagai pelengkap dari pembelajaran itu dilaksanakan secara baik dan benar,
yang dilaksanakan secara tatap muka,

312
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

maka keunggulan dari pendidikan jarak oleh karena solusi e-learning merupakan
jauh adalah, antara lain, sebagai berikut: pilihan yang tepat untuk diterapkan.
• Meningkatkan pemerataan Dalam berbagai literatur, para ahli
memperoleh ke-sempatan belajar. mendefinisikan sebagai berikut:
Dengan pendidikan jarak jauh jumlah 1. Soekartawi, Haryono dan Librero,
siswa menjadi lebig besar. (2002), e-learning is a generic term for all
• Meningkatkan kompetensi belajar technologically supported learning using
siswa, sebagai akibat dari perubahan an array of teaching and learning tools
dari yang semula peran guru yang as phone bridging, audio and videotapes,
dominan (teacher learning center) teleconferencing, satellite transmissions,
menjadi peran siswa yang dominan and the more recognized web-based
(student learning center). training or computer aided instruction
• Meningkatkan kemampuan atau also commonly referred to as online
ketrampilan guru dalam memberikan courses.
pelajaran. 2. Parker, Judith (2009) , elearning
• Meningkatkan kemampuan atau is Learning in which technology plays a
ketrampilan siswa dalam mengatasi major role in the delivery of content and
masalah secara mandiri. the communication between instructor
• Meningkatkan efisiensi dalam and students and between students.
pemanfaatan sumberdaya manusia Cisco mendefinisikan filosofis e-learning
(SDM) guru. Manfaat ini lebih sebagai berikut:
terasakan: di daerah terpencil (yang a). e-learning merupakan penyampaian
dapat dilayani dengan pendidikan informasi, komunikasi, pendidikan,
jarak jauh), di daerah di mana pelatihan secara on-line.
tersedianya guru (biasanya bidang b). e-learning menyediakan seperangkat
IPA) yang terbatas. alat yang dapat memperkaya nilai
• Meningkatkan efisiensi dilihat dari sisi belajar secara konvensional (model
pembiayaan, apalagi kalau dilihat belajar konvensional, kajian terhadap
dari strategi pembangunan jangka buku teks, CD-ROM, dan pelatihan
panjang. berbasis komputer) sehingga dapat
• Mempunyai dampak ganda, karena menjawab tantangan perkembangan
materi pembelajaran dari pendidikan globalisasi.
jarak jauh bisa dimanfaatkan oleh c). e-learning tidak berarti menggantikan
anggota masyarakat yang lain. model belajar konvensional di dalam
Misalnya siaran pendidikan jarak jauh kelas, tetapi memperkuat model
di televisi, maka yang memanfaatkan belajar tersebut melalui pengayaan
bukan saja siswa pendidikan jarak content dan pengembangan
jauh saja, tetapi juga yang lain. teknologi pendidikan.
d). Kapasitas siswa amat bervariasi
2. Dasar E-Learning dan Blanded Learning tergantung pada bentuk isi dan cara
e-learning atau electronic learning penyampaiannya.
merupakan suatu proses perkembangan Berdasarkan definisi dan filosofi diatas,
teknologi yang diaplikasikan dalam hal dapat dijelaskan bahwa secara prinsip,
penyampaian pengetahuan dalam e-learning dapat diartikan sebagai
proses belajar mengajar. e-learning kini pembelajaran yang menggunakan media
semakin dikenal sebagai salah satu cara elektronik sebagai alat bantunya, media
untuk mengatasi masalah pendidikan, elektronik tersebut dapat saja berupa
baik di negara-negara maju maupun di internet, TV, CD ROM, Radio,
negara yang sedang berkembang seperti Teleconfrence, dan lain sebagainya.
Indonesia, sebagai negara kepulauan, Konsep e-learning harus mengadaptasi
maka proses perataan pendidikan bagi unsur-unsur yang biasa dilakukan dalam
masyarakatnya terkendala oleh jarak, sistem pembelajaran konvensional.

313
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

Blended Learning Dari berbagai definisi diatas, para ahli


Blended learning merupakan secara umum setuju bahwa blended
pengembangan lebih lanjut dari metode learning lebih menekankan kepada
e-learning, yaitu metode pembelajaran penggabungan/ penyatuan metode
yang menggabungkan antara sistem e- pembelajaran secara konvensional
learning dengan metode konvensional dengan metode e-learning. Seperti
atau tata muka. Beberapa ahli terlihat pada gambar dibawah ini :
mendefinisikan blended learning ini
sebagai berikut :
1. Valiathan, Purnima (2002) blended
learning is used to describe a
solution that combines several
different delivery methods, such as
collaboration software, Web-based
courses, EPSS (electronic
performance support systems), and
knowledge management practices. Gambar 1. Posisi Blended Learning
2. Rooney, (2003), Blended learning is
a hybrid learning concept integrating METODOLOGI
traditional in-class sessions and e- Dalam penerapannya blanded learning
learning elements. menggabungkan berbagai sumber
Ahli lainnya memberikan definisi lebih secara fisik dan maya (virtual) dengan
luas lagi, seperti Whitelock & Jelfs pendekatan seperti disajikan pada tabel
(2003), memberikan tiga pengertian 1 berikut :
untuk blended learning, yaitu :
a. The integrated combination of Tabel 1. Pendekatan Blanded Learning
traditional learning with web-based Live face-to-face Live face-to-face
online approaches (drawingon the (formal) (informal)
work of Harrison); • Instructor-led • Collegial
classroom connections
b. The combination of media and tools • Workshops • Work teams
employed in an e-learning • Coaching/monitori • Role modeling
environment; ng
c. The combination of a number of • On-the-job (OTJ)
pedagogic approaches, irrespective training
Virtual Collaboration / Virtual collaboration/
of learning technology use (drawing synchronous asynchronous
on the work of Driscoll). • Live e-learning • E-mail
Martin Oliver dan Keith Trigwell dalam classes • Online bulletin
jurnal e-Learning, Volume 2, Number 1 • E-mentoring boards
tahun 2005, mendefinisikan blended • Listservs
learning : • Online
communities
1. Combining or mixing web-based Self-paced learning Performance support
technology to accomplish an • Web learning • Help systems
educational goal; modules • Print job aids
2. Combining pedagogical approaches • Online resource • Knowledge
(‘e.g. constructivism, behaviorism, links databases
cognitivism’) to produce an optimal • Simulations • Documentation
• Scenarios • Performance/deci
learning outcome with or without • Video and audio sion support tools
instructional technology; CD/DVDs
3. Combining any form of instructional • Online self-
technology with face-to-face assessments
instructor-led training; and • Workbooks
4. Combining instructional technology Sumber : Strategies for building blended
with actual job tasks. learning By Allison Rosset, Felicia Douglis,
and Rebecca V. Frazee

314
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

Dari pendekatan diatas dapat dilihat HASIL DAN PEMBAHASAN


bahwa blanded learning memadukan
berbagai metode pengajaran Blended Learning: Inovasi Baru
memanfaatkan teknologi dengan Pembelajaran Jarak Jauh
menyesuaikan kondisi yang disepakati Pemikiran dan upaya untuk memperbaiki
semua pihak. Sedangkan teknologi pelaksanaan pendidikan jarak jauh terus
virtual yang ada dapat dimanfaatkan dilakukan oleh para ahli. Maksudnya
untuk proses blended learning. tentu saja agar diperoleh keluaran
(output) yang lebih baik. Karena itu,
blended learning merupakan gabungan
keunggulan pembelajaran yang
dilakukan secara tatap-muka dan secara
virtual. Kombinasi keunggulan dua model
pembelajaran tersebut dapat dilihat di
tabel 2 berikut ini.

Tabel 2. Penilaian Komparatif Tiga Model Pembelajaran

Kelas Kelas Kombinasi


No Variabel Kelas Virtual
konvensional (Blended Learning)

1 Registrasi Di kampus Online Keduanya


2 Lingkungan Hidup Terprogram Keduanya
pembelajaran
3 Lingkungan kampus Dikampus Di luar kampus Keduanya
4 Kehadiran guru/tutor Diperlukan Tidak Keduanya
diperlukan
5 Jadwal kelas Tertentu Kapan saja & Kapan saja & dimana
tempat & dimana saja saja
waktunya
6 e-mail Tdk ada Ya Ya
7 Audio-video Tidak ada Tidak ada Ya
conferencing,
chatting
8 Konsultasi Tatap muka Diumumkan Keduanya
9 Kerja kelompok Ya Tidak Ya
10 Tugas-tugas rumah Ya Tidak Ya
Sumber: Soekartawi (2005).

Informasi yang disajikan di Tabel 2 a. Meningkatkan hasil pembelajaran


memberikan petunjuk bahwa melalui pendidikan jarak jauh
pelaksanaan pendidikan jarak jauh b. Meningkatkan kemudahan belajar
terlihat lebih fleksibel. Dengan demikian, sehingga siswa menjadi puas dalam
maka melalui pendekatan blended belajar melalui pendidikan jarak jauh,
learning, maka prinsip-prinsip dan
kebebasan, kemandirian, keluwesan, c. Mengurangi biaya pembelajaran.
keterkinian, kesesuaian, mobilitas, dan Profesor McGinnis (2005) dalam
efisiensi seperti yang memang artikelnya yang berjudul ‘Building A
disyaratkan dalam penyelenggaraan Successful Blended Learning Strategy’,
pendidikan jarak jauh tersebut adalah menyarankan 6 hal yang perlu
relatif mudah untuk dipenuhi. diperhatikan manakala orang
Bila saja blended learning ini dapat menyelenggarakan blended learning. Ke-
dilaksanakan dengan baik dan benar, enam hal tersebut adalah sebagai
maka paling tidak ada tiga manfaat yang berikut:
dapat diperoleh, yaitu:

315
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

1. Penyampaian bahan ajar dan ajar tersebut menjadi bahan ajar yang
penyampaian pesan-pesan yang lain memenuhi syarat untuk pendidikan jarak
(seperti pengumunan yang berkaitan jauh. Karena medium pembelajarannya
dengan kebijakan atau peraturan) secara adalah BEL, maka bahan ajar sebaiknya
konsisten. dibedakan atau dirancang untuk tiga
2. Penyelenggaraan pembelajaran macam bahan ajar, yaitu:
melalui blended learning harus a. Bahan ajar yang dapat dipelajari
dilaksanakan secara serius karena hal ini sendiri oleh siswa,
akan mendorong siswa cepat b. Bahan ajar yang dapat dipelajari
menyesuaikan diri dengan sistim melalui cara berinteraksi melalui cara
pendidikan jarak jauh. Konsekuensinya, tatap-muka, dan
siswa lebih cepat mandiri. c. Bahan ajar yang dapat dipelajari
3. Bahan ajar yang diberikan harus melalui cara berinteraksi melalui cara on-
selalu mengalami perbaikan (updated), line/web-based learning.
baik itu formatnya, isinya maupun 2. Tetapkan rancangan dari blended
ketersediaan bahan ajar yang memenuhi learning yang digunakan. Kegiatan di
kaidah ‘bahan ajar mandiri’ (self-learning tahap ini merupakan tahap yang paling
materials) seperti yang lazim digunakan sulit. Disini diperlukan ahli e-Learning
di pendidikan jarak jauh. untuk membantunya. Dalam tahapan ini,
4. Alokasi waktu bisa dimulai dengan intinya adalah bagaimana membuat
formula awal 75:25 dalam artian bahwa rancangan pembelajaran yang berisikan
75% waktu digunakan untuk komponen pendidikan jarak jauh dan
pembelajaran online dan 25% waktu tatap-muka. Karena itu, dalam membuat
digunakan untuk pembelajaran secara rancangan pembelajaran ini, perlu
tatap muka (tutorial). Karena alokasi diperhatikan hal-hal yang berkaitan
waktu ini belum ada yang baku, maka antara lain dengan:
penyelenggara pendidikan bisa membuat a. Bagaimana bahan ajar tersebut
‘uji coba’ sendiri, sehingga diperoleh disajikan.
alokasi waktu yang ideal. b. Bahan ajar mana yang bersifat wajib
5. Alokasi waktu tutorial sebesar 25% dipelajari dan mana yang sifatnya
untuk tutorial, dapat digunakan khusus anjuran guna memperkaya pengetahuan
bagi mereka yang tertinggal, namun bila siswa.
tidak memungkinkan (misalnya sebagian c. Bagaimana siswa bisa mengakses
besar siswa menghendaki pembelajaran dua komponen pembelajaran tersebut.
tatap muka), maka waktu yang tersedia d. Faktor pendukung apa yang
sebesar 25% tersebut bisa dipakai untuk diperlukan. Misalnya software apa yang
menyelesaikan kesulitan-kesulitan siswa digunakan, apakah diperlukan kerja
dalam memahami isi bahan ajar. Jadi kelompok, apakah diperlukan learning
semacam penyelenggaraan ‘remedial resource centers (sumber pembelajaran)
class’. di daerah-daerah tertentu.
6. Dalam blended learning diperlukan e. Dan lain-lainnya.
kepemimpinan yang mempunyai waktu 3. Tetapkan format dari on-line learning-
dan perhatian untuk terus berupaya apakah bahan ajar tersedia dalam format
bagaimana meningkatkan kualitas html (sehingga mudah di cut and paste)
pembelajaran. atau dalam format PDF (tidak bisa di cut
Dalam pada itu, secara lebih spesifik and paste). Juga perlu di beritahukan ke
Profesor Steve Slemer (2005) dan siswa dan guru hosting apa yang
Soekartawi (2005b) menyarankan enam dipakai, yaitu apakah on-line learning
tahapan dalam merancang dan tersebut menggunakan internet link apa
menyelenggarakan blended learning ?. apakah Yahoo, Google, MSN atau
agar hasilnya optimal. Ke-enam tahapan lainnya.
tersebut adalah sebagai berikut: 4. Lakukan uji terhadap rancangan yang
1. Tetapkan macam dan materi bahan dibuat. Ini maksudnya apakah rancangan
ajar, kemudian ubah atau siapkan bahan pembelajaran tersebut bisa dilaksanakan

316
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

dengan mudah atau sebaliknya. Cara menimbulkan siswa untuk terus tertarik
yang lazim dipakai untuk uji seperti ini belajar adalah makin baik.
adalah melalui cara ‘pilot test’. Dengan e. Applicability, dalam artian seberapa
cara ini penyelenggara blended learning jauh paket pembelajaran (bahan ajar,
bisa minta masukan atau saran dari petunjuk belajar, atau informasi lainnya)
pengguna atau peserta pilot test. yang disajikan bisa dipraktekkan secara
5. Selenggarakan blended learning mudah. Kriterianya, makin mudah
dengan baik sambil juga menugaskan dipraktekkan adalah makin baik.
instruktur khusus (dosen/guru) yang f. Cost-effectiveness/value, dalam artian
tugas utamanya melayani pertanyaan sampai seberapa murah biaya yang
siswa apakah itu bagaimana melakukan dikeluarkan untuk mengikuti paket
pendaftaran sebagai peserta, bagaimana pembelajaran tersebut.
siswa atau instruktur yang lain
melakukan akses terhadap bahan ajar, 5. Kapan dibutuhkan blended
dan lain-lain. Instruktur ini juga bisa learning
berfungsi sebagai petugas promosi Proses pembelajaran blended learning
(public relation) karena yang bertanya ini dibutuhkan pada saat seorang siswa
mungkin bukan dari kalangan sendiri, membutuhkan tambahan pelajaran.
tetapi dari pihak lain. Kebutuhan blended learning menjadi
6. Siapkan kriteria untuk melakukan sangat penting pada saat ;
evaluasi pelaksanaan blended learning. • Proses belajar mengajar tidak
Memang banyak cara bagaimana hanya tatap muka, namun
membuat evaluasi ini, namun Semler menambah waktu pembelajaran
(2005) menyarankan sebagai berikut: dengan memanfaatkan teknologi
a. Ease to navigate, dalam artian dunia maya.
seberapa mudah siswa bisa mengakses • Mempermudah dan mempercepat
semua informasi yang disediakan di proses komunikasi non-stop antara
paket pembelajaran yang disiapkan di pengajar dan siswa.
komputer. Kriterianya, makin mudah • Siswa dan pengajar dapat
melakukan akses adalah makin baik. diposisikan sebagai pihak yang
b. Content/substance, dalam artian belajar.
bagaimana kualitas isi instruksional yang • Membantu proses percepatan
dipakai. Misalnya bagaimana petunjuk pengajaran.
mempelajari isi bahan ajar, bagaimana Perkembangan teknologi informasi yang
bahan ajar itu disiapkan, apakah bahan sangat pesat dewasa ini, khususnya
ajar yang ada sesuai dengan tujuan perkembangan teknologi internet turut
pembelajaran, dsb-nya. Kriterianya, mendorong berkembangnya konsep
makin mendekati isi bahan ajar itu pembelajaran jarak jauh ini. Ciri teknologi
dengan tujuan pembelajaran adalah internet yang selalu dapat diakses kapan
makin baik. saja, dimana saja, multiuser serta
c. Layout/format/appearance, dalam menawarkan segala kemudahannya
artian apakah paket pembelajaran telah menjadikan internet suatu media
(bahan ajar, petunjuk belajar, atau yang sangat tepat bagi perkembangan
informasi lainnya) disajikan secara pendidikan jarak jauh selanjutnya. Hal ini
profesional. Kriterianya, makin baik lah yang menjadi acuan mengapa untuk
penyajian bahan ajar adalah makin baik. saat ini sistim pembelajaran blended
d. Interest, dalam artian sampai learning masih sangat baik di terapkan di
seberapa besar paket pembelajaran Indonesia agar lebih dapat terkontrol
(bahan ajar, petunjuk belajar, atau secara tradisional juga.
informasi lainnya) yang disajikan mampu
menimbulkan daya tarik siswa untuk
belajar. Kriterianya adalah bila paket
pembelajaran yang disajikan mampu

317
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

PENUTUP Blended e-Learning adalah salah


satu solusi memecahkan permasalahan
Pendidikan jarak jauh menggunakan pendidikan jarak jauh tersebut.
alat bantu e-Learning semakin banyak Penyelenggaraan blended learning
diminati di Indonesia, baik oleh pembuat menjadi lebih baik, karena
kebijakan (pimpinan lembaga pendidikan) pelaksanaannya merupakan campuran
maupun oleh siswa. Pemerintah RI sendiri dari berbagai keunggulan
bahkan mendukungnya melalui penyelenggaraan pendidikan jarak jauh.
SISDIKNAS seperti yang tertuang dalam Ada enam langkah dalam
UURI No.20 tahun 2003. Pendidikan jarak menyelenggarakan metoda
jauh bukan suatu hal yang baru di pembelajaran blended learning, yaitu:
Indonesia, karena Sekolah Menengah (a). Menetapkan macam dan materi
Terbuka (dimulai sejak 1978) dan bahan ajar yang memenuhi syarat untuk
Universitas Terbuka (dimulai sejak 1984) pendidikan jarak jauh baik yang
telah menggunakan pendidikan jarak jauh diberikan secara online maupun secara
sebagai basis penyelenggaraan tutorial tatap muka. (b). Menetapkan
pendidikannya. rancangan dari blended learning yang
Keunggulan pendidikan jarak juga digunakan, (c). Menetapkan format dan
telah dirasakan oleh banyak orang, link dari on-line learning, apakah bahan
antara lain dapat dituliskan sebagai ajar tersedia dalam format html
berikut: meningkatkan pemerataan (sehingga mudah di cut and paste) atau
memperoleh kesempatanpendidikan, dalam format PDF (tidak bisa di cut and
meningkatkan kompetensi belajar siswa, paste) dan menggunakan internet link
menjadikan student learning center apa, (d). Melakukan uji terhadap
menjadi lebih cepat terbentuk, rancangan yang dibuat, (e).
meningkatkan kemampuan atau Menyelenggarakan blended learning
ketrampilan guru dalam memberikan secara baik dan benar, dan (f).
pelajaran, meningkatkan kemampuan Menyiapkan kriteria untuk melakukan
atau ketrampilan siswa dalam mengatasi evaluasi pelaksanaan blended learning.
masalahnya secara mandiri, Secara teoritis blended learning
meningkatkan efisiensi dalam banyak memberikan manfaat dan solusi
pemanfaatan sumberdaya manusia dalam memecahkan permasalahan
(SDM) guru, meningkatkan efisiensi pendidikan jarak jauh, namun sebelum
dilihat dari sisi pembiayaan (apalagi memulai penerapannya sebaiknya
kalau dilihat dari strategi pembangunan dilakukan studi kelayakan yang lebih
jangka panjang) dan menimbulkan cermat, khususnya apakah technically
dampak ganda, karena materi feasible, financially profitable or
pembelajaran dari pendidikan jarak jauh achievable dan socially acceptable.
bisa dimanfaatkan oleh anggota
masyarakat yang lain.
Walaupun banyak keunggulan dari Daftar Pustaka
pendidikan jarak jauh, namun ada pula
kelemahannya, khususnya kalau dilihat Ayala, Gerardo, dkk., 2008, Towards
dari sisi ketimpangan memperoleh Computatonal models for Mobile
pendidikan baik secara horizontal Learning Objects, Journal IEEE.
maupun vertikal. Faktor penyebabnya Agnes Kukulska-Hulme, John Traxler,
adalah disebabkan karena berbagai hal, (2005), Mobile learning: a
antara lain: (a). Apakah secara teknis handbook for educators and
pendidikan jarak jauh dapat trainers, Routledge.
diselenggarakan, (b). Apakah secara
finansial pendidikan jauh dinilai tidak Dziuban, Charles D., dkk., 2004,
mahal, dan (c). Apakah secara sosial Blended Learning,
pendidikan jarak jauh bisa diterima oleh (http://net.educause.edu/ir/library/p
masyarakat.

318
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

df/ERB0407.pdf) diakses 18 Republik Indonesia, (2003), Undang-


Januari 2011. Undang No. 20 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional.
Hoic-bozic, Natasa, dkk, (2009), A
Blended Learning Approach to Soekartawi, A. Haryono dan F.Librero,
Course and Implementation, IEEE 2002, Greater Learning
Transactions on Education, Vol. 52, Opportunities Through Distance
Education: Experiences in
Hunaiyan, Ahmed, dkk, 2009, The
Indonesia and the Philippines.
Design Of Multimedia Blended e-
Southeast Journal of Education.
Learning System : Cultural
Consideraion, Journal IEEE. Tang, Xian, dkk, 2008, Study on The
Application of Blended Learning In
McGinnis, M. (2005). Building A
The College English Course,
Successful Blended Learning
Journal IEEE.
Strategy,
(http://www.ltimagazine.com/ltimag Wang, 2009, Handbook of Research on
azine/article/articleDetail.jsp?id=16 E-Learning Applications for Career
7425), diakses tanggal 20 Januari and Technical
2011. Education:Technologies for
Vocational Training
Oliver, Martin & Trigwell, Keith, 2005, e-
Learning Journal, Volume 2, Whitelock, D. & Jelfs, A. 2003, Editorial:
Number 1 Journal of Educational Media
Special Issue on Blended Learning,
Rooney, J. E. 2003, Blended learning
Journal of Educational Media, 28(2-
opportunities to enhance
3), pp. 99-100.
educational programming and
meetings. Association
Management, 55(5), 26-32.

319
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

320
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

GLOBAL VIRTUAL UNIVERSITY ON E-LEARNING BACKGROUND


AND PEDAGOGICAL STRATEGY

Oleh:
Dony Novaliendry *)

ABSTRAK

Global Virtual University (GVU) adalah sebuah inisiatif online yang dirancang
untuk mendukung pembangunan pendidikan yang berkelanjutan di tingkat Pascasarjana,
serta memiliki tujuan tertentu untuk memenuhi kebutuhan akademis di dunia.
Berkembangnya sebuah perguruan tinggi secara resmi diluncurkan pada bulan
September 2002 di KTT Dunia untuk Pembangunan Berkelanjutan (WSSD) di
Johannesburg, dengan dukungan dari Pemerintah Norwegia, Universitas PBB (UNU) dan
United Nations Environment Programme (UNEP).
Makalah ini menginformasikan tentang organisasi, mitra, latar belakang, program Master
of Science direncanakan dan menguraikan salah satu pendekatan secara pedagogis

Keywords: GVU, Online, Akademis

*) Lecture in Technical Faculty of Padang State University

INTRODUCTION

The United Nations University and


Global Virtual University In the pursuit of these activities, the UNU
Established in 1973, the UNU has a forms and cooperates with networks of
challenging mission to develop original, individual scholars, universities and
foreword- looking solutions to the research institutes around the globe. The
world’s most pressing problems and to UNU provides specialized training
help build capacity, in particular in throughout the world. Its “faculty” is an
developing countries. Moreover, in this international network of scholars and
increasingly complex world, professional contributors, while its
characterized by globalization, rapid “students” are mainly young researchers
technological advances and economic and other professionals (in particular, from
shifts favoring knowledge-based developing countries) who receive
economies offer great opportunities, this postgraduate training as UNU fellows, or
mission takes on even greater who benefit from UNU’s capacity-building
importance in terms of removing then activities.
isolation of young scholars in the least
developed regions of the world. Within this framework, the Global Virtual
University (GVU) is an important new
The UNU achieve this mission through initiative that seeks to enhance the The
and capacity building, focusing on web presences while at the same time
pressing global problems that are the providing access the environmental
concern of the United Nations, its information resources in the United
peoples and member states. Recent Nations system through partnerships with
examples include the universities work UNEP and other bodies.
on global climate governance, human
security in Africa and on UN peace
keeping.

321
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

Proposed Organisational Structure the initiative as it develops and will play a


The proposed GVU will operate through key role in both content provision and in
a global network of institution that supporting the students Initially, one core
includes he United Nations University topic of the GVU joint programmed deals
(UNU) in Tokyo, United Nations with the relationship between environment
Environment Programme (UNEP) in and development. The GVU programme
Nairobi, Agder University College (AUC) will compose both individual modules and
and UNEP/GRID-Arendal in Norway. more comprehensive study courses.
Additional partner universities will join

Figure 1. Global Virtual Univerity

Global Environmental & Development main field of interest, the student will have
Studies (GEDS) to select a particular direction or
Presently the GVU is involved in the specialisation (major).
development of a M.Sc. degree course
Global Environmental and Development The GEDS course will give students
Studies (GEDS). GEDS is designed as an theoretical competence and practical skills
interdisciplinary course that has three in the management of human and natural
scientific disciplines as its basis: resources with the aim of contributing to a
Technical/engineering sciences, natural more sustainable development process.
sciences, and social sciences. In addition
there will be small components from law Distance Teaching in a Networked
and philosophy (ethics). The main focus Virtual Environment
will be on the synergies between S. Nipper (1994) suggests that there are
environment and development. From the basically three generations of distance
arsenal of existing courses offered by teaching. The first generation is traditional
GVU partner institutions, the individual correspondence teaching, the second
students will, together with their generation distance teaching he describes
supervisor, have the opportunity to as “multi-media”-teaching with
compose a package consisting of broadcasted media, cassettes and some
theoretical, methodological and practical face-to- face tutorials. Both had production
modules. Although this package will be and distribution of teaching/learning
designed individually to meet each material as main objective.
students needs in order to cover his or her Communication between the learners has

322
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

not been the general practice. The Existing Pedagogical Approaches


communication has mainly been one-way Information and communication
or restricted two-way. Third generation technologies (ICT) are having an
teaching focuses on collaboration between increasing impact, affecting the way we
the learners in on-line conferencing, with live, work and play as well as the ways in
the assistance of a tutor. By which we access information,
communicating in groups, teachers and communicate and learn. To meet the
learners are in a more equal relation. More challenges of the knowledge society, it is
important: learning, although a personal crucial to understand how people learn
matter, is no longer an individual matter: and how ICTs can assist in the learning
one learns best by and with others. To process. The last 200 years we have
secure communication and socialising in transformed our society from a relatively
learner networks, a system allowing static one to a society where the only
asynchronous group communication in an constant is change. Certainty is gone.
on-line conferencing system, as in CMC There is an abundance of perspectives on
(computer mediated communication) has everything, even on fundamental scientific
come into increasingly wider use. units. The discovery in quantum physics
that an event is ultimately inseparable
Today there is a tendency to focus less on
from its observation undermines the
distance teaching, and focus more on
assumption that science is objective and
development of an on-line learning
impersonal.
environment with many-to-many
communication. In this context, the GVU Science has tried to formulate general
would apply a model of networked learning explanatory laws that apply universally,
environment. This model can contain which were in operation before they were
several learning approaches and discovered, and which would have been
combinations, which more or less discovered sooner or later by somebody.
represent the specific way a tutor and the This impersonal objectivity is partly gone.
students create an environment for the There is a shift from a largely mechanical
actual course. This opens up for creation view of the world to a more ecological,
of virtual CSCL environments (Computer holistic and constructivist view. This
supported Collaborative Learning), where transition in our understanding of the world
students support each other in the learning can be described as a rapid development
process. towards increasing complexity; a state of
affairs in which entities, data, or even
When institutions establish an inter-
theories within a particular domain or
institutional collaboration, a virtual
framework exceeds one’s resources for
university, it is important to agree on a
handling them (Mortimore 1999). Some
common platform or learning environment
would even argue that we are rapidly
for the students attending this university.
moving towards a state of super-
The first step is to establish a common
complexity; a state of affairs where one is
home page for this virtual institution,
faced with alternative frameworks of
where students get all the information they
interpretation required to make sense of
need (e.g., how to register, costs involved,
one’s world and to act purposively on it
minimum technical specifications,
(op.cit.). In this super-complex world,
equipment needed, exams, courses
individual leaners need tohave powers of
available, names of teachers, etc. More
self-reliance that can cope with and act
importantly, the networked learning
purposively in an inchoate, unpredictable
environment would represent a shared
and continually changing and challenging
space where partner institutions would
world. This can be presented in
jointly develop and implement courses,
educational terms as a paradigm shift in
and where instructors and students would
(see Table 1), from the traditional to the
interact.
new.

323
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

Table 1: From Traditional to New Approaches in Education.


Traditional New
Ego-focused, self-assertive More socially integrating
Rational/logical More intuitive
Expanding in nature
Conserving nature- ”Earth is a space-ship”- economy
”Cowboy economy”
Competitive
More collaborative -“Learner attitude”
“Performer attitude”
Defined/limited
Holistic
“Atomic”/fragmented
Quantity More focus on quality
Linear, predictive More non-linear, towards super-complexity
Hierarchical More network oriented
Decisions by leaders More consensus oriented

One way of coping with this dynamic world conceptions and finally; supporting student
is to move from the traditional, rather learning. Conversely, as seen from the
fragmented way of experiencing the world student’s perspective, Sæljø (1979)
to a more holistic approach. If we can build describes six levels of learning going from
an understanding of physics and the a surface to a deeper approach:
human world from a perspective that Quantitative increases in knowledge;
reduces material and living units to smaller memorizing; acquisition for subsequent
units, over to a perspective that integrates utilisation of facts or methods; abstraction
everything into meaningful patterns or of meaning; interpretative process aimed
networks of communication, we develop a at understanding reality and; developing
more holistic understanding. as a person.

Eisenstadt and Vincent (1998) define C. Watkins et al. (2002) see learning as
knowledge as: action-oriented. To be effective, learning
must be a:
”…a dynamic process, a vibrant, living
thing, resting on shared assumptions, “reflective activity, which enables learners
beliefs, complex perceptions, to draw upon previous experience to
sophisticated yet sometimes crazy logic, understand and evaluate the present, so
and the ability to go “beyond the as to shape the future action and
information given”. Knowledge is the formulate new knowledge”.
correct abstraction for describing what
people communicate to one another. Central to “effective learning” is the
Information and content are not.” difference between “performers” and
“learners”. While the learner believes that
To teach and learn in a holistic way, effort leads to success, the performer
probably entails a “deeper” approach. thinks that ability will do it. The learner
There are several ways of teaching and thinks she/he has ability to learn and
learning. These ways can be seen in a improve, while the performer is concerned
teacher’s perspective, and in a learner’s about how others judge her/his
perspective. Samuelowicz and Bain (1992) performance. The learner will have a
suggest that there are five levels of preference for challenging tasks, while the
teaching, going from a “surface” approach performer gets satisfaction in doing better
to a “deeper” approach. These levels are than others. The learner will go for
described as: imparting knowledge; personal satisfaction from success, while
transmitting knowledge; facilitating the performer will emphasise competition.
understanding; changing students When engaged in a task, the learner will

324
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

have a problem solving approach, while


the performer will tend to evaluate Bruner (1996) in his “Folk pedagogy”
herself/himself negatively when the task is describes four models: Learning by being
difficult. The learner will have concern for shown; Learning by being told; Learning
improving her/his competence, while the by constructing meaning and; Learning by
performer will have concern for proving his joining a knowledge-generating
competence. Focus on performance will community. Most approaches to teaching
tend to result in greater helplessness, and learning can be sorted in three main
reduced help-seeking, less strategy use blocks as show in Table 2.
and greater focus on grade feedback.

Table 2: Three Main Pedagogical Approaches


Instructional
This approach is the traditional, teacher and content-focused approach, described above as
mainly « surface » teaching, or the two first categories mentioned by Bruner. This approach
tends to see learners as rather passive receptors absorbing and regurgitating what the
teacher tells them. The learners are dependent on their teacher, who selects the sources,
decides pace and judges the student’s performance. Basically, the instructional approach
sees “knowledge” as fairly static and objective. From the learner’s perspective this can be
described as “she taught me…”. The approach is an effective tool for the teacher to set the
pace, cover the syllabus and be in control. It does not usually call for deeper understanding,
and encourages “performers”. However, in a complex or a supercomplex world, the
instructional approach might not always be sufficient, nor the most efficient way to learn.
Constructivist
This approach argues that people have to be active learners and construct knowledge
themselves. The knowledge is seen as more subjective, dynamic and expanding rather than
objective and static. The main tasks here are processing and understanding of information,
making sense of the surrounding world. The learner has a clear responsibility for his own
learning. This approach can be summed up as “I made sense of…”. Constructivism demands
participation at all levels and moves responsibility and empowerment down the hierarchy,
thereby flattening it. The teacher, the “instructivist "Sage on the Stage" –will increasingly
become a "Guide on the Side" in this setting.
Social Constructivist
Social constructivism means that the student joins a knowledge-generating community and in
collaboration with others solve real problems as part of their study. In a social constructivist
environment, the teacher will himself be a learner together with his students, as the generic
skills of collaboration, problemsolving and creating new knowledge are important goals by
themselves. The time and pacing will be seen as less relevant compared to instructional
studies. The tasks will be processing and assessing knowledge and generating and co-
constructing new knowledge.

Bearing the increasing state of super-complexity in mind, it is important to realize that


students in addition to learning and understanding existing knowledge, should themselves
also produce new knowledge in order to be a part of the “knowledge society”. In order to
respond to these demands, new forms of teaching and learning are required that build upon
the possible interconnected nature of goals, tasks, resources, roles, pacing and social
structure (as shown in Figure 2. This interconnectedness can be very effectively supported
by the use of ICTs.

325
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

Figure 2: Key Components Required for Enhanced Teaching (Watkins et al. 2002)

It is important to highlight here, however, together create a joint product and


that there is a common misconception that understanding, they develop higher order
e-learning is mainly about technology. skills. … Co-operative cultures and group
However: “technology is not what learning investigation methods give better
is all about. Learning is essentially about academic results. Learners develop
change. Learning involves changes in interpersonal and management skills,
attitudes, beliefs, capabilites, knowledge improved communication skills and
structures and skills” (Steeples & Jones positive multiethnic relations” (Watkins et
2002). The failure to realize the difference al. 2002).
between technology and learning is
probably the most common explanation for It will be essential for the GVU to establish
the many student drop-outs from on-line good collaborative skills within its
courses. associated learner community by
combining regular Face-to-Face (F2F) on-
PROBLEM SOLVING APPROACH campus teaching with a net based learning
environment supporting on-line
The GVU Pedagogical Approach conferencing and other CMC techniques.
The three main pedagogical approaches Research has shown that most people
can be presented as shown in Figure 2. enjoy and learn better through social
The Global Virtual University (GVU) would interaction, and that there is a basic truth
adopt elements of the three main in the statement that learning is a social
pedagogical approaches. Instructional activity. As technical and infrastructural
teaching may be used where the task is to issues associated with the Internet and
establish a common language, give a computing become less of a constraint it
quick overview, introductory courses or may be possibly for the GVU learning
give personal inspiration and motivation. strategy to migrate more toward Social
When a deeper understanding, making Constructivism and collaborative learning,
sense of things is needed, a constructivist using the peer-to-peer (P2P)
approach may be useful. “When learners communication approach.

326
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

Designed by Debbie Heck, Bodil Ask, Åke Bjørke and Ng Chong

Figure 3: Integrating the Three Pedagogical Approaches

In order to move forward with the direction, and start the course with
development of the GVU, students must introductory lessons. This is preferably
be able to answer basic questions like: done on-campus and face-to-face. The
teacher also organises the groups in a
“What should I be doing? Why am I doing heterogeneous way, gives instructions in
it? When is it due?” how the groups are supposed to work and
gives it aims and structure. The teacher
To enable the student to find quick also presents the problems or case that
answers to such questions, it is crucial to are supposed to be solved. The students
establish a meta-e-learning environment, arrange their learning and problem solving
which helps beginning scholars “learn how in a structured fashion, and get feedback
to learn” with the new media. A meta-e- and some guidance from the tutor. The
learning environment also provides students are supposed to gradually
students with information on the structure become more teacher-independent, and
of the course and pacing information, it practice peer-to-peer-learning. (P2P). The
helps the student to focus on how to use teacher and the students eventually
new media to achieve learning objectives evaluate the process and the product
and provides active support for new together. This process is present
learning processes. graphically below. The discussion in the
This entails an explicit understanding of remainder of this paper will focus on some
the relationship between the various of the specific design elements of the GVU
components of the course and their uses. learning environment, based upon the
As shown in Figure 3, a teacher must above-mentioned pedagogical influences.
initiate the learning process and give it

327
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

Figure 4: An Online Workflow for Teaching and Learning

The Gvu E-Learning Environment: a. Asynchronous conferencing and


Dynamic, Learner-Centred and threaded discussion groups for
Collaborative online collaboration
b. Asynchronous and synchronous
The GVU e-learning environment can be communication media of various
described as containing six parts of which kinds for communication between
the two first are placed on a content students and students and tutors
management system (CMS), the other four c. Archives for group products and
in a Learning Management System (LMS). deliverables
These are: d. Personal presentation of all
participants
4. Virtual room for hand-ins of reports,
1. A course calendar and syllabus with group and individual deliverables for
a. Learning objectives, goals, study assessment. Tools for teacher/tutor
blocks and pacing follow-up of students
b. Set books (decided by the course 5. Administrative and secretariat section
provider) for university to manage students.
c. Assignments – individual and for 6. Alumni site – former students are
the groups encouraged to participate in an
d. Cut-off deadlines for the international network of collaborating
assignments professionals and practitioners. On this
e. Links to resources – general and site former students may place good
for the study blocks case studies, articles, discuss and
2. A dynamic virtual media and resource collaborate on-line. This service
center (library)with emphasises that learning is continuous
a. Course related material and that the GVU students are not
b. Archive of internet links competitors but collaborators.
c. Archive of articles, videos, on-line
lectures, quizzes for self- Within the GVU LMS, to make an effective
assessment, graphics, case on-line learning course, it is essential to
studies etc. define the total length of the study. The
d. Academic deliverables from next step is the definition of study blocks,
students i.e. divide the study into chapters and
3. Virtual individual offices, group rooms sections and estimate time needed for
and course room with facilities for each section. It is then necessary to make

328
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

study guides, which describe how to go Instructional design must articulate


successfully through the course. One educational purposes and construct tasks
important section here is the “meta- and learning activites appropriate to those
cognitive section” where the student is purposes.
encouraged to reflect on the way s/he is
learning. When the goals and the study
environment have been established, the
“Am I happy with the way I learn, or can it student must be given access to resources
improve?” “How do we improve our to work with in order to achieve the goals.
learning methods?” “Is there another way The course developer thus has to map the
of doing this?” learning-enhancing resources for each
section and then give access to or
The meta-cognitive section thus functions produce these resources. In order to
as a continuous evaluation and support the student in finding her/his way
assessment of the course. When making in a “sea of information”, it would be
the goals for a study block, it is crucial to advantageous to give the student more
focus on the three conceptions of the resources than s/he can use. The crux is
purpose of higher education. These three that s/he must learn to get an overview of
can be called academic, generic the mass of information and then critically
competence and reflexivity. The academic pick and choose. Learning resources can
part asks the student to become be the Internet, textbooks, articles,
competent in academic discourse relying summaries, graphics/photos, animations,
on declarative conceptual knowledge, on-line lectures (video), on-line lectures
analysis, textual representations and with power point slides, video clippings,
deploy this in the construction of quizzes, on-line auto-correcting self-
arguments. The generic competence are assessment tests etc.
core transferable skills such as
communication, collaboration and The learning goals focus somewhat less
teamworking, ICT skills, logical analysis, on knowledge acquisition by individuals,
managing time, listening skills, willingness and more on knowledge-generation with
to learn, deal with change, question others.
assumptions etc. The third concept of
purpose; the individual reflexivity is “An effective learner is versatile and can
necessary to develop, to deal with actively utilize different strategies and
knowledge as active and dynamic rather approaches for different contexts and
than passive and static. This purposes, for example gaining
“metacognitive” activity must be an understanding from texts, creating
important goal to develop for any knowledge with others through a project,
academic study. (C. Steeples & C. Jones actively listening to an exposition, building
2002, p 52) dialogue with people of different stances
and so on. Effective learning advances
Instructional Design effective learning processes: distinctions
To make a good learning or study between process and outcome decrease.”
environment, the course developers must (Watkins et.al. 2002)
bear in mind something called
“constructive alignment.” According to “Increasingly, transferable generic skills –
John Biggs. (J. Biggs 1999), this process which it is expected will be required for
denotes the aim of removing future employment – are being specified
inconsistencies between the curriculum, as learning objectives. For instance,
teaching methods, assessment adaptability, creativity, communication and
procedures, educational environment and social skills, problem solving, organisation,
learning objectives. Clearly defined time management, being able to work
learning objectives are crucial. independently, meta-cognition and the use

329
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

of information technology are being skills to learn and practice, and a meta-
identified as important as are personal learning environment with study guide; an
competencies which develop archive of resources is available and all
citizenship.”(V. Bayliss 1998) “What parts have gone through a process of
matters is no longer to massively store constructive alignment, the course can be
facts, but to sort them, integrate them and constructed in a “Content Management
reveal their relationships. Facts are now System” (CMS). The CMS version can
instantaneously accessible, they are no then be incorporated in a “Learning
longer the first and foremost object of Management System” (LMS) to facilitate
learning. Handling them is what matters.” communication, collaboration and
(B. Moro. 1997) administration. The students and the study
groups will also be able to publish their
It seems the more time the student can findings, articles, reports, tests and
spend collaborating in problem-solving websites in individual student folders and
with peers, the better. “Co-operative in group folders using the LMS.
cultures and group investigation methods
give better academic results.” (Slavin The students and the tutors need training
1995) “Learners develop interpersonal and in Computer Mediated Communication
management skills” (Battistich et. al 1993), (CMC). Such tools are E-mail, On-line
and improved communication skills and conferencing (virtual group room),
positive multiethnic relations.” (Bennet & asynchronous and synchronous. Phone,
Dunne 1992).The effective learner is video-conferences and web-pages may be
described as active and strategic, skilled in additional tools. At times during the study,
cooperation, dialogue and creating to ensure “the human touch”, facilitate
knowledge with others, is able to develop cooperation and personal communication,
goals and plans and monitors his/her own and hands-on tutoring when necessary,
learning. – reflection on the process of face-to face meetings (FTF) should be
learning is believed to be an essential arranged. For instance, GVU plans to
ingredient in the development of expert have a 2-week face-to face on-campus
learners. (Watkins et.al. 2002) session at the beginning of each
semester.
Experience indicates that tutor follow-up is
crucial. When individual assignments and As shown in Table 3, the complete course
group assignments, including “Tutor website leads the student through his/her
Marked Assignments” (TMAs) are given, study, block by block, and guides the
the tutor must call or contact students who student on what to read and proposes
have not contributed within the deadline. resources to use within what time period.
These types of collaborative studies entail Each block has a set of activities with one
that the pure “individual constructivist” or more assignments, group works and
approach cannot be followed. Studies Tutor Marked Assignments: TMA(s). The
anytime, anywhere are not quite activities are designed to promote thought
compatible with social constructivist and generate discussion about the main
collaborative studies. The group must issues of the block. Each student
meet deadlines, and that means group contributes opinions, summaries, quotes
members depend on each other’s and insights to a group website. When a
contributions at correct timing. deeper understanding thus has been
reached, the student completes a TMA or
When an on-line course has been makes a group assignment in
planned, with academic content, generic collaboration with his/her group.

330
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

Table 3: Structuring an Online Study Module


Dates Aims:
& Know-ledge Skills Why do I do
Dead-lines (Academic) (Generic) this?
Block 1 (Meta-
Jan Activity 1 cognitive)
Activity 2 Activity 1 -Find out -Search on -Collect info
Feb Activity 3 Read... about.. www -Learn &
Activity 4 -Basic facts.. -Critically practice
Mar Activity 2 -Read... assess info collaboration
Resources Group quiz -Opinions.. -Use email on-line
-Learn -Assess
Block 2 Activity 2 on-line learning
Activities TMA conference methods
-Make website
Resources -Collaborate
-Structured
Block 3 debate

The group work – the collaborative • drawn on own experience and that of
work - must be well structured to enable others on the course, communicated
construction of new knowledge and through online discussions.
insights. The common group product
must be presented as an academic Well-designed information facilitates the
deliverable. The intention is that the construction of knowledge. Knowledge in
common deliverable should be of a combination with experience may give
higher quality than the product made by sufficient wisdom to choose the right tools
the separate student. This process is and resources to be able to “cross the
demanding and it will take some effort bridge” from theory to practical
to achieve such a community of implementation: a change in behaviour
practice. that entails a sustainable development.

Assessment CONCLUTION
Students will be graded according to
individual and group activities and Challenges for the GVU
products, (e.g. group discussions and In conclusion, there are obviously several
deliverables, TMAs, exams and thesis). challenges facing the GVU approach.
The tutors/examiners will be looking for These can be categorises as
evidence that the student has: technological, learner community, teaching
• reflected critically on issues raised community, institutional and pedagogical.
in the course,
• a good subject understanding, Technological
• considered a range of points of view The Internet capacity between several
including those in the course “third world” countries and others is clearly
• developed own views, a “bottleneck”. The digital divide is real.
• participated actively and Difficulties range from setting up modems,
constructively in online slow Internet connections to technophobia
conferencing and scepticism about technology in
• clearly stated arguments with general. Students must be able to
supporting evidence and navigate comfortably between different
appropriate referencing of sources, virtual rooms including own room and
• been critical in selection and use of group rooms, contribute online in threaded
sources, group discussions, navigate and search

331
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

efficiently on the Internet. This is cases build identity and self-esteem


technologically demanding on through their lectures. Many teachers will
bandwidth capacity as well as user have difficulties in moving away from the
friendliness. It is also technologically traditional individual work of preparing
demanding to build tools that focus on lecture notes over to working in a team
active student engagement, personal producing online products because this
responsibility for self-learning and a partly involves a transition from being a
good collaborative virtual network. The performing authority over to being a
big question here is whether technology permanent learner. In addition, a
can foster student creativity, critical constructivist pedagogical approach
thinking, metacognitive activities and means that the syllabus cannot be entirely
cooperative learning? predefined. When the students select at
least part of the syllabus themselves,
Learner Community many teachers feel they loose control.
Computer literacy will vary. Students
from rich countries will probably have Institutional
some advantages being more computer There will necessarily be discussions on
literate. Many will be unfamiliar with the prestige and weighting of courses at
online debates; some will focus more different places in the world, and
on HTML skills than on debate issues, cooperation between various course
some will feel reluctant to commit their deliverers might not always be easy.
ideas to an electronic permanent Ownership and copyright issues must be
record, thereby exposing their handled to the satisfaction of all partners.
ignorance to the world (the so-called An institutional challenge will be to raise
lurkers). Many students habitually see sufficient resources to enable teachers to
other students as competitors. An take the necessary training, keep their
obvious challenge will be to make motivation up through various support
students promote shared’ learning and mechanisms. However, the main
establish efficient collaboration through institutional challenge will be to increase
good cross-cultural communication in a learner achievement and student
virtual environment. retention.

Teaching Community (professors and Pedagogical


tutors) Designing a learning environment that
The training of teachers and their starts and structures discussions and
capacity to follow up the students in a encourages participation. As Jonassen,
consistent study network is a challenge. Peck and Wilson (1999) state:
All teachers should at least manage to
update their own subject. “The primary goal of education at all levels
The e-learning environment is should be to engage students in
developing rapidly. Many will have a meaningful learning – … defined as active,
feeling of “painting the train while it is constructive, intentional, authentic and
running”. Teachers need time, cooperative.”
resources and encouragement to
venture into new and demanding fields. However, many universities will have less
“The virtual campus also requires a experience with Computer Supported
paradigm shift in terms of a move away Collaborative Learning (CSCL) and
from lecture based teaching constructivist pedagogy, which will be a
methodologies to the adoption of challenge to professors as well as to
learner-centred approaches” (Lazenby, students. Moreover, according to Brown
K. 1999). Many teachers feel that a (1999), the traditional instructional
core aspect of course-delivery work is approach:
the lecture. A challenge is avoiding “The transmittal notion – the strategy of
alienation of teachers who in many distilling the essence of a discipline and

332
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

sequencing it over several years to


Lazenby, Karen: Using WebCT at the
masses of students, is buried in most of
Uuniversity of Pretoria, South Africa
us through our school experiences.”
in International Journal of
Educational Telecommunications,
Last but not least, the challenge is to
vol. 5, no. 4 1999
make a study that produces students
having a positive impact on the future Moro B. 1997. A pedagogy for the
development in their countries. No hypermedia. In Korsvold and
small task. Ruschoff: new Technologies in
language learning and teaching,
REFERENCES education committee: Council for
cultural cooperation. Strasbourg.
Bayliss V. 1998. Redefining Schooling. Council of Europe publishing.
London. RSA
Mortimore Peter. 1999.:Understanding
Battistich V., Solomon D. & Delucchi K. pedagogy and its impact on learning.
1993: “Interaction processes and Paul Chapman Publishing
student outcomes in cooperative
Nipper,S. 1987. (Adapted from) updated
learning groups”, Elementary
version of Third generation distance
school journal, 94:19-32
learning and computer conferencing.
Bennet & Dunne. 1992: Managing http://icdl.open.ac.uk/literaturestore/
classroom groups, Hemel mindweave/chap5.html
Hempstead: Simon & Schuster
Saljø R. 1979. Learning in the Learner’s
Biggs J. 1999: Teaching for Quality perspective I. Some commonsense
Learning at University: what the Conceptions, reports from the
student does. Buckingham: Open department of education, no. 76,
university press. Gøteborg university
Brown, Anne. C. 1999. From the What Samuelowicz and Bain. 1992.
and Why to the How of Course Conceptions of teaching held by
Support Systems – the Value of academic teachers.
the Teacher’s perspective in
Slavin, R.E. 1995: Cooperative learning:
International Journal of
theory, research and practice, 2nd ed.
Educational Telecommunications,
Allyn&Bacon
vol. 5, no. 4 1999
Steeples C. & Jones C. 2002: “Networked
Bruner J.S. 1996. Folk pedagogy; in
learning: Perspectives and issues.
The Culture of education,
Computer Supported Cooperative
Cambridge MA, Harvard univ.
Work-series. Springer.
press
Watkins C., Carnell E., Lodge C., Wagner
Eisenstadt M. and Vincent T. 1998: The
P., Whalley C. 2002.: Effective
knowledge web. Learning and
learning. NSIN research matters,
collaborating on the net.
Institute of education, university. of
Knowledge media institute.
Londonhttp://www.ioe.ac.uk/iseic/res
kmi.open.ac.uk/knowledgeweb
earch.pdf
Jonassen, D.H., Peck, K.L. & Wilson,
B.G. (1999) Learning with
Technology – a constructivist
perspective. Upper Saddle River,
NJ: Prentice Hall in International
Journal of Educational
Telecommunications, vol. 5, no. 4
1999

333
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

334
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

ANALISIS PENGALAMAN BELAJAR MAHASISWA DALAM MODEL


ONLINE LEARNING BERBASIS LMS DI JURUSAN TEKNIK ELEKTRONIKA

Oleh:
Efrizon *)
efrizon@unp.ac.id
Muhammad Adri *)
mhd.adri@unp.ac.id

ABSTRACT

Learning experience is the main objectives of learning will be used by student as a


power to exist in the world. Online learning is an oppotunities to educational institution to
develop a form of learning experiences of students. In this reasearch online learning
experiences is conducted using blended learning which is an intgrated teaching and
learning process between online learning and classroom teaching and learning. The aim
of research to find and describe about the learning experiences of student of electronic
department on online learning. The finding data is devide into 3 main objectives are a)
online learning experiences, including information about : 1) computer literacy, 2) internet
and learning access and 3) communication of students, b) blended learning method c)
learning style of student and d) learning content.

Keywords : learning experiences, online learning, blended learning, learning style,


learning content
*)
Dosen Fakultas Teknik Universitas Negeri Padang

PENDAHULUAN

Perkembangan teknologi informasi pengembangan model-model


dan komunikasi (TIK) yang terus penyelenggaran pendidikan dengan
dilakukan di Universitas Negeri Padang bantuan teknologi informasi. Salah satu
(UNP), telah berdampak positif bagi model yang telah dikembangkan adalah
peningkatan kualitas penyelenggaraan pengembangan Learning Management
pendidikan berbasis TIK. Berbagai System (LMS) sebagai sistem
petumbuhan dan perkembangan terjadi pendukung proses pembelajaran dengan
dengan pesat, pertumbuhan akses oleh pendekatan blended learning di Jurusan
sivitas akademika talah memacu Teknik Elektronika, sehingga dengan
perkembangan bandwidth akses, demikian, Jurusan Teknik Elektronika
sehingga memicu pengembangan akan dapat menjadi pioneer dalam
aplikasi-aplikasi pendukung akademik pengembangan IT-Based Education di
baik pada tingkat universitas, fakultas UNP Padang.
maupun jurusan dan program studi. Pola penyelenggaraan pembelajaran
Jurusan Teknik Elektronika Fakultas berbasis IT yang di pilih adalah pola
Teknik Universitas Negeri Padang blended Learning yang mengintegrasi
memiliki program studi dalam bidang pola pendidikan classroom teaching
Sistem Komputer (D3) dan Pendidikan dengan online learning berbasis LMS
Teknik Informatika dan Komputer (PTIK) yang telah dikembangkan pada
mempunyai tanggung jawab yang besar penelitian terdahulu, oleh karena itu tidak
dalam memasyarakatkan pendidikan ada lagi alasan bagi Dosen maupun
berbasis TI, yang dimulai dengan mahasiswa untuk tidak

335
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

menyelenggarakan proses pembela- learning menjadi mudah untuk diakses,


jaran, yang disebabkan karena dan peserta (e-learner) dapat
ketidakhadiran dosen di kampus dan memperoleh yang dibutuhkan tanpa
bagi mahasiswa tidak ada lagi alasan harus meninggalkan kursinya, yang
tidak kuliah karena dosen tidak hadir. Hal disebabkan oleh rasa bosan, sistem
ini telah direalisasikan dengan dukungan yang rumit atau penyebab lainnya
LMS, dimana semua materi ajar dapat Eom et.al (2005), mengemukakan
diupload oleh dosen ke sistem LMS dan bahwa interaksi antara partisipan dalam
mahasiswa dapat memepelajarinya online course, merupakan suatu bagian
secara mandiri. terpenting dan kritikal dalam
Sejauhmana program belajar Online membangun dan mendeterminasikan
learning dalam wujud blended learning kinerja dari kualitas web-based course.
ini memberikan dampak terhadap Karena dari berbagai kajian sebelumnya
mahasiswa, khususnya dalam hal dapat dilihat bahwa terdapat korelasi
pengalaman belajar online dengan yang tinggi antara efektifitas web-based
fasilitas LMS ini perlu dikaji lebih jauh, course dengan interaksi user dengan
oleh karena itu dipandang perlu untuk content, instruktur dan kepuasan
melakukan analisis lebih awal dampak pengguna dalam kursus online.
positif dan negatif dari model Ketiga penelitian tersebut di atas,
pembelajaran online ini bagi mahasiswa. menjadi landasan dalam menganalisis
Oleh karena itu maka dalam penelitian pengalaman belajar online mahasiswa
ini akan dicoba untuk melakukan kajian dalam penyelenggaraan Online Learning
tentang pengalaman belajar mahasiswa di Jurusan Teknik Elektronika FT UNP
secara online dari sudut perpsektif Padang, sehingga akan diperoleh data
mahasiswa itu sendiri, sehingga dan fakta untuk perbaikan
diharapkan akan diperoleh masukan- penyelenggaraan pendidikan online ini
masukan yang bernilai positif bagi pada masa yang akan datang.
perbaikan penyelenggaraan e-learning Pengalaman belajar adalah salah satu
dan peningkatan kualitas layanan ouput dari suatu proses pendidikan yang
terhadap mahasiswa. dapat dilihat sebagai bagian yang
terintegrasi dari proses pengembangan
TEORI PENDUKUNG pendidikan. Salah satu komponen
Piskurich (2004), mengungkapkan pendidikan yang cendrung berkembang
bahwa salah satu aktifitas utama yang yang sejalan dengan konsep
terjadi antara teacher dengan learner pengalaman pembalajaran ini adalah
dalam aktifitas online learning adalah kurikulum pendidikan.
adanya kegiatan diskusi dan tanya jawab
Prat (1980), mengemukakan bahwa
diantara keduanya. Untuk kebutuhan
seharusnya pengembangan kurikulum
tersebut Piskurich, membangun sebuah
disesuaikan dengan human needs, yang
aplikasi yang dapat menjembatani
kemudian dikategorikan oleh Prat (1980 :
komunikasi tersebut yang disebut
50) menjadi tiga tingkat kebutuhan
dengan disscussion board dan
needs, wants dan interest. Maka oleh
memanfaatkan chat room untuk proses
sebab itu memang sangat tidak mungkin
komunikasi online. Dan dengan kedua
untuk memenuhi semua kebutuhan
metoda tersebut, kendala komunikasi
manusia secara keseluruhan dalam
yang selama ini dikawatirkan dalam
sautu model kurikulum, oleh karena itu
sistem online learning dapat diatasi,
pengelompokan kebutuhan perlu dikaji
walaupun tidak seutuhnya seperti
sehingga kemudian ditemukan suatu
komukasi classroom learning.
keseragaman dalam kebutuhan pada
Turmel (2004), mengembangkan
suatu komunitas pembelajaran, dalam
suatu metoda manajemen, terhadap
hal ini adalaha kebutuhan pada
peserta e-learning, yang berhubungan
komunitas pembelajaran secara online.
erat dengan sistem organisasi
manajemen, sehingga menjadikan e-

336
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

Salah satu model pengembangan media belajar dan pengajaran. Internet


kurikulum yang hingga saat ini adalah menyediakan suatu peluang untuk
model yang dikembangkan oleh Tyler mengembangkan learning–on-demand
(1949), yang merupakan pertanyaan dan learner-centered instruction and
mendasar tentang program pengajaran, training. Berbagai istilah diberikan untuk
yang dapat dijadikan sebagai acuan awal aktifitas online learning ini muncul seperti
dalam merancang dan mengembangkan : Web-based learning (WBL), Web-based
kurikulum. Tyler adalah pencetus instruction (WBI), Web-based training,
lahirnya konsep pengalaman belajar, Internet-Based training (IBT) dan banyak
melalui 4 pertanyaannya, karena empat istilah lainnya, yang disarikan bahwa e-
pertanyaan tersebut merupakan inti dari learning digunakan untuk
suatu proses pendidikan, yaitu : merepresentasikan pengajaran yang
bersifat terbuka (open), fleksibel, dan
a. What educational purposes should the
terdistribusi. Lebih jauh Khan (2005),
school seek to attain?
mendefinisikan e-learning :
b. What educational experiences can be
E-learning can be viewed as an
provided that are likely to attain these
innovative approach for delivering
puposes?
well-design, learner-centered,
c. How can these educational
interactive, and facilitated learning
experience be effectively organized?
environment to anyone, anyplace,
d. How can we determine whether these
anytime by utilizing the attributes
purposes are being attained?
and resources of various digital
Berpegang kepada empat pertanyaan
technologies along with other form
yang dikemukakan oleh Tyler tersebut,
of learning materials suited for
maka konsep pemberian kesempatan
open, flexible and ditributed
belajar kepada peserta didik adalah inti
learning environtment.
dari pengembangan kurikulum, sehingga
Pengembangan e-learning tesebut,
peserta didik tersebut akan memperoleh
harus dikembangkan dalam berbagai
pengalaman balajar (learning
aspek, yang disebut dengan e-learning
experinces) yang sesuai dengan
framework (khan, 2005), yang mencakup
kebutuhan dan potensi dirinya. Dan perlu
semua aspek dalam pengajaran, seperti
diingat dari konsep Tyler ini bahwa disain
pedagogiik, teknologi, perancangan
kurikulum merupakan suatu kesatuan
antar muka, evaluasi, manajemen,
sistem dari empat komponen utama
sumber daya pendukung, etika dan
yaitu tujuan, pengalaman belajar,
institusional.
metode dan evaluasi (Tyler,1949),
Beberapa alasan utama, untuk
seperti terlihat pada Gambar 1.
menggunakan online-learning, menurut
Shank dan Sitze (2004:2-3), antara lain :
a. Meningkatkan akses dan fleksibelitas
(Improved access and flexibility).
b. Cepat dalam penyebaran dan hemat
(Faster delivery and cost savings).
c. Peningkatan pengawasan dan
Standardisasi (Improved control and
standardization
d. Memperbaiki Komunikasi dan
Kerjasama (Enhanced communication
Gambar 1. Pengalaman Belajar sebagai and collaboration).
komponen kurikulum
Long (2004) mengungkapkan bahwa METODOLOGI
dengan perkembangan teknologi digital, Proses penelitian ini dilakukan
internet dan multimedia yang sangat dengan metode sebagai berikut :
cepat, web telah menjadi satu kekuatan 1. Analisis Terhadap Sistem Online
global, interaktif, dinamis, serta menjadi Learning

337
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

2. Berdasarkan hasil analisis dan repsonden) hanya menggunakan


pengalaman berinteraksi dengan komputer untuk menyelesaikan tugas
sistem online learning, kemudian perkuliahan.
dikembangkan instrumen ukur yaitu : b. Semua responden menyatakan
a. Instumen analisis sistem online aplikasi yang sering digunakan dalam
learning bekerja dengan komputer adalah
1) Aksesibel sistem (kemudahan aplikasi Office untuk mendukung
dalam mengakses) pengolahan dokumen dan data.
2) Kelengkapan fitur interaksi user c. 60 % responden memiliki pengalaman
mahasiswa dalam menggunakan software
b. Instrumen tentang material yang komputer diluar aplikasi office, seperti
dibutuhkan dan sesuai dengan Software pemodelan elektronika,
sistem belajar online Sofware Desain dan Pemrograman.
c. Instrumen tentang pengalaman d. 80 % responden memiliki kemampuan
belajar online mahasiswa dalam dalam melakukan konfigurasi sendiri,
mengkonstruksi pengetahuan dari seperti instalasi sistem operasi,
paket belajar online. software aplikasi, koneksi jaringan
3. Kemudian dilanjutkan dengan dan internet.
pengolah data mentah dari instrumen e. Semua responden memiliki fasilitas
yang ada. komputer dan laptop untuk bekerja
4. Data mentah yang diperoleh dengan komputer.
selanjutnya dianalisis, untuk
diperoleh data temuan dan 2. Akses Internet dan Sistem e-
represenstasi data. Learning oleh Mahasiswa
Proses pembejaran Blended online
HASIL DAN PEMBAHASAN dan pembelajaran di kelas,
Analisis Sistem Pembelajaran Online memanfaatkan teknologi internet sebagai
media delivery materi perkuliahan dan
Analisis sistem pembelajaran online
sebuah aplikasi LMS (Learning
adalah analisis awal yang dilakukan
Management System) sebagai sistem e-
untuk mengetahui bagaimana perspekstif
learning. Dan dari angket yang
mahasiswa terhadap sistem belajar
disebarkan dapat dideskripsikan hasil
online yang diintegrasikan dengan
sebagai berikut :
pembelajaran di kelas, sebagai
a. 80 % kegiatan akses internet yang
pendukung penyelenggaraan proses
dilakukan mahasiswa menggunakan
pembelajaran.
fasilitas koneksi jaringan LAN dan
Wireless di lingkungan kampus UNP
1. Computer Literacy Mahasiswa
Padang, dan sisanya 15 % lagi di
Computer literacy adalah persyaratan
warnet dan 5 % di rumah.
awal yang dibutuhkan dalam
b. Semua responden telah memiliki
penyelenggaraan pembelajaran
alamat email dan menggunakan
berabasis komputer, dan khususnya
aplikasi email dalam melakukan
dalam model pembelajaran online,
komunikasi surat elektronis.
disamping keterampila penggunaan
c. 70 % responden menungkapkan
komputer, kemampuan dalam
mereka menggunakan fasilitas search
mengakses dan memanfaatkan internet
engine untuk mempermudah
sebagai sarana belajar dan komunikasi
pencarian dokumen di internet.
adalah suatu kemutlakan.
d. Semua repsonden telah
Berdasarkan angket penelitian yang
memanfaatkan fasilitas social
didistribusikan kepada mahasiswa,
networking untuk membangun dan
diperoleh data sebagai berikut :
bergabung dengan komunitas sosial
a. 90 % ( 41 responden) telah terbiasa
di internet
menggunakan komputer dalam
e. Semua reponden menyatakan puas
kegiatan sehari-hari, dan 10 % (9
dengan layanan sistem e-Learning

338
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

yang di tempatkan pada lokasi hosting 4. Metoda Pelaksanaan Online


profesional Learning
http://elearning.teknikelektronika.net, Pengintegrasian model pembelajaran
jika dibandingkan hosting sebelumnya online dengan pembelajaran di kelas,
di http://elearning-elka.unp.ac.id. merupakan suatu peluang baru dalam
f. Semua responden yang tergabung mengembangkan teknologi
dalam e-Learning, melakukan pembelajaran, dimana teknologi online
pendaftaran sendiri ke sistem e- dimanfaatkan sebagai sarana medium
learning dan mengaktifasi hak akses delivery konnten pembelajaran, sehingga
sendiri dengan adanya fasilitas auto- bisa diakses dan dipelajari terlebih
reply mail-based system yang dahulu oleh mahasiswa.
digunakan. Metoda pelaksanaan Online Learning
g. Semua responden mengakses sistem ini dapat dijelaskan sebagai berikut :
e-Learning sesuai dengan jadwal a. Pada awal perkuliahan, dosen
pembelajaran yang telah ditetapkan. pembina memberikan rancangan
h. Semua responden menyatakan materi dan kontrak perkuliahan serta
terbantu dengan adanya sistem rancangan model pelaksanaan
autorespon dari sistem e-Learning, pembelajaran blended learning,
ketika kesulitan dalam mengakses antara kegiatan belajar online dengan
sistem. pembelajaran di kelas.
b. Materi kuliah pada satu minggu
3. Metoda Komunikasi dengan pertemuan di upload oleh dosen
sesama Mahasiswa dan Dosen seminggu sebelumnya yang disertai
Pembina dengan lembaran tugas yang harus di
Sebagai sebuah virtual class, e- selesaikan oleh mahasiswa
Learning Jurusan Teknik Elektronika c. Lembaran tugas diberikan berfungsi
mendukung fungsi komunikasi baik antar sebagai alat kontrol agar mahasiswa
sesama mahasiswa maupun dengan mempelajari materi perkuliahan
dosen, dan diperoleh hasil sebagai terlebih dahulu, sehingga pada saat
berikut : berada di dalam kelas, mahasiswa
a. Semua mahasiswa menggunakan telah memiliki pengetahuan.
sarana Forum dan Chat yang terdapat d. Pada saat pertemuan di kelas, semua
di Sistem e-Learning pada masing- mahasiswa yang mengikuti
masing mata kuliah sebagai tool perkuliahan wajib untuk memiliki dan
utama untuk mengetahui informasi membawa material perkuliahan yang
terbaru dan berkomunikasi dengan telah diupload oleh dosen.
dosen dan mahasiswa lain yang saat e. Kemudian kegiatan pembelajaran di
itu online. lanjutkan dengan interaksi antara
b. Selain fasilitas yang ada di LMS, dosen dan mahasiswa, baik dalam
berkaitan dengan pengiriman file bentuk penjabaran materi perkuliahan
tugas dan sejenisnya , mahasiswa maupun diskusi berkaitan dengan
lebih cendrung menggunakan email material yang telah dipelajari
dari pada LMS. mahasiswa dari material yang telah
c. Untuk sarana komunikasi dengan mereka download dan dari tugas yang
sesama mahasiswa selain telah dikerjakan.
memanfaatkan fasilitas chat, forum
dan email, mereka juga 5. Gaya Belajar Mahasiswa dalam
memanfaatkan aplikasi Social Model Online Learning
networking seperti Mailinglist, Pemberian pengalaman belajar online
Facebook, Hi5 dan Friendster. kapada mahasiswa dengan program
pembelajaran campus-based merupakan
suatu peluang bagi peningkatan kualitas
pelaksanaan pembelajaran, dimana
material dan aktifitas perkuliahan

339
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

didistribusikan dengan bantuan aplikasi bersama, 20 % mengerjakan tugas


Learning Management System (LMS) setelah mempelajari tugas teman, 10
Modular Object Oriented Dynamic % menyalin kembali tugas yang telah
Learning Environmnet (MOODLE) dikerjakan temannya.
berbasis open source. Maka untuk i. 100 % responden menyatakan kuis
mengetahui sejauh mana aplikasi online online sebagai pengalaman pertama
learning ini membantu belajar dalam mengikuti bentuk ujian online.
mahasiswa, digunakan sebuah j. Semua responden mengikuti kuis
instrumen dalam mengukur aktifitas dan onlien sesuai dengan jadwal yang
gaya belajar mahasiswa, dan dari telah ditetapkan dan disepakati
analisa data angket diperoleh hasil dengan dosen pembina.
berikut : k. Semua responden menyatakan
a. Semua responden senang dengan terbantu dengan adanya sistem
adanya aplikasi LMS yang digunakan belajar online.
dalam memberikan pengelaman
belajar online bagi mahasiswa 6. Material Pembelajaran Online
b. Semua responden menyatakan
Material pembelajaran online adalah
bahwa program online learning ini
materi utama yang akan diterima,
adalah pengalaman baru bagi mereka
diakses dan dipelajari oleh mahasiswa
dalam mengikuti perkuliahan online.
secara mandiri, oleh karena itu sudah
c. Semua responden menyatakan dapat
seharusnya material pembelajaran online
memperoleh materi perkuliahan
tersebut mampu mengakomodasi
terlebih dahulu dari LMS sebelum
kebutuhan belajar mandiri mahasiswa.
kagiatan perkuliahan di kelas
Dari angket penelitian yang disebarkan
dilaksanakan
kepada responden diperoleh data
d. 80 % responden menyatakan bahwa
sebagai berikut :
mereka mendownload materi dari
a. Semua responden menyatakan
sistem LMS sehari sebelum jadwal
bahwa modul pembelajaran yang
pembelajaran yang telah ditetapkan,
mereka dapatkan sesuai dengan
dan 20 % mengakses setelah
silabus dan kontrak perkuliahan yang
memperoleh informasi dari
telah ditetapkan oleh dosen
mahasiswa lain.
b. Semua responden menyatakan
e. 90 % responden mengutamakan
pengorganisasian materi yang
bahan modul, slide presentasi, dan
diupload dosen sejalan dengan
artikel lain yang berkaitan dengan
silabus.
materi kuliah yang telah diupload oleh
c. Format dokumen yang disenangi oleh
dosen sebagai sarana untuk belajar,
mahasiswa adalah PDF, dan Word.
10 % lainnya menambah sumber
d. Dalam mempelajari modul,
belajar dari buku referensi dan hasil
mahasiswa menggunakan slide
pencarian dokumen di internet.
PowerPoint yang disertakan sebagai
f. Hanya 10 % responden yang memiliki
key-point belajar
buku pegangan sendiri, selain dari
e. 90 % responden menyatakan lebih
bahan ajar yang diberikan oleh dosen.
senang dengan material dalam bentuk
g. 70 % responden mencetak kembali
modul, dari pada hanya slide
dokumen bahan ajar yang telah di
presentasi
download agar lebih mudah dibaca
f. Untuk materi tertentu, yang
dan dipelajari, 20 % mengkopi
membutuhkan pemodelan, silmulasi
kembali dari catakan mahasiswa lain,
dan animasi, semua responden
dan 10 % membaca langsung dari
menyatakan akan lebih membantu
komputer.
mereka dalam memahami modul yang
h. Dalam mengerjakan tugas yang
telah didapatkan jika disertai dengan
diberikan, 20 % mengerjakan sendiri
file pendukungnya.
jawaban, % 50 % responden
menyelesaikan melalui diskusi

340
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

PENUTUP Daftar Pustaka

Dari hasil kegiatan penelitian ini, Ely, Donald. P. (2006). Instructional


dapat disimpulkan hal-hal berikut : Technology : Contemporary
a. Model pembelajaran integrasi antara Framework, dalam Plomp, Tjeerd,
online learning dan pembelajaran di and Ely, Donald P (Ed).
kelas (blended learning) merupakan International Encyclopedia of
salah satu model penyelenggaraan Educational Technology, Oxford,
pendidikan yang dapat dimanfaatkan UK : Elsevier Science Ltd.
untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran. Eom, Sean. B, et.al. 2005. The
b. Dalam pelaksanaannya konsistensi Determinants of Web-Based
dan ketepatan jadwal online Instructional Systems Outcome and
memberikan andil yang besar bagi Satisfaction : An Empirical
keberhasilan penyelenggaraan Investigation, on Cognitive Aspext
pembelajaran blended learning. of Online Program, Editor by Paul
Sehingga mahasiswa berpeluang Darbyshire. Harshey, USA : IRM
untuk mengkonstruksi pengetahuan Press.
sendiri sebelum pembelajaran di Heinich, R., Molenda, M.,Russell, J.D, &
kelas. Smaldino, S. (1999). Instructional
c. Model material pembelajaran yang Media and Technologies for
diharapkan dapat meningkatkan Learning, 6th Ed, Upper Saddle
pemahaman mahasiswa dalam River, New Jersey, USA : Prentice
belajar mandiri adalah material yang Hall, Inc.
bersifat multiformat/ mulimedia,
seperti modul (pdf, word), slide Khan, Badrul . (2005). Managing E-
presentasi (powerpoint) dan Learning Strategies: Design,
pemodelan/ simulasi/ animasi. delivery, implementation and
evaluation. Washington :
Dari hasil dan kegiatan penelitian ini Information Science Publishing.
dapat di sarankan hal-hal berikut : Long, Huey B. (2004). E-Learning : An
a. Dalam rangka untuk meningkatkan Introduction dalam Getting The
pemanfaatan sistem e-Learning Most from Online Learning, Editor
Jurusan Teknik Elektronika, perlu by Piskurich, George. M. San
dilakukan langkah-langkah sosialiasi Francisco, USA : Pfeiffer, John
penggunaannya kepada seluruh staf Wiley & Son, Inc.
pengajar dilingkungan Jurusan
Mohd. Ansyar. 1989. Dasar – Dasar
Teknik Elektornika.
Pengembangan Kurikulum, Jakarta
b. Untuk dapat menghasilkan material : Depdikbud, Dirjen Dikti
pembelajaran yang berkualitas dan Morrison, Don. (2003). E-Learning
sesuai dengan kebutuhan Strategies : How to Get
mahasiswa, perlu dilakukan upaya Implementation and Delivery Right
peningkatan kemampuan dosen First Time, Chichester, England :
dalam penyusunan dan pembuatan Wiley & Sons, Inc
bahan ajar, khususnya untuk
kebutuhna pembelajaran online. Muhibbin Syah. (2002). Psikologi
c. Untuk mengontrol aktifitas belajar Pendidikan dengan Pendekatan
mahasiswa, perlu dikembangkan Baru. Bandung : Rosda karya
suatu alat ukur yang dapat diakses Nana Sudjana, dan Ahmad Rivai.(2001).
dan dimanfaatkan oleh dosen. Media Pengejaran. Jakarta : Sinar
Baru Algesindo.

341
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

Romi Satria Wahono. (2007). Re-


Newby, Timothy J, et.al.(2000).
Thinking e-Learning, makalah
Instructional Technology for
disampaikan dalam Seminar e-
Tecahing and Learning. Upper
Learning di Universitas Negei
Saddle River, New Jersey, USA :
Padang, 11 Desember 2007.
Merrill an Imprint of Prentice Hall,
Inc. Shanks, Patty and Amy Sitze. (2004).
Making Sense of Online Learning,
Oetomo, B.S.D dan Priyogutomo, Jarot.
A Guide for Beginners and the
(2004). Kajian Terhadap Model e-
Truly Skeptical. San Francisco,
Media dalam Pembangunan Sistem
USA : Pfeiffer, John Wiley & Son,
e-Education, Makalah Seminar
Inc.
Nasional Informatika 2004 di
Universitas Ahmad Dahlan Stone, David E, and Koskinen,
Yogyakarta pada 21 Februari 2004. Canstance L. (2002). Planning and
Design for High Tech Web-Based
Pratt, Keith and Pallof, Rena M. (2003).
Training, Boston : Artech Houston
The Virtual Student : A Profile and
Guide to Working with Online Tyler, R.W. 1949. Basic principles of
Learners, San Francisco, USA : curriculum and instruction.
Jossey-Bass an Imprint of Wiley Chicago: University of Chicago
Press.

342
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

PEMBINAAN DAN PENILAIAN KEBERKESANAN SISTEM PENGURUSAN


PEMBELAJARAN ALGORITMA PEMOGRAMAN DI JABATAN TEKNIK
ELEKTRONIKA UNIVERSITAS NEGERI PADANG

Oleh:
Efrizon *)
efrizon@unp.ac.id
Norazah Mohd. Nordin *)
drnmn@ukm.my

ABSTRACT

The influence of technology on education can be seen on three main aspects, namely the
education world as users of information technology, education as a producer of world
experts in information technology and education, and as a developer of information
technology. As a user of technology, then education is fundamentally a process of
communication and information from educators to students containing information of
education, which has elements of educators as a source of information, the media as a
means of presenting ideas, ideas and educational materials as well as learners itself is the
use of IT as a means of supporting learning management needs to be developed, and
thus expected to produce a quality learning process. Electronics Engineering Department
Faculty of Engineering, State University of Padang, as one of the majors that have
courses in the field of Technical Education, Electronic and Information Engineering and
Computer Education has a great responsibility in the dissemination of technology-based
education. One model that can be developed is the development of Learning
Management System (LMS) as a support system learning with blended learning approach
in the Department of Electronics Engineering, and thus, Electronics Engineering
Department to be a pioneer in the development of education in the UNP Padang. In this
study courses developed learning modules programming algorithm which is placed in the
maintenance system LMS-based learning is expected according to the needs of
educational institutions. This research will study how students learn in a mixed model,
online learning algorithm using a programming course on one side and traditional learning
in another class. LMS with open-source can accommodate all the needs and services
both in the learning process Programming Algorithm subjects. The learning materials have
not changed at all, the advantages using the learning processing system can be
continuously monitored and the up-date at any time, either by the manager (admin)
network or a lecturer.

Keywords : Learning Management System (LMS), Programming Algorithm.


*)
Jurusan Teknik Elektronika Fakultas Teknik UNP Padang
*)
Faculty of Education, Universiti Kebangsaan Malaysia, 43600 Bangi, Selangor, Malaysia

PENDAHULUAN

Penggunaan komputer pada masa pendidikan dengan penggunaan


kini semakin mendapat tempat dan pelbagai sistem pembelajaran. Aspek
perhatian dalam segala bidang termasuk yang sangat penting pada saat ini adalah
dalam bidang pendidikan. pemanfaat Teknologi Informasi (TI) untuk
Perkembangan teknologi komputer juga meningkatkan kualitas pembelajaran.
memberikan satu perubahan dalam Perkembangan teknologi ini telah

343
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

memberikan dampak nyata bagi Kualitas lulusan juga sangat


kehidupan masyarakat, hampir semua ditentukan oleh kualitas pembelajaran
bidang kehidupan. Pengaruh TI pada yang berlangsung selama mahasiswa
dunia pendidikan dapat dilihat pada tiga belajar di perguruan tinggi tersebut.
aspek utama, yaitu dunia pendidikan Untuk meningkatkan pengayaan
sebagai pemanfaat teknologi informasi, terhadap proses pendidikan di kampus,
dunia pendidikan sebagai penghasil seiring dengan perkembangan teknologi
tenaga ahli bidang teknologi informasi informasi di UNP Padang, maka
dan dunia pendidikan, dan sebagai pemanfaatan TI sebagai sarana
pengembang teknologi informasi. pendukung manajemen pembelajaran
Sebagai pengguna teknologi, maka perlu dikembangkan, sehingga dengan
pendidikan yang pada dasarnya demikian diharapkan mampu
merupakan suatu proses komunikasi dan menghasilkan proses pembelajaran yang
informasi dari pendidik kepada peserta berkualitas. Jurusan Teknik Elektronika
didik yang berisi informasi-informasi Fakultas Teknik Universitas Negeri
pendidikan, yang memiliki unsur-unsur Padang, sebagai salah satu jurusan
pendidik sebagai sumber informasi, yang mempunyai program studi di
media sebagai sarana penyajian ide, bidang Pendidikan Teknik Elektronika
gagasan dan materi pendidikan serta dan Pendidikan Teknik Informatika dan
peserta didik itu sendiri. Komputer mempunyai tanggung jawab
Universitas Negeri Padang yang besar dalam memasyarakatkan
sebagai salah satu perguruan tinggi, saat pendidikan berbasis teknologi, yang
ini terus berbenah diri dalam manfaatkan dimulai dengan pengembangan model
TI, yang tergambar jelas dengan penyelenggaran pendidikan dengan
perkembangan yang cukup signifikan, bantuan teknologi informasi. Salah satu
salah satunya dengan perbaikan kualitas model yang dapat dikembangkan adalah
koneksi ke internet dengan peningkatan pengembangan Learning Management
bandwidth. Peningkatan bandwidth ini System (LMS) sebagai sistem
diharapkan dapat dimanfaatkan melalui pendukung proses pembelajaran dengan
fasilitas internet oleh dosen dan pendekatan blended learning di Jurusan
mahasiswa dan meningkat dengan Teknik Elektronika, sehingga dengan
tajam, namun umumnya pemanfaatan ini demikian, Jurusan Teknik Elektronika
digunakan untuk kebutuhan pencarian akan dapat menjadi pioneer dalam
informasi, surat elektronik (e-mail), pengembangan pendidikan di UNP
chatting dan download file, serta aktifitas Padang.
penunjang kegiatan akademis.
Pengembangan aplikasi-aplikasi yang KAJIAN PUSTAKA
menunjang kegiatan akademis sangat 1. Internet dan Pendidikan Jarak
diperlukan, sehingga fasilitas jaringan Jauh
yang ada dapat termanfaatkan untuk Sebagai sebuah jaringan global,
kebutuhan akademis menjadi lebih Internet menjadikan batas ruang dan
optimal. Peningkatan pemanfaatan waktu semakin menipis, maka kondisi
fasilitas jaringan ini dapat dilakukan dasar teknologi internet dan aplikasi
melalui pengembangan aplikasi yang berjalan akan memungkinkan untuk
pendukung akademik, seperti situs dimanfaatkan dalam proses pendidikan,
pribadi dosen yang dilengkapi dengan terutama sebagai sarana pembawa
dukungan terhadap materi kuliah yang konten pendidikan (edcuational delivery
dibina oleh dosen, atau program online- medium), dengan demikian ikatan lokasi
learning dan jenis layanan akademik dan waktu belajar yang selama ini sering
lainnya yang dapat meningkatkan menjadi kewajiban bagi peserta didik
utilisasi jaringan UNP, sehingga tujuan akan dapat memberikan keleluasaan dan
pengembangan untuk meningkatkan keluwesan bagi mereka untuk
kualitas akademis dapat tercapai. mendapatkan sumber materi ajar
dimanapun dan kapanpun.

344
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

Hefzallah (2004:174) berbeda. Hal ini ditujukan untuk


mengungkap-kan beberapa karakteristik mengatasi persoalan akses pendidikan.
unik yang dimiliki oleh Internet dan (Newby, et.al. 2000) dan Wetzel
aplikasi-aplikasi potensialnya untuk (2006:70), mengemukakan bahwa
dimple- mentasikan dalam pendidikan, belajar jarak jauh (distance learning)
yaitu : perlu dikembangkan sebagai bagian
The unique characteristic of the yang tidak terpisahkan dari perencanaan
Internet stem from its nature as strategis organisasi dalam rangka untuk
global information system. The mendukung misinya, memenuhi
Internet has its root in connecting kebutuhan, mengambil keunggulan dari
people to share ideas and sebuah peluang baru dan terpadu dalam
information and in connecting people semua tujuannya.
with sites that store information. Hefazallah (2004), menyatakan
These are the reason for existence bahwa dalam sejarah perkembangan
and tremedous growth”. pendidikan jarak jauh, pendekatan model
pembelajaran yang dilakukan telah
Lebih jauh Hefzallah (2004:175– berkembang dalam 5 (lima) fase yaitu :
180) mengungkapkan fitur – fitur unik 1) korespondensi dan belajar mandiri; 2)
yang dimiliki oleh Internet tersebut antara media broadcast seperti radio dan TV; 3)
lain : Konsep universitas terbuka; 4) online
a. Akses universal, memungkinkan education dan 5) integrated (blended)
orang untuk mendapat informasi learning.
dari dan di seluruh dunia tanpa Sebagai sebuah universitas yang
dibatas oleh batas fisik negara. telah berpengalaman dalam
b. Kaya akan multimedia resources, mengembangkan model distance
sehingga menjadikan internet learning, Hawkridge (2000),
sebagai informasi interaktif yang mengemukakan bahwa dalam
paling digemari. pengembangan kelas internasional pada
c. Media publishing, memungkinkan Universitas Terbuka Inggris (Open
orang dari manapun dan University of the United Kingdom), model
siapapun dapat mencari, belajar jarak jauh merupakan salah satu
mendapatkan dan menambahkan solusi yang dapat diambil, seiring
dokumen ke dalamnya. dengan berkembangnya teknologi
d. Media interaktif, memungkinkan internet dan komunikasi, untuk
penggunanya untuk berinteraksi kebutuhan tersebut dibutuhkan tenaga
dengan seluruh konten dan profesional dalam bidang instructional
entitas pengguna lainnya baik designer dan tenaga ahli teknologi e-
dalam real time maupun learning.
asynchronuos time.
2. Model Pembelajaran e-Learning
Dengan keempat fitur ini, menjadikan Long (2004) mengungkapkan
Internet sebagai salah satu bentuk media bahwa dengan perkembangan teknologi
alternatif dalam penyampaian materi ajar digital, internet dan multimedia yang
dalam pendidikan, sehingga dapat sangat cepat, web telah menjadi satu
memberikan kesempatan yang seluas- kekuatan global, interaktif, dinamis, serta
luasnya bagi peserta untuk menjadi media belajar dan pengajaran.
mengaksesnya dimana dan kapanpun. Internet menyediakan suatu peluang
Pendidikan jarak jauh dapat untuk mengembangkan learning–on-
didefinisikan sebagai suatu proses demand dan learner-centered instruction
pendidikan yang berupa suatu program and training. Berbagai istilah diberikan
pengajaran terorganisir (organized untuk aktifitas online learning ini muncul
instructional program), dimana antara seperti : Web-based learning (WBL),
dosen (teacher) dan mahasiswa (learner) Web-based instruction (WBI), Web-
secara fisik berada pada lokasi yang based training, Internet-Based training

345
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

(IBT) dan banyak istilah lainnya, bahwa communication and


e-learning digunakan untuk collaboration). Perangkat lunak
merepresentasikan pengajaran yang tertentu, memungkinkan peserta
bersifat terbuka (open), fleksibel, dan saling berkomunikasi,
terdistribusi. Lebih jauh Khan (2005), bekerjasama dalam suatu projek
mendefinisikan e-learning : dan berbagai dokumen tanpa
E-learning can be viewed as an harus melakukan perjalanan jauh.
innovative approach for delivering
well-design, learner-centered, Untuk mencapai hasil yang
interactive, and facilitated learning maksimal dalam pengembangan model
environment to anyone, anyplace, e-Learning tersebut, perlu
anytime by utilizing the attributes dipertimbangkan pertama kali, disamping
and resources of various digital aspek instructional technology, maka
technologies along with other form of perlu juga dipertimbangkan hal-hal yang
learning materials suited for open, berhubungan dengan kebutuhan peserta
flexible and ditributed learning didik secara virtual. Pratt dan Pallof
environtment. (2003), mengemukakan bahwa dalam
Pengembangan e-learning model virtual student, terdapat beberapa
tesebut, harus dikembangkan dalam kebutuhan utama mereka dalam
berbagai aspek, yang disebut dengan e- mendukung kesuksesan pelaksanaan e-
learning framework (Khan, 2005), yang learning, antara lain :
mencakup semua aspek dalam a. Fokus pada peserta didik (focus
pengajaran, seperti pedagogik, teknologi, on learner)
perancangan antar muka, evaluasi, Kursus dan program
manajemen, sumber daya pendukung, dikembangkan dengan
etika dan institusional. mengutamakan kebutuhan
Beberapa alasan utama, untuk peserta, dan peserta
menggunakan online-learning, menurut diperlakukan layaknya seorang
Shank dan Sitze (2004:2-3), yaitu : customer
a. Meningkatkan akses dan b. Pelatihan dan dukungan teknis
fleksibelitas (improved access (training and technical support)
and flexibility). User dapat login di Peserta medapatkan pelatihan
terminal komputer manapun, dalam penggunaan teknologi dan
kapanpun untuk menuntaskan mempunyai akses ke layanan
suatu pelajaran yang mengacu dukungan (suport services)
pada material pengajaran. c. Layanan siswa terpadu
b. Cepat dalam penyebaran dan (integrated student services)
hemat (faster delivery and cost Siswa mengharapkan mereka
savings). Untuk organisasi memperoleh layanan layaknya
pendidikan yang membutuhkan seperti layanan kampus yang
penyampaian infromasi secara sesungguhnya
cepat. Modul online merupakan d. Pembiayaan dan aturan (fees and
cara yang cepat dan murah dari policy development)
pada mengirimkan melalui paket.
c. Peningkatan pengawasan dan Secara garis besar, apabila
standardisasi (improved control disebutkan tentang e-Learning, ada tiga
and standardization). Dengan komponen utama yang menyusun e-
memanfaatkan online learning, Learning tersebut (Romi, 2007), yaitu :
lembaga training skala besar a. e-Learning System
(nasional / internasional), akan Sistem perangkat lunak
mempunyai standar mutu yang yang mem-virtualisasi proses
sama disetiap perwakilannya. belajar mengajar konvensional.
d. Memperbaiki Komunikasi dan Bagaimana manajemen kelas,
Kerjasama (Enhanced pembuatan materi atau konten,

346
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

forum diskusi, sistem penilaian, konsep kurikulum. Pada kurikulum ini


sistem ujian online dan segala kemudian dikembangkan kegiatan
fitur yang berhubungan dengan belajar (course), materi ajar (module),
manajemen proses belajar objek belajar (learning object) dan objek
mengajar. Sistem perangkat media yang akan digunakan (media).
lunak tersebut sering disebut Pada umumnya, secara dasar CMS
dengan Learning Management memberikan sebuah tool bagi instruktur,
System (LMS). educator atau pendidik untuk membuat
b. e-Learning Content (Isi) website pendidikan dan mengatur akses
Konten dan bahan ajar yang kontrol, sehingga hanya peserta yang
ada pada e-Learning system terdaftar yang dapat mengakses dan
(learning management system). melihatnya. Selain menyediakan
Konten dan bahan ajar ini bisa pengontrolan, CMS juga menyediakan
dalam bentuk Multimedia-based barbagai tools yang menjadikan
Content (konten berbentuk pembelajaran lebih efektif dan efisien,
multimedia interaktif) atau Text- seperti menyediakan layanan untuk
based Content (konten berbentuk mempermudah upload dan share
teks seperti pada buku pelajaran) material pengajaran, diskusi online,
c. e-Learning Infrastructure chatting, penyelenggaraan kuis, survey,
(Peralatan) laporan (report) dan sebagainya.
Infrastruktur e-Learning Moodle adalah suatu course
dapat berupa personal computer content management (CMS), yang
(PC), jaringan komputer dan diperkenalkan pertama kali oleh Martin
perlengkapan multimedia. Dougiamas, seorang computer scientist
Termasuk didalamnya peralatan dan educator, untuk mengembangkan
teleconference apabila ingin sebuah learning management system di
memberikan layanan salah satu perguruan tinggi di kota Perth,
synchronous learning melalui Australia dan saat ini digunakan oleh
teleconference. universitas, lembaga pendidikan, K-12
School, bisnis dan instruktur individual
yang ingin menggunakan teknologi web
untuk pengelolaan kursusnya (Cole,
3. Learning Management System 2005).
(LMS) Moodle tersedia secara gratis di
Proses penyelenggaraan e- web pada alamat
Learning, membutuhkan sebuah (http://www.moodle.org), sehingga siapa
Learning Management System (LMS), saja dapat mendownload dan
yang berfungsi untuk mengatur tata menginstalnya. Telah diterjemahkan ke
laksana penyelenggaraan pembelajaran dalam lebih pelbagai bahasa di dunia
di dalam model e-Learning. Sering juga termasuk bahasa Indonesia, sehingga
LMS dikenal sebagai CMS (Course semakin mempermudah dalam
Management System), umumnya CMS mengembangkan aplikasi e-learning.
dibangun berbasis web, yang akan Perbandingan Learning Management
berjalan pada sebuah web server dan System berbasis Open Source.
dapat diakses oleh pesertanya melalui Moodle merupakan salah satu
web browser (web client). Server software LMS Open Source terbaik
biasanya ditempatkan di universitas atau dengan kelengkapan fitur yang
lembaga lainnya, yang dapat diakses mendukung dan sesuai dengan
darimanapun oleh pesertanya, dengan kebutuhan dunia pendidikan. Kekuatan
memanfaatkan koneksi internet. dan kelebihan Moodle tersebut tidaklah
Dalam pengembangan content terlepas dari filosofi yang digunakan oleh
dalam e-Learning, menurut Morrison pengembang Moodle. Rice IV (2006),
(2003:276) harus mengacu kepada mengemukakan bahwa Moodle
hirarki kontent yang dilandasi oleh dirancang untuk mendukung gaya

347
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

belajar yang disebut dengan social dan download materi perkuliahan, sistem
constuctionist pedagogy, yang absensi, sistem ujian dan kuis,
menggunakan gaya belajar interaktif. komunikasi serta pengaturan konfigurasi
Social constuctionist pedagogy meyakini perkuliahan dan hak akses pengguna,
bahwa orang akan belajar dengan baik, semua data berkaitan dengan semua
jika mereka berinteraksi dengan learning aktifitas di atas direkam dalam suatu
material, membangun material baru sistem basis data yang kemudian dapat
untuk materi lainnya, dan berinteraksi dianalisis dan digunakan dalam kegiatan
dengan peserta lainnya tentang material evaluasi proses pembelajaran online
tersebut. learning.
Sebagai pengembangan
MOTEDE PENELITIAN
pengelolaan pembelajaran ini digunakan
Penelitian ini merupakan penelitian
teknologi LMS Moodle berbasis open
pengembangan dan eksperimen dengan
source sebagai engine sistem LMS, hal
melakukan survey untuk memetakan
ini dipilih dan menunjukkan bahwa
kompetensi dan substansi kompetensi
Moodle termasuk yang terbaik secara
pengajaran Algoritma Pemograman,
kelengkapan fitur. Kelengkapan fiturnya
mengidentifikasi topik-topik yang sesuai
Moodle sangat mendukung dan sesuai
pembelajaran e-learning, kemudian
dengan kebutuhan dunia pendidikan dan
mendesain model awal dan uji coba
kekuatan dan kelebihannya. Bahwa
secara terbatas kemudian dilakukan
Moodle dirancang untuk mendukung
pengembangan sebuah model e-learning
gaya belajar yang disebut dengan social
melalui diskusi dengan ahli, praktisi
constuctionist pedagogy, yang
pendidikan dan praktisi e-learning.
menggunakan gaya belajar interaktif.
Kemudian dilakukan uji coba model e-
Social constuctionist pedagogy meyakini
learning yang lebih luas untuk mencari
bahwa orang akan belajar dengan baik,
umpan balik dan penyempurnaan model.
jika mereka berinteraksi dengan learning
Penelitian dilaksanakan di Jurusan
material, membangun material baru
Pendidikan Teknik Elektronika Fakutas
untuk materi lainnya, dan berinteraksi
Teknik UNP Padang. Untuk
dengan peserta lainnya tentang material
mengumpulkan data dan informasi yang
tersebut. Implementasi Moodle sebagai
diperlukan melalui studi dokumentasi
LMS dalam perkuliahan.
dan literatur, observasi, pengisian angket
Dalam kajian ini dikembangkan
oleh mahasiswa yang telah lulus mata
modul pembelajaran kursus Algorima
kuliah Algoritma Pemograman dan
Pemograman yang ditempatkan dalam
wawancara dilakukan pada dosen-dosen
sistem pengurusan pembelajaran
mata kuliah Algoritma Pemograman.
berbasis LMS yang diharapkan sesuai
Pada akhirnya Analisis data yang akan
dengan kebutuhan institusi pendidikan.
digunakan dalam penelitian ini dilakukan
Pada penelitian ini akan dikaji
dengan menggunakan metode statistika
bagaimana mahasiswa belajar dalam
untuk melihat keberkesanan sistem
model mixed, online learning dengan
pengurusan pembelajaran tersebut.
menggunakan mata kuliah algoritma
pemograman pada satu sisi dan
pembelajaran tradisional di kelas yang
PEMBAHASAN
lain. Sebagai indikator rancang bangun
tampilan pembelajaran berbasis web
Pengelolaan proses
antara lain memiliki unsur sebagai
pembelajaran dikelola dengan
berikut: (a) Pusat kegiatan mahasiswa;
menggunakan suatu sistem yang disebut
sebagai suatu community web based
dengan Learning Management System
distance learning harus mampu
(LMS) yang berfungsi sebagai pusat
menjadikan sarana ini sebagai tempat
administrasi pembelajaran online yang
kegiatan mahasiswa, dimana mahasiswa
mencakup berbagai aktifitas utama
dapat menambah kemampuan,
dosen dan mahasiswa seperti upload

348
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

membaca materi kuliah, mencari DAFTAR PUSTAKA


informasi dan sebagainya. (b) Interaksi
dalam grup; Para mahasiswa dapat Hawkridge, David.(2000). Distance
berinteraksi satu sama lain untuk Learning and Instructional Design
mendiskusikan materi yang diberikan in International Setting, dalam
dosen. Dosen dapat hadir dalam group Reiser, Rabert A., Dempsey, John
ini untuk memberikan sedikit ulasan V (Ed). Trends and Issues in
tentang materi yang diberikannya. (c) Instructional Design and
Sistem administrasi mahasiswa; dimana Technology. Upper Saddle River,
para mahasiswa dapat melihat informasi New Jersey, USA : Merril an imprint
mengenai status mahasiswa, prestasi of Prentice Hall, Inc.
mahasiswa dan sebagainya. (d)
Hefzallah, Ibrahim Michael. (2004).The
Pendalaman materi dan ujian; Dalam hal
New Educational Technologies and
ini dosen mengadakan kuis singkat dan
Learning, Springfield, Illionis, USA :
tugas yang bertujuan untuk pendalaman
Charles C Thomas Publisher, Ltd.
dari apa yang telah diajarkan serta
melakukan test pada akhir masa Khan, Badrul . (2005). Managing E-
perkuliahan. (e) Materi online diluar Learning Strategies: Design,
materi kuliah; Untuk menunjang delivery, implementation and
perkuliahan, diperlukan juga bahan evaluation. Washington :
bacaan dari web lainnya. Karenanya Information Science Publishing.
pada bagian ini, dosen dan mahasiswa Long, Huey B. (2004). E-Learning : An
dapat langsung terlibat untuk Introduction dalam Getting The
memberikan bahan lainnya untuk di Most from Online Learning, Editor
publikasikan kepada mahasiswa lainnya by Piskurich, George. M. San
melalui web. Francisco, USA : Pfeiffer, John
Wiley & Son, Inc.
KESIMPULAN Morrison, Don. (2003). E-Learning
Strategies : How to Get
Sebagai pengembangan pengelolaan Implementation and Delivery Right
pembelajaran ini digunakan Moodle First Time, Chichester, England :
berbasis Open Source sebagai engine Wiley & Sons, Inc
sistem LMS, hal ini dipilih dan Muhibbin Syah. (2002). Psikologi
menunjukkan bahwa Moodle termasuk Pendidikan dengan Pendekatan
yang terbaik secara kelengkapan fitur Baru. Bandung : Rosda karya
dan sesuai dengan kebutuhan dunia
pendidikan. Tampilan LMS tidak Nana Sudjana, dan Ahmad Rivai.(2001).
menyulitkan mahasiswa dan admin, Media Pengajaran. Jakarta : Sinar
namun disadari bahwa tampilan LMS Baru Algesindo.
tidak se-menarik local host yang dapat Newby, Timothy J, et.al.(2000).
dibuat desainer program. LMS dengan Instructional Technology for
open source dapat mengakomodasi Tecahing and Learning. Upper
seluruh kebutuhan dan layanan yang Saddle River, New Jersey, USA :
baik dalam proses pembelajaran mata Merrill an Imprint of Prentice Hall,
kuliah Algoritma Pemograman. Secara Inc.
materi pembelajaran tidak berubah sama
sekali, kelebihan menggunakan sistem Rice IV, William H. (2006). Moodle, E-
pengurusan pembelajaran dapat terus Learning Course Development : A
dipantau dan di up-date setiap saat, baik Complete Guide to successfull
oleh pengelola (admin) jaringan atau learning using
dosen. Moodel.,Birmingham, UK : Pack
Publishing.

349
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

Romi Satria Wahono. (2007). Re- Stone, David E, and Koskinen,


Thinking e-Learning, makalah Canstance L. (2002). Planning and
disampaikan dalam Seminar e- Design for High Tech Web-Based
Learning di Universitas Negei Training, Boston : Artech House
Padang, 11 Desember 2007.
Wetzel, Karen A. (2006). Developing and
Shanks, Patty and Amy Sitze. (2004). Managing a Professional
Making Sense of Online Learning, Development Distance Learning
A Guide for Beginners and the Programme : The ARL/OLMS
Truly Skeptical. San Francisco, Online Lyceum, dalam Ching,
USA : Pfeiffer, John Wiley & Son, Hsinghoo Steve at.al (Ed).
Inc. eLearning and Digital Publishing,
Netherland : Springer.

350
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

PENGETAHUAN KETERAMPILAN ICT DASAR


PELAJAR INDONESIA DI MALAYSIA

Oleh:
Erman Har
mr.ermanhar@yahoo.com
Kamisah Osman
T. Subahan Mohd. Meerah

ABSTRACT

This study aims to measure the stage of proficiency, knowledge, attitudes and use of
basic ICT Indonesian students in Malaysia, Indonesia comparing student knowledge stage
of ICT based on demographics (sex), and see the contribution of knowledge, skills and
attitudes towards the use of ICT. A total of 45 Indonesian student people who have been
randomly selected to respond to instruments given to them, the level of reliability
instrument is between 0.79 to 0.87. The data were analyzed descriptively (min and
standard deviation) and inference (t- test and multiple regression). The study shows that
unlicensed Indonesian students ICT skills are at a simple stage, knowledge of Indonesian
students are at a low stage, when the attitude and the use of ICT is at high stage. Exam
Results-t show any significant difference of ICT knowledge Indonesian students by gender
(male and female). Multiple Regression shows that there is contribution of three
variables (knowledge, skills) toward the use of ICT. Implications of the study, knowledge
of ICT is indispensable for finding information according to academic interest, for it needs
to do a test of the Indonesian students about ICT knowledge, before they began to follow
the lectures in Malaysia, for those who do not pass on the knowledge of ICT, they are
required to attend courses of ICT so that they have the knowledge and skills that can be
used in order to complete the studies smoothly and in accordance with the time allowed.

Keywords: Basic ICT Skills

PENGENALAN

Pada era digital dan globalisasi ini, web adalah konsep yang
perkembangan teknologi informasi dan mengintegrasikan teknologi informasi
komunikasi menuntut agar perubahan dan komunikasi (Information and
dilaksanakan untuk metode pengajaran Communication Technology (ICT)) dalam
dan pembelajaran. Perkembangan terkini sistem pendidikan.Laporan pendidikan
menunjukkan bahwa teknologi informasi yang dikeluarkan oleh UNESCO (2002)
dan komunikasi (ICT) alat untuk mengenai ”teacher and teaching in a
mempercepat penyebaran dan changing world” menguraikan tentang
menyimpan informasi, seterusnya implikasi radikal dari teknologi informasi
membantu pelajar mendapatkan dan komunikasi baru terhadap metode
pengetahuan baru (Lechner & Boli belajar dan mengajar konvensional.
2000). Sekarang kita berada di dalam Menurut laporan tersebut diprediksi
era teknologi informasi dan komunikasi bahwa akan terjadi transformasi proses
(IT & ICT). IT & ICT adalah dikaitkan belajar mengajar dan cara guru dan
dengan penggunaan komputer dan siswa dalam mengakses informasi dan
bagaimana informasi boleh disampaikan pengetahuan. Perkembangan Internet
dan diterima dengan cepat. Pengajaran yang begitu cepat telah mengubah
dan pembelajaran (P&P) berasaskan banyak aspek dalam proses komunikasi

351
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

data komputer, setelah jaringan internet sebagai sumber pembelajaran; (b) Biaya
barubah menjadi jaringan global, banyak yang diperlukan masih relative mahal
aplikasi baru berkembang untuk untuk tahap-tahap awal; (c) Belum
menunjang keefektifan dan kefleksibelan memadainya perhatian dari berbagai
lintas data dalam jaringan internet, dan pihak terhadap pembelajaran melalui
Internet berubah menjadi topik yang Internet dan (d) Belum memadainya
selalu up to date untuk dibicarakan pada infrastruktur pendukung untuk daerah-
tingkat riset dan materi perkuliahan di daerah tertentu (Soekartawi, 2003).
perguruan tinggi diseluruh dunia. Selain kendala dan hambatan ini,
Perubahan yang amat pesat ini akhirnya kelemahan lain yang dimiliki oleh sistem
mengubah pola pemafaatan internet oleh e-learning ini yaitu hilangnya nuansa
perguruan tinggi, yang semula hanya pendidikan yang terjadi antara pendidik
digunakan untuk riset, menjadi sarana dengan peserta didik, karena yang
untuk mempublikasikan hasil riset menjadi unsur utama dalam e-learning
tersebut, dan akhirnya bagaimana adalah pembelajaran. Victor Jeurissen
memanfaatkan jaringan ini sebagai (2004) dari IBM, telah mendefinisikan e-
sarana dalam proses pendidikan. Ide-ide Pembelajaran sebagai penggunaan
tentang pemanfaatan jaringan global ini teknologi berinovasi dan model
sebagai sarana pengajaran telah pembelajaran yang dapat menukarkan
melahirkan banyak hal, yang semula cara seseorang dan juga organisasi
hanya berupa CBT (Computer-Based memperolehi kemahiran dan menambah
Training) menjadi WBT (Web-Based pengetahuan yang baru.
Training)(Horton, 2000). Permasalahannya adalah sejauhmana
Pendidikan pada dasarnya pelajar Indonesia dapat menggunakan
merupakan suatu proses komunikasi ICT dalam proses pembelajarannya.
informasi dari pendidik kepada peserta
didik yang berisi informasi-informasi
pendidikan, yang memiliki unsur pendidik TUJUAN DAN OBJEKTIF
sebagai sumber informasi, media Kajian ini bertujuan untuk
sebagai sarana penyajian ide, gagasan mengukur tahap keterampilan,
dan materi pendidikan serta peserta didik pengetahuan, sikap dan penggunaan
itu sendiri (Oetomo, 2004). ICT dasar pelajar Indonesia di Malaysia,
Permasalahannya adalah apakah para membandingkan tahap pengetahuan
pelajar Indonesia mempunyai pelajar pelajar Indonesia tentang ICT
pengetahuan tentang ICT. Beberapa berdasarkan demografi (Jantina), dan
bagian unsur ini mendapat sentuhan melihat sumbangan pengetahuan,
media teknologi informasi, sehingga keterampilan dan sikap terhadap
mencetuskan lahirnya ide tentang e- penggunaan ICT. Oleh sebab itu objektif
learning (Utomo, 2001). E-Learning kajian ini adalah sebagai berikut:
berarti pembelajaran dengan
menggunakan jasa bantuan perangkat 1. Mengetahui tahap pengetahuan,
elektronika, khususnya perangkat keterampilan, dan sikap pelajar
komputer (Soekartawi, 2003). Karena itu Indonesia tentang ICT
e-learning sering juga disebut on-line 2. Membandingkan tahap
course. Dalam berbagai literature e- pengetahuan pelajar tentang ICT
learning tidak dapat dilepaskan dari berdasarkan demografi (Jantina)
jaringan Internet, karena media ini yang 3. Menentukan sumbangan
dijadikan sarana untuk penyajian ide dan pengetahuan, kemahiran dan sikap
gagasan pembelajaran. Namun dalam terhadap penggunaan ICT
perkembangannya masih dijumpai
kendala dan hambatan untuk
mengaplikasikan sistem e-learning ini,
antara lain : (a) Masih kurangnya
kemampuan menggunakan Internet

352
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

menyelesaikan masalah yang diberi. Law


et al. (2002). Dapatan kajian beliau
PERSOALAN KAJIAN membuktikan pelajar bersikap lebih
positif, mereka berupaya mempelajari
1. Apakah tahap pengetahuan, kemahiran literasi maklumat dengan
keterampilan, dan sikap pelajar menggunakan internet, mereka bentuk
Indonesia tentang ICT laman web bagi mempersembahkan
2. Adakah terdapat perbedaan yang projek mereka. Di samping itu, mereka
signifikan pengetahuan pelajar juga berupaya untuk berfikir secara kritis,
Indonesia tentang ICT berdasarkan belajar dari pelbagai sumber, serta
demografi (Jantina) berupaya belajar dari komuniti mereka
3. Sejauh manakah terdapat dengan saling hormat menghormati idea
sumbangan pengetahuan, di antara satu sama lain.
keterampilan dan sikap terhadap Melalui Teknologi Informasi dan
penggunaan ICT Komunikasi (ICT), seseorang itu dapat
menikmati kelebihan dan faedah-
faedahnya dalam semua bidang, baik
HIPOTESIS pendidikan, sosial atau ekonomi. Justeru
H0.1 Tidak terdapat perbedaan yang itu, wajarlah masyarakat khususnya
signifikan pengetahuan pelajar pelajar-pelajar menguasai penggunaan
Indonesia tentang ICT ICT untuk bersaing dalam era globalisasi
berdasarkan demografi (Jantina) (Asma 2002). Sehubungan dengan
H0.2 Tidak terdapat sumbangan kemudahan dan penggunaan Internet
pengetahuan, keterampilan dan semakin meluas, pengenalan kepada
sikap terhadap penggunaan ICT metoda pengajaran dan pembelajaran
berasaskan web di harapkan dapat
KAJIAN LITERATUR memvarikan metoda P&P. Menurut
Norazah (2006), P&P berasaskan web
Kajian untuk menilai metoda yang bertujuan untuk memberikan
pembelajaran secara web melalui proses kemudahan kepada para pendidik
pengajaran secara praktis telah dikaji mengatur bahan pengajaran,
oleh Chang (2001). Tujuan kajian beliau menghasilkan lingkungan pembelajaran
ialah untuk melihat baik proses yang efektif, serta melibatkan penyertaan
pembelajaran secara web dapat aktif di kalangan pelajar dalam proses
membantu memberikan pemahaman P&P adalah sangat sesuai dijadikan
kepada pelajar sewaktu proses metoda alternatif dalam proses
pembelajaran di jalankan dan pengajaran ICT.
meningkatkan kemajuan pembelajaran di Kita perlu sadar bahawa
kalangan pelajar. Jung et al. (2002) pembangunan dan perubahan dalam
dalam kajian mereka telah mengkaji sains dan teknologi telah membawa
hubungan antara bidang akademik, banyak perubahan kepada aspek
semangat kolaboratif dan interaksi sosial ekonomi, industri, perniagaan, sosio-
terhadap kepuasan pembelajaran, budaya dan juga politik sebuah negara
penyertaan dan sikap terhadap (Mohd Yusof, 2000). Perubahan-
persekitaran P&P berasaskan web. perubahan ini menyebabkan institusi
Interaksi akademik yang dimaksudkan pendidikan mau tidak mau terpaksa
meliputi interaksi di antara pelajar dan menggunakan dan mempunyai
sumber pembelajaran atas talian di keterampilan dalam IT & ICT supaya
samping interaksi pelajar dan guru, pelajar-pelajar memperolehi ilmu
manakala interaksi kolaboratif dalam pengetahuan dengan cara yang paling
kalangan pelajar dapat terjadi apabila efektif dan seterusnya dapat bersaing
sekumpulan pelajar bekerjasama dalam dalam pasaran pekerjaan apabila
menyelesaikan sesuatu topik atau meninggalkan alam pendidikan. Clement
berkongsi idea dan bahan-bahan untuk (1981) mendapati bahawa pelajar yang

353
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

bersikap positif terhadap komputer dapat dan inferensi ujian-t, ANOVA sehala dan
menguasai kemahiran komputer dengan Regresi berganda untuk menjawab
cepat. Manakala, Tan (1987) mendapati persoalan kajian. Sebelum analisis data
bahawa sikap seorang pelajar terhadap dilakukan maka perlu dilihat reliability
komputer dapat memberi kesan kepada item-item instrumen pelajar dengan
tahap literasi dan tahap kemahiran melihat Alfa Cronbach, didapati nilai
komputer. reliability instrumen iaitu antara α = 0.79
Sekiranya para pelajar dapat hingga α = 0.87. Penganalisisan data
berfikiran positif dan siap menerima adalah mengikut objektif kajian dan
hambatan-hambatan dan dugaan IT & hipotesis-hipotesis yang dibina, dua
ICT, ianya boleh memberikan manfaat peringkat analisis iaitu analisis deskriptif
yang besar dalam kehidupan dan masa (min dan peratusan), dan analisis
mendatang. Pendapat ini turut disokong inferensi iaitu ujian- t, ANOVA sehala
oleh seorang pengkaji dalam bidang IT dan Regresi berganda.
(Zoraini, 1997 ) yang menjelaskan
bahwa : “Kini kita tidak boleh menoleh ke
belakang. Jalan ke hadepan akan HASIL PENELITIAN
menuju ke dunia teknologi informasi. Profil Responden
Mereka yang senantiasa memperbaharui
Bagian ini menjelaskan latar
pengetahuan dan keterampilan mereka
belakang responden mengikut umur,
akan maju dalam masyarakat di masa
Jenis kelamin, SSE. Kajian ini
depan.”
melibatkan 45 orang pelajar Indonesia,
Pendekatan pembelajaran secara
dengan pengambilan responden secara
simulasi amat bersesuaian bagi
acak di Malaysia yang menunjukkan
menerapkan keterampilan secara
bahwa: 62.2 % perempuan dan 37.8 %
bertanggungjawab. Quinn (1993) dan
lelaki, status sosial ekonomi (SSE)
Magnusson & Palincsar (1995) misalnya
didominasi oleh SSE sederhana 60.0 %,
telah mendapati bahawa penggunaan
24.4 % SSE tinggi dan hanya 15.6 %
simulasi komputer di dalam proses
SSE rendah seperti tabel 1.1
pembelajaran mampu meningkatkan
keterampilan pelajar untuk
Tabel 1.1. Profil Responden, Frekuensi,
menyelesaikan sesuatu masalah yang
Peratusan, Berdasarkan demografi dan
diberikan dengan efektif. Simulasi
Kategori
berkomputer juga mampu meningkatkan
Frekuen Peratusan
motivasi, mengurangkan berlakunya Demografi
Kategori
si (%)
Responden
salah konsep dalam pembelajaran, (N)
mengintegrasikan informasi dengan Umur 20-29 tahun 16 35.6
30-39 tahun 8 17.8
efektif serta meningkatkan peluang 40-49 tahun 15 33.3
berlakunya pembelajaran yang lebih 50-59 tahun 6 13.3
bermakna (Mayes, 1992 & Gokhale, Total 45 100.0
1996). Jenis Lelaki 17 37.8
kelamin Perempuan 28 62.2

Total 45 100.0
METODOLOGI SSE Tinggi 11 24.4
Kajian ini merupakan kajian Sederhana 27 60.0
Rendah 7 15.6
tinjauan, dengan menggunakan Total 45 100.0
instrumen sebagai alat pengumpulan
data utama, populasi kajian pelajar
Persoalan kajian 1 Apakah tahap
Indonesia yang berada di Malaysia,
pengetahuan, keterampilan, dan sikap
pengambilan sampel secara acak dan
pelajar Indonesia tentang ICT
penentuan jumlah sampel secara
proporsional sampling. Sejumlah 45
Hasil kajian menunjukkan bahwa tahap
orang pelajar Indonesia telah memberi
pengetahuan pelajar Indonesia tentang
respons. Analisis data secara deskriptif

354
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

ICT di Malaysia pada tahap yang t sig H0. ditolak 0.019< 0.05
sederhana, keterampilan tentang ICT Dapatan ujian-t tentang pengetahuan
berada pada tahap rendah, manakala ICT daripada pelajar Indonesia di
sikap dan penggunaan ICT berada pada Malaysia memamerkan terdapat
tahap yang tinggi, bagaimanapun rata- perbezaan yang signifikan antara pelajar
rata pengetahuan, keterampilan, sikap lelaki dengan pelajar perempuan (t=-
dan penggunaan ICT pelajar berada 2.351, p=0.019). Keputusan kajian H01,
pada tahap sederhana seperti tabel 1.2 ditolak dengan ujian-t (p=0.019<0.05),
ertinya terdapat perbezaan yang
Tabel 1.2. Skor Min Pengetahuan, signifikan antara pelajar lelaki dengan
Keterampilan, Sikap dan Penggunaan ICT pelajar perempuan, tentang
Pelajar Indonesia. pengetahuan ICT dengan skor min
Skor pelajar lelaki (skor min= 4.11, SD=0.68)
Kategori Standard
Min Interpretasi berbanding skor min pelajar perempuan
tentang ICT Deviasi
(N=45)
(skor min=4.27, SD=0.49) dengan lain
Pengetahuan 3.62 0.73 Sederhana
Keterampilan 2.07 0.82 Rendah
perkataan, pengetahuan ICT pelajar
Sikap 3.85 0.64 Tinggi perempuan lebih tinggi berbanding
Penggunaan 3.73 0.71 Tinggi dengan pengetahuan ICT pelajar lelaki.
Rata-rata 3.32 0.72 Sederhana Persoalan kajian 3. Sejauhmanakah
terdapat sumbangan pengetahuan,
Persoalan kajian 2. Adakah terdapat keterampilan dan sikap terhadap
perbedaan yang signifikan pengetahuan penggunaan ICT
pelajar Indonesia tentang ICT
berdasarkan demografi (Jantina) H0.2 Tidak terdapat sumbangan
pengetahuan, keterampilan dan
H0.1 Tidak terdapat perbedaan yang sikap terhadap penggunaan ICT
signifikan pengetahuan pelajar
Indonesia tentang ICT berdasarkan Sumbangan pengetahuan, keterampilan
demografi (Jantina) dan sikap terhadap penggunaan ICT,
Analisis regresi berganda dengan
Perbezaan pengetahuan ICT pelajar menggunakan metoda stepwise
Indonesia berdasarkan Jantina seperti memperlihatkan sembangan yang
dipamerkan pada Tabel 1.3. signifikan seperti dipamerkan tabel 1.4
Tabel 1.3. Dapatan Ujian-t Perbezaan
Pengetahuan ICT Pelajar Indonesia
Berdasarkan Jantina
Ujian independent sample t test
Jantina N Min t Sig
Pengeta Lelaki 17 4.11 -2.351
huan ICT 019
Perempuan 28 4.27
*Sig. Aras 0.05

Tabel 1.4. Analisis regresi berganda bagi pengetahuan, keterampilan dan sikap yang
menyumbang kepada penggunaan ICT
Elemen tentang Ralat
B Beta t Sig r R2 Sumbangan
ICT Piawai
Pengetahuan ICT 0.157 0.043 0.170 3.655 0.000 0.180(a) 0.030 3.0%
Ketrampilan ICT 0.128 0.062 0.096 2.071 0.039 0.204(b) 0.037 0.7%
konstan 2.162 0.326
R Berganda = 0.042
R Kuasa dua = 0.037
Ralat = 0.502

355
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

Tabel 1.4(a) Analisis Varians


Derjat
Jumlah Min Kuasa
Sumber Kebebasan F Sig.
Kuasa Dua Dua
(DK)
Regression 3.79 1 3.79 14.95 .000(a)
Residual 113.51 43 0.25
Jumlah 117.30 44
Regression 4.87 2 2.44 9.67 .000(b)
Residual 112.42 42 0.25
Jumlah 117.30 44

Tabel 1.4 menunjukkan bahwa penambahan terhadap penggunaan ICT


daripada kedua-dua pemboleh ubah pelajar sebanyak 0.096 unit.
bebas iaitu pemboleh ubah pengetahuan Melalui tabel 1.4 (a) analisis
ICT dan keterampilan ICT pelajar kedua- varians mendapati nilai F = 9.678 (DK=2,
dua daripada pemboleh ubah memberi 446) dan signifikan pada paras p (Sig.p =
sumbangan ataupun pengaruh secara 0.000 <0.001). Sebagai penjelasan, nilai
signifikan terhadap penggunaan ICT R2 = 0.037 persen merujuk kepada
sejumlah 3.7 persen. Pemboleh ubah sumbangan keseluruhan dua (2)
tertinggi yang memberi sumbangan pemboleh ubah yang diamati iaitu
terhadap penggunaan ICT iaitu pengetahuan ICT = 3.0 peratus dan
pengetahuan ICT (3.0 persen) dan keterampilan ICT = 0.7 peratus. Secara
keterampilan ICT (0.7 keseluruhan kedua-dua pemboleh ubah
persen).Keputusan kajian menunjukkan bebas yang memberi sumbangan secara
korelasi antara pemboleh ubah signifikan terhadap penggunaan ICT
bersandar penggunaan ICT dan pelajar Indonesia dapat dibentuk
keseluruhan kumpulan pemboleh ubah berasaskan persamaan regresi seperti
bebas adalah 0.042 (R Berganda). berikut:
Kadar varians pada pemboleh ubah yang
bersekutu secara signifikan dengan Y = 2.162 + 0.170 X1 + 0.096 X2 + 0.326
semua pemboleh ubah bebas dapat
dijelaskan melalui kuasa yang Dimana:
menerangkan model regresi dengan nilai Y = Penggunaan ICT
R2 adalah 3.7 peratus. Sumbangan X1 = Pengetahuan ICT
utama dan tertinggi bagi penggunaan X2 = Keterampilan ICT
Konstan = 2.162
ICT pelajar ialah pengetahuan ICT (Beta
Ralat Piawai = 0.299
= 0.170, t =-3.655 dan Sig. p= 0.000) dan
memberi sumbangan sebanyak 3.0
PENUTUP
persen. Keadaan ini boleh ditunjukkan
Perbedaan pengetahuan tentang
apabila skor pengetahuan ICT
ICT antara pelajar perempuan dengan
bertambah sebanyak satu unit
pelajar lelaki berkemungkinan, pelajar
menyebabkan penggunaan ICT juga
perempuan lebih tekun berbanding
bertambah sebanyak 0.170 unit.
pelajar lelaki. Sumbangan pengetahuan
Manakala pemboleh ubah kedua
ICT dan keterampilan ICT terhadap
terpenting yang memberi sumbangan
penggunaan ICT dalam kajian ini turut
sebanyak 0.7 persen terhadap
memberi sumbangan terhadap khsanah
penggunaan ICT ialah keterampilan ICT
ilmu pengetahuan khususnya ICT hasil
pelajar (Beta = -0.096, t = -2.071 dan sig.
kajian ini turut juga disokong oleh kajian
p = 0.039). Dalam ertikata lain apabila
Zoraini (1997) Sekiranya para pelajar
skor keterampilan ICT bertambah satu
dapat berfikiran positif dan siap
unit turut memberi kesan kepada
menerima hambatan-hambatan dan
dugaan IT & ICT, ianya boleh

356
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

memberikan manfaat yang besar dalam Law. N., Y. Lee & A. Chow. 2002.
kehidupan dan masa mendatang. Practice characteristics that lead to
Pendapat ini turut disokong oleh seorang 21st century learning outcomes.
pengkaji dalam bidang IT yang Journal of Computer Assisted
menjelaskan bahwa : “Kini kita tidak Learning. 18: 415-426 Blackwell
boleh menoleh ke belakang. Jalan ke Science Ltd.
hadepan akan menuju ke dunia teknologi
Lechner, F. J. & Boli, J. 2000. The
informasi. Mereka yang senantiasa
globalization reader. Oxford:
memperbaharui pengetahuan dan
Blackwell Publisher
keterampilan mereka akan maju dalam
masyarakat di masa depan.” Utomo, Junaidi. 2001. Dampak Internet
Calon-calon pelajar yang hendak Terhadap Pendidikan :
melanjutkan pelajaran ke luar negera Transformasi atau Evolusi, Seminar
yang belum lulus tentang pengetahuan Nasional Universitas Atma Jaya
ICT di sarankan untuk dapat mengukuti Yogyakarta, 7 April 2001.
kursus-kursus yang bertalian dengan ICT
Oetomo, B.S.D dan Jarot Priyogutomo
sehingga dapat mengikuti kuliah di luar
2004 Kajian Terhadap Model e-
negara dengan lancar dan sukses sesuai
Media dalam Pembangunan Sistem
waktu yang ditentukan.
e-Education, Makalah Seminar
Nasional Informarika 2004 di
Daftar Pustaka Universitas Ahmad Dahlan
Yogyakarta pada 21 Februari 2004.
Annonymous (2002). Information and
Comunication Technologies in Norazah, M,.N,. & Ngau, N,.H 2009.
Teacher Education (A Planning Pembangunan dan Penilaian
Guide) UNESCO, Paris Bahan Pengajaran dan
Pembelajaran Berasaskan Web –
Chang, Chi-Cheng. 2001. A study on the Webquest bagi Mata Pelajaran ICT.
evaluation and effectiveness Jurnal Pendidikan Malaysia
analysis of webbased learning 34(1)(2009): 111 – 129
portfolio (WBLP). British Journal of
Educational Technology; 32(4): Magnusson, S. J., & Palincsar, A. (1995).
435-459. The learning environment as a site
of science education reform.
Clement F.J., (1981). Computerphobia: Theory into Practice, 34(1), 43-50.
What to do about it? Education
Technology. Mayes, R. L. (1992). The effects of using
Horton, William, 2000 Designing Web software tools on mathematical
Based Training, John Wiley & Son problem solving in secondary
Inc. USA, 2000. schools. School Science and
Mathematics, 92(5), 243-248.
Gokhale, A. A. (1996). Effectiveness of
computer simulation for enhancing Mohd Yusof Othman (2000). Globalisasi:
higher order thinking. Journal of Imperialisme Baru Abad Ini,
Industrial Teacher Education, Muhadharah Pemikiran Islam, siri
33(4), 36-46. 1, Percetakan Yayasan Islam,
Terengganu.
Jung, Insung Choi & Seonghee Lim,
Cheolil. 2002. Effects of Different Soekartawi, 2002 Prospek Pembelajaran
Types of Interaction on Learning Melalui Internet, Bahan
Achievement, Satisfaction and Ceramah/Makalah
Participation in Web-Based disampaikanpada Seminar yang
Instruction. Source: Innovations in diselenggarakan oleh Balitbang
Education & Teaching International; Depdiknas, Jakarta, 18 Desember
39(2): 153-163. 2002.

357
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

Victor Jeurissen 2004 IBM tackles Quinn, C. N. (1993). Cognitive skills and
learning in the workplace(Nov 8, computers: "Framing" the link.
2004); Proceedings of the Fifth
International Conference on
Tan Keng Hee (1987). Keberkesanan
Thinking, Townsville, Australia.
aktiviti-aktiviti kesedaran dan kenal
faham komputer di kalangan Zoraini Wati Abas. 1997 Internet: Naluri
sekumpulan pelajar sekolah Ingin Tahu Perlu Dipupuk, Utusan
mnenengah. Tesis Megabait, Utusan Malaysia.
Sarjana:Universiti Sains Malaysia. (September 25, 1997)

358
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

MODEL ID PBL MathS-Set: APLIKASI PBL,


MATEMATIK & MULTIMEDIA INTERAKTIF

Oleh:
Faridah Hanim Yahya *)
fhyzul@yahoo.com / faridah.hanim@ipteknik.edu.my

ABSTRACT

Instruction Design (ID) Model for PBL MathS-Set courseware was designed and
developed as a guide to produce an effective interactive multimedia teaching and learning
material for Set topic in Mathematics. This model consists of learning theories,
Mathematical approach, holistic development, teaching and learning using interactive
multimedia, teaching planned and comprehensive based on modules and teaching
sequence. Characteristics of PBL were also embedded in the courseware such as
Authentic Problem Scenario, project based on scenario, PBL process and group work.
Reasoning Level Diagnostic Test was conducted to form heterogeneous groups of
students for PBL activities. These groups were mixed of two types of reasoning:
Hypothetical Deductive (HD) and Empirical Inductive (EI). Multimedia elements such as
graphics and animation, were also embedded in the courseware to support thinking and
reasoning skills using Venn diagram. A quasi-experimental approach was conducted as a
usability testing on PBL MathS-Set courseware at a technical secondary school in
Malaysia. A total of 51 form four students involved in the study. Findings of the study
showed that there was a significant difference in achievement between experimental and
control group. Therefore, the usage of interactive multimedia PBL MathS-Set courseware
is able to increase students’ performance and suitable to be used as an effective teaching
and learning material for Set topic in Mathematics.
Keywords: PBL, Authentic Problem Scenario, PBL Process, Interactive Multimedia

*) Jabatan Teknologi Pendidikan, Institut Pendidikan Guru Kuala Lumpur Malaysia

PENDAHULUAN

Model Reka Bentuk Berarahan dirancang dengan lebih cekap dan


(Instructional Design, ID) bertujuan untuk berkesan.
memastikan pembangunan sesebuah
aplikasi multimedia seperti perisian Perisian Kursus PBL MathS-Set
kursus, dapat menepati spesifikasi diterapkan dengan pendekatan
keperluan pengguna dan mencapai Pembelajaran Berasaskan Masalah atau
objektif pembangunannya. Menurut Problem Based Learning (PBL) bagi
Gustafon dan Branch (2002), ID ialah topik Set dalam subjek Matematik di
sebuah sistem prosedur untuk sekolah menengah di Malaysia. PBL
membangunkan sebuah program berbeza dengan pendekatan pengajaran
pendidikan latihan secara konsisten dan konvensional kerana PBL menggunakan
boleh dipercayai. Gustafon dan Branch masalah autentik atau masalah sebenar
berpendapat, ID ialah suatu proses sebagai titik permulaan. Menurut
kompleks yang kreatif, aktif dan Barrows dan Tamblyn (1980), konsep
sistematik serta mempunyai fungsian PBL melibatkan pembelajaran
ulangan. Pereka ID mempercayai berasaskan proses memahami ataupun
penggunaan prosedur reka bentuk yang proses menyelesaikan masalah autentik
sistematik membolehkan pengajaran tersebut. Pelbagai pendidik dan
penyelidik berpendapat, pendekatan PBL

359
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

merupakan penyelesaian masalah yang bermakna. Model ID Perisian Kursus


dihadapi dalam sistem pembelajaran PBL MathS-Set dibina berasaskan Model
konvensional yang kurang menekankan ADDIE. Model tersebut merangkumi lima
aspek pembinaan pengetahuan (Duffy & fasa utama iaitu Analisis, Reka Bentuk,
Cunningham 2001; Faridah Hanim 2010; Pembangunan, Implementasi dan
Ward & Killian 2011). Ronis (2008) Penilaian. ADDIE adalah singkatan bagi
berpendapat, pengajaran matematik Analysis, Design, Development,
secara konvensional kurang berkesan Implementation dan Evaluation.
kerana diajar secara terasing dan tidak Konsepsi bagi Model ID PBL MathS-Set
dikaitkan dengan mata pelajaran lain dapat dilihat dalam Rajah 1. Model ID
serta kehidupan pelajar. Lambros (2004) PBL MathS-Set direka bentuk
pula menegaskan bahawa sistem berdasarkan unsur seperti berikut:
pembelajaran konvensional kurang
berkesan kerana tidak dikaitkan dengan (i) Teori Pembelajaran
kerjaya masa depan pelajar.
Perisian kursus PBL MathS-Set
Melalui PBL, pelajar terlibat secra menekankan pendekatan eclectic iaitu
mendalam dalam proses pembelajaran gabungan ketiga-tiga teori pembelajaran
(deep learning) yang menyokong iaitu teori tingkah laku, teori kognitif dan
pembinaan pengetahuan secara teori konstruktivisme dalam
konseptual dan tidak membina sesuatu menghasilkan bahan pengajaran
konsep secara hafalan semata-mata. multimedia (Alessi & Trollip 2001; Alonso
Aplikasi teknologi multimedia interaktif et al. 2005). Perisian kursus tersebut
berupaya merealisasikan senario memberi tumpuan khusus kepada
permasalahan sebenar daripada beberapa aspek seperti menyatakan
golongan pengamal (practitioners) yang objektif atau hasil pembelajaran,
ada kaitannya dengan kerjaya masa mempelbagaikan latihan, memberi
depan pelajar. Di samping itu, aplikasi maklum balas, mengarahkan perhatian
teknologi multimedia interaktif juga pelajar, membantu proses pengekodan
membolehkan strategi scaffolding dan capaian maklumat, mengadakan
diterapkan dalam reka bentuk perisian pelbagai aktiviti prapengajaran,
kursus tersebut. Strategi ini bertujuan mempersembahkan kandungan berserta
untuk membimbing pelajar dengan pelbagai contoh, melibatkan
menyelesaikan masalah PBL serta penyertaan pelajar dan mengadakan
membantu mereka mengukuhkan lagi penilaian serta aktiviti susulan.
pembinaan pengetahuan baru. Oleh itu,
perisian kursus PBL MathS-Set (ii) Pendekatan Matematik
merangkumi tiga ciri utama PBL iaitu
masalah autentik, proses PBL dan kerja Pembangunan perisian kursus ini turut
kumpulan. Di samping itu, pembinaan menerapkan unsur kaedah pengajaran
perisian kursus ini juga menekankan dan pembelajaran matematik yang
kemahiran berfikir menggunakan gambar menekankan pelbagai ciri PBL yang
rajah Venn bagi topik Set. ditetapkan. Kaedah induktif, inkuiri
penemuan dan kerja projek dipilih
disebabkan beberapa faktor seperti
Model Reka Bentuk Berarahan (ID) menggalakkan pelajar membina konsep
Perisian Kursus PBL MathS-Set matematik yang baru, mengaitkan
konsep matematik dengan kehidupan
Reka bentuk model ID bertujuan untuk seharian, melibatkan aktiviti penyiasatan
melicinkan proses pembangunan dan penerokaan serta merangsang
perisian kursus multimedia PBL MathS- proses kerja kumpulan. Di samping itu,
Set, supaya membolehkan pelajar penekanan turut diberikan kepada
memahami segala konsep dalam topik sukatan pelajaran matematik tingkatan
Set dalam subjek Matematik secara lebih empat.

360
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

(iii) Perkembangan Holistik pelbagai modul yang dibina dalam


perisian ini.
Perkembangan holistik merangkumi tiga
aspek penting iaitu: kognitif, afektif dan (iv) Pengajaran dan Pembelajaran
psikomotor. Aspek kognitif diperteguhkan Melalui Multimedia Interaktif
dengan sokongan gabungan pelbagai
elemen multimedia seperti teks, audio, Perisian PBL MathS-Set juga telah
video, grafik dan animasi yang berupaya dibangunkan berasaskan unsur
memberi kesan terhadap perkembangan interaktiviti untuk membenarkan pelajar
kognitif pelajar (Mayer 2005). Aspek mengawal isi kandungan pembelajaran
afektif pula, menekankan faktor motivasi mereka serta membolehkan mereka
intrinsic yang terhasil setelah pelajar menjelajah ke seluruh modul perisian
menyelesaikan tugasan berkaitan tersebut menggunakan pelbagai butang
senario permasalahan autentik yang navigasi yang disediakan. Melalui
dikaitkan dengan kerjaya masa depan kemudahan yang disediakan ini, pelajar
pelajar (Hmelo-Silver et al. 2007). boleh mengulangi menjelajah segala
Manakala, segala aktiviti pergerakan modul yang disediakan mengikut
yang dilakukan oleh pelajar seperti keperluan mereka.
menaip, mengelik dan mengheret tetikus Perisian pengarangan yang digunakan
semasa proses penyelesaian masalah perlu menyediakan kemudahan
merupakan aspek psikomotor yang interaktiviti yang menyokong konsep
diterapkan kepada pelajar melalui Pembelajaran Kadar Kendiri serta
Pembelajaran Akses Kendiri.

Rajah 1 Model ID perisian kursus PBL MathS-Set

361
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

persilangan dan kesatuan bagi Set


(a) Masalah Autentik dari Profesional apabila menjelajahi modul berkaitan
Senario permasalahan autentik dikaitkan dengan pembinaan konsep Set yang
dengan kerjaya bidang kejuruteraan terdapat dalam perisian PBL MathS-Set.
awam yang mempunyai hubungan Seterusnya, pelajar menggunakan
dengan kerjaya masa depan pelajar. kaedah penyelesaian menggunakan
Senario ini dibahagikan kepada enam gambar rajah Venn dalam laporan kerja
babak kecil iaitu memo daripada Ketua projek sebagai satu kaedah
Jabatan, surat daripada klien, rakaman penyelesaian.
klip audio, klip video, dokumen daripada
Rak Peta dan Fail Jurutera. Pelajar yang (c) Proses PBL
terlibat dalam kajian ialah pelajar
tingkatan empat jurusan kejuruteraan Proses untuk menyelesaikan masalah
awam. Peranan utama yang diberikan autentik melibatkan penggunaan borang
kepada pelajar ialah sebagai jurutera proses PBL yang dikenali sebagai
perunding kejuruteraan awam yang baru FNIPIS iaitu Senarai Fakta (Fact List),
berkhidmat di sebuah syarikat Perlu diketahui (Need To Know), Isu
pembinaan. Tugasan pertamanya ialah Pembelajaran (Learning Issues),
mereka bentuk asas pembinaan Penyelesaian yang Mungkin (Possible
menggunakan tiga jenis cerucuk Solution), Isu Pembelajaran Baru (New
(silinder, segi empat dan gerudi), untuk Learning Issues) dan Penyelesaian Akhir
empat buah bangunan yang berbeza (Final Solution). Borang FNIPIS secara
ketinggiannya. Pemilihan cerucuk adalah elektronik dibangunkan dalam perisian
berdasarkan syarat-syarat pembinaan kursus. Maklumat yang terkumpul
seperti jarak pembinaan bangunan dari daripada senario tersebut, digunakan
kawasan perumahan serta jenis tanah di oleh pelajar untuk mempelajari konsep
kawasan pembinaan tersebut. matematik bagi topik Set.
Seterusnya, pelajar dikehendaki
menyediakan laporan tentang perkara (d) Kemahiran Berfikir dan Menaakul
seperti berikut: Menggunakan Gambar Rajah Venn

i. Jenis cerucuk yang sesuai Kemahiran berfikir dan menaakul


digunakan untuk setiap bangunan menggunakan gambar rajah Venn dikaji
berdasarkan syarat pembinaan berdasarkan lima konstruk iaitu:
yang ditetapkan. menyiasat, membanding dan
ii. Kos pembinaan yang paling membezakan, menganalisis hubungan,
ekonomik untuk dicadangkan mengklasifikasi serta membuat
kepada klien, termasuk gaji pekerja keputusan. Pelbagai elemen mutimedia
berdasarkan jumlah hari bekerja. yang diterapkan dalam perisian kursus
multimedia PBL MathS-Set seperti
Laporan yang perlu disediakan oleh penggunaan animasi untuk membantu
pelajar merupakan tugasan kerja projek, proses pengecaman kawasan dalam
yang perlu dilengkapkan mengikut rubrik gambar rajah Venn, berjaya membantu
kerja projek yang telah disediakan. pelajar untuk membina konsep Set.

(b) Projek Berasaskan Senario (e) Ujian Diagnostik Tahap Penaakulan


(UDTP)
Reka bentuk senario turut mengambil
kira kerja projek sebagai teknik Ujian diagnostik UDTP bertujuan untuk
pengajaran menggunakan pendekatan membentuk kumpulan pembelajaran
PBL. Ini bermakna, maklumat yang koperatif berciri heterogenus.
diperoleh daripada senario, Berdasarkan skor ujian UDTP, pelajar
membolehkan pelajar membina konsep yang mempunyai jenis pemikiran
Hipotetiko Deduktif (HD) memperoleh

362
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

skor markah 16 ke atas, manakala merupakan modul yang terpenting dalam


pelajar Empiriko Induktif (EI) pula, perisian ini kerana modul tersebut
mendapat skor markah kurang daripada mengaplikasikan senario permasalahan
16. Lawson (2000) merumuskan bahawa autentik sebagai titik permulaan untuk
HD ialah istilah yang digunakan untuk pembelajaran konsep matematik
aras pemikiran yang membolehkan berasaskan topik Set. Berdasarkan
remaja meneroka lebih daripada maklumat yang terkumpul melalui
deskriptif dan boleh membina hipotesis senario permasalahan autentik ini,
untuk setiap dapatan. Lawson pelajar mengaplikasikan maklumat
merumuskan bahawa EI adalah istilah tersebut untuk membina konsep Set
yang digunakan untuk aras pemikiran dalam modul Development Concept
remaja yang membolehkan mereka Based on Scenario. Modul Revision pula
menggambarkan serta menyusun benda dibangunkan untuk membantu pelajar
yang mereka perhatikan dalam mengulangkaji konsep asas Set yang
kehidupan mereka.Bagi tujuan telah dipelajari.
pembelajaran koperatif, dibahagikan
kepada kumpulan heterogenus yang
terdiri daripada campuran pelajar jenis METODOLOGI
HD dan EI. Setelah itu, pelajar bekerja
dalam kumpulan untuk menyelesaikan Metodologi kajian kepenggunaan
senario permasalahan autentik yang perisian kursus PBL MathS-Set
dibangunkan dalam perisian. dijalankan menggunakan kaedah
eksperimen separa. Pelajar yang terlibat
(vi) Urutan Pengajaran dalam kajian ialah pelajar tingkatan
empat jurusan kejuruteraan awam di
Unsur urutan pengajaran memerlukan sebuah sekolah menengah Teknik di
perancangan yang teliti. Pemilihan Selangor, Malaysia. Pemilihan sampel
pelbagai aktiviti pengajaran dalam ditentukan oleh pihak sekolah iaitu
perisian PBL MathS-Set adalah selaras seramai 25 orang pelajar untuk
dengan reka bentuk PBL yang bercirikan kumpulan eksperimen dan 26 orang
teori konstruktivisme. Di samping itu, pelajar untuk kumpulan kawalan.
perisian kursus turut melibatkan model Kumpulan eksperimen didedahkan
scaffolding yang direka bentuk khas dengan perisian kursus PBL MathS-Set,
untuk membimbing pelajar mempelajari manakala kumpulan kawalan
konsep Set. Strategi scaffolding didedahkan dengan pengajaran secara
bertujuan untuk membimbing pelajar konvensional. Analisis statistik terhadap
membina konsep Set dan menguasai pencapaian pelajar dalam topik Set
kemahiran penyelesaian masalah serta melibatkan ujian pra dan ujian pasca.
membimbing pelajar menguasai Data tersebut dianalisis menggunakan
kemahiran berfikir dan menaakul perisian SPSS versi 15.0.
menggunakan gambar rajah Venn.
HASIL DAN PEMBAHASAN
(vii) Prototaip Perisian PBL MathS-Set
Ujian-t tak bersandar telah dijalankan
Prototaip ini dibangunkan berasaskan bagi mengesan perbezaan antara ujian
web, sesuai untuk pembelajaran dalam pasca bagi pelajar daripada kumpulan
talian menggunakan sama ada sistem eksperimen dan pelajar daripada
rangkaian Intranet di sekolah ataupun kumpulan kawalan. Dapatan ujian-t tak
melalui Internet. Prototaip PBL MathS- bersandar dapat dilihat dalam Jadual 1.
Set merangkumi lapan buah modul
utama. Modul Problem Scenario in PBL

363
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

Jadual 1 Ujian-t tak bersandar ujian pasca


Z N Min SP DK Nilai-t Nilai p
kumpulan 25 70.00 17.76 49 2.517 0.015
eksperimen
kumpulan 26 56.97 19.17
kawalan
kemahiran berfikir dan menaakul
Analisis ujian-t tak bersandar pada menggunakan gambar rajah Venn bagi
Jadual 1 menunjukkan skor min ujian topik matematik Set dan topik-topik yang
pasca bagi pelajar daripada kumpulan lain.
eksperimen ialah 70.00 (SP=17.76)
pada bilangan N= 25 dan skor min ujian Daftar Pustaka
pasca bagi pelajar daripada kumpulan
kawalan ialah 56.97 (SP=19.17) pada Alessi, S. M. & Trollip, S. R. (2001).
bilangan N=26 dan nilai kesignifikan dua Multimedia for learning: Methods
hujung, p ialah 0.015 (p=0.015 < 0.05). and development. Boston: Allyn
Disebabkan nilai p adalah lebih kecil and Bacon.
daripada 0.05, maka Hipotesis nol
Alonso, F., López, G., Manrique, D. &
ditolak. Keputusan ini bermakna,
Vińes, J. M. 2005. An instructional
terdapat perbezaan yang signifikan di
model for web-based e-learning
antara markah ujian pasca di kalangan
education with a blended learning
pelajar daripada kumpulan eksperimen
process approach. British Journal
berbanding dengan pelajar daripada
of Educational Technology Vol 36
kumpulan kawalan.
No2 Tahun 2005. Pg. 217-235.
Barrows, H.S & Tamblyn, R.M. (1980).
SIMPULAN DAN SARAN PBL: An approach to medical
education. New York: Springer
Pembangunan perisian multimedia PBL Publishing Company.
MathS-Set ialah gabungan pendekatan
Duffy, T.M & Cunningham, D. J. (2001).
pembelajaran berasaskan masalah, teori
Constructivism : Implications for the
pengajaran dan pembelajaran dan model
design and delivery of instruction.
reka bentuk pembangunan perisian
Dlm Jonassen, D. H (Eds).(2002).
multimedia, berjaya menghasilkan
Handbook of research on
sebuah perisian multimedia yang dapat
educational communications and
menjadi bahan pengajaran multimedia
technology, New Jersey: Lawrence
yang menyokong pembelajaran konsep
Erlbaum Associates, Publishers.
matematik secara mendalam,
memotivasikan pelajar melalui Faridah Hanim Yahya & Halimah
penggunaan masalah autentik dalam Badioze Zaman. (2007).
pembelajaran matematik, Preliminary analysis for
menampakkan hubungan konsep development of interactive
Matematik dengan bidang Kejuruteraan multimedia courseware using
Awam dan kehidupan seharian pelajar problem based learning for
serta hubungan mata pelajaran mathematics form 4 (PBL MathS-
matematik dengan kerjaya masa depan Set). Proceedings of 1st
pelajar. Ini bermakna, pembangunan International Malaysian Educational
perisian ini boleh dijadikan sebagai Technology Convention 2007. Pg.
panduan kepada para pembangun 397-403.
perisian dan guru, untuk membangunkan
Faridah Hanim Yahya. (2010). Learning
sebuah perisian kursus multimedia yang
Mathematical Concept Using
diterapkan dengan pendekatan
Authentic Problem Scenario in
pembelajaran berasaskan masalah, di
Rozhan M. Idrus et. al.(Eds.)
samping memberi penekanan terhadap

364
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

(2010). Electronic education: Snyder, J.D.1991. Hypothetico-


Towards an immersive learning deductive reasoning and concept
environment, New York: Pearson. acquisition: Testing a constructivist
hypothesis. Journal of Research in
Gustafon, K. L & Branch, R. M. (2002).
Science Teaching. Vol 28 No 10.
What is instructional design ? in
Tahun 1991. Pg. 953-970.
Reiser, R. A.& Dempsey, J.
V.(Eds.) (2003). Trends and issues Mayer, R.E. (2005). Cognitive Theory of
in instructional design and Multimedia Learning in Mayer, R.E.
technology, New Jersey: Pearson (Eds). (2005) The Cambridge
Education, Inc. Handbook of Multimedia
Learning.New York: Cambridge
Hmelo-Silver, C.E., Duncan, R.G, &
University Press.
Chinn, C. A. 2007. Scaffolding and
achievement in problem based and Ronis, D. (2008). Problem based
inquiry learning: A response to learning for math and science:
Krishner, Sweller and Clark (2006). Integrating inquiry and the
Educational Psychologist Vol 42 internet.(2nd.Ed). Illinois: Skylight
No2. Tahun 2007. Pg. 99-107. Training and Publishing.
Lambros, A. (2004). Problem-based Sopiah Abdullah. (2005). Kesan simulasi
learning in K-8 classrooms : A komputer berasaskan inkuiri
teacher’s guide to implementation. berserta pembelajaran koperatif
Thousands Oak, California: Corwin mengikut keupayaan heterogen
Press, Inc. (HACL) terhadap penaakul saintifik
dan pemahaman konsep bagi
Lawson, A. E. 2000. Development of
hukum-hukum gas di kalangan
scientific reasoning in college
pelajar tingkatan 4 sekolah bestari
biology: Do two levels of general
malaysia. Tesis Dr.
hypothesis-testing skills exist?
Falsafah.Universiti Sains Malaysia.
Journal of Research in Science
Teaching Vol 37 No1. Tahun 2000. Ward. L.S. & Killian, P. 2011. Virtual
Pg81-101. community internships in the
classroom: Testing an intervention.
Lawson, A. E., McElrath, C.B., Burton,
Nurse Educator. Vol 36 No1. Tahun
M.S., James, B.D., Doyle, R.P.,
2011.Pg. 40-44.
Woodward, S.L., Kellerman, L. &

365
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

366
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

INTERAKSI BIAS GENDER DALAM PENGAJARAN DAN PEMBELAJARAN


ALIRAN TEKNIKAL DI MALAYSIA

Oleh:
Fouziah Mohd *)
fouzie1519@yahoo.com.my
Ruhizan Mohd Yasin *)
dr_ruhizan@yahoo.com

Amla Mohd Salleh *) & Ramlee Mustapha **)

ABSTRACT

Pemilihan kerjaya yang tepat serta memberi hasil pulangan yang setimpal menjadi fokus
utama pelajar dan keluarga dalam merancang kerjaya. Penarikan diri dari memilih bidang
teknikal sebagai pilihan utama adalah ketara dalam kalangan pelajar perempuan. Justeru,
tujuan kertas ini adalah untuk membincangkan pengaruh interaksi bias gender yang
mempengaruhi pemilihan kerjaya dalam bidang teknikal hasil daripada kajian
menggunakan kerangka teoritikal berdasarkan kepada Teori Kerjaya Sosial Kognitif oleh
Lent et.al (1994). Kajian berbentuk tinjauan ini menggunakan instrumen soal selidik.
Kajian telah dijalankan di 17 buah sekolah menengah teknik/vokasional di Malaysia.
Pemilihan sampel dilakukan secara rawak berstrata yang melibatkan 1,436 orang pelajar
tingkatan 5. Pemprosesan data dibuat dengan menggunakan Program PASW 18.0. Data
kuantitatif dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif dan inferensi. Dapatan
kajian menunjukkan tahap interaksi bias gender yang tinggi dalam pengajaran dan
pembelajaran mata pelajaran teknikal/vokasional. Dapatan kajian juga menunjukkan
bahawa terdapat hubungan yang lemah serta kecil antara interaksi bias gender dan
matlamat pemilihan kerjaya dalam bidang teknikal. Implikasi dapatan kajian
mencadangkan agar pihak sekolah berusaha meningkatkan kesedaran guru agar
menjadikan pengajaran dan pembelajaran yang neutral bias dengan menggunakan
pendekatan pengajaran berbantukan teknologi dan informasi. Pelajar perlu meningkatkan
kesedaran mereka terhadap kemampuan diri dalam bidang teknikal melalui aktiviti seperti
carian tentang keperluan dan maklumat kerjaya di dalam internet, ceramah, lawatan dan
bimbingan. Kajian juga mendapati peranan guru teknikal perlu ditingkatkan dalam aktiviti
kaunseling kerjaya di sekolah. Selain itu, program kesedaran tentang persamaan gender
adalah kritikal diwujudkan di sekolah dengan menggalakkan penggunaan teknologi dan
informasi seperti E-Learning, multimedia dan komputer, . Ibu bapa perlu memainkan
peranan dalam menyampaikan maklumat kerjaya dalam bidang teknikal di rumah selain
daripada peranan guru di sekolah. .

Kata Kunci : kerjaya, gender, interaksi, teknikal, vokasional,

*) Universiti Kebangsaan Malaysia


**) Universiti Pendidikan Sultan Idris, Malaysia

PENDAHULUAN

Pemilihan kerjaya yang dilakukan oleh bidang kerjaya yang bersesuaian


individu mempengaruhi psikologi, emosi dilakukan selepas menamatkan
dan ekonomi seseorang. Menurut persekolahan samada darjah enam,
Ginzberg et al. (1966) pemilihan kerjaya tingkatan tiga, lima atau enam. Pada
memberi kesan kepada individu dan usia yang muda, semua pihak harus
masyarakat. Keputusan untuk memilih memandang serius terhadap pemilihan

367
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

kerjaya supaya tahap kepuasan yang berkuasa kerana ianya menyediakan


maksima dapat dicapai dalam kerjaya tempat yang selamat , dihormati dan
yang dipilih. Mohamed Sharif (2006) membangunkan akademik serta
menekankan pemilihan kerjaya personaliti mereka (Andrew 2009).
memerlukan penglibatan keluarga. Komponen yang mempengaruhi sistem
Pemilihan kerja adalah sesuatu yang komunikasi ini ialah pelajar, pentadbir
sukar dan berat untuk dilakukan (Amla et dan guru (Friedrich et al. 1976). Menurut
al. 2006). Peluang yang sama dalam Grandea (1994) mendapati aspirasi
pemilihan kerjaya untuk pelajar lelaki dan kerjaya dipengaruhi oleh aturan jantina
perempuan sangat penting. Menurut yang terbentuk di dalam bilik darjah
Amla et al. (2006), terdapat peluang melalui interaksi bahan pengajaran,
pekerjaan yang sangat luas di Malaysia sikap guru, ibubapa dan masyarakat.
dalam sektor pengeluaran, pertanian, Interaksi yang bebas bias gender
jualan, perkhidmatan, perkeranian, mengiktiraf individu dan kumpulan
profesional dan teknikal dan pentadbiran adalah berbeza,percaya terhadap
dan pengurusan. Jantina bukan menjadi potensi individu secara tersendiri, sensitif
jurang yang menghadkan bidang kerjaya terhadap kualiti dan tahap interaksi
yang ingin diceburi. Halangan dalam terhadap gender. Interaksi merupakan
pemilihan kerjaya bermakna tidak elemen yang penting dalam
mempunyai peluang dalam melibatkan keberkesanan pengajaran dan
diri dengan proses pembangunan pembelajaran. Menurut Friedrich et al.
negara. Kajian pendidikan ini akan (1976). Terdapat tiga corak interaksi
meningkatkan kefahaman terhadap dalam bilik darjah yang melibatkan
proses pengajaran dan pendidikan yang pelajar semasa aktiviti pembelajaran.
adil untuk semua pelajar ke arah Interaksi yang berlaku ialah interksi
keberkesanan sekolah sebagai institusi pelajar dengan pelajar, interaksi guru
yang berkemampuan mencorak kerjaya dengan pelajar dan interaksi pelajar
pelajar. Kajian ini juga akan dengan bahan bantu pengajaran (Mok,
menghasilkan pendekatan yang berbeza 1996). Nicaise et al. (2007) menyatakan
di sekolah sebagai sokongan kepada interaksi dalam bilik darjah mempunyai
pemilihan kerjaya dalam bidang teknikal. perkaitan dengan asas gender dalam
kalangan pelajar, jenis aktiviti fizikal dan
TEORI PENDUKUNG komposisi gender dalam kelas dan guru.
Komunikasi adalah elemen penting Menurut Hanson (1996), kesan interaksi
dalam perhubungan. Interaksi simbolik berbentuk gender lebih memberi kesan
tersebut berlaku samada verbal atau kepada perempuan berbanding dengan
bukan verbal untuk berhubung antara lelaki. Suasana pembelajaran yang
satu sama lain dinamakan komunikasi. positif menyokong keperluan pelajar
Cara interaksi adalah aspek kritikal yang bukan sahaja dari segi akademik tetapi
memberi kesan dalam pengajaran dan sosial dan personaliti. Tempat-tempat
pembelajaran Bilik darjah ialah ialah seperti bilik kelas, di mana pelajar
sebuah sistem yang terdiri daripada selesa, selamat berada dalam kalangan
komponen interaksi yang dibatasi rakan dan memotivasikan mereka untuk
sempadan yang membolehkan belajar. Suasana yang positif sangat
pergerakan masuk input dan output. berkuasa kerana ianya menyediakan
Suasana pembelajaran yang positif tempat yang selamat , dihormati dan
menyokong keperluan pelajar bukan membangunkan akademik serta
sahaja dari segi akademik tetapi sosial personaliti mereka (Andrew 2009).
dan personaliti. Tempat-tempat seperti Bias Gender Dalam Interaksi
bilik kelas, di mana pelajar selesa,
selamat berada dalam kalangan rakan Menurut Frawley (2005), persepsi
dan memotivasikan mereka untuk peribadi guru tentang perbezaan gender
belajar. Suasana yang positif sangat mempengaruhi layanan dan interaksi
guru dengan pelajar-pelajar. Strategi

368
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

pengajaran mengurangkan kesan bias yang lebih ketat berbanding dengan


gender, menggalakkan persamaan perempuan dikenakan kepada murid
gender dan membantu memenuhi lelaki. Kerja-kerja rutin bilik darjah
keperluan individu dalam bilik darjah. seperti pembahagian tugas menjaga
Keperluan dalam kelas terbahagi kebersihan kelas turut berubah mengikut
kepada tiga bahagian iaitu interaksi guru- peranan gender. Kesannya adalah cara
pelajar atau komunikasi, gaya arahan interaksi guru mempengaruhi keputusan
dan kurikulum atau pengurusan bahan. dalam fikiran pelajar atau bentuk
Guru perlu menyediakan suasana interaksi berpunca daripada perbezaan
pembelajaran yang bebas daripada sikap pelajar lelaki dan perempuan.
stereotaip jantina dalam arahan, Kajian yang dilakukan oleh
interaksi, bahan dan aktiviti bagi Altermatt et al. (1998) adalah untuk
memaksimakan pencapaian dan melihat tanggungjawab guru dan
kemajuan. Kehadiran kedua-dua jantina penglibatan pelajar dalam soal jawab di
dalam kelas yang sama mengundang dalam kelas. Didapati 50 % guru
bias gender bukan sahaja dalam memanggil nama pelajar lelaki lebih
interaksi guru dengan pelajar tetapi kerap untuk menjawab soalan. Dapatan
pelajar lelaki yang menolak kehadiran ini memerlukan cadangan yang berfokus
pelajar perempuan. Kajian oleh Adya kepada peranan guru dan pelajar dalam
dan Kaiser (2005) mendapati guru mewujudkan interaksi di dalam kelas.
mempengaruhi stereotaip jantina dalam Pelajar perempuan menerima kurang
aturan dan kerjaya berlaku melalui hubungan berbentuk akademik di dalam
interaksi dengan pelajar. Menurut Adya kelas seperti tidak dipanggil nama,
dan Kaiser lagi, semasa pengajaran diajukan soalan yang tidak kompleks dan
pelajar mendapati guru membayangkan abstrak, kurang diberi pujian atau
pelajar lelaki lebih baik daripada pelajar maklumbalas membina dan kurang diberi
perempuan dalam bidang komputer. panduan untuk melakukan sesuatu.
Menurut Friedrich (1976), terdapat Kehadiran pelajar perempuan tidak
60.5% guru menggunakan interaksi disedari di dalam kelas. Secara
verbal dan bukan verbal dalam langsung pelajar akan kehilangan
pengajaran dan pembelajaran. Interaksi keyakinan untuk terus kekal dalam
verbal dan bukan verbal merupakan bidang teknikal. Menurut Bellamy dalam
gaya interaksi berkesan dalam proses Duffy et al. (2001), kajian kebelakangan
pengajaran dan pembelajaran. Menurut ini menunjukkan kecenderungan guru
Menurut Yip (1996), dapatan berinteraksi berbeza dengan pelajar
kajiannya juga membuktikan terdapat lelaki dan perempuan. Secara umum
perbezaan dalam interaksi antara guru pelajar lelaki menerima perhatian yang
dan pelajar. Guru memberi peluang lebih lebih daripada guru dua per tiga masa
banyak peluang interaksi kepada pelajar interaksi dalam kelas sains. Guru
lelaki, mencalonkan lelaki untuk perempuan didapati berinteraksi pada
menjawab soalan, memberi bimbingan kadar 51:49% dengan pelajar lelaki dan
akademik, kritikan akademik dan kritikan perempuan. Manakala dalam melakukan
tingkah laku. Hubungan guru dengan kerja amali, pelajar lelaki menerima
pelajar perempuan dalam interaksi yang banyak perhatian dan ditawarkan
dimulakan oleh guru adalah kurang peluang daripada guru (Makhubu 1999).
tetapi pelajar perempuan lebih berinisiatif Kajian oleh Marshall (1998) mendapati
untuk memulakan interaksi seperti terhadap interaksi sosial dan kelakuan
menyoal, mengangkat tangan, menjawab dalam kelas yang mempunyai perkaitan
tanpa dicalonkan dan membuat aduan antara guru dan pelajar dalam kelas.
serta laporan. Kualiti layanan yang diberi Pelajar lelaki menerima lebih perhatian di
kepada lelaki dan perempuan oleh guru dalam kelas, duduk di tempat yang
juga berbeza dalam teguran tingkah berasingan dan menerima lebih pujian
laku. Teguran yang lebih keras, kawalan daripada guru. Suasana pembelajaran

369
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

yang positif menyokong keperluan Bias gender menjadi ancaman terhadap


pelajar bukan sahaja dari segi akademik pembelajaran. Pendidik memberi kesan
tetapi sosial dan personaliti. Tempat- besar terhadap pembangunan diri
tempat seperti bilik kelas, di mana pelajar. Pendidik dan pengajarannya
pelajar selesa, selamat berada dalam bercirikan bias gender memberi kesan
kalangan rakan dan memotivasikan yang berbeza terhadap lelaki dan
mereka untuk belajar. Suasana yang perempuan. Menurut Sadker (2000),
positif sangat berkuasa kerana ianya pendidik mempunyai pengaruh kuat
menyediakan tempat yang selamat , terhadap pembentukan imej diri pelajar.
dihormati dan membangunkan akademik Frawley (2005) pula berhujah bahawa
serta personaliti mereka (Andrew 2009). masyarakat menyumbang terhadap bias
gender dalam kehidupan seharian
Kesan Bias Gender mereka. Manakala Prendergast (1996)
Bias gender ialah diskriminasi memberi dan Weiss (2001) melihat bias gender
kesan terhadap diri pelajar seperti mempengaruhi keseluruhan kehidupan
tekanan atau stress yang mengganggu pelajar. Pelajar yang dipinggirkan
keputusan yang diambil. Menurut Chua melalui bias gender yang diterima tidak
(2000) diskriminasi tersembunyi dan pilih akan bermotivasi dalam menghadapi
kasih merupakan sumber stres yang pelajaran. Menurut White (1994) tahap
paling dirasai dalam kehidupan individu. nilai kendiri menjadi penting bila
Terdapat perkaitan yang tinggi antara berdepan dengan diskriminasi dan bila
pekembangan ekonomi atau tahap mendiskriminasi orang lain samada
industrialisasi dan pembangunan secara sedar atau tidak. Kesan bias
pendidikan (Grandea 1994). Bias gender menyebabkan seseorang yang
gender yang diterima sebagai merasa rendah diri dan tidak bermotivasi
pengalaman pembelajaran memberi serta sukar mencapai objektif penting
kesan terhadap pelajar-pelajar. Kesan dalam hidup mereka
yang ketara ialah pengaruh terhadap
membuat keputusan pemilihan kerjaya.
Bias gender yang diterima menjadi METODOLOGI
halangan untuk pelajar perempuan Data daripada 1436 responden pelajar
khasnya kekal dalam bidang yang dari 22 buah sekolah menengah teknik/
sedang diikuti di sekolah. Menurut vokasional seluruh Semenanjung
Grandea (1994), pengasingan pelajar Malaysia telah dikumpulkan.
perempuan dalam bidang-bidang Perangkaan dalam Jadual 1
tertentu melalui sistem pendidikan hanya menunjukkan frekuensi dan peratus
menyediakan mereka kepada jenis pelajar yang telah menjadi responden.
pekerjaan tertentu sahaja. Persamaan Terdapat sebanyak empat zon yang
gender dalam pendidikan menyediakan menempatkan 88 buah sekolah
pelajar perempuan untuk melibatkan diri menengah teknik/ vokasional di
dalam pekerjaan yang berkemahiran Semenanjung Malaysia. Terdapat 36
tinggi serta mempunyai nilai tambah buah sekolah yang dibahagikan kepada
dalam industri dan sektor perkhidmatan. dua Zon iaitu Utara (18 buah) dan Timur
(18 buah), manakala masing-masing zon
Bias gender yang diterima bukan Barat dan Selatan pula terdapat 19 buah
sahja menjejaskan pemilihan kerjaya sekolah. Bilangan responden yang
tetapi turut mempengaruhi pencapaian mewakili zon Utara 394 orang ( 27.4 %),
seseorang. Menurut Ming dan Lawrence zon Selatan 374 orang (26.0 %), zon
(2005), pelajar di negara yang Timur 350 orang (24.4 %) dan zon Barat
mempunyai tahap tidaksamaan gender 318 orang (22.2 %). Keseluruhan
yang tinggi, pengkelasan atau kategori jantina terdapat seramai 780
tidaksamaan agihan guru bertauliah orang (54.3 %) ialah lelaki dan 656 orang
mengalami pencapaian yang rendah. (45.7 %) ialah perempuan. Dari segi

370
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

aliran yang diikuti semasa di sekolah Jadual 3(a) menunjukkan ujian-t Interaksi
menengah teknik/ vokasional pula, bias Gender secara Lisan (t=-0.43;
seramai 498 orang (34.7 %) mengikuti p=0.01), Jadual 3(b) pula menunjukkan
aliran teknik, 467 orang (32.5 %) aliran Interaksi Bias Gender Bukan Lisan (t=-
vokasional dan 471 orang (32.8 %) pula 0.65; p=0.84). Konstruk Interaksi Bias
dari kursus kemahiran. Instrumen soal Gender menunjukkan perbezaan min
selidik digunakan untuk mengumpul peratus yang signifikan( iaitu nilai
maklumat tentang penerimaan interaksi p<0.05) dalam kajian ini. Ini
bias gender dalam kalangan pelajar. Menunjukkan terdapat perbezaan yang
Item-item soal selidik dibina sendiri signifikan antara kumpulan pelajar lelaki
berdasarkan pembacaan dan juga dan perempuan. Konstruk Interaksi Bias
diubahsuai dari kajian-kajian lepas. Gender (Bukan Lisan) menunjukkan
tidak terdapat perbezaan di antara
jantina.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Jadual 3(a): Interaksi bias Gender (Lisan)
Data dianalisis menggunakan SPSS Mengikut Jantina
Version 17.0 untuk mengenal pasti tahap
interaksi bias gender, hubungannya Penilaian Min Sisihan Piawai tSig
dengan matlamat pemilihan kerjaya
Lelaki 3.62 0.53 -0.43 0.01
dalam bidang teknikal dan perbezaan
Perempuan 3.63 0.50
penerimaan interaksi bias gender.Secara
umumnya statistik deskriptif Jadual 3(b):Interaksi Bias Gender (Bukan
menunjukkan bahawa tahap interaksi Lisan) Mengikut Jantina
bias gender adalah tinggi dengan Min=
3.69 dan Sisihan Piawai=0.44 dalam Penilaian Min Sisihan Piawai t Sig
kalangan pelajar sekolah menengah Lelaki 3.76 -0.65 0.84
teknik/vokasional seluruh Malaysia. Perempuan 3.77

Jadual 1: Skor Min, Sisihan Piawai dan Dapatan kajian mendapati nilai r ialah
Interpretasi Interaksi Bias Gender. 0.175. Ini menunjukkan perhubungan
antara metlamat dan interaksi bias
Penilaian Min sisihan Interpretasi
Piawai gender adalah lemah. Sementara nilai
p= 0.000 <0.05. Hipotesis nol ditolak
Interaksi 3.69 0.44 tinggi dan menunjukkan terdapat perhubungan
Bias gender yang signifikan antara matlamat dan
interaksi bias gender.
Jadual 2 menunjukkan hasil ujian-t
terhadap perbandingan min berdasarkan Interaksi matlamat
jantina. Ujian-t daripada keseluruhan bias
item interaksi bias gender menunjukkan gender
peratusan min untuk responden lelaki Matlamat Korelasi 0.175 1
dan perempuan yang hampir sama. spearman
Signifikan .000*
Tidak terdapat perbezaan yang signifikan (2-tailed)
di antara min skor interaksi bias gender N 1436 1436
pelajar dan perempuan (t=-0.59;
p=0.066)
PENUTUP
Jadual 2: Interaksi Bias Gender Mengikut
Jantina
Interaksi bias gender yang berlaku
Penilaian Min Sisihan Piawai t Sig semasa proses pengajaran dan
pembelajaran tidak memberi pengaruh
Lelaki 3.69 0.45 -0.59 0.66 yang besar dalam pemilihan kerjaya
Perempuan 3.70 0.43 pelajar, namun begitu kewujudannya

371
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

akan menjadikan proses pengajaran dan sekali menangkat tangan tetapi meminta
pembelajaran di dalam kelas tidak pelajar berfikir beberapa minit sebelum
memberi sepenuh manafaat kepada mengangkat tangan. Mengaitkan bahan
semua pelajar. Pelajar-pelajar pengajaran dengan kehidupan sebenar
menjadikan faktor efikasi kendiri, dan apa yang dipelajari dapat membantu
ganjaran yang diharapkan dan orang lain. Pelajar perempuan berminat
penerimaan maklumat tentang kerjaya mempelajari sesuatu yang perkara yang
yang bakal dipilih sebagai pilihan utama terdapat kaitan yang kukuh antara
dalam memilih kerjaya. Situasi interaksi pembelajaran dan sumbangan terhadap
bias gender masih wujud dan pengajaran dunia. Oleh itu akses internet secara
yang merpaksikan bias gender akan lansung di dalam kelas akan
menghasilkan kesan-kesan negatif yang memudahkan usaha ke arah itu.
ketara terutamanya kepada pelajar Cadangan lain yang dapat dilakukan
perempuan. Pendekatan yang ialah dengan mengatur kumpulan belajar
sistematik dan penggunaan sumber berbanding membiarkan mereka
teknologi dan informasi ternyata mampu melakukannya. Buat giliran untuk
mengelakkan situasi ini dari berlaku membuat tugasan dalam kumpulan
serta dapat menarik minat semua pelajar supaya semua pelajar terlibat. Jika
tanpa batasan gender dan jantina. dibiarkan, pelajar perempuan lebih
Langkah-langkah yang boleh guru memilih untuk mencatat nota dan
lakukan untuk menghadapi dan melakukan kerja-kerja pengurusan
mengurangkan bias gender di dalam daripada melakukan kerja yang
kelas adalah menyoal serta menggunakan peralatan atau amali.
mengambilkira perbezaan sikap, Lakukan penilaian awal dalam mata
jangkaan dan interaksi pelajar-guru. pelajaran teknikal bagi memberi bantuan
Selain itu menggunakan strategi awal kepada pelajar perempuan.
pengajaran yang berubah-ubah bagi Pendidikan kerjaya yang diterima pelajar
memahamkan pelajar seperti menjadi sumber utama maklumat
menggunkan pendekatan teknologi dan berkaitan kerjaya yang akan dipilih
informasi. setelah menamatkan pelajaran perlu
lebih mantap dan menarik dengan
Pengasingan antara lelaki dan menyediakan akses internet yang
perempuan mengikut kumpulan meja meluas di bengkel dan kawasan sekolah
atau dengan perlawanan kumpulan lelaki yang lain. Maklumat yang diterima
melawan kumpulan perempuan semasa samada melalui laman web,
pertandingan atau kerja kumpulan akan penyampaian guru semasa mengajar,
meningkatkan interaksi bias gender. lawatan, latihan, ujian kerjaya, helaian
Ubah kumpulan lebih kerap dan beri maklumat dan ceramah membekalkan
peluang yang fleksibel untuk pelajar maklumat yang tepat dan terkini.
membentuk kumpulan campuran Limpahan maklumat yang diterima akan
mereka. Meningkatkan pergerakan membantu pelajar mengenali lebih
dalam bilik darjah dapat memastikan mendalam tentang bidang yang diminati
pelajar lelaki dan perempuan dan memilih bidang yang difikirkan
bekerjasama dan lebih bermakna melalui berseuaian dengannya.
pengalaman yang dibentuk. Tindakan
yang perlu dilakukan untuk mewujudkan
bilik darjah yang bebas daripada bias Daftar Pustaka
gender iaitu dengan meningkatkan
kesedaran terhadap kesan gender dalam Adya, M. and K. M. Kaiser (2005).
perjalanan kelas dan kehidupan seharian "Early Determinants of Women in
serta menyediakan faciliti pembelajaran The IT Workforce: a Model of Girls'
yang bersesuaian. Semasa berinteraksi Career Choices." Information
menyoal soalan, guru perlu mengelakkan Technology & People 18(3): 230-
memanggil pelajar yang mula-mula 259.

372
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

K. P. N. d. p. M. Malaysia.
Altermatt, E. R., J. Jovanovic, et al.
Langkawi, Malaysia: 1-38.
(1998). "Bias or responsivity? Sex
and achievement-level effects on Hanson, S. L. (1996). "Gender, Family
teachers' classroom questioning Resources, and Success in
practices." Journal of Educational Science." Journal of Family Issues
Psychology. 90(3): 516-527
Jones, M. G., & Wheatley, J. Gender
Amla, S., Zuria, M., & Salleh, A. (2006). differences in teacher–student
Bimbingan dan kaunseling sekolah. interactions in science classrooms,
Bangi: Penerbit Universiti Journal of Research in Science
Kebangsaan Malaysia. Teaching, 27, 861-874.
Andrew, T. (2009). "Positive Learning Lent, R. W., Brown, S. D., & Hackett. G.
Environment Promoting Classroom (1994). Toward a unifying social
Rules that Motivate Students to cognitive theory of career and
Learn." academic interest, choice, and
performance. Journal of Vocational
Chua, B. S, (2000). Sumber-sumber
Behavior, 45, 79-122.
Stress Pekerjaan di Tiga Jabatan di
Negeri Sabah Makhubu, L. P. (1999). "Science: The
Gender Issue." Women, science
Duffy, J., Warren, K., & Walsh, M.
and technology; Towards a new
(2001). Classroom interactions:
development? UNESCO: 9-15.
Gender of teacher gender of
student, and classroom subject. Ming, M. C., Lawrance. K. (2005).
Sex Roles, 45 (9/10), 579-593. "Effects of Resources, Inequality,
and Privilege Bias on Achievement:
Frawley, T. (2005). Gender bias in the
Country, School, and Student Level
classroom: Current controversies
Analyses." American Educational
and implications for teachers.
Research Journal 42(4).
Childhood Education.
http://findarticles.com/p/articles/mi_ Mohamed Sharif & Roslee, A. (2006).
qa3614/is_200507/ai_n14683848/? Bimbingan dan Kerjaya: konsep
tag=content;col1 dan Amalan Kontemporari. Skudai,
Penerbit Universiti Teknologi.
Friedrich, G. W., K. M. Galvin, et al.
(1976). Growing Together.. Mok, S.S. (1996). Pengajaran
Classroom Communication. USA, Matematik. Kuala Lumpur,
Charles E. Merrill Publishing Kumpulan Budiman Sdn Bhd.
Company.
Nicaise, V., Cogérino, G., Fairclough, S.,
Ginzberg, E, Ginsburg, S. W., Axelrad, Bois, J., Davis, K. (2007). "Teacher
S., & Herma, J. L. (1966). feedback and interactions in
Occupational choice: An approach physical education: Effects of
to a general theory. New York: student gender and physical
Columbia University Press. activities." European Physical
Education Review 13(3): 319-
Gordon, M.(1998)"classroom
337.
interaction."A Dictionary of
Sociology. Encyclopedia.com. 22 Prendergast, S. (1996). "A “discourse of
Jan.2011 the pinks and blues”: some
http://www.encyclopedia.com. arguments for the visibility of
gender in the PSHE curriculum."
Grandea, N. (1994). Gender Equity in the
Health Education 5: 30-34. Sabah,
1990s and Beyond: Meeting
Sekolah Psikologi dan Kerja Sosial
Women's education and Training
Universiti Malaysia Sabah.
Needs. Conference on Gender
Equity in Education and Training.

373
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

Wasburn, M. H. (2004). "Is Your Yip, Y. C. (1996). Amalan Pembezaan


Classroom Woman-friendly?" Gender Dalam Bilik Darjah Di
College Teaching 52(4): p156-158,. Sebuah Sekolah Rendah, Petaling
Jaya. Fakulti Pendidikan. Kuala
White, N. (1994). "Looking at Us
Lumpur, Universiti Malaya. M.Ed:
…Looking at Them" Health
292.
Education 3: 25-29.

374
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

PROGRAM BJJ (BELAJAR JARAK JAUH)


SEBAGAI SUATU PROSES PENDIDIKAN

Oleh:
Ganefri*)

ABSTRACT

Distance education is an education process in the form of an organized instructional


programs, where the teacher and learner is physically located at different locations. This is
intended to overcome the problem of access to education. According to Newby, et.al.
(2000). Wetzel (2006:70), suggests that distance learning need to be developed as an
integral part of organizational strategic planning in order to support its mission, fulfill
needs, take advantage of a new opportunity and integrated in all its objectives.
Distance learning model is one solution that can be taken, with development of
internet and communications technology. As a global network, the Internet makes the
boundaries of space and time are running low, then the basic condition of Internet
technology and applications that run on it is possible to be utilized in the educational
process, especially as a means of educational delivery medium.
At this time learning model has been developed within 5 (five) phases, namely: 1)
correspondence and independent learning, 2) broadcast media like radio and TV; 3) The
concept of open universities; 4) online education and 5) integrated (blended) learning.
Distance learning model is one solution that can be taken, with development of internet
and communications technology, to the needs of the professionals needed in the field of
instructional designers and e-learning technology experts.
*)
Dosen Fakultas Teknik Universitas Negeri Padang

375
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

FAKTOR PENGHAMBAT AKSESIBILITAS


PENYANDANG CACAT DALAM MENGIKUTI PENDIDIKAN DI SEKOLAH INKLUSI

Oleh:
Haryanto
haryanto_plb@uny.ac.id

ABSTRACT

This study aimed to reveal the factors inhibiting accessibility for the disabled to
obtain their education in inclusive schools. The study was conducted in Yogyakarta
Special Province. Samples in this study were students with disabilities who were learning
in Inclusive Schools from the levels of Elementary Schools (SD) up to Senior High
Schools (SMTA) in Yogyakarta. This study took place in April - October 2009. The data
were taken directly from the sources of respondents or informants (primary data), or
indirectly from the related institutions (secondary data). The primary data included
respondents' personal identity, information about facilities and infrastructure of the
inclusive schools, respondents' perception concerning the social aspect, and accessibility
aspect of the school. This study used several methods in data collection, i.e.:
questionnaire, documentation, and in-depth interview. The data were analyzed using the
descriptive qualitative and quantitative techniques. The study shows that: (1) accessibility
for the disabled seems to be quite a difficult and complicated problem to be realized in
inclusive schools; (2) providing accessibility for the disabled proved to be difficult,
expensive and facing many obstructions, due to the government's and especially the
school's limited budget; (3) accessibility of public facilities for the disabled is more about
the willingness of the policy makers to manage it as well as the willingness of educational
institutions to continuously oversee the policy; (4) implementing physical accessibility for
education in inclusive schools is about how to return the human dignity of the minority
groups including people with disabilities.

Keywords: accessibility for the disabled, education, inclusive school

*) Jurusan PLB FIP UNY Yogyakarta

PENDAHULUAN

Penelitian tentang aksesibilitas memperluas wajib belajar bagi usia


penyandang cacat dalam pendidikan di sekolah, dan memberikan kesempatan
sekolah inklusi merupakan hal yang yang sama bagi semua peserta didik dari
sangat mendesak yang harus dilakukan berbagai golongan masyarakat yang
oleh pemerintah. Penelitian ini berbeda, baik secara sosial, ekonomi,
dimaksudkan untuk memenuhi salah gender, lokasi tempat tinggal dan tingkat
satu dari tiga pilar yang merupakan kemampuan intelektual maupun kondisi
Program Depdiknas, yang lebih dikenal fisik, untuk dapat menikmati pendidikan.
sebagai Pilar I yaitu Pemerataan dan Zuhal (2008: 24), pemerataan dan
Perluasan Akses Pendidikan. Sementara perluasan akses pendidikan merupakan
itu, Pilar II adalah Peningkatan Mutu dan salah satu pilar terpenting dalam upaya
Daya Saing; dan Pilar III adalah untuk mewujudkan sumber daya
Penguatan Tata Kelola, Akuntabilitas, manusia (SDM) yang berkualitas.
dan Pencitraan Publik. Sasaran untuk mewujudkan SDM yang
Pemerataan dan perluasan akses berkualitas adalah sejalan dengan
pendidikan diarahkan pada upaya program pembangunan pendidikan

383
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

secara nasional. Patut disadari oleh merupakan permasalahan bangsa


semua pihak bahwa peningkatan kualitas Indonesia. Mereka hidup sama seperti
SDM merupakan hal yang tidak dapat anggota masyarakat lainnya, ingin
ditunda dalam rangka meningkatkan dihargai dan menghargai, ingin dicintai
daya saing bangsa, sekaligus untuk dan mencintai, ingin memiliki dan dimiliki,
menjawab tantangan persaingan dalam mempunyai karsa dan rasa, mereka
era globalisasi. Ditinjau dari segi mempunyai kelebihan dan kekurangan
kepentingan pemerintah sendiri, dengan sama seperti manusia lainnya. Mau atau
adanya peningkatan aksesibilitas tidak mau, suka atau tidak suka
penyandang cacat mengikuti pendidikan permasalahan penyandang cacat akan
di sekolah inklusi, akan dapat membantu tetap ada ditengah tengah masyarakat
memecahkan masalah wajib belajar bagi Indonesia apabila tidak ditangani secara
anak usia sekolah termasuk mereka benar.
yang cacat. Kondisi ini akan dapat Haryanto, (2007: 48) permasalahan
mengoptimalkan pemanfaatan sumber yang sangat mendasar tentang
daya yang dimiliki oleh pemerintah, dan penyandang cacat adalah kurangnya
sekaligus juga untuk menjamin terjadinya pemahaman masyarakat maupun
efisiensi layanan pendidikan. aparatur pemerintah yang terkait tentang
Penyandang cacat merupakan keberadaan penyandang cacat. Adanya
salah satu dari permasalahan sosial anggapan bahwa penyandang cacat
yang ada di Indonesia. Menurut Horton merupakan aib, kutuk, memalukan,
dan Leslie dalam Edi Suharto (1997: dianggap sama dengan orang sakit,
153), masalah sosial adalah suatu dianggap tidak berdaya sehingga tidak
kondisi yang dirasakan banyak orang perlu diberikan pendidikan, mereka
tidak menyenangkan serta menuntut cukup dikasihani dan diasuh untuk
pemecahan melalui aksi sosial secara kelangsungan hidup. Mereka tinggal
koletif. Sementara Becker, Gary S. dirumah, terperangkap dirumah masing-
(1993: 452) menyatakan Social masing, tidak menyusahkan orang lain
Problems : conditions among people dan mudah untuk diawasi oleh orang tua
leading to social responses that violate atau keluarga. Sebahagian dari mereka
some people’s values and norms and menjadi bahan obyekan sebagai
cause emotional or economic suffering. peminta-minta. Keadaan demikian telah
Examples of social problem include berakar kuat di masyarakat, sehingga
crime, social inequality, poverty, racism, sangat sulit untuk memberikan hak dan
drug abuse, family problerms, and kesempatan yang sama kepada
maldistribution of limited resources. penyandang cacat. Disamping itu
Mencermati uraian batasan di atas fasilitas berupa aksesibilitas fisik dan non
maka penyandang cacat disebut fisik untuk penyandang cacat relatif
masalah sosial karena sebagai sesuatu sangat terbatas, sehingga mereka sulit
kondisi yang mengarah kepada reaksi untuk bergerak secara mandiri.
yang melanggar nilai-nilai, norma-norma Penjelasan atas Undang-undang RI
dirasakan banyak orang dan Nomor 4 Tahun 1997 tentang
mengakibatkan masalah emosional dan Penyandang Cacat, Pasal 10:1,
masalah ekonomi. Kecacatan yang menyatakan: "Penyediaan aksesibilitas
mereka alami mengakibatkan adanya bagi penyandang cacat diupayakan
ketidaksamaan sosial, diskriminasi, berdasarkan kebutuhan penyandang
permasalahan keluarga, pendistribusian cacat sesuai dengan jenis dan derajat
yang salah tentang sumber-sumber yang kecacatan serta standar yang ditentukan.
terbatas dan kemiskinan. Permasalahan Standardisasi yang berkenaan dengan
tersebut menuntut pemecahan. aksesibilitas ditetapkan oleh instansi
Penyandang cacat merupakan yang berwenang. Penyediaan
bagian yang tidak terpisahkan dari aksesibilitas berupa fisik dan non- fisik,
bangsa Indonesia. Oleh karena itu antara lain sarana dan prasarana umum
permasalahan penyandang cacat serta informasi yang diperlukan bagi

384
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

penyandang cacat untuk memperoleh menciptakan lingkungan fisiknya


kesamaan kesempatan. Davenport. terakses; dan (b) mengambil langkah-
(1994: 36) mengemukakan, ketentuan di langkah untuk menyediakan akses
atas mengandung implikasi sebagai terhadap informasi dan komunikasi.
berikut: (1) Aksesibilitas bagi Negara-negara seyogyanya
penyandang cacat mencakup bidang mengambil langkah-langkah untuk
yang seluas-luasnya sesuai dengan menghilangkan rintangan-rintangan bagi
kebutuhan penyandang cacat dengan partisipasi di dalam lingkungan fisik.
berbagai jenis dan derajat kecacatannya, Langkah-langkah dimaksud seyogyanya
(2) Akan tetapi, pelaksanaan peraturan berupa pengembangan standar dan
tersebut harus diatur lebih lanjut oleh pedoman serta pertimbangan untuk
instansi yang berwenang, dalam hal ini memberlakukan undang-undang demi
mungkin Departemen Pekerjaan Umum menjamin aksesibilitas terhadap
dan departemen lain yang terkait setelah berbagai bidang kehidupan di
dikeluarkanya Peraturan Pemerintah masyarakat, misalnya sehubungan
mengenai hal ini sebagaimana dengan perumahan, bangunan,
dinyatakan dalam Pasal 15, "Ketentuan pelayanan tranfortasi umum dan alat
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 transfortasi lainnya, jalan raya dan
...diatur lebih lanjut dengan Peraturan lingkungan luar ruangan lainnya.
Pemerintah." Negara-negara seyogyanya
Kapankah aksesibilitas bagi menjamin agar arsitek, insinyur
penyandang cacat di Indonesia akan bangunan dan pihak-pihak lainnya
terwujud? Penjelasan atas Pasal 15 secara profesional terkait dalam
mengatakan, "Peraturan Pemerintah perancangan dan pembangunan
yang dimaksud dalam pasal ini lingkungan fisik, mendapatkan akses
diupayakan dalam waktu tidak terlalu terhadap informasi yang memadai
lama sudah diundangkan. Mengenai tentang kebijakan mengenai kecacatan
aksesibilitas, khususnya sarana dan serta langkah-langkah untuk
prasarana umum yang sebelum menciptakan aksesibilitas. Persyaratan
diundangkannya Undang-undang ini dan aksesibilitas seyogyanya termuat di
peraturan pelaksanaannya belum ada, dalam desain dan konstruksi lingkungan
diberikan kesempatan mengadakan fisik dan awal hingga perencanaannya.
penyesuaian dengan ketentuan Undang- Organisasi-organisasi para
undang ini dan peraturan penyandang cacat seyogyanya
pelaksanaannya selambat-lambatnya dikontribusikan jika akan
lima tahun sejak Peraturan Pemerintah mengembangkan standar dan norma-
diundangkan." Ini berarti bahwa, norma bagi aksesibilitas. Organisasi-
andaikata Peraturan Pemerintah yang organisasi ini juga seyogyanya dilibatkan
dimaksud itu dapat dikeluarkan dalam secara langsung sejak tahap
waktu satu tahun ini, maka aksesibilitas perencanaan awal, jika proyek-proyek
bagi penyandang cacat di Indonesia pembangunan sarana umum dirancang,
akan tersedia secepat-cepatnya enam sehinggga aksesibilitas yang maksimum
tahun yang akan datang, belum terhitung dapat terjamin adanya.
proses penerimaan masyarakat luas Para penyandang cacat, dan
terhadap ketentuan-ketentuan itu. bilamana perlu, keluarganya para
Negara-negara seyogyanya pembelanya seyogyanya memiliki akses
mengakui pentingnya aksesibilitas dalam terhadap informasi lengkap tentang
proses terciptanya kesamaan kesamaan diagnosis, hak-hak pelayanan serta
kesempatan dalam semua kegiatan program yang tersedia, pada semua
masyarakat. Goldsmith. (1976: 42) tahap, informasi semacam ini
berpendapat, bagi para penyandang seyogyanya disajikan dalam bentuk yang
cacat dari semua jenis kecacatan, dapat diakses oleh penyandang cacat.
negara-negara seyogyanya (a) Organisasi Perburuhan
memperkenalkan program aksi untuk Internasional Kaidah ILO tentang

385
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

Penanganan Penyandang Cacat di lisan bagi para tunarungu atau meraka


Tempat Kerja (2002: 23) dalam hal yang mengalami kesulitan dalam hal
Aksesibilitas; Untuk memfasilitasi pemahaman. Seyogyanya
perekrutan penyandang cacat dan dipertimbangkan penggunaan bahasa
perlindungan pekerjaan bagi pekerja isyarat dalam pendidikan anak-anak
yang menjadi cacat, pengusaha perlu tunarungu, dalam keluarga dan
mengambil langkah untuk meningkatkan masyarakat. Pelayanan penerjemahan
aksesibilitas tempat kerja bagi mereka bahasa isyarat seyogyanya juga
yang menjadi penyandang cacat dalam tersediakan untuk memudahkan
berbagai bentuk. Ini meliputi penyediaan komunikasi antara para tunarungu
gerbang/pintu masuk ke dan kemudahan dangan anggota masyarakat lainnya.
bergerak di tempat kerja serta Seyogyanya dipertimbangkan pula
kemudahan menggunakan kamar kecil kebutuhan-kebutuhan orang yang
dan kamar mandi. mengalami hambatan komunikasi
Aksesibilitas juga dapat dipahami lainnya. Negara-negara seyogyanya
mencakup tanda/tulisan (bahwa sarana mendorong media massa, terutama
itu sedang digunakan), buku pedoman, televisi, radio dan surat kabar, agar
petunjuk tentang tempat kerja serta pelayanannya dapat diakses. Negara-
informasi elektronik. Apabila perlu, ini negara seyogyanya menjamin
harus ditinjau kembali, untuk komputerisasi informasi dalam sistem
aksesibilitas bagi mereka yang pelayanan yang diperuntukkan bagi
mempunyai kekurangan dalam umum dapat diakses atau diadaptasikan
penglihatan, dan terutama mereka sehingga dapat diakses oleh para
dengan keterbelakangan intelektual. penyandang cacat. Organisasi-
Aksesibilitas bagi mereka yang organisasi para penyandang cacat
kurang pendengaran meliputi akses ke seyogyanya dikonsultasikan jika akan
informasi yang seringkali disampaikan mengembangkan langkah-langkah untuk
dengan suara – seperti bunyi bel, membuat pelayanan informasi dapat di
bahaya kebakaran, peluit atau sirene. akses.
Sarana demikian perlu ditinjau kembali Dikemukakan Didi Tarsidi (1997: 2)
dan dilengkapi, bila perlu, dengan alat- hambatan arsitektural mempengaruhi
alat alternatif seperti lampu berkedip- tiga kategori kecacatan utama, yaitu:
kedip. Dalam merencanakan kecacatan fisik, yang mencakup mereka
peningkatan aksesibilitas, pengusaha yang menggunakan kursi roda, dan
perlu berkonsultasi dengan pekerja mereka yang memiliki hambatan
penyandang cacat dan dengan jasa manipulatoris yaitu kesulitan gerak otot;
konsultasi teknis, yang dapat berupa kecacatan sensoris (alat indra) yang
organisasi beranggotakan penyandang meliputi tunanetra dan tunarungu;
cacat, dan dengan mengacu pada kecacatan intelektual (tunagrahita).
kriteria yang ditetapkan oleh pihak yang 1. Hambatan arsitektural bagi pengguna
berwenang. kursi roda
Negara-negara seyogyanya Hambatan yang dihadapi oleh para
mengembangkan strategi-strategi agar pengguna kursi roda sebagai akibat
pelayanan informasi dan dokumentasi dari desain arsitektural saat ini
dapat diakses oleh semua kelompok mencakup perubahan tingkat
penyandang cacat, Braille, rekaman ketinggian permukaan yang
dalam kaset, tulisan besar (large print) mendadak curam seperti pada
dan teknologi lainnya yang sesuai, tangga atau parit. Tidak adanya
seyogyanya dipergunakan untuk pertautan landai antara jalan dan
memberi akses terhadap informasi dan trotoar. Tidak cukupnya ruang untuk
dokumentasi tertulis bagi para tuna lutut di bawah meja atau wastapel.
netra. Demikian pula teknologi yang Tidak cukupnya ruang untuk
sesuai seyogyanya dipergunakan untuk berbelok, lubang pintu dan koridor
memberikan akses terhadap informasi yang terlalu sempit.

386
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

Permukaan jalan yang renjul yang buruk, dan mereka mungkin


(misalnya karena adanya bebatuan) tidak dapat mendengar bunyi tanda
menghambat jalannya kursi roda, bahaya.
pintu yang terlalu berat dan sulit 5. Kesulitan tunagrahita
dibuka, tombol-tombol yang terlalu Para penyandang kecacatan
tinggi letaknya. intelektual akan mengalami kesulitan
2. Masalah-masalah yang dihadapi mencari jalan di dalam lingkungan
penyandang tunadaksa/cacat pisik baru jika di sana tidak terdapat
Penyandang cacat pisik atau petunjuk jalan yang jelas dan baku.
tunadaksa yang mengalami kesulitan 6. Konflik kepentingan antar berbagai
berjalan tetapi tidak memerlukan kategori kecacatan
kursi roda. Hambatan arsitektural Sebagaimana dapat dilihat dari
yang mereka hadapi antara lain bagian-bagian terdahulu, satu
mencakup tangga yang terlalu tinggi, kategori kecacatan mempunyai
lantai yang terlalu licin, bergerak kebutuhan aksesibilitas yang
cepat melalui pintu putar atau pintu berbeda dari kategori kecacatan
yang menutup secara otomatis, pintu lainnya. Di samping itu, terdapat
lift yang menutup terlalu cepat, variasi individual di dalam setiap
tangga berjalan tanpa pegangan kategori kecacatan dan terdapat
yang bergerak terlalu cepat. sejumlah besar orang yang
3. Hambatan arsitektural bagi tunanetra menyandang kecacatan ganda. Oleh
Yang dimaksud dengan tunanetra karena itu, sulit untuk menentukan
adalah mereka yang tidak memiliki suatu kriteria desain yang dapat
penglihatan sama sekali (buta total) memuaskan semua penyandang
hingga mereka yang masih memiliki cacat.
sisa penglihatan tetapi tidak cukup Karena keterbatasan-keterbatasan
baik untuk dapat membaca tulisan yang ada pada kursi roda serta
biasa meskipun sudah dibantu terbatasnya kapabilitas fisik pengguna
dengan kaca mata. Kesulitan- kursi roda, maka sering terdapat situasi
kesulitan yang dihadapi para di mana tuntutan orang non-cacat
tunanetra sebagai akibat dari desain berbeda dari tuntutan para pengguna
arsitektural selama ini antara lain: kursi roda. Hal ini sehubungan dengan
Tidak adanya petunjuk arah atau ciri- sirkulasi vertikal (turun/naiknya
ciri yang dapat didengar atau dilihat permukaan lahan), licin/kasarnya
dengan penglihatan terbatas yang permukaan lantai, keluasan ruangan,
menunjukkan nomor lantai pada aktivitas sanitasi, lokasi tombol lampu
gedung-gedung bertingkat. dan lift. Misalnya, bagi penyandang
Rintangan-rintangan kecil seperti cacat pisik, tangga-tangga yang
jendela yang membuka ke luar atau dirancang secara teliti akan lebih
papan reklame yang dipasang di memudahkan daripada permukaan
tempat pejalan kaki, cahaya yang landai. Permukaan lantai yang rata dan
menyilaukan atau terlalu redup, lift licin akan sangat baik bagi pengguna
tanpa petunjuk taktual/huruf braille kursi roda tetapi berbahaya bagi orang
(dapat diraba) untuk membedakan semi-ambulant jika basah. Meskipun
bermacam-macam tombol, atau pengguna kursi roda jumlahnya kecil
petunjuk suara untuk menunjukkan dibandingkan dengan kelompok
nomor lantai. penyandang cacat lainnya, namun
4. Masalah yang dihadapi tunarungu implikasinya bagi perancang bangunan
Para tunarungu tidak mungkin dapat dalam banyak hal paling besar.
memahami pengumuman melalui Contoh konflik kepentingan lainnya
pengeras suara di kelas atau adalah sehubungan dengan desain
sekolah. Mereka juga mengalami trotoar. Pertautan yang landai antara
kesulitan membaca bibir di jalan raya dan trotoar memberi akses
auditorium dengan pencahayaan bagi para pengguna kursi roda tetapi

387
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

kurang baik bagi para tunanetra yang menggunakan tabel distribusi frekuensi
menggunakan tongkat untuk mendeteksi tunggal dan tabel silang.
batas antara trotoar dan jalan raya.
Berikut ini contoh bentuk
aksesibilitas adalah, memberi “tanjakan” HASIL DAN PEMBAHASAN
atau ramp pada jalur tangga, supaya
Bagi para siswa penyandang cacat
mereka yang menggunakan kursi roda
di sekolah inklusi kenyataan menghadapi
atau yang tidak sanggup naik tangga,
berbagai hambatan arsitektural di dalam
tetap bisa melewatinya. Juga pegangan
bangunan-bangunan dan fasilitas-
pada setiap jalan, atau kamar mandi,
fasilitas yang disediakan bagi
ruang menuju klas, lantai timbul untuk
kepentingan umum ternyata tidak selalu
tunanetra.
mudah atau bahkan sering tidak
memungkinkan bagi para penyandang
METODOLOGI
cacat untuk berpartisipasi penuh dalam
Penelitian dilaksanakan di Propinsi situasi normal, baik dalam bidang
Daerah Istimewa Yogyakarta, yang pendidikan, pekerjaan maupun rekreasi.
terdiri dari empat kota kabupaten dan Beberapa contoh hambatan arsitektural
satu kota madya yang telah adalah tidak adanya trotoar, permukaan
menyelenggarakan sekolah inklusi. jalan yang tidak rata, tepian jalan yang
Populasi dalam penelitian ini adalah para tinggi, lubang pintu yang terlalu sempit,
siswa penyandang cacat yang sedang lantai yang terlalu licin, tidak tersedianya
mengikuti pendidikan tingkat SD – SMTA tempat parkir yang sesuai, tidak tersedia
di lima kota (kota Yogyakarta, Bantul. lift, fasilitas sanitasi yang terlalu sempit,
Sleman, Kulonprogo, dan Gunungkidul). telepon umum yang terlalu tinggi, tangga
Sampel yang dipilih dalam penelitian ini yang tidak berpagar pengaman, jendela
adalah sampel nonprobabilitas, tepatnya atau papan reklame yang menghalangi
adalah menggunakan metode quota jalan, dan masih banyak lagi.
sampling. Berdasarkan metode ini Hal-hal tersebut di atas menjadi
ditetapkan jumlah kuota responden di masalah bagi penyandang cacat dari
masing-masing kota yaitu (1) di kota jenis dan derajat kecacatan tertentu
Yogyakarta 20 anak; (2) Bantul 20 anak; sehingga mereka tidak dapat
(3) Kulonprogo 20 orang; (4) Sleman 20 merealisasikan kesamaan haknya
anak; dan (5) Gunungkidul 20 anak. sebagai warga masyarakat.
Sumber data adalah data yang Sesungguhnya para penyandang cacat
diperoleh secara langsung dari tidak mengharapkan dan tidak pula
responden atau informan (data primer), memerlukan lebih banyak hak daripada
dan data yang diperoleh secara tidak orang-orang pada umumnya. Mereka
langsung, yakni dari instansi terkait (data hanya menghendaki agar dapat bergerak
sekunder). Data primer antara lain di dalam lingkungannya dengan tingkat
tentang identitas responden, informasi kenyamanan, kemudahan dan
tentang Sekolah Inklusi, persepsi keselamatan yang sama dengan warga
responden berkaitan dengan aspek masyarakat lainnya, memperoleh
sosial, dan aspek kebendaan atau kesempatan yang sama untuk
aksesibilitas. Dalam penelitian ini berpartisipasi dalam kehidupan yang
digunakan beberapa metode normal, dapat semandiri mungkin dalam
pengumpulan data, antara lain: angket, batas-batas kemampuannya.
dokumentasi, interview tersetruktur dan Tersedianya bangunan dan fasilitas yang
mendalam. dapat diakses oleh semua orang
Data yang telah dikumpulkan diedit, merupakan persoalan kesamaan
dan selanjut diproses melalui komputer. kesempatan dan keadilan sosial. Akses
Teknik analisis yang digunakan dalam terhadap fasilitas-fasilitas umum
penelitian ini adalah teknik analisis merupakan hak, bukan pilihan semata.
deskriptif kuantitatif kualitatif, yaitu Lebih dari itu, penataan lingkungan yang

388
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

sesuai dengan kaidah aksesibilitas akan ciri-ciri yang dapat didengar atau dilihat
juga memberikan lebih banyak dengan penglihatan terbatas yang
kenyamanan bagi warga masyarakat menunjukkan nomor lantai pada gedung-
pada umumnya. gedung bertingkat; (2) rintangan-
Hambatan arsitektural mem rintangan kecil seperti jendela yang
pengaruhi tiga kategori kecacatan membuka ke luar atau papan reklame
utama, yaitu: (1) kecacatan fisik, yang yang dipasang di tempat pejalan kaki; (3)
mencakup mereka yang menggunakan cahaya yang menyilaukan atau terlalu
kursi roda, semi-ambulant, dan mereka redup; (4) lift tanpa petunjuk taktual
yang memiliki hambatan manipulatoris (dapat diraba) untuk membedakan
yaitu kesulitan gerak otot; (2) kecacatan bermacam-macam tombol, atau petunjuk
sensoris (alat indra) yang meliputi orang suara untuk menunjukkan nomor lantai.
tunanetra dan tunarungu; kecacatan Masalah yang dihadapi tunarungu;
intelektual (tunagrahita). para tunarungu tidak mungkin dapat
Hambatan yang dihadapi oleh para memahami juga mengalami kesulitan
pengguna kursi roda sebagai akibat dari membaca bibir di auditorium dengan
desain arsitektural saat ini mencakup: pencahayaan yang buruk, dan mereka
Perubahan tingkat ketinggian permukaan mungkin tidak dapat mendengar bunyi
yang mendadak seperti pada tangga tanda bahaya. Kesulitan Tunagrahita;
atau parit; Tidak adanya pertautan landai Para penyandang kecacatan intelektual
antara jalan dan trotoar; Tidak cukupnya akan mengalami kesulitan mencari jalan
ruang untuk lutut di bawah meja atau di dalam; Konflik Kepentingan Antar
wastapel; Tidak cukupnya ruang untuk Berbagai Kategori Kecacatan;
berbelok, lubang pintu dan koridor yang Sebagaimana dapat dilihat dari bagian-
terlalu sempit; Permukaan jalan yang bagian terdahulu, satu Kategori
renjul (misalnya karena adanya kecacatan mempunyai kebutuhan
bebatuan) menghambat jalannya kursi Aksesibilitas yang berbeda dari Kategori
roda; Pintu yang terlalu berat dan sulit kecacatan lainnya. Di samping itu,
dibuka; Tombol-tombol yang terlalu tinggi terdapat variasi individual di dalam setiap
letaknya. Kategori kecacatan dan terdapat
Masalah-masalah yang dihadapi sejumlah besar orang yang menyandang
penyandang tunadaksa; adalah mereka kecacatan ganda. Oleh karena itu, sulit
yang mengalami kesulitan berjalan tetapi untuk menentukan suatu kriteria desain
tidak memerlukan kursi roda; Hambatan yang dapat memuaskan semua
arsitektural yang mereka hadapi antara penyandang cacat.
lain mencakup: (1) tangga yang terlalu Karena keterbatasan-keterbatasan
tinggi; (2) lantai yang terlalu licin; (3) yang ada pada kursi roda serta
bergerak cepat melalui pintu putar atau terbatasnya kapabilitas fisik pengguna
pintu yang menutup secara otomatis; (4) kursi roda, Maka sering terdapat situasi
pintu lift yang menutup terlalu cepat; (5) di mana Tuntutan orang non-cacat dan
tangga berjalan tanpa pegangan yang semi-ambulant berbeda dari Tuntutan
bergerak terlalu cepat. para Pengguna kursi roda Sehubungan
Hambatan arsitektural bagi Dengan sirkulasi vertikal (turun/naiknya
tunanetra; yang dimaksud dengan permukaan lahan), licin/kasarnya
tunanetra adalah mereka yang tidak permukaan lantai, keluasan ruangan,
memiliki penglihatan sama sekali (buta aktivitas sanitasi, lokasi tombol lampu
total) hingga mereka yang masih dan lift. Misalnya, bagi penyandang
memiliki sisa penglihatan tetapi tidak semi-ambulant, tangga-tangga yang
cukup baik untuk dapat membaca tulisan dirancang secara teliti akan lebih
biasa meskipun sudah dibantu dengan memudahkan daripada permukaan
kaca mata. Kesulitan-kesulitan yang landai. Permukaan lantai yang rata dan
dihadapi para tunanetra sebagai akibat licin akan sangat baik bagi Pengguna
dari desain arsitektural selama ini antara kursi roda tetapi berbahaya bagi orang
lain: (1) tidak adanya petunjuk arah atau semi-ambulant jika basah. Meskipun

389
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

Pengguna kursi roda jumlahnya kecil hambatan bagi aktivitas kehidupan


dibandingkan Dengan kelompok sehari-hari para penyandang cacat.
penyandang cacat lainnya, namun 5. Undang-undang RI Nomor 4 Tahun
implikasinya bagi perancang bangunan 1997 tentang Penyandang Cacat
dalam banyak hal paling besar. telah menjamin disediakannya
Contoh Konflik kepentingan lainnya aksesibilitas bagi penyandang cacat,
adalah sehubungan dengan desain namun pelaksanaannya masih harus
trotoar. Pertautan yang landai antara menunggu ditetapkanya Peraturan
jalan raya dan trotoar memberi akses Pemerintah serta pengaturan teknis
bagi para pengguna kursi roda tetapi dari instansi yang berwenang.
kurang baik bagi para tunanetra yang 6. Aspek sosial, alasan pokok yang
menggunakan tongkat untuk mendeteksi menghambat aksesibilitas
batas antara trotoar dan jalan raya. penyandang cacat mengikuti
Namun demikian, berbagai konflik pendidikan di sekolah inklusi adalah
kepentingan tersebut sejauh tertentu mengalami kesulitan ketika
masih dapat dikompromikan. melakukan aktifitas di sekolah.
Aspek kebendaan atau
PENUTUP aksesibilitas penyandang cacat
mengikuti pendidikan di sekolah inklusi
1. Aksesibilitas adalah kemudahan
adalah ketersediaan fasilitas pendidikan,
yang diberikan kepada para
kelengkapan fasilitas lingkungan gedung
penyandang cacat, berupa
sekolah dan media pembelajaran
pengadaan atau modifikasi sarana
misalnya perpustakaan kurang memadai,
dan prasarana kehidupan sehari-hari,
bagi kepentingan siswa penyandang
termasuk lingkungan fisik, yang
cacat, hal ini dikarenakan perhatian
disesuaikan dengan kondisi dan
sekolah kurang dan dana tidak
kebutuhan penyandang cacat di
mendukung.
sekolah inklusi, agar mereka dapat
melakukan aktivitas sehari-hari
Daftar Pustaka
secara mandiri.
2. Aksesibilitas fisik sebagai satu aspek Ananta, Aris; Hatmadji, Sri Harijati (eds).
dari aksesibilitas secara menyeluruh 1985 Mutu Modal Manusia, Suatu
bagi penyandang cacat adalah Analisis Pendahuluan. Lembaga
penyesuaian desain arsitektural Demografi Fakultas Ekonomi
lingkungan fisik agar para Universitas Indonesia - Jakarta.
penyandang cacat dapat bergerak
secara leluasa di dalamnya dan Becker, Gary S. 1993. Human Capital. A
dapat menggunakan segala fasilitas Theoretical and Empirical Analysis
yang tersedia. Aksesibilitas fisik with Special Reference to
merupakan faktor yang amat penting Education. Third Edition. The
untuk menunjang kemandirian para University of Chicago Press.
penyandang cacat agar mereka Champion, D.J, 1981. Basic statistics for
dapat memperoleh kesamaan social research, McMillan
kesempatan dalam berbagai aspek Pub.Co.Inc, New York.
kehidupan dan penghidupan di
masyarakat luas. Chathapuram S.Ramanathan and
3. Masing-masing kategori kecacatan Rosemery J.Link, 1999, All Our
memiliki kebutuhan aksesibilitas fisik Future, Principle and Resources for
yang berbeda sesuai dengan Social Work Practice in a Global
keterbatasan yang diakibatkan oleh Era, Wadsworth Publishing
kecacatannya. Company, Belmont, California
4. Desain arsitektural lingkungan fisik 94002.
selama ini sering menimbulkan

390
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

Champion, D.J, 1981. Basic statistics for Koentjaraningrat. 1993. Kebudayaan,


social research, McMillan Mentalitas, dan Pembangunan,
Pub.Co.Inc, New York. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Davenport, F.C.B. (1994). PHYSICAL Organisasi Perburuhan Internasional
ACCESSIBILITY: A Step by Step Kaidah ILO tentang Penanganan
Guide to Eliminate Architectural Penyandang Cacat di Tempat Kerja
Barriers. Victoria: Access and Organisasi Perburuhan
Mobility Sub-Committee. Internasional, 2002 ISBN 978-92-2-
819771-6 (print) 978-92-2-819772-
Depertemen Sosial RI, 2005, Undang
3 (web pdf)
Undang Republik Indonesia No 4
Tahun 2005 tentang Penyandang Suharto, Edi, (1997). Pembangunan
Cacat , Jakarta. Kebijakan Sosial & Pekerjaan
Sosial, Lembaga Studi
Didi Tarsidi. (1997). Upaya Menciptakan
Pembangunan STKS Bandung,
Fasilitas Umum Dan Lingkungan
Yang Aksesibel demi Kesamaan Undang-undang RI No. 4 Tahun 1997
Kesempatan bagi Penyandang tentang Penyandang Cacat.
Cacat untuk Hidup Mandiri dan
Tjiptoherijanto, Prijono. 1989. Untaian
Bermasyarakat. Makalah disajikan
Pengembangan Sumber Daya
dalam seminar dalam rangka
Manusia. Lembaga Penerbit
memperingati Hari Internasional
Fakultas Ekonomi Universitas
Penyandang Cacat Propinsi Jawa
Indonesia - Jakarta.
Barat.
Todaro, Michael P.; Smith, Stephen C.
Goldsmith, S. (1976). DESIGNING FOR
2008. Pembangunan Ekonomi.
THE DISABLED. London: Royal
Edisi Sembilan-Jilid 1. Penerbit
Institute of Architects Publications
Erlangga - Jakarta.
Ltd.
Zuhal. 2008. Kekuatan Daya Saing
Haryanto. (2007). Model rehabilitasi
Indonesia, Mempersiapkan
penyandang cacat di pedesaan,
Masyarakat Berbasis Pengetahuan.
Laporan Penelitian, PLB FIP UNY.
Penerbit Buku Kompas - Jakarta

391
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

392
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

PENGEMBANGAN RANCANGAN MEDIA PEMBELAJARAN MOBILE PHONE BASE


LEARNING UNTUK MATERI SINTAKS BASIC SQL PADA MATA KULIAH BASIS
DATA LANJUT (STUDI KASUS PADA JURUSAN PENDIDIKAN TI SEMESTER III)

Oleh:
I Made Agus Wirawan *)
kadexjus@yahoo.com

ABSTRACT

This study aims to (1) designing an instructional media based on Mobile Phone Base
Learning for Basic SQL Materials on Advanced Database Teaching. (2) implement an
instructional media based on Mobile Phone Base Learning for Basic SQL Materials on
Advanced Database Teaching. And (3) describe the student response using instructional
media based on Mobile Phone Base Learning for Basic SQL Materials on Advanced
Database Teaching.
The method used in this study is the research and development method, which is the
selected design development using Dick & Carey Model. Because the main outcome will
be produce a software research, then in the process of media development will be
equipped with a special method of software development (Software Development Life
Cycle (SDLC) method). In order to validate the academic and scientific software products
will be validated and tested through the three stages of testing :
1. Test the technical product (technical test) as a software, this testing was conducted
by researchers with software testing procedures based on the standard method
(Waterfall SDLC-based model).
2. Test the product as a instructional media, through an content expert reviewer, media
experts reviewer and a small group test conducted by two students of the PTI
Department, Undiksha Singaraja.
3. Test the product on the field through testing to students of PTI, Undiksha Singaraja,
who took a course Advanced Database.
The results showed that the Mobile Phone Base software is able to present Basic
SQL material in Subjects Advanced Database. Instructional media on Mobile Phone Base
Learning can be used as an alternative media (suplment) of instructional Basic SQL
materials in Subjects Advanced Database. Student response to the development and use
of this software is positive.
Keywords : Mobile Technology, Advanced Database, Learning Media, Mobile Learning

*) Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Universitas Pendidikan Ganesha Bali

PENDAHULUAN

Mata Kuliah Basis Data Lanjut Review Pemahaman Konsep dan


merupakan salah satu mata kuliah wajib Implementasi Bahasa SQL (Structured
bidang IT yang ada di jurusan Query Language) Advandce. Mata kuliah
Pendidikan Teknik Informatika. Materi Basis Data Lanjut merupakan mata
yang disajikan dalam perkuliahan Basis kuliah lanjutan dari mata kuliah Basis
Data Lanjut berupa: 1) Review Data, dimana setiap mahasiswa yang
pemahaman konsep dan perancangan akan mengambil mata kuliah Basis Data
Basis Data, 2) Review Pemahaman Lanjut wajib menyelesaikan perkuliahan
Konsep dan Implementasi Bahasa SQL Basis Data. Mata kuliah Basis Data
(Structured Query Language) Basic, 3) Lanjut merupakan mata kuliah praktikum,

393
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

dimana proses pembelajaran dilakukan 4. Kurang efektifnya proses


di laboratorium komputer. pembelajaran di jurusan PTI
Namun berdasarkan analisis dari khususnya pada kuliah Basis Data
hasil observasi dan wawancara yang Lanjut, disebabkan oleh banyaknya
dilakukan peneliti pada pembelajaran hari libur nasional maupun hari libur
Mata Kuliah Basis Data Lanjut yang telah keagamaan.
dilakukan sebelumnya, ditemukan bahwa
tingkat penguasaan materi mahasiswa Pemikiran inilah yang melatar
dalam mata kuliah tersebut cukup belakangi penelitian ini untuk
rendah. mengembangkan sebuah media
Hasil belajar mata kuliah Basis Data pembelajaran berupa Pengembangan
Lanjut yang cukup rendah ini, Mobile Phone Base Learning pada Mata
dikarenakan dari beberapa kendala yang Kuliah Basis Data Lanjut. Selain
dihadapi selama proses pembelajaran merancang media Mobile Phone Base
berlangsung, diantaranya: Learning, penelitian ini juga bertujuan
1. Salah satu masalah yang sering untuk mengetahui dan mendeskripsikan
dijumpai adalah kurangnya respon mahasiswa Jurusan PTI
pemahaman pada materi sintaks Undiksha Singaraja terhadap
SQL. Salah satu contoh yang sering pengembangan dan penggunaan Mobile
dijumpai adalah sintaks SQL untuk Phone Base Learning sebagai alat bantu
proses menampilkan data pada suatu interaksi pada Mata Kuliah Basis Data
database Lanjut khususnya pada materi Sintaks
SELECT daftar-kolom Basic SQL
FROM daftar-tabel
[WHERE kondisi-record-dalam-tabel] METODOLOGI PENELITIAN
[ORDER BY daftar-kolom-
pengurutan] Jenis Metode Kajian
Pada sintaks SQL, mahasiswa sering Metode yang digunakan dalam
lupa dalam menguasai penelitian ini adalah metode penelitian
formula/format penulisan SQL. pengembangan (research and
Disamping itu pemahaman konsep development), dimana desain
penentuan daftar kolom dalam fungsi pengembangan yang dipilih adalah
SELECT masih kurang, sehingga menggunakan Model Dick & Carey
pengajar memerlukan waktu (1990) (dikutip dari Santyasa, 2009).
tambahan untuk menjelaskan dari Karena luaran utama yang akan
pemahaman tersebut. Padahal dihasilkan dalam penelitian berupa
pemahaman konsep basic SQL sebuah perangkat lunak, maka dalam
sudah diberikan pada mata kuliah proses pengembangan media akan
Basis Data. dilengkapi dengan metode khusus
2. Mahasiswa kurang aktif dalam pengembangan perangkat lunak dengan
meluangkan waktu untuk belajar menggunakan metode Software
materi Sintaks Basic Basis Data Development Life Cycle (SDLC) dengan
Lanjut di luar kelas. Hal tersebut Waterfall-based Model.
dikarenakan sarana belajar yang Agar dapat divalidasi secara
digunakan kurang fleksibel. akademik dan ilmiah, produk perangkat
3. Mata kuliah Basis Data Lanjut lunak yang dihasilkan dari proses
merupakan mata kuliah praktikum, pengembangan ini akan divalidasi dan
sehingga untuk mempraktekkan diuji melalui tiga tahap pengujian yaitu :
materi dari Basis Data Lanjut terlebih (1) Uji produk secara teknik (technical
dahulu mahasiswa diwajibkan test) sebagai sebuah perangkat lunak,
memahami konsep Sintaks Basic dilakukan oleh peneliti dengan prosedur
SQL, sehingga dalam praktek akan pengujian perangkat lunak berdasarkan
lebih mudah penerapannya. standar metode SDLC dengan Waterfall-
based Model. (2) Uji produk sebagai

394
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

sebuah media pembelajaran, melalui


tinjauan ahli isi, ahli media dan uji
kelompok kecil yang dilakukan oleh dua
mahasiswa Jurusan PTI Undiksha
Singaraja, sesuai dengan standar
evaluasi dari desain pengembangan
Model Dick and Carey. (3) Uji produk di
lapangan melalui uji coba ke mahasiswa
Jurusan PTI, Undiksha Singaraja, yang
mengambil mata kuliah Basis Data
Lanjut.
Sesuai dengan desain
pengembangan Model Dick and Carey,
dan dengan penyisipan proses
pengembangan perangkat lunak dengan
Model Waterfall, tahap-tahap
pengembangan dilakukan dalam lima
tahap, sebagai berikut : (1) Tahap Metodologi SDLC ini merupakan
Pertama : menentukan mata kuliah yang metodologi untuk menganalisis dan
menjadi obyek pengembangan (2) Tahap merancang sebuah sistem secara
Kedua :analisis kebutuhan. (3) Tahap terstruktur
Ketiga :proses mengembangkan draft
dan rancangan perangkat lunak. (4) Tahap kelima yang merupakan
Tahap Keempat : implementasi tahap terakhir dari desain
perangkat lunak (5) Tahap Kelima : pengembangan adalah tahapan
Pengujian (technical test, tinjauan ahli pengujian perangkat lunak, tinjauan ahli
media dan uji coba lapangan) media, ahli isi dan uji coba lapangan,
yang disajikan dalam gambar berikut ini :

Karena media yang


dikembangkan dalam penelitian
pengembangan ini akan menghasilkan
produk akhir berupa perangkat lunak
program simulasi, maka tahap ketiga
akan dilanjutkan dengan tahap keempat Komponen evaluasi oleh ahli isi dan
dari desain pengembangan yang ahli media dan desain pembelajaran
diadaptasikan dengan metode mencakup kelayakan isi, kebahasaan,
pengembangan perangkat lunak yaitu sajian, dan kegrafikan. Berdasarkan hasil
metode Software Development Life evaluasi ahli isi dan ahli media
Cycle (SDLC) dengan Waterfall Model. pembelajaran tersebut, selanjutnya
dapat dilakukan revisi atau perbaikan
terhadap media yang dikembangkan.

395
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

Uji coba lapangan untuk menguji berupa angket. Instrumen dan metode
kebenaran dari hipotesis penelitian, evaluasi yang digunakan untuk uji
dilakukan melalui uji coba secara lapangan untuk mendapatkan respon
terbatas ke mahasiswa Jurusan siswa yaitu berupa angket. Angket
Pendidikan Teknik Informatika, respons mahasiswa validitasnya diuji
Universitas Pendidikan Ganesha, dengan expert judgement dengan
Singaraja, yang mengambil mata kuliah menggunakan skala likert 5.
Basis Data Lanjut. Perangkat lunak yang
telah dihasilkan dan diuji melalui tahapan Analisis Data
pengembangan di atas, selanjutnya Respons mahasiswa digali
diujikan dalam pembelajaran di kelas menggunakan kuesioner dengan skala
untuk melihat respons mahasiswa likert 5 (nilai dari 1 sampai 5) yang
terhadap penggunaan media. dianalisis secara deskriptif. Konversi
tingkat respons mahasiswa dapat dilihat
Variabel pada tabel Kualifikasi Respons
Dalam penelitian ini variabel bebas Mahasiswa berikut ini :
(independent variabel) dalam penelitian
ini adalah jenis alat bantu interaksi Rentangan Nilai Kategori
pembelajaran Sinaks Basic SQL pada Respons
Basis Data Lanjut yang digunakan, yaitu Mi + 1,5 Si ≤ x Sangat Positif
dengan skema statik konvensional atau Mi + 0,5 Si ≤ x < Mi + 1,5 Si Positif
dengan Mobile Phone Base Learning Mi – 0,5 Si ≤ x < Mi + 0,5 Si Ragu-ragu
yang dikembangkan dalam penelitian ini. Mi – 1,5 Si ≤ x < Mi - 0,5 Si Negatif
Sedangkan variabel terikat X < Mi - 1,5 Si Sangat Negatif
(dependent variabel) yang diukur dalam Mi = ½ (skor tertinggi ideal + skor terendah
penelitian adalah respons mahasiswa ideal)
Jurusan Pendidikan Teknik Informatika Si = 1/6 (skor tertinggi ideal - skor terendah
Undiksha Singaraja terhadap ideal)
pengembangan dan penggunaan Mobile
Phone Base Learning sebagai alat bantu HASIL PENELITIAN
interaksi pembelajaran Sintaks Basic Untuk implementasi menu utama
SQL. dibuat empat class pendukung yang,
diantaranya : class Customer
Sampel/Subjek Penelitian Footer.java, Custom String Menu.java,
Penelitian ini dilakukan di Jurusan Menu Canvas.java, dan MyCanvas.java.
Pendidikan Teknik Informatika, Serta satu class interface yaitu
Universitas Pendidikan Ganesha, SintaksSQL.java
Singaraja. Yang akan menjadi
sampel/subjek dalam penelitian ini
adalah mahasiswa Jurusan Pendidikan
Teknik Informatika, Universitas
Pendidikan Ganesha, yang mengambil
Mata Kuliah Basis Data Lanjut pada
semester III Tahun Ajaran 2010/2011.

Instrumen Penelitian dan Metode


Pengumpulan Data Pada saat dilakukan uji coba
Instrumen dan metode evaluasi terbatas di kelas, untuk mengetahui
yang digunakan untuk pengujian respons mahasiswa terhadap
perangkat lunak (technical test) yaitu penggunaan perangkat lunak dalam
berupa form komponen ujiInstrumen dan pembelajaran Sintaks Basic SQL, terlihat
metode evaluasi yang digunakan untuk sekali respom mahasiswa dalam
tinjauan ahli media dan ahli isi yaitu penggunaan perangkat lunak ini. Uji
lapangan melalui uji coba ke mahasiswa

396
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

Jurusan PTI, Undiksha Singaraja, yang Rerata respons mahasiswa


mengambil mata kuliah Basis Data diperoleh sebesar 38 yang secara umum
Lanjut. Pengujian ini dilakukan dari menunjukkan bahwa respons mahasiswa
tanggal 8 sampai dengan 29 Oktober adalah positif terhadap penggunaan
2010 bertempat di Laboratorium Jurusan Mobile Phone Base Learnng pada materi
PTI. Pengujian ini dilakukan untuk Sintaks Basic SQL mata kuliah Basis
mendapatkan respon dan motivasi Data Lanjut.
belajar mahasiswa yang belajar Sintaks
Basic SQL pada mata kuliah Basis Data PEMBAHASAN
Lanjut. Adapun hasil dari respon dan
Dengan diimplementasikannya
motivasi mahasiswa dapat dilihat pada
konsep dan sintaks tersebut ke dalam
lampiran...Hasil dari respon mahasiswa
device handphone, maka kendala –
yang terdiri dari 10 butir pernyataan
kendala yang dihadapai dalam proses
diukur dengan skala likert 1-5 sehingga
pembelajaran Sintaks Basic SQL pada
skor tertinggi ideal dan skor terendah
matakuliah Basis Data Lanjut dapat
ideal masing-masing adalah 50 dan 10.
diatasi. Hal tersebut dikarenakan
Perhitungan rerata ideal dan simpangan
pemanfaatan device handphone, proses
baku ideal adalah sebagai berikut :
pembelajaran dapat dilaksanakan
Rerata Ideal (Mi) = ½ (skor tertinggi
dimana saja dan kapan saja.
ideal + skor terendah ideal)
Pada saat dilakukan uji coba
= ½ (50 + 10)
terbatas di kelas, untuk mengetahui
= 30
respons mahasiswa terhadap
Simpangan Baku Ideal (Si) = 1/6
penggunaan perangkat lunak dalam
(skor tertinggi ideal – skor terendah
pembelajaran Sintaks Basic SQL, terlihat
ideal)
sekali respon mahasiswa dalam
= 1/6 (50 - 10)
penggunaan perangkat lunak ini. Dengan
= 6,7
adanya media ini mahasiswa dapat
Kategori respons mahasiswa
meluangkan waktu belajar Sintaks Basic
terhadap penggunaan Mobile Phone
SQL, hal tersebut terlihat dari respon
Base Learning pada materi Sintaks Basic
positif mahasiswa yang diberikan di akhir
SQL mata kuliah Basis Data Lanjut dapat
materi perkuliahan Sintaks Basic SQL
dilihat pada tabel Rentang Skor Kategori
.Dengan adanya respons yang positif
Respons Mahasiswa.
dari mahasiswa yang melakukan
pembelajaran Sintaks Basic SQL pada
Rentang Skor Kategori
40 ≤ x Sangat Positif
mata kuliah Basis Data Lanjut dengan
33,4 ≤ x < 40 Positif perangkat lunak Mobile Phone Base
26,6 ≤ x < 33,4 Ragu-ragu Learnng ini, diharapkan nantinya akan
20 ≤ x < 26,6 Negatif mampu meningkatkan tingkat
x < 20 Sangat Negatif penguasaan materi mahasiswa dalam
perkuliahan Basis Data Lanjut
Distribusi respons mahasiswa khususnya pada materi Sintaks Basic
terhadap penggunaan Mobile Phone SQL, dan akan meningkatkan hasil
Base Learning disajikan pada tabel belajar mahasiswa. Untuk tahun ini,
Respons Mahasiswa terhadap penelitian pengembangan ini hanya
penggunaan Mobile Phone Base dilaksanakan untuk proses
Learning. pengembangan perangkat lunak dan uji
Jumlah coba terbatas untuk mengetahui respons
Kategori Mahasiswa Persentase mahasiswa terhadap perangkat lunak
Sangat Positif 12 orang 34,29 % yang dikembangkan.
Positif 18 orang 51,43 %
Ragu-ragu 4 orang 11,43 %
Negatif 1 orang 3,86 %
Sangat Negatif 0 orang 0,00 %

397
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

PENUTUP Daftar Pustaka


Berdasarkan hasil penelitian dan Buku:
pembahasan di atas, dapat disimpulkan Holzinger et all, Mobile Phones as a
beberapa hal sebagai berikut : Challenge for m-Learning: Examples
1. Perangkat lunak Mobile Phone Base for Mobile Interactive Learning
Learning mampu menyajikan materi Objects (MILOs), IEEE Computer
Sintaks Basic SQL yang dapat Society,2006.
dibelajarkan oleh mahasiswa kapan
John Traxler, Defining Mobile Learning,
pun dan dimanapu (Any time any
IADIS International Conference
where).
Mobile Learning, 2005
2. Perangkat lunak Mobile Phone Base
Learning menjadi suatu media Muh Tamimuddin H; Proceeding
alternative dalam pembelajaran Perancangan Aplikasi M-Learning
Sintaks Basic SQL pada mata kuliah Berbasis Java,2006
Basis Data Lanjut yang efektif dan
Santyasa, 2009, “Metode Penelitian
efisien, dikarenakan sumber daya
Tindakan Kelas, Pengembangan,
(resource) yang dibutuhkan
Korelasional, Kausal Komparatif, dan
perangkat lunak Mobile Phone Base
Eksperimen”, Lembaga Penelitian
Learning tidak terlalu besar di
Universitas Pendidikan Ganesha,
bandingkan dengan penggunaan
Singaraja
media elektronik lainnya. Sehingga
mendukung konsep go green pada Slameto. Belajar dan Faktor-Faktor Yang
Universitas Pendidikan Ganesha Menpengaruhinya. 2003.
3. Respons mahasiswa terhadap Jakarta:Rineka Cipta.
pengembangan dan penggunaan
perangkat lunak Mobile Phone Base Web:
Learning untuk pembelajaran Sintaks Akhmad Sudrajat.Media Pembelajaran.
Basic SQL pada mata kuliah Basis
Diakses pada 7 Februari 2009, dari
Data Lanjut adalah positif.
alamat
http://akhmadsudrajat.wordpress.com

398
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

WEB BASED LEARNING (WBL) BERBASIS LEARNING MANAGEMENT SYSTEM


(LMS) UNTUK MENDUKUNG PEMBELAJARAN

Oleh:
Indah Dwi Lestantri *)
indah.lestari@polman.astra.ac.id

ABSTRACT

Today information technology is growing rapidly. Information technology was


developed to assist in various fields, including education. One form of information
technology to support learning is a Learning Management System (LMS). There are
various forms of learning using the LMS, including Computer Based Learning (CBL) and
Web Based Learning (WBL).
WBL is a web-based instruction model. WBL is generally used as a medium for
training or study. As the media used for learning, WBL must provide function as provider
of material and evaluate the level of understanding achieved by the student materials.
WBL developed should be tailored to the needs of the institution. In order to meet the
needs of WBL in accordance with the needs of the institution, making storyboards and
grain evaluation done beforehand to generate the appropriate content. WBL was
developed with LMS based. Many LMS tools are available that are paid. This study covers
the manufacture of WBL and LMS are developed using simple tools, namely PHP and
MySQL. PHP and MySQL are open source software, so that the development was not
costly and results in accordance with the needs of the institution. Some of the benefits of
WBT development is among others to assist students in understanding the material,
students' independent learning, helping students to repeat material, reducing the role of
teacher as a subject which is teacher centric, easy to monitor student performance to the
understanding of a material.

Keywords : WBL, learning, web based, management, system, LMS.


*)
Politeknik Manufaktur Astra

PENDAHULUAN

Teknologi informasi berkembang secara E-learning (pengetahuan berbasis


cepat.Dampak positif perkembangan elektronik) merupakan salah satu bentuk
teknologi informasi adalah semakin pembelajaran yang dikembangkan dalam
banyaknya penggunaaan teknologi organisasi usaha pendidikan, baik oleh
informasi di semua bidang.Teknologi institusi pendidikan maupun lembaga
informasi juga merubah cara suatu training. Salah satu bentuk e-learning
organisasi dalam menjalankan usaha. yang dapat dikembangkan adalah web
Suatu organisasi dituntut untuk dapat based learning (WBL). WBL merupakan
dengan cepat mengantisipasi perubahan salah satu model e-learning yang
yang ada. Perubahan yang terjadi dapat berfungsi antara lain sebagai media
timbul dari dalam organisasi itu sendiri pembelajaran dalam bentuk web guna
ataupun dari luar. Segala perubahan itu meningkatkan kemampuan pemahaman
menuntut suatu organisasi untuk cepat siswa terhadap suatu materi. WBL berisi
beradaptasi.Bentuk adaptasi itu materi pengajaran yang dapat diakses
memungkinkan suatu organisasi untuk oleh siswa atau pengguna. Aplikasi ini
selalu berubah sesuai dengan dapat dijalankan oleh banyak siswa
kebutuhan. dalam lokasi dan waktu yang
bersamaan.

399
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

requirement, analysis system, program


Aplikasi WBL bersifat client server. WBL design, coding, testing dan operations.
dijalankan diatas machine learning. Tahapan tersebut merupakan metode
Penggunaan machine learning saat ini waterfall. Langkah-langkah yang
belum banyak dipakai oleh lembaga dilakukan secara rinci dijelaskan sebagai
training maupun institusi pendidikan berikut :
diantaranya karena mahalnya biaya yang 1. System requirement
dikeluarkan untuk pembelian software Tahapan yang meliputi
yang digunakan untuk menjalankan peninjauan terhadap intitusi pendidikan
WBL. Kondisi tersebut menjadi salah dalam hal menentukan sistem yang akan
satu faktor pengembangan WBL tidak dikembangkan. Pada tahap dilakukan
dilakukan. Dengan dikembangkannya user requirement yang berguna untuk
Learning Management System (LMS) mengidentifikasikan kebutuhan user.
yang bersifat open source diharapkan 2. Software requirement
dapat memenuhi kebutuhan institusi Tahapan menentukan perangkat
pendidikan, lembaga training, maupun lunak yang akan digunakan untuk
perusahaaan dalam implementasi WBL. pengembangan sistem. Tahapan ini
meliputi penentuan DBMS (Database
Pengembangan WBL dengan Management System) dan bahasa
berbasiskan LMS dalam pembelajaran pemrograman yang akan digunakan
memiliki berbagai keuntungan, antara dalam pengimplementasian.
lain 3. Analysis system
1. WBL membantu siswa untuk lebih Tahapan ini menganalisis sistem
mendalami pemahaman terhadap berdasarkan data yang diperoleh pada
suatu materi. tahap sebelumnya agar dapat
2. WBL dapat digunakan sebagai sarana memberikan alternatif solusi.
untuk mengukur pemahaman siswa 4. Program design
terhadap suatu materi. Tahapan ini meliputi rancangan
3. Dapat digunakan untuk melihat sistem secara secara konseptual dan
performance siswa akan pemahaman fisik. Rancangan sistem secara
terhadap suatu materi. konseptual yang meliputi DFD (Data
4. LMS dapat digunakan sebagai wadah Flow Diagram), E-RD (Entity
penyimpanan materi pembelajaran Relationship Diagram), dan CDM
dalam bentuk elektronik, sehingga (Conceptual Data Model. Sedangkan,
tidak membutuhkan tempat yang untuk rancangan fisik kaitannya dengan
besar. pengembangan model E-RD ke dalam
5. LMS dapat didesain sesuai kebutuhan suatu rancangan database. Rancangan
institusi, lembaga, maupun sistem secara fisik meliputi proses
perusahaan. pembuatan PDM (Physical Data Model),
6. Mengurangi cost dalam perancangan rinci tabel, dan
penyelenggaraaan pembelajaran perancangan user interface.
karena tidak bersifat teacher centris 5. Coding
dan paper less. Tahap ini menghasilkan aplikasi
produksi sesuai dengan hasil
Pembuatan WBL dalam penulisan ini desain sistem.
mengambil tema perakitan komputer. 6. Testing
Pembuatan WBL ini ditujukan untuk Tahap pengujian aplikasi untuk
sebuah institusi pendidikan swasta, di menguji kesesuaian antara proses
Jakarta. bisnis, desain sistem, dan aplikasi.
Dalam proses ini juga dilakukan
METODOLOGI perbaikan bila terdapat kesalahan agar
Tahapan yang dilakukan dalam sesuai dengan user.
pengembangan LMS dan WBL meliputi 7. Operations
system requirement, software

400
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

Tahap ini dilakukan implementasi informasi, yang ditampilkan dapat


aplikasi. diorganisasi dan disimpan dengan baik.
Data dan informasi dapat digunakan
Penggalian user requirement dilakukan kembali sesuai dengan kebutuhan.
dalam bentuk wawancara dan 2. Mengatur siklus hidup situs web.
pendekatan dengan menggunakan LMS memberikan fasilitas kepada
prototyping. Penggalian data dalam para untuk mengelola isi yang akan
bentuk penyebaran quisioner dilakukan ditampilkan.
untuk melihat hasil implementasi 3. Mendukung pola (template) situs web
penggunaan WBL Setiap halaman situs web berasal
dari pola yang telah disediakan oleh
HASIL DAN PEMBAHASAN LMS. Salah satu tujuannya adalah untuk
menjaga konsistensi tampilan situs web.
WBL memiliki beberapa definisi. 4. Akurasi.
Beberapa literatur menyatakan bahwa Data yang ada bersifat lebih akurat
WBL hanya terbatas pada apa yang karena LMS mendukung alur kerja dan
terlihat pada akses web (web browser), hak akses.
tanpa menggunakan perangkat lunak
atau komponen tambahan lain, Menurut Landay & Mayers (2006),
sebagaimana yang tercantum dalam storyboard adalah tulisan dasar yang
definisi umum. Lebih lanjut, menurut Lee digunakan untuk menggambarkan atau
& Tsai (2005) WBL dapat didefinisikan menuliskan sesuatu. Storyboard
sebagai suatu aplikasi tertentu yang digunakan untuk mengemukakan
menggunakan teknologi web, yang tentang layout dan navigasi situs web.
digunakan untuk membantu proses Storyboard berguna agar kita, sebagai
pembelajaran. pembuat aplikasi dapat mengetahui
bagaimana situs web yang dibangun
Learning Management System atau bekerja. Storyboard dapat dibuat dengan
yang kemudian dikenal dengan LMS membuat sketsa kertas atau
secara umum merupakan suatu sistem menggunakan suatu aplikasi grafis.
yang memberi kemudahan pada para Storyboard yang baik memiliki syarat-
pengelolanya dalam mengelola, syarat, yaitu jelas, menjual ide, dan tidak
melakukan perubahan, dan mengatur bersifat fantasi. Untuk membangun
hak akses pengguna. Menurut Gun Gun storyboard perlu diperhatikan unsur-
(2001) LMS adalah sebuah sistem yang unsur yang meliputi elemen kunci,
memberikan kemudahan kepada interaktif (diantaranya, fasilitas tes), dan
administrator dalam menambah, antar muka yang nyaman digunakan
mengadakan perubahan isi sebuah situs oleh. Elemen kunci storyboard meliputi
dinamis dan mengelola hak akses tanpa unsur-unsur, yaitu:
sebelumnya dibekali pengetahuan a. Bersifat logis.
tentang hal-hal yang bersifat teknis. b. Setelah menggunakan aplikasi ini
Dengan demikian, setiap orang, user diharapkan dapat memahami
penyusun maupun editor, setiap saat materi yang disajikan.
dapat menggunakan secara leluasa c. Mengandung pengetahuan atau
untuk membuat, menghapus, dan keterampilan yang mendukung tujuan
memperbaharui isi situs web tanpa dibangunnya WBT.
campur tangan langsung dari pihak d. Desain rancangan (layout) mencakup
master web. judul, tombol navigasi, area untuk
teks, dan area untuk grafik atau
LMS dapat memberikan sejumlah gambar.
manfaat, diantaranya : e. Dapat menambahkan unsur yang lain
1. Manajemen data. untuk mendukung materi training
Manajemen data merupakan yang disajikan, meliputi foto, video,
fungsi utama LMS. Semua data dan suara, dan lain-lain.

401
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

c. Membuat ringkasan dari masing-


Salah satu cara membangun antar masing bagian/bab.
muka yang nyaman yang digunakan oleh d. Mengembangkan ringkasan setiap
pengguna adalah penggunaan teks. bab. Menggunakan metode
Untuk membuat teks yang baik perlu metafora (bertingkat) untuk
diperhatikan hal-hal sebagai berikut : memudahkan WBT memahami
a. Teks yang dituangkan tidak panjang materi.
lebar dan rumit. 4. Implementasi.
b. Dalam satu halaman situs web teks Pada tahap ini dilakukan
yang dituangkan tidak terlalu banyak. pembuatan basis data (database),
c. Memuat istilah yang umum. menghubungkan tabel-tabel dalam basis
d. Menghindari salah pengetikan dan data dan mengimplementasikan dalam
ejaan. bentuk pengkodean. Pada tahap ini juga
e. Menggunakan tata bahasa yang dilakukan pengkodean terhadap bagian-
benar. bagian kecil program, dengan langkah
f. Konsistensi dalam penggunaan sebagai berikut:
bahasa. a. Siapkan gambar dalam bentuk
g. Menghindari bahasa yang bersifat arsip (file) elektronik. Format
berlebih-lebihan. gambar sebaiknya dalam bentuk
jpg/gif untuk menghindari akses
Pembuatan WBL yang berat pada WBT.
Pembuatan WBT dilakukan dengan b. Siapkan pola (template) untuk
langkah-langkah sebagai berikut : pembagian letak teks dan gambar
1. Penentuan Masalah. dalam bentuk file html.
Pada tahap ini dilakukan diskusi c. Salin (copy) teks yang diambil dari
untuk menggali kebutuhan mengenai storyboard dan letakkan ke dalam
tujuan pembuatan WBL, Keuntungan file template dalam bentuk html
pembuatan WBL, dan tema yang diambil yang telah dibuat.
untuk pembuatan WBL. 5. Integrasi Sistem.
2. Analisa Kebutuhan. Pada tahapan integrasi sistem
Pada tahap ini dilakukan analisa dilakukan penggabungan semua
kebutuhan dan membuat spesifikasi komponen situs web menjadi situs web
lengkap tentang isi, jenis script yang yang utuh dan lengkap.
digunakan, menentukan web statis atau 6. Penempatan WBL.
web dinamis, penggunaan multimedia, Pada tahap penempatan WBL,
dan kebutuhan-kebutuhan lainnya. WBL yang telah dibuat ditempatkan pada
3. Membuat rancangan (prototype). server yang telah disediakan
Pada tahap pembuatan prototype
ini, hal yang sangat penting untuk Pengembangan LMS
dilakukan adalah membuat desain LMS dikembangkan dengan
halaman depan. Hal ini dilakukan karena menggunakan software PHP dan
seluruh halaman situs web akan MySQL, Software ini dipilih karena
mengacu pada desain halaman depan. memiliki kelebihan, yaitu bersifat open
Dalam tahapan ini desain gambar, foto, source.
suara, video sesuai dalam storyboad
disiapkan. Untuk membuat storyboard Model Data
langkah-langkah yang dilakukan adalah Database disimpan pada server
sebagai berikut: dengan nama database WBL dengan
a. Mengumpulkan dan memahami maksud untuk memudahkan pengenalan
keseluruhan materi yang akan database yang digunakan. Pemodelan
disajikan dalam WBL. data dalam bentuk Physical Data Model
b. Menentukan banyaknya halaman dapat dilihat pada Gambar 1.
yang ingin dibuat, disesuaikan
dengan durasi WBL.

402
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

jenis tabel transaksi. Rancangan


pengisian id_course, id_unit, id_topik,
t_ c o u r s e _ te s t

fk id _ c o u r s e tin y in t ( 4 )
p k n o t in y i n t ( 4 )
t _ c o u r s e _ ja w a b

fk id _ u s e r v a r c h a r (1 0 0 )
fk id _ c o u r s e tin y in t ( 4 )
id_screen, id_no bersifat menggunakan
* n o tin y in t ( 4 )

nomor secara urut. Tipe data tinyint lebih


p k g r u p t in y i n t ( 4 )
* ty p e c h a r (2 ) * g r u p tin y in t ( 4 )
* j w b t i n y in t ( 4 ) * ja w a b t in y i n t ( 4 )
* c re a _ b y v a rc h a r (2 0 ) * n il a i t in y i n t ( 4 )
* d a te _ c r e a d a te * d a te _ in s d a t e
* m o d i_ b y v a r c h a r (2 0 )

menghemat memori karena jumlah bit


* d a te _ m o d i d a te

lebih kecil dari pada tipe data integer.


t_ c o u rs e
t_ u s e r
p k id _ c o u r s e t in y i n t ( 4 ) p k i d _ u s e r t i n y in t ( 1 0 )
* d e s c r v a rc h a r (1 0 0 ) * p a s s w o rd v a rc h a r (1 0 0 )
* n m _ f o ld e r v a r c h a r ( 1 0 0 )
* c re a _ b y v a rc h a r (2 0 )

Berkaitan denga kedua alasan tersebut,


* d a te _ c r e a d a te
* m o d i_ b y v a r c h a r (2 0 )
* d a te _ m o d i d a te

t_ u n it t_ u n it_ te s t t _ u n it_ ja w a b
maka tipe data tinyint sesuai digunakan
fk id _ c o u r s e tin y in t ( 4 )
p k id _ u n i t t in y i n t ( 4 )
* d e s c r v a rc h a r (1 0 0 )
* c re a _ b y v a rc h a r (2 0 )
* d a te _ c r e a d a te
fk id _ c o u r s e tin y in t ( 4 )
fk id _ u n it tin y in t ( 4 )
p k id _ to p ik tin y in t ( 4 )
* d e s c r v a rc h a r (1 0 0 )
* c re a _ b y v a rc h a r (2 0 )
* d a te _ c r e a d a te
f k id _ u s e r v a r c h a r ( 1 0 0 )
f k id _ c o u r s e t in y i n t ( 4 )
f k id _ u n i t t in y i n t ( 4 )
p k n o tin y in t ( 4 )
p k g ru p tin y in t ( 4 )
* j a w a b t i n y in t ( 4 )
dalam penggunaan aplikasi ini.
* m o d i_ b y v a r c h a r (2 0 )
* d a te _ m o d i d a te * m o d i_ b y v a r c h a r ( 2 0 ) * n i l a i t i n y in t ( 4 )
* d a te _ m o d i d a te p k d a te _
* d e s c r v a rc h a r (1 0 0 )
* c re a _ b y v a rc h a r (2 0 )
* d a te _ c re a d a te
* m o d i_ b y v a r c h a r ( 2 0 )

t _ to p ik

fk id _ c o u r s e tin y in t ( 4 )
fk id _ u n it t in y in t ( 4 )
p k id _ t o p i k t i n y in t ( 4 )
t_ s c r e e n

f k i d _ c o u r s e t in y i n t ( 4 )
f k id _ u n it tin y in t ( 4 )
f k id _ t o p ik tin y in t ( 4 )
* d a te _ m o d i d a te

Tipe varchar digunakan pada


p k id _ s c r e e n tin y in t ( 4 )

beberapa field seperti crea_by, descr,


* d e s c r v a rc h a r (1 0 0 ) * ty p e t in y in t ( 4 )
* c re a _ b y v a rc h a r (2 0 ) p k u rl v a rc h a r (2 0 0 )
* d a te _ c r e a d a te
* c re a _ b y v a rc h a r (2 0 )
* m o d i_ b y v a r c h a r (2 0 ) * d a te _ c r e a d a te
* d a te _ m o d i d a te * m o d i_ b y v a r c h a r ( 2 0 )
* d a te _ m o d i d a te

Gambar 1. Physical Data Model modi_by karena tipe data dengan


varchar akan memakai space sejumlah
Tabel Aplikasi karakter yang dipakai, sehingga dengan
Terdapat 9 tabel yang kita gunakan menggunakan tipe data varchar maka
untuk mengembangkan LMS. Tabel- akan lebih menghemat memori yang
tabel tersebut adalah: digunakan. Hal ini akan berdampak pada
1. Tabel, t_user, berfungsi untuk kecepatan pengaksesan suatu aplikasi.
menampung id_user dan password.
2. Tabel t_course, berfungsi untuk Beberapa field pada rancangan di
menampung modul materi. atas seperti desc dan nama folder
3. Tabel t_unit, berisi modul-modul bersifat bebas, dapat diisi sesuai dengan
training per unit. keinginan administrator. Oleh karena itu
4. Tabel t_topik, berisi menampung lebar tipe data yang diberikan cukup
materi dalam bentuk per-topik. lebar, 100. Pada rancangan beberapa
5. Tabel t_screen, berisi satuan materi field seperti modi_by, crea_by,
terkecil (per screen layar). rancangan field tersebut dirancang
6. Tabel t_course_test, berisi test dalam berisikan data nama orang, pada
suatu jenis materi. umumnya nama singkat. Sehingga
7. Tabel t_course_jawab, berisi dengan lebar 20 dirasa culup sesuai
menampung jawaban tes (test) untuk tipe data field tersebut.
dalam suatu jenis materi.
8. Tabel t_unit_test, berisi test dalam Pengembangan LMS ini
bentuk per unit per suatu jenis diharapkan dapat digunakan dalam
materi. waktu jangka panjang, sehingga
9. Tabel t_unit_jawab, berisi kemungkinan perkembangan
menampung jawaban dalam bentuk penambahan materi WBL lain ke depan
per unit per suatu jenis materi. perlu dipikirkan mulai saat ini. Untuk
training-training yang memiliki modul
Struktur tabel yang digunakan cukup banyak kemungkinan penomoran,
untuk membangun LMS diantaranya di antaranya id_screen, bisa akan
dapat dilihat pada tabel 1. Terdapat menggunakan penomoran dengan lebar
beberapa field menggunakan tipe data 3 atau 4 digit. Berkaitan dengan hal
tinyint, diantaranya pada field id_course, tersebut perancangan lebar data pada
id_unit, id_topik, id_screen, id_no karena struktur tabel di atas di rasa cukup
tabel-tabel tersebut di atas memiliki mewakili.
perkiraan laju tidak terlalu besar, Hal ini
dikarenakan semua tabel di atas bukan
Tabel 1 Tabel t_course
Nama Field Type Length Key Null
id_course tinyint 4 primary key not null
descr varchar 100 not null
nm_folder varchar 100 not null

403
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

crea_by varchar 20 not null


date_crea date not null
modi_by varchar 20 not null
date_modi date not null
dalam 5 grup. Jenis soal yang meliputi 2
D. Rancangan Format Test tipe baik pada unit test maupun pada
Format tes yang dikembangkan course test. Tipe soal meliputi multiple
pada LMS ini ada dua tipe, yaitu multiple choice (dilambangkan dengan MC)
choice dan true false. Jenis tes ada dua, maupun true false (dilambangkan
meliputi unit test dan course test. Unit dengan TF). Masing-masing grup terbagi
test adalah tes yang dilakukan di akhir atas 2 kolom. Angka pada kolom
unit dalam suatu materi training, dengan pertama grup (warna hitam)
tujuan untuk mengukur pemahaman menunjukkan nomer urut soal dan angka
pengguna terhadap suatu unit materi. pada kolom kedua grup (berwarna
Course test adalah tes yang dilakukan merah) menunjukan nomer random soal.
secara keseluruhan dalam suatu materi. d. Implementasi
Sebelum menggunakan WBL
Waktu pengerjaan tiap soal adalah pengguna harus melakukan login.
60 detik. Apabila dalam 60 detik tidak Setelah memasukkan id_user, kata
bisa menjawab dengan tidak mengirim kunci, maka akan tampil menu utama
jawaban, maka soal otomatis akan dari WBL. Gambar 3 adalah tampilan
berpindah ke soal berikutnya. menu utama WBL. Menu utama antara
Sedangkan apabila pengguna lain berisi tampilan hari dan tanggal saat
memberikan jawaban dalam kurun waktu menggunakan aplikasi. Sisi sebelah kiri
60 detik, tetapi jawaban tersebut salah, adalah menu isi materi (unit materi),
maka sistem akan memberikan komentar course test, progress dan menu exit.
dan jawaban yang benar. Menu isi materi adalah berisi mengenai
materi training. Menu course test adalah
Pengguna dapat melihat test akhir dari suatu materi. Menu
perkembangan yang dicapai per jenis progress berisikan hasil atau nilai yang
test dan per hari. Maksud test dibuat diperoleh saat melakukan test, baik itu
secara fleksible per hari dengan tujuan berupa course test maupun unit test.
agar siswa dapat melatih diri untuk
meningkatkan kemampuannya sewaktu-
waktu.

Teknis pembuatan soal, dirancang


berdasarkan grup nomor soal dan dan
secara random. Pada pengembangan
WBL ini grup test yang dirancang
sebanyak 5 grup. Random atau aturan
penomoran soal yang dikembangkan
diantaranya dapat dilihat pada Gambar 2
Gambar 3 Menu Utama

Pada saat user melakukan klik


pada topik yang dipilih maka akan tampil
Gambar 2 Format penomoran test isi materi. Desain form pada isi materi
dibagi menjadi 2. Sebelah kiri adalah
Pada Gambar 2 dapat dilihat, teks materi dan sebelah kanan adalah
format penomoran test terbagi 2 jenis gambar yang berkaitan dengan teks
random soal, yaitu random untuk unit materi. Materi training terbagi ke dalam
test dan random untuk course test. Baik dua bagian, yaitu bagian teks dan bagian
unit test maupun course test, terbagi gambar. Bagian teks disertai dengan

404
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

suara guna pengganti pengajar di depan. Pengguna dapat melihat


Bagian gambar dapat berisi image performance yang dicapai pada menu
maupun video streaming yang progress. Menu progress berfungsi untuk
mendukung teks dan suara dengan menampilkan history progress yang
maksud untuk memudahkan dicapai.WBL berbasis LMS sebagai
pemahaman. Gambar 4 adalah tampilan media pembelajaran ini telah
layar menu isi (content) materi dari WBL. diimplementasikan.dan mendapatkan
respon yang baik. Dari survey yang
dilakukan terhadap 180 siswa yang
menggunakan WBL didapatkan hasil
sebanyak 90% merasakan manfaat
adanya WBL

PENUTUP
Dengan dibangunnya WBL
berbasis LMS sebagai sarana
pembelajaran didapatkan beberapa
manfaat, antara lain memudahkan siswa
dalam memahami suatu materi karena
Gambar. 3. Tampilan layar isi WBL ini disusun secara bertingkat. Menu
(content) materi. progress sangat membantu pengajar
dalam melihat perkembangan siswa
Pada saat memilih unit materi terhadap suatu materi. WBL membantu
panduan WBL dan memilih sub menu siswa dalam melatih kemandirian siswa
panduan WBL maka akan muncul isi karena tidak bersifat teacher centris.
materi yang terlihat seperti pada Gambar Bagi suatu perusahaan, penggunaan
3. Untuk melakukan test dapat dilakukan WBL ini mengurangi biaya yang
dengan cara memilih menu course test dikeluarkan untuk akomodasi, karyawan
maupun unit test. Gambar 4 bisa belajar sewaktu-waktu tanpa
menunjukkan tampilan course test meninggalkan jam kerja sehingga secara
maupun unit test. tidak langsung akan mengurangi biaya
operasional
Pada saat mengakses course test
maupun unit test, maka tampilan test Daftar Pustaka
akan muncul, dengan default pertanyaan
yang muncul adalah pertanyaan 1. Aidyn C.C, Tirkes Guzin. (2010).
pertama. Pemberian jawaban dilakukan Open Source Learning
dengan cara memilih salah satu jawaban Management System in Distance
dan meng-klik tombol submit. Sistem Learning. The Turkish Online
akan memberikan status jawaban dan Journal of Educational
kunci jawaban yang benar. Technology, Vol. 5 Issues. 2
Tahun 2010.
2. Adi Nugroho (2005). Merakit
Komputer, Jakarta : Elek Media
Computindo.
3. Buendia, Agusti, Benlloch, Bisbal
and Lluesma. (2004). Xedu, a
proposal of Learning
Management System
Implementation. Journal of
Information Technology Impact,
Vol. 4 No. 1 Tahun 2009. Pg. 55-
Gambar. 5. Tampilan layar test. 56.

405
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

4. Date, C.J (1994). An Introduction ds/storyboard diakses 11 July


to Database System 6th ed. 2010
London : Addison-Wesley 8. Roger S Pressman (1997).
Publishing Company Rekayasa Perangkat Lunak.
5. Lee, M.-H. & Tsai, C.-C. (2005) Jakarta : Andi Yogyakarta
Exploring high school students’ Sedana Nyoman, Wijaya W.
and teachers’ preference. (2010). Utaut for Understanding
6. Leon Alkison (2001). Core PHP Learning Management System.
Programming, New York : Internetworking Indonesia Journal, Vol. 2
Prentice Hall. No. 2 Tahun 2010.
7. Landay, Mayers. (2006).
Storyboards. Diakses pada
Desember 2010, dari alamat
http://www.usabilitybok.org/metho

406
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

PERANCANGAN RADIO STREAMING LIVE PADA JARINGAN LAN


SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN

Oleh:
Indrarini Dyah Irawati
idi@ittelkom.ac.id

ABSTRACT

Audio media learning that been given have some limitations, particularly on the scope of
delivery. To maintain the audio existence, then came up an idea to give a touch of modern
technology in radio broadcasting that is the streaming radio. In this scheme, was carried
out integration between live streaming radios with Voice over Internet Protocol (VoIP) that
implemented on a Local Area Network (LAN). Results of analysis and design showed that
streaming radio is feasible developed to support the learning process.

Keywords: radio streaming, VoIP, LAN, Media pembelajaran.

*) Fakultas Elektro & Komunikasi, Institut Teknologi Telkom Bandung

PENDAHULUAN

Siaran radio merupakan sarana pemancar dan diterima oleh pesawat radio,
komunikasi verbal yang bersifat satu arah. maka pada radio streaming materi
Pada awal kemunculannya siaran radio pembelajaran dikirimkan melalui jaringan
merupakan salah satu media pertukaran internet dan diterima oleh perangkat
informasi yang sangat penting, misalnya computer. Streaming bisa dilakukan secara
untuk memperoleh berita internasional langsung (real-time) atau secara tidak
melewati gelombang AM. Lambat laun langsung (on-demand).
siaran radio juga difungsikan sebagai Dalam penelitian ini dilakukan suatu
media hiburan, teutama dalam cakupan integrasi radio streaming live dengan VoIP
wilayah terbatas dengan gelombang FM pada jaringan LAN. Dengan sistem ini
yang memiliki kualitas suara yang lebih dapat dibuat suatu mini studio dimana
baik. Akan tetapi seiring perkembangan setiap local jaringan bisa membuat konten-
teknologi informasi yang berkembang konten pendidikan sesuai keinginan untuk
semakin pesat ini radio mulai sedikit demi dibroadcast di LAN. Dalam radio
sedikit berkurang jumlah pendengarnya. streaming live ini dilengkapi oleh sistem
Hal ini terjadi akibat semakin maraknya VoIP sehingga dapat dilakukan komunikasi
media komunikasi dan hiburan visual yang dua arah antara penyiar dan pendengar.
lebih komunikatif serta interaktif, misalnya
siaran televisi dan internet, baik yang TEORI PENDUKUNG
berbayar maupun yang bisa diperoleh 1. Media Pembelajaran
dengan cuma-cuma. Walaupun demikian Media pembelajaran merupakan
radio tetap memiliki daya tarik tersendiri sarana yang digunakan untuk menyalurkan
bagi penikmatnya. suatu materi pembelajaran dan
Untuk mempertahankan eksistensi membangkitkan semangat peserta didik
radio maka muncul suatu ide untuk sehingga tercipta proses belajar pada diri
memberi sentuhan teknologi modern pada peserta didik.
siaran radio, diantaranya adalah dengan Manfaat penggunaan media
fasilitas internet radio streaming. Jika pembelajaran seperti diungkapkan oleh
dalam radio konvensional materi Latuheru (1988), antara lain dapat menarik
pembelajaran disampaikan melalui stasiun dan memperbesar perhatian anak didik

407
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

terhadap materi pengajaran yang SAM Broadcaster adalah software


disampaikan serta dapat membantu anak komputer berbasis internet oleh
didik dalam memberikan pengalaman SpacialAudio aplikasi penyiaran. Juga
belajar yang sulit diperoleh dengan cara dapat digunakan dengan perangkat keras
lain. Ultra PCI Max (yang disediakan oleh PCS
Dengan perkembangan teknologi Electronics) untuk disiarkan di radio FM
informasi dan komunikasi, muncull suatu jarak menengah. Ini juga berisi halaman
inovasi media penyampaian materi web yang dapat diterbitkan sehingga
menggunakan radio streaming live. pendengar dapat meminta lagu dari
internet.
2. Radio Streaming
Radio internet atau streaming radio 6. Winamp
adalah layanan penyiaran audio yang Winamp adalah suatu pemutar
ditransmisikan melalui internet. Radio media buatan Nullsoft, yang sekarang
internet memiliki sebuah media streaming merupakan suatu cabang Time Warner.
yang dapat menyediakan saluran audio Winamp merupakan perangkat lunak
dan video secara stream atau terus freeware atau shareware multiformat yang
menerus dan tidak ada kontrol operasional skinnable. Selain MP3, Winamp
penyiaran seperti media penyiaran mendukung berbagai kontemporer dan
tradisional pada umumnya. Cara yang format file musik khusus, termasuk MIDI,
digunakan untuk menyiarkan radio internet MOD, MPEG-1 audio layer 1 dan 2, AAC,
adalah pengiriman file dari server ke client M4A, FLAC, WAV dan WMA.
melalui jaringan data. Teknologi streaming
ini menggunakan lossy audio codec, yaitu 7. Asterisk
program komputer yang berfungsi untuk Asterisk merupakan salah satu
mengkompres audio maupun video aplikasi open source yang digunakan untuk
berdasarkan data yang diformat melalui membangun VoIP. Asterisk sendiri dirilis
streaming suara ke radio internet sehingga oleh open source dibawah lisensi GNU
ukuran file akan berkurang. General Public License sehingga bisa
didownload secara gratis dan merupakan
3. VoIP (Voice over Internet Protocol) software open source yang sangat populer.
Voice over Internet Protocol adalah Asterisk juga dapat menyediakan layanan
teknologi yang mampu melewatkan trafik voicemail berikut direktorinya. Feature lain
suara, video, dan data menjadi deretan bit- yang ada adalah Call Conference,
bit digital dalam paket-paket data yang Interactive Voice Response (IVR) dan Call
dilewatkan melalui jaringan IP yang bersifat Queuing. Asterisk juga merupakan switch
real-time. Pada VoIP, informasi suara atau PBX yang dapat dikonfigurasi pada
diubah dalam bentuk sinyal digital kemudian inti sebuah IP, manajemen router,
dilakukan kompresi menggunakan codec mengaktifkan beberapa fitur serta
tertentu sehingga dapat dilewatkan pada melakukan koneksi antara penelepon
jaringan IP dalam bentuk paket. dengan IP komputer yang lain. Aplikasi ini
juga dapat berjalan di beberapa sistem
4. Shoutcast DNS operasi seperti Linux, Open BSD, Free
Shoutcast adalah perangkat lunak BSD, Sun Solaris dan Mac OS X.
untuk server media streaming yang
dikembangkan oleh Nullsoft. Hal ini
memungkinkan konten audio digital, 8. MOS (Mean Opinion Score)
terutama dalam MP3 atau HE-AAC format, Secara umum speech coder memiliki
yang akan disiarkan ke dan dari perangkat target dasar meminimalisasi bit rate
lunak pemutar media, memungkinkan dengan batasan kualitas suara tertentu.
penggemar dan profesional untuk Penilaian kualitas suara dilakukan dengan
menciptakan jaringan radio internet. melakukan pengukuran subyektif terhadap
kualitas percakapan. Spesifikasi test
5. Sam Broadcaster penilaian kualitas coder telah didefinisikan

408
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

User
secara baik melalui rekomendasi ITU-T
P.800 dan P.830.
Salah satu metode pengukuran User

subyektif yang umum digunakan dalam User

pengukuran kualitas speech coder adalah


Switch
ACR (Absolute Category Rating) yang Server Radio Streaming

akan menghasilkan nilai MOS (Mean


Opinion Score). Test subyektif ACR User

meminta pengamat menetukan rating


kualitas speech coder tanpa Server VoIP

membandingkan dengan sebuah referensi. User

Skala rating yang umum digunakan untuk


penilaian ditunjukkan pada tabel 1.
Gambar 1. Konfigurasi Jaringan Radio
Tabel 1. Mean Opinion Score (Keagy,
Scott.2000)
Streaming
MOS Quality Impairment
Server radio streaming berfungsi
5 Excelle Imperceptible
menyediakan konten yang didistribusikan
nt
secara realtime atau on-demand ke client.
4 Good Perceptible but not
Sedangkan server VoIP berfungsi sebagai
annoying
media untuk melakukan komunikasi
3 Fair Slightly annoying
interaktif antara client di dalam jaringan.
2 Poor Annoying Kebutuhan software untuk mendukung
1 Bad Very annoying aplikasi radio streaming meliputi:
1. Server radio streaming
• ShoutcastDNS
METODOLOGI
• Sambroadcaster
Dalam penelitian ini digunakan 3
2. Server VoIP
tahapan, yaitu tahap definisi, tahap
• Asterisk zaptel
perancangan, dan tahap pengujian.
3. Client
1. Tahap Definisi
• winamp untuk windows atau
Pada tahap definisi telah dilakukan
kajian literature terutama tentang • amarok untuk linux.
karakteristik radio streaming live, VoIP,
LAN, dan merumuskan segala Langkah – langkah untuk membuat
kemungkinan pada perancangan streaming radio server adalah :
integrasi radio streaming live dengan 1. Menginstall shoutcastDNS dari source
VoIP pada jaringan LAN. yang telah diambil.
2. mengedit file sc_serv yang terletak di
2. Tahap Perancangan dalam folder shoutcastdns (default
Konfigurasi jaringan LAN untuk C:/Program
aplikasi radio streaming ditunjukkan Files/ShoutcastDNS/sc_serv)
pada gambar 1. Topologi yang 3. Menginstall mySQL diteruskan
dibangun terdiri dari 2 buah server, dengan menginstall Sambroadcaster.
yaitu server radio streaming dan server Atau melakukan instalasi XAMPP
VoIP serta 5 buah client. sebagai server untuk mySQL, karena
didalam XAMPP sendiri telah terdapat
MySQL.

409
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

Adapun langkah-langkah yang harus dilakukan dalam menginstal server VoIP


adalah:
1. mengekstrak software asterisk

Gambar 2. Ekstrak software Asterisk

2. memindahkan file ke direktori 4. melakukan perintah make install


asterisk untuk menginstall asterisk

Gambar 5. Perintah Make Install

5. mengedit file sip.conf


Gambar 3.File dipindah ke Direktori

3. melakukan perintah configure pada


asterisk

Gambar 6. Pengeditan pada file sip.conf


6. melakukan penambahan data yang
Gambar 4. Perintah Configure pada Asterisk akan dijadikan sebagai server

410
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

penggunaan aplikasi radio streaming


untuk media pembelajaran.

HASIL DAN PEMBAHASAN


1. Pengujian Keberhasilan
Pembuatan Aplikasi Radio
Streaming
Gambar 10 menunjukkan hasil
setting pada penggunaan aplikasi video
streaming, sedangkan gambar 11
menunjukkan hasil statistic relay.

Gambar 7. Penambahan Server


7. melakukan pengeditan terhadap file
extension.conf

Gambar 10. Tampilan Hasil Setting Aplikasi


Radio Streaming

Gambar 8. Edit file extension.conf


8. menjalankan Command Line
Interface (CLI), sehingga asterisk
telah berhasil dinstall

Gambar 11. Tampilan Hasil Statistic Relay


Aplikasi Radio Streaming

User dapat memasukkan file materi


pembelajaran dalam queue dan secara
otomatis dapat dijalankan sesuai urutan.
User juga dapat berkomunikasi dengan
Gambar 9. Menjalankan CLI user yang lain pada jaringan LAN
3. Tahap Pengujian dengan cara mengaktifkan mic.
Dalam penelitian ini dilakukan
dengan 3 pengujian, yaitu: 2. Pengujian MOS
a. Pengujian keberhasilan aplikasi radio Pengujian MOS dilakukan dengan
streaming yang dibuat mengambil sampling dari 30 responden
b. Pengujian kualitas suara yang mendengarkan kualitas suara dari
berdasarkan nilai MOS penyiar dan user yang terlibat
c. Pengujian pada listener dalam komunikasi.
bentuk kuisioner terhadap

411
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

Speech coder yang digunakan


dalam pengujian sesuai rekomendasi Tabel 4. Hasil Kuisioner
ITU-T adalah G.711 dengan bit rate No. Pertanyaan Hasil (%)
64Kbps, G.729 dengan bit rate 8Kbps, 1. Kemudahan 89.33
dan G.723 dengan bit rate 5.3 Kbps. penggunaan aplikasi
Hasil pengujian MOS ditunjukkan pada 2. Kesesuaian konten 93.33
tabel 2. dengan materi
pembelajaran
Dari hasil pengujian MOS
3. Kemudahan interaksi 82.67
menunjukkan bahwa penggunaan codec
antar listener
G.711 diperoleh kualitas suara dalam 4. Nilai tambah aplikasi 90.67
kategori bagus, sedangkan penggunaan dalam proses belajar
codec G.729 dan G.723 berada dalam mengajar
kategori cukup. 5. Pengembangan lebih 84.00
lanjut untuk proses
Tabel 2. Hasil Pengujian MOS
pembelajaran
Codec Bit Rate MOS Quality
(Kbps) Hasil pengujian kuisioner
G.711 64 4.5 Good menunjukkan bahwa aplikasi radio
G.729 8 3.8 Fair streaming dapat dikembangkan sebagai
G.723 5.3 3.3 Fair media pembelajaran.

3. Pengujian Kuisioner SIMPULAN DAN SARAN


Kuisioner diberikan kepada 30 Dari hasil pengujian dapat
listener sebagai pengguna aplikasi radio disimpulkan bahwa integrasi radio
streaming seperti ditunjukkan pada tabel streaming live dengan VoIP dapat
3. Codec yang digunakan pada diterapkan pada jaringan LAN. Hasil
pengujian ini adalah G.711. Sedangkan pengujian kualitas suara dalam
data hasil pengujian kuisioner dapat menggunaan codec G.711 dengan bit
dilihat pada tabel 4. rate 64 Kbps berada pada kategori baik.
Dan berdasarkan hasil kuisioner
Tabel 3. Kuisioner didapatkan rata-rata 88%, hal ini
Poin menunjukkan bahwa aplikasi radio
No. Pertanyaan
1 2 3 4 5
streaming dapat dikembangkan untuk
1. Kemudahan
proses pembelajaran.
penggunaan
aplikasi Penelitian ini dapat dikembangkan
2. Kesesuaian lebih lanjut dengan mengukur QoS
konten dengan (Quality of Service) sistem.
materi
pembelajaran Daftar Pustaka
3. Kemudahan
interaksi antar
Keagy, Scott. 2000. Integrating Voice
listener and Data Network. Cisco Press, 800
4. Nilai tambah East 96th street, Indianapolis, IN
aplikasi dalam 46420 USA.
proses belajar Latuheru, D. John, M.P. 1988. Media
mengajar Pembelajaran dalam Proses Belajar
5. Pengembangan Mengajar Masa Kini. Depdikbud,
lebih lanjut untuk Jakarta
proses General Asterisk Installation. Diakses
pembelajaran pada 21 Desember 2009, dari
Keterangan: alamat
Poin 1 = Bad
Poin 2 = Poor
http://www.asteriskguru.com/tutoria
Poin 3 = Fair ls/asterisk_installation.htm
Poin 4 = Good
Poin 5 = Excellent

412
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

Malindofm. (2009). Cara Membuat 21 Desember 2009, dari alamat


Siaran RadioInternet Sendiri denga http://www.malindofm.com/tag/instal
Shoutcast dan SAM. Diakses pada asi-sam-broadcaster

413
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

414
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

KESAN PENGINTEGRASIAN TEKNOLOGI MOBIL DAN CAD KE ATAS PROSES


REKA BENTUK PELAJAR SENI BINA POLITEKNIK MALAYSIA DALAM
PENGHASILAN PRODUK KREATIF

Oleh:
Isham Shah Bin Hassan *)
ishamnurul1@hotmail.com
Mohd Arif Bin Ismail **)
Ramlee Mustapha ***)

ABSTRACT

The purpose of this research is to examine the effect of the mobile and CAD technology
on designing process of Malaysian polytechnic architecture students in producing a
creative product. A website is set up based on Caroll’s minimal theory, while mobile and
CAD technology integration is based on Brown and Campione’s technology of learning
theory. This study utilized a quasi-experimental method. Final semester students of four
(4) polytechnics are chosen as a research sample. Final product is evaluated using the
validated instrument developed by researcher based on Creative Product Analysis Model
(CPAM). According to CPAM model, three primary aspects that defined the creativeness
of a product include uniqueness, practicality and details. Descriptive statistics such as
frequency, mean and standard deviation were used. The inferential statistics namely T-
Test and Pearson Correlation Analysis with a significant level p = 0.01 were utilized. The
major research outcome shows that there is a significant difference between the treatment
group product (M=79.1) and control group product (M=70.5) regarding the mobile and
CAD technology integration. This research contributes to the use of real case in the
development of an architectural website, in the use of mobile technology as a media
information sources, the use of CAD technology integration in designing process and in
the construction of validated instrument which is used to evaluate creative architectural
products.

Keywords : real case, mobile technology, CAD technology, design, creative product

*) Politeknik Port Dickson


**) Universiti Kebangsaan Malaysia
***) Universiti Perguruan Sultan Idris

PENDAHULUAN

Reka bentuk seni bina adalah satu keperluan manusia melalui proses
proses komplek dan bersifat terbuka. pencetusan idea dan ujian idea. Menurut
Pereka bentuk bermula dari sesuatu French (1998), reka bentuk seni bina
yang abstrak serta mempunyai masalah adalah merupakan respon kepada
untuk dimajukan secara berperingkat kehendak utama manusia iaitu
sehingga ke tahap yang boleh dihasilkan perlindungan dan kesenangan. Menurut
dalam bentuk produk. Aktiviti reka bentuk Lawson (1997), pula reka bentuk seni
adalah merupakan satu proses bina adalah merupakan satu proses
penyelesaian masalah yang berturutan penghasilan produk reka bentuk seni
(Demirkan 1998). Watanabe (1994), pula bina yang baru. Untuk kajian ini proses
menjelaskan proses reka bentuk adalah reka bentuk adalah merupakan satu
merupakan satu proses untuk memenuhi proses yang sistematik yang mempunyai

415
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

beberapa tahap dalam menghasilkan ada pada pelajar di tahap diploma.


produk baru yang boleh dinilai dari aspek Hamdan (2005) juga menyatakan
fizikal dan memberi menafaat kepada kekurangan input maklumat dalam reka
kehidupan manusia dan persekitaran. bentuk dapat dilihat dari produk reka
Kajian ini memberi tumpuan kepada bentuk pelajar. Kekurangan maklumat ini
tahap awal proses reka bentuk. adalah disebabkan oleh pelajar tidak
Kesimpulannya tahap awal proses reka mendapat peluang untuk mencari
bentuk melibatkan proses pembinaan maklumat dengan sebaik mungkin.
maklumat keperluan reka bentuk dan Menurut laporan yang disediakan oleh
pencetusan idea. Perkembangan Yunus et. al (2006) pula sebagai ketua
teknologi hari ini memberi peluang untuk juri untuk proses portfolio bagi pelajar
teknologi mobil dan teknologi CAD semester enam sesi Julai 2006 terdapat
diintegrasikan dalam proses reka bentuk. kelemahan yang nyata dari aspek
Teknologi mobil memberi peluang kreativiti produk reka bentuk yang
kepada pelajar untuk akses kepada dihasilkan.
maklumat tanpa batasan masa dan Terdapat dua (2) elemen yang perlu
tempat. Laman web yang merujuk dibaiki iaitu pendekatan proses
kepada kes sebenar menyediakan pembinaan maklumat reka bentuk dan
peluang untuk maklumat reka bentuk pendekatan kepelbagaian penggunaan
diperolehi dengan cepat. Menurut media dalam proses reka bentuk untuk
Bottentuitista et.al (2007), penggunaan komunikasi dan impak visual yang
laman web melalui teknologi mobil dapat berkesan.
menarik minat lebih ramai pelajar untuk
menggunakan internet. Menurut Chen & Objektif Kajian
Kinshuk (2005), perkhidmatan Tujuan kajian ini ialah untuk
pendidikan yang berasaskan teknologi mengkaji kesan pengintegrasian
mobil adalah merupakan sumber teknologi mobil dan teknologi CAD ke
pembelajaran yang mudahalih dan boleh atas proses reka bentuk pelajar diploma
diakses oleh pelajar tanpa mengira masa seni bina politeknik Malaysia untuk
dan tempat. Kepelbagaian media dalam modul seni reka dalam penghasilan
proses reka bentuk pula boleh memberi produk akhir reka bentuk seni bina yang
lebih banyak pilihan kepada pereka kreatif. Secara khususnya objektif kajian
bentuk pada tahap pencetusan idea. ini adalah seperti berikut :
Menurut Dong & Gibson (1998)
perkembangan teknologi CAD dalam i. Menyediakan laman web
pembinaan lukisan tiga dimensi, model multimedia interaktif yang merujuk
digital tiga dimensi dan simulasi kepada kes sebenar dengan
komputer dapat menyediakan kaedah berasaskan teknologi mobil
baru kepada pereka untuk mencari lebih ii. Mengenalpasti minat pelajar untuk
banyak penyelesaian dalam proses reka mencari maklumat yang diperlukan
bentuk pada tahap awalan. dalam proses reka bentuk melalui
laman web berasaskan teknologi
Pernyataan Masalah mobil berbanding dengan kaedah
Berdasarkan Yunus et al. (2006) konvensional
dan Hamdan (2005) proses reka bentuk iii. Melihat kesan pengintegrasian
yang dilatih kepada pelajar seni bina teknologi mobil pada peringkat
melalui modul seni reka di politeknik analisa semasa proses reka bentuk
sekarang didapati kurang membantu iv. Melihat kesan pengintegrasian
pelajar untuk menghasilkan produk reka teknologi CAD pada peringkat
bentuk yang kreatif dan mempunyai nilai sintesis semasa proses reka
intelek yang tinggi. Hamdan (2005) juga bentuk
ada menyatakan reka bentuk yang v. Melihat kesan pengintegrasian
dihasilkan oleh pelajar politeknik tidak teknologi CAD pada peringkat
mempunyai nilai intelek yang sepatutnya

416
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

simulasi semasa proses reka proses reka bentuk untuk penghasilan


bentuk produk akhir reka bentuk seni bina yang
vi. Melihat kesan pengintegrasian kreatif. Kesan pengintegrasian teknologi
teknologi mobil dan CAD ke atas mobil dan CAD ke dalam proses reka
penghasilan produk reka bentuk bentuk ditentukan oleh perbezaan kualiti
seni bina produk akhir reka bentuk seni bina yang
vii. Melihat perhubungan di antara terhasil dari proses reka bentuk yang
pengintegrasian teknologi mobil dilakukan dengan pengintegrasian
dan CAD dalam aktiviti semasa teknologi mobil dan CAD serta proses
proses reka bentuk dengan reka bentuk secara konvensional.
penghasilan produk akhir reka Produk reka bentuk seni bina yang
bentuk seni bina yang kreatif kreatif ditentukan oleh model kreatif
viii. Menentukan penyumbang terbesar CPAM. Untuk memudahkan aktiviti
di antara aktiviti-aktiviti semasa pencarian maklumat pengkaji
proses reka bentuk dalam membangunkan laman web dengan
penghasilan produk kreatif dan di menggunakan teori minimal Carroll
antara ciri-ciri kreatif berdasarkan (1995). Laman web yang dibangunkan
model CPAM dalam penentuan dengan pendekatan teori ini memberi
produk akhir reka bentuk seni bina kemudahan kepada pelajar untuk
yang kreatif mendapatkan maklumat yang diperlukan
secepat mungkin bagi memudahkan
Kerangka Konseptual Kajian pelajar semasa aktiviti pencetusan idea.
Kerangka konseptual bagi kajian ini Teori minimal Carroll (1995) juga
dibina berdasarkan teori minimal Carroll memudahkan pembinaan sumber
(1995), teori belajar dengan teknologi maklumat untuk pembelajaran yang
Brown & Campione (1996), model berasaskan teknologi maklumat. Media
Creative Product Analysis Matrix (CPAM) pencarian maklumat melalui laman web
Besemer & Treffingger (1981) dan model yang dibina ialah dengan menggunakan
proses reka bentuk Roozenburg & peralatan yang berasaskan teknologi
Eekels (1995) bagi memudahkan kajian mobil. Pembinaan laman web dengan
ke atas pembelajaran proses reka berpandukan teori minimal Carroll (1995)
bentuk untuk penghasilan produk kreatif adalah aktiviti awal dalam kerangka
dengan pengintegrasian teknologi mobil kajian ini.
dan CAD. Kerangka konseptual yang Untuk aktiviti proses reka bentuk
dibina bagi kajian ini mempunyai dua (2) secara keseluruhannya, model reka
pemboleh ubah bebas dan satu (1) bentuk Roozenburg dan Eekels (1995)
pemboleh ubah bersandar. Dua (2) telah dijadikan sebagai panduan untuk
pembolehubah bebas dalam kajian ini diadaptasikan di dalam kerangka kajian
ialah pencarian maklumat untuk ini. Model ini mempunyai empat fasa
keperluan proses reka bentuk dengan utama iaitu analisa, sintesis, simulasi
menggunakan laman web berasaskan dan penilaian. Model reka bentuk ini
teknologi mobil dan pengintegrasian telah dijadikan panduan oleh pengkaji
teknologi CAD dalam proses reka kerana proses reka bentuk yang ada
bentuk. dalam model ini mempunyai persamaan
Manakala satu (1) pemboleh ubah dengan strategi penyelesaian masalah
bersandar pula ialah produk reka bentuk secara kreatif oleh Savage dan Sterry
yang kreatif berasaskan model kreatif (1990). Kaedah penyelesaian masalah
CPAM dengan ciri-ciri iaitu, produk reka secara kreatif oleh Savage dan Sterry
bentuk yang unik, produk reka bentuk (1990) ialah kaedah penyelesaian
yang praktikal dan produk reka bentuk masalah untuk menghasilkan produk
yang ada butiran perincian. Kajian ini yang kreatif dalam reka bentuk industri.
ialah kajian kuasi eksperimental yang Kaedah penyelesaian masalah secara
mengkaji kesan pengintegrasian kreatif oleh Savage dan Sterry (1990)
teknologi mobil dan CAD ke dalam melibatkan beberapa aktiviti iaitu

417
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

penentuan masalah, penyelesaian kepada prasarana yang sesuai dengan


masalah, aplikasi penyelesaian dan kehendak teknologi terkini. Seterusnya
penilaian penyelesaian. Kaedah ini boleh untuk aktiviti penilaian produk reka
diselaraskan dengan model reka bentuk bentuk yang kreatif pengkaji telah
Roozenburg dan Eekels (1995) untuk membina instrumen penilaian
proses reka bentuk seni bina dalam berasaskan model Matrik Analisa Produk
penghasilan produk yang kreatif. Untuk Kreatif (CPAM) (Besemer & Treffingger
memudahkan pengkaji mengkaji kesan 1981) . Berdasarkan teori dan model
pengintegrasian teknologi mobil dan yang dipilih, pengkaji telah
CAD ke dalam proses reka bentuk untuk membangunkan satu kerangka
penghasilan produk reka bentuk seni konseptual yang digunakan untuk kajian
bina yang kreatif, teori belajar dengan ini dengan merujuk kepada Rajah 1.1.
teknologi (Brown & Campione 1996)
digunakan iaitu pengintegrasian perlu

Rajah 1.1 : Kerangka Konseptual Kajian

Laman Web Dalam Teknologi Mobil dalam ruang, pembelajaran itu mobil
Terdapat banyak pandangan dalam dalam pelbagai aspek kehidupan dan
mendefinasikan pendidikan mobil. pembelajaran itu mobil tanpa ada
Lehner dan Nosekabel (2002) batasan masa dan tempat. Menurut
menjelaskan pendidikan mobil sebagai Anna et al. (2003) pendidikan
satu perkhidmatan dan kemudahan yang berasaskan teknologi mobil adalah
membekalkan pengguna dengan kaedah pembelajaran yang
maklumat elektronik secara am dan menggunakan media kecil, mudahalih
kandungan pendidikan yang membantu dan tidak mewujudkan gangguan dalam
pencarian tanpa mengira masa dan setiap aspek kehidupan.
tempat. Vavoula dan Sharples (2002)
menjelaskan terdapat tiga cara di mana Dari definasi di atas kesimpulan boleh
pembelajaran boleh diambilkira sebagai dibuat pendidikan berasaskan teknologi
mobil iaitu pembelajaran itu mobil di mobil adalah satu pendekatan

418
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

pendidikan yang berupaya untuk Reka Bentuk Berbantukan Komputer


menyampaikan maklumat pada setiap (Cad) Dalam Seni Bina
masa dan tempat mengikut keperluan Keupayaan teknologi CAD dalam
pelajar. Aktiviti pembelajaran boleh penghasilan produk reka bentuk seni
disempurnakan walaupun pelajar dan bina semakin penting kerana faedah
pendidik berada dalam keadaan “mobil”. besar yang mampu diberikan termasuk
Menurut Chen dan Kinshuk (2005) mengurangkan kos dan memendekkan
perkhidmatan pendidikan yang keperluan masa reka bentuk. Teknologi
berasaskan teknologi mobil adalah CAD juga membolehkan mereka yang
merupakan sumber pembelajaran yang terlibat dengan industri reka bentuk seni
mudahalih dan boleh diakses oleh bina melakar dan membangunkan kerja
pelajar tanpa mengira masa dan tempat. di atas skrin komputer, dicetak dan
Bagi menjadikan suasana pembelajaran disimpan untuk kegunaan masa depan
berasaskan teknologi mobil bersifat dengan membuat perubahan dan
dinamik, maklumat pembelajaran yang suntingan. Menurut Husain (2007) kini
disediakan perlu bersedia membekalkan CAD lebih dikenali sebagai reka bentuk
maklumat tanpa mengira masa dan berbantukan komputer dan bukan lagi
tempat (Chen dan Kinshuk 2005). Sistem lukisan berbantukan komputer untuk
pembelajaran juga perlu direka bentuk bertindak ke atas fakta yang lebih
dimana maklumat yang dibekalkan meluas bahawa teknologi CAD
kepada pelajar boleh dipilih oleh pelajar sebenarnya boleh melakukan lebih dari
mengikut keperluan mereka. Sistem sekadar melakar. Kerjasama yang erat
yang dibentuk juga perlu dapat memberi telah wujud diantara pembina perisian
kemudahan kepada pelajar untuk CAD untuk seni bina dengan arkitek,
menukar keperluan maklumat mengikut dalam proses untuk membina perisian
keperluan (Chen dan Kinshuk 2005). CAD yang mesra dengan kerjaya seni
Reka bentuk sistem pendidikan yang bina (Vijayalakshmi 1997). Teknologi
berasaskan teknologi mobil perlulah CAD juga telah mampu untuk
bersifat dinamik, boleh diubahsuai menghasilkan model digital yang
dengan mudah dan dapat digunapakai memberikan impak visual yang baik dan
pada setiap masa dan tempat. memberi kebebasan kepada arkitek
Kesimpulannya reka bentuk sistem untuk memikirkan objek, ruang dan
pendidikan yang berasaskan teknologi bentuk pada skrin yang sama. Menurut
mobil perlulah dapat diadaptasikan oleh Salman (2004) perkembangan yang
pengguna pada setiap masa dan pesat untuk teknologi CAD telah
keadaan. Menurut Bottentuitista et.al merubah peringkat pembentukan konsep
(2007) penggunaan laman web melalui dalam proses reka bentuk dari dua
teknologi mobil dapat menarik minat dimensi kepada tiga dimensi.
lebih ramai pelajar untuk menggunakan Perkembangan teknologi CAD hari ini
internet. Kesimpulannya sekiranya laman telah membuktikan kekuatan sebenar
web multimedia interaktif yang merujuk yang ada pada teknologi ini bukan pada
kepada kes sebenar dibangunkan proses penghasilan lukisan tetapi pada
dengan menggunakan teknologi mobil, perkembangan idea yang dicetuskan
proses pencarian maklumat menjadi oleh impak visual teknologi CAD (Dong &
lebih mudah di mana maklumat boleh Gibson 1998).
diperolehi oleh pelajar tanpa batasan Kewujudan teknologi CAD di dalam
masa dan tempat. Melalui pencapaian seni bina mempunyai dua objektif utama
maklumat yang cepat kreativiti pelajar iaitu untuk mengaplikasi proses reka
dapat dijana dengan maklumat yang bentuk kognitif manusia dengan
diperlukan untuk mempercepatkan kepintaran teknologi komputer dan untuk
pencetusan idea pelajar dalam proses menjadi satu media persembahan idea
reka bentuk dalam proses reka bentuk seni bina
(Koutamanis 2003).

419
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

METODOLOGI KAJIAN 4. Perbandingan min menunjukkan


Kajian ini adalah kajian kuantitatif terdapat perbezaan yang signifikan
untuk mengkaji kesan pengintegrasian dari aspek kreativiti di antara produk
teknologi mobil dan CAD ke atas proses akhir reka bentuk yang dihasilkan
reka bentuk dalam penghasilan produk oleh kumpulan rawatan (M=79.1)
kreatif reka bentuk seni bina. Kaedah berbanding dengan produk akhir reka
kuasi eksperimental digunakan untuk bentuk yang dihasilkan oleh
mengkaji kesan pengintegrasian kumpulan kawalan (M=70.5).
teknologi mobil dan CAD dalam proses 5. Perbandingan min menunjukkan
reka bentuk. Populasi kajian adalah terdapat perbezaan yang signifikan di
terdiri dari semua pelajar - pelajar seni antara proses reka bentuk yang
bina politeknik Malaysia yang mengikuti diintegrasikan dengan teknologi
kursus diploma seni bina. Jumlah pelajar mobil dan CAD (M=78) berbanding
diploma seni bina yang dipilih sebagai dengan proses reka bentuk secara
sampel kajian ialah seramai satu ratus konvensional (M=68.5) dalam
dua puluh (120) pelajar. Dalam kajian ini penghasilan produk reka bentuk seni
pengkaji telah menggunakan instrumen bina yang unik.
penilaian, soal selidik dan temu bual 6. Perbandingan min menunjukkan
untuk mendapatkan jawapan kepada terdapat perbezaan yang signifikan di
persoalan kajian berbentuk deskriptif dan antara proses reka bentuk yang
inferensi. diintegrasikan dengan teknologi
mobil dan CAD (M=78) berbanding
dengan proses reka bentuk secara
DAPATAN KAJIAN konvensional (M=71.3) dalam
penghasilan produk reka bentuk seni
Beberapa dapatan kajian yang bina yang praktikal.
penting telah dapat dikemukakan oleh Perbandingan min menunjukkan
kajian ini. Rumusan dapatan kajian ini terdapat perbezaan yang signifikan di
adalah seperti berikut. antara proses reka bentuk yang
1. Dapatan kajian menunjukkan diintegrasikan dengan teknologi mobil
terdapat perbezaan yang signifikan di dan CAD (M=81.5) berbanding dengan
antara maklumat reka bentuk yang proses reka bentuk secara konvensional
dihasilkan pada peringkat analisa (M=72.0) dalam penghasilan produk reka
yang diintegrasikan dengan teknologi bentuk seni bina yang mempunyai
mobil (M=81.2) berbanding yang perincian yang tinggi.
dihasilkan pada peringkat analisa
secara konvensional (M=65.5).
2. Perbandingan min menunjukkan PERBINCANGAN
terdapat perbezaan yang signifikan di
antara idea awalan yang dihasilkan Dalam kajian ini penilaian yang
pada peringkat sintesis yang positif untuk laman web yang
diintegrasikan dengan teknologi CAD berasaskan teknologi mobil
(M=80.6) berbanding pada peringkat menunjukkan pendekatan pembelajaran
sintesis secara konvensional dengan menggunakan teknologi mobil
(M=67.1). boleh menjadi pengganti yang sempurna
3. Perbandingan min menunjukkan untuk pendekatan pembelajaran yang
terdapat perbezaan yang signifikan di berasaskan komputer. Pelajar dan
antara idea reka bentuk yang pensyarah boleh mendapat menafaat
dihasilkan pada peringkat simulasi melalui kemudahan untuk akses dengan
yang diintegrasikan dengan teknologi cepat kepada sumber maklumat.
CAD (M=80.5) berbanding dengan Perkembangan yang cepat dalam
idea reka bentuk yang dihasilkan pembangunan teknologi mobil
pada peringkat simulasi secara menyediakan peralatan mobil yang lebih
konvensional (M=66.9). laju dan kapasiti ruang ingatan yang

420
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

lebih besar berbanding dengan peralatan untuk melakukan animasi mudah ke atas
mobil yang ada sekarang dimana ruang dalaman yang dihasilkan. Dengan
peralatan mobil ini dapat digunakan melakukan animasi pelajar dapat melihat
untuk memuat turun data dengan lebih ruang dalaman yang dihasilkan dari
cepat dan dapat memberi peluang sudut yang berbeza. Pelajar memberikan
kepada pengguna untuk menyimpan respon yang baik ke atas penggunaan
lebih banyak maklumat penting di dalam model digital tiga dimensi untuk
peralatan mobil. Teknologi mobil menghasilkan reka bentuk ruang
menyediakan pendekatan pembelajaran dalaman yang kreatif.
yang ideal untuk mewujudkan komuniti Secara keseluruhannya teknologi CAD
pembelajaran yang unik di dalam sistem melalui model digital tiga dimensi telah
pembelajaran yang berasaskan teknologi dapat membantu pelajar untuk
seperti politeknik pada masa hadapan. menghasilkan reka bentuk produk akhir
Masih banyak lagi kajian kualitatif dan yang kreatif. Keberkesanan penggunaan
kuantitatif yang perlu dibuat untuk model digital tiga dimensi dalam proses
mendapatkan garis panduan yang sesuai reka bentuk yang ditunjukkan oleh kajian
untuk mengintegrasi teknologi mobil ini diperkukuhkan oleh kajian yang
dalam proses pembelajaran. Pada masa dijalankan ke atas firma NBBJ oleh Von
hadapan resolusi grafik dan saiz skrin Wodtke (2000) yang menunjukkan model
untuk peralatan mobil dijangka akan digital tiga dimensi boleh memberikan
menjadi bertambah baik. Seterusnya jika idea reka bentuk yang baik dan ianya
kos pelayaran Internet dengan peralatan juga dapat membantu pereka untuk
mobil dapat dikurangkan maka sudah menilai ruang, bentuk bangunan dan
pasti teknologi mobil ini sesuai untuk butiran terperinci bangunan yang direka.
digunakan oleh pelajar pengajian tinggi Dapatan kajian ini juga diperkukuhkan
di dalam atau di luar kampus. Dari aspek oleh dapatan kajian Lawson (2007) yang
pengintegrasian teknologi CAD dalam menyatakan arkitek Ian Ritchie telah
proses reka bentuk untuk penghasilan menghasilkan ruang galeri yang kreatif di
produk kreatif, kajian ini telah dalam Muzium London melalui proses
membuktikan teknologi CAD mampu reka bentuk yang diintegrasikan dengan
memberi kemudahan kepada pelajar teknologi CAD. Lawson (2007) juga
untuk menghasilkan model digital tiga menyatakan terdapat reka bentuk tadika
dimensi dan meningkatkan kefahaman yang dihasilkan oleh guru tadika dengan
pelajar secara visual terhadap bentuk bantuan teknologi CAD yang mempunyai
keseluruhan bangunan dan ruang nilai estetik yang lebih baik dari reka
dalaman. Kajian juga telah membuktikan bentuk tadika yang dihasilkan oleh
semasa proses penghasilan bentuk dan arkitek dengan kaedah konvensional.
ruang dalaman terdapat peningkatan Kesimpulan yang dapat dibuat dari kajian
dalam elemen kreativiti pelajar kerana ini ialah teknologi CAD berupaya untuk
teknologi CAD menggalakkan pelajar membantu pelajar seni bina untuk
untuk menghayati bentuk dan ruang menghasilkan produk reka bentuk yang
dalaman dengan lebih mendalam apabila kreatif. Penggunaan teknologi CAD
pelajar berpeluang untuk dapat khususnya melalui model digital tiga
melakukan simulasi ke atas bamgunan dimensi ini juga dapat meningkatkan
yang direka bentuk dengan kefahaman pelajar terhadap ruang
menggunakan kemasan dan kesan semasa proses reka bentuk melalui
pencahayaan yang berbeza. Pelajar impak visual yang baik. Secara
teruja dengan bangunan yang dihasilkan keseluruhannya pengintegrasian
melalui peningkatan simulasi dengan teknologi mobil dan CAD dalam proses
kemasan dan cahaya yang berbeza ke reka bentuk berupaya untuk
atas model digital tiga dimensi yang meningkatkan kualiti produk akhir pelajar
direka bentuk. Penghayatan pelajar seni bina semasa pembelajaran proses
terhadap ruang bangunan semakin reka bentuk melalui modul seni reka
mendalam dengan keupayaan pelajar dalam penghasilan produk yang kreatif.

421
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

RUJUKAN Architecture. 1 St. Ed, USA:


McgrawHill.
Anna, T & Marco, R. 2003. Where is French, H. 1998. Architecture : A Crash
Mobile Learning Going ?. Course. New York. Watson Guptill
Dipartimento di Informatica e Pub.
Telecomunicazioni, Universita degli Hamdan, A. 2005. Laporan Panel Penilai
Studi di Trento Italy. E-Learn 2003. Hari Produk JKA 2005. Unit
Besemer, S.P. & Treffingger, D. (1981). Senibina. 29 Nov – 01 Dis 2005
Analysis of creative products: Husain Jahit, 2007. Penghasilan produk
Review and synthesis. Journal of lebih mantap. Harian Metro. 25
creative behavior. 15, 158-178. Julai 2007.
Brown, A., & Campione, J. (1996). Lawson, B. 2007. CAD and Creativity:
Psychological theory and design of Does the Computer Really Help?
innovative learning environments: ISAST, Vol. 35, No. 3, pp. 327–
On procedures, principles, and 331.
systems. In L. Schauble & R.
Glaser (Eds.), Innovations in Hamdan, A. 2005. Laporan Panel Penilai
Learning: New Environments for Hari Produk JKA 2005. Unit
Education. P 289-325. Mahwah, Senibina. 29 Nov – 01 Dis 2005
N.J.: Erlbaum. Koutamanis, A. 2003. CAAD's Seven
Bottentuitista Junior, Joao Batists dan Arguable Virtues, International
Coutinho Clara. 2007. Virtual Journal of Architectural Computing.
Laboratories and MLearning: 2 (1) pp.51-65.
learning with mobile devices. Roozenburg, N. & Eekels, J. 1995.
Proceedings of International Milti- Product design: Fundamentals and
Conference on Society, methods. Wiley, Chichetser.
Cybernetics and Informatics. p 275-
278, Orlando, EUA.Julho. Vavoula, G. N. & Sharples, M. (2002).
KleOS: A personal, mobile,
Carroll, J.M. 1995. Principles and Knowledge and
heuristics for designing minimalist
instruction. Technical Learning Organization System. In M.
Communications, 42(2): 243-261. Milrad, H. U. Hoppe and Kinshuk
(Eds.), IEEE International
Chen J. & Kinshuk.2005. Mobile Workshop on Wireless and Mobile
Technology in Educational Technologies in Education. August
Services. Journal of Educational 29 - 30, (pp. 152). Washington, DC,
Multimedia and Hypermedia, 14 USA: IEEE Computer Society.
(1), 91-109.
Von Wodtke, M. 2000. Design with
Demirkan, H. 1998. Integration of Digital Tools – Using New Media
Reasoning Systems In Architectural Creatively. McGraw-Hill.
Modeling Activities. Automation in
Construction. 7. 229-236 Watanabe, S .1994. Knowledge
Intergration for Architectural
Dong, W & Gibson, K. 1998. Computer Design. Automation in
Visualization: An Integrated Construction. 3. 149-156
Approach for Interior Design &

422
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

TEKNOLOGI MOBIL DALAM PEMBELAJARAN MODUL SENI REKA


DI POLITEKNIK PORT DICKSON

Oleh:
Isham Shah Hassan *)
ishamnurul1@hotmail.com

Mohd Arif Ismail **)


mdarifukm@yahoo.com

Mohammad Amir YM Shariff ***)

ABSTRACT

Computer and internet have successfully provided a range of on line learning services to
the students. Rapid expansion of mobile technology have been able to create more
learning facilities through the usage of PDA and mobile phone. By providing educational
services without wire, educational institution can provide more facilities to the students in
the searching information process without providing more desktop computers to the
students. By using educational services based on mobile technology, student and lecturer
can access to the information without having the limit of time and place. This paper
discuss the possibility of providing web page based on case study through mobile
technology to help the diploma students in architecture at Politeknik Port Dickson to
access to the information required for their design process. The use of web through the
mobile technology introduces to the students the new approach of information searching
process. Website based on mobile technology is not going to deny the conventional
method in the information searching process but intends to accelerate the information
searching process in providing the information needed for the idea incitement activity in
the design process. Case study is an important approach in the architecture learning
process. By using the case study approach students will be able to analyse, evaluate and
make comparison on the building that they are going to design. Hypermedia in the form of
webpage through mobile technology would be able to help the students in the information
searching process. This writing discusses the strategies that can be used by any
educators in developing a web page for educationl purposes through mobile technology. A
formative evaluation have been made to find out the student's perception on using the
web page through mobile technology in the design module class. Positive assessment
being given by the Politeknik Port Dickson architecture's diploma students on the use of
web through the mobile technology in the information searching activity during the design
process.
*)
Politeknik Port Dickson
**)
Universiti Kebangsaan Malaysia
***)
SMK Seri Sendayan Seremban

PENDAHULUAN

Pada hari ini perkembangan teknologi dan pelajar-pelajar dalam proses


telah mempengaruhi setiap bidang pengajaran dan pembelajaran dengan
kehidupan. Perkembangan teknologi lebih menarik dan interaktif.
maklumat telah membawa implikasi yang Sejak sedekad yang lalu teknologi
besar ke atas kehidupan manusia komputer telah memainkan peranan
termasuklah dalam bidang pendidikan. yang besar dalam pembangunan
Ianya telah dapat membantu guru-guru pendidikan di negara ini. Sejak

423
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

kebelakangan ini pembangunan yang dalam dunia pendidikan yang


drastik di dalam teknologi mobil telah menggabungkan teknologi mobil dengan
menjanjikan satu revolusi yang baru e pembelajaran. Pembelajaran yang
dalam dunia pendidikan. Teknologi mobil berdasarkan laman web telah menjadi
berkembang dengan pesat pada hari ini satu media yang biasa di dalam dunia
di mana jumlah pengguna telefon bimbit pendidikan pada hari ini. Hari ini terdapat
di seluruh dunia pada penghujung 2004 banyak universiti secara maya dan
ialah 91 juta pengguna dan meningkat laman web yang menawarkan teknik
kepada 1.5 billion pada Jun 2005 dan pendekatan pendidikan yang menarik
dijangka meningkat kepada 3 billion kepada pengguna. Pendekatan
pengguna menjelang tahun 2010 pembelajaran di dalam bilik kuliah sudah
(Informa 2005). Jumlah ini merangkumi menjadi satu pendekatan pembelajaran
43 % dari penduduk dunia. yang kurang menarik perhatian pelajar
Manakala menurut Laporan kerana pendekatan ini bersifat tradisional
Pembelajaran Berasaskan Teknologi dimana ianya lebih berpusat kepada
Mobil (Atwell 2005) menjelang pensyarah daripada berpusat kepada
pertengahan tahun 2005 pengguna pelajar, aktiviti hanya terkongkong dalam
telefon bimbit adalah tiga kali lebih ruang yang terhad, maklumat hanya
banyak dari pengguna komputer peribadi bergantung kepada nota dan buku teks
dan pada hari ini telefon bimbit yang yang dibekalkan serta ianya tidak
baru mempunyai keupayaan yang sama mengajar pelajar untuk menyelesaikan
dengan keupayaan komputer peribadi masalah yang telah dikenalpasti oleh
pada pertengahan tahun 90 an. Atwell mereka (Hume 2001). Pembelajaran
(2005) menjelaskan teknologi mobil berasaskan laman web adalah satu
boleh memberi peluang baru kepada pendekatan pembelajaran yang
kehidupan manusia termasuklah bidang menggunan talian internet sebagai
pendidikan. Di Malaysia pula bilangan media penghantaran dan penyampaian
pengguna telefon bimbit berdaftar ialah maklumat (Jackson 2004).World Wide
seramai 4.6 juta pada tahun 2000 dan Web (www) membenarkan penghantaran
telah meningkat kepada 19.5 juta pada maklumat bukan sahaja dalam bentuk
tahun 2005 dan dijangka meningkat teks tetapi penghantaran maklumat
kepada 24.4 juta pada tahun 2010 dalam bentuk grafik, video dan audio
(SKMK 2007). Menurut Steinberger melalui internet dari satu komputer
(2002) sehingga tahun 2004 kira - kira 63 kepada komputer yang lain. Walau
juta peralatan mobil telah dijual kepada bagaimanapun pembelajaran
pengguna di mana 38% darinya adalah berasaskan laman web dengan
telefon pintar yang menggabungkan menggunakan komputer masih
kefungsian PDA dengan ciri-ciri untuk mempunyai kekangan dari aspek masa
komunikasi. Menurut satu kajian dari dan tempat dimana server dan komputer
Microsoft, pada akhir tahun 2002, hampir yang digunakan sebagai media
100 juta pembantu digital peribadi (PDA) penyampaian masih tidak dapat
digunakan di seluruh dunia. Di Malaysia digunakan dalam keadaan bebas tanpa
menurut kajian daripada Suruhanjaya ada kekangan masa dan tempat.
Komunikasi dan Multimedia Malaysia Kewujudan teknologi baru seperti WAP
(2007) kira-kira 70.4% dari penduduk di (Protokol Aplikasi Wayarles) dan GPRS
Malaysia menggunakan telefon mudah (Perkhidmatan Radio Paket Am)
alih. Perkembangan yang cepat dalam menawarkan institusi pendidikan dengan
penggunaan teknlogi mobil telah peralatan tambahan dimana WAP dan
mewujudkan satu cabaran baru kepada GPRS membenarkan pelajar dan
institusi pendidikan di Malaysia untuk pensyarah untuk akses kepada Internet
menyediakan satu pendekatan baru di mana saja dan pada bila-bila masa,
dalam proses pendidikan. Proses melalui pelayar mikro dengan
pembelajaran yang menggunakan menggunakan peralatan mobil (Tariq et
teknologi mobil adalah satu dimensi baru al. 2005). Perkembangan yang pesat

424
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

kepada teknologi mobil pada hari ini pendidikan mobil. Lehner dan Nosekabel
telah menyediakan satu pendekatan (2002) menjelaskan pendidikan mobil
baru dalam kaedah pembelajaran yang sebagai satu perkhidmatan dan
dikenali sebagai pembelajaran kemudahan yang membekalkan
berasaskan WAP atau pembelajaran pengguna dengan maklumat elektronik
yang berasaskan teknologi mobil. secara am dan kandungan pendidikan
Menurut Chen dan Kinshuk (2005) yang membantu pencarian tanpa
perkhidmatan pendidikan yang mengira masa dan tempat. Vavoula dan
berasaskan teknologi mobil adalah Sharples (2002) menjelaskan terdapat
merupakan sumber pembelajaran yang tiga cara di mana pembelajaran boleh
mudahalih dan boleh diakses oleh diambilkira sebagai mobil iaitu
pelajar tanpa mengira masa dan tempat. pembelajaran itu mobil di dalam ruang,
Bagi menjadikan suasana pembelajaran pembelajaran itu mobil dalam pelbagai
berasaskan teknologi mobil bersifat aspek kehidupan dan pembelajaran itu
dinamik, maklumat pembelajaran yang mobil tanpa batasan masa.
disediakan perlu bersedia membekalkan Menurut Anna et.al. (2003)
maklumat tanpa mengira masa dan pendidikan berasaskan teknologi mobil
tempat (Chen dan Kinshuk 2005). adalah kaedah pembelajaran yang
Pembelajaran berasaskan teknologi menggunakan media kecil, mudahalih
mobil telah dianggap sebagai masa dan tidak mewujudkan gangguan dalam
depan baru dalam sistem pendidikan. setiap aspek kehidupan. Dari definasi di
Ada banyak kerja-kerja penyelidikan atas kesimpulan boleh dibuat pendidikan
yang sedang dijalankan ke atas berasaskan teknologi mobil adalah
pembelajaran yang berasaskan teknologi sistem pendidikan yang berupaya untuk
mobil. Banyak kajian ingin melihat menyampaikan maklumat pada setiap
bagaimana penambahbaikan boleh masa dan tempat mengikut keperluan
dibuat ke atas sistem pendidikan dengan pelajar dan pelajar itu boleh merupakan
menggunakan teknologi mobil. Kertas pelajar sepenuh masa atau pelajar
kajian ini melihat bagaimana laman web separuh masa yang tidak berada di
dapat membantu pelajar dalam proses kampus. Aktiviti pembelajaran boleh
pencarian maklumat untuk modul seni disempurnakan walaupun pelajar dan
reka bagi pelajar diploma seni bina di guru berada dalam keadaan “mobil”.
Politeknik Port Dickson. Laman web
yang dibangunkan untuk kajian ini Rekabentuk Pendidikan Untuk
adalah berasaskan teknologi mobil dan Teknologi Mobil
dibangunkan dengan menggunakan Sebagai satu gelombang baru
tapak pembangunan web untuk dalam pendidikan, pembelajaran
peralatan mobil secara percuma di berasaskan teknologi mobil memberikan
Internet. Laman web yang dibangunkan banyak menafaat dengan ciri – ciri yang
akan digunakan oleh pelajar seni bina tertentu iaitu Chen et. al. (2002):
untuk kelas seni reka sebagai tempat
rujukan untuk mendapatkan maklumat 1. Keperluan pembelajaran yang tinggi.
bagi membantu pelajar dalam proses 2. Inisiatif sendiri dalam pencarian
reka bentuk. Akhir sekali kertas kajian ini maklumat.
akan melihat cabaran dan batasan untuk 3. Prasarana pembelajaran yang mobil.
pembelajaran berasaskan teknologi 4. Proses pembelajaran yang interaktif.
mobil pada masa hadapan. 5. Menentukan aktiviti aktiviti
penerangan.
PENDIDIKAN BERASASKAN 6. Maklumat pembelajaran yang
TEKNOLOGI MOBIL diintegrasikan.
Penggunaan teknologi mobil dalam
pendidikan bukanlah merupakan satu Untuk ini pendidikan berasaskan
perkara yang baru. Terdapat banyak teknologi mobil perlu kepada rekabentuk
pandangan dalam mendefinasikan dan model yang tersendiri. Dalam

425
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

suasana pembelajaran tradisional, pendidikan yang berasaskan teknologi


semua aktiviti seperti kuliah, tugasan, mobil perlulah dapat diadaptasikan oleh
perbincangan dan persembahan berlaku pengguna pada setiap masa dan
pada masa dan tempat yang ditetapkan. keadaan.
Pendidikan berasaskan komputer meja
berlaku pada tempat yang mempunyai Pendekatan Pedagogi Untuk Sistem
hubungan talian. Manakala pendidikan Pendidikan Berasaskan
berasaskan teknologi mobil berlaku pada Teknologi Mobil
tempat yang tidak bergantung pada Proses pembelajaran di dalam bilik
hubungan talian dan berlaku tanpa kuliah memerlukan strategi pembelajaran
bergantung kepada talian dengan tidak yang betul bagi memastikan maklumat
mengambilkira masa dan tempat. Ini yang disampaikan akan dapat diterima
adalah merupakan langkah awal kepada dengan baik oleh pelajar. Begitu juga di
pelajar untuk menentukan masa dalam sistem pendidikan yang
pembelajaran mereka sendiri dan berasaskan teknologi mobil pendekatan
memberi pendekatan baru kepada pedagogi yang betul adalah di antara
pembelajaran sepanjang hayat. faktor penting di dalam menentukan
Perubahan dari pembelajaran keberkesanan sistem pendidikan
berasaskan komputer meja kepada tersebut.
pembelajaran berasaskan teknologi Kebanyakan pendekatan pedagogi
mobil memberi peluang baru untuk yang ada dalam teori pendidikan pada
pelajar menentukan aktiviti pembelajaran hari ini gagal untuk mengenalpasti
mereka sendiri dan meningkatkan keunikan proses pembelajaran yang
kecekapan pertukaran maklumat di berasaskan teknologi mobil. Kebanyakan
antara pelajar dan tenaga pengajar. pendekatan pedagogi pendidikan yang
Menurut Chen dan Kinshuk (2005) ada pada hari ini dibina dengan
perkhidmatan pendidikan yang berasaskan proses pembelajaran di bilik
berasaskan teknologi mobil adalah kuliah dan berpusatkan kepada
merupakan sumber pembelajaran yang pensyarah. Sebarang pendekatan
mudahalih dan boleh diakses oleh pedagogi untuk proses pembelajaran
pelajar tanpa mengira masa dan tempat. yang berasaskan teknologi perlulah
Bagi menjadikan suasana pembelajaran mengambilkira proses pembelajaran
berasaskan teknologi mobil bersifat yang dinamik, boleh berlaku di luar dari
dinamik, maklumat pembelajaran yang bilik kuliah tanpa adaa batsan masa dan
disediakan perlu bersedia membekalkan tempat. Pendidikan adalah merupakan
maklumat tanpa mengira masa dan satu proses pembinaan pengetahuan
tempat (Chen dan Kinshuk 2005). yang melibatkan aktiviti yang dapat
Sistem pembelajaran juga perlu menjana pengetahuan. Di dalam
direkabentuk dimana maklumat yang pendekatan konstruktivisme, pelajar
dibekalkan kepada pelajar boleh dipilih tidak lagi dianggap belajar daripada apa
oleh pelajar mengikut keperluan mereka. yang diberikan oleh pendidik tetapi
Sistem yang dibentuk juga perlu dapat secara aktif membina realiti mereka
memberi kemudahan kepada pelajar sendiri dan pada masa yang sama
untuk menukar keperluan maklumat mengubahsuai realiti tersebut. Secara
mengikut keperluan mereka sebagai umumnya pelajar akan belajar melalui
contoh pelajar dapat menukar modul pengalaman yang diperolehi secara
dengan mudah semasa proses sendiri.
pembelajaran (Chen dan Kinshuk 2005). Menurut Jonassen (1991)
Rekabentuk sistem pendidikan yang pengetahuan seseorang individu
berasaskan teknologi mobil perlulah berasaskan kepada persepsi fizikal dan
bersifat dinamik, boleh diubahsuai pengalaman sosial yang difahami oleh
dengan mudah dan dapat digunapakai akal fikiran seseorang. Manakala
pada setiap masa dan tempat. menurut Perkins (1986) pengetahuan
Kesimpulannya rekabentuk sistem adalah terbina hasil dari reka bentuk

426
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

pelajar di dalam minda di mana ini mencadangkan perkara di bawah


pengetahuan dibentuk bila pelajar terlibat untuk proses pembelajaran berasaskan
secara aktif di dalam proses teknologi maklumat iaitu :
pembentukan pengetahuan dan bukan 1. Semua aktiviti pembelajaran
hanya mengintepretasi dan menerima perlulah bermakna dan terkawal
apa yang diberikan kepada mereka.
Pendekatan konstruktivisme 2. Mengurangkan bahan bacaan dan
digunakan ke atas kajian yang dibuat maklumat yang pasif
oleh Colella et. al (2000) untuk mengkaji 3. Memberi peluang kepada pelajar
penggunaan teknologi mobil dalam untuk melakukan pelayaran dengan
pembelajaran penyebaran dan secepat mungkin
pembiakan virus. Di dalam kajian
tersebut Colella et. al (2000) telah Dalam perancangan laman web
menggunakan kaedah penglibatan multimedia interaktif dengan teori minima
secara simulasi. Setiap pelajar yang Carroll (1995) ,Kearsley. G (1994)
dipilih sebagai sampel kajian telah menjelaskan pelajar perlu diberi peluang
dibekalkan dengan peralatan mudah alih terlibat dengan aktiviti bermakna dengan
untuk menjalankan kajian ini. Objektif secepat mungkin. Cadangan ini disokong
utama proses pembelajaran ialah oleh Jones dan Farquhar (1997) yang
bagaimana pelajar dapat menghayati mencadangkan dalam reka bentuk
proses di mana virus merebak. Dapatan laman web, maklumat penting perlu
kajian menunjukkan respon yang positif diletakkan pada bahagian atas laman
daripada pelajar di mana mereka web. Jones dan Farquhar (1997) juga
menyatakan proses pemahaman mereka menjelaskan supaya tajuk untuk laman
terhadap apa yang dipelajari berlaku web ini direka bentuk dengan
dengan lebih cepat. Kaedah ini menggunakan ruang yang kecil dan
membuktikan pendekatan pedagogi mengurangkan aktiviti skrol di laman
konstruktivisme boleh digunakan dalam web. Teori Minima Carroll (1995) juga
sistem pendidikan yang berasaskan menjelaskan bahan penerangan
teknologi mobil. Bagi kajian ini berasaskan teknologi maklumat perlulah
pendekatan konstruktivisme digunakan mengurangkan maklumat yang boleh
dalam pembangunan laman web yang mengganggu proses pembelajaran.
berasaskan teknologi mobil. Maklumat ini disokong oleh Gillani &
Relan (1997) yang menyatakan rangka
Teori yang digunakan untuk asas reka bentuk laman web perlu
pembangunan laman web ini ialah teori mudah dan konsisten dalam
Minimal Carroll. Teori ini berpusat penggunaan teks, grafik dan bunyi.
kepada pembangunan alat bantuan Berkaitan dengan perkara yang sama
mengajar yang berasaskan teknologi Fahy (1999) menjelaskan reka bentuk
maklumat. Menurut Kearsley. G (1994) laman perlu tersusun dan mempunyai
perancangan proses pengajaran yang tempoh muat turun yang kurang dari 30
berasaskan teknologi maklumat perlulah saat. Untuk memastikan perkara ini,
mengurangkan bahan penerangan yang maklumat grafik perlulah dikawal dengan
boleh mengganggu proses pembelajaran baik. Fahy (1999) juga menjelaskan bagi
dan memberi fokus kepada reka bentuk memastikan masa muat turun
aktiviti yang menggalakkan aktiviti dikurangkan maka penggunaan Java
terarah. Kearsley. G (1994) juga applet perlulah dielakkan kerana ianya
menjelaskan penerangan untuk aktiviti akan meningkatkan masa muat turun.
pembelajaran yang berasaskan teknologi Fahy (1999) juga menyatakan efek grafik
maklumat akan jadi lebih berkesan perlu dikurangkan, bilangan warna untuk
sekiranya jumlah bacaan dikurangkan tek juga perlu diminimakan serta warna
dan memberi peluang kepada pelajar latar yang sesuai perlu digunakan
untuk cuba mencari penjelasan secara supaya laman web yang dibangunkan itu
kendiri. Menurut Kearsley. G (1994) teori mudah untuk dibaca.

427
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

Untuk kajian ini pengkaji Sebagai contoh sekiranya tadika


membangunkan laman web multimedia adalah projek yang akan
interaktif dengan menggunakan teori dibangunkan oleh pelajar maka
minima Carroll (1995). Diharapkan laman web yang dibangunkan untuk
pembangunan laman web multimedia rujukan pelajar ialah berkenaan
interaktif yang merujuk kepada kes dengan tadika. Di mana melalui
sebenar dapat membantu pelajar untuk laman web ini pelajar akan dapat
mendapatkan keperluan maklumat maklumat berhubung dengan fungsi
dengan mudah. Maklumat yang mudah utama sesebuah bangunan. Laman
dicapai dari laman yang ringkas dan ini menerangkan matlamat utama
padat diharap akan dapat membantu sesebuah bangunan dan apakah ciri
pelajar untuk menghasilkan produk reka ciri yang perlu ada dalam reka bentuk
bentuk seni bina yang kreatif. sebuah bangunan untuk memastikan
bangunan yang direka akan dapat
Kandungan Laman Web memenuhi kehendak pengguna.
Kefahaman tentang fungsi ruang
Kajian ini menawarkan satu
membantu pelajar untuk mereka
pendekatan baru dalam penyampaian
bentuk ruang yang dapat mengikut
maklumat di politeknik. Kajian ke atas
kehendak pengguna.
kes sebenar adalah merupakan satu
ii. Contoh Bangunan : Rangka ini
bentuk pencarian maklumat yang penting
digunakan oleh pengkaji untuk
dalam sistem pendidikan seni bina.
memberi panduan kepada pelajar
Kajian ini memberi penekanan kepada
tentang contoh bangunan yang telah
penggunaan laman web melalui
direka yang ada hubungan dengan
teknologi mobil yang memberi peluang
projek yang diberikan kepada pelajar.
kepada pelajar untuk mendapatkan
Melalui laman ini pelajar mengkaji
maklumat berkenaan dengan bangunan
contoh bangunan yang telah dibina
yang sama dengan projek yang hendak
untuk dijadikan panduan dalam
direka bentuk. Melalui laman web ini juga
proses reka bentuk. Melalui laman ini
pelajar berpeluang untuk mengkaji
juga analisa boleh dibuat oleh pelajar
bahagian yang berbeza yang
berhubung dengan kekuatan dan
membentuk sebuah bangunan. Laman
kelemahan reka bentuk bangunan
web yang dibina dengan pendekatan
yang telah dibina untuk dijadikan
kajian kes melalui teknologi multimedia
panduan.
interaktif memberi peluang kepada
iii. Gayareka : Rangka ini digunakan
laman web ini menjadi sumber maklumat
oleh pengkaji untuk mendedahkan
yang menarik. Laman web digunakan
pelajar kepada gaya reka yang
oleh pelajar semasa proses pencarian
sesuai untuk digunakan dalam
maklumat di peringkat awal proses reka
proses reka bentuk. Gaya reka
bentuk. Rangka maklumat yang
membentuk identiti ke atas bangunan
digunakan oleh pengkaji untuk di
yang direka. Laman ini mendedahkan
gunakan dalam menyediakan laman web
pelajar kepada beberapa jenis gaya
ini adalah berpandukan kepada rangka
reka utama yang banyak
Vijayalakshmi (1997). Dengan
mempengaruhi gaya reka bangunan
berasaskan teori minimal Carroll (1995)
di Malaysia. Melalui laman ini
pengkaji membangunkan laman web
pengkaji mendedahkan kepada
dengan rangka maklumat seperti di
pelajar contoh – contoh gaya reka
bawah :
seperti modern, hi tech, post modern
dan de con. Pendedahan contoh –
i. Pengenalan : Rangka ini
contoh bangunan yang
menyediakan penerangan ringkas
menggunakan gaya reka di atas
tentang latarbelakang bangunan,
memudahkan pembangunan idea
arkitek, pengguna utama dan
pelajar semasa proses reka bentuk.
maklumat keseluruhan projek.
Pendedahan ini juga dapat

428
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

membantu pelajar untuk membuat Konsep seni bina adalah sketsa


gaya reka yang sesuai dengan dalam bentuk grafik yang mengawal
bangunan yang hendak direka. perkembangan idea dalam sesuatu
iv. Kemasan : Rangka ini digunakan proses reka bentuk. Melalui laman ini
oleh pengkaji untuk memberi pelajar berpeluang untuk melihat
maklumat kepada pelajar tentang contoh pembangunan konsep dan
kemasan binaan. Kemasan ialah bagaimana konsep yang telah
bahan binaan yang bertindak sebagai dibangunkan itu memberi peluang
paramuka untuk sesebuah reka kepada pereka untuk mengawal
bentuk bangunan. Kemasan perkembangan idea reka bentuk
memainkan peranan penting dalam pereka.
menentukan nilai estetik sesebuah viii. Forum : Rangka ini diwujudkan bagi
bangunan. Dalam laman ini pengkaji memberi peluang kepada pelajar
akan memberi berapa contoh untuk bertukar maklumat reka
kemasan yang digunakan dalam reka bentuk. Idea dan maklumat boleh
bentuk seni bina. Laman ini juga disalurkan oleh pelajar melalui laman
digunakan oleh pengkaji untuk ini. Ruang ini diwujudkan bagi
merangsang pengetahuan pelajar memberi peluang kepada pelajar
tentang kemasan yang telah untuk berinteraksi dengan mudah
dipelajari dalam semester yang lepas semasa proses reka bentuk.
untuk dimenafaatkan dalam modul Pendekatan ini diharap akan dapat
seni reka. membantu pelajar untuk
v. Struktur : Rangka ini digunakan oleh menghasilkan produk reka bentuk
pengkaji untuk merangsang yang kreatif. Pelajar diminta untuk
pengetahuan pelajar berhubung memberikan pandangan untuk
dengan struktur binaan sesebuah dikongsikan dengan pelajar lain
bangunan. Melalui laman ini pengkaji untuk penambahbaikan proses reka
berharap pelajar akan dapat dibantu bentuk melalui ruangan comment
untuk memudahkan proses yang disediakan pada poll.
pembentukan idea dalam proses
sintesis di dalam penentuan struktur Semua maklumat yang ditunjukkan
binaan sesebuah bangunan. Laman di atas disusun dalam satu laman web
ini juga memberi beberapa contoh dengan menggunakan teori minimal
struktur binaan yang terdapat Carroll. Laman web dalam kajian
diindustri. dibangunkan dengan menggunakan hos
vi. Lanskap : Rangka ini dibina oleh percuma di Mobi Site Galore Versi 5.
pengkaji untuk memberi pendedahan Contoh rangka laman web yang telah
kepada pelajar berhubung dengan dibangunkan dapat dilihat pada contoh di
reka bentuk persekitaran. bawah.
Keselesaan pengguna wujud dalam
sesebuah reka bentuk dengan
penggunaan elemen lanskap yang
sesuai dalam proses reka bentuk.
Melalui laman ini pengkaji ingin
mendedahkan kepada pelajar
komponen - komponen penting
lanskap yang boleh digunakan oleh
pelajar dalam proses reka bentuk
mereka.
vii. Konsep : Melalui rangka ini
pendedahan akan diberikan kepada
pelajar tentang bagaimana konsep
seni bina boleh mencorakkan hala
tuju sesuatu proses reka bentuk.

429
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

mobil. Hos yang menyediakan tapak


percuma ini boleh dilayari di talian
Internet pada alamat seperti yang tertera
http://www.mobisitegalore.com/index.htm
l#. Pembangunan laman web dengan
menggunakan hos ini tidak perlu kepada
pengetahuan teknikal dan perisian tidak
dimuat turunkan ke dalam komputer.
Setelah mendaftar di hos pengguna
boleh memilih templat di laman web
mereka. Setelah memilih templat untuk
Pembangunan Laman Web laman web pengguna akan disediakan
Mobi Site Galore Version 5 adalah dengan laman pengurusan seperti yang
merupakan hos percuma yang tertera di bawah.
digunakan untuk membangunkan laman
web untuk digunakan pada peralatan

Menurut hos tempuh masa secara bawah http:/ /


purata yang diperlukan untuk membina www.kajian_senireka.param.mobi/. Hos
laman web ialah 54 min dan sehingga untuk laman web ini juga menyediakan
kertas kajian ini ditulis terdapat 19985 tempat kepada pereka untuk menguji
orang pengguna telah mendaftar untuk kecekapan laman web yang direka
menggunakan hos ini untuk membina dalam bentuk masa muat turun yang
laman web. Laman web yang diperlukan untuk sesuatu laman web
dibangunkan untuk kertas kajian ini seperti yang ditunjukkan di bawah.
boleh diakses di alamat seperrti tertera di

430
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

Laman utama untuk web ini dibina maklumat yang telah di pelajari
dengan menggunakan hos Mobi Site sebelum ini pada modul yang lain.
Galore manakala laman sampingan v. Ianya telah mempercepatkan masa
dibangunkan dengan menggunakan hos pencarian pelajar untuk
Geocities .com manakala data video dan memperolehi
grafik yang digunakan untuk laman ini maklumat yang diperlukan untuk
disimpan di dalam tempat simpanan data keperluan proses reka bentuk.
percuma di Internet iaitu di DriveHQ.com.
Tanpa mempunyai pengetahuan teknikal Semua pelajar tidak pernah
yang baik pereka boleh menggunakan menggunakan teknologi mobil untuk
semua laman yang dinyatakan dalam pencarian maklumat sebelum ini.
membangunkan satu laman web yang Kesimpulannya penggunaan teknologi
boleh digunakan pada peralatan mobil. mobil dalam proses pencarian maklumat
adalah pendedahan baru kepada semua
Penilaian Formatif Laman Web pelajar. Apabila ditanya sama ada
Satu penilaian formatif ke atas mereka sanggup untuk mencari
laman web ini telah dijalankan di maklumat dari laman web dengan
Politeknik Port Dickson di mana menggunakan teknologi mobil pada
kesemua 25 pelajar diploma seni bina masa hadapan, kebanyakan pelajar
yang berada di semester akhir telah bersetuju tetapi terdapat sebahagian
memberikan respon kepada soal selidik kecil dari pelajar yang tidak bersetuju.
yang diberikan kepada mereka setelah Pecahan respon dari pelajar adalah
menggunakan laman web tersebut. seperti berikut iaitu kira-kira 68%
Semua pelajar diminta untuk menjadikan bersetuju, 20% tidak bersetuju dan 12%
laman web ini sebagai rujukan untuk tiada pandangan. Penggunaan teknologi
maklumat reka bentuk sebuah tadika mobil dalam pendidikan dijangka akan
yang diperlukan untuk keperluan kelas digunakan dengan lebih meluas pada
seni reka. Setelah menggunakan laman masa akan datang apabila teknologi ini
web sebagai sumber pencarian dimajukan dan kos peralatan mobil
maklumat selama satu minggu pelajar menjadi semakin murah. Pecahan
memberikan respon kepada soal selidik respon dari pelajar apabila ditanya
yang diberikan kepada mereka. Soal samada mereka sanggup untuk membeli
selidik mengandungi 9 soalan yang perlu peralatan mobil seperti PDA dan telefon
dijawab oleh pelajar berdasarkan bimbit yang ada akses kepada Internet
pengalaman mereka setelah untuk kemudahan pencarian maklumat
menggunakan laman web sebagai mereka adalah seperti berikut iaitu kira
rujukan. Pelajar memberikan respon kira 56% bersetuju, 38 tidak bersetuju
yang baik ke atas penggunaan laman dan 6% tiada pandangan Respon ini
web yang merujuk kepada kes sebenar menunjukkan kemampuan dan keinginan
dengan berasaskan teknologi mobil. pelajar untuk menggunakan teknologi
Pelajar menyatakan rujukan mobil dalam proses pencarian maklumat
menggunakan laman web dengan adalah baik. Sebanyak 68% pelajar yang
perantaraan teknologi mobil adalah baik dipilih untuk kajian ini mempunyai
atas sebab sebab berikut : peralatan mobil yang digunakan untuk
akses kepada Internet tetapi sebahagian
i. Ianya telah berjaya merangsang besar dari mereka tidak
minat pelajar untuk mencari menggunakannya untuk melayari
maklumat. Internet. Mereka tidak melayari Internet
ii. Ianya menyediakan akses yang dengan mengunakan peralatan mobil
mudah kepada pelajar untuk kerana tidak mampu untuk menanggung
mendapatkan data yang berguna; kos. Dapatan ini menunjukkan kos
iii. Ianya berfungsi dengan baik penggunaan teknologi mobil untuk
iv. Ianya telah berjaya merangsang pencarian maklumat masih tinggi di
pelajar untuk mengingatkan semula negara ini. Walaubagaimanapun

431
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

sebahagian besar pelajar memberikan viii. Perbanyakkan hipertek untuk


respon yang positif dengan memudahkan navigasi pelajar
keberkesanan penggunaan laman web semasa menggunakan laman ini.
yang berasaskan teknologi mobil
sebagai sumber pencarian maklumat Kesimpulannya kira - kira 70%
yang baik untuk modul seni reka. Untuk pelajar bersetuju laman web dengan
soalan samada reka bentuk laman web berasaskan teknologi mobil ini boleh
memberi kemudahan kepada pengguna, menjadi sumber rujukan yang baik untuk
68% pelajar bersetuju yang reka bentuk pelajar bagi kelas reka bentuk. Pelajar
laman memudahkan pengguna, 20% juga bersetuju yang penggunaan laman
pelajar tidak bersetuju reka bentuk laman web dengan menggunakan teknologi
memudahkan pengguna dan 12% pelajar mobil ini memudahkan aktiviti pencarian
tiada pandangan. Dari respon yang maklumat pelajar semasa proses reka
diberikan oleh pelajar membuktikan reka bentuk. Penggunaan teknologi mobil
bentuk laman web memberi kepuasan dalam proses pembelajaran membuka
kepada pelajar untuk menggunakannya. satu dimensi baru dalam proses
Sebahagian besar pelajar menyatakan pendidikan di mana proses pembelajaran
yang laman web ini mudah untuk berada di dalam kawalan pelajar.
digunakan. 76% pelajar bersetuju yang Dengan penggunaan teknologi mobil
laman web ini mudah untuk digunakan masa dan tempat bukan lagi menjadi
dan difahami, 16% pelajar tidak kekangan untuk berlakunya proses
bersetuju dan hanya 8% pelajar tiada pembelajaran.
pandangan. Walaubagaimanapun masih
banyak kajian perlu dibuat untuk
Pelajar yang menyertai kajian ini pembangunan proses pembelajaran
memberikan beberapa cadangan untuk dengan menggunakan teknologi mobil.
penambaikan laman web yang
berasaskan teknologi mobil sebagai CABARAN DAN BATASAN
sumber rujukan iaitu :
Pembelajaran dengan
i. Padatkan dan ringkaskan
menggunakan teknologi mobil telah
maklumat untuk memendekkan
membentuk satu aras baru dalam proses
masa muat turun.
pembelajaran. Walaubagaimanapun
ii. Jadikan pelayaran lebih mudah
masih banyak penambaikan diperlukan.
iii. Letak nama dan logo di setiap
Skrin yang kecil dan keupayaan
laman dan jadikan logo disetiap
peralatan yang terhad dalam menyimpan
laman mempunyai pautan dengan
maklumat menjadikan penggunaan
laman utama.
peralatan mobil sebagai alat
iv. Gunakan pautan pada tajuk penting
pembelajaran terbatas kepada proses
di laman utama untuk
pembelajaran yang tidak komplek.
memudahkan navigasi dibuat oleh
Seterusnya peralatan mobil bukan
pelajar semasa berada di laman ini.
merupakan komputer yang memberi
v. Gunakan tajuk laman yang mudah
kemudahan kepada pengguna untuk
untuk difahami dan menjelaskan isi
mereka bentuk laman yang komplek,
kandungan laman dari tajuk yang
kerana laman yang komplek sekiranya
digunakan.
memerlukan pengguna untuk menekan
vi. Jangan letak terlalu banyak
lebih dari 10 kali dalam proses untuk
maklumat pada sesuatu laman
mendapatkan maklumat akan
kerana ianya akan meningkatkan
meninggalkan kesan yang negatif
tempoh muat turun terutamanya
kepada pengguna. Semua operasi untuk
pada peralatan mobil.
mendapatkan maklumat bagi laman web
vii. Gunakan fail video yang
yang berasaskan teknologi mobil hanya
mempunyai saiz kurang dari 3Mb
memerlukan tiga hingga lima langkah
bagi memendekkan tempoh muat
dengan setiap langkah menyediakan
turun fail tersebut.

432
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

jalan keluar yang mudah kepada kebanyakan peralatan mobil memberi


pengguna. Seterusnya menaip bukan peluang kepada pengguna untuk
merupakan kaedah yang mudah dalam memindahkan data pada kadar 144kb/s
penggunaan peralatan mobil untuk ini sehingga 2Mb/s (Whatis 2007). 3G
reka bentuk laman web yang berasaskan adalah merupakan generasi ketiga
peralatan mobil perlu menggunakan dalam pembangunan teknologi tanpa
teknik “SELECT” dan bukan teknik wayar terutamanya untuk sektor
“INPUT” dalam meminta maklumat dari komunikasi. 3G menawarkan potensi
pengguna (Tariq 2005). untuk manusia berhubung pada setiap
Imej berwarna merupakan cabaran masa dan di setiap tempat. Di Malaysia,
seterusnya dalam pembangunan laman Celcom menawarkan rangkaian yang
web untuk peralatan mobil. Bit Vision mempunyai kelajuan sehingga 384kb/s
telah memulakan fasa pertama dalam (Celcom 3G 2008). Celcom 3G juga
proses untuk menjadi peneraju dalam menawarkan kepada pengguna kelajuan
pembangunan warna untuk kegunaan yang tinggi dalam melayari Internet.
grafik bagi peralatan tanpa wayar. Bit Dengan kelajuan yang ada pada talian
Vision juga telah memperkenalkan satu 3G, pengguna pada hari ini berpeluang
teknologi pengimejan yang terkini untuk untuk memuat turun fail data bersaiz
peralatan mobil dalam format “Portable besar dari Internet, menggunakan telefon
Network Graphics” (PNG). Format ini bimbit sebagai alat pemain MP3 dan
adalah format bitmap yang terkini yang menjalankan konferen video secara
dapat membentuk fail yang kecil dan langsung dengan mengguna peralatan
sesuai untuk kegunaan peralatan mobil mobil. Pembangunan rangkaian 4G
tanpa mengurangkan kualiti imej (Tariq membuka peluang yang lebih besar
et al. 2005). Berbanding dengan untuk proses pembelajaran dengan
penggunaan Internet dengan peralatan menggunakan peralatan mobil.
yang menggunakan wayar, rangkaian Rangkaian 4G dijangkakan mempunyai
Internet tanpa wayar menggunakan jalur kelajuan di antara 100Mb/s dan 1G/s
laluan yang lebih kecil, hubungan talian untuk aktiviti dalaman dan luaran serta
yang kurang stabil dan kesediaan talian mempunyai ciri keselamatan yang tinggi
yang tidak menentu. Disebabkan hayat (Whatis 2008). Dengan kelajuan yang
bateri yang terhad, peralatan mobil ada pada talian 4G kos perkhidmatan
mempunyai CPU yang lebih kecil, ruang pelayaran Internet dengan peralatan
ingatan yang lebih kecil, penggunaan mobil akan dapat dikurangkan.
tenaga yang terhad, ruang skrin yang
kecil serta kaedah yang berbeza dalam PERBINCANGAN DAN KEPERLUAN
memasukkan maklumat (Tariq et al. MASA HADAPAN
2005). Walaupun peralatan mobil
Dalam kajian ini penilaian yang
menyediakan kemudahan untuk akses
positif untuk laman web yang
kepada maklumat tanpa ada batasan
berasaskan teknologi mobil
masa dan tempat tetapi masih terdapat
menunjukkan pendekatan pembelajaran
kekangan untuk akses kepada Internet
dengan menggunakan teknologi mobil
tanpa talian pada skala yang lebih besar.
boleh menjadi pengganti yang sempurna
Walaubagaimanapun apabila talian
untuk pendekatan pembelajaran yang
Internet menjadi keperluan dalam
berasaskan komputer. Pelajar dan
kehidupan seharian manusia, maka
pensyarah boleh mendapat menafaat
mereka memerlukan akses kepada
dengan kemudahan untuk akses dengan
Internet tanpa ada kekangan masa dan
cepat kepada sumber maklumat.
tempat serta tidak ada kekangan pada
Perkembangan yang cepat dalam
keupayaan peralatan untuk memuat
pembangunan teknologi mobil
turunkan maklumat.
menyediakan peralatan mobil yang lebih
Pada hari ini teknologi mobil telah
laju dan kapasiti ruang ingatan yang
berkembang dengan pesat. Talian 3G
lebih besar berbanding dengan peralatan
yang boleh digunakan pada hari pada

433
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

mobil yang ada sekarang dimana Chen, Y.S., Kao, T.C., Sheu, J.P. and
peralatan mobil ini dapat digunakan Chiang, C.Y. 2002. A Mobile
untuk memuat turun data dengan lebih Scaffolding-Aid-Based Bird-atching
cepat dan dapat memberi peluang Learning System. In M. Milrad, H.
kepada pengguna untuk menyimpan U. Hoppe and Kinshuk (Eds.),
lebih banyak maklumat penting di dalam IEEE International Workshop on
peralatan mobil. Teknologi mobil Wireless and Mobile Technologies
menyediakan pendekatan pembelajaran Education. August 29 – 30. p 15 –
yang ideal untuk mewujudkan komuniti 22. Washington, DC, USA: IEEE
pembelajaran yang unik di dalam sistem Computer Society.
pembelajaran yang berasaskan teknologi
Carroll, J.M. 1995. Principles and
seperti politeknik pada masa hadapan.
heuristics for designing minimalist
Walaubagaimanapun masih
instruction. Technical
banyak perkara perlu dimurnikan, dibaiki
Communications, 42(2): 243-261.
dan dimajukan sekiranya teknologi mobil
ini hendak dijadikan sebagai media Chen J. & Kinshuk.2005. Mobile
utama dalam proses pembelajaran. Technology in Educational
Masih banyak lagi kajian kualitatif dan Services. Journal of Educational
kuantitatif yang perlu dibuat untuk Multimedia and Hypermedia, 14
mendapatkan garis panduan yang sesuai (1), 91-109.
untuk mengintegrasi teknologi mobil Colella,V. Borovoy, R dan Resnick,
dalam proses pembelajaran. Masa M.1998. Participatory simulations :
hadapan untuk penggunaan teknologi ini using computational objects to
di dalam proses pembelajaran tidaklah learn about dynamic systems. P
mengecewakan kerana usaha untuk roceedings of CHI.
memajukan teknologi ini masih
berterusan.
Pada masa hadapan resolusi grafik Hume. D. 2001. Guide to Web-Based
dan saiz skrin untuk peralatan mobil Instruction. Diakses pada 20 April
dijangka akan menjadi bertambah baik. 2008 dari alamat
Seterusnya jika kos pelayaran Internet http://www.moorbrook.demon.co.uk
dengan peralatan mobil dapat /guide.html
dikurangkan maka sudah pasti teknologi Informa Telecom & Media, 2005. MVNO
mobil ini sesuai untuk digunakan oleh Strategies: New Business
pelajar pengajian tinggi di dalam atau di Opportunities and Approaches
luar kampus. Within the Networked Economy.
Rujukan Jackson. H. R. 2004. An Overview of
Web-Based Learning. Diakses
Anna Trifonova and Marco Ronchetti. pada 22 April 2008 dari alamat
(2003). Where is Mobile Learning http://www.knowledgeability.biz/we
Going?. Dipartimento di Informatica blearning/
e Telecomunicazioni, Universita
degli Studi di Trento Italy. E-Learn Jonassen, D. H. 1991. Objectivism
2003. versus constructivism: do we need
a new philosophical paradigm?
Atwell,J., 2005. The Mobile Technologies .39(3). Educational Technology
and Learning Report. Blackmore Research and Development.
Ltd., Shaftesbury, England.
Kearsley, G. 1994. Minimalism (J. M.
Celcom 3G.2008. Diakses pada 23 April Carroll). Diakses pada 19 April
2008 dari alamat 2008
http://www.celcom.com.my/cep/xre http://www.gwu.edu/~tip/carroll.html
sources/CelcomCORP/consumer/3
g/index.html.

434
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

Lehner, F. and Nosekabel, H. 2002. The Mehmood Nqvi. 2005. WAP GIS:
Role of Mobile Devices in E- Approaches & Challenges. Asian
learning - First Experience with a E- Journal of Information Technology.
learning Environment. In M. Milrad, Volume 4, Number 2, February.
H. U. Hoppe and Kinshuk (Eds.),
Tariq Rahim Soomro, M. Nawaz Brohi
IEEE International Workshop on
and Syed Mehmood Naqvi. 2005.
Wireless and Mobile Technologies
Technological Trends of Distance
in Education. p103-106. Los
Learning: From Web-Based to
Alamitos, USA: IEEE Computer
WAP-Based. Diakses pada 23 April
Society.
2008 dari laman
Perkins,D.N. 1986. Knowledge as http://web.unbc.ca/wccce05/WAP-
design. Hills dale, New Jersey : Learning.doc.
Lawrence Erlbaum Associates.
Trifonova, A & Ronchetti, M. 2003.
National Centre for Education Statistics. Where is Mobile Learning Going ?.
2003. Digest of Education Dipartimento di Informatica e
Statistics, 2002. Diakses pada 18 Telecomunicazioni, Universita degli
April 2008 dari alamat Studi di Trento Italy. E-Learn 2003.
http://nces.ed.gov/programs/digest/
Vavoula, G. N. and Sharples, M. (2002).
d02/index.asp.
KleOS: A personal, mobile,
Scott, D. J. 2002. Japan’s Widespread Knowledge and Learning
Use of Cellular Telephones to Organization System. In M. Milrad,
Access the Internet: Implications for H. U. Hoppe and Kinshuk (Eds.),
Educational Telecommunications. IEEE International Workshop on
14th World Conf. on Educational Wireless and Mobile Technologies
Multimedia, Hypermedia and in Education. August 29 - 30, 2002.
Telecommunications, 2002. (pp. 152). Washington, DC, USA:
IEEE Computer Society.
Denver, USA. Steinberger, C. 2002.
Wireless meets Wireline e- Whatis (2007). Definition of 3G. Diakses
Learning. 14th World Conference pada 4 November 2007 (atas
on Multimedia, Hypermedia and talian)
Telecommunications, 2002. http://searchtelecom.techtarget.co
Denver, CO, USA. m/sDefinition/0,,sid103_gci214486,
00.html
Szabo, M. 1998. Survey of educational
technology research. Edmonton: Whatis (2008). Definition of 4G. Diakses
Grant MacEwan College and pada 24 April 2008) dari
Northern Alberta Institute of http://searchmobilecomputing.techt
Technology. arget.com/sDefinition/0,,sid40_gci7
Tariq Rahim Soomro, Moneef Jazzar, 49934,00.htm
Ghulam Qadir Mirbahar, and Syed

435
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

436
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

M – PEMBELAJARAN SATU INOVASI DALAM PENGAJARAN - PEMBELAJARAN


KOMPONEN SASTERA PUISI MELAYU TRADISIONAL PANTUN DAN SYAIR

Oleh:
Jamaludin B Hj Badusah *)
jhb@ukm.my
Fairose Binti Shamsudin *)
fairose65@gmail.com

ABSTRACT

Teaching and learning of literature components is often considered by students


uninteresting and dull. This situation arises because there are some problems associated
with teaching and learning of literature components. According to Mohd. Khir (2008),
Napie (2006) and Thahir (2006) students are often less interested by the teachers’
presentation techniques due to the lack of effective utilization of teaching aids tools to
capture the students’ attention. Steps to resolve problems arising from this should be
given importance for teaching and learning traditional Malay poetry, especially pantun
and syair in order to become more interesting and effective. The alternative proposed to
solve the problem is that current methods of teaching and learning of M-Learning, which
can be extended by usage of mobile media. Technological features that complement the
portable mobile devices have the potential and should be applied in making learning more
prominent. Elements equipped in these technological devices including Internet access,
voice messaging system (voice messaging), short messaging service (SMS), camera and
video recorder is very suitable for use in learning the Malay language either orally, in
writing, grammar and literature components including learning of pantun and syair. The
proposed method is to use a mobile phone based on the constructivism theory that
encouraging students to use the talent, enthusiasm, creativity, knowledge of existing and
current knowledge in the learning activities inside and outside the classroom.

Keywords: m - learning, mobile phones, Internet access, literature components , theory


of constructivism

*) Fakulti Pendidikan Universiti Kebangsaan Malaysia

PENDAHULUAN

Bahasa dan sastera mempunyai menengah di Malaysia mula


perkaitan kuat dalam perspektif yang dilaksanakan mulai Mac tahun 2000.
bersifat holistik dan integral. Dunia
sastera tidak pernah dipisahkan daripada Dalam pengajaran KOMSAS,
pelbagai persoalan yang berkaitan pengetahuan dan kemahiran guru
dengan bahasa kerana bahasa mengajar pemahaman isi karya dan
merupakan media utama bagi aspek sastera penting untuk membentuk
sasterawan untuk menyalurkan hasil golongan pelajar yang mempunyai minat
karya. Sehubungan dengan itu, membaca (Marohani 2001). Oleh sebab
pengajaran komponen wajib itu guru-guru Bahasa Melayu harus
kesusasteraan dalam mata pelajaran sentiasa bersikap proaktif dan
Bahasa Melayu (KOMSAS) di sekolah mengambil inisiatif untuk berusaha
meningkatkan kemahiran dan
menghasilkan kaedah pengajaran yang

437
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

berkesan serta mampu menarik minat ULASAN KEPUSTAKAAN


pelajar, disamping memenuhi sukatan
pelajaran selaras dengan perkembangan Definisi dan Konsep M - Pembelajaran
teknologi maklumat dan telekomunikasi. (Mobile Learning)
Dalam bidang pendidikan, teknologi Terdapat pelbagai pandangan
maklumat dan telekomunikasi telah dikemukakan untuk
mempunyai ruang yang sangat luas mendefinisikan m - pembelajaran,
untuk digunakan oleh guru-guru sebagai antaranya ialah m - pembelajaran
kaedah dan alat pengupaya dalam merupakan pendekatan pengajaran
penyampaian pengajaran dan dan pembelajaran yang dikenali
pembelajaran. (Lim 2002). Guru-guru sebagai pembelajaran melalui
hendaklah menggunakan pelbagai peralatan mudah alih (Quinn 2007) dan
kaedah dalam proses pengajaran dan m – pembelajaran ialah jaringan-
pembelajaran puisi tradisional khususnya jaringan pembelajaran tanpa wayar
pantun dan syair berdasarkan kepada dan kurikulum berasaskan teknologi
objektif pengajaran dan kepelbagaian (Anderson 2002). Selain itu, menurut
pelajar. Kenyataan ini adalah selaras Kaplan –Leiserson (2005) m –
konteks pendidikan di Malaysia iaitu pembelajaran ialah satu peluang yang
guru-guru digalakkan menggunakan memungkinkan semua individu
pelbagai strategi pengajaran dalam mengakses maklumat di tangan
proses pengajaran dan pembelajaran masing-masing dengan menggunakan
dengan mempertimbangkan keupayaan kemudahan telefon bimbit. Pada masa
dan minat pelajar terhadap pembelajaran yang sama kaedah ini disebut sebagai
serta keupayaan guru dalam merancang edutainment yang bermaksud
dan mengendalikan pelajaran pembelajaran yang dilaksanakan
(Kementerian Pelajaran Malaysia 1989). melalui perantara tanpa mengira
Integrasi bahan sastera dalam sesuatu bentuk media yang menggabungkan
pengajaran bahasa dapat menjadikan unsur pembelajaran dan hiburan. Hal
sukatan pelajaran bahasa itu lebih ini bermakna telefon bimbit boleh
bermutu dan berkesan. Integrasi ini digunakan secara interaktif dalam
wajar dilaksanakan dalam pengajaran proses pembelajaran.
Bahasa Melayu kerana selaras dengan Sharples, Taylor dan Vavoula
prinsip umum pengajaran dan (2005) menyatakan bahawa m -
pembelajaran yang menekankan bahawa pembelajaran boleh dilaksanakan
pelajar belajar dengan lebih baik apabila dalam sebarang lokasi fizikal dan pada
aktiviti pengajaran menarik dan bila-bila masa dengan perantaraan
memberangsangkan (Md. Salleh 2002). peralatan teknologi mobile. Kukulska
Oleh yang demikian selaras dan Traxler (2005) pula menekankan
dengan perkembangan teknologi bahawa m - pembelajaran ialah
semasa guru-guru Bahasa Melayu pembelajaran yang boleh berlaku
haruslah menukar kaedah pengajaran secara spontan, informal, mudah alih,
dan pembelajaran KOMSAS kurang kontekstual, tiada batasan ruang dan
berkesan yang diamalkan sebelum ini masa (ubiquitous), mudah tersebar
kepada kaedah yang lebih menarik minat serta tidak terikat dengan lokasi fizikal.
para pelajar. Kaedah yang dicadangkan Tafsiran yang hampir sama diberikan
ialah menggunakan m – pembelajaran oleh Ally 2009 iaitu m – pembelajaran
(m – learning) yang berteraskan teori ialah pembelajaran yang
konstruktivisme yang menggalakkan menggunakan perantaraan peralatan
para pelajar menggunakan bakat, teknologi mudah alih yang
kreativiti, pengetahuan semasa dan membolehkan para pelajar mendapat
pengetahuan sedia ada dalam dan mengakses maklumat
menjalankan aktiviti pembelajaran di pembelajaran tanpa sekatan masa dan
dalam dan di luar bilik darjah. tempat. Melalui m – pembelajaran juga
para pelajar tidak terikat dengan masa

438
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

dan lokasi yang ditetapkan untuk designed for mobile phone), disamping
melaksanakan pembelajaran. perkhidmatan yang sedia ada seperti
Kesimpulannya, berdasarkan berkomunikasi, merakam perbualan,
perbincangan yang diberikan m - menghantar SMS dan MMS
pembelajaran adalah satu bentuk menyebabkan teknologi ini sesuai
pembelajaran yang tidak terikat kepada diaplikasikan dalam pembelajaran
kekangan masa dan lokasi iaitu bahasa sama ada dari aspek lisan,
pembelajaran yang boleh berlaku pada penulisan, tatabahasa dan KOMSAS.
bila-bila masa dan di mana-mana Dari aspek lisan, telefon bimbit
sahaja (anywhere and anytime) . sememangnya direka untuk menghantar
Media utama dalam m - pembelajaran suara yang membolehkan teks dan
ialah peralatan teknologi mudah alih peraturan tatabahasa didengari dalam
yang bersaiz lebih kecil seperti PDA, jarak tertentu. Selain itu telefon bimbit
Compaq iPaq, laptop, wireless juga membolehkan para pelajar
screenphone HS210, smart phone dan berkomunikasi antara satu sama lain
sebagainya yang digunakan sebagai dengan selesa, merakam perbualan
bahan bantu P & P bagi mereka, kemudian mendengar kembali
menyampaikan sesuatu maklumat, rakaman tersebut dan membandingkan
nota pembelajaran atau kandungan sebutan itu dengan sebutan yang betul.
pembelajaran. Dari aspek penulisan pula, telefon bimbit
yang dilengkapi dengan bahasa
Telefon Bimbit dalam Pembelajaran pengaturan Java membolehkan
Bahasa dan Teori Konstruktivisme seseorang itu mengirim pelbagai
Sejak permulaan penggunaannya, perenggan teks berbentuk soalan
kemampuan telefon bimbit dalam perbincangan dan jawapan yang betul.
pembelajaran bahasa perlu diberi Selain itu terdapat beberapa pilihan
perhatian kerana elemen-elemen yang menarik untuk mengadaptasikan
melengkapi peralatan teknologi ini iaitu penulisan melalui telefon bimbit
akses internet, sistem mesej bersuara contohnya menghantar soal selidik
(voice messaging), SMS, kamera dan melalui SMS, memilih ejaan yang betul
perakam video adalah bersesuaian untuk daripada kumpulan ejaan dan input yang
digunakan dalam pembelajaran bahasa betul tentang beberapa ejaan (Jolliet
(Chinnery 2006). Pembelajaran bahasa 2007).
berbantukan mobile (Mobile Assisted Terdapat beberapa bahan aktiviti
Language Learning (MALL)) ialah satu yang dicadangkan untuk diaplikasikan
pendekatan pembelajaran bahasa yang dalam pembelajaran bahasa melalui
ditambahbaikan melalui penggunaan telefon bimbit antaranya ialah senarai
peralatan mobile. MALL ialah subset kata kunci atau sehari sepatah kata
bagi m – pembelajaran dan (word of the day) yang dibangunkan
pembelajaran bahasa berbantukan melalui SMS dapat membantu
komputer (Computer Asisted Language meningkatkan pencapaian kosakata,
Learning (CALL)). Melalui MALL para soalan latihan pelbagai pilihan yang
pelajar boleh mengakses bahan-bahan memerlukan jawapan YA atau TIDAK
pembelajaran bahasa daripada internet, dan soalan berbentuk mengisi tempat
berkomunikasi dengan guru dan rakan- kosong. Selain itu dari aspek lisan dan
rakan sekelas pada bila-bila masa dan di pemahaman, bahan-bahan boleh
mana-mana sahaja mereka berada yang disediakan dalam bentuk
membolehkan pembelajaran bahasa memperdengarkan teks yang dibaca
berlangsung melalui rakaman yang kemudiannya
(http://en.wikipedia.org/wiki/Mobile_Assis diikuti dengan soalan kuiz untuk
ted_Language_Learning). meningkatkan pemahaman. Latihan
Pada masa kini telefon bimbit sebutan boleh dilaksanakan dengan
dilengkapi dengan pelayar untuk merakamkan sebutan dengan intonasi
membaca laman web (web pages yang betul dan kemudian

439
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

memperdengarkan kembali bahan yang berterusan dan direka bentuk untuk


dirakam itu untuk membolehkan para memudahkan pelajar melakukan
pelajar mengenal pasti sebutan serta penerokaan dalam pembelajaran.
intonasi yang betul. Penerangan tentang Pembelajaran akan berlaku apabila
tatabahasa pula boleh dilakukan dengan pelajar boleh menerima pengetahuannya
menggunakan perkhidmatan sistem sendiri dan mengaplikasikan maknanya
suara. Perkhidmatan rujukan yang kepada situasi yang baru membina
bernilaitambah juga boleh disediakan makna merangkumi berfikir untuk diri
untuk para pelajar dalam bentuk glosari sendiri, berfikir secara sistematik,
dan kamus elektronik contohnya kamus membuat kesimpulan dan menstruktur
definisi, kamus sinonim, kamus antonim perspektif mereka sendiri (Bruner 1960
dan kamus peribahasa (Jolliet 2007). (a)). Teori Konstruktivisme ini adalah
Selain itu bahan-bahan pembelajaran berdasarkan pemikiran beberapa ahli
bahasa hendaklah dibangunkan selaras falsafah seperti John Dewey, Lev
dengan perkembangan teknologi Vigotsky , Jean Piaget dan Howard
maklumat dan komunikasi serta Gardner, Jerome Brunner. Strategi
multimedia, contohnya dalam pengajaran konstruktivisme pula adalah berdasarkan
penulisan para pelajar tidak seharusnya cabang Sains koginitf dan
hanya diajar secara konvensional konstruktivisme berfokus kepada
semata-mata iaitu dengan menggunakan motivasi pelajar dalam pembelajaran
tulisan, kapur, papan tulis dan kertas sama ada dalam atau di luar bilik darjah
sahaja. Sebaliknya bahan-bahan bantu (Roblyer 2003).
belajar dalam pengajaran dan Berdasarkan teori konstruktivisme
pembeajaran bahasa hendaklah pelajar akan terlibat secara aktif dalam
diperkayakan dengan menggunakan pembelajaran pantun dan syair apabila
bahan-bahan visual, foto, video dan mereka dapat berhubung dengan guru
audio (Ally 2009). dan rakan-rakan sekelas untuk
Dengan itu pembelajaran memperoleh informasi tentang
berasaskan MALL amat sesuai pembelajaran melalui telefon bimbit
dilaksanakan untuk meningkatkan kualiti walaupun ketika berada di luar bilik
proses pengajaran dan pembelajaran darjah. Melalui aktiviti tersebut para
Bahasa Melayu. Tambahan pula pelajar juga dapat membina idea dan
pembelajaran melalui MALL dapat konsep baru terhadap pembelajaran
menggalakkan kerjasama dan berdasarkan kepada pengetahuan sedia
pembinaan ilmu pengetahuan kerana ada dan pengetahuan semasa. Para
melalui MALL para pelajar boleh pelajar juga lebih bertanggungjawab
mendapat maklumat pembelajaran dalam pembelajaran mereka dan ilmu
dengan mudah dan kemudian berkongsi pengetahuan yang diterokai sendiri serta
maklumat tersebut dengan rakan-rakan digalakan membangunkan pengetahuan
mereka. secara aktif dengan rakan-rakan sekelas
Seterusnya dalam hal ini teori yang melalui telefon bimbit. Dalam hal ini
paling sesuai dengan aktiviti peranan guru pula ialah menyediakan isi
pembelajaran MALL ialah teori pengajaran dan membimbing para
konstruktivisme,menurut Bruner (1960 pelajar membina keyakinan diri dalam
(b)), pembelajaran berasaskan melakukan penemuan dan penerokaan
konstruktivisme ialah proses pelajar serta melaksanakan pembelajaran .
membina konsep atau makna
berasaskan pengalamannya sendiri. . Komponen Sastera (KOMSAS) dalam
Prinsip teori konstruktivisme pula ialah Pembelajaran Bahasa Melayu
pengajaran haruslah menitikberatkan Dalam sistem pendidikan negara,
pengalaman dan ilmu pengetahuan Bahasa Melayu ialah mata pelajaran
supaya pelajar mahu dan bersedia untuk wajib yang perlu dipelajari secara formal
belajar, distruktur atau dirancang untuk oleh para pelajar khususnya pelajar-
memudahkan pelajar belajar secara pelajar di sekolah menengah.

440
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

Penyerapan Komponen sastera sebagai satu komponen wajib dalam


(KOMSAS) dalam pendidikan Bahasa mata pelajaran Bahasa Melayu sekolah
Melayu adalah sebagai pelengkap bagi menengah. Cadangan ini diluluskan
mempelajari kemahiran bahasa yang dalam mesyuarat jawatankuasa
difokuskan daam bidang interpersonal, Kurikulum Pusat Bil.2/99 pada 11 Jun
bidang maklumat dan bidang estetika. 1999. yang digunakan sebelumnya
KOMSAS juga sebagai pelengkap (Napie 2006, Thahir 2006). Menurut
kepada kemahiran lisan, bertutur, Abdul Rasid Jamian dan Arba’ie Sujud
membaca dan menulis (Napie 2006). (2001), melalui pembacaan karya
KOMSAS ialah akronim bagi perkataan- sastera sebagai bahan pengajaran,
perkataan 'komponen' dan murid-murid akan dapat menikmati serta
'kesusasteraan Melayu'. KOMSAS ialah menghayati kesusasteraan Melayu yang
komponen penting dalam subjek Bahasa disampaikan dalam struktur bahasa yang
Melayu Sukatan Pelajaran Bahasa indah. Bahan sastera biasanya
Melayu Kurikulum Bersepadu Sekolah digunakan untuk mengajar kefahaman,
Menengah (KBSM) Tingkatan I hingga V perbendaharaan kata, tatabahasa, lisan
(Nik 2005). KOMSAS juga terdiri dan sebagainya. Kaedah dan teknik
daripada beberapa bahagian atau genre yang digunakan terpulang kepada guru,
yang perlu dipelajari oleh semua pelajar untuk menjadikan suasana pengajaran
Sekolah Menengah Kebangsaan di dan pembelajaran menarik minat murid-
seluruh negara. Genrenya pula boleh muridnya. Fokus pengajaran guru
dikategorikan kepada beberapa jenis, menggunakan bahan sastera ini ialah
iaitu puisitTradisional, cerpen, prosa kepada objektif khusus bagi
moden, prosa tradisional, sajak meningkatkan kemahiran berbahasa
sertadrama yang terkandung dalam 5 seperti membaca, lisan, menulis serta
buah Antologi dan 20 buah novel mempelajari peribahasa dan tatabahasa.
(mengikut zon negeri). Karya-karya yang Secara ringkas objektif
terpilih terdiri daripada hasil karya pembelajaran KOMSAS adalah untuk
sasterawan negara, pemenang anugerah membolehkan para pelajar lebih
sayembara, penulis mapan, penulis baru berminat membaca bahan-bahan
dan penulis remaja. Pelaksanaan sastera, mengenal, meneliti dan
KOMSAS sebagai komponen wajib mengaprisiasi karya sastera. Selain itu
dalam mata pelajaran Bahasa Melayu di para pelajar dapat mengenali penulis
sekolah menengah telah dilaksanakan serta mengetahui perkembangan sastera
secara berperingkat mulai Mac 2000 tanah air berdasarkan karya yang dipilih.
bagi tingkatan satu dan empat. Melalui KOMSAS juga membolehkan
Manakala bagi tingkatan dua dan lima para pelajar menilai dan mengulas karya
KOMSAS mula dilaksanakan pada tahun sastera serta mendapat pengajaran
2001dan diikuti pada tahun 2002 bagi daripada kayra yang dibaca. KOMSAS
tingkatan tiga (Napie 2006). juga bertujuan supaya pelajar dapat
KOMSAS bukanlah merupakan menilai dan mengulas karya sastera
sesuatu yang baru, malahan merupakan serta mendapat pengajaran daripada
lanjutan daripada unsur sastera dalam karya yang dibaca. Pelaksanaan
mata pelajaran Bahasa Melayu yang KOMSAS juga diharapkan dapat
diperkenalkan pada tahun 1984. mengukuhkan kemahiran berbahasa
Mesyuarat Jemaah Menteri Bil.4/99 serta ketrampilan berbahasa para
bertarikh 24 Februari 1999 pelajar.
mencadangkan supaya Komponen
Kesusasteraan Melayu dimasukkan Puisi Melayu Tradisional Pantun dan
dalam mata pelajaran Bahasa Melayu Syair
Tingkatan 1 – 5. Cadangan ini telah Puisi merupakan satu karangan
diterima oleh Pusat Perkembangan berangkap, istilah puisi berasal daripada
Kurikulum dengan menetapkan perkataan Belanda poesie yang
Kesusasteraan Melayu diperkenalkan terbahagi kepada dua iaitu puisi baru

441
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

atau puisi Melayu moden dan puisi lama kerat, pantun enam kerat, pantun lapan
atau lebih dikenali puisi Melayu kerat dan pantun berkait. Setiap jenis
tradisional. Puisi Melayu moden yang pantun pula mempunyai 3 ciri utama iaitu
popular dalam kalangan masyarakat pertama dalam setiap rangkap terdiri
Malaysia khususnya masyarakat Melayu daripada dua bahagian iaitu bahagian
ialah sajak. Manakala puisi tradisional pembayang maksud dan bahagian
pula merangkumi pantun, syair, maksud. Kedua ialah jumlah perkataan
gurindam, seloka dan perbilangan. dalam baris adalah seimbang iaitu empat
Hasyim Awang (1987) mendefinisikan hingga lima perkataan dengan jumlah
puisi sebagai jenis sastera yang terikat suku kata dalam baris lapan hingga dua
dengan unsur-unsur irama, rima, belas dan berlaku jeda atau hentian di
penyusunan baris dan rangkap. Selain tengah-tengah baris ketika membaca.
itu puisi ialah istilah yang digunakan Manakala ciri yang ketiga ialah
untuk pelbagai bentuk pengucapan kedudukan rima akhir kecuali pantun dua
berirama yang dicipta melalui tanggapan kerat adalah berselangan atau
yang penuh imaginatif daripada bertentangan (Dharmawijaya 1998).
seseorang penulis atau penyair. Manakala syair pula merupakan
Pantun ialah sejenis puisi yang sejenis puisi berlagu yang berasal dari
terdiri daripada empat baris serangkap, Parsi dan telah dibawa masuk ke
empat perkataan sebaris, mempunyai Nusantara bersama-sama dengan
rima akhir abab dengan sedikit variasi kedatangan Islam. Syair telah
dan kekecualian. Tiap-tiap serangkap diubahsuaikan mengikut kesesuaian
terbahagi kepada dua unit iaitu Bahasa Melayu Klasik ketika itu. Syed
pembayang atau sampiran dan maksud. Naquib al-Attas berpendapat bahawa
Setiap rangkap dapat melengkapkan syair dicipta oleh Hamzah Fansuri sendiri
satu keseluruhan idea (Harun 1989). selepas kedatangan Islam, iaitu pada
Pantun dapat dikelaskan berdasarkan tahun 6000 Masihi. Za'ba pula
kepada bentuk atau struktur, tema atau mendakwa bahawa syair berasal
isi, fungsi dan penyebarannya. Daripada daripada perkataan syir yang membawa
pengkelasan inilah maka timbullah maksud perasaan serta pengenalan
pantun dua kerat, empat kerat, enam dengan pancaindera yang selalunya
kerat, lapan kerat, dan membangkitkan pelbagai perasaan dan
sebagainya(http://ms.wikipedia.org/wiki/P pengalaman serta mempunyai bahasa
uisi_Melayu). yang indah dan menarik (Harun 1997).
Rima pantun pula tersusun dalam Syair dikenali juga sebagai puisi
bentuk yang tetap seperti ab/ab atau naratif kerana pengolahan atau
abc/abc dan seterusnya (Hashim 1987). penyusunan isi syair pada
Walau bagaimanapun, penciptaan keseluruhannya bersifat cerita. Setiap isi,
pantun di Alam Melayu memperlihatkan pemikiran atau idea yang dikemukakan
pelbagai ciri kreativiti masyarakat adalah berurutan iaitu ada permulaan,
setempat hingga melahirkan beberapa perkembangan dan pengakhiran isi
ciri kelonggaran dalam bentuk dan rima cerita. Dengan penyusunan seperti itu
pantun yang dihasilkan. Selain itu syair tidak akan lengkap atau tidak boleh
menurut Safiah et.al (1988) pantun ialah berdiri sendiri dalam satu rangkap sahaja
puisi tulen milik masyarakat Melayu (Dharmawijaya 1998).
semenjak mereka belum mengenal
membaca dan menulis. Pantun KONSEP PENGGUNAAN M-
digunakan dalam pengucapan bagi PEMBELAJARAN DALAM
menyampaian fikiran yang hiba, sedih, PEMBELAJARAN PUISI TRADISIONAL
sayu, gembira rindu dan lain-lain PANTUN DAN SYAIR
terhadap seseorang atau mengenai
sesuatu perkara . Konsep m – pembelajaran yang
Terdapat beberapa jenis pantun berteraskan kepada penggunaan telefon
iaitu pantun dua kerat, pantun empat bimbit menggalakkan para pelajar aktif

442
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

mengambil bahagian dalam maklumat, pengetahuan dan perasaan. .


pembelajaran kerana mereka dapat Dalam teknologi multimedia, teks
memberikan jawapan atau memainkan peranan penting dalam
mengemukakan soalan kepada guru menyalurkan informasi kepada murid
pada bila-bila masa dan tanpa yang boleh digabungkan dengan
sempadan ruang . Latihan yang perlu elemen-eleman multimedia yang lain.
dibuat oleh para pelajar juga dapat Bahan-bahan bantu belajar termasuk
diselesaikan mengikut kemampuan dan glosari dan soalan kuiz bagi pantun dan
keselesaan masing-masing. Tambahan syair juga boleh dihasilkan dalam bentuk
pula kemudahan teknologi atas talian interaktif yang digabungkan dengan
yang ditawarkan oleh telefon bimbit animasi yang menarik. Seterusnya
membenarkan pelajar melakukan glosari dan soalan-soalan kuiz tersebut
perbincangan dengan rakan-rakan boleh diakses dan kemudian dibalas oleh
sekelas dengan mudah semasa di luar para pelajar untuk memberi jawapan
bilik darjah. kepada soalan kuiz yang disediakan.
Melalui m – pembelajaran guru- Kaedah menyediakan bahan
guru pula boleh menyediakan bahan- pembelajaran seperti ini dapat menarik
bahan pembelajaran yang lebih menarik minat para pelajar dan menjadikan
dan menyeronokkan dengan aktiviti pembelajaran pantun dan syair
menggunakan bahasa pengaturcaraan lebih pelbagai serta menyeronokkan
Java seperti kuiz berbentuk permainan berbanding dengan kaedah
yang boleh diaplikasikan melalui telefon pembelajaran secara konvensional.
bimbit. Proses pengajaran dan Tambahan pula penyebaran maklumat
pembelajaran yang disampaikan melalui dapat dijalankan secara serentak
telefon bimbit dengan kombinasi teks, membolehkan para pelajar tidak perlu
grafik, sudio, video dan animasi mampu menunggu giliran untuk mendapat
meningkatkan kefahaman dalam maklumat atau meminjam sesuatu bahan
kalangan pelajar yang mempunyai stail sepertimana yang berlaku pada kaedah
pembelajaran yang pelbagai . Audio atau tradisional. Bahan yang bersifat intraktif
bunyi pula merupakan salah satu cara pula mampu memberi maklumat serta
paling berkesan untuk menarik perhatian memudahkan mendapat maklum balas
para pelajar. Audio mampu daripada para pelajar.
meningkatkan minat dan perhatian
pelajar-pelajar dan menjadikan
persembahan dalam pengajaran dan
pembelajaran lebih menarik dan
berkesan. Melalui aplikasi m –
pembelajaran juga konsep pendidikan
berbentuk permainan dan hiburan dapat
diterapkan. Proses pengajaran dan
pembelajaran akan menjadi semakin Rajah 1: Contoh soalan kuiz atau latih tubi
menarik apabila diselang - selikan dan contoh maklumat yang boleh dikongsi
dengan elemen - elemen menghiburkan oleh para pelajar melalui SMS
yang mampu menarik minat para
pelajar. Seterusnya konsep seni hibur Melalui papan media (mediaboard) pula
dalam pendidikan (edutament) ini dapat bahan-bahan pembelajaran secara
diaplikasikan melalui menggunakan kolaboratif turut diaplikasikan melalui m
pendekatan berhibur sambil belajar. – pembelajaran apabila para pelajar
Selain itu guru-guru boleh menggunakan perkhidmatan
membangunkan kuiz berbentuk teks penghantaran media ( MMS ) untuk
yang boleh dihantar kepada para pelajar memuat turun bahan-bahan berbentuk
melalui SMS kerana teks merupakan peta minda atau gambar daripada laman
salah satu cara yang membolehkan web. Selain memuat turun bahan-bahan
manusia berkomunikasi, berkongsi pembelajaran para pelajar juga boleh

443
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

menyimpannya dan mendengar semula Oleh yang demikian, terdapat


rakaman pantun dan syair yang beberapa kelebihan penggunaan m-
dirakamkan. Para pelajar juga boleh pembelajaran melalui telefon bimbit
mengambil bahagian dalam papan dalam pembelajaran puisi tradisional
media dengan menggunakan telefon pantun dan syair khususnya dari aspek
bimbit dan kemudian berkongsi bahan- bahan-bahan pembelajaran. Contohnya
bahan tersebut dengan rakan-rakan . ialah aktiviti memuat turun nota isi
Dengan itu pembelajaran berbentuk pelajaran, kuiz berbentuk permainan,
kolaboratif turut berlaku secara kuiz berbentuk teks dalam bentuk SMS
asynshronous apabila para pelajar yang boleh dilakukan di mana-mana
berhubungan melalui penghantaran sahaja dan pada bila-bila masa
SMS, berbual-bual melalui telefon dan walaupun mungkin pada ketika para
melaksanakan perkongsian maklumat. pelajar berada di rumah yang
Selain itu melalui papan media juga para mempunyai perkhidmatan internet tanpa
pelajar boleh berinteraksi dengan secara wayar. Jika sebelum ini kuiz hanya dapat
tidak serentak antara rakan sekelas dan dilakukan di dalam kelas sahaja, kini
guru. Mereka juga boleh membangunkan guru-guru boleh mengadakan kuiz untuk
bahan-bahan dalam bentuk rajah, imej para pelajar mereka pada bila-bila masa
dan teks bersuara yang kemudiannya dengan hanya memasukkan soalan dan
disimpan dalam papan media itu untuk menetapkan masa atau tarikh yang perlu
diakses oleh rakan-rakan dan guru. dilengkapkan bagi setiap kuiz yang
Melalui aktiviti ini para pelajar akan diadakan. Kini guru-guru boleh
mengambil bahagian yang aktif dalam mengadakan kuiz berbentuk interaktif
menambah dan membentuk ilmu bagi tema, gaya bahasa, bentuk, nilai
pengetahu dan pengajaran sesuatu pantun dan
syair yang boleh diakses oleh para
pelajar mengikut keselesaan psikologi
masing-masing. Perisian-perisian untuk
mengadakan kuiz ini boleh didapati
dengan mudah dan boleh juga dihasilkan
oleh guru-guru dengan menggunakan
teknik pemprograman yang mudah
seperti program pengaturcaraan bahasa
Java yang boleh diaplikasikann melalui
Rajah 2 : Contoh nota yang boleh dimuat telefon bimbit.
turun daripada papan media Seterusnya guru-guru boleh
membuat penilaian melalui ujian secara
Kelebihan Penggunaan M- m - pembelajaran kerana ujian yang
Pembelajaran dalam Pembelajaran dilaksanakan adalah lebih efektif,
Puisi Tradisional Pantun dan Syair menjimatkan masa daripada ujian yang
dilaksanakan secara kertas dan alat tulis
Konsep m - pembelajaran yang boleh di dalam bilik darjah. Selain itu bahan-
dilaksanakan dalam sebarang lokasi bahan yang disediakan dalam bentuk
fizikal dan pada bila-bila masa dengan audio dan visual akan merangsang daya
perantaraan peralatan teknologi mobile, ingatan para pelajar dan memudahkan
boleh berlaku secara spontan, informal, mereka untuk menjawab soalan
mudah alih, kontekstual dan boleh pemahaman.
diakses pada bila-bila masa sesuai Selain itu ciri-ciri telefon bimbit
dijadikan oleh guru-guru sebagai yang mudah alih dan bersaiz kecil
medium untuk berkomunikasi bagi berbanding komputer sesuai digunakan
menyampaikan isi pelajaran, maklumat di luar bilik darjah kerana memudahkan
dan arahan tentang pembelajaran para pelajar mengirim dan menerima
kepada para pelajar. maklumat mengikut kebebasan masa
dan lokasi yang mereka inginkan. Ciri-

444
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

ciri ini menyebabkan pembelajaran pelajar menggunakan bahan yang


bahasa dapat diperluaskan dalam terdapat dalam pembelajaran tidak
kehidupan sosial seseorang. Tambahan terhad kepada semasa di bilik darjah
pula telefon bimbit kini mudah diperolehi sahaja malahan aktiviti pembelajaran
dan biasa digunakan oleh para pelajar di boleh diteruskan apabila para pelajar
negara ini. Walaupun telefon bimbit berada di luar bilik darjah atau di rumah.
bersaiz kecil tetapi semua maklumat Setiap pihak yang terlibat dalam bidang
tentang pelajaran tidak akan hilang jika pendidikan sama ada sebagai pendidik,
tidak dipadamkan. Komunikasi yang pelajar dan pentadbir haruslah bersedia
ditawarkan oleh telefon bimbit pula untuk bergerak seiring dengan arus
adalah berbentuk interaktif yang pemkembangan teknologi tersebut dan
membolehkan komunikasi pelajar memanafaatkanya dalam bidang
dengan pelajar dan pelajar dan guru pendidikan. Oleh hal yang demikian,
dilaksanakan dalam bentuk synchronous melalui kelebihan yang ditawarkan oleh
atau asynchronous. m – pembelajaran, adalah sepatutnya
Rumusannya pengajaran dan kaedah pembelajaran ini mula
pembelajaran berbantukan mobile diaplikasikan oleh guru-guru Bahasa
merupakan kaedah pembelajaran era Melayu dalam pembelajaran pantun dan
teknologi baru dan boleh diaplikasikan syair untuk menjadikan pembelajaran
dalam bentuk modul dan dapat lebih menyeronokan dan menarik minat
membantu pelajar memperoleh ilmu para pelajar.
yang maksimum. Teknologi ini
berpotensi lebih baik berbanding dengan
pembelajaran dengan menggunakan Daftar Pustaka
kaedah tradisional. Pengintergrasian
teknologi ini dalam pengajaran dan Abdul Rasid Jamian dan Arba’ie Sujud
pembelajaran memberi kelebihan dalam (2001). Integrasi Media;
perhubungan persekitaran pembelajaran Pengajaran Bahasa dan Sastera.
dalam bilik darjah dan di luar bilik darjah. Subang Jaya. Kumpulan Budiman
Teknologi ini juga dapat memotivasikan Sdn Bhd.
pelajar dalam pembelajaran dan Ally. M., (2009). Mobile learning
mendorong pelajar untuk memajukan transforming the delivery of
pelajaran mereka sendiri. Pembelajaran education and traning. Athabasca
berasaskan teknologi mudah alih ini University. AU Press. Diakses pada
memberi faedah yang signifikan dalam 12 Agustus 2009 dari alamat
pembelajaran dan pengajaran http://www.aupress.ca/books/12015
bersumberkan kesusasteraan serta 5/ebook/99Z_Mohamed_Ally_2009-
dapat menjalin perhubungan baik antara MobileLearning.pdf.
guru dengan pelajar. Anderson.T. (2002). Revealing the
hidden curriculum of E-learning
dalam C. Vrasidas & G.Y. Glass.
KESIMPULAN (Eds.) Current perspectives in
applied information technologies
Kaedah pembelajaran dengan .Greenwich. CT. Information Age.
menggunakan m - pembelajaran Brown, T. H.,(2004). The role of m –
merupakan satu alternatif dan learning in the future of e - learning
penambahbaikan bagi kaedah in Africa. 21st. ICDE World
pembelajaran yang sedia ada. Melalui Conference. Hong Kong.
kaedah ini seseorang guru itu bukan Bruner, J. (1960) (a). Constructivist
sahaja dapat mengendalikan pengajaran theory. Diakses pada 17 Juni 2009
dan pembelajaran dengan mudah kerana http://tip.psychology.org/bruner.htm
bahan pembelajaran yang menarik telah Bruner, J. (1960) (b). The process of
disediakan terlebih dahulu . Selain itu, education. Cambridge: Harvard
kaedah ini juga membolehkan para University Press.

445
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

Chabra, I., & Figueiredo, I., (2002) . Lai Kim Leong. (2002). Integrasi
How design and deploy handheld teknologi maklumat dan komunikasi
learning. dalam pengajaran dan
http://www.empoweringtechnoligies pembelajaran Matematik. Seminar
.net/eLearning/elearning,expov5file Teknologi Maklumat dan
s/frame.htm . muat turun 15 Julai Komunikasi Dalam Pendidikan,
2009. Maktab Perguruan Batu Lintang :
Chinnery, G.M. (2006). Emerging 92 – 101.
technologies: Going to the MALL; Yusoff. (2001). Landasan pengajaran
Mobile assisted language learning. komponen sastera dan Bahasa
Language learning & Melayu. Dewan Bahasa . Jun.: 20 –
technology,10(1) 9 – 16. 26.
http://llt.msu.edu/vol10num1/emergi Malinen, Kari , H., & Tiusanen, M. (
ng/default.html. muat turun 12 2003). Wireless networks and their
Ogos 2009 impact on network-based learning
Dharmawijaya. (1998). Dunia puisi dalam content. Enable Network Learning .
penelitian dan pengajaran. Shah http://www.acis.co/fileadmin/Revist
Alam. Fajar Bakti. a-103/13.pdf. muat turun 14 Mac
Harun Mat Piah. (1997). Puisi Melayu 2009.
Tradisional Satu Pembicaraan McNeal, T., and Hooft, M. V., (2006).
Genre dan Fungsi . Kuala Lumpur. Anywhere, anytime: Using mobile
Dewan Bahasa dan Pustaka. phones for learning. Journal of
http://en.wikipedia.org/wiki/Mobile_Assist Reseaarch Center for Education
ed_Language_Learning . muat Technology. Vol 2 No2.
turun 20 Mei 2009. Md. Salleh Yaapar. (2002). Penggunaan
http://apm.um.edu.my/prosyairum/prosya sastera dalam pengajaran Bahasa
irum.html muat turun 6 Ogos 2009 Melayu untuk pelajar asing. Dewan
http://ms.wikipedia.org/wiki/Puisi_Melayu Bahasa. Oktober: 40-44.
muat turun 4 Ogos 2009 Mohd. Khir Kassim Teknik Pengajaran
Jolliet, Y., 2007. A pedagogical and dan Pembelajaran Komsas PMR
technological model for language dan SPM
learning on mobile for language http://khirkassim.blogspot.com/200
learning on mobile phones. 8/05/teknik-p-komsas-pmr-dan-
cs.cityu.edu.hk/~wbl2007/.../WBL20 spm.html. muat turun 12 Mac 2009.
07_PP327-339_Jolliet.pdf. muat Maridah Bt. Hj. Alias, (2005), Kesesuaian
turun 20 Julai 2009. Novel Komponen Sastera dalam
Kaplan-Leiserson, E. (2005), “Trend: mata pelajaran Bahasa Melayu.
mobile reality (a tale of two Tesis Dr. Falsafah, Fakulti Bahasa
experts)”, available at: Moden dan Komunikasi. Universiti
www.learningcircuits.org/2005/apr2 Putra Malaysia. Serdang.
005/0504_Trends.htm muat turun http://en.wikipedia.org/wiki/Mobile_Assist
12 Ogos 2009.Kementerian ed_Language_Learning . muat
Pendidikan Malaysia. 2001. turun 20 Mei 2009.
Laporan pelaksanaan komponen Napie Mat. 2006. Teknik Mengajar
sastera dalam pengajaran dan Komsas Kuala Lumpur. PTS
pembelajaran Bahasa Melayu . Publication.
Kuala Lumpur. Pusat http://booksgoogle.com.my.
Perkembangan Kurikulum. Nik Hassan Basri Nik Ab. Kadir. (2005).
Kementerian Pendidikan Citra Komsas. Tanjung Malim .
Malaysia.(2003). Sukatan Pelajaran Penerbit Universiti Pendidikan
Bahasa Melayu KBSM. Kuala Sultan Idris.
Lumpur. Pusat Perkembangan Nik Hassan Basri Nik Ab. Kadir. (2007).
Kurikulum. Kewajaran Komsas dalam Bahasa

446
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

Melayu. Jurnal Peradaban Melayu, (2005). A Theory of learning for


Jilid 5, Tahun 2007. mobile age.
Quinn, C. (2007). Mobile, wireless, in- http://www/Isrinottingham.oc.uk/pub
your-pocket learning. lication-PDFs/Sharples. muat turun
http://www.linezine.com/2.1/feature 12 Ogos 2009.
s/cqmmwiyp.htm. muat turun 12 Thahir Naruddin. (2006). Kefahaman
Ogos 2009. guru tentang konsep konsep
The future of learning Kesusasteraan Melayu dalam mata
http://learningericson.net/mlelarning pelajaran Bahasa Melayu. Jurnal
2/projectone/thebook/chapter1). IPBB 3: 49 – 63.
Robyer, M.D. (2003). Integrating http://apps.emoe.gov.my/ipba/rdipb
Educational Technology into a/cd1/article85.pdf. muat turun 12
Teaching. Ed. ke-3. Columbus: Ogos 2009.
Merill Prentice Hall. Sharples,
M., Taylor J., & Vavoula, G.,

447
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

448
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

A SURVEY OF THE CURRENT STATUS


OF LIBRARY AUTOMATION IN PRIMARY AND SECONDARY SCHOOLS IN
WILAYAH PERSEKUTUAN KUALA LUMPUR

Oleh:
Junaida binti Ahmad *)
june_syed@yahoo.co.uk
Roslina bt Othman *)

ABSTRAK

Kajian ini menyelidikstatus automasi perpustakaan di sekolah-sekolah rendah dan


menengah di Wilayah Persekutuan Kuala Lumpur (WPKL), Malaysia. Diantara objektif
utama kajian ini adalah untuk mengukur penggunaan automasi perpustakaan dari aspek-
aspek sistem, modul dan fungsi yang diautomasikan serta penggunaannya. Kajian juga
bertujuan untuk mengenal pasti masalah-masalah yang dihadapi dan meneroka
tanggapan impak sistem automasi ke atas penggunanya. Sampel kajian ini terdiri
daripada 120 guru pusat sumber dan data dikumpul dari soal selidik melalui pos dimana
kadar maklum balas adalah pada tahap 42%. Hasil kajian menunjukkan peningkatan
jumlah sekolah di WPKL yang telah mengautomasikan sistem perpustakaan mereka dan
sistem ini telah meningkat jumlahnya dari segi modul, fungsi dan kualiti perkhidmatan.
Sejumlah 84 sekolah (70%) daripada 120 yang memberi maklum balas telah
mengautomasikan sistem perpustakaan sekolah masing-masing berbanding dengan
kajian yang telah dijalankan pada tahun 2001 oleh Kementerian Pelajaraan dimana hanya
50 sekolah dari 266 sekolah yang memberi maklum balas. Hasil kajian menunjukkan
fungsi perolehan merupakan fungsi yang paling banyak diautomasikan diikuti dengan
fungsi katalog, sirkulasi dan OPAC. Kajian juga menunjukkan bahawa guru pusat sumber
mendapati bahawa sistem perpustakaan digunakan telah memenuhi kehendak
keseluruhannya dan sistem perpustakaan yang paling digemari ialah Dynabook diikuti
dengan SSMS dan Pustaka. Diantara masalah yang dihadapi oleh guru pusat sumber
adalah perolehan maklumat, latihan yang tidak mencukupi, kos yang tinggi dan
penukaran restropektif. Kajian ini telah memberi kesimpulan bahawa automasi dapat
membantu guru pusat sumber mengurangkan beban kerja mereka dan meningkat
keupayaan memperolehi serta menyelenggara koleksi mereka. Ia juga menunjukkan
peningkatan dalam perkhidmatan perpustakaan. Automasi juga membantu meningkatkan
kemahiran literasi maklumat dan kemahiran mencari maklumat penuntut.

Kata Kunci : Automasi perpustakaan, sistem perpustakaaan, Pusat Sumber sekolah,


Guru Pusat Sumber, literasi maklumat, Kemahiran maklumat

*) International Islamic University Kuala Lumpur

INTRODUCTION

The increasing importance of information literacy programs must be


information skills in line with the complemented with the implementation
development in information technology of a school library system as concluded
has been stressed by a number of from Teh, 1996; Leckie & Fullerton, 1999
writers in their publications (Kwan, 1995 and Dunn, 2002.
and Wee, 1999). To achieve this A number of studies on this topic
objective among students, the had been undertaken by researchers in

449
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

developed countries (e.g. Robison, 1991; cited in Tee & Abrizah, 2005). In another
Keable and Williams, 1993; Bilal, 1994; study by Wee (1999), it showed that the
Fiehn, 2004). In Malaysia, there have locality where ICT facilities are placed is
been a limited number of studies (e.g. related to its usage. Wee suggested that
Rosyati, 1995; Abrizah, 2002; Tiew, the best location that provides easy and
2002; Tee & Abrizah, 2005). This convenient access to students is the
situation reflected the issue of digital school resource centre.
divide among the developed countries Automation is an essential
and developing countries with a different technology today. It is crucial that school
level of economic and information library changes its role and upgrades it to
infrastructure in incorporating new comply with the new demands of new
technologies. (Cullen, 2001). Malaysia information programme Library
schools start implementing library automation can be defined simply as the
automation fairly late in the 1990s use of computer and networking
compared to the larger or academic technologies in the library.An automated
libraries. (Tee and Abrizah, 2005). library is one where a computer system
One of the main problems facing is used to manage one or several of the
the students in Malaysia is the low library’s key functions such as
information literacy among them. The acquisition, catalouging,
problem can be linked to the circulation,serials and the public acess
uncoordinated school libraries facilities. catalog.
Several studies conducted among Singh (1996) emphasised for library
schools in Malaysia (Kwan, 1995; to change its role because school
Abrizah,1999 and Raja Abdullah & libraries today are no longer the
Saidina Omar, 2003) revealed that the traditional reading rooms and study halls;
majority of the school libraries in they are evolving to become facilitators
Malaysia (known as School Resource in information services and gateways to
Centres, (SRCs) were found to be the wider information world.
generally poor in the utilization of the The purpose of this research is to
resources and not managed by trained investigate the current status of library
staff. automation in Malaysia secondary
A number of educational reports schools and primary schools in Wilayah
stated that students should be trained on Persekutuan Kuala Lumpur and to
how to handle information.Teh(1996) compare the practices and impact of
suggested that teaching information skills automation on the schools.
to students should start while they are in The Ministry of Education (MOE) is
schools and the information literacy committed to increase the use of ICT in
programs must be complemented with educational management and upgrading
the implementation of a school library the maintenance and management of
system. He further suggested that ICT in all educational institutions. (Chan,
education Information Technology (IT) 2002). Chan added that this initiative will
strategy must embody a long-term plan require a major commitment of resources
to automate the school libraries. Levine and sufficient funds but the country will
(1996) stated that high school teachers benefit from the change for many years
and librarians therefore have an to come.
important role to play in preparing their It is hoped that the findings from
students for resource-based learning at the research will provide information for
the post-secondary level. policy makers to identify what needs to
It was also reported that the be done on the development of library
percentage of student’s computer literacy automation in schools in Malaysia. The
and Internet consciousness as well as research also can assist non-automated
awareness towards computer and IT has schools in the process of choosing,
increased tremendously with the use of planning and implementing the library
ICT in school libraries (Kasbon, 2001 as automation.

450
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

Research Objectives Population And Sampling


1. To determine the extent of library Since the total number of schools in
automation in terms of system, WPKL is not large, which is 288 schools,
modules and functions being it was decided to include all the teacher-
automated and used at primary and librarians from all the schools. Usually in
secondary schools in Wilayah schools, there will be a committee
Persekutuan Kuala Lumpur. formed comprises of four (4) to six (6)
2. To identify the problems faced by the teachers to be in-charge of the SRC. The
primary schools and secondary teacher-librarians are allocated posts
schools in Wilayah Persekutuan such as Secretary of Media, Secretary of
Kuala Lumpur during the automation Library, Automation committee and
process. general committee members. Either the
3. To explore the perceived impact of Secretary of Media or Secretary Library
automation system on users at the will be elected as the Coordinator of the
primary schools and secondary SRC. Under the school organizational
schools in Wilayah Persekutuan chart this committee is under the
Kuala Lumpur. administration of the Senior Assistant
Administration and Curriculum (PK1).
Research Method The target was the Coordinators of SRC
This research study employed a as they are major decision-maker in their
survey exploratory approach to data respective libraries, and usually they are
collection using questionnaire. senior teachers thus are familiar with
Questionnaires help gather information automation works if the school has an
on knowledge, attitudes, opinions, automated system. The population
behaviors, facts, and other information. comprised of teacher-librarians of 288
As this study was designed to investigate SRCs (193 primary schools, 95
how teacher-librarians perceived secondary schools) in schools in WPKL.
automation works, this technique is Out of the 95 secondary schools, 86 are
related to opinions and attitudes of the daily schools, 3 are full residential
population under investigation. A schools, 1 Special Education school , 3
questionnaire was designed and mailed Technical schools, 1 Sports school and
with self-addressed envelope to teacher- 1 Military school.. From the 193 primary
librarians of 288 SRCs in WPKL. Follow- school 135 are daily schools, 3 Special
ups by telephone or interviews were Education school, 40 Chinese-type
conducted to selective respondents. schools and 15 Indian type schools.

Research Instrument Limitation Of Study


The study employed a The research was limited to the
questionnaire for data collection. The primary and secondary schools located
question was administered by the in WPKL. The study included 40 National
researcher with the help of the Chinese-type, 15 Indian-type schools, 3
supervisor. Comments and suggestions full-residential schools, 3 technical
on the structures were obtained from five schools, 1 Military school and 4 Special
(5) teacher-librarians. Changes education schools. Private schools and
suggested by them were made in the Independent school were not included in
questionnaire. Questionnaire was the research. The schools offer the
prepared in the English language. It was government curriculum. All the schools
also prepared in a translated version in SRCs are under the supervision of the
Bahasa Melayu The objective is to Educational Resource of Wilayah
ensure that the teacher-librarians Persekutuan(SERC/PSPNWP).Schools
understand the Library Science terms in will only reflect those having the same
Bahasa Melayu. education system.

451
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

Procedure Of Data Analysis that they would recommend their


The procedure of data analysis systems for others to use. Respondents
employed was descriptive analysis and indicate that their system meets the
inferential statistics. The data was coded requirements and Dynabook was a
and analyzed by using the Statistical favourite followed by SSMS and
Package for Social Sciences (SPSS). Pustaka.
Description statistics was used to get The study revealed that overall
frequency distribution. Some cross- most respondents agreed that
tabulations were also performed to find automation have many benefits and
out if there were any relationships impacts on students’ performance and
existed between certain variables. motivates students to become frequent
The data analysis described: users. The image of the SRC and its
1. The modules and functions being services has also improved. It also
automated increases students' searching skills and
2. The perceived impacts of technology skills. Automation helps
automation on users in primary and respondents to ease their workload and
secondary schools in WPKL. have better access and maintenance of
Inferential statistics test which was used the collections
to test the hypotheses was Pearson chi-
square. This test determined whether CONCLUSION
there are relationships existed between The study found that more school
the selective variables. libraries (SRCs) have embarked to
automate their library systems and at the
FINDINGS same time an increased number of
This study revealed that more commercial library systems for schools
schools in Wilayah Persekutuan Kuala have been made available in the market.
Lumpur (WPKL) have embarked to Although calls for automation was
automate their library systems and those made in late 1990s by the State
who have not automate yet plan to do so Educational Resource Centre of Wilayah
within one to two years. (refer table 1) Persekutuan SERC/PSPN for all schools
It was found that the most popular library in WPKL to automate their library
systems used among schools in WPKL systems by the year 2001, but schools
are Pustaka, SSMS, Dynabook and only started automation in early 2000
Pustakawan. The study also finds that and profoundly active after 2004. The
the cost of library systems or software findings indicated schools in WPKL have
range from less than RM 3000 to RM made some progress towards meeting
20000 and most schools reported that the SERC/PSPN guideline on
they have spend less than RM 3000 on automation. However, very limited
their library systems. functions are being used and many
The results found that acquisition is features provided are not being fully
the function mostly automated in the utilized as study shows functions being
respondent schools, followed by automated are still for basic
cataloguing, circulation and OPAC. The administration and additional inventory
other functions being automated are still features like acquisition and circulation.
basic administration and inventory Even OPAC (Online Public Access
features such as print barcode, searches Catalogue) is still not widely used in
followed by incorporating NILAM reading SRC. Most tasks are still being done
programme Majority of respondents manually and not automated although
generate reports for class usage followed the schools have started on automation
by reading trends and lost reports. initiatives for a few years.
Overall, the study has revealed that The findings indicate that some
the teacher-librarians have indicated that schools with ICT facilities provided have
their library systems have met its overall yet to automate their library systems.
requirement and the respondents stated The Ministry of Education (MOE) has

452
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

been committed in providing the ICT automation from time to time. . User
facilities to schools but as yet to be seen group should be established and
the resources being fully exploited. Even involve the teacher-librarians as this
though Computer Labs and Computer could help in problem solving and
Access Centre are provided but few they can share ways they found in
schools initiated to have networking using the Library system effectively.
within the schools and most respondents 2 There is a need for a strong
reported not doing so because of lack of technical support component and a
expertise and high cost. continual and ongoing process on
The study revealed that teacher- staff development and capable
librarians are not getting sufficient trained assistant Lack of guidance
information on automation and systems and insufficient training will result in
available thus are not confident of poor service to users, inadequate
choosing the best system. They express SRC management and futile
a need for assistance for their financial investment.
inadequate knowledge on library 3 The overall cost of automation
systems. Respondents reported getting project which includes system,
visits from vendors but respondents are hardware and software maintenance,
still not assured if they have chosen the retrospective conversion and staff
best library system. Some respondents training is high. As Teh (1996)
reported not being called for training in voiced his concerns that
automation even though they have been computerizing the school libraries in
taking over the post of teacher-librarians the country (Malaysia) are indeed a
for a few years. High cost in maintaining problematic prospect looking at the
the automation system is still an high number of schools involved and
important factor for the decision not to the high cost using commercial
automate for small population schools. automated library management
The study revealed that automation packages. It is suggested here
is a necessity for all schools as teacher- therefore that schools should be
librarians need to have the current given a special grant or allocation on
technology in this field to increase automation project apart from the
productivity and the effectiveness and annual library grant and educational
cost operation of the library. It has been grant.
shown that automation provides many 4 Another way to solve the setback is
benefits to students and teachers such by opening tenders to a selected
as information skills among students group of vendors. Since the tender
which is important and cannot be involves many schools thus the
compromised. library system can be provided at a
lower cost. The Library system
developed should be customized for
Recommendations school setting and features added
The main issues in the implementation are those needed and suitable for
of library automation as indicated by the schools use. The findings have
respondents are getting information, found Library System Pustaka as
insufficient training, high cost and data one of the few vendors in the market
conversion to the new library systems. that have made positive moves
Based on the findings of the study, the towards this.
following recommendations are made:
1 In order to provide information Suggestions For Future Research
regarding library automation, Future research should focus on
Vendors should also be called during the reasons why functions provided by
courses for teacher-librarians the library systems are not being fully
organized by SERC/PSPN to brief used by the teacher-librarians. They
on latest and updated information on should investigate the reasons and

453
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

problems encountered in using specific Cullen, R. (2001). Addressing the digital


library systems and whether the features divide. Online Information Review.
provided by the system are suitable and 25(5). 311-320.
adequate for the school needs.
Dunn, K. (2002). Assessing information
Research could also be
literacy skills in the California State
conducted on the needs of a Malaysia
University: A progress report.
school setting and features of a library
Journal of Academic Librarianship,
system suitable for different types of
28(1), 26-35.
schools. A survey of a few library
systems used in schools in developed Fiehn, B. (2004). The voice of users:
country can be made as a guide and Perspectives on school library
benchmark. automation. [Electronic version].
Another area that could be investigated Multimedia and Internet @ school,
is the utilization of the ICT facilities in 11(4).
schools provided by the Ministry of Keable, M.D., Williams, S.Q., & Inkster,
Education (MOE). The research should C.D. (1993). Facing the library
look into problems of using the facilities, media challenge of the nineties-
maintaining the facilities and whether Automation: A survey of Minnesota
they are being fully utilized by the SRC. Library Media Centers. School
Library Media Quarterly, 227-235.
Bibliography Kwan, K.C. (1995). The teaching of
information skills in the Malaysia
Books: upper secondary schools.
Reitz, J.M. (2004). Dictionary for library Unpublished. Thesis: International
and Information Science. Libraries Islamic University.
Unlimited.
Leckie G.J., & Fullerton, A. (1999).
Rossaidi Ngah. (n.d). Autopus : Information literacy in Science and
Automasi Pusat Sumber Ver. Engineering undergraduate
1.00/97:Panduan Pengguna. Kuala education: Faculty Attitudes and
Lumpur Pedagogical Practices. College &
Syarikat Multiple Portfolio. (1996). research Libraries, 60(1), 9-29.
Pustakawan: Panduan Pengguna. Raja Abdullah Raja Yaacob & Saidina
Sungai Petani: Syarikat Multiple Omar Samsuri. (2003). The training
Portfolio. of teacher-librarians in comparison
Journal : with professional librarians in
Abrizah Abdullah, Nor Edzan Nasir & Malaysia. Malaysian Journal of
Lok, C.M., et all (2002). Automating Library & Information Science, 8(2),
secondary school libraries: A web- 27-41.
based library management system. Robison, B. C. (1991). Effects of
In D. Singh, A. Abdullah, S. automation on Academic Libraries.
Fonseka and B. de Rozario (Eds). Thesis: Oklahoma State University.
School Libraries for a Knowledge
Society, (pp.193-201). Seattle: Singh, D. (1996, July). The Teacher’s
International Association of School Activity Centers of Malaysia. Paper
Librarianship. presented at 25th Annual
Conference of International
Abrizah Abdullah. (1999). Competencies Associations of School
for teacher-librarians in Malaysia. Librarianship, Ochos Rios,
Malaysian Journal of Library & Jamaica.
Information Science, 4(2), 21-40.
Tee, L.S. & Abrizah Abdullah. (2005).
The status of school library

454
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

automation in Malaysian Chinese Malaysia Ministry of Education. 2003.


Secondary Schools: A National Educational statistics 2002.
survey. Malaysian Journal of Available at
Library & Information Science, http://www.moe.gov.my/statistik/frin
10(1), 29-48. stat.htm
Wee, S.H. (1999). Internet use amongst Tiew, W.S. (2002). Pengautomasian
secondary schools students in Pusat Sumber Sekolah Menengah:
Kuala Lumpur, Malaysia .Malaysian Pengalaman Pusat Sumber
Journal of Library & Information sekolah SMK Hulu Kelang di
Science, 4(2), 1-20. Negeri Selangor Darul Ehsan.
Sekitar Perpustakaan. 34.
Williams, D. (2002). Learning and the
school library resource center. In Rosyati Kamaluddin.(1995). Masalah-
D. Singh, A. Abdullah, S. Fonseka masalah fasa implementasi projek
and B. de Rozario (Eds). School Pengautomasian Pusat Sumber
Libraries for a Knowledge Society, Sekolah: Kajian di Sekolah
(pp.77-90). Seattle: International Menengah Sultan Salahuddin
Association of School Librarianship. Abdul Aziz Shah (1993-1994).
Seminar papers:
Thesis. Unpublished. Universiti
Teknologi Mara
Chan, F. M. (2002). ICT in Malaysia
schools: Policy and strategies. Malaysia. Ministry of Education.
Paper presented at Seminar on the Education Department of Wilayah
promotion of ICT education to Persekutuan.(JPWP).
narrow the digital divide. Tokyo, (unpublished). Senarai nombor
Japan. telefon dan alamat sekolah Wilayah
Persekutuan Kuala Lumpur tahun
Fatimah Jusoh. (2002, August). School 2005. Kuala Lumpur: Jabatan
libraries in Malaysia. Paper Pelajaran Wilayah Persekutuan
presented at the 31st IASL Annual
Conference and 6th International Malaysia. Ministry of Education. Pusat
Forum on research in school Sumber Negeri (PSPN).
librarianship, Petaling Jaya, (unpublished). Senarai nama
Malaysia. sekolah-sekolah Wilayah
Persekutuan. 2002 mengikut zon
Web: Kuala Lumpur: Pusat Sumber
Negeri Wilayah Persekutuan,
IFLA/UNESCO School Library Manifesto: Kementerian Pendidikan Malaysia.
The school library in teaching and
learning for all (2000). International Malaysia Ministry of Education .
Federation of Library Associations Education Technology Division.
and Institutions. Retrieved March (unpublished). Laporan
17, 2006 from Pengautomasian pusat sumber
http://www.ifla.org/rl1/s11/pubs/ma sekolah(PSS) tahun 2001. Kuala
nifest.htm Lumpur: Bahagian Teknologi
Pendidikan, Kementerian
Teh, Kang-Hai. (1996). IT utilization and Pendidikan Malaysia
library automation in Malaysian
educational institutions. Retrieved
19 March, 2006 from
http://web.simmons.edu/~chen/nit/I
T96/~303-Teh.html

455
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

456
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

PENGEMBANGAN KONTEN PEMBELAJARAN E-LEARNING ALGORITMA


MENGGUNAKAN VOIP SERVER

Oleh:
Ledya Novamizanti *)
ledyamizan@gmail.com
Uke Kurniawan Usman
uku@ittelkom.ac.id *)

ABSTRACT

This paper presents the e-Learning of Algorithm course. The learning method focuses on
a combination of instructional and information approaches. Instructional activities that can
be done in the form of the module lectures, tutorials, simulations, exercises, quizzes,
assignments and assessments. E-Learning modules that are designed to be accessible
from anywhere, a combination of online learning and real life methods more accurately
applied. Selection of methods online to be accessed by many users, can be customized,
easy searches, and more participation of participants. In addition, e-Learning modules that
are designed to be accessible at any time, the learning method chosen was a combination
of asynchronous and synchronous. Asynchronous method is used when learning courses
and exercises along with chat feature or forum for discussion among users. While the
synchronous method used during quizzes to test the performance of the user. The use of
technology, Voice over Internet Protocol (VoIP) in an online class can be an efficient
solution. These devices utilize the Internet Protocol to provide voice communications
electronically and in real time. Communication media teleconference with VoIP they cost
less, both for local and international related. Any additional supporting devices needed
was easy to obtain. E-Learning system of Algorithm course using a VOIP algorithm has
been successfully created and can function properly. This system could facilitate the
effective teaching of Algorithm courses, indicated by the results of questionnaires that are
100% give a positive response.

Keywords : e-Learning, online, algorithm, VOIP Server

*) Program Studi Teknik Telekomunikasi, Fakultas Elektro dan Komunikasi Institut Teknologi
Telkom Bandung

PENDAHULUAN

Pemanfaatan teknologi informasi Bersama (TPB) di Institut Teknologi


sebagai sarana pendukung Telkom. Oleh karena itu, matakuliah ini
pembelajaran pada perguruan tinggi banyak diambil oleh mahasiswa. Dari
merupakan kebutuhan yang mutlak pengujian, ternyata tingkat kelulusan dari
dalam upaya peningkatan kualitas mata kuliah tersebut termasuk rendah.
pembelajaran yang nantinya akan Ditambah lagi, mata kuliah Algoritma
berdampak pada peningkatan kualitas memiliki tingkat keterkaitan yang luas
hasil belajar mahasiswa. Salah satu dengan matakuliah lainnya.
komponen yang harus dikembangkan Seiring pertambahan jumlah
adalah pengembangan konten mahasiswa, diperlukan upaya-upaya
pembelajaran berbasis elektronik. agar indeks kelulusan menjadi lebih baik,
Matakuliah Algoritma merupakan salah dengan tetap mempertahankan standar
satu matakuliah pada Tahap Persiapan kelulusan yang dibebankan oleh pihak

457
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

institusi. Salah satu upaya yang akan pembelajaran mata kuliah dan latihan
dikembangkan adalah media soal disertai dengan fitur chat atau forum
pembelajaran melalui e-Learning dengan untuk diskusi antar pengguna.
objek kajian meliputi 12 bab yang Sedangkan metode sinkron digunakan
dipelajari pada mata kuliah Algoritma, pada saat quiz untuk menguji unjuk kerja
yaitu : Pengenalan Algoritma, Notasi pengguna.
Algoritma, Tipe dan Ekspresi, Analisa Tujuan instruksional dari sistem e-
Kasus, Pengulangan, Prosedur, Fungsi, Learning matakuliah Algoritma adalah
Pemrosesan Sekuensial, Array/ Tabel, mahasiswa dapat memahami logika
Algoritma Pencarian, Algoritma berpikir komputer, memahami prinsip
Pengurutan, dan Sequential File. kerja program, memahami alasan-alasan
Penggunaan teknologi Voice over komputer dapat mengerjakan perintah-
Internet Protocol (VoIP) memanfaatkan perintah yang diberikan. Peserta mampu
Internet Protocol untuk menyediakan menggambarkan logika jalannya
komunikasi suara secara elektronis dan program secara tertulis dengan algoritma
real time. Media komunikasi (pseudocode) dan dilengkapi dengan
teleconference dengan VoIP biayanya diagram alir (flow chart) menggunakan
lebih murah, baik untuk berhubungan suatu bahasa pemrograman tertentu,
lokal maupun internasional. Perangkat serta memahami prinsip-prinsip
pendukung tambahan lainnya yang penggunaan Algoritma dan dapat
dibutuhkan pun mudah didapat. mengimplementasikannya dalam
kehidupan nyata.
RANCANGAN METODE DAN MATERI Secara umum, aktivitas yang terjadi
PEMBELAJARAN dalam sistem eLearning ini adalah:
Pada sistem e-Learning matakuliah 1. Course Management: Konten yang
Algoritma ini, metode pembelajaran sesuai dengan objek kajian
menitikberatkan pada kombinasi sekurang-kurangnya terdiri dari:
pendekatan instruksional dan informasi. Dasar Teori dan Contoh Soal.
Pendekatan instruksional membantu 2. Testing & Quizzess: Hal ini untuk
meningkatkan pengetahuan dan mengetahui tingkat pemahaman
ketrampilan pengguna. Aktivitas mahasiswa sebelum melakukan ujian
instruksional yang dapat dilakukan secara tertulis (UTS dan UAS).
berupa modul kuliah, tutorial, simulasi Kemudian tersedia juga latihan soal,
(video, animasi, atau progam untuk mengukur pemahaman akan
permainan), latihan soal, quiz, tugas dan suatu materi. Jejak rekam latihan dari
penilaian. mahasiswa setidaknya bisa dijadikan
Modul e-Learning yang dirancang tolak ukur awal dalam menilai
bersifat dapat diakses dimana saja, kesiapan mahasiswa dalam
metode pembelajaran kombinasi online menempuh ujian ataupun mengukur
dan real life lebih tepat diterapkan. kadar pemahamannya
Pemilihan metode online agar bisa 3. Communication: Tujuannya agar
diakses oleh banyak pengguna, bisa dapat meningkatkan keaktifan
dikostumasi, penelusuran mudah, dan mahasiswa-dosen dalam kegiatan
partisipasi perserta dapat lebih banyak. belajar mengajar dan meningkatkan
Kombinasi metode online dan real life intensitas interaksi dosen-mahasiswa
membuat pengguna lebih memahami dan mahasiswa-mahasiswa di luar
pengetahuan Algoritma dalam kasus kelas.
kehidupan sehari-hari. 4. Assignment: Penugasan-penugasan
Selain itu, modul e-Learning yang yang terekam jejaknya sehingga
dirancang bersifat dapat diakses kapan setiap mahasiswa dapat mengetahui
saja, metode pembelajaran yang dipilih dan mengerjakan tugas yang
adalah kombinasi asinkron dan sinkron. diberikan oleh dosennya. Pemberian
Metode asinkron digunakan pada saat tugas ini bisa berupa kegiatan offline,
online text, dan upload file tunggal.

458
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

Upload file diizinkan selama batas materi yang kurang, dan butuh
akhir pengiriman tugas belum banyak contoh soal untuk dapat
berakhir. memahami suatu materi.
5. Recording grades: Perekaman nilai, b) Siswa Level Atas
baik nilai Tugas, Quiz, UTS, dan UAS Karakteristiknya, yaitu : pernah
sehingga mahasiswa dapat mempelajari tentang pokok bahasan
termotivasi untuk meningkatkan dalam Algoritma, membutuhkan
strategi belajar yang lebih efektif. latihan lebih banyak, dan sulit
6. Survey: Untuk menilai tingkat membedakan penggunaan Algoritma
keberhasilan dan keefektifan sistem dalam berbagai kasus.
eLearning ini untuk perbaikan ke c) Admin
depannya. Karakteristiknya, yaitu : menguasai
7. Site Management: Pengelolaan situs database dan konsep e-Learning,
eLearning yang lebih baik, dan pernah mengelola administrasi
komprehensif, dan terintegrasi sistem yang sejenisnya
dengan sistem lainnya. d) Dosen
Katakteristiknya, yaitu : Dosen yang
ANALISIS DAN DESAIN sedang/ pernah mengampu
matakuliah Algoritma dan matakuliah
Analisis Kebutuhan Identifikasi sejenisnya, dan menguasai tata
Objektif kelola sistem (sesuai dengan
Secara umum, objektif dari e- otorisasinya)
Learning – Algoritma adalah sebagai
Desain tampilan menentukan
berikut :
kemudahan pegunaan modul e-Learning
1) Mampu memberikan pemahaman
yang akan dijalankan oleh pengguna.
tentang konsep yang ada pada pokok
Halaman konten e-Learning berisi
bahasan Algoritma.
pengantar tentang Algoritma, materi,
2) Memvisualkan kasus-kasus real /
latihan, silabus mata kuliah algoritma,
nyata, pada pada setiap pokok
materi yang bisa di download, jadwal
bahasan Algoritma, terutama pada
kuliah, dan kontak pengajar. Desain
materi pengulangan dan analisa
tampilan halaman konten e-Learning
kasus.
Algoritma dapat dilihat pada Gambar 1.
3) Menyediakan basis data latihan-
latihan soal yang mudah diupdate,
disertai dengan pembahasannya.
4) Memberikan konsep user interface
yang user friendly

Target User
Target user e-Learning Algoritma
adalah mahasiswa pada Tahap
Persiapan Bersama (TPB) di Institut
Teknologi Telkom, yang dibagi menjadi 2
kelompok, yaitu siswa pemula dan siswa
level atas. Kemudian target yang lainnya
adalah admin, dan dosen pengampu
matakuliah Algoritma. Target user e- Gambar 1. Desain Tampilan Halaman
Learning Algoritma tersebut, dijabarkan Konten e-Learning Algoritma
sebagai berikut:
a) Siswa Pemula Prototipe sistem e-learning akan
Karakteristiknya, yaitu belum pernah dijalankan menggunakan perangkat
mempelajari tentang pokok bahasan lunak moodle yang merupakan
dalam Algoritma, daya tangkap perangkat lunak Course Management
System (CMS) yang bersifat open source

459
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

dan berlisensi gratis. Format yang


digunakan oleh moodle adalah Sharable
Content Object Reference Model
(SCORM). Format tersebut
memungkinkan berbagai macam
aktivitas bisa dilakukan.
Modul e-Learning yang dirancang Gambar 3. Flowchart Skenario Pembelajaran
menggunakan teknologi flash. Materi Algoritma untuk Siswa Level Atas, Admin,
pembelajaran yang dapat diunduh dari dan Dosen
perangkat moodle merupakan materi
perkuliahan dalam format .ppt (power Untuk siswa level atas, admin, dan
point) dan tugas dalam format .doc (word dosen digunakan skenario pengajaran
document). File tersebut dapat secara sekuens ataupun secara pilihan,
dijalankan menggunakan perangkat seperti yang terlihat pada Gambar 3.
lunak Microsoft™ Office yang berlisensi User dapat memilih materi ataupun
berbayar atau Open Office yang latihan yang diinginkan. Latihan 1
berlisensi gratis dan dapat dijalankan dianggap lulus jika skor minimal yang
dalam sistem operasi apapun. diperoleh 80%. Jika lulus, user dapat
melihat pembahasan Latihan 1. Tapi jika
Skenario pembelajaran e-Learning tidak lulus, maka user dapat
Algoritma, dibuat dengan 2 metode yang mengerjakan kembali latihan 1, atau pun
berbeda, yaitu : mempelajari kembali materi 1, sampai
1) Skenario pembelajaran Algoritma skor minimum Latihan 1 diperoleh 80%.
untuk siswa pemula : Begitu juga untuk Latihan 2 dan
seterusnya. Setelah itu, maka proses
pembelajaran selesai. Jika dianggap
belum lulus, maka siswa dapat
mengulang materi yang dibutuhkan.

VoIP adalah teknologi yang


memanfaatkan Internet Protokol untuk
menyediakan komunikasi suara secara
Gambar 2 Flowchart Skenario Pembelajaran elektronis dan real-time. VOIP
Algoritma untuk Siswa Pemula melewatkan trafik suara, video dan data
yang berbentuk paket melalui jaringan
IP. Jaringan IP adalah jaringan
Untuk siswa pemula digunakan komunikasi data yang berbasis packet
skenario pengajaran secara sekuens, switch. Bertelepon dengan
seperti yang terlihat pada Gambar 2. menggunakan VoIP banyak
Latihan 1 dianggap lulus jika skor keuntungannya, diantaranya adalah dari
minimal yang diperoleh 80%. Tapi jika segi biaya jelas lebih murah dari tarif
tidak lulus, maka user harus telepon tradisional, karena jaringan IP
mengerjakan kembali latihan 1. Begitu bersifat global. Sehingga untuk
juga untuk Latihan 2, dan seterusnya. hubungan Internasional dapat ditekan
Setelah itu, maka proses pembelajaran hingga 70%. Selain itu, biaya
selesai. Jika dianggap belum lulus, maka maintenance dapat ditekan karena voice
siswa dapat mengulang materi yang dan data network terpisah, sehingga IP
dibutuhkan. Phone dapat ditambah, dipindah, dan
diubah dengan mudah. Hal ini karena
2) Skenario pembelajaran Algoritma VoIP dapat dipasang di sembarang
untuk siswa level atas, Admin, dan ethernet dan IP address, tidak seperti
dosen : telepon tradisional yang harus
mempunyai port tersendiri di Sentral atau
PBX. Konfigurasi Jaringan VoIP pada

460
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

jaringan internet saat ini seperti yang menggunakan ISDN namun kita
terlihat pada gambar 4. harus menginstalnya karena Asterisk
Untuk dapat melakukan membutuhkan librari yang harus
komunikasi menggunakan VoIP, dipenuhi dengan menginstal paket
dibutuhkan beberapa komponen ini.
pendukung, yaitu: Protocol, VoIP Server, d) Instalasi mpg123
Soft Switch, SoftPhone (Software)/ IP Paket ini dipakai untuk mendukung
Phone (Hardware), VoIP Gateway. Untuk music on hold sebagai media player.
pembuatan aplikasi web kelas e- e) Instalasi Asterisk-sound
Learning dapat digunakan software f) Instalasi Asterisk
tribox, astweb, play VoIP yang berbasis
HTML, PHP, PHP My Admin. Semuanya 2) Konfigurasi Asterisk
dapat diperoleh secara gratis dari Setelah Asterisk terinstal, jika ingin
internet. Sementara layanan audio melihat file konfigurasi melalui linux
conference/ teleconference didapat modul text, gunakan perintah :
dengan mengaktifkan softphone yang # cd/etc/asterisk
telah diinstal sebelumnya. # ls
Untuk melihat masing-masing file
konfigurasi, kita gunakan editor Vi
(aplikasi di Linux Slackware 12).
File konfigurasi /etc/asterisk ada
di dalam direktori /etc/asterisk terdapat
file-file konfigurasi Asterisk yang sangat
penting, yaitu :
• Ooh323.conf : berisi konfigurasi
H323 channel
• Sip.conf : berisi konfiguarsi sip
channel
Gambar 4. Jaringan VoIP Menggunakan • Iax.conf : berisi konfigurasi iax
Jaringan Internet channel
• Extension.conf : berisi konfigurasi
Langkah-langkah instalasi server diall plan.
VoIP untuk aplikasi e-Learning yang Kemudian lakukan pengetesan
dilakukan meliputi : apakah Asterisk telah terinstall dengan
1) Instalasi benar.
Asterisk hanya dapat running di
Linux dan Unix family. Oleh karena itu 3) Pengaturan Account SIP, H.323,
digunakan OS (Operating System) Linux IAX
Slackware 12 dengan kernel 2.6.10. Untuk mengatur data exstension
Kegiatan instalasi software yang dan trunk berada pada file-file berikut :
dilakukan meliputi :
• /etc/asterisk/sip.conf : account
a) Instalasi Linux Slackware 12
menggunakan SIP
b) Instalasi Zaptel
• /etc/asterisk/iax.conf : account
Zaptel digunakan sebagai driver
menggunakan IAX
untuk card dari Digium yang kita
pakai, namun bila kita tidak • /etc/asterisk/ooh323.conf : account
menggunakan card tersebut, file ini menggunakan H.323
juga harus diinstal karena Asterisk Untuk mengatur aturan dial (Dial
membutuhkan librari yang harus plan) yang dapat dimanfaatkan extension
dipenuhi dengan menginstal paket untuk menghubungi sesama extension
ini. atau menghubungi trunk dan sebaliknya
c) Instalasi Libpri ada di file /etc/asterisk/extensions.conf
Libpri digunakan untuk PRI (Primari
Rate ISDN) walaupun kita tidak

461
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

4) Konfigurasi SIP Learning pada proses belajar mengajar


a) Masuk ke mode text linux Algoritma
kemudian gunakan perintah : a) Halaman Utama e-Learning
# cd /etc/asterisk Algoritma
# vi sip.conf Halaman utama sistem e-Learning
b) Setelah sip.conf terbuka kemudian berisi gambaran secara
langsung menuju ke bagian paling menyeluruh tentang konten yang
akhir file dengan menekan disediakan, link untuk diskusi dan
pagedown chatting. Fungsi ini telah berjalan
c) Lakukan pengeditan sesuai yang dengan baik. Tampilan halaman
dibutuhkan kemudian lakukan utama dapat dilihat pada Gambar
penyimpanan dengan 5.
memasukkan perintah :wq!

HASIL DAN PEMBAHASAN


Implementasi Sistem
Sistem E Learning diimplemen
tasikan pada dua jenis kelompok, yaitu :
1) Kelompok 1 (Conventional Class) :
Kondisi awal (initial state) dari
kelompok 1, yaitu mahasiswa
hanya mendapatkan pembelajaran
Algoritma melalui tatap muka di Gambar 5. Halaman Utama e-Learning
kelas (classroom) Algoritma
2) Kelompok 2 (Improvement Class) :
Kondisi awal (initial state) dari b) Halaman Konten e-Learning
kelompok 2, yaitu mahasiswa Algoritma
mendapatkan pembelajaran Halaman konten e-Learning berisi
Algoritma melalui tatap muka di pengantar tentang Algoritma,
kelas (classroom), dan online materi, latihan, silabus mata kuliah
menggunakan e-Learning algoritma, materi yang bisa di
download, jadwal kuliah, dan
Layanan video/audio conference kontak. Fungsi ini telah berjalan
dapat diaktifkan melalui softphone yang dengan baik. Tampilan halaman
telah di instal. Softphone yang dipakai konten e-Learning Algoritma dapat
adalah X-Lite, seperti yang terlihat pada dilihat pada Gambar 6.
Gambar 5 berikut ini :
1. Install software X-Lite ke dalam
PC-client
2. Masuk ke aplikasi X-Lite lakukan
setting
3. Masuk ke SIP Account Settings.
Untuk mengatur account.
4. Aktifkan tanda conference pada
menu utama.
4.1 Pengujian Sistem
Tahap pengujian bertujuan untuk
mengevaluasi hasil pembelajaran Gambar 6. Halaman Konten e-Learning
menggunakan sistem e-Learning. Algoritma
1) Pengujian Efektifitas
Penggunaan E-Learning c) Fasilitas untuk Diskusi
Dilakukan pengujian untuk Fasilitas yang tersedia untuk
mengetahui efektifitas penggunaan e- berdiskusi antara mahasiswa

462
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

dengan dosen atau antar program studi yang sama, yaitu Teknik
mahasiswa ada 2 cara, yaitu forum Telekomunikasi.
diskusi dan chatting. Forum diskusi Rata-rata nilai UTS untuk kelas TT-
bisa digunakan untuk 33-04 sebesar 73.04 dan kelas TT-33-07
mendiskusikan berbagai hal yang sebesar 44.32. Terjadi peningkatan
berkaitan tentang mata kuliah sekitar 40% antara kelas yang
secara tidak langsung. Artinya, menggunakan sistem e-Learning (TT-33-
tanggapan atau respons tehadap 04) dengan kelas yang tidak
topik yang ditulis di forum diskusi, menggunakan e-Learning (TT-33-07).
tidak langsung dijawab bergantung Sehingga, penggunaan e-Learning dapat
pada kesempatan dosen atau meningkatkan pemahaman mahasiswa
mahasiswa untuk menanggapi tentang materi kuliah yang ada pada
topik tersebut. Fasilitas untuk konten e-Learning.
berdiskusi secara langsung bisa
dilakukan dengan menggunakan 3) Pengujian Kuesioner Peserta E-
fasilitas chatting. Kedua fasilitas Learning
diskusi tersebut telah berjalan Ketiga, akan dilakukan pengujian
dengan baik. untuk mendapatkan kekurangan dari e-
Learning Algoritma, dari sisi metode
pembelajaran dan user interfacenya.
Persepsi mahasiswa terhadap sistem e-
Learning diukur dengan cara
mengedarkan kuesioner pada
mahasiswa TT-34-04 sebanyak 39
siswa. Hasil kuesioner dapat dilihat pada
Gambar 9.

Gambar 8. Contoh Halaman Paparan Materi Pertanyaan yang diberikan kepada


mahasiswa terkait dengan materi
d) Fasilitas monitoring (readiness of content) dan penyajiannya
Pada sistem e-Learning Algoritma (educational readiness). Dari Gambar 9
telah disediakan fasilitas untuk terlihat bahwa seluruh mahasiswa
memonitor aktifitas pengguna e- mengapresiasi sistem e-Learning ini. Hal
Learning. Aktifitas yang dapat ini ditunujkkan dengan 100% mahasiswa
dimonitor, antara lain seberapa memberikan penilaian positif (sangat
banyak setiap materi atau soal quiz setuju, setuju, cukup setuju) terhadap
diakses oleh pengguna, dan kapan readiness of content dan educational
terakhir kali diakses. Selain itu, readiness sistem e-Learning.
aktifitas setiap mahasiswa dalam
mengakses fasilitas e-Learning
dapat dimonitor secara detail,
termasuk pencapaian nilai dalam
pengerjaan soal yang diberikan.
Fasilitas monitoring telah berjalan
dengan baik.

2) Pengujian Prosentase Nilai Ujian


E-Learning Algoritma diterapkan Gambar 9. Persepsi Mahasiswa terhadap e-
pada kelas TT-34-04, dengan kelas Learning Algoritma
pembanding adalah TT-34-07 yang tidak
menggunakan sistem e-Learning. Total
untuk masing-masing kelas adalah 39
siswa. Kedua kelas tersebut berasal dari

463
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

PENUTUP Saran
Simpulan Untuk lebih meningkatkan
Simpulan yang dapat diambil penggunaan sistem e-Learning yang
terkait dengan sistem e-Learning telah dikembangkan, maka variasi soal
Algoritma yang telah dibuat, sebagai quiz mata kuliah Algoritma terus
berikut : menerus dikembangkan, sehingga
1. Sistem e-Learning mata kuliah mahasiswa dapat lebih sering lagi
Algoritma telah berhasil dibuat dan berlatih untuk meningkatkan tingkat
seluruh fasilitas yang ada dapat pemahaman terhadap mata kuliah
berfungsi dengan baik dan dapat Algoritma.
membantu efektifitas pengajaran
mata kuliah Algoritma. Ditunjukkan Daftar Pustaka
dengan hasil kuesioner yang
memberikan respon positif, sebesar 1. Davidson-Shivers, et.al (2006). Web-
100% Based Learning: Design,
2. Pencapaian nilai mahasiswa yang Implementation, and Evaluation. New
menggunakan sistem e-Learning Jersey: Pearson Prentice Hall.
dibandingkan dengan tanpa 2. Liem, Inggriani. (2003). Diktat Kuliah
menggunakan sistem e-Learning IF1281 Algoritma dan Pemrograman.
(hanya melalui tatap muka di kelas ITB : Bandung.
(classroom), menujukkan
peningkatan nilai rata-rata UTS, yaitu 3. Shalahuddin, M. dan Rosa A. S.
sekitar 40% (2007). Belajar Pemrograman
3. Fitur forum dan chatting cukup efektif dengan Bahasa Pemrograman C++
sebagai media diskusi antara dosen dan Java: dari Nol Menjadi Andal.
dan mahasiswa. Fitur forum ini Penerbit Informatika: Bandung.
mempunyai keunggulan seperti lebih 4. Rice, William. (2006). Moodle, E-
banyak nya informasi dan interaksi learning Course Development : A
yang akan disampaikan, baik dari Complete Guide to Successful
dosen maupun mahasiswa. leaning using Moodle, Birmingham,
Sementara fitur chatting mempunyai UK : Packt Publishing
keunggulan dari sisi realtime
prosesnya. 5. Chapnick, Samantha (2000).
Elearning ReadinessTM Assessment.
Diakses pada 14 januari 2008, dari
alamat http://www.researchdog.com.

464
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

BUILDING THE ENCYCLOPEDIA OF THE SOLAR SYSTEM VISUALIZATION


TO CIRCLE ELEMENTARY SCHOOL

Oleh:
M. Al’ Amin, S.Kom. M.Kom *)
amin@yai.ac.id
*)
Aries Pratama. ST

ABSTRACT

In the field of education, computers can be an attractive option in the presentation of


various forms of ways of learning. Presentation of an interactive and attractive tailored to
assist someone in understanding these learning systems. More over if supported by
multimedia objects in teaching and learning it. The development of education has
increased, marked with the number of impressions in both audio or visual media today. In
line with the issue, and it can be one solution is to make the "Building the Encyclopedia
of the Solar System Visualization To Circle Elementary School." In making this
application program used Macromedia Flash Professional 8 as the basis for the
manufacture and storage of any information you want displayed on the application of this
learning. The application contains the development of multimedia learning is done based
on 6 stages of concept, design, collecting materials, assembly, testing and
distribution. Various kinds of information related to the solar system. The ways of learning
and training is presented in the form of explanatory text is accompanied by animation-
animation so interesting and easy to understand. With the application of this learning can
provide convenience in getting knowledge and information for all those who want to learn
about the solar system.

Keywords : Application of learning, the Solar System, Multimedia,.


*)
Teknik Informatika Fakultas Teknik UPI Y.A.I Jakarta

PENDAHULUAN

Kita semua mengetahui apa yang maka penulis ingin membuat sebuah
disebut dengan planet dan mungkin hanya program visualisasi ensiklopedi tata surya
sebagian orang yang mengetahui tentang yang memanfaatkan komputer sebagai alat
planet-planet yang ada dialam semesta ini bantu pemecah masalah. Pembuatan
karena mungkin sebagian orang malas program ini menggunakan Macromedia
untuk membaca buku-buku yang Flash 8 merupakan dasar dari pembuatan
menjelaskan tentang planet selain aplikasi ini diharapkan dapat membantu
membosankan melihat banyak tulisan juga dan mempermudah siswa SD mengetahui
dapat menimbulkan rasa kantuk jika tentang tata surya.
membaca terus menerus. Namun pada Dalam penulisan ini penulis
saat ini sudah banyak juga buku yang menginginkan sesuatu yang berbeda yang
menjelaskan tentang planet yang disertai dapat menimbulkan rasa semangat untuk
dengan gambar-gambar yang menarik ingin membaca tetapi disertai dengan
tetapi itu semua belum cukup untuk sesuatu yang tidak menimbulkan rasa
menambah minat para siswa Sekolah kantuk. Oleh karena itu penulis ingin
Dasar (SD) untuk membaca dan membuat suatu animasi planet disertai
mengetahui tentang planet. Karena dengan suara dan gambar-gambar planet
kemajuan teknologi yang semakin canggih itu sendiri yang didalamnya menyediakan

465
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

informasi tentang planet tersebut dalam • Scene 1 : Intro


visualisai ensiklopedi tata surya. Intro atau tampilan pembuka dari
aplikasi
METODOLOGI • Scene 2 : Menu Utama
Teknik yang digunakan dalam Menu utama yang menyediakan pilihan
menganalisa sistem mengadaptasi dari kategori yaitu Penjelasan, tata surya,
beberapa alur MDLC (Multimedia benda langit, kumpulan video, evaluasi,
Development Life Cycle), yaitu: dan profil.
a. Concept • Scene 3 : Submenu Penjelasan
Pada tahap ini penulis menentukan Submenu tata surya yang menampilkan
ide dan rencana tentang software penjelasan tata surya.
yang akan dibuat. • Scene 4 : Submenu Penjelasan Daftar
b. Design Istilah
Pada tahap ini penulis merancang lay Submenu tata surya yang menampilkan
out dan mencatat materi atau bahan penjelasan daftar istilah tata surya.
yang dibutuhkan dalam pembuatan • Scene 5 : Submenu Rotasi Tata Surya.
software yang akan dibuat. Submenu rotasi tata surya yang
c. MaterialCollecting menampilkan gambar gerakan rotasi
Pada tahap ini penulis mengumpulkan tata surya.
dan mempersiapkan semua materi • Scene 6 : Submenu Matahari
yang telah dicatat untuk menunjang Submenu matahari yang menampilkan
pembuatan software yang akan gambar matahari dan penjelasannya.
dibuat. • Scene 7 : Submenu Planet Merkurius
d. Assembly Submenu planet merkurius yang
Pada tahap ini penulis membuat menampilkan gambar planet merkurius
software yang telah dirancang dangan dan penjelasannya.
menggunakan materi yang sudah
• Scene 8 : Submenu Planet Venus
dikumpulkan dan dengan software
Submenu planet venus yang
yang menunjang.
menampilkan gambar planet venus dan
e. Testing
penjelasannya.
Pada tahap ini penulis melakukan
• Scene 9 : Submenu Planet Bumi
pengujian pada software yang telah
Submenu planet bumi yang
dibuat untuk mendeteksi bug atau
menampilkan gambar planet bumi dan
kesalahan dan memperbaikinya.
penjelasannya
f. Distribution
Tahap menyimpan software yang • Scene 10 : Submenu Planet Mars
telah dibuat kedalam media Submenu planet mars yang
penyimpanan berupa CD untuk menampilkan gambar planet mars dan
diperluaskan atau ditaruh pada penjelasannya.
sebuah WEB agar dapat digunakan • Scene 11 : Submenu Planet Yupiter
secara luas melalui internet. Submenu planet yupiter yang
menampilkan gambar planet yupiter
dan penjelasannya.
HASIL DAN PEMBAHASAN
• Scene 12 : Submenu Planet Saturnus
1. Perancangan Submenu planet saturnus yang
Rancangan Storyboard menampilkan gambar planet saturnus
Pada tahap pembuatan aplikasi ini, dan penjelasannya.
pertama-tama dibuat storyboard untuk • Scene 13 : Submenu Planet Uranus
halaman awal yang merupakan awal Submenu planet uranus yang
penggunaan aplikasi oleh pengguna, menampilkan gambar planet Uranus
kemudian storyboard untuk scene-scene dan penjelasannya.
berikutnya. Rancangan storyboard • Scene 14 : Submenu Planet Neptunus
dikembangkan untuk setiap topiknya, yaitu:

466
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

Submenu planet neptunus yang • Scene 22 : Submenu Hasil menang.


menampilkan gambar planet neptunus Hasil Menang adalah tampilan yang
dan penjelasannya. menampilkan hasil nilai dari user
• Scene 15 : Submenu komet. setelah mengerjakan soal. Terdapat
Submenu komet yang menampilkan tombol coba lagi untuk mengerjakan
gambar komet dan penjelasannya soal lagi dan tombol menu untuk
• Scene 16 : Submenu Asteroid. kembali ke menu utama.
Submenu asteroid yang menampilkan • Scene 23 : Submenu Hasil Kalah
gambar asteroid dan penjelasannya. Hasil Kalah adalah tampilan yang
• Scene 17 : Submenu Meteor. menampilkan hasil nilai dari user
Submenu meteor yang menampilkan setelah mengerjakan soal. Terdapat
gambar meteor dan penjelasannya tombol coba lagi untuk mengerjakan
• Scene 18 : Submenu Kumpulan Video. soal lagi dan tombol menu untuk
Submenu kumpulan video yang berisi kembali ke menu utama.
video tata surya
• Scene 19 : Submenu Quiz.
Pada meyediakan 10 soal latihan yang Struktur Navigasi
di acak secara random , dan terdapat Struktur navigasi yang akan
tombol A, B, C, D untuk memilih digunakan adalah hirarkikal model dengan
jawaban dari soal tersebut. modifikasi seperlunya. Struktur hirarki
• Scene 20 : Submenu Puzzel. (bercabang) merupakan struktur halaman
Pada tampilan ini user akan menyusun yang berbentuk seperti pohon binary.
gambar yang telah di sediakan. Struktur ini merupakan suatu struktur yang
• Scene 21 : Submenu Tangkap bintang mengandalkan percabangan untuk
Pada games ini user akan menangkap menampilkan data berdasarkan kriteria.
bintang yang jutuh yang berwarna Tampilan pada menu utama disebut master
kuning dan jangan mengambil bintang page. Menu utama itu memiliki
berwarna hitam karena akan percabangan yang dinamakan slave page
mengurangi skor. atau halaman pendukung.

Gambar: Struktur Navigasi Hirarki

467
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

2. Tampilan Layar yang mengakses ke halaman yang


Tampilan Layar Intro berbeda. Tombol-tombol dalam menu
Tampilan intro adalah tampilan awal awal tersebut adalah :
dari aplikasi ini. Pada tahap intro ini juga Tombol penjelasan, Tombol Tata Surya,
dilengkapi dengan backsound dan Tombol Benda Langit, Tombol Kumpulan
berdurasi kurang lebih 15 detik. Video, Tombol Evaluasi, Tombol Profil,
Tombol Keluar

Gambar: Halaman intro


Gambar: Halaman Menu Utama

Tampilan Menu Penjelasan


Pada tampilan ini menjelaskan
tentang pengertian tata surya secara
singkat. Terdapat tombol menu dan
tombol keluar terdapat backsound pada
tampilan ini.

Gambar: Halaman intro 2

Tampilan Halaman Judul


Tampilan judul merupakan tampilan
setelah intro berlangsung. Pada tampilan
ini terdapat judul dari aplikasi dan. Lanjut
untuk ke halaman berikut nya Backsound
pada tampilan intro masih berlanjut pada
tampilan ini.
Gambar: Halaman Menu Penjelasan

Tampilan Menu Tata Surya


Tampilan menu tata surya
berfungsi untuk memilih submenu apa
yang akan dipilih dan dijalani. Pada
tampilan ini terdapat 12 tombol yang
mengakses ke halaman berbeda. Tombol
– tombol dalam tampilan tersebut adalah :
Gambar: Halaman Judul Tombol Rotasi Tata Surya, Tombol
Matahari, Tombol Planet Merkurius,
Tampilan Menu Utama Tombol Planet Venus, Tombol Planet
Tampilan Menu Utama ini berfungsi Bumi, Tombol Planet Mars, Tombol Planet
untuk memilih Sub Menu apa yang akan Yupiter, Tombol Planet saturnus, Tombol
di cari dan akan dijalani. Gambar 4.4 Planet Uranus, Tombol Planet Neptunus,
merupakan tampilan dari Menu Utama. Di Tombol Menu, Tombol Keluar.
dalam menu utama terdapat tujuh tombol

468
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

Gambar: Menu Tata Surya Gambar: Menu Benda Langit


Tampilan Submenu Planet Tampilan Kumpulan Video
Pada submenu tampilan planet Tampilan Kumpulan Video berisikan
terdapat penjelasan berupa suara yang 5 video tentang tata surya. Tombol –
berisikan tentang penjelasan planet. Pada tombol dalam tampilan submenu rotasi
tombol data terdapat data-data planet tata surya tersebut adalah :
yang di buka. Tombol–tombol dalam Tombol Solar System Tour, Tombol The
tampilan submenu planet tersebut adalah: Real Perspective, Tombol Space School,
Tombol Suara, Tombol Data, Tombol Tombol The Solar System, Tombol Crab
Kembali, Tombol Menu, Tombol Keluar. Supernova Explosion, Tombol
Menu,Tombol Keluar.

Gambar: Halaman Submenu Planet


Gambar: Menu Kumpulan Video

Tampilan Benda Langit Tampilan Menu Evaluasi


Tampilan benda langit berisikan 3 Pada menu tampilan evaluasi
submenu yang akan menampilkan terdapat tiga tombol submenu yang
halaman selanjutnya. Tombol – tombol berisikan tombol soal latihan, tombol
dalam tampilan submenu rotasi tata surya puzzle, dan tombol tangkap bintang.
tersebut adalah :
Tombol Komet, Tombol Asteroid, Tombol
Meteor, Tombol Menu, Tombol Keluar.

Gambar: Menu Evaluasi

469
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

Tampilan Submenu Soal Latihan.


Tampilan pada gambar 5.2 berguna
untuk menginput nama sebelum masuk ke
tampilan berikutnya. Gambar 5.3
merupakan soal-soal yang di acak secara
random, sedangkan pada gambar 5.4
merupakan hasil nilai yang di dapat dari
menjawab pada tampilan soal dan terdapat
tombol kembali.
Gambar: Halaman Puzzel

Tampilan Submenu Tangkap Bintang


Pada Tampilan submenu tangkap
bintang merupakan games yang mengasah
kecepatan pikiran dan tangan kita untuk
mengabil bintang yang berwarna kuning
sebanyak mungkin dan menghindari
Gambar: Halaman Input Nama bindang yang berwarna hitam.

Gambar: Tangkap Bintang


Gambar: Halaman Soal
PENUTUP
Kesimpulan

Berdasarkan uraian pada bab - bab


sebelumnya maka dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut :
1. Sasaran utama aplikasi ini adalah anak
- anak di gunakan untuk mempermudah
dalam belajar.
2. Pada pembelajaran aplikasi ini terdapat
Gambar: Halaman Skor penjelasan yang lebih menarik dari
pembelajaran biasa.
3. Pembahasan materi pada aplikasi ini
Tampilan Submenu Puzzel meliputi sistem tata surya, rotasi tata
Tampilan submenu puzzle surya, dan jumlah planet saat ini.
merupakan games yang mengasah 4. Aplikasi ini juga menyediakan sarana
kecepatan pikiran kita untuk menyusun untuk menguji kemampuan anak - anak
gambar yang telah di acak agar di jadikan mengerjakan soal-soal yang disediakan
satu. dan terdapat games ketangkasan untuk
menguji kecepatan berfikir.

470
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

Saran Arry, Maulana Syarif (2008), Tip dan Trik


Karena keterbatasan waktu dan membuat fitur game Flash. Jakarta:
kemampuan yang dimiliki, maka Edisi 1. PT Elex Media Komputindo.
perancangan aplikasi ini masih ada
John, Farndon (2005), Seri Pustaka
kekurangannya dan keterbatasannya.
Sains Ruang Angkasa. Jakarta:
Untuk penyempurnaan dan
Pakar Raya.
pengembangan lebih lanjut ada
beberapa saran yang perlu diperhatikan, Mutmainah S dan Hartanto B (2003),
yaitu : The Magic of Flash MX 2004.
1. Sistem aplikasi pembelajaran ini Jakarta: Edisi1. PT Elex Media
masih perlu pengembangan lagi, hal Komputindo.
tersebut terlihat dari teknik yang Quandra (2007), Ilmu Pengetahuan
dibuat dan yang dibahas masih Alam. Jakarta: Yudistira.
terbatas. Diharapkan aplikasi ini bisa
lebih ditingkatkan segala aspeknya di Wijaya F dan Hakim L (2004), Teknik
masa mendatang dengan lebih Jitu Menguasai Flash MX. Jakarta:
spesifik. Edisi 1. PT Elex Media Komputindo.
2. Materi yang ada masih terbatas, Zemmbry (2005), 123 Tip dan Trik
pengenalan tentang sistem tata ActionScript Flash MX 2004 .
surya. Maka diharapkan dapat Jakarta: Edisi 1. PT Elex Media
ditambah dan dibuat lebih luas lagi. Komputindo.
3. Tampilan dan gambar dalam
program ini masih perlu ditambah Web:
dan dikembangkan lagi sehingga Wikipedia. Tata Surya. Diakses pada 8
lebih banyak memberikan juni 2010 dari alamat
pengetahuan. http://id.wikipedia.org/wiki/Tata_Sur
ya.
Daftar Pustaka

Buku:
Ariesto, Hadi Sutopo (2003), Multimedia
Interaktif dengan Flash.
Yogyakarta: Edisi 1. Graha Ilmu.

471
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

472
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

SIMULATION-BASED CAI OF LIST DATA STRUCTURE


FOR THE LEARNING PROCESS OF DESIGN AND ANALYSIS OF ALGORITHM

Oleh :
Made Windu Antara Kesiman *)
dekndu@yahoo.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk merancang dan mengimplementasikan Simulation-Based


CAI untuk pembelajaran Agoritma dengan Struktur Data List untuk mengetahui dan
mendeskripsikan tingkat motivasi belajar mahasiswa dan respons mahasiswa terhadap
pengembangan dan penggunaan Simulation-Based CAI sebagai alat bantu interaksi
pembelajaran Algoritma dengan Struktur Data List. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode penelitian pengembangan (research and development),
dimana desain pengembangan yang dipilih adalah menggunakan Model Dick & Carey.
Karena luaran utama yang akan dihasilkan dalam penelitian berupa sebuah perangkat
lunak, maka dalam proses pengembangan media akan dilengkapi dengan metode khusus
pengembangan perangkat lunak dengan menggunakan metode Software Development
Life Cycle (SDLC) dengan Waterfall-based Model. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
perangkat lunak Simulation-Based CAI mampu memodelkan dengan baik kondisi ruang
memory dan data variabel yang menggunakan primitif struktur data list. Perangkat lunak
Simulation-Based CAI juga mampu mensimulasikan dengan baik proses-proses
manipulasi dasar yang dapat dilakukan terhadap primitif struktur data list, beserta
algoritma-algoritma utama yang bisa dijalankan. Respons mahasiswa terhadap
pengembangan dan penggunaan perangkat lunak Simulation-Based CAI untuk
pembelajaran algoritma dengan struktur data list adalah positif. Motivasi belajar
mahasiswa dalam perkuliahan Desain dan Analisis Algoritma dengan penggunaan
perangkat lunak Simulation-Based CAI untuk pembelajaran algoritma dengan struktur
data list adalah tinggi.

Kata kunci: simulation-based CAI, pembelajaran algoritma, struktur data list, motivasi
belajar, respons

*) Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Universitas Pendidikan Ganesha

INTRODUCTION

In the real classroom learning Instruction (IBI), or Web-Based Instruction


process, it is oftenly found that the (WBI), and the most popular and generic
teaching material is too abstract to be definition known as Computer-Based
undestood by the student. The subject of Education (CBE) (Sujanem Rai, 2009).
teaching is far beyond the real life The main goal of Design and
experiences of the student, and it makes Analyse of Algorithm course is to give the
the subject is too difficult. Visualization is main concept of the many fundamental
the best way to make an abstract object algorithms in computer science
become a more real concept. Two or three (informatics), in particular for the level of
dimensional visualization is now widely competence of advance programming
used in the learning process. This knowledge. In the Design and Analyse of
visualization concept is generally already Algorithm course, students learn the
developed into Computer-Assisted/Aided concept of advance data structure which is
Instruction (CAI), Computer-Managed more complex, but more effective in the
Instruction (CMI), Internet-Based use of computer resources. One of the
473
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

advance data structure is List Data often a high degree of realism but lack
Structure. To understand the concept of quantitative accuracy. Simulations aim to
list data structure, students must be able depict scenarios that are as close to the
to understand the logical structure of list in real-life situation as possible, with
order to create, analyze, and to quantitatively correct data (Smith Adrian,
manipulate the algorithm. 1997).
The teaching material of list data CAI application is designed so that
structure is too abstract, so it is too difficult teacher can submit the instructions to the
for the student. The static logical structure program, and the application will behave
of list can not visualize the complete and according to the instruction submitted.
dynamic condition of the memory usage Program will simulate the procedure and
for the algorithm. will guide the students to do their
According Averill M. Law, most real- experiment (De La Cuetara & Lamba,
world systems are too complex to allow 1995).
realistic models to be evaluated CAI application can be effectively
analytically, and these models must be implemented for the student who prefer
studied by means of simulation (Law computer as their learning environment.
Averill M., 2000). Simulation is one CAI application is now developed in a
method that is widely used in operational more user-friendly and more attractive
research and management study. model. According Gifford, these
Furthermore, Averill M. Law gives a global technologies move us light years beyond
definition of simulation, that is in a the tedious drill that early educational
simulation we use a computer to evaluate software promoted, and allow highly
a model numerically, and data are engaging activities like multimedia
gathered in order to estimate the desired simulation (Gifford, 1993). Student can
true characteristics of the model (Law work at any level of competence and this
Averill M., 2000). The Simulation-Based will incerase their confidence and give a
CAI that is developed in this research is self-control for the teaching material that
expected to be a better alternative they learn. According Matray & Proulx, the
learning media to improve the motivation computer has allowed the student to
and response of the students in learning become a more active participant in
process of Design and Analyse of his/her education (Matray & Proulx, 1995).
Algorithm. The research of Malone & Reiland
The aim of this research is to showed that with CAI application, student
develop and to implement a Simulation- can be very inovatif and can really enjoy
Based CAI in order to improve student’s the learning process, even for a difficult
motivation and response. This research subject, as stated by Malone & Reiland,
took a case study in the Design and the use of these methods saved (the
Analyse of Algorithm course, on the List teachers) considerable class time and,
Data Structure concept. This research best of all, post-test results show that the
explores and analyzes the implementation students internalized Newton’s third law
of Simulation-Based CAI in the real and retained it till the end of the school
classroom learning process. year (Malone & Reiland, 1995).
CAI application is very effective to
Simulation-Based CAI show the practical examples and to give a
According Adrian Smith, computer direct direct virtual experiences for the
model for education can be categorized in student. This concept support the student
three types, such as a pure computer to be able to collaborate their ideas and
software, an integrated courseware, and a thinking with other student in the learning
virtual reality (Smith Adrian, 1997). For the process. CAI has encouraged students to
pure computer software, there are two explore more and memorize less (Matray
types of model, Emulation and Simulation. & Proulx, 1995).
Emulations concentrate more on teaching CAI is not designed to replace
principles, rather than the absolute teacher, as stated by Peck & Dorricott,
response to a given stimulus. They have Some things only teachers can do.

474
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

Teachers can build strong, productive of insertion, algorithm of deletion,


relationships with students. Technologies algorithm of updating, algorithm of list
can’t. Teachers can motivate students to concatenation.
love learning. Technologies can’t. The teaching delivery methods for
Teachers can identify and meet students’ this research is the a direct instruction
emotional needs. Technologies can’t. teaching model. The direct instruction
Technology-based solutions in education teaching model is guided directly by the
can, and must, free the teacher to do the teacher, but it opens many flexible ways to
important work that requires human deliver a discussion between students. In
interaction, continuous evaluation, and this research, the learning process was
improvement of the learning environment held in academic year 2009/2010, in 8
(Peck & Dorricott, 1994). sessions within 8 weeks, and it was a 90
minutes learning process for each session
METHODS each week.
This research used a research and
development of Dick & Carey Model Participants
(1990) (Santyasa I Wayan, 2009). The This research was conducted in
Dick & Carey model is combined with the Jurusan Pendidikan Teknik Informatika,
Software Development Life Cycle (SDLC) Universitas Pendidikan Ganesha,
with Waterfall-based Model because the Singaraja. Experiment is done through a
final output of the development process is limited number of students of Jurusan
a software (a Simulation-Based CAI Teknik Informatika, Universitas Pendidikan
application). Ganesha, Singaraja, who take the Design
and Analyse of Algorithm course for the
RESEARCH DESIGN IN THE REAL third semester in academic year
CLASSROOM LEARNING PROCESS 2009/2010.
This research is a research design In the third semester in academic
in the real classroom learning process, year 2009/2010, the number of students
conducted in order to analyze the taking the Operating System course is 60
effectiveness of the Simulation-Based CAI students (in two classes). Pure random
in improving student’s motivation and controls are not allowed to do anymore,
student’s response. because in Universitas Pendidikan
Dick and Carey’s Research and Ganesha, each student has been
Development Model are used to develop administratively enrolled as a student for
this Simulation-Based CAI teaching one particular class for one certain
material. This model consists of five steps: subject, in accordance with the schedule
(1) first step: choose one course as an of lectures and classroom that have been
object of development, (2) second step: established in the early course registration
requirement analysis of learning modul, process. From the two existing classes,
(3) third step: collect the teaching material, one class was chosen randomly as the
(4) fourth step: develop the teaching sample class.
material draft, (5) fifth step: expert
evaluation and experimental design for Design
learning process. Evaluation of the A research design in the real
teaching material and learning modul is classroom learning process is conducted
done through the review by learning in order to analyze the effectiveness of the
experts. Simulation-Based CAI in improving
Based on the syllabus of design student’s motivation and achievement.
and Analyse of Algorithm course, the
Simulation-Based CAI that is developed in
this research consist of seven basic Measures
concepts, such as creation of an empty The data of research consist of data
list, memory allocation and deallocation for about student’s motivation and student’s
an element of list, algorithm of sequential response in the learning process. Each
searching for an element of list, algorithm data were collected through

475
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

questionnaires. Statistical descriptive each student was obtained by calculating


analysis conducted on the data of the total score (scale) for the 15 questions.
student’s motivation and student’s So the minimum score that can be
response. obtained for a student is 15 x 1 = 15, and
the maximum score that can be obtained
Student’s Motivation for a student is 15 x 5 = 75. Data of
There were a set of questionnaire student’s motivation was analysed with
consisting of 36 questions. Students were statistical descriptive analysis based on
asked to respond on Likert-type questions Mean Ideal (Mi) dan Standard Deviation
on a scale of 1 (not interested) to 5 (very Ideal (Si). The mean ideal was calculated
motivated). Total score for each student by : Mi = ½ x (Max score + Min score) = ½
was obtained by calculating the total score x (75+15) = 45. The standard deviation
(scale) for the 36 questions. So the ideal was calculated by : Si = 1/6 x (Max
minimum score that can be obtained for a score - Min score) = 1/6 x (75-15) = 10.
student is 36 x 1 = 36, and the maximum The score of student’s response
score that can be obtained for a student is for each student was categorized in five
36 x 5 = 180. Data of student’s motivation categories of response by converting the
was analysed with statistical descriptive score based on the mean ideal (Mi) and
analysis based on Mean Ideal (Mi) dan the standard deviation ideal (Si) :
Standard Deviation Ideal (Si). The mean
ideal was calculated by : Mi = ½ x (Max Score Range Score Category
score + Min score) = ½ x (180+36) = 108. Rule Range of
The standard deviation ideal was Calculated Response
calculated by : Si = 1/6 x (Max score - Min Mi + 1,5 Si ≤ x 60 ≤ x Very
score) = 1/6 x (180-36) = 24. Positive
The score of student’s motivation Mi + 0,5 Si ≤ x < 50 ≤ x < Positive
for each student was categorized in five Mi + 1,5 Si 60
categories of motivation by converting the Mi – 0,5 Si ≤ x < 40 ≤ x < Neutral
score based on the mean ideal (Mi) and Mi + 0,5 Si 50
the standard deviation ideal (Si) : Mi – 1,5 Si ≤ x < 30 ≤ x < Negative
Mi - 0,5 Si 40
Score Range Score Category x < x < Very
Rule Range of Mi - 1,5 Si 30 Negative
Calculated Motivation
Mi + 1,5 Si ≤ x 144 ≤ x Very High The mean score of student’s
Mi + 0,5 Si ≤ x 120 ≤ x < High response of all students in the
< Mi + 1,5 Si 144 experimental group was also categorized
Mi – 0,5 Si ≤ x 96 ≤ x < Medium by regarding the same score range rule as
< Mi + 0,5 Si 120 described above.
Mi – 1,5 Si ≤ x 72 ≤ x < Low
< Mi - 0,5 Si 96 Procedures
x x < Very Low This research was held in a real
< Mi - 1,5 Si 72 classroom learning process. The students
follow the study naturally. There was no
The mean score of student’s particular procedures to ask the
motivation of all students in group was participants to do the study. All of the
also categorized by regarding the same students as the samples in this research
score range rule as above. are already registered in university, and
Student’s response they took formally the Design and Analyse
There were a set of questionnaire of Algorithm course, in one particular
consisting of 15 questions. Students were class. Design and Analyse of Algorithm is
asked to respond on Likert-type questions one of the compulsary subject in the
on a scale of 1 (very negative response) to curriculum of Jurusan Pendidikan Teknik
5 (very positive response). Total score for Informatika for bachelor degree program.

476
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

7.2. So, by regarding the score range rule


that is calculated based on Mi and Si to
RESULTS categorize the score of student’s
Results On Student’s Motivation response, it shows that the student’s
The highest score of student’s response in a Simulation-Based CAI
motivation obtained from the 30 students learning process is categorized as
in group is 174 (the maximum score positive. This result showed that most of
possible is 180), and the lowest score is the students respond very positively the
108 (the minimum score possible is 36). In implementation a Simulation-Based CAI in
detail, by regarding the score range rule their learning process.
that is calculated based on Mi and Si to
categorize the score of student’s CONCLUSIONS AND
motivation for each student, 43.33 % RECOMMENDATIONS
students is categorized as very high The development of information
motivation, 43.33 % students is technology today is certainly potential for
categorized as high motivation, 13.33 % the development of national education and
students is categorized as medium culture. The Simulation-Based CAI can be
motivation, and 0 % students is developed and implemented to improve
categorized as low and very low the motivation and passion for student in
motivation. the learning process, to develop the ability
In group, the mean score of of learners to interact directly with the
student’s motivation from all students in environment and other learning resources,
experimental group is 143, with the to allow students or learners to learn
standard deviation is 17. So, by regarding according to their individual ability and
the score range rule that is calculated personal interest, and to allow students or
based on Mi and Si to categorize the score training participants to measure or
of student’s motivation, it shows that the evaluate their own learning results.
student’s motivation in a Simulation-Based CAI aplication facilitate the learning
CAI learning process is categorized as process. Technology of CAI can be
high. This result showed that most of the designed to reflect the cognitive process
students are very motivated to learn the of the competence of the student in a
data structure concept by implementing a specific level.
Simulation-Based CAI in their learning
process. REFERENCES
De La Cuetara, R. A. & Lamba, R. S.,
Results On Student’s Response 1995, “Software to Interface the Student,
The highest score of student’s the Lab Equipment, the Teacher, and the
response obtained from the 34 students in Computer” Journal of Chemical Education,
experimental group is 67 (the maximum 72, 607- 608
score possible is 75), and the lowest score
Gifford, B. R., 1993, “The Future of
is 39 (the minimum score possible is 36).
Technology in Education”, Business
In detail, by regarding the score range rule
Week, 3345, Special Advertising Section
that is calculated based on Mi and Si to
categorize the score of student’s Law Averill M., Kelton W. David, 2003,
response for each student, 34.48 % “Simulation Modeling and Analysis”, Mc-
students is categorized as very positive Graw Hill Higher Education, Singapore
response, 55.17 % students is categorized Malone, K., & Reiland, B., 1995,
as positive response, 6.90 % students is “Exploring Newton's Third Law”, The
categorized as neutral response, 3.45 % Physics Teacher, 33, 10-411
students is categorized as negative
response, and 0 % students is categorized Matray, P., & Proulx, S, 1995,
as very negative response. “Integrating Computer/Multimedia
In group, the mean score of Technology in a High School Biology
student’s response from all students in Curriculum”, The American Biology
group is 57, with the standard deviation is Teacher, 57, 511-520

477
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

Peck, K. L., & Dorricott, D., 1994, “Why Smith Adrian, Fosse Richard, Dewhurst
Use Technology?”, Educational David, and Smith Karina, 1997, “The
Leadership, 51(7), 11-18 Role of Computational Models in Animal
Research Educational Simulation Models
Santyasa I Wayan, 2009, “Metode
in the Biomedical Sciences”, ILAR Journal,
Penelitian Tindakan Kelas,
V38(2)
Pengembangan, Korelasional, Kausal
Komparatif, dan Eksperimen”, Lembaga Sujanem Rai, 2009, “Penerapan
Penelitian Universitas Pendidikan Pembelajaran Inovatif Berbasis TIK”,
Ganesha, Singaraja Makalah Seminar, Undiksha

478
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

STRUKTUR BILANGAN UNTUK MEMBANGUN STRATEGI BERHITUNG DAN MODEL


BAGI PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN: DESIGN RESEARCH
DI SEKOLAH DASAR

Oleh:
Meiliasari
melisari79@gmail.com

ABSTRACT

Over the last decade, PMRI (Pendidikan Matematika Realistik Indonesia) has worked to
improve mathematics educational practice in Indonesia. One way to do it is by developing
instructional design through design research. This paper reports the design research
conducted on children counting strategies in grade 1 elementary school. The preliminary
observation has shown that children use counting one by one or counting on when solving
counting problems and addition or subtraction problems. To help children develop their
counting strategies, this reseach used structures of spatial configuration such as groups of
five, groups of ten and doubling. Such structures has also functioned as model of and
model for early addition and subtraction.

Kata kunci: menghitung, struktur, strategi, hipotesis lintasan belajar, design research

*) Universitas Negeri Jakarta

PENDAHULUAN

Penjumlahan dan pengurangan bilangan Namun, strategi ini tidak dapat


sampai dengan 20 merupakan diandalkan untuk bilangan yang lebih
keterampilan dasar yang perlu dikuasai besar, dan selain itu strategi ini tidak
siswa sekolah dasar agar dapat mendukung perkembangan proses
mempelajari penjumlahan dan berpikir siswa.
pengurangan bilangan yang lebih besar.
Keterampilan menjumlahkan dan Torbeyns, Verschaffel dan Ghesquiére
mengurangkan bilangan sampai dengan (2005) menegaskan bahwa
20 tidak cukup hanya dilihat pada tingkat pembelajaran matematika di sekolah
kesuksesan siswa menjawab pertanyaan harus dapat membina siswa agar
dengan benar, namun yang lebih utama mereka dapat mengembangkan strategi
adalah bagaimana siswa menemukan pemecahan masalah yang fleksibel dan
jawabannya. Banyak siswa yang dapat bermakna. Maka dari itu, dalam pokok
melakukan penjumlahan dan bahasan penjumlahan dan pengurangan
pengurangan bilangan sampai dengan bilangan sampai 20, siswa perlu dibantu
20, namun apabila dicermati lebih jauh untuk mengembangkan strategi berpikir
lagi, strategi yang mereka gunakan yang lebih efektif dan dapat menjadi
adalah dengan membilang satu-satu dasar pengetahuan bagi penjumlahan
atau membilang lanjut. Kedua strategi ini bilangan yang lebih besar.
sangat mudah dilakukan oleh siswa dan Struktur bilangan dapat digunakan untuk
biasanya mereka menggunakan jari membantu siswa dalam
tangannya sebagai alat bantu berhitung. mengembangkan strategi penjumlahan

479
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

dan pengurangan bilangan sampai lazim untuk model kelompok adalah jari
dengan 20. Siswa mengawali proses tangan yang merepresentasikan
belajar dengan menemukan struktur bilangan 5. Sementara itu model
kombinasi adalah yang menggabungkan
pada kumpulan benda, lalu
model garis dan model kelompok,
memanfaatkan struktur tersebut untuk misalnya arithmetic rack.
membantunya menghitung banyaknya
benda. Dalam proses ini terjadi
penjumlahan atau pengurangan, dan
kemudian siswa mengabstraksi proses
berpikirnya menjadi notasi matematika
Model Model Model
formal. garis kelompo kombinas

Gambar 1. Model bilangan


PMRI (Pendidikan Matematika
Realistik Indonesia) Dengan model-model ini bilangan terlihat
dalam bentuk yang kongkret dan
(PMRI) Pendidikan Matematika Realistik terstruktur sehingga dapat membantu
Indonesia merupakan gerakan siswa untuk merepresentasikan bilangan
pembaharuan terhadap pendidikan secara visual maupun secara mental.
matematika di Indonesia. PMRI Benda-benda yang disusun terstruktur,
terinspirasi dari Realistic Mathematics yaitu memiliki suatu pola tertentu akan
Education yang dikembangkan di negeri dapat diketahui banyaknya dengan
Belanda yang menghendaki perubahan mudah dan cepat tanpa harus
paradigma belajar dari yang terpusat menghitung terlebih dahulu, atau biasa
pada guru menjadi terpusat pada siswa. dikenal dengan istilah “subitizing”.

Manakala siswa menjadi pusat dari Pada umumnya seseorang dapat


proses pembelajaran, maka siswa akan melakukan subitizing (yaitu mengetahui
menjadi pembelajar yang aktif. Di sini banyaknya benda dengan segera) dalam
siswa belajar dengan membangun jumlah yang kecil. Clemments (1999)
sendiri konsep matematika. Untuk itu, dan Charlesworth (2005)
PMRI mengedepankan pembelajaran mengelompokkan 2 jenis subitizing yaitu
matematika yang berpusat pada perceptual subitizing dan conceptual
masalah. Masalah yang baik adalah subitizing. Dalam perceptual subitizing,
masalah yang kontekstual, yakni dekat seseorang dapat dengan mudah dan
dengan dunia siswa dan dapat dimegerti cepat mengetahui banyaknya benda
oleh siswa. Masalah kontekstual akan dalam suatu kelompok benda. Misalnya
menstimulus siswa untuk berfikir dan seseorang dapat mengenali bilangan 5
mengembangkan strategi pemecahan pada susunan titik-titik pada mata dadu 5
masalah. Dari proses berfikir tersebut, dengan mudahnya tanpa harus
siswa dibimbing untuk dapat menghiting titik-titik tersebut terlebih
menemukan konsep matematika yang dahulu.
dituju (Gravemeijer, 2010).
Sedangkan conceptual subitizing
Struktur Bilangan membutuhkan proses berpikir yang lebih
Menurut Treffers (2001) ada 3 model rumit dimana seseorang harus dapat
representasi bilangan, yaitu model garis, mengenali sekumpulan obyek sebagai
model kelompok dan model kombinasi. satu buah kelompok obyek ataupun
Pada model garis, bilangan gabungan dari beberapa kelompok
direpresentasikan dalam bentuk garis, obyek. Misalnya pada kartu domino 8,
contohnya adalah rangkaian manik- seseorang melihat satu sisi kartu
manik atau penggaris. Contoh yang sebagai kumpulan dari 4 buah titik

480
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

berbeda atau bisa juga sebagai satu dapat mempelajari strategi penjumlahan
buah kelompok titik-titik. Sementara yang lebih canggih lagi.
seluruh bagian dari kartu adalah
kumpulan dari 8 buah titik-titik berbeda Strategi yang menggunakan
atau gabungan dari 2 buah kelompok dekomposisi bilangan akan dapat
titik-titik yang masing-masing terdiri dari membantu siswa mengerjakan
4 buah titik. Dari contoh tersebut, jelas penjumlahan dan pengurangan dengan
terlihat bahwa dalam conceptual berbagai kombinasi bilangan secara
subitizing terdapat proses mengenali fleksibel. Adapun strategi yang dimaksud
struktur, yakni melihat pola keteraturan adalah “dobel strategi”, misalnya 6 + 7 =
dalam sebuah konfigurasi. 6 + 6 + 1 dan strategi “membuat
sepuluh”, misalnya 6 + 7 = 6 + 4 + 3
Penjumlahan dan Pengurangan (Van Eerde, 1996; Torbeyns, Verschaffel
sampai 20 & Ghesquiére, 2005). Dengan
Anak usia dini melakukan operasi mempelajari strategi-strategi ini, siswa
penjumlahan dan pengurangan dengan dapat mengembangkan cara berpikir
membilang banyaknya benda. Pada usia yang fleksibel dan efisien.
sekolah, mereka mulai dilatih untuk
mengembangkan berbagai strategi Visualisasi struktur bilangan dalam
menjumlahkan dan mengurangkan. belajar penjumlahan dan pengurangan
Banyak ahli yang telah menyelidiki sampai 20
berbagai strategi menjumlahkan dan Struktur bilangan yang dimaksud dalam
mengurangkan yang dikembangkan oleh penelitian ini adalah keteraturan pola
anak. Nwabueze (2001), Torbeyns yang terdapat dalam suatu konfigurasi
(2004) mengungkapkan bahwa anak dari kumpulan obyek yang
belajar menjumlahkan melalui merepresentasikan suatu bilangan. Van
membilang, kemudian berkembang Nes dan De Lange (2007)
dengan strategi menjumlahkan yang mendefinisikan ini sebagai struktur
lebih efisien. Kemudian Torbeyns, spatial, yaitu sebuah konfigurasi benda-
Verschaffel dan Ghesquiére (2004) benda yang memiliki keteraturan atau
menambahkan bahwa kebanyakan anak pola tertentu. Misalnya konfigurasi titik-
menggunakan jari ketika menjumlahkan titik pada sebuah dadu.
atau mengurangkan bilangan dengan
strategi membilang. Membilang dengan Clemment (1999) menjelaskan bahwa
jari memang merupakan cara yang struktur dapat digunakan untuk
paling mudah digunakan oleh anak, meningkatkan kemampuan siswa dalam
sehingga jika dibiarkan, anak akan selalu berhitung dan aritmatik. Hal ini
menggunakan menghitung dengan jari dimungkinkan karena struktur dapat
dan tidak tergerak untuk menemukan memudahkan siswa untuk melakukan
strategi lain yang lebih efisien. conceptual subitizing (Benoit, Lehalle &
Jouen; 2004). Cobb (1988) juga
Kilpatrick, Swafford dan Findell (2001) merekomendasikan penggunaan struktur
memaparkan bahwa anak belajar untuk membantu anak mengembangkan
penjumlahan diawali dengan membilang konsep bilangan yang abstrak dan
dan kemudian seiring dengan strategi aritmatika.
perkembangan anak, mereka mulai
menjumlahkan dengan menyimpan satu Lebih jauh lagi, dalam penelitiannya Van
bilangan yang akan dijumlahkan Eerde (1996), Meiliasari (2008)
kemudian membilang lanjut sebanyak menunjukkan bahwa pengunaan struktur
bilangan ke-dua. Strategi ini disebut pada jari, kotak telur dan manik-manik
membilang lanjut. Apabila anak sudah aritmatik/arithmetic rack dapat menolong
dapat mengingat beberapa penjumlahan siswa berkembang dari membilang satu-
dasar dan menyusun sebuah bilangan satu menjadi membilang dengan
(misalnya 7 = 6 + 1), maka dia akan pengelompokkan. Contohnya,

481
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

penggunaan kotak telur telah membantu dengan dasar hasil temuan pada
siswa memahami pengelompokkan 5 observasi awal.
atau 10. Jika di dalam kotak terdapat 8
butir telur, siswa dapat berpendapat Fase selanjutnya adalah pelaksanaan,
bahwa 8 diperoleh dari 5 dan 3. Di sini dimana hipotesis lintasan belajar diuji
siswa tersebut menggunakan kelompok dalam sebuah eksperimen
5 (groups of 5). Kemungkinan pendapat pembelajaran. Dalam fase ini kegiatan
lain yang muncul adalah, di dalam kotak pembelajaran yang sudah dirancang
terdapat 2 lubang telur yang kosong, diimplementasikan dalam kondisi kelas
sehingga banyaknya telur di dalam kotak yang sebenarnya. Fase yang ke-3
adalah 10 dikurangi 2 yaitu 8 butir. adalah analisis retrospektif dimana hasil
Pendapat ini menggunakan kelompok 10 pelaksanaan aktivitas pembelajaran
(groups of 10). Setelah siswa dapat dibandingkan dengan dugaan yang
berargumen seperti ini, kemudian sudah dicantumkan di dalam hipotesis
perlahan-lahan siswa dapat mengaitkan lintasan belajar. Data yang terkumpul
struktur yang mereka lihat pada kotak dianalisa sehingga dapat ditarik
telur dengan notasi matematika formal kesimpulan untuk perbaikan hipotesis
seperti 5 + 3 = 8, 8 + 2 = 10, atau 8 = 10 lintasan belajar berikutnya. Ketiga fase
– 2. ini membentuk sebuah siklus design
research (Gravemeijer & Cobb, 2006).
Hasil dari analisis retrospektif akan
METODOLOGI menjadi dasar untuk perbaikan siklus
berikutnya.
Penelitian dilakukan di kelas I, SDN
Klender 04 Jakarta, dengan jumlah siswa
sebanyak 36 siswa. Metode yang
HASIL DAN PEMBAHASAN
digunakan adalah design research.
Design research terdiri dari 3 fase, yaitu Bagian ini akan membahas
fase persiapan, fase pelaksanaan, dan perbandingan antara HLB dan hasil
fase analisis retrospektif. Pada fase temuan pada saat eksperimen
persiapan peneliti melakukan observasi pembelajaran berlangsung. Tujuan
awal di kelas yanga akan diteliti. Tujuan pembelajaran dalam HLB adalah
observasi ini adalah untuk memperoleh mengembangkan kesadaran siswa akan
informasi tentang pengetahuan awal stuktur bilangan dan menggunakan
siswa dan budaya kelas yang berlaku. struktur tersebut untuk membantu
Budaya kelas meliputi gaya belajar siswa mengembangkan strategi berhitung
di kelas, gaya mengajar guru. Data sebagai dasar dari penjumlahan dan
diperoleh dari rekaman video dan pengurangn bilangan sampai dengan 20.
wawancara dengan guru. Hasil temuan
dari observasi awal menjadi dasar untuk Untuk tujuan yang pertama, konteks
merancang Hipotesis Lintasan Belajar yang digunakan adalah dengan kemasan
(HLB). Hipotesis lintasan belajar terdiri permen. Siswa diminta menyusun 20
dari tujuan, aktifitas pembelajaran dan butir permen agar permen tersebut
dugaan cara berpikir/belajar siswa menjadi mudah dihitung. Dalam kegiatan
(Simon, 1995). Di dalam hipotesis ini siswa dibagi dalam kelompok yang
lintasan belajar, peneliti menetapkan terdiri dari 4 orang. Dengan 4 orang di
tujuan, aktivitas pembelajaran yang dalam kelompok peneliti berharap siswa
dapat menunjang pencapaian tujuan dan akan membagi 20 permen kesetiap
dugaan akan respon dan cara berpikir anggota kelompok sehingga diperoleh 5
siswa selama aktivitas pembelajaran buah permen. Hal ini merupakan salah
berlangsung. Penelitian ini memodifikasi satu strategi memunculkan
hipotesis lintasan belajar dari Meiliasari pengempompokkan 5. Selain dengan
(2008). Penyesuaian akan dilakukan pengelompokkan 5, strategi lain yang

482
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

mungkin muncul adalah dengan membantu mereka dalam memudahkan


pengelompokkan 10. proses berhitung.

Pada saat eksperimen pembelajaran, Kelompok yang lain menyusun permen


guru mengawali pembelajaran dengan dalam pengelompokkan 5. Pada saat
bercerita. Dalam ceritanya guru presentasi siswa kelompok ini tidak
memunculkan masalah betapa sulitnya dapat memberikan penjelasan
mengetahui banyak permen dalam satu bagaimana cara ia menghitung
kemasan permen yang dijual di pasaran. permennya. Guru mengarahkan siswa
Guru meminta siswa untuk menemukan melakukan penjumlahan lompat 5,
cara agar permen mudah dihitung. Siswa namun dari respon siswa tampak bahwa
bekerja dalam kelompok yang terdiri dari siswa belum dapat melakukan
4 orang. Seperti yang telah diduga dalam penjumlahan lompat 5. Sehingga dapat
HLB, siswa menyusun permen dalam diasumsikan bahwa subitizing 5 permen
kelompok 10 dan 5, namun ada juga tidak terjadi, dan siswa belum dapat
siswa yang menysusun permen dalam memanfaatkan struktur 5 dalam
pengelompokkan 2 (Gambar 2). berhitung.

Beda halnya dengan pengelompokkan 2,


kelompok ini dapat melakukan
penjumlahan lompat 2 untuk beberapa
bilangan kurang dari 10, yaitu 2, 2 + 2 =
4, 4 + 2 = 6. Namun untuk bilangan yang
lebih besar, siswa terlihat kesulitan
dalam melanjutkan pola penjulahan
lompat 2. Di sini siswa dapat
memanfaatkan struktur pengelompokkan
2 untuk melakukan penjumlahan lompat
2, namun terbatas untuk bilangan yang
kurang dari 10.

Gambar 2: Siswa menyusun permen Berdasarkan hasil tersebut, terlihat siswa


dalam kelompok belum memiliki kemampuan awal yang
cukup untuk menggunakan struktur
Selanjutnya, siswa mempresentasikan untuk subitizing. Dugaan peneliti hal ini
hasil pekerjaannya di depan kelas. Pada dikarenakan jumlah permen yang
kegiatan ini guru meminta siswa untuk digunakan sebanyak 20 buah adalah
menjelaskan kepada siswa yang lain terlalu banyak bagi siswa. Sehingga
bagaimana caranya menghitung permen pada pertemuan berikutnya, siswa cukup
dengan mudah menggunakan susunan mengeksplorasi struktur sampai dengan
yang sudah mereka buat. Siswa dilatih 10.
untuk berani beragumen dan
mengkomunikasikan ide mereka. Stuktur bilangan sampai dengan 10
Berdasarkan penjelasan yang diberikan dikenalkan dengan menggunakan
siswa, untuk pengelompokkan 10, beberapa contoh kemasan produk yang
strategi yang pertama kali siswa dijual di supermarket dan mudah ditemui
gunakan adalah berhitung satu-satu oleh siswa, sepeti 1 pak tissue yang
(counting one by one). Siswa terdiri dari 10 bungkus tissue, 6 buah the
menghitung satu-persatu banyak permen kotak, dan 10 butir telur. Kotak telur
pada baris pertama dan baris ke-dua. kemudian dipilih sebagai alat bantu
Dari sini tampak bahwa siswa belum untuk memperkenalkan pada siswa akan
memahami penjumlahan lompat 10, dan struktur 10 dan struktur 5 (van Eerde,
struktur 10 dalam susunan permen tidak 1996; Meiliasari, 2008).

483
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

Pada HLB, kegiatan diawali dengan guru Dari hal ini tampak bahwa struktur 5
yang menunjukkan sebuah kotak telur lebih mudah digunakan oleh siswa dalam
yang berisi 10 butir telur dan bercerita melakukan penjumlahan lompat.
tentang memasak telur. Pertama-tama
guru bertanya pada siswa ada berapa Dalam kegiatan pembelajaran ini tidak
telur di dalam kotak. Kemungkinan ada siswa yang menjawab dengan
siswa akan menghitung satu-satu dan menggunakan struktur 10 dengan
ada juga yang menggunakan struktur 5. pengurangan 10 – 2. Guru pun tidak
Setelah itu guru mengambil dua butir memancing siswa untuk memunculkan
telur untuk dimasak, kemudian bertanya struktur tersebut.
pada siswa ada berapa butir telur yang
tersisa di dalam kotak. Dugaan cara Pada pertemuan-pertemuan berikutnya,
yang digunakan siswa adalah dengan kartu digunakan untuk menggantikan
menghitung satu-satu, menggunakan kotak telur yang sesungguhnya. Ini
struktur 5, yatiu dengan menjumlahkan 5 memudahkan guru dalam menunjukkan
+ 3, atau struktur 10 dengan berbagai struktur yang berbeda. Guru
mengurangkan 10 – 2. menempelkan kartu pada papan tulis
Selanjutnya kotak telur dapat diganti dan meminta siswa menuliskan cara
dengan kartu bergambar. Kartu berfungsi mereka berpikir dalam menentukan
sebagai model dari kotak telur yang banyaknya telur.
memudahkan guru untuk melakukan
banyak penguatan akan struktur 5 dan Siswa dapat menyebutkan operasi
10 pada siswa. Guru menujukkan kartu penjumlahan ataupun pengurangan yang
dan meminta siswa untuk menunjukkan sesuai dengan struktur dalam gambar.
ada berapa butir telur yang digambarkan Hal ini menunjukkan siswa sudah dapat
pada kartu. Selain itu, hal yang lebih memahami makna penggabungan
penting adalah guru meminta siswa beberapa benda sebagai operasi
menjelaskan bagaimana cara mereka penjumlahan dan pengambilan atau
mengetahui banyaknya telur tersebut. pemisahan benda sebagai operasi
Dengan demikian, siswa dapat pengurangan (Gambar 3).
mengutarakan proses berpikirnya.

Dalam eksperimen pembelajaran, guru


bertanya pada siswa ada berapa banyak
telur dalam kotak. Siswa tidak dapat
menjawab dengan segera, melainkan
membutuhkan waktu beberapa saat
sebelum menjawab. Hal ini menunjukkan
bahwa siswa belum dapat melakukan
subitizing pada struktur kotak telur. Gambar 3: penjumlahan dan
Setelah beberapa saat siswa menjawab pengurangan sampai dengan 10
ada 10 butir telur, dan ketika dikonfirmasi
bagaimana cara dia mengetahui bahwa
ada 10 butir telur, siswa menjawab 5 + PENUTUP
5. Hal ini menunjukkan bahwa siswa
belum dapat melakukan subitizing pada Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
struktur garis untuk 5 buah benda, struktur pada kotak telur dapat
sehingga ia masih menghitung satu-satu. membantu siswa mengembangkan
Setelah mengetahui bahwa dalam satu strategi berhitung sebagai batu loncatan
baris ada 5 buah telur, kemudian siswa untuk melakukan penjumlahan dan
dapat melakukan penjumpalahan lompat pengurangan bilangan sampai dengan
5, sehingga tidak perlu lagi menghitung 10. Siswa dapat memanfaatkan struktur
stu-satu telur pada baris ke-dua, 5 atau struktur 10 untuk mengetahui
melainkan cukup dengan 5 + 5 = 10. banyak telur dalam kotak.

484
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

Thinking & Learningi, 1(2), 155-


Penggunaan kartu sebagai alat peraga 177.
terbukti efektif untuk menguatkan Gravemeijer, K. P. E, & Cobb, P. (2006).
keterampilan menggunakan struktur Design research from a learning
dalam menghitung dan melakukan design perspective. In J. Van Den
penjumlahan dan pengurangan dasar. Akker, K. Gravemeijer, S.
Pada awalnya kartu berfungsi sebagai McKenney & N. Nieveen (Eds.),
model dari kotak telur, yaitu untuk Educational design research (pp.
menggantikan kotak telur yang 17-51). London: Routledge.
sebenarnya, namun kemudian fungsi Gravemeijer, K. P. E. (2010), Realistic
kartu secara berlahan-lahan berganti Mathematics Education Theory as
menjadi model untuk penjumlahan dan a Guidelines for Problem-
pengurangan bilangan sampai dengan Centered, Interactive Mathematics
10 (Gravemeijer, 1999; Meiliasari 2008) Education. In R. Sembiring, K.
Hoogland & M. Dolk (Eds), A
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa decade of PMRI in Indonesia.
sususan benda secara visual dapat Bandung, Utrecht: APS
membantu siswa mengembangkan International.
strategi berhitung. Strategi yang Kilpatrick, J., Swafford, J., & Findell, B.
digunakan akan sangat tergantung dari (2001). Adding it up. Helping
struktur yang tersedia dan juga sudut children learn mathematics.
pandang siswa. Oleh karena itu Washington, DC: National
disarankan pembelajaran bilangan untuk Academic Press.
kelas rendah di SD agar lebih banyak Meiliasari. (2008). Structures Supporting
memanfaatkan model visualisasi the Abbreviation of Addition
bilangan (Treffers, 2001) agar siswa Strategies Up To 20, Master
dapat membangun hubungan antar Thesis, Freudenthal Institute,
bilangan. Utrecht University.
Nwabueze, K. (2001). Bruneian
children’s addition and
Daftar Pustaka subtraction methods, Journal of
Mathematics Behavior 20, 173-
Benoit, L., Lehalle, H., & Jouen, F. 186.
(2004). Do young children acquire Simon, M. A. (1995). Reconstructing
number words through subitizing mathematics pedagogy from a
or counting?. Cognitive constructivist perspective. Journal
Development 19, 291-301. for Research in Mathematics
Charlesworth, R. (2005). Experiences in Education, 26, 114-145.
Math for Young Children, Cengage Torbeyns, J., Verschaffel, L., &
learning. Ghesquiére, P. (2004). Strategic
Clements, D. H. (1999). Subitizing. What aspects of simple addition and
is it? Why teach it?, Teaching subtraction: The influence of
Children Mathematics. The mathematical ability, Learning
National Council of Teachers of and Instruction 14, 177-195.
Mathematics. Torbeyns, J., Verschaffel, L., &
Cobb, P. (1988), The Tension between Ghesquiére, P. (2005). Simple
Theories of Learning and Addition Strategies in a First-
Instruction in Mathematics Grade Class With Multiple
Education, Educational Strategy Instruction, Cognition
Psychologist 23, 87-103. and Instruction 23 (1), 1-21.
Gravemeijer, K. P. E. (1999), How Treffers, A. (2001), Grade 1 (and 2) –
Emergent Model May Foster the Calculation up to 20, Children
Constitution of Formal Learn Mathematics: A learning-
Mathematics. Mathematics teaching trajectory with

485
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

intermediate attainment targets Van Nes, F., & De Lange, J. (2007).


for calculation with whole Mathematics education and
numbers in primary school, neurosciences: Relating spatial
Freudenthal Institute Utrecht structures to the development of
University & National Institute for spatial sense and number sense,
Curriculum Development (SLO), The Montana Mathematics
43-46. Enthusiast, ISSN 1551-3440, Vol.
Van Eerde, H. A. A. (1996). Kwantiwijzer: 4, no.2, 210-229.
Diagnostiek in reken-
wiskundeonderwijs [Kwantiwijzer:
Diagnostics in Mathematics
Education], Tilburg: Uitgeverij
Zwijsen bv.

486
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

SATU TINJAUAN AWAL UNTUK MENGENALPASTI ELEMEN NILAI DALAM


PEMBANGUNAN SISTEM PENGURUSAN PEMBELAJARAN

Oleh:
Mohamed Nazul Ismail *)
nazulmaster@yahoo.com
Yazrina Yahya *)
yaz@ftsm.ukm.my
Muriati Mukhtar *)
mm@ftsm.ukm.my

ABSTRACT

Perbincangan dalam penyelidikan ini adalah mengenalpasti elemen nilai dengan


menggunakan pendekatan Means-End Theory dan Laddering Technique sebagai input
penting dalam membina kerangka sistem pengurusan pembelajaran. Penyelidikan
terhadap kerangka sistem pengurusan pembelajaran dibuat ekoran terdapat rungutan di
kalangan pengguna bahawa sebahagian besar fitur yang disediakan tidak diguna
sepenuhnya seterusnya menjadikan amalan penggunaan rendah. Oleh yang demikian
kajian ini memberi tumpuan kepada mengenalpasti nilai yang mendorong ke arah
penyertaan aktif pengguna dalam sistem pengurusan pembelajaran. Rekabentuk kajian
ini berasaskan kajian kes dengan menjadikan Sistem Pengurusan Pengajaran &
Pembelajaran Interaktif, UKM atau SPIN sebagai medium kajian. Bagi mendapatkan
interpertasi nilai, sesi temubual secara semi struktur kepada sampel yang dipilih. Dapatan
menunjukkan bahawa nilai yang memberi pengguna jaminan kejayaan dalam pelajaran,
sifat bertanggungjawab dan terarah kendiri menjadikan fitur dalam sistem pengurusan
pembelajaran ini mendapat penyertaan pengguna yang berterusan.

Kata kunci: Nilai guna, Means-Ends Theory, Laddering Technique.


*)
Universiti Kebangsaan Malaysia

PENDAHULUAN

Sistem pengurusan pembelajaran Source Platform(Mohamed Amin Embi,


atau Learning Management System 2010). Sistem pengurusan pembelajaran
(LMS) telah lama digunakan sejak ini digunakan dengan meluas kerana
pertengahan 90an di peringkat pengajian boleh membantu menguruskan bilangan
tinggi(Coates, 2005). Ia sebagai pelajar yang kian ramai, mengurangkan
pelengkap kepada proses pembelajaran kos pengurusan pembelajaran secara
dan pengajaran secara dalam talian. fizikal dan menjimatkan ruang kerja yang
Penggunaannya telah meluas, hampir ke terhad.
semua pusat pengajian tinggi di seluruh Walaupun sudah sekian lama di
dunia. Tidak ketinggalan perkembangan pasaran masih terdapat rungutan di
ini juga turut memberi kesan yang sama kalangan pihak pengurusan malahan
kepada institusi pengajian tinggi di pengguna akhir sendiri mendapati
Malaysia. Berdasarkan rekod ke semua bahawa amalan penggunaan LMS masih
Intitusi Pengajian Tinggi Awam (IPTA) di lagi ditahap rendah setelah peruntukan
Malaysia mempunyai LMS sendiri yang besar dilaburkan (Keegan, et al.,
dengan 65% daripadanya menggunakan 2007; Penna & Stara, 2007; Zoraini Wati
Platform Sumber Terbuka atau Open Abas & Mansor Fadzil, 2008). Contohnya

487
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

tahap penggunaan LMS pada awal 2010 mendorong perubahan sikap terhadap
di beberapa IPTA di Malaysia: Universiti penggunaan sesuatu perkara, produk
Malaya (15%),Universiti Kebangsaan atau perkhidmatan termasuk LMS.
Malaysia (41%), Universiti Putra Saling tindak kognitif merupakan konsep
Malaysia (55%) dan Universiti Malaysia yang tersedia dalam minda manusia
Sarawak (45%)(Mohamed Amin Embi, et sejak lahir. Nilai ketika menggunakan
al., 2010). sesuatu produk atau perkhidmatan
Di Malaysia, separuh daripada disebut nilai guna (value-in-use).
IPTA menyediakan bajet pengurusan Sehubungan itu, kajian ini memberi
yang khusus meliputi latihan, pembelian fokus dengan mengenalpasti dan
perisian dan infrastruktur fizikal menyenaraikan nilai yang signifikan
(Mohamed Amin Embi, 2010) bagi terhadap penggunaan LMS di kalangan
menyokong pembangunan e- pelajar.
pembelajaran. Sehingga kini masih Pelbagai tafsiran nilai yang boleh
terdapat pelbagai usaha yang berterusan dibuat samada membawa kesan kepada
untuk mendorong penyertaan aktif kewangan seperti perniagaan ataupun
pengguna dalam LMS dengan cara tanpa unsur kewangan seperti tingkah
penyediaan sumber dari aspek teknologi laku. Walaubagaimanapun kajian ini
seperti menaiktaraf prasarana ICT(Lei cuba memperlihatkan nilai dari perspektif
Shi, 2009), memantapkan strategi sains perkhidmatan. Dari perspektif ini,
pengajaran dan pembelajaran(Haughton nilai dirujuk sebagai nilai cipta sama
& Romero, 2009), mengubahsuai proses (value co-creation) di antara pengguna
kerja(Zoraini Wati Abas & Mansor Fadzil, dengan pengeluar (Prahalad &
2008). Ramaswamy, 2004; Vargo & Akaka,
Umumnya terdapat dua masalah 2009). Pengguna merupakan penentu
penting dalam penggunaan LMS iaitu nilai yang dikehendaki ke atas sesuatu
kekangan teknologi (Rohaya Ali, 2009; perkhidmatan berasaskan pengetahuan
P.-C. Sun, et al., 2008) seperti atau pengalaman terdahulu yang
keupayaan perkakasan, tidak mesra dipersetujui bersama dengan pihak
pengguna, kelembapan capaian internet, penyedia perkhidmatan. Pengguna akan
dan masalah kedua adalah sikap negatif sentiasa mencari sesuatu perkhidmatan
pengguna seperti instruktor lambat yang paling berguna buat mereka pada
membalas mesej sehingga menyumbang ketika dan keadaan tertentu. Justeru
kepada amalan penggunaan yang konstruk nilai adalah sesuatu yang
minimum dalam LMS (Mohamed Nazul disekalikan (embeded) dalam
Ismail, et al., 2010). menghasilkan perkhidmatan yang boleh
Sehubungan itu, kerangka LMS digunapakai.
perlu dilihat dari perspektif yang boleh Sistem nilai ini hanya berada dalam
mendorong pengguna saling berinteraksi ruang kognitif pengguna, tidak sama
secara aktif dalam domainnya dengan untuk setiap individu (Collen & Hoekstra,
penggunaan fitur di dalamnya secara 2001) dan berpengaruh dalam
optimum. LMS tidak lagi sebagai tempat mendorong penggunaan sesuatu produk
untuk longgokan bahan pembelajaran atau perkhidmatan (Michel, et al., 2008).
tetapi perlu mempunyai perkhidmatan Pihak pengeluar atau penyedia
yang boleh membina komuniti pelajar. perkhidmatan hanya boleh menyarankan
Oleh itu satu daripadanya adalah nilai (value proposition) yang akan
mencari apakah nilai LMS kepada dinikmati oleh pengguna manakala
pengguna sistem ini? pengguna yang sentiasa menjadi
pencipta-sama nilai (cocreator of value )
kepada nilai yang wujud (Lusch, et al.,
Nilai dan Nilai Cipta- Sama (Value co-
2007; Vargo & Akaka, 2009; Vargo, et
creation)
al., 2008).
Nilai adalah satu daripada
Rajah 1 di bawah adalah ilustrasi
salingtindak kognitif yang boleh
hubungan antara penyedia perkhidmatan

488
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

dan pengguna. Ketiga-tiga golongan ini


merupakan komponen utama dalam
proses merangka strategi nilai cipta-
sama yang menjadi tunjang utama
dalam kajian ini. Strategi nilai cipta-sama
melibatkan beberapa komponen iaitu
dialog, perkongsian sumber,
personalisasi dan co-production(Allen, et

Berasaskan empat prinsip dari


Rajah 2, nilai guna menjadi kayu ukur
kepada nilai sesebuah LMS di mana
sejaumana ia mampu menjadi penjana
kepada perkembangan intelektual,
al., 2009). memantapkan kemahiran
mengorganisasikan maklumat serta
Rajah 1: Proses mengenalpasti nilai guna
melalui strategi nilai-cipta-sama
meningkatkan perhubungan pelajar
melalui interaksi interpersonal
Perkhidmatan adalah keupayaan seterusnya meningkatkan amalan
sepenuhnya sesuatu aplikasi untuk penggunaan dalam LMS. Dengan
memberi kemudahan kepada orang lain adanya kefahaman nilai guna, ia boleh
(Maglio P.P & Spohrer J., 2008). Motivasi bertindak sebagai pemangkin interaksi
utama sesuatu perkhidmatan adalah antara pelajar dan perkhidmatan LMS.
mengkonfigurasi semua sumber yang Kuasa nilai ini mampu memanjangkan
ada daripada sub-sistem perkhidmatan tempoh pembelajaran menerusi
yang terlibat secara dinamik sehingga perkhidmatan LMS dengan disokong
memberikan kebaikan yang oleh kualiti bahan pembelajaran sama
menyeluruh(Maglio P.P & Spohrer J., ada dalam bentuk komunikasi ataupun
2008; Spohrer, et al., 2008; Vargo & objek pembelajaran.
Akaka, 2009). LMS merupakan contoh Terdapat faktor lain yang boleh
sistem perkhidmatan dalam konteks meningkatkan nilai guna seperti kaedah
menguruskan pembelajaran. penyampaian yang mantap, teknik
Proses nilai cipta sama akan pedagogi yang tepat, kitar semula bahan
menghasilkan nilai guna iaitu nilai yang pembelajaran dengan cara yang efisien
dinikmati dan ditentukan oleh pengguna dan mencapai tahap kepuasan dalam
itu sendiri (Grönroos, 2000) atau interaksi atas talian sama ada konteks
consequences (Reynolds & Gutman, kualiti ataupun kuantiti (Sheng, et al.,
1988). Terdapat 3 perkara perlu difahami 2010). Turut dinyatakan bahawa
dalam mentaksirkan nilai guna bagi keaktifan berinteraksi (menghantar dan
mempertingkatkan amalan penggunaan membalas mesej) dalam komuniti atas
sistem pengurusan pembelajaran iaitu talian menjadikan sistem itu hidup
a) bagaimana proses guna b) objektif (Preece, Nonnecke, & Andrew, 2004)
dan c) atribut yang digunakan. dan bermakna (bernilai). Beberapa
Untuk menjustifikasi nilai guna, kajian telah membuktikan bahawa
terdapat empat prinsip yang telah pelajar-pelajar yang aktif belajar dengan
diringkaskan dalam Rajah 2 di bawah cara menyertai diskusi atas talian akan
memperolehi pencapaian akademik yang
lebih baik berbanding sebaliknya
(Haverila & Barkhi, 2009). Oleh yang
demikian perkhidmatan LMS perlu
diperkasakan dengan mengenalpasti
nilai guna LMS kepada pelajar agar

489
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

perkhidmatan ini dapat digunapakai Laddering technique adalah seperti


secara maksimum. berikut:
Oleh itu langkah yang berikutnya
Atributte (A) Æ Consequences (C)Æ Value(V)
adalah mengenal pasti nilai menerusi
Means Ends Theory dan Laddering Dengan teknik ini, temu bual perlu
Technique. dilakukan dalam syarat keadaan seorang
demi seorang (bersemuka), disoal
METODOLOGI KAJIAN secara mendalam (in-depth), julat masa
Means Ends Theory dan Laddering antara 30- 45 minit, sesi dirakam beserta
Technique catatan dan proses eksplorasi melalui
Means-end chain theory atau MEC soalan diteruskan bagi mencungkil nilai-
bertujuan untuk mencungkil nilai baru sehingga tiada lagi yang
pengetahuan daripada struktur kognitif muncul.
atau pemikiran pengguna dalam Soalan seperti “Mengapa fitur itu
beberapa aras yang abstrak. Bermula penting bagi anda?” atau “Sejauhmana
dengan sesuatu fitur konkrit yang wujud kesan yang diterima dari fitur itu penting
dalam sesuatu produk (aras rendah - dalam meningkatkan pembelajaran
means), kemudian kesan yang diterima anda” sering ditanya untuk
akibat daripada fitur tersebut(aras tinggi - mencungkilkan nilai yang menjadikan
means), seterusnya nilai yang yang seseorang itu ingin menggunakan
dapat diterjemahkan oleh setiap individu sesuatu atribut (fitur) secara berterusan.
– nilai personal (paling tinggi - Bagi mencungkil konsep nilai dari kognitif
ends)(Reynolds & Gutman, 1988; Sheng, responden, pelbagai cara, gaya dan
et al., 2010). aturan soalan perlu ditanya (Reynolds &
“Means” adalah fitur fizikal (atribut) Gutman, 1988; P. C. Sun, et al., 2009).
daripada sesuatu produk/perkhidmatan Walaubagaimanapun teknik-teknik
yang mendorong pengguna penyoalan yang digunakan berdasarkan
menggunakannya manakala “Ends” panduan yang ditetapkan.
merujuk kepada nilai personal yang
dinikmati seperti gembira, lega, puas, Responden dan prosedur
selamat atau kesan emosi yang dirasai. Objektif utama kajian ini adalah
Oleh itu, untuk menterjemahkan kesan untuk mengenalpasti dan menyenaraikan
fitur (konkrit) kepada yang nilai (abstrak), nilai dari perseptif pelajar. Perlaksanaan
perlu ada satu perantaraan. Perantara itu kajian ini, melibatkan pendekatan
adalah akibat (consequences) kualitatif. Sistem Pengurusan
tindakbalas selanjutnya daripada Pembelajaran & pengajaran Interaktif,
penggunaan fitur konkrit itu (Sheng, et atau SPIN UKM dipilih sebagai kajian
al., 2010). Seterusnya model pemetaan kes terhadap penggunaan LMS. Kajian
hirarki nilai (Hierarchical Value Map – kes merupakan cara yang komprehensif
HVM) dihasilkan. Akhir sekali nilai-nilai dengan menggabungkan pelbagai
yang terlibat dapat ditonjolkan. strategi dalam mengumpul dan analisis
Walau bagaimanapun pemetaan data (Creswell, 2007) seperti temubual,
hirarki nilai ini dilaksanakan dengan pemerhatian dan dokumen analisis.
menggunakan Laddering Technique. Implementasi kajian kes sesuai dengan
Laddering menggunakan pendekatan melibatkan sesuatu fenomena yang tidak
kualitatif bagi memahami tingkahlaku terpisah dengan konteks persekitaran.
seseorang terhadap penggunaan Selain itu ia memberi penekanan kepada
sesuatu produk (T. M. Veludo-de- persoalan ‘bagaimana’ dan ‘mengapa’
Oliveira, et al., 2006). Teknik ini juga bagi melihat sesuatu isu secara
turut menyediakan panduan bagaimana mendalam(Yin, 2009).
untuk mengendalikan temu bual dan Proses kajian ini bermula dengan
menganalisis data(T. n. M. Veludo-de- langkah temu bual dengan pelajar.
Oliveira, et al., 2006). Rantaian Seramai 4 orang pelajar terpilih dalam
temu bual ini. Mereka ini merupakan

490
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

pelajar prasiswazah yang aktif dalam Analisis ringkas yang dibuat mendapati
persatuan mahasiswa fakulti masing- lima nilai utama yang perlu dicapai untuk
masing.Mereka juga merupakan pelajar meningkatkan amalan penggunaan LMS.
tahun 2 dan 3 dalam bidang pengajian Lima nilai tersebut adalah keinginan
dan sejarah latar belakang yang untuk berjaya (sense of accomplishment)
berbeza.Walaubagaimanapun mereka , terarah kendiri (self-directed), rasa
adalah kumpulan “Net Generation”. Oleh tanggungjawab (sense of resposibility) ,
itu kemahiran teknologi maklumat hubungan mesra (warm relationship) dan
merupakan sesuatu yang biasa dalam kepuasan kendiri (self-fulfillment).
kehidupan mereka.Berdasarkan temu Walaubagaimanapun hanya tiga sahaja
bual ringkas mereka cukup nilai yang boleh dicapai hasil daripada
berpengalaman menggunakan Sistem interpretasi data ini iaitu keinginan untuk
Pengurusan Pembelajaran & Pengajaran berjaya, terarah kendiri dan rasa
Interaktif (SPIN) di UKM. tanggungjawab manakala dua lagi nilai
iaitu hubungan mesra dan kepuasan
Kaedah Pengumpulan Data kendiri masih tidak tercapai. Malahan ia
Teknik persampelan bertujuan merupakan lompang (gap) yang perlu
(purposive sampling) digunakan bagi diberi penekanan dalam kajian ini.
memilih pengguna SPIN. Hanya pelajar Rajah 3 di bawah adalah pemetaan
dari fakulti yang mencatat tahap hirarki nilai untuk sistem yang dikaji.
Keinginan untuk
penggunaan yang tinggi sahaja dipilih berjaya Tanggungjawab
Values (Sense of
sebagai responden. Data semasa accomplishment)
(Responsibility)
Terarah kendiri
mengenai tahap penggunaan dibekalkan (Self-directed)
oleh pihak Pusat Pembangunan
Akademik UKM. Pihak pengurusan telah
Dinilai
mengklasifikasikan beberapa fakulti yang Info terkini
aktif terhadap penggunaan SPIN, UKM. Consequenses
(in-use)
Responden terdiri daripada mereka yang Soalan
latihan
berpengalaman menggunakan
perkhidmatan SPIN. Bilangan responden Rujuka
n
adalah terhad kerana kajian kajian ini Skop
Mudah dicapai
berskala kecil dan setiap responden pelajara
n
yang terlibat akan diserapkan ke dalam
kumpulan pembangunan bagi langkah
seterusnya dalam kajian ini. Proses temu Attribute Lecture
Tutorial Annoucement
Notes
bual berlaku secara santai dan terkawal
bagi memastikan responden itu selesa
dan tidak tertekan.
Rajah 3: Pemetaan Hirarki Nilai
HASIL DAN PEMBAHASAN
Data yang telah dikumpulkan dari proses
temu bual dikod dan dikatogorikan Atribut yang boleh membawa nilai
mengikut attributes, consequences dan membina hubungan mesra dan
values. Dalam contoh LMS yang kepuasan kendiri perlu diinovasikan
digunakan terdapat lebih daripada 20 supaya ia mendorong kepada amalan
atribut yang boleh diaplikasikan untuk penggunaan yang tinggi. Nilai guna
menggalakkan proses pembelajaran. seperti pemakluman (notification),
Namun atribut yang kerap digunakan jemputan (invitation), peringatan
adalah Lecture Notes, Annoucementi (reminder), ubahsuai (customization) dan
dan Tutorial. Manakala masih banyak penghargaan (reward) adalah antara
atribut yang tidak digunakan seperti elemen yang boleh dikembangkan pada
Discussion Board, Chat, Upload kajian seterusnya.
Assignment dan lain-lain.

491
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

PENUTUP Housing and the Built Environment,


Banyak teknik dan teori yang boleh 16(3), 285-306.
digunakan untuk menganalisis
Creswell, J. W. (2007). Qualitative inquiry
rekabentuk dan penggunaan LMS.
& research design: Choosing
Walaubagaimanapun kebanyakannya
among five approaches (2nd ed.).
tidak mengambilkira saling tidak kognitif
California,USA: Sage Publications
yang terarah kepada penggunaan.
Ltd.
Akibatnya LMS yang dihasilkan
mempunyai banyak fitur tetapi tidak Grönroos, C. (2000). Service
digunakan oleh pengguna seterusnya management and marketing a
menjadikan beban kepada sistem. Oleh customer relationship management
itu kajian ini mengambil kira salingtindak approach (2nd ed.). Chichester:
kognitif nilai sebagai asas untuk Wiley.
membina kerangka LMS pada masa Haughton, N. A., & Romero, L. (2009).
akan datang. Di antara sumbangan The online educator: Instructional
dalam kajian ini adalah mengaplikasikan strategies for effective practice.
means-end theory untuk mengenalpasti MERLOT Journal of Online
nilai, nilai guna dan fitur-fitur yang Learning and Teaching, 5(3), 570-
kritikal. 575.
Walau bagaimanapun kajian ini
tidak terlepas daripada limitasi tertentu Haverila, M., & Barkhi, R. (2009). The
seperti pemilihan responden yang influence of experience, ability and
berpengetahuan dan berpengalaman interest on e-learning effectiveness.
luas, kemahiran mencungkil elemen nilai European Journal of Open,
yang terarah kepada perubahan tingkah Distance and E-Learning, 1(359),
laku semasa proses temu bual dan 1-14.
kemahiran menganalisis dan melaporkan Heinonen, K., & Strandvik, T. (2009).
dapatan. Namun demikian untuk Monitoring value-in-use of e-
perluasan kajian, pada masa akan services. Journal of Service
datang pelbagai kumpulan yang Management, 20(1), 33-51.
berkepentingan (stakeholder) perlu
dilibatkan sepenuhnya dalam Keegan, D., Lossenko, J., Mázár, I., et
pengumpulan konstruk nilai. al. (2007). E-Learning initiatives
that did not reach targeted goals.
Bekkestua, Norway: NKI Publishing
Daftar Pustaka House.
Lei Shi, L. F. (2009). Ontology-Based
Allen, S., Bailetti, T., & Tanev, S. (2009).
Intelligent Learning Behavior
Components of co-creation. In D.
Analysis System Design for Online
Lavigne (Eds.), The Open Source
learning. Paper presented at the
Business Resource (Vol. 11, pp.
First International Workshop on
11-18). Available from
Education Technology and
http://www.osbr.ca/ojs/index.php/os
Computer Science, Wuhan, China.
br/article/view/991/954
Lusch, R. F., Vargo, S. L., & O'Brien, M.
Coates, H. (2005). Leveraging LMSs to
(2007). Competing through service:
Enhance Campus-Based Student
Insights from service-dominant
Engagement. Educause Quarterly,
logic. Journal of Retailing, 83(1), 1-
1. Retrieved from
18.
http://net.educause.edu/ir/library/pd
f/EQM05110.pdf Maglio P.P & Spohrer J. (2008).
Fundamentals of service science.
Collen, H., & Hoekstra, J. (2001). Values
Journal of Academic, Marketing
as determinants of preferences for
and Science, 36, 18-20.
housing attributes. Journal of

492
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

Michel, S., Brown, S. W., & Gallan, A. S. Prestasi Faktor Kritikal Kejayaan
(2008). Service-Logic Innovation: dari Perspektif Tutor Open
How to innovate customers, not University Malaysia. . Unpublished
products. California Management MSc, Universiti Kebangsaan
Review, 50(3), 49-65. Malaysia, Bangi.
Mohamed Amin Embi, Mahamod Ismail, Sheng, H., Siau, K., & Nah, F. F.-H.
Mohd Najib Adun, et al. (2010). (2010). Understanding the values
Amalan Perlaksanaan e- of mobile technology in education:
Pembelajaran di IPTA Malaysia. In A value-focused thinking approach.
Mohamed Amin Embi & Mohd Najib The DATA BASE for Advance in
Adun (Eds.), e-Pembelajaran di Information System, 41(2), 25-44.
IPTA Malaysia (pp. 26, 27,
Spohrer, J., Anderson, L., Pass, N., et al.
105,125,201). Bangi, Selangor:
(2008). Service science and
Pusat Perkembangan Akademik,
service-dominant logic. Paper
UKM.
presented at the Otago Forum 2.
Mohamed Nazul Ismail, Yazrina Yahya,
Sun, P.-C., Tsai, R. J., Finger, G., et al.
Muriati Mukhtar, et al. (2010). A
(2008). What drives a successful e-
service science approach for
Learning? An empirical
eLearning. Paper presented at the
investigation of the critical factors
The 4th International Symposium
influencing learner satisfaction.
on Information Technology 2010
Computers & Education, 50(4),
Penna, M. P., & Stara, V. (2007). The 1183-1202.
failure of e-learning: Why should
Sun, P. C., Cheng, H. K., & Finger, G.
we use a learner centred design.
(2009). Critical functionalities of a
Journal of e-Learning and
successful e-learning system -- An
knowledge Society, 3(2), 127-135.
analysis from instructors' cognitive
Prahalad, C. K., & Ramaswamy, V. structure toward system usage.
(2004). The future of competition: Decision Support Systems, 48(1),
co-creation unique value with 293-302.
customer. Boston: HBS Press.
Vargo, S. L., & Akaka, M. A. (2009).
Preece, J., Nonnecke, B., & Andrew, D. Service-Dominant Logic as a
(2004). The Top 5 Reasons For foundation for Service Science:
Lurking: Improving Community Clarifications. Service Science,
Experiences For Everyone. 1(1), 32-41.
Computer in Human Behavior,
Vargo, S. L., Maglio, P. P., & Akaka, M.
20(2), 201-223.
A. (2008). On value and value co-
Reynolds, T. J., & Gutman, J. (1988). creation: A service systems and
Laddering Theory, method, service logic perspective. European
analysis and interpretation. Journal Management Journal, 26, 145 -
of Advertising Research, 1(28), 11- 152.
31.
Veludo-de-Oliveira, T. M., Ikeda, A. A., &
Ridings, C., Gefen, D., & Arinze, B.
Campomar, M. C. (2006).
(2006). Psycological barriers:
Discussing laddering application by
Lurker and poster motivation and
the means-end chain theory. The
behaviour in online community.
Qualitative Report, 11(4), 626-642.
Communications of the Association
for Information Systems 18(16), Yin, R. K. (2009). Case study research:
329-354. Design and methods (Applied
sosial research methods series) (4
Rohaya Ali. (2009). e-Pembelajaran di
ed. Vol. 5). California, USA: SAGE
Malaysia: Kepentingan dan
Publication, Inc.

493
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

Zoraini Wati Abas, & Mansor Fadzil. http://iqri.oum.edu.my/v2/pdf/zoraini


(2008). Towards a more effective &mansor_TowardsaMoreEffectiveE
engagement of learners and tutors ngagementofLearnersandTutorsinO
in online discussion forums. Paper nlineDiscussionForums.pdf
presented at the The 22nd AAOU
Annual Conference: New
Developments, New Trends and
New Missions in Asia and the
World. Retrieved from

494
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

KERTAS KONSEP SUATU EKPLORASI MISKONSEPSI


DALAM PENDIDIKAN SAINS

Oleh:
Mohd Radzi Abu Bakar *)
mradzi_muo@yahoo.com
Mohd Adnan Kaus *), Azlin Mohmad Azman *) & Nora Khamis *)

ABSTRAK

Miskonsepsi merupakan fenomena yang sering berlaku dalam kalangan pelajar dan guru.
Dalam proses pengajaran dan pembelajaran sains, konsep merupakan asas yang perlu
difahami dan dikuasai oleh pelajar. Konsep sains terbentuk dalam diri pelajar secara
beransur-ansur melalui pengalaman mereka sebagai pelajar dan melalui interaksi
terhadap alam persekitarannya. Tanpa pembinaan konsep yang sebenar, perbincangan
guru dan pelajar hanya terhad kepada pemerolehan fakta dan penjelasan kejadian secara
tersendiri tanpa menyedari kewujudan miskonsepsi. Banyak kajian telah dijalankan di
dalam dan luar negara bagi mengenalpasti jenis, punca dan implikasi daripada masalah
ini. Kajian telah membuktikan bahawa minda pelajar tidak seperti tin kosong sehinggakan
ilmu pengetahuan sains dapat dicurahkan secara total oleh guru kepada pelajar, tetapi
pembinaan konsep tersendiri ini adalah hasil daripada pelbagai interaksi pelajar dengan
persekitaran, rakan sebaya, media begitu juga dengan budaya dan bahasa yang mana
kesemua faktor ini boleh mewujudkan miskonsepsi. Terdapat tiga punca terjadinya
miskonsepsi dalam kalangan pelajar. Ketiga-tiga punca ini adalah kerangka kefahaman
alternatif sedia ada pelajar yang jarang diberi perhatian oleh guru menyebabkan idea
yang tidak tepat berkekalan, bahasa harian yang tidak dapat dibezakan dengan bahan
sains dan masalah perhubungan dengan pendekatan yang digunakan dalam pengajaran.
Kertas konsep ini akan membincangkan tentang miskonsepsi yang berlaku dalam
Pendidikan Sains. Kajian kepustakaan telah dijalankan terhadap 11 artikel jurnal berkaitan
dengan miskonsepsi dalam sains. Pelbagai definisi, jenis, serta contoh miskonsepsi telah
ditemui. Faktor-faktor, cara mengatasi, kesan, serta cara-cara merobohkan miskonsepsi
juga disenaraikan bersama di dalam artikel ini.

*) Fakulti Pendidikan Universiti Kebangsaan Malaysia

PENDAHULUAN

Dalam meneraju Malaysia ke arah bertujuan memenuhi keperluan rakyat itu.


sebuah negara maju yang berteraskan Bagi mencapai matlamat tersebut,
sains dan teknologi, kerajaan di bawah kerajaan akan meluaskan akses kepada
pimpinan Dato’ Seri Najib Tun Razak pendidikan berkualiti yang akhirnya
telah merancang beberapa pelan berjaya menjadikan Malaysia sebagai
strategik yang menjadi tunggak dalam sebuah negara bangsa yang berjaya,
pembangunan negara. National Key cemerlang dan seterusnya berupaya
Result Area (NKRA) atau Bidang menyumbang kepada pembangunan dan
Keberhasilan Utama Negara yang telah kemajuan negara.
diperkenalkan oleh YAB Perdana Malaysia sebagai satu negara maju
Menteri Malaysia pada tahun 2009 turut menjelang tahun 2020 merupakan impian
menyenaraikan bidang pendidikan negara yang terkandung dalam Wawasan
sebagai salah satu daripada enam 2020. Usaha negara menuju status negara
bidang sasarannya dalam pelan yang maju dengan ekonomi yang berdaya saing

495
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

berteraskan perindustrian dan teknologi awal yang tidak ditangani oleh guru
menjadikan kepentingan pendidikan sebelum mereka memulakan sesuatu
sains tidak dapat disangkal lagi. proses pengajaran dan pembelajaran di
Kurikulum Bersepadu Sekolah dalam kelas (Susan, 2008). Pemahaman
Menengah (KBSM) dalam bidang sains konsep yang kabur atau tidak jelas di
telah mengaitkan pengetahuan, aplikasi peringkat sekolah rendah selalunya akan
sains, kemahiran saintifik dan nilai menyumbang kepada kesinambungan
murni secara bersepadu supaya produk pemasalahan pembelajaran mengenai
pelajar yang dihasilkan dapat sesuatu konsep yang sama di peringkat
menguasai konsep-konsep sains yang lebih tinggi. Ini berlaku kerana
dengan baik dan berkesan. Salah satu pelajar akan mengalami kesukaran untuk
matlamat KBSM adalah untuk menerima konsep atau teori baru yang
melahirkan warga negara yang berilmu diajar oleh guru disebabkan pengetahuan
pengetahuan sains dan mempunyai lepas mereka yang berbeza. Menurut
kemahiran saintifik ke arah membentuk Susan (2008), sekiranya konsep baru
masyarakat yang mengamalkan yang diajarkan kepada mereka tidak
budaya sains dan teknologi. memberi sebarang kesan atau makna
Mata pelajaran Fizik, Kimia, kepada mereka, pelajar akan cenderung
Biologi, Matematik Tambahan, untuk mengekalkan fahaman mengikut
Teknologi Kejuruteraan dan beberapa pandangan mereka sendiri tanpa
mata pelajaran lagi telah ditawarkan mengendahkan sama ada fahaman
sebagai subjek elektif dalam rancangan tersebut benar atau tidak. Keadaan yang
KBSM di peringkat menengah atas. berlaku ini banyak didorong oleh faktor
Penawaran mata pelajaran tersebut guru, kawan-kawan, internet, serta media
sebagai pilihan kepada pelajar massa dan hal ini seterusnya
merupakan program pendidikan sains menyumbang kepada miskonsepsi pelajar.
yang lebih khusus dan digubal dengan Faktor-faktor yang dinyatakan ini
hasrat untuk memenuhi minat para menunjukkan betapa pentingnya bagi
pelajar bagi menceburkan diri dalam seorang guru untuk bertindak dan
kerjaya yang berorientasikan sains dan memikirkan strategi yang releven dan
teknologi. Ini secara tidak langsung sesuai untuk diaplikasikan bagi
dapat memenuhi keperluan untuk memastikan kefahaman pelajar tentang
pembangunan dan kemajuan negara. sesuatu konsep atau teori adalah selari
Mata pelajaran sains yang diajar dengan apa yang bakal disampaikan oleh
memberi penekanan terhadap guru tersebut.
pembinaan dan pemahaman sesuatu
konsep yang berlaku dalam kehidupan Definisi Miskonsepsi
dan hal ini selari dengan objektif yang Kanak-kanak mempunyai perbezaan
ingin dicapai oleh KBSM. Mata kualitatif dalam kefahaman mereka yang
pelajaran sains juga diajar bertujuan selalunya tidak konsisten dengan apa
untuk memastikan pelajar memperolehi yang diajar oleh guru. Menurut
pengetahuan dan prinsip sains serta Southerland (2001) dalam Susan (2008),
mampu mengaitkan konsep sains yang miskonsepsi adalah sebahagian daripada
mereka pelajari dengan pengalaman sistem pengetahuan yang luas, melibatkan
yang pernah mereka lalui. Di samping banyak konsep yang saling berkaitan
itu, para pelajar juga diharapkan antara satu sama lain di mana pelajar
berupaya mengembangkan kemahiran mungkin memperolehinya melalui
saintifik secara kritis dan kreatif bagi pengalaman yang pernah mereka alami
menyelesaikan masalah yang mungkin pada tahun-tahun sebelumya. Smith
timbul dalam kehidupan seharian. dalam Susan (2008) pula berpendapat
Masalah pembelajaran khususnya bahawa miskonsepsi juga jelas kelihatan
dalam mata pelajaran sains yang apabila berlaku kesilapan ketika pelajar
berlaku dalam kalangan pelajar ingin menggunakan pengetahuan tersebut
dikatakan berpunca daripada fahaman dalam konteks yang lebih luas atau
496
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

mereka ingin mengaplikasikan konsep menggalakkan pelajar menghasilkan


itu dalam bidang yang berbeda. pemahaman yang konsisten dengan teori
Menurut Susan (2008), terdapat saintifik (Sencar, 2001). Menurut
beberapa tema yang diberikan di dalam Zietsman & Hewson dalam Sencar (2001),
kajian berkaitan topik miskonsepsi ini pelajar juga dilihat menggunakan konsep
iaitu: awal yang telah wujud melalui
1. miskonsepsi (Bar dan Travis, pengalaman sebelumnya bagi membuat
1991; Eryilmaz, 2002), penilaian tentang konsep sains yang baru
2. konsep naif (Pine et al. 2001), dipelajari.
3. pre-konsepsi (Benson et al. Menurut Niaz dalam Ozmen (2004),
1993), prekonsepsi pelajar yang tidak boleh
4. pandangan alternatif (Bar dan diubah dianggap sebagai kepercayaan
Travis 1991), kuat pelajar itu. Menurut Abimbola (1988)
5. konsep alternatif (Hewson dan pula dan beberapa pengkaji lain dalam
Hewson, 2003), Ozmen (2004), konsepsi atau tanggapan
6. salah tanggapan, pelajar yang berbeza dengan apa yang
7. pseudo-sains diterima dalam komuniti saintifik melalui
8. sains kanak-kanak (Gilbert, pelbagai literasi pendidikan sains dipanggil
Osborne dan Fensham, 1982) miskonsepsi.
Konsep sains yang diajar kepada
Menurut Eryilmaz dalam Susan pelajar perlulah bermakna, berpanjangan,
(2008) miskonsepsi adalah dan konsisten (Kavsut, 2008). Menurut
kepercayaan yang bertentangan Köse, Costu dan Keser dalam Kavsut
dengan teori saintifik yang telah (2008), miskonsepsi bermaksud satu
diterima umum. Miskonsepsi juga telah struktur perkara yang telah lama berada di
diterangkan sebagai pengetahuan dalam pemikiran seseorang pelajar yang
konseptual yang tidak konsisten atau menyebabkan mereka sukar untuk
berbeza dengan konsep saintifik yang memahami satu konsep baru yang
telah diterima umum (Adesoji & diajarkan kepada mereka.
Babatunde, 2008). Kedua-dua definisi Miskonsepsi sebagai suatu struktur
ini dilihat menjurus kepada maksud kognitif yang stabil, yang memberi kesan
yang sama. kepada pemahaman konsep saintifik, dan
Konsep adalah idea, iaitu perkara mesti diatasi supaya pelajar dapat belajar
yang berupaya membantu kita dengan berkesan (Hammer 1996).
memahami tentang dunia sekeliling kita Miskonsepsi dalam pendidikan sains ialah
(Eggan & Kauchak, 2004). Miskonsepsi kepercayaan pelajar yang berlainan
pula adalah idea tentang daripada konsep saintifik yang telah
kesalahfahaman yang terhasil diterima (Canpolat, 2006 ).
berdasarkan pengalaman yang pernah
dilalui oleh seseorang (Martin et al., Jenis-jenis miskonsepsi
2002) termasuk idea awal sebelum Terdapat lima jenis miskonsepsi
menguasai sesuatu ilmu, kepercayaan yang telah dinyatakan menurut Secken
yang tidak saintifik dan teori-teori yang (2009) iaitu:
naif. Menurut Piaget dalam Eggan & 1. preconceived notions atau
Kauchak (2004), kanak-kanak mencari fahaman prekonsif
makna apabila mereka berhubung Miskonsepsi ini berlaku apabila
dengan dunia sekeliling dan konsep asal yang dipelajari daripada
menggunakan pengalaman tersebut pengalaman harian seseorang itu
untuk menguji dan mengubah apa yang adalah bertentangan dengan konsep
telah mereka fahami sebelumnya. sains yang sebenarnya atau yang
Terma miskonsepsi merujuk telah dibuktikan secara saintifik.
kepada idea yang tidak konsisten
dengan konsep saintifik. Tujuan
instruksi sains yang efektif adalah untuk
497
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

2. Non- scientific belief atau Punca-Punca Berlakunya Miskonsepsi


kepercayaan bukan saintifik Kajian mengenai miskonsepsi telah
Miskonsepsi ini berlaku apabila banyak dijalankan di dalam mahupun di
pelajar mempelajari sesuatu luar negara yang melibatkan pelbagai
pengetahuan atau konsep bidang pendidikan. Pinker dalam Susan
daripada sumber lain selain dari (2008) mengemukakan bahawa pelajar
sumber saintifik, contohnya pergi ke sekolah umumnya tidak datang
sumber dari agama dan dengan kepala kosong, melainkan mereka
kepercayaan turun temurun yang ini telah membawa sejumlah pengalaman,
diwarisi daripada nenek moyang pengetahuan dan idea yang telah dibentuk
mereka. sebelumnya ketika berinteraksi dengan
persekitarannya. Ini bererti, sebelum
3. Conceptual misunderstanding pembelajaran berlaku, seseorang pelajar
atau tidak memahami konsep itu telah membawa idea-idea tersendiri
yang betul mengenai sesuatu yang pernah
Miskonsepsi ini berlaku apabila dialaminya. Terdapat kajian yang
pelajar tidak memahami konsep menyatakan bahawa pelajar yang telah
yang betul atau pemahaman yang membina atau mempunyai idea tentang
diperolehinya adalah berbeza sesuatu konsep sering mengalami konflik
daripada yang sepatutnya. apabila berhadapan dengan informasi dan
Kejadian ini sering berlaku apabila idea yang baru.
pelajar itu melakukan atau Terdapat kajian yang menunjukkan
memerhatikan sesuatu bahawa guru baru dan guru novis
eksperimen. Guru mungkin selalunya kurang peka terhadap
beranggapan pelajar akan dapat miskonsepsi yang dimiliki oleh pelajar
membina konsep yang betul mereka. Sekiranya mereka mengetahui
daripada aktiviti yang dilakukan. wujudnya miskonsepsi, mereka tidak
Tetapi terdapat pelajar yang mahu menggunakan pengetahuan
mungkin membina konsep yang miskonsepsi di dalam pengajaran mereka
berbeza daripada pemerhatian untuk menanganinya (Halim dan Meerah
yang dilakukan. 2002). Kajian juga menunjukkan bahawa
sekiranya kebolehan kognitif pelajar belum
4. Vernacular misconceptions matang sepenuhnya untuk memahami
atau miskonsepsi vernakular sesuatu konsep, pelajar tersebut tidak
Miskonsepsi ini pula wujud berupaya untuk membina kefahaman yang
daripada perkataan yang betul mengenai sesuatu konsep menurut
digunakan dalam kehidupan Trowbridge dan Mintzes dalam Susan
seharian yang mungkin memberi (2008).
konsep yang berbeza jika Menurut Bar dan Travis dalam
digunakan dalam konteks saintifik. Susan (2008), kajian mereka
menunjukkan bahawa miskonsepsi
5. Factual misconceptions atau terbentuk melalui faktor intrinsik dan
miskonsepsi fakta ekstrinsik. Jarang sekali berlaku di mana
Miskonsepsi ini berlaku apabila guru menjadi penyumbang kepada
konsep yang salah itu telah dipelajari miskonsepsi dan kesilapan informasi yang
sejak kecil dan terus kekal menjadi pelajar terima daripada sumber luaran.
fahaman dan pegangan mereka Faktor ibu bapa dan televisyen (kartun)
sehingga dewasa kerana tidak merupakan sumber utama ektrinsik bagi
dibuktikan kesahihannya melalui kajian. miskonsepsi. Begitu juga dengan sumber-
sumber lain seperti kawan-kawan,
permainan komputer, internet dan bahan
bacaan seperti majalah dan komek.
Dalam suatu kajian terhadap guru
mengenai miskonsepsi, mereka
498
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

berpendapat bahawa miskonsepsi 1) bukan semua pengalaman yang dilalui


berasal daripada tiga sumber utama. oleh pelajar membawa kepada
Pertama, miskonsepsi yang dibina kesimpulan yang betul dan selari
daripada cerita-cerita yang dengan konsep yang telah dibuktikan
disampaikan kepada pelajar melalui ibu secara saintifik
bapa mereka, kawan-kawan atau 2) ibu bapa selalunya akan memberi
televisyen (movie). Kedua, miskonsepsi jawapan yang salah kepada anak-
adalah berpunca daripada penerangan anak apabila mereka bertanya tentang
yang lemah mengenai sesuatu konsep sesuatu konsep sains berbanding
atau apa-apa yang diperhatikan. mereka mengaku untuk mengatakan
Ketiga, miskonsepsi terbina apabila tidak tahu akan jawapan yang
konsep yang diajarkan adalah sepatutnya
menjangkaui peringkat pemikiran 3) media massa seperti majalah, internet,
pelajaran pada sesuatu usia. Sesuatu televisyen dilihat sebagai antara
konsep yang difikirkan sesuai bagi penyumbang utama miskonsepsi
sesuatu peringkat usia mungkin tidak kerana akses kepadanya yang mudah
sesuai untuk beberapa orang pelajar diperolehi
yang datang daripada pelbagai latar 4) guru yang mengajar sesuatu konsep
belakang atau belum mencapai tahap dengan kaedah pengajaran dan
kematangan kognitif yang dikehendaki penerangan yang lemah
(Susan, 2008).
Guru perlu peka bahawa Pendapat Thompson ini selari
walaupun mereka menggunakan dengan Tsarparlis dalam Ozmen (2004)
eksperimen untuk menerangkan yang menyatakan bahawa pengajaran
sesuatu konsep contohnya di dalam guru yang tidak betul, tidak tepat, dan
makmal sains, apa yang diperhatikan tidak sempurna boleh menjadi punca
oleh pelajar menerusi sesuatu miskonsepsi yang berlaku kepada pelajar.
eksperimen mungkin salah Menurut Gilbert & Zylberstajn dalam
diinterpretasikan atau dengan kata lain Ozmen (2004), miskonsepsi boleh wujud
pemahaman yang salah telah dibina apabila pelajar berinteraksi secara fizikal
oleh sebilangan pelajar. Oleh yang dan sosial dengan persekitarannya serta
demikian, kaedah perbincangan daripada buku teks yang dibekalkan
berkaitan sesuatu eksperimen yang kepada sekolah. Selain itu, interaksi
telah dilakukan atau diperhatikan antara pelajar dengan guru juga boleh
berupaya menyumbang kepada menghasilkan miskonsepsi.
kefahaman konsep yang betul.
Kaedah pengajaran guru yang Cara Mengesan dan Mengenal Pasti
lemah dalam memperkenalkan atau Miskonsepsi
menerangkan sesuatu konsep Sebelum sesuatu miskonsepsi itu
dikenalpasti sebagai faktor utama boleh diperbaiki, ianya perlu dikenalpasti
berlakunya miskonsepsi (Ochonogor, terlebih dahulu. Ramai penyelidik dan guru
1999). Pendedahan yang kurang baik telah menyenaraikan beberapa
terhadap aktiviti amali di dalam makmal miskonsepsi yang sering berlaku dalam
juga menyumbang kepada miskonsepsi bidang masing-masing. Tinjauan literatur
(Adesoji & Babatunde, 2008). Guru berdasarkan kajian-kajian lepas juga
juga dilihat kurang mempunyai dapat membantu guru untuk mengesan
kemahiran mengorganisasi dan kurang miskonsepsi pelajar. Terdapat juga
pendedahan yang secukupnya kumpulan profesional yang telah
terhadap prosedur penyelesaian membangunkan ujian konseptual yang
masalah. berupaya mengesan miskonsepsi pelajar.
Menurut Thompson (2006) Perbincangan dalam kumpulan kecil atau
terdapat pelbagai sumber yang melalui forum juga dilihat boleh membantu
menyumbang kepada pembangunan untuk mengesan miskonsepsi.
miskonsepsi pelajar seperti:
499
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

Strategi berdasarkan kajian telah mendapatkan konsep yang sebenar. Buku


berjaya menunjukkan kejayaan dalam dengan konsep yang berbeza
mengesan miskonsepsi dengan menunjukkan bahawa miskonsepsi telah
mengembangkan pemikiran pelajar berlaku dan boleh digunakan oleh guru
melalui dialog dan eksperimen. dan pelajar untuk mengenalpasti konsep
Walaupun strategi ini selalunya yang sepatutnya.
melibatkan sesuatu aktiviti, ia adalah Kaedah temubual juga boleh
dipilih secara spesifik untuk menangani dilakukan kepada pelajar untuk
miskonsepsi dengan menunjukkan hasil mengenalpasti miskonsepsi yang berlaku
yang tidak dijangka atau difikirkan oleh di dalam diri mereka. Guru boleh
pelajar sebelumnya. Guru adalah menyediakan soalan temubual yang
tunggak utama di dalam strategi ini, menyuruh pelajar untuk menerangkan
selalu membentuk pemikiran pelajar sesuatu konsep yang mereka fahami.
melalui teknik penyoalan. Miskonsepsi Tiada betul atau salah kepada jawapan
boleh dikesan melalui strategi yang telah diberikan oleh pelajar kerana
mengenal pasti pengetahuan sedia ada kaedah ini adalah untuk mengesan
pelajar. Strategi ini menggunakan miskonsepsi yang mungkin wujud.
penyusunan grafik “graphic organizer”
(K-W-L) – ‘what i know’, ‘what i want to Kesan dan Implikasi Miskonsepsi
know’ dan ‘what i learned’. Miskonsepsi telah terbukti sukar
Untuk mengenal pasti untuk dirobohkan terutama sekali apabila
miskonsepsi yang berlaku, beberapa seseorang pelajar itu tidak dapat melihat
contoh miskonsepsi yang telah kepentingan untuk mereka mengubah
dikenalpasti berkaitan sesuatu topik konsep yang telah difahami sebelum itu.
diberikan terlebih dahulu kepada para Menurut Posner et al. dalam Susan (2008)
pelajar yang kemudianya mereka ini miskonsepsi hanya akan berubah menjadi
diberikan penjelasan secara saintifik konsepsi yang betul sekiranya kaedah
serta contoh-contoh sokongan untuk pengajaran dan pembelajaran guru
menghilangkan ketidakpuasan hati menjadi lebih perlu, mudah difahami,
pelajar. Menurut Guzetti (2000) dalam berpatutan dan menghasilkan keputusan
Yenilmez dan Tekkaya (2006), yang baik.
perbincangan web adalah cara yang Guru menyatakan bahawa
paling sesuai untuk menstruktur miskonsepsi akan kekal dalam diri
perbincangan dan merupakan cara seseorang itu sekiranya tidak dikesan
yang efektif untuk mengubah melalui pengajaran yang berikutnya sama
miskonsepsi pelajar. Kesan yang lebih ada di sekolah ataupun dimotivasi oleh
baik akan diperolehi apabila bahan teks kemahuan diri pelajar. Sekiranya pelajar
digabungkan dengan beberapa jenis tersebut tidak melalui proses pengajaran
aktiviti sokongan seperti perbincangan yang sesuai dan berkesan bagi
kumpulan selepas membaca sesuatu merobohkan miskonsepsinya, dikhuatiri
teks dan pembentangan hasil miskonsepsi itu akan terus kekal lama.
perbincangan. Melalui kaedah seperti Sekiranya miskonsepsi tidak dikesan pada
ini, guru akan dapat mengesan peringkat awal, pastinya miskonsepsi
kewujudan miskonsepsi dengan lebih tersebut semakin sukar untuk dirobohkan
cepat. apabila mereka meningkat dewasa.
Miskonsepsi juga boleh dikesan di Isu utamanya adalah kesemua
dalam sesuatu buku atau bahan sumber-sumber miskonsepsi seperti guru,
bacaan. Bagi memperoleh konsep yang ibu bapa, bahan bacaan, internet dan
betul, beberapa buah buku mengenai televisyen ini adalah merupakan sumber
konsep yang sama boleh dijadikan yang boleh dipercayai yang mana pelajar
sebagai bahan untuk membandingkan akan terus menerima apa yang mereka
dan membezakan antara satu sama sampaikan walaupun sebenarnya tidak
lain. Satu analisis daripada beberapa tepat atau berlaku miskonsepsi
buah buku dijalankan untuk (Thompson, 2006). Isu besar timbul
500
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

apabila sesuatu miskonsepsi telah seseorang pelajar untuk belajar dan


wujud dalam diri pelajar, maka ianya seterusnya akan menjejaskan prestasi
amatlah sukar untuk diubah (Eggan & peperiksaan mereka. Pelajar akan hilang
Kauchak, 2004). minat untuk belajar sains kerana
Semua guru haruslah berhati- menganggap apa yang difahaminya
hati dengan miskonsepsi-miskonsepsi sentiasa berbeza dengan apa yang
ini dan mencari jalan untuk cuba difahami oleh orang lain. Motivasi pelajar
mengatasinya memandangkan akan turut menurun kerana mereka
maklumat awal atau prekonsepsi ini menganggap sains merupakan suatu yang
mempengaruhi pemilihan stimulus, sukar untuk difahami berbanding mata
perhatian yang diberikan kepada pelajaran yang lain. Pelajar yang
stimulus dan maksud atau takrifan yang dilahirkan dalam sistem pendidikan kita
dihasilkan dari stimulus. Prekonsepsi tidak akan dapat mengaplikasikan
atau miskonsepsi ini memainkan pengetahuan dan kemahiran berdasarkan
peranan penting dalam menentukan sikap saintifik yang sebenar dan betul.
hasil pembelajaran kerana mereka Murid juga tidak akan berada di landasan
menyediakan idea asas atau previous sains dan teknologi yang betul untuk
knowledge bagi pembinaan maklumat melanjutkan pelajaran ke peringkat yang
baru (Sencar, 2001). lebih tinggi. Murid tidak akan dapat
Miskonsepsi, khususnya dalam berkomunikasi, menilai dan memberi
bidang sains akan merosakkan maklumat secara bijak dan berkesan
pemahaman dan kemampuan dalam menterjemahkan dan menerangkan
seseorang pelajar untuk belajar dan sesuatu fenomena sains. Kemungkinan
seterusnya akan menjejaskan prestasi juga sumbangan yang diharapkan dalam
peperiksaan mereka. Dengan itu, bidang sains dan teknologi ini hanya
pelajar akan hilang minat untuk belajar angan-angan semata, ibarat “ bermimpi di
sains kerana menganggap apa yang siang hari ”.
difahaminya sentiasa berbeza dengan
apa yang difahami oleh orang lain. Implikasi kepada Isi Kandungan Silibus
Motivasi pelajar akan turut menurun Sains
kerana mereka menganggap sains Mutu pendidikan sains akan terjejas
merupakan suatu yang sukar untuk iaitu integrasi antara tiga elemen utama
difahami berbanding mata pelajaran iaitu pengetahuan, kemahiran sikap
yang lain. Masalah miskonsepsi yang saintifik dan nilai murni (PPK 2001).
berlaku dalam kalangan guru-guru Rangka konsep sebenar dan bermakna
permulaan atau guru yang kurang tidak dapat dibekalkan kepada pelajar bagi
berpengalaman akan diwariskan membolehkan mereka memahami alam
kepada pelajar mereka. Sekiranya tidak sekeliling. Perkembangan kemahiran
dibendung, ianya akan berterusan untuk menyiasat alam sekitar juga akan
tanpa disedari. terbantut kerana kewujudan miskonsepsi
ini. Apabila berlaku miskonsepsi,
Implikasi kepada Amalan Konteks kandungan sebenar silibus sains tidak
Persekolahan (Guru dan Pelajar) dapat disampaikan dengan sepenuhnya,
Apabila sesuatu miskonsepsi kerana pelajar akan memahami konsep
telah wujud dalam diri pelajar, maka yang salah. Matlamat untuk menghasilkan
ianya amatlah sukar untuk di ubah pelajar yang celik sains, inovatif,
(Eggan & Kauchak, 2004) terutama cenderung, minat dan berupaya dalam
apabila pelajar tak dapat melihat dalam bidang sains dan teknologi yang
kepentingan mengubah miskonsepsi khusus dan profesional tidak akan tercapai
tersebut. Miskonsepsi akan kekal lama (PPK 2001). Seterusnya ini akan
dalam diri pelajar & ia menjadi semakin menjejaskan harapan negara bagi
sukar untuk dirobohkan apabila mereka mempunyai sumber tenaga dalam bidang
meningkat dewasa. Merosakkan sains dan teknologi yang memainkan
pemahaman dan kemampuan
501
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

peranan yang penting dalam dapat dilakukan dengan penyemakan


pembangunan negara. semula aktiviti-aktiviti yang dicadangkan
dalam HSP dengan memastikan aktiviti-
Cadangan Bagi Mengatasi aktiviti ini lebih memberi manfaat kepada
Miskonsepsi Pelajar dalam pemahaman pelajar bagi mengelakkan
Mempelajari Konsep Sains miskonsepsi pelajar.
Selain itu, senarai miskonsepsi serta
Aspek Penyampaian (Content) intervensi yang sesuai juga boleh
Kandungan Silibus diletakkan di satu ruang bagi setiap
Dalam konteks penyampaian huraian sesuatu tajuk. Sebagai contoh,
content silibus, guru memainkan senarai miskonsepsi dalam tajuk
peranan yang sangat penting. Mereka ketumpatan dicatatkan di satu ruang di
yang akan menjadi nadi dan asas yang HSP untuk tajuk ketumpatan. Senarai
menetukan sama ada content silibus intervensi turut dicatatkan bersama
yang disampaikan itu sampai kepada senarai miskonsepsi tersebut. Ini adalah
pelajar atau tidak. Dalam usaha ini, sebagai rujukan kepada guru, apakah
guru pula mesti tahu apa yang harus kemungkinan-kemungkinan miskonsepsi
disampaikan kepada pelajar. Untuk yang ada pada para pelajar dan cara-cara
mengelakkan miskonsepsi, guru harus untuk mengatasinya.
bijak menggunakan teknik-teknik yang Silibus sedia ada sekarang lebih
sesuai dengan keadaan pelajar serta mementingkan aspek kognitif sahaja.
tahap kesediaan pelajar itu sendiri Menurut Gardner dalam Siti Rahayah
termasuklah pengetahuan awal pelajar. (2004), setiap manusia mempunyai
Sebelum menyampaikan content sekurang-kurangnya tujuh jenis
silibus, guru harus memastikan kecerdasan dan kebolehan mental yang
teori/konsep baru yang diperkenalkan wujud secara terpisah-pisah atau
harus mempunyai ciri berikut (Mayer, berasingan dan tidak saling bergantung.
2008) iaitu berpatutan (plausible), Tujuh jenis kecerdasan tersebut ialah
berkualiti tinggi (high quality), mudah verbal-linguistik (VL), logik matematik
difahami (intelligible) dan berhasil (LM), visual-ruang (VR), kinestetik badan
(fruitful). (KB), muzik (MZ), interpersonal (IE) dan
Guru harus menggunakan intrapersonal (IA) dan pada 1993, Gardner
instruksi yang pelbagai yang mana telah menambah satu lagi kecerdasan
arahan itu boleh timbulkan persoalan iaitu naturalist (NA) (Rahayah 2004).
dan meransang pelajar berfikir (Hayes Untuk itu, silibus yang diguna pakai
et. al, 2003). Guru perlu lebih peka sekarang tidak harus tertumpu kepada
dengan tahap metakognitif pelajar yang kecerdasan kognitif sahaja. Ini akan
mungkin terdapat miskonsepsi di menyebabkan sistem penilaian yang kita
dalamnya. Kebolehan metakognitif amalkan lebih tertumpu kepada VL iaitu
pelajar mungkin kritikal untuk mencapai bahasa dan LM iaitu matematik sahaja.
perubahan dalam sesuatu konsep. Menurut Gardner dalam Rahayah (2004),
Metakognitif merangkumi pelbagai pentaksiran kedua-dua domain ini terlebih
proses seperti pemantauan, mengesan fokus di sekolah. Oleh sebab itu, pengkaji
kesilapan, melakukan pembetulan merasakan keadaan ini akan
sendiri, merancang dan memilih menyumbang kepada masalah
matlamat dan sebagainya (Gelman & miskonsepsi pelajar. Pelajar terlalu
Lucariello, 2002). ditekankan kepada dua domain ini sahaja
sehinggkan dilupakan domain-domain
Aspek Polisi/Silibus yang lain Guru-guru harus menggunakan
Penyusunan semula kandungan kecerdasan pelbagai yang ada pada
HSP (Huraian Sukatan Pelajaran) yang setiap pelajar untuk mengelakkan masalah
lebih menekankan kepada cadangan miskonsepsi berlaku. Oleh itu, dalam
aktiviti yang harus dilakukan oleh guru penggubalan dan penambahbaikkan
bagi mengatasi miskonsepsi ini. Ini silibus, teori kecerdasan pebagai ini harus
502
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

diambil kira oleh pihak PPK. Jika ini mengubahsuaikannya berdasarkan


menjadi realiti, masalah miskonsepsi ini pengetahuan sedia ada pelajar, minat dan
akan dapat dielakkan kerana silibus kebolehan pelajar dengan tujuan isi
yang kita gunakan adalah merangkumi kandungan itu mudah dikuasai semua
kesemua aspek kecerdasan pelbagai pelajar. Menurut Zawawi et al. (2009),
terutamanya kepada aspek pedagogi PPIK merupakan pengetahuan mengenai
dan pengajaran. bagaimana hendak mengajar topik yang
Eksplisit. Penerenangan di dalam spesifik yang dapat meningkatkan
HSP haruslah bersifat eksplisit. Ini kefahaman konseptual. Menurut Shulman
bermakna, penerangan bagi setiap dalam Zawawi et al. (2009), bagi
tajuk dan sub tajuk haruslah seseuatu topik PPIK melibatkan (a)
diterangkan secara terperinci. Ini analogi dan contoh yang efektif, (b)
adalah bertujuan untuk mengelakkan kefahaman tentang aspek-aspek yang
miskonsepsi yang mungkin berpunca membuatkan pembelajaran topic itu
daripada fahaman guru. Kadang kala, senang dan susah, (c) miskonsepsi pelajar
guru itu sendiri mempunyai tentang topic dan (d) pengetahuan
miskonsepsi tentang apa yang harus tentang strategi pengajaran yang efektif.
diajar. Dengan usaha ini, diharapkan Melalui PPK, para guru akan dilatih secara
masalah miskonsepsi dapat dielakkan. khusus untuk mengubahsuai isi
kandungan subjek berdasarkan
Aspek Latihan Guru pengetahuan pelajar serta kebolehannya.
Guru harus diberi latihan dalam Ini akan memberi kesan yang positif bagi
menggunakan teknik pengajaran yang mengelakkan masalah miskonsepsi ini
pelbagai semasa proses pengajaran berlaku. Satu kajian telah dilakukan oleh
dan pembelajaran. Sebagai contoh, Lilia dan rakan-rakan pada 2001,
selepas pelajar lakukan eksperimen, menunjukkan guru-guru yang mempunyai
guru meminta pelajar membentangkan tahap PPK yang baik, mampu untuk
dapatan hasil perbincangan kumpulan, menghubungkan idea fizik kepada pelajar
perbincangan dilakukan antara pelajar dengan sesuai dan efektif setelah
dan guru, teknik soal jawab digunakan menjalani kursus kaedah . Ini
bagi mengorek apa yang pelajar faham menunjukkan bahawa, guru yang
menerusi eksperimen. Melalui aktiviti mempunyai PPK yang baik serta telah
pengajaran yang pelbagai ini, menjalani kursus kaedah akan mampu
diharapkan para guru secara langsung untuk memberikan pengajaran yang baik.
atau tidak langsung akan dapat Implikasinya di sini ialah, PPK harus diajar
mengesan miskonsepsi pelajar dan secara implisit kepada semua guru pelatih.
seterusnya merobohkannya. Para guru pelatih KPLI dan DPLI juga
Guru juga harus diberi latihan harus diajar PPK secara implisit disamping
tentang cara bagi mengesan kursus kaedah. Ini kerana, menurut Lilia
miskonsepsi yang biasa wujud dalam (2001), seseorang yang mempunyai ijazah
diri pelajar terhadap setiap topik silibus sains, tidak semestinya mempunyai
sains. Latihan-latihan ini harus kefahaman tentang konsep-konsep asas
diberikan semasa latihan guru di sains di sekolah menengah.
Universiti dan Institut-institut Latihan Guru-guru baru (novis teacher) ini
Guru lagi serta dijadikan sebagai satu harus diberi bimbingan di awal
kursus untuk latihan dalam perkhidmatannya seperti latihan
perkhidmatan yang dilakukan secara houseman ship yang perlu diikuti oleh
berterusan. para doktor baru. Menurut Goodwin dalam
Para guru pelatih harus diberi Khalid (2009), kelayakan guru merupakan
penekanan kepada aspek PPK iaitu predictor terbaik berbanding faktor-faktor
Pengetahuan Pedagogi Kandungan. lain (saiz kelas, pendidikan ibu bapa,
Menurut Lilia (2001) PPK bermaksud pendapatan dan latar belakang bahasa)
keupayaan guru untuk menterjemahkan berkaitan demografi guru dengan
isi kandungan subjek dengan pencapaian murid, Khalid (2009)
503
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

menyatakan kualiti guru dan kualiti MGCM (Majlis Guru Cemerlang Malaysia)
pengajaran seseorang guru itu menyediakan bantuan dengan
bergantung kepada pendidikan dan menerbitkan buku-buku yang
latihan iktisas guru tersebut. Untuk itu, menghimpunkan miskonsepsi-
pengkaji merasakan mesti diwujudkan miskonsepsi bagi setiap tajuk dalam
sato program untuk membantu guru- silibus sains. MGCM juga boleh
guru baru ini. Untuk membantu gurur- membantu para guru dengan
guru baru ini, guru-guru ini perlu menganjurkan kursus-kusrus peningkatan
mempunyai seorang mentor di sekolah perkhidmatan dan profesionalisme Ini
masing-masing ataupun sekolah boleh dijadikan rujukan untuk para guru
berhampiran yang mempunyai major jika terdapat masalah semasa proses
yang sama. Ini bertujuan agar guru- P&P. Contoh buku ialah Buku Strategi
guru baru ini mempunyai tempat P&P dan Buku pengalaman Guru
rujukan khas jika mempunyai masalah Cemerlang.
dari segi kurikulum mahupun padagogi.
Ini secara tidak langsung akan Cadangan untuk Merobohkan
membantu mengatasi masalah Miskonsepsi
miskonsepsi pelajar mahupun guru. 1. Menerangkan konsep atau teori
Guru-guru pembimbing ataupun mentor yang baru
ini pula, haruslah sentiasa bersedia Dalam mengajar konsep atau teori
untuk membantu guru-guru baru ini. yang baru kepada pelajar, guru
Dalam memastikan tujuan ini tercapai, seharusnya memastikan bahawa konsep
pihak Jabatan Pelajaran Negeri dan teori yang ingin dipersembahkan
masing-masing haruslah mengenal memiliki ciri-ciri berikut:
pasti guru-guru yang berkelayakan (i) Berpatutan (Plausible)
serta memberi latihan dan kursus Maklumat baru harus dipaparkan
dalam meningkatkan profesionalisme dan diterangkan secara konsisten dengan
perguruan. Ini termasuklah kemahiran- pengetahuan yang lain dan mampu
kemahiran yang memang diperlukan menjelaskan tentang data sedia ada.
seorang guru, seperti kemahiran Pelajar harus melihat bagaimana konsep
menyelesaikan masalah, kemahiran baru (teori) tersebut konsisten dengan
mendengar dan sebagainya. pengetahuan yang lain melalui paparan
Guru-guru juga harus dilatih untuk data yang jelas.
memiliki kepercayaan efikasi yang
tinggi. Menurut Bandura dalam Khalid (ii) Berkualiti tinggi (High quality)
(2009), efikasi guru ialah kepercayaan Teori dan konsep yang akan
guru terhadap keupayaan diri untuk diajarkan kepada pelajar mestilah
menegndalikan pengajaran secara berkualiti tinggi dari sudut saintifiknya
berkesan kea rah mempengaruhi memandangkan teori tersebut telah
pencapaian murid. Kepercayaan efikasi dibuktikan kebenarannya. Oleh yang
yang tinggi mendorong guru supaya demikian, teori yang akan ditunjukkan
lebih berusaha dalam pengajarannya harus mengambil tempat yang lebih baik
dengan mempelbagaikan aktiviti berbanding pengetahuan yang telah
pengajaran dan tidak mudah mengalah dipunyai oleh pelajar. Sebagai contoh,
(Khalid 2009). Jika semua guru guru harus melihat masalah daripada
mempunyai efikasi yang tinggi, pengkaji perspektif pelajar (pengetahuan pelajar
merasakan tidak timbul masalah berkaitan “bumi berbentuk leper dan rata”
miskonsepsi di kalangan pelajar kerana menerangkan data yang lebih baik
guru-guru yakin dengan pengajarannya berbanding data yang diterangkan oleh
termasuklah kaedah mengajar, isi teori “bumi berbentuk sfera”). Oleh itu,
kandungan dan sebagainya. kualiti pengetahuan baru yang ingin
Pihak Kementerian Pelajaran diterangkan mestilah mengambil kira
terutamanya Bahagian Pendidikan pengetahuan sedia ada pelajar.
Guru boleh bekerjasama dengan
504
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

(iii) Mudah difahami (Intelligible) Pembelajaran sains yang berkesan sering


Guru seharusnya melakukan apa memerlukan pelajar untuk membina
yang termampu bagi memastikan perwakilan baru yang berbeza dengan
penyampaian teori baru kepada pelajar cara-cara yang digunakan dalam
adalah cukup jelas dan mudah kehidupan seharian. Sains umumnya
difahami. Pelajar pula seharusnya memerlukan hubungan matematik, intuisi
mampu untuk memahami bagaimana fizikal, dan tindakan sensorimotor dalam
konsep baru yang diterangkan itu boleh model ini. Guru harus mengajar teknik
diterima. Untuk meningkatkan seperti eksperimen yang merupakan
kejelasan, guru boleh menggunakan bahagian untuk membina perwakilan
kaedah seperti penggunaan analogi, abstrak yang dapat memudahkan
model (sama ada konseptual atau pemahaman pelajar membuat analogi
berbentuk fizikal), dan pendedahan mendalam antara fenomena yang
terus atau direct exposition. berbeza.

(iv) Menghasilkan keputusan yang 4. Menggunakan arahan yang pelbagai


baik (Fruitful) Guru seharusnya menggunakan arahan
Guru seharusnya berupaya untuk yang pelbagai dimana pada arahan
menunjukkan bahawa konsep atau teori tersebut terdapat beberapa contoh yang
baru itu boleh diperbaharui untuk boleh menimbulkan persoalan dan
membuka peluang penyelidikan yang merangsang pelajar untuk berfikir
lebih tinggi. Pelajar pula seharusnya berbanding memberi contoh yang banyak
mampu untuk memperluaskan konsep kepada pelajar tetapi hanya menguji satu
baru tersebut kepada bidang yang lebih persoalan sahaja. Arahan yang pelbagai
luas. Guru mungkin boleh melakukan secara lansung dapat mencabar dua
hal ini dengan menunjukkan aplikasi kepercayaan yang salah dikenali sebagai
bagi konsep atau teori yang baru miskonsepsi.
kepada bidang dan masalah yang lebih 5. Meningkatkan metakognitif pelajar
luas. Guru perlu membantu pelajar untuk
menjadi lebih peka dengan tahap
2. Menggunakan analogi metakognitif mereka yang mungkin
Strategi ini cuba untuk terdapat miskonsepsi di dalamnya.
membentuk jambatan atau hubungan di Kebolehan metakognitif pelajar mungkin
antara kepercayaan pelajar yang betul kritikal untuk mencapai perubahan dalam
mengenai sesuatu konsep dengan sesuatu konsep. Metakognitif merangkumi
konsep baru dengan menyediakan satu pelbagai proses seperti pemantauan,
analogi di antara pengetahuan sedia mengesan kesilapan, melakukan
ada pelajar dengan konsep baru yang pembetulan sendiri, merancang dan
ingin dipelajari (Eryilmaz, 2002). memilih matlamat dan sebagainya.
Sebagai contoh, untuk menerangkan Terdapat beberapa kaedah untuk
tentang pergerakan zarah di dalam membantu pelajar berfikir secara
keadaan pepejal, cecair dan gas, guru metakognitif iaitu:
boleh membuat analogi berdasarkan (i) Melibatkan pelajar untuk
situasi di dalam sebuah bilik yang mempersembahkan pemikiran mereka
dipenuhi oleh ramai orang atau di melalui perbincangan interaktif,
dalam sebuah tren komuter yang sesak perbincangan terbuka dan perdebatan
dengan penumpang. idea.
(ii) Mendapatkan ramalan pelajar
3. Menggunakan model mengenai sesuatu topik, diikuti oleh
berdasarkan penaakulan demostrasi eksperimen oleh guru
Model penaakulan membantu pelajar untuk menguji ramalan pelajar
membina konstruk atau pengetahuan tersebut. Perbincangan kemudian
baru yang pelbagai daripada teori diadakan diantara guru dan pelajar
intuitif yang dimiliki oleh pelajar. untuk mendapatkan persamaan dan
505
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

perbezaan tentang apa yang berfokuskan kepada pembangunan


diramal dengan apa yang kefahaman konseptual dimana pelajar
dipemerhatikan. mempunyai peluang untuk bercakap
(iii) Menyediakan peluang untuk pelajar berdasarkan kefahaman mereka
membuat penilaian dan inkuiri dengan bantuan guru.
reflektif (strategi POE : Predict- ii) Guru menggunakan instrumen bersifat
Observe-Explain). kajian (soal selidik, penilaian,
inventori) yang meliputi penilaian
6. Membina konflik kognitif di formatif yang terperinci terhadap
dalam pemikiran pelajar pengetahuan pelajar dalam sesuatu
Guru perlu menyediakan pelajar bidang.
dengan pengalaman yang berupaya iii) Pembangunan peta konseptual oleh
merangsang konflik kognitif di dalam guru dalam bidang tertentu,
pemikiran mereka. Pengalaman yang miskonsepsi pelajar dan perwakilan
mampu untuk membawa kepada konflik antara kedua-dua perkara ini.
kognitif adalah di mana pelajar perlu
mempertimbangkan kesilapan mereka 8. Membina pemikiran pelajar
(miskonsepsi) pada masa yang sama mengenai pengetahuan dan
dengan sumber rujukan yang pelbagai. pembelajaran
Terdapat beberapa cara yang boleh Membina epistemologi pemikiran pelajar
dilakukan oleh guru untuk merangsang yang mana menggabungkan kepercayaan
konflik kognitif di dalam pemikiran dan pengetahuan sifat teori dan sifat
pelajar seperti : pengetahuan ke jalan yang mampu untuk
mengarah kepada perubahan konsep.
(i) Persembahkan kepada pelajar Semakin naif kepercayaan pelajar
dengan informasi atau data yang mengenai pengetahuan dan
ganjil (informasi yang tidak sesuai pembelajaran, semakin sukar bagi mereka
dengan miskonsepsi pelajar). untuk mengubah miskonsepsi.
(ii) Persembahkan kepada pelajar
dengan teks atau informasi yang di 9. Pelajar membetulkan sendiri
dalamnya terdapat miskonsepsi miskonsepsi mereka
yang telah disangkal dengan Jika pelajar terlibat dalam proses yang
informasi yang baru dan saintifik. dipanggil Penerangan Kendiri (Self-
(iii) Persembahkan pelajar dengan Explanation), maka perubahan konsepsi
informasi mengenai konsep atau mungkin akan berlaku (Chi, 2000).
teori yang baru, dan pada masa Penerangan Kendiri membuatkan pelajar
yang sama guru menggunakan cenderung untuk menjelaskan sesuatu
aktiviti yang dapat mengesan petikan secara verbal apabila mereka
miskonsepsi pelajar. membaca.
(iv) Mengadakan perbincangan tentang
perubahan konseptual bagi sesuatu 10. Menggunakan hujah untuk
konsep atau teori di antara pelajar menguatkan pengetahuan baru
dan guru. yang diterima
Apabila pelajar telah berupaya
7. Menggunakan Instruksi merobohkan miskonsepsi mereka, guru
konseptual yang Interaktif harus melibatkan pelajar tersebut untuk
(Interactive Conceptual mendengar dan memberi hujan atau
Instruction, ICI) pendapat bagi menguatkan lagi
Terdapat beberapa kunci aspek pengetahuan yang baru mereka perolehi.
padegogi termasuklah: Pelajar, walau diperingkat sekolah rendah
i) Menggunakan pendekatan interaktif adalah sensitif kepada ciri-ciri yang
yang memasukkan pembinaan diperlukan dalam menghasilkan suatu
dialog antara guru dan pelajar konsep/teori yang baik seperti
secara berterusan yang kerelevenan, keberhasilan dan
506
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

penerangan yang jelas dan mudah Science Education and Technology.


difahami. Vol. 9, No. 3.\
Canpolat, N. (2006). Turkish
KESIMPULAN Undergraduates’ Misconceptions of
Miskonsepsi merupakan suatu Evaporation, Evaporation Rate,
fenomena yang kerap berlaku dalam and Vapour Pressure, International
kalangan pelajar. Namun, adakah Journal of Science Education,
miskonsepsi ini berlaku kepada hampir 28(15), 1757 1770.
kesemua pelajar? Ya, sememangnya Eggen, P. and Kauchak, D. (2004)
miskonsepsi adalah sesuatu yang Educational Psychology: Windows,
normal dan biasa berlaku kepada Classrooms. Upper Saddle
pelajar kerana miskonsepsi sebenarnya River: Pearson Prentice Hall.
terbentuk melalui pengalaman harian,
menerusi instruksi tentang sesuatu Eryilmaz, A. (2002). Effects of conceptual
topik dan juga kerana sememangnya assignments and conceptual change
sesetengah konsep adalah sukar untuk discussions on students’
difahami dengan mendalam. Di bidang misconceptions and achievement
pendidikan, terdapat beberapa regarding force and motion. Journal
miskonsepsi yang biasa dan sering of Research in Science
berlaku dalam pelbagai jenis subjek Teaching, 39, 1001–1015.
termasuklah sains dan matematik. E Fatma. & Aydin F. (2007). Utility of
Keprihatinan guru terhadap Concept Cartoons in Diagnosing and
miskonsepsi pelajar yang biasa berlaku Overcoming
ini dapat membantu mereka untuk Misconceptions Related to
memberikan penekanan semasa Photosynthesis. International Journal
instruksi topik tersebut dilakukan. of Environmental & Science
Terdapat pelbagai cara untuk Education. 2(4), 111 – 124.
merobohkan miskonsepsi dalam diri Halim, L., & Meerah, S. M. (2002).
pelajar seperti yang telah dicadangkan Science trainee teachers’
dalam kertas konseptual ini. Namun pedagogical content knowledge
begitu, pelbagai strategi ini adalah and its influence on physics
bersesuaian dan berkesan pada tahap teaching. Research in Science &
pencapaian tertentu. Oleh itu, guru Technological Education, 20, 215–
haruslah bijak menggunakan penilaian 225.
mereka dalam memilih strategi yang Johari K, Ismail Z, Osman S, Othman A T.
paling efektif untuk diberikan kepada 2009. Pengaruh Jenis Latihan Guru
pelajar mereka. dan Pengalaman mengajar
Terhadap Efikasi Guru Sekolah
Menengah. Jurnal Pendidikan
Rujukan Malaysia 34(2) :3-14
Kavsut G. (2009). Investigation of science
Adesoji F. A. & Babatunde A. G. and technology textbook in terms of
(2008). Investigating Gender the factors that may lead to
Difficulties And Misconceptions misconceptions. Procedia Social
In Inorganic Chemistry At The Behavioral Science. (2), 2088-2091.
Senior Secondary Level. Martin, R., Sexton, C. and Gerlovich, J.
International Journal of African (2002) Teaching Science for all
& African American Studies .Vol. Children: Methods for
VII, No. 1 Constructing Understanding. Boston:
Barrow L. H. (2000). Do Elementary Allyn and Bacon.
Science Methods Textbooks Ochonogor, E. C. (1999). Evaluation of
Facilitate the Understanding of students’ problem solving skills in
Magnet Concepts? Journal of practical chemistry: Implications for
the teacher. Science Teachers
507
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

Association of Nigeria 40th Procedia Social and Behavioral


annual conference proceeding, Sciences. (2), 234-245
105-108. Sencar S., Yilmaz E.E. & Eryilmaz A.
Ozmen H. (2004). Some Student (2001). High school students’
Misconceptions in Chemistry: A misconceptions about simple
Literature Review of Chemical electric circuits. Hacettepe
Bonding. Journal of Science Üniversitesi Eğitim Fakültesi Dergisi.
Education and Technology. Vol. 21: 113-120.
13, No. 2. Susan Gomez-Zwiep. (2008). Elementary
Pesman H. & Eryilmaz A. (2010). Teachers’ Understanding of
Development of a Three-Tier Test Students’ Science
to Assess Misconceptions: Implications for
Misconceptions About Simple Practice and Teacher Education.
Electric Circuits. The Journal of Journal Science Teacher Education.
Educational (19):437-454
Research, 103:208–222. Thompson F. & Logue S. (2006). An
Sanger, M.J. and Greenbowe, exploration of common student
T.J.(2000). Students’ misconception in science.
misconceptions in International Education Journal. 7(4),
electrochemistry. Current 553-559.
flow in electrolyte solutions and Yenilmez A. & Tekkaya C. (2006).
the salt bridge. Journal of Enhancing Students’ Understanding
Chemical Education, of Photosynthesis and
74,819-823. Respiration in Plant Through
Conceptual Change Approach.
Secken N. (2009). Identifying Student’s Journal of Science Education
Misconception about SALT. and Technology, Vol. 15, No. 1.

508
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

ANALISIS KESIAPAN CIVITAS UNP DALAM PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN


BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI

Muhammad Adri
mhd.adri@unp.ac.id

ABSTRACT
Supporting of Information technology (IT) in eductional processes is absolute in
information technology age. Especially in academic information system, providing all of
informations needed by academic entity such as students, lecturers and employee. The
research aim to explore readiness of academic entity in State University of Padang (SUP)
to carried out IT-Based education. The readiness point accessing in the research are : 1)
readiness of IT infrastructure and local area network (LAN), 2) readiness of information
policy in accessing and utilization of IT, 3) readiness of supporting applications software
and 4) readiness of human resources to use of IT in eductional process. The research
founding are SUP ready in IT infrastructure and LAN and application software, but need
more Standard Operational Procedure (SOP) in accessing resources policy and policy of
information contents. In human resourcess aspect is needed more activity to train in using
of IT in educational purposes and to promote the “Smart Campus” software as software
tool in education.
Keywords : information technology, academic information system, IT Infractructure, smart
Campus

*) Dosen Fakultas Teknik Universitas Negeri Padang

PENDAHULUAN
Perkembangan Teknologi Informasi Sebagai penghasil tenaga ahli bidang
(TI) telah memberikan dampak yang teknologi informasi, dunia pendidikan
nyata bagi kehidupan masyarakat, berperan serta dalam mengembangkan
hampir semua bidang kehidupan tidak TI itu sendiri, dengan adanya program-
bisa terlepas dari pengaruh TI ini, tak program pendidikan dengan kajian
terkecuali bidang pendidikan. Pengaruh bidang TI.
TI di dunia pendidikan dapat dilihat pada Sebagai salah satu perguruan tinggi
dua aspek utama, yaitu dunia pendidikan negeri di Sumatera Barat, yang
sebagai pemanfaat teknologi informasi bertanggung jawab besar dalam
dan dunia pendidikan sebagai penghasil meningkatkan sumber daya manusia,
tenaga ahli bidang teknologi informasi Universitas Negeri Padang terus
(Lukito, 2001). Sebagai pengguna TI, melakukan pembenahan dalam rangka
maka pendidikan, yang pada dasarnya peningkatan kapasitas institusi dalam
merupakan suatu proses komunikasi dan penyelenggaraan pendidikan berbasis
informasi dari pendidik kepada peserta teknologi informasi. Berbagai lanngkah
didik yang berisi informasi-informasi persiapan dan pembenahan terus
pendidikan, yang memiliki unsur-unsur dilakukan, baik perbaikan dari sisi
pendidik sebagai sumber informasi, infrastruktur dan perangkat keras
media sebagai sarana penyajian ide, maupun dari sisi aplikasi dan perangkat
gagasan dan materi pendidikan serta lunak pendukungnya. Semua
peserta didik itu sendiri (Oetomo dan pembenahan itu dilakukan dalam rangka
Priyogutomo, 2004). Beberapa bagian optimalisasi penyelenggaraan sistem
unsur ini mendapatkan sentuhan media pendidikan berbasis teknologi informasi.
teknologi informasi, sehingga Pembenahan dari sisi sistem
mencetuskan lahirnya ide tentang teknologi informasi (TI) dan
penyelenggaraan pendidikan berbasis penyelenggara pengembangannya di
teknologi informasi (Utomo, 2001). UNP, terhitung sejak tahun 2005,

509
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

dibentuk suatu tim khusus yang Tabel 1. Konten Aplikasi Smart Campus
menangani pengembangan TI di UNP, Bidang Sistem Informasi
yang disebut dengan Tim
Pengembangan TI UNP dengan Akademik 1. SI Akdemik
tanggung jawab khusus untuk 2. Aplikasi
melakukan kajian, analisis dan Pendaftaran Ujian
perencanaan pengembangan TI di UNP. Masuk
Beberapa langkah perbaikan dan 3. SI Registrasi dan
pengembangan yang dilakukan antara Pembayaran
lain pembenahan infrastruktur TI di 4. Aplikasi E-
lingkungan UNP melalui pengembangan Learning
jaringan lokal UNP (Local Area Network Kemahasiswaan 1. SI
– LAN), dengan teknologi gigabit fiber dan Alumni Kemahasiswaan
optik, yang saat ini telah 2. SI Alumni dan
menghubungkan semua fakultas dan Karir
unit-unit yang berada di lingkungan Administrasi 1. SI Perencanaan
kampus pusat UNP. Langkah perbaikan dan Anggaran
ini diperoleh melalui hibah ISS-MIS UNP 2. SI Akuntansi dan
mulai Januari 2006 dan ABT tahun 2006, Keuangan
kemudian perbaikan dan penambahan 3. SI Kepegawaian
fasilitas TI dan jaringan wireless 4. SI Manajemen
diperoleh melalui hibah INHERENT Aset
(Indonesian Higher Education Network) Penelitian dan 1. SI Kerjasama
Agustus 2006. Beberapa fasilitas Pengabdian 2. SI Penelitian
tersebut antara lain, terbentuknya Masyarakat8 3. SI Pengabdian
hotspot wireless UNP, koneksi wireless pada Masyarakat
ke 4 unit dan fakultas serta tersedianya Umum 1. SI Manajemen
fasilitas teleconference dalam rangka (Penunjang) Arsip
penyelenggaraan pendidikan bersama 2. SI Perpustakaan
secara online antar perguruan tinggi se 3. Digital Library
Indonesia yang terhubung ke Untuk mendukung jalannya aplikasi
INHERENT. Semua langkah Smart Campus tersebut di atas, maka
pembenahan infrastruktur TI dilakukan dikembangkan suatu sistem terintegrasi
dalam rangka untuk meningkatkan dengan topologi sebagai berikut :
kapasitas UNP dalam memanfaatkan TI
sebagai tulang punggung
penyelenggaraan manajemen perguruan
tinggi dan pendidikan.
Sebagai upaya peningkatan kualitas
layanan dan penyelenggaraan
pendidikan berbasis teknologi informasi
untuk mengisi fungsi pengembangan
infrastruktur dan perangkat keras sistem
TI di UNP, maka dikembangkan aplikasi-
aplikasi pendukung, melalui kerjasama Gambar 1. Topologi Sistem Smart
dengan pihak vendor yang sudah Campus UNP
dipercaya sebagai penyelenggara
layanan TI di Indonesia, PT. Telkom Sistem terintegrasi tersebut,
Indonesia, dengan paket aplikasi Smart kemudian dapat diakses oleh sivitas
Campus yang dikembangkan oleh pihak UNP dengan 4 model pemngaksesa,
ketiga PT. Gamatchno Yogyakarta, yaitu : 1) Akses via SMS (SMS Kampus),
sebagai partnership software PT. 2) Akses via Telepon (Halo UNP), 3
Telkom. Adapun konten sistem Smart Akses via Perangkat Mobile (Mobile
Campus. Campus) dan 4) Akses via Internet

510
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

(http://www.unp.ac.id). Namun dari University, Cambridge University, dan


keempat model akses tersebut, yang lain sebagainya telah menerapkan
sudah terimplementasikan adalah teknologi ini tidak saja untuk keperluan
pengaksesan melalui SMS dan Internet. administrasi manajemen pendidikan,
Dalam mengimplementasikan model melainkan sebagai media utama dalam
pendidikan berbasis teknologi infromasi, penyelenggaraan kegiatan belajar
maka ada empat komponen pendukung mengajar, riset dan pengembangan,
yang harus dipesiapkan agar tujuan serta pelayanan kepada masyarakat.
pengembangan sejalan dengan visi dan Oleh karena itu pembicaraan mengenai
misi lembaga pendidikan penyelenggara. manajemen perguruan tinggi tidak dapat
Keempat komponen tersebut menurut lepas dari pembahasan mengenai ICT
Budi Rahardjo (2003) adalah : 1) dan peranan ICT dalam perguruan tinggi.
Infrastruktur TI, 2) Aplikasi pendukung, Secara garis besar, peranan ICT
3) Kebijakan (Policy) yang mengatur tata dalam penyelenggaran pendidikan di
laksana TI dan 4) Sumber Daya perguruan tinggi, menurut Lukito
Manusia, yang akan menggunakan, (2007b), dapat dikategorikan dalam tiga
memelihara dan merawat sistem yang hal yaitu : a) TI untuk mendukung proses
dikembangkan. pembelajaran, b) TI untuk mendukung
Sejalan dengan pernyataan di atas, administrasi kegiatan-kegiatan Tridarma
semua usaha pengembangan fasilitas PT, c) TI untuk penyebaran informasi,
dan infrastruktur TI dan aplikasi komunikasi, dan promosi
pendukungnya yang telah dilakukan di Hal ini sejalan dengan proses inti
UNP, harus didukung oleh keempat yang terdapat pada suatu peguruan
komponen tersebut, maka sejauhmana tinggi, yang pada dasarnya terdiri dari
kesiapan UNP dalam penyelenggaraan tiga kegiatan utama, yaitu pengajaran,
pendidikan berbasis teknologi informasi, penelitian dan pelayanan. Ketiga
manjadi permasalahan yang akan diteliti kegiatan utama tersebut dapat ditunjang
dalam penelitian ini, terutama hal – hal dengan keberadaan teknologi ICT.
yang berkaitan dengan kesiapan sumber
daya manusia UNP, baik pada level Proses Inti di Perguruan Tinggi
pengelola pendidikan (Rektor, Kepala
unit-unit, Kepala Biro, Dekan, Ketua Secara prinsip, terdapat 3 (tiga)
Jurusan), level karyawan, dosen dan proses inti pendidikan atau core
mahasiswa dalam mewujudkan processes yang terjadi di perguruan
pendidikan berbasis TI di UNP. tinggi, masing-masing adalah : a)
Pengajaran (teaching);b) Penelitian
TEORI PENDUKUNG (research); dan c) Pelayanan (services).
Teknologi Informasi dan Komunikas Tujuan dikenali dan dikategorikannya
di Perguruan Tinggi proses dan aktivitas di dalam perguruan
Keterlibatan teknologi informasi dan tinggi ini adalah untuk membantu
komunikasi atau information and manajemen dalam mengalokasikan
communication technology (ICT) di sumber daya yang dimilikinya agar dapat
dalam dunia pendidikan bukan lagi menunjang visi dan misi yang telah
dianggap sebagai sebuah pilihan, namun dicanangkan. Dilihat dari prinsip
telah menjelma menjadi kebutuhan pertukaran barang dan jasa, proses inti
mutlak yang harus dimiliki dan merupakan aktivitas perusahaan yang
dimanfaatkan oleh perguruan tinggi jika terkait langsung dengan sumber
yang bersangkutan ingin meningkatkan pendapatan (revenue stream) dari
kualitas penyelenggaraan pendidikannya institusi, sementara aktivitas pendukung
Merupakan suatu kenyataan dimana dianggap sebagai suatu cost center
perguruan tinggi kelas dunia seperti (Gambar 2)
Harvard University, Massachusetts
Institue of Technology, Stanford
Univeristy, UC-Berkeley, Oxfort

511
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

HASIL PENELITIAN
1. Kesiapan Infrastuktur Teknologi
Informasi
Infrastuktur teknologi informasi (TI)
adalah komponen utama yang akan
dijadikan sebagai tulang punggung
tumbuhkembang dan bergeraknya
pemanfaatan TI di UNP Padang.
Untuk pengembangan infrastuktur TI
Gambar 2. Revenue Stream dan Cost ini sudah dimulai sejak awal
Center (Sumber : Richardus, 2004) pamanfaatan sistem komputer dalam
kegiatan akademik dengan didirikannya
METODOLOGI Kompak (Komputer Akdemik) yang
Metode penelitian yang digunakan kemudian sejak tahun 1991 berganti
dalam penelitian adalah penelitian nama menjadi Puskom (Pusat
kualitatif. Penelitian kualitatif sering Komputer), namun sejauh ini system
disebut juga dengan pendekatan jaringan hanya tersentral di Puskom
naturalistik karena penelitiannya UNP. Pada tahun 1996,
dilakukan pada kondisi yang alamiah dikembangkanlah suatu rencana jaringan
(natural setting), disebut juga dengan local berkecepatan tinggi dengan
penelitian etnografi, karena pada menggunakan medium fiber optic
awalnya metode ini lebih digunakan sebagai backbone system perkabelan
untuk penelitian bidang antropologi antara fakultas dan unit-unit di
budaya. Metode kualitatif dapat diartikan lingkungan UNP.
sebagai metode penelitian yang Untuk meningkatkan utilitasi dan
digunakan untuk meneliti pada kondisi optimalisasi pemanfaatan TI di UNP,
obyek ilmiah dan pemahaman mengenai maka pada tahun 2005 dibetuk sebuah
masalah-masalah dalam kehidupan tim khusus dengan tugas dan fungsi
sosial berdasarkan kondisi realitas atau merencanakan, menganalisis dan
natural setting yang holistis, kompleks mengembangan sistem teknologi
dan rinci. Dalam penelitian kualitatif, informasi di UNP.
peneliti merupakan instrumen kunci Dalam merencanakan, menganalisis
dengan teknik pengumpulan data yang dan mengembangkan sistem teknologi
dilakukan secara triangulasi (gabungan), informasi, maka langkah awal yang
analisis data bersifat induktif, dan hasil dilakukan adalah merencanakan
penelitian kualitatif lebih menekankan pemanfaatan fasiitas fiber optic sebagai
makna daripada generalisasi. Menurut tulang punggung sistem jaringan dan
Kirk dan Milner (dalam Moleong, 2006), perbaikan system koneksi, yang pada
penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu akhirnya saat ini terdapat 5 jenis koneksi
dalam ilmu pengetahuan sosial yang di lingkungan LAN UNP, antara lain :
secara fundamental bergantung pada a. Sistem kabel UTP, adalah system
pengamatan pada manusia dalam kabel yang digunakan untuk
kawasannya sendiri dan berhubungan menghubungkan antar unit, jurusan,
dengan orang-orang tersebut dalam prodi dan lab dilingkungan Fakultas
bahasannya dan dalam peristilahannya. UNP Padang.
Dipilih metode kualitatif, karena b. Koneksi dengan Fiber Optik
penelitian ini akan berhubungan erat Multimode 62.5 µm, digunakan untuk
dengan perilaku dan sikap sivitas menghubungkan Pusat server di
akademika UNP dan kesiapannya dalam Gedung Rektorat UNP Padang
penyelenggaraan pendidikan berbasis dengan Pusat Komputer (Puskom)
teknologi informasi dan Fakultas Teknik (Jaringan LAN
FT 1).
c. Koneksi dengan Fiber Optik
Multimode 50µm, digunakan untuk

512
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

menghubungkan Pusat server di Tim Teknik TI, yang beranggotakan


Gedung Rektorat UNP Padang tim teknis IT dari setiap Fakultas, Unit
dengan FT 2 (Jaringan LAN FT 2), – unit dan Biro-biro dilingkungan UNP.
FBSS, Pustaka, Magister Manajemen, c. Pembentukan Tim Pengembang E-
Program Pascasarjana, FIP, FIS 1 Learning dan Pembelajaran berbasis
dan Lembaga Pengabdian TI
Masyarakat Untuk lebih mengoptimalkan
d. Koneksi dengan Fiber Optik Single penggunaan TIK di UNP, maka pada
9µm, digunakan untuk tanggal 15 Oktober 2008, Rektor
menghubungkan Pusat server di Universitas Negeri Padang,
Gedung Rektorat UNP Padang membentuk suatu tim yang bertugas
dengan Perlengkapan, FIS 2, FIK dan khusu dalam pengembangan e-
FMIPA. Learning dan Materi Pembelajaran
e. Koneksi Wireless LAN, digunakan UNP, sebagai wujud komitmen UNP
untuk menghubungkan Pusat Server dalam memanfaatkan TIK dalam
dengan unit-unit dan lembaga yang pembelajaran, yang tertuang dalam
tidak terjangkau oleh system kabel SK. Rektor No. 257/ H.35/PP/2008.
UTP dan FO. Tim pengembang ini bertugas dan
Lebih jauh, berdasarkan data yang bertanggung jawab dalam proses
diperoleh dari perencanaan tim TI UNP, pengembangan aplikasi e-Learning
dapat diperlihatkan topologi jaringan sebagai salah satu bentuk aktifitas
local UNP Padang, sebagai berikut : pemanfaatan TIK dalam kegiatan
akademik di UNP.
Disamping kebijakan yang berkaitan
dengan pengembangan TI di UNP, juga
diambil kebijakan lain untuk mendukung
tercapainya optimalisasi pemanfaatan TI
di UNP antara lain :
1. Memberlakukan sistem paperless
office di semua unit dan lini dalam
Gambar 3. Topologi Jaringan Lokal UNP institusi UNP Padang, melalui
Padang dukungan aplikasi Share Point.
2. Mengatur tata laksana pemanfaatan
2. Kesiapan Kebijakan Pengelolaan TI infrastrutur dan fasilitas IT yang ada di
di UNP lingkungan UNP dalam suatu SOP
a. Pembentukan Tim TI pada tahun (Standard Operation Procedure),
2005 terutama hal-hal yang berkaitan
Untuk mendukung pelaksanaan dengan Sistem Jaringan Lokal dan
pengembangan TI di UNP Padang, Internet, Sistem Aplikasi Smart
Dalam pelaksanaan tugasnya, Tim ini Campus dan perlunya pengaturan
berhasil menetapkan beberapa kebijakan dan wewenang bagi tim
rancangan antara lain : teknis IT UNP Padang.
- Rancangan pengembangan sistem 3. Transparansi dan Akuntabiitas
jaringan LAN UNP dengan koneksi keuangan, melalui kerjasama dengan
kabel dan wireless. Bank Pembangunan Daerah melalui
- Rancangan pengembangan sistem Pembayaran SPP Online dan
aplikasi layanan akademik berbasis informasi keuangan.
teknologi online.
b. Pembentukan Tim Teknis TI pada 3. Kesiapan Sistem Aplikasi
tahun 2006 - 2008 Sistem aplikasi pendukung
Untuk merealisasikan rencana penyelenggaraan pendidikan berbasis TI
pengembangan ICT dan aplikasi ini dikembangkan melalui proses
pendukungnya, maka tahun 2006 tim outsourcing melalui kerjasama dengan
pengembang ICT dibentuk menjadi PT Telkom Indonesia, melalui paket

513
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

Smart Campus. Berikut daftar aplikasi punggung penyelenggaraan proses


yang ditawarkan dalam paket Smart pendidikan akan berjalan dengan baik.
Campus pada tahun 2006. Dari hasil penelitian ini dari sisi
kesiapan infrastruktur dan sistem
4. Kesiapan Sumber Daya Manusia jaringan LAN UNP, dapat dinilai sudah
Dengan dukungan infrastruktur dan hampir semua unit terhubung dengan
aplikasi yang telah dikembangkan sistem jaringan yang tidak hanya sampai
sebagai wujud kebjikan dalam menyentuh pada level jurusan dan
merealisasilan dukungan teknologi program studi namun juga sudah sampai
informasi dalam pendidikan di ke fasilitas laboratorium dengan koneksi
lingkungan Universitas Negeri Padang, internet, walaupun belu semua lab
maka pada tahapan berikutnya dilakukan oratorium tersebut tekoneksi ke jaringan
observasi dan pengumpulan data LAN UNP dan internet.
terhadap sumberdaya manusia yang Namun seiring dengan meningkatnya
akan menjadi pengguna dari sistem yang jumlah koneksi yang terbentuk, maka
telah dikembangkan dan meilihat sejauh kebutuhan badwidth aksespun
mana sivitas akademika UNP siap dalam meningkat, sehingga perlu dilakukan
mewujudkan pendidikan berbasis suatu usaha regulasi pemanfaatan
teknologi informasi. bandwidth ini agar pamanfaatannya
Berdasarkan angket dan wawancara dapat merata dan adil antar unit yang
yang dilakukan terhadap 3 kelompok ada di UNP, dengan utilisasi yang
sivitas akademika UNP, yaitu : Dosen, optimal. Saat ini dengan bandwidth
Mahasiswa dan Kayawan. Sedangkan koneksi 10 Mbps, UNP telah
pengaksesa aplikasi yang tersedia di menyediakan sebuah jalan tol akses
Internet oleh masing-masing civitas yang cukup besar, namun pada
dikelompokkan menjadi 5 (lima) aktifitas beberapa lokasi tertentu masih dirasakan
utama yaitu : browsing, email, chating, akses yang sangat lamban, dan dari
sosio culture dan resources. Browsing pengamatan yang dilakukan pada
adalah aktifitas surfing yang dilakukan beberapa titik akses nirkabel, terdapat
oleh sivitas, email dan chating adalah beberapa koneksi dalam model “open
aplikasi komunikasi asinkron dan connection”, sehingga tidak dibutuhkan
sinkron, sosio culture adalah aplikasi verifikasi user dalam penggunaan
socio cumminity, seperti friendster, fasilitas akses yang telah di sediakan,
facenook, blogging dan sebagainya, dan ini akan membuka peluang
sedangkan resources adalah terjadinya pemborosan penggunaan
memanfaatkan internet sebagai sumber bandwidth oleh pihak tertentu yang tidak
tambahan dalam mencari materi kuliah, bertanggungjawab, oleh karena itu
tugas dan sejenisnya. sangat disarankan agar adanya
kebijakan yang mengatur akses wireless
PEMBAHASAN yang tersedia di lingkungan LAN UNP.
Universitas Negeri Padang, sebagai Dari sisi kebijakan yang ada tentang
salah satu universitas yang tengah pengembangan TIK di UNP, pengambil
berbenah dan terus mengembangkan kebijakan telah menempuh cara yang
pemanfaataan teknologi informasi dan tepat dalam rangka mempercepat proses
komunikasi dalam penyelenggaraan dengan membentuk tim khusus yang
pendidikan, tidak saja dalam proses bertugas mengelola TI di UNP Padang
pengembangan infrastruktur, kebijakan, dan sejauh ini, tim TI ini telah berhasil
dan perangkat lunak pendukung namun mengadakan berbagai pembaharuan
juga usaha pengembangan dari sisi dan pemeliharaan terhadap sistem yang
sumber daya manusia, sehingga ada, seperti peluasan koneksi jaringan
diharapkan semua rencana dan peningkatan kualitas sarana akses
pengembangan dan pemanfaatan LAN dengan teknologi gigabit fiber optik,
tekologi terbaru tersebut sebagai tulang disamping itu dalam upaya perbaikan
penyelenggaraan layanan akademik

514
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

kepada sivitas akademika, juga telah ini berarti bahwa terjadi kesinambungan
diimplementasikan suatu paket aplikasi penggunaan fasilitas LAN dan koneksi
yang terintegrasi dalam aplikasi “Smart internet oleh masing-masing entitas
Campus” yang dirintis sejak tahun 2006, tersebut.
dan terimplementasikan sejak tahun Namun jika dilihat dari sisi
2007 pada beberapa aplikasi dan pada pemanfaatan konten akses, mayoritas
tahun 2008 hampir semua software masih dialokasikan untuk kebutuhan non
aplikasi yang dibutuhkan telah berjalan di akademis, seperti browsing, emailm,
server LAN UNP dengan baik, dan chatting, socio culture, sedangkan
hanya ada satu software aplikasi yang pamanfaatan untuk kebutuhan reseurces
masih dalam status pengembangan yang masih relatif rendah, namun angka
berkaitan dengan kebutuhan eksekutif tertinggi di peroleh dikalangan dosen
institusi dalam aplikasi “Sistem Informasi untuk kategori ini, sedangkan pada sisi
Eksekutif”, dan aplikasi ini adalah mahasiswa dengan adanya ketersediaan
aplikasi yang resume report yang dapat materi dalam bentuk modul dari dosen
digunakan oleh pengambil kebijakan menjadi alasan bagi mereka untuk tidak
berdasarkan resume data yang diperoleh mencari sumber lain di internet kecuali
dari semua sistem aplikasi lain yang hanya untuk melengkapi data tugas
telah dijalankan. perkuliahan.
Berbagai software aplikasi pendukung Sedangkan pengetahuan sivitas
dalam ‘’Smart Campus” telah diresmikan tentang aplikasi “Smart Campus” sangat
penggunaannya di UNP Padang sejak, rendah, dari kalkulasi yang dilakukan
semester Januari – Juni 2008 sebagai dari 20 orang entitas yang ditanya hanya
basis sistem informasi di ligkungan UNP 1 orang yang bisa menjelaskan paket
Padang, pada tahapan berikutnya aplikasi smart campus yang ada di UNP,
bagaimana semua aplikasi yang telah sedangkan jika ditanya satu persatu
dikembangkan tersebut dapat diterima aplikasi dalam aplikasi Smart Campus
dan digunakan dengan baik oleh semua diperoleh data yang cukup baik, untuk
sivitas UNP. Oleh karena itu merupakan aplikasi portal akademik (SIA) diperoleh
suatu kebutuhan yang mendesak bagi dari 10 orang mahasiswa yang ditanya 9
pimpinan institusi untuk mengambil orang dapat menjelaskan dengan baik,
kebijakan totalitas pemanfaatan aplikasi sedangkan pada sisi dosen daro 10
“Smart Campus” oleh semua sivitas orang yang di tanya hanya 2 orang yang
akademika UNP. dapat menjelaskannya dengan baik.
Dari sisi kesiapan sumber daya Sedangkan untuk pengaksesan
manusia, baik dalam kelompok terhadap aplikasi Smart Campus, dari 20
mahasiswa, dosen maupun karyawan mahasiswa menyatakan bahwa mereka
untuk menerima dan beradaptasi dengan mengakses hanya bersifat tentatif,
teknologi baru di lingkungan UNP khususnya pada saat awal semester
Padang, diperoleh data yang cukup untuk kebutuhan registrasi dan
menggembirakan. Pengembangan perbaikan Kartu Rencana Studi
infrastruktur jaringan dan internet yang mahasiswa, sedangkan pada entitas
dilakukan di UNP memperolah respon Dosen menyatakan mereka tidak
yang positif dari sivitas akademika, hal mengetahui dan tidak memiliki account
ini dapat dilihat termanfaatkannya untuk mengakses aplikasi tersebut.
fasilitas akses dengan rata-rata waktu Hal ini dapat digunakan sebagai indikator
akses antara 2 – 6 jam / hari untuk bahwa proses sosialisasi aplikasi Smart
masing-masing entitas mahasiswa, Cmapus dikalangan sivitas masih belum
dosen dan karyawan. Jika diambil optimal, oleh karena itu perlu dilakukan
alokasi waktu rata-rata dari semua data upaya yang lebih serius dari pengelola TI
yang didapatkan, maka 35% untuk menyebarluaskan informasi
dimanfaatkan oleh mahasiswa, 40 % tentang Smart Campus ini di semua unit
oleh dosen dan 25 % digunakan oleh dan fakultas yang ada di UNP Padang.
entitas karyawan di lingkungan UNP. Hal

515
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

PENUTUP upaya mencegah pemanfaatan oleh


Dari kegiatan penelitian dan hasil analisa pihak yang tidak bertanggung jawab.
data serta pembahasan, maka dapat 2. Perlu dilakukan upaya intensif untuk
disimpulkan hal-hal sebagai berikut : mensosialisasikan aplikasi pendukung
1. Peranan teknologi informasi sebagai penyelenggaraan layanan dan
salah satu tulang punggung layanan administrasi pendidikan dalam paket
akademik di UNP Padang, sudah Smart Campus, sehingga semua
merupakan keharusan, seiring sivitas akademika di lingkungan UNP
dengan meningkatkan kebutuhan dapat memanfaatkannya secara
terhadap teknologi ini dalam maksimal
memberikan otomasi layanan 3. Perlu dilakukan kajian lebih jauh
informasi kepada sivitasnya. tentang kebijakan pemanfaatan
2. Berbagai upaya pengembangan teknologi informasi dari sisi
dilakukan dalam upaya percepatan pemanfaatan konten aplikasi dan
pemanfaatan teknologi informasi ini jaringan internet, sehingga akan
dalam penyelenggaraan pendidikan di meminimalisasi kemungkinan
UNP, yang antara lain diawali dengan munculnya dampak negatif dari
pengembangan infrastruktur dan LAN kehadiran teknologi informasi di
UNP, pengembangan aplikasi lingkungan lembaga pendidikan.
pendukung akademik dan
pengembangan sumber daya Daftar Pustaka
manusia pengelola TI melalui suatu Budi Rahardjo. 2003. Menjebatani
tim khusus. Kesenjangan Digital di Indonesia,
3. Untuk melihat kesiapan Makalah dipresentasikan di Habibie
penyelenggaraan pendidikan berbasis Center Jakarta, 14 Januari 2003.
teknologi informasi di UNP Padang, Lukito Edi Nugroho. 2007a. On
maka dilakukan analisis kesiapan Developing ICT Curriculum and Its
terhadapa beberapa komponen, Implementation in Higher
antara lain : a) kesiapan infrastuktur Education, Presentasi dalam
dan jaringan LAN UNP Padang, b) rangka Wisuda angkatan XII,
kesiapan kebijakan bidang Program Magister Teknologi
pengembangan teknologi informasi, c) Informasi UGM Yogyakarta, 30
kesiapan perangkat lunak dan aplikasi Januari 2007.
pendukung dan d) kesiapan Lukito Edi Nugroho. 2007b. Tata Kelola
sumberdaya manusia. Dari keempat dan SOP Pemanfaatan TI di
komponen tersebut, kesiapan sumber Perguruan Tinggi. Disampaikan
daya manusia masih memerlukan dalam kegiatan Workshop SOP
pembinaan lebih lanjut, terutama MIS UNP, ISS TPSDP, 25-26 Mei
dalam pemanfaatan teknologi 2007.
informasi sebagai penunjang Oetomo, B.S.D dan Priyogutomo, Jarot.
peningkatan kualitas 2004. Kajian Terhadap Model e-
penyelenggaraan pendidikan. Media dalam Pembangunan Sistem
Beberapa hal, berkaitan dengan e-Education, Makalah Seminar
beberapa temuan dalam penelitian ini Nasional Informatika 2004 di
dapat disarankan demi tercapainya Universitas Ahmad Dahlan
secara maksimal tujuan pengembangan Yogyakarta pada 21 Februari 2004.
teknologi informasi di lingkungan Richardus Eko Indrajit dan Richardus
Universitas Negeri Padang, antara lain : Djokopranoto. 2004. Manajemen
1. Perlu ditetapkan dengan segera untuk Perguruan Tinggi Modern, Jakarta :
mengembangkan sebuah Standard STMIK Perbanas Jakarta.
Operational Procedure (SOP) dalam Utomo, 2001. E-Learning, Pendidikan
pemanfaatan fasilitas dan infrastruktur berbasis Teknologi Informasi,
jaringan LAN dan Internet Yogyakarta : Andi Offset.
dilingkungan UNP Padang, sebagai

516
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

PENGEMBANGAN MODEL BLENDED LEARNING BERBASIS


LEARNING MANAGEMENT SYSTEM (LMS)

Oleh:
Muhammad Adri *)
mhd.adri@unp.ac.id
A. Muri Yusuf **)
Aliasar **)
Jalius Jama *)

ABSTRACT

The presence of online technology has provided opportunities for education in developing
online learning models. But in reality the implementation of online learning model has a
weakness, because education can not be simplified to just download the learning
materials passively in front of a computer monitor. The best approach is to integrate the
model of online learning with classroom learning known as blended learning. The purpose
of this research is to develop a blended learning model-based Learning Management
System (LMS), thus providing the opportunity for students to learn to be more
independent before face to face in class. In this study developed an online learning
environment with the LMS in the course Computer Networks and Data Communication.
Implementation of Blended Learning is managed by the LMS, to control the learning
activities of students in an online environment, through a learning process model to
control the activities of students in the classroom (classroom activity) and activities outside
the classroom (out-of-class activity) that will be evaluated in the classroom

keywords: information technology, online learning, blended learning, learning


management system, , learning process

*) Dosen Fakultas Teknik UNP Padang


**) Dosen Fakultas Ilmu Pendidikan UNP Padang

PENDAHULUAN

Perkembangan Teknologi didik yang berisi informasi-informasi


Informasi dan komunikasi (TIK) telah pendidikan, yang memiliki unsur-unsur
memberikan dampak yang nyata bagi pendidik sebagai sumber informasi,
kehidupan masyarakat, hampir semua media sebagai sarana penyajian ide,
bidang kehidupan tidak bisa terlepas dari gagasan dan materi pendidikan serta
pengaruh TIK, tak terkecuali bidang peserta didik itu sendiri (Oetomo dan
pendidikan. Pengaruh TIK di dunia Priyogutomo, 2004). Beberapa bagian
pendidikan dapat dilihat pada tiga aspek unsur ini mendapatkan sentuhan media
utama, yaitu dunia pendidikan sebagai teknologi informasi, sehingga
pemanfaat teknologi informasi, dunia mencetuskan lahirnya ide tentang
pendidikan sebagai penghasil tenaga penyelenggaraan pendidikan berbasis
ahli bidang teknologi informasi dan dunia teknologi informasi (Utomo, 2001).
pendidikan sebagai pengembang Sebagai penghasil tenaga ahli bidang
teknologi informasi (Lukito, 2001). teknologi informasi, dunia pendidikan
Sebagai pengguna TIK, maka berperan serta dalam menghasilkan
pendidikan, yang pada dasarnya tenaga-tenaga ahli bidang teknologi
merupakan suatu proses komunikasi dan informasi dan sebagai pengembang TIK
informasi dari pendidik kepada peserta diwujudkan dengan adanya program-

517
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

program pendidikan dengan kajian cendrung untuk pasif dalam belajar


bidang TIK.TI. karena lemahnya kreatifitas.
Berbagai program ditawarkan oleh Oleh sebab itu perlu dilakukan upaya
pemerintah untuk meningkatkan peran untuk menggali kemampuan kreatifitas
serta dunia pendidikan dalam belajar mahasiswa dengan
memanfaatkan teknologi informasi memanfaatkan berbagai perkembangan
sebagai teknologi penunjang teknologi yang ada, sehingga
peningkatan kualitas pendidikan di pertumbuhan pengguna jasa layanan
Indonesia, seperti Program INHERENT internet yang cukup besar tersebut
(Indonesian Higher education network) menjadi lebih terarah kepada
pada tahun 2006, dan program Jaringan pengembangan keilmuan dan pendidikan
Pendidikan nasional (Jardiknas). Namun mereka, serta bagi tenaga pendidik
kemudian program ini ternyata belum dengan memanfaatkan teknologi
memberikan dampak yang signifikan tersebut sebagai sarana pendistribusian
terhadap pemanfaatan IT dalam dunia materi ajar.
pendidikan di Indonesia, sebagaimana Teknologi internet dan berbagai aplikasi
dikemukakan oleh Soekartawi (2003), yang berjalan di atasnya, merupakan
banyak faktor penghambat lanjunya peluang sekaligus tantangan dalam
teknologi ini di dunia pendidikan mengembangkan online learning sebagai
Indonesia, diantaranya persoalan media pendistribusian konten
kualitas jaringan, kesulitan dalam pembelajaran. Karena dengan teknologi
mengadopsi teknologui mutakhir yang ini proses penyampaian materi menjadi
bernilai mahal dan sebagainya. lebih efektif, mahasiswa dapat
Latchem dan Jung (2010 : 8 – 10) mengakses kapanpun dan dimanapun.
menganalisis tentang kesiapan negara- Pendekatan terbaik yang dapat
negara Asia dalam dilakukan adalah dengan mengadopsi
mengimplementasikan teknologi infomasi metoda pembelajaran blended learning,
dan komunikasi dalam pendidikan yang merupakan pengintegrasian antara
ditemukan bahwa, Indonesia berada pemanfaatan teknologi internet dengan
pada rangking ke-11 dari 70 negara Asia online learning-nya dan pembelajaran di
dari sisi jumlah pengguna jasa Internet, kelas (classroom teaching), sehingga
dengan jumlah pertumbuhan yang diharapkan akan dapat meningkatkan
sangat signifikan dalam satu dekade, 2 kualitas pembelajaran dan sekaligus,
juta pengguna pada tahun 2000 menjadi meningkatkan peran aktif mahasiswa.
25 juta pengguna pada tahun 2008. Teknologi online learning ditujukan agar
Namun petumbuhan jumlah pengguna ini mahasiswa memiliki kesempatan lebih
tidak diiringi oleh kenaikan dalam awal mempelajari materi perkuliahan,
impelemntasinya di dunia pendidikan, sebelum mereka menerima penjelasan
dimana Indonesia berada pada rangking ketika berada di dalam kelas.
ke-68 dari 70 negara. Pemanfaatan blended learning sendir,
Banyak faktor penyebab terjadinya dewasa ini sudah menjadi trend pada
kondisi ini, salah satu diantaranya adalah lingkungan pendidikan tinggi,
umumnya lembaga pendidikan Indonesia sebagaimana dikemukakan oleh Ellis
masih melaksanakan metoda et.al (2006), karena umunya mahasiswa
pembelajaran dengan konsep Campus- pada perguruan tinggi telah memiliki
Basedteaching and Learning, sehingga budaya belajar mandiri, sehingga potensi
hanya baru sebagian kecil lembaga ini berpeluang besar untuk dapat
pendidikan yang berani diterapkan.
menginvestasikan teknologi ini sebagai Pada penelitian ini dikembangkan suatu
penunjang keberhasilan pendidikan. model pembelajaran Blended Learning,
Disamping itu Kingston & Forland (2008) berbasis Learning Management System
juga menemukan bahwa umumnya (LMS) yang diharapkan sesuai dengan
mahasiswa Asia masih menganut kebutuhan institusi pendidikan di
konsep belajar terbimbing, group dan Indonesia. Pada penelitian ini akan

518
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

dicoba untuk mengkaji bagaiman


mahasiswa belajar dalam model mixed,
online learning pada satu sisi dan
pembelajarn di kelas pada sisi yang lain.
Sehingga blended learning ini sesuai
untuk diimplementasikan di Indonesia.
Sebagai studi kasus, pengembangan
model Blended Learning ini
diimplementasikan pada mata kuliah
Jaringan Komputer dan Komunikasi
Data.

METODOLOGI

519
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

520
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

THE INTERNET IS FULL OF RESOURCES THAT CAN HELP STUDENTS IMPROVE


THEIR ENGLISH PROFICIENCY

Oleh:
Muhamad Thaufiq Pinat*)

ABSTRAK

Internet merupakan sumber yang sangat lengkap dapat menolong mahasiswa untuk
meningkatkan kemampuan bahasa Inggrisnya (English proficiency). Membaca berita-
berita artikel dalam berita bahasa Inggris adalah suatu cara bekerja dengan kemampuan
membaca (reading comprehension). Internet merupakan satu wadah yang paling baik
untuk meeningkatkan kosa-kata dimana definisi dapat dilihat dengan mudah dengan cara
yang sederhana melalui pencarian di web. Ini juga dapat sangat menolong untuk mencari
merk kamus bahasa Inggris di website. Banyak kamus gratis di internet yang dapat
dimanfaatkan dengan mudahnya oleh mahasiswa. Semua peristilahan dapat diperoleh
dengan sangat mudah, mulai dari yang sederhana sampai ke tingkat komplek sekalipun.
Kemudian melalui internet mahasiswa dengan mudahnya mencari terjemahan bidang apa
saja untuk mempercepat pemahaman materi perkuliahan yang dipelajarinya. Melalui
internet mereka bisa berkomunikasi dengan berbagai bangsa di dunia yang tidak terbatas
jangkauannya. Seperti melaui e-mail, facebook, twitter dan lainnya. Mereka bisa
berdiskusi mengenai topik yang menarik, dapat meningkatkan percakapan, tulisan dan
pendengaran dalam bahasa Inggris. Internet dapat memungkinkan penggunaan bahasa
Inggris dalam berbagai cara setiap hari, dan tanpa disadari sesungguhnya telah
meningkatkan kemampuan bahasa Inggris. Kemampuan bahasa Inggris sangat
dibutuhkan untuk menjadi seorang yang mempunyai sumber daya manusia yang handal
dan profesional.

Kata kunci : Internet, Website, English proficiency


*)
Dosen Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Negeri Padang

INTRODUCTION

The Internet is a global system of English proficiency is the the ability to


interconnected computer networks that speak, read and/or write in English. To
use the standard Internet Protocol Suite be considered truly proficient, one should
(TCP/IP) to serve billions of users have advanced abilities in all three areas
worldwide. It is a network of networks of communication.
that consists of millions of private, public,
academic, business, and government English proficiency is the ability of
networks, of local to global scope, that someone to use their English as written
are linked by a broad array of electronic, and spoken language in standard form of
wireless and optical networking its accuracy and fluency. It also means
technologies. The Internet carries a vast that they must be good in listening,
range of information resources and speaking, reading and writing.
services, such as the inter-linked
hypertext documents of the World Wide English is a West Germanic language
Web (WWW) and the infrastructure to which is the dominant language in the
support electronic mail. United Kingdom, the United States,
many Commonwealth nations including
Australia, Canada, New Zealand and

525
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

other former British colonies. It is the Computer applications in the process of


second most spoken language in the learning enables an individual learning.
world. It is estimated that there are 380 The user can interact directly with the
million native speakers and 300 million source of information. The development
who use English as a second language of computer network or internet currently
and a further 100 million use it as a allows its users to interact in acquiring
foreign language. It is the language of knowledge and information desired. The
science, aviation, computing, diplomacy, various forms of learning interaction can
and tourism. It is listed as the official or take place with the computer network or
co-official language of over 45 countries internet. Some education institutions in
and is spoken extensively in other several countries that have been
countries where it has no official status. developed using internet.
English plays a part in the cultural,
political or economic life of the many The Best Way to Improve English
countries in the world. Speaking Skills through Internet

English is one of the most widely 1 Enroll in English Course


spoken languages in the world. Gaining Communication is difficult in any
English proficiency can be an important language, but it is of particular
aspect of education in many fields from difficulty in English. English is widely
literature, engineering technololgy, social regarded as one of the most difficult
science, to business. In general, languages in the world to master.
Indonesian Students still have difficulties English courses are offered through
in mastering English to communicate distance learning methods such as
with international people in speaking, email and the Internet.
reading comprehension, listening Improving your English speaking
comprehension and academic writing. In skills is one way to open many doors
the maintime, English proficiency is in your life. If you do not speak fluent
inevitable to communicate with other English, regardless of your country of
people in the world. origin, your abilities to further your
education and to be competitive in
There are many accessible ways to the job market are extremely limited.
improve English proficiency effectively If you are motivated and can devote
without taking formal classes. Therefore, the time necessary to improve your
to increase English proficiency can be English, you will be rewarded with the
achieved by using internet, because the ability to communicate more
internet is full of resources that can help effectively in social, educational and
you improve your English proficiency. professional settings.

The Internet is one of the best places to One way to improve your English
go to improve vocabulary since communication is to expand your
definitions can be looked up easily with a vocabulary. In English, there are
simple web search. It can also be helpful many ways to express a given
to bookmark an English dictionary sentiment. One word can have
website. Participating in an English- dozens of synonyms, each with its
speaking message board or forum own tone and connotation. By
community is a way to work on your expanding your vocabulary, you
writing ability while discussing topics of increase the amount of ways you can
interest. The Internet can allow you to say what you need to say. Not only
use English in some way every day. By does this make your communication
exploring the internet, what information sound more intelligent, it can also
are needed can be obtained easily. help you to more accurately express
the intention you are attempting to
convey. Thus, expanding your

526
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

vocabulary can improve your English 4 Interact with Others and Speak
communication in helping you to say Regularly
what you want to say in a more
effective and diverse manner. Immerse yourself in the English
language as much as possible by
2 Give it Structure surrounding yourself with people who
If you have a presentation coming up, speak it or are also learning. Speak
or a problem you would like to in English in your daily social
discuss in an interpersonal setting, interactions. Repetition and feedback
effective communication can make all from others will help immensely and
the difference. In English, where will reinforce what you have learned
people can often end up confusing in class. One of the most important
each other, the best way to present aspects of gaining proficiency in any
an argument is to give it structure. language is speaking it regularly.
This accomplishes a couple of goals. Self-study can improve reading and
First, it ensures that you, as the comprehension skills, but interacting
speaker, are covering all of the with other English speakers is
necessary issues. Second, it aids you essential for boosting real-world
in presenting the information in an comprehension and practical use of
organized and easy-to-understand the English language. If you live in a
fashion. Both of these components bilingual home, designate a certain
increase the effectiveness of the amount of time each day for speaking
message you are sending, as it only in English. Making English-
increases the chances of successful speaking friends, perhaps those
comprehension for the recipient. interested in learning a different
language that you speak, can help
3 Practices increase proficiency. Living in an
Practice makes perfect, particularly in English-speaking country will help
the case of learning to speak a new immerse you in the language and
language. Complete each increase all aspects of your English
assignment that you are given from knowledge.
your classroom instructor. You
should also purchase or check out Internet can Improve Reading
supplementary learning tools from
Comprehension With Technology
the library, such as a dictionary–
preferably one with English and your
native language. Grammar books are When students learn to read, books don’t
also available. The best way for you have to be the only medium they use.
to improve your English Today, a variety of technological options
communication is to continually exist for improving reading
communicate in English. Whether comprehension, from websites aimed at
this involves speaking English when reading to teacher-created resources
it’s more comfortable to speak in a using the computer. Use the technology
different language, or giving an you have in your school to help improve
impending presentation to a mirror to your students’ reading comprehension
get more comfortable with the skills, and you will find a new way to
language you are using, practice can reach struggling readers.
improve your inflection, intonation
and pronunciation drastically. It also 1 Create a webquest to activate prior
can help improve your confidence, knowledge about a book before
which, in some cases, can go a long reading. When you want to teach a
way towards making up for other book that will require extra
imperfections. information for your students to
understand it, it can be helpful to give

527
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

them background information before books on headphones and read


they read. As an example, if you want along with a printed version to
to teach Harper Lee’s novel, “To Kill improve their reading comprehension
a Mockingbird,” it might be helpful for skills. Plus, as an added bonus, the
students to understand the historical format of these mp3 books is
background of the novel before they attractive to tech-savvy students.
read it (the Depression, 1930s race
relations in the Southern United The Internet can to Improve Your
States, the Scottsboro Boys trial). Set
up an Internet scavenger hunt (also Business and Technical Writing Skills
known as a webquest), where your Good writing skills are essential for a
students will visit sites about these career in Public Relations. A solid
historical facts and answer questions foundation in writing basics is good, but
about them. You can find a variety of to succeed as a professional, it takes
webquests already online through practice and commitment.
sites like eduscapes.com if you don’t You can always improve your business
want to make your own. and technical writing skills. If you are
2 Allow your students to practice using involved in the business world, it is
websites that are created for reading important to continually strengthen your
comprehension skills. For elementary business and technical writing skills.
students, sites like scholastic.com or Whether you are writing emails to your
starfall.com have reading games that employees or manuals on how to use
students can play, and even quizzes computer software, you need to be able
they can take about the information to communicate clearly and use proper
they have read. Older students might grammar and punctuation.
use websites set up by the state
department of education for INSTRUCTIONS
standardized test preparation on Business Writing
reading (for example, in the state of
1 Learn all you can about the software
Florida they have Odyssey and FCAT
your company uses to write emails,
Explorer sites to help students
letters and manuals. Unfamiliarity
practice for state assessments).
with the software can slow you down
Some students feel more comfortable
or distract you when trying to write.
navigating web pages than the pages
You can find tutorials online for most
of a book; for these students, they
common software packages. Most
can improve their skills online and
software gets easier to use with
then apply those skills in other
practice, so make sure you use the
reading formats.
software as much as you can.
3 Provide chances for students to listen
2 Take an online class in business
to a book as they read by using a
writing or pick up a book at your local
book on CD. You can play it for your
bookstore. Every business writer
whole class and have them read
should be familiar with books such as
along, or let individual students use
“10 Steps to Successful Business
this method with headphones. Some
Writing,” by Jack E. Appleman. Most
students are auditory learners, and
business writing books are available
they improve their reading skills when
at amazon.com or your favorite
they can hear an experienced reader
bookstore.
as they read on their own.
3 Proofread, proofread, and proofread
4 Ask your school media specialist
some more. Before sending emails,
about mp3 books. These types of
proofread by sight and read aloud. If
books resemble a regular mp3
you have any doubts about the
player, but they only have one thing
appropriateness or clarity of
on them: a read-aloud version of a
something in an email, take it out or
book. Students can listen to these

528
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

rewrite it. Use the same proofreading even record and play the songs that you
process for letters, memos, and other are listening to. Here is how you can
written correspondence. utilize this program to listen to numerous
free Internet radio stations.
Technical Writing Research how others utilize Internet
1 Spend time crafting headings for broadcasting by logging onto as many of
each section of your writing. The the sites as you can. Sites such as
heading should be brief and give the stickam.com and ustream.com have
reader a sense of what the section hundreds of people doing live broadcasts
they are about to read is about. If you from their homes and offices 24 hours a
cannot summarize a section in just a day. See what they do and if you like it,
few words, you may need to clarify utilize what you learn.
your purpose and rewrite the section.
Proper headings can be read Instructions
independently of the text. For 1 Download and install the Nexus
example, the heading of this section, Radio software from the official
“Technical Writing,” is in correct form Nexus Radio website. Launch it and
because it makes sense before you will then be able to view all the
reading the text. A heading that reads stations that are available based on
“To Improve Technical Writing, Start genre.
With This Tip” would be incorrect 2 Navigate to the station you wish to
because it requires the reader to read listen to and click on the “Play”
the section in order to understand the button.
heading. 3 When you wish to record a song you
2 Always write in present tense. In are listening to, simply click on the
technical writing, it is tempting to slip “Record” button. When you are done,
into the future tense (e.g., “You will click “Stop” to stop the recording.
see…”). However, this is rarely 4 You can listen to those songs you
necessary. Writing in the present have recorded from the “Record” tab
tense makes your work clearer and of the application.
easier to understand.
3 Make the reader the actor in each of How to Connect a Wireless TV
your instructions. Technical writing Computers and TVs are coming closer to
can get confusing when readers don’t merging together as many people watch
know who is doing what. Always TV on a computer and connect to the
imagine the word “you” before every Internet through a TV. Wireless TV,
sentence you write in order to avoid commonly called Internet TV, allows
this problem. users to connect to the Internet through a
wireless connection for surfing the Web,
Free Internet Radio and Television can watching online streaming videos and
Improve your Listening listening to online radio. To use the
Comprehension Internet TV features, a user needs to
configure the TV settings to be able to
Practice thinking fast when listening so connect to the Internet network at home.
you can give a good reply – either witty
or serious. If you can listen, absorb a Instructions
question, then give a quick reply that 1. Power on the wireless TV.
impresses the audience. You can prove 2. Press the “Home” button on the
yourself as both a great orator and remote control to open the main
listener with a razor sharp mind. menu.
The Internet is brimming with everyday 3. Navigate to the “Applications” menu
free applications. Nexus Radio is one of by using the arrow keys on the
many radio software programs. You can remote control. Press the “Enter”

529
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

button after highlighting the Refferences:


“Applications” menu option.
4. Navigate to the “Settings” option and Diane Marianta Uneputty (2010) Internet
press “Enter.” Based English Proficiency Saved
5. Highlight the “Network” option and Training for Indonesia Student,
press “Enter.” Universitas Taman Siswa:
6. Highlight the “Wi-Fi Settings” option Yogyakarta.
from the “Network” menu and press
“Enter.” Select your home wireless http://en.wikipedia.org/wiki/Internet
network from the list of displayed
wireless networks in vicinity and http://massofa.wordpress.com/2011/01/0
press “Enter.” The wireless TV will 6/what-is-english-proficiency/
connect to the wireless network.
http://wiki.answers.com/Q/What_is_Engli
sh_Proficiency.
CONCLUTION http://www.americangraduateeducation.c
om/articles/en/english-
English is widely regarded as one of the proficiency.htm
most difficult languages in the world to
master. Most students in Indonesia still http://www.ehow.com/how_5877429_imp
have difficulties in mastering English to rove-reading-comprehension-
acquire English proficiency. technology.html
Consequently, this problem should be
seeked the alternative ways to overcome http://www.ehow.com/list_6374218_ways
their problem. The internet is the best -improve-english-proficiency.html
way to answer it for many reasons:
First of all, the Internet already are http://www.ehow.com/way_5914540_wa
known by students from elementary y-improve-english-speaking-
schools to high schools level. skills.html
Second, the internet is full of resources
that can help you improve your English Oking .G & Nigel P. (1993). Hugo's
proficiency. Simplified System Indonesian
Third, the Internet is one of the best Phrase Book, Hugo,s Language
places to go to improve vocabulary since Books Ltd/Lexus Ltd., England.
definitions can be looked up easily with a
simple web search. Sharpe, I. Pamela (2007). How to
Fourth, the Internet can be accessed all Prepare for The TOEFL, Barrron’s
the times as much as you can to search Educational Series: Ohio US.
whatever you need with cheapest cost
for long time.
Finally, by using the internet you will
obtain English proficiency in short time in
order to fullfil the requirements in
international communication and
admission for international student to
continue their studies abroad, like
TOEIC, TOEFL and IELTS score.

530
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

DEVELOPMENT OF MASTERY LEARNING


WITH INFORMATION TECHNOLOGY AND MULTIMEDIA-BASED

Oleh:
Mukhlidi Muskhir *)
muskhir@gmail.com

ABSTRAK

Konsep pembelajaran tuntas (mastery learning) sangat cocok diterapkan pada pendidikan
kejuruan, karena belajar tuntas berdasarkan pada kompetensi dasar yang harus dimiliki
oleh peserta didik. Pembelajaran tuntas sering menghadapi kendala dengan waktu.
Pembelajaran tuntas sering memerlukan perlakuan tambahan kepada peserta didik untuk
pencapai standar kompetensi. Kompensasinya adalah pemakain waktu tambahan.
Beberapa literatur menunjukkan bahwa antara waktu dan pencapaian ketuntasan peserta
didik memiliki hubungan korelasi. Terutama waktu tatap muka antara guru dengan siwa
menjadi meningkat. Metoda pembelajaran tuntas juga mengenal anak cepat dan anak
lambat . Ada peserta didik yang cepat dan ada yang lambat. Peserta didik yang lambat
membutuhkan waktu yang lebih banyak dari yang cepat. Sementara yang cepat juga
butuh pengayaan terhadap materi. Pembelajaran tuntas akhirnya lebih menekankan pada
kemampuan individu walaupun prosesnya klasikal.
Penyelesaian masalah tersebut adalah menggunakankan perlatan bantu yang mampu
mengakomudasi kelemahan metoda mastery learning. Peralatan tersebut adalah teknlogi
informasi dengan content (isi) berupa metode belajar dengan menggunakan multimedia.
Materi-materi tersebut dipersiapkan untuk pengayaan bagi yang cepat dan
penyempurnaan materi bagi yang lambat. Materi tersebut lebih bersifat simulasi sehingga
dapat dikaitkan dengan penanaman konsep dan praktek. Data menunjukkan aplikasi ini
telah mampu menghemat waktu hingga sesuai dengan batas waktu yang ditentukan
dalam kelender akademik.

Kata Kunci : mastery learning, multimedia, konsep, metoda, teori, korelasi, content

*) Dosen Fakultas Teknik Universitas Negeri Padang

INTRODUCTION

Long life learning is one of the the mastery learning. Mastery learning is
learning-method who reference of a method that discuss completeness in
education practitioner. Education accordance with the mastery of teaching
practitioner believed that the method materials that have mastered the basic
grow up to their pupil selves. The pupils competencies of participants educates.
are build up the character in there’s life. There are some based principle of
Long life learning method always mastery learning (wolf and Wilson) :
developing pupil for learning. Learners 1. Work at own pace (sort of)
are prepared to have the character to 2. Must achieve 80% to move on to next
always learn continuously. concept
The development of education 3. Frequency evaluations
requires that students have a goal of Based on the opinion of Wolf and
mastery in the specified time. Vocational Wilson is no gap with the children who
education more emphasis on mastering fast and slow students. If a student is not
basic competencies. One method used is able to finish the learning of more than

531
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

80% then he should get remedial. In this article will be these


Remedial Implementation will take more processes to gain an understanding of
time. Mastery learn very special role in the concept map. On the analysis and
the success of a student learning. Slow the outcome will be explained specifically
student unable for complete their from the stage stages.
learning material in limit time. If slow
student getting remedial, he spend much ANALYSIS AND OUTCOME
time for remedial. After that, slow student Currently developing a new
always late to complete the learning concept about the development of
material. How about the fate of a slow mastery learning method. The method is
student? known as mastery learning for the 21st
Each individual student will quickly century (Bergmann and Sams).
learn to experience a significant change Bergmann and Sams explain yet, There
in character. While students who are are mistakes what implementation of
slow going effort to catch up through the mastery learning:
remedial process. Remedial placement is 1. Ineffective note-taking
wrong to bring students the latest trends 2. Frustration at home
will continue to experience delays. 3. Gaps in understanding
The delay will affect students' learning 4. Class time must have value
with the smooth process of further
learning. It needs to mature strategy in Solving this problem that there are
managing a class that implementation five things that must be a teacher:
mastery learning not to be mistaken. 1. Teacher helping the student
Implementation Information technology 2. Engaging hand-on activities
and multimedia will affect with process 3. Teacher know the students batter
and implementation mastery learning 4. True collaboration
method. 5. Our (teacher’s) story
Application of mastery learning is
METHODOLOGY not only contribution of teachers only.
Based on the background this The most important is the student’s
article, about implementation of mastery become a very important part in the
learning in teaching and learning learning process. The lessons allow
activities, found the main problem. The students as the center of the learning
problem is the time spent on remedial process is then called student learning
and strengthening. Related to real time center (Intel Education, 2007). Students
control of the overall impact of material in are required to have special skills in such
one semester. Tried to overcome this learning,
problem by using the method of research 1. Accountability and adaptability
is a literature study approach (review). 2. Communication skill
Real literature study aimed to 3. Creative and intellectual
explore the domain map of research is 4. Critical thinking and reasoning in the
currently developing (Lukito, 2009). system
There are several steps being taken in 5. Information and media literacy skills
the study of literature. These stages are 6. Personal relations and cooperation
started by defining the areas related to skills
the topics to be discussed. Read and 7. Identifying problems and problem
make inferences from the literature that solving
is read from text books, handbooks, 8. Self evaluation
article, journals and blogs that can be 9. Social Responsibility
trusted truth. Make a map of thinking of
all the discussed by experts. Linking the Skills possessed by the teacher
idea of thinking material covered by the and pupils as well as facilities and
experts and finally concluded to the infrastructure will support the mastery
understanding of the ideas developed. learning method. The teachers are

532
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

development the skill. It is not optimal yet internet. He use class worksheet to save
to getting target of the time. The on PDF. He import PDF into “Notebook”
Teacher’s skills are direct impact with for annotation and screen recording
pupils. Pupils must be special skill. How software (jing or screen-flow). After that
join the work and learning? Work has content of multimedia publish in google-
become learning and learning has video or youtube. Dr. Ramsay Mussalam
become work (Edwards Richard, 2002). build the multimedia instructional
Both had special correlation. Learning application (Mussalam,2011).
and working are identical thing in Effective transfer of multimedia
vocational education. Learning can be a content is internet. The most appropriat
job and working will be additional of skill. form is webside. Teacher defficult to built
Teacher’s skill and pupil’s skill the web application. But now, it is not so
could combine to implementation of difficult. Many kind of CMS can be use to
mastery learning method. About time’s development. Figure 2, explain who the
problem in mastery learning can be use built the webside without defficulty. CMS
multimedia instructional design concept. developer has provide the core files (the
Instructional design needs assessment engine) and templates.
and front to end analysis (Lee, William
W. and Owens Diana L ,2004).

figure 2 : develop web (source : Plumley


Goerge 2010: page : 5)

Figure 1 : Assessment and analysis of Teacher can use all application


multimedia (source : Lee, William W. and on internet. Teacher are thinking only
Owens Diana L. ,2004) about the content of web application.
The content of the web application is a
Teacher should build up the multimedia-based learning. Related with
multimedia system. Teacher can mastery learning, multimedia based
communication where and when with learning have contribute. Multimedia
there’s student. Not direct based learning is able to improve the
communication but system performance of mastery learning.
communication. Content of Students can access learning materials
communication are multimedia at home. Slow leaner can improve their
instructional. All of the instructional build ability because content of multimedia
in the system. After that teacher design based learning are record of learning
and develop the system. Design and material from their teacher.
develop system can be use same Teachers can provide learning
application. In internet there are many materials improvements without having
application can be use. Teachers can to add special time for students who are
select application as needed. For slow. Slow leaner can learning with relax
example, Dr. Ramsay Mussalam created at home.
the multimedia instructional application.
He use application available on the

533
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

CONCLUSION Lee, William W. and Owens Diana L.


1. If the method Mastery learning is (2004). Multimedia-Based
combined with multimedia Instructional Design, San
instructional design methods will Francisco, USA : Pfeiffer, an
improve the quality of learning imprint of Wiley.
2. The problem of time constraints due
Lukito, N (2009). Studi Literatur. Posted:
to the slower students in mastery
14 Februari 2009. Diakses pada 19
learning methods can be overcome
Januari 2011., dari alamat
with the provision of materials by
http://mti.ugm.ac.id/~lukito/.
using Internet-based multimedia
3. Teachers will have plenty of time to Mussalam Ramsay (2011). AP
improve the quality of learning Chemestry. Diakses pada 20
because it is provided with Januari 2011 dari alamat
multimedia applications on the http://www.musallamchemistry.com
internet /index.html.
Plumley Goerge (2010). Wordpress-hour
References
Trainer, watch, read, and learn how
to create and customze wordpress
Bergmann Jhonaten, Sams Aaron,
side. Wiley Publishing, Inc.
Mastery Learning for 21st Century.
Sebuah Presentasi diakses dari : Reeve Fiona, Cartwright Marion and
http://center.uoregon.edu/ISTE/uplo Edwards Richard (2002).
ads/NECC2009/KEY_43164194/Be Organization Learning. Barnett
rgmann_Summer09MasteryPresent Richard (2002) Learning to work
ationNECC.ppt and working to learn. Open
University.
Intel education (2007). Program
Pengajaran Intel, Getting Started.
Edisi Master Teacher. Intel
Foundation and Intel Corparation.

534
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

REPRESENTASI PENGETAHUAN PADA PENYUSUNAN LESSON PLAN


MATEMATIKA MENGGUNAKAN PENDEKATAN SOFT COMPUTING

Oleh:
Mukhlis Hidayat *)
mukhlis.hidayat@unsyiah.net
Sri Nurdiati **)
nurdiati@ipb.ac.id
Yani Nurhadriyani **)
yhadryani@yahoo.com

ABSTRACT

Change of educational paradigm from traditional and conventional approach toward a


system approach is needed. Intelligent Tutoring System (ITS) is an advanced generation
of Computer Assisted Instructional (CAI) has more influential in the world of education,
mainly in preparing a lesson plan. Education practitioners such as teachers create lesson
plans with traditional patterns (manual letter) in which not all mathematics teaching
materials could be applied in various learning models. It becomes difficult due to limited
knowledge and mastery level of the teachers in the use of learning models. The objective
of this study is to determine the knowledge representation on the preparation of
mathematics lesson plan. ITS with it’s components support to optimize the determination
of mathematics teaching materials on a number of learning models and dynamically
generate the lesson plan. The approach used in this study is a soft computing approach
through fuzzy inference system technique. The results obtained from this study is a
number of knowledge base that represented in optimal decision-making system.

Keywords : knowledge representation, intelligent tutoring system, lesson plan, learning


model, sistem inferensi fuzzy.
*)
Jurusan Pendidikan Matematika FKIP Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh
**)
Departemen Ilmu Komputer Institut Pertanian Bogor, Bogor

PENDAHULUAN

Tuntutan penggunaan teknologi Tutoring System (ITS) (Prenztas et al.


informasi dalam dunia pendidikan sangat 2002).
dibutuhkan oleh pengguna. Hal ini Intelligent Tutoring System (ITS)
disertai dengan perubahan nyata dari merupakan suatu program komputer
pendekatan tradisional dan konvesional yang dirancang melalui teknik
menuju pendekatan berbasis sistem penggabungan kecerdasan buatan
yang dapat menjadi pendukung utama sehingga mampu mengadaptasi dalam
sebagai sumber belajar dalam mendeskripsikan dan meningkatkan
pembelajaran (Mukhtar dan Iskandar, proses pembelajaran. Sistem ini
2010). memanfaatkan teknik tingkat lanjut yang
Teknologi informasi dalam mampu menspesifikasikan kebutuhan
pengajaran saat ini telah berkembang pembelajaran secara individual layaknya
dengan pesatnya. Perubahan ini dimulai seorang pengajar.
dari generasi Computer Aided Beberapa pendekatan
Instructional (CAI) atau Computer-Based pengembangan ITS telah dilakukan oleh
Instruction (CBI) di tahun 1960 hingga ke beberapa peneliti, diantaranya (Martin
generasi berikutnya yakni Intelligent 2001);

535
SEMINAR INTERNASIONAL
Bridging of ICT and Education

ƒ Computer coach oleh Lajoie dan penguasaan terhadap model serta materi
Lesgold tahun 1992, ajar (Hidayat 2004). Dalam proses
ƒ Cognitive tutor yang dikembangkan pembelajaran, ITS dapat menerapkan
oleh Anderson, Corbett, Koedinger berbagai metode pembelajaran yang
dan Pelletie di tahun 1995, ada, sehingga pemilihan metode
ƒ Simulation tutor oleh Alexe dan pembelajaran akan mempengaruhi jenis
Gescei, Yaced dan Alem pada tahun teknologi apa yang nantinya akan
1996, Forbus, Munro, Johnson, digunakan dalam ITS (Yahya dan
Pizzini, Surmon, Towne, Wogulis dan humairo 2010).
Rickel di tahun 1997, dan Melalui paper ini, kami mencoba
ƒ Collaborative learning system yang mengkaji lebih jauh bagaimana tingkat
dikembangkan oleh Dillenbourg dan kemampuan guru dalam menyusun
Self pada tahun 1998. lesson plan matematika dengan
Dalam kaitannya dengan proses menggunakan pendekatan sistem yakni
pembelajaran, ITS mampu meningkatkan ITS (Gambar 1). Tujuan penelitian ini
kinerja guru dalam menyusun lesson menentukan representasi pengetahuan
plan. Penyusunan lesson plan dalam penyusunan lesson plan
matematika masih dilakukan dengan
matematika berdasarkan tingkat
pendekatan tradisional (manual letter),
penguasaan guru. Manfaat yang
dimana seorang guru hanya
mengandalkan pengalaman mengajar diperoleh dari penelitian ini adalah
dan tingkat penguasaan materi ajar mendukung efektifitas penyusunan
matematika untuk menentukan metode lesson plan matematika secara dinamis.
pembelajaran. Metode pembelajaran ini
hanya terpaku pada teknik sederhana Relevansi penelitian terdahulu
seperti ceramah, tanya jawab, dan Meskipun ITS lahir di tahun 1960,
diskusi kelompok. Padahal dalam lesson permulaan penelitian ITS telah
plan sangat dimungkinkan untuk dikonferensikan pertama kalinya sejak
digunakannya model-model tahun 1988 dengan mengembangkan
pembelajaran terkini yang disesuaikan kecerdasan buatan (artificial intelligence)
dengan materi ajar matematika. yang berbasis pada lingkungan
Hal ini menjadi kendala guru dalam pembelajaran. Selanjutnya diadakan
menentukan materi ajar matematika konferensi ITS mulai 1992, 1996, 1998,
dengan sejumlah model pembelajaran 2000, 2002 hingga dilakukan setiap
pada penyusunan lesson plan. tahunnya pada beberapa negara dan
Pengamatan di beberapa sekolah di telah banyak melahirkan paper-paper
Aceh terhadap guru matematika yang aktual dan global dalam semua
ditemukan bahwa mereka sangat sulit bidang pengetahuan. Beberapa
untuk menerapkan model-model penelitian terdahulu yang berkaitan
pembelajaran di kelas karena dengan topik penelitian ini, diantaranya:
keterbatasan pemahaman dan

Gambar 1. Rancangan arsitektur ITS dalam Penyusunan Lesson Plan


536
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

dalam penyusunan lesson plan. Konsep dasar ITS


Ganjanasuwan dan Sanrach (2006) Komputer di bidang pendidikan
mempelajari pengembangan dan pada dasarnya dibedakan menjadi dua
implementasi sistem cerdas hal, yakni pengajaran tentang komputer
perencanaan pembelajaran (intelligent dan pengajaran dengan komputer.
instructional resource planning system) Pengajaran tentang komputer
dengan tujuan memperkenalkan, merupakan pengajaran terbatas (local
menyesuaikan dan mengekploitasi ke learning) meliputi software, hardware,
dalam bentuk prototipe multi-agent dataware, netware, courseware dan
terintegrasi secara otomatisasi dalam brainware, sedangkan pengajaran
memproduksi perencanaan courseware. dengan komputer merupakan alat
ƒ Jeremic, Devedzic dan Gasevic pembelajaran dengan ruang lingkup
(2007) melakukan suatu rancangan yang sangat luas (global learning) seperti
ITS untuk merancang pola ITS dan CAI.
pembelajaran. Modul yang digunakan Motivasi utama dalam ITS
diantaranya modul siswa dengan 3 didasarkan atas dua faktor yakni
komponen dan modul pedagogic kebutuhan penelitian dan kebutuhan
dengan 3 fungsi yakni lesson plan praktis (Nwana 1990). Kebutuhan
instruksional, mekanisme umpan balik penelitian lebih bersifat terhadap aspek
dan komponen asesmen. psikologi kognitif, sedangkan kebutuhan
ƒ Woo (1991) membuat suatu praktis lebih kepada aspek penerapan
perencanaan instruksional berbasis dan kinerja dengan beberapa komponen
ITS. Metode yang digunakan dengan di dalamnya. Dalam pengembangan
menggabungkan antara lesson plan awal model ITS terdiri dari empat
global dan lokal sebagai kontrol dalam komponen utama: modul domain, modul
pemecahan masalah. siswa, modul pembelajaran, dan
ƒ Kehagias dan Vlachos (2002) lingkungan belajar atau user interface
membandingkan teknik pembelajaran (Freedman 2000). Model ITS sangat
secara tradisional dengan berbasis bervariasi tergantung dari tingkat
sistem yang dikendalikan. Metode kecerdasan yang relatif dengan
yang dilakukan dengan membuat representasi homogen atau heterogen.
bahan ajar kalkulus ke dalam sistem
dan melakukan evaluasi kinerja
terhadap sistem tersebut serta
membandingkan dengan data metode
konvensional.
ƒ Baruth (2002) mengembangkan
sistem pembelajaran berbasis web
untuk bidang pendidikan fisika.
Semua modul domain dan modul
pedagogik telah berada dalam sebuah
sistem yang dirancang menggunakan
pemrograman Perl.
ƒ Chakraborty, Roy, dan Basu. (2010) Gambar 2 Perbedaan traditional system
mengembangkan pengetahuan dengan ITS (Karlgren dalam Redfield et
berbasis ITS dengan menggunakan al. 1998)
dua struktur data utama untuk
merepresentasikan domain Melihat sisi dalam perbedaan ITS
pengetahuan dengan beberapa dibandingkan CAI diantaranya (Nwana
domain model. Hasil yang dicapai 1990):
dengan mengaktualisasi teknik ƒ ITS memberikan artikulasi yang jelas
adaptasi yang menjadi kemampuan terhadap pengetahuan untuk domain
siswa menggunakan alat mesin yang terbatas;
kontrol komunikasi. ƒ ITS memiliki model kinerja siswa yang
dinamis, dipelihara dan digunakan
untuk menggerakkan instruksi;

537
SEMINAR INTERNASIONAL
Bridging of ICT and Education

ƒ ITS mendefinisikan pengetahuan dan memberikan umpan balik yang


aturan inferensi, tetapi bukan urutan mencerminkan hal ini. ITS biasanya
pengajaran yang diturunkan oleh memilih basis pengetahuan yang
suatu program; mewakili baik pengetahuan deklaratif
ƒ ITS memberikan diagnosa rinci maupun prosedural. Untuk keperluan
tentang kesalahan bukan sekedar penelitian ini, pengetahuan deklaratif
latihan dan praktek; dalam bentuk aturan heuristik (kendala)
ƒ Guru/siswa dapat mengajukan harus ditentukan.
pertanyaan pada ITS (ini merupakan Pengetahuan tentang domain
ciri utama dari ITS itu sendiri). bukan satu-satunya pertimbangan.
Dengan demikian Kelebihan ITS Kendala bukan merangkum konsep dari
dengan sistem pembelajaran sebuah domain. Konsep dalam situasi ini
konvensional di antaranya ITS lebih dianggap sebagai ide-ide umum bahwa
cerdas, fleksibel, memiliki dimensi yang guru/siswa harus tahu dalam memahami
dinamis, dan adaptif terhadap instruksi domain. ITS yang mewakili konsep
yang bersifat individual (Redfield et al. domain dapat menentukan seberapa
1998). baik seorang guru/siswa mengalami
Beberapa konsep yang mendasari kemajuan dalam bidang tertentu, dan
ITS diantaranya: berpindah ke tingkat berikutnya.
1. Artificial Intelligence (AI) Akhirnya, sistem harus memiliki suatu
Artificial intelligence (AI) atau definisi yang sintaksis dari domain untuk
kecerdasan buatan muncul pada tahun memahami bagaimana menjabarkan dan
1956 di konferensi Darthmouth oleh memproses hal itu.
seorang professor dari Massachussetts
Institute of Technology yang bernama 4. Representasi Pengetahuan
John McCarthy. Pada konferensi Pengetahuan yang diperoleh dari
tersebut tujuan utama dari kecerdasan pakar atau sekumpulan data harus
buatan, yaitu: mengetahui dan direpresentasikan dalam format yang
memodelkan proses-proses berfikir dapat dipahami oleh manusia dan dapat
manusia dan merancang mesin agar dieksekusi pada komputer. Terdapat
dapat menirukan kelakuan manusia banyak metode berbeda untuk
tersebut. AI itu sendiri dikategorikan oleh merepresentasi pengetahuan,
beberapa ahli seperti Stuart Russel dan diantaranya aturan produksi, frame,
Peter Norvig dalam 4 bagian yaitu: pohon keputusan, objek, dan logika yang
ƒ Thingking humanly, akan berguna dalam mendeskripsikan
ƒ Acting humanly, beberapa kasus.
ƒ Thingking rationally, dan
ƒ Acting rationally. 5. Pengembangan mesin inferensi
Mesin inferensi merupakan
2. Basis Pengetahuan (Knowledge komponen sistem pakar yang
Base) memanipulasi dan mengarahkan
Basis pengetahuan menyimpan pengetahuan dari basis pengetahuan,
representasi dari pengetahuan dengan sehingga tercapai kesimpulan. Mesin
spesifik domain (Jackson 1999). Pada inferensi bertugas membuat kesimpulan
sistem berbasis aturan, basis dengan memutuskan aturan mana yang
pengetahuan berisi domain pengetahuan dipenuhi oleh objek atau fakta,
yang biasanya dikodekan dalam bentuk mengurutkan prioritas aturan yang
aturan-aturan (rules) (Giarratano & Riley dipenuhi, dan mengeksekusi aturan
1998). sesuai dengan prioritasnya (Giarratano &
Riley 1998). Mesin inferensi akan
3. Klasifikasi Pengetahuan memandu, mengarahkan dan
Meskipun investigasi mendasar memanipulasi basis pengetahuan
dari ITS harus dimulai dengan sehingga tercapai kesimpulan yang
pemahaman tentang apa dan bagaimana homogen (Haryanto 2006).
kecerdasan itu disajikan dalam ITS. 6. Sistem pakar
Suatu ITS memiliki pengetahuan dari Menurut Oxman (1985), sistem
domain pembelajaran dan mampu pakar adalah perangkat lunak komputer

538
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

yang menggunakan pengetahuan


(aturan-aturan tentang sifat dari unsur
suatu masalah), fakta dan teknik
inferensi untuk masalah yang biasanya
membutuhkan kemampuan seorang ahli.
Pengetahuan yang digunakan dalam
sistem pakar terdiri dari kaidah (rules)
atau informasi dari pengalaman tentang
tinggah laku suatu objek dari suatu
Gambar 4. Kurva segitiga.
kumpulan masalah. Kaidah tersebut
memberikan deskripsi tentang kondisi ­ 0 x d a atau x t c
°
yang diikuti oleh akibat dari prasyarat P [ x ] ® ( x  a ) / (b  a ) ad xdb
tersebut. ° (c  x ) / (c  b ) bd xdc
¯

Sistem Fuzzy Aturan Fuzzy IF – THEN


Sistem fuzzy merupakan penduga Aturan fuzzy IF-THEN merupakan
numerik yang terstruktur dan dinamis. pernyataan IF-THEN di mana beberapa
Sistem ini memunyai kemampuan untuk kata-kata dalam pernyataan tersebut
mengembangkan sistem intelijen dalam ditentukan oleh fungsi keanggotaan.
lingkungan yang tidak pasti dan tidak Aturan tersebut dinyatakan sebagai
tepat. Sistem ini menduga suatu fungsi berikut:
dengan logika fuzzy (Marimin 2009). IF <proposisi fuzzy 1> THEN <proposisi
fuzzy 2>
Fungsi Keanggotaan
Fungsi keanggotaan (membership Sistem Inferensi Fuzzy metode
function) adalah suatu kurva yang Mamdani
menunjukkan pemetaan titik-titik input Sistem Inferensi fuzzy didefinisikan
data ke dalam derajat keanggotaannya. sebagai proses pemetaan dari input
Derajat keanggotaan memiliki interval yang diberikan menjadi output
nilai [0, 1] dengan jenis fungsi menggunakan teori himpunan fuzzy.
keanggotaan sebagai berikut Teknik inferensi fuzzy yang banyak
(Kusumadewi 2004): digunakan adalah metode Mamdani
a. Untuk representasi kurva trapesium (Negnevitsky 2002).
dan fungsi keanggotaannya:
Lesson Plan
Lesson plan merupakan suatu
rencana yang menggambarkan prosedur
dan pengorganisasian pembelajaran
untuk mencapai satu kompetensi dasar
(KD) yang ditetapkan dalam standar isi
dan dijabarkan dalam silabus. Lingkup
Gambar 3. Kurva trapesium. rencana pembelajaran paling luas
mencakup satu KD yang terdiri atas satu
­ 0 x  a a ta u x ! d indikator atau beberapa indikator untuk
°x a
° satu kali pertemuan atau lebih.
ad xdb
°b a Lesson plan merupakan bagian
P[x] ® penting dalam pelaksanaan pendidikan
° 1 bd xdc
°d di sekolah. Melalui lesson plan yang
 x baik, guru akan lebih mudah dalam
° c xdd
¯d c melaksanakan pembelajaran dan siswa
b. Untuk Representasi kurva segitiga akan lebih terbantu dan mudah dalam
dan fungsi keanggotannya: belajar. Lesson plan dikembangkan
sesuai dengan kebutuhan dan
karakteristik peserta didik, sekolah, dan
mata pelajaran. Komponen lesson plan
terdiri dari Tujuan Pembelajaran, materi

539
SEMINAR INTERNASIONAL
Bridging of ICT and Education

ajar, metode dan model pembelajaran,


sumber belajar, dan penilaian hasil
belajar.
Hubungan model-model
pembelajaran dengan materi ajar
matematika dapat dilihat pada bagan
berikut.

Gambar 6. Tahap pengembangan sistem

PEMBAHASAN
Basis pengetahuan yang dibangun
berupa aturan-aturan (rules) IF THEN
fuzzy dimana terdapat 20 aturan IF
THEN fuzzy.
Tabel Komponen fuzzy pada penguasa_
an Guru
Gambar 5. Hubungan antara model No. Variabel Nilai fuzzy Ket.
Sangat
pembelajaran dan materi ajar Tingkat
Rendah,
matematika. penguasaan
Rendah,
1 dalam materi Input fuzzy
Rata-rata,
ajar
Pengembangan Sistem Baik,
matematika
Sangat Baik
Proses pengembangan sistem ini
diawali dengan mengidentifikasi masalah
yang dikaji serta tugas spesifik yang Kurang
Tingkat
akan ditangani (Marimin 2009). Menguasai,
penguasaan
2 Input Cukup fuzzy
Penentuan sumber pengetahuan dalam model
Menguasai,
dilakukan dengan berbagai cara pembelajaran
Menguasai
diantaranya diskusi dengan pakar
pendidikan, studi literatur dan sejumlah
hasil penelusuran tingkat penguasaan Efektif,
guru pada wilayah tertentu. Cukup
3 Efektivitas Output Efektif, fuzzy
Selanjutnya pengetahuan yang Kurang
Efektif
diperoleh kemudian direpresentasikan
untuk membentuk basis pengetahuan.
Metode representasi pengetahuan Himpunan Fuzzy
menggunakan pendekatan soft Untuk setiap modul, dibangun
computing dengan teknik sistem sebuah sistem inferensi fuzzy yang
inferensi fuzzy. Basis pengetahuan yang melibatkan dua komponen input dengan
dilakukan untuk dijadikan representasi variabel tertentu.
pengetahuan yaitu tingkat kemampuan a. Tingkat penguasaan guru terhadap
guru terhadap materi ajar matematika materi ajar matematika
dan pengetahuan model pembelajaran. ­
° 0 x  0 atau x ! 40
°
P sangatrendah [ x ] ® 1 0 d x d 35
° 40  x
° 35  x  40
¯ 40  35

540
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

­ 0 x  3 0 a ta u x ! 6 0 ­ x  65
° 75  65 65 d x  75
° x  30
° 30 d x  40 °
P SangatMenguasai [ x ] ® 1 75 d x d 100
P re n d a h [ x ] ® 4 0  3 0
°
° 0 x  65 atau x ! 100
° 1 40 d x d 50 °
° 60  x ¯
° 50  x  60
¯ 60  50
­
° 0 x  50 atau x ! 70
°
° x  50
P ra ta  rata [ x ] ® 50  x d 60
° 60  50
° 70  x
°¯ 70  60 60  x  70
Gambar 8 Representasi pada fungsi
­ 0 x  6 0 a ta u x t 7 0 keanggotaan fuzzy untuk input model
° x  60 pembelajaran
° 60  x  70
P B a ik [ x ] ® 7 0  6 0
°
1 70  x  80 Aturan IF-THEN Fuzzy
°
° 90  x Berdasarkan dua input fuzzy di
° 80  x  90 atas, setiap modul memiliki aturan
¯ 90  80 masing-masing dalam penentuan
­ x  80
° 90  80 80 d x  60 efektivitas penyusunan lesson plan.
° Beberapa aturan fuzzy berikut seperti:
P SangatBaik [ x ] ® 0 90 d x d 100 ƒ IF (Materi-Ajar-Matematika is Sangat-
° 1 x  80 atau x ! 100 Baik) AND (Model-Pembelajaran is
° Sangat-Menguasai) THEN (Efektifitas
¯
is Efektif)
Output dari sistem ini adalah nilai
efektifitas penyusunan lesson plan.
Efektifitas dibagi menjadi tiga kelompok:
efektif, cukup efektif dan kurang efektif.
Gambar 7. Representasi pada fungsi Fungsi keanggotaan untuk efektifitas
keanggotaanfuzzy untuk input materi ajar direpresentasikan menggunakan kurva
matematika. trapesium.
­
b. Tingkat penguasaan guru terhadap ° 0 x  0 atau x ! 45
model pembelajaran °
P KurangEfektif [ x ] ® 1 0 d x d 25
­ ° 45  x
° 0 x  0 atau x ! 40 ° 25 d x d 45
°
P KurangMenguasai [ x ] ® 1 0 d x d 30 ¯ 45  25
° 40  x ­
° 30  x d 40 ° 0 x  35 atau x ! 75
¯ 40  30 °
° x  35
­ P CukupEfektif [ x ] ® 35 d x  55
0 x  3 5 atau x ! 5 5
° 55  35
°
°
° x  35 ° 75  x
P C ukupM enguasai [ x ] ® 35 d x  45 55 d x d 75
° 45  35 °¯ 75  55
° 55  x ­ x  65
°¯ 55  45 45 d x d 55 80 d x d 65
° 80  65
°
P E fe k tif [ x ] ® 1 80 d x d 100
­ ° 0 x  6 5 a ta u x ! 1 0 0
° 0 x  50 atau x ! 70 °
° ¯
° x  50
P Menguasai [ x ] ® 50 d x  60
° 60  50
° 70  x
°¯ 70  60 60 d x d 70

541
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

­ 0 x  3 0 a ta u x ! 6 0 ­ x  65
° 75  65 65 d x  75
° x  30
° 30 d x  40 °
P SangatMenguasai [ x ] ® 1 75 d x d 100
P re n d a h [ x ] ® 4 0  3 0
°
° 0 x  65 atau x ! 100
° 1 40 d x d 50 °
° 60  x ¯
° 50  x  60
¯ 60  50
­
° 0 x  50 atau x ! 70
°
° x  50
P ra ta  rata [ x ] ® 50  x d 60
° 60  50
° 70  x
°¯ 70  60 60  x  70
Gambar 8 Representasi pada fungsi
­ 0 x  6 0 a ta u x t 7 0 keanggotaan fuzzy untuk input model
° x  60 pembelajaran
° 60  x  70
P B a ik [ x ] ® 7 0  6 0
°
1 70  x  80 Aturan IF-THEN Fuzzy
°
° 90  x Berdasarkan dua input fuzzy di
° 80  x  90 atas, setiap modul memiliki aturan
¯ 90  80 masing-masing dalam penentuan
­ x  80
° 90  80 80 d x  60 efektivitas penyusunan lesson plan.
° Beberapa aturan fuzzy berikut seperti:
P SangatBaik [ x ] ® 0 90 d x d 100 ƒ IF (Materi-Ajar-Matematika is Sangat-
° 1 x  80 atau x ! 100 Baik) AND (Model-Pembelajaran is
° Sangat-Menguasai) THEN (Efektifitas
¯
is Efektif)
Output dari sistem ini adalah nilai
efektifitas penyusunan lesson plan.
Efektifitas dibagi menjadi tiga kelompok:
efektif, cukup efektif dan kurang efektif.
Gambar 7. Representasi pada fungsi Fungsi keanggotaan untuk efektifitas
keanggotaanfuzzy untuk input materi ajar direpresentasikan menggunakan kurva
matematika. trapesium.
­
b. Tingkat penguasaan guru terhadap ° 0 x  0 atau x ! 45
model pembelajaran °
P KurangEfektif [ x ] ® 1 0 d x d 25
­ ° 45  x
° 0 x  0 atau x ! 40 ° 25 d x d 45
°
P KurangMenguasai [ x ] ® 1 0 d x d 30 ¯ 45  25
° 40  x ­
° 30  x d 40 ° 0 x  35 atau x ! 75
¯ 40  30 °
° x  35
­ P CukupEfektif [ x ] ® 35 d x  55
0 x  3 5 atau x ! 5 5
° 55  35
°
°
° x  35 ° 75  x
P C ukupM enguasai [ x ] ® 35 d x  45 55 d x d 75
° 45  35 °¯ 75  55
° 55  x ­ x  65
°¯ 55  45 45 d x d 55 80 d x d 65
° 80  65
°
P E fe k tif [ x ] ® 1 80 d x d 100
­ ° 0 x  6 5 a ta u x ! 1 0 0
° 0 x  50 atau x ! 70 °
° ¯
° x  50
P Menguasai [ x ] ® 50 d x  60
° 60  50
° 70  x
°¯ 70  60 60 d x d 70

541
SEMINAR INTERNASIONAL
Bridging of ICT and Education

Applications & Research. Vol. 1, pp


74 – 100, Kolhapur, India.
Freedman R. (2000). What is an
Intelligent Tutoring System?
Published in Intelligence 11(3): 15–
16 (Fall 2000)
Gambar 9. Representasi pada fungsi
keanggotaan fuzzy untuk output efektifitas Ganjanasuwan A, Sanrach C. (2006).
lesson plan. Intelligent Instructional Resource
Planning System for an Enterprise
PENUTUP eLearning Management System.
3rd International Conference on
Banyak faktor penentu dalam eLearning for Knowledge-Based
menyusun sebuah lesson plan salah Society, Bangkok, Thailand.
satunya dengan meningkatkan Giarratano J, and Riley R. (1998). Expert
kompetensi guru. Hasil penelitian ini System Principles and
berupa representasi pengetahuan Programming. Boston: PWS
berdasarkan tingkat kemampuan guru Publishing Company.
baik dalam penguasaan materi dan
model pembelajaran. Dengan Haryanto T. (2006). Sistem Pakar
menggunakan pendekatan soft Diagnosa Penyakit pada Ayam
computing melalui teknik inferensi fuzzy, (SPDPPA). [skripsi] Institut
maka diketahui basis pengetahuan Pertanian Bogor.
diantaranya dua nilai input yakni tingkat Hidayat M. (2004). Tahap Berpikir Siswa
penguasaan guru dalam materi ajar dan SMP Negeri 2 Banda Aceh dalam
model pembelajaran. Variabel input Belajar Geometri Berpandu pada
untuk penguasaan materi ajar yakni Model Van Hiele. Unsyiah, Banda
sangat rendah, rendah, rata-rata, baik Aceh.
dan sangat baik, sedangkan variabel
input penguasaan model pembelajaran Jeremiü Z, Devedžiü V, Gaševiüan D.
yaitu kurang menguasai, cukup (2007). Intelligent Tutoring System
menguasai dan menguasai. Output yang for Learning Design Patterns.
diperoleh adalah efektifitas dalam School of Business Administration,
penyusunan lesson plan dengan variabel University of Belgrade. Belgrade.
kurang efektif, cukup efektif dan efektif. Kehagias A and Vlachos P. (2002).
Pengembangan user interface dan Computer Aided Instruction vs.
pemanfaatan ITS sangat disarankan Traditional Teaching: Comparison
untuk dilakukan dengan pengujian lebih by a Controlled Experiment.
lanjut terhadap parameter yang telah American College of Thessaloniki,
teridentifikasi sebelumnya. Greece.

Daftar Pustaka Marimin. (2009). Teori dan Aplikasi


Sistem Pakar dalam Teknologi
Baruth AG. (2002). Developing a Web- Manajerial. Bogor : IPB press.
based Tutoring System For Physics Martin BI. (2001). Intelligent Tutoring
Education. Diakses pada 4 mei Systems: The Practical
2010, dari alamat Implementation of Constraint-
http://www.cs.uni.edu/~fienup/mics Based Modelling. University of
_2002/proceedings/papers/baruth.p Canterbury.
df.
Mukhtar dan Iskandar. (2010). Desain
Chakraborty S, Roy D, Basu A. (2010). Pembelajaran Berbasis Teknologi
Development of Knowledge Based Informasi dan Komunikasi: Sebuah
Intelligent Tutoring System, in Orientasi. Jakarta: Gaung Persada
Technomathematics Research Press.
Foundation (TRMF): Advanced
Knowledge Based Systems: Model,

542
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

Nwana HS. (1990). Intelligent Tutoring Redfield C et al. Methodologies for


System: an Overview. Artificial Tutoring in Procedural Domains.
Intelligence Review 4. Pp. 251-277. Lecture Notes in Computer
Liverpool. Science, 1998, Volume 1452 p.
616.
Negnevitsky M. (2002). Artificial
Intelligence: A Guide to Intelligent Yahya SR dan Humairo L. (2010).
System. India: Pearson Education. Penerapan metode pembelajaran
pada intelligent tutoring system
Oxman SW. (1985). Expert System
(ITS). Seminar nasional Aplikasi
Represent Ultimate Goal of
Teknologi Informasi Pg. A92-A97,
Strategic Decision Making. Data
Yogyakarta.
Management.
Woo CW. Instructional Planning in an
Prentzas J. Hatzilygeroudis I and
Intelligent Tutoring System:
Garofalakis J. (2002). A Web-
Combining Global Lesson Plans
Based Intelligent Tutoring System
with Local Discourse Control.
Using Hybrid Rules as Its
Illinois Institute of Technology,
Representational Basis. ITS 2002,
Chicago, Illinois.
LNCS 2363, pp. 119–128.

543
SEMINAR INTERNASIONAL
Bridging of ICT and Education

544
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

MODEL PROSES PEMBELAJARAN TERINTEGRASI PAKET MULTIMEDIA


DAN CLASSROOM TEACHING PADA MATA KULIAH KIMIA TEKNIK

Nelda Azhar *)
nelda.azhar@yahoo.co.id

ABSTRACT
The use of multimedia technology in teaching and learning process was began in
two decade as suplemen material in student learning. But how to intergrate of multimedia
instructional with classroom teaching is objectives of the research. The research is done
with two main activity, firtsly activity to collecting data of student learning style, to obtain
information of the student need in individual learning and second, to develop of model in
integrating teaching and learning process between Multimedia Learning Package with
Classroom Teaching and Learning. From the first activity, is get information most of
student made of classroom teaching as main activity in learning, and then from the
information is developed a model to control student activity in the classroom and ot of
classroom. Finally, in this model is constructed two type of instrumenst called by
classroom activity instrument and out-of-class activity instrument. The result of research
shown the class with model has high student involved in teaching and learning activity, it’s
mean the model has significance impact into student teaching and learning activity.

Keywords : multimedia instructional, classroom teaching, learning activity, classroom


activity, out-of-class activity.

*) Fakultas Teknik Universitas Negeri Padang

PENDAHULUAN

Mata kuliah Kimia Teknik merupakan mahasiswa terhadap suatu topik materi
salah satu mata kuliah dasar yang sangat tergantung pada penguasaan
terdapat di dalam Kurikulum B erbasis materi sebelumnya.
Kompetensi (KBK) Tahun 2006 Jurusan Berkaitan dengan hal ini, dapat
Teknik Elektronika, yang wajib diikuti dikatakan bahwa belajar ilmu Kimia
oleh seluruh mahasiswa Jurusan Teknik merupakan suatu kegiatan yang
Elektronika Fakultas Teknik Universitas berkenaan dengan penyeleksian konsep-
Negeri Padang. konsep ilmu Kimia yang sederhana dan
Mata Kuliah Kimia Teknik ini menghubungkannya dengan konsep
termasuk mata kuliah yang tidak mudah yang lebih rumit. Belajar ilmu Kimia pada
dipahami oleh mahasiswa, karena hakekatnya adalah sautua aktifitas
materinya yang bersifat abstrak dan sulit mental untuk memahami arti, hubungan-
untuk diamati dengan mata telanjang. hubungan dan simbol-simbol kemudian
Disamping itu juga diperlukan menerapkannya ke situasi nyata,
pemahaman konseptual, karena mata Dalam kegiatan perkuliahan di kelas
kuliah ini dengan materi yang tersusun dalam mata kuliah Kimia Teknik ini,
secara hirarkis dan bekelanjutan. Oleh berdasarkan pengalaman peneliti selama
karena itu urutan penguasaan materi ini, terdapat beberapa persoalan yang
oleh mahasiswa merupakan suatu hal sering muncul, sehingga sering menjadi
yang mutlak, karena untuk memahami hambatan bagi mahasiswa untuk dapat
satu topik materi dalam Kimia Teknik, mempercepat proses pembelajaran di
mahasiswa harus menguasai materi kelas, antara lain :
sebelumnya, sebelaum lanjut ke materi 1. Latar belakang pendidikan mahasiswa
berikutnya. Dengan kata lain dapat yang berbeda, terdapat tiga latar
dikatakan bahwa penguasaan belakang utama mahasiswa, yaitu dari

545
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

SMA (IPA dan IPS), SMK 1. Memperjelaskan informasi ikatan


(Elektornika) dan Madrasah Aliyah yang abstrak menjadi lebih nyata
(IPA). 2. Menguraikan proses persamaan dan
2. Fasilitas praktikum dan laboratorium, ikatan kimia, sehingga dapat dipahami
karena materi kuliah ini tidak didukung bentuk ril dari persamaan dan ikatan
oleh kegiatan praktikum di tersebut.
laboratorium, sehinga sulit bagi 3. Memperkecil resiko karena aktifitas
mahasiswa untuk memahami proses dilaboratorium
reaksi ikatan kimia yang terjadi. Usaha-usaha yang telah dilakukan
3. Sulit bagi mahasiswa dalam dalam rangka untuk mengatasi
menganalisa rangkaian ikatan kimia, persoalan tersebut, Dosen pembina
karena tidak adanya bukti otentik mata kuliah, telah mengembangkan
tentang proses ikatan tersebut. bahan ajar dalam bentuk modul
perkuliahan tercetakn dan modul khusus
Wahid (2001) mengutip Sedotti dan yang berisi contoh-contoh soal dan
Tannaka (1989) mengungkapkan pembahasannya dalam bentuk paket
gambaran kurang diminatinya bidang Multimedia, sehingga dengan bantuan
Kimia oleh mahasiswa. Pada lomba modul tersebut akan dapat mengatasi
Science Talent Research yang kesulitan belajar mahasiswa.
dilaksanakan oleh National Science Sebagai sebuah paket pembelajaran,
Foundation ternyata dari 300 siswa diharapkan paket multimedia akan dapat
cerdas berbakat yang memenangkan memberikan peluang yang lebih besar
lomba, hanya 8 orang memilih karir bagi mahasiswa dalam memahami
bidang Kimia. materi kuliah yang dipelajarinya secara
Penyebab menurunnya minat mandiri, yang kemudian akan diperbaiki
mahasiswa mempelajari Kimia menurut dan disempurnakan oleh dosen dalam
Momo R, yang dikutip oleh Wahid perkuliahan tatap muka di kelas
(2001), antara lain : khususnya dalam hal meluruskan
1. Ilmu Kimia dianggap ilmu yang sulit misconception yang diperoleh
dan dipandang sebagai imu yang mahasiswa pada saat belajar mandiri.
keras (hard science) Maka pada penelitian ini dicoba untuk
2. Ilmu Kimia mempunyai banyak aturan dikembangkan suatu model yang tepat
3. Adanya chemophobia dari dalam mengintegrasikan pembelajaran
masyarakat yang menganggap zat berbasis paket multimedia dengan
kimia sebagai racun dan penyebab pengajaran di kelas, sehingga akan
munculnya polusi lingkungan memaksimalkan pengontrolan belajar
4. Siswa mengalami frustasi karena mandiri mahasiswa di luar kelas dan
miskonsepsi yang sering terjadi meningkatkan partisipasi aktif
5. Sering terjadi proses belajar mengajar mahasiswa di kelas.
yang terpusat pada guru/ dosen
(Teacher-Centered Teaching), TINJAUAN PUSTAKA
sehingga mahasiswa tidak terlibat Penelitian yang Relevan
aktif dalam proses belajar mengajar. Oetomo dan Priyogoutomo (2004),
Sejalan dengan yang dikemukakan lebih jauh menggali tentang media yang
oleh Nana Sujana, Romi (2003) pavorit bagi peserta didik. Dalam
mengungkapkan bahwa teknologi penelitian ini dikaji tentang Animasi
animasi multimedia dapat dimanfaatkan multmedia yang sering digunakan, yang
sebagai sarana untuk memperjelaskan paling favorit serta yang menjadi
konsep yang abstrak, dan animasi harapan dan disukai oleh peserta didik,
merupakan salah satu media yang dapat maka hasil yang diperoleh media-media
menarik perhatian yang tersebut antara lain : kaset (program
menggunakannya. Dengan pengajaran), CD MP3, VCD, CD
memanfaatkan animasi multimedia Interaktif dan Internet.
dalam mata kuliah kimia ini akan dapat :

546
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

Paquette (2004), mengembangkan Dalam mengembangkan suatu media


model pembelajaran berbasisi pembelajaran, haruslah senatiasa
multimedia yang disebut dengan mengacu kepada domain dari teknologi
netwoked-based learning models, yang pengajaran, melalui elaborai masing-
dikelompokkan ke dalam 6 (enam) masing elemen di dalamnya,
model, yaitu : high-tech classroom, sebagaimana yang dikemukakan oleh
distributed classroom, hypermdia self- Ely (1996) : Instructional technology is
training, On-line Training, Community the theory and practice of design,
Practice dan electronic performance development, utilization, management
support systems (EPSS). Dalam model and evaluation of processes and
distributed classroom, ditujukan untuk resources for learning.
proses pembelajarn yang mandiri oleh Proses komunikasi dalam pengajaran
pesertanya yang dikemas dalam bentuk tersebut digambarkan oleh Heinich et.al
CD atau DVD (Paquette, 2004 :9). (1999) sebagai berikut :
Muhammad Adri (2005), dalam
penelitiannya tentang ”Peningkatan
Prestasi Belajar Mahasiswa Melalui
Pemanfaatan Animasi multmedia Dalam
Pengembangan Sistem E-Education”,
mengembangkan model pembelajaran
berbasis Animasi multmedia.
Nelda Azhar dan Muhammad Adri
(2007), dalam penelitiannya telah Gambar 1. Proses Komunikasi
mengembangkan suatu model dalam Pengajaran (Heinich
pembelajaran berbasis CD Interkatif et.al.1999)
dalam mata kuliah Kimia Teknik.
Heinich, Molenda dan Russel (1996)
TEORI PENDUKUNG menyatakan bahwa media dalam
Strategi mengajar menurut Muhibbin aktivitas pembelajaran dapat di
Syah (2002), didefinisikan sebagai defenisikan sebagai sesuatu yang dapat
sejumlah langkah yang direkayasa membawa informasi dan pengetahuan
sedemikian rupa untuk mencapai tujuan dalam interaksi yang berlangsung antara
pengajaran tertentu. Strategi mengajar dosen dan mahasiswa. Heinich, dkk
ini mencakup beberapa tahapan, seperti (1996), mengemukakan klasifikasi media
: Strategi perumusan sasaran proses yang dapat digunakan dalam kegiatan
belajar mengajar (PBM), Strategi pembelajaran yaitu: 1). Media yang tidak
perencanaan proses belajar mengajar di proyeksikan, 2). Media yang
dan Strategi pelaksanaan proses balajar diproyeksikan (projected media), 3).
mengajar. Media audio 4). Media video dan film, 5).
Teknik penggunaan dan pemanfaatan Komputer, 6). Multimedia berbasis
media turut memberikan andil yang komputer.
besar dalam menarik perhatian siswa/ Thorn (2006) mengajukan enam
mahasiswa dalam PBM, karena pada kriteria untuk menilai multimedia
dasarnya media mempunyai dua fungsi interaktif, yaitu : Kemudahan navigasi,
utama, yaitu media sebagai alat bantu Kandungan kognisi, Presentasi
dan media sebagai sumber belajar bagi informasi, Integrasi media, Artistik dan
mahasiswa (Djamarah, 2002; 137). estetika, Fungsi secara keseluruhan
Menurut Nana (2001), media pengajaran Teknologi Hit-tech yang berkembang
merupakan salah satu unsur penting dewasa ini dapat dimanfaatkan sebagai
dalam belajar dan pembelajaran yang media pendukung dalam proses
dapat mempertinggi proses belajar, pembelajaran. Diantara teknologi
sehingga pada akhirnya diharapkan tersebut antara lain : (Moerad, 2002)
dapat mempertinggi hasil belajar. Public or Private Database, CD ROM,

547
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

Hypertext, Hypermedia, Interactive Populasi dan Sampel


Multimedia, Intranet dan Internet
Yang menjadi populasi penelitian ini
adalah seluruh mahasiswa Jurusan
METODOLOGI
Teknik Elektronika yang mengambil
Penelitian ini adalah penelitian
mata kuliah Kimia Teknik yang
eksperimen dalam upaya peningkatan
terdaftar pada semester Juli –
kualitas pembelajaran melalui
Desember 2009
pengembanngan model pembelajaran
Jumlah populasi penelitian ini adalah
terintegrasi paket multimedia interaktif
82 orang mahasiswa yang terdiri dari
dan classroom teaching dalam mata
40 mahasiswa dari kelas reguler dan
kuliah Kimia Teknik.
42 mahasiswa dari kelas reguler
Tahapan Penelitain
mandiri.
Penelitian ini dilakukan dengan
tahapan sebagai berikut :
Pendekatan penelitian yang
1. Analisis Terhadap Sistem Paket
digunakan adalah metoda two-group pre
Multimedia
and post design
Pada tahap ini, dilakukan analisis
terhadap Paket Multimedia Kimia
HASIL PENELITIAN
Teknik yang telah dikembangkan.
CD Interaktif Kimia Teknik
Khususnya analisis terhadap
kebutuhan mahasiswa dalam CD Interaktif Kimia Teknik yang
berinteraksi dengan paket. digunakan dalam penelitian ini
2. Pengembangan Instrument dan merupakan CD Interktif yang telah
Pengolahan Data dikembangkan oleh peneliti (Nelda,
Berdasarkan hasil analisis, kemudian 2008) dalam mata kuliah Kimia Terapan,
dikembangkan sejumlah instrumen digunakan untuk pembelajaran Kimia
yang dibutuhkan dalam penelitian ini, bagi mahasiswa Program Studi Diploma
antara lain : 3 (D3) di Jurusan Teknik Elektronika FT
a. Instumen analisis paket mulimedia, UNP Padang, yang kemudian struktur
antara lain : materi di revisi sesuai dengan struktur
1) Aksesibel Paket (kemudahan materi pembelajaran Kimia Teknik yang
dalam mengakses) diberikan bagi mahasiswa Program Studi
2) Kelengkapan materi fitur S1 Pendidikan Teknik Elektronika FT
interaksi mahasiswa UNP Padang, sebagaimana
b. Instrumen tentang learning style diperlihatkan pada Gambar 2 - Gambar5.
mahasiswa
c. Instrumen tentang material yang
dibutuhkan dan sesuai dengan
sistem belajar terintegrasi antara
paket multimedia dan pengakaran
di kelas
d. Instrumen tentang pengalaman
belajar mahasiswa dalam
mengkonstruksi pengetahuan dari
paket belajar multimedia.
e. Kemudian dilanjutkan dengan
pengolah data mentah dari
instrumen yang ada.
f. Data mentah yang diperoleh
selanjutnya dianalisis, untuk
diperoleh data temuan dan Gambar 2. Struktur Materi Kimia Teknik
represenstasi data.

548
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

Uji Aksesibilitas dan Kelengkapan Dari data tersebut, diperoleh hampir


Fitur CD Interaktif Kimia Teknik semua komponen yang diuji sudah
dinyatakan valid, kecuali perlu
Uji aksesibilitas dilakukan untuk perbaikan atas hasil rekaman
mengetahui tingkat kemudahan akses audio.Dari hasil uji beta (construct
CD Interaktif Kimia Teknik oleh validity) tersebut, dilakukan langkah
mahasiswa yang dilakukan pada perbaikan dalam proses perekaman
sampel dari populasi yang akan diuji, audio narasi materi ajar.
diambil sekitar 20 orang sampel Tabel 1. Uji Aksesibiltas dan
secara acak (25% dari populasi), Kelengkapan Fitur CD Interaktif Kimia
kemudian dilakukan uji coba Teknik
penggunaan CD Interaktif Kimia Kriteria r r Hasi
Teknik, dengan asumsi tingkat hitung kritis l
kesalahan 5 %, nilai r = 0,25. Dari 1. Tampilan CD 0,80 0,25 Valid
hasil pengujian diperoleh data seperti Interaktif
terlihat pada Tabel 1. 2. Kelengkapan 0,80 0,25 Valid
Materi Kimia
Teknik
3. Penggunaan 0,45 0,25 Valid
Animasi
4. Interaksi 0,65 0,25 Valid
dengan CD
Interaktif
5. Kelengkapan 0,75 0,25 Valid
Media
6. Kualitas 0,25 0,25 Valid
Rekaman Audio
Narasi
7. Penggunaan 0,60 0,25 Valid
Bahasa
Gambar 3. Halaman Utama
8. Background 0,56 0,25 Valid
Musik
9. Penjelasan 0,70 0,25 Valid
Materi
10. Integrasi 0,60 0,25 Valid
Paket
Multimedia

Gaya Belajar Mahasiswa


Untuk mengetahui gaya belajar
mahasiswa, digunakan sebuah
instrumen dalam mengukur aktifitas dan
Gambar 4. Halaman About gaya belajar mahasiswa, dan dari
analisa data angket diperoleh hasil
sebagai berikut :
a) 90 %responden menyatakan bahwa
materi kuliah Kimia adalah materi
yang sulit untuk dipahami
b) 80 % responden hanya
mengandalkan buku, diktat, modul
yang diberikan oleh dosen sebagai
sarana untuk belajar.
c) Hanya 5 % responden yang memiliki
buku pegangan sendiri, selain dari
Gambar 5. Halaman Materi bahan ajar yang diberikan oleh dosen.

549
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

d) 100 % responden menjadikan Berdasarkan angket penelitian yang


perkuliahan tatap muka di kelas, telah disebarkan, maka dapat dilihat,
sebagai sarana belajar utama, karena rendahnya partisipasi mahasiswa dalam
mereka memperoleh materi langsung belajar di luar lingkungan kelas, oleh
dari dosen. karena itu perlu dilakukan upaya untuk
e) 15% respondenmelakukan mengontrol semua aktiftas tersebut.
pengulangan materi kuliah kembali Maka untuk kebutuhan pengontrolan
setelah berada di rumah, dengan dikembangkanlah dua jenis instrumen
kesadaran bahwa materi Kimia sulit kontrol.
untuk di pahami. Desain pengembangan model
f) Hanya 10 % responden yang belajar pembelajaran terintegrasi paket
di rumah sebelum perkuliahan esok multimedia terntegrasi dengan classroom
hari, sebagai persiapan dalam teaching adalah sebagai berikut :
mengikuti kuliah materi berikutnya.
g) 60 % responden menyatakan mereka
belajar kembali jika diberi tugas oleh
dosen berkaitan dengan materi
sebelumnya.
h) Semua responden yang berada dalam
kelompok treatmen memiliki fasilitas
komputer/ laptop di tempat tinggal
masing-masing. Gambar 6. Skema ModelPembelajaran
Berdasarkan hasil analisis Terintegrasi
terhadap gaya belajar mahasiswa Dengan menggunakan dua jenis
tersebut di atas, maka kemudian instrumen ini, kemudian baik mahasiswa
dikembangkan suatu model maupun dosen akan dapat mengontrol
pembelajaran yang mengintegrasikan aktifitas dan kegiatan belajar masing-
antara paket pembelajaran multimedia masing mahasiswa.
berbasis CD Interaktif dengan Lembaran instrumen adalah lembaran
pembelajaran di kelas (classroom kerja mahasiswa yang digunakan oleh
teaching). mahasiswa untuk mengungkapkan
kembali pengalaman belajar yang telah
Model Pembelajaran Integrasi Paket ia dapatkan baik ketika ia berada di luas
Multimedia dan Classroom Teaching. kelas maupun di dalam kelas, yang
a. Rancangan Model Integrasi kemudian akan dievaluasi kembali oleh
Berdasarkan analisis data dari gaya dosen pembina mata kuliah Kimia
belajar mahasiswa, maka kemudian Teknik.
rancang suatu model pembelajaran
terintergrasi antara pembelajaran PEMBAHASAN
berbasis paket multimedia dengan CD Multimedia Interaktif adalah
pembelajaran di kelas. salah satu bentuk pengembangan media
Secara garis besar, aktifitas mahasiswa pembaelajaran yang dapat
dikelompokkan ke dalam dua jenis dikembangkan dalam mendukung
kegiatan, yaitu : pelaksanaan proses pembelajaran.
1) Classroom Activity Pengembangan CD Multimedia interaktif
Adalah aktifitas kegiatan belajar yang tersebut ditujukan sebagai sarana
diikuti mahasiswa selama mereka penunjang pembelajaran bagi
berada di dalam kelas. mahasiswa, sehingga mahasiswa
2) Out-of-Class Activity memiliki peluang untuk belajar secara
Adalah aktifitas kegiatan belajar mandiri, melalui paket mulitmedia
mahasiswa selama mereka berada di interaktif ini.
luar aktifitas kelas/ kampus. Sebagai sebuah media
pembelajaran mandiri, yang dapat

550
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

digunakan sebagai sarana pendukung Dengan kondisi gaya belajar


belajar bagi mahasiswa secara mandiri, tersebut, kemudian dirancang sebuah
maka CD Multimedia Interaktif yang model pembelajaran terintegrasi, yang
dikembangkan harus terjamin kevalid memungkinkan untuk mengontrol
dan kehandalannya, sehingga berbagai aktifitas belajar mahasiswa baik di kelas
kelemahan yang ditemukan pada awal maupun di luar kelas. Secara garis
pengembangan dapat dieliminasi pada besar, aktifitas mahasiswa
proses revisi CD Multimedia Interaktif. dikelompokkan ke dalam dua jenis
Dari hasil kegiatan revisi CD Multimedia kegiatan, yaitu : a) Classroom Activity,
Interaktif Kimia Teknik yang dilakukan adalah aktifitas kegiatan belajar yang
dalam penelitian ini, yang kemudian diikuti mahasiswa selama mereka
diujicoba dan diukur kevalidannya, maka berada di dalam kelas dan b) Out-of-
diperoleh hasil yang memuaskan, Class Activity, yang merupakan aktifitas
dimana semua kriteria dan persyaratan kegiatan belajar mahasiswa selama
sebuah CD Multimedia Interaktif yang mereka berada di luar aktifitas kelas/
dikemukakan oleh Thorn (2006) dapat kampus.
terpenuhi dan disamping itu dari sisi Untuk mengontrol aktifitas
kemudahan akses dan kelengkapan fitur mahasiswa pada kedua model aktoftas
yang mencakup : 1) Tampilan CD tersebut, kemudian diberikan lembaran
Interaktif, 2)Kelengkapan Materi Kimia instrumen yang digunakan untuk
Teknik, 3) Penggunaan Animasi, 4) mengukur aktifitas mahasiswa di kedua
Interaksi dengan CD Interaktif, 5) aktifitas pembelajaran. Dengan
Kelengkapan Media, 6) Kualitas menggunakan dua jenis instrumen ini,
Rekaman Audio Narasi, 7) Penggunaan kemudian baik mahasiswa maupun
Bahasa, 8) Background Musik, 9) dosen akan dapat mengontrol aktifitas
Penjelasan Materi dan 10) Integrasi dan kegiatan belajar masing-masing
Paket Multimedia, diperoleh data yang mahasiswa.Lembaran instrumen adalah
baik, dimana semua komponen yang lembaran kerja mahasiswa yang
diuji tersebut teruji ke validannya. digunakan oleh mahasiswa untuk
Setelah CD Interaktif multimedia mengungkapkan kembali pengalaman
layak dan valid digunakan sebagai belajar yang telah ia dapatkan baik
sarana pembelajaran bagai mahasiswa, ketika ia berada di luas kelas maupun di
maka selanjutnya dilakukan analisis dalam kelas, yang kemudian akan
gaya belajar mahasiswa untuk dievaluasi kembali oleh dosen pembina
menemukan metoda integrasi yang mata kuliah Kimia Teknik.
terbaik yang mungkin dilakukan, Dari hasil kontrol kerja dan
sehingga terjadi optimalisasi aktifitas mahasiswa tersebut, dapat
pemanfaatan CD secara mandiri oleh dilihat dari hasil penelitian, bahwa kelas
mahasiswa dan optimalisasi kegiatan treatmen memiliki mahasiswa yang lebih
pembelajaran di kelas. Dari hasil angket aktif terlibat dalam kegiatan perkuliahan
gaya belajar mahasiswa dapat dilihat jika dibandingkan dengan kelas kontrol,
masih tingginya tingkat ketergantungan sehingga dapat dikatakan bahwa
mahasiswa dalam belajar terhadap pemanfaatan kedua jenis instrumen yang
proses pembelajarab di kelas, ini digunakan untuk mengukur kegiatan
disebabkan oleh karena umumnya belajar mahasiswa berdampak sangat
mereka menilai bahwa materi kuliah signifika terhadap peningkatan aktifitas
Kimia adalah materi yang sulit untuk belajar mahasiswa.
dipahami dan hanya mengandalkan
PENUTUP
buku, diktat, modul yang diberikan oleh
Dari hasil kegiatan penelitian ini,
dosen sebagai sarana untuk belajar dan
dapat disimpulkan hal-hal berikut :
responden belajar di rumah sebelum jika
1. Penggunaan paket multimedia dalam
diberi tugas yang berkaitan dengan
pembelajaran akan dapat
materi sebelumnya.
meningkatkan minat belajar

551
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

mahasiswa, sehingga akan Pengembangan Sistem E-


meningkatkan kemampuan belajar Education, Laporan Kegiatan
mandiri mahasiswa. HEDS-JICA 2005 Jurusan Teknik
2. Dalam pengembangan paket Elektronika FT UNP Padang.
pembelajaran berbasis multimedia, Nana Sudjana, dan Ahmad Rivai.2001,
perlu dipertimbangkan Media Pengejaran. Jakarta : Sinar
aksesibilitasnya, karena kemudahan Baru Algesindo.
dalam penggunaan akan membantu Nelda Azhar (2008). Peningkatan
pengguna dalam memanfaatkannya Pemahaman Mahasiswa Terhadap
dalam belajar mandiri. Konsep Ikatan Kimia dengan
3. Untuk mengontrol aktifitas belajar memanfaatkan Animasi Multimedia
mahasiswa, perlu dikembangkan pada Mata Kuliah Kimia Teknik,
suatu alat ukur dalam bentuk Lembaga Penelitian UNP Padang :
lembaran kerja siswa yang dapat Laporan Penelitian DIPA 2008
digunakan sebagai alat dalam Universitas Negeri Padang.
mengukur tingkat kemampuan Nelda Azhar dan Muhammad Adri
mahasiswa dalam mengkonstruksi (2007). Uji Validitas dan Reliabiltas
pengetahuan secara mandiri. e-Media Fisika Terapan. Lembaga
Penelitian UNP Padang : Laporan
Darihasil dan kegiatan penelitian ini Penelitian DIPA 2007 Universitas
dapat di sarankan hal-hal berikut : Negeri Padang.
1. Pelaksanaan model pembelajaran Oetomo, B.S.D dan Priyogutomo, Jarot.
terintegrasi ini, membutuhkan (2004). Kajian Terhadap Model e-
perhatian dan keseriusan dari Dosen Media dalam Pembangunan Sistem
pembina dalam e-Education, Makalah Seminar
mengimplementasikannya, untuk itu Nasional Informarika 2004 di
diharapkan untuk memberikan alokasi Universitas Ahmad Dahlan
waktu yang lebih besar dalam Yogyakarta pada 21 Februari 2004.
pelaksanaannya Owens, Diana and Lee, William. (2004).
2. Perlu adanya dukungan dari lembaga Multimedia-based Instructional
pendidikan dalam bentuk kebijakan Design. San Francisco, USA :
dalam memanfaatkan teknologi Pfeiffer, John Wiley & Son, Inc.
multimedia dalam pembelajaran, Prata and Lopes.(2005). Online
sehingga pemanfaatan dan Multimedia Education Apllication for
pengembangan tersebut tidak lagi Teaching Multimedia Contents : An
menjadi kegiatan individu seorang experiment with student in Highre
dosen/ peneliti. Education dalam Instructional
3. Sebagai lembaga pendidikan yang Technologies : Cognitive Aspect of
bergerak di bidang pendidikan, Online Programs, Editor by
diharapkan ke depan UNP menjadi Darbyshire, Paul. Harshey, USA :
lembaga penggerak dalam IRM Press, Idea Group.
pengembangan dan pemanfaatan Romi Satria Wahono (2003).
teknologi informasi dalam pendidikan, Pemanfaatan Komputer dan
sehingga kehadiran teknologi ini Animasi dalam Pembelajaran,
dalam dunia pendidikan akan semakin diakses pada alamat http
diterima oleh masyarakat luas. ://www.ilmukomputer.com, pada
tanggal 12 Desember 2007.
Daftar Pustaka Thorn. (2006). _________________,
Djamarah, Syaiful B dan Zain, Aswan. diakses pada alamat
(2002). Strategi Belajar Mengajar. http://pk.ut.ac.id/jp/52sept04/52ben
Jakarta : Rineka Cipta. ny.html, pada tanggal 20 April 2006
Muhammad Adri. (2005). Peningkatan
Prestasi Belajar Mahasiswa Melalui
Pemanfaatan E-Media Dalam

552
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

IMPLEMENTATION OF E-LEARNING PHYSICS


USING THE LEARNING MANAGEMENT SYSTEM (LMS)
TO IMPROVE THE EFFECTIVENESS OF STUDENT LEARNING

Oleh:
Pakhrur Razi *)
rozi_fi@fmipa.unp.ac.id
Amali Putra *)
amali.unp@gmail.com

ABSTRACT

The number of competencies that must be controlled in a matter of


thermodynamics, learning monotone (one direction), the learning of thermodynamics is
still theoretical, less students get feedback from the duties and exercise they are doing,
and lack of learning resources. Is a series of causes of low learning achievement of
students, that implications against student study period. One alternative that can be done
to overcome this problem is development electronic learning environment in the form of e-
learning package.
The purpose of this research is implementation e-learning physics that have been
developed in the first year of research using a Learning Management System (LMS). As a
sample of the research are students who take the course of thermodynamics, Physics
Department Padang State of University, which consisted of 41 students. The method
used to see the effectiveness of e-learning practice is one group pretest posttest design
The research data containing results of pretest and posttest and observation
sheets in learning using e-learning. From the test results obtained effectiveness tcoun t>
ttable so it can be concluded that the application of physics elearning effectively to improve
student learning outcomes.
From the data observation sheet that is used to monitor student activities in the
learning process that the learning activities of students obtained higher

Keywords: Elearning, Online course, LMS Moodle

*) Dosen FMIPA Universitas Negeri Padang

PENDAHULUAN

Telah diketahui bahwa kualitas kompetensi yang harus dikuasai oleh


pendidikan di Indonesia jauh lebih mahasiswa, pembelajaran yang monoton
randah dibandingkan dengan negara- (one direction) yang mengakibatkan
negara lain. Secara nasional selain mahasiswa tidak berpartisipasi aktif
kualitas yang rendah juga terjadi dalam proses perkuliahan, materi
disparitas yang tinggi antara mutu perkuliahan yang masih bersifat teoritik,
pendidikan antara masyarakat yang kurangnya contoh kogrit yang
tinggal di perkotaan dengan pedesaan. berdampak rendahnya motivasi belajar
Demikian juga untuk matakuliah mahasiswa, jumlah mahasiswa yang
Termodinamika di Jurusan Fisika FMIPA banyak serta kurangnya feedback atas
UNP. Banyak hal yang meyebabkan ini unjuk kerja mahasiswa dalam bentuk
terjadi diantaranya adalah materi kuliah pengerjaan tugas atau latihan sehingga
yang padat serta tingginya tingkat mahasiswa tidak mengetahui apakah

553
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

konsep yang dipahami benar atau tidak. yang ada di Jurusan Fisika khususnya
Kelima, kurangnya sarana dan sumber dan FMIPA Unversitas Negeri Padang
belajar sehingga mahasiswa miskin akan pada umumnya. Memudahkan dosen
referensi materi termodinamika dalam menilai atas unjuk kerja dan tugas
yang dikerjakan mahasiswa, memberi
Salah satu solusi yang memungkinkan feedback serta memantau aktivitasnya.
untuk mengatasi semua permasalahan 4). Menyongsong pembelajaran berbasis
tersebut adalah dengan memanfaatkan ICT (Cyber University)
teknologi informasi, berupa paket e-
learning menggunakan Learning METODOLOGI
Management System (LMS) yang A. Jenis Penelitian
dirancang khusus untuk education
Penelitian ini menggunakan model
learning (open source). Mousa dan
research and development (R&D model)
Basile (2006) mengemukakan empat
seperti yang didisain Walter Dick dan
keuntungan mengunakan LMS
Lou Carey (Gall et al, 2003) terdiri atas
Moodle yaitu: 1) Memperkaya
lima tahapan yakni Tahap Studi
penyampaian kuliah. 2). Meningkatkan
pendahuluan yang mencakup
komunikasi antara dosen dan
identifikasi konsep-konsep yang harus
mahasiswa, dan sesama mahasiswa. 3).
dikuasai maghasisiwa, diskusi dengan
Menyediakan akses bahan kuliah secara
dosen tim pembina mata kuliah
singkron dan asinkron. 4) Dapat
termodinamika dan studi literatur. Tahap
memonitor aktivitas dan kemajuan
Pengembangan yaitu merancang
mahasiswa. Disamping itu dengan
sekuensi materi perkuliahan
memanfaatkan komputer juga dapat
termodinamika. Tahap Evaluasi yaitu
mempercepat proses pembelajaran,
melakukan validasi pakar dan uji coba
karena dosen dapat menjelaskan materi
terbatas, Tahap Revisi, pada tahap ini,
pelajaran lebih efektif dan efisien,
peneliti menganalisis hasil evaluasi yang
sehingga jumlah waktu yang digunakan
telah dilakukan untuk dijadikan dasar
dalam proses pembelajaran dapat
dalam merevisi materi maupun portal
dikurangi (Wen, 2003). Sehingga dosen
elearning physics. Hasil dari tahap ini
mempunyai waktu banyak untuk
dijadikan sebagai hasil akhir yang valid
memantau, mengembangkan materi
dan efektif digunakan dalam
perkuliahan, memikirkan kesulitan yang
pembelajaran termodinamika
dialami mahasiswa dalam proses
menggunakan elearning physics. Tahap
pembelajaran yang akhirnya
Implementasi, tahap ini dilakukan pada
menghasilkan mahasiswa yang
tahun kedua dengan sampel adalah
berkualitas.
mahasiswa Jurusan Fisika yang terdaftar
Tujuan penelitian pada tahun kedua ini sebagai peserta perkuliahan
adalah melihat efektifitas implementasi Termodinamika seksi peneliti, Uji
e-learning menggunakan learning efektivitas e-learning physics yang
management system (LMS) pada dikembangkan menggunakan teknik
perkuliahan termdinamika. Adapun pretest dan posttest secara online, pada
manfaat dari telah dikembangkanya awal pembelajaran selama 20 menit
portal e-learning termodinamika di dilakukan pretest, satu jam pelajaran
Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri berikutnya dilakukan pembelajaran
Padang diharapkan dapat: 1). Sebagai online (elearning), mahasiswa dapat
sumber belajar alternatif bagi mahasiswa berdiskusi dengan sesama mahasiswa,
Jurusan Fisika FMIPA Unversitas Negeri dengan Dosen, mengajukan pertanyaan
Padang. 2) Sebagai portal perkuliahan kepada dosen jika mengalami kesulitan
online singkron dan asingkron di Jurusan dalam memahami materi yang telah
Fisika FMIPA Unversitas Negeri diberikan menggunakan fasilitas chating
Padang. 3). Sebagai pioneer untuk dan message pada saat yang sama (real
dikembangkan pada matakuliah lainnya time). Kemudian langkah selanjutnya

554
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

dilakukan posttest dengan lama waktu 1. Teknik Pengumpulan Data


yang sama.
Data penelitian berasal dari hasil pretest
Desain Penelitian Tahun II dan posttest mahasiswa, observasi
yang dilakukan peneliti selama proses
Kegiatan yang dilaksanakan pada tahun
perkuliahan online (online learning)
kedua adalah melakukan studi
berlagsung.
eksperimental terhadap kelas
pembelajaran matakuliah termodinamika, a) Pretest dan posttest
menggunakan satu kelas eksperimen
dengan one group pretest posttest Secara umum, tes diartikan sebagai alat
design, untuk melihat efektivitas yang digunakan untuk mengukur
implementasi pembelajaran dengan pengetahuan atau penguasaan
menggunakan e-learning, dengan konsep mahasiswa terhadap materi
langkah-langkah sebagai berikut tertentu. Bruce (dalam Djaali dan
Muljono, 2004), mengatakan tes
a. Menentukan kelas sampel yang akan dapat digunakan untuk mengukur
digunakan sebagai kelas percobaan banyaknya pengetahuan yang
b. Membuat perancanaan pembelajaran diperoleh individu dari suatu bahan
dengan menggunakan e-learning pelajaran yang terbatas pada tingkat
yang telah disusun dan siap untuk tertentu. Hasil belajar mahasiswa
diterapkan dapat diketahui dengan melakukan
c. Melakukan Eksperimen di penilaian melalui tes. Teknik yang
laboratorium untuk menyelidiki sistem diguanakan adalah pretest dan
kerja dari paket e-learning yang posttest. Pretest dilakukan selama 20
dihasilkan. Kemudian eksperimen di menit pertama, dilanjutkan dengan
lapangan berguna untuk menyelidiki perkuliahan dan diakhiri dengan
efektifitas penerapan e-learning posttest dengan jumlah waktu yang
physics terhadap proses dan hasil sama dengan posttest. Pada
pembelajaran termodinamika penelitian ini, data tes yang diambil
d. Mengembangkan instrumen untuk berasal dari hasil pretest dan posttest.
pengambilan data berupa tes, lembar
observasi dan angket b).Observasi
e. Melakukan pengambilan data,
Secara umum pengertian observasi
pengolahan data, interpretasi data
adalah cara menghimpun bahan-
dan penarikan kesimpulan mengenai
bahan keterangan yang dilakukan
efektifitas penerapan e-learning
dengan mengadakan pengamatan
terhadap peningkatan hasil belajar
dan pencatatan secara sistematis
mahasiswa
terhadap fenomena-fenomena yang
dijadikan obyek pengamatan (Djaali
B. Populasi dan Sampel
dan Muljono, 2004). Pada penelitian
Populasi dari penelitian ini adalah ini, observasi digunakan untuk
mahasiswa Jurusan Fisika Universitas mengumpulkan data mengenai tingkat
Negeri Padang. Sampel dari penelitian keaktifan dan kendala-kendala yang
ini adalah mahasiswa yang terdaftar dihadapi mahasiswa dalam
sebagai peserta kuliah termodinamika, di pelaksanaan model pembelajaran e-
Jurusan Fisika Universitas Negeri learning pada kelas.
Padang. Sampel tahun ke dua adalah
2. Teknis Analisis Data
mahasiswa yang terdaftar sebagai
peserta perkuliahan termodinamika seksi
peneliti pada semester ganjil Juli-
1. Analisis Hasil Belajar
Desember 2010. Hal ini dilakukan untuk
Data yang digunakan untuk menganalisis
mempermudah penulis melakukan
hasil belajar berasal dari pretest dan
penelitian.
posttest yang dikerjakan mahasiswa.

555
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

Dengan menggunakan uji t dilakukan secara online


5 Mahasiswa yang
analisis data untuk menentukan bertanya saat
efektivitas penerapan elearning. perkuliahan online
Menurut Suharsimi Arikunto (2006:85) 6 Kemampuan
menyelesaikan tugas
efektifitas model pembelajaran dengan baik dan benar
(treatment) menggunakan pretest and 7 Ketepatan waktu
posttest one group design adalah: penyelesaian tugas

Data hasil observasi yang diperoleh


dari hasil penelitian ini dianalisis
secara deskriftif kualitatif. Data hasil
Dimana: lembar observasi yang diperoleh akan
Md = Mean dari perbedaan di hitung per-asfek observasi, dengan
pretest dan posttest cara menghitung berapa banyak
Xd = Perbedaan Deviasi dengan mahasiswa (dalam persen) dari
Mean deviasi masing-masing deskriptor dan
N = Banyaknya Subjek kemudian deskriptifkan secara
kualitatif. Skor hasil observasi
terhadap mahasiswa akan
Dengan mengsingkronkan dengan dikelompokkan dalam kategori
table nilai t dapat diketahui apakah sebagai Tabel 2
treatment efektif atau tidak.
Tabel 2. Kategori Tingkat Keaktifan
2. Analisis Data Observasi Mahasiswa
Data observasi dianalisis dengan cara Jml Mhs (%) Tingkat Keaktifan
menandai pada setiap aktivitas yang 81-100 Sangat Aktif
diamati untuk setiap mahasiswa. 61 - 80 Aktif
Adapun format lembar observasi 41 - 60 Cukup Aktif
adalah seperti Tabel 1 21 - 40 Kurang Aktif
Tabel 1. Format Observasi <20 Tidak Aktif

Format Observasi HASIL DAN PEMBAHASAN


Aktivitas Belajar Mahasiswa dalam Kelas
Tahap Implementasi
Pertemuan ke : …………………
Nama Observer : ………………… Tahap implementasi dilakukan untuk
Jumlah Mahasiswa : ………………… melihat efektifitas penggunaan e-learning
Hari/Tgl : ………………… physics yang telah dikembangkan.
Sebelum melakukan penelitian terlebih
Jumlah dahulu dilakukan sosialisasi tentang tata
N
mahasiswa cara penggunakan portal elearning yang
Aktivitas yang diamati yang
o menunjukkan
dikembangkan, melakukan registrasi
aktivitas yang mahasiswa peserta perkuliahan untuk
diamati mendapatkan username dan password
1 Kemauan mahasiswa agar mahasiswa dapat mengakses dan
mengerjakan pretest
online mengikuti perkuliahan secara online.
2 Kemauan mahasiswa Kegiatan ini dilakukan diluar jam
mengerjakan posttest
online
perkuliahan. Pada tahap implementasi ini
3 Partisipasi mahasiswa diperoleh data hasil test, data observasi
mengikuti perkuliahan dan motivasi belajar mahasiswa.
online (elearning)
4 Partisipasi mahasiswa
dalam diskusi kelas

556
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

Pretest dan posttest Pretest 2 Postest 2


Data tentang efektifitas penggunaan e-
learning yang telah dikembangkan
didapatkan dari hasil pretest dan posttest
dengan disain one group pretest posttest
design. Pretest dilakukan secara online
selama 20 menit pertama, kemudian Pretest 3 Postest 3
dilanjutkan dengan perkuliahan secara
online (online learning) selama 1 jam (60
menit) mahasiswa diberi kesempatan
untuk belajar mandiri dari bahan ajar
yang telah disediakan di portal elearning,
melakukan diskusi dengan sesama Pretest 4 Postest 4
peserta perkuliahan, serta mengajukan
pertanyaan pada dosen tentang materi-
materi yang masih belum dipahami
secara online menggunakan fasilitas
chatting dan message, kemudian diakhiri
dengan posttest yang juga dilakukan
Pretest 5 Pretest 5
secara online. Jumlah soal setiap pretest
dan posttest sebanyak 10 buah soal
dalam bentuk essay. Data pretest dan
posttest diambil sebanyak 5 kali
pertemuan atau 5 kali pretest dan
posttest untuk topic bab 1 Konsep dasar
termodinamika sebanyak dua kali
pertemuan, bab 2 Persamaan Keadaan
sebanyak dua kali pertemuan dan hukum Rata-rata hasil posttest untuk setiap
pertama termodinamika satu kali pertemuan selalu lebih besar dari rata-
pertemuan. Rata-rata hasil pretest dan rata hasil pretest ini menunjukkan
posttest yang diperoleh mahasiswa adanya pengaruh penerapan elearning
untuk 5 kali pertemuan seperti Tabel 3 terhadap pemahaman mahasiswa pada
materi termodinamika. Rata-rata hasil
Rata- Rata- prettest secara keseluruan tentu juga
Pertemuan rata rata lebih besar dibandingkan dengan rata-
pretest Posttest rata hasil pretest, yaitu 82,58 untuk
posttest dan 44,06 untuk pretest. Dimana
Pertemuan I 36.04 76.04
rata-rata hasil prettest hampir dua kali
Pertemuan 2 47.85 82.56
lipat rata-rata hasil pretest.
Pertemuan 3 41.29 91.17
Dari analisis diperoleh thitung > ttabel,
Pertemuan 4 65.90 83.82
sehingga dapat disimpulkan bahwa
Pertemuan 5 29.24 79.29
penerapan elearning menggunakan LMS
Rata-rata 44.06 82.58 efektive dalam meningkatkan efektivitas
belajar mahasiswa pada mata kuliah
Distribusi nilai mahasiswa range 0-100 termodinamika.
untuk lima kali pertemuan secara grafik
dapat kita lihat seperti Gambar 1 Observasi
Pretest 1 Pretest 2 Observasi dilakukan untuk melihat
aktivitas dan kendala-kendala yang
dihadapi oleh mahasiswa selama
perkuliahan. Observasi ini dibantu oleh
anggota penelitian dan asisten.

557
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

Persentase mahasiswa yang


menunjukkan aktivitas yang Ellis , Raab, Abdon (2001). Knowledge
Aktivitas yang diamati diamati
Pertemuan ke Sharing and Distance Learning
I II III IV V
Kemauan mahasiswa mengerjakan pretest online 93 88 93 97,6 92,7
for Sustainable Agriculture in the
Kemauan mahasiswa mengerjakan posttest online 100 97,6 100 100 100 Asia Pacific: The Asia Pacific
Interaksi mahasiswa dengan sumber belajar 100 100 100 100 100 Regional Technology Centre.
Partisipasi mahasiswa dalam diskusi kelas secara 53 47 65 58 58
online
1st SEAMEO Education
Mahasiswa yang bertanya saat perkuliahan online 46 36 51 41 58 Congress, 26-29 March 2001
Kemampuan menyelesaikan tugas dengan baik dan 90 94 86 88 84
benar
Ketepatan waktu penyelesaian tugas 100 100 100 97,6 100
Herman D S.(2006). Pengembangan E-
learning menggunakan LMS.
Dari 7 aktivitas yang diamati, untuk aricle
aktivitas 1,2,3,6 dan 7. Rata-ratalebih Hamalik, Oemar. (1989). Komputerisasi
dari 88% mahasiswa menunnjukkan Pendidikan Nasional, Mandar
aktivitas tersebut. Untuk aktivitas 4 dan 5 Maju, Bandung
masing-masing 56,2% dan 46,4%
Harry B. Santoso(2005). The Use of E-
mahasiswa yang berpartisipasi aktif saat
Learning towards New Learning
perkuliahan online dilaksanakan artinya
Paradigm: Case Study Student
hampir setengah dari jumlah mahasiswa
Centered E-Learning
melakukan diskusi antar mahasiswa, ,
Environment at Faculty of
menanggapi pertanyaan dan bertanya ke
Computer Science – University
dosen tentang hal yang masih diragukan.
of Indonesia. (IEEE 3rd
Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa
International Workshop on
dengan metoda e-learning dapat
Technology for Education in
meningkatkan aktifitas belajar
Developing Countries,
mahasiswa.
Kaohsiung, Taiwan, 2005)
PENUTUP Harry B. Santoso (2005. Menjadikan
Dari hasil penelitian ini dapat Sistem E-Learning sebagai
disimpulkan: Pendukung Teaching and
1. e-learning physics yang Research University. artikel
dikembangkan dapat meningkatkan Kementerian Negara Riset dan
efektifitas belajar mahasiswa Teknologi(2006). Buku Putih.
termodinamika Jurusan fisika FMIPA Penelitian Pengembangan dan
UNP Penerapan IPTEK Bidang
2. Pembelajaran e-learning dapat Teknologi Informasi dan
Komunikasi Tahun 2005-2025.
meningkatkan aktivitas belajar Jakarta:
mahasiswa
Koes, Supriyono, (2003). Strategi
Agar model pembelajaran e-learning Pembelajaran Fisika.FMPA
dapat diterapkan dikampus UNP, Universitas Malang
diharapkan dukungan fasilitas dan
infrastruktur yang lebih baik. Mousa Afaneh and Basile Vince (2006),
“E-Learning Concepts and
Techniques,”,
Daftar Pustaka
Asiaweek (1999). Asia in the New Romi Satria Wahono.(2005). Pengantar
Millenium. 20-27 Agustus 1999 e-Learning dan
Pengembangannya
Darin E. Hartley(2001), Selling e-
IlmuKomputer.Com
Learning, American Society for
Training and Development, Tallinn. (2007). e-learning development
centre strategy
Edy Haryanto (2008).teknologi informasi
dan komunikasi : Konsep dan Wen, Sayling. (2003). Future of
perkembangannya. makalah Education, Lucky Publisher.

558
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

PENGARUH SIKAP DAN MOTIVASI PEMANFAATAN INTERNET CENTRE


TERHADAP PERILAKU BELAJAR DAN HASIL BELAJAR MAHASISWA
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI PADANG

Oleh:
Rino *)
rinofeunp@yahoo.co.id

ABSTRACT

This research aimed to know influences motivation and attitude exploiting of Internet
Centre to behavior learn and result of learning. The Population of this research was the
student Faculties of economic,and 100 students were taken as the sample. To analyze
the data this research used path analsis test hypothesis with Test of T and Test of F at
level of signifikansi = 0,05. The research finding show that are influence attitude and
motivation is signifikan exploiting of Internet Centre to behavior learn, and do not there
are influence of attitude motivation, behavioral learn of exploiting of centre internet to
result learn student.

Kata kunci: sikap, motivasi, perilaku belajar, hasil belajar

*) Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Padang

PENDAHULUAN

Globalisasi tidak hanya terjadi di pendidikan. Sebagai teknologi informasi


bidang ekonomi dan politik saja namun ter-canggih saat ini internet telah masuk
juga terjadi hampir di seluruh bidang pada berbagai aspek kehidupan
kehidupan manusia, bidang sosial, masyarakat dunia yang menciptakan
ekonomi, pendidikan, hankam, budaya. sebuah komunitas masya-rakat informasi
Bahkan perkembangan global yang tanpa batas. Dalam bidang pendidikan
paling cepat adalah bidang teknologi sebagian besar universitas terke-muka
informasi. Penguasaan teknologi di dunia telah tersambung dengan
informasi merupakan syarat mutlak yang jaringan internet yang memudahkan
harus dimiliki oleh masyarakat yang akan civitas akademika melakukan berbagai
memenangkan persaingan di kompetisi aktifitas dalam dunia riset dan alih
global, sehingga informasi menjadi teknologi.
kebutuhan yang sangat utama dalam Teknologi informasi telah
masyarakat global hari ini, dan tentunya menghadirkan media baru dalam
mereka yang menguasai informasi penyebaran informasi. Informasi yang
adalah pemenang dalam persaingan tidak lagi disusun atas atom-atom tetapi
tersebut. dalam bit-bit telah mempercepat dan
Dunia pendidikan harus menyadari mempermudah proses penyebarannya.
kebutuhan akan informasi dan Media ini pun telah mengubah pola pikir
perkembangan teknologi informasi, manusia yang merupakan respon
sebagai bangsa yang besar dari segi terhadap kemasan informasi. Contoh
wilayah dan jumlah penduduk kebutuhan perubahan pola pikir tersebut adalah
akan informasi tentunya sangat utama. lahirnya e-mail yang mengubah cara
Kehadiran Internet sebagai media berkirim surat, e-business atau e-
komunikasi global agaknya harus commerce yang telah mengubah cara
disikapi secara positif dan direspon ber-bisnis dengan segala turunannya,
dengan baik oleh semua lapisan termasuk e-cash atau e-money. E-
masyarakat khususnya dunia government telah membuka babak baru

559
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

pengelolaan peme-rintahan dan banyak yang hadir ke kampus. Dengan


mekanisme hubungan antara demikian dari 2493 jumlah mahasiswa
pemerintah, dunia bisnis, dan yang terdaftar pada semester Juli
masyarakat. E-learning menawarkan desember 2006 lebih dari 50 %
cakrawala baru proses belajar-mengajar. memanfaatkan internet centre. Ini berarti
Perubahan perubahan ter-sebut terus kepedulian mahasiswa akan kebutuhan
berlangsung dan dalam beberapa bidang in-formasi global untuk kepentingan
sudah mulai mapan,terutama di negara- akademik mereka cukup baik sehingga
negara maju (wahid, 2005). Kemajuan diharapkan perilaku belajar dan hasil
teknologi informasi perlu kiranya disikapi belajar mahasiswa di Fakultas Ekonomi
secara arif dan bijak oleh semua pihak, akan semakin baik.
dibalik sisi kemajuan ternyata ada Soekanto (2002) menyatakan
sebuah potensi negatif dari kemajuan perilaku adalah kecendrungan manusia
teknolgi tersebut, perilaku tindak melakukan se-suatu yang disebabkan
kriminal, pornografi dan pornoaksi serta karena manusia memiliki hasrat yang
berbagai tindak kejahatan lainnya akan kuat dalam dirinya berupa keinginan
memanfaatkan juga teknologi ini untuk untuk menjadi sama dengan manusia
melakukan aksi kejahatnnya ke dunia lain di sekelilingnya, perilaku belajar
maya. dapat diartikan sebagai kecendrungan
Harapan besar yang diinginkan ma-hasiswa dalam melalukan sesuatu
peme-rintah khususnya pengelola aktifitas yang terkait dengan belajar itu
pendidikan seiring dengan kemajuan sendiri, baik berupa kognitif, afektif dan
teknologi informasi dan komunikasi psikomotor, perilaku seseorang sangat
khusunya internet adalah me-ningkatnya berhubungan dengan sikapnya terhadap
daya saing anak bangsa dalam sesuatu maka secara khusus
pergumalan persaingan yang semakin Newcomb(1978) menyatakan bahwa
mengglobal, anak bangsa yang berdaya sikap merupakan keadaan yang
saing bukan hanya diukur dengan mengantarai keadaan-keadaan itu
kemampuan akademik saja, akan tetapi sendiri yang telah ditentukan oleh situasi
juga memiliki keunggulan dalam sikap, masa lampau yang pernah dijalani oleh
perilaku dan mempertahankan jati diri individu, sehingga peri-laku yang akan
serta identitas sebagai bangsa lahir merupakan akumulasi dari seluruh
Indonesia. pengalaman, perasaan individual dan
Fakultas Ekonomi sebagai fakultas situasi. Mahasiswa yang mempunyai
yang masih muda di lingkungan perilaku belajar yang konstruktif tentunya
Universitas Negeri Padang sangat akan memperoleh hasil belajar yang
menyadari kebutuhan informasi global baik, akan tetapi mahasiswa yang tidak
bagi mahasiswanya. Kehadiran internet mempunyai perilaku belajar yang baik
centre di lingkungan fakultas yang tentunya hasil be-lajarnya sangat
diresmikan secara langsung oleh Rektor mengecewakan.
Universitas Negeri Padang disambut Hasil belajar yang diraih tidak
secara positif dan respon yang baik oleh semata-mata ditentukan oleh perilaku
segenap civitas aka-demika Fakultas belajarnya, maka Sesorang yang belajar
Ekonomi. Kunjungan ma-hasiswa akan banyak dipengaruhi oleh berbagai
Fakultas Ekonomi ke Internet Centre kondisi yang berpengaruh terhadap
dari bulan Juni 2006 hingga Januari dirinya dan aktifitas belajar yang sedang
2007 mengalami fluktuasi, kunjungan dilakukan, banyak ahli pendidikan
tertinggi terjadi pada bulan Juni 2006 mencoba mengidentifikasi kondisi
dengan jumlah kunjungan 1348 tersebut dalam berbagai riset yang
mahasiswa, sementara kun-jungan mereka lakukan, diantaranya yang
paling rendah terjadi pada bulan Agustus dikemukakan oleh suryabrata (1998)
2006 sebenayak 183 mahasiswa, yang mengklasifikasikan faktor tersebut
penurunan ini dikarenakan adanya libur kepada faktor yang berasal dari luar
semester sehingga mahasiswa tidak siswa dan faktor yang berasal dari dalam

560
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

siswa itu sendiri (1) Faktor Eksternal variabel dimana perilaku dipengaruhi
adalah faktor yang berasal dari luar oleh sikap dan motivasi serta melihat
siswa yang berpengaruh kepada aktifitas hasil belajar karena adanya pengaruh
belajar seseorang berupa faktor sosial perilaku belajar. Populasi penelitian ini
dan non sosial, faktor non sosial berupa adalah seluruh mahasiswa Fakultas
keadaan uadar, suhu udara, alat-alat Ekonomi Universits Negeri Padang yang
yang dipakai dalam belajar, sementara terdaftar dan pernah memanfaatkan
faktor sosial adalah manusia itu sendiri inernet center. Jumlah sampel yang
dalam interaksi sosialnya dengan yang dianalisis dalam penelitian ini sebanyak
lain, faktor sosial dan faktor non sosial ini 100 orang mahasiswa Fakultas Ekonomi
sangat ber-pengaruh kepada proses dan yang terdaftar pada semeter Juli-
hasil belajar seseorang sehingga faktor Desember 2007, penentuan ukuran
ini harus diupayakan sedemikan rupa sampel adalah berdasarkan rumus slovin
diatur supaya proses belajar dan (Umar,1999:49)
mengajar dapat berlangsung dengan Untuk menganalisis data digunakan
baik, secara khusus Suryabrata merinci teknik analisis jalur (path analysis).
faktor luar yang mempengaruhi proses Dipilihnya teknik analisis jalur dalam
dan hasil belajar kepada dua sisi yaitu penelitian ini karena dengan analisis jalur
lingkungan dan instru-mental, lingkungan dapat diketahui besarnya masing-masing
adalah kondisi alam dan sosial pengaruh variabel terikat dan variabel
sementara sisi instrumental berupa bebas baik secara langsung mapun tidak
kurikulum, program, sara dan fasislitas, langsung (sitepu,1994:2) dengan
guru (tenaga pengajar). (2) Faktor langkah-langkah yaitu (1) menetukan
internal yang berpengaruh dalam koofisien jalur (2) menentukan pengaruh
aktifitas belajar berupa faktor fisiologis variabel lain (3) melakukan uji F dan Uji
dan faktor psikologis, faktor fisiologis T serta pengaruh langsung dan tidak
adalah faktor fisikberupa jasmani langsung (5) melakukan interprestasi
manusia secara keseluruhan, sementara data.
faktor psikologis adalah faktor non fisik
manusia berupa minat, kecerdasan, HASIL PENELITIAN
bakat, motivasi dan kemampuan kognitif
Substruktur 1 (Analisis Pengaruh
manusia. Keselurah fak-tor eksternal ini
Sikap dan Motivasi terhadap Perilaku
akan berpengaruh juga terhadap proses
Belajar)
dan hasil belajar manusia, untuk itu
faktor ini juga harus diatur dan Hasil pengolahan pertama
dikondisikan sedemikan rupa sehingga terhadap data penelitian dengan
tidak berakobat fatal terhadap hasil menggunakan program SPSS
belajar. substruktur 1 analisis jalur X3 = F (X1,X2)
Tujuan penelitian ini adalah untuk menunjukkan sebagai berikut (1) uji F
mengetahui (1) pengaruh sikap dan menunjukkan angka signifikansi adalah
motivasi atas pemanfaatan Internet 0.000 < 0.05 berarti secara bersama-
Center terhadap perilaku belajar dan (2) sama terdapat pengaruh signifikan sikap
pengaruh sikap, motivasi atas dan motivasi terhadap perilaku belajar
pemanfaatan Internet Centre dan maka dapat dilan-jutkan dengan
perilaku belajar terhadap hasil belajar pengujian secara individual (2) koefisien
maha-siswa Fakultas Ekonomi jalur masing-masing variabel beserta
Universitas Negeri hasil uji t nya adalah sebagai berikut a)
Px3x1 = -0,018 ; t hit = -0,200 pada sig
0,842 > 0,05 berarti kooefisien jalurnya
METODOLOGI
tidak signifikan, b) Px2x1 = 0,505 ; t hit =
Jenis penelitian yang penulis 5,479 pada sig 0,000 < 0,05 berarrti
lakukan adalah penelitian kuantitaif jenis kooefisien jalurnya signifikan, c)
survei untuk menjelaskan dan pengaruh variabel lain (PX3ε1) terhadap
menggambarkan sebab akibat antar variabel akibat adalah 0,865, d) karena

561
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

variabel X1 tidak berpengaruh maka penyebab diperbaiki maka perilaku


variabel tersebut di-keluarkan dari belajar akan semakin baik.
model. Total pengaruh variabel penyebab
Hasil pengolahan kedua terhadap terhadap perilaku belajar adalah 25,1 %
data penelitian dengan menggunakan berarti perilaku belajar sebesar 25,1 %
program SPSS substruktur 1 diagram ditentukan oleh variabel penyebab
analisis jalur, dimana X3 = F (X2) (1) uji F sedangkan sisanya 74,9% ditentukan
menunjukkan angka 0,000 < 0,05 yang oleh faktor lain diluar penelitian ini.
berarti secara bersama-sama terdapat analisis pengaruh motivasi terhadap
pengaruh signifikan motivasi terhadap perilaku belajar, dari analisis yang telah
perilaku belajar (2) koofisen jalur variabel dilakukan di-ketahui bahwa koofisien
dan hasil uji t nya adalah Px3x2 = 0,501 ; jalur motivasi terhadap perilaku belajar
t hit = 5,729 pada sig 0.000 < 0,005 adalah 0,505 atau 5,05% dengan
berarti kooefisien jalurnya signifikan (3) motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik.
pengaruh variabel lain (PX3ε1) terhadap Berdasarkan analisis jalur motivasi
variabel akibat adalah 0,865 (4) karena dengan perilaku belajar dikatahui bahwa
variabel penyebab telah signifikan maka pengaruh variabel motivasi secara total
pengaruh langsung dan tidak langsung terhadap perilaku belajar adalah sebesar
dari variabel penyebab terhadap perilaku 0,251 atau 25,1% yang mana pengaruh
belajar dapat dihitung, sebagai berikut a) ini adalah pengaruh langsung sebesar
pengaruh langsung, Px3x2 . Px3x2 = 25,1% tanpa pengaruh tidak langsung
0,501 . 0,501 = 0,251001,uraian hasil karena variabel sikap tidak menunjukkan
pengolahan data dapat diringkas sebagai pengaruh yang signifikan terhadap
berikut: perilaku belajar. Hal ini berarti tidak
adanya peningkatan pengaruh dari hasil
Tabel 1. Ringkasan Interpelasi Hasil interaksi dengan variabel lain.
Pengolahan Data
No Keterangan % %
Substruktur 2 (Analisis Pengaruh
1 Besarnya pengaruh 25,1 -- Sikap, Motivasi, dan Perilaku Belajar
X2 terhadap X3 terhadap Hasil Belajar)
secara langsung
2 Besarnya pengaruh -- -- Hasil pengolahan pertama
tidak langsung X2 terhadap data penelitian dengan
terhadap X3 menggunakan program SPSS
3 Besarnya pengaruh -- 25,1 substruktur 2 analisis jalur adalah,
total X2 terhadap X3 dimana Y = F (X1,X2,X3) menunjukkan
4 Besarnya pengaruh bahwa (1) uji F menunjukkan angka
X2 secara bersama- sebsar 0,782 > 0,05 yang berarti secara
sama terhadap X3 bersama-sama sikap, motivasi dan
perilaku tidak berpengaruh signifikan
5 Besarnya pengaruh 74,9 74,9
terhadap hasil belajar (2) kooefisien jalur
variabel lain
masing-masing variabel bebas beserta
Total 100 100
uji t nya adalah sebagai berikut, a) Pyx1 =
Sumber: Olahan data primer 2007 0,307 ; t hit = 0,354 pada sig 0,724 >
0,05 berarti koofisien jalurnya tidak
Berdasarkan analisis matrik signifikan, b) Pyx2 = -0,105 ; t hit = -0,870
korelasi antara keseluruhan variabel pada sig 0,386 > 0,05 berarti koofisien
penyebab (sikap dan motivasi ) terhadap jalurnya tidak signifikan, c) Pyx3 = -0,06 ;
perilaku belajar diketahui bahwa besaran t hit = -0,55 pada sig 0,965 > 0,05 berarti
koofisien korelasi adalah 0,501 berarti koofisien jalurnya tidak signifikan, d)
variabel penyebab secara bersama- Pengaruh variabel lain (Pyx3ε2) terhadap
sama memberikan pengaruh positif dan variabel akibat adalah 0,943, d) karena
relatif cukup kuat terhadap perilaku variabel variabel tidak ada yang
belajar. Hal ini berarti bila variabel signifikan maka pengaruh langsung dan

562
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

pengaruh tidak langsung tidak dapat dan mengambil tindakan yang perlu (6)
dihitung, sehingga analisis tidak perlu Suka tantangan, ingin menguji
dilanjutkan. kemampuannya (7) Memperagakan keti-
Berdasarkan analisis matrik dakpuasan yang konstruktif, selalu
korelasi antara variabel penyebab memikirkan perbaikan sesuatu (8)
terhadap hasil belajar menunjukkan tidak Berorientasi pada sa-saran / pencapaian
adanya pengaruh yang signifikan hasil (9) Selalu tepat waktu dan ingin
variabel penyebab (sikap, motivasi atas menepati waktu secara disiplin (10)
pemanfaatan internet centre dan perilaku Tingkat energi tinggi dan dapat
belajar ) terhadap hasil belajar mengarahkan energi tersebut dengan
mahasiswa Fakultas Ekonomi. efektif (11) Merasa puas jika melakukan
pekerjaan dengan baik (12) Memberi
PEMBAHASAN andil lebih dari yang di-harapkan.
Mahasiswa Fakultas Ekonomi me-miliki
Pengaruh Variabel Penyebab terhadap
motivasi yang tinggi untuk berkunjung ke
Perilaku Belajar
Internet Centre sehingga berpengaruh
Pengaruh variabel penyebab (sikap terhadap perilaku belajarnya. Dalam
dan motivasi atas pemanfaatan Internet penelitian ini terungkap perilaku belajar
Centre) terhadap perilaku belajar yang mahasiswa Fakultas Ekonomi
mahasiswa Fakultas Ekonomi secara kadang-kadang memper-lihatkan
bersama-sama menunjukkan pengaruh perilaku yang psositif artinya tidak
yang signifikan. Secara individual memperlihatkan perilaku belajar yang
variabel penyebab sikap tidak tinggi dan penuh semangat diantaranya
berpengaruh signifikan terhadap perilaku jarang mengerjakan tugas secara
belajar, sementara variabel penyebab disiplin, kadang-kadang aktif dalam
motivasi menunjukkan pengaruh yang perkuliahan, jarang memiliki buku untuk
signifikan. setiap mata kuliah, jarang ikut seminar
Variabel penyebab (motivasi) mem- dan pelatihan untuk mengem-bangkan
berikan pengaruh yang cukup berarti diri. Motivasi atas pemanfaatan Internet
terhadap perilaku belajar mahasiswa Centre memberikan pengaruh total
Fakultas Ekonomi. Motivasi adalah terhadap perilaku belajar sebesar 25,1%.
tenaga pendorong seseorang untuk Variabel penyebab (sikap) tidak
berbuat dalam hidupnya. Semakin besar berpengaruh secara signifikan terhadap
motivasi yang dimiliki maka tentunya perilaku belajar mahasiswa Fakultas
akan terlihat dari perilaku yang Ekonomi. Thurstone (1946) menyatakan
dimunculkan. Motivasi yang tinggi yang sikap adalah tingkat kecendrungan yang
dimiliki seseorang akan bersikap positif atau negatif yang
mengantarkannya kepada gerbang ke- berhubungan dengan obyek psikologis,
berhasilan dalam kerjanya. Robert meliputi simbol, kata-kata, slogan, orang,
(1992:110) memberikan indikasi bahwa lembaga, ide, sementara itu Gagne
mereka yang memiliki motivasi tinggi (1985) berpendapat sikap adalah
diindikasikan dengan skap sebagai kemampuan informasi yang dimiliki oleh
berikut (1) Dapat memotivasi diri sendiri, seseorang dalam mengambil tindakan.
mengambil inisiatif, dapat memenuhi diri Dalam penelitian ini terungkap bahwa
sendiri, dapat memacu diri sendiri, mahasiswa Fakultas Ekonomi
mempunyai perasaan dan komitmen menunjukkan sikap yang kadang-kadang
yang tinggi (2) Tekun, bekerja secara positif terhadap keberadaan Internet
produktif pada suatu tugas sampai Centre artinya sikap mereka terhadap
selesai dengan baik, dapat keberadaan Internet Centre biasa-biasa
menyelesaikan pekerjaan walaupun saja dan tidak terlalu antusias sehingga
menda-patkan rintangan (3) Mempunyai kurang menoptimalkan fasilitas ini. Sikap
kemauan yang keras untuk bekerja (4) mahasiswa tersebut tidak memberikan
Bekerja dengan atau tanpa pengawasan pengaruh terhadap perilaku belajarnya,
(5) Melihat hal-hal yang harus dikerjakan berarti perilaku belajar mahasiswa tidak

563
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

dibangun dari sikap atas pemanfaatan Dalam penelitian ini terungkap


Internet Centre. motivasi mahasiswa berkunjung ke
Internet Centre adalah terkait dengan
tugas yang diberikan oleh dosen yang
Pengaruh Variabel Penyebab dan
bersangkutan, motivasi pemberian tugas
Perilaku Belajar terhadap Hasil Belajar
oleh dosen inilah yang mengharuskan
Hasil belajar seseorang ditentukan mereka berkunjung ke Internet Centre
oleh banyak faktor, menurut Suryabrata supaya tidak mendapatkan nilai yang
(1989:7 ) hasil belajar yang bervariasi baik, jarang sekali mahasiswa memiliki
dipengaruhi oleh dua faktor yaitu (1) motivasi yang lebih besar dari tugas
faktor luar terdiri dari lingkungan yaitu misalnya motivasi untuk mendapatkan
lingkungan alam dan sosial dan beasiswa, bahan belajar dan, materi
instrumental yaitu kurikulum, program, kuliah sehingga tidak memberikan
sarana dan fasilitas, guru dan tenaga pengaruh terhadap hasil belajar mereka.
pengajar (2) faktor dalam terdiri dari
fisiologis yaitu kondisi fisik secara umum PENUTUP
dan kondisi pancaindera dan psikologis
Kesimpulan
yaitu minat, bakat, kecerdasan, motivasi,
kematangan kognitif. Hasil analisis di atas dapat
Dalam penelitian ini hasil belajar dismpulkan sebagai berikut. Sikap dan
mahasiswa Fakultas Ekonomi adalah motivasi bersama-sama berpengaruh
cukup memuaskan akan tetapi variabel signifikan terhadap perilaku belajar
penyebab dan perilaku belajar atas mahasiswa Fakultas Ekonomi
pemanfaatan Internet Centre tidak Universitas Negeri Padang, secara
berpengaruh secara signifikan terhadap parsial hanya variabel motivasi
hasil belajarnya, dalam penelitian ini berpengaruh sig-nifikan terhadap peilaku
terungkap bahwa perilaku belajar belajarnya. Sikap motivasi dan perilaku
mahasiswa Fakultas Ekonomi belajar tidak ber-pengaruh signifikan
memperlihatkan perilaku yang kadang- terhadap hasil belajar mahasiswa
kadang positif artinya tidak Fakultas Ekonomi, secara parsial
memperlihatkan perilaku yang konsisten variabel sikap, motivasi dan perilaku
dalam belajar. Begitu juga dengan sikap belajar tidak berpengaruh signifikan
atas pemanfaatan internet centre terhadap hasil belajar mahasiswa
memperlihat sikap yang tidak antusias Fakultas Ekonomi. Variabel lain yang
terhadap keberadaan Internet Centre diduga berpengaruh terhadap perilaku
sehingga kurang meng-optimalkan belajar adalah Faktor yang mempe-
pemanfaatan fasilitas tersebut. Motivasi ngaruhi perilaku adalah faktor genetika,
atas pemanfaatan Internet Centre cukup sosiopsikologis, lingkungan ekologis,
besar sehingga komputer di ruangan stimulus dan rangsangan.
Internet Centre setiap harinya penuh
dengan mahasiswa yang memanfaatkan,
Saran
ini mem-perlihatkan motivasi yang besar
dari mahasiswa untuk berkunjung ke Berdasarkan pada beberapa
Internet Centre, akan tetapi motivasi temuan hasil penelitian yang telah
yang besar tentu harus diimbangi diuraikan dalam kesimpulan di atas
dengan aktifitas, meliputi kegiatan maka selanjutnya disampaikan beberapa
browsing, chatting yang bermanfaat saran sebagai berikut (1) Hendaknya
untuk keberhasilan akademik mereka, mahasiswa memperbaiki sikap dan cara
mahasiswa yang berkunjung ke Internet pandang terhadap keberadaan Internet
Centre yang hanya melakukan browsing Centre serta memperlihatkan aksi yang
dan chatting yang tidak berhubungan konkrit sebagai bukti apresiasi maksimal
dengan akademik tentunya tidak akan menyambut keberadaan Internet Centre
mendapatkan hasil yang baik sehinga di lingkungan Fakultas Ekonomi seperti
hasil belajarnya tidak terbantu. berkunjung setiap hari, memanfaatkan

564
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

internet untuk keperluan mencari Irwan, Prasetio .(1999).Logika dan


informasi umum, mencari peluang Prosedur Penelitian, Jakarta. STIA-
beasiswa dan kepentingan positif lainnya LAN Press.
sehingga fungsinya dapat
Idris (2006). Aplikasi SPSS dalam
dimaksimalkan. (2) Hendaknya
analisis data kuantitatif (edisi revisi
mahasiswa memperbaiki dan
III). Padang. Fakultas Ekonomi
meningkatkan perilaku belajarnya, dan
UNP.
di-arahkan kepada perilaku belajar yang
J.Dixon, Wilfrid.(1991).Pengantar
ber-manfaat yang dapat memberikan
analisis Statistik. Yogyakarta.
kontribusi terhadap hasil belajarnya
Gadjah Mada University Press.
seperti banyak membaca, sering
berkunjung ke pustaka, berpartisipasi Kartini, kartono .(1985).Psikologi Sosial
dalam organisasi intra dan ekstra Untuk manajemen Perusahaan dan
kampus dan aktif mengikuti kegiatan Industri amars. Jakarta .CV
seminar, pelatihan sebagai sarana Rajawali Jakarta
pengembangan diri (3) Hendaknya Limongan, Andreas (2002).Globalisasi,
fakultas memberikan perhatian pada Sudahkah Kita Siap
aspek kualitas layanan di Internet Centre Menghadainya. (data Internet ).
disamping kelengkapan dan kenyaman Http . www / berpolitik.com
sarananya, pegawai yang ditugaskan
pada bagian tersebut hendaknya dapat Marat .(1982). Sikap Manusia dan
memberikan pelayanan yang baik Perubahan serta pengukurannya.
kepada mahasiswa se-hingga Jakarta.
mahasiswa sebagai konsumen an user Marmai, Ungsi Antar
dapat betah dan sering berkunjung ke Oku.(1999).Metodologi Penelitian
Internet Centre. Pendidikan. Padang. DIP UNP.
Mudjiran 1999).Perkembangan Peserta
Daftar Pustaka Didik. Padang, Proyek Pembinaan
Tenaga Kependidikan Tinggi Dirjen
Ahmadi, Abu (1991). Psikilogi Sosial: Pendidikan Tinggi.
Jakarta.Rineka Cipta
Newcomb, dkk. (1978). Psikologi Sosial
Arikunto, Suharsimi.(1996).Manajemen (edisi Imdonesia): Bandung.
Penelitian. Depdikbud Dirjen Dikti. CV.Diponegoro
Jakarta P2LPTK
Prayitno, Elida.(1989).Motivasi Dalam
A. M, Sadiman.(1996).Interaksi dan belajar. Jakarta. Depdikbud Dirjen
Motivasi Belajar mengajar Pendidikan Tinggi P2LPTK
Pedoman bagi Guru dan calon
Guru, Jakarta. Radja Grafindo Purwanto, M. Ngalim.(1996).Psikologi
Persada. Pendidikan. Bandung. Remadja
Rosdakarya offset.
Budiarjo, Bagio.(1991).Komputer dan
Masyarakat, Jakarta. Elex media Sadiman.(1996). Interaksi dan Motivasi
komputindo. Belajar mengajar Pedoman bagi
Guru dan calon Guru, Jakarta.
Buku Pedoman Akademik UNP. (2002). Radja Grafindo Persada.
Fakultas Ilmu-Ilmu sosial
Suryabrata Sumadi(1989).Proses Belajar
Bridge, Mac .(1997).Internet . Jakareta. Mengajar di Perguruan tinggi.
Kesaint Blanc Indah Yogyakarata. Andi offset.
Gagne (1985). The Cognitive Psycology Sudjana .(1986). Metode Statistik.
Of School Learning . Boston.Little Bandung. Tarsito
Brown Company
Widyahartono, Bob.(1984).Kumpulan
Tulisan Manajemen Informatika

565
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

dan Komputer. Yogyakarta. Andi Roy hugh penerjemah Agus Darma


offset. .(1993). Organisasi dan Periolaku
Struktur Sosial. Jakarta. Erlangga.
Muller,daniel .(1996).Mengukur Sikap
Sosial Pegangan Untuk Peneliti
dan Praktisi. Jakarta. Bumi aksara.

566
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

PENERAPAN FRAMEWORK E-LEARNING BERBASIS WEB


STUDI KASUS: PENGEMBANGAN E-LEARNING UNTUK MATAKULIAH ANALISA
SISTEM INFORMASI PADA AMIK PANCA BHAKTI PONTIANAK

Oleh :
Robertus Laipaka *)
rbt99paka@yahoo.com

ABSTRACT

Web-based E-learning as an alternative in teaching and learning which will increase the
interest in learning and teaching. This research titled Application Framework E-learning
web-based case study: Development of e-learning for information systems analysis
course at the Academy of Information Management and Computer PB Ptk. This research
is applying the method of application design using SDLC phase (System Development
Life Cycle) with a model process to the gradual system watelfall Engineering, Analysis,
Design, Coding, Testing, Maintenance and model design tools design using UML (Unified
Modeling Language). In the study made an interactive learning system using the auto
presenter so that students can understand the material in either convey or asyncrhonous
syncrhonous. The results of this study as supporting media in teaching and learning
activities, or complementary.

Keywords: e-learning, pedagogy, learning framework, syncrhon, asyncrhon,


autoviewpresenter
*)
Magister Sistem Informasi UNDIP, Semarang

PENDAHULUAN

E-Learning berbasis web merupakan suatu yang di perlukan dalam mengembangkan


alternatif dan usaha dalam bidang sistem e-learning ada tiga kelompok [2]
pendidikan untuk mentransformasi proses yakni: teknologi komputer, teknologi
kegiatan belajar mengajar dengan komunikasi, teknologi pengembangan e-
dukungan teknologi informasi (TI). Masalah learning dan content (materi)
penyampaian materi yang baik dalam pembelajaran.
sistem e-learning tidak semudah di Untuk mengatasi kondisi tersebut di atas
bayangkan di samping keterbatasan maka dipandang perlu dibuat suatu sistem
bandwidth dan akses internet. Sistem aplikasi e-learning yang dapat membantu
dapat mengatasai keterbatasan tenaga proses kegiatan belajar mengajar pada
dosen yang berkualitas. Pada sistem ini AMIK Panca Bhakti Pontianak dengan
antara dosen dan mahasiswa tidak harus bantuan komplementari tool yang ada di
face to face berada di lingkungan geografi dalam Virtual learning Eviroment (VLE)
yang sama. moodle 1.9.10. yaitu Autoview Presenter
Dalam penelitian ini penulis mengambil ver.3.20 yang dapat mempermudah
studi kasus pengembangan e-learning penyampaian materi dalam bentuk audio
untuk matakuliah analisa sistem informasi visual dimana slide bisa sincron dengan
pada AMIK Panca Bhakti Pontianak yang video. Serta mahasiswa dapat mengakses
sedang berkembang dan berbasis materi matakuliah, melihat nilai, forum,
teknologi informasi. Pada dasarnya agar chart room dan pengumuman melalui
proses implentasi e-learning yang baik sistem e-learning yang di kembangkan ini.
maka perlu mempertimbangkan kerangka
(framework)pengembangan e-learning
yang baik [1]. Pada dasarnya teknologi

567
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

Adapun ruang lingkup batasan sistem e-


learning yang di kembangkan adalah
sebagai berikut:
a. Pengujian sistem menggunakan virtual
Learning Enviroment (VLE) moodle
1.9.10.
b. Blok auto view presenter ver.3.20
c. Setup control hak akses.
d. Manage content ( materi).
Gambar 1. Khan Framework
Tujuan dari penelitian ini adalah:
a. Mengembangkan aplikasi perangkat Moodle
lunak sebagai komplementer untuk Moodle merupakan sebuah sistem
mendukung proses e-learning berbasis manajemen pembelajaran yang dapat
web. digunakan sebagai alat yang digunakan
b. Membuat sistem e-learning berbasis oleh dosen dan mahasiswa untuk kegiatan
web agar dosen bisa menyampaikan mengajar dan belajar. Yang diperkenalkan
materi perkuliahan melalui interaktif pertama kali oleh martin dougiamas pada
media tutorial, dan tugas mahasiswa salah satu perguruan tinggi di pert,
serta mengelola nilai. australia.
c. Menerapkan aplikasi e-learning Kenapa platform moodle ini di gunakan
berbasis web pada matakuliah analisa dalam pengujian e-learning berbasis web
sistem informasi dan matakuliah ini [8] pernah melakukan studi tentang
lainnya pada amik paca bhakti evaluasi platform dari aspek adaftasi
pontianak. bahwa paltform moodle merupakan
platform terbaik secara kelengkapan fitur di
TEORI PENDUKUNG bandingkan dengan software LMS lainnya
E-learning terhadap masalah adaptasi baik dari setiap
E-learning merupakan singkatan dari sub kategori maupun aspek teknis,
elektronik learning [3]. E-learning administrasi dan manajemen.
menunjukan proses penyampaian materi
pembelajaran kepada siapapun, Deskripsi Software dan Hardware
dimanapun dan kapanpun dengan Berikut merupakan deskripsi kebutuhan
menggunakan berbagai teknologi dalam alat penelitian yang digunakan untuk
lingkungan pembelajaran yang terbuka, mengolah data dan mengambil data serta
fleksibel dan terdistribusi [4]. Terdapat melakukan pembuatan aplikasinya,
beberapa jenis penyajian e-learning [5] diantaranya :
yakni: asynchonous dimana materi a. Spesipikasi lingkungan pengujian
pelajarannya sudah tersedia dan dapat di system.
akses dari manapun dan kapanpun, 1. Web Server : Apache dan PHP
sedangkan syncronous dimana sistem e- 2. Database : Mysql
learning mengharuskan dosen dan 3. SO : Windows XP2
mahasiswa pada saat yang bersamaan 4. Fron End :Internet Browser
berada di depan komputer meskipun di (IE07, Mozila Firefox, safari, dll)
tempat yang berbeda, perpaduan antara 5. Tools Pendukung: UML
asynchonous dan synchonous dan kelas ( Decomposisi funsi, Use case,
konvensional disebut ”blended learning” Activity diagram, sequence
[6]. Faktor penentu keberhasilan diagram, Class diagram), ERD.
penerapan e-learning yang di kutip dari 6. Multi Media : Window Movie
badrul khan [7] yakni meliputi: institusi, maker, Total Video Converter,
pedagogi, teknologi, interface, evaluasi, Photoshop, firework, camtasia 6.0,
manajemen, etika dan sumber daya flash player, Dreamweaver cs4,
pendukung. Dapat dilihat pada gambar 1. peazip.

568
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

7. Resolusi Layar: 700 X 768 dengan kebutuhan. Analisis persyaratan


8. Processor : intel core 2 duo cpu sistem merupakan penentuan fungsi
T6500 @ 2.10 Ghz (2 cpus) sistem secara keseluruhan termasuk
9. Memori : 1978 MB unjuk kerja yang diharapkan dan
persyaratan teknis sistem.
10. Teknologi yang digunakan 2. Desain: Berdasarkan hasil yang
1. Developer : PHP 5.3.1 diperoleh dalam tahap analisis dibuatlah
2. Database : Mysql 5.1.41 rancangan program yang meliputi:
3. Moodle : 1.9.10+ a. arsitektur sistem,
4. AutoView : 3.20 b. diagram use case,
3. Implementasi: Hasil rancangan tersebut
METODOLOGI kemudian diimplementasikan melalui
Jenis penelitian pemrograman. Sedangkan komponen
Dalam penelitian ini menggunakan multimedia dari materi pembelajaran
metodologi perancangan sistem. diimplementasikan dengan multimedia
authoring tool.
Metode pengumpulan data 4. Evaluasi: Evaluasi program testing oleh
a. Studi Pustaka peneliti.
Peneliti melakukan pencarian data 5. Revisi: Hasil evaluasi program dipakai
sekunder melalui sejumlah literatur, sebagai bahan untuk melakukan
jurnal, buku, akses internet dan revisi baik dalam segi desain maupun
sumber-sumber pendukung lainya guna implementasinya.
mendapatkan fakta yang bersifat
teoritis. Asitektur Sistem
b. Wawancara
Pada tahap perancangan aplikasi Sisi server

peneliti melakukan wawancara kepada Web


server
File_x.pph

Db.server
pengguna sistem.
Mesin PHP
c. Observasi
Peneliti melakukan pengamatan
langsung pada objek penelitian. Kode html

Metodologi perancangan sistem


Request
1. Metode perancangan aplikasi Xx.php
User/pemakai
menggunakan tahapan SDLC ( system
Development Life Cycle ) dengan
model proses watelfall dengan tahapan Gambar 2. Arsitektur system
system Engineering, Analysis, Design,
Coding, Testing, Maintenance. HASIL DAN PEMBAHASAN
2. Model desain rancangan menggunakan Penelitian ini menghasilkan sistem
tools UML ( unified Modeling pembelajaran yang interaktif dengan auto
Language). view presenter dan pendekatan pedagogis
3. Pedoman pengembangan aplikasi yang terdiri dari auto presenter, reading,
menggunakan Framework e-learning. linking, chating, discuss, quize.
Pengembangan model proses dilakukan
Prosedur Penelitian melalui pendekatan engineering sebagai
Prosedur penelitian ini menggunakan berikut:
tahapan SDLC yang meliputi tahap: 1. Analisis
1. Analisis: Langkah awal dalam Analisis merupakan tahapan pertama
pengembangan sistem e-learning ini dalam pengembangan model e-learning
adalah analisis kebutuhan dan analisis berbasis web. Pada tahap analisis ini
persyaratan sistem. Analisis kebutuhan dihasilkan deskripsi kebutuhan sistem,
dilakukan untuk menjamin bahwa sistem uraian fungsi sistem dan fitur utama sistem
yang akan dikembangkan sesuai

569
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

yang diharapkan. Model yang di adopsi


system ini berupa audio visual dan text. Admin Situs
Dari daftar fungsional dan fitur yang telah
diperoleh dalam tahapan analisis, maka Frontpage

dapat ditentukan aktor-aktor dan use case


sebagai berikut. Akto admin situs, aktor Dosen

Log in
Dosen, Aktor mahasiswa. logout
Secara garis besar sistem e-learning yang
akan di kembangkan dapat di gambarkan Mahasiswa
dengan menggunakan Diagram Use Case
seperti pada gambar 3.
Gambar 4. Skenario auto presenter

Manage Materi Berikut merupaka tampilan interface materi


pembelajaran secara standart dari dari
Manage
Mahasiswa framework/kerangka Virtual e-learning
Teacher/Dosen Enviroment ( moodle 1.9.10).
Manage
Autoview

Log in
Admin
Situs Browse E-
Learning

Manage User
personal

Manage Artikel

Entry Forum

Manage forum

Melihat nilai

Manage News
Student/Mahasiswa

Logout

Manage User

Gambar 3.diagram use case sistem e- Gambar 5. Tampilan standart


learning.
Pada gambar berikut tampilan pem_
Use case: belajaran menggunakan autoview
Admin situs: log in, logout, Manage presenter 3.20. proses penyampaian
materi, manage mahasiswa, materi berlangsung secara syncrhonous
Manage Auto presenter, manage dimana video dan presentasi berjalan
user, manage forum, manage news bersama-sama, ini dapat mempermudah
dan artikel. mahasiswa dalam memahami materi yang
Dosen/teacher : login, logout, di saji secara audio visual. Seperti pada
mengedit materi pembelajaran, gambar 6.
mengupload materi pembelajaran,
mengedit soal-soal tes.
Mahasiswa/student: mendaftar,
login, logout, mempelajari materi
(auto presenter, tutorial, download
), manage profil, mengerjakan quis,
melihat nilai.
2. Desain
Dari hasil tahap analisis sebagai dasar
tahapan selanjutnya yaitu desain. Pada
tahapan ini akan diuraikan skenario sistem
yang akan di kembangkan. Dapat dilihat Gambar 6. Tampilan AutoView Presenter
pada gambar 4.

570
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

Sedangkan berikut ini materi di sampaikan 3. Mudah disesuaikan dengan


secara asyncrhonous dimana materi dapat perkembangan proses pembelajaran
di akses kapan saja tentunya sesuai jadwal yang ada
yang telah di tentukan oleh dosen dalam 4. Aplikasi e-learning yang di
mempelajari materi tentunya karena kembangkan mudah di gunakan
berhubungan dengan proses penilain sehingga dosen dan mahasiswa tidak
aktivitas mahasis. Seperti pada gambar 7. kesulitan menggunakan sistem e-
learning.
5. Aplikasi virtual learning enviromen (
VLE) dapat memberikan kesempatan
untuk mengembangkan sistem
pembelajaran yang efektif dan efisien.

Saran
Agar proses kegiatan belajar mengajar
menjadi lebih nyaman hendaknya
memperhatikan masalah teknologi, yang
meliputi akses internet serta bandwith
Gambar 7. Penyampaian materi sehingga tidak kehilangan waktu tunggu
asyncrhonus yang lama.
Masalah adaftive perlu menjadi perhatian
Berikut juga akan di tampilkan proses agar menghidari kesenjangan antara siswa
syncrhonous sistem pembelajaran pada dalam mendapat dan memahami
matakuliah analisa sistem informasi dalam pengetahuan yang ada dalam mengakse
bentuk chartroom. Lihat gambar 8. aplikasi e-learning berbasis web.

Daftar Pustaka

[1] Govindasamy, T. 2002. Successful


implementation of e-Learning
Pedagogical considerations’. Internet
and Higher Education,vol 4
No.3,pp.287-299.
[2] Hasibuan, Z.A. (2006). ‘Integrasi Aspek
Gambar 8. Aktivitas syncrhonous dengan Pedagogi dan Teknologi Dalam E-
chatroom. Learning ’, paper ini di sampaikan
pada konvensyen Teknologi
PENUTUP Pendidikan Ke-19, Lengkawi, Kedah,
Malaysia, 9-11 September,2006.
Berikut merupakan kesimpulan dan saran [3] Sohn, B. (2005). E-learning and primary
dari hasil penelitian ini. and secondary education in Korea.
Kesimpulan KERIS Korea Education & Research
1. Penerapan framework e-learning Information Service, 2(3), 6-9.
berbasis web dan komplementer tool
auto presenter 3.20 dapat membuat [4] Khan, B. (2005). Managing E-learning:
proses pembelajaran menjadi lebih Design, Delivery, Implementation and
dinamis dan menarik. Evaluation. Hershey, PA: Information
2. Aplikasi ini dapat digunakan untuk Science Publishing.
mendukung implementasi distance e- [5] Rosenberg, M. J. (2001). E-learning:
learning. Strategies for delivering knowledge in
the digital age. New York: McGraw-Hill.

571
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

[6] Rovai, A., & Jordan, H. (2004). Blended


learning and sense of community: A
comparative analysis with traditional
and fully online graduate courses.
International Review of Research in
Open and Distance Learning, 5(2).
[7] Singh, H. 2003. 'Building Effective
Blended Learning Programs,Issue of
Educational Technology,vol 43,No 6,
hal 51-54
[8] Graf, S. and List, B. 2002. ‘An
Evaluation of Open Source -Learning
Platforms Stressing- Adaptation
Issues’, this research has been funded
by the australia federal Ministry for
ducaton, Science, and Cultur, and the
european sosial Fund (ESF) Under
Grant 31.963/46-VII/9/2002.

572
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

DESIGNING AND DEVELOPING APPLICATION SEARCH ENGINE PAPER OR THESIS


OF WEB BASED WITH FUZZY RELATION METHOD

Oleh:
Sarwosri *)
sri@its-sby.edu
Ferdy Eko Yuwantoro *)
orange_boy27@yahoo.com

ABSTRAK

Banyaknya jumlah paper yang dikoleksi sebuah lembaga pendidikan setiap tahun akan
bertambah. Seiring dengan pertambahan jumlah paper tersebut maka diperlukan sebuah
metode untuk mencari paper agar bila membutuhkan referensi maka paper/dokumen
yang diperlukan dapat dengan mudah dapat ditemukan. Sejauh yang ada saat ini,
kebanyakan mesin pencari masih mengandalkan pencarian dengan menggunakan
keyword matching/string matching sehingga mengakibatkan hasil pencarian hanya akan
menampilkan paper–paper yang mempunyai keyword/kata kunci yang dicari. Penelitan ini
membahas sebuah sistem pencarian dengan menggunakan metode fuzzy relation,
dimana dengan fuzzy relation didapatkan hubungan antara keyword dan paper. Dengan
metode fuzzy relation maka sebuah pencarian mempunyai kemungkinan menampilkan
hasil berupa paper yang tidak mengandung keyword yang dicari. Karena kata yang
mengakibatkan paper (yang tidak mengandung keyword muncul) mempunyai hubungan
dengan keyword yang dimasukkan.

Kata kunci : pencari, relasi fuzzy, sistem cerdas.


*)
Fakultas Teknologi Informasi, Institut Teknologi Sepuluh Nopember

INTRODUCTION

Documents in whatever form must be patterns on a collection of data related


stored with a particular method, the hope unstructured data is key knowledge
in the future if the document / data that is discovery [3] where with the pattern /
contained within the documents needed, pattern of relationship appropriate for
simply by searching the desired data will knowledge discovery, the resulting
be obtained quickly and the result is information more relevant and not limited
quite relevant to what you search. But to input form words. Search form
more and more documents who saved commonly used is to find how often a
the search time will increase significantly keyword is entered (entered as a search)
coupled also with irrelevant search there is in scientific work, more keywords
results because there are many found on a scientific paper it is
documents that must be sorted and considered that the scientific work is
examined its relevance to the subject in more closely related to keywords entered
question. (keyword / string matching). This study
Therefore we need a method to conduct will describe a method where the search
a search of the scientific work that has not only searches based on keywords
been collected. Search a pattern / found in the number of scientific papers

573
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

(number of word occurance) but also 20 = subjective value (without any prior
looking at its relationship with scientific calculation), a paper if you have 20 or
papers and other keywords. The more words, the paper stated relate
relationship between keywords with (fuzzy value of 1)
scientific works expressed by fuzzy The following are illustrative calculations
relation method. done with a keyword search for Learning
web with ASP.net.
Fuzzy Relation
Fuzzy relation is described as a method The combination of words
to describe the relationship between two “Belajar” ............. (a) = 10 Occurance
objects (words) are different. For “Web”................. (b) = 14 Occurance
example the word “genetic algorithm” “ASP.net” ........... (c) = 20 Occurance
and “soft computing” are two different “Belajar web” ..... (d) = 9 Occurance
words. In syntax, there is no relationship “Web ASP.net”... (e) = 12 Occurance
between the words "genetic algorithm"
and "soft computing". Occurancenya value calculation
But if there is one or more scientific .... (a) 10 * 1/3 = 3.3
papers containing the words "genetic .... (b) 14 * 1/3 = 4.62
algorithm" and "soft computing" it is .... (c) 20 * 1/3 = 6.6
considered that there is a relationship .... (d) 9 * 2/3 = 5.94
between the two. Then further the .... (e) 12 * 2/3 = 7.92
relationship between them is not
necessarily proximity. Such relations the Total = 28.38 Occurance
word "soft computing" with "genetic By using formula (1) the fuzzy value
algorithm" has a value of 0.6 is not (keyword to paper) of scientific work
necessarily the opposite relationship concerned with the word "Learning the
word "genetic algorithm" to "soft web with ASP.net 'is 1. later in the same
computing" has the same value. way let us assume there is a link
From this it can be seen also keywords to paper as follows:
words which have a broader meaning
than others. It is assumed there is a link keywords to
Fuzzy relation in the study include paper as follows:
4 types namely: P = {P1,P2,....,Pn} is set of papers
1. keyword to paper K = {K1,K2,...,Km} is set of keywords
2. paper to paper
3. paper to keyword P1 = {0.3/K2, 0.7/K5, 1/K7, 1/K8},
4. keyword to keyword P2 = {1/K2, 0.8/K5, 0.8/K7, 1/K8},
P3 = {0.9/K1, 0.9/K3, 1/K4, 0.8/K6},
All four types above are sorted based on P4 = {1/K1, 0.5/K3, 0.8/K4, 0.8/K6},
the step - step calculations. P5 = {0.1/K2, 0.7/K5, 1/K4, 1/K8},
P6 = {0.9/K2, 1/K5, 0.8/K4, 1/K8}.
1. Keyword to paper. The value obtained
from the search results on scientific work 2. Then the search will be conducted
by using a keyword / string maching by Paper ties to paper by using the formula:
looking at the number of words found in
scientific work.
Then do the determination of
value fuzzy by the formula:
Description:
R : Relation
Description: Pi : Paper / document to the i
N = the number of words in scientific Pj : Paper / dokumen to the j
discovery. K : Keyword

574
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

µ : Membership function sebagai suatu K3 = {0.25/P3, 0.16/P4}


mapping K4 = {0.28/P3, 0.26/P4, 0.36/P5, 0.27/P6}
µpi : K Æ [0.1] K5 = {0.23/P1, 0.22/P2, 0.25/P5, 0.27/P6}
K6 = {0.22/P3, 0.26/P4}
Example calculation of paper to paper: K7 = {0.33/P1, 0.22/P2}
K8 = {0.33/P1, 0.28/P2, 0.36/P5, 0.27/P6}

4. The next step keyword to keyword


given by the function R where R : K x K
The full results as in table 1 Æ [0.1] as written in the formula [2]

R : Relation
Tabel 1 : Relations paper to paper
Pi : Paper / document to the i
Pj : Paper / dokumen to the j
X/ P1 P2 P3 P4 P5 P6 K : Keyword
Y µ : Membership function sebagai suatu
P1 1 0.7 0 0 0.6 0.5 mapping
8 4 4 µpi : K Æ [0.1]
P2 0.9 1 0 0 0.6 0.7
3 4 3 Example calculation:
P3 0 0 1 0.9 0.3 0.2
7 6 2
P4 0 0 0.8 1 0.2 0.2
3 9 2
P5 0.6 0.5 0.2 0.2 1 0.7
0 0 8 6 0
P6 0.6 0.7 0.2 0.2 0.9 1 The full results in table 2
7 5 2 6 3
Tabel 2 : Relations paper to keyword
3. The next calculation is the calculation
of paper to the keyword. This calculation X/ K1 K2 K3 K4 K5 K6 K7 K8
is the opposite of step 1 and formulated Y
as follows K1 1 0 1 0.4 0 1 0 0
4
K2 0 1 0 0.2 0.6 0 0.5 0.5
6 4 8 3
K3 0.7 0 1 0.3 0 0.7 0 0
2 5 9
Description :
K4 0.8 0.4 1 1 0.5 1 0 0.5
R : Relation
9 4 4 1
Pi : Paper / document to the i
K5 0 0.9 0 0.4 1 0 0.8 08
Pj : Paper / dokumen to the j
1 4 2 6
K : Keyword
K6 0.8 0 0.9 0.4 0 1 0 0
µ : Membership function sebagai suatu
4 3 1
mapping
K7 0 0.4 0 0 0.4 0 1 0.4
µpi : P Æ [0.1]
7 6 9
K8 0 1 0 0.5 1 0 1 1
4
More results:
K1 = {0.25/P3, 0.32/P4} From the above series of calculations it
K2 = {0.1/P1, 0.28/P2, 0.06/P5, 0.24/P6} will get the relationship between

575
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

keywords and the paper and a the retrieved one. So that search results
combination of both. The calculation are:
above is still not enough to produce {1/P5, 0.8/P6, 0.64/P7, 0.45/ P10,
results which also involves the 0.35/P9}
relationship with words and / or other It appears that when searched in
scholarly works on the same page. To the normal way (ordinary) then the
achieve this goal it is done again one search results are : {1/P5, 0.8/P8,
stage of calculation is to determine the 0.4/P7}.
relationship with words or other scientific
work and to determine also form the METHODOLOGY
desired output order (ranking).
The calculation is called the
extended fuzzy. The calculation of the
extended fuzzy discussed using case
examples as follows: The word search is
the K1 and K1 have a relationship with
another word. Relation described as
follows: K1 = {1/K1, 0.8/K7, 0.5/K8}
So also involve both keyword search
above so that the search will look for K1,
K7, K8 Then from their search results -
each keyword found 3 results of fuzzy
sets that each - each have their own
values - their own.
Example
P5 = {1/K1, 0.5/K7}
P6 = {1/K7}
P7 = {0.4/K1, 0.8/K7} Figure 1 : Fuzzy search system
P8 = {0.8/K8}
P9 = {0.7/K8}
P10 = {0.9/K8}

The relationship between the above


three fuzzy sets formed by multiplying
the value (Dot Product) keyword relation
to the value element in the result, here is
a form of calculation:

K1 with P5 => 1 * 1 =1
K1 with P7 => 1 * 0.4 = 0.4
K7 with P5 => 0.8 * 0.5 = 0.4
K7 with P6 => 0.8 * 1 = 0.8
K7 with P7 => 0.8 * 0.8 = 0.64
K8 with P8 => 0.5 * 0.8 = 0.4
K8 with P9 => 0.5 * 0.7 = 0.35
K8 with P10 => 0.5 * 0.9 = 0.36

In general, the search results can also be


written as follows
{1/P5, 0.8/P8, 0.4/P7, 0.8/P6, 0.64/P7,
0.40/P5, 0.35/P9, 0.45/P10} Figure 2 : Keyword search system value
if there is similarity results (eg, P5 to paper
has a value of 1 and 0.4), the highest
value is retrieved, if there is similarity of

576
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

TEST RESULTS

Tests carried out with a paper that is on


a computer server, at the time of the test
data stored as many as 10 paper, with
extension *. pdf.

Figure 3 : Paper search system value to


paper

Figure 6 : Search results paper


From Figure 6 shows that the input
word with asp.net web learning, scientific
documents that do not contain the word
has also come out as the search results.
Figure 4 : Paper value system to This is because the web said to have
keyword search links with the network so that word
asp.net and scientific papers containing
the words web and network will also be
on show when the word "learn web with
asp.net" entered as the search words.
in figure 6 also show the results
of the calculation of fuzzy highest to
lowest order, with the thought that most
of the paper is more appropriate papers
with the keywords that we are fed while
the most recent paper is a paper that
does not fit or that are not associated
directly with the keywords our input.
Figure 5 : Keyword search system to the CONCLUSION
keyword value Based on the test results we can
conclude some conclusions as follows:
1. Search engine with fuzzy relation has
the disadvantage of long
computational time (when it comes to
large amounts of data) but this has
been improved by the use of SQL
Server 2005.

2. Search engine with fuzzy relation has


a uniqueness that is to find a
relationship between keywords and

577
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

document Search engine with fuzzy ASP.NET 2.0 dengan VB 2005 Ariosuryo
relations kusumo, PT. Elex media
komputindo tahun 2007.
3. Search engine used to / based on
string maching has the edge in speed Belajar sendiri dalam 21 hari VB.NET
but can not provide / find the relation Duncan mackenzie, Kent sharkey,
between words and documents. Andi tahun tahun 2002.

References Intan, Rolly, and Mukaidono, Masao.


Aplikasi web dengan ASP.Net Isak “Toward a Fuzzy Thesaurus Based
rickyanto, PT. Elex media on Similarity in Fuzzy Covering”.
komputindo tahun 2003. Australian Journal of Intelligent
Information Processing Systems,
vol 8 no 3, 2000

578
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

PSB ONLINE KOTA PADANG


DALAM TERM ELECTRONIC GOVERNMENT SERVICE

Oleh:
Siska Sasmita
sis_4150@yahoo.com

ABSTRAK

Implementation of PSB (new students admission) online in Padang municipal has been
running for four times since the academic year of 2007/2008. Despite various obstacles
encountered the implementation of PSB Online, ranging from prospective students and
parents lack of understanding until the technical unpreparedness -related to the offline
system and lack of understanding of operators- Dinas Pendidikan still holding a series of
training with related institutions.
This article will highlight the application of information and communication technology in
the PSB online from public administration perspective, especially in the term of electronic
service. Technology is not only seen from a technical perspective, but more emphasis on
its role to supporting services for the community, distribute information, and changing
organizational culture.

Keywords: PSB online, electronic government service

PENDAHULUAN

Naskah dapat berupa artikel ilmiah kendala ditemui dalam pelaksanaan PSB
hasil penelitian, catatan penelitian, online di lapangan -mulai dari
review, ulasan, studi pustaka dan kekurangpahaman calon siswa dan
editorial baik dari bidang ilmu teknologi orangtua hingga ketidaksiapan teknis
informasi, kependidikan maupun berkaitan dengan offline nya sistem yang
integrasi keduanya. Artkel dapat ditulis digunakan berikut kekurangpahaman
dalam bahasa Indonesia atau Bahasa operator- namun penyempurnaan
Inggris, belum pernah dipublikasikan. berkelanjutan tak henti dilakukan Pemko
Naskah diketik dengan font Arial Padang dengan melakukan serangkaian
(Microsoft Word) dengan ukuran 11 pada pelatihan dan menggandeng instansi-
kertas A4, satu spasi, dua kolom, instansi terkait.
dengan menggunakan ukuran batas kiri Itikad pemerintah Kota Padang melalui
dan atas 30 mm, batas kanan dan Dinas Pendidikan untuk
bawah 25 mm dengan jumlah maksimum mengimplementasikan PSB online
6 halaman, sudah termasuk tabel dan sebagai cara untuk menghindari
gambar. Setidaknya pada naskah pungutan-pungutan liar saat penerimaan
terdapat bagian-bagian berikut: siswa baru 1 harus diapresiasi positif. Tak
Pendahuluan, Metodologi, Hasil dan bisa dipungkiri maraknya “jual beli kursi”
Pembahasan, Simpulan dan Saran serta di tahun ajaran baru menjadi lahan subur
Daftar Pustaka. tumbuhnya kolusi di sekolah. Sekolah
sebagai institusi pendidikan dan
Electronic Service
1
Penerapan PSB (penerimaan Siswa Pernyataan kepala Dinas pendidikan kota
Baru) online di Kota Padang telah Padang M.Nur Amin kepada vivanews pada
berjalan selama empat kali semenjak Jumat, 26 Juni 2009
tahun ajaran 2007/2008. Meski beragam (http://teknologi.vivanews.com/news/read/70377-
diknas_padang_gandeng_47_warnet)

579
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

pengajaran semestinya bebas dari sekolah yang dituju sehingga rerata


praktek-praktek negatif yang menyalahi calon siswa tidak melakukan daftar ulang
tujuannya sebagai sarana mencerdaskan di sekolah tempat mereka dinyatakan
kehidupan bangsa. lulus, dengan alasan mereka berharap
Tulisan ini hendak menyoroti penerapan diterima di sekolah pilihan yang lebih
teknologi informasi dan komunikasi favorit. Akibatnya calon siswa kehilangan
dalam PSB online dari perspektif hak untuk mengecap pendidikan di
administrasi negara, khususnya sekolah negeri.
electronic government service. Teknologi Sekolah negeri di Kota Padang
tidak hanya dilihat dari perspektif teknis khususnya dan Indonesia umumnya
namun lebih ditekankan pada masih tetap menjadi favorit karena biaya
peranannya dalam menunjang pendidikan yang dibebankan relatif
pelayanan kepada masyarakat, masih bisa ditanggung oleh rerata
mendistribusikan informasi, serta orangtua di Indonesia, dan kualitas
mengubah budaya organisasi. pendidikan yang ditawarkan juga bisa
bersaing dengan kualitas sekolah
METODOLOGI swasta. Tak heran jika calon siswa dan
orangtua berharap mendapatkan tempat
Tulisan ini merupakan bentuk kajian
di sekolah negeri.
literatur yang berkaitan dengan
Tahun kedua penerapan PSB
kepemerintahan digital (electronic
online di Kota Padang dihadapkan pada
government) dan aplikasinya di bidang
permasalahan regulasi. Aturan dalam
pendidikan. PSB online adalah kasus
PSB online seolah-olah mengeliminasi
yang diangkat sebagai objek dengan
hak siswa untuk memilih sekolah sesuai
bersumber dari rangkaian pemberitaan
kebutuhan karena aturan yang ada
yang diperoleh dari media internet dan
membatasi pilihan calon siswa menjadi
opini masyarakat tentang implementasi
tiga sekolah yang tidak boleh
PSB online di Kota Padang
dicampuradukkan. Artinya jika calon
siswa ingin masuk ke SMKN maka
HASIL DAN PEMBAHASAN
pilihannya harus SMKN. Tidak boleh ada
PSB Online Kota Padang sebagai yang dipilih SMAN. Jika ada yang pilih
Bagian dari Penerapan e-Government SMAN dan SMKN secara bersamaan
Service pada lembaran pendaftaran yang sama,
Salah satu orientasi maka dinyatakan gugur karena terjadi
kepemerintahan digital di bidang error pada sistem data. Begitu pula
pelayanan elektronik (e-government sebaliknya. 2
service) berkaitan dengan penyediaan Sedangkan pelaksanaan PSB
beragam saluran untuk mengakses online di tahun ketiga dan keempat
informasi bagi publik. PSB online dihadapkan pada kendala
menyediakan alternatif cara yang efisien ketidakpercayaan orangtua/wali siswa
bagi calon siswa untuk mendaftarkan diri terhadap (operator) warnet yang ditunjuk
ke sekolah-sekolah yang mereka minati untuk membantu Dinas Pendidikan
karena calon siswa tidak lagi melakukan dalam mengimplementasikan sistem
pendaftaran secara manual dengan PSB online. Secara teknis PSB online
mendatangi satu persatu sekolah yang merujuk pada sistem yang secara
diminati. operasional terkoneksi melalui internet.
Laporan beberapa media berkaitan
dengan pelaksanaan PSB online selama 2
Pernyataan Kabid Kajian Peningkatan Mutu
empat periode di Kota Padang
Pendidikan (KPMP) Dinas pendidikan Kota
menunjukkan adanya kendala yang Padang, Drs. Winardi A. Senin, 12 Mei 2008.
ditemui di setiap periodenya. Pada PSB http://efrizal85.wordpress.com/2008/05/27/peneri
online tahun pertama, kendala utama maan-siswa-baru-psb-online-untuk-tingkat-smp-
berkaitan dengan ketidakpahaman calon sma-dan-smk-di-kota-padang/
siswa dan orangtua/wali terhadap pilihan

580
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

Akan tetapi realitas memperlihatkan publik dalam penerimaan siswa baru di


bahwa kendala utama dalam Kota Padang dihadapkan pada pluralitas
pelaksanaan PSB online adalah sistem yang tinggi dalam banyak aspek
yang tidak mendukung. Dalam kehidupan masyarakat, misalnya
operasionalnya sistem yang digunakan kemajuan ekonomi dan kondisi
acapkali offline terutama di awal masa lingkungan yang berbeda-beda antar
pemberlakuannya. Pada saat sistem kelompok masyarakat. Artinya ketika
mulai mengalami penyempurnaan, pemerintah kota menghadirkan layanan
kendala justru datang dari ketidaksiapan berbasis teknologi informasi dan
personil yang berinteraksi dengan sistem komunikasi juga harus dipertimbangkan
PSB online. kemampuan akses dari kelompok
Inisiatif pemerintah kota dalam tertentu terhadap layanan tersebut.
mengimplementasikan teknologi Kelompok orangtua/wali di lingkungan
informasi dan komunikasi di sektor ekonomi mapan dan latar belakang
pendidikan perlu diapresiasi positif. Akan pendidikan memadai serta melek
tetapi sebagai pencetus ide, pemerintah teknologi mungkin bisa memahami dan
kota (Dinas Pendidikan Kota Padang dan menguasai teknis pendaftaran online,
jajaran terkait) terlebih dahulu harus namun kelompok orang tua/wali yang
familiar terhadap sisi pemanfaatan gagap teknologi –dan seringkali
teknologi informasi dan misi yang merupakan kelompok mayoritas –juga
diemban dalam menghadirkan layanan mesti diperhatikan haknya untuk
berbasis teknologi. Dengan kepedulian mendapatkan informasi yang benar
yang tinggi diiringi pembelajaran yang sehingga tidak merasa dirugikan.
dipetik dari best practise yang telah ada, Marginalisasi hak kelompok
implementasi PSB online diharapkan tertentu dalam PSB online diindikasikan
menjurus pada program yang tepat berkorelasi positif dengan tingkat
sasaran dan bukan semata latah partisipasi kelompok masyarakat (calon
mengikuti keberhasilan program serupa siswa dan orangtua/wali). Dalam hal ini
di daerah lain. orangtua/wali yang gagap teknologi
Layaknya penerapan electronic dikhawatirkan enggan mendaftarkan
government di berbagai bidang, hal putra/putri nya melalui sistem ini
utama yang perlu disiapkan Dinas sehingga lebih memilih kembali ke
Pendidikan Kota Padang saat sistem manual. Alhasil program yang
meluncurkan PSB online selain sisi diusung pemerintah kota menjadi tidak
teknik operasional, juga kesiapan dari tepat sasaran, padahal tujuan akhir yang
sisi komunitas. Komunitas yang dituju diharapkan dari transformasi layanan
haruslah mereka yang sudah publik berkaitan dengan perubahan
terinformasikan tentang tujuan, manfaat, perilaku dari warga yang dilayani.
dan tata cara PSB online. Dalam kasus Teknologi mampu mengatur warga,
ini calon siswa, orangtua/wali, dan namun tidak tata kepemerintahan
operator lapangan termasuk komunitas (Hossain, 2008). Acapkali penerapan
yang harus dipersiapkan skill nya, teknologi tidak memerhatikan unsur-
sehingga ketika PSB beroperasi tak lagi unsur demokrasi yang sesungguhnya
ada geger budaya yang menghinggapi menjadi salah satu tujuan akhirnya e-
komunitas ini. government. Unsur demokrasi tersebut
Sosialisasi yang dilakukan Dinas diantaranya berkaitan dengan etika
Pendidikan Kota Padang kepada pelayanan publik. Perlu diwaspadai
orangtua/wali siswa dalam rangka adanya praktek curang bermotif ekonomi
pembenahan sistem PSB online tahun yang digunakan oknum-oknum tertentu
ajaran 2010/2011 merupakan bentuk untuk meluluskan dan menempatkan
respon balik pemerintah atas pelayanan calon siswa di sekolah yang dikehendaki
PSB yang telah berjalan. Namun perlu sesuai pesanan. Ini tentu bertentangan
digarisbawahi bahwa pelayanan publik dengan misi keberadaan pemerintahan
semestinya bersifat inklusif. Pelayanan digital yang berorientasi mengeliminasi

581
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

intervensi birokratik oleh pemerintah Holzer, Marc et al. (2008). Digital


lokal. Oleh karenanya faktor moral dari Government Online Education for
pihak-pihak yang terlibat dalam PSB Public Managers in Ari-Veikko
online tak kalah penting untuk Anttiroiko (2008). Electronic
diperhatikan. Government: Concepts,
Dalam praktek yang lebih Methodologies, Tools, and
sederhana, keberadaan PSB online Application, New York: information
sesungguhnya adalah transformasi Science Reference.
proses administrasi dalam arti sempit
Hossain, Farhad. (2008). Digital Divides
(paper based process) menjadi digital
and Grassroots-Based Electronic
based. Dengan demikian pendaftaran
Government in Developing
siswa baru semestinya dapat lebih
Countries in Ari-Veikko Anttiroiko
efisien dari segi biaya karena tidak lagi
(2008). Electronic Government:
melibatkan penggunaan kertas dokumen
Concepts, Methodologies, Tools,
dalam skala besar sebab informasi
and Application, New York:
tentang calon siswa dapat diperoleh
information Science Reference.
melalui database sistem.
Parrado, Salvador. (2008). Skill for
PENUTUP Electronic Service Delivery in
Electronic government Public Agencies in Ari-Veikko
(kepemerintahan digital) berorientasi Anttiroiko (2008). Electronic
menjadikan pemerintahan tradisional Government: Concepts,
lebih akuntabel dan warga lebih Methodologies, Tools, and
bertanggungjawab. Di bidang pendidikan Application, New York: information
hal ini coba diaplikasikan dalam PSB Science Reference.
online. Sesuai dengan misi yang Young-Jin, Shin and Kim Seang-Tae.
diemban Dinas Pendidikan Kota Padang, (2008). E-government Concepts,
PSB online berupaya menjadikan proses Measures, and Best Practicies in
penerimaan siswa baru lebih efisien, Ari-Veikko Anttiroiko (2008).
efektif dan transparan sehingga praktek- Electronic Government: Concepts,
praktek curang dapat dihindari, dan Methodologies, Tools, and
warga pun dapat mengontrol jalannya Application, New York: nformation
proses tersebut. Sistem yang baru Science Reference.
beroperasi dalam empat tahun ajaran ini
tak luput dari kekurangan. Meskipun Web:
secara teknis mengalami perbaikan tiap Rust, Roland T and PK Kannan
tahunnya, Dinas Pendidikan dan jajaran (ed).(2002). E-service: New
terkait di Kota Padang tak boleh Directions in Theory and
mengabaikan sisi non-teknis yang juga Practice.http://books.google.co.id/b
berkontribusi pada keberhasilan. PSB ooks?id=YjvPFYUg-
online. Pemanfaatan teknologi informasi xcC&printsec=frontcover&dq=e-
dan komunikasi semestinya tetap service&hl=id&ei=uuEvTbajOc7LrQ
membuat penerimaan siswa baru eYmECQ&sa=X&oi=book_result&ct
menjadi bentuk layanan publik yang =result&resnum=1&ved=0CCMQ6A
inklusif, responsif, dan partisipatif EwAA#v=onepage&q&f=false
Daftar Pustaka Sukasame, N. The Development of E-
Buku : service in Thai Government.
Dwiyanto, Agus. (2010). Manajemen http://unpan1.un.org/intradoc/group
Pelayanan Publik: Peduli, Inklusif, s/public/documents/un-
dan Kolaboratif, Yogyakarta:Gadjah dpadm/unpan042478~1.pdf
Mada University Press.

582
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

KERTAS KONSEP MODEL HOLISTIK E-LEARNING

Oleh:
Siti Rosni Bt Mohamad Yusoff *)
hjhctrosni@gmail.com
Haslina Bt Hassan *)
linalizan@yahoo.com
Nor Azan Mat Zin **)
azan@ftsm.ukm.my

ABSTRAK

This concept paper highlights elearning models of different perspectives. Earlier elearning
models focuses on providing education for training and lifelong education. Current trend
of self direct learning through the internet not only welcomes positive feedback but also
many unethical behaviour. Elearning models that are dynamic could uphold and cater
new learning needs of students and stakeholders. Selecting an equrate model as base to
develope a learning programme for self development or to support current learning
technique is crucial as the outcome of a programme will reflect on the choices of the
working models. Literature on holistic education based on the Philosophy of Malaysian
Education are also mention. Finally selected characteristics from the discussed models
and the gist of holistic education model are integrated in the proposed model of holistic
elearning.

Keywords : elearning, holistic education, web application, CSCL, CSCW,Falsafah


Pendidikan Negara
*)
IPG Kampus Pendidikan Teknik, Kuala Lumpur
**)
Universiti Kebangsaan Malaysia

PENGENALAN

Kertas konsep ini mengumpulkan ijazah pertama Bahasa Inggeris sebagai


beberapa model elearning mengikut Bahasa Kedua (Bed. TESL) dapat
perspektif pembinaannya. Perspektif utama menggunakan teknologi internet dengan
adalah dibidang latihan pekerjaan dan baik, berkeupayaan untuk berkolaborasi
pembelajaran sepanjang hayat. Persektif dan mencari bahan pembelajaran sendiri.
baru yang berpotensi dikembangkan Namun tidak dapat menunjukkan
adalah model elearning yang menyokong kemahiran berfikir secara kritis dan kreatif
pembelajaran pelajar secara kolaborasi, dalam aktiviti kolaborasi dan tidak inovatif
mudah bina serta mudah guna berasaskan dalam membina bahan media dalam blog
web dan berpusatkan pelajar. Menurut pengajaran dan pembelajaran yang dibina
Richardson (2009) perkembangan oleh mereka. Cabaran guru pada masa kini
teknologi dalam read/write web mempunyai adalah membina persekitaran yang boleh
potensi mengubah cara mendidik pelajar membantu pelajar menghadapi proses
melampaui pembelajaran dalam bilik pembelajaran gaya baru ini (Richardson,
darjah. Pelajar kini memperolehi maklumat 2009) dan mengambil kesempatan
digital dan menggunakan teknologi dengan perkhidmatan percuma serta pelbagai
bimbingan minimum atau tiada langsung kemudahan yang menyokong
bimbingan daripada orang dewasa. pembelajaran melalui internet (West &
Pendapat ini disokong oleh kajian Siti West, 2009).
(2010) yang mendapati pelajar peringkat

583
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

Motivasi kajian literatur ini adalah ini. Komponen bantuan teknikal dan sistem
untuk merangka sebuah model holistik pengurusan amat tinggi manakala guru
elearning yang dapat mendasari hanya menguruskan proses pembelajaran
pembinaan sesebuah program pelajar. Model E-moderator oleh Salmon,
pembelajaran yang menyokong kaedah (2000) membincangkan peranan Computer
pembelajaran sedia ada, memenuhi Mediated Conferencing (CMC) mewakili
aspirasi Falsafah Pendidikan Negara pendekatan ini. Lima peringkat yang
Malaysia (FPNM) dan mudah suai dengan disyorkan adalah pertama- akses dan
perubahan semasa. Pengguna elearning motivasi, kedua-sosialisasi atas talian,
merujuk kepada pelajar, guru, pembangun ketiga-pertukaran maklumat, keempat-
dan stakeholders. pembinaan maklumat dan kelima-
pembangunan. Model ini memberi panduan
Model Elearning Pendekatan Latihan kepada guru selaku moderatur untuk
Dalam Organisasi membimbing pelajar dalam talian dan
Model ini juga menggunapakai seterusnya penguruskan pembelajaran
istilah lain seperti e-training, e- elearning. Pendekatan ini adalah bersifat
performance, computer based training dan tempoh jangka sederhana dan panjang
instructional technology yang merujuk bergantung kepada keupayaan serta
kepada kaedah yang digunakan oleh matlamat pengguna iaitu pelajar sendiri
organisasi untuk melatih tenaga kerja menamatkan pengajian mereka.
dalam kemahiran yang yang khusus Sebuah lagi model yang berada
(Kwisnek, 2005). Rosenberg (2001) dalam spektrum LMS adalah Learning
mengumpulkan strategi elearning kearah Content Management System (LCMS).
pembinaan organisasi yang LCMS lebih kos efektif kerana
berpengetahuan dan bermotifkan menggunakan sumber terbuka dengan
keuntungan daripada pengetahuan. bayaran minimum untuk rangkaian seperti
Menurut beliau, elearning adalah jambatan aplikasi Moodle, ia juga memerlukan
antara pekerjaan dan pembelajaran bantuan teknikal sebagai pengurus sistem.
dimana kecemerlangannya bergantung Model ini sesuai untuk pengurusan bilik
kepada 4C iaitu Budaya (culture), Juara darjah dan pangkalan data bahan
(Champions), Komunikasi pengajaran. Aplikasi web 2.0 seperti Wiki
(Communication) dan Perubahan menggunapakai konsep ini dimana ilmu
(Change). Program elearning untuk sektor akan dibina secara progresif melalui
korperat merupakan sebahagian penambahan oleh pengguna.
perancangan dalam perniagaan selain
membantu pekerja meningkatkan prestasi Model Pendekatan Kolaborasi
mereka (Lewis & Whitlock, 2003). Menurut Keupayaan sebuah komputer
Kwisnek (2005) kejayaan elearning dalam menghantar maklumat ke komputer lain
organisasi bukan terletak pada melalui rangkaian menjadi inisiatif kepada
kecanggihan teknologi pengurusan pembinaan model kolaborasi
pembelajaran tetapi bagaimana ia boleh pembelajaran. Model kolaborasi
menyampaikan isi pelajaran dengan berbantukan komputer bermula seawal
mudah dalam masa yang singkat. 1991 dengan pengenalan Computer
Pendekatan ini bersifat strategik, tempoh Support Cooperative Work (CSCW) yang
masa jangka pendek dan selaras dengan memberi fokus kepada penghasilan produk
misi organisasi. oleh kumpulan. Ia dikuti oleh model
Computer Support Collaborative Learning
Model Elearning Pendekatan (CSCL) yang memberi fokus kepada
Pengurusan Pembelajaran interaksi kumpulan. Lipponen (2001)
Model ini banyak diterapkan dalam merujuk model Computer Support
program elearning sebagai platform Collaborative Learning (CSCL) sebagai
pendidikan sepanjang hayat. Sistem pembelajaran kolaborasi berbantukan
Pengurusan Pembelajaran (LMS) di komputer yang boleh meningkatkan
kebanyakan universiti menggunakan model interaksi sesama rakan dalam kumpulan. Ia

584
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

juga bermanfaat untuk berkongsi serta Model Elearning Pendekatan Pengguna


mengedarkan pengetahuan dalam Model ini diperlukan pada masa kini
kumpulan pakar. Koschmann (2002) kerana kebanyakan aplikasi internet kini
mendefinisikan CSCL sebagai satu bidang menjurus ke arah aplikasi yang mesra
yang berpusat kepada praktis yang pengguna dimana pengguna menentukan
memberi makna dalam konteks aktiviti keperluan dan memilih platform
bersama dan dilaksanakan dalam sebuah pembelajaran mengikut kehendak mereka
artifak yang direkabentuk dengan khusus. sendiri dari segi kemampuan ekonomi,
Roberts (2004) mengumpulkan teori sosio-budaya dan keperluan semasa. Ciri-
kolaborasi atas talian untuk menyokong ciri aplikasi elearning telah banyak
dasar pembelajaran kolaborasi atas talian. digunapakai dalam aplikasi sosial sehingga
Model kolaborasi pembelajaran bersama epistemologi elearning dikategorikan dalam
ini memberi impak yang positif keatas web 1.0 dan aplikasi social networking-
pembangunan kemahiran berfikir, membina learning dalam kategori web 2.0. Aplikasi
pengetahuan dan makna , membuat web 2.0 ini lebih mesra pengguna dan
refleksi dan menjadi traformasi dalam serasi dengan teori sosial konstruktivisma
pendidikan ( Palloff & Pratt, 2005). dimana pengguna belajar sendiri daripada
rakan sesawang dalam membina
Model Penilaian Elearning pengalaman hidup mereka. Menurut John
Penilaian melibatkan konsep & Wheeler (2009) aplikasi sumber terbuka
kebolehpercayaan dan keesahan serta memperkenalkan model pembelajaran
bagaimana konstruk ini boleh diukur peer to peer dengan menggunakan web-
(Markam & Hurst, 2009). Hakkarainen et. al logs (blog), wiki, Myspace, Flickr dan
2007 dalam Hakkarainen, Saarelainen, & Facebook untuk berkongsi gambar malah
Ruokamo (2009) telah membangunkan berinteraksi di luar waktu pembelajaran
sebuah model penilaian Teaching and biasa.
Meaningful Learning (TML) yang mengukur Kaedah ini tidak menggunapakai
secara penilaian formatif sebanyak 17 ciri struktur pembelajaran elearning yang
proses dan hasil pembelajaran yang formal, merupakan sokongan kepada
meliputi domain kemahiran generik serta pembelajaran luar darjah, bantuan rakan
domain khusus. Tucker, Fermelis & Palmer dan menonjolkan kemahiran teknologi
(2009) membangunkan penilaian kendiri multitasking pengguna. Namun menurut
dan penilaian rakan iaitu Self Assessment Hiltz & Goldman (2005) jika seorang
dan Peer Assessment Continous pengguna telah mula menggunakan
Assessment (SAPCO) sebagai satu sistem internet untuk menghantar bahan kursus
sokongan penilaian untuk elearning atau maklumat berkaitan bermaksud beliau
menjelaskan bilangan pelajar dalam telah memulakan langkah pertama sebagai
program elearning mempengaruhi kaedah pengguna berpotensi dalam pembelajaran
penilaian dilakukan. Penilaian kendiri atas talian.
melibatkan pelajar serta rakan terbahagi
kepada tiga kaedah iaitu kualitatif, Lewis & Whitlock (2003) memberi
kuantitatif dan am. Jika pelajar ramai, penekanan keatas keperluan pengguna
kaedah kuantitatif adalah lebih sesuai semasa perancangan model. Ia
kerana kemudahan sistem dapat mengemukakan satu model yang
membantu pengiraan, manakala pelajar membolehkan elearning menjadi
yang sedikit boleh menggunakan kaedah sebahagian atau keseluruhan kaedah
kuantitatif seperti menulis esei. Kaedah am mengajar. Pendekatan generik digunakan
adalah penilaian yang dilaksanakan oleh supaya pemilihan media penghantaran dan
guru sahaja. kaedah pembelajaran lebih meluas. Model
ini bermula dari pelajar dan setiap
peringkat boleh timbalbalik ke peringkat-
peringkat lain. Pendekatan ini menekankan
kepentingan memenuhi keperluan pelajar
585
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

dahulu seperti kebolehan fizikal, pendekatan yang membawa maksud


keupayaan pengguna dan jumlah pelajar. keseluruhan ( menggunapakai kata akar
Waterhouse (2005) juga memulakan “holos”dari bahasa Greek atau Holism dari
pembinaan model dari penelitian keatas bahasa Inggeris yang membawa maksud
keperluan pengguna apabila mengadaptasi keseluruhan, semua, atau bahagian yang
model ADDIE dan model Dick & Carey tidak boleh dipisah-pisahkan ( Merriam
untuk membina model VPPODDDA atau Webster, 2011)
Visi, Profil, Objektif, rekabentuk,
Pembangunan, Penyampaian dan Maksud holistik dari pendekatan
Penilaian. Model ini digunakan oleh guru keseluruhan menurut Eldredge (1995) akan
merangkap instruktur pembelajaran untuk menjadi bidang falsafah dan bukannya
membuat penambahbaikan daripada teknik sebuah pembinaan program. Keseluruhan
pengajaran tradisional kepada kaedah atas boleh dilihat dari pelbagai aspek seperti
talian. Model ini terbahagi kepada penggenapan melalui contoh kaedah
VPPODD sebagai peringkat perancangan mempelajari bahasa haruslah dari kedua-
elearning dan DA sebagai peringkat dua kaedah bertulis dan bertutur.
pelaksanaan. Beliau mencadangkan agar Keseluruhan juga boleh bermaksud
instruktur menggunakan sepenuhnya menjalankan kesemua aspek pembelajaran
kemudahan aplikasi web dengan secara serentak dengan tidak
mempelbagaikan aktiviti berpusatkan mengasingkannya seperti mengajar
pelajar seperti mencari bahan, pembinaan membaca, menulis, mengeja dan menulis
projek dan kolaborasi pasukan. tangan.
Jadual 1, dibawah membuat Habsah & Aminuddin (2009)
rumusan perbandingan ciri-ciri utama memberikan panduan pendidikan holistik
model elearning berdasarkan secara keseluruhan dengan menggunakan
perbandingan dalam literatur seperti yang kata kunci utama iaitu integrasi untuk
dibincangkan diatas. Kesesuaian ciri-ciri menghuraikan lima aspek. Lima-lima
akan menjadi faktor pemilihan sesebuah aspek tersebut adalah integrasi
model sebagai dasar program elearning pengetahuan, kemahiran, nilai dan bahasa
yang akan dibangunkan. dalam pembelajaran, integrasi pengalaman
pembelajaran dalam matapelajaran di
sekolah, integrasi teori dan praktikal dalam
pengajaran matapelajaran, integrasi
pengalaman dalam dan luar darjah serta
integrasi strategi mengajar dan belajar.
Penulisan tentang holistik
keagamaan menuntut penerapan nilai
dalam proses membina ilmu agar diberkati
dan batasan kepada perlakuan songsang.
Ilmu adalah salah satu rahmat Pencipta
kepada insan. Al Attas (1990) dalam
Habsah & Aminuddin (2009)
merangkumkan maksud seorang insan
sebagai mempunyai dua alam iaitu jasmani
Jadual 1. Perbandingan ciri-ciri utama dan roh dan kedua-duanya bersepadu.
dalam model-model elearning Maka ilmu yang perlu dicari seharusnya
untuk memenuhi input kepada dua
keperluan jasmani dan rohani (roh). Wan
Konsep Holistik Dalam Pendidikan Zahid (1993) dalam Habsah & Aminuddin
Mengikut pengistilahan umum, istilah (2009) menyarankan kurikulum yang
holistik kerap digunapakai untuk dua holistik harus dapat memenuhi keperluan
pendekatan iaitu pendekatan keagamaan pendidikan dalam tiga aspek utama iaitu
menggunakan definisi kata akar ‘holy’ atau mengetahui kepentingan prinsip metafizik
suci (Kamus Dewan, 1991) dan kedua, dalam agama sebagai penjelasan

586
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

hubungan manusia dengan Pencipta, berkemahiran teknikal dan manipulatif dan


memiliki ilmu pengetahuan dalam bidang membantu masyarakat. Komponen yang
sains kemanusiaan untuk perhubungan membentuk insan yang harmonis dan
sosial dan mempunyai kepakaran sains seimbang dalam kehidupannya adalah
fizikal untuk membolehkannya kepercayaan serta kepatuhan kepada
menyesuaikan diri dengan alam Tuhan. Komponen ini menetapkan bahawa
kehidupannya. Kajian oleh Rohana dan insan mempunyai matlamat hidup sebagai
Kamarudzaman (2010) telah menerapkan amanah yang perlu dijaga iaitu menjaga
elemen spiritual sebagai pelengkap konsep hubungan dengan Penciptanya dan
pendidikan holistik dalam kajiannya selain menjaga hubungan dengan sesama insan.
daripada konsep yang dikenalpasti iaitu Hubungan dengan pencipta adalah kekal
jasmani, intelektual, emosi, sosial dan nilai tempohnya hingga akhirat manakala
telah mendapati adalah penting hubungan dengan manusia dan alamnya
memahami aspek kerohanian dalam bersifat sementara iaitu tempoh di dunia
melaksanakan pendidikan yang sahaja. Menurut Jamal & Mustafa (2004)
mempunyai pendekatan holistik. kebolehan manusia melakukan tafakur
atau berfikir telah menjadi faktor
pembinaan tamadun dan penyampai
matlamat. Konsep tafakur ini dipecahkan
kepada 15 cara berfikir yang boleh
dipraktiskan.
Holistik dalam pendidikan
Gambarajah 1. Gabungan dua pendekatan memerlukan unsur penggenapan dalam
holistik dalam pendidikan semua komponen pembelajaran sebagai
contoh pembelajaran ilmu dunia-akhirat,
Gambarajah 1, menunjukkan dua definisi kurikulum-kokurikulum, teori-amali,
holistik yang digunapakai berdasarkan pembelajaran-penilaian. Manakala
Falsafah pendidikan negara digabungkan kesemua keperluan komponen Intelek,
menjadi holistik pendidikan. Emosi, Rohani, jasmani dan kepercayaan
serta kepatuhan kepada Tuhan
Falsafah Pendidikan Negara dilaksanakan serentak dan tidak dipelajari
Malaysia (Kementerian Pelajaran Malaysia, serta diamalkan secara terpisah-pisah.
2001) menghuraikan keperluan
pembelajaran insan adalah dalam lima Pembinaan Model Elearning Pendekatan
komponen iaitu Intelek, Rohani, Emosi, Holistik
Jasmani dan Kepercayaan serta Model adalah rekabentuk dunia
kepatuhan kepada Tuhan. Setiap sebenar dalam skala kecil. Ia menjadi
komponen akan menerima pembelajaran panduan atau dasar sesebuah program.
mengikut keupayaan sifatnya iaitu Intelek Sehingga kini menurut Hobbs, Brown &
untuk menimba ilmu pengetahuan seperti Gordon (2009) model holistik masih dalam
menulis, membaca, mengira, menyebarkan peringkat perkembangan dalam strategi e-
ilmu berfikir dan memanfaatkan ilmu. learning. Strategi yang kerap digunapakai
Komponen Rohani berupaya membentuk dalam elearning adalah konstruktivisma
insan yang berdisiplin kendiri, akhlak mulia, seperti refleksi, kolaborasi dan penglibatan
menghargai, bersyukur, insaf, aktif.
bertanggungjawab , menyedari, dan Sejajar dengan motivasi kajian,
menginsafi adanya Pencipta. Komponen intipati model holistik elearning yang
Emosi mengawal tahap tingkahlaku, kasih dicadangkan mengambilguna amalan
sayang sesama insan, perpaduan dan terbaik setiap pendekatan yang
mencintai keindahan serta kesenian. dibincangkan sebagai rangka konsep
Komponen Jasmani membentuk tubuh model. Model yang dicadangkan juga
yang sihat untuk melaksanakan tugas dan mengambilkira pembangun aplikasi,
bertenaga untuk berdikari,mengasah bakat,
587
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

moderator dan pengguna aplikasi adalah 8. Pelaksanaan aplikasi serentak dengan


orang yang sama. penilaian formatif untuk pembelajaran
dan kebolehgunaan aplikasi pada
setiap module. (Model penilaian
elearning)
9. Pelaksanaan aplikasi serentak dengan
penilaian holistik kendiri, kolaborasi
rakan, guru, sistem dan pusat. (Model
pendekatan kolaborasi Model
penilaian elearning)
10. Tafakur/ proses reflektif keatas semua
peringkat untuk mendapat
maklumbalas. (Model holistik
pembelajaran)
Gambarajah 2. Rangka asas Model 11. Penambahbaikan dilakukan daripada
Holistik Elearning maklumbalas supaya terhasil
pembelajaran menyeluruh, seimbang,
Gambarajah 2, enam peringkat progresif, konstruktif dan pemanfaatan
dalam rangka asas model holistik elearning ilmu secara harmonis. (Model holistik
seperti diatas adalah rangkuman ciri-ciri pembelajaran dan model pendekatan
yang telah terpilih bergerak mengikut arah organisasi)
jam diatas landasan model holistik
pendidikan. Huraian kepada setiap
peringkat adalah seperti berikut : KESIMPULAN
1. Perancangan mengutamakan Pembinaan sebuah model tidak
perspektif pengguna. (model lengkap sebelum ia diuji
pendekatan pengguna) kebolehgunaannya. Model holistik
2. Perancangan mempunyai matlamat elearning yang dicadangkan masih dalam
strategik selaras dengan misi peringkat rekabentuk dan belum diuji
organisasi. (model pendekatan secara empirikal. Namun diharap
organisasi & model holistik perbincangan dalam kertas konsep ini
pendidikan) dapat membuka pemikiran baru kearah
3. Rekabentuk aplikasi berbentuk pembinaan model elearning yang dinamik
module supaya berpotensi di dan berupaya menyokong pembelajaran
kembangkan mengikut kemajuan diabad ke 21 ini.
teknologi.
4. Rekabentuk pembelajaran dan
penilaian dibangunkan serentak Rujukan
(model holistik pendidikan, model
Dewan Bahasa dan Pustaka. (1992)
pendekatan kolaborasi)
Kamus Dewan Inggeris-Melayu.
5. Rekabentuk keseluruhan adalah kos
Kuala Lumpur : Dewan Bahasa dan
efektif dari segi masa, proses
Pustaka
pembangunan, penggunaan,
penilaian. (model pendekatan Eldredge, Lloyd. J. (1995). Teaching
pengguna) Decoding in Holistic Classrooms.
6. Rekabentuk isikandungan berbentuk Merill : New Jersey
module dan berasaskan tugasan
Eom. Sean .B, Ketcherside., Michael. A.,
mengintegrasikan berkemahiran teori-
Lee. Hu-Hyuk., Starrett. David.
amali. (model pendekatan organisasi)
(2005) The deteminants of web
7. Pembangunan aplikasi atau
based instructional system outcome
pemasangan aplikasi yang
and satisfaction: an empirical
mudahbangun dan mudahguna.
investigation. In Darbyshire. Paul
(model pendekatan pengguna)
(Ed) Instructional Technologies:

588
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

Cognitive of Online Programs. 2002 . Boulder, Colorado, USA. 7-11


Hershey : IRM Press Januari 2002
Habsah. Ismail., & Aminuddin, Hassan. ( Kwisnek, Vincent. (2005) Assessing the
2009). Holistic Education in effectiveness of E-learning. In
Malaysia. European Journal of Social Darbyshire (Ed) Instructional
Scienc, Vol. 9 No. 2 tahun 2009. Pg. Technologies : Cognitive of Online
231-236. Pada 24 November 2010 Program. Hershey : IRM Press
dari alamat
Lewis. R., & Whitlock. Quentin. A. (2003)
http://www.eurojournals.com/ejss_9_
How to Plan and Manage an E-
2_05 .pdf
learning Programme. England :
Hakkarainen, Paivi., Saarelainen. Tarja.,& Gower
Ruokamo. Heli. (2009). Assessing
Lipponen. Lasse. (2001). Exploring
Teaching and student’ Meaningful
foundations for Computer Supported
Learning Processes in an E-
Collaborative Learning, Department
Learning. In Pratt, Christine., &
of Psychology, University of Helsinki
Lajbcygier, Paul (Eds) Elearning
Technoligies and Evidence-based
Markam, Selby., & Hurst. John. (2009).
Assessment Approaches. (pg 20-36)
Re-Assessing Validity and Reliability
, IGI Global : Hershey
In Pratt, Christine., & Lajbcygier,
Hiltz, Starr. Roxanne., & Goldman,Ricki. Paul (Eds) Elearning Technoligies
(2005). What are asynchonous and Evidence-based Assessment
Learning Networks? In Hiltz, Starr. Approaches. (pg 1-19) , IGI Global :
Roxanne., & Goldman, Ricki (Eds) Hershey
Learning Together Online. (pg 3-18 )
Merriam Webster Online Dictionary. (2011).
New Jersey : Lawrencem Erlbaum
Merriam Webster Online Dictionary.
Assoc
Diakses pada 18 Januari 2011 dari
Hobbs, Mike., Brown, Elaine., & Gordon, alamat http://www.aolsvc.merriam-
Marie. (2009). Learning and webster.aol.com/dictionary/holistic
Assessment with Virtual Worlds. In
McConnell, David. (2000). Implementing
Pratt, Christine., & Lajbcygier, Paul
Computer supported Cooperative
(Eds) Elearning Technoligies and
Learning. 2nd ed. London : Kogan
Evidence-based Assessment
Page
Approaches. (pg 55-75) , IGI Global
: Hershey Palloff. Rena. M., & Pratt. Keith. (2005)
Collaborating Online, Learning
Jamal, Badi., & Mustafa, Tajdin. (2004).
Together in Community. : San
Creative Thinking, An Islamic
Fransico : John Wiley
Perspective. Kuala Lumpur :
International Islamic University Richardson, Will. (2009). Blog, Wikis,
Podcasts and other powerful web
Kementerian Pelajaran Malaysia, (2001). tools for classroom. 2nd ed.
Buku Panduan Falsafah Pendidikan Carlifornia : Corwin Press
Negara. Diakses pada 18 Januari
Roberts. Tim. S., (2004) Online
2011 dari alamat
collaborative learning : Theory and
http://www.moe.gov.my/bpk/bsk/bpa
Practice. Information Hershey :
nduan/fpk.pdf
Science Publishing
Koschmann, T.D. (2002). Keynote speech
Rohana, Hamzah., & Kamarudzaman. Md.
in Proceeding from Computer
Isa. (2010). The effectiveness of
Support Collaborative Learning :
Interactive multimedia courseware in
Foundation For CSCL community
developing student’s self
589
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

enlightening level. Jurnal Teknologi,


Tucker, Richard., Fermelis. Jan., & Palmer.
Vol.52, Mei 2010. Pg 29-43
Stuart. (2009). Designing,
Rosenberg. Marc.J. (2000) E-learning. Implementing and Evaluating a self
Strategies for Knowledge in the and Peer Assessment Tool for E-
digital world. New York : MgGraw-Hill learning Environment. In Pratt,
Salmon, Gilly. (2001). E-moderating. The Christine., & Lajbcygier, Paul (Eds)
key to teaching and learning Online. Elearning Technoligies and
London : Kogan Page Evidence-based Assessment
Approaches. (pg 17-194) , IGI
Siti, Rosni. Mohamad. Yusoff.(2010).
Global : Hershey
Usability Of Open Content Initiatives
In Computer Waterhouse. Shirley. A. (2005) The Power
of elearning. The Essential Guide for
Support Collaborative Learning (CSCL)
Teaching in The Digital Age. Boston :
Activities In Higher Education,
Pearson Education
Proceeding from International
Conference on Globalization & West, James. A., & West. Margaret.L.
Localization in CALL 2010. Kota (2009). Using Wikis for Online
Kinabalu, Sabah, Malaysia. 1-3 Collaboration. The power of Read-
Disember 2010 ISBN 978-983-2641- Write Web. San Fancisco : Jossey-
64-3 Bass
Stufflebeam, Daniel.L., & Shrinkfield.
Anthiny.J. (2007). Evaluation,
Theory, Models & Applications. :San
Fransisco : John Wiley & Sons

590
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

PEMANFAATAN TEKNOLOGI NFORMASI DAN KOMUNIKASI (ICT)


DALAM PEMBELAJARAN TERBUKA DAN JARAK JAUH

Oleh:
Sukaya *)
sukaya@ft.unp.ac.id
Nurindah Dwiyani *)
indah_kammar@yahoo.co.uk

ABSTRACT

The progress of information and communication technologies have created new traditions and
culture in the civilization. ICT application is a strategic step in facing the future of education in
Indonesia in an effort to improve access and quality education services to the people who qualified
and efficient, so as to meet human needs in this competitive global era. Education via Internet is
one form of future education, global education at the beginning of the third millennium, which is
often called as innotech education. The appearance of the virtual university, cyber-Gurus, cyber-
education, digital campus, cyber-campus, cyberrary, cyber-research started now and the future is a
strategic commodity that should be anticipated, especially in information era and openness.

Kata kunci: Information Technology, Multimedia, Distance Learning

*) Dosen Fakultas Teknik Universitas Negeri Padang

PENDAHULUAN

Perkembangan teknologi informasi dan virtual university, cyber-gurus, cyber-


komunikasi (Information and education, digital campus, cyber-
Communication Tecnology atau ICT) campus, cyberrary, cyber-research mulai
yang sedemikian cepatnya telah kini dan masa mendatang merupakan
membawa dunia memasuki era baru komoditas strategis yang seharusnya
yang lebih cepat dari yang pernah diantisipasi, terlebih lagi menghadapi era
dibayangkan sebelumnya. Implementasi informasi dan keterbukaan. Persiapan
multimedia dan internet sumber daya manusia dengan
(Interconnection), electronic commerce, memberdayakan informasi terutama
electronic data interchange, virtual office dalam menghasilkan keunggulan kualitas
telemedicine, intranet dan sebagainya akademik anak didik dimasa mendatang
telah menerobos batas-batas fisik antar dirasakan penting, maka pendidikan
negara. Penggabungan antara teknologi lewat internet merupakan fenomena baru
komputer dan telekomunikasi telah dalam dunia pendidikan
menghasilkan suatu revolusi di bidang
sistem ICT. Hal ini memungkinkan untuk HASIL DAN PEMBAHASAN
memenuhi kebutuhan pembelajaran Multimedia
yang tanpa dibatasi oleh kendala jarak, Penyelenggaraan pembelajaran terbuka
waktu dan tempat, yang dikenal dengan dan jarak jauh (ODL) tidak dapat
sistem pembelajaran terbuka dan jarak dilepaskan dari peran media. Keegan
jauh (Open and Distance Learning atau (1991) menekankan pentingnya
ODL). penggunaan media dalam ODL sebagai
Pendidikan melalui internet merupakan konsekuensi dari adanya keterpisahan
salah satu bentuk pendidikan masa antara sumber belajar (guru) dengan
depan, pendidikan global di awal peserta ajar (siswa) yang menyebabkan
milenium ketiga, yang sering disebut keterbatasan komunikasi. Untuk
dengan innotech education. Munculnya menjembatani keterpisahan ini

591
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

dibutuhkan media komunikasi. Hal ini Pembelajaran Jarak Jauh.


cukup beralasan karena pada umumnya Pembelajaran terbuka/jarak jauh
komunikasi yang terjadi pada ODL merupakan suatu sistem yang sengaja
(terutama di Indonesia) melalui media. Di dan sadar dirancang untuk berbagai
sisi lain, media komunikasi di Indonesia keperluan yang belum terpenuhi oleh
cenderung merupakan media komunikasi pendidikan reguler. Ada beberapa alasan
yang bersifat satu arah. mengapa menggunakan ODL, di
Media yang secara umum dipergunakan antaranya adalah karena alasan:
pada ODL adalah media cetak berbentuk filosofis, geografis, sosial ekonomis,
modul, radio, televisi, dan telepon. Media kesempatan belajar untuk semua orang,
cetak radio dan televisi cenderung serta perkembangan teknologi
bersifat satu arah. Telepon bersifat dua komunikasi dan informasi.
arah, namun masih dirasakan mahal
bagi peserta didik. Oleh karena sangat
difahami bahwa isu terbatasnya
komunikasi pada pembelajaran jarak
jauh di Indonesia masih menjadi
permasalahan, karena komunikasi pada
pembelajaran jarak jauh cenderung
besifat satu arah. Dengan
berkembangnya teknologi komunikasi
dan informasi (memanfaatkan kemajuan
bidang elektronika), saat ini
pembelajaran dengan multimedia dapat
dilakukan melalui jaringan internet (e-
learning). Ada beberapa karakteristik dari
Pembelajaran melalui internet pembelajaran jarak jauh (distance
merupakan sesuatu yang belum umum learning atau DL), diantaranya:
dilakukan untuk kepentingan
• Terpisahnya guru dan siswa, ini yang
pembelajaran jarak jauh di Indonesia.
membedakan DL dari pendidikan
Namun, teknologi ini mempunyai
konvensional.
prospek yang cukup baik karena melalui
perkembangan teknologi, memungkinkan • Harus ada lembaga yang mengelola
biaya penggunaan internet menjadi jauh DL, hal ini yang membedakan orang
lebih murah dibandingkan penggunaan yang mengikuti DL dari orang yang
telepon atau media lain. Para pakar belajar sendiri (self study)
ODL mempunyai pendekatan yang • Digunakannya media (biasanya
berbeda mengenai aspek yang harus media tercetak) sebagai sarana
diperhatikan institusi pada saat untuk menyajikan isi pelajaran
menentukan media yang akan • Diselenggarakannya sistem
digunakan. Rowntree (1994) misalnya, komunikasi dua arah antara guru dan
menyatakan bahwa aspek yang harus siswa atau antara lembaga dan
diperhatikan meliputi: tujuan belajar, siswa, sehingga siswa mendapatkan
kondisi peserta ajar, kemampuan manfaat darinya. Dalam hal ini siswa
institusi dalam mengembangkan dan dapat berinisiatif untuk terjadinya
mengadakan media. Sementara Bates komunikasi tersebut.
(1995) memperkenalkan ACTIONS • Pada dasarnya DL itu bersifat
(Action, Cost, Teaching fuctions, individual. Pertemuan tatap muka
Interactivity, Organizational issues, untuk melengkapi proses
Novelty, Speed) sebagai tujuh aspek pembelajaran berkelompok maupun
yang harus diperhatikan institusi pada untuk sosialisasi dapat bersifat
saat menentukan media yang akan keharusan, pilihan, atau tidak sama
digunakan. sekali tergantung pada lembaga
penyelenggaranya

592
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

Untuk mendukung dan mensukseskan proses dan media yang memungkinkan


sistem pendidikan terbuka dan jarak jauh teknologi informasi dapat berperan lebih
(ODL / Open and Distance Learning) luas, di antaranya:
maka perlu dikembangkan e- learning Problem-solving. Software. Banyak
khususnya cyber campus atau virtual perangkat dari CAI (Computer Aided
campus (VC). Tujuannya adalah untuk Instructional) yang diiklankan dan
memenuhi kebutuhan pembelajaran dikatalogkan dalam perangkat lunak
yang tanpa harus dibatasi oleh kendala problem solving dan secara umum
jarak, waktu dan tempat. Suksesnya menggeneralisasi guru untuk dapat
program VC tergantung dari: a) Penilaian menyajikan serta menyediakan sarana
apakah VC itu sudah menjadikan suatu lebih kreatif. Kemampuan ini akan
kebutuhan, b) tersedianya fasilitas mengembangkan pemikiran kearah yang
jaringan internet (Internet Infrastructure) lebih baik sejenis drill, tutorial dan
dan koneksi internet (Internet simulasi, karena program tersebut dapat
Connections), c) Software pembelajaran diaplikasikan pada tingkatan yang
(management course tools), d) diinginkan dan hal ini dapat:
kemampuan dan ketrampilan orang yang • memberi uraian yang lebih baik dan
mengoperasikannya, dan e) Kebijakan spesifik dari topik yang diinginkan
yang mendukung pelaksanaan program • menyediakan alat pengukuran serta
VC tersebut. metode pembelajaran dengan lebih
Walaupun diakui bahwa prospek ODL akurat bagi guru dan
melalui internet adalah prospektif, namun • pembagian struktur pembelajaran
masih dijumpai adanya kendala dan yang lebih efektif.
tantangan yang perlu mendapatkan Tujuan instruksional dari CAI ini adalah
perhatian, antara lain: a) Masih “ketrampilan dalam mengajar
kurangnya kemampuan menggunakan penyelesaian masalah” dan yang akan
internet sebagai sumber pembelajaran., dibicarakan sebagai nilai dari alat tujuan
b) Biaya yang diperlukan masih relatif pendidikan. Keterbukaan juga memacu
mahal untuk tahap-tahap awal dan c) terjadinya pergeseran proses belajar
Belum memadainya perhatian dari mengajar di sekolah mulai dari tatap
berbagai fihak terhadap ODL melalui muka yang konvensional ke arah
internet. pendidikan yang lebih independen.
Agar pemasyarakatan dan pelaksanaan
program ODL melalui internet semakin a. Perkembangan Teknologi
ditingkatkan, hal ini sangat mendesak Dalam sepuluh tahun yang akan datang,
mengingat program-program ODL bukan kita akan melihat beberapa
saja bermanfaat bagi peserta ODL itu perkembangan teknologi yang terjadi
sendiri, tetapi juga bermanfaat bagi dan diketemukan dalam berbagai
masyarakat luas. Jika ini menjadi negara-negara berkembang, yaitu:
kenyataan, maka operasionalisasi • Integrasi teknologi, televisi,
”Education of All” di Indonesia akan komunikasi dan komputer melalui
semakin sukses di mana semua anggota digitalisasi dan teknik komprensi.
masyarakat berhak memperoleh • Mengurangi biaya dan fleksibel
pendidikan di semua jenjang. Dampak dalam penggunaan maupun
selanjutnya adalah setiap warga negara aplikasinya dari telekomunikasinya
akan semakin bisa melaksanakan: terutama pengembangan seperti:
learning to know, learning to do, learning ISDN, fiber-optic, dan radio sellular.
to be, and learning together seperti yang • Miniaturisasi, produk teknologi
diamanatkan oleh UNESCO dimensinya semakin kecil, semakin
ringan, seperti: kamera mungil,
Multimedia dan Pembelajaran Jarak mikropon yang lebih kecil, monitor
Jauh yang beresolusi tinggi.
Teknologi informasi telah memberikan
beberapa inovasi baru, seperti: metode,

593
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

• Perkembangan portabilitas melalui mewakili sumber-sumber belajar yang


penggunaan komunikasi radio dan penting di dunia. Apalagi jika setiap
miniaturisasi. dihubungkan dengan komputer serta
Perkembangan komponen koneksi pada jaringan internet.
mikroelektronika yang menghasilkan Guru dapat menggunakan sistem
mikro chip dan teknik perangkat lunak komputer sekolah yang dapat
akan dimanfatkan oleh dunia pendidikan. menghubungkan komunikasi antara guru
Multimedia dalam pendidikan telah dilihat dan siswa, sekaligus alat kolaborasi dan
sebagai salah satu bentuk perpanjangan komunikasi antara siswa sekolah. Tidak
dari pembelajaran berbasis komputer. hanya bahan pelajaran atau materi
Teknologi informasi yang berdiri sendiri kuliah yang bisa didapatkan akan tetapi
akan menjadi bermanfaat dalam berbagai aspek sumber pendidikan sperti
mengekplorasi ilmu pengetahuan, seperti bantuan dana pendidikan, sumber
AI (Artificial Intelligence) dan informasi bea siswa, program tutor dan
pengembangan virtual reality. informasi sekolah.
Kebutuhan individu dalam masyarakat
secara luas. Akan tetapi aplikasi stand- Akses Internet ke Sumber Informasi
alone dari multimedia akan menjadi lebih Guru dan Siswa
penting dan lebih nyata dalam Sekolah dasar sampai menengah umum
pengembangannya jika terkoneksi dalam yang berada pada masa sekarang sudah
jaringan multimedia (Local Area Network seharusnya mampu memanfatkan
atau LAN) terutama kegunaanya dalam sumber informasi dalam jaringan
dunia pendidikan. internet. Jaringan internet dan intranet
Implikasi untuk pendidikan dan pelatihan mampu menyediakan komunitas ilmiah
memungkinkan sistem belajar yang tidak bagi siswa, guru, dan orang tua.
tergantung pada waktu dan tempat serta Terdapat cara klasifikasi berdasarkan
tersedia untuk setiap tingkatan dari sarana dan cara yang digunakan pada
orang-orang yang ingin belajar. Konteks jaringan internet. Klasifikasi ini
belajar akan menjadi proses pengayaan berdasarkan pada kombinasi dari
secara teknologi bagi siswa, karena kolaborasi siswa, guru dan tujuan
belajar dengan mengakses tidak hanya kurikulum sebagai berikut: kolaborasi
pada media yang luas tetapi juga para profesional di antara para pendidik,
mengakses berbagai media yang penelitian kolaborasi para siswa, siswa
merupakan sumber pendidikan yang dan guru keduanya mengakses sumber
sangat banyak ilmu, siswa dan guru mengakses sumber
Tantangan proses pendidikan di masa informasi perpustakaan (cbyerrary),
datang adalah bagaimana menggunakan siswa dan guru mengakses komputer
sumber daya percepatan teknologi dan dan perangkat lunak, pengembangan
bagaimana memberdayakan pendidikan kolaborasi dan pembagian instruksi dan
dan pelatihan untuk mempertemukan bahan pelajaran, akses peningkatan
kemampuan guru serta hasil kerja
b. Konteks Pedidikan Abad-21 penerbitan Electronic Publishing di word
Dengan memanfatkan internet dalam wide web (majalah dinding anak-anak di
dunia pendidikan sebagai sarana alat web, berita OSIS di web, perlombaan
bantu belajar mengajar, perkembangan homepage pribadi di web, berita sekitar
ini pada akhirnya akan menjadikan sekolah, akses ke perpustakaan,
cybereducation menjadi inteligent majalah) dan lain-lain.
cybereducation.
Akses Informasi Dosen dan
Internet di Ruang Kelas atau di Rumah Mahasiswa
Setelah kehadiran guru dalam arti Perkembangan teknologi informasi yang
sebenarnya internet akan menjadi begitu mendesak telah
suplemen dan komplemen dalam menstransformasikan konsep Pendidikan
menjadi wakil guru (cybergurus), yang Berbasis Komputer (Computer Bases

594
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

Education-CBE) menjadi Pendidikan Teknologi informasi menjadi semakin


Berbasis Teknologi Informasi, Internet canggih, mudah digunakan dan murah.
dan Intranet satu diantaranya. Karena Konsep ini akan meghilangkan batasan
dalam kenyataanya teknologi informasi ruang dan waktu dalam dunia pendidikan
dapat mengintegrasikan komputer, yang selama ini mengakar pada
telekomunikasi dan sistem informasi kungkungan waktu dan tempat.
menjadi alat yang benar-benar mampu Virtual University bukan hanya saja
memberdayakan proses belajar- kuliah jarak jauh, tetapi juga
mengajar menjadi kreatif dan kompetitif. mengandung konsekuensi pada
Hasil penelitian Key (1988) menyatakan berbagai implementasinya, sepert:
bahwa kegiatan belajar mengajar akan administrasi mahasiswa, diskusi
lebih efektif jika terdapat keseimbangan mahasiswa dengan para cybergurus-
antara content (gagasan baru, prinsip, nya, selain aplikasi pada berbagai unit
konsep), experience (peluang pendukung seperti perpustakaan di
menerapkan konsep pada lingkungan internet (cyberrary), Ensiklopedia di
ekperimental) dan feedback (umpan internet, Jurnal ilmiah di internet dan
balik atas keputusan atau tindakan yang bahkan penggunaan mematenkan hasil
diambil saat melakukan penerapan di penelitian di internet.
tahap experience). Penggunaan Administrasi juga berkaitan erat
teknologi informasi dalam metode kasus peningkatan data dan jaringan komputer
akan meningkatkan keseimbangan yang ingin diinformasikan. Beberapa
antara tiga faktor tersebut. universitas menyajikan informasi
Teknologi informasi dalam metode kasus mahasiswa, fakultas dan administrator
dapat berupa computer based model (sarana akademik), informasi yang
supported case studies, gaming terkandung di dalamnya adalah
simulation dan multimedia based recruitment, relasi antar alumni, dan
courseware. Dalam perkuliahan, peserta jangkauan informasi kampus.
diberi kesempatan melihat beberapa
contoh dan mencoba beberapa kasus c. Keberhasilan Cyber Education
yang didukung oleh teknologi informasi. Proses belajar mengajar pada
Penggunaan internet, intranet, interaktive hakekatnya adalah proses komunikasi,
TV, multimedia (CD-ROM), CAI, yaitu penyampaian informasi dari sumber
CAD/CAM, virtual reality menjadi sangat informasi melalui saluran/media tertentu
berhasil untuk proses belajar mengajar, kepenerima informasi. Informasi yang
kombinasi televisi dengan jaringan akan dikomunikasikan adalah isi ajaran
internet (web TV), kombinasi selular atau didikan yang ada dalam kurikulum,
bergerak berbasis WAP ke internet serta sumber pesannya bisa guru, siswa,
tambahan bahan tercetak hasil orang lain ataupun penulis buku atau
presentasi web TV sangat berhasil produser media, saluran media
dalam berbagai situasi penggunaan. pendidikan dan penerima pesannya
adalah siswa atau guru.
Akses Administrasi, Perpustakaan, Informasi berupa materi ajar dan konsep
Jurnal Ilmiah dan Majalah teori yang ada dikurikulum dituangkan
Dalam perkembangan internet dan oleh guru atau sumber lain ke dalam
intranet yang terakhir memungkinkan simbol komunikasi baik simbol verbal
perombakan total konsep pendidikan maupun simbol non verbal atau visual.
yang selama ini berlaku. Dari satu Proses penuangan informasi ke dalam
intranet di suatu kampus dengan intranet simbol komunikasi ini dinamakan
di satu kampus lain terjadilah sinergi encoding. Selanjutnya penerima
keja sama ekstranet. informasi (bisa siswa, peserta latihan
Teknologi komputer, telekomunikasi dan ataupun guru dan pelatihnya sendiri)
sistem informasi makin tidak jelas batas- menafsirkan simbol informasi tersebut
batasnya semua menjadi satu kata sehingga diperoleh informasi yang
dengan sebutan Teknologi Informasi. dinamakan decoding.

595
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

Ada kalanya penafsiran tersebut Guru mengkomunikasikan pembelajaran


berhasil, ada kalanya tidak. Penafsiran kelompok yang lain dalam suatu kursus,
yang gagal atau kurang berhasil berarti dan seterusnya ini dilakukan dengan
kegagalan apa-apa yang didengar, menggunakan alat komunikasi dalam
dibaca, atau dilihat dan diamatinya. masyarakat informasi.
Faktor yang menjadi penghambat dalam
proses komunikasi dinamakan barries PENUTUP
atau noise. Kita kenal adanya hambatan Dengan memanfatkan teknologi
psikologis, misalnya minat, sikap, informasi pesan dalam pembelajaran
pendapat, kepercayaan, intelegensi, dapat disampaikan ke siswa atau si
pengetahuan dan hambatan fisik seperti belajar dengan sangat cepat.
misalnya kelelahan, sakit, keterbatasan Komunikasi dengan multimedia
daya indera dan cacat tubuh. Ini semua memperbolehkan siswa untuk
akan mempengaruhi pesan yang mengakses pengetahuan dari berbagai
disampaikan untuk dapat diterima oleh lokasi termasuk dari kampus, rumah,
siswa sesuai dengan yang diharapkan. pustaka, instansi dan lain-lain.
Proses komunikasi yang behasil berkat nstitusi pendidikan tidak harus terikat
ikut sertanya media dengan proses pada waktu dan tempat, ini sesuai
belajar mengajar. Sumber informasi bisa dengan konsep pembelajaran terbuka
penulis, buku, pelukis, fotografer, dan jarak jauh (ODL) mereka dapat
produser dan guru sendiri. Medianya sebagai elektronik diakses dari manapun
bisa berupa buku, poster, foto, program dan tersedia pada setiap saat. Institusi
kaset audio, film, kaset video. sebaiknya menggabungkan kampus fisik
dan akses remote. Elektronik dapat
d. Kelas Global mengakses pembelajaran yang
Dalam kelas global, Teles seorang ahli digunakan untuk akses grup yang lebih
pendidikan berpendapat bahwa teknologi luas. Siswa akan berinteraksi dengan
baru akan dapat digunakan untuk desk-top ataupun portable work-station
mempersiapkan orang-orang lebih baik dengan berbagai cara yang ditentukan
dalam abad informasi melalui suatu oleh keadan dan tugas pembelajaran.
pengembangan kurikulum yang tidak Siswa dapat berinteraksi dengan materi
hanya berurusan dengan masalah yang pembelajaran yang tersedia secara lokal
timbul akibat masyarakat informasi, atau komputer jarak jauh lainnya.
tetapi juga penggunaan teknologi
sedemikian rupa untuk mengembangkan Daftar Pustaka
keahlian yang dibutuhkan oleh Indrajit, Richardus Eko. 2008. Sistem
masyarakat. Jadi seperti kursus akan informasi dan teknologi informasi.
disusun dengan berbagai subyek yang Jakarta: Gramedia.
khusus dari berbagai belahan dunia.
Haryono, Anung. 2000. Self Learning;
Tersedia informasi dalam bentuk diskusi,
The concept and its aplication in
tanya jawab dari guru, kursus
ODL. Jakarta SEAMOLEC
menggunakan berbagai sumber berbeda
yang akan menjamin proses Jensen, Eric. 2005. Teaching with the
pembelajaran dengan multi kultural dan brain in mind. Alexandria:
masalah etnik tidak terkait di dalamnya. Association for Supervision and
Informasi pembelajaran merefleksikan Curriculum Development.
bagaimana mereka belajar di dalamnya,
Kemp, Jerrold. E.,1985. Planning and
guru tidak hanya ditarik dari berbagai
producing instruktional media. New
belahan yang luas, tetapi juga ditantang
York:Combridge University
untuk memacu mengembangkan
berbagai proses pembelajaran yang Munir.2008. KurikulumBerbasis
diperlukan kepada kelompok yang lebih Teknologi Informasi dan
kecil dalam mencari sumber informasi Komunikasi. Bandung: Alfabeta
yang mereka butuhkan.

596
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

INTERNET AND EDUCATION: THE IMPORTANCE OF


IMPLEMENTING ETHICS

Oleh:
Tri Kurniawati *)
tri_unp@yahoo.co.id

ABSTRACT

The need of information technology that is applied through internet has become a
common thing nowadays and has been widely implemented. Internet as an information
technology has covered every field of human life such as e-banking, e-commerce, e-
education and so on. A people who do not accustomed to use internet are considered
as left behind in technology. The aim of this article is to describe the importance of ethics
implementation in internet use and suggest several steps in order to implement ethics as
a way to reduce the negative effects since internet has appeared to be widely used
especially by the student for supporting their learning process of even just for having fun.
Ethics in internet use is an analysis about the social implication of it and the formulation
of rules, policies, and justification about how to use internet ethically. To conduct ethics
implementation in internet use, information service should arrange such a social contract
that will guarantee the internet is only used for the well-being of society. Information
service should make a contract with individual person or groups as the users or
influence the output of information produced. The contract is unwritten but be implied
implicitly in all activities of information service. Implementation of ethics in internet use
can also be carried out by applying ten steps of behaviors classification and impressing
the standard of ethics in almost all of internet operation.

Keywords: Ethics, internet and education.


*)
Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Padang

PENDAHULUAN

Kebutuhan akan penggunaan mungkin masih menulis surat dengan


teknologi informasi yang diaplikasikan tulisan tangan atau mengetiknya. Namun
melalui internet dengan menggunakan hasilnya tentu tidak terlalu bagus.
perangkat komputer telah menjadi hal Setelah itu anda harus pergi ke kantor
yang lumrah saat ini dan digunakan pos untuk mengirimkan surat ini ke
secara luas. Internet sebagai teknologi alamat yang dituju. Anda juga harus
informasi telah menjangkau segala menunggu beberapa hari bahkan
bidang seperti e-banking, ecommerce, e- beberapa minggu hingga surat yang
government, eeducation dan banyak lagi anda kirimkan sampai ke tujuan. Ini
yang lainnya. Bahkan, apabila proses panjang yang harus anda lalui
masyarakat terutama yang hidup di kota untuk hanya mengirimkan selembar
besar tidak bersentuhan dengan surat.
teknologi informasi dapat dipandang Namun, kemajuan informasi
terbelakang atau ”GAPTEK”. teknologi secara signifikan saat ini telah
Pada awal perkembangannya membuat anda dapat melakukan banyak
komputer masih dijadikan sebagai alat hal dengan lebih baik dan cepat.
untuk memproses data dalam bentuk Perangkat komputer memungkinkan
angka dan kata-kata dengan berbagai anda untuk mengetik surat dengan hasil
program aplikasinya. Dahulu, anda yang lebih berkualitas ketimbang hasil

597
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

tulisan tangan atau ketikan dengan the mind, clusters and constellations of
mesin tik. Anda juga tidak perlu lagi ke data. Like city lights, receeding”.
kantor pos. Jaringan teknologi informasi Perkembangan internet yang
yang kita kenal dengan internet semakin hari semakin meningkat baik
menawarkan fasilitas ini untuk anda. teknologi dan penggunaannya,
Anda bisa mengirim surat menggunakan membawa banyak dampak baik positif
surat elektronik atau email dan hanya maupun negatif. Tentunya untuk dampak
membutuhkan waktu dalam hitungan yang bersifat positif kita semua harus
detik. Terbukti, teknologi informasi telah mensyukurinya karena banyak manfaat
mempermudah hidup anda saat ini. dan kemudahan yang didapat dari
Bagi mahasiswa, banyak juga teknologi ini. Selain berbagi kemudahan
keuntungan yang bisa diperoleh. Mereka yang telah disebutkan di atas masih ada
bisa membrowsing berbagai informasi keuntungan lain misalnya kita dapat
dan bahan untuk perkuliahan misalnya melakukan transaksi perbankan kapan
buku, jurnal, berbagai jenis tulisan dan saja dengan e-banking, e-commerce.
lain sebagainya. Mahasiswa tidak Mencari referensi atau informasi
banyak lagi menghabiskan waktu mengenai ilmu pengetahuan juga bukan
mengelilingi rak buku di perpustakaan hal yang sulit dengan adanya e-library
dan menerima kenyataan bahwa buku dan banyak lagi kemudahan yang
yang dicari ternyata tidak tersedia atau didapatkan dengan perkembangan
tersedia hanya edisi yang lama. Mereka Internet.
bisa menggunakan jaringan teknologi Namun tidak dapat dipungkiri
informasi dengan mendownload buku, bahwa teknologi informasi sekelas
jurnal dan lainnya misalnya melalui internet juga membawa dampak negatif
fasilitas ebooks. Mereka bisa yang tidak kalah banyaknya
mendapatkan buku dan jurnal sampai dibandingkan dengan manfaat yang ada.
edisi yang terbaru sekalipun. Ini hanya Internet membuat kejahatan yang
beberapa contoh sederhana. Jika ingin semula bersifat konvensional seperti
kita list, tentu begitu masih banyak pengancaman, pencurian dan penipuan
keuntungan yang diperoleh dengan kini dapat dilakukan dengan
adanya jaringan teknologi informasi bagi menggunakan media komputer secara
kehidupan manusia di berbagai bidang. online. Kejahatan semacam ini memliliki
Internet telah menciptakan dunia risiko tertangkap yang lebih kecil namun
baru yang dijuluki dengan cyberspace. kerugian yang diakibatkan dapat jauh
Cyberspace adalah sebuah dunia lebih besar bagi masyarakat ataupun
komunikasi berbasis komputer yang negara.
menawarkan realitas yang baru Berbagai dampak negatif yang
berbentuk virtual (tidak langsung dan ditimbulkan dan terus berkembang,
tidak nyata). Walaupun dilakukan secara membuat suatu paradigma bahwa tidak
virtual, kita dapat merasa seolah-olah ada komputer yang aman kecuali
ada di tempat tersebut dan melakukan dipendam dalam tanah sedalam 100
hal-hal yang dilakukan secara nyata, meter dan tidak memiliki hubungan
misalnya bertransaksi, berdiskusi dan apapun juga (Golose, 2006). David Logic
banyak lagi, seperti yang dikatakan oleh (dalam Golose 2006) berpendapat
Gibson (dalam Golose, 2006) yang bahwa internet diibaratkan seperi
memunculkan istilah tersebut pertama kehidupan zaman cowboy tanpa
kali dalam novelnya: “A Consensual kepastian hukum di Amerika, yaitu: ”The
hallucination experienced daily billions of Internet is a new frontier. Just like the
legitimate operators, in every nation. A Wild, Wild West, the internet frontier is
graphic representation of data abstracted wide open to both exploitation and
from the banks of every computer in the exploration. There are no sheriffs on the
human system. Unthinkable complexity. information superhighway. No one is
Lines of light ranged in the non-space of there to protect you or to lock-up virtual
desperados and bandits. This lack of

598
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

supervision and enforcement leaves yang efektif dan efisien. Dalam


users to watch out for themselves and for perkembangan terakhir penggunaannya
each other. A loose standardcalled kedudukan media dan berbagai sumber
"netiquette" has developed but it is still belajar diposisikan sebagai bagian
very different from the standards found in integral dalam sistem pembelajaran.
"real life". Unfortunately, cyberspace Artinya dalam perencanaan
remains wide open to faceless, nameless pembelajaran media dan sumber belajar
con artists that can carry out all sorts of sebagai salah satu komponennya harus
mischief “. terintegrasi sebagai satu komponen
Misalnya seorang hacker dapat pengajaran telah dipertimbangkan dan
saja masuk ke dalam suatu sistem ditentukan dengan seksama
jaringan perbankan untuk mencuri berdasarkan pada tujuan pembelajaran
informasi nasabah yang terdapat di (Sadiman, dkk, 2003). Hal ini sejalan
dalam server mengenai data base dengan temuan Sector Review Team
rekening bank tersebut. Karena dengan (1988) menyatakan bahwa penggunaan
adanya e-banking jaringan tersebut media pendidikan (teknologi) akan
dapat dikatakan terbuka serta dapat mengurangi beban kerja guru hingga
diakses oleh siapa saja. Kalaupun sepertiganya. Selanjutnya menurut Britis
pencurian data yang dilakukan sering Visual Association (1985) menyatakan
tidak dapat dibuktikan secara kasat mata bahwa 75% pengetahuan diperoleh
karena tidak ada data yang hilang tetapi melalui indera penglihatan, 13% indera
dapat diketahui telah diakses secara pendengaran, 6% indera sentuhan dan
illegal dari sistem yang dijalankan. Tidak peraba, serta 6% indera penciuman dan
kurang menghebohkannya adalah lidah (Anonimous, 2005). Berdasarkan
beredarnya gambar-gambar porno hal tersebut dapat disimpulkan bahwa
hubungan seksual/pornografi yang dapat pengembangan media dapat mengatasi
diakses secara luas oleh siapa saja kekurangan waktu pendidik baik dalam
bahkan anak-anak. Tentu dapat kita menyampaikan materi dan menyiapkan
bayangkan bagaimana efeknya jika anak pembelajaran maupun dalam
usia SD sudah sedemikian lekatnya memperjelas materi pelajaran yang
dengan gambar yang berbau pornografi. disampaikan pada mahasiswa. Salah
Berbegai fenomena di atas mulai satu media dan sumber belajar yang
menumbuhkan pemikiran tentang dapat dimanfaatkan dalam dunia
perlunya menegakkan etika dalam pendidikan saat ini adalah internet.
menggunakan internet sebagai salah Dengan berkembangnya fasilitas
satu bentuk teknologi informasi. internet di sekolah-sekolah, kampus
Penegakkan etika semacam ini maupun yang disediakan secara privat
diharapkan dapat menjadi benteng untuk dalam bentuk warung internet (warnet)
menghambat terus berkembangnya telah membuka kesempatan yang begitu
kejahatan di dunia maya yang dapat luas bagi peserta didik untuk dapat
merugikan masyarakat. Makalah ini akan mengaksesnya. Guru ataupun dosen
membahas tentang peranan etika dan sudah mulai memberikan kesempatan
beberapa cara untuk menengakkan kepada siswa untuk memanfaatkan
prinsip etika dalam penggunaan internet internet dalam proses belajar mengajar.
khususnya di dunia pendidikan. Beberapa manfaat internet dalam dunia
pendidikan diantaranya adalah
Pentingnya Etika dalam Penggunaan mempermudah akses ke berbagai
Teknologi Informasi di Bidang sumber informasi. Sebelum adanya
Pendidikan internet, masalah utama yang dihadapi
oleh pendidikan adalah terbatasnya
Media dan berbagai sumber sumber informasi dan literature yang
belajar mengajar memegang peranan dapat dimanfaatkan untuk proses belajar
penting sebagai alat bantu untuk mengajar. Namun dengan internet,
menciptakan proses belajar mengajar informasi menjadi tersedia secara luas

599
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

misalnya dalam bentuk online library, hal ini kita mulai bersinggungan dengan
online journal dan lain sebagainya. Di sesuatu yang etis atau tidak etis.
Indonesia, masalah kelangkaan sumber Pengertian moral sering disama
informasi konvensional (perpustakaan) artikan dengan etika. Moral berasal dari
lebih berat dibanding dengan tempat bahasa Latin moralia, kata sifat dari mos
lain. Adanya Internet merupakan salah (adat istiadat) dan mores (perilaku).
satu solusi pamungkas untuk mengatasi Sedangkan etika berasal dari kata
masalah ini. Yunani ethikos, kata sifat dari ethos
Kedua, mempermudah akses ke (perilaku). Makna kata etika dan moral
pakar. Internet menghilangkan batas memang sinonim, namun menurut
ruang dan waktu sehingga memungkinan Siagian (1996) antara keduanya
seorang siswa berkomunikasi dengan mempunyai nuansa konsep yang
pakar di tempat lain. Seorang siswa di berbeda. Moral atau moralitas biasanya
Makassar dapat berkonsultasi dengan dikaitkan dengan tindakan seseorang
dosen di Bandung atau bahkan di Palo yang benar atau salah. Sedangkan etika
Alto, Amerika Serikat. ialah studi tentang tindakan moral atau
Ketiga, internet juga dapat menjadi sistem atau kode berperilaku yang
media kerjasama. Kolaborasi atau mengikutinya. Etika sebagai bidang studi
kerjasama antara pihak-pihak yang menentukan standar untuk membedakan
terlibat dalam bidang pendidikan dapat antara karakter yang baik dan tidak baik
terjadi dengan lebih mudah, efisien, dan atau dengan kata lain etika adalah
lebih murah. Internet memungkinkan merupakan studi normatif tentang
pendidik ataupun siswa dapat berbagai prinsip yang mendasari tipe-
berkomunikasi secara lebih mudah, tipe tindakan manusia. Hal ini sejalan
berbagai pengalaman dan bahkan dengan pendapat Suryana (2001) bahwa
berbagai pengetahuan dan sumber etika adalah suatu komitmen untuk
belajar. melakukan apa yang benar dan
Namun tidak dapat dipungkiri menghindari apa yang tidak benar. Oleh
bahwa penyalahgunaan teknologi karena itu, perilaku etika berperan dalam
internet di dunia pendidikan juga menentukan apa yang benar dan dan
mungkin terjadi. Misalnya akses yang baik dan untuk menentang apa yang
dilakukan siswa terhadap situs atau pun yang salah dan apa yang buruk.
gambar porno. Siswa juga Lebih lanjut Siagian (1996)
menghabiskan banyak waktu untuk menyebutkan bahwa setidaknya ada 4
“berinternet ria” dengan memainkan alasan mengapa penerapan etika sangat
game online sehingga menghabiskan penting yaitu: (1) etika memandu
waktu atau bahkan cabut sekolah. Selain manusia dalam memilih berbagai
itu kegiatan plagiarism juga bisa terjadi keputusan yang dihadapi dalam
dengan mengambil tulisan orang lain kehidupan, (2) etika merupakan pola
tanpa izin. Mengingat begitu luasnya perilaku yang didasarkan pada
pemanfaatan internet, sudah barang kesepakatan nilai-nilai sehingga
tentu penanaman etika atau perilaku etis kehidupan yang harmonis dapat
menjadi sebuah keharusan. tercapai, (3) dinamika dalam kehidupan
Berbicara mengenai manusia dan manusia menyebabkan perubahan nilai-
etika, kita mengetahui bahwa di nilai moral sehingga perlu dilakukan
lingkungan kita terdapat bermacam- analisa dan ditinjau ulang, (4) etika
macam karakter orang yang berbeda- mendorong tumbuhnya naluri moralitas
beda. Sebagian besar orang memiliki dan mengilhami manusia untuk sama-
hati yang baik dan selalu mencoba untuk sama mencari, menemukan dan
menaati peraturan. Akan tetapi, ada menerapkan nilai-nilai hidup yang hakiki.
beberapa orang jahat yang ingin Menurut Rest (1986), proses perilaku
menyebabkan kekacauan bahkan etis meliputi tahap sebagai berikut:
cenderung merugikan orang lain. Dalam 1. The person must be able to identify
alternative actions and how those

600
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

alternatives will effect the welfare of serta menyangkut interaksi sosial secara
interested parties. bersama.
2. The person must be able to judge Jadi pada dasarnya etika
which course of action ought to be merupakan pedoman tentang sesuatu
undertaken in that situation because yang baik atau buruk. Pelanggaran
it is morally right (or fair or just terhadap etika identik dengan melakukan
morally good) sesuatu hal yang tidak benar. Dalam
3. The person must intend to do what is kaitannya dengan etika sosial, perilaku
morally right by giving priority to tidak beretika atau tidak etis akan
moral value above other personal merugikan orang lain dan melanggar
values nilai-nilai dan norma sosial yang berlaku
4. The person must have sufficient dan diterima umum.
perseverance, ego strenght and Etika dalam penggunaan internet
implementation skills to be able to adalah sebagai analisis mengenai sifat
follow through on his/her intention to dan dampak sosial teknologi komputer,
behave morally, to withstand fatigue serta formulasi dan justifikasi kebijakan
and flagging will, and to overcome untuk menggunakan teknologi tersebut
obstacles secara etis. (Moor dalam Wiguna, 2007).
Empat hal tersebut berkaitan Perilaku tidak etis dalam penggunaan
dengan moral perception, moral teknologi informasi atau internet sering
judgement, moral intention, dan moral diistilahkan dengan cybercrime. Dalam
action. Moral perception dan moral beberapa literatur, cybercrime sering
judgement berkenaan dengan diidentikkan sebagai computer crime.
bagaimana seseorang memikirkan isu- The U.S. Department of Justice (dalam
isu etika dan bagaimana kedua hal Golose, 2006) memberikan pengertian
tersebut menilai pengaruh eksternal dan computer crime sebagai:"…any illegal
internal terhadap pengambilan act requiring knowledge of Computer
keputusan etis. Dengan demikian moral technology for its perpetration,
perception dan moral judgement investigation, or prosecution". Pengertian
berkaitan erat dengan intelektual (akal). lainnya diberikan oleh Organization of
Sedangkan dua hal yang terakhir yaitu European Community Development
moral intention dan moral action (dalam Golose, 2006), yaitu: "any illegal,
merupakan unsur psikologis dari diri unethical or unauthorized behavior
manusia untuk berkehendak berperilaku relating to the automatic processing
etis. Dengan kata lain, seseorang yang and/or the transmission of data".
hanya memiliki moral perception dan Sedangkan menurut Casey “Cybercrime
moral judgement saja tidak dijamin untuk is used throughout this text to refer to
mampu berperilaku etis. Oleh karena itu any crime that involves computer and
harus diikuti oleh moral intention yang networks, including crimes that do not
kemudian diaktualisasikan menjadi moral rely heavily on computer“.
action (Utami, 2006). Lebih lanjut Casey (Golose, 2006)
Menurut Keraf (2001), etika dibagi mengkategorikan cybercrime dalam 4
dalam etika umum dan etika khusus. kategori yaitu:
Etika khusus dibagi lagi menjadi 3 1. A computer can be the object of
kelompok, yaitu: etika individual, etika crime.
lingkungan hidup dan etika sosial. Etika 2. A computer can be a subject of
sosial berbicara mengenai kewajiban crime.
dan hak, sikap dan pola perilaku 3. The computer can be used as the
manusia sebagai makhluk sosial dalam tool for conducting or planning a
interaksinya dengan sesama. Karena crime.
etika sosial menyangkut hubungan 4. The symbol of the computer itself can
antara manusia dengan manusia. Ia be used to intimidate or deceive.
menyangkut hubungan individual antara Jadi, dari beberapa pengertian di
orang yang satu dengan orang yang lain, atas, cybercrime dirumuskan sebagai

601
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

perbuatan tidak etis yang dilakukan Sabotage and Extortion merupakan


dengan memakai jaringan komputer jenis kejahatan yang dilakukan
sebagai sarana/ alat atau komputer dengan membuat gangguan,
sebagai objek, baik untuk memperoleh perusakan atau penghancuran
keuntungan ataupun tidak, dengan terhadap suatu data, program
merugikan pihak lain. komputer atau sistem jaringan
Berdasarkan jenis aktifitas yang komputer yang terhubung dengan
dilakukannya, cybercrime dapat internet.
digolongkan menjadi beberapa jenis f. Cyberstalking
sebagai berikut (http//www.infogue.com Kejahatan jenis ini dilakukan untuk
diakses tanggal 15 Mei 2009): mengganggu atau melecehkan
a. Unauthorized Access seseorang dengan memanfaatkan
Merupakan kejahatan yang terjadi komputer, misalnya menggunakan e-
ketika seseorang memasuki atau mail dan dilakukan berulang-ulang.
menyusup ke dalam suatu sistem Kejahatan tersebut menyerupai teror
jaringan komputer secara tidak sah, yang ditujukan kepada seseorang
tanpa izin, atau tanpa dengan memanfaatkan media
sepengetahuan dari pemilik sistem internet. Hal itu bisa terjadi karena
jaringan komputer yang dimasukinya. kemudahan dalam membuat email
Probing dan port merupakan contoh dengan alamat tertentu tanpa harus
kejahatan ini. menyertakan identitas diri yang
b. Illegal Contents sebenarnya.
Merupakan kejahatn yang dilakukan g. Carding
dengan memasukkan data atau Carding merupakan kejahatan yang
informasi ke internet tentang suatu dilakukan untuk mencuri nomor kartu
hal yang tidak benar, tidak etis, dan kredit milik orang lain dan digunakan
dapat dianggap melanggar hukum dalam transaksi perdagangan di
atau menggangu ketertiban umum, internet.
contohnya adalah penyebaran h. Hacking dan Cracker
pornografi. Istilah hacker biasanya mengacu
c. Penyebaran virus secara sengaja pada seseorang yang punya minat
Penyebaran virus pada umumnya besar untuk mempelajari sistem
dilakukan dengan menggunakan komputer secara detail dan
email. Sering kali orang yang sistem bagaimana meningkatkan
emailnya terkena virus tidak kapabilitasnya. Adapun mereka yang
menyadari hal ini. Virus ini kemudian sering melakukan aksi-aksi
dikirimkan ke tempat lain melalui perusakan di internet lazimnya
emailnya. disebut cracker. Boleh dibilang
d. Data Forgery cracker ini sebenarnya adalah hacker
Kejahatan jenis ini dilakukan dengan yang yang memanfaatkan
tujuan memalsukan data pada kemampuannya untuk hal-hal yang
dokumen-dokumen penting yang ada negatif. Aktivitas cracking di internet
di internet. Dokumen-dokumen ini memiliki lingkup yang sangat luas,
biasanya dimiliki oleh institusi atau mulai dari pembajakan account milik
lembaga yang memiliki situs berbasis orang lain, pembajakan situs web,
web database. probing, menyebarkan virus, hingga
e. Cyber Espionage, Sabotage, and pelumpuhan target sasaran.
Extortion Tindakan yang terakhir disebut
Cyber Espionage merupakan sebagai DoS (Denial Of Service).
kejahatan yang memanfaatkan Dos attack merupakan serangan
jaringan internet untuk melakukan yang bertujuan melumpuhkan target
kegiatan mata-mata terhadap pihak (hang, crash) sehingga tidak dapat
lain, dengan memasuki sistem memberikan layanan.
jaringan komputer pihak sasaran.

602
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

i. Hijacking Sedangkan berdasarkan sasaran


Hijacking merupakan kejahatan kejahatan, cybercrime dapat
melakukan pembajakan hasil karya dikelompokkan menjadi beberapa
orang lain. Yang paling sering terjadi kategori seperti berikut ini :
adalah Software Piracy (pembajakan a. Cybercrime yang menyerang individu
perangkat lunak). (Against Person)
j. Cyber Terorism Jenis kejahatan ini, sasaran
Suatu tindakan cybercrime termasuk serangannya ditujukan kepada
cyber terorism jika mengancam perorangan atau individu yang memiliki
pemerintah atau warganegara, sifat atau kriteria tertentu sesuai tujuan
termasuk cracking ke situs penyerangan tersebut. Beberapa contoh
pemerintah atau militer. kejahatan ini antara lain :
Berdasarkan motif kegiatan yang 1) Pornografi
dilakukannya, cybercrime dapat Kegiatan yang dilakukan dengan
digolongkan menjadi dua jenis sebagai membuat, memasang,
berikut : mendistribusikan, dan menyebarkan
a. Cybercrime sebagai tindakan murni material yang berbau pornografi,
kriminal cabul, serta mengekspos hal-hal
Kejahatan yang murni merupakan yang tidak pantas.
tindak kriminal merupakan kejahatan 2) Cyberstalking
yang dilakukan karena motif kriminalitas. Kegiatan yang dilakukan untuk
Kejahatan jenis ini biasanya mengganggu atau melecehkan
menggunakan internet hanya sebagai seseorang dengan memanfaatkan
sarana kejahatan. Contoh kejahatan komputer, misalnya dengan
semacam ini adalah carding, yaitu menggunakan e-mail yang dilakukan
pencurian nomor kartu kredit milik orang secara berulang-ulang seperti halnya
lain untuk digunakan dalam transaksi teror di dunia cyber. Gangguan
perdagangan di internet. Juga tersebut bisa saja berbau seksual,
pemanfaatan media internet (webserver, religius, dan lain sebagainya.
mailing list) untuk menyebarkan material b. Cybercrime menyerang hak milik
bajakan. Pengirim e-mail anonim yang (Againts Property)
berisi promosi (spamming) juga dapat Cybercrime yang dilakukan untuk
dimasukkan dalam contoh kejahatan menggangu atau menyerang hak milik
yang menggunakan internet sebagai orang lain. Beberapa contoh kejahatan
sarana. Di beberapa negara maju, jenis ini misalnya pengaksesan komputer
pelaku spamming dapat dituntut dengan secara tidak sah melalui dunia cyber,
tuduhan pelanggaran privasi. pemilikan informasi elektronik secara
b. Cybercrime sebagai kejahatan ”abu- tidak sah/pencurian informasi.
abu” c. Cybercrime menyerang pemerintah
Pada jenis kejahatan di internet yang (Againts Government)
masuk dalam wilayah ”abu-abu”, cukup Cybercrime Againts Government
sulit menentukan apakah itu merupakan dilakukan dengan tujuan khusus
tindak kriminal atau bukan mengingat penyerangan terhadap pemerintah.
motif kegiatannya terkadang bukan untuk Kegiatan tersebut misalnya cyber
kejahatan. Salah satu contohnya adalah terorism sebagai tindakan yang
probing atau portscanning. Ini adalah mengancam pemerintah termasuk juga
sebutan untuk semacam tindakan cracking ke situs resmi pemerintah atau
pengintaian terhadap sistem milik orang situs militer.
lain dengan mengumpulkan informasi
sebanyak-banyaknya dari sistem yang Mencermati fenomena dan fakta di
diintai, termasuk sistem operasi yang atas terlihat bahwa pemanfaatan
digunakan, port-port yang ada, baik yang teknologi telah juga menimbulkan
terbuka maupun tertutup, dan berbagai efek negatif dan kerugian bagi
sebagainya. orang lain. Model perilaku tidak etis yang

603
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

dilakukan sudah sangat beragam bahkan 2. Hak milik intelektual akan dilindungi
bisa dikatakan bukan hanya tidak edis 3. Komputer dapat diakses masyarakat
namun telah menjadi sebuah tindakan sehingga anggota masyarakat
kejahatan. Hal ini membuktikan bahwa terhindar dari ketidaktahuan
penegakan etika dalam penggunaan informasi.
teknologi informasi hendaknya mendapat Selanjutnya Zimmere (1996) juga
perhatian yang sungguh-sungguh dari mengemukakan bahwa kerangka etika
berbagai pihak. Tujuannya tentu untuk dapat dikembangkan melalui tiga tahap
menanggulangi berbagai bentuk perilaku yaitu:
tidak etis dan kerugian yang ditimbulkan. 1. Mengakui dimensi-dimensi etika yang
ada sebagai suatu alternatif atau
Rencana Tindakan guna Mewujudkan suatu keputusan.
Pemanfaatan Internet Secara Etis 2. Mengidentifikasi stakeholder yang
terlibat dalam pengambilan
Untuk memecahkan permasalahan keputusan.
etika pemakaian internet khsususnya di 3. Membuat pilihan alternatif yang
dunia pendidikan tentu membutuhkan membedakan antara tanggapan etika
perhatian berbagai pihak. Pertama, dan bukan etika.
penggunaan internet hendaknya 4. Memilih tanggapan etika yang baik
dibatasi. Tidak semua siswa dapat dan mengimplementasikannya.
mengakses internet secara bebas. Donn Parker mengemukakan
Barangkali tidak semua orang sepuluh langkah dalam
sependapat bahwa anak usia TK dan SD mengelompokkan perilaku dan
sudah diberi kesempatan luas untuk menekankan pada standar etika, yaitu :
menggunakan internet. Internet baru 1. Formulasikan kode perilaku.
akan pantas diperkenalkan kepada siswa 2. Tetapkan aturan prosedur yang
SMP karena pada usia ini mereka mulai berkaitan dengan masalah-masalah
memahami tentang informasi apa yang seperti penggunaan jasa komputer
pantas dan tidak pantas untuk untuk pribadi dan hak milik atas
dikonsumsi. Kedua, adanya pengawasan program dan data komputer.
dari guru, orang tua dan juga 3. Jelaskan sanksi yang akan diambil
masyarakat. Siswa tidak akan bisa terhadap pelanggaran.
memanfaatkan internet untuk hal yang 4. Kenali perilaku etis.
negatif selama pemakaian internet yang 5. Fokuskan perhatian pada etika
mereka lakukan diawasi dengan baik. Di melalui program-program seperti
awasi oleh orang tua di rumah, oleh guru pelatihan dan bacaan yang
di sekolah dan oleh masyarakat terutama diisyaratkan.
pemilik warnet ketika mereka ketahui 6. Promosikan UU tentang kejahatan
konsumennya masih berada pada usia komputer berikut sangsinya.
sekolah. 7. Simpan suatu catatan formal yang
Lebih jauh lagi, penggunaan jasa menetapkan pertanggungjawaban
informasi seharusnya masuk ke dalam tiap spesialis informasi untuk semua
suatu kontrak sosial yang memastikan tindakannya, dam kurangi godaan
bahwa internet akan digunakan untuk untuk melanggar dengan program-
kebaikan sosial. Jasa informasi membuat program seperti audit etika.
kontrak dengan individu dan kelompok 8. Dorong penggunaan program-
yang menggunakan atau yang program rehabilitasi yang
mempengaruhi oleh output informasinya. memperlakukan pelanggar etika
Kontrak ini tidak tertulis tetapi tersirat dengan cara yang sama seperti
dalam segala sesuatu yang dilakukan perusahaan mempedulikan
jasa informasi. Kontrak tersebut pemulihan bagi alkoholik
menyatakan bahwa (Wiguna, 2007): 9. Dorong partisipasi dalam
1. Internet tidak akan digunakan untuk perkumpulan informasi
sengaja mengganggu privasi orang 10. Berikan contoh.

604
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

PENUTUP Cetakan Keempat, Kanisius,


Yogyakarta.
Perkembangan informasi teknologi
telah membawa banyak manfaat bagi Rest, J.R. 1986. Moral Development:
kehidupan manusia. Namun dampak Advances in Research and
negatif sebagai “side effect” juga hadir Theory, New York, NY: Praegar
sebagai sesuatu yang tidak dapat
Sadiman, S. Arief, R. Rahardjo, Anung
dielakkan. Perilaku tidak etis dalam
Haryono, dan Raharjito. 2003.
penggunaan internet sebagai salah satu
Media Pendidikan: Pengertian,
teknologi informasi telah sedemikian
Pengembangan, dan
berkembangnya dengan berbagai bentuk
Pemanfaatannya. Jakarta: PT
dan kerugian yang ditimbulkan baik
RajaGrafindo Persada.
terhadap perorangan, kelompok, instansi
atau bahkan negara. Siagian. SP. 1996. Etika bisnis, Seri
Mencermati hal ini, dibutuhkan manajemen. No 177. PT Pustaka
perhatian lebih dan kemauan yang Binaman Pressindo.
sungguh-sungguh untuk mulai
Suryana. 2006. Kewirausahaan
menegakkan dan menerapkan etika
Pedoman Praktis, Kiat dan
dalam penggunaan internet. Etika ini
Proses Menuju Sukses. Jakarta:
dapat diwujudkan dalam bentuk kontrak
Salemba Empat.
sosial atau pun penegakan melalui
peraturan perundang-undangan dengan Utami, Wiwik & Fitri Indriawati. 2006.
ancaman sangsi yang jelas. Tujuannya Muatan Etika dalam Pengajaran
tentu bermuara pada penciptaan perilaku Akuntansi Keuangan dan
yang etis dan meminimalisir kerugaian Dampaknya terhadap Persepsi
yang dapat ditimbulkan. Etika Mahasiswa. Makalah pada
Simposium Nasional Akuntansi
tahun 2006.
Daftar Pustaka
Wiguna, Syafrisa D. 2007. Learning
Anonim. http//www.infogue.com diakses Implikasi Etis dari Teknologi
tanggal 15 Mei 2009 Informasi. Depdiknas: Biro
Perencanaan dan Kerjasama
Anonimous. 2005. Sumber Dan Media Luar Negeri.
Pembeljaran. Makalah, disajikan
dalam Diklat Guru Mata Zimmere, W. Thomas, Norman M.
Pelajaran Ekonomi SMA Tanggal Scarborough. 1996.
11 s/d 24 September 2005 di Entrepreneurship and The New
Malang. Venture Formation. New Jersey:
Prentice Hall International Inc.
Golose, Petrus Reinhard. 2006.
Perkembangan Cybercrime dan
Penanganannya oleh POLRI di
Indonesia. Buletin Hukum
Perbankan dan Kebanksentralan.
Volume 4 Nomor 2 Agustus 2006.
Keraf, Sony. 2001. Etika Bisnis –
Tuntutan Dan Relevansinya,

605
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

606
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

INTEGRATING CAS INTO INTEGRAL CALCULUS TEACHING AND


LEARNING AT THE UNIVERSITY

Oleh:
Tuan Salwani Bt Awang @ Salleh *)
tuansalwani@mfi.unikl.edu.my
Effandi Zakaria **)
nama_2@email.com

ABSTRACT

Kertas kerja ini membincangkan keperluan untuk mengintegrasikan teknologi dalam


pengajaran dan pembelajaran kalkulus kamiran di peringkat universiti. Isu ini dibangkitkan
kerana kemerosotan pencapaian tajuk kamiran dalam peperiksaan akhir yang lepas.
Kewujudan jurang pengetahuan matematik dikenal pasti sebagai faktor penyumbang
utama masalah ini. Kemerosotan pencapaian pelajar di peringkat sekolah menengah dan
ketidak serasian antara gaya pembelajaran pelajar dengan keadah pengajaran
merupakan faktor kewujudan jurang pengetahuan matematik di peringkat universiti.
Tinjauan kepustakaan telah membuktikan penggunaan computer algebra systems (CAS)
dalam pengajaran dan pembelajaran adalah pemangkin kepada kefahaman konsep
abstrak matematik yang sukar. Oleh itu, suatu perubahan berinovasi dalam pengajaran
dan pembelajaran terutamanya dalam topik kalkulus kamiran perlu dilaksanakan.

Kata kunci: Pengintegrasian teknologi, Computer Algebra Systems (CAS), Kalkulus


kamiran
*)
Universiti Kuala Lumpur Malaysia France Institute,
**)
Universiti Kebangsaan Malaysia

INTRODUCTION

Mathematics is one of the core subjects students enrolling in the mathematics


in any engineering, including engineering related field (Varsavsky, 2010). What will
technology and science fields. It is also happen next are very predictable, low
known as the backbone of the success in levels of success and engagement with
these fields. In both fields, “mathematical university level mathematics. The
models” are everywhere, “modeling” is a increasingly weaker mathematics
central activity (Kent & Noss, 2000). background of university entrants and its
However, students entering the higher consequences have been reported
education, particularly in these two fields around the world (Varsavsky, 2010).
were found to have insufficient basic Apart from under preparedness and lack
mathematics skills and knowledge. This of strong basic mathematics skills and
scenario is not only becoming an issue in knowledge, another reason why the high
Malaysia (Ahmad Fauzi Mohd Ayub, rate of declining in students’
Mohad Zin Mokhtar, Wong Su Luan, & mathematics performance in Malaysia is
Rohani Ahmad Tarmizi, 2010), but is that, they consider mathematics as a
also becoming the worldwide difficult and tedious subject (Effandi
phenomenon in adding up burden to Zakaria, Lu Chung Chin, & Md. Yusoff
mathematics educators. One of the Daud, 2010). Furthermore, a common
biggest challenges in teaching method of delivering information to all
mathematics skill base at the university students is normally applied in the
level is the under preparedness of university. Whereas, a researches on

607
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

students’ learning style have shown that • Understand professional, ethical and
every student has a different preference social responsibilities
of learning style (Felder, 1988). • Recognize contemporary
At the university involved in this study, professional, societal and global
mathematics is not a specialization issues and aware of and respect
offered as a major course. However, diversity
mathematics is one of the compulsory • Have a commitment to quality,
subjects for graduation and is used as a timeless and continuous
tool for the engineering technology improvement.
courses. Since this subject is not a major (Kamsiah M. Ismail & Marlia Puteh,
specialization, therefore the time 2008)
allocated for this subject is very limited. The points have indicated that
Students have a very little time to study engineering technology graduates should
mathematics because they have to be able to apply their knowledge in
concentrate on the core technical engineering and technology fields
subjects. Traditional method of teaching effectively. Furthermore, they must also
mathematics was found to be ineffective be able to adapt their knowledge in
for all topics due to the poor performance emerging applications of mathematics
in certain topics of mathematics, such as and science fields. This view has been
calculus integral. Thus, an innovation in supported by the following definition
teaching and learning of mathematics given by Cheshier, as follows:
should be thought to bridge the gap of “Engineering technology is the
knowledge in mathematics to ensure the profession in which a knowledge of
quality of future engineers and scientists mathematics and natural sciences,
in the 21st century. gained by higher education, experience,
and practice, is devoted primarily to the
Engineering Technology implementation and extension of existing
According to Kamsiah and Marlia (2008), technology for the benefit of humanity.
with regards to institutional output of Engineering technology education
engineering graduates, Accreditation focuses primarily on the applied aspects
Board for Engineering and Technology of science and engineering, aimed at
(ABET) has highlighted that graduates of preparing graduates for practice in that
Bachelor of Engineering Technology portion of the technological spectrum
should be able to: closest to product improvement,
• Demonstrate an appropriate mastery industrial practices, and engineering
of the knowledge, techniques, skills, operational functions” (Cheshier, 2006)
and modern tools of their disciplines Engineering technology courses are
• Apply current knowledge and adapt oriented towards application to support
to emerging applications of the engineers. They provide students
mathematics, science, engineering with introductory courses on
and technology mathematics and science, and qualitative
• Conduct, analyze and interpret introduction to engineering
experiments and apply experimental fundamentals. Therefore mathematics is
results to improve processes one of the importance subjects in this
• Apply creativity in the design field.
systems, components and processes In Malaysia, the ideal ratio for engineer
appropriate to program objectives technologists to engineers is 2:1, but the
• Function effectively on teams current ratio is 1:3. Therefore the
• Identify, analyze and solve technical universities involved in producing
problems engineering technology graduates are
• Communicate effectively responsible to overcome the shortage of
• Recognize the need for and posses engineer technologists to realize the
the ability to pursue lifelong learning vision 2020; Malaysia as an industrial
nation.

608
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

Integral Calculus for graduation in Diploma in Engineering


Calculus is one of the main subjects in Technology and Bachelor in Engineering
mathematics for engineering technology Technology degrees at this university
courses. It comprises of two main topics, respectively. They are also pre-requisite
namely differentiation and integration. for the higher mathematics subjects,
Students face difficulties in these two namely FKD 22302 (Mathematics for
topics in calculus, particularly integration, Technologists 3) at diploma degree level,
due to the following reasons: and FKB 13202/ FKB 14202
• Differentiation is a forward process; (Engineering Mathematics 2) at bachelor
hence the difficulties faced by degree level. The topics covered in WQD
students in this topic are not as 10202 are complex numbers,
severe as those in the backward trigonometry, function, differentiation and
process in integration. integration. Whereas the topics covered
• The nature of integration: it is the in FKB13102/14102 are matrices,
reverse of differentiation process; this complex numbers, polynomials,
explains why it is also known as anti- differentiation and integration.
derivative. Integration is a tool for
calculation area and volume which In July – December 2010 session, there
requires a good skill in sketching were 143 students enrolled for the first
graph. (Shafia Abdul Rahman, 2005). time in WQD 10202. However there were
only 132 students sat for the final
Tall (1992) has listed some difficulties examination held in November 2010,
that students face in learning calculus. while the remaining 11 students were
They are: absent for a various reasons. The
• Restricted mental images of percentage of students passing the
functions; subject is 79.7%. This percentage is
• Difficulties in distinguishing the considered high as it is just 0.3% below
meaning of “dx” in dy/dx (in the targeted percentage set by the
differentiation) and “dx” in integration; university, which is 80%. However, the
• Algebraic manipulation or lack of it; percentage of students achieved a pass
• Preference for procedural methods in integral calculus topic in this
rather than conceptual examination is extremely low. Due to this
understanding; reason, the students’ examination scripts
• Difficulties in translating real-world were examined.
problems into calculus formulation;
The final examination paper consists of
• Difficulties in absorbing complex new
three parts, Part A, B and C. The
ideas in a limited time.
analysis was done to investigate
(Tall, 1992).
students’ performance in Part B and C
only. Part A was not analyzed because it
The analysis of students’ performance,
consists of multiple choice questions,
particularly in integral calculus topic, for
whereas both Part B and C consist of
July – December 2010 session in the
short answer and long answer subjective
university involved in this study, has
questions respectively. Students were
been done thoroughly. The results for
asked to answer all questions in Part B,
two mathematics subjects for both levels;
while in Part C, they have to answer only
diploma and bachelor degree programs
four out of five questions.
offered in the university were
investigated. The subjects are WQD
The analysis for Part B shows that only
10202 (Technical Mathematics 2) for
5.3% scored more than 75% (Excellence
diploma degree program and FKB
performance), 0,8% scored between
13102/ FKB14102 (Engineering
60% - 74% (Good performance) and only
Mathematics 1) for bachelor degree
1.5% scored 40% - 59% (Pass). The
program. They are compulsory subjects
remaining 94.7% did not manage to

609
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

score more than 40% (Fail) in this topic. as this problem will affect the number of
A further detail analysis on the answer students graduated on time.
scripts of those who have failed in this
topic was conducted. The result indicates Integrating Technology
that 23.5% of them did not attempt the The traditional teaching approach can be
questions related to integral calculus, enhanced by integrating technology in
whereas 52.3% of these students teaching and learning of integral calculus
attempted to answer the integral calculus topic. The studies conducted by
questions, but did not manage to score mathematics instructors throughout the
any marks. world related to this approach have given
In Part C, the analysis reveals that only the positive impacts on students’
12.9% of the candidates attempted the understanding (Berry, Lapp, & Nyman,
questions related to integral calculus, out 2008; Cook, 2006; Kocsis, 2007;
of which, 70.6% have failed to achieve Noinang, Wiwatanapataphee, & Wu,
more than 40%. However, 5.9% have 2008; Wiwatanapataphee, Noinang, Wu,
scored an excellence performance, and & Nuntadilok, 2010).
17.6% have managed to score a good
performance, which indicating that the Computer Algebra Systems (CAS)
questions asked were not difficult. Based Computer algebra systems (CAS) have
on the analysis done on both parts, it the capabilities in manipulating algebraic
implies that the high passing rate symbolic form of an equation. Therefore
achieved in this final examination result they have been widely used to support
was obviously not contributed by the teaching and learning of mathematics at
marks obtained in integral calculus topic. the university (Noinang, et al., 2008;
At bachelor degree level, the Robinson & Burns, 2009;
mathematics examination format is Wiwatanapataphee, et al., 2010). Over
different. The questions were not the past two centuries, many symbolic
segregated in three parts as in diploma’s packages have been developed using
final examination paper. Instead, the Mathematica and Maple softwares.
examination paper consists of five These symbolic packages enable
subjective questions, where each students to understand the concepts
question represented each different taught better with the availability of their
topic. The candidates were required to visual supports (Noinang,
answer only four questions. The total Wiwatanapataphee & Yong 2008).
passing rate is 77%. This percentage is According to Robinson and Burns
considered as satisfying, as it is only 3% (2009), CAS like Maple and Mathematica
below the targeted percentage. However, have been used as a complement to the
the scenario in diploma level repeats, in traditional teaching approach. There are
fact it is even worse here. There was several reasons why CAS is integrated
only 6.8% chose to attempt the questions into the curriculum as a teaching aid. The
involving integral calculus. Nobody has first reason being, CAS is able to perform
scored an excellence or good any complex calculations. This feature
performance and there was only one will help students to focus on the high-
student managed to get 43.3%, which is level mathematical calculations and
only pass. Again, it can be concluded hence, they manage to grasp the new
that integral calculus was not the concepts introduced more effectively.
contributing factor to the high passing CAS will also benefit the mathematics
rate achieved. This problem cannot be educators especially for those who are
kept silence as calculus including integral lacking of artistic skills, as most
calculus is a basic tool in the higher mathematics topics, particularly 3-
mathematics subjects, as well as in dimensional calculus involves a lot of
technical subjects. Therefore, an complicated graphs (Cook, 2006). In
immediate action need to be figured out addition, mathematics educators have a
chance to incorporate the real

610
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

applications in their teaching. This design in developing a suitable teaching


element is important in motivating method.
students and therefore will improve their During learning, there are three types of
performance. cognitive processing that can contribute
In terms of mathematics curriculum, Heid to cognitive load. They are intrinsic
(2001) stated that CAS serves as a processing, extraneous processing and
reorganizer in mathematics teaching and germane processing. Intrinsic processing
learning as the adjustment moderator. In is very essential in comprehending
this case it is able to facilitate the lesson, and it depends on the number of
balance, the sequence, and the priorities interacting elements in students’ mind at
of conceptual and procedural knowledge any one time. Our working memory is not
in the mathematics curriculum (Heid, only occupied with the interacting of
2001). CAS is not only important in useful elements, but it is also interrupted
improving students’ understanding of the by the weaknesses of procedures in
mathematical concepts per se, but its teaching designs. This kind of load is
applications will be useful in preparing known as extraneous processing which
students for their future career needs in need to be minimized in optimizing the
the industrial world. learning outcomes. Robinson and Burns
(2009) believed that the use of CAS will
Related Theories in Teaching and reduce this kind of load. The third load is
Learning with Technologies also resulted from the teaching design,
In this study, three theories will be but in a positive way. A good teaching
proposed as a basis for the theoretical design will reduce the extraneous
and conceptual framework. The theories processing load and will increase
are cognitive load theories, distributed germane processing load, in which
cognition and cognitive theories for students engage in deep cognitive
multimedia learning. processing. What will happen is that,
students will involve in organizing the
Cognitive Load Theory materials mentally and also manage to
Cognitive load theory (CLT) is mainly relate them to their prior knowledge, and
related to the study of complex cognitive hence it will improve their understanding.
tasks to process several elements of
information simultaneously before Distributed Cognition
effective learning can begin (Paas, Gog, Distributed cognition term refers to the
& Sweller, 2010; Paas, Renkl, & Sweller, processes that have two criteria. Firstly,
2004). This theory emphasize on the they are cognitive in nature in the sense
mechanical design of teaching methods that they involve formation of
to reduce the burden on students’ representational of certain things.
cognitive system. This will allow the use Secondly, they are formed between
of their limited cognitive resources individuals and non-human technical
effectively (Beckmann, 2010). The devices (List in press). Unlike other
theory which focuses on the role of cognition theories, this theory
working memory emphasizes the control emphasizes interaction between
of high cognitive burden in the individuals with the resources in the
development of any suitable teaching environment. However like other
techniques (Nor’ain Mohd Tajuddin, cognition theories, distributed cognition
Rohani Ahmad Tarmizi, Mohd Majid try to understand the organization in
Konting, & Wan Zah Wan Ali, 2009; human cognitive system (Hollan,
Paas, et al., 2010). This approach Hutchin, Kirsch, 2000), which consists of
implemented to ensure the achievement cognitive activities involve in memory,
of a meaningful learning (Paas, Renkl & making decisions, inferential, reasoning
Sweller 2004). In this sense, CLT uses and learning (Hollan & Hutchins, 2009).
the information about human cognitive To design effective human-computer

611
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

interactions, at least the following three Cognitive Theories for Multimedia


distributions must be considered: Learning
• Cognitive processes are distributed in Mayer and Moreno have derived three
a social group. assumptions on how our mind works in a
• Cognitive processes are the result of multimedia learning environment. First
the interaction between internal and assumption is dual channel, where all
external structure. humans possess two channels in
• Processes are distributed along a digesting verbal and visual information
time line, where the later events separately. Second assumption is limited
depend on the earlier event (Hollan, capacity, which implies that information
Hutchins, & Kirsh, 2000). processing capacity in both channels is
limited. Last assumption is active
processing that characterizes learning as
an active cognitive process that occurs in
two different channels. The relation
between all assumptions is summarized
in Figure 1.

Figure 1: Cognitive Theory of Multimedia Learning (Mayer & Moreno, 2003)

CONCLUSION References
Ahmad Fauzi Mohd Ayub, Mohad Zin
The literature review has proven that
Mokhtar,Wong Su Luan, &
CAS is a catalyst in improving students’
Rohani Ahmad Tarmizi (2010). A
understanding of difficult abstract
comparison of two different
mathematics concepts. Therefore, this
Technologies tools in tutoring
paper would like to propose a
calculus. Procedia Sociial and
transformation in teaching and learning
Behavioral Sciences 2, 481-486.
of mathematics at the university using
CAS. The focus is to integrate CAS as a Beckmann, J. F. (2010). Taming a beast
medium to improve the understanding of of burden - on some issues with
this subject particularly in integral the conceptualisation and
calculus topic. This idea will hopefully operationalisation of cognitive
give benefits to students from load. Learning and Instruction,
engineering technology courses because 20, 250-264.
it is more hands-on in nature. This kind
Berry, J. S., Lapp, D. A., & Nyman, M. A.
of approach is believed to be more
(2008). Using technology to
suitable to enhance their understanding
facilitate reasoning: lifting the fog
as its nature matches their ways of
from linear algebra. Teaching
learning other technical subjects.
Mathematics and Its Applications,
27(2), 102-111.

612
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

Cheshier, S. R. (2006). The Field of Research in the 21st


Engineering Technology Studying Century”Pecs-Budapest,
Engineering Technology: A Hungary.
Blueprint for Success.
Kent, P., & Noss, R. (2000). The visibility
Cook, D. (2006). Maple graphing tools of models: using technology as a
for calculus III. Mathematics and bridge between mathematics and
Computer Education, 40(1), 36- engineering. International Journal
41. of Mathematical Education in
Science and Technology, 31(1),
Effandi Zakaria, Lu Chung Chin, & Md.
61-70.
Yusoff Daud (2010). The effects
of cooperative learning on Kocsis, I. (2007). Application of Maple
students’ mathematics ODE analyzer in investigation of
achievement and attitude towards differential equations in higher
mathematics. Journal of Social engineering education. An
Sciences, 6(2), 272-275. International Journal for
Engineering and Information
Felder, R. M. (1988). Learning and
Sciences, 2(Suppl.), 177-183.
teaching styles in engineering
education. Engineering List, C. (in press). Distributed cognition:
Education, 78(7), 674-681. A perspective from social choice
theory. In M. Albert, D.
Heid, M. K. (2001). Theories that inform
Schmidtchen, & S. Voigt (Eds.),
the use of CAS in the teaching
Scientific competition: Theory and
and learning of mathematics.
policy. Tuebingen: Mohr Siebeck.
Paper presented at the CAME
Symposium. Mayer, R. E., & Moreno, R. (2003). Nine
Ways to Reduce Cognitive Load
Hollan, J. D., Hutchins, E.L. , & Kirsh, D.
in Multimedia Learning.
(2000). Distributed cognition:
Educational Psychologist, 38(1),
toward newfoundation for human-
43-52.
computer interactionresearch.
ACM Transactions on Computer Noinang, S., Wiwatanapataphee, B., &
Human Interaction, 7(2), 174-196. Wu, Y. H. (2008). Teaching-
Learning Tool for Integral
Hollan, J. D., & Hutchins, E. L. (2009).
Calculus. Paper presented at the
Opportunities and challenges fo
The 13th Asia Technology
augmented environments: A
Conference in Mathematics, Suan
distributed cognition perspective.
Sunandha Rajabhat University,
In S. Lahlou (Ed.), Designing
Bangkok, Thailand.
User Friendly Augmented Work
Environments: From Meeting
Rooms to Digital Collaborative Nor’ain Mohd Tajuddin, Rohani Ahmad
Spaces, Computer Supported Tarmizi, Mohd Majid Konting, &
Cooperative Work (pp. 237-259). Wan Zah Wan Ali (2009).
London, UK: Springer-Verlag Instructional efficiency of
London Limited. theintegration of graphing
calculators in teaching and
Kamsiah M. Ismail, & Marlia Puteh
learning mathematics.
(2008, 27-31 July 2008).
International Journal of
Engineering technology: A
Instruction, 2(2), 11-30.
Malaysian case. Paper presented
at the The International Paas, F., Gog, T. v., & Sweller, J. (2010)
Conference on Engineering Cognitive load theory: New
Education, “New Challenges in conceptualizations, specifications,
Engineering Education and and integrated research

613
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

perspectives. Educational
Tall, D. (1992). Students' difficulties in
Psychology Review, 22, 115-121.
calculus. Paper presented at the
Paas, F., Renkl, A., & Sweller, J. (2004). International Congress on
Cognitive load theory: Mathematical Education (ICME
Instructional implications of the 7), Quebec, Canada.
interaction between the
Varsavsky, C. (2010). Chances of
information structures and
success in and engagement with
cognitive
mathematics for students who
architecture.Instructional Science,
enter university with a weak
32, 1-8.
mathematics background.
Robinson, T., & Burns, C. (2009, June International Journal of
2009).Computer Algebra Systems Mathematical Education in
and Their Effect on Cognitive Science and Technology(iFirst),
Load. Paper presented at the The 1-13.
9th International Conference on
Wiwatanapataphee, B., Noinang, S., Wu,
Naturalistic Decision Making,
Y. H., & Nuntadilok, B. (2010). An
London, UK.
Integrated Powerpoint-Maple
Shafia Abdul Rahman (2005). Learning Based Teaching-Learning Model
with examples and students' for Multivariate Integral Calculus.
understanding of integration. International Electronic Journal of
Paper presented at the Reform, Mathematics Education, 5(1), 5-
Revolution and Paradigm Shifts in 31.
Mathematics Education, Johor
Bahru, Malaysia.

614
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

PENGEMBANGAN PERANGKAT LUNAK UNTUK MENGEFEKTIFKAN UMPAN BALIK


PENILAIAN KELAS TERHADAP PERBAIKAN PEMBELAJARAN

Oleh:
Waskito *)

ABSTRACT

The feedback classroom assessments be carried out immediately after the test can be
used to improve learning. The rapid process feedback is very much determined by the
speed check test results. The traditional way takes a relatively long time to check the test
results and making diagnostic reports. Therefore, computers that can process data quickly
can be empowered to fulfill that desire. In operation, the computer as the hardware
synergized with software and operator (brain ware). The type of research is research and
development to produce the necessary software to process test results and generate
reports on students difficulty individually and in class. The process of software
development is designed and tested repeatedly on a small scale, then after the
completion, testing can be improved on a larger scale. Trials will be conducted in the 2007
in some junior high schools in the city of Solok in 2007, and in August 2008 and November
2009 in the District of Bintan Riau Islands Province. From these trials, which designed the
software has managed to print a report in the form of self profiles, class profiles, and the
chart position of approximately 1 hour after the test.

Keyword: software, feedback, classroom assessments, improve learning

*) Jurusan Tteknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Negeri Padang

PENDAHULUAN

Penilaian kelas (classroom assessment) menguasai materi yang diajarkan atau


adalah penilaian yang dilakukan oleh materi ajar mana yang belum terkuasai
guru dan materi tesnya dikembangkan dengan baik oleh mayoritas siswa di
oleh guru pada mata pelajaran tersebut kelas, sehingga guru dapat dengan
Hasil penilaian kelas yang selalu segera melakukan perbaikan. Perbaikan
diinformasikan oleh guru kepada siswa yang dilakukan oleh guru dapat dengan
akan selalu melibatkan siswa dan guru cara melakukan remedial terhadap siswa
secara bersama-sama dan terus atau dengan cara memperbaiki strategi
menerus dalam memantau pembelajarannya.
perkembangan kemajuan belajar siswa. Sejalan dengan itu, PP 19 Tahun 2005
Cara seperti ini disebut penilaian kelas pasal 64 juga menegaskan bahwa
melakukan proses umpan balik terhadap penilaian hasil belajar oleh guru
pembelajaran. Guru Umpan balik pada haruslah: (1) dilakukan secara
penilaian kelas akan efektif apabila berkesinambungan untuk memantau
dijalankan pada tes formatif, yaitu tes proses, kemajuan, dan perbaikan hasil
dilakukan setelah guru menyelesaikan dalam bentuk ulangan harian, ulangan
satu Kompetensi Dasar (KD) atau satu tengah semester, ulangan akhir
Standar Kompetensi (SK). Hal ini berarti semester, dan ulangan kenaikan kelas;
dalam satu semester akan terdapat (2) digunakan untuk menilai pencapaian
beberapa kali tes formatif dan sebanyak kompetensi siswa, bahan penyusunan
itu pula dilakukan umpan balik. Setiap laporan kemajuan hasil belajar, dan
satu kali umpan balik hendaknya dapat memperbaiki proses pembelajaran.
diketahui siswa mana yang belum

615
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

Kecepatan proses umpan balik yang atau tidak tepat, sehingga model itu perlu
dapat memberikan informasi diagnostik dikembangkan. Bagian mana saja yang
pembelajaran sangat tergantung pada menyimpang dari ketentuan/standar
lamanya pemeriksaan tes. Semakin model; (2) Menentukan target, aspek
cepat tes diperiksa dan laporannya mana saja yang dapat
diagnostiknya segera diketahui siswa direalisasikan/dikerjakan. Siapa
dan guru, maka proses umpan balik personalia yang perlu dilibatkan dalam
akan cepat pula dilakukan. Begitu pula penyempurnaan model tersebut, berapa
sebaliknya. Padahal, untuk memeriksa kali model tersebut akan diujicobakan;
hasil tes yang bernuansa diagnostik (3) Pelaksanaan rencana, yaitu
walaupun hanya satu kelas (terdiri dari mengujicobakan model yang telah
30 s.d 40 siswa) memerlukan waktu dirancang/ direvisi. Dalam pelaksanaan
yang cukup lama jika dilakukan dengan ujicoba ini perlu diidentifikasi aspek
cara tradisional. Sehingga efektifitas mana saja yang belum tepat sasaran; (4)
umpan balik akan rendah disebabkan Melakukan review, yaitu melakukan
siklus umpan baliknya lambat dan tidak perbaikan aspek-aspek yang perlu
hangat karena materi baru sudah harus direvisi sesuai dengan ketentuan. Hasil
diajarkan lagi. Oleh sebab itu diperlukan review ini diujicobakan lagi, begitu
satu cara bagaimana agar proses seterusnya hingga medapatkan sebuah
pemeriksaan hasil tes dapat dilakukan model pembelajaran yang baik.
dengan relatif cepat sehingga laporan Selain itu (Sugiyono, 2009), tahapan
diagnostik hasil tes dapat segera yang perlu dilakukan dalam metode
diketahui oleh siswa dan guru. penelitian dan pengembangan (research
Sejalan dengan perkembangan teknologi and development) adalah sebagai
informasi dan pengolahan data yang berikut: (1) menentukan potensi dan
berlangsung saat ini, maka komputer masalah, (2) pengumpulan informasi
dapat dimanfaatkan sebagai alat bantu yang dapat digunakan untuk
untuk mengolah dan menganalisis hasil perencanaan produk yang dapat
tes dengan cepat dan akurat. mengatasi permasalahan, (3) desain
Penggunaan komputer ini dalam produk yaitu desain berupa gambar,
pemeriksaan hasil tes harus disesuaikan bagan, dan penjelasan sistem kerjanya,
dengan maksuddan tujuan pemeriksaan (4) Validasi desain yang dapat dilakukan
tes itu sendiri. Sehingga komputer dengan menghadirkan beberapa pakar
sebagai hardware memerlukan software atau tenaga ahli yang sudah
dan operator yang dikhususkan untuk berpengalaman untuk menilai produk
keperluan pemeriksaan tes tersebut. baru yang akan dibuat tersebut. (5)
Oleh karena itu, makalah ini mengajukan Revisi desain yaitu memperbaiki
masalah, bagaimana merancang kelemahan yang diketahui berdasarkan
pengolahan hasil tes dengan validasi sebelumnya, (6) Uji coba produk
memanfaatkan teknologi informasi yaitu melakukan simulasi penggunaan
komputer sehingga dapat menganalisis model yang baru lalu dicobakan pada
jawaban dan mengidentifikasi kesulitan kelompok terbatas, (7) Revisi produk
belajar siswa dengan relatif cepat. yaitu melakukan perbaikan terhadap
Untuk mengembangkan sebuah model kelemahan yang masih ditemukan pada
(Molenda, 2003) ada beberapa tahapan produk yang dikembangkan, (8) Uji coba
yang perlu dilakukan yang dikenal pemakaian yaitu produk baru yang
dengan model “ADDIE” yang merupakan dikembangkan digunakan pada kalangan
singkatan dari Analyze, Design, yang lebih luas. Dalam pemakaian
Development, Implementation, dan tersebut, masih direkam kekurangan-
Evaluation. Secara sistematis, tahapan kekurangan yang masih ditemukan oleh
penyempurnaan model berdasarkan pemakai, (9) Revisi produk yaitu
“ADDIE” ini, mengikuti langkah sebagai memperbaiki produk yang dikembangkan
berikut: (1) Mempelajari kebutuhan, yaitu apabila ditemukan kelemahan-
mempelajari apa yang tidak relevan lagi kelemahan selama uji coba pemakaian,

616
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

(10) Produk massal, yaitu Dengan mengklik OK pada peringatan,


menggandakan dan menyebarluaskan kursor akan kembali pada form
produk baru yang sudah dikembangkan password. Ketik ulang sampai isian
dan sudah diuji pemakaiannya. tersebut sesuai dengan kunci yang
dengan yang direncanakan. diminta. Sehingga proses akan muncul
form Cover sebagai berikut:

HASIL DAN PEMBAHASAN 2.2 Form Cover


Untuk membuat perangkat lunak Pada form Cover terdapat judul dari
seperti yang diinginkan, perlu dibuatkan perangkat lunak, dan menu berupa:
lebih dahulu diagram alir sistem ENTRI KISI, ENTRI HASIL TES,
perangkat lunak bekerja. Ada tiga tahap MENCETAK, DAN TUTUP. Untuk
utama cara kerja sistem, yaitu: (1) entri menjalankan menu ini, diklik pada bagian
kisi, (2) entri hasil tes, dan (3) mencetak. tulisannya. ENTRI KISI berarti akan
Setiap tahapan memerlukan perintah memasukkan kisi-kisi tes pada database.
program yang khusus. Perintah yang Pemasukan kisi-kisi ini merupakan
dirancang tersebut dijalankan oleh langkah pertama dan untuk menjalankan
operator yang memahami untuk langkah ini, operator harus memiliki kisi-
mejalankan perangkat lunak tersebut. kisi tes sesuai dengan format yang
direkomendasikan untuk perangkat lunak
2.1 Memulai ini. ENTRI HASIL TES berarti akan
Sistematika perangkat lunak ini memasukkan hasil jawaban siswa pada
adalah sebagai berikut: database. Operator sudah harus memiliki
lembar jawaban siswa. Format lembaran
jawaban sesuai dengan format yang
Klik ganda icon sehingga akan
lis_tik__kw01.exe direkomendasikan. MENCETAK, berarti
muncul form Password
akan mencetak hasil jawaban beserta
analisis hasil tes. TUTUP, berarti
menutup sistem ini.

2.3 Entri Kisi


Dengan meng klik ENTRI KISI, akan
Pada form Password, terdapat dua kotak muncul form-form sebagai berikut:
teks, pada bagian USER NAME dan Pertama akan muncul form daftar pilihan
PASSWORD dan dua buah tombol, kelas seperti form di bawah ini:
tombol OK dan Batal. Bagian USER
NAME dan PASSWORD harus diisi
sesuai dengan keinginan operator.
Selanjutnya klik pada tombol OK atau
tombol BATAL. Apabila tombol OK
diklik, dan isian pada teks sudah benar,
maka proses akan dilanjutkan dengan
membuka form Cover. Sedangkan, Dengan meng-klik pada salah satu
apabila tombol Batal di klik, maka sistem pilihan kelas, maka akan muncul form
akan menutup. sebagai berikut:
Apabila input pada USER NAME dan
PASSWORD tidak sesuai dengan kunci,
akan muncul pesan:

atau

617
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

Form ini memberikan alternatif jenis soal Standar Kompetensi yang belum terisi,
yang dipakai dalam tes. Dalam hal ini dan Kompetensi Dasar yang belum terisi
ada dua pilihan, Objektif (pilihan ganda)
dan Esay. Pemilihan jenis tes ini
berakibat terhadap jenis input pada form
selanjutnya.
Apabila di klik pada Soal Objektif,
Disoro form sebagai berikut:
akan memunculkan Indikator yang belum terisi ; Nomor Soal
yang belum terisi ; Pilihan belum terisi

Dengan meng klik OK pada kotak


peringatan tersebut, maka kursor akan
kembali ke bagian yang belum terisi, dan
bagian itu harus diisi.
Apabila akan membatalkan input yang
sedang diketik dapat dilakukan dengan
menekan tombol Batal. Namun apabila
tombol sudah di klik, pembatalan hanya
dapat dilakukan dengan membuka tabel
Form ini merupakan lembar pemasukan kisi7 dan menghapusnya pada tabel
kisi-kisi untuk jenis soal objektif. Pada tersebut.
kotak Mata pelajaran terdapat pilihan Apabila seluruh kisi telah dientri atau
daftar mata pelajaran, Operator dapat ingin keluar dari form kisi-kisi tersebut,
memilih salah satu mata pelajaran klik tombol Selesai, form akan kembali
dengan cara meng-klik-nya pada bagian ke form Cover. Seandainya peng-
kotak tersebut. Cara yang sama entrian kisi dilakukan bertahap, misalnya
dilakukan pada pemilihan kelas dan baru selesai sampai nomor 12, lalu
ujian ke. Di sini tersedia 10 kelas (I.1 – istirahat dan tombol Selesai sudah di
I.10) dan 6 kali ujian. Ketiga bagian ini: klik, peng-entrian selanjutnya dapat
Nama mata pelajaran, Kelas, dan Ujian dilakukan dengan melanjutkan ke nomor
ke harus dalam keadan tersorot berikutnya. Begitu seterusnya sampai
Untuk no. soal, Standar kompetensi, seluruh kisi ter-input.
Kompetensi Dasar, Indikator, dan
Pilihan, diinput dengan cara mengetik. 2.4 ENTRI HASIL TES
Isi yang harus diketik disesuaikan Untuk meng-entri hasil tes, di klik
dengan kisi-kisi atau silabus yang ENTRI HASIL TES pada menu dan akan
dikembangkan. Apabila form sudah diisi, memunculkan form pilihan kelas sebagai
maka dapat dilakukan meng-klik tombol berikut:
Simpan. Dengan dikliknya Simpan, teks
pada kotak no. soal, Indikator, dan
Pilihan akan hilang dari monitor, masuk
ke dalam database (masuk ke dalam
tabel kisi7).
Semua elemen yang harus diinput, yaitu
Standar Kompetensi, Kompetensi
Dasar, Indikator, Pilihan-pilihan, No.
Soal, harus diisi. Apabila diantaranya
masih belum terisi, maka akan muncul Apabila form ini sudah tampil di layar,
kotak peringatan sebagai berikut: tetapi tidak jadi untuk meneruskan

618
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

operasi, maka di klik tombol KEMBALI. diisi dengan jawaban dari peserta guru
Dengan meng klik tombol KEMBALI, berikutnya.
maka akan kembali ke form cover Tombol Urutan I, Sebelumnya,
semula. berikutnya, dan Urutan Akhir adalah
Dengan meng klik pada salah satu tombol untuk menampilkan data yang
pilihan kelas, maka akan muncul form sudah diinput pada database. Tombol
sebagai berikut: Urutan I berarti untuk memanggil input
yang pertama, tombol Sebelumnya
berarti akan memanggil input sebelum
dari yang sedang tampil, tombol
Berikutnya untuk melihat daftar urutan
yang sudah diinput sebelumnya, Urutan
Akhir berarti menampilkan input yang
terakhir, tombol Simpan berarti
Form ini memberikan alternatif jenis soal menyimpan data yang diinput.
yang dipakai dalam tes. Dalam hal ini Apabila di klik pada Soal Esay, akan
ada dua pilihan, Objektif (pilihan ganda) memunculkan form sebagai berikut:
dan Esay. Pemilihan jenis tes ini
berakibat terhadap jenis input pada form
selanjutnya.
Apabila di klik pada Soal Objektif, akan
memunculkan form sebagai berikut:

di
sor

Form ini memuat daftar mata pelajaran


yang sudah tersedia, bagian yang harus
diisi berupa identitas dan jawaban serta
kunci jawaban, sebagaimana terlihat
dalam contoh form.
Jumlah soal yang tersedia,
Diisi dengan
karakter berbeda
maksimum sebanyak 10 soal dengan
tiap soal terdri dari 5 sub soal. Apabila
soal yang diberikan < 10 soal dan pada
Form ini memuat daftar mata pelajaran tiap soal ada yang < 5 sub soal, maka
yang sudah tersedia, bagian yang harus bagian sisanya diisi dengan 0.
diisi berupa identitas dan jawaban serta Dengan menekan tombol Simpan,
kunci jawaban, sebagaimana terlihat maka NAMA, NIS, dan jwb akan hilang,
dalam contoh form. Daftar mata untuk diisi dengan jawaban dari peserta
pelajaran yang tersedia adalah: guru berikutnya.
Jumlah soal yang tersedia, maksimum Tombol urutan I, Sebelumnya,
sebanyak 50 item. Jika jumlah soal < 50 Berikutnya, dan Urutan Akhir adalah
item, maka kunci dan jawaban tetap tombol untuk menampilkan data yang
harus diisi dengan pola isian yang sudah diinput pada database. Tombol
berbeda. Urutan I berarti untuk memanggil input
Dengan menekan tombol Simpan, maka yang pertama, tombol Sebelumnya
NAMA, NIS, dan jwb akan hilang, untuk berarti akan memanggil input sebelum
dari yang sedang tampil, tombol

619
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

Berikutnya untuk melihat daftar urutan 2. Form cetak untuk tipe soal gabungan
yang sudah diinput sebelumnya, Urutan objektif dan esai.
Akhir berarti menampilkan input yang
terakhir, tombol Simpan berarti
menyimpan data yang diinput.
Jika semua data jawaban peserta
guru sudah diinput, maka dapat ditekan
tombol Selesai. Dengan ditekannya
tombol Selesai, form akan hilang dari
layar yang berarti proses pemasukan
data sudah selesai. Form terdiri dari tiga halaman, tiap
halaman terdiri dari beberapa mata
2.5 Mencetak pelajaran. Carilah mata pelajaran yang
Apabila ingin mencetak hasil akan dicetak pada masing halaman
analisis, pastikan bahwa printer sudah tersebut. Jika sudah bertemu, di-klik,
terhubung dengan komputer dan dalam begtu juga pada Kelas dan Ujian ke.
keadaan on. Klik kata Mencetak pada Selanjutnya, dengan meng-klik tombol
form Cover akan memunculkankan profil diri, maka akan tampil report tiap
form pilihan kelas sebagai berikut: siswa sehubungan dengan hasil tes yang
dilakukan. Sedangkan dengan meng klik
tombol profil kelas, akan memunculkan
hasil analisis terhadap satu kelas
sehubungan dengan tes yang dilakukan.
Dengan menekan tombol Grafik Posisi,
akan memunculkan grafik batang dari
tiap siswa dalam satu kelas pada mata
pelajaran yang diujikan. Grafik ini
menunjukkan posisi tiap siswa dibanding
dengan siswa lainya.
Dengan meng-klik salah satu kelas yang
akan di cetak, maka akan muncul form 2.6. Uji coba Software
pilihan jenis soal sebagai berikut: Dari uji coba yang dilakukan di SMP
Negeri 1, 2, 3, 4, dan 5 Kota Solok pada
tahun 2007, di SD Negeri dan SMP
Negeri 2 Bintan pada mata pelajaran
Matematika telah diperoleh hasil
sebagai berikut:
a. Software telah berhasil diinstal ke
komputer yang terdapat di sekolah
Terdapat 3 pilihan soal yaitu: Objektif, tersebut.
Esai, serta Gabungan Objektif dan Esai. b. Guru mata pelajaran telah berhasil
Dengan meng-klik masing-masing pilihan meng-entri kisi-kisi dan jawaban dari
soal tersebut akan memunculkan form tes yang diberikan dalam bentuk soal
cetak sebagai berikut: objektif dan esai.
1. Form cetak untuk tipe soal objektif dan c. Pada hari itu juga, setelah kisi-kisi
esai. dan jawaban telah di entri ke
disorot komputer menggunakan software
yang dikembangkan, segera
dilakukan pencetakan sebagai
produk dari software.

Profil Diri siswa adalah report individual


siswa dari tes yang dilakukan. Report
terdiri dari bagian identitas dan analisis.

620
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

Identitas memuat nama sekolah, nama memuat nama akan terlalu panjang dan
siswa, NIS, kelas, mata pelajaran. Tgl tidak muat dalam tabel.
ujian, dan ujian ke. Analisis terdiri dari Berdasarkan informasi pada profil kelas,
tabulasi analisis yang berisi No soal, guru dapat mengetahui dengan segera
Jawaban siswa, hasil jawaban dalam dan tepat siapa saja dari siswanya yang
bentuk skor 1 dan 0, keterangan belum menguasai materi tertentu.
kesulitan yang dialami oleh siswa pada Sehingga guru dapat lebih terarah
tes tersebut. Untuk hasil yang menyelesaikan ketuntasan suatu materi
memperoleh skor 0, keterangan pelajaran terhadap individu siswa. Guru
kesulitan akan diawali dengan kata juga dapat menjadikan informasi ini
“belum”. Keterangan ini sangat sebagai umpan balik untuk melakukan
dimungkinkan berbeda antara satu siswa perbaikan pembelajaran berikutnya.
dengan siswa lainnya, tergantung dari
respon jawaban siswa tersebut. Contoh, PENUTUP
jika kunci jawabannya adalah b, maka Perangkat lunak yang dikembangkan
respon jawaban a, c, d dan ”tidak terdiri dari sejumlah program, form,
menjawab” adalah salah, berarti report, dan table. Semuanya dirancang
mendapat skor 0. Tetapi variasi jawaban sedemikian rupa sehingga antara satu
salah tersebut sangat dimungkinkan dengan lainnya akan bekerja secara
menghasilkan keterangan kesulitan yang sistematis dengan urutan yang sudah
berbeda sesuai dari pengembangan tes diatur. Untuk menjalankannya diperlukan
yang dilakukan, khususnya dalam sistem minimum sebagai berikut:
mengembangkan pilihan jawaban • Prosesor: Klas Pentium IV
(distraktor). • Memori: Minimum 64 MB RAM
Pada bagian bawah report terdapat skor • Ruang Hardisk yang tersedia: 100
dan nilai yang diperoleh siswa, nilai rata- MB
rata dalam kelas, standar deviasi, • Video: 800 x 600 resolusi, 256
komentar motivasi untuk siswa, tempat warna dengan 16 bit
dan tanggal pemeriksaan, mata • Sistem Operasi: Windows 2000
pelajaran, nama guru, serta NIP guru. atau Windows XP (Professional
Komentar motivasi terdiri dari 4 variasi, atau Home Edition)
”Mohon Perhatian Orangtua dalam
belajar di rumah”, ”Cara Belajarmu harus DAFTAR PUSTAKA
ditingkatkan!”, ”Tingkatkan prestasimu”, Abdul Kadir, (2002). Ppemrograman
dan ”Pertahankan prestasimu”. Informasi Basis data dengan Visual FoxPro 5
yang diberikan pada bagian keterangan Jidid 1, 2, dam 3, Yogyakarta:
kesulitan dapat dijadikan umpan balik Penerbit Andi.
bagi siswa atau orang tua tentang materi
apa yang belum dikuasai. Sehingga Black, P., & Wiliam, D. (1998). Inside the
siswa dan orang tua dapat lebih efektif Black Box: Raising Standards
dalam mempelajari materi tersebut. through Classroom Assessment.
Profil Kelas adalah gambaran Phi Delta Kappan, 80, 139 – 148.
kondisi siswa dalam satu kelas tentang Dian Riastuti, (2007). Pengembangan
materi yang sudah dikuasai dan yang Computer Assisted Instruction
belum dikuasai oleh mereka. Seluruh (CAI) untuk pembelajaran Biologi
indikator dideskripsikan dan ditentukan SMA, Jurnal Penelitian dan
berapa jumlah siswa yang sudah Evaluasi Pendidikan.
menguasai dan yang belum menguasai
materi atau indikator yang diujikan Ebel, RL, & Frisbie, D.A. (1998).
tersebut. Pada bagian kanan dijelaskan Essential of Educational
siapa saja siswa yang belum menguasai Measurement (4th ed). Engelwood
materi atau indikator tersebut. Identitas Cliffs, BJ:Prentice Hall.
siswa diwakili oleh nomor induk siswa
(NIS) atau kode lainya, sebab dengan

621
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

Gallagher, D., Jo. (1998). Classroom Sheehan, K.M. (1997). A Tree-Based


Assessment for Teachers. Upper Approach to Proviensy Scaling and
Saddle River, NJ: Merrill. Diagnostics Assessment. Journal of
Education Measurement, 34(4),
Gronlund, N. E. (1998). Assessment of
333-353.
Student Achievement (6th ed.).
Boston: Pearson. Sugiyono. (2009). Metode Penelitian
Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif,
Gronlund, N.E.(2006). Assessment of
Kualitatif, dan R & D, Bandung: Alfa
Student Achievement (8th ed.).
Beta
Boston: Pearson.
Suharyanto, (2007). Pengembangan
Molenda, Michael (2003). In Search of
Animasi Komputer pada
the Elusive ADDIE Model.
Pembelajaran Fisika SMA, Jurnal
Performance Improvement. Indiana
Penelitian dan Evaluasi
University.
Pendidikan.
Sekretaris Negara (2005), Peraturan
Sumadi Suryabrata. (1990). Psikologi
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005
Pendidikan. Jakarta: Rajawali.
tentang Standar Nasional
Pendidikan Indonesia, Jakarta:
Balai Pustaka

622
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

PENGINTEGRASIAN ICT DALAM PENDIDIKAN SEJARAH

Oleh:
Zahara Aziz *)
zaharaukm@yahoo.com
Zarina Md Yasin *)
bahulus@yahoo.com.my
Azwani Ismail *)
azwaniha@yahoo.com.my

ABSTRAK

Pengintegrasian teknologi ICT dalam mata pelajaran Sejarah sebagai ‘complementary technology’
adalah penting untuk memberi nafas baru dalam pendekatan pengajaran guru sejarah supaya
dapat menarik minat pelajar terhadap mata pelajaran ini. Pengajaran dan pembelajaran Sejarah
tidak seharusnya tertumpu pada matlamat menjurus kepada sukatan pelajaran dalam peperiksaan
sahaja tetapi mestilah dalam konteks sejarah dan persejarahan yang lebih luas. Penggunaan ICT
dalam pengajaran dan pembelajaran mata pelajaran Sejarah di sekolah menengah adalah
bertujuan bagi meningkatkan kualiti pemikiran pelajar dalam Sejarah. Rujukan pelajar tidak terhad
kepada guru-guru dan buku-buku di sekolah sahaja, tetapi interaksi pelajar dengan pelbagai
sumber maklumat yang luas tanpa sempadan ini akan memperkayakan persekitaran pengajaran
dan pembelajaran. Malah kaedah yang efektif ini akan melahirkan pelajar yang celik sejarah dan
boleh mengambil iktibar dari pengalaman sejarah untuk mempertingkatkan daya pemikiran dan
kematangan.

Kata kunci : ICT, Pengajaran dan pembelajaran, Sejarah

*) Universiti Kebangsaan Malaysia

PENDAHULUAN

Teknologi komputer telah lama pada awal tahun 70 an telah memberi


bermula sejak setengah dekad yang lepas. kesan yang mendalam kepada
Kehidupan menjadi semakin kompleks penggunaan teknologi tersebut dalam
tetapi pengurusan menggunakan komputer bidang pendidikan di Malaysia (Noorhayati
menyebabkan banyak kerja dapat 2002)
dilaksanakan dengan dengan mudah dan Teknologi maklumat dan komunikasi
pantas. Dalam bidang pendidikan, (ICT) merupakan satu perkembangan yang
penggunaan teknologi komputer bukanlah amat penting dalam era globalisasi abad
sesuatu yang baru, malah telah lama ini. Kesan perkembangannya begitu
diperkenalkan di negara-negara maju meluas meliputi pelusuk dunia dapat dilihat
seperti Amerika dan Eropah sejak awal dengan jelas sekali. Ini merupakan satu
tahun 60 an lagi. Malaysia tidak perkembangan terkini yang seharusnya
ketinggalan dalam menikmati arus disambut positif dan seterusnya diambil
pembangunan yang berasaskan komputer kesempatan dari kemajuan teknologi untuk
ini. Dalam konteks pendidikan, ia bukan menyahut cabaran alaf baru terutamanya
hanya mampu membantu tugas-tugas keperluan pendidikan pada masa akan
pengurusan dan pentadbiran, tetapi datang. ICT adalah gabungan set teknologi
berpotensi sebagai alat untuk mengayakan terutamanya mikroelektronik, komputer dan
lagi persekitaran pengajaran dan teknologi komunikasi yang membantu
pembelajaran bagi hampir semua mata pengumpulan, enyimpanan, pemprosesan,
pelajaran. Penciptaan mikro komputer penghantaran dan juga persembahan data

623
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

dan maklumat melalui pelbagai media akan lebih menumpukan kepada penelitian
seperti teks, audio, video, grafik dan imej bahan-bahan yang diperlukan secara
(Hartman 2003, Norhayati 2000 ). konsisten dan mempunyai matlamat
Di Malaysia Sekolah bestari tertentu. Kedua, peneroka ciri-ciri yang
mengaplikasikan penggunaan teknologi menarik akan membuatkan pelajar tertarik
maklumat seperti pengajaran kepada kesan bunyi khas dan cenderung
bermultimedia, pengajaran dan kepada pilihan wayang gambar dan fail-fail
pembelajaran berbantukan komputer bunyi. Ketiga, bagi pengguna lesu dalam
(PPBK), CD-ROM, internet dan laman web kalangan pelajar akan memperuntukkan
yang dilaksanakan secara tersusun dan masa yang singkat untuk bahan-bahan
bersistematik. Multimedia merupakan salah pembelajaran.
satu komponen ICT sedang digunakan Martin (1992) yang mengkaji
untuk tujuan memberi manfaat kepada pelaksanaan penggunaan komputer dalam
pelajar. Teknologi multimedia, internet dan pengajaran Sejarah di 56 buah sekolah
elektronik dalam persekitaran digital telah sekitar Dorset menemui peningkatan minat
berjaya membawa perubahan baru dalam dan prestasi pelajar-pelajar terhadap mata
dunia pendidikan hari ini (Halimah 1998). pelajaran Sejarah. Terdapat 72 % guru-
Malah dalam Rancangan Malaysia guru di sekolah-sekolah daerah itu telah
Kesembilan (RMK-9), sebanyak RM2.1 menggunakan komputer dalam pengajaran
bilion diperuntukkan untuk membestarikan dan pembelajaran. Walau bagaimanapun
semua sekolah di seluruh negara (Titian 29 sebahagian besar guru-guru tersebut lebih
April 2006). Dengan peruntukan yang berminat menggunakan perisian yang
begitu besar ini, kita dapat lihat kerajaan dibangunkan berbanding dengan simulasi.
begitu komitmen untuk memastikan agar Sementara itu, Hill (1998)
para pelajar didedahkan dengan teknologi mendapati pelaksanaan penggunaan
maklumat dan ICT (Information Technology teknologi maklumat boleh merangsang
and Communication) seterusnya pengajaran dan pembelajaran sejarah di
memastikan mereka tidak tercicir dari arus sekolah-sekolah di Scotland. Kajiannya
kemajuan negara. menunjukkan penggunaan komputer
menjadikan pengajaran dan pembelajaran
HASIL DAN PEMBAHASAN Sejarah lebih menarik dan meningkatkan
keberkesanannya dari segi pencapaian
Kajian Penggunaan Komputer Dalam pelajar.
Mata Pelajaran Sejarah Dalam kajian Jaizah (1999) dan
Roblyer (2004) telah menyenaraikan Maharom (2001) mendapati minat dan
beberapa faedah penting apabila teknologi prestasi akademik pelajar terhadap mata
diintegrasikan dalam pengajaran. pelajaran Sejarah meningkat dengan
Antaranya komunikasi menjadi lebih penggunaan teknologi maklumat. Mereka
mudah dan cepat. Pelajar boleh berkongsi mencadangkan supaya penggunaan
maklumat dan hasil kerja dengan mudah teknologi maklumat dimanafaatkan untuk
seperti pertukaran nota dan latihan. Ini menambahkan maklumat dan supaya
turut dinyatakan oleh Ab. Rahim (1989) subjek ini diminati.
bahawa pengajaran sejarah tidak
memperlihatkan usaha ke arah Pembelajaran Berbantukan Komputer
penggunaan kaedah baru dalam (PBK) Dalam Pendidikan Sejarah
pengajaran seperti tinjauan, simulasi dan Peningkatan keupayaan komputer
lain-lain. Oleh itu perisian komputer boleh mendorong penghasilan pelbagai perisian
menarik minat pelajar untuk mempelajari yang canggih dan interaktif. Oleh sebab
sejarah. Minat pelajar lebih terdorong banyaknya perisian yang terdapat di
dengan persembahan isi kandungan dan pasaran, guru mestilah mahir dalam
maklumat yang lebih menarik dan pelbagai. menilai kesesuaian sesuatu perisian
Grabe dan Grabe (2000) mendapati sebelum membeli dan menggunakannya di
tiga kategori pelajar yang menggunakan dalam bilik darjah. Bahan-bahan yang
multimedia iaitu, pencarian pengetahuan berkaitan juga mudah didapati melalui

624
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

internet dan huraian adalah mendalam dan ICT dikatakan digunakan sebagai
lebih menarik dengan gambar-gambar alat aplikasi apabila membantu murid
mengenai sesuatu kaedah pengajaran. melaksanakan tugasan pembelajaran,
Namun perlu diingatkan perkembangan dan bukan sebagai mekanisma
teknologi maklumat dan komputer tidak penyaluran maklumat P&P.
dapat menyumbang kepada pembelajaran
bestari sekiranya perisian multimedia yang
menjadi perantaraan utama antara 4. Komunikasi
perkakasan dan pelajar tidak disediakan ICT dikatakan sebagai alat
dengan secukupnya (Robiah Sidin & Nor pemudah komunikasi apabila
Sakinah Mohamad. 2004). digunakan untuk membolehkan murid
Mengikut Nor Salleh dan Sahat dan guru daripada lokasi yang berbeza
(2004) guru boleh menggunakan salah menghantar, menerima dan berkongsi
satu daripada kaedah berikut dalam proses maklumat yang pelbagai bentuk.
pengajaran dan pembelajaran melalui
komputer iaitu tutorial, Penerokaan Guru mestilah memahami ciri-ciri
(eksploratori) , Alat aplikasi dan setiap kaedah berkenaan untuk
Komunikasi. menentukan kaedah yang digunakan itu
Penggunaan ICT dalam betul. Selain itu, guru juga mestilah
pembelajaran boleh dikategorikan kepada: memiliki pengetahuan tentang kriteria yang
1. Tutorial digunakan supaya pembelian perisian dan
ICT dikatakan untuk pembelajaran pemilihannya tepat dan tidak membazir.
tutorial apabila digunakan untuk Pengetahuan tentang kriteria perisian yang
menyampaikan kandungan pelajaran baik juga dapat menjadi garis panduan
berdasarkan urutan yang telah sekiranya guru sendiri ingin menyediakan
ditetapkan. perisian yang bermutu dan berkesan.
Pembelajaran tutorial ini Sesuatu perisian yang baik perlu
merangkumi: memenuhi kriteria tertentu;
Pembelajaran ekspositori iaitu 1. Mutu isi kandungan menepati objektif
penjelasan terperinci. tiada kesalahan fakta / ejaan, tiada
• Demonstrasi sesuatu fenomena streotaip, statistik, graf, jadual dan
yang ditunjukkan dan dikawal sebagainya tepat dan dipaparkan
urutan babaknya oleh sistem. dengan jelas.
• Latihan atau latih tubi yang 2. Mutu teknikal tiada masalah, lancar
disampaikan dan dikawal oleh dan mudah dikendalikan oleh pelajar.
sistem. 3. Audio, Grafik dan warna mempunyai
nilai pembelajaran tidak menganggu.
2. Penerokaan (eksploratori) Animasi sesuai dengan tahap dan
Penggunaan ICT untuk umur pengguna. Maklum Balas/
pembelajaran penerokaan berlaku Peneguhan tidak menakutkan, tidak
apabila ICT digunakan sebagai keterlaluan tidak menggalakkan
medium untuk: membuat kesalahan. Penggunaan
• mencari dan mengakses dan panduan bagi memudahkan guru
maklumat daripada CD-ROM, untuk mengendalikan.
internet. 4. Penggunaan Pelajar mudah
• mengalami, mempelajari dan memulakan dan menghentikan
mengkaji sesuatu fenomena program. Tidak banyak menaip dan di
secara simulasi. kawalan oleh pelajar.
• melihat demontrasi sesuatu 5. Kos, harga berpatutan dengan
kejadian yang urutan babaknya kandungan sesuai dengan
boleh dikawal oleh murid. perkakasan yang ada dan tidak
memerlukan perkakasan tambahan
3. Alat aplikasi

625
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

Keberkesanan PBK dalam pendidikan bagi menghadapi perubahan arus


sejarah pendidikan.
Jaizah (1999) yang menjalankan
kajian keberkesanan kaedah inkuiri dalam Daftar Pustaka
meningkatkan pencapaian pelajar dalam
pendidikan sejarah dengan menggunakan Buku :
komputer, mendapati minat dan prestasi Ee Ah Meng. 1994. Perkembangan dan
pelajar meningkat ketika menggunakan Perlaksanaan Kurikulum: Siri
kaedah ini. Sementara Zaliza (2004) yang Pendidikan Perguruan. Kuala
menjalankan kajian berkenaan pembinaan Lumpur: Fajar Bakti Sdn. Bhd.
dan penilaian perisian berbantukan Grabe, M & Grabe, C. 2000. Integrating the
komputer bagi pendidikan sejarah untuk internet for meaningful learning, 3rd
pelajar tingkatan satu mendapati perisian Edition. New York: Houghton Mifflin
yang dipelajari boleh mengubah tanggapan Company.
negatif pelajar terhadap sejarah. Bahan ini
dapat meningkatkan minat pelajar untuk Jaizah Mahmud. 1999 Kajian
belajar sejarah dan mampu meningkatkan Perbandingan tentang keberkesanan
tahap pencapaian pelajar. Pengajaran dan kaedah inkuiri dengan kaedah
pembelajaran juga lebih menyeronokan tradisional dalam pengajaran dan
dan menarik. pembelajaran Sejarah tingkatan 4.
Kaedah PPBK berorientasikan Projek Sarjana Pendidikan. Fakulti
multimedia berpontensi untuk merangsang Pendidikan, Universiti kebangsaan
dan menarik minat pelajar untuk Malaysia.
memahami sesuatu mata pelajaran. Musa Abu Hassan. 2002. Peranan dan
Menurut Mohd. Arif& Norsiati penggunaan ICT di kalangan
Razali@Mohd Ghazali.( 2005) pelajar masyarakat. Serdang : Universiti
yang mengikuti mata pelajaran berasaskan Putra Malaysia.
multimedia tertarik dengan kandungan dan
paparan grafik yang dipaparkan di Norhayati Abd. Mukti. 2000. Revolusi
samping kesan audio yang menarik minat teknologi maklumat. Pemikir.
dan menyeronokan pelajar. KualaLumpur : Utusan Melayu
Malaysia Berhad.
Nor Hayati Alwi. 2002. Pembentukan
SIMPULAN DAN SARAN model pembangunan insan kamil
Komputer itu mudah, Kemudahan dalam pengajaran sains. Tesis Dr.
menggunakannya merupakan pendorong Fal. Universiti Kebangsaan Malaysia.
utama komputer digunakan dalam latihan Robiah Sidin & Nor Sakinah Mohamad.
pengajaran dan pembelajaran. 2004. Pembudayaan teknologi
Sungguhpun begitu, haruslah diingatkan maklumat dan komunikasi (ICT) di
bahawa kepintaran komputer itu terhad. Ia kalangan pelajar: Ke arah
bergantung kepada set keputusan mengurangkan jurang pendidikan.
pengajaran yang sudah ditetapkan Kertas Kerja Fakulti Pendidikan.
terdahulu. Dengan itu, komputer tidaklah Universiti Kebangsaan Malaysia.
setanding dengan guru dalam tugas-tugas
pengajaran dan pembelajaran harian. Roblyer, M.D. 2004. 2004 Update of
Walaupun begitu pendekatan ini harus integrating educational technology
dilaksanakan dalam pendidikan sejarah di into teaching, 3rd edition. New
alaf baru agar ianya memberikan suatu Jersey:Pearson Education.
nafas baru di dalam pendidikan. Justeru, Rozinah Jamaludin. 2000. Asas-asas
penting bagi golongan pelajar, multimedia dalam pendidikan. Kuala
melengkapkan diri dengan kemahiran dan Lumpur : utusan Publication &
pengetahuan dalam teknologi maklumat Distributors Sdn. Bhd

626
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

Kementerian Pendidikan Malaysia. 2001.


Sukatan Pelajaran Kurikulum
Shahabuddin Hashim & Rohizani Ismail.
Bersepadu Sekolah. Kuala Lumpur:
2003. Psikologi pembelajaran dan
Dewan Bahasa dan Pustaka.
personaliti. Pahang : PTS
Publication & Distributor Sdn Bhd.
Jurnal :
Zaliza Yasin. 2004. Pembinaan dan
Hills, P. 1998. Using information
penilaian perisian berbantukan
technology to enchance the learning
komputer bagi pendidikan sejarah.
dan teaching of history in Scottish
Tesis Sarjana Universiti Teknologi
schools. Teaching History February:
Malaysia.
20-25.
Artikel dalam Handbook (Editorial) : Martin, D. 1992. History and computers in
Dorset. Teaching History July: 20-24.
Halimah Badioze Zaman. 1998. Proposal
CRFP untuk pengajaran dan
Web :
pembelajaran, smart school untuk
MOE dan MDC. Bangi : Universiti Hartman., G . 2003. Multimedia product
Kebangsaan Malaysia. development: What educators really
want. Diakses pada 25 Mei 2010, dari
Titian: Keluaran Khas Kementerian
alamat
Pelajaran. 2006. Utusan Malaysia. 29
http://www.hartmanedtech.com/html/
April.
hartman.pdf .
Mohd. Arif Hj. Ismail & Norsiati
Norsalleh Ngatimin dan Sahat Md. Shah
Razali@Mohd Ghazali. 2005. Aplikasi
2004. . Diakses pada 10 Januari
teknologi maklumat dan komunikasi
2011, dari alamat
dalam pengajaran dan pembelajaran:
http://sejarahmgcm.files.wordpress.c
perspektif mata pelajaran kimia SPM.
om/2009/07/bs_kbsm_sej5.pdf
Kertas Kerja Fakulti Pendidikan.
Universiti Kebangsaan Malaysia
Bangi.

627
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education

628

Anda mungkin juga menyukai