SEMINAR INTERNASIONAL
TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Pelindung
Rektor UNP Padang
Penanggung Jawab
Dekan FT UNP Padang
Tema :
Bridging of ICT and Education
Editor Ahli :
Prof. Drs. Jalius Jama, Ph.D (UNP Padang)
Prof. DR. Kasman Rukun, M.Pd. (UNP Padang)
Prof. Madya DR. Ruhizan Moh. Yasin (UKM Malaysia)
Prof. Madya DR. Norazah Moh. Nurdin (UKM Malaysia)
Prof. Madya. DR. Saemah Rahman (UKM Malaysia)
Drs. Ganefri, M.Pd. (UNP Padang)
DR. Lukito Edi Nugroho, M.Sc. (UGM Yogyakarta)
Drs. Bakhri, M.Sc. (UNP Padang)
Dr. Waskito, MT. (UNP Padang)
DR. Syahril, M.SEE (UNP Padang)
Editor Pelaksana
Muhammad Adri, MT
Drs. Efrizon, MT
Drs. Aswardi, MT
Jufryendri, S.Pd.
Delsina Faiza, MT
ISSN 1907-3739
Fakultas Teknik
Universitas Negeri Padang
2011
KATA PENGANTAR
Assalamulaikum, Wr.Wb.
Puji dan rasa syukur kita sampaikan ke hadirat Allah SWT, karena berkat limpahan rahmat dan kurnia-Nya,
kegiatan Seminar Internasional Teknologi Informasi dan Pendidikan (S-INTIP) ini dapat terselenggara sesuai
dengan yang direncanakan. Berbagai bahasan penelitian tentang bagaimana peranan teknologi informasi dalam
meningkatkan kualitas proses pembelajaran dan pendidikan menjadi kupasan yang menarik bagi tenaga
pendidik, peneliti dan praktisi dunia pendidikan dan teknologi informasi yang dibahas dalam kegiatan seminar
ini.
Hasil penelitian dan pemikiran tentang teknologi informasi dan pendidikan ini dibukukan dalam bentuk
prosiding dengan tema Bridging ICT and Education, sebagai upaya menjembatani batas (gap) yang terjadi
antara perkembangan teknologi informasi dan implementasinya dalam dunia pendidikan.
Seminar ini merupakan sarana komunikasi ilmiah yang bertujuan untuk mendapatkan konsep-konsep
ilmiah dalam rangka mengoptimalkan peran Teknologi Informasi dalam dunia Pendidikan sebagai salah satu
upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia.
Prosiding ini merupakan himpunan makalah utama dan makalah pendamping Call for Papers S-INTIP,
yang kemudian dengan berbagai pertimbangan teknis dalam Prosiding ini yang dibukukan hanya halaman
pertama dari masing-masing makalah yang berisikan judul dan abstrak, sedangkan prosiding lengkap disiapkan
dalam bentuk Soft Copy yang dikemas dalam CD ROM dengan format PDF, sehingga tidak akan mengurangi
konten makalah yang dipublikasikan.
Kepada bapak/ ibu yang memerlukan makalah cetaknya secara lengkap untuk keperluan tertentu, silakan
mencetak makalahnya sendiri dan melampirkannya beserta prosiding ini.
Terimakasih kami ucapkan kepada pemakalah utama dan pendamping, serta semua panitia dan pihak lain
yang tidak bisa disebutkan disini hingga Seminar ini terselenggara dengan baik dan prosiding ini terselesaikan
dengan segera.
Tidak ada gading yang tak retak, kami dari pihak panitia dan penyusun prosiding mengucapkan maaf
seandainya ada sesuatu yang kurang berkenan.
Muhammad Adri
SAMBUTAN DEKAN FT UNP
Bismillaahirrahmaanirrahiim,
Assalamu’alaikum, Wr.Wb.
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena hanya dengan ijin dan kuasaNya¬lah
sehingga kita dapat berkumpul pada hari ini di Aula Serba Guna FT Universitas Negeri Padang dalam
rangka Seminar International Teknologi Informasi dan Pendidikan.
Atas nama keluarga besar Fakultas Teknik Universitas Negeri Padang, mengucapkan SELAMAT
DATANG DI DI RANAH MINANG dan terima kasih atas partisipasi bapak/lbu dalam kegiatan seminar
ini.
Kegiatan ini bertujuan untuk menghimpun wacana pemikiran baru dan cemerlang dari berbagai
kalangan ahli, profesional dan praktisi pendidikan untuk kemajuan mutu dan kualitas pendidikan.
Disamping itu kegiatan ini merupakan wadah untuk menghimpun informasi dan komunikasi tentang
berbagai model pengembangan pembelajaran berbasis TI yang berkembang saat ini, sehingga
diharapkan berbagai konsep baru dapat dilahirkan dalam kegiatan ini.
Sesungguhnya usaha dan sumbangan yang diberikan dalam kegiatan seminar ini amat bermakna
bagi Fakultas ini sebagai salah satu Fakultas yang memiliki peran dalam memajukan dunia pendidikan
teknologi dan diharapkan usaha dan kerjasama dari berbagai kalangan dalam meningkatkan kualitas
pendidikan ini akan dapat terus berlangsung untuk kemajuan Pendidikan berbasis Teknologi informasi
di Indonesia.
Pada kesempatan ini saya atas nama pimpinan dan keluarga besar Fakultas Teknik UNP juga
menyampaikan dan memberikan penghargaan kepada semua nara sumber yang telah datang dan
menyumbangkan pemikirannya dalam prosiding ini untuk kemajuan dunia pendidikan. Semoga
dukungan dan kerjasamanya dapat m diteruskan pada masa-masa yang akan datang.
Akhirnya saya mengucapkanIterima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada
semua panitia dan donatur yang telah memberikan sumbangan tenaga dan darma baktinya dalam
kesuksesan acara dan penyelesaian prosisidng ini. Saya juga mohon maaf atas segala kekurangan dan
kelemahan yang terdapat dalam pelaksanaan kegiatan ini, kiranya kegiatan ini memberi makna bagi
kita semua. Amin a
DAFTAR ISI
2 Afian Akhbar Mustam, Academic Procrastination Among Upper Secondary Students And Its Relationship With 227
Ainin Atrah al Ghazie, Norzeliana Idris, Students’ Achievement In Mathematic
Nor Hasnida Che Md Ghazali
3 Almasri, Pengembangan Sistem e-Learning Kelompok Mata Kuliah Umum Tingkat Universitas Negeri 241
Muhammad Adri Padang
4 Asmar Yulastri Peranan Media Ajar Dalam Proses Belajar Jarak Jauh (BJJ) 251
5 Asnul Dahar Minghat, Kemahiran ICT Sebagai Satu Elemen Kelestarian Mata Pelajaran Vokasional Di Sekolah 259
Ruhizan M.Yasin Menengah Harian : Satu Analisis Kajian Delphi
6 Aswardi Disain Pembelajaran Melalui Implementasi e-Learning di Departemen Teknik Elektro FT-UNP 267
Padang
7 Bilqis Amaliah, Seat Arrangement Model for Reducing Interference Among Passengers on Embraer ERJ- 275
Sabrina Tri Lestari, Isye Arieshanti, 190 Aircraft
Henning TC
8 Burhanuddin Dirgantoro, Perancangan dan Implementasi Sistem Minimum Mikrokontroler Terintegrasi MCS-51 dan 283
Erwin Susanto, Yatna Supriyatna, AVR ATMega 8535 sebagai Alat Bantu Pengajaran Matakuliah Mikroprosesor dan
Dian Fawaik, Faizatul Lutfiyah Antarmuka
9 Burhanuddin Dirgantoro SMS Gateway sebagai Alat Bantu Penyebaran Informasi Program Studi 289
10 Busran Rekayasa Perangkat Lunak Untuk Materi Anatomi Tubuh Manusia pada Mata Pelajaran 295
Biologi (Studi Kasus SMA Negeri 1 Padang)
11 Dharma Liza Said Creating Computer Assisted Instruction (CAI) Classroom 303
12 Dodon Yendri Blended Learning: Model Pembelajaran Kombinasi e-Learning dalam Pendidikan Jarak Jauh 311
13 Dony Novaliendry Global Virtual University on e-Learning Background and Pedagogical Strategy 321
14 Efrizon, Muhammad Adri Analisis Pengalaman Belajar Mahasiswa dalam Model Online Learning Berbasis LMS di 335
Jurusan Teknik Elektronika
15 Efrizon, Norazah Moh. Nurdin Pembinaan dan Penilaian Keberkesanan Sistem Pengurusan Pembelajaran Algoritma 343
Pemograman di Jabatan Teknik Elektronika Universitas Negeri Padang
16 Erman Har, Kamisah Osman, Pengetahuan Keterampilan ICT Dasar Pelajar Indonesia di Malaysia 351
T. Subahan Mohd.Meerah
17 Faridah Hanim Yahya Model ID PBL Maths-Set: Aplikasi PBL, Matematik & Multimedia Interaktif 359
18 Fouziah Mohd, Ruhizan MohdYasin, Interaksi Bias Gender dalam Pengajaran dan Pembelajaran AliranTeknikal di Malaysia 367
Amla Mohd Salleh,
Ramlee Mustapha
20 Haryanto Faktor Penghambat Aksesibilitas Penyandang Cacat dalam Mengikuti Pendidikan di Sekolah 383
Inklusi
21 I Made Agus Wirawan Pengembangan Rancangan Media Pembelajaran Mobile Phone Base Learning untuk Materi 393
Sintaks Basic SQL pada Mata Kuliah Basis Data Lanjut (Studi Kasus pada Jurusan
Pendidikan TI Semester III)
22 Indah Dwi Lestantri Web Based Learning (WBL) Berbasis Learning Management System (LMS) untuk 399
Mendukung Pembelajaran
23 Indrarini Dyah Irawati Perancangan Radio Streaming Live pada Jaringan LAN Sebagai Media Pembelajaran 407
24 Isham Shah Bin Hassan, Kesan Pengintegrasian Teknologi Mobil dan CAD Ke Atas Proses Reka Bentuk Pelajar Seni 415
Mohd Arif Bin Ismail, Bina Politeknik Malaysia dalam Penghasilan Produk Kreatif
Ramlee Mustapha
25 Isham Shah Bin Hassan, Teknologi Mobil dalam Pembelajaran Modul Seni Reka di Politeknik Port Dickson 423
Mohd Arif Ismail,
Mohammad Amir YM Shariff
26 Jamaludin B Hj Badusah, M – Pembelajaran Satu Inovasi Dalam Pengajaran - Pembelajaran Komponen Sastera Puisi 437
Fairose Binti Shamsudin Melayu Tradisional Pantun dan Syair
27 Junaida Binti Ahmad, A Survey of The Current Status of Library Automation in Primary and Secondary Schools in 449
Roslina Bt Othman Wilayah Persekutuan Kuala Lumpur
28 Ledya Novamizanti, Pengembangan Konten Pembelajaran e-Learning Algoritma Menggunakan VOIP Server 457
Uke Kurniawan Usman
29 M. Al' Amin, Aries Pratama Building the Encyclopedia of the Solar System Visualization To Circle Elementary School 465
30 Made Windu Antara Kesiman Simulation-Based CAI of List Data Structure For The Learning Process of Design and 473
Analysis of Algorithm
31 Meiliasari Struktur Bilangan untuk Membangun Strategi Berhitung dan Model Bagi Penjumlahan dan 479
Pengurangan: Design Research di Sekolah Dasar
32 Mohamed Nazul Ismail, Yazrina Yahya, Satu Tinjauan Awal untuk Mengenal Pasti Elemen Nilai dalam Pembangunan Kerangka 487
Muriati Mukhtar Sistem Pengurusan Pembelajaran
33 Mohd Radzi Abu Bakar, Kertas Konsep Suatu Ekplorasi Miskonsepsi dalam Pendidikan Sains 495
Azlin Mohmad Azman,
Mohd Adnan Kaus, Nora Khamis
34 Muhammad Adri Analisis Kesiapan Civitas UNP dalam Penyelengaraan Pendidikan Berbasis Teknologi 509
Informasi
46 Sukaya, Nurindah Dwiyani Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi (ICT) dalam Pembelajaran Terbuka dan 591
Jarak Jauh
47 Tri Kurniawati Internet and Education: The Importance of Implementing Ethics 597
48 Tuan Salwani Bt Awang @ Salleh, Integrating CAS into Integral Calculus Teaching and Learning at the University 607
Effandi Zakaria
49 Waskito Pengembangan Perangkat Lunak untuk Mengefektifkan Umpan Balik Penilaian Kelas 615
Terhadap Perbaikan Pembelajaran
50 Zahara Aziz, Zarina Md Yasin, Azwani Pengintegrasian ICT dalam Pendidikan Sejarah 623
Ismail
DAFTAR ISI
3 Saemah Rahman, PhD. Proses Pembinaan Makna dalam Persekitaran Pembelajaran Atas Talian 631
4 Nanang Ali Sutisna, M. Eng. The Role ICT in Bridging the Gap Between University and Industry: An Engineering Education Perspective 632
5 Burhasman Bur Peran Teknologi Informasi & Komunikasi ( TIK/ICT ) dalam Pembelajaran
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
THE ROLE ICT IN BRIDGING THE GAP BETWEEN UNIVERSITY AND INDUSTRY:
AN ENGINEERING EDUCATION PERSPECTIVE
By:
Nanang Ali Sutisna, M. Eng.
ABSTRACT
This paper discuss the limitation of ICT spending in engineering education lead to
technological discrepancy between the university and manufacturing industry, resulted in
lack of job readiness of the University graduates. The paper also illustrates the product’s
lifecycle and its corresponding technologies and suggest the solution to bridge the gap
between university and industry.
Keywords: ICT, CAD, CAM, CAE, PLM, CATI
INTRODUCTION
Information and Communication INDONESIA ICT INDUSTRY PROFILE
Technology has become an important
ICT Industry consists of goods and
part of modern life style, many people
services, including computer industry,
nowadays can not live without computer
peripheral industry, communication
and internet. In several manufacturing
equipment industry, software industry,
industries like aerospace, automotive,
animation industry, and multimedia
electronics and many others, the whole
industry. ICT industry is supported by
product lifecycle – from conception,
electronics industry to provide supplies of
detail design, product review,
semiconductor, component and module
manufacturing, until recycle – is
for computer and peripheral industries.
managed by computer aided technology.
The biggest portion of ICT industry
On the other hand, many engineering
is consulting service that takes 50 – 65
students in Indonesia have never been
percent of the total industry. The second
introduced to such technology during
largest part is multimedia software
their course of study. As a result, they
industry that is estimated about 30 – 40
lack of job readiness and find difficulties
percent, and the hardware industry is
in adapting to new work environment. In
about 5 – 10 percent of the total
addition, the technology gap between
Indonesia’s ICT industry. On the other
university and industry makes the
hand, IT hardware market in Indonesia in
collaboration, such as research and
2008 is about US$ 979.9 million,
other projects, between the two
consulting services industry US$ 211.7
institutions is hardly to establish.
million, and software industry US$ 110.3
This paper discuss the role of ICT – million. [1]
with the focus on Computer Aided The total government IT spending
Design, Engineering, and Manufacturing in Indonesia in 2009 is Rp 10,850 billion.
[2]
– in bridging the gap between school of If education sector spending is 20% of
engineering and manufacturing industry the total government spending, then IT
in particular. spending for education sectors is about
Rp 2,170 billion. This is very small
compared to the total Indonesia IT
spending in the same year that worth of
Rp 72,225 billion. [3]
2
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
This is where the detailed design and Once the design of the product’s
development of the product’s form starts, components is complete the method of
progressing to prototype testing, through manufacturing is defined. This includes
pilot release to full product launch. It can CAD tasks such as tool design; creation
also involve redesign and ramp for of CNC Machining instructions for the
improvement to existing products as well product’s parts as well as tools to
as planned obsolescence. The main tool manufacture those parts, using
used for design and development is CAD integrated or separate CAM Computer-
Computer-aided design. This can be aided manufacturing software. This will
simple 2D Drawing / Drafting or 3D also involve analysis tools for process
Parametric Feature Based Solid/Surface simulation for operations such as
Modelling, Such software includes casting, molding, and die press forming.
technology such as Hybrid Modeling, Once the manufacturing method has
Reverse Engineering, KBE (Knowledge- been identified CPM comes into play.
Based Engineering), NDT This involves CAPE (Computer-aided
(Nondestructive testing), Assembly Production Engineering) or CAP/CAPP –
construction. (Production Planning) tools for carrying
out Factory, Plant and Facility Layout
This step covers many engineering
and Production Simulation. For example:
disciplines including: Mechanical,
Press-Line Simulation; and Industrial
Electrical, Electronic, Software
Ergonomics; as well as tool selection
(embedded), and domain-specific, such
management. Once components are
as Architectural, Aerospace, Automotive,
manufactured their geometrical form and
Along with the actual creation of
size can be checked against the original
geometry there is the analysis of the
CAD data with the use of Computer
components and product assemblies.
Aided Inspection equipment and
Simulation, validation and optimization
software. Parallel to the engineering
tasks are carried out using CAE
tasks, sales product configuration and
(Computer-aided engineering) software
marketing documentation work will be
either integrated in the CAD package or
taking place. This could include
stand-alone. These are used to perform
transferring engineering data (geometry
tasks such as:- Stress analysis, FEA
and part list data) to a web based sales
(Finite Element Analysis); Kinematics;
configurator and other Desktop
Computational fluid dynamics (CFD); and
Publishing systems.
mechanical event simulation (MES).
CAQ (Computer-aided quality) is used for
tasks such as Dimensional Tolerance
Phase 4: Service
(engineering) Analysis. Another task
performed at this stage is the sourcing of
bought out components, possibly with Use, Operate, Maintain, Support,
the aid of Procurement systems. Sustain, Phase-out, Retire, Recycle
and Disposal
The final phase of the lifecycle involves
managing of in service information.
Providing customers and service
engineers with support information for
repair and maintenance, as well as
waste management/recycling
3
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
information. This involves using such which run throughout the whole lifecycle
tools as Maintenance, Repair and and across organizations. This requires
Operations Management (MRO) many technology tools in the areas of
software. Conferencing, Data Sharing and Data
Translation. The field being Product
visualization which includes technologies
All phases: product lifecycle such as DMU (Digital Mock-Up),
Communicate, Manage and Immersive Virtual Digital prototyping
Collaborate (Virtual reality) and Photo realistic
Imaging.
4
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
Figure 2. Stamping Die Design and Manufacturing at New Armada using CATIA
Figure 3. Casting mold design by CATIA (left) and the final product (right),
designed and manufactured by ATMI Solo.
5
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
640
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
Oleh:
Norazah Nordin
drnmn@ukm.my
ABSTRACT
Mobile applications can potentially become more valuable tools with suitable and flexible
learning system frameworks. Considering that many learners today are from the Gen Y
group of learners, mobile learning may be the next best approach to complement other
modes of learning. Research has shown that mobile applications have the potential to add
value to lecturers, tutorials, learning materials, and other learning activities. This paper
discusses the mobile learning environment and the framework for mobile learning
applications that provide systematic support for mobile learning experience design. In
addition, it highlights the studies on the integration of mobile content in teaching and
learning in higher institutions in Malaysia. The findings showed that the students agreed
that the developed mobile content had successfully enhanced the learning process. The
studies also revealed that mobile-learning activities were effective ways to motivate
students and to foster interaction. The main implication of the studies conducted is that
mobile learning has the potential to provide a personalized learning experience and it
should be engaged in the learning process.
1. INTRODUCTION
In the last one hundred years, education making use of portable (handheld)
has evolved from being exclusive to the wireless technologies. These include
elite to being accessible to everyone. portable devices such as mobile phones,
The mode of learning has also evolved smart phones, PDAs, iPods, MP3 and
from learning solely in the classroom to MP4 players. Laouris and Laouri (2006)
distance learning and the virtual described the move from e-learning to m-
classroom. Technologies have also learning as a revolution since it implied
helped the process of delivering content not only a change in terminology but a
to learners. The development of the change of mindset when designing and
Internet has created new ways for planning learning environments and
educators to communicate with learners. goals. Sharma and Kitchens (2004)
Many higher education institutions have assigned this unavoidable change in
adopted the use of virtual learning paradigm to the unique facilities provided
environments and incorporate e-learning by mobile technology such as the
into the traditional mechanisms as part of provision of communication facilities at
blended learning approach (Evans, any time or location and the provision of
2008). Evans also emphasized that learning content dynamically dependent
those development also allows learners on the learner’s location, context and
to review materials and gain feedbacks device. This necessarily implies a
from those materials. Mobile learning change in classroom culture. It is also
inherits these advantages from e- clear that the exposure to a greater
learning, but extends their reach by variety of media is causing a different
learning item in the classroom, they will learning constitutes four elements: (1)
then take the new knowledge with them learner centred, (2) knowledge centred,
outside the classroom. Once outside, (3) assessment centred and (4)
informal discussions might take place community centred. Learner centred
with fellow learners that require the deals with positioning learners at the
knowledge to be revisited and reflected centre of the educational process
on. When reflecting, there might be a (Brindley 1984). Hence, learners are
need for the learner to investigate the responsible for their acquisition of
matter further by downloading related knowledge and the building of skills.
materials from the internet. New Knowledge centred deals with the
knowledge is now formed. The process curriculum which is built on validated
is non-stop and can be recursive. This is knowledge, taught effectively and
probably what Dewey (1916) meant efficiently. Assessment centred, on the
when he said that all communication is other hand, focuses on evaluating
educative. learners’ ability, diagnosing problems
and offering guidance which may lead to
This relates to the second factor in success in learning. Community centred
postulating a theory of mobile learning, promotes the sharing of knowledge and
and that is to consider the learning that learners supporting each others’
takes place outside the classroom. A learning. These four elements adhere to
study by Vavoula in Sharples et al. the socio-constructivist approach to the
(2005) found that 51 per cent of process of learning where learning is not
everyday adult learning takes place a lonely journey but rather an individual
either at home or in the office. Although effort with environment and community
the study does not provide a definition for support.
learning or how learning was measured,
it shows that a certain level of knowledge Finally, a theory of mobile learning must
enhancement has occurred. The study also consider the use of ubiquitous
further describes that learning takes technology and how the learning
place in various places: 21 per cent of community is responding to it. In the UK
learning happens outside the office at the for the year 2005, a study revealed that
workplace, 5 per cent of learning 95 per cent of young adults aged
happens outdoors, 2 per cent happens at between 15 and 16 owned mobile
a friend’s house, and 6 per cent happens phones (Daily Mail, 15 February 2005:
at places of leisure. It is also reported www.literacytrust.org.uk/Database/textin
that 14 per cent of learning takes place g.html#fog). A similar study conducted in
at other locations and 1 per cent occurs Malaysia revealed that 100 per cent of
on forms of transport. The fact that only 1 higher education learners aged between
per cent of learning takes place while 18 and 21 owned mobile phones (Abd
learners are on the move indicates that Rahman et al. 2009). Those studies
mobile learning does not equate to further indicate that learners are
physical movement. However, the study equipped with devices that enable them
proves that learning takes place anytime to learn anytime and anywhere. They
and anywhere and it can take place present educationalists and instructional
outside the classroom environment. This designers with opportunities to design
provides opportunities for educationalists instructions that could be delivered using
to provide formal content that can be those devices.
learnt in informal surroundings.
The above argument leads to a
Thirdly, developing a theory of learning conclusion that is presented by five
must enable successful learning. questions posed by Sharples et al.
Successful learning is related to effective (2005). These five questions act as a
learning. According to the US National checklist for developing a theory of
Research Council (1999), effective mobile learning:
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
Requirement &
Constraints Analysis
Technology
environment design
Generic mobile
learning
Individual skills for
Theories environment Mobile Learning Learning
of issues learning experience objectives
learning context issues
KURIKULUM BERBASIS-TMK:
SATU ANALYSIS MENGHADAPI ERA EKONOMI BARU
Oleh:
Ruhizan M. Yasin (Associate Professor, Dr) *)
ruhizan@ukm.my
ABSTRAK
Globalisasi telah membentuk cara kerja baru dalam dunia perniagaan dan pekerjaan
secara umumnya pada hari ini. Ianya banyak dipengaruhi oleh perubahan teknologi
maklumat dan komunikasi (TMK) dimana TMK telah mempengaruhi cara bagaimana
kehidupan, pembelajaran dan kerja seharian kita dilaksanakan. Interaksi antara TMK dan
globalisasi juga mengarah kita kepada satu konsep baru ekonomi. Kertas kerja ini
mengupas bagaimana TMK dimanafaatkan dalam pendidikan secara keseluruhan dengan
membuat analisis kurikulum berbasiskan TMK dengan mengambilkira keperluan kepada
cabaran dan peluang dalam era ekonomi baru dan pendidikan sebagai agen perubahan
yang penting. Analisis dibuat berdasarkan sorotan literatur dan beberapa contoh
pelaksanaan kurikulum berbasiskan TMK. Kertas ini juga menggariskan cadangan-
cadangan kepada penyelidikan dan pembangunan profesionalism guru.
*)
Fakulti Pendidikan Universiti Kebangsaan Malaysia, 43600 Bangi, Selangor, MALAYSIA
Oleh:
Saemah Rahman, PhD.
saemahukm@yahoo.com
ABSTRAK
Pendidikan merupakan satu proses pembinaan makna atau pengetahuan. Aliran
pemikiran moden tentang pendidikan mengakui bahawa pengetahuan itu bukanlah satu
entiti untuk diperolehi tetapi satu proses bagaimana kita tahu mengenai sesuatu. Teori
konstruktivisma menekankan bahawa individu itu membina maknanya sendiri melalui
interaksinya dengan persekitaran. Persoalannya bagaimanakah individu membina makna
dalam persekitaran pembelajaran atas talian. Pada masa lalu, persekitaran pembelajaran
atas talian banyak berasaskan kepada pembelajaran berasaskan sumber menggunakan
penyampaian maklumat melalui atas talian sebagai sumber pembelajaran.
Perkembangan seterusnya memperlihatkan bagaimana aktiviti pembelajaran disokong
dengan forum perbincangan dan kemudahan komunikasi atas talian. Tidak dapat
dinafikan bahawa perkembangan pembelajaran atas talian turut berkembang dengan
perkembangan teori pembelajaran. Dalam pendekatan kontemporari, penekanan kepada
prinsip-prinsip pembelajaran konstruktivisme mula ditekankan. Ia boleh dilaksanakan
melalui strategi pembelajaran berasaskan masalah, kes atau projek yang memberi
tumpuan kepada pelbagai aktiviti pembelajaran yang dirancang untuk menyelesaikan
tugasan atau projek melalui proses inkuiri. Dalam persekitaran pembelajaran atas talian,
tugasan atau projek yang dijalankan boleh melibatkan pelajar mengorganisasikan
pengetahuan dengan akses kepada sumber atau perbincangan atas talian. Tumpuan
kertas ini ialah tentang proses pembinaan makna oleh pelajar dalam persekitaran
pembelajaran atas talian. Satu rekabentuk pengajaran yang boleh digunakan bagi
membantu proses dan pengurusan pembinaan makna oleh pelajar dalam persekitaran
pembelajaran atas talian akan dibincangkan.
*) Fakulti Pendidikan, Universiti Kebangsaan Malaysia 43600 Kajang, Selangor Darul Ehsan Malaysia
PENGENALAN
632
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
633
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
634
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
635
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
pembelajaran aktif di kalangan pelajar. iv. Pelajar menulis analisis kendiri tentang
Aspek kedua ialah melibatkan proses peranan yang dimainkannya dalam
negosiasi sosial yang membantu pelajar perbincangan yang dijalankan
membina makna melalui interaksinya dengan Secara am, pelajar sebenarnya belajar
rakan sebaya ketika proses menyelesaikan melalui proses memberi dan menerima di
tugasan yang diberikan berlangsung. Dalam kalangan mereka. Dalam fasa pertama iaitu
fasa pra-pembinaan, pelajar membina makna semasa mereka menulis jawapan secara
secara individu ke atas tugasan yang individu ke atas tugasan yang diberikan,
diberikan. Kemudian diikuti dengan proses mereka belajar memahami tugasan tersebut
berkongsi dan membandingkan makna yang dari perspektifnya sendiri dan pada masa
dibinanya dengan maklum balas yang yang sama mereka belajar menuliskan apa
diperoleh daripada orang lain melalui yang mereka fahami.
perbincangan atas talian. Di peringkat ini, Dalam fasa kedua pula, respon yang
pelajar akan mengalami keadaan mereka peroleh daripada rakan sebaya
ketidakseimbangan dalam struktur kognitif mengenai kefahaman mereka akan memberi
mereka apabila memperoleh maklum balas peluang ia menilai kembali apa yang
yang berbeza daripada makna yang dibinanya difahaminya. Pada masa yang sama usaha
di peringkat awal. Proses perbincangan yang dijalankannya untuk memahami
tersebut juga akan menjadi platform perspektif orang lain terhadap tugasan yang
negosiasi tentang makna dan meransang sama juga membantu ia menilai kembali apa
proses pembinaan semula makna bersama yang difahaminya. Apabila pelajar berkongsi
melalui proses penyemakan dan pengujian ke idea atau pandangan dalam sesuatu
atas makna yang dibina bersama. Peringkat perbincangan, mereka mendapat maklum
terakhir ialah proses refleksi kendiri balas tentang idea mereka. Maklum balas
menggunakan soalan-soalan refleksi tersebut akan menimbulkan keadaan
metakognitif yang meminta mereka ketidakseimbangan dalam struktur kognitif
memikirkan semula langkah-langkah yang mereka mengenai tugasan yang dipelajari
dijalankan semasa belajar melalui kerana ia mungkin berbeza dengan
perbincangan atas talian. Proses ini dapat kefahamannya. Keadaan tersebut akan
membantu pelajar membina kemahiran mendorong ia menilai kembali idea asal
belajar iaitu belajar bagaimana mereka mereka dengan membandingkan dengan idea
belajar supaya ia dapat dipindahkan dalam daripada rakan-rakan mereka.
aktiviti perbincangan atas talian mereka di Interaksi pelajar dengan pelbagai
masa hadapan. pandangan rakan yang berbeza dengan
Fasa-fasa pembelajaran ini boleh pandangan mereka sendiri akan membawa
digunakan dalam model-model pembelajaran kepada aras pemikiran yang tinggi. Dari segi
yang menggunakan kaedah forum atau perkembangan pemikiran, kita akan
perbincangan atas talian dan boleh cenderung berpegang kepada pemikiran kita
diaplikasikan dalam kaedah pembelajaran sendiri sehingga kita dicabar melalui
berasaskan masalah/kes atau projek mahupun interaksi kita dengan orang lain yang
pembelajaran inkuiri atau penemuan. Secara mempunyai maklumat lain atau mempunyai
khusus, berdasarkan Model analisis kendiri cara yang berbeza dalam mentafsir
yang dicadangkan oleh Knowlton(2006) maklumat. Proses pertembungan ini akan
misalnya fasa-fasa tersebut boleh dijelaskan membawa pelajar berfikir ke arah aras
dalam bentuk langkah-langkah berikut:- pemikiran dan sintesis yang lebih tinggi yang
i. Pelajar menyediakan jawapan kepada dilakukan dalam fasa yang ketiga.
tugasan yang diberikan secara individu Dalam fasa ketiga, pelajar diminta
dan diposkan ke dalam membuat rumusan berdasarkan kandungan
forum/perbincangan atas talian hasil perbincangan. Dari segi taksonomi
ii. Pelajar memberi respon kepada satu Bloom, pelajar bergerak ke arah peringkat
sama lain sebagai satu cara untuk pemikiran tinggi melibatkan penilaian ke
meluaskan kefahaman atas respon-respon dan idea yang diterima
iii. Pelajar membuat rumusan berdasarkan dalam proses perbincangan secara online.
kandungan perbincangan Pada masa yang sama pelajar cuba
636
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
637
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
638
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
Oleh:
Adhika Wahyu Nur Hidayat
tugas_mr_dika@yahoo.com
Anton Noornia
antonnoornia@yahoo.com
Tri Murdiyanto
trimurdiyanto@yahoo.com
ABSTRACT
PENDAHULUAN
217
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
218
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
219
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
ganjil tahun ajaran 2010 – 2011 yaitu pada diperoleh selama penelitian adalah benar
bulan September – Nopember 2010. dan valid dengan menggunakan sistem
Jenis data yang dikumpulkan dalam triangulasi. Sistem triangulasi adalah suatu
penelitian ini adalah: kegiatan yang menerangkan serta
a. Data kuantitatif: menyimpulkan data dari tiga pihak yang
− Data awal hasil belajar siswa memiliki perbedaan pendapat untuk
diperoleh dari tes awal siswa. mendapatkan informasi yang sama. Data
− Data hasil belajar siswa yang dari ketiga pihak tersebut terdiri dari guru
diperoleh melalui pemberian tes kelas berdasarkan wawancara dan diskusi
setiap akhir siklus. tentang hal-hal selama proses
b. Data kualitatif: pembelajaran. Kedua data dari seorang
− Data hasil observasi aktivitas observer berdasarkan catatan lapangan
pembelajaran di kelas diperoleh dari dan kegiatan siswa selama proses
catatan lapangan, dan dokumentasi pembelajaran. Ketiga data dari peneliti
menggunakan kamera digital. berdasarkan kondisi kenyataan yang ada
− Data hasil wawancara dengan siswa di kelas. Peneliti berfungsi sebagai
dan guru direkam menggunakan pemeriksa kebenaran hasil data yang
recorder. didapat dari guru kelas, observer dan
Sumber data pada penelitian ini adalah peneliti. Fungsi utama sistem triangulasi
seluruh siswa kelas VII-7 SMP Negeri 255 untuk meningkatkan ketajaman hasil
RSBI Jakarta yang berjumlah 25 orang pengamatan melalui berbagai cara dalam
namun, ada delapan siswa yang akan pengumpulan data.
diamati secara khusus. Subjek penelitian Tahapan menganalisis data dimulai
ini adalah delapan siswa kelas VII-7 SMP dengan membaca keseluruhan data yang
Negeri 255 yang memiliki kemampuan ada, kemudian mengadakan reduksi data.
matematika berbeda. Setelah data direduksi, kemudian
Instrumen yang akan digunakan menyusunnya dalam satuan-satuan dan
dalam penelitian ini adalah lembar tes mengkategorikannya. Data yang diperoleh
awal siswa, Peneliti dan Observer, lembar berupa kalimat-kalimat dan aktivitas-
tes hasil belajar siswa pada setiap aktivitas siswa diubah menjadi kalimat
siklus,lembar observasi lapangan. yang bermakna dan ilmiah.
Pedoman wawancara Berikut adalah gambar desain penelitian :
Teknik pengumpulan data yang
dilakukan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Data tes awal siswa diperoleh dari hasil
ulangan harian sebelumnya.
2. Data hasil belajar siswa diperoleh
dengan memberikan tes kepada siswa
pada setiap akhir siklus yaitu berupa
kuis.
3. Data tentang aktivitas pembelajaran
diambil dengan cara observasi
menggunakan catatan lapangan yang
dibuat pada setiap pertemuan. Gambar 2. Gambar desain penelitian.
4. Wawancara kepada siswa direkam
menggunakan MP3 dilakukan pada HASIL PENELITIAN
setiap akhir siklus. Kegiatan penelitian yang telah
5. Data hasil pengamatan selama dilaksanakan dengan pemberian tindakan
pembelajaran berlangsung diperoleh yang relatif hampir sama dari tiap
dari rekaman atau foto dokumentasi siklusnya. Tindakan pada setiap siklus
siswa diambil pada setiap siklus. merupakan suatu upaya memperbaiki
Pengecekan keabsahan data dilakukan proses pembelajaran guna meningkatkan
untuk memeriksa bahwa data yang hasil belajar matematika siswa kelas VII–7
220
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
Nilai Tes
mempengaruhi penelitian atau sebagai 50
akibat dari penelitian, antara lain: 40
1. Pembelajaran dengan menggunakan 30
S ik lu s I
S ik lu s II
media pembelajaran software 20
S ik lu s III
komputer dapat meningkatkan hasil 10
0
belajar matematika siswa pada
SP SP SP SP SP SP SP SP
pokok bahasan Aljabar.
Penggunaan media pembelajaran 1 2 3 4 5 6 7 8
software komputer dapat meningkatkan S ik lu s I 80 83 65 60 50 50 48 35
hasil belajar matematika siswa. Nilai rata-
S ik lu s II 85 85 78 60 60 68 68 60
rata hasil belajar matematika siswa pada
siklus I sebesar 61,88 kemudian S ik lu s III 9 1 9 0 8 5 8 0 9 0 8 0 8 0 8 0
meningkat pada siklus II menjadi 72,84 S u b je k P e n e litia n
dan kemudian pada siklus III menjadi
84,08. Telah terjadi peningkatan selisih Gambar 4. Peningkatan Hasil Belajar Subjek
rerata nilai antara siklus II dan siklus I Penelitian.
sebesar 10,96 (17,71 %). Peningkatan
selisih nilai rata-rata hasil belajar siswa Nilai rerata hasil belajar matematika
antara siklus III dan siklus II adalah siswa selama proses siklus I hingga siklus
sebesar 11,24 (15,43 %). Kemudian terjadi III mengalami peningkatan. Terjadi pula
peningkatan selisih rata-rata nilai antara peningkatan hasil belajar para subjek
siklus III dan siklus I sebesar 22,2 (35,88 penelitian secara signifikan. Hal tersebut
%). Hal tersebut terlihat pada gambar 3. Ini menunjukkan bahwa pembelajaran
berarti bahwa hasil belajar matematika dengan menggunakan media software
siswa untuk setiap siklus antara tes akhir komputer dapat meningkatkan hasil belajar
siklus I hingga siklus III meningkat secara siswa.
siginifikan.
2. Strategi pembelajaran dengan
100
72,84 84,08 memanfaatkan media pembelajaran
80 software komputer di kelas adalah
61,88
60 siswa belajar mandiri menggunakan
software komputer dengan ditunjang
40 worksheet dan guru berperan
20 sebagai fasilitator.
Pelaksanaan pembelajaran dengan
0 media pembelajaran software komputer
Siklus I Siklus II Siklus III
setiap siklusnya mengalami perbaikan
Gambar 3. Nilai rerata Hasil Belajar Seluruh dengan tujuan mendapatkan hasil belajar
Siswa.
siswa yang terbaik. Berdasarkan siklus I
yang telah dilakukan, terdapat beberapa
Peningkatan secara signifikan
kekurangan pada proses pembelajaran
tersebut dapat terlihat lebih jelas
menggunakan software komputer, yaitu:
berdasarkan nilai yang diperoleh subjek
(a) software komputer yang digunakan
penelitian setiap siklusnya pada gambar 4.
adalah yang berjenis software tidak
Berdasarkan gambar 4, para subjek
interaktif.
penelitian mengalami peningkatan hasil
(b) Siswa lebih terfokus pada buku dan
belajar bila dibandingkan antara hasil
latihan soalnya.
belajar siklus I sampai dengan siklus III.
(c) Sebagian besar siswa tidak
berpartisipasi mengerjakan dan
berdiskusi dengan anggota
kelompoknya.
221
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
222
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
mengobservasi software komputer dan mengajar. Dari sisi guru tindak mengajar
worksheet yang diberikan. diakhiri dengan evaluasi hasil belajar,
e. Bentuk soal latihan haruslah dalam sedangkan dari sisi siswa hasil belajar
bentuk essay dan akan lebih baik merupakan puncak proses belajar”. 5
apabila dalam bentuk pemecahan Sehingga, peningkatan hasil belajar dapat
masalah, agar daya intelektual siswa terjadi setelah guru melakukan tindak
digunakan secara maksimal. mengajar. Tindak mengajar yang
dilakukan guru tidak terlepas dari sarana
PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN dan prasarana belajar serta strategi yang
diterapkan dalam proses pembelajaran.
Berdasarkan paparan data serta Sarana dan prasarana belajar yang
hasil-hasil penelitian, maka dilakukan digunakan adalah software komputer.
pembahasan hasil penelitian. Sedangkan strategi atau cara
Pembahasan dilakukan untuk memperoleh pembelajaran yang dilakukan guru adalah
informasi hasil penelitian yang dengan memberikan worksheet sebagai
sesungguhnya. Pembahasan hasil penunjang software komputer dalam
penelitian akan diuraikan sebagai berikut : pembelajaran dan guru berfungsi sebagai
1. Pembelajaran dengan menggunakan fasilitator. Berdasarkan hal tersebut di atas
media pembelajaran software dapat disimpulkan bahwa penerapan
komputer dapat meningkatkan hasil pembelajaran matematika dengan media
belajar matematika siswa pada pembelajaran software komputer sangat
pokok bahasan Aljabar. berpengaruh dalam meningkatkan hasil
Menurut Muhibbin, “Ada beberapa belajar matematika siswa.
faktor yang dapat mempengaruhi belajar
siswa secara umum, yakni faktor internal, 2. Strategi pembelajaran dengan
faktor eksternal, dan faktor pendekatan memanfaatkan media pembelajaran
belajar”. 3 Faktor internal berasal dari software komputer di kelas adalah
dalam diri siswa sendiri, antara lain tingkat siswa belajar mandiri menggunakan
kecerdasan, sikap, minat, bakat, dan software komputer dengan ditunjang
motivasi siswa. Sedangkan faktor worksheet dan guru berperan sebagai
eksternal berasal dari luar diri siswa yang fasilitator.
meliputi guru, teman-teman sekelas, Pelaksanaan pembelajaran dengan
masyarakat, tetangga, dan waktu belajar media pembelajaran software komputer
serta sarana dan prasarana belajar. Faktor setiap siklusnya mengalami perbaikan
terakhir yang mempengaruhi belajar siswa dengan tujuan mendapatkan hasil belajar
adalah pendekatan belajar dan strategi siswa yang terbaik. Berdasarkan siklus I
(kiat melaksanakan pendekatan) serta yang telah dilakukan terdapat kekurangan
metode belajar termasuk faktor-faktor yang pada penggunaan software komputer,
turut mempengaruhi belajar siswa dan yaitu software komputer yang digunakan
menentukan hasil belajar siswa. adalah yang berjenis software tidak
Hal tersebut sejalan dengan yang interaktif. Di samping itu, siswa lebih
dikemukakan oleh Suharsimi bahwa “hasil terfokus pada buku dan latihan soal yang
belajar dapat didefinisikan sebagai hasil ada pada buku. Sehingga, software
akhir setelah mengalami proses belajar, komputer yang ada menjadi tidak
dimana tingkah laku itu tampak dalam digunakan. Walaupun pada saat latihan
suatu perbuatan yang dapat diamati dan soal semua kelompok mengerjakan,
diukur”. 4 Sejalan dengan hal tersebut, namun sebagian besar siswa tidak
menurut Dimyati ”hasil belajar merupakan berpartisipasi mengerjakan dan berdiskusi
hasil dari suatu interaksi tindakan belajar dengan anggota kelompoknya. Masing-
masing dari mereka terlalu asyik dengan
3 soal yang ada pada buku tulis, namun
Muhibbin Syah, 2007, Psikologi Belajar, Jakarta:
Raja Grafindo Persada, h. 144.
4 5
Suharsimi Arikunto, 1997, Dasar-dasar Evaluasi Dimyati dan Mudjiono, 2002, Belajar dan
Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, h. 135. Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta.
223
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
masih ada siswa yang tidak berpartisipasi Dari ketiga siklus yang telah
dalam diskusi dan pada akhirnya hanya dilaksanakan, pada siklus III yang terlihat
menyerahkan pada teman sekelompoknya lebih baik dalam penerapan pembelajaran
yang telah berdiskusi untuk mengerjakan dengan menggunakan media
latihan soal yang diberikan, maka proses pembelajaran software komputer. Jadi,
diskusi tidak efektif. Suasana kelas dapat disimpulkan langkah-langkah yang
menjadi ramai karena siswa yang tidak dapat dilakukan di kelas agar hasil belajar
berdiskusi dan hanya mengobrol. matematika dengan menggunakan
Rangkuman yang dikerjakan dalam software komputer lebih maksimal sebagai
kelompok terkesan tidak serius siswa berikut:
mengerjakannya. Selain itu, guru sering a. Menyiapkan bahan ajar, dan software
kali turut serta menjelaskan materi yang komputer yang akan digunakan.
ada. Sehingga, peran guru sebagai Pemanfaatan software komputer harus
fasilitator antara software komputer dan menyiapkan terlebih dahulu bagian-
siswa sering terabaikan, namun dengan bagian dari software komputer yang
kesadaran sendiri guru sudah berjanji akan diobservasi siswa, sehingga siswa
untuk tidak memberikan materi di depan lebih terfokus saat observasi materi dan
kelas. pengerjaan worksheet selama
Berdasarkan hal di atas, pada siklus pembelajaran.
II dilakukan perbaikan antara lain software b. Mengkondisikan kelas, diantaranya
yang digunakan adalah software komputer menyiapkan laptop dan software
yang interaktif. Selain itu, masing-masing komputer untuk pembelajaran. Selain
siswa diberikan worksheet untuk itu, kepastiaan tersedianya listrik atau
dikerjakan dalam kelompoknya, tetapi baterei laptop.
pada kenyataanya masih ada siswa yang c. Belajar secara individu, yaitu siswa
tidak berpartisipasi dalam diskusi. mengobservasi software komputer dan
Sebagian besar siswa yang menerima mengerjakan worksheet masing-
worksheet dan tidak berdiskusi serta masing. Ini dimaksudkan agar siswa
mengerjakan sendiri worksheet yang nantinya dapat menentukan sendiri
diberikan, maka proses diskusi tidak yang akan dilakukan saat observasi
efektif. Menurut pendapat guru bahwa software komputer dan mencari rumus-
para siswa sudah cukup pandai dalam rumus untuk mengerjakan worksheet.
mengerjakan soal matematika dan hanya Selain itu, masing-masing siswa
latihan soal yang kurang untuk mereka, memiliki cara tersendiri dan berbeda
maka diskusi kelompok tidak perlu agar nyaman dalam belajar.
dilaksanakan pada siklus selanjutnya. d. Adanya worksheet untuk masing-
Software komputer dan worksheet yang masing siswa. Setelah siswa siap
ada sudah cukup bagus untuk digunakan belajar dengan laptopnya, kemudian
kembali. masing-masing siswa diberikan
Pada siklus terakhir tidak ada worksheet agar seluruh siswa
penggunaan kelompok dalam mengerjakan tugas yang diminta guru.
pembelajaran. Sehingga, setiap siswa e. Sebelum siswa mengerjakan
menggunakan laptop masing-masing worksheet, guru terlebih dahulu
untuk mengobservasi dan belajar mandiri menginformasikan bagian-bagian dari
dengan software komputer. Pemberian software komputer yang harus
worksheet juga tetap dilakukan. Hal diobservasi, agar siswa memahami apa
tersebut ternyata dapat membuat kelas yang sedang mereka kerjakan.
sangat kondusif dan tenang. Fokus siswa f. Guru hanya mengarahkan, melayani
selama pembelajaran berlangsung hanya pertanyaan, serta menjadi pemberi
tertuju kepada software komputer dan kemudahan bagi siswa (fasilitator).
worksheet. Selain itu, fungsi guru untuk g. Beri kesempatan siswa untuk
memperjelas maksud tulisan yang ada berdiskusi dengan siswa lain maupun
pada software komputer dan worksheet dengan guru dan menemukan sesuatu
telah berjalan dengan baik. dari software komputer yang mereka
224
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
225
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
226
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
Oleh:
Afian Akhbar Mustam *)
afianakhbar@gmail.com
Ainin Atrah al Ghazie *)
Norzeliana Idris *)
Nor Hasnida Che Md Ghazali *)
ABSTRAK
Sikap penangguhan akademik adalah satu sikap yang sudah menjadi kebiasaan, terutama
dalam suasana sekolah. Ini mendatangkan lebih keburukan daripada kebaikan. Kajian ini
dijalankan bertujuan untuk mengenalpasti tahap kecenderungan penangguhan akademik
pelajar Tingkatan empat di tiga buah sekolah di Melaka. Seramai 291 orang pelajar yang
terlibat dalam kajian ini yang terdiri daripada 121 orang pelajar lelaki dan 170 orang pelajar
perempuan. Kajian yang dijalankan berbentuk kajian tinjauan menggunakan soal selidik. Alat
kajian yang digunakan ialah soal selidik yang terdiri daripada skala penangguhan
akademik (Tuckman Procrastination Scale instrument) yang terdiri dari 35 item yang telah
dibina dan ditentusahkan oleh Tuckman (1991). Data yang diperolehi telah dianalisis
menggunakan statistik deskriptif seperti min, sisihan piawai, frekuensi dan peratusan serta
statistik inferensi seperti korelasi Pearson, ujian t dan ujian ANOVA-satu-hala. Dapatan kajian
menunjukkan sikap penangguhan akademik pelajar secara keseluruhannya berada di tahap
tinggi. Terdapat hubungan yang signifikan antara sikap penangguhan akademik dan pencapaian
matematik pelajar. Seterusnya, terdapat perbezaan yang signifikan bagi sikap penangguhan
akademik merentas aliran pembelajaran. Implikasi dari sikap penangguhan akademik terhadap
pencapaian pelajar dan beberapa kaedah yang efektif dalam menangani sikap suka
menangguhkan kerja juga dibincangkan. Cadangan kajian lanjutan adalah untuk melihat
hubungan sikap penangguhan akademik pelajar dengan pembolehubah personal dan
kekeluargaan pelajar seperti tahap pendidikan pelajar, tahap pendidikan ibu dan ayah atau
bilangan adik beradik dalam keluarga.
Kata kunci: Sikap Penangguhan Akademik, pencapaian matematik, pelajar aliran sains,
Tuckman Procrastination Scale.
INTRODUCTION
227
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
228
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
229
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
However, such attitude does lead agree with Owenie and Harray and believes
the students to get themselve fail in their that procrastination can be used to refer to a
exams. This state of affair has be stated scenario about the tendency to delay when
in several studies as the attitude of doing something. This scenario can be seen
academic procrastination has diffrences when someone keen to have his or her
in term of significant results which are pleasure time with friends or watching
related to the students’ archicvement television rather than doing revision for the
(Trabant, 2006). The attitude does mkae upcoming exams.
the students to get worry yet they seem Badura (1986) states that those who
to be a procrastinator and as a result are having the attitude of procrastination
they fail to complete their task, keen to have low self esteem, no sense of
effectively. Besides that, the tendency of efficacy and afraid of being defeated. In fact,
having the attiude of academic most of those who are having such attitude
procrastination can be seen in term of keen to feel secure and cozy in their own
sexes, education strem and race. comfort zone rather than upgrade
themselves. For Noran( 2000), those who
Literature Reviews are having such attitude probably have time
management and not react faster especially
Procrastination means the attitude when doing something.
which can be seen when someone tries Schouwenburg,(2004), says that
to delay his or her tasks, taking time to procrastination affects other tasks which
complete his or her tasks and also keen have to be done by someone and such
to do last minute tasks. Lay (1986) says attitude do reflects to the capability of
that the sense of being procrastinate someone to complete any task given.
means that someone is fail to complete Ferrari, Johnson & McCown, 1995;
his or her task. This state of affair is also Oçallaghan & Newbegin, (2005) believe that
referring to a situation where someone the attitude exists and it is a part of society
unable to archive his or her target. and this statement can be associated with
Owenie and Harray (1993) state that the ideology of Schouwenburg (2004) as he
procrastination is a wasteful attitude states that 20% of adults keen to have
because such attitude would lead procrastination attitude and this can be
somebody to do something in last happened when they want to make bill
minute. What’s more, Noran( 2000) does
230
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
payment, have medical check-up and sense of failure. Harriot dan Ferrari (1996)
also pay the tax. find that 15% to 20% of adults claim that
McCown and Johnson (1989), they get annoyed with such attitude which
state that 25% of adults claim that always be carried forward from a year to
procrastination is considered as a big another. They also worry if their children will
problem for them and 40% of them state get use to the attitude when they be in
their financial status is declined. This school. Ferrari et. al (2005) notices that 25%
data are similar to other data which are of students claim that procrastination is not
related to procrastination as such attitude only affecting their academic performance
is a common thing in society. On the yet the quality of life is decreased because
other hand, the attitude of academic of the attitude. Both Dewwitte &
procrastination among the students is Schouwenburg(2002) agree that those who
very serious as it affects the students’ tend to be a procrastinator will be
achievement. Besides that, the students associated with someone who is fail in his or
keen to have plenty of time when in her undertakings.
school yet Rosario et al.( in press) claims Collins, Onwuegbuzie, Jiao (2008)
that schools do allocate certain times for state that university students of America
the students to complete their tasks. The have negative interconnection between
students’ archivments are their reading abilities with the attitude of
interconnected with their academic academic procrastination. So, such attitude
performances. As for Plessis (2006), does not show significant relationship with
being procrastinator will keen to lead academic archivment. Bruinsma and Jansen
everyone of the students to dealy their (2009) from University of Dutch claim that
revision and also study. Due to this fact, those students who have less influences of
the students performance in academic procrastination would complete their
seem to be declined and less quality. diploma program earlier. In Netherland,
Schouburg, (2004), claims that the such state of affair would be common
study of procrastination attitude among among students who intended to get their
students have been done since 1980s. diploma within a year, offically. In order to
Since 1980s, there are ample of complete diploma courses the students only
researches which show that the need to complete the basic courses and
relationship of procrastination with their early archivement will also affects the
students’ academic performance is furture archivement during the diploma
negative and such fact is supported by courses.Thus, the procrastination attitude
solid evidences. As for Orpen’s (1998), will give negative impact on students’
such attitude has negative relationship archivement.
with the outer motivation of Australia Many researchs show negative result
secondary studnets yet it has positive about the relationship of procrastination and
relationship with inner motivation among students gred and GPA which is the main
the students. This happens due to the element for academic archivment. Zarick
fact that when the students are in (2009), this state of affair can be proven as
learning process then their motivation is he conducts a study on America students
interconnected with the process and this and finds that the attitude of procrastination
is very important for them to give the best tends to lead the students to have less
for their academic performance. quality of work, delay in handing in their
Haycock, McCarrhy & Skay (1998), assigments and get the lowest gred in
claim that procrastination leads the schools. Klassen, Krawchuk dan Rajani
students become irresposible to their (2008) find that there is a negative
tasks. Mandel & Marcus (1998) believe correlation between the academic
that procrastination is closely to the procrastination with the students’ gred. Also,
231
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
232
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
SPSS is also used to do inferens are females. Generally, this study uses 214
analysis for to gain results for Pearson Malay respondents, 55 respondents are
correlation, t-test,and One-way Anova. Chinesess and another 22 respondents will
be Indian. Out of 291 respondents, there are
The Findings of The Study 153 science stream studens yet 138 will be
This study has 291 respondents art stream students and this is stated in the
and out of 121 are males however 170 Table 2.
Chinese 55 18.9
India 22 7.6
The table 3 shows the PMR results for mathematic as it shows that 79 students get A, 90
students get B, 72 students have C and another 50 students manage to get only gred D.
B 90 30.9
C 72 24.7
D 50 17.2
233
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
The findings of the study show that all students have the attitude of academic
procrastination at certain levels based on the responds which are found from the study. The
table 5 shows that the percentage of score for min and the level of academic procrastination
for every item. Generally, each of the item shows the lowest score which means that the
level of academic procrastination is higher.
Table 5: The Percentages of Score for Min By The Students Towards The Items Which Are
Used To Test The Academic Procrastination And Also Together With Its Level.
Percentage Level of
Items
No of score for academic
min procrastination
I have not need to do my task urgently even though 59.4 higher
1
it is very urgent.
higher
2 I will delay to my do taks if it is not interesting to me. 56.6
63.0 higher
3 I will complete my taks at last munites.
62.2 higher
4 I keen to delay when i need to do a tough decision.
67.6 higher
5 I keen to delay when i start to do new activities.
78.2
6 I do panctual when i do something. medium
I keen to delay when i try to improve my works 61.6 higher
7
quality.
My taks will be my priority even though i have my 66.2 higher
8
routine.
I can get any excuses in order for me not to do any 67.0 higher
9
task.
I reject any kind of task given to me when i feel that i higher
10 59.0
cannot do it well.
I will alocate enough time to complete any task even higher
11 62.6
though it may feel boring as studying.
I will stop from doing any task when i feel am getting higher
12 51.2
bored.
medium
13 I believe i can do the best for any task, passionately. 81.0
I will stop from doing a task if i feel that it may not higher
14 47.2
worth to me.
234
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
I believe that other people will not have any right to higher
20 64.4
determine when will be my due ffor my task.
higher
21 Studying makes my life miserable. 75.8
I love to waste my times yet i have no idea what higher
22 73.8
should i do.
I will get my self delay in doing the something which
higher
23 is tough. 63.6
235
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
The result for the relationship academic procrastination with the students’
between academic procrastination with achievement in mathematic is 26%.
mathematic is via Pearson correlation However the significant value (p) is 0.000
test gained and the study has the and this value is smaller from the
correlation coefisien which is 0.862.This determined value of significant which is
shows us that the relationship between significant (0.01) which causes the first nol
academic procrastination and hypothesis is rejected . This scenario
achievement in mathematic is higher shows that the relationship between the
(Sherri L. Jackson 2003). This state of procrastination academic with the students
affair shows that if the tendency of achievement in mathematic is significant
academic procrastination is higher so the The result for data analysis can be seen as
achievement of the students in in Table 6.
mathematic will be lower and vice versa. Table 6:The relationship between academic
So, the correlation of this state of affair is procrastination with students’ achievement
r2 = 0.26. Thus, this shows that the total in mathematic
of variants which is shared by variable of
236
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
The ANOVA One- Way is used to Table 9. The result of this ANOVA One-Way
understand whether there is a significant is stated as in Table 10.
difference of score for min toward
academic procrastination based on race. In The sample of this study is ( n = 291),
this study, there will be 3 groups of race will the scores of academic procrastination
involve such as Malay, Chinese and between 3 groups of student show that there
Indian. The result of this study which is no significant difference to be found in this
consists of multi respondents, score of min, study..
and standard derivation are stated as in
Table 9 : The scores of min and standard derivation about the scores for academic
procrastination based on race
Race N Min Std Dev
Malay 214 3.192 0.382
Chinese 55 3.170 0.340
India 22 3.205 0.347
Table 10: The ANOVA-One-Way to determine the diffrence of scores for academic
procrastination based on race.
Variants Causes Sumof Dk Variant F Sig
Square
Cross groups 0.027 2 0.014 0.098 0.907
Within groups 39.858 288 0.138
total 39.885 290
237
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
Bruinsma & Jansen (2009). From the higher min compared to other Malay (3.192)
aspect of sex, male students keen to and Chinese(3.170) group. Thus, this study
show a close relatiobship of academic concludes that Indian has the highest
procrastination with mathematic predisposition of academic procrastination
achievement. This can be clearly compared to Malay an Chinese.
understood by referring to the correlation Procrastination in academic is not
state as it is has negative relationship really a root of attitude issues but it is a
between academic procrastination and complex pattern of attitude which occurs in
mathematic achievement which is many times and such attitude comprise the
stronger compared to females. The aspects of emotion, thinking, action and this
finding of this study does agree with the attitude becomes usual especially to those
study which is conducted by Gropel & who keen to delay their task (Wikibooks
Steel (2008) as they claim that males 2006). In order to get rid of this attitude, it is
keen to have high predesposition to have not as easy as it thought because the
procrastination compared to females. students should be able to control their
Besides that, the finding of this study is tendency to delay their task. The first step
also supported by Zarick dan they can do is to understand themselves
Stonebraker (2009). and get to know their weakness while doing
What’s more, the relationship of their tasks. They should develop their
academic procrastination with the emotional strength, control their thinking,
achievement of students in mathematics, time management, and the ability to
by taking into account the aspect of complete their task immediately(Wikibooks
education streams, shows that the score 2006).
of min of science stream students is ( Few practical suggestion to be
min = 3.23 ) which is higher than those applied by the students is to start with a
who are from art stream( min = 3.14 ). single step before they can reach their
This can be interpreted as the science ultimate target. The students should prepare
students keen to have high their daily plan systematically and try their
procrastination in mathematic compared best to complete it on the day it is required
to art stream. This can be happened due to be completed. If the students unable to
to the learning load they have, for comply with such suggestions then they
example taking additional mathematic, keen to complete their tasks on the next
which is a bit harder to be learnt following day. Besides that, the students
compared to mathematic. The finding who have procrastination attitude must get
from this study shows contradiction with themselves to do simple task before they
the other research findings which are ready to complete the other challenging
stated by Vodanovich & Rupp (1999) and tasks. The successful of the works they
Zhang & Zhang ( 2007). Ini their study, have done will motivate them to do other
they find that there is no diffrence challenging tasks and at the same time they
between academic procrastination with will be able to build up their confident level
science stream students and with also while doing their academic tasks. One of the
with those who are from art stream. main reasons why people keen to avoid
An analysis is also conducted in themselves from doing academic tasks is
this study in order to understand if there because they have less confident in doing
is a relationship between the score of such tasks and this is stated by Plessis
academic procrastination crosses races (2006). Less confident within someone will
which are Malay, Chinese and India. lead him or herself to avoid him or herself to
Based on the finding, the study finds that complete any kind of task which is basically
Indian group with the score ( min = 3.205 can be done by him or her.
) shows that this group has the most
238
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
239
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
240
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
Oleh:
Almasri *)
al_unp@yahoo.co.id
Muhammad Adri *)
mhd.adri@unp.ac.id
ABSTRACT
PENDAHULUAN
241
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
242
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
243
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
244
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
245
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
246
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
247
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
Terdapat dua metoda untuk masuk Learning sesuai dengan buku Pedoman
ke dalam sistem : Akademik yang diterbitkan oleh BAAK
a. Masuk melalui Link Mata Kuliah UNP semester Juli – Desember 2009,
Seorang user bisa saja sudah berada seperti terlihat pada Gambar 13.
pada halaman kategori mata kuliah
yang akan diaksesnya, maka untuk
masuk ke dalam mata kuiah tersebut,
user dapat mengklik dua kali pada
judul mata kuliah tersebut.
248
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
Hefzallah, Ibrahim Michael. (2004).The Pratt, Keith and Pallof, Rena M. (2003).
New Educational Technologies and The Virtual Student : A Profile and
Learning, Springfield, Illionis, USA : Guide to Working with Online
Charles C Thomas Publisher, Ltd. Learners, San Francisco, USA :
Jossey-Bass an Imprint of Wiley
Khan, Badrul . (2005). Managing E-
Learning Strategies: Design, Shanks, Patty and Amy Sitze. (2004).
delivery, implementation and Making Sense of Online Learning,
evaluation. Washington : A Guide for Beginners and the
Information Science Publishing. Truly Skeptical. San Francisco,
USA : Pfeiffer, John Wiley & Son,
Long, Huey B. (2004). E-Learning : An
Inc.
Introduction dalam Getting The
Most from Online Learning, Editor Turmel, Wayne. 2004. Managing
by Piskurich, George. M. San Distraction for E-Learner, on
Francisco, USA : Pfeiffer, John Getting The Most from Online
Wiley & Son, Inc. Learning, Editor by Piskurich. San
Francisco : Pfeiffer, an imprint of
McNaught, Carmel, Poon, Paul W.T and
Wiley.
Ching, Hsianghoo Steve. (2006).
Issues in Organizing and Wright, Maurice, W. (2004). Creating and
Diseeminating Knowledge in The Using Multiple Media in Online
21th Century, dalam Ching, Course, dalam Monolescu,
Hsinghoo Steve at.al (Ed). Dominique, et.al. (Ed) : The
eLearning and Digital Publishing, Distance Education Evolution :
Netherland : Springer. Issue and Case Studies, Harshey,
PA, USA : Information Science
Piskurich, George, M. 2004. Chat Rooms
Publishing.
and Discussion Board, on Getting
The Most from Online Learning,
Editor by Piskurich. San Francisco :
Pfeiffer, an imprint of Wiley.
249
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
250
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
Oleh:
Asmar Yulastri*)
ABSTRACT
Medium of instruction is one important element in learn and learning that can
enhance the learning process, which in turn is expected to enhance learning outcomes.
There are several reasons why the medium of instruction to enhance learning outcomes.
The first reason is to benefit the medium of instruction in the teaching process can
produce a more varied teaching methods, teaching materials will be more clear, to attract
the attention of students and generate motivation to learn. The second reason is related to
the level of human thinking and the ability to absorb different materials in accordance with
their level of development of each individual. Through appropriate learning media abstract
things can be concrete and complex things can be simplified, so that the student's
understanding to a material can be improved.
In developing an instructional media for distance learning, should always refer to
the domain of technology teaching, through the elaboration of each element in it Ely
(1996). In relation to the distance learning using the internet facility with the e-Leaning
should be made as one of teaching technology, especially implemented as a medium of
communication process information that is in education.
In practice, the use of techniques and instructional media utilization also provide
a great share in attracting the attention of students in the PBM, because basically the
media has two main functions, namely the media as a tool and the media as a source of
learning for students (Djamarah, 2002; 137 )
Completion or update instructional media in accordance with the demands of the
development of scientific material can be done periodically. In addition, the refinement of
method of presenting learning material can also be done either based on feedback from
learners as well as on the assessment results of teacher / lecturers as the person in-
charge or the builder's own learning materials.
PENDAHULUAN
251
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
252
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
253
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
254
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
255
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
256
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
257
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
Rice IV, William H. (2006). Moodle, E- Wetzel, Karen A. (2006). Developing and
Learning Course Development : Managing a Professional
A Complete Guide to successfull Development Distance Learning
learning using Programme : The ARL/OLMS
Moodel.,Birmingham, UK : Pack Online Lyceum, dalam Ching,
Publishing. Hsinghoo Steve at.al (Ed).
eLearning and Digital
Shanks, Patty and Amy Sitze. (2004).
Publishing, Netherland :
Making Sense of Online
Springer.
Learning, A Guide for Beginners
and the Truly Skeptical. San Wright, Maurice, W. (2004). Creating and
Francisco, USA : Pfeiffer, John Using Multiple Media in Online
Wiley & Son, Inc. Course, dalam Monolescu,
Dominique, et.al. (Ed) : The
Stone, David E, and Koskinen,
Distance Education Evolution :
Canstance L. (2002). Planning
Issue and Case Studies,
and Design for High Tech Web-
Harshey, PA, USA : Information
Based Training, Boston : Artech
Science Publishing
House
Turmel, Wayne. 2004. Managing
Distraction for E-Learner, on
Getting The Most from Online
Learning, Editor by Piskurich.
San Francisco : Pfeiffer, an
imprint of Wiley.
258
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
Oleh:
Asnul Dahar Minghat
asnul@utm.my
Ruhizan M.Yasin
ruhizan@ukm.my
ABSTRACT
The development of a high quality education system in Malaysia is among the country's
priorities. It is focused on the development of a human capital that is experienced, skilled,
progressive and exhibits high moral and ethical values. The Education Development
Master Plan (EDMP) 2006-2010 adopted by the Ministry of Education introduced 22
elective Vocational Subjects (VS) to the secondary school curriculum in order to develop
vocational skills that would prepare students for skilled and semi-skilled work after school
to underpin the economic development of the country. This study is to identify the key
elements which support the sustainability of Vocational Subjects in secondary schools in
Malaysia based on the strategies outlined by the International Centre for Technical and
Vocational Education and Training (UNEVOC) based in Bonn, Germany. Twelve panels
of experts in the field of Technical and Vocational Education in Malaysia have been
involved in a study involving four rounds Dephi. In the first round of interviews were
carried out on a panel of experts based on the interview protocol. The results of interviews
conducted found that ICT skills are one of the elements for the sustainable of VS in
secondary school. Subsequently a questionnaire was developed with an expert panel
through the second round Delphi study to the fourth round. Questionnaires completed will
be evaluated by teachers VS for their perception of ICT skills in the sustainability element
of the VS in the secondary school
PENDAHULUAN
259
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
260
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
261
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
262
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
diberi peluang untuk meneliti setiap item sekiranya tahap kesepakatan yang tinggi
dengan mendapatkan penjelasan dalam kalangan pakar telah dicapai dan
mengenai istilah yang kurang difahami. maklumat yang diperlukan telah
Selanjutnya, mereka telah berinteraksi diperolehi atau persetujuan awal
dengan instrumen soal selidik selama mengenai bilangan pusingan telah
dua minggu bagi menyatakan berjaya ditamatkan oleh pengkaji.
persetujuan, komen dan membuat
sebarang penambahbaikan terhadap HASIL DAN PEMBAHASAN
item instrumen soal selidik.
Profil Peserta Kajian Delphi
Pusingan ketiga Kajian Delphi
Seramai lapan orang staf akademik dari
Bagi pusingan ketiga, peserta panel Institut Pengajian Tinggi Awam Dan
pakar yang dibentuk oleh pengkaji telah Swasta, seorang pensyarah IPG, dua
diminta sekali lagi untuk memberi orang pegawai pelajaran dari
persetujuan terhadap item yang telah Kementerian Pelajaran Malaysia dan
dianalisis dalam pusingan yang seorang guru pakar telah dilantik
terdahulu tanpa menambah sebarang menjadi panel pakar kajian Delphi.
item yang baru. Alasan akan diberikan
sekiranya tahap persetujuan mereka Dapatan Kajian Delphi Pusingan
menjangkaui skala persetujuan majoriti Pertama – Temu bual
bagi sesi pusingan terdahulu.
Ringkasnya, sesi pada pusingan ketiga Temu bual yang telah dijalankan adalah
bertujuan untuk merapatkan jurang berdasarkan protokol temu bual yang
perbezaan pandangan dalam kalangan telah disediakan oleh pengkaji. Strategi
peserta panel pakar kajian Delphi. kelestraian pembangunan Pendidikan
Teknik dan Vokasional dan Latihan
(UNESCO, 2004) telah dijadikan asas
Pusingan keempat Kajian Delphi kepada pembentukan protokol temu
bual. Kemahiran ICT telah dikenal pasti
Tujuan pusingan keempat diadakan sebagai salah satu elemen kelestarian
adalah untuk merapatkan jurang MPV di sekolah menengah harian.
perbezaan pandangan dalam kalangan Berikut adalah petikan daripada Informan
peserta panel pakar yang dibentuk oleh atau panel pakar pada pusingan
pengkaji terhadap soal selidik yang telah pertama.
dianalisis pada pusingan ketiga.
Akhirnya, pada pusingan ini kesemua “Dia nak repair kereta, kereta makin lama
item soal selidik telah mencapai tahap makin complicated. Everythings is
kesepakatan yang tinggi dalam kalangan automatic sekarang. Dia nak tahu kena
pakar. picit mana…everythings is computer.
Dia kena faham sikit apa dia ICT. Ha,
Tindakan pengkaji untuk kita selalu tak bagi pelajar ni ICT.
memberhentikan bilangan pusingan Pelajar ni, dialah yang patut banyakan
apabila telah mencapai tahap komputer”… (Informan 4)
kesepakatan yang tinggi adalah selari “Dan… nak tak nak, kita perlu
dengan pendapat (Martino 1972; memasukkan elemen kemahiran ICT.
Delbecq et. al (1975); Ludwig 1997; Nilai-nilai kemahiran ICT tu, dapat
Bauder 1999). Pada pendapat mereka memudahkan, mempertingkatkan
bilangan pusingan dalam sesebuah kapasiti kita, sebagai pekerja yang
kajian Delphi yang mantap adalah antara mempunyai ilmu pengetahuan”
dua hingga sepuluh pusingan bagi ….(Informan 9)
menghadkan dapatan yang menepati
tujuan dan objektif kajian. Namun,
proses pusingan tersebut akan terhenti
263
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
264
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
265
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
266
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
Oleh:
Aswardi *)
ABSTRAK
PENDAHULUAN
267
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
268
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
269
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
270
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
Guest Melihat
Berita
Administrator Memasukkan
Artikel dan
Artikel dan
Berita
Berita
Memasukkan Kursus
Kursus
Memasukkan Dosen
Dosen
Memasukkan
Materi Kursus Materi
Mengikuti
Ujian Nilai ujian
Mengikuti
Perkursusan
Memasukkan
Fitur lainnya Forum
Game
Chat
Dan lain lain
271
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
272
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
273
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
274
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
Oleh:
Bilqis Amaliah
bilqis@if.its.ac.id
Sabrina Tri Lestari
oxy.brina@gmail.com
Isye Arieshanti
arieshanti@if.its.ac.id
Henning TC
henning.its@gmail.com
ABSTRACT
Interference occurs when a passenger will take a seat but blocked by another passengers.
Total interference is influenced by the arrangement of passenger boarding. One way to
reduce the interference is by arranging the boarding passengers into groups. In this
arrangement, the passengers who have rear seat will enter first. Next, it followed by the
passengers who have the front seat. This arrangement that based on group is known as a
boarding strategy model. This paper will present some models of boarding strategies that
can reduce interference between passengers. Quadratic approach is used to model the
seating arrangement based on the group. The type of aircraft that is used is Embraer ERJ-
190. The results of this study show that the interference time of boarding model with 3
groups is 33.96% faster than that of the model without the group.
INTRODUCTION
Efficiency of aviation is needed at this interference (Van den Briel et al., 2005). By
time. Many airlines are reducing flight reducing the amount of interference will
routes due to competition in the aviation also reducing boarding time, so that
world is very tight. Airline get profits when automatically reducing turn around time
the plane was in the air, so that the current which will increase profits for airlines.
challenge is how to have a plane not too Total interference is influenced by
long in the land. Turnaround time is the how the arrangements entered into the
total time from arrival to departure the next passenger when the plane. There are
plane (Van Landeghem and Beuselinck, currently no arrangements passengers
2002; Bazargan, 2006). Some things that when entering the plane. One way to
affect the length of the aircraft on the reduce the amount of interference is to
ground is the time down passengers, divide the passengers who boarded the
loading and unloading of goods, refueling plane into several groups, where the
and boarding time (Bazargan, 2006). passenger who sat behind going into the
Boarding time is affected by the first plane compared with the passengers
interference between passengers. who sit in front. Models based on group
Interference occurs when a passenger blok seating arrangement is known as a model
other passengers who will sit. There are boarding strategy.
two interference thereare aisle and seat
275
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
Research on the boarding had been who sat on chairs near the aisle had to
done by Van den Briel and Bazargan. stand for a second passenger seat can be
Model strategy boarding undertaken by occupied (Van den Briel et al ., 2005). The
Van den Briel is use a cubic equation underlying Seat Interferences Model is a
approach, while changes made Bazargan combination of scenario possibilities that
is a linear equation approach, so that in this occur on the most minor incident during a
paper will be used quadratic approach. disturbance. Where this incident occurred
This paper will present some models in a seat that is on the same section and
of strategies boarding that can reduce row. Passengers who took part in a group
interference between passengers. marked by x.
Quadratic approach is used to model the There are two seat interference
seating arrangement based on the group. scenario at Embraer ERJ-190 aircraft, they
Type of aircraft that is used is the Embraer are :
ERJ-190 with two seating arrangement on a. Two passenger in the same group and
the left and two on the right, the number of the same side (xx).
lines by 27 lines.
In this scenario, two passenger who are
Embraer ERJ-190 in the same group will sit at the same
side, the model of this problrm :
Aircraft Embraer ERJ-190 is an aircraft
that has a passenger capacity of 108
passengers, and only consists of one class,
namely economic class. Embraer Aircraft
ERJ190 have layout as shown in Figure 1,
the seat aircraft were given a combination
of numbers and letters to identify the
position of chair
(http://www.seatguru.com/airlines/China_Ai
rlines/China_Airlines_Embraer_190.php). Figure 2. Illustration Seat Interferences (xx)
Combination consists of a combination of
columns and rows. Column marked letter b. Two passenger will sit at the same side
A, B, C and E. Column A and D are but different group (x_x).
identified in the chair near the window If k,l K where k < l, then the model :
(window), while B and C is the seat
identified in the area near the cabin aisle
(aisle). Rows in the cabin starts from 1 to
27.
Aisle Interferences
Figure 1. Layout Embraer ERJ-190 Aisle interference is interference that
occurs in the aisle cabin (aisle). This
occurs when the passenger who was
Seat Interference
heading for his seat obstructed by other
Seat interference is interference that passengers in the cabin aisle, for example,
occurs when the passenger would sit. This there are passengers on luggage entering
occurs when the passenger with a seat the aircraft cabin (Van den Briel et al.,
near the window or in the middle will sit, but 2005). The smallest incident was when one
the passengers who were already passenger was blocked by other
occupying the aisle seat, so passengers passengers in the cabin aisle.
276
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
ii. Two passenger will sit at the same Figure 8. Illustration Aisle Interferences
row and the different side (xx_sr_ds). Between Group (xy_sr_ds)
If u,v J where u L and v R, then
the model : iii. One passenger will sit at the highter
number sit (xy_hr).
277
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
278
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
files (*. txt). These files can be uploaded conventional model, example : back to
via the Neos Server website (www.neos- front. Besides compared to the back to
server.org/neos/solvers/minco:MINLP/AMP front will also be compared with the model
L.html). without the group.
From table 4 shows that the total
interference with quadratic approach is
better than back to front. Total interference
QP-E3 which is divided into 3 groups
33.96% better when compared with no
group.
System Desain
Table 4 Seat & Aisle Interferences for Embraer ERJ-190 Eithout Grup, Model QP and BF
Grup 1 QP-E3 QP-E4 QP-E5 QP-E6 E-BF3 E-BF4 E-BF5 E-BF6
Seat Interferences
Economi class (xx) 27 0 0 0 0 27 27 27 27
Economi class (x_x) 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Aisle Interferences
Within Group
Same row dan 1 0 0 0 0 3 4 5 6
same side
Same row dan diff 2 1.556 0 0.649 1 6 8 10 12
side
Different row 52 51.722 52 51.175 50.5 48 46 44 42
Between Group
Same row dan 0 0.028 0.016 0.006 0.009 0 0 0 0
same side
Same row dan diff 0 0.042 0.095 0.118 0.127 0 0 0 0
side
Different row 0 0.803 1.444 1.509 1.664 0 0 0 0
Total Seat 27 0 0 0 0 27 27 27 27
Interferences
Total Aisle 55 54.151 53.555 53.457 53.3 57 58 59 60
Interferences
Total Interferences 82 54.151 53.555 53.457 53.3 84 85 86 87
Acknowledgement
CONCLUTION AND SUGGESTION
This research is funded by ITS
Conclution Research Grand 2011
From the implementation, it can be taken
several conclusions as follows:
a. Several models of sit arragement References
based on the group for the Embraer
ERJ-190 aircraft can be produced by Amaliah, B., Hariadi, V., Barus, A.M.
quadratic approach. “Strategi Boarding untuk
b. Strategy boarding with six group (QP- Mengurangi Jumlah Aisle
E6) is the most optimal, which can Interference Antar Penumpang”,
reduce 38.74% of interference time Seminar Nasional Teknologi
compared to the model of back to Informasi dan Aplikasinya 2010
front (E-BF6). (SENTIA 2010), 11-12 Maret 2010,
c. Total interference time of QP-E3 Politeknik Negeri Malang
which is divided into 3 groups is (Polinema) Malang.
33.96% faster than that of no group. Bazargan, M., 2006. A linear
d. Compare to other boarding strategies programming for aircraft boarding
models, this proposed model can strategy. European Journal of
diminish seat interference and hence Operational Research 183, 394–
the interference only caused by the 411.
aisle interferences. China Airlines Embraer ERJ-190 (E90)
(http://www.seatguru.com/airlines/C
Suggestion hina_Airlines/China_Airlines_Embr
The suggestions that can be given are as aer_190.php) diakses, 21 Maret
follows: 2010
a. Implementing model in the real NEOS Server MINLP
plane, so that can know the results (http://www.neos-
of actual interference. server.org/neos/solvers/minco:MINL/
b. Integrating between Neos Server AMPL.html) diakses, 25 Maret 2010
and Visual Studio 2008.
280
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
Van den Briel, M.H.L., Villalobos, J.R., Van Landeghem, H., Beuselinck, A.,
Hogg, G.L., Lindemann, T., Mule´, 2002. Reducing passenger
A.V., 2005. America west airlines boarding times in airplanes: A
develops efficient boarding simulation based approach.
strategies. Interfaces 35, 191–201. European Journal of Operational
Research 142, 294–308.
281
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
282
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
Oleh:
Burhanuddin Dirgantoro, Ir., MT.
brh@ittelkom.ac.id
Erwin Susanto, ST. MT
ews@ittelkom.ac.id
Yatna Supriyatna, Dian Fawaik & Faizatul Lutfiyah
ABSTRACT
Microcontroller systems are electronic systems that control many other devices. This
sistem is also one of the devices should be well understood by the students of Electrical
Engineering. Making the minimum system microcontroller should be done to get a cheap
system that can be duplicated easily, for the sake of mastery of subject Microprocessor
and Interfacing.
This research aims to design a minimum of MCS-51 system, a highly popular
microcontroller, which is integrated with the AVR ATMega, a microcontroller of the newer
generation. With this research, the expected process of mastery of Microprocessor and
Interface can be done easier, and a higher level of mastery of the material. This study
succeeded in designing and making a minimum system that can control the LEDs,
keypad, seven segment and LCD, and can be duplicated easly by the students, especially
the assistants of Microprocessor Laboratory. So, the practical module can be provided
cheaply.
*) Program Studi Sistem Komputer, Fakultas Elektro & Komunikasi, IT Telkom Bandung
PENDAHULUAN
283
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
untuk membantu pemakai dalam dan parallel, ADC, kendali interrupt, dan
menguasai teknologi mikrokontroler sebagainya, tergantung pada tipe
terbaru, tanpa melupakan seri yang mikrokontroler yang digunakan.
lama. Beberapa keunggulan teknologi
mikrokontroler diantaranya adalah
Rumusan Masalah keandalan yang tinggi, mudah
Penelitian ini dilakukan untuk berintegrasi (compatible) dengan
mendapatkan rancangan sistem peralatan elektronik lain, ukuran yang
mikrokontroler yang terintegrasi antara semakin kecil dengan fitur yang makin
MCS-51 dan AVR ATMega. Hal-hal yang lengkap sehingga biaya pembuatan yang
terkait langsung dengan tujuan tersebut relatif lebih murah, dan konsumsi daya
adalah pemahaman mengenai tata letak listrik yang rendah.
sistem minimum yang efisien dan
memudahkan pemakai dengan aplikasi 1. Arsitektur MCS-51
yang mencakup perangkat input/output Mikrokontroler dengan arsitektur
berupa keypad, LED, seven segment MCS-51 merupakan salah satu jenis
dan LCD serta ISP sebagai port untuk arsitektur mikrokontroler yang paling
memasukkan perangkat lunak. banyak digunakan, Berbagai seri
Perangkat input/output yang mikrokontroler berarsitektur MCS-51
dibangun menrupakan perangkat telah diproduksi oleh berbagai vendor,
pendukung aplikasi yang lain yakni timer salah satu fabrikasinya adalah Atmel dan
counter dan komunikasi serial. Dalam digunakan di dunia termasuk Indonesia
perancangannya, komponen penyusun sebagai mikrokontroler dengan kinerja
sistem minimum ini dibuat dalam jumlah yang tinggi dan harga relatif murah.
seminimum mungkin namun lengkap. Secara umum, arsitektur
mikrokontroler MCS-51 terdiri dari
SISTEM MININUM MIKROKONTROLER prosesor 8 bit, dihubungkan dengan
RAM, ROM melalui jalur bus serta jalur
Sistem minimum merupakan I/O dan port serial. Termasuk
sebuah rangkaian komponen-komponen didalamnya juga terdapat fasilitas
elektrik terintegrasi yang mendukung timer/counter internal dan jalur koneksi
kerja mikrokontroler, sehingga dengan memori eksternal.
mikrokontroler dapat menjalankan suatu
program tertentu. Jumlah komponen- Salah satu tipe mikrokontroler
komponen elektrik tersebut dibuat MCS-51 yang banyak dipakai adalah
seminimal mungkin sesuai dengan 89S51 dengan fasilitas on-chip flash
kebutuhan mikrokontroler yang memory dan in system programming
digunakan. (ISP). Lebih lanjut, fitur yang tersedia
Mikrokontroler sendiri sebagai yakni: 4K bytes Flash ROM, 128 bytes
CPU dari sebuah sistem minimum RAM, 4 port masing-masing 8-bit port
merupakan single-chip computer yang I/O, 2 buah timer 16 bit, antarmuka
terprogram sehingga memiliki komunikasi serial, 64K memori program,
kemampuan menjalankan aplikasi- 64K memori data, 210 lokasi bit-
aplikasi berbasis kontrol. Dua hal penting addressable, dan In System
yang mendasari kebutuhan penggunaan Programming (ISP)
mikrokontroler, yakni karena dibutuhkan
oleh pasar, terutama pasar elektronik Mikrokontroler MCS-51 memiliki 3
dan otomasi, serta karena buah dual-purpose port ( port 0,2, dan 3 )
perkembangan teknologi elektronika dan sebuah port yang hanya berfungsi
komputer yang demikian cepat maju. sebagai port I/O (port 1). Port 3 juga
Berbeda dengan mikroprosesor memiliki fungsi khusus untuk serial
yang hanya merupakan CPU saja, dalam input/output port, external interrupt, timer
single chip mikrokontroler telah terdapat external input, dan external data memory
ROM, RAM, EPROM, antar muka serial write strobe.
284
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
285
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
C100 DS100
VCC
R2001
10uF Res1
3
2 R112
Res1 6 bb
1 RD 7 R113
a
3 C200 Res1
1K 4 cc
WR 6
A 5
INTR
Cap200
5
R114
Res1
1K 2 dd f g b A
DATA 19 150pF R100 R115
Res1
1K 1 ee 5
CLK R 4 NC
8
11
DB7 CLK IN
4 10K 3
R116
Res1
1K 9 ff e d c
R117
GND
12 Res1
1K 10 gg dp
7 DB6 2
13 Rvar VCC Res1
1K dp GND
6 DB5 1
14 6 1K
5 DB4 VIN+ Header 8
15 7 VCC
4 DB3 VIN - Res Adj2
16
8
3 DB2 1K
17 9 TT VCC
2 DB1 VREF/2
18 5 16
1 DB0 RBI VCC
3
R300 3 DS201
Res Tap LT
8 JP121 4
AGND 10K VCC BI/RBO
10 13 R118 7 aa NC
DGND 5 Y0
gnd
7 12 R119
Res1 6 bb
4 A Y1 R120
a
ADC0804LCN 1 11 1K 4
Res1 cc
3 B Y2
2
2
C Y3
10 R121
Res1
1K 2 dd f g b
6 9 R122
Res1
1K 1 ee 5
1 D Y4 NC
Y5
15 R123
Res1
1K 9 ff e d c
R124 10
GND
Header 5 8 14 Res1
1K gg dp
GND Y6
Res1
1K dp GND
SN74LS47N 1K
8
TTT VCC
5 16
RBI VCC
3
3 DS301
LT
JP122 4
VCC BI/RBO R200
13 7 aa NC
5 Y0
gnd
7 12 R201
Res1 6 bb
4 A Y1 R202
a
1 11 Res1
1K 4 cc
3 B Y2
2
2
C Y3
10 R203
1K
Res1 2 dd f g b
6 9 R204
Res1
1K 1 ee 5
1 D Y4 NC
Y5
15 R205
1K
Res1 9 ff e d c
R206
GND
Header 5 8 14 Res1
1K 10 gg dp
GND Y6
Res1
1K dp GND
SN74LS47N 1K
B B
8
VCC
ADAPTOR D1
C4 Bridge1 REG1 LM7805CT VCC
3 R131
U11 VCCC8 1 3
+ 10uF 2 Vin +5V
+
C6 10uF 1 16
C1+ VCC 1
GND
2 15
+
V+ GND 1K
3 14 10uF
C7 C1 - T1 OUT C9 C10 DS141
10uF 4 13
C2+ R1 IN LED1
5 12 S1 DS1 VCC DS9 VCC
+
V- T1 IN
7 10 SW-PB 1K 1K
T2 OUT T2 IN 1
+ C5 8 9
10uF R2 IN R2 OUT 2
MAX232 Serial S2 DS2 DS10
SW2 LD0.2 R611 LD1.2 R14
SW-PB 1K 1K
ISP CON
3
2
1
5
9
4
8
3
7
2
6
1
Header2 15 23
7 2
1
2
3
4
5
6
7
8
9
D4 33pF 33pF
EN1
17 25
RS1
VCC VCC
1
2
3
4
5
6
7
8
9
2
D RST
9 10 L1 Header 8 D
DB01
DB11
DB21
DB31
DB41
DB51
DB61
DB71
1 RESET VCC
GND
GND
RW1
VCC
EN1
AVCC
1 14 R1111111 Header 8 C20 12 32
IN11 VCC XTAL2 AREF
2 13 D3 Res1 13
IN12 IN42 XTAL1
2
3 12 D5 1K VCC
31 Cap
OUT1 IN41 Cap GND 100pF
4 11 11 Inductor Iron Adj
IN21 OUT4 100pF GND
5 10 Y2 10mH
IN22 IN32
6 9 D7 S100 C21 XTAL
OUT2 IN31
7 8 GND SW-PB ATmega8535-16PI Title
1
1 2 3 4 5 6
Gambar 4. Diagram skematik sistem minimum terintegrasi MCS-51 dan ATMega 8535
286
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
287
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
288
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
Oleh:
Burhanuddin Dirgantoro
brh@ittelkom.ac.id
ABSTRACT
Dissemination of information is essential in the management of studies program. Much of
the information must be socialized properly, for smooth operation and activities of the
academic community. Dissemination through the mail method, either with paper or by e-
mail, have to wait a while, before arriving at the target academic community. Meanwhile,
by making use of mobile phones owned by most of the academic community, the
message can delivered in a short time.
This research aims to create such tool for distributing information on the scope of the
study program, which can transmit information requested. The results of this study is a
program to help spread information, which can do these things.
PENDAHULUAN
Program studi merupakan salah Pada kondisi saat ini, salah satu
satu pilar akademis pada sebuah teknologi yang memungkinkan untuk
perguruan tinggi. Selain menyeleng dipergunakan dengan efektif dan efisien
garakan kegiatan perkuliahan, program adalah teknologi telepon seluler yang
studi juga harus menjaga komunikasi hampir digunakan oleh semua orang.
dengan semua civitas akademika pada Teknologi ini bukan lagi barang mewah,
waktu yang cepat. Urusan dan dapat dipergunakan hampir di
penyelenggaran kegiatan yang banyak semua tempat.
dan keterbatasan sumber daya SMS merupakan sebuah layanan
khususnya sumber daya manusia yang dapat dipergunakan kapan saja,
mengharuskan program studi untuk tanpa memandang kesibukan penerima.
selalu berkoordinasi dan berkomunikasi Layanan ini, selain murah, juga
dengan baik dan cepat. memungkinkan untuk dikirimkan dalam
Penyebaran informasi dilakukan jumlah banyak dalam waktu relatif
melalui media surat, baik secara singkat. Dalam makalah ini, penyebaran
konvensional maupun melalui email. informasi dari program studi akan
Media surat konvensional dilakukan dilakukan salah satunya dengan
dengan kelemahan diantaranya : menggunakan SMS yang akan diatur
memerlukan adminsitrasi surat- pengirimannya oleh sebuah SMS
menyurat yang kadang memakan Gateway. Diharapkan, penggunaan
waktu, dan informasi dapat diterima sistem ini akan mampu melayani
setelah surat dibaca secara langsung komunikasi yang lebih baik.
oleh penerima. Sedangkan email baru
dapat menyampaikan informasi setelah SMS Gateway & Informasi Program
penerima membuka email, yang Studi
kebanyakan dilakukan melalui
komputer. Penggunaan komputer ini a. Cara kerja SMS Gateway secara
pada umumnya tidak selalu online singkat
dengan server email.
289
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
290
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
291
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
perangkat lunak SMS gateway yang tersebut dari tabel Outbox ke tabel
populer. SentItems.
Masing-masing parameter
tersebut dapat diperluas sesuai dengan
Gambar 4. Gammu dan basisdata kebutuhan dan perlkembangan sistem
penyebaran informasi. Untuk
Gambar 4 dapat dijelaskan pertanyaan umum, maka pesan
sebagai berikut : dikirimkan tanpa format khusus.
1. Program gammu dijalankan, dan Pertanyaan ini akan dibalas secara
menyebabkan modem terus- manual dengan melibatkan staf yang
menerus memonitor adanya berwenang untuk menjawabnya.
pesan yang datang atau pesan
yang alkan dikirim. Implementasi dan Pengujian
2. Jika ada sebuah pesan yang
masuk, maka program PHP akan a. Pembangunan Sistem Penyebaran
memperoses pesan tersebut, dan Informasi Program Studi
memberikan pesan sesuai Pembangunan sistem penyebaran
dengan permintaan. informasi dilakukan menggunakan skript
Selannjutnya, program PHP akan PHP, yang berjalan pada server Apache
memindahkan isi pesan ke dalam dan mengakses basisdata MySQL.
tabel Terproses dari tabel Inbox. Sistem dibuat dengan menu-menu yang
3. Program PHP akan telihat seperti Gambar 5.
memerintahkan program gammu
untuk mengirimkan informasi
yang diminta, dengan
memasukkan pesan tersebut ke
dalam tabel Outbox.
4. Program gammu akan
mengirimkan pesan yang
dimaksud kepada peminta
informasi. Jika pesan telah
dikirim, maka program gammu
akan memindahkan pesan
Gambar 5. Menu Program
292
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
293
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
294
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
Oleh:
Busran
busran_byn@yahoo.com
ABSTRACT
PENDAHULUAN
295
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
296
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
297
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
298
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
Data Siswa
Username Informasi Hasil
Password 0 Latihan Siswa
Siswa Sistem Administrator
Ilmu Pengetahuan Pelajaran
Berbasis Web
Data Siswa
Informasi Hasil
Latihan Siswa
Guru
Gambar 2. Xampp Control Panel
PEMBAHASAN
299
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
b. Halaman Administrator
Pada website ini di dalam ruang Gambar 7. Halaman Input Soal Latihan
administrator terdapat beberapa menu
pilihan, yaitu: menu home, materi, Untuk mengganti password admin
gambar, data, administrator, manage menjadi password yang baru dapat
usage dan logout. Setelah masuk melalui dilihat pada menu Administrator.
otentifikasi login pada halaman index
dengan mengetikan username dan
password, maka administrator akan
masuk ke menu home.
Untuk memasukkan materi
pelajaran di klik menu data materi dan
disini admin akan menginputkan
beberapa bahan materi.
Gambar 8. Mengganti Password Admin
300
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
301
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
302
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
Oleh:
Dharma Liza Said *)
ABSTRACT
The educators have expected the use of CAI technology in the form of software. The
Authoring software may not be compatible with the content of their syllabus and
curriculum, for example the use of Power Point from Microsoft Office which is not aimed
for CAI software. This causes a kind of limitation such as boring, time comsuming, and
costly. It is in correlation to what Maddux, C.D (1992) stated that the educators need self
made software due to difficulties of finding suitable content, financial consideration, and
private recommendation including experienced educators natural desire to produce their
own interactive teaching material, appropriate content, and the best program. However it is
not as simple as that.
To reach this objective, a courseware which can accommodate educators’ needs
mentioned above needs to be designed in the form of interactive multimedia compact
disks (text, graphic, audio, video, animation and simulation which will enable the teachers
to prepare teaching material by firstly make General Teaching Program and Course
Design.
Based on this fact, in order to create an active, creative, effective and enjoyable teaching
courseware applying interactive CAI technology with can be used individually or
classically, five steps can be done : Instructional Design and Courseware Design,
Interactive Designs for Courseware, Adaptive Designs for Courseware, Toward Intelligent
CAI on microcomputers and Designing Motivating Courseware.
This paper is an attempt to this disscus some ideas on creating an interactive CAI
classroom.
PENDAHULUAN
303
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
penyusun karena (a) sulit ditemukan kesenjangan tersebut. Dosen tidak lagi
paket yang cocok, (b) pertimbangan direpotkan untuk menulis program
anggaran, dan (c) rekomendasi pribadi, seperti pada authoring software yang
meliputi keinginan alamiah dosen yang lain yang harus mempelajari bahasa
berpengalaman untuk menghasilkan pemrogramannya.
materi pembelajaran sendiri sesuai
dengan lembaganya. Hal ini ditegaskan PERMASALAHAN
oleh Lockard, Abrahams, dan Many
(1990) dalam bukunya Microcomputers 1. Apakah perangkat lunak ini akan
for Educator menyebutkan bahwa : dapat memudahkan dalam
Dengan ribuan paket bahan ajar menyusun Satuan Acara
di pasaran, dan yang muncul Pembelajaran yang dipersiapkan ?
tiap minggu, tampak bahwa 2. Apakah perangkat lunak ini dapat
beberapa dosen berharap dioperasikan dengan mudah dan
menggunakan komputer sebagai cepat dalam hal penyusunannya dan
pembelajaran di ruang kuliah pengoperasiannya baik bagi pemula
dengan hanya membutuhkan maupun mereka yang
survai di tempat penjualan, berpengalaman ?
memilih paket yang tepat,
mengevaluasinya, dan HASIL DAN PEMBAHASAN
membelinya yang terbaik. Tapi
ternyata sistuasinya tidak Beberapa penelitian terdahulu
sesederhana ini. dalam upaya mengevaluasi CAI
diantaranya penelitian Bright, dkk (1983)
Kebutuhan-kebutuhan yang melaporkan, banyak fakta yang
menuntut adanya visualisasi dan suara membuktikan bahwa CAI sangat efektif
yang tidak berbeda dengan aslinya, dan efisien. Hal ini diperkuat oleh Kulik,
gambar, foto, dan lukisan sebagai suatu dkk. (1980) yang menjelaskan bahwa
yang langka dan tidak akan didapatkan jenis kelamin, usia, jenis pembelajaran,
pada alat peraga atau media yang dapat tipe manusia . jenis institusi , dan
mewakilinya, diharapkan dapat terpenuhi kecerdasan siswa hanya sedikit
dengan adanya program komputer ini. berpengaruh dalam penggunaan CAI.
Untuk dapat mencapai tujuan Castleberry (1970), dalam hasil
tersebut, dibutuhkan suatu perangkat penelitiannya mengenai keuntungan CAI
lunak yang dapat memenuhi segala hal mengungkapkan bahwa ada 4 mode di
yang dibutuhkan diatas dan akan dapat mana komputer (CAI) dapat berfungsi
memudahkan dosen untuk dapat sebagai: tutorial, remedial, latihan dan
memanfaatkanya pada saat perkuliahan. praktek, serta simulasi. Okey (1982)
Sama halnya dengan sorang dosen menambahkan bahwa komputer dapat
untuk mempersiapkan materi mengurangi beban guru yang
perkuliahan maka ia harus membuat memberikan tes dan evaluasi pada suatu
dulu Satuan Acara Perkuliahan yang kelas secara rutin.
akan disajikan. Schall (1986) memberikan
Perangkat ini akan membantu gambaran mengenai aktivitas apa saja
dosen untuk menyiapkan materi yang dapat dilakukan oleh CAI. Untuk
perkuliahan yang akan diberikan di menyajikan 4 fungsi yang diberikan oleh
ruang kuliah, jika diperlukan dapat juga Castleberry (1970), Schall menggunakan
dipadukan dengan teks, audio, grafik, pengolah kata dan grafik. Bork (1978)
video, animasi dan simulasi yang menggambarkan simulasi yang
diperlukan sebagai bagian dalam materi dikembangkan oleh Proyek Pengembang
perkuliahannya. Komputer Fisika ( Physics Computer
Dengan mengacu pada kenyataan Development Project) di bidang Fisika.
di atas maka dibutuhkan suatu Sebagai contoh untuk melakukan latihan
perangkat lunak yang dapat mengatasi gaya gravitasi.
304
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
A B C
Tujuan Tujuan Tujuan
Konitif Afektif psikomotorik
X Y Z
Kel. Besar Kel. Kecil Satu siswa
Gambar 1
Cavin dan Lagowsky (1978) menginstruksi komputer agar dapat
melaporkan bahwa ada 2 keuntungan melakukan tugas dengan jangkauan
menggunakan komputer sebagai sarana yang luas. Sedangkan Alessi dan Trolip
pembelajaran. Pertama, sering disebut (1985), dalam definisinya
dengan “Computer Simulated mengungkapkan level detail yang harus
Experiments” atau CSE, penelitian di ditentukan di dalam menggunakan
laboratorium dapat disimulasikan dengan bahasa pemrograman adalah
komputer sebagai alternatif atau sarana pemrogram yang menspesifikasikan
tambahan untuk melakukan penelitian setiap detail yang harus di lakukan
pada laboratorium tertentu. Mahasiswa komputer. Tidak boleh sesuatupun
menggunakan komputer untuk terlewat; setiap aspek dari jawaban
melakukan analisa data dan menyusun pengambilan keputusan harus
laporan penelitian. Okey (1985) diprogramkan, setiap variable atau
menguatkan bahwa CSE mampu counter harus diperbaharui secara
bekerja lebih baik pada siswa dengan benar, urutan tampilan diperhatikan, dan
kecerdasan yang rendah dibanding pengumpulan data terjamin.
dengan siswa yang memiliki kecerdasan
lebih baik. CAI telah sukses digunakan 2. Bahasa Authoring (authoring
pada laboratorium instrumentasi. languages)
Wiebe (1983) mengungkapkan Bahasa authoring adalah bahasa
dalam penelitiannya bahwa latihan dan komputer dengan fungsi-khusus (special-
praktek tidak akan efisien jika dilakukan purpose computer languages) yang telah
dengan menggunakan komputer. dirancang sedemikian rupa guna
1. Bahasa pemrograman tradisional memberikan fasilitas penulisan program-
(traditional programming program pengajaran. Mandell (1989)
languages) mencoba mengungkapkan bahwa
Beberapa definisi yang ditawarkan “Bahasa authoring adalah bahasa
untuk bahasa pemrograman tradisional, pemrograman komputer dengan
menurut Bullough dan Betty (1987) perintah-perintah sederhana.
sebagai “Sekumpulan terbatas kata-kata Bahasa authoring lebih cocok
dan simbol-simbol yang digunakan di digunakan bagi para Dosen jika
dalam berbagai kombinasi untuk dibandingkan dengan bahasa tradisional.
305
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
306
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
307
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
308
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
309
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
310
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
Oleh:
Dodon Yendri, M.Kom
dodon_y@fmipa.unand.ac.id
ABSTRACT
Distance learning in Indonesia has been regulated according UU No. 20 Tahun 2003
about SISDIKNAS. One of the most important thing in distant learning is the up to-date
principle where basically either teacher or student have an ability to use modern learning
technique such as Information Technology and Communication (ICT), learning resources
that always enable to be updated and many more. The e-learning education has been
being a trend and even has been being as a sale value itself for the host institution but
still being considered as a complementary thing. One of the main factors is the
infrastructure problem of the availability of the internet connection. A low quality of the
internet bandwidth and the price of the distant learning itself which still be considered as
an expensive way of learning.
One of the most efficient e-learning method is a blanded-learning. Blanded learning
is a learning method that combine the face-to-face based with the e-learning based
method, which mean the face-to-face learning process was being support with the E-
learning in order to be more interactive and the purpose of the learning process is able to
reach optimically.
To conduct the blended-learning efficiently, there are sixs step in the designing process
that are: (1) determine the learning materials (2) determine the applied design (3)
determine the on-line learning format (4) Conduct a test with the design (5) Conduct the
blended-learning (6) Prepare criterion for evaluation. Beside that, the host of the distant
learning must aware when is the appropriate time to conduct the blended learning
system..
PENDAHULUAN
311
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
pusat sumber belajar, bahan ajar, baik itu terhadap proses belajar
infrastruktur pembelajaran, dan mengajar pada jenis pendidikan
sebagainya). Dengan demikian baik akademik, vokasi maupun profesi. Salah
siswa maupun guru tidak harus satu faktor peyebab utamanya adalah
mengusahakan sendiri keperluan dalam masalah infrastruktur, terutama
proses belajar-mengajar. ketersediaan jaringan internet serta
• Komunikasi antara siswa dan guru kulitas bandwith yang rendah dan harga
bisa dilakukan baik melalui cara yang masih tergolong mahal, disamping
komunikasi satu maupun dua arah (two- itu, lemahnya kualitas dan kontrol
ways communication). Contoh terhadap metode pendidikan e-learning
komunikasi dua arah ini, misalnya tele- ini menjadi permasalahan tersendiri bagi
conferencing, video-conferencing, e- penyelenggara pendidikan e-learning.
moderating, dsb-nya). Oleh karena itu, salah satu metode
• Poroses belajar-mengajar di pembelajaran e-learning yang tepat
pendidikan jarak jauh masih digunakan saat ini adalah metode
dimungkinkan dengan melakukan blended learning, yaitu metode
pertemuan tatap muka (tutorial), pembelajaran yang menggabungkan
walaupun itu bukan suatu keharusan. sistem pembelajaran berbasis kelas
• Selama kegiatan belajar, siswa (face to face) dan pembelajaran
cenderung membentuk kelompok berbasis e-learning, yaitu dengan
belajar, walaupun sifatnya tidak tetap memanfaatkan media elektronik. Artinya,
dan tidak wajib. Kegiatan berkelompok proses pembelajaran metode face to
diperlukan untuk memudahkan siswa face di support dengan e-learning
belajar. sehingga interaktif dan manfaat
• Karena hal-hal seperti yang pembelajaran dapat di capai dengan
disebutkan diatas, maka peran guru lebih optimal.
bersifat sebagai fasilitator dan siswa Dengan menerapkan metoda
bertindak sebagai participant. Blanded Learning ini memungkinkan
Pendidikan jarak jauh seperti yang pengguna sumber belajar online
tersirat dalam SISDIKNAS, tentu saja terutama yang berbasis web dengan
perlu dilaksanakan berdasarkan prinsip- tanpa meninggalkan kegiatan tatap
prinsip yang diantaranya adalah prinsip muka. Pendekatan sistem pengajaran ini
“keterkinian”. Prinsip keterkinian pada dapat dilaksanakan dengan melakukan
dasarnya baik guru maupun siswa pengajaran secara langsung (real time)
mempunyai kecenderungan ataupun dengan cara sebagai tempat
menggunakan metode pembelajaran pemusatan pengetahuan (knowledge).
yang modern, apakah itu teknologi
informasi dan komunikasi (ICT) yang Teori Pendukung
dipakai, bahan ajar, atau lainnya. Karena 1. Keunggulan Pembelajaran Jarak Jauh
itu baik siswa maupun guru dituntut Pendidikan jarak jauh sebenarnya
untuk belajar dan belajar terus menerus. sudah lama dilaksanakan, hanya saja
Mereka yang enggan belajar untuk Indonesia pelaksanaannya masih
menguasasi teknologi, maka mereka relatif baru. Di Perguruan Tinggi,
akan tertinggal. Universitas Terbuka (UT) baru dimulai
Saat ini pendidikan barbasis e- tahun 1984 melalui Keputusan Presiden
learning telah menjadi trend dan bahkan RI Nomor 41, 4 September 1984.
telah menjadi nilai jual tersendiri bagi Studi tentang keunggulan dari PJJ
institusi-instusi penyelenggara di Indonesia juga telah banyak dilakukan,
pendidikan terutama pendidikan jarak antara lain oleh Belawati (2002), Rianto
jauh. Namun dalam implementasinya (2006), Soekartawi (2003, 2004, 2005a),
metode pembelajaran berbasis e- Soekartawi dkk (2002) dan Yuhetty dan
learning saat ini masih banyak berperan Hardjito (2003). Pada prinsipnya kalau
sebagai pelengkap dari pembelajaran itu dilaksanakan secara baik dan benar,
yang dilaksanakan secara tatap muka,
312
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
maka keunggulan dari pendidikan jarak oleh karena solusi e-learning merupakan
jauh adalah, antara lain, sebagai berikut: pilihan yang tepat untuk diterapkan.
• Meningkatkan pemerataan Dalam berbagai literatur, para ahli
memperoleh ke-sempatan belajar. mendefinisikan sebagai berikut:
Dengan pendidikan jarak jauh jumlah 1. Soekartawi, Haryono dan Librero,
siswa menjadi lebig besar. (2002), e-learning is a generic term for all
• Meningkatkan kompetensi belajar technologically supported learning using
siswa, sebagai akibat dari perubahan an array of teaching and learning tools
dari yang semula peran guru yang as phone bridging, audio and videotapes,
dominan (teacher learning center) teleconferencing, satellite transmissions,
menjadi peran siswa yang dominan and the more recognized web-based
(student learning center). training or computer aided instruction
• Meningkatkan kemampuan atau also commonly referred to as online
ketrampilan guru dalam memberikan courses.
pelajaran. 2. Parker, Judith (2009) , elearning
• Meningkatkan kemampuan atau is Learning in which technology plays a
ketrampilan siswa dalam mengatasi major role in the delivery of content and
masalah secara mandiri. the communication between instructor
• Meningkatkan efisiensi dalam and students and between students.
pemanfaatan sumberdaya manusia Cisco mendefinisikan filosofis e-learning
(SDM) guru. Manfaat ini lebih sebagai berikut:
terasakan: di daerah terpencil (yang a). e-learning merupakan penyampaian
dapat dilayani dengan pendidikan informasi, komunikasi, pendidikan,
jarak jauh), di daerah di mana pelatihan secara on-line.
tersedianya guru (biasanya bidang b). e-learning menyediakan seperangkat
IPA) yang terbatas. alat yang dapat memperkaya nilai
• Meningkatkan efisiensi dilihat dari sisi belajar secara konvensional (model
pembiayaan, apalagi kalau dilihat belajar konvensional, kajian terhadap
dari strategi pembangunan jangka buku teks, CD-ROM, dan pelatihan
panjang. berbasis komputer) sehingga dapat
• Mempunyai dampak ganda, karena menjawab tantangan perkembangan
materi pembelajaran dari pendidikan globalisasi.
jarak jauh bisa dimanfaatkan oleh c). e-learning tidak berarti menggantikan
anggota masyarakat yang lain. model belajar konvensional di dalam
Misalnya siaran pendidikan jarak jauh kelas, tetapi memperkuat model
di televisi, maka yang memanfaatkan belajar tersebut melalui pengayaan
bukan saja siswa pendidikan jarak content dan pengembangan
jauh saja, tetapi juga yang lain. teknologi pendidikan.
d). Kapasitas siswa amat bervariasi
2. Dasar E-Learning dan Blanded Learning tergantung pada bentuk isi dan cara
e-learning atau electronic learning penyampaiannya.
merupakan suatu proses perkembangan Berdasarkan definisi dan filosofi diatas,
teknologi yang diaplikasikan dalam hal dapat dijelaskan bahwa secara prinsip,
penyampaian pengetahuan dalam e-learning dapat diartikan sebagai
proses belajar mengajar. e-learning kini pembelajaran yang menggunakan media
semakin dikenal sebagai salah satu cara elektronik sebagai alat bantunya, media
untuk mengatasi masalah pendidikan, elektronik tersebut dapat saja berupa
baik di negara-negara maju maupun di internet, TV, CD ROM, Radio,
negara yang sedang berkembang seperti Teleconfrence, dan lain sebagainya.
Indonesia, sebagai negara kepulauan, Konsep e-learning harus mengadaptasi
maka proses perataan pendidikan bagi unsur-unsur yang biasa dilakukan dalam
masyarakatnya terkendala oleh jarak, sistem pembelajaran konvensional.
313
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
314
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
315
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
1. Penyampaian bahan ajar dan ajar tersebut menjadi bahan ajar yang
penyampaian pesan-pesan yang lain memenuhi syarat untuk pendidikan jarak
(seperti pengumunan yang berkaitan jauh. Karena medium pembelajarannya
dengan kebijakan atau peraturan) secara adalah BEL, maka bahan ajar sebaiknya
konsisten. dibedakan atau dirancang untuk tiga
2. Penyelenggaraan pembelajaran macam bahan ajar, yaitu:
melalui blended learning harus a. Bahan ajar yang dapat dipelajari
dilaksanakan secara serius karena hal ini sendiri oleh siswa,
akan mendorong siswa cepat b. Bahan ajar yang dapat dipelajari
menyesuaikan diri dengan sistim melalui cara berinteraksi melalui cara
pendidikan jarak jauh. Konsekuensinya, tatap-muka, dan
siswa lebih cepat mandiri. c. Bahan ajar yang dapat dipelajari
3. Bahan ajar yang diberikan harus melalui cara berinteraksi melalui cara on-
selalu mengalami perbaikan (updated), line/web-based learning.
baik itu formatnya, isinya maupun 2. Tetapkan rancangan dari blended
ketersediaan bahan ajar yang memenuhi learning yang digunakan. Kegiatan di
kaidah ‘bahan ajar mandiri’ (self-learning tahap ini merupakan tahap yang paling
materials) seperti yang lazim digunakan sulit. Disini diperlukan ahli e-Learning
di pendidikan jarak jauh. untuk membantunya. Dalam tahapan ini,
4. Alokasi waktu bisa dimulai dengan intinya adalah bagaimana membuat
formula awal 75:25 dalam artian bahwa rancangan pembelajaran yang berisikan
75% waktu digunakan untuk komponen pendidikan jarak jauh dan
pembelajaran online dan 25% waktu tatap-muka. Karena itu, dalam membuat
digunakan untuk pembelajaran secara rancangan pembelajaran ini, perlu
tatap muka (tutorial). Karena alokasi diperhatikan hal-hal yang berkaitan
waktu ini belum ada yang baku, maka antara lain dengan:
penyelenggara pendidikan bisa membuat a. Bagaimana bahan ajar tersebut
‘uji coba’ sendiri, sehingga diperoleh disajikan.
alokasi waktu yang ideal. b. Bahan ajar mana yang bersifat wajib
5. Alokasi waktu tutorial sebesar 25% dipelajari dan mana yang sifatnya
untuk tutorial, dapat digunakan khusus anjuran guna memperkaya pengetahuan
bagi mereka yang tertinggal, namun bila siswa.
tidak memungkinkan (misalnya sebagian c. Bagaimana siswa bisa mengakses
besar siswa menghendaki pembelajaran dua komponen pembelajaran tersebut.
tatap muka), maka waktu yang tersedia d. Faktor pendukung apa yang
sebesar 25% tersebut bisa dipakai untuk diperlukan. Misalnya software apa yang
menyelesaikan kesulitan-kesulitan siswa digunakan, apakah diperlukan kerja
dalam memahami isi bahan ajar. Jadi kelompok, apakah diperlukan learning
semacam penyelenggaraan ‘remedial resource centers (sumber pembelajaran)
class’. di daerah-daerah tertentu.
6. Dalam blended learning diperlukan e. Dan lain-lainnya.
kepemimpinan yang mempunyai waktu 3. Tetapkan format dari on-line learning-
dan perhatian untuk terus berupaya apakah bahan ajar tersedia dalam format
bagaimana meningkatkan kualitas html (sehingga mudah di cut and paste)
pembelajaran. atau dalam format PDF (tidak bisa di cut
Dalam pada itu, secara lebih spesifik and paste). Juga perlu di beritahukan ke
Profesor Steve Slemer (2005) dan siswa dan guru hosting apa yang
Soekartawi (2005b) menyarankan enam dipakai, yaitu apakah on-line learning
tahapan dalam merancang dan tersebut menggunakan internet link apa
menyelenggarakan blended learning ?. apakah Yahoo, Google, MSN atau
agar hasilnya optimal. Ke-enam tahapan lainnya.
tersebut adalah sebagai berikut: 4. Lakukan uji terhadap rancangan yang
1. Tetapkan macam dan materi bahan dibuat. Ini maksudnya apakah rancangan
ajar, kemudian ubah atau siapkan bahan pembelajaran tersebut bisa dilaksanakan
316
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
dengan mudah atau sebaliknya. Cara menimbulkan siswa untuk terus tertarik
yang lazim dipakai untuk uji seperti ini belajar adalah makin baik.
adalah melalui cara ‘pilot test’. Dengan e. Applicability, dalam artian seberapa
cara ini penyelenggara blended learning jauh paket pembelajaran (bahan ajar,
bisa minta masukan atau saran dari petunjuk belajar, atau informasi lainnya)
pengguna atau peserta pilot test. yang disajikan bisa dipraktekkan secara
5. Selenggarakan blended learning mudah. Kriterianya, makin mudah
dengan baik sambil juga menugaskan dipraktekkan adalah makin baik.
instruktur khusus (dosen/guru) yang f. Cost-effectiveness/value, dalam artian
tugas utamanya melayani pertanyaan sampai seberapa murah biaya yang
siswa apakah itu bagaimana melakukan dikeluarkan untuk mengikuti paket
pendaftaran sebagai peserta, bagaimana pembelajaran tersebut.
siswa atau instruktur yang lain
melakukan akses terhadap bahan ajar, 5. Kapan dibutuhkan blended
dan lain-lain. Instruktur ini juga bisa learning
berfungsi sebagai petugas promosi Proses pembelajaran blended learning
(public relation) karena yang bertanya ini dibutuhkan pada saat seorang siswa
mungkin bukan dari kalangan sendiri, membutuhkan tambahan pelajaran.
tetapi dari pihak lain. Kebutuhan blended learning menjadi
6. Siapkan kriteria untuk melakukan sangat penting pada saat ;
evaluasi pelaksanaan blended learning. • Proses belajar mengajar tidak
Memang banyak cara bagaimana hanya tatap muka, namun
membuat evaluasi ini, namun Semler menambah waktu pembelajaran
(2005) menyarankan sebagai berikut: dengan memanfaatkan teknologi
a. Ease to navigate, dalam artian dunia maya.
seberapa mudah siswa bisa mengakses • Mempermudah dan mempercepat
semua informasi yang disediakan di proses komunikasi non-stop antara
paket pembelajaran yang disiapkan di pengajar dan siswa.
komputer. Kriterianya, makin mudah • Siswa dan pengajar dapat
melakukan akses adalah makin baik. diposisikan sebagai pihak yang
b. Content/substance, dalam artian belajar.
bagaimana kualitas isi instruksional yang • Membantu proses percepatan
dipakai. Misalnya bagaimana petunjuk pengajaran.
mempelajari isi bahan ajar, bagaimana Perkembangan teknologi informasi yang
bahan ajar itu disiapkan, apakah bahan sangat pesat dewasa ini, khususnya
ajar yang ada sesuai dengan tujuan perkembangan teknologi internet turut
pembelajaran, dsb-nya. Kriterianya, mendorong berkembangnya konsep
makin mendekati isi bahan ajar itu pembelajaran jarak jauh ini. Ciri teknologi
dengan tujuan pembelajaran adalah internet yang selalu dapat diakses kapan
makin baik. saja, dimana saja, multiuser serta
c. Layout/format/appearance, dalam menawarkan segala kemudahannya
artian apakah paket pembelajaran telah menjadikan internet suatu media
(bahan ajar, petunjuk belajar, atau yang sangat tepat bagi perkembangan
informasi lainnya) disajikan secara pendidikan jarak jauh selanjutnya. Hal ini
profesional. Kriterianya, makin baik lah yang menjadi acuan mengapa untuk
penyajian bahan ajar adalah makin baik. saat ini sistim pembelajaran blended
d. Interest, dalam artian sampai learning masih sangat baik di terapkan di
seberapa besar paket pembelajaran Indonesia agar lebih dapat terkontrol
(bahan ajar, petunjuk belajar, atau secara tradisional juga.
informasi lainnya) yang disajikan mampu
menimbulkan daya tarik siswa untuk
belajar. Kriterianya adalah bila paket
pembelajaran yang disajikan mampu
317
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
318
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
319
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
320
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
Oleh:
Dony Novaliendry *)
ABSTRAK
Global Virtual University (GVU) adalah sebuah inisiatif online yang dirancang
untuk mendukung pembangunan pendidikan yang berkelanjutan di tingkat Pascasarjana,
serta memiliki tujuan tertentu untuk memenuhi kebutuhan akademis di dunia.
Berkembangnya sebuah perguruan tinggi secara resmi diluncurkan pada bulan
September 2002 di KTT Dunia untuk Pembangunan Berkelanjutan (WSSD) di
Johannesburg, dengan dukungan dari Pemerintah Norwegia, Universitas PBB (UNU) dan
United Nations Environment Programme (UNEP).
Makalah ini menginformasikan tentang organisasi, mitra, latar belakang, program Master
of Science direncanakan dan menguraikan salah satu pendekatan secara pedagogis
INTRODUCTION
321
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
Global Environmental & Development main field of interest, the student will have
Studies (GEDS) to select a particular direction or
Presently the GVU is involved in the specialisation (major).
development of a M.Sc. degree course
Global Environmental and Development The GEDS course will give students
Studies (GEDS). GEDS is designed as an theoretical competence and practical skills
interdisciplinary course that has three in the management of human and natural
scientific disciplines as its basis: resources with the aim of contributing to a
Technical/engineering sciences, natural more sustainable development process.
sciences, and social sciences. In addition
there will be small components from law Distance Teaching in a Networked
and philosophy (ethics). The main focus Virtual Environment
will be on the synergies between S. Nipper (1994) suggests that there are
environment and development. From the basically three generations of distance
arsenal of existing courses offered by teaching. The first generation is traditional
GVU partner institutions, the individual correspondence teaching, the second
students will, together with their generation distance teaching he describes
supervisor, have the opportunity to as “multi-media”-teaching with
compose a package consisting of broadcasted media, cassettes and some
theoretical, methodological and practical face-to- face tutorials. Both had production
modules. Although this package will be and distribution of teaching/learning
designed individually to meet each material as main objective.
students needs in order to cover his or her Communication between the learners has
322
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
323
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
One way of coping with this dynamic world conceptions and finally; supporting student
is to move from the traditional, rather learning. Conversely, as seen from the
fragmented way of experiencing the world student’s perspective, Sæljø (1979)
to a more holistic approach. If we can build describes six levels of learning going from
an understanding of physics and the a surface to a deeper approach:
human world from a perspective that Quantitative increases in knowledge;
reduces material and living units to smaller memorizing; acquisition for subsequent
units, over to a perspective that integrates utilisation of facts or methods; abstraction
everything into meaningful patterns or of meaning; interpretative process aimed
networks of communication, we develop a at understanding reality and; developing
more holistic understanding. as a person.
Eisenstadt and Vincent (1998) define C. Watkins et al. (2002) see learning as
knowledge as: action-oriented. To be effective, learning
must be a:
”…a dynamic process, a vibrant, living
thing, resting on shared assumptions, “reflective activity, which enables learners
beliefs, complex perceptions, to draw upon previous experience to
sophisticated yet sometimes crazy logic, understand and evaluate the present, so
and the ability to go “beyond the as to shape the future action and
information given”. Knowledge is the formulate new knowledge”.
correct abstraction for describing what
people communicate to one another. Central to “effective learning” is the
Information and content are not.” difference between “performers” and
“learners”. While the learner believes that
To teach and learn in a holistic way, effort leads to success, the performer
probably entails a “deeper” approach. thinks that ability will do it. The learner
There are several ways of teaching and thinks she/he has ability to learn and
learning. These ways can be seen in a improve, while the performer is concerned
teacher’s perspective, and in a learner’s about how others judge her/his
perspective. Samuelowicz and Bain (1992) performance. The learner will have a
suggest that there are five levels of preference for challenging tasks, while the
teaching, going from a “surface” approach performer gets satisfaction in doing better
to a “deeper” approach. These levels are than others. The learner will go for
described as: imparting knowledge; personal satisfaction from success, while
transmitting knowledge; facilitating the performer will emphasise competition.
understanding; changing students When engaged in a task, the learner will
324
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
325
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
Figure 2: Key Components Required for Enhanced Teaching (Watkins et al. 2002)
326
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
In order to move forward with the direction, and start the course with
development of the GVU, students must introductory lessons. This is preferably
be able to answer basic questions like: done on-campus and face-to-face. The
teacher also organises the groups in a
“What should I be doing? Why am I doing heterogeneous way, gives instructions in
it? When is it due?” how the groups are supposed to work and
gives it aims and structure. The teacher
To enable the student to find quick also presents the problems or case that
answers to such questions, it is crucial to are supposed to be solved. The students
establish a meta-e-learning environment, arrange their learning and problem solving
which helps beginning scholars “learn how in a structured fashion, and get feedback
to learn” with the new media. A meta-e- and some guidance from the tutor. The
learning environment also provides students are supposed to gradually
students with information on the structure become more teacher-independent, and
of the course and pacing information, it practice peer-to-peer-learning. (P2P). The
helps the student to focus on how to use teacher and the students eventually
new media to achieve learning objectives evaluate the process and the product
and provides active support for new together. This process is present
learning processes. graphically below. The discussion in the
This entails an explicit understanding of remainder of this paper will focus on some
the relationship between the various of the specific design elements of the GVU
components of the course and their uses. learning environment, based upon the
As shown in Figure 3, a teacher must above-mentioned pedagogical influences.
initiate the learning process and give it
327
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
328
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
329
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
of information technology are being skills to learn and practice, and a meta-
identified as important as are personal learning environment with study guide; an
competencies which develop archive of resources is available and all
citizenship.”(V. Bayliss 1998) “What parts have gone through a process of
matters is no longer to massively store constructive alignment, the course can be
facts, but to sort them, integrate them and constructed in a “Content Management
reveal their relationships. Facts are now System” (CMS). The CMS version can
instantaneously accessible, they are no then be incorporated in a “Learning
longer the first and foremost object of Management System” (LMS) to facilitate
learning. Handling them is what matters.” communication, collaboration and
(B. Moro. 1997) administration. The students and the study
groups will also be able to publish their
It seems the more time the student can findings, articles, reports, tests and
spend collaborating in problem-solving websites in individual student folders and
with peers, the better. “Co-operative in group folders using the LMS.
cultures and group investigation methods
give better academic results.” (Slavin The students and the tutors need training
1995) “Learners develop interpersonal and in Computer Mediated Communication
management skills” (Battistich et. al 1993), (CMC). Such tools are E-mail, On-line
and improved communication skills and conferencing (virtual group room),
positive multiethnic relations.” (Bennet & asynchronous and synchronous. Phone,
Dunne 1992).The effective learner is video-conferences and web-pages may be
described as active and strategic, skilled in additional tools. At times during the study,
cooperation, dialogue and creating to ensure “the human touch”, facilitate
knowledge with others, is able to develop cooperation and personal communication,
goals and plans and monitors his/her own and hands-on tutoring when necessary,
learning. – reflection on the process of face-to face meetings (FTF) should be
learning is believed to be an essential arranged. For instance, GVU plans to
ingredient in the development of expert have a 2-week face-to face on-campus
learners. (Watkins et.al. 2002) session at the beginning of each
semester.
Experience indicates that tutor follow-up is
crucial. When individual assignments and As shown in Table 3, the complete course
group assignments, including “Tutor website leads the student through his/her
Marked Assignments” (TMAs) are given, study, block by block, and guides the
the tutor must call or contact students who student on what to read and proposes
have not contributed within the deadline. resources to use within what time period.
These types of collaborative studies entail Each block has a set of activities with one
that the pure “individual constructivist” or more assignments, group works and
approach cannot be followed. Studies Tutor Marked Assignments: TMA(s). The
anytime, anywhere are not quite activities are designed to promote thought
compatible with social constructivist and generate discussion about the main
collaborative studies. The group must issues of the block. Each student
meet deadlines, and that means group contributes opinions, summaries, quotes
members depend on each other’s and insights to a group website. When a
contributions at correct timing. deeper understanding thus has been
reached, the student completes a TMA or
When an on-line course has been makes a group assignment in
planned, with academic content, generic collaboration with his/her group.
330
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
The group work – the collaborative • drawn on own experience and that of
work - must be well structured to enable others on the course, communicated
construction of new knowledge and through online discussions.
insights. The common group product
must be presented as an academic Well-designed information facilitates the
deliverable. The intention is that the construction of knowledge. Knowledge in
common deliverable should be of a combination with experience may give
higher quality than the product made by sufficient wisdom to choose the right tools
the separate student. This process is and resources to be able to “cross the
demanding and it will take some effort bridge” from theory to practical
to achieve such a community of implementation: a change in behaviour
practice. that entails a sustainable development.
Assessment CONCLUTION
Students will be graded according to
individual and group activities and Challenges for the GVU
products, (e.g. group discussions and In conclusion, there are obviously several
deliverables, TMAs, exams and thesis). challenges facing the GVU approach.
The tutors/examiners will be looking for These can be categorises as
evidence that the student has: technological, learner community, teaching
• reflected critically on issues raised community, institutional and pedagogical.
in the course,
• a good subject understanding, Technological
• considered a range of points of view The Internet capacity between several
including those in the course “third world” countries and others is clearly
• developed own views, a “bottleneck”. The digital divide is real.
• participated actively and Difficulties range from setting up modems,
constructively in online slow Internet connections to technophobia
conferencing and scepticism about technology in
• clearly stated arguments with general. Students must be able to
supporting evidence and navigate comfortably between different
appropriate referencing of sources, virtual rooms including own room and
• been critical in selection and use of group rooms, contribute online in threaded
sources, group discussions, navigate and search
331
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
332
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
333
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
334
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
Oleh:
Efrizon *)
efrizon@unp.ac.id
Muhammad Adri *)
mhd.adri@unp.ac.id
ABSTRACT
PENDAHULUAN
335
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
336
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
337
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
338
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
339
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
340
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
341
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
342
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
Oleh:
Efrizon *)
efrizon@unp.ac.id
Norazah Mohd. Nordin *)
drnmn@ukm.my
ABSTRACT
The influence of technology on education can be seen on three main aspects, namely the
education world as users of information technology, education as a producer of world
experts in information technology and education, and as a developer of information
technology. As a user of technology, then education is fundamentally a process of
communication and information from educators to students containing information of
education, which has elements of educators as a source of information, the media as a
means of presenting ideas, ideas and educational materials as well as learners itself is the
use of IT as a means of supporting learning management needs to be developed, and
thus expected to produce a quality learning process. Electronics Engineering Department
Faculty of Engineering, State University of Padang, as one of the majors that have
courses in the field of Technical Education, Electronic and Information Engineering and
Computer Education has a great responsibility in the dissemination of technology-based
education. One model that can be developed is the development of Learning
Management System (LMS) as a support system learning with blended learning approach
in the Department of Electronics Engineering, and thus, Electronics Engineering
Department to be a pioneer in the development of education in the UNP Padang. In this
study courses developed learning modules programming algorithm which is placed in the
maintenance system LMS-based learning is expected according to the needs of
educational institutions. This research will study how students learn in a mixed model,
online learning algorithm using a programming course on one side and traditional learning
in another class. LMS with open-source can accommodate all the needs and services
both in the learning process Programming Algorithm subjects. The learning materials have
not changed at all, the advantages using the learning processing system can be
continuously monitored and the up-date at any time, either by the manager (admin)
network or a lecturer.
PENDAHULUAN
343
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
344
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
345
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
346
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
347
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
belajar yang disebut dengan social dan download materi perkuliahan, sistem
constuctionist pedagogy, yang absensi, sistem ujian dan kuis,
menggunakan gaya belajar interaktif. komunikasi serta pengaturan konfigurasi
Social constuctionist pedagogy meyakini perkuliahan dan hak akses pengguna,
bahwa orang akan belajar dengan baik, semua data berkaitan dengan semua
jika mereka berinteraksi dengan learning aktifitas di atas direkam dalam suatu
material, membangun material baru sistem basis data yang kemudian dapat
untuk materi lainnya, dan berinteraksi dianalisis dan digunakan dalam kegiatan
dengan peserta lainnya tentang material evaluasi proses pembelajaran online
tersebut. learning.
Sebagai pengembangan
MOTEDE PENELITIAN
pengelolaan pembelajaran ini digunakan
Penelitian ini merupakan penelitian
teknologi LMS Moodle berbasis open
pengembangan dan eksperimen dengan
source sebagai engine sistem LMS, hal
melakukan survey untuk memetakan
ini dipilih dan menunjukkan bahwa
kompetensi dan substansi kompetensi
Moodle termasuk yang terbaik secara
pengajaran Algoritma Pemograman,
kelengkapan fitur. Kelengkapan fiturnya
mengidentifikasi topik-topik yang sesuai
Moodle sangat mendukung dan sesuai
pembelajaran e-learning, kemudian
dengan kebutuhan dunia pendidikan dan
mendesain model awal dan uji coba
kekuatan dan kelebihannya. Bahwa
secara terbatas kemudian dilakukan
Moodle dirancang untuk mendukung
pengembangan sebuah model e-learning
gaya belajar yang disebut dengan social
melalui diskusi dengan ahli, praktisi
constuctionist pedagogy, yang
pendidikan dan praktisi e-learning.
menggunakan gaya belajar interaktif.
Kemudian dilakukan uji coba model e-
Social constuctionist pedagogy meyakini
learning yang lebih luas untuk mencari
bahwa orang akan belajar dengan baik,
umpan balik dan penyempurnaan model.
jika mereka berinteraksi dengan learning
Penelitian dilaksanakan di Jurusan
material, membangun material baru
Pendidikan Teknik Elektronika Fakutas
untuk materi lainnya, dan berinteraksi
Teknik UNP Padang. Untuk
dengan peserta lainnya tentang material
mengumpulkan data dan informasi yang
tersebut. Implementasi Moodle sebagai
diperlukan melalui studi dokumentasi
LMS dalam perkuliahan.
dan literatur, observasi, pengisian angket
Dalam kajian ini dikembangkan
oleh mahasiswa yang telah lulus mata
modul pembelajaran kursus Algorima
kuliah Algoritma Pemograman dan
Pemograman yang ditempatkan dalam
wawancara dilakukan pada dosen-dosen
sistem pengurusan pembelajaran
mata kuliah Algoritma Pemograman.
berbasis LMS yang diharapkan sesuai
Pada akhirnya Analisis data yang akan
dengan kebutuhan institusi pendidikan.
digunakan dalam penelitian ini dilakukan
Pada penelitian ini akan dikaji
dengan menggunakan metode statistika
bagaimana mahasiswa belajar dalam
untuk melihat keberkesanan sistem
model mixed, online learning dengan
pengurusan pembelajaran tersebut.
menggunakan mata kuliah algoritma
pemograman pada satu sisi dan
pembelajaran tradisional di kelas yang
PEMBAHASAN
lain. Sebagai indikator rancang bangun
tampilan pembelajaran berbasis web
Pengelolaan proses
antara lain memiliki unsur sebagai
pembelajaran dikelola dengan
berikut: (a) Pusat kegiatan mahasiswa;
menggunakan suatu sistem yang disebut
sebagai suatu community web based
dengan Learning Management System
distance learning harus mampu
(LMS) yang berfungsi sebagai pusat
menjadikan sarana ini sebagai tempat
administrasi pembelajaran online yang
kegiatan mahasiswa, dimana mahasiswa
mencakup berbagai aktifitas utama
dapat menambah kemampuan,
dosen dan mahasiswa seperti upload
348
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
349
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
350
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
Oleh:
Erman Har
mr.ermanhar@yahoo.com
Kamisah Osman
T. Subahan Mohd. Meerah
ABSTRACT
This study aims to measure the stage of proficiency, knowledge, attitudes and use of
basic ICT Indonesian students in Malaysia, Indonesia comparing student knowledge stage
of ICT based on demographics (sex), and see the contribution of knowledge, skills and
attitudes towards the use of ICT. A total of 45 Indonesian student people who have been
randomly selected to respond to instruments given to them, the level of reliability
instrument is between 0.79 to 0.87. The data were analyzed descriptively (min and
standard deviation) and inference (t- test and multiple regression). The study shows that
unlicensed Indonesian students ICT skills are at a simple stage, knowledge of Indonesian
students are at a low stage, when the attitude and the use of ICT is at high stage. Exam
Results-t show any significant difference of ICT knowledge Indonesian students by gender
(male and female). Multiple Regression shows that there is contribution of three
variables (knowledge, skills) toward the use of ICT. Implications of the study, knowledge
of ICT is indispensable for finding information according to academic interest, for it needs
to do a test of the Indonesian students about ICT knowledge, before they began to follow
the lectures in Malaysia, for those who do not pass on the knowledge of ICT, they are
required to attend courses of ICT so that they have the knowledge and skills that can be
used in order to complete the studies smoothly and in accordance with the time allowed.
PENGENALAN
Pada era digital dan globalisasi ini, web adalah konsep yang
perkembangan teknologi informasi dan mengintegrasikan teknologi informasi
komunikasi menuntut agar perubahan dan komunikasi (Information and
dilaksanakan untuk metode pengajaran Communication Technology (ICT)) dalam
dan pembelajaran. Perkembangan terkini sistem pendidikan.Laporan pendidikan
menunjukkan bahwa teknologi informasi yang dikeluarkan oleh UNESCO (2002)
dan komunikasi (ICT) alat untuk mengenai ”teacher and teaching in a
mempercepat penyebaran dan changing world” menguraikan tentang
menyimpan informasi, seterusnya implikasi radikal dari teknologi informasi
membantu pelajar mendapatkan dan komunikasi baru terhadap metode
pengetahuan baru (Lechner & Boli belajar dan mengajar konvensional.
2000). Sekarang kita berada di dalam Menurut laporan tersebut diprediksi
era teknologi informasi dan komunikasi bahwa akan terjadi transformasi proses
(IT & ICT). IT & ICT adalah dikaitkan belajar mengajar dan cara guru dan
dengan penggunaan komputer dan siswa dalam mengakses informasi dan
bagaimana informasi boleh disampaikan pengetahuan. Perkembangan Internet
dan diterima dengan cepat. Pengajaran yang begitu cepat telah mengubah
dan pembelajaran (P&P) berasaskan banyak aspek dalam proses komunikasi
351
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
data komputer, setelah jaringan internet sebagai sumber pembelajaran; (b) Biaya
barubah menjadi jaringan global, banyak yang diperlukan masih relative mahal
aplikasi baru berkembang untuk untuk tahap-tahap awal; (c) Belum
menunjang keefektifan dan kefleksibelan memadainya perhatian dari berbagai
lintas data dalam jaringan internet, dan pihak terhadap pembelajaran melalui
Internet berubah menjadi topik yang Internet dan (d) Belum memadainya
selalu up to date untuk dibicarakan pada infrastruktur pendukung untuk daerah-
tingkat riset dan materi perkuliahan di daerah tertentu (Soekartawi, 2003).
perguruan tinggi diseluruh dunia. Selain kendala dan hambatan ini,
Perubahan yang amat pesat ini akhirnya kelemahan lain yang dimiliki oleh sistem
mengubah pola pemafaatan internet oleh e-learning ini yaitu hilangnya nuansa
perguruan tinggi, yang semula hanya pendidikan yang terjadi antara pendidik
digunakan untuk riset, menjadi sarana dengan peserta didik, karena yang
untuk mempublikasikan hasil riset menjadi unsur utama dalam e-learning
tersebut, dan akhirnya bagaimana adalah pembelajaran. Victor Jeurissen
memanfaatkan jaringan ini sebagai (2004) dari IBM, telah mendefinisikan e-
sarana dalam proses pendidikan. Ide-ide Pembelajaran sebagai penggunaan
tentang pemanfaatan jaringan global ini teknologi berinovasi dan model
sebagai sarana pengajaran telah pembelajaran yang dapat menukarkan
melahirkan banyak hal, yang semula cara seseorang dan juga organisasi
hanya berupa CBT (Computer-Based memperolehi kemahiran dan menambah
Training) menjadi WBT (Web-Based pengetahuan yang baru.
Training)(Horton, 2000). Permasalahannya adalah sejauhmana
Pendidikan pada dasarnya pelajar Indonesia dapat menggunakan
merupakan suatu proses komunikasi ICT dalam proses pembelajarannya.
informasi dari pendidik kepada peserta
didik yang berisi informasi-informasi
pendidikan, yang memiliki unsur pendidik TUJUAN DAN OBJEKTIF
sebagai sumber informasi, media Kajian ini bertujuan untuk
sebagai sarana penyajian ide, gagasan mengukur tahap keterampilan,
dan materi pendidikan serta peserta didik pengetahuan, sikap dan penggunaan
itu sendiri (Oetomo, 2004). ICT dasar pelajar Indonesia di Malaysia,
Permasalahannya adalah apakah para membandingkan tahap pengetahuan
pelajar Indonesia mempunyai pelajar pelajar Indonesia tentang ICT
pengetahuan tentang ICT. Beberapa berdasarkan demografi (Jantina), dan
bagian unsur ini mendapat sentuhan melihat sumbangan pengetahuan,
media teknologi informasi, sehingga keterampilan dan sikap terhadap
mencetuskan lahirnya ide tentang e- penggunaan ICT. Oleh sebab itu objektif
learning (Utomo, 2001). E-Learning kajian ini adalah sebagai berikut:
berarti pembelajaran dengan
menggunakan jasa bantuan perangkat 1. Mengetahui tahap pengetahuan,
elektronika, khususnya perangkat keterampilan, dan sikap pelajar
komputer (Soekartawi, 2003). Karena itu Indonesia tentang ICT
e-learning sering juga disebut on-line 2. Membandingkan tahap
course. Dalam berbagai literature e- pengetahuan pelajar tentang ICT
learning tidak dapat dilepaskan dari berdasarkan demografi (Jantina)
jaringan Internet, karena media ini yang 3. Menentukan sumbangan
dijadikan sarana untuk penyajian ide dan pengetahuan, kemahiran dan sikap
gagasan pembelajaran. Namun dalam terhadap penggunaan ICT
perkembangannya masih dijumpai
kendala dan hambatan untuk
mengaplikasikan sistem e-learning ini,
antara lain : (a) Masih kurangnya
kemampuan menggunakan Internet
352
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
353
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
bersikap positif terhadap komputer dapat dan inferensi ujian-t, ANOVA sehala dan
menguasai kemahiran komputer dengan Regresi berganda untuk menjawab
cepat. Manakala, Tan (1987) mendapati persoalan kajian. Sebelum analisis data
bahawa sikap seorang pelajar terhadap dilakukan maka perlu dilihat reliability
komputer dapat memberi kesan kepada item-item instrumen pelajar dengan
tahap literasi dan tahap kemahiran melihat Alfa Cronbach, didapati nilai
komputer. reliability instrumen iaitu antara α = 0.79
Sekiranya para pelajar dapat hingga α = 0.87. Penganalisisan data
berfikiran positif dan siap menerima adalah mengikut objektif kajian dan
hambatan-hambatan dan dugaan IT & hipotesis-hipotesis yang dibina, dua
ICT, ianya boleh memberikan manfaat peringkat analisis iaitu analisis deskriptif
yang besar dalam kehidupan dan masa (min dan peratusan), dan analisis
mendatang. Pendapat ini turut disokong inferensi iaitu ujian- t, ANOVA sehala
oleh seorang pengkaji dalam bidang IT dan Regresi berganda.
(Zoraini, 1997 ) yang menjelaskan
bahwa : “Kini kita tidak boleh menoleh ke
belakang. Jalan ke hadepan akan HASIL PENELITIAN
menuju ke dunia teknologi informasi. Profil Responden
Mereka yang senantiasa memperbaharui
Bagian ini menjelaskan latar
pengetahuan dan keterampilan mereka
belakang responden mengikut umur,
akan maju dalam masyarakat di masa
Jenis kelamin, SSE. Kajian ini
depan.”
melibatkan 45 orang pelajar Indonesia,
Pendekatan pembelajaran secara
dengan pengambilan responden secara
simulasi amat bersesuaian bagi
acak di Malaysia yang menunjukkan
menerapkan keterampilan secara
bahwa: 62.2 % perempuan dan 37.8 %
bertanggungjawab. Quinn (1993) dan
lelaki, status sosial ekonomi (SSE)
Magnusson & Palincsar (1995) misalnya
didominasi oleh SSE sederhana 60.0 %,
telah mendapati bahawa penggunaan
24.4 % SSE tinggi dan hanya 15.6 %
simulasi komputer di dalam proses
SSE rendah seperti tabel 1.1
pembelajaran mampu meningkatkan
keterampilan pelajar untuk
Tabel 1.1. Profil Responden, Frekuensi,
menyelesaikan sesuatu masalah yang
Peratusan, Berdasarkan demografi dan
diberikan dengan efektif. Simulasi
Kategori
berkomputer juga mampu meningkatkan
Frekuen Peratusan
motivasi, mengurangkan berlakunya Demografi
Kategori
si (%)
Responden
salah konsep dalam pembelajaran, (N)
mengintegrasikan informasi dengan Umur 20-29 tahun 16 35.6
30-39 tahun 8 17.8
efektif serta meningkatkan peluang 40-49 tahun 15 33.3
berlakunya pembelajaran yang lebih 50-59 tahun 6 13.3
bermakna (Mayes, 1992 & Gokhale, Total 45 100.0
1996). Jenis Lelaki 17 37.8
kelamin Perempuan 28 62.2
Total 45 100.0
METODOLOGI SSE Tinggi 11 24.4
Kajian ini merupakan kajian Sederhana 27 60.0
Rendah 7 15.6
tinjauan, dengan menggunakan Total 45 100.0
instrumen sebagai alat pengumpulan
data utama, populasi kajian pelajar
Persoalan kajian 1 Apakah tahap
Indonesia yang berada di Malaysia,
pengetahuan, keterampilan, dan sikap
pengambilan sampel secara acak dan
pelajar Indonesia tentang ICT
penentuan jumlah sampel secara
proporsional sampling. Sejumlah 45
Hasil kajian menunjukkan bahwa tahap
orang pelajar Indonesia telah memberi
pengetahuan pelajar Indonesia tentang
respons. Analisis data secara deskriptif
354
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
ICT di Malaysia pada tahap yang t sig H0. ditolak 0.019< 0.05
sederhana, keterampilan tentang ICT Dapatan ujian-t tentang pengetahuan
berada pada tahap rendah, manakala ICT daripada pelajar Indonesia di
sikap dan penggunaan ICT berada pada Malaysia memamerkan terdapat
tahap yang tinggi, bagaimanapun rata- perbezaan yang signifikan antara pelajar
rata pengetahuan, keterampilan, sikap lelaki dengan pelajar perempuan (t=-
dan penggunaan ICT pelajar berada 2.351, p=0.019). Keputusan kajian H01,
pada tahap sederhana seperti tabel 1.2 ditolak dengan ujian-t (p=0.019<0.05),
ertinya terdapat perbezaan yang
Tabel 1.2. Skor Min Pengetahuan, signifikan antara pelajar lelaki dengan
Keterampilan, Sikap dan Penggunaan ICT pelajar perempuan, tentang
Pelajar Indonesia. pengetahuan ICT dengan skor min
Skor pelajar lelaki (skor min= 4.11, SD=0.68)
Kategori Standard
Min Interpretasi berbanding skor min pelajar perempuan
tentang ICT Deviasi
(N=45)
(skor min=4.27, SD=0.49) dengan lain
Pengetahuan 3.62 0.73 Sederhana
Keterampilan 2.07 0.82 Rendah
perkataan, pengetahuan ICT pelajar
Sikap 3.85 0.64 Tinggi perempuan lebih tinggi berbanding
Penggunaan 3.73 0.71 Tinggi dengan pengetahuan ICT pelajar lelaki.
Rata-rata 3.32 0.72 Sederhana Persoalan kajian 3. Sejauhmanakah
terdapat sumbangan pengetahuan,
Persoalan kajian 2. Adakah terdapat keterampilan dan sikap terhadap
perbedaan yang signifikan pengetahuan penggunaan ICT
pelajar Indonesia tentang ICT
berdasarkan demografi (Jantina) H0.2 Tidak terdapat sumbangan
pengetahuan, keterampilan dan
H0.1 Tidak terdapat perbedaan yang sikap terhadap penggunaan ICT
signifikan pengetahuan pelajar
Indonesia tentang ICT berdasarkan Sumbangan pengetahuan, keterampilan
demografi (Jantina) dan sikap terhadap penggunaan ICT,
Analisis regresi berganda dengan
Perbezaan pengetahuan ICT pelajar menggunakan metoda stepwise
Indonesia berdasarkan Jantina seperti memperlihatkan sembangan yang
dipamerkan pada Tabel 1.3. signifikan seperti dipamerkan tabel 1.4
Tabel 1.3. Dapatan Ujian-t Perbezaan
Pengetahuan ICT Pelajar Indonesia
Berdasarkan Jantina
Ujian independent sample t test
Jantina N Min t Sig
Pengeta Lelaki 17 4.11 -2.351
huan ICT 019
Perempuan 28 4.27
*Sig. Aras 0.05
Tabel 1.4. Analisis regresi berganda bagi pengetahuan, keterampilan dan sikap yang
menyumbang kepada penggunaan ICT
Elemen tentang Ralat
B Beta t Sig r R2 Sumbangan
ICT Piawai
Pengetahuan ICT 0.157 0.043 0.170 3.655 0.000 0.180(a) 0.030 3.0%
Ketrampilan ICT 0.128 0.062 0.096 2.071 0.039 0.204(b) 0.037 0.7%
konstan 2.162 0.326
R Berganda = 0.042
R Kuasa dua = 0.037
Ralat = 0.502
355
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
356
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
memberikan manfaat yang besar dalam Law. N., Y. Lee & A. Chow. 2002.
kehidupan dan masa mendatang. Practice characteristics that lead to
Pendapat ini turut disokong oleh seorang 21st century learning outcomes.
pengkaji dalam bidang IT yang Journal of Computer Assisted
menjelaskan bahwa : “Kini kita tidak Learning. 18: 415-426 Blackwell
boleh menoleh ke belakang. Jalan ke Science Ltd.
hadepan akan menuju ke dunia teknologi
Lechner, F. J. & Boli, J. 2000. The
informasi. Mereka yang senantiasa
globalization reader. Oxford:
memperbaharui pengetahuan dan
Blackwell Publisher
keterampilan mereka akan maju dalam
masyarakat di masa depan.” Utomo, Junaidi. 2001. Dampak Internet
Calon-calon pelajar yang hendak Terhadap Pendidikan :
melanjutkan pelajaran ke luar negera Transformasi atau Evolusi, Seminar
yang belum lulus tentang pengetahuan Nasional Universitas Atma Jaya
ICT di sarankan untuk dapat mengukuti Yogyakarta, 7 April 2001.
kursus-kursus yang bertalian dengan ICT
Oetomo, B.S.D dan Jarot Priyogutomo
sehingga dapat mengikuti kuliah di luar
2004 Kajian Terhadap Model e-
negara dengan lancar dan sukses sesuai
Media dalam Pembangunan Sistem
waktu yang ditentukan.
e-Education, Makalah Seminar
Nasional Informarika 2004 di
Daftar Pustaka Universitas Ahmad Dahlan
Yogyakarta pada 21 Februari 2004.
Annonymous (2002). Information and
Comunication Technologies in Norazah, M,.N,. & Ngau, N,.H 2009.
Teacher Education (A Planning Pembangunan dan Penilaian
Guide) UNESCO, Paris Bahan Pengajaran dan
Pembelajaran Berasaskan Web –
Chang, Chi-Cheng. 2001. A study on the Webquest bagi Mata Pelajaran ICT.
evaluation and effectiveness Jurnal Pendidikan Malaysia
analysis of webbased learning 34(1)(2009): 111 – 129
portfolio (WBLP). British Journal of
Educational Technology; 32(4): Magnusson, S. J., & Palincsar, A. (1995).
435-459. The learning environment as a site
of science education reform.
Clement F.J., (1981). Computerphobia: Theory into Practice, 34(1), 43-50.
What to do about it? Education
Technology. Mayes, R. L. (1992). The effects of using
Horton, William, 2000 Designing Web software tools on mathematical
Based Training, John Wiley & Son problem solving in secondary
Inc. USA, 2000. schools. School Science and
Mathematics, 92(5), 243-248.
Gokhale, A. A. (1996). Effectiveness of
computer simulation for enhancing Mohd Yusof Othman (2000). Globalisasi:
higher order thinking. Journal of Imperialisme Baru Abad Ini,
Industrial Teacher Education, Muhadharah Pemikiran Islam, siri
33(4), 36-46. 1, Percetakan Yayasan Islam,
Terengganu.
Jung, Insung Choi & Seonghee Lim,
Cheolil. 2002. Effects of Different Soekartawi, 2002 Prospek Pembelajaran
Types of Interaction on Learning Melalui Internet, Bahan
Achievement, Satisfaction and Ceramah/Makalah
Participation in Web-Based disampaikanpada Seminar yang
Instruction. Source: Innovations in diselenggarakan oleh Balitbang
Education & Teaching International; Depdiknas, Jakarta, 18 Desember
39(2): 153-163. 2002.
357
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
Victor Jeurissen 2004 IBM tackles Quinn, C. N. (1993). Cognitive skills and
learning in the workplace(Nov 8, computers: "Framing" the link.
2004); Proceedings of the Fifth
International Conference on
Tan Keng Hee (1987). Keberkesanan
Thinking, Townsville, Australia.
aktiviti-aktiviti kesedaran dan kenal
faham komputer di kalangan Zoraini Wati Abas. 1997 Internet: Naluri
sekumpulan pelajar sekolah Ingin Tahu Perlu Dipupuk, Utusan
mnenengah. Tesis Megabait, Utusan Malaysia.
Sarjana:Universiti Sains Malaysia. (September 25, 1997)
358
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
Oleh:
Faridah Hanim Yahya *)
fhyzul@yahoo.com / faridah.hanim@ipteknik.edu.my
ABSTRACT
Instruction Design (ID) Model for PBL MathS-Set courseware was designed and
developed as a guide to produce an effective interactive multimedia teaching and learning
material for Set topic in Mathematics. This model consists of learning theories,
Mathematical approach, holistic development, teaching and learning using interactive
multimedia, teaching planned and comprehensive based on modules and teaching
sequence. Characteristics of PBL were also embedded in the courseware such as
Authentic Problem Scenario, project based on scenario, PBL process and group work.
Reasoning Level Diagnostic Test was conducted to form heterogeneous groups of
students for PBL activities. These groups were mixed of two types of reasoning:
Hypothetical Deductive (HD) and Empirical Inductive (EI). Multimedia elements such as
graphics and animation, were also embedded in the courseware to support thinking and
reasoning skills using Venn diagram. A quasi-experimental approach was conducted as a
usability testing on PBL MathS-Set courseware at a technical secondary school in
Malaysia. A total of 51 form four students involved in the study. Findings of the study
showed that there was a significant difference in achievement between experimental and
control group. Therefore, the usage of interactive multimedia PBL MathS-Set courseware
is able to increase students’ performance and suitable to be used as an effective teaching
and learning material for Set topic in Mathematics.
Keywords: PBL, Authentic Problem Scenario, PBL Process, Interactive Multimedia
PENDAHULUAN
359
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
360
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
361
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
362
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
363
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
364
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
365
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
366
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
Oleh:
Fouziah Mohd *)
fouzie1519@yahoo.com.my
Ruhizan Mohd Yasin *)
dr_ruhizan@yahoo.com
ABSTRACT
Pemilihan kerjaya yang tepat serta memberi hasil pulangan yang setimpal menjadi fokus
utama pelajar dan keluarga dalam merancang kerjaya. Penarikan diri dari memilih bidang
teknikal sebagai pilihan utama adalah ketara dalam kalangan pelajar perempuan. Justeru,
tujuan kertas ini adalah untuk membincangkan pengaruh interaksi bias gender yang
mempengaruhi pemilihan kerjaya dalam bidang teknikal hasil daripada kajian
menggunakan kerangka teoritikal berdasarkan kepada Teori Kerjaya Sosial Kognitif oleh
Lent et.al (1994). Kajian berbentuk tinjauan ini menggunakan instrumen soal selidik.
Kajian telah dijalankan di 17 buah sekolah menengah teknik/vokasional di Malaysia.
Pemilihan sampel dilakukan secara rawak berstrata yang melibatkan 1,436 orang pelajar
tingkatan 5. Pemprosesan data dibuat dengan menggunakan Program PASW 18.0. Data
kuantitatif dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif dan inferensi. Dapatan
kajian menunjukkan tahap interaksi bias gender yang tinggi dalam pengajaran dan
pembelajaran mata pelajaran teknikal/vokasional. Dapatan kajian juga menunjukkan
bahawa terdapat hubungan yang lemah serta kecil antara interaksi bias gender dan
matlamat pemilihan kerjaya dalam bidang teknikal. Implikasi dapatan kajian
mencadangkan agar pihak sekolah berusaha meningkatkan kesedaran guru agar
menjadikan pengajaran dan pembelajaran yang neutral bias dengan menggunakan
pendekatan pengajaran berbantukan teknologi dan informasi. Pelajar perlu meningkatkan
kesedaran mereka terhadap kemampuan diri dalam bidang teknikal melalui aktiviti seperti
carian tentang keperluan dan maklumat kerjaya di dalam internet, ceramah, lawatan dan
bimbingan. Kajian juga mendapati peranan guru teknikal perlu ditingkatkan dalam aktiviti
kaunseling kerjaya di sekolah. Selain itu, program kesedaran tentang persamaan gender
adalah kritikal diwujudkan di sekolah dengan menggalakkan penggunaan teknologi dan
informasi seperti E-Learning, multimedia dan komputer, . Ibu bapa perlu memainkan
peranan dalam menyampaikan maklumat kerjaya dalam bidang teknikal di rumah selain
daripada peranan guru di sekolah. .
PENDAHULUAN
367
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
368
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
369
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
370
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
aliran yang diikuti semasa di sekolah Jadual 3(a) menunjukkan ujian-t Interaksi
menengah teknik/ vokasional pula, bias Gender secara Lisan (t=-0.43;
seramai 498 orang (34.7 %) mengikuti p=0.01), Jadual 3(b) pula menunjukkan
aliran teknik, 467 orang (32.5 %) aliran Interaksi Bias Gender Bukan Lisan (t=-
vokasional dan 471 orang (32.8 %) pula 0.65; p=0.84). Konstruk Interaksi Bias
dari kursus kemahiran. Instrumen soal Gender menunjukkan perbezaan min
selidik digunakan untuk mengumpul peratus yang signifikan( iaitu nilai
maklumat tentang penerimaan interaksi p<0.05) dalam kajian ini. Ini
bias gender dalam kalangan pelajar. Menunjukkan terdapat perbezaan yang
Item-item soal selidik dibina sendiri signifikan antara kumpulan pelajar lelaki
berdasarkan pembacaan dan juga dan perempuan. Konstruk Interaksi Bias
diubahsuai dari kajian-kajian lepas. Gender (Bukan Lisan) menunjukkan
tidak terdapat perbezaan di antara
jantina.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Jadual 3(a): Interaksi bias Gender (Lisan)
Data dianalisis menggunakan SPSS Mengikut Jantina
Version 17.0 untuk mengenal pasti tahap
interaksi bias gender, hubungannya Penilaian Min Sisihan Piawai tSig
dengan matlamat pemilihan kerjaya
Lelaki 3.62 0.53 -0.43 0.01
dalam bidang teknikal dan perbezaan
Perempuan 3.63 0.50
penerimaan interaksi bias gender.Secara
umumnya statistik deskriptif Jadual 3(b):Interaksi Bias Gender (Bukan
menunjukkan bahawa tahap interaksi Lisan) Mengikut Jantina
bias gender adalah tinggi dengan Min=
3.69 dan Sisihan Piawai=0.44 dalam Penilaian Min Sisihan Piawai t Sig
kalangan pelajar sekolah menengah Lelaki 3.76 -0.65 0.84
teknik/vokasional seluruh Malaysia. Perempuan 3.77
Jadual 1: Skor Min, Sisihan Piawai dan Dapatan kajian mendapati nilai r ialah
Interpretasi Interaksi Bias Gender. 0.175. Ini menunjukkan perhubungan
antara metlamat dan interaksi bias
Penilaian Min sisihan Interpretasi
Piawai gender adalah lemah. Sementara nilai
p= 0.000 <0.05. Hipotesis nol ditolak
Interaksi 3.69 0.44 tinggi dan menunjukkan terdapat perhubungan
Bias gender yang signifikan antara matlamat dan
interaksi bias gender.
Jadual 2 menunjukkan hasil ujian-t
terhadap perbandingan min berdasarkan Interaksi matlamat
jantina. Ujian-t daripada keseluruhan bias
item interaksi bias gender menunjukkan gender
peratusan min untuk responden lelaki Matlamat Korelasi 0.175 1
dan perempuan yang hampir sama. spearman
Signifikan .000*
Tidak terdapat perbezaan yang signifikan (2-tailed)
di antara min skor interaksi bias gender N 1436 1436
pelajar dan perempuan (t=-0.59;
p=0.066)
PENUTUP
Jadual 2: Interaksi Bias Gender Mengikut
Jantina
Interaksi bias gender yang berlaku
Penilaian Min Sisihan Piawai t Sig semasa proses pengajaran dan
pembelajaran tidak memberi pengaruh
Lelaki 3.69 0.45 -0.59 0.66 yang besar dalam pemilihan kerjaya
Perempuan 3.70 0.43 pelajar, namun begitu kewujudannya
371
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
akan menjadikan proses pengajaran dan sekali menangkat tangan tetapi meminta
pembelajaran di dalam kelas tidak pelajar berfikir beberapa minit sebelum
memberi sepenuh manafaat kepada mengangkat tangan. Mengaitkan bahan
semua pelajar. Pelajar-pelajar pengajaran dengan kehidupan sebenar
menjadikan faktor efikasi kendiri, dan apa yang dipelajari dapat membantu
ganjaran yang diharapkan dan orang lain. Pelajar perempuan berminat
penerimaan maklumat tentang kerjaya mempelajari sesuatu yang perkara yang
yang bakal dipilih sebagai pilihan utama terdapat kaitan yang kukuh antara
dalam memilih kerjaya. Situasi interaksi pembelajaran dan sumbangan terhadap
bias gender masih wujud dan pengajaran dunia. Oleh itu akses internet secara
yang merpaksikan bias gender akan lansung di dalam kelas akan
menghasilkan kesan-kesan negatif yang memudahkan usaha ke arah itu.
ketara terutamanya kepada pelajar Cadangan lain yang dapat dilakukan
perempuan. Pendekatan yang ialah dengan mengatur kumpulan belajar
sistematik dan penggunaan sumber berbanding membiarkan mereka
teknologi dan informasi ternyata mampu melakukannya. Buat giliran untuk
mengelakkan situasi ini dari berlaku membuat tugasan dalam kumpulan
serta dapat menarik minat semua pelajar supaya semua pelajar terlibat. Jika
tanpa batasan gender dan jantina. dibiarkan, pelajar perempuan lebih
Langkah-langkah yang boleh guru memilih untuk mencatat nota dan
lakukan untuk menghadapi dan melakukan kerja-kerja pengurusan
mengurangkan bias gender di dalam daripada melakukan kerja yang
kelas adalah menyoal serta menggunakan peralatan atau amali.
mengambilkira perbezaan sikap, Lakukan penilaian awal dalam mata
jangkaan dan interaksi pelajar-guru. pelajaran teknikal bagi memberi bantuan
Selain itu menggunakan strategi awal kepada pelajar perempuan.
pengajaran yang berubah-ubah bagi Pendidikan kerjaya yang diterima pelajar
memahamkan pelajar seperti menjadi sumber utama maklumat
menggunkan pendekatan teknologi dan berkaitan kerjaya yang akan dipilih
informasi. setelah menamatkan pelajaran perlu
lebih mantap dan menarik dengan
Pengasingan antara lelaki dan menyediakan akses internet yang
perempuan mengikut kumpulan meja meluas di bengkel dan kawasan sekolah
atau dengan perlawanan kumpulan lelaki yang lain. Maklumat yang diterima
melawan kumpulan perempuan semasa samada melalui laman web,
pertandingan atau kerja kumpulan akan penyampaian guru semasa mengajar,
meningkatkan interaksi bias gender. lawatan, latihan, ujian kerjaya, helaian
Ubah kumpulan lebih kerap dan beri maklumat dan ceramah membekalkan
peluang yang fleksibel untuk pelajar maklumat yang tepat dan terkini.
membentuk kumpulan campuran Limpahan maklumat yang diterima akan
mereka. Meningkatkan pergerakan membantu pelajar mengenali lebih
dalam bilik darjah dapat memastikan mendalam tentang bidang yang diminati
pelajar lelaki dan perempuan dan memilih bidang yang difikirkan
bekerjasama dan lebih bermakna melalui berseuaian dengannya.
pengalaman yang dibentuk. Tindakan
yang perlu dilakukan untuk mewujudkan
bilik darjah yang bebas daripada bias Daftar Pustaka
gender iaitu dengan meningkatkan
kesedaran terhadap kesan gender dalam Adya, M. and K. M. Kaiser (2005).
perjalanan kelas dan kehidupan seharian "Early Determinants of Women in
serta menyediakan faciliti pembelajaran The IT Workforce: a Model of Girls'
yang bersesuaian. Semasa berinteraksi Career Choices." Information
menyoal soalan, guru perlu mengelakkan Technology & People 18(3): 230-
memanggil pelajar yang mula-mula 259.
372
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
K. P. N. d. p. M. Malaysia.
Altermatt, E. R., J. Jovanovic, et al.
Langkawi, Malaysia: 1-38.
(1998). "Bias or responsivity? Sex
and achievement-level effects on Hanson, S. L. (1996). "Gender, Family
teachers' classroom questioning Resources, and Success in
practices." Journal of Educational Science." Journal of Family Issues
Psychology. 90(3): 516-527
Jones, M. G., & Wheatley, J. Gender
Amla, S., Zuria, M., & Salleh, A. (2006). differences in teacher–student
Bimbingan dan kaunseling sekolah. interactions in science classrooms,
Bangi: Penerbit Universiti Journal of Research in Science
Kebangsaan Malaysia. Teaching, 27, 861-874.
Andrew, T. (2009). "Positive Learning Lent, R. W., Brown, S. D., & Hackett. G.
Environment Promoting Classroom (1994). Toward a unifying social
Rules that Motivate Students to cognitive theory of career and
Learn." academic interest, choice, and
performance. Journal of Vocational
Chua, B. S, (2000). Sumber-sumber
Behavior, 45, 79-122.
Stress Pekerjaan di Tiga Jabatan di
Negeri Sabah Makhubu, L. P. (1999). "Science: The
Gender Issue." Women, science
Duffy, J., Warren, K., & Walsh, M.
and technology; Towards a new
(2001). Classroom interactions:
development? UNESCO: 9-15.
Gender of teacher gender of
student, and classroom subject. Ming, M. C., Lawrance. K. (2005).
Sex Roles, 45 (9/10), 579-593. "Effects of Resources, Inequality,
and Privilege Bias on Achievement:
Frawley, T. (2005). Gender bias in the
Country, School, and Student Level
classroom: Current controversies
Analyses." American Educational
and implications for teachers.
Research Journal 42(4).
Childhood Education.
http://findarticles.com/p/articles/mi_ Mohamed Sharif & Roslee, A. (2006).
qa3614/is_200507/ai_n14683848/? Bimbingan dan Kerjaya: konsep
tag=content;col1 dan Amalan Kontemporari. Skudai,
Penerbit Universiti Teknologi.
Friedrich, G. W., K. M. Galvin, et al.
(1976). Growing Together.. Mok, S.S. (1996). Pengajaran
Classroom Communication. USA, Matematik. Kuala Lumpur,
Charles E. Merrill Publishing Kumpulan Budiman Sdn Bhd.
Company.
Nicaise, V., Cogérino, G., Fairclough, S.,
Ginzberg, E, Ginsburg, S. W., Axelrad, Bois, J., Davis, K. (2007). "Teacher
S., & Herma, J. L. (1966). feedback and interactions in
Occupational choice: An approach physical education: Effects of
to a general theory. New York: student gender and physical
Columbia University Press. activities." European Physical
Education Review 13(3): 319-
Gordon, M.(1998)"classroom
337.
interaction."A Dictionary of
Sociology. Encyclopedia.com. 22 Prendergast, S. (1996). "A “discourse of
Jan.2011 the pinks and blues”: some
http://www.encyclopedia.com. arguments for the visibility of
gender in the PSHE curriculum."
Grandea, N. (1994). Gender Equity in the
Health Education 5: 30-34. Sabah,
1990s and Beyond: Meeting
Sekolah Psikologi dan Kerja Sosial
Women's education and Training
Universiti Malaysia Sabah.
Needs. Conference on Gender
Equity in Education and Training.
373
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
374
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
Oleh:
Ganefri*)
ABSTRACT
375
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
Oleh:
Haryanto
haryanto_plb@uny.ac.id
ABSTRACT
This study aimed to reveal the factors inhibiting accessibility for the disabled to
obtain their education in inclusive schools. The study was conducted in Yogyakarta
Special Province. Samples in this study were students with disabilities who were learning
in Inclusive Schools from the levels of Elementary Schools (SD) up to Senior High
Schools (SMTA) in Yogyakarta. This study took place in April - October 2009. The data
were taken directly from the sources of respondents or informants (primary data), or
indirectly from the related institutions (secondary data). The primary data included
respondents' personal identity, information about facilities and infrastructure of the
inclusive schools, respondents' perception concerning the social aspect, and accessibility
aspect of the school. This study used several methods in data collection, i.e.:
questionnaire, documentation, and in-depth interview. The data were analyzed using the
descriptive qualitative and quantitative techniques. The study shows that: (1) accessibility
for the disabled seems to be quite a difficult and complicated problem to be realized in
inclusive schools; (2) providing accessibility for the disabled proved to be difficult,
expensive and facing many obstructions, due to the government's and especially the
school's limited budget; (3) accessibility of public facilities for the disabled is more about
the willingness of the policy makers to manage it as well as the willingness of educational
institutions to continuously oversee the policy; (4) implementing physical accessibility for
education in inclusive schools is about how to return the human dignity of the minority
groups including people with disabilities.
PENDAHULUAN
383
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
384
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
385
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
386
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
387
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
kurang baik bagi para tunanetra yang menggunakan tabel distribusi frekuensi
menggunakan tongkat untuk mendeteksi tunggal dan tabel silang.
batas antara trotoar dan jalan raya.
Berikut ini contoh bentuk
aksesibilitas adalah, memberi “tanjakan” HASIL DAN PEMBAHASAN
atau ramp pada jalur tangga, supaya
Bagi para siswa penyandang cacat
mereka yang menggunakan kursi roda
di sekolah inklusi kenyataan menghadapi
atau yang tidak sanggup naik tangga,
berbagai hambatan arsitektural di dalam
tetap bisa melewatinya. Juga pegangan
bangunan-bangunan dan fasilitas-
pada setiap jalan, atau kamar mandi,
fasilitas yang disediakan bagi
ruang menuju klas, lantai timbul untuk
kepentingan umum ternyata tidak selalu
tunanetra.
mudah atau bahkan sering tidak
memungkinkan bagi para penyandang
METODOLOGI
cacat untuk berpartisipasi penuh dalam
Penelitian dilaksanakan di Propinsi situasi normal, baik dalam bidang
Daerah Istimewa Yogyakarta, yang pendidikan, pekerjaan maupun rekreasi.
terdiri dari empat kota kabupaten dan Beberapa contoh hambatan arsitektural
satu kota madya yang telah adalah tidak adanya trotoar, permukaan
menyelenggarakan sekolah inklusi. jalan yang tidak rata, tepian jalan yang
Populasi dalam penelitian ini adalah para tinggi, lubang pintu yang terlalu sempit,
siswa penyandang cacat yang sedang lantai yang terlalu licin, tidak tersedianya
mengikuti pendidikan tingkat SD – SMTA tempat parkir yang sesuai, tidak tersedia
di lima kota (kota Yogyakarta, Bantul. lift, fasilitas sanitasi yang terlalu sempit,
Sleman, Kulonprogo, dan Gunungkidul). telepon umum yang terlalu tinggi, tangga
Sampel yang dipilih dalam penelitian ini yang tidak berpagar pengaman, jendela
adalah sampel nonprobabilitas, tepatnya atau papan reklame yang menghalangi
adalah menggunakan metode quota jalan, dan masih banyak lagi.
sampling. Berdasarkan metode ini Hal-hal tersebut di atas menjadi
ditetapkan jumlah kuota responden di masalah bagi penyandang cacat dari
masing-masing kota yaitu (1) di kota jenis dan derajat kecacatan tertentu
Yogyakarta 20 anak; (2) Bantul 20 anak; sehingga mereka tidak dapat
(3) Kulonprogo 20 orang; (4) Sleman 20 merealisasikan kesamaan haknya
anak; dan (5) Gunungkidul 20 anak. sebagai warga masyarakat.
Sumber data adalah data yang Sesungguhnya para penyandang cacat
diperoleh secara langsung dari tidak mengharapkan dan tidak pula
responden atau informan (data primer), memerlukan lebih banyak hak daripada
dan data yang diperoleh secara tidak orang-orang pada umumnya. Mereka
langsung, yakni dari instansi terkait (data hanya menghendaki agar dapat bergerak
sekunder). Data primer antara lain di dalam lingkungannya dengan tingkat
tentang identitas responden, informasi kenyamanan, kemudahan dan
tentang Sekolah Inklusi, persepsi keselamatan yang sama dengan warga
responden berkaitan dengan aspek masyarakat lainnya, memperoleh
sosial, dan aspek kebendaan atau kesempatan yang sama untuk
aksesibilitas. Dalam penelitian ini berpartisipasi dalam kehidupan yang
digunakan beberapa metode normal, dapat semandiri mungkin dalam
pengumpulan data, antara lain: angket, batas-batas kemampuannya.
dokumentasi, interview tersetruktur dan Tersedianya bangunan dan fasilitas yang
mendalam. dapat diakses oleh semua orang
Data yang telah dikumpulkan diedit, merupakan persoalan kesamaan
dan selanjut diproses melalui komputer. kesempatan dan keadilan sosial. Akses
Teknik analisis yang digunakan dalam terhadap fasilitas-fasilitas umum
penelitian ini adalah teknik analisis merupakan hak, bukan pilihan semata.
deskriptif kuantitatif kualitatif, yaitu Lebih dari itu, penataan lingkungan yang
388
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
sesuai dengan kaidah aksesibilitas akan ciri-ciri yang dapat didengar atau dilihat
juga memberikan lebih banyak dengan penglihatan terbatas yang
kenyamanan bagi warga masyarakat menunjukkan nomor lantai pada gedung-
pada umumnya. gedung bertingkat; (2) rintangan-
Hambatan arsitektural mem rintangan kecil seperti jendela yang
pengaruhi tiga kategori kecacatan membuka ke luar atau papan reklame
utama, yaitu: (1) kecacatan fisik, yang yang dipasang di tempat pejalan kaki; (3)
mencakup mereka yang menggunakan cahaya yang menyilaukan atau terlalu
kursi roda, semi-ambulant, dan mereka redup; (4) lift tanpa petunjuk taktual
yang memiliki hambatan manipulatoris (dapat diraba) untuk membedakan
yaitu kesulitan gerak otot; (2) kecacatan bermacam-macam tombol, atau petunjuk
sensoris (alat indra) yang meliputi orang suara untuk menunjukkan nomor lantai.
tunanetra dan tunarungu; kecacatan Masalah yang dihadapi tunarungu;
intelektual (tunagrahita). para tunarungu tidak mungkin dapat
Hambatan yang dihadapi oleh para memahami juga mengalami kesulitan
pengguna kursi roda sebagai akibat dari membaca bibir di auditorium dengan
desain arsitektural saat ini mencakup: pencahayaan yang buruk, dan mereka
Perubahan tingkat ketinggian permukaan mungkin tidak dapat mendengar bunyi
yang mendadak seperti pada tangga tanda bahaya. Kesulitan Tunagrahita;
atau parit; Tidak adanya pertautan landai Para penyandang kecacatan intelektual
antara jalan dan trotoar; Tidak cukupnya akan mengalami kesulitan mencari jalan
ruang untuk lutut di bawah meja atau di dalam; Konflik Kepentingan Antar
wastapel; Tidak cukupnya ruang untuk Berbagai Kategori Kecacatan;
berbelok, lubang pintu dan koridor yang Sebagaimana dapat dilihat dari bagian-
terlalu sempit; Permukaan jalan yang bagian terdahulu, satu Kategori
renjul (misalnya karena adanya kecacatan mempunyai kebutuhan
bebatuan) menghambat jalannya kursi Aksesibilitas yang berbeda dari Kategori
roda; Pintu yang terlalu berat dan sulit kecacatan lainnya. Di samping itu,
dibuka; Tombol-tombol yang terlalu tinggi terdapat variasi individual di dalam setiap
letaknya. Kategori kecacatan dan terdapat
Masalah-masalah yang dihadapi sejumlah besar orang yang menyandang
penyandang tunadaksa; adalah mereka kecacatan ganda. Oleh karena itu, sulit
yang mengalami kesulitan berjalan tetapi untuk menentukan suatu kriteria desain
tidak memerlukan kursi roda; Hambatan yang dapat memuaskan semua
arsitektural yang mereka hadapi antara penyandang cacat.
lain mencakup: (1) tangga yang terlalu Karena keterbatasan-keterbatasan
tinggi; (2) lantai yang terlalu licin; (3) yang ada pada kursi roda serta
bergerak cepat melalui pintu putar atau terbatasnya kapabilitas fisik pengguna
pintu yang menutup secara otomatis; (4) kursi roda, Maka sering terdapat situasi
pintu lift yang menutup terlalu cepat; (5) di mana Tuntutan orang non-cacat dan
tangga berjalan tanpa pegangan yang semi-ambulant berbeda dari Tuntutan
bergerak terlalu cepat. para Pengguna kursi roda Sehubungan
Hambatan arsitektural bagi Dengan sirkulasi vertikal (turun/naiknya
tunanetra; yang dimaksud dengan permukaan lahan), licin/kasarnya
tunanetra adalah mereka yang tidak permukaan lantai, keluasan ruangan,
memiliki penglihatan sama sekali (buta aktivitas sanitasi, lokasi tombol lampu
total) hingga mereka yang masih dan lift. Misalnya, bagi penyandang
memiliki sisa penglihatan tetapi tidak semi-ambulant, tangga-tangga yang
cukup baik untuk dapat membaca tulisan dirancang secara teliti akan lebih
biasa meskipun sudah dibantu dengan memudahkan daripada permukaan
kaca mata. Kesulitan-kesulitan yang landai. Permukaan lantai yang rata dan
dihadapi para tunanetra sebagai akibat licin akan sangat baik bagi Pengguna
dari desain arsitektural selama ini antara kursi roda tetapi berbahaya bagi orang
lain: (1) tidak adanya petunjuk arah atau semi-ambulant jika basah. Meskipun
389
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
390
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
391
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
392
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
Oleh:
I Made Agus Wirawan *)
kadexjus@yahoo.com
ABSTRACT
This study aims to (1) designing an instructional media based on Mobile Phone Base
Learning for Basic SQL Materials on Advanced Database Teaching. (2) implement an
instructional media based on Mobile Phone Base Learning for Basic SQL Materials on
Advanced Database Teaching. And (3) describe the student response using instructional
media based on Mobile Phone Base Learning for Basic SQL Materials on Advanced
Database Teaching.
The method used in this study is the research and development method, which is the
selected design development using Dick & Carey Model. Because the main outcome will
be produce a software research, then in the process of media development will be
equipped with a special method of software development (Software Development Life
Cycle (SDLC) method). In order to validate the academic and scientific software products
will be validated and tested through the three stages of testing :
1. Test the technical product (technical test) as a software, this testing was conducted
by researchers with software testing procedures based on the standard method
(Waterfall SDLC-based model).
2. Test the product as a instructional media, through an content expert reviewer, media
experts reviewer and a small group test conducted by two students of the PTI
Department, Undiksha Singaraja.
3. Test the product on the field through testing to students of PTI, Undiksha Singaraja,
who took a course Advanced Database.
The results showed that the Mobile Phone Base software is able to present Basic
SQL material in Subjects Advanced Database. Instructional media on Mobile Phone Base
Learning can be used as an alternative media (suplment) of instructional Basic SQL
materials in Subjects Advanced Database. Student response to the development and use
of this software is positive.
Keywords : Mobile Technology, Advanced Database, Learning Media, Mobile Learning
PENDAHULUAN
393
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
394
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
395
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
Uji coba lapangan untuk menguji berupa angket. Instrumen dan metode
kebenaran dari hipotesis penelitian, evaluasi yang digunakan untuk uji
dilakukan melalui uji coba secara lapangan untuk mendapatkan respon
terbatas ke mahasiswa Jurusan siswa yaitu berupa angket. Angket
Pendidikan Teknik Informatika, respons mahasiswa validitasnya diuji
Universitas Pendidikan Ganesha, dengan expert judgement dengan
Singaraja, yang mengambil mata kuliah menggunakan skala likert 5.
Basis Data Lanjut. Perangkat lunak yang
telah dihasilkan dan diuji melalui tahapan Analisis Data
pengembangan di atas, selanjutnya Respons mahasiswa digali
diujikan dalam pembelajaran di kelas menggunakan kuesioner dengan skala
untuk melihat respons mahasiswa likert 5 (nilai dari 1 sampai 5) yang
terhadap penggunaan media. dianalisis secara deskriptif. Konversi
tingkat respons mahasiswa dapat dilihat
Variabel pada tabel Kualifikasi Respons
Dalam penelitian ini variabel bebas Mahasiswa berikut ini :
(independent variabel) dalam penelitian
ini adalah jenis alat bantu interaksi Rentangan Nilai Kategori
pembelajaran Sinaks Basic SQL pada Respons
Basis Data Lanjut yang digunakan, yaitu Mi + 1,5 Si ≤ x Sangat Positif
dengan skema statik konvensional atau Mi + 0,5 Si ≤ x < Mi + 1,5 Si Positif
dengan Mobile Phone Base Learning Mi – 0,5 Si ≤ x < Mi + 0,5 Si Ragu-ragu
yang dikembangkan dalam penelitian ini. Mi – 1,5 Si ≤ x < Mi - 0,5 Si Negatif
Sedangkan variabel terikat X < Mi - 1,5 Si Sangat Negatif
(dependent variabel) yang diukur dalam Mi = ½ (skor tertinggi ideal + skor terendah
penelitian adalah respons mahasiswa ideal)
Jurusan Pendidikan Teknik Informatika Si = 1/6 (skor tertinggi ideal - skor terendah
Undiksha Singaraja terhadap ideal)
pengembangan dan penggunaan Mobile
Phone Base Learning sebagai alat bantu HASIL PENELITIAN
interaksi pembelajaran Sintaks Basic Untuk implementasi menu utama
SQL. dibuat empat class pendukung yang,
diantaranya : class Customer
Sampel/Subjek Penelitian Footer.java, Custom String Menu.java,
Penelitian ini dilakukan di Jurusan Menu Canvas.java, dan MyCanvas.java.
Pendidikan Teknik Informatika, Serta satu class interface yaitu
Universitas Pendidikan Ganesha, SintaksSQL.java
Singaraja. Yang akan menjadi
sampel/subjek dalam penelitian ini
adalah mahasiswa Jurusan Pendidikan
Teknik Informatika, Universitas
Pendidikan Ganesha, yang mengambil
Mata Kuliah Basis Data Lanjut pada
semester III Tahun Ajaran 2010/2011.
396
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
397
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
398
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
Oleh:
Indah Dwi Lestantri *)
indah.lestari@polman.astra.ac.id
ABSTRACT
PENDAHULUAN
399
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
400
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
401
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
402
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
fk id _ c o u r s e tin y in t ( 4 )
p k n o t in y i n t ( 4 )
t _ c o u r s e _ ja w a b
fk id _ u s e r v a r c h a r (1 0 0 )
fk id _ c o u r s e tin y in t ( 4 )
id_screen, id_no bersifat menggunakan
* n o tin y in t ( 4 )
t_ u n it t_ u n it_ te s t t _ u n it_ ja w a b
maka tipe data tinyint sesuai digunakan
fk id _ c o u r s e tin y in t ( 4 )
p k id _ u n i t t in y i n t ( 4 )
* d e s c r v a rc h a r (1 0 0 )
* c re a _ b y v a rc h a r (2 0 )
* d a te _ c r e a d a te
fk id _ c o u r s e tin y in t ( 4 )
fk id _ u n it tin y in t ( 4 )
p k id _ to p ik tin y in t ( 4 )
* d e s c r v a rc h a r (1 0 0 )
* c re a _ b y v a rc h a r (2 0 )
* d a te _ c r e a d a te
f k id _ u s e r v a r c h a r ( 1 0 0 )
f k id _ c o u r s e t in y i n t ( 4 )
f k id _ u n i t t in y i n t ( 4 )
p k n o tin y in t ( 4 )
p k g ru p tin y in t ( 4 )
* j a w a b t i n y in t ( 4 )
dalam penggunaan aplikasi ini.
* m o d i_ b y v a r c h a r (2 0 )
* d a te _ m o d i d a te * m o d i_ b y v a r c h a r ( 2 0 ) * n i l a i t i n y in t ( 4 )
* d a te _ m o d i d a te p k d a te _
* d e s c r v a rc h a r (1 0 0 )
* c re a _ b y v a rc h a r (2 0 )
* d a te _ c re a d a te
* m o d i_ b y v a r c h a r ( 2 0 )
t _ to p ik
fk id _ c o u r s e tin y in t ( 4 )
fk id _ u n it t in y in t ( 4 )
p k id _ t o p i k t i n y in t ( 4 )
t_ s c r e e n
f k i d _ c o u r s e t in y i n t ( 4 )
f k id _ u n it tin y in t ( 4 )
f k id _ t o p ik tin y in t ( 4 )
* d a te _ m o d i d a te
403
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
404
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
PENUTUP
Dengan dibangunnya WBL
berbasis LMS sebagai sarana
pembelajaran didapatkan beberapa
manfaat, antara lain memudahkan siswa
dalam memahami suatu materi karena
Gambar. 3. Tampilan layar isi WBL ini disusun secara bertingkat. Menu
(content) materi. progress sangat membantu pengajar
dalam melihat perkembangan siswa
Pada saat memilih unit materi terhadap suatu materi. WBL membantu
panduan WBL dan memilih sub menu siswa dalam melatih kemandirian siswa
panduan WBL maka akan muncul isi karena tidak bersifat teacher centris.
materi yang terlihat seperti pada Gambar Bagi suatu perusahaan, penggunaan
3. Untuk melakukan test dapat dilakukan WBL ini mengurangi biaya yang
dengan cara memilih menu course test dikeluarkan untuk akomodasi, karyawan
maupun unit test. Gambar 4 bisa belajar sewaktu-waktu tanpa
menunjukkan tampilan course test meninggalkan jam kerja sehingga secara
maupun unit test. tidak langsung akan mengurangi biaya
operasional
Pada saat mengakses course test
maupun unit test, maka tampilan test Daftar Pustaka
akan muncul, dengan default pertanyaan
yang muncul adalah pertanyaan 1. Aidyn C.C, Tirkes Guzin. (2010).
pertama. Pemberian jawaban dilakukan Open Source Learning
dengan cara memilih salah satu jawaban Management System in Distance
dan meng-klik tombol submit. Sistem Learning. The Turkish Online
akan memberikan status jawaban dan Journal of Educational
kunci jawaban yang benar. Technology, Vol. 5 Issues. 2
Tahun 2010.
2. Adi Nugroho (2005). Merakit
Komputer, Jakarta : Elek Media
Computindo.
3. Buendia, Agusti, Benlloch, Bisbal
and Lluesma. (2004). Xedu, a
proposal of Learning
Management System
Implementation. Journal of
Information Technology Impact,
Vol. 4 No. 1 Tahun 2009. Pg. 55-
Gambar. 5. Tampilan layar test. 56.
405
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
406
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
Oleh:
Indrarini Dyah Irawati
idi@ittelkom.ac.id
ABSTRACT
Audio media learning that been given have some limitations, particularly on the scope of
delivery. To maintain the audio existence, then came up an idea to give a touch of modern
technology in radio broadcasting that is the streaming radio. In this scheme, was carried
out integration between live streaming radios with Voice over Internet Protocol (VoIP) that
implemented on a Local Area Network (LAN). Results of analysis and design showed that
streaming radio is feasible developed to support the learning process.
PENDAHULUAN
Siaran radio merupakan sarana pemancar dan diterima oleh pesawat radio,
komunikasi verbal yang bersifat satu arah. maka pada radio streaming materi
Pada awal kemunculannya siaran radio pembelajaran dikirimkan melalui jaringan
merupakan salah satu media pertukaran internet dan diterima oleh perangkat
informasi yang sangat penting, misalnya computer. Streaming bisa dilakukan secara
untuk memperoleh berita internasional langsung (real-time) atau secara tidak
melewati gelombang AM. Lambat laun langsung (on-demand).
siaran radio juga difungsikan sebagai Dalam penelitian ini dilakukan suatu
media hiburan, teutama dalam cakupan integrasi radio streaming live dengan VoIP
wilayah terbatas dengan gelombang FM pada jaringan LAN. Dengan sistem ini
yang memiliki kualitas suara yang lebih dapat dibuat suatu mini studio dimana
baik. Akan tetapi seiring perkembangan setiap local jaringan bisa membuat konten-
teknologi informasi yang berkembang konten pendidikan sesuai keinginan untuk
semakin pesat ini radio mulai sedikit demi dibroadcast di LAN. Dalam radio
sedikit berkurang jumlah pendengarnya. streaming live ini dilengkapi oleh sistem
Hal ini terjadi akibat semakin maraknya VoIP sehingga dapat dilakukan komunikasi
media komunikasi dan hiburan visual yang dua arah antara penyiar dan pendengar.
lebih komunikatif serta interaktif, misalnya
siaran televisi dan internet, baik yang TEORI PENDUKUNG
berbayar maupun yang bisa diperoleh 1. Media Pembelajaran
dengan cuma-cuma. Walaupun demikian Media pembelajaran merupakan
radio tetap memiliki daya tarik tersendiri sarana yang digunakan untuk menyalurkan
bagi penikmatnya. suatu materi pembelajaran dan
Untuk mempertahankan eksistensi membangkitkan semangat peserta didik
radio maka muncul suatu ide untuk sehingga tercipta proses belajar pada diri
memberi sentuhan teknologi modern pada peserta didik.
siaran radio, diantaranya adalah dengan Manfaat penggunaan media
fasilitas internet radio streaming. Jika pembelajaran seperti diungkapkan oleh
dalam radio konvensional materi Latuheru (1988), antara lain dapat menarik
pembelajaran disampaikan melalui stasiun dan memperbesar perhatian anak didik
407
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
408
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
User
secara baik melalui rekomendasi ITU-T
P.800 dan P.830.
Salah satu metode pengukuran User
409
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
410
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
411
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
412
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
413
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
414
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
Oleh:
Isham Shah Bin Hassan *)
ishamnurul1@hotmail.com
Mohd Arif Bin Ismail **)
Ramlee Mustapha ***)
ABSTRACT
The purpose of this research is to examine the effect of the mobile and CAD technology
on designing process of Malaysian polytechnic architecture students in producing a
creative product. A website is set up based on Caroll’s minimal theory, while mobile and
CAD technology integration is based on Brown and Campione’s technology of learning
theory. This study utilized a quasi-experimental method. Final semester students of four
(4) polytechnics are chosen as a research sample. Final product is evaluated using the
validated instrument developed by researcher based on Creative Product Analysis Model
(CPAM). According to CPAM model, three primary aspects that defined the creativeness
of a product include uniqueness, practicality and details. Descriptive statistics such as
frequency, mean and standard deviation were used. The inferential statistics namely T-
Test and Pearson Correlation Analysis with a significant level p = 0.01 were utilized. The
major research outcome shows that there is a significant difference between the treatment
group product (M=79.1) and control group product (M=70.5) regarding the mobile and
CAD technology integration. This research contributes to the use of real case in the
development of an architectural website, in the use of mobile technology as a media
information sources, the use of CAD technology integration in designing process and in
the construction of validated instrument which is used to evaluate creative architectural
products.
Keywords : real case, mobile technology, CAD technology, design, creative product
PENDAHULUAN
Reka bentuk seni bina adalah satu keperluan manusia melalui proses
proses komplek dan bersifat terbuka. pencetusan idea dan ujian idea. Menurut
Pereka bentuk bermula dari sesuatu French (1998), reka bentuk seni bina
yang abstrak serta mempunyai masalah adalah merupakan respon kepada
untuk dimajukan secara berperingkat kehendak utama manusia iaitu
sehingga ke tahap yang boleh dihasilkan perlindungan dan kesenangan. Menurut
dalam bentuk produk. Aktiviti reka bentuk Lawson (1997), pula reka bentuk seni
adalah merupakan satu proses bina adalah merupakan satu proses
penyelesaian masalah yang berturutan penghasilan produk reka bentuk seni
(Demirkan 1998). Watanabe (1994), pula bina yang baru. Untuk kajian ini proses
menjelaskan proses reka bentuk adalah reka bentuk adalah merupakan satu
merupakan satu proses untuk memenuhi proses yang sistematik yang mempunyai
415
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
416
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
417
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
Laman Web Dalam Teknologi Mobil dalam ruang, pembelajaran itu mobil
Terdapat banyak pandangan dalam dalam pelbagai aspek kehidupan dan
mendefinasikan pendidikan mobil. pembelajaran itu mobil tanpa ada
Lehner dan Nosekabel (2002) batasan masa dan tempat. Menurut
menjelaskan pendidikan mobil sebagai Anna et al. (2003) pendidikan
satu perkhidmatan dan kemudahan yang berasaskan teknologi mobil adalah
membekalkan pengguna dengan kaedah pembelajaran yang
maklumat elektronik secara am dan menggunakan media kecil, mudahalih
kandungan pendidikan yang membantu dan tidak mewujudkan gangguan dalam
pencarian tanpa mengira masa dan setiap aspek kehidupan.
tempat. Vavoula dan Sharples (2002)
menjelaskan terdapat tiga cara di mana Dari definasi di atas kesimpulan boleh
pembelajaran boleh diambilkira sebagai dibuat pendidikan berasaskan teknologi
mobil iaitu pembelajaran itu mobil di mobil adalah satu pendekatan
418
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
419
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
420
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
lebih besar berbanding dengan peralatan untuk melakukan animasi mudah ke atas
mobil yang ada sekarang dimana ruang dalaman yang dihasilkan. Dengan
peralatan mobil ini dapat digunakan melakukan animasi pelajar dapat melihat
untuk memuat turun data dengan lebih ruang dalaman yang dihasilkan dari
cepat dan dapat memberi peluang sudut yang berbeza. Pelajar memberikan
kepada pengguna untuk menyimpan respon yang baik ke atas penggunaan
lebih banyak maklumat penting di dalam model digital tiga dimensi untuk
peralatan mobil. Teknologi mobil menghasilkan reka bentuk ruang
menyediakan pendekatan pembelajaran dalaman yang kreatif.
yang ideal untuk mewujudkan komuniti Secara keseluruhannya teknologi CAD
pembelajaran yang unik di dalam sistem melalui model digital tiga dimensi telah
pembelajaran yang berasaskan teknologi dapat membantu pelajar untuk
seperti politeknik pada masa hadapan. menghasilkan reka bentuk produk akhir
Masih banyak lagi kajian kualitatif dan yang kreatif. Keberkesanan penggunaan
kuantitatif yang perlu dibuat untuk model digital tiga dimensi dalam proses
mendapatkan garis panduan yang sesuai reka bentuk yang ditunjukkan oleh kajian
untuk mengintegrasi teknologi mobil ini diperkukuhkan oleh kajian yang
dalam proses pembelajaran. Pada masa dijalankan ke atas firma NBBJ oleh Von
hadapan resolusi grafik dan saiz skrin Wodtke (2000) yang menunjukkan model
untuk peralatan mobil dijangka akan digital tiga dimensi boleh memberikan
menjadi bertambah baik. Seterusnya jika idea reka bentuk yang baik dan ianya
kos pelayaran Internet dengan peralatan juga dapat membantu pereka untuk
mobil dapat dikurangkan maka sudah menilai ruang, bentuk bangunan dan
pasti teknologi mobil ini sesuai untuk butiran terperinci bangunan yang direka.
digunakan oleh pelajar pengajian tinggi Dapatan kajian ini juga diperkukuhkan
di dalam atau di luar kampus. Dari aspek oleh dapatan kajian Lawson (2007) yang
pengintegrasian teknologi CAD dalam menyatakan arkitek Ian Ritchie telah
proses reka bentuk untuk penghasilan menghasilkan ruang galeri yang kreatif di
produk kreatif, kajian ini telah dalam Muzium London melalui proses
membuktikan teknologi CAD mampu reka bentuk yang diintegrasikan dengan
memberi kemudahan kepada pelajar teknologi CAD. Lawson (2007) juga
untuk menghasilkan model digital tiga menyatakan terdapat reka bentuk tadika
dimensi dan meningkatkan kefahaman yang dihasilkan oleh guru tadika dengan
pelajar secara visual terhadap bentuk bantuan teknologi CAD yang mempunyai
keseluruhan bangunan dan ruang nilai estetik yang lebih baik dari reka
dalaman. Kajian juga telah membuktikan bentuk tadika yang dihasilkan oleh
semasa proses penghasilan bentuk dan arkitek dengan kaedah konvensional.
ruang dalaman terdapat peningkatan Kesimpulan yang dapat dibuat dari kajian
dalam elemen kreativiti pelajar kerana ini ialah teknologi CAD berupaya untuk
teknologi CAD menggalakkan pelajar membantu pelajar seni bina untuk
untuk menghayati bentuk dan ruang menghasilkan produk reka bentuk yang
dalaman dengan lebih mendalam apabila kreatif. Penggunaan teknologi CAD
pelajar berpeluang untuk dapat khususnya melalui model digital tiga
melakukan simulasi ke atas bamgunan dimensi ini juga dapat meningkatkan
yang direka bentuk dengan kefahaman pelajar terhadap ruang
menggunakan kemasan dan kesan semasa proses reka bentuk melalui
pencahayaan yang berbeza. Pelajar impak visual yang baik. Secara
teruja dengan bangunan yang dihasilkan keseluruhannya pengintegrasian
melalui peningkatan simulasi dengan teknologi mobil dan CAD dalam proses
kemasan dan cahaya yang berbeza ke reka bentuk berupaya untuk
atas model digital tiga dimensi yang meningkatkan kualiti produk akhir pelajar
direka bentuk. Penghayatan pelajar seni bina semasa pembelajaran proses
terhadap ruang bangunan semakin reka bentuk melalui modul seni reka
mendalam dengan keupayaan pelajar dalam penghasilan produk yang kreatif.
421
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
422
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
Oleh:
Isham Shah Hassan *)
ishamnurul1@hotmail.com
ABSTRACT
Computer and internet have successfully provided a range of on line learning services to
the students. Rapid expansion of mobile technology have been able to create more
learning facilities through the usage of PDA and mobile phone. By providing educational
services without wire, educational institution can provide more facilities to the students in
the searching information process without providing more desktop computers to the
students. By using educational services based on mobile technology, student and lecturer
can access to the information without having the limit of time and place. This paper
discuss the possibility of providing web page based on case study through mobile
technology to help the diploma students in architecture at Politeknik Port Dickson to
access to the information required for their design process. The use of web through the
mobile technology introduces to the students the new approach of information searching
process. Website based on mobile technology is not going to deny the conventional
method in the information searching process but intends to accelerate the information
searching process in providing the information needed for the idea incitement activity in
the design process. Case study is an important approach in the architecture learning
process. By using the case study approach students will be able to analyse, evaluate and
make comparison on the building that they are going to design. Hypermedia in the form of
webpage through mobile technology would be able to help the students in the information
searching process. This writing discusses the strategies that can be used by any
educators in developing a web page for educationl purposes through mobile technology. A
formative evaluation have been made to find out the student's perception on using the
web page through mobile technology in the design module class. Positive assessment
being given by the Politeknik Port Dickson architecture's diploma students on the use of
web through the mobile technology in the information searching activity during the design
process.
*)
Politeknik Port Dickson
**)
Universiti Kebangsaan Malaysia
***)
SMK Seri Sendayan Seremban
PENDAHULUAN
423
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
424
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
kepada teknologi mobil pada hari ini pendidikan mobil. Lehner dan Nosekabel
telah menyediakan satu pendekatan (2002) menjelaskan pendidikan mobil
baru dalam kaedah pembelajaran yang sebagai satu perkhidmatan dan
dikenali sebagai pembelajaran kemudahan yang membekalkan
berasaskan WAP atau pembelajaran pengguna dengan maklumat elektronik
yang berasaskan teknologi mobil. secara am dan kandungan pendidikan
Menurut Chen dan Kinshuk (2005) yang membantu pencarian tanpa
perkhidmatan pendidikan yang mengira masa dan tempat. Vavoula dan
berasaskan teknologi mobil adalah Sharples (2002) menjelaskan terdapat
merupakan sumber pembelajaran yang tiga cara di mana pembelajaran boleh
mudahalih dan boleh diakses oleh diambilkira sebagai mobil iaitu
pelajar tanpa mengira masa dan tempat. pembelajaran itu mobil di dalam ruang,
Bagi menjadikan suasana pembelajaran pembelajaran itu mobil dalam pelbagai
berasaskan teknologi mobil bersifat aspek kehidupan dan pembelajaran itu
dinamik, maklumat pembelajaran yang mobil tanpa batasan masa.
disediakan perlu bersedia membekalkan Menurut Anna et.al. (2003)
maklumat tanpa mengira masa dan pendidikan berasaskan teknologi mobil
tempat (Chen dan Kinshuk 2005). adalah kaedah pembelajaran yang
Pembelajaran berasaskan teknologi menggunakan media kecil, mudahalih
mobil telah dianggap sebagai masa dan tidak mewujudkan gangguan dalam
depan baru dalam sistem pendidikan. setiap aspek kehidupan. Dari definasi di
Ada banyak kerja-kerja penyelidikan atas kesimpulan boleh dibuat pendidikan
yang sedang dijalankan ke atas berasaskan teknologi mobil adalah
pembelajaran yang berasaskan teknologi sistem pendidikan yang berupaya untuk
mobil. Banyak kajian ingin melihat menyampaikan maklumat pada setiap
bagaimana penambahbaikan boleh masa dan tempat mengikut keperluan
dibuat ke atas sistem pendidikan dengan pelajar dan pelajar itu boleh merupakan
menggunakan teknologi mobil. Kertas pelajar sepenuh masa atau pelajar
kajian ini melihat bagaimana laman web separuh masa yang tidak berada di
dapat membantu pelajar dalam proses kampus. Aktiviti pembelajaran boleh
pencarian maklumat untuk modul seni disempurnakan walaupun pelajar dan
reka bagi pelajar diploma seni bina di guru berada dalam keadaan “mobil”.
Politeknik Port Dickson. Laman web
yang dibangunkan untuk kajian ini Rekabentuk Pendidikan Untuk
adalah berasaskan teknologi mobil dan Teknologi Mobil
dibangunkan dengan menggunakan Sebagai satu gelombang baru
tapak pembangunan web untuk dalam pendidikan, pembelajaran
peralatan mobil secara percuma di berasaskan teknologi mobil memberikan
Internet. Laman web yang dibangunkan banyak menafaat dengan ciri – ciri yang
akan digunakan oleh pelajar seni bina tertentu iaitu Chen et. al. (2002):
untuk kelas seni reka sebagai tempat
rujukan untuk mendapatkan maklumat 1. Keperluan pembelajaran yang tinggi.
bagi membantu pelajar dalam proses 2. Inisiatif sendiri dalam pencarian
reka bentuk. Akhir sekali kertas kajian ini maklumat.
akan melihat cabaran dan batasan untuk 3. Prasarana pembelajaran yang mobil.
pembelajaran berasaskan teknologi 4. Proses pembelajaran yang interaktif.
mobil pada masa hadapan. 5. Menentukan aktiviti aktiviti
penerangan.
PENDIDIKAN BERASASKAN 6. Maklumat pembelajaran yang
TEKNOLOGI MOBIL diintegrasikan.
Penggunaan teknologi mobil dalam
pendidikan bukanlah merupakan satu Untuk ini pendidikan berasaskan
perkara yang baru. Terdapat banyak teknologi mobil perlu kepada rekabentuk
pandangan dalam mendefinasikan dan model yang tersendiri. Dalam
425
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
426
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
427
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
428
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
429
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
430
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
Laman utama untuk web ini dibina maklumat yang telah di pelajari
dengan menggunakan hos Mobi Site sebelum ini pada modul yang lain.
Galore manakala laman sampingan v. Ianya telah mempercepatkan masa
dibangunkan dengan menggunakan hos pencarian pelajar untuk
Geocities .com manakala data video dan memperolehi
grafik yang digunakan untuk laman ini maklumat yang diperlukan untuk
disimpan di dalam tempat simpanan data keperluan proses reka bentuk.
percuma di Internet iaitu di DriveHQ.com.
Tanpa mempunyai pengetahuan teknikal Semua pelajar tidak pernah
yang baik pereka boleh menggunakan menggunakan teknologi mobil untuk
semua laman yang dinyatakan dalam pencarian maklumat sebelum ini.
membangunkan satu laman web yang Kesimpulannya penggunaan teknologi
boleh digunakan pada peralatan mobil. mobil dalam proses pencarian maklumat
adalah pendedahan baru kepada semua
Penilaian Formatif Laman Web pelajar. Apabila ditanya sama ada
Satu penilaian formatif ke atas mereka sanggup untuk mencari
laman web ini telah dijalankan di maklumat dari laman web dengan
Politeknik Port Dickson di mana menggunakan teknologi mobil pada
kesemua 25 pelajar diploma seni bina masa hadapan, kebanyakan pelajar
yang berada di semester akhir telah bersetuju tetapi terdapat sebahagian
memberikan respon kepada soal selidik kecil dari pelajar yang tidak bersetuju.
yang diberikan kepada mereka setelah Pecahan respon dari pelajar adalah
menggunakan laman web tersebut. seperti berikut iaitu kira-kira 68%
Semua pelajar diminta untuk menjadikan bersetuju, 20% tidak bersetuju dan 12%
laman web ini sebagai rujukan untuk tiada pandangan. Penggunaan teknologi
maklumat reka bentuk sebuah tadika mobil dalam pendidikan dijangka akan
yang diperlukan untuk keperluan kelas digunakan dengan lebih meluas pada
seni reka. Setelah menggunakan laman masa akan datang apabila teknologi ini
web sebagai sumber pencarian dimajukan dan kos peralatan mobil
maklumat selama satu minggu pelajar menjadi semakin murah. Pecahan
memberikan respon kepada soal selidik respon dari pelajar apabila ditanya
yang diberikan kepada mereka. Soal samada mereka sanggup untuk membeli
selidik mengandungi 9 soalan yang perlu peralatan mobil seperti PDA dan telefon
dijawab oleh pelajar berdasarkan bimbit yang ada akses kepada Internet
pengalaman mereka setelah untuk kemudahan pencarian maklumat
menggunakan laman web sebagai mereka adalah seperti berikut iaitu kira
rujukan. Pelajar memberikan respon kira 56% bersetuju, 38 tidak bersetuju
yang baik ke atas penggunaan laman dan 6% tiada pandangan Respon ini
web yang merujuk kepada kes sebenar menunjukkan kemampuan dan keinginan
dengan berasaskan teknologi mobil. pelajar untuk menggunakan teknologi
Pelajar menyatakan rujukan mobil dalam proses pencarian maklumat
menggunakan laman web dengan adalah baik. Sebanyak 68% pelajar yang
perantaraan teknologi mobil adalah baik dipilih untuk kajian ini mempunyai
atas sebab sebab berikut : peralatan mobil yang digunakan untuk
akses kepada Internet tetapi sebahagian
i. Ianya telah berjaya merangsang besar dari mereka tidak
minat pelajar untuk mencari menggunakannya untuk melayari
maklumat. Internet. Mereka tidak melayari Internet
ii. Ianya menyediakan akses yang dengan mengunakan peralatan mobil
mudah kepada pelajar untuk kerana tidak mampu untuk menanggung
mendapatkan data yang berguna; kos. Dapatan ini menunjukkan kos
iii. Ianya berfungsi dengan baik penggunaan teknologi mobil untuk
iv. Ianya telah berjaya merangsang pencarian maklumat masih tinggi di
pelajar untuk mengingatkan semula negara ini. Walaubagaimanapun
431
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
432
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
433
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
mobil yang ada sekarang dimana Chen, Y.S., Kao, T.C., Sheu, J.P. and
peralatan mobil ini dapat digunakan Chiang, C.Y. 2002. A Mobile
untuk memuat turun data dengan lebih Scaffolding-Aid-Based Bird-atching
cepat dan dapat memberi peluang Learning System. In M. Milrad, H.
kepada pengguna untuk menyimpan U. Hoppe and Kinshuk (Eds.),
lebih banyak maklumat penting di dalam IEEE International Workshop on
peralatan mobil. Teknologi mobil Wireless and Mobile Technologies
menyediakan pendekatan pembelajaran Education. August 29 – 30. p 15 –
yang ideal untuk mewujudkan komuniti 22. Washington, DC, USA: IEEE
pembelajaran yang unik di dalam sistem Computer Society.
pembelajaran yang berasaskan teknologi
Carroll, J.M. 1995. Principles and
seperti politeknik pada masa hadapan.
heuristics for designing minimalist
Walaubagaimanapun masih
instruction. Technical
banyak perkara perlu dimurnikan, dibaiki
Communications, 42(2): 243-261.
dan dimajukan sekiranya teknologi mobil
ini hendak dijadikan sebagai media Chen J. & Kinshuk.2005. Mobile
utama dalam proses pembelajaran. Technology in Educational
Masih banyak lagi kajian kualitatif dan Services. Journal of Educational
kuantitatif yang perlu dibuat untuk Multimedia and Hypermedia, 14
mendapatkan garis panduan yang sesuai (1), 91-109.
untuk mengintegrasi teknologi mobil Colella,V. Borovoy, R dan Resnick,
dalam proses pembelajaran. Masa M.1998. Participatory simulations :
hadapan untuk penggunaan teknologi ini using computational objects to
di dalam proses pembelajaran tidaklah learn about dynamic systems. P
mengecewakan kerana usaha untuk roceedings of CHI.
memajukan teknologi ini masih
berterusan.
Pada masa hadapan resolusi grafik Hume. D. 2001. Guide to Web-Based
dan saiz skrin untuk peralatan mobil Instruction. Diakses pada 20 April
dijangka akan menjadi bertambah baik. 2008 dari alamat
Seterusnya jika kos pelayaran Internet http://www.moorbrook.demon.co.uk
dengan peralatan mobil dapat /guide.html
dikurangkan maka sudah pasti teknologi Informa Telecom & Media, 2005. MVNO
mobil ini sesuai untuk digunakan oleh Strategies: New Business
pelajar pengajian tinggi di dalam atau di Opportunities and Approaches
luar kampus. Within the Networked Economy.
Rujukan Jackson. H. R. 2004. An Overview of
Web-Based Learning. Diakses
Anna Trifonova and Marco Ronchetti. pada 22 April 2008 dari alamat
(2003). Where is Mobile Learning http://www.knowledgeability.biz/we
Going?. Dipartimento di Informatica blearning/
e Telecomunicazioni, Universita
degli Studi di Trento Italy. E-Learn Jonassen, D. H. 1991. Objectivism
2003. versus constructivism: do we need
a new philosophical paradigm?
Atwell,J., 2005. The Mobile Technologies .39(3). Educational Technology
and Learning Report. Blackmore Research and Development.
Ltd., Shaftesbury, England.
Kearsley, G. 1994. Minimalism (J. M.
Celcom 3G.2008. Diakses pada 23 April Carroll). Diakses pada 19 April
2008 dari alamat 2008
http://www.celcom.com.my/cep/xre http://www.gwu.edu/~tip/carroll.html
sources/CelcomCORP/consumer/3
g/index.html.
434
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
Lehner, F. and Nosekabel, H. 2002. The Mehmood Nqvi. 2005. WAP GIS:
Role of Mobile Devices in E- Approaches & Challenges. Asian
learning - First Experience with a E- Journal of Information Technology.
learning Environment. In M. Milrad, Volume 4, Number 2, February.
H. U. Hoppe and Kinshuk (Eds.),
Tariq Rahim Soomro, M. Nawaz Brohi
IEEE International Workshop on
and Syed Mehmood Naqvi. 2005.
Wireless and Mobile Technologies
Technological Trends of Distance
in Education. p103-106. Los
Learning: From Web-Based to
Alamitos, USA: IEEE Computer
WAP-Based. Diakses pada 23 April
Society.
2008 dari laman
Perkins,D.N. 1986. Knowledge as http://web.unbc.ca/wccce05/WAP-
design. Hills dale, New Jersey : Learning.doc.
Lawrence Erlbaum Associates.
Trifonova, A & Ronchetti, M. 2003.
National Centre for Education Statistics. Where is Mobile Learning Going ?.
2003. Digest of Education Dipartimento di Informatica e
Statistics, 2002. Diakses pada 18 Telecomunicazioni, Universita degli
April 2008 dari alamat Studi di Trento Italy. E-Learn 2003.
http://nces.ed.gov/programs/digest/
Vavoula, G. N. and Sharples, M. (2002).
d02/index.asp.
KleOS: A personal, mobile,
Scott, D. J. 2002. Japan’s Widespread Knowledge and Learning
Use of Cellular Telephones to Organization System. In M. Milrad,
Access the Internet: Implications for H. U. Hoppe and Kinshuk (Eds.),
Educational Telecommunications. IEEE International Workshop on
14th World Conf. on Educational Wireless and Mobile Technologies
Multimedia, Hypermedia and in Education. August 29 - 30, 2002.
Telecommunications, 2002. (pp. 152). Washington, DC, USA:
IEEE Computer Society.
Denver, USA. Steinberger, C. 2002.
Wireless meets Wireline e- Whatis (2007). Definition of 3G. Diakses
Learning. 14th World Conference pada 4 November 2007 (atas
on Multimedia, Hypermedia and talian)
Telecommunications, 2002. http://searchtelecom.techtarget.co
Denver, CO, USA. m/sDefinition/0,,sid103_gci214486,
00.html
Szabo, M. 1998. Survey of educational
technology research. Edmonton: Whatis (2008). Definition of 4G. Diakses
Grant MacEwan College and pada 24 April 2008) dari
Northern Alberta Institute of http://searchmobilecomputing.techt
Technology. arget.com/sDefinition/0,,sid40_gci7
Tariq Rahim Soomro, Moneef Jazzar, 49934,00.htm
Ghulam Qadir Mirbahar, and Syed
435
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
436
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
Oleh:
Jamaludin B Hj Badusah *)
jhb@ukm.my
Fairose Binti Shamsudin *)
fairose65@gmail.com
ABSTRACT
PENDAHULUAN
437
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
438
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
dan lokasi yang ditetapkan untuk designed for mobile phone), disamping
melaksanakan pembelajaran. perkhidmatan yang sedia ada seperti
Kesimpulannya, berdasarkan berkomunikasi, merakam perbualan,
perbincangan yang diberikan m - menghantar SMS dan MMS
pembelajaran adalah satu bentuk menyebabkan teknologi ini sesuai
pembelajaran yang tidak terikat kepada diaplikasikan dalam pembelajaran
kekangan masa dan lokasi iaitu bahasa sama ada dari aspek lisan,
pembelajaran yang boleh berlaku pada penulisan, tatabahasa dan KOMSAS.
bila-bila masa dan di mana-mana Dari aspek lisan, telefon bimbit
sahaja (anywhere and anytime) . sememangnya direka untuk menghantar
Media utama dalam m - pembelajaran suara yang membolehkan teks dan
ialah peralatan teknologi mudah alih peraturan tatabahasa didengari dalam
yang bersaiz lebih kecil seperti PDA, jarak tertentu. Selain itu telefon bimbit
Compaq iPaq, laptop, wireless juga membolehkan para pelajar
screenphone HS210, smart phone dan berkomunikasi antara satu sama lain
sebagainya yang digunakan sebagai dengan selesa, merakam perbualan
bahan bantu P & P bagi mereka, kemudian mendengar kembali
menyampaikan sesuatu maklumat, rakaman tersebut dan membandingkan
nota pembelajaran atau kandungan sebutan itu dengan sebutan yang betul.
pembelajaran. Dari aspek penulisan pula, telefon bimbit
yang dilengkapi dengan bahasa
Telefon Bimbit dalam Pembelajaran pengaturan Java membolehkan
Bahasa dan Teori Konstruktivisme seseorang itu mengirim pelbagai
Sejak permulaan penggunaannya, perenggan teks berbentuk soalan
kemampuan telefon bimbit dalam perbincangan dan jawapan yang betul.
pembelajaran bahasa perlu diberi Selain itu terdapat beberapa pilihan
perhatian kerana elemen-elemen yang menarik untuk mengadaptasikan
melengkapi peralatan teknologi ini iaitu penulisan melalui telefon bimbit
akses internet, sistem mesej bersuara contohnya menghantar soal selidik
(voice messaging), SMS, kamera dan melalui SMS, memilih ejaan yang betul
perakam video adalah bersesuaian untuk daripada kumpulan ejaan dan input yang
digunakan dalam pembelajaran bahasa betul tentang beberapa ejaan (Jolliet
(Chinnery 2006). Pembelajaran bahasa 2007).
berbantukan mobile (Mobile Assisted Terdapat beberapa bahan aktiviti
Language Learning (MALL)) ialah satu yang dicadangkan untuk diaplikasikan
pendekatan pembelajaran bahasa yang dalam pembelajaran bahasa melalui
ditambahbaikan melalui penggunaan telefon bimbit antaranya ialah senarai
peralatan mobile. MALL ialah subset kata kunci atau sehari sepatah kata
bagi m – pembelajaran dan (word of the day) yang dibangunkan
pembelajaran bahasa berbantukan melalui SMS dapat membantu
komputer (Computer Asisted Language meningkatkan pencapaian kosakata,
Learning (CALL)). Melalui MALL para soalan latihan pelbagai pilihan yang
pelajar boleh mengakses bahan-bahan memerlukan jawapan YA atau TIDAK
pembelajaran bahasa daripada internet, dan soalan berbentuk mengisi tempat
berkomunikasi dengan guru dan rakan- kosong. Selain itu dari aspek lisan dan
rakan sekelas pada bila-bila masa dan di pemahaman, bahan-bahan boleh
mana-mana sahaja mereka berada yang disediakan dalam bentuk
membolehkan pembelajaran bahasa memperdengarkan teks yang dibaca
berlangsung melalui rakaman yang kemudiannya
(http://en.wikipedia.org/wiki/Mobile_Assis diikuti dengan soalan kuiz untuk
ted_Language_Learning). meningkatkan pemahaman. Latihan
Pada masa kini telefon bimbit sebutan boleh dilaksanakan dengan
dilengkapi dengan pelayar untuk merakamkan sebutan dengan intonasi
membaca laman web (web pages yang betul dan kemudian
439
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
440
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
441
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
atau puisi Melayu moden dan puisi lama kerat, pantun enam kerat, pantun lapan
atau lebih dikenali puisi Melayu kerat dan pantun berkait. Setiap jenis
tradisional. Puisi Melayu moden yang pantun pula mempunyai 3 ciri utama iaitu
popular dalam kalangan masyarakat pertama dalam setiap rangkap terdiri
Malaysia khususnya masyarakat Melayu daripada dua bahagian iaitu bahagian
ialah sajak. Manakala puisi tradisional pembayang maksud dan bahagian
pula merangkumi pantun, syair, maksud. Kedua ialah jumlah perkataan
gurindam, seloka dan perbilangan. dalam baris adalah seimbang iaitu empat
Hasyim Awang (1987) mendefinisikan hingga lima perkataan dengan jumlah
puisi sebagai jenis sastera yang terikat suku kata dalam baris lapan hingga dua
dengan unsur-unsur irama, rima, belas dan berlaku jeda atau hentian di
penyusunan baris dan rangkap. Selain tengah-tengah baris ketika membaca.
itu puisi ialah istilah yang digunakan Manakala ciri yang ketiga ialah
untuk pelbagai bentuk pengucapan kedudukan rima akhir kecuali pantun dua
berirama yang dicipta melalui tanggapan kerat adalah berselangan atau
yang penuh imaginatif daripada bertentangan (Dharmawijaya 1998).
seseorang penulis atau penyair. Manakala syair pula merupakan
Pantun ialah sejenis puisi yang sejenis puisi berlagu yang berasal dari
terdiri daripada empat baris serangkap, Parsi dan telah dibawa masuk ke
empat perkataan sebaris, mempunyai Nusantara bersama-sama dengan
rima akhir abab dengan sedikit variasi kedatangan Islam. Syair telah
dan kekecualian. Tiap-tiap serangkap diubahsuaikan mengikut kesesuaian
terbahagi kepada dua unit iaitu Bahasa Melayu Klasik ketika itu. Syed
pembayang atau sampiran dan maksud. Naquib al-Attas berpendapat bahawa
Setiap rangkap dapat melengkapkan syair dicipta oleh Hamzah Fansuri sendiri
satu keseluruhan idea (Harun 1989). selepas kedatangan Islam, iaitu pada
Pantun dapat dikelaskan berdasarkan tahun 6000 Masihi. Za'ba pula
kepada bentuk atau struktur, tema atau mendakwa bahawa syair berasal
isi, fungsi dan penyebarannya. Daripada daripada perkataan syir yang membawa
pengkelasan inilah maka timbullah maksud perasaan serta pengenalan
pantun dua kerat, empat kerat, enam dengan pancaindera yang selalunya
kerat, lapan kerat, dan membangkitkan pelbagai perasaan dan
sebagainya(http://ms.wikipedia.org/wiki/P pengalaman serta mempunyai bahasa
uisi_Melayu). yang indah dan menarik (Harun 1997).
Rima pantun pula tersusun dalam Syair dikenali juga sebagai puisi
bentuk yang tetap seperti ab/ab atau naratif kerana pengolahan atau
abc/abc dan seterusnya (Hashim 1987). penyusunan isi syair pada
Walau bagaimanapun, penciptaan keseluruhannya bersifat cerita. Setiap isi,
pantun di Alam Melayu memperlihatkan pemikiran atau idea yang dikemukakan
pelbagai ciri kreativiti masyarakat adalah berurutan iaitu ada permulaan,
setempat hingga melahirkan beberapa perkembangan dan pengakhiran isi
ciri kelonggaran dalam bentuk dan rima cerita. Dengan penyusunan seperti itu
pantun yang dihasilkan. Selain itu syair tidak akan lengkap atau tidak boleh
menurut Safiah et.al (1988) pantun ialah berdiri sendiri dalam satu rangkap sahaja
puisi tulen milik masyarakat Melayu (Dharmawijaya 1998).
semenjak mereka belum mengenal
membaca dan menulis. Pantun KONSEP PENGGUNAAN M-
digunakan dalam pengucapan bagi PEMBELAJARAN DALAM
menyampaian fikiran yang hiba, sedih, PEMBELAJARAN PUISI TRADISIONAL
sayu, gembira rindu dan lain-lain PANTUN DAN SYAIR
terhadap seseorang atau mengenai
sesuatu perkara . Konsep m – pembelajaran yang
Terdapat beberapa jenis pantun berteraskan kepada penggunaan telefon
iaitu pantun dua kerat, pantun empat bimbit menggalakkan para pelajar aktif
442
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
443
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
444
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
445
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
Chabra, I., & Figueiredo, I., (2002) . Lai Kim Leong. (2002). Integrasi
How design and deploy handheld teknologi maklumat dan komunikasi
learning. dalam pengajaran dan
http://www.empoweringtechnoligies pembelajaran Matematik. Seminar
.net/eLearning/elearning,expov5file Teknologi Maklumat dan
s/frame.htm . muat turun 15 Julai Komunikasi Dalam Pendidikan,
2009. Maktab Perguruan Batu Lintang :
Chinnery, G.M. (2006). Emerging 92 – 101.
technologies: Going to the MALL; Yusoff. (2001). Landasan pengajaran
Mobile assisted language learning. komponen sastera dan Bahasa
Language learning & Melayu. Dewan Bahasa . Jun.: 20 –
technology,10(1) 9 – 16. 26.
http://llt.msu.edu/vol10num1/emergi Malinen, Kari , H., & Tiusanen, M. (
ng/default.html. muat turun 12 2003). Wireless networks and their
Ogos 2009 impact on network-based learning
Dharmawijaya. (1998). Dunia puisi dalam content. Enable Network Learning .
penelitian dan pengajaran. Shah http://www.acis.co/fileadmin/Revist
Alam. Fajar Bakti. a-103/13.pdf. muat turun 14 Mac
Harun Mat Piah. (1997). Puisi Melayu 2009.
Tradisional Satu Pembicaraan McNeal, T., and Hooft, M. V., (2006).
Genre dan Fungsi . Kuala Lumpur. Anywhere, anytime: Using mobile
Dewan Bahasa dan Pustaka. phones for learning. Journal of
http://en.wikipedia.org/wiki/Mobile_Assist Reseaarch Center for Education
ed_Language_Learning . muat Technology. Vol 2 No2.
turun 20 Mei 2009. Md. Salleh Yaapar. (2002). Penggunaan
http://apm.um.edu.my/prosyairum/prosya sastera dalam pengajaran Bahasa
irum.html muat turun 6 Ogos 2009 Melayu untuk pelajar asing. Dewan
http://ms.wikipedia.org/wiki/Puisi_Melayu Bahasa. Oktober: 40-44.
muat turun 4 Ogos 2009 Mohd. Khir Kassim Teknik Pengajaran
Jolliet, Y., 2007. A pedagogical and dan Pembelajaran Komsas PMR
technological model for language dan SPM
learning on mobile for language http://khirkassim.blogspot.com/200
learning on mobile phones. 8/05/teknik-p-komsas-pmr-dan-
cs.cityu.edu.hk/~wbl2007/.../WBL20 spm.html. muat turun 12 Mac 2009.
07_PP327-339_Jolliet.pdf. muat Maridah Bt. Hj. Alias, (2005), Kesesuaian
turun 20 Julai 2009. Novel Komponen Sastera dalam
Kaplan-Leiserson, E. (2005), “Trend: mata pelajaran Bahasa Melayu.
mobile reality (a tale of two Tesis Dr. Falsafah, Fakulti Bahasa
experts)”, available at: Moden dan Komunikasi. Universiti
www.learningcircuits.org/2005/apr2 Putra Malaysia. Serdang.
005/0504_Trends.htm muat turun http://en.wikipedia.org/wiki/Mobile_Assist
12 Ogos 2009.Kementerian ed_Language_Learning . muat
Pendidikan Malaysia. 2001. turun 20 Mei 2009.
Laporan pelaksanaan komponen Napie Mat. 2006. Teknik Mengajar
sastera dalam pengajaran dan Komsas Kuala Lumpur. PTS
pembelajaran Bahasa Melayu . Publication.
Kuala Lumpur. Pusat http://booksgoogle.com.my.
Perkembangan Kurikulum. Nik Hassan Basri Nik Ab. Kadir. (2005).
Kementerian Pendidikan Citra Komsas. Tanjung Malim .
Malaysia.(2003). Sukatan Pelajaran Penerbit Universiti Pendidikan
Bahasa Melayu KBSM. Kuala Sultan Idris.
Lumpur. Pusat Perkembangan Nik Hassan Basri Nik Ab. Kadir. (2007).
Kurikulum. Kewajaran Komsas dalam Bahasa
446
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
447
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
448
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
Oleh:
Junaida binti Ahmad *)
june_syed@yahoo.co.uk
Roslina bt Othman *)
ABSTRAK
INTRODUCTION
449
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
developed countries (e.g. Robison, 1991; cited in Tee & Abrizah, 2005). In another
Keable and Williams, 1993; Bilal, 1994; study by Wee (1999), it showed that the
Fiehn, 2004). In Malaysia, there have locality where ICT facilities are placed is
been a limited number of studies (e.g. related to its usage. Wee suggested that
Rosyati, 1995; Abrizah, 2002; Tiew, the best location that provides easy and
2002; Tee & Abrizah, 2005). This convenient access to students is the
situation reflected the issue of digital school resource centre.
divide among the developed countries Automation is an essential
and developing countries with a different technology today. It is crucial that school
level of economic and information library changes its role and upgrades it to
infrastructure in incorporating new comply with the new demands of new
technologies. (Cullen, 2001). Malaysia information programme Library
schools start implementing library automation can be defined simply as the
automation fairly late in the 1990s use of computer and networking
compared to the larger or academic technologies in the library.An automated
libraries. (Tee and Abrizah, 2005). library is one where a computer system
One of the main problems facing is used to manage one or several of the
the students in Malaysia is the low library’s key functions such as
information literacy among them. The acquisition, catalouging,
problem can be linked to the circulation,serials and the public acess
uncoordinated school libraries facilities. catalog.
Several studies conducted among Singh (1996) emphasised for library
schools in Malaysia (Kwan, 1995; to change its role because school
Abrizah,1999 and Raja Abdullah & libraries today are no longer the
Saidina Omar, 2003) revealed that the traditional reading rooms and study halls;
majority of the school libraries in they are evolving to become facilitators
Malaysia (known as School Resource in information services and gateways to
Centres, (SRCs) were found to be the wider information world.
generally poor in the utilization of the The purpose of this research is to
resources and not managed by trained investigate the current status of library
staff. automation in Malaysia secondary
A number of educational reports schools and primary schools in Wilayah
stated that students should be trained on Persekutuan Kuala Lumpur and to
how to handle information.Teh(1996) compare the practices and impact of
suggested that teaching information skills automation on the schools.
to students should start while they are in The Ministry of Education (MOE) is
schools and the information literacy committed to increase the use of ICT in
programs must be complemented with educational management and upgrading
the implementation of a school library the maintenance and management of
system. He further suggested that ICT in all educational institutions. (Chan,
education Information Technology (IT) 2002). Chan added that this initiative will
strategy must embody a long-term plan require a major commitment of resources
to automate the school libraries. Levine and sufficient funds but the country will
(1996) stated that high school teachers benefit from the change for many years
and librarians therefore have an to come.
important role to play in preparing their It is hoped that the findings from
students for resource-based learning at the research will provide information for
the post-secondary level. policy makers to identify what needs to
It was also reported that the be done on the development of library
percentage of student’s computer literacy automation in schools in Malaysia. The
and Internet consciousness as well as research also can assist non-automated
awareness towards computer and IT has schools in the process of choosing,
increased tremendously with the use of planning and implementing the library
ICT in school libraries (Kasbon, 2001 as automation.
450
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
451
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
452
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
been committed in providing the ICT automation from time to time. . User
facilities to schools but as yet to be seen group should be established and
the resources being fully exploited. Even involve the teacher-librarians as this
though Computer Labs and Computer could help in problem solving and
Access Centre are provided but few they can share ways they found in
schools initiated to have networking using the Library system effectively.
within the schools and most respondents 2 There is a need for a strong
reported not doing so because of lack of technical support component and a
expertise and high cost. continual and ongoing process on
The study revealed that teacher- staff development and capable
librarians are not getting sufficient trained assistant Lack of guidance
information on automation and systems and insufficient training will result in
available thus are not confident of poor service to users, inadequate
choosing the best system. They express SRC management and futile
a need for assistance for their financial investment.
inadequate knowledge on library 3 The overall cost of automation
systems. Respondents reported getting project which includes system,
visits from vendors but respondents are hardware and software maintenance,
still not assured if they have chosen the retrospective conversion and staff
best library system. Some respondents training is high. As Teh (1996)
reported not being called for training in voiced his concerns that
automation even though they have been computerizing the school libraries in
taking over the post of teacher-librarians the country (Malaysia) are indeed a
for a few years. High cost in maintaining problematic prospect looking at the
the automation system is still an high number of schools involved and
important factor for the decision not to the high cost using commercial
automate for small population schools. automated library management
The study revealed that automation packages. It is suggested here
is a necessity for all schools as teacher- therefore that schools should be
librarians need to have the current given a special grant or allocation on
technology in this field to increase automation project apart from the
productivity and the effectiveness and annual library grant and educational
cost operation of the library. It has been grant.
shown that automation provides many 4 Another way to solve the setback is
benefits to students and teachers such by opening tenders to a selected
as information skills among students group of vendors. Since the tender
which is important and cannot be involves many schools thus the
compromised. library system can be provided at a
lower cost. The Library system
developed should be customized for
Recommendations school setting and features added
The main issues in the implementation are those needed and suitable for
of library automation as indicated by the schools use. The findings have
respondents are getting information, found Library System Pustaka as
insufficient training, high cost and data one of the few vendors in the market
conversion to the new library systems. that have made positive moves
Based on the findings of the study, the towards this.
following recommendations are made:
1 In order to provide information Suggestions For Future Research
regarding library automation, Future research should focus on
Vendors should also be called during the reasons why functions provided by
courses for teacher-librarians the library systems are not being fully
organized by SERC/PSPN to brief used by the teacher-librarians. They
on latest and updated information on should investigate the reasons and
453
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
454
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
455
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
456
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
Oleh:
Ledya Novamizanti *)
ledyamizan@gmail.com
Uke Kurniawan Usman
uku@ittelkom.ac.id *)
ABSTRACT
This paper presents the e-Learning of Algorithm course. The learning method focuses on
a combination of instructional and information approaches. Instructional activities that can
be done in the form of the module lectures, tutorials, simulations, exercises, quizzes,
assignments and assessments. E-Learning modules that are designed to be accessible
from anywhere, a combination of online learning and real life methods more accurately
applied. Selection of methods online to be accessed by many users, can be customized,
easy searches, and more participation of participants. In addition, e-Learning modules that
are designed to be accessible at any time, the learning method chosen was a combination
of asynchronous and synchronous. Asynchronous method is used when learning courses
and exercises along with chat feature or forum for discussion among users. While the
synchronous method used during quizzes to test the performance of the user. The use of
technology, Voice over Internet Protocol (VoIP) in an online class can be an efficient
solution. These devices utilize the Internet Protocol to provide voice communications
electronically and in real time. Communication media teleconference with VoIP they cost
less, both for local and international related. Any additional supporting devices needed
was easy to obtain. E-Learning system of Algorithm course using a VOIP algorithm has
been successfully created and can function properly. This system could facilitate the
effective teaching of Algorithm courses, indicated by the results of questionnaires that are
100% give a positive response.
*) Program Studi Teknik Telekomunikasi, Fakultas Elektro dan Komunikasi Institut Teknologi
Telkom Bandung
PENDAHULUAN
457
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
institusi. Salah satu upaya yang akan pembelajaran mata kuliah dan latihan
dikembangkan adalah media soal disertai dengan fitur chat atau forum
pembelajaran melalui e-Learning dengan untuk diskusi antar pengguna.
objek kajian meliputi 12 bab yang Sedangkan metode sinkron digunakan
dipelajari pada mata kuliah Algoritma, pada saat quiz untuk menguji unjuk kerja
yaitu : Pengenalan Algoritma, Notasi pengguna.
Algoritma, Tipe dan Ekspresi, Analisa Tujuan instruksional dari sistem e-
Kasus, Pengulangan, Prosedur, Fungsi, Learning matakuliah Algoritma adalah
Pemrosesan Sekuensial, Array/ Tabel, mahasiswa dapat memahami logika
Algoritma Pencarian, Algoritma berpikir komputer, memahami prinsip
Pengurutan, dan Sequential File. kerja program, memahami alasan-alasan
Penggunaan teknologi Voice over komputer dapat mengerjakan perintah-
Internet Protocol (VoIP) memanfaatkan perintah yang diberikan. Peserta mampu
Internet Protocol untuk menyediakan menggambarkan logika jalannya
komunikasi suara secara elektronis dan program secara tertulis dengan algoritma
real time. Media komunikasi (pseudocode) dan dilengkapi dengan
teleconference dengan VoIP biayanya diagram alir (flow chart) menggunakan
lebih murah, baik untuk berhubungan suatu bahasa pemrograman tertentu,
lokal maupun internasional. Perangkat serta memahami prinsip-prinsip
pendukung tambahan lainnya yang penggunaan Algoritma dan dapat
dibutuhkan pun mudah didapat. mengimplementasikannya dalam
kehidupan nyata.
RANCANGAN METODE DAN MATERI Secara umum, aktivitas yang terjadi
PEMBELAJARAN dalam sistem eLearning ini adalah:
Pada sistem e-Learning matakuliah 1. Course Management: Konten yang
Algoritma ini, metode pembelajaran sesuai dengan objek kajian
menitikberatkan pada kombinasi sekurang-kurangnya terdiri dari:
pendekatan instruksional dan informasi. Dasar Teori dan Contoh Soal.
Pendekatan instruksional membantu 2. Testing & Quizzess: Hal ini untuk
meningkatkan pengetahuan dan mengetahui tingkat pemahaman
ketrampilan pengguna. Aktivitas mahasiswa sebelum melakukan ujian
instruksional yang dapat dilakukan secara tertulis (UTS dan UAS).
berupa modul kuliah, tutorial, simulasi Kemudian tersedia juga latihan soal,
(video, animasi, atau progam untuk mengukur pemahaman akan
permainan), latihan soal, quiz, tugas dan suatu materi. Jejak rekam latihan dari
penilaian. mahasiswa setidaknya bisa dijadikan
Modul e-Learning yang dirancang tolak ukur awal dalam menilai
bersifat dapat diakses dimana saja, kesiapan mahasiswa dalam
metode pembelajaran kombinasi online menempuh ujian ataupun mengukur
dan real life lebih tepat diterapkan. kadar pemahamannya
Pemilihan metode online agar bisa 3. Communication: Tujuannya agar
diakses oleh banyak pengguna, bisa dapat meningkatkan keaktifan
dikostumasi, penelusuran mudah, dan mahasiswa-dosen dalam kegiatan
partisipasi perserta dapat lebih banyak. belajar mengajar dan meningkatkan
Kombinasi metode online dan real life intensitas interaksi dosen-mahasiswa
membuat pengguna lebih memahami dan mahasiswa-mahasiswa di luar
pengetahuan Algoritma dalam kasus kelas.
kehidupan sehari-hari. 4. Assignment: Penugasan-penugasan
Selain itu, modul e-Learning yang yang terekam jejaknya sehingga
dirancang bersifat dapat diakses kapan setiap mahasiswa dapat mengetahui
saja, metode pembelajaran yang dipilih dan mengerjakan tugas yang
adalah kombinasi asinkron dan sinkron. diberikan oleh dosennya. Pemberian
Metode asinkron digunakan pada saat tugas ini bisa berupa kegiatan offline,
online text, dan upload file tunggal.
458
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
Upload file diizinkan selama batas materi yang kurang, dan butuh
akhir pengiriman tugas belum banyak contoh soal untuk dapat
berakhir. memahami suatu materi.
5. Recording grades: Perekaman nilai, b) Siswa Level Atas
baik nilai Tugas, Quiz, UTS, dan UAS Karakteristiknya, yaitu : pernah
sehingga mahasiswa dapat mempelajari tentang pokok bahasan
termotivasi untuk meningkatkan dalam Algoritma, membutuhkan
strategi belajar yang lebih efektif. latihan lebih banyak, dan sulit
6. Survey: Untuk menilai tingkat membedakan penggunaan Algoritma
keberhasilan dan keefektifan sistem dalam berbagai kasus.
eLearning ini untuk perbaikan ke c) Admin
depannya. Karakteristiknya, yaitu : menguasai
7. Site Management: Pengelolaan situs database dan konsep e-Learning,
eLearning yang lebih baik, dan pernah mengelola administrasi
komprehensif, dan terintegrasi sistem yang sejenisnya
dengan sistem lainnya. d) Dosen
Katakteristiknya, yaitu : Dosen yang
ANALISIS DAN DESAIN sedang/ pernah mengampu
matakuliah Algoritma dan matakuliah
Analisis Kebutuhan Identifikasi sejenisnya, dan menguasai tata
Objektif kelola sistem (sesuai dengan
Secara umum, objektif dari e- otorisasinya)
Learning – Algoritma adalah sebagai
Desain tampilan menentukan
berikut :
kemudahan pegunaan modul e-Learning
1) Mampu memberikan pemahaman
yang akan dijalankan oleh pengguna.
tentang konsep yang ada pada pokok
Halaman konten e-Learning berisi
bahasan Algoritma.
pengantar tentang Algoritma, materi,
2) Memvisualkan kasus-kasus real /
latihan, silabus mata kuliah algoritma,
nyata, pada pada setiap pokok
materi yang bisa di download, jadwal
bahasan Algoritma, terutama pada
kuliah, dan kontak pengajar. Desain
materi pengulangan dan analisa
tampilan halaman konten e-Learning
kasus.
Algoritma dapat dilihat pada Gambar 1.
3) Menyediakan basis data latihan-
latihan soal yang mudah diupdate,
disertai dengan pembahasannya.
4) Memberikan konsep user interface
yang user friendly
Target User
Target user e-Learning Algoritma
adalah mahasiswa pada Tahap
Persiapan Bersama (TPB) di Institut
Teknologi Telkom, yang dibagi menjadi 2
kelompok, yaitu siswa pemula dan siswa
level atas. Kemudian target yang lainnya
adalah admin, dan dosen pengampu
matakuliah Algoritma. Target user e- Gambar 1. Desain Tampilan Halaman
Learning Algoritma tersebut, dijabarkan Konten e-Learning Algoritma
sebagai berikut:
a) Siswa Pemula Prototipe sistem e-learning akan
Karakteristiknya, yaitu belum pernah dijalankan menggunakan perangkat
mempelajari tentang pokok bahasan lunak moodle yang merupakan
dalam Algoritma, daya tangkap perangkat lunak Course Management
System (CMS) yang bersifat open source
459
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
460
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
jaringan internet saat ini seperti yang menggunakan ISDN namun kita
terlihat pada gambar 4. harus menginstalnya karena Asterisk
Untuk dapat melakukan membutuhkan librari yang harus
komunikasi menggunakan VoIP, dipenuhi dengan menginstal paket
dibutuhkan beberapa komponen ini.
pendukung, yaitu: Protocol, VoIP Server, d) Instalasi mpg123
Soft Switch, SoftPhone (Software)/ IP Paket ini dipakai untuk mendukung
Phone (Hardware), VoIP Gateway. Untuk music on hold sebagai media player.
pembuatan aplikasi web kelas e- e) Instalasi Asterisk-sound
Learning dapat digunakan software f) Instalasi Asterisk
tribox, astweb, play VoIP yang berbasis
HTML, PHP, PHP My Admin. Semuanya 2) Konfigurasi Asterisk
dapat diperoleh secara gratis dari Setelah Asterisk terinstal, jika ingin
internet. Sementara layanan audio melihat file konfigurasi melalui linux
conference/ teleconference didapat modul text, gunakan perintah :
dengan mengaktifkan softphone yang # cd/etc/asterisk
telah diinstal sebelumnya. # ls
Untuk melihat masing-masing file
konfigurasi, kita gunakan editor Vi
(aplikasi di Linux Slackware 12).
File konfigurasi /etc/asterisk ada
di dalam direktori /etc/asterisk terdapat
file-file konfigurasi Asterisk yang sangat
penting, yaitu :
• Ooh323.conf : berisi konfigurasi
H323 channel
• Sip.conf : berisi konfiguarsi sip
channel
Gambar 4. Jaringan VoIP Menggunakan • Iax.conf : berisi konfigurasi iax
Jaringan Internet channel
• Extension.conf : berisi konfigurasi
Langkah-langkah instalasi server diall plan.
VoIP untuk aplikasi e-Learning yang Kemudian lakukan pengetesan
dilakukan meliputi : apakah Asterisk telah terinstall dengan
1) Instalasi benar.
Asterisk hanya dapat running di
Linux dan Unix family. Oleh karena itu 3) Pengaturan Account SIP, H.323,
digunakan OS (Operating System) Linux IAX
Slackware 12 dengan kernel 2.6.10. Untuk mengatur data exstension
Kegiatan instalasi software yang dan trunk berada pada file-file berikut :
dilakukan meliputi :
• /etc/asterisk/sip.conf : account
a) Instalasi Linux Slackware 12
menggunakan SIP
b) Instalasi Zaptel
• /etc/asterisk/iax.conf : account
Zaptel digunakan sebagai driver
menggunakan IAX
untuk card dari Digium yang kita
pakai, namun bila kita tidak • /etc/asterisk/ooh323.conf : account
menggunakan card tersebut, file ini menggunakan H.323
juga harus diinstal karena Asterisk Untuk mengatur aturan dial (Dial
membutuhkan librari yang harus plan) yang dapat dimanfaatkan extension
dipenuhi dengan menginstal paket untuk menghubungi sesama extension
ini. atau menghubungi trunk dan sebaliknya
c) Instalasi Libpri ada di file /etc/asterisk/extensions.conf
Libpri digunakan untuk PRI (Primari
Rate ISDN) walaupun kita tidak
461
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
462
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
dengan dosen atau antar program studi yang sama, yaitu Teknik
mahasiswa ada 2 cara, yaitu forum Telekomunikasi.
diskusi dan chatting. Forum diskusi Rata-rata nilai UTS untuk kelas TT-
bisa digunakan untuk 33-04 sebesar 73.04 dan kelas TT-33-07
mendiskusikan berbagai hal yang sebesar 44.32. Terjadi peningkatan
berkaitan tentang mata kuliah sekitar 40% antara kelas yang
secara tidak langsung. Artinya, menggunakan sistem e-Learning (TT-33-
tanggapan atau respons tehadap 04) dengan kelas yang tidak
topik yang ditulis di forum diskusi, menggunakan e-Learning (TT-33-07).
tidak langsung dijawab bergantung Sehingga, penggunaan e-Learning dapat
pada kesempatan dosen atau meningkatkan pemahaman mahasiswa
mahasiswa untuk menanggapi tentang materi kuliah yang ada pada
topik tersebut. Fasilitas untuk konten e-Learning.
berdiskusi secara langsung bisa
dilakukan dengan menggunakan 3) Pengujian Kuesioner Peserta E-
fasilitas chatting. Kedua fasilitas Learning
diskusi tersebut telah berjalan Ketiga, akan dilakukan pengujian
dengan baik. untuk mendapatkan kekurangan dari e-
Learning Algoritma, dari sisi metode
pembelajaran dan user interfacenya.
Persepsi mahasiswa terhadap sistem e-
Learning diukur dengan cara
mengedarkan kuesioner pada
mahasiswa TT-34-04 sebanyak 39
siswa. Hasil kuesioner dapat dilihat pada
Gambar 9.
463
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
PENUTUP Saran
Simpulan Untuk lebih meningkatkan
Simpulan yang dapat diambil penggunaan sistem e-Learning yang
terkait dengan sistem e-Learning telah dikembangkan, maka variasi soal
Algoritma yang telah dibuat, sebagai quiz mata kuliah Algoritma terus
berikut : menerus dikembangkan, sehingga
1. Sistem e-Learning mata kuliah mahasiswa dapat lebih sering lagi
Algoritma telah berhasil dibuat dan berlatih untuk meningkatkan tingkat
seluruh fasilitas yang ada dapat pemahaman terhadap mata kuliah
berfungsi dengan baik dan dapat Algoritma.
membantu efektifitas pengajaran
mata kuliah Algoritma. Ditunjukkan Daftar Pustaka
dengan hasil kuesioner yang
memberikan respon positif, sebesar 1. Davidson-Shivers, et.al (2006). Web-
100% Based Learning: Design,
2. Pencapaian nilai mahasiswa yang Implementation, and Evaluation. New
menggunakan sistem e-Learning Jersey: Pearson Prentice Hall.
dibandingkan dengan tanpa 2. Liem, Inggriani. (2003). Diktat Kuliah
menggunakan sistem e-Learning IF1281 Algoritma dan Pemrograman.
(hanya melalui tatap muka di kelas ITB : Bandung.
(classroom), menujukkan
peningkatan nilai rata-rata UTS, yaitu 3. Shalahuddin, M. dan Rosa A. S.
sekitar 40% (2007). Belajar Pemrograman
3. Fitur forum dan chatting cukup efektif dengan Bahasa Pemrograman C++
sebagai media diskusi antara dosen dan Java: dari Nol Menjadi Andal.
dan mahasiswa. Fitur forum ini Penerbit Informatika: Bandung.
mempunyai keunggulan seperti lebih 4. Rice, William. (2006). Moodle, E-
banyak nya informasi dan interaksi learning Course Development : A
yang akan disampaikan, baik dari Complete Guide to Successful
dosen maupun mahasiswa. leaning using Moodle, Birmingham,
Sementara fitur chatting mempunyai UK : Packt Publishing
keunggulan dari sisi realtime
prosesnya. 5. Chapnick, Samantha (2000).
Elearning ReadinessTM Assessment.
Diakses pada 14 januari 2008, dari
alamat http://www.researchdog.com.
464
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
Oleh:
M. Al’ Amin, S.Kom. M.Kom *)
amin@yai.ac.id
*)
Aries Pratama. ST
ABSTRACT
PENDAHULUAN
Kita semua mengetahui apa yang maka penulis ingin membuat sebuah
disebut dengan planet dan mungkin hanya program visualisasi ensiklopedi tata surya
sebagian orang yang mengetahui tentang yang memanfaatkan komputer sebagai alat
planet-planet yang ada dialam semesta ini bantu pemecah masalah. Pembuatan
karena mungkin sebagian orang malas program ini menggunakan Macromedia
untuk membaca buku-buku yang Flash 8 merupakan dasar dari pembuatan
menjelaskan tentang planet selain aplikasi ini diharapkan dapat membantu
membosankan melihat banyak tulisan juga dan mempermudah siswa SD mengetahui
dapat menimbulkan rasa kantuk jika tentang tata surya.
membaca terus menerus. Namun pada Dalam penulisan ini penulis
saat ini sudah banyak juga buku yang menginginkan sesuatu yang berbeda yang
menjelaskan tentang planet yang disertai dapat menimbulkan rasa semangat untuk
dengan gambar-gambar yang menarik ingin membaca tetapi disertai dengan
tetapi itu semua belum cukup untuk sesuatu yang tidak menimbulkan rasa
menambah minat para siswa Sekolah kantuk. Oleh karena itu penulis ingin
Dasar (SD) untuk membaca dan membuat suatu animasi planet disertai
mengetahui tentang planet. Karena dengan suara dan gambar-gambar planet
kemajuan teknologi yang semakin canggih itu sendiri yang didalamnya menyediakan
465
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
466
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
467
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
468
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
469
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
470
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
Buku:
Ariesto, Hadi Sutopo (2003), Multimedia
Interaktif dengan Flash.
Yogyakarta: Edisi 1. Graha Ilmu.
471
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
472
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
Oleh :
Made Windu Antara Kesiman *)
dekndu@yahoo.com
ABSTRAK
Kata kunci: simulation-based CAI, pembelajaran algoritma, struktur data list, motivasi
belajar, respons
INTRODUCTION
advance data structure is List Data often a high degree of realism but lack
Structure. To understand the concept of quantitative accuracy. Simulations aim to
list data structure, students must be able depict scenarios that are as close to the
to understand the logical structure of list in real-life situation as possible, with
order to create, analyze, and to quantitatively correct data (Smith Adrian,
manipulate the algorithm. 1997).
The teaching material of list data CAI application is designed so that
structure is too abstract, so it is too difficult teacher can submit the instructions to the
for the student. The static logical structure program, and the application will behave
of list can not visualize the complete and according to the instruction submitted.
dynamic condition of the memory usage Program will simulate the procedure and
for the algorithm. will guide the students to do their
According Averill M. Law, most real- experiment (De La Cuetara & Lamba,
world systems are too complex to allow 1995).
realistic models to be evaluated CAI application can be effectively
analytically, and these models must be implemented for the student who prefer
studied by means of simulation (Law computer as their learning environment.
Averill M., 2000). Simulation is one CAI application is now developed in a
method that is widely used in operational more user-friendly and more attractive
research and management study. model. According Gifford, these
Furthermore, Averill M. Law gives a global technologies move us light years beyond
definition of simulation, that is in a the tedious drill that early educational
simulation we use a computer to evaluate software promoted, and allow highly
a model numerically, and data are engaging activities like multimedia
gathered in order to estimate the desired simulation (Gifford, 1993). Student can
true characteristics of the model (Law work at any level of competence and this
Averill M., 2000). The Simulation-Based will incerase their confidence and give a
CAI that is developed in this research is self-control for the teaching material that
expected to be a better alternative they learn. According Matray & Proulx, the
learning media to improve the motivation computer has allowed the student to
and response of the students in learning become a more active participant in
process of Design and Analyse of his/her education (Matray & Proulx, 1995).
Algorithm. The research of Malone & Reiland
The aim of this research is to showed that with CAI application, student
develop and to implement a Simulation- can be very inovatif and can really enjoy
Based CAI in order to improve student’s the learning process, even for a difficult
motivation and response. This research subject, as stated by Malone & Reiland,
took a case study in the Design and the use of these methods saved (the
Analyse of Algorithm course, on the List teachers) considerable class time and,
Data Structure concept. This research best of all, post-test results show that the
explores and analyzes the implementation students internalized Newton’s third law
of Simulation-Based CAI in the real and retained it till the end of the school
classroom learning process. year (Malone & Reiland, 1995).
CAI application is very effective to
Simulation-Based CAI show the practical examples and to give a
According Adrian Smith, computer direct direct virtual experiences for the
model for education can be categorized in student. This concept support the student
three types, such as a pure computer to be able to collaborate their ideas and
software, an integrated courseware, and a thinking with other student in the learning
virtual reality (Smith Adrian, 1997). For the process. CAI has encouraged students to
pure computer software, there are two explore more and memorize less (Matray
types of model, Emulation and Simulation. & Proulx, 1995).
Emulations concentrate more on teaching CAI is not designed to replace
principles, rather than the absolute teacher, as stated by Peck & Dorricott,
response to a given stimulus. They have Some things only teachers can do.
474
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
475
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
476
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
477
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
Peck, K. L., & Dorricott, D., 1994, “Why Smith Adrian, Fosse Richard, Dewhurst
Use Technology?”, Educational David, and Smith Karina, 1997, “The
Leadership, 51(7), 11-18 Role of Computational Models in Animal
Research Educational Simulation Models
Santyasa I Wayan, 2009, “Metode
in the Biomedical Sciences”, ILAR Journal,
Penelitian Tindakan Kelas,
V38(2)
Pengembangan, Korelasional, Kausal
Komparatif, dan Eksperimen”, Lembaga Sujanem Rai, 2009, “Penerapan
Penelitian Universitas Pendidikan Pembelajaran Inovatif Berbasis TIK”,
Ganesha, Singaraja Makalah Seminar, Undiksha
478
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
Oleh:
Meiliasari
melisari79@gmail.com
ABSTRACT
Over the last decade, PMRI (Pendidikan Matematika Realistik Indonesia) has worked to
improve mathematics educational practice in Indonesia. One way to do it is by developing
instructional design through design research. This paper reports the design research
conducted on children counting strategies in grade 1 elementary school. The preliminary
observation has shown that children use counting one by one or counting on when solving
counting problems and addition or subtraction problems. To help children develop their
counting strategies, this reseach used structures of spatial configuration such as groups of
five, groups of ten and doubling. Such structures has also functioned as model of and
model for early addition and subtraction.
Kata kunci: menghitung, struktur, strategi, hipotesis lintasan belajar, design research
PENDAHULUAN
479
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
dan pengurangan bilangan sampai lazim untuk model kelompok adalah jari
dengan 20. Siswa mengawali proses tangan yang merepresentasikan
belajar dengan menemukan struktur bilangan 5. Sementara itu model
kombinasi adalah yang menggabungkan
pada kumpulan benda, lalu
model garis dan model kelompok,
memanfaatkan struktur tersebut untuk misalnya arithmetic rack.
membantunya menghitung banyaknya
benda. Dalam proses ini terjadi
penjumlahan atau pengurangan, dan
kemudian siswa mengabstraksi proses
berpikirnya menjadi notasi matematika
Model Model Model
formal. garis kelompo kombinas
480
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
berbeda atau bisa juga sebagai satu dapat mempelajari strategi penjumlahan
buah kelompok titik-titik. Sementara yang lebih canggih lagi.
seluruh bagian dari kartu adalah
kumpulan dari 8 buah titik-titik berbeda Strategi yang menggunakan
atau gabungan dari 2 buah kelompok dekomposisi bilangan akan dapat
titik-titik yang masing-masing terdiri dari membantu siswa mengerjakan
4 buah titik. Dari contoh tersebut, jelas penjumlahan dan pengurangan dengan
terlihat bahwa dalam conceptual berbagai kombinasi bilangan secara
subitizing terdapat proses mengenali fleksibel. Adapun strategi yang dimaksud
struktur, yakni melihat pola keteraturan adalah “dobel strategi”, misalnya 6 + 7 =
dalam sebuah konfigurasi. 6 + 6 + 1 dan strategi “membuat
sepuluh”, misalnya 6 + 7 = 6 + 4 + 3
Penjumlahan dan Pengurangan (Van Eerde, 1996; Torbeyns, Verschaffel
sampai 20 & Ghesquiére, 2005). Dengan
Anak usia dini melakukan operasi mempelajari strategi-strategi ini, siswa
penjumlahan dan pengurangan dengan dapat mengembangkan cara berpikir
membilang banyaknya benda. Pada usia yang fleksibel dan efisien.
sekolah, mereka mulai dilatih untuk
mengembangkan berbagai strategi Visualisasi struktur bilangan dalam
menjumlahkan dan mengurangkan. belajar penjumlahan dan pengurangan
Banyak ahli yang telah menyelidiki sampai 20
berbagai strategi menjumlahkan dan Struktur bilangan yang dimaksud dalam
mengurangkan yang dikembangkan oleh penelitian ini adalah keteraturan pola
anak. Nwabueze (2001), Torbeyns yang terdapat dalam suatu konfigurasi
(2004) mengungkapkan bahwa anak dari kumpulan obyek yang
belajar menjumlahkan melalui merepresentasikan suatu bilangan. Van
membilang, kemudian berkembang Nes dan De Lange (2007)
dengan strategi menjumlahkan yang mendefinisikan ini sebagai struktur
lebih efisien. Kemudian Torbeyns, spatial, yaitu sebuah konfigurasi benda-
Verschaffel dan Ghesquiére (2004) benda yang memiliki keteraturan atau
menambahkan bahwa kebanyakan anak pola tertentu. Misalnya konfigurasi titik-
menggunakan jari ketika menjumlahkan titik pada sebuah dadu.
atau mengurangkan bilangan dengan
strategi membilang. Membilang dengan Clemment (1999) menjelaskan bahwa
jari memang merupakan cara yang struktur dapat digunakan untuk
paling mudah digunakan oleh anak, meningkatkan kemampuan siswa dalam
sehingga jika dibiarkan, anak akan selalu berhitung dan aritmatik. Hal ini
menggunakan menghitung dengan jari dimungkinkan karena struktur dapat
dan tidak tergerak untuk menemukan memudahkan siswa untuk melakukan
strategi lain yang lebih efisien. conceptual subitizing (Benoit, Lehalle &
Jouen; 2004). Cobb (1988) juga
Kilpatrick, Swafford dan Findell (2001) merekomendasikan penggunaan struktur
memaparkan bahwa anak belajar untuk membantu anak mengembangkan
penjumlahan diawali dengan membilang konsep bilangan yang abstrak dan
dan kemudian seiring dengan strategi aritmatika.
perkembangan anak, mereka mulai
menjumlahkan dengan menyimpan satu Lebih jauh lagi, dalam penelitiannya Van
bilangan yang akan dijumlahkan Eerde (1996), Meiliasari (2008)
kemudian membilang lanjut sebanyak menunjukkan bahwa pengunaan struktur
bilangan ke-dua. Strategi ini disebut pada jari, kotak telur dan manik-manik
membilang lanjut. Apabila anak sudah aritmatik/arithmetic rack dapat menolong
dapat mengingat beberapa penjumlahan siswa berkembang dari membilang satu-
dasar dan menyusun sebuah bilangan satu menjadi membilang dengan
(misalnya 7 = 6 + 1), maka dia akan pengelompokkan. Contohnya,
481
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
penggunaan kotak telur telah membantu dengan dasar hasil temuan pada
siswa memahami pengelompokkan 5 observasi awal.
atau 10. Jika di dalam kotak terdapat 8
butir telur, siswa dapat berpendapat Fase selanjutnya adalah pelaksanaan,
bahwa 8 diperoleh dari 5 dan 3. Di sini dimana hipotesis lintasan belajar diuji
siswa tersebut menggunakan kelompok dalam sebuah eksperimen
5 (groups of 5). Kemungkinan pendapat pembelajaran. Dalam fase ini kegiatan
lain yang muncul adalah, di dalam kotak pembelajaran yang sudah dirancang
terdapat 2 lubang telur yang kosong, diimplementasikan dalam kondisi kelas
sehingga banyaknya telur di dalam kotak yang sebenarnya. Fase yang ke-3
adalah 10 dikurangi 2 yaitu 8 butir. adalah analisis retrospektif dimana hasil
Pendapat ini menggunakan kelompok 10 pelaksanaan aktivitas pembelajaran
(groups of 10). Setelah siswa dapat dibandingkan dengan dugaan yang
berargumen seperti ini, kemudian sudah dicantumkan di dalam hipotesis
perlahan-lahan siswa dapat mengaitkan lintasan belajar. Data yang terkumpul
struktur yang mereka lihat pada kotak dianalisa sehingga dapat ditarik
telur dengan notasi matematika formal kesimpulan untuk perbaikan hipotesis
seperti 5 + 3 = 8, 8 + 2 = 10, atau 8 = 10 lintasan belajar berikutnya. Ketiga fase
– 2. ini membentuk sebuah siklus design
research (Gravemeijer & Cobb, 2006).
Hasil dari analisis retrospektif akan
METODOLOGI menjadi dasar untuk perbaikan siklus
berikutnya.
Penelitian dilakukan di kelas I, SDN
Klender 04 Jakarta, dengan jumlah siswa
sebanyak 36 siswa. Metode yang
HASIL DAN PEMBAHASAN
digunakan adalah design research.
Design research terdiri dari 3 fase, yaitu Bagian ini akan membahas
fase persiapan, fase pelaksanaan, dan perbandingan antara HLB dan hasil
fase analisis retrospektif. Pada fase temuan pada saat eksperimen
persiapan peneliti melakukan observasi pembelajaran berlangsung. Tujuan
awal di kelas yanga akan diteliti. Tujuan pembelajaran dalam HLB adalah
observasi ini adalah untuk memperoleh mengembangkan kesadaran siswa akan
informasi tentang pengetahuan awal stuktur bilangan dan menggunakan
siswa dan budaya kelas yang berlaku. struktur tersebut untuk membantu
Budaya kelas meliputi gaya belajar siswa mengembangkan strategi berhitung
di kelas, gaya mengajar guru. Data sebagai dasar dari penjumlahan dan
diperoleh dari rekaman video dan pengurangn bilangan sampai dengan 20.
wawancara dengan guru. Hasil temuan
dari observasi awal menjadi dasar untuk Untuk tujuan yang pertama, konteks
merancang Hipotesis Lintasan Belajar yang digunakan adalah dengan kemasan
(HLB). Hipotesis lintasan belajar terdiri permen. Siswa diminta menyusun 20
dari tujuan, aktifitas pembelajaran dan butir permen agar permen tersebut
dugaan cara berpikir/belajar siswa menjadi mudah dihitung. Dalam kegiatan
(Simon, 1995). Di dalam hipotesis ini siswa dibagi dalam kelompok yang
lintasan belajar, peneliti menetapkan terdiri dari 4 orang. Dengan 4 orang di
tujuan, aktivitas pembelajaran yang dalam kelompok peneliti berharap siswa
dapat menunjang pencapaian tujuan dan akan membagi 20 permen kesetiap
dugaan akan respon dan cara berpikir anggota kelompok sehingga diperoleh 5
siswa selama aktivitas pembelajaran buah permen. Hal ini merupakan salah
berlangsung. Penelitian ini memodifikasi satu strategi memunculkan
hipotesis lintasan belajar dari Meiliasari pengempompokkan 5. Selain dengan
(2008). Penyesuaian akan dilakukan pengelompokkan 5, strategi lain yang
482
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
483
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
Pada HLB, kegiatan diawali dengan guru Dari hal ini tampak bahwa struktur 5
yang menunjukkan sebuah kotak telur lebih mudah digunakan oleh siswa dalam
yang berisi 10 butir telur dan bercerita melakukan penjumlahan lompat.
tentang memasak telur. Pertama-tama
guru bertanya pada siswa ada berapa Dalam kegiatan pembelajaran ini tidak
telur di dalam kotak. Kemungkinan ada siswa yang menjawab dengan
siswa akan menghitung satu-satu dan menggunakan struktur 10 dengan
ada juga yang menggunakan struktur 5. pengurangan 10 – 2. Guru pun tidak
Setelah itu guru mengambil dua butir memancing siswa untuk memunculkan
telur untuk dimasak, kemudian bertanya struktur tersebut.
pada siswa ada berapa butir telur yang
tersisa di dalam kotak. Dugaan cara Pada pertemuan-pertemuan berikutnya,
yang digunakan siswa adalah dengan kartu digunakan untuk menggantikan
menghitung satu-satu, menggunakan kotak telur yang sesungguhnya. Ini
struktur 5, yatiu dengan menjumlahkan 5 memudahkan guru dalam menunjukkan
+ 3, atau struktur 10 dengan berbagai struktur yang berbeda. Guru
mengurangkan 10 – 2. menempelkan kartu pada papan tulis
Selanjutnya kotak telur dapat diganti dan meminta siswa menuliskan cara
dengan kartu bergambar. Kartu berfungsi mereka berpikir dalam menentukan
sebagai model dari kotak telur yang banyaknya telur.
memudahkan guru untuk melakukan
banyak penguatan akan struktur 5 dan Siswa dapat menyebutkan operasi
10 pada siswa. Guru menujukkan kartu penjumlahan ataupun pengurangan yang
dan meminta siswa untuk menunjukkan sesuai dengan struktur dalam gambar.
ada berapa butir telur yang digambarkan Hal ini menunjukkan siswa sudah dapat
pada kartu. Selain itu, hal yang lebih memahami makna penggabungan
penting adalah guru meminta siswa beberapa benda sebagai operasi
menjelaskan bagaimana cara mereka penjumlahan dan pengambilan atau
mengetahui banyaknya telur tersebut. pemisahan benda sebagai operasi
Dengan demikian, siswa dapat pengurangan (Gambar 3).
mengutarakan proses berpikirnya.
484
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
485
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
486
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
Oleh:
Mohamed Nazul Ismail *)
nazulmaster@yahoo.com
Yazrina Yahya *)
yaz@ftsm.ukm.my
Muriati Mukhtar *)
mm@ftsm.ukm.my
ABSTRACT
PENDAHULUAN
487
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
tahap penggunaan LMS pada awal 2010 mendorong perubahan sikap terhadap
di beberapa IPTA di Malaysia: Universiti penggunaan sesuatu perkara, produk
Malaya (15%),Universiti Kebangsaan atau perkhidmatan termasuk LMS.
Malaysia (41%), Universiti Putra Saling tindak kognitif merupakan konsep
Malaysia (55%) dan Universiti Malaysia yang tersedia dalam minda manusia
Sarawak (45%)(Mohamed Amin Embi, et sejak lahir. Nilai ketika menggunakan
al., 2010). sesuatu produk atau perkhidmatan
Di Malaysia, separuh daripada disebut nilai guna (value-in-use).
IPTA menyediakan bajet pengurusan Sehubungan itu, kajian ini memberi
yang khusus meliputi latihan, pembelian fokus dengan mengenalpasti dan
perisian dan infrastruktur fizikal menyenaraikan nilai yang signifikan
(Mohamed Amin Embi, 2010) bagi terhadap penggunaan LMS di kalangan
menyokong pembangunan e- pelajar.
pembelajaran. Sehingga kini masih Pelbagai tafsiran nilai yang boleh
terdapat pelbagai usaha yang berterusan dibuat samada membawa kesan kepada
untuk mendorong penyertaan aktif kewangan seperti perniagaan ataupun
pengguna dalam LMS dengan cara tanpa unsur kewangan seperti tingkah
penyediaan sumber dari aspek teknologi laku. Walaubagaimanapun kajian ini
seperti menaiktaraf prasarana ICT(Lei cuba memperlihatkan nilai dari perspektif
Shi, 2009), memantapkan strategi sains perkhidmatan. Dari perspektif ini,
pengajaran dan pembelajaran(Haughton nilai dirujuk sebagai nilai cipta sama
& Romero, 2009), mengubahsuai proses (value co-creation) di antara pengguna
kerja(Zoraini Wati Abas & Mansor Fadzil, dengan pengeluar (Prahalad &
2008). Ramaswamy, 2004; Vargo & Akaka,
Umumnya terdapat dua masalah 2009). Pengguna merupakan penentu
penting dalam penggunaan LMS iaitu nilai yang dikehendaki ke atas sesuatu
kekangan teknologi (Rohaya Ali, 2009; perkhidmatan berasaskan pengetahuan
P.-C. Sun, et al., 2008) seperti atau pengalaman terdahulu yang
keupayaan perkakasan, tidak mesra dipersetujui bersama dengan pihak
pengguna, kelembapan capaian internet, penyedia perkhidmatan. Pengguna akan
dan masalah kedua adalah sikap negatif sentiasa mencari sesuatu perkhidmatan
pengguna seperti instruktor lambat yang paling berguna buat mereka pada
membalas mesej sehingga menyumbang ketika dan keadaan tertentu. Justeru
kepada amalan penggunaan yang konstruk nilai adalah sesuatu yang
minimum dalam LMS (Mohamed Nazul disekalikan (embeded) dalam
Ismail, et al., 2010). menghasilkan perkhidmatan yang boleh
Sehubungan itu, kerangka LMS digunapakai.
perlu dilihat dari perspektif yang boleh Sistem nilai ini hanya berada dalam
mendorong pengguna saling berinteraksi ruang kognitif pengguna, tidak sama
secara aktif dalam domainnya dengan untuk setiap individu (Collen & Hoekstra,
penggunaan fitur di dalamnya secara 2001) dan berpengaruh dalam
optimum. LMS tidak lagi sebagai tempat mendorong penggunaan sesuatu produk
untuk longgokan bahan pembelajaran atau perkhidmatan (Michel, et al., 2008).
tetapi perlu mempunyai perkhidmatan Pihak pengeluar atau penyedia
yang boleh membina komuniti pelajar. perkhidmatan hanya boleh menyarankan
Oleh itu satu daripadanya adalah nilai (value proposition) yang akan
mencari apakah nilai LMS kepada dinikmati oleh pengguna manakala
pengguna sistem ini? pengguna yang sentiasa menjadi
pencipta-sama nilai (cocreator of value )
kepada nilai yang wujud (Lusch, et al.,
Nilai dan Nilai Cipta- Sama (Value co-
2007; Vargo & Akaka, 2009; Vargo, et
creation)
al., 2008).
Nilai adalah satu daripada
Rajah 1 di bawah adalah ilustrasi
salingtindak kognitif yang boleh
hubungan antara penyedia perkhidmatan
488
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
489
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
490
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
pelajar prasiswazah yang aktif dalam Analisis ringkas yang dibuat mendapati
persatuan mahasiswa fakulti masing- lima nilai utama yang perlu dicapai untuk
masing.Mereka juga merupakan pelajar meningkatkan amalan penggunaan LMS.
tahun 2 dan 3 dalam bidang pengajian Lima nilai tersebut adalah keinginan
dan sejarah latar belakang yang untuk berjaya (sense of accomplishment)
berbeza.Walaubagaimanapun mereka , terarah kendiri (self-directed), rasa
adalah kumpulan “Net Generation”. Oleh tanggungjawab (sense of resposibility) ,
itu kemahiran teknologi maklumat hubungan mesra (warm relationship) dan
merupakan sesuatu yang biasa dalam kepuasan kendiri (self-fulfillment).
kehidupan mereka.Berdasarkan temu Walaubagaimanapun hanya tiga sahaja
bual ringkas mereka cukup nilai yang boleh dicapai hasil daripada
berpengalaman menggunakan Sistem interpretasi data ini iaitu keinginan untuk
Pengurusan Pembelajaran & Pengajaran berjaya, terarah kendiri dan rasa
Interaktif (SPIN) di UKM. tanggungjawab manakala dua lagi nilai
iaitu hubungan mesra dan kepuasan
Kaedah Pengumpulan Data kendiri masih tidak tercapai. Malahan ia
Teknik persampelan bertujuan merupakan lompang (gap) yang perlu
(purposive sampling) digunakan bagi diberi penekanan dalam kajian ini.
memilih pengguna SPIN. Hanya pelajar Rajah 3 di bawah adalah pemetaan
dari fakulti yang mencatat tahap hirarki nilai untuk sistem yang dikaji.
Keinginan untuk
penggunaan yang tinggi sahaja dipilih berjaya Tanggungjawab
Values (Sense of
sebagai responden. Data semasa accomplishment)
(Responsibility)
Terarah kendiri
mengenai tahap penggunaan dibekalkan (Self-directed)
oleh pihak Pusat Pembangunan
Akademik UKM. Pihak pengurusan telah
Dinilai
mengklasifikasikan beberapa fakulti yang Info terkini
aktif terhadap penggunaan SPIN, UKM. Consequenses
(in-use)
Responden terdiri daripada mereka yang Soalan
latihan
berpengalaman menggunakan
perkhidmatan SPIN. Bilangan responden Rujuka
n
adalah terhad kerana kajian kajian ini Skop
Mudah dicapai
berskala kecil dan setiap responden pelajara
n
yang terlibat akan diserapkan ke dalam
kumpulan pembangunan bagi langkah
seterusnya dalam kajian ini. Proses temu Attribute Lecture
Tutorial Annoucement
Notes
bual berlaku secara santai dan terkawal
bagi memastikan responden itu selesa
dan tidak tertekan.
Rajah 3: Pemetaan Hirarki Nilai
HASIL DAN PEMBAHASAN
Data yang telah dikumpulkan dari proses
temu bual dikod dan dikatogorikan Atribut yang boleh membawa nilai
mengikut attributes, consequences dan membina hubungan mesra dan
values. Dalam contoh LMS yang kepuasan kendiri perlu diinovasikan
digunakan terdapat lebih daripada 20 supaya ia mendorong kepada amalan
atribut yang boleh diaplikasikan untuk penggunaan yang tinggi. Nilai guna
menggalakkan proses pembelajaran. seperti pemakluman (notification),
Namun atribut yang kerap digunakan jemputan (invitation), peringatan
adalah Lecture Notes, Annoucementi (reminder), ubahsuai (customization) dan
dan Tutorial. Manakala masih banyak penghargaan (reward) adalah antara
atribut yang tidak digunakan seperti elemen yang boleh dikembangkan pada
Discussion Board, Chat, Upload kajian seterusnya.
Assignment dan lain-lain.
491
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
492
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
Michel, S., Brown, S. W., & Gallan, A. S. Prestasi Faktor Kritikal Kejayaan
(2008). Service-Logic Innovation: dari Perspektif Tutor Open
How to innovate customers, not University Malaysia. . Unpublished
products. California Management MSc, Universiti Kebangsaan
Review, 50(3), 49-65. Malaysia, Bangi.
Mohamed Amin Embi, Mahamod Ismail, Sheng, H., Siau, K., & Nah, F. F.-H.
Mohd Najib Adun, et al. (2010). (2010). Understanding the values
Amalan Perlaksanaan e- of mobile technology in education:
Pembelajaran di IPTA Malaysia. In A value-focused thinking approach.
Mohamed Amin Embi & Mohd Najib The DATA BASE for Advance in
Adun (Eds.), e-Pembelajaran di Information System, 41(2), 25-44.
IPTA Malaysia (pp. 26, 27,
Spohrer, J., Anderson, L., Pass, N., et al.
105,125,201). Bangi, Selangor:
(2008). Service science and
Pusat Perkembangan Akademik,
service-dominant logic. Paper
UKM.
presented at the Otago Forum 2.
Mohamed Nazul Ismail, Yazrina Yahya,
Sun, P.-C., Tsai, R. J., Finger, G., et al.
Muriati Mukhtar, et al. (2010). A
(2008). What drives a successful e-
service science approach for
Learning? An empirical
eLearning. Paper presented at the
investigation of the critical factors
The 4th International Symposium
influencing learner satisfaction.
on Information Technology 2010
Computers & Education, 50(4),
Penna, M. P., & Stara, V. (2007). The 1183-1202.
failure of e-learning: Why should
Sun, P. C., Cheng, H. K., & Finger, G.
we use a learner centred design.
(2009). Critical functionalities of a
Journal of e-Learning and
successful e-learning system -- An
knowledge Society, 3(2), 127-135.
analysis from instructors' cognitive
Prahalad, C. K., & Ramaswamy, V. structure toward system usage.
(2004). The future of competition: Decision Support Systems, 48(1),
co-creation unique value with 293-302.
customer. Boston: HBS Press.
Vargo, S. L., & Akaka, M. A. (2009).
Preece, J., Nonnecke, B., & Andrew, D. Service-Dominant Logic as a
(2004). The Top 5 Reasons For foundation for Service Science:
Lurking: Improving Community Clarifications. Service Science,
Experiences For Everyone. 1(1), 32-41.
Computer in Human Behavior,
Vargo, S. L., Maglio, P. P., & Akaka, M.
20(2), 201-223.
A. (2008). On value and value co-
Reynolds, T. J., & Gutman, J. (1988). creation: A service systems and
Laddering Theory, method, service logic perspective. European
analysis and interpretation. Journal Management Journal, 26, 145 -
of Advertising Research, 1(28), 11- 152.
31.
Veludo-de-Oliveira, T. M., Ikeda, A. A., &
Ridings, C., Gefen, D., & Arinze, B.
Campomar, M. C. (2006).
(2006). Psycological barriers:
Discussing laddering application by
Lurker and poster motivation and
the means-end chain theory. The
behaviour in online community.
Qualitative Report, 11(4), 626-642.
Communications of the Association
for Information Systems 18(16), Yin, R. K. (2009). Case study research:
329-354. Design and methods (Applied
sosial research methods series) (4
Rohaya Ali. (2009). e-Pembelajaran di
ed. Vol. 5). California, USA: SAGE
Malaysia: Kepentingan dan
Publication, Inc.
493
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
494
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
Oleh:
Mohd Radzi Abu Bakar *)
mradzi_muo@yahoo.com
Mohd Adnan Kaus *), Azlin Mohmad Azman *) & Nora Khamis *)
ABSTRAK
Miskonsepsi merupakan fenomena yang sering berlaku dalam kalangan pelajar dan guru.
Dalam proses pengajaran dan pembelajaran sains, konsep merupakan asas yang perlu
difahami dan dikuasai oleh pelajar. Konsep sains terbentuk dalam diri pelajar secara
beransur-ansur melalui pengalaman mereka sebagai pelajar dan melalui interaksi
terhadap alam persekitarannya. Tanpa pembinaan konsep yang sebenar, perbincangan
guru dan pelajar hanya terhad kepada pemerolehan fakta dan penjelasan kejadian secara
tersendiri tanpa menyedari kewujudan miskonsepsi. Banyak kajian telah dijalankan di
dalam dan luar negara bagi mengenalpasti jenis, punca dan implikasi daripada masalah
ini. Kajian telah membuktikan bahawa minda pelajar tidak seperti tin kosong sehinggakan
ilmu pengetahuan sains dapat dicurahkan secara total oleh guru kepada pelajar, tetapi
pembinaan konsep tersendiri ini adalah hasil daripada pelbagai interaksi pelajar dengan
persekitaran, rakan sebaya, media begitu juga dengan budaya dan bahasa yang mana
kesemua faktor ini boleh mewujudkan miskonsepsi. Terdapat tiga punca terjadinya
miskonsepsi dalam kalangan pelajar. Ketiga-tiga punca ini adalah kerangka kefahaman
alternatif sedia ada pelajar yang jarang diberi perhatian oleh guru menyebabkan idea
yang tidak tepat berkekalan, bahasa harian yang tidak dapat dibezakan dengan bahan
sains dan masalah perhubungan dengan pendekatan yang digunakan dalam pengajaran.
Kertas konsep ini akan membincangkan tentang miskonsepsi yang berlaku dalam
Pendidikan Sains. Kajian kepustakaan telah dijalankan terhadap 11 artikel jurnal berkaitan
dengan miskonsepsi dalam sains. Pelbagai definisi, jenis, serta contoh miskonsepsi telah
ditemui. Faktor-faktor, cara mengatasi, kesan, serta cara-cara merobohkan miskonsepsi
juga disenaraikan bersama di dalam artikel ini.
PENDAHULUAN
495
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
berteraskan perindustrian dan teknologi awal yang tidak ditangani oleh guru
menjadikan kepentingan pendidikan sebelum mereka memulakan sesuatu
sains tidak dapat disangkal lagi. proses pengajaran dan pembelajaran di
Kurikulum Bersepadu Sekolah dalam kelas (Susan, 2008). Pemahaman
Menengah (KBSM) dalam bidang sains konsep yang kabur atau tidak jelas di
telah mengaitkan pengetahuan, aplikasi peringkat sekolah rendah selalunya akan
sains, kemahiran saintifik dan nilai menyumbang kepada kesinambungan
murni secara bersepadu supaya produk pemasalahan pembelajaran mengenai
pelajar yang dihasilkan dapat sesuatu konsep yang sama di peringkat
menguasai konsep-konsep sains yang lebih tinggi. Ini berlaku kerana
dengan baik dan berkesan. Salah satu pelajar akan mengalami kesukaran untuk
matlamat KBSM adalah untuk menerima konsep atau teori baru yang
melahirkan warga negara yang berilmu diajar oleh guru disebabkan pengetahuan
pengetahuan sains dan mempunyai lepas mereka yang berbeza. Menurut
kemahiran saintifik ke arah membentuk Susan (2008), sekiranya konsep baru
masyarakat yang mengamalkan yang diajarkan kepada mereka tidak
budaya sains dan teknologi. memberi sebarang kesan atau makna
Mata pelajaran Fizik, Kimia, kepada mereka, pelajar akan cenderung
Biologi, Matematik Tambahan, untuk mengekalkan fahaman mengikut
Teknologi Kejuruteraan dan beberapa pandangan mereka sendiri tanpa
mata pelajaran lagi telah ditawarkan mengendahkan sama ada fahaman
sebagai subjek elektif dalam rancangan tersebut benar atau tidak. Keadaan yang
KBSM di peringkat menengah atas. berlaku ini banyak didorong oleh faktor
Penawaran mata pelajaran tersebut guru, kawan-kawan, internet, serta media
sebagai pilihan kepada pelajar massa dan hal ini seterusnya
merupakan program pendidikan sains menyumbang kepada miskonsepsi pelajar.
yang lebih khusus dan digubal dengan Faktor-faktor yang dinyatakan ini
hasrat untuk memenuhi minat para menunjukkan betapa pentingnya bagi
pelajar bagi menceburkan diri dalam seorang guru untuk bertindak dan
kerjaya yang berorientasikan sains dan memikirkan strategi yang releven dan
teknologi. Ini secara tidak langsung sesuai untuk diaplikasikan bagi
dapat memenuhi keperluan untuk memastikan kefahaman pelajar tentang
pembangunan dan kemajuan negara. sesuatu konsep atau teori adalah selari
Mata pelajaran sains yang diajar dengan apa yang bakal disampaikan oleh
memberi penekanan terhadap guru tersebut.
pembinaan dan pemahaman sesuatu
konsep yang berlaku dalam kehidupan Definisi Miskonsepsi
dan hal ini selari dengan objektif yang Kanak-kanak mempunyai perbezaan
ingin dicapai oleh KBSM. Mata kualitatif dalam kefahaman mereka yang
pelajaran sains juga diajar bertujuan selalunya tidak konsisten dengan apa
untuk memastikan pelajar memperolehi yang diajar oleh guru. Menurut
pengetahuan dan prinsip sains serta Southerland (2001) dalam Susan (2008),
mampu mengaitkan konsep sains yang miskonsepsi adalah sebahagian daripada
mereka pelajari dengan pengalaman sistem pengetahuan yang luas, melibatkan
yang pernah mereka lalui. Di samping banyak konsep yang saling berkaitan
itu, para pelajar juga diharapkan antara satu sama lain di mana pelajar
berupaya mengembangkan kemahiran mungkin memperolehinya melalui
saintifik secara kritis dan kreatif bagi pengalaman yang pernah mereka alami
menyelesaikan masalah yang mungkin pada tahun-tahun sebelumya. Smith
timbul dalam kehidupan seharian. dalam Susan (2008) pula berpendapat
Masalah pembelajaran khususnya bahawa miskonsepsi juga jelas kelihatan
dalam mata pelajaran sains yang apabila berlaku kesilapan ketika pelajar
berlaku dalam kalangan pelajar ingin menggunakan pengetahuan tersebut
dikatakan berpunca daripada fahaman dalam konteks yang lebih luas atau
496
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
menyatakan kualiti guru dan kualiti MGCM (Majlis Guru Cemerlang Malaysia)
pengajaran seseorang guru itu menyediakan bantuan dengan
bergantung kepada pendidikan dan menerbitkan buku-buku yang
latihan iktisas guru tersebut. Untuk itu, menghimpunkan miskonsepsi-
pengkaji merasakan mesti diwujudkan miskonsepsi bagi setiap tajuk dalam
sato program untuk membantu guru- silibus sains. MGCM juga boleh
guru baru ini. Untuk membantu gurur- membantu para guru dengan
guru baru ini, guru-guru ini perlu menganjurkan kursus-kusrus peningkatan
mempunyai seorang mentor di sekolah perkhidmatan dan profesionalisme Ini
masing-masing ataupun sekolah boleh dijadikan rujukan untuk para guru
berhampiran yang mempunyai major jika terdapat masalah semasa proses
yang sama. Ini bertujuan agar guru- P&P. Contoh buku ialah Buku Strategi
guru baru ini mempunyai tempat P&P dan Buku pengalaman Guru
rujukan khas jika mempunyai masalah Cemerlang.
dari segi kurikulum mahupun padagogi.
Ini secara tidak langsung akan Cadangan untuk Merobohkan
membantu mengatasi masalah Miskonsepsi
miskonsepsi pelajar mahupun guru. 1. Menerangkan konsep atau teori
Guru-guru pembimbing ataupun mentor yang baru
ini pula, haruslah sentiasa bersedia Dalam mengajar konsep atau teori
untuk membantu guru-guru baru ini. yang baru kepada pelajar, guru
Dalam memastikan tujuan ini tercapai, seharusnya memastikan bahawa konsep
pihak Jabatan Pelajaran Negeri dan teori yang ingin dipersembahkan
masing-masing haruslah mengenal memiliki ciri-ciri berikut:
pasti guru-guru yang berkelayakan (i) Berpatutan (Plausible)
serta memberi latihan dan kursus Maklumat baru harus dipaparkan
dalam meningkatkan profesionalisme dan diterangkan secara konsisten dengan
perguruan. Ini termasuklah kemahiran- pengetahuan yang lain dan mampu
kemahiran yang memang diperlukan menjelaskan tentang data sedia ada.
seorang guru, seperti kemahiran Pelajar harus melihat bagaimana konsep
menyelesaikan masalah, kemahiran baru (teori) tersebut konsisten dengan
mendengar dan sebagainya. pengetahuan yang lain melalui paparan
Guru-guru juga harus dilatih untuk data yang jelas.
memiliki kepercayaan efikasi yang
tinggi. Menurut Bandura dalam Khalid (ii) Berkualiti tinggi (High quality)
(2009), efikasi guru ialah kepercayaan Teori dan konsep yang akan
guru terhadap keupayaan diri untuk diajarkan kepada pelajar mestilah
menegndalikan pengajaran secara berkualiti tinggi dari sudut saintifiknya
berkesan kea rah mempengaruhi memandangkan teori tersebut telah
pencapaian murid. Kepercayaan efikasi dibuktikan kebenarannya. Oleh yang
yang tinggi mendorong guru supaya demikian, teori yang akan ditunjukkan
lebih berusaha dalam pengajarannya harus mengambil tempat yang lebih baik
dengan mempelbagaikan aktiviti berbanding pengetahuan yang telah
pengajaran dan tidak mudah mengalah dipunyai oleh pelajar. Sebagai contoh,
(Khalid 2009). Jika semua guru guru harus melihat masalah daripada
mempunyai efikasi yang tinggi, pengkaji perspektif pelajar (pengetahuan pelajar
merasakan tidak timbul masalah berkaitan “bumi berbentuk leper dan rata”
miskonsepsi di kalangan pelajar kerana menerangkan data yang lebih baik
guru-guru yakin dengan pengajarannya berbanding data yang diterangkan oleh
termasuklah kaedah mengajar, isi teori “bumi berbentuk sfera”). Oleh itu,
kandungan dan sebagainya. kualiti pengetahuan baru yang ingin
Pihak Kementerian Pelajaran diterangkan mestilah mengambil kira
terutamanya Bahagian Pendidikan pengetahuan sedia ada pelajar.
Guru boleh bekerjasama dengan
504
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
508
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
Muhammad Adri
mhd.adri@unp.ac.id
ABSTRACT
Supporting of Information technology (IT) in eductional processes is absolute in
information technology age. Especially in academic information system, providing all of
informations needed by academic entity such as students, lecturers and employee. The
research aim to explore readiness of academic entity in State University of Padang (SUP)
to carried out IT-Based education. The readiness point accessing in the research are : 1)
readiness of IT infrastructure and local area network (LAN), 2) readiness of information
policy in accessing and utilization of IT, 3) readiness of supporting applications software
and 4) readiness of human resources to use of IT in eductional process. The research
founding are SUP ready in IT infrastructure and LAN and application software, but need
more Standard Operational Procedure (SOP) in accessing resources policy and policy of
information contents. In human resourcess aspect is needed more activity to train in using
of IT in educational purposes and to promote the “Smart Campus” software as software
tool in education.
Keywords : information technology, academic information system, IT Infractructure, smart
Campus
PENDAHULUAN
Perkembangan Teknologi Informasi Sebagai penghasil tenaga ahli bidang
(TI) telah memberikan dampak yang teknologi informasi, dunia pendidikan
nyata bagi kehidupan masyarakat, berperan serta dalam mengembangkan
hampir semua bidang kehidupan tidak TI itu sendiri, dengan adanya program-
bisa terlepas dari pengaruh TI ini, tak program pendidikan dengan kajian
terkecuali bidang pendidikan. Pengaruh bidang TI.
TI di dunia pendidikan dapat dilihat pada Sebagai salah satu perguruan tinggi
dua aspek utama, yaitu dunia pendidikan negeri di Sumatera Barat, yang
sebagai pemanfaat teknologi informasi bertanggung jawab besar dalam
dan dunia pendidikan sebagai penghasil meningkatkan sumber daya manusia,
tenaga ahli bidang teknologi informasi Universitas Negeri Padang terus
(Lukito, 2001). Sebagai pengguna TI, melakukan pembenahan dalam rangka
maka pendidikan, yang pada dasarnya peningkatan kapasitas institusi dalam
merupakan suatu proses komunikasi dan penyelenggaraan pendidikan berbasis
informasi dari pendidik kepada peserta teknologi informasi. Berbagai lanngkah
didik yang berisi informasi-informasi persiapan dan pembenahan terus
pendidikan, yang memiliki unsur-unsur dilakukan, baik perbaikan dari sisi
pendidik sebagai sumber informasi, infrastruktur dan perangkat keras
media sebagai sarana penyajian ide, maupun dari sisi aplikasi dan perangkat
gagasan dan materi pendidikan serta lunak pendukungnya. Semua
peserta didik itu sendiri (Oetomo dan pembenahan itu dilakukan dalam rangka
Priyogutomo, 2004). Beberapa bagian optimalisasi penyelenggaraan sistem
unsur ini mendapatkan sentuhan media pendidikan berbasis teknologi informasi.
teknologi informasi, sehingga Pembenahan dari sisi sistem
mencetuskan lahirnya ide tentang teknologi informasi (TI) dan
penyelenggaraan pendidikan berbasis penyelenggara pengembangannya di
teknologi informasi (Utomo, 2001). UNP, terhitung sejak tahun 2005,
509
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
dibentuk suatu tim khusus yang Tabel 1. Konten Aplikasi Smart Campus
menangani pengembangan TI di UNP, Bidang Sistem Informasi
yang disebut dengan Tim
Pengembangan TI UNP dengan Akademik 1. SI Akdemik
tanggung jawab khusus untuk 2. Aplikasi
melakukan kajian, analisis dan Pendaftaran Ujian
perencanaan pengembangan TI di UNP. Masuk
Beberapa langkah perbaikan dan 3. SI Registrasi dan
pengembangan yang dilakukan antara Pembayaran
lain pembenahan infrastruktur TI di 4. Aplikasi E-
lingkungan UNP melalui pengembangan Learning
jaringan lokal UNP (Local Area Network Kemahasiswaan 1. SI
– LAN), dengan teknologi gigabit fiber dan Alumni Kemahasiswaan
optik, yang saat ini telah 2. SI Alumni dan
menghubungkan semua fakultas dan Karir
unit-unit yang berada di lingkungan Administrasi 1. SI Perencanaan
kampus pusat UNP. Langkah perbaikan dan Anggaran
ini diperoleh melalui hibah ISS-MIS UNP 2. SI Akuntansi dan
mulai Januari 2006 dan ABT tahun 2006, Keuangan
kemudian perbaikan dan penambahan 3. SI Kepegawaian
fasilitas TI dan jaringan wireless 4. SI Manajemen
diperoleh melalui hibah INHERENT Aset
(Indonesian Higher Education Network) Penelitian dan 1. SI Kerjasama
Agustus 2006. Beberapa fasilitas Pengabdian 2. SI Penelitian
tersebut antara lain, terbentuknya Masyarakat8 3. SI Pengabdian
hotspot wireless UNP, koneksi wireless pada Masyarakat
ke 4 unit dan fakultas serta tersedianya Umum 1. SI Manajemen
fasilitas teleconference dalam rangka (Penunjang) Arsip
penyelenggaraan pendidikan bersama 2. SI Perpustakaan
secara online antar perguruan tinggi se 3. Digital Library
Indonesia yang terhubung ke Untuk mendukung jalannya aplikasi
INHERENT. Semua langkah Smart Campus tersebut di atas, maka
pembenahan infrastruktur TI dilakukan dikembangkan suatu sistem terintegrasi
dalam rangka untuk meningkatkan dengan topologi sebagai berikut :
kapasitas UNP dalam memanfaatkan TI
sebagai tulang punggung
penyelenggaraan manajemen perguruan
tinggi dan pendidikan.
Sebagai upaya peningkatan kualitas
layanan dan penyelenggaraan
pendidikan berbasis teknologi informasi
untuk mengisi fungsi pengembangan
infrastruktur dan perangkat keras sistem
TI di UNP, maka dikembangkan aplikasi-
aplikasi pendukung, melalui kerjasama Gambar 1. Topologi Sistem Smart
dengan pihak vendor yang sudah Campus UNP
dipercaya sebagai penyelenggara
layanan TI di Indonesia, PT. Telkom Sistem terintegrasi tersebut,
Indonesia, dengan paket aplikasi Smart kemudian dapat diakses oleh sivitas
Campus yang dikembangkan oleh pihak UNP dengan 4 model pemngaksesa,
ketiga PT. Gamatchno Yogyakarta, yaitu : 1) Akses via SMS (SMS Kampus),
sebagai partnership software PT. 2) Akses via Telepon (Halo UNP), 3
Telkom. Adapun konten sistem Smart Akses via Perangkat Mobile (Mobile
Campus. Campus) dan 4) Akses via Internet
510
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
511
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
HASIL PENELITIAN
1. Kesiapan Infrastuktur Teknologi
Informasi
Infrastuktur teknologi informasi (TI)
adalah komponen utama yang akan
dijadikan sebagai tulang punggung
tumbuhkembang dan bergeraknya
pemanfaatan TI di UNP Padang.
Untuk pengembangan infrastuktur TI
Gambar 2. Revenue Stream dan Cost ini sudah dimulai sejak awal
Center (Sumber : Richardus, 2004) pamanfaatan sistem komputer dalam
kegiatan akademik dengan didirikannya
METODOLOGI Kompak (Komputer Akdemik) yang
Metode penelitian yang digunakan kemudian sejak tahun 1991 berganti
dalam penelitian adalah penelitian nama menjadi Puskom (Pusat
kualitatif. Penelitian kualitatif sering Komputer), namun sejauh ini system
disebut juga dengan pendekatan jaringan hanya tersentral di Puskom
naturalistik karena penelitiannya UNP. Pada tahun 1996,
dilakukan pada kondisi yang alamiah dikembangkanlah suatu rencana jaringan
(natural setting), disebut juga dengan local berkecepatan tinggi dengan
penelitian etnografi, karena pada menggunakan medium fiber optic
awalnya metode ini lebih digunakan sebagai backbone system perkabelan
untuk penelitian bidang antropologi antara fakultas dan unit-unit di
budaya. Metode kualitatif dapat diartikan lingkungan UNP.
sebagai metode penelitian yang Untuk meningkatkan utilitasi dan
digunakan untuk meneliti pada kondisi optimalisasi pemanfaatan TI di UNP,
obyek ilmiah dan pemahaman mengenai maka pada tahun 2005 dibetuk sebuah
masalah-masalah dalam kehidupan tim khusus dengan tugas dan fungsi
sosial berdasarkan kondisi realitas atau merencanakan, menganalisis dan
natural setting yang holistis, kompleks mengembangan sistem teknologi
dan rinci. Dalam penelitian kualitatif, informasi di UNP.
peneliti merupakan instrumen kunci Dalam merencanakan, menganalisis
dengan teknik pengumpulan data yang dan mengembangkan sistem teknologi
dilakukan secara triangulasi (gabungan), informasi, maka langkah awal yang
analisis data bersifat induktif, dan hasil dilakukan adalah merencanakan
penelitian kualitatif lebih menekankan pemanfaatan fasiitas fiber optic sebagai
makna daripada generalisasi. Menurut tulang punggung sistem jaringan dan
Kirk dan Milner (dalam Moleong, 2006), perbaikan system koneksi, yang pada
penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu akhirnya saat ini terdapat 5 jenis koneksi
dalam ilmu pengetahuan sosial yang di lingkungan LAN UNP, antara lain :
secara fundamental bergantung pada a. Sistem kabel UTP, adalah system
pengamatan pada manusia dalam kabel yang digunakan untuk
kawasannya sendiri dan berhubungan menghubungkan antar unit, jurusan,
dengan orang-orang tersebut dalam prodi dan lab dilingkungan Fakultas
bahasannya dan dalam peristilahannya. UNP Padang.
Dipilih metode kualitatif, karena b. Koneksi dengan Fiber Optik
penelitian ini akan berhubungan erat Multimode 62.5 µm, digunakan untuk
dengan perilaku dan sikap sivitas menghubungkan Pusat server di
akademika UNP dan kesiapannya dalam Gedung Rektorat UNP Padang
penyelenggaraan pendidikan berbasis dengan Pusat Komputer (Puskom)
teknologi informasi dan Fakultas Teknik (Jaringan LAN
FT 1).
c. Koneksi dengan Fiber Optik
Multimode 50µm, digunakan untuk
512
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
513
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
514
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
kepada sivitas akademika, juga telah ini berarti bahwa terjadi kesinambungan
diimplementasikan suatu paket aplikasi penggunaan fasilitas LAN dan koneksi
yang terintegrasi dalam aplikasi “Smart internet oleh masing-masing entitas
Campus” yang dirintis sejak tahun 2006, tersebut.
dan terimplementasikan sejak tahun Namun jika dilihat dari sisi
2007 pada beberapa aplikasi dan pada pemanfaatan konten akses, mayoritas
tahun 2008 hampir semua software masih dialokasikan untuk kebutuhan non
aplikasi yang dibutuhkan telah berjalan di akademis, seperti browsing, emailm,
server LAN UNP dengan baik, dan chatting, socio culture, sedangkan
hanya ada satu software aplikasi yang pamanfaatan untuk kebutuhan reseurces
masih dalam status pengembangan yang masih relatif rendah, namun angka
berkaitan dengan kebutuhan eksekutif tertinggi di peroleh dikalangan dosen
institusi dalam aplikasi “Sistem Informasi untuk kategori ini, sedangkan pada sisi
Eksekutif”, dan aplikasi ini adalah mahasiswa dengan adanya ketersediaan
aplikasi yang resume report yang dapat materi dalam bentuk modul dari dosen
digunakan oleh pengambil kebijakan menjadi alasan bagi mereka untuk tidak
berdasarkan resume data yang diperoleh mencari sumber lain di internet kecuali
dari semua sistem aplikasi lain yang hanya untuk melengkapi data tugas
telah dijalankan. perkuliahan.
Berbagai software aplikasi pendukung Sedangkan pengetahuan sivitas
dalam ‘’Smart Campus” telah diresmikan tentang aplikasi “Smart Campus” sangat
penggunaannya di UNP Padang sejak, rendah, dari kalkulasi yang dilakukan
semester Januari – Juni 2008 sebagai dari 20 orang entitas yang ditanya hanya
basis sistem informasi di ligkungan UNP 1 orang yang bisa menjelaskan paket
Padang, pada tahapan berikutnya aplikasi smart campus yang ada di UNP,
bagaimana semua aplikasi yang telah sedangkan jika ditanya satu persatu
dikembangkan tersebut dapat diterima aplikasi dalam aplikasi Smart Campus
dan digunakan dengan baik oleh semua diperoleh data yang cukup baik, untuk
sivitas UNP. Oleh karena itu merupakan aplikasi portal akademik (SIA) diperoleh
suatu kebutuhan yang mendesak bagi dari 10 orang mahasiswa yang ditanya 9
pimpinan institusi untuk mengambil orang dapat menjelaskan dengan baik,
kebijakan totalitas pemanfaatan aplikasi sedangkan pada sisi dosen daro 10
“Smart Campus” oleh semua sivitas orang yang di tanya hanya 2 orang yang
akademika UNP. dapat menjelaskannya dengan baik.
Dari sisi kesiapan sumber daya Sedangkan untuk pengaksesan
manusia, baik dalam kelompok terhadap aplikasi Smart Campus, dari 20
mahasiswa, dosen maupun karyawan mahasiswa menyatakan bahwa mereka
untuk menerima dan beradaptasi dengan mengakses hanya bersifat tentatif,
teknologi baru di lingkungan UNP khususnya pada saat awal semester
Padang, diperoleh data yang cukup untuk kebutuhan registrasi dan
menggembirakan. Pengembangan perbaikan Kartu Rencana Studi
infrastruktur jaringan dan internet yang mahasiswa, sedangkan pada entitas
dilakukan di UNP memperolah respon Dosen menyatakan mereka tidak
yang positif dari sivitas akademika, hal mengetahui dan tidak memiliki account
ini dapat dilihat termanfaatkannya untuk mengakses aplikasi tersebut.
fasilitas akses dengan rata-rata waktu Hal ini dapat digunakan sebagai indikator
akses antara 2 – 6 jam / hari untuk bahwa proses sosialisasi aplikasi Smart
masing-masing entitas mahasiswa, Cmapus dikalangan sivitas masih belum
dosen dan karyawan. Jika diambil optimal, oleh karena itu perlu dilakukan
alokasi waktu rata-rata dari semua data upaya yang lebih serius dari pengelola TI
yang didapatkan, maka 35% untuk menyebarluaskan informasi
dimanfaatkan oleh mahasiswa, 40 % tentang Smart Campus ini di semua unit
oleh dosen dan 25 % digunakan oleh dan fakultas yang ada di UNP Padang.
entitas karyawan di lingkungan UNP. Hal
515
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
516
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
Oleh:
Muhammad Adri *)
mhd.adri@unp.ac.id
A. Muri Yusuf **)
Aliasar **)
Jalius Jama *)
ABSTRACT
The presence of online technology has provided opportunities for education in developing
online learning models. But in reality the implementation of online learning model has a
weakness, because education can not be simplified to just download the learning
materials passively in front of a computer monitor. The best approach is to integrate the
model of online learning with classroom learning known as blended learning. The purpose
of this research is to develop a blended learning model-based Learning Management
System (LMS), thus providing the opportunity for students to learn to be more
independent before face to face in class. In this study developed an online learning
environment with the LMS in the course Computer Networks and Data Communication.
Implementation of Blended Learning is managed by the LMS, to control the learning
activities of students in an online environment, through a learning process model to
control the activities of students in the classroom (classroom activity) and activities outside
the classroom (out-of-class activity) that will be evaluated in the classroom
PENDAHULUAN
517
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
518
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
METODOLOGI
519
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
520
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
Oleh:
Muhamad Thaufiq Pinat*)
ABSTRAK
Internet merupakan sumber yang sangat lengkap dapat menolong mahasiswa untuk
meningkatkan kemampuan bahasa Inggrisnya (English proficiency). Membaca berita-
berita artikel dalam berita bahasa Inggris adalah suatu cara bekerja dengan kemampuan
membaca (reading comprehension). Internet merupakan satu wadah yang paling baik
untuk meeningkatkan kosa-kata dimana definisi dapat dilihat dengan mudah dengan cara
yang sederhana melalui pencarian di web. Ini juga dapat sangat menolong untuk mencari
merk kamus bahasa Inggris di website. Banyak kamus gratis di internet yang dapat
dimanfaatkan dengan mudahnya oleh mahasiswa. Semua peristilahan dapat diperoleh
dengan sangat mudah, mulai dari yang sederhana sampai ke tingkat komplek sekalipun.
Kemudian melalui internet mahasiswa dengan mudahnya mencari terjemahan bidang apa
saja untuk mempercepat pemahaman materi perkuliahan yang dipelajarinya. Melalui
internet mereka bisa berkomunikasi dengan berbagai bangsa di dunia yang tidak terbatas
jangkauannya. Seperti melaui e-mail, facebook, twitter dan lainnya. Mereka bisa
berdiskusi mengenai topik yang menarik, dapat meningkatkan percakapan, tulisan dan
pendengaran dalam bahasa Inggris. Internet dapat memungkinkan penggunaan bahasa
Inggris dalam berbagai cara setiap hari, dan tanpa disadari sesungguhnya telah
meningkatkan kemampuan bahasa Inggris. Kemampuan bahasa Inggris sangat
dibutuhkan untuk menjadi seorang yang mempunyai sumber daya manusia yang handal
dan profesional.
INTRODUCTION
525
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
The Internet is one of the best places to One way to improve your English
go to improve vocabulary since communication is to expand your
definitions can be looked up easily with a vocabulary. In English, there are
simple web search. It can also be helpful many ways to express a given
to bookmark an English dictionary sentiment. One word can have
website. Participating in an English- dozens of synonyms, each with its
speaking message board or forum own tone and connotation. By
community is a way to work on your expanding your vocabulary, you
writing ability while discussing topics of increase the amount of ways you can
interest. The Internet can allow you to say what you need to say. Not only
use English in some way every day. By does this make your communication
exploring the internet, what information sound more intelligent, it can also
are needed can be obtained easily. help you to more accurately express
the intention you are attempting to
convey. Thus, expanding your
526
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
vocabulary can improve your English 4 Interact with Others and Speak
communication in helping you to say Regularly
what you want to say in a more
effective and diverse manner. Immerse yourself in the English
language as much as possible by
2 Give it Structure surrounding yourself with people who
If you have a presentation coming up, speak it or are also learning. Speak
or a problem you would like to in English in your daily social
discuss in an interpersonal setting, interactions. Repetition and feedback
effective communication can make all from others will help immensely and
the difference. In English, where will reinforce what you have learned
people can often end up confusing in class. One of the most important
each other, the best way to present aspects of gaining proficiency in any
an argument is to give it structure. language is speaking it regularly.
This accomplishes a couple of goals. Self-study can improve reading and
First, it ensures that you, as the comprehension skills, but interacting
speaker, are covering all of the with other English speakers is
necessary issues. Second, it aids you essential for boosting real-world
in presenting the information in an comprehension and practical use of
organized and easy-to-understand the English language. If you live in a
fashion. Both of these components bilingual home, designate a certain
increase the effectiveness of the amount of time each day for speaking
message you are sending, as it only in English. Making English-
increases the chances of successful speaking friends, perhaps those
comprehension for the recipient. interested in learning a different
language that you speak, can help
3 Practices increase proficiency. Living in an
Practice makes perfect, particularly in English-speaking country will help
the case of learning to speak a new immerse you in the language and
language. Complete each increase all aspects of your English
assignment that you are given from knowledge.
your classroom instructor. You
should also purchase or check out Internet can Improve Reading
supplementary learning tools from
Comprehension With Technology
the library, such as a dictionary–
preferably one with English and your
native language. Grammar books are When students learn to read, books don’t
also available. The best way for you have to be the only medium they use.
to improve your English Today, a variety of technological options
communication is to continually exist for improving reading
communicate in English. Whether comprehension, from websites aimed at
this involves speaking English when reading to teacher-created resources
it’s more comfortable to speak in a using the computer. Use the technology
different language, or giving an you have in your school to help improve
impending presentation to a mirror to your students’ reading comprehension
get more comfortable with the skills, and you will find a new way to
language you are using, practice can reach struggling readers.
improve your inflection, intonation
and pronunciation drastically. It also 1 Create a webquest to activate prior
can help improve your confidence, knowledge about a book before
which, in some cases, can go a long reading. When you want to teach a
way towards making up for other book that will require extra
imperfections. information for your students to
understand it, it can be helpful to give
527
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
528
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
rewrite it. Use the same proofreading even record and play the songs that you
process for letters, memos, and other are listening to. Here is how you can
written correspondence. utilize this program to listen to numerous
free Internet radio stations.
Technical Writing Research how others utilize Internet
1 Spend time crafting headings for broadcasting by logging onto as many of
each section of your writing. The the sites as you can. Sites such as
heading should be brief and give the stickam.com and ustream.com have
reader a sense of what the section hundreds of people doing live broadcasts
they are about to read is about. If you from their homes and offices 24 hours a
cannot summarize a section in just a day. See what they do and if you like it,
few words, you may need to clarify utilize what you learn.
your purpose and rewrite the section.
Proper headings can be read Instructions
independently of the text. For 1 Download and install the Nexus
example, the heading of this section, Radio software from the official
“Technical Writing,” is in correct form Nexus Radio website. Launch it and
because it makes sense before you will then be able to view all the
reading the text. A heading that reads stations that are available based on
“To Improve Technical Writing, Start genre.
With This Tip” would be incorrect 2 Navigate to the station you wish to
because it requires the reader to read listen to and click on the “Play”
the section in order to understand the button.
heading. 3 When you wish to record a song you
2 Always write in present tense. In are listening to, simply click on the
technical writing, it is tempting to slip “Record” button. When you are done,
into the future tense (e.g., “You will click “Stop” to stop the recording.
see…”). However, this is rarely 4 You can listen to those songs you
necessary. Writing in the present have recorded from the “Record” tab
tense makes your work clearer and of the application.
easier to understand.
3 Make the reader the actor in each of How to Connect a Wireless TV
your instructions. Technical writing Computers and TVs are coming closer to
can get confusing when readers don’t merging together as many people watch
know who is doing what. Always TV on a computer and connect to the
imagine the word “you” before every Internet through a TV. Wireless TV,
sentence you write in order to avoid commonly called Internet TV, allows
this problem. users to connect to the Internet through a
wireless connection for surfing the Web,
Free Internet Radio and Television can watching online streaming videos and
Improve your Listening listening to online radio. To use the
Comprehension Internet TV features, a user needs to
configure the TV settings to be able to
Practice thinking fast when listening so connect to the Internet network at home.
you can give a good reply – either witty
or serious. If you can listen, absorb a Instructions
question, then give a quick reply that 1. Power on the wireless TV.
impresses the audience. You can prove 2. Press the “Home” button on the
yourself as both a great orator and remote control to open the main
listener with a razor sharp mind. menu.
The Internet is brimming with everyday 3. Navigate to the “Applications” menu
free applications. Nexus Radio is one of by using the arrow keys on the
many radio software programs. You can remote control. Press the “Enter”
529
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
530
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
Oleh:
Mukhlidi Muskhir *)
muskhir@gmail.com
ABSTRAK
Konsep pembelajaran tuntas (mastery learning) sangat cocok diterapkan pada pendidikan
kejuruan, karena belajar tuntas berdasarkan pada kompetensi dasar yang harus dimiliki
oleh peserta didik. Pembelajaran tuntas sering menghadapi kendala dengan waktu.
Pembelajaran tuntas sering memerlukan perlakuan tambahan kepada peserta didik untuk
pencapai standar kompetensi. Kompensasinya adalah pemakain waktu tambahan.
Beberapa literatur menunjukkan bahwa antara waktu dan pencapaian ketuntasan peserta
didik memiliki hubungan korelasi. Terutama waktu tatap muka antara guru dengan siwa
menjadi meningkat. Metoda pembelajaran tuntas juga mengenal anak cepat dan anak
lambat . Ada peserta didik yang cepat dan ada yang lambat. Peserta didik yang lambat
membutuhkan waktu yang lebih banyak dari yang cepat. Sementara yang cepat juga
butuh pengayaan terhadap materi. Pembelajaran tuntas akhirnya lebih menekankan pada
kemampuan individu walaupun prosesnya klasikal.
Penyelesaian masalah tersebut adalah menggunakankan perlatan bantu yang mampu
mengakomudasi kelemahan metoda mastery learning. Peralatan tersebut adalah teknlogi
informasi dengan content (isi) berupa metode belajar dengan menggunakan multimedia.
Materi-materi tersebut dipersiapkan untuk pengayaan bagi yang cepat dan
penyempurnaan materi bagi yang lambat. Materi tersebut lebih bersifat simulasi sehingga
dapat dikaitkan dengan penanaman konsep dan praktek. Data menunjukkan aplikasi ini
telah mampu menghemat waktu hingga sesuai dengan batas waktu yang ditentukan
dalam kelender akademik.
Kata Kunci : mastery learning, multimedia, konsep, metoda, teori, korelasi, content
INTRODUCTION
Long life learning is one of the the mastery learning. Mastery learning is
learning-method who reference of a method that discuss completeness in
education practitioner. Education accordance with the mastery of teaching
practitioner believed that the method materials that have mastered the basic
grow up to their pupil selves. The pupils competencies of participants educates.
are build up the character in there’s life. There are some based principle of
Long life learning method always mastery learning (wolf and Wilson) :
developing pupil for learning. Learners 1. Work at own pace (sort of)
are prepared to have the character to 2. Must achieve 80% to move on to next
always learn continuously. concept
The development of education 3. Frequency evaluations
requires that students have a goal of Based on the opinion of Wolf and
mastery in the specified time. Vocational Wilson is no gap with the children who
education more emphasis on mastering fast and slow students. If a student is not
basic competencies. One method used is able to finish the learning of more than
531
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
532
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
development the skill. It is not optimal yet internet. He use class worksheet to save
to getting target of the time. The on PDF. He import PDF into “Notebook”
Teacher’s skills are direct impact with for annotation and screen recording
pupils. Pupils must be special skill. How software (jing or screen-flow). After that
join the work and learning? Work has content of multimedia publish in google-
become learning and learning has video or youtube. Dr. Ramsay Mussalam
become work (Edwards Richard, 2002). build the multimedia instructional
Both had special correlation. Learning application (Mussalam,2011).
and working are identical thing in Effective transfer of multimedia
vocational education. Learning can be a content is internet. The most appropriat
job and working will be additional of skill. form is webside. Teacher defficult to built
Teacher’s skill and pupil’s skill the web application. But now, it is not so
could combine to implementation of difficult. Many kind of CMS can be use to
mastery learning method. About time’s development. Figure 2, explain who the
problem in mastery learning can be use built the webside without defficulty. CMS
multimedia instructional design concept. developer has provide the core files (the
Instructional design needs assessment engine) and templates.
and front to end analysis (Lee, William
W. and Owens Diana L ,2004).
533
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
534
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
Oleh:
Mukhlis Hidayat *)
mukhlis.hidayat@unsyiah.net
Sri Nurdiati **)
nurdiati@ipb.ac.id
Yani Nurhadriyani **)
yhadryani@yahoo.com
ABSTRACT
PENDAHULUAN
535
SEMINAR INTERNASIONAL
Bridging of ICT and Education
Computer coach oleh Lajoie dan penguasaan terhadap model serta materi
Lesgold tahun 1992, ajar (Hidayat 2004). Dalam proses
Cognitive tutor yang dikembangkan pembelajaran, ITS dapat menerapkan
oleh Anderson, Corbett, Koedinger berbagai metode pembelajaran yang
dan Pelletie di tahun 1995, ada, sehingga pemilihan metode
Simulation tutor oleh Alexe dan pembelajaran akan mempengaruhi jenis
Gescei, Yaced dan Alem pada tahun teknologi apa yang nantinya akan
1996, Forbus, Munro, Johnson, digunakan dalam ITS (Yahya dan
Pizzini, Surmon, Towne, Wogulis dan humairo 2010).
Rickel di tahun 1997, dan Melalui paper ini, kami mencoba
Collaborative learning system yang mengkaji lebih jauh bagaimana tingkat
dikembangkan oleh Dillenbourg dan kemampuan guru dalam menyusun
Self pada tahun 1998. lesson plan matematika dengan
Dalam kaitannya dengan proses menggunakan pendekatan sistem yakni
pembelajaran, ITS mampu meningkatkan ITS (Gambar 1). Tujuan penelitian ini
kinerja guru dalam menyusun lesson menentukan representasi pengetahuan
plan. Penyusunan lesson plan dalam penyusunan lesson plan
matematika masih dilakukan dengan
matematika berdasarkan tingkat
pendekatan tradisional (manual letter),
penguasaan guru. Manfaat yang
dimana seorang guru hanya
mengandalkan pengalaman mengajar diperoleh dari penelitian ini adalah
dan tingkat penguasaan materi ajar mendukung efektifitas penyusunan
matematika untuk menentukan metode lesson plan matematika secara dinamis.
pembelajaran. Metode pembelajaran ini
hanya terpaku pada teknik sederhana Relevansi penelitian terdahulu
seperti ceramah, tanya jawab, dan Meskipun ITS lahir di tahun 1960,
diskusi kelompok. Padahal dalam lesson permulaan penelitian ITS telah
plan sangat dimungkinkan untuk dikonferensikan pertama kalinya sejak
digunakannya model-model tahun 1988 dengan mengembangkan
pembelajaran terkini yang disesuaikan kecerdasan buatan (artificial intelligence)
dengan materi ajar matematika. yang berbasis pada lingkungan
Hal ini menjadi kendala guru dalam pembelajaran. Selanjutnya diadakan
menentukan materi ajar matematika konferensi ITS mulai 1992, 1996, 1998,
dengan sejumlah model pembelajaran 2000, 2002 hingga dilakukan setiap
pada penyusunan lesson plan. tahunnya pada beberapa negara dan
Pengamatan di beberapa sekolah di telah banyak melahirkan paper-paper
Aceh terhadap guru matematika yang aktual dan global dalam semua
ditemukan bahwa mereka sangat sulit bidang pengetahuan. Beberapa
untuk menerapkan model-model penelitian terdahulu yang berkaitan
pembelajaran di kelas karena dengan topik penelitian ini, diantaranya:
keterbatasan pemahaman dan
537
SEMINAR INTERNASIONAL
Bridging of ICT and Education
538
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
539
SEMINAR INTERNASIONAL
Bridging of ICT and Education
PEMBAHASAN
Basis pengetahuan yang dibangun
berupa aturan-aturan (rules) IF THEN
fuzzy dimana terdapat 20 aturan IF
THEN fuzzy.
Tabel Komponen fuzzy pada penguasa_
an Guru
Gambar 5. Hubungan antara model No. Variabel Nilai fuzzy Ket.
Sangat
pembelajaran dan materi ajar Tingkat
Rendah,
matematika. penguasaan
Rendah,
1 dalam materi Input fuzzy
Rata-rata,
ajar
Pengembangan Sistem Baik,
matematika
Sangat Baik
Proses pengembangan sistem ini
diawali dengan mengidentifikasi masalah
yang dikaji serta tugas spesifik yang Kurang
Tingkat
akan ditangani (Marimin 2009). Menguasai,
penguasaan
2 Input Cukup fuzzy
Penentuan sumber pengetahuan dalam model
Menguasai,
dilakukan dengan berbagai cara pembelajaran
Menguasai
diantaranya diskusi dengan pakar
pendidikan, studi literatur dan sejumlah
hasil penelusuran tingkat penguasaan Efektif,
guru pada wilayah tertentu. Cukup
3 Efektivitas Output Efektif, fuzzy
Selanjutnya pengetahuan yang Kurang
Efektif
diperoleh kemudian direpresentasikan
untuk membentuk basis pengetahuan.
Metode representasi pengetahuan Himpunan Fuzzy
menggunakan pendekatan soft Untuk setiap modul, dibangun
computing dengan teknik sistem sebuah sistem inferensi fuzzy yang
inferensi fuzzy. Basis pengetahuan yang melibatkan dua komponen input dengan
dilakukan untuk dijadikan representasi variabel tertentu.
pengetahuan yaitu tingkat kemampuan a. Tingkat penguasaan guru terhadap
guru terhadap materi ajar matematika materi ajar matematika
dan pengetahuan model pembelajaran.
° 0 x 0 atau x ! 40
°
P sangatrendah [ x ] ® 1 0 d x d 35
° 40 x
° 35 x 40
¯ 40 35
540
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
0 x 3 0 a ta u x ! 6 0 x 65
° 75 65 65 d x 75
° x 30
° 30 d x 40 °
P SangatMenguasai [ x ] ® 1 75 d x d 100
P re n d a h [ x ] ® 4 0 3 0
°
° 0 x 65 atau x ! 100
° 1 40 d x d 50 °
° 60 x ¯
° 50 x 60
¯ 60 50
° 0 x 50 atau x ! 70
°
° x 50
P ra ta rata [ x ] ® 50 x d 60
° 60 50
° 70 x
°¯ 70 60 60 x 70
Gambar 8 Representasi pada fungsi
0 x 6 0 a ta u x t 7 0 keanggotaan fuzzy untuk input model
° x 60 pembelajaran
° 60 x 70
P B a ik [ x ] ® 7 0 6 0
°
1 70 x 80 Aturan IF-THEN Fuzzy
°
° 90 x Berdasarkan dua input fuzzy di
° 80 x 90 atas, setiap modul memiliki aturan
¯ 90 80 masing-masing dalam penentuan
x 80
° 90 80 80 d x 60 efektivitas penyusunan lesson plan.
° Beberapa aturan fuzzy berikut seperti:
P SangatBaik [ x ] ® 0 90 d x d 100 IF (Materi-Ajar-Matematika is Sangat-
° 1 x 80 atau x ! 100 Baik) AND (Model-Pembelajaran is
° Sangat-Menguasai) THEN (Efektifitas
¯
is Efektif)
Output dari sistem ini adalah nilai
efektifitas penyusunan lesson plan.
Efektifitas dibagi menjadi tiga kelompok:
efektif, cukup efektif dan kurang efektif.
Gambar 7. Representasi pada fungsi Fungsi keanggotaan untuk efektifitas
keanggotaanfuzzy untuk input materi ajar direpresentasikan menggunakan kurva
matematika. trapesium.
b. Tingkat penguasaan guru terhadap ° 0 x 0 atau x ! 45
model pembelajaran °
P KurangEfektif [ x ] ® 1 0 d x d 25
° 45 x
° 0 x 0 atau x ! 40 ° 25 d x d 45
°
P KurangMenguasai [ x ] ® 1 0 d x d 30 ¯ 45 25
° 40 x
° 30 x d 40 ° 0 x 35 atau x ! 75
¯ 40 30 °
° x 35
P CukupEfektif [ x ] ® 35 d x 55
0 x 3 5 atau x ! 5 5
° 55 35
°
°
° x 35 ° 75 x
P C ukupM enguasai [ x ] ® 35 d x 45 55 d x d 75
° 45 35 °¯ 75 55
° 55 x x 65
°¯ 55 45 45 d x d 55 80 d x d 65
° 80 65
°
P E fe k tif [ x ] ® 1 80 d x d 100
° 0 x 6 5 a ta u x ! 1 0 0
° 0 x 50 atau x ! 70 °
° ¯
° x 50
P Menguasai [ x ] ® 50 d x 60
° 60 50
° 70 x
°¯ 70 60 60 d x d 70
541
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
0 x 3 0 a ta u x ! 6 0 x 65
° 75 65 65 d x 75
° x 30
° 30 d x 40 °
P SangatMenguasai [ x ] ® 1 75 d x d 100
P re n d a h [ x ] ® 4 0 3 0
°
° 0 x 65 atau x ! 100
° 1 40 d x d 50 °
° 60 x ¯
° 50 x 60
¯ 60 50
° 0 x 50 atau x ! 70
°
° x 50
P ra ta rata [ x ] ® 50 x d 60
° 60 50
° 70 x
°¯ 70 60 60 x 70
Gambar 8 Representasi pada fungsi
0 x 6 0 a ta u x t 7 0 keanggotaan fuzzy untuk input model
° x 60 pembelajaran
° 60 x 70
P B a ik [ x ] ® 7 0 6 0
°
1 70 x 80 Aturan IF-THEN Fuzzy
°
° 90 x Berdasarkan dua input fuzzy di
° 80 x 90 atas, setiap modul memiliki aturan
¯ 90 80 masing-masing dalam penentuan
x 80
° 90 80 80 d x 60 efektivitas penyusunan lesson plan.
° Beberapa aturan fuzzy berikut seperti:
P SangatBaik [ x ] ® 0 90 d x d 100 IF (Materi-Ajar-Matematika is Sangat-
° 1 x 80 atau x ! 100 Baik) AND (Model-Pembelajaran is
° Sangat-Menguasai) THEN (Efektifitas
¯
is Efektif)
Output dari sistem ini adalah nilai
efektifitas penyusunan lesson plan.
Efektifitas dibagi menjadi tiga kelompok:
efektif, cukup efektif dan kurang efektif.
Gambar 7. Representasi pada fungsi Fungsi keanggotaan untuk efektifitas
keanggotaanfuzzy untuk input materi ajar direpresentasikan menggunakan kurva
matematika. trapesium.
b. Tingkat penguasaan guru terhadap ° 0 x 0 atau x ! 45
model pembelajaran °
P KurangEfektif [ x ] ® 1 0 d x d 25
° 45 x
° 0 x 0 atau x ! 40 ° 25 d x d 45
°
P KurangMenguasai [ x ] ® 1 0 d x d 30 ¯ 45 25
° 40 x
° 30 x d 40 ° 0 x 35 atau x ! 75
¯ 40 30 °
° x 35
P CukupEfektif [ x ] ® 35 d x 55
0 x 3 5 atau x ! 5 5
° 55 35
°
°
° x 35 ° 75 x
P C ukupM enguasai [ x ] ® 35 d x 45 55 d x d 75
° 45 35 °¯ 75 55
° 55 x x 65
°¯ 55 45 45 d x d 55 80 d x d 65
° 80 65
°
P E fe k tif [ x ] ® 1 80 d x d 100
° 0 x 6 5 a ta u x ! 1 0 0
° 0 x 50 atau x ! 70 °
° ¯
° x 50
P Menguasai [ x ] ® 50 d x 60
° 60 50
° 70 x
°¯ 70 60 60 d x d 70
541
SEMINAR INTERNASIONAL
Bridging of ICT and Education
542
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
543
SEMINAR INTERNASIONAL
Bridging of ICT and Education
544
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
Nelda Azhar *)
nelda.azhar@yahoo.co.id
ABSTRACT
The use of multimedia technology in teaching and learning process was began in
two decade as suplemen material in student learning. But how to intergrate of multimedia
instructional with classroom teaching is objectives of the research. The research is done
with two main activity, firtsly activity to collecting data of student learning style, to obtain
information of the student need in individual learning and second, to develop of model in
integrating teaching and learning process between Multimedia Learning Package with
Classroom Teaching and Learning. From the first activity, is get information most of
student made of classroom teaching as main activity in learning, and then from the
information is developed a model to control student activity in the classroom and ot of
classroom. Finally, in this model is constructed two type of instrumenst called by
classroom activity instrument and out-of-class activity instrument. The result of research
shown the class with model has high student involved in teaching and learning activity, it’s
mean the model has significance impact into student teaching and learning activity.
PENDAHULUAN
Mata kuliah Kimia Teknik merupakan mahasiswa terhadap suatu topik materi
salah satu mata kuliah dasar yang sangat tergantung pada penguasaan
terdapat di dalam Kurikulum B erbasis materi sebelumnya.
Kompetensi (KBK) Tahun 2006 Jurusan Berkaitan dengan hal ini, dapat
Teknik Elektronika, yang wajib diikuti dikatakan bahwa belajar ilmu Kimia
oleh seluruh mahasiswa Jurusan Teknik merupakan suatu kegiatan yang
Elektronika Fakultas Teknik Universitas berkenaan dengan penyeleksian konsep-
Negeri Padang. konsep ilmu Kimia yang sederhana dan
Mata Kuliah Kimia Teknik ini menghubungkannya dengan konsep
termasuk mata kuliah yang tidak mudah yang lebih rumit. Belajar ilmu Kimia pada
dipahami oleh mahasiswa, karena hakekatnya adalah sautua aktifitas
materinya yang bersifat abstrak dan sulit mental untuk memahami arti, hubungan-
untuk diamati dengan mata telanjang. hubungan dan simbol-simbol kemudian
Disamping itu juga diperlukan menerapkannya ke situasi nyata,
pemahaman konseptual, karena mata Dalam kegiatan perkuliahan di kelas
kuliah ini dengan materi yang tersusun dalam mata kuliah Kimia Teknik ini,
secara hirarkis dan bekelanjutan. Oleh berdasarkan pengalaman peneliti selama
karena itu urutan penguasaan materi ini, terdapat beberapa persoalan yang
oleh mahasiswa merupakan suatu hal sering muncul, sehingga sering menjadi
yang mutlak, karena untuk memahami hambatan bagi mahasiswa untuk dapat
satu topik materi dalam Kimia Teknik, mempercepat proses pembelajaran di
mahasiswa harus menguasai materi kelas, antara lain :
sebelumnya, sebelaum lanjut ke materi 1. Latar belakang pendidikan mahasiswa
berikutnya. Dengan kata lain dapat yang berbeda, terdapat tiga latar
dikatakan bahwa penguasaan belakang utama mahasiswa, yaitu dari
545
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
546
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
547
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
548
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
549
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
550
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
551
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
552
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
Oleh:
Pakhrur Razi *)
rozi_fi@fmipa.unp.ac.id
Amali Putra *)
amali.unp@gmail.com
ABSTRACT
PENDAHULUAN
553
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
konsep yang dipahami benar atau tidak. yang ada di Jurusan Fisika khususnya
Kelima, kurangnya sarana dan sumber dan FMIPA Unversitas Negeri Padang
belajar sehingga mahasiswa miskin akan pada umumnya. Memudahkan dosen
referensi materi termodinamika dalam menilai atas unjuk kerja dan tugas
yang dikerjakan mahasiswa, memberi
Salah satu solusi yang memungkinkan feedback serta memantau aktivitasnya.
untuk mengatasi semua permasalahan 4). Menyongsong pembelajaran berbasis
tersebut adalah dengan memanfaatkan ICT (Cyber University)
teknologi informasi, berupa paket e-
learning menggunakan Learning METODOLOGI
Management System (LMS) yang A. Jenis Penelitian
dirancang khusus untuk education
Penelitian ini menggunakan model
learning (open source). Mousa dan
research and development (R&D model)
Basile (2006) mengemukakan empat
seperti yang didisain Walter Dick dan
keuntungan mengunakan LMS
Lou Carey (Gall et al, 2003) terdiri atas
Moodle yaitu: 1) Memperkaya
lima tahapan yakni Tahap Studi
penyampaian kuliah. 2). Meningkatkan
pendahuluan yang mencakup
komunikasi antara dosen dan
identifikasi konsep-konsep yang harus
mahasiswa, dan sesama mahasiswa. 3).
dikuasai maghasisiwa, diskusi dengan
Menyediakan akses bahan kuliah secara
dosen tim pembina mata kuliah
singkron dan asinkron. 4) Dapat
termodinamika dan studi literatur. Tahap
memonitor aktivitas dan kemajuan
Pengembangan yaitu merancang
mahasiswa. Disamping itu dengan
sekuensi materi perkuliahan
memanfaatkan komputer juga dapat
termodinamika. Tahap Evaluasi yaitu
mempercepat proses pembelajaran,
melakukan validasi pakar dan uji coba
karena dosen dapat menjelaskan materi
terbatas, Tahap Revisi, pada tahap ini,
pelajaran lebih efektif dan efisien,
peneliti menganalisis hasil evaluasi yang
sehingga jumlah waktu yang digunakan
telah dilakukan untuk dijadikan dasar
dalam proses pembelajaran dapat
dalam merevisi materi maupun portal
dikurangi (Wen, 2003). Sehingga dosen
elearning physics. Hasil dari tahap ini
mempunyai waktu banyak untuk
dijadikan sebagai hasil akhir yang valid
memantau, mengembangkan materi
dan efektif digunakan dalam
perkuliahan, memikirkan kesulitan yang
pembelajaran termodinamika
dialami mahasiswa dalam proses
menggunakan elearning physics. Tahap
pembelajaran yang akhirnya
Implementasi, tahap ini dilakukan pada
menghasilkan mahasiswa yang
tahun kedua dengan sampel adalah
berkualitas.
mahasiswa Jurusan Fisika yang terdaftar
Tujuan penelitian pada tahun kedua ini sebagai peserta perkuliahan
adalah melihat efektifitas implementasi Termodinamika seksi peneliti, Uji
e-learning menggunakan learning efektivitas e-learning physics yang
management system (LMS) pada dikembangkan menggunakan teknik
perkuliahan termdinamika. Adapun pretest dan posttest secara online, pada
manfaat dari telah dikembangkanya awal pembelajaran selama 20 menit
portal e-learning termodinamika di dilakukan pretest, satu jam pelajaran
Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri berikutnya dilakukan pembelajaran
Padang diharapkan dapat: 1). Sebagai online (elearning), mahasiswa dapat
sumber belajar alternatif bagi mahasiswa berdiskusi dengan sesama mahasiswa,
Jurusan Fisika FMIPA Unversitas Negeri dengan Dosen, mengajukan pertanyaan
Padang. 2) Sebagai portal perkuliahan kepada dosen jika mengalami kesulitan
online singkron dan asingkron di Jurusan dalam memahami materi yang telah
Fisika FMIPA Unversitas Negeri diberikan menggunakan fasilitas chating
Padang. 3). Sebagai pioneer untuk dan message pada saat yang sama (real
dikembangkan pada matakuliah lainnya time). Kemudian langkah selanjutnya
554
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
555
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
556
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
557
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
558
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
Oleh:
Rino *)
rinofeunp@yahoo.co.id
ABSTRACT
This research aimed to know influences motivation and attitude exploiting of Internet
Centre to behavior learn and result of learning. The Population of this research was the
student Faculties of economic,and 100 students were taken as the sample. To analyze
the data this research used path analsis test hypothesis with Test of T and Test of F at
level of signifikansi = 0,05. The research finding show that are influence attitude and
motivation is signifikan exploiting of Internet Centre to behavior learn, and do not there
are influence of attitude motivation, behavioral learn of exploiting of centre internet to
result learn student.
PENDAHULUAN
559
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
560
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
siswa itu sendiri (1) Faktor Eksternal variabel dimana perilaku dipengaruhi
adalah faktor yang berasal dari luar oleh sikap dan motivasi serta melihat
siswa yang berpengaruh kepada aktifitas hasil belajar karena adanya pengaruh
belajar seseorang berupa faktor sosial perilaku belajar. Populasi penelitian ini
dan non sosial, faktor non sosial berupa adalah seluruh mahasiswa Fakultas
keadaan uadar, suhu udara, alat-alat Ekonomi Universits Negeri Padang yang
yang dipakai dalam belajar, sementara terdaftar dan pernah memanfaatkan
faktor sosial adalah manusia itu sendiri inernet center. Jumlah sampel yang
dalam interaksi sosialnya dengan yang dianalisis dalam penelitian ini sebanyak
lain, faktor sosial dan faktor non sosial ini 100 orang mahasiswa Fakultas Ekonomi
sangat ber-pengaruh kepada proses dan yang terdaftar pada semeter Juli-
hasil belajar seseorang sehingga faktor Desember 2007, penentuan ukuran
ini harus diupayakan sedemikan rupa sampel adalah berdasarkan rumus slovin
diatur supaya proses belajar dan (Umar,1999:49)
mengajar dapat berlangsung dengan Untuk menganalisis data digunakan
baik, secara khusus Suryabrata merinci teknik analisis jalur (path analysis).
faktor luar yang mempengaruhi proses Dipilihnya teknik analisis jalur dalam
dan hasil belajar kepada dua sisi yaitu penelitian ini karena dengan analisis jalur
lingkungan dan instru-mental, lingkungan dapat diketahui besarnya masing-masing
adalah kondisi alam dan sosial pengaruh variabel terikat dan variabel
sementara sisi instrumental berupa bebas baik secara langsung mapun tidak
kurikulum, program, sara dan fasislitas, langsung (sitepu,1994:2) dengan
guru (tenaga pengajar). (2) Faktor langkah-langkah yaitu (1) menetukan
internal yang berpengaruh dalam koofisien jalur (2) menentukan pengaruh
aktifitas belajar berupa faktor fisiologis variabel lain (3) melakukan uji F dan Uji
dan faktor psikologis, faktor fisiologis T serta pengaruh langsung dan tidak
adalah faktor fisikberupa jasmani langsung (5) melakukan interprestasi
manusia secara keseluruhan, sementara data.
faktor psikologis adalah faktor non fisik
manusia berupa minat, kecerdasan, HASIL PENELITIAN
bakat, motivasi dan kemampuan kognitif
Substruktur 1 (Analisis Pengaruh
manusia. Keselurah fak-tor eksternal ini
Sikap dan Motivasi terhadap Perilaku
akan berpengaruh juga terhadap proses
Belajar)
dan hasil belajar manusia, untuk itu
faktor ini juga harus diatur dan Hasil pengolahan pertama
dikondisikan sedemikan rupa sehingga terhadap data penelitian dengan
tidak berakobat fatal terhadap hasil menggunakan program SPSS
belajar. substruktur 1 analisis jalur X3 = F (X1,X2)
Tujuan penelitian ini adalah untuk menunjukkan sebagai berikut (1) uji F
mengetahui (1) pengaruh sikap dan menunjukkan angka signifikansi adalah
motivasi atas pemanfaatan Internet 0.000 < 0.05 berarti secara bersama-
Center terhadap perilaku belajar dan (2) sama terdapat pengaruh signifikan sikap
pengaruh sikap, motivasi atas dan motivasi terhadap perilaku belajar
pemanfaatan Internet Centre dan maka dapat dilan-jutkan dengan
perilaku belajar terhadap hasil belajar pengujian secara individual (2) koefisien
maha-siswa Fakultas Ekonomi jalur masing-masing variabel beserta
Universitas Negeri hasil uji t nya adalah sebagai berikut a)
Px3x1 = -0,018 ; t hit = -0,200 pada sig
0,842 > 0,05 berarti kooefisien jalurnya
METODOLOGI
tidak signifikan, b) Px2x1 = 0,505 ; t hit =
Jenis penelitian yang penulis 5,479 pada sig 0,000 < 0,05 berarrti
lakukan adalah penelitian kuantitaif jenis kooefisien jalurnya signifikan, c)
survei untuk menjelaskan dan pengaruh variabel lain (PX3ε1) terhadap
menggambarkan sebab akibat antar variabel akibat adalah 0,865, d) karena
561
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
562
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
pengaruh tidak langsung tidak dapat dan mengambil tindakan yang perlu (6)
dihitung, sehingga analisis tidak perlu Suka tantangan, ingin menguji
dilanjutkan. kemampuannya (7) Memperagakan keti-
Berdasarkan analisis matrik dakpuasan yang konstruktif, selalu
korelasi antara variabel penyebab memikirkan perbaikan sesuatu (8)
terhadap hasil belajar menunjukkan tidak Berorientasi pada sa-saran / pencapaian
adanya pengaruh yang signifikan hasil (9) Selalu tepat waktu dan ingin
variabel penyebab (sikap, motivasi atas menepati waktu secara disiplin (10)
pemanfaatan internet centre dan perilaku Tingkat energi tinggi dan dapat
belajar ) terhadap hasil belajar mengarahkan energi tersebut dengan
mahasiswa Fakultas Ekonomi. efektif (11) Merasa puas jika melakukan
pekerjaan dengan baik (12) Memberi
PEMBAHASAN andil lebih dari yang di-harapkan.
Mahasiswa Fakultas Ekonomi me-miliki
Pengaruh Variabel Penyebab terhadap
motivasi yang tinggi untuk berkunjung ke
Perilaku Belajar
Internet Centre sehingga berpengaruh
Pengaruh variabel penyebab (sikap terhadap perilaku belajarnya. Dalam
dan motivasi atas pemanfaatan Internet penelitian ini terungkap perilaku belajar
Centre) terhadap perilaku belajar yang mahasiswa Fakultas Ekonomi
mahasiswa Fakultas Ekonomi secara kadang-kadang memper-lihatkan
bersama-sama menunjukkan pengaruh perilaku yang psositif artinya tidak
yang signifikan. Secara individual memperlihatkan perilaku belajar yang
variabel penyebab sikap tidak tinggi dan penuh semangat diantaranya
berpengaruh signifikan terhadap perilaku jarang mengerjakan tugas secara
belajar, sementara variabel penyebab disiplin, kadang-kadang aktif dalam
motivasi menunjukkan pengaruh yang perkuliahan, jarang memiliki buku untuk
signifikan. setiap mata kuliah, jarang ikut seminar
Variabel penyebab (motivasi) mem- dan pelatihan untuk mengem-bangkan
berikan pengaruh yang cukup berarti diri. Motivasi atas pemanfaatan Internet
terhadap perilaku belajar mahasiswa Centre memberikan pengaruh total
Fakultas Ekonomi. Motivasi adalah terhadap perilaku belajar sebesar 25,1%.
tenaga pendorong seseorang untuk Variabel penyebab (sikap) tidak
berbuat dalam hidupnya. Semakin besar berpengaruh secara signifikan terhadap
motivasi yang dimiliki maka tentunya perilaku belajar mahasiswa Fakultas
akan terlihat dari perilaku yang Ekonomi. Thurstone (1946) menyatakan
dimunculkan. Motivasi yang tinggi yang sikap adalah tingkat kecendrungan yang
dimiliki seseorang akan bersikap positif atau negatif yang
mengantarkannya kepada gerbang ke- berhubungan dengan obyek psikologis,
berhasilan dalam kerjanya. Robert meliputi simbol, kata-kata, slogan, orang,
(1992:110) memberikan indikasi bahwa lembaga, ide, sementara itu Gagne
mereka yang memiliki motivasi tinggi (1985) berpendapat sikap adalah
diindikasikan dengan skap sebagai kemampuan informasi yang dimiliki oleh
berikut (1) Dapat memotivasi diri sendiri, seseorang dalam mengambil tindakan.
mengambil inisiatif, dapat memenuhi diri Dalam penelitian ini terungkap bahwa
sendiri, dapat memacu diri sendiri, mahasiswa Fakultas Ekonomi
mempunyai perasaan dan komitmen menunjukkan sikap yang kadang-kadang
yang tinggi (2) Tekun, bekerja secara positif terhadap keberadaan Internet
produktif pada suatu tugas sampai Centre artinya sikap mereka terhadap
selesai dengan baik, dapat keberadaan Internet Centre biasa-biasa
menyelesaikan pekerjaan walaupun saja dan tidak terlalu antusias sehingga
menda-patkan rintangan (3) Mempunyai kurang menoptimalkan fasilitas ini. Sikap
kemauan yang keras untuk bekerja (4) mahasiswa tersebut tidak memberikan
Bekerja dengan atau tanpa pengawasan pengaruh terhadap perilaku belajarnya,
(5) Melihat hal-hal yang harus dikerjakan berarti perilaku belajar mahasiswa tidak
563
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
564
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
565
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
566
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
Oleh :
Robertus Laipaka *)
rbt99paka@yahoo.com
ABSTRACT
Web-based E-learning as an alternative in teaching and learning which will increase the
interest in learning and teaching. This research titled Application Framework E-learning
web-based case study: Development of e-learning for information systems analysis
course at the Academy of Information Management and Computer PB Ptk. This research
is applying the method of application design using SDLC phase (System Development
Life Cycle) with a model process to the gradual system watelfall Engineering, Analysis,
Design, Coding, Testing, Maintenance and model design tools design using UML (Unified
Modeling Language). In the study made an interactive learning system using the auto
presenter so that students can understand the material in either convey or asyncrhonous
syncrhonous. The results of this study as supporting media in teaching and learning
activities, or complementary.
PENDAHULUAN
567
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
568
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
Db.server
pengguna sistem.
Mesin PHP
c. Observasi
Peneliti melakukan pengamatan
langsung pada objek penelitian. Kode html
569
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
Log in
Dosen, Aktor mahasiswa. logout
Secara garis besar sistem e-learning yang
akan di kembangkan dapat di gambarkan Mahasiswa
dengan menggunakan Diagram Use Case
seperti pada gambar 3.
Gambar 4. Skenario auto presenter
Log in
Admin
Situs Browse E-
Learning
Manage User
personal
Manage Artikel
Entry Forum
Manage forum
Melihat nilai
Manage News
Student/Mahasiswa
Logout
Manage User
570
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
Saran
Agar proses kegiatan belajar mengajar
menjadi lebih nyaman hendaknya
memperhatikan masalah teknologi, yang
meliputi akses internet serta bandwith
Gambar 7. Penyampaian materi sehingga tidak kehilangan waktu tunggu
asyncrhonus yang lama.
Masalah adaftive perlu menjadi perhatian
Berikut juga akan di tampilkan proses agar menghidari kesenjangan antara siswa
syncrhonous sistem pembelajaran pada dalam mendapat dan memahami
matakuliah analisa sistem informasi dalam pengetahuan yang ada dalam mengakse
bentuk chartroom. Lihat gambar 8. aplikasi e-learning berbasis web.
Daftar Pustaka
571
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
572
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
Oleh:
Sarwosri *)
sri@its-sby.edu
Ferdy Eko Yuwantoro *)
orange_boy27@yahoo.com
ABSTRAK
Banyaknya jumlah paper yang dikoleksi sebuah lembaga pendidikan setiap tahun akan
bertambah. Seiring dengan pertambahan jumlah paper tersebut maka diperlukan sebuah
metode untuk mencari paper agar bila membutuhkan referensi maka paper/dokumen
yang diperlukan dapat dengan mudah dapat ditemukan. Sejauh yang ada saat ini,
kebanyakan mesin pencari masih mengandalkan pencarian dengan menggunakan
keyword matching/string matching sehingga mengakibatkan hasil pencarian hanya akan
menampilkan paper–paper yang mempunyai keyword/kata kunci yang dicari. Penelitan ini
membahas sebuah sistem pencarian dengan menggunakan metode fuzzy relation,
dimana dengan fuzzy relation didapatkan hubungan antara keyword dan paper. Dengan
metode fuzzy relation maka sebuah pencarian mempunyai kemungkinan menampilkan
hasil berupa paper yang tidak mengandung keyword yang dicari. Karena kata yang
mengakibatkan paper (yang tidak mengandung keyword muncul) mempunyai hubungan
dengan keyword yang dimasukkan.
INTRODUCTION
573
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
(number of word occurance) but also 20 = subjective value (without any prior
looking at its relationship with scientific calculation), a paper if you have 20 or
papers and other keywords. The more words, the paper stated relate
relationship between keywords with (fuzzy value of 1)
scientific works expressed by fuzzy The following are illustrative calculations
relation method. done with a keyword search for Learning
web with ASP.net.
Fuzzy Relation
Fuzzy relation is described as a method The combination of words
to describe the relationship between two “Belajar” ............. (a) = 10 Occurance
objects (words) are different. For “Web”................. (b) = 14 Occurance
example the word “genetic algorithm” “ASP.net” ........... (c) = 20 Occurance
and “soft computing” are two different “Belajar web” ..... (d) = 9 Occurance
words. In syntax, there is no relationship “Web ASP.net”... (e) = 12 Occurance
between the words "genetic algorithm"
and "soft computing". Occurancenya value calculation
But if there is one or more scientific .... (a) 10 * 1/3 = 3.3
papers containing the words "genetic .... (b) 14 * 1/3 = 4.62
algorithm" and "soft computing" it is .... (c) 20 * 1/3 = 6.6
considered that there is a relationship .... (d) 9 * 2/3 = 5.94
between the two. Then further the .... (e) 12 * 2/3 = 7.92
relationship between them is not
necessarily proximity. Such relations the Total = 28.38 Occurance
word "soft computing" with "genetic By using formula (1) the fuzzy value
algorithm" has a value of 0.6 is not (keyword to paper) of scientific work
necessarily the opposite relationship concerned with the word "Learning the
word "genetic algorithm" to "soft web with ASP.net 'is 1. later in the same
computing" has the same value. way let us assume there is a link
From this it can be seen also keywords to paper as follows:
words which have a broader meaning
than others. It is assumed there is a link keywords to
Fuzzy relation in the study include paper as follows:
4 types namely: P = {P1,P2,....,Pn} is set of papers
1. keyword to paper K = {K1,K2,...,Km} is set of keywords
2. paper to paper
3. paper to keyword P1 = {0.3/K2, 0.7/K5, 1/K7, 1/K8},
4. keyword to keyword P2 = {1/K2, 0.8/K5, 0.8/K7, 1/K8},
P3 = {0.9/K1, 0.9/K3, 1/K4, 0.8/K6},
All four types above are sorted based on P4 = {1/K1, 0.5/K3, 0.8/K4, 0.8/K6},
the step - step calculations. P5 = {0.1/K2, 0.7/K5, 1/K4, 1/K8},
P6 = {0.9/K2, 1/K5, 0.8/K4, 1/K8}.
1. Keyword to paper. The value obtained
from the search results on scientific work 2. Then the search will be conducted
by using a keyword / string maching by Paper ties to paper by using the formula:
looking at the number of words found in
scientific work.
Then do the determination of
value fuzzy by the formula:
Description:
R : Relation
Description: Pi : Paper / document to the i
N = the number of words in scientific Pj : Paper / dokumen to the j
discovery. K : Keyword
574
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
R : Relation
Tabel 1 : Relations paper to paper
Pi : Paper / document to the i
Pj : Paper / dokumen to the j
X/ P1 P2 P3 P4 P5 P6 K : Keyword
Y µ : Membership function sebagai suatu
P1 1 0.7 0 0 0.6 0.5 mapping
8 4 4 µpi : K Æ [0.1]
P2 0.9 1 0 0 0.6 0.7
3 4 3 Example calculation:
P3 0 0 1 0.9 0.3 0.2
7 6 2
P4 0 0 0.8 1 0.2 0.2
3 9 2
P5 0.6 0.5 0.2 0.2 1 0.7
0 0 8 6 0
P6 0.6 0.7 0.2 0.2 0.9 1 The full results in table 2
7 5 2 6 3
Tabel 2 : Relations paper to keyword
3. The next calculation is the calculation
of paper to the keyword. This calculation X/ K1 K2 K3 K4 K5 K6 K7 K8
is the opposite of step 1 and formulated Y
as follows K1 1 0 1 0.4 0 1 0 0
4
K2 0 1 0 0.2 0.6 0 0.5 0.5
6 4 8 3
K3 0.7 0 1 0.3 0 0.7 0 0
2 5 9
Description :
K4 0.8 0.4 1 1 0.5 1 0 0.5
R : Relation
9 4 4 1
Pi : Paper / document to the i
K5 0 0.9 0 0.4 1 0 0.8 08
Pj : Paper / dokumen to the j
1 4 2 6
K : Keyword
K6 0.8 0 0.9 0.4 0 1 0 0
µ : Membership function sebagai suatu
4 3 1
mapping
K7 0 0.4 0 0 0.4 0 1 0.4
µpi : P Æ [0.1]
7 6 9
K8 0 1 0 0.5 1 0 1 1
4
More results:
K1 = {0.25/P3, 0.32/P4} From the above series of calculations it
K2 = {0.1/P1, 0.28/P2, 0.06/P5, 0.24/P6} will get the relationship between
575
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
keywords and the paper and a the retrieved one. So that search results
combination of both. The calculation are:
above is still not enough to produce {1/P5, 0.8/P6, 0.64/P7, 0.45/ P10,
results which also involves the 0.35/P9}
relationship with words and / or other It appears that when searched in
scholarly works on the same page. To the normal way (ordinary) then the
achieve this goal it is done again one search results are : {1/P5, 0.8/P8,
stage of calculation is to determine the 0.4/P7}.
relationship with words or other scientific
work and to determine also form the METHODOLOGY
desired output order (ranking).
The calculation is called the
extended fuzzy. The calculation of the
extended fuzzy discussed using case
examples as follows: The word search is
the K1 and K1 have a relationship with
another word. Relation described as
follows: K1 = {1/K1, 0.8/K7, 0.5/K8}
So also involve both keyword search
above so that the search will look for K1,
K7, K8 Then from their search results -
each keyword found 3 results of fuzzy
sets that each - each have their own
values - their own.
Example
P5 = {1/K1, 0.5/K7}
P6 = {1/K7}
P7 = {0.4/K1, 0.8/K7} Figure 1 : Fuzzy search system
P8 = {0.8/K8}
P9 = {0.7/K8}
P10 = {0.9/K8}
K1 with P5 => 1 * 1 =1
K1 with P7 => 1 * 0.4 = 0.4
K7 with P5 => 0.8 * 0.5 = 0.4
K7 with P6 => 0.8 * 1 = 0.8
K7 with P7 => 0.8 * 0.8 = 0.64
K8 with P8 => 0.5 * 0.8 = 0.4
K8 with P9 => 0.5 * 0.7 = 0.35
K8 with P10 => 0.5 * 0.9 = 0.36
576
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
TEST RESULTS
577
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
document Search engine with fuzzy ASP.NET 2.0 dengan VB 2005 Ariosuryo
relations kusumo, PT. Elex media
komputindo tahun 2007.
3. Search engine used to / based on
string maching has the edge in speed Belajar sendiri dalam 21 hari VB.NET
but can not provide / find the relation Duncan mackenzie, Kent sharkey,
between words and documents. Andi tahun tahun 2002.
578
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
Oleh:
Siska Sasmita
sis_4150@yahoo.com
ABSTRAK
Implementation of PSB (new students admission) online in Padang municipal has been
running for four times since the academic year of 2007/2008. Despite various obstacles
encountered the implementation of PSB Online, ranging from prospective students and
parents lack of understanding until the technical unpreparedness -related to the offline
system and lack of understanding of operators- Dinas Pendidikan still holding a series of
training with related institutions.
This article will highlight the application of information and communication technology in
the PSB online from public administration perspective, especially in the term of electronic
service. Technology is not only seen from a technical perspective, but more emphasis on
its role to supporting services for the community, distribute information, and changing
organizational culture.
PENDAHULUAN
Naskah dapat berupa artikel ilmiah kendala ditemui dalam pelaksanaan PSB
hasil penelitian, catatan penelitian, online di lapangan -mulai dari
review, ulasan, studi pustaka dan kekurangpahaman calon siswa dan
editorial baik dari bidang ilmu teknologi orangtua hingga ketidaksiapan teknis
informasi, kependidikan maupun berkaitan dengan offline nya sistem yang
integrasi keduanya. Artkel dapat ditulis digunakan berikut kekurangpahaman
dalam bahasa Indonesia atau Bahasa operator- namun penyempurnaan
Inggris, belum pernah dipublikasikan. berkelanjutan tak henti dilakukan Pemko
Naskah diketik dengan font Arial Padang dengan melakukan serangkaian
(Microsoft Word) dengan ukuran 11 pada pelatihan dan menggandeng instansi-
kertas A4, satu spasi, dua kolom, instansi terkait.
dengan menggunakan ukuran batas kiri Itikad pemerintah Kota Padang melalui
dan atas 30 mm, batas kanan dan Dinas Pendidikan untuk
bawah 25 mm dengan jumlah maksimum mengimplementasikan PSB online
6 halaman, sudah termasuk tabel dan sebagai cara untuk menghindari
gambar. Setidaknya pada naskah pungutan-pungutan liar saat penerimaan
terdapat bagian-bagian berikut: siswa baru 1 harus diapresiasi positif. Tak
Pendahuluan, Metodologi, Hasil dan bisa dipungkiri maraknya “jual beli kursi”
Pembahasan, Simpulan dan Saran serta di tahun ajaran baru menjadi lahan subur
Daftar Pustaka. tumbuhnya kolusi di sekolah. Sekolah
sebagai institusi pendidikan dan
Electronic Service
1
Penerapan PSB (penerimaan Siswa Pernyataan kepala Dinas pendidikan kota
Baru) online di Kota Padang telah Padang M.Nur Amin kepada vivanews pada
berjalan selama empat kali semenjak Jumat, 26 Juni 2009
tahun ajaran 2007/2008. Meski beragam (http://teknologi.vivanews.com/news/read/70377-
diknas_padang_gandeng_47_warnet)
579
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
580
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
581
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
582
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
Oleh:
Siti Rosni Bt Mohamad Yusoff *)
hjhctrosni@gmail.com
Haslina Bt Hassan *)
linalizan@yahoo.com
Nor Azan Mat Zin **)
azan@ftsm.ukm.my
ABSTRAK
This concept paper highlights elearning models of different perspectives. Earlier elearning
models focuses on providing education for training and lifelong education. Current trend
of self direct learning through the internet not only welcomes positive feedback but also
many unethical behaviour. Elearning models that are dynamic could uphold and cater
new learning needs of students and stakeholders. Selecting an equrate model as base to
develope a learning programme for self development or to support current learning
technique is crucial as the outcome of a programme will reflect on the choices of the
working models. Literature on holistic education based on the Philosophy of Malaysian
Education are also mention. Finally selected characteristics from the discussed models
and the gist of holistic education model are integrated in the proposed model of holistic
elearning.
PENGENALAN
583
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
Motivasi kajian literatur ini adalah ini. Komponen bantuan teknikal dan sistem
untuk merangka sebuah model holistik pengurusan amat tinggi manakala guru
elearning yang dapat mendasari hanya menguruskan proses pembelajaran
pembinaan sesebuah program pelajar. Model E-moderator oleh Salmon,
pembelajaran yang menyokong kaedah (2000) membincangkan peranan Computer
pembelajaran sedia ada, memenuhi Mediated Conferencing (CMC) mewakili
aspirasi Falsafah Pendidikan Negara pendekatan ini. Lima peringkat yang
Malaysia (FPNM) dan mudah suai dengan disyorkan adalah pertama- akses dan
perubahan semasa. Pengguna elearning motivasi, kedua-sosialisasi atas talian,
merujuk kepada pelajar, guru, pembangun ketiga-pertukaran maklumat, keempat-
dan stakeholders. pembinaan maklumat dan kelima-
pembangunan. Model ini memberi panduan
Model Elearning Pendekatan Latihan kepada guru selaku moderatur untuk
Dalam Organisasi membimbing pelajar dalam talian dan
Model ini juga menggunapakai seterusnya penguruskan pembelajaran
istilah lain seperti e-training, e- elearning. Pendekatan ini adalah bersifat
performance, computer based training dan tempoh jangka sederhana dan panjang
instructional technology yang merujuk bergantung kepada keupayaan serta
kepada kaedah yang digunakan oleh matlamat pengguna iaitu pelajar sendiri
organisasi untuk melatih tenaga kerja menamatkan pengajian mereka.
dalam kemahiran yang yang khusus Sebuah lagi model yang berada
(Kwisnek, 2005). Rosenberg (2001) dalam spektrum LMS adalah Learning
mengumpulkan strategi elearning kearah Content Management System (LCMS).
pembinaan organisasi yang LCMS lebih kos efektif kerana
berpengetahuan dan bermotifkan menggunakan sumber terbuka dengan
keuntungan daripada pengetahuan. bayaran minimum untuk rangkaian seperti
Menurut beliau, elearning adalah jambatan aplikasi Moodle, ia juga memerlukan
antara pekerjaan dan pembelajaran bantuan teknikal sebagai pengurus sistem.
dimana kecemerlangannya bergantung Model ini sesuai untuk pengurusan bilik
kepada 4C iaitu Budaya (culture), Juara darjah dan pangkalan data bahan
(Champions), Komunikasi pengajaran. Aplikasi web 2.0 seperti Wiki
(Communication) dan Perubahan menggunapakai konsep ini dimana ilmu
(Change). Program elearning untuk sektor akan dibina secara progresif melalui
korperat merupakan sebahagian penambahan oleh pengguna.
perancangan dalam perniagaan selain
membantu pekerja meningkatkan prestasi Model Pendekatan Kolaborasi
mereka (Lewis & Whitlock, 2003). Menurut Keupayaan sebuah komputer
Kwisnek (2005) kejayaan elearning dalam menghantar maklumat ke komputer lain
organisasi bukan terletak pada melalui rangkaian menjadi inisiatif kepada
kecanggihan teknologi pengurusan pembinaan model kolaborasi
pembelajaran tetapi bagaimana ia boleh pembelajaran. Model kolaborasi
menyampaikan isi pelajaran dengan berbantukan komputer bermula seawal
mudah dalam masa yang singkat. 1991 dengan pengenalan Computer
Pendekatan ini bersifat strategik, tempoh Support Cooperative Work (CSCW) yang
masa jangka pendek dan selaras dengan memberi fokus kepada penghasilan produk
misi organisasi. oleh kumpulan. Ia dikuti oleh model
Computer Support Collaborative Learning
Model Elearning Pendekatan (CSCL) yang memberi fokus kepada
Pengurusan Pembelajaran interaksi kumpulan. Lipponen (2001)
Model ini banyak diterapkan dalam merujuk model Computer Support
program elearning sebagai platform Collaborative Learning (CSCL) sebagai
pendidikan sepanjang hayat. Sistem pembelajaran kolaborasi berbantukan
Pengurusan Pembelajaran (LMS) di komputer yang boleh meningkatkan
kebanyakan universiti menggunakan model interaksi sesama rakan dalam kumpulan. Ia
584
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
586
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
588
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
590
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
Oleh:
Sukaya *)
sukaya@ft.unp.ac.id
Nurindah Dwiyani *)
indah_kammar@yahoo.co.uk
ABSTRACT
The progress of information and communication technologies have created new traditions and
culture in the civilization. ICT application is a strategic step in facing the future of education in
Indonesia in an effort to improve access and quality education services to the people who qualified
and efficient, so as to meet human needs in this competitive global era. Education via Internet is
one form of future education, global education at the beginning of the third millennium, which is
often called as innotech education. The appearance of the virtual university, cyber-Gurus, cyber-
education, digital campus, cyber-campus, cyberrary, cyber-research started now and the future is a
strategic commodity that should be anticipated, especially in information era and openness.
PENDAHULUAN
591
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
592
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
593
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
594
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
595
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
596
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
Oleh:
Tri Kurniawati *)
tri_unp@yahoo.co.id
ABSTRACT
The need of information technology that is applied through internet has become a
common thing nowadays and has been widely implemented. Internet as an information
technology has covered every field of human life such as e-banking, e-commerce, e-
education and so on. A people who do not accustomed to use internet are considered
as left behind in technology. The aim of this article is to describe the importance of ethics
implementation in internet use and suggest several steps in order to implement ethics as
a way to reduce the negative effects since internet has appeared to be widely used
especially by the student for supporting their learning process of even just for having fun.
Ethics in internet use is an analysis about the social implication of it and the formulation
of rules, policies, and justification about how to use internet ethically. To conduct ethics
implementation in internet use, information service should arrange such a social contract
that will guarantee the internet is only used for the well-being of society. Information
service should make a contract with individual person or groups as the users or
influence the output of information produced. The contract is unwritten but be implied
implicitly in all activities of information service. Implementation of ethics in internet use
can also be carried out by applying ten steps of behaviors classification and impressing
the standard of ethics in almost all of internet operation.
PENDAHULUAN
597
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
tulisan tangan atau ketikan dengan the mind, clusters and constellations of
mesin tik. Anda juga tidak perlu lagi ke data. Like city lights, receeding”.
kantor pos. Jaringan teknologi informasi Perkembangan internet yang
yang kita kenal dengan internet semakin hari semakin meningkat baik
menawarkan fasilitas ini untuk anda. teknologi dan penggunaannya,
Anda bisa mengirim surat menggunakan membawa banyak dampak baik positif
surat elektronik atau email dan hanya maupun negatif. Tentunya untuk dampak
membutuhkan waktu dalam hitungan yang bersifat positif kita semua harus
detik. Terbukti, teknologi informasi telah mensyukurinya karena banyak manfaat
mempermudah hidup anda saat ini. dan kemudahan yang didapat dari
Bagi mahasiswa, banyak juga teknologi ini. Selain berbagi kemudahan
keuntungan yang bisa diperoleh. Mereka yang telah disebutkan di atas masih ada
bisa membrowsing berbagai informasi keuntungan lain misalnya kita dapat
dan bahan untuk perkuliahan misalnya melakukan transaksi perbankan kapan
buku, jurnal, berbagai jenis tulisan dan saja dengan e-banking, e-commerce.
lain sebagainya. Mahasiswa tidak Mencari referensi atau informasi
banyak lagi menghabiskan waktu mengenai ilmu pengetahuan juga bukan
mengelilingi rak buku di perpustakaan hal yang sulit dengan adanya e-library
dan menerima kenyataan bahwa buku dan banyak lagi kemudahan yang
yang dicari ternyata tidak tersedia atau didapatkan dengan perkembangan
tersedia hanya edisi yang lama. Mereka Internet.
bisa menggunakan jaringan teknologi Namun tidak dapat dipungkiri
informasi dengan mendownload buku, bahwa teknologi informasi sekelas
jurnal dan lainnya misalnya melalui internet juga membawa dampak negatif
fasilitas ebooks. Mereka bisa yang tidak kalah banyaknya
mendapatkan buku dan jurnal sampai dibandingkan dengan manfaat yang ada.
edisi yang terbaru sekalipun. Ini hanya Internet membuat kejahatan yang
beberapa contoh sederhana. Jika ingin semula bersifat konvensional seperti
kita list, tentu begitu masih banyak pengancaman, pencurian dan penipuan
keuntungan yang diperoleh dengan kini dapat dilakukan dengan
adanya jaringan teknologi informasi bagi menggunakan media komputer secara
kehidupan manusia di berbagai bidang. online. Kejahatan semacam ini memliliki
Internet telah menciptakan dunia risiko tertangkap yang lebih kecil namun
baru yang dijuluki dengan cyberspace. kerugian yang diakibatkan dapat jauh
Cyberspace adalah sebuah dunia lebih besar bagi masyarakat ataupun
komunikasi berbasis komputer yang negara.
menawarkan realitas yang baru Berbagai dampak negatif yang
berbentuk virtual (tidak langsung dan ditimbulkan dan terus berkembang,
tidak nyata). Walaupun dilakukan secara membuat suatu paradigma bahwa tidak
virtual, kita dapat merasa seolah-olah ada komputer yang aman kecuali
ada di tempat tersebut dan melakukan dipendam dalam tanah sedalam 100
hal-hal yang dilakukan secara nyata, meter dan tidak memiliki hubungan
misalnya bertransaksi, berdiskusi dan apapun juga (Golose, 2006). David Logic
banyak lagi, seperti yang dikatakan oleh (dalam Golose 2006) berpendapat
Gibson (dalam Golose, 2006) yang bahwa internet diibaratkan seperi
memunculkan istilah tersebut pertama kehidupan zaman cowboy tanpa
kali dalam novelnya: “A Consensual kepastian hukum di Amerika, yaitu: ”The
hallucination experienced daily billions of Internet is a new frontier. Just like the
legitimate operators, in every nation. A Wild, Wild West, the internet frontier is
graphic representation of data abstracted wide open to both exploitation and
from the banks of every computer in the exploration. There are no sheriffs on the
human system. Unthinkable complexity. information superhighway. No one is
Lines of light ranged in the non-space of there to protect you or to lock-up virtual
desperados and bandits. This lack of
598
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
599
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
misalnya dalam bentuk online library, hal ini kita mulai bersinggungan dengan
online journal dan lain sebagainya. Di sesuatu yang etis atau tidak etis.
Indonesia, masalah kelangkaan sumber Pengertian moral sering disama
informasi konvensional (perpustakaan) artikan dengan etika. Moral berasal dari
lebih berat dibanding dengan tempat bahasa Latin moralia, kata sifat dari mos
lain. Adanya Internet merupakan salah (adat istiadat) dan mores (perilaku).
satu solusi pamungkas untuk mengatasi Sedangkan etika berasal dari kata
masalah ini. Yunani ethikos, kata sifat dari ethos
Kedua, mempermudah akses ke (perilaku). Makna kata etika dan moral
pakar. Internet menghilangkan batas memang sinonim, namun menurut
ruang dan waktu sehingga memungkinan Siagian (1996) antara keduanya
seorang siswa berkomunikasi dengan mempunyai nuansa konsep yang
pakar di tempat lain. Seorang siswa di berbeda. Moral atau moralitas biasanya
Makassar dapat berkonsultasi dengan dikaitkan dengan tindakan seseorang
dosen di Bandung atau bahkan di Palo yang benar atau salah. Sedangkan etika
Alto, Amerika Serikat. ialah studi tentang tindakan moral atau
Ketiga, internet juga dapat menjadi sistem atau kode berperilaku yang
media kerjasama. Kolaborasi atau mengikutinya. Etika sebagai bidang studi
kerjasama antara pihak-pihak yang menentukan standar untuk membedakan
terlibat dalam bidang pendidikan dapat antara karakter yang baik dan tidak baik
terjadi dengan lebih mudah, efisien, dan atau dengan kata lain etika adalah
lebih murah. Internet memungkinkan merupakan studi normatif tentang
pendidik ataupun siswa dapat berbagai prinsip yang mendasari tipe-
berkomunikasi secara lebih mudah, tipe tindakan manusia. Hal ini sejalan
berbagai pengalaman dan bahkan dengan pendapat Suryana (2001) bahwa
berbagai pengetahuan dan sumber etika adalah suatu komitmen untuk
belajar. melakukan apa yang benar dan
Namun tidak dapat dipungkiri menghindari apa yang tidak benar. Oleh
bahwa penyalahgunaan teknologi karena itu, perilaku etika berperan dalam
internet di dunia pendidikan juga menentukan apa yang benar dan dan
mungkin terjadi. Misalnya akses yang baik dan untuk menentang apa yang
dilakukan siswa terhadap situs atau pun yang salah dan apa yang buruk.
gambar porno. Siswa juga Lebih lanjut Siagian (1996)
menghabiskan banyak waktu untuk menyebutkan bahwa setidaknya ada 4
“berinternet ria” dengan memainkan alasan mengapa penerapan etika sangat
game online sehingga menghabiskan penting yaitu: (1) etika memandu
waktu atau bahkan cabut sekolah. Selain manusia dalam memilih berbagai
itu kegiatan plagiarism juga bisa terjadi keputusan yang dihadapi dalam
dengan mengambil tulisan orang lain kehidupan, (2) etika merupakan pola
tanpa izin. Mengingat begitu luasnya perilaku yang didasarkan pada
pemanfaatan internet, sudah barang kesepakatan nilai-nilai sehingga
tentu penanaman etika atau perilaku etis kehidupan yang harmonis dapat
menjadi sebuah keharusan. tercapai, (3) dinamika dalam kehidupan
Berbicara mengenai manusia dan manusia menyebabkan perubahan nilai-
etika, kita mengetahui bahwa di nilai moral sehingga perlu dilakukan
lingkungan kita terdapat bermacam- analisa dan ditinjau ulang, (4) etika
macam karakter orang yang berbeda- mendorong tumbuhnya naluri moralitas
beda. Sebagian besar orang memiliki dan mengilhami manusia untuk sama-
hati yang baik dan selalu mencoba untuk sama mencari, menemukan dan
menaati peraturan. Akan tetapi, ada menerapkan nilai-nilai hidup yang hakiki.
beberapa orang jahat yang ingin Menurut Rest (1986), proses perilaku
menyebabkan kekacauan bahkan etis meliputi tahap sebagai berikut:
cenderung merugikan orang lain. Dalam 1. The person must be able to identify
alternative actions and how those
600
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
alternatives will effect the welfare of serta menyangkut interaksi sosial secara
interested parties. bersama.
2. The person must be able to judge Jadi pada dasarnya etika
which course of action ought to be merupakan pedoman tentang sesuatu
undertaken in that situation because yang baik atau buruk. Pelanggaran
it is morally right (or fair or just terhadap etika identik dengan melakukan
morally good) sesuatu hal yang tidak benar. Dalam
3. The person must intend to do what is kaitannya dengan etika sosial, perilaku
morally right by giving priority to tidak beretika atau tidak etis akan
moral value above other personal merugikan orang lain dan melanggar
values nilai-nilai dan norma sosial yang berlaku
4. The person must have sufficient dan diterima umum.
perseverance, ego strenght and Etika dalam penggunaan internet
implementation skills to be able to adalah sebagai analisis mengenai sifat
follow through on his/her intention to dan dampak sosial teknologi komputer,
behave morally, to withstand fatigue serta formulasi dan justifikasi kebijakan
and flagging will, and to overcome untuk menggunakan teknologi tersebut
obstacles secara etis. (Moor dalam Wiguna, 2007).
Empat hal tersebut berkaitan Perilaku tidak etis dalam penggunaan
dengan moral perception, moral teknologi informasi atau internet sering
judgement, moral intention, dan moral diistilahkan dengan cybercrime. Dalam
action. Moral perception dan moral beberapa literatur, cybercrime sering
judgement berkenaan dengan diidentikkan sebagai computer crime.
bagaimana seseorang memikirkan isu- The U.S. Department of Justice (dalam
isu etika dan bagaimana kedua hal Golose, 2006) memberikan pengertian
tersebut menilai pengaruh eksternal dan computer crime sebagai:"…any illegal
internal terhadap pengambilan act requiring knowledge of Computer
keputusan etis. Dengan demikian moral technology for its perpetration,
perception dan moral judgement investigation, or prosecution". Pengertian
berkaitan erat dengan intelektual (akal). lainnya diberikan oleh Organization of
Sedangkan dua hal yang terakhir yaitu European Community Development
moral intention dan moral action (dalam Golose, 2006), yaitu: "any illegal,
merupakan unsur psikologis dari diri unethical or unauthorized behavior
manusia untuk berkehendak berperilaku relating to the automatic processing
etis. Dengan kata lain, seseorang yang and/or the transmission of data".
hanya memiliki moral perception dan Sedangkan menurut Casey “Cybercrime
moral judgement saja tidak dijamin untuk is used throughout this text to refer to
mampu berperilaku etis. Oleh karena itu any crime that involves computer and
harus diikuti oleh moral intention yang networks, including crimes that do not
kemudian diaktualisasikan menjadi moral rely heavily on computer“.
action (Utami, 2006). Lebih lanjut Casey (Golose, 2006)
Menurut Keraf (2001), etika dibagi mengkategorikan cybercrime dalam 4
dalam etika umum dan etika khusus. kategori yaitu:
Etika khusus dibagi lagi menjadi 3 1. A computer can be the object of
kelompok, yaitu: etika individual, etika crime.
lingkungan hidup dan etika sosial. Etika 2. A computer can be a subject of
sosial berbicara mengenai kewajiban crime.
dan hak, sikap dan pola perilaku 3. The computer can be used as the
manusia sebagai makhluk sosial dalam tool for conducting or planning a
interaksinya dengan sesama. Karena crime.
etika sosial menyangkut hubungan 4. The symbol of the computer itself can
antara manusia dengan manusia. Ia be used to intimidate or deceive.
menyangkut hubungan individual antara Jadi, dari beberapa pengertian di
orang yang satu dengan orang yang lain, atas, cybercrime dirumuskan sebagai
601
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
602
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
603
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
dilakukan sudah sangat beragam bahkan 2. Hak milik intelektual akan dilindungi
bisa dikatakan bukan hanya tidak edis 3. Komputer dapat diakses masyarakat
namun telah menjadi sebuah tindakan sehingga anggota masyarakat
kejahatan. Hal ini membuktikan bahwa terhindar dari ketidaktahuan
penegakan etika dalam penggunaan informasi.
teknologi informasi hendaknya mendapat Selanjutnya Zimmere (1996) juga
perhatian yang sungguh-sungguh dari mengemukakan bahwa kerangka etika
berbagai pihak. Tujuannya tentu untuk dapat dikembangkan melalui tiga tahap
menanggulangi berbagai bentuk perilaku yaitu:
tidak etis dan kerugian yang ditimbulkan. 1. Mengakui dimensi-dimensi etika yang
ada sebagai suatu alternatif atau
Rencana Tindakan guna Mewujudkan suatu keputusan.
Pemanfaatan Internet Secara Etis 2. Mengidentifikasi stakeholder yang
terlibat dalam pengambilan
Untuk memecahkan permasalahan keputusan.
etika pemakaian internet khsususnya di 3. Membuat pilihan alternatif yang
dunia pendidikan tentu membutuhkan membedakan antara tanggapan etika
perhatian berbagai pihak. Pertama, dan bukan etika.
penggunaan internet hendaknya 4. Memilih tanggapan etika yang baik
dibatasi. Tidak semua siswa dapat dan mengimplementasikannya.
mengakses internet secara bebas. Donn Parker mengemukakan
Barangkali tidak semua orang sepuluh langkah dalam
sependapat bahwa anak usia TK dan SD mengelompokkan perilaku dan
sudah diberi kesempatan luas untuk menekankan pada standar etika, yaitu :
menggunakan internet. Internet baru 1. Formulasikan kode perilaku.
akan pantas diperkenalkan kepada siswa 2. Tetapkan aturan prosedur yang
SMP karena pada usia ini mereka mulai berkaitan dengan masalah-masalah
memahami tentang informasi apa yang seperti penggunaan jasa komputer
pantas dan tidak pantas untuk untuk pribadi dan hak milik atas
dikonsumsi. Kedua, adanya pengawasan program dan data komputer.
dari guru, orang tua dan juga 3. Jelaskan sanksi yang akan diambil
masyarakat. Siswa tidak akan bisa terhadap pelanggaran.
memanfaatkan internet untuk hal yang 4. Kenali perilaku etis.
negatif selama pemakaian internet yang 5. Fokuskan perhatian pada etika
mereka lakukan diawasi dengan baik. Di melalui program-program seperti
awasi oleh orang tua di rumah, oleh guru pelatihan dan bacaan yang
di sekolah dan oleh masyarakat terutama diisyaratkan.
pemilik warnet ketika mereka ketahui 6. Promosikan UU tentang kejahatan
konsumennya masih berada pada usia komputer berikut sangsinya.
sekolah. 7. Simpan suatu catatan formal yang
Lebih jauh lagi, penggunaan jasa menetapkan pertanggungjawaban
informasi seharusnya masuk ke dalam tiap spesialis informasi untuk semua
suatu kontrak sosial yang memastikan tindakannya, dam kurangi godaan
bahwa internet akan digunakan untuk untuk melanggar dengan program-
kebaikan sosial. Jasa informasi membuat program seperti audit etika.
kontrak dengan individu dan kelompok 8. Dorong penggunaan program-
yang menggunakan atau yang program rehabilitasi yang
mempengaruhi oleh output informasinya. memperlakukan pelanggar etika
Kontrak ini tidak tertulis tetapi tersirat dengan cara yang sama seperti
dalam segala sesuatu yang dilakukan perusahaan mempedulikan
jasa informasi. Kontrak tersebut pemulihan bagi alkoholik
menyatakan bahwa (Wiguna, 2007): 9. Dorong partisipasi dalam
1. Internet tidak akan digunakan untuk perkumpulan informasi
sengaja mengganggu privasi orang 10. Berikan contoh.
604
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
605
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
606
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
Oleh:
Tuan Salwani Bt Awang @ Salleh *)
tuansalwani@mfi.unikl.edu.my
Effandi Zakaria **)
nama_2@email.com
ABSTRACT
INTRODUCTION
607
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
students’ learning style have shown that • Understand professional, ethical and
every student has a different preference social responsibilities
of learning style (Felder, 1988). • Recognize contemporary
At the university involved in this study, professional, societal and global
mathematics is not a specialization issues and aware of and respect
offered as a major course. However, diversity
mathematics is one of the compulsory • Have a commitment to quality,
subjects for graduation and is used as a timeless and continuous
tool for the engineering technology improvement.
courses. Since this subject is not a major (Kamsiah M. Ismail & Marlia Puteh,
specialization, therefore the time 2008)
allocated for this subject is very limited. The points have indicated that
Students have a very little time to study engineering technology graduates should
mathematics because they have to be able to apply their knowledge in
concentrate on the core technical engineering and technology fields
subjects. Traditional method of teaching effectively. Furthermore, they must also
mathematics was found to be ineffective be able to adapt their knowledge in
for all topics due to the poor performance emerging applications of mathematics
in certain topics of mathematics, such as and science fields. This view has been
calculus integral. Thus, an innovation in supported by the following definition
teaching and learning of mathematics given by Cheshier, as follows:
should be thought to bridge the gap of “Engineering technology is the
knowledge in mathematics to ensure the profession in which a knowledge of
quality of future engineers and scientists mathematics and natural sciences,
in the 21st century. gained by higher education, experience,
and practice, is devoted primarily to the
Engineering Technology implementation and extension of existing
According to Kamsiah and Marlia (2008), technology for the benefit of humanity.
with regards to institutional output of Engineering technology education
engineering graduates, Accreditation focuses primarily on the applied aspects
Board for Engineering and Technology of science and engineering, aimed at
(ABET) has highlighted that graduates of preparing graduates for practice in that
Bachelor of Engineering Technology portion of the technological spectrum
should be able to: closest to product improvement,
• Demonstrate an appropriate mastery industrial practices, and engineering
of the knowledge, techniques, skills, operational functions” (Cheshier, 2006)
and modern tools of their disciplines Engineering technology courses are
• Apply current knowledge and adapt oriented towards application to support
to emerging applications of the engineers. They provide students
mathematics, science, engineering with introductory courses on
and technology mathematics and science, and qualitative
• Conduct, analyze and interpret introduction to engineering
experiments and apply experimental fundamentals. Therefore mathematics is
results to improve processes one of the importance subjects in this
• Apply creativity in the design field.
systems, components and processes In Malaysia, the ideal ratio for engineer
appropriate to program objectives technologists to engineers is 2:1, but the
• Function effectively on teams current ratio is 1:3. Therefore the
• Identify, analyze and solve technical universities involved in producing
problems engineering technology graduates are
• Communicate effectively responsible to overcome the shortage of
• Recognize the need for and posses engineer technologists to realize the
the ability to pursue lifelong learning vision 2020; Malaysia as an industrial
nation.
608
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
609
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
score more than 40% (Fail) in this topic. as this problem will affect the number of
A further detail analysis on the answer students graduated on time.
scripts of those who have failed in this
topic was conducted. The result indicates Integrating Technology
that 23.5% of them did not attempt the The traditional teaching approach can be
questions related to integral calculus, enhanced by integrating technology in
whereas 52.3% of these students teaching and learning of integral calculus
attempted to answer the integral calculus topic. The studies conducted by
questions, but did not manage to score mathematics instructors throughout the
any marks. world related to this approach have given
In Part C, the analysis reveals that only the positive impacts on students’
12.9% of the candidates attempted the understanding (Berry, Lapp, & Nyman,
questions related to integral calculus, out 2008; Cook, 2006; Kocsis, 2007;
of which, 70.6% have failed to achieve Noinang, Wiwatanapataphee, & Wu,
more than 40%. However, 5.9% have 2008; Wiwatanapataphee, Noinang, Wu,
scored an excellence performance, and & Nuntadilok, 2010).
17.6% have managed to score a good
performance, which indicating that the Computer Algebra Systems (CAS)
questions asked were not difficult. Based Computer algebra systems (CAS) have
on the analysis done on both parts, it the capabilities in manipulating algebraic
implies that the high passing rate symbolic form of an equation. Therefore
achieved in this final examination result they have been widely used to support
was obviously not contributed by the teaching and learning of mathematics at
marks obtained in integral calculus topic. the university (Noinang, et al., 2008;
At bachelor degree level, the Robinson & Burns, 2009;
mathematics examination format is Wiwatanapataphee, et al., 2010). Over
different. The questions were not the past two centuries, many symbolic
segregated in three parts as in diploma’s packages have been developed using
final examination paper. Instead, the Mathematica and Maple softwares.
examination paper consists of five These symbolic packages enable
subjective questions, where each students to understand the concepts
question represented each different taught better with the availability of their
topic. The candidates were required to visual supports (Noinang,
answer only four questions. The total Wiwatanapataphee & Yong 2008).
passing rate is 77%. This percentage is According to Robinson and Burns
considered as satisfying, as it is only 3% (2009), CAS like Maple and Mathematica
below the targeted percentage. However, have been used as a complement to the
the scenario in diploma level repeats, in traditional teaching approach. There are
fact it is even worse here. There was several reasons why CAS is integrated
only 6.8% chose to attempt the questions into the curriculum as a teaching aid. The
involving integral calculus. Nobody has first reason being, CAS is able to perform
scored an excellence or good any complex calculations. This feature
performance and there was only one will help students to focus on the high-
student managed to get 43.3%, which is level mathematical calculations and
only pass. Again, it can be concluded hence, they manage to grasp the new
that integral calculus was not the concepts introduced more effectively.
contributing factor to the high passing CAS will also benefit the mathematics
rate achieved. This problem cannot be educators especially for those who are
kept silence as calculus including integral lacking of artistic skills, as most
calculus is a basic tool in the higher mathematics topics, particularly 3-
mathematics subjects, as well as in dimensional calculus involves a lot of
technical subjects. Therefore, an complicated graphs (Cook, 2006). In
immediate action need to be figured out addition, mathematics educators have a
chance to incorporate the real
610
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
611
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
CONCLUSION References
Ahmad Fauzi Mohd Ayub, Mohad Zin
The literature review has proven that
Mokhtar,Wong Su Luan, &
CAS is a catalyst in improving students’
Rohani Ahmad Tarmizi (2010). A
understanding of difficult abstract
comparison of two different
mathematics concepts. Therefore, this
Technologies tools in tutoring
paper would like to propose a
calculus. Procedia Sociial and
transformation in teaching and learning
Behavioral Sciences 2, 481-486.
of mathematics at the university using
CAS. The focus is to integrate CAS as a Beckmann, J. F. (2010). Taming a beast
medium to improve the understanding of of burden - on some issues with
this subject particularly in integral the conceptualisation and
calculus topic. This idea will hopefully operationalisation of cognitive
give benefits to students from load. Learning and Instruction,
engineering technology courses because 20, 250-264.
it is more hands-on in nature. This kind
Berry, J. S., Lapp, D. A., & Nyman, M. A.
of approach is believed to be more
(2008). Using technology to
suitable to enhance their understanding
facilitate reasoning: lifting the fog
as its nature matches their ways of
from linear algebra. Teaching
learning other technical subjects.
Mathematics and Its Applications,
27(2), 102-111.
612
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
613
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
perspectives. Educational
Tall, D. (1992). Students' difficulties in
Psychology Review, 22, 115-121.
calculus. Paper presented at the
Paas, F., Renkl, A., & Sweller, J. (2004). International Congress on
Cognitive load theory: Mathematical Education (ICME
Instructional implications of the 7), Quebec, Canada.
interaction between the
Varsavsky, C. (2010). Chances of
information structures and
success in and engagement with
cognitive
mathematics for students who
architecture.Instructional Science,
enter university with a weak
32, 1-8.
mathematics background.
Robinson, T., & Burns, C. (2009, June International Journal of
2009).Computer Algebra Systems Mathematical Education in
and Their Effect on Cognitive Science and Technology(iFirst),
Load. Paper presented at the The 1-13.
9th International Conference on
Wiwatanapataphee, B., Noinang, S., Wu,
Naturalistic Decision Making,
Y. H., & Nuntadilok, B. (2010). An
London, UK.
Integrated Powerpoint-Maple
Shafia Abdul Rahman (2005). Learning Based Teaching-Learning Model
with examples and students' for Multivariate Integral Calculus.
understanding of integration. International Electronic Journal of
Paper presented at the Reform, Mathematics Education, 5(1), 5-
Revolution and Paradigm Shifts in 31.
Mathematics Education, Johor
Bahru, Malaysia.
614
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
Oleh:
Waskito *)
ABSTRACT
The feedback classroom assessments be carried out immediately after the test can be
used to improve learning. The rapid process feedback is very much determined by the
speed check test results. The traditional way takes a relatively long time to check the test
results and making diagnostic reports. Therefore, computers that can process data quickly
can be empowered to fulfill that desire. In operation, the computer as the hardware
synergized with software and operator (brain ware). The type of research is research and
development to produce the necessary software to process test results and generate
reports on students difficulty individually and in class. The process of software
development is designed and tested repeatedly on a small scale, then after the
completion, testing can be improved on a larger scale. Trials will be conducted in the 2007
in some junior high schools in the city of Solok in 2007, and in August 2008 and November
2009 in the District of Bintan Riau Islands Province. From these trials, which designed the
software has managed to print a report in the form of self profiles, class profiles, and the
chart position of approximately 1 hour after the test.
PENDAHULUAN
615
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
Kecepatan proses umpan balik yang atau tidak tepat, sehingga model itu perlu
dapat memberikan informasi diagnostik dikembangkan. Bagian mana saja yang
pembelajaran sangat tergantung pada menyimpang dari ketentuan/standar
lamanya pemeriksaan tes. Semakin model; (2) Menentukan target, aspek
cepat tes diperiksa dan laporannya mana saja yang dapat
diagnostiknya segera diketahui siswa direalisasikan/dikerjakan. Siapa
dan guru, maka proses umpan balik personalia yang perlu dilibatkan dalam
akan cepat pula dilakukan. Begitu pula penyempurnaan model tersebut, berapa
sebaliknya. Padahal, untuk memeriksa kali model tersebut akan diujicobakan;
hasil tes yang bernuansa diagnostik (3) Pelaksanaan rencana, yaitu
walaupun hanya satu kelas (terdiri dari mengujicobakan model yang telah
30 s.d 40 siswa) memerlukan waktu dirancang/ direvisi. Dalam pelaksanaan
yang cukup lama jika dilakukan dengan ujicoba ini perlu diidentifikasi aspek
cara tradisional. Sehingga efektifitas mana saja yang belum tepat sasaran; (4)
umpan balik akan rendah disebabkan Melakukan review, yaitu melakukan
siklus umpan baliknya lambat dan tidak perbaikan aspek-aspek yang perlu
hangat karena materi baru sudah harus direvisi sesuai dengan ketentuan. Hasil
diajarkan lagi. Oleh sebab itu diperlukan review ini diujicobakan lagi, begitu
satu cara bagaimana agar proses seterusnya hingga medapatkan sebuah
pemeriksaan hasil tes dapat dilakukan model pembelajaran yang baik.
dengan relatif cepat sehingga laporan Selain itu (Sugiyono, 2009), tahapan
diagnostik hasil tes dapat segera yang perlu dilakukan dalam metode
diketahui oleh siswa dan guru. penelitian dan pengembangan (research
Sejalan dengan perkembangan teknologi and development) adalah sebagai
informasi dan pengolahan data yang berikut: (1) menentukan potensi dan
berlangsung saat ini, maka komputer masalah, (2) pengumpulan informasi
dapat dimanfaatkan sebagai alat bantu yang dapat digunakan untuk
untuk mengolah dan menganalisis hasil perencanaan produk yang dapat
tes dengan cepat dan akurat. mengatasi permasalahan, (3) desain
Penggunaan komputer ini dalam produk yaitu desain berupa gambar,
pemeriksaan hasil tes harus disesuaikan bagan, dan penjelasan sistem kerjanya,
dengan maksuddan tujuan pemeriksaan (4) Validasi desain yang dapat dilakukan
tes itu sendiri. Sehingga komputer dengan menghadirkan beberapa pakar
sebagai hardware memerlukan software atau tenaga ahli yang sudah
dan operator yang dikhususkan untuk berpengalaman untuk menilai produk
keperluan pemeriksaan tes tersebut. baru yang akan dibuat tersebut. (5)
Oleh karena itu, makalah ini mengajukan Revisi desain yaitu memperbaiki
masalah, bagaimana merancang kelemahan yang diketahui berdasarkan
pengolahan hasil tes dengan validasi sebelumnya, (6) Uji coba produk
memanfaatkan teknologi informasi yaitu melakukan simulasi penggunaan
komputer sehingga dapat menganalisis model yang baru lalu dicobakan pada
jawaban dan mengidentifikasi kesulitan kelompok terbatas, (7) Revisi produk
belajar siswa dengan relatif cepat. yaitu melakukan perbaikan terhadap
Untuk mengembangkan sebuah model kelemahan yang masih ditemukan pada
(Molenda, 2003) ada beberapa tahapan produk yang dikembangkan, (8) Uji coba
yang perlu dilakukan yang dikenal pemakaian yaitu produk baru yang
dengan model “ADDIE” yang merupakan dikembangkan digunakan pada kalangan
singkatan dari Analyze, Design, yang lebih luas. Dalam pemakaian
Development, Implementation, dan tersebut, masih direkam kekurangan-
Evaluation. Secara sistematis, tahapan kekurangan yang masih ditemukan oleh
penyempurnaan model berdasarkan pemakai, (9) Revisi produk yaitu
“ADDIE” ini, mengikuti langkah sebagai memperbaiki produk yang dikembangkan
berikut: (1) Mempelajari kebutuhan, yaitu apabila ditemukan kelemahan-
mempelajari apa yang tidak relevan lagi kelemahan selama uji coba pemakaian,
616
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
atau
617
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
Form ini memberikan alternatif jenis soal Standar Kompetensi yang belum terisi,
yang dipakai dalam tes. Dalam hal ini dan Kompetensi Dasar yang belum terisi
ada dua pilihan, Objektif (pilihan ganda)
dan Esay. Pemilihan jenis tes ini
berakibat terhadap jenis input pada form
selanjutnya.
Apabila di klik pada Soal Objektif,
Disoro form sebagai berikut:
akan memunculkan Indikator yang belum terisi ; Nomor Soal
yang belum terisi ; Pilihan belum terisi
618
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
operasi, maka di klik tombol KEMBALI. diisi dengan jawaban dari peserta guru
Dengan meng klik tombol KEMBALI, berikutnya.
maka akan kembali ke form cover Tombol Urutan I, Sebelumnya,
semula. berikutnya, dan Urutan Akhir adalah
Dengan meng klik pada salah satu tombol untuk menampilkan data yang
pilihan kelas, maka akan muncul form sudah diinput pada database. Tombol
sebagai berikut: Urutan I berarti untuk memanggil input
yang pertama, tombol Sebelumnya
berarti akan memanggil input sebelum
dari yang sedang tampil, tombol
Berikutnya untuk melihat daftar urutan
yang sudah diinput sebelumnya, Urutan
Akhir berarti menampilkan input yang
terakhir, tombol Simpan berarti
Form ini memberikan alternatif jenis soal menyimpan data yang diinput.
yang dipakai dalam tes. Dalam hal ini Apabila di klik pada Soal Esay, akan
ada dua pilihan, Objektif (pilihan ganda) memunculkan form sebagai berikut:
dan Esay. Pemilihan jenis tes ini
berakibat terhadap jenis input pada form
selanjutnya.
Apabila di klik pada Soal Objektif, akan
memunculkan form sebagai berikut:
di
sor
619
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
Berikutnya untuk melihat daftar urutan 2. Form cetak untuk tipe soal gabungan
yang sudah diinput sebelumnya, Urutan objektif dan esai.
Akhir berarti menampilkan input yang
terakhir, tombol Simpan berarti
menyimpan data yang diinput.
Jika semua data jawaban peserta
guru sudah diinput, maka dapat ditekan
tombol Selesai. Dengan ditekannya
tombol Selesai, form akan hilang dari
layar yang berarti proses pemasukan
data sudah selesai. Form terdiri dari tiga halaman, tiap
halaman terdiri dari beberapa mata
2.5 Mencetak pelajaran. Carilah mata pelajaran yang
Apabila ingin mencetak hasil akan dicetak pada masing halaman
analisis, pastikan bahwa printer sudah tersebut. Jika sudah bertemu, di-klik,
terhubung dengan komputer dan dalam begtu juga pada Kelas dan Ujian ke.
keadaan on. Klik kata Mencetak pada Selanjutnya, dengan meng-klik tombol
form Cover akan memunculkankan profil diri, maka akan tampil report tiap
form pilihan kelas sebagai berikut: siswa sehubungan dengan hasil tes yang
dilakukan. Sedangkan dengan meng klik
tombol profil kelas, akan memunculkan
hasil analisis terhadap satu kelas
sehubungan dengan tes yang dilakukan.
Dengan menekan tombol Grafik Posisi,
akan memunculkan grafik batang dari
tiap siswa dalam satu kelas pada mata
pelajaran yang diujikan. Grafik ini
menunjukkan posisi tiap siswa dibanding
dengan siswa lainya.
Dengan meng-klik salah satu kelas yang
akan di cetak, maka akan muncul form 2.6. Uji coba Software
pilihan jenis soal sebagai berikut: Dari uji coba yang dilakukan di SMP
Negeri 1, 2, 3, 4, dan 5 Kota Solok pada
tahun 2007, di SD Negeri dan SMP
Negeri 2 Bintan pada mata pelajaran
Matematika telah diperoleh hasil
sebagai berikut:
a. Software telah berhasil diinstal ke
komputer yang terdapat di sekolah
Terdapat 3 pilihan soal yaitu: Objektif, tersebut.
Esai, serta Gabungan Objektif dan Esai. b. Guru mata pelajaran telah berhasil
Dengan meng-klik masing-masing pilihan meng-entri kisi-kisi dan jawaban dari
soal tersebut akan memunculkan form tes yang diberikan dalam bentuk soal
cetak sebagai berikut: objektif dan esai.
1. Form cetak untuk tipe soal objektif dan c. Pada hari itu juga, setelah kisi-kisi
esai. dan jawaban telah di entri ke
disorot komputer menggunakan software
yang dikembangkan, segera
dilakukan pencetakan sebagai
produk dari software.
620
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
Identitas memuat nama sekolah, nama memuat nama akan terlalu panjang dan
siswa, NIS, kelas, mata pelajaran. Tgl tidak muat dalam tabel.
ujian, dan ujian ke. Analisis terdiri dari Berdasarkan informasi pada profil kelas,
tabulasi analisis yang berisi No soal, guru dapat mengetahui dengan segera
Jawaban siswa, hasil jawaban dalam dan tepat siapa saja dari siswanya yang
bentuk skor 1 dan 0, keterangan belum menguasai materi tertentu.
kesulitan yang dialami oleh siswa pada Sehingga guru dapat lebih terarah
tes tersebut. Untuk hasil yang menyelesaikan ketuntasan suatu materi
memperoleh skor 0, keterangan pelajaran terhadap individu siswa. Guru
kesulitan akan diawali dengan kata juga dapat menjadikan informasi ini
“belum”. Keterangan ini sangat sebagai umpan balik untuk melakukan
dimungkinkan berbeda antara satu siswa perbaikan pembelajaran berikutnya.
dengan siswa lainnya, tergantung dari
respon jawaban siswa tersebut. Contoh, PENUTUP
jika kunci jawabannya adalah b, maka Perangkat lunak yang dikembangkan
respon jawaban a, c, d dan ”tidak terdiri dari sejumlah program, form,
menjawab” adalah salah, berarti report, dan table. Semuanya dirancang
mendapat skor 0. Tetapi variasi jawaban sedemikian rupa sehingga antara satu
salah tersebut sangat dimungkinkan dengan lainnya akan bekerja secara
menghasilkan keterangan kesulitan yang sistematis dengan urutan yang sudah
berbeda sesuai dari pengembangan tes diatur. Untuk menjalankannya diperlukan
yang dilakukan, khususnya dalam sistem minimum sebagai berikut:
mengembangkan pilihan jawaban • Prosesor: Klas Pentium IV
(distraktor). • Memori: Minimum 64 MB RAM
Pada bagian bawah report terdapat skor • Ruang Hardisk yang tersedia: 100
dan nilai yang diperoleh siswa, nilai rata- MB
rata dalam kelas, standar deviasi, • Video: 800 x 600 resolusi, 256
komentar motivasi untuk siswa, tempat warna dengan 16 bit
dan tanggal pemeriksaan, mata • Sistem Operasi: Windows 2000
pelajaran, nama guru, serta NIP guru. atau Windows XP (Professional
Komentar motivasi terdiri dari 4 variasi, atau Home Edition)
”Mohon Perhatian Orangtua dalam
belajar di rumah”, ”Cara Belajarmu harus DAFTAR PUSTAKA
ditingkatkan!”, ”Tingkatkan prestasimu”, Abdul Kadir, (2002). Ppemrograman
dan ”Pertahankan prestasimu”. Informasi Basis data dengan Visual FoxPro 5
yang diberikan pada bagian keterangan Jidid 1, 2, dam 3, Yogyakarta:
kesulitan dapat dijadikan umpan balik Penerbit Andi.
bagi siswa atau orang tua tentang materi
apa yang belum dikuasai. Sehingga Black, P., & Wiliam, D. (1998). Inside the
siswa dan orang tua dapat lebih efektif Black Box: Raising Standards
dalam mempelajari materi tersebut. through Classroom Assessment.
Profil Kelas adalah gambaran Phi Delta Kappan, 80, 139 – 148.
kondisi siswa dalam satu kelas tentang Dian Riastuti, (2007). Pengembangan
materi yang sudah dikuasai dan yang Computer Assisted Instruction
belum dikuasai oleh mereka. Seluruh (CAI) untuk pembelajaran Biologi
indikator dideskripsikan dan ditentukan SMA, Jurnal Penelitian dan
berapa jumlah siswa yang sudah Evaluasi Pendidikan.
menguasai dan yang belum menguasai
materi atau indikator yang diujikan Ebel, RL, & Frisbie, D.A. (1998).
tersebut. Pada bagian kanan dijelaskan Essential of Educational
siapa saja siswa yang belum menguasai Measurement (4th ed). Engelwood
materi atau indikator tersebut. Identitas Cliffs, BJ:Prentice Hall.
siswa diwakili oleh nomor induk siswa
(NIS) atau kode lainya, sebab dengan
621
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
622
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
Oleh:
Zahara Aziz *)
zaharaukm@yahoo.com
Zarina Md Yasin *)
bahulus@yahoo.com.my
Azwani Ismail *)
azwaniha@yahoo.com.my
ABSTRAK
Pengintegrasian teknologi ICT dalam mata pelajaran Sejarah sebagai ‘complementary technology’
adalah penting untuk memberi nafas baru dalam pendekatan pengajaran guru sejarah supaya
dapat menarik minat pelajar terhadap mata pelajaran ini. Pengajaran dan pembelajaran Sejarah
tidak seharusnya tertumpu pada matlamat menjurus kepada sukatan pelajaran dalam peperiksaan
sahaja tetapi mestilah dalam konteks sejarah dan persejarahan yang lebih luas. Penggunaan ICT
dalam pengajaran dan pembelajaran mata pelajaran Sejarah di sekolah menengah adalah
bertujuan bagi meningkatkan kualiti pemikiran pelajar dalam Sejarah. Rujukan pelajar tidak terhad
kepada guru-guru dan buku-buku di sekolah sahaja, tetapi interaksi pelajar dengan pelbagai
sumber maklumat yang luas tanpa sempadan ini akan memperkayakan persekitaran pengajaran
dan pembelajaran. Malah kaedah yang efektif ini akan melahirkan pelajar yang celik sejarah dan
boleh mengambil iktibar dari pengalaman sejarah untuk mempertingkatkan daya pemikiran dan
kematangan.
PENDAHULUAN
623
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
dan maklumat melalui pelbagai media akan lebih menumpukan kepada penelitian
seperti teks, audio, video, grafik dan imej bahan-bahan yang diperlukan secara
(Hartman 2003, Norhayati 2000 ). konsisten dan mempunyai matlamat
Di Malaysia Sekolah bestari tertentu. Kedua, peneroka ciri-ciri yang
mengaplikasikan penggunaan teknologi menarik akan membuatkan pelajar tertarik
maklumat seperti pengajaran kepada kesan bunyi khas dan cenderung
bermultimedia, pengajaran dan kepada pilihan wayang gambar dan fail-fail
pembelajaran berbantukan komputer bunyi. Ketiga, bagi pengguna lesu dalam
(PPBK), CD-ROM, internet dan laman web kalangan pelajar akan memperuntukkan
yang dilaksanakan secara tersusun dan masa yang singkat untuk bahan-bahan
bersistematik. Multimedia merupakan salah pembelajaran.
satu komponen ICT sedang digunakan Martin (1992) yang mengkaji
untuk tujuan memberi manfaat kepada pelaksanaan penggunaan komputer dalam
pelajar. Teknologi multimedia, internet dan pengajaran Sejarah di 56 buah sekolah
elektronik dalam persekitaran digital telah sekitar Dorset menemui peningkatan minat
berjaya membawa perubahan baru dalam dan prestasi pelajar-pelajar terhadap mata
dunia pendidikan hari ini (Halimah 1998). pelajaran Sejarah. Terdapat 72 % guru-
Malah dalam Rancangan Malaysia guru di sekolah-sekolah daerah itu telah
Kesembilan (RMK-9), sebanyak RM2.1 menggunakan komputer dalam pengajaran
bilion diperuntukkan untuk membestarikan dan pembelajaran. Walau bagaimanapun
semua sekolah di seluruh negara (Titian 29 sebahagian besar guru-guru tersebut lebih
April 2006). Dengan peruntukan yang berminat menggunakan perisian yang
begitu besar ini, kita dapat lihat kerajaan dibangunkan berbanding dengan simulasi.
begitu komitmen untuk memastikan agar Sementara itu, Hill (1998)
para pelajar didedahkan dengan teknologi mendapati pelaksanaan penggunaan
maklumat dan ICT (Information Technology teknologi maklumat boleh merangsang
and Communication) seterusnya pengajaran dan pembelajaran sejarah di
memastikan mereka tidak tercicir dari arus sekolah-sekolah di Scotland. Kajiannya
kemajuan negara. menunjukkan penggunaan komputer
menjadikan pengajaran dan pembelajaran
HASIL DAN PEMBAHASAN Sejarah lebih menarik dan meningkatkan
keberkesanannya dari segi pencapaian
Kajian Penggunaan Komputer Dalam pelajar.
Mata Pelajaran Sejarah Dalam kajian Jaizah (1999) dan
Roblyer (2004) telah menyenaraikan Maharom (2001) mendapati minat dan
beberapa faedah penting apabila teknologi prestasi akademik pelajar terhadap mata
diintegrasikan dalam pengajaran. pelajaran Sejarah meningkat dengan
Antaranya komunikasi menjadi lebih penggunaan teknologi maklumat. Mereka
mudah dan cepat. Pelajar boleh berkongsi mencadangkan supaya penggunaan
maklumat dan hasil kerja dengan mudah teknologi maklumat dimanafaatkan untuk
seperti pertukaran nota dan latihan. Ini menambahkan maklumat dan supaya
turut dinyatakan oleh Ab. Rahim (1989) subjek ini diminati.
bahawa pengajaran sejarah tidak
memperlihatkan usaha ke arah Pembelajaran Berbantukan Komputer
penggunaan kaedah baru dalam (PBK) Dalam Pendidikan Sejarah
pengajaran seperti tinjauan, simulasi dan Peningkatan keupayaan komputer
lain-lain. Oleh itu perisian komputer boleh mendorong penghasilan pelbagai perisian
menarik minat pelajar untuk mempelajari yang canggih dan interaktif. Oleh sebab
sejarah. Minat pelajar lebih terdorong banyaknya perisian yang terdapat di
dengan persembahan isi kandungan dan pasaran, guru mestilah mahir dalam
maklumat yang lebih menarik dan pelbagai. menilai kesesuaian sesuatu perisian
Grabe dan Grabe (2000) mendapati sebelum membeli dan menggunakannya di
tiga kategori pelajar yang menggunakan dalam bilik darjah. Bahan-bahan yang
multimedia iaitu, pencarian pengetahuan berkaitan juga mudah didapati melalui
624
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
internet dan huraian adalah mendalam dan ICT dikatakan digunakan sebagai
lebih menarik dengan gambar-gambar alat aplikasi apabila membantu murid
mengenai sesuatu kaedah pengajaran. melaksanakan tugasan pembelajaran,
Namun perlu diingatkan perkembangan dan bukan sebagai mekanisma
teknologi maklumat dan komputer tidak penyaluran maklumat P&P.
dapat menyumbang kepada pembelajaran
bestari sekiranya perisian multimedia yang
menjadi perantaraan utama antara 4. Komunikasi
perkakasan dan pelajar tidak disediakan ICT dikatakan sebagai alat
dengan secukupnya (Robiah Sidin & Nor pemudah komunikasi apabila
Sakinah Mohamad. 2004). digunakan untuk membolehkan murid
Mengikut Nor Salleh dan Sahat dan guru daripada lokasi yang berbeza
(2004) guru boleh menggunakan salah menghantar, menerima dan berkongsi
satu daripada kaedah berikut dalam proses maklumat yang pelbagai bentuk.
pengajaran dan pembelajaran melalui
komputer iaitu tutorial, Penerokaan Guru mestilah memahami ciri-ciri
(eksploratori) , Alat aplikasi dan setiap kaedah berkenaan untuk
Komunikasi. menentukan kaedah yang digunakan itu
Penggunaan ICT dalam betul. Selain itu, guru juga mestilah
pembelajaran boleh dikategorikan kepada: memiliki pengetahuan tentang kriteria yang
1. Tutorial digunakan supaya pembelian perisian dan
ICT dikatakan untuk pembelajaran pemilihannya tepat dan tidak membazir.
tutorial apabila digunakan untuk Pengetahuan tentang kriteria perisian yang
menyampaikan kandungan pelajaran baik juga dapat menjadi garis panduan
berdasarkan urutan yang telah sekiranya guru sendiri ingin menyediakan
ditetapkan. perisian yang bermutu dan berkesan.
Pembelajaran tutorial ini Sesuatu perisian yang baik perlu
merangkumi: memenuhi kriteria tertentu;
Pembelajaran ekspositori iaitu 1. Mutu isi kandungan menepati objektif
penjelasan terperinci. tiada kesalahan fakta / ejaan, tiada
• Demonstrasi sesuatu fenomena streotaip, statistik, graf, jadual dan
yang ditunjukkan dan dikawal sebagainya tepat dan dipaparkan
urutan babaknya oleh sistem. dengan jelas.
• Latihan atau latih tubi yang 2. Mutu teknikal tiada masalah, lancar
disampaikan dan dikawal oleh dan mudah dikendalikan oleh pelajar.
sistem. 3. Audio, Grafik dan warna mempunyai
nilai pembelajaran tidak menganggu.
2. Penerokaan (eksploratori) Animasi sesuai dengan tahap dan
Penggunaan ICT untuk umur pengguna. Maklum Balas/
pembelajaran penerokaan berlaku Peneguhan tidak menakutkan, tidak
apabila ICT digunakan sebagai keterlaluan tidak menggalakkan
medium untuk: membuat kesalahan. Penggunaan
• mencari dan mengakses dan panduan bagi memudahkan guru
maklumat daripada CD-ROM, untuk mengendalikan.
internet. 4. Penggunaan Pelajar mudah
• mengalami, mempelajari dan memulakan dan menghentikan
mengkaji sesuatu fenomena program. Tidak banyak menaip dan di
secara simulasi. kawalan oleh pelajar.
• melihat demontrasi sesuatu 5. Kos, harga berpatutan dengan
kejadian yang urutan babaknya kandungan sesuai dengan
boleh dikawal oleh murid. perkakasan yang ada dan tidak
memerlukan perkakasan tambahan
3. Alat aplikasi
625
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
626
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
627
SEMINAR INTERNASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENDIDIKAN
Bridging of ICT and Education
628