Anda di halaman 1dari 10

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Rancangan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian asosiatif dengan analisa deskriptif kuantitatif. Dikatakan

sebagai penelitian asosiatif karena penelitian ini menghubungkan dua variabel atau lebih. Kadji (2016:

3) menjelaskan bahwa metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan

data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Tujuannya adalah untuk memberikan gambaran kepada

peneliti tentang bagaimana langkah – langkah penelitian dilakukan, sehingga permasalahan dapat

diselesaikan.

Penelitian ini dimana variabel – variabel yang diteliti adalah pelatihan karyawan dan

pengembangan karir serta pengaruhnya terhadap kinerja karyawan merupakan penelitian deskriptif

karena bertujuan membuat deskripsi mengenai fakta-fakta dan sifat – sifat suatu populasi atau daerah

tertentu secara sistematik, faktual dan teliti. Sesuai dengan pendapat Sugiyono (2013: 35) menyatakan

bahwa penelitian deskriptif merupakan penelitian yang bertujuan untuk memberikan gambaran dari

variabel penelitian.

Dikatakan pendekatan kuantitatif karena pendekatan yang digunakan di dalam usulan

penelitian, proses, hipotesis, turun ke lapangan, analisa data, dan kesimpulan data sampai dengan

penulisannya menggunakan aspek pengukuran, perhitungan, rumus, dan kepastian data numerik

(Indrawati et al, 2018: 20).

Berdasarkan jenis penelitiannya yang dilaksanakan melalui pengumpulan data di lapangan,

maka metode penelitian yang digunakan adalah metode survei eksplanatori dimana digunakan untuk

menjelaskan hubungan kasual antara dua variabel melalui pengujian hipotesis. Survei dilakukan

dengan cara mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuisioner sebagai alat pengumpul

data.

33
3.2. Identifikasi Variabel

Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari, sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik

kesimpulan (Kuncoro dan Sudarman, 2018: 29). Variabel yang digunakan dalam penelitian dapat

diklarifikasikan menjadi: (1) variabel independen (bebas), yaitu variabel yang menjelaskan dan

mempengaruhi variabel lain, dan (2) variabel dependen (terikat), yaitu variabel yang dijelaskan dan

dipengaruhi oleh variabel independen.

3.2.1. Variabel Independen

Variabel independen Dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai variabel bebas. Menurut

Sugiyono (2013:39) variabel bebas (independent variable) adalah merupakan variabel yang

mempengarui atau yang menjadi sebab perubahanya atau timbulnya variabel dependen (terikat).

Variabel dalam penelitian ini adalah pelatihan (X¹) dan pengembangan karir (X²).

3.2.2. Variabel dependen

Variabel dependen sering disebut sebagai variabel output, kriteria, dan konsekuen. Dalam

bahsa Indonesia sering disebut sebagai variabel terikat. Menurut Sugiyono (2013:39) variabel terikat

(dependent variable) merupakan variabel yang dipengarui atau yang menjadi akibat, karena adanya

variabel bebas. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kinerja (Y).

3.3. Definisi Operasional

Definisi operasional variabel adalah suatu definisi mengenai variabel yang dirumuskan

berdasarkan karakteristik-karakteristik variabel tersebut yang dapat diamati. Menurut Indriantoro dan

Supomo (2014: 69) “definisi operasional adalah penentuan construct menjadi variabel yang bisa

diukur”. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel bebas dan variabel terikat.

Berikut ditampilkan variabel penelitian dan definisi operasional yang diuraikan pada Tabel berikut ini.

34
Variable Definisi Dimensi Indikator Skala

Pelatihan Pelatihan didefinisikan 1. Peserta 1. Motivasi Ordinal


sebagai berbagai usaha mengikuti pelatihan
pengenalan untuk 2. Kemampuan, minat
mengembangkan dan semangat
kinerja tenaga kerja 2. Instruktur 1. Penguasaan materi
pada pekerjaan yang 2. Kemampuan
dipikulnya atau juga penyajian materi
sesuatu berkaitan 3. Kecakapan berkomu-
dengan pekerjaannya. nikasi
4. Kemampuan
menarik minat
3. Materi 1. Manfaat bagi
pekerjaan
2. Kesesuaian materi
3. Relevan
dengan pekerjaan
Pengemban Pengembangan karir 1. Pendidikan 1. Jenjang pendidikan Ordinal
gan Karir berpengaruh positif dan 2. Pelatihan 1. Tersedia
signifikan terhadap program pelatihan
Kinerja. Pengaruh 2. Kesempatan yang
positif menunjukkan sama mengikuti
adanya hubungan dua pelatihan
arah dimana dengan 3. Pengalaman 1. Kemampuan
Pengembangan Karir kerja 2. Lama bekerja
yang tepat maka
karyawan akan
menunjukkan
kinerjanya sesuai
dengan yang
dibutuhkan oleh
perusahaan dan pasti
akan berpengaruh pada
hasil kinerjanya.
Kinerja Kinerja. Pengaruh 1. Kualitas 1. Ketelitian Ordinal

35
Variable Definisi Dimensi Indikator Skala

positif menunjukkan kerja menyelesiakan


adanya hubungan dua pekerjaan
arah dimana dengan 2. Menyelesaikan
Pengembangan Karir
pekerjaan dengan
yang tepat maka
rapi
karyawan akan
menunjukkan 3. Ketaatan pada
kinerjanya sesuai peraturan
dengan yang perusahaan
dibutuhkan oleh 2. Kualitas 1. Pencapaian target
perusahaan dan pasti
kerja 2. Menyelesaikan
akan berpengaruh pada
pekerjaan dengan
hasil kinerjanya.
efisien
3. Disiplin waktu

Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabe

Sumber: Sianturi (2018)

3.4. Populasi dan Sampel

3.4.1 Populasi

Dalam suatu penelitian diperlukan sumber data berupa populasi. Objek pada populasi diteliti,

hasilnya dianalisis, disimpulkan, dan kesimpulan itu berlaku untuk seluruh populasi, sebagaimana

yang diungkapkan oleh Sugiyono (2005: 72) bahwa “Populasi diartikan sebagai wilayah generalisasi

yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”. Populasi dalam

penelitian ini adalah seluruh karyawan Kantor Unit Donor Darah PMI Kabupaten Karawang yang

berjumlah 30 orang.

3.4.2 Sampel

Untuk menentukan besarnya anggota sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini

diperlukan teknik sampling, sebagaimana yang diungkapkan oleh Sugiyono (2005: 72) bahwa

36
“Teknik sampling adalah merupakan teknik pengambilan sampel”. Penulis akan menggunakan teknik

nonprobalitify sampling yakni sampel jenuh karena semua peserta populasi dijadikan sebagai sampel

yang berjumlah 30 orang.

3.5. Metode Pengumpulan Data

3.5.1 Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

1. Wawancara

Pengumpulan data dengan cara melakukan wawancara langsung kepada karyawan Kantor Unit

Donor Darah PMI Kabupaten Karawang

2. Angket/Kuesioner

Teknik ini menggunakan angket atau kuesioner dalam suatu cara pengumpulan data adalah dengan

memberikan daftar pertanyaan kepada responden, dengan harapan mereka dapat memberi respon

atas daftar pertanyaan tersebut. Jawaban tersebut diukur dengan menggunakan skala likert.

3.5.2 Teknik Pengembangan Instrumen

Pada penelitian ini penyusunan instrumen menekankan pada pengukuran sikap yang

berbentuk skala sikap. Skala sikap yang digunakan pada penelitian ini ialah Skala Likert.

Jenis data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data kualitatif yang dikuantitatifkan

dengan kategorisasi, karakteristik berwujud pertanyaan atau pernyataan yang dapat diangkakan dalam

bentuk ordinal atau rangking kemudian dijadikan skala interval. Jawaban setiap instrumen

menggunakan skor, skor tertinggi 5 dan skor terendah 1.

Bentuk pertanyaan atau pernyataan setiap item dan skornya adalah sebagai berikut :

37
Tabel 3.2. Skala Likert

No Pertanyaan/Pernyataan Skor/Bobot Nilai


1. Sangat Setuju (SS) 5
2. Setuju (ST) 4
3. Ragu-ragu/Netral (RG) 3
4. Tidak Setuju (TS) 2
5. Sangat Tidak Setuju (STS) 1
Sumber: Sugiyono (2014)

Penyusunan pengembangan instrumen didasarkan pada variabel, indikator dan nomor item.

3.5.3 Uji Validitas dan Reliabelitas

Validitas (keabsahan) instrumen menunjukan kemampuan instrumen penelitian mengukur

dengan tepat atau benar apa yang hendak diukur. “Suatu instrumen yang valid mempunyai validitas

yang tinggi. Sebaliknya instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas yang rendah”

(Arikunto, 2006:168). Dalam praktek penelitian, dari sekian metode yang ada pada umumnya para

peneliti biasa menggunakan korelasi item-total (item-total correlation) dan atau korelasi item total

dikorelasi (corrected item-total correlation) sebagai statistik uji validitas kemudian dikonsultasikan

dengan r table dengan taraf signifikan 5 %. Apabila dalam perhitungan di dapat rxy_r maka

instrumen tersebut valid dimana r table ditentukan dari jumlah sampel (N) dan jumlah variabel (k)

sehingga diperoleh df (degree of freedom) dengan rumus df = N-k.

Untuk uji reliabilitas, para peneliti biasa menggunakan koefisien alpha Cronbach. Pengujian

validitas dengan software SPSS 20.0 for windows menggunakan nilai r hasil Corrected Item-Total

Correlation. Nilai r tabel uji dua sisi pada taraf kepercayaan 95% atau signifikansi 5% (P = 0,05) dapat

dicari berdasarkan jumlah responden atau N. Pengujian reliabililtas menggunakan metode Alpha-

Cronbach. Standar yang digunakan adalah dengan membandingkan r hitung dengan r tabel pada taraf

signifikansi 5%. Menurut Santoso (2001), apabila alpha hitung > r tabel dan bernilai positif, maka

38
instrumen tersebut reliabel. Santoso (2005) mengatakan bahwa suatu kuisioner dikatakan reliabel jika

nilai Cronbach Alpha lebih besar dari 0,60.

3.6. Teknik Analalisis Data

Menurut Sedarmayanati dan Syarifudin (2011:166) “proses analisis data merupakan proses

memilih dari beberapa sumber maupun permasalahan yang sesuai dengan penlitian yang dilakukan”.

Dalam penelitian ini teknik penelitian menggunakan teknik analisis statistik parametik, karena

teknik ini lebih canggih dan juga mampu memberikan informasi yang lebih akurat jika dibandingkan

dengan teknik nonparametik. Penerapan statistik parametik ini menggunakan komputer dengan

program SPSS (Statistical Product and Service Solution) for Windows.

3.6.1 Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik dilakukan untuk mengetahui apakah model regresi yang dibuat dapat

digunakan sebagai alat prediksi yang baik. Uji asumsi klasik yang akan dilakukan adalah

multikolinieritas, uji autokorelasi, dan uji heteroskedastisitas

a. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya

korelasi antar variabel bebas (independent). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi

di antara variabel independen. Multikoleniaritas dapat dilihat dari nilai Tolerance dan nilai Variance

Infaltion Factor (VIF). Dasar pengambilan keputusan dengan Tolerance Value atau Variance Inflation

Factor (VIF) dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Jika nilai tolerance > 0,1 dan nilai VIF < 5, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada

multikolinearitas antara variabel independen dalam model regresi.

2. Jika nilai tolerance < 0,1 dan nilai VIF > 5, maka dapat disimpulkan bahwa ada multikolinearitas

antara variabel independen dalam model regresi (Ghozali, 2011: 160)

b. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara

kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya)

(Imam Ghozali, 2013:110). Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu

39
berkaitan satu sama lainnya. Hal ini sering ditemukan pada data runtut waktu (time series) karena

“gangguan” pada seseorang individu atau kelompok cenderung mempengaruhi “gangguan” pada

individu atau kelompok yang sama pada periode berikutnya. Dalam penelitian ini,peneliti

menggunakan pendekatan Durbin Waston (DW test),dikarenakan sampel yang digunakan dibawah

100. Sedangkan jika sampel diatas 100 maka harus menggunakan pendekatan Lagrange Multiplier

(LM test). Uji Durbin-Woston hanya digunakan untuk autokorelasi tingkat satu dan mensyaratkan

adanya konstanta dalam model regresi dan tidak ada variabel lag diantara variabel independen (Imam

Ghozali, 2013:111).

c. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas berarti varian variabel independen adalah konstan atau sama untuk

setiap nilai tertentu variabel independen (homokedastisitas). Model regresi yang memenuhi

persyaratan adalah dimana terdapat kesamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan

yang lain tetap atau disebut homokedastisitas. Deteksi heterokedastisitas dapat dilakukan dengan

metode scatterplot dengan memplotkan nilai ZPRED (nilai prediksi) dengan SRESID (nilai residual).

Model yang baik didapatkan jika tidak terdapat pola tertentu pada grafik, seperti mengumpul di tengah

menyempit kemudian melebar atau sebaliknya melebar kemudian menyempit (Situmorang et al, 2010:

91).

Menurut Ghozali (2011: 139) dasar analisis untuk menentukan ada atau tidaknya

heteroskedastisitas dengan scatterplot yaitu :

1) Jika ada plot tertentu, seperti titik-titik yang membentuk suatu pola tertentu, yang teratur

(bergelombang, melebar, kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi

heteroskedastisitas.

2) Jika tidak ada pola yang jelas serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka nol pada sumbu

Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

3.6.2 Uji Determinasi Dengan F-Test dan Uji Signifikansi

Koefisien determinasi (R2) bertujuan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan variabel

independen dapat menjelaskan variabel dependen. Koefisien daterminasi berganda terletak di Model

40
Summary dan tertulis R Square. Namun untuk regresi linear berganda sebaiknya menggunakan R

Square. Nilai R Square dikatakan baik jika diatas 0,50 atau 50 %.

Uji simultan dengan F – test bertujuan untuk mengetahui pengaruh secara bersama-sama

variabel independen terhadap variabel dependen. Pedoman yang digunakan untuk menerima atau

menolak hipotesis sebagai berikut:

1. Ha diterima jika F atau t-hitung > F atau t-tabel, atau nilai p-value pada kolom sig < Level Of

Significant (5 %).

2. Ha ditolak jika F atau t-hitung < F atau t-tabel, atau nilai p-value pada kolol sig > Level Of

Significant (5 %).

F tabel dihitung dengan cara df1 = k – 1, df2 = n – k, k adalah jumlah variabel dependen dan

independen.

3.6.3 Uji Signifikan Parsial Dengan T-Test dan Uji Signifikansi

T-test bertujuan untuk mengetahui besarnya pengaruh masing-masing variabel independen

secara individual (parsial) terhadap variabel dependen. Pedoman yang digunakan untuk menerima atau

menolak hipotesis secara parsial adalah sebagai berikut:

1. Ha diterima jika F atau t-hitung > F atau t-tabel, atau nilai p-value pada kolom sig < Level Of

Significant (5 %).

2. Ha ditolak jika F atau t-hitung < F atau t-tabel, atau nilai p-value pada kolom sig > Level Of

Significant (5 %).

T – tabel dihitung dengan cara df1 = k – 1, df2 – k, k adalah jumlah variabel.

3.6.4 Persamaan Model Regresi

Metode analisis regresi linier berganda berfungsi untuk mengetahui pengaruh/ hubungan

antara variabel independent dan variabel dependent akan digunakan analisis regresi linier berganda

(multiple regression analytis). Peneliti menggunakan bantuan program software SPSS versi 20 untuk

memperoleh hasil yang lebih terarah.

41
Rumus perhitungan persamaan regresi berganda adalah sebagai berikut :

Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + …. βnXn + e

Dimana :

Y = Kinerja

a = Konstanta

b1, b2 = Koefisien Regresi Variabel Bebas

X1 = Pelatihan

X2 = Pengembangan karir

E = Standard error

Linieritas hanya dapat diterapkan pada regresi berganda, karena memiliki variabel independen

lebih dari satu. Suatu model regresi berganda dikatakan linier jika memenuhi syarat-syarat liniertias,

seperti normalitas data (baik secara indivbidu maupun model), bebas dari asumsi klasik statistic

multikolineritas, autokorelasi, heteroskesdastisitas.

42

Anda mungkin juga menyukai