Makalah Filsafat Pancasila
Makalah Filsafat Pancasila
KELOMPOK III
Erlangga Nata
Youbel Cristian
Christiano Ronald Z.K
Lydhea Shelapaty
Siti Rosdiana
Imel Ardiansyah
Jurusan S1 Manajemen
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunianya
sehingga kami dapat menyusun makalah ini tepat pada waktunya. Tidak lupa kami
mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dan dukungan dalam penyelesaian
makalah yang berjudul ”Filsafat Pancasila”.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, khususnya para mahasiswa untuk ke depannya
dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah ini agar menjadi lebih
baik lagi.
4
DAFTAR ISI
BAB I ...................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN ............................................................................................................... 4
LATAR BELAKANG............................................................................................................ 5
FAKTA & FENOMENA FILSAFAT PANCASILA.................................................................... 6
BAB II ..................................................................................................................... 9
KESIMPULAN ................................................................................................................. 17
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 18
3
BAB I
PENDAHULUAN
Perkembangan Masyarakat dunia yang semakin cepat secara langsung maupun
tidak langsung mengakibatkan perubahan besar pada berbagai bangsa di dunia.
Gelombang besar kekuatan internasional dan transnasional melalui globalisasi telah
mengancam bahkan menguasai eksistensi negara-negara kebangsaan, termasuk
Indonesia. Akibat yang langsung terlihat adalah terjadinya pergeseran nilai-nilai
dalam kehidupan kebangsaan karena adanya perbenturan kepentingan antara
nasionalisme dan internasionalisme.
Prinsip-prinsip dasar yang telah ditemukan oleh peletak dasar (the founding fathers)
negara Indonesia yang kemudian diabstrakan menjadi suatu prinsip dasar filsafat
bernegara itulah yang disebut Pancasila. Dengan pemahaman demikian, Pancasila
4
sebagai filsafat hidup bangsa Indonesia saat ini mengalami ancaman dari
munculnya nilai-nilai yang terjadi.
LATAR BELAKANG
Pancasila adalah dasar filsafat Negara Republik Indonesia yang secara resmi
disahkan oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945 dan tercantum dalam pembukaa
UUD 1945. Pancasila terdiri dari 5 (lima) sila, yang tertulis dalam Alinea ke IV
pembukaan UUD 1945 yang diperuntukan sebagai dasar negara Indonesia.
3
FAKTA & FENOMENA FILSAFAT PANCASILA
Pancasila merupakan sebuah ideologi dan dasar filsafat negara, yang dimana
Pancasila layak untuk dikaji kembali relevansinya. Pancasila dalam pendekatan
filsafat adalah ilmu pengetahuan yang mendalam mengenai Pancasila. Filsafat
Pancasila dapat didefinisikan secara ringkas sebagai refleksi kritis dan rasional
tentang Pancasila dalam bangunan bangsa dan negara Indonesia.
Dewasa ini, masalah yang dihadapi bangsa Indonesia saat ini yaitu lunturnya
semangat kebangsaan serta patriotisme pada kalangan milenial. Hal ini dikarenakan
banyaknya adanya budaya asing yang masuk ke negara Indonesia, oleh sebab itu
banyak anak belia atau kaum milenial yg melupakan budaya negara kita sebab
mereka menganggap budaya asing lebih terbaru ada di budaya negara Indonesia.
Hal ini mengakibatkan sebagian generasi muda melupakan nilai-nilai luhur bangsa.
aneka macam konflik timbul belakangan ini seiring menggunakan hilangnya rasa
nasionalisme. Pancasila sekarang terlupakan, seolah-olah Pancasila hanya ada,
hanya dikenang, serta tak ditanamkan dalam jiwa-jiwa penerus kehidupan bangsa.
Pancasila sebagai dasar dan ideologi negara merupakan hasil kesepakatan para bapa
dan paman dalam proses pendirian bangsa Indonesia, dan sampai saat ini di era
globalisasi, negara Indonesia masih berpegang teguh pada Pancasila sebagai dasar
negara menghadapi tantangan dan hambatan dalam dunia global yang berkembang
dalam dunia global saat ini. Menjunjung tinggi Pancasila adalah merupakan tugas
yang sangat penting bagi bangsa Indonesia. Dalam dunia global saat ini, telah
terjadi banyak krisis moral, seperti tidak adanya undian antar manusia, kurangnya
sopan santun dan etika, korupsi yang merajalela, dan pelecehan seksual. Hal ini
4
dilakukan karena kurangnya rasa nasionalisme di kalangan masyarakat Indonesia,
dan juga karena Pancasila tidak mengamalkan dengan baik dan benar, sebagaimana
mestinya.
Posisi Pancasila pada era globalisasi rapuh. Secara formal, Pancasila masih diakui
sang seluruh masyarakat Indonesia sebagai ideologinya. namun pada tataran adopsi,
perilaku poly orang telah mengalami perubahan nilai. Secara tidak langsung,
perubahan nilai secara bertahap mengakibatkan Pancasila terlupakan. Jika
globalisasi dapat membarui nilai-nilai rakyat dan menggantikannya dengan tatanan
nilai yang baru, maka sangat mungkin eksistensi Pancasila akan runtuh. oleh karena
itu, perlu dipahami nilai-nilai Pancasila menjadi dasar, visi hayati serta ideologi dan
benteng dan penyaring nilainilai yg telah masuk menjadi dampak dari globalisasi.
Indonesia saat ini sedang dilanda krisis etika yang cenderung terjadi di remaja.
Krisis moral adalah hilangnya sikap, watak, serta sikap seseorang ihwal kebaikan.
intinya kepribadian ialah implementasi asal perilaku dan sikap seseorang, dimana
perilaku serta karakter adalah keliru satu pilar krusial yg memilih jalan hidup
seseorang. Remaja waktu ini tak jarang dikaitkan dengan seks bebas, kekerasan,
narkoba, dan masalah psikologis. Sayang sekali sebab remaja artinya generasi
penerus yang bisa dibanggakan. Jika ditelisik lebih jauh, poly anak belia saat ini
lebih memilih mengadopsi budaya Barat, mulai berasal gaya hidup, gaya
berpakaian, bahkan pemikiran remaja yg telah tewas, yang menyimpang berasal
sopan santunnya sendiri.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya krisis moral pada individu,
diantaranya:
1. Faktor keluarga.
3
Kenakalan remaja dapat ditimbulkan oleh kurangnya perhatian dari guru, peraturan
sekolah yang lemah, dan bimbingan konseling yg tidak berjalan menggunakan baik,
wawasan peserta didik yg terbatas serta tidak ditindaklanjuti.
Kurangnya iman, kurangnya agama, dan tidak takut akan ilahi dapat mengakibatkan
krisis moral.
Masyarakat ketika ini cenderung terlalu terbuka dengan budaya asing, memakai
pakaian yang tidak pantas, menjalani gaya hayati yg meniru negara asing, dan
melupakan budaya dan ciri spesial Indonesia.
4
BAB II
Menurut Ruslan Abdulgani, Pancasila merupakan filsafat negara yang lahir sebagai
collective ideology (cita-cita bersama) seluruh bangsa Indonesia.
Dikatakan sebagai filsafat karena pancasila merupakan hasil perenungan jiwa yang
mendalam yang dilakukan oleh the founding fathers kita, kemudian dituangkan
dalam suatu “sistem” yang tepat. Sementara itu, menurut ilmiah, yaitu tentang
hakikat Pancasila.
3
Sila-sila Pancasila merupakan satu kesatuan sistem yang bulat dan utuh (sebagai
suatu totalitas). Dengan pengertian lain, apabila tidak bulat dan utuh atau satu sila
dengan sila lainnya terpisah-pisah, itu bukan Pancasila.
2. Mencari kebenaran yang bersifat substansi tentang hakikat negara, ide negara
atau tujuan bernegara; dan
Segala aspek yang erat kaitan nya dengan kehidupan masyarakat bangsa tersebut
dan yang berkaitan dengan keberlangsungan hidup dari negara bersangkutan
merupakan fundamental. Oleh karena itu fungsi pancasila sebagai filsafat dalam
kehidupan bernegara harus lah memberikan jawaban yang mendasar tentang
hakikat kehidupan bernegara. Hal yang fundamental dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara, susunan politik dan sistem politik dari negara, bentuk negara,
susunan perekonomian dan dasar dasar pengembangan ilmu pengetahuan. Semua
yang tersebut di atas haruslah mampu di jelaskan oleh filsafat. Dalam hal ini
Pancasila yang di kaji dari sudut fungsi nya telah mampu memberikan jawabannya.
Semua yang di atas itu sudah tertuang dalam berbagai ketentuan kita bernegara.
4
Filsafat Pancasila harus mampu memberikan dan mencari kebenaran yang substansi
tentang hakikat negara, ide negara dan tujuan negara. Dasar negara kita adalah lima
dasar di mana setiap sila nya berkaitan dengan sila yang lain. Kelima sila itu
merupakan kesatuan yang utuh, tidak terbagi dan tidak terpisahkan. Saling
memberikan arah dan dasar pada sila lain nya. Karena nya Pancasila sebagai dasar
negara. Misalnya pada sila pertama: ketuhanan yang maha esa, memberikan sinar
dan pedoman pada sila di bawah nya begitu seterus nya kala kita membicarakan
fungsi Pancasila sebagai pemberi dasar yang menjawab pertanyaan ‘hakikat
negara’.
Tujuan negara akan selalu kita temukan dalam setiap konstitusi negara
bersangkutan. Karena nya tidak selalu sama dan bahkan ada kecenderungan
perbedaan yang jauh sekali antara tujuan di satu negara dengan negara lain. Karna
itu filsafat negara harus mampu memberikan jawaban tentang tujuan negara itu.
Bagi Indonesia secara fundamental tujuan itu ialah Pancasila dan sekaligus menjadi
dasar berdiri nya negara ini.
Pancasila sebagai filsafat bangsa harus mampu menjadi perangkat dan pemersatu
dari berbagai ilmu yang di kembangkan di Indonesia. Fungsi filsafat akan terlihat
jelas, kalau negara itu sudah berjalan keteraturan kehidupan bernegara. Sebagai
contoh di dunia barat yang liberal, kita menemukan pengembangan ilmu
pengetahuan yang di dasari dan bertujuan perkembangan liberalisme itu dalam
semua aspek kehidupan manusia. Begitu juga negara” komunis kita menemukan
pengembangan ilmu pengetahuan yang bertujuan untuk mengembangkan filsafat
komunis itu sendiri dan setiap ilmu itu haruslah mendasari diri nya dengan filsafat
negaranya.
Pancasila harus mampu menjawab fungsi filsafat Pancasila itu sebagai perangkat
dan pemersatu ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan yang bertujuan untuk
mensejahterakan manusia itu harus lah selalu di bawah kendali filsafat negara.
Jangan hanya negara itu bagaikan dasar substansi yang statis, dia adalah dinamis
dan dia adalah pedoman dan cermin pengembangan ilmu pengetahuan.
3
TUJUAN FILSAFAT PANCASILA
Tujuan dari Filsafat diantaranya :
1. Untuk Menciptakan bangsa yang religius dan patuh kepada tuhan yang maha esa
2. Menjadi bangsa yang menjaga keadilan baik secara sosial maupun ekonomi
3. Menjadi bangsa yang menghormati hak asasi manusia, untuk dapat berada dalam
kaitannya HAM dengan pancasila sebagai dasar negara kita
Gustav Radbruch membagi tiga bidang kajian yang menjadi tujuan filsafat hukum
untuk mencari, menemukan dan menganalisisnya aspek keadilan, kemanfaatan dan
kepastian hukum. Tujuan mempelajari filsafat hukum secara umum adalah untuk
menemukan hakikat hukum, tetapi ada yang lebih spesifik, yaitu :
4
a. Melakukan kajian hukum substantif secara holistik
c. Melakukan kajian hukum secara aplikatif, yaitu mengevaluasi untuk apa hukum
itu dibuat
e. Menemukan hukum sebagai pedoman yang tepat bagi para pelaksana hukum,
biokrat, penegak hukum, yuris, dan sebagainya.
3). Kausa Efesiensi, maksudnya kegiatan BPUPKI dan PPKI dalam menyusun dan
merumuskan Pancasila menjadi dasar negara Indonesia merdeka.
3
4). Rakyat, yaitu unsur mutlak negara, harus bekerja sama, dan gotong royong
5). Adil, yaitu memberikan keadilan kepada diri sendiri dan orang lain yang menjadi
haknya.
Nilai yang berseumber dari hakikat Tuhan, manusia, suatu rakyat, dan adil
dijabarkan menjadi konsep etika Pancasila, yaitu hakikat manusia Indonesia adalah
memiliki sifat dan keadaan yang berperi Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusian,
Kebangsaan, Kerakyatan, dan Keadilan Sosial. Konsep filsafat pancasila dijabarkan
menjadi sistem etika Pancasilayang bercorak normatif.
1. Sistematis
2. Mendalam
4
3. Mendasar
4. Analitis
5. Komprehensif
6. Spekulatif
7. Representatif
8. Evaluatif
6. Filsafat agama
7. Filsafat ilmu
8. Filsafat pendidikan
9. Filsafat hukum
12. Kosmologi (membicarakan tentang segala sesuatu yang ada yang teratur)
1. Rasionalisme
3
2. Idealisme
3. Positivisme
4. Eksistensialisme
5. Hedonisme
6. Stoisme
7. Mrxisme
8. Realisme
9. Liberalisme
10. Mterialisme
11. Utilitarianisme
12. Spiritualisme
4
BAB III
KESIMPULAN
3
DAFTAR PUSTAKA