1
DAFTAR ISI
2
2. Kebijakan Organisasi Terkait Pejabat Pengadaan Barang/Jasa ............................................... 25
D. Tugas dan Wewenang PPSPM......................................................................................... 25
1. Wewenang PPSPM .................................................................................................................. 25
2. Kebijakan Organisasi Terkait PPSPM ....................................................................................... 26
E. Tugas dan Wewenang Bendahara Pengeluaran ............................................................. 27
1. Wewenang Bendahara Pengeluaran ....................................................................................... 27
2. Kebijakan Organisasi Terkait Bendahara Pengeluaran ............................................................ 27
3. Sertifikasi Pejabat Perbendaharaan ........................................................................................ 27
4. Kepatuhan Dokumen ............................................................................................................... 28
F. Catatan Tambahan .......................................................................................................... 28
BAB IV TATA KELOLA PELAKSANAAN ANGGARAN ............................................................ 30
A. Pengadaan Barang/Jasa dan Pembuatan Komitmen ...................................................... 30
B. Penerbitan Surat Permintaan Pembayaran (SPP) ........................................................... 30
C. Penerbitan Surat Perintah Membayar (SPM) ................................................................. 30
D. Pengelolaan Uang Persediaan (UP) ................................................................................. 31
G. Indikator pengelolaan UP dan TUP ................................................................................. 31
H. Perpajakan ...................................................................................................................... 31
BAB V PENGENDALIAN INTERNAL .................................................................................... 33
A. Lini Satu........................................................................................................................... 33
B. Lini Kedua ........................................................................................................................ 33
C. Lini Ketiga ........................................................................................................................ 34
BAB VI PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN ANGGARAN ........................................ 35
A. Akuntansi dan Pelaporan ................................................................................................ 35
B. Tertib Administrasi Aset .................................................................................................. 35
C. Security Awareness ......................................................................................................... 38
Daftar Pustaka ................................................................................................................ 39
3
BAB I
ALUR PENGELOLAAN ANGGARAN
Alur pengelolaan anggaran di atas adalah alur praktis yang berlaku umum pada satker-satker
lingkup Ditjen perbendaharaan dengan penjelasan sebagai berikut:
A. Penganggaran
1. Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA)
a. Proses penyusunan awal DIPA APBN ini melibatkan koordinasi antara berbagai
pihak, termasuk Kementerian Keuangan, Badan Anggaran DPR, serta setiap
kementerian dan lembaga pemerintah yang bertanggung jawab atas pelaksanaan
program dan kegiatan yang tercantum dalam DIPA.
b. DIPA pada kantor vertikal Ditjen Perbendaharaan meliputi dua program utama
yaitu Program Pengelolaan Kekayaan dan Risiko (PPKNR) dan Program Dukungan
Manajemen (Dukman).
4
1) Belanja pegawai adalah pengeluaran yang merupakan kompensasi dalam
bentuk uang maupun barang yang diberikan kepada pegawai negeri, pejabat
negara, dan pensiunan serta pegawai honorer sebagai imbalan atas pekerjaan
yang telah dilaksanakan dalam rangka mendukung tugas dan fungsi unit
organisasi pemerintah selama periode tertentu.
2) Untuk satker lingkup Ditjen Perbendaharaan alokasinya terdiri dari uang makan
dan uang lembur
b. Belanja Barang
Alokasi belanja barang digunakan untuk:
1) Untuk pembelian barang dan/atau jasa yang habis pakai.
2) Tujuan kebutuhan operasional kantor (barang dan jasa), pemeliharaan kantor
dan aset tetap/ aset lainnya serta biaya perjalanan;
3) Untuk pembayaran honor-honor bagi para pengelola anggaran (KPA; PPK,
Bendahara dan Pejabat Penguji/Penandatangan SPM, termasuk Petugas
SAI/SIMAK-BMN);
4) Untuk pembayaran penghasilan dan lembur PPNPN yaitu satpam, pengemudi,
petugas kebersihan, pramubakti, dan tenaga lepas pada satker yang membuat
perjanjian kerja/kontrak dengan KPA/PPK untuk melaksanakan kegiatan
operasional kantor.
5) Pengadaan Aset Tetap yang nilai persatuannya di bawah nilai minimum
kapitalisasi:
- Peralatan/mesin : < Rp1.000.000,-
- Gedung/bangunan: < Rp25.000.000,-
6) Belanja pemeliharaan aset tetap/aset lainnya yang tidak menambah umur
ekonomis / masa manfaat atau kapasitas kinerja / manfaat ekonomi di masa
depan, dimaksudkan untuk mempertahankan Aset Tetap/Aset Lainnya yang
sudah ada ke dalam kondisi normalnya/seperti semula.
7) Khusus untuk pemeliharaan gedung dan bangunan adalah pemeliharaan
kategori rehabilitasi gedung kantor, rumah negara, sarana olahraga dan
lainnya.
5
c. Belanja Modal
Peruntukan alokasi belanja modal:
1) Aset tetap untuk pengadaan peralatan dan mesin serta pembelian,
pembangunan baru atau renovasi/rekonstruksi gedung dan bangunan (gedung
kantor, rumah negara, sarana olahraga dan lainnya)
2) Aset lainnya, seperti aset tak berwujud (paten, lisensi, dll; tagihan piutang
penjualan angsuran; tuntutan ganti kerugian; kemitraan pihak ketiga (sewa,
kerjasama pemanfaatan, dan lainnya), serta aset lain-lain.
3) Tujuan: untuk operasional/dipergunakan oleh publik
4) Masa manfaat lebih dari 12 bulan
5) Menambah masa manfaat/umur ekonomis aset, atau bertambahnya kapasitas,
peningkatan standar kinerja, atau volume aset.
6) Melebihi batas minimal kapitalisasi
- Peralatan/mesin : ≥ Rp1.000.000,-
- Gedung/bangunan: ≥ Rp25.000.000,-
7) Nilai perolehan: dihitung semua pengeluaran hingga aset siap digunakan
(termasuk instalasi, honor pengadaan, jasa konsultan dan lainnya), termasuk
pengeluaran setelah perolehan (subsequent expenditure) memenuhi
persyaratan untuk dikapitalisasi.
b. Kartu Pengawasan
- Jika checklist semua maka termasuk belanja modal
- Jika salah satu unchecklist maka termasuk belanja barang
6
No Pernyataan Checklist
B. Pelaksanaan Anggaran
Dalam pelaksanaan anggaran, DIPA berlaku sebagai dasar pelaksanaan pengeluaran
negara setelah mendapat pengesahan dari Menteri Keuangan selaku BUN. Anggaran yang
dialokasikan dalam DIPA merupakan batas pengeluaran tertinggi yang tidak dapat
dilampaui. Pelaksanaan kegiatan dan penggunaan anggaran pada DIPA yang
mengakibatkan belanja negara, dilakukan melalui pembuatan komitmen.
Komitmen merupakan dasar timbulnya hak tagih kepada negara atas beban DIPA.
Komitmen dapat berupa: penetapan keputusan (surat keputusan, surat perintah, surat
tugas, surat keterangan, atau surat perjalanan dinas) dan kontrak untuk Pengadaan
Barang/Jasa.
7
3) Surat Perintah Kerja (SPK):
a) Jasa konsultasi dengan nilai maksimal 100 juta
b) Barang/jasa lainnya dengan nilai 50 juta sampai dengan 200 juta
c) Pekerjaan konstruksi dengan nilai maksimal 200 juta
4) Surat Perjanjian:
a) Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya dengan nilai pekerjaan
minimal diatas 200 juta
b) Jasa Konsultasi dengan nilai minimal diatas 100 juta
c) Surat Pesanan untuk pengadaan melalui e-purchasing
b. Metode Pemilihan Penyedia Barang/Jasa
Metode pemilihan Penyedia Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya terdiri
atas:
1) E-Purchasing, untuk pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya
yang sudah tercantum dalam katalog elektronik atau Toko Daring.
2) Pengadaan Langsung, untuk pengadaan dengan nilai maksimal 200 juta.
3) Penunjukan Langsung, digunakan dalam keadaan tertentu.
4) Tender Cepat, digunakan dalam hal Pelaku Usaha telah terkualifikasi dalam
Sistem Informasi Kinerja Penyedia untuk pengadaan yang:
a) spesifikasi dan volume pekerjaannya sudah dapat ditentukan secara
rinci; atau
b) dimungkinkan dapat menyebutkan merek.
5) Tender, dipilih jika tidak dapat menggunakan metode pada poin a) sd d).
2. Mekanisme Pembayaran
a. Pembayaran LS
Dapat dilakukan langsung kepada:
1) Para Pegawai
2) Bendahara Pengeluaran
3) Pihak Ketiga
4) Prinsip utama pembayaran dilakukan dengan mekanisme Pembayaran LS
kepada penerima hak pembayaran
8
5) Pembayaran LS digunakan untuk pembayaran kepada aparatur negara,
penyedia, dan/ atau pihak lain.
b. Uang Persediaan
1) Melalui Bendahara Pengeluaran untuk membiayai kegiatan operasional
sehari-hari Satker atau membiayai pengeluaran yang menurut sifat dan
tujuannya tidak mungkin dilakukan melalui mekanisme Pembayaran LS.
2) Nilai maksimal kepada setiap penerima hak adalah sebesar 200 juta,
dikecualikan untuk pembayaran honorarium, perjalanan dinas dan pengadaan
barang/jasa penyedia luar negeri.
3) Dapat dibayarkan secara tunai dan nontunai (internet banking/cash
management dan kartu kredit pemerintah).
3. Penyelesaian Tagihan
a. Belanja Pegawai
1) Uang Makan
a) PPABP melakukan perhitungan Uang Makan dengan data kehadiran
b) Perhitungan diteruskan kepada PPK dan Bendahara untuk disetujui
c) Staf PPK melakukan perekaman SPP Pembayaran Uang Makan
d) PPK melakukan pengujian materiil (kelengkapan, kebenaran data pihak
penerima, kebenaran perhitungan tagihan), validasi, TTE, OTP, dan
mengirim SPP ke PPSPM
e) PPSPM melakukan pengujian formal atas SPP (kelengkapan, ketersediaan
pagu, kebenaran perhitungan, ketepatan BAS), cetak/tayang SPM dan
upload Surat Setoran Pajak (SSP) dan dokumen lainnya sebagai lampiran
SPM
f) Bendahara pengeluaran melakukan TTE SSP
g) PPSPM melakukan validasi, TTE, OTP dan mengirim SPM LS ke KPPN.
2) Uang Lembur
a) PPABP melakukan perhitungan Uang Lembur dengan data kehadiran
b) Perhitungan diteruskan kepada PPK dan Bendahara untuk disetujui
c) Staf PPK melakukan perekaman SPP Pembayaran Uang Lembur
9
d) PPK melakukan pengujian materiil, validasi, TTE, OTP, dan mengirim SPP ke
PPSPM
e) PPSPM melakukan pengujian formal atas SPP dan kelengkapannya,
cetak/tayang SPM dan upload Surat Setoran Pajak (SSP) dan dokumen
lainnya sebagai lampiran SPM
f) Bendahara pengeluaran melakukan TTE SSP
g) PPSPM melakukan validasi, TTE, OTP dan mengirim SPM LS ke KPPN.
b. Belanja Barang
1) Mekanisme UP
a) Staf PPK melakukan perekaman SPBy atas bukti tagihan
b) PPK melakukan validasi SPBy
c) Bendahara pengeluaran melakukan verifikasi SPBy dan bukti tagihan
d) Bendahara pengeluaran melakukan perekaman kuitansi
e) Bendahara pengeluaran melakukan pembayaran ke penerima Hak
f) Bendahara pengeluaran melakukan pungut, setor dan lapor pajak
g) Bendahara pengeluaran melakukan perekaman DRPP
h) Bendahara pengeluaran melakukan pengajuan DRPP ke PPK (jika jumlah
kuitansi telah melebihi 50% dari UP)
i) Staf PPK melakukan perekaman SPP
j) PPK melakukan pengujian materiil, validasi, TTE, OTP dan mengirim SPP ke
PPSPM
k) PPSPM melakukan pengujian formal atas SPP, cetak/tayang SPM, validasi,
TTE, OTP dan mengirimkan SPM ke KPPN
2) Mekanisme LS Bendahara
a) Staf PPK melakukan perekaman SPP
b) PPK melakukan pengujian materiil, validasi, TTE, OTP dan mengirim SPP ke
PPSPM
c) PPSPM melakukan pengujian formal atas SPP dan kelengkapannya,
cetak/tayang SPM dan upload Surat Setoran Pajak (SSP) dan dokumen
lainnya sebagai lampiran SPM
d) Bendahara pengeluaran melakukan TTE SSP
10
e) PPSPM melakukan validasi, TTE, OTP dan mengirimkan SPM ke KPPN
3) Mekanisme LS Pihak Ketiga (Pekerjaan Kontraktual)
a) Staf PPK melakukan perekaman dan pendaftaran kontrak
b) Staf PPK melakukan perekaman BAST/BAPP
c) Staf PPK melakukan perekaman SPP
d) PPK melakukan pengujian materiil, validasi, TTE, OTP, dan mengirim SPP ke
PPSPM
e) PPSPM melakukan pengujian formal atas SPP dan kelengkapannya,
cetak/tayang SPM dan upload SSP, karwas kontrak dan dokumen lainnya
sebagai lampiran SPM
f) Bendahara pengeluaran melakukan TTE SSP
g) PPSPM melakukan validasi, TTE, OTP dan mengirimkan SPM ke KPPN.
c. Belanja Modal
1) Mekanisme UP
a) Staf PPK melakukan perekaman BAST/BAPP atas bukti tagihan
b) Staf PPK melakukan perekaman SPBy
c) PPK melakukan validasi SPBy
d) Bendahara pengeluaran melakukan verifikasi SPBy dan bukti tagihan
e) Bendahara pengeluaran melakukan perekaman kuitansi
f) Bendahara pengeluaran melakukan pembayaran ke penerima Hak
g) Bendahara pengeluaran melakukan pungut, setor dan lapor pajak
h) Bendahara pengeluaran melakukan perekaman DRPP
i) Bendahara pengeluaran melakukan pengajuan DRPP ke PPK (jika jumlah
kuitansi telah melebihi 50% dari UP)
j) Staf PPK melakukan perekaman SPP
k) PPK melakukan pengujian materiil, validasi, TTE, OTP dan mengirim SPP ke
PPSPM
l) PPSPM melakukan pengujian formal atas SPP, cetak/tayang SPM, validasi,
TTE, OTP dan mengirimkan SPM ke KPPN
2) Mekanisme LS Pihak Ketiga (Pekerjaan Kontraktual)
a) Staf PPK melakukan perekaman dan pendaftaran kontrak
11
b) Staf PPK melakukan perekaman BAST/BAPP
c) Staf PPK melakukan perekaman SPP
d) PPK melakukan pengujian materiil, validasi, TTE, OTP, dan mengirim SPP ke
PPSPM
e) PPSPM melakukan pengujian formal atas SPP dan kelengkapannya,
cetak/tayang SPM dan upload SSP, karwas kontrak dan dokumen lainnya
sebagai lampiran SPM
f) Bendahara pengeluaran melakukan TTE SSP
g) PPSPM melakukan validasi, TTE, OTP dan mengirimkan SPM ke KPPN.
12
BAB II
STRUKTUR, KEBIJAKAN DAN PRINSIP PENGELOLAAN ANGGARAN
1. Kantor Wilayah
a. Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) dijabat oleh Kepala Kantor Wilayah Ditjen
Perbendaharaan dan bersifat ex-officio.
b. Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) dijabat oleh Kepala Bagian Umum.
c. Pejabat Pengadaan merupakan kepala Subbagian Tata Usaha dan Rumah Tangga
d. Pejabat Penandatangan SPM (PPSPM) dijabat oleh Kepala Subbagian Keuangan.
e. Bendahara Pengeluaran dijabat oleh jabatan fungsional bendahara. Dalam hal
tidak terdapat pejabat fungsional, maka ditunjuk pegawai yang memiliki sertifikat
bendahara. Jika tidak terdapat pegawai yang memiliki sertifikat bendahara, maka:
1) Ditunjuk pegawai yang memenuhi persyaratan pangkat dan golongan sebagai
Bendahara Pengeluaran;
2) Pengangkatannya disertai surat pernyataan dari KPA; dan
3) Pegawai yang bersangkutan segera diajukan untukmengikuti sertifikasi
bendahara pengeluaran.
Secara singkat dapat disampaikan bahwa sebagai seorang manajer keuangan pada
tingkat Satker, seorang KPA diberikan kewenangan untuk mengelola keuangan pada
tingkat Satker dengan berpedoman pada peraturan yang berlaku. Bagi KPA satker lingkup
Ditjen mempunyai kewajiban untuk :
1. Memahami detil setiap kegiatan yang telah dialokasikan dalam POK.
2. Melakukan koordinasi rencana kegiatan tersebut dengan masing-masing Bidang pada
Kanwil dan masing-masing Seksi/Subbagian pada KPPN.
14
3. Atas kegiatan yang merupakan penugasan namun belum dialokasikan anggarannya,
maka KPA agar melalukan langkah-langkah efisiensi dan refocusing atas anggaran yang
berpotensi tidak terserap.
Sebagai seorang manajer, KPA dibantu oleh PPK dalam hal membuat tindakan yang
mengakibatkan pengeluaran negara dan di sisi lain menunjuk PPSPM dalam menguji
tagihan atas beban APBN. Dengan kata lain, PPK dan PPSPM menerima delegasi
wewenang dari KPA terkait pengelolaan keuangan Satker. Sedangkan Kepala Satker
mengangkat Bendahara Penerimaan dan/atau Pengeluaran dalam rangka melaksanakan
APBN.
16
c. Pembayaran uang harian perjalanan dinas dalam negeri (akun 524111, 524113)
dibayarkan maksimal sebesar 80% dari SBM, kecuali untuk pesera dari K/L lain
dan/atau pihak lain dan dalam rangka mutasi serta bantuan evakuasi non lokal.
d. Pengadaan bahan seminar kit dilakukan secara sederhana dan selektif serta
dibatasi hanya untuk masyarakat/publik.
e. Meminimalisasi pencetakan dokumen/media cetak (laporan, buletin, majalah,
bahan ajar dan sejenisnya) secara fisik, dan melakukan peralihan ke dalam media
digital, kecuali apabila menurut ketentuan peraturan perundang-undangan
diharuskan untuk dicetak secara fisik.
f. Pembangunan rumah dinas/rumah jabatan baru harus dilakukan secara ketat dan
selektif dengan prioritas lokasi dibangun di luar Pulau Jawa/remote area.
g. Anggaran untuk pembayaran honorarium satpam, petugas kebersihan dan
pramubakti dilakukan sesuai kondisi existing.
Pengaturan BAS lebih lanjut diatur antara lain pada PMK No.214/PMK.05/2013 tentang
Bagan Akun Standar dan Keputusan Dirjen Perbendaharaan Nomor KEP-331/PB/2021
tentang Kodefikasi Segmen Akun Pada Bagan Akun Standar yang telah dimutakhirkan.
17
mencapai hasil dan sasaran dengan kualitas yang maksimum serta memberikan
manfaat yang sebesar-besarnya.
2. Transparan dan terbuka, berarti semua ketentuan dan informasi mengenai
Pengadaan Barang/Jasa bersifat jelas dan dapat diketahui secara luas oleh Penyedia
Barang/Jasa yang berminat serta dapat diikuti oleh semua Penyedia Barang/Jasa yang
memenuhi persyaratan/kriteria tertentu berdasarkan ketentuan dan prosedur yang
jelas.
3. Disiplin, berarti pengelolaan anggaran harus dilakukan secara tepat waktu, tepat
jumlah, tepat sasaran dan taat aturan. Hal tersebut tercermin dari indikator
perencanaan, pengalokasian, pelaksanaan, dan pertanggungjawaban atas kegiatan
selama proses pengelolaan anggaran berjalan.
4. Adil/tidak diskriminatif, berarti memberikan perlakuan yang sama bagi semua calon
Penyedia Barang/Jasa dan tidak mengarah untuk memberi keuntungan kepada pihak
tertentu, dengan tetap memperhatikan kepentingan nasional.
18
BAB III
PEJABAT PERBENDAHARAAN
1. Wewenang KPA
Kuasa Pengguna Anggaran adalah pejabat yang memperoleh kuasa dari PA untuk
melaksanakan sebagian kewenangan dan tanggung jawab penggunaan anggaran pada
Kementerian Negara/ Lembaga yang bersangkutan.
19
g. KPA agar mengharmonisasi dan mengidentifikasi pos-pos anggaran yang
berpotensi tidak terserap secara optimal untuk dilakukan optimalisasi atau
refocusing anggaran guna mendukung kegiatan strategis serta tugas fungsi
organisasi.
h. KPA agar melakukan pengawasan dan monitoring secara periodik atas
pengelolaan dan pelaksanaan anggaran.
3. Kompetensi dan Hal Penting yang Harus Diperhatikan oleh KPA
a. Meningkatkan Pemahaman tentang:
1) DIPA dan POK satker
2) Akun belanja (Bagan Akun Standar) dan pembebanannya (UP dan LS)
3) Akun perpajakan dan pengenaan pajak
4) Standar Biaya Masukan (SBM)
5) Tugas dan wewenang KPA pada peraturan pengelolaan keuangan Satker
Pengelola APBN
6) Jangka waktu pengujian SPP, penerbitan SPM, sampai pengajuan ke KPPN
7) Prosedur pengujian SPP
8) Prosedur pengujian kebenaran, kelengkapan, dan keabsahan dokumen
pendukung SPP
9) Prosedur penerbitan SPM
10) Kelengkapan penyampaian SPM ke KPPN
b. Menjalin Komunikasi dan Koordinasi:
1) Melakukan koordinasi dengan KPPN, Kanwil DJPb, dan unit terkait pada
Kementerian Keuangan apabila menemukan permasalahan atau kendala yang
tidak dapat diselesaikan di satker.
2) Melakukan Komunikasi dengan Stakeholder luar sesuai kebutuhan
penugasan.
c. Penggunaan Aplikasi:
1) Memahami dan mampu mengoperasikan Aplikasi SPAN, SAKTI, OMSPAN,
MonSAKTI.
20
2) Dilarang memberikan username dan password ke orang lain, kelalaian
penggunaan atas hak akses tersebut merupakan tanggung jawab pemilik
username dan password aplikasi.
21
PPK bertanggung jawab atas:
a. Kebenaran materiil dan akibat dari penggunaan bukti hak tagih.
b. Kebenaran Data Supplier dan data kontrak.
c. Kesesuaian barang/jasa dengan spesifikasi teknis.
d. Penyelesaian pengujian tagihan dan penerbitan SPP tepat waktu.
e. Kepastian dan keakuratan laporan progres:
1) Spesifikasi seluruh item pekerjaan yang terpasang sesuai dengan kontrak di
antaranya terkait dengan merek dan tipe;
2) volume item pekerjaan yang terpasang dan berfungsi pada laporan progres
telah sesuai dengan realisasi di lapangan;
3) item pekerjaan yang dilaporkan progresnya 100% telah mencapai
keberfungsian.
22
7) keputusan terkait pemberian kesempatan dilakukan dengan
mempertimbangkan hasil rapat bersama.
g. Dokumen-dokumen terkait dengan pelaksanaan kontrak telah seluruhnya
dilengkapi, divalidasi, dan ditandatangani oleh Pelaksana Konstruksi, Konsultan
Pengawas, dan Konsultan Perencana Teknis. Dokumen tersebut misalnya notula
rapat pembahasan Contract Change Order, Laporan Progres
Harian/Mingguan/Bulanan, dan Material Aproval.
23
c. PPK wajib menjalankan tugas sesuai kewenangannya serta menjalankan
penugasan yang diamanatkan organisasi.
d. Kepala Bagian Umum selaku PPK berkewajiban melakukan koordinasi,
harmonisasi dan pemantauan terhadap kinerja anggaran satuan kerja di wilayah
kerjanya.
e. PPK wajib membuat kertas kerja dalam menyusun HPS.
f. PPK berhak menolak arahan KPA yang bertentangan dengan ketentuan berlaku.
g. PPK wajib melakukan pertanggungjawaban lembur yang memadai menggunakan
surat perintah kerja lembur dengan output yang jelas dan bisa diukur.
h. Dalam melaksanakan kegiatan terkait pengadaan barang dan jasa, PPK agar
melakukan secara selektif dan mencegah terjadinya konflik kepentingan.
i. PPK wajib mengawasi pelaksanaan pekerjaan pihak ketiga yang menjadi tanggung
jawabnya.
j. Memberikan upaya aktif dalam koordinasi terkait revisi anggaran baik level wilay
ah maupun kantor pusat.
24
c. Memastikan bahwa pengadaan barang/jasa dilakukan dengan penuh integritas,
bebas dari praktek korupsi, kolusi, dan nepotisme, serta menjaga agar proses
pengadaan berlangsung secara adil dan terbuka.
Tanggung jawab yang dimiliki oleh Pejabat Pengadaan Barang/Jasa sebagai berikut:
a. Memastikan pengadaan barang/jasa dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan
yang berlaku.
b. Mengawasi proses pengadaan barang/jasa untuk memastikan transparansi dan
akuntabilitas.
c. Memastikan pelaksanaan pengadaan barang/jasa berjalan efisien dan efektif.
25
b. Membebankan tagihan pada akun yang telah ditentukan, menerbitkan SPM atau
dokumen serupa, dan memantau pagu anggaran, realisasi belanja, serta
penggunaan UP/TUP.
c. Memperhitungkan kewajiban penerima hak tagihan, menerbitkan dan
menyampaikan SPM ke KPPN, menyampaikan laporan pengujian dan perintah
pembayaran kepada KPA secara berkala, serta melaksanakan tugas dan
wewenang lain terkait pengujian dan perintah pembayaran.
PPSPM bertanggung jawab terhadap:
a. kebenaran administrasi, kelengkapan administrasi, dan keabsahan administrasi
dokumen hak tagih yang menjadi dasar penerbitan SPM.
b. kebenaran dan keabsahan atas SPM.
c. akibat yang timbul dari pengujian SPP dan/atau penerbitan SPM.
d. ketepatan waktu penerbitan SPM dan penyampaian SPM kepada KPPN.
2. Kebijakan Organisasi Terkait PPSPM
a. PPSPM pada Kantor Wilayah Ditjen Perbendaharaan dijabat oleh Kepala
Subbagian Keuangan sedangkan pada KPPN dijabat oleh Kepala Subbagian
Umum.
b. PPSPM wajib menjalankan tugas sesuai kewenangannya serta menjalankan
penugasan yang diamanatkan organisasi dengan sebaik-baiknya.
c. PPSPM berhak menolak/mengembalikan berkas SPP apabila tidak sesuai dengan
ketentuan yang berlaku atau tidak lengkap.
d. PPSPM wajib melakukan tanda tangan dan approval sendiri dan tidak boleh
dilakukan oleh orang lain atau diwakilkan.
e. PPSPM wajib melakukan tertib administrasi atas dokumen-dokumen yang
diajukan melalui aplikasi SAKTI dan segera melakukan perbaikan atas SPM yang
tertolak.
26
E. Tugas dan Wewenang Bendahara Pengeluaran
1. Wewenang Bendahara Pengeluaran
Bendahara Pengeluaran memiliki tugas menerima, menyimpan, membayarkan,
menatausahakan, dan mempertanggungjawabkan uang untuk keperluan belanja
negara dalam pelaksanaan APBN pada kantor/ Satker Kementerian Negara/ Lembaga.
F. Catatan Tambahan
1. PPK, Pejabat Pengadaan, Bendahara, dan pejabat pengelola keuangan lainnya agar
lebih cermat dalam memperhatikan ketentuan penyediaan konsumsi rapat,
penyusunan HPS, serta menghindari pemecahan paket pengadaan dengan tujuan agar
tidak dilakukan lelang/tender.
2. Pengeluaran yang dibiayai dari APBN harus dapat dipertanggungjawabkan secara
transparan dan akuntabel sesuai dengan peruntukannya (contoh: pembayaran untuk
EO sebesar Rp19 juta maka pembayaran yang diberikan kepada EO harus sebesar
Rp19 juta).
3. Pemeliharaan Gedung dan Honor PPNPN
Menunjuk Keputusan Direktur Jenderal Perbendaharaan No. KEP-331/PB/ 2021
tentang Kodefikasi Segmen pada Bagian Akun Standar disampaikan hal-hal yang
berkaitan dengan belanja pemeliharaan gedung dan bangunan serta pembayaran
honor PPNPN sebagai berikut:
a. Belanja Pemeliharaan Gedung dan Bangunan (Akun 523111) digunakan untuk
mencatat:
1) Pengeluaran pemeliharaan/perbaikan yang dilaksanakan sesuai dengan
Standar Biaya Umum dalam rangka mempertahankan gedung dan bangunan
kantor dengan tingkat kerusakan kurang dari atau sampai dengan 2%; dan
28
2) Pemeliharaan/perawatan halaman/taman gedung/kantor agar berada dalam
kondisi normal dan tidak memenuhi syarat kapitalisasi asset tetap gedung dan
bangunan.
4. Pembayaran honor PPNPN menggunakan akun 521111 – Belanja Keperluan
Perkantoran. Akun 521111 digunakan untuk membiayai keperluan sehari-hari
perkantoran yang menunjang secara langsung menunjang kegiatan operasional,
tetapi tidak menghasilkan barang persediaan.
5. Konsumsi Rapat
Berdasarkan PMK Nomor 83/PMK.02/2022 tentang Standar Biaya Masukan T.A. 2023
menyatakan bahwa
a. konsumsi rapat berupa makan dan kudapan termasuk minuman dapat diberikan
jika melibatkan unit eselon I lainnya/kementrian negara/lembaga lainnya/instansi
pemerintah/pihak lain; atau
b. konsumsi rapat berupa kudapan termasuk minuman dapat diberikan jika
melibatkan satker/eselon II lainnya/setara; dan
c. rapat dilaksanakan secara langsung (on-site) paling singkat selama 2 (dua) jam.
29
BAB IV
TATA KELOLA PELAKSANAAN ANGGARAN
30
SPP dengan DIPA/POK/RKA, kebenaran formal bukti yang menjadi persyaratan,
kebenaran perhitungan tagihan serta kewajiban bidang perpajakan, kesesuaian
prestasi pekerjaan dengan ketentuan pembayaran dalam kontrak.
3. Jika hasil pengujian SPP beserta kelengkapannya tidak memenuhi ketentuan, PPSPM
menolak SPP.
4. Jika semuanya telah sesuai, PPSPM memberikan persetujuan untuk menerbitkan
Surat Perintah Membayar (SPM).
H. Perpajakan
Bendahara pengeluaran memiliki kewajiban untuk:
A. Memungut/memotong pajak sesuai aturan perpajakan yang berlaku.
B. Menyetor/membayarkan pajak yang telah dipungut secara tepat waktu sesuai
aturan perpajakan yang berlaku.
C. Melaporkan SPT masa secara rutin dan tepat waktu melalui aplikasi e-Bupot di
djponline.pajak.go.id.
31
2 PPh Pasal 22 yang Pada hari yang sama dengan Paling lama 14 hari
dipungut KPA atau pelaksanaan pembayaran setelah Masa
PPSPM sebagai kepada PKP rekanan Pajak berakhir
Pemungut PPh Pasal pemerintah melalui KPPN
22
3 PPh Pasal 22 yang Paling lama 7 hari setelah Paling lama 14 hari
dipungut Bendahara tanggal pelaksanaan setelah Masa
Pengeluaran pembayaran Pajak berakhir
4 PPh Pasal 4 ayat (2) Paling lama tanggal 10 Paling lama 20 hari
(sepuluh) bulan berikutnya setelah Masa
setelah Masa Pajak Pajak berakhir
berakhir
5 PPN atau PPN dan Pada hari yang sama dengan Paling lama akhir
PPnBM yang dipungut pelaksanaan pembayaran bulan berikutnya
PPSPM sebagai kepada PKP rekanan setelah Masa
Pemungut PPN pemerintah melalui KPPN Pajak berakhir.
6 PPN atau PPN dan Paling lama 7 hari setelah Paling lama akhir
PPnBM yang tanggal pelaksanaan bulan berikutnya
dipungut Bendahara pembayaran kepada PKP setelah Masa
Pengeluaran Rekanan Pemerintah Pajak berakhir
melalui
KPPN
7 PPh Pasal 23 Paling lama tanggal 10 bulan Paling lama 20 hari
berikutnya setelah Masa setelah Masa
Pajak berakhir Pajak berakhir
32
BAB V
PENGENDALIAN INTERNAL
Ditjen Perbendaharaan telah menerapkan Sistem Pengendalian Internal Tiga Lini meliputi:
A. Lini Satu
1. Pejabat Perbendaharaan (KPA, PPK, PPSPM, Bendahara, dan PBJ) merupakan bagian
dari Lini Satu.
2. Pejabat perbendaharaan menerapkan Standard Operating Procedure (SOP) dan
mengikuti ketentuan yang telah ditetapkan dalam tiap siklus anggaran.
3. Pejabat Perbendaharaan melakukan identifikasi dan analisis atas risiko (termasuk
risiko fraud) dalam tiap siklus anggaran, serta menuangkannya dalam matriks risiko
dan pengendalian.
4. Pejabat Perbendaharaan menindaklanjuti perbaikan atas masukan dan rekomendasi
yang disampaikan oleh Lini Kedua dan Lini Ketiga.
Dengan melakukan hal-hal antara lain:
1. Mengoptimalkan pemantauan pengendalian interna secara bulanan.
2. Pejabat pengadaan agar Menyusun HPS khusunya untuk pengadaan di atas Rp10 juta.
3. Pejabat perbendaharaan agar melakukan pembayaran sesuai dengan SBM.
4. Pejabat perbendaharaan agar memastikan bahwa pembebanan kegiatan berkaitan
dengan kepentingan dinas.
5. Melakukan pemantauan pada Batasan belanja birokrasi dan kewajiban perpajakan
yang harus disetor.
6. Menjaga integritas dan senantiasa memberikan keteladanan dalam pelaksanaan tugas
dan fungsi penggunaan anggaran dan barang milik negara sesuai ketentuan.
B. Lini Kedua
1. Mengevaluasi matriks risiko dan pengendalian (RCM) yang disampaikan oleh Lini Satu.
2. Mengembangkan perangkat pemantauan dan melakukan pemantauan dan evaluasi
atas penerapan Sistem Pengendalian Intern oleh Lini Satu dalam siklus anggaran.
3. Melakukan pengujian kepatuhan atas penerapan Standard Operating Procedure (SOP)
dalam siklus anggaran.
33
4. Mengusulkan perbaikan Sistem Pengendalian Intern berdasarkan hasil pemantauan
dan pengujian yang telah dilaksanakan kepada Lini Satu.
C. Lini Ketiga
Aparat Pemeriksa Internal Pemerintah/Inspektorat Jenderal melakukan kegiatan asurans
yang independen dan objektif serta kegiatan konsultasi atas kecukupan rancangan dan
efektivitas Sistem Pengendalian Internal.
34
BAB VI
PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN ANGGARAN
Pelaksanaan Anggaran saat ini mengacu pada PMK Nomor 62 Tahun 2023 tentang
Perencanaan, Penganggaran, Pelaksanaan, dan Pertanggungjawaban. Adapun dari sisi
pertanggungjawabannya dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu:
35
1. Satuan kerja agar melakukan pencatatan aset yang ada dan melakukan pembaruan
kondisi pada aplikasi SIMKA agar mencerminkan kondisi sebenarnya.
2. Satuan kerja agar melakukan sinkronisasi usulan RKBMN dan Usulan penghapusan
barang.
3. Melakukan penghapusan atas barang dan aset termasuk arsip yang memang
selayaknya harus dihapuskan.
4. Melakukan pemeliharaan secara efektif untuk meminimalkan aset menjadi rusak
berat.
Lebih detail terkait dengan isu strategis dalam pengelolaan BMN yang perlu diperhatikan oleh
Pejabat Perbendaharaan di antaranya:
1. Transformasi perencanaan dan pemenuhan kebutuhan BMN yang semula bersifat bottom
up menjadi top down, karena dengan adanya SIMKA roadmap kebutuhan kantor vertikal
dapat terpantau oleh pusat sehingga pemenuhannya dapat diberikan tanpa harus diminta.
2. Berkaitan dengan hal tersebut, hal-hal yang harus diperhatikan:
a. Data SIMKA harus dijaga validitas dan pembaruan datanya.
b. Analisis tingkat kerusakan rumah dan bangunan harus dimintakan kepada PU setempat
dan di-update dengan masa kadaluarsa 3 tahun.
c. Output rekomendasi layak hapus pada aplikasi SIMKA harus dilakukan agar tercipta
peremajaan dan penggantian sarpras secara merata dan terjadwal.
d. RKBMN disusun berdasarkan output dan roadmap data SIMKA.
36
dengan bekerjasma kepada unit eselon I/ K/L tingkat wilayah ataupun Pemprov (alih
guna/alih status/hibah).
e. penajaman validitas data aset kantor vertikal di wilayahnya, bukan hanya sekedar
meneruskan nota dinas usulan, tetapi juga harus menguji kewajaran dan kesesuaian
dengan kondisi aktual di lapangan.
4. Pemenuhan kebutuhan tempat tinggal yang layak bagi para pegawai. Hal-hal yang harus
dilakukan sebagai berikut:
a. memetakan kemungkinan penyediaan tidak sebatas dengan runeg, melainkan bisa
dengan mengoptimalkan bangunan eks. pemekaran (eks. KASIPA/KBN dll) sebagai mess
pegawai.
b. penyediaan rumah negara (runeg) dengan sharing antara pegawai yang belum menikah
atau tidak membawa keluarga.
c. manfaatkan fasilitas reutilisasi fungsi BMN bekas pakai untuk mengisi rumah negara
golongan II.
d. lakukan pemeliharaan runeg secara rutin dengan batasan perawatan yang bersifat
minor menjadi tanggung jawab penghuni.
5. Kreatif dan inovatif dalam penataan layout kantor dan penyediaan fasilitas penunjang.
a. Benchmarking penataan dan estetika layout kepada kantor lain yang sudah
mengimplementasikan Intress, seperti (Wates/Pati/Tangerang) ataupun swasta.
b. Penyesuaian jenis dan luas ruangan berdasarkan standard SE-46 agar beberapa ruang
tidak terlalu luas dan terkesan kosong.
c. Optimalkan sisa ruang tidak terpakai untuk dilakukan pemanfaatan PNBP atau
digunakan sebagai ruang fasilitas penunjang lainnya.
d. Lakukan penyediaan sarana olah raga dan tempat ibadah yang belum ada.
e. Agar fasilitas sarana olah raga dan tempat ibadah terpelihara dengan baik maka,
pemeliharaan dilakukan tidak berdasarkan suka/tidak suka melainkan kebutuhan,
benchmarking kelayakan standard dengan kantor lain serta agendakan kegiatan rutin
agar terbentuk rasa memiliki dan kepedulian untuk merawat.
37
C. Security Awareness
Pejabat Perbendaharaan agar memperhatikan security awareness terkait penggunaan
aplikasi yang meliputi:
1. Pemahaman penggunaan menu pada Aplikasi SPAN, SAKTI, OMSPAN, MonSAKTI
sesuai fungsinya dan kewenangannya.
2. Dilarang memberikan username dan password ke orang lain, kelalaian penggunaan
atas hak akses tersebut merupakan tanggung jawab pemilik username dan password
aplikasi.
3. Memastikan untuk melakukan logout pada aplikasi yang digunakan ketika tidak
menggunakan lagi aplikasi tersebut.
4. Memastikan penggunaan jaringan internet yang aman sehingga menghindari potensi
peretasan, salah satunya dengan tidak menggunakan free wifi.
38
Daftar Pustaka
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 262/PMK.01/2016 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Perbendaharaan
Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 62 Tahun 2023 Tentang Perencanaan Anggaran,
Pelaksanaan Anggaran, Serta Akuntansi Dan Pelaporan Keuangan
Surat Edaran Menteri Keuangan mengenai Standar Struktur Biaya di Lingkungan Kementerian
Keuangan
39