Disusun Oleh :
TAHUN 2023
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL
UNIVERSITAS ISKANDAR MUDA
BANDA ACEH
PENDAHULUAN
Ternyata air, udara atau jenis fluida lain yang selama ini kita kenal ternyata
memilki gerak yang dianalisis. fluida tidak mngalir secara serampangan. bahkan fluida
trnyata memiliki keteraturan dalam aliran walaupun membentuk aliran turbulen atau
vorteks sekalipun. Sebuah elemen fluida kecil berbentuk kubus yang semula berada
dalam posisi tertentu akan bergerak ke posisi lainnya selama suatu interval waktu
tertentu jga. karena adanya variasi kecepatan yang cukup rumit, maka alirannya dapat
disederhanakan dan diperkirakan tidak hanya bertranslasi terhadap dari satu posisi,
tetapi juga mengalami perubahan volume( deformasi linear), berotasi dan juga
mengalami deformasi angular.
Dan untuk bisa memahami kinematik alirannya maka kita harus meninjau
kembali medan kecepatan dan percepatan. Dalam penggambaran medan kecepatan dan
percepatannya yaitu
Dalam fisika, kinematika adalah cabang dari mekanika klasik yang membahas
gerak benda dan sistem benda tanpa mempersoalkan gaya penyebab gerakan.[1][2][3] Kata
kinematika dicetuskan oleh fisikawan Perancis A.M. Ampère cinématique[4] yang ia
ambil dari Yunani Kuno κίνημα, kinema (gerak), diturunkan dari κινεῖν, kinein.[5] [6] Hal
terakhir ini berbeda dari dinamika atau sering disebut dengan Kinetika, yang
mempersoalkan gaya yang memengaruhi gerakan. Studi mengenai kinematika biasa
disebut juga sebagai geometri gerak.[7]
Kinematika dari benda bergerak
dengan xP, yP, dan zP adalah koordinat Kartesian dan i, j dan k adalah unit vektor yang
mengikuti sumbu x, y, dan z. Besar dari vektor posisi |P| adalah jarak antara titik P
dengan titik acuan, dapat dituliskan sebagai:
Trajektori dari sebuah partikel adalah fungsi vektor terhadap waktu, P(t), yang
mendefinisikan kurva yang dibentuk dari partikel yang bergerak, yang akan
memberikan persamaan
Kecepatan sebuah partikel adalah vektor yang menunjukkan arah dan besar dari
perubahan posisi vektor, bagaimana posisi sebuah benda berpindah tiap waktu. Anggap
rasio perbedaan 2 posisi partikel dibagi dalam interval waktu sama, maka kecepatan
rata-rata pada interval tersebut adalah
Ketika limit ketika interval waktu Δt menjadi semakin kecil, maka kecepatan rata-rata
menjadi turunan waktu dari posisi vektor:
Kelajuan dari suatu objek adalah besar |V| dari suatu kecepatan. Kelajuan merupakan
besaran skalar:
dengan s adalah panjang jalur lintasan total yang ditempuh partikel. Kelajuan adalah
besaran yang selalu bernilai positif.
Gerak Relatif
Gerakan Koordinat
Salah satu persamaan dasar dalam kinematika adalah persamaan yang menggambarkan
tentang turunan dari sebuah vektor yang berada dalam suatu sumbu koordinat bergerak.
Yaitu : turunan terhadap waktu dari sebuah vektor relatif terhadap suatu koordinat
diam, sama dengan turunan terhadap waktu vektor tersebut relatif terhadap koordinat
bergerak ditambah dengan hasil perkalian silang dari kecepatan sudut koordinat
bergerak dengan vektor itu. Dalam bentuk persamaan :
dimana :
Sistem Koordinat
Sistem Koordinat Diam
Pada sistem koordinat ini, sebuah vektor digambarkan sebagai suatu penjumlahan dari
vektor satuan pada arah , adalah sebuah vektor satuan pada arah , dan adalah
sebuah vektor satuan pada arah .
Vektor posisi (atau ), vektor kecepatan dan vektor percepatan , dalam sistem
koordinat Cartesian digambarkan sebagai berikut :
catatan : ,
Sistem Koordinat Bergerak 2 Dimensi
Sistem koordinat ini hanya menggambarkan gerak bidang yang berbasis pada 3 vektor
satuan orthogonal yaitu vektor satuan , dan vektor satuan sebagai sebuah bidang
dimana suatu obyek benda berputar terletak/berada, dan sebagai sumbu putarnya.
Berbeda dengan sistem koordinat Cartesian di atas, dimana segala sesuatunya diukur
relatif terhadap datum yang tetap dan diam tak berputar, datum dari koordinat-koordinat
ini dapat berputar dan berpindah - mengikuti gerakan dari benda atau partikel pada
suatu benda yang diamati. Hubungan antara koordinat diam dan koordinat berputar dan
bergerak ini dapat dilihat lebih rinci pada Transformasi Orthogonal.
Garis arus (streamline) adalah kurva khayal yang ditarik di dalam aliran zat cair
untuk menunjukkan arah gerak di berbagai titik dalam aliran dengan
mengabaikan fluktuasi sekunder yang terjadi akibat turbulensi. Partikel-partikel
zat cair pada pergerakannya akan bergerak melalui suatu garis lintasan (path line)
tertentu.
A(t1)
(x,y,z)
A(to)
(a,b,c)
Gambar 5.1. Lintasan gerak partikel zat cair
Koordinat partikel A(x,y,z) pada waktu t1, adalah tergantung pada
koordinat awalnya (a,b,c) pada waktu to. Oleh karena garis lintasan sulit
diGambarkan untuk masing-masing partikel, maka untuk menggambarkan
gerakan fluida dikenalkan suatu karakteristik aliran yaitu kecepatan (v) dan
tekanan (p).
Garis singgung yang dibuat di sembarang titik pada lintasan partikel
menunjukkan arah arus dan kecepatan partikel zat cair tersebut.
Arah
arus
Garis arus tidak akan saling berpotongan atau bertemu. Apabila sejumlah arus
ditarik melalui setiap titik di sekeliling suatu luasan kecil maka akan terbentuk
suatu tabung arus (streamtubes). Oleh karena tidak ada aliran yang memotong
garis arus, maka zat cair tidak akan keluar melalui diding tabung. Aliran hanya
akan masuk dan keluar melalui kedua ujung tabung arus. Gambar 5.3
menunjukkan suatu tabung arus.
Garis arus
A
B
Gambar 5.4. Aliran melalui curat
Apabila tinggi muka air dari sumbu curat adalah tetap, maka aliran melalui curat
akan permanen dan kecepatan pada suatu titik adalah tetap terhadap waktu.
Tetapi karena adanya pengecilan tampang curat, maka aliran disepanjang
curat akan dipercepat. Perubahan kecepatan karena adanya perubahan tampang
aliran disebut dengan percepatan konveksi. Apabila tinggi muka air berubah
(bertambah atau berkurang) maka kecepatan aliran di suatu titik dalam curat
akan berubah dengan waktu, yang berarti aliran di titik tersebut mengalami
percepatan. Percepatan ini disebut dengan percepatan lokal yang terjadi
karena adanya perubahan aliran menurut waktu. Dengan demikian apabila
permukaan zat cair selalu berubah maka aliran di dalam curat akan mengalami
percepatan konveksi dan lokal. Gabungan dari kedua percepatan tersebut
dikenal dengan percepatan total, dan aliran yang terjadi merupakan aliran tak
mantap.
Perhatikan Gambar 5.5 yang menunjukan lintasan dari gerak partikel zat
cair. Partikel tersebut bergerak dar titik O sampai ke titik P. Panjang lintasan
OP adalah ds. Di titik O kecepatan partikel adalah V dan di titik P
kecepatannya
menjadi V+dV. Selama gerak tersebut kecepatan partikel tidak tetap, tetapi
berubah dengan waktu dan ruang.
V+dV
ds
V = V (t, s) (5.1)
Parcepatan partikel selam gerak tersebut adalah :
dV
a=
dt
∂V ∂V
dV = dt + ds
∂t ∂s
Subtansi persamaan (5.3) ke dalam persamaan (5.2) dan karena v = ds/dt maka di dapat:
dasd
dV ∂V ∂V
a= = +V
dt ∂t ∂s
Dimana dV/dt merupakan percepatan total yang terdiri dari percepatan lokal
Persamaan Kontinuitas
dA 2
V ρ1
. 1
Volume zat cair yang masuk melalui tampang 1 tiap satuan waktu adalah
V1dA1, dan volume zat cair yang keluar dari tampang 2 tiap satuan waktu adalah
V2 dA2. Oleh karena tidak ada zat cair yang hilang di dalam tabung aliran, maka:
V1.A1=V2.A2
Atau
Q = A.V = tetap
Dimana:
2
A = luas penampang (m )
Persamaan (5.7) dikenal dengan persamaan kontinuitas untuk zat cair tak mampu
mampat.
Pada pipa bercabang (Gambar 5.7), maka debit aliran yang menuju titik cabang
harus sama dengan debit aliran yang meninggalkan titik tersebut.
2
1 Q2V2
Q1, V1
A1
Q 3 , V3
A3
Gambar 5.7. Persamaan kontinuitas pada pipa bercabang
Maka berlaku:
Q1 = Q2 + Q3 (5.8)
Atau:
Biasanya debit aliran menuju titik cabang diberi tanda positif dan yang
meninggalkan diberi tanda negatif, sehingga jumlah aliran pada percabangan
adalah nol.
ΣQ=0 (5.10)
Perlatihan
v1 = 1 m/det D2 = 100 cm
D1 = 50 cm v2 ?
Penyelesaian
D1 = 50 cm = 0,5 m
V1 = 1 m/det
Q1 = A1.v1
= 0,1963.1
3
= 0,1963 m /det
D2 = 100 cm = 1 m
A2 =1/4. π. 12 = 2
0,7854 m
Persamaan kontinuitas
: Q 1 = Q2
0,1963 = v2.A2
V2 = 0,1963
0,7854
= 0,25 m/det
3 v3 = 1,5 m/det
1
D1= 0,05 m 2
D2 = 0,075 m
4
v2 = 2 m/det
Q4 = 0,5 Q3
D4 = 0,03 m
Hitunglah : Q1, v1, Q2, D3 dan v4.
Penyelesaian
Q2 = A2.v2
2 3
= ¼. .π.0,075 .2 = 0,008836 m /det = 8,836 l/det.
Q1 = Q2 = 8,836 l/det
−3
v1 = 8,836.10 = 4,5 m/det
1/4 2
π .0,05
Q2 = Q3 + Q4
= Q3 + 0,5 Q3
= 1,5 Q3
Q3 = Q = 0,008836 = 0,00589 m3/ det
1,5 1,5
Q3
A3 =
V3
0,00589
=
1,5
2
= 0,003927 m
D3 = A3 = 4.0,003927
π
1/4. π
= 0,071 m
Q4= A4.V4
½.V3.A3=A4.V4
REFERENSI