Anda di halaman 1dari 22

Bab V.

Kinematika Zat Cair

5.1. Pendahuluan.

Kinematika aliran mempelajari gerak partikel zat cair tanpa meninjau gaya yang
menyebabkan gerak tersebut. Dalam hal ini dipelajari kecepatan setiap titik dalam
medan aliran dalam setiap saat. Dalam aliran zat cair gerak partikel sulit diikuti, oleh
karena itu biasanya ditentukan kecepatan pada suatu titik sebagai fungsi waktu.
Setelah kecepatan didapat sebagai fungsi waktu → v = f(t) , maka dapat diketahui
distribusi tekanan dan gaya yang bekerja.

Konsep aliran fluida / zat cair dideskripsikan dari gerakan, aliran dan klasifikasi
temporal dan spatial dari fluida. Sedangkan metoda analisis dengan Lagrangian dan
Eulerian (metoda Lagrang dan metoda Euler).
Dua cara untuk menjelaskan gerak fluida
Lagrangian (metoda Lagrang)
Mengikuti partikel bergerak
Eularian (metoda Euler)
Melihat fluida melewati titik atau seluruh medan tertentu
Pola aliran
Garis arus (streamlines) – kecepatan menyinggung garis aliran

dx dy dz
V i j k
dt dt dt

V  ui  vj  wk

Gambar 5.1. Pola Aliran

5.2. Macam Aliran

Aliran fluida / zat cair dapat diklasifikasikan sebagai berikut :


1. Aliran invisid dan viskos
2. Aliran kompresibel dan tak kompresibel
3. Aliran laminer dan turbulen
4. Aliran mantap (steady flow) dan tak mantap (unsteady flow)
5. Aliran seragam dan tak seragam
6. Aliran satu, dua dan tiga dimensi
7. Aliran rotasional dan tak rotasional.
5.2.1. Aliran invisid dan viskos

Aliran invisid adalah aliran dimana kekentalan zat cair dianggap nol (zat cair ideal).
Sebenarnya zat cair dengan kekentalan nol tidak ada namun anggapan ini akan sangat
berguna dalam menyederhanakan analisis yang sangat komplek dalam hidrolika.
Karena zat cair tidak mempunyai kekentalan maka tidak ada gesekan antara dinding
dengan zat cair maupun dengan antar zat cair. Air mempunyai kekentalan yang sangat
kecil maka anggapanan ini mendekati benar.

Aliran viskos adalah alirandimana kekentalan zat cair diperhitungkan (zat cair riil).
Keadaan ini yang menyebabkan timbulnya tegangan geser antara partikel yang
bergerak dengan kecepatan berbeda. Apabila zat cair mengalir melali bidang batas
yang diam maka zat cair yang berhubungan langsung dengan bidang batas
kecepatannya nol,makin jauh dari bidang batas makin besar kecepatannya.

5.2.2. Aliran kompresibel dan tak kompresibel

Semua fluida termask zat cair adalah kompresibel sehingga rapat massa berubah
dengan adanya perubahan tekanan. Pada aliran mantap dengan perubahan rapat massa
kecil, maka dilakukan penyederhanaan dengan menganggap bahwa zat cair tak
kompresibel dengan rapat massa konstan. Tetapi pada aliran tak mampat sering terjadi
perubahan tekanan yang besar, maka kompresilitas zat cair tidak dapat diabaikan.

Untuk gas dimana kemampatan sangat besar, maka perubahan rapat massa karena
perubahan tekanan harus diperhitungkan.

5.2.3. Aliran seragam dan tidak seragam

Aliran seragam (uniform flow) adalah aliran yang tidak ada perubahan besar dan arah
kecepatan dari satu titik ke titik yang lain di sepanjang aliran. Demikian juga dengan
variabel yang lain seperti tekanan, rapat massa, kedalaman, debit dsb. Sedangkan
aliran tidak seragam (non uniform flow) terjadi jika smua variabel aliran berubah
dengan jarak.
Aliran seragam
V
 0
s

Aliran tidak seragam


V
 0
s
5.2.4. Aliran mantap dan tidak mantap

Aliran mantap (steady flow) adalah aliran dimana variable aliran seperti kecepatan,
tekanan, rapat massa, penampang melintang, debit di sebarang titik pada zat cair tidak
berubah dengan waktu. Sedangkan aliran tak mantap (unsteady flow) terjadi jika
variable aliran pada setiap titik berubah dengan waktu.
Aliran mantap
V
0
t
Aliran tidak mantap
V
 0
t

5.2.5. Aliran laminer dan turbulen

Aliran laminer adalah aliran apabila partikel zat cair bergerak teratur dengan
membentuk garis lintasan kontinu dan tidak saling berpotongan. Sedang aliran
turbulen , partikel zat cair bergerak tidak teraur dan garis lintasannya saling
berpotongan. Aliran di sungai, saluran irrigáis dan di laut adalah contoh aliran
turbulen.
a) Laminer (b) Turbulen

5.2.6. Aliran satu , dua, dan tiga dimensi.

Dalam alira satu dimensi (1-D), kecepatan di setiap titik pada penampang melintang
adalah sama. Walaupun aliran semacam ini jarang terjadi, namun dalam analisis
hidrolika justru aliran tiga dimensi (3-D) disederhanakan menjadi aliran 1-D.
Penyederhanaan ini berdasarkan anggapan mengabaikan perubahan kecepatan vertikal
dan melintang terhadap kecepatan arah memanjang.

Dalam aliran dua dimensi (2-D), semua partikel ianggap mengalir dalam bidang
sepanjang aliran, sehingga tidak ada aliran tegak lurus bidang tersebut. Sedang aliran
tiga dimensi (3-D) komponen kecepatan adalah fungsi koordinat ruang x, y dan z.

5.2.7. Aliran rotasional dan tak rotasional.

Aliran rotasional adalah aliran dimana setiap partikel zat cair mempunyai kecepatan
sudut terhadap pusat massanya. Sedangkan pada aliran tak rotasional partikel zat cair
tidak berotasi terhadap pusat massanya. Seperti pada aliran di dekat dinding batas
dimana kecepatan merata sehingga tidak terjadi rotasi.

5.3. Metoda deskripsi aliran

Seperti dijelaskan di depan bahwa untuk mendeskripsikan aliran dengan mnggunakan


dua metoda yaitu:
 Metoda Lagrang (Lagrangian) dengan pendekatan System method
 Metoda Euler (Eulerian) dengan pendekatan Control volume method

Metoda Lagrang :
 Mengikuti pergerakan individual partikel fluida.
 Partikel fluida diidentifikasi.
 Menentukan bagaimana sifat fluida berkaitan dengan perubahan partikel
sebagai fungsi waktu.
 Contoh: TA = TA (t)

Metoda Euler :
 Gerakan fluida ditentukan dengan penjelasan sifat yang lengkap sebagai
fungsi tempat dan waktu.
 Menggunakan konsep medan (field concept).
 Untuk mendapatkan informasi tentang aliran dalam term apa yang terjadi pada
titik tertentu dalam suatu tempat sebagai aliran fluida melewati titik-titik itu.
 Contoh: T = T ( x , y , z , t )
Gambar 5.2. Deskripsi Aliran dengan metoda Lagrang dan Euler

5.4. Visualisasi Aliran

Untuk mendeskripsikan aliran disamping dengan metoda analitis Lagrang dan Euler
dapat dilakukan dengan visualisasi. Visualisasi aliran adalah pengujian visual medan
aliran (flow-field). Visualisasi aliran penting baik untuk eksperimen fisik maupun
penyelesaian numerik. Beberapa metoda visualisasi aliran adalah :
 Streamlines and streamtubes
 Pathlines
 Streaklines
 Timelines
 Refractive techniques
 Surface flow techniques

Gambar 5.3. Visualisasi garis arus pada aliran


5.4.1. Garis arus (streamlines) dan Tabung arus (streamtubes)

Garis arus (streamline) adalah kurva yang dimana saja menyinggung instantaneous
local velocity vector. 
  
 Ditinjau panjang busur
dr  dxi  dyj  dzk
   
 dr harus sejajar local velocity vector V  ui  vj  wk

 Secara geometris menghasilkan persamaan garis arus

dr dx dy dz
  
V u v w

Gambar 5.4. Garis arus dan vektor kecepatan


Tom Hsu’s numerical simulation Ideal flow machine

V22, b22

V11, b11

ESOE 505221 Fluid Mechanics 13 Chapter 4: Fluid Kinematics


Gambar 5.5. Garis Arus (streamlines)

Tabung arus (streamtube) terdiri dari seberkas garis arus. Fluida dalam streamtube
harus tetap disana dan tidak dapat melewati batas dari streamtube.Dalam aliran tidak
mantap (unsteady flow), pola garis arus dapat berubah terhadap waktu , namun debit
melalui suatu penampang pada streamtube harus tetap sama.

Gambar 5.6. Tabung arus (streamtubes)

5.4.2. Garis Lintasan (Pathlines)

Pathline adalah lintasan yang dilalui oleh individual partikel fluida dalam suatu
periode waktu. Sama dengan vektor posisi material partikel fluida
x partikel (t ), y partikel (t ), z partikel (t ) 
t
  
Letak partikel pada waktu t: x  xstart  
t start
Vdt
Gambar 5.7. Garis lintasan (pathline)

Gambar 5.8.
Eksperimen: particle image velocimetry (PIV) melacak particle pathlines untuk
mengukur velocity field pada seluruh bidang dalam aliran (Adrian, 1991).
Aliran melalui silinder

Tampak atas Tampak samping

Gambar 5.9.Garis lntasan partikel

5.4.3. Streaklines

Streakline adalah garis yang menghubungkan partikel fluida yang telah melewati titik
tetap dalam ruang. Untuk mengamati streakline dapat dilakukan dengan eksperimen
member zat warna dalam air atau asap dalam aliran udara.

Gambar 5.10. Eksperimen untuk pengamatan Streakline


Gambar 5.11. Perbandingan streamline dan streakline
5.4.4. Timelines

Timeline adalah seperangkat partikel fluida yang berdekatan yang diberi tanda pada
waktu instan yang sama. Timelines dapat ditunjukkan menggunakan hydrogen bubble
wire.

Gambar 5.12. Timeline


Gambar 5.13.
Timelines yang dihasilkan oleh hydrogen bubble wire yang digunakan untuk
visualisasi bentuk profil kecepatan lapis batas (boundary layer velocity profile shape).

5.5. Koordinat garis arus

Koordinat garis arus adalah sistim koordinat yang ditentukan dalam term garis arus
dari aliran.  
Unit vectors : s dan.. .n

Gambar 5.14. Koordinat garis arus

Deskripsi Euler (Eulerian description)

Menentukan variabel medan (field variables) sebagai fungsi tempat dan waktu.
 Pressure field, p = p(x,y,z,t)
 
 Velocity field, V  V  x, y , z , t 
   
V  u  x, y , z , t  i  v  x, y , z , t  j  w  x , y , z , t  k
 
 Acceleration field, a  a  x, y , z , t 
   
a  a x  x, y , z , t  i  a y  x , y , z , t  j  a z  x , y , z , t  k
 Ini adalah variabel medan untuk medan aliran tertentu.
dx particle dy particle dz particle
 bila  u,  v, w
dt dt dt
   
 V V V V
a particle  u v w
t x y z
 Dalam bentuk vector, percepatan dapat ditulis:
 
dV V   

a  x, y , z , t  
dt

t
 V  V  
 Term pertama disebut local acceleration dan tidak nol (nonzero) hanya untuk
aliran tidak mantap (unsteady flows).
 Term kedua disebut advective acceleration dan memperhitungkan pengaruh
partikel fluida bergerak ke lokasi baru dalam aliran, dimana kecepatan
berbeda.
 Atau dapat ditulis dalam koordinat kartesian sebagai berikut :
   
V  u i  v j  wk
Vektor kecepatan :
   
a  ax i  a y j  azk
Vektor percepatan :

du u dx u dy u dz u u u u u
ax      . u v w
dt x dt y dt z dt t x y z t
dv v dx v dy v dz v v v v v
ay      . u v w
dt x dt y dt z dt t x y z t
dw w dx w dy w dz w w w w w
az      . u v w
dt x dt y dt z dt t x y z t

Convective Local
Contoh Soal 5.1.

Air mengalir melalui pipa berpenampang lingkaran mengecil searah aliran seperti
gambar. Pada suatu titik diameter penampang 50 cm, debit bervariasi terhadap waktu
t
dengan persamaan Q  Q0  Q1 t  0,985  0,5.t . Hitung percepatan aliran pada t
0
V
0,5 detik, bila perubahan kecepatan searah aliran  2 s-1
s

Penyelesaian :

t
Q  Qo  Q1  0.985  0.5t
to
V
 2m/ s
s
t
Qo  Q1
Q 0.985  0.5(0.5)
to
V     3.4743 m / s
A  2 
d (0.5) 2
4 4
V  (Q / A)  Q1  0 .5
aL      2.55 m / s 2
t t  2  2
d to (0.5) (1)
4 4
V
aC  V  3.743 * 2  7.49 m / s 2
s

Jadi : local acceleration aL = - 2,55 m/s2


convective acceleration aC = 7,49 m/s2

Contoh Soal 5.2


   
Diketahui : V  3t i  xz j  ty 2
k

Hitun g : Percep ata.n, a
Penyelesaian :

u  3t ; v  xz; w  ty 2

u u u u
ax  u v w  0(3t )  0( xz )  0(ty 2 )  3  3
x y z t
v v v v
ay  u v w  z (3t )  0( xz )  x (ty 2 )  0  3 zt  xy 2t
x y z t
w w w w
az  u v w  0(3t )  2ty ( xz )  0(ty 2 )  y 2  2 xyzt  y 2
x y z t

      
a  a x i  a y j  a z k  3 i  (3tz  txy 2 ) j  (2 xyzt  y 2 )k

5.6. Debit Aliran.

Debit didefinisikan sebagai jumlah zat cair yang mengalir melalui penampang
melintang tiap satuan waktu (m3/det., liter/det.)

Q = A.v → (m2 x m/det = m3/det)

Untuk zat cair riil mempunyai kekentalan sehingga ada gesekan antara zat cair dengan
dinding saluran sehingga kecepatan tidak merata pada dinding nol dan bertambah
terhadap jarak dinding. Untuk aliran dalam pipa v = f(r), sehingga

dQ = dA.v = 2pr.dr.v
Q = 2p ò v.r.dr

Pada prakteknya variasi kecepatan dalam penampang diabaikan, sehingga v dianggap


seragam, sehingga debit aliran adalah:

Q = A.v

Debit : Q = A.v Q = 2p ò v r
dr
Gambar 5.15. Distribusi kecepatan pada aliran dalam pipa
Contoh Soal 5.3.

Aliran air melalui pipa dengan diameter R dengan distribusi kecepatan seperti
gambar. Hitung perbandingan kecepatan rata-rata dengan kecepatan pada pusat pipa.
V
Hitung :
Vo
r
v ( r )  Vo (1  )
R

Penyelesaian :

Debit aliran dengan kecepatan pada penampang yang bervariasi :

Q   V .dA
A

sehingga :
R
Q   VdA   Vo (1  r / R ) 2rdr
A 0
R
r2 r3 R2 R2
 2Vo (  )  2Vo (  )
2 3R 0 2 3
1
 Vo R 2
3
1
Vo R 2
V Q 3 1
 Vo  
Vo A R Vo
2
3

Maka kecepatan rata-rata pada penampang 1/3 dari kecepatan pada pusat penempang
pipa.
Contoh Soal 5.4.

Saluran dengan penampang berbentuk kotak (box) bujur sangkar 1,0 m x 1,0 m
mengalirkan air dengan distribusi kecepatan penampang seperti gambar. Hitung debit
dan kecepatan rata-rata pada penampang saluran tersebut.
Hitung : Q, Vrata-rata
Penyeleaian :

Debit aliran dengan kecepatan pada penampang yang bervariasi :

Q   V .dA
A

V bervariasi terhadap y,  y = 0 , V = 0
y = 0,5 m , V = 10 m/s
maka V = 20.y
dan luas penampang dA = 1 x dy = dy
0,5

sehingga  Q  2.  V .dA
0

0.5 0 .5
Q  2  VdA  2  20 ydy
0 0

2 0 .5
y
 40  5 m3 / s
2 0

Q 5
V    5m / s
A 1

Jadi debit aliran Q = 5 m3/det


Kecepatan rata-rata Vrata-rata = 5 m/det
5.7. Persamaan Kontinuitas

Zat cair tak kompresibel (incompressible fluid) mengalir secara kontinu maka volume
zat cair yang lewat tiap satuan waktu adalah sama di setiap penampang. Massa zat cair
yang masuk ke dalam volume kontrol (control volume) sama dengan massa zat zair
yang keluar dari volume kontro. Keadaan ini disebut dengan hukum kontinuitas.

Kekekalan Massa (conservation of mass)

Gambar 5.16. Kekekalan massa pada volume kontrol

Ditinjau aliran zat cair melalui volume kontrol seperti gambar. Untuk aliran satu
dimensi dan mantap, rapat massa, kecepatan rerata dan penampang melintang di titik
1 dan 2 adalah r1, v1, A1 dan r2, v2, A3

Massa yang masuk = massa yang keluar

r1.v1.A1 = r2.v2.A3

Zat cair tak kompresibel r1 = r2 , maka

v1.A1 = v2.A2 → pers kontinuitas

atau Q = v. A = konstan
Aplikasi Persamaan Kontinuitas

Apabila pipa bercabang atau penampannya berubah seperti pada gambar 5.15.
berdasarkan persamaan kontinuitas, debit aliran yang menuju titik cabang harus sama
dengan debit yang meninggalkan titik tersebut .

Q1 = Q2 Q1 = Q2 + Q3
A1.v1 = A2.v2 A1.v1 = A2.v2 + A3.v3

Gambar 5.17 . Aplikasi Persamaan Kontinuitas

Contoh Soal 5.5.

Air mengalir melalui pipa 1 dengan diameter 25 cm yang kemudian bercabang


menjadi dua pipa, yaitu pipa 2 dan pipa 3 yang masing-masing berdimeter 10 cm dan
5 cm. Kecepatan aliran di pipa 2 adalah 0,5 kali kecepatan di pipa 1. Hitung debit
aliran melalui pipa 2 dan pipa 3.

Diketahui : pipa bercabang seperti gambar


D1 = 25 cm = 0,25 m
D2 = 10 cm = 0,10 m
D3 = 5 cm = 0,05 m
V2 = 0,5. V1

Hitung : Q2 dan Q3
Penyelesaian :

Persamaan kontinuitas : Q1 = Q2 + Q3

A1.v1 = A2.v2 + A3.v3

 .D12  .D22  .D32


.v1  .v 2  .v3
4 4 4

 .(0,25) 2  .(0,10) 2  .(0,05) 2


.v1  .(0,5.v1 )  .v3
4 4 4

0,0625.v1  0,005.v1  0,0025.v 3

v3 = 23 x v1

Q2 0,25. .(0,10) 2  0,5.v1


  0,087
Perbandingan debit pipa 2 dengan pipa 3 : Q3 0,25. .(0,05) 2  23.v1

Sehingga debit Q2 = 0,087 x Q3

5.8. Metoda Analisis

Metoda yang digunakan untuk analisis dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu :

1. Metoda System
 Dalam mata kuliah mekanika.
 Menjelaskan benda kaku yang mudah diidentifikasi.

System didefinisikan sebagai besaran massa yang diidentifkasi, tetap.


Batas (boundaries) memisahkan system dari sekelilingnya.
Batas (boundaries) dari system dapat tetap atau bergerak. Tidak ada massa
memotong batas system.

Gambar 5.18. Metoda Sistem dan Volume Kontrol


2. Metoda Control volume
 Dalam mata kuliah mekanika fluida.
 Sulit untuk fokus pada besaran massa yang tetap.
 Menjelaskan aliran fluida.

Control volume adalah arbitrary volume dalam ruang dimana fluida mengalir.
Batas geometris (geometric boundary) dari control volume (CV) disebut
“Control Surface (CS).”
CS dapat real atau imaginer.
CV dapat diam atau gerak.
Soal-soal Latihan.

1. Curat (nozzle) yang bentuknya sedemikian rupa sehingga bahwa kecepatan


sepanjang pusat garis arus meningkat dari 1,5 m/det menjadi 15 m/det pada jarak
37,5 cm. Tentukan besarnya convective acceleration (percepatan konveksi) pada
permulaan dan akhir jarak tersebut.

2. Pada aliran mantap (steady flow), titik A dan B berjarak 50 cm pada pada suatu
garis arus yang lurus. Jika kecepatan bervariasi linear antara dua titik tersebut,
yaitu pada titik A kecepatan 2 m/det dan titik B kecepatannya 6 m/det, maka
hitung percpatan pada masin-masing titik.

3. Pipa A dengan diamater 4 m, kecepatan 6 m/det bercabang menjadi pipa B


diameter 4 m dan pipa C diameter 2 m seperti pada gambar. Jika kecepatan pada
pipa C adalah 4 m/det, maka hitung kecepatan pada pipa B.

4. Pipa 1 diameter 50 mm dengan kecepatan rata-rata 2 m/det, bercabang menjadi


pipa 2 diameter 40 mm dan pipa 3 diameter 60 mm. Jika pipa 2 mengalirkan debit
sebesar 30 % dari debit total, maka hitung debit dan kecepatan rata-rata pada
maing-masing pipa.

5. Aliran air mantap (steady flow) mengalir melalui box pada tiga penampang
seperti gambar. Debit pada penampang 1 adalah 30 liter/det., pada titik 2 diameter
pipa 50 mm dengan kecepatan 10 m/det. Hitung kecepatan rata-rata dan debit
aliran pada penampang 3 dan kemana arah aliran.

6. Jika garis arus mempunyai persamaan   3 x 2  y 3 , maka tentukan besar dan


arah kecepatan partikel pada titik (2,1).

Anda mungkin juga menyukai