NIM 03012682125002
Mata Kuliah : Fenomena Perpindahan lanjut
BKU Teknologi Lingkungan
Pada gambar diatas terlihat sepasang pelat masing masing dengan luas A, dipisahkan
dengan jarak yaitu Y. Ruang diantara pelat tersebut berisi salah satu baik cairan atau gas.
Sistem ini adalah awalnya diam, tetapi pada waktu t = 0 pelat bawah digerakkan ke arah x
positif pada kecepatan konstan V. Pada awalnya, fluida memperoleh momentum
pergerakannya belum laminar, dan seiring berjalannya waktu pergerakan fluida laminar
dengan kecepatan konstan. Ketika keadaan akhir dari gerak tetap telah dicapai, gaya
konstan F diperlukan untuk mempertahankan gerakan yang lebih rendah.
𝐹 𝑣
= 𝜇.
𝐴 𝑦
Artinya bahwa, gaya harus berbanding lurus dengan luas dan kecepatan, dan
berbanding terbalik dengan jarak antar pelat. Konstanta proporsionalitas adalah sifat
fluida, yang didefinisikan sebagai viskositas.
Perpindahan momentum yang terjadi dikarenakan adanya gaya tarik menarik antar molekul
menimbulkan tegangan geser (shear sterss) atau fluks momentum yang disini disimbolkan
dengan Ʈyx. Sedangkan dVx dan dy , x menunjukkan arah kecepatan dan y menunjukkan arah
kecepatan.
𝑟𝑦𝑥 = −𝜇 𝑑𝑉𝑥
𝑑𝑦
Persamaan ini menyatakan bahwa gaya geser per satuan luas sebanding dengan
negatif dari gradien kecepatan.
Viskositas fluida bervariasi pada banyak urutan besarnya, dengan viskositas udara pada
20°C menjadi 1,8 x 10-5 Pa . s dan gliserol sekitar 1 Pa . s, dengan beberapa minyak silikon
menjadi lebih kental. Pada Tabel 1.1-2, l.1-3, dan 1.1-4 data eksperimen diberikan untuk
cairan murni pada tekanan 1 atm. Perhatikan bahwa untuk gas dengan densitas rendah,
viskositas meningkat dengan meningkatnya suhu, sedangkan untuk cairan viskositas biasanya
menurun dengan meningkatnya suhu.
Generalisasi dari Hukum Newton pada Viskositas
Sebelumnya kita telah mengetahui pola aloran yang umum, dimana kecepatan fluida
bisa berada di berbagai arah dan tempat, dan mungkin tergantung pada waktu t. kecepatan
komponen bisa didapatkan dari :
ύx = ύx (x, y, z, t) ύy = ύy (x, y, z, t) ύz = ύz (x, y, z, t)
Pada gambar 1.2-1 ditunjukkan elemen volume berbentuk kubus kecil dengan arah
aliran, pada setiap sisi bagian. Pusat dari elemen volume ini pada posisi x,y,z.
Gambar 1.2-1 Tekanan dan gaya viskos yang bekerja pada bidang dalam fluida yang
tegak lurus terhadap ketigasistem koordinat. Bidang yang diarsir memiliki satuan luas.
Seperti yang ditunjukkan pada gambar, kita dapat memotong volume tegak lurus
terhadap masing-masing dari tiga arah koordinat secara bergantian, kemudian dapat
bertanya gaya apa yang harus diterapkan pada permukaan bebas (berbayang) untuk
menggantikan gaya yang telah diberikan pada permukaan fluida yang hilang. Akan
ada dua kontribusi untuk kekuatan: terkait dengan tekanan, dan yang terkait dengan
viskositas.
Gaya tekanan akan selalu tegak lurus terharap permukaan yang terbuka. Sehingga,
(a) gaya per satuan luas pada permukaan yang diarsir akan menjadi vektor pδx,-yaitu,
tekanan dikalikan dengan vektor δ, pada arah x. Demikian pula, gaya pada permukaan
yang diarsir di (b) akan menjadi pδy, dan di (c) gaya akan menjadi pδz. Kekuatan
tekanan akandiberikan saat fluida diam maupun saat bergerak.
Tabel 1.2-1, merupakan ringkasan dari gaya-gaya yang diarsir pada gambar 1.2-1.
Sehingga nanti akan didapatkan generalisasi hokum newton pada viskositas yaitu :
Persamaan di atas adalah hasil dari teori kinetic gas monoatomik, tetapi juga bagus untuk gas
poliatomik juga. Hal ini dikarenakan dalam persamaan kekekalan momentum untuk
tumbukan antara molekul poliatomik, koordinat pusat massa lebih penting daripada koordinat
internal.
Untuk menghitung viskositas dari campuran gas, perpanjangan multikomponen dari
teori Chapman-Enskog dapat digunakan. Atau, dapat menggunakan persamaan berikut :
Persamaan di atas menunjukkan bahwa Teori ini, meskipun sifatnya hanya perkiraan,
dapat memberikan penurunan viskositas yang diamati dengan suhu, meskipun error mencapai
30% sudah sering terjadi ketika menggunakan Persamaan ini digunakan. Namun, persamaa
ini tidak dapat digunaka n untuk Mereka tidak boleh digunakan untuk
Molekul yang sangat Panjang seperti, seperti n-C20H42.
Tabel 1.7-1 untuk komponen conventive momentum flux tensor harus dibandingkan dengan
tabel 1.2-1 untuk komponen molecular momentum flux tensor. 9 komponen scalar pada tabel
1.7-1 menghasilkan persamaan :
Selanjutnya, dapat ditentukan combined momentum flux, yamg merupakan gabungan dari
molecular momentum flux dan convective momentum flux :
Berbagai symbol dan nomeklatur yang digunakan untuk semua flux momentum dapat dilihat
pada tabel 1.7-2 :
TRANSPORT
PHENOMENA A UNIFIED
APPROACH
Robert S. Brodkey, Harry C.Hershey
Suhu dan massa adalah besaran scalar (VT or VC A), flux adalah besaran vector (q/A atau J A/A
atau NA/A). Sedangkan velocity merupakan besaran vector dengan gradien (VU) yang merupakan
tensor orde dua. Sejalan dengan itu, fluks momentum atau tegangan geser juga merupakan tensor orde
kedua.
Velocity, yang merupakan besaran vektor, memiliki tiga komponen. Salah satu dari
komponen ini dapat bervariasi dalam tiga arah. Akibatnya, ada tiga komponen dengan tiga cara, atau
sembilan kemungkinan. Dalam bentuk array dituliskan sebagai berikut
Persamaan di atas dituliskan dalam bentuk yang paling umum, di sebagian besar
masalah, banyak komponen yang mendekati nol. Transpos tensor (VU)' hanya Persamaan
(2.41) dengan baris dan kolom yang dipertukarkan sehingga menjadi seperti berikut :
Ux bervariasi dalam arah y saja, dan keduanya Uy & Ux bernilai hampir nol. Jadi,
sebagian besar turunan dalam VU adalah nol:
2.5.3 Viskositas