Anda di halaman 1dari 29

BAB 1.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Dalam sebuah proses pembangunan, kegiatan konstruksi selalu


dihadapkan dengan berbagai permasalahan pada saat proses pembangunan gedung
bertingkat. Risiko pada keselamatan dan kesehatan kerja menjadi titik utama
permasalahan dalam bekerja. Berbagai kecelakaan yang terjadi seperti tenaga
kerja terjatuh pada ketinggian. Berdasarkan data Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan telah tercatat angka kecelakaan kerja di Indonesia
cenderung terus meningkat. Sebanyak 123.041 kasus kecelakaan kerja tercatat
sepanjang 2017, selain itu dapat dilihat juga pada Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial (BPJS). Jumlah pekerja yang terlibat di sektor konstruksi pada tahun 2017
adalah mencapai 8.136.636 jiwa.

Hal ini tentunya menjadi tugas bagi pemerintah untuk menyadari


pentingnya peran kesehatan dan keselamatan kerja dalam dunia konstruksi
pembangunan. Sehingga, pemerintah mengeluarkan peraturan yang mengatur
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) diamanatkan
melalui Peraturan Menteri PUPR 21/PRT/M/2019. Keselamatan dan kesehatan
kerja adalah hal yang penting bagi karyawan dan dunia konstruksi, sehingga,
Hotel Gunawangsa Gresik Superblock harus melaksanakan ketentuan keselamatan
dan kesehatan kerja.

Hotel Gunawangsa Gresik Superblock yang terletak di Jalan Veteran No.


194 Gresik dikenal sebagai Kota Perdagangan dan Industrial yang
pertumbuhannya sangat pesat bahkan lebih tinggi dibandingkan dengan Kota
Surabaya. Sehingga, bisa dikatakan strategis karena dibangun di tengah-tengah
kawasan industri yang berada di jalan utama veteran dan terhubung langsung
dengan gerbang tol menuju Surabaya.

1
Dirancang khusus oleh konsultan perencana arsitek terkemuka, yaitu
Megatika Internasional. Dengan luas sekitar 4 hektar dan dengan nilai kontrak
sebesar Rp. 119.194.436.850, jenis kontrak yang di pakai adalah Lumsump Fixed
Price dan memiliki konsep Mixed Use High Rise Building yang menawarkan
beraneka ragam area (misalnya hotel, apartemen, supermarket, ruko, mushola,
kolam renang, dll) dengan memadukan kekuatan desain, fungsi, lifestyle,
kenyamanan serta keamanan dengan melakukan pencegahan terjadinya
kecelakaan agar terciptanya kondisi lingkungan kerja yang aman, selamat dan
nyaman, serta terbebas dari resiko bahaya.

Dalam suatu proyek konstruksi pembangunan, harus ada struktur


organisasi sebagai sarana dalam pencapaian tujuan dengan mengatur dan
mengorganisasi sumber daya, tenaga kerja, material, peralatan dan modal secara
efektif dan efisien dengan menerapkan sistem manajemen sesuai kebutuahan.
Pemilik Proyek Gunawangsa Gresik Superblock adalah PT. Gunawangsa Putra
Perkasa, Konsultan perencana dari PT. Megatika Internasional dan CV. Handoko
and Associates, CV. Merka Konsultindo sebagai Konsultan Perencana, Kontraktor
dari PT. PP (Persero), Tbk, dan ada tiga Sub kontraktor, diantaranya adalah PT.
Borland Nusantara, PT. Alkonusa Teknik Interkon, PT. Kone Indo Elevator.

Pengelolaan dan pengendalian keselamatan dan kesehatan kerja pada


Pembangunan Hotel Gresik Superblock harus diperhatikan dengan baik karena
kondisi lapangan yang masih belum dalam tahap pengerjaan agar saat proses
pembangunan hotel nanti akan tercipta kondisi lingkungan kerja yang aman,
selamat dan nyaman, serta terbebas dari resiko bahaya yang mungkin timbul,
sehingga diperlukan analisis untuk mengenali potensi bahaya serta solusi untuk
cara memperbaikinya. Setiap kegiatan pembangunan yang dapat membahayakan
dibuatlah suatu Job Safety Analysis (JSA) untuk mengurangi angka kecelakaan
dan penyakit akibat kerja.

Kecelakaan dan gangguan kesehatan akibat bekerja dapat diminimalisir


dengan melakukan perencanaan K3. Hasil perencanaan dapat diketahui kebutuhan

2
biaya apabila sudah membuat Job Safety Analysis (JSA). Hal yang diperlukan
biasanya pemasangan rambu-rambu atau slogan mengenai K3 di lokasi
pembangunan. Perencanaan biaya K3 diperlukan agar produktivitas pekerja dalam
bekerja pada proyek konstruksi meningkat. Peningkatan produktivitas pekerja
sangat diperlukan, sehingga risiko kecelakaan kerja dapat diselesaikan tepat
waktu.

Perlu adanya Perencanaan Biaya Keselamatan Kerja pada Proyek


Pembangunan Hotel Gunawangsa Gresik Superblock. Hal seperti ini sangat
penting untuk mengingatkan para karyawan yang bekerja, supaya bekerja sesuai
dengan peraturan yang telah ditetapkan dan tercipta suasana kerja yang aman dan
nyaman. Begitu juga untuk penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) contohnya
kacamata, helm, sepatu safety, rompi, sarung tangan, dan lain-lain.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka perumusan masalah yang diambil


adalah :

1. Bahaya apa sajakah yang dapat terjadi pada proyek Hotel Gunawangsa Gresik
Superblock.

2. Upaya apa yang dapat dilakukan untuk mencegah risiko kecelakaan kerja.

3. Berapa total anggaran biaya yang diperlukan untuk keselamatan dan kesehatan
kerja serta berapa persentase anggaran biaya yang didapatkan dari nilai
kontrak.

1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuanya adalah :
1. Mengetahui bahaya apa saja yang dapat terjadi pada proyek Hotel
Gunawangsa Gresik Superblock.

3
2. Menentukan upaya apa yang dapat dilakukan untuk mencegah risiko
kecelakaan kerja.

3. Menghitung berapa total anggaran biaya yang diperlukan untuk


keselamatan dan kesehatan kerja serta menghitung berapa persentase anggaran
biaya yang didapatkan dari nilai kontrak.

1.4 Manfaat
Dengan penulisan proyek akhir ini diharapkan pengelolaan dan pengendalian
biaya keselamatan dan kesehatan kerja pada suatu proyek konstruksi dapat
dijalankan dengan baik dan efisien serta penerapan keselamatan dan kesehatan
kerja yang digunakan diterapkan di kondisi lapangan yang sesuai guna
menciptakan lingkungan kerja yang aman dengan metode Job Safety Analysis
(JSA) yang baik dan benar agar kecelakaan kerja dapat dihindari.

1.5 Batasan Masalah


Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Dalam proyek akhir ini tidak membandingkan proyek satu dengan proyek
lainnya.
2. Harga satuan menyesuaikan dengan tempat dimana proyek tersebut
dilaksanakan.
3. Tidak menghitung biaya akibat kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.
4. Aktivitas yang ditinjau untuk pembuatan WBS hanya pada pekerjaan
persiapan, struktur, dan arsitektur.

4
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu


Anita Trisiana dan Anik Ratnaningsih, 2019, dalam jurnalnya yang berjudul
Perencanaan Biaya Risiko K3 pada Proyek Pembangunan Gedung Bertingkat
menggunakan Metode Job Safety Analysis (JSA). Dari penelitian tersebut dapat
disimpulkan bahwa komponen biaya K3 yang diperlukan pada Poyek Gedung
Laboratorium Terpadu Fakultas Teknik Universitas Jember yaitu : proses
persiapan RK3K, promosi dan sosialisasi K3, peralatan perlindungan kerja,
peralatan perlindungan diri, perijinan dan asuransi, tenaga K3, fasilitas penunjang
sarana kesehatan, rambu-rambu K3, dan kebutuhan terkait pengendalian risiko K3
sebesar Rp. 307.838.000,00
Arif Setiawan, and Rijal Abdullah, 2019, dalam jurnalnya yang berjudul Job
Safety Analysis dan Rencana Anggaran Biaya Dalam Rangka Penerapan Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja di PT. Tebo Agung International,
Kabupaten Tebo, Provinsi Jambi. Dari penelitian tersebut dapat disimpulkan
bahwa Job Safety Analysis pada proses konstruksi seperti: pembuatan perkantoran
dan perumahan, Mushalla dan MCK, jembatan timbangan, workshop, gudang dan
pos security. Potensi bahaya pada proses konstruksi yang sering terjadi adalah
tangan/kaki terluka karena benda tajam, dan yang paling riskan adalah kepala
tertimpa material dari pekerjaan ketinggian. Kemudian proses eksploitasi seperti
pekerjaan land clearing, pengupasan overburden, serta coal getting menggunakan
alat mekanis. Potensi bahaya yang sering terjadi adalah terjatuh ketika melakukan
P2H dan yang paling riskan adalah terjadi tabrakan sesama unit ketika
mengoperasikan alat berat yang dapat mengakibatkan korban jiwa maupun
kerusakan unit. Nilai rencana anggaran biaya untuk penerapan Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja dengan total biaya keseluruhan adalah Rp.
179.017.000.

Thresia Deisy Rawis, Jermias Tjakra, and Tisano Tj. Arsjad, 2016, dalam
jurnalnya yang berjudul Perencanaan Biaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja

5
(K3) pada Proyek Konstruksi Bangunan di Sekolah ST. Ursula Kotamobagu. Dari
penelitian tersebut dapat disimpulkan untuk besarnya anggaran biaya K3 yang di
perlukan untuk Pembangunan Gedung Sekolah SMP/SMA St. Ursula
Kotamobagu adalah 2.109 % dari Biaya Kontrak. Dari pihak Kontraktor telah
mengajukan biaya untuk K3 kepada pihak Owner, tetapi dari pihak owner tidak
menyetujuinya, di sebabkan biaya K3 terlalu mahal dan bisa mengeluarkan biaya
yang cukup besar. Padahal jika tidak menggunakan K3 justru lebih banyak
mengeluarkan anggaran biaya apabila terjadi kecelakaan kerja maka resiko dan
biaya turut di tanggung oleh perusahaan/owner akan lebih besar dan lebih
merugikan perusahaan/owner. Biaya K3 tidak berpengaruh besar pada biaya
proyek secara keseluruhan jika di hitung secara terperinci, justru dengan adanya
perhitungan pembiayaan K3 akan lebih muda bagi perusahaan untuk mengetahui
biaya K3 yang akan di pakai untuk proyek pembangunan Gedung Sekolah
SMP/SMA St. Ursula Kotamobagu.

2.2 Manajemen Proyek


Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang selanjutnya disebut
SMK3 menurut Permenaker No 5 Tahun 1996 adalah bagian dari sistem secara
keseluruhan yang meliputi struktur organisasi, perencanaan, tanggung-jawab,
pelaksanaan, prosedur, proses dan sumber daya yang dibutuhkan bagi
pengembangan, penerapan, pencapaian, pengajian dan pemeliharaan kebijakan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam rangka pengendalian resiko yang
berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien
dan produktif.
Standar SMK3 nasional ini mengacu kepada Peraturan Pemerintah guna
mengurangi jumlah kecelakaan dan penyakit akibat kerja secara efektif. Hal ini
dikarenakan fungsi manajemen yang berkaitan dengan alokasi sumber daya
(terutama uang dan pekerja), secara aktif mengadakan pertemuan mengenai
keselamatan kerja, melakukan penyelidikan dan menetapkan tindakan korektif
pada setiap kecelakaan, serta mendorong semua karyawan untuk terlibat dalam

6
menjalankan perannya dalam program keselamatan kerja yang ada (Aksorn dan
Hadikusumo, 2008).
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja dimaksudkan sebagai suatu
strategi pengaturan proses dan prosedur kerja, sehingga pekerjaan yang dilakukan
oleh seorang pekerja dapat memberikan keselamatan, baik secara fisik maupun
non fisik (lingkungannya). Tugas-tugas manajemen secara umum antara lain:
perencanaan pelaksanaan, pengontrolan, dan sebagainya juga berlaku dalam
manajemen keselamatan dan kesehatan kerja.

2.3 Keselamatan dan Kesehatan Kerja

2.3.1 Pengertian Keselamatan dan kesehatan kerja (K3)

Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) adalah upaya perlindungan


yang ditujukan agar tenaga kerja dan orang lainnya di tempat kerja/perusahaan
selalu dalam keadaan selamat dan sehat, serta agar setiap sumber produksi dapat
digunakan secara aman dan efisien (Kepmenaker Nomor 463/MEN/1993).
Pengertian lain menurut OHSAS 18001:2007, keselamatan dan kesehatan kerja
(K3) adalah kondisi dan faktor yang mempengaruhi keselamatan dan kesehatan
kerja serta orang lain yang berada di tempat kerja.

Setiap pekerjaan atau usaha selalu mengandung potensi resiko berbahaya dalam
bentuk kecelakaan kerja atau penyakit kerja. Besarnya potensi kecelakaan dan
penyakit kerja tersebut tergantung dari jenis produksi, teknologi yang terpakai,
bahan yang di gunakan, tata ruang dan lingkungan bangunan serta kualitas
manajemen dan tenaga-tenaga pelaksana. Kasus-kasus kecelakaan dan penyakit
kerja di seluruh dunia termasuk di Indonesia masih cukup besar, baik di kota
maupun di desa, baik sektor industri, konstruksi maupun juga di sektor pertanian.
Kecelakaan dan penyakit kerja tersebut mengakibatkan banyak pekerja
meninggal, cacat dan mengidap penyakit kronis sehingga tidak mampu lagi
bekerja. Dengan kondisi fisik yang menurun atau menjadi tidak mampu lagi untuk

7
bekerja, penghasilan pun akan berkurang atau menjadi tidak ada. Oleh sebab itu
perlu pemberian kompensasi akibat kecelakaan dan penyakit kerja.

Tingginya kecelakaan di tempat kerja menunjukkan bahwa keselamatan dan


kesehatan kerja (K3) masih perlu ditingatkan. Penyebab kecelakaan kerja akibat
dari kondisi kerja tidak selamat dan adanya pelanggaran karyawan terhadap
ketentuan keselamatan kerja. Oleh sebab itu, prinsip pencegahan kecelakaan kerja
difokuskan pada karyawan agar taat pada peraturan/ketentuan tentang
keselamatan yang berlaku. Untuk meminimalisir terjadinya kecelakaan kerja dan
kerugian akibat kecelakaan, maka dilakukan pencegahan dan penanggulangan.

Pencegahan dan penanggulangan kecelakaan kerja dapat dilakukan setelah


ditentukan sebab-sebab terjadinya kecelakaan dalam sistem atau proses produksi,
sehingga dapat disusun rekomendasi bagaimana cara mengendalikan kecelakaan
kerja yang tepat. Menerapkan kebijakan K3 secara efektif dengan
mengembangkan kemampuan dan mekanisme pendukung yang diperlukan untuk
mencapai kebijakan, tujuan dan sasaran K3. Suatu tempat kerja dalam
menerapkan kebijakan K3 harus dapat mengitegrasikan Sistem Manajemen
Perusahaan yang sudah ada.

2.3.2 Tujuan Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Menurut Mangkunegara (2004:162) bahwa tujuan dari Keselamatan dan


Kesehatan Kerja adalah sebagai berikut:

1. Agar setiap pegawai mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja


baik secara fisik, sosial, dan psikologis.

2. Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaik-baiknya.

3. Agar semua hasil produksi di pelihara keamanannya.

4. Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gizi


pegawai.

8
5. Agar meningkatnya kegairahan, keserasian kerja, dan partisipasi kerja.

6. Agar terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan


atas kondisi kerja.

7. Agar setiap pegawai merasa aman dan terlindungi dalam bekerja.

2.3.3 Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Menurut Prawirosentono Suyadi (2002:113) Program Keselamatan dan Kesehatan


Kerja yaitu:

1. Mencegah, mengurangi, dan meminimumkan kemungkinan terjadinya


kecelakaan dalam pekerjaan.

2. Mencegah, mengurangi, dan memadamkan kebakaran, bahaya peledakan.

3. Membuat sarana sebagai jalan untuk menyelamatkan diri pada saat terjadi
kebakaran atau kejadian lain yang membahayakan.

4. Memberikan pertolongan pada kecelakaan (PPK).

5. Memberikan alat pelindung diri kepada karyawan.

6. Mencegah dan mengendalikan timbulnya atau menyebarluasnya suhu,


kelembapan, debu kotoran, asap, uap, gas, embusan angin, radiasi, suara, dan
getaran.

2.3.4 Syarat Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Secara jelas dan tegas di dalam UU No.1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja,
ditetapkan syarat-syarat keselamatan kerja yang harus dipenuhi oleh setiap orang
atau yang menjalankan usaha, baik formal maupun tidak formal.

Syarat-syarat Keselamatan Kerja seperti pada pasal 3 ayat (1) keselamatan kerja
dimaksud untuk:

9
1. Mencegah dan mengurangi kecelakaan

2. Memberikan keselamatan atau jalan penyelamatan dari pada waktu


kebakaran atau kejadian-kejadian lain yang membahayakan

3. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran

4. Memberikan pertolongan pada kecelakaan

5. Memberikan perlindungan diri pada pekerja

2.4 Rencana Anggaran Biaya K3

Biaya Penyelenggaraan SMK3 Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum yang


dialokasikan pada penerapan K3, pada dasarnya berbasis pada pengelolaan
manajemen risiko, semua faktor-faktor yang menimbulkan risiko bagi
keselamatan dan kesehatan baik bagi para pekerja, masyarakat umum maupun
yang berdampak pada kerugian lainnya seperti kerusakan aset perusahaan sebagai
akibat manajemen pengelolaan atau penyelenggaraan K3 yang buruk sehingga
menimbulkan kecelakaan kerja

Pembiayaan Penyelenggaraan SMK3 Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum


sebagaimana yang diamanatkan dalam peraturan Menteri Pekerjaan Umum
Nomor : 21/PRT/M/2019 tentang Pedoman Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (SMK3) Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum pada pasal 20,
merupakan suatu kebijakan pemerintah, yang telah memberikan ruang bagi para
Penyedia Jasa untuk mengalokasikan dana atau pembiayaan penerapan Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, sehingga memudahkan
pengontrolan oleh Pengguna Jasa, untuk melihat apakah para Penyedia Jasa
memiliki komitmen yang tinggi dalam penerapan SMK3 di bidang pekerjaan

10
konstruksi pada Lingkungan Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat yang semuanya itu diperuntukkan untuk memberikan dukungan
manajemen, dalam jaminan terselenggaranya pembangunan prasarana dan sarana
fisik bidang Pekerjaan Umum tanpa kecelakaan kerja.

Dengan tersedianya biaya untuk mendapatkan gambaran mengenai berapa besar


persentase biaya yang harus dialokasikan oleh kontraktor untuk
mengimplementasikan SMK3 sesuai dengan yang dimandatkan dalam
PermenPUPR Nomor 21/PRT/M/2019. Anggaran biaya SMK3 tersebut
diestimasikan dengan memperhitungkan komponen biaya seperti yang tercantum
dalam Tabel 3 tentang Komponen Biaya SMK3 sesuai Peraturan Menteri PUPR
21/PRT/M/201

Tabel 3. Komponen Biaya SMK3 SMK3 sesuai Peraturan Menteri PUPR


21/PRT/M/2019

No Komponen biaya Deskripsi

1 Penyiapan RK3K Pembuatan manual, prosedur, instruksi


kerja, dan izin kerja identitas pekerja
dan tamu

2 Sosialisasi dan Promosi K3 Induksi k3,pengarahan K3, safety talk,


toolbox meeting

Pelatihan dan simulasi K3

Banner, spanduk, poster, dan media


promosi K3

Papan informasi dan statistik K3

3 Alat Pelindung Kerja Jaring pengaman

11
Tali keselamatan

Penahan jatuh

Pagar sementara dan pembatas area


proyek

4 Alat Pelindung Diri Helm, sepatu safety, kacamata safety,


sarung tangan, dan lain-lain

Full body harness

Alat bantu pernapasan

Jaket pelampung

5 Asuransi dan Perizinan Premi asuransi

Surat izin alat

Surat izin operator

6 Personil K3 Manager K3

Supervisor K3

Petugas tanggap darurat

Petugas medis

7 Fasilitas Kesehatan Peralatan P3K

Ruang PK3

8 Rambu-rambu Rambu petunjuk, larangan, peringatan,


kewajiban, informasi

12
Pagar pekerja sementara

Pengaturan lalu lintas

9 Lain-Lain Terkait Pengendalian Peralatan pemadam kebakaran


Risiko K3
Peralatan tanggap darurat

Program audit internal dan pelaporan


kecelakaan

Pelaporan dan penyidikan kecelakaan

Sumber : Peraturan Menteri PUPR Nomor 21/PRT/M/2019

2.5 Job Safety Analysis (JSA)

2.5.1 Definisi Job Safety Analysis (JSA)

Job Safety Analysis (JSA) atau dikenal juga dengan Job Hazard
Analysis menurut Dougherty (1999) merupakan teknik analisis dengan empat
tahap sederhana yang digunakan untuk mengidentifikasi hazard yang
berhubungan dengan aktivitas pekerjaan seseorang dan untuk mengembangkan
pengendalian terbaik untuk mengurangi resiko. Selain itu, menurut Friend and
Kohn (2007), JSA juga merupakan teknik analisis yang dapat meningkatkan
keseluruhan kinerja perusahaan dengan mengidentifikasi dan memperbaiki
kejadian yang tidak diinginkan yang dapat mengakibatkan kecelakaan, penyakit,
cedera, dan mengurangi kualitas dan produksi.

2.5.2 Fungsi Job Safety Analysis

13
Dibawah ini terdapat beberapa fungsi job safety analysis (JSA) menurut
James E Roughton dalam Job Hazard Analysis A Guide for Voluntary
Compliance and Beyond From Hazard to Risk: Transforming the JSA from a Tool
to a Process, yang dibuat untuk :

1. Mengenali bahaya pada suatu pekerjaan.

2. menganalisa kemungkinan risiko bahaya yang dapat merugikan pada


orang, peralatan dan lingkungan.

3. Memikirkan langkah untuk mengendalikan resiko yang berhubungan


dengan suatu bahaya.

4. Memeriksa metoda kerja dan mengembangkan suatu prosedur kerja yang


aman.

5. Menyediakan suatu pendekatan yang konsisten kepada semua karyawan


dan kontraktor dengan mematuhi manajemen resiko pekerjaan.

2.5.3 Tujuan Job Safety Analysis (JSA)

Adapun tujuan job safety analysis (JSA) menurut Friend and Kohn (2007),
memiliki beberapa tujuan yang diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Penelaahan risiko yang ada pada suatu pekerjaan.

2. Pelaku job safety analysis (JSA) harus menyelediki segala jenis hazard
yang terdapat pada masing-masing pekerjaan.

3. Memikirkan cara untuk mencegah terjadinya cidera, atau kecelakaan.

4. Membantu pembuatan Prosedur Kerja yang aman (SOP).

2.5.4 Langkah-langkah dalam menyusun JSA

14
Langkah-langkah dalam menyusun JSA menurut Occupational Health
and Safety Act (OHSA) antara lain :

1. Menentuan Jenis Pekerjaan

Pekerjaan yang memiliki riwayat kecelakaan kerja paling parah


ataupun sering merupakan prioritas utama untuk dianalisa keselamatannya.
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam menentukan pekerjaan yang akan
dianalisa ialah sebagai berikut :

a. Tingkat keseringan kecelakaan kerja.

b. Tingkat kecelakaan yang menyebabkan cacat.

c. Potensi keparahan kecelakaan kerja.

d. Pekerjaan yang bersifat baru.

e. Pekerjaan yang memiliki riwayat hampir celaka (nearmiss).

2. Merinci urutan-urutan / langkah-langkah pekerjaan dari awal dimulai


pekerjaan sampai dengan selesainya pekerjaan.

3. Mengidentifikasi bahaya dan potensi kecelakaan kerja terhadap tiap-tiap


urutan kerja yang dilakukan.

4. Menentukan langkah pengendalian terhadap bahaya-bahaya tiap urutan


kerja yang dilakukan.

15
BAB 3. METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan

3.1.1 Waktu

Waktu penyusunan dan penyelesaian Proyek Akhir ini dilakukan selama 4 bulan,
yang akan dilaksanakan mulai bulan Januari 2020 – Juni 2020.

Tabel 3.1 Rencana Proyek Akhir

No. Kegiatan Januari Februari Maret April Mei Juni

1 Studi Literatur

2 Asistensi Proposal

3 Seminar Proposal

4 Pengambilan Data

5 Pengolahan Data

6 Seminar Hasil

16
7 Sidang PA

3.2.2 Tempat Pelaksanaan

Pengambilan data dan observasi dilakukan pada pekerjaan proyek Pembangunan


Hotel Gunawangsa Gresik Superblock yang berlokasi di Jln. Veteran 194 -
Gresik, Jawa Timur. Pada bulan Januari tahapan pembangunan Hotel
Gunawangsa Gresik Superblock masih dalam tahapan pembangunan Apartemen
Gunawangsa.

Gambar 3.1 Peta Lokasi Proyek Hotel Gunawangsa Gresik Superblock. (Sumber:
Google Earth)

3.2 Konsep Umum

Tahap awal penyelesaian proyek akhir ini adalah menyusun aktifitas


kegiatan proyek (work breakdown structure), selanjutnya identifikasi potensi
bahaya yang dapat terjadi dan mencari upaya pencegahan dari risiko yang dapat
terjadi dengan metode Job Safety Analysis (JSA), Selanjutnya menentukan
komponen biaya K3. Komponen biaya K3 mengacu pada Permen PUPR nomor :
21/PRT/M/2019 tentang “Biaya penyelenggaraan system manajemen keselamatan

17
dan kesehatan kerja (SMK3) konstruksi bidang pekerjaan umum” berdasarkan
risiko K3.

Data yang sudah didapatkan kemudian akan diolah dengan beberapa tahap.
Tahap awal dalam mengolah data. Selanjutnya dilakukan pembuatan aktifitas
pekerjaan, kemudian menganalisis resiko pekerjaan menggunakan metode JSA..
Kemudian akan dilanjutkan dengan pengelolaan dan perhitungan biaya untuk K3.

3.3 Pelaksanaan Observasi

Observasi dilakukan dengan cara langsung melihat lokasi untuk meninjau


kasus-kasus yang terjadi di proyek, selanjutnya merumuskan latar belakang
penelitian, masalah penelitian dan tujuan penelitian. Kemudian melakukan studi
kepustakaan yang digunakan sebagai bahan dan pedoman untuk penelitian ini.

3.4 Data dan Sumber Data

3.4.1 Data Primer

Data primer yaitu data yang dikumpulkan atau yang didapatkan dari data
pengamatan secara langsung di lokasi proyek, wawancara tentang rencana jumlah
tenaga kerja, perencanaan K3, komponen pekerjaan dan yang berkaitan dengan
topik penelitian kepada pemimpin dan karyawan perusahaan yang berkompeten
sesuai dengan objek penelitian yang diambil di proyek pembangunan Hotel
Gunawangsa Gresik Superblock

3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder didapatkan di lapangan berupa standar atau prosedur dan


peraturan mengenai Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(SMK3), dan daftar Alat Pelindung Diri (APD) yang digunakan di lokasi

18
penelitian serta sumber-sumber literatur yang didapatkan dari buku dan jurnal
/penelitian terdahulu.

3.5 Pengolahan Data

Pada tahap pengolahan data yang didapatkan dari hasil observasi yang
telah dilakukan. Tahap awal dalam mengolah data observasi adalah
menggabungkan antara hasil wawancara dengan data-data lapangan, baik itu data
sekunder maupun data primer guna mempermudah untuk mendapat
peneyelesaiannya.

Tahap pengolahan data yang dimaksud adalah :

1. Mengumpulkan semua data yang diperoleh dari hasil observasi dilapangan


maupun hasil wawancara dengan karyawan yang bersangkutan.

2. Data yang dikumpul dari hasil observasi dan wawancara di lapangan


dibuatlah transkip data dengan mencatat atau menulis kembali seluruh data yang
diperoleh seperti apa adanya tanpa memberi kesimpulan.

3. Melakukan analisis dengan membuat menyusun aktifitas proyek (Work


Breakdwon Structure) yang hanya terbatas pada pekerjaan persiapan, struktur, dan
arsitektur.

4. Menentukan potensi bahaya yang dapat terjadi dan mencari upaya


pencegahan dari risko yang dapat terjadi dengan metode Job Safety Analysis
(JSA)

5. Kemudian menentukan komponen biaya Keselamatan dan kesehatan kerja,


komponen biaya K3 mengacu pada Permen PUPR Nomor : 21/PRT/M/2019.

6. Selanjutnya dilakukan perhitungan biaya keselamatan dan kesehatan kerja


berdasarkan volume, waktu dan harga satuan yang diambil dari proyek sejenis
yang berada di proyek pembangunan Hotel Gunawangsa Gresik Superblock.

19
3.6 Tahap Pelaksanaan

Mulai

Studi
Literatur

Observasi Pendahuluan

Pengambilan Data
(Data Lapangan dan
Data Kepustakaan)

Data Primer :
Observasi : kondisi - BQ
proyek - Struktur organisasi
Pengumpulan data - Gambar denah
wawancara ( rencana - SOP
jumlah tenaga kerja,
komponen pekerjaan,
perencanaan K3, dan
potensi bahaya)

Pembuatan WBS pada pekerjaan persiapan, struktur, dan


arsitektur

20
Potensi bahaya yang terjadi dan upaya pencegahannya menggunakan
metode JSA

Perhitungan biaya K3

Prosentase biaya K3 dari nilai kontrak

Kesimpulan dan saran

Selesai

(Gambar 3.2 Flowchart Tahapan Pelaksanaan)

Metodologi adalah suatu cara atau langkah yang ditempuh dalam


memecahkan suatu persoalan dengan mempelajari, mengumpulkan, mencatat dan
menganalisa semua data-data yang diperoleh. Metodologi merupakan langkah
awal dari pembuatan suatu penulisan karya ilmiah yang menuntut penyusunannya
secara sistematis. Dalam metode penyusunan laporan ini langkah pertama yang
dilakukan adalah melakukan studi pustaka yaitu tinjauan teori yang berhubungan
dengan proyek yang bersangkutan. Studi pustaka ini diambil dari buku-buku
(literatur-literatur) atau diktat mata kuliah yang berhubungan dengan pembuatan
proyek akhir tersebut.

21
Setelah itu dilakukan pengumpulan data yang meliputi data primer dan
data sekunder. Data primer diperoleh dari observasi dan informasi di lapangan.
Sedangkan data sekunder diperoleh dari literatur-literatur yang berhubungan
dengan pembuatan proyek akhir tersebut, juga data tercatat dari narasumber yang
terkait.

Data yang diperoleh kemudian diseleksi dan dikumpulkan, jika masih terdapat
kekurangan diusahakan untuk dilengkapi. Setelah semua data yang diperlukan
terkumpul kemudian dilakukan evaluasi dan analisis untuk mendapatkan data
yang benar dan akurat yang selanjutnya penyusunan laporan dapat dilakukan.

3.7 Tahap Persiapan

Tahap persiapan merupakan rangkaian kegiatan sebelum memulai pengumpulan


data dan pengolahannya. Dalam tahap awal ini disusun hal-hal penting untuk
mengefektifkan waktu dan kegiatan yang dilakukan. Adapun tahapan tersebut
antara lain :

1. Studi pustaka mengenai masalah yang berhubungan dengan penentuan


potensi bahaya dan penyelesaiannya serta komponen biaya K3.
2. Menentukan kebutuhan data.
3. Mendata instansi yang akan dijadikan narasumber wawancara, wawancara
akan dilakukan dilakukan dengan pemimpin proyek, karyawan proyek serta pihak
yang terkait dengan penelitian.
4. Survey ke lokasi untuk mendapatkan gambaran umum kondisi di lapangan

3.8 Tahap Perolehan Data

Dalam proses perencanaan, diperlukan analisis yang teliti. Semakin rumit


permasalahan yang dihadapi maka makin kompleks pula analisis yang akan
dilakukan. Untuk dapat melakukan analisis yang baik, diperlukan data/informasi,
teori konsep dasar dan alat bantu yang memadai, sehingga kebutuhan akan data

22
sangat mutlak diperlukan. Data primer diperoleh dengan wawancara dilapangan.
Dalam penyusunan laporan proyek akhir ini sebagian besar merupakan data
sekunder dari pihak pemilik Proyek Hotel Gunawangsa Gresik Superblock, Jawa
Timur.

Gambar 3.2 Hotel Gunawangsa Gresik Superblock (Sumber: Gunawangsa Gresik


Superblock )

Data-data sekunder yang digunakan dalam perencanaan ini diperoleh dari instansi
yang tersebut diatas adalah sebagai berikut :

1) Gambar Denah
Gambar denah adalah gambar yang menunjukan lokasi, letak tata ruang
dari suatu tempat ke tempat berikutnnya, dan yang menunjukan tempat ke tempat
lain. Gambar denah berfungsi untuk menunjukkan :

a) Fungsi ruang

b) Sirkulasi ruang

c) Dimensi ruang

d) Letak pintu dan bukaan

e) Isi ruang

23
f) Fungsi utilitas ruang, air, listrik, ac, dan lain-lain

2) Data lain :
a) Struktur Organisasi
b) Data nilai kontrak
c) BQ
d) SOP
Adapun metode perolehan data sekunder dalam proyek akhir ini dilakukan dengan
cara :
1. Metode literatur yaitu suatu metode yang digunakan untuk mendapatkan
data dengan cara mengumpulkan, mengidentifikasikan dan mengolah data.
2. Metode wawancara yaitu metode yang digunakan untuk mendapatkan data
dengan cara melakukan wawancara kepada narasumber terkait kondisi Proyek
Pembangunan Hotel Gunawangsa Gresik Superblock.

3.9 Analisis Data

3.9.1Pembuatan WBS

Work Breakdown Struktur (WBS) adalah alat manajemen mendasar yang


mendefinisikan proyek melalui level aktivitas yang bisa diidentifikasi,
dimanajemen dan dikendalikan dengan jelas. Work Breakdown structure (WBS)
didasarkan pada gambar proyek, atau secara umum dari dokumen kontrak. Setiap
proyek dibagi menjadi beberapa tingkatan. Tingkat level dari WBS tergantung
dari kebutuhan, dengan syarat bahwa level adalah pekerjaaan yang masih bisa
dimonitoring dan dikontrol.

3.9.2Analisis JSA

24
JSA adalah metode yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi, menganalisa
dan mencatat setiap langkah dalam melakukan pekerjaan tertentu, berkaitan
dengan potensi bahaya keselamatan dan kesehatan yang ada, serta menentukan
tindakan untuk mencegah atau mengurangi bahaya / risiko. Hal-hal yang
dilakukan dalam penerapan JSA antara lain :

1) Identifikasi bahaya yang berhubungan dengan setiap pekerjaan yang


berpotensi menimbulkan bahaya.

2) Menentukan bagaimana mengendalikan bahaya.

3) Melengkapi setiap area kerja dengan rambu-rambu peringatan (signboard).

4) Berkonsultasi dengan pihak OSHA dalam pengembangan prosedur dan


aturan kerja yang khusus untuk setiap pekerjaan.

Penerapan Job Safety Analysis dapat diterapkan pada beberapa jenis pekerjaan
atau tempat kerja. Prioritas utamanya adalah jenis pekerjaan sebagai berikut :

1. Pekerjaan dengan tingkat bahaya / risiko tertinggi.

2. Pekerjaan dengan potensi bahaya berat atau cedera atau sakit, bahkan jika
tidak ada riwayat kecelakaan sebelumnya.

3. Pekerjaan di mana salah satu kesalahan sederhana manusia yang bisa


menyebabkan kecelakaan atau cedera parah.

4. Pekerjaan yang baru beroperasi atau telah mengalami perubahan dalam


proses dan prosedurnya.

25
26
Tabel 3.1 Rencana Proyek Akhir

No. Kegiatan Januari Februari Maret April Mei Juni

1 Studi Literatur

2 Asistensi Proposal

3 Seminar Proposal

4 Pengambilan Data

5 Pengolahan Data

6 Seminar Hasil

7 Sidang PA

27
DAFTAR PUSTAKA

Anita Trisiana, and Anik Ratnaningsih, 2019, Jurnal tentang Perencanan Biaya
Risiko K3 pada Proyek Pembangunan Gedung Bertingkat menggunakan Metode
Job Safety Analysis (JSA), Konferensi Nasional Teknik Sipil dan Infrastruktur-II
Jurusan Teknik Sipil Universitas Jember, 13 November 2019

Arif Setiawan, and Rijal Abdullah, 2019, Jurnal tentang Job Safety Analysis dan
Rencana Anggaran Biaya Dalam Rangka Penerapan Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja di PT. Tebo Agung International, Kabupaten
Tebo, Provinsi Jambi, Jurnal Bina Tambang, Vol. 4, No. 1 ISSN: 2302-3333

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan, 2017, Jumlah


Klaim BPJS Ketenagakerjaan. http://www.bpjsketenaga
kerjaan.go.id/page/Laporan-Kinerja/JumlahKasus-Jaminan.html. d

Hebbie Ilma Adzim, S.ST. 2020. Job Safety Analysiss.


https://sistemmanajemenkeselamatankerja.blogspot.com/2014/10/job-safety-
analysis-jsa.html. (Diakses pada 18 Januari 2020)

Muchlisin Riadi. 2017. Pengertian, Tujuan dan Prinsip Keselamatan Kesehatan


Kerja (K3).

https://www.kajianpustaka.com/2017/12/pengertian-tujuan-dan-prinsip
keselamatan-kesehatan-kerja-k3.html . (Diakses pada 06 Desember 2017)

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia


Nomor 21/PRT/M/2019 tentang Pedoman sistem manajemen keselamatan
konstruksi.

Reini D., Felix Adhiwira, Putra, Rani G., and Meifrinaldi, 2019, Jurnal tentang
Tantangan Penerapan Alokasi Anggaran Biaya SMK3 pada Kontrak Konstruksi
Proyek Berisiko Tinggi, Vol. 26 No.1, April 2019

28
Thresia Deisy, Rawis Jermias Tjakra, and Tisano Tj. Arsjad Jurnal tentang
Perencanaan Biaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Pada proyek
Konstruksi Bangunan (Studi Kasus : Sekolah ST. Ursula Kotamobagu), 2016,
Jurnal Sipil Statik Vol.4 No.4 April 2016 (241-252) ISSN: 2337-6732

29

Anda mungkin juga menyukai