Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH TENTANG

TANAMAN PANDAN

KELOMPOK:
1.
2.
3.
4.
5.
6.

KELAS XI TSM 1
SMK NEGERI 6 GARUT
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Pandan merupakan segolongan tumbuhan monokotil dari genus Pandanus.
Sebagian besar anggotanya tumbuh di pantai-pantai daerah tropika. Anggota
tumbuhan ini dicirikan dengan daun yang memanjang seperti daun palem atau
rumput, seringkali tepinya bergerigi. Tanaman pandan memiliki akar besar dan akar
tunjang yang menopang tumbuhan ini. Berbagai jenis pandan menyebar di Afrika
Timur, Asia Tenggara, Australia hingga kepulauan Pasifik.
Jenis pandan ada 600 jenis di seluruh dunia, di antaranya adalah Buah merah
(Pandanus conoideus) dari Papua, Pandan wangi (Pandanus ammaryllifolius),
Pandan laut (Pandanus tectorius), Pandan Melintir (Pandanus utilis), Pandan putih
(Pandanus baphtisii), Pandan afrika (Pandanus pygmeus). Pandan bali, yang sering
dijadikan tanaman hias, bukanlah anggota Pandanus melainkan Cordyline australis.
Pada ekspedisi tumbuhan bahan pangan alami yang dilakukan LIPI dan Yayasan
Kehati bulan September dan Oktober 2006 di Serui, Papua, ditemukan 14 jenis
pandan baru yang belum teridentifikasi.
Pandan wangi adalah jenis tumbuhan monokotil dari famili Pandanaceae
yang memiliki daun beraroma wangi yang khas. Daunnya merupakan komponen
penting dalam tradisi masakan Indonesia dan negara-negara Asia Tenggara lainnya.
Tumbuhan ini mudah dijumpai di pekarangan atau tumbuh liar di tepitepi selokan
yang teduh.
2. Rumusan Masalah
a. Bagaimana taksonomi tanaman pandan wangi?
b. Bagaimana ciri morfologi tanaman pandan wangi?
c. Bagaimana syarat tumbuh tanaman pandan wangi?
d. Bagaimana kandungan dari tanaman pandan wangi?
e. Bagaimana cara budidaya tanaman pandan wangi?
3. Tujuan Makalah
a. Untuk mengetahui taksonomi tanaman pandan wangi
b. Untuk mengetahui cirri morfologi tanaman pandan wangi
c. Untuk mengetahui syarat tumbuh tanaman pandan wangi
d. Untuk mengetahui kandungan pada tanaman pandan wangi
e. Untuk mengetahui cara budidaya tanaman pandan wangi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Indonesia sebagai negara tropis memiliki beraneka tanaman yang dapat


dimanfaatkan untuk kepentingan manusia. Masyarakat Indonesia sejak jaman dahulu
telah mengenal dan memanfaatkan tanaman yang mempunyai khasiat obat atau
menyembuhkan penyakit. Tanaman tersebut dikenal dengan sebutan tanaman obat
tradisional atau obat herbal. Salah satu tanaman tersebut adalah daun pandan wangi
(Pandanus amaryllifolius) (Dalimartha, 2000).
Pandan wangi (Pandanus amaryllifolius) atau biasa disebut pandan saja adalah
jenis tanaman monokotil dari famili Pandanaceae. Daunnya merupakan komponen
penting dalam tradisi masakan Indonesia dan negara-negara Asia Tenggara lainnya. Di
beberapa daerah, tanaman ini dikenal dengan berbagai nama antara lain: Pandan
Rampe, Pandan Wangi (Jawa); Seuke Bangu, Pandan Jau, Pandan Bebau, Pandan
Rempai (Sumatera); Pondang, Pondan, Ponda, Pondago (Sulawesi); Kelamoni,
Haomoni, Kekermoni, Ormon Foni, Pondak, Pondaki, Pudaka (Maluku); Pandan
Arrum (Bali), Bonak (Nusa Tenggara) (Rohmawati, 1995).
Pandan wangi merupakan tanaman perdu, tingginya sekitar 1-2 m. Tanaman ini
mudah dijumpai di pekarangan atau tumbuh liar di tepi-tepi selokan yang teduh.
Batangnya bercabang, menjalar, pada pangkal keluar akar tunjang. Daun pandan wangi
berwarna hijau, diujung daun berduri kecil, kalau diremas daun ini berbau wangi. Daun
tunggal, dengan pangkal memeluk batang, tersusun berbaris tiga dalam garis spiral.
Helai daun tipis, licin, ujung runcing, tepi rata, bertulang sejajar, panjang 40-80 cm,
lebar 3-5 cm, dan berduri tempel pada ibu tulang daun permukaan bawah bagian ujung-
ujungnya. Beberapa varietas memiliki tepi daun yang bergerigi (Dalimarta, 2000).
Daun pandan wangi banyak memiliki manfaat, sebagai rempah-rempah dalam
pengolahan makanan, pemberi warna hijau pada masakan, dan juga sebagai bahan baku
pembuatan minyak wangi. Daunnya harum kalau diremas atau diiris-iris. Selain itu
daun pandan wangi juga memiliki banyak manfaat dalam bidang pengobatan, antara
lain (Tsalies, 2004)
BAB III
PEMBAHASAN

Sistematika taksonomi tanaman ini dapat dijelaskan sebagai berikut:


Kingdom :Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Pandanales
Famili : Pandanaceae
Genus : Pandanus
Spesies : Pandanus amaryllifolius
Pandan merupakan jenis tanaman yang terdiri dari beberapa jenis, ada pandan
berduri yang biasa untuk dijadikan bahan anyaman dan juga ada pandan wangi yang
memiliki nama latin Pandanus amaryllifolius Roxb. Tanaman ini dipercayai berasal
dari Bangka, Indonesia serta telah tersebar luas di kawasan Asia Tenggara. Tanaman
pandan wangi tumbuh di daerah tropis dan banyak ditanam di halaman atau di kebun.
Tanaman pandan wangi memiiki Batang yang berbentuk bulat dengan bekas duduk
daun, bercabang, menjalar, serta terdapat akar tunjang yang keluar di sekitar pangkal
batang dan cabang. Pandan memiliki daun tunggal, duduk, dengan pangkal memeluk
batang, tersusun berbaris tiga dalam garis spiral. Helaian daunnya berbentuk pita, tipis,
licin, ujung runcing, tepi rata, bertulang sejajar, panjang 40 – 80 cm, lebar 3 – 5 cm,
berduri tempel pada ibu tulang daun permukaan bawah bagian ujung-ujungnya, warna
hijau. Bunga majemuk, bentuk bongkol, warnanya putih. Tinggi tanaman ini dapat
mencapai 1-2 meter. Buahnya buah batu, menggantung, bentuk bola, diameter 4 – 7,5
cm, dinding buah berambut, warnanya jingga. Sejenis tumbuhan yang sejuk, daunnya
berbau wangi sesuai dijadikan perasa makanan, pewarna dan pewangi.
Syarat tumbuh tanaman pandan merupakan tumbuhan khas kawasan tropik.
Pandan wangi banyak tumbuh secara liar di lahan terbuka, tetapi ada juga yang
menanamnya di perkebunan. Tumbuhan ini akan tumbuh subur bila ditanam di tepi
sungai, rawa dan di tempat-tempat yang agak lembab. Tetapi hendaknya tidak ditanam
di dataran yang ketinggiannya melebihi 500 mdpl.
Manfaat pandan untuk kehidupan manusia adalah sebagai zat pewarna alami
makanan sekaligus sebagai pewangi karena pandan wangi menimbulkan aroma yang
khas. Biasanya digunakan untuk pembuatan kue dan minuman. Selain untuk pengawet
dan pewangi, tanaman ini juga kerap dimanfaatkan sebagai obat tradisional.
Pandan wangi mengandung flavonoid, polifenol, saponin, minyak atsiri, alkaloid,
tannin, dan zat warna.
Cara budidaya tanaman pandan wangi ialah sebagai berikut :
1. Persiapan lahan
Lahan dibersihkan dari segala gulma secara mekanis menggunakan parang
atau slesher tangan maupun traktor, atau secara kimiawi menggunakan herbisida.
Setelah pengolahan tanah dibuat lubang 20 cm x 20 cm x 20 cm dengan jarak 1 m
x 1 m. Pada tiap lubang tanam diberi pupuk kandang sebanyak 2 kg. Pada saat
menggali lubang, tanah bagian atas dipisahkan dengan tanah bagian bawah, dan
lubang dibiarkan terbuka satu minggu untuk memberi kesempatan tanah mengalami
perbaikan fisik, kimia dan biologi. Pada saat menimbun tanah lapisan atas
digunakan untuk menimbun bibit di lapisan bawah dan tanah lapisan bawah
diletakkan diatasnya. Pupuk dasar: Lubang tanam yang telah dikelantang diberikan
pupuk dasar berupa pupuk organik 2 kg per lubang tanam yang dicampur dengan
tanah galian lapisan atas dengan perbandingan 1:1.
2. Persiapan bibit
Tanaman pandan wangi diperbanyak melalui tunas dan anakan yang
tumbuh dari pangkal batang induk. Pilih bibit pandan yang berkualitas baik dari
anakan yang sehat dan segar. Anakan yang diambil sebagai bibit harus memiliki
akar dengan tinggi bibit maksimal 100 cm dengan jumlah daun minimal 5 helai.
Potong tunas pada pangkal batangnya persis pada permukaan batang induknya.
Daun-daun anakan yang telah tua dipotong setengahnya dan 2-3 daun muda
dibiarkan utuh. Bibit pandan disimpan ditempat yang teduh sebelum dibawa ke
lahan.
3. Penanaman
Penanaman pandan dilakukan sebagai berikut:
1) Letakkan bibit di dalam lubang tanam yang telah diberi pupuk dasar
2) Akar dan sebagian pangkal batang bibit ditimbun dengan sisa campuran pupuk
kandang dan tanah lapisan atas sampai rata dengan permukaan anah asal. Tanah
galian lapisan bawah digunakan untuk menambah timbunan lubang tanam
sehingga permukaan tanah di sekitar batang pandan lebih tinggi dibanding
permukaan tanah asal.
3) Padatkan timbunan tanah dan dibuat piringan radius 75 cm dari pangkal batang.
4. Pemeliharaan
a. Penyiraman
Perawatan yang paling mendasar untuk tanaman pandan adalah
menyiramnya dengan rutin. Idealnya, pandan harus disiram dengan frekuensi
sebanyak dua kali sehari. Namun jika cuaca sedang hujan kurangi intensitas
penyiraman tersebut agar media tanam tidak terlalu lembab dan mengakibatkan
akarnya membusuk.
b. Penyiangan
Pembersihan gulma dilakukan pada semua areal tanaman sekeliling
tanaman pada radius 75 cm dari pangkal batang. Pembersihan gulma diluar
piringan tanaman cukup dengan memotong gulma yang tumbuh dan
dipertahankan gulma yang tumbuh tidak melebihi 10 cm dari permukaan tanah.
Pembersihan gulma dilakukan 4 kali setahun.
c. Pemupukan
Pandan juga harus diberi pupuk setiap sebulan sekali agar kandungan
unsur hara di media tanam terjaga. Paling baik gunakan pupuk organik seperti
pupuk kandang dan pupuk kompos. Usahakan pemberian pupuk disesuaikan
dengan petunjuk di kemasan sehingga tidak merusak kondisi dan komposisi
media tanam.
Pemupukan dilakukan dua kali setahun yaitu pada awal musim
penghujan dan akhir musim penghujan, masing-masing setengah takaran. Pada
umur 0-2 tahun diberi pupuk NPK sebanyak 100 g/ph/th dan setelah umur 2
tahun sebanyak 200 g/ph/th.
d. Pengendalian Hama dan Penyakit
Pengendalian penyakit pada umumnya dilakukan pada penyakit bercak
daun yang disebabkan oleh berbagai cendawan. Bercak umumnya berwarna
kekuningan, dan pada bagian bawah daun terdapat spora cendawan yang
menempel. Cara pengendaliannya dengan cara mengurangi naungan sehingga
sinar matahari dapat masuk lebih banyak atau menyemprot tanaman dengan
larutan fungisida 2%. Hama penting yang menyerang tanaman pandan adalah
pengerek pucuk, yang mengakbatkan pucuk tanaman layu dan bila dicabut
terlihat bekas gerekan larva. Tanaman yang terserang tidak dapat tumbuh tinggi
lagi dan produksi daun berhenti, namun daun yang tersisa masih dapat dipanen
dan menua dengan sendirinya. Tanaman yang terserang sebaiknya dibongkar
dan dibakar di suatu tempat untuk menghindari penularan ke tanaman lainnya
dan mencegah serangan sekunder yang umumnya penyakit yang disebabkan
oleh jamur. Cara lain untuk mencegah serangan hama ini adalah dengan
membuat perangkap berupa kotak yang sisi-sisinya terbuat dari kawat kasa dan
diberi pintu. Di dalam kotak digantungkan lampu lentera dan persis di bawah
lentera disediakan cawan berisi air. Perangkap dipasang malam hari dan setiap
pagi diperiksa. Bila terdapat kupu-puku /ngengat yang terperangkap segera
dimusnahkan.
e. Pemangkasan
Apabila sudah mampu menyesuaikan diri terhadap lingkungan barunya,
maka pandan mudah sekali berkembang biak. Itu sebabnya diharuskan
memangkas pandan supaya pertumbuhan dan perkembangannya tetap baik.
Lakukan pemangkasan pada pandan-pandan yang tumbuh tidak sempurna,
berusia tua, kurang subur, dan tampak berpenyakit.
5. Panen
Tahun ketiga setelah tanam, dilakukan panen pertama dan seterusnya
dengan selang 1.5-2 bulan. Panen ini dapat berlangsung 10-20 tahun, tapi sebaiknya
setiap tahun dilakukan peremajaan terhadap tanaman yang kurang menghasilkan
atau mati. Pada enam bulan pertama pemanenan dilakukan sebulan sekali sebanyak
enam lembar per pokok. Pada bulan ketujuh dan seterusnya, setiap 20 hari sekali
sebanyak enam lembar masing-masing dua lembar pada setiap sisi.
BAB IV
PENUTUP

1) Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari makalah diatas antara lain :
a. Pandan wangi mengandung flavonoid, polifenol, saponin, minyak atsiri,
alkaloid, tannin, dan zat warna.
b. Tanaman pandan wangi memiiki batang yang berbentuk bulat dengan bekas
duduk daun, bercabang, menjalar, serta terdapat akar tunjang yang keluar
di sekitar pangkal batang dan cabang.
c. Tumbuhan pandan wangi akan tumbuh subur bila ditanam di tepi sungai,
rawa dan di tempat-tempat yang agak lembab tetapi hendaknya tidak
ditanam di dataran yang ketinggiannya melebihi 500 mdpl.
d. Budidaya tanaman pandan wangi meliputi persiapan lahan dan bibit,
penanaman, serta pemeliharaan.
DAFTAR PUSTAKA

Dalimarta. 2000. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Bogor: Trubus. Agriwidya.


Rohmawati. 1995. Budidaya Pandan Wangi. Yogyakarta : Kanisius.
Tsalies. 2004. Khasiat Pandan Wangi. Jakarta : Airlangga.

Anda mungkin juga menyukai