Mata Kuliah
Perencanaan Kota Berbasis Mitigasi Bencana
TPL 410
Oleh:
Fani Apriliani 2013-22-050
Firda Amanda 2013-22-009
Rey Noviar Oetami 2013-22-055
Siti Cahaya Rani 2013-22-008
i
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah .................................................................................. 2
1.3 Tujuan ........................................................................................................ 3
1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................... 3
1.4.1 Manfaat Secara Teoritis ................................................................... 3
1.4.2 Manfaat Secara Praktis ..................................................................... 3
1.5 Ruang Lingkup Penelitian ......................................................................... 3
1.5.1 Ruang Lingkup Wilayah ................................................................... 3
1.5.2 Ruang Lingkup Substansi ................................................................. 4
ii
2.1.2.5 Upaya Penanggulangan Banjir ............................................. 16
2.1.3 Kesiapsiagaan ................................................................................... 17
2.1.3.1 Pengertian Kesiapsiagaan ..................................................... 17
2.1.3.2 Upaya Kesiapsiagaan ........................................................... 17
2.2 Penelitian Terdahulu .................................................................................. 20
2.3 Kerangka Berpikir ..................................................................................... 21
2.4 Kerangka Konsep ...................................................................................... 21
2.5 Hipotesis .................................................................................................... 23
iii
4.1.2.3 Hidrologi ........................................................................... 34
4.1.2.4 Penggunaan Lahan ............................................................ 34
4.1.2.5 Kependudukan ................................................................... 34
4.1.2.6 Fasilitas ............................................................................. 35
4.1.2.7 Utilitas Drainase ................................................................ 36
4.1.3 Perumahan Mustika Tigaraksa ...................................................... 37
4.2 Pembahasan ............................................................................................... 37
4.2.1 Karakteristik Banjir ....................................................................... 37
4.2.2 Penyebab Permasalahan Banjir ..................................................... 41
4.2.3 Strategi Penanggulangan Banjir .................................................... 43
4.2.3.1 Eksisting ............................................................................ 43
4.2.3.2 Rencana ............................................................................. 45
DAFTAR PUSTAKA
iv
DAFTAR DIAGRAM
Diagram 4.1 Causal Loop Diagram Banjir ..................................................... 43
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Citra Satelit Perumahan Mustika Tigaraksa ................................ 5
Gambar 1.2 Perumahan Mustika Tigaraksa Secara Administratif .................. 6
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir ....................................................................... 22
Gambar 2.2 Kerangka Konsep ........................................................................ 23
Gambar 3.1 Variabel Penelitian ...................................................................... 27
Gambar 4.1 Kantor Kepala Desa Pasirnangka ................................................ 30
Gambar 4.2 Penggunaan Lahan Sawah Desa Matagara .................................. 34
Gambar 4.3 Lokasi Banjir di Perumahan Mustika Tigaraksa ......................... 37
Gambar 4.4 Kondisi Banjir ............................................................................. 38
Gambar 4.5 Kondisi Saluran Drainase Sekunder di Lokasi Penelitian ........... 39
Gambar 4.6 Kondisi Saluran Drainase Tersier di Lokasi Penelitian .............. 39
Gambar 4.7 Kondisi Tanggul di Sungai Cimanceuri ...................................... 40
Gambar 4.8 Tempat Pengungsian Banjir ........................................................ 40
Gambar 4.9 Pendangkalan dan Penyempitan Sungai Cimanceuri .................. 41
Gambar 4.10 Kondisi Rumah yang Ditinggikan ............................................. 44
Gambar 4.11 Desain Lubang Biopori ............................................................. 46
Gambar 4.12 Desain Sumur Resapan .............................................................. 47
Gambar 4.13 Desain Smart Rubber ................................................................ 49
Gambar 4.14 Desain Smart Rubber di Rumah ................................................ 49
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ....................................................................... 20
Tabel 3.1 Kebutuhan Data Penelitian .............................................................. 28
Tabel 4.1 Penduduk Menurut Kelompok Umur di Desa Pasirnangka 2014 ... 31
Tabel 4.2 Fasilitas Pendidikan di Desa Pasirnangka 2014 .............................. 31
Tabel 4.3 Fasilitas Kesehatan di Desa Pasirnangka 2014 ............................... 32
Tabel 4.4 Penduduk Menurut Kelompok Umur di Desa Matagara 2014 ....... 34
Tabel 4.5 Fasilitas Pendidikan di Desa Matagara 2014 .................................. 35
Tabel 4.6 Fasilitas Kesehatan di Desa Matagara 2014 ................................... 35
v
DAFTAR PUSTAKA
Banjir Jakarta dan Solusinya. Kontributor: Deddy Supriadi (Kepala Seksi Evaluasi
DAS BP DAS Citarum Ciliwung). Sumber: bpdas-citarum-ciliwung.net
(diakses pada 7 Maret 2016)
https://bebasbanjir2025.wordpress.com/artikel-tentang-banjir/deddy-
supriadi/
10 Kabupaten dan Kota di Sumatera Barat dilanda Banjir. Penulis: Andri El Faruqi.
Sumber: Tempo.co (diakses pada 8 Maret 2016)
https://m.tempo.co/read/news/2016/02/09/058743231/10-kabupaten-dan-
kota-di-sumatera-barat-dilanda-banjir
10 Cara Mengatasi dan Mencegah Banjir di Indonesia. Penulis: Andhini Setya.
(diakses pada 8 Maret 2016)
http://berbagi-10.blogspot.com/2013/12/10-cara-mengatasi-dan-mencegah-
banjir.html
vi
BAB 1
PENDAHULUAN
Pertanyaan penelitian:
1. Bagaimana karakteristik bencana banjir di Perumahan Mustika Tigaraksa?
2. Apa penyebab permasalahan bencana banjir di Perumahan Mustika Tigaraksa?
3. Bagaimana strategi yang tepat dalam upaya pengendalian bencana banjir di Perumahan
Mustika Tigaraksa?
2
1.3 Tujuan
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan:
1. mengidentifikasi karakteristik bencana banjir di Perumahan Mustika Tigaraksa.
2. menganalisis penyebab permasalahan bencana banjir di Perumahan Mustika Tigaraksa.
3. merumuskan strategi upaya pengendalian bencana banjir di Perumahan Mustika
Tigaraksa.
4
Gambar 1.1
Citra Satelit Perumahan Mustika Tigaraksa
Sumber: maps.google.co.id
5
Gambar 1.2
Perumahan Mustika Tigaraksa Secara Administratif
6
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teori-Teori
2.1.1 Bencana
2.1.1.1 Definisi Bencana
Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana
menyebutkan definisi bencana yaitu peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam
dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh
faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan
timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan
dampak psikologis. Definisi tersebut menyebutkan bahwa bencana disebabkan oleh
faktor alam, non alam, dan manusia. Oleh karena itu, Undang-Undang Nomor 24 Tahun
2007 tersebut juga mendefinisikan mengenai bencana alam, bencana nonalam, dan
bencana sosial.
7
karena peristiwa tersebut bukan hanya bahaya atau malapetaka tanpa keterlibatan
manusia. Besarnya potensi kerugian juga tergantung pada bentuk bahayanya sendiri,
mulai dari kebakaran, yang mengancam bangunan individual, sampai peristiwa tubrukan
meteor besar yang berpotensi mengakhiri peradaban umat manusia.Namun demikian
pada daerah yang memiliki tingkat bahaya tinggi (hazard) serta memiliki
kerentanan/kerawanan (vulnerability) yang juga tinggi tidak akan memberi dampak yang
hebat/luas jika manusia yang berada disana memiliki ketahanan terhadap bencana
(disaster resilience). Konsep ketahanan bencana merupakan valuasi kemampuan sistem
dan infrastruktur-infrastruktur untuk mendeteksi, mencegah & menangani tantangan-
tantangan serius yang hadir. Dengan demikian meskipun daerah tersebut rawan bencana
dengan jumlah penduduk yang besar jika diimbangi dengan ketetahanan terhadap
bencana yang cukup.
8
daerah-daerah menderita banjir musiman, kekeringan atau badai tropis (siklon,
taifoun) dikenal terjadi pada daerah-daerah tertentu.
9
b. Letusan gunung api merupakan bagian dari aktivitas vulkanik yang dikenal dengan
istilah "erupsi". Bahaya letusan gunung api dapat berupa awan panas, lontaran
material (pijar), hujan abu lebat, lava, gas racun, tsunami dan banjir lahar.
c. Tsunami berasal dari bahasa Jepang yang berarti gelombang ombak lautan ("tsu"
berarti lautan, "nami" berarti gelombang ombak). Tsunami adalah serangkaian
gelombang ombak laut raksasa yang timbul karena adanya pergeseran di dasar laut
akibat gempa bumi.
d. Tanah longsor merupakan salah satu jenis gerakan massa tanah atau batuan, ataupun
percampuran keduanya, menuruni atau keluar lereng akibat terganggunya kestabilan
tanah atau batuan penyusun lereng.
e. Banjir adalah peristiwa atau keadaan dimana terendamnya suatu daerah atau daratan
karena volume air yang meningkat.
f. Banjir bandang adalah banjir yang datang secara tiba-tiba dengan debit air yang besar
yang disebabkan terbendungnya aliran sungai pada alur sungai.
g. Kekeringan adalah ketersediaan air yang jauh di bawah kebutuhan air untuk
kebutuhan hidup, pertanian, kegiatan ekonomi dan lingkungan. Adapun yang
dimaksud kekeringan di bidang pertanian adalah kekeringan yang terjadi di lahan
pertanian yang ada tanaman (padi, jagung, kedelai dan lain-lain) yang sedang
dibudidayakan.
h. Kebakaran adalah situasi dimana bangunan pada suatu tempat seperti
rumah/pemukiman, pabrik, pasar, gedung dan lain-lain dilanda api yang
menimbulkan korban dan/atau kerugian.
i. Kebakaran hutan dan lahan adalah suatu keadaan di mana hutan dan lahan dilanda
api, sehingga mengakibatkan kerusakan hutan dan lahan yang menimbulkan kerugian
ekonomis dan atau nilai lingkungan. Kebakaran hutan dan lahan seringkali
menyebabkan bencana asap yang dapat mengganggu aktivitas dan kesehatan
masyarakat sekitar.
j. Angin puting beliung adalah angin kencang yang datang secara tiba-tiba, mempunyai
pusat, bergerak melingkar menyerupai spiral dengan kecepatan 40-50 km/jam hingga
menyentuh permukaan bumi dan akan hilang dalam waktu singkat (3-5 menit).
10
k. Gelombang pasang atau badai adalah gelombang tinggi yang ditimbulkan karena efek
terjadinya siklon tropis di sekitar wilayah Indonesia dan berpotensi kuat
menimbulkan bencana alam. Indonesia bukan daerah lintasan siklon tropis tetapi
keberadaan siklon tropis akan memberikan pengaruh kuat terjadinya angin kencang,
gelombang tinggi disertai hujan deras.
l. Abrasi adalah proses pengikisan pantai oleh tenaga gelombang laut dan arus laut yang
bersifat merusak. Abrasi biasanya disebut juga erosi pantai. Kerusakan garis pantai
akibat abrasi ini dipicu oleh terganggunya keseimbangan alam daerah pantai tersebut.
Walaupun abrasi bisa disebabkan oleh gejala alami, namun manusia sering disebut
sebagai penyebab utama abrasi.
m. Kecelakaan transportasi adalah kecelakaan moda transportasi yang terjadi di darat,
laut dan udara.
n. Kecelakaan industri adalah kecelakaan yang disebabkan oleh dua faktor, yaitu
perilaku kerja yang berbahaya (unsafe human act) dan kondisi yang berbahaya
(unsafe conditions). Adapun jenis kecelakaan yang terjadi sangat bergantung pada
macam industrinya, misalnya bahan dan peralatan kerja yang dipergunakan, proses
kerja, kondisi tempat kerja, bahkan pekerja yang terlibat di dalamnya.
o. Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan
atau kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu daerah dalam kurun
waktu tertentu. Status Kejadian Luar Biasa diatur oleh Peraturan Menteri Kesehatan
RI No. 949/MENKES/SK/VII/2004.
p. Konflik sosial atau kerusuhan sosial atau huru hara adalah suatu gerakan massal yang
bersifat merusak tatanan dan tata tertib sosial yang ada, yang dipicu oleh
kecemburuan sosial, budaya dan ekonomi yang biasanya dikemas sebagai
pertentangan antar suku, agama, ras (SARA).
q. Aksi teror adalah aksi yang dilakukan oleh setiap orang yang dengan sengaja
menggunakan kekerasan atau ancaman kekerasan sehingga menimbulkan suasana
teror atau rasa takut terhadap orang secara meluas atau menimbulkan korban yang
bersifat masal, dengan cara merampas kemerdekaan sehingga mengakibatkan
hilangnya nyawa dan harta benda, mengakibatkan kerusakan atau kehancuran
11
terhadap obyek-obyek vital yang strategis atau lingkungan hidup atau fasilitas publik
internasional.
r. Sabotase adalah tindakan yang dilakukan untuk melemahkan musuh melalui
subversi, penghambatan, pengacauan dan/ atau penghancuran. Dalam perang, istilah
ini digunakan untuk mendiskripsikan aktivitas individu atau grup yang tidak
berhubungan dengan militer, tetapi dengan spionase. Sabotase dapat dilakukan
terhadap beberapa sruktur penting, seperti infrastruktur, struktur ekonomi, dan lain-
lain.
2.1.2 Banjir
2.1.2.1 Pengertian Banjir
Banjir adalah dimana suatu daerah dalam keadaan tergenang oleh air dalam
jumlah yang begitu besar (Ramli, 2010). Lebih lanjut banjir menurut Yulaelawati dan
Usman (2008) yaitu meluapnya aliran sungai akibat air melebihi kapasitas tampungan
sungai sehingga meluap dan menggenangi dataran atau daerah yang lebih rendah di
sekitarnya. Depkes (2014) mendefinisikan banjir adalah peristiwa dimana air
menggenangi suatu wilayah yang biasanya tidak di genangi air dalam selang waktu
tertentu, yang di sebabkan hujan yang terus menerus, mengakibatkan meluapnya air
sungai/danau/laut/drainase saat aluran melebihi volume air yang dapat di tampung dalam
12
sungai, danau, rawa, maupun saluran air lainnya. Dari beberapa pengertian banjir diatas
penulis dapat menyimpulkan bahwa banjir adalah naiknya permukaan ain akibat hujan
yang terus-menerus yang disebabkan oleh tungginya permukaan volume sungai dan
menimbulkan kerugian.
13
e. Permeabilitas tanah rendah yaitu rendahnya kecepatan air merembes ke dalam
tanah ke arah horizontal dan vertikal melalui pori-pori tanah.
14
2.1.2.4 Dampak Banjir
Mitra (2007) mengungkapkan bahwa dampak banjir akan tergadi pada beberapa
aspek dengan tingkat kerusakan berat pada aspek-aspek berikut ini:
a. Aspek Penduduk
Aspek penduduk yaitu berupa korban jiwa meninggal hanyut, tenggelam, luka-luka,
korban hilang, pengungsian, berangkitnya wabah dan penduduk terisolasi
b. Aspek Pemerintahan
Aspek pemerintahan antara lain berupa kerusakan atau hilangnya dokumen arsip,
peralatan perlengkapan kantor dan terganggunya jalannya pemerintahan.
c. Aspek Ekonomi
Aspek ekonomi antara lain berupa hilangnya mata pencaharian, tidak berfungsinya
pasar tradisional, kerusakan, hilangnya harta benda, ternak dan terganggunya
perekonomian masyarakat.
d. Aspek Sarana/Prasarana
Aspek Sarana/Prasarana antara lain berupa kerusakan rumah penduduk, jembatan,
jalan, bangunan gedung perkantoran, fasilitas sosial dan fasilitas umum instalasi
listrik, air minum dan jaringan komunikasi.
e. Aspek Lingkungan
Aspek Lingkungan antara lain berupa kerusakan eko-sistem, obyek wisata,
persawahan/lahan pertanian, sumber air bersih dan kerusakan tanggul/jaringan
irigasi.
15
2.1.2.5 Upaya Penanggulangan Banjir
Program untuk mengatasi banjir dapat dibedakan menjadi tiga yaitu:
1. Jangka Pendek
a. Membangun tanggul sepanjang sungai
b. Melaksanakan pengerukan sungai
c. Membangun sumur resapan dangkal, sedang dan dalam
d. Melakukan relokasi penduduk yang bermukim di bantaran sungai dalam rangka
panataan sungai
e. Membangun kesadaran dan partisipasi masyarakat tidak membuang sampah
dan mendirikan bangunan di sungai dan saluran.
2. Jangka Menengah
a. Normalisasi sungai
b. Membangun Sodetan
c. Membangun Waduk
d. Memperkuat tanggul
e. Meningkatkan RTH dan penghutanan kembali di kawasan hulu
f. Menahan penurunan muka tanah dengan memasalkan pembangunan sumur
resapan
g. Membangun Terowongan Bawah Tanah Multifungsi bila hasil kajian
kelayakannya positif
3. Jangka Panjang
a. Membangun Tanggul Laut Raksasa (Giant Sea Wall) mengantisipasi banjir,
penampungan cadangan air baku dan pengolahan air limbah
b. Memantapkan kerjasama dengan Pemerintah Daerah Bodetabekjur, Jabar dan
Banten serta Pemerintah Pusat manajemen penegolaan air Jakarta sebagai
Ibukota NKRI.
16
2.1.3 Kesiapsiagaan
2.1.3.1 Pengertian Kesiapsiagaan
Kesiapsiagaan (preparedness) adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk
mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna
dan berdaya guna (BPBD DKI Jakarta, 2013). Menurut BNPB (2008), kesiapsiagaan
menghadapi bencana merupakan suatu aktivitas lintas sektor yang berkelanjutan.
Kesiapsiagan dalam menghadapi banjir terdiri dari kegiatan yang memungkinkan
masyarakat dan individu untuk dapat bertindak dengan cepat dan efektif ketika terjadi
banjir. Hal ini membantu masyarakat dalam membentuk dan merencanakan tindakan
apasaja yang perlu dilakukan ketika banjir (UNESCO, 2008).
Tujuan khusus dari upaya Kesiapsiagaan bencana adalah menjamin bahwa sistem,
prosedur, dan sumber daya yang tepat siap ditempatmya masing-masing untuk
memberikan bantuan yang efektif dan segera bagi korban bencana sehingga dapat
mempermudah langkah-langkah pemulihan dan rehabilitasi layanan (BNPB, 2008).
17
e. Pastikan pula peralatan komunikasi telah siap pakai, guna memudahkan mencari
informasi, meminta bantuan atau melakukan konfirmasi.
2. Di tingkat keluarga
a. Simak infomasi terkini melalui TV, radio atau peringatan Tim Warga tentang
curah hujan dan posisi ar pada pintu air
b. Lengkapi dengan peralatan keselamatan seperti: radio baterai, senter, korek gas
dan lilin, selimut, tikar, jas hujan, ban karet bila ada
c. Siapkan bahan makanan mudah saji seperti mie instan, ikan asin, beras, makanan
bayi, gula, kopi, the dan persediaan air bersih
d. Siapkan obat-obatan darurat sepert oralit, anti diare, anti influenza
e. Amankan dokumen penting seperti akte kelahiran, kartu keluarga, buku
tabungan, sertifikat dan benda-benda berharga dari jangkauan air dan tangan
Jahil
B. Saat Banjir
1. Matikan aliran listrik di dalam numah atau hubungi PLN untuk mematikan aliran
listrik di wilayah yang terkena bencana
2. Mengungsi ke daerah aman sedini mungkin saat genangan air masih
memungkinkan untuk diseberangi
3. Hindari beyalan di dekat sahuran am untuk menghindan terseret arus banjir. Segera
mengamankan barang-barang berharga ketempat yang lebih tinggi
4. Jika air terus meninggi hubungi instansi yang terkait dengan penanggulangan
bencana seperti Kantor Kepala Desa, Lurah, ataupun Camat
C. Setelah Banjir
1. Secepatnya membersihkan rumah, dimana lantai pada umumnya tertutup lumpur
dan gunakan antiseptik untuk membunuh kuman penyakit
2. Cari dan siapkan air bersih untuk menghindari terjangkitnya penyakit diare yang
sering berangkit setelah kejadian banjir
18
3. Waspada terhadap kemungkinan binatang berbisa seperti ular dan lipan, atau
binatang penyebar penyakit seperti tikus, kecoa, lalat dan nyamuk
4. Usahakan selalu waspada apabila kemungkinan terjadi banjir susulan
Berikut ini adalah contoh upaya kesiapan kesiapsiagaan yang biasanya dilakukan
oleh pemerintah di tingkat lokal (ADPC, 2007) yaitu:
1. Memasang tanda ancaman pada jembatan yang rendah agar tidak dilalui
masyarakat pada saat banjir
2. Mempersiapkan keperluan darurat selama banjir, seperti peralatan untuk tindakan
penyelamatan, misalnya perahu karet, kendaraan dan bahan bakarnya, persediaan
bahan pokok yang diperhukan pada kondisi tanggap darurat, seperti makanan
pokok, obat-obatan, ar bersih, selimut, peralatan memasak untuk di tempat
evakuasi, tempat evakuasi, dll (ADPC, 2005)
3. Melakukan perencanaan untuk melakukan evakuasi Hal ini terkait dengan
koordinasi antara satu dengan yang lainnya, siapa melakukan apa pada saat keadaan
darurat, serta bagaimana menyelamatkan diri memuju tempat yang aman
(menentukan jalur evakuasi dan tempat evakuasi serta melakukan latihan evakuasi.
4. Mengorganisasikan sistem keamanan pada keadaan darurat, khususnya rumah
hunian yang ditinggal mengungsi.
19
2.2 Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
No. Nama Peneliti Judul Tujuan Penelitian Metode Penelitian Lokasi Penelitian Bentuk Publikasi
(1) Mengidentifikasi karakteristik masyarakat
Pengumpulan data
Metode :
yang terkena dampak banjir.
analisis deskriptif
Annisa’ Pola Adaptasi Masyarakat terhadap (2) Mengetahui pola adaptasi masyarakat di
1. Kurnia Banjir Di Perumahan Genuk Indah daerah bencana banjir. Kota Semarang Skiripsi (2014)
kualitatif dan
Shalihat Kota Semarang (3) Mengetahui nilai kerugian yang dialami
analisis spasial
masyarakat akibat banjir dan keinginan
(spatial approach).
masyarakat untuk beerpindah.
Pencegahan Banjir dan Penurunan
Menjelaskan tentang beberapa cara untuk
Bambang Muka Air Tanah dengan Sumur Analisis Deskriptif
2. pengendalian banjir yang terjadi di wilayah Kota Semarang Skripsi (2015)
Setiabudi Resapan Di Perumahan Kota Kuantitatif
perumahan
Semarang
Identifikasi Dampak Banjir
Genangan terhadap Lingkungan Menjelaskan tentang dampak genangan banjir Analisis Deskriptif
3. Rasmana Jakarta Utara Skripsi (2015)
Permukiman di Kecamatan terhadap lokasi lingkungan Kuantitatif
Pademangan Jakarta Utara
Studi Fenomenologi Pengalaman
Penelitian kuantitatif RT 001 RW 012
Kesiapsiagaan Masyarakat Menjelaskan atau mengeksplorasi pengalaman
dengan desain Kelurahan Bintaro,
Widiany Menghadapi Bencana Banjir di RT masyarakat terhadap upaya kesiapsiagaan
4. fenomenologi deskriptif Kecamatan Skripsi (2015)
Nurrahmah 001 RW 012 Kelurahan Bintaro menghadapi bencana banjir di wilayah
melalui FGD dan catatan Pesanggrahan
Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Kelurahan Bintaro, Jakarta Selatan
lapangan. Jakarta Selatan
Selatan Tahun 2015
(1) Untuk mengetahui tingkat bahaya banjir di
sebagian cekungan bandung dan
memetakan daerah tergenang Metode:
Kerentanan Wilayah terhadap Banjir (2) Memetakan tingkat keretanan wilayah metode K-Means Cluster
5. Wika Ristya Bandung Skripsi (2012)
Di Sebagian Cekungan Bandung terhadap banjir yang di hasilkan dari dan Analytical Hierachy
metode K-Means Cluster dan AHP Process (AHP)
terhadap keretanan social ekonomi dan
fisik.
20
2.3 Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir digunakan untuk memudahkan penulis untuk berpikir secara
sistematis. Dalam penelitian ini, penulis menggambarkan kerangka berpikir seperti pada
Gambar 2.1
21
Sumber: Hasil Analisis
Gambar 2.1
Kerangka Berpikir
22
Kondisis Alam
Penggunaan Lahan
Gambar 2.2
Kerangka Konsep
2.5 Hipotesis
a. Topografi wilayah yang relatif datar, belum adanya penyediaan sistem drainase
yang memadai dan adanya pendangkalan sungai Cimanceuri yang melintasi
Perumahan Mustika Tigaraksa, membuat lokasi penelitian menjadi daerah rawan
bencana banjir.
b. Strategi penganggulangan banjir di lokasi penelitian dapat dilakukan dengan
meninggikan tanggul di Sungai Cimanceuri, memperbaiki sistem drainase, dan
melakukan pengerukan di Sungai Cimanceuri yang ada di Perumahan Mustika
Tigaraksa.
23
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
1
Mudrajad Kuncoro, Metode Riset untuk Bisnis & Ekonomi, Bagaimana Meneliti dan Menulis Tesis. (Jakarta:
Erlangga, 2003), hal. 8
2
Jonathan Sarwono, Metode Penelitian Kuantitatif & Kualitatif, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2006, Hal. 257-258).
24
Data primer diperoleh melalui pendekatan lapangan yang dilakukan dengan observasi
langsung ke kawasan agropolitan Kecamatan Waringinkurung. Sedangkan data sekunder
diperoleh melalui pendekatan teori dan hasil pustaka, baik data instansi pemerintah, swasta
dan kajian-kajian yang mendukung peneliti dalam memberikan gambaran dan situasi yang ada
di lokasi penelitian sehingga dapat menunjang kegiatan penelitian yang dilakukan.
a. Pendekatan Lapangan
Wawancara, dilakukan dengan melakukan tanya jawab kepada pihak-pihak
yang terkait seperti warga penghuni kompleks, pengelola perumahan dan
RT/RW setempat. Wawancara ini dilakukan untuk mengetahui karakteristik
banjir, sejauh mana dampak yang disebabkan oleh banjir, penyebabnya dan
keluhan yang warga perumahan tersebut.
b. Pendekatan Teori
Studi literatur dan karangan ilmiah yang relevan dengan penelitian penulis
tentang strategi pengembangan permukiman bebas banjir di Perumahan
Mustika Kecamatan Tigaraksa Kabupaten Tangerang sebagai upaya
pembangunan perumahan bebas banjir.
Peraturan perundang-undangan, data instansi, peraturan daerah serta kebijakan
terkait dengan analisis mitigasi bencana banjir di Perumahan Mustika yang
akan peneliti lakukan.
25
3.2 Waktu dan Tempat
Penelitian dilakukan di kawasan rawan bencana (KRB) di Perumahan Mustika
Tigaraksa yakni meliputi blok C, D, E, G dan H. Penelitian ini akan dimulai sejak 29 Mei
hingga 9 Juni 2016.
3.3 Populasi
Populasi adalah seluruh gejala individu, kasus dan masalah yang diteliti yang ada di
daerah penelitian, menjadi objek penelitian geografi. Populasi bukan hanya jumlah yang ada
pada objek tertentu saja, tetapi meliputi juga keseluruhan karakteristik atau sifat yang dimiliki
oleh objek tersebut. Adapun populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh masyarakat yang
berada di lokasi rawan banjir (KRB) yaitu di blok C, D, E, G, dan H Perumahan Mustika
Tigaraksa.
26
Gambar 3.1
Variabel Penelitian
Kondisi
Alam
Penggunaan
Lahan
27
Tabel 3.1
Kebutuhan Data Penelitian
No. Tujuan Penelitian Data Metode Analisis Hasil yang diperoleh
1) Tingkat kerawanan banjir
2) Lokasi rawan banjir
3) Topografi wilayah
Analisis Dapat menjabarkan
Mengindentifikasi karakteristik banjir 4) Hidrologi wilayah
1. Deskriptif karakteristik banjir di
di Perumahan Mustika Tigaraksa 5) Frekuensi banjir
Kualitatif Perumahan Mustika Tigaraksa
6) Ketinggian banjir
7) Prasarana dan sarana wilayah
8) Upaya penanggulangan
1) Tingkat permeabilitas tanah
2) Elevasi muka tanah Dapat menjabarkan faktor-
3) Penggunaan lahan Analisis faktor penyebab permasalahan
Menganalisis penyebab permasalahan
2. 4) Topografi wilayah Deskriptif banjir di Perumahan Mustika
banjir di Perumahan Mustika Tigaraksa
5) Intensitas hujan Kualitatif Tigaraksa baik secara fisik
6) Sistem drainase setempat maupun sosial.
7) Sosial budaya masyarakat setempat
1) RTRW Kabupaten Tangerang
Dapat merumuskan strategi-
2) Pedoman Pengendalian Pemanfaatan
strategi penanggulangan banjir
Merumuskan strategi penanggulangan Ruang di Kawasan Rawan Bencana Banjir Analisis
yang tepat di Perumahan
3. banjir secara tepat di Perumahan 3) Permen PU No. 5 tahun 2008 tentang Deskriptif
Mustika Tigaraksa sehingga
Mustika Tigaraksa Pedoman Peyediaan dan Pemanfaatan Kualitatif
dapat mencapai kondisi
Ruang Terbuka Hijau di Kawasan
perumahan yang bebas Banjir.
Perkotaan
28
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
Desa Pasirnangka memiliki luas wilayah sebesar 3,920 km2 atau 7,425%
dari total luas wilayah Kecamatan Tigaraksa. Desa Pasirnangka terdiri dari 87
RT dan 12 RW. Desa Pasirnangka memiliki jumlah rukun tetangga yang
terbanyak di Kecamatan Tigaraksa, hal ini menunjukkan bahwa Desa
Pasirnangka merupakan daerah padat menduduk di Kecamatan Tigarakasa.
Jarak Desa Pasirnangka ke Kantor Pemerintah Kabupaten Tangerang
yaitu 6 km, ke kantor Kecamatan Tigaraksa yaitu 3 km. Menurut data BPS
Kabupaten Tangerang, status pemerintahan Desa Pasirnangka merupakan Desa
dengan klasifikasi perkotaan.
29
Gambar 4.1
Kantor Kepala Desa Pasirnangka
4.1.1.2 Topografi
Sama halnya dengan daerah lain di Kecamatan Tigaraksa, Desa
Pasirnangka memiliki topografi berupa dataran rendah dengan ketinggian 42
meter di atas permukaan air laut.
4.1.1.3 Hidrologi
Desa Pasirnangka dilalui oleh Sungai Cimanceuri yang memiliki Daerah
Aliran Sungai (DAS) 500 km dan panjang 71 km serta lebarnya yang bervariasi
mulai dari 2-6 meter. Kedalaman Sungai Cimanceuri sekitar 4-5 meter.
Sumber air untuk mandi dan cuci di Desa Pasirnangka berupa
sumur/pompa dan ledeng.
30
4.1.1.5 Kependudukan
Berdasarkan data BPS Kecamatan Tigaraksa dalam Angka 2015, jumlah
penduduk di Desa Pasirnangka pada tahun 2014 sebanyak 26.304 jiwa (18,34%
dari total jumlah penduduk di Kecamatan Tigaraksa) terbagi atas laki-laki
sebanyak 13.343 jiwa dan perempuan sebanyak 12.961 jiwa. Rata-rata kepadatan
penduduk di Desa Pasirnangka tahun 2014 yaitu 6.710 jiwa/km2. Berikut ini
adalah tabel jumlah penduduk di Desa Pasirnangka berdasarkan kelompok umur.
Tabel 4.1
Penduduk Menurut Kelompok Umur di Desa Pasirnangka 2014
No. Kelompok Umur Jumlah
1. 0-4 3.290
2. 5-9 2.865
3. 10-14 2.504
4. 15-19 2.210
5. 20-24 1.933
6. 25-29 2.294
7. 30-34 3.248
8. 35-39 3.054
9. 40-44 1.960
10. 45-49 990
11. 50-54 734
12. 55-59 458
13. 60-64 272
14. 65-69 221
15. 70-74 141
16. 75+ 130
Total 26.304
Sumber: Kecamatan Tigaraksa Dalam Angka 2015
4.1.1.6 Fasilitas
1) Pendidikan
Fasilitas Pendidikan yang ada di Desa Pasirnangka yaitu dapat
dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.2
Fasilitas Pendidikan di Desa Pasirnangka 2014
No. Jenis dan Status Sekolah Jumlah
1. Sekolah Dasar (SD) Negeri 4
2. Rhaudatul Atfal (RA) 10
3. Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1
31
4.Sekolah Menengah Pertama (SMP) Swasta 3
5.Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1
6.Sekolah Menengah Atas (SMA) Swasta 1
7.Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) 4
8.Madrasah Ibtidaiyah (MI) Swasta 1
9.Madrasah Tsanawiyah (MTs) Swasta 1
10.Madrasah Aliyah (MA) Swasta 1
11.Pondok Pesantren (Ponpes) 6
Total 33
Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Tangerang, 2014
2) Kesehatan
Fasilitas kesehatan dan tenaga kesehatan yang ada di Desa
Pasirnangka yaitu dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.3
Fasilitas Kesehatan di Desa Pasirnangka 2014
No. Jenis Fasilitas Kesehatan Jumlah
1. Puskesmas 1
2. Poliklinik 6
3. Praktek dokter 1
4. Praktek Bidan 3
5. Posyandu 12
6. Apotek 1
7. Toko Obat 1
Total 25
Tenaga Kesehatan
8. Bidan 5
9. Mantri 3
10. Dukun Bayi 2
Total 10
Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Tangerang, 2014
3) Peribadatan
Fasilitas peribadatan di Desa Pasirnangka yaitu berupa 5 buah
masjid dan 35 mushola.
4) Olahraga
Fasilitas lapangan olahraga di Desa Pasirnangka yaitu berupa
langan sepakbola, bola voli, bulutangkis, kolam renang.
32
5) Bangunan Rumah
Bangunan rumah menurut kualitas di Desa Pasirnangka yaitu 99%
permanen dan 1 % semi permanen.
Desa Matagara memiliki luas wilayah sebesar 3,180 km2 atau 6,023% dari
total luas wilayah Kecamatan Tigaraksa. Desa Matagara terdiri dari 41 RT dan 10
RW. Jarak Desa Matagara ke Kantor Pemerintah Kabupaten Tangerang yaitu 2
km, ke kantor Kecamatan Tigaraksa yaitu 2,5 km. Menurut data BPS Kabupaten
Tangerang, status pemerintahan Desa Matagara merupakan Desa dengan
klasifikasi perdesaan.
4.1.2.2 Topografi
Desa Matagara memiliki topografi berupa datar rendah dengan ketinggian
45 meter di atas permukaan air laut.
33
4.1.2.3 Hidrologi
Desa Pasirnangka dilalui oleh Sungai Cimanceuri yang memiliki Daerah
Aliran Sungai (DAS) 500 km dan panjang 71 km serta lebarnya yang bervariasi
mulai dari 2-6 meter. Kedalaman Sungai Cimanceuri sekitar 4-5 meter.
Sedangkan, sumber air untuk mandi dan cuci di Desa Matagara berupa
sumur/pompa.
4.1.2.5 Kependudukan
Berdasarkan data BPS Kecamatan Tigaraksa dalam Angka 2015, jumlah
penduduk di Desa Matagara pada tahun 2014 sebanyak 10.067 jiwa (7,02% dari
total jumlah penduduk di Kecamatan Tigaraksa) yang terbagi atas laki-laki
sebanyak 5.153 jiwa dan perempuan sebanyak 4.914 jiwa. Rata-rata kepadatan
penduduk di Desa Matagara tahun 2014 yaitu 3.166 jiwa/km2.
Tabel 4.4
Penduduk Menurut Kelompok Umur di Desa Matagara 2014
No. Kelompok Umur Jumlah
1. 0-4 1.204
2. 5-9 1.012
3. 10-14 917
34
4. 15-19 842
5. 20-24 817
6. 25-29 897
7. 30-34 1.123
8. 35-39 1.009
9. 40-44 740
10. 45-49 439
11. 50-54 323
12. 55-59 261
13. 60-64 183
14. 65-69 137
15. 70-74 84
16. 75+ 79
Total 10.067
Sumber: Kecamatan Tigaraksa Dalam Angka 2015
4.1.2.6 Fasilitas
1) Pendidikan
Fasilitas Pendidikan yang ada di Desa Matagara yaitu dapat dilihat
pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.5
Fasilitas Pendidikan di Desa Matagara 2014
No. Jenis dan Status Sekolah Jumlah
1. Sekolah Dasar (SD) Negeri 2
2. Rhaudatul Atfal (RA) 1
3. Sekolah Menengah Pertama (SMP) Swasta 1
4. Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1
5. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) 1
6. Pondok Pesantren (Ponpes) 1
Total 7
Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Tangerang, 2014
2) Kesehatan
Fasilitas kesehatan dan tenaga kesehatan yang ada di Desa Matagara
yaitu dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.6
Fasilitas Kesehatan di Desa Matagara 2014
No. Jenis Fasilitas Kesehatan Jumlah
11. Rumah Sakit 1
12. Poliklinik 1
13. Praktek Bidan 1
35
14. Posyandu 5
15. Apotek 1
16. Toko Obat 1
Total 10
Tenaga Kesehatan
17. Bidan 2
18. Mantri 1
19. Dukun Bayi 1
Total 4
Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Tangerang, 2014
3) Peribadatan
Fasilitas peribadatan di Desa Matagara yaitu berupa 6 buah masjid
dan 19 mushola.
4) Olahraga
Fasilitas lapangan olahraga di Desa Matagara yaitu berupa lapangan
sepakbola, bola voli, bulutangkis.
5) Bangunan Rumah
Bangunan rumah menurut kualitas di Desa Matagara yaitu 99%
permanen, 2% semi permanen dan 1% tidak permanen.
36
4.1.3 Perumahan Mustika Tigaraksa
Perumahan Mustika Tigaraksa adalah sebuah perumahan yang dikembangkan
oleh PT. Budi Mustika. Secara administratif, perumahan Mustika Tigaraksa meliputi dua
desa yaitu Desa Pasirnangka dan Desa Matagara.
Perumahan Mustika Tigaraksa dilalui oleh Sungai Cimanceuri yang memiliki
Daerah Aliran Sungai (DAS) 500 km dan panjang 71 km serta lebarnya yang bervariasi
mulai dari 2-6 meter. Sungai ini tergolong sungai tua, berdasarkan kriterianya dimana
sungainya semakin melebar dan berkelok sementara di daerah hulu ada sungai muda yang
alirannya masih curam dan sempit.
4.2 Pembahasan
4.2.1 Karakteristik Banjir
Perumahan Mustika Tigaraksa merupakan kawasan rawan bencana banjir (KRB).
Lokasi KRB berada di blok C, D, E, G dan H. Dimana lokasi tersebut memiliki tipologi
lebih cekung dari lokasi lain dan berada di sekitar Sungai Cimanceuri. Tingkat resiko KRB
di Perumahan Mustika Tigaraksa termasuk dalam tingkatan beresiko sedang. Kondisi
paling rawan banjir berada di Blok D yang berada di RT 04 dan RT 05 yang masuk dalam
lingkungan RW 09.
Gambar 4.3
Lokasi Banjir di Perumahan Mustika Tigaraksa
37
Sumber: Hasil Analisis
Kejadian banjir di Perumahan Mustika Tigaraksa mulai sering terjadi sejak tahun
2003 dan terus berulang hingga saat ini. Dalam kurun waktu 5 tahun terakhir frekuensi
kejadian banjir di Perumahan Mustika Tigaraksa dalam setahun yaitu sebanyak 2 hingga
3 kali. Banjir ini terjadi pada musim penghujan yakni bulan Februari dan Maret.
Ketinggian banjir di lokasi penelitian bervariasi, yaitu kadang kurang lebih 60-100
cm dan sering pula kurang lebih setinggi dada orang dewasa atau sekitar 140-150 cm.
Gambar 4.4
Kondisi Banjir
Gambar 4.5
Kondisi Saluran Drainase Sekunder di Lokasi Penelitian
Gambar 4.7
Kondisi Tanggul di Sungai Cimanceuri
Gambar 4.8
Tempat Pengungsian Banjir
40
4.2.2 Penyebab Permasalahan Banjir
Permasalahan banjir yang ada di Perumahan Mustika Tigaraksa dipengaruhi oleh
beberapa faktor penyebab, diantaranya adalah:
Gambar 4.9
Pendangkalan dan Penyempitan Sungai Cimanceuri
41
Sumber: Data Lapangan, 2016
Berikut ini adalah diagram simpal kausal yang mengungkapkan mengenai kejadian
hubungan sebab-akibat (causal relationships) bencana banjir di Perumahan Mustika
Tigaraksa. Dimana pada diagram di bawah ini terdapat panah yang saling mengait,
sehingga membentuk sebuah diagram simpal (causal loop). Hulu panah mengungkapkan
42
sebab dan ujung panah mengungkapkan akibat. Informasi tentang keadaan sebagai sebab
menghasilkan pengaruh pada proses sebagai akibat.
Diagram 4.1
Causal Loop Diagram Banjir
Perilaku loop di atas yaitu loop negatif dengan perilaku Balance (B). Perilaku loop
demikian diperoleh dari perkalian sifat hubungan sebab-akibat antar variabel yang tanda
positif (+) dan negatif (-).
43
Oleh Masyarakat
1. Banyak masyarakat yang memilih untuk meninggikan dan mengurug rumah
mereka kurang lebih setinggi 1 meter yang dilakukan untuk meminimalisir air
yang masuk ke rumah mereka pada saat banjir sehingga membentuk tanjakan
dari jalan utama yang masih belum ditinggikan.
Gambar 4.10
Kondisi Rumah yang Ditinggikan
44
4.2.3.2 Rencana
Rencana strategi pengendalian banjir di lokasi penelitian dapat dilakukan
melalui peran masyarakat dan pemerintah daerah setempat serta pengembang PT.
Budi Mustika, diantaranya adalah:
Oleh Masyarakat
1. Membersihkan saluran drainase secara berkala
Perbaikan dan pembersihan saluran drainase tentu harus ada melalui
kegiatan secara gotong royong. Penjagaan ini harus dilakukan secara terus
menerus dengan waktu berkala. Bukan hanya sampah yang terbuang di saluran
drainase, namun juga sampah dari saluran drainase seperti tumbuhan-tumbuhan
air yang telah mati, jika berkumpul juga akan menghambat saluran air.
45
Gambar 4.11
Desain Lubang Biopori
Sumber: https://alamendah.files.wordpress.com
46
Gambar 4.12
Desain Sumur Resapan
Sumber: https://bebasbanjir2025.files.wordpress.com
47
2. Revitalisasi Sempadan Sungai
Sungai Cimanceuri saat ini memiliki lebar sempadan sungai yang tidak
beraturan dengan rata-rata lebar sempadan sungai sebesar 1 m. Revitalisasi
sempadan Sungai Cimanceuri dilakukan untuk memenuhi ukuran lebar
sempadan sungai yang telah ditetapkan oleh Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum Nomor 05 Tahun 2008 tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan
Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan. Sungai Cimanceuri merupakan
sungai bertanggul di luar kawasan perkotaan sehingga sesuai dengan
ketetapan yang ada, sempadan sungai sekurang-kurangnya 5 meter di sebelah
luar sepanjang kaki tanggul.
Untuk peningkatan fungsinya, tanggul sungai yang telah ada dapat
diperkuat, diperlebar dan ditinggikan yang dapat berakibat bergesernya garis
sempadan sungai.
48
4. Pendalaman Sungai
Adanya proses sedimentasi atau pemendapan di sungai menyebabkan
sungai menjadi lebih dangkal dari sebelumnya. Dengan demikian, diperlukan
adanya upaya pendalaman atau pengerukan sungai. Proses pendalaman sungai
dengan mengeruk semua lumpur dan kotoran yang terdapat di sungai. Bila
proses ini dilakukan, sungai Cimanceuri akan menjadi lebih dalam dan mampu
menampung lebih banyak air pada saat musim penghujan.
6. Smart Rubber
Smart rubber ini berbentuk persegi dengan maksimal ukuran panjang
dan lebar 1.50 m X 1,50 m berfungsi sebagai penghalang sementara untuk
rumah yang sering terendam banjir. Smart rubber dapat diatur ketinggian
ukuran nya sesuai dengan tinggi nya banjir yang terjadi. Smart rubber ini
mempunyai pengait disebelah kiri untuk dimasukkan ke dalam lubang smart
rubber lainnya. Seperti gambar dibawah ini :
Gambar 4.13
Desain Smart Rubber
49
Smart rubber ini sangat berfungsi sebab banyak masyarakat yang tidak
ingin mengungsi dan meninggalkan rumah karena adanya barang-barang
berharga di rumah mereka.
Gambar 4.14
Desain Smart Rubber di Rumah
50
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang mitigasi bencana banjir di Perumahan Mustika Desa
Pasirnangka-Matagara Kecamatan Tigaraksa Kabupaten Tangerang, maka dapat disimpulkan
bahawa:
1. Pada penelitian ini berdasarkan hasil fakta dan analisis, kondisi Perumahan Mustika
Tigaraksa merupakan kawasan rawan bencana banjir (KRB) dengan tingkatan resiko
sedang. Lokasi KRB berada di blok C, D, E, G dan H yang memiliki tipologi lebih cekung
dari lokasi lain dan berada di sekitar Sungai Cimanceuri. Kejadian banjir di Perumahan
Mustika Tigaraksa mulai sering terjadi sejak tahun 2003 dan terus berulang hingga saat ini
dengan ketinggian banjir kurang lebih setinggi 140-150 cm.
2. Banjir yang terjadi di perumahan Mustika Tigaraksa disebabkan oleh beberapa faktor yaitu
kondisi alam (elevasi muka tanah relatif datar terhadap muka air normal sungai,
permeabilitas tanah rendah, topografi rendah), peristiwa alam (tingginya intensitas hujan
kapasitas aliran air sungai rendah karena sedimentasi dan penyempitan sungai), serta adanya
aktivitas manusia (sistem drainase belum memadai, kurangnya kesadaran tertib membuang
sampah pada tempatnya, bertambahnya built up area di sempadan sungai).
5.2 Saran
Perlu adanya strategi penanggulangan banjir di Perumahan Mustika Tigaraksa untuk
mengurangi kerugian yang diakibatkan oleh banjir tersebut. Strategi penanggulangan banjir
dapat dilakukan melalui:
peran serta masyarakat seperti membersihkan saluran drainase secara berkala, membuat
lubang biopori, membuat sumur resapan, serta membudayakan untuk membuang sampah
pada tempatnya (bukan di saluran drainase).
Selain itu, pemerintah daerah setempat juga dapat melakukan normalisasi Sungai
Cimanceuri yang melintasi Perumahan Mustika Tigaraksa, revitalisasi sempadan sungai,
perbaikan sistem drainase, pengerukan atau pendalaman sungai, penggunaan paving block
untuk jalan, dan inovasi smart rubber sebagai upaya penanggulangan banjir temporer.
51