Anda di halaman 1dari 16

LK 1.

2 Eksplorasi Penyebab Masalah


Nama Mahasiswa : EPI PIDIAWATI
Asal Institusi : SDN CIWALET
Petunjuk: Pada langkah ini, Anda akan melakukan eksplorasi penyebab-penyebab masalah
yang telah diidentifikasi sebelumnya. Gunakan petunjuk berikut untuk membantu Anda dalam
eksplorasi penyebab masalah:

1. Kajian Literatur
 Lakukan pencarian literatur terkait masalah yang diidentifikasi.
 Baca artikel, jurnal, buku, atau sumber informasi lain yang relevan dengan topik
masalah.
 Identifikasi faktor-faktor yang dikaitkan dengan masalah tersebut berdasarkan
temuan dalam literatur.
2. Wawancara dengan Guru/Kepala Sekolah/Pengawas Sekolah/Rekan Sejawat di
Sekolah:
 Ajukan pertanyaan kepada guru, kepala sekolah, pengawas sekolah, atau rekan
sejawat yang memiliki pengalaman terkait masalah yang diidentifikasi.
 Tanyakan pengalaman, pandangan, dan pemikiran mereka mengenai penyebab
masalah tersebut.
 Catat informasi yang diperoleh dari wawancara sebagai referensi untuk
menganalisis penyebab masalah.
3. Wawancara dengan Pakar dan Pihak Terkait Lainnya:
 Carilah pakar atau pihak terkait lainnya yang memiliki keahlian atau pengalaman
dalam masalah yang diidentifikasi.
 Lakukan wawancara dengan pakar tersebut untuk mendapatkan wawasan dan
pemahaman lebih mendalam tentang penyebab masalah.
 Tanyakan saran atau rekomendasi mereka mengenai langkah-langkah yang dapat
diambil untuk mengatasi masalah tersebut.
 Mintalah masukan, arahan, dan saran dari mereka untuk membantu Anda
menganalisis penyebab masalah secara lebih mendalam.

Setelah Anda mengumpulkan informasi dari langkah-langkah di atas, Anda dapat


menggunakan data yang terkumpul sebagai dasar untuk menganalisis dan
mengidentifikasi penyebab masalah yang lebih spesifik. Selanjutnya, langkah
selanjutnya adalah merencanakan strategi dan tindakan yang tepat untuk mengatasi
masalah tersebut.
TabKel Hasil Eksplorasi Penyebab Masalah

No Masalah yang Hasil eksplorasi penyebab masalah Analisis eksplorasi penyebab


telah masalah
diidentifikasi

1 1. Siswa  KAJIAN LITERATUR Berdasarkan hasil kajian,


Mengalami Literatur dan hasil wawancara
Gangguan Patimah Munir : 2012 terdapat beberapa faktor yang
emosi dan Gangguan emosi dan perilaku pada dapat menyebabkan gangguan
prilaku siswa dapat disebabkan oleh berbagai emosi dan perilaku pada siswa.
faktor, termasuk faktor internal dan Beberapa faktor risiko yang
eksternal. Beberapa faktor yang mungkin berkontribusi terhadap
mungkin menyebabkan gangguan gangguan perilaku pada anak
emosi dan perilaku pada siswa antara antara lain:
lain: 1. Kondisi saat di dalam
kandungan dan saat
1. Faktor Internal: dilahirkan: Kondisi ini juga
 Kecenderungan anak dalam dapat memengaruhi
menemukan jati dirinya, perkembangan anak
yang dapat membuat 2. Riwayat keluarga: Faktor ini
mereka merasa tidak puas juga dapat berperan dalam
dengan otoritas lingkungan. perkembangan emosi dan
 Krisis emosi yang dihadapi perilaku anak
anak saat memasuki fase 3. Temperamen: Sifat bawaan
perkembangan baru, yang anak juga dapat memengaruhi
jika tidak diatasi dengan perilaku dan emosinya
baik dapat mengakibatkan 4. Faktor lingkungan: Masalah
gangguan emosi dan masyarakat, seperti
perilaku. kemiskinan ekstrim, keluarga
 Karakteristik perilaku yang tidak berfungsi, dan
eksternal dan internal, lingkungan yang penuh
seperti perilaku agresif, kekerasan, dapat
impulsif, dan depresi. mempengaruhi gangguan
2. Faktor Eksternal: emosi atau perilaku.
 Lingkungan keluarga yang Selain itu, terdapat berbagai
kurang memberikan macam jenis masalah emosional
bimbingan dan pengarahan dan perilaku seperti gangguan
kepada anak, sehingga anak emosi, gangguan perilaku,
mudah terjerumus pada hiperaktif, dan masalah dengan
penyimpangan tertentu. teman sebaya
 Pengaruh lingkungan  Identifikasi anak dengan
sekolah, pola asuh, serta gangguan emosi dan perilaku
di sekolah dasar sangat
interaksi sosial dengan diperlukan untuk
teman sebaya dan guru. memberikan pendidikan
 Faktor-faktor lain seperti khusus sesuai dengan
jenis kelamin, kondisi saat karakter mereka
di dalam kandungan dan Namun, penting untuk dicatat
saat dilahirkan, riwayat bahwa gangguan emosi dan
keluarga, kelemahan perilaku pada anak dipengaruhi
intelektual, dan gangguan oleh banyak faktor yang masing-
perkembangan masing dapat berdiri sendiri atau
saling mempengaruhi
Faktor-faktor tersebut dapat Oleh karena itu, penanganan
berkontribusi terhadap gangguan gangguan emosi dan perilaku
emosi dan perilaku pada siswa, dan pada anak perlu dilakukan
perlu diperhatikan dalam upaya dengan pendekatan yang
pencegahan dan penanganan gangguan komprehensif, melibatkan
tersebut. berbagai aspek yang
Lingkungan keluarga yang memengaruhi perkembangan
bermasalah, seperti kekerasan, anak
stres, agresi, dan permusuhan

Dukungan emosi, informasional,


instrumental, dan penilaian yang
kurang dari keluarga

Masalah masyarakat, seperti


kemiskinan, keluarga yang tidak
berfungsi, lingkungan yang penuh
kekerasan, dan perasaan putus asa

Selain itu, identifikasi kesulitan anak


dengan gangguan emosi dan perilaku
juga mencakup karakteristik seperti
mudah marah, daya tahan rendah,
kesulitan motorik, rendahnya efikasi
diri, instruksi pembelajaran bersifat
umum, peraturan kelas tidak konkrit,
dan mendapat perlakuan penguat
negatif dari guru

.Penting untuk memahami bahwa


gangguan emosi dan perilaku tidak
hanya dipengaruhi oleh faktor internal,
tetapi juga oleh faktor lingkungan dan
sosial. Oleh karena itu, pendekatan
holistik yang melibatkan orang tua,
guru, dan lingkungan sosial sangat
penting dalam mengatasi masalah ini.

https://fatinahmunir.blogspot.com/201
2/08/faktor-penyebab-gangguan-
emosi-dan.html

 DOKUMENASI

 Hasil Wawancara
KASEK ( Yoyoh Rukoyah, S.Pd.SD)

Faktor-faktor yang dapat


menyebabkan gangguan emosi dan
perilaku pada siswa meliputi:
1. Faktor Lingkungan Keluarga:
Lingkungan keluarga yang
tidak mampu memberikan
dasar perasaan aman dan dasar
untuk perkembangan sosial
dapat berkontribusi terhadap
gangguan emosi dan perilaku
pada siswa.
2. Faktor Genetik dan Riwayat
Keluarga: Riwayat keluarga,
faktor keturunan, dan genetik
juga dapat memainkan peran
dalam munculnya gangguan
perilaku pada anak.
3. Faktor Lingkungan Sosial:
Masalah masyarakat seperti
kemiskinan ekstrim, keluarga
yang tidak berfungsi,
lingkungan yang penuh
kekerasan, dan perasaan putus
asa juga dapat mempengaruhi
atau memperburuk gangguan
emosi atau perilaku pada
siswa.
4. Faktor Temperamen dan Pola
Asuh: Temperamen anak, pola
asuh, dan hubungan keluarga
juga dapat berperan dalam
munculnya gangguan perilaku
pada anak
Dengan memahami faktor-faktor ini,
pendekatan yang tepat dapat diambil
untuk membantu siswa mengatasi
gangguan emosi dan perilaku mereka.

2 1. Ketidak KAJIAN LITERATUR Berdasarkan hasil kajian literatur


cocokan dan hasil wawancara Terdapat
metode Ardana, Suhendar. 2008. Menakar beberapa faktor yang dapat
dengan gaya Gaya Belajar Peserta Didik. menyebabkan ketidakcocokan
Bandung: Tarsito
belajar siswa metode pembelajaran dengan
1. Dari hasil beberapa penelitian yang gaya belajar siswa, antara lain:
membahas tentang ketidakcocokan 1. Kurangnya penggunaan
metode dengan gaya belajar siswa. media pembelajaran yang
Salah satu penelitian yang relevan menarik perhatian siswa
adalah. 2. Kurangnya motivasi dalam
yang membahas upaya guru dalam membaca pemahaman
mengatasi diferensiasi gaya belajar
3. Kurangnya konsentrasi
siswa. Penelitian ini menemukan
peserta didik dalam belajar
bahwa guru perlu mengenali dan
memahami gaya belajar seluruh siswa 4. Kecerdasan siswa yang
yang diampunya dan menentukan dibawah rata-rata
model pembelajaran yang sesuai 5. Minat belajar siswa yang
dengan kebutuhan siswa. Faktor rendah
pendukung upaya guru dalam 6. Kurangnya penguasaan
mengatasi diferensiasi gaya belajar konsep dasar
siswa yaitu ketersediaan alat atau 7. Penggunaan metode
media pembelajaran, motivasi belajar
pengajaran yang tidak cocok
siswa, suasana kelas yang mendukung,
dengan gaya belajar siswa
kesiapan guru dalam mengajar.
Sementara faktor yang menghambat Untuk mengatasi masalah ini,
antara lain yaitu perbedaan individu guru dapat melakukan upaya-
dalam belajar, masalah di sekolah upaya sebagai berikut. Guru
maupun di luar sekolah yang dapat menggunakan beberapa
strategi dan metode, seperti yang
mempengaruhi konsentrasi siswa
dalam belajar, kesulitan mengadakan dijelaskan dalam hasil penelitian
evaluasi dan pengaturan waktu dan yang ditemukan:
perlu tenaga yang banyak untuk 1. Memetakan Gaya Belajar
memperhatikan siswa. Penelitian Siswa: Guru dapat
lainnya seperti mengamati gaya belajar siswa
dan di kelas, melakukan diskusi
juga membahas tentang gaya belajar antar guru, melakukan kajian
siswa dan pengaruhnya terhadap hasil terhadap nilai ujian siswa,
belajar. Namun, tidak ditemukan dan memberikan kuesioner
penelitian yang secara khusus kepada siswa untuk
membahas tentang ketidakcocokan memetakan gaya belajar
metode dengan gaya belajar siswa. siswa
2. Melayani Masing-masing
https://www.search/e2384c74-6009- Gaya Belajar Siswa: Guru
4415-bc9a-e7eb564e68df?s=u dapat menerapkan metode
belajar sesuai mayoritas gaya
 DOKUMENTASI belajar di kelas, menerapkan
metode belajar yang sesuai
dengan masing-masing gaya
belajar siswa, dan
mengoptimalkan semua jenis
gaya belajar siswa
3. Memberikan Pilihan
Kegiatan yang Melibatkan
Berbagai Gaya Belajar: Guru
dapat memberi pilihan
 Hasil Wawancara kegiatan yang melibatkan
karakter visual, auditori,
Wakasek (Sutiadi, S.Pd.SD) taktil, dan kinestetik, serta
Hasil wawancara tentang menyusun rencana
pembelajaran dan kegiatan
ketidakcocokan metode dengan gaya
sehingga semua siswa merasa
belajar siswa menunjukkan bahwa aman dalam lingkungannya.
upaya guru dalam mengatasi 4. Menggunakan Beragam
diferensiasi gaya belajar siswa Metode Pembelajaran: Guru
dilakukan dengan melakukan dapat mengembangkan
pendekatan yang intensif kepada siswa strategi pembelajaran dan
untuk mengenal gaya belajarnya. Guru menggunakan beragam
dapat mengembangkan strategi metode dalam pembelajaran
untuk mengatasi diferensiasi
pembelajaran dengan menggunakan
gaya belajar siswa.
beragam metode dalam pembelajaran
Dengan menerapkan strategi ini,
Penelitian juga menunjukkan bahwa guru dapat lebih efektif dalam
memahami gaya belajar siswa yang mengatasi diferensiasi gaya
berbeda dapat membantu guru belajar siswa dan menciptakan
memberikan materi pembelajaran lingkungan pembelajaran yang
kepada semua siswa, sehingga
membuat hasil belajar menjadi lebih sesuai dengan kebutuhan
efektif individual siswa.

Selain itu, kesulitan belajar siswa dapat


disebabkan oleh ketidakcocokan antara
gaya belajar siswa dengan metode
pembelajaran yang digunakan

Dalam konteks ini, penting bagi guru


untuk memahami gaya belajar siswa
dan menggunakan metode
pembelajaran yang sesuai dengan gaya
belajar masing-masing siswa untuk
meningkatkan hasil belajar mereka

3 1. Siswa kurang  KAJIAN LITERATUR Hasil wawancara kepada guru


aktif dalam memperoleh data bahwa
kegiatan Eman Nataliano Busa kegiatan pembelajaran guru
pembelajaran Factor-faktor Siswa kurang aktif dalam memiliki peran yang utama
kegiatan pembelajaran dalam pembelajaran atau sebagai
Faktor-faktor internal yang sumber belajar yang utama
memengaruhi keaktifan belajar peserta karena guru berperan sebagai
didik adalah faktor fisiologis dan penyampaian materi atau topik
psikologis. Faktor fisiologis meliputi pembelajaran dan pada saat
keadaan fisik (panca indra). Sedangkan mengajar hanya menggunakan
faktor psikologis meliputi perhatian, model-model konvesional saja,
tanggapan, dan ingatan menjadi faktor sehingga siswa merasa bosan dan
pendukung keaktifan belajar peserta terlihat pasif karena
didik. Kedua faktor tersebut secara penyampaian materi yang
umum telah mendukung keaktifan berulangulang dan kurang
peserta didik. Peserta didik hanya perlu menarik
menjaga kondisi, agar fisiknya siap
untuk belajar, sehigga tidak kelelahan
saat belajar. Faktor-faktor eksternal
yang memengaruhi keaktifan belajar
peserta peserta didik adalah faktor non
sosial yaitu tempat dan fasilitas serta
faktor sosial yaitu guru dan teman
sebaya. Tempat, fasilitas, dan guru
menjadi faktor pendukung keaktifan
belajar peserta didik. Sedangkan teman
sebaya dapat menjadi faktor
pendukung sekaligus penghambat
keaktifan belajar peserta didik

http://ejurnal.stie-
trianandra.ac.id/index.php/inovasi

Umi Badiah, Agung Setyawan,


Tyasmiarni Citrawati

Hasil yang diperoleh dalam penelitian


ini melalui analisis. factor-faktor Siswa
kurang aktif dalam kegiatan
pembelajaran
diantaranya yaitu siswa kurang aktif
atau masih sangat pasif dalam
melakukan kegiatan berdiskusi, guru
kurang mampu berinovasi dalam
mengembangkan model pembelajaran
yang dapat meningkatkan minat dan
ketertarikat siswa dalam belajar. Faktor
tersebut yang mempengaruhi
rendahnya keaktifan siswa sehingga
keaktifan siswa sebesar 43,45% yang
tergolong dalam kategori kurang aktif.
Guru hendaknya mengembangkan
kemampuan untuk menghadirkan
pembelajaran yang inivatif, kreatif dan
menarik sehingga dapat menciptakan
pembelajaran yang menarik siswa dan
meningkatkan keaktifan siswa.

https://prosiding.ikippgribojonegoro.a
c.id/index.php/Prosiding/article/viewF
ile/1029/351

2. Rasa ingin  KAJIAN LITERATUR Berdasarkan kajian literatur dan


tahu siswa hasil wawancara maka dapat
masih relatif Zaki Al Fuad dan Zuraini disimpulkan Rasa ingin tahu
rendah Faktor Rasa ingin tahu siswa masih siswa yang rendah dapat
relatif rendah disebabkan oleh berdampak negatif pada proses
pembelajaran. Beberapa dampak
dari rendahnya rasa ingin tahu
1. Faktor yang mempengaruhi minat siswa termasuk kurangnya
belajar siswa adalah dengan adanya motivasi untuk mencari
perhatian orang tua untuk pengetahuan baru, kurangnya
mengajarkan anaknya di rumah dan partisipasi dalam diskusi kelas,
memberikan motivasi, membantu dan kurangnya inisiatif untuk
mengerjakan pekerjaan rumah, bertanya pertanyaan yang
membiasakan belajar di waktu yang membangun. Selain itu,
sama setiap malam dan rendahnya rasa ingin tahu juga
mengawasinya saat belajar. dapat menghambat kemampuan
2. Perhatian yang diberikan wali kelas siswa dalam memecahkan
di sekolah juga sangat membantu masalah, mengurangi kreativitas,
meningkatkan minat belajar dan mempengaruhi hasil belajar
terutama saat guru memuji hasil siswa
belajar siswa tersebut. Rasa ingin tahu yang rendah juga
file:///C:/Users/Lenovo/Downloads dapat mempengaruhi hasil
/625-Article%20Text-1120-1-10- belajar siswa. Sebuah penelitian
20200318.pdf menunjukkan bahwa rasa ingin
tahu dan kepercayaan diri siswa
Mashudi (2015: 85-86) memiliki pengaruh signifikan
Faktor-faktor yang Mempengaruhi terhadap hasil belajar.
Minat Belajar Oleh karena itu, penting untuk
Minat belajar seseorang tidaklah mendorong dan mengembangkan
selalu stabil, melainkan selalu rasa ingin tahu siswa agar dapat
berubah. Oleh karena itu perlu meningkatkan hasil belajar
diarahkan dan dikembangkan mereka
kepada sesuatu pilihan yang telah
ditentukan melalui faktor-faktor
yang mempengaruhi minat itu.
menjabarkan minat seseorang
dipengaruhi oleh beberapa hal
berikut ini :
1) Faktor kebutuhan dari dalam.
Kebutuhan ini dapat berupa
kebutuhan yang berhubungan
dengan jasmani dan kejiwaan.
2) Faktor motif sosial. Timbulnya
minat dalam diri seseorang
didorong oleh motif sosial yaitu
kebutuhan untuk mendapatkan
pengakuan dan penghargaan dari
lingkungan di mana seseorang
berada.
3) Faktor emosional. Faktor ini
merupakan ukuran intensitas
seseorang dalam menaruh perhatian
terhadap suatu pelajaran, maka
lebih terpacu untuk mengupas dan
mempelajari pelajaran tersebut
dengan giat.

https://eprints.uny.ac.id/67201/3/B
ab%20II.pdf

4 1. Siswa kurang  KAJIAN LITERATUR Berdasarkan hasil kajian


aktif dalam literatur dan hasil wawancara
kegiatan Arif Setiawan : 2020. Terdapat beberapa faktor yang
Menyatakan terdapat beberapa faktor
pembelajaran yang dapat menyebabkan siswa kurang dapat menyebabkan siswa
aktif dalam kegiatan pembelajaran, kurang aktif dalam kegiatan
antara lain: pemebeljaran yaitu:
2. Kurangnya Konsentrasi 1. kurangnya konsentrasi siswa
Belajar: Kurangnya konsentrasi saat belajar berlangsung.
belajar dapat menyebabkan 2. Kurangnya keberanian untuk
siswa kurang aktif dalam
bertanya.
kegiatan pembelajaran.
3. Kurangnya Keberanian untuk 3. kurangnya keahlian guru
Bertanya: Kurangnya dalam mengajar.
keberanian siswa untuk 4. Pasilitas yang kurang
bertanya juga dapat menjadi memadai untuk belajar
penyebab kurangnya keaktifan
siswa dalam pembelajaran.
4. Tidak Paham Materi: Tidak
paham materi yang diajarkan
juga dapat membuat siswa
kurang aktif dalam
pembelajaran.

https://www.researchgate.net/publicati
on/348060018_Meningkatkan_keaktif
an_siswa_kelas_VII_dalam_mata_pel
ajaran_bahasa_Indonesia_dengan_me
nggunakan_pendekatan_saintifik_dala
m_kegiatan_lesson_study

Mujiati Astuti : 2020


Menyatakan bahwa hasil penelitian
yang mempengaruhi Siswa kurang
aktif dalam kegiatan pembelajaran
yaitu:
5. Guru
6. Kemampuan guru
7. Sikap profesional guru
8. Latar Belakang Pendidikan dan
Pengalaman Mengajar Guru
9. Sarana belajar
10. Ruang kelas
11. Media dan sumber belajar
12. Lingkungan belajar
https://repository.uinjkt.ac.id/dspace/b
itstream/123456789/54620/1/Mujiati
%20Astuti_11160183000072.pdf
2. Rasa ingin Berdasarkan hasil kajian
tahu siswa Muhammad Rizki : 2018 literatur dan hasil wawancara
masih relatif Menyatakan hasil penelitian Terdapat beberapa faktor yang
menunjukan bahwa rasa ingin tahu
rendah dapat menyebabkan rasa ingin
siswa masih rendah disebabkan oleh
dua faktor yaitu: tahu siswa relatif rendah:
1. Faktor internal terdiri atas 1. Faktor internal yaitu
Perhatian dalam belajar, 1. Kurangnya perhatian guru
keingintahuan, kebutuhan terhadap siswa saat
(motif), motivasi. pembelajaran.
2. Faktor eksternal terdiri atas 2. Minat dan motivasi
aspek keluarga, aspek sekolah
belajar kurang
dan aspek masyarakat.
file:///C:/Users/USER/Downloads/FA 2. Faktor exsternal yaitu:
KTOR%20YANG%20MEMPENGA a. Sarana prasarana sekolah
RUHI%20MINAT%20BELAJAR%2 b. Keadaan keluarga
0SISWA.pdf c. Kreativitas guru dalam
mengajar peserta didik
Zaki Al Fuad dan Zuraini:2020
Salah satu faktor yang menimbulkan
kurangnya minat belajar siswa
diakibatkan karena siswa itu sendiri
masih bergantung pada orang lain atau
orang tua, sehingga membuat siswa itu
malas belajar. Selain malas belajar
siswa tidak ada dorongan dari orang tua
di rumah untuk belajar. Faktor lain
yang sangat berpengaruh adalah
penggunaan metode atau pendekatan
yang di gunakan oleh guru belum
sesuai sehingga belum sepenuhnya
dapat memahami mata pelajaran yang
diajarkan oleh guru. Minat belajar
siswa bisa dibangkitkan dengan
penggunaan-penggunaan media di
setiap pembelajaran karena dengan
adanya media daya tarik anak-anak
untuk belajar itu lebih semangat lagi,
dan hasil belajarnya akan memenuhi
KKM.
file:///C:/Users/USER/Downloads/625
-Article%20Text-1120-1-10-
20200318.pdf
5 1. Siswa masih  KAJIAN LITERATUR Berdasarkan hasil literatur dan
belum wawancara Penyebab
memahami/ter (Rafiq Badjeber,Nursupiamin, Pembelajaran di kelas masih
Agung Wicaksono, Mufidah: 2020)
biasa dengan belum berbasis HOTS (Higher
Berdasar studi menunjukkan bahwa
materi HOTS rasa ingin tahu siswa memainkan peran Order Thinking Skill) :
penting dalam prestasi belajar mereka. 1. Paradikma lama siswa hanya
Siswa dengan rasa ingin tahu yang di suruh menghafal bukan
tinggi cenderung menghasilkan lebih berlatih untuk kemampuan
banyak ilmu daripada siswa yang menalar
kurang ingin tahu. Rasa ingin tahu 2. Kemampuan Guru sdalam
yang rendah dapat mengakibatkan
menyususn pembelajaran
siswa belajar hanya untuk memenuhi
kewajiban, sehingga pengetahuan yang berbasis HOTS masih Rendah
diperoleh menjadi sia-sia. Faktor-
faktor seperti disiplin belajar dan
kesehatan juga dapat mempengaruhi
rasa ingin tahu dan partisipasi siswa
dalam pembelajaran
Dalam konteks pembelajaran IPA
di SD, penelitian menunjukkan
bahwa model pembelajaran
discovery learning dapat
meningkatkan rasa ingin tahu siswa
Selain itu, lingkungan sekolah yang
memberikan kesempatan bagi
siswa untuk mengembangkan rasa
ingin tahu mereka juga berperan
dalam hasil belajar yang optimal
Dengan demikian, untuk
meningkatkan rasa ingin tahu siswa
yang masih relatif rendah, perlu
dipertimbangkan pendekatan
pembelajaran yang mendorong
eksplorasi dan discovery, serta
memperhatikan faktor-faktor lain
seperti disiplin belajar dan kesehatan
siswaarkan analisis hasil penelitian
mengenai pengetahuan guru Sekolah
Dasar tentang higher order thinking
skill dalam pembelajaran matematika
dapat disimpulkan bahwa pengetahuan
guru tentang makna higher order
thinking skill masih rendah. Tidak
semua guru mengetahui level kognitif
HOTS sesuai Taksonomi Bloom serta
memaknai HOTS secara beragam
yakni sebagai keterampilan, instrumen
penilaian dan proses pembelajaran.
Selain itu, pengetahuan guru tentang
implementasi pembelajaran
matematika yang berorientasi higher
order thinking skill juga masih rendah.
Pada tahap perencanaan pembelajaran,
guru belum dapat merumuskan tujuan
pembelajaran yang memuat HOTS,
walau telah mengetahui model atau
metode pembelajaran yang relevan
untuk diterapkan dalam mendorong
pengembangan HOTS siswa. Pada
tahap pelaksanaan pembelajaran, guru
masih minim dalam melakukan hal-hal
yang memfasiltasi peningkatan HOTS
siswa. Pada tahap evaluasi,
kemampuan guru dalam menyusun
instrumen penilaian HOTS masih
rendah.

https://www.researchgate.net/publicati
on/347821490

Lusi, Nelly widyawati, Levilia : 2020)


1. Kompetensi Dasar (KD) pada
kurikulum 2013 tidak membatasi
penggunaan tingkatan taksonomi,
hal ini dapat dilihat dari siswa yang
dapat membangun Higher Order
Thinking Skills (HOTS) dengan
berbagai kategori pengetahuan.
Tetapi pada prakteknya masih
mengalami permasalahan. Banyak
lembaga pendidikan terutama pada
tingkat Sekolah Dasar (SD) yang
masih menggunakan model
pembelajaran sederhana sehingga
siswa hanya dituntut untuk
menghafal. Higher Order Thinking
Skills (HOTS) pada siswa tidak
dibangun dengan baik sehingga
hampir semua materi yang
diberikan oleh guru hanya literatur
dan wawancara, penyebab
Pembelajaran di kelas masih belum
berbasis HOTS (Higher Order
Thinking Skill) :
1. Paradikma lama siswa hanya di
suruh menghafal bukan berlatih
untuk kemampuan menalar
2. Kemampuan Guru sdalam
menyususn pembelajaran berbasis
HOTS masih Rendah diterima siswa
tanpa adanya tindakan kritis saat
pembelajaran.

https://pgsd.persadakhatulistiwa.ac.
id/wp-
content/uploads/2021/02/Lusi.pdf

 DOKUMENTASI

WAWANCARA :

1. AI IYAM WULANDARI, S.Pd


Pembelajaran di kelas masih
belum berbasis HOTS (Higher
Order Thinking Skill) karena
guru masih mengajar dengan
paradikma lama siswa hanya di
suruh menghafal bukan berlatih
untuk kemampuan menalar.
Selain itu dikarenakan
pengetahuan guru dan murid
yang kurang.
2. Karena anak belum begitu
memahami materi dan belum
siap mengerjakan Soal -soal
yang HOTS
3. Karena kurikulum kita diakui
atau tidak, masih selalu
mengedepankan kemampuan
kognitif. anak dikatakan cerdas
apabila matematika 100, IPA
100, dan nilai pelajaran eksak
lainnya sempurna. Maka tak
jarang guru di sekolah
berlomba-lomba mencetak
generasi yang mampu
menghasilkan nilai sempurna
untuk mapel-mapel yang sering
dilombakan, dengan
mengabaiakan KBM yang
mengedepankan kemampuan
berpikir kreatif, berpikir kritis,
kemampuan berargumen, dan
kemampuan mengambil
keputusan bagi siswa. Banyak
masih berfokus pada hafalan
saja atau menggunakan pola
Low Order Thinking Skill
(LOTS) yang membuat siswa
selalu berada zona nyaman
tanpa adanya tantangan.
2. Siswa masih  KAJIAN LITERATUR Berdasr hasil kajian literatur dan
kesulitan hasil wawancara maka dapat
dalam bahasan Itsna Ayu Rahmawati, Mudzanatun, disimpulkan penyebab Siswa
Ibnu Fatkhu Royana
kata baku dan masih kesulitan dalam bahasan
Hasil Studi-studi menunjukkan bahwa
tidak baku terdapat beberapa faktor yang kata baku dan tidak baku siswa
mempengaruhi kemampuan siswa jarang menerapkan kata baku dan
dalam menulis kata baku dan tidak tanda baca di sekolah, di rumah,
baku dalam bahasa Indonesia. dan dalam kehidupan sehari-hari.
Beberapa faktor yang disoroti antara
lain adalah:
1. Faktor Guru: Penelitian
menunjukkan bahwa
kurangnya penguasaan guru
tentang kata baku dan tanda
baca dapat mempengaruhi
kemampuan siswa dalam
menulis kata baku dan tidak
baku
2. Faktor Sarana dan Prasarana:
Ketersediaan sarana dan
prasarana pendidikan juga
dapat memengaruhi
kemampuan siswa dalam
membedakan kata baku dan
tidak baku
3. Faktor Lingkungan Tempat
Tinggal dan Pergaulan Siswa:
Lingkungan tempat tinggal dan
pergaulan siswa juga dapat
memengaruhi kemampuan
siswa dalam menulis kata baku
dan tidak baku
4. Faktor Minat Siswa dalam
Menulis: Rendahnya minat
siswa dalam menulis juga dapat
menjadi faktor yang
mempengaruhi kemampuan
siswa dalam menggunakan kata
baku dan tanda baca

https://ejournal.undiksha.ac.id/index.p
hp/MI/article/download/21307/13288/
33047

Ervinda Olivia, Privana


Agung Setyawan Tyasmiarni
Citrawati

Ada beberapa faktor


yang membuat siswa kurang mampu
dalam membedakan kata baku dan
tidak baku
disebabkan oleh
1. faktor guru,
2. faktor keluarga dan
3. sarana prasarana

https://ejournal.tsb.ac.id/index.php/jpb
/article/view/312/314

Anda mungkin juga menyukai