Anda di halaman 1dari 6

“SUMPAH PEMUDA”

Oleh : Fitra Wahida

(Segelintir orang ditindas oleh pasukan tentara Belanda, sedangkan


sebagiannya lagi melakukan kerja paksa/rodi)

===

()

I : Kau lihat, kan? Bagaimana Para Belanda itu memaksa kita


melakukan apa yang mereka suruh. Aku penasaran, terpuruknya
negara ini? Apa jadinya masa depan negara ini.

II : Entahlah (tampang sedih) Aku hanya ingin... Aku hanya ingin...


Bagaimana mengatakannya ya?

III : Maksudmu kebebasan?

II : Ya, ya, itu benar! Aku hanya ingin lepas dari semua
penderitaan ini. Aku tak tahan lagi. Sumveh(?)

III : Ya sudah, ya sudah. Yang sabar ya~(eh)

II : Apanya yang “ya sudah”mu itu? =_= Ngajak berantem hah?

III : Oke, dengan senang hatiku ladeni! Ayo kalo berani.

I : ^^’ Hus,hus. Sudahlah, jangan berdebat lagi. Berdebat seperti


itu hanya akan menimbulkan masalah.

(Tiba-tiba datang orang entah dari mana)

IV : Huh, dia benar. Kalian hanya menimbulkan masalah saja. Segitu


saja sudah berkelahi, bagaimana bisa kalian merdeka?
Hahahaha... Dasar mulut besar, hanya omong kosong yang keluar
dari mulutnya.

Dan satu lagi. Kalian tahu? Perkelahian kalian itu bisa saja
mengundang para pembual Belanda itu datang kemari. Bisa-bisa
saja kalian mati dihajarnya karena melihat perkelahian itu.
Untung aku mengingatkan kalian. *Sigh*

II & III: (Mata sinis mereka menuju si IV, dan secara bersamaan...)
Haaaa? Emang masalah buat lo? (dan setelah itu penontonnya
tercengang karena pada jaman itu ada bahasa begituan XD)

II : Lagi pula yang kenakan kami, bukan lu. Apa urusan lu coba?
Udah ngga kenal, sok pula >:v

I : ^^` Su,sudahlah. Jangan menimbulkan masalah yang lebih besar


lagi. Oh ya, aku lupa memperkenalkan kalian sama kawanku ini.
Dia kawanku saat aku hijrah ke Aceh (eh?). ada sebaiknya jika
baikan, benar?

III : Aku maunya dia yang minta maaf!

IV : Hah, aku yang minta maaf. Maaf ya, ngga sudi!

II : Kau yang duluan yang mulai!

IV : Bukankah kalian yang tadi asik berkelahi?

II : Kau iniiii!

I : Sudah, sudah! Kalian ini! (Naik darah(?)) IV cepat minta maaf.


II dan III! Kalian juga minta maaf.

IV : Karena ini permintaan sahabatku, maka kumaafkan kalian.

I : IV yang benar!

IV : Huh, baiklah. Karena ini permintaan sahabatku, maka aku minta


maaf.

III : Cih, aku juga minta maaf.

II : Aku juga.

I :(mengembalikan keadaan) Ya sudah, kembali ke pokok pembahasan.


Jadi begini, kalian mengeluh terhadap perlakuan Belanda. Baru
saja tadi pada saat kalian berdebat tadi. Aku mendapatkan
ide. (Melihat sekeliling) kemarikan kepala kalian, biar
kubisikkan.
III : (berguman) Harus segitunya ya?

I : apa?

III : ngga ada apa. Hehehe ^^`

II : woi IV! Kesini lu.

IV : tidak!

II : (mata tajamnya terarah ke IV)

IV : baiklah~

(Blablabla. Berbisik tidak jelas)

II : I! Itu ide sangat jenius!

I : Shht, pelankan suaramu! Bagaimana kalau terdengar orang,


okelah kalau orang seperti kita, tapi kalau Si Belanda?
Habislah kita.

II : Ah, maafkan aku.

IV : Dasar.

III : Jadi kesimpulannya. Hari ini, tepat jadinya sebuah organisasi


berdiri. Kuberi nama Perhimpunan Indonesia, bagaimana?

I : kurasa itu nama yang bagus. Aku setuju

II : aku juga

IV : aku terserah.

III : Oke, ketok palu. (toktok) Lalu kalian aja sebanyak-banyaknya


pemuda-pemudi seperti yang dikatakan I, lalu katakan apa
tujuan kita sebenarnya. Lalu kita adakan Rapat kedua kita!

II : hee? Kedua? Tidak salah itu?

III : Tidak kok! Karena ini rapat pertama Perhimpunan Indonesia.


Jadi, yang selanjutnya adalah yang kedua ^^

(terdengar suara entah dari mana)

V : (Bahasa Inggris) Can I... Bo...lehkah aku ikut?


(mencari arah suara)(melihat ke arah V)

IV : Kau...

(I,II,III dan IV tercengang)

V : ya, aku seorang belanda. Tapi, bolehkah aku ikut?

(I,II,III, dan IV kesudut sambil berbisik-bisik)

II : apa kita harus menerimanya?

III : diakan belanda!

I : Sedang kupikirkan.

IV : bagaimana jika dia berkhianat.

(I,II, dan III melihat kearah IV)

III : berkhianat?

II : dia ada benarnya juga sih.

I : tunggu dulu, tunggu dulu. Bagaimana jika dia berkata jujur.


Kita tidak bisa berprasangka dulu.

II : Kalau begitu kami serahkan padamu I

I :(mondar-mandir tidak jelas)(lalu berjalan kearah V) Baiklah,


kami beri kamu kesempatan. Tapi, sekali saja kau berkhianat.
Aku, bukan! Kami akan menerormu sampai akhir hayatmu.

V : Baiklah. Aku terima itu. Aku tidak akan mengecewakan kalian.


Aku juga ikut kalian dalam mencari anggota-anggota lainnya.
Malahan, salah satu kawan Belanda sudah lama menantikan ini.

I : Baiklah semua. Cukup rapat hari ini. Rapat kedua akan diadakan
2 minggu lagi. Bubar.

===

Narator(akhirnya muncul juga XD): Tepat 2 minggu setelah kejadian


itu rapat yang diberi nama Kerapatan Pemoeda-Pemoedi atau
Kongres Pemuda II Indonesia dilaksanakan. Ada pun yang
mengeluarkan pendapatnya.
III : Tidak akan terjadi stabilitas tanpa ada kemakmuran dan tidak
akan terjadi kemakmuran tanpa keamanan

I : Jangan tanya apa yang tanah airmu dapat memberi kepadamu,


tetapi tanyakanlah apa yang kamu dapat berikan kepada tanah
airmu.

VI : There is No Glory in War

II : Ini bukan tentang perang! Ini kemanusiaan! Tentang kehormatan


dan kebebasan!

===

Narator: Rapat itu menghasilkan rumusan yang menjadi isi Sumpah


Pemuda yang dilaksanakan pada tanggal 28 Oktober 1928.

Peristiwa sejarah Soempah Pemoeda atau Sumpah Pemuda


merupakan suatu pengakuan dari Pemuda-Pemudi Indonesia yang
mengikrarkan satu tanah air, satu bangsa dan satu bahasa.

Kongres Pemuda II dilaksanakan tiga sesi di tiga tempat


berbeda oleh organisasi Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia
(PPPI) yang beranggotakan pelajar dari seluruh wilayah
Indonesia. Kongres tersebut dihadiri oleh berbagai wakil
organisasi kepemudaan yaitu Jong Java, Jong Batak, Jong,
Celebes, Jong Sumatranen Bond, Jong Islamieten Bond, Jong
Ambon, dsb serta pengamat dari pemuda tiong hoa seperti Kwee
Thiam Hong, John Lauw Tjoan Hok, Oey Kay Siang dan Tjoi Djien
Kwie.

===
Pertama

Kami poetera dan poeteri Indonesia, mengakoe bertoempah darah jang


satoe, tanah Indonesia.

Kedoea

Kami poetera dan poeteri Indonesia, mengakoe berbangsa jang satoe,


bangsa Indonesia.

Ketiga

Kami poetera dan poeteri Indonesia, mendjoendjoeng bahasa


persatoean, bahasa Indonesia.

-=-

Anda mungkin juga menyukai